Anda di halaman 1dari 261

LIVING HADIS: STUDI ATAS FENOMENA

KEGIATAN SIMAAN ALQURAN


JANTIKO MANTAB
DI KABUPATEN MESUJI

Tesis
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Magister Agama (M.Ag)

Oleh:

M. Zainur Rohman
NIM: 21160340000015

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1441 H/2020 M
LIVING HADIS: STUDI ATAS FENOMENA
KEGIATAN SIMAAN ALQURAN
JANTIKO MANTAB
DI KABUPATEN MESUJI

Tesis
Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Magister Agama (M.Ag)

Oleh:

M. Zainur Rohman
NIM: 21160340000015

Pembimbing I, Pembimbing II,

Dr. Ahmad Fudhaili, M.A


NIP. 19740510 200501 1 009

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1441 H/2020 M
ABSTRAK
M. Zainur Rohman
Living Hadis: Studi Atas Fenomena Kegiatan Simaan Alquran
Jantiko Mantab di Kabupaten Mesuji
Penelitian ini untuk mendeskripsikan fenomena kegiatan simaan
Alquran Jantiko Mantab sebagai fenomena living hadis. Secara umum,
pendirian kegiatan simaan Alquran Jantiko Mantab sebagai sebuah
pengamalan dari hadis Nabi Saw yang diyakini oleh para pendirinya
sebagai sebuah solusi untuk meredam kekacauan dan berusaha untuk
menjadikan Kabupaten Mesuji yang damai dan aman, menyisakan
banyak pertanyaan. Namun demikian, masyarakat Kabupaten Mesuji
selalu konsisten menjalankannya. Oleh karena itu, fenomena ini sangat
menarik untuk diteliti lebih mendalam lagi. Penelitian ini bertujuan
untuk menganalisa pemahaman dan praktik kegiatan simaan Alquran
Jantiko Mantab sebagai pemaknaan terhadap hadis Nabi oleh para
ulama setempat dan masyarakat Kabupaten Mesuji.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif-
deskriptif. Adapun pendekatan dalam penelitian ini yakni pendekatan
fenomenologi, etnografi, dan studi kasus. Pengumpulan data dilakukan
dengan cara observasi dan wawancara mendalam (deep interview)
kepada masyarakat Kabupaten Mesuji sebagai sumber primer
penelitian dan menganalisa buku-buku yang mendukung tema
penelitian sebagai sumber data sekunder. Penelitian ini dilakukan di
Desa Abung Kiwa (Kec. Tanjung Raya), Desa Fajar Asri (Kec. Panca
Jaya), Desa Mukti Karya (Kec. Panca Jaya), Desa Mekar Sari (Kec.
Tanjung Raya), Desa Tanjung Mas Jaya (Kec. Mesuji Timur)
Kabupaten Mesuji.
Dari penelitian tersebut, disimpulkan bahwa para ulama dan
masyarakat di Kabupaten Mesuji memahami hadis membaca Alquran
dan mentadaruskannya bersama-sama di antara mereka di suatu masjid
sebagai sebuah cara untuk menciptakan suasana yang damai dan aman
dengan sebab turunnya sakȋnah (ketenangan) dan rahmat, maka
dididirikanlah kegiatan simaan Alquran Jantiko Mantab yang inti
acaranya adalah membaca dan menyimak Alquran serta ditambah
beberapa amalan lainnya.

i
ABSTRACT
M. Zainur Rohman
Living Hadith: A Study of the Phenomenon Activity of Simaan
Alquran Jantiko Mantab in Mesuji Regency.
This research is to describe the phenomenon activity of simaan
Alquran Jantiko Mantab as the a phenomenon of living hadith. In
general, the establishment of activity of simaan Alquran Jantiko
Mantab as a practice of the Prophet’s hadith which is believed by its
founders as a solution to reduce chaos and try to make the peaceful and
safe Mesuji Regency, leaving many questions. However, the people of
Mesuji Regency always consistently run it. Therefore, this
phenomenon is very interesting to be investigated more deeply. This
study aims to analyze the understanding and practice of the activity of
simaan Alquran Jantiko Mantab as the meaning of the Prophet’s hadith
by local scholars and the people of Mesuji Regency.
The method used in this research is qualitative descriptive. The
approach in this research is the phenomenology, ethnography, and case
study approach. Data collection was carried out by means of
observation and deep interviews with the people of Mesuji Regency as
the primary source of research and analyzing books that support the
research theme as a source of secondary data. This research was
conducted in Abung Kiwa Village (Tanjung Raya Sub-District), Fajar
Asri Village (Panca Jaya Sub-District), Mukti Karya Village (Panca
Jaya Sub-District), Mekar Sari Village (Tanjung Raya Sub-District),
Tanjung Mas Jaya Village (Mesuji Timur Sub-District) Mesuji
Regency.
From this research, it was concluded that the scholars and the
people in Mesuji Regency understood the hadith to read the Alquran
and obliged it together between them in a mosque as a way to create a
peaceful and safe atmosphere due to the decrease of sakȋnah (calm) and
rahmat, therefore activities were founded activity of simaan Alquran
Jantiko Mantab whose core program is reading and listening to the
Alquran as well as some other practices.

ii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Swt
yang telah memberikan hidayah, rahmat, dan ilmu-Nya kepada penulis,
serta berkat-Nyalah penulisan tesis ini dapat terselesaikan dengan baik.
Salawat dan salam semoga senantiasa terlimpahcurahkan kepada Nabi
besar Nabi Muhammad Saw, yang telah membina umat manusia
menuju jalan yang diridhai Allah Swt, dan semoga kita menjadi salah
satu umat yang mendapatkan syafaatnya di akhirat kelak. Amin.
Dalam menyelesaikan tesis yang BERJUDUL “LIVING HADIS:
STUDI ATAS FENOMENA KEGIATAN SIMAAN ALQURAN
JANTIKO MANTAB DI KABUPATEN MESUJI” ini tentunya
banyak melibatkan berbagai pihak, maka dari itu penulis mengucapkan
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Umar Lubis, Lc., M.A.,
selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan kepada
Yusuf Rahman, M.A., Ph.D., selaku Dekan Fakultas
Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Prof. Dr. Masri Mansoer, MA selaku Wakil Rektor Bidang
Kemahasiswaan dan sekaligus sebagai Pembimbing I dan
Penguji III Tesis penulis.
3. Dr. Bustamin, SE., M.Si, selaku Ketua Program Magister Ilmu
Al-Qur’an dan Tafsir Fakultas Ushuluddin dan Ketua Tim
Penguji.
4. Dr. Ahmad Fudhaili, MA, selaku Sekretaris Program Magister
Tafsir Hadis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, sekaligus
Pembimbing II dan Penguji IV Tesis penulis.
5. Dr. Atiyatul Ulya, MA. selaku Penguji I dan Dr. Sandi Santosa,
M.Si. selaku Penguji II yang telah memberi ilmu, kritik, dan
saran kepada penulis untuk kesempurnaan penulisan tesis ini.
6. Segenap civitas akademika Program Magister Fakultas
Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, khususnya
Program Magister Tafsir Hadis yang tidak dapat penulis
sebutkan satu persatu, atas ilmu dan motivasi yang telah
diberikan selama penulis menempuh studi di kampus
kebanggaan ini.
7. Kedua orang tua penulis (M. Taqribul Mujib dan Siti
Khodijah), atas didikan, bimbingan, motivasi, dukungan,

iii
semangat, dan doa restunya kepada penulis selama ini. Semoga
Allah Swt senantiasa memberikan rahmat, kesehatan, dan
keselamatan kepada keduanya di dunia dan akhirat. Amin.
Selanjutnya kepada istri tercinta penulis (Lilis Solihah) atas
bantuan, dukungan, dan doanya kepada penulis.
8. Masyarakat Kabupaten Mesuji khususnya Desa Abung Kiwa
(Kec. Tanjung Raya), Desa Fajar Asri (Kec. Panca Jaya), Desa
Mukti Karya (Kec. Panca Jaya), Desa Mekar Sari (Kec.
Tanjung Raya), dan Desa Tanjung Mas Jaya (Kec. Mesuji
Timur), baik ulama, tokoh masyarakat, masyarakat umum,
khususnya para informan yang telah membantu memberikan
data informasinya kepada penulis selama penelitian.
9. Kawan-kawan Program Magister Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir
angkatan 2016, atas perjuangan dan semangatnya selama di
kampus tercinta ini.
Penulis mengharapkan ridha Allah Swt, semoga pihak-pihak
yang telah membantu dalam penyelesaian tesis ini dinilai sebagai amal
ibadah yang terus mengalir sepanjang hayat. Akhir kata, semoga
tulisan ini bermanfaat bagi para pembaca sekalian, dan menjadi bahan
evaluasi bagi penulis pada penelitian selanjutnya. Selamat membaca!
Ciputat, 09 Mei 2020

M. Zainur Rohman

iv
DAFTAR ISI

ABSTRAK ......................................................................................... i
KATA PENGANTAR ......................................................................iii
DAFTAR ISI...................................................................................... v
PEDOMAN TRANSLITERASI ....................................................ix
DAFTAR GAMBAR ..................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................ 1
B. Identifikasi, Perumusan, dan
Pembatasan Masalah ..................................................... 9
C. Tujuan Penelitian ......................................................... 10
D. Manfaat Penelitian ....................................................... 11
E. Tinjauan Pustaka .......................................................... 11
F. Metode Penelitian ........................................................ 15
G. Sistematika Penelitian ................................................... 23

BAB II DESKRIPSI LIVING HADIS DAN HADIS


SIMAAN ALQURAN
A. Tinjauan Umum Living Hadis ....................................... 27
1. Pengertian Living Hadis .......................................... 27
2. Karakteristik Penelitian Living Hadis ..................... 28
3. Metodologi Dalam Penelitian Living Hadis ............ 32
B. Hadis Yang Mendasari Berdirinya
Kegiatan Simaan Alquran Jantiko Mantab ................... 38
1. Teks Hadis Yang Mendasari Berdirinya
Kegiatan Simaan Alquran Jantiko Mantab ............. 38
2. Takhrȋj Hadis Yang Mendasari Berdirinya
Kegiatan Simaan Alquran Jantiko Mantab ............. 38

v
3. Iʻtibâr Dan Skema Sanad ....................................... 49
4. Kualitas Hadis Yang Mendasari Berdirinya
Kegiatan Simaan Alquran Jantiko Mantab ............. 52
a. Kualitas Sanad .................................................. 52
b. Kualitas Matan .................................................. 60
c. Kesimpulan Hasil Penelitian
Sanad dan Matan ..............................................64
C. Makna Hadis Yang Mendasari Berdirinya
Kegiatan Simaan Alquran Jantiko Mantab ……………64

BAB III MENGENAL LOKASI PENELITIAN


DAN KEGIATAN SIMAAN ALQURAN
JANTIKO MANTAB
A. Mengenal Religiusitas Di Kabupaten Mesuji ............... 76
1. Gambaran Singkat Wilayah
Kabupaten Mesuji ..................................................76
2. Gambaran Singkat Lembaga Pendidikan
Islam Di Kabupaten Mesuji .................................... 80
3. Gambaran Singkat Ormas Keagamaan
Di Kabupaten Mesuji .............................................. 83
4. Kehidupan Sosial Keagamaan Masyarakat
Kabupaten Mesuji ................................................... 88
B. Kegiatan Simaan Alquran Jantiko Mantab ................... 95
1. Pengertian Kegiatan Simaan Alquran
Jantiko Mantab .........................................................95
2. Sejarah Kegiatan Simaan Alquran
Jantiko Mantab .. ......................................................97
a. Sejarah Kegiatan Simaan Alquran
Jantiko Mantab Pusat ........................................97

vi
b. Sejarah Kegiatan Simaan Alquran
Jantiko Mantab Di Kabupaten Mesuji ............ 105
3. Ruang Lingkup Kegiatan Simaan Alquran
Jantiko Mantab ..................................................... 111
a. Kegiatan Simaan Alquran
Jantiko Mantab Bagi Pemerintah
Daerah Kabupaten Mesuji................................111
b. Kegiatan Simaan Alquran Jantiko
Mantab Bagi Kalangan Pesantren ....................115
c. Kegiatan Simaan Alquran Jantiko Mantab
Bagi Masyarakat Kabupaten Mesuji ............... 117

BAB IV ANALISIS PEMAHAMAN DAN PENGARUH HADIS


SIMAAN ALQURAN DI MASYARAKAT
A. Living Hadis: Aktualisasi Kegiatan
Simaan Alquran Jantiko Mantab
Di Kabupaten Mesuji................................................ 120
1. Pemahaman Masyarakat Atas Hadis
Yang Menjadi Dasar Kegiatan
Dalam Jantiko Mantab .......................................... 122
2. Kegiatan-Kegiatan Dalam
Simaan Alquran Jantiko Mantab........................... 130
a. Mengirim Pahala Bacaan Alquran
Kepada Orang Yang Sudah Meninggal ............ 132
b. Mengkhatamkan Alquran Bi al-Ghaib
Dalam Waktu Sehari Semalam ......................... 135
c. Meletakkan Air di Depan Para Huffȃz
yang Membaca Alquran Sebagai
Media Pengobatan Terhadap Penyakit ............. 136

vii
d. Salat Duha dan Fardu Secara Barjamaah ......... 139
e. Berdoa Setelah Khatam Alquran .......................143
f. Saling Ber-musâfahah Setelah
Selesai Kegiatan ............................................... 145
B. Respon Masyarakat Atas Kegiatan Simaan
Alquran Jantiko Mantab Di Kabupaten Mesuji .......... 147
1. Respon Masyarakat yang Mengikuti
Kegiatan Jantiko Mantab ...................................... 149
2. Respon Masyarakat yang Tidak
Mengikuti Kegiatan Jantiko Mantab .................... 152
C. Implikasi Kegiatan Simaan Alquran
Jantiko Mantab ............................................................ 155
1. Implikasi Bagi Tuan Rumah
Penyelenggara Kegiatan ....................................... 156
2. Implikasi Bagi Masyarakat ................................... 158
3. Implikasi Bagi Pemerintah
Kabupaten Mesuji ................................................. 160
D. Argumentasi Pelestarian Kegiatan
Simaan Alquran Jantiko Mantab ................................. 161

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................. 167
B. Rekomendasi ............................................................... 167

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................... 170


LAMPIRAN-LAMPIRAN
IDENTITAS PENULIS

viii
PEDOMAN TRANSLITERASI HURUF ARAB-LATIN
A. Padanan Huruf

No. Huruf Huruf Keterangan


Arab Latin
1. ‫ا‬ tidak dilambangkan
2. ‫ب‬ b be
3. ‫ت‬ t te
4. ‫ث‬ ts te dan es
5. ‫ج‬ j je
6. ‫ح‬ h ha dengan garis di bawah
7. ‫خ‬ kh ka dan ha
8. ‫د‬ d de
9. ‫ذ‬ dz de dan zet
10. ‫ر‬ r er
11. ‫ز‬ z zet
12. ‫س‬ s es
13. ‫ش‬ sy es dan ye
14. ‫ص‬ s es dengan garis di bawah
15. ‫ض‬ d de dengan garis di bawah
16. ‫ط‬ t te dengan garis di bawah
17. ‫ظ‬ z zet dengan garis di bawah
18. ‫ع‬ ʻ koma terbalik ke atas hadap kanan
19. ‫غ‬ gh ge dan ha
20. ‫ف‬ f ef
21. ‫ق‬ q ki
22. ‫ك‬ k ka
23. ‫ل‬ l el
24. ‫م‬ m em
25. ‫ن‬ n en
26. ‫و‬ w we
27. ‫ھ‬ h ha
28. ‫ء‬ ’ apostrof
29. ‫ي‬ y ye

ix
B. Vokal
Vokal dalam bahasa Arab, seperti vokal dalam bahasa Indonesia,
terdiri dari vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau
diftong.
Untuk vokal tunggal, ketentuan alih aksaranya adalah sebagai
berikut:

No. Tanda Tanda Vokal Keterangan


Vokal Arab Latin
1. ‫ﹶ‬ a fathah
2. ‫ﹺ‬ i kasrah
3. ‫ﹸ‬ u dammah

Adapun untuk vokal rangkap, ketentuan alih aksaranya adalah


sebagai berikut:
No. Tanda Tanda Vokal Keterangan
Vokal Arab Latin
1. ‫ﹶ ي‬ ai a dan i
2. ‫ﹶ و‬ au a dan u

C. Vokal Panjang (madd)

Ketentuan alih aksara vokal panjang, yang dalam bahasa Arab


dilambangkan dengan harakat dan huruf, yaitu:

No. Tanda Tanda Vokal Keterangan


Vokal Arab Latin
1. ‫ﹶﺎ‬ â a dengan topi di atas
2. ‫ﹺﻲ‬ î i dengan topi di atas
3. ‫ﹸو‬ ȗ u dengan topi di atas

D. Kata Sandang
Kata sandang yang dalam sistem aksara Arab dilambangkan
dengan huruf, yaitu ‫ ال‬dialihaksarakan menjadi huruf /l/, baik diikuti

x
huruf syamsiyyah maupun huruf qamariyyah. Contoh: al-rijâl bukan
ar-rijâl, al-dîwân bukan ad-dîwân.
E. Syaddah (Tasydîd)
Syaddah atau tasydîd yang dalam tulisan Arab dilambangkan
dengan sebuah tanda ( ‫ ) ﹼ‬dalam alih aksara ini dilambangkan dengan
huruf, yaitu dengan menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah
itu. Akan tetapi, hal ini tidak berlaku jika huruf yang menerima tanda
syaddah itu terletak setelah kata sandang yang diikuti oleh huruf-huruf
syamsiyyah. Misalnya, kata ُ ‫ الض َُّر ْو َرة‬tidak ditulis dengan ad-darȗrah
melainkan al-darȗrah, demikian seterusnya.
F. Ta Marbȗtah
Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbȗtah
terdapat pada kata yang berdiri sendiri, maka huruf tersebut
dialihaksarakan menjadi huruf /h/ (lihat contoh 1 di bawah). Hal yang
sama juga berlaku jika ta marbȗtah tersebut diikuti oleh kata sifat
(naʻt) (lihat contoh 2). Namun, jika huruf ta marbȗtah tersebut diikuti
kata benda (ism), maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf
/t/ (lihat contoh 3).
No. Kata Arab Alih Aksara
1. َ
‫ط ِر ْيقَة‬ tarîqah
2. ِ ْ ‫ﺎم َعة‬
‫اْلس ََْل ِميَّة‬ ِ ‫ْال َج‬ al-jâmiʻah al-islâmiyyah
3. ‫َوحْ دَة ْال ُو ُج ْود‬ wahdat al-wujȗd

G. Huruf Kapital
Meskipun dalam sistem tulisan Arab huruf kapital tidak
dikenal, dalam alih aksara ini huruf kapital tersebut juga digunakan,
dengan mengikuti ketentuan yang berlaku dalam Ejaan Yang
Disempurnakan (EYD) bahasa Indonesia, antara lain untuk menuliskan
permulaan kalimat, huruf awal nama tempat, nama bulan, nama diri,
dan lain-lain. Penting diperhatikan, jika nama diri didahului oleh kata

xi
sandang, maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal nama
diri tersebut, bukan huruf awal atau kata sandangnya. (Contoh: Abȗ
Hâmid al-Ghazâlî bukan Abȗ Hâmid Al-Ghazâlî, al-Kindi bukan Al-
Kindi).
Beberapa ketentuan lain dalam EYD sebetulnya juga dapat
diterapkan dalam alih aksara ini, misalnya ketentuan mengenai huruf
cetak miring (italic) atau cetak tebal (bold). Jika menurut EYD, judul
buku itu ditulis dengan cetak miring, maka demikian halnya dalam alih
aksaranya. Demikian seterusnya.
Berkaitan dengan penulisan nama, untuk nama-nama tokoh
yang berasal dari dunia Nusantara sendiri, disarankan tidak
dialihaksarakan meskipun akar katanya berasal dari bahasa Arab.
Misalnya ditulis Abdussamad al-Palimbani, tidak ʻAbd al-Samad al-
Palimbânî; Nuruddin al-Raniri, tidak Nȗr al-Dîn al-Rânîrî.

H. Cara Penulisan Kata


Setiap kata, baik kata kerja (fiʻil), kata benda (ism), maupun
huruf (harf) ditulis secara terpisah. Berikut adalah beberapa contoh alih
aksara atas kalimat-kalimat dalam bahasa Arab, dengan berpedoman
pada ketentuan-ketentuan di atas:

Kata Arab Alih Aksara


ُ‫َب ْاْل ُ ْست َﺎذ‬َ ‫ذَھ‬ dzahaba al-ustâdzu
‫ثَبَتَ ْاْل َ ْج ُر‬ tsabata al-ajru
‫ص ِريَّة‬ ْ َ‫ْال َح َر َكة ْالع‬ al-harakah al-ʻasriyyah
ّ َّ‫أَ ْش َهدُ أ َ ْن الَ إِالَهَ إِال‬
‫للا‬ asyhadu an lâ ilâha illâ Allâh
‫صﺎ ِلح‬ َّ ‫لك ال‬ ِ ‫َم ْوالَنَﺎ َم‬ Maulânâ Malik al-Sâlih
‫للا‬ّ ‫يُ َؤ ِث ّ ُر ُك ُم‬ yu’atstsirukum Allâh
‫ظﺎھِر ْال َع ْق ِليَّة‬ َ ‫ْال َم‬ al-mazâhir al-ʻaqliyyah
‫ْاْل َيﺎت ْال َك ْو ِنيَّة‬ al-âyât al-kauniyyah
ُ ‫الض َُّر ْو َرة تُبِ ْي ُح ْال َم ْح‬
‫ظ ْو َرات‬ al-darȗrat tubîh al-mahzȗrât

xii
DAFTAR GAMBAR

Gambar i Kitab Pedoman Kegiatan


Jantiko Mantab ................................................................. 131
Gambar ii Para Hâfiz Membaca Lantunan
Ayat-Ayat Alquran di Atas Panggung............................. 134
Gambar iii Beberapa Personel BANSER dan Para Jamaah
Pria Khusyuk Menyimak Bacaan Alquran .................... 141
Gambar iv Para Jamaah Perempuan Khusyuk
Menyimak Pembacaan Alquran .................................... 148

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Hadis1 merupakan salah satu sumber hukum dalam Islam dan
ia menempati tingkatan kedua setelah Alquran. Hal ini telah diyakini
dan disepakati oleh umat Islam sejak zaman dahulu hingga sekarang,
terkecuali sekelompok orang yang berpaling dan menyalahinya.2
Dengan demikian, Alquran3 dan hadis menjadi satu kesatuan pedoman
bagi umat Islam4 dan umat Islam diwajibkan mengikuti hadis
sebagaimana diwajibkan mengikuti Alquran.5
Setelah Nabi wafat, sunnah Nabi tetap merupakan sesuatu yang
ideal yang diikuti oleh generasi muslim sesudahnya, dengan
menafsirkan berdasarkan kebutuhan-kebutuhan mereka yang baru dan

1
Di kalangan ulama hadis terjadi perbedaan pendapat tentang istilah hadis
dan sunnah, khususnya antara ulama mutaqaddimȋn dan ulama muta’akhkhirȋn.
Menurut ulama mutaqaddimȋn istilah hadis dan sunnah mempunyai pengertian yang
berbeda. Hadis adalah segala perkataan, perbuatan atau ketetapan yang disandarkan
kepada Nabi setelah diutus menjadi Nabi (setelah kenabian). Sedangkan sunnah
adalah segala sesuatu yang diambil dari Nabi, baik berupa perkataan, perbuatan,
ketetapan, sifat-sifat fisik dan non fisik ataupun segala hal ihwal Nabi sebelum diutus
menjadi Rasul, seperti taẖannuts di Gua Hira atau sesudah menjadi Rasul. Adapun
ulama hadis muta’akhkhirȋn berpendapat bahwa hadis sinonim dengan sunnah. Hadis
dan sunnah memiliki pengertian yang sama, yaitu segala ucapan, perbuatan atau
ketetapan Nabi. Lihat: Muẖammad `Ajjaj al-Khaṯȋb, Usȗl al-Hadȋts ʻUlȗmuhu wa
Musṯalȃẖuh (Beirut: Dȃr al-Fikr, 1989), h. 17-28; Subẖi al-Sȃliẖ, `Ulȗm al-Hadȋts
wa Musṭalȃẖuhu (Beirut: Dȃr al-ʻIlm li al-Malayȋn, 1988), h. 3-5. Dalam penelitian
ini hadis dan sunnah dianggap mempunyai pengertian yang sama.
2
Musṯafȃ al-Sibȃʻiy, Al-Sunnah wa Makȃnatuhȃ fȋ al-Tasyrȋʻ al-Islȃmiy
(Beirut: Dȃr al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1994), Cet. ke-1, h. 343.
3
Penulisan kata “Alquran” di dalam penelitian ini menggunakan kata baku
sesuai dengan ejaan yang telah disempurnakan (EYD) yang terdapat pada Kamus
Besar Bahasa Indonesia. Lihat Tim Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa
Indonesia Volume V (Jakarta: Balai Pustaka, 2018), h. 69.
4
Syamsul Rijal Hamid, Buku Pintar Agama Islam (Bogor: Cahaya Salam,
2008), Cet. ke-3, h. 267.
5
Munzier Suparta, Ilmu Hadits (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2013),
Cet. ke-8, h. 49, Dona Kahfi Ma Iballa, “Nikah Sirri Dalam Perspektif Hadis,” Studi
Gender dan Islam Volume 12, no. 1 (Januari 2013): h. 28.

1
2

materi yang baru pula.6 Dalam masalah agama yang memiliki peranan
dominan dalam konstruksi masyarakat Indonesia, terdapat banyak
praktik keragaman yang berkembang di masyarakat. Praktik ini
terjawantah dalam sebuah institusi yang bernama tradisi, ritual, dan
lain sebagainya.7 Tak jarang pula, sebuah praktik itu diilhami oleh
hadis-hadis Nabi Saw yang terus berkelanjutan sehingga hadis-hadis
tersebut juga menjadi hidup dalam masyarakat dan menjadi ruh-ruh
bagi kehidupan sehari-hari.8
Saudi Arabia, tempat produksi teks Alquran dan hadis serta
Indonesia sebagai negara dengan dengan mayoritas muslim terbanyak
di dunia memiliki ruang dan kultur yang berbeda. Perbedaan geografis
wilayah di mana Mekah dan Madinah sebagai daerah dengan kondisi
alam lebih banyak didominasi oleh gurun pasir tentu berbeda dengan
Indonesia sebagai negara yang mayoritas daerahnya penuh dengan
hutan. Hal ini tentu juga berbeda dalam masalah adat istidat dan
kebudayaannya. Dalam sejarahnya, penerimaan Islam di Indonesia
banyak yang kemudian berjalin berkelindan dengan lokalitas tradisi
dan budaya di daerah-daerah.9
Figur Nabi menjadi tokoh sentral dan diikuti oleh umat Islam
sampai akhir zaman. Maka dari sinilah muncul berbagai persoalan
terkait dengan kebutuhan dan perkembangan masyarakat untuk
mengaplikasikan ajaran Islam sesuai dengan yang diajarkan oleh Nabi

6
M. Alfatih Suryadilaga, dkk., Metodologi Penelitian Hadis (Yogyakarta:
Pokja Akademik UIN Sunan Kalijaga, 2006), h. 193.
7
Saifuddin Zuhri Qudsy, “Living Hadis, Genealogi, Teori, dan Aplikasi,”
Living Hadis Volume 1, no. 1 (Mei 2016): h. 178.
8
Hikmalisa, “Dominasi Habitus Dalam Praktik Khitan Perempuan,” Living
Hadis Volume 1, no. 2 (Oktober 2016): h. 343.
9
Saifuddin Zuhri Qudsy dan Subkhani Kusuma Dewi, Living Hadis
Praktik, Resepsi, Teks, dan Transmisi (Yogyakarta: Q-Media, 2018), h. 2.
3

Muhammad dalam konteks ruang dan waktu yang berbeda.10 Agama


di Indonesia merupakan satu di antara tiga hal yang menjadi bunyah
takwîn al-ʻaql al-Indȗnisiyyîn (struktur pembentuk nalar orang
Indonesia) di samping modernitas dan budaya nenek moyang. Ajaran
Islam menjadi GPS (Global Positioning System) bagi umat Islam
dalam bertindak melakukan kegiatan sehari-hari mereka. Modernitas
menjadi satu hal yang tidak bisa ditolak dan bukan lawan agama.
Namun keduanya dalam banyak kesempatan saling menunggangi dan
melengkapi. Pada titik relasi antara agama, modernitas, dan budaya
nenek moyang inilah akulturasi11 dan sinkretasi12 itu muncul dalam
berbagai bentuknya. Dialektika agama dan budaya nenek moyang
menciptakan ajaran agama seperti salah satu di antaranya yang
diajarkan oleh Wali Songo. Living hadis, sebuah terma yang
kemunculannya belum terlalu lama, menjadi isu yang menarik dalam
konteks dialektika antara agama, modernitasm dan budaya nenek
moyang ini.13

10
M. Alfatih Suryadilaga, Metodologi Penelitian Living Qur’an dan Hadis
(Yogyakarta: Teras, 2007), h. 106.
11
Istilah akulturasi berasal dari bahasa latin “acculturate” yang berarti
tumbuh dan berkembang bersama. Akulturasi adalah suatu proses sosial dalam
masyarakat di mana terjadi interaksi antara dua budaya yang berbeda sehingga
mengakibatkan terbentuknya budaya baru, namun unsur dan sifat budaya yang asli
tetap ada. Muzakkir dan Said Fadhlain, Konsep Akulturasi Budaya Masyarakat
(Banda Aceh: UTU Pres, 2019), h. 2.
12
Secara etimologi, sinkretisme berasal dari bahasa Yunani “synkretizein”
yang artinya adalah menggabungkan. Secara terminologi adalah suatu proses
perpaduan dari beberapa paham atau aliran baru yang merupakan perpaduan dari
beberapa paham (aliran) yang berbeda untuk mencari keserasian, keseimbangan, dan
sebagainya. Pada sinkretisme terjadi proses pencampuradukan berbagai unsur aliran
atau paham, sehingga hasil yang didapat dalam bentuk abstrak yang berbeda untuk
mencari keserasian dan keseimbangan. Sinkretisme dapat terjadi pada agama, aliran
kepercayaan, seni budaya, bahkan politik. Roz Aiza Mokhtar, Konsep Sinkretisme
Menurut Perspektif Islam (Bandung: Rosdakarya, 2015), h. 4.
13
Qudsy dan Dewi, Living Hadis, h. 3.
4

Dewasa ini penelitian tentang living telah mulai banyak


menarik perhatian para peneliti dan sarjana muslim yang ada di
Indonesia. Hal ini setelah diadakan sebuah seminar di UIN Kalijaga
yang diselenggarakan oleh FKMTHI (Forum Komunikasi Mahasiswa
Tafsir-Hadis se-Indonesia) dengan mengambil tema “Living Quran:
Alquran Sebagai Fenomena Sosial-Budaya” pada tanggal 13-15 Maret
2005.14 Hal ini wajar dikarenakan sebagai sebuah negara yang
berpenduduk mayoritas muslim, Indonesia mempunyai sangat banyak
kegiatan, tata cara, rutinitas, maupun tradisi yang dapat dikatagorikan
ke dalam living hadis, salah satunya adalah kegiatan simaan Alquran
Jantiko Mantab yang dilakukan oleh masyarakat Kabupaten Mesuji
Lampung.
Kegiatan simaan Alquran Jantiko Mantab merupakan salah
satu kegiatan keagamaan yang ada di Kabupaten Mesuji yang berinti
kegiatan membaca dan menyimak Alquran 30 juz yang dilaksanakan
di sebuah masjid. Penyajian model simaan Alqurannya dilakukan
dengan cara seorang hafiz15 yang telah mutqin hafalannya membaca
Alquran bi al-ghaib secara tartil16 berurutan dari surat al-Fâtihah

14
Anwar, “Living Hadis”, h. 73.
15
Kata hafiz (jamaknya huffâz) dalam penelitian ini adalah seorang yang
telah hafal tiga puluh juz Alquran. Kata hâfiz merupakan isim fâʻil dari kata hafaza.
Tim Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 341, Achmad Warson
Munawwir, Kamus al-Munawwir (Surabaya: Pustaka Progressif, 1997), h. 314.
16
Tartil adalah membaca sesuai hukum tajwid. Terdapat kriteria yang harus
dipenuhi apabila bacaan dikatagorikan sebagai bacaan yang tartil yaitu setiap huruf
harus diucapkan dengan makhraj yang benar, berhenti pada tempat yang benar,
membaca semua harakat dengan benar, mengeraskan suara sampai terdengar oleh
telinga pembaca, memperindah suara agar muncul rasa takut kepada Allah, membaca
dengan sempurna dan jelas setiap tasydid dan madnya, dan memenuhi hak ayat-ayat
yang mengandung rahmat dan ayat-ayat azab. Lihat Muhammad Nasib Al-Rifâʻiy,
Kemudahan Dari Allah Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir. Penerjemah Abdul Manan,
dkk (Depok: Gema Insani Press, 2014), Jilid 4, h. 283.
5

hingga surat al-Nâs sedangkan para jamaah menyimak bacaan tersebut


secara seksama. Penggunaan model simaan tersebut tentu
dilatarbelakangi oleh adanya semangat dan tujuan yang luhur yang
ingin dicapai, yaitu agar masyarakat dapat menikmati bacaan Alquran
dari ahlinya secara langsung, agar bacaan Alquran tersebut dapat
disimak secara baik, sebagai media pembelajaran pembacaan Alquran
bagi masyarakat, menumbuhkan motivasi dan kecintaan masyarakat
terhadap Alquran, dan sebagai media mendapatkan berkah dan pahala
dari Alquran. Hal ini mengingat sasaran utama dari kegiatan ini adalah
masyarakat umum.17
Dengan model simaan seperti di atas, waktu yang diperlukan
untuk menyelesaikan seluruh rangkaian acara dalam kegiatan simaan
Alquran Jantiko Mantab Kabupaten Mesuji tentu lebih panjang
dibandingkan dengan kegiatan khataman yang lainnya, termasuk
dengan kegiatan Jantiko Mantab pusat18 sekalipun. Umumnya
kegiatan mengkhatamkan Alquran memerlukan lebih kurang satu hari
(12 jam), namun Jantiko Mantab Kabupaten Mesuji memerlukan
waktu lebih kurang satu malam satu hari (24 jam).19

17
Wawancara Pribadi dengan KH. Khoirul Habibi (Ulama Desa Mukti
Karya Kecamatan Panca Jaya dan salah satu pendiri Jantiko Mantab), pada Jum’at,
01 Maret 2019. Pukul 06.00 WIB.
18
Kegiatan Jantiko Mantab terbagi atas dua bagian yakni pusat dan daerah.
Jantiko Mantab pusat berada di wilayah Kabupaten Kediri dengan kantor
sekretariatnya berada di Pondok Pesantren Al-Falah Dusun Tambak, Desa Ngadi,
Kecamatan Mojo, Kabupaten Kediri. Sedangkan Jantiko Mantab yang berada di
daerah meliputi hampir keseluruhan Kabupaten/Kota di Jawa Timur dan Jawa
Tengah, DIY, Pulau Kalimantan, sampai Pulau Sumatera. Khusus untuk Pulau
Sumatera sendiri, Jantiko Mantab berada di Provinsi Lampung, Provinsi Sumatera
Selatan, Provinsi Jambi, Provinsi Bengkulu, dan Provinsi Riau. Lihat Bagian
Sekretariat Jantiko Mantab, Data-Data Jantiko Mantab Daerah (Kediri: Al-Falah
Press, 2019), h. 6.
19
Hasil observasi langsung pada kegiatan simaan Alquran Jantiko Mantab
di masjid Al-Sholihin, Desa Abung Kiwa, Kecamatan Tanjung Raya, pada Ahad
Legi, 10 Februari 2019/5 Jumadil Awal 1440 H dan di masjid Mujahidin Desa Fajar
Asri Kecamatan Panca Jaya pada 17 Maret 2019/10 Jumadil Akhir 1440 H.
6

Pemilihan model simaan demikian tentunya adalah


menyesuaikan dengan berbagai macam kondisi masyarakat Kabupaten
Mesuji di antaranya adalah kondisi tingkat keagamaan. Sebagai daerah
yang terletak di pelosok Provinsi Lampung, Kabupaten Mesuji masih
tertinggal dalam hal pembangunan dibandingkan dengan daerah
lainnya di Provinsi Lampung, termasuk dalam bidang keagamaan.20
Hal ini dibuktikan dengan masih banyaknya para jamaah yang kurang
lancar dalam membaca Alquran. Oleh karenanya pemilihan bacaan
secara tartil menjadi pilihan yang ditekankan dalam simaan ini.
Dengan demikian, diharapkan seluruh lapisan masyarakat dapat
mengikuti kegiatan simaan ini dengan baik.21
Berangkat dari model penyajian kegiatan simaan Alquran di
atas, maka kegiatan simaan Alquran Jantiko Mantab mendapatkan
respon yang positif dan apresiasi yang besar dari kalangan masyarakat.
Hal ini dikarenakan kegiatan simaan Alquran Jantiko Mantab lebih
mampu menghadirkan substansi simaan Alquran dibandingkan dengan
model khataman Alquran yang selama ini telah berkembang dan
berjalan di tengah-tengah masyarakat,22 sehingga tidak mengherankan
apabila banyak warga masyarakat yang mengikuti kegiatan simaan
Alquran ini.23

20
Tim Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa
Kabupaten Mesuji, BPMPD Kab. Mesuji 2016 dan Kecamatan Dalam Angka 2019
(Wiralaga Mulya: Pemda Mesuji Press, 2019), h. 17.
21
Wawancara Pribadi dengan KH. Khoirul Habibi.
22
Model khataman yang selama ini berjalan di kalangan masyarakat
Kabupaten Mesuji terdiri dari berbagai macam bentuk. Di antaranya adalah
khataman berurutan juznya dengan cara bi al-nazar (melihat mushaf), khataman
dengan cara grepyekan (masing-masing peserta khataman membaca bersama-sama
dengan juz yang telah ditentukan), khataman bi al-ghaib secara cepat dengan
pembaca hanya satu orang dan disimak oleh beberapa orang (1-3 orang) dan
diselenggarakan sebelum acara hajatan (sunatan, haul, pernikahan, dan sebagainya).
23
Wawancara Pribadi dengan KH. Khoirul Habibi.
7

Berdirinya kegiatan simaan Alquran Jantiko Mantab di


Kabupaten Mesuji tidak terlepas dengan adanya peristiwa kerusuhan
yang terjadi di wilayah Kabupaten Mesuji. Tercatat sejak dari tahun
2011 hingga penghujung tahun 2013, Kabupaten Mesuji seringkali
dilanda oleh kerusuhan berdarah yang pemicu utamanya adalah
persoalan sengketa lahan.24 Keadaan yang berlarut-larut inilah yang
menjadikan para tokoh agama25 setempat merasa prihatin dan
berinisiatif ikut andil berusaha untuk menjadikan keadaan Kabupaten
Mesuji damai, aman, dan tentram. Sebagai langkah nyata dari upaya
tersebut, para tokoh agama setempat kemudian mendirikan sebuah
kegiatan simaan Alquran yang selanjutnya diberi nama dengan Jantiko
Mantab yang didasarkan pada hadis Nabi Saw yang berbunyi:

‫صالى ٍح َع ْن أ ىَِب‬ ‫َحدَّثَنَا عُثْ َما ُن بْ ُن أ ىَِب َشْي بَةَ َحدَّثَنَا أَبُو ُم َعا ىويَةَ َع ىن األ َْع َم ى‬
َ ‫ش َع ْن أ ىَِب‬
‫اَّللى‬ ‫ت ىمن ب ي ى‬
ٍ
َّ ‫وت‬ ُُ ْ ‫اجتَ َم َع قَ ْوٌم ىِف بَْي‬
ْ ‫ال َما‬
َ َ‫ ق‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ‫َّب‬ ‫ى‬
‫ُهَريْ َرةَ َعن النى ىى‬
َّ ‫السكىينَةُ َوغَ ىشيَ ْت ُه ُم‬ ‫اَل ي ْت لُو َن كىتاب َّى‬
ُ‫الر ْْحَة‬ ْ َ‫اَّلل َويَتَ َد َار ُسونَهُ بَْي نَ ُه ْم إىالَّ نََزل‬
َّ ‫ت َعلَْي ىه ُم‬ َ َ َ َ ‫تَ َع‬
.ُ‫يم ْن عىْن َده‬‫وحفَّْت هم الْمالَئى َكةُ وذَ َكرهم َّ ى‬
َ ‫اَّللُ ف‬
26
ُ َُ َ َ ُُ َ َ

24
Koran Republika mencatat bahwa sejak tahun 2011 hingga akhir 2013
kurang lebih telah terjadi 17 orang tewas dalam bentrokan, puluhan orang luka-luka,
dan ratusan rumah terbakar. Lihat “Mesuji Memanas Lagi,” Republika, 6 Januari
2014, h. 1.
25
Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan tokoh agama adalah para
kyai dan para ustaz dari kalangan Nahdlatul Ulama yang ada di Kabupaten Mesuji.
26
Sulaimȃn bin al-Asyʻats Abȗ Dȃwud al-Sijistȃniy al-Azdiy, Sunan Abȋ
Dȃwud (Beirut: Dȃr al-Fikr, t.t.), No. Hadis 1457, Juz 4, h. 460. Lihat pula Abȗ al-
Husain Muslim bin al-Hajjȃj bin Muslim al-Qusyairiy al-Naisȃbȗriy, Al-Jȃmiʻ al-
Saẖȋẖ al-Musammȃ Saẖȋẖ Muslim (Beirut: Dȃr al-Afȃq al-Jadȋdah, t.t.), No. Hadis
7028, Juz 8, h. 71, Muẖammad bin ‘Ȋsa bin Saurah bin Mȗsȃ bin al-Ḏaẖẖȃk al-
Tirmidziy, Sunan al-Tirmidziy (Cairo: Mauqiʻ Wazȃrah al-Auqȃf al-Misriyyah, t.t.),
No. Hadis 3197, Juz 11, h. 161, Abȗ ‘Abdillȃh Muẖammad bin Yazȋd al-Qazwȋniy,
Sunan Ibnu Mȃjah (Cairo: Mauqiʻ Wazȃrah al-Auqȃf al-Misriyyah, t.t.), No. Hadis
230, Juz 1, h. 270, Abȗ ‘Abdullȃh Aẖmad bin Muẖammad bin Hanbal bin Hilȃl bin
8

Artinya:
“Telah menceritakan kepada kami ‘Utsman bin Abȋ Syaibah,
telah menceritakan kepada kami Abȗ Mu’ȃwiyah, dari al-
Aʻmasy, dari Abȋ Sȃliẖ, dari Abȋ Hurairah, dari Nabi Saw,
beliau bersabda, ‘Tidaklah berkumpul suatu kaum di salah satu
rumah Allah, sedang mereka membaca kitab Allah (Alquran)
dan mempelajarinya di antara mereka, kecuali akan turun
ketenangan atas mereka dan mereka akan dilingkupi oleh
rahmat serta para Malaikat mengelilingi mereka dan Allah
menyebut-nyebut mereka pada (makhluk) yang ada di dekat-
Nya.’” (HR. Abȗ Daud)
Pendirian kegiatan simaan Alquran Jantiko Mantab di
Kabupaten Mesuji sebagai salah satu upaya mewujudkan Kabupaten
Mesuji yang aman dan damai telah memberikan warna keagamaan
tersendiri dalam kehidupan masyarakat Kabupaten Mesuji. Kegiatan
simaan Alquran Jantiko Mantab muncul tidak saja sebagai kegiatan
keagamaan, namun juga sebagai “bengkel hati” bagi masyarakat,
sehingga diharapkan suasana rohani mereka akan kembali stabil dan
sehat, sehingga kehidupan menjadi lebih terarah kepada kebaikan.
Tampil dengan peran ganda sebagai wadah kegiatan
keagamaan dan solusi terhadap sebuah permasalahan yang dihadapi
masyarakat, menjadikan kegiatan simaan Alquran Jantiko Mantab
semakin menarik untuk diteliti lebih jauh dan mendalam, agar
diketahui sejauh mana pemahaman masyarakat terhadap kegiatan dan
hadis yang menjadi dasar kegiatan simaan Alquran Jantiko Mantab di
Kabupaten Mesuji?, Siapakah para pencetus dan pendiri serta proses
berdirinya Jantiko Mantab?, Bagaimanakah dampak sosial akibat
diadakannya Jantiko Mantab?, dan lain sebagainya. Semua pertanyaan
tersebut dirangkum dalam penelitian tesis yang berjudul “Living

As‘ad al-Syaibȃniy, Musnad Aẖmad (Cairo: Mauqiʻ Wazȃrah al-Auqȃf al-Misriyyah,


t.t.), No. Hadis 7634, Juz 16, h. 165.
9

Hadis: Studi Atas Fenomena Kegiatan Simaan Alquran Jantiko


Mantab di Kabupaten Mesuji.”

B. Identifikasi, Perumusan, dan Pembatasan Masalah


1. Identifikasi Masalah
Kegiatan simaan Alquran Jantiko Mantab adalah kegiatan
simaan Alquran yang rutin dilaksanakan setiap selapan hari oleh
masyarakat Kabupaten Mesuji yang menurut ulama setempat
merupakan sebuah pengamalan dari hadis Nabi Saw. Dari latar
belakang di atas dapat diidentifikasi masalahnya dengan beberapa
pernyataan berikut:
a. Masyarakat Mesuji, khususnya nahḏiyyȋn, memahami kegiatan
simaan Alquran Jantiko Mantab sebagai pengamalan terhadap
hadis Nabi Saw.
b. Kegiatan simaan Alquran Jantiko Mantab secara lebih jelas belum
diketahui asal-usul dan siapa yang memprakarsai berdirinya
kegiatan tersebut di masyarakat Mesuji.
c. Kegiatan simaan Alquran Jantiko Mantab merupakan penyebab
turunnya sakȋnah (ketenangan) bagi masyarakat Kabupaten Mesuji
khususnya bagi masyarakat yang mengikuti kegiatan tersebut.
d. Kegiatan simaan Alquran Jantiko Mantab mendatangkan
lingkupan rahmat bagi jamaah yang ada di dalamnya.
e. Kegiatan simaan Alquran Jantiko Mantab menjadikan jamaah yang
mengikutinya dikelilingi oleh para Malaikat.
f. Kegiatan simaan Alquran Jantiko Mantab menjadikan jamaah yang
berkecimpung di dalamnya dibanggakan oleh Allah Swt dengan
disebut-sebut pada makhluk yang ada di dekat-Nya.
10

g. Dampak sosial yang terjadi dari pelaksanaan kegiatan simaan


Alquran Jantiko Mantab.
h. Pengaruh kebutuhan dana yang cukup besar bagi masyarakat tuan
rumah kegiatan yang keadaan masyarakatnya berpenghasilan
rendah.
i. Dampak keadaan demografi dan infrastruktur di Kabupaten Mesuji
terhadap keberlangsungan kegiatan Jantiko Mantab.
2. Pembatasan Masalah
Dari beberapa poin yang telah disebutkan pada identifikasi
masalah di atas, pembatasan masalah dalam penelitian ini akan
berkonsentrasi dalam satu bagian, yaitu kegiatan simaan Alquran
Jantiko Mantab sebagai pengamalan terhadap hadis Nabi yang
dilakukan oleh masyarakat Kabupaten Mesuji.
3. Rumusan Masalah
Dari pembatasan masalah yang telah dikemukakan di atas,
penelitian ini akan menjawab pertanyaan: Bagaimana pemahaman dan
praktik kegiatan simaan Alquran Jantiko Mantab sebagai pemaknaan
terhadap hadis Nabi oleh para ulama setempat dan masyarakat
Kabupaten Mesuji?

C. Tujuan Penelitian
Dari perumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka
penelitian ini memiliki tujuan untuk menganalisa pemahaman dan
praktik kegiatan simaan Alquran Jantiko Mantab sebagai pemaknaan
terhadap hadis Nabi oleh para ulama setempat dan masyarakat
Kabupaten Mesuji.
11

D. Manfaat Penelitian
Dari tujuan penelitian di atas, maka penelitian ini memiliki
manfaat yang dapat diambil, di antaranya adalah:
1. Bagi masyarakat Kabupaten Mesuji khususnya dan jamaah Jantiko
Mantab di daerah lain umumnya, penelitian ini dapat memberikan
pengetahuan dan rujukan ilmiah terkait tentang sejarah, landasan,
dan tujuan terbentuknya kegiatan Jantiko Mantab yang merupakan
kegiatan yang diakui oleh pendirinya sebagai pemaknaan terhadap
hadis-hadis Nabi.
2. Bagi ulama di Kabupaten Mesuji, penelitian ini dapat membantu
menguatkan landasan doktrin dan jalan tengah terhadap
pelaksanaan kegiatan Jantiko Mantab.
3. Bagi peneliti, penelitian ini dapat menambah khazanah keilmuan
dan pemahaman tentang hadis-hadis yang berkaitan dengan
kegiatan Jantiko Mantab, sekaligus juga menjadi rujukan bagi
penelitian lain dalam bidang yang berbeda.

E. Tinjauan Pustaka
Sebagai sebuah disiplin ilmu yang tergolong masih baru,
penelitian tentang living hadis dewasa ini telah banyak dilakukan oleh
para peneliti muslim, baik dalam bentuk jurnal, skripsi, tesis, maupun
buku. Salah satu penelitan dalam bentuk jurnal misalnya telah ditulis
oleh Alfatih Suryadilaga pada tahun 2014 dengan judul Mafhȗm al-
Salawȃt ‘Inda Majmȗʻȃt Joget Shalawat Mataram: Dirȃsah Fȋ Hadȋth
al-Hayy. Dalam penelitiannya tersebut, ia mencoba menelaah makna
tradisi joged spiritual yang berasal dari kesultanan Mataram. Hasil dari
penelitiannya tersebut, ia menyimpulkan bahwa Joged Shalawat
Mataram adalah sebuah gerakan seni spiritual dan merupakan sebuah
12

fenomena living hadis. Setidaknya terdapat beberapa hadis-hadis Nabi


yang dijadikan prinsip dasar dalam kegiatan tersebut yaitu hadis-hadis
tentang perintah bersalawat kepada Nabi Saw dan hadis-hadis tentang
perintah meneladani akhlak Nabi Saw.27
Penelitian dalam bentuk skripsi pernah diteliti oleh Thoha
Syamsul Anam pada tahun 2016 dengan judul Fida’ Dalam
Pandangan Masyarakat Desa Panunggalan Kec. Pulokulon Kab.
Grobogan (Living Hadits). Dalam penelitiannya tersebut, ia
menganalisa kegiatan fidȃ’ yang dilakukan oleh masyarakat yaitu
pembacaan surat al-Ikhlȃș sebanyak seribu kali setiap malam sampai
malam ketujuh dari hari kematian seseorang di Desa Panunggalan.
Dalam penelitiannya, ia menyimpulkan bahwa tradisi pembacaan fidȃ’
adalah sebuah akulturasi antara ajaran Islam yang landasannya adalah
hadis-hadis Nabi di antaranya hadis tentang keutamaan membaca surat
al-Ikhlȃș dan ajaran-ajaran dari agama Hindu. Ajaran Hindu yang
semula menggunakan mantra-mantra diganti oleh Sunan Kalijaga
dengan ajaran Islam dengan pembacaan fidȃ’.28
Selanjutnya penelitian living hadis juga pernah dilakukan oleh
Hikmalisa pada tahun 2016 dengan judul Dominasi Habitus Dalam
Praktik Khitan Perempuan Di Desa Kuntu Darussalam Kabupaten
Kampar Riau (Aplikasi Praktik Sosial Pierre Boudieu Dalam Living
Hadis). Dalam penelitiannya tersebut, ia menganalisa tentang praktik
khitan pada perempuan yang terjadi di Desa Kuntu Darussalam
Kabupaten Kampar dengan menggunakan teori Pierre Bourdieu

27
Alfatih Suryadilaga, “Mafhȗm al-Salawȃt ‘Inda Majmȗʻȃt Joget Shalawat
Mataram: Dirȃsah Fȋ Hadȋth al-Hayy,” Studia Islamika, Vol. 21, No. 3 (April 2014):
h. 535-578.
28
Thoha Syamsul Anam, “Fida’ Dalam Pandangan Masyarakat Desa
Panunggalan Kec. Pulokulon Kab. Grobogan (Living Hadits),” (Skripsi S1 Fakultas
Ushuluddin dan Humaniora UIN Walisongo Semarang, 2016).
13

tentang praktik sosial sebagai pisau analisisnya. Hasil dari


penelitiannya, ia berkesimpulan bahwa mayoritas masyarakat
memahami keharusan melakukan khitan sesuai dengan hadis Nabi
Saw sebagai tatanan sosial dalam diri individu yang tidak
dipertanyakan lagi. Hal itu sesuai dengan ajaran ulama dengan modal
simboliknya sebagai orang yang berperan besar dalam menentukan
kebijakan di Desa Kuntu. Sedangkan tenaga medis memiliki modal
yang minim dan sulit menunjukkan eksistensinya dalam masyarakat.29
Dalam bentuk tesis, penelitian living hadis pernah dilakukan
oleh Nurkholis Sofwan pada tahun 2018 dengan judul Living Hadis:
Studi Atas Fenomena Tradisi Fidyah Salat dan Puasa Bagi Orang
Meninggal Di Indramayu. Dalam penelitiannya tersebut, ia
menganalisa tentang tradisi fidyah yang berkembang dalam
masyarakat Indramayu. Dengan penelitiannya, ia berkesimpulan
bahwa tradisi fidyah yang berkembang di Indramayu bermula dari
doktrin dari masyarakat yang belajar di berbagai pesantren di Jawa dan
kemudian ditransformasikan kepada masyarakat luas di Indramayu.
Selain itu, dalam memaknai hadis fidyah salat dan puasa, masyarakat
Indramayu memaknainya sebagai suatu iẖtiyȃṯ (kehati-hatian). Namun
demikian, tidak semua ulama setempat yang sepakat dengan tradisi
fidyah yang berkembang dalam masyarakat.30
Sementara penelitian lapangan tentang kegiatan simaan
Alquran pernah dilakukan oleh Najib Ubaidillah pada 2017 dalam
skripsinya yang berjudul Relevansi Bacaan Alquran dan Zikir

29
Hikmalisa, “Dominasi Habitus Dalam Praktik Khitan Perempuan Di Desa
Kuntu Darussalam Kabupaten Kampar Riau (Aplikasi Praktik Sosial Pierre Boudieu
Dalam Living Hadis),” Living Hadis, Vol. 1, No. 2 (Oktober 2016): h. 324-372.
30
Nurkholis Sofwan, “Living Hadis: Studi Atas Fenomena Tradisi Fidyah
Salat dan Puasa Bagi Orang Meninggal Di Indramayu,” (Tesis S2 Progaram Magister
Tafsir Hadis Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2018).
14

Terhadap Keharmonisan Rumah Tangga (Studi Kasus Jama’ah


Majelis Semaan Alquran Dan Dzikrul Ghofilin Di Pondok Pesantren
Al-Mujahadah Lempuyangan Kota Yogyakarta). Dalam skripsi
tersebut, ia hanya memfokuskan penelitiannya pada pengaruh bacaan
Alquran dan zikir terhadap masalah-masalah yang biasa muncul dalam
keluarga pada daerah tersebut. Adapun kesimpulannya, ia menyatakan
bahwa orang-orang yang telah lama mengikuti Majlis Semaan Alquran
dan Dzikrul Ghofilin merasa bahwa kehidupan mereka banyak
berubah. Kegiatan amaliah yang dilakukan oleh jamaah mempunyai
peran dan manfaat serta pengaruh positif dalam membentuk keluarga
yang harmonis. Dengan sering mengikuti Majlis Semaan Alquran dan
Dzikrul Ghofilin di Pondok Pesantren Al-Mujahadah akan membuat
hati tenang dan ketenangan hati yang dirasa membawa pengaruh untuk
mewujudkan terhadap keharmonisan rumah tangga.31
Dari penjelasan di atas, dapat terlihat bahwa penelitian living
hadis yang meneliti tentang berbagai fenomena yang ada di tengah-
tengah masyarakat semakin berkembang di berbagai wilayah
nusantara. Dalam hal ini belum ada penelitian yang membahas tentang
kegiatan simaan Alquran Jantiko Mantab sebagai pemaknaan terhadap
hadis Nabi Saw di Kabupaten Mesuji. Oleh karena itu, hal ini menjadi
sangat penting untuk diadakan penelitian lebih lanjut dan lebih
mendalam agar ditemukan pemahaman yang lebih komprehensif atas
pemaknaan hadis yang berkaitan dengan kegiatan Jantiko Mantab.
Penelitian ini sekaligus juga dapat menjadi landasan ilmiah bagi
pelaksanaan kegiatan tersebut serta menjadi jembatan penengah atas

31
Najib Ubaidillah, “Relevansi Bacaan Alquran dan Zikir Terhadap
Keharmonisan Rumah Tangga (Studi Kasus Jama’ah Majelis Semaan Alquran Dan
Dzikrul Ghofilin Di Pondok Pesantren Al-Mujahadah Lempuyangan Kota
Yogyakarta),” (Skripsi S1 Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga, 2017).
15

perbedaan pemahaman yang ada di tengah-tengah masyarakat


Kabupaten Mesuji.

F. Metode Penelitian
1. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan menggunakan
latar alamiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan
dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada.32 Pada
penelitian ini, peneliti menggunakan jenis penelitian kualitatif
dikarenakan data-data primer dalam penelitian ini adalah bersifat
deskriptif. Menurut Sugiyono, penelitian kualitatif mempunyai
beberapa karakteristik yaitu pertama, dilakukan pada kondisi yang
alamiah langsung ke sumber data dan peneliti adalah instrumen kunci.
Kedua, lebih bersifat deskriptif, yakni data yang terkumpul berbentuk
kata-kata atau gambar. Ketiga, lebih menekankan pada proses daripada
produk atau outcome. Keempat, melakukan analisis data secara
induktif. Kelima, lebih menekankan makna (data dibalik yang
dicermati).33

32
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2014), Cet. ke-33, h. 5.
33
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: CV. Alfabeta,
2014), Cet. ke-10, h. 9-10.
16

Pada penelitian ini, penulis menggunakan gabungan antara


pendekatan fenomenologi,34 etnografi,35 sekaligus studi kasus.36
Model pendekatan fenomenologi dilakukan dengan meneliti fakta
religius yang bersifat subjektif dari masyarakat Kabupaten Mesuji
tentang pelaksanaan kegiatan simaan Alquran Jantiko Mantab.
Sementara pendekatan etnografi dilakukan untuk mendeskripsikan
keadaan masyarakat Mesuji yang dilihat dari beberapa aspek, terutama
aspek sosial dan agama. Adapun pendekatan studi kasus digunakan
dengan mengungkap pola-pola kegiatan simaan Alquran Jantiko
Mantab di Kabupaten Mesuji.
2. Sumber dan Teknik Pengumpulan Data Penelitian
Sumber data dalam penelitian ini terdiri atas dua macam, yakni
dari lapangan (field research) sebagai sumber primer dan data
kepustakaan (library research) sebagai data sekunder. Sumber data
kepustakaan menurut Koentjaraningrat adalah cara pengumpulan data
dari bermacam-macam material yang terdapat di ruang kepustakaan,
seperti Koran, buku-buku, majalah, naskah, dokumen, dan sebagainya

34
Fenomenologi adalah penelitian yang berhubungan dengan interpretasi
terhadap realitas dan mencari jawaban tentang makna dari suatu fenomena serta
mempunyai fokus pada apa yang dialami oleh subyek penelitian tentang sebuah
fenomena dan bagaimana subyek mengalami dan memaknai pengalamannya. Lihat
Hasbiansyah, Pendekatan Fenomenologi: Penelitian Dalam Ilmu Sosial dan
Komunikasi (Jakarta: Mediator, 2008), h. 171.
35
Etnografi adalah penelitian yang mempelajari dan mendeskripsikan
peristiwa budaya, yang menyajikan pandangan hidup subjek yang menjadi obyek
studi. Deskripsi itu diperoleh oleh peneliti dengan cara berpartisipasi secara langsung
dan lama terhadap kehidupan sosial suatu masyarakat. Lihat Ninip Hanifah,
Penelitian Etnografi dan Penelitian Grounded Theory (Jakarta: Akademi Bahasa
Asing Borobudur Press, 2010), h. 2.
36
Studi kasus adalah penelitian yang dilakukan secara intensif terinci dan
mendalam terhadap suatu organisasi, lembaga atau gejala tertentu. Lihat Suharismi
Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik Edisi Revisi V (Jakarta:
Rieneka Cipta, 2010), h. 121.
17

yang relevan dengan penelitian.37 Sedangkan sumber lapangan dalam


penelitian ini diambil dari masyarakat Kabupaten Mesuji. Adapun
teknik pengumpulan datanya dilakukan dengan cara observasi dan
wawancara kepada masyarakat Kabupaten Mesuji, di antaranya yaitu
masyarakat umum, tokoh masyarakat, ulama, dan lainnya yang dapat
digali informasi dan dapat mendukung kebutuhan penelitian serta
dokumentasi. Adapun teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi
tersebut adalah sebagai berikut.
a. Observasi
Dengan metode observasi maka pengumpulan data dilakukan
dengan pengamatan langsung terhadap fenomena-fenomena yang
diselidiki terhadap objek dan subjek data. Data observasi berupa data
faktual, cermat, dan terinci mengenai keadaan lapangan, kegiatan dan
situasi sosial dengan penelitian secara langsung.38 Dalam penelitian
ini, peneliti akan mengikuti kegiatan simaan Alquran Jantiko Mantab
yang diselenggarakan di Kabupaten Mesuji dari awal hingga akhir.

b. Wawancara
Wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan data
yang dilakukan dengan berhadapan secara langsung dengan yang
diwawancarai namun dapat juga diberikan daftar pertanyaan dahulu
untuk dijawab pada kesempatan lain. Wawancara merupakan alat
rechecking atau pembuktian terhadap informasi atau keterangan yang
diperoleh sebelumnya. Teknik wawancara yang digunakan dalam
penelitian kualitatif adalah wawancara mendalam. Wawancara

37
Koentjaraningrat, Kamus Istilah Antropologi Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa (Jakata: Depdikbud, 1984), Cet. ke-1, h. 420.
38
Nasution, Metode Penelitian Naturalistic (Bandung: Tarsito, 2003), h.
59.
18

mendalam (indepth interview) adalah proses memperoleh keterangan


untuk tujuan penelitian dan tanya jawab sambil bertatap muka antara
pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan
atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara, di mana
informan terlibat kehidupan sosial yang relatif lama.39

c. Dokumentasi
Yaitu teknik pengumpulan data dan informasi melalui
pencarian dan penemuan bukti-bukti. Metode ini merupakan
pengumpulan data yang berasal dari sumber nonmanusia.40
Dokumentasi merupakan data mengenai hal-hal atau variabel berupa
catatan, transkip buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen, rapat,
agenda, dan lain sebagainya.41 Dalam penelitian ini, peneliti akan
menganalisis dokumen-dokumen yang berkaitan dengan Jantiko
Mantab, di antaranya adalah catatan sejarah pembentukan kegiatan
Jantiko Mantab, struktur kepengurusan organisasi, daftar tempat yang
pernah diadakan kegiatan Jantiko Mantab, dan lain sebagainya yang
mendukung data penelitian.
3. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan selama sembilan puluh hari atau tiga
bulan, terhitung sejak Februari 2019 hingga April 2019. Dalam rentang
waktu tersebut akan diselenggarakan kegiatan Jantiko Mantab
sebanyak tiga kali.42 Adapun wilayah penelitian ini akan dilakukan di

39
Winarno Surakhmad, Pengantar Penelitian Ilmiah (Bandung: Tarsito,
1985), h. 132.
40
Afifidin dan Beni Ahmad Saebani, Metodologi Penelitian Kualitatif
(Bandung: Pustaka Setia, 2014), h. 141.
41
Arikunto, Prosedur Penelitian, h. 274.
42
Ini dikarenakan kegiatan Jantiko Mantab hanya dilaksanakan setiap hari
Ahad legi, sehingga dalam rentang waktu sembilan puluh hari akan ada tiga kali
Ahad legi.
19

Desa Abung Kiwa Kecamatan Tanjung Raya, Desa Fajar Asri


Kecamatan Panca Jaya, Desa Mukti Karya Kecamatan Panca Jaya,
Desa Mekar Sari Kecamatan Tanjung Raya, dan Desa Tanjung Mas
Jaya Kecamatan Mesuji Timur.
Argumentasi pemelihan kelima desa di atas adalah Desa
Abung Kiwa dan Desa Fajar Asri adalah dua desa yang mengadakan
kegiatan Jantiko Mantab sehingga peneliti dapat mengadakan
observasi kegiatan secara langsung. Sedangkan ketiga desa lainnya
adalah sebagai tempat pelaksanaan wawancara bagi para informan.
Desa Mukti Karya adalah desa yang paling sering mengadakan
kegiatan Jantiko Mantab dan sebagai tempat awal pendirian Jantiko
Mantab. Selain itu, Desa Mukti Karya adalah tempat kantor Jantiko
Mantab berada dan sangat dekat dengan tempat kerusuhan ketika
Mesuji memanas. Pemilihan Desa Mekar Sari dikarenakan selain desa
ini menjadi tuan rumah Jantiko Mantab dalam periode penelitian ini,
di desa ini juga terdapat beberapa kelompok keagamaan, yaitu
Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, dan LDII (Lembaga Dakwah
Islam Indonesia) sehingga akan didapatkan jawaban yang menarik
dikarenakan adanya perbedaan tersebut. Adapun pemilihan Desa
Tanjung Mas Jaya dikarenakan desa ini termasuk desa terpencil dan
terletak di pinggiran serta jarang mengadakan kegiatan Jantiko
Mantab.
4. Teknik Pemilihan Informan
Pada teknik ini, peneliti akan menggunakan teknik purposive
sampling. Menurut Sugiyono, purposive sampling adalah teknik
penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu.43 Berkenaan dengan

43
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D (Bandung:
Alfabeta, 2014), Cet. ke-21, h. 85.
20

hal ini, Sutopo menjelaskan bahwa purposive sampling adalah teknik


yang dapat menentukan sampel dengan pertimbangan tertentu, seperti
memilih informan yang dianggap dapat memberikan data penelitian
secara maksimal.44
Dalam penelitian ini, peneliti akan memilih informan yang
dianggap mengetahui tentang hadis-hadis yang berhubungan dengan
kegiatan Jantiko Mantab di Kabupaten Mesuji, serta dapat dipercaya
untuk dijadikan sumber data penelitian. Adapun yang akan
diwawancarai adalah KH. Khoirul Habibi (49 tahun) yang merupakan
pembina Jantiko Mantab. Beliau adalah ulama sekaligus pengurus dari
Jantiko Mantab Kabupaten Mesuji. Dengan dipilihnya beliau sebagai
informan, diharapkan akan dapat digali data penelitian yang lebih
mendalam baik mengenai kegiatan simaan Alquran Jantiko Mantab itu
sendiri maupun tentang hadis yang berhubungan mengenai Jantiko
Mantab. Selain itu, guna mendapatkan informasi yang lebih lengkap
mengenai kegiatan Jantiko Mantab pusat, maka peneliti melakukan
wawancara pula kepada KH. Subhan Sagil (59 tahun) sebagai salah
seorang tokoh kegiatan Jantiko Mantab Pusat.
Informan selanjutnya adalah tiga orang tokoh agama yaitu Kyai
Mubarakul Ulum (40 tahun) yang merupakan tokoh agama NU Desa
Mekar Sari) guna memberikan informasi tambahan mengenai kegiatan
simaan Alquran Jantiko Mantab, KH. Syukri Asmawi (84 tahun) yang
merupakan tokoh agama Muhammadiyah Kabupaten Mesuji guna
memberikan informasi mengenai sejarah Muhammadiyah, dan Kyai
Sumitro (58 tahun) yang merupakan tokoh agama Lembaga Dakwah
Islam Indonesia (LDII) guna memberikan pandangan LDII terhadap

44
Sutopo, Pengantar Penelitian Kualitatif (Surakarta: Universitas Sebelas
Maret, 1988), h. 22.
21

kegiatan Jantiko Mantab. Selain itu, untuk mendapatkan data


tambahan mengenai latar belakang dan susunan kepengurusan tentang
ormas NU dan LDII, maka peneliti mewancarai pula KH. Abdul Karim
Mahfuzh (56 tahun) sebagai Ketua Tanfidziyah PCNU Kabupaten
Mesuji, Ustadz Samingan (39 tahun) sebagai Sekretaris PCNU
Kabupaten Mesuji, dan H. Suparyo (57 tahun) sebagai Ketua DPD
LDII Kabupaten Mesuji.
Informan berikutnya adalah empat orang dari jamaah Jantiko
Mantab yaitu Julis Harmoko (42 tahun), Tamamami (55 tahun), Imam
Muhtadi (42 tahun), M. Nur Salim (37 tahun), dan Dedi Hendra (66
tahun). Dari kelimanya akan digali di antaranya mengenai dampak
kegiatan simaan Alquran Jantiko Mantab terhadap ketenangan jiwa
serta apa implikasinya bagi kegiatan sehari-hari dan dari Dedi Hendra
akan digali mengenai suasana ketika kerusuhan dari sisi subyek dan
bagaimana perannya sekarang sebagai jamaah dalam mengajak teman-
temannya sesama pelaku kerusuhan untuk mengikuti kegiatan simaan
Alquran Jantiko Mantab. Peneliti juga akan mewancarai Ahmad
Supardi (35 tahun) yang merupakan masyarakat biasa dan belum
pernah mengimuti kegiatan Jantiko Mantab. Dari hasil keterangannya,
akan digali tentang pandangan dan dampak dari kegiatan Jantiko
Mantab dilihat dari sisi eksternal yakni masyarakat umum yang belum
pernah mengikuti kegiatan tersebut. Selain itu, peneliti akan
mewancarai Bapak Slamet Sulaiman (55 tahun) selaku Kabag Kesra
Kabupaten Mesuji untuk mengetahui karakteristik kehidupan
beragama yang ada di Kabupaten Mesuji dan implikasi kegiatan
simaan Alquran Jantiko Mantab bagi Pemerintah Daerah Kabupaten
Mesuji. Guna mendapatkan data tentang implikasi kegiatan ini bagi
tuan rumah penyelenggara kegiatan, maka peneliti melakukan
22

wawancara kepada KH. Bahruddin (53 tahun) yang merupakan


seorang ulama dan tokoh masyarakat yang sering menggelar kegiatan
ini di masjid desanya. Seluruh informan tersebut dianggap layak dan
cukup untuk dijadikan memuat data-data penelitian.
5. Teknik Analisa Data
Setelah data-data terkumpul dari berbagai sumber di atas maka
peneliti selanjutnya melakukan analisa data yaitu proses menyusun
data agar data tersebut dapat ditafsirkan.45 Untuk itu teknik analisa data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analitis.
Menurut Lexy J. Moleong, deskriptif analitis adalah sebuah alur
penelitian yang menghasilkan data-data deskriptif, baik tertulis
maupun tidak tertulis dari objek yang diamati.46 Adapun proses analisa
data ini meliputi tiga tahap, yaitu:
a. Induktif, metode ini melakukan pengembangan teori atau hipotesis
melalui pengungkapan fakta. Oleh karenanya metode ini berangkat
dari hal-hal yang bersifat khusus (partikular) kepada sesuatu yang
bersifat umum (universal).47 Dalam hal ini, peneliti membaca hadis
tentang Alquran dipadukan dengan pendapat para ulama dari
berbagai referensi, kemudian peneliti megembangkan data-data
tersebut dan menyimpulkan bahwa kegiatan Jantiko Mantab adalah
berdasarkan pada hadis-hadis Nabi Saw.
b. Deduktif, menganalisa data yang bersifat umum diolah menjadi
kesimpulan khusus.48 Dengan metode ini, maka penelitian ini akan

45
Dadang Kahmad, Metode Penelitian Agama (Bandung: CV. Pustaka
Setia, 2000), h. 102.
46
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2014), Cet. ke-33, h. 3.
47
Etta Mamang Sangaji dan Sopiah, Metodologi Penelitian-Pendekatan
Praktis dalam Penelitian (Yogyakarta: Andi Offset, 2010), h. 1.
48
Sangaji, Metodologi Penelitian-Pendekatan Praktis, h. 19.
23

menganalisa kegiatan simaan Alquran Jantiko Mantab yang


dilakukan oleh masyarakat Mesuji sebagai implementasi dari
hadis-hadis Nabi Saw.
c. Komparatif, yaitu suatu pola pikir dengan membandingkan
beberapa pendapat, fakta, maupun peristiwa yang telah diketahui
dengan kaidah-kaidah yang dijadikan sebagai landasan berpijak.49
Dalam hal ini peneliti membandingkan pendapat para ulama di
Kabupaten Mesuji tentang hadis-hadis yang berkaitan dengan
simaan Alquran Jantiko Mantab yang dijadikan landasan
masyarakat Kabupaten Mesuji dalam melaksanakan kegiatan
simaan Alquran Jantiko Mantab.

6. Teknik Penulisan
Adapun tehnik penulisan penelitian ini mengacu pada
Pedoman Penulisan Karya Ilmiah UIN Syarif Hidayatullah (sesuai
dengan keputusan Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta No. 507
Tahun 2017) dan dilengkapi dengan Pedoman Akademik Program
Magister Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun
2012. Sedangkan transliterasi pada penelitian ini mengacu pada
Pedoman Transliterasi Arab-Latin keputusan bersama Menteri Agama
dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor: 158 Tahun 1987
– Nomor: 0543 b/u/1987.

G. Sistematika Penulisan
Berdasarkan metodologi yang digunakan tersebut, maka untuk
mencapai pembahasan yang terarah dan sistematis diperlukan adanya
langkah-langkah penulisan dalam penelitian. Adapun sistematika

49
Tatan Maupun Amirin, Metodologi Riset (Yogyakarta: Pusat Penelitian
dan Pengabdian Masyarakat UIJ, 1979), h. 4.
24

penulisan penelitian ini dibagi atas lima bab, dan setiap bab meliputi
sub-sub bab sebagai garis pokok pembahasan. Pembagian bab tersebut
antara lain adalah sebagai berikut:
Bab pertama merupakan pendahuluan yang memuat seluk
beluk penelitian ini dengan uraian mengenai latar belakang masalah
sebagai tolok ukur pentingnya penelitian. Kemudian dilanjutkan
dengan identifikasi masalah, pembatasan masalah, dan perumusan
masalah sebagai fokus penelitian. Setelah itu membahas tentang tujuan
penelitian, kemudian manfaat penelitian, dan dilanjutkan dengan
pembahasan mengenai tinjauan pustaka yang dijadikan sebagai
perbandingan antara penelitian sebelumnya dengan penelitian
sekarang. Setelah itu dilanjutkan dengan metodologi penelitian dan
terakhir adalah sistematika penulisan.
Bab kedua membahas tentang deskripsi living hadis dan hadis
simaan Alquran. Dalam bab ini dibagi dalam dua sub-bab. Sub-bab
pertama membahas tentang tinjauan umum living hadis yang meliputi
pengertian dari living hadis, karakteristik penelitian living hadis, dan
metodologi dalam penelitian living hadis. Sub-bab selanjutnya adalah
tentang hadis yang menjadi dasar bagi pendirian kegiatan ini.
Pembahasan sub-bab ini meliputi teks hadis, takhrȋj hadis, dan kualitas
hadis baik sanad maupun matannya. Terakhir sub-bab ketiga adalah
membahas tentang makna dari hadis tersebut.
Bab ketiga membahas tentang mengenal lokasi penelitian dan
kegiatan simaan Alquran Jantiko Mantab. Dalam bab ini, peneliti akan
menguraikan tentang religiusitas di Kabupaten Mesuji. Tentang
religiusitas ini, peneliti akan menguraikan di dalamnya gambaran
singkat Kabupaten Mesuji, potret pendidikan Islamnya, gambaran
tentang ormas-ormas keagamaan yang ada, dan ulasan mengenai
25

kehidupan sosial keagamaan masyarakat Kabupaten Mesuji. Ini semua


sebagai landasan untuk mengetahui tingkat kesalehan warga
Kabupaten Mesuji sehingga mereka mau mengadakan kegiatan
keagamaan seperti simaan Alquran Jantiko Mantab. Selain membahas
tentang religuisitas, peneliti membahas pula tentang sejarah kegiatan
Jantiko Mantab baik yang ada di pusat maupun di Kabupaten Mesuji
sendiri. Pembahasan pada bab ini diakhiri dengan uraian mengenai
ruang lingkup kegiatan Jantiko Mantab yang membahas Jantiko
Mantab bagi pemerintah Kabupaten Mesuji, bagi warga pesantren, dan
bagi masyarakat secara umum.
Bab keempat akan membahas tentang analisis pemahaman dan
pengaruh hadis simaan Alquran di masyarakat. Dalam bab ini akan
dibagi ke dalam empat sub-bab. Sub bab pertama akan membahas
tentang living hadis: aktualisasi kegiatan simaan Alquran Jantiko
Mantab di Kabupaten Mesuji yang di dalamnya akan diuraikan tentang
pemahaman masyarakat atas hadis yang menjadi dasar dalam
berdirinya kegiatan Jantiko Mantab. Selain itu, akan dibahas pula
tentang rangkaian acara dalam kegiatan ini yang berupa mengirim
pahala bacaan Alquran kepada orang yang sudah meninggal,
mengkhatamkan Alquran seharian secara bi al-ghaib, menaruh media
air di depan ẖȃfȋz yang sedang membaca Alquran, salat dhuha dan
fardhu secara berjamaah, bershadaqah untuk kelangsungan acara
kegiatan, berdoa setelah khatam Alquran, dan bersalaman setelah
selesai acara. Sub-bab kedua akan diuraikan tentang bagaimana respon
masyarakat atas kegiatan simaan Alquran Jantiko Mantab di
Kabupaten Mesuji baik respon dari masyarakat yang mengikuti
maupun yang tidak mengikuti kegiatan Jantiko Mantab. Sub-bab
ketiga akan dibahas mengenai implikasi dari kegiatan Jantiko Mantab
26

di Kabupaten Mesuji baik implikasi terhadap tuan rumah


penyelenggara, bagi jamaah, maupun implikasi bagi pemerintah
daerah Kabupaten Mesuji. Sub-bab keempat akan diuraikan tentang
argumentasi pelestarian kegiatan Jantiko Mantab. Dalam sub-bab ini
akan dikaji apa alasan dari masyarakat Kabupaten Mesuji sehingga
mereka terus melaksanakan kegiatan simaan Alquran Jantiko Mantab
dalam berbagai keadaan dalam kehidupan mereka.
Bab kelima adalah penutup. Bab ini meliputi atas kesimpulan
dan rekomendasi. Dalam bab ini, peneliti akan menyimpulkan jawaban
atas perumusan masalah yang diajukan pada bab pertama. Selanjutnya,
peneliti akan menguraikan poin-poin rekomendasi yang peneliti
temukan selama dalam proses penelitian baik kepada masyarakat
Kabupaten Mesuji, Program Magister Ilmu Alquran dan Tafsir
Fakultas Ushuluddin, maupun untuk pengembangan penelitian yang
akan datang.
BAB II
DESKRIPSI LIVING HADIS DAN HADIS SIMAAN
ALQURAN

A. Tinjauan Umum Living Hadis


1. Pengertian Living Hadis
Secara etimologi, istilah living hadis berarti hadis yang hidup
atau menghidupkan hadis. Hal ini dikarenakan oleh kata living sendiri
yang dalam bahasa Inggris adalah hidup dan menghidupkan atau
dalam bahasa Arab semakna dengan kata hayy dan ihyâ’. Oleh
karenanya living hadis dalam bahasa Arab berarti al-hadîts al-hayy
atau ihyâ’ al-hadîts.1 Makna secara kebahasaan ini terangkum dalam
pemaknaan living hadis secara terminologi yakni sebagai gejala yang
nampak di masyarakat berupa pola-pola perilaku yang bersumber dari
maupun sebagai respon pemaknaan terhadap hadis Nabi Muhammad
Saw. Dengan demikian, living hadis adalah kajian dan penelitian
ilmiah tentang berbagai peristiwa sosial terkait dengan kehadiran atau
keberadaan hadis di sebuah komunitas muslim tertentu.2
Sebagai disiplin kajian yang memfokuskan pada tradisi yang
berkembang di dalam kehidupan masyarakat dengan menyandarkan
kepada hadis Nabi, maka akan terlihat respon sosial (realita) komunitas
muslim untuk membuat hidup dan menghidup-hidupkan teks agama
melalui sebuah interaksi yang berkesinambungan.3 Di sini terlihat

1
Ahmad Ubaidi Hasbillah, Ilmu Living Qur’an-Hadits: Ontologi,
Epistimologi, dan Aksiologi (Ciputat: Maktabah Darus Sunnah, 2019), h. 20.
2
M. Mansur, dkk., Metodologi Penelitian Living Qur’an dan Hadis
(Yogyakarta: Teras, 2007), h. 8.
3
Adrika Fitrotul Aini, “Living Hadis Dalam Tradisi Malam Kamis Majelis
Shalawat Diba’ Bil Musthafa,” Ar-Raniry Volume 2, no.1 (Juni 2014): h. 227.

27
28

adanya pemekaran wilayah kajian, dari kajian teks kepada kajian sosial
budaya yang menjadikan masyarakat agama sebagai objeknya.4
Living hadis yang merupakan sebuah penafsiran yang kontinu
dan progresif di daerah-daerah yang berbeda merupakan sebuah
sunnah yang hidup atau “living sunnah”5 yang selanjutnya juga
dinamakan dengan living hadis.6 Menurut M. Alfatih Suryadilaga,
living hadis memiliki tiga model bentuk yaitu pertama, tradisi tulis
menulis seperti bentuk ungkapan yang terpampang di masjid,
pesantren, dan tempat strategis lainnya. Kedua, tradisi lisan seperti
bacaan salat shubuh hari Jumat yang imamnya membaca surat al-
Sajdah pada rakaat pertamanya dan surat al-Insȃn pada rakaat
keduanya. Ketiga, tradisi praktik seperti waktu salat di masyarakat
Lombok tentang wetu telu dan wetu limo.7
2. Karakteristik Penelitian Living Hadis
Hadis Nabi sebagai sumber asasi dalam Islam di samping
Alquran, dapat dikaji dari berbagai sisi. Apakah dari sisi otentisitasnya
sehingga pertanyaan yang dimunculkan adalah apakah sebuah hadis
memang benar berasal dari Rasulullah Saw ataukah hanya merupakan
kreasi dari orang-orang yang datang setelah beliau. Alternatif kajian
yang lain adalah terhadap kandungan makna yang terdapat dalam
sebuah hadis, baik melalui pemahaman secara tematik maupun
pemahaman yang mengambil bentuk satu persatu hadis. Alternatif
kajian yang lainnya adalah kajian yang memfokuskan pada hadis dan

4
M. Khoiril Anwar, “Living Hadis,” Farabi Volume 12, no. 1 (Juni 2015):
h. 73.
5
Suryadilaga, Metodologi Penelitian, h. 193.
6
Nurkholis Sofwan, Living Hadis Studi Atas Fenomena Tradisi Fidyah
Salat Dan Puasa Bagi Orang Meninggal Di Indramayu (Ciputat: Gaung Persada,
2018), Cet. Ke-1, h. 3.
7
M. Alfatih Suryadilaga, Aplikasi Penelitian Hadis dari Teks ke Konteks
(Yogyakarta: Penerbit Teras, 2009), h. 184-195.
29

pemahaman terhadapnya yang telah dipraktikkan dan dilembagakan


dalam kehidupan muslim khususnya muslim kontemporer.8 Dari
pemetaan ini, kajian tentang living hadis dapat dimasukkan ke dalam
katagori yang terakhir.
Dengan memperhatikan pemetaan dan definisi tentang living
hadis yang telah dikemukakan di atas, maka akan terlihat karakteristik
kajian living hadis dengan kajian hadis yang lainnya. Perbedaan yang
ditampilkan antara lain adalah perbedaan cara pandang terhadap hadis
Nabi Saw itu sendiri. Living hadis menjadikan hadis sebagaimana
dipahami oleh masyarakat sebagai objek telaahnya. Hal ini berarti telah
mempertimbangkan eksistensi reader sebagai pemberi makna terhadap
teks hadis. Sementara dalam kajian hadis yang bergelut dengan teks,
tema pokok yang menjadi bidikannya adalah relasi antara teks dan
author, sehingga ketika teks hadis tersebut muncul, maka yang segera
diverifikasi adalah siapa yang sebenarnya menjadi author di balik
lahirnya teks hadis tersebut. Benarkah ia berasal dari Nabi Saw sebagai
author. Oleh karena itu, hasil verfikasi yang dilakukannya adalah
berkisar pada otentisitas teks hadis. Sementara dalam hadis yang telah
mempertimbangkan eksistensi reader melangkah pada makna yang
diberikan oleh reader.9
Pemahaman lain yang dapat diungkap dari pengertian living
hadis sebagaimana diungkap di atas adalah perbedaannya dengan
kajian ilmu sosial murni. Jika disebutkan bahwa living hadis adalah
kajian yang mencoba memotret pola pandang masyarakat yang
diinspirasi oleh hadis Nabi, maka jelas tidak dapat disamakan dengan

8
M. Mansur, dkk., Metodologi Penelitian Living, h. xiv.
9
Saifuddin Zuhri Qudsy, Model-model Penelitian Hadis Kontemporer
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013), h. xvii.
30

kajian terhadap fenomena sosial keagamaan yang berkembang dalam


kehidupan masyarakat yang tidak mengetahui dasar yang menjadi
pijakan atas tindakan yang dilakukannya namun hanya semata-mata
mendasarkan diri pada kenyataan yang telah ada sebelumnya, bukan
didasarkan pada teks hadis tertentu, maka tidak dapat dimasukkan ke
dalam bagian kajian living hadis, melainkan ia tergolong sebagai kajian
sosial murni dalam bidang on muslim society.10
Perbedaan lain adalah pertama, kajian living hadis lebih sempit
cakupannya. Kajian living hadis terbatas pada kajian atas fenomena
dari praktik, tradisi, ritual, atau praktik kehidupan sehari-hari yang
diinisiasi oleh teks hadis. Sementara itu kajian sosial keagamaan sama
sekali tidak membatasi hal itu, yang terpenting terdapat unsur agama
di dalamnya. Kedua, penelitian living hadis berbasis pada bagaimana
resepsi masyarakat terhadap teks yang ada di balik praktik. Ketiga,
penelitian living hadis menitikberatkan terhadap kajian transmisi
pengetahuan atas sebuah praktik tertentu. Dengan bahasa lain, apabila
ingin meneliti misalnya kolam air yang ada di masjid-masjid yang ada
di Pantura, maka perlu pula mengetahui bagaimana proses transmisi
pengetahuan yang diresepsi agen, bagaimana proses kreatif atas teks
hadis bisa menjadi sedemikian rupa sehingga tercipta kolam air yang
ada di toilet-toilet tersebut.11
Tegasnya, untuk dimasukkan ke dalam kajian living hadis,
penelitian terhadap fenomena muslim yang ditelaah haruslah berupa
fenomena yang berasal dari pemahaman masyarakat yang timbul dari
upayanya meneladani tradisi Nabi atau fenomena yang didasarkan

10
M. Mansur, dkk., Metodologi Penelitian Living, h. 134.
11
Saifuddin Zuhri Qudsy dan Subkhani Kusuma Dewi, Living Hadis
Praktik, Resepsi, Teks, dan Transmisi (Yogyakarta: Q-Media, 2018), h. 112-113.
31

pada teks-teks hadis yang jelas sumbernya atau bahkan teks hadis yang
diyakini ada.12 Living hadis tidak sekedar berkaitan dengan pola-pola
perilaku sebagai bagian dari respon umat dalam interaksinya dengan
hadis-hadis Nabi, tetapi juga pengaruh signifikan hadis terhadap
kondisi dan pencapaian cita-cita umat itu sendiri.13
Dengan demikian, apabila disederhanakan, maka sebenarnya
yang menjadi objek material dari kajian living hadis adalah hadis dan
masyarakat itu sendiri secara bersamaan. Namun, sekalipun hadis Nabi
yang menjadi objek materialnya, yang dikehendaki dalam kajian living
hadis adalah “hadis yang hidup” dalam arti fenomena yang timbul
dalam kehidupan masyarakat yang berkaitan dengan hadis Nabi.
Sementara masyarakat sebagai objek material kajian living hadis pun
tidak menjadikan masyarakat, manusia, maupun perilakunya itu sendiri
sendiri sebagai kajiannya, melainkan hasil interaksinya dengan hadis
Nabi.14 Selain itu, disebabkan objek yang diteliti adalah praktik yang
berkembang di masyarakat, maka penggunaan teori-teori ilmu sosial
seperti sosiologi dan antropologi dalam living hadis tidak dapat
dielakkan. Hal ini karena living hadis sebagai sebuah praktik tentu lahir
dari sebuah dialektika individu dan masyarakat yang menjadi fokus
kajian dalam disiplin ilmu sosial seperti sosiologi dan antropologi.15
Disiplin ilmu-ilmu sosial diadopsi ke dalam kajian living hadis sebagai
alat telaahnya (objek formal).16

12
M. Mansur, dkk., Metodologi Penelitian Living, h. 134.
13
Jajang A. Rohmana, “Pendekatan Antropologi Dalam Studi Living Hadis
Di Indonesia: Sebuah Kajian Awal”, Jurnal Holistic al-Hadis, Vol. 01, no. 02 (Juli-
Desember 2018): h. 257.
14
Hasbillah, Ilmu Living Qur’an-Hadits, h. 56.
15
Qudsy dan Dewi, Living Hadis, h. 16.
16
Nor Salam, Living Hadis Integrasi Metodologi Kajian ʻUlumul Al-Hadis
dan Ilmu-ilmu Sosial (Batu: Literasi Nusantara, 2019), h. 90,
32

3. Metodologi Dalam Penelitian Living Hadis


Dalam penelitian berbasis living hadis, model penelitian
kualitatif adalah hal yang selama ini lazim digunakan, meskipun tidak
menutup celah penelitian kuantitatif atau penelitian campuran
digunakan. Hal ini dikarenakan dalam operasional penelitiannya,
penelitian kualitatif berkepentingan untuk memahami perilaku
manusia menurut kerangka acuan dari pelaku perbuatan itu sendiri.
Dengan kata lain, bagi penelitian yang bertumpu pada paham
fenomenologi, realitas terpenting adalah bagaimana manusia
melukiskannya atau menghayati dunianya. Karena itu pulalah, maka
paradigma yang dianut dalam penelitian kualitatif adalah paradigma
definisi sosial yang menekankan pada kenyataan sosial yang bersifat
subjektif dan paradigma perilaku sosial yang menjadikan perilaku
manusia yang konkrit sebagai fokus kajiannya.17 Adapun beberapa
teori yang tercakup dalam paradigma yang dianut dalam penelitian
kualitatif adalah fenomenologi, interaksi simbolis,18 etnometodologi,19
dan teori pertukaran sosial.20

17
Salam, Living Hadis, h. 90, Ida Bagus Irawan, Teori-teori Sosial Dalam
Tiga Paradigma (Jakarta: Kencana, 2014), h. 95.
18
Interaksi simbolik merupakan teori yang memiliki asumsi bahwa manusia
membentuk makna melalui proses komunikasi. Teori ini berfokus pada pentingnya
konsep diri dan persepsi yang dimiliki individu berdasarkan interaksi dengan
individu lain. Daryanto, Pengantar Teori Komunikasi (Jakarta: Penerbit Salemba,
2015), h. 24.
19
Etnometodologi berasal dari tiga kata Yunani, etnos (orang), metodas
(metode), dan logos (ilmu). Secara harfiah berarti studi atau ilmu tentang metode
yang digunakan untuk meneliti bagaimana individu-individu menciptakan dan
memahami kehidupan mereka sehari-hari, seperti cara mereka menyelesaikan
pekerjaan di dalam kehidupan sehari-hari. Mudjia Rahardjo, Apa Itu Studi
Etnometodologi (Malang: UIN Malang Media, 2017), h. 3.
20
Teori pertukaran sosial adalah teori dalam ilmu sosial yang menyatakan
bahwa dalam sebuah hubungan sosial terdapat unsur ganjaran, pengorbanan, dan
keuntungan yang saling mempengaruhi. Teori ini menjelaskan bagaimana manusia
memandang tentang hubungan kita dengan orang lain sesuai dengan anggapan diri
manusia tersebut terhadap 1. Keseimbangan antara apa yang diberikan ke dalam
hubungan dan apa yang dikeluarkan dari hubungan itu. 2. Jenis hubungan yang
33

Selain hal di atas, penelitian kualitatif dapat diidentifikasi


dengan beberapa karakteristik yang melekat di dalamnya. Misalnya,
dari sisi instrumen penelitian, paradigma kualitatif menjadikan peneliti
sebagai alat pengumpul data yang utama, karena peneliti itu sendiri
yang akan memahami secara mendalam tentang objek yang diteliti,
dengan menggunakan beberapa teknik seperti observasi partisipasi,
dokumen perorangan maupun wawancara mendalam. Dari sisi data
yang dikumpulkan, yakni berupa uraian deskriptif dari hasil data di
lapangan. Terhadap data-data yang telah dikumpulkanm kemudian
dianalisis secara induktif, yakni bertitik tolak dari hal-hal yang khusus,
semisal dari hasil pengamatan, ke hal-hal yang bersifat umum.21
Kajian living hadis sebagai sebuah penelitian ilmiah tentu
tidaklah berbeda dengan penelitian-penelitian ilmiah pada umumnya.
Suatu penelitian dapat dikatakan ilmiah manakala ia mengikuti
langkah-langkah berfikir secara sistematis, yaitu dimulai dengan tahap
pemilihan tema kajian, dilanjutkan dengan pengumpulan data, analisis
data, dan penarikan kesimpulan.22 Langkah sistematis inilah yang
menjadi pembeda antara ilmu pengetahuan dan pengetahuan biasa, di
samping pembeda yang lain. Semisal, disebut ilmu pengetahuan jika
memiliki objek kajian yang jelas, baik objek formal maupun objek
material, serta memiliki perangkat metode pengembangan yang
dengannya ilmu pengetahuan dapat diteliti dan dikembangkan secara
terus menerus.23

dilakukan. 3. Kesempatan memiliki hubungan yang lebih baik dengan orang lain.
Daryanto, Pengantar Teori Komunikasi, h. 34, Cik Hasan Bisri, Pilar-pilar
Penelitian Hukum Islam dan Pranata Sosial (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), h. 269.
21
Ida Bagoes Mantra, Filsafat Penelitian dan Metode Penelitian Sosial
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), h. 32.
22
Salam, Living Hadis, h. 93.
23
M.F. Zenrif, Realitas dan Metode Penelitian Sosial Dalam Perspektif Al-
Quran: Teori dan Praktik. (Malang: UIN Malang Press, 2006), h. 147.
34

Living hadis sebagai metode keilmuan tentunya telah memiliki


langkah-langkah metodis dalam kajiannya. Dalam hal ini terdapat
beberapa tahap yang dilakukan dalam penelitian living hadis. Pertama
adalah peneliti memilih hadis yang akan dijadikan sebagai tema kajian
yang tentu sebelumnya peneliti telah memastikan adanya fenomena
sosial yang diinspirasi oleh hadis Nabi. Tahap berikutnya adalah
melakukan uji validitas dan penelusuran terhadap seluruh sanad dan
matan hadis yang setema. Tugas selanjutnya adalah melakukan
interpretasi tekstual dan kontekstual terhadap hadis yang dikaji dan
dilanjutkan dengan memilih informan yang dianggap mengetahui
tentang permasalahan yang diteliti. Setelah ditentukan informannya,
maka langkah selanjutnya adalah memilih teknik pengumpulan data
yang dianggap sesuai, sekaligus mengumpulkan data-data terkait tema
kajian yang selanjutnya dianalisis dimulai dari tahap reduksi data,
penyajian data hingga pada proses penarikan kesimpulan. Setelah
proses di atas dilakukan, maka tahap terakhir adalah menyusun laporan
penelitian terkait hasil penelitian atas hadis yang sedang dikaji.24
Mengikuti uraian tentang langkah penelitian living hadis di
atas, jika disandingkan dengan alur proses berfikir sistematis
sebagaimana diungkap di awal, tentu saja, langkah-langkah penelitian
yang dimaksudkan dapat disederhanakan ke dalam empat tahapan
penting, yaitu menentukan tema kajian, pengumpulan data dan analisis
data dengan anatomi teoritis-metodologis yang melekat pada metode
kritik hadis dan metode kajian ilmu sosial, dilanjutkan dengan
penarikan kesimpulan. Sedangkan perumusan masalah, penyusunan

24
Salam, Living Hadis, h. 94. Dalam penelitian living hadis ini, tahapan-
tahapan tersebut digunakan oleh peneliti sebagai acuan dalam melakukan kegiatan
penelitian.
35

laporan penelitian dan langkah-langkah lain yang disebutkan


sebelumnya, tanpa harus dinyatakan di dalam proses penelitian, secara
keseluruhan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam kerja-kerja
penelitian ilmiah.25
Langkah-langkah penelitian di atas, memperlihatkan model
integrasi antara metode penelitian hadis atau yang disebut dengan kritik
hadis dengan metode penelitian yang dikenal dalam ilmu sosial.
Sebenarnya, living hadis cenderung tidak terlalu berurusan dengan
standard kesahihan sanad dan matan sebagaimana umumnya ditelaah
secara detail melalui kajian ilmu-ilmu hadis yang berorientasikan pada
teks. Hal ini disebabkan oleh keberadaan hadis yang hendak dikaji
melalui living hadis telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat.26
Namun demikian, pernyataan di atas tidak lantas menyebut
living hadis sebagai pengganti terhadap studi hadis yang telah menjadi
catatan gemilang kesarjanaan muslim. Setidaknya, living hadis masih
saja berurusan dengan kajian dalam bidang studi hadis menyangkut
status sebuah hadis yang sedang dilacak pemaknaannya dalam
kehidupan masyarakat, yang hasilnya adalah hanya sebagai penegasan
tentang status kesahihannya. Di sinilah letak pentingnya integrasi
metodologi kajian hadis dan ilmu-ilmu sosial. Kajian ilmu hadis
sebagai penentu akan status sebuah hadis, sementara kajian ilmu sosial
digunakan dalam melacak latar belakang pemaknaan hadis dalam suatu
kehidupan masyarakat sehingga mereka menjadi seperti apa yang
diinginkan oleh hadis.27

25
Salam, Living Hadis, h. 96.
26
Saifuddin Zuhri Qudsy, “Living Hadis: Genealogi, Teori, dan Aplikasi,”
Jurnal Living Hadis Volume I, no. 01 (Mei 2016): h. 144.
27
Salam, Living Hadis, h. 20.
36

Metode integrasi di atas diperlukan mengingat problem yang


melekat pada hadis, baik dari sisi penentuan kualitas sanad dan
matannya, maupun dari sisi pemaknaannya memiliki tingkat kerumitan
yang lebih tinggi dibandingkan dengan problem yang mengitari pada
pemahaman terhadap Alquran. Alasan klasik yang dapat menguatkan
persepsi demikian tentu saja didasarkan pada status qatʻiy-zanniy28
yang melekat pada kedua sumber asasi hukum Islam tersebut. Secara
dilâlah, baik Alquran maupun hadis sama-sama dapat dipilah ke dalam
katagori qatʻiy al-dilâlah atau zanniy al-dilâlah. Namun secara tsubut
atau wurud-nya, kedua sumber asasi ini memiliki tingkat akurasi yang
berbeda. Hadis Nabi adakalanya zanniy secara tsubut kecuali hadis-
hadis mutawâtir, maka Alquran secara keseluruhan bersifat qatʻiy.29
Alquran secara redaksional disusun langsung oleh Allah Swt,
sementara Malaikat Jibril hanya bertugas menyampaikan kepada
baginda Nabi dan Nabi pun menyampaikan kepada umatnya secara
persis apa yang diterimanya dari Malaikat Jibril. Otentisitas
redaksional yang demikian ini berlanjut dari satu generasi ke generasi
berikutnya. Oleh karena itu, otentisitas redaksi Alquran terjamin dari
adanya penyimpangan. Jaminan inilah yang selanjutnya mengantarkan
wahyu-wahyu Alquran pada level qatʻiy al-wurud.30
Jaminan otentisitas di atas tentu berbeda dengan hadis Nabi
yang secara umum disampaikan secara individual dan tidak jarang

28
Di kalangan ahli usȗl, istilah qatʻiy dan zanniy masing-masing terdiri dari
dua bagian, yaitu menyangkut al-tsubut (kebenaran sumber) dan al-dalâlah
(kandungan makna). Dua istilah ini dibagi menjadi dua bagian, ialah qatʻiy al-tsubut
dan zanniy al-tsubut, serta qatʻiy ad-dalâlah dan zanniy al-dalâlah. Lihat Saifudin
Zuhri, “Studi Tentang Dalalah Makna: Absolutisme dan Relatifisme Ayat-Ayat
Hukum dalam Al-Qur’an,”Attaqaddum, no. 2 (November 2015): h. 240.
29
Salam, Living Hadis, h. 26.
30
M. Quraish Shihab, 1001 Soal Keislaman yang Patut Anda Ketahui
(Jakarta: Lentera Hati, 2008), h. 279.
37

dengan redaksi yang sedikit berbeda dengan apa yang disabdakan oleh
baginda Nabi. Selain itu, berdasarkan pada pengakuan para ulama yang
berkecimpung dalam kajian hadis, sekalipun pada masa sahabat telah
ada di antara mereka yang menulis teks-teks hadis, namun pada
umumnya sebagian besar penerimaan hadis pada saat ini hanya
didasarkan pada hafalan para sahabat dan tabiin. Kondisi menyebabkan
posisi hadis tidak sampai pada level qatʻiy al-wurud melainkan hanya
sampai level zanniy al-wurud. Dengan kata lain, otentisitas redaksi
hadis hanya merupakan suatu dugaan bukan suatu kepastian.31
Sekali lagi, bidikan terhadap hadis dengan mempertimbangkan
eksistensi reader sebagaimana dituju dalam kajian living hadis sama
sekali tidaklah berarti mengesampingkan kajian terhadap otentisitas
teks. Otentisitas teks tetap dibutuhkan, sebab bagaimanapun juga,
untuk menyatakan teks sebagai sumber hukum yang valid harus
dibuktikan dari sisi otentisitasnya.32 Selain mengetahui tentang
bagaimana sebuah hadis telah diinternalisasi dalam kehidupan
masyarakat, keuntungan lain dari model integrasi ini adalah akan
diketahuinya kecocokan tidaknya antara pengamalan yang dilakukan
masyarakat dengan substansi hadis yang sedang dikaji dan apakah teks
hadis yang diamalkan telah terjadi pengurangan atau penambahan.
Menurut Saifuddin Zuhri Qudsy33, model integrasi ini pulalah yang
kini diterapkan pada Prodi Ilmu Hadis Fakultas Ushuluddin UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta tatkala mahasiswanya akan melakukan penelitian
dengan kajian living hadis.34

31
Shihab, 1001 Soal Keislaman, h. 280.
32
Salam, Living Hadis, h. 9.
33
Beliau adalah salah satu staf pengajar pada Prodi Ilmu Hadis Fakultas
Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
34
Qudsy dan Dewi, Living Hadis, h. 112.
38

B. Hadis Yang Mendasari Berdirinya Kegiatan Simaan Alquran


Jantiko Mantab35
1. Teks Hadis Yang Mendasari Berdirinya Kegiatan Simaan
Alquran Jantiko Mantab

‫اَّللى َويَتَ َد َار ُسونَهُ بَْي نَ ُه ْم إىاله‬


‫اب ه‬ ‫ى‬ َ ‫اَّللى تَ َع‬
َ َ‫اَل يَْت لُو َن كت‬ ‫وت ه‬ ‫ت ىمن ب ي ى‬
ٍ
ُُ ْ ‫اجتَ َم َع قَ ْوٌم ىِف بَْي‬
ْ ‫َما‬
.ُ‫يم ْن عىنْ َده‬‫نَزلَت علَي ىهم ال هسكىينةُ وغَ ىشي تْ هم الهر ْْحةُ وحفهتْ هم الْمالَئى َكةُ وذَ َكرهم ه ى‬
َ ‫اَّللُ ف‬ ُ َُ َ َ ُُ َ َ َ ُُ َ َ َ ُ َْ ْ َ
Artinya:
“Tidaklah berkumpul suatu kaum di salah satu rumah Allah,
sedang mereka membaca kitab Allah (Alquran) dan
mempelajarinya di antara mereka, kecuali akan turun
ketenangan atas mereka dan mereka akan dilingkupi oleh
rahmat serta para Malaikat mengelilingi mereka dan Allah
menyebut-nyebut mereka pada (makhluk) yang ada di dekat-
Nya.”

2. Takhrȋj Hadis Yang Mendasari Berdirinya Kegiatan Simaan


Alquran Jantiko Mantab
Metode yang digunakan oleh peneliti untuk men-takhrȋj hadis
yang menjadi dasar dalam kegiatan simaan Alquran Jantiko Mantab
ini adalah metode takhrȋj dengan jalan mengetahui terlebih dahulu
lafaz matan hadis yang merupakan titik awal dalam meneliti hadis
tersebut. Dalam aplikasinya peneliti menggunakan Al-Muʻjam Al-
Mufahras li Alfȃz al-Hadȋts al-Nabawiy dan Al-Maktabah al-Syȃmilah
sebagai alat bantu untuk melakukan kegiatan takhrȋj.
Setelah dilakukan pengecekan dengan menggunakan metode di
atas, hadis yang mendasari kegiatan simaan Alquran Jantiko Mantab

35
Dalam penelitan ini, peneliti menggunakan metode integrasi sebagaimana
yang telah diuraikan di atas. Dengan menampilkan kajian teks, selain beberapa
keuntungan yang telah disebutkan, peneliti ingin menampilkan sajian tulisan yang
lebih komprehensif.
39

ternyata diriwayatkan oleh beberapa perawi hadis yaitu Imâm Abȗ


Dâwud dalam Sunan Abȗ Dâwud pada kitab al-Witr bab fȋ tsawȃb
qirȃah al-Qur’ȃn dengan nomor hadis 1457 dengan lafaz yang sama,
Imâm Muslim dalam Saẖȋẖ Muslim pada kitab al-Dzikr wa al-Duʻȃ’
wa al-Taubah bab Faḏl al-Ijtimȃʻ ʻAlȃ Tilȃwah al-Qur’ȃn wa ʻAlȃ al-
Dzikr dengan nomor hadis 7028 dengan lafaz yang sama dan lebih
panjang, Imâm Aẖmad bin Hanbal dalam Musnad Aẖmad bin Hanbal
pada Musnad Abȋ Hurairah dengan nomor hadis 7634 dengan lafaz
yang sama dan lebih panjang, Imâm Ibnu Mȃjah dalam Sunan Ibnu
Mȃjah pada kitab al-Muqaddimah bab Faḏl al-ʻUlamȃ wa al-Hats ʻAlȃ
Ṯalab al-ʻllm dengan nomor hadis 230 dengan lafaz yang sama dan
lebih panjang, dan Imâm al-Tirmidziy dalam Sunan al-Tirmidziy pada
kitab al-Qirȃ’ȃt bab Man Naffasa ʻAn Akhȋh Kurbatan Min Kurab al-
Dunyȃ dengan nomor hadis 3197 dengan lafaz yang hampir sama dan
lebih panjang.
Hadis-hadis yang telah di-takhrȋj adalah sebagai berikut:
1) Hadis Riwayat Imâm Abȗ Dâwud

‫صالى ٍح َع ْن أ ىَِب‬ ‫َحدهثَنَا عُثْ َما ُن بْ ُن أ ىَِب َشْي بَةَ َحدهثَنَا أَبُو ُم َعا ىويَةَ َع ىن األ َْع َم ى‬
َ ‫ش َع ْن أ ىَِب‬
‫اَّللى‬ ‫ت ىمن ب ي ى‬
ٍ
‫وت ه‬ ُُ ْ ‫اجتَ َم َع قَ ْوٌم ىِف بَْي‬
ْ ‫ال َما‬
َ َ‫ ق‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ‫هب‬ ‫ى‬
‫ُهَريْ َرةَ َعن النى ىى‬
ُ‫ت َعلَْي ىه ُم ال هسكىينَةُ َو َغ ىشيَ ْت ُه ُم الهر ْْحَة‬ ‫اَل ي ْت لُو َن كىتاب هى‬
ْ َ‫اَّلل َويَتَ َد َار ُسونَهُ بَْي نَ ُه ْم إىاله نََزل‬ َ َ َ َ ‫تَ َع‬
.36ُ‫يم ْن عىْن َده‬‫وحفْهت هم الْمالَئى َكةُ وذَ َكرهم ه ى‬
َ ‫اَّللُ ف‬ ُ َُ َ َ ُُ َ َ
Artinya:
“Telah menceritakan kepada kami ‘Utsman bin Abȋ Syaibah,
telah menceritakan kepada kami Abȗ Mu’ȃwiyah, dari al-

Sulaimȃn bin al-Asyʻats Abȗ Dȃwud al-Sijistȃniy al-Azdiy, Sunan Abȋ


36

Dȃwud (Beirut: Dȃr al-Fikr, t.t.), No. Hadis 1457, Juz 4, h. 460.
40

Aʻmasy, dari Abȗ Sȃliẖ, dari Abȋ Hurairah, dari Nabi Saw,
beliau bersabda, ‘Tidaklah berkumpul suatu kaum di salah satu
rumah Allah, sedang mereka membaca kitab Allah (Alquran)
dan mempelajarinya di antara mereka, kecuali akan turun
ketenangan atas mereka dan mereka akan dilingkupi oleh
rahmat serta para Malaikat mengelilingi mereka dan Allah
menyebut-nyebut mereka pada (makhluk) yang ada di dekat-
Nya.”

2) Hadis Riwayat Imâm Muslim

- ُّ‫يم ُّى َوأَبُو بَ ْك ىر بْ ُن أ ىَِب َشْي بَةَ َوُُمَ هم ُد بْ ُن الْ َعالَىء ا ْْلَْم َد ىاِن‬
‫هم ى‬
‫حدهثَنَا ََيَي بن ََيَي الت ى‬
َْ ُ ْ َْ َ
‫ش َع ْن‬ ْ ‫اآلخَر ىان َحدهثَنَا أَبُو ُم َعا ىويَةَ َع ىن األ‬
‫َع َم ى‬ َ ‫ال‬ َ َ‫َخ ََبَََن َوق‬ َ َ‫ ق‬- ‫ظ لىيَ ْح ََي‬
ْ ‫ال ََْي ََي أ‬ ُ ‫َوالله ْف‬

‫هس َع ْن‬‫ف‬َ‫ن‬ ‫ن‬ ‫م‬ -‫وسلم‬ ‫عليه‬ ‫هللا‬ ‫صلى‬ - ‫اَّللى‬


‫ه‬ ‫ول‬
ُ ‫س‬ ‫ر‬ ‫ال‬
َ ‫ق‬
َ ‫ال‬
َ ‫ق‬
َ ‫ة‬
َ‫ر‬ ‫ي‬‫ر‬ ‫ه‬ ‫ى‬
‫َِب‬‫أ‬ ‫ن‬ ‫ع‬ ‫ح‬
ٍ ‫أىَِب صالى‬
َ ْ َ ُ َ ْ
ََ ُ ْ َ َ
‫ب يَ ْوىم الْ ىقيَ َام ىة َوَم ْن يَ هسَر َعلَى‬
‫اَّلل َعْنهُ ُكربةً ىمن ُكر ى‬
َ ْ َْ ُ‫هس ه‬
‫ى‬ ‫ى‬ ٍ‫ى‬
َ ‫ُم ْؤمن ُك ْربَةً م ْن ُكَرب الدُّنْيَا نَف‬
‫ى‬
‫اآلخرةى‬ ‫اآلخرةى وَم ْن َس َََت ُمسلىما َس ََتَهُ ه ى‬
‫ى‬ ‫ُم ْع ىس ٍر يَ هسر ه ى ى‬
َ ‫اَّللُ ِف الدُّنْيَا َو‬ ًْ َ َ ‫اَّللُ َعلَْيه ِف الدُّنْيَا َو‬ َ
‫س فى ىيه عىلْ ًما‬
ُ
‫ك طَ ىري ًقا ي لْتَ ى‬
‫م‬ َ َ ‫ل‬
َ ‫س‬
َ ‫ن‬
ْ ‫م‬
َ‫و‬َ ‫يه‬ ‫اَّلل ىِف عو ىن الْعب ىد ما َكا َن الْعب ُد ىِف عو ىن أ ى‬
‫َخ ى‬
َْ َْ َ َْ ْ َ ُ‫َو ه‬
‫اَّللى‬ ‫ى‬ ‫وت هى‬ ‫ت ىمن ب ي ى‬
ٍ ‫ى‬ ‫س هل ه ى‬
‫اب ه‬ َ َ‫اَّلل يَْت لُو َن كت‬ ْ ‫اَّللُ لَهُ بىه طَ ىري ًقا إى ََل ا ْْلَنهة َوَما‬
ُُ ْ ‫اجتَ َم َع قَ ْوٌم ىِف بَْي‬ َ َ
‫ت َعلَْي ىه ُم ال هسكىينَةُ َوغَ ىشيَ تْ ُه ُم الهر ْْحَةُ َو َحفهتْ ُه ُم الْ َمالَئى َكةُ َوذَ َكَرُه ُم‬
ْ َ‫َويَتَ َد َار ُسونَهُ بَْي نَ ُه ْم إىاله نََزل‬
37
.ُ‫يم ْن عىْن َدهُ َوَم ْن بَطهأَ بىىه َع َملُهُ ََلْ يُ ْس ىر ْع بىىه نَ َسبُه‬‫ه ى‬
َ ‫اَّللُ ف‬

Artinya:
“Telah menceritakan kepada kami Yaẖyȃ bin Yaẖyȃ al-
Tamȋmiy, Abȗ Bakr bin Abȋ Syaibah, dan Muẖammad bin al-

Abȗ al-Husain Muslim bin al-Hajjȃj bin Muslim al-Qusyairiy al-


37

Naisȃbȗriy, Al-Jȃmiʻ al-Saẖȋẖ al-Musammȃ Saẖȋẖ Muslim (Beirut: Dȃr al-Afȃq al-
Jadȋdah, t.t.), No. Hadis 7028, Juz 8.
41

‘Alȃ’ al-Hamdȃniy -lafaz adalah dari Yaẖyȃ- dia berkata,


Yaẖyȃ mengabarkan kepada kami, dan berkata dua yang
lainnya, telah menceritakan kepada kami Abȗ Muʻȃwiyah, dari
al-Aʻmasy, dari Abȗ Sȃliẖ, dari Abȋ Hurairah dia berkata,
Rasulullah Saw bersabda, ‘Barangsiapa yang meringankan
kesusahan dari kesusahan-kesusahan kehidupan seorang
mukmin, niscaya Allah akan meringankan kesusahan dari
kesusahan-kesusahan pada hari kiamat. Barangsiapa yang
memudahkan suatu kesulitan, niscaya Allah akan memudahkan
urusannya di dunia dan di akhirat. Barangsiapa yang menutupi
aib seorang muslim, niscaya Allah akan menutupi aibnya di
dunia dan di akhirat. Allah senantiasa menolong hamba-Nya
selama hamba itu menolong saudaranya. Dan barangsiapa yang
meniti jalan untuk mencari ilmu, niscaya Allah akan
memudahkan jalannya menuju Surga. Tidaklah berkumpul
suatu kaum di salah satu rumah Allah, sedang mereka
membaca kitab Allah (Alquran) dan mempelajarinya di antara
mereka, kecuali akan turun ketenangan atas mereka dan
mereka akan dilingkupi oleh rahmat serta para Malaikat
mengelilingi mereka dan Allah menyebut-nyebut mereka pada
(makhluk) yang ada di dekat-Nya. Barangsiapa yang
diperlambat oleh amalnya, maka garis keturunannya tidak bisa
mempercepatnya.”

3) Hadis Riwayat Imâm Aẖmad bin Hanbal

‫ َع ْن أىَِب‬، ‫ش‬
ُ ‫َخ ََبَََن األ َْع َم‬ َ َ‫ ق‬، ‫ َوابْ ُن ُُنٍَْْي‬، ‫ش‬
ْ ‫ أ‬: ‫ال‬ ْ ‫ َحدهثَنَا األ‬، َ‫َحدهثَنَا أَبُو ُم َعا ىويَة‬
ُ ‫َع َم‬
‫هس َع ْن‬ ‫صلهى ه ى ه‬
َ ‫ َم ْن نَف‬: ‫اَّللُ َعلَْيه َو َسل َم‬
‫ال رس ُ ى‬
َ ‫ول هللا‬ َ َ‫ ق‬، َ‫ َع ْن أىَِب ُهَريْ َرة‬، ‫صالى ٍح‬
ُ َ َ َ‫ ق‬: ‫ال‬ َ
‫ َوَم ْن َس َََت‬، ‫ب يَ ْوىم الْ ىقيَ َام ىة‬
‫اَّلل َعْنهُ ُكربةً ىمن ُكر ى‬
َ ْ َْ ُ‫هس ه‬ َ ‫ف‬َ‫ن‬ ، ‫ا‬‫ي‬
َ ‫ُّن‬
ْ ‫الد‬ ‫م ْؤىم ٍن ُكربةً ىمن ُكر ى‬
‫ب‬ َ ْ َْ ُ
‫اَّللُ َعلَْي ىه ىِف الدُّنْيَا‬
‫ يَ هسَر ه‬، ‫ َوَم ْن يَ هسَر َعلَى ُم ْع ىس ٍر‬، ‫اآلخَرةى‬
‫اَّلل ىِف الدُّنْيا و ى‬ ‫ى‬
َ َ ُ‫ َس ََتَهُ ه‬، ‫ُم ْسل ًما‬
‫س‬ ‫ى‬ ‫ َوَم ْن َسلَ َ ى‬، ‫اَّللُ ىِف َع ْو ىن الْ َعْب ىد َما َكا َن الْ َعْب ُد ىِف َع ْو ىن أ ىَخ ىيه‬ ‫و ى‬
‫ َو ه‬، ‫اآلخَرةى‬
ُ ‫ك طَري ًقا يَلْتَم‬ َ
‫وت هللاى‬
‫ت ىمن ب ي ى‬
ٍ ‫ى‬ ‫ سهل ه ى‬، ‫فى ىيه عىلْما‬
ْ ‫ َوَما‬، ‫اَّللُ لَهُ بىه طَ ىري ًقا إى ََل ا ْْلَنهة‬
ُُ ْ ‫اجتَ َم َع قَ ْوٌم ىِف بَْي‬ َ َ ً
42

، ُ‫ َو َغ ىشيَ ْت ُه ْم الهر ْْحَة‬، ُ‫ت َعلَْي ىه ْم ال هسكىينَة‬ ‫ى‬ ‫ى‬


ْ َ‫ إىاله نََزل‬، ‫ َويَتَ َد َار ُسونَهُ بَْي نَ ُه ْم‬، ‫اب هللا‬
َ َ‫يَْت لُو َن كت‬
‫ ََلْ يُ ْس ىر ْع‬، ُ‫ َوَم ْن أَبْطَأَ بىىه َع َملُه‬، ُ‫يم ْن عىنْ َده‬‫ى‬ ‫ َوذَ َك َرُه ُم ه‬، ُ‫َو َحفْهت ُه ُم الْ َمالَئى َكة‬
َ ‫اَّللُ َعهز َو َج هل ف‬
38
.ُ‫بىىه نَ َسبُه‬
Artinya:
“Telah menceritakan kepada kami Abȗ Muʻȃwiyah, telah
menceritakan kepada kami al-Aʻmasy dan Ibnu Numair, dia
telah berkata: telah mengkhabarkan kepada kami al-Aʻmasy,
dari Abȗ Sȃliẖ, dari Abȋ Hurairah dia berkata: Rasulullah saw
bersabda, ‘Barangsiapa yang meringankan kesusahan dari
kesusahan-kesusahan kehidupan seorang mukmin, niscaya
Allah akan meringankan kesusahan dari kesusahan-kesusahan
pada hari kiamat. Barangsiapa yang memudahkan suatu
kesulitan, niscaya Allah akan memudahkan urusannya di dunia
dan di akhirat. Barangsiapa yang menutupi aib seorang
muslim, niscaya Allah akan menutupi aibnya di dunia dan di
akhirat. Allah senantiasa menolong hamba-Nya selama hamba
itu menolong saudaranya. Dan barangsiapa yang meniti jalan
untuk mencari ilmu, niscaya Allah akan memudahkan jalannya
menuju Surga. Tidaklah berkumpul suatu kaum di salah satu
rumah Allah, sedang mereka membaca kitab Allah (Alquran)
dan mempelajarinya di antara mereka, kecuali para Malaikat
mengelilingi mereka, akan turun ketenangan atas mereka, akan
dilingkupi oleh rahmat, dan Allah menyebut-nyebut mereka
pada (makhluk) yang ada di dekat-Nya. Barangsiapa yang
diperlambat oleh amalnya, maka garis keturunannya tidak bisa
mempercepatnya.”

4) Hadis Riwayat Imâm Ibnu Mȃjah


ٍ ‫ى‬
ْ ‫َحدهثَنَا أَبُو بَ ْك ىر بْ ُن أىَِب َشْي بَةَ َو َعل ُّى بْ ُن ُُمَ همد قَاالَ َحدهثَنَا أَبُو ُم َعا ىويَةَ َع ىن األ‬
‫َع َم ى‬
‫ش َع ْن‬

‫هس َع ْن‬ ‫ول هى‬


َ ‫ « َم ْن نَف‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ‫اَّلل‬ ُ ‫ال َر ُس‬ َ َ‫صالى ٍح َع ْن أ ىَِب ُهَريْ َرةَ ق‬
َ َ‫ال ق‬ َ ‫أىَِب‬

Abȗ ‘Abdullȃh Aẖmad bin Muẖammad bin Hanbal bin Hilȃl bin As‘ad
38

al-Syaibȃniy, Musnad Aẖmad (Cairo: Mauqiʻ Wazȃrah al-Auqȃf al-Misriyyah, t.t.),


No. Hadis 7634, Juz 16, h. 165.
43

‫ب يَ ْوىم الْ ىقيَ َام ىة َوَم ْن َس َََت ُم ْسلى ًما‬


‫اَّلل َعْنهُ ُكربةً ىمن ُكر ى‬
َ ْ َْ ُ‫هس ه‬
‫ى‬ ‫ى‬ ٍ‫ى‬
َ ‫ُم ْؤمن ُك ْربَةً م ْن ُكَرب الدُّنْيَا نَف‬
‫اَّلل علَي ىه ىِف الدُّنْيا و ى‬ ‫ى‬ ‫ى‬
‫اآلخَرةى َو ه‬
ُ‫اَّلل‬ َ َ ْ َ ُ‫اَّللُ ىِف الدُّنْيَا َواآلخَرةى َوَم ْن يَ هسَر َعلَى ُم ْعس ٍر يَ هسَر ه‬
‫َس ََتَهُ ه‬

‫س فى ىيه عىلْ ًما َسه َل ه‬


ُ‫اَّلل‬
‫ى‬ ‫ىِف َع ْو ىن الْ َع ْب ىد َما َكا َن الْ َعْب ُد ىِف َع ْو ىن أ ىَخ ىيه َوَم ْن َسلَ َ ى‬
ُ ‫ك طَري ًقا يَلْتَم‬
‫اَّللى ي ْت لُو َن كىتاب هى‬ ‫ى‬ ‫ٍ ى‬ ‫ى‬ ‫ى‬
ُ‫اَّلل َويَتَ َد َار ُسونَه‬ َ َ ْ ‫لَهُ بىه طَ ىري ًقا إى ََل ا ْْلَنهة َوَما‬
َ ‫اجتَ َم َع قَ ْوٌم ىِف بَْيت م ْن بُيُوت ه‬
‫يم ْن‬‫ب ي ن هم إىاله حفْهت هم الْمالَئى َكةُ ونَزلَت علَي ىهم ال هسكىينةُ وغَ ىشي ْت هم الهر ْْحةُ وذَ َكرهم ه ى‬
َ ‫اَّللُ ف‬ ُ َُ َ َ ُ ُ َ َ َ ُ َْ ْ ََ َ ُ ُ َ ْ ُ َ َْ
39
.» ُ‫عىْن َدهُ َوَم ْن أَبْطَأَ بىىه َع َملُهُ ََلْ يُ ْس ىر ْع بىىه نَ َسبُه‬
Artinya:
“Telah menceritakan kepada kami Abȗ Bakr bin Abȋ Syaibah
dan ʻAliy bin Muẖammad keduanya berkata, telah
menceritakan kepada kami Abȗ Muʻȃwiyah, dari al-Aʻmasy,
dari Abȗ Sȃliẖ, dari Abȋ Hurairah dia berkata, Rasulullah saw
telah bersabda, ‘Barangsiapa yang meringankan kesusahan dari
kesusahan-kesusahan kehidupan seorang mukmin, niscaya
Allah akan meringankan kesusahan dari kesusahan-kesusahan
pada hari kiamat. Barangsiapa yang memudahkan suatu
kesulitan, niscaya Allah akan memudahkan urusannya di dunia
dan di akhirat. Barangsiapa yang menutupi aib seorang
muslim, niscaya Allah akan menutupi aibnya di dunia dan di
akhirat. Allah senantiasa menolong hamba-Nya selama hamba
itu menolong saudaranya. Dan barangsiapa yang meniti jalan
untuk mencari ilmu, niscaya Allah akan memudahkan jalannya
menuju Surga. Tidaklah berkumpul suatu kaum di salah satu
rumah Allah, sedang mereka membaca kitab Allah (Alquran)
dan mempelajarinya di antara mereka, kecuali para Malaikat
mengelilingi mereka, akan turun ketenangan atas mereka, akan
dilingkupi oleh rahmat, dan Allah menyebut-nyebut mereka
pada (makhluk) yang ada di dekat-Nya. Barangsiapa yang
diperlambat oleh amalnya, maka garis keturunannya tidak bisa
mempercepatnya.”

Abȗ ‘Abdillȃh Muẖammad bin Yazȋd al-Qazwȋniy, Sunan Ibnu Mȃjah


39

(Cairo: Mauqiʻ Wazȃrah al-Auqȃf al-Misriyyah, t.t.), No. Hadis 230, Juz 1, h. 270.
‫‪44‬‬

‫‪5) Hadis Riwayat Imâm al-Tirmidziy‬‬

‫صالى ٍح َع ْن أ ىَِب ُهَريْ َرةَ‬


‫ش َع ْن أىَِب َ‬
‫ُس َامةَ َحدهثَنَا األ َْع َم ُ‬
‫ود بْ ُن َغْيالَ َن َحدهثَنَا أَبُو أ َ‬
‫َحدهثَنَا َُْم ُم ُ‬
‫اَّللى ‪-‬صلى هللا عليه وسلم‪ « -‬من نَفهس عن أ ى‬
‫َخ ىيه ُكربةً ىمن ُكر ى‬
‫ب الدُّنْيَا‬ ‫ول ه‬ ‫ال َر ُس ُ‬
‫ال قَ َ‬
‫قَ َ‬
‫َْ ْ َ‬ ‫َْ َ َْ‬
‫ى‬
‫اآلخرةى‬ ‫ب يَوىم الْ ىقيَ َام ىة وَم ْن َس َََت ُمسلىما َس ََتَهُ ه ى‬
‫ى‬ ‫ى‬
‫اَّللُ ِف الدُّنْيَا َو َ‬ ‫ًْ‬ ‫َ‬ ‫اَّللُ َعْنهُ ُك ْربَةً م ْن ُكَر ْ‬
‫هس ه‬ ‫نَف َ‬
‫اَّللُ ىِف َع ْو ىن الْ َعْب ىد َما َكا َن الْ َعْب ُد‬ ‫اَّلل علَي ىه ىِف الدُّنْيا و ى‬
‫اآلخ َرةى َو ه‬ ‫َ َ‬
‫ى‬
‫َوَم ْن يَ هسَر َعلَى ُم ْعس ٍر يَ هسَر هُ َ ْ‬

‫س فى ىيه عىلْ ًما َسه َل ه‬


‫اَّللُ لَهُ طَ ىري ًقا إى ََل ا ْْلَن ىهة َوَما قَ َع َد‬ ‫ُ‬
‫ك طَ ىري ًقا ي لْتَ ى‬
‫م‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ل‬
‫َ‬ ‫س‬
‫َ‬ ‫ن‬
‫ْ‬ ‫م‬
‫َ‬‫و‬‫َ‬
‫ىِف عو ىن أ ىَخ ى‬
‫يه‬ ‫َْ‬
‫ت َعلَْي ىه ُم ال هسكىينَةُ َو َغ ىشيَ ْت ُه ُم‬ ‫قَوم ىِف مس ىج ٍد ي ْت لُو َن كىتاب هى‬
‫اَّلل َويَتَ َد َار ُسونَهُ بَْي نَ ُه ْم إىاله نََزلَ ْ‬ ‫َ َ‬ ‫ٌْ َ ْ َ‬
‫يسى َه َك َذا‬ ‫الهر ْْحةُ وحفْهت هم الْمالَئى َكةُ ومن أَبطَأَ بىىه عملُه ََل يس ىر ْع بىىه نَسبه »‪ .‬قَ َ ى‬
‫ال أَبُو ع َ‬ ‫َُُ‬ ‫ََ ُ ْ ُ ْ‬ ‫ََ ْ ْ‬ ‫َ َ َ ُُ َ‬
‫صالى ٍح َع ْن أ ىَِب ُهَريْ َرةَ َع ىن النى ىى‬
‫هب ‪-‬صلى هللا عليه‬ ‫اح ٍد َع ىن األ َْع َم ى‬
‫ش َع ْن أىَِب َ‬
‫روى غَْي و ى‬
‫ََ ُْ َ‬
‫ت َع ْن أ ىَِب‬ ‫ش قَ َ ى‬ ‫ط بْ ُن ُُمَ هم ٍد َع ىن األ َْع َم ى‬ ‫ى ى‬ ‫ى‬
‫ال ُح ىدثْ ُ‬ ‫َسبَا ُ‬
‫وسلم‪ -‬مثْ َل َه َذا ا ْْلَديث َوَرَوى أ ْ‬
‫هب ‪-‬صلى هللا عليه وسلم‪-‬فَ َذ َكر ب عض ه َذا ا ْْل ىد ى‬ ‫ى‬ ‫ى‬ ‫ى‬
‫صال ٍح َع ْن أَِب ُهَريْ َرةَ َعن النى ىى‬
‫‪40‬‬
‫يث‪.‬‬ ‫َ َْ َ َ َ‬ ‫َ‬
‫‪Artinya:‬‬
‫‪“Telah menceritakan kepada kami Maẖmȗd bin Ghailȃn, telah‬‬
‫‪menceritakan kepada kami Abȗ Usȃmah, telah menceritakan‬‬
‫‪kepada kami al-Aʻmasy, dari Abȗ Sȃliẖ, dari Abȋ Hurairah dia‬‬
‫‪telah berkata, Rasulullah saw bersabda, ‘Barangsiapa yang‬‬
‫‪meringankan kesusahan saudaranya dari kesusahan-kesusahan‬‬
‫‪dunia, maka akan meringankan kesusahan dari kesusahan-‬‬
‫‪kesusahan pada hari kiamat. Barangsiapa yang menutupi aib‬‬
‫‪seorang muslim, niscaya Allah akan menutupi aibnya di dunia‬‬
‫‪dan di akhirat. Barangsiapa yang memudahkan kesulitan,‬‬
‫‪niscaya Allah akan memudahkan urusannya di dunia dan di‬‬

‫‪Muẖammad bin ‘Ȋsa bin Saurah bin Mȗsȃ bin al-Ḏaẖẖȃk al-Tirmidziy,‬‬
‫‪40‬‬

‫‪Sunan al-Tirmidziy (Cairo: Mauqiʻ Wazȃrah al-Auqȃf al-Misriyyah, t.t.), No. Hadis‬‬
‫‪3197, Juz 11, h. 161.‬‬
45

akhirat. Allah senantiasa menolong hamba-Nya selama hamba


itu menolong saudaranya. Dan barangsiapa yang meniti jalan
untuk mencari ilmu, niscaya Allah akan memudahkan jalannya
menuju Surga. Tidaklah duduk suatu kaum di masjid, sedang
mereka membaca kitab Allah (Alquran) dan mempelajarinya di
antara mereka, kecuali akan turun ketenangan atas mereka dan
mereka akan dilingkupi oleh rahmat serta para Malaikat
mengelilingi mereka dan Allah menyebut-nyebut mereka pada
(makhluk) yang ada di dekat-Nya. Barangsiapa yang
diperlambat oleh amalnya, maka garis keturunannya tidak bisa
mempercepatnya.” Abȗ ‘Ȋsȃ berkata inilah yang diriwayatkan
dari al-Aʻmasy, dari Abī Sȃliẖ, dari Abȋ Hurairah, dari Nabi
saw seperti hadis ini dan Asbȃṯ bin Muẖammad meriwayatkan
dari al-Aʻmasy dia berkata diceritakan kepadaku dari Abī
Sȃliẖ, dari Abȋ Hurairah, dari Nabi saw, maka dia menyebutkan
sebagian hadis ini.

Berdasarkan redaksi hadis syafaat penghafal Alquran yang


diriwayatkan oleh yaitu Imâm Abȗ Daȗd, Imâm Muslim, Imâm al-
Tirmidziy, dan Imâm Ibnu Mȃjah, Imâm Aẖmad bin Hanbal, maka
peneliti menyusun urutan periwayatannya sebagai berikut:
1) Hadis Riwayat Imâm Abȗ Dâwud

No. Nama Urutan Urutan Lambang


Periwayat Sebagai Sebagai Periwayatan
Periwayat Sanad
1. Imâm Abȗ VI Mukharrij ‫َحدَّثَنَا‬
Dâwud al-ẖadīts
2. ‘Utsmȃn bin V I ‫َحدَّثَنَا‬
Abȋ Syaibah
‫أ‬3. Abȗ IV II ‫عن‬
َ
Muʻȃwiyah
4. Al-Aʻmasy III III ‫عن‬
َ
5. Abȋ Sȃliẖ II IV ‫عن‬ َ
6. Abȗ I V ‫عن‬ َ
Hurairah
46

2) Hadis Riwayat Imâm Muslim


No. Nama Urutan Urutan Lambang
Periwayat Sebagai Sebagai Periwayatan
Periwayat Sanad
1. Imâm VI Mukharrij ‫َحدَّثَنَا‬
Muslim al-ẖadīts
2. Yaẖyȃ bin V I ‫( َحدَّثَنَا‬Abȗ
Yaẖyȃ al- Bakr bin
Tamȋmiy, Abȋ
Abȗ Bakr bin Syaibah, dan
Abȋ Syaibah, Muẖammad
dan bin al-‘Alȃ’
Muẖammad al-
bin al-‘Alȃ’ Hamdȃniy),
al-Hamdȃniy ‫( أَ ْخبَ َرنَا‬Yaẖyȃ
bin Yaẖyȃ
al-Tamȋmiy)
3. Abȗ IV II ‫عن‬
َ
Muʻȃwiyah
4. Al-Aʻmasy III III ‫عن‬ َ
5. Abȗ Sȃliẖ II IV ‫عن‬ َ
6. Abȗ Hurairah I V ‫قَا ََل‬

3) Hadis Riwayat Imâm Aẖmad bin Hanbal


No. Nama Urutan Urutan Lambang
Periwayat Sebagai Sebagai Periwayatan
Periwayat Sanad
1. Imâm V Mukharrij ‫َحدَّثَنَا‬
Aẖmad bin al-ẖadīts
Hanbal
2. Abȗ IV I ‫َحدَّثَنَا‬
Muʻȃwiyah
3. Al-Aʻmasy III II ‫عن‬ َ
4. Abȗ Sȃliẖ II III ‫عن‬ َ
5. Abȗ I IV ‫قَا ََل‬
Hurairah
47

4) Hadis Riwayat Imâm Ibnu Mȃjah


No. Nama Urutan Urutan Lambang
Periwayat Sebagai Sebagai Periwayatan
Periwayat Sanad
1. Imâm Ibnu VI Mukharrij ‫َحدَّثَنَا‬
Mȃjah al-ẖadīts
2. Abȗ Bakr bin V I ‫َحدَّثَنَا‬
Abȋ Syaibah
dan ʻAliy bin
Muẖammad
3. Abȗ IV II ‫عن‬
َ
Muʻȃwiyah
4. Al-Aʻmasy III III ‫عن‬ َ
5. Abȗ Sȃliẖ II IV ‫عن‬ َ
6. Abȗ Hurairah I V ‫قَا ََل‬

5) Hadis Riwayat Imâm al-Tirmidziy


No. Nama Urutan Urutan Lambang
Periwayat Sebagai Sebagai Periwayatan
Periwayat Sanad
1. Imâm al- VI Mukharrij al- ‫َحدَّثَنَا‬
Tirmidziy ẖadīts
2. Maẖmȗd bin V I ‫َحدَّثَنَا‬
Ghailȃn
3. Abȗ IV II ‫َحدَّثَنَا‬
Usȃmah
4. Al-Aʻmasy III III ‫عن‬ َ
5. Abȗ Sȃliẖ II IV ‫عن‬ َ
6. Abȗ I V ‫قَا ََل‬
Hurairah

Dari kolom-kolom di atas, terlihat terdapat beberapa lambang


periwayatan yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya yaitu
‫( أَخبَ َرنَا‬ia telah mengkhabarkan kepada kami), ‫( َحدَّثَنَا‬ia telah
menceritakan kepada kami), ‫( َحدَّثَنِى‬ia telah menceritakan kepadaku),
dan ‫( قَا َل‬ia telah berkata). Lambang-lambang periwayatan merupakan
cara penyampaian dan penerimaan sebuah hadis yang dalam ilmu
48

hadis disebut taẖammul wa adâ al-ẖadîts. Dari masing-masing


lambang periwayatan tersebut mempunyai arti dan kualitas yang
berbeda-beda antara yang satu dengan yang lainnya.
Lambang ‫ َحدَّثَنَا‬, ‫ َحدَّثَنِى‬, ‫أَخبَ َرنَا‬, merupakan lambang dalam
shighat al-adâ’ (bahasa yang digunakan dalam menyampaikan riwayat
hadis) masuk dalam kategori al-simâ’. Maksudnya adalah seorang
perawi dalam penerimaan hadis dengan cara mendengar langsung dari
seorang guru. Hadis tersebut didektekan (bisa dalam sebuah pengajian
atau lainnya) oleh sang guru kepada muridnya. Cara periwayatan
seperti ini diputuskan oleh ulama sebagai cara yang kualitasnya paling
tinggi.41 Selain ketiga kata di atas, terdapat juga beberapa kata yang
termasuk dalam katagori al-simâ’ yaitu ‫س ِمعت‬
َ (aku telah
َ (kami telah mendengar), ‫( ذَ َك َر ِلى‬ia telah sebutkan
mendengar), ‫س ِمعنَا‬
kepadaku), dan ‫( ذَ َك َرلَنَا‬ia telah sebutkan kepada kami), ‫( قَا َل‬dia telah
berkata), ‫( قَا َل ِلى‬dia telah berkata kepadaku), ‫( قَا َل َلنَا‬dia telah berkata
kepada kami).42
Sedangkan lambang yang memakai huruf ‫عن‬
َ sebagian ulama
menyatakan bahwa sanadnya adalah terputus. Tetapi mayoritas ulama
menilainya termasuk dalam katagori al-simâ’ selama dipenuhi syarat-
syarat berikut:
1) Dalam mata rantai sanadnya tidak terdapat penyembunyian
informasi (tadlîs) yang dilakukan perawi.
2) Antara perawi dengan perawi terdekat dimungkinkan terjadi
pertemuan, dan

41
Muhammad Ma’sum Zain, Ulumul Hadis Dan Mushtholah Hadis
(Jombang: Darul Hikmah, 2008), h. 213.
42
A. Qadir Hassan, Ilmu Mushthalah Hadis (Bandung: Penerbit
Diponegoro, 2007), h. 351-353.
49

3) Para perawi harus orang-orang terpercaya.43


Syuhudi Ismail dalam bukunya Kaidah Keshahihan Sanad
Hadis menukil dari berbagai pendapat ulama menyatakan bahwa
sebenarnya para ulama hadis masih berbeda pendapat mengenai
lambang-lambang periwayatan dalam hadis, di antaranya perbedaan
mengenai apakah lafaz lambang ini termasuk al-simâ’, ataukah
termasuk al-qirâ’ah, ataukah masuk dalam katagori al-ijâzah, ataukah
masuk dalam al-munâwalah, atau yang lainnya. Selain perbedaan
tersebut, juga berbeda dalam hal kualitas dari shighat taẖammul wa
adâ’ tersebut. Ada ulama yang menyatakan bahwa metode al-simâ’
adalah metode yang tertinggi. Sedangkan ulama lainnya menyatakan
bahwa metode al-qirâ’ah-lah yang paling tinggi. Perbedaan yang lain
adalah mengenai sanad muʻanʻan dan muannan apakah sanad hadis
tersebut terputus ataukah bersambung. Inti dari semua permasalahan
di atas adalah bahwa yang paling menentukan kualitas suatu sanad
hadis adalah kualitas masing-masing dari diri perawi. Boleh jadi suatu
sanad menggunakan lambang dan metode taẖammul wa adâ’ tertentu
yang dianggap paling rendah, namun apabila kualitas dari diri perawi
tersebut tinggi, maka kualitas sanadnya tetap saja tinggi dan begitu
pula sebaliknya.44
3. Iʻtibâr Dan Skema Sanad
Iʻtibâr secara bahasa merupakan masdar dari kata iʻtabara
yang artinya adalah peninjauan terhadap berbagai hal dengan maksud
untuk dapat diketahui sesuatunya yang sejenis. Iʻtibâr menurut istilah
ilmu hadis adalah menyertakan sanad-sanad yang lain untuk suatu

43
Muhammad Ma’sum Zain, Ulumul Hadis, h. 218.
44
M. Syuhudi Ismail, Kaidah Keshahihan Sanad Hadis (Bandung: Bulan
Bintang, 1988), h. 60-74.
50

hadis tertentu, yang hadis itu pada bagian sanadnya tampak hanya
terdapat seorang periwayat saja, dan dengan menyertakan sanad-sanad
yang lain tersebut akan dapat diketahui apakah ada periwayat yang lain
ataukah tidak ada untuk bagian sanad dari sanad hadis yang
dimaksud.45 Dilakukannya Iʻtibâr dimaksudkan untuk meneliti sanad
hadis dari segi ada atau tidak adanya syâhid dan mutâbi’ nama-nama
rawinya dan metode penyampaian hadis dari tingkatan rawi yang lebih
tinggi kepada tingkatan rawi yang lebih rendah, atau penyampaian
hadis dari guru kepada murid. Adapun untuk mempermudah dan
memperjelas kegiatan iʻtibâr ini, maka akan disajikan skema jalur
sanad hadis.46
Adapun yang dimaksud dengan hadis mutâbiʻ47 ialah hadis
yang perawinya diikuti oleh perawi lain yang pantas men-takhrîj-kan
hadisnya. Jelasnya, orang lain itu meriwayatkan hadis tersebut dari
guru perawi pertama atau dari gurunya lagi. Sementara itu, hadis
syâhid adalah hadis yang rawinya diikuti oleh perawi lain yang
menerima dari sahabat lain dengan matan yang menyerupai hadis
dalam lafaz dan maknanya atau dalam maknanya saja.
Adapun skema keseluruhan jalur sanad hadis tersebut adalah
sebagai berikut:

45
Ismail, Metodologi Penelitian Hadis Nabi, (Bandung: Bulan Bintang,
1992), h. 51.
46
Ismail, Metodologi Penelitian, h. 52.
47
Mutâbiʻ ada dua yaitu tâm dan qashîr. Mutâbiʻ tâm adalah mutâbiʻ yang
terjadi manakala hadis seorang rawi diriwayatkan oleh rawi lain dari gurunya
(tunggal guru). Mutâbiʻ qashîr adalah mutâbiʻ yang terjadi manakala hadis guru
seorang rawi diriwayatkan oleh rawi lain dan guru di atasnya lagi. Dalam kedua
macam mutâbiʻ ini hadisnya tidak harus satu redaksi, melainkan cukup dengan satu
makna yang sama, akan tetapi harus dari riwayat sahabat yang sama. Lihat Nuruddin
Itr, Ilmu-Ilmu Hadis. Penerjemah Mujiyo (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1997),
Cet. ke-2, Jilid 1, h. 214.
‫‪51‬‬

‫سونَهَُ‬ ‫َِويَتَ َد َ‬
‫ار ُ‬ ‫ََّللا َ‬
‫َاب ه‬ ‫قَا َل َرسول َّ ِ‬
‫َّللا صلى هللا عليه وسلم ‪ِ َ........‬كت َ‬
‫بَ ْي َن ُه ْم‪.......‬‬

‫قَا َل‬

‫أبىَهريرةَ‬

‫عن‬
‫َ‬

‫أبوَصالح‬

‫عن‬
‫َ‬

‫األعمش‬

‫‪َ khusus dari jalur‬حدَّثَنَا‬


‫‪Ahmad bin Hanbal‬‬
‫عن‬
‫َ‬
‫َحدَّثَنَا‬

‫أبو أسامة‬ ‫أبو معاوية‬

‫َحدَّثَنَا‬

‫َحدَّثَنَا‬ ‫َحدَّثَنَا‬ ‫َحدَّثَنَا‬


‫أَخبَ َرنَا‬

‫محمود بن‬ ‫أبوبكربن أبى‬ ‫أبوبكربن أبى شيبة‬


‫شيبة‬ ‫يحيى بن يحيى‬ ‫عثمان بن أبى‬
‫غيالن‬ ‫محمد بن العالء‬
‫على بن محمد‬ ‫الهمدانى‬ ‫التميمى‬ ‫شيبة‬

‫َحدَّثَنَا‬ ‫َحدَّثَنَا‬ ‫َحدَّثَنَا‬


‫َحدَّثَنَا‬ ‫َحدَّثَنَا‬

‫اإلمام‬ ‫اإلمام ابن‬ ‫اإلمام أحمد بن‬ ‫اإلمام مسلم‬ ‫اإلمام أبو‬
‫الترمذى‬ ‫ماجه‬ ‫حنبل‬ ‫داود‬
52

Berdasarkan skema sanad hadis di atas dapat diketahui


beberapa hal berikut:
a. Tidak ada periwayat yang berstatus syâhid, karena hanya terdapat
satu jalur sahabat yaitu Abȗ Hurairah. Sedangkan untuk mutâbiʻ-
nya apabila yang dilihat adalah dari jalur sanad Imâm al-Tirmidzi,
maka Abȗ Muʻâwiyah adalah mutâbiʻ-nya Abȗ Usâmah. Dan
periwayat yang berstatus mutâbiʻ yang lain dapat dilihat dalam
skema hadis di atas.
b. Sanadnya bersambung dari rawi yang paling tinggi sampai kepada
rawi yang paling rendah. Dinyatakan demikian karena sanad-
sanadnya tidak ada yang mubham (tersembunyi pribadi orang yang
dimaksud), dan
c. Lambang-lambang yang digunakan dalam periwayatan hadis
tersebut adalah ‫أَخبَ َرنَا‬, ‫عن‬
َ , ‫قَا َل‬, dan ‫ َحدَّثَنَا‬.

4. Kualitas Hadis Yang Mendasari Berdirinya Kegiatan Simaan


Alquran Jantiko Mantab
a. Kualitas Sanad
Telaah keadaan jalur periwayatan ini dimaksudkan untuk
mengetahui apakah hadis-hadis yang telah di-takhrîj sebelumnya
berkualitas shahih atau dhaʻif dari segi sanadnya. Peneliti akan
memaparkan secara singkat beberapa langkah-langkah untuk meneliti
sanad-sanad tersebut.
Adapun langkah-langkah yang ditempuh peneliti dalam
meneliti sanad-sanad tersebut adalah sebagai berikut:
1) Meneliti iʻtibâr dengan membuat skema sanad.
2) Meneliti keadaan perawi dalam sanad-sanad hadis, dan
3) Mempelajari lambang-lambang metode periwayatan.
53

Setelah meneliti sanad-sanad hadis tersebut, peneliti juga


mempelajari penelitian periwayat tentang sifat-sifat ‘âdil dan dhâbith
serta kecacatannya atau lebih dikenal dengan al-jarh wa al-taʻdîl. Jarh
adalah menunjukkan sifat-sifat tercela perawi sehingga terlihat
kecacatannya.48 Sedangkan taʻdîl adalah menilai bersih terhadap
perawi dan menghukuminya bahwa ia adalah perawi yang tsiqah.49
1) Sanad Riwayat Imâm Abȗ Dâwud
Ketersambungan sanad mulai dari mukharrij sampai kepada
sumber utama yakni Rasulullah saw adalah salah satu syarat utama
untuk menentukan derajat suatu hadis. Untuk mengetahui
ketersambungan sanad tersebut, salah satu caranya ialah dengan
melihat tahun lahir dan wafat dari masing-masing perawi tersebut.
Dengan memperhatikan kembali skema sanad dan profil
perawi dari berbagai referensi, maka peneliti mendapatkan data bahwa
Imâm Abȗ Dâwud (nama lengkap Sulaimȃn bin al-Asyʻats bin Ishâq
bin Basyîr bin Syaddâd al-Sijistȃniy al-Azdiy Abȗ Dȃwud) lahir pada
tahun 202 H dan wafat pada tahun 275 H dan tercatat sebagai murid
dari ʻUtsmân bin Abî Syaibah.50 Selanjutnya ʻUtsmân bin Abî Syaibah
(nama lengkap Abȗ al-Hasan ʻUtsmân bin Muhammad bin Abî
Syaibah Ibrâhîm bin ʻUtsmân bin Khawâsitiy al-ʻAbbasiy) wafat pada
tahun 239 H dan tercatat sebagai murid dari Abȗ Muʻâwiyah.51

48
Itr, Ilmu-Ilmu Hadis, h. 78.
49
Muhammad ‘Ajaj Al-Khathib, Ushul Al-Hadis Pokok-Pokok Ilmu Hadis.
Penerjemah H. M. Nur Ahmad Musyafiq (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2013), Cet.
ke-5, h. 233.
50
Abȗ ʻAbdullâh Muhammad bin Ahmad bin ʻUtsmân bin Qimaz bin
ʻAbdullâh al-Dzahabiy, Siyâr Aʻlȃm al-Nubalȃ’ (T.tp.: Mauqiʻ Yaʻsȗb, t.t.), Juz 13,
h. 203, Syihȃbuddȋn Ibn al-Faḏl Aẖmad bin ‘Aliy bin Hajar Al-‘Asqalȃniy, Taqrȋb
al-Tahdzȋb (T.tp.: Dâr al-ʻAsîmah, 1416 H), Cet. Ke-1, Juz 1, h. 250.
51
Jamâl al-Dîn Abî al-Hajjâj Yȗsuf al-Mizzî, Tahdzîb al-Kamâl (T.tp.:
Mauqiʻ Yaʻsȗb, t.t.), Juz 19, h. 478, Al-Dzahabiy, Siyâr Aʻlȃm al-Nubalȃ’, Juz 11,
h. 151.
54

Perawi selanjutnya adalah Abȗ Muʻâwiyah (nama lengkap Abȗ


Muʻâwiyah Muhammad bin Khâzim al-Saʻdiy al-Kȗfiy) lahir pada
tahun 113 H dan wafat pada tahun 194 H dan ia tercatat sebagai murid
dari al-Aʻmasy.52 Selanjutnya Al-Aʻmasy (nama lengkap Sulaimân bin
Mahrân al-Asadiy al-Kâhiliy Abȗ Muhammad al-Kȗfiy) lahir pada
tahun 61 H dan wafat pada tahun 148 H dan ia tercatat sebagai murid
dari Abȗ Sâlih.53 Selanjutnya Abȗ Sâlih (nama lengkap Abȗ Sâlih
Dzakwân bin ʻAbdullâh al-Samân) lahir pada masa pemerintahan
Khalifah ʻUmar bin Khattâb dan wafat pada tahun 101 H dan ia tercatat
sebagai murid dari Abȗ Hurairah.54 Selanjutnya Abȗ Hurairah (nama
asli ʻAbdurrahmân bin Sakhr) wafat pada tahun 57 H pada usia 78
tahun dan ia tercatat sebagai salah seorang sahabat Rasulullah saw.55
Dengan melihat tahun lahir dan wafatnya masing-masing
perawi dalam rangkaian sanad riwayat Imâm Abȗ Dawud tersebut,
dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa antara guru dengan murid
pada rangkaian sanad ini adalah pernah hidup sezaman dan
kemungkinan besar saling bertemu (al-muʻâsyarah).
Selain itu, mengenai al-jarh wa al-taʻdîl (reputasi buruk dan
baik) para perawi dalam rangkaian sanad Imâm Abȗ Dâwud ini,
setelah melihat komentar para ulama kritikus hadis, peneliti
mendapatkan data bahwa seluruh perawi dalam rangkaian sanad ini
adalah bereputasi baik.

52
Al-Dzahabiy, Siyâr Aʻlȃm al-Nubalȃ’, Juz 9, h. 73.
53
Al-‘Asqalȃniy, Taqrȋb al-Tahdzȋb, Juz 1, h. 254, Al-Dzahabiy, Siyâr
Aʻlȃm al-Nubalȃ’, Juz 1, h. 254, Juz 6, h. 226.
54
Al-Dzahabiy, Siyâr Aʻlȃm al-Nubalȃ’, Juz 5, h. 36.
55
Al-Dzahabiy, Siyâr Aʻlȃm al-Nubalȃ’, Juz 2, h. 578.
55

2) Sanad Riwayat Imâm Muslim


Pada rangkaian sanad riwayat Imâm Muslim ini, tepatnya pada
perawi di atas Imâm Muslim (guru-guru beliau), jalur sanadnya terbagi
menjadi dua bagian. Bagian pertama adalah Abȗ Bakr bin Abȋ Syaibah
dan Muẖammad bin al-‘Alȃ’ al-Hamdȃniy dan bagian kedua adalah
Yaẖyȃ bin Yaẖyȃ al-Tamȋmiy. Kemudian selanjutnya, jalur rangkaian
sanad kembali menjadi satu pada Abȗ Muʻâwiyah sampai pada sahabat
Abȗ Hurairah yang selanjutnya pada Rasulullah saw.
Dengan memperhatikan kembali skema sanad dan profil
perawi dari berbagai referensi, maka peneliti mendapatkan data bahwa
Imâm Muslim (nama lengkap Abȗ al-Husain Muslim bin al-Hajjȃj bin
Muslim al-Qusyairiy al-Naisȃbȗriy) lahir pada tahun 204 H dan wafat
pada tahun 261 H dan tercatat sebagai murid dari Abȗ Bakr bin Abȋ
Syaibah, Muẖammad bin al-‘Alȃ’ al-Hamdȃniy, dan Yaẖyȃ bin Yaẖyȃ
al-Tamȋmiy.56
Selanjutnya Abȗ Bakr bin Abî Syaibah (nama lengkapnya
ʻAbdullâh bin Muhammad bin Abî Syaibah Ibrâhîm bin ʻUtsmân bin
Khawâsitiy al-ʻAbbasiy) wafat pada tahun 235 H dan tercatat sebagai
murid dari Abȗ Muʻâwiyah.57 Perawi berikutnya adalah Muẖammad
bin al-‘Alȃ’ al-Hamdȃniy (nama lengkap Abȗ Kuraib Muẖammad bin
al-‘Alȃ’ al-Hamdȃniy al-Kȗfiy) wafat pada tahun 226 H dan tercatat
sebagai murid dari Abȗ Muʻâwiyah.58 Selain itu, dalam tingkatan yang
sama, Yaẖyȃ bin Yaẖyȃ al-Tamȋmiy (nama lengkap Yaẖyȃ bin Yaẖyȃ
bin Bakar bin ʻAbdurrahmân Abȗ Zakariyyâ al-Tamîmiy al-Munqariy

56
Al-Dzahabiy, Tadzkirah al-Huffâz (T.tp.: Mauqiʻ Yaʻsȗb, 1994), Juz 2,
h. 588.
Al-Mizzî, Tahdzîb al-Kamâl, Juz 33, h. 98, Al-‘Asqalȃniy, Taqrȋb al-
57

Tahdzȋb, Juz 2, h. 364, Al-Dzahabiy, Tadzkirah al-Huffâz , Juz 2, h. 432.


58
Ibid, Juz 2, h. 497, Juz 34, Al-Mizzî, Tahdzîb al-Kamâl, Juz 34, h. 225.
56

al-Naisâbȗriy) lahir pada tahun 142 dan wafat pada tahun 226 H dan
tercatat sebagai murid dari Abȗ Muʻâwiyah.59 Selanjutnya mengenai
Abȗ Muʻâwiyah sampai sahabat Abȗ Hurairah telah diuraikan pada
rangkaian sanad Imâm Abȗ Dâwud.
Dengan melihat tahun lahir dan wafatnya masing-masing
perawi tersebut, dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa antara guru
dengan murid pada rangkaian sanad Imâm Muslim adalah pernah
hidup sezaman dan kemungkinan besar saling bertemu (al-
muʻâsyarah). Selain itu, mengenai al-jarh wa al-taʻdîl (reputasi buruk
dan baik) para perawi dalam rangkaian sanad Imâm Muslim ini,
setelah melihat komentar para ulama kritikus hadis, peneliti
mendapatkan data bahwa seluruh perawi dalam rangkaian sanad ini
adalah bereputasi baik.
3) Sanad Riwayat Imâm Ahmad bin Hanbal
Setelah memperhatikan kembali skema sanad dan profil perawi
dari berbagai referensi, maka peneliti mendapatkan data bahwa Imâm
Ahmad bin Hanbal (nama lengkap Abȗ ‘Abdullȃh Aẖmad bin
Muẖammad bin Hanbal bin Hilȃl bin As‘ad al-Syaibȃniy) lahir 164 H
pada tahun dan wafat pada tahun 241 H dan beliau tercatat sebagai
murid dari Abȗ Muʻâwiyah.60 Mulai dari perawi Abȗ Muʻâwiyah
sampai dengan sahabat Abȗ Hurairah, uraiannya telah peneliti jelaskan
pada sanad Imâm Abȗ Dâwud.
Dengan melihat tahun lahir dan wafatnya masing-masing
perawi tersebut, dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa antara guru

59
Al-Dzahabiy, Siyâr Aʻlȃm al-Nubalȃ’, Juz 10, h. 513.
60
Al-‘Asqalȃniy, Tahdzȋb al-Tahdzȋb, Juz 1, h. 2, Subhi Al-Sâlih,
Membahas Ilmu-Ilmu Hadis. Penerjemah Tim Pustaka Firdaus (Jakarta: PT. Pustaka
Firdaus, 2013), Cet. Ke-9, h. 363, M. Agus Solahudin dan Agus Suyadi, Ulumul
Hadis (Bandung: Pustaka Setia, 2011), Cet. Ke-2, h. 229.
57

dengan murid pada rangkaian sanad Imâm Ahmad bin Hanbal pernah
hidup sezaman dan kemungkinan besar saling bertemu (al-
muʻâsyarah). Selain itu, mengenai al-jarh wa al-taʻdîl (reputasi buruk
dan baik) para perawi dalam rangkaian sanad Imâm Abȗ Ahmad bin
Hanbal, setelah melihat komentar para ulama kritikus hadis, peneliti
mendapatkan data bahwa seluruh perawi dalam rangkaian sanad ini
adalah bereputasi baik.
4) Sanad Riwayat Ibnu Mâjah
Dengan memperhatikan kembali skema sanad dan profil
perawi dari berbagai referensi, maka peneliti mendapatkan data bahwa
Imâm Ibnu Mâjah (nama lengkap Abȗ ʻAbdillâh Muhammad bin
Yazîd bin Mâjah al-Rabîʻ al-Qazwîniy) lahir pada tahun 209 H dan
wafat pada tahun 273 H dan ia tercatat sebagai murid dari Abȗ Bakr
bin Abî Syaibah dan ʻAlî bin Muhammad.61 Pada tingkatan yang sama,
terdapat satu perawi lagi yakni ʻAlî bin Muhammad (nama lengkap
ʻAlî bin Muhammad bin Ishâq bin Abî Syaddâd). Beliau wafat pada
tahun 233 H dan tercatat sebagai salah satu murid dari Abȗ
Muʻâwiyah.62 Selanjutnya mulai dari perawi Abȗ Muʻâwiyah sampai
Abȗ Hurairah telah peneliti uraikan pada riwayat Imâm Abȗ Dâwud.
Dengan melihat tahun lahir dan wafatnya masing-masing
perawi tersebut, dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa antara guru
dengan murid pernah hidup sezaman dan kemungkinan besar saling
bertemu (al-muʻâsyarah). Selain itu, mengenai al-jarh wa al-taʻdîl

61
Abȗ al-ʻAbbâs Syams al-Dîn Ahmad bin Muhammad bin Abî Bakr bin
Khalkân, Wafayât al-Aʻyân wa Anbâ’ Abnâ’ al-Zamân (Beirut: Dâr Sâdir, 1994),
Cet. Ke-7, Juz 4, h. 279, Al-Dzahabiy, Al-Kâsyaf fî Maʻrifah Man Lahȗ Riwâyah fî
al-Kutub al-Sittah (Jeddah: Dâr al-Qiblah Lî al-Tsaqâfah al-Islâmiyyah, 1992), Cet.
Ke-1, Juz 2, h. 232, Abȗ al-Qâsim Tsiqah al-Dîn Alî bin Abî Muhammad al-Husain
bin Habatullâh bin ʻAbdullâh bin al-Husain al-Dimasyqiy al-Syâfiʻiy, Muktasar
Târîkh Dimasyq (Beirut: T.pn., 1994), Juz 1, h. 318.
62
Al-Mizzî, Tahdzîb al-Kamâl, Juz 21, h. 120.
58

(reputasi buruk dan baik) para perawi dalam rangkaian sanad Imâm
Ibnu Mâjah ini, setelah melihat komentar para ulama kritikus hadis,
peneliti mendapatkan data bahwa seluruh perawi dalam rangkaian
sanad ini adalah bereputasi baik.
5) Sanad Riwayat Imâm al-Tirmidzi
Dengan memperhatikan kembali skema sanad dan profil
perawi dari berbagai referensi, maka peneliti mendapatkan data bahwa
Imâm Al-Tirmidzi lahir pada tahun 200 H dan wafat pada tahun 279
H63 dan ia tercatat sebagai muridnya Mahmȗd bin Ghailân.64
Selanjutnya Mahmȗd bin Ghailân (nama lengkap Mahmȗd bin
Ghailân al-ʻAdawiy) wafat pada tahun 239 H dan ia tercatat sebagai
murid dari Abȗ Usâmah.65 Selanjutnya Abȗ Usâmah (nama lengkap
Hammâd bin Usâmah bin Zaid al-Qurasyiy) wafat pada tahun 201 H
pada usia 80 tahun dan ia tercatat sebagai murid dari Al-Aʻmasy.66
Selanjutnya dari Al-Aʻmasy sampai sahabat Abȗ Hurairah, telah
peneliti uraikan pada rangkaian sanad Imâm Abȗ Dâwud.
Dengan melihat tahun lahir dan wafatnya masing-masing
perawi tersebut, dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa antara guru
dengan murid pada rangkaian sanad Imâm al-Tirmidzi pernah hidup
sezaman dan kemungkinan besar saling bertemu (al-muʻâsyarah).
Selain itu, mengenai al-jarh wa al-taʻdîl (reputasi buruk dan baik) para

63
Al-Dzahabiy, Mizan al Iʻtidâl Fî Naqd al-Rijâl (T.tp.: Mauqiʻ Yaʻsȗb,
t.t.), Juz 3, h. 678, Al-‘Asqalȃniy, Tahdzȋb al-Tahdzȋb (T.tp.: Mauqiʻ Yaʻsȗb, t.t.),
Juz 9, h. 344, Abdul Majid Khon, Ulumul Hadis (Jakarta: Amzah, 2013), Cet. ke-2,
h. 297.
64
Al-‘Asqalȃniy, Tahdzȋb al-Tahdzȋb, h. 345, Al-Mizzî, Tahdzîb al-Kamâl,
Juz 26, h. 250, Muhammad Ma’sum Zain, Ulumul Hadis Dan Mushthalah Hadis,
(Jombang: Darul Hikmah, 2008), h. 230.
65
Al-‘Asqalȃniy, Tahdzȋb al-Tahdzȋb, Juz 10, h. 58, al-Mizzî, Tahdzîb al-
Kamâl, Juz 27, h. 305.
66
Al-‘Asqalȃniy, Taqrȋb al-Tahdzȋb, Juz 1, h. 222, Al-‘Asqalȃniy, Tahdzȋb
al-Tahdzȋb, Juz 3, h. 3, Al-Dzahabiy, Siyâr Aʻlȃm al-Nubalȃ’, Juz 9, h. 277.
59

perawi dalam rangkaian sanad Imâm al-Tirmidziy ini, setelah melihat


komentar para ulama kritikus hadis, peneliti mendapatkan data bahwa
seluruh perawi dalam rangkaian sanad ini adalah bereputasi baik.
Hadis tersebut diriwayatkan oleh Imâm Abȗ Dâwud, Imâm
Muslim, Imâm Ahmad bin Hanbal, Imâm Ibnu Mâjah, dan Imâm al-
Tirmidziy. Bila melihat jumlah keseluruhan dalam rangkaian
periwayat yang terdapat dalam seluruh sanad, maka hadis tersebut
adalah hadis yang berstatus gharîb67 pada tingkat pertama (tingkat
sahabat) yakni pada Abȗ Hurairah, kemudian pada tingkat kedua
(tingkat tâbiʻîn) yakni pada Abȗ Sâlih, kemudian pada tingkat ketiga
(tingkat atbâʻ tâbiʻîn) yakni pada Al-Aʻmays. Selanjutnya pada tingkat
keempat (tingkat atbâʻ tâbiʻ tâbiʻîn) yakni pada Abȗ Muʻâwiyah baru
hadis tersebut diriwayatkan menjadi dua jalur. Oleh karena itu, hadis
tersebut dapat dikatakan gharîb pada awal sampai pertengahan (dari
Abȗ Hurairah sampai Al-Aʻmasy) dan masyhȗr68 dari pertengahan
sampai mukharrij akhir (dari Abȗ Muʻâwiyah sampai mukharrij
akhir).
Setelah semua sanad dalam lima jalur periwayatan diteliti
secara seksama ternyata unsur kesahîhan sanad yaitu sanadnya

67
Gharîb menurut bahasa adalah 1. Baʻîd ‘an al-watan (yang jauh dari
tanah), dan 2. Kalimat yang sukar dipahami. Secara istilah adalah hadis yang
diriwayatkan oleh seorang rawi. Dalam pengertian lain adalah hadis yang dalam
sanadnya terdapat seorang yang menyendiri dalam meriwayatkan, di mana saja
penyendiriannya itu terjadi. Lihat M. Agus Solahudin dan Agus Suyadi, Ulumul
Hadis )Bandung: CV. Pustaka Setia, 2011(, h. 137-138.
68
َ diartikan ‫أَي‬
Masyhȗr menurut bahasa berasal dari ‫ش َه َر َيش َهر شه َرة ً َو َمشهور‬
َ َ َ
‫ = أعلنَه َوأظ َه َره‬tenar, terkenal, dan menampakkan. Dalam istilah hadis, masyhȗr
terbagi menjadi dua macam, yaitu 1. Masyhȗr istilâẖiy adalah hadis yang
diriwayatkan oleh tiga orang lebih pada setiap tingkatan pada beberapa tingkatan
sanad, tetapi tidak mencapai kriteria mutawâtir, 2. Masyhȗr ghair istilâẖiy adalah
hadis yang populer pada ungkapan lisan (para ulama), tanpa ada persyaratan yang
definitif. Lihat Abdul Majid Khon, Ulumul Hadits (Jakarta: Amzah, 2013), h. 155-
156.
60

bersambung, perawi bersifat ‘âdil dan dâbit, dan terhindar dari syâdz
dan ‘illat telah semuanya terpenuhi. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa sanad hadis yang diriwayatkan dalam kelima jalur
periwayatan tersebut adalah berstatus sahîh.
b. Kualitas Matan
Dalam analisis matan ini, peneliti melakukan penelitian dengan
meneliti kemungkinan adanya syâdz dan ‘illat pada matan dengan
melihat kualitas sanadnya, meneliti susunan matan yang semakna,
meneliti kandungan maknanya, dan yang terakhir barulah akan
disimpulkan apakah matan tersebut berstatus sahîh atau tidak. Dalam
penelitian matan ini, peneliti tidak memisah-misahkan kelima hadis
berdasarkan mukharrij-nya masing-masing karena hadis tersebut
adalah hadis gharîb yang sanadnya hanya satu sampai tingkatan atbâʻ
tâbiʻ tâbiʻîn (al-Aʻmasy).
1) Meneliti Matan Dengan Melihat Kualitas Sanadnya
Berdasarkan pembahasan sebelumnya, terlihat bahwa sanad
hadis tersebut adalah sahîh. Sehingga dengan demikian, peneliti
mengambil kesimpulan bahwa apabila dilihat dari kualitas sanadnya,
maka sanad hadis tersebut adalah sahîh.
2) Meneliti Susunan Matan Yang Semakna
Dari uraian matan keempat hadis di atas, dapat diketahui bahwa
hadis-hadis tersebut menerangkan poin yang sama yaitu keutamaan
bagi orang-orang yang berkumpul di suatu rumah Allah dengan
bersama-sama membaca dan mempelajari Alquran.
Adapun letak perbedaan lafaznya adalah pada riwayat Imâm
Abȗ Dâwud, matan hadis ini terlihat lebih ringkas apabila
dibandingkan dengan riwayat perawi yang lain. Pada riwayat Imâm

Muslim misalnya, terdapat tambahan redaksi ‫هس َع ْن ُم ْؤىم ٍن ُك ْربَةً ىم ْن‬


َ ‫َم ْن نَف‬
61

‫ب يَ ْوىم الْ ىقيَ َام ىة َوَم ْن يَ هسَر َعلَى ُم ْع ىس ٍر يَ هسَر ه‬


ُ‫اَّلل‬
‫اَّلل َعْنهُ ُكربةً ىمن ُكر ى‬
َ ْ َْ ُ‫هس ه‬
‫ى‬
َ ‫ُكَرب الدُّنْيَا نَف‬
‫اَّللُ ىِف َع ْو ىن الْ َعْب ىد‬ ‫اَّلل ىِف الدُّنْيا و ى‬
‫اآلخَرةى َو ه‬ َ َ
‫ى‬ ‫ى‬ ‫ىى‬
ُ‫َعلَْيه ِف الدُّنْيَا َواآلخ َرةى َوَم ْن َس َََت ُم ْسل ًما َس ََتَهُ ه‬
‫س فى ىيه عىلْ ًما َسه َل ه‬
‫اَّللُ لَهُ بىىه طَ ىري ًقا‬ ‫ى‬ ‫َما َكا َن الْ َعْب ُد ىِف َع ْو ىن أ ىَخ ىيه َوَم ْن َسلَ َ ى‬
ُ ‫ك طَري ًقا يَلْتَم‬
‫ إى ََل ا ْْلَن ىهة‬yang terletak sebelum redaksi matan pada riwayat Imâm Abȗ
Dâwud dan redaksi ُ‫ َوَم ْن بَطهأَ بى ىه عَ َملُهُ ََلْ يُ ْسر ْىع بى ىه نَ َسبُه‬pada sesudah redaksi pada

riwayat Imâm Abȗ Dâwud.


Perbedaan selanjutnya adalah pada riwayat Imâm Abȗ Dâwud,
Imâm Muslim, dan Imâm Ibnu Mâjah, tidak terdapat tambahan kata
‫ع َّز َو َج َّل‬
َ seperti pada riwayat Imâm Ahmad bin Hanbal, sedangkan
pada riwayat Imâm al-Tirmidziy ُ‫يم ْن عىْن َده‬ ‫ وذَ َكرهم ه ى‬malah tidak
َ ‫اَّللُ ف‬ ُ َُ َ
ditemukan. Perbedaan lainnya adalah dalam akhir redaksi hadis, pada
riwayat Imâm Muslim terdapat kalimat ُ‫ َوَم ْن بَطهأَ بى ىه َع َملُهُ ََلْ يُ ْسر ْىع بى ىه نَ َسبُه‬.

Sedangkan pada riwayat Imâm Abȗ Dâwud, redaksi ini tidak


diketemukan. Pada riwayat Imâm Ibnu Mâjah, Imâm Ahmad bin
Hanbal, dan Imâm al-Tirmidziy, kata yang digunakan adalah َ ‫طَأ‬
َ ‫أَ ْب‬
bukan َ ‫طأ‬
َّ ‫ َب‬.
Perbedaan lainnya adalah, khusus pada riwayat Imâm al-
Tirmidziy redaksi yang digunakan untuk mengungkapkan
perkumpulan orang di rumah Allah adalah ‫ َوَما قَ َع َد قَ ْوٌم ىِف َم ْس ىج ٍد‬, sedangkan

untuk riwayat yang lain adalah ‫اَّللى‬


‫وت ه‬ ‫ت ىمن ب ي ى‬
ٍ
ُُ ْ ‫اجتَ َم َع قَ ْوٌم ىِف بَْي‬
ْ ‫ َوَما‬. Perbedaan lain
terdapat pada riwayat Imâm Ibnu Mâjah, setelah huruf ‫له‬
َ ‫ ِإ‬redaksi yang
digunakan adalahََُ‫حفْهت ُه ُم الْ َمالَئى َكة‬,
َ sedangkan pada empat riwayat yang
lainnya adalah menggunakan redaksi ُ‫ت َعلَْي ىه ُم ال هسكىينَة‬
ْ َ‫ نََزل‬.
62

Beberapa perbedaan yang telah disebutkan di atas jelas


mengindikasikan bahwa redaksi matan hadis ini adalah riwâyah bi al-
maʻnâ. Namun demikian, walaupun ada perbedaan-perbedaan di
beberapa tempat, tidaklah merubah topik keutamaan membaca
Alquran secara bersama-sama di suatu rumah Allah (masjid).
Perbedaan-perbedaan tersebut masih dapat ditolerir dan bukan berarti
matan hadis-hadis tersebut mengandung syâdz dan ‘illat. Perbedaan
redaksi tersebut dikarenakan dalam periwayatan hadis terdapat
periwayatan secara lafaz dan secara maknanya saja.
3) Meneliti Kandungan Matannya
Menurut Al-Khatîb al-Baghdâdiy sebagaimana yang dikutip
oleh M. Syuhudi Ismail menyatakan bahwa suatu matan hadis barulah
dapat dinyatakan maqbȗl (diterima karena berkualitas sahîh) apabila
tidak bertentangan dengan akal sehat, Alquran, hadis mutawâtir,
amalan yang menjadi kesepakatan ulama salaf, dalil yang telah pasti,
dan hadis aẖad yang kualitas kesahîhannya lebih kuat.69
Hadis yang mendasari berdirinya kegiatan simaan Alquran
Jantiko Mantab apabila disandingkan dengan aturan pertama yakni
tidak bertentangan dengan akal sehat adalah sesuai. Seseorang yang
dengan hati yang tulus dan bersungguh-sungguh ketika membaca
Alquran dan mengkajinya secara bersama-sama, tentulah hal tersebut
secara akal sehat langsung diterima sebagai perbuatan yang baik dan
terpuji, sehingga wajar apabila yang melakukannya akan mendapatkan
beberapa keutamaan yang dijanjikan dalam teks hadis tersebut.
Apabila disandingkan dengan aturan yang kedua, isi kandungan hadis
tersebut sama sekali tidaklah bertentangan dengan isi kandungan

69
M. Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian Hadis Nabi (Jakarta: PT.
Bulan Bintang, 1992), Cet. ke-1, h. 126.
63

Alquran sebagai dalil yang lebih tinggi. Bahkan Alquran sendiri secara
tegas menyebutkan bahwa orang-orang yang berbuat demikian adalah
termasuk orang-orang yang mengharapkan perniagaan yang tidak akan
merugi. Allah Swt berfirman:
َ َ‫ع ََل ِن َي ّٗةَ َي ۡر ُجون‬ َ ‫اَرزَ ۡق َٰنَ ُه ۡمَ ِس ّٗر‬
َ ‫اَو‬ َ ‫صلَ َٰوَةََ َوأَنفَقُواْ َِم هم‬
‫ّللَ َوأَقَا ُمواَْٱل ه‬َِ‫بَٱ ه‬ َ َ‫نَٱلهذِينَََ َي ۡتلُونَ َ ِك َٰت‬
َ‫ِإ ه‬
٣٠َ‫ور‬ ٞ ‫ش ُك‬ َ َ‫ور‬ ٞ ُ ‫غف‬
َ َ‫ض ِل َِهۦََ ِإنه َهُۥ‬
ۡ َ‫مَمنَف‬ ِ ‫َو َي ِزي َد ُه‬ َ ‫ ِلي َُوفِ َي ُه َۡمَأ ُ ُج‬٢٩َ‫ُور‬
َ ‫ور ُه ۡم‬ َ ‫تِ َٰ َج َر ّٗةَلهنَتَب‬
Artinya:
“Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah
dan mendirikan salat dan menafkahkan sebahagian dari rezeki
yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam
dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan
yang tidak akan merugi. Agar Allah menyempurnakan kepada
mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka dari
karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi
Maha Mensyukuri.” (QS. Fâtir [35]: 29-30)

Beberapa ulama tafsir menjelaskan bahwa dengan senantiasa


membaca Alquran, maka akan nampak beberapa tanda yang membekas
di antaranya adalah sifat-sifat yang terpuji seperti ketenangan batin.
Selain itu, senantiasa membaca Alquran menjadi salah satu prasyarat
utama apabila seseorang ingin mendapatkan “perniagaan yang tidak
akan merugi tersebut.”70
Secara lebih luas, tidak ada isi dari kandungan hadis yang
menjadi pedoman simaan Alquran Jantiko Mantab ini yang
bertentangan dengan kaidah-kaidah yang ditetapkan oleh para ulama.
Oleh karenanya, ditinjau dari segi isi kandungan matannya, maka dapat
disimpulkan bahwa hadis ini adalah aman.

Syihâb al-Dîn Mahmȗd bin ʻAbdullâh al-Husainiy al-Alȗsiy, Rȗh al-


70

Maʻâniy Fî Tafsîr al-Qur’ân al-ʻAzîm Wa al-Sabʻ al-Matsâniy (T. tp: Mauqîʻ al-
Tafâsîr, t.t.), Jilid 5, h. 92, Muhammad bin ʻAliy bin Muhammad bin ʻAbdullâh al-
Syaukâniy, Fath al-Qadîr al-Jâmiʻ Baina Fannay al-Riwâyah Wa al-Dirâyah (T. tp:
Mauqîʻ al-Tafâsîr, t.t.), Jilid 7, h. 101.
64

c. Kesimpulan Hasil Penelitian Sanad dan Matan


Sanad hadis yang menjadi landasan pendirian kegiatan simaan
Alquran Jantiko Mantab adalah sahîh. Keadaan ini ditambah pula
dengan adanya beberapa mutâbiʻ, sehingga menjadikan kesahîhan dari
hadis ini tidak dapat diragukan lagi. Berkenaan dengan matan hadis,
matan hadis tersebut adalah berderajat sahîh pula. Apabila keduanya
digabungkan, yakni sanad yang sahîh dengan matan yang sahih, maka
hasilnya adalah keseluruhan hadis tersebut adalah berstatus sahîh.

C. Makna Hadis Yang Mendasari Berdirinya Kegiatan Simaan


Alquran Jantiko Mantab
Dalam pembahasan ini, peneliti tidak akan menguraikan
makna/isi kandungan hadis dari semua jalur periwayatan, namun
mengambil salah satu darinya, di samping karena saling menjadi
mutâbiʻ bagi yang lainnya. Di sini, akan dibahas uraian makna dari
jalur periwayatan Imâm Abȗ Dâwud dikarenanakan selain matannya
lebih ringkas dari yang lainnya, juga langsung menjurus kepada inti
permasalahan di dalam kegiatan simaan Alquran Jantiko Mantab.
Agama Islam adalah agama rahmat bagi seluruh alam. Islam
mengajarkan cinta kasih terhadap sesama mahluk, juga mengajarkan
tentang kebijaksanaan. Semua tata aturan dalam Islam bersumber dari
kitab suci Alquran yang diturunkan secara berangsur-angsur kepada
Rasulullah saw selama kurang lebih dua puluh tiga tahun lamanya.71
Alquran adalah kitab pedoman bagi orang-orang yang
mengharapkan kebahagiaan dunia dan akhirat dan merupakan satu-
satunya kitab samawi yang terjaga keasliannya. Al-Quran

71
Khoirul Muhtadin, “Iʻjazul Qur’an,” Ulumul Qur’an, no. 7 (Desember
2019): h. 64.
65

menganjurkan mempelajari ilmu-ilmu untuk kesejahteraan dan


kebahagiaan umat manusia. Di dalamnya terkandung nilai mu’jizat
yang agung. Alquran menjadi mu’jizat Nabi Muhammad saw yang
kekal, karena nilai mu’jizat di dalamnya tidak akan pernah terkalahkan
oleh siapapun, sampai kapanpun, dan di manapun tempatnya.72
Muhammad ʻAliy al-Sâbȗniy menjelaskan bahwa salah satu
aspek keunggulan Alquran dibanding dengan bacaan-bacaan yang lain
adalah jelas dalam lafaz atau bunyinya, bersastra dalam artinya, dan
bentuk susunan kalimatnya yang indah sehingga Alquran dapat
dirasakan getarannya oleh semua manusia terlebih bagi yang
mengimaninya.73 Sehingga dengan mendengarkan bacaan Alquran
dapat menjadikan hati tentram karena penyakit-penyakit yang berada
di dalam dada dapat terobati karenanya.74
Hal-hal tersebut di atas diperkuat dengan adanya hadis-hadis
yang menjelaskan tentang keutamaan membaca Alquran di antaranya
adalah hadis yang tengah dalam pembahasan ini. Dalam matan hadis
ini dijelaskan bahwa apabila ada suatu perkumpulan di sebuah masjid
sambil bersama-sama membaca Alquran dan mempelajarinya secara
bersama-sama pula, maka mereka akan mendapatkan empat faidah
karenanya, yakni pertama akan diturunkan atas mereka sakînah
(ketenangan), kedua akan dilingkupkan rahmat kepada mereka, ketiga
para malaikat akan mengelingi mereka, dan keempat Allah Swt

72
Muhammad bin ʻAlawiy al-Malikiy, Al-Qawâʻid al-Asâsiyyah Fî ʻUlȗm
al-Qur’ân(Makkah: Maktabah Mâlik Fahd, 1419 H), h. 130, Muhammad Husain
Tabâtabâʻiy, Mengungkap Rahasia Al-Qur’an. Penerjemah: A. Malik Madaniy dan
Hamim Iiyas (Bandung: Mizan, 1997). Cet. Ke-9, h. 3.
73
Muhammad ʻAliy al-Sâbȗniy, Pengantar Studi Al-Qur’an. Penerjemah
M. Chudlori Umar dan M. Matsna H.S. (Bandung: Al-Ma’arif, 1996), h. 104.
74
Abȗ ʻAbdillâh Muhammad bin Muhammad bin ʻUrfah al-Warghamiy,
Tafsîr Ibn ʻUrfah (T,tp.: Mauqiʻ al-Tafâsir, t.t.), Jilid 3, h. 63, Muhammad bi Ahmad
Mustafâ bin Ahmad, Zahrah al-Tafâsîr (Beirut: Dâr al-Fikr al-ʻArabiy, t.t.), Jilid 5,
h. 104.
66

membanggakan mereka dengan menyebut-nyebut mereka pada


makhluk yang ada di sisi-Nya. Hadis ini adalah sebagai dalil tentang
keutamaan berkumpul sambil membaca Alquran di masjid.75
Imȃm al-Nawawiy (w. 676 H) menjelaskan bahwa kata ‫قَوم‬
dalam hadis di atas adalah berbentuk nȃkirah. Ini menunjukkan kaum
apa saja yang berkumpul untuk melakukan hal itu akan mendapatkan
keutamaan. Nabi Saw tidak mensyaratkan hanya kaum tertentu,
misalnya ulama, golongan zuhud atau orang-orang yang berkedudukan
َِ‫بََ ْيتٍَ ِم ْنََبُيُوتَِ ه‬
terpandang.76 Sedangkan yang dimaksud dengan kata ‫َّللا‬
adalah masjid. Beberapa Ulama yakni sebagian sahabat Imâm Mâlik
(w. 179 H/800 M) menta’wilkan kata di atas dengan madrasah dan
lembaga pendidikan lainnya.77
Kata َ‫ يَتلون‬berasal dari kata talâ-yatlȗ yang memiliki makna
asal tabiʻa (mengikuti) yang akar katanya tuluwwun atau tilwun, baik
mengikuti gerakan, maupun mengikuti petunjuk yang
diberikan.78 Selanjutnya kata ini dipakaikan untuk makna membaca
dan juga tadabbur al-maʻnâ (meresapi makna) dari sebuah bacaan,

75
Abȗ Zakariyyȃ Muhyȋ al-Dȋn bin Syaraf al-Nawawiy al-Dimasyqiy, Al-
Minhâj Syarẖ Sahîh Muslim bin al-Hajjâj (Beirut: Dâr Ihyâ’ al-Turâts al-ʻArabiy,
1392 H), Juz 17, h. 21, Abȗ al-Ȗlȃ Muẖammad ‘Abdurraẖmȃn bin ‘Abdurraẖȋm al-
Mubarakfuriy, Tuẖfah al-Aẖwadzȋ bi Syarh Jâmiʻ al-Tirmidziy (Beirut: Dȃr al-Kutub
al-ʻIlmiyyah, t.t.), Juz 8, h. 216.
76
Abȗ Zakariyyȃ Muhyȋ al-Dȋn bin Syaraf al-Nawawiy al-Dimasyqiy,
Syarẖ al-Arbaʻȋn al-Nawawiyah fi al-Aẖȃdȋts al-Saẖȋẖah al-Nabawiyyah (Riyȃḏ:
Mauqiʻ al-Warȃq, t.t.), Juz 1, h. 32, Muẖammad ‘Abdul Raȗf bin Tȃj al-‘Arifȋn al-
Munȃwiy, Faiḏ al-Qadȋr (Beirut: Dȃr al-Maʻrifah, 1972), Cet. Ke-2, Juz 5, h. 522.
77
Muhyȋ al-Dȋn al-Nawawiy, Syarẖ al-Nawawiy ‘alȃ al-Muslim (Riyȃḏ:
Mauqiʻ al-Islȃm, t.t.), Juz 9, h. 63, Abȗ Tayyib Muẖammad Syams al-Haq bin Amȋr
‘Aliy bin Maqsȗd ‘Aliy, ‘Aun al-Maʻbȗd (Beirut: Dȃr al-Fikr, t.t.), Juz 3, h. 388.
78
Al-Raghib al-Asfihâniy, Al-Mufradât Fî Gharîb al-Qur’ân (Beirut: Dâr
al-Maʻrifah, t.t.), h. 75. Lihat juga Achmad Warson Munawwir, Kamus al-
Munawwir (Surabaya: Pustaka Progressif, 1997), h. 138.
67

dan akar kata -dari lafadz talâ-yatlȗ- yang bermakna demikian ini
(makna kedua) ialah al-tilâwah.79
َ َ‫ يَتَد‬dapat dipecah pengertiannya yakni berasal
Kata ‫ارسونَه بَينَهم‬
dari kata ‫( تَدَارس‬tadârus). Kata ‫( تَدَارس‬tadârusun) jika diwaqaf
menjadi tadârus berasal dari kata ‫سا‬
ً ‫ دَر‬- ‫ يَدرس‬- ‫س‬
َ ‫( دَ َر‬darasa-yadrusu-
darsan) yang artinya adalah belajar, meneliti, menelaah, dan
َ ‫تَفَا‬
mengkaji. Selanjutnya kata di atas akan mengikuti wazan ‫ع َل‬
(tafâʻala) sehingga mauzun-nya akan menjadi kata ‫س‬ َ َ‫( تَد‬tadârasa).
َ ‫ار‬
Fiʻil yang mengikuti wazan ini salah satunya mempunyai fungsi
‫َار َك ِة‬
ِ ‫ِللمش‬ fâʻil (subjek) dan mafʻȗl-nya (objek) bersamaan dalam
melakukan perbuatan, sehingga artinya menjadi saling mempelajari.
Kemudian ditasrîf : ً ‫ تَدَارسا‬- ‫ارس‬ َ َ‫س – يَتَد‬ َ َ‫ – تَد‬sehingga mendapatkan
َ ‫ار‬
kata ً ‫( تَدَارسا‬tadârusan), yang berkedudukan sebagai masdâr, sehingga
artinya adalah pembelajaran secara bersama-sama.80
Penjelasan yang lain dijelaskan dalam kitab Qism al-Hadȋts
َ َ‫ َيتَد‬dalam hadis di atas mempunyai beberapa
bahwa kata ‫ارسونَه َبينَهم‬
pengertian menurut para ulama. Pertama, satu orang membaca dan
yang lain mendengarkan. Hal ini sangat sering dilakukan oleh Nabi
dan para sahabatnya maupun para ulama-ulama salaf.81 Seperti contoh
Rasulullah Saw menyuruh Ibnu Mas’ȗd (w. 32 H/ 650 M) untuk
membaca Alquran sedang beliau dan mendengarkannya. ‘Umar bin
Khaṯṯȃb (w. 23 H/644 M) menyuruh seorang sahabat sedang ia dan
yang lainnya mendengarkan. Kedua, berkumpul untuk belajar

79
Al-Asfihâniy, Al-Mufradât, h. 75.
80
M. Syukronul Hakim, Giat Mengisi Ramadhan Dengan Al-Qur’an
(Kediri: Lirboyo Press, 2018), Cet. Ke-1, h. 12.
81
Salaf secara bahasa adalah orang-orang terdahulu, lawan dari kata khalaf.
Adapun batasan salaf sebagaimana pendapat al-ẖȃfizh Ibnu ẖajar al-‘Asqalȃniy
adalah orang-orang yang hidup pada tiga abad pertama hijriah. Lihat Abdul Somad,
37 Masalah Populer (Pekanbaru: Tafaqquh Media, 2017), Cet. Ke-12, h. 384.
68

membaca sebagian orang kepada sebagian yang lain untuk


membetulkan lafaz-lafaz yang kurang benar atau mengungkap
kandungan makna dari Alquran.82
Kata ‫س ِكينَة‬
َّ ‫ ال‬secara bahasa berasal dari kata ‫سكن ـ يسكن ـ سكينة‬
yang berarti ketenangan dan ketentraman. Al-sakînah berasal dari tiga
huruf, sin-kaf-nun, artinya tenang sesudah aktif bergerak atau lawan
dari gerak atau bergerak )‫ (الحركة‬dan guncang.83 Senada dengan itu, M.
Quraish Shihab menjelaskan bahwa kata sakînah terambil dari akar
kata yang terdiri dari huruf sin, kaf, dan nun yang mengandung makna
ketenangan, atau antonim goncang dan gerak. Berbagai bentuk kata
yang terdiri dari ketiga huruf tersebut kesemuanya bermuara kepada
makna diatas. Rumah dinamai maskan, karena ia adalah tempat untuk
meraih ketenangan setelah sebelumnya penghuninya bergerak bahkan
boleh jadi mengalami kegoncangan di luar rumah. dan al-sikkîn (pisau)
adalah alat yang menghasilkan ketenangan pada hewan setelah
sebelumnya ia bergejolak.84 Pengertian yang lainnya diungkapkan
pula oleh ʻAliy bin Muhammad al-Jurjâniy (w. 816 H/ 1413 M) ahli
pembuat kamus-kamus ilmiah menyebutkan bahwa sakînah adalah
ketentraman dalam hati pada saat datangnya sesuatu yang tak diduga,

82
Sȃliẖ bin ‘Abd al-‘Azȋz, Qism al-Hadȋts (Riyȃḏ: Mauqiʻ al-Rasmȋ, t.t.),
Juz 37, h. 6. Lihat pula Zain al-Dȋn Abȋ al-Faraj ‘Abdurraẖmȃn bin Syihȃb al-Dȋn al-
Baghdȃdiy, Jȃmiʻ al-‘Ulȗm wa al-Hukm (Qȃhirah: Maktabah Ibn Taimiyyah, 1411
H/1990 M), Juz 38, h. 21, Abȗ al-Ȗlȃ Muẖammad ‘Abdurraẖmȃn bin ‘Abdurraẖȋm
al-Mubarakfuriy, Tuẖfah al-Aẖwadzȋ (Beirut: Dȃr al-Fikr, t.t.), Juz 7, h. 261, Abȗ
Thayyib Muẖammad Syams al-Haq bin Amȋr ‘Aliy bin Maqsȗd ‘Aliy, ‘Aun al-
Maʻbȗd (Beirut: Dȃr al-Fikr, t.t.), Juz 3, h. 388, Al-Malȃ ‘Alȃ al-Qȃriy, Murqȃh al-
Mafȃtȋẖ Syarẖ Misykȃh al-Masȃbȋẖ (Beirut: Mauqiʻ Al-Misykȃh al-Islȃmiyyah, t.t.),
Juz 2, h. 105.
83
Muẖammad bin Mukrim bin ʻAlȋ Abȗ al-Faḏl Jamȃl al-Dȋn Ibn Manẕȗr
al-Ansȃriy al-Ruwaifiʻiy al-Afriqiy, Lisȃn al-ʻArab (Al-Qȃhirah: Dȃr al-Hadȋts, t.t.),
Juz 9, h. 256
84
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah (Jakarta: Lentera hati, 2002),
Volume 5, h. 565. Lihat pula Depag RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya (Jakarta: Lembaga
Percetakan al- Qur’an Depag, 2009), Cet. Ketiga, jilid 9, h. 355.
69

dibarengi oleh satu nȗr (cahaya) dalam hati yang memberi ketenangan
dan ketentraman pada yang menyaksikannya dan merupakan pokok
ʻaîn al-yaqîn (keyakinan berdasarkan penglihatan).85
Sedangkan Muhammad Rasyîd Ridâ (w. 1935 M)
mengemukakan bahwa sakînah adalah sikap jiwa yang timbul dari
suasana ketenangan dan merupakan lawan dari kegoncangan batin dan
kekalutan.86 Adapun Rȃghib al-Asfihȃniy (w. 502 H/1108 M), seorang
ahli fikih dan tafsir antara lain mengartikan sakînah dengan tidak
adanya rasa gentar dalam menghadapi sesuatu.87 Ada pula ulama’ yang
menyamakan sakînah dengan kata rahmat dan tuma’nînah yang
berarti berarti tenang, tidak gundah dalam melaksanakan ibadah salat
dan tawaf.88 Selanjutnya dalam kitab Syarẖ Sunan Ibnu Mȃjah
dijelaskan mengenai maksud sakînah dalam hadis di atas adalah
sesuatu yang menghasilkan ketenangan, kejernihan hati, hilangnya
rasa aniaya dikarenakan iri, turunnya sinar kasih sayang, dan kemudian
menghasilkan hati yang peka.89
Maksud dari kata ‫الرح َمة‬
َّ ‫غ ِش َيتهم‬
َ ‫ َو‬bermakna tempat mereka
dipenuhi dengan rahmat dari segala penjuru sehingga mereka
terlindungi dengan rahmat tersebut.90 Dalam mendefinisikan kata ‫َرح َمة‬

85
ʻAliy bin Muhammad al-Jurjâniy, Al-Taʻrîfât (Jeddah: Al-Harâmain, t.t.),
Juz 2, h. 37.
86
Muhammad Rasyîd bin ʻAliy Ridâ bin Syams al-Dîn bin Bahâ’ al-Dîn al-
Qalmȗniy al-Husainiy, Tafsîr al-Manâr (Beirut: Dâr al-Fikr, t.t.), Juz ke-6, h. 79.
87
Abȗ al-Qȃsim al-Husain bin Mufaḏḏal bin Muẖammad al-Rȃghib al-
Asfihȃniy, Muʻjam Mufradȃt Alfȃẕ al-Qur’ȃn (Beirut, Dȃr al-Kutub al-ʻIlmiyyah,
2004), Juz 5, h. 39.
88
“Sakinah” dalam Ensiklopedi Islam, vol. V (Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van
Hoeve, 2001), h. 115.
89
Fakhr al-Hasan al-Dahlawiy, Syarẖ Sunan Ibnu Mȃjah (Karatisy:
Qadimay Kutub Khȃnah, t.t.), Juz 1, h. 269.
90
Ismȃʻȋl bin Muẖammad bin Mȃhiy al-Saʻdiy al-Ansȃriy, Al-Tuẖfah al-
Rabbȃniyyah fȋ Syarẖ al-Arbaʻȋn Hadȋtsan al-Nawawiyah (Iskandariyah: Maṯba’ah
Dȃr Nasyr al-Tsaqȃfah, 1380 H), Juz 1, h. 82.
70

(raẖmat), Ibnu Faris (w. 395 H/ 1004 M) dalam Muʻjam Maqȃyȋs al-
Lughah menerangkan bahwa setiap kata bahasa Arab yang berakar dari
tiga huruf rȃ’, ẖȃ’, dan mȋm memiliki arti dasar kelembutan, kehalusan,
dan kasih sayang.91 Ibnu Manẕȗr (w. 711 H/1311 M) dalam Lisȃn al-
ʻArab menjelaskan bahwa kata rahmat mengandung arti riqqah al-
qalb (kepekaan hati), al-taʻṯṯuf (kelembutan jiwa), dan al-maghfirah
(pemaafan). Rahmat merupakan sesuatu yang menimbulkan rasa
indah, damai, dan penuh kebaikan bagi yang dirahmati.92 Sedangkan
menurut Rȃghib al-Asfihȃniy (w. 502 H/1108 M) dalam Mufradȃt
Alfȃẕ al-Qur’ȃn, kata rahmat berarti kelembutan yang menuntut
berbuat baik kepada yang disayangi.93 Dengan menggabungkan
beberapa definisi di atas, dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa jika
suatu kaum berada pada suatu tempat yang dipenuhi dengan rahmat
Allah dari segala penjuru, maka kaum tersebut telah mendapatkan
kelembutan, kasih sayang, dan pemaafan dari Allah Swt sehingga
Allah akan memberikan “kebaikan-Nya” kepada kaum tersebut.
Maksud kata ‫ َو َح َّفتهم ال َمالَ ِئ َكة‬adalah para Malaikat mengelilingi
dan mengitari mereka seolah-olah para Malaikat sangat dekat dengan
mereka dan menaungi mereka sehingga tidak ada satu celahpun yang
dapat disusupi oleh Setan.94 Kemudian maksud dari Allah menyebut-
nyebut mereka pada (makhluk) yang ada di dekat-Nya adalah
membangga-banggakan mereka pada para Malaikat dan para Nabi

91
Abȋ al-Husain Ahmad bin Fȃris bin Zakariyyȃ, Muʻjam Maqȃyȋs al-
Lughah (Beirut: Dȃr Ihyȃ’ al-Turȃts al-ʻArabiy, t.t.), Juz 4, h. 49.
92
Ibn Manẕȗr, Lisȃn al-ʻArab, Juz 5, h. 129.
93
Al-Asfihȃniy, Muʻjam Mufradȃt Alfȃẕ al-Qur’ȃn, Juz 2, h. 83.
94
Taqiy al-Dȋn Abȗ al-Fatẖ Muẖammad bin ‘Aliy bin Wahb bin Muṯȋ’ al-
Qusyairiy al-Manfalȗṯiy al-Saʻȋdiy, Syarẖ al-Arbaʻȋn al-Nawawiyah (Beirut: Dȃr al-
Afȃq al-Jadȋdah, t.t.), Juz 1, h. 93, Abȗ Zakariyyȃ Muẖyȋ al-Dȋn bin Syaraf al-
Nawawiy al-Dimasyqiy, Syarẖ al-Arbaʻȋn al-Nawawiyah fi al-Aẖȃdȋts al-Saẖȋẖah
al-Nabawiyyah (Riyȃḏ: Mauqiʻ al-Warȃq, t.t.), Juz 1, h. 32.
71

yang berada di tempat yang paling tinggi dan akan memberikan kepada
mereka dengan balasan yang lebih baik.95
Tradisi menghatamkan Alquran dari awal sampai akhir dan
memperdengarkan bacaan kepada pihak lain telah dipraktikkan pula
oleh Rasulullah Saw bersama Malaikat Jibril sebagaimana yang
disebutkan dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Mȃjah
yang berbunyi:

‫صالى ٍح َع ْن‬ ٍْ‫ص‬


َ ‫ْي َع ْن أ ىَِب‬ َ ‫اش َع ْن أ ىَِب ُح‬ ‫ى‬
ٍ ‫ى َحدهثَنَا أَبُو بَ ْك ىر بْ ُن َعيه‬
‫هاد بْ ُن ال هس ىر ى‬
ُ ‫َحدهثَنَا َهن‬
‫ف ُك هل َع ٍام َع ْشَرةَ أَهَّيٍم فَلَ هما َكا َن‬ ‫ى‬ َ َ‫أىَِب ُهَريْ َرةَ ق‬
ُّ ‫ال َكا َن النى‬
ُ ‫ يَ ْعتَك‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ‫هب‬

ً‫ض َعلَْي ىه الْ ُق ْرآ ُن ىِف ُك ىىل َع ٍام َمهرة‬ ‫الْعام اله ىذى قُبىض فى ىيه ْاعتَ َك ى‬
َ ‫ف ع ْش ىر‬
ُ ‫ين يَ ْوًما َوَكا َن يُ ْعَر‬ َ َ َُ
‫ض َعلَْي ىه َمهرتَ ْ ى‬ ‫فَلَ هما َكا َن الْعام اله ىذى قُبى ى ى‬
.‫ْي‬ َ ‫ض فيه عُ ىر‬
96
َ َُ
Artinya:
“Telah menceritakan kepada kami Hannȃd bin Al-Sariy, telah
menceritakan kepada kami Abȗ Bakr bin ‘Ayyasy, dari Abȋ
Husain, dari Abȋ Sȃliẖ, dari Abȋ Hurairah dia berkata, Nabi
Saw senantiasa beri’tikaf sepuluh hari setiap tahun. Ketika
tahun wafat beliau, beliau beri’tikaf dua puluh hari. Dan beliau
senantiasa membacakan Alquran sekali setiap tahun dan pada
tahun terakhir beliau akan wafat, beliau melakukannya hingga
dua kali.” (HR. Ibnu Mȃjah)

Faisal bin ‘Abd al-‘Azȋz bin Faisal Ibn Hȃmid al-Mubȃrak al-Harimliy
95

al-Najdiy, Taṯrȋz Riyȃḏ al-Sȃliẖȋn, Muẖaqqiq: ‘Abd al-‘Azȋz bin ‘Abdullȃh bin
Ibrȃhȋm al-Zȋr (Riyȃḏ: Dȃr al-‘Ȃsimah li al-Nasyr wa al-Tauzȋ‘, 1423 H/2002 M),
Cet. Ke-1, Juz 1, h. 793, Abȗ Ṯayyib Muẖammad Syams al-Haq bin Amȋr ‘Aliy bin
Maqșȗd ‘Aliy, ‘Aun al-Maʻbȗd (Beirut: Dȃr al-Fikr, t.t.), Juz 3, h. 388.
96
Muẖammad al-Qazwȋniy, Sunan Ibnu Mȃjah, No. Hadis 1841, Juz 5, h.
401, Aẖmad bin Syuʻaib Abȗ ‘Abdurraẖmȃn al-Nasȃiy, Sunan al-Nasȃiy al-Kubrȃ
(Beirut: Dȃr al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1411 H/1991 M), No. Hadis 7992, Cet. ke-1, Juz
5, h. 7, Muẖammad bin Hibbȃn bin Aẖmad Abȗ Hȃtim al-Tamȋmiy al-Bustiy, Saẖȋẖ
Ibnu Hibbȃn bi Tartȋb Ibnu Balbȃn (Beirut: Muassasah al-Risȃlah, 1414 H/1993 M),
No. Hadis 3440, Cet. Ke-2, Juz 8, h. 225, Aẖmad bin ‘Alȋ bin al-Mutsannȃ Abȗ Ya’lȃ
al-Mausȗliy al-Tamȋmiy, Musnad Abȋ Ya’lȃ (Damsyiq: Dȃr al-Ma’mȗn Li al-Turȃts,
1404 H/1984 M), No. Hadis 2562, Cet. Ke-1, Juz 4, h. 435.
72

Dalam hadis di atas disebutkan bahwa Rasulullah Saw. sekali


dalam setiap tahun senantiasa simaan dengan Malaikat Jibril dan
khusus pada tahun terakhir ketika Rasulullah Saw akan wafat, kegiatan
tersebut dilakukan hingga dua kali.
Dalam hal waktu ideal yang dibutuhkan untuk menghatamkan
Alquran, para ulama mempunyai pendapat dan kebiasaan yang
berbeda-beda mengenai hal tersebut. Sebagai contoh sebagaimana
yang dijelaskan oleh Syaikh Al-Mubarakfuriy (w. 1353 H) bahwa
Imȃm Aẖmad bin Hanbal (w. 241 H/855 M), Abȗ ‘Ubaid (w. 101 H),97
dan Isẖȃq bin Rȃhawaih (w. 238 H)98 berpendapat bahwa tidak
diperbolehkan menamatkan Alquran kurang dari tiga hari. Dalam hal
ini mereka berpedoman pada hadis-hadis Nabi yang tidak
memperbolehkan mengkhatamkan al-Qur’ an kurang dari tiga hari.99
Di antara hadis tersebut adalah:

‫َخ َ َْبََن قَتَ َادة َع ْن يَىزيْد بْ ىن َعْبد هللا َع ْن‬


ْ ‫َخ َ َْبََن ََههام أ‬
ْ ‫ص َمد أ‬
‫َحدهثَنَا ابْ ُن الْ ُمثَ هَّن ثَنَا َعْب ُد ال ه‬

‫ّن أَقْ َوى‬‫ِف َش ْه ٍر قَ َ ىى‬


ْ ‫ال ى‬ ْ ‫ ََّي َر ُس ْوَل هللا ى‬:‫ال‬
َ َ‫ِف َك ْم أَقْ َرأْ الْ ُق ْرآ َن ؟ ق‬ َ َ‫َعْبد هللا بْن َع ْم ُرو أَنههُ ق‬
ْ‫ال إ ى‬

Nama lengkap beliau adalah Tabȋʻ bin ‘Ȃmir al-Humairiy, mempunyai


97

kunyah Abȗ ‘Ubaid dan Abȗ ‘Ubaidah. Wafat di Iskandariyah pada tahun 101 H.
Lihat Syihȃbuddȋn Ibn al-Faḏl Aẖmad bin ‘Aliy bin Hajar al-‘Asqalȃniy, Tahdzȋb al-
Tahdzȋb (Beirut: Dȃr al-Fikr, 1404 H/1984 M) , Cet. Ke-1, Juz 1, h. 446.
98
Beliau adalah Ishȃq bin Ibrȃhȋm bin Mukhallad bin Ibrȃhȋm Abȗ Ya’qȗb
al-Hamḏaliy al-Marwaziy. Beliau lahir pada tahun 161 H dan wafat pada 238 H
dalam usia 77 tahun. Lihat Aẖmad bin ‘Aliy Abȗ Bakr al-Khaṯȋb al-Baghdȃdiy,
Tȃrȋkh Baghdȃd (Beirut: Dȃr al-Kutub al-‘Ilmiyyah, t.t.), Juz 6, h. 345.
99
Abȗ al-Ȗlȃ Muẖammad ‘Abdurraẖmȃn bin ‘Abdurraẖȋm al-
Mubarakfuriy, Tuẖfah al-Aẖwadzȋ (Beirut: Dȃr al-Fikr, t.t.), Juz 7, h. 262,
Syihȃbuddȋn Ibn al-Faḏl Aẖmad bin ‘Aliy bin Hajar al-‘Asqalȃniy, Fatẖ al-Bȃrȋ
(Beirut: Dȃr al-Fikr, 1404 H/1984 M), Juz 14, h. 276, Badr al-Dȋn al-‘Ainiy al-
Hanafiy, ‘Umdah al-Qȃrȋ (Riyȃḏ: Multaqȃ Ahl al-ẖadȋts, 1427 H), Juz 29, h. 160.
73

‫ال إىىىّن أَقْ َوى ىم ْن‬ ‫ىمن ذلى ى‬


ْ ‫ال اقْ َرأْهُ ى‬
َ َ‫ِف َسْب ٍع ق‬ َ َ‫صهُ َح هَّت ق‬
َ َ‫ك َرىد ُد الْ َك َال َم أَبُو ُم ْو َسى َوتَنَاق‬
َ ْ
ٍ َ‫ال َالي ْف َقه من قَرأَه ىِف أَقَ هل ىمن ثَال‬
.‫ث‬ ‫ى‬
ْ ُ َ ْ َ ُ َ َ َ‫ك ق‬ َ ‫ذل‬
100
ْ
Artinya:
“Telah menceritakan kepada kami Ibnu al-Mustannȃ, telah
menceritakan kepada kami ‘Abd al-Samad, telah mengabarkan
kepada kami Hammȃm, telah mengabarkan kepada kami
Qatȃdah, dari Yazȋd bin ‘Abdullȃh bin ‘Amrȗ, dari ‘Abdullȃh
bin ‘Amrȗ dia berkata, ‘Wahai Rasulullah, berapa lamakah aku
harus mengkhatamkan Alquran?” Beliau bersabda, ‘Dalam
sebulan.’ ‘Abdullȃh bin ‘Amrȗ berkata, ‘Sesungguhnya aku
bisa lebih dari itu.’ Abȗ Mȗsȃ (Ibnu al-Mustannȃ) mengulang-
ulang perkataan ini dan ‘Abdullȃh bin ʻAmrȗ selalu meminta
dispensasi sehingga Rasulullah bersabda, ‘Jika demikian,
bacalah Alquran (hingga khatam) dalam tujuh hari.’ ‘Abdullȃh
bin ‘Amrȗ berkata, ‘Aku masih dapat menyelesaikannya lebih
dari itu.’ Beliau bersabda, ‘Tidak akan dapat memahaminya
orang yang mengkhatamkan Alquran kurang dari tiga hari.’”
(HR. Abȗ Dȃwud)

Menurut Muẖammad Syams al-Haq (w. 1319 H), bahwa yang


dimaksud dengan kata ‫( الَيَفقَه‬tidak dapat memahami Alquran) dalam
hadis di atas adalah mencakup tiga hal yakni tidak dapat memahami
maknanya, tidak dapat men-tadabbur-i isi kandungannya, dan tidak
dapat memikirkannya.101 Namun demikian, mayoritas ulama
berpendapat bahwa cara membaca yang demikian tidaklah menjadikan

Abȗ Dȃwud al-Sijistȃniy, Sunan Abȋ Dȃwud, No. Hadis 1390, Juz 1, h.
100

442, Al-Tirmidziy, Sunan al-Tirmidziy, No. Hadis 3202, Juz 11, h. 167, Muẖammad
al-Qazwȋniy, Sunan Ibnu Mâjah, No. Hadis 1408, Juz 4, h. 136, ‘Abdullȃh bin
‘Abdurraẖmȃn Abȗ Muẖammad al-Dȃrimiy, Sunan al-Dȃrimiy, Muẖaqqiq Fawȃz
Aẖmad Zamraliy dan Khȃlid al-Sabi’ al-‘Ilmȋ (Beirut: Dȃr al-Kitȃb al-‘Arabȋ, 1407
H), No. Hadis 3487, Cet. ke-1, Juz 2, h. 344, Aẖmad bin Hanbal, Musnad Aẖmad,
No. Hadis 6985, Juz 15, h. 14.
101
Muẖammad Syams al-Haq, ‘Aun al-Maʻbȗd, Juz 3, h. 327.
74

sang pembacanya tidak memperoleh pahala. Ia akan tetap memperoleh


pahala dari bacaan Alquran yang dibacanya.102
Dalam menyikapi hadis di atas, Ibnu Rajab al-Hanbaliy (w. 795
H) menyatakan bahwa larangan mengkhatamkan Alquran kurang dari
tiga hari itu ada jika dilakukan terus menerus. Sedangkan jika sesekali
dilakukan apalagi di waktu utama seperti bulan Ramadhan lebih-lebih
lagi pada malam yang dinanti yaitu Lailatul Qadar atau di tempat yang
mulia seperti di Makkah bagi yang mendatanginya dan ia bukan
penduduk Makkah, maka disunnahkan untuk memperbanyak tilawah
untuk memanfaatkan pahala melimpah pada waktu tersebut.103
Lebih lanjut, Imȃm al-Nawawiy (w. 676 H) berpendapat bahwa
kondisi masing-masing orang adalah berbeda-beda. Ada orang yang
jernih pikirannya sehingga dalam waktu singkat dapat memahami apa
yang dibacanya. Ada orang sibuk menyampaikan ilmu atau
kepentingan agama yang lainnya. Ada yang sibuk dengan
kemaslahatan umat secara umum. Oleh karenanya, masing-masing
orang akan berbeda waktu, keseriusan, dan kepandaiannya dalam
berinteraksi dengan Alquran sehingga akan berpengaruh terhadap
cepat atau lambatnya dalam mengkhatamkan Alquran.104
Implikasi dari perbedaan-perbedaan sebagaimana yang
dikemukakan oleh Imȃm al-Nawawiy di atas di antaranya adalah
banyaknya ulama-ulama salaf yang justru lebih cepat waktunya dalam
mengkhatamkan Alquran dari tiga hari. Imȃm al-Syȃfi’iy (w. 204

102
Muẖammad al-Mubarakfuriy, Tuẖfah al-Aẖwadzȋ, Juz 7, h. 265.
103
‘Abdurraẖmȃn bin Syihȃb al-Dȋn Aẖmad bin Rajab al-Hanbaliy, Lathȃif
al-Ma’ȃrif (Beirut: Dȃr bin Katsȋr, 1999), Juz 5, h. 306.
104
Abȗ Zakariyyȃ Muẖyȋ al-Dȋn bin Syaraf al-Nawawiy al-Dimasyqiy, At-
Tibyȃn Adab Penghafal al-Qur’an, Penerjemah Yuliana Sahadatilla, dkk.
(Sukoharjo: Al-Qowam, 2015), Cet. Ke-2, h. 55. Lihat pula Syihȃbuddȋn bin Hajar
al-‘Asqalȃniy, Fatẖ al-Bȃrȋ, Juz 14, h. 276. Lihat pula Muẖammad al-Mubarakfuriy,
Tuẖfah al-Aẖwadzȋ, Juz 7, h. 262.
75

H/819 M) misalnya, beliau mengkhatamkan Alquran dalam bulan


Ramadhan sebanyak enam puluh kali khataman dan semuanya beliau
lakukan di dalam waktu salat.105 Artinya dalam sehari semalam beliau
mengkhatamkan Alquran dua kali khataman. ‘Utsmȃn bin ‘Affȃn (w.
35 H/ 656 M), Tamȋm al-Dȃriy (w. 40 H/661 M), dan Saʻȋd bin Jubair
(w. 714 M), mereka mengkhatamkan Alquran pada satu rakaat salat di
kakbah.106
Beberapa kisah di atas menunjukkan betapa besar perhatian
dan kecintaan para ulama terhadap Alquran. Mereka berlomba-lomba
untuk mendapatkan keridhaan Allah Swt yang salah satunya adalah
dengan memperbanyak membaca Alquran. Dengan semakin banyak
membaca Alquran, maka akan semakin besar peluang untuk
mendapatkan syafa’at dari Alquran pada hari kiamat.107 Bahkan
sebagian ulama meyakini bahwa membaca Alquran adalah lebih afdal
jika dibandingkan dengan melafalkan tasbih, tahlil, serta lafal zikir
yang lainnya.108

105
Abȗ ‘Abdillȃh Muẖammad bin Aẖmad bin ‘Utsmȃn bin Qaimaz bin
‘Abdullȃh al-Dzahabiy, Siyar Aʻlȃm al-Nubalȃ’ (Cairo: Mauqiʻ Yaʻsȗb, t.t.), Juz 10,
h. 36.
106
Abȗ Zakariyyȃ Muhyȋ al-Dȋn bin Syaraf al-Nawawiy al-Dimasyqiy, At-
Tibyȃn Adab Penghafal al-Qur’an, h. 55.
107
Hal ini sesuai dengan hadis Nabi Saw yang menyuruh kepada kita untuk
memperbanyak membaca al-Qur’an karena al-Qur’an itu akan datang memberi
syafaat kepada pembacanya pada hari kiamat. Lihat Muslim bin al-Hajjȃj, Al-Jȃmiʻ
al-Saẖȋẖ al-Musammȃ Saẖȋẖ Muslim, No. Hadis 1910, Juz 2, h. 197, Majdi Ubaid, 9
Langkah Menghafal Al-Qur’an (Solo: Aqwam, 2015), Cet. Ke-2, h. 48.
108
Abȗ Zakariyyȃ Muẖyȋ al-Dȋn bin Syaraf al-Nawawiy al-Dimasyqiy, At-
Tibyȃn Adab Penghafal al-Qur’an, h. 15. Lihat pula Abu Ya’la Kurnaedi dkk,
Metode Asy-Syafi’i (Jakarta: Pustaka Imam Asy-Syafi’i, 2017), Cet. Ke-8, h. iii.
BAB III
MENGENAL LOKASI PENELITIAN DAN KEGIATAN
SIMAAN ALQURAN JANTIKO MANTAB

A. Mengenal Religiusitas Di Kabupaten Mesuji


1. Gambaran Singkat Wilayah Kabupaten Mesuji
Kabupaten Mesuji dengan ibu kota Wiralaga Mulya, terletak
dalam wilayah Provinsi Lampung dan terbentuk sebagai hasil
pemekaran dari Kabupaten Tulang Bawang. Secara yuridis formal,
Kabupaten Mesuji terbentuk sejak diberlakukannya Undang-undang
Republik Indonesia Nomor 49 Tahun 2008 tentang Pembentukan
Kabupaten Mesuji di Provinsi Lampung. Secara geografis wilayah
Kabupaten Mesuji terletak pada 3045’ - 4040’ arah Utara-Selatan dan
106015’ - 107000’ arah Timur-Barat.1
Sejarah Kabupaten Mesuji diawali pada tahun 1865. Ketika
itu, Sirah Pulau Padang Kayu Agung Onder Afdeeling Kayu Agung
melaksanakan pemilihan pasirah. 2 Pemilihan ini diadakan oleh
pemerintah Hindia Belanda di Kayu Agung.
Pemilihan pasirah saat itu diadakan dengan memilih antara
dua kakak beradik yaitu Muhamad Ali bin Pangeran Djugal dan
adiknya Muhamad Batun bin Pangeran Djugal. Sistem adu domba

1
Khamami, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Kabupaten Mesuji 2017-2022 (Wiralaga Mulya: Pemda Mesuji Press, 2017), h. 1-3.
2
Pasirah adalah gelar bagi Punyimbang yang merupakan kepala dari
pemerintahan marga yang ada di Sumatera bagian selatan. Pasirah mengepalai
kepala-kepala kampung dan kepala-kepala suku. Sedangkan pengertian dari
Punyimbang adalah berasal dari kata Pun yang berarti orang yang dihormati, dan
nyimbang yang artinya orang yang merawisi. Lihat Selvi Diana Meilinda, “Sejarah
Bangsawan Lampung,” Kompasiana, 25 Juni 2015, h. 4. Effendi, “Pialang Adat di
Bumi Ruwa Jurai Punyimbang di Karesidenan Lampung 1928-1942,” (Tesis S2
Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gajah Mada, 2015), h. 52.

76
77

atau devide at impera terjadi saat itu dan yang menjadi pasirah
adalah Muhamad Batun bin Pangeran Djugal.
Hal ini mendatangkan perasaan tidak menyenangkan bagi
sang kakak, sehingga beliau berhijrah dengan mendatangi daerah
baru dengan mengajak pengikut-pengikutnya untuk membuka
daerah baru yang merupakan cikal bakal dari marga Mesuji
Lampung. 3
Setelah perladangan yang dilakukan oleh Muhamad Ali ini
berhasil maka pada tahun 1870 ia mengajak sanak kaluarga, kerabat
serta teman-temanya untuk pindah ke sungai Kabung Mesuji.
Adapun suku-suku yang ikut datang ke sungai Kabung Mesuji
adalah:
a. Suku Sirah Pulau Padang disebut Suku Seri Pulau.
b. Suku Sugi Waras disebut Suku Sugi Waras.
c. Suku Kayu Agung disebut Suku Kayu Agung.
d. Suku Palembang disebut Suku Palembang.
e. Suku Lampung Tulang Bawang.
Setelah beberapa tahun, kampung tersebut terus
menunjukkan peningkatan kesejahteraan penduduknya, sehingga
pemerintah Hindia Belanda kemudian memberikan penghargaan
kepada Muhammad Ali. Gelar tersebut adalah dengan nama
Pangeran Mad, pada tanggal 22 oktober 1886. Dengan simbol
berupa payung obor-obor berwarna putih. Hal ini menandakan
bahwa Pangeran Mad sebagai raja adat di Mesuji dan mensahkan
warga dari kampung tua di Mesuji yang berasal dari Sumatera
Selatan, Palembang, Seri Pulau Padang, Kayu Agung dengan

3
Adnan Halaki, Sejarah Kabupaten Mesuji (Bandar Lampng: Cipta Karya
Press, 2017), h. 8, Lihat pula “Sejarah Mesuji,” Nyokabar 25 Agustus 2015, h. 3.
78

sebutan marga Mesuji. Sehinga kemudian Mesuji menjadi suatu


marga. 4
Terdapat sembilan kampung tua yang ada di Mesuji, yaitu
(tahun 1875-1982) yaitu Kampung Wiralaga, Kampung Sungai
Sidang, Kampung Sungai Cambai, Kampung Sungai Badak,
Kampung Nipah Kuning, Kampung Sri Tanjung, Kampung
Keagungan Dalam, Kampung Talang Batu, dan Kampung Labuhan
Batin. Di antara sembilan kampung tersebut yang paling tua adalah
Kampung Wiralaga. Sensus penduduk pada tahun 1930
menunjukan bahwa jumlah marga mesuji sekitar 3.586 jiwa serta
warga China berjumlah 8 jiwa. 5
Kabupaten Mesuji mempunyai batas-batas wilayah sebagai
berikut:
a. Sebelah Utara: berbatasan dengan Kabupaten Ogan Komering
Ilir Provinsi Sumatera Selatan.
b. Sebelah Timur: berbatasan dengan Kabupaten Ogan Komering
Ilir Provinsi Sumatera Selatan.
c. Sebelah Selatan: berbatasan dengan Kecamatan Rawa Jitu
Selatan dan Kecamatan Penawar Tama Kabupaten Tulang
Bawang, serta Kecamatan Way Kenanga Kabupaten Tulang
Bawang Barat.
d. Sebelah Barat: berbatasan dengan Kabupaten Ogan Komering
Ilir Provinsi Sumatera Selatan.6
Luas Kabupaten Mesuji sesuai dengan Undang-undang
pembentukaannya yaitu 2.184 km2. Kabupaten Mesuji memiliki 7

4
Halaki, Sejarah Kabupaten Mesuji, h. 8.
5
“Sejarah Mesuji,” h. 3.
6
Khamami, Rencana Pembangunan, h. 3.
79

kecamatan, 128 desa, 570 RK/RW, dan 1486 RT.7 Secara topografi,
wilayah Kabupaten Mesuji dapat dibagi dalam 4 unit topografi,
sebagai berikut:
a. Daerah dataran yang dimanfaatkan untuk perkebunan.
b. Daerah rawa, terdapat di sepanjang pantai Timur dengan
ketinggian 0-1 M yang merupakan daerah rawa yang
dimanfaatkan untuk area persawahan, meliputi wilayah
Kecamatan Mesuji Timur dan Rawajitu Utara.
c. Daerah River Basin, terbatas dua River Basin yang utama yaitu
River Basin Mesuji dan River Basin sungai kecil lainya. Pada
areal River Basin Sungai Mesuji dan anak-anak sungai lainya
membentuk pola aliran sungai yang umumnya merupakan
sungai-sungai desa, dan
d. Daerah Aluvial meliputi pantai sebelah timur yang merupakan
bagian hilir (down stem). Dan sungai besar yaitu sungai Mesuji,
dapat digunakan untuk pelabuhan.8
Kemiringan lereng wilayah Kabupaten Mesuji, dibedakan
menjadi 3 (tiga) wilayah yaitu:
a. Wilayah datar dengan kemiringan lereng 00 - 30.
b. Wilayah agak landai dengan kemiringan lereng 30 - 80.
c. Wilayah landai dengan kemiringan lereng 80 - 150.9

7
Tim Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa Kabupaten
Mesuji, BPMPD Kab. Mesuji 2019 dan Kecamatan Dalam Angka 2019 (Wiralaga
Mulya: Pemda Mesuji Press, 2019), h. 46.
8
Khamamik, Rencana Pembangunan, h. 4.
9
Khamamik, Rencana Pembangunan, h. 6.
80

2. Gambaran Singkat Lembaga Pendidikan Islam Di


Kabupaten Mesuji

Penduduk merupakan faktor utama dalam pembangunan.


Keberhasilan pembangunan sangat didukung oleh tingkat partisipasi
penduduk dalam kegiatan pembangunan tersebut. Penduduk dapat
bertindak sebagai subjek maupun objek dalam pembangunan.
Berdasarkan data Kecamatan Dalam Angka, jumlah penduduk
Kabupaten Mesuji tahun 2012 adalah 191.221 jiwa, tahun 2013
sebanyak 192.759 jiwa, tahun 2014 sebanyak 194.282 jiwa, tahun
2015 sebanyak 195.682, tahun 2016 sebanyak 196.913, tahun 2017
sebanyak 197.971, tahun 2018 sebanyak 199.168 dengan laju
pertumbuhan penduduk selama kurun waktu delapan tahun (2010-
2018) sebesar 0,73%.10
Dalam hal agama, dari jumlah penduduk yang demikian
banyaknya tersebut, masyarakat Kabupaten Mesuji adalah
masyarakat yang sangat heterogen dan ini dibuktikan dengan adanya
empat agama yang dianut oleh masyarakat Kabupaten Mesuji. Oleh
karenanya sarana peribadatan yang ada pun terdiri dari
masjid/musala, gereja, pura, dan wihara.11
Sarana peribadatan di Kabupaten Mesuji lebih didominasi
oleh masjid dan musala. Hal ini disebabkan mayoritas penduduk di
Kabupaten Mesuji memeluk agama Islam yakni berjumlah 193.836
jiwa dan jumlah musala 734 buah, masjid 285 buah, penduduk
beragama Kristen berjumlah 2.236 jiwa dengan jumlah gereja 27 unit,

10
Tim Badan Pusat Statistik Daerah Kabupaten Mesuji, Kecamatan dalam
Angka dan Statistik Daerah Kecamatan 2019 (Wiralaga Mulya: Pemda Mesuji Press,
2019), h. 28.
11
Tim Badan Pusat Statistik Daerah, Kecamatan dalam Angka, h. 29.
81

untuk yang beragama Hindu berjumlah 2.927 jiwa, terdapat 22 pura


dan untuk vihara berjumlah 6 buah dengan pemeluk agama Budha
sebanyak 169 jiwa.12
Agama Islam sebagai agama mayoritas, guna pengembangan
spiritual dan ilmu-ilmu tentang keislaman, maka diperlukanlah
sarana dan prasarana pendidikan yang lainnya selain masjid/musala
yakni pondok pesantren. Sampai tahun 2019, di seluruh Kabupaten
Mesuji terdapat 29 Pondok Pesantren baik yang berkatagori kecil,
sedang, maupun besar,13 dengan rincian:
a. Kecamatan Rawajitu Utara dua buah yaitu Ponpes Al-Yazier
(Pengasuh: KH. Mustofa) dan Ponpes Mambaul Hikam (Pengasuh:
K. Imam Fahrudin).
b. Kecamatan Mesuji Timur enam buah yaitu Ponpes Al Fatah
Temboro (Pengasuh: K. Muhammad Sahal), Ponpes Nurul Jadid
(Pengasuh: K. Muhammad Fajar), Ponpes Roudlotul Tolibin
(Pengasuh: K. Ahmad Zainuri), Ponpes Roudlotul Huda
(Pengasuh: K. Sholehudin), Ponpes Ma’unatul Islah (Pengasuh: K.
Sirojudin MZ), dan Ponpes Roudlotul Ulum (Pengasuh: K.
Lukman Hakim).
c. Kecamatan Mesuji ada dua buah yaitu Ponpes Bi’rul Ulum
(Pengasuh: K. Kartono) dan Ponpes Minhajut Tullab (Pengasuh:
KH. Islahudin).

12
Tim Badan Pusat Statistik Daerah, Kecamatan dalam Angka, h. 31.
13
Katagori kecil yakni yang mempunyai santri menetap (muqim) kurang
dari 100 orang. Katagori sedang adalah yang memiliki santri menetap (muqim) antara
100 sampai 300 orang. Sedangkan katagori besar adalah adalah yang memiliki santri
menetap (muqim) lebih dari 300 orang. Lihat Tim Penyusun Bagian Kesejahteraan
Rakyat, Daftar Penerima Bantuan Sosial Pondok Pesantren Kabupaten Mesuji
(Wiralaga Mulya: Pemda Mesuji Press, 2019), h. 11.
82

d. Kecamatan Way Serdang tujuh buah yaitu Ponpes Darul Istianah


(Pengasuh: K. Maksum Afandi), Ponpes Darun Najah (Pengasuh:
KH. Abdul Wahid Hasim), Ponpes Miftahul Ulum (Pengasuh: K.
Munip Abdullah), Ponpes Al-Faizin (Pengasuh: K. Yusuf
Nurkholis), Ponpes Al-Falahus Sa’adah (Pengasuh: K. Ahmad
Supriyadi), Ponpes Bustanul Ulum (Pengasuh: K. Abdul Hadir Al
Jambari) dan Ponpes Darul Qur’an (Pengasuh: K. Mustholih).14
Selain pondok pesantren yang merupakan sentra bagi
pendidikan Islam di Kabupaten Mesuji, keberadaan TPA (Taman
Pendidikan Alquran) pun merupakan termasuk dalam sarana
mendulang ilmu agama Islam bagi masyarakat terutama dalam hal baca
tulis Alquran yang seluruh bangunannya masih menggunakan
bangunan masjid atau musala yang ada. Hingga tahun 2019, setidaknya
terdapat sembilan puluh masjid dan tujuh puluh satu musala yang
digunakan untuk sarana TPA. Data rinciannya adalah Kecamatan
Simpang Pematang dua belas masjid dan delapan musala, Kecamatan
Panca Jaya enam masjid dan tiga belas musala, Kecamatan Tanjung
Raya enam belas masjid dan sebelas musala, Kecamatan Mesuji enam
belas masjid dan sembilan musala, Kecamatan Way Serdang tiga belas
masjid dan sembilan musala, Kecamatan Rawajitu Utara tujuh masjid
dan tujuh musala, dan Kecamatan Mesuji Timur sembilan belas masjid
dan dua belas musala.15
Hal yang terpenting lainnya yang berhubungan langsung
dengan keberadaan pondok pesantren, TPA, masjid, dan musala adalah
keberadaan tenaga pengajarnya yakni para Ustaz dan Ustazahnya.

14
Tim Penyusun, Daftar Penerima Bantuan Sosial Pondok Pesantren
Kabupaten Mesuji, h. 12.
15
Tim Penyusun, Data Taman Pendidikan Al-Qur’an Kabupaten Mesuji, h.
17.
83

Sampai tahun 2019 telah tercatat jumlah ustazh dan ustazhah yang aktif
mengajar sebanyak 705 orang, dengan rincian di Kecamatan Mesuji
sebanyak 74 orang, Kecamatan Mesuji Timur sejumlah 118 orang,
Kecamatan Panca Jaya sebanyak 57 orang, Kecamatan Rawajitu Utara
sejumlah 87 orang, Kecamatan Simpang Pematang sebanyak 88 orang,
Kecamatan Tanjung Raya sejumlah 142 orang, dan Kecamatan Way
Serdang sebanyak 139 orang.16
Dengan melihat data-data di atas, yaitu jumlah pondok
pesantren yang ada, jumlah TPA, jumlah masjid dan musala, dan
jumlah tenaga pengajar (Ustaz dan Ustazah)-nya, serta jumlah
penduduk muslim yang ada, maka dapat diambil sebuah kesimpulan
bahwa rasio perbandingan antara jumlah penduduk muslim dengan
sarana prasarana pendidikan Islam yang ada di wilayah Kabupaten
Mesuji adalah cukup baik.

3. Gambaran Singkat Ormas Keagamaan Di Kabupaten Mesuji


Sebagai daerah yang terbilang masih cukup muda, Kabupaten
Mesuji mempunyai cukup beragam ormas Islam yang memberikan
salah satu warna dalam kehidupan beragama di dalam masyarakatnya.
Hingga sekarang ini, setidaknya terdapat tiga ormas Islam di tengah-
tengah masyarakat yaitu NU (Nahdlatul Ulama), Muhammadiyah, dan
LDII (Lembaga Dakwah Islam Indonesia).
NU sebagai ormas terbesar di Kabupaten Mesuji telah ada di
tengah-tengah masyarakat Mesuji bersamaan dengan masuknya para
transmigran ke seluruh wilayah Kabupaten Mesuji. Menjadi ormas
terbesar dimungkinkan dikarenakan para transmigran sebagian besar

16
Tim Penyusun, Data Penerima Bantuan Sosial Guru Ngaji, Guru Injil,
Guru Pasraman Guru Tripitaka, dan Penjaga Makam Tahun 2018, h. 5.
84

berasal dari daerah pulau Jawa yang sebagian besar penduduknya


adalah kaum nahdhiyyin. Saat itu, NU belum terlalu terorganisir dan
masih merupakah ormas yang hidup di tengah-tengah kehidupan
masyarakat. Barulah pada tahun 1989, datanglah sosok KH. Abdul
Karim Mahfuzh (56 tahun) yang akrab disapa dengan Gus Karim
seorang tokoh besar NU dari Way Jepara Lampug Timur dan langsung
membentuk MWC NU17 Kecamatan Mesuji yang kala itu daerah
Mesuji merupakan sebuah kecamatan dari Kabupaten Lampung Utara.
Usaha merintis organisasi NU di tengah-tengah daerah yang masih
minim sarana dan prasarana, membuat Gus Karim tak kenal pantang
menyerah. Siang malam beliau senantiasa giat berdakwah dari satu
desa ke desa yang lain tanpa kenal lelah dan hanya bemodalkan
semangat dan tekad serta ditemani oleh satu bendera NU yang beliau
bawa ke sana dan kemari mengiringi setiap langkah dakwah beliau.18
Pada tahun 1991, secara resmi beliau mendapatkan SK MWC
NU Kecamatan Mesuji dan sekaligus mendapatkan surat tugas untuk
membentuk MWC NU Kecamatan Tulang Bawang Tengah dan
Kecamatan Tulang Bawang Udik. Seiring berjalannya waktu,
Kecamatan Mesuji kemudian dimekarkan menjadi tiga kecamatan
dengan Kecamatan Pembantu Tanjung Raya Tuba dan Kecamatan
Pembantu Way Serdang sebagai dua kecamatan baru dan ketika itu

17
Bentuk struktur organisasi NU dari tingkat pusat sampai terendah adalah
PBNU (Pengurus Besar Nahdlatul Ulama) di tingkat pusat/nasional, PWNU
(Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama) di tingkat Propinsi, PCNU (Pengurus Cabang
Nahdlatul Ulama) di tingkat Kabupaten/Kota, MWCNU (Majelis Wakil Cabang
Nahdlatul Ulama) di tingkat Kecamatan, Ranting di tingkat Kelurahan/Desa, dan
Anak Ranting di tingkat RW/RK/LK.
18
Wawancara Pribadi dengan KH. Abdul Karim Mahfuzh (Ketua
Tanfidziyah PCNU Kabupaten Mesuji), pada Sabtu, 02 Maret 2019. Pukul 11.30
WIB.
85

daerah Mesuji masih bertahan dengan satu MWC yakni MWC


Kecamatan Mesuji.19
Ketika tahun 1997, Kabupaten Lampura dimekarkan menjadi
tiga kabupaten dan daerah Mesuji masuk ke dalam Kabupaten Tulang
Bawang sebagai kabupaten yang baru. Bersamaan dengan peristiwa
pemekaran wilayah ini, maka di Mesuji terbentuklah dua MWC yakni
MWC Kecamatan Mesuji yang merupakan gabungan dari MWC
Kecamatan Pembantu Tanjung Raya Tuba dan MWC Kecamatan
Simpang Pematang yang merupakan gabungan dari MWC Kecamatan
Pembantu Way Serdang.20
Seiring diberlakukannya UU RI Nomor 49 Tahun 2008 tentang
Pembentukan Kabupaten Mesuji pada tahun 2008, maka secara resmi
pula terbentuklah Kabupaten Mesuji dan secara langsung pula,
berdirilah PCNU Kabupaten Mesuji dan secara aklamasi Gus Karim
didaulat menjadi ketuanya dan berlanjut hingga sekarang setelah
melalui tiga kali pemilihan ketua.21
Sebagai ormas Islam terbesar di Kabupaten Mesuji, tentunya
NU telah mempunyai sistem kepengurusan yang terstruktur dengan
baik dan apik, mulai dari tingkat PC hingga tingkat anak ranting. Mulai
dari tingkat PC diketuai oleh KH. Abdul Karim Mahfzh, tingkat MWC
Kecamatan Tanjung Raya diketuai oleh Ahmad Kholil, MWC
Kecamatan Mesuji diketuai oleh Muammar, MWC Kecamatan Panca
Jaya diketuai oleh Samsul Hadi, MWC Kecamatan Simpang Pematang
diketuai oleh M. Hamid Hasanudin, MWC Kecamatan Way Serdang
diketuai oleh Ahmad Zuweni, MWC Kecamatan Rawajitu Utara

19
Wawancara Pribadi dengan KH. Abdul Karim Mahfuzh.
20
Wawancara Pribadi dengan KH. Abdul Karim Mahfuzh.
21
Wawancara Pribadi dengan KH. Abdul Karim Mahfuzh.
86

diketuai oleh M. Mukhlasin, dan MWC Kecamatan Mesuji Timur zona


I diketuai oleh Agus Salim dan zona II oleh M. Badiudin.22
Lembaga Dakwah Islam Indonesia sebagai ormas Islam kedua
dengan pengikut terbanyak di Kabupaten Mesuji telah ada di
Kabupaten Mesuji sejak mulai dibukanya transmigrasi di daerah ini.
Ketika itu, LDII mula-mula dibawa oleh seorang transmigran bernama
H. Nurdin (w. 2015) dan dikarenakan daerah Mesuji masih merupakan
sebuah kecamatan, maka kepengurusan LDII masih setingkat PC.23
Pada tahun 2008 seiring dengan perubahan daerah Mesuji yang berdiri
menjadi sebuah kabupaten tersendiri, maka meningkat pula status
kepengurusan dari yang sebelumnya PC berubah menjadi sebuah
DPD.24
Saat ini, di Kabupaten Mesuji terdapat satu DPD dan enam
buah PC karena terdapat satu kecamatan yakni Kecamatan Way
Serdang yang belum terbentuk kepengurusannya. Sejarah
kepengurusan pertama kali dijabat oleh H. Imam Martab (85 tahun)
ketika masih berstatus PC sampai pada tahun 1996. Selanjutnya
tampuk kepemimpinan dijabat oleh H. Suparyo (57 tahun) hingga
sekarang. Pada tahun 2008 status PC berubah menjadi DPD dan
dikukuhkan secara langsung oleh Bupati Mesuji ketika itu yakni H.
Ruswandi Hasan.25

22
Wawancara Pribadi dengan Ustaz Samingan (Sekretaris PCNU
Kabupaten Mesuji), pada Sabtu, 02 Maret 2019. Pukul 14.00 WIB.
23
Bentuk struktur organisasi LDII dari tingkat pusat sampai terendah adalah
DPP (Dewan Pimpinan Pusat) di tingkat pusat/nasional, DPW (Dewan Pimpinan
Wilayah) di tingkat Propinsi, DPD (Dewan Pimpinan Daerah) di tingkat
Kabupaten/kota, PC (Pimpinan Cabang) di tingkat kecamatan, dan PAC (Pimpinan
Anak Cabang) di tingkat kelurahan/desa.
24
Wawancara Pribadi dengan H. Suparyo, (Ketua DPD LDII Kabupaten
Mesuji), pada Sabtu, 02 Maret 2019. Pukul 12.30 WIB.
25
Wawancara Pribadi dengan Kyai Sumitro (Tokoh dan ketua penasihat
LDII Kabupaten Mesuji), pada Sabtu, 02 Maret 2019. Pukul 10.00 WIB.
87

Sebagai ormas Islam yang telah berdiri lama di Mesuji,


tentunya LDII telah mempunyai struktur kepengurusan yang rapi dan
solid, mulai dari dewan penasihat yang diketuai oleh Kyai Sumitro,
pengurus harian diketuai oleh H. Suparyo, bagian organisasi
keanggotaan dan kaderisasi diketuai oleh Wiyono, bagian pendidikan
agama dan dakwah diketuai oleh H. Ridwan, bagian pendidikan umum
dan pelatihan diketuai oleh Jumali, bagian pengabdian masyarakat
diketuai oleh dr. Amri Rizal, bagian pemuda kepanduan olah raga dan
seni budaya diketuai oleh Rudi Hidayat, bagian hubungan
antarlembaga diketuai oleh H. Makruf, bagian komunikasi informasi
dan media diketuai oleh Ahmad Syafi’i, bagian Litbang IPTEK sumber
daya alam dan lingkungan hidup diketuai oleh Muhammad Murhasim,
bagian ekonomi dan pemberdayaan masyarakat diketuai oleh M.
Usman, bagian HAM diketuai oleh Budiono, dan bagian
pemberdayaan wanita dan kesejahteraan keluarga diketuai oleh
Ponirah.26
Muhammadiyah sebagai ormas Islam ketiga dengan jumlah
pengikutnya di Kabupaten Mesuji hingga saat ini belum mempunyai
struktur organisasi secara lengkap sebagaimana NU dan LDII. Namun
demikian, keberadaan ormas ini di wilayah Mesuji telah ada cukup
lama yakni pada tahun 1984 yang dibawa oleh KH. Syukri Asmawi (84
tahun) dari Baturaja Sumatra Selatan dan beliaulah yang hingga saat
ini dipercaya oleh pengurus tingkat Propinsi Lampung untuk menjadi
ketua majlis tarjih Muhammadiyah Kabupaten Mesuji. Walaupun
belum terorganisir secara resmi dalam sebuah bentuk kepengurusan,
pengikut-pengikut Muhammadiyah senantiasa menggelar pertemuan

26
Dewan Pimpinan Wilayah LDII, Surat Keputusan DPW LDII Provinsi
Lampung Nomor: Kep-061/H/III/2016 (Bandar Lampung: LDII Press, 2016), h. 4-6.
88

rutin setiap dua minggu sekali untuk membahas keilmuan dan bahasan-
bahasan yang lainnya dengan cara bergiliran.27
4. Kehidupan Sosial Keagamaan Masyarakat Kabupaten
Mesuji28
Kehidupan sosial keagamaan terdiri atas tiga kata yakni
kehidupan, sosial, dan keagamaan. Kehidupan adalah tindakan, cara
berbuat ataupun perbuatan dari seseorang dalam kesehariannya yang
tidak lepas dari aktifitas.29 Kata kehidupan seringkali diucapkan untuk
menilai seseorang dalam tingkah laku dalam aktifitas hidupnya sehari-
hari dan istilah tersebut berkaitan dengan perbuatan manusia di mana
akan menghasilkan penilaian-penilaian pada setiap tingkah laku
manusia sebagai akibat dari perbuatannya.30 Kata sosial adalah
kelompok manusia yang sudah cukup lama hidup dan bekerja sama,
sehingga mereka dapat mengorganisasikan diri dan berfikir mengenai
dirinya sebagai satu kesatuan sosial yang membentuk kebudayaan.31
Sedangkan kata keagamaan adalah segala aktifitas dalam kehidupan
yang didasarkan pada nilai-nilai agama yang diyakininya agar tidak
terjadi kekacauan di dalam kehidupan sehari-hari.32 Dengan demikian
kehidupan sosial keagamaan dapat didefinisikan sebagai perilaku yang
telah menjadi kebiasaan dan berhubungan dengan masyarakat yang
merupakan pengejawantahan dari ajaran agama dengan tujuan agar
tidak terjadi kekacauan dalam kehidupan sehari-hari.

27
Wawancara Pribadi dengan KH. Syukri Asmawi (Ketua Majlis Tarjih
Muhammadiyah Kabupaten Mesuji), pada Sabtu, 02 Maret 2019. Pukul 08.00 WIB.
28
Dalam pembahasan sub bab ini, peneliti fokus membahasas sosial
keagamaan dalam agama Islam.
29
Oemar Bakry, Akhlak Muslim (Bandung: Angkasa, 1986), h. 10.
30
Hendro Puspito, Sosiologi Agama (Yogyakarta: Kanisius, 1989), h. 38.
31
Sidi Gazalba, Azas Kebudayaan Islam (Jakarta: Bulan Bintang, 1978), h.
342.
32
Dewi S. Bahartha, Kamus Arti Kata-Kata Populer (Surabaya: Bintang
Terang, 1995), h. 4.
89

Perilaku sosial keagamaan merupakan perbuatan melaksanakan


ajaran agama yang dilakukan dengan penuh keyakinan dan
kesungguhan hati serta diimplementasikan di wilayah sosial
mayarakat. Kontekstualisasinya dengan ajaran Islam adalah perbuatan
itu merupakan bentuk penghayatan terhadap ajaran agama Islam yang
dipelajari dan diamalkannya. Bukan sekedar melaksanakan rutinitas
ibadah sehari-hari melainkan lebih dari itu, yakni aktivitas tersebut
memiliki motif kuat di dalam menjalankan ajaran agama yang
dimaknainya sebagai ibadah ke dalam bentuk keputusan tindakan
sosial yang konkret dan bermakna bagi sesama dan lingkungannya.
Inilah sesungguhnya perwujudan konkret iman dalam diri seseorang di
dalam mengabdi kepada sang Khalik. Terdapat sinergitas antara
pelaksanaan ajaran agama dan tindakan sosial.33
Masyarakat Kabupaten Mesuji merupakan sebuah komunitas
besar yang hidup bersama-sama dan lahir dari berbagai macam status
sosial dengan berbalut bingkai keagamaan yang senantiasa menyertai
dalam berbagai langkah-langkah kehidupan mereka. Pernyataan ini
tidaklah berlebihan apabila melihat dari beberapa sendi-sendi
keagamaan yang ada di Kabupaten Mesuji yang mencerminkan
kehidupan sosial keagamaan mereka, yaitu:
a. Pendidikan Keagamaan
Dalam pendidikan keagamaan ini, keberadaan TPA (Taman
Pendidikan Alquran) dan pondok pesantren merupakan tempat sentral
yang sangat menunjang bagi pembentukan nilai-nilai keagamaan bagi
masyarakat Kabupaten Mesuji. TPA sebagai tingkat dasar, menjadi
tempat permulaan bagi anak-anak dalam mengenal ajaran-ajaran Islam

33
Andy Dermawan, Perilaku Sosial Keagamaan Paguyuban Pengajian
Terhadap Peran Sosial (Yogyakarta: UIN Suka Media, 2018), h. 3.
90

dan pondok pesantren sebagai tingkat lanjutannya, menjadi tempat


untuk menempa ilmu agama lebih lanjut dan mendalam.
Dengan memperhatikan jumlah TPA yang mencapai 161 buah
dan pondok pesantren 29 buah,34 serta jumlah tenaga pengajar yang
berkecimpung di dalamnya mencapai 705 orang, memperlihatkan
bahwa, dalam bidang pendidikan keagamaan, masyarakat Kabupaten
Mesuji masih cukup memprioritaskan pendidikan keagamaan dalam
kehidupan mereka terutama bagi anak-anak mereka.
b. Kegiatan Pengajian
Secara geografis, Kabupaten Mesuji terletak di ujung Provinsi
Lampung dan berbatasan langsung dengan Provinsi Sumatera Selatan.
Hal ini menjadikan Kabupaten Mesuji cukup jauh terjangkau dari pusat
ibu kota Provinsi sehingga menjadikan Kabupaten Mesuji tergolong
sebagai daerah yang terpencil. Selain itu, keadaan sarana dan prasarana
pendukung pembangunan seperti jalan masih tergolong minim.
Namun, beberapa keterbatasan ini, tidaklah terlalu berdampak pada
kegiatan-kegiatan pengajian yang selalu dilaksanakan oleh
masyarakat.
Hal ini terbukti dari selalu dilaksanakannya secara kontinu
kegiatan pengajian yang ada. Mulai dari kegiatan pengajian tingkat
jalur/RT seperti pengajian yasinan setiap malam Jumat hingga
pengajian besar bulanan yang diselenggarakan oleh berbagai macam
majelis taklim yang ada. Hingga tahun 2019, setidaknya terdapat 69
majelis taklim yang telah berdiri di Kabupaten Mesuji, di antaranya

34
Tim Penyusun, Data Taman Pendidikan Al-Qur’an Kabupaten Mesuji, h.
17.
91

adalah simaan Alquran Jantiko Mantab, Fida’ Kubro Taʻawun, Al-


Hikmah, Al-Mar’atussholihah, dan Nurul Islam.35
Pengajian merupakan salah satu bentuk dakwah atau dengan
istilah lain apabila dilihat dari segi metodenya yang efektif guna
menyebarkan agama Islam, maka pengajian merupakan salah satu
metode dakwah. Di samping itu, pengajian juga merupakan unsur
pokok dalam syiar dan pengembangan agama Islam. Pengajian sering
juga dinamakan dengan dakwah Islamiyah, karena salah satu upaya
dalam dakwah Islamiyah adalah lewat pengajian yang bertujuan untuk
mewujudkan ajaran agama Islam dalam semua segi kehidupan.36
Dengan senantiasa mengikuti pengajian yang ada, maka dapat
dipastikan kesadaran seseorang akan nilai-nilai agama akan
meningkat.37
Berdasarkan data tentang banyaknya majelis taklim di atas, hal
ini menunjukkan bahwa masyarakat Kabupaten Mesuji masih cukup
peduli dengan keberadaan kegiatan pengajian yang ada dan menjadi
salah satu indikator bahwa nilai-nilai keislaman masih cukup kuat
dalam kehidupan masyarakat Kabupaten Mesuji.
c. Tempat Ibadah
Akses umat Islam untuk mengunjungi tempat ibadah mereka
dalam kehidupan modern sekarang ini menjadi kian mudah menyusul
kehadiran banyak masjid dan musala di hampir setiap tempat, tidak
terkecuali di kawasan perkantoran, bisnis, pendidikan, tempat
pelayanan umum, dan wisata. Pertumbuhan pembangunan masjid dan

35
Bimbingan Masyarakat Islam Kemenag Mesuji, Data-Data Majelis
Taklim Kabupaten Mesuji (Simpang Pematang: Kemenag Mesuji Press, 2019), h. 1-
12.
36
Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah (Jakarta: Rajawali, 2012), h.
234.
37
Munzier Suparta, Metode Dakwah (Jakarta: Kencana, 2009), h. 28.
92

musala terjadi semakin pesat, demikian pula yang terjadi di Kabupaten


Mesuji.
Masjid adalah tempat melakukan kegiatan ibadah dalam arti
yang luas. Dengan demikian masjid merupakan bangunan yang sengaja
didirikan umat muslim untuk melaksanakan salat berjamaah dan
berbagai keperluan lain yang terkait dengan kemaslahatan umat
muslim. Dari tempat suci inilah syiar keislaman yang meliputi aspek
duniawi dan ukhrawi, material dan spiritual dimulai.38
Berdasarkan data yang ada, hingga tahun 2019, di Kabupaten
Mesuji telah berdiri musala sebanyak 734 buah dan masjid sebanyak
285 buah.39 Dengan jumlah musala dan masjid sebanyak itu, guna
semakin meningkatkan kualitas kecakapan pihak takmir masjid dalam
me-manage masjid, pihak Kantor Kementerian Agama Kabupaten
Mesuji senantiasa rutin mengadakan pelatihan-pelatihan yang
berhubungan dengan manajemen masjid, salah satu di antaranya adalah
pelatihan bagi para imam dan khatib. Hasilnya, sebanyak 257 imam
dan khatib telah mendapat sertifikasi.40
Dengan memperhatikan data-data di atas, hal ini menandakan
pertumbuhan pembangunan musala dan masjid di Kabupaten Mesuji
adalah cukup pesat dan diiringi dengan upaya peningkatan
pemberdayaan masjid maupun musala dengan adanya berbagai macam
pelatihan kepada pihak takmir. Pertumbuhan pesat musala dan masjid
bernilai positif karena, setidaknya, mencerminkan kecenderungan

38
Noor Achmad, Managemen Kemasjidan (Semarang: CV. Toha Putra,
2002), h. 26.
39
Tim Badan Pusat Statistik Daerah, Kecamatan dalam Angka, h. 31.
40
Bimbingan Masyarakat Islam Kemenag Mesuji, Data Imam dan Khatib
Tetap Sesuai Tipologi (Simpang Pematang: Kemenag Mesuji Press, 2019), h. 1-8.
93

menguatnya kesadaran religius dan semangat keber-agamaan di


kalangan umat Islam.41
d. Kerukunan Hidup Umat Beragama
Kerukunan hidup umat beragama mengandung tiga unsur
penting yaitu pertama, kesediaan untuk menerima adanya perbedaan
keyakinan dengan orang atau kelompok lain. Kedua, kesediaan
membiarkan orang lain untuk mengamalkan ajaran yang diyakininya.
Ketiga, kemampuan untuk menerima perbedaan merasakan indahnya
sebuah perbedaan dan mengamalkan ajarannya.42 Dalam terminologi
yang digunakan oleh Pemerintah secara resmi, konsep kerukunan
hidup umat beragama ada tiga kerukunan yang disebut dengan “Trilogi
Kerukunan” yaitu pertama, kerukunan intern masing-masing umat
dalam satu agama. Kedua, kerukunan di antara umat/komunitas agama
berbeda-beda. Ketiga, kerukunan antar umat/komunitas agama dengan
Pemerintah.43
Sebagaimana telah dijelaskan pada sub bab sebelumnya, bahwa
di Kabupaten Mesuji terdapat lima agama yang dianut oleh
penduduknya.44 Selain itu, khusus untuk agama Islam, terdapat tiga
organisasi masyarakat keagamaan yang berkembang. Kondisi
keberagaman ini, apabila kurang adanya kesadaran dari masing-masing
anggota masyarakat untuk saling menghormati, maka kerukunan hidup
umat beragama akan sulit sekali untuk diwujudkan. Menurut catatan
dari FKUB (Forum Kerukunan Umat Beragama), sejak Kabupaten

41
Ahmad Yani, Panduan Mengelola Masjid (Jakarta: Pustaka Intermasa,
2007), h. vii.
42
Ridwan Lubis, Cetak Biru Peran Agama (Jakarta: Puslitbang, 2005), h.
7.
43
Depag RI, Bingkai Teologi Kerukunan Hidup Umat Beragama Di
Indonesia (Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Agama Proyek
Peningkatan Kerukunan Umat Beragama Di Indonesia, 1997), h. 10.
44
Tim Badan Pusat Statistik Daerah, Kecamatan dalam Angka, h. 31.
94

Mesuji lahir hingga tahun 2019, kerukunan umat beragama di


Kabupaten Mesuji, baik kerukunan intern masing-masing umat dalam
satu agama maupun antar umat beragama, belum pernah terjadi
gesekan atau ketidakharmonisan di antara mereka yang menyebabkan
terjadi kerusuhan. Sebaliknya, masyarakat Mesuji sangat menjunjung
tinggi kerukunan umat beragama tersebut salah satu bentuknya adalah
mengadakan pertemuan rutin antar tokoh agama dalam dua bulan
sekali yang dikoordinir oleh FKUB Kabupaten Mesuji dan saling
memberikan penjagaan pengamanan apabila masing-masing agama
mengadakan acara besar keagamaan seperti hari raya.45
Kondisi yang harmonis ini tentunya menjadi modal yang sangat
berharga bagi ketentraman daerah Kabupaten Mesuji pada saat
sekarang dan merupakan salah satu indikator seberapa jauh taatnya
masyarakat pada ajaran agama yang dianutnya. Karena suatu negara
akan sejahtera apabila masyarakatnya taat beragama, karena agama
adalah unsur mutlak pada setiap kehidupan. Pada dasarnya agama tidak
mengajarkan untuk membenci perbedaan namun manusianyalah yang
menganggap itu sebagai sebuah perbedaan.46
Dengan memperhatikan uraian-uraian mengenai beberapa
sendi-sendi keagamaan di atas, menegaskan bahwa kehidupan sosial
keagamaan masyarakat Kabupaten Mesuji berada dalam skala yang
cukup baik dan diharapkan akan terus terjadi peningkatan kualitas pada
masa-masa yang akan datang.

45
FKUB Kabupaten Mesuji, Data-Data Kerukunan Beragama 2019
(Simpang Pematang: FKUB Press, 2019), h. 4-9.
46
Suhaili, Kerukunan Umat Beragama (Bandar Lampung: Kemenag
Lampung Media, 2019), h. 4.
95

B. Kegiatan Simaan Alquran Jantiko Mantab


1. Pengertian Kegiatan Simaan Alquran Jantiko Mantab
Kegiatan rutinan simaan Alquran Jantiko Mantab Kabupaten
Mesuji adalah kegiatan simaan Alquran bi al-ghaib yang rutin
diselenggarakan setiap bulannya pada hari Aẖad legi yang
diselenggarakan bergiliran tiap-tiap kecamatan yang ada di Kabupaten
Mesuji, Lampung. Jantiko Mantab merupakan nama resmi bagi
kegiatan simaan Alquran ini. Jantiko adalah akronim dari jamaah anti
koler (anti putus asa) dan mantab adalah sebuah kata yang berasal dari
bahasa arab yaitu mantȃba yang artinya siapakah yang mau bertaubat?
Dalam kegiatan Jantiko Mantab tersebut, ada beberapa
penghafal Alquran yang secara bergiliran akan membaca Alquran bil
ghaib mulai dari surat al-Fȃtiẖah sampai surat al-Nȃs yang disimak
oleh hadirin yang hadir. Kegiatan simaan Alquran Jantiko Mantab
tersebut semula diawali dari baʻda salat subuh sampai baʻda salat isya,
kemudian diganti waktunya sehingga sampai sekarang dimulai dari
baʻda salat magrib sampai sekitar pukul 23.59 WIB dan dilanjutkan
kembali selesai salat subuh sampai baʻda isya keesokan malamnya
sekitar pukul 20.30 WIB.
Dalam kegiatan simaan Alquran Jantiko Mantab, pertama-tama
akan dibuka oleh seorang tokoh agama yang dituakan yang juga
termasuk pengurus kegiatan tersebut yang selanjutnya akan dibacakan
daftar kiriman arwȃh dari para jamaah, kemudian dilanjutkan
pembacaan Alquran hingga khatam. Di sela-sela simaan Alquran
tersebut, para jamaah akan diajak pula untuk salat Ḏȗẖȃ dan salat farḏu
secara berjamaah. Selesai rangkaian pembacaan Alquran, acara
dilanjutkan dengan doa dan membaca zikir yang dinamai dengan
Dzikrul Ghofilin. Acara kemudian dilanjutkan dengan tausiah yang
96

disampaikan oleh seorang kyai dan diakhiri dengan musȃfaẖah


(bersalam-salaman).47
Kegiatan Jantiko Mantab pertama kali digagas oleh KH.
Chamim Jazuli (w. 1993) atau yang biasa disapa Gus Miek di Desa
Tambak, Ploso, Kabupaten Kediri pada tahun 1986 dengan tujuan
mendekatkan masyarakat kepada Allah Swt melalui cinta kepada
Alquran yang mana masyarakat ketika itu mulai jarang membaca
Alquran dan lebih senang kepada hal-hal yang berbau duniawi seperti
menonton televisi dan lain sebagainya.48 Hal ini pulalah yang menjadi
salah satu faktor pendorong bagi para tokoh agama di Mesuji untuk
mengadakan kegiatan serupa di tengah-tengah masyarakat Mesuji.
Selain tujuan tersebut, kegiatan Jantiko Mantab di Kabupaten Mesuji
juga bertujuan untuk menjadikan Kabupaten Mesuji menjadi tenang,
tentram, aman dan damai. Hal ini sesuai dengan latar belakang
dibentuknya kegiatan Jantiko Mantab di Kabupaten Mesuji pada tahun
2012 yang silam. Pada tahun tersebut, Kabupaten Mesuji sedang
mengalami keadaan yang kurang kondusif. Penyerobotan tanah dan
pembunuhan terjadi di beberapa tempat. Oleh karena itulah, para tokoh
agama membuat kegiatan simaan Alquran yang selanjutnya dinamai
Jantiko Mantab guna menjadikan Kabupaten Mesuji lebih tenang,
aman, dan damai melalui berkahnya pembacaan Alquran sesuai
dengan hadis Nabi yang telah disebutkan di atas.49

47
Orservasi langsung pada kegiatan Simaan al-Qur’an Jantiko Mantab di
masjid Al-Sholihin, Desa Abung Kiwa, Kecamatan Tanjung Raya, pada Ahad Legi,
10 Februari 2019/5 Jumadil Awal 1440 H.
48
Adi Ahlu Dzikri, “Dakwah Nyentrik Ala Gus Miek,” Majalah Langitan,
edisi 12 (September 2015): h. 2.
49
Wawancara Pribadi dengan KH. Khoirul Habibi (Ulama Desa Mukti
Karya Kecamatan Panca Jaya dan salah satu pendiri Jantiko Mantab), pada Jum’at,
01 Maret 2019. Pukul 06.00 WIB.
97

2. Sejarah Kegiatan Simaan Alquran Jantiko Mantab


a. Sejarah Kegiatan Simaan Alquran Jantiko Mantab Pusat
Kegiatan simaan Alquran Jantiko Mantab merupakan kegiatan
yang bernafaskan Islami yang menggunakan Alquran sebagai media
utama dalam pelaksanaannya. Rutinitas kegiatan tersebut sudah sangat
masyhur di berbagai wilayah khususnya di Jawa Timur. Tentu saja
membaca, mendengarkan, dan meresapi bacaan Alquran adalah
bagian dari kesatuan acara tersebut.
Kegiatan simaan Alquran Jantiko Mantab pertama kali
dibentuk oleh KH. Chamim Thohari Djazuli (w. yang akrab disapa
dengan panggilan Gus Miek50 pada tahun 1986 di Kabupaten Kediri.51
Pembentukan kegiatan simaan Alquran Jantiko Mantab tidak dapat
dilepaskan dari sejarah pembentukan kegiatan Dzikrul Ghofilin yang
telah beliau rintis beberapa tahun sebelumnya.
Dua karya Gus Miek yaitu Dzikrul Ghofilin dan Simaan
Alquran Jantiko Mantab memiliki usia yang berbeda. Dzikrul Ghofilin
lebih dahulu digarap oleh Gus Miek sepuluh tahun lebih dahulu dari
Jantiko Mantab, sehingga keduanya memiliki kisah yang ragam
respon yang berbeda dari masyarakat. Dzikrul Ghofilin memiliki kisah
perjuangan lebih rumit daripada Jantiko Mantab karena Dzikrul
Ghofilin dianggap sebagai amalan dalam tarekat. Gus Miek juga
dihadapkan para penentang yang selalu menghujani hinaan tentang
kebiasaannya ke tempat hiburan malam. Dzikrul Ghofilin sebenarnya

50
Panggilan Amiek muncul lantaran saudara-saudara beliau ketika masih
kecil belum fasih mengucapkan kata Hamim. Nama panggilan Amiek ini terus
dipakai oleh ayah dan ibu beliau sehingga beliau remaja. Lihat Abu Zahra, Jantiko
Mantab Dzikrul Ghofilin (Kediri: Al-Qolbu, 2017), h. 6.
51
Bobby Rachman Santoso, “Manajemen Privasi Komunikasi Majlis
Sema’an Alquran Jantiko Mantab Dan Dzikrul Ghofilin,” Islamic Communication
Journal Vol. 4, no. 1 (Januari-Juni 2019): h. 2
98

bukan amalan yang mengatas-namakan tarekat. Tujuan Gus Miek


adalah menjaga masyarakat dari dunia yang semakin fana dan
membantu masyarakat untuk selalu berpegang pada Allah.52 Hal ini
senada dengan apa yang disampaikan oleh KH. Subhan Sagil (59
tahun) bahwa Dzikrul Ghofilin bukanlah amalan yang bernaung dalam
suatu tarekat. Karya Gus Miek dapat dikatakan tarekat jika tarekat itu
diartikan sebagai cara mendekatkan diri kepada Allah. Bukan tarekat
yang dikenal dengan aliran agama Islam.53
Setelah melalui beberapa proses, akhirnya tepat pada 18
Desember 1962, Gus Miek mendeklarasikan pilihan model
dakwahnya, melalui amalan yang diramunya dan diberi nama
Lailiyah54 sedang jamaahnya diberi nama Jamâʻah Mujâhadah
Lailiyah di rumah M. Khozin, Kauman, Tulungagung, dalam acara
pernikahan anaknya. Hadir dalam acara tersebut KH. Mubasyir
Mundzir, KH. Abdul Madjid-Kedunglo, KH. Abdullah Umar-
Sumberdlingo, KH. Jalil-Bandar Kidul.55
Tidak mudah bagi Gus Miek untuk terus berjuang menjalankan
lailiyah ini. Meski tiga tahun berjalan ketika itu, Gus Miek dan orang-
orang yang terlibat pelaksanaan lailiyah mendapat tekanan dari
beberapa tokoh NU baik yang ada di Kediri, Jombang, Blitar, dan
Nganjuk sehubungan dengan dzikir yang diamalkannya. Tekanan dari

52
Santoso, “Manajemen Privasi Komunikasi Majlis Sema’an Al-Qur’an,”
h. 8-9.
53
Wawancara pribadi dengan KH. Subhan Sagil (Salah seorang tokoh
kegiatan Jantiko Mantab Pusat), pada Selasa, 16 April 2019 di Kediri. Pukul 10.00
WIB.
54
Nama lailiyah didasarkan pada waktu pelaksanaan amalan, yakni sesudah
jam dua belas malam. Lihat Muhammad Nurud Ibad, Dzikir Agung Para Wali Allah
Sejarah Dzikrul Ghofilin dan Fadhilah Bacaan-Bacaannya (Yogyakarta: Pustaka
Pesantren, 2012), h. 29.
55
Adi Ahlu Dzikri, “Dakwah Nyentrik Ala Gus Miek,” Majalah Langitan,
edisi 12 (September 2015): h. 3.
99

tokoh NU yang berada di wilayah Kediri dan sekitarnya tidak


membuat Gus Miek menyerah atau diam begitu saja. Gus Miek yang
akrab dengan KH. Achmad Shiddiq (Jember) langsung
menggandengnya untuk mendukung Dzikrul Ghofilin untuk
diamalkan masyarakat. KH. Achmad Shiddiq (w. 1991) digandeng
Gus Miek karena pada saat itu ia sebagai tokoh NU Jawa Timur dan
anggota DPR RI. Akhirnya, Gus Miek pada tahun 1971 lebih
mengamalkan lailiyah di luar Kediri, yakni di Kabupaten Jember,
Situbondo, Banyuwangi, dan Pasuruan, meski masih banyak dari
santri-santri dan tokoh agama di Kediri yang mendukung Gus Miek
untuk tetap mengamalkan Dzikrul Ghofilin.56
Tekanan dari para Kyai dan masyarakat setempat membuat
Gus Miek harus melakukan pengelolaan informasi supaya kegiatan
mereka tetap dilaksanakan. Mereka meyakini secara religiusitas
bahwa kegiatan tersebut adalah kegiatan yang mulia. Namun, supaya
lailiyah dapat berkembang, beliau melakukan penutupan informasi
supaya tujuan dapat terlaksana.57
Naskah lailiyah yang setelah mengalami beberapa revisi lantas
diberi nama dengan Dzikrul Ghofilin. Pada tahun 1973, KH. Achmad
Shiddiq atas permintaan dari Gus Miek mulai menerbitkan naskah
Dzikrul Ghofilin menjadi sebuah buku yang pada waktu masih berupa
lembaran-lembaran. Alasan mengapa KH. Achmad Shiddiq yang
diminta oleh Gus Miek untuk menerbitkan Dzikrul Ghofilin menjadi
sebuah buku adalah karena kapasitas beliau sebagai anggota DPR RI
ketika itu sudah memeiliki alat cetak untuk menggandakan naskah

56
Muhammad Nurud Ibad, Suluk Jalan Terabas Gus Miek (Yogyakarta:
Pustaka Pesantren, 2007), h. 128-130.
57
Santoso, “Manajemen Privasi Komunikasi Majlis Sema’an Al-Qur’an,”
h. 8.
100

Dzikrul Ghofilin menjadi sebuah buku. Setelah dicetak, sebelum


disebarluaskan ke tengah-tengah masyarakat, KH. Achmad Shiddiq
meminta kepada Gus Miek untuk mengoreksi ulang agar tidak terjadi
kesalahan nantinya.58
Dzikrul Ghofilin benar-benar disebarkan secara menyeluruh
di Kediri pada tahun 1978. Gus Miek dan para pengikutnya
mengamalkan Dzikrul Ghofilin di makam Syekh Syamsuddin Wasil
Setono Gedong. Meski belum diikuti banyak masyarakat, kegiatan
tersebut dilaksanakan setiap seminggu sekali selama bertahun-tahun.
Dampak dilaksanakannya Dzikrul ghofilin di makam Setono Gedong
membuat peziarah semakin ramai dan mengenal Dzikrul Ghofilin.59
Ketika Dzikrul Ghofilin berhasil disebarkan di wilayah Kediri
dan sekitarnya, Gus Miek memulai menyebarkan Dzikrul Ghofilin di
wilayah yang berbeda, yaitu Surabaya, Sidoarjo, Ngawi, dan
Ponorogo. Penyebaran Dzikrul Ghofilin dilakukan oleh Gus Miek
secara bertahap dan terus-menerus sehingga seluruh wilayah Jawa
Timur mengamalkan Dzikrul Ghofilin.60
Meski Dzikrul Ghofilin mendapatkan cobaan banyak dalam
penyebarannya, namun dalam waktu penuh perjuangan masyarakat
sudah banyak yang mengamalkan. Dari hal tersebut, Gus Miek
semakin terkenal sebagai sosok Kyai nyentrik/gaul yang memiliki
perhatian luar biasa terhadap masyarakat sehingga ketika Gus Miek
mempromosikan Jantiko Mantab yang didirikannya, langsung dapat
dengan mudah disebarkan dan diterima oleh masyarakat. Bahkan,

58
Ibad, Dzikir Agung Para Wali Allah, h. 29.
59
Wawancara pribadi dengan KH. Subhan Sagil (Salah seorang tokoh
kegiatan Jantiko Mantab Pusat), pada Selasa, 16 April 2019 di Kediri. Pukul 10.00
WIB.
60
Wawancara pribadi dengan KH. Subhan Sagil.
101

hanya beberapa bulan Jantiko Mantab dilaksanakan, masyarakat sudah


banyak yang mengikutinya dengan antusias.61
Di antara sesuatu yang mendasari Gus Miek mendirikan
Alquran Jantiko Mantab adalah keprihatianan beliau akan nasib para
huffâz yang telah bersusah payah membaca dan menghafal Alquran,
tetapi jarang sekali ada yang mau menyimak. Dan apabila para huffâz
diundang untuk sesuatu hajat, kebiasaan tuan rumah hanya
membiarkannya membaca begitu saja tanpa ada yang meneliti bacaan
dan tanpa ada yang menyimak dan tuan rumah hanya memikirkan
bagaimana melayaninya dengan beberapa imbalan yang pantas.62
Selain itu, faktor lainnya adalah karena Gus Miek merasa prihatin
dengan kondisi umat saat ini yang lebih memilih menonton televisi
daripada duduk di musala atau masjid untuk membaca atau
mendengarkan bacaan Alquran. Padahal membaca atau mendengarkan
bacaan Alquran adalah bernilai pahala.63
Dalam usaha merealisasikan simaan Alquran, Gus Miek tidak
langsung berbuat cepat dalam mempromosikan kepada masyarakat
meskipun namanya sudah terkenal dengan pencetus Dzikrul Ghofilin.
Gus Miek justru menyimpan lama keinginan untuk mengamalkan
sima’an Alquran sebelum resmi dipublikasikan. Berada di Jember,
Gus Miek berdiskusi dengan KH. Achmad Shiddiq membahas
pelaksanaan sima’an Alquran. Meski mendapat dukungan dari KH.
Achmad Shiddiq, Gus Miek tetap memendam keinginan
menyebarluaskan sima’an Alquran.

61
Santoso, “Manajemen Privasi Komunikasi Majlis Sema’an Al-Qur’an,”
h. 9.
62
Abu Zahra, Jantiko Mantab Dzikrul Ghofilin, h. 32.
63
Dzikri, “Dakwah Nyentrik Ala Gus Miek,” h. 5.
102

Kegiatan simaan Alquran Jantiko Mantab pertama kali


diperkenalkan oleh Gus Miek kepada khalayak pada tahun 1986 yang
bertempat di rumah Bapak Muhadi Kediri yang dimulai setelah salat
shubuh berjamaah dan pembaca giliran yang pertama adalah Gus
Robet, putra ketiga dari Gus Miek. Kegiatan Jantiko Mantab pertama
ini hanya diikuti oleh enam orang dan apabila salah seorang huffâz
membaca, maka yang lain menyimak.64
Simaan Alquran Jantiko Mantab semakin berkembang dari
bulan ke bulan, dari mulai Kediri ke Tulungagung, Trenggalek,
Nganjuk, dan Blitar. Sedangkan untuk wilayah Jawa Timur bagian
timur, seperti Pasuruan, Jember, dan Banyuwangi, Gus Miek
memulainya pada tahun 1987. Semakin hari, masyarakat yang
mengikuti Jantiko Mantab semakin banyak. Bahkan ketika simaan
Alquran Jantiko Mantab dilaksanakan di ndalem Gus Miek, jamaah
yang menghadirinya sudah menembus ratusan (kisaran 500 orang ke
atas). Kemudian, selang satu tahun, Gus Miek menambahkan Dzikrul
Ghofilin pada rangkaian acara simaan Alquran Jantiko Mantab.65
Adapun tertib rangkaian acara dalam kegiatan simaan Alquran
Jantiko Mantab di pusat adalah diawali pada waktu aẓan subuh
berkumandang dan salat berjamaah. Setelah salat Subuh, seorang hâfiz
memulai membacakan ayat suci Alquran. Ada beberapa hâfiz yang
berada di panggung untuk bergantian membaca Alquran, ada pula
hanya seorang hâfiz di panggung kemudian diganti oleh hâfiz yang lain
dalam setiap pergantian juz dalam Alquran. Saat dibacakan ayat suci

64
Abu Zahra, Jantiko Mantab Dzikrul Ghofilin, h. 33.
65
Muhammad Nurud Ibad, Perjalanan dan Ajaran Gus Miek
(Tulungagung: Koja Aksara, 2007), h. 140.
103

Alquran oleh seorang hâfiz, maka para jamaah juga ada yang ikut serta
membaca, ada juga yang menyimak Alquran.66
Tiba waktu duha (antara pukul 08.00-09.00), seorang hâfiz
yang bertugas melantunkan ayat suci Alquran menghentikan
bacaannya. Setelah salat Duha berjamaah, seorang hâfiz bergantian
kembali membacakan ayat suci Alquran sampai waktu salat Zuhur
tiba. Waktu zuhur, seorang hâfiz yang bergantian, telah menyelesaikan
lima belas juz dari tiga puluh juz dalam Alquran. Saat tiba waktu zuhur
pun para jamaah juga melaksanakan salat berjamaah kemudian
kembali melakukan aktivitas membaca, menyimak, dan
mendengarkan Alquran.
Bacaan Alquran memang sengaja dihentikan setelah salat Asar
berjamaah selesai. Terdapat kegiatan khusus setelah salat Asar yaitu
berkirim doa bagi jamaah yang menitipkan nama almarhȗm-
almarhȗmah kepada sang Kyai yang memimpin tahlîl. Pada
momentum tersebut, jamaah antri menyetorkan nama keluarganya
yang sudah meninggal dunia.
Kegiatan jamaah saat tiba waktu maghrîb pastinya adalah salat
berjamaah yang dilanjutkan dengan pembacaan zikir Dzikrul Ghofilin.
Setelah Dzikrul Ghofilin selesai, para jamaah langsung melaksanakan
salat Isya secara berjamaah. Setelah salat Isya, sang hâfiz melanjutkan
melantunkan ayat suci Alquran yang telah disisakan satu juz terakhir
dalam Alquran (juz ʻAmma). Setelah sang hâfiz menyelesaikan bacaan
Alqurannya, maka acara selanjutnya adalah doa khatam Alquran dan
dilanjutkan sebagai pamungkas acara adalah mauʻizah hasanah yang

66
Ibad, Perjalanan, h. 140.
104

disampaikan oleh seorang Kyai. Setelah itu, maka acara kegiatan


simaan Alquran Jantiko Mantabpun telah selesai.67
Salah satu faktor berkembangnya kegiatan simaan Alquran
Jantiko Mantab di berbagai wilayah khususnya Jawa Timur adalah
dukungan dari para alumni pondok pesantren Al-Falah yang berada di
berbagai daerah. Ketika Gus Miek berjuang di jalan Allah, ia selalu
didukung para alumni pondok pesantren Al-Falah. Mereka percaya
bahwa seorang Gus Miek memiliki kepedulian tinggi terhadap
spiritual agama masyarakat. Gus Miek memiliki jiwa pemimpin yang
sanggup menyadarkan orang jahat menuju pintu kebaikan karena
karamah dan kewaliannya.
Banyak masyarakat yang mengatakan bahwa kegiatan simaan
Alquran Jantiko Mantab dan Dzikrul Ghofilin mendatangkan barakah
dalam kehidupan. Hal tersebut tidak lepas dari sosok kepemimpinan
Gus Miek sebagai pendiri kegiatan tersebut. Masyarakat percaya
bahwa dengan mengikuti kegiatan tersebut maka akan dipermudah
dalam menjalankan kehidupan. Alasan sederhana bahwa dengan
melaksanakan kegiatan simaan Alquran Jantiko Mantab dan Dzikrul
Ghofilin mereka sanggup menjaga ibadah yang sesuai dengan sunnah
Islam yaitu membaca dan mendengarkan Alquran.68

67
Orservasi langsung pada kegiatan Simaan Alquran Jantiko Mantab di
Masjid Aulia, Setono Gedong, Kota Kediri pada Ahad, 21 April 2019.
68
Muhammad Nurud Ibad, Dhawuh Gus Miek (Yogyakarta: Pustaka
Pesantren, 2007), h. 41.
105

b. Sejarah Jantiko Mantab Di Kabupaten Mesuji69


Kerusuhan-kerusuhan berdarah yang terjadi di Kabupaten
Mesuji sejak tahun 2011 yang diakibatkan karena saling adanya
perebutan lahan, telah menyebabkan keadaan di Kabupaten Mesuji
menjadi kurang kondusif. Warga masyarakat yang satu dengan yang
lainnya, khususnya yang berada di wilayah konflik dan sekitarnya,
saling menaruh rasa curiga. Keadaan inipun banyak mempengaruhi
pulanwarga masyarakat yang jauh dari tempat konflik, sehingga
lambat laut menjadi konflik yang semakin meluas dari waktu ke
waktu.
Keadaan seperti inilah yang membuat para ulama setempat
merasa sangat prihatin dan berusaha untuk menetralisir keadaan
sehingga Kabupaten Mesuji kembali kepada keadaan semula sebagai
Mesuji yang damai dan aman. Maka, pada tanggal 14 Juli 2012, para
tokoh agama Kabupaten Mesuji yang berjumlah delapan orang, yakni
KH. Khoirul Habibi (49 tahun), Ustaz Muhamad Yunus (56 tahun),
Ustaz Suyatno (59 tahun), Kyai Bahron Fadhil, Ustaz Sukidi (56
tahun), Ustaz Hariyanto (56 tahun), Ustaz Romli (51 tahun), dan Ustaz
Komari (w. 2017) berangkat dari Kabupaten Mesuji menuju ke Ploso,
Kabupaten Kediri untuk sowan ke Gus Sabut guna meminta izin dan
ijazah untuk mendirikan kegiatan simaan Alquran Jantiko Mantab di
Kabupaten Mesuji. Sebelum menemui Gus Sabut, rombongan mampir
terlebih dahulu di Pondok Pesantren Assalafi Al-Fithrah yang
beralamatkan di Jalan Kedinding Lor, nomor 99, Surabaya guna

69
Dalam penulisan sejarah Jantiko Mantab Kabupaten Mesuji ini, peneliti
mendapatkan data dari hasil wawancara dengan para pendiri Jantiko Mantab yakni
KH. Khoirul Habibi, Ustaz Muhamad Yunus, Ustaz Suyatno, Kyai Bahron Fadhil,
Ustaz Sukidi, Ustaz Hariyanto, dan Ustaz Romli serta beberapa informan lainnya
yang mendukung penulisan sejarah ini.
106

menghadiri haul dari KH. Ahmad Asrori al-Ishaqi (w. 2009), seorang
mursyid tarîqah al-Khidmah pada hari Ahad tanggal 15 Juli 2012.
Setelah selesai menghadiri peringatan haul, rombongan bertolak dari
Surabaya menuju ke Ploso, Kabupaten Kediri dan sampai pada tanggal
hari Senin tanggal 16 Juli 2012 yang bertepatan dengan tanggal 26
Syaʻbân 1433 H dan langsung sowan ke Gus Sabut dan akhirnya
mendapatkan izin serta restu untuk mendirikan kegiatan simaan
Alquran Jantiko Mantab di Kabupaten Mesuji.
Sepulang dari perjalanan sowan ke Gus Sabut, para tokoh
agama yang diketuai oleh KH. Khoirul Habibi langsung menyusun
rencana dan program untuk sesegera mungkin mengadakan kegiatan
simaan. Salah satu hasil dari rencana program ini adalah bahwa
kegiatan simaan Alquran akan dilaksanakan pada selapan hari sekali
dan dilaksanakan pada hari Ahad Pon. Langkah pertama sebagai
implementasinya adalah menghubungi dan mendatangi secara
langsung para hâfiz yang tersebar di Kabupaten Mesuji untuk diminta
turut andil mendukung dan mensukseskan kegiatan simaan Alquran
Jantiko Mantab nantinya. Berkenaan dengan ini, KH. Khoirul Habibi
bersilaturrahim secara langsung ke kediaman para hâfiz yang beliau
kenal ketika itu, yakni Kyai Irkham Khumaidi Tri Karya Mulya (47
tahun), Ustaz Ali Mukti Karya (32 tahun), Kyai Lukman Tanjung
Menang (49 tahun), Ustaz Ahmad Sirojudin Wonosari (31 tahun),
Ustaz Farhan Hamamik (38 tahun), dan Ustaz M. Nurhadi Tri Karya
Mulya (44 tahun). Hasil dari silaturrahim tersebut, para hâfiz yang ada
menyatakan bersedia dan siap mendukung terwujud dan berjalannya
kegiatan simaan Alquran Jantiko Mantab Kabupaten Mesuji.
Setelah beberapa waktu berselang, tepat pada hari Ahad Pon
tanggal 16 September 2012 bertepatan pada tanggal 29 Syawal 1433
107

H bertempat di masjid jamiʻ Al-Muttaqin Desa Mukti Karya


Kecamatan Panca Jaya, untuk pertama kalinya kegiatan simaan
Alquran Jantiko Mantab bergema di Kabupaten Mesuji. Hadir dalam
kegiatan ini, para tokoh agama Kabupaten Mesuji termasuk delapan
tokoh yang sowan kepada Gus Sabut dan lapisan masyarakat yang
berjumlah kurang lebih 60 orang jamaah di antaranya adalah Untung
Sandung Wahono (62 tahun), Julis Harmoko (42 tahun), Imam
Muhtadi (42 tahun), Ali Usman (38 tahun), Ibnu Muhtarom (32 tahun),
dan Bapak Tamami (55 tahun). Seluruh jamaah yang hadir secara
khusuk mendengarkan dan menyimak lantunan ayat-ayat suci Alquran
yang dibacakan oleh dua orang hâfiz yang hadir yakni Kyai Humaidi
dan Ustaz Ali.
Pada kegiatan simaan Alquran Jantiko Mantab yang pertama
ini, kaifiyah (tata cara urutan) kegiatan adalah menyamakan persis
dengan kaifiyah yang lumrah dilaksanakan pada kegiatan Jantiko
Mantab pusat, yakni diawali dengan salat shubuh secara berjamaah,
dilanjutkan dengan pembacaan Alquran sampai khatam dan pada akhir
kegiatan selepas salat Isya diisi dengan mauʻizah hasanah dan diakhiri
dengan musâfahah (bersalam-salaman). Melihat antusias masyarakat
yang lumayan besar dan lancar serta suksesnya kegiatan dari awal
hingga akhir, maka semakin menambah rasa optimis dan semangat
bagi para tokoh agama yang ikut andil untuk terus melanjutkan
kegiatan pada periode berikutnya.
Seperti pada periode pertama, kegiatan simaan Alquran Jantiko
Mantab pada periode-periode berikutnyapun dapat berjalan dengan
lancar dan sukses. Ini salah satunya dibuktikan dengan antusias
masyarakat yang semakin meningkat dari periode ke periode.
Terhitung hingga periode keempat, jumlah jamaah yang mengikuti
108

kegiatan kurang lebih berjumlah dua ratusan orang. Masyarakat


berbondong-bondong datang dari berbagai penjuru di Kabupaten
Mesuji. Ada yang datang dengan sendiri-sendiri atau dengan
membawa serta sanak keluarganya dengan mengendarai sepeda motor,
mobil, dan bahkan ada yang berombongan dengan menaiki bus dan
truk.
Tercatat hingga periode keempat, kegiatan simaan Alquran
Jantiko Mantab masih bertempat di tempat yang sama, yakni di masjid
jamiʻ Al-Muttaqin Desa Mukti Karya. Baru pada periode kelima,
kegiatan simaan Alquran Jantiko Mantab berpindah tempat yakni di
Pondok Pesantren sekaligus kediaman Gus Barok (40 tahun)70 di Desa
Mekar Sari. Bergabungnya Gus Barok sebagai salah satu tokoh Jantiko
Mantab pada saat periode ketiga berlangsung, semakin menambah
daya juang dan kekuatan bagi Jantiko Mantab. Hal ini disebabkan
beliau adalah salah satu alumni dari Pondok Pesantren Al-Falah Ploso
Kediri yang merupakan sentral sekaligus simbol bagi kegiatan Jantiko
Mantab itu sendiri. Selain itu, dari sosok Gus Barok inilah beberapa
tokoh agama di Kabupaten Mesuji khususnya dapat ditarik menjadi
anggota dari jamaah Jantiko Mantab, KH. Syamsul Hadi (40 tahun),
seorang tokoh Nahdlatul Ulama terkemuka Kabupaten Mesuji, salah
satu di antaranya.
Daya juang kegiatan simaan Alquran Jantiko Mantab semakin
bertambah kuat dan kokoh dengan masuknya seorang tokoh agama
yang bernama Ustaz Syamsudin (39 tahun). Bermula ketika kegiatan
Jantiko Mantab diselenggarakan di Desa Sinarlaga Kecamatan
Tanjung Raya yang bertempat di musala Ustaz Syiamar Raharjo (39

70
Nama lengkap beliau adalah Mubarakul Ulum. Beliau adalah salah satu
tokoh agama besar di Kabupaten Mesuji terutama di Kecamatan Tanjung Raya.
109

tahun), Ustaz Syamsudin yang ketika itu menyewa lahan di Pondok


Pesantren Ulul Abshor yang lokasinya tidak jauh dari tempat rutinan,
mengikuti kegiatan Jantiko Mantab dan bertemu dengan KH. Khoirul
Habibi. Melaui perbincangan yang relatif mendalam, terkuaklah fakta
bahwa beliau adalah pencinta berat kegiatan Jantiko Mantab dan
merupakan alumni dari Pondok Pesantren Hidayatus Salafiyah
Simpang NP, Sukaraja Nuban, Batanghari Nuban, Lampung Timur
yang merupakan salah satu pondok pesantren basis dari kegiatan
Jantiko Mantab yang ada di Provinsi Lampung. Oleh karena itu, maka
KH. Khoirul Habibi meminta beliau agar terus istiqomah di dalam
Jantiko Mantab dan diminta untuk senantiasa mendukung kegiatan
Jantiko Mantab.
Masuknya Ustaz Syamsudin ke dalam Jantiko Mantab ini
benar-benar membuat majelis simaan Alquran Jantiko Mantab
menjadi lebih kuat dan kokoh. Salah satu bentuk nyatanya adalah
mulai tersusun rapinya struktur kepengurusan dalam Jantiko Mantab.
Sebelum ini, walaupun kegiatan Jantiko Mantab telah dilaksanakan
dalam beberapa kali, namun di atas kertas, kepengurusan secara
sistematis dan resmi belumlah terbentuk. Susunan yang terbentuk
barulah berupa tunjuk menunjuk berdasarkan ketokohan di dalam
masyarakat. Semenjak bergabungnya Ustaz Syamsudin, setelah
diadakan rapat pembentukan kepengurusan beberapa kali, maka pada
tanggal 26 Februari 2014, terbentuklah struktur kepengurusan secara
resmi. Bertindak sebagai ketua adalah KH. Syamsul Hadi, wakil ketua
Ustaz Romli Brabasan, penasihat sekaligus penaggung jawab dijabat
oleh KH. Khoirul Habibi dan Gus Barok, Bendahara dijabat oleh
Bapak Tamami, Ustaz Syamsuddin dan Ustaz Zainal Arifin sebagai
110

sekretaris, dan sebagai koordinator wilayah dijabat oleh KH. Nur


Salim, Kyai Mahdi, Ustaz Makshum, dan Ustaz Syiamar Raharjo.
Pelaksanaan rutinan kegiatan simaan Alquran Jantiko Mantab
yang semula dilakasanakan pada hari Ahad Pon, kemudian diubah
pelaksanaannya menjadi hari Ahad Legi, tepatnya pada pelaksanaan
periode ketujuh. Selain itu, terjadi pula pergantian waktu mulai dan
berakhirnya kegiatan yang semula dimulai baʻda salat subuh dan
berakhir setelah salat Isya, diubah waktunya dengan dimulai baʻda
salat Magrib dan selesai setelah salat Isya pada hari berikutnya.
Pergantian waktu mulai dan akhir pelaksanaan ini dilaksanakan
setelah para pengurus menyampaikan izin pergantian waktu secara
langsung kepada Gus Sabut selaku pimpinan dan penanggung jawab
kegiatan Jantiko Mantab pusat ketika beliau menghadiri kegiatan
Jantiko Mantab yang diadakan di Masjid ‘Ainul Yaqin Desa Mukti
Karya Kecamatan Panca Jaya Kabupaten Mesuji pada tanggal 01
November 2015. Para pengurus menyampaikan izin perubahan ini
dikarenakan keadaan infrasutruktur jalan dan listrik yang kurang
memadai serta faktor keamanan yang masih riskan di Kabupaten
Mesuji sehingga para jamaah dapat datang dan pulang dalam keadaan
masih terang.
Pendirian kegiatan simaan Alquran Jantiko Mantab ini tidak
dapat dilepaskan dari peran sentral dari KH. Khoirul Habibi. Beliau
merupakan inisiator pertama pembentukan kegiatan Jantiko Mantab
ini. Pengalaman yang cukup lama dalam menggeluti kegiatan simaan
Alquran Jantiko Mantab sewaktu beliau masih bermukim di
Tulungagung Jawa Timur, menjadikan beliau mantap menamakan
kegiatan simaan Alquran di Kabupaten Mesuji dengan nama Jantiko
Mantab. Hal ini, sebagaimana dijelaskan oleh beliau, bahwa dengan
111

memakai nama Jantiko Mantab maka kegiatan simaan ini diharapkan


akan lebih cepat untuk diterima oleh masyarakat. Keadaan ini
memungkinkan dikarenakan, pertama, nama Jantiko Mantab telah
lama ada sejak tahun 1986 pada kali pertama dibuka dan
diperkenalkan oleh Gus Miek sehingga telah familier di kalangan
masyarakat, dan kedua, masyarakat Mesuji sebagian besar adalah
warga pendatang (transmigran) dari Pulau Jawa khususnya Jawa
Timur dan Jawa Tengah yang mereka sudah tidak asing lagi dengan
ketokohan Gus Miek beserta Jantiko Mantabnya.
Keaktifan beliau dalam kegiatan Jantiko Mantab salah satunya
adalah dibuktikan dengan pengalaman beliau dalam pembentukan
Jantiko Mantab tingkat Kecamatan Kalidawer Kabupaten
Tulungagung yang berlokasi di Pondok Pesantren Darussalam yang
diselenggarakan pada setiap hari Jumat Legi.

3. Ruang Lingkup Kegiatan Simaan Alquran Jantiko Mantab


a. Kegiatan Simaan Alquran Jantiko Mantab Bagi Pemerintah
Daerah Kabupaten Mesuji
Negara adalah suatu badan atau organisasi tertinggi yang
mempunyai wewenang untuk mengatur hal-hal yang berkaitan untuk
kepentingan orang banyak serta mempunyai kewajiban-kewajiban
untuk melindungi, menyejahterakan masyarakat yang dinaunginya.71
Negara merupakan integrasi dari kekuasaan politik.72
Negara menetapkan cara-cara dan batas-batas kekuasaan
sehingga dapat digunakan dalam kehidupan bersama baik yang

71
Ahmad Syafi’i Maarif, Islam dan Cita-cita dan Masalah Kenegaraan
(Jakarta: LP3ES, 1985), Cet. Ke-1, h. 12.
72
Abu Bakar Abyhara, Pengantar Ilmu Politik (Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media, 2010), h. 229.
112

dilakukan oleh individu maupun golongan atau asosiasi, maupun oleh


negara itu sendiri. Negara dapat menyatukan dan membimbing
kegiatan-kegiatan sosial dari penduduknya ke arah tujuan bersama.
Dalam hal ini, dapat dikatakan bahwa sebuah negara mempunyai dua
tugas yakni mengendalikan dan mengatur gejala-gejala kekuasaan
yang a-sosial, dan mengorganisasi dan mengintegrasikan kegiatan
manusia dan golongan-golongan kearah tercapainya tujuan-tujuan dari
masyarakat seluruhnya.73 Miriam Budiardjo mendefinisikan negara
sebagai suatu organisasi yang dalam suatu wilayah yang dapat
memaksakan kekuasaanya secara sah terhadap semua golongan dan
yang dapat menetapkan tujuan-tujuan dari kehidupan bersama itu.74
Keseluruhan fungsi negara di atas diselenggarakan oleh pemerintah
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan bersama.75
Pemerintah adalah alat kelengkapan negara yang bertugas
memimpin organisasi negara untuk mencapai tujuan negara. Oleh
karenanya, pemerintah seringkali menjadi personifikasi sebuah
negara. Pemerintah adalah badan yang mengatur urusan sehari-hari,
yang menjalankan kepentingan-kepentingan bersama. Pemerintah
melaksanakan tujuan-tujuan negara, menjalankan fungsi-fungsi
kesejahteraan bersama.76
Pemerintah mengenakan hukum dan memberantas kekacauan,
mengadakan perdamaian dan menyelaraskan kepentingan-
kepentingan yang bertentangan. Pemerintah yang menetapkan,

73
Abyhara, Pengantar Ilmu Politik, h. 230.
74
Miriam Budiardjo, Dasar-dasar Ilmu Politik (Jakarta: Gramedia, 1984),
h. 38.
75
Budiardjo, Dasar-dasar, h. 45-46.
76
Hotma P. Sibuea, Ilmu Negara (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2014), h. 182,
Tohir Bawazir, Jalan Tengah Demokrasi antara Fundamentalisme dan Sekularisme
(Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2015), h. 73.
113

menyatakan, dan menjalankan kemauan individu-individu yang


tergabung dalam organisasi politik yang disebut negara.77
Berkenaan antara hubungan antara pemerintahan dengan
agama, Ibnu Taimiyyah (w. 728 H/1328 M) berpendapat bahwa agama
dan pemerintahan dalam suatu negara benar-benar berhubungan satu
sama lain. Tanpa adanya kekuasaan yang bersifat memaksa, agama
akan berada dalam status bahaya. Begitu juga apabila suatu
pemerintahan tidak mempunyai disiplin hukum wahyu, pasti negara
tersebut menjadi suatu organisasi yang tiranik. Menurut Al-Mawardiy
(w. 450 H/1058 M) agama (syarîʻah) memiliki posisi sentral sebagai
sumber legitimasi terhadap realitas politik. Di sinilah Al-Mawardiy
mengompromikan realitas politik dengan idealitas politik seperti
disyaratkan oleh agama, dan menjadikan agama sebagai alat justifikasi
kepatutan dalam sebuah politik. Sedangkan menurut Imâm al-
Ghazâliy (w. 505 H/1111 M) agama dan negara merupakan hubungan
yang paralel, bahwa agama dan pemerintahan dalam suatu negara
merupakan dua anak kembar. Agama sebagai dasar, dan penguasa
negara adalah penjaga.78
Pemerintah Daerah Kabupaten Mesuji sebagai penyelenggara
pemerintahan di Kabupaten Mesuji sudah barang tentu mempunyai
integrasi yang sangat kuat terhadap berbagai kegiatan keagamaan yang
ada di wilayah Kabupaten Mesuji. Melalui bagian Kesra
(kesejahteraan rakyat) yang salah satu tupoksinya adalah
melaksanakan pembinaan dan fasilitasi di bidang agama serta
pelaksanaan koordinasi dalam rangka pelaksanaan kebijakan di bidang

77
Tim ICCE UIN Jakarta, Demokrasi, Hak Asasi Manusia dan Masyarakat
Madani, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2004, h. 47.
78
Husain Muhammad, Islam dan Negara Kebangsaan: Tinjauan Politik
(Yogyakarta: LKiS, 2000), h. 93.
114

agama, maka Pemerintah Kabupaten Mesuji mempunyai andil besar


dalam hal keberlangsungan serta kemajuan kegiatan keagamaan di
wilayah Kabupaten Mesuji, yang salah satunya adalah kegiatan
keagamaan simaan Alquran Jantiko Mantab ini.
Salah satu hal yang melatarbelakangi diadakannya kegiatan
simaan Alquran Jantiko Mantab di Kabupaten Mesuji adalah
terjadinya keadaan tidak kondusifnya Kabupaten Mesuji sejak dari
tahun 2011 hingga penghujung tahun 2013 yang seringkali dilanda
oleh kerusuhan berdarah yang pemicu utamanya adalah persoalan
sengketa lahan.79 Keadaan yang berlarut-larut inilah yang menjadikan
para tokoh agama setempat merasa prihatin dan berinisiatif ikut andil
berusaha untuk menjadikan keadaan Kabupaten Mesuji damai, aman,
dan tentram yang selanjutnya sebagai langkah nyatanya adalah dengan
cara pembenahan rohani masyarakat yaitu diadakannya kegiatan
simaan Alquran Jantiko Mantab. Oleh karenanya, maka jelas bahwa
kegiatan simaan Alquran Jantiko Mantab ini adalah mendukung
program Pemerintah Kabupaten Mesuji yang ingin menciptakan
Kabupaten Mesuji yang aman, tentram, dan beriman.
Selain itu, dengan adanya kegiatan simaan Alquran Jantiko
Mantab, maka masyarakat Kabupaten Mesuji secara langsung
diajarkan untuk lebih mencintai Alquran dan para ulama serta
beribadah di masjid sehingga membuat masyarakat menjadi
masyarakat yang lebih religius, yang semuanya itu adalah merupakan
salah satu cita-cita dari Pemerintah Kabupaten Mesuji. Oleh karenanya

79
Koran Republika mencatat bahwa sejak tahun 2011 hingga akhir 2013
kurang lebih telah terjadi 17 orang tewas dalam bentrokan, puluhan orang luka-luka,
dan ratusan rumah terbakar. Lihat “Mesuji Memanas Lagi,” Republika, 6 Januari
2014, h. 1.
115

kegiatan simaan Alquran Jantiko Mantab ini adalah merupakan mitra


Pemerintah Kabupaten Mesuji dalam hal keagamaan.
Pada sisi yang lain, melalui bagian kesejahteraan rakyat,
Pemerintah Daerah Kabupaten Mesuji telah memberikan perhatian
dalam bidang keagamaan sehingga dapat memberikan dorongan
keberlangsungan pada kegiatan simaan Alquran Jantiko Mantab di
antaranya adalah memberikan bantuan rehabibilisasi masjid sehingga
masjid yang merupakan pusat tempat kegiatan simaan Alquran Jantiko
Mantab menjadi layak dan nyaman untuk digunakan dan pemberian
insentif kepada pondok pesantren, para tokoh agama, para ustadz, dan
para hâfizh al-Qur’ân.
b. Kegiatan Simaan Alquran Jantiko Mantab Bagi Kalangan
Pesantren Di Kabupaten Mesuji
Pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam yang
tertua di Indonesia. lembaga pondok pesantren memainkan peranan
penting dalam usaha memberikan pendidikan bagi bangsa Indonesia
terutama pendidikan agama. Kehadiran pondok pesantren di tengah-
tengah masyarakat tidak hanya sebagai lembaga pendidikan, tetapi
juga sebagai lembaga penyiaran agama dan sosial keagamaan. Sebagai
lembaga penyiaran agama pesantren melakukan kegiatan dakwah di
kalangan masyarakat, dalam arti kata melakukan aktivitas
menumbuhkan kesadaran beragama untuk melaksanakan ajaran–
ajaran Islam secara konsekuen sebagai pemeluk agama Islam.80
Pondok pesantren berasal dari dua kata, yaitu pondok dan
pesantren. Pondok berasal dari bahasa Arab “Funduq” yang berarti
tempat menginap atau asrama. Sedangkan pesantren berasal dari

80
Zulhimma, “Dinamika Perkembangan Pondok Pesantren Di Indonesia,”
Darul ‘Ilmi Vol. 01, no. 02 (Februari 2013), h. 166.
116

bahasa Tamil, dari kata santri, diimbuhi awalan pe- dan akhiran -an
yang berarti para penuntut ilmu.81
Menurut istilah pondok pesantren adalah lembaga pendidikan
tradisional Islam untuk mempelajari, memahami, mendalami,
menghayati, dan mengamalkan ajaran Islam dengan menekankan
pentingnya moral keagamaan sebagai pedoman perilaku sehari-hari.82
Adapun tujuan dibentuknya pondok pesantren adalah untuk
mencetak ulama yang menguasai ilmu-ilmu agama, mendidik muslim
yang dapat melaksanakan syariat agama, dan mendidik agar objek
memiliki keterampilan dasar yang relevan dengan terbentuknya
masyarakat beragama.83 Demi mewujudkan tujuan-tujuan ini, maka
pondok pesantren secara totalitas benar-benar mendidik dan
menggembleng para santrinya untuk diajarkan ilmu-ilmu agama
sekaligus pengamalannya, sehingga mereka diharapkan akan menjadi
generasi yang siap terjun di tengah-tengah kancah kehidupan
masyarakat yang sangat beragam dan dapat mewarnai kehidupan
masyarakat dengan ajaran agama.
Alquran yang merupakan kitab suci yang diyakini secara
konsensus otensitas dan orisinilitasnya sebagai hudan li an-nâs dan
rahmatan lî al-ʻâlamîn84 menjadi salah satu kajian yang wajib
dipelajari di pondok pesantren. Para santri dituntut untuk dapat
membaca dengan lancar sesuai dengan makhârij al-hurȗf dan
tajwidnya. Selain itu, para santripun dituntut untuk mempelajari

81
Mohammad Daud Ali dan Habibah Daud, Lembaga-Lembaga Islam di
Indonesia (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995), h. 145.
82
M. Bachri Ghazali, Pesantren Berwawasan Lingkungan (Jakarta:
Prasasti, 2002), h. 40.
83
Yusuf Amir Faisal, Reorientasi Pendidikan Islam (Jakarta: RajaGrafindo
Persada, 1995), h. 183.
84
Sahiron Syamsudin, Hermeneutika Al-Qur’an dan Hadits (Yogyakarta:
Elsaq Press, 2010), h. 243.
117

kandungan maknanya bahkan sampai menghafalkannya. Di samping


keilmuan, para santri dituntut pula untuk kontinu dalam mengamalkan
ajaran-ajaran agama, di antaranya salat senantiasa berjamaah dan
melaksanakan ibadah-ibadah sunah lainnya.
Kegiatan simaan Alquran Jantiko Mantab adalah kegiatan yang
sangat sesuai dengan kegiatan para santri dan dunia pesantren secara
umumnya. Dengan mengikuti kegiatan simaan, para santri diajak
untuk berinteraksi dengan Alquran secara lebih intensif dengan cara
menyimak seluruh Alquran yang dibaca oleh para hâfizh. Selain itu
dengan melihat secara langsung hâfizh yang melantunkan Alquran bi
al-ghaib, maka para para santri secara tidak langsung diajarkan untuk
senantiasa bersungguh-sungguh dalam mempelajari Alquran sehingga
mampu menjadi seperti para hâfizh yang membaca Alquran bi al-
ghaib.
Selain itu, dengan rentang waktu kegiatan yang hampir 24 jam,
maka para santripun diajarkan untuk senantiasa melaksanakan salat
secara berjamaah dan salat sunnah dȗhâ. Hal lain yang tidak kalah
penting pula adalah para santri diajarkan untuk bagaimana bersikap
gotong royong dan menghormati orang yang lebih tua terlebih kepada
para ustazh dan para kyai.
c. Kegiatan Simaan Alquran Jantiko Mantab Bagi Masyarakat
Kabupaten Mesuji
Sebagaimana diketahui, Alquran didefinisikan sebagai firman
Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw. yang ditulis
dalam mushaf yang dimulai dari surat al-Fâtihah dan diakhiri dengan
surat al-Nâs dan dinilai ibadah dengan membacanya.85 Secara harfiah

85
Muhammad ʻAbd al-Azîm al-Zarqâniy, Manâhil al-ʻIrfân fî ʻUlûm al-
Qur’ân (Beirut: Dâr al-Kitâb al-ʻArabîy, 1995 M) h. 14-22, Mannâ` al-Qatthân,
Mabâhits fî ʻUlûm al-Qur’an (Cairo: Maktabah Wahbah, t.t.), h. 14-16, dan Mustafâ
118

Mushaf merupakan himpunan dari suhuf (lembaran-lembaran tulisan).


Penyebutan suhuf dapat ditemukan dalam QS. Al-Najm [53]: 36,
ʻAbasa [80]: 11-13, dan al-Aʻlâ [87]: 18-19. Istilah suhuf bentuk plural
dari kata sahîfah yang pada mulanya berarti sesuatu yang
dihamparkan.86 Dengan pengertian tersebut mushaf Alquran dapat
disebut sebagai media tulis/media cetak/media komunikasi,87 yaitu
sebagai media komunikasi dalam proses komunikasi Ilahi (wahyu)
kepada manusia yang menghimpun teks-teks bahasa.88 Keberadaan
Mushaf Alquran sejak awal dirancang untuk menjangkau banyak orang
(khalayak). Alquran memiliki fungsi yang kurang lebih sama dengan
media massa lainnya, seperti fungsi informasi, hiburan, persuasi,
transmisi budaya atau pewarisan sosial, mendorong kohesi sosial,
pengawasan, korelasi, melawan kekuasaan dan juga membius.89
Alquran adalah manhaj (tuntunan hidup) bagi setiap muslim
dan pedoman bagi yang mengaku beriman kepada Allah Swt. Bukan
merupakan keraguan lagi bahwa Alquran adalah sebuah manhaj
ʻamaliy (pedoman praktis), yang di dalamnya terdapat taujih
(pengarahan) tentang bagaimana manusia harus berhubungan dengan
Tuhannya, berhubungan dengan bumi dan seisinya, berhubungan
dengan diri sendiri, berhubungan dengan keluarga, tetangga dan
lingkungan, hingga berhubungan dengan non-muslim.90

Dîb al-Bighâ’ dan Muhyî al-Dîn Dîb Mastū, Al-Wâdih fî ʻUlûm al-Qur’ân,
(Damaskus: Dâr al-ʻIlm al-Katîb dan Dâr al-ʻUlȗm al-Insâniyyah, 1998), h. 12-24.
86
Luis Ma’luf, Al-Munjid fî al-Lughah wa al-Aʻlâm (Beirut: Dâr al-
Masyriq, 2008), Cet. Ke-43, h. 418.
87
Muhammad Zahid, “Posisi dan Fungsi Mushhaf Al-Qur’an Dalam
Komunikasi Massa,” Nuansa Vol. 11, no. 1 (Januari-Juni 2014), h. 78.
88
Nasr Hamîd Abȗ Zaid, Mafhûm al-Nas: Dirâsah fî ʻUlûm al-Qur’ân
(Cairo: al-Hai’ah al-Misriyyah al-‘Ammah li al-Kitâb, 1990), h. 87.
89
Nuruddin, Pengantar Komunikasi Masssa (Jakarta: Rajawali Pers, 2009),
h. 64.
90
Ahmad Yaman Syamsudin, Cara Mudah Menghafal Al-Quran
(Sukoharjo: Insan Kamil, 2013), h. 19.
119

Kegiatan simaan Alquran Jantiko Mantab merupakan sebuah


kegiatan yang berusaha untuk lebih mendekatkan masyarakat
Kabupaten Mesuji kepada Alquran yang akhirnya diharapkan
masyarakat lebih cinta akan Alquran dan menjadikan Alquran sebagai
pedoman tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan pembacaan Alquran lengkap 30 juz yang dibaca secara
bi al-ghaib oleh para hâfîzh Alquran secara bergantian selama kurang
lebih sehari semalam dan disimak oleh para mustamiʻîn dengan
membuka mushaf Alquran masing-masing satu persatu, menjadikan
kegiatan ini benar-benar kegiatan yang secara total menjadi media
komunikasi dalam proses komunikasi Ilahi (wahyu) kepada manusia,
sehingga diharapkan masyarakat yang mengikuti kegiatan ini benar-
benar mendapatkan keberkahan dari Alquran.
Kegiatan simaan Alquran Jantiko Mantab sebagai media untuk
lebih membumikan dan mendekatkan masyarakat kepada Alquran
meyakini bahwa kegiatan ini dapat memberikan manfaat dan dampak
positif yang sangat besar terhadap kehidupan masyarakat secara luas.
Karena jika setiap orang yang mempercayai Alquran dengan sungguh-
sungguh, maka otomatis akan semakin bertambah cinta kepada
Alquran, sehingga ia akan lebih cinta untuk membaca, mempelajari,
dan memahaminya serta untuk mengamalkan dan mengajarkannya
sampai merata rahmat-Nya dan dapat dirasakan dan dikecap oleh
penghuni alam semesta.91

91
Tim Penerjemah al-Qur’an Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya
(Jakarta: Departemen Agama RI, 1992), h. 120.
BAB IV
ANALISIS PEMAHAMAN DAN PENGARUH HADIS
SIMAAN ALQURAN DI MASYARAKAT

A. Living Hadis: Aktualisasi Kegiatan Simaan Alquran Jantiko


Mantab Di Kabupaten Mesuji
Hadis adalah sumber kedua setelah Alquran yang dipegangi
dan ajarannya diamalkan oleh umat Islam. Ia menjadi standar utama
umat Islam dalam usaha meneladani dan mempraktikkan petunjuk
Rasulullah Saw. Dalam banyak hal, apa yang dilakukan oleh
Rasulullah Saw digugu dan ditiru secara literal tekstual, meski banyak
pula umat Islam yang berusaha melakukan kontekstualisasi atas suatu
hadis.1 Yasin Dutton mengatakan bahwa Madinah adalah tempat di
mana Nabi Muhammad Saw tinggal dan wafat. Para penduduk
Madinah setelah wafatnya beliau tetap mempraktikan apa yang
disuritauladankan oleh Nabi Muhammad kepada mereka. Semenjak
dari zaman Rasulullah, hadis tersebut direkam dan dilaksanakan oleh
para sahabat, lalu diteruskan oleh para tâbiʻîn dan selanjutnya oleh
kaum muslimin hingga sekarang ini.2
Hadis yang berbicara tentang salah satu keutamaan bagi
sekumpulan orang yang membaca Alquran di suatu masjid dan saling
mentadaruskannya di antara mereka sehingga mereka akan
mendapatkan ketenangan, dilingkupi oleh rahmat, dikelilingi oleh
para malaikat, dan dibanggakan oleh Allah Swt pada makhluk yang

1
Saifuddin Zuhri Qudsy, “Living Hadis: Genealogi, Teori, dan Aplikasi,”
Living Hadis Volume 1, no. 1 (Mei 2016): h. 178.
2
Yasin Dutton, Asal Mula Hukum Islam. Penerjemah Maufur (Yogyakarta:
Islamika, 2004), h. 82.

120
121

ada di dekat-Nya, diriwayatkan dari sahabat Abȗ Hurairah merupakan


sebuah hadis yang senantiasa diamalkan oleh para sahabat, para
tâbiʻîn, dan kaum muslimin hingga sekarang ini termasuk para
penggiat kegiatan simaan Alquran Jantiko Mantab di Kabupaten
Mesuji yang menjadikan hadis ini sebagai pedoman dalam
melaksanakan kegiatan mereka. Kegiatan mengikuti dan
mengaktualisasikan hadis dalam kehidupan keseharian mereka seperti
yang demikian itulah menurut M. Alfatih Suryadilaga yang disebut
dengan living hadis atau hadis yang hidup di tengah-tengah kehidupan
masyarakat.3
Dengan berlandaskan hadis keutamaan membaca dan Alquran
dan saling mentadaruskannya di antara mereka di suatu masjid di atas,
dengan melaksanakan tuntunan hadis tersebut dengan cara mendirikan
kegiatan simaan Alquran yang diberi nama Jantiko Mantab,
masyarakat Kabupaten Mesuji sangat mengharapkan akan
diturunkannya sakînah (ketenangan hati) dan dicurahkannya rahmat
Allah Swt kepada mereka. Dengan sakînah sebagaimana yang
diungkapkan oleh Fakhr al-Hasan al-Dahlawiy diharapkan kehidupan
mereka akan menjadi tenang, hati jernih, hilangnya rasa aniaya
dikarenakan iri, turunnya sinar kasih sayang, dan kemudian
menghasilkan hati yang peka4 dan dengan curahan rahmat dari Allah
Swt, maka hidup mereka akan senantiasa mendapatkan kasih sayang,
kelembutan, dan pemaafan dari Allah Swt sehingga menjadikan
kehidupan mereka akan terasa indah, damai, dan penuh dengan

3
M. Alfatih Suryadilaga, Aplikasi Penelitian Hadis: Dari Teks ke Konteks
(Yogyakarta: Teras, 2009), h. 176.
4
Fakhr al-Hasan al-Dahlawiy, Syarẖ Sunan Ibnu Mȃjah (Karatisy:
Qadimay Kutub Khȃnah, t.t.), Juz 1, h. 269.
122

kebaikan.5 Berikut ini akan peneliti paparkan pemahaman masyarakat


Kabupaten Mesuji terhadap hadis yang menjadi dasar dari
pelaksanaan kegiatan simaan Alquran Jantiko Mantab dan praktiknya.
1. Pemahaman Masyarakat Atas Hadis Yang Menjadi Dasar
Kegiatan Dalam Simaan Alquran Jantiko Mantab
Hadis yang menjadi dasar kegiatan dalam simaan Alquran
Jantiko Mantab oleh beberapa periwayat dari sahabat Abȗ Hurairah
(w. 57 H) dalam kitab-kitab hadis mereka. Adapun hadisnya berbunyi
sebagai berikut (riwayat Abȗ Dâwud):

‫صالى ٍح َع ْن أ ىَِب‬ ‫َحدَّثَنَا عُثْ َما ُن بْ ُن أ ىَِب َشْي بَةَ َحدَّثَنَا أَبُو ُم َعا ىويَةَ َع ىن األ َْع َم ى‬
َ ‫ش َع ْن أ ىَِب‬
‫اَّللى‬ ‫ت ىمن ب ي ى‬
ٍ
َّ ‫وت‬ ُُ ْ ‫اجتَ َم َع قَ ْوٌم ىِف بَْي‬
ْ ‫ال َما‬
َ َ‫ ق‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ‫َّب‬ ‫ى‬
‫ُهَريْ َرةَ َعن النى ىى‬
َّ ‫السكىينَةُ َو َغ ىشيَ ْت ُه ُم‬ ‫اَل ي ْت لُو َن كىتاب َّى‬
ُ‫الر ْْحَة‬ ْ َ‫اَّلل َويَتَ َد َار ُسونَهُ بَْي نَ ُه ْم إىالَّ نََزل‬
َّ ‫ت َعلَْي ىه ُم‬ َ َ َ َ ‫تَ َع‬
6‫عىنده‬ ‫وحفَّْت هم الْمالَئى َكةُ وذَ َكرهم َّ ى‬
ُ َ ْ ‫يم ْن‬
َ ‫اَّللُ ف‬ ُ َُ َ َ ُُ َ َ
Artinya:
“Telah menceritakan kepada kami ‘Utsman bin Abȋ Syaibah,
telah menceritakan kepada kami Abȗ Mu’ȃwiyah, dari al-
Aʻmasy, dari Abȗ Sȃliẖ, dari Abȋ Hurairah, dari Nabi Saw,
beliau bersabda, ‘Tidaklah berkumpul suatu kaum di salah satu
rumah Allah, sedang mereka membaca kitab Allah (Alquran)
dan mempelajarinya di antara mereka, kecuali akan turun
ketenangan atas mereka dan mereka akan dilingkupi oleh
rahmat serta para Malaikat mengelilingi mereka dan Allah
menyebut-nyebut mereka pada (makhluk) yang ada di dekat-
Nya.” (HR. Abȗ Dâwud)

Muẖammad bin Mukrim bin ʻAlȋ Abȗ al-Faḏl Jamȃl al-Dȋn Ibn Manẕȗr
5

al-Ansȃriy al-Ruwaifiʻiy al-Afriqiy, Lisȃn al-ʻArab (Al-Qȃhirah: Dȃr al-Hadȋts, t.t.),


Juz 5, h. 129.
6
Sulaimȃn bin al-Asyʻats Abȗ Dȃwud al-Sijistȃniy al-Azdiy, Sunan Abȋ
Dȃwud (Beirut: Dȃr al-Fikr, t.t.), No. Hadis 1457, Juz 4, h. 460.
123

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan


kepada masyarakat Kabupaten Mesuji, mereka memahami hadis di
atas sebagai salah satu keutamaan bagi orang-orang yang mau
merelakan waktunya untuk membaca dan mempelajari Alquran secara
bersama-sama di suatu masjid sehingga mereka akan mendapatkan
turunnya ketenangan dalam jiwa, curahan rahmat dari Allah Swt,
dikelilingi oleh para malaikat, dan dibanggakan oleh Allah Swt.
Sebagai bentuk nyata dari pengamalan hadis tersebut, maka
dibentuklah kegiatan simaan Alquran Jantiko Mantab. Dua keutamaan
yang pertama, yakni turunnya ketenangan dan curahan rahmat adalah
dua hal yang menjadikan kehidupan seseorang akan lebih terarah. Hal
ini sangat berkaitan erat dengan keadaan Kabupaten Mesuji saat-saat
sebelum diadakannya kegiatan simaan Alquran yang memanas karena
terjadi beberapa peristiwa sengketa lahan yang sangat meluas
sehingga memakan beberapa korban jiwa. Maka dengan berbekal
hadis di atas, diadakanlah kegiatan simaan Alquran yang menjadi
salah satu sebab diturunkannya sakînah dan curahan rahmat Allah
sehingga kehidupan menjadi lebih terarah. Dengan diturunkannya
sakînah dan curahan rahmat kepada mereka yang hadir di kegiatan
Jantiko Mantab, diharapkan hal tersebut akan berpengaruh di dalam
kehidupan mereka dan keluarganya serta dapat menularkannya
kepada mereka yang belum mengikuti kegiatan simaan.7
Sejak awal kemunculannya di Kabupaten Mesuji, kegiatan
simaan Alquran Jantiko Mantab mendapatkan sambutan yang cukup
luar biasa dari masyarakat Kabupaten Mesuji. Sebagaimana yang

7
Wawancara Pribadi dengan KH. Khoirul Habibi (Ulama Desa Mukti
Karya Kecamatan Panca Jaya dan salah satu pendiri Jantiko Mantab), pada Jum’at,
01 Maret 2019. Pukul 06.00 WIB.
124

dituturkan oleh KH. Khoirul Habibi bahwa hal ini dapat terjadi
dikarenakan masyarakat Mesuji ketika itu merasa haus akan
kebutuhan siraman obat rohani bagi diri mereka. Apabila ditarik
benang merah dari kejadian yang terjadi saat itu, semuanya terjadi
dikarenakan penyakit hubb al-dunyâ yang berlebihan sehingga
memunculkan kegaduhan yang hampir merata di Kabupaten Mesuji.
Oleh karenanya, untuk mengobati itu semua, maka kegiatan simaan
Alquran Jantiko Mantab tampil memberikan solusi khususnya
pengobatan penyakit hati bagi siapapun yang terjangkiti sesuai dengan
hadis Nabi melalui Abu Harairah tersebut di atas.8
Pengetahuan para jamaah terhadap keberadaan teks hadis
tersebut, hampir dipastikan secara persis semuanya mengetahui
walaupun mereka belum hafal secara tekstual. Hal ini dapat terjadi
karena teks hadis tersebut, secara berulang-ulang dibaca dan
diterangkan secara jelas oleh para tokoh agama di dalam setiap kali
kegiatan pengajian simaan Alquran Jantiko Mantab digelar.9
Diturunkannya sakînah melalui kegiatan simaan Alquran
Jantiko Mantab ini sangat dirasakan dampaknya oleh para jamaah
yang mengikuti kegiatan simaan ini. Salah satunya adalah apa yang
dirasakan oleh Imam Muhtadi (42 tahun) yang senantiasa aktif
mengikuti kegiatan ini dari mulai pertama berdiri hingga sekarang ini.
Bahwa dengan mengikuti kegiatan ini, ia merasakan hati yang sangat
tentram dan damai, pikiran terasa sejuk dan tidak mudah tersulut
emosi, dan nafsu iri hati sehingga tamak terhadap harta dapat

8
Wawancara Pribadi dengan KH. Khoirul Habibi.
9
Hasil observasi langsung pada kegiatan simaan Alquran Jantiko Mantab
di masjid Al-Sholihin, Desa Abung Kiwa, Kecamatan Tanjung Raya, pada Ahad
Legi, 10 Februari 2019/5 Jumadil Awal 1440 H dan di masjid Mujahidin Desa Fajar
Asri Kecamatan Panca Jaya pada 17 Maret 2019/10 Jumadil Akhir 1440 H. .
125

dikendalikan. Lebih jauh lagi, ia mengungkapkan bahwa keadaan


seperti ini tidak hanya ia rasakan sendiri, namun menular pula
terhadap seluruh anggota keluarganya.10
Perasaan yang hampir sama juga dirasakan oleh Julis
Harmoko, salah seorang jamaah yang selalu rutin mengikuti kegiatan
ini. Ia menuturkan bahwa dengan sakînah itu hatinya merasa tentram
dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Hal ini juga menular kepada
seluruh orang dalam bagian keluarganya. Anak-anaknya menjadi
penurut dan semangat dalam menuntut ilmu. Demikian pula dengan
istrinya yang selalu menerima rezeki tanpa ada protes bagaimanapun
kondisi besar kecilnya.11
Senada dengan ungkapan-ungkapan tentang manfaat yang
ditimbulkan oleh sakînah yang diutarakan di atas, Abȗ Bakr al-
Jazâiriy (w. 2018 M) ketika menafsirkan Surah al-Fath [48] ayat 412
dalam kitab tafsirnya Aisâr al-Tafâsîr menjelaskan bahwa dengan
ketenangan yang diturunkan oleh Allah Swt ke dalam hati orang-
orang yang beriman, maka hilanglah dari dalam hati mereka segala
bentuk kekhawatiran, kecemasan, ketakutan, dan berbagai macam
penyakit hati sehingga dengan ketenangan itu akan bertambahlah

10
Wawancara Pribadi dengan Imam Muhtadi (Warga Desa Mukti Karya
Kecamatan Panca Jaya dan salah satu jamaah dari Jantiko Mantab), pada Jum’at, 01
Maret 2019. Pukul 07.30 WIB.
11
Wawancara Pribadi dengan Julis Harmoko (Warga Desa Mukti Karya
Kecamatan Panca Jaya dan salah satu jamaah dari Jantiko Mantab), pada Jum’at, 01
Maret 2019. Pukul 09.00 WIB.
12
Bunyi ayat tersebut adalah ‫ب ْال ُمؤْ ِمنِينَ ِل َي ْزدَادُوا ِإي َمانًا َم َع‬ َّ ‫ه َُو الَّذِي أَ ْنزَ َل ال‬
ِ ‫س ِكينَةَ ِفي قُلُو‬
‫ إِي َمانِ ِه ْم‬yang artinya adalah Dialah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati
orang-orang yang beriman agar bertambah keimanan mereka di samping keimanan
yang telah ada. Lihat Tim Penerjemah Alquran Depag RI, Alquran dan
Terjemahannya (Jakarta: Departemen Agama RI, 1992), h. 512.
126

keimanan seorang mukmin sehingga mereka akan lebih giat dalam


menjalankan apa yang disyariatkan dalam agama Islam.13
Selain sakînah, para jamaahpun sangat merasakan adanya
curahan rahmat dengan mengikuti kegiatan simaan ini. Salah satunya
adalah seperti yang diungkapkan oleh salah satu jamaah yang berasal
dari Desa Mukti Karya Kecamatan Panca Jaya yang bernama Tamami
(55 tahun). Disebutkannya bahwa dengan curahan rahmat itu, ia
bersama dengan seluruh anggota keluarganya merasakan perjalanan
hidup terasa indah dan terarah, senang kepada tuntunan agama,
semangat bekerja yang selalu dibarengi dengan permintaan
keberkahan di dalamnya, dan merasa sifat qanaʻah benar-benar
melingkupi hati mereka.14
Salah seorang jamaah lainnya yang bernama M. Nur Salim (37
tahun) yang berasal dari Desa Tanjung Mas Jaya Kecamatan Mesuji
Timur turut mengungkapkan tentang dampak yang ia rasakan akan
kehadiran lingkupan rahmat tersebut. Ia mengungkapkan bahwa
hidupnya terasa indah dan damai serta sangat senang dan antusias
sekali dengan hal-hal yang berkaitan dengan keagamaan.15
Berbagai macam dampak positif yang dirasakan oleh para
jamaah itulah yang akhirnya menjadikan mereka berusaha untuk
senantiasa mengikuti kegiatan simaan Alquran Jantiko Mantab ini
dengan rutin. Bahkan sebagaimana yang disampaikan oleh M. Nur

13
Abȗ Bakr Jâbir bin Mȗsâ bin ʻAbd al-Qadîr bin âbir al-Jazâiriy, Aisâr al-
Tafâsîr (Cairo: Dâr ‘Alamiyyah, 2013), Jilid 2, Cet. Ke-4, h. 429.
14
Wawancara Pribadi dengan Tamami (Warga Desa Mukti Karya
Kecamatan Panca Jaya dan salah satu jamaah sekaligus bendahara dari Jantiko
Mantab), pada pada Jum’at, 01 Maret 2019. Pukul 10.00 WIB.
15
Wawancara Pribadi dengan M. Nur Salim (Warga Desa Tanjung Mas
Jaya Kecamatan Mesuji Timur dan salah satu jamaah dari Jantiko Mantab), pada
pada Jum’at, 01 Maret 2019. Pukul 14.00 WIB.
127

Salim bahwa Alquran baginya adalah sumber keberkahan hidup dan


sumber pahala. Sumber keberkahan hidup di antaranya adalah seperti
apa yang disebutkan oleh Nabi Saw dalam hadis yang menjadi
pedoman Jantiko Mantab Mesuji. Alquran sebagai sumber pahala
adalah setiap hurufnya apabila dibaca akan menghasilkan ganjaran
yang luar biasa.16 Senada dengan pernyataan tersebut, Rasulullah Saw
bersabda:

‫وب‬
َ ُّ‫اك بْ ُن عُثْ َما َن َع ْن أَي‬ َّ ‫َحدَّثَنَا ُُمَ َّم ُد بْ ُن بَشَّا ٍر َحدَّثَنَا أَبُو بَ ْك ٍر ا ْْلَنَ ىف ُّى َحدَّثَنَا الض‬
ُ ‫َّح‬
ٍ ‫اَّللى بن مسع‬ ‫ب الْ ُقر ىظى قَ َ ى‬ ‫ب ىن موسى قَ َ ى‬
‫ول‬
ُ ‫ود يَ ُق‬ ُ ْ َ َ ْ َّ ‫ت َع ْب َد‬ ُ ‫ال ََس ْع‬ َّ َ ٍ ‫ت ُُمَ َّم َد بْ َن َك ْع‬ ُ ‫ال ََس ْع‬ َ ُ ْ
ٌ‫اَّللى فَلَهُ بىىه َح َسنَة‬
َّ ‫اب‬‫ « من قَرأَ حرفًا ىمن كىتَ ى‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ‫اَّللى‬
ْ َْ َ ْ َ َّ ‫ول‬ ُ ‫ال َر ُس‬ َ َ‫ق‬
17
.‫ف‬ٌ ‫يم َح ْر‬ ‫ف والَم حر ٌ ى‬
ٌ ‫ف َوم‬ ْ َ ٌ َ ٌ ‫ف َح ْر‬
‫ى‬
ٌ ‫ف َولَكى ْن أَل‬ ٌ ‫ول الَى َح ْر‬ ُ ُ‫َوا ْْلَ َسنَةُ بى َع ْش ىر أ َْمثَ ىاِلَا الَ أَق‬
Artinya:
“Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Basysyâr,
telah menceritakan kepada kami Abȗ Bakr al-Hanafiy, telah
menceritakan kepada kami al-Dahhâk bin ʻUtsmân, dari Ayyȗb
bin Mȗsâ dia telah berkata, aku telah mendengar Muhammad
bin Kaʻab al-Quraziy dia telah berkata, aku telah mendengar
ʻAbdullâh bin Masʻȗd dia telah berkata, Rasulullah Saw telah
bersabda, ‘Barangsiapa yang membaca satu huruf dari kitab
Allah, maka baginya satu kebaikan. Dan satu kebaikan
dilipatgandakan menjadi sepuluh kali lipat. Aku tidak
mengatakan alif lam mim satu huruf. Akan tetapi alif satu
huruf, lam satu huruf, dan mim satu huruf. (HR. Imâm al-
Tirmidziy)

16
Wawancara Pribadi dengan M. Nur Salim.
Muẖammad bin ‘Ȋsa bin Saurah bin Mȗsȃ bin al-Ḏaẖẖȃk al-Tirmidziy,
17

Sunan al-Tirmidziy (Cairo: Mauqiʻ Wazȃrah al-Auqȃf al-Misriyyah, t.t.), No. Hadis
3158, Juz 11, h. 100. Lihat pula Abȗ Bakr ʻAbdullâh bin Muhammad bin Abî
Syaibah al-Kȗfiy, Al-Musannaf Fî Ahâdîts wa al-Atsâr (Riyâd: Maktabah al-Rusyd,
1998), No. Hadis 29933, Juz 6, Cet. Ke-1, h. 118, Al-Mubârak bin Muhammad bin
Muhammad bin ʻAbd al-Karîm bin ʻAbd al-Wahîd al-Syaibâniy al-Jazariy, Jâmiʻ al-
Usȗl Min Ahâdîts al-Rasȗl (Riyâd: Maktabah al-Rusyd, t.t.), No. Hadis 6282, Juz 1,
h. 6366.
128

Imâm al-Mubârakfȗriy (w. 1353 H) dalam kitabnya Tuhfah al-


Ahwadziy menjelaskan bahwasannya pahala sepuluh per huruf
Alquran adalah pelipatgandaan pahala yang paling minimal, sehingga
bisa jadi pahala yang diperoleh seseorang bisa jadi akan lebih dari itu
sampai batas yang tidak dapat dihitung.18 Penjelasan pada hadis yang
sama dijabarkan pula oleh Faisal al-Najdiy (w. 1376 H) dalam
kitabnya Tatrîz Riyâd al-Sâlihîn bahwa setiap pembaca Alquran akan
diberikan sepuluh kebaikan pada setiap hurufnya dan adapun bagi
pembaca yang telah kuat dan mantap hafalannya, maka ia akan
mendapatkan dua puluh kebaikan pada setiap hurufnya.19
Berkenaan dengan interaksinya terhadap Alquran, dalam
kegiatan simaan Alquran Jantiko Mantab terdapat dua macam katagori
yakni pertama adalah para hâfiz Alquran sebagai pembaca Alquran
dan kedua adalah para jamaah yang mendengarkan sekaligus
menyimak lantunan ayat suci Alquran yang sedang dibaca. Menurut
KH. Khoirul Habibi bahwa mendengarkan dan menyimak bacaan
Alquran mendapatkan porsi pahala yang demikian besar pula.
Rasulullah Saw-pun sangat gemar mendengarkan bacaan Alquran dari
para sahabatnya salah satunya adalah dari bacaan sahabat ʻAbdullâh
bin Masʻȗd (w. 650 M) sebagaimana yang tertera dalam sebuah hadis
yang diriwayatkan oleh Imâm al-Bukhâriy (w. 870 M) yang berbunyi:

َّ ‫يدةَ َع ْن َعْب ىد‬


‫اَّللى‬ َ ‫َخ ََبَََن ََْي ََي َع ْن ُس ْفيَا َن َع ْن ُسلَْي َما َن َع ْن إىبْ َر ىاه َيم َع ْن َعبى‬
ْ ‫ص َدقَةُ أ‬
َ ‫َحدَّثَنَا‬
‫ال ََيَي ب عض ا ْْل ىد ى‬
. - ‫ صلى هللا عليه وسلم‬- ‫َّب‬ ُّ ‫ال ىَل النى‬َ َ‫يث َع ْن َع ْم ىرو بْ ىن ُمَّرةَ ق‬ َ ُ ْ َ َ ْ َ َ‫ق‬

Abȗ al-Ȗlȃ Muẖammad ‘Abdurraẖmȃn bin ‘Abdurraẖȋm al-


18

Mubarakfuriy, Tuẖfah al-Aẖwadzȋ (Beirut: Dȃr al-Fikr, t.t.), Juz 8, h. 182.


19
Faisal bin ʻAbd al-ʻAzîz bin Faisal bin Hamd al-Mubârak al-Harimliy al-
Najdiy, Tatrîz Riyâd al-Sâlihîn (Riyâd: Dâr al-ʻÂsimah, 2002), Juz 1, Cet. Ke-1, h.
583.
129

‫يدةَ َع ْن َعْب ىد‬ َ ‫ش َع ْن إىبْ َر ىاه َيم َع ْن َعبى‬ ‫َّد َع ْن ََْي ََي َع ْن ُس ْفيَا َن َع ىن األ َْع َم ى‬ ٌ ‫ َحدَّثَنَا ُم َسد‬-
‫يث َح َّدثَىِن َع ْم ُرو بْ ُن ُمَّرةَ َع ْن إىبْ َر ىاه َيم َو َع ْن أَبى ىيه َع ْن أىَِب‬‫ال األ َْعمش وب عض ا ْْل ىد ى‬
َ ُ ْ ََ ُ َ َ َ‫اَّللى ق‬
َّ
. » ‫ « اقْ َرأْ َعلَ َّى‬- ‫ صلى هللا عليه وسلم‬- ‫اَّللى‬ َّ ‫ول‬ ُ ‫ال َر ُس‬َ َ‫ال ق‬ َّ ‫ُّحى َع ْن َعْب ىد‬
َ َ‫اَّللى ق‬ َ ‫الض‬
َ َ‫ ق‬. » ‫ََسَ َعهُ ىم ْن َغ ْىْيى‬
‫ال‬ ْ ‫ال « إىىىّن أَ ْشتَ ىهى أَ ْن أ‬ َ َ‫ك أُنْ ىزَل ق‬َ ‫ك َو َعلَْي‬َ ‫ت أَقْ َرأُ َعلَْي‬ُ ْ‫ال قُل‬
َ َ‫ق‬
‫ٍ ى‬ ‫ى‬
‫ك َعلَى‬ َ ‫ف إىذَا جْئ نَا ىم ْن ُك ىىل أ َُّم ٍة بى َش ىهيد َوجْئ نَا بى‬ َ ‫ت ( فَ َكْي‬
‫فَ َقرأْ ى‬
ُ ‫ت النى َساءَ َح ََّّت إىذَا بَلَ ْغ‬ ُ َ
20 ‫ى ى ى‬
ْ ‫ أ َْو أ َْم ىس‬- ‫ف‬ َّ ‫ال ىَل « ُك‬ ‫ى‬
. ‫ت َعْي نَ ْيه تَ ْذرفَان‬ ُ ْ‫ فَ َرأَي‬. » - ‫ك‬ َ َ‫ ق‬. ) ‫يدا‬ ً ‫َه ُؤالَء َش ىه‬
Artinya:
“Telah menceritakan kepada kami Sadaqah, telah
mengkhabarkan kepada kami Yahyâ, dari Sufyân, dari
Sulaimân, dari Ibrâhîm, dar ʻAbîdah, dari ʻAbdullâh, telah
berkata Yahyâ sebagian hadis ini, dari ʻAmrȗ bin Murrah, telah
berkata kepadaku Nabi Saw. Telah menceritakan kepada kami
Musaddad, dari Yahyâ, dari Sufyân, dari al-Aʻmasy, dari
Ibrâhîm, dari ʻAbîdah, dari ʻAbdullâh. Berkata al-Aʻmasy dan
sebagian hadis ini, telah menceritakan kepadaku ʻAmrȗ bin
Murrah, dari Ibrâhîm, dan dari bapaknya, dari Abȗ al-Duhâ,
dari ʻAbdullâh dia telah berkata, Rasulullah Saw telah
bersabda,‘Bacakanlah (Alquran) kepadaku!’ Ibnu Masʻȗd
menjawab,‘Apakah aku akan membacakan (Alquran) kepada
engkau sedangkan dia diturunkan kepada engkau?’ Rasulullah
bersabda, ‘Sesungguhnya aku senang mendengarkan bacaan
(Alquran) dari selain diriku.’ Maka akupun membaca surah al-
Nisâ’ hingga ketika (bacaan)ku sampai pada ayat Fakaifa idzâ
ji’nâ min kulli ummatin bisyahîdin waji’nâ bika ʻalâ hâulâi
syahîdan. (Maka bagaimanakah (halnya orang kafir nanti),
apabila Kami mendatangkan seseorang saksi (Rasul) dari tiap-
tiap umat dan Kami mendatangkan kamu (Muhammad)

Muẖammad bin Ismȃʻȋl bin Ibrȃhȋm bin al-Mughȋrah al-Bukhȃriy, Saẖȋẖ


20

al-Bukhȃriy (Cairo: Mauqiʻ Wazȃrah al-Auqȃf al-Misriyyah, t.t.), No. Hadis 5055,
Juz 17, h. 72. Lihat pula Abȗ al-Husain Muslim bin al-Hajjȃj bin Muslim al-
Qusyairiy al-Naisȃbȗriy, Al-Jȃmiʻ al-Saẖȋẖ al-Musammȃ Saẖȋẖ Muslim (Beirut: Dȃr
al-Afȃq al-Jadȋdah, t.t.), No. Hadis 1903, Juz 2, h.195, Abȗ Dȃwud al-Sijistȃniy,
Sunan Abȋ Dȃwud, No. Hadis 3670, Juz 11, h. 73, Al-Tirmidziy, Sunan al-Tirmidziy,
No. Hadis 3298, Juz 11, h. 269, Abȗ ‘Abdullȃh Aẖmad bin Muẖammad bin Hanbal
bin Hilȃl bin As‘ad al-Syaibȃniy, Musnad Aẖmad (Cairo: Mauqiʻ Wazȃrah al-Auqȃf
al-Misriyyah, t.t.), No. Hadis 3673, Juz 8, h. 200.
130

sebagai saksi atas mereka itu (sebagai umatmu)). Rasulullah


berkata kepadaku, ‘Cukup –atau berhentilah!’ Maka aku lihat
kedua mata beliau telah bercucuran air mata.” (HR. Imâm al-
Bukhâriy)

Dari hadis di atas, Ibnu Battâl (w. 449 H) menjelaskan bahwa


Rasulullah sangat menyukai mendengarkan bacaan Alquran dari orang
lain dan ini menunjukkan bahwa mendengarkan bacaan Alquran dari
orang lain tersebut adalah termasuk hal yang sunnah. Di samping itu
pula, aktivitas mendengarkan Alquran adalah bertujuan untuk
tadabbur dan memahami maksud yang terkandung di dalamnya. Ini
dikarenakan pendengar adalah lebih kuat untuk mentadabburi Alquran
dan dirinya lebih leluasa serta lebih cepat menangkap kandungan
Alquran dibandingkan dengan orang yang membacanya karena ia lebih
disibukkan oleh situasi membaca dan memperhatikan hukum-hukum
bacaannya.21

2. Kegiatan-Kegiatan Dalam Simaan Alquran Jantiko Mantab


Kegiatan simaan Alquran Jantiko Mantab yang pelaksanaan
kegiatannya berlangsung cukup lama yakni dari mulai setelah salat
magrib dan berakhir pada setelah salat Isya pada hari berikutnya.
Dalam rentang waktu yang demikian lama tersebut, kegiatan Jantiko
Mantab ini tentunya mempunyai beberapa amalan yang lazim
dilakukan dalam keseluruhan rangkaian kegiatan ini. Amalan-amalan
tersebut adalah:

21
Abȗ al-Hasan ʻAliy bin Khalaf bin ʻAbd al-Malik bin Battâl al-Qurtubiy,
Syarh Sahîh al-Bukhâriy Libni Battâl (Riyâd: Maktabah Rusyd, 2007), Cet. Ke-1,
Juz 13, h. 365. Lihat pula Syihȃbuddȋn Ibn al-Faḏl Aẖmad bin ‘Aliy bin Hajar Al-
‘Asqalȃniy, Fath al-Bâriy (T.tp.: Dâr al-ʻAsîmah, 1416 H), Cet. Ke-1, Juz 12, h. 273.
131

Kitab Pedoman Kegiatan Jantiko Mantab

Sumber: Dokumentai Pribadi


132

a. Mengirim Pahala Bacaan Alquran Kepada Orang Yang


Sudah Meninggal
Setelah seluruh jamaah melaksanakan salat Magrib secara
berjamaah, maka amalan pertama yang dilaksanakan setelah kegiatan
dibuka oleh seorang tokoh agama yang juga pengurus Jantiko Mantab
adalah pembacaan silsilah hadarah yang salah satu isinya adalah
pembacaan silsilah arwah yang berisi nama-nama arwah dari para
jamaah yang menyetorkan daftar nama arwah kepada pengurus.
Dalam praktiknya, kegiatan pembacaan arwah ini cukup memerlukan
waktu sehingga guna menghemat waktu, kadangkala pembacaan
arwah ini akan dilanjutkan kembali di sela-sela pembacaan Alquran.
Tujuan dari pembacaan arwah dari para jamaah ini adalah
untuk menghadiahkan bacaan Alquran yang dibacakan kepada para
arwah yang telah dibacakan tadi. Mengenai menghadiahkan pahala
membaca Alquran kepada orang yang telah meninggal, hal tersebut
telah banyak diulas oleh para ulama. Tentang hal ini, para ulama
perawi hadis di antaranya Imȃm Muslim (w. 261 H/875 M) telah
meriwayatkan sebuah hadis yang berbunyi:

‫َخ ََبَََن َع ْم ُرو‬ ٍ ‫َْحَ ُد بْن عىيسى قَاالَ َحدَّثَنَا ابْن و ْه‬ ‫يد األَيلى‬
ٍ ‫وح َّدثَىِن هارو ُن بن سعى‬
ْ‫بأ‬ َُ َ ُ ْ ‫أ‬
‫و‬َ ‫ى‬
ُّ ْ َ ُْ ُ َ ََ

ُّ ‫اَّللى بْ ىن أ ىَِب َج ْع َف ٍر َع ْن ُُمَ َّم ىد بْ ىن َج ْع َف ىر بْ ىن‬


‫الزبَْىْي َع ْن عُْرَوةَ َع ْن‬ َّ ‫ث َع ْن عُبَ ْي ىد‬
‫بن ا ْْلا ىر ى‬
َ ُْ
‫ات َو َعلَْي ىه‬ َ َ‫ ق‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ‫اَّللى‬
َ ‫ال َم ْن َم‬ َّ ‫ول‬ َّ ‫ أ‬- ‫ رضى هللا عنها‬- َ‫َعائى َشة‬
َ ‫َن َر ُس‬
‫ى‬ ‫ى‬
ُ‫ص َام َعْنهُ َوليُّه‬
َ ‫صيَ ٌام‬
22

Muslim bin al-Hajjȃj, Al-Jȃmiʻ al-Saẖȋẖ al-Musammȃ Saẖȋẖ Muslim, No.


22

Hadis 2748, Juz 3, h.155, Al-Bukhȃriy, Saẖȋẖ al-Bukhȃriy, No. Hadis 1952, Juz 7, h.
270, Abȗ Dȃwud al-Sijistȃniy, Sunan Abȋ Dȃwud, No. Hadis 2402, Juz 7, h. 217.
133

Artinya:
“Dan telah menceritakan kepadaku Hȃrȗn bin Saʻȋd al-Ailiy
dan Aẖmad bin ‘Ȋsȃ keduanya berkata, telah menceritakan
kepada kami Ibn Wahab, telah mengabarkan kepada kami
‘Amrȗ bin al-Hȃrȋts, dari ‘Ubaidillȃh bin Abȋ Jaʻfar, dari
Muẖammad bin Jaʻfar bin al-Zubair, dari ‘Urwah, dari ‘Ȃisyah
ra, bahwasannya Rasulullah Saw bersabda, ‘Barangsiapa yang
meninggal dan dia mempunyai tanggungan puasa, maka
walinya harus berpuasa untuk menggantikannya.’’’ (HR.
Muslim)

Tentang hadis di atas, Imȃm al-Nawawiy menjelaskan bahwa


yang dimaksud dengan wali yang menggantikan pahala puasa adalah
kerabat dekatnya orang yang meninggal, baik itu yang menjadi
‘asȃbah atau ahli waris. Sah pula apabila yang menggantikan puasa
tersebut adalah orang lain yang mendapatkan izin dari wali. 23 Dalam
kasus ini puasa dapat digantikan oleh orang lain yang dengan kata lain
pahala dari puasa yang dikerjakan oleh orang lain dapat mengalir
kepada pihak lain yang telah meninggal tersebut. Ini artinya bahwa
menghadiahkan pahala kepada orang yang telah meninggal adalah
boleh dan pahalanya akan sampai.
Menurut Imȃm Abȗ Hanȋfah (w. 150 H/767 M), Imȃm Aẖmad
(w. 241 H/855 M), dan mayoritas ulama salaf bahwa pahala puasa,
salat, dan bacaan Alquran yang ditujukan kepada orang yang
meninggal akan sampai kepada mereka dan bahkan Imȃm Aẖmad
menyatakan hal ini telah menjadi ijmȃ’ para ulama.24

23
Abȗ Zakariyyȃ Muhyȋ al-Dȋn bin Syaraf al-Nawawiy al-Dimasyqiy, Al-
Manȃhij Syarẖ Saẖȋẖ Muslim bin al-Hajjȃj (Beirut: Dȃr Iẖyȃ’ al-Turȃts al-ʻArabiy,
1392 H), Juz 8, h. 24
24
Marwan Muẖammad, Transfer Pahala Mengirim Pahala Untuk Orang
Yang Telah Wafat (Jakarta: Griya Ilmu, 2016), Cet. Ke-2, h. 38, Sayyid Sȃbiq, Fiqh
al-Sunnah (Libanon: Dȃr al-Kitȃb al-‘Arabiy, t.t.), Juz 1, h. 569
134

Para Hâfiz Membaca Lantunan Ayat-Ayat Alquran di Atas


Panggung

Sumber: Dokumentasi Pribadi


135

Mengenai pendapat Imȃm al-Syȃfiʻiy (w. 204 H/819 M), Al-


Suyȗṯiy (w. 911 H/ 1505 M) menyebutkan bahwa dari empat Imam
madzhab dan para ulama salaf, hanya Imȃm al-Syȃfiʻiy saja yang
menyatakan bahwa bacaan Alquran tidak sampai kepada orang yang
meninggal karena beliau berpegang pada surah al-Najm [53]: 39. Akan
tetapi, pada kenyataannya Imȃm al-Syȃfiʻiy membolehkan membaca
Alquran di kuburan dan menyatakan bahwa hal tersebut adalah
disunnahkan dan bahkan akan lebih baik lagi jika dibaca sampai
khatam. Dengan demikian sebenarnya Imȃm al-Syȃfiʻiy membolehkan
untuk membaca Alquran kepada orang yang telah meninggal karena
tujuan dari pembacaan Alquran di kuburan adalah ahli kubur yaitu
orang yang telah meninggal dunia dan pahala itu akan sampai kepada
mereka. Jika pahala itu tidak sampai, maka akan sia-sialah pekerjaan
itu dan tidak mungkin Imȃm al-Syȃfiʻiy menganjurkan untuk
melakukan pekerjaan yang sia-sia.25
b. Mengkhatamkan Alquran Bi al-Ghaib Dalam Waktu Sehari
Semalam
Setelah kegiatan pembacaan arwah selesai, kegiatan
selanjutnya adalah pembacaan Alquran bi al-ghaib yang dibacakan
oleh para hâfiz secara bergantian dari mulai juz 1 hingga juz 30 yang
disimak oleh para jamaah yang hadir. Ketika sang hâfiz membaca,
maka akan didampingi beberapa orang jamaah yang menyimak di kiri
dan kanannya. Hal ini dimaksudkan untuk berjaga-jaga apabila
terdapat bacaan dari sang hâfiz yang keliru sehingga mempermudah
dan mempercepat proses dalam pembetulan bacaan yang keliru
tersebut.

25
Aẖmad Seadie, Sunah Bukan Bid’ah (Jakarta: Zaman, 2018), Cet. Ke-2,
h. 72-73
136

Dengan sistem khataman Alquran bil ghaib seperti ini yakni


satu orang membaca dan yang lain menyimak, maka khataman
Alquran tersebut akan semakin terasa semarak dan hidup. Dan model
seperti inilah sebenarnya yang dikehendaki oleh Gus Miek dan
menjadi salah satu faktor didirikannya simaan Alquran Jantiko
Mantab.26
Tradisi menghatamkan Alquran dari awal sampai akhir dan
memperdengarkan bacaan kepada pihak lain telah dipraktikkan pula
oleh Rasulullah Saw bersama Malaikat Jibril sebagaimana yang
disebutkan dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Mȃjah
dari jalur Hannȃd bin Al-Sariy dari sahabat Abȗ Hurairah disebutkan
bahwa Rasulullah Saw sekali dalam setiap tahun senantiasa simaan
dengan Malaikat Jibril dan khusus pada tahun terakhir ketika
Rasulullah Saw akan wafat, kegiatan tersebut dilakukan hingga dua
kali.27
c. Meletakkan Air di Depan Para Huffȃz yang Membaca Alquran
Sebagai Media Pengobatan Terhadap Penyakit
Salah satu hal yang selalu dilakukan oleh para jamaah baik
yang terjadi di Jantiko Mantab pusat maupun di Mesuji serta daerah-
daerah lainnya adalah ingin mendapatkan kesembuhan dari penyakit-
penyakit yang diderita melalui keberkahan Alquran. Oleh karenanya,

26
Abu Zahra, Jantiko Mantab Dzikrul Ghofilin (Kediri: Al-Qolbu, 2017),
h. 32.
Lihat Abȗ ‘Abdillȃh Muẖammad bin Yazȋd al-Qazwȋniy, Sunan Ibnu
27

Mȃjah (Cairo: Mauqiʻ Wazȃrah al-Auqȃf al-Mișriyyah, t.t..), No. Hadis 1841, Juz 5,
h. 401, Aẖmad bin Syuʻaib Abȗ ‘Abdurraẖmȃn al-Nasȃiy, Sunan al-Nasȃiy al-Kubrȃ
(Beirut: Dȃr al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1411 H/1991 M), No. Hadis 7992, Cet. ke-1, Juz
5, h. 7, Muẖammad bin Hibbȃn bin Aẖmad Abȗ ẖȃtim al-Tamȋmiy al-Bustiy, Saẖȋẖ
Ibnu Hibbȃn bi Tartȋb Ibnu Balbȃn (Beirut: Muassasah al-Risȃlah, 1414 H/1993 M),
No. Hadis 3440, Cet. Ke-2, Juz 8, h. 225, Aẖmad bin ‘Alȋ bin al-Mutsannȃ Abȗ Ya’lȃ
al-Mausȗliy al-Tamȋmiy, Musnad Abȋ Ya’lȃ (Damsyiq: Dȃr al-Ma’mȗn Li al-Turȃts,
1404 H/1984 M), No. Hadis 2562, Cet. Ke-1, Juz 4, h. 435.
137

seakan-akan sudah menjadi tradisi, mereka meletakkan air mineral di


hadapan para hâfiz yang sedang membaca Alquran. Setelah seluruh
rangkaian acara selesai, maka para jamaah akan mengambil kembali
air yang telah dibacakan Alquran tadi.
Memang telah menjadi sebuah kebiasaan umum khususnya di
kalangan masyarakat nahdiyyîn, pembacaan Alquran seringkali
dipakai juga untuk terapi pengobatan terhadap penyakit tertentu, baik
itu penyakit lahir maupun batin. Alquran sendiri telah
memperkenalkan dirinya bahwa ia diturunkan salah satu fungsinya
adalah sebagai obat.28 Praktik pengobatan menggunakan ayat-ayat
Alquran ini telah dilakukan mulai dari zaman Rasulullah hingga pada
saat ini. Dari beberapa riwayat hadis dapat diketahui tentang hal ini
salah satunya adalah hadis yang berbunyi:
ٍ ‫يمى أَخَبََن هشيم عن أىَِب بى ْش ٍر عن أ ىَِب الْمت وىكى ىل عن أىَِب سعى‬
‫يد‬ ‫ىى‬
َ ْ َ َ َُ َْ ْ َ ٌ ْ َ ُ ََ ْ ُّ ‫َحدَّثَنَا ََْي ََي بْ ُن ََْي ََي التَّم‬
‫ َكانُوا ِف َس َف ٍر فَ َمُّروا‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ‫اَّللى‬
َّ ‫ول‬ ‫َن ََنسا ىمن أ ْ ى‬
‫اب رس ى‬
ُ َ ‫َص َح‬ ْ ً َّ ‫ى أ‬
‫ى‬
‫ا ْْلُ ْد ىر ى‬
‫ فَ َقالُوا َِلُْم َه ْل فىي ُك ْم َر ٍاق فَإى َّن َسيىى َد‬.‫وه ْم‬ ‫ى‬ ‫َحي ىاء الْ َعر ى‬ ‫ى ى‬
ُ ‫وه ْم فَلَ ْم يُضي ُف‬
ُ ُ‫ضاف‬
َ َ‫است‬
ْ َ‫ب ف‬ َ َ ْ ‫ِبَ ٍىى م ْن أ‬
‫الر ُج ُل‬ ‫الْكىتَ ى‬
َّ َ‫اب فََََبأ‬ ‫ال َر ُج ٌل ىمْن ُه ْم نَ َع ْم فَأ َََتهُ فَ َرقَاهُ بىَف ىاِتَ ىة‬
َ ‫ فَ َق‬.‫اب‬
ٌ ‫ص‬
‫ى‬
َ ‫ا ْْلَ ىىى لَدي ٌغ أ َْو ُم‬
‫ال ح ََّّت أَذْ ُكر ذَلى ى‬ ‫ى ى ى‬
‫ك للنى ىى‬
‫صلى هللا عليه‬- ‫َّب‬ َ َ َ َ َ‫ َوق‬.‫فَأ ُْعط َى قَط ًيعا م ْن َغنٍَم فَأ ََِب أَ ْن يَ ْقبَ لَ َها‬

Lihat misalnya QS. Yȗnus [10]: 57 yang artinya, “Wahai manusia,


28

sungguh telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan obat bagi penyakit
yang ada di dalam dada, menjadi petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang
beriman.” Tim Penerjemah Alquran Depag RI, Alquran dan Terjemahannya
(Jakarta: Departemen Agama RI, 1992), h. 216. Lihat pula QS. Al-Isra [17]: 82 yang
artinya, “Dan Kami turunkan dari Alquran itu sesuatu yang menjadi obat dan
rahmat bagi orang-orang yang beriman. Dan Alquran itu tidak menambah kepada
orang-orang yang zhalim melainkan kerugian.” Tim Penerjemah Alquran Depag RI,
Alquran dan Terjemahannya (Jakarta: Departemen Agama RI, 1992), h. 291.
138

‫اَّللى َما‬
َّ ‫اَّللى َو‬ ‫ى‬
َّ ‫ول‬َ ‫ال ََي َر ُس‬
َ ‫ فَ َق‬.ُ‫ك لَه‬ َّ ‫ فَأَتَى النى‬.-‫وسلم‬
َ ‫ فَ َذ َكَر ذَل‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ‫َّب‬

ْ ‫ال ُخ ُذوا ىمنْ ُه ْم َو‬


‫اض ىربُوا‬ َ َ‫ ُُثَّ ق‬.ٌ‫ال َوَما أ َْد َر َاك أَ ََّّنَا ُرقْ يَة‬ ‫ت إىالَّ بىَف ىاِتَ ىة الْكىتَ ى‬
َ َ‫ فَتَ بَ َّس َم َوق‬.‫اب‬ ُ ‫َرقَ ْي‬
29
.‫ىَل بى َس ْه ٍم َم َع ُك ْم‬
Artinya:
“Telah menceritakan kepada kami Yaẖyȃ bin Yaẖyȃ al-
Tamȋmiy, telah mengabarkan kepada Husyaim, dari Abȗ
Basyar, dari Abȗ al-Mutawakkil, dari Abȗ Saʻȋd al-Khuḏriy,
bahwa ada sekelompok sahabat Rasulullah Saw berada dalam
perjalanan yang melewati suatu perkampungan Arab. Kala itu
mereka minta untuk dijamu namun pendudung kampung itu
enggan untuk menjamu mereka. Kemudian penduduk
kampong tersebut berkata, “Apakah di antara kalian ada yang
dapat untuk mengobati karena sesungguhnya pembesar
kampong ini tersengat binatang berbisa atau demam.” Maka
seorang sahabat menjawab ‘iya’. Lalu ia mendatungi pembesar
tersebut dan ia meruqyahnya dengan membaca surat al-
Fȃtiẖah. Pembesar tersebutpun sembuh lalu sahabat tersebut
diberi seekor kambing namun ia enggan menerimanya. Dan ia
sebutkan, ia baru mau menerimanya sampai kisah tersebut ia
ceritakan kepada Nabi Saw. Lalu ia mendatangi Nabi Saw dan
ia ceritakan hal tersebut kepada beliau. Ia berkata, ‘Wahai
Rasulullah, Demi Allah, aku tidaklah meruqyah kecuali hanya
dengan membaca surat al-Fȃtiẖah.’ Maka Rasulullah
tersenyum dan bertanya, ‘Bagaimana engkau bisa tahu bahwa
al-Fȃtiẖah adalah untuk meruqyah?’. Lalu beliaupun bersabda,
‘Ambil oleh kalian kambing itu dari mereka dan potongkan
untukku sebagiannya untuk kalian!’” (HR. Muslim)

Dalam riwayat di atas diceritakan bahwa seorang sahabat Nabi


yang menyembuhkan penyakit fisik dengan menggunakan surat al-
Fȃtiẖah. Dalam riwayat lain, Rasulullah Saw juga pernah meruqyah

Muslim bin al-Hajjȃj, Al-Jȃmiʻ al-Saẖȋẖ al-Musammȃ Saẖȋẖ Muslim, No.


29

Hadis 5863, Juz 7, h.19, Al-Bukhȃriy, Saẖȋẖ al-Bukhȃriy, No. Hadis 2276, Juz 8, h.
306.
139

diri beliau sendiri dengan membaca surat al-Mu’awwidzatain, yaitu


surat al-Falaq dan surat al-Nȃs ketika beliau sedang sakit.30
d. Salat Duha dan Fardu Secara Barjamaah
Kegiatan simaan Alquran Jantiko Mantab yang memakan
waktu sehari semalam, sudah barang tentu akan melewati seluruh
waktu dari waktu-waktu salat fardu dan salat-salat sunnah khususnya
salat Duha. Salah satu sisi lain yang hendak ditanamkan kepada diri
para jamaah adalah melatih kebiasaan salat fardu secara berjamaah dan
kebiasaan melaksanakan salat Duha.
Tujuan lain dari pembiasaan salat Fardu berjamaah ini adalah
para jamaah diajarkan tentang hikmah-hikmah dari salat berjamaah, di
antaranya yaitu persatuan umat, persamaan tingkatan dan kedudukan,
kebebasan hati nurani, mensyiarkan syiar Islam, bentuk perealisasian
penghambaan kepada Allah Swt, bersegera mengerjakan kebaikan dan
melipatgandakan pahalanya, dan memantau keadaan umat Islam dan
merealisasikan ukhuwah Islamiyyah.31 Selain itu, para jamaah juga
diajarkan betapa pentingnya dari salat berjamaah, sehingga begitu
pentingnya dalam sebuah kesempatan Nabi Saw pernah bersabda:

30
Ini sesuai dengan hadis Nabi yang diriwayatkan dari Siti ‘Ȃisyah yang
artinya, “Bahwasannya ketika Rasulullah Saw menderita sakit, beliau membacakan
kepada dirinya sendiri al-Mu’awwidzatain lalu beliau meniupkannya (ke tubuh).
Apabila sakitnya bertambah parah, akulah yang membacakan untuknya dan aku
mengusap tubuhnya dengan tangannya berharap mendapatkan kesembuhan
dengannya.” Lihat Al-Bukhȃriy, Saẖȋẖ al-Bukhȃriy, No. Hadis 4728, Juz 4, h. 1916,
Muslim bin al-Hajjȃj, Al-Jȃmiʻ al-Saẖȋẖ al-Musammȃ Saẖȋẖ Muslim, No. Hadis
5844, Juz 7, h.16, Abȗ Dȃwud al-Sijistȃniy, Sunan Abȋ Dȃwud, No. Hadis 3904, Juz
11, h. 406, Muẖammad al-Qazwȋniy, Sunan Ibnu Mȃjah, No. Hadis 3659, Juz 11, h.
7, Aẖmad bin Hanbal, Musnad Aẖmad, No. Hadis 24875, Juz 6, h. 114.
31
Sidik Tono, dkk, Ibadah dan Akhlak Dalam Islam (Yogyakarta: UII Pres
Indonesia, 1998), h. 33. Lihat pula Sigit Yulianto dan Akbar Kaelola, Salat Khusyu’
Gaya Baru (Yogyakarta: Young Crew Media, 2007), h. 154.
140

َ‫الزََن ىد َع ىن األ َْعَرىج َع ْن أىَِب ُهَريْ َرة‬ ٌ ‫َخ ََبَََن َمالى‬


‫ك َع ْن أىَِب ىى‬ ْ ‫ال أ‬
َ َ‫ف ق‬
َ ‫وس‬
‫حدَّثَنَا عب ُد َّى‬
ُ ُ‫اَّلل بْ ُن ي‬ َْ َ
‫ى ىى‬ ‫ى‬ َ َ‫ ق‬- ‫ صلى هللا عليه وسلم‬- ‫اَّللى‬
‫آمَر‬ ُ ‫ال « َوالَّذى نَ ْفسى بىيَده لََق ْد ََهَ ْم‬
ُ ‫ت أَ ْن‬ َّ ‫ول‬ َّ ‫أ‬
َ ‫َن َر ُس‬
‫ ُُثَّ أ ى‬، ‫ ُُثَّ آمر رجالً فَي ؤَّم النَّاس‬، ‫لصالَةى فَي ؤذَّ َن َِلا‬ ٍ ‫ى‬
‫ف‬
َ ‫ُخال‬
َ َ ُ َ ُ َ َُ َ َ ُ َّ ‫آمَر ىِب‬ ُ َّ‫ ُُث‬، ‫ب‬
َ َ‫ِبَطَب فَيُ ْحط‬
ٍ
َ ‫إى ََل ىر َجال فَأ‬
َ ُ‫ُحىىر َق َعلَْي ىه ْم بُي‬
‫وَتُْم‬
32

Artinya:
“Telah menceritakan kepada kami ʻAbdullah bin Yȗsuf dia
berkata, telah mengkhabarkan kepada kami Mâlik, dari Abȗ al-
Zinâd, dari al-Aʻraj, dari Abȗ Hurairah, bahwasannya
Rasulullah Saw telah bersabda, ‘Demi jiwaku yang ada pada
tangan-Nya, aku telah bermaksud memerintahkan untuk
mengambilkan kayu bakar, lalu dikumpulkan, kemudian aku
memerintahkan azan salat untuk dikumandangkan. Lalu aku
memerintahkan seseorang untuk mengimami orang-orang
berjamaah, kemudian aku mendatangi orang-orang yang tidak
salat berjamaah lalu aku membakar rumah mereka.” (HR.
Bukhâriy)

32
Al-Bukhȃriy, Saẖȋẖ al-Bukhȃriy, No. Hadis 644, Juz 3, h. 93, Muslim bin
al-Hajjaj, Al-Jȃmiʻ al-Saẖȋẖ al-Musammȃ Saẖȋẖ Muslim, No. Hadis 1514, Juz 4, h.
289, Abȗ Dȃwud al-Sijistȃniy, Sunan Abȋ Dȃwud, No. Hadis 548, Juz 2, h. 241,
Muhammad al-Qazwȋniy, Sunan Ibnu Mȃjah, No. Hadis 840, Juz 3, h. 67, Ahmad
bin Hanbal, Musnad Aẖmad, No. Hadis 11165, Juz 23, h. 195, Abȗ ‘Abdurraẖmȃn
al-Nasȃiy, Sunan al-Nasȃiy al-Kubrȃ, No. Hadis 847, Juz 2, h. 442, ‘Abdullȃh bin
‘Abdurraẖmȃn Abȗ Muẖammad al-Dȃrimiy, Sunan al-Dȃrimiy, Muẖaqqiq Fawȃz
Aẖmad Zamraliy dan Khȃlid al-Sabi’ al-‘Ilmȋ (Beirut: Dȃr al-Kitȃb al-‘Arabȋ, 1407
H), No. Hadis 1321, Cet. ke-1, Juz 4, h. 54, Mâlik bin Anas Abȗ ʻAbdullah al-
Asbahiy, Muwatta’ Mâlik (Cairo: Dâr Ihyâ’ al-Turâts al-ʻArabiy, t.t.), No. Hadis 427,
Juz 2, h. 177.
141

Beberapa Personel BANSER dan Para Jamaah Pria Khusyuk


Menyimak Bacaan Alquran

Sumber: Dokumentasi Pribadi


142

Dalam kesempatan lainnya, Nabi Saw bersabda pula:

‫ول‬
َ ‫َن َر ُس‬ َّ ‫ك َع ْن ََنفى ٍع َع ْن َعْب ىد‬
َّ ‫اَّللى بْ ىن عُ َمَر أ‬ ٌ ‫َخ ََبَََن َمالى‬
ْ ‫ال أ‬
َ َ‫ف ق‬
َ ‫وس‬
‫حدَّثَنَا عب ُد َّى‬
ُ ُ‫اَّلل بْ ُن ي‬ َْ َ
‫ى‬ ‫ىى‬ ‫ال « صالَةُ ا ْْلم ى‬ ‫َّى‬
َ ‫صالَةَ الْ َف ىذ ب َسْب ٍع َوع ْش ىر‬
‫ين‬ َ ‫ض ُل‬
ُ ‫اعة تَ ْف‬
َ ََ َ َ َ‫ ق‬- ‫ صلى هللا عليه وسلم‬- ‫اَّلل‬
33
ً‫َد َر َجة‬
Artinya:
“Telah menceritakan kepada kami ʻAbdullah bin Yȗsuf dia
telah berkata, telah mengkhabarkan kepada kami Mâlik, dari
Nâfiʻ, dari ʻAbdullah bin ʻUmar, bahwasannya Rasulullah Saw
telah bersabda, ‘Salat berjamaah lebih utama dari pada salat
sendirian dengan keutamaan dua puluh derajat.” (HR.
Bukhâriy)

Di samping diajarkan tentang salat Fardu secara berjamaah,


para jamaahpun diajarkan pula untuk senantiasa melaksanakan salat
Duha dalam keseharian mereka dalam keadaan bagaimanapun.
Pembiasaan salat Duha di antaranya adalah melakasanakan anjuran
Nabi Saw dalam salah satu hadisnya yang berbunyi:

ٍ ‫ وهو ابن ميم‬- ‫ى‬


‫ َحدَّثَنَا‬- ‫ون‬ ‫ى‬ ‫ى‬ ْ ‫اَّللى بْ ُن ُُمَ َّم ىد بْ ىن أ‬
ُ ْ َ ُ ْ َ ُ َ ٌّ ‫ََسَاءَ الضُّبَع ُّى َحدَّثَنَا َم ْهد‬ َّ ‫َحدَّثَنَا َعْب ُد‬

‫َس َوىد الد َ ىى‬


‫َل َع ْن‬ ‫ى‬
ْ ‫َواص ٌل َم ْوََل أ ىَِب عُيَ ْي نَةَ َع ْن ََْي ََي بْ ىن عُ َقْي ٍل َع ْن ََْي ََي بْ ىن يَ ْع َمَر َع ْن أ ىَِب األ‬
‫ُّؤ ى‬
‫َح ىد ُك ْم‬ ‫ى‬
َ ‫صبى ُح َعلَى ُك ىىل ُسالََمى م ْن أ‬ َ َ‫ أَنَّهُ ق‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ‫َّب‬
ْ ُ‫ال « ي‬ ‫ى ٍ ى‬
‫أَِب ذَ ىر َعن النى ىى‬

33
Al-Bukhȃriy, Saẖȋẖ al-Bukhȃriy, No. Hadis 645, Juz 3, h. 95, Muslim
Muslim bin al-Hajjaj,, Al-Jȃmiʻ al-Saẖȋẖ al-Musammȃ Saẖȋẖ Muslim, No. Hadis
1509, Juz 2, h. 122, Muhammad al-Qazwȋniy, Sunan Ibnu Mȃjah, No. Hadis 838,
Juz 3, h. 64, Ahmad bin Hanbal, Musnad Aẖmad, No. Hadis 5456, Juz 11, h. 484,
Abȗ ‘Abdurraẖmȃn al-Nasȃiy, Sunan al-Nasȃiy al-Kubrȃ, No. Hadis 836, Juz 2, h.
438, Mâlik bin Anas, Muwatta’ Mâlik, No. Hadis 288, Juz 1, h. 288.
143

ٍ ٍ ‫ى‬ ٍ َ ‫ص َدقَةٌ فَ ُك ُّل تَسبىيح ٍة ص َدقَةٌ وُك ُّل َِْت ىم‬


َ ‫ص َدقَةٌ َوُك ُّل تَ ْكبىْيَة‬
ٌ‫ص َدقَة‬ َ ‫ص َدقَةٌ َوُك ُّل ََتْليلَة‬
َ ‫يدة‬ َ َ َ ْ َ
‫ان يَ ْرَكعُ ُه َما ىم َن‬
‫ك رْكعتَ ى‬‫وف ص َدقَةٌ وََّنْى ع ىن الْمنْ َك ىر ص َدقَةٌ وُُي ىز ُ ى ى‬
‫وأَمر ىِبلْمعر ى‬
َ َ َ ‫ئ م ْن ذَل‬ َْ َ ُ َ ٌ َ َ ُْ َ ٌْ َ
34
‫ُّحى‬
َ ‫الض‬
Artinya:
“Telah menceritakan kepada kami ʻAbdullah bin Muhammad
bin Asmâ’ al-Dubaʻiy, telah menceritakan kepada kami
Mahdiy yakni Ibnu Maimȗn, telah menceritakan kepada kami
Wâsil maulâ Abî ʻUyainah, dari Yahyâ bin Yaʻmar, dari Abȗ
al-Aswad al-Dualiy, dari Abȗ Dzar, dari Nabi Saw
bahwasannya beliau bersabada, ‘Setiap pagi, setiap ruas
anggota badan kalian wajib dikeluarkan sedekahnya. Setiap
tasbih adalah sedekah, setiap tahmid adalah sedekah, setiap
tahlil adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, menyuruh
kepada kebaikan adalah sedekah, dan melarang berbuat
munkar adalah sedekah. Semua itu dapat diganti dengan salat
duha dua rakaat.” (HR. Muslim)

e. Berdoa Setelah Khatam Alquran


Kegiatan lain dalam rangkaian pembacaan Alquran salah
satunya yaitu berdoa setelah selesai mengkhatamkan Alquran tersebut.
Al-Dȃrimiy (w. 255 H/ 869 M) dan perawi lainnya meriwayatkan
sebuah hadis bahwa ketika selesai mengkhatamkan Alquran, sahabat
Anas bin Mȃlik (w. 93 H/712 M) selalu mengumpulkan anak-anak dan
sanak keluarganya untuk diajak berdoa bersama-sama.35 Hal ini

Muslim bin al-Hajjaj, Al-Jȃmiʻ al-Saẖȋẖ al-Musammȃ Saẖȋẖ Muslim, No.


34

Hadis 1704, Juz 2, h. 158, Abȗ Dȃwud al-Sijistȃniy, Sunan Abȋ Dȃwud, No. Hadis
1287, Juz 4, h. 239, Ahmad bin Hanbal, Musnad Aẖmad, No. Hadis 22092, Juz 47,
h. 17.
35
‘Abdullȃh al-Dȃrimiy, Sunan al-Dȃrimiy, No. Hadis 3538, Juz 10, h. 431,
Abȗ Bakr ‘Abdullȃh bin Muẖammad bin Abȋ Syaibah al-Kȗfiy, Al-Musannaf fȋ al-
Aẖȃdȋts wa al-Atsar (Riyȃḏ: Maktabah al-Rasyid, 1408 H), Cet. Ke-1, Juz 7, h. 169,
Sulaimȃn bin Aẖmad bin Ayyȗb bin Mȃṯir al-Lakhamiy al-Syȃmiy al-Ṯabrȃniy, Al-
Mu’jam al-Kabȋr (Beirut: Muassasah al-Risȃlah, 1405 H/ 1985 M), No. Hadis 673,
Cet. Ke-2, Juz 1, h. 291, Nȗr al-Dȋn ‘Aliy bin Abȋ Bakr al-Haitsamiy, Mujamma’ al-
144

dilakukan karena doa di saat-saat khatam Alquran adalah doa yang


mustajab, sebagaimana hadis Nabi yang diriwayatkan oleh al-
Baihaqiy (w. 458 H/1066 M) yang berbunyi:

‫َخ َ َْبََن أَبُو ا ْْلَ َسن َعلى ىي بْن ُُمَ َّمد‬ ‫ى‬
ْ ‫ أ‬، ‫َْحَد بْن َعْب ُد هللا بْ ىن ُم ْهَرَويْه‬
‫أَخَبََنه أَب و طَ ى‬
ْ ‫اهر أ‬ ْ ُ ُ َْ ْ
‫ى‬ ‫ى‬ ‫ى‬
ْ ‫الَْ َْبقَ ىاِنى ِبَْرَو أ‬
ْ ‫ َحدَّثَنَا أى‬، ‫ َحدَّثَنَا ُُمَ َّمد بْن َعل ىىي‬، ‫َخ َ َْبََن َع ْم ُرو بْن ع ْمَران بْ ىن فَتْح‬
، ‫َِب‬

ٍ ‫ َعن أَنَس ب ىن مالى‬، ‫اشي‬


،‫ك‬ ‫ عن ي ىزيد َّ ى‬، ‫حدَّثَنَا أَب و عصمة هو نُوح ا ْْل ىامع مروىزي‬
َ ْ ْ ‫الرقَ ى‬ ْ َ ْ َ ‫ُْ ُ ْ َ ُ َ ْ ُ َ َْ َ ى‬ َ
‫ لَه عىْن َد ختَم الْ ُقر ى‬: ‫ال رسو ُل هللاى صلَّى هللا علَي ىه وسلَّم‬
ٌ‫آن َد ْع َوةٌ ُم ْستَ َجابَةٌ َو َش َجَرة‬ْ ََ ُ َ ََ َْ ُ َ ْ ُ َ َ َ‫ ق‬: ‫ال‬
َ َ‫ق‬
36
‫ىِف ا ْْلَن ىَّة‬
Artinya:
“Telah mengabarkan sebuah hadis kepada kami Abȗ Ṯȃhir
Ahmad bin ‘Abdullȃh bin Muhrawaih, telah mengabarkan
kepada kami Abȗ al-Hasan ‘Aliy bin Muhammad al-Barqȃniy
di Marwa, telah mengabarkan kepada kami ‘Amrȗ bin ‘Imrȃn
bin Fath, telah menyampaikan kepada kami Muẖammad bin
‘Aliy, telah menyampaikan kepada kami bapakku, telah
menyampaikan kepada kami Abȗ ‘Usmah yakni Nȗh al-Jȃmiʻ
Marwaziy, dari Yazȋd al-Raqȃsyiy, dari Anas bin Mȃlik, dia
telah berkata, Rasulullah Saw telah bersabda, ‘Bagi orang yang
mengkhatamkan Alquran, baginya ada doa yang mustajab dan
sebuah pohon di Surga.” (HR. Al-Baihaqiy)

Al-Dȃrimiy juga meriwayatkan bahwa apabila seseorang


mengkhatamkan Alquran pada awal malam, maka para Malaikat akan

Zawȃid wa Manba’ al-Fawȃid (Beirut: Dȃr al-Fikr, 1412 H/ 1992 M), No. Hadis
11712, Juz 7, h. 87.
36
Abȗ Bakr Aẖmad bin al-Husain bin ‘Aliy bin Mȗsȃ al-Baihaqiy, Syu’ab
al-Ȋmȃn li al-Baihaqiy (Kuwait: Syarikah Ghirȃs, 1427 H/2007 M), No. Hadis 2025,
Cet. Ke-1, Juz 5, h. 98, Sulaimȃn al-Ṯabrȃniy, Al-Mu’jam al-Kabȋr, No. Hadis 15050,
Cet. Ke-2, Juz 13, h. 179, ‘Abdurraẖmȃn bin Abȗ Bakr bin Muẖammad bin Sabiq al-
Khuḏariy al-Suyȗṯiy, Jȃmiʻ al-Aẖȃdȋts (Qȃhirah: Dȃr al-Qaumiyyah, 1384 H), No.
Hadis 22748, Juz 21, h. 2.
145

berdoa kepadanya sampai waktu pagi. Dan apabila ia


mengkhatamkannya pada waktu akhir malam, maka para Malaikat
akan berdoa untuknya hingga sore hari.37 Maka wajar, jika dalam
sebuah hadis yang diriwayatkan oleh al-Suyȗṯiy (w. 911 H/ 1505 M),
Rasulullah menyebutkan bahwa ketika seseorang telah khatam
membaca Alquran, ia bagaikan melihat ghanȋmah yang begitu banyak
yang sedang dibagikan.38 Sedangkan menurut substansinya merupakan
berpaling atau meninggalkan dosa seseorang yang memaafkannya.39
f. Saling Ber-musâfahah Setelah Selesai Kegiatan
Rangkaian terakhir dari kegiatan simaan Alquran Jantiko
Mantab adalah ber-musâfahah antara semua jamaah yang hadir.
Jamaah laki-laki dengan jamaah laki-laki dan jamaah perempuan
dengan jamaah perempuan. Diawali dari tokoh agama yang berada di
depan dan seterusnya diikuti oleh semua jamaah dengan cara berputar
dari yang paling dekat dengan tokoh agama sampai kepada jamaah
yang berada di barisan yang paling belakang.
Secara etimologi kata musâfahah menurut Ibnu Manẕȗr (w. 711
H/1311 M) dalam Lisȃn al-ʻArab sebagaimana yang dikutip dari Ibnu
al-Atir (w. 1233 M) adalah menempelkan telapak tangan dengan telapak
tangan orang lain.40 Dalam bahasa Indonesia, secara harfiah kata ini
menurut Mahmud Yunus (w.1982) diartikan dengan berjabat tangan
dengan tangan, atau bersalaman.41 Secara terminologi sebagaimana yang
didefinisikan oleh Imam al-Nawawiy (w. 676 H/1277 M) bahwa

37
‘Abdullȃh al-Dȃrimiy, Sunan al-Dȃrimiy, No. Hadis 3547, Juz 10, h. 440.
38
‘Abdurraẖmȃn bin Abȗ Bakr bin Muẖammad bin Sabiq al-Khuḏariy al-
Suyȗṯiy, Jamʻu al-Jawȃmi‘ (Riyȃḏ: Mauqi‘ Multaqȃ Ahl al-Hadȋts, 1384 H), No.
Hadis 5319, Juz 1, h. 231.
39
Jubra Masʻȗd Raʻîd al-Tullâb, Mu’jam Lughâwiy ‘Asyriy li a- Tullâb
(Beirut: Dâr al-ʻIlmiy li al-Malâyîn, 1979), Cet Ke-4, h. 573.
40
Ibn Manẕȗr al-Ansȃriy, Lisȃn al-ʻArab, Juz 5, h. 512.
41
Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia (Jakarta: Hidakarya Agung,
1990), Cet. Ke-8, h. 217.
146

musâfahah adalah membentangkan permukaan tangan ke permukaan


tangan (orang) lain dengan tujuan memperkukuh kasih sayang.42
Dengan memperhatikan definisi di atas, dapat dirumuskan bahwa yang
dimaksud dengan musâfahah adalah perbuatan seseorang
menempelkan telapak tangannya dengan telapak tangan temannya,
guna mengukuhkan kasih sayang dan persahabatan.
Bagi masyarakat yang telah mengenal tradisi bersalaman,
biasanya mereka melakukan dengan memiliki maksud atau motivasi
tertentu. Pertama, bersalaman untuk meminta maaf atas kesalahannya.
Kedua, bersalaman sebagai tanda persahabatan. Ketiga, bersalaman
karena kedua belah pihak telah lama tidak bertemu. Dan, keempat,
bersalaman untuk mempererat silaturahmi.43 Terlepas dari itu semua,
ber-musâfahah merupakan salah satu dari ajaran agama Islam yang
sangat dianjurkan. Hal ini dapat dilihat melalui dalil-dalil yang ada di
dalam Alquran maupun hadis Nabi Saw, salah satu di antaranya adalah
hadis Nabi yang berbunyi:

َ ‫َجلَ ىح َع ْن أىَِب إى ْس َح‬ ٍ‫ى‬


‫اق‬ ْ ‫َحدَّثَنَا أَبُو بَ ْك ىر بْ ُن أىَِب َشْي بَةَ َحدَّثَنَا أَبُو َخالد َوابْ ُن ُُنٍَْْي َع ىن األ‬
‫ْي ي لْتَ ىقي ى‬
‫ان‬ ‫ى‬ ‫ى‬ ‫ال رسو ُل َّى‬
َ َ ‫ َما م ْن ُم ْسل َم ْ ى‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ‫اَّلل‬ َ َ‫َع ىن الَََْب ىاء ق‬
ُ َ َ َ‫ال ق‬
44
.‫ان إىالَّ غُ ىفَر َِلَُما قَ ْب َل أَ ْن يَ ْف َىَتقَا‬
‫فَي تَصافَح ى‬
َ َ َ

Teks aslinya adalah ‫األفضاء بصفحة إلى صفحة اليد هو يؤكد المحبة‬. Lihat Abȗ
42

Zakariyyȃ Muhyȋ al-Dȋn bin Syaraf al-Nawawiy al-Dimasyqiy, Riyad al-Sâlihîn Min
Kalâm Sayyid al-Mursalah (Beirut: Dâr al-Fikr, 1973), h. 366.
43
Fauzul Iman, Lentera Hati (Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2005), h. 39.
44
Abȗ Dȃwud al-Sijistȃniy, Sunan Abȋ Dȃwud, No. Hadis 5214, Juz 15, h.
113, Al-Tirmidziy, Sunan al-Tirmidziy, No. Hadis 2946, Juz 10, h. 284, Muhammad
al-Qazwȋniy, Sunan Ibnu Mȃjah, No. Hadis 3834, Juz 11, h. 253, Ahmad bin Hanbal,
Musnad Aẖmad, No. Hadis 19051, Juz 40, h. 219.
147

Artinya:
“Telah menceritakan kepada kami Abȗ Bakr bin Abȗ Syaibah,
telah menceritakan kepada kami Abȗ Khâlid dan Ibnu Numair,
dari al-Ajlah, dari Abȗ Ishâq, dari al-Barrâ’ dia telah berkata,
Rasulullah Saw telah bersabda, ‘Tidak ada dua orang muslim
yang bertemu lalu berjabatan tangan, kecuali keduanya
diampuni (dosanya) sebelum keduanya berpisah.” (HR. Abȗ
Dâwud)

B. Respon Masyarakat Atas Kegiatan Simaan Alquran Jantiko


Mantab Di Kabupaten Mesuji
Pada pembahasan ini, peneliti menelusuri tentang berbagai
respon masyarakat atas pelaksanaan kegiatan simaan Alquran Jantiko
Mantab yang diselenggarakan di Kabupaten Mesuji. Respon
masyarakat ini peneliti bagi atas dua katagori yakni masyarakat yang
mengikuti kegiatan ini dan masyarakat yang tidak mengikuti kegiatan
tersebut. Dari hasil penelusuran peneliti melalui wawancara yang
dilakukan terhadap kedua golongan tersebut, didapatkan hasil bahwa
sebagian mereka merasakan dampak yang sangat positif dari kegiatan
tersebut sehingga mereka berusaha untuk selalu aktif dan rutin di
dalamnya, sebagian memandang kegiatan ini sebagai kegiatan yang
patut diapresiasi namun terdapat hal yang kurang sesuai dengan
tuntunan agama, dan sebagian memandang kegiatan ini adalah sebuah
kegiatan yang tidak sesuai dengan tuntunan agama Islam secara
keseluruhan.
148

Para Jamaah Perempuan Khusyuk Menyimak Pembacaan


Alquran

Sumber: Dokumentasi Pribadi


149

1. Respon Masyarakat yang Mengikuti Kegiatan Jantiko


Mantab
Merasakan dampak positif yang sangat luar biasa dari
penyelenggaraan kegiatan simaan Alquran Jantiko Mantab sehingga
sangat membekas dan mempengaruhi kehidupan mereka sehari-hari
setidaknya itulah yang diungkapkan oleh warga masyarakat
Kabupaten Mesuji yang mengikuti kegiatan tersebut. Salah satunya
adalah seperti apa yang diungkapkan oleh Dedi Hendra (66 tahun)
bahwa dampak yang ia rasakan adalah hatinya terasa tentram dan rasa
tamak terhadap harta dapat dikendalikan.45
Komentar yang senada juga disampaikan oleh Imam Muhtadi
(42 tahun) bahwa dengan mengikuti kegiatan simaan Jantiko Mantab
hidupnya menjadi lebih terarah kepada hal-hal yang baik, keluarganya
menjadi lebih penurut dan mudah sekali diarahkan kepada kebaikan,
rezeki yang ia dapatkan menjadi barokah, dan semua anggota
keluarganya menjadi lebih mudah untuk bersyukur. Ia benar-benar
dapat merasakan bahwa Alquran adalah merupakan obat yang sangat
ampuh bagi penyakit-penyakit yang bersarang di dalam hati manusia.
Ini terbukti ketika orang-orang yang dahulu pernah ikut dalam aksi
penyerobotan tanah sehingga keadaan Mesuji memanas, setelah
mengikuti kegiatan simaan Alquran Jantiko Mantab, maka mereka
sudah tidak pernah ikut kembali dalam aksi yang serupa. Penyakit hati
yang berupa tamak terhadap harta telah dapat diobati lantaran
mengikuti kegiatan simaan Alquran tersebut. Dampak-dampak positif

45
Wawancara Pribadi dengan Julis Harmoko (Warga Desa Mukti Karya
Kecamatan Panca Jaya dan salah satu jamaah yang dahulu merupakan pelaku
kerusuhan), pada pada Jum’at, 19 Juni 2020. Pukul 13.00 WIB.
150

yang ia rasakan dan amati itulah yang menyebabkan ia senantiasa


berusaha rutin untuk selalu mengikuti kegiatan Jantiko Mantab ini.46
Lebih rinci Mubarokul Ulum (40 tahun) menerangkan
bagaimana dampak positif dari kegiatan Jantiko Mantab dapat menular
kepada kelompok yang bertikai yang belum pernah ikut simaan
Alquran di masjid adalah apabila dipergunakan nalar secara akal,
banyak di antara para jamaah yang telah selesai dari kegiatan Jantiko
Mantab lalu mereka pulang ke kediaman masing-masing. Di antara
mereka banyak yang kemudian ber-muʻâmalah dengan orang-orang
yang bertikai yang belum mengikuti kegiatan. Akibat dari pertemuan
itulah akhirnya dampak positif itu dapat menular. Dalam hal ini, para
jamaah Jantiko Mantab tersebut diibaratkan bagaikan duta-duta
pembawa dampak positif dari kegiatan Jantiko Mantab. Namun,
bagaimana sebenarnya dampak positif dari Jantiko Mantab tersebut
dapat sampai kepada mereka yang belum ikut kegiatan, sulit untuk
diterangkan dengan akal manusia. Intinya adalah bahwa dampak
positif dari Jantiko Mantab yang di antaranya berupa sakînah dan
rahmat, dapat menyasar lebih luas sehingga sampai kepada orang-
orang yang berada di sekitar masjid yang digunakan untuk kegiatan
Jantiko Mantab.47
Salah satu inti dari kegiatan Jantiko Mantab adalah simaan
Alquran yang dilaksanakan kurang lebih dalam waktu satu hari satu
malam. Menanggapi cara simaan Alquran seperti ini, Mubarokul Ulum
mengungkapkan bahwa dalam kegiatan Jantiko Mantab ini para

46
Wawancara Pribadi dengan Imam Muhtadi (Warga Desa Mukti Karya
Kecamatan Panca Jaya dan salah satu jamaah dari Jantiko Mantab), pada pada
Jum’at, 01 Maret 2019. Pukul 07.30 WIB.
47
Wawancara Pribadi dengan Mubarokul Ulum/Gus Barok (Tokoh
Nahdlatul Ulama dan pengurus kegiatan simaan Alquran Jantiko Mantab), pada
Sabtu, 02 Maret 2019. Pukul 06.00 WIB.
151

pembaca Alqurannya adalah para huffâz al-Qur’ân yang sudah sangat


mahir dan lihai dalam membaca Alquran. Waktu satu hari satu malam
bagi mereka adalah hal yang biasa dalam mengkhatamkan Alquran dan
sudah mencakup tajwid dan hukum bacaannya tetap jelas dan baik.
Bahkan semua jamaah yang ada, semuanya dapat menyimak dan
mengikuti dan mereka sangat menikmati. Rata-rata dalam satu juz
memerlukan waktu setengah jam. Hal itu merupakan bacaan yang
sangat standar apalagi bagi para penghafal Alquran yang telah mutqin
hafalannya. Imȃm al-Nawawiy contohnya berpendapat bahwa kondisi
masing-masing orang adalah berbeda-beda. Ada orang yang jernih
pikirannya sehingga dalam waktu singkat dapat memahami apa yang
dibacanya. Oleh karenanya, banyak ulama salaf yang justru berbeda-
beda waktunya dalam mengkhatamkan Alquran. Imȃm al-Syȃfi’iy
misalnya, beliau mengkhatamkan Qur’an dalam bulan Ramadhan
sebanyak enam puluh kali khataman dan lakukan dalam salat. Sahabat
‘Utsmȃn bin ‘Affȃn juga mengkhatamkan Alquran dalam satu rakaat
di Ka’bah. Dan di dalam kegiatan Jantiko Mantab Kabupaten Mesuji
diperlukan waktu kurang lebih satu malam satu hari sehingga sangat
wajar untuk disimak bersama-sama dalam sebuah masjid.48
Pendapat tersebut juga sejalan dengan pernyataan M. Nur
Salim. Ia menyatakan bahwa bacaan yang dibawakan oleh para huffâz
dalam kegiatan Jantiko Mantab tersebut dapat ia ikuti dan simak
dengan baik sehingga tidak ada satupun bacaan dari para huffâz
tersebut yang terlewatkan. Dijelaskannya bahwa dalam membawakan
bacaannya, para huffâz membaca tidak terburu-buru namun tidak pula
terlalu santai sehingga rata-rata waktu yang diperlukan oleh para

48
Wawancara Pribadi dengan Mubarokul Ulum.
152

huffâz dalam menyelesaikan satu juz adalah setengah jam, sehingga


menurutnya semua jamaah pasti dapat menyimaknya dengan baik.49
Dari beberapa pendapat di atas, dapat dipahami bahwa
masyarakat yang mengikuti kegiatan simaan Alquran Jantiko Mantab
telah dapat menerima dengan sepenuh hati akan kehadiran kegiatan
Jantiko Mantab tersebut. Simaan Alquran yang dibawakan oleh para
huffâz yang telah lihai dan mutqin hafalannya, menjadikan Alquran
yang begitu tebalnya, mampu diselesaikan dalam waktu yang relatif
singkat namun tetap memperhatikan kualitas dari bacaan Alquran yang
dibaca sehingga tetap dapat disimak dan dinikmati oleh para jamaah
yang awam sekalipun. Dengan mengikuti seluruh rangkaian acara
dalam kegiatan Jantiko Mantab, akhirnya para jamaah dapat
merasakan dampak positif yang luar biasa yang berpengaruh dalam
perjalanan kehidupan mereka sehari-hari.
2. Respon Masyarakat yang Tidak Mengikuti Kegiatan Simaan
Alquran Jantiko Mantab
Kegiatan simaan Alquran Jantiko Mantab sebagai sebuah
kegiatan keagamaan tidak serta merta diikuti oleh seluruh kelompok
masyarakat. Dalam pembahasan ini, peneliti membagi masyarakat
Kabupaten Mesuji yang tidak mengikuti kegiatan Jantiko Mantab ke
dalam dua kelompok. Pertama adalah masyarakat yang telah
mempunyai kegiatan keagamaan yang acaranya hampir serupa dengan
Jantiko Mantab dan kedua adalah masyarakat yang masih disibukkan
oleh kegiatannya sehari-hari.

49
Wawancara Pribadi dengan M. Nur Salim (Warga Desa Tanjung Mas
Jaya Kecamatan Mesuji Timur dan salah satu jamaah dari Jantiko Mantab), pada
Jum;at, 01 Maret 2019. Pukul 14.00 WIB.
153

Kelompok yang masuk dalam katagori pertama adalah


masyarakat yang tergabung ke dalam ormas Lembaga Dakwah Islam
Indonesia (LDII). Mereka memberikan apresiasi besar tehadap Jantiko
Mantab yang awal pendiriannya adalah dikarenakan keinginan untuk
ikut meredam kekacauan yang ada di Kabupaten Mesuji dan bertujuan
untuk menjadikan Mesuji yang aman dan damai dengan turunnya
sakînah dan rahmat. Hal ini sebagaimana disampaikan oleh Kyai
Sumitro (58 tahun) yang merupakan tokoh sekaligus ketua penasihat
LDII Kabupaten Mesuji. Ia mewakili seluruh jamaah LDII
menyampaikan apresiasi yang sangat besar terhadap kegiatan Jantiko
Mantab karena mempunyai tujuan yang sangat baik dan merupakan
pengamalan dari hadis yang selama ini dijadikan dasar dari
pendiriannya. Namun demikian, ia memberikan catatan terhadap cara
pembacaan Alquran dalam Jantiko Mantab yang hanya memerlukan
waktu semalam sehari. Menurutnya hal tersebut adalah terlalu cepat
dan kurang sesuai dengan tuntunan dari Nabi Saw sendiri. Baginya
membaca Alquran yang kurang dari tiga hari tidak bisa meresap dan
membekas ke dalam hati dan hanya lewat di tenggorokan saja. Hal ini
sesuai dengan hadis Nabi Saw:

‫َخ َ َْبََن قَتَ َادة َع ْن يَىزيْد بْ ىن َعْبد هللا َع ْن‬


ْ ‫َخ َ َْبََن ََهَّام أ‬
ْ ‫الص َمد أ‬
َّ ‫َحدَّثَنَا ابْ ُن الْ ُمثَ َِّن ثَنَا َعْب ُد‬

‫ِن أَقْ َوى‬‫ِف َش ْه ٍر قَ َ ىى‬


ْ ‫ال ى‬ ْ ‫ ََي َر ُس ْوَل هللا ى‬:‫ال‬
َ َ‫ِف َك ْم أَقْ َرأْ الْ ُق ْرآ َن ؟ ق‬ َ َ‫َعْبد هللا بْن َع ْم ُرو أَنَّهُ ق‬
ْ‫ال إ ى‬
‫ال إىىىِن أَقْ َوى ىم ْن‬ ‫ىمن ذلى ى‬
ْ ‫ال اقْ َرأْهُ ى‬
َ َ‫ِف َسْب ٍع ق‬ َ َ‫صهُ َح ََّّت ق‬
َ َ‫ك َرىد ُد الْ َك َال َم أَبُو ُم ْو َسى َوتَنَاق‬
َ ْ
ٍ َ‫ال َالي ْف َقه من قَرأَه ىِف أَقَ َّل ىمن ثَال‬
.‫ث‬ ‫ى‬
ْ ُ َ ْ َ ُ َ َ َ‫ك ق‬ َ ‫ذل‬
50
ْ

Abȗ Dȃwud al-Sijistȃniy, Sunan Abȋ Dȃwud, No. Hadis 1390, Juz 1, h.
50

442, Al-Tirmidziy, Sunan al-Tirmidziy, No. Hadis 3202, Juz 11, h. 167, Muẖammad
154

Artinya:
“Telah menceritakan kepada kami Ibnu al-Mustannȃ, telah
menceritakan kepada kami ‘Abd al-Samad, telah mengabarkan
kepada kami Hammȃm, telah mengabarkan kepada kami
Qatȃdah, dari Yazȋd bin ‘Abdullȃh bin ‘Amrȗ, dari ‘Abdullȃh
bin ‘Amrȗ dia berkata, ‘Wahai Rasulullah, berapa lamakah aku
harus mengkhatamkan Alquran?” Beliau bersabda, ‘Dalam
sebulan.’ ‘Abdullȃh bin ‘Amrȗ berkata, ‘Sesungguhnya aku
bisa lebih dari itu.’ Abȗ Mȗsȃ (Ibnu al-Mustannȃ) mengulang-
ulang perkataan ini dan ‘Abdullȃh bin ʻAmrȗ selalu meminta
dispensasi sehingga Rasulullah bersabda, ‘Jika demikian,
bacalah Alquran (hingga khatam) dalam tujuh hari.’ ‘Abdullȃh
bin ‘Amrȗ berkata, ‘Aku masih dapat menyelesaikannya lebih
dari itu.’ Beliau bersabda, ‘Tidak akan dapat memahaminya
orang yang mengkhatamkan Alquran kurang dari tiga hari.’”
(HR. Abȗ Dȃwud)

Dengan berdasarkan hadis di atas, beliau mengatakan bahwa


sebenarnya simaan Alquran Jantiko Mantab adalah kurang efektif,
sehingga ia berharap agar pembacaan Alquran dalam Jantiko Mantab
harus sesuai dengan kaidah-kaidah ilmu tajwid dan tidak hanya
mentargetkan khatam. Kendati demikian, ia tidak mau terlalu lebih
jauh mencampuri urusan Jantiko Mantab dan mempersilakan untuk
tetap dilanjutkan karena telah menjadi program dari warga nahdliyyin
di Kabupaten Mesuji sehingga setiap organisasi dapat dengan kontinu
menjalankan program masing-masing yang telah dibuat.51
Ditambahkannya, dalam kegiatan LDII-pun telah terdapat
kegiatan yang hampir serupa namun berbeda tata caranya. Dalam
sehari semalam, setiap warga LDII diwajibkan untuk membaca
minimal tiga ayat saja di rumah masing-masing. Adapun ketika

al-Qazwȋniy, Sunan Ibnu Mâjah, No. Hadis 1408, Juz 4, h. 136, ‘Abdullȃh al-
Dȃrimiy, Sunan al-Dȃrimiy, No. Hadis 3487, Cet. ke-1, Juz 2, h. 344, Aẖmad bin
Hanbal, Musnad Aẖmad, No. Hadis 6985, Juz 15, h. 14.
51
Wawancara Pribadi dengan Kyai Sumitro (Tokoh dan ketua penasihat
LDII Kabupaten Mesuji), pada Sabtu, 02 Maret 2019. Pukul 10.00 WIB.
155

bersama-sama di masjid, mereka tidak hanya sekedar membaca namun


dikaji pula makna dan tafsirnya. Khusus dalam bulan Ramadhan, maka
warga LDII yang telah lancar membaca Alqurannya, diwajibkan untuk
membaca minimal satu juz dalam setiap harinya. Meski mempunyai
program internal tersendiri, ia tetap memperbolehkan warga LDII
apabila ingin hadir dan mengikuti kegiatan Jantiko Mantab karena hal
tersebut merupakan salah satu implementasi dari habl min al-nâs yang
harus tetap dipupuk dan dibangun.52
Kelompok kedua adalah masyarakat umum yang sibuk dengan
pekerjaannya namun memberikan apresiasi terhadap keberadaan
kegiatan Jantiko Mantab. Hal ini sebagaimana yang diungkapkan oleh
Ahmad Supardi (35 tahun). Dijelaskannya bahwa kegiatan Jantiko
Mantab ini adalah sebuah kegiatan yang sangat positif dan telah
memberikan dampak yang sangat positif pula terhadap kehidupan
masyarakat. Salah satu dampak positif yang dirasakan adalah
ketenangan dan kedamaian yang turun setiap kali kegiatan Jantiko
Mantab digelar. Selain itu, banyak pula di antara warga masyarakat
Mesuji yang dahulu pernah terlibat dalam aksi penyerobotan tanah,
mereka kini telah insyaf dan menjadi jamaah Jantiko Mantab.
Sehingga, iapun sangat berharap agar kegiatan Jantiko Mantab ini
untuk terus dilaksanakan secara rutin di Kabupaten Mesuji.53

C. Implikasi Kegiatan Simaan Alquran Jantiko Mantab


Kegiatan simaan Alquran Jantiko Mantab yang
diselenggarakan setiap selapan (35 hari) sekali setiap hari Minggu legi

52
Wawancara Pribadi dengan Kyai Sumitro.
53
Wawancara Pribadi dengan Ahmad Supardi (Warga Desa Tanjung Mas
Jaya Kecamatan Mesuji Timur), pada Selasa, 05 Maret 2019. Pukul 10.00 WIB.
156

dari mulai awal pendiriannya pada akhir tahun 2012 hingga sekarang
tentulah membawa berbagai macam implikasi baik bagi tuan rumah
penyelenggara kegiatan, bagi jamaah yang mengikutinya, maupun
bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Mesuji.
1. Implikasi Bagi Tuan Rumah Penyelenggara Kegiatan
Berdasarkan hasil data wawancara yang peneliti lakukan,
pelaksanaan kegiatan Jantiko Mantab ini benar-benar memberikan
implikasi yang signifikan yang dirasakan oleh tuan rumah
penyelenggara kegiatan. Setidaknya itulah yang dirasakan oleh KH.
Bahruddin (53 tahun), seorang ulama dan tokoh masyarakat Desa
Brabasan Kec. Tanjung Raya. Beliau mengungkapkan bahwa
perkenalannya dengan kegiatan Jantiko Mantab sejak tahun 1987 silam
telah membuatnya begitu semangat dan menyukai terhadap kegiatan
Jantiko Mantab. Hal itu beliau wujudkan salah satunya adalah dengan
ikut aktif menjalankan kegiatan Jantiko Mantab sejak awal tahun
berdirinya hingga sekarang ini dengan selalu menjadi tuan rumah
penyelenggara pada setiap tahunnya yang bertempat di masjid jamiʻ
Desa Barabasan atau di masjid pondok pesantren al-Fatah.54
Beberapa hal yang menarik dari kegiatan Jantiko Mantab dan
hal tersebut menjadi faktor penyemangat bagi masyarakat yang
menjadi tuan rumah adalah adanya dampak positif berkaitan sosial
keagamaan yang mereka rasakan. Dampak sosial yang terasa adalah
sikap kegotong royongan yang terbentuk antara lain dalam hal
pembagian tugas dalam susunan kepanitiaan. Hal ini menjadi modal
keakraban dan sikap saling tolong-menolong antar warga masyarakat
dalam hubungan merekan sehari-hari. Dampak sosial lain adalah

54
Wawancara Pribadi dengan KH. Bahruddin (Ulama dan tokoh
masyarakat), pada Sabtu, 02 Maret 2019. Pukul 19.30 WIB.
157

memupuk sifat untuk gemar bershadaqah sehingga mengikis sifat kikir


di dalam hati masyarakat. Bershadaqah di dalam kegiatan Jantiko
Mantab mempunyai makna tambaha yakni perwujudan sikap birr al-
wâlidain karena meniatkan pahalanya untuk orang tua dan sesepuh
yang telah meninggal dunia. Dalam segi keagamaan, dampak yang
mereka rasakan adalah barokahnya Alquran yang di antaranya berupa
turunnya sakînah dan limpahan rahmat turun kepada mereka sehingga
menjadikan kehidupan mereka lebih terarah kepada hal-hal yang baik
yang ujungnya adalah cita-cita besar menjadi pribadi yang fî al-dunyâ
hasanah wa fî al-âkhirati hasanah, di dunia baik dan di akhirat juga
baik dapat terwujud.55
Bersedia bertindak sebagai tuan rumah bagi penyelenggaraan
kegiatan Jantiko Mantab yang didatangi masyarakat dari seluruh
pelosok Kabupaten Mesuji mengharuskan untuk mempersiapkan
pembiayaan yang matang. Sumber pembiayaan dalam Jantiko Mantab
adalah berasal murni dari swadaya masyarakat desa yang menjadi tuan
rumah dan dari para donatur yang tidak berhubungan dengan partai
politik tertentu. Swadaya dari masyarakat didapatkan melalui
pengisian daftar arwah dan permintaan doa yang diedarkan kepada
mereka melalui masing-masing ketua pengajian di jalurnya masing-
masing dan selanjutnya mereka mengumpulkannya kembali kepada
panitia pelaksana dengan menyisihkan sebagian dari hartanya.
Dijelaskan oleh KH. Bahruddin, bahwa di sinilah salah satu letak dari
nilai kegotong royongan warga masyarakat dan merupakan
implementasi dari kandungan surah al-Mâidah akhir ayat kedua.56

55
Wawancara Pribadi dengan KH. Bahruddin.
56
Wawancara Pribadi dengan KH. Bahruddin. Bunyi ayat yang dimaksud
adalah ‫ب‬
ِ ‫ا‬َ ‫ق‬ ‫ع‬
ِ ‫شدِيدُ ٱ ۡل‬
َ ‫ٱّلل‬ َ ٰۖ َّ ْ‫ٱۡل ۡث ِم َو ۡٱلعُ ۡد َٰ َو ِۚ ِن َوٱتَّقُوا‬
َ َّ ‫ٱّلل ِإ َّن‬ ِ ۡ ‫علَى‬ َ ‫علَى ۡٱل ِب ِر َوٱلت َّ ۡق َو َٰٰۖى َو ََل تَ َع‬
َ ْ‫اونُوا‬ َ ْ‫اونُوا‬
َ ‫ َوتَ َع‬Artinya:
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan
158

2. Implikasi Bagi Masyarakat


Pada pembahasan ini, peneliti membagi term masyarakat ke
dalam dua katagori, yaitu masyarakat yang mengikuti kegiatan
(jamaah) dan masyarakat yang tidak mengikuti karena dasar non-
agama (masyarakat umum).
Sama halnya dengan implikasi sebelumnya, implikasi bagi
jamaahpun57 terbagi atas dua segi yakni keagamaan dan sosial. Dalam
segi keagamaan, para jamaah dapat merasakan dampak positif yang
dirasakan pasca melaksanakan kegiatan simaan yakni merasakan apa
yang dijanjikan dalam hadis Nabi berupa turunnya sakînah dan
kucuran rahmat dari Allah Swt sehingga membekas dalam kehidupan
sehari-hari mereka.
Hal ini sebagaimana yang disampaikan oleh salah seorang
jamaah yang bernama Julis Harmoko (42 tahun) yang mengatakan
bahwa dirinya merasa tentram dalam kehidupan sehari-hari, semua
anggota keluarganya menjadi penurut dan semangat dalam menuntut
ilmu, senantiasa diberikan kesehatan, senantiasa qanaah, hidup terasa
indah dan damai, serta enteng dalam melaksanakan perintah agama.58
Dampak positif juga dirasakan oleh M. Nur Salim (37 tahun). Ia
menjelaskan bahwa dengan mengikuti kegiatan Jantiko Mantab ini,
banyak hal positif yang ia rasakan. Di antaranya adalah hidup menjadi
sangat tenang, jauh dari sifat iri dan tamak terhadap harta, lebih peka
terhadap lingkungan sekitar, dan senang terhadap agama.
Ditambahkannya pula, bahwa Jantiko Mantab mengajarkan kepadanya

jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah


kamu kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.”
57
Dalam pembahasan ini yang dimaksud dengan jamaah adalah jamaah
umum yang tidak berhubungan dalam struktur kepanitiaan peyelenggaraan dan
struktur kepengurusan.
58
Wawancara Pribadi dengan Julis Harmoko.
159

untuk senantiasa mengerjakan salat Fardu secara berjamaah dan salat


Duha pada setiap harinya.59
Dalam segi sosial, kegiatan Jantiko Mantab mampu
‘mempersaudarakan’ antara jamaah yang satu dengan jamaah yang
lainnya. Hal ini sebagaimana diakui oleh Imam Muhtadi (42 tahun)
yang merasakan begitu dekatnya persaudaraan di atara para jamaah
yang ada.60 Durasi kegiatan Jantiko Mantab yang demikian
panjangnya yakni satu malam satu hari menjadikan para jamaah selalu
bersama dalam ibadah. Menyimak bersama, berdoa bersama, salat
bersama, makan bersama, dan istirahat bersama merupakan kegiatan
yang secara otomatis telah menjadikan diri mereka bagaikan satu
keluarga dan kebersamaan ini selalu terulang dan terulang dalam
selapan hari sekali dan telah berlangsung dalam beberapa tahun. Sikap
kekeluargaan ini tidak hanya berlangsung di dalam kegiatan, namun
berlangsung pula dalam kehidupan mereka sehari-hari. Dengan
demikian, jelaslah bahwa kegiatan Jantiko Mantab telah mampu
menjadikan para jamaah menjadi sebuah keluarga besar di bawah
payung Jantiko Mantab.
Implikasi bagi masyarakat umum non jamaah sebagaimana
yang dituturkan oleh Ahmad Supardi (35 tahun) bahwa kegiatan
Jantiko Mantab telah memberikan ketenangan dan kedamaian pada
mayarakat Kabupaten Mesuji pada umumnya. Hal ini dapat dibuktikan
dengan tidak adanya lagi kerusuhan massal seperti yang terjadi pada
beberapa tahun yang silam. Selain itu, kegiatan simaan Alquran ini
telah mampu memberikan warna baru bagi sebagian besar warga

59
Wawancara Pribadi dengan M. Nur Salim.
60
Wawancara Pribadi dengan Imam Muhtadi.
160

Mesuji yang dahulu pernah terlibat dalam kerusuhan dengan kesadaran


diri untuk menginsyafkan diri dan menjadi bagian anggota jamaah
kegiatan Jantiko Mantab.61
3. Implikasi Bagi Pemerintah Kabupaten Mesuji
Pendirian kegiatan simaan Alquran Jantiko Mantab yang
sebelumnya didahului oleh adanya peristiwa yang kurang kondusif di
Kabupaten Mesuji yang kemudian dalam pendiriannya bertujuan
untuk menjadikan selalu Kabupaten Mesuji yang aman dan damai,
jelas mempunyai imlikasi yang sangat besar bagi Pemerintah Daerah
Kabupaten Mesuji. Hal ini sesuai dengan apa yang disampaikan oleh
H. Slamet Sulaiman (55 tahun) bahwa kegiatan Jantiko Mantab dengan
tujuannya ingin menjadikan Mesuji yang aman dan damai adalah
sangat sejalan dengan cita-cita dari Pemda Kabupaten Mesuji karena
pembangunan dalam segala bidang yang digalakkan oleh Pemda
Kabupaten Mesuji tidak akan dapat berjalan lancar dan efektif tanpa
keadaan Mesuji yang aman dan damai. Hal ini jelas bahwa kegiatan
Jantiko Mantab telah ikut membantu Pemda Mesuji dalam
mewujudkan kelancaran pembangunan. Kegiatan Jantiko Mantab juga
telah mampu mendorong terwujudnya kesetiakawanan sosial di antara
warga Mesuji sehingga ikut membantu program Pemda Kabupaten
Mesuji dalam menciptakan kerukunan di tengah-tengah kehidupan
masyarakat. Implikasi lainnya adalah kegiatan Jantiko Mantab telah
ikut menanamkan kepada masyarakat akan pentingnya sikap gotong
royong yang merupakan salah satu dari program Pemda Kabupaten
Mesuji. Selain itu, kegiatan Jantiko Mantab juga telah ikut membantu

61
Wawancara Pribadi dengan Ahmad Supardi (Warga Desa Tanjung Mas
Jaya Kecamatan Mesuji Timur), pada Selasa, 05 Maret 2019. Pukul 10.00 WIB.
161

program Pemda Kabupaten Mesuji dalam menjadikan masyarakat


Mesuji yang beriman dan bertakwa.62
Dengan adanya beberapa implikasi yang sangat positif
terhadap Pemda Kabupaten Mesuji tersebut, maka Pemda Kabupaten
Mesujipun telah memberikan berbagai macam dukungan kepada
kegiatan Jantiko Mantab meskipun berupa dukungan secara tidak
langsung. Hal ini dikarenakan kegiatan Jantiko Mantab tidak berkenan
menerima bantuan yang diberikan oleh pihak Pemerintah, partai
politik, calon eksekutif, calon legislatif, dan yang sejenisnya guna
bertujuan untuk menjaga netralitas kegiatan Jantiko Mantab dan
menghindari adanya conflict of interest di kemudian hari. Bantuan
yang diberikan oleh Pemda Kabupaten Mesuji antara lain berupa dana
perehaban masjid yang biasa digunakan untuk kegiatan Jantiko
Mantab sehingga ketika kegiatan digelar di masjid tersebut, para
jamaah akan merasa nyaman. Bantuan lain yang diberikan adalah
berupa perbaikan prasarana jalan yang mempunyai akses ke masjid-
masjid yang biasa digunakan untuk kegiatan Jantiko Mantab. Selain
itu pula, Pemda Kabupaten Mesuji juga rutin memberikan insentif
kepada guru-guru ngaji yang ada di seluruh Kabupaten Mesuji yang
sebagian besarnya merupakan jamaah dari kegiatan Jantiko Mantab.63

D. Argumentasi Pelestarian Kegiatan Simaan Alquran Jantiko


Mantab
Dari awal berdiri hingga sekarang, meski banyak rintangan dan
cobaan, kegiatan simaan Alquran Jantiko Mantab tetap rutin digelar
setiap selapan hari sekali. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan

62
Wawancara Pribadi dengan H. Slamet Sulaiman.
63
Wawancara Pribadi dengan H. Slamet Sulaiman.
162

Jantiko Mantab telah mendapatkan tempat di hati masyarakat.


Memang harus diakui bahwa sebagai sebuah upaya meningkatkan
nilai-nilai ketaqwaan masyarakat sehingga dapat menciptakan
ketenangan dan kedamaian bagi masyarakat Kabupaten Mesuji,
kegiatan ini belumlah cukup efektif sebagaimana yang diharapkan. Hal
ini terbukti masih terjadinya kerusuhan akibat sengketa lahan dari
tahun 2012 hingga tahun 2019 ini. Dalam rentang waktu tersebut,
tercatat setiap tahunnya masih saja terjadi kerusuhan akibat sengketa
lahan ini yang berujung pada korban nyawa.64
Menanggapi hal tersebut, Slamet Sulaiman mengatakan bahwa
kegiatan simaan Alquran Jantiko Mantab harus terus dilaksanakan
tanpa harus memperdulikan konflik yang terjadi dan cibiran dari
masyarakat. Menurutnya, kerusuhan-kerusuhan yang terjadi adalah
dilakukan oleh oknum-oknum yang kurang bertanggung jawab yang
berkolaborasi dengan orang-orang pendatang yang mengaku tanah di
register 45. Ditambahkannya bahwa kerusuhan seperti ini akan terus
terjadi selama ada oknum dan pendatang yang ingin menduduki tanah
milik Pemerintah register 45. Namun, berkat upaya berbagai pihak,
kerusuhan yang terjadi sekarang hanyalah berskala kecil karena
dilakukan oleh segelintir orang yang tidak bertanggung jawab.65
Masyarakat Kabupaten Mesuji khususnya kalangan
nahdliyyin, menyatakan kesetujuan mereka terhadap pelestarian
kegiatan simaan Alquran Jantiko Mantab di Kabupaten Mesuji. Hal ini

64
Pada tahun 2012 antara bulan Juni hingga Oktober tercatat 16 orang
tewas. Tahun 2013, antara Januari hingga September, 1 orang tewas. Pada Januari
tahun 2014, tercatat 1 orang tewas. Juni 2015, 1 orang tewas. Maret 2016, 1 orang
tewas. Pada Agustus 2017, beberapa orang luka tembak dan pembakaran kantor serta
mes perusahaan. Oktober 2018, beberapa orang luka tembak dan tusuk serta
pembakaran rumah. Dan pada Juli 2019, tercatat 5 orang tewas. Lihat “Di Mesuji
Konflik Berdarah Berulangkali,” Lokadata, 20 Juli 2019, h. 1.
65
Wawancara Pribadi dengan H. Slamet Sulaiman.
163

mengingat begitu besarnya pengaruh yang dirasakan khususnya oleh


para jamaah dalam kehidupan mereka sehari-hari. Beberapa
argumentasi yang disebutkan atas wawancara baik dengan masyarakat
Mesuji maupun dengan pihak Pemda Kabupaten Mesuji di antaranya
yaitu turunnya sakînah dan diliputi oleh rahmat, mempererat hubungan
antar para jamaah, membantu kelancaran pembangunan yang
digalakkan Pemda Kabupaten Mesuji, dan ikut membantu program
Pemda Kabupaten Mesuji dalam mewujudkan masyarakat Mesuji
yang beriman dan bertakwa. Dalam pembahasan ini, peneliti uraikan
argumentasi-argumentasi yang ada untuk terus melestarikan kegiatan
simaan Alquran Jantiko Mantab di Kabupaten Mesuji.
Argumentasi pertama yakni turunnya sakînah dan diliputi oleh
rahmat. Melalui hasil wawancara yang dilakukan, masyarakat
Kabupaten Mesuji terutama yang telah mengikuti kegiatan Jantiko
Mantab ini, telah sangat merasakan akan turunnya dua hal yang telah
dijanjikan oleh Nabi Saw bagi yang mau membaca dan mentadaruskan
Alquran di masjid ini. Mubarokul Ulum (40 tahun) menjelaskan bahwa
dengan keduanya, maka hidup akan lebih tertata dan terarah kepada
hal-hal yang baik.66 Hal ini dapat dimaklumi sebagaimana yang
dirasakan oleh Tamami (55 tahun) bahwa dengan turunnya sakînah
hatinya menjadi tenang dan tentram, tidak ada rasa iri dengan harta
tetangga, dan mudah peka terhadap keadaan lingkungan sekitar.
Dengan dilingkupi rahmat, ia merasakan perjalanan hidupnya terasa
indah dan terarah, hatinya merasa qanaʻah dengan segala yang ada,
dan senang kepada perintah agama.67 Dampak yang sangat positif
dirasakan pula oleh masyarakat yang tidak mengikuti kegiatan.

66
Wawancara Pribadi dengan Mubarokul Ulum/Gus Barok.
67
Wawancara Pribadi dengan Tamami.
164

Merekapun merasakan ketenangan dan kedamaian yang luar biasa


dengan digelarnya acara Jantiko Mantab tersebut. Ini dibuktikan
dengan tidak adanya lagi kerusuhan massal sebagaimana yang terjadi
pada beberapa waktu silam.68 Karena dampak-dampak positif yang
dirasakan itulah, mereka selalu berusaha menyempatkan diri untuk
mengikuti kegiatan Jantiko Mantab secara rutin.
Argumentasi kedua, kegiatan Jantiko Mantab dapat
mempererat hubungan antar para jamaah. Kegiatan Jantiko Mantab
yang membutuhkan waktu kurang lebih dua puluh empat jam atau
semalam sehari menyebabkan hubungan tatap muka antar para jamaah
menjadi sangat intensif. Berbagai macam kegiatan dilakukan bersama-
sama dalam kurun waktu yang demikian panjangnya tersebut. Mulai
dari mengaji dan menyimak bersama, salat Fardu dan salat Duha
bersama, berdoa bersama, istirahat bersama, makan bersama, dan
bersenda gurau bersama. Kebersamaan yang tercipta ini terjadi
berulang-ulang setiap selapan hari sekali dan telah terjadi selama
waktu bertahun-tahun. Akibatnya hubungan yang sangat erat bagaikan
sebuah keluargapun tercipta dan terus berlangsung baik di dalam
maupun di luar kegiatan Jantiko Mantab.
Argumentasi ketiga, ikut membantu kelancaran pembangunan
yang digalakkan Pemda Kabupaten Mesuji. Hal ini sebagaimana yang
dijelaskan oleh H. Slamet Sulaiman (56 tahun) dapat terjadi
dikarenakan pembangunan di Kabupaten Mesuji dapat berjalan secara
lancar dan efektif apabila keadaan masyarakat mesuji aman dan
kondusif.69 Masari Simanjuntak (w. 1999) mengatakan bahwa salah
satu dari penghambat pembangunan adalah adanya kegoyahan

68
Wawancara Pribadi dengan Ahmad Supardi.
69
Wawancara Pribadi dengan H. Slamet Sulaiman.
165

integrasi. Hal ini disebabkan karena pembangunan akan lancar apabila


terjadi integrasi nilai. Dalam integrasi sosial semua berjalan dengan
wajarnya, sedang masyarakat yang mengalami disintegrasi nilai akan
menghambat pembangunan walaupun disadari bahwa pembangunan
selalu mengakibatkan disintegrasi nilai. Dalam disintegrasi tidak
terdapat ketertiban sedangkan pembangunan hanya dapat berjalan baik
apabila dalam suasana tertib.70
Argumentasi keempat yaitu ikut membantu program Pemda
Kabupaten Mesuji dalam mewujudkan masyarakat Mesuji yang
beriman dan bertakwa. Kegiatan simaan Alquran Jantiko Mantab
merupakan sebuah kegiatan yang murni bergerak di dalam kegiatan
agama. Seluruh rangkaian acara di dalam kegiatan Jantiko Mantab dari
awal hingga akhir seluruhnya adalah kegiatan ibadah. Hal ini sesuai
dengan namanya Jantiko yang merupakan akronim dari jamʻiyah anti
koler (anti goyah) dan Mantab adalah sebuah kata yang berasal dari
bahasa Arab yaitu mantȃba yang artinya siapakah yang mau
bertaubat.71 Anti koler (anti goyah) mempunyai maksud bahwa
seorang muslim yang hidup di dunia ini tidak boleh goyah dari
tuntunan agama. Dalam setiap langkah dan hembusan nafasnya harus
selalu ingat kepada Allah Swt sehingga hidupnya tidak akan mungkin
goyah dari tuntunan Allah Swt.72 Sedangkan mantab (siapa yang mau
bertaubat) dimaksudkan bahwa siapapun orangnya selagi nyawa
belum sampai di tenggorokan, pintu taubat masih terbuka lebar.

70
Masari Simanjuntak, Keterbelakangan dan Pembangunan (Jakarta:
Penerbit Erlangga, 2007), h. 46.
71
Adi Ahlu Dzikri, “Dakwah Nyentrik Ala Gus Miek,” Majalah Langitan,
edisi 12 (September 2015): h. 3.
72
Wawancara Pribadi dengan KH. Khoirul Habibi.
166

Seberapapun besar dan banyaknya dosa, ampunan Allah Swt adalah


jauh lebih besar dan banyak. Firman Allah:

‫وب‬َ ُ‫لل يَ ۡغ ِف ُر ٱل ُّذن‬ ُ َ‫علَ َٰ ٰٓى أَنفُ ِس ِه ۡم ََل ت َۡقن‬


ِ ‫طواْ ِمن َّر ۡح َم ِة ٱ َّ ه‬
َ َّ ‫لل إِ َّن ٱ‬ َ ْ‫ِي ٱلَّذِينَ أَ ۡس َرفُوا‬
َ ‫قُ ۡل َٰيَ ِعبَاد‬
‫ َوأَنِيب ُٰٓواْ إِلَ َٰى َربِ ُك ۡم َوأَ ۡس ِل ُمواْ لَهُۥ ِمن قَ ۡب ِل أَن يَ ۡأتِيَ ُك ُم‬٥٣ ‫لر ِحي ُم‬ ُ ُ‫َج ِميعً ها إِنَّهُۥ ُه َو ٱ ۡلغَف‬
َّ ‫ور ٱ‬
ُ ‫ٱ ۡلعَ َذ‬
َ ‫اب ث ُ َّم ََل تُن‬
٥٤ َ‫ص ُرون‬
Artinya:
“Katakanlah: ‘Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas
terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari
rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa
semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang. Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu dan
berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang azab kepadamu
kemudian kamu tidak dapat ditolong (lagi).” (QS. Al-Zumar
[39]: 53-54)73

Melalui Jantiko Mantab masyarakat Kabupaten Mesuji diajak


untuk lebih sadar dan mendekatkan diri kepada tuntunan agama.
Perbuatan-perbuatan yang tidak sesuai dengan tuntunan agama yang
selama ini selalu dilakukan, masyarakat diajak dan disadarkan untuk
meninggalkannya dan diganti dengan taubat yang sungguh-sungguh.
Setelah itu diharapkan mereka menjadi pribadi-pribadi yang lebih
beriman dan bertakwa sesuai dengan harapan Pemerintah Daerah
Kabupaten Mesuji dalam mewujudkan masyarakat Kabupaten Mesuji
yang beriman dan bertakwa.

73
Tim Penerjemah Alquran Depag RI, Alquran dan Terjemahannya
(Jakarta: Departemen Agama RI, 1992), h. 465.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas, penelitian ini menyimpulkan bahwa
para ulama dan masyarakat di Kabupaten Mesuji memahami hadis
membaca Alquran dan mentadaruskannya bersama-sama di antara
mereka di suatu masjid sebagai sebuah cara untuk menciptakan suasana
yang damai dan aman dengan sebab turunnya sakȋnah (ketenangan)
dan rahmat. Pemaknaan terhadap hadis di atas diwujudkan dengan
pendirian kegiatan simaan Alquran Jantiko Mantab yang inti acaranya
adalah membaca dan menyimak keseluruhan Alquran serta ditambah
beberapa amalan lainnya sebagai pelengkap kegiatan, yang bertujuan
mewujudkan Kabupaten Mesuji yang damai dan aman.

B. Rekomendasi
Dari penelitian yang dilakukan, peneliti menemukan banyak
sekali hal-hal dan pelajaran positif yang didapatkan dari kegiatan
simaan Alquran Jantiko Mantab yang dilaksanakan oleh masyarakat
Kabupaten Mesuji. Oleh karena itu, kegiatan yang sangat positif ini
harus senantiasa dilaksanakan, dijaga, dan dilestarikan sehingga nilai-
nilai positif yang ditimbulkan olehnya dapat terus dirasakan oleh
masyarakat Kabupaten Mesuji. Penelitian ini juga masih dapat
dikembangkan melalui berbagai metode dan objek kajian yang diamati.
Oleh karena itu, peneliti memberikan beberapa rekomendasi sebagai
berikut:
1. Bagi warga masyarakat yang terlibat langsung dalam kegiatan
yakni jajaran pengurus, panitia penyelenggara, para jamaah, dan

167
168

para hâfiz, demi kelancaran pelaksanaan kegiatan simaan Alquran


Jantiko Mantab, maka perlu diperhatikan beberapa hal berikut:
a. Kepada para pengurus Jantiko Mantab, guna lebih men-syiʻar-
kan kegiatan ini, dapat menyiarkan kegiatan yang sedang
berlangsung melalui media massa yang ada seperti radio dan
media elektronik lainnya.
b. Guna lebih memperkenalkan kegiatan ini kepada masyarakat
secara lebih luas terutama bagi masyarakat yang belum
mengetahui sama sekali tentang kegiatan ini dan demi lebih
semaraknya kegiatan , pengurus dapat membuat banner atau
spanduk besar yang diletakkan di tempat yang paling strategis
sehingga lebih mudah dilihat dan dibaca oleh masyarakat yang
melintas.
c. Kepada panitia penyelenggara, guna memaksimalkan
kenyamanan jamaah ketika istirahat di malam hari, hendaknya
menyiapkan bantal untuk dipergunakan tidur para jamaah
terutama bagi yang telah berusia lanjut.
d. Demi menjaga kebersihan toilet, hendaknya panitia
penyelenggara menugaskan seorang petugas khusus yang
selalu standby untuk membersihkan dan menjaga kebersihan
toilet.
e. Kepada jamaah yang ingin merokok ketika simaan sedang
berlangsung, demi kenyamanan jamaah yang lainnya,
hendaknya mencari tempat yang agak jauh dari jamaah yang
sedang berkonsentrasi menyimak bacaan Alquran yang
sedang dibaca.
f. Kepada para hâfiz hendaknya setelah selesai break karena
ishoma (istirahat shalat makan), memberitahu lagi kepada
169

para jamaah tentang juz berapakah yang akan dibaca,


sehingga apabila terdapat jamaah yang baru saja tiba pada
lokasi simaan, maka akan segera dengan mudah mengetahui
pada juz berapakah yang sedang dibaca.
2. Kepada masyarakat umum Kabupaten Mesuji, hendaknya
merelakan untuk menyisihkan waktunya guna mengikuti kegiatan
simaan Alquran Jantiko Mantab agar lebih merasakan lagi
dampak-dampak positif yang ditimbulkan oleh kegiatan simaan
Alquran ini dan untuk memenuhi asupan gizi rohani sehingga
keseimbangan antara kehidupan dunia dan akhirat akan lebih
berimbang.
3. Kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Mesuji, hendaknya
mengirimkan aparatur sipilnya dengan jumlah yang lebih besar
lagi untuk mengikuti kegiatan simaan ini, demi lebih
meningkatkan ketaqwaan dan kecintaan terhadap Alquran bagi
para pegawai Pemda Kabupaten Mesuji.
4. Bagi para peneliti kajian ilmiah yang melakukan penelitian di
lapangan terkait tradisi dan kegiatan keislaman, hendaknya
mengembangkan kajian yang diamati secara komprehensif dan
efisien.
5. Bagi Fakultas Ushuluddin, kajian keislaman yang melibatkan
tradisi dan kegiatan di masyarakat sebagai fenomena living hadis
hendaknya diadakan sebagai sebagai salah satu mata kuliah untuk
menguatkan pengalaman dan pendalaman wawasan ilmu
akademik mahasiswa pada Program Magister Ilmu Alquran dan
Tafsir UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
DAFTAR PUSTAKA

‘Aliy, Abȗ Ṯayyib Muẖammad Syams al-Haq bin Amȋr ‘Aliy bin
Maqsȗd. ‘Aun al-Maʻbȗd. Beirut: Dȃr al-Fikr, t.t.
Abdur Rauf, Abdul Aziz. Pedoman Dauroh Al-Qur’an. Jakarta:
Markaz Al Qur’an, 2011.
Abȗ Zaid, Nasr Hamîd. Mafhûm al-Nas: Dirâsah fî ʻUlûm al-Qur’ân.
Cairo: al-Hai’ah al-Misriyyah al-‘Ammah li al-Kitâb, 1990.
Abyhara, Abu Bakar. Pengantar Ilmu Politik. Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media, 2010.
Achmad, Noor. Managemen Kemasjidan. Semarang: CV. Toha Putra,
2002.
Afifidin dan Saebani, Beni Ahmad. Metodologi Penelitian Kualitatif.
Bandung: Pustaka Setia, 2014.
Aini, Adrika Fitrotul “Living Hadis Dalam Tradisi Malam Kamis
Majelis Shalawat Diba’ Bil Musthafa” dalam Jurnal Ar-
Raniry Volume 2, Nomor 1, Juni 2014.
Al-‘Asqalȃniy, Syihȃbuddȋn Ibn al-Faḏl Aẖmad bin ‘Aliy bin Hajar.
Tahdzȋb al-Tahdzȋb. Beirut: Dȃr al-Fikr, 1404 H/1984 M.
Al-‘Azȋz, Sȃliẖ bin ‘Abd. Qism al-Hadȋts. Riyȃḏ: Mauqiʻ al-Rasmȋ, t.t.
Al-Afriqiy, Muẖammad bin Mukrim bin ʻAlȋ Abȗ al-Faḏl Jamȃl al-
Dȋn Ibn Manẕȗr al-Ansȃriy al-Ruwaifiʻiy. Lisȃn al-ʻArab. Al-
Qȃhirah: Dȃr al-Hadȋts, t.t.
Al-Alȗsiy, Syihâb al-Dîn Mahmȗd bin ʻAbdullâh al-Husainiy. Rȗh al-
Maʻâniy Fî Tafsîr al-Qur’ân al-ʻAzîm Wa al-Sabʻ al-
Matsâniy. T. tp: Mauqîʻ al-Tafâsîr, t.t.
Al-Ansȃriy, Ismȃ’ȋl bin Muẖammad bin Mȃhiy al-Sa’diy. Al-Tuẖfah
al-Rabbȃniyyah fȋ Syarẖ al-Arba’ȋn Hadȋtsan al-Nawawiyah.
Iskandariyah: Maṯba’ah Dȃr Nasyr al-Tsaqȃfah, 1380 H
Al-Asfihȃniy, Abȗ al-Qȃsim al-Husain bin Mufaḏḏal bin Muẖammad
al-Rȃghib. Muʻjam Mufradȃt Alfȃẕ al-Qur’ȃn. Beirut, Dȃr al-
Kutub al-ʻIlmiyyah, 2004.
---. Al-Mufradât Fî Gharîb al-Qur’ân. Beirut: Dâr al-Maʻrifah, t.t.
Al-Azdiy, Sulaimȃn bin al-Asyʻats Abȗ Dȃwud al-Sijistȃniy. Sunan
Abȋ Dȃwud. Beirut: Dȃr al-Fikr, t.t.

170
171

Al-Baghdȃdiy, Aẖmad bin ‘Aliy Abȗ Bakr al-Khaṯȋb. Tȃrȋkh Baghdȃd.


Beirut: Dȃr al-Kutub al-‘Ilmiyyah, t.t.
Al-Baghdȃdiy, Zain al-Dȋn Abȋ al-Faraj ‘Abdurraẖmȃn bin Syihȃb al-
Dȋn. Jȃmiʻ al-‘Ulȗm wa al-Hukm. Qȃhirah: Maktabah Ibn
Taimiyyah, 1411 H/1990 M.
Al-Baihaqiy, Abȗ Bakr Aẖmad bin al-Husain bin ‘Aliy bin Mȗsȃ.
Syuʻab al-Ȋmȃn li al-Baihaqiy. Kuwait: Syarikah Ghirȃs, 1427
H/2007 M.
Al-Bighâ’, Mustafâ Dîb dan Mastū, Muhyî al-Dîn Dîb. Al-Wâdih fî
ʻUlûm al-Qur’ân. Damaskus: Dâr al-ʻIlm al-Katîb dan Dâr al-
ʻUlȗm al-Insâniyyah, 1998.
Al-Bukhȃriy, Muẖammad bin Ismȃʻȋl bin Ibrȃhȋm bin al-Mughȋrah.
Saẖȋẖ al-Bukhȃriy. Cairo: Mauqiʻ Wazȃrah al-Auqȃf al-
Misriyyah, t.t.
Al-Bustiy, Muẖammad bin Hibbȃn bin Aẖmad Abȗ Hȃtim al-
Tamȋmiy. Saẖȋẖ Ibnu Hibbȃn bi Tartȋb Ibnu Balbȃn. Beirut:
Muassasah al-Risȃlah, 1414 H/1993 M.
Al-Dahlawiy, Fakhr al-Hasan. Syarẖ Sunan Ibnu Mȃjah. Karatisy:
Qadimay Kutub Khȃnah, t.t.
Al-Dȃrimiy, ‘Abdullȃh bin ‘Abdurraẖmȃn Abȗ Muẖammad. Sunan al-
Dȃrimiy, Muẖaqqiq Fawȃz Aẖmad Zamraliy dan Khȃlid al-
Sabiʻ al-‘Ilmȋ. Beirut: Dȃr al-Kitȃb al-‘Arabȋ, 1407 H.
Al-Dimasyqiy, Abȗ Zakariyyȃ Muhyȋ al-Dȋn bin Syaraf al-Nawawiy.
Al-Manȃhij Syarẖ Saẖȋẖ Muslim bin al-Hajjȃj. Beirut: Dȃr
Iẖyȃ’ al-Turȃts al-ʻArabiy, 1392 H.
---. Al-Tibyȃn Fȋ Ȃdȃb Hamalah al-Qur’ȃn, Penerjemah Yuliana
Sahadatilla dkk. Sukoharjo: Al-Qowam, 2015.
---. Riyad al-Sâlihîn Min Kalâm Sayyid al-Mursalah. Beirut: Dâr al-
Fikr, 1973.
---. Syarẖ al-Arbaʻȋn al-Nawawiyah fi al-Aẖȃdȋts al-Saẖȋẖah al-
Nabawiyyah. Riyȃḏ: Mauqiʻ al-Warȃq, t.t.
Al-Dzahabiy, Abȗ ‘Abdillȃh Muẖammad bin Aẖmad bin ‘Utsmȃn bin
Qaimaz bin ‘Abdullȃh. Siyar Aʻlȃm al-Nubalȃ’. Cairo:
Mauqiʻ Yaʻsȗb, t.t.
---. Al-Kâsyaf fî Maʻrifah Man Lahȗ Riwâyah fî al-Kutub al-Sittah.
Jeddah: Dâr al-Qiblah Lî al-Tsaqâfah al-Islâmiyyah, 1992.
172

---. Mizan al Iʻtidâl Fî Naqd al-Rijâl. T.tp.: Mauqiʻ Yaʻsȗb, t.t.


---. Tadzkirah al-Huffâz. T.tp.: Mauqiʻ Yaʻsȗb, 1994.
Al-Haitsamiy, Nȗr al-Dȋn ‘Aliy bin Abȋ Bakr. Mujammaʻ al-Zawȃid
wa Manbaʻ al-Fawȃid. Beirut: Dȃr al-Fikr, 1412 H/ 1992 M.
Al-Hanafiy, Badr al-Dȋn al-‘Ainiy. ‘Umdah al-Qȃrȋ. Riyȃḏ: Multaqȃ
Ahl al-Hadȋts, 1427 H.
Al-Hanbaliy, ‘Abdurraẖmȃn bin Syihȃb al-Dȋn Aẖmad bin Rajab.
Lathȃif al-Maʻȃrif. Beirut: Dȃr bin Katsȋr, 1999.
Al-Husainiy, Muhammad Rasyîd bin ʻAliy Ridâ bin Syams al-Dîn bin
Bahâ’ al-Dîn al-Qalmȗniy. Tafsîr al-Manâr. Beirut: Dâr al-
Fikr, t.t.
Ali, Mohammad Daud dan Daud, Habibah. Lembaga-Lembaga Islam
di Indonesia. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995.
Al-Jazâiriy, Abȗ Bakr Jâbir bin Mȗsâ bin ʻAbd al-Qadîr bin âbir. Aisâr
al-Tafâsîr. Cairo: Dâr ‘Alamiyyah, 2013.
Al-Jazariy, Al-Mubârak bin Muhammad bin Muhammad bin ʻAbd al-
Karîm bin ʻAbd al-Wahîd al-Syaibâniy. Jâmiʻ al-Usȗl Min
Ahâdîts al-Rasȗl. Riyâd: Maktabah al-Rusyd, t.t.
Al-Jurjâniy, ʻAliy bin Muhammad. Al-Taʻrîfât. Jeddah: Al-Harâmain,
t.t.
Al-Khathib, Muhammad ‘Ajaj. Ushul Al-Hadis Pokok-Pokok Ilmu
Hadis. Penerjemah H. M. Nur Ahmad Musyafiq. Jakarta: Gaya
Media Pratama, 2013.
Al-Khaṯȋb, Muẖammad `Ajjaj. Usȗl al-Hadȋts ʻUlȗmuhu wa
Musṯalȃẖuh. Beirut: Dȃr al-Fikr, 1989.
Al-Kȗfiy, Abȗ Bakr ‘Abdullȃh bin Muẖammad bin Abȋ Syaibah. Al-
Musannaf fȋ al-Aẖȃdȋts wa al-Atsar. Riyȃḏ: Maktabah al-
Rasyid, 1408 H.
Al-Malikiy, Muhammad bin ʻAlawiy. Al-Qawâʻid al-Asâsiyyah Fî
ʻUlȗm al-Qur’ân. Makkah: Maktabah Mâlik Fahd, 1419 H.
Al-Mizzî, Jamâl al-Dîn Abî al-Hajjâj Yȗsuf. Tahdzîb al-Kamâl. T.tp.:
Mauqiʻ Yaʻsȗb, t.t.
Al-Mubarakfuriy, Abȗ al-Ȗlȃ Muẖammad ‘Abdurraẖmȃn bin
‘Abdurraẖȋm. Tuẖfah al-Aẖwadzȋ. Beirut: Dȃr al-Fikr, t.t.
173

Al-Munȃwiy, Muẖammad ‘Abdul Raȗf bin Tȃj al-‘Arifȋn. Faiḏ al-


Qadȋr. Beirut: Dȃr al-Maʻrifah, 1972.
Al-Naisȃbȗriy, Abȗ al-Husain Muslim bin al-Hajjȃj bin Muslim Al-
Qusyairiy. Al-Jȃmi’ al-Saẖȋẖ al-Musammȃ Saẖȋẖ Muslim.
Beirut: Dȃr al-Afȃq al-Jadȋdah, t.t.
Al-Najdiy, Faisal bin ‘Abd al-‘Azȋz bin Faisal Ibn Hȃmid al-Mubȃrak
al-Harimliy. Taṯrȋz Riyȃḏ al-Sȃliẖȋn, Muẖaqqiq: ‘Abd al-‘Azȋz
bin ‘Abdullȃh bin Ibrȃhȋm al-Zȋr. Riyȃḏ: Dȃr al-‘Ȃsimah li al-
Nasyr wa al-Tauzȋ‘, 1423 H/2002 M.
Al-Nasȃiy, Aẖmad bin Syu’aib Abȗ ‘Abdurraẖmȃn. Sunan al-Nasȃiy
al-Kubrȃ. Beirut: Dȃr al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1411 H/1991 M.
Al-Qȃriy, Al-Malȃ ‘Alȃ. Murqȃh al-Mafȃtȋẖ Syarẖ Misykȃh al-
Masȃbȋẖ. Beirut: Mauqiʻ Al-Misykȃh al-Islȃmiyyah, t.t.
Al-Qatthân, Mannâ. Mabâhits fî ʻUlûm al-Qur’an. Cairo: Maktabah
Wahbah, t.t.
Al-Qazwȋniy, Abȗ ‘Abdillȃh Muẖammad bin Yazȋd. Sunan Ibnu
Mȃjah. Cairo: Mauqiʻ Wazȃrah al-Auqȃf al-Misriyyah, t.t.
Al-Qurtubiy, Abȗ al-Hasan ʻAliy bin Khalaf bin ʻAbd al-Malik bin
Battâl. Syarh Sahîh al-Bukhâriy Libni Battâl. Riyâd: Maktabah
Rusyd, 2007.
Al-Sa’ȋdiy, Taqiy al-Dȋn Abȗ al-Fatẖ Muẖammad bin ‘Aliy bin Wahb
bin Muṯȋ’ al-Qusyairiy al-Manfalȗṯiy. Syarẖ al-Arba’ȋn al-
Nawawiyah. Beirut: Dȃr al-Afȃq al-Jadȋdah, t.t.
Al-Sâbȗniy, Muhammad ʻAliy. Pengantar Studi Al-Qur’an.
Penerjemah M. Chudlori Umar dan M. Matsna H.S. Bandung:
Al-Ma’arif, 1996.
Al-Saʻȋdiy, Taqiy al-Dȋn Abȗ al-Fatẖ Muẖammad bin ‘Aliy bin Wahb
bin Muṯȋ’ al-Qusyairiy al-Manfalȗṯiy. Syarẖ al-Arbaʻȋn al-
Nawawiyah. Beirut: Dȃr al-Afȃq al-Jadȋdah, t.t.
Al-Sȃliẖ, Subẖi. `Ulȗm al-Hadȋts wa Musṭalȃẖuhu. Beirut: Dȃr al-ʻIlm
li al-Malayȋn, 1988.
Al-Shâlih, Subhi. Membahas Ilmu-Ilmu Hadis. Penerjemah Tim
Pustaka Firdaus. Jakarta: PT. Pustaka Firdaus, 2013.
Al-Sibȃ’iy, Musṯafȃ. Al-Sunnah wa Makȃnatuhȃ fȋ al-Tasyrȋ’ al-
Islȃmiy. Beirut: Dȃr al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1994.
174

Al-Suyȗṯiy, ‘Abdurraẖmȃn bin Abȗ Bakr bin Muẖammad bin Sabiq


al-Khuḏariy. Jȃmi’ al-Aẖȃdȋts. Qȃhirah: Dȃr al-Qaumiyyah,
1384 H.
---, ‘Abdurraẖmȃn bin Abȗ Bakr bin Muẖammad bin Sabiq al-
Khuḏariy. Jam’u al-Jawȃmi‘. Riyȃḏ: Mauqiʻ Multaqȃ Ahl al-
Hadȋts, 1384 H.
Al-Syâfiʻiy, Abȗ al-Qâsim Tsiqah al-Dîn Alî bin Abî Muhammad al-
Husain bin Habatullâh bin ʻAbdullâh bin al-Husain al-
Dimasyqiy. Muktasar Târîkh Dimasyq. Beirut: T.pn., 1994.
Al-Syaibȃniy, Abȗ ‘Abdullȃh Aẖmad bin Muẖammad bin Hanbal bin
Hilȃl bin Asad. Musnad Aẖmad. Cairo: Mauqiʻ Wazȃrah al-
Auqȃf al-Misriyyah, t.t.
Al-Syaukâniy, Muhammad bin ʻAliy bin Muhammad bin ʻAbdullâh.
Fath al-Qadîr al-Jâmiʻ Baina Fannay al-Riwâyah Wa al-
Dirâyah. T. tp: Mauqîʻ al-Tafâsîr, t.t.
Al-Ṯabrȃniy, Sulaimȃn bin Aẖmad bin Ayyȗb bin Mȃṯir al-Lakhamiy
al-Syȃmiy. Al-Muʻjam al-Kabȋr. Beirut: Muassasah al-
Risȃlah, 1405 H/ 1985 M.
Al-Tamȋmiy, Aẖmad bin ‘Alȋ bin al-Mutsannȃ Abȗ Ya’lȃ al-Mausuliy.
Musnad Abȋ Ya’lȃ. Damsyiq: Dȃr al-Ma’mȗn Li al-Turȃts,
1404 H/1984 M.
Al-Tirmidziy, Muẖammad bin ‘Ȋsȃ bin Saurah bin Mȗsȃ bin al-
Ḏaẖẖȃk. Al-Jȃmi’ al-Saẖiẖ Sunan al-Tirmidziy, Muẖaqqiq:
Aẖmad Muẖammad Syȃkir dkk. Beirut: Dȃr Iẖyȃ’ al-Turȃts
al-‘Arabiy, t.t.
Al-Tullâb, Jubra Masʻȗd Raʻîd. Mu’jam Lughâwiy ‘Asyriy li a- Tullâb.
Beirut: Dâr al-ʻIlmiy li al-Malâyîn, 1979.
Al-Warghamiy, Abȗ ʻAbdillâh Muhammad bin Muhammad bin
ʻUrfah. Tafsîr Ibn ʻUrfah. T.tp.: Mauqiʻ al-Tafâsir, t.t.
Al-Zarqâniy, Muhammad ʻAbd al-Azîm. Manâhil al-ʻIrfân fî ʻUlûm
al-Qur’ân. Beirut: Dâr al-Kitâb al-ʻArabîy, 1995 M.
Amirin, Tatan Maupun. Metodologi Riset. Yogyakarta: Pusat
Penelitian dan Pengabdian Masyarakat UIJ, 1979.
Anam, Thoha Syamsul. “Fida’ Dalam Pandangan Masyarakat Desa
Panunggalan Kec. Pulokulon Kab. Grobogan (Living
Hadits),” Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin dan Humaniora
UIN Walisongo Semarang, 2016.
175

Anwar, M. Khoiril. “Living Hadis” dalam Jurnal Farabi Volume 12,


Nomor 1, Juni 2015.
Arikunto, Suharismi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2010.
Bagian Sekretariat Jantiko Mantab. Data-Data Jantiko Mantab
Daerah. Kediri: Al-Falah Press, 2019.
Bahartha, Dewi S. Kamus Arti Kata-Kata Populer. Surabaya: Bintang
Terang, 1995.
Bakry, Oemar. Akhlak Muslim. Bandung: Angkasa, 1986.
Bawazir, Tohir. Jalan Tengah Demokrasi antara Fundamentalisme
dan Sekularisme. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2015.
Bimbingan Masyarakat Islam Kemenag Mesuji. Data-Data Majelis
Taklim Kabupaten Mesuji. Simpang Pematang: Kemenag
Mesuji Press, 2019.
---. Data Imam dan Khatib Tetap Sesuai Tipologi. Simpang Pematang:
Kemenag Mesuji Press, 2019.
Bisri, Cik Hasan. Pilar-pilar Penelitian Hukum Islam dan Pranata
Sosial. Jakarta: Rajawali Pers, 2009.
Budiardjo, Miriam. Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia,
1984.
Daryanto, Pengantar Teori Komunikasi. Jakarta: Penerbit Salemba,
2015.
Depag RI. Al-Qur’an dan Tafsirnya. Jakarta: Lembaga Percetakan al-
Qur’an Depag, 2009.
---. Bingkai Teologi Kerukunan Hidup Umat Beragama Di Indonesia.
Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Agama Proyek
Peningkatan Kerukunan Umat Beragama Di Indonesia, 1997.
Dermawan, Andy. Perilaku Sosial Keagamaan Paguyuban Pengajian
Terhadap Peran Sosial. Yogyakarta: UIN Suka Media, 2018.
Dewan Pimpinan Wilayah LDII. Surat Keputusan DPW LDII Provinsi
Lampung Nomor: Kep-061/H/III/2016. Bandar Lampung:
LDII Press, 2016.
“Di Mesuji Konflik Berdarah Berulangkali,” Lokadata, 20 Juli 2019,
h. 1.
176

Dutton, Yasin. Asal Mula Hukum Islam. Penerjemah Maufur.


Yogyakarta: Islamika, 2004.
Dzikri, Adi Ahlu. “Dakwah Nyentrik Ala Gus Miek,” Majalah
Langitan, edisi 12 (September 2015): h. 2.
Effendi. “Pialang Adat di Bumi Ruwa Jurai Punyimbang di
Karesidenan Lampung 1928-1942,” (Tesis S2 Fakultas Ilmu
Budaya, Universitas Gajah Mada, 2015), h. 52.
Faisal, Yusuf Amir. Reorientasi Pendidikan Islam. Jakarta:
RajaGrafindo Persada, 1995.
FKUB Kabupaten Mesuji. Data-Data Kerukunan Beragama 2019.
Simpang Pematang: FKUB Press, 2019.
Gazalba, Sidi. Azas Kebudayaan Islam. Jakarta: Bulan Bintang, 1978.
Ghazali, M. Bachri. Pesantren Berwawasan Lingkungan. Jakarta:
Prasasti, 2002.
Hakim, M. Syukronul. Giat Mengisi Ramadhan Dengan Al-Qur’an.
Kediri: Lirboyo Press, 2018.
Halaki, Adnan. Sejarah Kabupaten Mesuji. Bandar Lampng: Cipta
Karya Press, 2017.
Hamid, Syamsul Rijal. Buku Pintar Agama Islam. Bogor: Cahaya
Salam, 2008.
Hanifah, Ninip. Penelitian Etnografi dan Penelitian Grounded
Theory. Jakarta: Akademi Bahasa Asing Borobudur Press,
2010.
Hasbiansyah. Pendekatan Fenomenologi: Penelitian Dalam Ilmu
Sosial dan Komunikasi. Jakarta: Mediator, 2008.
Hasbillah, Ahmad Ubaidi. Ilmu Living Qur’an-Hadits: Ontologi,
Epistimologi, dan Aksiologi. Ciputat: Maktabah Darus
Sunnah, 2019.
Hassan, A. Qadir. Ilmu Mushthalah Hadis. Bandung: Penerbit
Diponegoro, 2007.
Hikmalisa. “Dominasi Habitus Dalam Praktik Khitan Perempuan Di
Desa Kuntu Darussalam Kabupaten Kampar Riau (Aplikasi
Praktik Sosial Pierre Boudieu Dalam Living Hadis),” dalam
jurnal Living Hadis, Vol. 1, No. 2, Oktober 2016.
177

Ibad, M.N. Dzikir Agung Para Wali Allah. Sejarah Dzikrul Ghofilin &
Fadhilah Bacaan-Bacaannya. Yogyakarta: Pustaka
Pesantren, 2012.
---. Dhawuh Gus Miek. Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2007.
---. Dzikir Agung Para Wali Allah Sejarah Dzikrul Ghofilin dan
Fadhilah Bacaan-Bacaannya. Yogyakarta: Pustaka Pesantren,
2012.
---. Perjalanan dan Ajaran Gus Miek. Tulungagung: Koja Aksara,
2007.
---. Suluk Jalan Terabas Gus Miek. Yogyakarta: Pustaka Pesantren,
2007.
Iman, Fauzul. Lentera Hati. Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2005.
Irawan, Ida Bagus. Teori-teori Sosial Dalam Tiga Paradigma. Jakarta:
Kencana, 2014.
Ismail, M. Syuhudi. Kaidah Keshahihan Sanad Hadis. Bandung:
Bulan Bintang, 1988.
---. Metodologi Penelitian Hadis Nabi. Jakarta: PT. Bulan Bintang,
1992.
Itr, Nuruddin. Ilmu-Ilmu Hadis. Penerjemah Mujiyo. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 1997.
J. Moleong, Lexy. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2014.
Kahmad, Dadang. Metode Penelitian Agama. Bandung: CV. Pustaka
Setia, 2000.
Khalkân, Abȗ al-ʻAbbâs Syams al-Dîn Ahmad bin Muhammad bin
Abî Bakr. Wafayât al-Aʻyân wa Anbâ’ Abnâ’ al-Zamân.
Beirut: Dâr Sâdir, 1994.
Khamami. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
(RPJMD) Kabupaten Mesuji 2017-2022. Wiralaga Mulya:
Pemda Mesuji Press, 2017.
Khon, Abdul Majid. Ulumul Hadis. Jakarta: Amzah, 2013.
Koentjaraningrat. Kamus Istilah Antropologi Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa. Jakata: Depdikbud, 1984.
Kurnaedi Abu Ya’la, dkk. Metode Asy-Syafi’i. Jakarta: Pustaka Imam
Asy-Syafi’i, 2017.
178

Lubis, Ridwan. Cetak Biru Peran Agama. Jakarta: Puslitbang, 2005.


M. Mansur, dkk. Metodologi Penelitian Living Qur’an dan Hadis.
Yogyakarta: Teras, 2007.
Ma Iballa, Dona Kahfi. “Nikah Sirri Dalam Perspektif Hadis” dalam
Jurnal Studi Gender dan Islam Volume 12, Nomor 1, Januari
2013.
Ma’luf, Luis. Al-Munjid fî al-Lughah wa al-Aʻlâm. Beirut: Dâr al-
Masyriq, 2008.
Maarif, Ahmad Syafi’i. Islam dan Cita-cita dan Masalah Kenegaraan.
Jakarta: LP3ES, 1985.
Majalah langitan edisi 12 September 2015.
Meilinda, Selvi Diana. “Sejarah Bangsawan Lampung,” Kompasiana,
25 Juni 2015, h. 4.
“Mesuji Memanas Lagi,” Republika, 6 Januari 2014.
Mokhtar, Roz Aiza. Konsep Sinkretisme Menurut Perspektif Islam.
Bandung: Rosdakarya, 2015.
Muhammad, Husain. Islam dan Negara Kebangsaan: Tinjauan
Politik. Yogyakarta: LKiS, 2000.
Muhammad, Marwan. Transfer Pahala Mengirim Pahala Untuk
Orang Yang Telah Wafat. Jakarta: Griya Ilmu, 2016.
Muhtadin, Khoirul. “Iʻjazul Qur’an,” Ulumul Qur’an, no. 7 (Desember
2019): h. 64.
Munawwir, Achmad Warson. Kamus al-Munawwir. Surabaya:
Pustaka Progressif, 1997.
Mustafâ bin Ahmad, Muhammad bi Ahmad. Zahrah al-Tafâsîr.
Beirut: Dâr al-Fikr al-ʻArabiy, t.t.
Muzakkir dan Fadhlain, Said. Konsep Akulturasi Budaya Masyarakat.
Banda Aceh: UTU Pres, 2019.
Nasution. Metode Penelitian Naturalistic. Bandung: Tarsito, 2003.
Nuruddin. Pengantar Komunikasi Masssa. Jakarta: Rajawali Pers,
2009.
Puspito, Hendro. Sosiologi Agama. Yogyakarta: Kanisius, 1989.
Qudsy, Saifuddin Zuhri. “Living Hadis: Genealogi, Teori, dan
Aplikasi,” Living Hadis Volume 1, no. 1 (Mei 2016): h. 178.
179

---, Model-model Penelitian Hadis Kontemporer. Yogyakarta: Pustaka


Pelajar, 2013.
Qudsy, Saifuddin Zuhri dan Dewi, Subkhani Kusuma. Living Hadis
Praktik, Resepsi, Teks, dan Transmisi. Yogyakarta: Q-Media,
2018.
Rahardjo, Mudjia. Apa Itu Studi Etnometodologi. Malang: UIN
Malang Media, 2017.
Rohmana, Jajang A. “Pendekatan Antropologi Dalam Studi Living
Hadis Di Indonesia: Sebuah Kajian Awal”, Jurnal Holistic al-
Hadis, Vol. 01, no. 02 (Juli-Desember 2018): h. 257.
Sȃbiq, Sayyid. Fiqh al-Sunnah. Libanon: Dȃr al-Kitȃb al-‘Arabiy, t.t.
Salam, Nor. Living Hadis Integrasi Metodologi Kajian ʻUlumul Al-
Hadis dan Ilmu-ilmu Sosial. Batu: Literasi Nusantara, 2019.
Sangaji, Etta Mamang dan Sopiah. Metodologi Penelitian-Pendekatan
Praktis dalam Penelitian. Yogyakarta: Andi Offset, 2010.
Santoso, Bobby Rachman. “Manajemen Privasi Komunikasi Majlis
Sema’an Al-Qur’an Jantiko Mantab Dan Dzikrul Ghofilin,”
Islamic Communication Journal Vol. 4, no. 1 (Januari-Juni
2019): h. 2.
Saputra, Wahidin. Pengantar Ilmu Dakwah. Jakarta: Rajawali, 2012.
Seadie, Aẖmad. Sunah Bukan Bid’ah. Jakarta: Zaman, 2018.
“Sejarah Mesuji,” Nyokabar 25 Agustus 2015, h. 3.
Shihab, M. Quraish. Tafsir al-Misbah. Jakarta: Lentera hati, 2002.
---. 1001 Soal Keislaman yang Patut Anda Ketahui. Jakarta: Lentera
Hati, 2008.
Sibuea, Hotma P. Ilmu Negara. Jakarta: Penerbit Erlangga, 2014.
Simanjuntak, Masari. Keterbelakangan dan Pembangunan. Jakarta:
Penerbit Erlangga, 2007.
Sofwan, Nurkholis. Living Hadis Studi Atas Fenomena Tradisi Fidyah
Salat Dan Puasa Bagi Orang Meninggal Di Indramayu.
Ciputat: Gaung Persada, 2018.
Somad, Abdul. 37 Masalah Populer. Pekanbaru: Tafaqquh Media,
2017.
180

Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: CV. Alfabeta,


2014.
---. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung:
Alfabeta, 2014.
Suhaili. Kerukunan Umat Beragama. Bandar Lampung: Kemenag
Lampung Media, 2019.
Suparta, Munzier. Ilmu Hadits. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada,
2013.
---. Metode Dakwah. Jakarta: Kencana, 2009.
Surakhmad, Winarno. Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung: Tarsito,
1985.
Suryadilaga, M. Alfatih. “Mafhȗm al-Salawȃt ‘Inda Majmȗʻȃt Joget
Shalawat Mataram: Dirȃsah Fȋ ẖadȋth al-ẖayy,” dalam Jurnal
Studia Islamika, Vol. 21, No. 3. April 2014.
---. Metodologi Penelitian Hadis. Yogyakarta: Pokja Akademik UIN
Sunan Kalijaga, 2006.
---. Aplikasi Penelitian Hadis dari Teks ke Konteks. Yogyakarta:
Penerbit Teras, 2009.
Sutopo. Pengantar Penelitian Kualitatif. Surakarta: Universitas
Sebelas Maret, 1988.
Syamsudin, Ahmad Yaman. Cara Mudah Menghafal Al-Quran.
Sukoharjo: Insan Kamil, 2013.
Syamsudin, Sahiron. Hermeneutika Al-Qur’an dan Hadits.
Yogyakarta: Elsaq Press, 2010.
Tabâtabâʻiy, Muhammad Husain. Mengungkap Rahasia Al-Qur’an.
Penerjemah: A. Malik Madaniy dan Hamim Iiyas. Bandung:
Mizan, 1997.
Tim Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa
Kabupaten Mesuji. BPMPD Kab. Mesuji 2019 dan Kecamatan
Dalam Angka 2019. Wiralaga Mulya: Pemda Mesuji Press,
2019.
Tim Badan Pusat Statistik Daerah Kabupaten Mesuji. Kecamatan
dalam Angka dan Statistik Daerah Kecamatan 2019. Wiralaga
Mulya: Pemda Mesuji Press, 2019.
181

Tim ICCE UIN Jakarta. Demokrasi, Hak Asasi Manusia dan


Masyarakat Madani. Jakarta: UIN Jakarta Press, 2004.
Tim Penerjemah al-Qur’an Depag RI. Al-Qur’an dan Terjemahannya.
Jakarta: Departemen Agama RI, 1992.
Tim Penyusun Bagian Kesejahteraan Rakyat. Daftar Calon Penerima
dan Besaran Bantuan Sosial Rumah Ibadah 2018. Wiralaga
Mulya: Pemda Mesuji Press, 2019.
---. Daftar Penerima Bantuan Sosial Pondok Pesantren Kabupaten.
Wiralaga Mulya: Pemda Mesuji Press, 2019.
---. Data Penerima Bantuan Sosial Guru Ngaji, Guru Injil, Guru
Pasraman Guru Tripitaka, dan Penjaga Makam Tahun 2018.
Wiralaga Mulya: Pemda Mesuji Press, 2019.
---, Data Taman Pendidikan Al-Qur’an Kabupaten Mesuji. Wiralaga
Mulya: Pemda Mesuji Press, 2019.
Tono, Sidik dkk. Ibadah dan Akhlak Dalam Islam. Yogyakarta: UII
Pres Indonesia, 1998.
Ubaid, Majdi. 9 Langkah Menghafal Al-Qur’an. Solo: Aqwam, 2015.
Ubaidillah, Najib. “Relevansi Bacaan Al-Qur’an dan Zikir Terhadap
Keharmonisan Rumah Tangga (Studi Kasus Jama’ah Majelis
Semaan Al-Qur’an Dan Dzikrul Ghofilin Di Pondok
Pesantren Al-Mujahadah Lempuyangan Kota Yogyakarta),”
Skripsi S1 Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga,
2017.
Yani, Ahmad. Panduan Mengelola Masjid. Jakarta: Pustaka
Intermasa, 2007.
Yulianto, Sigit. dan Kaelola, Akbar. Shalat Khusyu’ Gaya Baru.
Yogyakarta: Young Crew Media, 2007.
Yunus, Mahmud. Kamus Arab Indonesia. Jakarta: Hidakarya Agung,
1990.
Zahid, Muhammad. “Posisi dan Fungsi Mushhaf Al-Qur’an Dalam
Komunikasi Massa,” Nuansa Vol. 11, no. 1 (Januari-Juni
2014), h. 78.
Zahra, Abu. Jantiko Mantab Dzikrul Ghofilin. Kediri: Al-Qolbu, 2017.
Zain, Muhammad Ma’sum. Ulumul Hadis Dan Mushtholah Hadis.
Jombang: Darul Hikmah, 2008.
182

Zakariyyȃ, Abȋ al-Husain Ahmad bin Fȃris. Muʻjam Maqȃyȋs al-


Lughah. Beirut: Dȃr Ihyȃ’ al-Turȃts al-ʻArabiy, t.t.
Zenrif, M.F. Realitas dan Metode Penelitian Sosial Dalam Perspektif
Al-Quran: Teori dan Praktik. Malang: UIN Malang Press,
2006.
Zulhimma. “Dinamika Perkembangan Pondok Pesantren Di
Indonesia,” Darul ‘Ilmi Vol. 01, no. 02 (Februari 2013), h. 166.
Zuhri, Saifudin. “Studi Tentang Dalalah Makna: Absolutisme dan
Relatifisme Ayat-Ayat Hukum dalam Al-
Qur’an,”Attaqaddum, no. 2 (November 2015): h. 240.

WAWANCARA

Ahmad Supardi (Warga Desa Tanjung Mas Jaya Kecamatan Mesuji


Timur dan salah satu warga yang belum pernah mengikuti
kegiatan simaan al-Qur’an Jantiko Mantab), pada Selasa, 05
Maret 2019. Pukul 10.00 WIB.
Dedi Hendra (Jamaah dan pernah terlibat langsung dalam kerusuhan
tahun 2012), pada Jum’at, 19 Juni 2020. Pukul 13.00 WIB.
H. Slamet Sulaiman (Kepala Bagian Kesejahteraan Rakyat Pemerintah
Daerah Kabupaten Mesuji), pada Senin, 04 Maret 2019. Pukul
09.00 WIB.
H. Suparyo, (Ketua DPD LDII Kabupaten Mesuji), pada Sabtu, 02
Maret 2019. Pukul 12.30 WIB.
Imam Muhtadi (Warga Desa Mukti Karya Kecamatan Panca Jaya dan
salah satu jamaah dari Jantiko Mantab), pada Jum’at, 01 Maret
2019. Pukul 07.30 WIB.
Julis Harmoko (Warga Desa Mukti Karya Kecamatan Panca Jaya dan
salah satu jamaah dari Jantiko Mantab), pada Jum’at, 01 Maret
2019. Pukul 09.00 WIB.
KH. Abdul Karim Mahfuzh (Ketua Tanfidziyah PCNU Kabupaten
Mesuji), pada Sabtu, 02 Maret 2019. Pukul 11.30 WIB.
KH. Bahruddin (Ulama dan tokoh masyarakat), pada Sabtu, 02 Maret
2019. Pukul 19.30 WIB.
183

KH. Khoirul Habibi (Ulama Desa Mukti Karya Kecamatan Panca Jaya
dan salah satu pendiri Jantiko Mantab), pada Jum’at, 01 Maret
2019. Pukul 06.00 WIB.
KH. Subhan Sagil (Salah seorang tokoh kegiatan Jantiko Mantab
Pusat), pada Selasa, 16 April 2019 di Kediri. Pukul 10.00 WIB.
KH. Syukri Asmawi (Ketua Majlis Tarjih Muhammadiyah Kabupaten
Mesuji), pada Sabtu, 02 Maret 2019. Pukul 08.00 WIB.
Kyai Sumitro (Tokoh dan ketua penasihat LDII Kabupaten Mesuji),
pada Sabtu, 02 Maret 2019. Pukul 10.00 WIB.
M. Nur Salim (Warga Desa Tanjung Mas Jaya Kecamatan Mesuji
Timur dan salah satu jamaah dari Jantiko Mantab), pada
Jum’at, 01 Maret 2019. Pukul 14.00 WIB.
Mubarokul Ulum/Gus Barok (Tokoh Nahdlatul Ulama dan pengurus
kegiatan simaan al-Qur’an Jantiko Mantab), pada Sabtu, 02
Maret 2019. Pukul 06.00 WIB.
Tamami (Warga Desa Mukti Karya Kecamatan Panca Jaya dan salah
satu jamaah sekaligus bendahara dari Jantiko Mantab), pada
Jum’at, 01 Maret 2019. Pukul 10.00 WIB.
Ustadz Samingan (Sekretaris PCNU Kabupaten Mesuji), pada Sabtu,
02 Maret 2019. Pukul 14.00 WIB.
HASIL WAWANCARA
A. Identitas Informan
Nama : KH. Khoirul Habibi (Ulama dan salah satu
pendiri Jantiko Mantab)
Umur : 49 tahun
Alamat : Desa Mukti Karya Kec. Panca Jaya
Waktu Wawancara : Jum’at, 01 Maret 2019. Pukul 06.00 WIB

B. Pertanyaan
1. Hal-hal apakah yang melatarbelakangi pendirian kegiatan
Jantiko Mantab ini?
Jawab: Kegiatan simaan Alquran Jantiko Mantab ini lahir dari
sebuah keprihatinan yang mendalam terhadap keadaan yang
dialami oleh masyarakat Kabupaten Mesuji kala itu. Di mana
sejak dari tahun 2011 hingga penghujung tahun 2013,
Kabupaten Mesuji seringkali dilanda oleh kerusuhan berdarah
yang pemicu utamanya adalah persoalan sengketa lahan baik
itu di Silva, BSMI, dan masih banyak lagi. Mereka saling
mengaku bahwa itu adalah lahan miliknya, akhirnya terjadilah
bentrok. Itu semua apabila ditarik benang merahnya adalah
karena sifat serakah yang ditimbulkan karena hubb al-dunyâ.
Ini sebenarnya adalah penyakit hati. Keadaan yang berlarut-
larut inilah yang menjadikan para Kyai merasa prihatin dan
berinisiatif ikut andil berusaha untuk menjadikan keadaan
Kabupaten Mesuji damai, aman, dan tentram. Sebagai langkah
nyata dari upaya tersebut, para tokoh agama setempat
kemudian mendirikan sebuah kegiatan simaan Alquran yang
selanjutnya diberi nama dengan Jantiko Mantab yang secara
arti harfiahnya adalah jamaah anti koler dan mantab berasal
dari bahasa Arab man tâba yang artinya adalah siapa yang mau
bertaubat.
2. Tujuan apakah yang ingin dicapai dari pelaksanaan kegiatan
Jantiko Mantab?
Jawab: Tujuan besar dari kegiatan ini adalah masyarakat
Mesuji yang aman, tenteram, dan damai. Melalui apa? Yakni
melalui turunnya sakînah, rahmat kasih sayang Allah dan
dinaungi oleh para Malaikat. Melalui itu semua, maka pasti hati
akan menjadi tentram, hidup menjadi berkah, dan selalu dalam
kasih sayang dan lindungan dari Allah Swt sehingga hidup kita
ini akan menjadi terarah. Karena kebanyakan hal-hal yang
terjadi itu adalah karena semuanya disebabkan oleh penyakit
hati, maka kita mengobatinya adalah dengan mengobati hati.
Apabila hati itu sudah sehat, maka semuanya akan indah. Ini
sesuai dengan namanya yaitu Jamʻiyah anti koler. Jamaah anti
goyah dari tuntunan Allah Swt, jamaah anti mabuk dunia,
jamaah anti cinta dunia yang berlebihan sehingga menabrak
tuntunan dan tatanan yang telah digariskan oleh Allah Swt.
Dalam setiap langkah dan hembusan nafas harus selalu ingat
kepada Allah Swt sehingga hidup tidak akan mungkin goyah
dari tuntunan Allah Swt. Mantab, siapa yang mau bertaubat?
Silakan datang. Siapa yang mau memperbaiki diri, monggo
rawuh. Siapa yang mau hidupnya mendapatkan curahan
rahmat dan diturunkan sakînah dan dikelilingi oleh para
Malaikat rahmat, monggo rawuh, silakan datang dan
nikmatilah keindahan menyelami lautan rahmat ilahi melalui
lantunan ayat-ayat suci.
3. Apakah ada dalil-dalil naqli yang menjadi dasar pedoman
pendirian kegiatan Jantiko Mantab ini?
Jawab: Sebenarnya ada banyak sekali dalil-dalil naqli yang
berhubungan dengan kegiatan simaan ini. Namun untuk dalil
utama yang menjadi dasar pendirian kegiatan Jantiko Mantab
Kabupaten Mesuji ini adalah hadis yang bersumber dari Abu
Hurairah yang diriwayatkan oleh beberapa orang perawi hadis
yang dalam penelitian saya sendiri saya haqq al-yaqîn hadis ini
sahîh lidzâtih. Bunyi hadis tersebut adalah: ‫ت ِم ْن‬ ٍ ‫اجتَ َم َع قَ ْو ٌم ِفى َب ْي‬
ْ ‫َما‬
‫س ِكينَةُ َو َغ ِشيَتْ ُه ُم‬
‫ت َعلَ ْي ِه ُم ال ه‬ ْ َ‫سونَهُ بَ ْينَ ُه ْم إِاله نَزَ ل‬ َ َ‫َّللاِ َو َيتَد‬
ُ ‫ار‬ ‫اب ه‬ َ َ‫َّللاِ تَعَالَى يَتْلُونَ ِكت‬
‫ت ه‬ ِ ‫بُيُو‬
ُ ْ ُ
‫الر ْح َمة َو َحفهتْ ُه ُم ال َمالَئِ َكة َوذَ َك َر ُه ُم ه‬.Yang
ُ‫َّللاُ فِي َم ْن ِع ْندَه‬ ‫ه‬ artinya “Tidaklah
berkumpul suatu kaum di salah satu rumah Allah, sedang
mereka membaca kitab Allah (Alquran ) dan mempelajarinya
di antara mereka, kecuali akan turun ketenangan atas mereka
dan mereka akan dilingkupi oleh rahmat serta para Malaikat
mengelilingi mereka dan Allah menyebut-nyebut mereka pada
(makhluk) yang ada di dekat-Nya.” Kalau dari jalur Imam
Muslim hadis ini dari jalur Yaẖyȃ bin Yaẖyȃ al-Tamȋmiy dari
Abȗ Bakr bin Abȋ Syaibah dan Muẖammad bin al-‘Alȃ’ al-
Hamdȃniy dari Abȗ Muʻȃwiyah dari al-Aʻmasy dari Abȗ Sȃliẖ
dari Abȋ Hurairah, dari Nabi Saw. Kalau dari jalur Imâm Abȗ
Dâwud dari ‘Utsman bin Abȋ Syaibah dari Abȗ Mu’ȃwiyah
dari al-Aʻmasy dari Abȗ Sȃliẖ dari Abȋ Hurairah dari Nabi
Saw. Dan dari beberapa perawi yang lain. Jadi hadis ini
mutâbiʻnya lumayan banyak, jadi pasti dijamin ke-sahîh-
annya.
4. Bagaimanakah pengalaman pertama kali mengikuti kegiatan
Jantiko Mantab?
Jawab: Saya pribadi alhamdulillah telah mengikuti kegiatan
Jantikoan ini semenjak saya dulu masih mondok di
Tulungagung. Saya dulu sangat aktif sekali dalam kegiatan-
kegiatan keagamaan yang ada di daerah Tulungagung itu
termasuk ya itu salah satunya adalah Jantiko Mantab.
Alhamdulillah sejak saya mengenal Jantiko ini saya selalu aktif
mengikutinya tanpa ada absen sekalipun. Kecintaan saya
terhadap Jantiko ini bahkan alhamdulillah dulu saya pernah
menjadi inisiator sampai sukses terbentuk kegiatan Jantiko
Mantab tingkat Kecamatan Kalidawer Kabupaten
Tulungagung yang berlokasi di Pondok Pesantren Darussalam
yang diselenggarakan pada setiap hari Jum’at Legi. Selama
melakasanakan kegiatan Jantiko itu, banyak sekali hikmah dan
manfaat yang secara pribadi saya rasakan. Berbekal
pengalaman-pengalaman berharga itulah, maka saya
berkeinginan dan mantap mendirikan Jantiko Mantab di
Kabupaten Mesuji ini.
5. Dalam pendirian kegiatan Jantiko Mantab di Kabupaten
Mesuji, apakah berkoordinasi terlebih dahulu dengan Jantiko
Mantab yang telah ada di pusat Kabupaten Kediri?
Jawab: Jelas mas kami harus berkoordinasi dan sowan dulu
untuk meminta izin restu dari Gus Sabut yang merupakan ketua
Jantiko Mantab pusat. Hal ini bagi kami yang pernah
mengenyam pendidikan pesantren merupakan adab yang harus
dilaksanakan. Artinya ora keno ora. Pada tanggal 14 Juli 2012,
kami yang berjumlah delapan orang, yakni saya, Ustaz
Muhamad Yunus, Ustaz Suyatno, Kyai Bahron Fadhil, Ustaz
Sukidi, Ustaz Hariyanto, Bapak Romli, dan Bapak Komari
berangkat dari Kabupaten Mesuji menuju ke Ploso, Kabupaten
Kediri untuk sowan ke Gus Sabut guna meminta izin dan ijazah
untuk mendirikan kegiatan simaan Alquran Jantiko Mantab di
Kabupaten Mesuji dan alhamdulillah oleh beliau diberi ijazah
dan sekaligus izin restu untuk mendirikan dan
memperjuangkan Alquran melalui Jantiko Mantab.
6. Mengapa kegiatan simaan Alquran ini diberi nama dengan
Jantiko Mantab?
Jawab: Alasan mengapa kegiatan simaan Alquran ini diberi
nama dengan memakai nama Jantiko Mantab adalah supaya
kegiatan simaan ini diharapkan akan lebih cepat diterima oleh
masyarakat sehingga akan lebih cepat dalam perkembangan-
nya. Keadaan ini memungkinkan dikarenakan, pertama, nama
Jantiko Mantab telah lama ada sejak tahun 1986 pada kali
pertama dibuka dan diperkenalkan oleh Gus Miek sehingga
telah familier di kalangan masyarakat, dan kedua, masyarakat
Mesuji sebagian besar adalah warga pendatang (transmigran)
dari Pulau Jawa khususnya Jawa Timur dan Jawa Tengah yang
mereka sudah tidak asing lagi dengan ketokohan Gus Miek
beserta Jantiko Mantabnya. Pertimbangan-pertimbangan inilah
yang akhirnya, kami para pendiri kegiatan simaan ini memilih
dan memutuskan untuk memberinya nama dengan Jantiko
Mantab.
7. Bagaimanakah antusias sambutan dari masyarakat ketika
pertama kali kegiatan simaan Alquran Jantiko Mantab ini
diadakan di Kabupaten Mesuji?
Jawab: Antusias masyarakat sangat tinggi sekali dan inilah
yang membuat kami, para pendiri merasa bangga dan terharu.
Hal ini menjadi sebuah bekal kesemangatan tersendiri bagi
kami. Pertama kali kegiatan Jantiko ini digelar, tepatnya hari
Ahad Pon tanggal 16 September 2012 bertepatan pada tanggal
29 Syawal 1433 H di masjid jamiʻ Al-Muttaqin Desa Mukti
Karya Kecamatan Panca Jaya. Jamaah yang datang berjumlah
kurang lebih sekitar 60 orang jamaah. Jumlah ini jauh lebih
besar apabila dibandingkan dengan pertama kali Jantiko
Mantab dirilis oleh Gus Miek dahulu yang rawuh hanya oleh
enam orang saja. Dari sini terlihat, betapa masyarakat Mesuji
itu haus akan rohani. Mereka ingin hati mereka tenang.
8. Menurut pemahaman para pendiri Jantiko Mantab Kabupaten
Mesuji, apakah yang dimaksud dengan al-sakînah yang ada
dalam hadis tersebut?
Jawab: Banyak sekali definisi dari kata al-sakînah yang
diungkapkan oleh para Ulama. Hampir semua ulama dari
berbagai disiplin ilmu mendefinisikan kata tersebut. Ulama
tafsir mendefinisikan, ulama hadis mendefinisikan, ulama
tasawuf mendefinisikan, ulama bahasa mendefinisikan, dan
masih banyak lagi dari segi disiplin ilmu. Namun apabila saya
cermati betul-betul, intinya sama, muaranya sama, yakni
ketenangan hati sehingga hidup ini menjadi terarah sesuai
dengan jalur yang telah digariskan oleh Allah Swt. Ada definisi
yang menurut saya lebih mengena apabila ditinjau dari
berbagai segi yakni definisi yang diungkapkan oleh Fakhr al-
Hasan al-Dahlawiy, seorang ulama pen-syarh kitab Sunan Abȗ
Dâwud yakni al-sakînah adalah sesuatu yang menjadikan
kehidupan akan menjadi tenang, hati jernih, hilangnya rasa
aniaya dikarenakan iri, turunnya sinar kasih sayang, dan
kemudian menghasilkan hati yang peka.
9. Selanjutnya, apakah yang dimaksud dengan ghasyiyathum al-
rahmah?
Jawab: Ghasyiyathum al-Rahmah artinya dilingkupi oleh
rahmat. Dilingkupi artinya tidak ada ruang kosong melainkan
terdapat rahmat padanya. Selanjutnya mengenai kata rahmah,
sebagaimana kata al-sakînah yang memiliki definisi yang
berbagai macam dari para ulama, namun intinya tetap sama
yakni kasih sayang dan pemaafan dari Allah Swt. Tanda orang
mendapatkan kasih sayang dan pemaafan dari Allah adalah
hidupnya akan terasa indah, damai, dan penuh dengan
kebaikan. Semangat dan enteng melakukan kebaikan dan
perintah Allah Swt.
10. Apakah terdapat perbedaan tingkat kriminalitas dari sebelum
dan sesudah diadakannya kegiatan Jantiko Mantab?
Jawab: Alhamdulillah semenjak ada kegiatan ini, sudah sangat
berkurang tindakan-tindakan coboy perebutan lahan yang
dahulu marak sekali terjadi. Bahkan kita sudah pernah
menjalankan kegiatan Jantiko Mantab ini di tengah-tengah
daerah para perambah itu dan alhamdulillah mereka sangat
antusias dan bahkan Gus Sabut pernah rawuh kepada mereka.
Diharapkan bagi yang sudah mengikuti kegiatan ini, dapat
menularkan energi positif yang didapatkan kepada teman atau
kenalannya yang belum mengikuti. Sehingga dampak dari
sakînah dan rahmat tersebut akan semakin luas, dan akhirnya
cita-cita menjadikan Kabupaten Mesuji yang aman, tentram,
gemah ripah loh jinawi akan terwujud. Amin.
11. Tantangan apakah yang ditemui dalam pelaksanaan kegiatan
Jantiko Mantab ini?
Jawab: Sebenarnya tantangan yang berarti bisa dikatakan
tidak ada. Tantangan dari masyarakat bisa dikatakan hampir
tidak ditemukan, bahkan kebanyakan mereka mendukung.
Tantangan yang ada justru dari keadaan sarana dan prasarana
yang kurang memadai di Kabupaten Mesuji. Contohnya sarana
listrik yang belum stabil sehingga menjadikan sound system
kurang bekerja dengan baik. Sarana yang kurang lainnya
adalah kondisi jalan di Mesuji yang masih kurang bagus
sehingga menjadi sedikit hambatan bagi masyarakat yang ingin
mendatangi kegiatan Jantiko terutama ketika musim hujan
berlangsung. Namun selalu saya tekankan kepada para jamaah
bahwa ‫ األجر بقدر التعب‬. Balasan dari Allah itu sesuai dengan
tingkat kepayahan. Dengan demikian, yang lebih payah itulah
yang lebih banyak pula pahalanya.
HASIL WAWANCARA
A. Identitas Informan
Nama : Mubarokul Ulum /Gus Barok (Tokoh
Nahdlatul Ulama dan pengurus
kegiatan simaan Alquran Jantiko
Mantab)
Umur : 40 tahun
Alamat : Desa Mekarsari Kec. Tanjung Raya
Waktu Wawancara : Sabtu, 02 Maret 2019. Pukul 06.00 WIB
B. Pertanyaan
1. Bagaimana pendapat Anda tentang Kegiatan Simaan Alquran
Jantiko Mantab yang rutin dilaksanakan di Kabupaten Mesuji
setiap selapan hari sekali?
Jawab: Secara historis Jantiko Mantab itu merupakan salah
satu dari produk NU. Kenapa bisa dikatakan demikian? Jantiko
Mantab ini dideklarasikan oleh Gus Miek yang merupakan
tokoh NU Jawa Timur dan ia telah disahkan oleh para sesepuh
NU. Jauh sebelum Jantiko ini dibentuk, Kyai Miek telah
mendeklarasikan Dzikrul Ghofilin yang juga telah mendapat
restu dari para Kyai NU dan sesepuh NU. Kemudian Jantiko
ini dibawa ke Mesuji oleh para Kyai NU dalam rangka
menjadikan Mesuji yang aman dan damai. Oleh karenanya,
maka dapat kita dapati kaifiyah yang ada di dalam kegiatan
Jantiko Mantab ini adalah sesuai dengan amalan-amalan para
nahdliyyin yang sesuai dengan ahlussunnah waljamaah. Maka
saya pribadi sangat mengapresiasi dan mendukung kegiatan
Jantiko Mantab ini dan berharap bisa langgeng dan istiqomah
ilâ yaȗm al-qiyâmah.
2. Salah satu inti dari kegiatan Jantiko Mantab ini adalah simaan
Alquran yang dilaksanakan kurang lebih dalam waktu satu hari
satu malam. Bagaimana menurut Anda model simaan semacam
ini?
Jawab: Dalam Jantiko Mantab ini yang membaca Alquran
adalah para huffâz al-Qur’ân yang sudah sangat mahir dan lihai
dalam membaca Alquran . Waktu satu hari satu malam bagi
mereka adalah hal yang biasa dalam mengkhatamkan Alquran
dan itu sudah mencakup tajwid dan bacaan yang baik. Hukum
bacaannya tetap jelas dan baik. Bahkan semua jamaah yang ada
semuanya bisa menyimak dan mengikuti dan mereka sangat
menikmati. Rata-rata dalam satu juz memerlukan waktu
setengah jam. Itu bacaan yang sangat standar apalagi bagi para
penghafal Alquran yang telah mutqin hafalannya dan sumua
yang membaca di Jantiko Mantab adalah penghafal yang
mutqin hafalannya. Imȃm al-Nawawiy contohnya berpendapat
bahwa kondisi masing-masing orang adalah berbeda-beda. Ada
orang yang jernih pikirannya sehingga dalam waktu singkat
dapat memahami apa yang dibacanya. Oleh karenanya, banyak
ulama salaf yang justru berbeda-beda waktunya dalam
mengkhatamkan Alquran . Imȃm Syȃfi’iy misalnya, beliau
mengkhatamkan Quran dalam bulan Ramadhan sebanyak
enam puluh kali khataman dan lakukan dalam salat. Sahabat
‘Utsmȃn bin ‘Affȃn juga mengkhatamkan Alquran dalam satu
rakaat di Ka’bah. Lha ini dalam Jantiko Mantab Mesuji satu
malam satu hari, ya sangat wajar untuk disimak bareng-bareng
satu masjid.
3. Latar belakang pendirian kegiatan Jantiko Mantab di
Kabupaten Mesuji awalnya adalah karena banyak kerusuhan,
sehingga kegiatan ini bertujuan salah satunya adalah agar
Kabupaten Mesuji menjadi Kabupaten yang aman. Bagaimana
pendapat Anda mengenai hal ini?
Jawab: Sangat pas sekali dan sesuai dengan apa yang telah
disabdakan oleh Nabi Saw yakni ِ‫َّللا‬ ‫ت ه‬ ِ ‫ت ِم ْن بُيُو‬ ٍ ‫اجتَ َم َع قَ ْو ٌم فِى َب ْي‬
ْ ‫َما‬
ُ‫الر ْح َمة‬
‫س ِكينَةُ َو َغ ِش َيتْ ُه ُم ه‬ ْ َ‫سو َنهُ َب ْينَ ُه ْم ِإاله نَزَ ل‬
‫ت َعلَ ْي ِه ُم ال ه‬ َ َ‫َّللاِ َو َيتَد‬
ُ ‫ار‬ ‫اب ه‬ َ َ‫تَ َعالَى َيتْلُونَ ِكت‬
ُ‫َّللاُ فِي َم ْن ِع ْندَه‬ ‫ َو َحفهتْ ُه ُم ْال َمالَئِ َكةُ َوذَ َك َر ُه ُم ه‬bahwa tidak ada sebuah
perkumpulan dari suatu kaum yang berkumpul di suatu rumah
Allah dalam hal ini masjid sambil membaca Alquran dan
mentadaruskannya di antara mereka, termasuk simaan ini
adalah bentuk tadarus, melainkan akan diturunkan kepada
mereka ketenangan, diliputkan kepada mereka rahmat,
dikelilingi oleh para Malaikat, dan disebut-sebut oleh Allah
Swt pada makhluk yang ada di sisi-Nya. Mari kita perhatikan
sakînah di sini. Dengan sakînah sebagaimana yang
diungkapkan oleh Fakhr al-Hasan al-Dahlawiy diharapkan
kehidupan masyarakat Mesuji akan menjadi tenang, hati jernih,
hilangnya rasa aniaya dikarenakan iri, turunnya sinar kasih
sayang, dan kemudian menghasilkan hati yang peka. Dengan
curahan rahmat, maka hidup mereka akan senantiasa
mendapatkan kasih sayang, kelembutan, dan pemaafan dari
Allah Swt sehingga menjadikan kehidupan mereka akan terasa
indah, damai, dan penuh dengan kebaikan. Dengan dua paket
ini, maka kehidupan mereka yang berselisih itu khususnya,
akan adem ayem, hidup lebih tertata dan terarah kepada hal
yang baik, sehingga tidak ada permusuhan dan keributan lagi.
4. Dalam hadis tersebut disebutkan bahwa sakînah dan rahmat itu
akan turun kepada mereka yang berada di dalam masjid yang
bersama-sama membaca Alquran sedangkan kebanyakan dari
yang bertikai itu adalah belum ikut di masjid itu. Apakah kedua
hal tersebut akan dianugerahkan kepada orang yang tidak
berada di masjid itu pula?
Jawab: Para jamaah itu berasal dari seluruh pelosok Mesuji.
Mereka mengikuti kegiatan Jantiko Mantab yang pastinya
mereka telah mendapatkan apa yang dijanjikan di dalam hadis
tersebut. Setelah itu mereka kembali ke kediaman mereka
masing-masing lalu setelah itu mereka ada yang bermuamalah
dengan orang-orang yang tidak ikut tersebut. Otomatis mereka
ini akan membawa pengaruh hasil Jantiko kepada mereka yang
bertikai itu. Saya yakin itu, karena saya kebanyakan kenal
dengan para jamaah dan tahu cara mereka mendapatkan
maʻîsyah kehidupan mereka. Jadi ibaranya, jamaah Jantiko
Mantab ini adalah para duta-duta pembawa kedamaian dan
penular ketenangan dan rahmat Allah itu. Itu kalau kita berpikir
secara akal bagaimana sakînah dan rahmat Allah itu sampai
kepada mereka yang tidak ikut kegiatan simaan. Namun,
sebenarnya hal tersebut bagaimana sampainya kepada mereka
yang tidak ikut kegiatan simaan sulit diterangkan dengan akal
manusia mas. Sebagai contoh, ketika sebenarnya Allah Swt
akan mengazab suatu kaum, namun tidak jadi karena masih ada
di antara mereka yang meminta ampun kepada Allah.
Bagaimana ini bisa terjadi. Mari perhatikan firman Allah Surat
al-Anfâl ayat 33 yang bunyinya َ‫ٱَّللُ ُمعَ ِذبَ ُه ۡم َو ُه ۡم يَ ۡستَ ۡغ ِف ُرون‬
‫ َو َما َكانَ ه‬.
Jadi Intinya rahmat dan ketenangan dari Allah menyasar lebih
luas bagi orang yang berada di sekitar masjid yang digunakan
untuk Jantikoan itu. Dan itu terjadi kenyataannya banyak sekali
orang yang berada di daerah perambah dan dulu ikut bertikai
sekarang malah menjadi jamaah setia Jantiko Mantab dan
bahkan sudah beberapa kali Jantiko Mantab ini
diselenggarakan di daerah para perambah itu. Inikan sekali lagi
sebagai pertanda bahwa ketenangan dan rahmat Allah itu
menyasar kepada mereka yang tidak ikut kegiatan simaan
Alquran sekalipun.
5. Apakah pernah terdapat kontradiksi atau pertentangan dari
dalam NU sendiri dan dari luar NU?
Jawab: Pertentangan itu pasti ada dan itu dari luar NU, namun
tidak sampai terjadi apa-apa hanya berbeda pendapat sedikit
saja dan itu wajar. Kalau dari pihak kaum nahdliyyin sendiri,
dari mulai awal berdiri sampai sekarang tidak ada pertentangan
dan yang ada malah sebaliknya yakni saling dukung sehingga
menjadikan Jantiko Mantab ini dapat berjalan hingga sekarang
ini. Pertentangan dengan Pemerintah juga sama sekali tidak
ada. Justru Pemerintah malah memberikan dukungan antara
lain contohnya pembagusan jalan dan perluasan jaringan listrik
serta merenovasi dan memperindah masjid-masjid yang
dipakai untuk Jantiko Mantab sehingga jamaah merasa
nyaman. Pertentangan sedikit yang ada yakni dari ormas lain
selain NU yakni Muhammadiyah namun ya hanya berbeda
pendapat aja sedikit-sedikit dan alhamdulillah kita saling
menghargai satu sama lain. Intinya tetap menjaga kerukunan di
antara kita.
HASIL WAWANCARA

A. Identitas Informan
Nama : Kyai Sumitro (Tokoh dan ketua penasihat
LDII)
Umur : 58 tahun
Alamat : Desa Gedung Ram Kec. Tanjung Raya
Waktu Wawancara : Sabtu, 02 Maret 2019. Pukul 10.00 WIB
B. Pertanyaan
1. Tentang kegiatan simaan Alquran Jantiko Mantab, apakah
panjenengan sudah mengetahuinya?
Jawab: Walaupun selain dari organisasi kita, alhamdulillâh
sudah mengetahuinya, namun secara sangat spesifik dan
mendetailnya saya kurang begitu faham, karena kita juga sudah
punya program kegiatan pengajian sendiri. Kalau pengajian
kita tidak ada motto atau judul seperti Jantiko Mantab. Jadi ya
hanya ngaji. Di Kabupaten Mesuji kita ada beberapa kelompok
bahkan ada sebelas kelompok kegiatan LDII. Materi dan
metodenya sama yang dinamakan dengan nama pengajian
muballigh yang diambil dari hadis ‫ َب ِلغُ ْوا َعنِى َولَ ْو أَ َية‬. Sampaikan
dariku walau hanya satu ayat. Kalau di kalangan kami
memang apabila sudah pernah merasakan meja pondok
pesantren dan dia mampu mengajarkan ilmunya, maka wajib
mengajarkan dan dia menjadi guru walaupun dia usianya lebih
muda. Kelompok-kelompok kami yang dari sebelas wilayah
tersebut berkumpul satu bulan sekali untuk mengaji bersama
dan mereka yang pernah mondok itu yang mengajarkan
ilmunya kepada yang lain. Untuk sementara ini, kami mengkaji
kitab sahîh Bukhâriy dan untuk kitab sahîh Bukhâriy ini sudah
berjalan sepuluh tahun dan baru menginjak juz tiga.
2. Bagaimana menurut njenengan tentang model simaan Alquran
dalam Jantiko Mantab yang waktunya dimulai dari sesudah
isya dan berakhir sesudah asar mendekati salat Magrib pada
esok harinya sehingga dapat dikatakan khatam satu Alquran
dalam semalam sehari?
Jawab: Kalau kita kembali kepada hadis, apabila kita
membaca Alquran kok tiga hari selesai, itu tidak bisa meresap
dan hanya lewat di tenggorokan saja. Jadi sebenarnya simaan
Alquran Jantiko Mantab itu kurang efektif. Namun kalau
sistem itu sudah menjadi program NU ya monggo mawon,
karena setiap organisasi memiliki program masing-masing.
Tetapi kalau kami tidak menggunakan sistem itu dan mohon
maaf kami tidak perlu begitu muluk-muluk memprogramkan
supaya warga itu hobi membaca Alquran , karena membaca
Alquran itu rata-rata orang-orang malas. Maka kami
memprogramkan minimal satu hari satu malam tiga ayat saja
dan syukur-syukur bisa satu juz, kecuali di bulan Ramadhan.
Karena dalam hadis disebutkan ‫صالَةِ َوقِ َرائَ ِة ْالقُ ْرأَ ِن‬ ‫زَ ِينُ ْوا بُي ُْوتَ ُك ْم بِال ه‬
Hiasilah rumah kalian dengan salat dan membaca Alquran.
Maka kami warga LDII wajib minimal membaca tiga ayat di
rumah sendiri-sendiri sehari semalam. Adapun di masjid, kita
tidak sekedar simaan, namun kita juga kaji beserta makna dan
tafsirnya. Kalau di bulan Ramadhan, sesuai dengan hadis
bahwa Nabi itu bersegera membaca Alquran dan lebih
memperbanyak dari hari-hari yang lain. Anjurannya setiap
warga LDII yang lancar membaca Alquran , minimal membaca
satu juz. Jadi satu bulan Ramadhan khatam satu Alquran .
Khusus di bulan Ramadhan, setiap kelompok masjid diadakan
darusan satu juz satu malam.
3. Latar belakang pendirian kegiatan jantiko mantab di
Kabupaten Mesuji awalnya adalah karena banyak kerusuhan
dan agar menjadi Kabupaten yang aman. Hal ini berdasarkan
hadis ‫سونَهُ بَ ْي َن ُه ْم‬ ُ ‫ار‬ َ َ‫َّللاِ َو َيتَد‬
‫اب ه‬ َ َ‫َّللاِ تَعَالَى َيتْلُونَ ِكت‬‫ت ه‬ ِ ‫ت ِم ْن بُيُو‬ ٍ ‫َما ا ْجتَ َم َع قَ ْو ٌم فِى بَ ْي‬
‫الر ْح َمةُ َو َحفهتْ ُه ُم ْال َمالَئِ َكةُ َوذَ َك َر ُه ُم ه‬
ُ‫َّللاُ فِي َم ْن ِع ْندَه‬ ‫س ِكينَةُ َو َغ ِشيَتْ ُه ُم ه‬ ْ َ‫ ِإاله نَزَ ل‬.
‫ت َعلَ ْي ِه ُم ال ه‬
Menurut njenengan, apakah sudah tepat latar belakang
pendirian kegiatan simaan Alquran Jantiko Mantab Kabupaten
Mesuji dan menggunakan hadis ini sebagai dasar pendirian?
Jawab: Kalau saya mengapresiasi sangat dengan kegiatan ini
karena bertujuan sangat baik. Dan berdasar hadis itu adalah
sangat benar dan tepat, karena memang setiap ada
perkumpulan pembacaan Alquran dan zikir, maka para
Malaikat akan langsung memayungi dengan sayapnya. Sekali
lagi kalau saya sangat mengapresiasi kegiatan itu, namun
dengan catatan selama simaan itu harus sesuai dengan ilmu
tajwid. Jadi tidak hanya mentargetkan khatam. Jadi dalam
hadis dijelaskan ‫من قرأ حرفا من كتاب هللا فله به حسنة والحسنة بعشر أمثالها‬
‫ال أقول آلم حرف ولكن ألف حرف والم حرف وميم حرف‬. Barangsiapa
yang membaca satu huruf dari kitab Allah, maka baginya satu
kebaikan. Dan satu kebaikan dilipatgandakan menjadi sepuluh
kali lipat. Aku tidak mengatakan alif lam mim satu huruf. Akan
tetapi alif satu huruf, lam satu huruf, dan mim satu huruf. Jadi
harapannya membaca Alquran di samping kita mendapatkan
rahmat dan ganjaran pahala, saya sangat berharap bagi para
pembaca Alquran itu harus sesuai metode benarnya dalam
membaca Alquran . Tapi memang dari warga kami tidak
melakukan seperti simaan Jantiko Mantab itu. Kami tetap
mengadakan pembinaan tapi tidak harus memakai satu hari
satu malam, karena salah satunya kita mengingat kondisi
warga. Seperti yang saya katakan tadi, warga LDII di rumah
minimal sehari semalam tiga ayat syukur-syukur bisa satu juz
di tengah-tengah kesibukan mereka masing-masing.
4. Sesuai dengan tata aturan berdasarkan ajaran yang ada di LDII,
apakah boleh apabila warga LDII mengikuti kegiatan Jantiko
Mantab ini?
Jawab: Ya boleh-boleh aja. Intinya ibadah itu ada ِ‫َح ْب ٌل ِمنَ َّللا‬
dan ‫اس‬ ِ ‫ َح ْب ٌل ِمنَ النه‬. Kalau ِ‫ َح ْب ٌل ِمنَ َّللا‬itu sesuai dengan pemahaman
individu seseorang masing-masing, tetapi untuk ‫اس‬ ِ ‫َح ْب ٌل ِمنَ النه‬
sebagai hubungan sosial bermasyarakat harus selalu dijaga
dengan baik, karena memang kita bermacam-macam dalam
bermasyarakat ini. Jadi silakan bagi warga LDII mengikuti
kegiatan Jantiko Mantab tersebut. Sebagai contoh lagi tetangga
kita di sini yang nahdhiyyin mengadakan simaan di rumahnya,
kalau kami diundang, ya kami datang. Itu salah satu bentuk ‫َح ْب ٌل‬
ِ ‫ ِمنَ النه‬kita. Insyaallah dalam bermasyarakat ini kita rukun
‫اس‬
semua alhamdulillâh, walaupun kita berbeda organisasi namun
yang penting akidahnya tetap sama. Bahkan di kampung kita
ini tidak hanya Islam saja, Hindu, Kristen kita jaga juga
kerukunan kita dalam ber-habl min al-nâs kita.
5. Berkaitan tentang struktur organisasi LDII di Kabupaten
Mesuji, apakah sudah terbentuk susunan kepengurusannya?
Jawab: Untuk struktur kepengurusan LDII di Kabupaten
Mesuji, sejak awal masuknya LDII di Kabupaten Mesuji
hingga sekarang ini, telah ada susunan lengkap struktur
organisasinya. Bahkan kami telah ada susunan kepengurusan
ssampai tingkat paling bawah sekalipun yaitu tingkat PAC.
Kami juga mempunyai kantor pusat yang letaknya di jalan arah
SP 6 B Muara Tenang.
HASIL WAWANCARA

A. Identitas Informan
Nama : Tamami (Jamaah dan bendahara Kegiatan
Simaan Alquran Jantiko Mantab)
Umur : 55 tahun
Alamat : Desa Mukti Karya Kec. Panca Jaya
Waktu Wawancara : Jum’at, 01 Maret 2019. Pukul 10.00 WIB
B. Pertanyaan
1. Kapan Anda pertama kali mengenal kegiatan simaan Alquran
Jantiko Mantab?
Jawab: Saya mengenal kegiatan simaan Jantiko Mantab ini
ketika saya masih bermukim di Way Jepara Lampung Timur
yang ketika itu masih merupakan wilayah Lampung Tengah.
Ketika itu ada kegiatan Jantiko Mantab yang digagas oleh
Mbah Kyai Ngalimi (w. 1991) kira-kira pada tahun 1988.
Waktu itu saya masih bujangan dan senang berbuat iseng-iseng
dan mencoba-coba hal yang baru. Termasuk waktu itu Jantiko
Mantab adalah sesuatu yang baru ada di wilayah Way Jepara.
2. Kapan Anda pertama kali mengikuti kegiatan simaan Alquran
Jantiko Mantab?
Jawab: Ya ketika di Way Jepara itu saya mulai iseng-iseng
ikut kegiatan Jantikoan karena merupakan sesuatu yang baru.
Setelah ikut-ikutan, eh malah keblablasan hingga sekarang.
3. Apakah Anda mengetahui latar belakang dan tujuan
diadakannya kegiatan simaan Alquran Jantiko Mantab di
Kabupaten Mesuji?
Jawab: Alhamdulillah saya insyaallah tahu persis tentang latar
belakang didirikannya Jantiko di Mesuji ini. Kurang lebih kira-
kira tahun 2012-an, Mesuji ini sempat heboh ke mana-mana
hampir semua orang di Indonesia ini tahu akan kejadian itu
karena hampir disiarkan oleh seluruh stasiun TV. Saya masih
ingat waktu itu dibahas sangat intensif di program ILC TV
One. Kejadian itu adalah menyangkut tentang saling mengakui
tentang kepemilikan lahan yang ada terutama lahan di Silva
dan BSMI sehingga jatuhlah beberapa korban jiwa. Ada yang
kepalanya digorok hampir putus, ada yang perutnya disabet
dengan parang hingga meninggal. Intinya waktu itu Mesuji
sedang gaduh-gaduhnya. Maka dibentuklah kegiatan Jantiko
Mantab ini untuk meredam itu. Sedangkan tujuannya adalah ya
untuk mengobati hati masyarakat yang sedang bertikai itu.
Selain itu juga agar yang tidak bertikai jangan sampai ikut-
ikutan. Kurang lebih seperti itu.
4. Apakah Anda mengetahui dalil yang digunakan sebagai
landasan kegiatan simaan Alquran Jantiko Mantab?
Jawab: Saya dalilnya tahu tapi terus terang saya tidak hafal.
Tapi kalau disuruh untuk menerangkan maksudnya saya tahu.
Ya kurang lebihnya adalah bahwa siapa saja, baik itu laki-laki
atau perempuan, kaya atau miskin, besar atau kecil yang
membaca Alquran di suatu masjid, lalu mentadaruskannya
bersama-sama, maka akan diberikan kepada mereka empat
perkara yaitu pertama, akan diturunkan ketenangan. Kedua,
akan diberikan rahmat. Ketiga, akan dikelilingi para Malaikat.
Keempat, dibanggakan oleh Allah Swt. Saya pribadi sangat
yakin akan hal itu.
5. Apakah Anda mengikuti kegiatan simaan Alquran Jantiko
Mantab secara rutin?
Jawab: Saya sangat berusaha semaksimal mungkin untuk bisa
menghadiri kegiatan Jantiko ini secara rutin. Namun,
kadangkala ada suatu hal yang menjadi halangan sehingga saya
urung hadir dalam Jantiko. Namun sebenarnya ketika saya
absen tidak bisa hadir itu, hati saya sangat sangat eman sekali.
6. Alasan apakah yang mendasari Anda selalu mengikuti kegiatan
ini secara rutin?
Jawab: Ya itu mas, namanya sudah sangat cocok gimana ya.
Pasti kalau sudah cocok sulit untuk berpaling hati. Ibarat
penjual makanan yang kita sudah cocok, mau kemanapun
larinya pasti kita datangi. Cocoknya dari mana? Ya karena
berkahnya Alquran yang disampaikan dalam hadis di atas itu.
Dan berkahnya itu sudah saya rasakan dari dulu hingga
sekarang ini.
7. Mengenai cara pembacaan Alquran dalam Jantiko Mantab
yang memakan waktu lebih kurang semalam sehari apakah
Anda dapat menyimaknya dengan baik?
Jawab: Menurut saya simaan Alquran di Jantiko Mantab ini
adalah sudah pas. Cepat tidak pelanpun tidak. Jadi sudah pas.
Sampai umur saya sekarang ini yang lumayan sudah tua, saya
telah sering mengikuti berbagai macam simaan Alquran di
sana-sini. Ada yang terlalu cepat secepat kilat sehingga tidak
bisa disimak dan ada pula yang terlalu pelan sehingga
menjenuhkan. Dan di Jantiko Mantab ini saya kira sudah pas.
Saya bisa menyimak dan tidak jenuh.
8. Salah satu hal yang akan didapatkan oleh orang yang
berkumpul dalam pembacaan Alquran adalah mendapatkan
ketenangan. Apakah Anda merasakan hal tersebut dalam setiap
kali kegiatan simaan Alquran Jantiko Mantab?
Jawab: Betul mas. Saya sangat merasakan hal tersebut dan
memang saya yakin seyakin yakinnya akan hal yang
diinformasikan melalui hadis Nabi itu. Yang jelas, hati saya
menjadi tenang dan tentram, tidak ada rasa iri dengan tetangga,
gampang peka terhadap keadaan sekitar, sehingga hidup saya
dan keluarga itu menjadi lebih terarah sesuai tuntunan agama.
9. Hal lain yang akan didapatkan selain al-sakînah (ketenangan)
adalah ghasyiyathum al-rahmah (dinaungi oleh rahmat).
Apakah Anda juga merasakan rahmat tersebut?
Jawab: Iya sangat merasakannya. Seakan-akan perjalanan
hidup ini terasa indah dan terarah serta senang kepada agama.
Senang berkumpul dalam pengajian apapun. Senang berjamaah
lima waktu. Semangat untuk berusaha dan bekerja dengan
diiringi selalu meminta keberkahan di dalamnya. Terus sifat
qanaʻah itu benar-benar menancap pada hati kami sekeluarga.
10. Secara lebih luas, bagaimanakah pengaruh yang Anda rasakan
dari kegiatan Jantiko Mantab ini dalam kehidupan Anda sehari-
hari?
Jawab: Hidup tenang, hidup terarah, hidup qanaʻah, terhindar
dari sifat iri dengki, senang berbuat kebaikan, keluarga
harmonis, dan doa senantiasa terijabah berkah Alquran .
Menurut saya itulah sebenarnya Surga dunia itu. Dan itu semua
dapat kita peroleh apabila kita menghadiri kegiatan simaan
Alquran Jantiko Mantab.
HASIL WAWANCARA
A. Identitas Informan
Nama : M. Nur Salim (Jamaah)
Umur : 37 tahun
Alamat : Desa Tanjung Mas Jaya Kec. Mesuji Timur
Waktu Wawancara : Jum’at, 01 Maret 2019. Pukul 14.00 WIB
B. Pertanyaan
1. Kapan Anda pertama kali mengenal kegiatan simaan Alquran
Jantiko Mantab?
Jawab: Pertama kali mengenal Jantiko Mantab di waktu saya
masih mondok dulu di Jepara Jawa Tengah. Waktu itu saya
pergi bersama teman saya yang kebetulan rumahnya berada di
daerah Rembang Jawa Tengah. Waktu melewati jalan desa
arah ke rumah teman saya, ada kumpulan pengajian dan
terdengar sayup-sayup pembacaan Alquran . Setelah cukup
dekat, kemudian barulah terlihat terdapat tulisan JANTIKO
MANTAB. Itu terjadi sekitar tahun 1997.
2. Kapan Anda pertama kali mengikuti kegiatan simaan Alquran
Jantiko Mantab?
Jawab: Pertama kali yaitu waktu berada di daerah Salatiga
Jawa Tengah. Ketika liburan kegiatan pondok, saya pergi ke
rumah teman saya di Salatiga dan pas ketika itu di dekat rumah
teman ada kegiatan Jantiko Mantab. Berbekal pengetahuan
sedikit tentang Jantiko ketika beberapa bulan sebelumnya di
daerah Rembang itu, maka saya putuskan ketika itu untuk
mengikuti kegiatan Jantiko itu mulai dari sekitar jam 09.00
pagi hingga selesai habis isya. Sebuah pengalaman yang sangat
mengesankan bagi saya.
3. Apakah Anda mengetahui latar belakang dan tujuan
diadakannya kegiatan simaan Alquran Jantiko Mantab di
Kabupaten Mesuji?
Jawab: Ya sedikit sedikit tahu berhubung saya ini adalah
orang baru di Mesuji. Kurang lebih sekitar penghujung tahun
2011 ketika saya baru mau masuk kuliah di Bandar Lampung,
di ruang marbot, dari sebuah TV kecil saya selalu
memperhatikan berita dan ketika itu berita yang sangat santer
adalah tentang kerusuhan berdarah di Mesuji yang diakibatkan
karena perebutan lahan. Oleh karenanya, didirikanlah kegiatan
Jantiko Mantab ini oleh para sesepuh agama Mesuji.
Tujuannya adalah untuk meredam kejadian kerusuhan tersebut
sehingga Mesuji kembali menjadi daerah yang kondusif seperti
sedia kala.
4. Apakah Anda mengetahui dalil yang digunakan sebagai
landasan kegiatan simaan Alquran Jantiko Mantab?
Jawab: Tahu walaupun kurang hafal kata-kata bahasa
Arabnya. Yang jelas siapa saja seseorang yang mau membaca
Alquran bersama-sama di masjid dan saling mempelajari di
antara mereka, saling tadarusan, saling menyimak di antara
mereka, maka Allah Swt akan menurunkan kepada mereka
ketenangan, diliputi oleh rahmat-Nya, dikelilingi oleh para
Malaikat-Nya, dan dibanggakan oleh Allah dengan menyebut-
nyebut mereka pada makhluk yang ada di sisi-Nya. Kurang
lebihnya maksudnya seperti itu.
5. Apakah Anda mengikuti kegiatan simaan Alquran Jantiko
Mantab secara rutin?
Jawab: Alhamdulillah semenjak saya bergabung dengan
kegiatan ini sudah kurang lebih selama lima tahun, saya belum
pernah absen satu kalipun. Saya memang bertekad untuk selalu
dapat mengikuti kegiatan ini secara rutin.
6. Alasan apakah yang mendasari Anda selalu mengikuti kegiatan
ini secara rutin?
Jawab: Bagi saya Alquran adalah sumber keberkahan hidup
dan sumber pahala. Sumber keberkahan di antaranya adalah
apa yang diungkapkan oleh Nabi melalui hadis yang menjadi
pedoman Jantiko Mantab Mesuji ini. Sumber pahala antara lain
bahwa orang yang membaca satu huruf Alquran , maka akan
mendapatkan minimal sepuluh pahala. Kalau satu surat sudah
berapa, kalau satu Alquran sudah berapa. Dan itu semuanya
bisa didapatkan di kegiatan Jantiko Mantab ini. Maka saya
sangat usahakan agar bisa mengikutinya secara istiqomah.
7. Mengenai cara pembacaan Alquran dalam Jantiko Mantab
yang memakan waktu lebih kurang semalam sehari apakah
Anda dapat menyimaknya dengan baik?
Jawab: Alhamdulillah saya dapat menikmati bacaan tersebut
dan dapat menyimaknya secara berurutan tanpa ada satupun
bacaan yang tertinggal. Menurut saya para huffâz dalam
Jantiko ini membacanya tidak terburu-buru namun tidak pula
terlalu santai. Ya kira-kira satu juz memakan waktu setengah
jam. Jadi, menurut saya pasti semua jamaah dapat
menyimaknya.
8. Salah satu hal yang akan didapatkan oleh orang yang
berkumpul dalam pembacaan Alquran adalah mendapatkan
ketenangan. Apakah Anda merasakan hal tersebut dalam setiap
kali kegiatan simaan Alquran Jantiko Mantab?
Jawab: Iya dalam perjalanan kehidupan saya sehari-hari
sangat merasakannya. Hidup saya menjadi sangat tenang. Jauh
dari kata grusa-grusu. Tidak gampang iri hati melihat orang
lain punya ini punya ini, apalagi kalau didapatkan secara tidak
halal, tidak ada kepinginan sama sekali. Terus lebih tanggap
terhadap keadaan sekitar. Contohnya kita lewat di jalan terus
jalan tersebut becek sehingga licin, maka hati langsung
bergerak untuk bergegas membetulkan jalan tersebut. Terus
kalau kita lagi mampir ke Masjid terus kurang bersih kamar
mandinya, langsung pingin segera untuk membersihkannya
walaupun di situ sudah ada marbotnya. Ini contoh kecilnya.
9. Hal lain yang akan didapatkan selain al-sakînah (ketenangan)
adalah ghasyiyathum al-rahmah (dinaungi oleh rahmat).
Apakah Anda juga merasakan rahmat tersebut?
Jawab: Iya sangat merasakan kehadiran rahmat tersebut. Ciri-
ciri yang saya alami adalah hidup ini terasa indah dan damai.
Ya hidup ini rasanya gak tahu enjoy aja. Sulit kalau
dibahasakan memang. Terus yang jelas lagi terhadap sifatnya
keagamaan itu seneng sekali. Dengar ceramah, dengar
pengajian, baik itu dari TV, denger dari radio, lewat youtube,
wa senang sekali. Gak tahu pokoknya hati ini langsung brigas
aja kalau tentang keagamaan itu. Ya mungkin itulah salah satu
bentuk dari curahan rahmat Allah itu.
10. Secara lebih luas, bagaimanakah pengaruh yang Anda rasakan
dari kegiatan Jantiko Mantab ini dalam kehidupan Anda sehari-
hari?
Jawab: Yang saya rasakan itu hidup lebih terarah dan damai.
Keluarga juga harmonis dan senang terhadap perintah agama.
Bagi saya itu sudah merupakan nikmat yang paling berharga
bagi saya.
HASIL WAWANCARA
A. Identitas Informan
Nama : Julis Harmoko (Jamaah)
Umur : 42 tahun
Alamat : Desa Mukti Karya Kec. Panca Jaya
Waktu Wawancara : Jum’at, 01 Maret 2019. Pukul 09.00 WIB
B. Pertanyaan
1. Kapan Anda pertama kali mengenal kegiatan simaan Alquran
Jantiko Mantab?
Jawab: Pertama kali saya mengenal kegiatan Jantiko Mantab
ini di waktu saya masih remaja dulu di waktu masih tinggal di
Blitar Jawa Timur. Saya dulu lumayan sering mengikuti
kegiatan Jantiko ini karena diajak oleh orang tua saya.
Alhamdulillah dari situ saya mulai senang dengan ngaji
Qur’an. Setelah pindah ke daerah Mesuji, otomatis gak pernah
lagi Jantikoan. Alhamdulillah akhirnya ketika Mesuji sedang
rusuh-rusuhnya penyerobotan tanah di Silva, BSMI dan lain-
lain akhirnya di sini didirikan Jantiko Mantab. Ini adalah
sebuah berkah bagi saya karena bisa ngaji simaan lagi seperti
dulu waktu di Blitar. Alhamdulillah dari mulai awal pendirian
hingga saat ini saya belum pernah absen dari mengikuti
kegiatan ini.
2. Kapan Anda pertama kali mengikuti kegiatan simaan Alquran
Jantiko Mantab?
Jawab: Ya itu waktu masih remaja waktu masih di Blitar
waktu belum pindah di Lampung. Saya bersama keluarga,
kerabat, tetangga, dan teman-teman sebaya waktu itu sering
mengikuti kegiatan Jantiko ini.
3. Apakah Anda mengetahui latar belakang dan tujuan
diadakannya kegiatan simaan Alquran Jantiko Mantab di
Kabupaten Mesuji?
Jawab: Ya alhamdulillah tahu, karena sering disampaikan oleh
pak Kyai ketika pembukaan sebelum pembacaan arwah dan
waktu mauʻizah hasanah. Latar belakangnya ya itu waktu
sekitar tahun 2011 2012 di waktu Mesuji mencekam karena
adanya serobotan lahan di mana-mana terutama yang ada di
PT. Silva Inhutani dan PT. BSMI sehingga memakan beberapa
korban jiwa. Tujuannya adalah ya itu agar Mesuji ini tenteram,
damai, dan aman melalui pembacaan Alquran dengan sebab
diturunkannya sakînah dan rahmat dari Allah yang dibawa
oleh para Malaikat.
4. Apakah Anda mengetahui dalil yang digunakan sebagai
landasan kegiatan simaan Alquran Jantiko Mantab?
Jawab: Alhamdulillah tahu karena sering disampaikan oleh
pak Kyai waktu mauʻizah dan sebelum pembacaan arwah.
Namun kalau teks persisnya saya gak hafal tapi kurang lebih
maksudnya faham. Jadi siapa saja yang membaca Alquran dan
mentadaruskannya bersama-sama di suatu masjid, maka Allah
akan menurunkan kepada mereka ketenangan, dikucurkan
rahmat, diubengi (dikelilingi) para Malaikat, dan dibanggakan
oleh Allah Swt pada makhluk yang ada di sisi-Nya. Kurang
lebih seperti itu.
5. Apakah Anda mengikuti kegiatan simaan Alquran Jantiko
Mantab secara rutin?
Jawab: Alhamdulillah saya mengikuti kegiatan ini rutin
selapan hari sekali. Alhamdulillah dari mulai awal bukaan
hingga sekarang ini, saya belum pernah absen satu kalipun.
6. Alasan apakah yang mendasari Anda selalu mengikuti kegiatan
ini secara rutin?
Jawab: Alasan saya gak muluk-muluk, yang penting saya
nderek apa kata Kyai. Kata pak Kyai, perbanyaklah membaca
Alquran karena Alquran itu akan mensyafaati kita pada hari
kiamat. Ya saya ikuti. Loh saya kan gak pinter baca pak Kyai?
Menyimak juga sama saja. Ya saya ikuti. Selain itu, memang
saya merasakan betul dampak dari simaan ini yakni hidup
tenang dan senang kepada para alim ulama dan apa yang
beliau-beliau sampaikan.
7. Mengenai cara pembacaan Alquran dalam Jantiko Mantab
yang memakan waktu lebih kurang semalam sehari apakah
Anda dapat menyimaknya dengan baik?
Jawab: Alhamdulillah saya dapat dengan mudah untuk
menyimaknya. Menurut saya sudah pas. Memang waktu awal-
awal dulu sempat cepat sekali sehingga banyak jamaah yang
baru mengenal Alquran merasa keteteran. Tapi alhamdulillah
akhirnya para pengurus menyarankan kepada para huffâz untuk
pelan-pelan dan alhamdulillah sekarang telah ditemukan rumus
yang pas.
8. Salah satu hal yang akan didapatkan oleh orang yang
berkumpul dalam pembacaan Alquran adalah mendapatkan
ketenangan. Apakah Anda merasakan hal tersebut dalam setiap
kali kegiatan simaan Alquran Jantiko Mantab?
Jawab: Alhamdulillah saya sangat merasakannya. Ya itu, hati
saya merasa tentram dalam kehidupan sehari-hari. Walaupun
dengan sedikit harta tapi terasa ayem tentrem aja.
Alhamdulillah. Berkah Alquran , alhamdulillah anak saya
nurut-nurut dan semangat menuntut ilmu agama. Nriman.
Begitupun dengan istri saya. Alhamdulillah semua keluarga
saya selalu sehat-sehat selalu. Saya yakin semuanya itu adalah
berkahnya Alquran .
9. Hal lain yang akan didapatkan selain al-sakînah (ketenangan)
adalah ghasyiyathum al-rahmah (dinaungi oleh rahmat).
Apakah Anda juga merasakan rahmat tersebut?
Jawab: Alhamdulillah juga merasakannya. Kalau kata pak
Kyai rahmat di sini adalah kasih sayang dari Allah sehingga
kalau orang sudah dikasih sayangi sama Allah, maka Allah
akan memberikan kebaikan-kebaikan padanya. Yang saya
rasakan adalah bahwa diri saya terasa damai dan indah aja
rasanya. Dan juga enteng dipakai untuk melaksanakan
perintah-perintah agama.
10. Secara lebih luas, bagaimanakah pengaruh yang Anda rasakan
dari kegiatan Jantiko Mantab ini dalam kehidupan Anda sehari-
hari?
Jawab: Ya itu. Pertama hati saya terasa tentram, adem ayem,
tidak gampang iri melihat tetangga punya ini itu. Pingin sih
pingin tapi ya gak begitu menggebu-gebu harus pakai segala
cara. Seakan-akan saya melangkah itu seperti ada yang ngerem
kalau terbersit agak yang nyeleweng. Selain itu, hidup ini
terasa indah dan ingin terus berbuat baik. Ingin terus memupuk
dan mencari pahala serta ridha dari Allah. Dan selanjutnya,
entah mengapa saya seneng banget kumpul dengan para Kyai
dan ustaz-ustaz padahalkan saya gak bisa ngaji. Ya mungkin
itulah berkah dari Jantiko Mantab itu.
HASIL WAWANCARA
A. Identitas Informan
Nama : Imam Muhtadi (Jamaah)
Umur : 42 tahun
Alamat : Desa Mukti Karya Kec. Panca Jaya
Waktu Wawancara : Jum’at, 01 Maret 2019. Pukul 07.30 WIB
B. Pertanyaan
1. Kapan Anda pertama kali mengenal kegiatan simaan Alquran
Jantiko Mantab?
Jawab: Pertama kali saya mengenal kegiatan Jantiko ya pas
waktu saya berkunjung ke tempat paman saya dulu di Jawa
sana di Kediri. Waktu itu saya masih bujangan, ya sering main
ke sana. Tapi ya waktu itu saya gak ikut kegiatan Jantiko, tapi
ya hanya menyimak dan denger aja dari rumah. Kebetulan
rumah paman saya gak jauh dari tempat diselenggarakannya
Jantiko itu, ya paling hanya selisih beberapa rumah. Jadi
kedengeran dari rumah. Saya denger aja ngajinya para hâfiz itu
dari mulai habis shubuh sampai habis Isya. Kok enak. Tapi ya
denger-denger gitu aja. Kadang malah saya sambil mancing.
Ya itulah waktu pertama kali saya kenal dengan Jantiko
Mantab.
2. Kapan Anda pertama kali mengikuti kegiatan simaan Alquran
Jantiko Mantab?
Jawab: Pertama kali saya ikut kegiatan Jantiko ya pas di
Mesuji ini didirikan. Ketika diumumkan bahwa besok Minggu
Pon waktu itu saya lupa tanggalnya yang jelas masih bulan
Syawal, bahwa akan diadakan kegiatan Jantiko Mantab, maka
saya langsung menyambutnya dengan sukarela. Saya berfikir
pasti ini hampir sama dengan waktu di dekat rumah paman dulu
waktu di Kediri. Maka setelah saya tanya-tanya dengan pak
Kyai katanya sama, saya langsung mendaftarkan diri sebagai
sukarelawan yang ikut membantu-bantu kelancaran kegiatan
Jantiko ini. Di waktu itu memang saya tidak menyimak
Alquran secara penuh, ya hanya beberapa juz aja karena saya
sibuk bantu-bantu mensukseskan kegiatan ini dari awal hingga
akhir. Tapi ya saya dapat merasakan berkah yang luar biasa.
3. Apakah Anda mengetahui latar belakang dan tujuan
diadakannya kegiatan simaan Alquran Jantiko Mantab di
Kabupaten Mesuji?
Jawab: Sedikit-sedikit tahu. Saya masih sangat ingat waktu
pak Kyai pertama kali sambutan waktu pertama sekali
membuka kegiatan ini di masjid A1 Mukti Karya, bahwa di
waktu itu memang di Mesuji sedang ada penyerobotan tanah di
sana sini, sehingga Mesuji memanas. Nah untuk meredamnya
maka diadakanlah kegiatan Jantiko Mantab ini untuk
mengobati hati orang-orang yang sedang sakit itu, karena
itukan penyakit hati. Tamak terhadap harta sehingga cara yang
tidak benarpun diambil. Kalau tujuannya ya untuk mengobati
hati orang-orang Mesuji yang sedang sakit itu dengan
berkahnya bacaan Alquran di Jantiko Mantab sehingga Mesuji
aman dan damai.
4. Apakah Anda mengetahui dalil yang digunakan sebagai
landasan kegiatan simaan Alquran Jantiko Mantab?
Jawab: Tahu tapi saya gak hafal lafalnya. Tapi ya kalau
disuruh menerangkan maksudnya ya sedikit-dikit bisa. Ya
barangsiapa yang kumpul di masjid lalu membaca Alquran
bersama terus mempelajari bersama niscaya Allah akan
menurunkan tenangnya hati dan fikiran kepada mereka,
dikelilingi oleh para Malaikat pembawa rahmat, dijatuhi
rahmat Allah, dan disebut-sebut oleh Allah pada Malaikat, para
Nabi, dan semua makhluk yang dekat dengan Allah. Ya
sedikit-dikit tahu karena sering disampaikan oleh pak Kyai
waktu Jantikoan.
5. Apakah Anda mengikuti kegiatan simaan Alquran Jantiko
Mantab secara rutin?
Jawab: Alhamdulillah saya hampir rutin. Artinya sangat
sering tapi pernah gak ikut soalnya ya waktu ada halangan.
Tapi saya selalu mengusahakan sebisa mungkin untuk
mengikuti bagaimanapun kondisinya.
6. Alasan apakah yang mendasari Anda selalu mengikuti kegiatan
ini secara rutin?
Jawab: Karena ya itu saya telah ibaratnya jatuh cinta berat
terhadap Jantiko ini. Sikap kekeluargaan antar jamaah salah
satunya. Bayangkan sehari semalam kita bersama dalam
kebaikan, jadi itulah yang saya sangat senang. Terus kita juga
diajari untuk selalu salat lima waktu berjamaah dan salat Duha.
Dan itu alhamdulillah menjadi kebiasaan saya dan keluarga.
Terus ya itu, berkah Alquran yang begitu besar yang saya
rasakan beserta keluarga. Jadi hal-hal itulah yang menjadikan
saya cinta berat dengan Jantiko Mantab ini.
7. Mengenai cara pembacaan Alquran dalam Jantiko Mantab
yang memakan waktu lebih kurang semalam sehari apakah
Anda dapat menyimaknya dengan baik?
Jawab: Alhamdulillah saya dapat menyesuaikannya dan
menyimaknya dengan baik. Alhamdulillah dari awal dahulu
sejak baru didirikan sampai sekarang ini saya tidak ada
masalah dalam hal penyimakan. Namun sekarang ini menurut
saya telah lebih pas. Tidak cepat dan tidak pelan kemudian
tajwid-tajwidnya masih sangat sesuai.
8. Salah satu hal yang akan didapatkan oleh orang yang
berkumpul dalam pembacaan Alquran adalah mendapatkan
ketenangan. Apakah Anda merasakan hal tersebut dalam setiap
kali kegiatan simaan Alquran Jantiko Mantab?
Jawab: Ya saya sangat merasakannya. Sehabis Jantikoan itu
saya merasa hati saya damai dan tentram sekali. Dan keadaan
ini akhirnya juga menular kepada keluarga saya. Istri dan anak-
anak saya juga merasakan hal itu. Semenjak saya mengikuti
Jantikoan hingga sekarang ini, alhamdulillah hati saya terasa
tentram dan damai. Pikiran itu entah mengapa bisa terasa damai
dan sejuk. Dulu saya termasuk orang yang kurang dekat dengan
agama sehingga gampang emosian. Setiap kali meiihat teman
punya ladang baru, selalu panas hati saya. Istilahnya nafsu itu
tidak bisa terbendung. Setelah mengikuti Jantiko ini baru
nafsu-nafsu tamak harta itu bisa dikendalikan. Pokoknya
sekarang tentram sekali. Saya yakin bahwa itulah mungkin
barokah dari Alquran itu. Ya barokah dari Jantikoan.
9. Hal lain yang akan didapatkan selain al-sakînah (ketenangan)
adalah ghasyiyathum al-rahmah (dinaungi oleh rahmat).
Apakah Anda juga merasakan rahmat tersebut?
Jawab: Sangat merasakannya mas. Apalagi saya ini dahulunya
adalah ibarat kata adalah orang yang jauh dari agama, jadi saya
bisa sangat merasakan kehadiran dari rahmat itu. Kalau tidak
salah kata pak Kyai, rahmat itukan merupakan kasih sayang
dari Allah Swt. Nah yang saya rasakan dari kehadiran rahmat
itu adalah merasa hidup saya ini selalu enteng saja kalau dibuat
melakukan kebaikan. Kalau ingin berbuat yang gak bener,
langsung seperti ada yang menegur. Intinya untuk berbuat
kebaikan itu langsung ada kesemangatan yang luar biasa.
10. Secara lebih luas, bagaimanakah pengaruh yang Anda rasakan
dari kegiatan Jantiko Mantab ini dalam kehidupan Anda sehari-
hari?
Jawab: Intinya hidup saya ini jadi lebih terarah kepada hal-hal
yang baik. Karena berkah Alquran itu, keluarga jadi nurut-
nurut dan mudah sekali diarahkan menuju kebaikan. Kemudian
rezeki itu jadi barokah. Ya walaupun sedikit tapi manfaat yang
saya dan keluarga rasakan sangat besar sekali. Dulu walaupun
rezeki banyak, tapi ya rasanya panas dan habis-habis aja.
Sekarang alhamdulillah, rezeki biasa aja tapi bisa cukup
segalanya malah bisa menabung dan yang jelas lebih mudah
untuk bersyukur.
HASIL WAWANCARA
A. Identitas Informan
Nama : Dedi Hendra (Jamaah dan pernah terlibat
langsung dalam kerusuhan tahun 2012)
Umur : 66 tahun
Alamat : Desa Mukti Karya Kec. Panca Jaya
Waktu Wawancara : Jum’at, 19 Juni 2020. Pukul 13.00 WIB
B. Pertanyaan
1. Kapan Anda pertama kali mengenal dan mengikuti kegiatan
simaan Alquran Jantiko Mantab?
Jawab: Pertama kali saya mengenal kegiatan Jantiko Mantab
ini kira-kira pada pertengahan tahun 2013 ketika simaan
Jantiko ini dilaksanakan di Desa Karya Jaya sewaktu didatangi
sama Gus Sabut. Waktu itu saya masih tinggal di Perambah.
Memang beberapa hari kurang lebih seminggu sebelum hari H,
diberi selebaran oleh pak RT bahwa akan ada kegiatan simaan
Quran dan pada hari H saya merasa penasaran dan langsung
ikut nimbrung ngaji. Eh ternyata enak rasanya dalam hati.
2. Tadi dikatakan daerah perambah. Apa maksudnya?
Jawab: Dulu mas daerah register 45 itu adalah hutan produksi
yang dikelola oleh PT. Silva Inhutani dan itu luasnya mulai dari
daerah Bujuk sampai dengan perbatan Sumatera Selatan sana.
Luas sekali. Sekitar akhir tahun 2011, mulailah sedikit terjadi
gonjang ganjing tanah yang menyebabkan pinggiran dari hutan
milik Silva itu ditebang oleh masyarakat yang
mengatasnamakan masyarakat adat. Karena itu, maka Silva
lalu membangun parit sedalam kurang lebih tujuh meter dan
lebar tiga meter sepanjang register 45 itu dengan tujuan
masyarakat tidak bisa mengotak-atik lahan Silva. Beberapa
bulan meredam, namun kemudian bergejolak lebih dahsyat lagi
pada awal 2012 dan saya waktu itu mulai ikut. Saya waktu itu
dari Bandar Lampung membawa serta anak-anak saya untuk
datang ke Mesuji karena diiming-imingi oleh oknum yang
menjanjikan tanah seluas satu hektar hanya dijual lima ratus
ribu. Sebagian besar aset saya di Bandar Lampung saya jual
semua untuk beli tanah di Mesuji. Uang sudah saya kasih ke
oknum yang mengatasnamakan putra adat, eh ternyata kita
disuruh untuk mengamankan sendiri tanah yang diberikan
kepada kita yang sebenarnya adalah tanah sengketa. Mau gak
mau otomatis kita terjun ke dalam kerusuhan. Lawan kita ada
dua yaitu masyarakat yang mau menguasai tanah kita juga dan
aparat/PAM swakarsa. Sungguh menegangkan. Kita mau
pulang, harta kita di Bandar Lampung sudah habis-habisan.
Mau gak mau ya bertahan. Orang yang seperti saya ini
jumlahnya ribuan mas. Semuanya tinggal di tanah sengketa
yaitu register 45. Nah daerah inilah yang dinamakan dengan
daerah perambah karena dicap sebagai perambah hutan dan
tanah negara.
3. Bagaimana suasana kehidupan di daerah perambah?
Jawab: Suasana di perambah itu ya sangat kurang nyaman.
Nyaman bukan dalam arti materi ya, tapi ketenangan dan hati.
Banyak hal yang membuat kita kurang nyaman. Apalagi pada
masa awal-awal dulu. Kita harus siaga 24 jam karena bisa saja
serangan datang kapan saja. Ya intinya penguasaan lahan.
Lahan kita ada yang mengaku. Akhirnya bentrok. Karena satu
lahan bisa jadi diaku oleh beberapa orang. Ini yang buat ribut.
Belum lagi nanti kita diserbu oleh aparat. Ya intinya gak
tenang.
4. Apakah hal ini berlangsung hingga sekarang?
Jawab: Di beberapa titik iya. Namun kalau dari aparat sudah
tidak ada. Ya mungkin Pemerintah sendiri juga sudah capek
sepertinya. Sekarang paling yang ada adalah pencurian hasil
tanam. Contoh singkong kalau tidak ditunggu dicabut orang.
Mungkin ya itu, orang yang dulu pernah bentrok dengan kita.
Mungkin. Ya namanya tanah sengketa mas. Maka saya
sekarang sudah pindah ke Mukti Karya. Semua yang ada di
perambah saya jual lalu saya pindah ke sini.
5. Apakah Anda mengetahui latar belakang dan tujuan
diadakannya kegiatan simaan Alquran Jantiko Mantab di
Kabupaten Mesuji?
Jawab: Iya mengetahui. Latar belakangnya adalah bahwa ya
itu adanya kerusuhan Mesuji sekitar tahun 2012-an seperti
yang saya ceritakan tadi. Saya sebagai salah satu pelaku dan
korban sekaligus, ya sangat merasakan sekali peristiwa itu.
Bagaimana mencekamnya dan tidak kondusifnya keadaan
waktu itu. Keadaan yang demikian itulah yang menyebabkan
didirikannya kegiatan simaan ini yang tujuannya adalah
menjadikan Mesuji yang aman.
6. Apakah Anda mengetahui dalil yang digunakan sebagai
landasan kegiatan simaan Alquran Jantiko Mantab?
Jawab: Iya tahu, namun saya tidak tahu persis teksnya seperti
apa. Yang jelas adalah bahwa siapa saja yang mau berkumpul
dan membaca serta mempelajari Alquran bersama-sama di
masjid, maka Allah akan menurunkan ke dalam hatinya sebuah
ketenangan. Selain itu, Allah akan mencurahkan rahmat
kepadanya, dikelilingi oleh para Malaikat rahmat, dan disebut-
sebut oleh Allah Swt dengan dibanggakan.
7. Apakah Anda mengikuti kegiatan simaan Alquran Jantiko
Mantab secara rutin?
Jawab: Alhamdulillah mas. Saya mengikutinya secara rutin.
Memang sudah saya tekad itu. Ini merupakan salah satu dari
bentuk taubat saya mas. Jujur mas sampai sekarang ini saya
masih terngiang-ngiang tentang dosa-dosa saya waktu itu. Ya
karena tamak harta. Apalagi dalam umur yang sudah tua ini.
Kalau nanti mati, bawa amal apa? Maka ya itu, saya selalu
bertekad rutin dalam mengerjakannya.
8. Salah satu hal yang akan didapatkan oleh orang yang
berkumpul dalam pembacaan Alquran adalah mendapatkan
ketenangan. Apakah Anda merasakan hal tersebut dalam setiap
kali kegiatan simaan Alquran Jantiko Mantab?
Jawab: Ketenangan itulah yang salah satunya yang
menjadikan saya betah mengikuti Jantikoan ini. Iya saya sangat
merasakannya. Saya kira semua orang dapat merasakannya
mas. Orang yang jahat sekalipun saya yakin dapat merasakan
ketenangan itu. Ini sangat berbeda apabila mendatangi
orgenan. Saya yang dulu pernah mencicipi dunia gak baik,
sekarang alhamdulillah karena hidayah, merasa sangat tentram
ketika mendatangi simaan Alquran salah satunya adalah
Jantiko Mantab ini. Dulu saya ini ya seperti yang saya katakan
tadi bahwa saya ini adalah termasuk orang yang sangat tamak
harta sehingga terjerumus dalam kerusuhan, dan sekarang
alhamdulillah dengan mengikuti simaan ini, lambat laun sifat
itu dapat dikendalikan. Itu semua merupakan barokah dari
Alquran, saya sangat yakin itu.
9. Hal lain yang akan didapatkan selain al-sakînah (ketenangan)
adalah ghasyiyathum al-rahmah (dinaungi oleh rahmat).
Apakah Anda juga merasakan rahmat tersebut?
Jawab: Iya mas saya juga termasuk orang yang sangat
merasakannya. Selain hati itu tenang, senang terhadap
kebaikan itu meningkat. Alhamdulillah salah satu contohnya,
saya insyaallah tidak pernah absen dalam salat berjamaah.
Kapanpun dan dimanapun itu. Kalau sudah lama tidak
menyimak Alquran, tiga minggu umpama, seakan-akan hati itu
gelisah rasanya.
10. Mengenai cara pembacaan Alquran dalam Jantiko Mantab
yang memakan waktu lebih kurang semalam sehari apakah
Anda dapat menyimaknya dengan baik?
Jawab: Awal-awal dulu saya sempat keteteran mas. Yang
dibaca sudah sampai halaman sebelah, saya masih halaman ini.
Ya saya sadar diri saja, paling saya ini yang gak pernah baca
Quran kali ya. Tapi ya karena sudah sering ikut simaan, jadi
alhamdulillah sudah dapat mengikuti dan menyesuaikan
walaupun masih kadang-kadang kehilangan jejak juga.
11. Anda yang merupakan salah satu orang yang ikut terlibat
langsung dalam kerusuhan Mesuji dan sekarang telah rutin
mengikuti kegiatan Jantiko Mantab, apakah njenengan juga
mengajak warga yang pernah ikut terlibat untuk mengikuti
simaan Alquran Jantiko Mantab?
Jawab: Alhamdulillah saya selalu menasihati dan mengajak
mereka, terutama keluarga saya dulu. Anak-anak saya tiga
orang semuanya alhamdulillah ikut. Kalau Jantikoan ke mana-
mana yang mbonceng anak-anak itu. Selain itu saya juga
mengajak kenalan-kenalan dan tetangga-tetangga dan
alhamdulillah banyak yang ikut. Nanti kalau Jantikoan masnya
bisa melihat kok banyak orang-orang dari perambah itu yang
ikut.
HASIL WAWANCARA
A. Identitas Informan
Nama : KH. Bahruddin (Ulama dan tokoh
masyarakat)
Umur : 53 tahun
Alamat : Desa Brabasan, Kecamatan Tanjung Raya
Waktu Wawancara : Sabtu, 02 Maret 2019. Pukul 19.30 WIB
B. Pertanyaan
1. Kapan panjenengan pertama kali mengenal dan mengikuti
kegiatan simaan Alquran Jantiko Mantab?
Jawab: Alhamdulillah kalau pertama kali saya kenal dan ikut
kegiatan Jantiko Mantab ya sejak tahun 1987 satu tahun setelah
Jantiko Mantab itu diperkenalkan oleh Gus Miek. Memang
ketika itu saya masih mondok di Kalidawer Tulungagung.
Kebetulan memang saya sering bolak balik pulang pergi dari
Tulungagung ke Kediri karena ada suatu keperluan dan
memang banyak teman-teman pondok itu yang rumahnya di
daerah Kediri. Kalau mereka pulang ke rumahnya, saya
seringkali diajak bareng. Waktu itu kalau naik kereta dari
Tulungagung ke Kediri memang tergolong murah sekali. Nah
dari situlah, saya sering mengikuti kegiatan Jantiko Mantab di
daerah Kediri. Namun setelah di Tulungagung mulai tersiar
dan ramai Jantikoan, saya cukup yang di Tulungagung saja.
2. Sudah berapa kali panjenengan menjadi tuan rumah dalam
penyelenggaraan kegiatan Jantiko Mantab di Kabupaten
Mesuji ini?
Jawab: Alhamdulillah setiap tahun sekali pasti kami warga
Brabasan ini selalu ketempatan kegiatan Jantiko Mantab.
Mulai dari tahun pendirian hingga tahun sekarang ini, kami
pasti narik Jantiko Mantab. Sebenarnya kami pingin setahun
tiga kali di Brabasan ini, namun hanya dikasih jadwal sekali
dalam satu tahun. Adapun tempat pelaksanaannya kami
memilih di masjid Jamiʻ Brabasan atau di masjid di pondok
pesantren saya ini.
3. Berapakah jumlah jamaah yang hadir dalam kegiatan Jantiko
Mantab ini?
Jawab: Jumlahnya bervariasi dan berbeda setiap tahunnya.
Artinya jumlah jamaah itu akan bertambah setiap tahunnya.
Dan jumlah jamaah pada penyelenggaraan terakhir kemarin
kurang lebih sekitar 12.000 jamaah. Maka kalau di Brabasan
ini, kami hanya menggunakan dua masjid, sebab hanya dua
masjid itulah yang mempunyai halaman yang cukup luas
sehingga mampu untuk menampung para jamaah.
4. Hal menarik apakah dari Jantiko Mantab sehingga
panjenengan dan warga Brabasan bersemangat untuk menjadi
tuan rumah penyelenggara Jantiko Mantab?
Jawab: Intinya adalah barokahnya Alquran sehingga
berdampak positif terhadap kehidupan sehari-hari dan
menjadikan kehidupan di dunia ini menjadi barokah. Ujung-
ujungnya adalah cita-cita besar seorang muslim yakni fî al-
dunyâ hasanah wa fî al-âkhirati hasanah, di dunia baik dan di
akhirat juga baik dapat terwujud. Salah satu dari berkahnya
Alquran adalah turunnya sakînah dan dilingkupi oleh rahmat,
sehingga kehidupan kita menjadi barokah dan selalu terarah
kepada kebaikan. Kami warga Brabasan sangat mengidam-
idamkan itu. Kemudian yang selanjutnya adalah sifat saling
gotong royong antara kami sebagai penyelenggara sangat-
sangat terbentuk dan ini menjadi modal dalam kehidupan sosial
kita sehari-hari. Akhirnya kami menjadi lebih akrab satu sama
lain. Saling tolong menolong apabila ada kesusahan di antara
kita. Selanjutnya pula kami warga Brabasan dapat birr al-
wâlidain khususnya kepada mbah-mbah kita, orang-orang tua
kita, atau saudara-saudara kita yang telah meninggal dengan
cara mengirimkan pahala shadaqah dan pahala membaca
Alquran kepada mereka yang tentunya sebelumnya kita niatkan
pahala itu untuk mereka.
5. Bagaimanakah alur perizinan kepada pengurus kegiatan
Jantiko Mantab sehingga mendapatkan giliran untuk menjadi
tuan rumah penyelenggara?
Jawab: Alurnya gak ribet. Pertama kita menyampaikan izin
dahulu ke pengurus dalam hal ini kepada sekretaris. Kita bisa
minta jadwal yang tanggal sekian umpamanya karena
berbarengan dengan acara apa misalnya. Setelah itu, pengurus
Jantiko akan mencarikan tanggal yang pas atau mengabulkan
sesuai tanggal permintaan kita. Tentang tanggal kapan
waktunya yang berhak memutuskan adalah pengurus dalam hal
ini sekretaris. Namun yang perlu diingat adalah kita harus jauh-
jauh hari memesan tanggal itu sehingga kitapun cepat
mendapatkan tanggal. Karena kalau tidak, kita akan lama
mendapatkan jadwal giliran, soalnya banyak pula masjid yang
lain yang ingin menjadi tuan rumah.
6. Bagaimana sistem pembiayaan ketika menjadi tuan rumah
penyelenggara?
Jawab: Pembiayaan dalam Jantiko Mantab ini adalah berasal
dari swadaya mandiri masyarakat desa yang ketempatan. Nanti
minimal dua minggu sebelum kegiatan berlangsung, kita akan
mendapatkan kurang lebih seratus blanko pengiriman arwah.
Apabila masih kurang, kita bisa memfoto copy sendiri.
Kemudian blanko tersebut kita edarkan ke masyarakat melalui
ketua pengajian masing-masing RT untuk diisi arwah atau
keinginan agar didoakan yang selanjutnya diserahkan kepada
panitia penyelenggara. Nah dari blanko tersebut itulah kita
mendapatkan dana untuk penyelenggaraan. Selain itu, dana
juga didapatkan dari para donatur. Alhamdulillah dari
semuanya itu, kita mendapatkan cukup dana untuk membiayai
kegiatan Jantiko ini dan alhamdulillah nilainya selalu surplus
dan apabila terdapat sisanya kami serahkan kepada bendahara
Jantiko Mantab untuk menambah uang kas. Nah di sinilah letak
nilai kegotong royongan itu salah satunya dan ini sebagai
implementasi dari surat al-Maidah ayat 2.
7. Apakah ada suka dukanya ketika menjadi tuan rumah
penyelenggara?
Jawab: Alhamdulillah sukanya sangat banyak sekali.
Solidaritas antara kita makin kuat, baik antara kami tuan rumah
maupun dengan para jamaah. Perasaan bangga apabila kami
dapat memberikan servis yang luar biasa dan para jamaah
merasa puas. Sungguh tidak terkira senangnya hati kami. Desa
kami menjadi tambah berkah dan masih banyak lagi sukanya.
Kalau dukanya hampir tidak ada, paling-paling karena tidak
cepat mendapatkan giliran, itu saja.
HASIL WAWANCARA
A. Identitas Informan
Nama : H. Slamet Sulaiman (Kabag kesra
Kabupaten Mesuji)
Umur : 55 tahun
Alamat : Desa Brabasan, Kecamatan Tanjung Raya
Waktu Wawancara : Senin, 04 Maret 2019. Pukul 09.00 WIB
B. Pertanyaan
1. Apakah Anda telah mengetahui dan mengenal kegiatan simaan
Alquran Jantiko Mantab di Kabupaten Mesuji?
Jawab: Alhamdulillah sudah sejak lama saya mengenal
kegiatan Jantiko Mantab ini karena memang saya ini
sebenarnya adalah orang NU. Saya sendiri dulu alhamdulillah
malah pernah menjabat sebagai sekretaris NU Kabupaten
Mesuji. Jadi, Insyaallah saya paham dengan kegiatan Jantiko
Mantab ini. Namun memang saya akui, saya belum pernah
secara full mengikuti kegiatannya. Ya paling hanya sebentar
datang lalu pulang.
2. Apakah Anda mengetahui tentang latar belakang dari pendirian
kegiatan simaan Alquran Jantiko Mantab di Kabupaten
Mesuji?
Jawab: Alhamdulillah insyaallah kalau masalah ini saya
paham. Memang dahulu ketika pada tahun 2011-2012 keadaan
Kabupaten Mesuji memang betul-betul mencekam.
Penyebabnya adalah maraknya penyerobotan tanah register 45
yang disewa oleh PT. Silva Inhutani dan perusahaan-
perusahaan yang lain oleh kelompok-kelompok masyarakat
dan mengaku bahwa itu adalah tanah warisan nenek moyang
mereka. Oleh karenanya, bentrokanpun tidak bisa dihindarkan
dan ditambah lagi terlalu diekspos oleh banyak media massa
sehingga keadaannya benar-benar seperti mencekam. Oleh
karena itulah, maka para kyai NU khususnya berembug untuk
ikut memecahkan masalah ini, maka kemudian didirikanlah
kegiatan simaan Alquran Jantiko Mantab ini dengan tujuan
menjadikan daerah Mesuji yang aman dan damai.
3. Implikasi apakah yang ditimbulkan oleh kegiatan simaan
Alquran Jantiko Mantab bagi Pemerintah Kabupaten Mesuji?
Jawab: Implikasi yang diberikan oleh Jantiko Mantab kepada
Pemda Mesuji jelas sangat terlihat nyatanya. Sekilas saja
apabila kita melihat tujuan dari Jantiko Mantab ini yang ingin
menjadikan Kabupaten Mesuji yang aman dan damai, jelas
sangat memberikan implikasi yang besar bagi Pemda Mesuji.
Menjadikan Mesuji yang aman dan damai merupakan tujuan
utama dari pembangunan Kabupaten Mesuji. Sebab
pembangunan dalam segala bidang di Mesuji tidak akan dapat
terlaksana dengan baik dan efektif tanpa adanya keadaan yang
aman dan damai. Jelasnya Jantiko Mantab ikut membantu
Pemda Mesuji dalam mewujudkan kelancaran pembangunan.
Selanjutnya apabila kita cermati bersama, kegiatan Jantiko
Mantab mampu mendorong terwujudnya kesetiakawanan
sosial di antara warga Mesuji sehingga ikut membantu program
Pemda Mesuji pula. Hal lainnya adalah bahwa Jantiko Mantab
ikut menanamkan kepada masyarakat akan pentingnya sikap
gotong royong yang tentunya juga membantu program Pemda
Mesuji. Kemudian Jantiko Mantab juga ikut membantu
program Pemda Mesuji dalam hal menjadikan masyarakat
Mesuji yang beriman dan bertaqwa.
4. Apakah ada bentuk dukungan dari Pemerintah Kabupaten
Mesuji bagi kegiatan simaan Alquran Jantiko Mantab?
Jawab: Bentuk dukungan dari Pemda Mesuji kepada Jantiko
Mantab adalah dengan bantuan secara tidak langsung. Seperti
yang kami ketahui bahwa Jantiko Mantab itu tidak mau
menerima bantuan langsung dari Pemerintah atau pihak partai
politik dan lain-lain yang sejenisnya. Hal ini menurut saya
adalah baik karena memang bisa terhindar dari adanya conflic
of interest sehingga Jantiko Mantab tetap netral dan tidak dapat
dikendalikan oleh pihak luar. Oleh karenanya, karena memang
Jantiko Mantab mempunyai pendirian seperti itu sedangkan
kami memang harus membantu kepada kegiatan-kegiatan
keagamaan apalagi yang jelas-jelas telah ada kontribusinya
dalam masyarakat, maka kami dari pihak Pemda tetap
memberikan bantuan namun dengan cara tidak langsung
menujukan dengan nama Jantiko Mantab. Bantuan yang
Pemda berikan antara lain memberikan bantuan kepada pihak
masjid untuk merehab bangunanannya sehingga ketika
kegiatan Jantiko Mantab digelar di masjid tersebut, maka akan
layak dan nyaman untuk digunakan. Bantuan lain adalah
memperbaiki prasarana jalan yang menuju ke masjid yang
biasa diguanakan untuk Jantikoan. Bantuan lainnya seperti
memberikan insentif kepada para guru ngaji yang di dalamnya
sebagian besar merupakan jamaah dari Jantiko Mantab.
5. Kerusuhan yang terjadi hampir setiap tahun dari tahun 2012-
hingga sekarang. Apakah kegiatan Jantiko Mantab ini kurang
berhasil?
Kegiatan Jantiko Mantab harus terus dilaksanakan walau
bagaimanapun. Cibiran orang itu biasa mas. Namanya saja
sebuah upaya, adakalanya berhasil efektif, adakalanya masih
berproses, dan adakalanya gagal. Tapi sebuah upaya kebaikan
itu harus terus dilakukan. Lagian, kalau kita berbicara
kerusuhan di sini, sesuai data yang saya baca di Pemda, itukan
oknum yang memperdaya orang jauh yang tidak tahu persis
seluk beluk Mesuji lalu diminta untuk datang ke sini. Beli tanah
negara yang diaku dari oknum itu. Pasti rusuhlah yang terjadi.
Dan itu skalanya kecil mas ya karena hanya dilakukan oleh
segelintir orang. Dan ini menurut saya, akan terjadi terus
selama masih ada oknum. Oknum yang ini ditangkap, muncul
lagi muncul lagi. Dan mintanya oknum itu adalah tangah
register 45 seluas 33.500 hektar itu ya diserahkan ke mereka
yang mengaku pewaris tanah adat itu. Ya selama masih ada
Setan, akan selalu ada kejahatan. Oleh karenanya, Jantiko
Mantab sebagai pengusir Setan, ibaratnya, jangan berhenti.
HASIL WAWANCARA
A. Identitas Informan
Nama : Ahmad Supardi (Mayarakat umum dan
belum pernah mengikuti kegiatan Jantiko
Mantab)
Umur : 35 tahun
Alamat : Desa Tanjung Mas Jaya Kec. Mesuji
Timur
Waktu Wawancara : Selasa, 05 Maret 2019. Pukul 10.00 WIB

B. Pertanyaan
1. Apakah Anda mengetahui tentang kegiatan simaan Alquran
Jantiko Mantab?
Jawab: Ya saya telah tahu tentang kegiatan tersebut. Mungkin
ya sekitar empat tahun yang lalu. Tapi ya sekedar tahu dan
pernah mendengar saja kalau Jantiko itu begini dan begini.
2. Apakah Anda pernah mengikuti kegiatan tersebut?
Jawab: Jujur saya belum pernah mengikuti satu kalipun
dikarenakan kesibukan saya. Ya kalau sekedar lihat pas saya
lewat ya sudah beberapa kali. Tapi jujur sebenarnya saya
sangat ingin ikut walaupun sekali, tapi ya selalu berbenturan
dengan kesibukan saya. Kan yang ada di Jantiko itu adalah
kegiatan mengaji dan zikir. Saya sangat ingin itu biar hati ini
terasa tenang karena pernah dibuat mengaji. Jujur mas, saya ini
kalau masalah membaca Alquran itu bisa dihitung dengan jari
dalam setahun. Jarang sekali.
3. Salah satu tujuan dari kegiatan simaan Alquran Jantiko Mantab
adalah ingin menjadikan selalu Kabupaten Mesuji ini sebagai
kabupaten yang selalu damai dan aman melalui barokah
pembacaan Alquran di antaranya turunnya ketenangan dan
rahmat. Apakah Anda merasakan dampak dari kegiatan
tersebut?
Jawab: Memang kita akui bahwa Kabupaten Mesuji ini
terkenal di masyarakat Indonesia itu berkat kerusuhan yang
terjadi, artinya terkenal akan keburukannya. Nah yang saya
dengar-dengar dari teman-teman, kegiatan Jantiko itu didirikan
untuk meredam kerusuhan itu awalnya. Bagus sekali menurut
saya. Walaupun saya tidak pernah ikut tapi saya banyak teman
yang ikut kegiatan ini. Alhamdulillah menurut pengamatan
saya dalam kehidupan sehari-hari di lapangan di tengah-tengah
masyarakat, menurut saya adanya kegiatan ini benar-benar
memberikan dampak signifikan di masyarakat. Ya sampai saat
ini alhamdulillah Mesuji aman-aman aja. Tidak ada lagi
penyerobotan massal seperti dahulu. Saya walaupun tidak
pernah ikut ngaji, tapi ketika ada pengajian ini dan saya lewat,
rasanya hati ini tentram dan adem ayem.
4. Harapan Anda terhadap kegiatan simaan Alquran Jantiko
Mantab ini?
Jawab: Harapan saya sebagai masyarakat awam, tolong
diteruskan selalu kegiatan ini karena kegiatan ini telah nyata-
nyata memberikan dampak positif kepada masyarakat. Banyak
teman-teman saya yang dahulu ikut dalam penyerobotan,
akhirnya taubat dengan adanya kegiatan ini. Ya saya mohon
doanya juga, mudah-mudahan saya juga dapat mengikuti
kegiatan ini nantinya.
DOKUMENTASI WAWANCARA

Nama : Ahmad Supardi


Umur : 35 tahun
Alamat : Desa Tanjung Mas
Jaya, Kec. Mesuji
Timur

Nama : H. Slamet Sulaiman


Umur : 55 Tahun
Alamat : Desa Brabasan,
Kec. Tanjung
Raya

Nama : H. Suparyo
Umur : 57 Tahun
Alamat : Desa Gedung Ram,
Kec. Tanjung Raya
Nama : Imam Muhtadi
Umur : 42 Tahun
Alamat : Desa Mukti Karya
Kec. Panca Jaya

Nama : Julis Harmoko


Umur : 42 Tahun
Alamat : Desa Mukti Karya
Kec. Panca Jaya

Nama : KH. Abdul Karim


Mahfuzh
Umur : 56 Tahun
Alamat : Desa Mekar Sari,
Kec. Tanjung Raya

Nama : KH. Bahruddin


Umur : 53 Tahun
Alamat : Desa Brabasan,
Kec. Tanjung Raya
Nama : KH. Khoirul Habibi
Umur : 49 Tahun
Alamat : Desa Mukti Karya
Kec. Panca Jaya

Nama : KH. Subhan Sagil


Umur : 59 Tahun
Alamat : Desa Ngadi Kec.
Mojo Kab. Kediri

Nama : Kyai Sumitro


Umur : 58 Tahun
Alamat : Desa Gedung Ram,
Kec. Tanjung Raya

Nama : M. Nur Salim


Umur : 37 Tahun
Alamat : Desa Tanjung Mas
Jaya Kec. Mesuji
Timur
Nama : Mubarokul Ulum
Umur : 40 Tahun
Alamat : Desa Mekar Sari,
Kec. Tanjung Raya

Nama : Tamami
Umur : 55 Tahun
Alamat : Desa Mukti Karya,
Kec. Panca Jaya

Nama : Ustaz Samingan


Umur : 39 Tahun
Alamat : Desa Mekar Sari
Kec. Tanjung Raya

Nama : Dedi Hendra


Umur : 66 Tahun
Alamat : Desa Mukti Karya
Kec. Panca Jaya
BIOGRAFI PENULIS
M. ZAINUR ROHMAN lahir di Nganjuk pada 20
Desember 1989 dari pasangan M. TAQRIBUL
MUJIB dan SITI KHODIJAH. Pendidikan dasarnya
dimulai di MIS Al-Khairiyah Sukasari, Cisaat,
Sukabumi (1997-2002), kemudian melanjutkan ke
MTs Al-Khairiyah (2002-2005), dan MAS Al-
Khairiyah (2005-2008). Pendidikan Sarjana (S1) ia
tempuh di Jurusan Tafsir Hadis IAIN Raden Intan Lampung pada
2012-2016 dan saat ini sedang menyelesaikan Program Magister
Tafsir Hadis Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Selain pendidikan formal, peneliti juga sempat mengenyam
pendidikan non formal dengan masuk pondok pesantren Miftahul
Huda di Desa Kelutan Kecamatan Ngronggot Kabupaten Nganjuk
pada tahun 1994 sampai tahun 1997. Dalam rentang tahun yang sama,
peneliti juga mengenyam pendidikan diniyyah di Madrasah Ibtidaiyah
Al-Ulya di daerah yang sama. Setelah itu, tepatnya pada bulan Juli
tahun 1997, peneliti melanjutkan pendidikan kepesantrenan di Pondok
Pesantren Al-Khairiyah Desa Sukasari Kecamatan Cisaat Kabupaten
Sukabumi Provinsi Jawa Barat untuk menghafal Al-Qur’an dan selesai
menghafal 30 Juz pada bulan September tahun 1999. Selesai
menghafal Al-Qur’an, peneliti meneruskan menghafal terjemah Al-
Qur’an dan selesai pada tahun 2003. Pada rentang tahun 2003-2008,
peneliti mengabdi dengan mengajar tahfîz al-Qur’ân pada pondok
pesantren yang sama sembari mendalami kitab-kitab kuning dan
menghafal hadis.

Anda mungkin juga menyukai