Anda di halaman 1dari 12

Memahami Hakikat dan Mewujudkan Ketauhidan dan dengan Syuabul

(cabang) Iman

Disusun Oleh Kelompok 2:

1. Akbara Fasyah

2. Nyimas Azzahra Rizqillah

3 M. Khaerurraziqin

4. Elsa Aryani Anggelica

Kelas : X.3

Mata pelajran : Pendidikan Agama Islam

Guru Pembimbing : Yuliati, M.Pd.I.

SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 5 PALEMBANG TAHUN


AJARAN 2022/2023
Kata Pengantar

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan kami karunia nikmat dan
kesehatan, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini, dan terus dapat menimba ilmu di
SMAN5.

Penulisan makalah ini merupakan sebuah tugas dari guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk menambah wawasan dan pengetahuan pada mata
kuliah yang sedang dipelajari, agar kami semua menjadi mahasiswa yang berguna bagi agama, bangsa
dan negara.

Dengan tersusunnya makalah ini kami menyadari masih banyak terdapat kekurangan dan kelemahan,
demi kesempurnaan makalah ini kami sangat berharap perbaikan, kritik dan saran yang sifatnya
membangun apabila terdapat kesalahan.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, khususnya bagi saya sendiri
umumnya para pembaca makalah ini.

Terima kasih, wassalamu’ alaikum.

Palembang, 3 Agustus 2022

i
Daftar Isi

Kata Pengantar ............i

Daftar .........................ii

BAB 1 Pendahuluan......1

A. Latar Belakang.......2
B. Rumusan Masalah..2

BAB 2 Pembahasan .........3

A. Iman
B. Syu`abul iman

ii
A. Latar Belakang

Beragama adalah suatu bentuk keyakinan terhadap berbagai hal yang diajarkan oleh
agama yang dianutnya. Beragama berarti meyakini secara bulat terhadap pokok-pokok ajaran
dan keyakinan sebuah agama. Oleh karna itu, tidak ada manusia yang mengaku beragama
tanpa apa apa yang ditetapkan oleh agama tersebut.

Dalam agama islam terdapat pilar pilar keimanan yang dikenal dengan hukum rukun
iman, terdiri dari enam pilar. Ke enam pilar tersebut adalah keyakinan islam terhadap hal hal
yang `ghaib` yang hanya dapat diyakini secara transedental, sebuah kerpercayaan terhadap hal
hal yang diluar daya nalar manusia.

Enam pilar keimanan umat islam tersebut merupakan sesuatu yang wajib dimilik oleh
setiap muslim. Tanpa mempercayai salah satunya maka gugurlah keimanannya, sehingga
mengimani ke enam rukun iman tersebut merupakan suatu kewajiban yang tidak dapat
ditawar-tawar lagi.

B. Rumusan Masalah

1. Apa itu Iman?

2. Apa itu Syu`abul iman?


a. Macam macam syu`abul iman
b. HIkmah Syu`abul iman

1
A. Iman

Pada dasarnya, setiap manusia dilahirkan dengan memiliki fitrah tentang keyakian adanya
zat yang maha kuasa atau disebut iman.sebagaiman yang disebutkan dalam QS.
Al-A`raf/7 :172,yang berbunyi:

ُ ‫ك ِم ۢ ْن بَنِ ْٓي ٰا َد َم ِم ْن ظُهُوْ ِر ِه ْم ُذ ِّريَّتَهُ ْم َواَ ْشهَ َدهُ ْم ع َٰلٓى اَ ْنفُ ِس ِه ۚ ْم اَلَس‬
‫ْت بِ َربِّ ُك ۗ ْم‬ َ ُّ‫َواِ ْذ اَخَ َذ َرب‬
َ‫قَالُوْ ا بَ ٰل ۛى َش ِه ْدنَا ۛاَ ْن تَقُوْ لُوْ ا يَوْ َم ْالقِ ٰي َم ِة اِنَّا ُكنَّا ع َْن ٰه َذا ٰغفِلِ ْي ۙن‬

172. Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan dari sulbi (tulang belakang) anak cucu
Adam keturunan mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap roh mereka (seraya
berfirman), “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab, “Betul (Engkau Tuhan kami),
kami bersaksi.” (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari Kiamat kamu tidak
mengatakan, “Sesungguhnya ketika itu kami lengah terhadap ini.”

Iman berasal dari bahasa Arab dari kata dasar amana – yu`minu –imanan, yang berarti
beriman atau percaya. Menurut bahsa iman berarti kepercayaan, keyakinan, ketetapan atau
keteguhan hati.Imam Syafi`I mengatakan sesungguhnya yang disebut iman adalah suatu
ucapan, suatu perbuatan, dan suatu niat. Dimana tidak sempurna salah satunya jika tidak
bersamaan dengan yang lain.

Pilar iman terdiri dari enam perkara yang disebut dengan rukun iman yaitu: 1) iman kepada
Allah Swt., 2) meyakini adanya rasul-rasul utusan Allah Swt., 3) mengimani keberadaan
malaikat-malaikat Allah Swt., 4) meyakini dan mengamalkan ajaran-ajaran suci dalam kitab-
kitab-Nya, 5) meyakini akan datangnya hari akhir dan 6) mempercayai qada dan qadar Allah
Swt.

2
B. Syu`abul Iman

1. Pengertian Syu`abul iman

Menurut Syeikh Muhammad Nawawi bin Umar al-Jawi dalam kitab Qamiuth-Thughyan ‘ala
Manzhumati Syu’abu al-Iman, iman yang terdiri dari enam pilar, memiliki beberapa bagian
(unsur) dan perilaku yang dapat menambah amal manusia jika dilakukan semuanya, namun
juga dapat mengurangi amal manusia apabila ditinggalkannya. Terdapat 77 cabang iman, di
mana setiap cabang merupakan amalan atau perbuatan yang harus dilakukan oleh seseorang
yang mengaku beriman (mukmin). Tujuh puluh tujuh cabang itulah yang disebut dengan
syu’abul iman. Bilamana 77 amalan tersebut dilakukan seluruhnya, maka telah sempurnalah
imannya, namun apabila ada yang ditinggalkan, maka berkuranglah kesempurnaan imannya.

Amalan-amalan yang merupakan cabang dari iman sebagaimana sabda Rasulullah


Muhammad Saw. Dari Abu Hurairah ra.berkata, Rasulullah Saw. bersabda: Iman itu 77 (tujuh
puluh tujuh) lebih cabangnya, yang paling utama adalah mengucapkan laa ilaha illallah, dan
yang paling kurang adalah menyingkirkan apa yang akan menghalangi orang di jalan, dan
malu itu salah satu dari cabang iman (HR. Muslim). Sabda Rasulullah Saw. yang lain terkait
dengan cabang-cabang iman adalah sebagai berikut:
Dari Anas r.a., dari Nabi Saw. beliau bersabda, tiga hal yang barang siapa ia memilikinya,
maka ia akan merasakan manisnya iman. (yaitu) menjadikan Allah Swt. dan Rasul-Nya lebih
dicintai dari selainnya, mencintai (sesuatu) semata-mata karena Allah Swt. dan benci kepada
kekufuran, sebagaimana bencinya ia jika dilempar ke dalam api neraka. (HR. Bukhari
Muslim).

Para ahli hadis ini menjelaskan dan merangkum 77 cabang keimanan tersebut menjadi 3
kategori atau golongan berdasarkan pada hadis Ibnu Majah berikut ini: ِ َ ‫ب ْ ل َ ق ْ ِال ب ٌ ة َ ِ ف ْ ر‬
‫ِضي الل ِ ٍب ر َ ال ِ ي ط ب َ ِ أ ْن‬ َ َ ‫ ق َ ال ُ ق ه ْ ن َ ُّٰ ع‬: َ ‫ ا ٰ ّ ُ الل ْ ل ُ و َ س َ ر َ ال‬:‫ع ُ م َان ْ م ِاي ْ ل َ ِ صلى هللا عليه وسلم‬
‫)رواه ابن ماجه(ر َ ْك ر َ أ ْ ِاال ب ٌ َ ل َ م َ ع َ ِان و ِس ّ ِالل ب ٌ ْ ل و َ َ ق و‬. ‫ِ ب ّي ِ ل َ ْ ع َ ن ع ِان‬

Artinya:"Dari Ali bin Abi Thalib r.a. berkata, Rasulullah Saw. bersabda: iman adalah
tambatan hati, ucapan lisan dan perwujudan perbuatan" (H.R. Ibnu Majah). Dengan kata lain,
dimensi dari keimanan itu menyangkut tiga ranah yaitu: 1. Ma'rifatun bil qalbi yaitu meyakini
dengan hati 2. Iqrarun bil lisan yaitu diucapkan dengan lisan 3. ‘Amalun bil arkan yaitu
mengamalkannya dengan perbuatan anggota badan. Dari pengelompokan berdasarkan
dimensi keimanan tersebut, maka syu’abul iman dibagi menjadi tiga bagian yang meliputi: a.
Niat, akidah dan hati; b. Lisan / ucapan; c
eluruh anggota badan; Adapun pembagian 77 cabang keimanan berdasarkan pengelompokan
tersebut adalah sebagai berikut:

a. Cabang iman yang berkaitan dengan niat, aqidah dan hati


Sebagaimana disebutkan dalam firman Allah Swt. dalam QS. Ibrahim/14: 27 berikut
ini:

َۗ ‫ش ۤا ُء‬ ٰ ُ ‫ِّت هّٰللا ُ الَّذ ْينَ ٰامنُوْ ا ب ْالقَوْ ل الثَّابت فى ْالح ٰيوة ال ُّد ْنيا وفى ااْل ٰ خر ۚة ويُضلُّ هّٰللا‬
َ َ‫الظّلِ ِم ْي ۗنَ َويَ ْف َع ُل هّٰللا ُ َما ي‬ ُ ‫يُثَب‬
ِ َ َِ ِ َِ َ ِ َ ِ ِ ِ ِ ِ َ ِ
Artinya : Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh
(dalam kehidupan) di dunia dan di akhirat; dan Allah menyesatkan orang-orang yang
zalim dan Allah berbuat apa yang Dia kehendaki.

b. Cabang Iman yang Berkaitan dengan Lisan


Rasulullah Saw. bersabda: “Lisan orang yang berakal, muncul dari balik hati nuraninya,
sehingga ketika ia hendak berbicara, terlebih dahulu ia akan kembali ke hati nuraninya.
Apabila (pembicaraannya) bermanfaat baginya, maka ia berbicara, dan apabila dapat
berbahaya, maka ia menahan diri. Sementara hati orang bodoh terletak pada mulutnya dan
ia berbicara apa saja sesuai yang ia kehendaki” (HR. Bukhari-Muslim)

c. Cabang Iman yang Berhubungan dengan Perbuatan dan Anggota


Badan
Iman bukanlah sekedar amalan yang secara lahiriah menunjukkan kesan dan
penampilan seolah-olah seseorang begitu beriman. Sebab orang-orang munafik pun tidak
sedikit yang secara penampilan lahiriyah mempertontonkan rajin beribadah dan berbuat
baik, sedangkan terdapat pertentangan dan kontradiksi dalam batin mereka, karena apa
yang diperbuatnya tidak didasari oleh ketulusan untuk menggapai rida Allah Swt. Lain di
mulut lain pula di hati. Sebagaimana dijelaskan dalam QS. an-Nisa'/4: 142 sebagai
berikut:

‫اس َواَل يَ ْذ ُكرُوْ نَ هّٰللا َ اِاَّل‬ ‫هّٰللا‬


َ َّ‫اِ َّن ْال ُم ٰنفِقِ ْينَ ي ُٰخ ِد ُعوْ نَ َ َوهُ َو خَ ا ِد ُعهُ ۚ ْم َواِ َذا قَا ُم ْٓوا ِالَى الص َّٰلو ِة قَا ُموْ ا ُك َس ٰالىۙ يُ َر ۤاءُوْ نَ الن‬
ۖ ‫قَلِ ْياًل‬

Artinya : Sesungguhnya orang munafik itu hendak menipu Allah, tetapi Allah-lah yang
menipu mereka. Apabila mereka berdiri untuk salat, mereka lakukan dengan malas.
Mereka bermaksud riya (ingin dipuji) di hadapan manusia. Dan mereka tidak mengingat
Allah kecuali sedikit sekali.

2. Hikmah syu’abul iman

a. Iman menghilangkan sifat kepercayaan manusia terhadap makhluk


Orang yang beriman hanya percaya kepada Allah Swt. Jika Allah Swt.
berkehendak memberikan pertolongan maka tidak ada kekuatan apapun yang
mampu menghalangi-Nya, sebaliknya jika Allah Swt. berkehendak menimpakan
bencana, maka tidak ada kekuatan apapun yang sanggup menahan-Nya. Iman
mampu menghilangkan perilaku syirik, percaya terhadap kesaktian benda-benda
keramat, tahayul, khurafat dan sebagainya.

b. Iman menanamkan sikap tidak takut menghadapi kematian Dalam kehidupan


saat ini, banyak manusia yang takut menyampaikan kebenaran karena takut
menghadapi risiko termasuk risiko kematian. Dalam hal ini, orang yang beriman
yakin sepenuhnya bahwa kematian adalah hak prerogatif Allah Swt. sehingga
berani mengatakan kebenaran, meskipun terasa pahit, bahkan berisiko
menghadapi kematian sekalipun.

c. Iman akan membuat seorang mukmin memiliki jiwa yang tenang


Tidak ada seorang pun yang akan luput dari ujian dan musibah dalam kehidupan.
Dalam hal ini akan nampak sekali perbedaan menghadapi musibah dan ujian bagi
orang yang beriman dan orang yang tidak beriman. Orang beriman akan cenderung
bersikap tenang (sakinah) dan tentram (muthmainah) dalam menghadapi masalah.
Kedekatan dan tawakalnya kepada Allah Swt. akan menumbuhkan sikap penyerahan
diri kepada Allah Swt. dan senantiasa sabar dalam kondisi seberat apapun.

d. Iman mewujudkan kehidupan yang lebih baik dan berkualitas


Kehidupan yang baik bagi seorang mukmin adalah kehidupan yang senantiasa
hanya berisi hal-hal yang baik. Iman akan menuntun seseorang untuk menyeleksi
perbuatan baik yang patut dilakukan, dan perbuatan buruk yang harus dihindari. Hal
ini sesuai dengan firman Allah Swt. dalam QS. an-Nahl/16: 97 berikut ini:
Barangsiapa mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan dalam
keadaan beriman, maka pasti akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik
dan akan Kami beri balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah
mereka kerjakan.

e. Iman menumbuhkan sikap ikhlas Keyakinan terhadap rida Allah Swt. akan
mempengaruhi seseorang untuk senantiasa melakukan sesuatu dengan penuh keikhlasan.
Iman akan menuntun seseorang untuk senantiasa hanya berharap rida Allah Swt.
sebagaimana firman Allah Swt. dalam QS. al-An’am/6: 162 berikut ini: Katakanlah
(Muhammad), “Sesungguhnya salatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk
Allah Swt. Tuhan seluruh alam”

6
A. KESIMPULAN

1. Iman adalah hal dasar yang dimiliki oleh setiap manusia bahkan sejak dia lahir.
Iman berasal dari bahasa Arab dari kata dasar amana – yu`minu –imanan, yang berarti
beriman atau percaya. Menurut bahsa iman berarti kepercayaan, keyakinan, ketetapan
atau keteguhan hati. Iman meimilik enam perkara yang disebut rukun iman iman
yaitu: 1) iman kepada Allah Swt., 2) meyakini adanya rasul-rasul utusan Allah Swt., 3)
mengimani keberadaan malaikat-malaikat Allah Swt., 4) meyakini dan mengamalkan
ajaran-ajaran suci dalam kitab-kitab-Nya, 5) meyakini akan datangnya hari akhir dan 6)
mempercayai qada dan qadar Allah Swt.

2. Syu`abul iman meiliki 77 cabang, di mana setiap cabang merupakan amalan atau
perbuatan yang harus dilakukan oleh seseorang yang mengaku beriman (mukmin).
Apabila telah dilakukan seluruhnya maka telah sempurnalah imannya, namun apabila ada
yang ditinggalkan, maka berkuranglah kesempurnaan imannya.

B. SARAN
Kita sebagai makhluk yang beriman pada dasarnya harus mengetahui dan memahami
arti, definisi, dan cabang cabang dari iman. Supaya kita paham dan dapat sempurnalah
iman kita,karena itu marilah kita mempelajari dan memahami arti dari Iman.

7
Buku Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti
Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Republik Indonesia 2021

https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwiFgdnrsMj
5AhWWTGwGHYlgC5oQFnoECAsQAw&url=https%3A%2F%2Fwww.liputan6.com
%2Fquran%2Fal-araf%2F172%23%3A~%3Atext%3D172.%2520Dan%2520(ingatlah)
%2520ketika%2Citu)%2520agar%2520di%2520hari
%2520Kiamat&usg=AOvVaw325zJrn6h6IH8vQ3B780OP

https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwij3euHssj5
AhX4H7cAHWebA9YQFnoECAYQAw&url=https%3A%2F%2Fwww.tokopedia.com
%2Fs%2Fquran%2Fibrahim%2Fayat-27%23%3A~%3Atext%3D27.%26text%3DAllah
%2520meneguhkan%2520(iman)%2520orang%252D%2Cberbuat%2520apa%2520yang
%2520Dia%2520kehendaki.&usg=AOvVaw3jICD_EUVvU2mjINqMztV8

https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwjahtqassj5
AhW863MBHQurCg0QFnoECAwQAw&url=https%3A%2F%2Fwww.tokopedia.com
%2Fs%2Fquran%2Fan-nisa%2Fayat-142%23%3A~%3Atext%3D142.%26text
%3DSesungguhnya%2520orang%2520munafik%2520itu%2520hendak%2Cingin
%2520dipuji)%2520di%2520hadapan
%2520manusia.&usg=AOvVaw0vaJDNpG0LbkhRexjPq0mR
8

Anda mungkin juga menyukai