Anda di halaman 1dari 4

10 Cara Menjadi Orang yang Berwibawa, Agar Mampu Menggerakkan dan Mempengaruhi

Apakah Anda kesulitan menggerakkan tim Anda? Kesulitan mempengaruhi orang lain? Sehingga
mereka suka menyepelekan diri Anda? Bisa jadi, itu semua dikarenakan Anda kurang memiliki
wibawa.

Meskipun, sejatinya, wibawa itu ‘tidak perlu’ dicari. Sejatinya, wibawa itu hanyalah bonus saja
apabila kita memiliki beberapa kebiasaan-kebiasaan baik dan proporsional dalam menghadapi
orang-orang. Nah, kebiasaan-kebiasaan tersebutlah yang perlu Anda biasakan, agar insyaAllah
Anda dapat bonus kewibawaan.

Setidaknya, 10 hal ini yang harus Anda biasakan.

1. Jangan bercanda berlebihan. Apalagi kalau sampai berbohong dan merendahkan orang. Pun
harus tahu waktu.

Sebenarnya bercanda itu merupakan hal yang bagus, bahkan kadang diperlukan. Namun,
tentunya jangan asal bercanda, melainkan harus tahu etikanya juga dan paham situasi yang tepat.

Jelas, adalah kesalahan bila saatnya orang bertanya dan berbicara yang serius, malah kita jawab
dengan candaan.

Apalagi kalau situasinya sedang ada masalah besar, yang harus segera dicari solusinya, terlebih
lagi

deadline tinggal beberapa jam lagi; sangatlah tidak etis malah kita jawab dengan plesetan-
plesetan guyon yang lucu.

Maka, untuk mengutarakan hal-hal lucu pun harus tahu waktu, tidak asal selalu nyeletuk
guyonan, guyonan, dan guyonan terus-menerus.

Pun, sekiranya memang situasi memungkinkan untuk beracanda; bercandalah yang biasa saja.
Maksudnya, contoh bercanda yang tidak biasa itu adalah bercanda yang suka bohong bahkan
merendahkan orang lain.

2. Jangan rakus.

Salah satu hal buruk dari sifat rakus adalah, terlalu heboh mengurusi hal-hal yang tidak
dibutuhkan dan tidak diperlukan, bahkan tidak penting sama sekali.

Sebaliknya, orang yang tidak rakus normalnya yah hanya memerlukan hal-hal seperlunya saja
dan secukupnya saja.

Orang yang terlalu banyak menginginkan hal-hal tak penting, bisa saja akan kelihatan spele di
mata orang lain. Sehingga, kehilangan kewibawaan.
3. Selalulah jujur, jangan suka bohong.

Salah satu yang sangat menghancurkan kredibilitas seseorang adalah, bila suka berbohong.

Berbohong itu juga seolah-olah meremehkan orang lain, padahal yang orang tersebut pahami
hukum asal dari janji itu yah diusahakan agar ditepati.

Sebaliknya, bila kita terbiasa jujur, maka normalnya orang pun senantiasa suka mempercayai
kita.

4. Jangan hanya banyak bicara, namun juga melakukan apa yang dikatakan, selama itu memang
dalam wewenang dan kapasitas.

Hal ini agak erat kaitannya dengan poin sebelumnya.

Bila apa yang kita katakan itu sama dengan apa yang kita lakukan, maka jelas itu merupakan
tanda keseriusan.

Apabila hal tersebut senantiasa kita lakukan, maka normalnya otomatis orang akan melihat track
record kita bahwa kita ini orangnya memang serius; apa yang kita lakukan selalu selaras dengan
yang kita katakan, tidak kontradiktif.

5. Kalau ingin membuktikan sebuah kesalahan, jangan asal-asalan. Harus ada argumentasinya.

Salah satu sifat wibawa yang harus ada, yakni tegas. Salah satu ciri tegas itu, berani mengatakan
salah bila memang sesuatu itu salah. Namun, mengatakan salahnya tidak asal-asalan, yakni harus
dengan penjelasan yang siap dipertanggungjawabkan.

Inilah hal yang membedakan antara seseorang yang diktator dengan seseorang yang berwibawa.

Kalau seseorang yang diktator; suka menyalahkan orang lain, tapi penjelasan kenapa salahnya itu
nggak jelas. Seperti asal menyalahkan saja, bahkan emosian dan tendensius. Kalau kita seperti
itu, pasti kebanyakan orang jadi tidak suka pada kita.

Sedangkan kalau seseorang yang berwibawa; saat menyalahkan orang lain, dia menjelaskan apa
adanya dengan data, fakta, dan argumentasi yang kuat. Kalau seperti ini, orang lain akan ngaku
salah . Kalau pun tidak, bisa saja ngaku salahnya di masa depan, setelah dia berfikir. Dia bisa
berfikir, karena ada argumentasi yang kuat, jadi secara pemikiran dia tak bisa menafikan, walau
mungkin secara perasaan ego dia tetap kurang suka bila disalahkan.

6. Sebaliknya pula, bila bener-bener seseorang berprestasi dan berkontribusi, apresiasilah dia.

Tegas itu tidak hanya konsisten mengatakan yang salah itu yah memang salah, namun juga
konsisten mengatakan yang bagus itu yah memang bagus.
Inilah yang kerap membuat orang-orang itu menghormati seseorang yang berwibawa. Bila
memang mereka salah, maka diingatkan secara proporsional. Sebaliknya, bila memang mereka
bagus, maka diapresiasi atas hal bagus tersebut.

7. Sabar, jangan terlalu mudah baper marah dan sedih.

Sebenarnya marah dan sedih itu adalah hal yang manusiawi . Namun, apabila terlalu mudah
baper marah dan sedih, apalagi kalau karena masalah spele, maka itu seperti kekanak-kanakan.

Jelas, adalah lucu jika kita suka

update status yang galau-galau nggak jelas di social media . Bila intensitasnya tidak wajar, maka
orang lain akan melihat seolah-olah kita ini sangat lemah. Orang yang sangat lemah tentu sulit
diberi amanah yang banyak, sehingga seperti tidak punya wibawa.

8. Empati, berusaha mengerti apa yang orang lain fikirkan dan rasakan.

Wibawa itu bukan berarti kaku dan membuat orang jadi takut. Kalau seperti itu, kurang tepat bila
disebut berwibawa, lebih tepat disebut diktator.

Maka, agar tak menjadi diktator, tentu harus juga bisa berempati. Yakni, mengerti bagaimana
perasaan dan pemikiran orang lain. Harus juga sesekali membayangkan bagaimana kalau diri
kita menjadi orang lain. Dengan begitu, kita akan berusaha mengutarakan kata-kata yang pas.

9. Berfikir sebelum bertindak. Karena setiap tindakan itu harus bisa dipertanggungjawabkan.

Sebelum kita hendak melakukan sesuatu, haruslah memikirkannya terlebih dahulu. Kita harus
paham dulu, apa dampak dari perbuatan tersebut. Baik dampak jangka pendek, jangka panjang,
maupun jangka Akhirat.

Dari situ, kita bisa mengukur kapasitas kita apakah kita siap bertanggungjawab atas dampak dari
perbuatan kita tersebut.

Dengan senantiasa siap bertanggungjawab seperti itu, maka kita akan menjadi berwibawa.

10. Jangan pernah berantakan dan bau, sebaiknya senantiasa rapih dan wangi.

Sebaiknya jangan menganggap hal ini spele. Justru itu, bila kita menyepelekan diri kita sendiri,
sehingga penampilan kita yang berantakan dan bau tak sedap; maka orang pun bisa
menyepelekan diri kita juga. Karena toh kita saja menyepelekan diri kita sendiri. Selain itu, juga
sepertinya kita menyepelekan orang lain, karena membuat orang lain tidak nyaman akan
penampilan berantantakan dan bau kita.

Sebaliknya; bila kita serius merapihkan diri kita dan membuatnya wangi, maka orang pun akan
terkesan dan merasa bahwa kita ini serius mengurus diri dan tak mau membuat orang lain
terganggu karena penampilan jelek dan bau kita.
Nah, setidaknya, begitulah 10 hal yang sebaiknya Anda biasakan, agar mendapatkan ‘bonus’
kewibawaan. Sebenarnya, ada 1 cara lagi, jadinya nanti ada 11 hal. Yakni, ketulusan.

Tentunya, pastikan 10 hal tersebut Anda biasakan secara tulus dalam rangka memperbaiki diri
saja. Jangan dalam rangka ‘mencari muka’ agar kelihatannya wibawa. Tulus saja, dalam rangka
memperbaiki diri.

Oh iya, barangkali ada teman Anda yang membutuhkan tips ini? Bila ada, coba Anda mention
dia. Atau, boleh juga silahkan Anda share saja artikel ini ke dia..

Anda mungkin juga menyukai