Tesis
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Magister Agama (M.Ag)
Oleh:
M. Zainur Rohman
NIM: 21160340000015
Tesis
Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Magister Agama (M.Ag)
Oleh:
M. Zainur Rohman
NIM: 21160340000015
i
ABSTRACT
M. Zainur Rohman
Living Hadith: A Study of the Phenomenon Activity of Simaan
Alquran Jantiko Mantab in Mesuji Regency.
This research is to describe the phenomenon activity of simaan
Alquran Jantiko Mantab as the a phenomenon of living hadith. In
general, the establishment of activity of simaan Alquran Jantiko
Mantab as a practice of the Prophet’s hadith which is believed by its
founders as a solution to reduce chaos and try to make the peaceful and
safe Mesuji Regency, leaving many questions. However, the people of
Mesuji Regency always consistently run it. Therefore, this
phenomenon is very interesting to be investigated more deeply. This
study aims to analyze the understanding and practice of the activity of
simaan Alquran Jantiko Mantab as the meaning of the Prophet’s hadith
by local scholars and the people of Mesuji Regency.
The method used in this research is qualitative descriptive. The
approach in this research is the phenomenology, ethnography, and case
study approach. Data collection was carried out by means of
observation and deep interviews with the people of Mesuji Regency as
the primary source of research and analyzing books that support the
research theme as a source of secondary data. This research was
conducted in Abung Kiwa Village (Tanjung Raya Sub-District), Fajar
Asri Village (Panca Jaya Sub-District), Mukti Karya Village (Panca
Jaya Sub-District), Mekar Sari Village (Tanjung Raya Sub-District),
Tanjung Mas Jaya Village (Mesuji Timur Sub-District) Mesuji
Regency.
From this research, it was concluded that the scholars and the
people in Mesuji Regency understood the hadith to read the Alquran
and obliged it together between them in a mosque as a way to create a
peaceful and safe atmosphere due to the decrease of sakȋnah (calm) and
rahmat, therefore activities were founded activity of simaan Alquran
Jantiko Mantab whose core program is reading and listening to the
Alquran as well as some other practices.
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Swt
yang telah memberikan hidayah, rahmat, dan ilmu-Nya kepada penulis,
serta berkat-Nyalah penulisan tesis ini dapat terselesaikan dengan baik.
Salawat dan salam semoga senantiasa terlimpahcurahkan kepada Nabi
besar Nabi Muhammad Saw, yang telah membina umat manusia
menuju jalan yang diridhai Allah Swt, dan semoga kita menjadi salah
satu umat yang mendapatkan syafaatnya di akhirat kelak. Amin.
Dalam menyelesaikan tesis yang BERJUDUL “LIVING HADIS:
STUDI ATAS FENOMENA KEGIATAN SIMAAN ALQURAN
JANTIKO MANTAB DI KABUPATEN MESUJI” ini tentunya
banyak melibatkan berbagai pihak, maka dari itu penulis mengucapkan
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Umar Lubis, Lc., M.A.,
selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan kepada
Yusuf Rahman, M.A., Ph.D., selaku Dekan Fakultas
Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Prof. Dr. Masri Mansoer, MA selaku Wakil Rektor Bidang
Kemahasiswaan dan sekaligus sebagai Pembimbing I dan
Penguji III Tesis penulis.
3. Dr. Bustamin, SE., M.Si, selaku Ketua Program Magister Ilmu
Al-Qur’an dan Tafsir Fakultas Ushuluddin dan Ketua Tim
Penguji.
4. Dr. Ahmad Fudhaili, MA, selaku Sekretaris Program Magister
Tafsir Hadis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, sekaligus
Pembimbing II dan Penguji IV Tesis penulis.
5. Dr. Atiyatul Ulya, MA. selaku Penguji I dan Dr. Sandi Santosa,
M.Si. selaku Penguji II yang telah memberi ilmu, kritik, dan
saran kepada penulis untuk kesempurnaan penulisan tesis ini.
6. Segenap civitas akademika Program Magister Fakultas
Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, khususnya
Program Magister Tafsir Hadis yang tidak dapat penulis
sebutkan satu persatu, atas ilmu dan motivasi yang telah
diberikan selama penulis menempuh studi di kampus
kebanggaan ini.
7. Kedua orang tua penulis (M. Taqribul Mujib dan Siti
Khodijah), atas didikan, bimbingan, motivasi, dukungan,
iii
semangat, dan doa restunya kepada penulis selama ini. Semoga
Allah Swt senantiasa memberikan rahmat, kesehatan, dan
keselamatan kepada keduanya di dunia dan akhirat. Amin.
Selanjutnya kepada istri tercinta penulis (Lilis Solihah) atas
bantuan, dukungan, dan doanya kepada penulis.
8. Masyarakat Kabupaten Mesuji khususnya Desa Abung Kiwa
(Kec. Tanjung Raya), Desa Fajar Asri (Kec. Panca Jaya), Desa
Mukti Karya (Kec. Panca Jaya), Desa Mekar Sari (Kec.
Tanjung Raya), dan Desa Tanjung Mas Jaya (Kec. Mesuji
Timur), baik ulama, tokoh masyarakat, masyarakat umum,
khususnya para informan yang telah membantu memberikan
data informasinya kepada penulis selama penelitian.
9. Kawan-kawan Program Magister Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir
angkatan 2016, atas perjuangan dan semangatnya selama di
kampus tercinta ini.
Penulis mengharapkan ridha Allah Swt, semoga pihak-pihak
yang telah membantu dalam penyelesaian tesis ini dinilai sebagai amal
ibadah yang terus mengalir sepanjang hayat. Akhir kata, semoga
tulisan ini bermanfaat bagi para pembaca sekalian, dan menjadi bahan
evaluasi bagi penulis pada penelitian selanjutnya. Selamat membaca!
Ciputat, 09 Mei 2020
M. Zainur Rohman
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK ......................................................................................... i
KATA PENGANTAR ......................................................................iii
DAFTAR ISI...................................................................................... v
PEDOMAN TRANSLITERASI ....................................................ix
DAFTAR GAMBAR ..................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................ 1
B. Identifikasi, Perumusan, dan
Pembatasan Masalah ..................................................... 9
C. Tujuan Penelitian ......................................................... 10
D. Manfaat Penelitian ....................................................... 11
E. Tinjauan Pustaka .......................................................... 11
F. Metode Penelitian ........................................................ 15
G. Sistematika Penelitian ................................................... 23
v
3. Iʻtibâr Dan Skema Sanad ....................................... 49
4. Kualitas Hadis Yang Mendasari Berdirinya
Kegiatan Simaan Alquran Jantiko Mantab ............. 52
a. Kualitas Sanad .................................................. 52
b. Kualitas Matan .................................................. 60
c. Kesimpulan Hasil Penelitian
Sanad dan Matan ..............................................64
C. Makna Hadis Yang Mendasari Berdirinya
Kegiatan Simaan Alquran Jantiko Mantab ……………64
vi
b. Sejarah Kegiatan Simaan Alquran
Jantiko Mantab Di Kabupaten Mesuji ............ 105
3. Ruang Lingkup Kegiatan Simaan Alquran
Jantiko Mantab ..................................................... 111
a. Kegiatan Simaan Alquran
Jantiko Mantab Bagi Pemerintah
Daerah Kabupaten Mesuji................................111
b. Kegiatan Simaan Alquran Jantiko
Mantab Bagi Kalangan Pesantren ....................115
c. Kegiatan Simaan Alquran Jantiko Mantab
Bagi Masyarakat Kabupaten Mesuji ............... 117
vii
d. Salat Duha dan Fardu Secara Barjamaah ......... 139
e. Berdoa Setelah Khatam Alquran .......................143
f. Saling Ber-musâfahah Setelah
Selesai Kegiatan ............................................... 145
B. Respon Masyarakat Atas Kegiatan Simaan
Alquran Jantiko Mantab Di Kabupaten Mesuji .......... 147
1. Respon Masyarakat yang Mengikuti
Kegiatan Jantiko Mantab ...................................... 149
2. Respon Masyarakat yang Tidak
Mengikuti Kegiatan Jantiko Mantab .................... 152
C. Implikasi Kegiatan Simaan Alquran
Jantiko Mantab ............................................................ 155
1. Implikasi Bagi Tuan Rumah
Penyelenggara Kegiatan ....................................... 156
2. Implikasi Bagi Masyarakat ................................... 158
3. Implikasi Bagi Pemerintah
Kabupaten Mesuji ................................................. 160
D. Argumentasi Pelestarian Kegiatan
Simaan Alquran Jantiko Mantab ................................. 161
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................. 167
B. Rekomendasi ............................................................... 167
viii
PEDOMAN TRANSLITERASI HURUF ARAB-LATIN
A. Padanan Huruf
ix
B. Vokal
Vokal dalam bahasa Arab, seperti vokal dalam bahasa Indonesia,
terdiri dari vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau
diftong.
Untuk vokal tunggal, ketentuan alih aksaranya adalah sebagai
berikut:
D. Kata Sandang
Kata sandang yang dalam sistem aksara Arab dilambangkan
dengan huruf, yaitu الdialihaksarakan menjadi huruf /l/, baik diikuti
x
huruf syamsiyyah maupun huruf qamariyyah. Contoh: al-rijâl bukan
ar-rijâl, al-dîwân bukan ad-dîwân.
E. Syaddah (Tasydîd)
Syaddah atau tasydîd yang dalam tulisan Arab dilambangkan
dengan sebuah tanda ( ) ﹼdalam alih aksara ini dilambangkan dengan
huruf, yaitu dengan menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah
itu. Akan tetapi, hal ini tidak berlaku jika huruf yang menerima tanda
syaddah itu terletak setelah kata sandang yang diikuti oleh huruf-huruf
syamsiyyah. Misalnya, kata ُ الض َُّر ْو َرةtidak ditulis dengan ad-darȗrah
melainkan al-darȗrah, demikian seterusnya.
F. Ta Marbȗtah
Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbȗtah
terdapat pada kata yang berdiri sendiri, maka huruf tersebut
dialihaksarakan menjadi huruf /h/ (lihat contoh 1 di bawah). Hal yang
sama juga berlaku jika ta marbȗtah tersebut diikuti oleh kata sifat
(naʻt) (lihat contoh 2). Namun, jika huruf ta marbȗtah tersebut diikuti
kata benda (ism), maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf
/t/ (lihat contoh 3).
No. Kata Arab Alih Aksara
1. َ
ط ِر ْيقَة tarîqah
2. ِ ْ ﺎم َعة
اْلس ََْل ِميَّة ِ ْال َج al-jâmiʻah al-islâmiyyah
3. َوحْ دَة ْال ُو ُج ْود wahdat al-wujȗd
G. Huruf Kapital
Meskipun dalam sistem tulisan Arab huruf kapital tidak
dikenal, dalam alih aksara ini huruf kapital tersebut juga digunakan,
dengan mengikuti ketentuan yang berlaku dalam Ejaan Yang
Disempurnakan (EYD) bahasa Indonesia, antara lain untuk menuliskan
permulaan kalimat, huruf awal nama tempat, nama bulan, nama diri,
dan lain-lain. Penting diperhatikan, jika nama diri didahului oleh kata
xi
sandang, maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal nama
diri tersebut, bukan huruf awal atau kata sandangnya. (Contoh: Abȗ
Hâmid al-Ghazâlî bukan Abȗ Hâmid Al-Ghazâlî, al-Kindi bukan Al-
Kindi).
Beberapa ketentuan lain dalam EYD sebetulnya juga dapat
diterapkan dalam alih aksara ini, misalnya ketentuan mengenai huruf
cetak miring (italic) atau cetak tebal (bold). Jika menurut EYD, judul
buku itu ditulis dengan cetak miring, maka demikian halnya dalam alih
aksaranya. Demikian seterusnya.
Berkaitan dengan penulisan nama, untuk nama-nama tokoh
yang berasal dari dunia Nusantara sendiri, disarankan tidak
dialihaksarakan meskipun akar katanya berasal dari bahasa Arab.
Misalnya ditulis Abdussamad al-Palimbani, tidak ʻAbd al-Samad al-
Palimbânî; Nuruddin al-Raniri, tidak Nȗr al-Dîn al-Rânîrî.
xii
DAFTAR GAMBAR
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Di kalangan ulama hadis terjadi perbedaan pendapat tentang istilah hadis
dan sunnah, khususnya antara ulama mutaqaddimȋn dan ulama muta’akhkhirȋn.
Menurut ulama mutaqaddimȋn istilah hadis dan sunnah mempunyai pengertian yang
berbeda. Hadis adalah segala perkataan, perbuatan atau ketetapan yang disandarkan
kepada Nabi setelah diutus menjadi Nabi (setelah kenabian). Sedangkan sunnah
adalah segala sesuatu yang diambil dari Nabi, baik berupa perkataan, perbuatan,
ketetapan, sifat-sifat fisik dan non fisik ataupun segala hal ihwal Nabi sebelum diutus
menjadi Rasul, seperti taẖannuts di Gua Hira atau sesudah menjadi Rasul. Adapun
ulama hadis muta’akhkhirȋn berpendapat bahwa hadis sinonim dengan sunnah. Hadis
dan sunnah memiliki pengertian yang sama, yaitu segala ucapan, perbuatan atau
ketetapan Nabi. Lihat: Muẖammad `Ajjaj al-Khaṯȋb, Usȗl al-Hadȋts ʻUlȗmuhu wa
Musṯalȃẖuh (Beirut: Dȃr al-Fikr, 1989), h. 17-28; Subẖi al-Sȃliẖ, `Ulȗm al-Hadȋts
wa Musṭalȃẖuhu (Beirut: Dȃr al-ʻIlm li al-Malayȋn, 1988), h. 3-5. Dalam penelitian
ini hadis dan sunnah dianggap mempunyai pengertian yang sama.
2
Musṯafȃ al-Sibȃʻiy, Al-Sunnah wa Makȃnatuhȃ fȋ al-Tasyrȋʻ al-Islȃmiy
(Beirut: Dȃr al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1994), Cet. ke-1, h. 343.
3
Penulisan kata “Alquran” di dalam penelitian ini menggunakan kata baku
sesuai dengan ejaan yang telah disempurnakan (EYD) yang terdapat pada Kamus
Besar Bahasa Indonesia. Lihat Tim Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa
Indonesia Volume V (Jakarta: Balai Pustaka, 2018), h. 69.
4
Syamsul Rijal Hamid, Buku Pintar Agama Islam (Bogor: Cahaya Salam,
2008), Cet. ke-3, h. 267.
5
Munzier Suparta, Ilmu Hadits (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2013),
Cet. ke-8, h. 49, Dona Kahfi Ma Iballa, “Nikah Sirri Dalam Perspektif Hadis,” Studi
Gender dan Islam Volume 12, no. 1 (Januari 2013): h. 28.
1
2
materi yang baru pula.6 Dalam masalah agama yang memiliki peranan
dominan dalam konstruksi masyarakat Indonesia, terdapat banyak
praktik keragaman yang berkembang di masyarakat. Praktik ini
terjawantah dalam sebuah institusi yang bernama tradisi, ritual, dan
lain sebagainya.7 Tak jarang pula, sebuah praktik itu diilhami oleh
hadis-hadis Nabi Saw yang terus berkelanjutan sehingga hadis-hadis
tersebut juga menjadi hidup dalam masyarakat dan menjadi ruh-ruh
bagi kehidupan sehari-hari.8
Saudi Arabia, tempat produksi teks Alquran dan hadis serta
Indonesia sebagai negara dengan dengan mayoritas muslim terbanyak
di dunia memiliki ruang dan kultur yang berbeda. Perbedaan geografis
wilayah di mana Mekah dan Madinah sebagai daerah dengan kondisi
alam lebih banyak didominasi oleh gurun pasir tentu berbeda dengan
Indonesia sebagai negara yang mayoritas daerahnya penuh dengan
hutan. Hal ini tentu juga berbeda dalam masalah adat istidat dan
kebudayaannya. Dalam sejarahnya, penerimaan Islam di Indonesia
banyak yang kemudian berjalin berkelindan dengan lokalitas tradisi
dan budaya di daerah-daerah.9
Figur Nabi menjadi tokoh sentral dan diikuti oleh umat Islam
sampai akhir zaman. Maka dari sinilah muncul berbagai persoalan
terkait dengan kebutuhan dan perkembangan masyarakat untuk
mengaplikasikan ajaran Islam sesuai dengan yang diajarkan oleh Nabi
6
M. Alfatih Suryadilaga, dkk., Metodologi Penelitian Hadis (Yogyakarta:
Pokja Akademik UIN Sunan Kalijaga, 2006), h. 193.
7
Saifuddin Zuhri Qudsy, “Living Hadis, Genealogi, Teori, dan Aplikasi,”
Living Hadis Volume 1, no. 1 (Mei 2016): h. 178.
8
Hikmalisa, “Dominasi Habitus Dalam Praktik Khitan Perempuan,” Living
Hadis Volume 1, no. 2 (Oktober 2016): h. 343.
9
Saifuddin Zuhri Qudsy dan Subkhani Kusuma Dewi, Living Hadis
Praktik, Resepsi, Teks, dan Transmisi (Yogyakarta: Q-Media, 2018), h. 2.
3
10
M. Alfatih Suryadilaga, Metodologi Penelitian Living Qur’an dan Hadis
(Yogyakarta: Teras, 2007), h. 106.
11
Istilah akulturasi berasal dari bahasa latin “acculturate” yang berarti
tumbuh dan berkembang bersama. Akulturasi adalah suatu proses sosial dalam
masyarakat di mana terjadi interaksi antara dua budaya yang berbeda sehingga
mengakibatkan terbentuknya budaya baru, namun unsur dan sifat budaya yang asli
tetap ada. Muzakkir dan Said Fadhlain, Konsep Akulturasi Budaya Masyarakat
(Banda Aceh: UTU Pres, 2019), h. 2.
12
Secara etimologi, sinkretisme berasal dari bahasa Yunani “synkretizein”
yang artinya adalah menggabungkan. Secara terminologi adalah suatu proses
perpaduan dari beberapa paham atau aliran baru yang merupakan perpaduan dari
beberapa paham (aliran) yang berbeda untuk mencari keserasian, keseimbangan, dan
sebagainya. Pada sinkretisme terjadi proses pencampuradukan berbagai unsur aliran
atau paham, sehingga hasil yang didapat dalam bentuk abstrak yang berbeda untuk
mencari keserasian dan keseimbangan. Sinkretisme dapat terjadi pada agama, aliran
kepercayaan, seni budaya, bahkan politik. Roz Aiza Mokhtar, Konsep Sinkretisme
Menurut Perspektif Islam (Bandung: Rosdakarya, 2015), h. 4.
13
Qudsy dan Dewi, Living Hadis, h. 3.
4
14
Anwar, “Living Hadis”, h. 73.
15
Kata hafiz (jamaknya huffâz) dalam penelitian ini adalah seorang yang
telah hafal tiga puluh juz Alquran. Kata hâfiz merupakan isim fâʻil dari kata hafaza.
Tim Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 341, Achmad Warson
Munawwir, Kamus al-Munawwir (Surabaya: Pustaka Progressif, 1997), h. 314.
16
Tartil adalah membaca sesuai hukum tajwid. Terdapat kriteria yang harus
dipenuhi apabila bacaan dikatagorikan sebagai bacaan yang tartil yaitu setiap huruf
harus diucapkan dengan makhraj yang benar, berhenti pada tempat yang benar,
membaca semua harakat dengan benar, mengeraskan suara sampai terdengar oleh
telinga pembaca, memperindah suara agar muncul rasa takut kepada Allah, membaca
dengan sempurna dan jelas setiap tasydid dan madnya, dan memenuhi hak ayat-ayat
yang mengandung rahmat dan ayat-ayat azab. Lihat Muhammad Nasib Al-Rifâʻiy,
Kemudahan Dari Allah Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir. Penerjemah Abdul Manan,
dkk (Depok: Gema Insani Press, 2014), Jilid 4, h. 283.
5
17
Wawancara Pribadi dengan KH. Khoirul Habibi (Ulama Desa Mukti
Karya Kecamatan Panca Jaya dan salah satu pendiri Jantiko Mantab), pada Jum’at,
01 Maret 2019. Pukul 06.00 WIB.
18
Kegiatan Jantiko Mantab terbagi atas dua bagian yakni pusat dan daerah.
Jantiko Mantab pusat berada di wilayah Kabupaten Kediri dengan kantor
sekretariatnya berada di Pondok Pesantren Al-Falah Dusun Tambak, Desa Ngadi,
Kecamatan Mojo, Kabupaten Kediri. Sedangkan Jantiko Mantab yang berada di
daerah meliputi hampir keseluruhan Kabupaten/Kota di Jawa Timur dan Jawa
Tengah, DIY, Pulau Kalimantan, sampai Pulau Sumatera. Khusus untuk Pulau
Sumatera sendiri, Jantiko Mantab berada di Provinsi Lampung, Provinsi Sumatera
Selatan, Provinsi Jambi, Provinsi Bengkulu, dan Provinsi Riau. Lihat Bagian
Sekretariat Jantiko Mantab, Data-Data Jantiko Mantab Daerah (Kediri: Al-Falah
Press, 2019), h. 6.
19
Hasil observasi langsung pada kegiatan simaan Alquran Jantiko Mantab
di masjid Al-Sholihin, Desa Abung Kiwa, Kecamatan Tanjung Raya, pada Ahad
Legi, 10 Februari 2019/5 Jumadil Awal 1440 H dan di masjid Mujahidin Desa Fajar
Asri Kecamatan Panca Jaya pada 17 Maret 2019/10 Jumadil Akhir 1440 H.
6
20
Tim Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa
Kabupaten Mesuji, BPMPD Kab. Mesuji 2016 dan Kecamatan Dalam Angka 2019
(Wiralaga Mulya: Pemda Mesuji Press, 2019), h. 17.
21
Wawancara Pribadi dengan KH. Khoirul Habibi.
22
Model khataman yang selama ini berjalan di kalangan masyarakat
Kabupaten Mesuji terdiri dari berbagai macam bentuk. Di antaranya adalah
khataman berurutan juznya dengan cara bi al-nazar (melihat mushaf), khataman
dengan cara grepyekan (masing-masing peserta khataman membaca bersama-sama
dengan juz yang telah ditentukan), khataman bi al-ghaib secara cepat dengan
pembaca hanya satu orang dan disimak oleh beberapa orang (1-3 orang) dan
diselenggarakan sebelum acara hajatan (sunatan, haul, pernikahan, dan sebagainya).
23
Wawancara Pribadi dengan KH. Khoirul Habibi.
7
صالى ٍح َع ْن أ ىَِب َحدَّثَنَا عُثْ َما ُن بْ ُن أ ىَِب َشْي بَةَ َحدَّثَنَا أَبُو ُم َعا ىويَةَ َع ىن األ َْع َم ى
َ ش َع ْن أ ىَِب
اَّللى ت ىمن ب ي ى
ٍ
َّ وت ُُ ْ اجتَ َم َع قَ ْوٌم ىِف بَْي
ْ ال َما
َ َ ق-صلى هللا عليه وسلم- َّب ى
ُهَريْ َرةَ َعن النى ىى
َّ السكىينَةُ َوغَ ىشيَ ْت ُه ُم اَل ي ْت لُو َن كىتاب َّى
ُالر ْْحَة ْ َاَّلل َويَتَ َد َار ُسونَهُ بَْي نَ ُه ْم إىالَّ نََزل
َّ ت َعلَْي ىه ُم َ َ َ َ تَ َع
.ُيم ْن عىْن َدهوحفَّْت هم الْمالَئى َكةُ وذَ َكرهم َّ ى
َ اَّللُ ف
26
ُ َُ َ َ ُُ َ َ
24
Koran Republika mencatat bahwa sejak tahun 2011 hingga akhir 2013
kurang lebih telah terjadi 17 orang tewas dalam bentrokan, puluhan orang luka-luka,
dan ratusan rumah terbakar. Lihat “Mesuji Memanas Lagi,” Republika, 6 Januari
2014, h. 1.
25
Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan tokoh agama adalah para
kyai dan para ustaz dari kalangan Nahdlatul Ulama yang ada di Kabupaten Mesuji.
26
Sulaimȃn bin al-Asyʻats Abȗ Dȃwud al-Sijistȃniy al-Azdiy, Sunan Abȋ
Dȃwud (Beirut: Dȃr al-Fikr, t.t.), No. Hadis 1457, Juz 4, h. 460. Lihat pula Abȗ al-
Husain Muslim bin al-Hajjȃj bin Muslim al-Qusyairiy al-Naisȃbȗriy, Al-Jȃmiʻ al-
Saẖȋẖ al-Musammȃ Saẖȋẖ Muslim (Beirut: Dȃr al-Afȃq al-Jadȋdah, t.t.), No. Hadis
7028, Juz 8, h. 71, Muẖammad bin ‘Ȋsa bin Saurah bin Mȗsȃ bin al-Ḏaẖẖȃk al-
Tirmidziy, Sunan al-Tirmidziy (Cairo: Mauqiʻ Wazȃrah al-Auqȃf al-Misriyyah, t.t.),
No. Hadis 3197, Juz 11, h. 161, Abȗ ‘Abdillȃh Muẖammad bin Yazȋd al-Qazwȋniy,
Sunan Ibnu Mȃjah (Cairo: Mauqiʻ Wazȃrah al-Auqȃf al-Misriyyah, t.t.), No. Hadis
230, Juz 1, h. 270, Abȗ ‘Abdullȃh Aẖmad bin Muẖammad bin Hanbal bin Hilȃl bin
8
Artinya:
“Telah menceritakan kepada kami ‘Utsman bin Abȋ Syaibah,
telah menceritakan kepada kami Abȗ Mu’ȃwiyah, dari al-
Aʻmasy, dari Abȋ Sȃliẖ, dari Abȋ Hurairah, dari Nabi Saw,
beliau bersabda, ‘Tidaklah berkumpul suatu kaum di salah satu
rumah Allah, sedang mereka membaca kitab Allah (Alquran)
dan mempelajarinya di antara mereka, kecuali akan turun
ketenangan atas mereka dan mereka akan dilingkupi oleh
rahmat serta para Malaikat mengelilingi mereka dan Allah
menyebut-nyebut mereka pada (makhluk) yang ada di dekat-
Nya.’” (HR. Abȗ Daud)
Pendirian kegiatan simaan Alquran Jantiko Mantab di
Kabupaten Mesuji sebagai salah satu upaya mewujudkan Kabupaten
Mesuji yang aman dan damai telah memberikan warna keagamaan
tersendiri dalam kehidupan masyarakat Kabupaten Mesuji. Kegiatan
simaan Alquran Jantiko Mantab muncul tidak saja sebagai kegiatan
keagamaan, namun juga sebagai “bengkel hati” bagi masyarakat,
sehingga diharapkan suasana rohani mereka akan kembali stabil dan
sehat, sehingga kehidupan menjadi lebih terarah kepada kebaikan.
Tampil dengan peran ganda sebagai wadah kegiatan
keagamaan dan solusi terhadap sebuah permasalahan yang dihadapi
masyarakat, menjadikan kegiatan simaan Alquran Jantiko Mantab
semakin menarik untuk diteliti lebih jauh dan mendalam, agar
diketahui sejauh mana pemahaman masyarakat terhadap kegiatan dan
hadis yang menjadi dasar kegiatan simaan Alquran Jantiko Mantab di
Kabupaten Mesuji?, Siapakah para pencetus dan pendiri serta proses
berdirinya Jantiko Mantab?, Bagaimanakah dampak sosial akibat
diadakannya Jantiko Mantab?, dan lain sebagainya. Semua pertanyaan
tersebut dirangkum dalam penelitian tesis yang berjudul “Living
C. Tujuan Penelitian
Dari perumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka
penelitian ini memiliki tujuan untuk menganalisa pemahaman dan
praktik kegiatan simaan Alquran Jantiko Mantab sebagai pemaknaan
terhadap hadis Nabi oleh para ulama setempat dan masyarakat
Kabupaten Mesuji.
11
D. Manfaat Penelitian
Dari tujuan penelitian di atas, maka penelitian ini memiliki
manfaat yang dapat diambil, di antaranya adalah:
1. Bagi masyarakat Kabupaten Mesuji khususnya dan jamaah Jantiko
Mantab di daerah lain umumnya, penelitian ini dapat memberikan
pengetahuan dan rujukan ilmiah terkait tentang sejarah, landasan,
dan tujuan terbentuknya kegiatan Jantiko Mantab yang merupakan
kegiatan yang diakui oleh pendirinya sebagai pemaknaan terhadap
hadis-hadis Nabi.
2. Bagi ulama di Kabupaten Mesuji, penelitian ini dapat membantu
menguatkan landasan doktrin dan jalan tengah terhadap
pelaksanaan kegiatan Jantiko Mantab.
3. Bagi peneliti, penelitian ini dapat menambah khazanah keilmuan
dan pemahaman tentang hadis-hadis yang berkaitan dengan
kegiatan Jantiko Mantab, sekaligus juga menjadi rujukan bagi
penelitian lain dalam bidang yang berbeda.
E. Tinjauan Pustaka
Sebagai sebuah disiplin ilmu yang tergolong masih baru,
penelitian tentang living hadis dewasa ini telah banyak dilakukan oleh
para peneliti muslim, baik dalam bentuk jurnal, skripsi, tesis, maupun
buku. Salah satu penelitan dalam bentuk jurnal misalnya telah ditulis
oleh Alfatih Suryadilaga pada tahun 2014 dengan judul Mafhȗm al-
Salawȃt ‘Inda Majmȗʻȃt Joget Shalawat Mataram: Dirȃsah Fȋ Hadȋth
al-Hayy. Dalam penelitiannya tersebut, ia mencoba menelaah makna
tradisi joged spiritual yang berasal dari kesultanan Mataram. Hasil dari
penelitiannya tersebut, ia menyimpulkan bahwa Joged Shalawat
Mataram adalah sebuah gerakan seni spiritual dan merupakan sebuah
12
27
Alfatih Suryadilaga, “Mafhȗm al-Salawȃt ‘Inda Majmȗʻȃt Joget Shalawat
Mataram: Dirȃsah Fȋ Hadȋth al-Hayy,” Studia Islamika, Vol. 21, No. 3 (April 2014):
h. 535-578.
28
Thoha Syamsul Anam, “Fida’ Dalam Pandangan Masyarakat Desa
Panunggalan Kec. Pulokulon Kab. Grobogan (Living Hadits),” (Skripsi S1 Fakultas
Ushuluddin dan Humaniora UIN Walisongo Semarang, 2016).
13
29
Hikmalisa, “Dominasi Habitus Dalam Praktik Khitan Perempuan Di Desa
Kuntu Darussalam Kabupaten Kampar Riau (Aplikasi Praktik Sosial Pierre Boudieu
Dalam Living Hadis),” Living Hadis, Vol. 1, No. 2 (Oktober 2016): h. 324-372.
30
Nurkholis Sofwan, “Living Hadis: Studi Atas Fenomena Tradisi Fidyah
Salat dan Puasa Bagi Orang Meninggal Di Indramayu,” (Tesis S2 Progaram Magister
Tafsir Hadis Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2018).
14
31
Najib Ubaidillah, “Relevansi Bacaan Alquran dan Zikir Terhadap
Keharmonisan Rumah Tangga (Studi Kasus Jama’ah Majelis Semaan Alquran Dan
Dzikrul Ghofilin Di Pondok Pesantren Al-Mujahadah Lempuyangan Kota
Yogyakarta),” (Skripsi S1 Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga, 2017).
15
F. Metode Penelitian
1. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan menggunakan
latar alamiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan
dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada.32 Pada
penelitian ini, peneliti menggunakan jenis penelitian kualitatif
dikarenakan data-data primer dalam penelitian ini adalah bersifat
deskriptif. Menurut Sugiyono, penelitian kualitatif mempunyai
beberapa karakteristik yaitu pertama, dilakukan pada kondisi yang
alamiah langsung ke sumber data dan peneliti adalah instrumen kunci.
Kedua, lebih bersifat deskriptif, yakni data yang terkumpul berbentuk
kata-kata atau gambar. Ketiga, lebih menekankan pada proses daripada
produk atau outcome. Keempat, melakukan analisis data secara
induktif. Kelima, lebih menekankan makna (data dibalik yang
dicermati).33
32
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2014), Cet. ke-33, h. 5.
33
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: CV. Alfabeta,
2014), Cet. ke-10, h. 9-10.
16
34
Fenomenologi adalah penelitian yang berhubungan dengan interpretasi
terhadap realitas dan mencari jawaban tentang makna dari suatu fenomena serta
mempunyai fokus pada apa yang dialami oleh subyek penelitian tentang sebuah
fenomena dan bagaimana subyek mengalami dan memaknai pengalamannya. Lihat
Hasbiansyah, Pendekatan Fenomenologi: Penelitian Dalam Ilmu Sosial dan
Komunikasi (Jakarta: Mediator, 2008), h. 171.
35
Etnografi adalah penelitian yang mempelajari dan mendeskripsikan
peristiwa budaya, yang menyajikan pandangan hidup subjek yang menjadi obyek
studi. Deskripsi itu diperoleh oleh peneliti dengan cara berpartisipasi secara langsung
dan lama terhadap kehidupan sosial suatu masyarakat. Lihat Ninip Hanifah,
Penelitian Etnografi dan Penelitian Grounded Theory (Jakarta: Akademi Bahasa
Asing Borobudur Press, 2010), h. 2.
36
Studi kasus adalah penelitian yang dilakukan secara intensif terinci dan
mendalam terhadap suatu organisasi, lembaga atau gejala tertentu. Lihat Suharismi
Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik Edisi Revisi V (Jakarta:
Rieneka Cipta, 2010), h. 121.
17
b. Wawancara
Wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan data
yang dilakukan dengan berhadapan secara langsung dengan yang
diwawancarai namun dapat juga diberikan daftar pertanyaan dahulu
untuk dijawab pada kesempatan lain. Wawancara merupakan alat
rechecking atau pembuktian terhadap informasi atau keterangan yang
diperoleh sebelumnya. Teknik wawancara yang digunakan dalam
penelitian kualitatif adalah wawancara mendalam. Wawancara
37
Koentjaraningrat, Kamus Istilah Antropologi Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa (Jakata: Depdikbud, 1984), Cet. ke-1, h. 420.
38
Nasution, Metode Penelitian Naturalistic (Bandung: Tarsito, 2003), h.
59.
18
c. Dokumentasi
Yaitu teknik pengumpulan data dan informasi melalui
pencarian dan penemuan bukti-bukti. Metode ini merupakan
pengumpulan data yang berasal dari sumber nonmanusia.40
Dokumentasi merupakan data mengenai hal-hal atau variabel berupa
catatan, transkip buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen, rapat,
agenda, dan lain sebagainya.41 Dalam penelitian ini, peneliti akan
menganalisis dokumen-dokumen yang berkaitan dengan Jantiko
Mantab, di antaranya adalah catatan sejarah pembentukan kegiatan
Jantiko Mantab, struktur kepengurusan organisasi, daftar tempat yang
pernah diadakan kegiatan Jantiko Mantab, dan lain sebagainya yang
mendukung data penelitian.
3. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan selama sembilan puluh hari atau tiga
bulan, terhitung sejak Februari 2019 hingga April 2019. Dalam rentang
waktu tersebut akan diselenggarakan kegiatan Jantiko Mantab
sebanyak tiga kali.42 Adapun wilayah penelitian ini akan dilakukan di
39
Winarno Surakhmad, Pengantar Penelitian Ilmiah (Bandung: Tarsito,
1985), h. 132.
40
Afifidin dan Beni Ahmad Saebani, Metodologi Penelitian Kualitatif
(Bandung: Pustaka Setia, 2014), h. 141.
41
Arikunto, Prosedur Penelitian, h. 274.
42
Ini dikarenakan kegiatan Jantiko Mantab hanya dilaksanakan setiap hari
Ahad legi, sehingga dalam rentang waktu sembilan puluh hari akan ada tiga kali
Ahad legi.
19
43
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D (Bandung:
Alfabeta, 2014), Cet. ke-21, h. 85.
20
44
Sutopo, Pengantar Penelitian Kualitatif (Surakarta: Universitas Sebelas
Maret, 1988), h. 22.
21
45
Dadang Kahmad, Metode Penelitian Agama (Bandung: CV. Pustaka
Setia, 2000), h. 102.
46
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2014), Cet. ke-33, h. 3.
47
Etta Mamang Sangaji dan Sopiah, Metodologi Penelitian-Pendekatan
Praktis dalam Penelitian (Yogyakarta: Andi Offset, 2010), h. 1.
48
Sangaji, Metodologi Penelitian-Pendekatan Praktis, h. 19.
23
6. Teknik Penulisan
Adapun tehnik penulisan penelitian ini mengacu pada
Pedoman Penulisan Karya Ilmiah UIN Syarif Hidayatullah (sesuai
dengan keputusan Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta No. 507
Tahun 2017) dan dilengkapi dengan Pedoman Akademik Program
Magister Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun
2012. Sedangkan transliterasi pada penelitian ini mengacu pada
Pedoman Transliterasi Arab-Latin keputusan bersama Menteri Agama
dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor: 158 Tahun 1987
– Nomor: 0543 b/u/1987.
G. Sistematika Penulisan
Berdasarkan metodologi yang digunakan tersebut, maka untuk
mencapai pembahasan yang terarah dan sistematis diperlukan adanya
langkah-langkah penulisan dalam penelitian. Adapun sistematika
49
Tatan Maupun Amirin, Metodologi Riset (Yogyakarta: Pusat Penelitian
dan Pengabdian Masyarakat UIJ, 1979), h. 4.
24
penulisan penelitian ini dibagi atas lima bab, dan setiap bab meliputi
sub-sub bab sebagai garis pokok pembahasan. Pembagian bab tersebut
antara lain adalah sebagai berikut:
Bab pertama merupakan pendahuluan yang memuat seluk
beluk penelitian ini dengan uraian mengenai latar belakang masalah
sebagai tolok ukur pentingnya penelitian. Kemudian dilanjutkan
dengan identifikasi masalah, pembatasan masalah, dan perumusan
masalah sebagai fokus penelitian. Setelah itu membahas tentang tujuan
penelitian, kemudian manfaat penelitian, dan dilanjutkan dengan
pembahasan mengenai tinjauan pustaka yang dijadikan sebagai
perbandingan antara penelitian sebelumnya dengan penelitian
sekarang. Setelah itu dilanjutkan dengan metodologi penelitian dan
terakhir adalah sistematika penulisan.
Bab kedua membahas tentang deskripsi living hadis dan hadis
simaan Alquran. Dalam bab ini dibagi dalam dua sub-bab. Sub-bab
pertama membahas tentang tinjauan umum living hadis yang meliputi
pengertian dari living hadis, karakteristik penelitian living hadis, dan
metodologi dalam penelitian living hadis. Sub-bab selanjutnya adalah
tentang hadis yang menjadi dasar bagi pendirian kegiatan ini.
Pembahasan sub-bab ini meliputi teks hadis, takhrȋj hadis, dan kualitas
hadis baik sanad maupun matannya. Terakhir sub-bab ketiga adalah
membahas tentang makna dari hadis tersebut.
Bab ketiga membahas tentang mengenal lokasi penelitian dan
kegiatan simaan Alquran Jantiko Mantab. Dalam bab ini, peneliti akan
menguraikan tentang religiusitas di Kabupaten Mesuji. Tentang
religiusitas ini, peneliti akan menguraikan di dalamnya gambaran
singkat Kabupaten Mesuji, potret pendidikan Islamnya, gambaran
tentang ormas-ormas keagamaan yang ada, dan ulasan mengenai
25
1
Ahmad Ubaidi Hasbillah, Ilmu Living Qur’an-Hadits: Ontologi,
Epistimologi, dan Aksiologi (Ciputat: Maktabah Darus Sunnah, 2019), h. 20.
2
M. Mansur, dkk., Metodologi Penelitian Living Qur’an dan Hadis
(Yogyakarta: Teras, 2007), h. 8.
3
Adrika Fitrotul Aini, “Living Hadis Dalam Tradisi Malam Kamis Majelis
Shalawat Diba’ Bil Musthafa,” Ar-Raniry Volume 2, no.1 (Juni 2014): h. 227.
27
28
adanya pemekaran wilayah kajian, dari kajian teks kepada kajian sosial
budaya yang menjadikan masyarakat agama sebagai objeknya.4
Living hadis yang merupakan sebuah penafsiran yang kontinu
dan progresif di daerah-daerah yang berbeda merupakan sebuah
sunnah yang hidup atau “living sunnah”5 yang selanjutnya juga
dinamakan dengan living hadis.6 Menurut M. Alfatih Suryadilaga,
living hadis memiliki tiga model bentuk yaitu pertama, tradisi tulis
menulis seperti bentuk ungkapan yang terpampang di masjid,
pesantren, dan tempat strategis lainnya. Kedua, tradisi lisan seperti
bacaan salat shubuh hari Jumat yang imamnya membaca surat al-
Sajdah pada rakaat pertamanya dan surat al-Insȃn pada rakaat
keduanya. Ketiga, tradisi praktik seperti waktu salat di masyarakat
Lombok tentang wetu telu dan wetu limo.7
2. Karakteristik Penelitian Living Hadis
Hadis Nabi sebagai sumber asasi dalam Islam di samping
Alquran, dapat dikaji dari berbagai sisi. Apakah dari sisi otentisitasnya
sehingga pertanyaan yang dimunculkan adalah apakah sebuah hadis
memang benar berasal dari Rasulullah Saw ataukah hanya merupakan
kreasi dari orang-orang yang datang setelah beliau. Alternatif kajian
yang lain adalah terhadap kandungan makna yang terdapat dalam
sebuah hadis, baik melalui pemahaman secara tematik maupun
pemahaman yang mengambil bentuk satu persatu hadis. Alternatif
kajian yang lainnya adalah kajian yang memfokuskan pada hadis dan
4
M. Khoiril Anwar, “Living Hadis,” Farabi Volume 12, no. 1 (Juni 2015):
h. 73.
5
Suryadilaga, Metodologi Penelitian, h. 193.
6
Nurkholis Sofwan, Living Hadis Studi Atas Fenomena Tradisi Fidyah
Salat Dan Puasa Bagi Orang Meninggal Di Indramayu (Ciputat: Gaung Persada,
2018), Cet. Ke-1, h. 3.
7
M. Alfatih Suryadilaga, Aplikasi Penelitian Hadis dari Teks ke Konteks
(Yogyakarta: Penerbit Teras, 2009), h. 184-195.
29
8
M. Mansur, dkk., Metodologi Penelitian Living, h. xiv.
9
Saifuddin Zuhri Qudsy, Model-model Penelitian Hadis Kontemporer
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013), h. xvii.
30
10
M. Mansur, dkk., Metodologi Penelitian Living, h. 134.
11
Saifuddin Zuhri Qudsy dan Subkhani Kusuma Dewi, Living Hadis
Praktik, Resepsi, Teks, dan Transmisi (Yogyakarta: Q-Media, 2018), h. 112-113.
31
pada teks-teks hadis yang jelas sumbernya atau bahkan teks hadis yang
diyakini ada.12 Living hadis tidak sekedar berkaitan dengan pola-pola
perilaku sebagai bagian dari respon umat dalam interaksinya dengan
hadis-hadis Nabi, tetapi juga pengaruh signifikan hadis terhadap
kondisi dan pencapaian cita-cita umat itu sendiri.13
Dengan demikian, apabila disederhanakan, maka sebenarnya
yang menjadi objek material dari kajian living hadis adalah hadis dan
masyarakat itu sendiri secara bersamaan. Namun, sekalipun hadis Nabi
yang menjadi objek materialnya, yang dikehendaki dalam kajian living
hadis adalah “hadis yang hidup” dalam arti fenomena yang timbul
dalam kehidupan masyarakat yang berkaitan dengan hadis Nabi.
Sementara masyarakat sebagai objek material kajian living hadis pun
tidak menjadikan masyarakat, manusia, maupun perilakunya itu sendiri
sendiri sebagai kajiannya, melainkan hasil interaksinya dengan hadis
Nabi.14 Selain itu, disebabkan objek yang diteliti adalah praktik yang
berkembang di masyarakat, maka penggunaan teori-teori ilmu sosial
seperti sosiologi dan antropologi dalam living hadis tidak dapat
dielakkan. Hal ini karena living hadis sebagai sebuah praktik tentu lahir
dari sebuah dialektika individu dan masyarakat yang menjadi fokus
kajian dalam disiplin ilmu sosial seperti sosiologi dan antropologi.15
Disiplin ilmu-ilmu sosial diadopsi ke dalam kajian living hadis sebagai
alat telaahnya (objek formal).16
12
M. Mansur, dkk., Metodologi Penelitian Living, h. 134.
13
Jajang A. Rohmana, “Pendekatan Antropologi Dalam Studi Living Hadis
Di Indonesia: Sebuah Kajian Awal”, Jurnal Holistic al-Hadis, Vol. 01, no. 02 (Juli-
Desember 2018): h. 257.
14
Hasbillah, Ilmu Living Qur’an-Hadits, h. 56.
15
Qudsy dan Dewi, Living Hadis, h. 16.
16
Nor Salam, Living Hadis Integrasi Metodologi Kajian ʻUlumul Al-Hadis
dan Ilmu-ilmu Sosial (Batu: Literasi Nusantara, 2019), h. 90,
32
17
Salam, Living Hadis, h. 90, Ida Bagus Irawan, Teori-teori Sosial Dalam
Tiga Paradigma (Jakarta: Kencana, 2014), h. 95.
18
Interaksi simbolik merupakan teori yang memiliki asumsi bahwa manusia
membentuk makna melalui proses komunikasi. Teori ini berfokus pada pentingnya
konsep diri dan persepsi yang dimiliki individu berdasarkan interaksi dengan
individu lain. Daryanto, Pengantar Teori Komunikasi (Jakarta: Penerbit Salemba,
2015), h. 24.
19
Etnometodologi berasal dari tiga kata Yunani, etnos (orang), metodas
(metode), dan logos (ilmu). Secara harfiah berarti studi atau ilmu tentang metode
yang digunakan untuk meneliti bagaimana individu-individu menciptakan dan
memahami kehidupan mereka sehari-hari, seperti cara mereka menyelesaikan
pekerjaan di dalam kehidupan sehari-hari. Mudjia Rahardjo, Apa Itu Studi
Etnometodologi (Malang: UIN Malang Media, 2017), h. 3.
20
Teori pertukaran sosial adalah teori dalam ilmu sosial yang menyatakan
bahwa dalam sebuah hubungan sosial terdapat unsur ganjaran, pengorbanan, dan
keuntungan yang saling mempengaruhi. Teori ini menjelaskan bagaimana manusia
memandang tentang hubungan kita dengan orang lain sesuai dengan anggapan diri
manusia tersebut terhadap 1. Keseimbangan antara apa yang diberikan ke dalam
hubungan dan apa yang dikeluarkan dari hubungan itu. 2. Jenis hubungan yang
33
dilakukan. 3. Kesempatan memiliki hubungan yang lebih baik dengan orang lain.
Daryanto, Pengantar Teori Komunikasi, h. 34, Cik Hasan Bisri, Pilar-pilar
Penelitian Hukum Islam dan Pranata Sosial (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), h. 269.
21
Ida Bagoes Mantra, Filsafat Penelitian dan Metode Penelitian Sosial
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), h. 32.
22
Salam, Living Hadis, h. 93.
23
M.F. Zenrif, Realitas dan Metode Penelitian Sosial Dalam Perspektif Al-
Quran: Teori dan Praktik. (Malang: UIN Malang Press, 2006), h. 147.
34
24
Salam, Living Hadis, h. 94. Dalam penelitian living hadis ini, tahapan-
tahapan tersebut digunakan oleh peneliti sebagai acuan dalam melakukan kegiatan
penelitian.
35
25
Salam, Living Hadis, h. 96.
26
Saifuddin Zuhri Qudsy, “Living Hadis: Genealogi, Teori, dan Aplikasi,”
Jurnal Living Hadis Volume I, no. 01 (Mei 2016): h. 144.
27
Salam, Living Hadis, h. 20.
36
28
Di kalangan ahli usȗl, istilah qatʻiy dan zanniy masing-masing terdiri dari
dua bagian, yaitu menyangkut al-tsubut (kebenaran sumber) dan al-dalâlah
(kandungan makna). Dua istilah ini dibagi menjadi dua bagian, ialah qatʻiy al-tsubut
dan zanniy al-tsubut, serta qatʻiy ad-dalâlah dan zanniy al-dalâlah. Lihat Saifudin
Zuhri, “Studi Tentang Dalalah Makna: Absolutisme dan Relatifisme Ayat-Ayat
Hukum dalam Al-Qur’an,”Attaqaddum, no. 2 (November 2015): h. 240.
29
Salam, Living Hadis, h. 26.
30
M. Quraish Shihab, 1001 Soal Keislaman yang Patut Anda Ketahui
(Jakarta: Lentera Hati, 2008), h. 279.
37
dengan redaksi yang sedikit berbeda dengan apa yang disabdakan oleh
baginda Nabi. Selain itu, berdasarkan pada pengakuan para ulama yang
berkecimpung dalam kajian hadis, sekalipun pada masa sahabat telah
ada di antara mereka yang menulis teks-teks hadis, namun pada
umumnya sebagian besar penerimaan hadis pada saat ini hanya
didasarkan pada hafalan para sahabat dan tabiin. Kondisi menyebabkan
posisi hadis tidak sampai pada level qatʻiy al-wurud melainkan hanya
sampai level zanniy al-wurud. Dengan kata lain, otentisitas redaksi
hadis hanya merupakan suatu dugaan bukan suatu kepastian.31
Sekali lagi, bidikan terhadap hadis dengan mempertimbangkan
eksistensi reader sebagaimana dituju dalam kajian living hadis sama
sekali tidaklah berarti mengesampingkan kajian terhadap otentisitas
teks. Otentisitas teks tetap dibutuhkan, sebab bagaimanapun juga,
untuk menyatakan teks sebagai sumber hukum yang valid harus
dibuktikan dari sisi otentisitasnya.32 Selain mengetahui tentang
bagaimana sebuah hadis telah diinternalisasi dalam kehidupan
masyarakat, keuntungan lain dari model integrasi ini adalah akan
diketahuinya kecocokan tidaknya antara pengamalan yang dilakukan
masyarakat dengan substansi hadis yang sedang dikaji dan apakah teks
hadis yang diamalkan telah terjadi pengurangan atau penambahan.
Menurut Saifuddin Zuhri Qudsy33, model integrasi ini pulalah yang
kini diterapkan pada Prodi Ilmu Hadis Fakultas Ushuluddin UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta tatkala mahasiswanya akan melakukan penelitian
dengan kajian living hadis.34
31
Shihab, 1001 Soal Keislaman, h. 280.
32
Salam, Living Hadis, h. 9.
33
Beliau adalah salah satu staf pengajar pada Prodi Ilmu Hadis Fakultas
Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
34
Qudsy dan Dewi, Living Hadis, h. 112.
38
35
Dalam penelitan ini, peneliti menggunakan metode integrasi sebagaimana
yang telah diuraikan di atas. Dengan menampilkan kajian teks, selain beberapa
keuntungan yang telah disebutkan, peneliti ingin menampilkan sajian tulisan yang
lebih komprehensif.
39
صالى ٍح َع ْن أ ىَِب َحدهثَنَا عُثْ َما ُن بْ ُن أ ىَِب َشْي بَةَ َحدهثَنَا أَبُو ُم َعا ىويَةَ َع ىن األ َْع َم ى
َ ش َع ْن أ ىَِب
اَّللى ت ىمن ب ي ى
ٍ
وت ه ُُ ْ اجتَ َم َع قَ ْوٌم ىِف بَْي
ْ ال َما
َ َ ق-صلى هللا عليه وسلم- هب ى
ُهَريْ َرةَ َعن النى ىى
ُت َعلَْي ىه ُم ال هسكىينَةُ َو َغ ىشيَ ْت ُه ُم الهر ْْحَة اَل ي ْت لُو َن كىتاب هى
ْ َاَّلل َويَتَ َد َار ُسونَهُ بَْي نَ ُه ْم إىاله نََزل َ َ َ َ تَ َع
.36ُيم ْن عىْن َدهوحفْهت هم الْمالَئى َكةُ وذَ َكرهم ه ى
َ اَّللُ ف ُ َُ َ َ ُُ َ َ
Artinya:
“Telah menceritakan kepada kami ‘Utsman bin Abȋ Syaibah,
telah menceritakan kepada kami Abȗ Mu’ȃwiyah, dari al-
Dȃwud (Beirut: Dȃr al-Fikr, t.t.), No. Hadis 1457, Juz 4, h. 460.
40
Aʻmasy, dari Abȗ Sȃliẖ, dari Abȋ Hurairah, dari Nabi Saw,
beliau bersabda, ‘Tidaklah berkumpul suatu kaum di salah satu
rumah Allah, sedang mereka membaca kitab Allah (Alquran)
dan mempelajarinya di antara mereka, kecuali akan turun
ketenangan atas mereka dan mereka akan dilingkupi oleh
rahmat serta para Malaikat mengelilingi mereka dan Allah
menyebut-nyebut mereka pada (makhluk) yang ada di dekat-
Nya.”
- ُّيم ُّى َوأَبُو بَ ْك ىر بْ ُن أ ىَِب َشْي بَةَ َوُُمَ هم ُد بْ ُن الْ َعالَىء ا ْْلَْم َد ىاِن
هم ى
حدهثَنَا ََيَي بن ََيَي الت ى
َْ ُ ْ َْ َ
ش َع ْن ْ اآلخَر ىان َحدهثَنَا أَبُو ُم َعا ىويَةَ َع ىن األ
َع َم ى َ ال َ ََخ ََبَََن َوق َ َ ق- ظ لىيَ ْح ََي
ْ ال ََْي ََي أ ُ َوالله ْف
Artinya:
“Telah menceritakan kepada kami Yaẖyȃ bin Yaẖyȃ al-
Tamȋmiy, Abȗ Bakr bin Abȋ Syaibah, dan Muẖammad bin al-
Naisȃbȗriy, Al-Jȃmiʻ al-Saẖȋẖ al-Musammȃ Saẖȋẖ Muslim (Beirut: Dȃr al-Afȃq al-
Jadȋdah, t.t.), No. Hadis 7028, Juz 8.
41
َع ْن أىَِب، ش
ُ َخ ََبَََن األ َْع َم َ َ ق، َوابْ ُن ُُنٍَْْي، ش
ْ أ: ال ْ َحدهثَنَا األ، ََحدهثَنَا أَبُو ُم َعا ىويَة
ُ َع َم
هس َع ْن صلهى ه ى ه
َ َم ْن نَف: اَّللُ َعلَْيه َو َسل َم
ال رس ُ ى
َ ول هللا َ َ ق، َ َع ْن أىَِب ُهَريْ َرة، صالى ٍح
ُ َ َ َ ق: ال َ
َوَم ْن َس َََت، ب يَ ْوىم الْ ىقيَ َام ىة
اَّلل َعْنهُ ُكربةً ىمن ُكر ى
َ ْ َْ ُهس ه َ فَن ، اي
َ ُّن
ْ الد م ْؤىم ٍن ُكربةً ىمن ُكر ى
ب َ ْ َْ ُ
اَّللُ َعلَْي ىه ىِف الدُّنْيَا
يَ هسَر ه، َوَم ْن يَ هسَر َعلَى ُم ْع ىس ٍر، اآلخَرةى
اَّلل ىِف الدُّنْيا و ى ى
َ َ ُ َس ََتَهُ ه، ُم ْسل ًما
س ى َوَم ْن َسلَ َ ى، اَّللُ ىِف َع ْو ىن الْ َعْب ىد َما َكا َن الْ َعْب ُد ىِف َع ْو ىن أ ىَخ ىيه و ى
َو ه، اآلخَرةى
ُ ك طَري ًقا يَلْتَم َ
وت هللاى
ت ىمن ب ي ى
ٍ ى سهل ه ى، فى ىيه عىلْما
ْ َوَما، اَّللُ لَهُ بىه طَ ىري ًقا إى ََل ا ْْلَنهة
ُُ ْ اجتَ َم َع قَ ْوٌم ىِف بَْي َ َ ً
42
Abȗ ‘Abdullȃh Aẖmad bin Muẖammad bin Hanbal bin Hilȃl bin As‘ad
38
(Cairo: Mauqiʻ Wazȃrah al-Auqȃf al-Misriyyah, t.t.), No. Hadis 230, Juz 1, h. 270.
44
Muẖammad bin ‘Ȋsa bin Saurah bin Mȗsȃ bin al-Ḏaẖẖȃk al-Tirmidziy,
40
Sunan al-Tirmidziy (Cairo: Mauqiʻ Wazȃrah al-Auqȃf al-Misriyyah, t.t.), No. Hadis
3197, Juz 11, h. 161.
45
41
Muhammad Ma’sum Zain, Ulumul Hadis Dan Mushtholah Hadis
(Jombang: Darul Hikmah, 2008), h. 213.
42
A. Qadir Hassan, Ilmu Mushthalah Hadis (Bandung: Penerbit
Diponegoro, 2007), h. 351-353.
49
43
Muhammad Ma’sum Zain, Ulumul Hadis, h. 218.
44
M. Syuhudi Ismail, Kaidah Keshahihan Sanad Hadis (Bandung: Bulan
Bintang, 1988), h. 60-74.
50
hadis tertentu, yang hadis itu pada bagian sanadnya tampak hanya
terdapat seorang periwayat saja, dan dengan menyertakan sanad-sanad
yang lain tersebut akan dapat diketahui apakah ada periwayat yang lain
ataukah tidak ada untuk bagian sanad dari sanad hadis yang
dimaksud.45 Dilakukannya Iʻtibâr dimaksudkan untuk meneliti sanad
hadis dari segi ada atau tidak adanya syâhid dan mutâbi’ nama-nama
rawinya dan metode penyampaian hadis dari tingkatan rawi yang lebih
tinggi kepada tingkatan rawi yang lebih rendah, atau penyampaian
hadis dari guru kepada murid. Adapun untuk mempermudah dan
memperjelas kegiatan iʻtibâr ini, maka akan disajikan skema jalur
sanad hadis.46
Adapun yang dimaksud dengan hadis mutâbiʻ47 ialah hadis
yang perawinya diikuti oleh perawi lain yang pantas men-takhrîj-kan
hadisnya. Jelasnya, orang lain itu meriwayatkan hadis tersebut dari
guru perawi pertama atau dari gurunya lagi. Sementara itu, hadis
syâhid adalah hadis yang rawinya diikuti oleh perawi lain yang
menerima dari sahabat lain dengan matan yang menyerupai hadis
dalam lafaz dan maknanya atau dalam maknanya saja.
Adapun skema keseluruhan jalur sanad hadis tersebut adalah
sebagai berikut:
45
Ismail, Metodologi Penelitian Hadis Nabi, (Bandung: Bulan Bintang,
1992), h. 51.
46
Ismail, Metodologi Penelitian, h. 52.
47
Mutâbiʻ ada dua yaitu tâm dan qashîr. Mutâbiʻ tâm adalah mutâbiʻ yang
terjadi manakala hadis seorang rawi diriwayatkan oleh rawi lain dari gurunya
(tunggal guru). Mutâbiʻ qashîr adalah mutâbiʻ yang terjadi manakala hadis guru
seorang rawi diriwayatkan oleh rawi lain dan guru di atasnya lagi. Dalam kedua
macam mutâbiʻ ini hadisnya tidak harus satu redaksi, melainkan cukup dengan satu
makna yang sama, akan tetapi harus dari riwayat sahabat yang sama. Lihat Nuruddin
Itr, Ilmu-Ilmu Hadis. Penerjemah Mujiyo (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1997),
Cet. ke-2, Jilid 1, h. 214.
51
سونَهَُ َِويَتَ َد َ
ار ُ ََّللا َ
َاب ه قَا َل َرسول َّ ِ
َّللا صلى هللا عليه وسلم ِ َ........كت َ
بَ ْي َن ُه ْم.......
قَا َل
أبىَهريرةَ
عن
َ
أبوَصالح
عن
َ
األعمش
َحدَّثَنَا
اإلمام اإلمام ابن اإلمام أحمد بن اإلمام مسلم اإلمام أبو
الترمذى ماجه حنبل داود
52
48
Itr, Ilmu-Ilmu Hadis, h. 78.
49
Muhammad ‘Ajaj Al-Khathib, Ushul Al-Hadis Pokok-Pokok Ilmu Hadis.
Penerjemah H. M. Nur Ahmad Musyafiq (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2013), Cet.
ke-5, h. 233.
50
Abȗ ʻAbdullâh Muhammad bin Ahmad bin ʻUtsmân bin Qimaz bin
ʻAbdullâh al-Dzahabiy, Siyâr Aʻlȃm al-Nubalȃ’ (T.tp.: Mauqiʻ Yaʻsȗb, t.t.), Juz 13,
h. 203, Syihȃbuddȋn Ibn al-Faḏl Aẖmad bin ‘Aliy bin Hajar Al-‘Asqalȃniy, Taqrȋb
al-Tahdzȋb (T.tp.: Dâr al-ʻAsîmah, 1416 H), Cet. Ke-1, Juz 1, h. 250.
51
Jamâl al-Dîn Abî al-Hajjâj Yȗsuf al-Mizzî, Tahdzîb al-Kamâl (T.tp.:
Mauqiʻ Yaʻsȗb, t.t.), Juz 19, h. 478, Al-Dzahabiy, Siyâr Aʻlȃm al-Nubalȃ’, Juz 11,
h. 151.
54
52
Al-Dzahabiy, Siyâr Aʻlȃm al-Nubalȃ’, Juz 9, h. 73.
53
Al-‘Asqalȃniy, Taqrȋb al-Tahdzȋb, Juz 1, h. 254, Al-Dzahabiy, Siyâr
Aʻlȃm al-Nubalȃ’, Juz 1, h. 254, Juz 6, h. 226.
54
Al-Dzahabiy, Siyâr Aʻlȃm al-Nubalȃ’, Juz 5, h. 36.
55
Al-Dzahabiy, Siyâr Aʻlȃm al-Nubalȃ’, Juz 2, h. 578.
55
56
Al-Dzahabiy, Tadzkirah al-Huffâz (T.tp.: Mauqiʻ Yaʻsȗb, 1994), Juz 2,
h. 588.
Al-Mizzî, Tahdzîb al-Kamâl, Juz 33, h. 98, Al-‘Asqalȃniy, Taqrȋb al-
57
al-Naisâbȗriy) lahir pada tahun 142 dan wafat pada tahun 226 H dan
tercatat sebagai murid dari Abȗ Muʻâwiyah.59 Selanjutnya mengenai
Abȗ Muʻâwiyah sampai sahabat Abȗ Hurairah telah diuraikan pada
rangkaian sanad Imâm Abȗ Dâwud.
Dengan melihat tahun lahir dan wafatnya masing-masing
perawi tersebut, dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa antara guru
dengan murid pada rangkaian sanad Imâm Muslim adalah pernah
hidup sezaman dan kemungkinan besar saling bertemu (al-
muʻâsyarah). Selain itu, mengenai al-jarh wa al-taʻdîl (reputasi buruk
dan baik) para perawi dalam rangkaian sanad Imâm Muslim ini,
setelah melihat komentar para ulama kritikus hadis, peneliti
mendapatkan data bahwa seluruh perawi dalam rangkaian sanad ini
adalah bereputasi baik.
3) Sanad Riwayat Imâm Ahmad bin Hanbal
Setelah memperhatikan kembali skema sanad dan profil perawi
dari berbagai referensi, maka peneliti mendapatkan data bahwa Imâm
Ahmad bin Hanbal (nama lengkap Abȗ ‘Abdullȃh Aẖmad bin
Muẖammad bin Hanbal bin Hilȃl bin As‘ad al-Syaibȃniy) lahir 164 H
pada tahun dan wafat pada tahun 241 H dan beliau tercatat sebagai
murid dari Abȗ Muʻâwiyah.60 Mulai dari perawi Abȗ Muʻâwiyah
sampai dengan sahabat Abȗ Hurairah, uraiannya telah peneliti jelaskan
pada sanad Imâm Abȗ Dâwud.
Dengan melihat tahun lahir dan wafatnya masing-masing
perawi tersebut, dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa antara guru
59
Al-Dzahabiy, Siyâr Aʻlȃm al-Nubalȃ’, Juz 10, h. 513.
60
Al-‘Asqalȃniy, Tahdzȋb al-Tahdzȋb, Juz 1, h. 2, Subhi Al-Sâlih,
Membahas Ilmu-Ilmu Hadis. Penerjemah Tim Pustaka Firdaus (Jakarta: PT. Pustaka
Firdaus, 2013), Cet. Ke-9, h. 363, M. Agus Solahudin dan Agus Suyadi, Ulumul
Hadis (Bandung: Pustaka Setia, 2011), Cet. Ke-2, h. 229.
57
dengan murid pada rangkaian sanad Imâm Ahmad bin Hanbal pernah
hidup sezaman dan kemungkinan besar saling bertemu (al-
muʻâsyarah). Selain itu, mengenai al-jarh wa al-taʻdîl (reputasi buruk
dan baik) para perawi dalam rangkaian sanad Imâm Abȗ Ahmad bin
Hanbal, setelah melihat komentar para ulama kritikus hadis, peneliti
mendapatkan data bahwa seluruh perawi dalam rangkaian sanad ini
adalah bereputasi baik.
4) Sanad Riwayat Ibnu Mâjah
Dengan memperhatikan kembali skema sanad dan profil
perawi dari berbagai referensi, maka peneliti mendapatkan data bahwa
Imâm Ibnu Mâjah (nama lengkap Abȗ ʻAbdillâh Muhammad bin
Yazîd bin Mâjah al-Rabîʻ al-Qazwîniy) lahir pada tahun 209 H dan
wafat pada tahun 273 H dan ia tercatat sebagai murid dari Abȗ Bakr
bin Abî Syaibah dan ʻAlî bin Muhammad.61 Pada tingkatan yang sama,
terdapat satu perawi lagi yakni ʻAlî bin Muhammad (nama lengkap
ʻAlî bin Muhammad bin Ishâq bin Abî Syaddâd). Beliau wafat pada
tahun 233 H dan tercatat sebagai salah satu murid dari Abȗ
Muʻâwiyah.62 Selanjutnya mulai dari perawi Abȗ Muʻâwiyah sampai
Abȗ Hurairah telah peneliti uraikan pada riwayat Imâm Abȗ Dâwud.
Dengan melihat tahun lahir dan wafatnya masing-masing
perawi tersebut, dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa antara guru
dengan murid pernah hidup sezaman dan kemungkinan besar saling
bertemu (al-muʻâsyarah). Selain itu, mengenai al-jarh wa al-taʻdîl
61
Abȗ al-ʻAbbâs Syams al-Dîn Ahmad bin Muhammad bin Abî Bakr bin
Khalkân, Wafayât al-Aʻyân wa Anbâ’ Abnâ’ al-Zamân (Beirut: Dâr Sâdir, 1994),
Cet. Ke-7, Juz 4, h. 279, Al-Dzahabiy, Al-Kâsyaf fî Maʻrifah Man Lahȗ Riwâyah fî
al-Kutub al-Sittah (Jeddah: Dâr al-Qiblah Lî al-Tsaqâfah al-Islâmiyyah, 1992), Cet.
Ke-1, Juz 2, h. 232, Abȗ al-Qâsim Tsiqah al-Dîn Alî bin Abî Muhammad al-Husain
bin Habatullâh bin ʻAbdullâh bin al-Husain al-Dimasyqiy al-Syâfiʻiy, Muktasar
Târîkh Dimasyq (Beirut: T.pn., 1994), Juz 1, h. 318.
62
Al-Mizzî, Tahdzîb al-Kamâl, Juz 21, h. 120.
58
(reputasi buruk dan baik) para perawi dalam rangkaian sanad Imâm
Ibnu Mâjah ini, setelah melihat komentar para ulama kritikus hadis,
peneliti mendapatkan data bahwa seluruh perawi dalam rangkaian
sanad ini adalah bereputasi baik.
5) Sanad Riwayat Imâm al-Tirmidzi
Dengan memperhatikan kembali skema sanad dan profil
perawi dari berbagai referensi, maka peneliti mendapatkan data bahwa
Imâm Al-Tirmidzi lahir pada tahun 200 H dan wafat pada tahun 279
H63 dan ia tercatat sebagai muridnya Mahmȗd bin Ghailân.64
Selanjutnya Mahmȗd bin Ghailân (nama lengkap Mahmȗd bin
Ghailân al-ʻAdawiy) wafat pada tahun 239 H dan ia tercatat sebagai
murid dari Abȗ Usâmah.65 Selanjutnya Abȗ Usâmah (nama lengkap
Hammâd bin Usâmah bin Zaid al-Qurasyiy) wafat pada tahun 201 H
pada usia 80 tahun dan ia tercatat sebagai murid dari Al-Aʻmasy.66
Selanjutnya dari Al-Aʻmasy sampai sahabat Abȗ Hurairah, telah
peneliti uraikan pada rangkaian sanad Imâm Abȗ Dâwud.
Dengan melihat tahun lahir dan wafatnya masing-masing
perawi tersebut, dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa antara guru
dengan murid pada rangkaian sanad Imâm al-Tirmidzi pernah hidup
sezaman dan kemungkinan besar saling bertemu (al-muʻâsyarah).
Selain itu, mengenai al-jarh wa al-taʻdîl (reputasi buruk dan baik) para
63
Al-Dzahabiy, Mizan al Iʻtidâl Fî Naqd al-Rijâl (T.tp.: Mauqiʻ Yaʻsȗb,
t.t.), Juz 3, h. 678, Al-‘Asqalȃniy, Tahdzȋb al-Tahdzȋb (T.tp.: Mauqiʻ Yaʻsȗb, t.t.),
Juz 9, h. 344, Abdul Majid Khon, Ulumul Hadis (Jakarta: Amzah, 2013), Cet. ke-2,
h. 297.
64
Al-‘Asqalȃniy, Tahdzȋb al-Tahdzȋb, h. 345, Al-Mizzî, Tahdzîb al-Kamâl,
Juz 26, h. 250, Muhammad Ma’sum Zain, Ulumul Hadis Dan Mushthalah Hadis,
(Jombang: Darul Hikmah, 2008), h. 230.
65
Al-‘Asqalȃniy, Tahdzȋb al-Tahdzȋb, Juz 10, h. 58, al-Mizzî, Tahdzîb al-
Kamâl, Juz 27, h. 305.
66
Al-‘Asqalȃniy, Taqrȋb al-Tahdzȋb, Juz 1, h. 222, Al-‘Asqalȃniy, Tahdzȋb
al-Tahdzȋb, Juz 3, h. 3, Al-Dzahabiy, Siyâr Aʻlȃm al-Nubalȃ’, Juz 9, h. 277.
59
67
Gharîb menurut bahasa adalah 1. Baʻîd ‘an al-watan (yang jauh dari
tanah), dan 2. Kalimat yang sukar dipahami. Secara istilah adalah hadis yang
diriwayatkan oleh seorang rawi. Dalam pengertian lain adalah hadis yang dalam
sanadnya terdapat seorang yang menyendiri dalam meriwayatkan, di mana saja
penyendiriannya itu terjadi. Lihat M. Agus Solahudin dan Agus Suyadi, Ulumul
Hadis )Bandung: CV. Pustaka Setia, 2011(, h. 137-138.
68
َ diartikan أَي
Masyhȗr menurut bahasa berasal dari ش َه َر َيش َهر شه َرة ً َو َمشهور
َ َ َ
= أعلنَه َوأظ َه َرهtenar, terkenal, dan menampakkan. Dalam istilah hadis, masyhȗr
terbagi menjadi dua macam, yaitu 1. Masyhȗr istilâẖiy adalah hadis yang
diriwayatkan oleh tiga orang lebih pada setiap tingkatan pada beberapa tingkatan
sanad, tetapi tidak mencapai kriteria mutawâtir, 2. Masyhȗr ghair istilâẖiy adalah
hadis yang populer pada ungkapan lisan (para ulama), tanpa ada persyaratan yang
definitif. Lihat Abdul Majid Khon, Ulumul Hadits (Jakarta: Amzah, 2013), h. 155-
156.
60
bersambung, perawi bersifat ‘âdil dan dâbit, dan terhindar dari syâdz
dan ‘illat telah semuanya terpenuhi. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa sanad hadis yang diriwayatkan dalam kelima jalur
periwayatan tersebut adalah berstatus sahîh.
b. Kualitas Matan
Dalam analisis matan ini, peneliti melakukan penelitian dengan
meneliti kemungkinan adanya syâdz dan ‘illat pada matan dengan
melihat kualitas sanadnya, meneliti susunan matan yang semakna,
meneliti kandungan maknanya, dan yang terakhir barulah akan
disimpulkan apakah matan tersebut berstatus sahîh atau tidak. Dalam
penelitian matan ini, peneliti tidak memisah-misahkan kelima hadis
berdasarkan mukharrij-nya masing-masing karena hadis tersebut
adalah hadis gharîb yang sanadnya hanya satu sampai tingkatan atbâʻ
tâbiʻ tâbiʻîn (al-Aʻmasy).
1) Meneliti Matan Dengan Melihat Kualitas Sanadnya
Berdasarkan pembahasan sebelumnya, terlihat bahwa sanad
hadis tersebut adalah sahîh. Sehingga dengan demikian, peneliti
mengambil kesimpulan bahwa apabila dilihat dari kualitas sanadnya,
maka sanad hadis tersebut adalah sahîh.
2) Meneliti Susunan Matan Yang Semakna
Dari uraian matan keempat hadis di atas, dapat diketahui bahwa
hadis-hadis tersebut menerangkan poin yang sama yaitu keutamaan
bagi orang-orang yang berkumpul di suatu rumah Allah dengan
bersama-sama membaca dan mempelajari Alquran.
Adapun letak perbedaan lafaznya adalah pada riwayat Imâm
Abȗ Dâwud, matan hadis ini terlihat lebih ringkas apabila
dibandingkan dengan riwayat perawi yang lain. Pada riwayat Imâm
69
M. Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian Hadis Nabi (Jakarta: PT.
Bulan Bintang, 1992), Cet. ke-1, h. 126.
63
Alquran sebagai dalil yang lebih tinggi. Bahkan Alquran sendiri secara
tegas menyebutkan bahwa orang-orang yang berbuat demikian adalah
termasuk orang-orang yang mengharapkan perniagaan yang tidak akan
merugi. Allah Swt berfirman:
َ َع ََل ِن َي ّٗةَ َي ۡر ُجون َ اَرزَ ۡق َٰنَ ُه ۡمَ ِس ّٗر
َ اَو َ صلَ َٰوَةََ َوأَنفَقُواْ َِم هم
ّللَ َوأَقَا ُمواَْٱل هَِبَٱ ه َ َنَٱلهذِينَََ َي ۡتلُونَ َ ِك َٰت
َِإ ه
٣٠َور ٞ ش ُك َ َور ٞ ُ غف
َ َض ِل َِهۦََ ِإنه َهُۥ
ۡ َمَمنَف ِ َو َي ِزي َد ُه َ ِلي َُوفِ َي ُه َۡمَأ ُ ُج٢٩َُور
َ ور ُه ۡم َ تِ َٰ َج َر ّٗةَلهنَتَب
Artinya:
“Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah
dan mendirikan salat dan menafkahkan sebahagian dari rezeki
yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam
dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan
yang tidak akan merugi. Agar Allah menyempurnakan kepada
mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka dari
karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi
Maha Mensyukuri.” (QS. Fâtir [35]: 29-30)
Maʻâniy Fî Tafsîr al-Qur’ân al-ʻAzîm Wa al-Sabʻ al-Matsâniy (T. tp: Mauqîʻ al-
Tafâsîr, t.t.), Jilid 5, h. 92, Muhammad bin ʻAliy bin Muhammad bin ʻAbdullâh al-
Syaukâniy, Fath al-Qadîr al-Jâmiʻ Baina Fannay al-Riwâyah Wa al-Dirâyah (T. tp:
Mauqîʻ al-Tafâsîr, t.t.), Jilid 7, h. 101.
64
71
Khoirul Muhtadin, “Iʻjazul Qur’an,” Ulumul Qur’an, no. 7 (Desember
2019): h. 64.
65
72
Muhammad bin ʻAlawiy al-Malikiy, Al-Qawâʻid al-Asâsiyyah Fî ʻUlȗm
al-Qur’ân(Makkah: Maktabah Mâlik Fahd, 1419 H), h. 130, Muhammad Husain
Tabâtabâʻiy, Mengungkap Rahasia Al-Qur’an. Penerjemah: A. Malik Madaniy dan
Hamim Iiyas (Bandung: Mizan, 1997). Cet. Ke-9, h. 3.
73
Muhammad ʻAliy al-Sâbȗniy, Pengantar Studi Al-Qur’an. Penerjemah
M. Chudlori Umar dan M. Matsna H.S. (Bandung: Al-Ma’arif, 1996), h. 104.
74
Abȗ ʻAbdillâh Muhammad bin Muhammad bin ʻUrfah al-Warghamiy,
Tafsîr Ibn ʻUrfah (T,tp.: Mauqiʻ al-Tafâsir, t.t.), Jilid 3, h. 63, Muhammad bi Ahmad
Mustafâ bin Ahmad, Zahrah al-Tafâsîr (Beirut: Dâr al-Fikr al-ʻArabiy, t.t.), Jilid 5,
h. 104.
66
75
Abȗ Zakariyyȃ Muhyȋ al-Dȋn bin Syaraf al-Nawawiy al-Dimasyqiy, Al-
Minhâj Syarẖ Sahîh Muslim bin al-Hajjâj (Beirut: Dâr Ihyâ’ al-Turâts al-ʻArabiy,
1392 H), Juz 17, h. 21, Abȗ al-Ȗlȃ Muẖammad ‘Abdurraẖmȃn bin ‘Abdurraẖȋm al-
Mubarakfuriy, Tuẖfah al-Aẖwadzȋ bi Syarh Jâmiʻ al-Tirmidziy (Beirut: Dȃr al-Kutub
al-ʻIlmiyyah, t.t.), Juz 8, h. 216.
76
Abȗ Zakariyyȃ Muhyȋ al-Dȋn bin Syaraf al-Nawawiy al-Dimasyqiy,
Syarẖ al-Arbaʻȋn al-Nawawiyah fi al-Aẖȃdȋts al-Saẖȋẖah al-Nabawiyyah (Riyȃḏ:
Mauqiʻ al-Warȃq, t.t.), Juz 1, h. 32, Muẖammad ‘Abdul Raȗf bin Tȃj al-‘Arifȋn al-
Munȃwiy, Faiḏ al-Qadȋr (Beirut: Dȃr al-Maʻrifah, 1972), Cet. Ke-2, Juz 5, h. 522.
77
Muhyȋ al-Dȋn al-Nawawiy, Syarẖ al-Nawawiy ‘alȃ al-Muslim (Riyȃḏ:
Mauqiʻ al-Islȃm, t.t.), Juz 9, h. 63, Abȗ Tayyib Muẖammad Syams al-Haq bin Amȋr
‘Aliy bin Maqsȗd ‘Aliy, ‘Aun al-Maʻbȗd (Beirut: Dȃr al-Fikr, t.t.), Juz 3, h. 388.
78
Al-Raghib al-Asfihâniy, Al-Mufradât Fî Gharîb al-Qur’ân (Beirut: Dâr
al-Maʻrifah, t.t.), h. 75. Lihat juga Achmad Warson Munawwir, Kamus al-
Munawwir (Surabaya: Pustaka Progressif, 1997), h. 138.
67
dan akar kata -dari lafadz talâ-yatlȗ- yang bermakna demikian ini
(makna kedua) ialah al-tilâwah.79
َ َ يَتَدdapat dipecah pengertiannya yakni berasal
Kata ارسونَه بَينَهم
dari kata ( تَدَارسtadârus). Kata ( تَدَارسtadârusun) jika diwaqaf
menjadi tadârus berasal dari kata سا
ً دَر- يَدرس- س
َ ( دَ َرdarasa-yadrusu-
darsan) yang artinya adalah belajar, meneliti, menelaah, dan
َ تَفَا
mengkaji. Selanjutnya kata di atas akan mengikuti wazan ع َل
(tafâʻala) sehingga mauzun-nya akan menjadi kata س َ َ( تَدtadârasa).
َ ار
Fiʻil yang mengikuti wazan ini salah satunya mempunyai fungsi
َار َك ِة
ِ ِللمش fâʻil (subjek) dan mafʻȗl-nya (objek) bersamaan dalam
melakukan perbuatan, sehingga artinya menjadi saling mempelajari.
Kemudian ditasrîf : ً تَدَارسا- ارس َ َس – يَتَد َ َ – تَدsehingga mendapatkan
َ ار
kata ً ( تَدَارساtadârusan), yang berkedudukan sebagai masdâr, sehingga
artinya adalah pembelajaran secara bersama-sama.80
Penjelasan yang lain dijelaskan dalam kitab Qism al-Hadȋts
َ َ َيتَدdalam hadis di atas mempunyai beberapa
bahwa kata ارسونَه َبينَهم
pengertian menurut para ulama. Pertama, satu orang membaca dan
yang lain mendengarkan. Hal ini sangat sering dilakukan oleh Nabi
dan para sahabatnya maupun para ulama-ulama salaf.81 Seperti contoh
Rasulullah Saw menyuruh Ibnu Mas’ȗd (w. 32 H/ 650 M) untuk
membaca Alquran sedang beliau dan mendengarkannya. ‘Umar bin
Khaṯṯȃb (w. 23 H/644 M) menyuruh seorang sahabat sedang ia dan
yang lainnya mendengarkan. Kedua, berkumpul untuk belajar
79
Al-Asfihâniy, Al-Mufradât, h. 75.
80
M. Syukronul Hakim, Giat Mengisi Ramadhan Dengan Al-Qur’an
(Kediri: Lirboyo Press, 2018), Cet. Ke-1, h. 12.
81
Salaf secara bahasa adalah orang-orang terdahulu, lawan dari kata khalaf.
Adapun batasan salaf sebagaimana pendapat al-ẖȃfizh Ibnu ẖajar al-‘Asqalȃniy
adalah orang-orang yang hidup pada tiga abad pertama hijriah. Lihat Abdul Somad,
37 Masalah Populer (Pekanbaru: Tafaqquh Media, 2017), Cet. Ke-12, h. 384.
68
82
Sȃliẖ bin ‘Abd al-‘Azȋz, Qism al-Hadȋts (Riyȃḏ: Mauqiʻ al-Rasmȋ, t.t.),
Juz 37, h. 6. Lihat pula Zain al-Dȋn Abȋ al-Faraj ‘Abdurraẖmȃn bin Syihȃb al-Dȋn al-
Baghdȃdiy, Jȃmiʻ al-‘Ulȗm wa al-Hukm (Qȃhirah: Maktabah Ibn Taimiyyah, 1411
H/1990 M), Juz 38, h. 21, Abȗ al-Ȗlȃ Muẖammad ‘Abdurraẖmȃn bin ‘Abdurraẖȋm
al-Mubarakfuriy, Tuẖfah al-Aẖwadzȋ (Beirut: Dȃr al-Fikr, t.t.), Juz 7, h. 261, Abȗ
Thayyib Muẖammad Syams al-Haq bin Amȋr ‘Aliy bin Maqsȗd ‘Aliy, ‘Aun al-
Maʻbȗd (Beirut: Dȃr al-Fikr, t.t.), Juz 3, h. 388, Al-Malȃ ‘Alȃ al-Qȃriy, Murqȃh al-
Mafȃtȋẖ Syarẖ Misykȃh al-Masȃbȋẖ (Beirut: Mauqiʻ Al-Misykȃh al-Islȃmiyyah, t.t.),
Juz 2, h. 105.
83
Muẖammad bin Mukrim bin ʻAlȋ Abȗ al-Faḏl Jamȃl al-Dȋn Ibn Manẕȗr
al-Ansȃriy al-Ruwaifiʻiy al-Afriqiy, Lisȃn al-ʻArab (Al-Qȃhirah: Dȃr al-Hadȋts, t.t.),
Juz 9, h. 256
84
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah (Jakarta: Lentera hati, 2002),
Volume 5, h. 565. Lihat pula Depag RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya (Jakarta: Lembaga
Percetakan al- Qur’an Depag, 2009), Cet. Ketiga, jilid 9, h. 355.
69
dibarengi oleh satu nȗr (cahaya) dalam hati yang memberi ketenangan
dan ketentraman pada yang menyaksikannya dan merupakan pokok
ʻaîn al-yaqîn (keyakinan berdasarkan penglihatan).85
Sedangkan Muhammad Rasyîd Ridâ (w. 1935 M)
mengemukakan bahwa sakînah adalah sikap jiwa yang timbul dari
suasana ketenangan dan merupakan lawan dari kegoncangan batin dan
kekalutan.86 Adapun Rȃghib al-Asfihȃniy (w. 502 H/1108 M), seorang
ahli fikih dan tafsir antara lain mengartikan sakînah dengan tidak
adanya rasa gentar dalam menghadapi sesuatu.87 Ada pula ulama’ yang
menyamakan sakînah dengan kata rahmat dan tuma’nînah yang
berarti berarti tenang, tidak gundah dalam melaksanakan ibadah salat
dan tawaf.88 Selanjutnya dalam kitab Syarẖ Sunan Ibnu Mȃjah
dijelaskan mengenai maksud sakînah dalam hadis di atas adalah
sesuatu yang menghasilkan ketenangan, kejernihan hati, hilangnya
rasa aniaya dikarenakan iri, turunnya sinar kasih sayang, dan kemudian
menghasilkan hati yang peka.89
Maksud dari kata الرح َمة
َّ غ ِش َيتهم
َ َوbermakna tempat mereka
dipenuhi dengan rahmat dari segala penjuru sehingga mereka
terlindungi dengan rahmat tersebut.90 Dalam mendefinisikan kata َرح َمة
85
ʻAliy bin Muhammad al-Jurjâniy, Al-Taʻrîfât (Jeddah: Al-Harâmain, t.t.),
Juz 2, h. 37.
86
Muhammad Rasyîd bin ʻAliy Ridâ bin Syams al-Dîn bin Bahâ’ al-Dîn al-
Qalmȗniy al-Husainiy, Tafsîr al-Manâr (Beirut: Dâr al-Fikr, t.t.), Juz ke-6, h. 79.
87
Abȗ al-Qȃsim al-Husain bin Mufaḏḏal bin Muẖammad al-Rȃghib al-
Asfihȃniy, Muʻjam Mufradȃt Alfȃẕ al-Qur’ȃn (Beirut, Dȃr al-Kutub al-ʻIlmiyyah,
2004), Juz 5, h. 39.
88
“Sakinah” dalam Ensiklopedi Islam, vol. V (Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van
Hoeve, 2001), h. 115.
89
Fakhr al-Hasan al-Dahlawiy, Syarẖ Sunan Ibnu Mȃjah (Karatisy:
Qadimay Kutub Khȃnah, t.t.), Juz 1, h. 269.
90
Ismȃʻȋl bin Muẖammad bin Mȃhiy al-Saʻdiy al-Ansȃriy, Al-Tuẖfah al-
Rabbȃniyyah fȋ Syarẖ al-Arbaʻȋn Hadȋtsan al-Nawawiyah (Iskandariyah: Maṯba’ah
Dȃr Nasyr al-Tsaqȃfah, 1380 H), Juz 1, h. 82.
70
(raẖmat), Ibnu Faris (w. 395 H/ 1004 M) dalam Muʻjam Maqȃyȋs al-
Lughah menerangkan bahwa setiap kata bahasa Arab yang berakar dari
tiga huruf rȃ’, ẖȃ’, dan mȋm memiliki arti dasar kelembutan, kehalusan,
dan kasih sayang.91 Ibnu Manẕȗr (w. 711 H/1311 M) dalam Lisȃn al-
ʻArab menjelaskan bahwa kata rahmat mengandung arti riqqah al-
qalb (kepekaan hati), al-taʻṯṯuf (kelembutan jiwa), dan al-maghfirah
(pemaafan). Rahmat merupakan sesuatu yang menimbulkan rasa
indah, damai, dan penuh kebaikan bagi yang dirahmati.92 Sedangkan
menurut Rȃghib al-Asfihȃniy (w. 502 H/1108 M) dalam Mufradȃt
Alfȃẕ al-Qur’ȃn, kata rahmat berarti kelembutan yang menuntut
berbuat baik kepada yang disayangi.93 Dengan menggabungkan
beberapa definisi di atas, dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa jika
suatu kaum berada pada suatu tempat yang dipenuhi dengan rahmat
Allah dari segala penjuru, maka kaum tersebut telah mendapatkan
kelembutan, kasih sayang, dan pemaafan dari Allah Swt sehingga
Allah akan memberikan “kebaikan-Nya” kepada kaum tersebut.
Maksud kata َو َح َّفتهم ال َمالَ ِئ َكةadalah para Malaikat mengelilingi
dan mengitari mereka seolah-olah para Malaikat sangat dekat dengan
mereka dan menaungi mereka sehingga tidak ada satu celahpun yang
dapat disusupi oleh Setan.94 Kemudian maksud dari Allah menyebut-
nyebut mereka pada (makhluk) yang ada di dekat-Nya adalah
membangga-banggakan mereka pada para Malaikat dan para Nabi
91
Abȋ al-Husain Ahmad bin Fȃris bin Zakariyyȃ, Muʻjam Maqȃyȋs al-
Lughah (Beirut: Dȃr Ihyȃ’ al-Turȃts al-ʻArabiy, t.t.), Juz 4, h. 49.
92
Ibn Manẕȗr, Lisȃn al-ʻArab, Juz 5, h. 129.
93
Al-Asfihȃniy, Muʻjam Mufradȃt Alfȃẕ al-Qur’ȃn, Juz 2, h. 83.
94
Taqiy al-Dȋn Abȗ al-Fatẖ Muẖammad bin ‘Aliy bin Wahb bin Muṯȋ’ al-
Qusyairiy al-Manfalȗṯiy al-Saʻȋdiy, Syarẖ al-Arbaʻȋn al-Nawawiyah (Beirut: Dȃr al-
Afȃq al-Jadȋdah, t.t.), Juz 1, h. 93, Abȗ Zakariyyȃ Muẖyȋ al-Dȋn bin Syaraf al-
Nawawiy al-Dimasyqiy, Syarẖ al-Arbaʻȋn al-Nawawiyah fi al-Aẖȃdȋts al-Saẖȋẖah
al-Nabawiyyah (Riyȃḏ: Mauqiʻ al-Warȃq, t.t.), Juz 1, h. 32.
71
yang berada di tempat yang paling tinggi dan akan memberikan kepada
mereka dengan balasan yang lebih baik.95
Tradisi menghatamkan Alquran dari awal sampai akhir dan
memperdengarkan bacaan kepada pihak lain telah dipraktikkan pula
oleh Rasulullah Saw bersama Malaikat Jibril sebagaimana yang
disebutkan dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Mȃjah
yang berbunyi:
ًض َعلَْي ىه الْ ُق ْرآ ُن ىِف ُك ىىل َع ٍام َمهرة الْعام اله ىذى قُبىض فى ىيه ْاعتَ َك ى
َ ف ع ْش ىر
ُ ين يَ ْوًما َوَكا َن يُ ْعَر َ َ َُ
ض َعلَْي ىه َمهرتَ ْ ى فَلَ هما َكا َن الْعام اله ىذى قُبى ى ى
.ْي َ ض فيه عُ ىر
96
َ َُ
Artinya:
“Telah menceritakan kepada kami Hannȃd bin Al-Sariy, telah
menceritakan kepada kami Abȗ Bakr bin ‘Ayyasy, dari Abȋ
Husain, dari Abȋ Sȃliẖ, dari Abȋ Hurairah dia berkata, Nabi
Saw senantiasa beri’tikaf sepuluh hari setiap tahun. Ketika
tahun wafat beliau, beliau beri’tikaf dua puluh hari. Dan beliau
senantiasa membacakan Alquran sekali setiap tahun dan pada
tahun terakhir beliau akan wafat, beliau melakukannya hingga
dua kali.” (HR. Ibnu Mȃjah)
Faisal bin ‘Abd al-‘Azȋz bin Faisal Ibn Hȃmid al-Mubȃrak al-Harimliy
95
al-Najdiy, Taṯrȋz Riyȃḏ al-Sȃliẖȋn, Muẖaqqiq: ‘Abd al-‘Azȋz bin ‘Abdullȃh bin
Ibrȃhȋm al-Zȋr (Riyȃḏ: Dȃr al-‘Ȃsimah li al-Nasyr wa al-Tauzȋ‘, 1423 H/2002 M),
Cet. Ke-1, Juz 1, h. 793, Abȗ Ṯayyib Muẖammad Syams al-Haq bin Amȋr ‘Aliy bin
Maqșȗd ‘Aliy, ‘Aun al-Maʻbȗd (Beirut: Dȃr al-Fikr, t.t.), Juz 3, h. 388.
96
Muẖammad al-Qazwȋniy, Sunan Ibnu Mȃjah, No. Hadis 1841, Juz 5, h.
401, Aẖmad bin Syuʻaib Abȗ ‘Abdurraẖmȃn al-Nasȃiy, Sunan al-Nasȃiy al-Kubrȃ
(Beirut: Dȃr al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1411 H/1991 M), No. Hadis 7992, Cet. ke-1, Juz
5, h. 7, Muẖammad bin Hibbȃn bin Aẖmad Abȗ Hȃtim al-Tamȋmiy al-Bustiy, Saẖȋẖ
Ibnu Hibbȃn bi Tartȋb Ibnu Balbȃn (Beirut: Muassasah al-Risȃlah, 1414 H/1993 M),
No. Hadis 3440, Cet. Ke-2, Juz 8, h. 225, Aẖmad bin ‘Alȋ bin al-Mutsannȃ Abȗ Ya’lȃ
al-Mausȗliy al-Tamȋmiy, Musnad Abȋ Ya’lȃ (Damsyiq: Dȃr al-Ma’mȗn Li al-Turȃts,
1404 H/1984 M), No. Hadis 2562, Cet. Ke-1, Juz 4, h. 435.
72
kunyah Abȗ ‘Ubaid dan Abȗ ‘Ubaidah. Wafat di Iskandariyah pada tahun 101 H.
Lihat Syihȃbuddȋn Ibn al-Faḏl Aẖmad bin ‘Aliy bin Hajar al-‘Asqalȃniy, Tahdzȋb al-
Tahdzȋb (Beirut: Dȃr al-Fikr, 1404 H/1984 M) , Cet. Ke-1, Juz 1, h. 446.
98
Beliau adalah Ishȃq bin Ibrȃhȋm bin Mukhallad bin Ibrȃhȋm Abȗ Ya’qȗb
al-Hamḏaliy al-Marwaziy. Beliau lahir pada tahun 161 H dan wafat pada 238 H
dalam usia 77 tahun. Lihat Aẖmad bin ‘Aliy Abȗ Bakr al-Khaṯȋb al-Baghdȃdiy,
Tȃrȋkh Baghdȃd (Beirut: Dȃr al-Kutub al-‘Ilmiyyah, t.t.), Juz 6, h. 345.
99
Abȗ al-Ȗlȃ Muẖammad ‘Abdurraẖmȃn bin ‘Abdurraẖȋm al-
Mubarakfuriy, Tuẖfah al-Aẖwadzȋ (Beirut: Dȃr al-Fikr, t.t.), Juz 7, h. 262,
Syihȃbuddȋn Ibn al-Faḏl Aẖmad bin ‘Aliy bin Hajar al-‘Asqalȃniy, Fatẖ al-Bȃrȋ
(Beirut: Dȃr al-Fikr, 1404 H/1984 M), Juz 14, h. 276, Badr al-Dȋn al-‘Ainiy al-
Hanafiy, ‘Umdah al-Qȃrȋ (Riyȃḏ: Multaqȃ Ahl al-ẖadȋts, 1427 H), Juz 29, h. 160.
73
Abȗ Dȃwud al-Sijistȃniy, Sunan Abȋ Dȃwud, No. Hadis 1390, Juz 1, h.
100
442, Al-Tirmidziy, Sunan al-Tirmidziy, No. Hadis 3202, Juz 11, h. 167, Muẖammad
al-Qazwȋniy, Sunan Ibnu Mâjah, No. Hadis 1408, Juz 4, h. 136, ‘Abdullȃh bin
‘Abdurraẖmȃn Abȗ Muẖammad al-Dȃrimiy, Sunan al-Dȃrimiy, Muẖaqqiq Fawȃz
Aẖmad Zamraliy dan Khȃlid al-Sabi’ al-‘Ilmȋ (Beirut: Dȃr al-Kitȃb al-‘Arabȋ, 1407
H), No. Hadis 3487, Cet. ke-1, Juz 2, h. 344, Aẖmad bin Hanbal, Musnad Aẖmad,
No. Hadis 6985, Juz 15, h. 14.
101
Muẖammad Syams al-Haq, ‘Aun al-Maʻbȗd, Juz 3, h. 327.
74
102
Muẖammad al-Mubarakfuriy, Tuẖfah al-Aẖwadzȋ, Juz 7, h. 265.
103
‘Abdurraẖmȃn bin Syihȃb al-Dȋn Aẖmad bin Rajab al-Hanbaliy, Lathȃif
al-Ma’ȃrif (Beirut: Dȃr bin Katsȋr, 1999), Juz 5, h. 306.
104
Abȗ Zakariyyȃ Muẖyȋ al-Dȋn bin Syaraf al-Nawawiy al-Dimasyqiy, At-
Tibyȃn Adab Penghafal al-Qur’an, Penerjemah Yuliana Sahadatilla, dkk.
(Sukoharjo: Al-Qowam, 2015), Cet. Ke-2, h. 55. Lihat pula Syihȃbuddȋn bin Hajar
al-‘Asqalȃniy, Fatẖ al-Bȃrȋ, Juz 14, h. 276. Lihat pula Muẖammad al-Mubarakfuriy,
Tuẖfah al-Aẖwadzȋ, Juz 7, h. 262.
75
105
Abȗ ‘Abdillȃh Muẖammad bin Aẖmad bin ‘Utsmȃn bin Qaimaz bin
‘Abdullȃh al-Dzahabiy, Siyar Aʻlȃm al-Nubalȃ’ (Cairo: Mauqiʻ Yaʻsȗb, t.t.), Juz 10,
h. 36.
106
Abȗ Zakariyyȃ Muhyȋ al-Dȋn bin Syaraf al-Nawawiy al-Dimasyqiy, At-
Tibyȃn Adab Penghafal al-Qur’an, h. 55.
107
Hal ini sesuai dengan hadis Nabi Saw yang menyuruh kepada kita untuk
memperbanyak membaca al-Qur’an karena al-Qur’an itu akan datang memberi
syafaat kepada pembacanya pada hari kiamat. Lihat Muslim bin al-Hajjȃj, Al-Jȃmiʻ
al-Saẖȋẖ al-Musammȃ Saẖȋẖ Muslim, No. Hadis 1910, Juz 2, h. 197, Majdi Ubaid, 9
Langkah Menghafal Al-Qur’an (Solo: Aqwam, 2015), Cet. Ke-2, h. 48.
108
Abȗ Zakariyyȃ Muẖyȋ al-Dȋn bin Syaraf al-Nawawiy al-Dimasyqiy, At-
Tibyȃn Adab Penghafal al-Qur’an, h. 15. Lihat pula Abu Ya’la Kurnaedi dkk,
Metode Asy-Syafi’i (Jakarta: Pustaka Imam Asy-Syafi’i, 2017), Cet. Ke-8, h. iii.
BAB III
MENGENAL LOKASI PENELITIAN DAN KEGIATAN
SIMAAN ALQURAN JANTIKO MANTAB
1
Khamami, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Kabupaten Mesuji 2017-2022 (Wiralaga Mulya: Pemda Mesuji Press, 2017), h. 1-3.
2
Pasirah adalah gelar bagi Punyimbang yang merupakan kepala dari
pemerintahan marga yang ada di Sumatera bagian selatan. Pasirah mengepalai
kepala-kepala kampung dan kepala-kepala suku. Sedangkan pengertian dari
Punyimbang adalah berasal dari kata Pun yang berarti orang yang dihormati, dan
nyimbang yang artinya orang yang merawisi. Lihat Selvi Diana Meilinda, “Sejarah
Bangsawan Lampung,” Kompasiana, 25 Juni 2015, h. 4. Effendi, “Pialang Adat di
Bumi Ruwa Jurai Punyimbang di Karesidenan Lampung 1928-1942,” (Tesis S2
Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gajah Mada, 2015), h. 52.
76
77
atau devide at impera terjadi saat itu dan yang menjadi pasirah
adalah Muhamad Batun bin Pangeran Djugal.
Hal ini mendatangkan perasaan tidak menyenangkan bagi
sang kakak, sehingga beliau berhijrah dengan mendatangi daerah
baru dengan mengajak pengikut-pengikutnya untuk membuka
daerah baru yang merupakan cikal bakal dari marga Mesuji
Lampung. 3
Setelah perladangan yang dilakukan oleh Muhamad Ali ini
berhasil maka pada tahun 1870 ia mengajak sanak kaluarga, kerabat
serta teman-temanya untuk pindah ke sungai Kabung Mesuji.
Adapun suku-suku yang ikut datang ke sungai Kabung Mesuji
adalah:
a. Suku Sirah Pulau Padang disebut Suku Seri Pulau.
b. Suku Sugi Waras disebut Suku Sugi Waras.
c. Suku Kayu Agung disebut Suku Kayu Agung.
d. Suku Palembang disebut Suku Palembang.
e. Suku Lampung Tulang Bawang.
Setelah beberapa tahun, kampung tersebut terus
menunjukkan peningkatan kesejahteraan penduduknya, sehingga
pemerintah Hindia Belanda kemudian memberikan penghargaan
kepada Muhammad Ali. Gelar tersebut adalah dengan nama
Pangeran Mad, pada tanggal 22 oktober 1886. Dengan simbol
berupa payung obor-obor berwarna putih. Hal ini menandakan
bahwa Pangeran Mad sebagai raja adat di Mesuji dan mensahkan
warga dari kampung tua di Mesuji yang berasal dari Sumatera
Selatan, Palembang, Seri Pulau Padang, Kayu Agung dengan
3
Adnan Halaki, Sejarah Kabupaten Mesuji (Bandar Lampng: Cipta Karya
Press, 2017), h. 8, Lihat pula “Sejarah Mesuji,” Nyokabar 25 Agustus 2015, h. 3.
78
4
Halaki, Sejarah Kabupaten Mesuji, h. 8.
5
“Sejarah Mesuji,” h. 3.
6
Khamami, Rencana Pembangunan, h. 3.
79
kecamatan, 128 desa, 570 RK/RW, dan 1486 RT.7 Secara topografi,
wilayah Kabupaten Mesuji dapat dibagi dalam 4 unit topografi,
sebagai berikut:
a. Daerah dataran yang dimanfaatkan untuk perkebunan.
b. Daerah rawa, terdapat di sepanjang pantai Timur dengan
ketinggian 0-1 M yang merupakan daerah rawa yang
dimanfaatkan untuk area persawahan, meliputi wilayah
Kecamatan Mesuji Timur dan Rawajitu Utara.
c. Daerah River Basin, terbatas dua River Basin yang utama yaitu
River Basin Mesuji dan River Basin sungai kecil lainya. Pada
areal River Basin Sungai Mesuji dan anak-anak sungai lainya
membentuk pola aliran sungai yang umumnya merupakan
sungai-sungai desa, dan
d. Daerah Aluvial meliputi pantai sebelah timur yang merupakan
bagian hilir (down stem). Dan sungai besar yaitu sungai Mesuji,
dapat digunakan untuk pelabuhan.8
Kemiringan lereng wilayah Kabupaten Mesuji, dibedakan
menjadi 3 (tiga) wilayah yaitu:
a. Wilayah datar dengan kemiringan lereng 00 - 30.
b. Wilayah agak landai dengan kemiringan lereng 30 - 80.
c. Wilayah landai dengan kemiringan lereng 80 - 150.9
7
Tim Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa Kabupaten
Mesuji, BPMPD Kab. Mesuji 2019 dan Kecamatan Dalam Angka 2019 (Wiralaga
Mulya: Pemda Mesuji Press, 2019), h. 46.
8
Khamamik, Rencana Pembangunan, h. 4.
9
Khamamik, Rencana Pembangunan, h. 6.
80
10
Tim Badan Pusat Statistik Daerah Kabupaten Mesuji, Kecamatan dalam
Angka dan Statistik Daerah Kecamatan 2019 (Wiralaga Mulya: Pemda Mesuji Press,
2019), h. 28.
11
Tim Badan Pusat Statistik Daerah, Kecamatan dalam Angka, h. 29.
81
12
Tim Badan Pusat Statistik Daerah, Kecamatan dalam Angka, h. 31.
13
Katagori kecil yakni yang mempunyai santri menetap (muqim) kurang
dari 100 orang. Katagori sedang adalah yang memiliki santri menetap (muqim) antara
100 sampai 300 orang. Sedangkan katagori besar adalah adalah yang memiliki santri
menetap (muqim) lebih dari 300 orang. Lihat Tim Penyusun Bagian Kesejahteraan
Rakyat, Daftar Penerima Bantuan Sosial Pondok Pesantren Kabupaten Mesuji
(Wiralaga Mulya: Pemda Mesuji Press, 2019), h. 11.
82
14
Tim Penyusun, Daftar Penerima Bantuan Sosial Pondok Pesantren
Kabupaten Mesuji, h. 12.
15
Tim Penyusun, Data Taman Pendidikan Al-Qur’an Kabupaten Mesuji, h.
17.
83
Sampai tahun 2019 telah tercatat jumlah ustazh dan ustazhah yang aktif
mengajar sebanyak 705 orang, dengan rincian di Kecamatan Mesuji
sebanyak 74 orang, Kecamatan Mesuji Timur sejumlah 118 orang,
Kecamatan Panca Jaya sebanyak 57 orang, Kecamatan Rawajitu Utara
sejumlah 87 orang, Kecamatan Simpang Pematang sebanyak 88 orang,
Kecamatan Tanjung Raya sejumlah 142 orang, dan Kecamatan Way
Serdang sebanyak 139 orang.16
Dengan melihat data-data di atas, yaitu jumlah pondok
pesantren yang ada, jumlah TPA, jumlah masjid dan musala, dan
jumlah tenaga pengajar (Ustaz dan Ustazah)-nya, serta jumlah
penduduk muslim yang ada, maka dapat diambil sebuah kesimpulan
bahwa rasio perbandingan antara jumlah penduduk muslim dengan
sarana prasarana pendidikan Islam yang ada di wilayah Kabupaten
Mesuji adalah cukup baik.
16
Tim Penyusun, Data Penerima Bantuan Sosial Guru Ngaji, Guru Injil,
Guru Pasraman Guru Tripitaka, dan Penjaga Makam Tahun 2018, h. 5.
84
17
Bentuk struktur organisasi NU dari tingkat pusat sampai terendah adalah
PBNU (Pengurus Besar Nahdlatul Ulama) di tingkat pusat/nasional, PWNU
(Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama) di tingkat Propinsi, PCNU (Pengurus Cabang
Nahdlatul Ulama) di tingkat Kabupaten/Kota, MWCNU (Majelis Wakil Cabang
Nahdlatul Ulama) di tingkat Kecamatan, Ranting di tingkat Kelurahan/Desa, dan
Anak Ranting di tingkat RW/RK/LK.
18
Wawancara Pribadi dengan KH. Abdul Karim Mahfuzh (Ketua
Tanfidziyah PCNU Kabupaten Mesuji), pada Sabtu, 02 Maret 2019. Pukul 11.30
WIB.
85
19
Wawancara Pribadi dengan KH. Abdul Karim Mahfuzh.
20
Wawancara Pribadi dengan KH. Abdul Karim Mahfuzh.
21
Wawancara Pribadi dengan KH. Abdul Karim Mahfuzh.
86
22
Wawancara Pribadi dengan Ustaz Samingan (Sekretaris PCNU
Kabupaten Mesuji), pada Sabtu, 02 Maret 2019. Pukul 14.00 WIB.
23
Bentuk struktur organisasi LDII dari tingkat pusat sampai terendah adalah
DPP (Dewan Pimpinan Pusat) di tingkat pusat/nasional, DPW (Dewan Pimpinan
Wilayah) di tingkat Propinsi, DPD (Dewan Pimpinan Daerah) di tingkat
Kabupaten/kota, PC (Pimpinan Cabang) di tingkat kecamatan, dan PAC (Pimpinan
Anak Cabang) di tingkat kelurahan/desa.
24
Wawancara Pribadi dengan H. Suparyo, (Ketua DPD LDII Kabupaten
Mesuji), pada Sabtu, 02 Maret 2019. Pukul 12.30 WIB.
25
Wawancara Pribadi dengan Kyai Sumitro (Tokoh dan ketua penasihat
LDII Kabupaten Mesuji), pada Sabtu, 02 Maret 2019. Pukul 10.00 WIB.
87
26
Dewan Pimpinan Wilayah LDII, Surat Keputusan DPW LDII Provinsi
Lampung Nomor: Kep-061/H/III/2016 (Bandar Lampung: LDII Press, 2016), h. 4-6.
88
rutin setiap dua minggu sekali untuk membahas keilmuan dan bahasan-
bahasan yang lainnya dengan cara bergiliran.27
4. Kehidupan Sosial Keagamaan Masyarakat Kabupaten
Mesuji28
Kehidupan sosial keagamaan terdiri atas tiga kata yakni
kehidupan, sosial, dan keagamaan. Kehidupan adalah tindakan, cara
berbuat ataupun perbuatan dari seseorang dalam kesehariannya yang
tidak lepas dari aktifitas.29 Kata kehidupan seringkali diucapkan untuk
menilai seseorang dalam tingkah laku dalam aktifitas hidupnya sehari-
hari dan istilah tersebut berkaitan dengan perbuatan manusia di mana
akan menghasilkan penilaian-penilaian pada setiap tingkah laku
manusia sebagai akibat dari perbuatannya.30 Kata sosial adalah
kelompok manusia yang sudah cukup lama hidup dan bekerja sama,
sehingga mereka dapat mengorganisasikan diri dan berfikir mengenai
dirinya sebagai satu kesatuan sosial yang membentuk kebudayaan.31
Sedangkan kata keagamaan adalah segala aktifitas dalam kehidupan
yang didasarkan pada nilai-nilai agama yang diyakininya agar tidak
terjadi kekacauan di dalam kehidupan sehari-hari.32 Dengan demikian
kehidupan sosial keagamaan dapat didefinisikan sebagai perilaku yang
telah menjadi kebiasaan dan berhubungan dengan masyarakat yang
merupakan pengejawantahan dari ajaran agama dengan tujuan agar
tidak terjadi kekacauan dalam kehidupan sehari-hari.
27
Wawancara Pribadi dengan KH. Syukri Asmawi (Ketua Majlis Tarjih
Muhammadiyah Kabupaten Mesuji), pada Sabtu, 02 Maret 2019. Pukul 08.00 WIB.
28
Dalam pembahasan sub bab ini, peneliti fokus membahasas sosial
keagamaan dalam agama Islam.
29
Oemar Bakry, Akhlak Muslim (Bandung: Angkasa, 1986), h. 10.
30
Hendro Puspito, Sosiologi Agama (Yogyakarta: Kanisius, 1989), h. 38.
31
Sidi Gazalba, Azas Kebudayaan Islam (Jakarta: Bulan Bintang, 1978), h.
342.
32
Dewi S. Bahartha, Kamus Arti Kata-Kata Populer (Surabaya: Bintang
Terang, 1995), h. 4.
89
33
Andy Dermawan, Perilaku Sosial Keagamaan Paguyuban Pengajian
Terhadap Peran Sosial (Yogyakarta: UIN Suka Media, 2018), h. 3.
90
34
Tim Penyusun, Data Taman Pendidikan Al-Qur’an Kabupaten Mesuji, h.
17.
91
35
Bimbingan Masyarakat Islam Kemenag Mesuji, Data-Data Majelis
Taklim Kabupaten Mesuji (Simpang Pematang: Kemenag Mesuji Press, 2019), h. 1-
12.
36
Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah (Jakarta: Rajawali, 2012), h.
234.
37
Munzier Suparta, Metode Dakwah (Jakarta: Kencana, 2009), h. 28.
92
38
Noor Achmad, Managemen Kemasjidan (Semarang: CV. Toha Putra,
2002), h. 26.
39
Tim Badan Pusat Statistik Daerah, Kecamatan dalam Angka, h. 31.
40
Bimbingan Masyarakat Islam Kemenag Mesuji, Data Imam dan Khatib
Tetap Sesuai Tipologi (Simpang Pematang: Kemenag Mesuji Press, 2019), h. 1-8.
93
41
Ahmad Yani, Panduan Mengelola Masjid (Jakarta: Pustaka Intermasa,
2007), h. vii.
42
Ridwan Lubis, Cetak Biru Peran Agama (Jakarta: Puslitbang, 2005), h.
7.
43
Depag RI, Bingkai Teologi Kerukunan Hidup Umat Beragama Di
Indonesia (Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Agama Proyek
Peningkatan Kerukunan Umat Beragama Di Indonesia, 1997), h. 10.
44
Tim Badan Pusat Statistik Daerah, Kecamatan dalam Angka, h. 31.
94
45
FKUB Kabupaten Mesuji, Data-Data Kerukunan Beragama 2019
(Simpang Pematang: FKUB Press, 2019), h. 4-9.
46
Suhaili, Kerukunan Umat Beragama (Bandar Lampung: Kemenag
Lampung Media, 2019), h. 4.
95
47
Orservasi langsung pada kegiatan Simaan al-Qur’an Jantiko Mantab di
masjid Al-Sholihin, Desa Abung Kiwa, Kecamatan Tanjung Raya, pada Ahad Legi,
10 Februari 2019/5 Jumadil Awal 1440 H.
48
Adi Ahlu Dzikri, “Dakwah Nyentrik Ala Gus Miek,” Majalah Langitan,
edisi 12 (September 2015): h. 2.
49
Wawancara Pribadi dengan KH. Khoirul Habibi (Ulama Desa Mukti
Karya Kecamatan Panca Jaya dan salah satu pendiri Jantiko Mantab), pada Jum’at,
01 Maret 2019. Pukul 06.00 WIB.
97
50
Panggilan Amiek muncul lantaran saudara-saudara beliau ketika masih
kecil belum fasih mengucapkan kata Hamim. Nama panggilan Amiek ini terus
dipakai oleh ayah dan ibu beliau sehingga beliau remaja. Lihat Abu Zahra, Jantiko
Mantab Dzikrul Ghofilin (Kediri: Al-Qolbu, 2017), h. 6.
51
Bobby Rachman Santoso, “Manajemen Privasi Komunikasi Majlis
Sema’an Alquran Jantiko Mantab Dan Dzikrul Ghofilin,” Islamic Communication
Journal Vol. 4, no. 1 (Januari-Juni 2019): h. 2
98
52
Santoso, “Manajemen Privasi Komunikasi Majlis Sema’an Al-Qur’an,”
h. 8-9.
53
Wawancara pribadi dengan KH. Subhan Sagil (Salah seorang tokoh
kegiatan Jantiko Mantab Pusat), pada Selasa, 16 April 2019 di Kediri. Pukul 10.00
WIB.
54
Nama lailiyah didasarkan pada waktu pelaksanaan amalan, yakni sesudah
jam dua belas malam. Lihat Muhammad Nurud Ibad, Dzikir Agung Para Wali Allah
Sejarah Dzikrul Ghofilin dan Fadhilah Bacaan-Bacaannya (Yogyakarta: Pustaka
Pesantren, 2012), h. 29.
55
Adi Ahlu Dzikri, “Dakwah Nyentrik Ala Gus Miek,” Majalah Langitan,
edisi 12 (September 2015): h. 3.
99
56
Muhammad Nurud Ibad, Suluk Jalan Terabas Gus Miek (Yogyakarta:
Pustaka Pesantren, 2007), h. 128-130.
57
Santoso, “Manajemen Privasi Komunikasi Majlis Sema’an Al-Qur’an,”
h. 8.
100
58
Ibad, Dzikir Agung Para Wali Allah, h. 29.
59
Wawancara pribadi dengan KH. Subhan Sagil (Salah seorang tokoh
kegiatan Jantiko Mantab Pusat), pada Selasa, 16 April 2019 di Kediri. Pukul 10.00
WIB.
60
Wawancara pribadi dengan KH. Subhan Sagil.
101
61
Santoso, “Manajemen Privasi Komunikasi Majlis Sema’an Al-Qur’an,”
h. 9.
62
Abu Zahra, Jantiko Mantab Dzikrul Ghofilin, h. 32.
63
Dzikri, “Dakwah Nyentrik Ala Gus Miek,” h. 5.
102
64
Abu Zahra, Jantiko Mantab Dzikrul Ghofilin, h. 33.
65
Muhammad Nurud Ibad, Perjalanan dan Ajaran Gus Miek
(Tulungagung: Koja Aksara, 2007), h. 140.
103
Alquran oleh seorang hâfiz, maka para jamaah juga ada yang ikut serta
membaca, ada juga yang menyimak Alquran.66
Tiba waktu duha (antara pukul 08.00-09.00), seorang hâfiz
yang bertugas melantunkan ayat suci Alquran menghentikan
bacaannya. Setelah salat Duha berjamaah, seorang hâfiz bergantian
kembali membacakan ayat suci Alquran sampai waktu salat Zuhur
tiba. Waktu zuhur, seorang hâfiz yang bergantian, telah menyelesaikan
lima belas juz dari tiga puluh juz dalam Alquran. Saat tiba waktu zuhur
pun para jamaah juga melaksanakan salat berjamaah kemudian
kembali melakukan aktivitas membaca, menyimak, dan
mendengarkan Alquran.
Bacaan Alquran memang sengaja dihentikan setelah salat Asar
berjamaah selesai. Terdapat kegiatan khusus setelah salat Asar yaitu
berkirim doa bagi jamaah yang menitipkan nama almarhȗm-
almarhȗmah kepada sang Kyai yang memimpin tahlîl. Pada
momentum tersebut, jamaah antri menyetorkan nama keluarganya
yang sudah meninggal dunia.
Kegiatan jamaah saat tiba waktu maghrîb pastinya adalah salat
berjamaah yang dilanjutkan dengan pembacaan zikir Dzikrul Ghofilin.
Setelah Dzikrul Ghofilin selesai, para jamaah langsung melaksanakan
salat Isya secara berjamaah. Setelah salat Isya, sang hâfiz melanjutkan
melantunkan ayat suci Alquran yang telah disisakan satu juz terakhir
dalam Alquran (juz ʻAmma). Setelah sang hâfiz menyelesaikan bacaan
Alqurannya, maka acara selanjutnya adalah doa khatam Alquran dan
dilanjutkan sebagai pamungkas acara adalah mauʻizah hasanah yang
66
Ibad, Perjalanan, h. 140.
104
67
Orservasi langsung pada kegiatan Simaan Alquran Jantiko Mantab di
Masjid Aulia, Setono Gedong, Kota Kediri pada Ahad, 21 April 2019.
68
Muhammad Nurud Ibad, Dhawuh Gus Miek (Yogyakarta: Pustaka
Pesantren, 2007), h. 41.
105
69
Dalam penulisan sejarah Jantiko Mantab Kabupaten Mesuji ini, peneliti
mendapatkan data dari hasil wawancara dengan para pendiri Jantiko Mantab yakni
KH. Khoirul Habibi, Ustaz Muhamad Yunus, Ustaz Suyatno, Kyai Bahron Fadhil,
Ustaz Sukidi, Ustaz Hariyanto, dan Ustaz Romli serta beberapa informan lainnya
yang mendukung penulisan sejarah ini.
106
menghadiri haul dari KH. Ahmad Asrori al-Ishaqi (w. 2009), seorang
mursyid tarîqah al-Khidmah pada hari Ahad tanggal 15 Juli 2012.
Setelah selesai menghadiri peringatan haul, rombongan bertolak dari
Surabaya menuju ke Ploso, Kabupaten Kediri dan sampai pada tanggal
hari Senin tanggal 16 Juli 2012 yang bertepatan dengan tanggal 26
Syaʻbân 1433 H dan langsung sowan ke Gus Sabut dan akhirnya
mendapatkan izin serta restu untuk mendirikan kegiatan simaan
Alquran Jantiko Mantab di Kabupaten Mesuji.
Sepulang dari perjalanan sowan ke Gus Sabut, para tokoh
agama yang diketuai oleh KH. Khoirul Habibi langsung menyusun
rencana dan program untuk sesegera mungkin mengadakan kegiatan
simaan. Salah satu hasil dari rencana program ini adalah bahwa
kegiatan simaan Alquran akan dilaksanakan pada selapan hari sekali
dan dilaksanakan pada hari Ahad Pon. Langkah pertama sebagai
implementasinya adalah menghubungi dan mendatangi secara
langsung para hâfiz yang tersebar di Kabupaten Mesuji untuk diminta
turut andil mendukung dan mensukseskan kegiatan simaan Alquran
Jantiko Mantab nantinya. Berkenaan dengan ini, KH. Khoirul Habibi
bersilaturrahim secara langsung ke kediaman para hâfiz yang beliau
kenal ketika itu, yakni Kyai Irkham Khumaidi Tri Karya Mulya (47
tahun), Ustaz Ali Mukti Karya (32 tahun), Kyai Lukman Tanjung
Menang (49 tahun), Ustaz Ahmad Sirojudin Wonosari (31 tahun),
Ustaz Farhan Hamamik (38 tahun), dan Ustaz M. Nurhadi Tri Karya
Mulya (44 tahun). Hasil dari silaturrahim tersebut, para hâfiz yang ada
menyatakan bersedia dan siap mendukung terwujud dan berjalannya
kegiatan simaan Alquran Jantiko Mantab Kabupaten Mesuji.
Setelah beberapa waktu berselang, tepat pada hari Ahad Pon
tanggal 16 September 2012 bertepatan pada tanggal 29 Syawal 1433
107
70
Nama lengkap beliau adalah Mubarakul Ulum. Beliau adalah salah satu
tokoh agama besar di Kabupaten Mesuji terutama di Kecamatan Tanjung Raya.
109
71
Ahmad Syafi’i Maarif, Islam dan Cita-cita dan Masalah Kenegaraan
(Jakarta: LP3ES, 1985), Cet. Ke-1, h. 12.
72
Abu Bakar Abyhara, Pengantar Ilmu Politik (Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media, 2010), h. 229.
112
73
Abyhara, Pengantar Ilmu Politik, h. 230.
74
Miriam Budiardjo, Dasar-dasar Ilmu Politik (Jakarta: Gramedia, 1984),
h. 38.
75
Budiardjo, Dasar-dasar, h. 45-46.
76
Hotma P. Sibuea, Ilmu Negara (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2014), h. 182,
Tohir Bawazir, Jalan Tengah Demokrasi antara Fundamentalisme dan Sekularisme
(Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2015), h. 73.
113
77
Tim ICCE UIN Jakarta, Demokrasi, Hak Asasi Manusia dan Masyarakat
Madani, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2004, h. 47.
78
Husain Muhammad, Islam dan Negara Kebangsaan: Tinjauan Politik
(Yogyakarta: LKiS, 2000), h. 93.
114
79
Koran Republika mencatat bahwa sejak tahun 2011 hingga akhir 2013
kurang lebih telah terjadi 17 orang tewas dalam bentrokan, puluhan orang luka-luka,
dan ratusan rumah terbakar. Lihat “Mesuji Memanas Lagi,” Republika, 6 Januari
2014, h. 1.
115
80
Zulhimma, “Dinamika Perkembangan Pondok Pesantren Di Indonesia,”
Darul ‘Ilmi Vol. 01, no. 02 (Februari 2013), h. 166.
116
bahasa Tamil, dari kata santri, diimbuhi awalan pe- dan akhiran -an
yang berarti para penuntut ilmu.81
Menurut istilah pondok pesantren adalah lembaga pendidikan
tradisional Islam untuk mempelajari, memahami, mendalami,
menghayati, dan mengamalkan ajaran Islam dengan menekankan
pentingnya moral keagamaan sebagai pedoman perilaku sehari-hari.82
Adapun tujuan dibentuknya pondok pesantren adalah untuk
mencetak ulama yang menguasai ilmu-ilmu agama, mendidik muslim
yang dapat melaksanakan syariat agama, dan mendidik agar objek
memiliki keterampilan dasar yang relevan dengan terbentuknya
masyarakat beragama.83 Demi mewujudkan tujuan-tujuan ini, maka
pondok pesantren secara totalitas benar-benar mendidik dan
menggembleng para santrinya untuk diajarkan ilmu-ilmu agama
sekaligus pengamalannya, sehingga mereka diharapkan akan menjadi
generasi yang siap terjun di tengah-tengah kancah kehidupan
masyarakat yang sangat beragam dan dapat mewarnai kehidupan
masyarakat dengan ajaran agama.
Alquran yang merupakan kitab suci yang diyakini secara
konsensus otensitas dan orisinilitasnya sebagai hudan li an-nâs dan
rahmatan lî al-ʻâlamîn84 menjadi salah satu kajian yang wajib
dipelajari di pondok pesantren. Para santri dituntut untuk dapat
membaca dengan lancar sesuai dengan makhârij al-hurȗf dan
tajwidnya. Selain itu, para santripun dituntut untuk mempelajari
81
Mohammad Daud Ali dan Habibah Daud, Lembaga-Lembaga Islam di
Indonesia (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995), h. 145.
82
M. Bachri Ghazali, Pesantren Berwawasan Lingkungan (Jakarta:
Prasasti, 2002), h. 40.
83
Yusuf Amir Faisal, Reorientasi Pendidikan Islam (Jakarta: RajaGrafindo
Persada, 1995), h. 183.
84
Sahiron Syamsudin, Hermeneutika Al-Qur’an dan Hadits (Yogyakarta:
Elsaq Press, 2010), h. 243.
117
85
Muhammad ʻAbd al-Azîm al-Zarqâniy, Manâhil al-ʻIrfân fî ʻUlûm al-
Qur’ân (Beirut: Dâr al-Kitâb al-ʻArabîy, 1995 M) h. 14-22, Mannâ` al-Qatthân,
Mabâhits fî ʻUlûm al-Qur’an (Cairo: Maktabah Wahbah, t.t.), h. 14-16, dan Mustafâ
118
Dîb al-Bighâ’ dan Muhyî al-Dîn Dîb Mastū, Al-Wâdih fî ʻUlûm al-Qur’ân,
(Damaskus: Dâr al-ʻIlm al-Katîb dan Dâr al-ʻUlȗm al-Insâniyyah, 1998), h. 12-24.
86
Luis Ma’luf, Al-Munjid fî al-Lughah wa al-Aʻlâm (Beirut: Dâr al-
Masyriq, 2008), Cet. Ke-43, h. 418.
87
Muhammad Zahid, “Posisi dan Fungsi Mushhaf Al-Qur’an Dalam
Komunikasi Massa,” Nuansa Vol. 11, no. 1 (Januari-Juni 2014), h. 78.
88
Nasr Hamîd Abȗ Zaid, Mafhûm al-Nas: Dirâsah fî ʻUlûm al-Qur’ân
(Cairo: al-Hai’ah al-Misriyyah al-‘Ammah li al-Kitâb, 1990), h. 87.
89
Nuruddin, Pengantar Komunikasi Masssa (Jakarta: Rajawali Pers, 2009),
h. 64.
90
Ahmad Yaman Syamsudin, Cara Mudah Menghafal Al-Quran
(Sukoharjo: Insan Kamil, 2013), h. 19.
119
91
Tim Penerjemah al-Qur’an Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya
(Jakarta: Departemen Agama RI, 1992), h. 120.
BAB IV
ANALISIS PEMAHAMAN DAN PENGARUH HADIS
SIMAAN ALQURAN DI MASYARAKAT
1
Saifuddin Zuhri Qudsy, “Living Hadis: Genealogi, Teori, dan Aplikasi,”
Living Hadis Volume 1, no. 1 (Mei 2016): h. 178.
2
Yasin Dutton, Asal Mula Hukum Islam. Penerjemah Maufur (Yogyakarta:
Islamika, 2004), h. 82.
120
121
3
M. Alfatih Suryadilaga, Aplikasi Penelitian Hadis: Dari Teks ke Konteks
(Yogyakarta: Teras, 2009), h. 176.
4
Fakhr al-Hasan al-Dahlawiy, Syarẖ Sunan Ibnu Mȃjah (Karatisy:
Qadimay Kutub Khȃnah, t.t.), Juz 1, h. 269.
122
صالى ٍح َع ْن أ ىَِب َحدَّثَنَا عُثْ َما ُن بْ ُن أ ىَِب َشْي بَةَ َحدَّثَنَا أَبُو ُم َعا ىويَةَ َع ىن األ َْع َم ى
َ ش َع ْن أ ىَِب
اَّللى ت ىمن ب ي ى
ٍ
َّ وت ُُ ْ اجتَ َم َع قَ ْوٌم ىِف بَْي
ْ ال َما
َ َ ق-صلى هللا عليه وسلم- َّب ى
ُهَريْ َرةَ َعن النى ىى
َّ السكىينَةُ َو َغ ىشيَ ْت ُه ُم اَل ي ْت لُو َن كىتاب َّى
ُالر ْْحَة ْ َاَّلل َويَتَ َد َار ُسونَهُ بَْي نَ ُه ْم إىالَّ نََزل
َّ ت َعلَْي ىه ُم َ َ َ َ تَ َع
6عىنده وحفَّْت هم الْمالَئى َكةُ وذَ َكرهم َّ ى
ُ َ ْ يم ْن
َ اَّللُ ف ُ َُ َ َ ُُ َ َ
Artinya:
“Telah menceritakan kepada kami ‘Utsman bin Abȋ Syaibah,
telah menceritakan kepada kami Abȗ Mu’ȃwiyah, dari al-
Aʻmasy, dari Abȗ Sȃliẖ, dari Abȋ Hurairah, dari Nabi Saw,
beliau bersabda, ‘Tidaklah berkumpul suatu kaum di salah satu
rumah Allah, sedang mereka membaca kitab Allah (Alquran)
dan mempelajarinya di antara mereka, kecuali akan turun
ketenangan atas mereka dan mereka akan dilingkupi oleh
rahmat serta para Malaikat mengelilingi mereka dan Allah
menyebut-nyebut mereka pada (makhluk) yang ada di dekat-
Nya.” (HR. Abȗ Dâwud)
Muẖammad bin Mukrim bin ʻAlȋ Abȗ al-Faḏl Jamȃl al-Dȋn Ibn Manẕȗr
5
7
Wawancara Pribadi dengan KH. Khoirul Habibi (Ulama Desa Mukti
Karya Kecamatan Panca Jaya dan salah satu pendiri Jantiko Mantab), pada Jum’at,
01 Maret 2019. Pukul 06.00 WIB.
124
dituturkan oleh KH. Khoirul Habibi bahwa hal ini dapat terjadi
dikarenakan masyarakat Mesuji ketika itu merasa haus akan
kebutuhan siraman obat rohani bagi diri mereka. Apabila ditarik
benang merah dari kejadian yang terjadi saat itu, semuanya terjadi
dikarenakan penyakit hubb al-dunyâ yang berlebihan sehingga
memunculkan kegaduhan yang hampir merata di Kabupaten Mesuji.
Oleh karenanya, untuk mengobati itu semua, maka kegiatan simaan
Alquran Jantiko Mantab tampil memberikan solusi khususnya
pengobatan penyakit hati bagi siapapun yang terjangkiti sesuai dengan
hadis Nabi melalui Abu Harairah tersebut di atas.8
Pengetahuan para jamaah terhadap keberadaan teks hadis
tersebut, hampir dipastikan secara persis semuanya mengetahui
walaupun mereka belum hafal secara tekstual. Hal ini dapat terjadi
karena teks hadis tersebut, secara berulang-ulang dibaca dan
diterangkan secara jelas oleh para tokoh agama di dalam setiap kali
kegiatan pengajian simaan Alquran Jantiko Mantab digelar.9
Diturunkannya sakînah melalui kegiatan simaan Alquran
Jantiko Mantab ini sangat dirasakan dampaknya oleh para jamaah
yang mengikuti kegiatan simaan ini. Salah satunya adalah apa yang
dirasakan oleh Imam Muhtadi (42 tahun) yang senantiasa aktif
mengikuti kegiatan ini dari mulai pertama berdiri hingga sekarang ini.
Bahwa dengan mengikuti kegiatan ini, ia merasakan hati yang sangat
tentram dan damai, pikiran terasa sejuk dan tidak mudah tersulut
emosi, dan nafsu iri hati sehingga tamak terhadap harta dapat
8
Wawancara Pribadi dengan KH. Khoirul Habibi.
9
Hasil observasi langsung pada kegiatan simaan Alquran Jantiko Mantab
di masjid Al-Sholihin, Desa Abung Kiwa, Kecamatan Tanjung Raya, pada Ahad
Legi, 10 Februari 2019/5 Jumadil Awal 1440 H dan di masjid Mujahidin Desa Fajar
Asri Kecamatan Panca Jaya pada 17 Maret 2019/10 Jumadil Akhir 1440 H. .
125
10
Wawancara Pribadi dengan Imam Muhtadi (Warga Desa Mukti Karya
Kecamatan Panca Jaya dan salah satu jamaah dari Jantiko Mantab), pada Jum’at, 01
Maret 2019. Pukul 07.30 WIB.
11
Wawancara Pribadi dengan Julis Harmoko (Warga Desa Mukti Karya
Kecamatan Panca Jaya dan salah satu jamaah dari Jantiko Mantab), pada Jum’at, 01
Maret 2019. Pukul 09.00 WIB.
12
Bunyi ayat tersebut adalah ب ْال ُمؤْ ِمنِينَ ِل َي ْزدَادُوا ِإي َمانًا َم َع َّ ه َُو الَّذِي أَ ْنزَ َل ال
ِ س ِكينَةَ ِفي قُلُو
إِي َمانِ ِه ْمyang artinya adalah Dialah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati
orang-orang yang beriman agar bertambah keimanan mereka di samping keimanan
yang telah ada. Lihat Tim Penerjemah Alquran Depag RI, Alquran dan
Terjemahannya (Jakarta: Departemen Agama RI, 1992), h. 512.
126
13
Abȗ Bakr Jâbir bin Mȗsâ bin ʻAbd al-Qadîr bin âbir al-Jazâiriy, Aisâr al-
Tafâsîr (Cairo: Dâr ‘Alamiyyah, 2013), Jilid 2, Cet. Ke-4, h. 429.
14
Wawancara Pribadi dengan Tamami (Warga Desa Mukti Karya
Kecamatan Panca Jaya dan salah satu jamaah sekaligus bendahara dari Jantiko
Mantab), pada pada Jum’at, 01 Maret 2019. Pukul 10.00 WIB.
15
Wawancara Pribadi dengan M. Nur Salim (Warga Desa Tanjung Mas
Jaya Kecamatan Mesuji Timur dan salah satu jamaah dari Jantiko Mantab), pada
pada Jum’at, 01 Maret 2019. Pukul 14.00 WIB.
127
وب
َ ُّاك بْ ُن عُثْ َما َن َع ْن أَي َّ َحدَّثَنَا ُُمَ َّم ُد بْ ُن بَشَّا ٍر َحدَّثَنَا أَبُو بَ ْك ٍر ا ْْلَنَ ىف ُّى َحدَّثَنَا الض
ُ َّح
ٍ اَّللى بن مسع ب الْ ُقر ىظى قَ َ ى ب ىن موسى قَ َ ى
ول
ُ ود يَ ُق ُ ْ َ َ ْ َّ ت َع ْب َد ُ ال ََس ْع َّ َ ٍ ت ُُمَ َّم َد بْ َن َك ْع ُ ال ََس ْع َ ُ ْ
ٌاَّللى فَلَهُ بىىه َح َسنَة
َّ اب « من قَرأَ حرفًا ىمن كىتَ ى-صلى هللا عليه وسلم- اَّللى
ْ َْ َ ْ َ َّ ول ُ ال َر ُس َ َق
17
.فٌ يم َح ْر ف والَم حر ٌ ى
ٌ ف َوم ْ َ ٌ َ ٌ ف َح ْر
ى
ٌ ف َولَكى ْن أَل ٌ ول الَى َح ْر ُ َُوا ْْلَ َسنَةُ بى َع ْش ىر أ َْمثَ ىاِلَا الَ أَق
Artinya:
“Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Basysyâr,
telah menceritakan kepada kami Abȗ Bakr al-Hanafiy, telah
menceritakan kepada kami al-Dahhâk bin ʻUtsmân, dari Ayyȗb
bin Mȗsâ dia telah berkata, aku telah mendengar Muhammad
bin Kaʻab al-Quraziy dia telah berkata, aku telah mendengar
ʻAbdullâh bin Masʻȗd dia telah berkata, Rasulullah Saw telah
bersabda, ‘Barangsiapa yang membaca satu huruf dari kitab
Allah, maka baginya satu kebaikan. Dan satu kebaikan
dilipatgandakan menjadi sepuluh kali lipat. Aku tidak
mengatakan alif lam mim satu huruf. Akan tetapi alif satu
huruf, lam satu huruf, dan mim satu huruf. (HR. Imâm al-
Tirmidziy)
16
Wawancara Pribadi dengan M. Nur Salim.
Muẖammad bin ‘Ȋsa bin Saurah bin Mȗsȃ bin al-Ḏaẖẖȃk al-Tirmidziy,
17
Sunan al-Tirmidziy (Cairo: Mauqiʻ Wazȃrah al-Auqȃf al-Misriyyah, t.t.), No. Hadis
3158, Juz 11, h. 100. Lihat pula Abȗ Bakr ʻAbdullâh bin Muhammad bin Abî
Syaibah al-Kȗfiy, Al-Musannaf Fî Ahâdîts wa al-Atsâr (Riyâd: Maktabah al-Rusyd,
1998), No. Hadis 29933, Juz 6, Cet. Ke-1, h. 118, Al-Mubârak bin Muhammad bin
Muhammad bin ʻAbd al-Karîm bin ʻAbd al-Wahîd al-Syaibâniy al-Jazariy, Jâmiʻ al-
Usȗl Min Ahâdîts al-Rasȗl (Riyâd: Maktabah al-Rusyd, t.t.), No. Hadis 6282, Juz 1,
h. 6366.
128
يدةَ َع ْن َعْب ىد َ ش َع ْن إىبْ َر ىاه َيم َع ْن َعبى َّد َع ْن ََْي ََي َع ْن ُس ْفيَا َن َع ىن األ َْع َم ى ٌ َحدَّثَنَا ُم َسد-
يث َح َّدثَىِن َع ْم ُرو بْ ُن ُمَّرةَ َع ْن إىبْ َر ىاه َيم َو َع ْن أَبى ىيه َع ْن أىَِبال األ َْعمش وب عض ا ْْل ىد ى
َ ُ ْ ََ ُ َ َ َاَّللى ق
َّ
. » « اقْ َرأْ َعلَ َّى- صلى هللا عليه وسلم- اَّللى َّ ول ُ ال َر ُسَ َال ق َّ ُّحى َع ْن َعْب ىد
َ َاَّللى ق َ الض
َ َ ق. » ََسَ َعهُ ىم ْن َغ ْىْيى
ال ْ ال « إىىىّن أَ ْشتَ ىهى أَ ْن أ َ َك أُنْ ىزَل قَ ك َو َعلَْيَ ت أَقْ َرأُ َعلَْيُ ْال قُل
َ َق
ٍ ى ى
ك َعلَى َ ف إىذَا جْئ نَا ىم ْن ُك ىىل أ َُّم ٍة بى َش ىهيد َوجْئ نَا بى َ ت ( فَ َكْي
فَ َقرأْ ى
ُ ت النى َساءَ َح ََّّت إىذَا بَلَ ْغ ُ َ
20 ى ى ى
ْ أ َْو أ َْم ىس- ف َّ ال ىَل « ُك ى
. ت َعْي نَ ْيه تَ ْذرفَان ُ ْ فَ َرأَي. » - ك َ َ ق. ) يدا ً َه ُؤالَء َش ىه
Artinya:
“Telah menceritakan kepada kami Sadaqah, telah
mengkhabarkan kepada kami Yahyâ, dari Sufyân, dari
Sulaimân, dari Ibrâhîm, dar ʻAbîdah, dari ʻAbdullâh, telah
berkata Yahyâ sebagian hadis ini, dari ʻAmrȗ bin Murrah, telah
berkata kepadaku Nabi Saw. Telah menceritakan kepada kami
Musaddad, dari Yahyâ, dari Sufyân, dari al-Aʻmasy, dari
Ibrâhîm, dari ʻAbîdah, dari ʻAbdullâh. Berkata al-Aʻmasy dan
sebagian hadis ini, telah menceritakan kepadaku ʻAmrȗ bin
Murrah, dari Ibrâhîm, dan dari bapaknya, dari Abȗ al-Duhâ,
dari ʻAbdullâh dia telah berkata, Rasulullah Saw telah
bersabda,‘Bacakanlah (Alquran) kepadaku!’ Ibnu Masʻȗd
menjawab,‘Apakah aku akan membacakan (Alquran) kepada
engkau sedangkan dia diturunkan kepada engkau?’ Rasulullah
bersabda, ‘Sesungguhnya aku senang mendengarkan bacaan
(Alquran) dari selain diriku.’ Maka akupun membaca surah al-
Nisâ’ hingga ketika (bacaan)ku sampai pada ayat Fakaifa idzâ
ji’nâ min kulli ummatin bisyahîdin waji’nâ bika ʻalâ hâulâi
syahîdan. (Maka bagaimanakah (halnya orang kafir nanti),
apabila Kami mendatangkan seseorang saksi (Rasul) dari tiap-
tiap umat dan Kami mendatangkan kamu (Muhammad)
al-Bukhȃriy (Cairo: Mauqiʻ Wazȃrah al-Auqȃf al-Misriyyah, t.t.), No. Hadis 5055,
Juz 17, h. 72. Lihat pula Abȗ al-Husain Muslim bin al-Hajjȃj bin Muslim al-
Qusyairiy al-Naisȃbȗriy, Al-Jȃmiʻ al-Saẖȋẖ al-Musammȃ Saẖȋẖ Muslim (Beirut: Dȃr
al-Afȃq al-Jadȋdah, t.t.), No. Hadis 1903, Juz 2, h.195, Abȗ Dȃwud al-Sijistȃniy,
Sunan Abȋ Dȃwud, No. Hadis 3670, Juz 11, h. 73, Al-Tirmidziy, Sunan al-Tirmidziy,
No. Hadis 3298, Juz 11, h. 269, Abȗ ‘Abdullȃh Aẖmad bin Muẖammad bin Hanbal
bin Hilȃl bin As‘ad al-Syaibȃniy, Musnad Aẖmad (Cairo: Mauqiʻ Wazȃrah al-Auqȃf
al-Misriyyah, t.t.), No. Hadis 3673, Juz 8, h. 200.
130
21
Abȗ al-Hasan ʻAliy bin Khalaf bin ʻAbd al-Malik bin Battâl al-Qurtubiy,
Syarh Sahîh al-Bukhâriy Libni Battâl (Riyâd: Maktabah Rusyd, 2007), Cet. Ke-1,
Juz 13, h. 365. Lihat pula Syihȃbuddȋn Ibn al-Faḏl Aẖmad bin ‘Aliy bin Hajar Al-
‘Asqalȃniy, Fath al-Bâriy (T.tp.: Dâr al-ʻAsîmah, 1416 H), Cet. Ke-1, Juz 12, h. 273.
131
َخ ََبَََن َع ْم ُرو ٍ َْحَ ُد بْن عىيسى قَاالَ َحدَّثَنَا ابْن و ْه يد األَيلى
ٍ وح َّدثَىِن هارو ُن بن سعى
ْبأ َُ َ ُ ْ أ
وَ ى
ُّ ْ َ ُْ ُ َ ََ
Hadis 2748, Juz 3, h.155, Al-Bukhȃriy, Saẖȋẖ al-Bukhȃriy, No. Hadis 1952, Juz 7, h.
270, Abȗ Dȃwud al-Sijistȃniy, Sunan Abȋ Dȃwud, No. Hadis 2402, Juz 7, h. 217.
133
Artinya:
“Dan telah menceritakan kepadaku Hȃrȗn bin Saʻȋd al-Ailiy
dan Aẖmad bin ‘Ȋsȃ keduanya berkata, telah menceritakan
kepada kami Ibn Wahab, telah mengabarkan kepada kami
‘Amrȗ bin al-Hȃrȋts, dari ‘Ubaidillȃh bin Abȋ Jaʻfar, dari
Muẖammad bin Jaʻfar bin al-Zubair, dari ‘Urwah, dari ‘Ȃisyah
ra, bahwasannya Rasulullah Saw bersabda, ‘Barangsiapa yang
meninggal dan dia mempunyai tanggungan puasa, maka
walinya harus berpuasa untuk menggantikannya.’’’ (HR.
Muslim)
23
Abȗ Zakariyyȃ Muhyȋ al-Dȋn bin Syaraf al-Nawawiy al-Dimasyqiy, Al-
Manȃhij Syarẖ Saẖȋẖ Muslim bin al-Hajjȃj (Beirut: Dȃr Iẖyȃ’ al-Turȃts al-ʻArabiy,
1392 H), Juz 8, h. 24
24
Marwan Muẖammad, Transfer Pahala Mengirim Pahala Untuk Orang
Yang Telah Wafat (Jakarta: Griya Ilmu, 2016), Cet. Ke-2, h. 38, Sayyid Sȃbiq, Fiqh
al-Sunnah (Libanon: Dȃr al-Kitȃb al-‘Arabiy, t.t.), Juz 1, h. 569
134
25
Aẖmad Seadie, Sunah Bukan Bid’ah (Jakarta: Zaman, 2018), Cet. Ke-2,
h. 72-73
136
26
Abu Zahra, Jantiko Mantab Dzikrul Ghofilin (Kediri: Al-Qolbu, 2017),
h. 32.
Lihat Abȗ ‘Abdillȃh Muẖammad bin Yazȋd al-Qazwȋniy, Sunan Ibnu
27
Mȃjah (Cairo: Mauqiʻ Wazȃrah al-Auqȃf al-Mișriyyah, t.t..), No. Hadis 1841, Juz 5,
h. 401, Aẖmad bin Syuʻaib Abȗ ‘Abdurraẖmȃn al-Nasȃiy, Sunan al-Nasȃiy al-Kubrȃ
(Beirut: Dȃr al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1411 H/1991 M), No. Hadis 7992, Cet. ke-1, Juz
5, h. 7, Muẖammad bin Hibbȃn bin Aẖmad Abȗ ẖȃtim al-Tamȋmiy al-Bustiy, Saẖȋẖ
Ibnu Hibbȃn bi Tartȋb Ibnu Balbȃn (Beirut: Muassasah al-Risȃlah, 1414 H/1993 M),
No. Hadis 3440, Cet. Ke-2, Juz 8, h. 225, Aẖmad bin ‘Alȋ bin al-Mutsannȃ Abȗ Ya’lȃ
al-Mausȗliy al-Tamȋmiy, Musnad Abȋ Ya’lȃ (Damsyiq: Dȃr al-Ma’mȗn Li al-Turȃts,
1404 H/1984 M), No. Hadis 2562, Cet. Ke-1, Juz 4, h. 435.
137
sungguh telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan obat bagi penyakit
yang ada di dalam dada, menjadi petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang
beriman.” Tim Penerjemah Alquran Depag RI, Alquran dan Terjemahannya
(Jakarta: Departemen Agama RI, 1992), h. 216. Lihat pula QS. Al-Isra [17]: 82 yang
artinya, “Dan Kami turunkan dari Alquran itu sesuatu yang menjadi obat dan
rahmat bagi orang-orang yang beriman. Dan Alquran itu tidak menambah kepada
orang-orang yang zhalim melainkan kerugian.” Tim Penerjemah Alquran Depag RI,
Alquran dan Terjemahannya (Jakarta: Departemen Agama RI, 1992), h. 291.
138
اَّللى َما
َّ اَّللى َو ى
َّ ولَ ال ََي َر ُس
َ فَ َق.ُك لَه َّ فَأَتَى النى.-وسلم
َ فَ َذ َكَر ذَل-صلى هللا عليه وسلم- َّب
Hadis 5863, Juz 7, h.19, Al-Bukhȃriy, Saẖȋẖ al-Bukhȃriy, No. Hadis 2276, Juz 8, h.
306.
139
30
Ini sesuai dengan hadis Nabi yang diriwayatkan dari Siti ‘Ȃisyah yang
artinya, “Bahwasannya ketika Rasulullah Saw menderita sakit, beliau membacakan
kepada dirinya sendiri al-Mu’awwidzatain lalu beliau meniupkannya (ke tubuh).
Apabila sakitnya bertambah parah, akulah yang membacakan untuknya dan aku
mengusap tubuhnya dengan tangannya berharap mendapatkan kesembuhan
dengannya.” Lihat Al-Bukhȃriy, Saẖȋẖ al-Bukhȃriy, No. Hadis 4728, Juz 4, h. 1916,
Muslim bin al-Hajjȃj, Al-Jȃmiʻ al-Saẖȋẖ al-Musammȃ Saẖȋẖ Muslim, No. Hadis
5844, Juz 7, h.16, Abȗ Dȃwud al-Sijistȃniy, Sunan Abȋ Dȃwud, No. Hadis 3904, Juz
11, h. 406, Muẖammad al-Qazwȋniy, Sunan Ibnu Mȃjah, No. Hadis 3659, Juz 11, h.
7, Aẖmad bin Hanbal, Musnad Aẖmad, No. Hadis 24875, Juz 6, h. 114.
31
Sidik Tono, dkk, Ibadah dan Akhlak Dalam Islam (Yogyakarta: UII Pres
Indonesia, 1998), h. 33. Lihat pula Sigit Yulianto dan Akbar Kaelola, Salat Khusyu’
Gaya Baru (Yogyakarta: Young Crew Media, 2007), h. 154.
140
Artinya:
“Telah menceritakan kepada kami ʻAbdullah bin Yȗsuf dia
berkata, telah mengkhabarkan kepada kami Mâlik, dari Abȗ al-
Zinâd, dari al-Aʻraj, dari Abȗ Hurairah, bahwasannya
Rasulullah Saw telah bersabda, ‘Demi jiwaku yang ada pada
tangan-Nya, aku telah bermaksud memerintahkan untuk
mengambilkan kayu bakar, lalu dikumpulkan, kemudian aku
memerintahkan azan salat untuk dikumandangkan. Lalu aku
memerintahkan seseorang untuk mengimami orang-orang
berjamaah, kemudian aku mendatangi orang-orang yang tidak
salat berjamaah lalu aku membakar rumah mereka.” (HR.
Bukhâriy)
32
Al-Bukhȃriy, Saẖȋẖ al-Bukhȃriy, No. Hadis 644, Juz 3, h. 93, Muslim bin
al-Hajjaj, Al-Jȃmiʻ al-Saẖȋẖ al-Musammȃ Saẖȋẖ Muslim, No. Hadis 1514, Juz 4, h.
289, Abȗ Dȃwud al-Sijistȃniy, Sunan Abȋ Dȃwud, No. Hadis 548, Juz 2, h. 241,
Muhammad al-Qazwȋniy, Sunan Ibnu Mȃjah, No. Hadis 840, Juz 3, h. 67, Ahmad
bin Hanbal, Musnad Aẖmad, No. Hadis 11165, Juz 23, h. 195, Abȗ ‘Abdurraẖmȃn
al-Nasȃiy, Sunan al-Nasȃiy al-Kubrȃ, No. Hadis 847, Juz 2, h. 442, ‘Abdullȃh bin
‘Abdurraẖmȃn Abȗ Muẖammad al-Dȃrimiy, Sunan al-Dȃrimiy, Muẖaqqiq Fawȃz
Aẖmad Zamraliy dan Khȃlid al-Sabi’ al-‘Ilmȋ (Beirut: Dȃr al-Kitȃb al-‘Arabȋ, 1407
H), No. Hadis 1321, Cet. ke-1, Juz 4, h. 54, Mâlik bin Anas Abȗ ʻAbdullah al-
Asbahiy, Muwatta’ Mâlik (Cairo: Dâr Ihyâ’ al-Turâts al-ʻArabiy, t.t.), No. Hadis 427,
Juz 2, h. 177.
141
ول
َ َن َر ُس َّ ك َع ْن ََنفى ٍع َع ْن َعْب ىد
َّ اَّللى بْ ىن عُ َمَر أ ٌ َخ ََبَََن َمالى
ْ ال أ
َ َف ق
َ وس
حدَّثَنَا عب ُد َّى
ُ ُاَّلل بْ ُن ي َْ َ
ى ىى ال « صالَةُ ا ْْلم ى َّى
َ صالَةَ الْ َف ىذ ب َسْب ٍع َوع ْش ىر
ين َ ض ُل
ُ اعة تَ ْف
َ ََ َ َ َ ق- صلى هللا عليه وسلم- اَّلل
33
ًَد َر َجة
Artinya:
“Telah menceritakan kepada kami ʻAbdullah bin Yȗsuf dia
telah berkata, telah mengkhabarkan kepada kami Mâlik, dari
Nâfiʻ, dari ʻAbdullah bin ʻUmar, bahwasannya Rasulullah Saw
telah bersabda, ‘Salat berjamaah lebih utama dari pada salat
sendirian dengan keutamaan dua puluh derajat.” (HR.
Bukhâriy)
33
Al-Bukhȃriy, Saẖȋẖ al-Bukhȃriy, No. Hadis 645, Juz 3, h. 95, Muslim
Muslim bin al-Hajjaj,, Al-Jȃmiʻ al-Saẖȋẖ al-Musammȃ Saẖȋẖ Muslim, No. Hadis
1509, Juz 2, h. 122, Muhammad al-Qazwȋniy, Sunan Ibnu Mȃjah, No. Hadis 838,
Juz 3, h. 64, Ahmad bin Hanbal, Musnad Aẖmad, No. Hadis 5456, Juz 11, h. 484,
Abȗ ‘Abdurraẖmȃn al-Nasȃiy, Sunan al-Nasȃiy al-Kubrȃ, No. Hadis 836, Juz 2, h.
438, Mâlik bin Anas, Muwatta’ Mâlik, No. Hadis 288, Juz 1, h. 288.
143
Hadis 1704, Juz 2, h. 158, Abȗ Dȃwud al-Sijistȃniy, Sunan Abȋ Dȃwud, No. Hadis
1287, Juz 4, h. 239, Ahmad bin Hanbal, Musnad Aẖmad, No. Hadis 22092, Juz 47,
h. 17.
35
‘Abdullȃh al-Dȃrimiy, Sunan al-Dȃrimiy, No. Hadis 3538, Juz 10, h. 431,
Abȗ Bakr ‘Abdullȃh bin Muẖammad bin Abȋ Syaibah al-Kȗfiy, Al-Musannaf fȋ al-
Aẖȃdȋts wa al-Atsar (Riyȃḏ: Maktabah al-Rasyid, 1408 H), Cet. Ke-1, Juz 7, h. 169,
Sulaimȃn bin Aẖmad bin Ayyȗb bin Mȃṯir al-Lakhamiy al-Syȃmiy al-Ṯabrȃniy, Al-
Mu’jam al-Kabȋr (Beirut: Muassasah al-Risȃlah, 1405 H/ 1985 M), No. Hadis 673,
Cet. Ke-2, Juz 1, h. 291, Nȗr al-Dȋn ‘Aliy bin Abȋ Bakr al-Haitsamiy, Mujamma’ al-
144
َخ َ َْبََن أَبُو ا ْْلَ َسن َعلى ىي بْن ُُمَ َّمد ى
ْ أ، َْحَد بْن َعْب ُد هللا بْ ىن ُم ْهَرَويْه
أَخَبََنه أَب و طَ ى
ْ اهر أ ْ ُ ُ َْ ْ
ى ى ى
ْ الَْ َْبقَ ىاِنى ِبَْرَو أ
ْ َحدَّثَنَا أى، َحدَّثَنَا ُُمَ َّمد بْن َعل ىىي، َخ َ َْبََن َع ْم ُرو بْن ع ْمَران بْ ىن فَتْح
، َِب
Zawȃid wa Manba’ al-Fawȃid (Beirut: Dȃr al-Fikr, 1412 H/ 1992 M), No. Hadis
11712, Juz 7, h. 87.
36
Abȗ Bakr Aẖmad bin al-Husain bin ‘Aliy bin Mȗsȃ al-Baihaqiy, Syu’ab
al-Ȋmȃn li al-Baihaqiy (Kuwait: Syarikah Ghirȃs, 1427 H/2007 M), No. Hadis 2025,
Cet. Ke-1, Juz 5, h. 98, Sulaimȃn al-Ṯabrȃniy, Al-Mu’jam al-Kabȋr, No. Hadis 15050,
Cet. Ke-2, Juz 13, h. 179, ‘Abdurraẖmȃn bin Abȗ Bakr bin Muẖammad bin Sabiq al-
Khuḏariy al-Suyȗṯiy, Jȃmiʻ al-Aẖȃdȋts (Qȃhirah: Dȃr al-Qaumiyyah, 1384 H), No.
Hadis 22748, Juz 21, h. 2.
145
37
‘Abdullȃh al-Dȃrimiy, Sunan al-Dȃrimiy, No. Hadis 3547, Juz 10, h. 440.
38
‘Abdurraẖmȃn bin Abȗ Bakr bin Muẖammad bin Sabiq al-Khuḏariy al-
Suyȗṯiy, Jamʻu al-Jawȃmi‘ (Riyȃḏ: Mauqi‘ Multaqȃ Ahl al-Hadȋts, 1384 H), No.
Hadis 5319, Juz 1, h. 231.
39
Jubra Masʻȗd Raʻîd al-Tullâb, Mu’jam Lughâwiy ‘Asyriy li a- Tullâb
(Beirut: Dâr al-ʻIlmiy li al-Malâyîn, 1979), Cet Ke-4, h. 573.
40
Ibn Manẕȗr al-Ansȃriy, Lisȃn al-ʻArab, Juz 5, h. 512.
41
Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia (Jakarta: Hidakarya Agung,
1990), Cet. Ke-8, h. 217.
146
Teks aslinya adalah األفضاء بصفحة إلى صفحة اليد هو يؤكد المحبة. Lihat Abȗ
42
Zakariyyȃ Muhyȋ al-Dȋn bin Syaraf al-Nawawiy al-Dimasyqiy, Riyad al-Sâlihîn Min
Kalâm Sayyid al-Mursalah (Beirut: Dâr al-Fikr, 1973), h. 366.
43
Fauzul Iman, Lentera Hati (Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2005), h. 39.
44
Abȗ Dȃwud al-Sijistȃniy, Sunan Abȋ Dȃwud, No. Hadis 5214, Juz 15, h.
113, Al-Tirmidziy, Sunan al-Tirmidziy, No. Hadis 2946, Juz 10, h. 284, Muhammad
al-Qazwȋniy, Sunan Ibnu Mȃjah, No. Hadis 3834, Juz 11, h. 253, Ahmad bin Hanbal,
Musnad Aẖmad, No. Hadis 19051, Juz 40, h. 219.
147
Artinya:
“Telah menceritakan kepada kami Abȗ Bakr bin Abȗ Syaibah,
telah menceritakan kepada kami Abȗ Khâlid dan Ibnu Numair,
dari al-Ajlah, dari Abȗ Ishâq, dari al-Barrâ’ dia telah berkata,
Rasulullah Saw telah bersabda, ‘Tidak ada dua orang muslim
yang bertemu lalu berjabatan tangan, kecuali keduanya
diampuni (dosanya) sebelum keduanya berpisah.” (HR. Abȗ
Dâwud)
45
Wawancara Pribadi dengan Julis Harmoko (Warga Desa Mukti Karya
Kecamatan Panca Jaya dan salah satu jamaah yang dahulu merupakan pelaku
kerusuhan), pada pada Jum’at, 19 Juni 2020. Pukul 13.00 WIB.
150
46
Wawancara Pribadi dengan Imam Muhtadi (Warga Desa Mukti Karya
Kecamatan Panca Jaya dan salah satu jamaah dari Jantiko Mantab), pada pada
Jum’at, 01 Maret 2019. Pukul 07.30 WIB.
47
Wawancara Pribadi dengan Mubarokul Ulum/Gus Barok (Tokoh
Nahdlatul Ulama dan pengurus kegiatan simaan Alquran Jantiko Mantab), pada
Sabtu, 02 Maret 2019. Pukul 06.00 WIB.
151
48
Wawancara Pribadi dengan Mubarokul Ulum.
152
49
Wawancara Pribadi dengan M. Nur Salim (Warga Desa Tanjung Mas
Jaya Kecamatan Mesuji Timur dan salah satu jamaah dari Jantiko Mantab), pada
Jum;at, 01 Maret 2019. Pukul 14.00 WIB.
153
Abȗ Dȃwud al-Sijistȃniy, Sunan Abȋ Dȃwud, No. Hadis 1390, Juz 1, h.
50
442, Al-Tirmidziy, Sunan al-Tirmidziy, No. Hadis 3202, Juz 11, h. 167, Muẖammad
154
Artinya:
“Telah menceritakan kepada kami Ibnu al-Mustannȃ, telah
menceritakan kepada kami ‘Abd al-Samad, telah mengabarkan
kepada kami Hammȃm, telah mengabarkan kepada kami
Qatȃdah, dari Yazȋd bin ‘Abdullȃh bin ‘Amrȗ, dari ‘Abdullȃh
bin ‘Amrȗ dia berkata, ‘Wahai Rasulullah, berapa lamakah aku
harus mengkhatamkan Alquran?” Beliau bersabda, ‘Dalam
sebulan.’ ‘Abdullȃh bin ‘Amrȗ berkata, ‘Sesungguhnya aku
bisa lebih dari itu.’ Abȗ Mȗsȃ (Ibnu al-Mustannȃ) mengulang-
ulang perkataan ini dan ‘Abdullȃh bin ʻAmrȗ selalu meminta
dispensasi sehingga Rasulullah bersabda, ‘Jika demikian,
bacalah Alquran (hingga khatam) dalam tujuh hari.’ ‘Abdullȃh
bin ‘Amrȗ berkata, ‘Aku masih dapat menyelesaikannya lebih
dari itu.’ Beliau bersabda, ‘Tidak akan dapat memahaminya
orang yang mengkhatamkan Alquran kurang dari tiga hari.’”
(HR. Abȗ Dȃwud)
al-Qazwȋniy, Sunan Ibnu Mâjah, No. Hadis 1408, Juz 4, h. 136, ‘Abdullȃh al-
Dȃrimiy, Sunan al-Dȃrimiy, No. Hadis 3487, Cet. ke-1, Juz 2, h. 344, Aẖmad bin
Hanbal, Musnad Aẖmad, No. Hadis 6985, Juz 15, h. 14.
51
Wawancara Pribadi dengan Kyai Sumitro (Tokoh dan ketua penasihat
LDII Kabupaten Mesuji), pada Sabtu, 02 Maret 2019. Pukul 10.00 WIB.
155
52
Wawancara Pribadi dengan Kyai Sumitro.
53
Wawancara Pribadi dengan Ahmad Supardi (Warga Desa Tanjung Mas
Jaya Kecamatan Mesuji Timur), pada Selasa, 05 Maret 2019. Pukul 10.00 WIB.
156
dari mulai awal pendiriannya pada akhir tahun 2012 hingga sekarang
tentulah membawa berbagai macam implikasi baik bagi tuan rumah
penyelenggara kegiatan, bagi jamaah yang mengikutinya, maupun
bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Mesuji.
1. Implikasi Bagi Tuan Rumah Penyelenggara Kegiatan
Berdasarkan hasil data wawancara yang peneliti lakukan,
pelaksanaan kegiatan Jantiko Mantab ini benar-benar memberikan
implikasi yang signifikan yang dirasakan oleh tuan rumah
penyelenggara kegiatan. Setidaknya itulah yang dirasakan oleh KH.
Bahruddin (53 tahun), seorang ulama dan tokoh masyarakat Desa
Brabasan Kec. Tanjung Raya. Beliau mengungkapkan bahwa
perkenalannya dengan kegiatan Jantiko Mantab sejak tahun 1987 silam
telah membuatnya begitu semangat dan menyukai terhadap kegiatan
Jantiko Mantab. Hal itu beliau wujudkan salah satunya adalah dengan
ikut aktif menjalankan kegiatan Jantiko Mantab sejak awal tahun
berdirinya hingga sekarang ini dengan selalu menjadi tuan rumah
penyelenggara pada setiap tahunnya yang bertempat di masjid jamiʻ
Desa Barabasan atau di masjid pondok pesantren al-Fatah.54
Beberapa hal yang menarik dari kegiatan Jantiko Mantab dan
hal tersebut menjadi faktor penyemangat bagi masyarakat yang
menjadi tuan rumah adalah adanya dampak positif berkaitan sosial
keagamaan yang mereka rasakan. Dampak sosial yang terasa adalah
sikap kegotong royongan yang terbentuk antara lain dalam hal
pembagian tugas dalam susunan kepanitiaan. Hal ini menjadi modal
keakraban dan sikap saling tolong-menolong antar warga masyarakat
dalam hubungan merekan sehari-hari. Dampak sosial lain adalah
54
Wawancara Pribadi dengan KH. Bahruddin (Ulama dan tokoh
masyarakat), pada Sabtu, 02 Maret 2019. Pukul 19.30 WIB.
157
55
Wawancara Pribadi dengan KH. Bahruddin.
56
Wawancara Pribadi dengan KH. Bahruddin. Bunyi ayat yang dimaksud
adalah ب
ِ اَ ق ع
ِ شدِيدُ ٱ ۡل
َ ٱّلل َ ٰۖ َّ ْٱۡل ۡث ِم َو ۡٱلعُ ۡد َٰ َو ِۚ ِن َوٱتَّقُوا
َ َّ ٱّلل ِإ َّن ِ ۡ علَى َ علَى ۡٱل ِب ِر َوٱلت َّ ۡق َو َٰٰۖى َو ََل تَ َع
َ ْاونُوا َ ْاونُوا
َ َوتَ َعArtinya:
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan
158
59
Wawancara Pribadi dengan M. Nur Salim.
60
Wawancara Pribadi dengan Imam Muhtadi.
160
61
Wawancara Pribadi dengan Ahmad Supardi (Warga Desa Tanjung Mas
Jaya Kecamatan Mesuji Timur), pada Selasa, 05 Maret 2019. Pukul 10.00 WIB.
161
62
Wawancara Pribadi dengan H. Slamet Sulaiman.
63
Wawancara Pribadi dengan H. Slamet Sulaiman.
162
64
Pada tahun 2012 antara bulan Juni hingga Oktober tercatat 16 orang
tewas. Tahun 2013, antara Januari hingga September, 1 orang tewas. Pada Januari
tahun 2014, tercatat 1 orang tewas. Juni 2015, 1 orang tewas. Maret 2016, 1 orang
tewas. Pada Agustus 2017, beberapa orang luka tembak dan pembakaran kantor serta
mes perusahaan. Oktober 2018, beberapa orang luka tembak dan tusuk serta
pembakaran rumah. Dan pada Juli 2019, tercatat 5 orang tewas. Lihat “Di Mesuji
Konflik Berdarah Berulangkali,” Lokadata, 20 Juli 2019, h. 1.
65
Wawancara Pribadi dengan H. Slamet Sulaiman.
163
66
Wawancara Pribadi dengan Mubarokul Ulum/Gus Barok.
67
Wawancara Pribadi dengan Tamami.
164
68
Wawancara Pribadi dengan Ahmad Supardi.
69
Wawancara Pribadi dengan H. Slamet Sulaiman.
165
70
Masari Simanjuntak, Keterbelakangan dan Pembangunan (Jakarta:
Penerbit Erlangga, 2007), h. 46.
71
Adi Ahlu Dzikri, “Dakwah Nyentrik Ala Gus Miek,” Majalah Langitan,
edisi 12 (September 2015): h. 3.
72
Wawancara Pribadi dengan KH. Khoirul Habibi.
166
73
Tim Penerjemah Alquran Depag RI, Alquran dan Terjemahannya
(Jakarta: Departemen Agama RI, 1992), h. 465.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas, penelitian ini menyimpulkan bahwa
para ulama dan masyarakat di Kabupaten Mesuji memahami hadis
membaca Alquran dan mentadaruskannya bersama-sama di antara
mereka di suatu masjid sebagai sebuah cara untuk menciptakan suasana
yang damai dan aman dengan sebab turunnya sakȋnah (ketenangan)
dan rahmat. Pemaknaan terhadap hadis di atas diwujudkan dengan
pendirian kegiatan simaan Alquran Jantiko Mantab yang inti acaranya
adalah membaca dan menyimak keseluruhan Alquran serta ditambah
beberapa amalan lainnya sebagai pelengkap kegiatan, yang bertujuan
mewujudkan Kabupaten Mesuji yang damai dan aman.
B. Rekomendasi
Dari penelitian yang dilakukan, peneliti menemukan banyak
sekali hal-hal dan pelajaran positif yang didapatkan dari kegiatan
simaan Alquran Jantiko Mantab yang dilaksanakan oleh masyarakat
Kabupaten Mesuji. Oleh karena itu, kegiatan yang sangat positif ini
harus senantiasa dilaksanakan, dijaga, dan dilestarikan sehingga nilai-
nilai positif yang ditimbulkan olehnya dapat terus dirasakan oleh
masyarakat Kabupaten Mesuji. Penelitian ini juga masih dapat
dikembangkan melalui berbagai metode dan objek kajian yang diamati.
Oleh karena itu, peneliti memberikan beberapa rekomendasi sebagai
berikut:
1. Bagi warga masyarakat yang terlibat langsung dalam kegiatan
yakni jajaran pengurus, panitia penyelenggara, para jamaah, dan
167
168
‘Aliy, Abȗ Ṯayyib Muẖammad Syams al-Haq bin Amȋr ‘Aliy bin
Maqsȗd. ‘Aun al-Maʻbȗd. Beirut: Dȃr al-Fikr, t.t.
Abdur Rauf, Abdul Aziz. Pedoman Dauroh Al-Qur’an. Jakarta:
Markaz Al Qur’an, 2011.
Abȗ Zaid, Nasr Hamîd. Mafhûm al-Nas: Dirâsah fî ʻUlûm al-Qur’ân.
Cairo: al-Hai’ah al-Misriyyah al-‘Ammah li al-Kitâb, 1990.
Abyhara, Abu Bakar. Pengantar Ilmu Politik. Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media, 2010.
Achmad, Noor. Managemen Kemasjidan. Semarang: CV. Toha Putra,
2002.
Afifidin dan Saebani, Beni Ahmad. Metodologi Penelitian Kualitatif.
Bandung: Pustaka Setia, 2014.
Aini, Adrika Fitrotul “Living Hadis Dalam Tradisi Malam Kamis
Majelis Shalawat Diba’ Bil Musthafa” dalam Jurnal Ar-
Raniry Volume 2, Nomor 1, Juni 2014.
Al-‘Asqalȃniy, Syihȃbuddȋn Ibn al-Faḏl Aẖmad bin ‘Aliy bin Hajar.
Tahdzȋb al-Tahdzȋb. Beirut: Dȃr al-Fikr, 1404 H/1984 M.
Al-‘Azȋz, Sȃliẖ bin ‘Abd. Qism al-Hadȋts. Riyȃḏ: Mauqiʻ al-Rasmȋ, t.t.
Al-Afriqiy, Muẖammad bin Mukrim bin ʻAlȋ Abȗ al-Faḏl Jamȃl al-
Dȋn Ibn Manẕȗr al-Ansȃriy al-Ruwaifiʻiy. Lisȃn al-ʻArab. Al-
Qȃhirah: Dȃr al-Hadȋts, t.t.
Al-Alȗsiy, Syihâb al-Dîn Mahmȗd bin ʻAbdullâh al-Husainiy. Rȗh al-
Maʻâniy Fî Tafsîr al-Qur’ân al-ʻAzîm Wa al-Sabʻ al-
Matsâniy. T. tp: Mauqîʻ al-Tafâsîr, t.t.
Al-Ansȃriy, Ismȃ’ȋl bin Muẖammad bin Mȃhiy al-Sa’diy. Al-Tuẖfah
al-Rabbȃniyyah fȋ Syarẖ al-Arba’ȋn Hadȋtsan al-Nawawiyah.
Iskandariyah: Maṯba’ah Dȃr Nasyr al-Tsaqȃfah, 1380 H
Al-Asfihȃniy, Abȗ al-Qȃsim al-Husain bin Mufaḏḏal bin Muẖammad
al-Rȃghib. Muʻjam Mufradȃt Alfȃẕ al-Qur’ȃn. Beirut, Dȃr al-
Kutub al-ʻIlmiyyah, 2004.
---. Al-Mufradât Fî Gharîb al-Qur’ân. Beirut: Dâr al-Maʻrifah, t.t.
Al-Azdiy, Sulaimȃn bin al-Asyʻats Abȗ Dȃwud al-Sijistȃniy. Sunan
Abȋ Dȃwud. Beirut: Dȃr al-Fikr, t.t.
170
171
Ibad, M.N. Dzikir Agung Para Wali Allah. Sejarah Dzikrul Ghofilin &
Fadhilah Bacaan-Bacaannya. Yogyakarta: Pustaka
Pesantren, 2012.
---. Dhawuh Gus Miek. Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2007.
---. Dzikir Agung Para Wali Allah Sejarah Dzikrul Ghofilin dan
Fadhilah Bacaan-Bacaannya. Yogyakarta: Pustaka Pesantren,
2012.
---. Perjalanan dan Ajaran Gus Miek. Tulungagung: Koja Aksara,
2007.
---. Suluk Jalan Terabas Gus Miek. Yogyakarta: Pustaka Pesantren,
2007.
Iman, Fauzul. Lentera Hati. Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2005.
Irawan, Ida Bagus. Teori-teori Sosial Dalam Tiga Paradigma. Jakarta:
Kencana, 2014.
Ismail, M. Syuhudi. Kaidah Keshahihan Sanad Hadis. Bandung:
Bulan Bintang, 1988.
---. Metodologi Penelitian Hadis Nabi. Jakarta: PT. Bulan Bintang,
1992.
Itr, Nuruddin. Ilmu-Ilmu Hadis. Penerjemah Mujiyo. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 1997.
J. Moleong, Lexy. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2014.
Kahmad, Dadang. Metode Penelitian Agama. Bandung: CV. Pustaka
Setia, 2000.
Khalkân, Abȗ al-ʻAbbâs Syams al-Dîn Ahmad bin Muhammad bin
Abî Bakr. Wafayât al-Aʻyân wa Anbâ’ Abnâ’ al-Zamân.
Beirut: Dâr Sâdir, 1994.
Khamami. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
(RPJMD) Kabupaten Mesuji 2017-2022. Wiralaga Mulya:
Pemda Mesuji Press, 2017.
Khon, Abdul Majid. Ulumul Hadis. Jakarta: Amzah, 2013.
Koentjaraningrat. Kamus Istilah Antropologi Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa. Jakata: Depdikbud, 1984.
Kurnaedi Abu Ya’la, dkk. Metode Asy-Syafi’i. Jakarta: Pustaka Imam
Asy-Syafi’i, 2017.
178
WAWANCARA
KH. Khoirul Habibi (Ulama Desa Mukti Karya Kecamatan Panca Jaya
dan salah satu pendiri Jantiko Mantab), pada Jum’at, 01 Maret
2019. Pukul 06.00 WIB.
KH. Subhan Sagil (Salah seorang tokoh kegiatan Jantiko Mantab
Pusat), pada Selasa, 16 April 2019 di Kediri. Pukul 10.00 WIB.
KH. Syukri Asmawi (Ketua Majlis Tarjih Muhammadiyah Kabupaten
Mesuji), pada Sabtu, 02 Maret 2019. Pukul 08.00 WIB.
Kyai Sumitro (Tokoh dan ketua penasihat LDII Kabupaten Mesuji),
pada Sabtu, 02 Maret 2019. Pukul 10.00 WIB.
M. Nur Salim (Warga Desa Tanjung Mas Jaya Kecamatan Mesuji
Timur dan salah satu jamaah dari Jantiko Mantab), pada
Jum’at, 01 Maret 2019. Pukul 14.00 WIB.
Mubarokul Ulum/Gus Barok (Tokoh Nahdlatul Ulama dan pengurus
kegiatan simaan al-Qur’an Jantiko Mantab), pada Sabtu, 02
Maret 2019. Pukul 06.00 WIB.
Tamami (Warga Desa Mukti Karya Kecamatan Panca Jaya dan salah
satu jamaah sekaligus bendahara dari Jantiko Mantab), pada
Jum’at, 01 Maret 2019. Pukul 10.00 WIB.
Ustadz Samingan (Sekretaris PCNU Kabupaten Mesuji), pada Sabtu,
02 Maret 2019. Pukul 14.00 WIB.
HASIL WAWANCARA
A. Identitas Informan
Nama : KH. Khoirul Habibi (Ulama dan salah satu
pendiri Jantiko Mantab)
Umur : 49 tahun
Alamat : Desa Mukti Karya Kec. Panca Jaya
Waktu Wawancara : Jum’at, 01 Maret 2019. Pukul 06.00 WIB
B. Pertanyaan
1. Hal-hal apakah yang melatarbelakangi pendirian kegiatan
Jantiko Mantab ini?
Jawab: Kegiatan simaan Alquran Jantiko Mantab ini lahir dari
sebuah keprihatinan yang mendalam terhadap keadaan yang
dialami oleh masyarakat Kabupaten Mesuji kala itu. Di mana
sejak dari tahun 2011 hingga penghujung tahun 2013,
Kabupaten Mesuji seringkali dilanda oleh kerusuhan berdarah
yang pemicu utamanya adalah persoalan sengketa lahan baik
itu di Silva, BSMI, dan masih banyak lagi. Mereka saling
mengaku bahwa itu adalah lahan miliknya, akhirnya terjadilah
bentrok. Itu semua apabila ditarik benang merahnya adalah
karena sifat serakah yang ditimbulkan karena hubb al-dunyâ.
Ini sebenarnya adalah penyakit hati. Keadaan yang berlarut-
larut inilah yang menjadikan para Kyai merasa prihatin dan
berinisiatif ikut andil berusaha untuk menjadikan keadaan
Kabupaten Mesuji damai, aman, dan tentram. Sebagai langkah
nyata dari upaya tersebut, para tokoh agama setempat
kemudian mendirikan sebuah kegiatan simaan Alquran yang
selanjutnya diberi nama dengan Jantiko Mantab yang secara
arti harfiahnya adalah jamaah anti koler dan mantab berasal
dari bahasa Arab man tâba yang artinya adalah siapa yang mau
bertaubat.
2. Tujuan apakah yang ingin dicapai dari pelaksanaan kegiatan
Jantiko Mantab?
Jawab: Tujuan besar dari kegiatan ini adalah masyarakat
Mesuji yang aman, tenteram, dan damai. Melalui apa? Yakni
melalui turunnya sakînah, rahmat kasih sayang Allah dan
dinaungi oleh para Malaikat. Melalui itu semua, maka pasti hati
akan menjadi tentram, hidup menjadi berkah, dan selalu dalam
kasih sayang dan lindungan dari Allah Swt sehingga hidup kita
ini akan menjadi terarah. Karena kebanyakan hal-hal yang
terjadi itu adalah karena semuanya disebabkan oleh penyakit
hati, maka kita mengobatinya adalah dengan mengobati hati.
Apabila hati itu sudah sehat, maka semuanya akan indah. Ini
sesuai dengan namanya yaitu Jamʻiyah anti koler. Jamaah anti
goyah dari tuntunan Allah Swt, jamaah anti mabuk dunia,
jamaah anti cinta dunia yang berlebihan sehingga menabrak
tuntunan dan tatanan yang telah digariskan oleh Allah Swt.
Dalam setiap langkah dan hembusan nafas harus selalu ingat
kepada Allah Swt sehingga hidup tidak akan mungkin goyah
dari tuntunan Allah Swt. Mantab, siapa yang mau bertaubat?
Silakan datang. Siapa yang mau memperbaiki diri, monggo
rawuh. Siapa yang mau hidupnya mendapatkan curahan
rahmat dan diturunkan sakînah dan dikelilingi oleh para
Malaikat rahmat, monggo rawuh, silakan datang dan
nikmatilah keindahan menyelami lautan rahmat ilahi melalui
lantunan ayat-ayat suci.
3. Apakah ada dalil-dalil naqli yang menjadi dasar pedoman
pendirian kegiatan Jantiko Mantab ini?
Jawab: Sebenarnya ada banyak sekali dalil-dalil naqli yang
berhubungan dengan kegiatan simaan ini. Namun untuk dalil
utama yang menjadi dasar pendirian kegiatan Jantiko Mantab
Kabupaten Mesuji ini adalah hadis yang bersumber dari Abu
Hurairah yang diriwayatkan oleh beberapa orang perawi hadis
yang dalam penelitian saya sendiri saya haqq al-yaqîn hadis ini
sahîh lidzâtih. Bunyi hadis tersebut adalah: ت ِم ْن ٍ اجتَ َم َع قَ ْو ٌم ِفى َب ْي
ْ َما
س ِكينَةُ َو َغ ِشيَتْ ُه ُم
ت َعلَ ْي ِه ُم ال ه ْ َسونَهُ بَ ْينَ ُه ْم إِاله نَزَ ل َ ََّللاِ َو َيتَد
ُ ار اب ه َ ََّللاِ تَعَالَى يَتْلُونَ ِكت
ت ه ِ بُيُو
ُ ْ ُ
الر ْح َمة َو َحفهتْ ُه ُم ال َمالَئِ َكة َوذَ َك َر ُه ُم ه.Yang
َُّللاُ فِي َم ْن ِع ْندَه ه artinya “Tidaklah
berkumpul suatu kaum di salah satu rumah Allah, sedang
mereka membaca kitab Allah (Alquran ) dan mempelajarinya
di antara mereka, kecuali akan turun ketenangan atas mereka
dan mereka akan dilingkupi oleh rahmat serta para Malaikat
mengelilingi mereka dan Allah menyebut-nyebut mereka pada
(makhluk) yang ada di dekat-Nya.” Kalau dari jalur Imam
Muslim hadis ini dari jalur Yaẖyȃ bin Yaẖyȃ al-Tamȋmiy dari
Abȗ Bakr bin Abȋ Syaibah dan Muẖammad bin al-‘Alȃ’ al-
Hamdȃniy dari Abȗ Muʻȃwiyah dari al-Aʻmasy dari Abȗ Sȃliẖ
dari Abȋ Hurairah, dari Nabi Saw. Kalau dari jalur Imâm Abȗ
Dâwud dari ‘Utsman bin Abȋ Syaibah dari Abȗ Mu’ȃwiyah
dari al-Aʻmasy dari Abȗ Sȃliẖ dari Abȋ Hurairah dari Nabi
Saw. Dan dari beberapa perawi yang lain. Jadi hadis ini
mutâbiʻnya lumayan banyak, jadi pasti dijamin ke-sahîh-
annya.
4. Bagaimanakah pengalaman pertama kali mengikuti kegiatan
Jantiko Mantab?
Jawab: Saya pribadi alhamdulillah telah mengikuti kegiatan
Jantikoan ini semenjak saya dulu masih mondok di
Tulungagung. Saya dulu sangat aktif sekali dalam kegiatan-
kegiatan keagamaan yang ada di daerah Tulungagung itu
termasuk ya itu salah satunya adalah Jantiko Mantab.
Alhamdulillah sejak saya mengenal Jantiko ini saya selalu aktif
mengikutinya tanpa ada absen sekalipun. Kecintaan saya
terhadap Jantiko ini bahkan alhamdulillah dulu saya pernah
menjadi inisiator sampai sukses terbentuk kegiatan Jantiko
Mantab tingkat Kecamatan Kalidawer Kabupaten
Tulungagung yang berlokasi di Pondok Pesantren Darussalam
yang diselenggarakan pada setiap hari Jum’at Legi. Selama
melakasanakan kegiatan Jantiko itu, banyak sekali hikmah dan
manfaat yang secara pribadi saya rasakan. Berbekal
pengalaman-pengalaman berharga itulah, maka saya
berkeinginan dan mantap mendirikan Jantiko Mantab di
Kabupaten Mesuji ini.
5. Dalam pendirian kegiatan Jantiko Mantab di Kabupaten
Mesuji, apakah berkoordinasi terlebih dahulu dengan Jantiko
Mantab yang telah ada di pusat Kabupaten Kediri?
Jawab: Jelas mas kami harus berkoordinasi dan sowan dulu
untuk meminta izin restu dari Gus Sabut yang merupakan ketua
Jantiko Mantab pusat. Hal ini bagi kami yang pernah
mengenyam pendidikan pesantren merupakan adab yang harus
dilaksanakan. Artinya ora keno ora. Pada tanggal 14 Juli 2012,
kami yang berjumlah delapan orang, yakni saya, Ustaz
Muhamad Yunus, Ustaz Suyatno, Kyai Bahron Fadhil, Ustaz
Sukidi, Ustaz Hariyanto, Bapak Romli, dan Bapak Komari
berangkat dari Kabupaten Mesuji menuju ke Ploso, Kabupaten
Kediri untuk sowan ke Gus Sabut guna meminta izin dan ijazah
untuk mendirikan kegiatan simaan Alquran Jantiko Mantab di
Kabupaten Mesuji dan alhamdulillah oleh beliau diberi ijazah
dan sekaligus izin restu untuk mendirikan dan
memperjuangkan Alquran melalui Jantiko Mantab.
6. Mengapa kegiatan simaan Alquran ini diberi nama dengan
Jantiko Mantab?
Jawab: Alasan mengapa kegiatan simaan Alquran ini diberi
nama dengan memakai nama Jantiko Mantab adalah supaya
kegiatan simaan ini diharapkan akan lebih cepat diterima oleh
masyarakat sehingga akan lebih cepat dalam perkembangan-
nya. Keadaan ini memungkinkan dikarenakan, pertama, nama
Jantiko Mantab telah lama ada sejak tahun 1986 pada kali
pertama dibuka dan diperkenalkan oleh Gus Miek sehingga
telah familier di kalangan masyarakat, dan kedua, masyarakat
Mesuji sebagian besar adalah warga pendatang (transmigran)
dari Pulau Jawa khususnya Jawa Timur dan Jawa Tengah yang
mereka sudah tidak asing lagi dengan ketokohan Gus Miek
beserta Jantiko Mantabnya. Pertimbangan-pertimbangan inilah
yang akhirnya, kami para pendiri kegiatan simaan ini memilih
dan memutuskan untuk memberinya nama dengan Jantiko
Mantab.
7. Bagaimanakah antusias sambutan dari masyarakat ketika
pertama kali kegiatan simaan Alquran Jantiko Mantab ini
diadakan di Kabupaten Mesuji?
Jawab: Antusias masyarakat sangat tinggi sekali dan inilah
yang membuat kami, para pendiri merasa bangga dan terharu.
Hal ini menjadi sebuah bekal kesemangatan tersendiri bagi
kami. Pertama kali kegiatan Jantiko ini digelar, tepatnya hari
Ahad Pon tanggal 16 September 2012 bertepatan pada tanggal
29 Syawal 1433 H di masjid jamiʻ Al-Muttaqin Desa Mukti
Karya Kecamatan Panca Jaya. Jamaah yang datang berjumlah
kurang lebih sekitar 60 orang jamaah. Jumlah ini jauh lebih
besar apabila dibandingkan dengan pertama kali Jantiko
Mantab dirilis oleh Gus Miek dahulu yang rawuh hanya oleh
enam orang saja. Dari sini terlihat, betapa masyarakat Mesuji
itu haus akan rohani. Mereka ingin hati mereka tenang.
8. Menurut pemahaman para pendiri Jantiko Mantab Kabupaten
Mesuji, apakah yang dimaksud dengan al-sakînah yang ada
dalam hadis tersebut?
Jawab: Banyak sekali definisi dari kata al-sakînah yang
diungkapkan oleh para Ulama. Hampir semua ulama dari
berbagai disiplin ilmu mendefinisikan kata tersebut. Ulama
tafsir mendefinisikan, ulama hadis mendefinisikan, ulama
tasawuf mendefinisikan, ulama bahasa mendefinisikan, dan
masih banyak lagi dari segi disiplin ilmu. Namun apabila saya
cermati betul-betul, intinya sama, muaranya sama, yakni
ketenangan hati sehingga hidup ini menjadi terarah sesuai
dengan jalur yang telah digariskan oleh Allah Swt. Ada definisi
yang menurut saya lebih mengena apabila ditinjau dari
berbagai segi yakni definisi yang diungkapkan oleh Fakhr al-
Hasan al-Dahlawiy, seorang ulama pen-syarh kitab Sunan Abȗ
Dâwud yakni al-sakînah adalah sesuatu yang menjadikan
kehidupan akan menjadi tenang, hati jernih, hilangnya rasa
aniaya dikarenakan iri, turunnya sinar kasih sayang, dan
kemudian menghasilkan hati yang peka.
9. Selanjutnya, apakah yang dimaksud dengan ghasyiyathum al-
rahmah?
Jawab: Ghasyiyathum al-Rahmah artinya dilingkupi oleh
rahmat. Dilingkupi artinya tidak ada ruang kosong melainkan
terdapat rahmat padanya. Selanjutnya mengenai kata rahmah,
sebagaimana kata al-sakînah yang memiliki definisi yang
berbagai macam dari para ulama, namun intinya tetap sama
yakni kasih sayang dan pemaafan dari Allah Swt. Tanda orang
mendapatkan kasih sayang dan pemaafan dari Allah adalah
hidupnya akan terasa indah, damai, dan penuh dengan
kebaikan. Semangat dan enteng melakukan kebaikan dan
perintah Allah Swt.
10. Apakah terdapat perbedaan tingkat kriminalitas dari sebelum
dan sesudah diadakannya kegiatan Jantiko Mantab?
Jawab: Alhamdulillah semenjak ada kegiatan ini, sudah sangat
berkurang tindakan-tindakan coboy perebutan lahan yang
dahulu marak sekali terjadi. Bahkan kita sudah pernah
menjalankan kegiatan Jantiko Mantab ini di tengah-tengah
daerah para perambah itu dan alhamdulillah mereka sangat
antusias dan bahkan Gus Sabut pernah rawuh kepada mereka.
Diharapkan bagi yang sudah mengikuti kegiatan ini, dapat
menularkan energi positif yang didapatkan kepada teman atau
kenalannya yang belum mengikuti. Sehingga dampak dari
sakînah dan rahmat tersebut akan semakin luas, dan akhirnya
cita-cita menjadikan Kabupaten Mesuji yang aman, tentram,
gemah ripah loh jinawi akan terwujud. Amin.
11. Tantangan apakah yang ditemui dalam pelaksanaan kegiatan
Jantiko Mantab ini?
Jawab: Sebenarnya tantangan yang berarti bisa dikatakan
tidak ada. Tantangan dari masyarakat bisa dikatakan hampir
tidak ditemukan, bahkan kebanyakan mereka mendukung.
Tantangan yang ada justru dari keadaan sarana dan prasarana
yang kurang memadai di Kabupaten Mesuji. Contohnya sarana
listrik yang belum stabil sehingga menjadikan sound system
kurang bekerja dengan baik. Sarana yang kurang lainnya
adalah kondisi jalan di Mesuji yang masih kurang bagus
sehingga menjadi sedikit hambatan bagi masyarakat yang ingin
mendatangi kegiatan Jantiko terutama ketika musim hujan
berlangsung. Namun selalu saya tekankan kepada para jamaah
bahwa األجر بقدر التعب. Balasan dari Allah itu sesuai dengan
tingkat kepayahan. Dengan demikian, yang lebih payah itulah
yang lebih banyak pula pahalanya.
HASIL WAWANCARA
A. Identitas Informan
Nama : Mubarokul Ulum /Gus Barok (Tokoh
Nahdlatul Ulama dan pengurus
kegiatan simaan Alquran Jantiko
Mantab)
Umur : 40 tahun
Alamat : Desa Mekarsari Kec. Tanjung Raya
Waktu Wawancara : Sabtu, 02 Maret 2019. Pukul 06.00 WIB
B. Pertanyaan
1. Bagaimana pendapat Anda tentang Kegiatan Simaan Alquran
Jantiko Mantab yang rutin dilaksanakan di Kabupaten Mesuji
setiap selapan hari sekali?
Jawab: Secara historis Jantiko Mantab itu merupakan salah
satu dari produk NU. Kenapa bisa dikatakan demikian? Jantiko
Mantab ini dideklarasikan oleh Gus Miek yang merupakan
tokoh NU Jawa Timur dan ia telah disahkan oleh para sesepuh
NU. Jauh sebelum Jantiko ini dibentuk, Kyai Miek telah
mendeklarasikan Dzikrul Ghofilin yang juga telah mendapat
restu dari para Kyai NU dan sesepuh NU. Kemudian Jantiko
ini dibawa ke Mesuji oleh para Kyai NU dalam rangka
menjadikan Mesuji yang aman dan damai. Oleh karenanya,
maka dapat kita dapati kaifiyah yang ada di dalam kegiatan
Jantiko Mantab ini adalah sesuai dengan amalan-amalan para
nahdliyyin yang sesuai dengan ahlussunnah waljamaah. Maka
saya pribadi sangat mengapresiasi dan mendukung kegiatan
Jantiko Mantab ini dan berharap bisa langgeng dan istiqomah
ilâ yaȗm al-qiyâmah.
2. Salah satu inti dari kegiatan Jantiko Mantab ini adalah simaan
Alquran yang dilaksanakan kurang lebih dalam waktu satu hari
satu malam. Bagaimana menurut Anda model simaan semacam
ini?
Jawab: Dalam Jantiko Mantab ini yang membaca Alquran
adalah para huffâz al-Qur’ân yang sudah sangat mahir dan lihai
dalam membaca Alquran . Waktu satu hari satu malam bagi
mereka adalah hal yang biasa dalam mengkhatamkan Alquran
dan itu sudah mencakup tajwid dan bacaan yang baik. Hukum
bacaannya tetap jelas dan baik. Bahkan semua jamaah yang ada
semuanya bisa menyimak dan mengikuti dan mereka sangat
menikmati. Rata-rata dalam satu juz memerlukan waktu
setengah jam. Itu bacaan yang sangat standar apalagi bagi para
penghafal Alquran yang telah mutqin hafalannya dan sumua
yang membaca di Jantiko Mantab adalah penghafal yang
mutqin hafalannya. Imȃm al-Nawawiy contohnya berpendapat
bahwa kondisi masing-masing orang adalah berbeda-beda. Ada
orang yang jernih pikirannya sehingga dalam waktu singkat
dapat memahami apa yang dibacanya. Oleh karenanya, banyak
ulama salaf yang justru berbeda-beda waktunya dalam
mengkhatamkan Alquran . Imȃm Syȃfi’iy misalnya, beliau
mengkhatamkan Quran dalam bulan Ramadhan sebanyak
enam puluh kali khataman dan lakukan dalam salat. Sahabat
‘Utsmȃn bin ‘Affȃn juga mengkhatamkan Alquran dalam satu
rakaat di Ka’bah. Lha ini dalam Jantiko Mantab Mesuji satu
malam satu hari, ya sangat wajar untuk disimak bareng-bareng
satu masjid.
3. Latar belakang pendirian kegiatan Jantiko Mantab di
Kabupaten Mesuji awalnya adalah karena banyak kerusuhan,
sehingga kegiatan ini bertujuan salah satunya adalah agar
Kabupaten Mesuji menjadi Kabupaten yang aman. Bagaimana
pendapat Anda mengenai hal ini?
Jawab: Sangat pas sekali dan sesuai dengan apa yang telah
disabdakan oleh Nabi Saw yakni َِّللا ت ه ِ ت ِم ْن بُيُو ٍ اجتَ َم َع قَ ْو ٌم فِى َب ْي
ْ َما
ُالر ْح َمة
س ِكينَةُ َو َغ ِش َيتْ ُه ُم ه ْ َسو َنهُ َب ْينَ ُه ْم ِإاله نَزَ ل
ت َعلَ ْي ِه ُم ال ه َ ََّللاِ َو َيتَد
ُ ار اب ه َ َتَ َعالَى َيتْلُونَ ِكت
َُّللاُ فِي َم ْن ِع ْندَه َو َحفهتْ ُه ُم ْال َمالَئِ َكةُ َوذَ َك َر ُه ُم هbahwa tidak ada sebuah
perkumpulan dari suatu kaum yang berkumpul di suatu rumah
Allah dalam hal ini masjid sambil membaca Alquran dan
mentadaruskannya di antara mereka, termasuk simaan ini
adalah bentuk tadarus, melainkan akan diturunkan kepada
mereka ketenangan, diliputkan kepada mereka rahmat,
dikelilingi oleh para Malaikat, dan disebut-sebut oleh Allah
Swt pada makhluk yang ada di sisi-Nya. Mari kita perhatikan
sakînah di sini. Dengan sakînah sebagaimana yang
diungkapkan oleh Fakhr al-Hasan al-Dahlawiy diharapkan
kehidupan masyarakat Mesuji akan menjadi tenang, hati jernih,
hilangnya rasa aniaya dikarenakan iri, turunnya sinar kasih
sayang, dan kemudian menghasilkan hati yang peka. Dengan
curahan rahmat, maka hidup mereka akan senantiasa
mendapatkan kasih sayang, kelembutan, dan pemaafan dari
Allah Swt sehingga menjadikan kehidupan mereka akan terasa
indah, damai, dan penuh dengan kebaikan. Dengan dua paket
ini, maka kehidupan mereka yang berselisih itu khususnya,
akan adem ayem, hidup lebih tertata dan terarah kepada hal
yang baik, sehingga tidak ada permusuhan dan keributan lagi.
4. Dalam hadis tersebut disebutkan bahwa sakînah dan rahmat itu
akan turun kepada mereka yang berada di dalam masjid yang
bersama-sama membaca Alquran sedangkan kebanyakan dari
yang bertikai itu adalah belum ikut di masjid itu. Apakah kedua
hal tersebut akan dianugerahkan kepada orang yang tidak
berada di masjid itu pula?
Jawab: Para jamaah itu berasal dari seluruh pelosok Mesuji.
Mereka mengikuti kegiatan Jantiko Mantab yang pastinya
mereka telah mendapatkan apa yang dijanjikan di dalam hadis
tersebut. Setelah itu mereka kembali ke kediaman mereka
masing-masing lalu setelah itu mereka ada yang bermuamalah
dengan orang-orang yang tidak ikut tersebut. Otomatis mereka
ini akan membawa pengaruh hasil Jantiko kepada mereka yang
bertikai itu. Saya yakin itu, karena saya kebanyakan kenal
dengan para jamaah dan tahu cara mereka mendapatkan
maʻîsyah kehidupan mereka. Jadi ibaranya, jamaah Jantiko
Mantab ini adalah para duta-duta pembawa kedamaian dan
penular ketenangan dan rahmat Allah itu. Itu kalau kita berpikir
secara akal bagaimana sakînah dan rahmat Allah itu sampai
kepada mereka yang tidak ikut kegiatan simaan. Namun,
sebenarnya hal tersebut bagaimana sampainya kepada mereka
yang tidak ikut kegiatan simaan sulit diterangkan dengan akal
manusia mas. Sebagai contoh, ketika sebenarnya Allah Swt
akan mengazab suatu kaum, namun tidak jadi karena masih ada
di antara mereka yang meminta ampun kepada Allah.
Bagaimana ini bisa terjadi. Mari perhatikan firman Allah Surat
al-Anfâl ayat 33 yang bunyinya َٱَّللُ ُمعَ ِذبَ ُه ۡم َو ُه ۡم يَ ۡستَ ۡغ ِف ُرون
َو َما َكانَ ه.
Jadi Intinya rahmat dan ketenangan dari Allah menyasar lebih
luas bagi orang yang berada di sekitar masjid yang digunakan
untuk Jantikoan itu. Dan itu terjadi kenyataannya banyak sekali
orang yang berada di daerah perambah dan dulu ikut bertikai
sekarang malah menjadi jamaah setia Jantiko Mantab dan
bahkan sudah beberapa kali Jantiko Mantab ini
diselenggarakan di daerah para perambah itu. Inikan sekali lagi
sebagai pertanda bahwa ketenangan dan rahmat Allah itu
menyasar kepada mereka yang tidak ikut kegiatan simaan
Alquran sekalipun.
5. Apakah pernah terdapat kontradiksi atau pertentangan dari
dalam NU sendiri dan dari luar NU?
Jawab: Pertentangan itu pasti ada dan itu dari luar NU, namun
tidak sampai terjadi apa-apa hanya berbeda pendapat sedikit
saja dan itu wajar. Kalau dari pihak kaum nahdliyyin sendiri,
dari mulai awal berdiri sampai sekarang tidak ada pertentangan
dan yang ada malah sebaliknya yakni saling dukung sehingga
menjadikan Jantiko Mantab ini dapat berjalan hingga sekarang
ini. Pertentangan dengan Pemerintah juga sama sekali tidak
ada. Justru Pemerintah malah memberikan dukungan antara
lain contohnya pembagusan jalan dan perluasan jaringan listrik
serta merenovasi dan memperindah masjid-masjid yang
dipakai untuk Jantiko Mantab sehingga jamaah merasa
nyaman. Pertentangan sedikit yang ada yakni dari ormas lain
selain NU yakni Muhammadiyah namun ya hanya berbeda
pendapat aja sedikit-sedikit dan alhamdulillah kita saling
menghargai satu sama lain. Intinya tetap menjaga kerukunan di
antara kita.
HASIL WAWANCARA
A. Identitas Informan
Nama : Kyai Sumitro (Tokoh dan ketua penasihat
LDII)
Umur : 58 tahun
Alamat : Desa Gedung Ram Kec. Tanjung Raya
Waktu Wawancara : Sabtu, 02 Maret 2019. Pukul 10.00 WIB
B. Pertanyaan
1. Tentang kegiatan simaan Alquran Jantiko Mantab, apakah
panjenengan sudah mengetahuinya?
Jawab: Walaupun selain dari organisasi kita, alhamdulillâh
sudah mengetahuinya, namun secara sangat spesifik dan
mendetailnya saya kurang begitu faham, karena kita juga sudah
punya program kegiatan pengajian sendiri. Kalau pengajian
kita tidak ada motto atau judul seperti Jantiko Mantab. Jadi ya
hanya ngaji. Di Kabupaten Mesuji kita ada beberapa kelompok
bahkan ada sebelas kelompok kegiatan LDII. Materi dan
metodenya sama yang dinamakan dengan nama pengajian
muballigh yang diambil dari hadis َب ِلغُ ْوا َعنِى َولَ ْو أَ َية. Sampaikan
dariku walau hanya satu ayat. Kalau di kalangan kami
memang apabila sudah pernah merasakan meja pondok
pesantren dan dia mampu mengajarkan ilmunya, maka wajib
mengajarkan dan dia menjadi guru walaupun dia usianya lebih
muda. Kelompok-kelompok kami yang dari sebelas wilayah
tersebut berkumpul satu bulan sekali untuk mengaji bersama
dan mereka yang pernah mondok itu yang mengajarkan
ilmunya kepada yang lain. Untuk sementara ini, kami mengkaji
kitab sahîh Bukhâriy dan untuk kitab sahîh Bukhâriy ini sudah
berjalan sepuluh tahun dan baru menginjak juz tiga.
2. Bagaimana menurut njenengan tentang model simaan Alquran
dalam Jantiko Mantab yang waktunya dimulai dari sesudah
isya dan berakhir sesudah asar mendekati salat Magrib pada
esok harinya sehingga dapat dikatakan khatam satu Alquran
dalam semalam sehari?
Jawab: Kalau kita kembali kepada hadis, apabila kita
membaca Alquran kok tiga hari selesai, itu tidak bisa meresap
dan hanya lewat di tenggorokan saja. Jadi sebenarnya simaan
Alquran Jantiko Mantab itu kurang efektif. Namun kalau
sistem itu sudah menjadi program NU ya monggo mawon,
karena setiap organisasi memiliki program masing-masing.
Tetapi kalau kami tidak menggunakan sistem itu dan mohon
maaf kami tidak perlu begitu muluk-muluk memprogramkan
supaya warga itu hobi membaca Alquran , karena membaca
Alquran itu rata-rata orang-orang malas. Maka kami
memprogramkan minimal satu hari satu malam tiga ayat saja
dan syukur-syukur bisa satu juz, kecuali di bulan Ramadhan.
Karena dalam hadis disebutkan صالَةِ َوقِ َرائَ ِة ْالقُ ْرأَ ِن زَ ِينُ ْوا بُي ُْوتَ ُك ْم بِال ه
Hiasilah rumah kalian dengan salat dan membaca Alquran.
Maka kami warga LDII wajib minimal membaca tiga ayat di
rumah sendiri-sendiri sehari semalam. Adapun di masjid, kita
tidak sekedar simaan, namun kita juga kaji beserta makna dan
tafsirnya. Kalau di bulan Ramadhan, sesuai dengan hadis
bahwa Nabi itu bersegera membaca Alquran dan lebih
memperbanyak dari hari-hari yang lain. Anjurannya setiap
warga LDII yang lancar membaca Alquran , minimal membaca
satu juz. Jadi satu bulan Ramadhan khatam satu Alquran .
Khusus di bulan Ramadhan, setiap kelompok masjid diadakan
darusan satu juz satu malam.
3. Latar belakang pendirian kegiatan jantiko mantab di
Kabupaten Mesuji awalnya adalah karena banyak kerusuhan
dan agar menjadi Kabupaten yang aman. Hal ini berdasarkan
hadis سونَهُ بَ ْي َن ُه ْم ُ ار َ ََّللاِ َو َيتَد
اب ه َ ََّللاِ تَعَالَى َيتْلُونَ ِكتت ه ِ ت ِم ْن بُيُو ٍ َما ا ْجتَ َم َع قَ ْو ٌم فِى بَ ْي
الر ْح َمةُ َو َحفهتْ ُه ُم ْال َمالَئِ َكةُ َوذَ َك َر ُه ُم ه
َُّللاُ فِي َم ْن ِع ْندَه س ِكينَةُ َو َغ ِشيَتْ ُه ُم ه ْ َ ِإاله نَزَ ل.
ت َعلَ ْي ِه ُم ال ه
Menurut njenengan, apakah sudah tepat latar belakang
pendirian kegiatan simaan Alquran Jantiko Mantab Kabupaten
Mesuji dan menggunakan hadis ini sebagai dasar pendirian?
Jawab: Kalau saya mengapresiasi sangat dengan kegiatan ini
karena bertujuan sangat baik. Dan berdasar hadis itu adalah
sangat benar dan tepat, karena memang setiap ada
perkumpulan pembacaan Alquran dan zikir, maka para
Malaikat akan langsung memayungi dengan sayapnya. Sekali
lagi kalau saya sangat mengapresiasi kegiatan itu, namun
dengan catatan selama simaan itu harus sesuai dengan ilmu
tajwid. Jadi tidak hanya mentargetkan khatam. Jadi dalam
hadis dijelaskan من قرأ حرفا من كتاب هللا فله به حسنة والحسنة بعشر أمثالها
ال أقول آلم حرف ولكن ألف حرف والم حرف وميم حرف. Barangsiapa
yang membaca satu huruf dari kitab Allah, maka baginya satu
kebaikan. Dan satu kebaikan dilipatgandakan menjadi sepuluh
kali lipat. Aku tidak mengatakan alif lam mim satu huruf. Akan
tetapi alif satu huruf, lam satu huruf, dan mim satu huruf. Jadi
harapannya membaca Alquran di samping kita mendapatkan
rahmat dan ganjaran pahala, saya sangat berharap bagi para
pembaca Alquran itu harus sesuai metode benarnya dalam
membaca Alquran . Tapi memang dari warga kami tidak
melakukan seperti simaan Jantiko Mantab itu. Kami tetap
mengadakan pembinaan tapi tidak harus memakai satu hari
satu malam, karena salah satunya kita mengingat kondisi
warga. Seperti yang saya katakan tadi, warga LDII di rumah
minimal sehari semalam tiga ayat syukur-syukur bisa satu juz
di tengah-tengah kesibukan mereka masing-masing.
4. Sesuai dengan tata aturan berdasarkan ajaran yang ada di LDII,
apakah boleh apabila warga LDII mengikuti kegiatan Jantiko
Mantab ini?
Jawab: Ya boleh-boleh aja. Intinya ibadah itu ada َِح ْب ٌل ِمنَ َّللا
dan اس ِ َح ْب ٌل ِمنَ النه. Kalau ِ َح ْب ٌل ِمنَ َّللاitu sesuai dengan pemahaman
individu seseorang masing-masing, tetapi untuk اس ِ َح ْب ٌل ِمنَ النه
sebagai hubungan sosial bermasyarakat harus selalu dijaga
dengan baik, karena memang kita bermacam-macam dalam
bermasyarakat ini. Jadi silakan bagi warga LDII mengikuti
kegiatan Jantiko Mantab tersebut. Sebagai contoh lagi tetangga
kita di sini yang nahdhiyyin mengadakan simaan di rumahnya,
kalau kami diundang, ya kami datang. Itu salah satu bentuk َح ْب ٌل
ِ ِمنَ النهkita. Insyaallah dalam bermasyarakat ini kita rukun
اس
semua alhamdulillâh, walaupun kita berbeda organisasi namun
yang penting akidahnya tetap sama. Bahkan di kampung kita
ini tidak hanya Islam saja, Hindu, Kristen kita jaga juga
kerukunan kita dalam ber-habl min al-nâs kita.
5. Berkaitan tentang struktur organisasi LDII di Kabupaten
Mesuji, apakah sudah terbentuk susunan kepengurusannya?
Jawab: Untuk struktur kepengurusan LDII di Kabupaten
Mesuji, sejak awal masuknya LDII di Kabupaten Mesuji
hingga sekarang ini, telah ada susunan lengkap struktur
organisasinya. Bahkan kami telah ada susunan kepengurusan
ssampai tingkat paling bawah sekalipun yaitu tingkat PAC.
Kami juga mempunyai kantor pusat yang letaknya di jalan arah
SP 6 B Muara Tenang.
HASIL WAWANCARA
A. Identitas Informan
Nama : Tamami (Jamaah dan bendahara Kegiatan
Simaan Alquran Jantiko Mantab)
Umur : 55 tahun
Alamat : Desa Mukti Karya Kec. Panca Jaya
Waktu Wawancara : Jum’at, 01 Maret 2019. Pukul 10.00 WIB
B. Pertanyaan
1. Kapan Anda pertama kali mengenal kegiatan simaan Alquran
Jantiko Mantab?
Jawab: Saya mengenal kegiatan simaan Jantiko Mantab ini
ketika saya masih bermukim di Way Jepara Lampung Timur
yang ketika itu masih merupakan wilayah Lampung Tengah.
Ketika itu ada kegiatan Jantiko Mantab yang digagas oleh
Mbah Kyai Ngalimi (w. 1991) kira-kira pada tahun 1988.
Waktu itu saya masih bujangan dan senang berbuat iseng-iseng
dan mencoba-coba hal yang baru. Termasuk waktu itu Jantiko
Mantab adalah sesuatu yang baru ada di wilayah Way Jepara.
2. Kapan Anda pertama kali mengikuti kegiatan simaan Alquran
Jantiko Mantab?
Jawab: Ya ketika di Way Jepara itu saya mulai iseng-iseng
ikut kegiatan Jantikoan karena merupakan sesuatu yang baru.
Setelah ikut-ikutan, eh malah keblablasan hingga sekarang.
3. Apakah Anda mengetahui latar belakang dan tujuan
diadakannya kegiatan simaan Alquran Jantiko Mantab di
Kabupaten Mesuji?
Jawab: Alhamdulillah saya insyaallah tahu persis tentang latar
belakang didirikannya Jantiko di Mesuji ini. Kurang lebih kira-
kira tahun 2012-an, Mesuji ini sempat heboh ke mana-mana
hampir semua orang di Indonesia ini tahu akan kejadian itu
karena hampir disiarkan oleh seluruh stasiun TV. Saya masih
ingat waktu itu dibahas sangat intensif di program ILC TV
One. Kejadian itu adalah menyangkut tentang saling mengakui
tentang kepemilikan lahan yang ada terutama lahan di Silva
dan BSMI sehingga jatuhlah beberapa korban jiwa. Ada yang
kepalanya digorok hampir putus, ada yang perutnya disabet
dengan parang hingga meninggal. Intinya waktu itu Mesuji
sedang gaduh-gaduhnya. Maka dibentuklah kegiatan Jantiko
Mantab ini untuk meredam itu. Sedangkan tujuannya adalah ya
untuk mengobati hati masyarakat yang sedang bertikai itu.
Selain itu juga agar yang tidak bertikai jangan sampai ikut-
ikutan. Kurang lebih seperti itu.
4. Apakah Anda mengetahui dalil yang digunakan sebagai
landasan kegiatan simaan Alquran Jantiko Mantab?
Jawab: Saya dalilnya tahu tapi terus terang saya tidak hafal.
Tapi kalau disuruh untuk menerangkan maksudnya saya tahu.
Ya kurang lebihnya adalah bahwa siapa saja, baik itu laki-laki
atau perempuan, kaya atau miskin, besar atau kecil yang
membaca Alquran di suatu masjid, lalu mentadaruskannya
bersama-sama, maka akan diberikan kepada mereka empat
perkara yaitu pertama, akan diturunkan ketenangan. Kedua,
akan diberikan rahmat. Ketiga, akan dikelilingi para Malaikat.
Keempat, dibanggakan oleh Allah Swt. Saya pribadi sangat
yakin akan hal itu.
5. Apakah Anda mengikuti kegiatan simaan Alquran Jantiko
Mantab secara rutin?
Jawab: Saya sangat berusaha semaksimal mungkin untuk bisa
menghadiri kegiatan Jantiko ini secara rutin. Namun,
kadangkala ada suatu hal yang menjadi halangan sehingga saya
urung hadir dalam Jantiko. Namun sebenarnya ketika saya
absen tidak bisa hadir itu, hati saya sangat sangat eman sekali.
6. Alasan apakah yang mendasari Anda selalu mengikuti kegiatan
ini secara rutin?
Jawab: Ya itu mas, namanya sudah sangat cocok gimana ya.
Pasti kalau sudah cocok sulit untuk berpaling hati. Ibarat
penjual makanan yang kita sudah cocok, mau kemanapun
larinya pasti kita datangi. Cocoknya dari mana? Ya karena
berkahnya Alquran yang disampaikan dalam hadis di atas itu.
Dan berkahnya itu sudah saya rasakan dari dulu hingga
sekarang ini.
7. Mengenai cara pembacaan Alquran dalam Jantiko Mantab
yang memakan waktu lebih kurang semalam sehari apakah
Anda dapat menyimaknya dengan baik?
Jawab: Menurut saya simaan Alquran di Jantiko Mantab ini
adalah sudah pas. Cepat tidak pelanpun tidak. Jadi sudah pas.
Sampai umur saya sekarang ini yang lumayan sudah tua, saya
telah sering mengikuti berbagai macam simaan Alquran di
sana-sini. Ada yang terlalu cepat secepat kilat sehingga tidak
bisa disimak dan ada pula yang terlalu pelan sehingga
menjenuhkan. Dan di Jantiko Mantab ini saya kira sudah pas.
Saya bisa menyimak dan tidak jenuh.
8. Salah satu hal yang akan didapatkan oleh orang yang
berkumpul dalam pembacaan Alquran adalah mendapatkan
ketenangan. Apakah Anda merasakan hal tersebut dalam setiap
kali kegiatan simaan Alquran Jantiko Mantab?
Jawab: Betul mas. Saya sangat merasakan hal tersebut dan
memang saya yakin seyakin yakinnya akan hal yang
diinformasikan melalui hadis Nabi itu. Yang jelas, hati saya
menjadi tenang dan tentram, tidak ada rasa iri dengan tetangga,
gampang peka terhadap keadaan sekitar, sehingga hidup saya
dan keluarga itu menjadi lebih terarah sesuai tuntunan agama.
9. Hal lain yang akan didapatkan selain al-sakînah (ketenangan)
adalah ghasyiyathum al-rahmah (dinaungi oleh rahmat).
Apakah Anda juga merasakan rahmat tersebut?
Jawab: Iya sangat merasakannya. Seakan-akan perjalanan
hidup ini terasa indah dan terarah serta senang kepada agama.
Senang berkumpul dalam pengajian apapun. Senang berjamaah
lima waktu. Semangat untuk berusaha dan bekerja dengan
diiringi selalu meminta keberkahan di dalamnya. Terus sifat
qanaʻah itu benar-benar menancap pada hati kami sekeluarga.
10. Secara lebih luas, bagaimanakah pengaruh yang Anda rasakan
dari kegiatan Jantiko Mantab ini dalam kehidupan Anda sehari-
hari?
Jawab: Hidup tenang, hidup terarah, hidup qanaʻah, terhindar
dari sifat iri dengki, senang berbuat kebaikan, keluarga
harmonis, dan doa senantiasa terijabah berkah Alquran .
Menurut saya itulah sebenarnya Surga dunia itu. Dan itu semua
dapat kita peroleh apabila kita menghadiri kegiatan simaan
Alquran Jantiko Mantab.
HASIL WAWANCARA
A. Identitas Informan
Nama : M. Nur Salim (Jamaah)
Umur : 37 tahun
Alamat : Desa Tanjung Mas Jaya Kec. Mesuji Timur
Waktu Wawancara : Jum’at, 01 Maret 2019. Pukul 14.00 WIB
B. Pertanyaan
1. Kapan Anda pertama kali mengenal kegiatan simaan Alquran
Jantiko Mantab?
Jawab: Pertama kali mengenal Jantiko Mantab di waktu saya
masih mondok dulu di Jepara Jawa Tengah. Waktu itu saya
pergi bersama teman saya yang kebetulan rumahnya berada di
daerah Rembang Jawa Tengah. Waktu melewati jalan desa
arah ke rumah teman saya, ada kumpulan pengajian dan
terdengar sayup-sayup pembacaan Alquran . Setelah cukup
dekat, kemudian barulah terlihat terdapat tulisan JANTIKO
MANTAB. Itu terjadi sekitar tahun 1997.
2. Kapan Anda pertama kali mengikuti kegiatan simaan Alquran
Jantiko Mantab?
Jawab: Pertama kali yaitu waktu berada di daerah Salatiga
Jawa Tengah. Ketika liburan kegiatan pondok, saya pergi ke
rumah teman saya di Salatiga dan pas ketika itu di dekat rumah
teman ada kegiatan Jantiko Mantab. Berbekal pengetahuan
sedikit tentang Jantiko ketika beberapa bulan sebelumnya di
daerah Rembang itu, maka saya putuskan ketika itu untuk
mengikuti kegiatan Jantiko itu mulai dari sekitar jam 09.00
pagi hingga selesai habis isya. Sebuah pengalaman yang sangat
mengesankan bagi saya.
3. Apakah Anda mengetahui latar belakang dan tujuan
diadakannya kegiatan simaan Alquran Jantiko Mantab di
Kabupaten Mesuji?
Jawab: Ya sedikit sedikit tahu berhubung saya ini adalah
orang baru di Mesuji. Kurang lebih sekitar penghujung tahun
2011 ketika saya baru mau masuk kuliah di Bandar Lampung,
di ruang marbot, dari sebuah TV kecil saya selalu
memperhatikan berita dan ketika itu berita yang sangat santer
adalah tentang kerusuhan berdarah di Mesuji yang diakibatkan
karena perebutan lahan. Oleh karenanya, didirikanlah kegiatan
Jantiko Mantab ini oleh para sesepuh agama Mesuji.
Tujuannya adalah untuk meredam kejadian kerusuhan tersebut
sehingga Mesuji kembali menjadi daerah yang kondusif seperti
sedia kala.
4. Apakah Anda mengetahui dalil yang digunakan sebagai
landasan kegiatan simaan Alquran Jantiko Mantab?
Jawab: Tahu walaupun kurang hafal kata-kata bahasa
Arabnya. Yang jelas siapa saja seseorang yang mau membaca
Alquran bersama-sama di masjid dan saling mempelajari di
antara mereka, saling tadarusan, saling menyimak di antara
mereka, maka Allah Swt akan menurunkan kepada mereka
ketenangan, diliputi oleh rahmat-Nya, dikelilingi oleh para
Malaikat-Nya, dan dibanggakan oleh Allah dengan menyebut-
nyebut mereka pada makhluk yang ada di sisi-Nya. Kurang
lebihnya maksudnya seperti itu.
5. Apakah Anda mengikuti kegiatan simaan Alquran Jantiko
Mantab secara rutin?
Jawab: Alhamdulillah semenjak saya bergabung dengan
kegiatan ini sudah kurang lebih selama lima tahun, saya belum
pernah absen satu kalipun. Saya memang bertekad untuk selalu
dapat mengikuti kegiatan ini secara rutin.
6. Alasan apakah yang mendasari Anda selalu mengikuti kegiatan
ini secara rutin?
Jawab: Bagi saya Alquran adalah sumber keberkahan hidup
dan sumber pahala. Sumber keberkahan di antaranya adalah
apa yang diungkapkan oleh Nabi melalui hadis yang menjadi
pedoman Jantiko Mantab Mesuji ini. Sumber pahala antara lain
bahwa orang yang membaca satu huruf Alquran , maka akan
mendapatkan minimal sepuluh pahala. Kalau satu surat sudah
berapa, kalau satu Alquran sudah berapa. Dan itu semuanya
bisa didapatkan di kegiatan Jantiko Mantab ini. Maka saya
sangat usahakan agar bisa mengikutinya secara istiqomah.
7. Mengenai cara pembacaan Alquran dalam Jantiko Mantab
yang memakan waktu lebih kurang semalam sehari apakah
Anda dapat menyimaknya dengan baik?
Jawab: Alhamdulillah saya dapat menikmati bacaan tersebut
dan dapat menyimaknya secara berurutan tanpa ada satupun
bacaan yang tertinggal. Menurut saya para huffâz dalam
Jantiko ini membacanya tidak terburu-buru namun tidak pula
terlalu santai. Ya kira-kira satu juz memakan waktu setengah
jam. Jadi, menurut saya pasti semua jamaah dapat
menyimaknya.
8. Salah satu hal yang akan didapatkan oleh orang yang
berkumpul dalam pembacaan Alquran adalah mendapatkan
ketenangan. Apakah Anda merasakan hal tersebut dalam setiap
kali kegiatan simaan Alquran Jantiko Mantab?
Jawab: Iya dalam perjalanan kehidupan saya sehari-hari
sangat merasakannya. Hidup saya menjadi sangat tenang. Jauh
dari kata grusa-grusu. Tidak gampang iri hati melihat orang
lain punya ini punya ini, apalagi kalau didapatkan secara tidak
halal, tidak ada kepinginan sama sekali. Terus lebih tanggap
terhadap keadaan sekitar. Contohnya kita lewat di jalan terus
jalan tersebut becek sehingga licin, maka hati langsung
bergerak untuk bergegas membetulkan jalan tersebut. Terus
kalau kita lagi mampir ke Masjid terus kurang bersih kamar
mandinya, langsung pingin segera untuk membersihkannya
walaupun di situ sudah ada marbotnya. Ini contoh kecilnya.
9. Hal lain yang akan didapatkan selain al-sakînah (ketenangan)
adalah ghasyiyathum al-rahmah (dinaungi oleh rahmat).
Apakah Anda juga merasakan rahmat tersebut?
Jawab: Iya sangat merasakan kehadiran rahmat tersebut. Ciri-
ciri yang saya alami adalah hidup ini terasa indah dan damai.
Ya hidup ini rasanya gak tahu enjoy aja. Sulit kalau
dibahasakan memang. Terus yang jelas lagi terhadap sifatnya
keagamaan itu seneng sekali. Dengar ceramah, dengar
pengajian, baik itu dari TV, denger dari radio, lewat youtube,
wa senang sekali. Gak tahu pokoknya hati ini langsung brigas
aja kalau tentang keagamaan itu. Ya mungkin itulah salah satu
bentuk dari curahan rahmat Allah itu.
10. Secara lebih luas, bagaimanakah pengaruh yang Anda rasakan
dari kegiatan Jantiko Mantab ini dalam kehidupan Anda sehari-
hari?
Jawab: Yang saya rasakan itu hidup lebih terarah dan damai.
Keluarga juga harmonis dan senang terhadap perintah agama.
Bagi saya itu sudah merupakan nikmat yang paling berharga
bagi saya.
HASIL WAWANCARA
A. Identitas Informan
Nama : Julis Harmoko (Jamaah)
Umur : 42 tahun
Alamat : Desa Mukti Karya Kec. Panca Jaya
Waktu Wawancara : Jum’at, 01 Maret 2019. Pukul 09.00 WIB
B. Pertanyaan
1. Kapan Anda pertama kali mengenal kegiatan simaan Alquran
Jantiko Mantab?
Jawab: Pertama kali saya mengenal kegiatan Jantiko Mantab
ini di waktu saya masih remaja dulu di waktu masih tinggal di
Blitar Jawa Timur. Saya dulu lumayan sering mengikuti
kegiatan Jantiko ini karena diajak oleh orang tua saya.
Alhamdulillah dari situ saya mulai senang dengan ngaji
Qur’an. Setelah pindah ke daerah Mesuji, otomatis gak pernah
lagi Jantikoan. Alhamdulillah akhirnya ketika Mesuji sedang
rusuh-rusuhnya penyerobotan tanah di Silva, BSMI dan lain-
lain akhirnya di sini didirikan Jantiko Mantab. Ini adalah
sebuah berkah bagi saya karena bisa ngaji simaan lagi seperti
dulu waktu di Blitar. Alhamdulillah dari mulai awal pendirian
hingga saat ini saya belum pernah absen dari mengikuti
kegiatan ini.
2. Kapan Anda pertama kali mengikuti kegiatan simaan Alquran
Jantiko Mantab?
Jawab: Ya itu waktu masih remaja waktu masih di Blitar
waktu belum pindah di Lampung. Saya bersama keluarga,
kerabat, tetangga, dan teman-teman sebaya waktu itu sering
mengikuti kegiatan Jantiko ini.
3. Apakah Anda mengetahui latar belakang dan tujuan
diadakannya kegiatan simaan Alquran Jantiko Mantab di
Kabupaten Mesuji?
Jawab: Ya alhamdulillah tahu, karena sering disampaikan oleh
pak Kyai ketika pembukaan sebelum pembacaan arwah dan
waktu mauʻizah hasanah. Latar belakangnya ya itu waktu
sekitar tahun 2011 2012 di waktu Mesuji mencekam karena
adanya serobotan lahan di mana-mana terutama yang ada di
PT. Silva Inhutani dan PT. BSMI sehingga memakan beberapa
korban jiwa. Tujuannya adalah ya itu agar Mesuji ini tenteram,
damai, dan aman melalui pembacaan Alquran dengan sebab
diturunkannya sakînah dan rahmat dari Allah yang dibawa
oleh para Malaikat.
4. Apakah Anda mengetahui dalil yang digunakan sebagai
landasan kegiatan simaan Alquran Jantiko Mantab?
Jawab: Alhamdulillah tahu karena sering disampaikan oleh
pak Kyai waktu mauʻizah dan sebelum pembacaan arwah.
Namun kalau teks persisnya saya gak hafal tapi kurang lebih
maksudnya faham. Jadi siapa saja yang membaca Alquran dan
mentadaruskannya bersama-sama di suatu masjid, maka Allah
akan menurunkan kepada mereka ketenangan, dikucurkan
rahmat, diubengi (dikelilingi) para Malaikat, dan dibanggakan
oleh Allah Swt pada makhluk yang ada di sisi-Nya. Kurang
lebih seperti itu.
5. Apakah Anda mengikuti kegiatan simaan Alquran Jantiko
Mantab secara rutin?
Jawab: Alhamdulillah saya mengikuti kegiatan ini rutin
selapan hari sekali. Alhamdulillah dari mulai awal bukaan
hingga sekarang ini, saya belum pernah absen satu kalipun.
6. Alasan apakah yang mendasari Anda selalu mengikuti kegiatan
ini secara rutin?
Jawab: Alasan saya gak muluk-muluk, yang penting saya
nderek apa kata Kyai. Kata pak Kyai, perbanyaklah membaca
Alquran karena Alquran itu akan mensyafaati kita pada hari
kiamat. Ya saya ikuti. Loh saya kan gak pinter baca pak Kyai?
Menyimak juga sama saja. Ya saya ikuti. Selain itu, memang
saya merasakan betul dampak dari simaan ini yakni hidup
tenang dan senang kepada para alim ulama dan apa yang
beliau-beliau sampaikan.
7. Mengenai cara pembacaan Alquran dalam Jantiko Mantab
yang memakan waktu lebih kurang semalam sehari apakah
Anda dapat menyimaknya dengan baik?
Jawab: Alhamdulillah saya dapat dengan mudah untuk
menyimaknya. Menurut saya sudah pas. Memang waktu awal-
awal dulu sempat cepat sekali sehingga banyak jamaah yang
baru mengenal Alquran merasa keteteran. Tapi alhamdulillah
akhirnya para pengurus menyarankan kepada para huffâz untuk
pelan-pelan dan alhamdulillah sekarang telah ditemukan rumus
yang pas.
8. Salah satu hal yang akan didapatkan oleh orang yang
berkumpul dalam pembacaan Alquran adalah mendapatkan
ketenangan. Apakah Anda merasakan hal tersebut dalam setiap
kali kegiatan simaan Alquran Jantiko Mantab?
Jawab: Alhamdulillah saya sangat merasakannya. Ya itu, hati
saya merasa tentram dalam kehidupan sehari-hari. Walaupun
dengan sedikit harta tapi terasa ayem tentrem aja.
Alhamdulillah. Berkah Alquran , alhamdulillah anak saya
nurut-nurut dan semangat menuntut ilmu agama. Nriman.
Begitupun dengan istri saya. Alhamdulillah semua keluarga
saya selalu sehat-sehat selalu. Saya yakin semuanya itu adalah
berkahnya Alquran .
9. Hal lain yang akan didapatkan selain al-sakînah (ketenangan)
adalah ghasyiyathum al-rahmah (dinaungi oleh rahmat).
Apakah Anda juga merasakan rahmat tersebut?
Jawab: Alhamdulillah juga merasakannya. Kalau kata pak
Kyai rahmat di sini adalah kasih sayang dari Allah sehingga
kalau orang sudah dikasih sayangi sama Allah, maka Allah
akan memberikan kebaikan-kebaikan padanya. Yang saya
rasakan adalah bahwa diri saya terasa damai dan indah aja
rasanya. Dan juga enteng dipakai untuk melaksanakan
perintah-perintah agama.
10. Secara lebih luas, bagaimanakah pengaruh yang Anda rasakan
dari kegiatan Jantiko Mantab ini dalam kehidupan Anda sehari-
hari?
Jawab: Ya itu. Pertama hati saya terasa tentram, adem ayem,
tidak gampang iri melihat tetangga punya ini itu. Pingin sih
pingin tapi ya gak begitu menggebu-gebu harus pakai segala
cara. Seakan-akan saya melangkah itu seperti ada yang ngerem
kalau terbersit agak yang nyeleweng. Selain itu, hidup ini
terasa indah dan ingin terus berbuat baik. Ingin terus memupuk
dan mencari pahala serta ridha dari Allah. Dan selanjutnya,
entah mengapa saya seneng banget kumpul dengan para Kyai
dan ustaz-ustaz padahalkan saya gak bisa ngaji. Ya mungkin
itulah berkah dari Jantiko Mantab itu.
HASIL WAWANCARA
A. Identitas Informan
Nama : Imam Muhtadi (Jamaah)
Umur : 42 tahun
Alamat : Desa Mukti Karya Kec. Panca Jaya
Waktu Wawancara : Jum’at, 01 Maret 2019. Pukul 07.30 WIB
B. Pertanyaan
1. Kapan Anda pertama kali mengenal kegiatan simaan Alquran
Jantiko Mantab?
Jawab: Pertama kali saya mengenal kegiatan Jantiko ya pas
waktu saya berkunjung ke tempat paman saya dulu di Jawa
sana di Kediri. Waktu itu saya masih bujangan, ya sering main
ke sana. Tapi ya waktu itu saya gak ikut kegiatan Jantiko, tapi
ya hanya menyimak dan denger aja dari rumah. Kebetulan
rumah paman saya gak jauh dari tempat diselenggarakannya
Jantiko itu, ya paling hanya selisih beberapa rumah. Jadi
kedengeran dari rumah. Saya denger aja ngajinya para hâfiz itu
dari mulai habis shubuh sampai habis Isya. Kok enak. Tapi ya
denger-denger gitu aja. Kadang malah saya sambil mancing.
Ya itulah waktu pertama kali saya kenal dengan Jantiko
Mantab.
2. Kapan Anda pertama kali mengikuti kegiatan simaan Alquran
Jantiko Mantab?
Jawab: Pertama kali saya ikut kegiatan Jantiko ya pas di
Mesuji ini didirikan. Ketika diumumkan bahwa besok Minggu
Pon waktu itu saya lupa tanggalnya yang jelas masih bulan
Syawal, bahwa akan diadakan kegiatan Jantiko Mantab, maka
saya langsung menyambutnya dengan sukarela. Saya berfikir
pasti ini hampir sama dengan waktu di dekat rumah paman dulu
waktu di Kediri. Maka setelah saya tanya-tanya dengan pak
Kyai katanya sama, saya langsung mendaftarkan diri sebagai
sukarelawan yang ikut membantu-bantu kelancaran kegiatan
Jantiko ini. Di waktu itu memang saya tidak menyimak
Alquran secara penuh, ya hanya beberapa juz aja karena saya
sibuk bantu-bantu mensukseskan kegiatan ini dari awal hingga
akhir. Tapi ya saya dapat merasakan berkah yang luar biasa.
3. Apakah Anda mengetahui latar belakang dan tujuan
diadakannya kegiatan simaan Alquran Jantiko Mantab di
Kabupaten Mesuji?
Jawab: Sedikit-sedikit tahu. Saya masih sangat ingat waktu
pak Kyai pertama kali sambutan waktu pertama sekali
membuka kegiatan ini di masjid A1 Mukti Karya, bahwa di
waktu itu memang di Mesuji sedang ada penyerobotan tanah di
sana sini, sehingga Mesuji memanas. Nah untuk meredamnya
maka diadakanlah kegiatan Jantiko Mantab ini untuk
mengobati hati orang-orang yang sedang sakit itu, karena
itukan penyakit hati. Tamak terhadap harta sehingga cara yang
tidak benarpun diambil. Kalau tujuannya ya untuk mengobati
hati orang-orang Mesuji yang sedang sakit itu dengan
berkahnya bacaan Alquran di Jantiko Mantab sehingga Mesuji
aman dan damai.
4. Apakah Anda mengetahui dalil yang digunakan sebagai
landasan kegiatan simaan Alquran Jantiko Mantab?
Jawab: Tahu tapi saya gak hafal lafalnya. Tapi ya kalau
disuruh menerangkan maksudnya ya sedikit-dikit bisa. Ya
barangsiapa yang kumpul di masjid lalu membaca Alquran
bersama terus mempelajari bersama niscaya Allah akan
menurunkan tenangnya hati dan fikiran kepada mereka,
dikelilingi oleh para Malaikat pembawa rahmat, dijatuhi
rahmat Allah, dan disebut-sebut oleh Allah pada Malaikat, para
Nabi, dan semua makhluk yang dekat dengan Allah. Ya
sedikit-dikit tahu karena sering disampaikan oleh pak Kyai
waktu Jantikoan.
5. Apakah Anda mengikuti kegiatan simaan Alquran Jantiko
Mantab secara rutin?
Jawab: Alhamdulillah saya hampir rutin. Artinya sangat
sering tapi pernah gak ikut soalnya ya waktu ada halangan.
Tapi saya selalu mengusahakan sebisa mungkin untuk
mengikuti bagaimanapun kondisinya.
6. Alasan apakah yang mendasari Anda selalu mengikuti kegiatan
ini secara rutin?
Jawab: Karena ya itu saya telah ibaratnya jatuh cinta berat
terhadap Jantiko ini. Sikap kekeluargaan antar jamaah salah
satunya. Bayangkan sehari semalam kita bersama dalam
kebaikan, jadi itulah yang saya sangat senang. Terus kita juga
diajari untuk selalu salat lima waktu berjamaah dan salat Duha.
Dan itu alhamdulillah menjadi kebiasaan saya dan keluarga.
Terus ya itu, berkah Alquran yang begitu besar yang saya
rasakan beserta keluarga. Jadi hal-hal itulah yang menjadikan
saya cinta berat dengan Jantiko Mantab ini.
7. Mengenai cara pembacaan Alquran dalam Jantiko Mantab
yang memakan waktu lebih kurang semalam sehari apakah
Anda dapat menyimaknya dengan baik?
Jawab: Alhamdulillah saya dapat menyesuaikannya dan
menyimaknya dengan baik. Alhamdulillah dari awal dahulu
sejak baru didirikan sampai sekarang ini saya tidak ada
masalah dalam hal penyimakan. Namun sekarang ini menurut
saya telah lebih pas. Tidak cepat dan tidak pelan kemudian
tajwid-tajwidnya masih sangat sesuai.
8. Salah satu hal yang akan didapatkan oleh orang yang
berkumpul dalam pembacaan Alquran adalah mendapatkan
ketenangan. Apakah Anda merasakan hal tersebut dalam setiap
kali kegiatan simaan Alquran Jantiko Mantab?
Jawab: Ya saya sangat merasakannya. Sehabis Jantikoan itu
saya merasa hati saya damai dan tentram sekali. Dan keadaan
ini akhirnya juga menular kepada keluarga saya. Istri dan anak-
anak saya juga merasakan hal itu. Semenjak saya mengikuti
Jantikoan hingga sekarang ini, alhamdulillah hati saya terasa
tentram dan damai. Pikiran itu entah mengapa bisa terasa damai
dan sejuk. Dulu saya termasuk orang yang kurang dekat dengan
agama sehingga gampang emosian. Setiap kali meiihat teman
punya ladang baru, selalu panas hati saya. Istilahnya nafsu itu
tidak bisa terbendung. Setelah mengikuti Jantiko ini baru
nafsu-nafsu tamak harta itu bisa dikendalikan. Pokoknya
sekarang tentram sekali. Saya yakin bahwa itulah mungkin
barokah dari Alquran itu. Ya barokah dari Jantikoan.
9. Hal lain yang akan didapatkan selain al-sakînah (ketenangan)
adalah ghasyiyathum al-rahmah (dinaungi oleh rahmat).
Apakah Anda juga merasakan rahmat tersebut?
Jawab: Sangat merasakannya mas. Apalagi saya ini dahulunya
adalah ibarat kata adalah orang yang jauh dari agama, jadi saya
bisa sangat merasakan kehadiran dari rahmat itu. Kalau tidak
salah kata pak Kyai, rahmat itukan merupakan kasih sayang
dari Allah Swt. Nah yang saya rasakan dari kehadiran rahmat
itu adalah merasa hidup saya ini selalu enteng saja kalau dibuat
melakukan kebaikan. Kalau ingin berbuat yang gak bener,
langsung seperti ada yang menegur. Intinya untuk berbuat
kebaikan itu langsung ada kesemangatan yang luar biasa.
10. Secara lebih luas, bagaimanakah pengaruh yang Anda rasakan
dari kegiatan Jantiko Mantab ini dalam kehidupan Anda sehari-
hari?
Jawab: Intinya hidup saya ini jadi lebih terarah kepada hal-hal
yang baik. Karena berkah Alquran itu, keluarga jadi nurut-
nurut dan mudah sekali diarahkan menuju kebaikan. Kemudian
rezeki itu jadi barokah. Ya walaupun sedikit tapi manfaat yang
saya dan keluarga rasakan sangat besar sekali. Dulu walaupun
rezeki banyak, tapi ya rasanya panas dan habis-habis aja.
Sekarang alhamdulillah, rezeki biasa aja tapi bisa cukup
segalanya malah bisa menabung dan yang jelas lebih mudah
untuk bersyukur.
HASIL WAWANCARA
A. Identitas Informan
Nama : Dedi Hendra (Jamaah dan pernah terlibat
langsung dalam kerusuhan tahun 2012)
Umur : 66 tahun
Alamat : Desa Mukti Karya Kec. Panca Jaya
Waktu Wawancara : Jum’at, 19 Juni 2020. Pukul 13.00 WIB
B. Pertanyaan
1. Kapan Anda pertama kali mengenal dan mengikuti kegiatan
simaan Alquran Jantiko Mantab?
Jawab: Pertama kali saya mengenal kegiatan Jantiko Mantab
ini kira-kira pada pertengahan tahun 2013 ketika simaan
Jantiko ini dilaksanakan di Desa Karya Jaya sewaktu didatangi
sama Gus Sabut. Waktu itu saya masih tinggal di Perambah.
Memang beberapa hari kurang lebih seminggu sebelum hari H,
diberi selebaran oleh pak RT bahwa akan ada kegiatan simaan
Quran dan pada hari H saya merasa penasaran dan langsung
ikut nimbrung ngaji. Eh ternyata enak rasanya dalam hati.
2. Tadi dikatakan daerah perambah. Apa maksudnya?
Jawab: Dulu mas daerah register 45 itu adalah hutan produksi
yang dikelola oleh PT. Silva Inhutani dan itu luasnya mulai dari
daerah Bujuk sampai dengan perbatan Sumatera Selatan sana.
Luas sekali. Sekitar akhir tahun 2011, mulailah sedikit terjadi
gonjang ganjing tanah yang menyebabkan pinggiran dari hutan
milik Silva itu ditebang oleh masyarakat yang
mengatasnamakan masyarakat adat. Karena itu, maka Silva
lalu membangun parit sedalam kurang lebih tujuh meter dan
lebar tiga meter sepanjang register 45 itu dengan tujuan
masyarakat tidak bisa mengotak-atik lahan Silva. Beberapa
bulan meredam, namun kemudian bergejolak lebih dahsyat lagi
pada awal 2012 dan saya waktu itu mulai ikut. Saya waktu itu
dari Bandar Lampung membawa serta anak-anak saya untuk
datang ke Mesuji karena diiming-imingi oleh oknum yang
menjanjikan tanah seluas satu hektar hanya dijual lima ratus
ribu. Sebagian besar aset saya di Bandar Lampung saya jual
semua untuk beli tanah di Mesuji. Uang sudah saya kasih ke
oknum yang mengatasnamakan putra adat, eh ternyata kita
disuruh untuk mengamankan sendiri tanah yang diberikan
kepada kita yang sebenarnya adalah tanah sengketa. Mau gak
mau otomatis kita terjun ke dalam kerusuhan. Lawan kita ada
dua yaitu masyarakat yang mau menguasai tanah kita juga dan
aparat/PAM swakarsa. Sungguh menegangkan. Kita mau
pulang, harta kita di Bandar Lampung sudah habis-habisan.
Mau gak mau ya bertahan. Orang yang seperti saya ini
jumlahnya ribuan mas. Semuanya tinggal di tanah sengketa
yaitu register 45. Nah daerah inilah yang dinamakan dengan
daerah perambah karena dicap sebagai perambah hutan dan
tanah negara.
3. Bagaimana suasana kehidupan di daerah perambah?
Jawab: Suasana di perambah itu ya sangat kurang nyaman.
Nyaman bukan dalam arti materi ya, tapi ketenangan dan hati.
Banyak hal yang membuat kita kurang nyaman. Apalagi pada
masa awal-awal dulu. Kita harus siaga 24 jam karena bisa saja
serangan datang kapan saja. Ya intinya penguasaan lahan.
Lahan kita ada yang mengaku. Akhirnya bentrok. Karena satu
lahan bisa jadi diaku oleh beberapa orang. Ini yang buat ribut.
Belum lagi nanti kita diserbu oleh aparat. Ya intinya gak
tenang.
4. Apakah hal ini berlangsung hingga sekarang?
Jawab: Di beberapa titik iya. Namun kalau dari aparat sudah
tidak ada. Ya mungkin Pemerintah sendiri juga sudah capek
sepertinya. Sekarang paling yang ada adalah pencurian hasil
tanam. Contoh singkong kalau tidak ditunggu dicabut orang.
Mungkin ya itu, orang yang dulu pernah bentrok dengan kita.
Mungkin. Ya namanya tanah sengketa mas. Maka saya
sekarang sudah pindah ke Mukti Karya. Semua yang ada di
perambah saya jual lalu saya pindah ke sini.
5. Apakah Anda mengetahui latar belakang dan tujuan
diadakannya kegiatan simaan Alquran Jantiko Mantab di
Kabupaten Mesuji?
Jawab: Iya mengetahui. Latar belakangnya adalah bahwa ya
itu adanya kerusuhan Mesuji sekitar tahun 2012-an seperti
yang saya ceritakan tadi. Saya sebagai salah satu pelaku dan
korban sekaligus, ya sangat merasakan sekali peristiwa itu.
Bagaimana mencekamnya dan tidak kondusifnya keadaan
waktu itu. Keadaan yang demikian itulah yang menyebabkan
didirikannya kegiatan simaan ini yang tujuannya adalah
menjadikan Mesuji yang aman.
6. Apakah Anda mengetahui dalil yang digunakan sebagai
landasan kegiatan simaan Alquran Jantiko Mantab?
Jawab: Iya tahu, namun saya tidak tahu persis teksnya seperti
apa. Yang jelas adalah bahwa siapa saja yang mau berkumpul
dan membaca serta mempelajari Alquran bersama-sama di
masjid, maka Allah akan menurunkan ke dalam hatinya sebuah
ketenangan. Selain itu, Allah akan mencurahkan rahmat
kepadanya, dikelilingi oleh para Malaikat rahmat, dan disebut-
sebut oleh Allah Swt dengan dibanggakan.
7. Apakah Anda mengikuti kegiatan simaan Alquran Jantiko
Mantab secara rutin?
Jawab: Alhamdulillah mas. Saya mengikutinya secara rutin.
Memang sudah saya tekad itu. Ini merupakan salah satu dari
bentuk taubat saya mas. Jujur mas sampai sekarang ini saya
masih terngiang-ngiang tentang dosa-dosa saya waktu itu. Ya
karena tamak harta. Apalagi dalam umur yang sudah tua ini.
Kalau nanti mati, bawa amal apa? Maka ya itu, saya selalu
bertekad rutin dalam mengerjakannya.
8. Salah satu hal yang akan didapatkan oleh orang yang
berkumpul dalam pembacaan Alquran adalah mendapatkan
ketenangan. Apakah Anda merasakan hal tersebut dalam setiap
kali kegiatan simaan Alquran Jantiko Mantab?
Jawab: Ketenangan itulah yang salah satunya yang
menjadikan saya betah mengikuti Jantikoan ini. Iya saya sangat
merasakannya. Saya kira semua orang dapat merasakannya
mas. Orang yang jahat sekalipun saya yakin dapat merasakan
ketenangan itu. Ini sangat berbeda apabila mendatangi
orgenan. Saya yang dulu pernah mencicipi dunia gak baik,
sekarang alhamdulillah karena hidayah, merasa sangat tentram
ketika mendatangi simaan Alquran salah satunya adalah
Jantiko Mantab ini. Dulu saya ini ya seperti yang saya katakan
tadi bahwa saya ini adalah termasuk orang yang sangat tamak
harta sehingga terjerumus dalam kerusuhan, dan sekarang
alhamdulillah dengan mengikuti simaan ini, lambat laun sifat
itu dapat dikendalikan. Itu semua merupakan barokah dari
Alquran, saya sangat yakin itu.
9. Hal lain yang akan didapatkan selain al-sakînah (ketenangan)
adalah ghasyiyathum al-rahmah (dinaungi oleh rahmat).
Apakah Anda juga merasakan rahmat tersebut?
Jawab: Iya mas saya juga termasuk orang yang sangat
merasakannya. Selain hati itu tenang, senang terhadap
kebaikan itu meningkat. Alhamdulillah salah satu contohnya,
saya insyaallah tidak pernah absen dalam salat berjamaah.
Kapanpun dan dimanapun itu. Kalau sudah lama tidak
menyimak Alquran, tiga minggu umpama, seakan-akan hati itu
gelisah rasanya.
10. Mengenai cara pembacaan Alquran dalam Jantiko Mantab
yang memakan waktu lebih kurang semalam sehari apakah
Anda dapat menyimaknya dengan baik?
Jawab: Awal-awal dulu saya sempat keteteran mas. Yang
dibaca sudah sampai halaman sebelah, saya masih halaman ini.
Ya saya sadar diri saja, paling saya ini yang gak pernah baca
Quran kali ya. Tapi ya karena sudah sering ikut simaan, jadi
alhamdulillah sudah dapat mengikuti dan menyesuaikan
walaupun masih kadang-kadang kehilangan jejak juga.
11. Anda yang merupakan salah satu orang yang ikut terlibat
langsung dalam kerusuhan Mesuji dan sekarang telah rutin
mengikuti kegiatan Jantiko Mantab, apakah njenengan juga
mengajak warga yang pernah ikut terlibat untuk mengikuti
simaan Alquran Jantiko Mantab?
Jawab: Alhamdulillah saya selalu menasihati dan mengajak
mereka, terutama keluarga saya dulu. Anak-anak saya tiga
orang semuanya alhamdulillah ikut. Kalau Jantikoan ke mana-
mana yang mbonceng anak-anak itu. Selain itu saya juga
mengajak kenalan-kenalan dan tetangga-tetangga dan
alhamdulillah banyak yang ikut. Nanti kalau Jantikoan masnya
bisa melihat kok banyak orang-orang dari perambah itu yang
ikut.
HASIL WAWANCARA
A. Identitas Informan
Nama : KH. Bahruddin (Ulama dan tokoh
masyarakat)
Umur : 53 tahun
Alamat : Desa Brabasan, Kecamatan Tanjung Raya
Waktu Wawancara : Sabtu, 02 Maret 2019. Pukul 19.30 WIB
B. Pertanyaan
1. Kapan panjenengan pertama kali mengenal dan mengikuti
kegiatan simaan Alquran Jantiko Mantab?
Jawab: Alhamdulillah kalau pertama kali saya kenal dan ikut
kegiatan Jantiko Mantab ya sejak tahun 1987 satu tahun setelah
Jantiko Mantab itu diperkenalkan oleh Gus Miek. Memang
ketika itu saya masih mondok di Kalidawer Tulungagung.
Kebetulan memang saya sering bolak balik pulang pergi dari
Tulungagung ke Kediri karena ada suatu keperluan dan
memang banyak teman-teman pondok itu yang rumahnya di
daerah Kediri. Kalau mereka pulang ke rumahnya, saya
seringkali diajak bareng. Waktu itu kalau naik kereta dari
Tulungagung ke Kediri memang tergolong murah sekali. Nah
dari situlah, saya sering mengikuti kegiatan Jantiko Mantab di
daerah Kediri. Namun setelah di Tulungagung mulai tersiar
dan ramai Jantikoan, saya cukup yang di Tulungagung saja.
2. Sudah berapa kali panjenengan menjadi tuan rumah dalam
penyelenggaraan kegiatan Jantiko Mantab di Kabupaten
Mesuji ini?
Jawab: Alhamdulillah setiap tahun sekali pasti kami warga
Brabasan ini selalu ketempatan kegiatan Jantiko Mantab.
Mulai dari tahun pendirian hingga tahun sekarang ini, kami
pasti narik Jantiko Mantab. Sebenarnya kami pingin setahun
tiga kali di Brabasan ini, namun hanya dikasih jadwal sekali
dalam satu tahun. Adapun tempat pelaksanaannya kami
memilih di masjid Jamiʻ Brabasan atau di masjid di pondok
pesantren saya ini.
3. Berapakah jumlah jamaah yang hadir dalam kegiatan Jantiko
Mantab ini?
Jawab: Jumlahnya bervariasi dan berbeda setiap tahunnya.
Artinya jumlah jamaah itu akan bertambah setiap tahunnya.
Dan jumlah jamaah pada penyelenggaraan terakhir kemarin
kurang lebih sekitar 12.000 jamaah. Maka kalau di Brabasan
ini, kami hanya menggunakan dua masjid, sebab hanya dua
masjid itulah yang mempunyai halaman yang cukup luas
sehingga mampu untuk menampung para jamaah.
4. Hal menarik apakah dari Jantiko Mantab sehingga
panjenengan dan warga Brabasan bersemangat untuk menjadi
tuan rumah penyelenggara Jantiko Mantab?
Jawab: Intinya adalah barokahnya Alquran sehingga
berdampak positif terhadap kehidupan sehari-hari dan
menjadikan kehidupan di dunia ini menjadi barokah. Ujung-
ujungnya adalah cita-cita besar seorang muslim yakni fî al-
dunyâ hasanah wa fî al-âkhirati hasanah, di dunia baik dan di
akhirat juga baik dapat terwujud. Salah satu dari berkahnya
Alquran adalah turunnya sakînah dan dilingkupi oleh rahmat,
sehingga kehidupan kita menjadi barokah dan selalu terarah
kepada kebaikan. Kami warga Brabasan sangat mengidam-
idamkan itu. Kemudian yang selanjutnya adalah sifat saling
gotong royong antara kami sebagai penyelenggara sangat-
sangat terbentuk dan ini menjadi modal dalam kehidupan sosial
kita sehari-hari. Akhirnya kami menjadi lebih akrab satu sama
lain. Saling tolong menolong apabila ada kesusahan di antara
kita. Selanjutnya pula kami warga Brabasan dapat birr al-
wâlidain khususnya kepada mbah-mbah kita, orang-orang tua
kita, atau saudara-saudara kita yang telah meninggal dengan
cara mengirimkan pahala shadaqah dan pahala membaca
Alquran kepada mereka yang tentunya sebelumnya kita niatkan
pahala itu untuk mereka.
5. Bagaimanakah alur perizinan kepada pengurus kegiatan
Jantiko Mantab sehingga mendapatkan giliran untuk menjadi
tuan rumah penyelenggara?
Jawab: Alurnya gak ribet. Pertama kita menyampaikan izin
dahulu ke pengurus dalam hal ini kepada sekretaris. Kita bisa
minta jadwal yang tanggal sekian umpamanya karena
berbarengan dengan acara apa misalnya. Setelah itu, pengurus
Jantiko akan mencarikan tanggal yang pas atau mengabulkan
sesuai tanggal permintaan kita. Tentang tanggal kapan
waktunya yang berhak memutuskan adalah pengurus dalam hal
ini sekretaris. Namun yang perlu diingat adalah kita harus jauh-
jauh hari memesan tanggal itu sehingga kitapun cepat
mendapatkan tanggal. Karena kalau tidak, kita akan lama
mendapatkan jadwal giliran, soalnya banyak pula masjid yang
lain yang ingin menjadi tuan rumah.
6. Bagaimana sistem pembiayaan ketika menjadi tuan rumah
penyelenggara?
Jawab: Pembiayaan dalam Jantiko Mantab ini adalah berasal
dari swadaya mandiri masyarakat desa yang ketempatan. Nanti
minimal dua minggu sebelum kegiatan berlangsung, kita akan
mendapatkan kurang lebih seratus blanko pengiriman arwah.
Apabila masih kurang, kita bisa memfoto copy sendiri.
Kemudian blanko tersebut kita edarkan ke masyarakat melalui
ketua pengajian masing-masing RT untuk diisi arwah atau
keinginan agar didoakan yang selanjutnya diserahkan kepada
panitia penyelenggara. Nah dari blanko tersebut itulah kita
mendapatkan dana untuk penyelenggaraan. Selain itu, dana
juga didapatkan dari para donatur. Alhamdulillah dari
semuanya itu, kita mendapatkan cukup dana untuk membiayai
kegiatan Jantiko ini dan alhamdulillah nilainya selalu surplus
dan apabila terdapat sisanya kami serahkan kepada bendahara
Jantiko Mantab untuk menambah uang kas. Nah di sinilah letak
nilai kegotong royongan itu salah satunya dan ini sebagai
implementasi dari surat al-Maidah ayat 2.
7. Apakah ada suka dukanya ketika menjadi tuan rumah
penyelenggara?
Jawab: Alhamdulillah sukanya sangat banyak sekali.
Solidaritas antara kita makin kuat, baik antara kami tuan rumah
maupun dengan para jamaah. Perasaan bangga apabila kami
dapat memberikan servis yang luar biasa dan para jamaah
merasa puas. Sungguh tidak terkira senangnya hati kami. Desa
kami menjadi tambah berkah dan masih banyak lagi sukanya.
Kalau dukanya hampir tidak ada, paling-paling karena tidak
cepat mendapatkan giliran, itu saja.
HASIL WAWANCARA
A. Identitas Informan
Nama : H. Slamet Sulaiman (Kabag kesra
Kabupaten Mesuji)
Umur : 55 tahun
Alamat : Desa Brabasan, Kecamatan Tanjung Raya
Waktu Wawancara : Senin, 04 Maret 2019. Pukul 09.00 WIB
B. Pertanyaan
1. Apakah Anda telah mengetahui dan mengenal kegiatan simaan
Alquran Jantiko Mantab di Kabupaten Mesuji?
Jawab: Alhamdulillah sudah sejak lama saya mengenal
kegiatan Jantiko Mantab ini karena memang saya ini
sebenarnya adalah orang NU. Saya sendiri dulu alhamdulillah
malah pernah menjabat sebagai sekretaris NU Kabupaten
Mesuji. Jadi, Insyaallah saya paham dengan kegiatan Jantiko
Mantab ini. Namun memang saya akui, saya belum pernah
secara full mengikuti kegiatannya. Ya paling hanya sebentar
datang lalu pulang.
2. Apakah Anda mengetahui tentang latar belakang dari pendirian
kegiatan simaan Alquran Jantiko Mantab di Kabupaten
Mesuji?
Jawab: Alhamdulillah insyaallah kalau masalah ini saya
paham. Memang dahulu ketika pada tahun 2011-2012 keadaan
Kabupaten Mesuji memang betul-betul mencekam.
Penyebabnya adalah maraknya penyerobotan tanah register 45
yang disewa oleh PT. Silva Inhutani dan perusahaan-
perusahaan yang lain oleh kelompok-kelompok masyarakat
dan mengaku bahwa itu adalah tanah warisan nenek moyang
mereka. Oleh karenanya, bentrokanpun tidak bisa dihindarkan
dan ditambah lagi terlalu diekspos oleh banyak media massa
sehingga keadaannya benar-benar seperti mencekam. Oleh
karena itulah, maka para kyai NU khususnya berembug untuk
ikut memecahkan masalah ini, maka kemudian didirikanlah
kegiatan simaan Alquran Jantiko Mantab ini dengan tujuan
menjadikan daerah Mesuji yang aman dan damai.
3. Implikasi apakah yang ditimbulkan oleh kegiatan simaan
Alquran Jantiko Mantab bagi Pemerintah Kabupaten Mesuji?
Jawab: Implikasi yang diberikan oleh Jantiko Mantab kepada
Pemda Mesuji jelas sangat terlihat nyatanya. Sekilas saja
apabila kita melihat tujuan dari Jantiko Mantab ini yang ingin
menjadikan Kabupaten Mesuji yang aman dan damai, jelas
sangat memberikan implikasi yang besar bagi Pemda Mesuji.
Menjadikan Mesuji yang aman dan damai merupakan tujuan
utama dari pembangunan Kabupaten Mesuji. Sebab
pembangunan dalam segala bidang di Mesuji tidak akan dapat
terlaksana dengan baik dan efektif tanpa adanya keadaan yang
aman dan damai. Jelasnya Jantiko Mantab ikut membantu
Pemda Mesuji dalam mewujudkan kelancaran pembangunan.
Selanjutnya apabila kita cermati bersama, kegiatan Jantiko
Mantab mampu mendorong terwujudnya kesetiakawanan
sosial di antara warga Mesuji sehingga ikut membantu program
Pemda Mesuji pula. Hal lainnya adalah bahwa Jantiko Mantab
ikut menanamkan kepada masyarakat akan pentingnya sikap
gotong royong yang tentunya juga membantu program Pemda
Mesuji. Kemudian Jantiko Mantab juga ikut membantu
program Pemda Mesuji dalam hal menjadikan masyarakat
Mesuji yang beriman dan bertaqwa.
4. Apakah ada bentuk dukungan dari Pemerintah Kabupaten
Mesuji bagi kegiatan simaan Alquran Jantiko Mantab?
Jawab: Bentuk dukungan dari Pemda Mesuji kepada Jantiko
Mantab adalah dengan bantuan secara tidak langsung. Seperti
yang kami ketahui bahwa Jantiko Mantab itu tidak mau
menerima bantuan langsung dari Pemerintah atau pihak partai
politik dan lain-lain yang sejenisnya. Hal ini menurut saya
adalah baik karena memang bisa terhindar dari adanya conflic
of interest sehingga Jantiko Mantab tetap netral dan tidak dapat
dikendalikan oleh pihak luar. Oleh karenanya, karena memang
Jantiko Mantab mempunyai pendirian seperti itu sedangkan
kami memang harus membantu kepada kegiatan-kegiatan
keagamaan apalagi yang jelas-jelas telah ada kontribusinya
dalam masyarakat, maka kami dari pihak Pemda tetap
memberikan bantuan namun dengan cara tidak langsung
menujukan dengan nama Jantiko Mantab. Bantuan yang
Pemda berikan antara lain memberikan bantuan kepada pihak
masjid untuk merehab bangunanannya sehingga ketika
kegiatan Jantiko Mantab digelar di masjid tersebut, maka akan
layak dan nyaman untuk digunakan. Bantuan lain adalah
memperbaiki prasarana jalan yang menuju ke masjid yang
biasa diguanakan untuk Jantikoan. Bantuan lainnya seperti
memberikan insentif kepada para guru ngaji yang di dalamnya
sebagian besar merupakan jamaah dari Jantiko Mantab.
5. Kerusuhan yang terjadi hampir setiap tahun dari tahun 2012-
hingga sekarang. Apakah kegiatan Jantiko Mantab ini kurang
berhasil?
Kegiatan Jantiko Mantab harus terus dilaksanakan walau
bagaimanapun. Cibiran orang itu biasa mas. Namanya saja
sebuah upaya, adakalanya berhasil efektif, adakalanya masih
berproses, dan adakalanya gagal. Tapi sebuah upaya kebaikan
itu harus terus dilakukan. Lagian, kalau kita berbicara
kerusuhan di sini, sesuai data yang saya baca di Pemda, itukan
oknum yang memperdaya orang jauh yang tidak tahu persis
seluk beluk Mesuji lalu diminta untuk datang ke sini. Beli tanah
negara yang diaku dari oknum itu. Pasti rusuhlah yang terjadi.
Dan itu skalanya kecil mas ya karena hanya dilakukan oleh
segelintir orang. Dan ini menurut saya, akan terjadi terus
selama masih ada oknum. Oknum yang ini ditangkap, muncul
lagi muncul lagi. Dan mintanya oknum itu adalah tangah
register 45 seluas 33.500 hektar itu ya diserahkan ke mereka
yang mengaku pewaris tanah adat itu. Ya selama masih ada
Setan, akan selalu ada kejahatan. Oleh karenanya, Jantiko
Mantab sebagai pengusir Setan, ibaratnya, jangan berhenti.
HASIL WAWANCARA
A. Identitas Informan
Nama : Ahmad Supardi (Mayarakat umum dan
belum pernah mengikuti kegiatan Jantiko
Mantab)
Umur : 35 tahun
Alamat : Desa Tanjung Mas Jaya Kec. Mesuji
Timur
Waktu Wawancara : Selasa, 05 Maret 2019. Pukul 10.00 WIB
B. Pertanyaan
1. Apakah Anda mengetahui tentang kegiatan simaan Alquran
Jantiko Mantab?
Jawab: Ya saya telah tahu tentang kegiatan tersebut. Mungkin
ya sekitar empat tahun yang lalu. Tapi ya sekedar tahu dan
pernah mendengar saja kalau Jantiko itu begini dan begini.
2. Apakah Anda pernah mengikuti kegiatan tersebut?
Jawab: Jujur saya belum pernah mengikuti satu kalipun
dikarenakan kesibukan saya. Ya kalau sekedar lihat pas saya
lewat ya sudah beberapa kali. Tapi jujur sebenarnya saya
sangat ingin ikut walaupun sekali, tapi ya selalu berbenturan
dengan kesibukan saya. Kan yang ada di Jantiko itu adalah
kegiatan mengaji dan zikir. Saya sangat ingin itu biar hati ini
terasa tenang karena pernah dibuat mengaji. Jujur mas, saya ini
kalau masalah membaca Alquran itu bisa dihitung dengan jari
dalam setahun. Jarang sekali.
3. Salah satu tujuan dari kegiatan simaan Alquran Jantiko Mantab
adalah ingin menjadikan selalu Kabupaten Mesuji ini sebagai
kabupaten yang selalu damai dan aman melalui barokah
pembacaan Alquran di antaranya turunnya ketenangan dan
rahmat. Apakah Anda merasakan dampak dari kegiatan
tersebut?
Jawab: Memang kita akui bahwa Kabupaten Mesuji ini
terkenal di masyarakat Indonesia itu berkat kerusuhan yang
terjadi, artinya terkenal akan keburukannya. Nah yang saya
dengar-dengar dari teman-teman, kegiatan Jantiko itu didirikan
untuk meredam kerusuhan itu awalnya. Bagus sekali menurut
saya. Walaupun saya tidak pernah ikut tapi saya banyak teman
yang ikut kegiatan ini. Alhamdulillah menurut pengamatan
saya dalam kehidupan sehari-hari di lapangan di tengah-tengah
masyarakat, menurut saya adanya kegiatan ini benar-benar
memberikan dampak signifikan di masyarakat. Ya sampai saat
ini alhamdulillah Mesuji aman-aman aja. Tidak ada lagi
penyerobotan massal seperti dahulu. Saya walaupun tidak
pernah ikut ngaji, tapi ketika ada pengajian ini dan saya lewat,
rasanya hati ini tentram dan adem ayem.
4. Harapan Anda terhadap kegiatan simaan Alquran Jantiko
Mantab ini?
Jawab: Harapan saya sebagai masyarakat awam, tolong
diteruskan selalu kegiatan ini karena kegiatan ini telah nyata-
nyata memberikan dampak positif kepada masyarakat. Banyak
teman-teman saya yang dahulu ikut dalam penyerobotan,
akhirnya taubat dengan adanya kegiatan ini. Ya saya mohon
doanya juga, mudah-mudahan saya juga dapat mengikuti
kegiatan ini nantinya.
DOKUMENTASI WAWANCARA
Nama : H. Suparyo
Umur : 57 Tahun
Alamat : Desa Gedung Ram,
Kec. Tanjung Raya
Nama : Imam Muhtadi
Umur : 42 Tahun
Alamat : Desa Mukti Karya
Kec. Panca Jaya
Nama : Tamami
Umur : 55 Tahun
Alamat : Desa Mukti Karya,
Kec. Panca Jaya