Untuk direnungkan dan disampaikan sebuah Ular-ular bagi para Kadhang dimanapun ber-
ada .
Arti-maknanya:
Barang sesuatu yang dipatuhi, niscaya akan terlihat.
Para dewa sekalipun, mahluk ciptaan yang luhur,
tentu akan menampakkan diri.
Batu atau kayu sekalipun, bila dipuja-puja.
Dengan pembakaran kemenyan dan dibedaki bau-bauan harum.
Tentu akan menampakkan diri pula, dikarenakan pengaruh cipta-rasanya sendiri.
(Gending Pucung, ditulis sebagai pengingat-ingat, kepada para saudara SH, untuk
dapat menjadikan bhakti atau berbhakti, sebagai peninggalannya almarhum Ki
Ngabei Soerodiwiryo)
2. SE - thya tuhu,
TI - myang talatan hatul,
YA - pamulangira,
HA - muruk dan murih lantip,
TI - tis sarta cukat ing kridaning silat
(Betul-betul setia, selalu teliti dan tekun, untuk menjadi hafal (dalam menjalani atau
menempuh ilmu SH), supaya menjadi cerdas, cepat dan tepat dalam olah
kanuragan atau pencak silat)
3. SE - dhyanipun,
TI - nularake sadharum,
YA - sagunging langkah,
HA - ywa kongsi na kacicir,
TI - nata urut runtut dhadhi jurusan
4. SE - ne tuhu,
TI - niti sagung nging laku,
YA - solah bawanya,
HA - sal saking warni-warni,
TI - niru pinendetingkang pinitaya
(Betul-betul meyakini, selalu teliti dalam segala perbuatan atau perilaku, baik
secara lisan atau ucapan maupun perrbuatan, yang berasal dari bermacam-
macam bentuk, diambil atau dicontoh segala yang bermanfaat agar dipercaya
kebaikannya)
5. SE - trusipun,
TI - nata serta cinampur,
YA - kaolah samya,
HA - nambahai akal budhi,
TI - nalusur nut ilham panggilihira
(Dengan demikian sehingga, telah mencukupi jumlahnya, yaitu ada tiga puluh,
ditambah enam yang menjadi lengkap (jurus 36 SH), yang unsurnya berasal dari
Tiongkok Sunda Jawa Betawi Padang)
7. SE - Nesipun,
TI - Cimande oge milu,
YA - Fort de Kock Lahat,
HA - Priyaman Minangkabau,
TI - nambahan singkara hanggambuh reka
(Dan lainnya adalah, dari Cimande juga ikut, juga Fort de Kock Lahat, dari
Priyaman Minangkabau, dan ditambah pula dari beberapa yang lain sehingga
menjadi satu kesatuan yang utuh dan bulat yang tak dapat dipisah-pisahkan)
8. SE - Wardhinipun kanten,
TI - nari tekadhe pra sedulur,
YA - hantebe sarana nganggo prajanji,
HA - murih dhadhya rahayu,
TI - namtokna ywa padhudhon
(Dan yang terakhir, dengan mengajak semangat para saudara SH, agar lebih
mantap dengan sungguh-sungguh menggunakan janji atau sumpah (sebagai
hukum) untuk diikuti, supaya menjadi selamat didalam perikehidupan, ditentukan
agar tidak terjadi pertengkaran)
9. SE - Dhyane hidup rukun,
TI - nebihna saking tukar padhu,
YA - yah rena lir kadhang hanunggil kapti,
HA - nor raga pambekipun,
TI - naberi murih kamot
(Tujuan dalam mencapai kerukunan hidup, dengan menjauhkan diri dari segala
bentuk pertengkaran, hanya dengan tujuan yang sama dan keinginan yang tinggi
untuk menjadi saudara, dan dengan sunguh-sungguh mencapai keinginan, diteliti
secara hati-hati untuk mendapatkan apa yang menjadi tujuan)
(Sepi dalam keadaan hening atau keadaan sepi yang tidak memiliki pikiran yang
beraneka ragam/ kekosongan/ kehampaan, akan sangat dapat mengenal secara
jelas pemikiran atau idealis yang tanpa batas, yaitu yang betul-betul berada di
dalam pusat samudera kehidupan, alam semesta sudah dikuasainya, sehingga
betul-betul dapat melihat keghaiban Tuhan)
(Barangsiapa yang sudah mencapai kepada keghaiban Tuhan, akan selalu sangat
hati-hati didalam perilaku yang telah terikat kepada Tuhan, yang menghasilkan
segala perbuatan diri, ketiga ilmu SH yakni eerste trap-tweede trap-deerde trap
harus menjadi satu)
(Persaudaraan yang penting, yang merupakan bukti kodrat hidup, yaitu manusia
adalah bersaudara di dalam hidup kebersamaan, yang ada di dalam kehidupan
antar manusia atau bermasyarakat, dimana orang akan tertarik oleh daya
kehidupan orang SH)
16. SE - Jatine ran hidup,
TI - nata ring tatanan sadharum,
YA - muhung hangudhi rahayu basuki,
HA - la becik wus kalebu,
TI - timbangan sami uwong
(Sebenarnya yang disebut hidup, diatur bertata di dalam aturan-aturan luhur, yang
akan mencapai jalan keselamatan dan kedamaian yang bagus nan indah, dan
yang tidak baik maupun yang baik akan dapat diterima, sehingga menjadikan
pertimbangan atau keadilan di dalam kehidupan sesama manusia)
(Ketika hati sudah terbuka, sudah sangat mengenal dan menyatu dengan diri,
maka akan seperti orang yang telah menerima wahyu, dan sangat jelas tentang
kehidupan dirinya/ siapa sesungguhnya aku?, terlihat tidak akan keliru akan
dirinya)
(Sebenarnya hakekat pencak yang luhur sebagai ilmu silat yang tertinggi, yang
apabila diamati oleh seorang juri, hanya SH-lah yang akan tidak pernah,
meninggalkan gelanggang pertandingan, dan tidak akan pernah menjadi kalah)
(Selama 40 tahun yang lalu yakni antara tahun 1917 - 1930, selalu menang di
dalam pertarungan, dan yang seperti itulah, jangan sampai menjadi sombong diri
dan itu tidak baik, karena akan meninggalkan kewaspadaan bathin)
(Selalu setia dan berusaha pasrah kepada Yang Maha Hidup, koreksi atau teliti
segala perbuatan, dari tindakan yang buruk, dan selalu mawas diri, dan lihat apa
yang terjadi)
(Walaupun sekarang hidup dalam keluhuran, yang ditutupi oleh busana kehidupan,
yang diikuti pula oleh budi yang luhur, sampai dapat menutupi rahasia yang ada,
maka tidak akan dapat diramal atau diterka)
27. SE - Lurane ing besok pamelehipun,
TI - bane adiling widhi,
YA - wohe kang wus tinandur,
HA -timun ta thukul krahi,
TI - mun ya timun sayektos
(Sesungguhnya hasil dari perbuatan besok, akan menjadi keadilan Tuhan, yaitu
segala hasil dari apa yang telah diperbuat, ibarat menanam buah mentimun tidak
akan pernah berbuah krai atau timun suri yakni buahnya mirip timun namun bukan
timun, buah mentimun yang betul-betul buah mentimun)
(Sebenarnya hidup yang utama itu adalah laku atau perbuatan nyata, yang
meninggalkan bekas-bekas keutamaan, yaitu perbuatan budi luhur, mengingat
anak turun atau generasi mendatang, sehingga akan meninggalkan segala
kenikmatan yang indah)
(Keinginan hati yang mengikuti pikir, akan terbuka menjadi, pengabdian kepada
Tuhan, dengan selalu waspada dan ingat untuk tidak lupa, akan dapat memperoleh
cahaya hati yang diinginkan)
(Selamanya tidak akan pernah lepas, sampai pada inti hidup, yaitu segala apa
yang tak dapat dilihat oleh mata, hanya dapat dirasakan adanya penyatuan
(dengan Tuhan) dan sangat tidak akan pernah dapat diragukan lagi)
(Walaupun sangat berat untuk mengawalinya, lakukan dengan telaten atau rajin
tanpa perasaan ragu didalam diri, dan harus mantap di dalam segala perbuatan
jalan kehidupan, dan dengan tidak mudah terpancing goyah, terhadap segala
sesuatu yang tampak)
(Sandi yang tersamar ini, disusun dengan penuh keagungan, yang sama
jumlahnya, dengan jurus SH sebanyak 36 jurus, dan sampailah pada penyerahan
diri kepada Tuhan Yang Maha Hidup).