Anda di halaman 1dari 25

IMPLEMENTASI RUKUN IMAN DALAM

KEHIDUPAN MANUSIA

Kelompok 1 :
Ahmad Hanif Azzam (061611133007)
Maudi Yuniar (061611133037)
Lalu Gazza Yahya Kanz (061611133094)
David Mohamad Qadafi (061611133106)
Muhammad Rizqi Fadhli (061611133118)
Athaya Kirana Mulyadi (061611133130)
Putra Priya Bagus Pribadi (061611133151)
Azka Yasyfiergina (061611133254)
Yustika Nadia Pratiwi (061611133257)

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN


UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Beragama adalah suata bentuk keyakinan manusia terhadap berbagai hal

yang diajarkan oleh agama yang dianutnya. Beragama berarti meyakini terhadap

pokok-pokok ajaran dan keyakinan dari sebuah agama. Oleh karena itu, tidak ada

manusia yang mengaku beragama tanpa ia meyakini apa-apa yang ditetapkan oleh

agama tersebut.

Dalam agama Islam terdapat pilar-pilar keimanan yang dikenal dengan

Rukun Iman. Rukun Iman merupakan salah satu pilar penting yang harus ditaati

dan diamalkan oleh setiap muslim sebagai dasar pelaksanaan kehidupan dan

aturan dasar dibawah Al-Qur’an dan hadist. Mengamalkan rukun iman dalam

kehidupan sehari-hari dapat membantu umat muslim dalam menguatkan

keimananya dan menguatkan kekuatan keimanan dari setiap ujian dan cobaan

yang akan dihadapi. Rukun Iman terdiri dari: Iman kepada Allah SWT. yaitu

patuh dan taat kepada ajaran Allah dan hukum-hukumNya, Iman kepada malaikat

yaitu mengetahui dan percaya akan keberadaan kekuasaan dan kebesaran Allah di

alam semesta, Iman kepada kitab-kitab Allah yaitu melaksanakan ajaran Allah

SWT. dalam kitab-kitabNya, Iman kepada Rasul-rasul Allah yaitu mencontoh

perjuangan para Nabi dan Rasul dalam menyebarkan dan menjalankan kebenaran

yang disertai kesabaran, Iman kepada hari Kiamat yaitu bahwa setiap perbuatan
akan ada pembalasan dan Iman kepada Qada dan Qadar yaitu paham pada

keputusan serta kepastian yang ditentukan Allah SWT. pada alam semesta.

Enam pilar keimanan umat Islam tersebut merupakan sesuatu yang wajib

dimiliki oleh setiap umat muslim. Tanpa mempercayai salah satunya maka

gugurlah keimanannya, sehingga mengimani ke enam rukun iman tersebut

merupakan suatu kewajiban. Oleh karena itu, makalah ini akan mengkaji berbagai

hal yang meyangkut enam pilar keimanan tersebut dan pengaruh keimanan

terhadap kehidupan seorang muslim. Diharapkan makalah ini dapat menambah

pemahaman mengenai pentingnya rukun iman dalam kehidupan beragama dan

bermasyarakat.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, terdapat rumusan masalah yang akan dikaji

dalam makalah ini, yaitu:

1. Apakah yang dimaksud dengan rukun iman?

2. Apa saja yang termasuk dalam rukun iman?

3. Apakah pengaruh rukun iman terhadap kehidupan?

4. Bagaimanakah penerapan rukun iman dalam kehidupan?

1.3 Tujuan

Tujuan penyusunan makalah tentang rukun iman dalam kehidupan manusia, yaitu:

1. Memahami makna dari rukun iman.

2. Mengetahui maksud dari rukun iman.

3. Mengetahui pengaruh iman terhadap kehidupan.

4 Mengetahui cara menerapkan rukun iman dalam kehidupan.


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Rukun Iman

Arti iman dalam Al-Qur’an, yaitu membenarkan secara menyeluruh dengan

keyakinan terhadap Allah, memiliki kitab – kitab yang diturunkan pada hamba –

hambanya sebagai petunjuk yang jelas. Sedangkan arti Iman dalam hadist, yaitu

suatu pembenaran batin, dimana Rasulullah mengatakan bahwa hal – hal lain

sebagai iman, yaitu seperti bermurah hati, akhlak yang baik, sabra, cinta rasul,

cinta sahabat, dan rasa malu.

Jika kata iman yang berasal dari Bahasa Arab ini di terjemahkan, artinya

percaya atau membenarkan dengan hati. Sedangkan secara istilah iman

mempunyai beberapa hal penting, yaitu:

1) Membenarkan dengan hati

Menerima segala sesuatu yang telah diajarkan oleh Rasulullah.

2) Mengikrarkan secara lisan

Lisan, berarti mengucapkan dengan kata. Contohnya dengan mengucapkan

dua kalimat syahadat.

3) Mengamalkan dengan anggota badan

Mengamalkan rukun iman dalam bentuk ibadah – ibadah.

Maka dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa rukun iman adalah

pondasi keyakinan umat muslim. Seseorang yang mengamalkan rukun iman,


maka ia akan memiliki keimanan yang kuat. Begitu pula sebaliknya, apabila

seseorang mengabaikan rukun iman dalam hidupnya, maka ia akan mudah

terguncang hatinya dengan berbagai masalah kegelisahan dalam kehidupan.

Dalam ajaran agama islam terdapat 6 rukun iman yang wajib diamalkan

bagi setiap umatnya, yaitu:

1. Iman kepada Allah yaitu patuh dan taat kepada Allah.

2. Iman kepada Malaikat yaitu mengetahui dan percaya atas kebesaran Allah.

3. Iman kepada Kitab yaitu melaksanakan ajaran Allah sesuai kitab Al-Quran.

4. Iman kepada Rasul yaitu mencontoh perjuangan para Nabi dan Rasul.

5. Iman kepada hari Kiamat yaitu paham bahwa semua perbuatan akan di

pertanggung jawabkan.

6. Iman kepada Qada dan Qadar yaitu paham pada keputusan yang telah

ditentukan Allah.

Berikut adalah dalil-dalil mengenai rukun iman yaitu “Rasul telah beriman

kepada Al Quran yang diturunkan Rabbnya kepadanya, demikian pula orang-

orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, para malaikat-Nya, kitab-

kitab-Nya dan para rasul-Nya. (mereka mengatakan): “Kami tidak membeda-

bedakan antara seorang rasul dengan rasul lainnya”, dan mereka mengatakan:

“Kami dengar dan Kami taat.” (mereka berdoa): “Wahai Rabb kami, ampunilah

kami dan hanya kepada-Mu tempat kembali.” (Q.S. Al-Baqarah (2): 285)

“Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan

rasul-Nya dan kepada kitab yang Dia turunkan kepada rasul-Nya serta kitab yang

Dia turunkan sebelumnya. Siapapun yang kafir kepada Allah, para malaikat-Nya,
kitab-kitab-Nya, para rasul-Nya, dan hari akhir, maka sungguh dia telah sangat

jauh tersesat” (Q.S. An-Nissa (4):136)

2.2 Penjelasan Ringkas Tentang Rukun Iman

2.2.1 Iman kepada Allah Swt.

Mempercayai ke-Esaan zat, sifat dan af’al-Nya Allah Swt. artinya hanya

Allah saja yang patut dan berhak disembah karena yang menciptakan alam ini.

Dialah yang besifat dengan segala sifat kesempurnaan, jauh berbeda dengan sifat-

sifat yang ada pada makhluk.

2.2.2 Iman kepada Malaikat

Iman kepada malaikat ialah percaya bahwa malaikat itu adalah makhluk dan

hamba Allah yang gho’ib. Mereka diciptakan Allah dari cahaya dengan sifat atau

pembawaan antara lain selalu taat dan patuh terhadap Allah SWT. dan senantiasa

membenarkan dan melaksanakan perintah Allah. Para malaikat juga mempunyai

tugas tertentu diantaranya adalah: menyampaikan wahyu Allah kepada manusia

melalui RasulNya, mengukuhkan hati orang yang beriman, memberikan

pertolongan kepada manusia, membantu perkembangan rohani manusia,

mendorong manusia untuk berbuat baik, mencatat perbuatan manusia, dan

melaksanakan hukuman Allah. Dalam hal ini kita wajib beriman kepada malaikat-

malaikat sebagai utusan Allah SWT.

2.2.3 Iman Kepada Kitab

Beriman kepada kitab-kitab Allah artinya percaya dengan sepenuhnya

bahwa kitab-kitab Allah memang telah diturunkan kepada para nabi dan rasul

yang diutus-Nya. Melalui perantara malaikat Jibril, dan merupakan pedoman


hidup serta sebagai sebuah bacaan yang punya nilai tinggi bagi siapapun yang

membacanya.

Kata ‘kitab’ (‫ ) ِكتَاب‬dalam bahasa Arab, berasal dari lafadz kataba, yaktubu,

katban (‫َب – يَ ْكتُبُ – َك ْتبًا‬


َ ‫ ) َكت‬yang mana menurut bahasa memiliki dua arti, perintah

atau tulisan. Adapun menurut istilah, adalah Kalamullah yang diturunkan kepada

rasul-rasul-Nya. Selain sebagai pegangan dan pedoman hidup umat manusia.

Kitab sendiri menyimpan berbagai cerita mengenai kehidupan umat-umat

terdahulu. Hal ini seperti yang dijelaskan dalam QS. Al-Baqarah (2): 4 berikut ini:

Artinya: “Dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al-Quran) yang telah

diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelum kamu, serta

mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat.”

ْ ‫ح‬X‫)ص‬.
Kata ‘kitab’ ini punya arti yang berbeda dengan kata ‘shuhuf’ ( ‫ُف‬ ُ

Meski kedua-duanya sama sebagai wahyu Tuhan. Tetapi ada perbedaan-

perbedaan antara keduanya, yakni untuk sebuah kitab sudah pasti dibukukan.

Sedangkan untuk shuhuf adalah lembaran-lembaran yang berisikan tulisan-tulisan

wahyu Tuhan, namun masih terpisahkan satu dengan yang lain. Kitab-kitab Allah

yang telah diturunkan pada para utusan-Nya terdapat empat kitab, yaitu:

1. Kitab Taurat

Kitab ini diturunkan oleh Allah swt. kepada nabi Musa as. Yakni sekitar 12

abad sebelum Masehi. Penjelasan tentang kitab taurat terdapat QS. Al-Maidah

ayat 44 dan QS. Al-Isra’ ayat 2 berikut ini:


Artinya: “Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitab Taurat di dalamnya (ada)

petunjuk dan cahaya (yang menerangi), yang dengan Kitab itu diputuskan perkara

orang-orang Yahudi oleh nabi-nabi yang menyerah diri kepada Allah, oleh orang-

orang alim mereka dan pendeta-pendeta mereka, disebabkan mereka

diperintahkan memelihara kitab-kitab Allah dan mereka menjadi saksi

terhadapnya. Karena itu janganlah kamu takut kepada manusia, (tetapi) takutlah

kepada-Ku. Dan janganlah kamu menukar ayat-ayat-Ku dengan harga yang

sedikit. Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah,

maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir (Q.S. Al-Maidah (5): 44)

Artinya: “ Dan Kami berikan kepada Musa kitab (Taurat) dan Kami jadikan kitab

Taurat itu petunjuk bagi Bani Israil (dengan Kalam): “Janganlah kamu mengambil

penolong selain Aku” (Q.S. Al-Isra’ (17): 2)

2. Kitab Zabur

Kitab Zabur ini adalah kitab suci yang diturunkan atau diwahyukan kepada

nabi Daud as. Kitab ini diturunkan sekitar abad 10 sebelum Masehi. Peristiwa ini

juga diabadikan dalam QS. Al-Isra’ (17): 55 berikut ini:


Artinya: “Dan sesungguhnya telah Kami lebihkan sebagian nabi-nabi itu atas

sebagian (yang lain), dan Kami berikan Zabur kepada Daud as.”

3. Kitab Injil

Kitab Injil ini diturunkan kepada nabi Isa as. Kitab ini turun pada awal-mula

abad pertama Masehi. Peristiwa atau kejadian turunnya Kitab Injil ini juga

diabadikan dalam al-Qur’an, diantaranya pada QS. Al-Maidah (5): 46 berikut ini:

Artinya: “Dan Kami telah memberikan kepadanya Kitab Injil sedang didalamnya

(ada) petunjuk dan dan cahaya (yang menerangi), dan membenarkan kitab yang

sebelumnya, yaitu Kitab Taurat. Dan menjadi petunjuk serta pengajaran untuk

orang-orang yang bertakwa”

4. Kitab Al-Qur’an

Kitab al-Qur’an merupakan kitab Allah SWT. terakhir yang diturunkan

kepada Nabi Muhammad saw. Tepatnya pada abad ke tujuh Masehi. Al-Qur’an ini

diturunkan di kota Makkah, Madinah dan sekitarnya. Kisah turunnya al-Qur’an

terdapat dalam Q.S. Yusuf (12): 1-2 berikut ini:


Artinya: “Alif, laam, raa. Ini adalah ayat-ayat Kitab (Al Quran) yang nyata (dari

Allah), Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al Quran dengan berbahasa

Arab, agar kamu memahaminya”

2.2.4 Iman Kepada Rasul

Beriman kepada Rasul merupakan rukun iman yang ke empat. Iman kepada

rasul Allah adalah mempercayai dan meyakini bahwa Allah telah mengutus para

rasul untuk menyampaikan ajaran-ajaran agama untuk keselamatan manusia di

dunia dan di akhirat.

Berikut adalah dalil terkait dengan rukun iman kepada rasul:

"Wahai orang-orang yang beriman! Tetaplah beriman kepada Allah dan

Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya serta kitab

yabg Allah turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-

malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, Rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka

sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya". (Q.S An-nisa (4):136)

Fungsi Iman Kepada Rasul

1. Bertambah iman kepada Allah dengan mengetahui bahwa rasul benar-benar

manusia pilihan Allah

2. Memperoleh teladan yang baik untuk menjalani hidup

3. Mendapat rahmat Allah

4. Dapat membedakan antara yang baik dan yang buruk


5. Menjadikan teladan perilaku rasul dalam kehidupan sehari-hari

6. Menjadi jembatan menuju kabahagiaan yang hakiki

2.2.5 Iman Kepada Hari Kiamat

Iman kepada hari kiamat yaitu percaya dan yakin bahwa seluruh alam

semesta dan isinya akan hancur suatu saat nanti dan setelah itu akan ada

kehidupan yang kekal (akhirat). Sedangkan menurut bahasa (etimologi) yaitu

percaya akan datangnya hari kiamat (hari akhir). Menurut istilah (terminologi)

yaitu percaya dan yakin akan adanya kehidupan akhirat yang kekal setelah

kehidupan dunia ini. Berikut dalil Naqli tentang Hari Kiamat:

Artinya:“ Dan (ingatlah) hari (ketika) di tiup sangkakala, maka terkejutlah segala

yang ada di bumi, di langit dan segala yang ada di bumi, kecuali siapa yang di

kehendaki Allah SWT. Dan semua akan datang menghadap-Nya dengan

merendahkan diri.” (QS. An-Naml (27): 87)

Gambaran hari kiamat menurut Al- Qur’an

1. Bumi digoncangkan sekuat kuatnya hingga mengeluar kan isi yang

dikandungnya (QS. Al- Zalzalah : 1 – 5)

2. Matahari di gulung, bintang-bintang berjatuhan dan laut meluap. (QS. Al-

Infithor : 1 – 3)

3. Gunung-gunung kemudian pecah berterbangan menjadi pasir (QS. Al-

Haqqah : 14)
4. Manusia tidak dapat menolong manusia lainnya, bahkan seorang ayah

terhadap anaknya sendiri. (QS. Luqman : 33)

Fungsi Iman Kepada Hari Kiamat

1. Membuat manusia senantiasa bersikap hati-hati, sehingga akan selalu taat

kepada petunjuk agama dan sadar akan batas kesenangan hidup di dunia.

2. Terus memperbaiki kualitas kebaikan, yaitu berbakti kepada Allah, orang

tua, dan sesama manusia lain.

3. Membuat manusia sadar bahwa kehidupan setelah kehidupan dunia

merupakan tujuan manusia hidup di dunia.

4. Mendorong manusia agar menambah perbuatan baik (amal soleh) dan

meninggalkan larangan Allah.

5. Mengingatkan bahwa kehidupan dunia adalah ladang kehidupan akhirat,

jembatan untuk menuju ke alam akhirat, sehingga menghindarkan manusia

dari sifat rakus, kikir, dan tamak.

6. Tidak iri terhadap kenikmatan yang didapat oleh orang lain.

2.2.6 Iman Kepada Qadha dan Qadhar Allah

Pengertian Qadha dan Qadar Menurut bahasa Qadha memiliki beberapa

pengertian yaitu: hukum, ketetapan, perintah, kehendak, pemberitahuan,

penciptaan. Menurut istilah Islam, yang dimaksud dengan qadha adalah ketetapan

Allah sejak zaman Azali sesuai dengan iradah-Nya tentang segala sesuatu yang

berkenan dengan makhluk. Sedangkan Qadar menurut bahasa adalah: kepastian,

peraturan, ukuran. Adapun menurut Islam qadar merupakan perwujudan atau


kenyataan ketetapan Allah terhadap semua makhluk dalam kadar dan berbentuk

tertentu sesuai dengan iradah-Nya.

Beriman kepada qadha dan qadar merupakan salah satu rukun iman, yang

mana iman seseorang tidaklah sempurna dan sah kecuali beriman kepadanya. Ibnu

Abbas pernah berkata, “Qadar adalah nidzam (aturan) tauhid. Barangsiapa yang

mentauhidkan Allah dan beriman kepada qadar, maka tauhidnya sempurna. Dan

barangsiapa yang mentauhidkan Allah dan mendustakan qadar, maka dustanya

merusakkan tauhidnya” (Majmu’ Fataawa Syeikh Al-Islam, 8/258).

Hubungan antara qadha dan qadar selalu berhubungan erat. Qadha adalah

ketentuan, hukum atau rencana Allah sejak zaman azali. Qadar adalah kenyataan

dari ketentuan atau hukum Allah. Jadi hubungan antara qadha qadar ibarat

rencana dan perbuatan. Perbuatan Allah berupa qadar-Nya selalu sesuai dengan

ketentuan-Nya. di dalam surat Al-Hijr (15): 21 sebagai berikut:

Artinya “Dan tidak sesuatupun melainkan disisi kami-lah khazanahnya; dan Kami

tidak menurunkannya melainkan dengan ukuran yang tertentu.”

Takdir Allah merupakan iradah (kehendak) Allah. Oleh sebab itu takdir tidak

selalu sesuai dengan keinginan kita. Tatkala takdir atas diri kita sesuai dengan

keinginan kita, hendaklah kita beresyukur karena hal itu merupakan nikmat yang

diberikan Allah kepada kita. Ketika takdir yang kita alami tidak menyenangkan

atau merupakan musibah, maka hendaklah kita terima dengan sabar dan ikhlas.

Kita harus yakin, bahwa di balik musibah itu ada hikmah yang terkadang kita

belum mengetahuinya. Allah Maha Mengetahui atas apa yang diperbuatnya.


Mengenai hubungan antara qadha dan qadar dengan ikhtiar ini, para ulama

berpendapat, bahwa takdir itu ada dua macam, yaitu takdir mua’llaq merupakan

takdir yang erat kaitannya dengan ikhtiar manusia dan takdir mubram merupakan

takdir yang terjadi pada diri manusia dan tidak dapat diusahakan atau tidak dapat

di tawar-tawar lagi oleh manusia.

Hikmah beriman kepada qadha dan qadar, yaitu:

1. Melatih diri untuk banyak bersyukur dan bersabar

2. Menjauhkan diri dari sifat sombong dan putus asa

3. Memupuk sifat optimis dan giat bekerja

4. Menenangkan jiwa.

2.3 Pengaruh Iman Terhadap Kehidupan

2.3.1 Iman Kepada Allah SWT

Iman kepada Allah SWT. adalah pedoman dari kehidupan rohaniah, sumber

ketenangan dan ketenteraman diri serta langkah awal dari semua bentuk

kebahagiaan. Iman merupakan sebuah keyakinan yang muncul dari pemahaman

diri tentang alam beserta isinya yang berkaitan dengan kebesaran-Nya. Salah satu

pengaruh Iman kepada Allah, adalah menjauhkan seseorang dari perbuatan

maksiat, kerena ketika di dalam hatinya memiliki iman yang kuat maka tidak ada

satupun yang dapat menyingkirkannya, baik itu dari godaan setan ataupun

pengaruh hawa nafsu. Nabi Saw. bersabda: “Tidak berzina orang yang beriman

itu, tidak mencuri orang yang beriman itu, dan tidak minum-minuman keras bagi

orang yang minum sedang  dalam keadaan beriman”.(HR. Bukhari dan Muslim).
Selain menjauhkan diri dari perbuatan maksiat, masih banyak pengaruh-

pengaruh lain, diantaranya yaitu menghiasi diri orang yang beriman dengan budi

pekerti yang baik, jauh dari kehidupan dan hal-hal yang tidak berguna.

Sebagaimana Allah berfirman “Dan apakah orang yang sudah mati kemudian dia

Kami hidupkan dan Karni berikan kepadanya cahaya yang terang, yang dengan

cahaya itu dia dapat berjalan di tengah-tengah rnasyarakat manusia, serupa dengan

orang yang keadaannya berada dalam gelap gulita yang sekali-kali tidak dapat

keluar daripadanya. Demikianlah Kami jadikan orang kafir itu memandang baik

apa yang telah mereka kerjakan.” (Al-An’am (6): 122).

Menjadi sumber ketenangan dan kedamaian bagi setiap orang, kerana ia

sejalan dengan fitrah dan seiring dengan tabiatnya. Menjadi sumber kebahagiaan

bagi masyarakat, kerana ia mengukuhkan ikatan-ikatan masyarakat, merapatkan

tali kekeluargaan dan membersihkan perasaan-perasaan dari sifat-sifat tercela.

Sebagaimana firman Allah, “Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat

baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk

bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (Al-Baqarah (1):

216)

Sucinya hati dan kejernihan jiwa dari persangkaan-persangkaan, khurafat

dan takhayul. Dengan begitu ia akan jernih dan bersih sesuai fitrahnya,

keadaannya akan meningkat dengan karamah yang ada padanya. Maka setiap rasa

tunduk dan khusyu’ di dalamnya untuk menyatukan arah kepada Penciptanya,

yang memiliki karunia atas dirinya dan atas seluruh makhluk, serta menjamin

kepentingan mereka semua. Bilamana ia merasakan pada dirinya keutuhan


penciptaan dan tenjaminnya rezeki maka sirnalah (lenyaplah) ikatan-ikatan

takhayul, takut dan harapannya dari makhluk lain, baik para pembesar manusia

maupun bayangan menakutkan yang diciptakan oleh daya khayal yang disangka

ada pada benda-benda langit (planet dan binatang), pepohonan, bebatuan dan

sejenisnya, atau kuburan dari ahli kubur yang dikeramatkan. Maka dengan iman

itu ia akan bergantung kepada Allah, Tuhan Yang Maha haq, dan akan berpaling

dari yang selain-Nya. Maka bersatulah manusia dalam ketergantungan (ta’alluq)

dan tujuan (hadaf), serta hilanglah dorongan-dorongan untuk bersaing dan

berselisih.

Menampakkan kemuliaan (izzah) dan kekebalan (mana’ah). Orang yang

beriman percaya bahwa dunia adalah mazra’atul akhirah (ladang untuk akhirat),

seperti dalam firman Allah, “Dan dirikanlah solat dan tunaikanlah zakat. Dan apa-

apa yang kamu usahakan dari kebaikan bagi dirimu, tentu kamu akan mendapat

pahalanya pada sisi Allah. Sesungguhnya Allah Maha Melihat apa-apa yang kamu

kerjakan.” (Al-Baqarah: 110) “Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat

zarrah pun, nescaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang

mengerjakan kejahatan seberat zarrah pun, nescaya dia akan melihat (balasan)nya

pula.” (Az-Zalzalah: 7-8). Dan ia mengimani bahwa apa yang ditakdirkan luput

darinya, tidak akan mengenainya, dan apa yang ditakdirkan menimpanya pasti

mengenainya. Dengan itu, terhapuslah dari dalam hatinya terhadap perihal

kekhuwatiran dari segala macam rasa takut. Maka dia tidak akan rela kehinaan

dan kerendahan untuk dirinya, ia tidak akan tinggal diam atas kekalahan dan

penindasan. Dari sini kita mengetahui dengan jelas bagaimana tugas-tugas berat
dan agung mampu ditempuh melalui tangan Rasulullah dan juga tangan-tangan

para sahabatnya. Sesungguhnya kekuatan bumi semuanya tidak mampu

menghadang di depan orang yang hatinya dipenuhi oleh pancaran iman, amalnya

didasarkan pada pengawasan Allah dan menjadikan kehidupan akhirat sebagai

tujuan akhirnya. Kita juga memahami bagaimana para rasul dan para nabi di mana

mereka sendirian menghadapi kaum dan umatnya yang bersatu, mereka tidak

mempedulikan jumlah manusia dan kekuatannya. Dalam Sejarah Nabi Ibrahim

dan Hud terdapat sikap yang dapat menjelaskan dan menampakkan kekuatan iman

yang sebenarnya.

Berhias dengan akhlak mulia. Sesungguhnya iman seseorang kepada suatu

kehidupan sesudah kehidupan duniawi ini dan di sana akan dibalas segala

perbuatan akan membuat dia merasa bahawa hidupnya mempunyai tujuan dan

makna yang tinggi; suatu perkara yang dapat mendorongnya untuk berbuat baik,

berbudi luhur dan berhias dengan keutamaan, menjauhi kejahatan dan melepas

pakaian kehinaan. Dengan begini akan terwujudlah peribadi yang utama dan

masyarakat yang mulia serta negara yang makmur.

Bersemangat, giat serta rajin bekerja. Sesungguhnya orang yang beriman

kepada qadha’ Allah dan qadar-Nya, mengetahui kaitan antara sebab dan akibat,

mengerti nilai amal, kedudukan dan keutamaannya, ia akan mengetahui bahawa di

antara taufik Allah bagi manusia adalah petunjuk-Nya untuk mengupayakan

sebab-sebab yang dapat menghantarkan kepada tujuan. Dan dia tidak akan

berputus-asa apabila ada sesuatu yang tidak dia capai, sebagaimana dia tidak akan

lupa diri dan sombong apabila berhasil meraih keuntungan dunia, sebagai wujud
dan iman kepada firman Allah s.w.t., “Tiada suatu bencana pun yang menimpa di

bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab

(Lauh Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian

itu adalah mudah bagi Allah. (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu

jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan

terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak

menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan din.” (Al-Hadid: 22-

23)

2.3.2 Iman Kepada Malaikat

Pengaruh dari beriman kepada malaikat adalah mengetahui keagungan

Allah SWT. yang telah menciptakan makhluk-makhluk yang mulia, yaitu

malaikat dan kecintaan kepada malaikat karena ibadah-ibadah yang mereka

lakukan.

2.3.3 Iman Kepada Kitab

Iman kepada kitab Allah bagi manusia dapat memberikan keyakinan yang

kuat akan kebenaran jalan yang ditempuhnya, karena jalan yang harus ditempuh

manusia telah diberitahukan Allah dalam kitab suci. Manusia tidak memiliki

kemampuan untuk melihat masa depan yang akan ditempuhnya setelah kehidupan

untuk melihat masa depan yang akan ditempuhnya setelah hidup berakhir, maka

dengan pemberitahuan kitab suci manusia dapat mengatur hidupnya

menyesuaikan dengan rencana Allah, sehingga manusia mempunyai masa depan

yang jelas.

2.3.4 Iman Kepada Rasul


Iman kepada rasul merupakan kebutuhan manusia, karena dengan adanya

rasul maka manusia dapat melihat contoh-contoh perilaku dan teladan terbaik

yang sesuai dengan apa yang diharapkan Allah. Dengan perilaku yang

dicontohkan Rasulullah, maka manusia akan mempunyai pegangan yang jelas dan

lengkap mengenai berbagai tuntutan kehidupan baik yang berhubungan dengan

Allah, hubungan antar manusia maupun lainnya.

2.3.5 Iman Kepada Hari Kiamat

Peran lain Hari Akhir bagi akhlak dan keyakinan seseorang sangat jelas,

karena manusia yang yakin akan adanya Hari Kiamat memandang dunia sesuai

dengan realitanya dan menyakini dirinya tidak kekal di dunia. Dunia hanya tempat

berteduh sementara, karena perjalanan sebenarnya manusia adalah menuju

akhirat. Disana kehidupan abadi manusia yang sejati. Berbeda dengan klaim kaum

materialis yang menilai keyakinan terhadap Hari Kiamat telah membelenggu

manusia, padahal iman kepada Hari Akhir menciptakan semangat tersendiri bagi

manusia dan memiliki dampak positif yang besar.

Manusia yang beriman kepada Hari Akhir memiliki kemampuan untuk

mengontrol berbagai kecenderungan negatif seperti egoisme, cinta harta,

kekuasaan, hawa nafsu dan rasa marah. Sosok seperti ini melewati masa-masa

sensitif kehidupannya dengan mengingat Hari Kiamat. Kepercayaan seperti ini

akan memberinya keberanian dan rela berkorban, sehingga terciptalah pribadi

yang meyakini syahadah sebagai puncak kemuliaan serta tujuan suci kehidupan.

Iman kepada Hari Kiamat dapat memberangus rasa putus asa dan pesimisme

seseorang serta menjadikannya manusia yang penuh dengan optimisme dalam


mengarungi kehidupan dunia yang fana ini. Seorang mukmin memiliki keyakinan

kuat bahwa kehidupannya tidak terbatas di dunia saja, namun setelah kematian

masih ada kehidupan lain yang abadi. Di sanalah seluruh keinginan manusia yang

ketika di dunia tidak terpenuhi akan ia dapatkan.

Menurut al-Quran, kehidupan abadi dan penuh kebahagiaan hanya kehidupan

ukhrawi. Allah Swt di surat Ghafir ayat 39 berfirman, "Hai kaumku,

sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan (sementara) dan

sesungguhnya akhirat itulah negeri yang kekal." Kesenangan dan kebahagiaan

sejati hanya ada di surga. Di sana manusia tidak akan merasa kekurangan dan

putus asa, karena di surga apa yang diharapkan manusia semuanya tersedia.

2.3.6 Iman Kepada Qada dan Qadar

Iman kepada qada dan qadar adalah salah satu rukun iman dalam Islam.

Seseorang yang memiliki keimanan pada qada dan qadar akan mendapatkan

banyak hikmah. Berikut ini adalah beberapa hikmah beriman kepada qada dan

qadar yang perlu diketahui:

1. Termasuk orang beriman

Untuk masuk ke dalam golongan orang beriman tentu harus memiliki rasa iman

kepada qada dan qadar. Dari Umar bin Al-Khathab radhiyallahu ‘anhu,

‫ان قَا َل أَ ْن تُ ْؤ ِمنَ بِاهللِ َو َمالَئِ َكتِ ِه َو ُكتُبِ ِه َو ُر ُسلِ ِه‬


ِ ‫ فَأ َ ْخبِرْ نِي َع ِن ا ِإل ْي َم‬: ‫ُص ِّدقُهُ قَا َل‬
َ ‫ص َد ْقتَ فَ َع ِج ْبنَا لَهُ يَسْأَلُهُ َوي‬ َ َ‫ق‬
َ : ‫ال‬

ِ ‫َواليَوْ ِم اآل ِخ ِر َوتُ ْؤ ِمنَ بِالقَد‬


‫َر خَ ي ِْر ِه َو َشرِّ ِه‬

Orang itu berkata, “Engkau benar.” Kami pun heran, ia bertanya lalu

membenarkannya. Orang itu berkata lagi, “Beritahukan kepadaku tentang Iman.”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Engkau beriman kepada


Allah, kepada para Malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, kepada para rasul-Nya,

kepada hari Kiamat dan kepada takdir yang baik maupun yang buruk.” Orang tadi

berkata, “Engkau benar.” (HR. Muslim, no. 8)

2. Lebih banyak bersyukur

Mereka yang beriman kepada qada dan qadar adalah orang yang akan lebih

banyak bersyukur. Allah SWT. berfirman:

Artinya “Dan segala nikmat yang ada padamu (datangnya) dari Allah, kemudian

apabila kamu ditimpa kesengsaraan, maka kepada-Nyalah kamu meminta

pertolongan.” (Q.S. An-Nahl (16): 53)

3. Sabar

Beriman kepada qada dan qadar juga akan meningkatkan kesabaran. Ia akan

menyadari bahwa segala sesuatunya yang terjadi adalah ketetapan dari Allah SWT

dan hanya Allah yang mengetahui apa yang terbaik untuk hambaNya.

4. Selalu berusaha

Keimanan kepada qada dan qadar membuat seseorang akan selalu berusaha

melakukan yang terbaik. Dengan usaha dari seorang manusia, maka Allah akan

memberikan jalan yang ringan baginya. Allah Maha Adil pada setiap hal yang

dilakukan oleh hambaNya. Allah berfirman dalam At Taubah ayat 105


Artinya “Dan Katakanlah: “Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta

orang-orang mu’min akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan

kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu

diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan”.

5. Terhindar dari sifat sombong

Hikmah selanjutnya yang akan didapatkan dari beriman kepada qada dan

qadar adalah terhindar dari sifat sombong. Segala yang terjadi pada kita, baik

maupun buruk adalah ketetapan dari Allah sehingga sudah seharusnya kita tidak

bersifat sombong. Allah SWT. berfirman

Artinya “Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena

sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh.

Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi

membanggakan diri.” (Q.S. Luqman (31): 18)

6. Selalu berharap pada Allah

Tidak akan pernah putus asa dari rahmat Allah SWT seseorang yang

beriman kepada qada dan qadar karena ia percaya bahwa Allah akan selalu

memberikan yang terbaik bagi tiap orang yang beriman. Allah SWT. berfirman:

Artinya “Sesungguhnya tiada yang berputus asa dari rahmat Allah, melainkan

kaum yang kafir.” (QS. Yusuf (12): 87)


7. Jiwa yang tenang

Beriman kepada qada dan qadar akan membuat jiwa menjadi lebih tenang.

Hidupnya akan jauh dari kesusahan. Bahkan meski ujian yang ia hadapi sangat

sulit, namun keyakinannya pada takdir Allah akan membuatnya selalu merasa

tenang dan damai. Allah SWT. berfirman

Artinya “Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan

berzikir (mengingat) Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi

tenteram” (Qs. Ar-Ra’d (13): 28).

8. Lebih tawakal

Hikmah lain dari beriman pada qada dan qadar adalah mampu menjadi lebih

tawakal. Kita akan menjadi lebih iklas dan rela menerima setiap keputusan Allah

SWT. Allah SWT. berfirman

Artinya “Berkatalah dua orang diantara orang-orang yang takut (kepada Allah)

yang Allah telah memberi nikmat atas keduanya: "Serbulah mereka dengan

melalui pintu gerbang (kota) itu, maka bila kamu memasukinya niscaya kamu

akan menang.

hanya kepada Allah-lah kalian betawakal, jika kalian benar-benar orang yang

beriman” (QS. Al-Maidah (5): 23).


Artinya “Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah, maka Dialah Yang

Mencukupinya” (QS. Ath-Thalaq (65): 3).

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Rukun Iman merupakan salah satu pilar penting yang harus ditaati dan

diamalkan oleh setiap muslim sebagai dasar pelaksanaan kehidupan dan aturan

dasar dibawah Al-Qur’an dan hadist. Mengamalkan rukun iman dalam kehidupan

sehari-hari dapat membantu umat muslim dalam menguatkan keimananya dan

menguatkan kekuatan keimanan dari setiap ujian dan cobaan yang akan dihadapi.

Enam pilar keimanan umat Islam tersebut merupakan sesuatu yang wajib dimiliki

oleh setiap umat muslim. Tanpa mempercayai salah satunya maka gugurlah

keimanannya, sehingga mengimani ke enam rukun iman tersebut merupakan suatu

kewajiban.

3.2 Saran

Penulis tentunya masih menyadari jika makalah diatas masih terdapat

banyak kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki

makalah tersebut dengan berpedoman pada banyak sumber serta kritik yang

membangun dari para pembaca.


DAFTAR PUSTAKA

Ahyadi, A. 2009. Bahan Kuliah Pendidikan Agama Islam. Sumedang: pg paud

stkip unsap

Nur, M. 1987. Muhtarul Hadis. Surabaya: Pt. Bina Ilmu.

Faridl, M. 1995. Pokok-pokok Ajaran Islam. Bandung: Penerbit Pustaka

Mahmudunnasir, S. 1994. Islam, Konsepsi dan Sejarahnya. Bandung: Rosdakarya.

Suryana, T., Cecep, A., Syamsudin, E dan Udji, A. 1996. Pendidikan Agama

Islam. Bandung: Tiga Mutiara

Rohmadi, M. Pendidikan Agama Islam. Sukoharjo: Graha Multi Grafika.

Robingan, M.K. Teladan Utama Pendidikan Agama Islam 2. Solo: Tiga Serangkai

Pustaka Mandiri.

Anda mungkin juga menyukai