Anda di halaman 1dari 39

DAFTAR ISI

Daftar isi ................................................................................................................................ 1

Bab 1 Pendahuluan................................................................................................................. 2

A. Latar Belakang Masalah.............................................................................................. 2

B. Rumusan Masalah........................................................................................................ 3

C. Tujuan Masalah............................................................................................................ 3

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................................... 4

A. Pengertian Iman ......................................................................................................... 4

B. Rukun Iman…………………………………….…………………………..…………5

C. Cabang Iman .................................................................................................. ……….7

D. Manfaat Iman……………………….......................................................... ………...12

E. Hikmah Iman………………………………………………………………..…...……14

F. Perusak Iman………………………………………………………………..………..30

1. Syirik……………………………………………………………………..………..30

2. Khurafat………………………………………………………………….………..34

3. Tahayul………………………………………………………………….………...36

4. Dholalah……………………………………………………………….………….37

BAB III PENUTUP ...................................................................................... ….……….…38

Kesimpulan ................................................................................................................... 38

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................... …….…….……….39

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dewasa ini banyak sekali orang yang merasa diri-nya beriman, mereka juga hafal benar arti
dari kata iman. Namun, sesungguhnya mereka belum mengerti apa makna dari iman itu, serta
tingkah laku dan perbuatan mereka tidak mencerminkan diri-nya beriman. Pemakalah
sebelumnya telah sedikit banyak menjelaskan tentang pengertian iman serta naik dan
turunnya iman. Bahwasanya, tebal-tipisnya kadar iman seseorang bisa dilihat dari sepak
terjangnya dalam kehidupan sehari-hari.

Yakni sejauh mana orang tersebut mematuhi segenap perintah Allah SWT. Dan
meninggalkan segala larangan-Nya. Sepak terjang seseorang yang mencerminkan
kesempurnaan imannya adalah apabila ia mampu mempraktekkan seluruh cabang iman dalam
kehidupannya sehari-hari.

Ibarat sebuah pohon, iman itu memiliki cabang-cabang. Dalam salah satu hadits Rasulullah
saw bersabda: “Iman mempunyai lebih dari enam puluh cabang. Adapun malu adalah salah
satu cabang dari iman [HR. Bukhari] Dalam hadits tersebut, Iman memiliki cabang yang
banyak. Dalam hadits di atas disebutkan lebih dari 60 cabang. Ini menegaskan bahwa iman
mendorong kita untuk mengejar kesempurnaan iman dengan memenuhi cabang-cabangnya.

2
B. Rumusan Masalah

1. Menjelaskan Tentang Pengertian iman


2. Menjelaskan Tentang Rukun iman
3. Menjelaskan Tentang Cabang iman
4. Menjelaskan Tentang Manfaat iman
5. Menjelaskan Tentang Hikmah iman
6. Menjelaskan Tentang Perusak iman : syirik , khurafat , tahayul , dholalah

C. Tujuan Masalah

1. Mengetahui Tentang pengertian iman


2. Mengetahui Tentang Rukun iman
3. Mengetahui Tentang Cabang iman
4. Mengetahui Tentang Manfaat iman
5. Mengetahui Tentang Hikmah iman
6. Mengetahui Tentang Perusak iman : syirik , khurafat , tahayul , dholalah

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Iman

Iman secara etimologis berasal dari kata amana - yu’minu berarti tasdiq yaitu
membenarkan mempercayai. Dan menurut istilah Iman ialah “Membenarkan dengan hati
diucapkan dengan lisan dan dibuktikan dengan amal perbuatan.”

Imam Ahmad bin Hanbal mendefinisikannya dengan “Qaulun wa amalun wa niyyatun


wa tamassukun bis Sunnah.” Yakni Ucapan diiringi dengan ketulusan niat dan dilandasi
dengan berpegang teguh kepada Sunnah . Sahl bin Abdullah At-Tustari ketika ditanya
tentang apakah sebenarnya iman itu beliau menjawab demikian “Qaulun wa amalun wa
niyyatun wa sunnatun.” Artinya Ucapan yg disertai dengan perbuatan diiringi dengan
ketulusan niat dan dilandasi dengan Sunnah.

Kata beliau selanjutnya “Sebab iman itu apabila hanya ucapan tanpa disertai perbuatan adalah
kufur apabilahanya ucapan dan perbuatan tanpa diiringi ketulusan niat adalah nifaq sedang
apabila hanya ucapan perbuatan dan ketulusan niat tanpa dilandasi dengan sunnah adalah
bid’ah.

Dengan demikian iman itu bukan sekedar pengertian dan keyakinan dalam hati, bukan
sekedar ikrar dengan lisan dan bukan sekedar amal perbuatan saja tapi hati dan jiwa kosong.
Imam Hasan Basri mengatakan “Iman itu bukanlah sekedar angan-angan dan bukan pula
sekedar basa-basi dengan ucapan akan tetapi sesuatu keyakinan yang terpatri dalam hati dan
dibuktikandengan amal perbuatan.”

4
B. Rukun Iman

Rukun Iman ada 6 yaitu:

 Iman kepada Allah

Seseorang tidak dikatakan beriman kepada Allah hingga dia mengimani 4 hal: Mengimani
adanya Allah. Mengimani rububiah Allah, bahwa tidak ada yang mencipta, menguasai, dan
mengatur alam semesta kecuali Allah. Mengimani uluhiah Allah, bahwa tidak ada sembahan
yang berhak disembah selain Allah dan mengingkari semua sembahan selain Allah Ta’ala.
Mengimani semua nama dan sifat Allah (al-Asma’ul Husna) yang Allah telah tetapkan untuk
diri-Nya dan yang nabi-Nya tetapkan untuk Allah, serta menjauhi sikap menghilangkan
makna, memalingkan makna, mempertanyakan, dan menyerupakanNya.

 Iman kepada para malaikat Allah

o Beriman dengan keberadaan para malaikat Allah


o Mengimani secara rinci nama-nama malaikat yang kita ketahui, dan mengimani secara
o global yang tidak kita ketahui
o Mengimani secara rinci sifat-sifat mereka yang kita ketahui, dan mengimani secara global
o yang tidak kita ketahui
o Mengimani secara rinci tugas-tugas mereka yang kita ketahui, dan mengimani secara
o global yang tidak kita ketahui
o Mengimani adanya, setiap amalan dan tugas yang diberikan Allah kepada mereka.

 Iman kepada kitab-kitab Allah

Mengimani bahwa seluruh kitab Allah adalah ucapan-Nya dan bukanlah ciptaanNya. karena
kalam (ucapan) merupakan sifat Allah dan sifat Allah bukanlah makhluk. Muslim wajib
mengimani bahwa Al-Qur`an merupakan penghapus hukum dari semua kitab suci yang turun
sebelumnya.

5
 Iman kepada para rasul Allah

Mengimani bahwa ada di antara laki-laki dari kalangan manusia yang Allah Ta’ala pilih
sebagai perantara antara diri-Nya dengan para makhluknya. Akan tetapi mereka semua
tetaplah merupakan manusia biasa yang sama sekali tidak mempunyai sifat-sifat dan hak-hak
ketuhanan, karenanya menyembah para nabi dan rasul adalah kebatilan yang nyata. Wajib
mengimani bahwa semua wahyu kepada nabi dan rasul itu adalah benar dan bersumber dari
Allah Ta’ala. Juga wajib mengakui setiap nabi dan rasul yang kita ketahui namanya dan yang
tidak kita ketahui namanya.

 Iman kepada hari akhir

Mengimani semua yang terjadi di alam barzakh (di antara dunia dan akhirat) berupa fitnah
kubur (nikmat kubur atau siksa kubur). Mengimani tanda-tanda hari kiamat. Mengimani hari
kebangkitan di padang mahsyar hingga berakhir di Surga atau Neraka.

 Iman kepada qada dan qadar, yaitu takdir yang baik dan buruk

Mengimani kejadian yang baik maupun yang buruk, semua itu berasal dari Allah Ta’ala.
Karena seluruh makhluk tanpa terkecuali, zat dan sifat mereka begitu pula perbuatan mereka
adalah ciptaan Allah.

6
C. Cabang Iman

Iman memiliki cabang yang sangat banyak, hal ini menunjukkan bahwa kata-kata Iman jika
disebutkan secara mutlak -tanpa dikaitkan dengan kata Islam- mencakup agama secara
keseluruhan. Nabi Shollallahu ‘alaihi wasallam telah menjelaskan cabang-cabang Iman
tersebut baik secara global ataupun secara rinci.

Berkaitan dengan penjelasan Nabi Shollallahu ‘alaihi wasallam tentang Iman secara global,
hal ini terdapat dalam hadits Abu Hurairah Radhiallohu ‘Anhu, beliau berkata; Rasulullah
Shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

‫ ﻭﺍﻟﺤﻴﺎﺀ ﺷﻌﺒﺔ ﻣﻦ ﺍﻹﻳﻤﺎﻥ‬،‫ﺍﻹﻳﻤﺎﻥ ﺑﻀﻊ ﻭﺳﺒﻌﻮﻥ ﺷﻌﺒﺔ‬

Iman itu ada lebih dari tujuh puluh cabang, dan Malu merupakan salah satu cabang dari Iman

Dalam riwayat yang lain :

‫ ﻭﺍﻟﺤﻴﺎﺀ ﺷﻌﺒﺔ ﻣﻦ‬،‫ ﻭﺃﺩﻧﺎﻫﺎ ﺇﻣﺎﻃﺔ ﺍﻷﺫﻯ ﻋﻦ ﺍﻟﻄﺮﻳﻖ‬،‫ ﻓﺄﻓﻀﻠﻬﺎ ﻗﻮﻝ ﻻ ﺇﻟﻪ ﺇﻻ ﻪﻠﻟﺍ‬،‫ ﺃﻭ ﺑﻀﻊ ﻭﺳﺘّ ﻮﻥ ﺷﻌﺒﺔ‬،‫ﺍﻹﻳﻤﺎﻥ ﺑﻀﻊ ﻭﺳﺒﻌﻮﻥ‬
‫ﺍﻹﻳﻤﺎﻥ‬

Iman itu ada lebih dari tujuh puluh atau enam puluh cabang, tingkatan cabang terafdhol
-tertinggi- adalah ucapan La Ilaha Illalloh, tingkatan cabang yang paling rendah adalah
menyingkirkan gangguan di jalan, dan Malu merupakan salah satu cabang dari Iman
[Muttafaqun ‘alaih]

Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah saw bersabda, “Iman itu memiliki tujuh puluh cabang
(riwayat lain tujuh puluh tujuh cabang) dan yang paling utama ialah Laa ilaaha illa Allah, dan
yang terendah ialah mebuang duri dari jalan. Dan malu juga merupakan salah satu cabang
iman.” (Ashhabus Sittah).

Banyak ahli hadits yang menulis risalah mengenai cabang iman di antaranya ialah : Abu
Abdillah Halimi rah a dalam Fawaidul Minhaj, Imam Baihaqi rah a dalam Syu’bul Iman,
Syaikh Abdul Jalil rah a dalam Syu’bul Iman, Ishaq bin Qurthubi rah a dalam An Nashaih,
dan Imam Abu Hatim rah a dalam Washful Iman wa Syu’buhu.

7
Para pensyarah kitab Bukhari rah a menjelaskan serta mengumpulkan ringkasan masalah ini
dalam kitab-kitab tersebut. Walhasil pada hakikatnya iman yang sempurna itu mempunyai 3
(tiga) bagian :

1. Tashdiq bil Qalbi, yaitu meyakini dengan hati,


2. Iqrar bil Lisan, mengucapkan dengan lisan, dan
3. Amal bil Arkan, mengamalkan dengan anggota badan.

Cabang iman terbagi lagi menjadi 3 (tiga) bagian, yaitu yang berhubungan dengan :

1) Niat, aqidah, dan amalan hati;


2) Lidah; dan
3) Seluruh anggota tubuh.

 Yang Berhubungan dengan Niat, Aqidah, dan Hati

1) Beriman kepada Allah, kepada Dzat-Nya, dan segala sifat-Nya, meyakini bahwa Allah
adalah Maha Suci, Esa, dan tiada bandingan serta perumpamaannya.
2) Selain Allah semuanya adalah ciptaan-Nya. Dialah yang Esa.
3) Beriman kepada para malaikat.
4) Beriman kepada kitab-kitab yang diturunkan Allah kepada para Rasul-Nya.
5) Beriman kepada para Rasul.
6) Beriman kepada takdir yang baik maupun buruk, bahwa semua itu dating dari Allah.
7) Beriman kepada hari Kiamat, termasuk siksa dan pertanyaan di dalam kubur, kehidupan
setelah mati, hisab, penimbangan amal, dan menyeberangi shirat.
8) Meyakini akan adanya Syurga dan Insya Allah semua mukmin akan memasukinya.
9) Meyakini neraka dan siksanya yang sangat pedih untuk selamanya.
10) Mencintai Allah
11) Mencintai karena Allah dan membenci karena Allah termasuk mencintai para sahabat,
khususnya Muhajirin dan Anshar, juga keluarga Nabi Muhammad saw dan
keturunannya.
12) Mencintai Rasulullah saw, termasuk siapa saja yang memuliakan beliau, bershalawat
atasnya, dan mengikuti sunnahnya.

8
13) Ikhlash, tidak riya dalam beramal dan menjauhi nifaq.
14) Bertaubat, menyesali dosa-dosanya dalam hati disertai janji tidak akan mengulanginya
lagi.
15) Takut kepada Allah.
16) Selalu mengharap Rahmat Allah.
17) Tidak berputus asa dari Rahmat Allah.
18) Syukur.
19) Menunaikan amanah.
20) Sabar.
21) Tawadhu dan menghormati yang lebih tua.
22) Kasih saying, termasuk mencintai anak-anak kecil.
23) Menerima dan ridha dengan apa yang telah ditakdirkan.
24) Tawakkal.
25) Meninggalkan sifat takabbur dan membanggakan diri, termasuk menundukkan hawa
nafsu.
26) Tidak dengki dan iri hati.
27) Rasa malu.
28) Tidak menjadi pemarah.
29) Tidak menipu, termasuk tidak berburuk sangka dan tidak merencanakan keburukan atau
maker kepada siapapun.
30) Mengeluarkan segala cinta dunia dari hati, termasuk cinta harta dan pangkat.

 Yang Berhubungan dengan Lidah

9
31) Membaca kalimat Thayyibah.
32) Membaca Al Quran yang suci.
33) Menuntut ilmu.
34) Mengajarkan ilmu.
35) Berdoa.
36) Dzikrullah, termasuk istighfar.
37) Menghindari bicara sia-sia.

 Yang berhubungan dengan Anggota Tubuh

38) Bersuci. Termasuk kesucian badan, pakaian, dan tempat tinggal.


39) Menjaga shalat. Termasuk shalat fardhu, sunnah, dan qadha’.
40) Bersedekah. Termasuk zakat fitrah, zakat harta, member makan, memuliakan tamu, serta
membebaskan hamba sahaya.
41) Berpuasa, wajib maupun sunnah.
42) Haji, fardhu maupun sunnah.
43) Beriktikaf, termasuk mencari lailatul qadar di dalamnya.
44) Menjaga agama dan meninggalkan rumah untuk berhijrah sementara waktu.
45) Menyempurnakan nazar.
46) Menyempurnakan sumpah.
47) Menyempurnakan kifarah.
48) Menutup aurat ketika shalat dan di luar shalat.
49) Berkorban hewan, termasuk memperhatikan hewan korban yang akan disembelih dan
menjaganya dengan baik.
50) Mengurus jenazah.
51) Menunaikan utang.
52) Meluruskan mu’amalah dan meninggalkan riba.
53) Bersaksi benar dan jujur, tidak menutupi kebenaran.
54) Menikah untuk menghindari perbuatan keji dan haram.
55) Menunaikan hak keluarga dan sanak kerabat, serta menunaikan hak hamba sahaya.
56) Berbakti dan menunaikan hak orang tua.
57) Mendidikan anak-anak dengan tarbiyah yang baik.
58) Menjaga silaturrahmi.

10
59) Taat kepada orang tua atau yang dituakan dalam agama.
60) Menegakkan pemerintahan yang adil
61) Mendukung jemaah yang bergerak di dalam kebenaran.
62) Mentaati hakim (pemerintah) dengan syarat tidak melanggar syariat.
63) Memperbaiki mu’amalah dengan sesama.
64) Membantu orang lain dalam kebaikan.
65) Amar makruh Nahi Mungkar.
66) Menegakkan hukum Islam.
67) Berjihad, termasuk menjaga perbatasan.
68) Menunaikan amanah, termasuk mengeluarkan 1/5 harta rampasan perang.
69) Memberi dan membayar utang.
70) Memberikan hak tetangga dan memuliakannya.
71) Mencari harta dengan cara yang halal.
72) Menyumbangkan harta pada tempatnya, termasuk menghindari sifat boros dan kikir.
73) Memberi dan menjawab salam.
74) Mendoakan orang yang bersin.
75) Menghindari perbuatan yang merugikan dan menyusahkan orang lain.
76) Menghindari permainan dan senda gurau.
77) Menjauhkan benda-benda yang mengganggu di jalan.

D. Manfaat Iman

11
Iman memang benda abstrak, tidak bisa diraba oleh panca indera tapi memiliki manfaat yang
besar bagi kehidupan manusia dari dunia hingga akhirat, sudah tentu disini akan saya
kemukakan sebagian dari manfaat iman yaitu :
Iman menjadi syarat mutlak bagi sahnya ibadah/ amal, artinya orang beribadah atau beramal
tanpa iman tidak sah dan sia-sia

ِ ‫ُظلَ ُمونَ نَقِيرًا ِم ْن الصَّالِ َحا‬


‫ت ِمنَ يَ ْع َملْ َو َم ْن‬ َ ِ‫َذ َك ٍر أَوْ أُ ْنثَ ٰى َوهُ َو ُم ْؤ ِم ٌن فَأُو ٰلَئ‬
ْ ‫ك يَ ْد ُخلُونَ ْال َجنَّةَ َواَل ي‬

Artinya : Siapa yang mengerjakan amal-amal saleh baik laki-laki atau perempuan sedangkan
dia beriman maka mereka masuk ke dalam surga. (QS An Nisa' : 124)

Istiqomah dalam pendirian hidup, orang yang beriman tidak pemah ragu menegakkan
kebenaran dan menghindari kebatilan

‫ض َّل‬ ِ ‫ضى هَّللا ُ َو َرسُولُهُ أَ ْمرًا أَ ْن يَ ُكونَ لَهُ ُم ْال ِخيَ َرةُ ِم ْن أَ ْم ِر ِه ْم ۗ َو َم ْن يَع‬
َ ‫ْص هَّللا َ َو َرسُولَهُ فَقَ ْد‬ َ َ‫َو َما َكانَ لِ ُم ْؤ ِم ٍن َواَل ُم ْؤ ِمنَ ٍة إِ َذا ق‬
‫ضاَل اًل ُمبِينًا‬
َ

Artinya: Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mu 'min dan tidak pula bagi perempuan mu
'mmah, apabila Allah dan RasulNya telah menetapkan suatu ketetapan akan ada lagi pilihan
lain bagi mereka tentang urusan mereka. (QS Al Ahzab : 36)

Menurut ayat diatas apakah hukum formal, kebudayaan atau adat istiadat, jika bertentangan
dengan Islam, maka yang dipakai adalah islamnya

Iman memberi harapan bagi pelaku dosa besar selain syirik yang tidak sempat bertaubat
diwaktu hidupnya untuk masuk surga artinya dosa-dosa besar yang dia lakukan terbawa mati,
walaupun dia masuk neraka tapi pada akhimya ada harapan diberi ampunan oleh Allah.

12
‫ك بِ ِه َويَ ْغفِ ُر َما ُدونَ ٰ َذلِكَ لِ َم ْن يَ َشا ُء ۚ َو َم ْن يُ ْش ِر ْك بِاهَّلل ِ فَقَ ِد ا ْفتَ َر ٰى إِ ْث ًما َع ِظي ًما‬
َ ‫إِ َّن هَّللا َ اَل يَ ْغفِ ُر أَ ْن يُ ْش َر‬

Artinya : Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa syirik. dan Dia akan mengampuni
segala dosa lain .syirik bagi siapa yang dikehendakinya. (QS An-nisa' : 48)

Ayat ini ditafsiri oleh sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Abu Zarrin, Nabi Muhammad
SAW bersabda : Jibril telah datang kepadaku dan berkata : siapa yang mati diantara
ummatmu dengan tanpa mensekutukan Allah, dia masuk surga, aku (Abu Dzarrin) bertanya :
walaupun dia berzina dan mencuri? Jawab Rasulullah SAW : walaupun dia (pemah) berzinah
dan mencuri.

Iman berguna bagi non mu'min yang baru masuk Islam dengan kata lain non muslim yang
masuk Islam dengan sungguh-sungguh, maka semua dosa-dosa yang dia kerjakan sebelum
masuk Islam akan dihapus oleh Allah

َ‫ت اأْل َ َّولِين‬ َ ‫قُلْ لِلَّ ِذينَ َكفَرُوا إِ ْن يَ ْنتَهُوا يُ ْغفَرْ لَهُ ْم َما قَ ْد َسلَفَ َوإِ ْن يَعُودُوا فَقَ ْد َم‬
ْ ‫ض‬
ُ َّ‫ت ُسن‬

Artinya: "Katakanlah (Muhammad) kepada orang-orang yang kafir, Jika mereka berhenti
(dari kekafirannya), Allah akan mengampuni mereka tentang dosa-dosa mereka yang sudah
lalu " (QS. Al Anfaal : 38)

Iman mendorong orang agar beribadah atau beramal sekaligus mampu mencegah dari
perbuatan ma'siat, sebab yang mendorong orang beribadah adalah imannya bukan ilmunya,
sebagai contoh : yang mendorong orang melaksanakan solat dengan rutin adalah imannya,
sedangkan ilmunya hanya menuntun dia bagaimana cara solat yang benar.

ِ ‫ت يَ ْه ِدي ِه ْ¯م َربُّهُ ْم بِإِي َمانِ ِه ْم ۖ تَجْ ِري ِم ْن تَحْ تِ ِه ُم اأْل َ ْنهَا ُر فِي َجنَّا‬
‫ت النَّ ِع ِيم‬ ِ ‫إِ َّن الَّ ِذينَ آ َمنُوا َو َع ِملُوا الصَّالِ َحا‬

13
Artinya: "Tuhan (Allah) mereka membimbing mereka, karena iman mereka (pada amal-anal
yang diridhoinya) (QS. Yunus 9)

E. Hikmah Iman

1. Hikmah Beriman Kepada Allah Swt

Orang – orang yang beriman kepada Allah swt dengan kesungguhan hati dengan tak ada
keraguan sedikitpun dalam hatinya, maka Allah akan memberikan kemuliaan kepada mereka
baik didunia maupun diakhirat.

Adapun kemuliaan didunia itu meliputi :

a. Hatinya tenang, tidak goyah atau terombang ambing oleh ajakan nafsu jahat atau orang
yang akan menyesatkan. Firman Allah dalam Alqur’an surat Ar ra’d ayat 28.

ْ ‫َط َمئِ ُّن قُلُوبُهُ ْم بِ ِذ ْك ِر هَّللا ِ ۗ أَاَل بِ ِذ ْك ِر هَّللا ِ ت‬


ُ‫َط َمئِ ُّن ْالقُلُوب‬ ْ ‫الَّ ِذينَ آ َمنُوا َوت‬

Artinya : “ orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat
Allah. Ingatlah, Hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.”

b. Orang yang berimman akan selalu mendapat bimbingan dari alahh swt, oleh karena itu apa
yang dilakukannya adalah perbuatran-perbuatan baik dan terpuji

c. Orang yang beriman memiliki sikap dan jiwa sosial, menyayangi anak yatim, menyantuni
fakir miskin, dan mengahrgai sesama orang lain.

d. Orang yang beriman akan selalu Melakukan amalan-amalan saleh, rendah hati, kasih
sayang terhadap sesame manusia, bahkan terhadapsemua makhluk ciptaan tuhan, baik hewan
atau tumbuh-tumbuhan.

14
e. Allah akan memasukkan orang yang berimanb kedalam surga sebagai rahmatnya dana
pahala atas ketaatan serta kepatuhannya selama hidup didunia firman Allah swt dalam surat
Al Maidah ayat 9.

‫ت ۙ لَهُ ْم َم ْغفِ َرةٌ َوأَجْ ٌر َع ِظي ٌم‬


ِ ‫َو َع َد هَّللا ُ الَّ ِذينَ آ َمنُوا َو َع ِملُوا الصَّالِ َحا‬

Artinya : “Allah Telah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan yang beramal
saleh, (bahwa) untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.”

2. Hikmah Iman kepada Malaikat

Beriman kepada malaikat akan membawa manfaat yang besar bagi kehidupan manusia antara
lain :

a. Akan lebih bersyukur kepada Allah SWT, atas perhatian dan perlindungannya terhadap
hamba-hamba-Nya dengan menugaskan para malaikat untuk menjaga dan mendoakannya.
b. Akan lebih mengenal kebesaran dan kekuasaan Allah SWT yang menciptakn dan
menugaskan para malaikat.
c. Sebagai seorang muslim haruslah selalu optimis, tidak boleh ragu-ragu dan tidak putus asa
dalam menghadapi masalah hidup karena kita percaya bahwa ada malaikat yang akan
memberikan pertolongan dan bantuan.
d. Berusaha untuk hati-hati dalam menjalani hidup ini, karena ada malaikat yang diberi tugas
untuk mengamati dan mencatat semua tingkah laku manusia.

3. Hikmah Iman Kepada Kitab Allah

Ada hikmah yang bisa direnungi mengapa Allah menurunkan Al Qur’an kepada umat
manusia yang diantaranya adalah sebagai berikut.

15
1. Menjadikan manusia tidak kesulitan, atau agar kehidupan manusia menjadi aman,
tenteram, damai, sejahtera, selamat dunia dan akhirat serta mendapat ridha Allah dalam
menjalani kehidupan. (keterangan selanjutnya lihat QS Thaha : 2 )

‫ك ْالقُرْ آنَ لِتَ ْشقَ ٰى‬


َ ‫َما أَ ْنزَ ْلنَا َعلَ ْي‬

Artinya: Kami tidak menurunkan Al Quran ini kepadamu agar kamu menjadi susah;

2. Untuk mencegah dan mengatasi perselisihan diantara sesama manusia yang disebabkan
perselisihan pendapat dan merasa bangga terhadap apa yang dimilkinya masing-masing,
meskipun berbeda pendapat tetap diperbolehkan (keterangan selanjutnya lihat QS Yunus :
19.

َ‫ض َي بَ ْينَهُ ْم فِي َما فِي ِه يَ ْختَلِفُون‬


ِ ُ‫ك لَق‬ ْ َ‫اختَلَفُوا ۚ َولَوْ اَل َكلِ َمةٌ َسبَق‬
َ ِّ‫ت ِم ْن َرب‬ ِ ‫َو َما َكانَ النَّاسُ إِاَّل أُ َّمةً َو‬
ْ َ‫اح َدةً ف‬

Artinya: Manusia dahulunya hanyalah satu umat, kemudian mereka berselisih. Kalau tidaklah
karena suatu ketetapan yang telah ada dari Tuhanmu dahulu, pastilah telah diberi keputusan
di antara mereka], tentang apa yang mereka perselisihkan itu.

3. Sebagai petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan bertakwa (keterangan
selanjutnya lihat QS Ali Imran : 138,

َ‫اس َوهُدًى َو َموْ ِعظَةٌ لِ ْل ُمتَّقِين‬ ٌ َ‫ٰهَ َذا بَي‬


ِ َّ‫ان لِلن‬

Artinya: (Al Quran) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta pelajaran
bagi orang-orang yang bertakwa.

16
4. Untuk membenarkan kitab-kitab suci sebelumnya (keterangan selanjutnya lihat QS Al
Maidah : 48,

‫ب َو ُمهَ ْي ِمنًا َعلَ ْي ِه ۖ فَاحْ ُك ْم بَ ْينَهُ ْم بِ َما أَ ْن َز َل هَّللا ُ ۖ َواَل تَتَّبِ ْع أَ ْه َوا َءهُ ْم َع َّما‬ ِ ‫ص ِّدقًا لِ َما بَ ْينَ يَ َد ْي ِه ِمنَ ْال ِكتَا‬ ِّ ‫َاب بِ ْال َح‬
َ ‫ق ُم‬ َ ‫َوأَ ْن َز ْلنَا إِلَ ْيكَ ْال ِكت‬
‫اح َدةً َو ٰلَ ِك ْن لِيَ ْبلُ َو ُك ْم فِي َما آتَا ُك ْم ۖ فَا ْستَبِقُوا‬ ِ ‫ق ۚ لِ ُك ٍّل َج َع ْلنَا ِم ْن ُك ْم ِشرْ َعةً َو ِم ْنهَاجًا ۚ َولَوْ َشا َء هَّللا ُ لَ َج َعلَ ُك ْم أُ َّمةً َو‬
ِّ ‫َجا َءكَ ِمنَ ْال َح‬
ِ ‫ْالخَ ْي َرا‬
َ‫ت ۚ إِلَى هَّللا ِ َمرْ ِج ُع ُك ْم َج ِميعًا فَيُنَبِّئُ ُك ْم بِ َما ُك ْنتُ ْم فِي ِه ت َْختَلِفُون‬

Artinya: Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa kebenaran,
membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan
batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah perkara mereka menurut apa
yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan
meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat diantara kamu,
Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu
dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya
kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali
kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu.

5. Untuk menginformasikan kepada setiap umat bahwa nabi dan rasul terdahulu mempunyai
syariat (aturan) dan jalannya masing-masing dalam menyembah Allah (keterangan
selanjutnya lihat Al Hajj : 67

َ َّ‫ك ۖ إِن‬
‫ك لَ َعلَ ٰى هُدًى ُم ْستَقِ ٍيم‬ ُ ‫ك فِي اأْل َ ْم ِر ۚ َوا ْد‬
َ ِّ‫ع إِلَ ٰى َرب‬ َ َّ‫َاز ُعن‬ ِ ‫لِ ُك ِّل أُ َّم ٍة َج َع ْلنَا َم ْن َس ًكا هُ ْم ن‬
ِ ‫َاس ُكوهُ ۖ فَاَل يُن‬

Artinya: Bagi tiap-tiap umat telah Kami tetapkan syari’at tertentu yang mereka lakukan,
maka janganlah sekali-kali mereka membantah kamu dalam urusan (syari’at) ini dan serulah
kepada (agama) Tuhanmu. Sesungguhnya kamu benar-benar berada pada jalan yang lurus.

6. Untuk menginformasikan bahwa Allah tidak menyukai agama tauhid Nya (islam) dipecah
belah (keterangan selanjutnya lihat QS Al Hijr : 90-91, Al Anbiya : 92-93, Al Mukminun :
52-54, Ar Rum : 30-32, Al Maidah : 54, an An Nisa : 150-152.

17
7. Untuk menginformasikan bahwa Al Qur’an berisi perintah-perintah Allah, larangan-
larangan Allah, hukum-hukum Allah, kisah-kisah teladan dan juga kumpulan informasi
tentang takdir serta sunatullah untuk seluruh manusia dan pelajaran bagi orang yang
bertakwa.

8. Al Qur’an adalah kumpulan dari petunjuk-petunjuk Allah bagi seluruh umat manusia sejak
nabi Adam a.s sampai nabi Muhammad SAW yang dijadikan pedoman hidup bagi
manusia yang takwa kepada Allah untuk mencapai islam selama ada langit dan bumi
(keterangan selanjutnya lihat QS Maryam : 58, Ali Imran : 33 & 88-85, Shad : 87, dan At
Takwir : 27)

Manusia ingin mencapai kehidupan yang selamat sejahtera, baik didunia maupun di akhirat
harus menggunakan pedoman hidup yang lurus dan benar yaitu Al Qur’an (keterangan
selanjutnya lihat QS Maryam : 58, Ali Imran : 33 & 84-85, dan At Takwir : 27).

4. Hikmah Iman Kepada Rasul-Rasul Allah

Di antara tanda-tanda orang yang beriman kepada rasul-rasul Allah adalah sebagai berikut:

 Teguh keimanannya kepada Allah swt

Semakin kuat keimanan seseorang kepada para rasul Allah, maka akan semakin kuat pula
keimanannya kepada Allah swt. Ketaatan kepada para rasul adalah bukti keimanan kepada
Allah swt. Seseorang tidak bisa dikatakan beriman kepada Allah swt. tanpa disertai keimanan
kepada rasulNya. Banyak ayat al Quran yang menyuruh taat kepada Allah swt. disertai
ketaatan kepada para rasulNya, antara lain dalam surah An Nisa ayat 59, Ali Imran ayat 32,
Muhammad ayat 33 dan sebagainya. Dua kalimat syahadat sebagai rukun Islam pertama
adalah pernyataan seorang muslim untuk tidak memisahkan antara keimanan kepada Allah
swt. di satu sisi, dan keimanan kepada Rasulullah di sisi lainnya. Dalam bahasa lain, beriman

18
kepada para rasul Allah dengan melaksanakan segala sunah-sunahnya dan menghindari apa
yang dilarangnya adalah dalam rangka ketaatan kepada Allah swt.

 Meyakini kebenaran yang dibawa para rasul

Kebenaran yang dibawa para rasul tidak lain adalah wahyu Allah baik yang berupa Al-Quran
maupun hadis-hadisnya. Meyakini kebenaran wahyu Allah adalah masalah yang sangat
prinsip bagi siapapun yang mencari jalan keselamatan, karena wahyu Allah sebagai sumber
petunjuk bagi manusia. Seseorang akan bisa meyakini kebenaran wahyu Allah, jika terlebih
dahulu dia beriman kepada rasul Allah sebagai pembawa wahyu tersebut. Mustahil ada orang
yang langsung bisa menerima suatu kebenaran yang dibawa oleh orang lain, padahal dia tidak
yakin bahkan tidak mengenal terhadap sipembawa kebenaran tersebut. Allah menjelaskan
dalam surah Al Baqarah ayat 285 yang artinya sebagai berikut: “Rasul telah beriman kepada
Al-Quran yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang
beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, dan
rasul-rasul-Nya.”(Q.S. Al Baqarah 285) Bagi tiap-tiap orang yang beriman wajib meyakini
kebenaran yang dibawa oleh para rasul, kemudian mengamalkan atau menepati kebenaran
tersebut. Bagi umat Nabi Muhammad saw. tentulah kebenaran atau ajaran yang
diamalkannya ialah yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw.

 Tidak membeda-bedakan antara rasul yang satu dengan yang lain

Dengan beriman kepada rasul-rasul Allah otomatis berarti tidak membeda-bedakan antara
rasul yang satu dengan rasul yang lain. Artinya seorang mukmin dituntut untuk meyakini
kepada semua rasul yang pernah diutus oleh Allah swt. Tidak akan terlintas sedikitpun dalam
hatinya untuk merendahkan salahsatu dari rasul-rasul Allah atau beriman kepada sebagian
rasul dan kufur kepada sebagian yang lain. Sikap seorang mukmin adalah seperti yang
digambarkan oleh Allah swt. dalam surah Al Baqarah ayat 285: yang artinya sebagai berikut:
"...Kami tidak membeda-bedakan antara seseorang pun (dengan yang lain) dari rasul-
rasulNya." Dan mereka mengatakan: "Kami dengar dan kami taat." (Mereka berdo'a):
"Ampunilah kami ya Tuhan kami, dan kepada Engkaulah tempat kembali." (Q.S. Al-
Baqarah : 285)

19
 Menjadikan para rasul sebagai uswah hasanah

Para rasul yang ditetapkan oleh Allah swt. untuk memimpin umatnya adalah orang-orang
pilihan di antara mereka. Sebelum menerima wahyu dari Allah swt, mereka adalah orang-
orang yang terpandang di lingkungan umatnya, sehingga selalu menjadi acuan perilaku atau
suri tauladan bagi orang-orang di lingkungannya.Apalagi setelah menerima wahyu,
keteladanan mereka tidak diragukan lagi, karena mereka selalu mendapat bimbingan dari
Allah swt.
Dalam surah Al Ahzab ayat 21 Allah swt. menegaskan sebagai berikut:

‫لَقَ ْد َكانَ لَ ُك ْم فِي َرسُو ِل هَّللا ِ أُ ْس َوةٌ َح َسنَةٌ لِ َم ْن َكانَ يَرْ جُو هَّللا َ َو ْاليَوْ َم اآْل ِخ َر َو َذ َك َر هَّللا َ َكثِيرًا‬

“Sungguh pada diri Rasulullah terdapat suri tauladan yang baik bagi kamu,” (Q.S. Al
Ahzab ayat 21)

Sebab itu, apa yang diucapkan atau yang dikerjakan rasulullah harus dicontoh atau diikuti,
dan sebaliknya apa -apa yang dilarangnya harus dihindarkan.
(Q.S. Al Hasyr ayat 7).

Selain itu, keharusan kita meneladani rasul-rasul Allah karena alasan-alasan sebagai berikut:

A. Semua rasul-rasul dima’shum oleh Allah swt. Artinya mereka selalu dipelihara dan dijaga
oleh Allah swt. untuk tidak melakukan perbuatan - perbuatan keji atau dosa. Selaku
manusia sebenarnya bisa jadi mereka berbuat kesalahan, tetapi langsung oleh Allah swt.
ditegur atau diluruskan.( Sebagai contoh coba anda baca asbabunnuzul surah ‘Abasa).

B. Semua rasul Allah mempunyai sifat-sifat terpuji yang merupakan tanda kesempurnaan
pribadi mereka. Sifat-sifat terpuji tersebut adalah sebagai berikut:

20
1). Shiddiq (benar). Mereka selalu berkata benar, dimana, kapan dan dalam keadaan
bagaimanapun mereka tidak akan berdusta (kadzib).
2). Amanah, yaitu dapat dipercaya, jujur, tidak mungkin khianat.
3). Tabligh, artinya mereka senantiasa konsekwen menyampaikan kebenaran (wahyu) kepada
umatnya. Tidak mungkin mereka menyembunyikan kebenaran yang diterimanya dari
Allah swt. (kitman), meskipun mereka harus menghadapai resiko yang besar.
4). Fathanah, artinya semua rasul-rasul adalah manusia-manusia yang cerdas yang dipilih
Allah swt. Tidak mungkin mereka bodoh atau idiot (baladah).

C. Khusus nabi Muhammad saw. sebagai pemimpin para rasul (sayyidul mursalin) mendapat
sanjungan dan pujian yang luar biasa dari Allah swt. disebabkan karena akhlaknya
sebagaimana tersebut dalam surah Al Qalam ayat 4 yang artinya “Dan sesungguhnya
kamu (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang agung “ (Q.S. Al Qalam: 4)

 Meyakini rasul-rasul Allah sebagai rahmat bagi alam semesta

Setiap rasul yang diutus oleh Allah swt. pasti membawa rahmat bagi umatnya. Artinya
kedatangan rasul dengan membawa wahyu Allah adalah bukti kasih sayang (rahmat) Allah
terhadap manusia. Rahmat itu akan betul-betul bisa diraih oleh manusia (umatnya) manakala
mereka langsung merespon terhadap tugas rasul tersebut. Di dalam Al-Quran dikatakan
bahwa diutusnya Nabi Muhammad saw. ke dunia merupakan rahmat (kesejahteraan) hidup di
dunia dan akhirat.
َ‫َو َما أَرْ َس ْلنَاكَ إِاَّل َرحْ َمةً لِ ْل َعالَ ِمين‬
"Dan tidaklah Kami mengutus kamu (Muhammad) melainkan untuk menjadi rahmat bagi
seluruh alam semesta." (Q.S. Al-Anbiya : 107)

5. Hikmah Beriman Kepada Hari Akhir

Dampak Beriman Kepada Hari Akhir Terhadap Sikap Dan Perilaku Manusia
Kamis, 04 Maret 04 Iman kepada hari ahkir adalah termasuk rukun iman, dan merupakan
akidah Islam yang fundamental. Karena memepercayai hari kebangkitan di akherat
merupakan pilar akidah setelah mengesakan Allah Ta'ala. Keberadaan hari Kiamat adalah

21
merupakan sesuatu hal yan qoth'i (pasti) dan tidak perlu memperdebatkan dengan logika
sempit dan filsafat sesat. Sedangkan menging-karinya adalah merupakan kekafiran.
Hari akhir adalah hari kiamat yang hari itu seluruh manusia dibangkitkan untuk dihisab
(diperhitungkan amal-nya) dan diberi balasan. Dikatakan hari akhir karena tidak ada hari
setelahnya, dimana setiap penghuni surga akan menetap di Surga dan ahli Neraka akan
menetap di neraka.

Beriman kepada hari akhir mengandung empat unsur:

Pertama: beriman kepada hari kebangkitan, yaitu saat dihidupkannya kembali orang-orang
mati tatkala ditiup sangkakala kedua. Seluruh manusia bangkit menghadap Allah tanpa alas
kaki, tanpa mengenakan pakaian serta dalam keadaan tidak berkhitan Firman Allah:

َ‫ثُ َّم إِنَّ ُك ْم يَوْ َم ْالقِيَا َم ِة تُ ْب َعثُون‬

"Kemudian sesudah itu sesung-guhnya kamu sekalian benar-benar akan mati, kemudian
kamu sekalian benar-benar akan dibangkitkan (dari kubur-mu) di hari kiamat." (QS. Al-
Mu'minun: 15-16)

Kedua : Beriman kepada hisab (perhitungan) dan jaza' (pembalasan).


Firman Allah Ta'ala :
‫إِ َّن إِلَ ْينَا إِيَابَهُ ْم ثُ َّم إِ َّن َعلَ ْينَا ِح َسابَهُ ْم‬
"Sesungguhnya kepada Kami-lah mereka kembali, kemudian sesungguhnya kewajiban Kami-
lah menghisab mereka". (Al-Ghasyiyah : 25-26)

Di saat itu semua amal perbuatan manusia akan diperhitungkan dan tidak ada sedikitpun yang
akan lolos dari hisabnya. Walaupun sekecil titik debu, pasti ia akan menuai balasannya.

Ketiga: Beriman kepada adanya Surga dan Neraka, bahwa keduanya adalah tempat kembali
yang abadi bagi manusia. Surga adalah tempat penuh dengan kenikmataan, dipersiapkan
untuk orang-orang yang beriman dan bertaqwa. Adapun Nereka adalah tempat berbagai
macam adzab yang disediakan Allah bagi orang kafir dan dzalim.

22
Keempat: Termasuk rangkaian iman kepada hari akhir adalah mengimani segala sesuatu yang
terjadi setelah kematian, seperti fitnah kubur, siksa dan nikmatnya. Kenikmatan kubur hanya
diperuntukkan bagi orang-orang mukmin yang jujur.

Firman Allah Ta'ala :

َ‫إِ َّن الَّ ِذينَ قَالُوا َر ُّبنَا هَّللا ُ ثُ َّم ا ْستَقَا ُموا تَتَنَ َّز ُل َعلَ ْي ِه ُم ْال َماَل ئِ َكةُ أَاَّل تَ َخافُوا َواَل تَحْ َزنُوا َوأَب ِْشرُوا بِ ْال َجنَّ ِة الَّتِي ُك ْنتُ ْم تُو َع ُدون‬

"Seseunguhnya orang-orang yang mengatakan : "Tuhan kami ialah Allah', kemudian mereka
meneguhkan pendi-riannya, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan) :
'Janganlah kamu merasa takut dan janganlah merasa sedih dan bergem-biralah kamu akan
(memperoleh) Surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu." (Fushshilat: 30)

Adapun siksa kubur diperuntukan bagi orang zalim dan orang-orang munafik serta kafir.
Firman Allah:

‫ال َسأ ُ ْن ِز ُل ِم ْث َل َما أَ ْن َز َل هَّللا ُ ۗ َولَوْ ت ََر ٰى إِ ِذ‬


َ َ‫ي َولَ ْم يُو َح إِلَ ْي ِه َش ْي ٌء َو َم ْن ق‬ َّ َ‫وح َي إِل‬ ِ ُ‫ظلَ ُم ِم َّم ِن ا ْفتَ َر ٰى َعلَى هَّللا ِ َك ِذبًا أَوْ قَا َل أ‬
ْ َ‫َو َم ْن أ‬

ِ ‫ُون بِ َما ُك ْنتُ ْم تَقُولُونَ َعلَى هَّللا‬ ِ ‫اب ْاله‬ َ ‫ت َو ْال َماَل ئِ َكةُ بَا ِسطُو أَ ْي ِدي ِه ْم أَ ْخ ِرجُوا أَ ْنفُ َس ُك ُم ۖ ْاليَوْ َم تُجْ زَ وْ نَ َع َذ‬ِ ْ‫ت ْال َمو‬
ِ ‫الظَّالِ ُمونَ فِي َغ َم َرا‬
ِّ ‫َغ ْي َر ْال َح‬
َ‫ق َو ُك ْنتُ ْم ع َْن آيَاتِ ِه تَ ْستَ ْكبِرُون‬

"Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang dzalim (berada) dalam
tekanan-tekanan sekaratul maut sedang para malaikat memukul dengan tangannya (sambil
berkata): "Keluarkan nyawamu, di hari ini kamu dibalas dengan siksaaan yang sangat
menghinakan karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar,
dan karena kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya." (Al-An'am : 93)

Orang mukmin di dalam setiap gerak amal kesehariannya senantiasa memeprtimbangkan


hitungan akherat, ia selalu menghitung untung ruginya dalam hisab Allah Ta'ala. Adapun

23
orang kafir, ia berbuat laksana binatang yang tidak pernah merasa ada akibat apapun dari
amalnya, sehingga tidak sedikitpun hatinya memperdulikan timbangan akherat. Tidak ada
undang-undang dan aturan apapun di dunia ini, yang mampu menjadikan penganutnya
bersemangat penuh keikhlasan untuk melaksanakan kebaikan dan menjauh dari keburukan
selain kerena iman seorang terhadap syari'at Islam Ini.

Adapun beriman kepada hari akhir akan dapat memberikan dampak sebagai berikut:

Pertama : Senang dan tekun menjalankan ketaatan serta mengharap-kan pahala untuk
persiapan hari pembalasan.

Kedua : Takut dan gelisah di saat bermaksiat karena mengimani akan adanya suatu siksaan
yang sangat pedih di hari pembalasan.

Ketiga : Penghibur bagi orang mukmin yang tidak sempat menda-patkan kenikmatan dunia,
sebagai gantinya ia punya harapan yang akan ia peroleh di hari akherat berupa kenik-matan
dan pembalasan pahala. Sesungguhnya percaya kepada Allah, hari akhir, pahala serta siksaan
akan memberi arah yang nyata terhadap perilaku manusia untuk berbuat kebaikan. Tidak ada
undang-undang ciptaan manusia yang mapu menjadikan perilaku manusia tetap tegak dan
lurus seperti beriman kepada hari akhir. Oleh karena itu, dalam masalah ini akan ada
perbedaan perilaku antara orang yang ingkar terhadap Allah dan hari akhir dengan orang
yang beriman kepada Allah dan hari akhir.

Orang yang beriman mengetahui dunia adalah tempat simpanan sementara, sedang amal
sholeh adalah bekal untuk mal akhirat. Maka bagi orang yang percaya hari pembalasan dia
akan berbuat dengan melihat kepada timbangan langit, bukan timbangan bumi. Dan dia akan
melihat hisab akherat, bukan hisab dunia. Adapun bagi orang yang tak beriman kepada Allah
dan hari akhir, hisab dan balasan, maka ia mencoba menjalani rutinitas kehidupan dunia ini
dengan mengejar kesenangan yang disertai kerakusan, mengumpulkan harta benda dengan
berbagai cara tak peduli halal dan haramnya. Karena itu dia akan dihisab dan akan celaka
karena dia tidak menghiraukan hari pembalasan.

ُ‫يَسْأ َ ُل أَيَّانَ يَوْ ُم ْالقِيَا َم ِة بَلْ ي ُِري ُد اإْل ِ ْن َسانُ لِيَ ْفج َُر أَ َما َمه‬

24
"Bahkan manusia itu hendak berbuat maksiat terus-menerus. Ia bertanya" Bilakah hari kiamat
itu datang?" (Al-Qiyamah : 5-6)

Begitulah pemikiran orang-orang bodoh dan sempit yang banyak menjadi pemicu terjadinya
berbagai tindakan kriminalitas di muka bumi karena keingkaran mereka terhadap hari
pembalasan. Sebagaimana Allah gambarkan tentang keadaan mereka dalam firman-Nya:

¯َ ِ‫َوقَالُوا إِ ْن ِه َي إِاَّل َحيَاتُنَا ال ُّد ْنيَا َو َما نَحْ نُ بِ َم ْبعُوث‬


‫ين‬

"Dan tentu mereka akan mengatakan (pula), "Hidup hanyalah kehidupan kita di dunia saja
dan kita sekali-kali tidak akan dibangkitkan." (Al-An'am: 29)

Bahkan paham-paham kekufuran terhadap hari akhir di zaman ini selalu berkembang dengan
sangat suburnya. Seperti kita lihat misalnya pengingkaran secara total di balik alam materi,
yang dilakukan orang komunis dengan berbagai kelompok dan organisasinya sekarang.
Menurut mereka , kehidupan itu meteri belaka dan di balik materi itu tidak ada sesuatu yang
lain. Hal itu sebagaimana dikatakan pemimpin mereka Karl Marx yang berpendapat bahwa ,
Tuhan itu tidak ada dan kehidupan itu hanya materi. Oleh Karena itu, tak heran bila mereka
seperti binatang. Mereka tak bisa menangkap arti kehidupan.

Demikian juga aliran Materialisme, mereka menjadikan harta sebagai tujuan dan tenggelam
dalam pencarian-nya tanpa memperhitungkan batas hidup yang sangat sempit dan singkat.
Dan mereka bila melihat kehidupan di dunia, meraka berani berkorban demi untuk
memperoleh kesenangan yang berlipat ganda dengan tanpa memikir-kan datangnya kematian.
Mereka tidak perduli pertangungjawaban kehidupan lain, dan tidak memperdulikan kejadian
yang akan menimpa pada masa yang akan datang dalam kehidupannya. Wallahu a'lam
bisshowab (Khanif Muslim Bin Hasyim) Maraji':

Tafsir Al-Qur'anul 'Adzim, Ibnu katsir


Asyratus Sa'ah, Yusuf bin Abdullah Al-Wabil
Kitabut Tauhid, Syaikh Al-Fauzan.
Syarh Salatsatul Ushul, Muhammad

25
6. Hikmah Beriman Kepada Qada’ dan Qadar

Pengertian Qadha dan Qadar Menurut bahasa Qadha memiliki beberapa pengertian yaitu:
hukum, ketetapan,pemerintah, kehendak, pemberitahuan, penciptaan. Menurut istilah Islam,
yang dimaksud dengan qadha adalah ketetapan Allah sejak zaman Azali sesuai dengan
iradah-Nya tentang segala sesuatu yang berkenan dengan makhluk. Sedangkan Qadar arti
qadar menurut bahasa adalah: kepastian, peraturan, ukuran. Adapun menurut Islam qadar
perwujudan atau kenyataan ketetapan Allah terhadap semua makhluk dalam kadar dan
berbentuk tertentu sesuai dengan iradah-Nya. Firman Allah:

Artinya: yang kepunyaan-Nya-lah kerajaan langit dan bumi, dan Dia tidak mempunyai anak,
dan tidak ada sekutu bagiNya dalam kekuasaan(Nya), dan dia telah menciptakan segala
sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya.(QS .Al-Furqan ayat
2).

Untuk memperjelas pengertian qadha dan qadar, berikut ini dikemkakan contoh. Saat ini
Abdurofi melanjutkan pelajarannya di SMK. Sebelum Abdurofi lahir, bahkan sejak zaman
azali Allah telah menetapkan, bahwa seorang anak bernama Abdurofi akan melanjutkan
pelajarannya di SMK. Ketetapan Allah di Zaman Azali disebut Qadha. Kenyataan bahwa saat
terjadinya disebut qadar atau takdir. Dengan kata lain bahwa qadar adalah perwujudan dari
qadha.

1. Hubungan antara Qadha dan Qadar

Pada uraian tentang pengertian qadha dan qadar dijelaskan bahwa antara qadha dan qadar
selalu berhubungan erat . Qadha adalah ketentuan, hukum atau rencana Allah sejak zaman
azali. Qadar adalah kenyataan dari ketentuan atau hukum Allah. Jadi hubungan antara qadha
qadar ibarat rencana dan perbuatan.
Perbuatan Allah berupa qadar-Nya selalu sesuai dengan ketentuan-Nya. Di dalam surat Al-
Hijr ayat 21 Allah berfirman, yang artinya sebagai berikut: lihat Al-Qur’an on line di google
Artinya ” Dan tidak sesuatupun melainkan disisi kami-lah khazanahnya; dan Kami tidak
menurunkannya melainkan dengan ukuran yang tertentu.”
Orang kadang-kadang menggunakan istilah qadha dan qadar dengan satu istilah, yaitu

26
Qadar atau takdir. Jika ada orang terkena musibah, lalu orang tersebut mengatakan,
”sudah takdir”, maksudnya qadha dan qadar.

2. Kewajiban beriman kepada dan qadar

Diriwayatkan bahwa suatu hari Rasulullah SAW didatangi oleh seorang laki-laki yang
berpakaian serba putih , rambutnya sangat hitam. Lelaki itu bertanya tentang Islam, Iman dan
Ihsan. Tentang keimanan Rasulullah menjawab yang artinya: Hendaklah engkau beriman
kepada Allah, malaekat-malaekat-Nya, kitab-kitab-Nya,rasul-rasulnya, hari akhir dan
beriman pula kepada qadar(takdir) yang baik ataupun yang buruk. Lelaki tersebut berkata”
Tuan benar”. (H.R. Muslim)

Lelaki itu adalah Malaikat Jibril yang sengaja datang untuk memberikan pelajaran agama
kepada umat Nabi Muhammad SAW. Jawaban Rasulullah yang dibenarkan oleh Malaekat
Jibril itu berisi rukun iman. Salah satunya dari rukun iman itu adalah iman kepada qadha dan
qadar. Dengan demikian , bahwa mempercayai qadha dan qadar itu merupakan hati kita. Kita
harus yakin dengan sepenuh hati bahwa segala sesuatu yang terjadi pada diri kita, baik yang
menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan adalah atas kehendak Allah.
Sebagai orang beriman, kita harus rela menerima segala ketentuan Allah atas diri kita. Di
dalam sebuah hadits qudsi Allah berfirman yang artinya: ” Siapa yang tidak ridha dengan
qadha-Ku dan qadar-Ku dan tidak sabar terhadap bencana-Ku yang aku timpakan atasnya,
maka hendaklah mencari Tuhan selain Aku. (H.R.Tabrani)

Takdir Allah merupakan iradah (kehendak) Allah. Oleh sebab itu takdir tidak selalu sesuai
dengan keinginan kita. Tatkala takdir atas diri kita sesuai dengan keinginan kita, hendaklah
kita beresyukur karena hal itu merupakan nikmat yang diberikan Allah kepada kita. Ketika
takdir yang kita alami tidak menyenangkan atau merupakan musibah, maka hendaklah kita
terima dengan sabar dan ikhlas. Kita harus yakin, bahwa di balik musibah itu ada hikmah
yang terkadang kita belum mengetahuinya. Allah Maha Mengetahui atas apa yang
diperbuatnya.

3. Hubungan antara qadha dan qadar dengan ikhtiar

27
Iman kepada qadha dan qadar artinya percaya dan yakin dengan sepenuh hati bahwa Allah
SWT telah menentukan tentang segala sesuatu bagi makhluknya. Berkaitan dengan qadha dan
qadar, Rasulullah SAW bersabda yang artinya sebagai berikut yang artinya
”Sesungguhnya seseorang itu diciptakan dalam perut ibunya selama 40 hari dalam bentuk
nuthfah, 40 hari menjadi segumpal darah, 40 hari menjadi segumpal daging, kemudian Allah
mengutus malaekat untuk meniupkan ruh ke dalamnya dan menuliskan empat ketentuan,
yaitu tentang rezekinya, ajalnya, amal perbuatannya, dan (jalan hidupny) sengsara atau
bahagia.” (HR.Bukhari dan Muslim dari Abdullah bin Mas’ud).

Dari hadits di atas dapat kita ketahui bahwa nasib manusia telah ditentukan Allah sejak
sebelum ia dilahirkan. Walaupun setiap manusia telah ditentukan nasibnya, tidak berarti
bahwa manusia hanya tinggal diam menunggu nasib tanpa berusaha dan ikhtiar. Manusia
tetap berkewajiban untuk berusaha, sebab keberhasilan tidak datang dengan sendirinya.
Janganlah sekali-kali menjadikan takdir itu sebagai alasan untuk malas berusaha dan berbuat
kejahatan. Pernah terjadi pada zaman Khalifah Umar bin Khattab, seorang pencuri tertangkap
dan dibawa kehadapan Khalifah Umar. ” Mengapa engkau mencuri?” tanya Khalifah. Pencuri
itu menjawab, ”Memang Allah sudah mentakdirkan saya menjadi pencuri.”
Mendengar jawaban demikian, Khalifah Umar marah, lalu berkata, ” Pukul saja orang ini
dengan cemeti, setelah itu potonglah tangannya!.” Orang-orang yang ada disitu bertanya, ”
Mengapa hukumnya diberatkan seperti itu?”Khalifah Umar menjawab, ”Ya, itulah yang
setimpal. Ia wajib dipotong tangannya sebab mencuri dan wajib dipukul karena berdusta atas
nama Allah”.

Mengenai adanya kewajiban berikhtiar , ditegaskan dalam sebuah kisah. Pada zaman nabi
Muhammad SAW pernah terjadi bahwa seorang Arab Badui datang menghadap nabi. Orang
itu datang dengan menunggang kuda. Setelah sampai, ia turun dari kudanya dan langsung
menghadap nabi, tanpa terlebih dahulu mengikat kudanya. Nabi menegur orang itu, ”Kenapa
kuda itu tidak engkau ikat?.” Orang Arab Badui itu menjawab, ”Biarlah, saya bertawakkal
kepada Allah”. Nabi pun bersabda, ”Ikatlah kudamu, setelah itu bertawakkalah kepada
Allah”.

Dari kisah tersebut jelaslah bahwa walaupun Allah telah menentukan segala sesuatu, namun
manusia tetap berkewajiban untuk berikhtiar. Kita tidak mengetahui apa-apa yang akan
terjadi pada diri kita, oleh sebab itu kita harus berikhtiar. Jika ingin pandai, hendaklah belajar

28
dengan tekun. Jika ingin kaya, bekerjalah dengan rajin setelah itu berdo’a. Dengan berdo’a
kita kembalikan segala urusan kepada Allah kita kepada Allah SWT. Dengan demikian
apapun yang terjadi kita dapat menerimanya dengan ridha dan ikhlas
Mengenai hubungan antara qadha dan qadar dengan ikhtiar ini, para ulama berpendapat,
bahwa takdir itu ada dua macam :

1.Takdir mua’llaq : yaitu takdir yang erat kaitannya dengan ikhtiar manusia. Contoh
seorang siswa bercita-cita ingin menjadi insinyur pertanian. Untuk mencapai cita-citanya itu
ia belajar dengan tekun. Akhirnya apa yang ia cita-citakan menjadi kenyataan. Ia menjadi
insinyur pertanian. Dalam hal ini Allah berfirman: Artinya: Bagi manusia ada malaikat-
malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka
menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum
sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah
menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan
sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia. ( Q.S Ar-Ra’d ayat 11)

2.Takdir mubram ; yaitu takdir yang terjadi pada diri manusia dan tidak dapat diusahakan
atau tidak dapat di tawar-tawar lagi oleh manusia. Contoh. Ada orang yang dilahirkan dengan
mata sipit , atau dilahirkan dengan kulit hitam sedangkan ibu dan bapaknya kulit putih dan
sebagainya.

F. PERUSAK IMAN

1. SYIRIK

Syirik adalah itikad ataupun perbuatan yang menyamakan sesuatu selain Allah dan
disandarkan pada Allah dalam hal rububiyyah dan uluhiyyah. Umumnya, menyekutukan
dalam Uluhiyyah Allah yaitu hal-hal yang merupakan kekhususan bagi Allah, seperti berdo'a
kepada selain Allah, atau memalingkan suatu bentuk ibadah seperti menyembelih (kurban),
bernadzar, berdo'a dan sebagainya kepada selain-Nya.

 Dampak Syirik

29
Perbuatan Zalim

Berbuat syirik berarti mendasarkan sesuatu yang tidak berhak kepada yang berhak, yakni
Allah, dan itu merupakan kezhaliman yang paling besar.

Firman Allah

‫ي اَل تُ ْش ِر ْك بِاهَّلل ِ ۖ إِ َّن ال ِّشرْ كَ لَظُ ْل ٌم َع ِظي ٌم‬ َ َ‫َوإِ ْذ ق‬


َّ َ‫ال لُ ْق َمانُ اِل ْبنِ ِه َوهُ َو يَ ِعظُهُ يَا بُن‬

"Sesungguhnya menyekutukan (Allah) adalah benar-benar kezhaliman yang besar"


  QS. Luqman: 13

Dosa tak diampuni

Allah tidak akan mengampuni orang yang berbuat syirik kepadaNya, jika ia meninggal dunia
dalam kemusyrikannya.

Firman Allah

‫ك بِ ِه َويَ ْغفِ ُر َما ُدونَ ٰ َذلِكَ لِ َم ْن يَ َشا ُء ۚ َو َم ْن يُ ْش ِر ْك بِاهَّلل ِ فَقَ ِد ا ْفتَ َر ٰى إِ ْث ًما َع ِظي ًما‬
َ ‫إِ َّن هَّللا َ اَل يَ ْغفِ ُر أَ ْن يُ ْش َر‬

"Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa
yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang
mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar" QS. An-Nisa: 48

Tempatnya di Neraka

Firman Allah

30
َ ِ‫لَقَ ْد َكفَ َر الَّ ِذينَ قَالُوا إِ َّن هَّللا َ ه َُو ْال َم ِسي ُح ابْنُ َمرْ يَ َم ۖ َوقَا َل ْال َم ِسي ُح يَا بَنِي إِ ْس َرائ‬
‫يل ا ْعبُدُوا هَّللا َ َربِّي َو َربَّ ُك ْم ۖ إِنَّهُ َم ْن يُ ْش ِر ْك بِاهَّلل ِ فَقَ ْد‬
‫ار‬
ٍ ‫ص‬ َ ‫َح َّر َم هَّللا ُ َعلَ ْي ِه ْال َجنَّةَ َو َمأْ َواهُ النَّا ُر ۖ َو َما لِلظَّالِ ِمينَ ِم ْن أَ ْن‬

"Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah
mengharamkan Surga kepadanya, dan tempatnya ialah Neraka, Tidaklah ada bagi orang-
orang zhalim itu seorang penolong pun" QS. Al-Maidah: 72

Menghapus pahala

Firman Allah

َ‫ٰ َذلِكَ هُدَى هَّللا ِ يَ ْه ِدي بِ ِه َم ْن يَ َشا ُء ِم ْن ِعبَا ِد ِه ۚ َولَوْ أَ ْش َر ُكوا لَ َحبِطَ َع ْنهُ ْم َما َكانُوا يَ ْع َملُون‬

"Seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang
telah mereka kerjakan" QS. Al-An'am: 88

 Jenis Syirik

Secara umum, syirik dimasukkan ke dalam dua kelompok, yaitu Syirik besar dan Syirik kecil

o Syirik Besar

Syirik besar bisa mengeluarkan pelakunya dari agama Islam dan menjadikannya kekal di
dalam Neraka, jika ia meninggal dunia dan belum bertaubat kepada Allah.

Syirik besar adalah memalingkan sesuatu bentuk ibadah kepada selain Allah, seperti berdo'a
kepada selain Allah atau mendekatkan diri kepadanya dengan penyembelihan kurban atau

31
nadzar untuk selain Allah, baik untuk kuburan, jin atau syaitan, atau mengharap sesuatu
selain Allah, yang tidak kuasa memberikan manfaat maupun mudharat.

Bentuk-bentuk syirik besar:

 Syirik Do'a, yaitu di samping dia berdo'a kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, ia juga
berdo'a kepada selainNya.
 Syirik Niat, Keinginan dan Tujuan, yaitu ia menunjukkan suatu ibadah untuk selain Allah
Subhanahu wa Ta'ala.
 Syirik Ketaatan, yaitu mentaati kepada selain Allah dalam hal maksiyat kepada Allah
 Syirik Mahabbah (Kecintaan), yaitu menyamakan selain Allah dengan Allah dalam hal
kecintaan.
o Syirik Kecil

Syirik kecil tidak menjadikan pelakunya keluar dari agama Islam, tetapi ia mengurangi tauhid
dan merupakan wasilah (perantara) kepada syirik besar.

Bentuk-bentuk syirik kecil:

 Syirik Zhahir (Nyata), yaitu syirik kecil yang dalam bentuk ucapan dan perbuatan. Dalam
bentuk ucapan misalnya, bersumpah dengan nama selain Allah.
Rasulullah S.A.W. bersabda:

"Barangsiapa bersumpah dengan nama selain Allah, maka ia telah berbuat kufur atau syirik."

HR. At-Tirmidzi (No.1535), Al-Hakim (I/18, IV/297), Ahmad (II/34, 69, 86) dari Abdullah
bin Umar r.a

Dalam sebuah riwayat hadits:

Ada seorang Yahudi yang datang kepada Nabi S.A.W., dan berkata: "Sesungguhnya kamu
sekalian melakukan perbuatan syirik. Kamu mengucapkan: Atas kehendak Allah dan
kehendakmu dan mengucapkan: Demi Ka'bah. Maka Nabi S.A.W. memerintahkan para

32
sahabat apabila hendak bersumpah supaya mengucapkan, Demi Allah Pemilik Ka'bah dan
mengucapkan: Atas kehendak Allah kemudian atas kehendakmu

HR. An-Nasa'i (VII/6) dan Amalul Yaum wal Lailah (No. 992), Al-Hafizh Ibnu Hajar r.a
berkata dalam Al-Ishaabah (IV/389), "Hadits ini shahih, dari Qutailah r.a, wanita dari
Juhainah r.a Syirik dalam bentuk ucapan, yaitu perkataan."Kalau bukan karena kehendak
Allah dan kehendak fulan". Ucapan tersebut salah, dan yang benar adalah."Kalau bukan
karena kehendak Allah, kemudian karena kehendak si fulan". Kata kemudian menunjukkan
tertib berurutan, yang berarti menjadikan kehendak hamba mengikuti kehendak Allah.[7]

 Syirik Khafi (Tersembunyi), yaitu syirik dalam hal keinginan dan niat, seperti riya' (ingin
dipuji orang) dan sum'ah (ingin didengar orang) dan lainnya.

Rasulullah S.A.W. bersabda:

"Sesungguhnya yang paling aku takutkan atas kalian adalah syirik kecil. "Mereka (para
sahabat) bertanya: "Apakah syirik kecil itu, ya Rasulullah?" .Dia S.A.W. menjawab: "Yaitu
riya'"
 HR. Ahmad (V/428-429) dari sahabat Mahmud bin Labid r.a

 Cara-Cara untuk Membentengi Diri dari Syirik

 Mengikhlaskan ibadah hanya untuk Allah ‘azza wa jalla dengan senantiasa berupaya
memurnikan tauhid.
 Menuntut ilmu syar’i.
 Mengenali dampak kesyirikan dan menyadari bahwasanya syirik itu akan menghantarkan
pelakunya kekal di dalam Jahanam dan menghapuskan amal kebaikan.
 Menyadari bahwasanya syirik akbar tidak akan diampuni oleh Allah kecuali bertaubat.
 Tidak berteman dengan orang-orang yang bodoh yang hanyut dalam berbagai bentuk
kesyirikan.

2. Khurafat

33
Kata khurafat berasal dari bahasa Arab: al-khurafat yang berarti dongeng, legenda, kisah,
cerita bohong, asumsi, kepercayaan dan keyakinan yang tidak masuk akal/akidah yang tidak
benar.

Cerita-cerita itu umumnya menarik dan mempesona. Khurafat, menurut Ibnul Mandzur,
disebut al-hadits al mustamlah min al kidzb. Artinya, cerita bohong yang menarik dan
mempesona.

Khurafat adalah berita yang dibumbui dengan kedustaan. Masyarakat menyebut, ‘Beritanya
Khurafat’ artinya jangan dipercaya.
Apa latar belakang munculnya khurafat ? Ibnu Mandzur menyebutkan munculnya istilah ini:

“Khurafat adalah nama seorang lelaki dari bani Udzrah, yang hilang dari kampungnya dalam
kurun waktu yang lama. Kemudian dia kembali. Dia menyangka telah disekap jin, dan dia
telah melihat berbagai kejadian aneh. Lalu diceritakan kepada masyarakatnya panjang lebar.
Hingga jadi istilah mereka untuk menyebut berita dusta, ‘Beritanya Khurafat’. Mereka juga
membuat istilah, “Lebih pembohong dari pada Khurafat.” Hingga al-Hariri menyebut setiap
kedustaan dengan Khurafat. (al-A’lam, az-Zirikli, 2/303), lihat juga Lisanul ‘Arab, 9/62.

Dalam Kamus Al-Munawwir, khurafat diartikan dengan hal-hal yang berkenaan dengan
kepercayaan yang tidak masuk akal (bathil). Sedangkan secara istilah, khurafat adalah suatu
kepercayaan, keyakinan, pandangan dan ajaran yang sesungguhnya tidak memiliki dasar dari
agama, tetapi diyakini bahwa hal tersebut berasal dan memiliki dasar dari agama.

Dengan demikian bagi umat Islam, ajaran atau pandangan, kepercayaan, keyakinan apa saja
yang dipastikan ketidakbenarannya dan jelas bertentangan dengan ajaran Al-Quran dan hadits
nabi adalah termasuk kategori khurafat.

Dari keterangan mereka, kita memahami kata khurafat artinya semua berita atau informasi
yang mengandung kedustaan dan kebohongan atau cerita yang merupakan rekaan atau
khayalan, ajaran-ajaran, pantangan, adat istiadat, ramalan-ramalan, pemujaan atau

34
kepercayaan yang menyimpang dari ajaran Islam. Cerita tentang dusta dan kebohongan,
dinyatakan dalam surat Yunus ayat 69:
َ ‫قُلْ إِ َّن الَّ ِذينَ يَ ْفتَرُونَ َعلَى هَّللا ِ ْال َك ِذ‬
َ‫ب اَل يُ ْفلِحُون‬
“Katakanlah, sesungguhnya orang-orang yang berdusta atas nama Allah, dia tidak akan
beruntung.”

Allah juga berfirman dalam surah Ashshaf ayat 7:


َ‫ب َوهُ َو يُ ْدع َٰى إِلَى اإْل ِ ْساَل ِم ۚ َوهَّللا ُ اَل يَ ْه ِدي ْالقَوْ َم الظَّالِ ِمين‬ ْ َ‫َو َم ْن أ‬
َ ‫ظلَ ُم ِم َّم ِن ا ْفتَ َر ٰى َعلَى هَّللا ِ ْال َك ِذ‬

“Siapakah yang lebih dzalim dari pada orang yang berdusta atas nama Allah, padahal dia
telah didakwahi untuk masuk Islam.”

Padahal, sudah didakwahi masuk Islam, maksudnya dia telah mengenal kebenaran. Allah
sebut perbuatannya sebagai perbuatan yang paling dzalim, mereka menyebut Allah memiliki
sekutu. Termasuk bentuk khurafat adalah menggalang amalan ibadah yang sama sekali tidak
pernah Allah syariatkan.

 Ciri-ciri Khurafat:

o Tidak didasarkan pada nash-nash syar’i (Al-Quran dan al hadits)


o Cerita-cerita rekaan, dongeng dan khayalan.
o Bersumber pada kepercayaan-kepercayaan lama dan bertentangan dengan Islam.
o Menggunakan objek-objek tertentu seperti kubur, keris atau benda apapun yang diyakini
memiliki kesaktian dan sebagainya.
o Mengandung unsur-unsur negatif dari segi akidah dan syari’ah.
o Berbentuk pemujaan dan permohonan kepada makhluk halus atau kepada siapapun selain
Allah.

 Bentuk Khurafat

Bentuk dari khurafat ini adalah kepercayaan kepada keramat, seperti kubur, pohon besar,
telaga, batu, bukit, tongkat dan sebagainya. Bentuk khurafat lainnya, misalnya kualat karena

35
melangggar adat, cegah bencana dengan ritual tolak balak, hilangkan mimpi buruk dengan
membalik bantal, sakit-sakitan karena tidak kuat menyandang nama dan sebagainya

3. Tahayul

Kata tahayul berasal dari bahasa Arab yang artinya: berangan-angan tinggi, melamun,
membayangkan atau menghayal (Kamus Munawwir). Mengkait-kaitkan kejadian-kejadian
yang dianggap aneh dengan sesuatu, yang mana tidak ada dasarnya di dalam ajaran Islam.
Sebagai contoh tahayul adalah : mempercayai akan mendapatkan rejeki ketika orang tertimpa
kotoran cicak. Atau suara burung yang dianggap aka nada tamu yang dating, dan lain
sebagainya.

Di Indonesia, tahayul berkembang dan menyebar dengan mudah, tidak bisa dilepaskan dari
pengaruh agama dan kepercayaan lama. Adanya beberapa bencana alam menimbulkan
korban menjadikan manusia berfikir untuk selalu baik dan menyantuni alam yang
direalisasikan dalam suatu bentuk pemujaan dengan harapan bahwa sang alam tidak akan
marah lagi. Kepercayaan animisme dan dinamisme merupakan suatu aliran kepercayaan yang
ditimbulkan dari keadaan di atas, seperti kepercayaan pada pohon besar, atau keris yang
dianggap mempunyai kekuatan tertentu atau benda-benda lainya. Kepercayaan kepercayaan
itu terus berlanjut dan berkembang bersama perkembangan kerajaan-kerajaan Hindu yang
menggunakan mistik (kebatinan) sebagai salah satu aliranya.

4. Dholalah

Dholalah, dari bahasa Al-Qur’an, yang berarti “kesesatan atau tidak beruntung”. Akar
katanya ialah : dholla, yadhillu, dhlaalan dan dholaalatan. Dholalah secara bahasa artinya
kesesatan/tersesat Lawan katanya adalah : (hidaayatan) yang berarti dapat petunjuk.

Secara istilah (terminologi), Dholalah ialah penyimpangan dari petunjuk atau jalan yang lurus
atau jalan yang benar (Allah). Pengertian seperti ini dapat kita pahami melalui firman Allah
surat Al-An’am berikut :

َ‫ك ع َْن َسبِي ِل هَّللا ِ ۚ إِ ْن يَتَّبِعُونَ إِاَّل الظَّ َّن َوإِ ْن هُ ْم إِاَّل يَ ْخ ُرصُون‬
َ ‫ُضلُّو‬ ِ ْ‫َوإِ ْن تُ ِط ْع أَ ْكثَ َر َم ْن فِي اأْل َر‬
ِ ‫ضي‬

36
“Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka
akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan
belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah).” (Q.S. Al-An’am (6) : 116)

Dalam Al-Qur’an, kata Dholalah dengan berbagai pecahannya terdapat sebanyak 151 ayat.
Adapun dalam Hadit Rasulullah, terdapat sebanyak 34 kali. Pengertian Dholalah dalam Al-
Qur’an tidak kurang dari sembilan makna seperti; tergelincir, kerugian, kesengsaraan,
kerusakan, kesalahan, celaka, lupa, kebodohan dan kesesatan sebagai lawan kata Hidayah
(Petunjuk).

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Iman secara etimologis berasal dari kata aamana - yu’minu berarti tasdiq yaitu membenarkan
mempercayai. Dan menurut istilah Iman ialah “Membenarkan dgn hati diucapkan dgn lisan
dan dibuktikan dgn amal perbuatan.” Imam Ahmad bin Hanbal mendefinisikannya dgn
“Qaulun wa amalun wa niyyatun wa tamassukun bis Sunnah.” Yakni Ucapan diiringi dgn
ketulusan niat dan dilandasi dgn berpegang teguh kepada Sunnah . Sahl bin Abdullah At-
Tustari ketika ditanya tentang apakah sebenarnya iman itu beliau menjawab demikian
“Qaulun wa amalun wa niyyatun wa sunnatun.” Artinya Ucapan yg disertai dgn perbuatan
diiringi dgn ketulusan niat dan dilandasi dengan Sunnah. Kata beliau selanjutnya “Sebab
iman itu apabila hanya ucapan tanpa disertai perbuatan adalah kufur apabila hanya ucapan
dan perbuatan tanpa diiringi ketulusan niat adalah nifaq sedang apabila hanya ucapan
perbuatan dan ketulusan niat tanpa dilandasi dengan sunnah adalah bid’ah.

Perusak Iman merupakan sesuatu hal yang merusak keimanan seseorang dan membuat iman
seorang tersebut menjadi berkurang diantaranya :

Syirik artinya menyekutukan Allah dan orang melakukan nya disebut Musyrik
Khurafat artinya cerita atau berita atau legenda yang tidak benar

37
Tahayul artinya mempercayai suatu cerita atau berkhayal yang belum tentu kebenarannya
Dholalah artinya kesesatan atau penyimpangan dari petunjuk lurus dari Allah SWT

DAFTAR PUSTAKA

Wahyuni, Dwi. 2010. Pendidikan Agama Islam. Surakarta: CV. Mediatama

Majid, Al-Zandaniy, Abdul, dkk. 1991. Al Iman. Jakarta: Pustaka Al Kautsar

Umary, Barmawie, Drs. 1991. Materi Akhlak. Solo: Ramdhani

Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam. 1993. Ensiklopedia Islam. Jakarta: PT. Ikhtiar Baru Van
Hoeve

Fachrudian, HS, H. 1992. Ensiklopedia Al Qur’an. Jakarta: Rineka Cipta

Bahreisy, Salim. 1985. Riadlus Shalihin (terjemahan). Bandung.

Sabiq, Sayid. 1980. Aqidah Islam. Bandung: Diponegoro.

http://ishaqul-huda.blogspot.co.id/2014/12/ilmu-kalam-pokok-pokok-keimanan.html

https://muslim.or.id/5478-iman-dalam-pandangan-ahlus-sunnah-wal-jamaah.html

http://khotimatulchusna.blogspot.co.id/2015/12/pokok-pokok-keimanan-kepada-allah-
dan.html

http://maqalah2.blogspot.com/2015/02/cabang-cabang-iman.html

38
http://contohdakwahislam.blogspot.co.id/2013/02/79-cabang-iman.html

39

Anda mungkin juga menyukai