DI SUSUN
O
L
E
H
KELOMPOK I
Nama Kelompok : Alfito Dinova
Ayu Anjani
Okta Siti Amelia
Rini Antika
Tata Fortuna
Kelas : X.3
Guru Pembimbing : Siti Sarofah, S.Pd.i
A. Latar Belakang
Berkembangnya teknologi dan informasi yang semakin pesat ini,
jika tidak ditanggapi dengan baik maka akan menimbulkan adanya krisis
moral. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya tontonan gratis di internet yang
sangat mudah ditonton dan diakses oleh semua kalangan masyarakat, baik
itu oleh anak-anak maupun orang tua. Krisis moral akan terjadi jika mereka
menonton sesuatu yang tidak seharusnya ditonton, misalnya pelecehan
seksual, tawuran antar pelajar, dan tindak kekerasan lainnya. Dari tontonan
itu biasanya akan muncul kecenderungan di dalam diri manusia untuk
bertindak sesuai dengan yang ditonton, istilahnya itu biasa disebut tontonan
menjadi tuntunan. Apa yang mereka tonton itulah yang akan membentuk
kepribadian seseorang. Salah satu alternatif untuk mengatasi masalah
tersebut yaitu dengan menerapkan nilai-nilai agama di dalam kehidupan
sehari-hari, terutama dalam kehidupan peserta didik. Peran serta orangtua
juga sangat dibutuhkan untuk membentuk pribadi yang baik. Nilai-nilai
agama yang diajarkan untuk membentuk perilaku dan sikap seseorang
sangat tergantung dari seberapa dalam nilai-nilai agama itu tertanam dalam
dirinya. Semakin dalam nilai-nilai agama yang tertanam di dalam diri
seseorang, maka watak dan sikap religiusnya akan terlihat dan terbentuk
secara otomatis. Jika sikap religius sudah terlihat dan terbentuk, maka nilai-
nilai agama akan menjadi pusat nilai dalam menyikapi segala sesuatu
kehidupan. Orang akan menyikapi masalah kehidupan sehari-hari melalui
sudut pandang agama. Jika internet itu digunakan untuk menonton sesuatu
yang baik, untuk sarana pendidikan, menonton pengajian atau untuk syi"ar
keagamaan, maka dapat dipastikan sikap seseorang juga akan ikut baik.
Tidak berbuat neko-neko, tidak melakukan tindak kekerasan dan sejenisnya.
Iman itu memiliki beberapa unsur dan perilaku yang dapat
menambah amal manusia jika dilakukan semuanya, dan mengurangi amal
manusia jika ditinggalkan. Padahal pokok dasar Iman yaitu sikap yakin
dalam membenarkan. Pokok dasar Iman tidak bisa berkurang. Sebab bila
pokok dasar Iman itu berkurang nilainya, maka akan berubah menjadi
keraguan. Seperti yang kita tahu, Iman tidak sah bila disertai keraguan.
Cabang Iman itu ada tujuh puluh. Cabang paling utama yaitu ucapan “La
Ilaha Illa Allah” (tidak ada Tuhan selain Allah) dan cabang yang paling
rendah adalah menyingkirkan duri atau penghalang yang mengganggu dari
jalan umum. Adapun rasa malu juga merupakan cabang Iman.
Dalam kitab Qami"uth Thughyan dijelaskan satu persatu dari tujuh
puluh tujuh cabang Iman itu. Jika semuanya bisa dilaksanakan, maka Allah
SWT akan mengaruniakan mahligai Iman yang indah. Kelak di akhirat juga
Allah SWT tidak akan mengingkari janji-Nya kepada orang-orang yang
beriman dan beramal ṣaleh untuk memberikan Surga-Nya yang dipenuhi
mahligai-mahligai yang sangat indah, tidak mampu terbayangan oleh angan-
angan manusia. Jika kita faham akan kitab ini, maka wawasan tauhid akan
menjadi semakin luas dan lurus. Hal ini berarti kitab tauhid ini sangat baik
untuk diajarkan di sekolah-sekolah, madrasah atau ḥalaqah ilmu atau untuk
bahan bacaan pribadi.
B. Masalah
a. Apa itu iman?
b. Apa itu syu’abul iman?
c. Bagaimana dalil naqli dan macam-macam syu’abul iman?
C. Tujuan
a. Untuk mengetahui definisi iman.
b. Untuk mengetahui definisi syu’abul iman.
c. Untuk mengetahui dalil naqli dan macam-macam syu’abul iman.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Iman
Iman berasal dari bahasa Arab dari kata dasar amana - yu’minu -
imanan, yang berarti beriman atau percaya. Adapun definisi iman menurut
bahasa berarti kepercayaan, keyakinan, ketetapan atau keteguhan hati. Imam
Syafi’i dalam sebuah kitab yang berjudul al-‘Umm mengatakan,
sesungguhnya yang disebut dengan iman adalah suatu ucapan, suatu
perbuatan dan suatu niat, di mana tidak sempurna salah satunya jika tidak
bersamaan dengan yang lain. Pilar-pilar keimanan tersebut terdiri dari enam
perkara yang dikenal dengan rukun iman yang wajib dimiliki oleh setiap
muslim. Beriman tanpa mempercayai salah satu dari enam rukun iman
tersebut maka gugurlah keimanannya, sehingga mempercayai dan
mengimani keenamnya bersifat wajib dan tidak bisa ditawar sedikit pun.
Enam pilar iman itu antara lain adalah:
1) iman kepada Allah Swt.,
2) meyakini adanya rasul-rasul utusan Allah Swt.,
3) mengimani keberadaan malaikat-malaikat Allah Swt.,
4) meyakini dan mengamalkan ajaran-ajaran suci dalam kitab-kitab-Nya,
5) meyakini akan datangnya hari akhir dan
6) mempercayai qada dan qadar Allah Swt.
Pokok pilar iman ini sebagaimana yang disebutkan dalam QS. an-Nisa/4:
136 yang artinya sebagai berikut:
Artinya: Dari Abu Hurairah ra.berkata, Rasulullah Saw. bersabda: Iman itu
77 (tujuh puluh tujuh) lebih cabangnya, yang paling utama adalah
mengucapkan laa ilaha illallah, dan yang paling kurang adalah
menyingkirkan apa yang akan menghalangi orang di jalan, dan malu itu
salah satu dari cabang iman (HR. Muslim).
Sabda Rasulullah Saw. yang lain terkait dengan cabang-cabang
iman adalah sebagai berikut: Dari Anas r.a., dari Nabi Saw. beliau bersabda,
tiga hal yang barang siapa ia memilikinya, maka ia akan merasakan
manisnya iman. (yaitu) menjadikan Allah Swt. dan Rasul-Nya lebih dicintai
dari selainnya, mencintai (sesuatu) semata-mata karena Allah Swt. dan
benci kepada kekufuran, sebagaimana bencinya ia jika dilempar ke dalam
api neraka. (HR. Bukhari Muslim)
A. KESIMPULAN
Definisi Iman berdasarkan hadist merupakan tambatan hati yang
diucapkan dan dilakukanmerupakan satu kesatuan. Iman memiliki prinsip
dasar segala isi hati, ucapan dan perbuatansama dalam satu keyakinan, maka
orang-orang beriman adalah mereka yang di dalamhatinya, disetiap
ucapannya dan segala tindakanya sama, maka orang beriman dapat
jugadisebut dengan orang yang jujur atau orang yang memiliki prinsip. atau
juga pandangan dansikap hidup.
Para imam dan ulama telah mendefinisikan istilah iman ini, antara
lain, seperti diucapkan oleh Imam Ali bin Abi Talib: “Iman itu ucapan
dengan lidah dan kepercayaan yang benardengan hati dan perbuatan dengan
anggota.” Aisyah r.a. berkata: “Iman kepada Allah itu mengakui dengan
lisan dan membenarkan dengan hati dan mengerjakan dengan
anggota.”Imam al- Ghazali menguraikan makna iman: “Pengakuan dengan
lidah (lisan) membenarkan pengakuan itu dengan hati dan mengamalkannya
dengan rukun-rukun (anggota-anggota).” Berbicara tentang iman, tentu
berbicara tentang keyakinan. Maka secara mutlak orientasi
pembahasan dititik beratkan pada jiwa seseorang atau lazimnya di sebut “qa
lbu”. Hati merupakan pusat dari satu keyakinan, kita semua sepakat bahwa
dalam diri manusia terdapatdua unsur pokok kejadian, terbentuknya jazad
dan rohani, apabila keduanya pincang atausalah satu di antaranya kurang,
maka secara mutlak tidak mungkin terbentuk makhluk yang bernama
manusia.
B. SARAN
Setiap muslim tentu menginginkan untuk masuk ke dalam surga dan
selamat dari api neraka, untuk itu marilah kita memperhatikan sabda Nabi
shallallahu’alaihi wa sallam berikut ini :
“Barangsiapa yang akhir ucapannya (sebelum mati) adalah kalimat Laa
ilaaha illallah maka dia akan masuk surga.”
[HR. Abu Daud dari Mu’adz bin Jabal radhiyallahu’anhu, Shahihul
Jami’: 11425]
Jelaslah bagi kita bahwa kunci surga adalah kalimat Laa ilaaha
illallah. Ibarat sebuah rumah,surga memiliki pintu yang harus dibuka
dengan sebuah kunci, itulah kalimat Laa ilaahaillallah. Akan tetapi,
kenyataannya tidak semua orang yang memiliki kunci tersebut mampu
membuka pintu surga, dikarenakan kunci mereka tidak bergerigi. Dan
sebagai umat muslim yang taat, penulis hanya bisa menyarankan agar
pembaca senantiasa meningkatkan semangat keagamaan dan lebih
meningkatkan keimanan dan lain sebagainya