Anda di halaman 1dari 13

Ilma, Disiplin Tubuh Pesilat Persaudaraan...

33

Disiplin Tubuh Pesilat Persaudaraan Setia Hati


Terate: Formasi Pembentukan Subjektivitas

Ilma Megasari, Hery Prasetyo


Sosiologi, FISIP, Universitas Jember

ilmamegasari20@gmail.com

Abstract

Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) in applying the disciplinary practices of the body is
inseparable from the roots to the Javanese tradition. The cultural root, become a ritual that must be
passed by the students (siswa) to become citizens (warga) and they applied to any cultural spaces
that are part of existence PSHT. In Suro, there is culmination of the ritual in PSHT that are part
of the discipline include: body workout; mental; spiritual, and the consequences are intended to
form the subjectivity of citizens. This research focuses on how the disciplinary bodies of PSHT can
be formed in Jember cultural setting? This issue has become urgent in putting kejawen tradition
that is part of the way PSHT articulating identity. The perspective used in this study is Foucault’s
point of view, which focuses on power relations are structured through the practice of discourse.
This study uses a discursive approach that put the subject on the space power that emerges from
units of statements and events that organize how morality and knowledge driven.

Keywords: body, discipline, discourse, PSHT, subjectivity

Abstrak

Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) dalam menerapkan praktik disiplin tubuh tidak
terlepas dari akar pada tradisi kejawen. Akar kultural tersebut, menjadi ritual yang harus
dilewati oleh siswa untuk menjadi warga dan praktik tersebut diterapkan pada ruang
kultural yang menjadi bagian dari keberadaan PSHT. Pada bulan Suro, yang dibaca
dalam tradisi Kejawen, merupakan puncak dari Ritual dalam PSHT yang menjadi bagian
dari pendisiplinan meliputi: latihan tubuh; mental; spiritual, dan pada konsekuensinya
dimaksudkan untuk membentuk subjektifitas warga. Dalam konteks tersebut, penelitian
ini memfokuskan pada bagaimanakah disiplin tubuh warga PSHT mampu dibentuk
dalam setting kultural Jember? Isu pernelitian ini menjadi urgent dalam menempatkan
tradisi kejawen yang menjadi bagian dari cara PSHT membentuk dan mengartikulasikan
identitas, yang kemudian menyebar dan berkembang dalam setting kultural Jember.
Perspektif yang digunakan dalam penelitian ini adalah perpespektif Foucaultian, yang
memfokuskan pada relasi kekuasaan yang tersusun melalui praktik wacana. Penelitian
ini menggunakan pendekatan diskursif yang menempatkan subjek pada ruang kekuasaan
yang muncul dari kesatuan-kesatuan pernyataan dan peristiwa yang menata bagaimana
moralitas pengetahuan digerakkan.

Kata Kunci: disiplin, PSHT, subjektivitas, tubuh, wacana


34 DIMENSI, VOL. 10, NO. 1, JUNI 2017

Pendahuluan hal ini ialah disiplin yang lebih ke arah


Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) penguasaan individu terhadap tubuhnya
adalah salah satu organisasi yang mem­ sendiri (Hardiyanta, 1997:77). Hal tersebut
praktikkan pendisiplinan tubuh dalam berkonsekuensi pada terciptanya ketepatan
membentuk subjektivitas bagi warga­ sikap dan normalitass tubuh dalam
nya. Dalam praktiknya warga mela­kukan menampilkan artikulasi subjektivitas.
praktik pendisiplinan tubuh dan hukuman Tubuh dilatih untuk menemukan
untuk menguji kemampuan siswa, seperti sikap yang tepat sesuai aksi atau tindakan,
pukulan atau tendangan yang dimak­ sehingga penggunaan waktu dapat dibuat
sudkan untuk mengobjetivikasi tubuh lebih efektif dan efesien. Tubuh siswa
siswa. Dalam praktik tersebut, warga didisiplinkan untuk ditahlukkan dan
dapat mengukur atau mengerti batas dibentuk menjadi responsif dari sebelum
kemampuan siswa, sehingga dapat mengikuti pencak silat PSHT. Ketika
menentukan ukuran pukulan dan tendang­ didisiplinkan dan diawasi oleh warga
an yang dimaksudkan untuk membentuk dalam latihan, tubuh siswa itu sedang
tubuh siswa. ditundukkan. Siswa tidak memiliki hak
Pada tataran selanjutnya, intensitas atas tubuhnya karena tubuh tersebut
pukulan dan tentangan akan ditingkatkan, diawasi, ditahlukkan seiring dengan yang
sehingga tubuh siswa mampu menerima diperintahkan warga.
bentuk pendisiplinan yang menjadi bagian Pendisiplinan tubuh yang terjadi di
dari pembentukan subjektivitas warga PSHT bukan hanya pada peristiwa tes
PSHT. Dalam tes kenaikan sabuk, siswa kenaikan sabuk, yang menyasar hanya
yang sakit dengan yang sehat dibedakan pada tubuh siswa saja. Akan tetapi praktik
atau dikategorikan untuk menghindari hal- tersebut juga terjadi pada bagaimana
hal yang tidak diinginkan. Secara teoritik tubuh-tubuh anggota PSHT dijalankan
dimaksudkan sebagai pembentukan dalam wacana komuninalitas kelompok.
kategori atas tubuh, sehingga tubuh- “Loyalitas tanpa batas” merupakan idiom
tubuh tersebut dapat dilekati konsep yang disebar dan ditanamkan pada anggota
kedisiplinan, ketertundukan, kepatuhan PSHT baik terhadap siswa maupun warga,
sebagaimana normalitas tubuh yang hal ini yang membuat sikap “ndak nerimo”
dikehendaki oleh warga. Sementara pada ketika ada salah satu warga PSHT yang
konsepsi tubuh diluar normalitas tersebut, dikeroyok oleh perguruan silat lain.
akan didisiplinkan dengan cara berbeda Kejadian yang baru saja terjadi pada awal
dan pada tataran tertentu ketika tidak Oktober 2017 yang menewaskan 2 warga
mampu menerima teknik pendisiplinan, PSHT oleh Bonek di Surabaya, menjadi
tubuh siswa dapat diletakan diluar atau representasi dari subjektifitas atas tubuh
ditolak oleh pendisiplinan tubuh yang terbentuk.
sedang dijalankan. Peristiwa yang kemudian berujung
Warga membentuk dan mencetak pada aksi balasan, pada tanggal 4
siswa-siswanya dalam tatanan patuh dan Oktober di Jember, dimana PSHT Jember
disiplin dalam aturan PSHT, baik yang mampu mengkonsilidasi warga untuk
tertulis maupun yang diperintahkan warga merepresentasikan tubuh dan artikulasi
itu sendiri. Dalam membentuk disiplin subjektivitas PSHT. Massa PSHT yang
tubuh siswa, warga memiliki teknik untuk terhitung ribuan, mampu menempatkan
mencapai tatanan tersebut. Disiplin dalam aparatus negara untuk mewaspadai aksi
Ilma, Disiplin Tubuh Pesilat Persaudaraan... 35

balasan dalam mengawal pertandingan merupakan organisasi pencak silat yang


antara Persibaya vs Semeru Lumajang. berlandaskan persaudaraan.
Aksi balasan tersebut dimunculkan Pada sisi yang lain tradisi kejawen
dengan mengepung dan aksi-aksi yang yang menjadi bagian dalam memben­
dimaksudkan untuk menuntut kematian tuk subjektivitas warga PSHT, harus
dari warga PSHT. Disisi lain, PSHT hendak berhadapan dengan setting kebudayaan
menegaskan posisinya sebagai organisasi Jember. Jember dengan latar Pandhalung­
dengan jumlah massa yang tidak mungkin an yang diasumsikan melibatkan dua
ditiadakan keberadaanya, baik oleh kebudayaan yakni budaya Jawa dan
pemerintah maupun oleh organisasi sosial budaya Madura yang terjalan secara
lainnya. akulturatif, harmonis. Dalam perkem­
Praktik pendisiplinan memanfaatkan bangan selanjutnya budaya orang Pandha­
tubuh siswa yang didisiplinkan serta lung­an sangat kental dengan tradisi Islam,
tertundukkan untuk mendukung wacana khususnya dengan Islam kultural dan
komunal yang berujung pada tindakan tradisi pesantren. Pada konteks tersebut
ekstrim seperti tawuran dan bentrokan bagaimana PSHT membangun praktik
dengan kelompok sosial lainnya. Terlepas atau wacana pendisiplinan tubuh dengan
dari praktik pendisiplinan tubuh yang konteks Jember yang memiliki akar
berujung pada kekerasan, artikulasi kultural yang berbeda dengan Madiun.
komunalitas kelompok yang dimiliki oleh
anggota PSHT baik oleh siswa maupun Metode Penelitian
warga merupakan bentuk penegasan Perspektif yang digunakan dalam
atas subjektivitas dan identitas sosial. penelitian ini adalah perpespektif
Dalam prakteknya komunalitas ini Foucauldian, yang memfokuskan pada
dimasksudkan untuk menempatkan PSHT relasi kekuasaan yang tersusun melalui
sebagai kekuatan sosial yang sanggup praktik wacana. Wacana merupakan
menjadi instrumen dalam menghadapai kumpulan ide yang dihasilkan secara
kekuatan lain yang diposisikan sebagai sosial atau kultural, yang mengandung
yang lain dan pada tataran tertentu posisi teks (berisi tanda dan kode) dan
tersebut ditempatkan secara biner. Yang representasi (yang menggambarkan
artinya adanya PSHT dimaksudkan untuk kekuasaan dalam kaitannya dengan yang
menempatkan disiplin tubuh warga lain) (Sardar&loon, 2005:14). Penelitian
sebagai yang dominan dalam membangun ini menggunakan pendekatan diskursif
relasi sosial pada entitas diluar PSHT. yang menempatkan subjek pada ruang
Jember sebagai latar dalam penelitian kekuasaan yang muncul dari kesatuan-
ini menjadi wilayah yang berjalan kesatuan pernyataan dan peristiwa
berseiringan dengan wacana yang dibentuk yang menata bagaimana moralitas dan
oleh PSHT. Argumentasi tersebut terlihat pengetahuan digerakkan. Pengetahuan
dari adanya beberapa ranting yang berdiri pada titik ini bukan dalam pengertian
di wilayah Jember yang mengadopsi akar naturalis yang memandang pengetahuan
kejawen dengan karakter tradisionalisnya. sebagai sesuatu yang given atau taken for
Meskipun PSHT merupakan pencak silat granted melainkan pengetahuan yang
yang bukan berasal dari Jember melainkan keberadaannya ditata dan bertransformasi
pencak silat yang didatangkan dari menjadi sebentuk pengetahuan diskursif
Madiun. Organisasi pencak silat PSHT yang dipandang sebagai sebuah kepastian
36 DIMENSI, VOL. 10, NO. 1, JUNI 2017

dimana kemunculannya disokong oleh merupakan salah satu tahapan yang harus
modalitas-modalitas lain yang bergabung diterima tubuh untuk mampu mengelolah
membentuknya seperti keluarga, sekolah, tubuh.
penjara dan rumah sakit (Faucoult, 2012). Dengan latihan yang disiplin, tubuh
akan dikontrol, diteliti serta diawasi,
Hasil dan Pembahasan oleh sebab itu disiplin juga merupakan
Membentuk Tubuh Siswa: Repetisi mekanisme kontrol yang teliti atas tubuh
Gerak dan Mekanisasi Releks selain itu disiplin juga akan mengarahkan,
Diskursus organisasi pencak silat dan membiasakan tubuh (Hardiyanta,
PSHT tidak terlepas dari diskursus yang 1997:76) untuk melakukan aktivitas yang
dimunculkan di Madiun, yang mana berguna. Proses menuju tubuh yang
diskursus ini melekat pada seorang patuh dan berguna diperlukan latihan
anggota tetap yang menempuh pendidikan yang teratur serta mengelolah tubuh baik
di Madiun. Kemudian diskursus tubuh dari jasmani maupun rohani. Hal inilah
yang ia peroleh dipraktikkan di Jember, yang dimaksud dengan mengelolah
pada saat perintisan organisasi pencak tubuh secara total, yakni pada bagaimana
silat PSHT. Diskursus itu meliputi latihan, tubuh dibentuk menjadi mekanisme-
pertandingan, tes kenaikan sabuk, mekanisme teknikal yang dibentuk melalui
ngangklang, cuci mori, pengesahan, dll pendisiplinan tubuh.
yang menjadi teknik pendisiplinan, hal Menggerakkan tubuh berarti melatih
yang secara standart dimunculkan oleh tubuh untuk mencapai suatau tatanan
PSHT di Jember. Namun, diskursus yang diinginkan dengan konsekuensi yang
tersebut tidak dapat berjalan sendiri dan harus diterima. Dari konsekuensi tersebut,
bersamaan pada awal kemunculannya, hal tubuh didisiplinkan dengan berbagai cara,
ini dikarenakana PSHT belum memiliki dari latihan yang keras, terarah, latihan
massa. Massa dalam hal ini menjadi yang sedang dll. Tubuh mulai dikontrol
penting, karena tanpa adanya massa PSHT diawasi untuk mampu mencapai gerak
tidak akan menjadi kekuatan sosial yang yang diperintah, berlatih secara berulang-
dapat berhadapan dengan entitas diluar ulang hingga mampu menguasai dan
dirinya. bisa, kemudian berlatih untuk gerakan
PSHT menawarkan dan mengaplika­ yang baru dan dengan konsekuensi yang
sikan diskursus yang merujuk pada sama, sampai tubuh mampu menguasai
bagiamana tubuh dibentuk dengan teknik atau jurus dan mekanisme tertentu.
melakukan olah tubuh yang baik dan Selain itu latihan berulang-ulang harus
benar atau tubuh idela yang dikehendaki bersifat baku, pengulangan yang cukup
tampil secara normal sebagaimana menciptakan reaksi-reaksi otomatis
dikehendaki PSHT. Maksudnya yang baik terhadap rangsangan-rangsangan (Filing­
dan benar ialah ketika pikiran memberi ham, 2001:122).
rangsangan terhadap tubuh, tubuh mampu Ketika PSHT berada di Jember sebagai
mempraktikkannya sesuai dengan apa wilayah persebaran ajarannya, gerakan
yang diperintah. Konsepsi perintah dan yang dipraktikkan untuk mengolah dan
respons ini, dimaksudkan sebagai bagian mendisiplinkan tubuh bersifat baku,
yang secara regulatif dinaturalkan oleh tidak mengalami perubahan pada dasar-
latihan, dengan pelajaran fisik, mental, dasarnya. Baku atau tetap itu merujuk pada
menendang, memukul, serta teknik senam, jurus dan gerakan tendangan yang
Ilma, Disiplin Tubuh Pesilat Persaudaraan... 37

diciptakan dan dipraktikkan dalam ajaran Gerak reflek tersebut dapat dimunculkan
PSHT. Pada dasarnya untuk dasar gerakan karena latihan disiplin yang diikuti oleh
tendangan tidak pernah berubah hanya tubuh ketika massa pendidikan, atau
saja dikembangkan dengan dikontekskan massa persiapan menjelang pertandingan.
lagi tanpa menghilangkan dasar dari Selain teknik yang dibutuhkan dalam hal
gerakan tersebut. Bukan hanya pada satu ini gerak reflek juga membantu untuk
wilayah melainkan pada seluruh wilayah mematahkan gerakan lawan.
yang menjadi persebaran ajarannya dan Dalam latihan tubuh hanya diminta
termasuk Jember. untuk mengulang gerakan dan menam­
Dari hal tersebut akan memunculkan bah suatau gerakan. Mengulang gerak­an
suatu pertanyaan yakni ketika gerak maksudnya bagaimana pikiran mampu
disemua tempat itu sama, kemudian apa menerima dan tubuh mampu meng­
yang menjadi diskursus tubuh dengan gerakkan dengan tepat sasaran, serta
ruang sosial yang berbeda. Perbedaan melatih apa yang telah didapat sebelum
tersebut dapat terletak dalam pengkon­ mendapatkan gerakan yang baru. Menam­
disian tubuh, yang dibangun pada bah gerakan maksudnya didalam silat kita
wilayah kultural tertentu, baik dimulai diajarkan untuk melepaskan dan mencari,
dari pemanasan sebelum latihan, dengan melalui proses latihan, tubuh berlatih suatu
cara hanya dilakukan pengontrolan oleh gerakan yang kemudian telah dikuasi
warga yang diasumsikan memiliki kuasa kemudian tubuh akan diberi tambahan
atas pendisiplinan tubuh siswa. Ketika gerakan. Melepaskan bukan berarti
dikondisikan dengan hal yang sama maka, melupakan gerakan yang telah diberikan
konteks tersebut yang membuat diskursus dan dikuasai oleh tubuh selama proses
itu berbeda, hal ini terjadi ketika tubuh latihan yang sesuai dengan tingkatannya.
dikontekskan melalui diskursus yang Gerakan yang diperoleh akan semakin
dibangun wilayah setting kultural yang banyak dan bervariasi sesuai dengan
beragam. tingkatan hingga ketika siswa berada pada
Teknik pendisiplinan yang dipraktikan tingkatan teratas. Kemudian akan diuji
melalui repetisi gerak diasumsikan mampu dari keseluruhan gerakan yang dipelajarai
menciptakan mekaniasi reflek pada tubuh ketika berada pada tingkatan dasar hingga
siswa. Gerak reflek tersebut muncul tingkatan paling atas pada tes kenaikan
ketika tubuh mendapat perintah dari sabuk dan tes terakhir yang disebut tes
warga sebagai pemilik kuasa atas tubuh. warga.
Selain itu gerak reflek muncul dan terjadi Tubuh pada organisasi PSHT diolah
ketika tubuh mendapatkan rangsangan- dengan cara latihan seperti yang dijelaskan
rangsangan yang tidak disengaja. Tubuh diawal, latihan yang terdapat di pencak
yang dilatih akan mampu melakukan silat PSHT terdapat latihan wajib yang
gerak olah tubuh, dan jika tubuh itu tidak diikuti oleh siswa maupun warga, namun
terlatih maka tidak mampu menemukan bagi siswa wajib mengikuti latihan karena
sikap yang tepat bagi suatu aksi. bukan anggota tetap PSHT, sedangkan
Selain itu gerak reflek yang terjadi bagi warga tidak wajib untuk mengikuti.
dapat dicontohkan ketika tubuh sedang Kemudian latihan yang diikuti oleh siswa
diuji pada pertandingan. Dimana tubuh maupun warga yaitu latihan atlit seperti
akan mengeluarkan gerak reflek ketika atlit laga dan atlit seni, baik seni tunggal,
diserang oleh lawan dalam pertandingan. seni ganda, dan seni beregu. Keduanya
38 DIMENSI, VOL. 10, NO. 1, JUNI 2017

tidak terlepas dari pendisiplian atas tubuh siswa yang dilatih tidak mampu menerima
yang dilatih, namun pendisiplinan tersebut latihan yang disamakan dengan Madiun,
berbeda keduanya dari sisi kontrol dan akibatnya banyak siswa yang keluar dari
pengawasan. Dalam pendisiplinan tubuh organisasi PSHT.
tidak dapat berjalan sendiri namun harus Strategi yang digunakan oleh
dengan latihan sesuai aturan di PSHT, perintis PSHT di Jember, dengan tidak
latihan yang sudah terjadwalkan harus menyamakan cara latihan di Jember
diikuti oleh para siswa. dengan di Madiun. Teknik pendisiplinan
Disiplin tubuh antara siswa dan tubuh yang direpresentasikan dalam
warga menjadi berbeda, dikarenakan pada bentuk hukuman dan perulangan gerak,
tingkatakan tersebut memiliki perbedaan pada awal masuknya PSHT di Jember,
mekanisasi tubuh. Maksudnya ketika berkonsekuensi pada jumlah massa yang
tubuh baru diberikan rangsangan maka mengikuti pencak silat PSHT. Menekankan
akan berbeda dengan tubuh yang telah pada pencarian massa dan diterima oleh
berada pada tingkatan sabuk jambon, masyarakat Jember merupakan salah satu
dalam hal ini pendisiplinan menjadi tujuan utama ketika pencak silat PSHT
berbeda. Disiplin yang diterapkan pada didatangkan di Jember.
latihan PSHT sama halnya dengan disiplin Ketika PSHT memiliki massa maka
yang diterapkan pada penjara yaitu seiring dengan itu latihan yang keras
membangun tubuh kedalam garis baru dan menjadi latihan yang dapat dikatakan
memperbarui tubuh. PSHT dalam hal ini tidak keras dalam hal fisik. Hal ini tidak
dapat diposisikan penjara yang mengikat secara langsung mengalami perubahan,
tubuh-tubuh siswanya untuk dibentuk harus dengan menyesuaikan diri pada
sesuai dengan ajarannya. Penerapan latihan kondisi tubuh yang mengikuti latihan
tersebut disesuaikan dengan wilayah PSHT. Pada hari ini dengan banyaknya
persebaran PSHT sehingga menghadirkan warga yang tersebar diberbagai sudut
pluralitas teknik dalam mengartikulasikan wilayah Kabupaten Jember, latihan yang
wacana yang dimaksudkan untuk diterapkan oleh PSHT sudah menyesuaikan
membentuk subjektivitas. pada tubuh yang kemudian dibentuk
untuk mengikuti formasi pendisiplinan.
Merepresentasikan PSHT Melalui Stra­ Pada sisi yang lain latihan bukanlah satu-
tegi Pendisiplinan Tubuh Siswa satunya diskursus yang wajib diikuti oleh
Jember yang menjadi salah satu ruang siswa PSHT untuk mampu naik ketahap
persebaran organisasi PSHT merupa­ selanjutnya dan menjadi warga.
kan wilayah yang berbeda dengan asal Siswa diwajibkan mengikuti tes
mula PSHT, oleh sebab itu awal latihan kenaikan sabuk yang diadakan oleh ranting
diterapkan sama dengan Madiun, atau komisariat PSHT. Hal ini merupakan
kemudian setelah tersebar dibeberapa salah satu diskursus yang dimunculkan
wilayah seiring dengan berjalannya oleh PSHT, tes polos, tes kenaikan sabuk
waktu latihan di Jember mengalamai ini meliputi pertama, tes kenaikan
perubahan. Serta didukung oleh para sabuk jambon, hijau yang dilaksanakan
perintis yang mengembangkan PSHT di dimasing-masing ranting atau komisariat,
Jember datang dari pusat. Latihan yang sedangkan tes putih dan tes warga
disamakan dengan Madiun membuat diadakan disalah satu tempat ranting
Jember tidak berkembang, maksudnya yang belum pernah diadakan tes kenaikan
Ilma, Disiplin Tubuh Pesilat Persaudaraan... 39

sabuk secabang Jember. Tes kenaikan ditempat latihan. Jika mampu melewati
sabuk juga merupakan diskursus yang ujian tes kenaikan sabuk maka siswa
dimunculkan oleh PSHT, karena dalam tersebut mampu naik ketahap selanjutnya,
tes kenaikan tingkat, tubuh harus siap jika tidak mampu harus mengikuti tes
menerima pukulan ataupun tendangan kenaikan sabuk susulan yang diadakan
yang lebih intens bila dibandingkan oleh ranting ataupun komisariat, jika tes
dengan latihan pada umumnya. Bukan tersebut diadakan secabang Jember maka
hanya tubuh yang diuji melainkan, pikiran, harus mengikuti tes ketika latihan bersama
mental diuji ketika mengikuti tes kenaikan secabang Jember.
sabuk. Untuk itu antara tubuh dan pikiran Pada akhir pengetesan baik yang
harus diselaraskan untuk mencapai dilaksanakan di ranting, komisariat dan
keseimbangan gerak yang tepat dan sesuai cabang, seluruh siswa yang mengikuti
antara apa yang diperintahkan dengan apa tes kenaikan sabuk diwajibkan mengikuti
yang digerakkan. lari, dengan jarak yang ditentukan oleh
Tubuh tidak bisa bohong karena ketika warga. Hal ini dilakukan supaya PSHT
lapar butuh makan, ketika mengantuk lebih dikenal oleh masyarakat sekitar,
butuh tidur (Rahardja, 2016:101), karena dan merupakan salah satu cara untuk
ketika dipaksa tubuh tidak akan berfungsi mengetahui identitas PSHT diwilayah
sesuai dengan yang diperintah. Seperti tersebut. Pada titik ini tubuh siswa yang
halnya pada tes kenaikan tingkat atau sabuk, diharuskan mengikuti perintah harus
ketika diperintahkan oleh warga namun patuh dan tunduk, jika tubuh menolak
pikiran tidak bisa menterjemahkannya, maka tubuh akan menerima konsekuensi.
dan tubuh akan kesulitan untuk merespon. Hal ini menunjukkan bahwa tubuh siswa
Kemudian tubuh harus menerima dibentuk sesuai dengan aturan PSHT.
konsekuensi dalam bentuk hukuman jika Kemudian latihan atlit, latihan ini
merespons dalam gerakan yang salah atau ditujukan pada anggota PSHT baik siswa
sebagaimana diajarkan. maupun warga untuk kearah prestasi
Selain itu dalam tes kenaikan sabuk dan harapannya mampu bersaing hingga
siswa akan mengikuti tes tulis, dimana ke kancah Internasional. Pada latihan
dalam tes tulis ini siswa diharapkan atlit dan latihan wajib perbedaan terletak
mampu mengola pikiran untuk mengingat, pada bagiaman pelatih melatih tubuh atlit
memperdalam pengetahuan tentang yang sedang didisiplinkan, diawasi dan
sejarah PSHT yang diberikan oleh pelatih dibentuk untuk mencapai suatu tatanan.
ketika latihan. Kemudian pada tahapan Pada titik ini latihan atlit dan wajib juga
terakhir siswa wajib mengikuti sambung. memiliki kesamaan yaitu keduanya sama-
Sambung adalah sebuah istilah yang sama mengolah gerak tubuh yang utuh,
digunakan oleh PSHT ketika berlaga antar tubuh didisiplinkan, diawasi. Namun
siswa yang mengikuti tes kenaikan sabuk. pada latihan atlit, tubuh dituntut untuk
Pada sesi selanjutnya akan dilanjutkan lebih aktif karena dalam atlit dibutuhkan
dengan jatahan, merupakan istilah yang kecepatan dan ketepatan, sekali salah
digunakan oleh PSHT untuk berlaga tubuh akan menerima konsekuensi dari
anatara warga dengan siswa. Pada titik ini kesalahan tersebut. Pada latihan atlit akan
siswa diharapakan mampu menggunakan lebih dipertajam dalam latihan bantingan,
teknik serangan, serta melindungi tubuh serangan, hindaran, hal ini bertujuan agar
yang diperoleh ketika tubuh dilatih tubuh mampu merespon segala serangan
40 DIMENSI, VOL. 10, NO. 1, JUNI 2017

lawan dan mampu menyerang kembali. tetap dilakukan hingga saat ini seperti
Sama halnya dengan latihan wajib jika pengesahan, ngangklang, cuci mori.
tubuh tidak disiplin, maka tubuh akan Perbedaan yang terjadi pada latar belakang
menerima hukuman dari pelatih atlit. budaya tidak membuat agenda suroan
Hukuman tersebut akan membuat ini kehilangan pakem-pakem yang ada
tubuh lebih disiplin dan produktif dalam didalamnya. Bukan hanya di Jember yang
latihan, sehingga memudahkan pengon­ melakukan agenda suroan melainkan di
trolan bagi pelatih. Pada sisi lain latihan Madiun yang merupakan asal usul PSHT
atlit ini berujung pada pengujian atas tubuh dan di kota-kota lain. Dalam agenda
yang didisiplinkan pada saat latihan, tubuh suroan tubuh dibentuk dan disiplinkan
diuji dengan cara mengikuti pertandingan. dalam ajaran kejawen, dibentuk untuk
Pertandingan merupakan suatu ruang menggunakan pakaian sakral lengkap
bagi para atlit untuk menunjukkan tubuh dengan sabuk mori, untuk siswa sesuai
mereka yang telah dilatih sedemikan rupa dengan tingkatannya.
hingga mencapai suatu tatanan.
Pertandingan merupakan salah satu Pluralitas Ruang dan Kategorisasi Tubuh
ruang diskursif yang dimunculkan oleh, Tubuh yang dibentuk dan didisi­
dengan tujuan memperlihatkan eksistensi plinkan akan membuat tubuh terlatih, akan
dari PSHT di Jember. Selain itu dimak­ tetapi pendisiplinan tersebut tidak mampu
sudkan untuk membentuk wacana yang berjalan sendiri. Hal ini dikarenakan
mampu mengkonter stigma PSHT dengan disiplinan tubuh tidak terlepas dari
representasi yang negatif seperti tawuran, kekuasaan, tubuh yang menjadi objek
berkelahi, bentrok. Pada titik ini bukan akan menerima segala bentuk perintah.
hanya organisasi PSHT yang mampu Kekuasaan pada titik ini lebih digambarkan
memperlihatkan keberadannya namun, dalam tatanan disiplin, yang dihubungkan
tubuh yang dilatih itu mampu menunjukkan dalam sejumlah jaringan. Ia adalah suatu
bahwa dirinya ialah seorang pesilat. tipe kekuasaan, suatu modalitas untuk
Tubuh yang dilatih dengan pengontrolan, menjelaskan kekuasaan, yang terdiri dari
pengawasan secara ketat sangat patut jika keseluruhan saran, teknik, prosedur,
tubuh mendapatkan sebuah penghargaan tingkat-tingkat penerapan, sasaran
atas konsekuensi yang dijalankan selama (Haryatmoko, 2002:12).
latihan. Tubuh bukanlah hal sederhana, Utamanya suatu prosedur dan
namun tubuh merupakan salah satu hal tingkatan memiliki ruang kuasa untuk
yang harus dilatih untuk mendapatkan mendisiplinkan tubuh masing-masing
sebuah keseimbangan dalam tubuh itu dengan konteks yang berbeda. Ruang-
sendiri. Menjadikan tubuh dalam relasi ruang tersebut akan membangun beberapa
patuh dan berguna merupakan hal yang hal tentang kuasa, karena kuasa tidak
tidak mudah, diperlukan latihan yang langsung ada tetapi memiliki ragam varian
berulang-ulang dan mampu menerima yang kemudian membangun formasi
konsekuensi dari itu. kuasa. Kemampuan dan wewenang yang
Kemudian diskursus yang dimun­ membuat seseorang berhak menguasai
culkan oleh PSHT di Jember yang orang lain tentunya sudah medapat
termasuk dalam ajaran berbasis Kejawen legitimasi dari orang-orang yang di kuasai.
yaitu Suroan. Agenda rutin suroan dalam Dalam PSHT warga atau pelatih merupakan
ajaran PSHT merupakan diskursus yang orang-orang yang mendapatkan legitimasi
Ilma, Disiplin Tubuh Pesilat Persaudaraan... 41

dari siswa untuk menguasai tubuhnya, latihan, dimana tubuh dibentuk, diawasi,
baik disadari maupun tidak. dikontrol dan dilindungi ketika ada
Warga yang diposisikan sebagai kejahatan di luar ruang yang menyerang.
pemilik kuasa atas kedisiplinan para Perbedaannya tubuh siswa yang
siswanya, juga memiliki kuasa kebenaran ditundukkan oleh warga mampu terlihat
atas apa yang harus dia lakukan terhadap dan seakan-akan tertata rapi, sedangkan
siswanya, sementara siswa hanya mene­ warga didisiplinkan secara tertutup
rima atas apa yang diberikan warga. Siswa oleh aturan ketika wisuda. Warga yang
yang diposisikan sebagai penerima atas memiliki kuasa untuk mendisiplinkan
kuasa, kebenaran dan kedisiplinan yang siswa sebagai usaha membentuk tubuh
diatur dan diawasi oleh warga, ia tidak mereka sesuai dengan ajaran pancak
memiliki kuasa apapun atas tubuh dan silat PSHT. Warga mendisiplinkan dan
kedisiplinan tubuh mereka, ia diatur dan terdisiplinkan diri mereka sendiri atau
dibentuk dalam ruang kedisiplinan sebagai yang secara teoritik dikonseptualisasikan
siswa pancak silat PSHT. sebagai praktik autosensor. Dengan
Siswa tidak memiliki kuasa atau asumsi tersebut tubuh warga memenjara
bahkan tidak punya keberanian untuk dan terpenjara dalam kebebasan mereka
melawan pada kuasa diatas mereka. sendiri dengan keharusan dalam menjaga
Siswa tidak memiliki ruang untuk mela­ nama baik organisasi pancak silat PSHT
kukan kontra kuasa karena saat mereka yang terus diawasi dan berada dalam
melakukan hal tersebut maka akan ada ruang kuasa yang dibentuk melalui relasi
hukuman bagi mereka sebagai kon­ dan transparansi pengawasan.
sekuensinya. Hukuman merupakan salah Pada hari ini diskursus yang
satu hal yang biasa diberikan kepada dimunculkan oleh PSHT mampu berjalan
orang yang melakukan kesalahan dan secara bersamaan, hal ini didukung
tidak patuh pada perintah, sama halnya oleh banyaknya massa PSHT di Jember.
dengan tubuh yang didisiplinkan ketika Maksud bersamaan ialah PSHT mampu
melakukan kontra kuasa, tubuh harus siap memunculkan seluruh diskursus yang
menerima hukuman. merujuk pada artikulasi tubuh. Hal
Siswa pancak silat PSHT yang sedang ini dimulai dari Jember sebagai ruang
menempuh pendidikan untuk menjadi persebaran ajaran PSHT mulai masuk
atlet atau pendekar harus melewati ke dalam pelosok desa dan dibeberapa
banyak pelatihan, aturan, kedisiplinan dan sekolah ternama di Jember telah menerima
pengajaran. Aturan yang diterapkan bagi praktik pendisiplinan tubuh PSHT.
mereka merupakan bagian dari pendi­ Persebaran diskursus tentang praktik
siplinan atas tubuh mereka yang utuh, yang tubuh yang memperkuat keberadaan
berujung dalam relasi patuh dan berguna, PSHT di Jember, dicontohkan pada tiga
menyelaraskan tubuh dengan pikiran, dan wilayah yang menjadi persebarannya.
membuat identitas tubuh sebagai anggota Ketiga wilayah tersebut ialah komisariat
pancak silat PSHT. Mereka akan dilihat dan Universitas Jember, ranting Ambulu, dan
diawasi apakah mereka mampu atau tidak, ranting Mayang. Ketiganya memiliki latar
disini ruang kuasa para warga berperan belakang budaya yang berbeda, namun
dalam membentuk tubuh siswa dan akan pada hari ini ketiga wilayah tersebut
dibentuk bagaimana tubuh siswa tersebut. mampu menunjukkan diskursus tentang
Ruang pendisiplinan dalam PSHT yaitu praktik pendisiplinan tubuh yang mampu
42 DIMENSI, VOL. 10, NO. 1, JUNI 2017

menciptakan pluralitas wacana. Universitas Jember.


Diawali dengan diskursus tentang Latihan reguler dan latihan anak-
tubuh yang dimunculkan oleh PSHT anak lebih ditujukan kepada latihan ke-
komisariat Universitas Jember, dalam atlit-an. Latihan tersebut dimaksudkan
melatih dan mendisiplinkan tubuh baik untuk membangun ruang simulatif
warga maupun siswa. Diskursus yang untuk membentuk tubuh siswa reguler.
diterapkan meliputi latihan wajib siswa Sementara tubuh anak-anak lebih mudah
baik reguler maupun privat dan latihan dibentuk dan disiplinkan karena tubuh
wajib anak-anak seperti SD hingga anak diformasikan kedalam moralitas
SMP, serta latihan atlit rutin warga dan yang hendak secara perlahan ditata dan
siswa. Selain itu komisariat Universitas dtempatkan pada model kedisiplinan
Jember melatih mahasiswa asing yang tubuh PSHT. Sedangkan latihan privat
ingin belajar pencak silat, mahasiswa lebih merujuk pada ilmu kerohanian yang
tersebut merupakan mahasiswa program ada di ajaran PSHT. Sedangkan untuk
pertukaran. Siswa yang mengikuti latihan pendisiplinan tubuh mereka memiliki
di komisariat Universitas Jember bukan porsi yang berbeda dengan latihan reguler
hanya siswa yang bersal dari Universitas dan privat. Namun, kesemuanya itu
Jember dan lingkungan sekitar saja. Hal merupakan salah satu praktik pendisiplinan
ini dikarenakan lingkungan komisariat tubuh yang diterapkan oleh komisariat
Universitas Jember merupakan lingkungan Universitas Jember. Tubuh-tubuh tersebut
yang berlatar belakang pendidikan, serta dimasukkan kedalam ruang pendisiplinan
merupakan wilayah kota yang berlokasi yang berbeda-beda, untuk mendapatkan
strategi untuk orang di lingkungan sekitar pengawasan dan pengontrolan terhadap
mengikuti latihan. tubuh.
Latihan yang diterakapkan oleh PSHT Latihan teknik yang diutamakan
komisariat Universitas Jember dimak­ merupakan salah satu strategi untuk
sudkan untuk melatih tubuh siswa dari menambah gerak tubuh yang dipraktikkan
tatanan terendah yaitu anak-anak hingga oleh siswa, dan berujung pada bagaimana
privat yang diikuti oleh orang yang sudah tubuh mampu mengaplikasikan ketika
berumah tangga dan memiliki umur 25 berada pada pertandingan. Pada
tahun ke atas. Tubuh-tubuh tersebut dasarnya PSHT komisariat Universitas
akan menepati ruang pendisiplinan yang Jember mendidik, membentuk dan
berbeda-beda, sesuai dengan kekuatan mendisiplinkan tubuh siswa untuk patuh
tubuh. Tubuh diwajibkan mengikuti dan berguna juga untuk diajdikan atlit
latihan di komisariat Universitas Jember baik atlit laga, maupun atlit seni. Latihan
yang dilakukan dibeberapa tempat dan teknik yang diutamkan bukan berarti
dengan waktu berbeda. Pada siang hari akan menghilangkan latihan wajib PSHT
untuk lembaga pendidikan berbasis sebagai proses menjadi anggota tetap
sekolah yang disebut rayon komisariat PSHT. Hal ini yang membedakan praktik
Universitas Jember seperti SMA Arjasa, tubuh komisariat Universitas Jember
SMA Dua Jember, SMK Trunojoyo, SMP 10 dengan ranting yang berdiri di desa-desa.
Jember dan latihan pada malam hari untuk Berbeda dengan PSHT komisariat
komisariat Universitas Jember itu sendiri Universitas Jember, Ambulu yang meru-
yang berlokasikan dihalaman sebelah pakan wilayah berlatar belakang kultural
Gedung Pusat Kegiatan Mahasiswa sama dengan asal PSHT membuat mudah
Ilma, Disiplin Tubuh Pesilat Persaudaraan... 43

dalam menjelaskan dan menyampaikan juga dilakukan oleh ranting Ambulu,


ke-Setia Hati-an. Diskursus pendisiplinan walupun belum memiliki jadwal khusus
tubuh yang berlangsung bukan tidak untuk melakukan latihan atlit. Penurunan
mungkin mengalami perbedaan juga den- atlit ranting Ambulu tidak merujuk pada
gan komisa­riat Universita Jember. Rant- semua kategori, hanya pada kategori laga,
ing Ambulu yang cikal bakal pencak silat pada hari ini ranting Ambulu memiliki
PSHT dibawa oleh pendatang yang berasal beberapa atlit yang mampu menmapilkan
dari daerah pusat dan berlatar belakang seni. Untuk ranting Ambulu sendiri belum
TNI, tidak memungkinkan juga bahwa pernah mengadakan pertandingan tetapi
latihan yang diterapkan sama dengan pen- ranting Ambulu selalu berpartisipasi
didikan tentara. ketika diadakan pertandingan.
Latihan yang diterapkan di ranting Tidak berbeda jauh dengan ranting
Ambulu pada saat ini sudah tidak lagi seperti Ambulu, ranting Mayang dalam mene­
semi militer, hal ini dikarenakan bertambah rapkan latihan hanya merujuk pada dua
dan berkembangnya pengetahuhan dan latihan yaitu latihan reguler dengan privat.
wawasan warga PSHT. Untuk itu lambat Latihan tersebut berjalan dan dipraktikkan
laun latihan yang diterapkan mengalami hingga hari ini massa yang dimiliki oleh
perubahan, dan pada saat ini tubuh tidak ranting Mayang mampu membuat PSHT
lagi disiksa, melainkan dilatih, dibentuk keberadaanya diperhitungkan oleh pencak
untuk dijadikan tubuh yang patuh dan silat lainnya. Namun, ranting Mayang
berguna. Kondisi tersebut dapat dirujukan memiliki perbedaan dengan kedua
pada bertambahnya siswa PSHT ranting wilayah yang terletak pada latar belakang
Ambulu dan juga bertambahnya anak atau budaya yang berbeda. Mayang memiliki
rayon dari ranting Ambulu seperti rayon latar belakang budaya Madura, untuk
tegalsari, rayon pontang, rayon sabrang, itu dalam latihan diperlukan beberapa
rayon sumberjo, rayon karanganyar dan perubahan seperti bahasa yang harus
lain sebagainya. Namun hal ini tidak dirubah. Strategi yang digunakan oleh
mengurangi dasar ajaran PSHT ketika organisasi PSHT untuk mencari massa di
dibawa dan dipraktikkan di ranting Kecamatan Mayang didukung dengan
Ambulu, latihan keras tetap dilakukan wacana dominan yang melakat pada
yang pada hari ini dipraktikkan merujuk anggota PSHT.
pada didiplin waktu, disiplin tubuh dan Mayang menjadi ruang kultural yang
konsekuensi yang tetap dijalankan. unik dimana asumsi adanya ruang kebu­
Untuk itu diskursus tubuh yang dayaan yang dikontekstualisasi sebagai
berlatar belakang keras tersebut pada hari pandhalungan dapat digugat keber­
ini mampu mempresentasikan identitas adaaanya. Dalam penelitian ini, PSHT
ranting Ambulu di cabang Jember. mampu menjadi kekuatuan yang secara
Latihan keras tersebut membawakan hasil kultural dapat menginsepsi kesadaran
yang memuaskan bagi ranting Ambulu, siswa dan warga untuk mengikuti
karena ranting Ambulu selalu mengikuti tradisi­onalisme dan komunalisme jawa
pertandingan tarung bebas yang diadakan sebagaimana dirujukan pada Madiun.
di pusat kota. Bukan hanya ajang tarung Yang artinya pembacaan bahwa jember
bebas, dalam pertandingan yang lainnya terbentuk dan terjalin melalui relasi yang
ranting Ambulu tetap berpartisipasi. harmonik, pada konteks PSHT justru
Persiapan sebelum mengikuti pertandingan terjadi sebaliknya, yakni pada bagaimana
44 DIMENSI, VOL. 10, NO. 1, JUNI 2017

akar kultural jawa mampu diposisikan akar kejawen Madiun dengan pluralitass
dominan sementara subjektivitas yang formasi sosial di Jember.
berbasis pada kultur madura, secara Konsep Foucault tentang disiplin
perlahan beralih pada karakter kejawaan, tubuh merujuk pada bagimana tubuh
khususnya pada prosesi ritual suroan dan diruangkan, dikontrol, pengkhususan
pada kehendak untuk menjadi PSHT ideal. latihan, dan memunculkan kekuatan
gerak. Tubuh diruangkan, merujuk pada
Penutup: Figurasi Kultural, Jejak Penge­ bagaimana tubuh dimasukkan kedalam
tahuan dan Jejaring Pendisiplinan ruang latihan sesuai dengan tahapannya
Organisasi pencak silat PSHT pada yang bertujuan untuk mempermudah
saat ini sedang menjadi organisasi yang mengkontrol dan mengawasi tubuh yang
cukup besar dengan massa tersebar, hal sedang beraktivitas yakni berlatih. Hal ini
tersebut dapat direpresentasikan pada tidak terlepas dari latihan yang berulang-
banyaknya tugu yang menjadi penanda ulang, menjadwalkan program latihan,
PSHT, jumlah warga yang hadir dalam serta pengujian atas tubuh yang dibentuk
peristiwa kultural baik yang bersifat tersebut. Pada akhirnya latihan yang
keorganisasian ataupaun yang berkarakter diruangkan, pengontrolan yang ketat
ritual. PSHT yang terbangun melalui serta latihan yang sesuai dengan program
wacana dan text untuk menyususn strategi PSHT akan memunculkan suatu kekuatan.
dan praktik pendisiplinan tubuh. Wacana Kekuatan yang muncul tersebut gerak
tersebut berdasarkan pengetahuan dan reflek, yang mana dihasilkan dari hasil
text, sedangkan text itu berdasarkan pendisiplinan tubuh dalam latihan.
bagaiamana wacana itu ditampilkan dan Pada akhirnya pendisiplinan tubuh
diajarkan. dan diskursus yang dibangun memiliki
Pada titik ini hal penting yang ditemui konsekuensi pembentukan subjektivitas
ialah munculnya kelompok-kelompok anggota PSHT, hal ini dikarenakan
latihan yang dipraktikkan PSHT di adanya fragmentasi ruang dan perbedaan
berbagai wilayah di Jember. Adanya pendisiplinan. Perbedaan tersebut tidak
pertemuan rutin 3 bulan sekali (Tri wulan) terlepas dari latar belakang budaya
yang diadakan oleh PSHT Cabang Jember, pada masing-masing wilayah tersebut.
menandai dan mempertegas PSHT sebagai Kemudian diskursus terbentuk melalui
organisasi yang berbasis pada disiplin formasi-formasi sosial, hingga praktik
dan wacana tubuh yang didisiplinkan yang dimunculkan secara berbeda pada
melalui praktik sejarah dan sosialnya. wilayah tertentu, memiliki akar dan jejak
Dalam praktik sejarahnya PSHT di Jember pengetahuan dan jejaring pendisiplinan.
muncul dalam bentuk wacana yang Untuk itu diskursus PSHT Jember
dibentuk oleh Mas Tarmajdi kemudian di terbentuknya tidak tunggal melainkan
Jember dipraktikkan dengan membentuk fragmentatif.
figurasi kultural, yang mempertemukan
Ilma, Disiplin Tubuh Pesilat Persaudaraan... 45

Daftar Pustaka
Abdullah, Edwin Hidayat. 2013. Keajaiban Silat. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Foucault, Michel. 2000. Sejarah Seksualitas: Seks dan Kekuasaan. Diterjemahkan oleh: Rahayu
S. Hidayat. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Foucault, Michel. 1997. Disiplin Tubuh: Bengkel Individu Modern. Disadur oleh: Petrus Sunu
Hardiyanta. Yogyakarta: LKIS.
Foucault, Michel. 2012. Arkeologi Pengetahuan. Yogyakarta: RRCiSoD.
Filingham, Alix. 2001. Foucault Untuk Pemula. Yogyakarta: Kanisius.
Mulyana, Agus. 2016. Pencak Silat Setia Hati: Sejarah, Filosofi, Adat Istiadat. Bandung: Tulus
Pustaka.
Rahardja, Gunawan. 2016. Memo Tentang Politik Tubuh. Jakarta: Kompas.
Sardar, Z. & Loon, B. V. 2005. Seri Mengenal dan Memahami: Cultural Studies. Jakarta:
Scientific Press.
Synnott, Anthony. 2002. Tubuh Sosial: Simbiolisme, Diri, dan Masyarakat. Yogyakarta:
Jalasutra.
Haryatmoko. 2002. Kekuasaan Melahirkan Anti-Kekuasaan. BASIS, Januari- Februari.
Yuswadi, Hary. 2001. Masyarakat Jember: Sebuah Tinjauan Sosiologi. Jember: Universitas
Jember
Sutarto, Ayu. 2006. Sekilas Tentang Masyarakat Pandalungan. http://repositori.
perpustakaan.kemdikbud.go.id/1103/1/Masyarakat Pandhalungan.pdf

Anda mungkin juga menyukai