SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu Persyaratan Memperoleh Gelar
Sarjana Strata Satu (S.1) dalam Ilmu Aqidah dan Filsafat
Islam Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama
Oleh
i
Dr. M Ied Al Munir, S.Ag., M.Hum Jambi, 30 Novermber 2020
Nurbaiti, S.Ag., M.Fil.I
NOTA DINAS
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Pembimbing I Pembimbing II
ii
KEMENTERIAN AGAMA RI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
FAKULTAS USHULUDDIN
Jalan Raya-Ma. Bulian, Simp. Sungai Duren Telp. (0741)582020
PENGESAHAN
Skripsi yang ditulis oleh Mita Putri Handayani Nim. 302171210 dengan
judul “Adat Keceran Pencak Silat Persaudaraan Setia Hati Terate Di Desa
Kedemangan Kec. Jaluko Kab. Muaro Jambi Dalam Teori Penanda Dan Petanda
Ferdinand De Saussure” yang dimunaqosyahkan oleh sidang Fakultas Ushuluddin
dan Studi Agama Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Sifuddin Jambi pada:
Hari : Kamis
Tanggal : 11 Febuari 2021
Jam : 10.00-11.00 WIB
Tempat : Ruang sidang Munaqosyah Ushuluddin dan Studi Agama
iii
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI
Demikian surat ini saya buat dengan sebenarnya untuk dapat dipergunakan
sebagaimana mestinya.
iv
MOTTO
ََُكتِبََعل ْي ُك َُمَال ِْقتالََُو ُهوََ ُك ْرهََلَّ ُك َْمََۚوعسَۚىَا َْنَت ْكر ُه ْواَش ْيـًٔاَ َّو ُهوََخ ْيـر
َ
َلَّ ُك َْمَۚوعسىَأنَتُ ِحبُّواَش ْيئًٔاَو ُهوَش ٌّرَلَّ ُك ْمَ َۚواللَّـهَُيـَ ْعل ُمَوأنتُ ْمََل
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan
boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu;
Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. Al Baqarah: 216). 1
1
Tim Penerjemah dan Penafsiran al-qur’an, Al-Qur‟an dan Terjemahannya (Jakarta:
Departemen Agama RI., 1985) 20.
v
ABSTRAK
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh warga Persaudaraan Setia Hati Terate
(PSHT) yang juga sangat kental dengan masalah tradisi dan budaya. Tradisi dan
budaya yang ada dalam PSHT sangat dijunjung tinggi oleh sesepuh dan seluruh
warga Persaudaraan secara turun temurun. Kebudayaan menyimpan nilai-nilai
yang menjadi landasan pokok bagi penentu sikap terhadap dunia luar bahkan
menjadi dasar setiap tingkah laku yang dilakukan dengan pola hidup
dimasyarakat.Tujuan peneliti meneliti ini karena banyaknya siswa yang mengikuti
PSHT tapi tidak mengetahui tentang adat keceran walaupun secara umum saja,
selain itu Ada masyarakat yang mengatakan bahwa tradisi ini adalah aliran ilmu
hitam, tiak sesuai dengan ajaan islam. Dengan adanya persyaratan yang telah
ditentukan seperti ayam jago, sirih, mori/kain kafan dan lainnya. Tradisi ini
dilakukan dengan nama dan tata cara yang sama disetiap daerahnya.
Pendekatan penelitian yang digunakan adalah penelitian lapangan (field
research) yang bersifat kualitatif deskriptif. Sumber dan jenis data penelitian ini
adalah manusia, jenis data yang digunakan data primer dan data sekunder. Metode
pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi, wawancara, dan
dokumentasi. Dalam metode analisa data peneliti menggunakan analisa data
kualitatif dengan menggunakan model Milles dan Huberman langkah-langkah
analisa data diantaranya sebagai berikut: pengumpulan data, reduksi data,
penyajian data dan kesimpulan data serta verifikasi data.
Hasil penelitian ini penulis menemukan bahwa tradisi ini sudah berlangsung
sejak awal berdirinya organisasi pencak silat Persaudaraan Setia Hati Terate yang
dikemukakan oleh Ki Ngabeh Suro Dwiryo tahun 1990-an. Tradisi Adat keceran
ini merupakan tradisi yang dilakukan oleh warga Persaudaraan Setia Hati Terate
didesa Kedemangan tradisi ini masih akan terus berjalan hingga generasi terakhir
kelak. Mereka menganggap tradisi ini adalah tradisi yang lumrah, tradisi ini
adalah tradisi yang sudah menjadi kebiasaan atau normatif dan mendarah daging
dalam setiap tahapan kehidupan. Proses dan pelaksanaannya untuk sampai
diwisudakan yaitu melalui tingkatan dalam latihan, yaitu dari latihan tingkat
polos, naik sampai ke jambon, naik tahap tingkatan hijau, dan sampailah tahapan
putih kecil. setelah itu baru diproses atau dilakukan wisuda pada bulan suro.
Didalam adat keceran terdapat Teori Penanda dan Petanda yang menghasilkan
tanda. Seperti penanda (bunyi) yang direalisasikan dengan syarat atau tahapan
didalam adat keceran seperti kain kafan/mori, air, daun sirih, uang logam, ayam
jago, dan tumpeng. Sedangkan petanda yang direalisasikan dengan gambaran atau
konsep dari syarat atau tahapan adat keceran, dari kedua teori itu menghasilkan
tanda yang direalisasikan sebagai adat keceran.
vi
PERSEMBAHAN
vii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis haturkan atas kehadirat Allah
SWT, yang telah memberikan nikmat dan karunianya berupa kesehatan,
kesempatan dan kekuatan lahir batin sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
inii dengan judul “Adat Keceran Pencak Silat Persaudaraan Setia Hati Terate
di Desa Kedemangan Kecamatan Jaluko Kabupaten Muaro Jambi dalam
Teori Penanda dan Petanda Ferdinand De Saussure”.
Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada baginda agung
Nabi Muhammad Saw, seluruh keluarga beserta beserta para sahabat beliau, yang
senantiasa istiqomah dalam memperjuangkan agama Islam, semoga kita menjadi
hamba-hamba pilihan seperti mereka Amiin ya robbal’alaamin.
Selanjutnya penulis menyadari dalam proses penyelesaian skripsi ini,
penulis telah dibantu oleh berbagai pihak. Oleh karena itu,penulis menyampaikan
rasa terima kasih yang tak terhingga kepada semua pihak yang telah membantu
penulisan skripsi ini sampai selesai. Penulis juga menyampaikan rasa terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada kedua orang tua, karna berkat kedua orang tua lah,
dan karena do’a dari beliaulah penulis bisa sampai pada tahap ini dan keluarga
yang telah senantiasa mensupport serta mendoakan penulis sehingga karya ini
dapat diselesaikan.
Pada kesempatan ini, penulis juga mengucapkan rasa terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Dr. M.Ied Al-Munir, M.Hum selaku pembimbing I yang telah banyak
memberikan kontribusi dan waktu demi terselesaikannya skripsi ini beserta
Pembimbing Akademik yang senantiasa selalu memberi saran, semangat dan
waktunya demi terselesaikannya skripsi ini.
2. Ibu Nurbaiti, S.Ag., M.Fil.I selaku pembimbing II yang telah banyak
memberikan kontribusi dan waktu demi terselesaikannya skripsi ini.
3. Ibu Nilyati, S,Ag., M.Fil.I selaku ketua prodi Aqidah dan Filsafat Islam
Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama UIN STS Jambi.
4. Bapak Dr. Abdul Halim, S.Ag., M.Ag, selaku Dekan Fakultas Ushuluddin
dan Studi Agama UIN STS Jambi.
5. Bapak Dr. Masiyan, M.Ag selaku wakil Dekan I Fakultas Ushuluddin dan
Studi Agama.
6. Bapak Dr. Edy Kusnadi, M.Phil selaku wakil Dekan II Fakultas Ushuluddin
dan Studi Agama.
viii
7. Bapak Dr. M. Ied Al-Munir, M.Hum selaku wakil Dekan III Fakultas
Ushuluddin dan Studi Agama.
8. Prof. Dr. H. Suaidi Asy’ari, MA., Ph.D selaku Rektor Universitas Islam
Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
9. Ibu Dr. Rofiqoh Ferawati, SE.M.EI,, Bapak Dr. As’ad Isma, M.Pd, Bapak
Bahrul Ulum, S.Ag., MA, selaku wakil Rektor I, II, III, Universitas Islam
Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
10. Bapak/Ibu Dosen Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama UIN STS Jambi
yang telah senantiasa memdidik dan memberikan banyak ilmu, kepada semua
mahasiswanya.
11. Bapak/ibu Ketua Kasubag beserta karyawan dan karyawati Fakultas
Ushuluddin dan Studi Agama UIN STS Jambi.
12. Bapak Kepala Pusat Perpustakaan UIN Sulthan Thana Saifuddin Jambi
beserta staf-sataf nya, terima kasih telah membantu, dan melayani secara baik
pinjaman buku-buku kepada penulis selama ini.
13. Bapak kepala Perpustakaan Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama beserta
staf-staf nya, terimakasih telah melayani pinjaman buku-buku kepada penulis
selama ini.
14. Kang Mas Hendra Sofiadi sebagai Sesepuh Persaudaraan Setia Hati Terate
desa Kedemangan yang telah bersedia memberi izin dan membantu
menyelesaikan skripsi ini.
15. Seluruh teman-teman seangkatan 2017 jurusan Aqidah dan Filsafat Islam
Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
Semoga Allah SAW, membalas segala kebaikan dan bantunnya kepada penulis
selama ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna
untuk itu penulis mengharapkan masukan serta saran dari pembaca.
ix
DAFTAR ISI
x
Persaudaraan Setia Hati Terate ......................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
CURRICULUM VITAE
xi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia memiliki beraneka ragam budaya daerah yang menjadi kekayaan
budaya bangsa. Masing-masing daerah memiliki ciri khas dan keunikan tetentu
yang mewakili setiap daerahnya. Salah satu daerah yang memiliki cirri khas
dalam budayanya adalah Jawa. Salah satu kebudayaan yang masih harus
dilestarikan sebagai warisan budaya dan leluhur adalah Silat. Tradisi turun
temurun silat yang ada di Indonesia sangatlah beragam dan tradisi yang ada
didalamnya seperti pemeliharaan dan perawatan atibut-atribunya pun harus dijaga
dan dilestarikan, karena dri situlah kan tercermin jati diri sebuah kebudayaan yang
dimilikinya.2
Suatu kebudayaan itu banyak memiliki berbagai makna, pada zaman dahulu
budaya sangat banyak dikenal dan juga berbagai budaya dilaksanaan oleh
masyarakat-masyarakat, namun pada kehidupan sekarang ini masyarakat
sudah banyak yang tidak memiliki ciri khas kebudayaannya sendiri. Kebudayaan
yang dimiliki oleh manusia hingga dewasa ini secara keseluruhan dapat
digambarkan sebagai tumpukan pengalaman budaya dan pembangunan budaya
yang terdiri dari lapisan-lapisan budaya yang terbentuk sepanjang
sejarahnya.3
Kebudayaan memiliki tiga dimensi penting. Pertama, kebudayaan terkait
dengan sistem nilai dan gagasan-gagasan, cara berfikir, norma-norma dari suatu
kelompok. Kedua, kebudayaan berkaitan dengan ekspresi, seperti dari perilaku
dan perwujudan konkrit dimensi yang pertama. ketiga, kebudayaan berkaitan
dengan karya cipta benda. Ini merupakan perwujudan konkrit dari perpaduan
dimensi pertama dan dimensi kedua. Dimensi yang ketiga ini sering kali disebut
artefak atau benda material dari kebudayaan. Sehingga pencak silat mengandung
2
Agus Mulyana, Pencak silat Setia Hati: Sejarah,Filosofi,Adat Istiada (Bandung:Tulus
Pustaka, 2016),15.
3
Agus Mulyana, Pencak silat Setia Hati: Sejarah,Filosofi,Adat Istiadat, ibid.15.
1
2
4
Agus Mulyana, Pencak silat Setia Hati: Sejarah,Filosofi,Adat Istiada (Bandung:Tulus
Pustaka, 2016),15.
5
Asepta Yoga Permana, Pencak Silat (Surabaya:Insan Cendikia, 2008),1.
6
Agus Mulyana, Pencak silat Setia Hati: Sejarah,Filosofi,Adat Istiada (Bandung:Tulus
Pustaka, 2016),15.
7
Asepta Yoga Permana, Pencak Silat (Surabaya:Insan Cendikia, 2008),1.
3
luhur, tetapi dengan pendekatan agama yang memberi tuntunan kepada setiap
anggotanya untuk menjalankan ibadah secara nyata untuk memperteguhkan iman
dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.8
Pencak silat di Indonesia sangatlah banyak, sehingga di Indonesia membuat
suatu ikatan pencak silat yang dinamakan IPSI (Ikatan Pencak Silat Indonesia).
IPSI ini mempunyai banyak sekali cabang seperti halnya: pencak silat Pagar Nusa,
Ikatan Kera Sakti (IKS), Tapak Suci, Setia Hati(SH), dan lain sebagainya. Selain
itu pencak silat juga mempunyai unsur-unsur yang bermanfaat untuk tubuh dan
dirinya, seperti:olahraga, seni, bela diri, dan kebatinan. Pencak silat bersumber
pada kerohanian yang murni, dan berguna untuk keselamatan diri atau
kesejahteraan bersama dan menghindari diri dari bencana. kebudayaan sekarang
yang dimasuki dengan agama seperti islam sudah banyak sekali, seperti halnya
pencak silat Persaudaraan Setia Hati Terate yang tidak hanya melestarikan budaya
luhur, tetapi dengan pendekatan agama yang memberi tuntunan kepada setiap
anggotanya untuk menjalankan ibadah secara nyata untuk memperteguhkan iman
dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.9
Persaudaraan Setia Hati Terate merupakan kekuatan iman dan spiritual yang
bisa melahirkan perasaan mendalam terhadap kasih sayang, kecintaan kemuliaan,
dan rasa saling percaya sesama saudara yang terikat dengan janji dan sumpah,
iman dan taqwa. Serta wajib merealisasikan Persaudaraan Setia Hati Terate
dengan memenuhi syarat-syarat yang atau pokok, seperti: Iman dan Taqwa, Ikhlas
karena Allah, terikat janji dan sumpah, saling memberikan nasihat, setia dalam
segala hal.10 Sesudah merealisasikan syarat-syarat diatas, pendekat mempunyai
tingkatan dalam sabuknya seperti hitam, merah muda, hijau, dan putih kecil.
Setelah putih kecik kemudian mencapai saudara, yang mempunyai beberapa
tingkatan seperti saudara Setia Hati Tingkat I (ester trap), Tingkat II (twede trap),
Tingkat III (derde trap).
8
Agus Mulyana, Pencak silat Setia Hati: Sejarah,Filosofi,Adat Istiadat (Bandung:Tulus
Pustaka, 2016), 5&7.
9
Agus Mulyana, Pencak silat Setia Hati: Sejarah,Filosofi,Adat Istiadat (Bandung:Tulus
Pustaka, 2016), 5&7.
10
Ibid., 11.
4
َل أَمَّنَآ إِ ََلُ ُك ْم إِلَوٌ َوِح ٌد ٓ فَ َمن َكا َن يَ ْر ُجوآ لَِقآءَ َربِِّۦو فَلْيَ ْع َم ْل
وحىٓ إِ َ م ِ
َ ُقُ ْل إمَّنَآ أَنَآ بَ َشٌر ِّمثْلُ ُك ْم ي
ِ ِ ِ ِۦ ِ عم اًل
َح ادٓا َ صل احا َوََل يُ ْش ِر ْك بعبَ َادة َربِّو أ
َ ََ
11
Agus Mulyana, Pencak silat Setia Hati: Sejarah,Filosofi,Adat Istiada (Bandung:Tulus
Pustaka, 2016), 126.
12
Savitri Umul Fauziah, Skripsi:”Makna Filosofis Tradisi Cuci Mori Suroan Pada Silat
Persaudaraan Setia Hati Terate (Studi Di Desa Penerokan Km 44 Kecamatan Bajubang Darat
Kabupaten Batanghari) “ (Jambi: UIN STS, 2019). Hal. 16.
5
Adat keceran memiliki beberapa syarat yang harus dibawa seperti ayam
jago, mori, sirih, logam, dan lain sebagainya yang telah ditentukan. Sehingga
banyak orang-orang tidak tau apa yang terdapat didalam syarat tersebut. Kenapa
harus seperti ayam jago, mori, sirih, logam dan lainnya. Apa maksud dari tanda
syarat ini, sehingga banyak orang yang berpikiran aneh-aneh tentang syarat-syarat
tersebut. Setelah diteliti ternyata Syarat-syarat itu memiliki arti sehingga bisa
dikaitkan dengan teori penanda dan petanda yang bisa menghasilkan suatu tanda
makna, teori ini berasal dari tokoh linguistik yaitu Ferdinand De Saussure.
Konsep tentang tanda Saussure atau disebut signifiant (penanda) dan signifie
(petanda).14 Penanda dan petanda menurut Saussure yang berasal dari sign (tanda)
merupakan unsur dasar yang belum digunakan dalam komunikasi. Penanda
merupakan gambaran bunyi abstrak dalam kesadaran, sedangkan petanda berupa
gambaran dunia luar dalam abstraksi kesadaran yang di acu oleh penanda. Unsur
penanda harus mempunyai wujud yang konkret, memiliki relasi dan kombinasi
yang sesuai dengan sistem untuk melandasinya sampai tahap komunikasi. 15 Selain
mengambil konsep penanda dan petanda ini, penulis juga mengambil konsep
agama merupakan segala perbuatan atau beribadah kepada Allah SWT dengan
menjalankan syariat islam dan lebih menekankan kepada Al-Qur’an sehingga
banyak sekali pedoma yang bisa dilhat di dalam Al-Quran. Konsep agama dari
Clifford Geertz yang lebih menekankan ke simbol atau makna. Karena
pemkiranya masih berkaitan dengan pembahasan adat yang akan dijelaskan dalam
skripsi ini.
13
Tim Penerjemah dan Penafsiran al-qur’an, Al-Qur‟an dan Terjemahannya (Jakarta:
Departemen Agama RI., 1985) 23.
14
Mudjia Rharjo,”Ferdinand de Saussure: Bapak Linguistoik Modern dan Pelopor
Strukturalisme”, jurnal lingua:ilmu bahasa dan sastra, Vol.1 No.1(September, 2003), 9-10.
15
Mudjia Rharjo,”Ferdinand de Saussure: Bapak Linguistoik Modern dan Pelopor
Strukturalisme”, jurnal lingua:ilmu bahasa dan sastra, Vol.1 No.1(September, 2003), 7-8.
6
Teori penanda dan petanda bisa dikaitkan dengan adat keceran yang
dijelaskan dalam skripsi ini, dengan cara memasukkan penanda sebagai tahap atau
syarat adat keceran, sedangkan petanda sebagai gambaran ide atau konsep daari
tahapan atau syarat adat keceran. Karena nama dari tahapan atau syarat adat
keceran seperti kain mori, air putih, logam, daun sirih, ayam jago, dan tumpeng
bisa dijadikan suatu bunyi, sedangkan gambaran ide atau konsep dalam tahapan
atau syarat adat keceran bisa dijadikan petanda. Dengan begitu penulis
mengkaitkan adat keceran pencak silat Persaudaraan Setia Hati Terate yang
ditinjau dari teori penanda dan petanda Saussure yang mengkaitkan dengan nilai-
nilai islamiyah. Walaupun didalam rumpunan persaudaraan setia hati terate
masing-masing memiliki perbedaan yang tidak boleh dijelaskan kepada khalak
umum, setidaknya skripsi ini sebagai pengetahuan tentang adat keceran yang ada
dalam pencak silat persaudaraan setia hati terate.
B. Permasalahan
Permasalahan yang telah diuraikan di atas, maka yang menjadi rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimana Adat keceran Pencak Silat PSHT
yang terdapat dalam penanda dan petanda? Maka masalah dalam penelitian ini
merumuskan beberapa penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimana Latar Belakang Sejarah dan Perkembangan Pencak Silat
Persaudaraan Setia Hati Terate di Desa Kedemangan Kecamatan Jaluko
Kabupaten Muaro Jambi ?
16
Indra Jaya Subhakti, Ketua Rayon, Wawancara dengan Penulis, 1 maret 2020
kedemangan jaluko.
7
17
Kaelan “ Filsafat Bahasa Semiotika dan Herrmeneutika” ( Yogyakarta : Paradigma.
2009). 181.
9
berlainan dapat dibedakan pada waktu ini, tetapi semuanya secara langsung atau
tidak langsung dipengaruhi oleh course De Saussure.
Menurut Stanley J. Grenz, kehebatan Saussure adalah ia berhasil menyerang
pemahaman “historis” terhadap bahasa yang dikembangkan pada abad ke-19.
Pandangan abad ke-19 memulai studi bahasa dengan fokus kepada perilaku
linguistik nyata (ucapan manusia. Parole). Stuadi demikian menelusuri
perkembangan kata-kata dan ekspresi sepanjang sejarah, mencari faktor-faktor
yang berpengaruh, seperti Georgrafi, perpindahan penduduk, perubahan peilaku
linguistik amnusia.18
Sedikitnya ada lima pandangan dari Saussure yang dikemudian hari menjadi
peletak dari strukturalisme Levis-Strauss, yaitu pandangan tentang signified
(petanda),signifier (penanda), form (bentuk),langue (bahasa) dan parole (tutur,
ujaran) synchronic (sinkronik), dan diachronic (diakronik) serta syntagmatic
(sintakmatik) associative (paradigmatik).
Signifier dan signified yang cukup penting dalam upaya menangkap hal
pokok pada teori Saussure adlah prinsip yang mengatakan bahwa bahasa itu
adalah suatu sistem tanda, dan setiap tanda itu terususun dari dua bagian, yakni
penanda dan petanda. Menurutnya bahasa itu merupakan suatu sistem tanda,
suara-suara baik suara manusia, binatang, atau bunyi-bunyian, hanya bisa
dikatakan sebagai bahasa atau berfungsi sebagai bahasa bilamana suara atau bunyi
tersebut mengekspresikan, menyatakan, atau menyampaikan ide-ide, pengertian-
pengertian tertentu. Untuk itu suara-suara tersebut harus merupakan bagian dari
sebuah sistem kovensi, sistem kesepakatan dan merupakan bagian dari sebuah
sistem tanda.
Tanda adalah kesatuan dari suatu bentuk penanda (signifier) dengan sebuah
ide atau petanda (signified). Dengan kata lain, penanda adalah “bunyi yang
bermakna” atau “coretan yang bermakna”. Jadi penanda adalah aspek material
dari bahasa. Petanda adalah gambaran mental, pikiran atau konsep. Maka itu,
18
Alex Sobur. Semiotika Komunikasi. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2013).31-32.
10
komponen yang tak terpisahkan. Bagi Saussure, hubungan antara penanda dan
petanda bersifat arbitrer (bebas), baik secara kebetulan maupun ditetapkan.
Penelitian ini diikat oleh teori adanya hubungan pentanda dan petanda
dalam adat keceran. Sehingga dalam penelitian ini penulis menggunakan teori
petanda dan penanda yang digagas oleh Ferdinand de Saussure bahwa Penanda
dan petanda menurut Saussure yang berasal dari sign (tanda) merupakan unsur
dasar yang belum digunakan dalam komunikasi. Penanda merupakan gambaran
bunyi abstrak dalam kesadaran, sedangkan petanda berupa gambaran dunia luar
dalam abstraksi kesadaran yang di acu oleh penanda. unsur penanda harus
mempunyai wujud yang konkret, memiliki relasi dan kombinasi yang sesuai
dengan sistem untuk melandasinya sampai tahap komunikasi.22
Teori penanda dan petanda bisa dikaitkan dengan adat keceran dengan cara
memasukkan penanda sebagai tahap atau syarat adat keceran, sedangkan petanda
sebagai gambaran ide atau konsep dari tahapan atau syarat adat keceran. Karena
nama dari tahapan atau syarat adat keceran seperti kain mori, air putih, logam
koin, daun sirih, ayam jago, dan tumpeng bisa dijadikan suatu bunyi, sedangkan
gambaran ide atau konsep dalam tahapan atau syarat adat keceran bisa dijadikan
petanda. Dengan begitu penulis mengkaitkan adat keceran pencak silat
Persaudaraan Setia Hati Terate yang ditinjau dari teori penanda dan petanda
Saussure yang mengkaitkan dengan syarat-syarat didalam adat keceran.
2. Makna
Makna adalah hubungan antara lambang bunyi dengan acuannya. Ujaran
manusia itu mengandung makna yang utuh. Kebutuhan makna itu merupakan
perpaduan dari empat aspek, yakni pengertian (sense), perasaan (feeling), nada
(tone),dan amanat (intension).
Kamus linguistic,pengertian makna dijabarkan menjadi23:
a. Maksud pembicara pengaruh penerapan bahasa dalam pemakaian persepsi
atau perilaku manusia atau kelompok manusia.
22
Mudjia Rharjo, ”Ferdinand de Saussure: Bapak Linguistoik Modern dan Pelopor
Strukturalisme”, jurnal lingua:ilmu bahasa dan sastra, Vol.1 No.1(September, 2003), 7-8.
23
Abdul Chaer Liliana Muliastuti. Makna dan Semantik.
http://repository.ut.ac.id/4770/1/PBIN4215-M1.pdf diakses pada kamis 10 september 2020.
12
24
Alex Sobur, “Semiotika Komunikasi”. (Bandung: Pt Remaja Rosdakarya,2009), 256.
25
Ibid,. 260.
13
Dari uraian diatas dapat dipahami bahwa filsafat merupakan suatu proses
berfikir yang dilakukan manusia untuk mencari dan memahami hakikat yang
sebenarnya dari segala sesuatu. Memahami makna dapat dilihat dari teori yang
dikemukakan brown yaitu melihat pelaksanaan adat keceran dan prosesnya
menggunakan bahan-bahan persyaratan yang mempunyai arti atau makna
tersendiri. Oleh karena itu makna adat keceran PSHT itu sendiri dapat dilihat
dengan mencari makna dari persyaratan yang digunakan dalam adat tersebut serta
menafsirkannya.
3. Budaya Sebagai Simbol
Pengertian kebudayaan menurut Cliford Geertz lebih menekankan kepada
simbol, sehingga bagaimana manusia berkomunikasi lewat simbol. Simbol
bertbentuk melalui dinamisi interaksi soaial, yang merupakan realitas empiris
kemudian diwariska secara historis yang beuatan nilai-nilai dansisi lain simbol
merupakan acuan wawasan, yang berbentuk petunjuk bagaimana warga budaya
tertentu menjalani hidup. Seni bisa berfungsi sbagai sistem kebudayaan, selain itu
seni juga bisa menjadi angapan umum, ideologi, politik, dan hal-hal lain yang
senada dengan itu. Kebudayaan itu secara sosial terdiri dari struktur-struktur
makna dalam tema-tema berupa sekumpulan tanda yang denganya masyarakat
melakukan tindakan, mereka dapat hidup didalamnya ataupun menerima celaan
atas makna tersebut dan kemudian menghilangknnya. 26
4. Adat keceran pencak silat Persaudaraan Setia Hati Terate
Pencak silat Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) mempunyai adat yang
atau disebut dengan pengesahan yang digunakan untuk pengangkatan atau wisuda
dari siswa menjadi saudara. Wisudawan warga baru ini dilaksanakan pada bulan
Suro atau Muharram. Penentuan pengesahan wisudawan ini dilakukan oleh
pengurus cabang dengan mempertimbangkan kesiapan warga tingkat II sebagai
dewan pengesah warga baru PSHT 27.
Kecer/Peureuh artinya ditetesi, kecer umumnya menggunakan daun sirih,
tetapi ada juga yang menggunakan cabe, ujung belati tajam dan jeruk nipis. Dalam
26
Alex Sobur, “Semiotika Komunikasi”. (Bandung: Pt Remaja Rosdakarya,2009), 254.
27
Admin, Ritual Pengesahan Warga Baru PSHT, diakses melalui alamat
http;//www.lawupos.net pada hari minggu, 13 Mei 2020, pukul 20:17 WIB.
14
28
Admin, Ritual Pengesahan Warga Baru PSHT, diakses melalui alamat
http;//www.lawupos.net pada hari minggu, 13 Mei 2020, pukul 20:17 WIB.
29
Admin ,”profil Persaudaraan Setia Hati Terate”, https://www.shterate.com/profil-
persaudaraan-setia-hati-terate/, diakses pada 15 September 2020, 19:30.
15
F. Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Pendekatan Penelitian adalah aspek yang sangat penting dalam suatu
penelitian. Penelitian ini berbentuk penelitian lapangan (field research) yang
berifat kualitatif descripstif. Tujuan penelitian kualitatif deskriptif yaitu untuk
memperoleh gambaran seutuhnya mengenai suatu hal menurut pandangan
manusia yang diteliti. Karakteristiknya menggunakan lingkungan alamiah
sebagai sumber data, memiliki sifat deskriptif analitik, tekanan pada proses,
bersifat indukatif, dan mengutamakan makna. Focus penelitiannya yaitu berkaitan
dengan sudut pandang individu-individu yang teliti, uraian rinci tentang konteks,
sensitivitas terhadap proes dan sebagainya.
Menggunakan metode deskriptif karena data-data yang dikumpulkan pada
peneltian ini berupa gambar dan kata-kata, bukan berupa angka. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif yang berusaha mendapatkan informasi
selengkap mungkin mengenai penanda dan petanda adat keceran PSHT di Desa
Kedemangan. Informasi digali melalui observasi dan wawancara secara mendalam
terhadap informasi yang bertujuan untuk memecahkan masalah yang sedang
diteliti. Data-data dari hasil pengamatan,waancara, dan dokumentasi yang
dihasilkan, kemudian disusun dalam bentuk kalimat dan gambar.30
2. Setting dan Subjek Penelitian
Setting Penelitian adat keceran ini mengacu pada pencak silat Persaudaraan
Setia Hati Terate di Desa Kedemangan itu sendiri. Pemilihan setting ini
berdasarkan pertimbangan bahwa adat keceran ini sebenarnya tertutup, namun
karena akan mengupas lebih dalam lagi bagaimana sebenarnya tradisi Adat
Keceran itu maka tidak ada salahnya jika penilaian ini tetap dipegang teguh
supaya setting objek tidak banyak memgalami perubahan.
Adapun teknik penentuan subjek penelitian adalah Snowball sampling,
secara teknis ditentukan terlebih dahulu subjek penelitian kunci (Key Subjek
Penelitian)¸ selanjutnya key subjek penelitian diminta merekomendasikan
30
W. Wahidmurni, pemaparan metode penelitian kualitatif. (Malang:UIN Maulana Malik,
2017),4.
16
31
Arikunto dan Suharsimi. Prosedur penelitian . (Jakarta:Bumi Aksara, 1989). 213.
32
Cresswel, Jhon W. Research design pendekatan kualitatif, kuantitatif dan
campuran.(Pustaka Belajar: Yogyakarta, 2016) hlm.130.
17
33
Ridwan. Metode teknik menyusun proposal penelitian. (cet. II: Bandung: CV.Alfabeta,
2009), 56.
34
Lexy Moleong, metodologi Penelitian Kualitatif.(Bandung:Remaja Rosdakarya,1996).
30.
18
berbagai informasi yang terkait dengan yang diteliti. Beberapa hal yang menjadi
utama dalam wawancara ini meliputi tentang petanda dan penanda dalam adat
keceran PSHT serta di wawancara beberapa yang terkait dengan topik peneliti.
Tentu saja informasi dari hasil wawancara yang disuguhkan masih penulis
maknai dan masih memerlukan interpretasi lebih lanjut berdasarkan pemahaman
penulis dengan melakukan cross ceck dengan teori yang ada. Untuk mengatasi
terjadinya kesalahan informasi yang diragukan kesahihannya, maka setiap hasil
wawancara akan diuji dengan membandingkan bentuk informasi yang diterima
satu informan dengan informasi yang didapat dari informasi lain.35
c. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan langkah untuk menyempurnakan teknik
pengumpulan data. Teknik ini dilakukan dengan cara pengamatan dan pengkajian
dokumentasi yang berupa catatan-catatan dan tulisan dari buku-buku. Serta
pengamatan dilakukan dengan cara pengambilan gambar fotografi.
5. Teknik Analisa Data
Analisis deskriptif adaalah metode-metode yang berkaitan dengan
pengumpulan data dan penyajian data sehingga memberikan informasi yang
berguna.36 Hal pertama yang dilakukan adalah membaca, mempelajari, dan
menelaah data yang peneliti dapatkan dari hasil wawancara dan hasil observasi
yang terkumpul serta data-data lainnya. Langkah kedua,mereduksi data secara
keseluruhan dari data yang telah dibaca, dipelajari, dan ditelaah agar dapat
dikategorikan sesuai tipe masing-masing data, dan selanjutnya di lakukan dalam
bentuk laporan dari hasil yang diperoleh secara deskriptif analisis, yaitu dengan
mendeskripdikan atau menggambarkan keadaan suatu objek penelitian
berdasarkan faktor-faktor yang tampak atau apa adanya. Penyajian dalam bentuk
tulisan yang menerangkan apa adanya sesuai dengan diperoleh dari penelitian.37
Dalam metode analisa data peneliti menggunakan analisa data kualitatif
dengan menggunakan model Milles dan Huberman. langkah-langkah analisa data
35
Lexy Moleong, metodologi Penelitian Kualitatif. Ibid. 32.
36
Sumadi Suryabrata, metode penelitian.(Jakarta:Rajawali Pers, 2012), 40.
37
Cresswel, Jhon W. Research design pendekatan kualitatif, kuantitatif dan
campuran.(Pustaka Belajar: Yogyakarta, 2016) hlm.131.
19
38
B. Mathew Milles dan Michael Huberman, Analisis Data Kualitatif buku sumber tentang
metode-metode baru Jakarta: UIP 1922.
20
tentang makna yang dapat dilihat dari suatu konsep atau pesan-pesan yang ada di
dalam suatu cerita. Menurut Saussure referent yang merupakan unsur tambahan
sebagai proses penandaan ditunjukan sebagai objek yang menjadi penuturan
makna suatu tanda untuk orang lain mengartikannya. Tanda mempunyai dua
elemen, yaitu signifier yang berupa tanda, kata, gambar, dan suara sedangkan
signified yang merunjuk pada konsep, makna, petanda, yang diutarakan.39
Dengan teori ini juga berkotribusi dengan menganalisis dalam segi aqidah
islamiyah bisa diketahui bahwa kata aqidah secara bahasa bearti keyakinan yang
kokoh atas sesuatu sehingga tidak ada keraguan yang mengiringinya. Keyakinan
ini tentu saja harus sesuai dengan realita agar aqidah yang dimiliki menjadi benar.
Istilah aqidah tentu saja bukan istilah yang asing dalam pengetahuan islam.
Pemahaman mengenai aqidah adalah landasan dari ajaran islam yaitu Al-Qur’an
dan al hadist. Dalam skripsi ini terdapat ayat-ayat Al-Qur’an yang merupakan
hasil pencarian analisis data penulis yang mengandung kaidah-kaidah islamiyah.
6. Pemeriksaan Keabsahan Data
Untuk memperoleh data yang terpercaya dan dapat di percaya, maka peneliti
melakukan teknik pemeriksaan keabsahan data yang disarankan atas sejumlah
kriteria. Dalam penelitian kualitatif, supaya pemeriksaan keabsahan data dapat
dilakukan lewat empat cara yaitu:
a. Perpanjangan keikutseraan
Pelaksanaan perpanjangan keikutsertaan yang dilakukan peneliti ditempat
secara langsung dan cukup lama, dalam upaya mendeteksi dan menghitung
penyimpangan yang mungkin mengurangi keabsahan data, karena kesalahan
penilaian data (data distortion) oleh peneliti atau responden, disengaja atau tidak
sengaja. Distorsi ddata dari peneliti atau adanya keterasingan peneliti dari
lapangan yang diteliti sehinggga distorsi data dari responden, dapat timbul secara
tindak sengaja, akibat adanya kesalahpahaman terhadap pertanyaan atau muncul
dengan sengaja, karena responden berupaya memberikan informasi fiktif yang
dapat menyenangkan peneliti, ataupun untuk menutupi fakta yang sebenarnya.
39
Alex Sobur, “Semiotika Komunikasi”. (Bandung: Pt Remaja Rosdakarya,2009), 257.
21
40
Cresswel, Jhon W. Research design pendekatan kualitatif, kuantitatif dan
campuran.(Pustaka Belajar: Yogyakarta, 2016) hlm.133
22
dilapiskan atau di korelasikan dengan tasawuf.41 Disini juga memiliki arti bahwa
tentu berbeda dengan skripsi penulis.
Safitri Umul Fauziah, (2018) Skripsi berjudul: Makna filosofis tradisi cuci
mori suroan pencak silat Persaudaraan Setia Hati Terate desa Penerokan Km 38
Kecamatan Bajubang Kabupaten Muaro Jambi. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui makna filosofis tradisi cuci mori suroan dengan perlengkapan dan
alat-alat untuk cuci mori yang dilihat dari segi makna filosofisnya. 42
Annisa Nur Kurnia, (2018) Skripsi berjudul: Internalisasi Nilai Moral pada
Pencak Silat Persaudaraan Setia Hati Terate di desa Bulak Kecamatan Bendo
Kabupaten Magenta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui internalisasi nlai
moral pada pelatihan silat PSHT di desa Bulak Kecamatan Bendo Kabupaten
Magenta. Deksripsi dilakukan dengan mengamati nilai moral serta yang berkaitan
dengan bentuk-bentuk internalisasi.43
Orie Desnanda Saputra, (2018) Skripsi berjudul: Filosofi Hidup pada Ritual
Sahsahan Pencak Silat Persaudaaan Setia Hati Terate. Penelitian ini bertujuan
bahwa makna filosofi disini guna untuk melantik anggota baru atau warga baru
yang terdapat unsur unsur dalam ritual sahsahan ini memiliki unsur mistik.44
Kholid Ubaidah, (2013) Skripsi berjudul: Estetika dalam gerakan pencak
silat PSHT . Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan nilai-nilai estetika
yang terkandung dalam Gerakan Peacvak Silat Psht.45
Oki Wijaya, (2019). Skripsi berjudul : Ipembentukan nili-nili moralitas
Persaudaraan setia hati teratedi komisariat uin sunan ampel. Penelitian ini
membahas tentang gambaran nilai-nilai moralitas yang dimiliki oleh komisariat
41
Hesty Nurfaizah, Skripsi: adat keceran pencak silat persaudaraan setia hati terate UIN
Sunan Ampel perspektif penanda dan petanda dalam korelasi tasawuf.(UIN Sunan Ampel:
Surbaya,2018).42.
42
Safitri Umul Fauziah, Skripsi: Makna filosofis tradisi cuci mori suroan pencak silat
Persaudaraan Setia Hati Terate desa Penerokan Km 38 Kecamatan Bajubang Kabupaten Muaro
Jambi. (UIN STS: Jambi, 2018). 37.
43
Annisa Nur Kurnia, Skripsi: Internalisasi Nilai Moral pada Pencak Silat Persaudaraan
Setia Hati Terate di desa Bulak kecamatan Bendo Kabupaten Magenta.(UNY:Surakarta, 2018)
,54.
44
Orie Desnanda Saputra, “Makna Filosofi pada Ritual Sahsahan Pencak Silat PSHT”,
Skripsi .(UII:Yogyakarta, 2018), 30.
45
Kholid Ubaidah,“Etika dan Estetika dalam Novel Rangsang Tuban Karya
Padmasusatra” Skripsi , (jurnal pendidikan bahasa dan sastra jawa vol.3 no.3.2013). 41-46.
24
sunan ampel dan dampak yang dihasilkan dari anggota psht yang berada
dikomisariat tersebut.46
Sebagai terlihat dari studi relevan ini bahwa diantara kajian yang membahas
dan mengarah tentang adat keceran pencak silat Persaudaraan Setia Hai Terate
di desa Kedemangan kecamatan Jaluko Kabupaten Muaro Jambi dalam Teori
petanda dan penanda saussurre. Karya-karya diatas adalah berbeda dengan karya
yang sedang penulis rencakankan. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan
makna penanda dan petanda dalam syarat adat keceran PSHT. Deskripsi
dilakukan dengan mengamati bentuk penyajian, sejarah dan perkembangan PSHT.
46
Oki Wijaya, “pembentukan nilai-nilai moralitas persaudaraan setia hati terate di
komisariat uin sunan ampel”, http://digilib.uinsby.ac.id/27105/1/Oky%20Wijaya_E01211007.pdf
diakses 11 april 2020.
BAB II
LATAR BELAKANG SEJARAH DAN PERKEMBANGAN
PENCAK SILAT PERSAUDARAAN SETIA HATI TERATE DESA
KEDEMANGAN KECAMATAN JALUKO KABUPATEN MUARO
JAMBI
1
Erwin Setyo Kriswanto, pencak silat (Yogyakarta: Pustakabapupress,2015),13.
2
Suhartono, pelajaran pencak silat nusantara (Jakarta: Keluarga Pencak Silat
Nusantara.2011),2.
25
26
olahraga. Empat macam aspek di atas yang terkandung dalam pencak silat
Indonesia, aspek tersebut tidak dapat terpisah dari pencak silat di Indonesia,
pemaparannya bisa dilihat sebagai berikut:
1. Aspek Pembinaan Mental Spiritual
Aspek ini lebih kepada pembentukan sikap dan watak kepribadian pesilat
yang sesuai dengan falsafah budi pekerti luhur. Aspek ini meliputi sikap dan sifat
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, cinta tanah air,
penuh persaudaraan dan tanggung jawab, suka memaafkan, serta mempunyai rasa
solidaritas tinggi dengan menjunjung ringgi kebenaran, kejujuran, dan keadilan.3
Pencak silat membina pesilatnya untuk mendekatkan kepada Tuhan-Nya,, dan
selain itu pesilat juga harus mempunyai sikap yang berbudi luhur, tanggung
jawab, jujur, adil daling memaafkan. Dengan demikian pesilat tidak membuat
pesilatnya menjadi jagoan dan berbuat semaunya sendiri.
2. Aspek Bela Diri
Didalam pencak silat sangat penting dalam keoercayaan dan ketekunan diri,
untuk bisa menguasai ilmu bela diri. Pada aspek bela diri, pencak silat bertujuan
untuk memperkuat naluri manusia dalam membela diri terhadap berbagai
ancaman dan bahaya. Aspek bela diri meliputi sifat dan sikap kesiagaan dalam
mental dan fisikal dengan dilandasi sikap kesatria, yang tanggap dan selalu
melaksanakan atau mengamalkan ilmu bela dirinya dengan benar, menjauhkan
diri dari perilaku sombong dan rasa dendam.4 Dengan demikian bela diri dalam
pencak silat untuk membela diri terhadap ancaman dana bahaya sekitar, selain
itu,bela diri juga bisa digunakan untuk kesehatan diri, karena didalamnya terdapat
gerakan yang bisa membuat badan menjadu sehat.
3. Aspek Seni
Didalam aspek ini bisa dilihat dari istilah pencak pada umumnya yang
menggambarkan bentuk seni tarian pencak silat dengan musik dan busana
tradisional. Aspek seni merupakan perwujudan kebudayaan dalam bentuk kaidah
3
Erwin Setyo Kriswanto, pencak silat,20-21.
4
Ibid., 21.
27
gerak, irama, keselarasan atara raga, rima, dan rasa.5 Pencak silat bisa dikatakan
senam atau tarian, karena didalamnya ada musik dan irama dalam gerakanya.
Dengan demikian tidak ada kebosanan dalam melakukan pencak silat, tetapi ada
kegembiraan yang meluap.
4) Aspek Olahraga
Aspek ini meliputi sifat dan sikap yang menjamin kesehatan jasmani dan
rohani serta prestasi dibidang olahraga. Hal ini berarti kesadaran dan kewajiban
untuk berlatih dan melaksanakan pencak silat sebagai olahraga, merupakan bagian
dari kehidupan sehari-hari, misalnya denga menyempurnakan prestasi, jika latihan
dan pelaksanaan tersebut dalam pertandingan maka harus menjunjung tinggi
sportifitas. Pesilat mencoba menyesuaikan pikiran dengan olah tubuh. Aspek
olahraga meliputi pertandingan dan semonstrasi bentuk-bentuk jurus, baik
tunggal, ganda dan regu.6 Penulis berpendapat bahwa didalam pencak silat sangat
bagus dalam tubuh. Karena dalamnya terdapat olahraga yang merupakan jurus
pencak silat yang bisa membuat badan sehat.
Pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek mempunyai
keterkaitan dengan pencak silat di Indonesia. Seperti halnya aspek pembinaan
mental spiritual, didalam aspek ini pesilat harus menjadi seseorang yang bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa dan memiliki budi pekerti luhur, selanjutnya aspek
bela diri untuk memperkuat pesilat dalam menghadapi ancaman dan bahaya yang
akan datang, selain itu ada aspek seni yang didalamnya terdapat kebudayaan gerak
dan irama, dan yang terakhir aspek olahraga untuk menyehatkan jasmani dan
rohani dalam melakukan pencak silat tersebut.setelah memaparkan aspek-aspek
pencak silat yang mempunyai berbagai macam manfaantnya, sebelumnya kita
harus mengetahui tentang sejarah atau awal munculnya pencak silat yang ada di
Indonesia
B. Sejarah Pencak Silat di Indonesia
Pada tahun 1990-an pencak silat mengalami kemunduran, tetapi pada saat
ini justru pencak silat kewalahan menyediakan tenaga pelatih untuk melayani arus
5
Erwin Setyo Kriswanto, pencak silat,22.
6
Ibid., 22.
28
7
Suhartono, pencak silat nusantara , 1.
8
Asepta Yoga Permana, pencak silat ,1.
29
Kahuripan yang dipimpin oleh Prabu Erlangga dari Sidoarjo, sudah mengenal
ilmu bela diri pencak dengan Eh Hok Hik yang artinya”Maju selangkah
memukul”.9
2. Perkembangan di zaman penjajahan Belanda
Dizaman ini pemerintah Belanda tidak memberikan kesempatan
[erkembangan pencak silat atau bela diri Nasional, karena dipandang berbahaya
terhadap kelangsungan penjajahannya. Sehingga perkembangan pencak silat di
bangsa Indonesia mulai menurun. Larangan dalam berlatih bela diri juga
bermaksud untuk larangan dalam berkumpul atau berkelompok. Sehingga
kegiatan pencak silat ini dilakukan dengan sembunyi-sembunyi dan hanya
dipertahankan pleh kelompok-kelompok kecil. Kesempatan-kesempatan yang
diijinkan hanya berupa pengembangan kesenian yang masih digunakan di
beberapa daerah, berupa pertunjukan atau upacara. Pengaruh dari penekanan di
zaman penjajahan Belanda banyak mewarnai perkembangan pencak silat untuk
sesudahnya.10
Ki Hadjar Hardjo Oetomo, lelaki kelahiran Madiun pada tahun 1890.
Karena ketekunannya mengabdi pada gurunya, yakni Ki Ngabehi Soerodiwiryo,
terakhir ia pun mendapatkan kasih berlebih dan berhasil menguasai hampir
seluruh ilmu sang guru hingga ia berhak menyandang predikat pendekar tingkat
III dalam tataran ilmu Setia Hati (SH). Itu terjadi di desa Winongo saat bangsa
Belanda mencengkeramkan kuku jajahannya di Indonesia.
Sebagai seorang pendekar, Ki Hadjar Hardjo Oetomo pun berkeinginan
luhur untuk mendarmakan ilmu yang dimilikinya kepada orang lain. Untuk
kebaikan sesama. Untuk keselamatan sesama. Untuk keselamatan dunia. Tapi
jalan yang dirintis ternyata tidak semulus harapannya. Jalan itu berkelok penuh
dengan aral rintangan. Terlebih saat itu jaman penjajahan. Ya, sampai Ki Hadjar
sendiri terpaksa harus magang menjadi guru pada sekolah dasar di benteng
Madiun, sesuai beliau menamatkan bangku sekolahnya. Tidak betah menjadi
9
Erwin Setyo Kriswanto, pencak silat, 1-2.
10
Erwin Setyo Kriswanto, pencak silat, 3.
30
11
Ibid,.
12
Agus Mulyana, pencak silat setia hati:Filosofi,Adat Istiadat (Bandung:Tulus
Pustaka,2016),13.
13
Agus Mulyana, pencak silat setia hati:Filosofi,Adat Istiadat (Bandung:Tulus
Pustaka,2016),14.
31
14
Agus Mulyana, pencak silat setia hati:Filosofi,Adat Istiadat (Bandung:Tulus
Pustaka,2016),14.
32
Panjang Sumatera. Ki Hadjar baru bisa menghirup udara kebebasan setelah lima
tahun mendekam di penjara dan kembali lagi ke kampung halamannya, yakni
Pilangbangau, Madiun.
Selang beberapa bulan, setelah beliau menghirup udara kebebasan dan
kembali ke kampung halaman, kegiatan yang sempat macet, mulai digalakan lagi.
Dengan tertatih beliau terus memacu semangat dan mengembangkan sayapnya.
Memasuki tahun 1942 bertepatan dengan datangnya Jepang ke Indonesia SH
Pemuda Sport Club diganti nama menjadi “SH Terate”. Konon nama ini diambil
setelah Ki Hadjar mempertimbangkan inisiatif dari salah seorang muridnya
Soeratno Soerengpati. Beliau merupakan salah seorang tokoh Indonesia Muda.15
Selang enam tahun kemudian yaitu tahun 1948 SH Terate mulai
berkembang merambah ke segenap penjuru. Ajaran SH Terate pun mulai dikenal
oleh masyarakat luas. Dan jaman kesengsaraanpun sudah berganti. Proklamasi
kemerdekaan RI yang dikumandangkan oleh Soekarno-Hatta dalam tempo singkat
telah membawa perubahan besar dalam segala aspek kehidupan. Termasuk juga
didalamnya, kebebasan untuk bertindak dan berpendapat. Atas prakarsa Soetomo
Mangku Negoro, Darsono, serta saudara seperguruan lainnya diadakan konferensi
di Pilangbangau (di rumah Alm Ki Hadjar Hardjo Oetomo). Dari konferensi itu
lahirlah ide-ide yang cukup bagus, yakni SH Terate yang semenjak berdirinya
berstatus “Perguruan Pencak Silat” dirubah menjadi organisasi “Persaudaraan
Setia Hati Terate”. Selanjutnya Soetomo Mangkudjajo diangkat menjadi ketuanya
dan Darsono menjadi wakil ketua.
Tahun 1950, karena Soetomo Mangkudjojo pindah ke Surabaya, maka
ketuanya diambil alih oleh Irsad. Pada tahun ini pula Ki Hadjar Hardjo Oetomo
adalah seorang tokoh pendiri PSHT, mendapatkan pengakuan dari pemerintah
Pusat dan ditetapkan sebagai “Pahlawan Perintis Kemerdekaan” atas jasa-jasa
beliau dalam perjuangan menentang penjajah Belanda.16
3. Perkembangan di zaman penjajahan Jepang
15
Agus Mulyana, pencak silat setia hati:Filosofi,Adat Istiadat (Bandung:Tulus Pustaka,
2016), 15.
16
Agus Mulyana, pencak silat setia hati:Filosofi,Adat Istiadat (Bandung:Tulus Pustaka,
2016),17.
33
Mangkoedjojo, Bapak Darsono, Bapak Soemadji, Badini dan Irsad. Saat ini beliau
dalam kondisi sakit. Separo badannya tak bisa digerakkan.
Temu kadang tersebut melahirkan mufakat, bahwa kegiatan SH Terate harus
tetap berjalan dan berkembang. Karena beliau sudah tidak bisa melakukan
aktivitas, kegiatan latihan pencak silat mulai diamanatkan kepada murid
muridnya.Kemudian, digagas perubahan sistem komunikasi di tubuh SH Terate.
Yakni, dari sistem perguruan pencak silat ke sistem organisasi persaudaraan.19
Pada tahun 1950 Ki Hadjar Hardjo Oetomo, mendapat pengakuan
danpenghargaan dari pemerintah Ri sebagai Pahlawan Perintis Kemerdekaan
RI.Penghargaan ini diberikan atas jasa beliau berjuang melawan
Belanda.Walaupun dimasa penjajahan belanda pencak silat tidak diberikan tempat
untuk berkembang, tetapi masih banyak para pemuda yang mempelajari dan
mendalami melalui guru-guru pencak silat. Pada tanggal 18 Mei 1948 (menjelang
PON ke-1), berdirinya organisasi pencak silat yang bernama Ikatan Pencak Silat
Indonesia (IPSI).yang bertujuan untuk menampung perguruan-perguruan pencak
silat. Ketua umum pertama IPSSI adalah Mr. Wongsonegoro. Kemudian diubah
namanya menjadi Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI), yang dimaksud untuk
menggalang kembali semangat tujuan yang dapat memupuk persaudaraan dan
kesatuan bangsa Indonesia, sehingga tidak mudah dipecah belah.20
Ikatan Pencak Silat Indonesia(IPSI) juga mengajukan program kepada
pemerintahan untuk memasukan pelajaran pencak silat Pagar Nusa, Ikatan Kera
Sakti (IKS), Tapak Suci, Setia Hati(SH), dan lainnya. Didalam pencak silat ini
mengandung unsur-unsur olahraga, seni, bela diri, dan kebatinan, dan selain itu
juga bersumber pada kerohanian yang murni. Pencak silat itu berguna untuk
keselamatan diri, atau kesejahteraan bersama dan menghindari diri dari bencana.
Banyaknya pencak silat di nusantara, sehingga penulis hanya mengambil satu
organisasi pencak silat yang banyak digemari dari kalangan anak-anak hingga
dewasa, yaitu Pencak Silat Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT), yang
merupakan rumpunan dari pencak silat Persaudaraan Setia Hati.
19
Ibid,.
20
Erwin Setyo Kriswanto, pencak silat, 4.
35
23
Agus Mulyana, pencak silat setia hati:Filosofi,Adat Istiadat (Bandung:Tulus Pustaka,
2016),106-108.
24
Agus Mulyana, pencak silat setia hati:Filosofi,Adat Istiadat (Bandung:Tulus Pustaka,
2016), 109.
37
Pada tahun 1942, salah seorang murid Ki Hadjar Hardjo Oetomo yang
bernama Soeratno Sorengpati mengganti nama SH PSC menjadi Setia Hati Terate.
Perubahan ini lalu disepakati saat kongres pertama yang diadakan di rumah Ki
Hadjar Hardjo Oetomo di Madiun pada tahun 1948. PSHT lalu mengubah diri dari
sistem yang berbentuk perguruan menjadi sistem berbentuk persaudaraan untuk
mendukung konsep demokratisasi organisasi, namun konsepsi dan tradisi sistem
perguruan masih tetap dilanjutkan. Selanjutnya PSHT semakin berkembang,
setelah Mas Irsyad (salah satu murid Ki Hadjar Hardjo Oetomo) menjadi ketua
dan memperkenalkan 90 senam dasar, jurus 1–4, jurus belati, dan jurus toya.
Jurus-jurus perguruan juga diperbarui oleh Mas Imam Koesoepangat untuk
membedakan diri dari jurus-jurus Djojo Gendilo Tjipto Muljo milik SH Winongo
atau sekarang di kenal dengan Setia Hati Panti.
Tahun 1948, atas perakarsa Soetomo Mengkoedjojo, Darsono, dan lain-lain
mengadakan konferensi di rumah Ki Hajar Hardjo Utomo di desa Pilangbango,
Madiun. Hasil konferensi menetapkan Setia Hati Terate yang dulunya bersifat
perguruan diubah menjadi Organisasi Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT)
dengan diketuai oleh Soetomo Mangkoewidjojo dengan wakilnya Darsono. Secara
berurutan diketuai oleh Muhammad Irsyad sebagai ketua pusat pada tahun 1950,
pada tahun 1974 ketua pusatnya digantikan dengan RM Imam Koessupangat,
kemuadian pada tahun 1977-1984 ketua dewan pusatnya dipimpin oleh ketua
Umum Tarmadji Boedi Hardjono sampai sekarang.
Menjadi saudara pada Persaudaraan Setia Hati Terate, sebelumnya
seseorang itu terlebih dahulu harus mengikuti pencak silat dasar yang dimulai dari
sabuk hitam, merah, hijau, dan putih kecil, pada tahap ini seseorang disebut
sebagai siswa atau calon warga atau saudara. Setelah mencapai saudara ada
beberapa tingkatnya yaitu saudara Setia Hati Tingkat I (ester trap), Tingkat II (
twede trap), Tingkat II ( Derde Trap).25
25
Admin ,”profil Persaudaraan Setia Hati Terate”, https://www.shterate.com/profil-
persaudaraan-setia-hati-terate/, diakses pada (15 September 2020, 19:30).
38
26
Admin ,”profil Persaudaraan Setia Hati Terate”, https://www.shterate.com/profil-
persaudaraan-setia-hati-terate/, diakses pada (15 September 2020, 19:45).
39
27
Admin ,”profil Persaudaraan Setia Hati Terate”, https://www.shterate.com/profil-
persaudaraan-setia-hati-terate/, diakses pada (15 September 2020, 19:45).
40
orang. Di Jambi Pertama kali didirikannya tempat latihan PSHT yaitu cabang
kota, setelah berkembang pesat sampailah ke semua kabupaten di Jambi seperti
Merangin, Sarolangun yang sangat semangat membangun pendopo tempat
latihan siswa, tak lama kemudian pun cabang kota pun membangun pendopo
beserta aula28. awal mula didirikannya PSHT oleh Ki Harjo Oetomo di tahun
1922, yang berarti hingga kini sudah berumur hampir 98 tahun. Kurang 2 tahun
lagi PSHT sudah berusia satu abad atau seratus tahun. Tentunya organisasi
besar banyak ujian didapat seperti rongrongan dari intern, Sama hari ini, adik-
adik melaksanakan tes atau ujian dalam setiap kenaikan tingkat, juga banyak
aral maupun rintangan. Tekad yang kuat dan kompak insyaallah dapat lewati
dan dilalui. Sehingga, organisasi akan menjadi masa jaya dan masa keemasan
PSHT Pusat Madiun.
Mari kita ikuti komitmen pendidikan PSHT sesuai dengan tujuannya yakni
Mendidik manusia yang berbudi luhur tau benar dan salah serta bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berbakti kepada orang tua, dan bakti terhadap pelatih.
Sampailah Pembukaan PSHT di desa Kedemangan pada tahun 2010 dengan
founder penggerak yang pertama adalah Mas Hendra Sofyadi. Pendiri pertama
sekali di desa Kedemangan Kecamatan Jaluko Kabupaten Muaro Jambi, dengan
modal tekad dan semangat yang juang tinggi dengan mendirikan latihan
menggunakan tanah depan rumahnya untuk melanjutkan pengabdiannya. Jadwal
yang berbeda-beda tak tak menyurutkan semangat untuk tetap memberi latihan
pada adik-adik latihan yang ampunya.
Wawancara dengan Mas Indra Jaya beliau berkata: “[S]iswa Angkatan
pertama yang diajarkannya adalah sejumlah 8 orang dan yang mengajarinya
pada latihan angkatan pertama tersebut adalah mas Hendra sendiri, yang
menjadi landasan pokok struktur pengajaran. Sampai beranjak tahun 2012
seluruh warga PSHT yang baru masuk telah selasai untuk diwisudakan dan
kembali melanjutkan pengajaran para murid baru dan membuat angkatan ke II
yang pada akhirnya sukses mengesahkan/mewisudakan anggota baru warga
PSHT. 29
28
Lukman, Sesepuh Kedemangan, Wawancara dengan penulis, 23 oktober 2020, Jambi,
rekaman audio.
29
Indra Jaya, Warga kedemangan, wawancara dengan penulis, 20 Oktober 2020,
Kedemangan, Rekaman Audio.
41
Dalam PSHT kita juga mengajarkan pencak silat dan beorganisasi. tidak
hanya itu, kita juga mengenalkan adanya 5 dasar (panca dalam PSHT) yaitu:
1. Persaudaraan
2. Olahraga
3. Bela diri
4. Kesenian
5. Kerohanian/ke-SH-an
Tujuan untuk membuka latihan yaitu:
1. Memepertebal rasa ketuhanan Yang Maha Esa.
2. Membentuk manusia yang berbudi luhur tahu benar dan salah.
3. Menanam jiwa kesatria, cinta tanah air dan bangsa Indonesia.
4. Mempertinggi seni pencak silat dengan berpedoman wasiat SH terate.
5. Mempertebal rasa cinta sesama.
6. Memeperkuat mental spiritual dan fisik warga PSHT khususnya dan bagsa
Indonesia pada umumnya.
7. Mempertebal kepercayaan diri bagi setiap warga PSHT atas dasar
kebenaran.
30
Indra Jaya Suhakti, Warga PSHT, Wawancara, Kedemangan, 20 Oktober 2020. Melalui
rekaman audio.
42
Pelatihnya Mas Hendra. Dengan demikian atlit-atlit IPSI kabupaten Muaro Jambi
adalah dari Persaudaraan Setia Hati Terate. Pada tahun itu juga mengikuti Kejurda
pencak silat Provinsi Jambi.
Tahun 2017 untuk pertama kalinya mengikuti PORDA (PORPROV) Jambi.
Selanjutnya mengikuti berbagai even pencak silat seperti O2SN, Sirkuit, dan lain
sebagainya. Prestasi silat nya cukup membangakan, tercatat banyak pesilat
kabupaten Muaro Jambi terkhusus di Jaluko semua berasal dari Persaudaraan
Setia Hati Terate.
BAB III
PROSES ADAT KECERAN DALAM
PENCAK SILAT PERSAUDARAAN SETIA HATI TERATE
DI DESA KEDEMANGAN KECAMATAN JALUKO
KABUPATEN MUARO JAMBI
Adat keceran pencak silat Persaudraan Setia Hati Terate setelah wafatnya Ki
Ngabeh Surodiwiryo. Setelah melakukan musyawarah, dimufakati bahwa juru
kecer adalah saudara tua Setia Hati pada tingkat ke-tiga. Setelah itu dimusyawarah
dengan lembaga pertimbangan persaudaraan untuk mendapatkan keputusan.
1
Agus Mulyana, pencak Silat Stia Hati:sejarah,Filosofi,Adat Istiadat, 126-127.
2
Hendra Sofyadi, Warga Sesepuh, wawancara dengan Penulis, kedemangan, 05 oktober
2020.
43
44
Setelah adanya keputusan ini, adat keceran terus berkembang setiap tahunnya,
dengan di kecer-nya atau di wisudakan calon warga pada setiap tahunnya yang
bertepatan pada bulan suro. Adapun alasan adat kecer ini pada bulan suro atau
bulan muharram karena bersangkutnya bulan yang memiliki arti bagi umat islam.
Hari pertama dalam penaggalan Hijriah ini berasal dari pristiwa berpindahnya
Nabi Muhammad SAW dari Makkah ke Madinah pada Juni 622 M. Momen
bersejarah yang disebut menjadi tonggak kebangkitan peradaban Islam.bulan suro/
Muharam dihormati sebagai bulan yang mulia, sebagai malam nan suci serta
dilimpahi rahmat oleh Allah STW serta waktu yang dapat melakukan intopeksi
diri. Dan sekaligus mengingat wafatnya Ki Ngabeh Suro Dwiryo.
B. Adat dan filosofi Keceran pencak silat Persaudaraan Setia Hati Terate
Adat keceran pencak silat Persaudaraan Setia Hati Terate yang dijelaskan
dalam skripsi ini merupakan beberapa organisasi rumpunan Setia Hati, karena
banyak sekali dan berbeda-beda rumpunannya. Penulis mewawancarai salah satu
organisasi yaitu Persaudaraan Setia Hati Terate. Adapun syarat-syarat dalam adat
keceran yang merupakan beberapa hasil wawancara antara lain:
1. Kain putih atau mori putih (sadedek-sapanggawe)
Seperti yang dikatakan oleh warga Sesepuh kang mas Hendra yaitu:
“[M]ori putih merupakan perlambang kesucian. Mori dalam penggunaan
pakaian sakral (Hitam-Hitam) berfungsi sebagai sabuk, yang berarti telah
mengikatkan diri pada kesucian. Dan jika meninggal dunia, dipakai untuk
membungkus”.3 yang maknanya harus tetap berada dalam kesucian, kebersihan
tanpa dikotori
.
Mori putih tersebut dipakai pengikat pinggang, artinya mori putih akan
mengingatkan kita anggota PSHT bahwa ikatan Persaudaraan yang dijalani
berdasarkan kesucian dan kebersihan hati.
2. Air putih di dalam gelas (banyu wening)
Menandakan watak bijaksana dan luwes serta sentosa.
“[A]ir selalu berkumpul menjadi satu pada sumbernya, yakni lautan. Air tak
mengenal perpecahan, tidak dapat dipisah-pisahkan. Mungkin untuk sementara
dapat terbelah, tetapi akan menyatu kembali. Berwatak seperti air, bearti tidak
3
Hendra, warga Sesepuh, wawancara dengan Penulis, 07 Oktober 2020, Kedemangan,
Rekaman Audio.
45
terombang ambing oleh lingkungan yang setiap saat bisa berubah. Air juga
berfungsi sebagai alat pembasuh untuk membersihkan kotoran dimanapun
berada.” Begitulah dikatakan oleh Sesepuh kang mas Hendra.4
Jadi, bisa mengambil contoh sifat air, adalah warga SH harus sanggup
membersihkan diri pribadi dan kotoran-kotoran yang terdapat di masyarakat.5 Ini
gambaran dari hati sanubari yang selalu berkiblat kepada Tuhan dan selalu
berusaha menyatukan diri dengannya.
3. Daun sirih tiga lembar (daun sirih ketemu ros)
Sirih mengandung pengertian “rasa”. ketemu ros bearti lahir dan batin
menjadi satu (manunggal).
“[S]irih ketemu ros berarti berkehendak lahir dan batin harus tunggal untuk
mewujudkan cita-cita. Tiga lembar daun sirih adalah simbol lahir batin yang
manunggal dengan Tuhan Yang Maha Esa. mempunyai maksud selain lahir
manunggal, juga manunggal batin yang harus didasari kebersihan atau
kesucian dan kejujuran.”6 dikatakan oleh warga Sesepuh kang mas Hendra.
Sirih juga melambangakan rasa yang cocok berarti berkeinginan, ketemu rose
mengandung arti ketemu “ketemu rosone” rasa disini adalah “roso sejati” atau
rasa kesukmaan disebut juga rasa ketuhanan, jadi secara keseluruhan
mengandung makna diri dengan pribadi telah bertemu dengan Tuhan Sang
Pencipta.
4
hendra sofyadi, wawancara, Kedemangan, 07 Oktober 2020.
5
Agus Mulyana, pencak silat setia hati:sejarah,filosofi,adat istiadat. 129-130.
6
hendra sofyadi, wawancara, Kedemangan, 07 Oktober 2020.
46
7
Hendra sofyadi, Warga Sesepuh, Wawancara dengan Penulis, Kedemangan, 07 Oktober
2020.
8
Djoko, Warga Sesepuh, wawancara dengan Penulis, Kedemangan, 07 Oktober 2020.
Rekaman Audio.
9
Djoko, Warga Sesepuh, wawancara dengan Penulis, Kedemangan, 07 Oktober 2020.
Rekaman Audio.
47
Pada saat ini, penerimaan calon warga Setia Hati atau yang akan dikecer
harus menyertakan surat izin orangtua bagi yang belum mandiri. Surat
permohonan yang berisi pernyataan bahwa bersungguh-sungguh ingin menjadi
saudara Setia Hati, tanpa adanya paksaan atau pengaruh dari pihak lain. Selain itu
calon warga harus mengunjungi para saudara tua Setia Hati yang telah ditunjuk
dan dipercaya untuk memberikan bimbingan tentang seluk beluk Persaudaraan
Setia Hati Terate, ini bertujuan untuk mengetahui kharakteristik dan niat calon
tersebut. Setelah dinyatakan lulus seleksi dan disetujui oleh para warga tua
kemudian calon warga menyediakan syarat-syarat untuk di wisudakan.10
Proses pengeceran calon warga diberi pengisian dan gemblengan jasmani
dan rohani dan ilmu Setia Hati Terate yang petuah-petuah, petunjuk-petunjuk
secara mendalam dan luas. Sebelum sampai pada tingkatan pengesahan
/wisudakan, siswa harus melalui prosesnya dulu, didalam Persaudaraan Setia Hati
Terate ada tingkatan Sabuk nya.
1. Pertama yaitu sabuk Hitam atau disebut Polos. Pada saat berada di sabuk
polos ini, secara mendasar mengandung arti bahwa siswa yang berada ditingkat
polos adalah siswa yang masih belum mengetahui dengan baik tentang organisasi
Persaudaraan Setia Hati Terate. Siswa polos adlah siswa yang baru belajar dan
baru mengenal PSHT dan boleh ditunjukkan kepada orang lain.
2. Sabuk Jambon atau Merah muda secara mendasar mengandung arti bahwa
siswa jambon adalah siswa yang mudah mengenal PSHT dan mengenal arah yang
benar. Warna jambon mengandung arti yaitu keraguan atau labil, sifat yang mulai
mengarah suatu kepastian tetapi masih dalam taraf menggantung dan belum tetap
wataknya.dalam bahasa Jawa, merah muda ini dapat diartikan melambangkan
suatu keberanian. Jadi siswa dituntun untuk memiliki suatu keberanian yang
memakai perhitungan dalam meghadapi dan menyelesaikan masalah.11
3. Sabuk Hijau secara mendasar mengandung arti bahwa siswa hijau adalah
siswa yang sudah mantap atau tenang hatinya. Warna hijau mengandung arti
keadilan dan keteguhan dalam menjalani sesuatu. Sifat inilah yang diharapkan
10
Agus Mulyana, pencak silat setia hati:sejarah,filosofi,adat istiadat. 102.
11
Admin, “profil Persaudaraan Setia Hati Terate”, di akses
https://www.shterate.com/profil-persaudraan-setia-hati-terate/, 09 Oktober 2020.
48
terbentuk pada siswa hijau, dimana siswa tersebut mampu berbuat adil, mulai di
didik untuk madep, karep, matep, dengan mengutamakan ajaran PSHT. Siswa
ditingkatan ini sudah bisa memiliki harapan untuk bisa di wisudakan menjadi
warga Persaudaraan Setia Hati Terate tingkat I, mengingat pelajaran yang
diperolehnya. Siswa hijau juga mendapatkan pelajaran tambahan seperti
memperlajari Belati, selain belati juga mendapatkan ajaran sarungan. Siswa hikau
juga sudah disiplin dan bisa mencontohkan kepada sabuk dibawah tingkat nya. 12
4. Sabuk putih adalah tingkatan siswa terakhir dalam latihan PSHT, sabuk
putih bearti orang yang telah mencapai tingkatan ini adalah orang mengerti arah
dan tujuan yang sebenarnya dan telah mengetahui perbedaan antara yang benar
dan yang salah. Warna melambangkan kesucian, oleh karena itu sifat dan watak
yang diharapkan dari siswa tersebut dapat bertindak berdasarkan prinsip
kebenaran, dan bersikap tenang seperti air yang mengalir. Sabuk berwarna putih
sebagai pengikat yang kuat berdasarkan kesucian dan kebersihan secara lahir
batin. Dan diharapkan siswa pada tingkatan ini sudah mulai mempersiapkan diri
untuk menjadi warga Persaudaraan Setia Hati Terate tingkat I, dengan jalan
melangkah, laku, sikap, perkataan dan perbuatan lahir dan batin pada hal-hal yang
bersifat baik, besih, dan suci agar nantinya bisa mengikuti pengesahan atau
wisuda menjadi warga Persaudaraan Setia Hati terate tingkat I, dan terhindar dari
arah melintang yang tak diinginkan.13
Latihan pada sabuk putih ada yang namanya latihan pernapasan. Pernapasan
atau bernapas adalah suatu pertanda hidup bagi makhluk Tuhan. Bernapas pada
prinsipnya memasukkan napas kedalam tubuh dengan jalan menghidup udara
bersih yang berisikan unsur-unsur daya hayati hidup. Pada hakikatnya adalah
menghimpun tenaga/kekuatan tubuh/badan menjadi kuat karena menerima daya
hayati hidup (RAHSA) yang dikirim oleh jatnung. Mengeluarkan nafas dari dalam
tubuh dengan jalan menghembuskan udara kotor berisikan unsur-unsur daya
hayati hidup yang telah digunakan untuk kegiatan-kegiatan tubuh. Pada
12
Ibid.,
13
Admin, “profil Persaudaraan Setia Hati Terate”, di akses melaalui alamat
https://www.shterate.com/profil-persaudraan-setia-hati-terate/, 09 Oktober 2020.
49
14
Agus Mulyana, pencak silat setia hati:sejarah,filosofi,adat istiadat (Bandung:Tulus
Pustaka, 2016)128.
50
memungkiri keberadaan Tuhan Yang Maha Esa, dan kita tidak hidup dengan
sendirinya tanpa ada yang menghidupkan. Dan salah satu sumber untuk
mempertebal keyakinan akan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa adalah mengenal
diri pribadi. Untuk mengenal diri pribadi kita harus mawas diri dan merasakan
dengan rasa pengrasa yang harus mendalam, bahwa segala amat perbuatan kita
kedalam batin menuju kembali kepada sumber yang menggerakkan yaitu Tuhan
Yang Maha Esa. Jadi kita merasa hidup didalam Tuhan, kita harus pasrah lahir
batin kepada Tuhan, hidup mau matipun tidak menolak.15
Terkadang kebatinan sering dikaitkan dengan kesaktian, ilmu, dan
sebagainya. Namun pada hakikatnya kebatinan adalah suatu proses pembelajaran
untuk mengetahui hakikat kebenaran, hakikat hidup, dan hakikat diri sendiri.
Walupaun pelajaran kebatinan mendatangkan kesaktian, namun perlu dipahami
bahwa sebenarnya semua itu adalah kehendak dari Sang Maha pemberi hidup, jadi
janganlah disalahgunakan. Penyalahgunaan kebatinan inilah yang kemudian
dikenal dengan nama “Ilmu Hitam”, yaitu ketika seorang manusia telah bersekutu
dengan iblis dan jin. Ketakwaan, keyakinan, dan keimanan dalam Persaudaraan
Setia Hati Terate dibagi menjadi :
1. Melaksankan perintah Tuhan dan tidak melaksanakan larangan-larangan
nya.
2. Melaksanakan perintah Tuhan dan juga melaksanakan larangannya.
3. Tidak melaksanakan perintah Tuhan dan tidak melaksanakan
Larangannya.
4. Tidak melaksakan perintah Tuhan dan juga melaksanakan larangannya.
Sebagai pemahaman awal, perlu diketahui macam-macam kebatinan, yaitu:
1. Kebatinan Asli
Kebatinan asli maksudnya adalah bahwa semua yang berada didunia ini
berasal dari Tuhan Yang Maha Esa.dimana terdapat dua unsur penting yaitu:
mikrokosmos (udara) dan makrokosmos (tanah). Didalam pelajaran kebatinan,
seorang Warga SH Terate diajarkan satu jenis pernapasan yang disebut
15
Agus Mulyana, pencak silat setia hati:sejarah,filosofi,adat istiadat (Bandung:Tulus
Pustaka, 2016), 129.
51
16
Agus Mulyana, pencak silat setia hati:sejarah,filosofi,adat istiadat (Bandung:Tulus
Pustaka, 2016), 135.
17
Agus Mulyana, pencak silat setia hati:sejarah,filosofi,adat istiadat (Bandung:Tulus
Pustaka, 2016)136.
52
18
Agus Mulyana, pencak silat setia hati:sejarah,filosofi,adat istiadat. 137
19
Admin, “profil Persaudaraan Setia Hati Terate”,.
20
Indra Jaya Subhakti, Ketua Rayon Wawancara dengan Penulis, Kedemangan, 08
Oktober 2020. Rekaman Audio.
53
kalau membawa ayam , itu merupakan syukuran saja, diibaratkan dalam kuliah itu
wisuda begitu”.21
Ungkapan itu dapat dijelaskan bahwa adat keceran juga bisa dikatakan
pengesahan sebagai warga atau tingkatan paling tinggi, dengan membawa mori
yang mempunyai makna mengingat kematian, selain itu ayam merupakan
syukuran.
Ada yang tidak mengetahui adat keceran karena itu yang membedakan
warga dengan siswa seperti ungkapan dari Setya yang merupakan siswa PSHT
dengan sabuk putih kecil: “[s]aya belum tau keceran itu apa, tetapi hanya sekedar
tahu istilah keceran saja. Itu hanya membedakan siswa dan warga jadi harus
melewati istilah keceran itu dulu. jadi ada tahapannya, Seperti halnya jambon
yang belum tau bagaimana pergantian dari jambon ke sabuk hijau soalnya belum
melewati jadi tidak tau”.22
Sebelum menjadi saudara para siswa harus melewati beberapa sabuk yang
harus dilalui seperti sabuk polos, jambon, hijau dan putih kecil. Untuk melalui
pergantian sabuk harus ketempat yang ditunjukkan, seperti yang diungkapkan
Nilam saudara tingkat I:
“[s]iswa untuk pergantian sabuk ditentukan oleh pelatihnya, dan tidak harus
ditempat pemakaman. Pergantian sabuk ditentukan apabila siswa sudah
menguasai materi dan siap dalam fisiknya, jika sumua sudah terepenuhi siswa
akan melakukan pergantian sabuk yang ditentukan oleh pelatihnya. Setelah
semua sabuk sudah diambil, baru ketahap selanjutnya yaitu menjadi saudara
dengan tahapan adat keceran”.23
Persaudaraan Setia Hati Terate bukan untuk laki-laki tetapi perempuan juga
banyak sekali yang ikut latihan. Dapat dilihat dari pemaparan diatas bahwa pesilat
yang belum mencapai warga tidak mengetahui tentang keceran, dan tidak tahu
adat-adatnya, itu dikarenakan belum pernah mengalami keceran . sedangkan
warga tingkat I,II dan III pernah mengalami keceran
21
Rangga bayu, Pelatih, Wawancara dengan Penulis, Kedemangan, 08 Oktober 2020.
Rekaman Audio.
22
Setia, anggota PSHT Kedemangan, Wawancara dengan Penulis, Kedemangan, 08
oktober 2020. Rekaman Audio.
23
Nilam Cahya, anggota PSHT Kedemangan, Wawancara dengan Penulis, Kedemangan
08 Oktober 2020. Rekman audio.
BAB IV
PEMAKNAAN ADAT KECERAN PENCAK SILAT
PERSAUDARAAN SETIA HATI TERATE DALAM TEORI
PETANDA DAN PENANDA FERDINAND DE SAUSSURE
Didalam bab ini penulis menjelaskan adat keceran dalam pencak silat
Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) dengan menggunakan teori penanda dan
petanda Ferdinand De Saussure. Tanda dikaitkan dengan tahapan-tahapan yang
ada dalam adat keceran karena bunyi dalam kesadaran yang masih belum jelas,
sedangkan petanda dikaitkan dengan gambaran ide atau konsep yang ada pada
tahapan di dalam adat keceran, dari kedua teori itu disatukan menjadi sebuah adat
keceran.
A. Mori (untuk mengingat Allah SWT)
Adat ini dengan penanda adalah bunyi kata mori yang belum mempunyai
arti apa-apa dan hanya bunyi akustik kain mori merupakan kain yang berwarna
putih atau disebut dengan kain kafan panjang dengan ukuran badannya, digunakan
pada pakaian sakral (Hitam-hitam) sebagai sabuk atau kendit. Sedangkan petanda
adalah konsep atau gambaran ide yaitu untuk mengingat Allah SWT. Kedua teori
itu jika disatukan menjadi tanda yaitu adat keceran atau bisa disebut dengan
pengesahan, yang sekarang merupakan adat turun-temurun dari dahulu dan masih
digunakan sampai sekarang.
Wawancara dengan Mas Hendra berkata Yaitu: “[M]ori putih mempunyai
arti mengikatkan diri pada kesucian. Kemudian pada saat meninggal dunia nanti,
digunakan untuk membungkusnya. 1 Dalam arti itu sebagai peringatan jika suatu
hari nanti mereka bertemu ajal”.
Mori berfungsi sebagai peringatan agar hidup berhati-hati. Seperti dalam
firman Allah Q.S. al-Waqi’ah (56) ayat 60 yang berbunyi:
ٓي ِ ِ
َ ََْن ُن ِبَ ْسبُوق ت َوَما
َ ََْن ُن قَد ْمرنَا بَيْ نَ ُك ُم ٱلْ َم ْو
1
Hendra Sofyadi, Warga Sesepuh, Wawancara dengan Penulis, Kedemangan, 20 Oktober
2020.
55
55
Pemaparan diatas dapat lihat bahwa penanda (berbunyi) adalah kain mori,
sedangkan petanda (konsep) adalah gambaran dari kain mori yang bewarna putih
untuk mengingat Allah SWT. Dari kedua aspek itu menghasilkan suatu makna
tanda yaitu adat keceran. Dan makna dari syarat tersebut ada nilai-nilai islam yang
terkandung.
B. Air Putih dalam Gelas
Teori penanda dalam tahapan ini bisa dibunyikan dengan kata air putih,
sedangkan dalam petanda bisa digambarkan dalam bentuk air berwarna putih yang
didalam gelas, bermakna supaya menjadi orang yang mengalir dan putih seperti
air. Dan berfungsi sebagai alat pembasuh untuk membersihkan kotoran
dimanapun berada dan melambangkan watak bijaksana dan luwes serta sentosa.
Dari kedua teori ini bisa menghasilkan suatu tanda yaitu adat keceran.
Tahapan adat ini juga memiliki pengertian yang dijelaskan oleh Mas Lukman:
“[a]ir adalah satu-kesatuan yang selalu berkumpul menjadi satu pada
sumbernya, yakni lautan. Air tak mengenal perpecahan, tidak dapat dipisah-
pisahkan. Mungkin utnuk sementara dapat terbelah, tetapi akan menyatu
kembali. Berwatak seperti air, berarti tidak terombang ambing oleh longkungan
yang setiap saat bisa berubah”.3
Mengambil contoh dari sifat air warga PSHT harus sanggup membersihkan
diri pribadi dan kotoran-kotoran yang terdapat dimasyarakat.4 Selain itu seorang
warga PSHT harus menyadari eksistensi dirinya sebagai ciptaan Allah yang
ditugaskan untuk menjaga kelestarian dan kedamaian bumi. Bisa diibaratkan
seperti makhluk yang diciptakan oleh Allah dimuka bumi harus memberikan
manfaat yang baik kepada alam sekitar, dan tidak menjadi orang yang mengikuti
kesesatan.5 Dan makna dari syarat tersebut ada nilai-nilai islam yang terkandung.
2
Tim Penerjemah dan Penafsiran al-qur’an, Al-Qur‟an dan Terjemahannya (Jakarta:
Departemen Agama RI., 1985) 29.
3
Lukman, Sesepuh, Wawancara dengan Penulis, Kedemangan, 20 Oktober 2020.
4
Agus Mulyana, pencak silat setia hati:sejarah,filosofi,adat istiadat (Bandung:Tulus
Pustaka, 2016)130.
5
Ibid.
56
6
Lukman, Warga Sesepuh, Wawancara dengan Penulis, Kedemangan 20 Oktober 2020.
57
kalau dikurangi satu. Sebaliknya, bagi mereka yang menjalani hidup makmur
(tinggi derajatnya), jangan sombong dan mengingkari si kecil”.7
Warga PSHT diposisi mana saja tingi, sedang dan rendah tiap-tiap waktu
wajib dalam kesucian menuju dan menghadapi (sembah) kepada Tuhan Yang
Maha Esa, ini diistilahkan seperti hambanyu mili.8 Dan makna dari syarat tersebut
ada nilai-nilai islam yang terkandung. Maka mengingat nama Allah, dengan
melakukan sembahyang. Seperti halnya dalam firman surat al- A’la (87) ayat 14-
16:
ََ َصلمىَ ىبَ ْل تُ ْؤثُِرو َن ٱ ْْلَيَ وةَ ٱلدنْيَا ِۦ
ْ قَ ْد أَفْلَ َح َمن تََزمك َى ٓ َوذََكَر
َ َٱس َم َربِّو ف
“Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri (dengan beriman),
dan dia ingat nama Tuhannya, lalu dia salat. Tetapi kamu (orang-orang kafir)
memilih kehidupan duniawi. Sedangkan kehidupan akhirat adalah lebih baik
dan lebih kekal”.9
7
Lukman, Warga Sesepuh, Wawancara dengan Penulis, Kedemangan 20 Oktober 2020.
8
Agus Mulyana, pencak silat setia hati:sejarah,filosofi,adat istiadat (Bandung:Tulus
Pustaka, 2016),131.
9
Tim Penerjemah dan Penafsiran al-qur’an, Al-Qur‟an dan Terjemahannya (Jakarta:
Departemen Agama RI., 1985) 30.
58
“karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan
bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-ku”.12
10
Agus Mulyana, pencak silat setia hati:sejarah,filosofi,adat istiadat (Bandung:Tulus
Pustaka, 2016)131.
11
Hendra Sofyadi, Warga Sesepuh, Wawancara dengan Penulis, kedemangan, 20 Oktober
2020. Melalui audio rekaman.
12
Tim Penerjemah dan Penafsiran al-qur’an, Al-Qur‟an dan Terjemahannya (Jakarta:
Departemen Agama RI., 1985) 32.
59
13
Lukman, Warga Sesepuh, Wawancara dengan Penulis, Kedemangan, 20 Oktober 2020.
14
Tim Penerjemah dan Penafsiran al-qur’an, Al-Qur‟an dan Terjemahannya (Jakarta:
Departemen Agama RI., 1985) 57.
60
Aspek material atau daun sirih yang berwarna Makna arti simbol lahir
penanda yaitu daun sirih hijau terdiri tiga lembar batin yang manunggal
yang menandakan untuk dengan Tuhan Yang
lahir menjadi satu dalam Maha Esa. Maksud lahir
batin. Sirih juga manunggal, juga
melambangkan rasa yang manuggal batin yang
cocok yang berkeinginan. harus didasari kebersihan
dan kesucian serta
kejujuran. “ketemu
rosone” rasa disini
adalah rasa sejati atau
rasa kesukman disebut
juga rasa ketuhanan, jadi
secara keseluruhan
mengandung makna diri
dengan pribadi telah
bertemu dengan Tuhan
Sang Pencipta.
62
Aspek penanda yaitu Uang logam dengan Makna dari nilai itu
uang logam gambaran 3 jenis uang adalah jika masih berada
logam yang memiliki pada posisi nilai paling
tanda dalam menilai rendah jangan berkecil
kehidupan. Uang logam hati, kerena satu rupiah
memiliki tiga jenis nilai tidak akan memiliki nilai
yang berbeda-beda antara penuh dan namanya
tinggi, sedang, dan bukan rupiah kalau
rendah. Maksud dari nilai dikurangi satu.
itu adalah suatu Sebaliknya bagi mereka
perjuangan hidup sehari- yang menjalani hidup
hari. makmur atau tinggi
derajatnya jangan
sombong dan
mengingkari si kecil.
Manusia diposisi mana
saja tinggi, sedang dan
rendah tiap-tiap waktu
wajib dalam kesucian dan
menuju dan menghadap
kepada Tuhan Yang
Maha Esa ini diistilahkan
hambanyumili, maka
mengingat nama allah
dengan melakukan
sembahyang. Seperti
halnya dalam surat Al-
A’la ayat 14-16.
63
A. Kesimpulan
Berdasarkan rumusan masalah dan hasil analisis penelitian diatas, maka
peneliti menarik kesimpulan terkait dengan rumusan masalah mengenai adat
keceran pencak silat Persaudaraan Setia Hati Terate ditinjau dari teori penanda
dan petanda Ferdinand De Saussure Sebagai Berikut:
1. Sejarah dan latar belakang pencak silat Persaudaraan Setia Hati Terate
adalah bahwa Pencak silat merupakan warisan leluhur nenek moyang
bangsa Indonesia pencak silat juga memiliki berbagai macam istilah yang
berbeda-beda, Pencak silat juga memiliki berbagai aspek yaitu: Aspek
pembinaan mental, aspek bela diri, aspek seni, dan aspek olahraga.
Awal mula nama pencak silat Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT)
adalah Persaudraan Setia Hati, karena Persaudaraan Setia Hati rumpunan
dari pencak silat Persaudaraan Setia Hati yang didirikan oleh Ki Ngabeh
Surodiwiryo pada tahun 1990-an, yang di dalamnya merupakan suatu
kelompok seperti suku, kerajaan, bangsa atau golongan, tidak telepas dari
sang pencetus atau orang yang di tuakan dan dijadikan panutan dalam
memimpin kelompoknya. Sampai berkembangnya PSHT sampai
mendunia, sehingga dijambi terbentuknya PSHT termasuk di desa
Kedemangan Kecamatan Jaluko, yang berdiri pada tahun 2010 dengan
penggerak petama yaitu mas Hendra Sofyadi. Dengan semangat yang
tinggi, sehingga berkembang sampai saat ini.
2. Prosesi adat Keceran dalam pencak silat Persaudaraan Setia Hati Terate
adalah proses yang dilakukan setelah mencapai saudara,yang dilakukan
pada bulan suro. Dalam Persaudaraan Setia Hati Terate saudara memiliki
beberapa tingkatan yaitu saudara Persaudaraan Setia Hati Terate tingkat I
(Ester Trap), Tingkat II (Twede Trap), Tingkat III (derde Trap). Sebelum
mencapai saudara seseorang terlebih dahulu harus mengikuti proses
latihan Pencak Silat dasar yang dimulai dari sabuk hitam, merah muda,
65
66
hijau dan putih kecil,. Pada tahap ini seseorang disebut sebagai siswa atau
calon saudara.
3. Pemaknaan Adat keceran dalam pencak silat Persaudaraan Setia Hati
Terate memiliki beberapa tahapan seperti kain mori, air putih, daun sirih
tiga lembar, uang logam, ingkung ayam jago, dan tumpeng yang masing-
masing mempunyai makna. Tahapan-tahapan adat itu dikaitkan dengan
teori Ferdinand De Saussure yaitu penanda dan petanda yang bisa
menghasilkan suatu tanda, teori itu direalisasikan dengan cara penanda
sebagai nama syarat-syarat adat keceran seperti mori, air putih, daun sirih,
uang logam, ayam jago, dan tumpeng. Sedangkan petanda sebagai ide atau
konsep dalam nama syarat-syarat adat keceran , kedua teori itu dipadu
menjadi tanda yaitu adat keceran.
B. Implikasi Penelitian
Penelitian dan pembahasan mengenai makna Tanda-tanda Adat Keceran
dalam pencak silat Persaudaraan Setia Hati Terate di desa Kedemangan
Kecamatan Jaluko Kabupaten Muaro Jambi dalam teori Ferdinand De Saussure
merupakan kajian studi melalui pendekatan deskriptif kualitatif. Diharapkan
penelitian dapat dilanjutkan dengan beberapa saran dari peneliti, antara lain:
1. Perlu adanya pembahasan yang mengkaitkan dengan istilah jawa dalam
adat keceran.
2. Perlu adanya pembahasan tentang perbedaan adat keceran dalam beberapa
rumpunan organisasi pencak silat Persaudaraan Setia Hati Terate.
3. Perlu lebih banyak buku lagi yang menjelaskan pencak silat agar
mempermudah peneliti selanjutnya dalam menambah referensi.
DAFTAR PUSTAKA
Al Qur’an Terjemhan
Tim Penerjemah dan Penafsiran al-qur’an, Al-Qur‟an dan Terjemahannya Jakarta:
Departemen Agama RI., 1985.
Karya Ilmiah
Arikunto, Suharsimi.Prosedur Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara. 1989.
Cresswel, John.W. Research Design Pendekatan Metode Kualitatif, Kuantitatif,
dan Campuran. Yogyakarta:Perpustakaan Belajar. 2016.
Bungin, Burhan. Analisis Data Penelitian Kualitatif: Pemahaman makna Filosofis
dan Metodologis Ke Arah Penguasaan Model Aplikasi. Jakarta: Raja
Grafindo Persada. 2003.
Kartono, K. Pengantar Metodologi Riset Sosial. Bandung: Mandar Maju.1990.
Lincoln, Yvonna & Egon S Cuba. Content Analysis: An Introduction to Its
Methodology. Beverly Hills: Sage Publications.1981.
Moleong, Lexy. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
1996.
Suprayogo, Imam dan Tabroni. Metodologi Penelitian Sosial Agama. Bandung:
Remaja Rosdakarya. 2001.
Endraswara, Suwardi. Metodelogi Penelitian Kebudayaan. Yogyakarta: Gadjah
Mada Universitas Press. 2003.
Mardalis. Metode Penelitian, Jakarta: Bumi Aksara. 2010.
Iskandar. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta : GP Press. 2008.
Koentjaraningrat. Sejarah teori antropologi. Jakarta: UI-Press. 1787.
Koenjaraningrat. Sejarah Kebudayaan Jakarta : Rineka Cipta.1996.
Deddy,Mulyadi. Metodologi penelitian kualitatif, Bandung:PT.Remaja
Rosdakarya.2010.
Wahidmurni, W. pemaparan metode penelitian kualitatif. Malang:UIN Maulana
Malik. 2017.
67
Suryabrata Sumadi. metode penelitian.Jakarta:Rajawali Pers. 2012.
Ridwan. Metode teknik menyusun proposal penelitian. Bandung:CV.Alfabeta.
2009.
Kaelan. Filsafat Bahasa Semiotika dan Herrmeneutika. Yogyakarta : Paradigma
2009
B. Mathew Milles dan Michael Huberman, Analisis Data Kualitatif buku sumber
tentang metode-metode baru Jakarta: UIP 1922.
Geertz, Clifford. The interprenation of cultures:Selected Essays, terj. Francisco
Budi Hardiman. Yogyakarta: KANUSIUS, 1992.
Verhaar, J.W.M. Asas-asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press, 2004.
Santoso, Riyadi. Semiotika Sosial. Surabaya: Pustaka Eureka, 2003.
Jurnal Ilmiah
Rharjo, Mudji. ”Ferdinand de Saussure: Bapak Linguistoik Modern dan Pelopor
Strukturalisme”, jurnal lingua:ilmu bahasa dan sastra, Vol.1 No.1 (2010)
diakses pada September, 2019.
Verhaar, J.W.M. Asas-asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press, 2004.
Abdul Chaer Liliana Muliastuti. “Makna dan Semantik”.
http://repository.ut.ac.id/4770/1/PBIN4215-M1.pdf diakses pada kamis 10
september 2020.
68
69
Web site
Denzel Hazel, ”manfaat penelitian dan tujuan penelitian.”. Di akses melalui
alamathttp://susanoktaviani.ilearning.me/kkp/bab-1/1-3-tujuan-dan-manfaat-
penelitian . Diakses pada tanggal 12 desember 2018.
Admin ,”profil Persaudaraan Setia Hati Terate”, diakses melalui alamat
https://www.shterate.com/profil-persaudaraan-setia-hati-terate/,diakses pada
15 September 2020.
Kurnia Annisa Nur, “Internalisasi Nilai Moral pada Pencak Silat Persaudaraan
Setia Hati Terate di desa Bulak kecamatan Bendo Kabupaten Magenta”.
Skripsi.http://journal.student.uny.ac.id/ojs/index.php/societas/article/viewFil
e/12656/12199 diakses 09 maret 2020.
Saputra, Orie Desnanda. “Makna Filosofi pada Ritual Sahsahan Pencak Silat
PSHT”.Skripsi.https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/11673/ju
rnal%20publikasi.pdf?sequence=2&isAllowed=y diakses 8 april 2020.
Ubaidah, kholid. “Estetika pencak silat dalam persaudaraan setia hati terate”
Skripsi..http://digilib.uinsuka.ac.id/35011/1/13510060_BAB%20I_V_DAFT
AR-PUSTAKA.pdf diakses pada 7 april 2020.
Wijaya Oki, "pembentukan nilai-nilai moralitas persaudaraan setia hati terate di
komisariat uin sunan ampel” skripsi. Diakses melaui alamat
http://digilib.uinsby.ac.id/27105/1/Oky%20Wijaya_E01211007.pdf diakses
11 april 2020.
Wawancara :
Jaya Indra, ketua Rayon Kedemangan, Wawancara dengan penulis. 09 maret
2020, kabupaten Muaro Jambi, Rekaman audio.
70
SKRIPSI
- Warga tingkat II
-Pengertian Adat keceran PSHT -Wawancara - Ketua Rayon PSHT
2.
3.
5. - Pelaksanaa dan Proses Adat -Observasi -Tokoh PSHT/
Masyarakat
Keceran PSHT -Dokumentasi
-Simbol dan Peralatan
-Wawancara
-Tokoh PSHT Masyarakat
4.
-
72
- Dokumentasi
A. Panduan Observasi
B. Panduan Dokumentasi
2.
-Tata Pelaksanaannya -Data Dokumentasi Tentang Pelaksanaan
adat keceran
C. Butir-Butir Wawancara
TOKOH/SESEPUH:
2. Pengertian dan Perkembangan Adat 1. Apa itu adat keceran?
keceranPSHT 2. Apa tujuan keceran?
3. Bagaimana Perkembangan adat keceran
hingga saat ini?
3 Adat dan Filosofi syarat keceran TOKOH/SESEPUH:
1. Bagaimana makna Filosofi dari syarat adat
keceran?
2. Apasaja syarat yang dilengkapi untuk
74
Lampiran- lampiran
Mori/Kain Kafan
76
Uang Logam
Tumpeng
CURRICULUM VITAE
A. Informasi Diri
Nama : Mita Putri Handayani
Tempat & Tanggal Lahir : Sekernan, 09 Maret 1999
Nim : 302171210
Fakultas/Jurusan : Ushuluddin dan Studi Agama/Aqidah dan
Filsafat Islam
Alamat Asal : Desa Tunas Mudo RT 02, Kec. Sekernan
Kab. Muaro Jambi
Alamat Sekarang : Desa Tunas Mudo RT 02, Kec. Sekernan
B. Riwayat Pendidikan
2017-2020 : S1 UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
2014-2017 : SMKN 1 Muaro Jambi
2011-2014 : SMPN 5 Muaro Jambi
2004-2011 : SDN 67/IX Sekernan
C. Riwayat Organisasi
1. Demisioner Wakil Ketua DEMA Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama
2. Demisioner Sekjend KOPRI Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama.
3. Demisioner Pemangku Adat Racana Pramuka UIN STS Jambi.
4. Purna Pramuka Universitas Islam Negeri STS Jambi.
5. Bendahara Rayon PMII Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama.