Anda di halaman 1dari 105

PEMBACAAN SURAH YASIN DALAM TRADISI CUCI

KAMPUNG DI DESA MEKAR JATI KECAMATAN


PENGABUAN KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT
(STUDI LIVING QUR’AN)

SKRIPSI
Diajukan sebagai salah Satu persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana
Strata Satu (S.1) dalam Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir
Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama

Oleh
Rusma
NIM : UT160099

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI AGAMA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI


SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
2020
ii
iii
MOTTO

         

“Ini adalah sebuah kitab yang kami turunkan kepadamu penuh dengan
berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya
mendapatkan pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran.”
(QS.Shad: 29).1

1
Kementrian Agama RI, Mushaf Al-Qur’an Tajwid dan Terjemah, (Banyu Anyar: Abyan,
2014), 195.

iv
ABSTRAK

Pembahasan skripsi ini dilatarbelakangi dari rasa keingintahuan penulis


terhadap kecenderungan masyarakat Desa Mekar Jati yang mengistimewakan satu
surah dalam Al-Qur‟an, yaitu mereka menjadikan pembacaan surah Yasin sebagai
amalan penting untuk dilakukan dalam tradisi cuci kampung. selain itu juga
keingintahuan mengenai pemahaman masyarakat Desa Mekar Jati terhadap
pembacaan surah Yasin. Sehingga penulis tertarik untuk melakukan penelitian
lebih lanjut mengenai masalah tersebut. Dalam skripsi ini dilakukan penelitian
yang membahas mengenai pembacaan surah Yasin dalam tradisi cuci kampung,
melihat pada tanggapan masyarakat terhadap hadirnya Al-Qur‟an dalam
kehidupan sosial masyarakat.
Pembahasan dari penelitian ini fokusnya adalah yang terkait dengan proses
pelaksanaan tradisi cuci kampung dan kemudian apa keyakinan masyarakat
terhadap surah yang dibaca dalam tradisi cuci kampung, sejauh mana masyarakat
memahami surah Yasin, serta apa makna Qur‟ani dari kegiatan yang dilakukan
tersebut. penelitian yang penulis gunakan adalah field research yang melakukan
penelitian kualitatif dengan menggunakan metode penelitian kualitatif dan
pengumpulan data melalui: observasi, wawancara dan dokumentasi. Analisis yang
digunakan adalah deskriptif analitik serta landasan teori menggunkaan pendekatan
fenomenologi.
Hasil penelitian dalam penulisan skripsi ini yaitu tradisi cuci kampung
dilakukan setiap satu tahun sekali kegiatannya meliputi doa bersama untuk
memohon keselamatan agar terhindar dari segala musibah. Adapun masyarakat
berkeyakinan dengan membaca surah Yasin dalam tradisi cuci kampung diberikan
keberkahan, dapat terhindar dari kesulitan, dikabulkan segala hajat dan sebagai
penolak bala. Secara Qur‟ani kegiatan cuci kampung yang dilakukan oleh
masyarakat Desa Mekar Jati merupakan kegiatan yang bernilai ibadah, karena
dalam kegiatannya dilakukan kegiatan yang positif.

Kata Kunci: Surah Yasin, Cuci Kampung, Fenomenologi, Makna Qur’ani,


Ibadah.

v
PERSEMBAHAN

Bismillahirrahmanirrahim
Rasa syukur yang sedalam-dalamnya penulis persembahkan kepada Allah SWT.
atas rahmat dan hidayahnya skripsi ini dapat terselesaikan.
Ku persembahkan skripsi ini kepada:
Untuk ayah Jais dan ibundaku Eliyanti (Alm), ibundaku (Juriah) tercinta, yang
telah berjasa bagiku, memberiku doa yang tak pernah putus untuk anak-anaknya,
serta selalu memberi semangat kepadaku dalam belajar.
Untuk kakek Yusuf dan Nenek Hamisah tercinta yang telah merawatku sejak kecil
dengan penuh kasih sayang.
Kakak Ismayana dan adikku Yulidawati, Abdul Ahdat terimakasih atas keiklasan
dan dukungan kalian menambah semangatku untuk maju dan membuat
termotivasi meraih kesuksesan.
Seluruh anggota keluarga besarku yang telah memberiku semangat untuk belajar
dan menimba ilmu, dengan terus berjuang dan pantang menyerah.
Sahabat-sahabatku terimakasih atas segala motivasi dan dukungan kalian.
Teman-teman seperjuangan IAT angkatan 2016, yang tidak pernah sungkan untuk
memberikan pertolongan dan sama-sama berjuang di UIN STS Jambi.

vi
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kepada Allah SWT. yang maha „Alim, atas
rahmat dan karunia-nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul “Pembacaan Surah Yasin dalam Tradisi Cuci Kampung di
Desa Mekar Jati Kecamatan Pengabuan Kabupaten Tanjung Barat (Studi
Living Qur’an)”.
Shalawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad Saw.
dan seluruh keluarga, para sahabat yang selalu beristiqomah dalam
memperjuangkan agama Islam. Semoga kita semua menjadi hamba-hamba pilihan
seperti mereka.
Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat
akademik guna mendapat gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Ilmu Al-Qur‟an
dan Tafsir (IAT) Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama Universitas Islam Negeri
Sulthan Thaha Saifuddin Jambi .
Selama penyusunan serta penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapat
dukungan, masukan baik berbentuk ide ataupun saran dari bayak pihak. Maka dari
itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada pembimbing
I Bapak Dr. M. Ied Al Munir, M.Ag., M.Hum dan Ibu Sajida Putri M.Hum selaku
pembimbing II, serta Bapak Dr. S. Sagaf, MA selaku Pembimbing Akademik
(PA) yang telah membimbing dan memberikan arahan yang bermanfaat sehingga
selalu mendapatkan semangat baru.
Motivasi dan dorongan dari banyak pihak, dan akhirnya penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Maka dari itu penulis memberikan terimakasih
sebanyak-banyaknya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Su‟aidi Asy‟ari, MA., Ph.D Selaku Rektor UIN Sulthan
Thaha Saifuddin Jambi.
2. Ibu Dr. Rofiqoh Ferawati, SE.M.EI, Bapak Dr. As‟ad Isma, M.Pd, bapak Dr.
Bahrul Ulum, S.Ag., MA selaku Wakil Rektor I, II, dan III UIN Sulthan Thaha
Saifuddin Jambi.

vii
3. Bapak Dr. Abdul Halim, S.Ag., M.Ag selaku Dekan Fakultas Ushuluddin dan
Studi Agama UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
4. Bapak Dr. Masiyan, M.Ag selaku Wakil Dekan I Bidang Akademik Fakultas
Ushuluddin dan Studi Agama UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
5. Bapak Dr. Edy Kusnadi, S.Ag., M.Phil Selaku wakil dekan II bidang
Administrasi Umum Perencanaan dan Keuangan Fakultas Ushuluddin dan
Studi Agama UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
6. Bapak Dr. M. Ied Al Munir, M.Ag., M.Hum selaku wakil dekan III bidang
Kemahasiswaan dan bidang Kerjasama luar Fakultas Ushuluddin dan Studi
Agama UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
7. Bapak Bambang Husni Nugroho, S.Th.I., M.H.I selaku ketua jurusan Ilmu Al-
Qur‟an dan Tafsir Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama UIN Sulthan Thaha
Saifuddin Jambi.
8. Bapak dan Ibu Dosen UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi yang telah memberi
ilmu pengetahuan kepada penulis.
9. Bapak dan Ibu Pimpinan Perpustakaan UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
beserta stafnya-stafnya.
10. Bapak Alwi S.Pd.I yang telah menyempatkan waktu-nya untuk membantu
penulis.
11. Bapak Khairudin S.Pd selaku Kepala Desa Mekar Jati yang telah memberikan
kemudahan kepada penulisan dalam memperoleh data di lapangan.
12. Sahabat- sahabat mahasiswa jurusan Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir angkatan
2016 yang telah meberikan motivasi kepada penulis.

Jambi, 28 Mei 2020


Penulis

Rusma
UT.160099

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................i


NOTA DINAS ..................................................................................................ii
SURAT PERNYATAAN OROSINALITAS SKRIPSI...................................iii
PENGESAHAN................................................................................................iv
MOTTO ...........................................................................................................v
ABSTRAK........................................................................................................vi
PERSEMBAHAN. ...........................................................................................vii
KATA PENGANTAR……….. ..................................................................... viii
DAFTAR ISI ....................................................................................................x
DAFTAR TABEL ............................................................................................xii
PEDOMAN TRANSLITERASI ................................................................... .xiii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..............................................................................1
B. Rumusan Masalah ..........................................................................6
C. Batasan Masalah .............................................................................6
D. Tujuan Penelitian ...........................................................................6
E. Metode Penelitian ...........................................................................7
F. Kerangka Teori...............................................................................9
G. Studi Relevan .................................................................................14
H. Sistematika Penulisan .....................................................................17
BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Sejarah Desa ..................................................................................19
B. Profil Desa .....................................................................................20
C. Visi Misi Desa Mekar Jati..............................................................21
D. Gambaran umum Desa Mekar jati Kecamatan Pengabuan
Kabupaten Tanjung Jabung Barat ..................................................23

ix
BAB III PELAKSANAAN TRADISI CUCI KAMPUNG DI DESA MEKAR
JATI
A. Definisi Tradisi Cuci Kampung ....................................................33
B. Sejarah Cuci dan Perkembangan Kampung di Desa Mekar Jati ......35
C. Orang-Orang Yang Terlibat dalam Tradisi Cuci Kampung.............40
D. Persiapan dan Tata Cara Pelaksanaan Tradisi Cuci Kampung .......40
E. Waktu Pelaksanaan Tradisi Cuci Kampung....................................48
F. Tujuan Pelaksanaan Tradisi Cuci Kampung ...................................51
G. Manfaat Pelaksanaan Tradisi Cuci Kampung .................................53
H. Fungsi Pelaksanaan Tradisi Cuci Kampung ...................................54

BAB IV FENOMENA PEMBACAAN SURAH YASIN DALAM TRADSI


CUCI KAMPUNG DI DESA MEKAR JATI
A. Deskripsi Surah Yasin ....................................................................55
1. Penamaan Surah Yasin ..............................................................55
2. Kandungan Surah Yasin ............................................................58
3. Fadilah Surah Yasin ..................................................................63
B. Pemahaman Masyarakat Terhadap Pembacaan Surah Yasin
dalam Tradisi Cuci Kampung .........................................................65
C. Makna Qur‟ani Pembacaan Surah Yasin dalam Tradisi
Cuci Kampung ..............................................................................70

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ....................................................................................79
B. Saran ..............................................................................................80

DATAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
CURRICULUM VITAE

x
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Struktur Desa Mekar Jati ...................................................................21


Tabel 2.2 Letak Geografis Desa Mekar Jati .......................................................23
Tabel 2.3 Jumlah Penduduk Desa Mekar Jati ....................................................24
Tabel 2.4 Jumlah Penganut Agama di Desa Mekar Jati .....................................27
Tabel 2.5 Perkembangan Pendidikan di Desa Mekar Jati ...................................29
Tabel 2.6 Sarana Pendidikan di Desa Mekar Jati ...............................................30
Tabel 2.7 Lembaga Masyarakat Desa Mekar Jati...............................................32

xi
PEDOMAN TRANSLITRRASI

A. Alfabet

Arab Indonesia Arab Indonesia


‫ا‬ A ‫ط‬ Th

‫ة‬ B ‫ظ‬ Zh

‫د‬ T ‫ع‬ „a

‫س‬ Tsa ‫ؽ‬ Gh

‫ج‬ J ‫ف‬ F

‫ح‬ H ‫ق‬ Q

‫ر‬ kh ‫ن‬ K

‫د‬ D ‫ي‬ L
‫ر‬ Dz َ M

‫ر‬ R ْ N
‫ز‬ Z ٖ H
‫ش‬ S ٚ W
‫ظ‬ Sy ‫ء‬ A
‫ص‬ Sh ٞ Y
‫ض‬ Dh

B. Vokal dan Harakat

Arab Indonesia Arab Indonesia Arab Indonesia


َ‫ا‬ A ‫ىب‬ A ٜ‫ا‬ I

ِ‫ا‬ U ٜ‫ا‬ A ٚ‫ا‬ Aw

ِ‫ا‬ I ٚ‫ا‬ U ٜ‫ا‬ Ay

xii
C. Ta Marbutah
Macam-macam transliterasi ta marbutoh:
1. Ta Marbutah yang mati atau mendapat harakat sukun maka translitersinya
adalah /h/.
Arab Indonesia
‫صالح‬ Shalah

‫ِراح‬ Mir‟ah

2. Ta Marbutah hidup atau yang mendapat harakat fathah, kasrah dan dammah
maka transliterasinya adalah /t/.
Arab Indonesia
‫خ‬١‫زارح اٌزرث‬ٚ Wizarat Al-Tarbiyh

ِٓ‫ِراح اٌس‬ Mir‟at Al-Zaman

3. Ta Marbutah yang berharakat tanwin maka transliterasinya adalah


/tan/tin/tun.
Arab Indonesia
‫فجئخ‬ Fij‟atan

xiii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara luas yang kaya dengan keanekaragaman suku
dan budayanya. Di seluruh wilayah Indonesia jelas terbentang berbagai suku yang
memiliki kebudayaan masing-masing. Keberagaman kebudayaan tersebut
menjadikan adanya perbedaan warna hidup yaitu berbentuk tradisi yang berbeda-
beda. Tradisi yang ada tentunya tidak terlepas dari agama yang dianut oleh
masyarakat itu sendiri, Hal ini disebabkan dalam menjalankan kehidupan ini
tentunya manusia memerlukan ajaran yang mengatur kepercayaan dan peribadatan
serta aturan yang berhubungan dengan pergaulan manusia dengan manusia serta
manusia dengan alam sekitar. Agama merupakan sumber nilai kehidupan manusia
yang paling mendasar, Penjelasan mengenai urgensi agama bagi kehidupan
sebagai mana Ahsin Sakho Muhammad menyatakan bahwa sumber yang paling
bermutu adalah agama.2 Serta yang menjadi sumber nilai dari agama Islam adalah
Al-Qur‟an.
Kehadiran Al-Qur‟an sebagai kitab suci umat Islam dan dijadikan acuan
moral yang di dalamnya berisi petunjuk hidup, kabar gembira serta peringatan.
Al-Qur‟an dijadikan pegangan hidup manusia sampai akhir zaman, sebagaimana
telah diketahui dan diyakini bahwa Al-Qur‟an merupakan kitab shalihun li kulli
zaman wa makan (Al-Qur‟an berlaku pada setiap zaman dan tempat). Dan Al-
Qur‟an menunjukkan umat Islam kejalan yang lurus. Sebagimana terdapat dalam
firman Allah swt. Dalam QS. Al-Isra‟ ayat 9:

          

     

2
Ahsin Sakho Muhammad, Keberkahan Al-Qur’an: Memahami Tema-Tema Penting
Kehidupan dalam Terang Kitab Suci, (Jakarta Selatan: PT Qaf: 2017), 13.

1
2

“Sesungguhnya Al-Quran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang


lebih Lurus dan memberi kabar gembira kepada orang Mukmin yang
mengerjakan kebajikan, bahwa mereka akan mendapat pahala yang besar”.
(QS. Al-Isra: 9).3
Sampai saat ini banyak keilmuan yang terus mengalami perkembangan
serta kemajuan, begitu dengan keilmuan tentang kajian Al-Qur‟an. terkait hal
tersebut Sahiron Syamsudin membagi objek kajian Al-Qur‟an menjadi 4 bagian,
pertama penelitian yang menjadikan teks Al-Qur‟an sebagai objek kajian, kedua
menjadikan hal di luar teks Al-Qur‟an sebagai objek kajian yaitu yang berkaitan
dengan kehadiran Al-Qur‟an, ketiga penelitian yang menjadikan pemahaman
masyarakat terhadap Al-Qur‟an sebagai kajian, keempat penelitian terkait respon
masyarakat terhadap teks Al-Qur‟an dan hasil penafsiran seseorang. 4
Al-Qur‟an yang berkedudukan sebagai petunjuk bagi umat muslim
diwahyukan kepada Nabi Muhammad. Al-Qur‟an adalah kitab yang memiliki
banyak keutamaan salah satunya adalah membaca dan mengamalkannya
merupakan ibadah.5 Dengan alasan keutamaan tersebut maka tidak heran hadir
tradisi membaca Al-Qur‟an dikalangan masyarakat muslim. Selain itu dalam
lingkungan sosial masyarakat juga dapat kita temukan berbagai bentuk interaksi
masyarakat muslim dengan hadirnya Al-Qur‟an. Bentuk Respon mereka terhadap
Al-Qur‟an yang beragam itu dipengaruhi oleh cara berfikir dalam kehidupan
masyarakat.
Berbagai bentuk fenomena sosial yang terdapat di dalam kehidupan
masyarakat terkait respon mereka dengan adanya kehadiran Al-Qur‟an dapat
dilihat seperti pembacaan ayat Al-Qur‟an pada waktu tertentu, pembacaan ayat
Al-Qur‟an dalam prosesi tradisi tertentu, pemenggalan ayat-ayat Al-Qur‟an
dituliskan pada benda kemudian dijadikan sebagai jimat dan juga dijadikan
sebagai media pengobatan. 6 Fenomena yang terdapat dalam kehidupan sosial

3
Kementrian Agama RI, Mushaf Al-Qur’an Tajwid dan Terjemah, (Banyu Anyar: Abyan,
2014), 124.
4
Sahiron Syamsudin, ”Ranah-Ranah Penelitian dalam Studi Al-Qur‟an dan Hadis” dalam
Metodologi Penelitian Al-Qur’an dan Hadis, (Yogyakarta: TH.Press, 2007), xii-xiv.
5
Ibrahim Eldeeb, Be A Living Qur’an: Petunjuk Praktis Penerapan Ayat-Ayat Al-Qur’an
Dalam Kehidupan Sehari-hari, (Jakarta: Lintera Hati, 2009), 43.
6
Ibid., 6.
3

masyarakat tersebut merupakan kegiatan Living Qur’an. Sebagaimana


Muhammad Yusuf berpendapat bahwa yang dimaksud dengan Living Qur’an
adalah respon sosial masyarakat terhadap Al-Qur‟an. 7 Bagaimana reaksi dari
masyarakat dengan hadirnya Al-Qur‟an di tengah kehidupan mereka. Contohnya
adalah penggunaan ayat-ayat Al-Qur‟an sebagai pengobatan, hal ini merupakan
salah satu bentuk respon dari masyarakat terhadap hadirnya Al-Qur‟an. Hal ini
masyarakat dikarenakan Al-Qur‟an juga memiliki nama lain yaitu As-Syifa.
Terdapat tradisi kebudayaan yang dimiliki masyarakat Indonesia di dalam
prosesinya menjalankan kegiatan yang bercorak Islam namun di dalam prosesinya
juga tidak meninggalkan kebudayaan yang bercorak Hindu maupun Budha.
Dalam proses islamisasi kebudayaan ataupun mempertahankan tradisi kebudayaan
yang telah bercorak Islam Al-Qur‟an digunakan masyarakat sebagai tujuan
tertentu, Al-Qur‟an menjadi sebuah media pada kegiatan tertentu, ayat Al-Qur‟an
dijadikan sebagai penangkal diri artinya Al-Qur‟an dijadikan jimat oleh sebagian
umat muslim, dijadikan hiasan di dinding rumah maupun masjid, ayatnya
dibacakan kepada orang yang sakit, pembacaan ayat ataupun surah Al-Qur‟an
diajarkan di masjid-masjid, pondok pesantren dan bahkan pembacaan dilakukan di
dalam tradisi kebudayaan yang biasa masyarakat lakukan seperti trasi mandi safar,
tradisi cuci kampung, dan masih banyak tradisi yang dimiliki masyarakat dalam
prosesinya melakukan kegiatan pembacaan Al-Qur‟an.
Melihat beragam fenomena yang terjadi di kalangan masyarakat Islam
Indonesia terkait respon mereka dengan hadirnya Al-Qur‟an, sebagaimana yang
ada di kalangan masyarakat wilayah Dusun Beringin Desa Mekar Jati Kecamatan
Pengabuan Kabupaten Tanjung Barat ada beberapa tahapan prosesi tradisi yang
dilakukan dalam pelaksanaan cuci kampung, dalam prosesinya dilakukan kegiatan
pembacaan surah yang ada dalam Al-Qur‟an yaitu pembacaan surah Yasin dan
disertakan pembacaan doa tolak bala.
Pada masyarakat Indonesia pada umumnya memiliki kecenderungan
menjadikan beberapa surah dalam Al-Qur‟an sebagai surah pilihan, yang
kemudian pembacaan terhadapnya dilakukan secara rutin dan selanjutnya menjadi

7
Ibid., 389.
4

sebuah tradisi baik itu dalam prosesi adat istiadat maupun keagamaan. Seperti
halnya fenomena sosial yang terdapat dalam tradisi cuci kampung yang dilakukan
masyarakat Desa Mekar Jati. Desa ini merupakan salah satu desa di Kecamatan
Pengabuan, Kabupaten Tanjung Jabung Barat Provinsi Jambi. Desa ini mayoritas
ditempati oleh masyarakat bersuku Jawa yang memiliki berbagai macam bentuk
tradisi dan kebudayaan. Salah satu tradisi yang sampai sekarang masih dijalankan
masyarakat adalah tradisi cuci kampung ini. Di desa ini pelaksanaan tradisi cuci
kampung yang dilakukan pada setiap tahun dan dilaksanakan pada awal bulan
Muharam yang bertepatan dengan bulan suro, pelaksanaan tradisi ini dilakukan
dengan tujuan agar kampung terhindar dari bala, sebagai bentuk rasa syukur atas
segala kenikmatan yang telah diberikan oleh sang pencipta.
Tradisi adalah adat atau kebiasaan turun-temurun yang telah ada dari
leluhur, dan masih dijalankan oleh masyarkat.8 Bahkan dari tradisi tersebut
muncul banyak mitos dari kebiasaan yang telah menjadi rutinitas dan selalu
dilakukan kelompok masyarakat yang tergabung dalam satu bangsa. Tradisi cuci
kampung di Dusun Beringin ini dimulai ketika sebuah hutan belantara yang
kemudian dijadikan sebuah perkampungan artinya pelaksanaan tradisi cuci
kampung ini telah berlangsung sejak perkampungan itu ada. Di Desa Mekar Jati
Terdapat dua penyebab yang menjadi alasan dilaksanakannya cuci kampung,
pertama dilakukan ketika terdapat perilaku masyarakat yang menyalahi aturan
baik itu aturan agama ataupun aturan yang ada di Desa itu contoh adalah terdapat
perzinahan, Yang kedua dilakukan pada bulan Muharam yaitu merupakan tradisi
tahunan masyarakat.
Terdapat perbedaan pelaksanaan cuci kampung antara Desa Meka Jati
dengan desa lain. pada desa lain saat ini pelaksanakan cuci kampung hanya
dilakukan ketika terdapat perilaku menyimpang dari norma-norma yang ada pada
suatu desa atau norma agama, salah satu contohnya adalah terdapat perbuatan zina
yang dilakukan di suatu desa, maka akan dilakasanakan cuci kampung dengan
tujuan kampung tersebut terhindar dari segala hal yang tidak diinginkan.

8
Poerwadarminta WJS, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat Bahasa
Departemen Pendidikan Nasional: 2004), 278.
5

Sedangkan di Desa Mekar jati pelaksanaan tradisi cuci kampung dilaksanakan


bukan hanya ketika terdapat perilaku menyimpang, namun dilakukan juga pada
setiap tahun dalam artian cuci kampung ini sudah menjadi rutinitas yang menurut
masyarakat penting untuk dilaksanakan, pelaksanaan cuci kampung setiap tahun
ini mengikuti tradisi yang telah dilaksanakan oleh masyarakat perkampungan
terdahulu.
Prosesi berlangsungnya tradisi cuci kampung di Desa Mekar Jati dilakukan
pembacaan surah Yasin dengan maksud supaya diberi keselamatan dunia akhirat
dan kegiatan pembacaan surah ini tidak pernah dikecualikan dalam tradisi cuci
kampung di desa tersebut. Dalam hal ini dapat dilihat bagaimana respon mereka
terhadap terhadapAl-Qur‟an, serta dapat diketahui juga bahwa mereka memiliki
kecenderungan mengistimewakan satu surah Al-Qur‟an yang dijadikan amalan
penting dalam tradisi tersebut.
Pengkajian terhadap teks Al-Qur‟an yang hidup di dalam masyarakat,
seperti fenomena sosial yang terdapat dalam tradisi cuci kampung di Desa Mekar
Jati di mana dalam prosesinya terdapat pembacaan surah Yasin, Kajian Al-Qur‟an
seperti ini dikenal dengan istilah studi Living Qur’an.9 Objek kajian pada studi
Living Qur’an adalah fenomena sosial yang terdapat di lapangan dengan berbagai
macam bentuk respon masyarakat terhadap Al-Qur‟an itu sendiri. Penelitian
Living Qur’an dilakukan bukan untuk menghakimi kelompok tertentu, ataupun
mencari kebenaran agama melalui Al-Qur‟an tetapi pelitian ini mendahulukan
penelitian tentang tradisi yang ada di masyarakat dilihat dari persepsi kualitatif. 10
Berdasarkan fenomena Living Qur’an yang penulis temukan dalam tradisi
masyarakat tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian. Selain itu juga
didorong oleh keingintahuan penulis tentang bagaimana pemahaman masyarakat
terhadap pembacaan surah Yasin sehingga mereka lebih memilih untuk membaca
surah tersebut dalam tradisi cuci kampung di Desa Mekar Jati Kecamatan

9
Haddy Shri Ahimsa-Putra, “The Living Qur’an: Beberapa Perspektif Antropologi“,
Jurnal, 20, No.1 (2012), 239.
10
M. Mansyur, Metodologi Penelitian Living Qur’an dan Hadis. Yogyakarta: TH. Press,
2007, 50.
6

Pengabuan Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Maka penulis tertarik untuk


mengangkat sebuah pembahasan skripsi “Pembacaan Surah Yasin dalam Tradisi
Cuci kampung di Desa Mekar Jati Kecamatan Pengabuan Kabupaten Tanjung
Jabung Barat (Studi Living Qur’an)”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, penulis merumuskan
beberapa poin masalah yang akan dibahas pada tulisan ini :
1. Bagaimana proses pelaksanaan tradisi cuci kampung di Desa Mekar Jati?
2. Bagaimana pemahaman masyarakat Desa Mekar Jati terhadap pembacaan
surah Yasin dalam tradisi cuci kampung?
3. Bagaimana makna Qur‟ani dari pembacaan surah Yasin dalam tradisi cuci
kampung di Desa Mekar Jati?

C. Batasan Masalah
Berdasarkan judul yang telah penulis angkat agar pembahasan
permasalahan dalam penulisan skripsi tidak meluas dan tepat pada sasaran pada
pokok pembahasan, maka penulis membatasi pembahasan hanya berfokus pada
pembacaan surah Yasin yang digunakan pada tradisi cuci kampung yang di
laksanakan di Dusun Beringin Desa Mekar Jati Kecamatan Pengabuan Kabupaten
Tanjung Jabung Barat.

D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan penulis dengan tujuan sebagai berikut:
1. Mendeskripsikan tentang pelaksanaan tradisi cuci kampung di Desa Mekar Jati.
2. Mendeskripsikan tentang pemahaman masyarakat Desa Mekar Jati terhadap
pembacaan surah Yasin dalam tradisi cuci kampung.
3. Mendeskripsikan tentang makna Qur‟ani dari pembacaan surah Yasin dalam
tradisi cuci kampung di Desa Mekar Jati.
7

E. Metode Penelitian
Menjadi sebuah karya ilmiah tentu tidak akan bisa terlepas dengan adanya
metode, karena metode adalah cara yang teratur dan terpikir secara baik untuk
mencapai tujuan akhir.11 Selain itu metode juga dapat dikatakan sebagai cara kerja
yang diatur secara sistematis, sesuai logika, rasional dan terarah sehingga
mempermudah pelaksanaan suatu kegiatan untuk mencapai tujuan yang di
tentukan.
Penelitian terkait pembahasan Pembacaan Surah Yasin dalam Tradisi Cuci
kampung di Desa Mekar Jati Kecamatan Pengabuan Kabupaten Tanjung Jabung
Barat ini merupakan jenis penelitian Living Qur’an yang dilakukan dengan
menggunakan metode penelitian kualitatif lapangan (field research) dan penelitian
kepustakaan (library research). 12 Yang menjadi sumber utama dalam penelitian
ini adalah salah satu surah dalam Al-Qur‟an yang hidup dalam masyarakat di
Desa Mekar Jati berupa perilaku sebagai pemaknaan terhadap surah tersebut.
Sedangkan untuk data sekundernya adalah literatur-literatur pendukung sumber
primer.

1. Pendekatan Penilitian
Pendekatan yang penulis gunakan dalam penelitian Living Qur’an ini adalah
pendekatan fenomenologi. Penggunaan pendekatan fenomenologi ini berkaitan
dengan Living Qur’an karena yang menjadi objek pembahasan dalam penelitian
ini berhubungan erat dengan realita sosial yaitu tentang fenomena sosial yang
terdapat di dalam kehidupan masyarakat.

2. Lokasi Penelitian
Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah salah satu dusun di Desa
Mekar Jati Kecamatan Pengabuan Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Tepatnya di
Dusun Beringin. Pemilihan lokasi ini dengan alasan bahwa daerah ini merupakan
daerah yang masih kental dengan kebudayaannya, serta di dalam tradisi yang

11
Nasarudin Baidan dan Erwati Aziz, Metodologi Khusus Penelitian Tafsir, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2016), 13.
12
Abdul Mustaqim, “Metode Penelitian Living Qur’an” dalam Penelitian Living Qur’an
dan Hadis, (Yogyakarta: Idea Press 2015), 71.
8

mereka lakukan setiap tahun salah satu surah Al-Qur‟an digunakan sebagai salah
satu kegiatan terpenting dalam prosesi tradisinya, serta mereka berasumsi bahwa
pembacaan surah ini sebagai pelindung dalam artian sebagai penangkal bala.
Fenomena yang ada pada masyarakat tersebut merupakan bentuk Living Qur’an
Dengan demikian penulis menganggap perlu untuk melakukan penelitian. Selain
itu penulis juga menggunakan pendekatan pustaka, buku berhubungan dengan
metode penelitian Al-Quran dan tafsir serta metode Living Qur’an untuk
menyelesaikan penelitian ini.

3. Subjek Penelitian
Subjek penelitian berpusat kepada segenap masyarakat dalam tradisi cuci
kampung yang memilki keyakinan terhadap surah Al-Qur‟an yang dibacakan
dalam prosesi tradisi cuci kampung di Desa Mekar Jati Kecamatan Pengabuan
Kabupaten Tanjung Jabung Barat.

4. Sumber dan Jenis Data


Sumber data dalam penelitian ini yang pertama adalah Responden, yaitu
pelaku dalam tradisi cuci kampung. Yang kedua adalah Informan, mereka adalah
pihak yang bisa memberikan informasi terkait masalah yang akan diteliti.
Jenis data yang akan digunakan diantaranya data primer yaitu data yang
penulis temukan dari hasil wawancara dengan masyarakat yang melakukan tradisi
cuci kampung di Desa Mekar Jati Kecamatan Pengabuan Kabupaten Tanjung
Jabung Barat. Jenis data yang kedua adalah data sekunder yang didapat dan
dikumpulkan dari sumber yang telah ada berupa jurnal, artikel, buku-buku, dan
skripsi terdahulu yang berkaitan dengan penelitian.

5. Metode Pengumpulan Data


Untuk pengumpulan data dalam penelitian ini penulis menggunakan tiga
teknik diantaranya observasi, wawancara, dokumentasi sebagaimana dijelaskan
berikut ini:
Pertama, observasi (pengamatan) yaitu penulis terjun ke tempat penelitian
yang bertujuan untuk mendapat gambaran untuk awal penelitian. Dengan melihat
9

serta mengetahui keadaan yang ada di wilayah Desa Mekar Jati Kecamatan
Pengabuan Kabupaten Tanjung Jabung Barat.
Kedua, wawancara yaitu metode pengumpulan data dengan lisan. Sebelum
wawancara penulis menyiapkan pertanyaan yang sesuai dengan penggalian data
yang dibutuhkan dan kepada siapa pertanyaan itu ditujukan. Meskipun
pelaksanaan wawancara tidak semudah melakukan angket karena adanya
beberapa faktor seperti sulitnya bertemu dengan responden, harus menyediakan
waktu yang cukup lama, harus menjaga etika. Namun metode ini memiliki
keunggulan yaitu fleksibilitas dan rileks dalam prosesi pengumpulan data.
Ketiga, dokumentasi dilakukan peneliti dengan melakukan pengumpulan
data terbaru. Tokoh agama dan data penduduk di Desa Mekar Jati Kecamatan
Pengabuan Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Data tersebut didapatkan dari
kantor Desa Mekar Jati Kecamatan Pengabuan Kabupaten Tanjung Jabung Barat
dan pihak yang terkait.

6. Metode Analisis Data


Dalam menganalisis data yang telah didapat dari hasil pengumpulan data,
peneliti menggunakan teknik analisis data deskriptif analisis (data-data yang
berkaitan dengan tema yang diteliti dikumpulkan dan diklarifikasi). Dengan
adanya klarifikasi data-data yang berkaitan dengan tema bertujuan agar
mendapatkan gambaran yang jelas tentang penggunaan ayat-ayat Al-Qur‟an bagi
masyarakat yang melaksanakan pembacaan surah Yasin dalam tradisi cuci
kampung di Desa Mekar Jati Kecamatan Pengabuan Kabupaten Tanjung Jabung
Barat. Penulis juga menggunakan analisis kualitatif untuk menganalisis hasil
penelitian yang didasarkan pada landasan teoritis yang telah dirancang, sehingga
dapat memperoleh kesimpulan.

F. Kerangka Teori
Teori merupakan suatu pernyataan sistematik yang bersifat logis dan abstrak
yang dianggap sebagai pengetahuan ilmiah. 13 secara akademis penelitian ini

13
Damsar, Pengantar Teori Sosiologi, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2015), 5.
10

mendeskripsikan terkait penggunaan surah Yasin dalam prosesi tradisi cuci


kampung Desa Mekar Jati Kecamatan Pengabuan Kabupaten Tanjung Jabung
Barat. Sedangakan secara sosial penelitian ini memperkenalkan suatu tradisi yang
ada dalam fenomena kehidupan sosial masyarakat terkait respon mereka dengan
kehadiran Al-Qur‟an di kehidupan masyarakat muslim.
Berkembang pesatnya studi kajian Al-Qur‟an bisa kita lihat dari berbagai
metode yang ditawarkan untuk memahami ayat Al-Qur‟an. Perkembangan ini
seiring dengan berkembangnya ilmu, seperti sosiologi, antropologi, dan
hemeneutik. Kajian Living Qur’an merupakan penelitian yang tidak bisa berdiri
sendiri, karena yang dikaji di dalamnya adalah fenomena yang ada di lingkungan
sosial masyarakat maka dari itu perlunya adanya pendekatan ilmu sosial seperti
sosiologi, antropologi dan fenomenologi.
Muhammad Mansyur berpendapat bahwa definisi dari Living Qur’an ini
berawal dari Qur’an in everyday life.14 karena Living Qur’an pada dasarnya
berawal dari fenomena yang muncul dalam kehidupan masyarakat. Fenomena itu
seperti masyarakat yang membaca Al-Qur‟an pada waktu dan tradisi tertentu,
Selain itu Al-Quran senantiasa dihafal, menjadikan potongan ayat Al-Qur‟an
sebagai hiasan di masjid dan di rumah. Ahmad „Ubaydi juga berpendapat
demikian, bahwa Living Qur’an adalah al-Qur‟an yang hidup di masyarakat baik
iti berbentuk penggunaan dan pengamalan. 15
Selain itu Muhamad Yusuf mengemukakan bahwa Living Qur’an
merupakan studi Al-Qur‟an yang mengkaji fenomena sosial yang ada dalam
kehidupan masyarakat. Maksud Muhamad Yusuf adalah kajiannya tidak pada
bidang dasar teks, melainkan mengkaji respon masyarakat pada wilayah tertentu
terhadap hadirnya Al-Qur‟an.
Kajian Living Qur’an juga bisa digunakan untuk kepentingan berdakwah,
hal ini bertujuan untuk mengarahkan muslim agar menggunakan Al-Qur‟an secara
maksimal. Kajian Living Qur‟an dalam kepentingan dakwah ini ditujukan untuk

14
M. Mansyur, Metodologi Penelitian Living Qur’an dan Hadis, (Yogyakarta: TH. Press,
2007), 38.
15
Ahmad „Ubaydi Hasbillah, Ilmu Living Qur’an-Hadis Ontologi,Epitimologi, dan
Aksiologi, (Tangerang Selatan Banten: Yayasan Wakaf Darus-Sunnah , 2019), 11.
11

mengarahkan pola pikir masyarakat sedikit demi sedikit diarahkan ke pemikiran


akademik berupa ranah kajian tafsir. 16
Objek kajian dari Living Qur’an dapat diklarifikasi menjadi tiga kategori.
a. Jenis Living Qur’an kebendaan yang dikaji adalah kealaman atau kebendaan.
Jadi dalam hal ini tidak dikaji terkait perilaku, yang dikaji hanyalah benda yang
diyakini memiliki pengaruh atau kekuatan dan keyakinan tersebut berasal dari
Al-Qur‟an (terinspirasi dari Al-Qur‟an). Penilitian ini dilihat dari sisi model,
bentuk, dan kebendaanya bukan dari segi perilakunya. Contohnya adalah
kaligrafi, seni membaca Al-Qur‟an.
b. Jenis Living Qur’an Kemanusiaan yang dikaji adalah perilaku yang sifatnya
memanusiakan manusia, biasanya berkaitan dengan adab ataupun karakter
kepribadian muslim sebagaimana yang ada dalam Al-Qur‟an. Dalam kajian
jenis ini adalah perilaku perorangan ataupun kelompok, tidak melihat pada
model atau bendanya. Contohnya seperti praktik setoran hafalan Al-Qur‟an dan
membaca Al-Qur‟an.
c. Jenis Living Qur’an kemasyarakatan yang dikaji adalah aspek sosial
kemasyarakatan, nilai suatu budaya, makna budaya, tradisi dan adat yang
terinspirasi dari Al-Qur‟an. Contohnya gerakan menghafal Qur‟an, tradisi
selametan, tradisi yasinan. 17
Penulis mengkategorikan penelitian ini dengan klarifikasi yang ada pada
poin ketiga yaitu kajian Living Qur’an yang mengacu pada aspek sosial
kemasyarakatan yang dalam kehidupan sosial mereka terdapat kegiatan membaca
surah Yasin dalam tradisi yang mereka miliki dan tradisi tersebut sampai saat ini
masih dijalankan oleh masyarakat.
Fenomena Living Qur’an merupakan fenomena sosial jadi jenis metode
penelitian yang digunakan adalah model penelitian sosial, maka dalam hal ini

16
M. Mansyur, Metodologi Penelitian Living Qur’an dan Hadis, (Yogyakarta: TH. Press,
2007), 38. 59.
17
Ahmad „Ubaydi Hasbillah, Ilmu Living Qur’an-Hadis Ontologi,Epitimologi, dan
Aksiologi, (Tangerang Selatan Banten: Yayasan Wakaf Darus-Sunnah , 2019), 63
12

metode yang lebih tepat digunakan adalah metode kualitatif. Adapun rancangan
yang perlu dipaparkan dalam penelitian kualitatif adalah: 18
1. Menentukan lokasi penelitian serta memberikan gambaran atau memaparkan
alasan adanya fenomena Living Qur’an.
2. Pendekatan dan perspektif, dalam hal ini penenliti harus menyampaikan data
secara deskripsi dan detail. Ciri khusus dari penelitian adalah data yang
disajikan menggunakan perspektif emic, yaitu disamapaikan berdasarkan
deskripsi menurut bahasa dan cara pandang subyek penelitian.
3. Tektik pengumpulan data, peneliti memiliki cara bagaimana data penelitian
bisa didapatkan. Teknik yang bisa dilakukan seperti wawancara dan
dokumentasi.
4. Unit analisis data, merupakan satuan yang diteliti yang bisa berupa individu,
kelompok, benda.
5. Strategi pengumpulan data, yaitu peneliti mengatur strategi untuk mendapatkan
data seperti mencari responden.
6. Penyajian data, pada dasarnya terdiri atas hasil analisis data berupa cerita rinci
para informan sesuai dengan pandangan mereka apa adanya.

Penelitian Living Qur’an yang berangkat dari fenomena sosial yang ada
dalam masyarakat, maka diperlukan pendekatan ilmu lain untuk menyelesaikan
penelitian tersebut. pendektan yang bisa digunakan adalah pendekatan
fenomenologi. Namun bukan berarti hanya pendekatan itu saja yang bisa
digunakan dalam penelitian, ada beberapa pendektan yang bisa digunakan seperti
pendektan sosiologi, antropologi, psikologi.
Pendekatan fenomenologi pada umumnya ditandai dengan tiga ciri, yaitu
apoche, einfuhlung, dan eidetic vision. Epoche yaitu peneliti berusaha untuk
memahami kenyataan yang dihadapinya. Einfuhlung yaitu pemberian perhatian
penuh penghargaan besar terhadap realitas sosial yang diteliti. Eidetic vision yaitu
mengacu pada fenomenologi baik berupa kondisi sosial masyarakat.19

18
Abdul Mustaqim, “Metode Penelitian Living Qur’an” dalam Penelitian Living Qur’an
dan Hadis. (Yogyakarta: Idea Press, 2015).
19
Wardi Bakhtiar, Sosiologi Klasik, (Bandung: PT.Remaja RosdaKarya ,2006), 51.
13

Edmund Husserl mendefinisikan fenomenologi sebagai studi yang lekat


dengan kesadaran. Dengan struktur kesadaran tersebut memungkinkan kesadaran-
kesadaran tersebut menunjuk obyek di luar dirinya. Studi ini di perlukan reduksi
fenomenologis artinya membutuhkan refleksi tentang isi pikiran dan
mengenyampingkan segala hal. 20
Suwardi Endrawarsa dalam bukunya berpendapat bahwa fenomenologi
merupakan usaha untuk memahami budaya melalui pemilik budaya atau pelaku
budaya. Selain itu disebutkan bahwa pendukung kebenaran ilmiah adalah
fenomena, serta kebenaran ilmiah berlandaskan sejumlah kenyataan yaitu
kenyataan empirik sensual, kenyataan empirik logik, kenyataan empirik etik,
kenyataan empirik transenden.21
Dalam jurnalnya Heddy menjelaskan penelitian dengan menggunakan
paradigma fenomenologi, maka yang berusaha disingkap adalah kesadaran
mengenai fenomena yang ada, menunjukkan bagaimana kesadaran mereka
terhadap perilaku yang telah dilakukan. Dalam sudut pandang fenomenologi ini
peneliti tidak menilai benar atau salahnya pemahaman, namun yang menjadi hal
penting adalah apa yang dipahami oleh pelaku tertentu. 22
Berdasarkan apa yang diutarakan di atas, bahwa pendektan yang digunakan
dalam penelitian adalah pendekatan fenomenologi. Karena dalam fenomenologi
yaitu metode menelusuri pemahaman masyarakat terhadap surah yang mereka
gunakan, Memberikan gambaran dari pengalaman masyarakat dalam
mengamalkan surah tersebut.
Terdapat beberapa definisi terminologis yang digunakan dalam penelitian
dan perlu untuk dijelaskan, yaitu:
1. Surah Yasin
Surah Yasin merupakan surah ke 36 dalam Al-Qur‟an termasuk surah
Makiyah, terdiri atas 83 ayat. dari segi peruntutan turunnya surah Yasin

20
Ibid.,143.
21
Suardi Endraswara, Metodologi Penelitian Kebudayaan, (Yogyakarta:Gajah Mada
Universitas Press, 2006),15.
22
Heddy Shri Ahimsa-Putra, “Fenomenologi Agama: Pendekatan Fenomenologi untuk
Memahami Agama” Jurnal Walisongo, Vol 20, No.1 (2012), 256.
14

merupakan surah ke 41, ia turun sesudah surah Al-Jin dan Surah Al-Furqon.23 Al-
Qur‟an bagi siapa saja yang membacanya akan memperoleh ganjaran pahala yang
luar biasa. Maka dari itu, sebagai umat muslim seharusnya kita harus berlomba-
lomba untuk membaca serta memahami Al-Qur‟an karena di dalamnya memiliki
berbagai mukjizat yang tidak ada bandingannya. Pahala tersebut juga didapat
dengan kita membaca surah Yasin yang merupakan salah satu surah dalam Al-
Qur‟an.
Surah Yasin disebut sebagai jantung Al-Qur‟an, yang memiliki fadilah bagi
siapa saja yang membacanya. Di dalam surah ini menebutkan tentang tauhid.
Dalam surah ini secara jelas menyebutkan tujuan Al-Qur‟an, begitu juga halnya
pada bagian lain dari surah-surah Al-Qur‟an yang mulia, yaitu terkait masalah
akhlak mewarnai surah ini.

2. Cuci Kampung
Cuci Kampung adalah sebuah tradisi membersihkan kembali sebuah
perkampungan dari beberapa kejadian yang menjadikan tercemarnya nama sebuah
perkampungan. Tercemarnya nama sebuah perkampungan tersebut disebabkan
oleh perilaku masyarakat yang melanggar norma yang ada, seperti ada yang
melakukan perzinahan maka harus dilaksanakan cuci kampung untuk menghindari
kejadian buruk yang tidak diinginkan. Selain tradisi cuci kampung dilakukan
ketika ada kejadian yang menyalahi aturan, cuci kampung juga dilaksanakan pada
setiap tahun, yaitu pada waktu yang telah ditentukan artinya cuci kampung
dijadikan tradisi yang dilaksanakan setiap tahunnya. pada dasarnya tujuannya
sama yaitu agar perkampungan terhindar dari balak.24

G. Studi Relevan
Berdasarkan studi relevan yang telah penulis lakukan, penulis menemukan
tema kajian yang sama dengan tema yang akan penulis bahas sebagai berikut:

23
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an,
(Jakarta: Lentera Hati :2002), 502.
24
Alwi , Tokoh Masyarakat Desa Mekar Jati, Wawancara dengan Penulis, 25 Januari
2020, Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Rekaman Audio.
15

Idham Hamid dalam skripsinya berjudul Tradisi Ma’baca Yasin di Makam


Annangguru Maddappungan Santri Pondok Pesantren Salafiyah Parrappe Kec.
Campalagian Kabupaten Polewali Mandar yang menjadi poin masalah dari
penelitian ini adalah bagaimana pemahaman dan implementasi tradisi membaca
Yasin di makam Annangguru Maddapungan di kalangan santri Pondok Pesantren
Salafiyah Parappe Kec. Camplagian Kabupaten Polewali Mandar. Penelitian ini
dilakukan dengan pendekatan tafsir dengan metode Living Qur’an, historis dan
sosio kultural.
Hasil dari penelitian yang dilakukan adalah pemahaman santri terkait
praktek tradisi ma‟baca Yasin tersebut memiliki berbagai macam tawasul,
pengingat mati, menunaikan hajat, menolak bala dalam pandangan Al-Qur‟an
tidak terdapat kontradiksi hingga ada pelarangan, dan tidak sedikit hadis yang
mendukung serta menganjurkan untuk membaca surah Yasin dalam kondisi
tertentu. Pemacaan surah Yasin dalam tradisi ini berimplikasi pada santri yakni
mampu membentuk kepribadian berdasarkan nilai Qur‟an. 25
Abd. Mubarak dalam Skripsinya yang berjudul Tradisi Yasinan di
Masyarakat Pambusuang Kecamatan Balanipa Kabupaten Polewali Mandar
Sulawesi Barat. Di dalam skripsinya ia menjelaskan bahwa tradisi yasinan yang
terdapat dalam masyarakat tersebut merupakan sebuah kebiasaan yang diwariskan
dari generasi sebelumnya, dan terus menerus dijalankan. Dalam penelitian ini ia
menggunakan pendekatan sosiologi histori dan fenomenologi sebagai alat analisis
data. Hasil dari penelitiannya bahwa latar belakang tradisi yasinan di masyarakat
Pambusuang dikarenkan adanya pengetahuan berasal dari hadis Nabi Saw. tentang
fadilah surah Yasin, serta terkait waktu praktek pembacaan surah Yasin yang
digunakan oleh masyarakat Pambusuang adalah ketika salah satu warga sedang
kesulitan melewati sakaratul maut, saat ziarah kubur, dan saat pengobatan.26

25
Idham Hamid, “Tradisi Ma‟Baca Yasin di Makam Annangguru Maddappungan Santri
Pondok Pesantren Salafiyah Parappe Kec. Campalagian Kab. Polewali Mandar”, Skripsi
(Makassar: UIN Alauddin Makassar 2017), 133.
26
Abd. Mubarak, “Tradisi Yasinan di Masyarakat Pambusuang Kecamatan Balanipa
Kabupaten Polewali Mandar Sulawesi Barat”, Skripsi (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga 2006),
83.
16

Nida Elfemi dkk. Dengan artikel yang berjudul Fungsi Tradisi Upacara
Cuci Kampung di Desa Lubuk Pinang Kecamatan Lubuk Pinang Kabupaten
Mukomuko, pembahasannya tentang deskripsi pelaksanaan tradisi upacara cuci
kampung dan deskripsi fungsi upacara cuci kampung. Hasil dari penelitiannya
menyimpulkan bahwa pelaksanaan cuci kampung dilakukan pada bulan
Muharram dan pihak yang terlibat adalah tokoh masyarakat, ketua adat, dan
kepala dusun. Pelaksanaan upacara dilakukan di masjid. Fungsi dari upacara cuci
kampung untuk menghormati nenek moyang dengan tetap melestarikan tradisi
upacara cuci kampung ini karena telah menjadi tradisi.
Khamidah dalam skripsinya yang berjudul Nilai-Nilai Pendidikan Islam
dalam Tradisi Bersih Desa di Purbosari Kecamatan Seluma Barat Kabupaten
Seluma. Skripsi ini dibuat dengan dilatarbelakangi oleh adanya perbedaan
pandangan antara masyarakat Bengkulu dengan masyarakat bersuku Jawa yang
juga tinggal di bengkulu berkaitan dengan tradisi bersih desa, serta disana
dijelaskan mengenai sejarah prosesi dan nilai-nilai pendidikan Islam yang
terkandung dalam tradisi bersih desa di Purbosari Kecamatan Seluma Barat
Kabupaten Seluma.
Tehnik analisis data yang digunakan adalah deskriptif kualitatif yang
bertujuan mengumpulkan data dan informasi dari kehidupan nyata kegunaannya
untuk memecahkan masalah-masalah praktis yang ada di suatu masyarakat. Dari
hasil penelitiannya disimpulkan bahwa sejarah awal tradisi bersih desa ini
mengikuti budaya Jawa karena warga desa Purbosari merupakan pindahan dari
Kabupaten Purwodadi, Boyolali dan Sragen. pelaksanaannya pertama kali
diselenggarakan pada tahun 1990. Susunan acara tradisi bersih desa yaitu
membersihkan lingkungan, rukyah masal, istigosah, tausiah, doa dan makan
bersama. 27
Widayanti dalam skripsinya yang berjudul Pembacaan Surah Yasin dan Al-
Mulk dalam Penyelenggaraan Jenazah di Kecamatan Telaga Langsat Kabupaten
Hulu Sungai Selatan. Dalam skripsinya ia menjelaskan bahwa dalam

27
Khamidah, “Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Tradisi Bersih Desa di Purbosari
Kecamatan Selumba Barat Kabupaten Selumba,” Skripsi (Bengkulu: IAIN Bengkulu, 2019).xi
17

penyelenggaraan jenazah di Kecamatan Telaga Langsat Kabupaten Hulu Sungai


Selatan, terdapat pembacaan Al-Qur‟an khususnya surah Yasin dan surah Al-Mulk
oleh masyarakat. Fokus penelitiannya pada dua permasalahan yaitu bagaimana
praktek pembacaan surah Yasin dan Al-Mulk dalam penyelenggaraan jenazah,
bagaimana pemaknaan masyarakat Kecamatan Telaga Langsat terhadap
pembacaan surah Yasin dan Al-Mulk dalam penyelenggaraan jenazah.
Hasil dari penelitannya bahwa membacakan surah-surah merupakan sebagai
harapan dari harapan dari setiap orang yang masih hidup kepada Allah Swt. Agar
Allah memberikan pengampunan dan dilapangkan kubur orang yang telah
meninggal. 28
Berdasarkan terlihat dari Studi relevan ini bahwa belum ada kajian
membahas tentang Pembacaan surah Yasin dalam Tradisi Cuci kampung di Desa
Mekar Jati Kecamatan Pengabuan Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Karya itu
berbeda dengan karya yang penulis angkat, selain itu settingnya juga berbeda
dengan setting yang akan penulis lakukan penelitian.

H. Sistematika Penulisan
Penelitian berjudul “Pembacaan Surah Yasin dalam Tradisi Cuci Kampung
di Desa Mekar Jati Kecamatan Pengabuan Kabupaten Tanjung Jabung Barat” ini
dibagi dalam beberapa bab, dan setiap bab tersebut terdiri atas beberapa sub bab
sebagaimana disebutkan berikut ini:
Bab I berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan
masalah, tujuan penelitian, kerangka teori, studi relevan, dan sistematika
penulisan.
Bab II berisi tentang gambaran umum lokasi penelitian. yaitu terkait sejarah
desa, visi misi dan tujuan desa, jumlah penduduk, dan sarana prasarana yang ada
di lokasi penelitian.
Bab III berisi tentang Pelaksanaan tradisi cuci kampung di Desa Mekar Jati.
Dalam bab ini menjelaskan tentang definisi tradisi cuci kampung, sejarah tradisi
28
Widayanti, “Pembacaan Surah Yasin dan Al-Mulk dalam Penyelenggaraan Jenazah di
Kecamatan Telaga Langsat Kabupaten Hulu Sungai Selatan”, Skripsi (Banjarmasin: IAIN
Antasari, 2016), v.
18

cuci kampung di Desa Mekar Jati, tata cara pelaksanaan cuci kampung, waktu
pelaksanaan cuci kampung, tujuan pelaksanaan cuci kampung, dan manfaat cuci
kampung.
Bab IV fenomena pembacaan surah Yasin dalam tradisi cuci kampung,
mencakup deskripsi surah Yasin, pemahaman masyarakat terhadap surah Yasin
yang digunakan dalam tradisi cuci kampung dan makna Qur‟ani dari pembacaan
surah Yasin dalam cuci kampung.
Bab V penutup, merupakan bagian akhir penelitian ini, berisikan
kesimpulan dan saran-saran.
BAB II
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Sejarah Desa
Desa Mekar Jati adalah salah satu desa yang terletak di Kecamatan
Pengabuan, Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Sebelum dibentuk menjadi sebuah
desa sendiri, Mekar Jati merupakan salah satu dusun yang termasuk bagian dari
Desa Senyerang Jati. Pada masa tersebut Senyerang Jati masih menjadi salah satu
desa yang ada di kecamatan Pengabuan, dan saat ini Desa Senyerang Jati telah
berubah status menjadi sebuah kecamatan yaitu kecematan Senyerang. Ketika
Senyerang masih berstatus sebagai Desa, dilakukan pemekaran Desa sehingga
terbagi menjadi dua desa, yaitu Desa Senyerang Jati dan Mekar Jati.
Penamaan Desa Mekar Jati merupakan hasil musyawarah bersama antara
tokoh masyarakat dan warga. Berdasarkan cerita dari sesepuh yang ada di Desa
Mekar Jati, nama Mekar Jati berasal dari bahasa Jawa. Desa Mekar Jati resmi
menjadi sebuah Desa Pada 13 April 2006 yang diresmikan oleh Dr. Ir. H. Safrial,
M.S. sebagai desa yang baru dibentuk, tentunya desa ini belum memiliki aparatur
desa maka dari itu masyarakat melakukan musyawarah untuk pembentukan
aparatur pemerintahan sementara di desa itu. Kegiatan tersebut dihadiri oleh
masyarakat Desa Mekar Jati dan aparatur pemerintah Kecamatan Pengabuan.
Berdasarkan dari hasil Musyawarah tersebut, maka disepakati seorang yang
terpilih sebagai pejabat sementara di Desa Mekar Jati.
Untuk periode pertama pejabat sementara Desa Mekar Jati adalah Sanusi.
kedudukan Sanusi sebagai pejabat sementara desa berlangsung selama satu tahun,
setelah itu dilanjutkan dengan kepala desa yang telah dipilih secara demokratis.
Sejak tahun 2008 kepala Desa Mekar Jati dipilih secara demokratis, sampai
terpilihnya kades saat ini, yaitu Khairudin, S.Pd.29

29
Data Desa Mekar Jati

19
20

Pada masa jabatan Sanusi sebagai pejabat sementara Desa Mekar Jati, Desa
ini dibagi menjadi 4 Dusun, yaitu Dusun Indragiri, Dusun Karya Tani, Dusun
Beringin dan Dusun Sido Makmur. Seiring berjalannya waktu Desa Mekar Jati
terus mengalami perkembangan, terdapat masyarakat dari dua dusun yang
menginginkan dibentuknya desa baru. yaitu dengan membagi dua Desa Mekar
Jati. Dua dusun tersebut yaitu Dusun Indra Giri dan Dusun Karya Tani. Setelah
dilakukan musyawarah sebanyak tiga kali, baru didapatkan hasil keputusan terkait
pembagian Desa Mekar Jati.
Musyawarah Pertama dan kedua hanya dihadiri oleh perwakilan masyarakat
dari empat dusun yang ada di Desa Mekar Jati, dan musyawarah ketiga dihadiri
oleh aparatur pemerintah Kecamatan Pengabuan dan masyarakat desa. 30
kesepakatan yang diperoleh dari musyawarah tersebut adalah Desa Mekar Jati
dibagi menjadi dua Desa yaitu Desa Mekar Jati dan Desa Pasar Senin. jadi 4
dusun yang ada di Desa Mekar Jati dibagi menjadi dua bagian, yaitu Dusun
Indragiri dan Dusun Karya Tani masuk dalam bagian dari Desa Baru, Dusun
Beringin dan Dusun Sido Makmur masuk dalam bagian dari Desa Mekar Jati.
Peresmian pemekaran desa dilakukan Tepat Pada tanggal 28 Maret 2012 Maka
Desa Mekar Jati dibagi menjadi dua yaitu Desa Mekar Jati dan Desa Pasar
Senin. 31 Setelah dikakukan pemekaran, sampai saat ini Desa Mekar Jati dibagi
menjadi empat dusun baru yaitu Dusun Beringin, Dusun Nibung Jaya, Dusun Sido
Makmur dan Dusun Sido Mulyo.

B. Profil Desa
Desa Mekar Jati adalah suatu desa yang masih mempertahankan
kebudayaan yang telah dimiliki sejak dulu, Contohnya dari segi budaya, pertanian,
dan segi agama. Berbagai kegiatan dilakukan untuk mempertahankan nilai dari

30
Khamdan, Warga Desa Mekar Jati, Wawancara Dengan Penulis, 10 Januari 2020,
Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Rekaman Audio.
31
Dokumen Desa Mekar Jati.
21

segala bagian. Sampai saat ini kegiatan yang masih dilakukan berbentuk tradisi
budaya, keagamaan maupun kegiatan sosial. Di Desa ini memiliki kegiatan yang
masih dijalankan oleh masyarakat yaitu selamatan, yasinan, tahlilan, pengajian,
dan upacara perkawinan. 32
Tabel. 2.1
Struktur Desa Mekar Jati

KEPALA DESA
Khairudin, S.Pd
SEKERTARIS
DESA
Suryanto, S.Pd.I

KETUA KETUA SEKSI KETUA KAUR TATA KETUA KETUA


SEKSI KESEJAHTERA SEKSI USAHA DAN KEUANGAN PERENCANA
PEMERINTAHAN AN PELAYANAN UMUM AN
Sukati, S.Pd Muh. Wisoto Maryono,SE Harmoko Isnen

KADUS KADUS KADUS SIDO KADUS SIDO


BERINGIN NIBUNG JAYA MAKMUR MULYO
Maulana, SH Sapbani, SH Purwoto Asmuni

C. Visi Misi Desa Mekar Jati


1. Visi
Visi secara etimologi merupakan kemampuan untuk melihat pada inti
masalah, memiliki pandangan atau wawasan kedepan. 33 Maka visi sebagai suatu
gambaran tentang perencanaan keadaan masa depan yang diinginkan, dengan
memperhatikan kebutuhan serta potensi desa. Penyusunan Visi Desa Mekar Jati
dilakukan dengan pendekatan partisipatif, yaitu dengan melibatkan tokoh
masyarakat, BPD, tokoh agama, lembaga masyarakat dan masyarakat desa pada
ummnya. Adapun visi dari Desa Mekar Jati adalah:

32
Hasil Observasi Desa Mekar Jati pada 2 Januari 2020.
33
M. Subarna, et.al., Kamus Umum Bahasa Indonesia Lengkap, (Bandung: CV Pustaka
Grafika, 2012), 394.
22

a. Menuju Mekar Jati maju 2026.


b. Terwujudnya masyarakat Desa Mekar Jati yang berakhlak mulia, sehat,
sejahtera dan bermartabat dalam naungan pemerintahan desa yang demokratis
dan amanah. 34
Melalui visi tersebut diharapkan masyarakat Desa Mekar Jati menemukan
gambaran kondisi masa depan yang lebih baik, serta sebagai gambaran keadaan
yang ingin dicapai dengan membandingkan dengan kondisi masyarakat saat ini.
Selain itu, diharapkan juga dengan adanya visi desa ini mampu memberikan arah
perubahan masyarakat yang lebih baik, menumbuhkan kesadaran masyarakat
untuk mengontrol perubahan yang terjadi maupun yang akan terjadi. Mendorong
masyarakat untuk meningkatkan kinerja yang lebih baik dari sebelumnya,
menumbuhkan kompetisi sehat pada anggota masyarakat.

2. Misi
Misi secara etimologi berarti utusan yang dikirim oleh suatu negara ke
negara lain untuk melakukan tugas khusus dalam bidangnya. 35 Disini misi
memiliki kedudukan sebagai penunjang keberhasilan tercapainya sebuah visi desa.
Untuk mencapai sebuah visi dengan mempertimbangkan kebutuhan dan potensi
desa, pemerintah Desa Mekar Jati menyusun misi sebagai berikut:
a. Meningkatkan kualitas kehidupan beragama, sosial budaya dan ketentraman
masyarakat.
b. Meningkatkan kualitas pendidikan, kesehatan dan sumberdaya manusia.
c. Meningkatkan pembangunan ekonomi pedesaan, pariwisata, dan kesejahteraan
masyarakat.
d. Meningkatkan kualitas profesionalisme aparatur dalam tata kelola
pemerintahan, pembangunan dan pelayanan pada masyarakat.

34
Data Desa Mekar Jati.
35
M. Subarna, et.al., Kamus Umum Bahasa Indonesia Lengkap, (Bandung: CV Pustaka
Grafika, 2012), 258.
23

D. Gambaran Umum Kehidupan Sosial Masyarakat Desa Mekar Jati


Kecamatan Pengabuan Kabupaten Tanjung Jabung Barat
1. Letak Geografis
Desa Mekar Jati adalah salah satu desa dari 10 desa yang terdapat di
Kecamatan Pengabuan. secara geografis Desa Mekar Jati memiliki luas wilayah
2.890,00 Hektar. Dan terdapat beberapa wilayah yang menjadi batas Desa Mekar
Jati yaitu:
Table 2.2
Letak Geografis Desa Mekar Jati

Batas Desa/Kelurahan Kecamatan


Sebelah Utara Madani Reteh
Sebelah Selatan Sungai Pengabuan Senyerang
Sebelah Timur Pasar Senin Pengabuan
Sebelah Barat Sungai Kayu Aro Senyerang

Kondisi topografi Desa Mekar Jati pada umumnya sama dengan desa
lainnya di Kecamatan Pengabuan Kecamatan Tanjung Jabung Barat, yang
memiliki iklim penghujan dan kemarau. Iklim tersebut sangat kuat pengaruhnya
terhadap aktivitas masyarakatnya, hal ini dikarenakan kondisi jalan di desa ini
belum memadai. Ada jalan yang telah dibangun dan masih ada juga jalan yang
belum dibangun, sehingga jika tiba musim hujan jalan yang ada di Desa Mekar
Jati sulit dilalui kendaraan. Selain itu, pola iklim yang ada di Desa Mekar Jati
memiliki pengaruh teradap pola pertanian masyarakat. Wilayah Desa Mekar Jati
memiliki 4 dusun, yang terdiri atas:
a. Kebun Kelapa : 887,70 Ha.
b. Kebun Pinang :123 Ha.
c. Lahan Permukiman : 30,00 Ha.
24

d. Lahan Pertanian : 730,00 Ha.

Adapun orbitasi/jarak Desa Mekar Jati Kecamatan Pengabuan Kabupaten


Tanjung Jabung Barat adalah:
a. Jarak dari Ibu Kota Kecamatan 10,00 km.
b. Jarak dari Ibu Kota Kabupaten 60,00 km.
c. Jarak dari Ibu Kota Provinsi 195,00 km.

2. Jumlah Penduduk
Sebagaimana diketahui, jumlah penduduk yang ada di Desa Mekar Jati
Kecamatan Pengabuan Kabupaten Tanjung Jabung Barat pada tahun 2019
berkisar dengan jumlah penduduk laki-laki berjumlah 860 jiwa dan pada awal
tahun 2020 berjumlah 850 jiwa, untuk penduduk perempuan pada tahun 2019
berjumlah 769 jiwa, sedangkan di awal tahun 2020 penduduk perempuan
berjumlah 768 jiwa. Berdasarkan data jumlah penduduk yang ada, di Desa Mekar
Jati angka kematian lebih tinggi dari angka kelahiran. Pada tahun 2019 jumlah
penduduk 1.629 jiwa, pada tahun 2020 jumlah penduduk 1.618 jiwa. 36 Lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 2.3
Jumlah Penduduk Desa Mekar Jati tahun 2019-2020

Jenis Kelamin Persentasi


Tahun Laki-laki Perempuan Jumlah Perkembangan

2019 860 Jiwa 769 Jiwa 1.629 Jiwa -1,16%

2020 850 Jiwa 768 Jiwa 1.618 Jiwa -0,13%

36
Dokumen Desa Mekar Jati
25

3. Mata Pencaharian
Masyarakat Desa Mekar Jati pada dasarnya memiliki mata pencaharian
sebagai petani, selain itu ada juga yang mata pencahariannya sebagai pedagang,
pegawai honorer, pertukangan dan lain sebagainya. Jenis Tanaman yang paling
dominan di Desa Mekar Jati adalah Kelapa dan Pinang. hasil panen buah Kelapa
dan Pinang dijual kepada penampung (pembeli), baik itu yang berada di Desa
Mekar Jati atau di luar desa Mekar Jati. Hal ini disebabkan Desa ini belum ada
tempat yang menampung (pembeli) hasil panen buah Kelapa, sehingga apabila
masyarakat telah melakukan panen buah Kelapa maka mereka menjualnya kepada
pembeli yang ada di Desa lain, atau mereka menjualnya langsung ke pada pembeli
yang ada di sekitar Kecamatan Pengabuan.
Untuk lebih jelasnya mengenai keadaan mata pencaharian masyarakat Desa
Mekar Jati dapat diperhatikan sebagai berikut:37
a. Bidan Swasta : 2 orang
b. Dukun Tradisional : 11 orang
c. Montir : 2 orang
d. Nelayan : 20 orang
e. Petani : 1.195 orang
f. Pegawai Negri Sipil : 1 orang
g. Pedagang Barang Klontong : 24orang
h. Perawat Swasta : 2 orang
i. Perangkat Desa : 10 orang
j. Wiraswasta : 85 orang

4. Keadaan Agama
Agama merupakan merupakan hal yang penting, karena agama yang
mengatur kehidupan manusia. agama yang dianut masyarakat Desa Mekar Jati

37
Dokumen Desa Mekar Jati.
26

Kecamatan Pengabuan Kabupaten Tanjung Jabung Barat pada umumnya adalah


Islam. Hal ini dapat kita lihat dari pelaksanaan kegiatan keagamaan yang di
laksanakan oleh masyarakat desa, seperti peringatan hari besar Islam, pelaksanaan
upacara perkawinan, pemberian nama bayi dan lain sebagainya. 38 Kegiatan ke-
Islaman masyarakat Desa Mekar Jati tidak luput dengan amalan yang dilakukan
oleh Nahdatul Ulama, karena mayoritas masyarakat merupakan warga Nahdatul
Ulama. Selain itu terdapat penduduk yang beragama selain Islam, mereka
merupakan petugas kesehatan di Desa Mekar Jati, terdiri atas satu KK,
Sebagaimana yang dikemukakan oleh tokoh agama di Desa Mekar Jati yakni
bapak Aminoto,S.Pd.I berikut ini:

[S]ejak kami lahir dan kami tinggal di Desa ini, semua penduduk Desa
Mekar Jati beragama Islam, tapi ada tiga orang yang beragama lain, mereka
itu petugas kesehatan yang melayani masyarakat desa, dan kemudian
menetap di desa ini sampai saat ini. 39

Dapat dilihat, bahwa masyarakat Desa Mekar Jati Kecamatan Pengabuan


Kabupaten Tanjung Jabung Barat Provinsi Jambi, mayoritas beragama Islam.
Bahkan, di Desa Mekar Jati memiliki seorang Da‟i desa yang ditugaskan oleh
pemerintah Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Untuk melakukan pengajian di
setiap RT yang termasuk bagian Desa Mekar Jati. Da‟i desa bukan hanya ada di
Desa Mekar Jati, tetapi dimiliki oleh setiap desa di Kabupaten Tanjung Jabung
Barat.40
Untuk lebih jelasnya, jumlah penganut sesuai dengan agama masing-masing
dapat dilihat pada tabel berikut ini: 41

38
Observasi Desa Mekar Jati pada 28 Desember 2019.
39
Aminoto, Warga Desa Mekar Jati, Wawancara dengan Penulis, 6 Januari 2020,
Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Rekaman Audio.
40
Suryanto, Sekertaris desa Desa Mekar Jati, Wawancara dengan penulis, 9 Januari 2020,
Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Rekaman Audio.
41
Dokumen Desa Mekar Jati.
27

Tabel 2.4
Jumlah penganut agama di Desa Mekar Jati Kecamatan Pengabuan
Kabupaten Tanjung Jabung Barat Provinsi Jambi

No Agama Jenis Kelamin Jumlah Keterangan


Lk Pr Penganut
1. Islam 849 orang 768 orang 1.615 orang Ada
2. Kristen 1 orang 2 orang 3 orang Ada
3. Katolik - - - Tidak Ada
4. Budha - - - Tidak Ada
5. Hindu - - - Tidak Ada

Jumlah 1.618 orang

5. Sosial Ekonomi
Tinggi atau rendahnya perekonomian sangat tergantung pada mata
pencaharian, karena mata pencaharian menjadi hal yang paling mendasar dan
menjadi penentu untuk meneruskan roda kehidupan. Memiliki satu pencaharian
yang bisa mencukupi kebutuhan, maka akan lebih baik pula untuk menjalankan
kehidupan baik hal yang berhubungan dengan dunia ataupun akhirat. Sumber
pendapatan yang ada di Desa Mekar Jati kecamatan pengabuan adalah pertanian,
perkebunan, wiraswasta dan nelayan.
Berdasarkan aspek sosial, masyarakat yang tinggal di Desa Mekar Jati
Kecamatan Pengabuan memiliki rasa sosial yang tinggi. Persamaan kedudukan
sosial masyarakat tidak diukur oleh keadaan ekonomi dan kekuasaan seseorang,
tetapi diukur berdasarkan kriteria keagamaan.
28

6. Pendidikan
Pendidikan memiliki kedudukan yang sangat penting dalam kehidupan
masyarakat. Karena dari proses pendidikan tersebut, dapat mengubah berbagai
macam kehidupan sosial masyarakat. Bentuk kehidupan sosial masyarakat bisa
diubah sesuai dengan semestinya. Masalah pendidikan harus mendapat perhatian
yang serius dari pihak-pihak yang terkait, untuk meningkatkan kualitas kualitas
pendidikan masyarakat.
Pada tahun 90-an kesadaran Masyarakat Desa Mekar Jati terhadap
pendidikan formal masih sangat kurang. Masih banyak masyarakat yang
beranggapan bahwa mereka kurang yakin dengan keadaan ekonomi yang kurang
mampu bisa membiayai sekolah hingga ke jenjang yang lebih tinggi, maka dari itu
mereka hanya bersekolah sampai jenjang sekolah dasar (SD). Dampak dari hal ini
adalah banyaknya anak-anak yang tidak melanjutkan pendidikan mereka setelah
sekolah dasar (SD). Namun pola pikir masyarakat mulai berubah seiring
berkembangnya zaman dan adanya himbauan dari pemerintaah pada tahun 2006
tentang pentingnya pendidikan bagi masyarakat, sehingga Masyarakat Desa
Mekar Jati mulai memiliki pandangan bahwa pendidikan merupakan hal yang
sangat penting untuk kehidupan kedepan, dan pendidikan itu bukan hanya di
khususkan untuk orang yang mampu saja, namun bagi setiap orang yang
berkemauan kuat menuntut ilmu. Bukti dari kesadaran masyarakat tersebut dilihat
sekarang ini banyak masyarakat yang menyekolahkan anak-anak mereka dari
pendidikan usia dini (PAUD), taman kanak-kanak (TK), ke sekolah menengah
pertama (SMP) atau madrasah tsanawiah (MTS), sekolah menengah atas (SMA)
atau madrasah aliah (MA), dan perguruan tinggi.
Untuk melihat perkembangan pendidikan yang ada di Desa Mekar Jati
Kecamatan Pengabuan Kabupaten Tanjung Jabung Barat di awal tahun 2020
dapat dilihat pada table berikut ini: 42

42
Data Desa Mekar Jati.
29

Table 2.5
Perkembangan Pendidikan di Desa Mekar Jati 2020
No Keterangan Jumlah Penduduk
1. Anak di TK 49 Orang
2. Sedang SD/Sederajat 136 Orang
3. Tamat SD/Sederajat 390 Orang
4. Tidak Tamat SD/Sederajat 38 Orang
5. Sedang SLTP/Sederajat 124 Orang
6. Tamat SLTP/Sederajat 140 Orang
7. Tidak Tamat SLTP/Sederajat 390 Orang
8. Tamat SLTA/Sederajat 204 Orang
9. Sedang D-2 2 Orang
10. Tamat D-3 3 Orang
11. Sedang S-1 23 Orang
12. Tamat S-1 31 Orang
13. Sedang S-2 2 Orang

Dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan sumberdaya manusia yang


ada di Desa Mekar Jati, maka diperlukan berbagai sarana dan prasarana yang
menunjang hal tersebut. Adapun lembaga pendidikan yang ada di Desa Mekar Jati
yaitu memiliki pendidikan formal SD/Sederajat berjumlah dua buah dan lembaga
pendidikan formal keagamaan berjumlah empat buah. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada table berukut:43

43
Data Desa Mekar Jati.
30

Table 2.6
Sarana Pendidikan di Desa Mekar Jati

No Nama Jumlah Status Tenaga Jumlah


Kepemilikan pengajar Siswa/I

1. Play Group 1 Pemerintah 5 35

2. Sekolah Dasar 2 Pemerintah 12 86

3. Sekolah Islam 2 Swasta 16 55

4. Raudatul Anfal 1 Swasta 7 65

5. Ibtidaiyah 2 Swasta 16 55

6. Aliayah 1 Swasta 9 45

7. Kesehatan

Selain pendidikan yang memiliki kedudukan yang sangat penting dalam


kehidupan masyarakat, kesehatan juga memiliki kedudukan yang tidak kalah
pentingnya, Karena kesehatan merupakan kunci dari segala kegiatan. Kesehatan
sangat dibutuhkan oleh setiap orang, begitu juga dengan masyarakat yang tinggal
di Desa Mekar Jati Kecamatan Pengabuan Kabupaten Tanjung Jabung Barat.
Adanya sarana dan prasarana kesehatan yang tersedia di Desa Mekar Jati
diharapkan dapat membantu kebutuhan yang dibutuhkan masyarakat. Seperti
layanan bersalin, imunisasi dan pengobatan lainnya. Sarana dan prasarana
kesehatan yang ada di Desa Mekar jati berupa dua unit Pos Yandu, satu unit
Puskesmas, satu unit Poliklinik/Balai Pengobatan, tempat persalinan (rumah
praktek Bidan) satu unit. Petugas kesehatan yang ada di Desa Mekar Jati
31

diantaranya tiga orang Dukun bersalin terlatih, tiga orang Bidan, dan dua orang
Perawat.
Desa ini memiliki kegiatan penyuluhan kesehatan bagi warga yang lansia,
dengan berbagai kegiatan yang telah di rancang oleh petugas kesehatan yang ada
di Desa, kader-kader kesehatan dan para petugas kesehtan dari Kecamatan
Pengabuan juga ikut serta dalam kegiatan tersebut, walaupun tidak pada setiap
kegiatan. Kegiatan yang diadakan tersebut meliputi pemeriksaan kesehatan secara
gratis, pembagian vitamin secara gratis dan senam bersama. kegiatan ini
dilakukan di puskesmas atau di dusun yang ada di Desa Mekar Jati.

8. Lembaga Kemasyarakatan
Dalam kehidupan kemasyarakatan Lembaga dapat digambarkan sebagai alat
yang memiliki fungsi dalam kehidupan masarakat.44 Lembaga masyarakat
terbentuk dari suatu ikatan hubungan sesama manusia dalam suatu masyarakat.
Ikatan hubungan tersebut memiliki hubungan erat dengan berlakunya suatu aturan
sebagai acuan dalam usaha memenuhi kebutuhan hidup, contohnya kebutuhan
akan pendidikan, ketentraman, keadilan.
Kehidupan sosial masyarakat Desa Mekar Jati Kecamatan Pengabuan
Kabupaten Tanjung Jabung Barat memiliki kesamaan dengan desa lain,
sebagaimana hukum alam bahwa manusia hidup di dunia tidak bisa sendiri.
Manusia diciptakan hidup bersama-sama, saling membutuhkan satu sama lain.
Kebersamaan yang diwarnai dengan berbagai perbedaan, baik itu perebedaan
agama, perbedaan ras, perbedaan bahasa, perbedaan warna kulit dan lain
sebagainya. Hal itu Tidak menjadi penghalang masyarakat untuk saling tolong
menolong satu sama lain, dan tidak menjadi alasan untuk tidak menjalin
silaturahim.

44
AbdulSyani, Sosiologi Skematika, Teori dan Terapan (Jakarta: PT Bumi Aksara,2002),
75.
32

Lembaga masyarakat yang ada di Desa Mekar Jati Kecamatan Pengabuan


Kabupaten Tanjung Jabung Barat memiliki peran penting dalam cepatnya
pembangunan, baik itu secara fisik ataupun mental spiritual. Dengan adanya
organisasi maka diharapkan dapat mempererat tali silaturahim masyarakat Desa,
serta menjaga kekompakan masyarakat yang ada di Desa Mekar Jati. Kehadiran
lembaga masyarakat yang dimaksud antara lain:

a. Organisasi Pemuda/Pemudi : Karang Taruna, Kelompok Yasin


b. Organisasi Perempuan : Kelompok Yasinan, PKK, BKMT.
c. Organisasi Laki-Laki : Kelompok Yasinan, Nelayan, dan Tani.

Adapun perkembangan lembaga masyarakat dapat dilihat pada table berikut ini:

Tabel 2.7

Lembaga Masyarakat Desa Mekar Jati

No Organisasi Keberadaan
1. PKK Ada
2. RT Ada
3. Karang Taruna Ada
4. Kelompok Nelayan Ada
5. Kelompok Tani Ada
6 Badan Usaha Milik Desa Ada
BAB III
PELAKSANAAN TRADISI CUCI KAMPUNG DI DESA MEKAR JATI

A. Definisi Tradisi Cuci Kampung


Tradisi adalah adat kebiasaan turun-temurun (dari nenek moyang) yang
masih dijalankan masyarakat.45 Tradisi ini merupakan penilaian atau tanggapan
dari masyarakat bahwa cara-cara yang telah ada sejak dulu merupakan cara yang
paling baik dan benar. Selain itu dapat juga dikatakan sebagai penerusan dari
sesuatu yang dimiliki sejak dulu (sejarah masa lampau) dalam hal-hal tertentu
baik itu berbentuk adat, bentuk tata kemasyrakatan yang telah dianggap memiliki
nilai paling baik untuk diteruskan. Secara umun diketahui bahwa cuci kampung
adalah upacara adat yang terdapat di sebuah perkampungan, dengan tujuan
pelaksaan agar masyarakat yang tinggal di kampung tersebut terhindar dari segala
hal yang tidak diinginkan.46
Berdasarkan definisi tersebut diketahui bahwa tradisi cuci kampung
merupakan tradisi yang dilakukan untuk menjauhkan segala bentuk bala yang bisa
membahayakan masyarakat kampung dan untuk memebersihkan perkampungan
tersebut dari pada tindakan atau tingkah laku masyarakat yang tinggal di kampung
itu sendiri. Terdapat anggota masyarakat Dusun Beringin Desa Mekar Jati
mengatakan bahwa :
[T]radisi Cuci Kampung merupakan salah satu tradisi yang masih berjalan
di Dusun ini, dilakukan sebagai bentuk usaha masyarakat agar terhindar
dari berbagai macam kejadian yang dapat membahayakan dan merugikan
masyarakat, serta ada cuci kampung yang dilakukan karena adanya
perilaku zinah, dan ada juga yang dilakukan setiap tahun, sebagai bentuk
tradisi tahunan di sini. 47

45
M. Subarna, et.al., Kamus Umum Bahasa Indonesia Lengkap, (Bandung: CV Pustaka
Grafika, 2012),
46
Elon Suparlan, “Pelaksanaan Sanksi Adat Bagi Pelaku Zina di Kecamatan Seluma Utara
Kabupaten Seluma Perspektif Hukum Islam”, Jurnal Qiyas, 3, No.2, (2018). 169.
47
Alwi, Salah Satu Pemuka Adat Desa Mekar Jati, Wawancara dengan Penulis, 25 Januari
2020, Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Rekaman Audio.

33
34

[C]uci kampung itu tradisi untuk menolak bala, membersihkan kampung


dari tingkah laku manusia yang melenceng, yang membuat kampung
tersebut tercemar oleh kelakukan orang yang tinggal di kampung itu
sendiri. 48

Masyarakat meyakini dengan dilaksanakannya cuci kampung maka


kampung tersebut akan terhindar dari bala baik itu berbentuk wabah penyakit,
kebakaran, gagal panen, bencana dan lain sebagainya. Pada umumnya diketahui
masyarakat bahwa cuci kampung merupakan hukum adat yang ada pada
perkampungan dan pelaksanaan cuci kampung tersebut dilakukan ketika terdapat
warga kampung yang melakukan zina (asusila).
Contoh penerapan tradisi cuci kampung yang disebabkan oleh tindakan zina
(asusila) yang dilakukan warga kampung antara lain yaitu Desa Mekar Jati
Kecamatan Pengabuan Kabupaten Tanjung Jabung Barat Provinsi Jambi, Desa
Kayu Aro Kecamatan Senyerang Kabupaten Tanjung Jabung Barat Provinsi Jambi
dan Desa Sungai Jering Kecamatan Pengabuan Kabupaten Tanjung Jabung Barat
Provinsi Jambi. Dari berbagai desa yang melaksanakan tradisi cuci kampung,
tentunya setiap desa memiliki kebijakan masing-masing dalam prosesi
pelaksanaan. Pada umumnya kebijakan tersebut mengikuti tradisi yang telah
dilakukan nenek moyang sebelumnya.
Selain tradisi cuci kampung sebagai hukum adat suatu daerah yang
dilaksanakan karena adanya tindakan asusila, tradisi cuci kampung juga
dilaksanakan sebagai bentuk tradisi tahunan masyarakat daerah tertentu.
Pelaksanan tradisi seperti ini dilakukan pada waktu-waktu yang telah ditentukan,
mengikuti apa yang telah dilaksanakan oleh nenek moyang sebelumnya. Pada
dasarnya Tujuan pelaksanaan cuci kampung ini juga tidak jauh berbeda dengan
tujuan pelaksanaan cuci kampung yang disebabkan oleh adanya tindakan asusila,
tujuannya dari pelaksanaan tradisi ini yaitu membersihkan kampung dari segala
hal yang sifatnya merusak dan sumbernya dari perilaku manusia yang tinggal di
kampung tersebut. Contohnya terhindar dari marabahaya, gagal panen, wabah

48
Mesijo, Salah Satu Pemuka Adat Desa Mekar Jati, Wawancara dengan Penulis, 2 Januari
2020, Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Rekaman Audio.
35

penyakit, kebakaran dan lain-lain. Contoh daerah yang melaksanakan tradisi cuci
kampung setiap tahunnya adalah Desa Mekar Jati Kecamatan Pengabuan
Kabupaten Tanjung Jabung Barat Provinsi Jambi.
Pelaksanaan tradisi cuci kampung memiliki peran yang baik dalam
kehidupan sosial masyarakat. tradisi ini dinilai sangat baik untuk menjaga
ketentraman di sebuah perkampungan.49 Di tengah maraknya pergaulan bebas
yang ada di kalangan remaja saat ini, serta banyaknnya pengaruh dari
berkembangnya zaman terhadap kepribadian masyarakat.

B. Sejarah dan Perkembangan Tradisi Cuci Kampung di Desa Mekar Jati


Manusia sebagai mahluk ciptaan yang sempurna, memiliki dua kekayaan
yang paling utama yaitu akal dan budi atau umumnya disebut dengan pikiran dan
perasaan. Dari dua kekayaan tersebut menyebabkan munculnya berbagai tuntutan
hidup manusia, baik itu jasmani maupun rohani. Hal ini yang menjadi penyebab
manusia memiliki perbedaan dengan mahluk lain. Pada sisi lain akal dan budi
memungkinkan munculnya karya-karya manusia yang tentunya memiliki
perbedaan. Semua ini sebagai bukti bahwa manusia sebagai mahluk berbudaya. 50
Budaya merupakan seluruh hasil usaha manusia dengan budi atau akal yang
dilakuakan dengan segenap jiwa. Budaya dapat dikatakan juga sebagai rasa,
tindakan dan karya yang dihasilkan manusia dalam kehidupan. Untuk mengatur
budaya memiliki kebudayaan sebagai suatu garis-garis pokok tentang perilaku
yang menetapkan peraturan-peraturan terkait apa yang harus dilakukan dan apa
yang dilarang dan lain sebagainya. 51
Dalam menjalankan kehidupan sehari-hari, tentunya manusia tidak akan
pernah terlepas dari segala sesuatu yang berhubungan dengan kebudayaan. Maka,
Sebagai sesuatu yang tidak akan pernah terlepas dari kehidupan manusia tentunya
kebuadayaan ini memiliki fungsi yang sangat besar bagi manusia dan masyarakat.

49
Elon Suparlan, “Pelaksanaan Sanksi Adat Bagi Pelaku Zina di Kecamatan Seluma Utara
Kabupaten Seluma Perspektif Hukum Islam”, Jurnal Qiyas, 3, No.2, (2018). 169.
50
Djoko Widagdho, Ilmu budaya dasar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), 18.
51
Jacobus Ranjabar, Sistem Sosiala Budaya Indonesia (Sebuah Pengantar), (Bogor: Ghalia
Indonesia, 2006), 24.
36

dari Berbagai macam kebutuhan masyarakat yang memerlukan kepuasan, baik itu
di bidang spiritual maupun materiel. Kebutuhan masyarakat tersebut sebagian
besarnya terpenuhi oleh kebudayaan yang dimilki masyarakat itu sendiri.
Kebudayaan yang ada di kalangan masyarakat pada dasarnya berasal dari
hasil pemikiran bangsa, karena memiliki nilai dari zaman nenek moyang
sebelumnya. Masyarakat juga memiliki berbagai cara untuk mempertahankan
budaya yang dimiliki, ditengah banyaknya kebudayaan yang sudah ditinggalkan.
meskipun tidak ada aturan yang tertulis untuk yang tidak mengikuti kebudayaan
yang ada di suatu tempat.
Berkembangnya zaman menjadi salah satu penyebab adanya kebudayaan
masyarakat daerah yang ditinggalkan oleh masyarakat. Namun, tidak menutup
kemungkinan ada kebudayaan yang masih dilaksanakan masyarakat sampai saat
ini. Kebudayaan tersebut berbentuk tradisi tersebut seperti tradisi mandi tujuh
bulan, upacara adat perkawinan, tradisi cuci kampung dan lain sebagainya.
Sebagai kebudayaan yang masih bertahan di kehidupan sosial masyarakat,
tentunya tidak terlepas dari peran-peran orang yang berkaitan dengan kebudayaan
tersebut. Seperti halnya tradisi cuci kampung bisa bertahan dikarenakan adanya
peran dari orang yang mengontrol setiap pelaksanaan tersebut.
Tradisi cuci kampung merupakan salah satu bentuk budaya masyakat dan
tradisi ini dapat dikatakan sebagai salah satu aset bagi daerah masing-masing yang
melaksanakannya. Namun belum diketahui secara pasti siapa pencetus atau yang
pertama kali melakukan tradisi tersebut. Tradisi cuci kampung ini masih
dilaksanakan oleh salah satu dusun yang ada di Desa Mekar Jati Kecamatan
Pengabuan Kabupaten Tanjung Jabung Barat, di Dusun ini memiliki dua bentuk
tradisi cuci kampung. Pertama cuci kampung dilakukan karena terdapat warga
yang berbuat asusila, yang kedua pelaksanaan cuci kampung dilakukan sebagai
bentuk tradisi tahunan.
Tradisi cuci kampung di Dusun Beringin tidak akan dilaksanakan begitu
saja, tanpa adanya yang membawa dan memulai tradisi tersebut. Tradisi ini
dibawa oleh pendatang dan kemudian bermukim di Dusun Beringin Desa Mekar
Jati. Pada awalnya Dusun Beringin Desa Mekar Jati Kecamatan Pengabuan
37

Kabupaten Tanjung Jabung Barat adalah hutan belantara, kemudian pada tahun
1941 terdapat sekolompok keluarga yang membuka hutan di daerah tersebut dan
mereka memilih untuk bermukim di wilayah tersebut.52 Kelompok keluarga yang
pertama kali bermukim di Dusun Beringin Desa Mekar Jati adalah kelompok
orang yang berasal dari Kalimantan yang ber-etnis Banjar serta yang menjadi
kepala keluarga adalah Sa‟al. bermukimnya mereka di wilayah tersebut tidak
dalam waktu yang lama, mereka bermukim di Dusun Beringin hanya dalam waktu
empat tahun dan kemudian mereka pulang ke-daerah asalnya yaitu Kalimantan.53
Pendatang dari luar daerah pada masa itu cukup banyak yang berpindah dari
daerahnya dan memilih untuk bermukim di Dusun Beringin Desa Mekar Jati.
Berpindahnya Sa‟al dari Dusun Beringin Desa Mekar jati Kecamatan Pengabuan
tepat pada tahun 1944. Sebelum berpindahnya Sa‟al dari dusun ini, dia
menyerahkan daerah yang telah di tempati dan lahan yang telah digarap kepada
warga lain, yang bernama Harun. Harun adalah salah satu orang dari kelompok
keluarga yang tinggal di dusun tersebut, ia juga merupakan warga pendatang
yang berasal dari Jawa Timur. Harun merupakan seorang yang ber-etnis Jawa dan
beliau adalah pembawa tradisi cuci kampung di dusun ini, baik itu tradisi cuci
kampung yang dilakukan karena sebab adanya perzinahan maupun cuci kampung
yang dilakukan setiap tahun. 54
Penyerahan lahan milik Sa‟al kepada Harun tidak secara percuma, karena
untuk memiliki lahan tersebut Harun memberikan sejumlah uang dan emas
sebagai gantinya. Pada saat itu wilayah yang dimiliki oleh Sa‟al tidak terlalu luas,
karena bermukimnya Sa‟al disana hanya empat tahun. Sebagaimana yang
dikatakan oleh Musman:

52
Alwi, Salah Satu Pemuka Adat Desa Mekar Jati, Wawancara dengan Penulis, 25 Januari
2020, Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Rekaman Audio.
53
Musman, Pemuka Agama Desa Mekar Jati, Wawancara dengan Penulis, 29 Januari 2020,
Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Rekaman Audio.
54
Alwi, Salah Satu Pemuka Adat Desa Mekar Jati, Wawancara dengan Penulis, 25 Januari
2020, Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Rekaman Audio.
38

[M]bah Harun ngakei duit karo emas. gawe ganti lahan seng wes di tebas
pak Sa’al, tapi jumlahnya iku orak faham aku. Lahan seng duwe pak Sa’al
ki rak luas, cuman neng daerah pangkal kono.55

Mbah Harun memberikan uang dan emas, untuk mengganti lahan yang
sudah di tebas pak Sa‟al, tapi jumlahnya itu saya juga kurang tau. Lahan
milik pak Sa‟al itu tidak luas, hanya di daerah pangkal (bagian pangkal
parit).

Tinggalnya Harun di Dusun Beringin selama dua tahun ketika itu dia
menjabat sebagai kepala kampung. Seiring berjalannya waktu, Pada tahun 1946
beliau kembali ke-daerah asalnya yaitu Jawa Timur.56 Sebelum Harun kembali
menyerahkan kedudukannya sebagai kepala kampung dan semua wilayah
miliknya kepada adik iparnya yang bernama Misiran. Pada masa itu segala urusan
diserahkan kepada Bapak Misiran begitu dengan segala tradisi yang telah dibawa
oleh Harun yaitu cuci kampung.
Habisnya masa jabatan Misiran sebagai kepala kampung Pada tahun 1967.
Selanjutnya digantikan oleh menantunya bernama Solikan. dia menjabat sebagai
kepala kampung di Dusun ini sejak tahun1967 hingga tahun 1971. Pada tahun
1971 barulah dimulai sistem pemerintahan Kadus. Saat itu Dusun ini masih
menjadi bagian Desa Senyerang Jati. Berdasarkan musyawarah bersama anatar
masyarakat, Yang terpilih menjadi kadus adalah Saparin. Dia merupakan menantu
dari bapak Misiran yang sebelumnya menjabat sebagai kepala kampung. Pada
tahun 2012 dilakukan pemekaran desa dan terbentuklah desa baru yaitu Desa
Mekar Jati dengan memiliki 4 dusun dan salah satunya Dusun Beringin dimana
tempat ini masih melaksnakan tradisi cuci kampung hingga saat ini. Setelah itu
dilakukan musyawarah dengan menjadikan Sanusi sebagai kepala Desa sementara
dan kedepannya dilakukan pemilihan secara demokratis. Meskipun sistem
pemerintahan yang ada di Dusun Beringin telah berubah yaitu tidak lagi
menggunakan sistem kepala kampung, tradisi cuci kampung tetap dijalankan
masyarakat hingga saat ini.

55
Musman, Pemuka Agama Desa Mekar Jati, Wawancara dengan Penulis, 29 Januari 2020,
Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Rekaman Audio.
56
Alwi, Salah Satu Pemuka Adat Desa Mekar Jati, Wawancara dengan Penulis, 25 Januari
2020, Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Rekaman Audio.
39

Perkembangan dan kemajuan agama yang ada di Dusun Beringin Desa


Mekar Jati Kecamatan Pengabuan Kabupaten Tanjung Barat tentunya tidak
terlepas dari peran para tokoh-tokoh agama yang ada di Dusun tersebut. Beberapa
tokoh agama yang berpengaruh di Dusun Beringin diantaranya: 57
1. Mangun
2. Sahrul
3. Jamuladin
4. Samsudin
5. Pawiro
6. Kusni

Tradisi cuci kampung yang ada di Dusun Beringin Desa Mekar Jati telah
dilakukan masyarakat sejak kampung tersebut ada dan masih dilakukan sampai
saat ini. Sebagaimana yang dikatakan oleh Alwi :

[T]radisi cuci kampung di kampung ini sudah kami laksanakan sejak dulu,
bawaan dari pak harun orang yang bermukim di sini. Beliau asalnya dari
Jawa Timur, tapi untuk yang menciptakan, mencetuskan blm jelas.
pelakasanaan tradisi ini sudah secara turun temurun dan kami belum pernah
meninggalkan tradisi ini. 58

Berdasarkan hasil wawancara tersebut, dapat diketahui bahwa tradisi cuci


kampung yang ada di Dusun Beringin Desa Mekar Jati ini dimulai sejak kampung
tersebut ada, serta menurut masyarakat Desa Mekar Jati, tradisi ini dibawa oleh
warga pendatang yang bersal dari Jawa Timur, Namun untuk pencetusnya tidak
diketahui secara pasti. pelaksanaan cuci kampung di Dusun Beringin Desa Mekar
Jati Kecamatan Pengabuan ini tidak mengalami perubahan yang begitu signifikan,
karena hanya masyarakat di Dusun ini yang melaksanakannya dan belum ada
tindakan pemerintah desa setempat untuk mengembangkannya secara terbuka atau
mengadakan secara serentak tradisi ini.
Pada awalnya nama dusun ini bukan Dusun Beringin Desa Mekar Jati, nama
sebelumnya adalah Parit Serun Desa Mekar Jati. Penamaan wilayah ini menjadi
57
Musman, Pemuka Agama Desa Mekar Jati, Wawancara dengan Penulis, 25 Januari
2020, Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Rekaman Audio.
58
Alwi, Salah Satu Pemuka Adat Desa Mekar Jati, Wawancara dengan Penulis, 25 Januari
2020, Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Rekaman Audio.
40

Serun termotivasi dari nama orang yang memiliki peran penting di wilayah
tersebut yaitu nama pak harun. beliau menjadi orang yang memilki peran penting
di wilayah tersebut karena beliau juga sebagai pembawa tradisi cuci kampung di
Desa Mekar Jati. Penamaan Dusun Beringin ini dilakukan setelah adanya
pemekaran Desa antara Desa Mekar Jati dan Desa Senyerang Jati. Namun, karena
sudah terbiasa masyarakat Desa Mekar Jati dan sekitarnya masih menyebut Dusun
Beringin ini sebagai Parit Serun.

C. Orang-Orang yang Terlibat dalam Tradisi Cuci Kampung


Terlaksananya sebuah kegiatan tentunya tidak akan terlepas dari pihak-
pihak yang mengikuti kegiatan tersebut, Begitu juga dengan pelaksanaan upacara
cuci kampung yang ada di Dusun Beringin Desa Mekar Jati Kecamatan
Pengabuan yang melibatkan berbagai Pihak dalam melaksanakan kegiatannya.
yang terlibat dalam tradisi cuci kampung di Dusun Beringin antara lain pemuka
agama, pemuka adat, dan seluruh masyarakat yang tinggal di lingkungan Dusun
Beringin. 59

D. Persiapan dan Tata Cara Pelaksanaan Tradisi Cuci Kampung


Indonesia memiliki masyarakat yang mayoritas beragama Islam, maka tidak
terkecuali dalam kebudayaanya mereka menyisipkan berbagai bentuk kegiatan ke-
Islaman dalam ritual atau tradisi yang ada. Maka ini menjadi penyebab munculnya
akulturasi antara kebudayaan yang dimiliki masyarakat daerah dan Islam, seperti
tradisi cuci kampung yang terdapat di Dusun Beringin Desa Mekar Jati
Kecamatan Pengabuan Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Di sini, terdapat
akulturasi antara budaya masyarakat yang mayoritas bersuku Jawa dengan Islam.
Agar Pelaksanaan cuci kampung di Dusun Beringin Desa Mekar Jati
kegitannya berjalan dengan lancar dan mencapai tujuan yang diinginkan, maka
masyarakat menyiapkan beberapa hal sebagaimana berikut ini: 60

59
Sapuan, Warga Desa Mekar Jati, Wawancara dengan Penulis, 15 Januari 2020,
Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Rekaman Audio.
60
Musman, Pemuka Agama Desa Mekar Jati, Wawancara dengan Penulis, 25 Januari
2020, Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Rekaman Audio.
41

1. Dana, Pengumpulan dana dilakukan dengan cara iuran bersama (masyarakat)


yang tinggal di daerah tersebut. Biasanya 7 hari sebelum dilaksanakannya cuci
kampung terdapat seorang yang bertugas untuk mengumumkan ataupun
menghimbau masyarakat bahwa sebentar lagi akan memasuki bulan Suro,
maka akan dilaksanakannya cuci kampung. Dari himbawan tersebut
diharapkan masyarakat mempersiapkan dana untuk pelaksanaan cuci kampung,
pengambilan dana dari masyarakat tersebut dilakukan oleh seseorang yang
telah ditugaskan. Untuk cuci kampung yang dilakukan setiap tahun Masing-
masing KK memberikan uang sejumlah Rp.30.000 hingga Rp.50.000,
sementara untuk 5 Tahun sekali iuran tiap KK bertambah menjadi Rp.60.000
hingga Rp.70.000. penambahan dana ini digunakan untuk membeli Kambing,
untuk penambahan dana tersebut disesuaikan juga dengan dana yang
dibutuhkan untuk pelaksanaan tradisi cuci kampung.artinya melihat situasi
serta kondisnya.
2. Kambing, satu kambing disiapkan oleh masyarakat untuk disembelih dalam
prosesi cuci kampung. Tidak sembarang kambing yang disembelih dalam
tradisi cuci kampung ini, kambing yang dipilih memiliki kriteria tertentu
diantanya kambing tersebut memiliki kondisi yang sempurna, artinya tidak
memiliki cacat sedikit pun, lebih tepatnya Kambing yang digunakan sama
halnya dengan kriteria hewan yang disyaratkan untuk menjadi hewan kurban,
Selain itu kambing yang dipilih memiliki warna hitam dibagian perutnya
(seperti sabuk), kambing yang digunakan adalah kambing jantan. Pemilihan
kambing ini mengikuti apa yang telah dilakukan sejak dulu. Dalam pemilihan
kambing tidak sembarang orang yang bisa memilih kambing ini, kareana
menurut keterangan dari anggota masyarakat bahwa kambing tersebut dipilih
oleh orang yang masih memiliki hubungan darah dengan Harun, yaitu orang
yang membawa tradisi cuci kampung di Dusun ini.
3. Sesaji, kata sesaji merupakan kata yang sudah tidak asing lagi ketika kita
mendengarnya. apalagi dalam tradisi Islam Jawa setiap dilaksanakannya suatu
kegitan tradisi Jawa pada umumnya mereka mengadakan ritual keselamatan
atau wilujengan artinya utuk memohon diberikan keselamatan dalam hidup dan
42

diberikan kebahagiaan dengan menggunakan benda, makanan ubarampe


sebagai simbol penghayatan atas hubungannya dengan sang pencipta.61
Simbol-simbol yang ritual adalah bentuk ekspresi dari penghayatan atau
pemahaman dari realitas yang tidak terjangkau sehingga menjadi sangat dekat.
Artinya dengan simbol ritual tersebut maka akan merasa bahwa Allah selalu
hadir dan senantiasa terlibat. Bagi masyarakat Jawa sendiri, ritualitas sebagai
wujud pengabdian dan ketulusan menyembah Allah Swt. Sesaji sebagai
bentuk akumulasi budaya bersifat abstrak terkadang juga dijadikan sebagai
bentuk negosiasi spiritual, agar segala bentuk hal gaib diyakini tidak akan
membahayakan manusia. Ubarampe sebagai pelengkap ritual dalam tradisi
Jawa memiliki bahan-bahan pelengkap yang disiapkan, terdiri atas:
a. Pisang
Pisang disiapkan sebanyak dua sisir dan pisang yang digunakan adalah
pisang raja. Tetapi apibila pisang ini sulit untuk didapatkan maka bisa
menggunakan berbagai jenis pisang sebagai penggantinya. penggunaan pisang
raja sebagai salah satu pelengkap dengan alasan sebagai lambang dari
permohonan dikabulkannya doa menjadi orang yang berbudi luhur, memiliki
sifat adil, dan tidak ingkar janji.
Penggunaan pisang sebagai Ubarampe memiliki kaitan mengenai etika
kehidupan. Diharapkan dengan adanya penyajian pisang ini pelaku upacara
cuci kampung menyadari bahwa dirinya selama ini sudah berguna atau tidak
bagi orang lain. Etika kehidupan yang memiliki nilai sangat tinggi dapat dilihat
dari watak pisang yang bisa hidup dimana saja, selain itu ia menyesuaikan diri
dengan lingkungannya dan memiliki banyak manfaat bagi manusia. Semua
bagian pisang memiliki keguanaan buahnya mengandung vitamin C yang
bermanfaat bagi manusia, daunnya dapat digunakan sebagai bungkus makanan,
pohonnya (gedeboknya) dapat digunakan sebagai bahan pupuk, kulit batang
pisang bisa digunakan untuk kerajinan tangan seperti tempat tisu.

61
Muhammad Solikhin, Ritual dan Tradisi Islam Jawa, (Yogyakarta: PT.Suka Buku,
2010), 49.
43

b. Tumpeng
Tumpeng yang digunakan adalah tumpeng robyong, yang berbentuk
layaknya seperti kerucut. Pada bagian ujung tumpeng diletakkan cabe merah,
tumpeng robyong digunakan sebagai lambang kesejahteraan dan kesuburan.
Selain itu digunakan juga sega golong (nasi golong), sesaji ini dibuat sebanyak
9 buah kemudian diletakkan di sekeliling tumpeng yang telah disediakan.
Penggunakan sega ini merupakan salah satu pernak-pernik sesaji yang
tujuannya untuk memohon ataupun mengirim doa pada para leluhur agar dosa
serta kesalahan manusia yang tinggal di wilayah tersebut diampuni oleh yang
maha kuasa, serta diberikan perlindungan oleh yang maha kuasa.
c. Jenang
Jenang yang digunakan adalah jenang abang dan jenang putih Jenang
ini dikenal orang jawa dengan nama jenang Sengkolo. Kata sengkolo berasal
dari kata Morwakala (menghilangkan bala). Jenang Selongko sebagai wujud
kesungguhan doa, jenang ini diartikan sebagai satu kesatuan, yaitu
melambangkan di dalam kehidupan manusia tidak akan terlepas dari peran
orang tua, sebagai perantara hadirnya manusia kedunia ini, jenang ini
merupakan simbol pendekatan diri kepada tuhan.
Jenang ini memiliki bahan dasar yaitu beras dan santan, Walaupun
disebut dengan jenang merah dan putih, bukan berarti warnanya merah
sebagaimana yang warna merah cabe, tetapi merah yang dimaksud merupakan
warna yang berasal dari gula merah yang dicampurkan dengan jenang ketika
dimasak. Jenang merah ini memiliki nama lain yaitu jenang retha. Terdapat
juga jenang putih atau yang dikenal dengan Setha, warna yang dimiliki putih
bersih, yang merupakan hasil dari perpaduan antara beras dan santan kelapa.
Penyajian jenang ini dari masa kemasa terus mengalami perubahan, pada
zaman dulu diletakkan di daun pisang, namun sekarang ini sudah menggunkan
piring.
d. Ayam
Disiapkan satu ayam yang nantinya diolah menjadi ayam panggang,
kemudian diletakkan satu tempat dengan sesaji lainnya. Dalam pemilihan ayam
44

sendiri tidak memiliki kriteria yang khusus, namun untuk jenis ayam yang
digunakan adalah ayam kampung.
e. Beras dan bumbu masak
Beras dan bahan bumbu masak lainnya, bumbu masak lengkap dari
bawang putih, bawang merah, sere, jahe, lengkuas, kunyit.
4. Blerang dan Garam, blerang dan garam merupakan benda yang digunakan
dalam tradisi cuci kampung.
5. Bahan Pangan, penyiapan bahan makanan ini untuk dimasak bersama-sama
kemudian dikonsumsi oleh masyarakat. Biasanya terdapat sebuah rumah yang
dipilih untuk dijadikan tempat pengumpulan bahan-bahan tersebut. Bahan
pangan ini dikonsumsi masyarakat setelah diadakannya doa bersama atau yang
lebih dikenal dengan istilah selametan. Makanan yang disajikan dalam ritual
selamatan adalah simbol-simbol ritual, yang merupakan akulturasi pikiran
keinginan dan perasaan perilaku untuk mendekatkan diri kepada sang pencipta.
Upaya pendekatan ini melalui ritual selametan, sedekahan dan lain sebagainya.
6. Daun Pisang, benda ini disiapkan yang nantinya digunakan untuk tempat
makanan ketika kegiatan di luar ruangan. Daun pisang tersebut dibentuk
menjadi pincuk, benda ini sebagai pengganti piring.

Pelaksanaan tradisi cuci kampung di Dusun Beringin memiliki tahapan-


tahapan kegiatan yang dilakukan masyarakat. hingga saat ini tata cara yang
masyarakat lakukan tidak terdapat perubahan yang signifikan, mereka tetap
melakukan berdasarkan apa yang telah dilakukan oleh nenek moyang mereka
yang lebih dulu melakukan kegiatan ini. Berbagai tata cara pelaksanaan yang
dilakukan masyarakat dalam tradisi cuci kampung dapat kita lihat sebagaimana
berikut ini:
1. Pelaksanaan dalam ruangan (indoor)
Pelaksanaan cuci kampung yang dilakukan di dalam ruangan (indoor)
biasanya diikuti oleh seluruh masyarakat Dusun ini. Kegiatan ini dilakukan di
masjid Baitul Muttaqin yang merupakan salah satu masjid yang ada di Desa
Mekar Jati, tepatnya di Dusun Beringin dimana tradisi cuci kampung ini
45

dilaksanakan. Beberapa kegiatan yang dilakukan masyarakat di dalam ruangan


diantaranya:
a. Pembacaan Surah Yasin dan Doa Yasin, untuk kegiatan yang dilakukan
masyarakat di dalam ruangan pertama yaitu pembacaan surah Yasin. Surah ini
dibaca pada malam pergantian tahun yaitu memasuki tahun baru Jawa tepatnya
pada waktu selesai solat magrib. setelah pembacaan surah Yasin dilanjutkan
dengan pembacaan doa dipimpin oleh tokoh agama. Dalam pelaksanaan
pembacaan Yasin disiapkan air di dalam teko yang nantinya ketika membaca
surah ini, air tersebut diletakkan di tengah ruangan.
b. Pembacaan Tahlil dan Doa Tahlil, dalam kegiatan yang dilaksanakan
masyarakat dalam tradisi cuci kampung mereka juga melaksanakan kegitan
tahlilan bersama serta dilanjutkan dengan pembacaan doa.
c. Pembacaan Doa Tolak Bala, doa ini dipimpin oleh seorang tokoh agama.
d. Penyampaian Pidato, pidato disampaikan oleh salah seorang ustadz yang ada di
wilayah tersebut. Biasanya pidato yang disampaikan yaitu berkaitan tentang
bulan Muharram seperti keutamaan yang ada pada bulan Muharram. Selain itu,
pembahasannya meliputi hal yang berkaitan dengan bulan Suro seperti
larangan-larangan yang diyakini masyarakat, yang apabila kegiatan yang
dilarang tersebut dilakukan maka akan berpengaruh terhadap diri seseorang
ataupun keluaganya.
e. Penyampaian Tata Tertib Kampung (Dusun), dalam kegiatan ini masyarakat
diingatkan kembali untuk selalu menjaga nama baik Dusun, menjaga
kebersihan lingkungan artinya tidak melakukan hal-hal yang dapat
menyebabkan tercemarnya dusun tersebut baik dalam bentuk pembuangan
kotoran ataupun sampah-sampah. Penyampaian ini disampaikan oleh tokoh
adat yang ada di dusun ini.
f. Doa, setelah pengarahan dan penyampaian tata tertib tersebut dilakukan
pembacaan doa sebagai penutup kegitan untuk waktu malamnya, maka
dilakukan pembacaan doa dengan harapan dilancarkan acara selanjutnya, dan
mendapatkan keberkahan dan keselamatan.
46

g. Ramah tamah, masyarakat yang menghadiri kegiatan menikmati makanan yang


telah mereka bawa.

2. Pelaksanaan ruangan terbuka (outdoor)


Pelaksanaan cuci kampung yang dilakukan di luar ruangan (outdoor)
dilakukan secara bersama, artinya diikuti oleh seluruh masyarakat yang tinggal di
wilayah tersebut. Kegiatan yang dilakukan masyarakat di luar rungan ini juga
tidak memiliki perbedaan yang begitu signifikan dengan kegitan yang telah
dilakukan oleh nenek moyang dahulu. Kegiatan di luar ruangan ini dilakukan oleh
masyarakat mulai pada pagi hari sampai dengan selesai.
a. Pembakaran Blerang dan Garam dilakukan pada waktu menjelang magrib,
serta pembakaran ini dilakukan oleh tokoh adat. pembakaran ini dilakukan
dengan niat membersihkan segala bentuk hal yang menyebabkan kampung itu
tercemar. tercemarnya kampung tersebut bersumber dari tingkah laku
masyarakat yang ada di kampung tersebut.
b. Pada pagi hari mereka melakukan persiapan untuk melakukan masak bersama
yang bertempat di depan (area pekarangan) masjid Baitul Muttaqin.
Persiapannya meliputi penyiapan alat-alat memasak, penyiapan bahan-bahan
yang telah disiapkan sebelumnya, untuk bahan ini biasanya pengumpulan-nya
telah dilakukan masyarakat pada hari-hari sebelumnya dan mengumpulkannya
pada suatu rumah warga. Jadi ketika kegiatan ini dilaksanakan masyarakat
tinggal membawa bahan tersebut ke tempat diadakannya acara.
c. Setelah semuanya bahan telah tersedia maka sebagian masyarakat mulai
memasak bahan-bahan tersebut, sebagian lainnya membersihkan masjid dan
lain-lain.
d. Peletakan sesaji dilakukan pada waktu dilaksanakannya selamatan,
pelaksaanannya di jalan depan Masjid Baitul Muttaqin.
e. Untuk lima tahun sekali, dalam tradisi cuci kampung ini dilakukan
penyembelihan satu kambing, kambing yang digunakan dalam acara ini
merupakan kambing yang terpilih artinya memenuhi syarat. Pemotongannya
dilakukan di sekitar masjid Baitul Muttaqin serta dalam pemotongan ini
47

tentunya dilakukan sebagaimana yang diajarkan dalam Islam. Kambing yang


disembelih tersebut nantinya akan dikonsumsi oleh masyarakat yang
menghadiri acara. Untuk bagian kepala kambing diletakkan di muara parit, dan
bagian kaki diletakkan di ujung parit, hal ini mereka lakukan mengikuti apa
yang telah dilakukan nenek moyang mereka.
f. Setelah selasainya kegiatan masak-memasak tersebut, ada sebagian masyarakat
yang menyiapkan tempat untuk makan bersama antar masyarakat yang tinggal
di Dusun tersebut. Tempat yang disiapkan yaitu di jalan tempat biasa
masyarakat berlalu-lalang, maka di jalan tersebutlah di bentangkan tikar yang
kemudian nantinya dijadikan temapat untuk bekumpul bersama.
g. Ketika semua persiapan telah selesai dilakukan, masyarakat berkumbul
bersama di sepanjang jalan tersebut. Jika semua telah berkumpul, maka
kegiatan akan segera dimulai.
h. Pembacaan doa selamat dan pembacaan doa tolak bala.
i. Selesai kegiatan berdoa, baru dilanjutkan dengan kegiatan makan bersama di
tempat tersebut. Makanan sisa dari kegiatan ini tidak boleh dibawa pulang
kerumah, hanya boleh dimakan di tempat tersebut. Jadi, jika terdapat makanan
yang tersisa maka masyarakat akan meletakkannya di teras masjid dan dimakan
kembali ketika mereka selesai membereskan tempat yang telah digunakan,
ataupun biasanya dimakan oleh para pemuda yang berolah raga, yang
tempatnya berada disekitaran masjid ini.
j. Biasanya kegiatan di luar ruangan ini selesai pada waktu menjelang zuhur
biasa pada pukul 11.00, setelah selesai masyarakat biasanya membereskan
peralatan yang mereka gunakan.
k. Setelah selesai terdapat seorang yang letak rumahnya paling ujung Dusun ini,
mendapat tugas untuk menyiramkan air yang telah dibacakan surah Yasin
beserta doa di ujung parit dusun ini sehingga air tersebut mengalir mengikuti
arus air. Masyarakat berkeyakinan air yang telah dibacakan surah Yasin
memiliki manfaat yang luar biasa, dalam hal ini mereka memanfaatkannya
untuk cuci kampung, agar kampung bersih serta terjaga dari bala. Cara yang
48

mereka lakukan adalah dengan menyiramkan air Yasin tersebut di ujung parit
yang ada di kampung tersebut maka air itu mengalir di sepanjang parit tersebut.

E. Waktu Pelaksanaan Upacara Cuci Kampung


Pelaksnaan tradisi cuci kampung di Dusun Beringin Desa Mekar mengikuti
apa yang telah ditetapkan sebelumnya, yaitu masyarakat hanya mengikuti
penetapan waktu yang telah ditentukan oleh nenek moyang dan tidak pernah
kurang atau terlewat dari pada waktu yang telah ditetapkan.
Di Dusun Beringin Desa Mekar Jati Kecamatan Pengabuan Kabupaten
Tanjung Jabung Barat cuci kampung dilaksanakan setiap tahun satu kali
pelaksanaan yaitu pada tanggal 1 Muharam atau tepatnya pada 1 Suro namun,
yang menjadi acuan waktu pelaksanaannya adalah 1 Suro.62 Sebagaimana
kepercayaan masyarakat dusun pemilihan bulan Muharam tersebut sebagai bentuk
pengistimewaan terhadap bulan Muharam, dalam artian untuk menyambut tahun
baru Islam dan sekaligus melaksanakan tradisi cuci kampung untuk
membersihkan kampung dari segala bala karena banyaknya tingkah laku
masyarakat yang tidak sesuai. Pelaksanaan cuci kampung pada 1 Suro dipilih
masyarakat dengan alasan sebagai bentuk perayaan menyambut tahun baru
Jawa.63
Tahun Jawa atau dikenal dengan Kalender Jawa karya Sultan Agung
Hanyakrakusumo adalah hasil pergantian dari kalender Saka yang merupakan
warisan dari Hindu-Budha, kalender Saka ini dimulai pada tahun 78 Masehi.
Berjalannya kalender Saka hingga akhir tahun 1554 dan dilanjutkan dalam
kalender Sultan Agung dimulai dengan tahun 1555. Kebijakan pergantian
kalender ini dilakukan oleh Sultan Agung seorang pemimpin yang memiliki
perhatian besar terhadap perkembangan Islam di Jawa. Perubahan kalender itu

62
Alwi, Salah Satu Pemuka Adat Desa Mekar Jati, Wawancara dengan Penulis, 25 Januari
2020, Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Rekaman Audio.
63
Mesijo, Salah Satu Pemuka Adat Desa Mekar Jati, Wawancara dengan Penulis, 2 Januari
2020, Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Rekaman Audio.
49

terjadi dan dimulai pada 1 Suro tahun Alip 1555, tepat pada tanggal 1
Muharamtahun 1043 Hijriyah, tepat pula pada 8 Juli 1633, hari Jumat Legi. 64
Tindakan Sultan Agung untuk melakukan perubahan tahun dan
menggabungkan kalender tersebut merupakan salah satu cara untuk menyatukan
rakyatnya untuk melawan dan menghancurkan Belanda di Batavia, selain itu juga
tujuannya adalah untuk menyatakan Pulau Jawa. Maka dari itu Sulthan Agung
tidak ingin adanya perpecahan, apalagi disebabkan keyakinan Agama.
Pada umumnya 1 Muharam memang bertepatan dengan 1 Suro, namun
terkadang tidak demikian. Hal ini di sebabkan oleh perbedaan jumlah hari pada
masing-masing bulan. Selain itu juga terdapat perbedaan nama bulan antara tahun
Jawa dan tahun Hijriyah. Berikut ini nama bulan Hijriyah dan bulan Jawa: 65

Nama bulan Hijriyah:


1. Muharam
2. Syafar
3. Rabi’ulawal
4. Rabi’ulakhir
5. Jumadilawal
6. Jumadilakhir
7. Rajab
8. Sya’ban
9. Ramadan
10. Syawal
11. Dzulqa’idah
12. Dzulhijah
Nama bulan Jawa:
1. Suro
2. Sapar
3. Mulud

64
Muhammad Solkhin, Misteri Bulan Suro Perspektif Islam Jawa (Yogyakarta: Penerbit
Narasi, 2009), 117.
65
Karkono Kamajaya Partokusumo, Kebudayaan Jawa Perpaduannya dengan Islam
(Yogyakarta: Percetakan Adittya Media, 1995), 223.
50

4. Bakda Mulud
5. Jumadilawal
6. Jumadil Akhir
7. Rejep
8. Ruwah
9. Pasa
10. Sawal
11. Dulkangidah
12. Besar

Dalam tahun Jawa satu tahunnya berumur 354 hari dikenal dengan sebutan
tahun wastu (pendek), satu tahun berumur 355 hari disebut wuntu (panjang).
Masyarakat ber-etnis Jawa mengenal nama-nama tahun yang berputarnya pada
setiap 8 tahun sekali dan merupakan nama yang diambil dari huruf arab yaitu
sebagai berikut:66
1. Alip
2. Ehe
3. Jimawal
4. Je
5. Dal
6. Be
7. Wawu
8. Jimakir

Perhitungan Jawi yaitu tanggal 1 Suro merupakan warisan nenek moyang


Jawa, yang dilakukan masayarakat ini merupakan bentuk dari kebudayaan Jawa.
perhitungan Jawi Sebagiannya adalah berasal dari Jawa asli dan kebudayaan
Hindu, artinya sebagian juga sudah ada sebelum kedatangan bangsa hindu.
Kemudian keduanya dipadukan dengan unsur agama Islam. Malam menjelang

66
Muhammad Solkhin, Misteri Bulan Suro Perspektif Islam Jawa, (Yogyakarta: Penerbit
Narasi, 2009), 117.
51

tahun baru orang Jawa menyebutnya dengan istilah Tanggap Warsa dan Orang
jawa memiliki cara tersendiri untuk menyambut tahun baru. 67
Setiap masyarakat Jawa memiliki beragam kegiatan untuk menyambut atau
merayakan pergantian tahun Jawa. Beda daerah maka berbeda pula kegitan yang
dilakukan masyarakat, namun tetap memiliki maksud yang sama yaitu
memperoleh berkah datangnya tahun baru 1 Suro. Pelaksanaan tradisi cuci
kampung sebagai bentuk akulturasi budaya yang menyebabkan adanya perbedaan
dalam pelaksanaannya. Hal tersebut dapat kita temui dalam prosesi tradisi cuci
kampung yang dilaksanakan di Dusun Beringin. Di Dusun ini memiliki 2 waktu
prosesi untuk pelaksanaan tradisi cuci kampung, yang pertama pelaksanaan
dilakukan di dalam ruangan yaitu dilakukan pada waktu sesudah Maghrib pada
malam pergantian tahun, dan yang kedua kegiatan di luar ruangan dilakukan pada
68
keesokan harinya yaitu pada pagi sampai dengan siang hari.

F. Tujuan Pelaksanaan Tradisi Cuci Kampung


Kegiatan yang dilakukan oleh setiap orang atau masyarakat tentu memiliki
tujuan akhir yang ingin dicapai. Begitu juga dengan pelaksanaan cuci kampung
yang dilaksanakan oleh masyarakat Dusun Beringin Desa Mekar Jati. Cuci
kampung sebagai salah satu bentuk kebudayaan yang masih hidup di lingkungan
masyarakat , dilaksanakan secara rutin setiap tahunnya dan menjadi sebuah tradisi
masyarakat setempat. Salah satu ciri dari cuci kampung yang dilaksanakan
masyarakat ini yaitu terdapat prosesi selamatan (melaksanakan kenduri dan doa
bersama). Kegiatan ini merupakan prosesi sebuah ritual keagamaan yang telah di
ketahui pada masayarakat umum. Prosesi selamatan disertai dengan lambang-
lambang yang ada memberikan gambaran tentang perpaduan antara tradisi dari
agama Hindu dengan unsur-unsur Islam. Adapun tujuan dari pelaksaan cuci
kampung di Dusun Beringin Desa Mekar Jati Kecamatan Pengabuan sebagai
berikut:

67
Karkono Kamajaya Partokusumo, Kebudayaan Jawa Perpaduannya dengan Islam,
(Yogyakarta: Percetakan Adittya Media, 1995), 215.
68
Sulangkir, Warga Desa Mekar Jati, Wawancara dengan Penulis, 10 Januari 2020,
Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Rekaman Audio.
52

[Y]ang jelas tradisi cuci kampung terus dilakukan agar masyarakat kampung
ini aman dari berbagai macam bentuk kejadian/peristiwa yang dapat
membahayakan kelangsungan hidup masyarakat yang tinggal disini, dan
untuk tradisi kiriman doa untuk orang dulu. kita tau yang menghuni
kampung ini sebelumnya telah ada leluhur/nenek moyang kita. Jadi doa-doa
itu harus selalu kita kirimkan untuk yang telah mendahului kita. 69

[d]engan adanya pelaksanaan tradisi cuci kampung ini secara terus menerus,
rutin dilaksanakan setiap tahun sampai sekarang ini sebagi bentuk usaha
masyarakat agar terhindar dari berbagai macam bala yang ada dan bisa
merugikan masyrakat. Selain itu diharapkan agar tradisi ini bisa menjadi
salah satu upacara tradisi yang mana berkumpulnya semua masyrakat
sehingga menambah kuat rasa persaudaraan di lingkungan masyarakat. 70

[d]iharapkan dengan pelaksanaan cuci kampung kami semua terhindar dari


kebakaran, gagal panen dan bencana. Diharapkan juga kampung ini bersih
dan sejahtera. apalagi banyak berbagai perilaku manusia yang terkadang
berbuat hal-hal yang merusak dan lainnya, jadi hal ini salah satu alasandi
laksanakannya cuci kampung, yang jelas melindungi anak cucu kita lah
yang tinggal di kampung ini. 71

[M]asyarakat diharapkan bisa bisa lebih mencintai kebudayaan yang ada di


dusun ini, khususnya tradisi cuci kampung, kita harus bisa mempertahankan
tradisi yang telah diwariskan oleh nenek moyang. Dan diharapkan dengan
adanya tradisi cuci kampung dapat menangkal perbuatan manusia yang
sering menyalahi aturan, seperti perbuatan zina. Selain itu pelaksanaan cuci
kampung ini dilakukan bertepatan pada pergantian tahun Jawa, dengan
tujuan menyambut pergantian tahun dan memohon berkah. 72

Berdasarkan dari hasil wawancara dengan anggota masyarakat Dusun


Beringin Desa Mekar Jati Kecamatan Pengabuan Kabupaten Tanjung Jabung
Barat, tunjuan dari pelaksanaan tradisi cuci kampung yang sampai saat ini masih
masyarakat laksanakan dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Dusun Beringin Desa Mekar Jati menjadi wilayah yang aman dan tentram.
2. Menumbuhkan rasa kebersamaan antar masyarakat yang tinggal di Dusun
Beringin Desa Mekar Jati.

69
Musman, Pemuka Agama Desa Mekar Jati, Wawancara dengan Penulis, 29 Januari 2020,
Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Rekaman Audio.
70
Alwi, Salah Satu Pemuka Adat Desa Mekar Jati, Wawancara dengan Penulis, 25 Januari
2020, Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Rekaman Audio.
71
Mesijo, Salah Satu Pemuka Adat Desa Mekar Jati, Wawancara dengan Penulis, 2 Januari
2020, Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Rekaman Audio.
72
Khamdan, Warga Desa Mekar Jati, Wawancara Dengan Penulis, 10 Januari 2020,
Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Rekaman Audio.
53

3. Masyarakat selalu dilindungi dari berbagai bentuk bala yang dapat


membahayakan dan menghambat kelangsungan hidup masyarakat.
4. Untuk menumbuhkah rasa cinta masyarakat terhadap tradisi yang yang ada di
Dusun Beringin.
5. Menghidupkan tradisi yang telah dimiliki masyarakat Dusun Beringin Sejak
Dulu.
6. Merayakan pergantian tahun baru baik itu tahun baru Hijriyah maupun tahun
baru Jawa.

G. Manfaat Pelaksanaan Tradisi Cuci Kampung


Tradisi Cuci Kampung merupakan salah satu kebudayaan yang dimiliki oleh
masyarakat Dusun Beringin Desa Mekar Jati Kecamatan Pengabuan Kabupaten
Tanjung Jabung Barat, pelaksanaan prosesi tradisi cuci kampung ini diatur oleh
ketentuan adat. Dengan adanya pelaksanaan tradisi cuci kampung ini tentunya
memilki manfaat. Beberapa manfaat dari pelaksanaan pelaksanaan tradisi cuci
kampung di Desa Mekar Jati dengan menyertakan pembacaan salah satu surah
dalam Al-Qur‟an yaitu surah Yasin dan disertai dengan pembacaan doa-doa
diantaranya sebagai berikut:73
1. Masyarakat dapat menolak bala atau kejadian yang dapat merugikan dan
menghambat kelangsungan hidup.
2. Masyarakat dapat terjaga dari bala atau kejadian yang dapat menghambat
kelangsungan hidup.
3. Masyarakat dapat menjadikan tradisi cuci kampung sebagai sarana untuk
bersyukur kepada sang pencipta karena telah diberikan kenikmatan selama satu
tahun.
4. Merupakan kegiatan untuk mempertahankan warisan nenek moyang.
5. Masyarakat merasa lebih rukun dan tentram dalam menjalankan kehidupan
sesama mahluk sosial, memperkuat tali persaudaraan sesama warga yang
tinggal di Dusun ini.

73
Alwi, Salah Satu Pemuka Adat Desa Mekar Jati, Wawancara dengan Penulis, 25 Januari
2020, Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Rekaman Audio.
54

H. Fungsi Pelaksanaan Tradisi Cuci Kampung


Dengan adanya Pelaksanaan tradisi cuci kampung baik itu dalam prosesi
yang dilakukan di luar ruangan maupun di dalam ruangan, semuanya memiliki
berbagai fungsi diantaranya:
1. Cuci kampung memiliki fungsi sosial karena dalam pelaksanaannya memiliki
nilai kebersamaan sesama masyarakat yang melaksanakan tradisi cuci
kampung. Pelaksanaan cuci kampung ini tidak memandang suku dan ras, selain
menggambarkan sikap kebersamaan, dalam tradisi ini juga memiliki peran
untuk mempererat tali silaturahmi antar masyarakat.
2. Cuci kampung juga berfungsi sebagai kegiatan untuk melestarikan kebudayaan
daerah setempat, agar kebudayaan berbentuk tradisi tersebut bisa tetap berjalan
dan bisa dijadikan aset daerah setempat.
3. Pelaksanaan cuci kampung memiliki fungsi sebagai sarana kegiatan
menyambut tahun baru Jawa.
BAB IV
FENOMENA PEMBACAAN SURAH YASIN DALAM TRADISI CUCI
KAMPUNG DI DESA MEKAR JATI

A. Deskripsi Surah Yasin


Berbicara tentang surah Yasin tentunya sudah tidak asing lagi ketika kita
mendengar maupun membacanya, sebagaimana telah diketahui bahwa surah Yasin
adalah surah yang populer dan paling banyak dibaca di kalangan masyarakat
Muslim. Khususnya di Indonesia, surah ini sudah sangat familier di tengah
lingkungan masyarakat pembacaan surah Yasin juga dapat ditemukan dalam
Berbagai bentuk kegiatan masyarakat seperti masyarakat memiliki kegiatan
mingguan untuk membaca surah Yasin di rumah-rumah secara bergilir, kegiatan
membaca surah Yasin yang digelar oleh kelompok pengajian, pembacaan surah
Yasin dilakukan dalam acara tertentu seperti ada pembacaan surah Yasin dalam
tradisi cuci kampung dan masih banyak kegitan masyarakat yang melakukan
pembacaan terhadap surah Yasin. Kegiatan yang dilakukan tersebut telah menjadi
tradisi di masyarakat itu sendiri dengan berbagai bentuk kegiatan yang kita
temukan.
Maka dari itu, berikut ini penulis membahas tantang deskripsi surah Yasin
mulai dari penamaan surah Yasin, keutamaan surah Yasin dan pada urutan
keberapa surah Yasin di Dalam Al-Qur‟an. Pembahasan mengenai surah Yasin
sebagai Berikut:

1. Penamaan Surah Yasin


Salah satu surah dalam Al-Qur‟an yang sering dibaca di tengah kehidupan
masyarakat adalah surah Yasin. Penamaan surah Yasin karena surah tersebut
dimulai dengan huruf Yasin )‫ص‬٠(. Untuk makna dari kata Yasin tidak pernah di
terangkan oleh Allah Swt. Maupun Rasulullah Saw. 74 hal ini menyebabkan ada

74
Zikri Darussamin dan Rahman, Merayakan Khilafiah menuai Rahamt Ilahiah
“Jawaban-Jawaban Atas Persoalan Seputar Penyelenggaraan Upacaar Kematian Berdasarkan
Al-Qur’an dan Hadis”, (Yogyakarta: Percetakan LKIS, 2017), 205.

55
56

Sebagian tafisr dari para ulama tidak menjelaskan maknanya dan


mengembalikannya kepada Allah Swt.
Surah Yasin merupakan surah ke-36 dalam kitab suci Al-Qur‟an. Surah
Yasin tergolong ke dalam surah Makkiyah, karena surah ini turun di Kota Makkah
dan surat ini dilihat dari jumlah ayatnya masuk dalam katagori sedang, jumlahnya
terdiri atas 83 ayat dengan berdasarkan pendapat ulama pada umumnya Namun
berdasarkan perhitungan dari mayoritas ulama jumlah ayat dalam surah ini adalah
82 ayat. Surah ini terletak diantara surah ke-35 yaitu surah Fathir dan surah ke-
37 yaitu surah As-Saffat (bersaf-saf) selain itu, surah Yasin tergolong dalam Juz
22. Berdasarkan dari segi peruntutan turunnya surah Yasin merupakan surah ke 41
dan turun sesudah surah Al-Jin dan Surah Al-Furqon.75
Tetapi pada sebagian kitab tafsir untuk kata yasin )‫ص‬٠( ditemukan berbagai

pemaknaan, yaitu kata Yasin )‫ص‬٠( berasal dari kata ya insan (wahai manusia).
Kebiasaan bangsa Arab suka mengambil satu huruf dari setiap kata. Kemudian
digabungkan mereka mengambil huruf y (ٞ) dari ya nida’ (yang digunakan untuk

menyeru) dan huruf s (‫ )ش‬dari kata insan (manusia) kemudian kedua huruf

tersebut disusun menjadi kata Yasin )‫ص‬٠ ). Yang dimaksud dengan manusia pada
ayat ini adalah Nabi Muhammad saw. Pendapat lain memaknai kata Yasin sebagai
suatu kode antara pencipta dan yang dicintainya yaitu antara Allah SWT. dengan
utusannya.76 Pada sebagian ahli tafsir juga mengatakan bahwa yang dimaksud
dengan Yasin adalah ya sayyidal mursalin (wahai pemimpin rasul-rasul). sebagian
lainnya mengatakan Yasin adalah nama dari surah penafsiran lainnya mengatakan
ayat tersebut sebagian dari huruf dari Asma Allah Swt.
Dalam kitab Tafsir Ibnu Katsir surah Yasin dipaparkan bahwa Yasin adalah
qalbu Al-Qur‟an, siapa saja yang membaca surah ini dengan harapan untuk
memperoleh pahala dari Allah Swt. Maka ia akan memperoleh ampunan dari

75
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an
(Jakarta: Lentera Hati :2002), 502.
76
A. Madhahiri, Tafsir Surat Yasin Aqidah & Ma’rifah dari Jantung Al-Qur’an,
Diterjemahkan dari buku yang berjudul ”Al-Ma’arif wa Al-Aqaid Al-Islamiyyah min Qalbi
Qur’an” oleh Muhammad Alkaf, (Jakarta: Huddan Press 1998). 1.
57

Allah Swt.77 Senada dengan apa yang terdapat dalam kitab Tafsir Ibnu Katsir
Surah Yasin, Quraish Shihab menyebutkan dalam karyanya bahwa terdapat suatu
hadis riwayat At-Tirmidzy:

ْٓ ‫ػ‬ َ ‫خ‬ ٍ ٌِ ‫صب‬َ ِْٓ ‫ط ِٓ ث‬َ ‫ػ ِٓ ْاٌ َذ‬


َ ّٓ
ِ ْ‫ِاٌرد‬َّ ‫ػ ْجذ‬ ُ َٚ ُ‫ َجخ‬١ْ َ ‫َدذَّ ثََٕب لُز‬
َ ُْٓ‫ذ ُ ث‬١ْ َّ ‫ َدذَّ ثََٕب ُد‬: ‫ ٍْغ قَ ََل‬١‫ ِو‬َٚ ُْٓ‫بُْ ث‬١َ ‫ض ْف‬
ِٗ ١ْ ٍَ‫ػ‬ َّ ٍٝ
َ ُ‫َّللا‬ َ ‫ص‬ ِ َّ ‫ ُي‬ْٛ ُ‫ػ ْٓ أَٔ َِص لَب َي لَب َي َرض‬
َ ‫َّللا‬ َ َ ‫ػ ْٓ لَزبدَح‬ َ َْ‫َّب‬١‫ػ ْٓ ُِمَب رِ ًِ ث ِْٓ َد‬
َ ‫ ُِ َذ َّّ ٍذ‬ٝ‫ث‬ِ َ ‫َْ أ‬ْٚ ‫َبر‬ ُ ٘
َ َْٓ‫ص َِ ْٓ لَ َرأََ٘ب فَ َىأََّٔ َّب لَ َرأ َ ْاٌمُ ْرا‬٠ ِْ ٓ‫ت ْاٌمُ ْرا‬
ٍ ‫ػ ْش َر َِ َّرا‬
.)‫د‬ َ ٍْ َ‫ا َِّْ ل‬َٚ ٌ‫ءٍ لَ ٍْت‬ٟ َ ًِّ ُ‫ (ا َِّْ ٌِى‬: -ٍَُّ‫ض‬
ْ ‫ش‬ َ َٚ

“Sesungguhnya setiap sesuatu itu memiliki jantung, dan jantung bagi Al-
Qur‟an itu adalah surah Yasin siapa saja yang membacanya, maka Allah
akan memberikan pahala bacaannya seperti pahala membaca Al-Qur‟an
sepuluh kali.”78

Hadis tersebut merupakan hadis yang dijadikan dasar oleh ulama dan hadis
tersebut dinilai lemah oleh pakar hadis. Walaupun demikian, membaca Al-Qur‟an
termasuk membaca surah Yasin adalah suatu yang dianjurkan oleh Al-Qur‟an dan
Sunnah Nabi Muhammad saw. Selain itu, surah Yasin dinamakan sebagai jantung
Al-Qur‟an. 79
M.Quraish Shihab menjelaskan juga dalam kitab Tafsir Al-Misbah bahwa
penamaan Yasin sebagai qalbu Al-Qur‟an merupakan asumsi yang sama dengan
pendapat dari Al-Biqa‟i, yang memandang bahwa tujuan surah ini adalah
pembuktian tentang risalah kenabian, Seorang yang diutus untuk menyampaikan
kepada manusia adalah pemimpin para rasul, serta Muhammad saw. diutus dari
Makkah merupakan qalbu dari bangsa Arab dan manusia, Begitu juga
pandangannya terhadap surah ini. Selain itu, Al-Baqa‟i menyebutkan nama lain
dari surah Yasin adalah Ad-Dafi’ah (yang menampik/menolak dan mendukung),
Kemudian dinamakan juga Al-Qadhiyah (yang menetapkan) pendapat ini dengan

77
Imanuddin Abul Fida Ismail Ibnu Khatib Abu Hafs Umar Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu
Katsir Surah Yasin, (Jakarta: Shahih, 2015), 5.
78
Abu Isa Muhammad bin Isa bin Saurah bin Musa bin Adh-Dhahhak As-Sulami Adh-
Dhahir Al-Bughi At-Tirmidzi, Sunan At-Tirmidzi (Beirut: Darul Ghorb Al-Islami, 1996), Juz V,
162.
79
M. Qurais Shihab, Mistik, Seks, Ibadah (Jakarta: Penerbit Republika, 2004). 154.
58

alasan bahwa siapa yang mempercayai risalah kenabian, maka kepercayaan itu
menampik/menolak segala mara bahaya, selain itu bermakna mendukng dan
menetapkan untuknya bermacam kebajikan dan memberinya apa yang
diharapkan. 80

2. Kandungan Surah Yasin


Al-Qur‟an sebagai kitab suci umat muslim yang tidak ada lagi keraguan
atasnya. Al-Qur‟an berkedudukan sebagai pedoman hidup bagi umat muslim dan
membawa jalan hidup yang sempurna serta memiliki dan memperlihatkan
wawasan yang luas. Diturunkannya Al-Qur‟an sebagai pedoman hidup manusia,
tidak hanya sebagai bacaan, akan tetapi turunnya Al-Qur‟an untuk dijadikan
perintah atau pedoman manusia dalam menjalankan kehidupan sehari-hari.
Al-Qur‟an memiliki kandungan dari surah-surah yang terdapat di dalamnya.
Begitu juga dengan surah Yasin, yang merupakan salah satu surah Al-Qur‟an
yang di dalamnya memiliki pokok-pokok kandungan. Seperti Adanya berbagai
peringatan bagi manusia, pelajaran serta amalan yang terkandung dalam surah
Yasin memiliki kesan tertentu bagi yang membacanya. Surah Yasin menyentuh
hati nurani bagi orang memahami isi kandungannya.
Dalam surah Yasin memaparkan tentang keesaan Allah, risalah kenabian
dan hari kebangkitan. Tetapi, menurut Qurais Shihab yang menjadi tema pokok
dalam surah Yasin ini adalah yang berhubungan dengan hari kebangkitan karena
terdapat urai-an bukti dari keniscayaan-nya, sanksi dan balasan yang menuggu
manusia. Sementara di sisi lain kandungan surah Yasin membicarakan tentang
balasan-balasan mengenai akhirat akan memenuhi jiwa yang mendengarnya
dengan rasa keyakinan dalam menghadapi kematian dan apa yang terjadi setelah
kematian. 81
Pada surah ini diperjelas juga terkait peringatan kepada mereka yang yang
telah melenceng ataupun ingkar, agar kembali pada jalan Allah. Pada
kenyataannya memang tidak semua bisa menerima peringatan tersebut dengan
80
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an
(Jakarta: Lentera Hati :2002), 502.
81
Ibid., 503.
59

rasa tunduk serta patuh. Semua itu dapat kita lihat manusia yang baik mereka
yang terdahulu ataupun yang ada pada masa sekarang ini yang tetap tidak patuh
ataupun ingkar meskipun mereka tau peringatan tersebut telah ada untuk manusia.
Padahal sudah jelas ada bahwa tidak ada jalan untuk mencapai kebahagaian dunia
akhirat melainkan dengan mengikuti apa yang telah ditetapkannya. 82
Ahmad Chodim menyebutkan pendapat-pendapat tentang kandungan surah
Yasin dalam karyanya Misteri Surah Yasin di antaranya yang pertama yaitu
pendapat dari Abdullah Yusuf Ali menyebutkan bahwa surah Yasin adalah wujud
sentral dalam pengajaran agama Islam dan surah ini terkandung ajaran pusat
tentang pewahyuan serta hari akhirat. Selain itu, dalam surah ini terkandung pula
ayat yang menjelaskan bukti adanya Allah Swt. serta dari yang terkandung itulah
yang menjadi jantung Al-Qur‟an. Selain itu Ahmad Chodjim juga menyebutkan
pendapat dari Prof. Dasteghib memaparkan bahwa surah Yasin mencakup
penjelasan tentang keberadaan Allah, hari kebangkitan, keimanan kepada Allah
dan para Nabi beserta dengan tujuannya dan bantahan terhadap orang-orang
musyrik dan kafir. Prof. Dasteghib juga menyebutkan bahwa di dalam surah ini
berisi pengutaraan tentang kejadian di Surga, Neraka beserta keadaan
penghuninya dan kebenaran ajaran Ilahi. 83
Di dalam buku berjudul Merayakan Khilafiah Menuai Rahmat Ilahi karya
dari Zikri Darussamin dan Rahman menyebutkan kandungan surah Yasin dengan
membaginya ke dalam poin-poin. Poin kandungan surah Yasin yaitu pokok-pokok
keimanan akidah, mengingat kematian, untuk lebih jelasnya disebutkan dalam
pemaparan berikut ini: 84
a. Pokok-Pokok Keimanan
Pada bagian ini disebutkan bahwa pokok keimanan yang merupakan
kandungan surah Yasin mencakup 8 hal, diantaranya:

82
Ibid., 140-142
83
Achmad Chodjim, Misteri Surah Yasin (Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta, 2013), 20.
84
Zikri Darussamin dan Rahman, Merayakan Khilafiah menuai Rahamt Ilahiah
“Jawaban-Jawaban Atas Persoalan Seputar Penyelenggaraan Upacaar Kematian Berdasarkan
Al-Qur’an dan Hadis” (Yogyakarta: Percetakan LKIS, 2017), 208.
60

1. Kebenaran Al-Qur‟an sebagai kitab yang diturunkan kepada Nabi Muhammad


Saw. Sebagai seorang rasul yang diutus untuk menyampaiakan peringatan dari
Allah Swt. dalam hal ini disebutkan juga firman Allah sebagaimana beikut ini:

           

            

“Yaasiin. Demi Al-Qur‟an yang penuh dengan hikmah, sungguh, engkau


(Muhammad) adalah salah seorang dari rasul-rasul. yang berada di atas
jalan yang lurus . (sebagai wahyu) yang diturunkan oleh (Allah) yang
maha perkasa, maha penyayang . agar engkau memberi peringatan kepada
suatu kaum yang nenek moyangnya belum pernah diberi peringatan,
karena itu mereka lalai.”(QS. Yasin: 1-6).85

2. Menjaga kemurnian akidah dari semua bentuk syirik, seperti tidak


menyekutukan Allah Swt. dengan setan karena setan adalah musuh yang nyata.
dengan artian tidak ada yang disembah selain Allah. dalam hal ini disebutkan
juga firman Allah sebagaimana beikut ini:

              

             

   

“ Bukankah aku telah memerintahkan kepadadamu wahai anak cucu Adam


agar kamu tidak menyembah setan? Sungguh, setan itu, musuh yang nyata
bagi kamu, dan hendaklah kamu menyembah-ku ini jalan yang lurus , dan
sungguh, ia (setan itu) telah menyesatkan sebagian besar di antara kamu.
Maka apakah kamu tidak menerti?.” (QS. Yasin: 60-62).86

85
Kementrian Agama RI, Mushaf Al-Qur’an Tajwid dan Terjemah (Banyu Anyar:
Abyan, 2014), 440 .
86
Ibid., 474.
61

3. Hari kiamat, terkait hal ini disebutkan juga firman Allah sebagaimana berikut
ini:

           

          

 

“Dan mereka (orang-orang kafir) berkata, kapan janji (hari berbangkit) itu
terjadi jika kamu orang yang benar?. Mereka hanya menunggu satu
teriakan, yang akan membinasakan mereka ketika mereka sedang
bertengkar. Sehingga mereka tidak mampu membuat suatu wasiat dan
mereka juga tidak dapat kembali kepada keluarganya.” (QS. Yasin: 48-
50).87

4. Manusia di Hari Kebangkitan, dalam hal ini disebutkan juga firman Allah
sebagaimana beikut ini:

            

            

            

        

“Lalu ditiuplah sangkakala, maka ketika itu mereka keluar dari kuburnya
(dalam keadaan hidup) menuju kepada tuhannya. Mereka berkata
“celakalah kami siapakah yang membangkitkan kami dari tempat tidur
kami (kubur)?” inilah yang dijanjikan Allah yang maha pengasih lagi
benar (rasul-rasulnya).Teriakan itu hanya sekali saja, maka seketika itu
mereka semua dihadapkan kepada kami (untuk dihisab). Maka pada hari
itu seseorang tidak akan dirugikan sedikit-pun dan kamu tidak akan diberi
balasan, kecuali sesuai dengan apa yang telah kamu kerjakan.” (QS. Yasin:
51-54).88

87
Ibid., 472-473.
88
Ibid., 473.
62

5. Kondisi Manusia di Hari Berbangkit, terkait hal ini disebutkan juga firman
Allah sebagaimana beikut ini:

        

“Dan barang siapa kami panjangkan umurnya niscaya kami kembalikan


dia kepada awal kejadiannya, maka mengapa mereka tidak mengerti?.”
(QS. Yasin: 68).89

6. Penghuni Surga, terkait hal ini disebutkan juga firman Allah sebagaimana
beikut ini:

     

“(kepada mereka dikatakan), “salam” sebagai ucapan selamat dari tuhan


yang maha penyayang.” (QS. Yasin: 58).90
7. Penghuni Neraka, terkait hal ini disebutkan juga firman Allah sebagaimana
beikut ini:

            

             

            

   


“Dan (Dikatakan kepada orang-orang kafir): Berpisahlah kamu (dari
orang-orang mukmin) pada hari ini, Hai orang-orang yang berbuat jahat.
Bukankah aku telah memerintahkan kepadamu Hai Bani Adam supaya
kamu tidak menyembah syaitan? Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh
yang nyata bagi kamu" dan hendaklah kamu menyembah-Ku. Inilah jalan
yang lurus. Sesungguhnya syaitan itu telah menyesatkan sebahagian besar
diantaramu, Maka Apakah kamu tidak memikirkan Inilah Jahannam yang
dahulu kamu diancam (dengannya).” (QS. Yasin: 59-63).91

89
Ibid., 475.
90
Ibid., 444.
91
Ibid., 574.
63

8. Kekuasaan Allah Meliputi Segala Sesuatu dan Tanpa Batas

             

     

“Sesungguhnya keadaan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah


berkata kepadanya: "Jadilah!" Maka terjadilah ia. Maka Maha suci (Allah)
yang di tangan-Nya kekuasaaan atas segala sesuatu dan kepada-Nyalah
kamu dikembalikan.” (QS. Yasin: 82-83).92

b. Mengingat Kematian
Kematian merupakan hal yang pasti dialami oleh manusia, tidak
memandang laki-laki ataupun perempuan, kedudukan seseorang di dunia apalagi
usia baik itu tua atau muda pasti akan mengalami kematian, tanpa mengetahui
kapan kematian itu akan kita alami. Banyak manusia yang lalai dengan segala
perintah sang pencipta, dan lupa akan datangnya kematian. Mengingat kematian
merupakan salah satu kandungan dari surah Yasin. Sebagai suatu peringatan bagi
manusia.
Berdasarkan dari pendapat-pendapat di atas, diketahui bahwa inti
sari/kandungan dari surah Yasin adalah tentang perintah dan peringatan kepada
manusia, yang berhubungan dengan akidah dan gambaran bentuk kehidupan di
hari akhir nanti.

3. Fadilah Surah Yasin


Kegiatan membaca Al-Qur‟an merupakan kegiatan positif yang umumnya
dilakukan oleh Muslim, serta setiap kegiatan membaca Al-Qur‟an memiliki nilai
pahala. Pahala tersebut dihitung bukan hanya dari jumlah Juz, ayat, kalimat dan
juga kata yang terdapat dalam Al-Qur‟an. Melainkan balasan pahala yang dihitung
berdasarkan pada huruf-huruf dalam Al-Qur‟an yang telah dibaca. Al-Qur‟an
sendiri memiliki fadilah yang termasuk juga di dalamnya surah Yasin. Terdapat
banyak pendapat yang menjelaskan keutamaan surah Yasin, sehingga dalam

92
Ibid., 576.
64

kehidupan ini banyak juga masyarakat yang melakukan kegiatan membaca surah
Yasin, bahkan pembacaan surah Yasin tersebut menjadi tradisi yang biasa
dilakukan oleh masyarakat baik itu dijadikan salah satu prosesi dalam kebudayaan
masyarakat dan kegiatan mingguan. Pada umumnya dapat dilihat yang biasa
dilakukan oleh masyarakat Indonesia yang biasa membaca surah Yasin pada
malam ataupun siang Jum‟at. Kegiatan tersebut dilakukan dengan harapan-
harapan terhadap fadilah yang ada pada surah Yasin.
Achmad Chodjim menyebutkan dalam bukunya, bahwa surah Yasin
memiliki kegunaan untuk dibacakan kepada orang yang menghadapi maut, orang
yang mengalami kematian sementara (koma), orang yang telah meninggal, dan
orang-orang yang mati kesadarannya.93 Terdapat juga pendapat dari Nur‟aisyah
Al-Bantany yang memberikan pemaparan bahwa surah Yasin memiliki kekuatan
yang mendorong agar menyikapi persoalan hidup dengan bijak. Selain itu ketika
seorang yang mengalami kehilangan suatu barang dengan perantara wasilah surah
Yasin serta dengan berdoa memohon kepada Allah Swt. untuk mengembalikan
barang tersebut. Artinya menyerahkan hasil akhirnya kepada Allah Swt. dan
ketika apa yang telah diharapkan belum terwujud maka tidak serta-merta
mengatakan bahwa surah Yasin tidak memiliki manfaat. Nur‟aisyah juga
menyebutkan apabila seseorang yang tertimpa musibah kematian, mengalami
persoalan hidup, dengan memahami apa yang terkandung dalam surah Yasin maka
94
ia akan menyadari bahwa semuanya adalah milik Allah Swt. hal tersebut dapat
dilihat dan dipahami melalui surah Yasin ayat 83 sebagaimana berikut ini:

        

“Maka maha suci Allah yang ditangannya kekuasaan atas segala sesuatu
dan kepadanya-lah kamu dikembalikan.” (QS. Yasin: 83).95

93
Achmad Chodjim, Misteri Surah Yasin (Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta, 2013), 20.
94
Nur‟aisyah Al-Bantany, Rahasia Kedahsyatan Hari Jum’at (Jakarta: Lembar Langi,
2014.
95
Kementrian Agama RI, Mushaf Al-Qur’an Tajwid dan Terjemah (Banyu Anyar:
Abyan, 2014), 576.
65

Ahli tafsir dan hadis Ibnu Katsir berpendapat bahwa surah ini memiliki
keistimewaan, salah satu keistimewaan surah ini yaitu diberikan kemudahan bagi
siapa saja yang membaca surah Yasin ketika ia menghadapi kesulitan, dikarenakan
itu ketika pembacaan surah ini dilakukan bagi yang menghadapi sakaratul maut
akan mengantarkannya pada kemudahan keluarnya ruh dan diberi limpahan
rahmat dan berkah Allah Swt. bagi yang bersangkutan.96
Apabila pembacaan surah Yasin dilakukan ketika seorang yang mengalami
ketakutan maka Allah akan menghilangkan ketakutan dan rasa khawatir yang
dirasakannya, jika pembacannya dilakukan oleh orang yang fakir maka Allah
menyelamatkannya dari segala hutang, jika pembacaannya dilakukan oleh orang
yang berkebutuhan maka Allah akan memenuhi segala kebutuhannya, jika
pembacaannya dilakukan pada pagi hari maka ia dalam penjagaan Allah hingga
sore hari.
Barangsiapa yang membaca surah Yasin ikhlas mengharap ridha dari Allah,
maka Allah akan mengampuni dosanya dan memberinya pahala membaca Al-
Qur‟an 12 kali. Orang yang membaca tersebut akan mendapatkan kebaikan dunia
akhirat, akan dilindungi dari segala hal yang musibah di dunia maupun akhira,
selain itu akan terhindar dari segala bentuk kejahatan yang ada. Orang yang
membaca surah ini pada setiap hari maka akan terhitung sebagai orang yang telah
haji. Bagi orang yang mendengar bacaan surah ini akan mendapatkan seribu
cahaya, kenikmatan, rahmat, serta akan dicabut darinya kedengkian dan
penyakit. 97

B. Pemahaman Masyarakat Terhadap Pembacaan Surah Yasin dalam


Tradisi Cuci Kampung
Berdasarkan dari hasil wawancara yang telah dilakukan penulis, masyarakat
Desa Mekar Jati Kecamatan Pengabuan Kabupaten Tanjung Jabung Barat
memiliki pemahaman terhadap pembacaan surah Yasin dalam tradisi prosesi cuci
kampung yang mereka laksanakan, Dari hasil wawancara yang telah dilakukan
96
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an
(Jakarta: Lentera Hati :2002), 503.
97
Haidar Ahmad Al-A‟raji, Mukjizat Surah-Surah Al-Qur’an, (Jakarta: Zahra, 2006), 85.
66

terhadap masyarakat di Desa ini dapat diketahui bahwa sebagian masyarakat tidak
begitu memahami terhadap surah Yasin yang dibaca dalam tradisi cuci kampung,
artinya mereka hanya mengikuti apa yang telah dilakukan oleh orang terdahulu
namun ada juga sebagian masyarakat yang memahami isi kandungan surah Yasin
yang dibaca dalam tradisi tersebut.
1. Penolak Bala
Sebagaimana hasil wawancara dengan Masyarakat Desa Mekar Jati
Kecamatan Pengabuan Kabupaten Tanjung Jabung Barat berkeyakinan bahwa
membaca surah Yasin merupakan bentuk usaha masyarakat agar terpelihara dari
bala yang membahayakan manusia, yaitu khususnya anak cucu yang tinggal di
wilayah tersebut. Berarti dalam hal ini masyarakat Desa Mekar Jati berkeyakinan
bahwa surah dalam Al-Qur‟an memiliki fungsi sebagai penolak bala, yaitu dengan
cara membaca surah tersebut.
[B]erkeyakinan bahwa apabila menggunakan surah Yasin maka
keselamatan akan menghampiri kami,surah ini selalu kami baca ketika
upacara cuci kampung, kami berharap diberikan perlindungan oleh gusti
Allah dari pada bala kejadian yang bisa merugikan dan membahayakan
warga yang tinggal di kampung ini. Itu juga yang menjadi salah satu alasan
pemilihan surah ini yang dibaca dalam tradisi cuci kampung. 98

Serupa dengan pendapat dari Musman tersebut juga dikemukakan oleh


Alwi, bahwa yang menjadi latar belakang pemilihan surah Yasin yang dibaca
dalam tradisi cuci kampung mengharapkan perlindungan Allah serta
keberkahannya dan ridhanya. Selain itu Alwi juga mengatakan bahwa pemilihan
surah ini karena surah ini merupakan jantung Al-Qur‟an, yang mana banyak
manfaat ketika kita membacanya.

[C]uci kampung ini ada di Desa Mekar Jati semenjak adanya Desa Mekar
Jati, jadi kami sebagai anak-anak yang lahir setelahnya hanya mengikuti apa
yang orang tua dahulu lakukan. Bagusnya cuci kampung ini menggunakan
surah yang ada dalam Al-Qur`an, karena dalam Al-Qur‟an itu memiliki
banyak keberkahan, dan menggunkan surah Yasin sebagaimana kita ketahui
bahwa surah Yasin bisa sebagai penolak bala selain itu surah ini adalah

98
Musman, Pemuka Agama Desa Mekar Jati, Wawancara dengan Penulis, 29 Januari
2020, Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Rekaman Audio.
67

jantung Al-Qur‟an. Pembacaan Yasin akan berpengaruh bagi siapa saja yang
membacanya.99

2. Cepat Terkabulnya Segala Hajat


Sebagai mahluk hidup dalam kehidupan sehari-hari tentunya manusia tidak
luput dari harapan ataupun hajat, baik itu hajat pribadi keluarga maupun
masyarakat. Ada masanya apa yang dihajatkan itu dapat terpenuhi tanpa adanya
rintangan atau hambatan yang berarti, Sehingga membuat hati lebih senang. Pada
sisi lain ada juga hajat atau harapan terpenuhi dengan adanya hambatan yang
harus dilalui. Segala usahapun dilakukan untuk terwujudnyaharapan seta hajat
yang diinginkan, termasuk didalamnya dengan cara berdoa memohon kepada
Allah Swt. Supaya diberikan jalan dan dikabulkan hajat yang diinginkan.
Musman berpendapat bahwa untuk dikabulkannya hajat memang banyak
usaha yang bisa dilakukan oleh masyarakat seperti melakukan shalat sunah,
sedekah, berpuasa sunah dan lain-lain. Usaha lain yang bisa dilakukan selain hal
tersebut adalah dengan membaca Yasin karena surah ini memiliki banyak fadilah
yang tentunya tidak merugikan bagi siapa saja yang membacanya. 100

3. Mendapatkan Berkah
Masyarakat yang mengikuti kegiatan membaca surah Yasin dalam tradisi
cuci kampung yang mereka lakukan berkeyakinan bahwa akan mendapatkan
keberkahan dari Allah Swt. Maka dari keberkahan tersebut Desa Mekar Jati akan
menjadi desa yang tentram dan damai untuk ditempati oleh masyarakat dan
semoga terhindar dari berbagai musibah. terdapat pendapat dari salah satu
anggota masyarakat Desa Mekar Jati mengatakan bahwa:
[D]engan dilakukan pembacaan surah Yasin kami berharap desa ini bisa
menjadi tempat yang berkah, yaitu menjadi tempat yang nyaman dan aman

99
Alwi, Salah Satu Pemuka Adat Desa Mekar Jati, Wawancara dengan Penulis, 25
Januari2020, Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Rekaman Audio.
100
Musman, Pemuka Agama Desa Mekar Jati, Wawancara dengan Penulis, 29 Januari
2020, Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Rekaman Audio.
68

untuk warga yang tinggal di kampung ini yang jelas kami berharap dapat
terlindung dari pada marabahaya. 101

Selain itu Sulangkir juga menyampaiakan pendapatnya mengatakan bahwa:


[M]udah-mudahan kami membaca surah Yasin kami yang tinggal di
kampung ini diberi berkah dari Allah, dan bisa terhindar dari gangguan jin,
mahluk halus jadi masyarakat yang tinggal di kampung ini merasa aman dan
dan damai. 102

4. Pelaku Cuci Kampung Terbebas dari Kesulitan


Dibebaskan dari kesulitan merupakan hal yang diinginkan oleh setiap orang,
banyak manusia yang terlalu cemas dengan kesulitan yang mereka hadapi dan
menimbulkan rasa takut, maka yang diinginkan paling utama adalah bagaimana
bisa terbebas dari kesulitan tersebut. Maka dengan begitu masyarakat di Desa
Mekar Jati menggunakan surah Yasin dalam prosesi acara cuci kampung karena
mereka berharap dengan menggunakan surah Yasin yang merupakan bagian dari
Al-Qur‟an bisa dibebaskan dari kesulitan yang mereka hadapi, artinya mereka
diberikan kemudahan dalam penyelesaiannya. Dengan penggunaan surah tersebut,
mereka memang betul merasakan kemudahan ketika menghadapi kesulitan,
seolah-olah mereka diberikan petunjuk penyelesaian ketika mereka menghadapi
masalah, sebagaimana disebutkan oleh Musman yang merupakan salah satu warga
Desa Mekar Jati.

[D]i dalam Al-Qur`an terkandung petunjuk termasuk dibebaskannya kita


dari kesulitan yang dihadapi, diberi kemudahan di dalam hidup kita, cuci
kampung dengan kita membaca surah Yasin ini membawa ke dalam
kemudahan apabila ada masalah seseorang karena dipakai ayat-ayat tentang
keselamatan. Bagaimana selamatnya Nabi-Nabi terdahulu dari masalah
besar, begitu juga kalau di dalam hidup kita memakai ayatayat Al-Qur`an,
pokonya baguslah hidupnya.103

Berbicara mengenai Al-Qur‟an sebagai petunjuk terbaik dalam kehidupan


jika terdapat musibah yang menimpa sehingga dengan tegas Al-Qur`an
101
Sapuan, Warga Desa Mekar Jati, Wawancara dengan Penulis, 15 Januari 2020,
Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Rekaman Audio.
102
Sulangkir, Warga Desa Mekar Jati, Wawancara dengan Penulis, 10 Januari 2020,
Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Rekaman Audio.
103
Musman, Pemuka Agama Desa Mekar Jati, Wawancara dengan Penulis, 29 Januari
2020, Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Rekaman Audio.
69

menjelaskan jika seorang ingin hidup berjalan sesuai dengan keinginan (diberi
kehidupan) maka ikutilah Al-Qur`an sebagai pedomanu untuk kamu . Dijelaskan
dalam Al-Qur‟an surah al-Isra` ayat 9:

          

     


\
“Sesungguhnya Al Quran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang
lebih Lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu'min
yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang
besar.”(QS. Al-Isra`: 9).104

Disebutkan oleh Hamka dalam tafsirnya bahwa petunjuk Al-Quran itu


membawa kepada satu tujuan yaitu Allah SWT yang maha esa. 105 Al-Qur‟an
memberikan petunjuk kepada manusia, petunjuk mengarahkan kepada jalan yang
lurus serta diberikan keselamatan untuk mencapai kebahagian yang hakiki di
dunia. Selain itu Al-Qur‟an memberikan kabar gembira kepada orang yang
beriman kepada Allah dan Rasulnya, tunduk kepada kebenara dan melakukan
perbuatan yang saleh.106
Pandangan bahwa Surah-surah dalam Al-Qur‟an memiliki kelebihan
tersendiri, karena di dalamnya merupakan kalamullah, sehingga ketika seorang
yang membaca Al-Qur‟an denga rasa yang ikhlas tentunya akan menghadirkan
sesuatu yang berpengaruh dalam hidup. Begitu juga dengan membaca surah
Yasin, Hal ini dapat dilihat dari dimudahkannya segala urusan bagi siapa saja yang
membaca surah tersebut begitulah pandangan dari Jarwo, yang merupakan salah
satu warga Desa Mekar Jati.
[M]embaca surah Yasin salah satu kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat
diwaktu pelaksanaan cuci kampung, pembacaannya dilakukan dengan
perasaan yakin akan mendapatkan berkah serta diniatkan memohon kepada

104
Kementrian Agama RI, Mushaf Al-Qur’an Tajwid dan Terjemah (Banyu Anyar:
Abyan, 2014), 283.
105
Hamka, Tafsir Al-Azhar (Singapura: Kerjaya Printing Industries Pte Ltd, 2003), Jilid 6
.4019-4020
106
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah (Jakarta: Lentera Hati, 2008), Juz 7 427-428.
70

Allah dibebaskan dari macam-macam bentuk kesulitan yang dialami baik


itu kesulitan pribadi dan secara umumnya. sebenarnya surah ini tidak hanya
dibaca ketika tradisi ini dilaksanakan tapi juga waktu malam jum‟at yang
biasa dilakukan rombongan bapak-bapak, untuk ibu-ibu biasanya dilakukan
pada hari jum‟at waktu sore hari. 107

C. Makna Qur’ani Pembacaan Surah Yasin dalam Tradisi Cuci Kampung


Berdasarkan dari hasil wawancara yang penulis lakukan terhadap responden
terkait penggunaan surah Al-Qur‟an dalam tradisi cuci kampung di Desa Mekar
Jati Kecamatan Pengabuan Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Surah yang dibaca
adalah surah Yasin, pembacaan surah ini diikuti sekurang-kurangnya 41 orang,
jumlah orang ini merupakan ketetapan yang telah ada dan dilakukan serta diikuti
oleh masyarakat sejak dulu, sebagaimana disebutkan oleh salah satu masyarakat
Desa.
[S]urah Yasin selalu kami baca setiap waktu acara cuci kampung, dibaca
setelah solat magrib bersama warga di masjid. Dari dulu sampai sekarang
ini Yasin tidak pernah kami tinggalkan dan tidak ada yang berani untuk
tidak membaca surah itu, membacanya juga sekurang-kurangnya 41 orang
karena seperti yang diketahui banyak orang kalau berdoa oleh 40 orang
lebih maka akan cepat dikabulkan. Karena ya dari dulu dari zaman mbah-
mbah dulu seprti itu.108

Telah disebutkan bahwa dalam tardisi cuci kampung yang dilakukan oleh
masyarakat Desa Mekar Jati Kecamatan Pengabuan Kabupaten Tanjung Jabung
Barat, surah Yasin dibaca oleh masyarakat Desa Mekar Jati pada waktu setelah
solat magrib dengan jumlah orang yang membaca surah tersebut tidak boleh
kurang dari 41 orang. alasan mereka menggunkan ketetapan pembacaannya harus
diikuti oleh 41 orang, karena berkeyakinan bahwa jika dibaca oleh 41 orang maka
segala hajat maupun doa akan cepat dikabulkan.

[P]embacaan surah Yasin dalam cuci kampung ini sama saja seperti
pembacaan surah Yasin pada umumnya, pembacaannya dipimpin oleh orang

107
Mesijo, Salah Satu Pemuka Adat Desa Mekar Jati, Wawancara dengan Penulis, 2
Januari 2020, Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Rekaman Audio.
108
Mesijo, Salah Satu Pemuka Adat Desa Mekar Jati, Wawancara dengan Penulis, 2
Januari 2020, Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Rekaman Audio.
71

yang sudah ditunjuk. Biasanya tidak orang tertentu yang ditunjuk, tapi orang
yang bacaannya lancar yang jadi pemimpin pembacaan surah Yasin ini. 109

Dari hasil wawancara dengan responden disebutkan bahwa pembacaan


surah Yasin dalam acara cuci kampung yang masyarakat Desa Mekar Jati
Kabupaten Tanjung Jabung Barat lakukan sama dengan pembacaan surah Yasin
yang dilakukan pada tiap minggunya yaitu tiap malam Jum‟at atau yang biasa di
lakukan pada pengajian-pengajian yang dilakukan pada biasanya. Yaitu
pembacaannya dipimpin oleh seorang yang telah ditunjuk dan diikuti oleh
masyarakat Desa Mekar Jati. Penunjukan seorang yang bertugas memimpin
pembacaan surah Yasin dalam acara ini tidak memiliki kriteria yang khusus,
untuk bisa menjadi pemimpin pembacaan surah Yasin biasanya orang tersebut
adalah orang yang lancar bacaannya dalam membaca Al-Qur‟an.

Berikut ini secara rinci tata cara pelaksanaan pembacaan surah Yasin dalam
tradisi cuci kampung di Desa Mekar Jati Kecamatan Pengabuan Kabupaten
Tanjung Jabung Barat:

1. Tawasul
 Dijelaskan dari hasil wawancara bahwa tawasul merupakan kegiatan yang
dilakukan sebelum memulai membaca surah Yasin yaitu dengan meniatkan
pembacaan Yasin dikirim untuk Rasulullah dan para pendahulu yang ada di
Desa Mekar Jati.110
2. Membaca Surah Yasin
 Pada ayat pertama dibaca sebanyak 3 kali

 
“Yasiin.“(QS. Yasin: 1).111

109
Alwi, Salah Satu Pemuka Adat Desa Mekar Jati, Wawancara dengan Penulis, 25
Januari 2020, Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Rekaman Audio.
110
Musman, Pemuka Agama Desa Mekar Jati, Wawancara dengan Penulis, 29 Januari
2020, Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Rekaman Audio.
111
Kementrian Agama RI, Mushaf Al-Qur’an Tajwid dan Terjemah (Banyu Anyar:
Abyan, 2014), 440 .
72

 Pada ayat Sembilan dibaca sebanyak 3 kali

            

“dan Kami jadikan di hadapan mereka sekat (dinding) dan di belakang


mereka sekat (dinding) (pula), dan Kami tutup (mata) mereka sehingga
mereka tidak dapat melihat.( QS. Yasin: 9)112

 Pada ayat lima puluh delapan masyarakat membacanya sebanyak 41 kali

     


“(kepada mereka dikatakan), “salam” sebagai ucapan selamat dari tuhan
yang maha penyayang.” (QS. Yasin: 58).113

3. Doa Yasin
ُ َِ ًِّ ُ‫ػ ْٓ و‬
ٍْ ‫ذْس‬ َ ‫ج‬ِ ‫ض ْج َذبَْ ْاٌ ُّفَ ِ ّر‬
ُ ٍْ ُْٛ ٠ْ‫ػ ْٓ وُ ًِّ َِذ‬ َ ‫ض ْج َذبَْ ْاٌ ٌَّٕ ِّف ِص‬
ُ .ُِْ ١‫اٌر ِد‬ َّ ِٓ َّ ْ‫اٌرد‬ َّ ‫َّللا‬ِ َّ ُِْ ‫ِثط‬
ِ ‫َْٓ ْاٌ َى‬١‫ض ْج َذبَْ َِ ْٓ َج َؼ ًَ خ ََٓسا َ ِئَُٕٗ َث‬
‫ب ُِفَ ِ ّر ُج‬٠َ ِٓ ٌُّٕ‫ا‬َٚ ‫بف‬ ُ ُُٓ‫ى‬١َ َ‫ َي ٌَُٗ وُ ْٕف‬ْٛ ُ‫ْئبًا ْٔ َىم‬١‫ش‬
َ َ‫ضج َذبَْ َِ ْٓ اِرَاا َ َراد‬ ُ
‫ص‬ ٓ ٠َ َ ‫ َرح‬ْٛ ‫ض‬ ُ َ‫ َُّ أَِّهَ َج َؼٍَذ‬ُٙ ٌٍَّ َ ‫َْٓ ا‬١ِّ ‫اد‬ ْ ٠َ َ‫دبٌَََٕب َف َر ًجبػب َ ِجالً ٍث َردْ َّزِه‬ٚ‫غ َّّٕ ََب‬
ِ ‫بار َد َّ َّر‬ َ ٚ‫فَ ِ ّرجْ َ٘ َّّٕ ََب‬
‫ف‬َ ٌْ َ ‫ا‬َٚ ‫ف َث َر َو ٍخ‬ َ ٌْ َ ‫ا‬َٚ ٍُ ٍْ ‫ف ِػ‬ َ ٌْ َ ‫ا‬َٚ ٍ‫آء‬َٚ َ‫ف د‬َ ٌْ َ‫ا‬َٚ ‫ ٍح‬َّٛ ُ‫ف ل‬
َ ٌْ َ ‫ا‬َٚ ٍ‫ف ِشفَب ٓء‬
َ ٌْ َ ‫ ِٗ ا‬١ْ ٍَ‫ػ‬
َ ‫َذ‬ ْ ‫ ٌِ َّ ْٓ لُ ِرئ‬َٚ ‫ٌِ َّ ْٕمَ َراََ٘ب‬
‫َب‬َ ٌِ ُُّ ُ‫ضٍَّ َّ ْبٌ ُّ ِؼ َّّ َخ رَؼ‬
َ َٚ ِٗ ١ْ ٍَ‫ػ‬
َ ‫َّللا‬ َّ ٍَّٝ‫ص‬ َ ‫هَ ُِ َذ َّّ ٍذ‬١ِّ ‫بْ َٔ ِج‬ ِ ‫ط‬ َ ٌِ ٍَٝ‫ػ‬َ َ ‫ب‬َٙ ‫ز‬١ْ َّّ ‫ض‬َ َٚ ‫ف َدب َج ٍخ‬ َ ٌْ َ ‫ا‬ًٚ ‫ضالَ َِ ٍخ‬َ
‫ض‬ ِ ‫د اِ ْل‬ ِ ‫َّب‬١ٍِ ‫بدَا ِف َؼ ْبٌ َج‬٠َ َٚ ‫د‬ِ ‫ ْاٌ َذب َجب‬ٝ ِ َ‫بل‬٠َ
ٓ ‫بض‬ ‫ض َّر ٍح‬ َ ‫اٌذَّا ِف َؼخَ رَذْفَ ُغ‬َٚ ِْٓ ٠‫َّار‬
َ َِ ًَّ ‫ػ َّٕب ُو‬ َ ‫ َْراٌذ‬١‫ب َخ‬َٙ ‫ِد ِج‬
َْٓ١ِّ ٌَ‫برةَّ ا ٌْ َؼب‬ َ َ٠ ِٗ ١ْ ٍََ‫ؼ‬ُٙ َ ‫ َِ ْٓ ا َ ْٔسَ ٌْز‬َٚ َْٓ٠‫صر‬ِ ‫ َْرَّٔب‬١‫َ َخ‬٠َٚ َْٓ٠‫باٌََِٗ َْلَ ِخ ِر‬٠َ َٚ َْٓ١ٌِ َّٚ َ‫َباٌََِٗ ْاَل‬٠َٚ ‫َدب َجبرَِٕب‬
ُِْ ٠‫ِّهَ ْاٌ َى ِر‬١ِ‫َٔج‬َٚ ُِْ ١‫ك ْاٌمُ ْرآ ِْ ْاٌؼَ ِظ‬
ٍ ّ ‫بجالًوب َ ِِالًثِ َذ‬ ِ ‫ػ‬ َ ‫ َُّ ا ْش ِفَٕبثِ ِشفَب ٓئِهَ ِشفَب ًء‬ُٙ ٌٍََّ‫ص ا‬
ٓ َ٠ ِ‫ َرح‬ْٛ ُ‫ض‬ ‫ثِجَ َر َو ِخ‬
َ‫ضٍَّ َُ ضُ ْج َذَٓ َرثِّه‬ َ َٚ ِٗ ِ‫صذْ ج‬َ َٚ ِٗ ٌِ ٓ‫ ا‬ٍَٝ ‫ػ‬ َ ِٗ ‫ ِْرخ ٍَْ ِم‬١‫ َخ‬ٍَٝ‫ػ‬
َ ٍَٚ ‫ِّ ِذَٔب ُِ َذ َّّذ‬١‫ض‬ َّ ٍَّ‫ص‬
َ ُ‫بَّلل‬١ َ َٚ ‫ص‬ ٓ َ٠ ِ‫ َرح‬ْٛ ُ‫ض‬ ِ ّ ‫ثِ َذ‬َٚ
‫ك‬
. َْٓ١ِّ ٌَ ‫َُّلل َرةّ ِ ْاٌؼَب‬
ِ َّ ِ ‫ ْاٌ َذ ّْذ‬َٚ َْٓ١ٍِ ‫ض‬
َ ‫ ْاٌ ُّ ْر‬ٍَٝ‫ػ‬ َ َٚ َْْٛ ُ‫َف‬
َ ٌَ َ‫ضال‬ َ ِ‫َرةّ ِ ْاٌ ِؼ َّسح‬
ِ َ٠ َُّ ‫ػ‬

Pernyataan mengenai pembacaan surah Yasin pada ayat tertentu dilakukan


secara berulang berdasarkan dari hasil wawancara yang disampaikan oleh
Musman sebagai berikut:
[K]ami mengulang bacaan sebagian ayat dalam surah Yasin, ayatanya itu
ayat pertama dibaca sebanyak tiga kali, ayat 58 dibaca sebanyak empat

112
Ibid., 440.
113
Ibid., 444.
73

puluh satu kali. Ayat 9 dibaca 3 kali. Baca ayat kursi juga agar dikasih
perlindungan114

Selain itu Penulis mendapat penjelasan dari hasil wawancara dengan


Musman terkait Tujuan pengulangan ayat yang dibaca dalam tradisi pembacaan
Yasin dalam tradisi cuci kampung. Musman menjelaskan bahwa Ayat-ayat dalam
surah Yasin yang ada dalam surah Yasin sebagiannya dibaca secara berulang.
Pembacaan ayat 1 dibaca 3 kali ayat 9 sebanyak tiga kali, pembacaan ayat 58
dilakukan sebanyak empat puluh satu kali dilanjutkan dengan pembacaan ayat
kursi dibaca sebanyak 3 kali memiliki maksud sebagai penolak bala, agar
kampung ini tetap tentram dan damai, serta terhindar dan terlindungi dari hal-hal
negatif yang menggangu kehidupan manusia.
Mengenai ayat 9 dijelaskan oleh Quraish Shihab dengan menyebutkan
pendapat dari Biqa‟i bahawa ayat Sembilan merupakan tambahan gambaran
penderitaan orang yang terbelenggu kedua tangannya ke dagu, masih dapat
melihat, walau tidak bebas bahkan tidak bisa berjalan. Namun, yang dibicarakaan
di sini sama sekali tidak dapat melihat, dan kalaupun dapat berjalan maka hanya
mampu berjalan beberapa langkah saja, pada akhirnya juga akan terbentur oleh
dinding pemisah itu. Fakhruddin Ar-Razi berpendapat bahwa ayat tersebut
sebagai ilustrasi tentang sikap kaum musyrikin, tentang keengganan mereka
memandang ayat Allah yang terdapat dalam diri manusia sendiri, maka inilah
yang dimaksud dengan belenggu yang menjadikan seorang tertengadah dan tidak
dapat melihat diri sendiri, serta keengganan mereka memandang ayat-ayat
Allah. 115
Dalam Tafsir Ibnu Katsir dipaparkan bahwa firman Allah )‫ُ ضذا‬ٙ٠‫ذ‬٠‫ٓ ا‬١‫ث‬

ِٓ ‫جؼٍٕب‬ٚ( merupakan dinding (kebenaran),)‫ُ ضذ‬ٙ‫ِٓ خٍف‬ٚ( dan di belakang


mereka dinding pula, mereka berbolak balik dari kebenaran, Qatadah
menyebutkan “yaitu dari berbagai kesesatan”. )ْ‫جَر‬١ٍّٙ‫ُ ف‬ٕٙ١‫ (فؼرش‬dan kami

114
Musman, Pemuka Agama Desa Mekar Jati, Wawancara dengan Penulis, 29 Januari
2020, Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Rekaman Audio.
115
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an
(Jakarta: Lentera Hati :2002), 511.
74

tutup mereka sehingga mereka tidak dapat melihat. Yaitu kami tutup mata mereka
dari kebenaran yakni tidak dapat mengambil manfaat kebaikan dan tidak
mengambil petunjuk darinya.116
Dijelaskan oleh Qurais Shihab dalam kitab Tafsir Al-Misbah tentang surah
Yasin ayat 58, ia menjelaskan kata َ‫ ضال‬terambil dari akar kata ٍُ‫ ض‬memiliki arti
keselamatan, serta keterhindaran dari segala yang tidak diinginkan. Kalimat salam
disini adalah salam yang bersifat pasif. Selain itu terdapat juga yang bersifat aktif
yaitu mendapatkan suatu yang diinginkan. Ia menyebutkan tanda Tanwin pada
kata َ‫ ضال‬menggambarkan keagungan. Begitu juga dengan kata ‫ رة‬tujuannya
menggambarkan keagunganAllah yang maha kuasa, ia juga menjelaskan bahwa
kata rab sesuai dengan anugerah salam, dengan asal kata ‫ رة‬terkandung arti
bimbingan dan anugerah, karena Allah yang selalu meemberikan bimbingan
kebajikan kepada mahluknya. 117
Dalam tafsir Ibnu Katsir disebutkan surah Yasin ayat 58 memiliki arti
“Salam sebagai ucapan selamat dari Rabb yang maha penyayang,” ia juga
memasukkan sebuah perkataan Ibnu Juraij, Ibnu Abbas berkata yaitu
sesungguhnya Allah memiiliki kesejahteraan kepada penghuni surga.” Perkataan
ini seperti yang ada pada firman Allah Swt. pada QS. Al-Ahzab ayat 44:

         


Salam kehormatan kepada mereka (orang-orang mukmin itu) pada hari
mereka menemuinya, ialah “salam” dan dia menyediakan pahala bagi
mereka. (QS. Al-Ahzab: 44).118

Selain itu Hamka juga menafsirkan ayat tersebut dalam kitab tafsirnya
Tafsir Al-Azhar dijelaskan bahwa ahli surga Allah menyambutnya dengan ucapan
“selamat datang”. Datangnya ahli surga ke surga sama halnya ketika malaikat

116
Ismail Ibn Katsir, Terjemah Singkat Tafsir Ibnu Katsir, Diterjemahkan dari kitab aslinya
yang berjudul “Tafsir Ibnu Katsir” Oleh Salim Bahreisy (Surabaya: PT Bina Ilmu, 2004), Juz 8, 5.
117
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an (Jakarta:
Lentera Hati :2002), 561.
118
Ismail Ibn Katsir, Terjemah Singkat Tafsir Ibnu Katsir, Diterjemahkan dari kitab aslinya
yang berjudul “Tafsir Ibnu Katsir” Oleh Salim Bahreisy (Surabaya: PT Bina Ilmu, 2004), Juz 8,
34.
75

pemelihara surga itu juga mengucapkan salam yang sama. As-Salam bermakna
keselamatan, ketentraman, kedamaian yang didambakan oleh setiap orang. 119
Berdasarkan dari tujuan dilaksankannya kegiatan tradisi cuci kampung yang
dilakukan oleh masyarakat Desa Mekar Jati, kegiatan ini merupakan bentuk rasa
syukur masyarakat atas segala kenikmatan yang telah Allah Swt. berikan,
Sebagaimana yang ada dalam ajaran Islam yang menyeru kepada manusia supaya
bersyukur dengan segala pemberian Allah Swt. Disebutkan dalam Al-Qur‟an
Allah Berfirman dalam surah Ibrahim ayat 7:

            
“dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika
kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika
kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat
pedih". “(QS. Ibrahim: 7).120

Masyarakat Desa Mekar Jati memiliki tradisi cuci kampung sebagai salah
satu kebudayaan masyarakat yang sampai saat ini masih terus dilaksanakan,
Dalam kegiatan tradisi masyarakat, ini menyertakan kegiatan islami yaitu
dilakukan pembacaan surah Yasin, hal ini adalah Fenomena yang muncul di
tengah masyarakat sebagai salah satu bentuk respon mereka terhadap hadirnya
Al-Qur‟an di tengah kehidupan-nya. Masyarakat memiliki berbagai macam
pandangan terhadap dilaksanakannya pembacaan surah yang ada dalam Al-Qur‟an
tersebut. Hadirnya Al-Qur‟an di tengah kehidupan masyarakat mempengaruhi
kepribadian mereka, menghasilkan pengaruh kuat tentang ajaran Islam sebagai
pokok ataupun pondasi agama para muslim, menjadikan masyarakat yang
berkarakter bagi tatanan sosial. Sebagaimana telah diketahui bahwa Al-Qur‟an
adalah pedoman bagi manusia, firman Allah Swt:

       

119
Hamka, Tafsir Al-Azhar (Singapura: Kerjaya Printing Industries Pte Ltd, 2003), Jilid 8,
6016.
120
Kementrian Agama RI, Mushaf Al-Qur’an Tajwid dan Terjemah (Banyu Anyar: Abyan,
2014), 256.
76

“Al-Qur‟an ini adalah pedoman bagi manusia, petunjuk dan rahmat bagi
kaum yang meyakini.”(QS. Al-Jatsiyah: 20).121

Selain itu juga, masyarakat yang melaksanaan tradisi cuci kampung ini
berasumsi bahwa dengan membaca surah Yasin dalam tradisi cuci kampung akan
memberikan manfaat tersendiri bagi masyarakat, yaitu Masyarakat dapat terhindar
dari bencana dan segala bentuk lain yang sifatnya merugikan serta
membahayakan, dengan dilakukannya kegitan ini mereka memohon kepada Allah
Swt. Supaya diberikan perlindungan dari hal tersebut, Selain itu juga
dimaksudkan supaya dimudahkan segala urusan, terkabulnya hajat, serta
mendapatkan keberkahan. Dari semua asumsi masyarakat ini yang pada dasarnya
mengharapkan segala sesuatunya hanyalah kepada Allah yang maha esa, serta
melakukan ibadah dengan membaca salah satu surah dalam Al-Qur‟an.
Sebagaimana diketahui ibadah merupakan salah satu tujuan diciptakannya
manusia di dunia ini, ibadah juga merupakan istilah mencakup segala hal yang di
ridhai oleh Allah Swt. Jadi dalam kegiatan ini merupakan bentuk penghambaan
diri oleh masyarakat karena pada hakikatnya manusia diciptakan tidak lain untuk
patuh dengan segala ketetapan Allah Swt. Seperti yang Allah sebutkan dalam Al-
Qur‟an:

      


“dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
mengabdi kepada ku.” (QS.Az-Zariyat: 56).122

Pandangan penulis terhadap surah Yasin yang digunkan oleh masyarakat


Desa Mekar Jati Kecamatan Pengabuan Kabupaten Tanjung Jabung Barat, mereka
berkeyakinan terhadap surah yang mereka baca dalam tradisi cuci kampung,
mereka menggunakan surah tersebut dengan tujuan hidupnya diberikan
keberkahan, keselamatan, kedamaian, ketentraman. Selain itu Al-Qur‟an yang
memiliki manfaat yang luar biasa, dengan keberkahan yang dimilikinya tersebut

121
Ibid., 500.
122
Ibid., 523.
77

diharapakan dapat memberikan perlindungan kepada seluruh masyarakat yang


bertempat tinggal di Desa tersebut.
Masyarakat Desa Mekar Jati memahami surah Yasin hanya melalui cerita
turun-temurun mengenai fadilah yang terkandung dalam surah Yasin, artinya
pemahaman mereka terhadap surah Yasin bukanlah pemahaman secara mendalam.
Bahkan pada sebagian masyarakat yang mengikuti kegitan tersebut hanyalah
mengikuti apa yang telah dilaksanakan oleh orang-orang dulu, yang mana mereka
lebih dulu melaksanakan kegiatan tersebut. Maka dilihat sudut pandang kepada
masyarakat yang mengikuti kegitan pembacaan surah Yasin dalam tradisi cuci
kampung tersebut tradisi pembacaan surah Yasin ini memilki keutamaan sendiri
bagi pembacanya. Pernyataan tersebut berdasarkan dari rangkuman hasil
wawancara terhadap masyarakat yang mengikuti kegitan pembacaan surah Yasin,
ada rasa yang berbeda setelah masyarakat membaca surah Yasin tersebut, tidak
hanya merasakan ketenangan, ketentraman batin tetapi juga terdapat rasa lain
yaitu dimudahkan segala urusan, terpelihara dari hal yang tidak diinginkan.
Berdasarkan penjelasan yang didapat dari hasil wawancara dengan
masyarakat yang tinggal di Desa Mekar Jati penulis memandang bahwa Tujuan
utama dari dilaksanakannya Pembacaan surah Yasin dalam tradisi cuci kampung
adalah supaya kampung tersebut mendapatkan berkah karena dibacakan ayat suci
Al-Qur‟an, serta terpelihara dari bala.penulis berpendapat bahwa kegiatan yang
dilakukan oleh masyarakat ini merupakan kegiatan yang positif, karena kegiatan
yang mereka lakukan merupakan bentuk mendekatkan diri dengan sang pencipta.
Selain itu, dengan membaca ayat suci Al-Qur‟an tersebut masyarakat merasakan
ketenangan pada diri mereka, dimudahkan segala urusan, serta terjaga dari bala.
itulah yang masyarakat rasakan sebagai bentuk pengalaman mereka berinteraksi
dengan Al-Qur‟an. Hal ini merupakan hasil dari teori yang digunakan dalam
memahami serta merekontruksi pengalaman yang ada pada orang lain, yaitu
masyarakat Desa Mekar Jati Kecamatan Pengabuan Kabupaten Tanjung Jabung
Barat.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah penulis melakukan penelitian di Desa Mekar Jati Kecamatan
Pengabuan Kabupaten Tanjung Jabung Barat tentang pelaksanaan pembacaan
surah Yasin dalam tradisi cuci kampung, maka penulis berkesimpulan bahwa.
Praktik pembacaan surah Yasin dalam ritual cuci kampung merupakan praktek
yang dilakukan oleh masyarakat pada setiap satu tahun sekali dengan ketetapan
waktu pada malam pergatian tahun tepatnya memasuki satu Suro atau Muharam,
tujuannya untuk menyambut bulan muharam. Adapun tujuan dilaksanakannya
pembacaan surah Yasin dalam tradisi cuci kampung sesuai dengan fokus
penelitian sebagaimana berikut ini:
1. Praktik cuci kampung di Desa Mekar Jati terdapat dua penyebab yaitu cuci
kampung disebabkan oleh perzinahan dan cuci kampung sebagai bentuk
tradisi tahunan masyarakat, yang merupakan tradisi bawaan nenek moyang
warga Desa Mekar Jati. Dalam praktik cuci kampung ini terdapat kegiatan
doa bersama oleh masyarakat agar diselamatkan dari musibah, dilakukan
persiapan sesaji yang disuguhkan ketika doa bersama, dilakukan pembacaan
surah Yasin serta telah disediakan air yang nantinya akan disiramkan di
ujung parit, terdapat juga penyampaian keutamaan yang ada di bulan
Muharam dan tata tertib kampung.
2. Pemahaman masyarakat Desa Mekar Jati Kecamatan Pengabuan Kabupaten
Tanjung Jabung Barat terhadap surah Yasin yang mereka baca pada tradisi
cuci kampung di Desa Mekar Jati dapat diketahui bahwa sebagian besar
masyarakat tersebut hanya sekedar mengikuti kegiatan ini karena
merupakan kegitan yang dilaksanakan rutin setiap tahunnya. terdapat juga
sebagian masyarakat yang memahami surah Yasin dengan fadilah yang
terkandung di dalam surah Yasin. Keyakinan masyarakat dari pembacaan
surah Yasin ini adalah diberikan keberkahan, dapat terhindar dari kesulitan,
dikabulkan segala hajat dan sebagai penolak bala.

79
80

3. Secara Qur‟ani Kegiatan cuci kampung yang dilakukan oleh masyarakat


Desa Mekar Jati merupakan kegiatan yang bernilai ibadah, karena di
dalamnya melakukan kegiatan positif yakni pembacaan surah yang ada
dalam Al-Qur‟an. pembacaan surah Yasin dalam tradisi cuci kampung
merupakan gambaran penghambaaan diri, karena pada hakikatnya manusia
diciptakan di dunia ini tidak lain dari patuh atas perintah Allah, kegiatan ini
juga merupakan bentuk rasa syukur masyarakat atas segala kenikmatan yang
Allah berikan. Seperti yang telah diajarkan dalam Islam untuk selalu
bersyukur sebagaimana terdapat dalam Al-Qur‟an surah Ibrahim ayat 7.

B. Saran
Setelah skripsi diselesaikan penulis tentunya menyadari segala kekurangan
yang terdapat di dalam karya tulis ini, setelah penulis melakukan penelitian yang
berhubungan dengan Living Qur’an yaitu ayat Al-Qur‟an yang dibaca dalam
berlangsungnya tradisi cuci kampung di Desa Mekar Jati Kecamatan Pengabuan
Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Jadi terdapat masukan kepada para pengkaji
Living Qur’an, kepada masyarakat khususnya kepada para pembaca.
1. Diketahui bahwa Living Qur’an sebagai salah satu penelitian yang terkait
dengan kelompok masyarakat, komunitas, dan lembaga pendidikan dalam
merespon kehadiran Al-Qur‟an baik itu berbentuk pemahaman maupun dari
kegiatan yang mereka lakukan. Dalam proses penelitain Living Qur’an ini
seorang peneliti harus melakukan observasi secara mendalam lokasi yang
telah menjadi pilihan. Hal ini dilakukan supaya peneliti mendapatkan data
yang faktual serta akurat.
2. Masyarakat setempat hendaknya tetap melestarikan dan mempertahankan
kebiasaan atau tradisi membaca Al-Qur‟an, baik itu surah Yasin maupun
surah lain. Karena hal tersebut merupakan kegiatan yang positif dan
memberikan manfaat bagi siapa saja yang membacanya.
3. Penulis berharap kepada pembaca agar skripsi ini dapat dijadikan salah satu
rujukan dalam penulisan, selain itu juga agar penelitiannya dapat diteruskan
pada masa akan datang.
DAFTAR PUSTAKA

A. Al-Qur’an
Kementrian Agama RI. Mushaf Al-Qur’an Tajwid dan Terjemah, Banyu
Anyar: Abyan, 2014.
B. Buku
AbdulSyani. Sosiologi Skematika, Teori dan Terapan. Jakarta: PT Bumi
Aksara,2002.
Abul, Imanuddin Fida Ismail Ibnu Khatib Abu Hafs Umar Ibnu Katsir. Tafsir
Ibnu Katsir Surah Yasin. Jakarta: Shahih, 2015.
Ahmad, Haidar Al-A‟raji. Mukjizat Surah-Surah Al-Qur’an, Jakarta: Zahra,
2006.
Bakhtiar, Wardi. Sosiologi Klasik. Bandung: PT.Remaja RosdaKarya, 2006.
Baidan, Nasarudin dan Erwati Aziz. Metodologi Khusus Penelitian Tafsir.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2016.
Chodim, Achmad. Misteri Surah Yasin. Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta,
2013.
Damsar. Pengantar Teori Sosiologi. Jakarta: Prenadamedia Group, 2015.
Darussamin, Zikri dan Rahman. Merayakan Khilafiah menuai Rahamt Ilahiah
“Jawaban-Jawaban Atas Persoalan Seputar Penyelenggaraan
Upacaar Kematian Berdasarkan Al-Qur’an dan Hadis”.
Yogyakarta: Percetakan LKIS, 2017.
Endraswara, Suardi. Metodologi Penelitian Kebudayaan. Yogyakarta:Gajah
Mada Universitas Press, 2006.
Ghofar, M.Abdul dan Abu Ihsan Al-Atsari. Tasfsir Ibnu Katsir Jilid 8.
Diterjemahkan dari buku aslinya yang berjudul Lubabut Tafsir Min
Ibnu Katsir Tafsir Ibnu Katsir , oleh Abdullah bin Muhammad bin
Abdurrahman bin Ishaq Alu Syaikh, Jakarta: Pustaka Imam Syafi‟I,
2017.
Hamka. Tafsir Al-Azhar. Singapura: Kerjaya Printing Industries Pte Ltd, 2003,
Jilid 8.
Isa, Abu Muhammad bin Isa bin Saurah bin Musa bin Adh-Dhahhak As-Sulam
Adh- Dhahir Al-Bughi At-Tirmidzi. Sunan At-Tirmidzi Beirut: Darul
Ghorb Al-Islami, 1996, Juz V.
Katsir, Ismail Ibn. Terjemah Singkat Tafsir Ibnu Katsir, Diterjemahkan dari
kitab aslinya yang berjudul “Tafsir Ibnu Katsir” Oleh Salim
Bahreisy. Surabaya: PT Bina Ilmu, 2004, Juz 7.
Madhahiri, A. Tafsir Surat Yasin Aqidah & Ma’rifah dari Jantung Al-Qur’an,
Diterjemahkan dari buku yang berjudul ”Al-Ma’arif wa Al-Aqaid Al-
Islamiyyah min Qalbi Qur’an” oleh Muhammad Alkaf. Jakarta:
Huddan Press, 1998.
Mansyur, M. Metodologi Penelitian Living Qur’an dan Hadis. Yogyakarta:
TH. Press, 2007.
Mustaqim, Abdul. “Metode Penelitian Living Qur’an” dalam Penelitian Living
Qur’an dan Hadis. Yogyakarta: Idea Press, 2015.
Nur‟aisyah. Rahasia Kedahsyatan Hari Jum’at. Jakarta: Lembar Langi, 2014.
Poerwadarminta. WJS kamus umum bahasa indonesia, Jakarta: Pusat Bahasa
Departemen Pendidikan Nasional: 2004.
Ranjabar, Jacobus. Sistem Sosiala Budaya Indonesia (Sebuah Pengantar).
Bogor: Ghalia Indonesia, 2006.
Sahiron, Syamsudin. ”Ranah-Ranah Penelitian dalam Studi Al-Qur‟an dan
Hadis” dalam Metodologi Penelitian Al-Qur’an dan Hadis.
Yogyakarta: TH.Press, 2007.
Sakho, Ahsin Muhammad. Keberkahan Al-Qur’an: Memahami Tema-Tema
Penting Kehidupan dalam Terang Kitab Suci. Jakarta Selatan: PT
Qaf: 2017.
Solikhin, Muhammad. Misteri Bulan Suro Perspektif Islam Jawa. Yogyakarta:
Penerbit Narasi, 2009.
Solikhin, Muhammad. Ritual dan Tradisi Islam Jawa. Yogyakarta: PT.Suka
Buku, 2010.
Subarna, M. et.al. Kamus Umum Bahasa Indonesia Lengkap. Bandung: CV
Pustaka Grafika, 2012.
„Ubaydi, Ahmad Hasbillah. Ilmu Living Qur’an-Hadis Ontologi,Epitimologi,
dan Aksiologi. Tangerang Selatan Banten: Yayasan Wakaf Darus-
Sunnah , 2019.
Quraish, M. Shihab. Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-
Qur’an. Jakarta: Lentera Hati, 2002.
Qurais, M. Shihab. Mistik, Seks, Ibadah. Jakarta: Penerbit Republika, 2004.
Widagdho, Djoko. Ilmu budaya dasar. Jakarta: Bumi Aksara, 2003.

C. Jurnal
Shri, Heddy Ahimsa-Putra. “Fenomenologi Agama: Pendekatan Fenomenologi
untuk Memahami Agama” Jurnal Walisongo, Vol 20, No.1 (2012).
Suparlan, Elon. “Pelaksanaan Sanksi Adat Bagi Pelaku Zina di Kecamatan
Seluma Utara Kabupaten Seluma Perspektif Hukum Islam”, Jurnal
Qiyas, 3, No.2, (2018).
D. Skrpsi

Hamid, Idham. “Tradisi Ma‟Baca Yasin di Makam Annangguru


Maddappungan Santri Pondok Pesantren Salafiyah Parappe Kec.
Campalagian Kab. Polewali Mandar” Skripsi, Makassar: UIN
Alauddin Makassar, 2017.
Khamidah. “Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Tradisi Bersih Desa di
Purbosari Kecamatan Selumba Barat Kabupaten Selumba,” Skripsi
,Bengkulu: IAIN Bengkulu, 2019.
Mubarak, Abd. “Tradisi Yasinan di Masyarakat Pambusuang Kecamatan
Balanipa Kabupaten Polewali Mandar Sulawesi Barat”, Skripsi,
Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2006.
Widayanti. “Pembacaan Surah Yasin dan Al-Mulk dalam Penyelenggaraan
Jenazah di Kecamatan Telaga Langsat Kabupaten Hulu Sungai
Selatan”. Skripsi, Banjarmasin: IAIN Antasari, 2016.
E. Wawancara
Aminoto. Warga Desa Mekar Jati, Wawancara dengan Penulis, 6 Januari 2020,
Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Rekaman Audio.
Alwi. Salah Satu Pemuka Adat Desa Mekar Jati, Wawancara dengan Penulis,
25 Januari, Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Rekaman Audio.
Mesijo, Salah Satu Pemuka Adat Desa Mekar Jati, Wawancara dengan
Penulis, 2 Januari 2020, Kabupaten Tanjung Jabung Barat,
Rekaman Audio.
Khamdan. Warga Desa Mekar Jati, Wawancara Dengan Penulis, 10 Januari
2020, Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Rekaman Audio.
Musman. Pemuka Agama Desa Mekar Jati, Wawancara dengan Penulis, 29
Januari 2020, Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Rekaman Audio.
Sapuan. Warga Desa Mekar Jati, Wawancara dengan Penulis, 15 Januari 2020,
Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Rekaman Audio.
Sulangkir. Warga Desa Mekar Jati, Wawancara dengan Penulis, 10 Januari
2020, Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Rekaman Audio.
Suryanto. Sekertaris desa Desa Mekar Jati, Wawancara dengan penulis, 9
Januari 2020, Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Rekaman Audio
Dokumentasi dengan Alwi Pemuka Adat

Dokumentasi dengan Musman Pemuka Agama


Dokumentasi dengan Mesijo Pemuka Adat

Dokumentasi tempat pelaksanaan tradisi cuci kampung


Dokumentasi tempat diletakkannya kaki Kambing

Dokumentasi tempat diletakkannya kepala Kambing


INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA
PEMBACAAN SURAH YASIN DALAM
TRADISI CUCI KAMPUNG DI DESA MEKAR JATI
KECAMATAN PENGABUAN KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT
No Jenis Data Metode Sumber Data
1. - Profil Desa Mekar - Obervasi - Setting
Jati - Dokumentasi - Dokumen Desa
Mekar Jati
2. - Struktur Desa Mekar - Dokumentasi - Dokumen Desa
Jati Mekar Jati
3. - Sejarah Desa Mekar - Observasi - Dokumen Desa
Jati - Dokumentasi Mekar Jati
4. - Lokasi Desa Mekar - Observasi - Keadaan lokasi
Jati - Dokumentasi - Dokumen
lokasi
5. - Sarana/fasilitas Desa - Dokumentasi - Keadaan
Mekar Jati fasilitas
-Dokumen
fasilitas
6. - Jumlah penduduk - Dokumentasi - Dokumen Desa
Desa Mekar Jati Mekar Jati
7. - Pendidikan Desa - Dokumentasi - Dokumen Desa
Mekar Jati Mekar Jati
8. - Sejarah cuci kampung - Dokumentasi - Dokumen Desa
di Desa Pemusiran - Wawancara Mekar Jati
-Warga Desa
Mekar Jati
9. - Perkembangan cuci - Wawancara - Warga Desa
kampung di Desa Pemusiran
Mekar Jati
A. Panduan Observasi

No Jenis Data Objek Observasi


1. - Lokasi Desa Mekar Jati - Keadaan dan lokasi Desa Mekar Jati
2. - Sarana/fasilitas Desa Mekar - Sarana dan pra sarana yang tersedia
Jati di ruang kantor Desa Mekar Jati
Seperti: kelengkapan ruang kantor
desa
3. - Praktik cuci kampung di Desa - Alokasi waktu pelaksanaan
Mekar Jati - Tata cara pelaksanaan tradisi cuci
kampong
4. - Pengaruh dari cuci kampung - Dampak dari pelaku cuci kampung
terhadap perilaku setelah melaksanakan cuci kampung
tersebut berpengaruh terhadap
ketenangan jiwa dan batinnya

B. Panduan Dokumentasi

No Jenis Data Data Dokumenter


1. - Lokasi Desa Mekar Jati - Data dokumentasi Desa Mekar Jati
2. - Sarana/fasilitas Desa Mekar - Data dokumentasi sarana/fasilitas
Jati yang ada di Desa Mekar Jati
3. - Praktik cuci kampung - Data dokumentasi pelaksanaan cuci
kampong
4. - Kegiatan dan aktiftas - Data dan dokumentasi tentang
masyarakat Desa Mekar Jati aktifitas dan kegiatan masyarakat
C. Butir-Butir Wawancara

No. Jenis Data Sumber Data dan Subtansi


Wawancara
1. - Letak geografis Desa Mekar Wakil kepala Desa Mekar Jati
Jati - Bagaimana setting geografis desa?
- Bagaimana sejarah desa?
- Bagaimana profil desa?
- Bagaimana kondisi masyarakat
desa?
- Bagaimana kondisi pendidikan
masyarakat?
2. - Sejarah tradisi cuci kampung Pelaku cuci kampung
di Desa Mekar Jati? - Bagaimana sejarah masuknya
(mulainya) pelaksanaan tradisi cuci
kampung?
- Sejak kapan cuci kampung tersebut
dilaksanakan?
- Siapa tokoh yang membawa tradisi
tersebut?
3. - Prosesi tradisi cuci kampung Pelaku cuci kampung
di Desa Mekar Jati? - Apa saja yang perlu disiapkan
masyarakat untuk melaksanakan
tradisi cuci kampung?
- Adakah etika khusus ketika
pelaksanaan tradisi cuci kampung?
- Apa tujuan pelaksanaan tradisi cuci
kampung?
- Apa manfaat pelaksanaan tradisi
cuci kampung?
- Apa fungsi pelaksanaan tradisi cuci
kampung?
4. - Pemaknaan cuci kampung di Pelaku cuci kampung
Desa Mekar Jati - Mengapa surah yasin yang dipilih
sebagai surah yang dibaca ketika
prosesi cuci kampung?
- Bagaimana pemahaman anda
terhadap kekuatan surah tersebut
dalam tradisi cuci kampung?
- Apa yang membuat anda yakin
dengan pelaksanaan tradisi cuci
kampung?
- Apa saja yang anda yakini dalam
tradisi cuci kampung?
- Bagaimana penerapan pembacaan
surah yasin dalam tradisi cuci
kampung?
-
JADWAL PENELITIAN

Oktober November Desember Januari Februari Maret April Mei Juni


Kegiatan 2019 2019 2019 2020 2020 2020 2020 2020 2020
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3

1 Pengajuan
Judul 
Proposal
2 Pembuatan 
Proposal

3 Pengajuan
pembimbin 
g
5 konsultasi  
dan
Perbaikan
Proposal
6 Seminar 
Proposal
7 Perbaikan 
Proposal
Hasil
Seminar
8 Pengesaha 
n Judul
dan Izin
Riset
9 Pelaksanaa       
n Riset

Penyusuna    
10 n Data
Skripsi
Bimbingan    
11 skripsi
Munaqasy
12
ah
Revisi
13

Mengikuti
14
wisuda
CURICULUM VITAE

Nama : Rusma
Tempat dan Tanggal Lahir : Senyerang, 20 Maret 1998
NIM : 160099
Fakultas : Ushuluddin dan Studi Agama
Jurusan : Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir
Jenis Kelamin : Perempuan
Status : Belum Menikah
Nama Ayah : Jaiz
Nama Ibu : Juriah
Anak Ke : 2 dari 4 Bersaudara
Alamat Asal :Parit 10 RT.07 Desa Pasar Senin Kecamatan
Pengabuan Kabupaten Tanjung Jabung Barat
Provinsi Jambi
Nomor Telepon : 0852-6853-4863
Email : rusma9388@gmail.com
Alamat Sekarang : Jl. Sunan Bonang, Lorong Pustu II, RT 39,
Kel. Simpang III Sipin, Kec. Kota Baru

Jenjang Pendidikan

Tahun 2016-2020 :Universitas Islam Negeri Sultan Thaha


Saifuddin Jambi
Tahun 2013-2016 : SMAN 3 Pengabuan
Tahun 2010 -2013 : SMPN 1 Atap Satu Pengabuan
Tahun 2004 -2010 : SDN 55/V Senyerang

Anda mungkin juga menyukai