Anda di halaman 1dari 92

“TRADISI SHOLAWAT BURDAH PADA MASYARAKAT

DESA BARU DITINJAU DARI TEORI HERMENEUTIKA


(STUDI DI KECAMATAN MARO SEBO KABUPATEN
MUARO JAMBI)”

SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu persyaratan memperoleh gelar sarjana
Strata Satu (S.1) dalam program studi Aqidah dan Filsafat Islam
Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama

Oleh :
RAMA MAHENDRA
NIM : 302180019

PROGRAM STUDI AQIDAH DAN FILSAFAT ISLAM


FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI AGAMA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN
JAMBI
2022
ii
iii
iv
MOTTO

‫صلُّ ْوا عَلَيْ ِه َو َسلِّ ُم ْوا تَ ْسلِيْ ًما‬ ِ ٰۤ ٰ ِ


َ ‫صلُّ ْو َن عَلَى النَّبِ ِّيٓ ٰيٓاَيُّ َها الَّذيْ َن ٰا َمنُ ْوا‬
َ ُ‫ا َّن اللهَ َوَم ٰل ِٕى َكتَهٓ ي‬
“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai
orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah
salam penghormatan kepadanya.” (Q.S. Al-Ahzab : 56).1

1
Yayasan Penyelenggara Penerjemah Al-Qur’an, Mushaf Qur’an terjemah, Depok: Al-
Huda, 2005. 340
v
PERSEMBAHAN

Karya ini aku persembahkan untuk:


Kedua orang tuaku, yakni
Bapak “Jauhari” dan Ibu “Solichatun”.
Dua malaikat tak bersayap, yang selalu menjadi cahaya dalam gelap
Tak takut panas menyengat tubuhnya demi mencari kehidupan
Tak peduli hujan membasahinya demi secercik penghasilan
Tanpa pamrih berjuang
Rela berkorban membanting tulang dengan ketulusan hati yang terdalam
Mengasuh, membesarkan, mendidik dan membina
Sungguh perjuangan yang melelahkan. Semoga ketulusan Ayah dan Ibu
Diridhoi oleh Allah SWT dengan balasan Surga-Nya
Kakak ku tercinta, yakni
Kakak kandungku Sri Wulandhari
Yang selalu memberikan do’a, semangat dan dukungan
Kelargaku, saudara-saudaraku, guru-guruku, sahabat-sahabatku
yang telah memberikan do’a, semangat dan suport untuk perkuliahan ini
Semoga Allah berikan kemudahan, kelancaran, dan kerberkahan dalam hidupnya,
serta kebahagiaan dunia dan akhirat

vi
ABSTRAK

Tradisi Sholawat Burdah pada Masyarakat Desa Baru merupakan


pembacaan sholawat yang artinya suatu Qasidah (lagu-lagu) yang berisi syair
tentang pujian/ sholawat kepada Nabi Muhammad SAW. Syair tersbut diciptakan
oleh Imam al Busyiri dari Mesir. Sholawat ini disusun oleh Imam Busyiri yang
merupakan seorang penyair terkenal pada masanya. Imam Busyiri menyusun
sholawat burdah atas dasar perintah Rasulullah SAW dalam mimpinya. Tradisi
Sholawat Burdah di Desa Baru yang menarik perhatian adalah memiliki keunikan
dilakukan dengan keyakinan dan harapan, bahwa bila orang yang sakit masih
berkesampatan hidup agar lekas sembuh namun jika waktunya meninggal
hendaknya dipermudah ajalnya. Bagi masyarakat Desa Baru, agama masih di atas
segalanya. Oleh mereka, paradigma agama digunakan dalam berbagai lini
kehidupan.
Pendekatan yang penulis gunakan adalah penelitan lapangan (faild
research) metode penelitian dengan analisis hermeneutik filosofis Gadamer.
Dengan analisis hermeneutika Gadamer, penulis berupaya mencari pemahaman
masyarakat dalam hubungan antara fakta pembacaan Burdah sebagai teks bahasa
dengan pengalaman dan tindakan yang meliputi: hubungan kesejarahan,
pemahaman, dan horizon harapan. Adapun tehnik pengumpulan data yang penulis
gunakan yaitu melakukan dengan melalui observasi, wawancara, dan
dokumentasi. Sedangkan mengenai analisis data penulis menggunakan beberapa
langkah, yaitu: reduksi data, penyajian data, dan verifikasi data.
Hasil penelitian ini penulis temukan bahwa Tradisi Sholawat Burdah
memiliki fadhilah memiliki manfaat dan faedah bagi umat Muslim, di antaranya
sebagai doa memohon kesembuhan penyakit atas izin Allah Swt. mengangkat
masalah, mengabulkan hajat-hajat syair pujian kepada Rasulullah, dan syair bukti
kecintaan seorang umat kepada Rasulullah. Dan ada juga yang mengatakan baca
Burdah itu lebih afdhol dari bacaan Dalailul Khoirot. Dalailul Khoirot itu adalah
sholawat yang diamali banyak wali-wali. Dalam perspektif Hermeneutika
Gadamer, hal ini terjadi karena Burdah dibaca untuk penyakit ta`on, untuk
penyakit tanpa sebab, untuk orang yang telah lama terbaring sakit. Sejak tahun ini,
diduga kuat mulai terbentuk pemahaman masyarakat Desa Baru, yaitu Burdah
dibaca hanya untuk orang sakit sekarat. Pemahaman ini berlanjut hingga kini
tradisi Burdah diyakini sebagai solusi terakhir dalam pengobatan walau tanpa
adanya sosialisasi pemahaman Sholawat Burdah, pemahaman tentang Burdah
dimaknai sendiri oleh masyarakat berdasarkan pengalaman yang berulang-ulang,
dan dengan Burdah ada harapan agar bisa menentukan nasib hidup atau mati
orang sakit.

Kata Kunci : Tradisi, Sholawat Burdah, Hermeneutika

vii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah Swt, yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan skripsi ini. Kemudian, shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada
Nabi besar Muhammad SAW, yang telah membawa risalah Islam berupa ajaran
yang haq lagi sempurna bagi manusia.
Skripsi dengan judul “Tradisi Sholawat Burdah Pada Masyarakat Desa
Baru Ditinjau Dari Teori Hermeneutika (Studi Di Kecamatan Maro Sebo
Kabupaten Muaro Jambi)” ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar sarjana strata satu (S.1) dalam studi Aqidah dan Filsafat Islam Universitas
Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini masih
terdapat banyak kekurangan, hal ini disebabkan karena keterbatasan pengetahuan
dan pengalaman yang penulis miliki. Oleh karena itu kritik dan saran serta
bimbingan sangat diharapkan demi kesempurnaannya.
Penulisan skripsi ini dapat selesai berkat bimbingan dan dukungan dari
berbagai pihak, oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terimakasih sebesar-
besarnya kepada Bapak Jauhari dan Ibu Solichatun yang telah membantu dan
memotivasi penulis dalam penyelesaian studi di UIN STS jambi ini. Tak lupa
pula rasa terimakasih yang sedalam-dalamnya penulis ucapkan kepada yang
terhormat:

1. Bapak Prof. Dr. Ahmad Syukri, SS.,M.Ag selaku pembimbing I yang telah
banyak memberikan kontribusi dan waktu demi terselesaikannya penulisan
Skripsi ini.
2. Bapak Mohd Kailani, M.Ud selaku pembimbing II yang telah banyak
memberikan kontribusi dan waktu demi terselesaikannya penulisan Skripsi
ini.
3. Bapak Dr. Badarussyamsi, MA selaku Dosen Pembimbing Akademik yang
telah banyak memberikan motivasi selama perkuliahan.
4. Ibu Nilyati, S.Ag, M.Fil.I. selaku Ketua Prodi Aqidah Filafat Islam
yang telah memberikan arahan dan saran selama proses perkuliahan penulis
sejak memulai bangku perkuliahan hingga sekarang.
5. Bapak Drs. H. Nazari, M.Pd.I. Selaku Sekretaris Prodi Aqidah dan Filsafat
Islam Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama UIN STS Jambi.
6. Bapak Dr. Dr. Abdul Halim, M.Ag. selaku Dekan Fakultas Ushuluddin dan
Studi Agama UIN STS Jambi.
7. Bapak Dr. Masiyan, M.Ag., Bapak Dr. Edy Kusnadi, M.Phil., Bapak Dr. M.
Ied Al Munir, M.Ag., M.Hum. selaku Wakil Dekan I, II, III Fakultas
Ushuluddin dan Studi AgamaUIN STS Jambi.
8. Bapak Prof. Dr. H. Su’aidi Asy’ari, MA., Ph.D. selaku Rektor Universitas
Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
9. Ibu Dr. Rofiqoh Ferawati, S.E., M.E., Bapak Dr. As’ad, M.Pd., Bapak Dr.
Bahrul Ulum, M.A. selaku Wakil Rektor I, II, dan III Universitas Islam
Negeri Sulthan Thaha saifuddin Jambi, serta para Dosen Prodi Aqidah dan
viii
Filsafat Islam Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama, atas ilmu dan
motivasi yang telah diberikan kepada penulis selama ini dalam
menyelesaikan perkuliahan di UIN STS Jambi, semoga bermanfaat dan
menjadi amal jariyah.
10. Bapak Ibu Karyawan dan Karyawati dilingkungan Civitas Akademika
Fakultas Ushuluddin Dan Studi Agama UIN STS Jambi yang telah banyak
membantu penulis dalam administrasi berjalannya tugas akhir skripsi ini.
11. Kawan-kawan seperjuangan mahasiswa Prodi Aqidah dan Filsafat Islam
yang senantiasa memberikan dukungan dan semangat demi kelancaran
penulisan Skripsi ini.
12. Kawan-kawan KUKERTA yang senantiasa memberikan dukungan dan
semangat demi kelancaran penulisan Skripsi ini.
13. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu yang telah
membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan yang beliau-beliau berikan


kepada penulis selama ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan masukan dan saran dari
pembaca. Semoga karya tulis ini dapat bermnafaat bagi penulis pribadi dan bagi
pembaca pada umumnya.

Jambi, 01 Juni 2022


Penulis,

Rama Mahendra
N I M . 302180019

ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ....................................................................................................... i
NOTA DINAS .................................................................................................................. ii
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI ................................................. iii
PENGESAHAN ............................................................................................................... iv
MOTTO ......................................................................................................................... v
PERSEMBAHAN ............................................................................................................ vi
ABSTRAK ................................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ..................................................................................................... viii
DAFTAR ISI ................................................................................................................... x
PEDOMAN TRANSLITERASI .................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................ 1
B. Permasalahan............................................................................................. 6
C. Batasan Masalah........................................................................................ 6
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian .............................................................. 7
E. Kerangka Teori.......................................................................................... 8
F. Metode Penelitian...................................................................................... 12
G. Pemeriksa Keabsahan Data ....................................................................... 16
H. Studi Relevan ............................................................................................ 18

BAB II PROFIL DESA BARU KECAMATAN MARO SEBO


KABUPATEN MUARO JAMBI
A. Sejarah Singkat Desa Baru Kecamatan maro Sebo Kabupaten
Muaro Jambi.............................................................................................. 22
B. Visi dan Misi Desa Baru Kecamatan Maro Sebo Kabupaten Muaro
Jambi ......................................................................................................... 23
C. Struktur Organisasi dan Deskripsi Tugas Desa Baru Kecamatan
MaroSebo Kabupaten Muaro Jambi .......................................................... 24
D. Letak Geografis dan Demografis Desa Baru Kecamatan Maro Sebo
Kabupaten Muaro Jambi ........................................................................... 26
x
E. Ekonomi Masyarakat Desa Baru Kecamatan Maro Sebo
Kabupaten Muaro Jambi ........................................................................... 29

BAB III PROSESI TRADISI SHOLAWAT BURDAH PADA


MASYARAKAT DESA BARU ............................................................
A. Pengertian Tradisi Sholawat Burdah ......................................................... 30
B. Biografi dan Sejarah Tradisi Sholawat Burdah .............................. . ......... 33
C. Prosesi dan Perlengkapan yang dibutuhkan saat Pelaksanaan
Tradisi Sholawat Burdah pada Masyarakat Desa Baru ............................. 41

BAB IV TRADISI SHOLAWAT BURDAH DALAM TINJAUAN TEORI


HERMENEUTIKA PADA MASYARAKAT DESA BARU .............
A. Tujuan dan Manfaat Tradisi Sholawat Burdah Pada Masyarakat
Desa Baru di Kecamatan Maro Sebo Kabupaten Muaro Jambi ................ 48
B. Tinjauan Teori Hermeneutika Terhadap Tradisi Sholawat Burdah
pada Masyarakat Desa Baru Kecamatan Maro Sebo Kabupaten
Muaro Jambi.............................................................................................. 56
C. Makna dan Nilai-nilai yang Terkandung dalam Tradisi Sholawat
Burdah pada Masyarakat Desa Baru Kecamatan Maro Sebo
Kabupaten Muaro Jambi ........................................................................... 59

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................... 64
B. Implikasi Penelitian................................................................................... 66

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
CURRICULUM VITAE

xi
PEDOMAN TRANSLITERASI2

Transliterasi Arab-Indonesia yang digunakan dalam skripsi ini


berpedoman pada buku pedoman penulisan skripsi yang terdapat dalam buku
Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Mahasiswa Fakultas Ushuluddin IAIN Sulthan
Thaha Saifuddin Jambi.
A. Konsonan Tunggal
Arab Indonesia Arab Indonesia

‫ﺍ‬ ̓ ‫ط‬ ṭ

‫ب‬ B ‫ظ‬ ẓ

‫ﺖ‬ T ‫ع‬ ‘

‫ث‬ Tsa ‫غ‬ Gh

‫ج‬ J ‫ف‬ F

‫ح‬ ḥ ‫ق‬ Q

‫خ‬ Kha ‫ك‬ K

‫د‬ D ‫ل‬ L

‫ذ‬ Dz ‫م‬ M

‫ر‬ R ‫ن‬ N

‫ز‬ Z ‫ه‬ H

‫س‬ S ‫و‬ W

‫ش‬ Syin ‫ء‬ ,

‫ص‬ ṣ ‫ي‬ Y

‫ض‬ ḍ

2
Yayasan Penyelenggara Penerjemah Al-Qur’an, Mushaf Qur’an terjemah, Depok: Al-
Huda, 2005.
xii
B. Vokal dan Harakat

Arab Indonesia Arab Indonesia Arab Indonesia

‫ﺍ‬ A ‫ﺎ‬ Ā ‫ﺍ‬ Ī

‫ﺍ‬ U ‫ﺍﻯ‬ Á ‫ﺍو‬ Aw

‫ﺍ‬ I ‫ﺍو‬ Ū ‫ﺍﻯ‬ Ay

C. Tā’ Marbūṭah
Transliterasi untuk ta marbutah ini ada dua macam:
1. Tā’ Marbūṭah yang mati atau mendapat harakat sukun,
maka transliterasinya adalah /h/.
Arab Indonesia

‫صالة‬ Ṣalāh

‫مرﺍة‬ Mir’āh

2. Ta Marbutah hidup atau yang mendapat harakat fathah, kasrah dan


dammah, maka transliterasinya adalah /t/.

Arab Indonesia

‫وزﺍرةﺍ لتربية‬ Wizārat al- Tarbiyah

‫مرﺍةﺍلزمن‬p Mir’āt al-zaman

3. Ta Marbutah yang berharakat tanwin maka translitnya adalah


/tan/tin/tun. Contoh:

Arab Indonesia

‫فجئة‬

xiii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Manusia merupakan makhluk yang paling unik dibandingkan dengan
makhluk lainnya. Manusia terus berkembang dari hari ke hari untuk bertahan
hidup dan menjadi lebih baik. Dengan panca indera yang dimiliki, manusia
berusaha memahami benda-benda konkrit. Selain itu, manusia mempunyai akal
pikir yang senantiasa bertenaga dalam memahami situasi dan kondisi pada tradisi
tertentu. Karena bagi Gadamer, manusia adalah agen pengetahuan yang tidak
pernah netral dan ahistoris dalam mempersepsi sesuatu.
Manusia bisa hidup secara individu dan sosial. Dalam hidup bersama,
komunikasi antar satu dengan yang lain pasti terjadi. Medium utamanya adalah
bahasa lisan ataupun tulisan. Bahasa antar manusia tersebut dapat membentuk
budaya yang mempresentasikan eksistensi masyarakat. Heidegger dan Gadamer
mempunyai paradigma metafisik yang sejalur dengan Nietzsche dalam
membangun paradigma eksistensialistik, yaitu objek dimengerti sejauh dan
bergantung pada situasi eksistensial subjek atau interpreter dalam memahaminya.
Dalam tradisi hermeneutika, hal ini disebut hermeneutika eksistensial. 3 Selain
sebagai alat komunikasi antar sesama, bahasa juga merupakan medium ekspresi
gagasan dan rasa dalam aneka bentuk, yang di antaranya, diungkapkan dalam bait-
bait kasidah sebagaimana yang dilakukan oleh bangsa Arab.
Tradisi dapat dikatakan sebagai suatu kebiasaan yang turun-temurun
dalam sebuah masyarakat dengan sifatnya yang luas. Tradisi bisa meliputi segala
kompleks kehidupan, sehingga tidak mudah disisikan dengan perincian yang tepat
dan diperlakukan serupa atau sama, karena tradisi bukan sesuatu hal yang bisa
dibiarkan begitu saja, melainkan sesuatu yang dapat menghidupkan
perkembangan atau keterikatan antar sesama.

Salah satu fenomena yang penulis teliti yaitu tradisi sholawat burdah.

3
Alim Roswantoro, “Hermeneutika Eksitensial: Kajian atas Pemikiran Heidegger dan
Gadamer dan Implikasinya bagi Pengembangan Studi Islam”, dalam Esensi A, vol. 4, no. 1 Januari
2003, 70

1
2

Sholawat memiliki arti pujian atau sanjungan yang ditujujukan kepada Nabi
Muhammad SAW sebagai bentuk penghormatan kepada beliau. Seperti halnya
do’a atau dzikir kepada Allah SWT. Kata sholawat merupakan bentuk jamak dari
kata shalat yang artinya do’a.
Dalam agama Islam, membaca sholawat dikategorikan sebagai salah satu
ibadah sunnah yang diutamakan. Orang yang membaca sholawat meskipun hanya
sekali dalam sehari sudah mendapatkan pahala, apalagi jika rutin melakukannya
maka sudah pasti berlimpah keberkahan atas bacaan sholawatnya baik didunia
maupun diakhirat.
Didalam hadis banyak diterangkan mengenai keutamaan atau faedah-
faedah yang akan diperoleh bagi orang-orang yang rajin membaca sholawat. Salah
satu hadis tersebut sebagai berikut :
‫ت لَهُ َع ْش ُر‬ ٍ َ‫ت َعنْهُ َع ْشر َخ ِطيئ‬
ْ ‫ات َوُرفِ َع‬ ِ ‫من صلَّى َعلَ َّى صالَةً و‬
ٍ ‫اح َدةً صلَّى اللَّهُ َعلَْي ِه َع ْشر صلَو‬
ْ َّ‫ات َو ُحط‬
ُ ََ َ َ َ َ َ َْ
ٍ‫َدرجات‬
ََ
Artinya:
“Barangsiapa bershalawat kepadaku Allah akan bershalawat padanya
sepuluh kali dan menghapuskan sepuluh kesalahan dari dia, dan
meninggikan derajatnya sepuluh derajat.” (HR. An-Nasai No. 1926).4

Disini penulis meneliti tentang Tradisi Sholawat Burdah pada Masyarakat


Desa Baru Ditinjau dari Teori Hemeneutika. Menurut orang Arab, Burdah disebut
Qashidah. Sedangkan Burdah menurut orang Indonesia adalah Sholawat. Arti
Burdah sendiri dalam kamus Sastra Arab yaitu selimut, kadang Burdah juga
dikenal kesembuhan.5 Mengutip buku Rahasia Sehat Berkah Shalawat oleh M.
Syukron Maksum, kata burdah secara bahasa diartikan sebagai mantel. Dalam
riwayat lain disebutkan bahwa sholawat burdah berasal dari kata bur’ah yang
berarti shifa atau kesembuhan.6 Burdah merupakan suatu Qasidah (lagu-lagu)

4
Abu Muhammad Abdul Haq Al-Hasyimi, 40 Keajaiban Shalawat, (Jakarta Timur:
Pustaka Imam Bonjol,2016), 2
5
Lutviyatur Rohmah, “Tradisi Pembacaan Burdah Jalan di Desa Martajasah Kecamatan
Bangkalan Kabupaten Bangkalan”, Skripsi (Surabaya :UIN Sunan Ampel Surbaya 2019), 46
6
Berita hari Ini, “Pengertian Sholawat Burdah Lengkap dengan Bacaan Arab, Latin, dan
Terjemahan”, Diakses melalui alamat, https://kumparan.com/berita-hari-ini/pengertian-sholawat-
burdah-lengkap-dengan-bacaan-arab-latin-dan-terjemahan-1vQIFel3NPZ/full tanggal 05
September 2022
3

yang berisi syair tentang pujian/ sholawat kepada Nabi Muhammad SAW. Syair
tersebut diciptakan oleh Imam al Busiri dari Mesir. Sholawat ini disusun oleh
Imam Busyiri yang merupakan seorang penyair terkenal pada masanya. Imam
Busyiri menyusun sholawat burdah atas dasar perintah Rasulullah SAW dalam
mimpinya.
Pada abad ke-13 Masehi, Imam Bushiri yang hidup di masa transisi
kekuasaan dari Dinasti Ayyubiyah ke Dinasti Mamluk,7 ia menyenandungkan
lantunan-lantunan kerinduan pada Nabi dengan penuh harap dalam bait kasidah
yang ber-qofiyah mimiyah. Dalam bergulirnya waktu, kidung yang berumbul
Kasidah Burdah tidak hanya dibaca oleh dirinya sendiri, melainkan juga oleh
umat (baca: muslim) di seantero alam, tanpa terkecuali di Indonesia.
Burdah ini tergolong puisi sufi yang lahir dari kejernihan rohani, karena
sufistik berakar pada al-Ihsan, yaitu merupakan kesadaran adanya komunikasi dan
dialog langsung antara muslim dengan Tuhan.8 Dan, jalan tasawuf merupakan
suatu sistem latihan dengan penuh kesungguhan (riyadlah dan mujahadah) untuk
membersihkan, mempertinggi dan memperdalam kerohanian dalam rangka
mendekatkan (taqarrub) pada Allah Swt sehingga segala konsentrasi seseorang
hanya tertuju kepadaNya.9
Sholawat burdah umumnya berbeda dengan sholawat lainnya. Sholawat
Burdah memiliki fadhilah memiliki manfaat dan faedah bagi umat Muslim, di
antaranya sebagai doa memohon kesembuhan penyakit atas izin Allah Swt.
mengangkat masalah, mengabulkan hajat-hajat syair pujian kepada Rasulullah,
dan syair bukti kecintaan seorang umat kepada Rasulullah. Dan ada juga yang
mengatakan baca Burdah itu lebih afdhol dari bacaan Dalailul Khoirot. Dalailul
Khoirut itu adalah sholawat yang diamali banyak wali-wali.

Burdah dicatat dalam sejarah Islam pada masa perseteruan Ka’ab bin
Zuhair yang menghina Rasulullah SAW. Ka’ab sendiri adalah seorang seniman

7
Fadhil Munawwar Mashur, “Resepsi Kasidah Burdah al-Bushiri dalam Masyarakat
pesantren”, dalam Humaniora Volume 18. No. 2, 2006, 102.
8
Harun Nasution, “Filsafat dan Mistisisme dalam Islam” (Jakarta: Bulan Bintang, 1978),
l56.
4

puisi/ penyair yang pada sangat membenci islam dan Muhammad SAW. Ia sering
mengejek Nabi SAW sebagai pemabuk yang sering mengigau mengucapkan
mantra sihir, yang aslinya adalah membacakan ayat Al-Qur’an. Kemarahan
utama kepada Ka’ab adalah dari Sahabat beliau yang meminta izin untuk
mengeksekusi Ka’ab karena sudah keterlaluan. Nabi SAW mengizinkan dan
Ka’ab ketakutan akan dibunuh, oleh karenanya ia diam-diam menemui Nabi untuk
meminta maaf. Nabi SAW memaafkan dan Ka’ab masuk Islam kemudian
menciptakan sebuah pujian berupa Qasidah. Puisi gubahan Ka’ab bin Zuhair
dibacakan didepan Nabi sepanjang 59 bait yang terkenal dengan nama Banat
Su’ad.
Kegembiraan Nabi SAW mendengar pujian Ka’ab, maka beliau
menghadiahkan sebuah selimut bergaris yang dalam bahasa Arab disebut Burdah.
Oleh karenanya, setiap ada pujian kepada Nabi SAW kemudian hari dinamakan
Burdah seperti Burdah Imam Bushiri. Cerita Burdah Imam Bushiri tidak terlepas
dari sakit yang dialami Ulama yang bernama lengkap Syarafuddin Abu Abdillah
Muhammad ibnu Sa’id al-Bushiri. Beliau sakit stroke selama sebulan tidak bisa
beranjak dari tempat tidurnya.
Ketika tidur beliau bermimpi bertemu dengan Rasulullah SAW dan
mengutarakan keinginan menciptakan pujian bagi Nabi. Tujuannya untuk memuji
Rasulullah dalam sebuah untaian kata indah, dan Nabi mengijinkannya. Serangan
orang tidak menyukai Burdah Imam Bushiri, dan mengingkari pertemuan Imam
Buhsiri dengan Rasulullah SAW didalam mimpi. Tentunya jika mengingkari
pertemuan Imam Bushiri dengan Rasulullah mengandung 2 kemungkinan.

Pertama, yaitu tidak mempercayai akan kebenaran Hadits Sahih di atas.

Kedua, Menuduh Imam Buhsiri adalah pembohong. Dua kemungkinan inilah


yang akan menjerumuskan orang pada rasa tidak percaya terhadap keutamaan
Burdah Imam Bushiri. Tuduhan lainnya yaitu tentang kebid’ahan Burdah dalam
sejarah dan Khazanah keislaman. Banyak yang lupa bahwa riwayat Ka’ab bin
Zuhair adalah riwayat shahih yang dapat ditelisik dalam buku tarikh.
Ekspresi keberagamaan muslim sangat beragam. Di antaranya, pembacaan
5

sholawat kepada Nabi merupakan tawasul yang paling ampuh di Indonesia.


Karena mengalami pemodifikasian sedemikian rupa, maka banyak macam-macam
selawat yang dibaca. Seperti, selawat Diba’, selawat Barzanji, selawat Munjiyat,
Manaqib, selawat Badar dan sebagainya. Selawat Burdah pun disenandung oleh
sebagian besar penduduk muslim Indonesia dalam seni pembacaan yang
bermacam-macam walau negeri ini dihuni pelbagai agama.
Dalam ihwal keberagamaan, peran agama sangat berpengaruh dalam laku
dan perilaku masyarakat Jambi. Tokoh agama tidak hanya dilibatkan dalam
kehidupan sosial masyarakat, melainkan juga perihal penanganan penyakit, jodoh,
rezeki, dan konflik antar anggota keluarga. Khususnya di Desa Baru Kecamatan
Maro Sebo Kabupaten Muaro Jambi, setiap pembacaan Sholawat Burdah wajib
dipimpin oleh pemuka agama, baik kiai atau ustadz setempat yang dianggap lebih
fasih dalam beragama.
Tradisi Sholawat Burdah merupakan narasi pemahaman masyarakat Desa
Baru dalam dunia kehidupannya. Dalam pemahaman ritual keberagamaan
tersebut, ada proses yang harus ditelusuri. Menurut Gadamer, pada dasarnya
membutuhkan dialektika pemahaman untuk memecahkan sebuah proses. Proses
memahami adalah kesadaran sejarah yang disebabkan dialog antara masa lalu,
masa sekarang, dan yang akan datang.
Masyarakat Desa Baru yang masih dikenal memegang erat agamanya, pun
menyisakan dilema yang tampil kontradiksi antara ajaran Islam (formal dan
substansi) dengan sikap sosiokultural dalam praksis keberagamaannya. Primary
research di atas: tentang ritual agama dan sikap tindakannya mengindikasikan
adanya deviasi pemahaman keberagamaan mereka. Hal ini pula “tampaknya”
melahirkan sakralitas harapan terhadap kehidupan atau kematian. Atas dasar
kegelisahan tersebut, penulis memilih desa ini sebagai objek material penelitian
dan penulis terdorong untuk melakukan kajian lebih serius dalam riset yang
sistematis dengan analisis Hermeneutika Gadamer.
Alasan ilmiah yang membuat penulis tertarik utnuk melakukan penelitian
ini diantaranya, yang pertama Tradisi Pembacaan Sholawat Burdah di Desa Baru
memiliki keunikan yaitu dilakukan dengan keyakinan dan harapan, bahwa bila ada
6

orang yang sakit masih berkesampatan hidup agar lekas sembuh namun jika
waktunya meninggal hendaknya dipermudah ajalnya. Kedua Tradisi Sholawat
Burdah juga masih awam didengar oleh sebagian masyarakat, dikarenakan tidak
disetiap daerah memiliki Tradisi Sholawat Burdah.
Dari pemaparan latar belakang di samping, melalui judul “Tradisi
Sholawat Burdah pada Masyarakat Desa Baru Ditnjau dari Teori
Hermeneutika (Studi Di Kecamatan Maro Sebo Kabupaten Muaro Jambi)”,
penulis mencoba mengetahui, menelaah, dan menganalisis guna mencari dan
menemukan tujuan (makna) Tradisi Sholawat Burdah, nilai-nilai Islam dan
manfaat Burdah bagi masyarakat Desa Baru.

B. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang pemikiran disamping, masalah pokok yang
diangkat sebagai kajian utama penelitian ini adalah: “Bagaimana Pemaknaan
Tradisi Sholawat Burdah pada Masyarakat Desa Baru Ditnjau dari Teori
Hermeneutika (Studi Di Kecamatan Maro Sebo Kabupaten Muaro Jambi)”
Persoalan ini lebih jauh penulis sistematisasi dalam beberapa permasalahan
tentang:
1. Bagaimana Pengertian dan Sejarah Tradisi Sholawat Burdah?
2. Bagaimana Tinjauan Teori Hermeneutika terhadap Tradisi Sholawat Burdah
pada masyarakat Desa Baru?
3. Apa makna dan Nilai-nilai Tradisi Sholawat Burdah bagi masyarakat Desa
Baru Kecamatan Maro sebo Kabupaten Muaro Jambi?

C. Batasan Masalah
Penelitian ini agar penyusunannya sesuai dengan yang diharapakan dan
permasalahan dalam penelitian ini tidak terlalu luas, maka penulis perlu
membatasi permasalahan yang akan dibahas yaitu Bagaimana Pemaknaan Tradisi
Sholawat Burdah pada Masyarakat Desa Baru Ditnjau dari Teori Hermeneutika
(Studi Di Kecamatan Maro Sebo Kabupaten Muaro Jambi). Penelitian ini dibatasi
pada lingkup budaya Tradisi Burdah, untuk memperoleh pengetahuan tentang
bagaimana tradisi burdah ini.
7

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian


Penelitian ini secara umum diusahakan untuk mencapai mengetahui
Tradisi Sholawat Burdah pada Masyarakat Desa Baru Ditnjau dari Teori
Hermeneutika (Studi Di Kecamatan Maro Sebo Kabupaten Muaro Jambi). Lebih
khusus tujuan penelitian ini adalah untuk:
1. Mengetahui pengertian dan sejarah Tradisi Burdah masyarakat Desa Baru
Kecamatan Maro Sebo Kabupaten Muaro Jambi.
2. Mengetahui Tradisi Sholawat Burdah bagi masyarakat Desa Baru Kecamatan
Maro Sebo Kabupaten Muaro Jambi yang ditinjau dari teori hermeneutika.
3. Mengetahui makna dan nilai-nilai yang terkandung dalam Tradisi Sholawat
Burdah tersebut.
Adapun kegunaan penelitian ini adalah, semoga dapat bermanfaat baik
secara teoritis, praktis, maupun secara akademik. Kegunaan lain yang diharapkan
oleh peneliti adalah untuk:
1. Untuk masyarakat, sebagai informasi agar tetap selalu menjaga tradisi, agar
selalu melestarikan budaya yang ada di Indonesia.
2. Untuk UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, khususnya Fakultas Ushuluddin
dan Studi Agama untuk memperkaya bahan bacaan diperpustakaan Fakultas
kita tercinta.
3. Bagi para pembaca semoga penelitian ini dapat memberikan pengetahuan dan
acuan tentang tradisi masyarakat Desa Baru yang diharapkan akan selalu
dilestarikan agar tidak hilang tradisi budaya yang telah lama ada.
4. Bagi peneliti, sebagai bahan mengembangkan wawasan dan bahan
dokemuntasi guna meneliti lebih lanjut, serta untuk memenuhi persyaratan
dalam mendapatkan gelar sajrana strata satu (S1) Fakultas Ushuluddin dan
Studi Agama jurusan Aqidah dan Filsafat Islam UIN Sulthan Thaha Saifuddin
Jambi.

E. Kerangka Teori
1. Hermeneutika
Hermeneutika sudah dikenal dalam mitologi Yunani lewat figur Hermes
8

yang dikenal piawai menafsirkan pesan “dunia atas” atau realitas ontologis untuk
disampaikan kepada manusia. Hermeneutika dipraktikkan para pakar untuk
menemukan makna hakiki sebuah teks Akitab. Sekolah Frankfrut kemudian
mengembangkan metode Hermeneutika sebagai cabang filasafat yang mencapai
puncaknya pada Gadamar. Akan tetapi, hermeneutika baru menarik perhatian para
pakar Amerika pada 1976.
Di Indonesia, Hermeneutika belum banyak digunakan untuk studi
komunikasi, padahal hermeneutika dapat membongkar makna yang terselubung di
balik realtias yang ada di balik teks dan wacana secara radikal.
Posisi hermeneutika sebagai sebuah metode dalam kajian kebudayaan.
Sebagaimana terlihat dalam perkembangan dewasa ini, kajian kebudayaan tidak
hanya memiliki fokus pada kebudayaan sebagai sebuah tradisi yang diwariskan,
namun juga pada kebudayaan sebagai sebuah tradisi yang dinamis dan terus
berkembang dalam masyarakat. Oleh karena perkembangan ini maka kajian
kebudayaan memerlukan metode yang tepat agar dapat memahami kebudayaan
dengan lebih baik. Hermeneutika dalam keterkaitan ini penulis asumsikan sebagai
salah satu metode yang tepat bagi kajian kebudayaan karena sifat metode
hermeneutika yang dialogis dan dinamis yang bersesuaian dengan arah
perkembangan kebudayaan kedepannya. Hermenetika dapat diaplikasikan sebagai
metode dalam kajian kebudayaan karena wujudnya yang berupa pemahaman atau
intrepretasi atas tindakan manusia sebagai perwujudan kebudayaan atupun tradisi.
Pada ihwal penelitian tradisi pembacaan Burdah ini, heremeneutika
Gadamer sebagai kerangka teori yang rasanya perlu dijabarkan lebih luas. Kata
‘hermeneutika’, secara etimologis, berasal dari bahasa Yunani, yaitu kata kerja
hermeneuein dengan arti: menjelaskan, menerjemahkan dan mengekspresikan.10
Kata bendanya hermeneia, artinya tafsiran. Dalam tradisi Yunani kuno, kata
hermeneuein dan hermeneia digunakan dalam tiga makna, yaitu mengatakan (to
say), menjelaskan (to explain), dan menerjemahkan (to translate). Dalam bahasa
Inggris, tiga makna ini diekspresikan dalam kata: to interpret. Dengan demikian,

10
E. Sumaryono, Hermeneutika Sebuah Metode Filsafat (Yogyakarta: Kanisius, 1993)
23.
9

interpretasi menunjuk pada tiga hal pokok: pengucapan lisan (an oral ricitation),
penjelasan yang masuk akal (a reasonable explation), dan terjemahan dari bahasa
lain (a reation from another language).11
Secara termenologi, hermeneutika merupakan teori atau filsafat
interpretasi makna.12 Dalam definisi lain, bahwa hermeneutika adalah metode
untuk menginterpretasikan teks-teks, dan juga keseluruhan dunia sosial, historis
dan psikologis. Permasalahan semacam ini pertamakali dibahas secara ketat oleh
Vico, kemudian Schleirrmacher menggunakannya dalam mengkritik Alkitab.
Meski menggunakan istilah Verstehen, metode interpretasi ini berbeda dari
metode ilmiah yang dijalankan oleh Weber dan Dilthey. Dalam hermeneutika,
subjektivitas sulit dihindari dan ini yang menjadi sorotan utama dalam tulisan
Gadamer.13
Dalam catatan sejarah, kata hermeneutika merujuk pada nama Hermes,
seorang tokoh yang menjadi utusan Tuhan dalam mitologi Yunani. Ia bertugas
sebagai perantara antara dewa Zeus dan manusia. Ia juga bertugas menjelaskan
kepada manusia tentang perintah-perintah Tuhan. Dengan demikian, mengemban
tugas untuk menjembatani antara dunia langit (divire) dengan dunia manusia.14
Mengingat peran hermeneutika yang sungguh pada fase logosentris ini,
penulis menjalankan hermeneutika sebagai pisau analisis untuk membedah tradisi
Sholawat Burdah di Desa Baru Kecamatan Maro Sebo Kabupaten Muaro Jambi.
Sebelum masuk pada pemerian teori Hermenutika Gadamer lebih luas, perlu
kiranya mengenal lebih dalam filsuf hermeneutis ini secara singkat.

Gadamer, nama singkat dari Hans-Georg Gadamer, yang hidup selama


satu abad (1900-2002) adalah filsuf Jerman sekaligus guru besar di Merburg,
kemudian di Heildelberg. Sebab akibat dalam pemikiran tidak lepas dari

11
Joko Siswanto, Sistem-Sistem Metafisika Barat dan Aristoteles sampai Derrida,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998), 172-173.
12
Josef Bleicher, Contemporary Hermeneutics: Hermeneutics as Methode, Philosophy,
and Critique (Londo, Boston and Henly: Routledge & Kegan Paul, 1980), 1
13
Simon Blackburn, Kamus Filsafat, terj. Yudi Santoso (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2013), 398-39
14
Sofyan A.P. Kau, “Hermeneutika Gadamer dan Relevansinya dengan
Tafsir”(Gorontalo: Jurnal Farabi) Vol 11. No 1. Juni 2014, 5.
10

pengaruh, termasuk pemikirannya yang dipengaruhi oleh fenomenologi. Sebab


karyanya yang berjudul: Wahrheit und Methode: Grundzuge Einer
Philosophichen Hermeneutik (Kebenaran dan Metode: Garis Besar Hermeneutik
dan Filosofis), ia menjadi filsuf terkenal dalam disiplin Hermeneutika. 15
Murid Heidegger ini lahir di Marburg, Jerman. Tugas pertamanya adalah
mengajar di Universitas Murburg, kemudian mempunyai beberapa posisi di
Leipzig, Frankfurt dan Heidelberg. Ia terkenal dengan karyanya tentang
interpretasi dan eksplorasinya yang dikenal dengan “teori respon pembaca”.
Menurut teori ini, makna suatu teks tidak pernah merupakan fungsi untuk
sebagian besar fakta tentang penulis dan publik aslinya; teks lebih berupa fungsi
dari fungsi historis penafsir. Metafora utamanya adalah peleburan cakrwala
(Fusion of Horizons), tercipta ketika penulis yang tersituasikan secara historis
mulai menciptakan satu makna bersama.
Dengan demikian, terdapat ruang reinterpretasi dan evaluasi ulang yang
konstan, sebagai makna berbeda yang diproyeksikan terhadap karya yang disoroti.
Ide ini menjadi sebuah elemen fundamental posmodernisme. Selain Wahrheit und
Methode: Grundzuge Einer Philosophichen Hermeneutik (1960) yang menjadi
babon karyanya, Gadamer juga mempunyai kumpulan esai kritis yang tersaji
dalam Philosophical Hermeneutics (1976).16
Secara umum, Teori adalah serangkaian bagian atau variabel, definisi dan
dalil yang saling berhubungan yang menghadirkan sebuah pandangan sistematis
mengenai fenomena dengan menentukan hubungan antarvariabel, dengan maksud
menjelaskan fenomena alamiah. Labovitz dan Hagedorn mendefinisikan teori
sebagai ide pemikiran “pemikiran teoritis” yang mereka definisikan sebagai
“menentukan” bagaimana dan mengapa variabel-variabel dan pernyataan
hubungan dapat saling berhubungan.
Kerangka teori merupakan suatu gambaran atau rencana yang berisi
tentang penjelasan dari semua hal yang dijadikan sebagai bahan penelitian yang
berlandaskan pada hasil dari penelitian tersebut. kerangka teori biasanya juga

15
Abdul Chaer, Filsafat Bahasa (Jakarta: Rineka Cipta, 2015), 166.
16
Simon Blackburn, Kamus Filsafat, 353-354
11

berisi mengenai relasi antara sebuah variable dengan variable yang lainnya, yang
biasanya terdapat sebab serta akibat dari kedua atau lebih dari dua variabel
tersebut.

2. Tradisi
Secara epistemologi, tradisi berasal dari bahasa latin (tradition) yang
artinya kebiasaan serupa dengan budaya (culture) atau adat istiadat. Pengertian
tradisi menurut Van Reusen yaitu, sebuah peninggalan ataupun warisan ataupun
aturan-aturan, ataupun harta, kaidah-kaidah, adat istiadat dan juga norma. Akan
tetapi tradsisi ini bukanlah sesuatu yang tidak dapat berubah, tradisi tersebut
malahan dipandang sebagai keterpaduan dari hasil tingkah laku manusia dan juga
pola kehidupan manusia dalam keseluruhannya.17
Tradisi merupakan adat kebiasaan turun temurun yang masih dijalankan
dalam masyarakat, penilaian atau anggapan bahwa atau anggapan bahwa cara-cara
yang telah ada merupakan yang paling baik dan benar. Islam adalah sebuah tradisi
yang berhubungan dengan tradisi lain yang kadang kala hubungan tersebut
memunculkan tradisi baru. Sebuah tradisi hasil hibridasi atau perkawinan antara
Islam di satu sisi serta tradisi local pada sisi yang lain.
Pada masyarakat Desa Baru hasil hibridasi ini kemudian dikenal dengan
Islam-Jawa yang merupakan wujud dari akulturasi dengan kebudayaan local.
Kenyataan ini semakin memperkuat pandangan bahwa Islam tidaklah hanya
berupa sekumpulan doktrin. Akan tetapi juga, Islam dihayati dan dinamakan oleh
para pemeluknya menjadi sebuah realitas kebudayaan. Maka, akulturasi budaya
antara Islam dengan kebudayaan local adalah bagian dari sekian banyak ekspresi
Islam sebagai pandangan hidup dan sumber inspirasi bagi Tindakan para
pemeluknya.

3. Sholawat Burdah
Burdah merupakan suatu Qasidah (lagu-lagu) yang berisi syair tentang
pujian/ sholawat kepada Nabi Muhammad s.a.w.. Syair tsb diciptakan oleh Imam
al Busiri dari Mesir. Di Indonesia, Burdah tsb sering dilantunkan terutama oleh

17
Ibid, 167.
12

kaum Nahdliyin.
Munculnya Burdah di desa ini disebabkan karena adanya penyakit yang
berdatangan, diantaranya orang yang mengalami penyakit ta’on, banyaknya anak
kecil yang hilang, penyakit yang tidak kunjung sembuh walaupun pergi ke dokter,
penyakit lumpuh separuh dan lain sebagainya. Dari permasalahan yang timbul di
desa ini, maka para tokoh masyarakat Desa Baru, mengajak masyarakat Desa
Baru untuk bermusyawarah memecahkan masalah yang terjadi di desa mereka.
Kemudian dalam musyawarah tersebut tokoh adat yang lain beserta
masyarakat mendapat solusi, yakni dengan mengadakan pembacaan shalawat
Burdah dengan cara berjalan mengelilingi desa selama tujuh malam yang
dipimpin oleh dua orang laki-laki. Seiring berjlannya waktu, penyakit ta’on itu
hilang Pembacaan Sholawat Burdah Jalan diganti dirumah masyarakat yang
sedang sakit parah. Kepercayaan yang dipegang oleh masyarakat Desa Baru ini
terjadi sejak dulu sampai saat ini tetap dilakukan.
Burdah di Desa Baru yang menarik perhatian adalah dilakukan dengan
keyakinan dan harapan, bahwa bila orang yang sakit masih berkesampatan hidup
agar lekas sembuh namun jika waktunya meninggal hendaknya dipermudah
ajalnya.

F. Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian adalah aspek yang sangat penting dalam suatu
penelitian. Penelitian itu berbentuk penelitian lapangan dengan analisis
hermeneutika filosofis Gadamer. Dengan analisis hermeneutika Gadamer,
penulis berupaya mencari pemahaman masyarakat dalam hubungan antara
fakta pembacaan Burdah sebagai teks bahasa dengan pengalaman dan
tindakan yang meliputi: hubungan kesejarahan, pemahaman, dan horizon
harapan.
Hermeneutika Gadamer tidak menganjurkan penggunaan metode
metodologis dalam pengkajian bidang seni, karena akan menggiring pada
pencarian kebenaran logis. Upaya mencapai tujuan berupa kebenaran, yang
13

dicari dengan cara menemukan apa yang dimaksud tanpa memperdebatkan


salah atau benar (kebenaran hermeneutis) merupakan aspek yang ditekankan
dalam hermeneutika Gadamer. Hermeneutika Gadamer tidak mewujudkan
sebuah metode, namun alur pikir Gadamer dapat ditelusuri untuk menyiratkan
sebuah model atau cara memahami karya seni.18
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang memerlukan data
berupa kata-kata tertulis, data lisan, dan perilaku yang diamati. Metode
kualitatif adalah metode penelitian yang berupa bentuk data yang terurai,
berupa kata-kata dan kalimat. Data tersebut menghasilkan makna yang
memberikan gambaran secara terperinci.19

2. Setting dan Subjek Penelitian


Setting penelitian adalah Desa Baru Kecamatan Maro Sebo Kabupaten
Muaro Jambi, Provinsi Jambi. Pemilihan setting didasarkan atas pertimbangan
rasional bahwa di Desa Baru ini masih menggunakan Tradisi Sholawat
Burdah.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan teknik purposive sampling, yaitu pengambilan sampel dengan
mendasar pada usaha pencapaian tujuan penelitian. Informan yang dipilih
dianggap mengetahui informasi dan masalahnya secara mendalam dan dapat
dipercaya untuk menjadi sumber data yang mantap.20
Subjek dalam penelitian ini berpusat pada Masyarakat Desa Baru yang
melakukan acara tradisi serta tokoh-tokoh yang paham dengan tradisi tersebut.
Mengingat subjek yang baik adalah subjek yang terlihat aktif, cukup
mengetahui, memahami atau berkepentingan dengan aktivitas yang akan
diteliti, serta memiliki waktu untuk memberikan informasi secara benar.

18
Darmisih, “Serat Jayengsastra dalam Perspektif Hemeneutika.”, Skripsi (Semarang :
Universitas Negeri Semarang, 2010). 15
19
Sandi Irawan, “Struktur Dan Makna Mantra Kuda Lumping”, Jurnal Pendidikan dan
Pembelajaran, Vol 3, No 6 (2014). 46
20
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2009), 58.
14

3. Sumber dan Jenis Data


Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari manusia,
situasi/peristiwa, dan dokumentasi. Sumber data manusia berbentuk perkataan
maupun tindakan orang yang bisa memberikan data melalui wawancara.
Sumber data suasana/peristiwa berupa suasana yang bergerak (peristiwa)
ataupun diam (suasana), meliputi ruangan, suasana, dan proses. Sumber data
tersebut tersebut merupakan objek yang akan diobservasi. Sumber data
dokumenter atau berbagai referensi yang menjadi bahan rujukan dan berkaitan
langsung dengan masalah yang di teliti. Setelah melewati beberapa tahap di
atas, pada tahap ini penulis menguraikan data yang diperoleh secara deskriptif
dengan cara menuliskannya dalam kata-kata, kalimat dan bentuk narasi yang
lebih baik, kemudian di tulis dalam beberapa bab yang saling berkaitan,
sehingga menghasikan karya ilmiah yang dapat dibaca dan dapat memberi
manfaat kepada pembaca.
Teknik penentuan sumber data yang penelis gunakan adalah purposive
sampling yaitu salah satu teknik pengambilan sampel yang biasa digunakan
dalam penelitian ilmiah. Purposive Sampling adalah teknik pengambilan
sampel dengan kriteria-kriteria tertentu. Purposive Sampling juga disebut
sebagai sampel penilaian atau pakar adalah jenis sampel nonprobabilitas,
tujuan utamnya untuk menghasilkan sampel yang secara logis dapat dianggap
mewakili populasi.
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Data Primer, data ini diambil dari wawancara dengan Masyarakat
setempat yang dianggap memahami dengan baik akan tradisi dalam
bidang penelitian ini.
b. Data Sekunder, data ini diambil dari karya-karya seseorang atau
buku-buku yang berhubungan dengan pembahasan yang akan diteliti.
15

4. Metode Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis
dalam penelitian karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan
data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan
mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Karena
penelitian ini bersifat penelitian lapangan, maka teknik pengumpulan data
menggunakan metode sebagai berikut:
a. Observasi
Observasi merupakan sarana untuk menggeneralisasi hipotesis atau
ide. Pemahaman yang diperoleh dari observasi tersebut dapat dijadikan
landasan untuk merancang aktivitas yang akan dilakukan dalam proses
pembelajaran di sekolah. Observasi dapat digunakan sebagai sarana untuk
menjawab suatu pertanyaan khusus/spesifik. Metode ini menjadi awal bagi
penyusun untuk mengamati dan meneliti fenomena-fenomena, fakta-fakta
yang diteliti. Dalam hal ini, penyusun mengadakan pengamatan secara
langsung terhadap kondisi sosio-historis wilayah penelitian secara
peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan obyek penelitian.
b. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan
itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang
mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interview) yang memberikan
jawaban atas pertanyaan.21 Metode ini digunakan untuk memperoleh
informasi-informasi dari Masyarakat Desa Baru atau beberapa orang yang
terkait yang dapat dijadikan sumber data tentang pemaknaan ataupun
pelaksanaan Tradisi Burdah.
c. Dokumentasi
Penggunaan dokumen sudah lama digunakan dalam penelitian
sebagai sumber data karena dalam banyak hal dokumen sebagai sumber
data dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan, bahkan untuk

21
Lexy J. Meleong, Metodologi Penelitian Kualitatif’, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2010), 186
16

meramalkan.22 Pengumpulan data dilakukan secara tertulis maupun tidak


tertulis, dan juga melalui sumber data yang digali sebagai pendukung
penting baik berupa foto, buku dan lain-lain.

5. Metode/Tehnik Analisis Data


Analisis data adalah penelaah dan penguarain data hingga
menghasilkan kesimpulan. Anlisis data dilakukan sejak pengumpulan di
lapangan, sehingga dapat memperoleh data yang berhubungan dengan judul
dan topic. Analisis data dilakukan terus menerus selama proses penelitian
berlangsung setiap data atau informasi yang diperoleh dianalisis dan berusaha
ditafsirkan untuk mengetahui makna dihubungkan dengan masalah penelitian.
Dalam melakukan analisis yang terus menerus inilah penelitian dapat
disempurnakan, dalam arti dipertajam, diperluas, dipilih-pilih menjadi
beberapa sub masalah dan diganti atau dirumuskan kembali. Interpretasi juga
tidak luput dari metode yang digunakan penulis dalam menganalisis data.
Interpretasi dalam penelitian ini merupakan analisis untuk mencapai
pemahaman benar mengenai ekspresi manusiawi yang dipelajari.
Metode selanjutnya yang digunakan oleh penulis dalam menganalisis
masalah adalah Verstehen. Verstehen merupakan metode pemahaman untuk
mengetahui pengalaman orang lain lewat suatu tiruan pengalaman sendiri.
Meskipun tiruan tersebut berada dalam subyek, namun dproyeksikan
sebagaimana yang terdapat dalam objek. Dengan demikian agar sejarah
budaya tetap menjadi milik orang yang hidup dimasa, tempat dan suasana
kultur yang berbeda ini penulis mencoba menjelaskan tentang Tradisi Burdah
ini agar mudah dipahami dan dimengerti.

G. Pemeriksaan Keabsahan Data


Untuk memperoleh data yang terpercaya dan dapat dipercaya. Maka
penelitian melakukan teknik pemeriksaan keabsahan data yang berdasarkan atas
sejumlah kriteria. Dalam penelitian kualitatif, upaya pemeriksaan keabsahan data
dapat dilakukan lewat empat cara yaitu:

22
Ibid, 217
17

1. Perpanjangan Keikutsertaan
Pelaksanaan perpanjangan keikutsertaan dilakukan lewat keikutsertaan
peneliti lokasi secara langsung dan cukup lama, dalam upaya mendeteksikan
dan memperhitungkan penyimpangan yang memungkinkan mengurangi
keabsahan data (data distortion) oleh peneliti atau responden, disengaja atau
tidak disengaja. Distorsi data dari penelitian dapat muncul karena adanya
nilai-nilai bawaan dari peneliti atau ada keterasingan peneliti dari lapangan
yang diteliti sedangkan dostorsi data responden, dapat timbul secara tidak
sengaja. Akibat adanya kesalahpahaman terhadap pertanyaan, atau muncul
dengan sengaja, karena responden berupa memberikan informasi fiktif yang
dapat menyenangkan peneliti, ataupun untuk menutupi fakta yang
sebenarnya.23
2. Ketekunan Pengamatan
Ketentuan pengamatan dilakukan dengan cara mengadakan
pengamatan secara teliti, rinci dan berkesinambungan terhadap factor-faktor
yang menonjol dalam penelitian. Factor-faktor tersebut selanjutnya ditelaah.
Sehingga peneliti dapat memahami factor-faktor tersebut. Ketekunan
pengamatan dilakukan dalam upaya mendapatkan karateristik data yang
benar-benar relevan dan berfokus pada objek penelitian.
3. Trianggulasi
Trianggulasi merupakan Teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu di luar data pokok, untuk keperluan pengecekan
reabilitas data melalui pemeriksaan silang, yaitu lewat perbandingan berbagai
data yang diperoleh dari berbagai informan. Menurut Sugiono, trianggulasi
diartikan pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan
berbagai waktu.

23
Mathew B. Milles dan A Michael Huberman, Analisis Data Kualitatif Buku Sumber
Tentang Metode-metode Baru, Jakarta: UIP 1992, 15
18

a. Triangulasi sumber yaitu untuk menguji kredibilitas data dilakukan


dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa
sumber.
b. Triangulasi Teknik yaitu untuk menguji kredibilitas data dilakukan
dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik
yang berbeda.
c. Triangulasi Waktu, waktu Mathew B. Milles dan A Michael
Huberman., “Analisis Data Kualitatif Buku Sumber Tentang Metode-
metode Baru”, Jakarta: UIP 1992. Itu juga sering mempengaruhi
kredibilitas data-data yang dikumpulkan dengan teknik wawancara
dipagi hari saat narasumber masih segar, belum banyak masalah, akan
memberikan data yang lebih valid sehingga lebih kredibel. Untuk itu
dalam rangka pengujian kredibelitas data dapat dilakukan dengan cara
melakukan pengecekan dengan wawancara, observasi atau teknik lain
dalam waktu atau situasi yang berbeda.

H. Studi Relevan
Sejauh informasi yang didapatkan peneliti sudah banyak menemukan
karya tentang Mengenal Adat Budaya dan Tradisi Nusantara karya Hendro Tri
laksono. Buku ini memberikan segala informasi dan pengetahuan lengkap tentang
apa-apa yang telah menjadi adat dan budaya.
Penelitian yang berkaitan dengan Makna dan Tujuan Tradisi Sholawat
Burdah adalah: yang ditulis oleh Rosalinda, Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, dengan judul “Tradisi Baca Burdah dan
Pengalaman Keagamaan Masyarakat Desa Setiris Muaro Jambi”. Dalam Skripsi
ini dijelaskan bahwasanya Tradisi pembacaan Burdah di Desa Setiris Kecamatan
Muaro Sebo Kabupaten Muaro Jambi dilaksanakan dengan tujuan tertentu yang
bisa dilihat dari aspek agama dan spiritual. Sehubungan dengan aspek agama,
Burdah telah diintegrasikan oleh pemakainya ke dalam rangkaian pengalaman
keagamaan. Sebagai amalan khusus, ia dibaca pada kegiatan keagamaan seperti
dibaca pada awal tahun dan akhir tahun. Selain untuk tujuan agama, amalan
19

pembacaan Burdah ditujukan untuk hal-hal yang berkaitan dengan spiritual, di


antaranya diperuntukan untuk menyembuhkan penyakit ruhani, jasmani dan
penolak bencana. Pengamalannya diintegrasikan ke dalam pelaksanaan sholat
fardu atau dikaitkan kepada bilangan dan waktu tertentu, misalnya hari Jumat atau
malam Jumat. Bagi pendengarnya, kandungan Burdah dipahami dengan
pemahaman yang beragam. Namun, syarat yang paling penting pembacaan
Burdah dilakukan dengan ikhlas. Dengan begitu apa yang diharapkan setelah
membacanya akan terkabul seperti pengalaman dan pertuturan masyarakat desa
Setiris.24
Muhammad Fajri Tsani Ramadhani, Universitas Islam Negeri (Uin)
Walisongo Semarang, Fakultas Ushuluddin dan Humaniora, Jurusan Tasawuf dan
Psikoterapi (TP) dengan judul Skripsi tentang Burdah : “Implikasi Pembacaan
Shalawat Burdah (Studi Pondok Pesantren Mambaul Hikmah Desa Tegal Wangi,
Kecamatan Talang, Kabupaten Tegal)”. Hasil dari skripsi ini menyimpulkan
bahwa Pelaksanaan tradisi pembacaan shalawat Burdah dilakukan setiap minggu
bada‘ Maghrib dan dilakukan di masjid as-Shofa Ponpes Mambaul Hikmah.
Tahap pertama, tradisi shalawat Burdah diawali dengan membaca surat al-Fatihah
secara bersama-sama yang dipimpin oleh imam. Pembacaan surat al-Fatihah
dikhususkan kepada Nabi SAW., Imam Bushiri sebagai pengarang Burdah, para
auliya illah, guru, dan orang-orang shaleh, kemudian membaca ayat yang
berkenaan dengan shalawat (Q.S. Al-Ahzab:56). selanjutnya pembacaan shalawat
Burdah di baca secara bersama-sama dan pada tahap akhir ditutup dengan doa
yang dibaca oleh Imam. Setelah pembacaan shalawat Burdah selesai, selanjutnya
hidangan makanan ringan dan minuman seperti air mineral dan roti disajikan.
Setelah itu dilanjutkan dengan kajian kitab Ihya Ulumuddin. Dari keseluruhan
tahap pelaksanaan tradisi shalawat Burdah memakan waktu ± 90 menit, jadi
sekitar pukul 20.00 baru selesai. Implikasinya mempunyai ikatan yang kuat
kepada Nabi SAW, serta bisa membuat hati terasa tenang. tidak sedikit jamaah
yang menunjukkan perubahan perilaku dalam kehidupannya setelah menjadi

Rosalinda, “Tradisi Baca Burdah dan Pengalaman Keagamaan Masyarakat Desa Setiris
24

Muaro Jambi”, Jurnal Kontekstualita, Vol. 28, No. 2, 2013, 305


20

jamaah Majelis shalawat Burdah. Misalkan dalam keberagamaannya, interaksinya


dalam lingkungan keluarga maupun pekerjaannya menjadi lebih baik. Minimal
jamaah yang baru mengikuti akan merasakan ketenangan hati, meskipun di luar
sana banyak terjadi kekacauan.25
Muhammad Rizalul Furqon, Universitas Negeri Malang, Fakultas Sastra,
Jurusan Sastra Arab Aqidah dan Filsafat Islam dengan judul Skripsi Burdah:
“Nilai-nilai Pendidikan Karakter di Dalam Bait Qosidah Burday Karya Imam Al
Bushiry”. Tulisan ini menjelaskan bahwa: yang pertama adalah: nilai pendidikan
karakter ketuhanan yang ada pada bait qosidah burdah terdiri dari 2 unsur yaitu:
(1) taqwa kepada Allah, dan (2) ibadah kepada Allah. Taqwa kepada Allah
mempunyai 3 unsur yaitu: (1) iman kepada allah, (2) cinta kepada Allah, (3) cinta
kepada Rasul Allah, dan pada awal pembukaan (an nasib) terdapat bait-bait juga
yang menjelaskan tentang pentingnya cinta kepada rasul. Adapun ibadah kepada
Allah terdiri dari 6 unsur yaitu: (1) ikhlasnya niat karena Allah ta’ala, (2)
mendirikan sholat, (3) berdoa kepada Allah, (4) syukur kepada Allah, (5)
tawakkal kepada Allah, (6) taubat kepada Allah. Dan jumlah bait yang ada pada
unsur-unsur nilai pendidikan karakter ketuhanan seluruhnya dengan tanpa
pengulangan sebanyak 36 bait.26
Skripsi Fakultas Adab dan Ilmu Budaya Universitas Islam Negeri Sunan
Kalijaga Yogyakarta 2013 oleh A. Faidi yang berjudul “Tradisi Pembacaan
Qashidah Burdah Terhadap Orang Sakit Di Desa Sera Timur Kecamatan Bluto
Kabupaten Sumenep Propinsi Jawa Timur”. Fokus penelitian ini pada pemaknaan
terhadap Qasidah Burdah. Penelitian ini menggunakan metode penelitian
kualitatif, hasil dari penelitian ini mengungkapkan bahwasannya masyarakat Sera
Timur memaknai tradisi Qashidah Burdah sebagai salah satu media tawassul
untuk mendapatkan syafaat dari Allah SWT agar diberikan jalan kemudahan baik
kemudahan dalam kesembuhan dan menuju ajal, karena qasidah burdah

25
Muhammad Fajri Tsani Ramadhani, “Implikasi pembacaan Shalawat Burdah : studi
Pondok Pesantren Mambaul Hikmah Desa Tegal Wangi, Kecamatan Talang, Kabupaten
Tegal”. Undergraduate (S1) Tesis, Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang, 2018, 96.
26
Muhammad Rizalul Furqon. “Nilai-Nilai Pendidikan Karakter di dalam Bait Qosidah
Burdah karya Imam Al Bushiry”. Skripsi, Jurusan Sastra Arab, Fakultas Sastra, Universitas Negeri
Malang, 98.
21

dilaksanakan ketika berbagai media pengobatan yang lain sudah tidak dapat
menyembuhkan.27
Tesis Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta 2018 oleh Maghfur MR yang berjudul “Pemaknaan Tradisi Burdah
Desa Jaddung Pragaan Sumenep Madura Jawa Timur (Perspektif Hermeneutika
Gadamer)”. Fokus penelitian ini pada pemahaman masyarakat terhadap tradisi
burdah dalam perspektif Hermeneutika Gadamer. Jenis penelitian ini
menggunakan metode penelitian kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pemaknaan tradisi burdah di perjalanannya mengalami pergeseran dari pujian
kepada pengobatan. Dalam perspektif hermeneutika, hal ini terjadi karena burdah
dibaca untuk sakit ta’on pada tahun 1960 an, untuk penyakit tanpa sebab pada
tahun 1970, pemahaman ini berlanjut hingga kini, burdah diyakini sebagai solusi
terakhir dalam pengobatan walau tanpa adanya sosialisasi pemahaman literatur
Kasidah Burdah.28
Sebagaimana dilihat dari studi relevan ini bahwa perbedaan dengan
penelitian yang penulis teliti ini adalah letak lokasi dan perbedaan suku dalam
melaksanakan Tradisi Burdah di Desa Baru. Selanjutnya penelitian yang
dilakukan peneliti lebih memfokuskan untuk mengetahui Tradisi Sholawat Burdah
dalam tinjauan Hermeneutika agar tidak ada hal-hal yang menjanggal dan
bertentangan dalam pikiran masyarakat tentang Tradisi Sholawat Burdah.

27
A. Faidi, “Tradisi Pembacaan Qashidah Burdah Terhadap Orang Sakit Di Desa Sera
Timur Kecamatan Bluto Kabupaten Sumenep Provinsi Jawa Timur”, Skripsi Fakultas Adab dan
Ilmu Budaya Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta 2013, 75
28
Maghfur MR, “Pemaknaan Tradisi Burdah Desa Jaddung Pragaan Sumenep Madura
Jawa Timur (Perspektif Hermeneutika Gadamer)”, Tesis Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 2018, 115
BAB II
PROFIL DESA BARU KECAMATAN MARO SEBO KABUPATEN
MUARO JAMBI

A. Sejarah Singkat Desa Baru, Kec. Maro Sebo, Kab. Muaro Jambi

Desa Baru adalah sebuah Desa di Kecamatan Maro Sebo, Kabupaten


Muaro Jambi, Jambi, Indonesia. Sebelum terjadinya Desa Baru diceritakan oleh
Datuk Harun Hasan, pada zaman dahulu Desa Baru merupakan Rimba, pada
zaman tersebut datang dua orang bersaudara Buyut Ngebi Jalil dan Buyut Daim
dari Desa Setiris (sekarang) berasal dari pulau Temiang Bangko kedua beliau
membuka lahan, seiring waktu perkebunan tersebut terjadilah sebuah Dusun Tuo
yang dipimpin seorang Mangku yang bernama Kemas Samsudin (Buyut Sam)
menantu dari Buyut Daim dan saat itu Buyut Ngebi Jalil pindah kedusun Tengah
atau bergabung dengan dusun tengah yang pada saat itu dipimpin oleh Mangku
Kasim. Pada saat itu dusun tengah diganggu oleh harimau, kemudian Dusun
Tengah terpecah dan berpisah menjadi 2 Dusun yaitu Muaro Dano (sekarang Desa
Baru) dan dusun Danau Lamo (sekarang Desa Danau Lamo), pada saat itu Dusun
Muaro Dano dipimpin oleh seorang Mangku Sidik (Sekdes) dan penghulunya di
Danau Lamo.29
Dengan perkembangan zaman dan pertambahan penduduk, pada sekitar
tahun 1960 terjadilah perkembangan Desa, Dusun Muaro Dano berubah menjadi
Desa Dusun Muaro Dano yang dipimpin oleh Datuk Penghulu Sani. Pada tahun
1966 Desa Dusun Muaro Dano berubah nama menjadi Desa Dusun Baru yang
dipimpin oleh Datuk Penghulu H.A.Hamid. pada tahun 1998 Desa Dusun Baru
berubah menjadi Desa Baru yang dipimpin oleh Datuk Penghulu H.Zulkifli. dari
Datuk Penghulu H.Zulkifli terbentuknya nama Desa Baru dan sampai sekarang.30
Desa Baru telah mengalami pergantian Kepala Desa sebanyak 9 kali:

1. Datuk Kepala Desa - Mangku Sani

2. Datuk Kepala Desa - Mangku Kasim

29
Desa Baru, Arsip Tugas dan Wewenang Kades dan Sekdes, (Desa Baru: 2016), 8
30
Ibid, 9

22
23

3. Datuk Kepala Desa - Mangku Sidik

4. Datuk Kepala Desa - Penghulu Siani (1960)

5. Datuk Kepala Desa - Penghulu H.A.Hamid (1970-2003)

6. Datuk Kepala Desa - H. Zulkifli

7. Datuk Kepala Desa - Sarbani Sopyan

8. Datuk Kepala Desa - Ismail.S

9. Datuk Kepala Desa - Muhammad Yusuf

B. Visi dan Misi Desa Baru Kecamatan Maro Sebo Kabupaten Muaro
Jambi
Adapun visi dan misi sebagai berikut:

Visi : Mendengar dan memahami segala aspirasi masyarakat, dalam proses


pembangunan agar selalu tepat sasaran, agar dapat bersatu untuk
mewujudkan kehidupan bermasyarakat yang lebih baik, dengan
berlandaskan rasa persatuan dan berazaskan gotong-royong.
Misi :

1. Meningkatkan peran serta masyarakat untuk memajukan Desa


Baru.
2. Meningkatkan infrasuktur, SDM, Ekonomi, Pelayanan yang
terbaik kepada masyarakat.
3. Meningkatkan kerja sama dengan tokoh agama atau guru madrasah
agar generasi penerus dibekali agama yang kuat melalui pengajian
madrasah dan pengajian malam.
4. Meningkatkan prestasi pemuda dan memfasilitasi agar kembali berjaya
di dunia olahraga.31

31
Ibid, 18
24

C. Struktur Organisasi dan Deskripsi Tugas Desa Baru Kecamatan Maro


Sebo Kabupaten Muaro Jambi
Pemerintahan desa merupakan bentuk institusi yang menyelenggarakan
pemerintah setingkat kelurahan. Dalam melaksanakan pemerintah desa memiliki
berbagai kegiatan pelayanan kepada masyarakat. Kegiatan ini dilakukan dalam
rangka mencapai tujuan pemerintah secara umum, yaitu meningkatkan
kesejahtraan masyarakat pada umumnya, dan masyarakat di desa pada khususnya.
Untuk tercapainya tujuan tersebut, perlu adanya pengaturan dan menyusun
program desa agar dapat berjalan dengan lancar dan terorganisasi. Hal ini
diperlukan suatu struktur organisasi yang dapat membagi tugas secara merata dan
profesional sesuai dengan kapasitas individu masing-masing.
Struktur organisasi pemerintah Desa Baru Kecamatan Maro Sebo
Kabupaten Muaro Jambi dipimpin oleh seorang kepala desa yang di bantu oleh
seorang sektetaris desa yang mengurusi bidang-bidang tertentu, yang terdiri
dari beberapa kepala urusan, yaitu kepala urusan pemerintah, kepala urusan
pembangunan, kepala urusan umum, dan beberapa kepala dusun disertai beberapa
staf.
25

Secara umum susunan struktur organisasi pemerintahan Desa Baru dapat


dilihat dan di gambarkan pada gambar sebagai berikut:
Gambar 1

Struktur Organisasi

Pemerintah Desa Baru

BPD KEPALA DESA


MUHAMMAD YUSUF

SEKRETARIS DESA

KASI TATA KASI


USAHA KEUANGAN

KASI KASI KASI KASI


PEMERINTAHAN KESEJAHTERAAN PELAYANAN PERENCANAAN

Adapun penjelasan mengenai tugas masing-masing bagian dari struktur


pemerintah Desa Baru adalah sebagai berikut:32
a. Kepala Desa bertugas menyelenggarakan pemerintah desa, melaksanakan
pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan desa, dan pemberdayaan
masyarakat desa. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud, Kepala
Desa berwenang:

32
Ibid, 25
26

1). Memimpin penyelenggaraan pemerintah desa.


2). Mengangkat dan memberhentikan perangkat desa.
3). Memegang kekuasaan pengelolaan keuangan dan aset desa.
4). Menetapkan peraturan desa.
5). Menetapkan anggaran pendapatan dan belanja desa.
b. Sekretaris Desa memiliki beberapa tugas sebagai berikut:
1). Menjalankan administrasi pemerintahan, pembangunan, dan
kemasyarakatan.
2). Mengkoordinasikan tugas-tugas dan membina kepala urusan.
3). Membantu pelayanan ketatausahaan Kepala Desa.
4). Melaksanakan tugas-tugas lain, yang diberikan oleh Kepala Desa.
c. Kasi Tata Usaha memiliki beberapa tugas sebagai berikut:
1). Merancang tata naskah rapat, menulis notulen berita acara kemudian
mengarsipkannya.
2). Mengagendakan penerimaan dan pengiriman surat, baik surat keluar
ataupun surat masuk kedalam buku agenda desa.
3). Mencatat secara teliti atas pengiriman surat keluar, mulai dari nomor,
tanggal, isi surat, dan tujuan ke dalam buku ekspedisi.
4). Melaksanakan pencatatan dan pengelolaan data perangkat desa baik yang
baru diangkat ataupun sudah diberhentikan ke dalam buku aparat
pemerintah desa.
5) Mencatat ketersediaan prasarana perangkat desa dan kantor.
6) Mempersiapkan administrasi terkait perjalanan dinas, mulai dari membuat
perintah sampai ke pengarsipannya.
D. Letak Geografis dan Demografis Desa Baru Kecamatan Maro Sebo
Kabupaten Muaro Jambi
Desa Baru terletak pada Kecamatan Maro Sebo Kabupaten Muaro Jambi
dengan luas wilayah ±4056 Ha. Sedangkan antara Desa Baru dengan ibukota
kecamatan, kabupaten dan provinsi dengan rinciannya sebagai berikut:
1. Jarak dari ibu Kota Kecamatan terdekat : ±1 Km
2. Lama jarak tempuh ke ibu Kota Kecamatan : ±15 Menit
27

3. Jarak ke ibu Kota Kabupaten : ±2 Km


4. Lama jarak tempuh ke ibu Kota Kabupaten : ±1 Jam
Secara lebih jelas letak Desa Baru Kecamatan Maro Sebo Kabupaten
Muaro Jambi dan batasan-batasannya sebagai berikut:
1. Sebelah Utara berbatsan dengan Desa Jambi Tulo
2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Dano Lamo
3. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Talang Duku
4. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Muaro Jambi33
Desa Baru cukup strategis dalam letak lokasi sebagai desa pada umumnya.
Karena Desa Baru terletak dekat dengan Kota Jambi dan terdapatnya ikon wisata
yaitu Candi Muaro Jambi, suatu komplek percandian Budha peninggalan kerajaan
melayu kuno yang konon terluas didunia mencapai 12 Km² yang diduga menjadi
pusat peribadatan dan kebudayaan umat Budha Asia Tenggara.
Keadaan Desa Baru Kecamatan Maro Sebo Kabupaten Muaro Jambi
berjumlah 694 jiwa (210 KK) yang terdiri dari jumlah penduduk laki-laki 346
jiwa, dan perempuan 348 jiwa. Jumlah penduduk Desa Baru terdiri dari beberapa
suku bangsa seperti melayu jambi, jawa, batak, dan lain sebagainya. Untuk
mengetahuinya dapat dilihat pada tabel disamping :

33
Desa Baru, Arsip Tugas dan Wewenang Kades dan Sekdes, (Desa Baru: 2016), 32
28

Tabel 1
Jumlah Penduduk Desa Baru
Jenis Kelamin
Laki- Perempuan
No Usia Jumlah
laki
1. 0 - 10 54 58 Jiwa 112

Tahun Jiwa Jiwa

2. 11 - 20 52 63 Jiwa 115

Tahun Jiwa Jiwa

3. 21 - 35 80 72 Jiwa 152

Tahun Jiwa Jiwa

4 36 - 45 96 97 Jiwa 193

Tahun Jiwa Jiwa

5. 46 Tahun 64 58 Jiwa 122

ke atas Jiwa Jiwa

Jumlah 346 348 Jiwa 694

Jiwa Jiwa

Sumber : Kantor Kepala Desa

Dari tabel di atas bahwa populasi perkembangan penduduk di Desa Baru


Kecamatan Maro Sebo Kabupaten Muaro Jambi yamg tinggi terutama pada usia
36 s.d 45 tahun, sehingga jumlah penduduk mencerminkan keadaan sosial desa,
dan dengan jumlah laki-laki dan perempuan yang seimbang.
29

E. Ekonomi Masyarakat Desa Baru Kecamatan Maro Sebo Kabupaten


Muaro Jambi
Manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sangat menggantungkan
dirinya pada kondisi alam. Daerah yang ditempatinya merupakan sumber- sumber
alam untuk kelangsungan hidupnya. Karena itu tempat-tempat yang ditempati
oleh para penduduk merupakan penghasilannya, demikian juga halnya dengan
Desa Baru Kecamatan Maro Sebo Kabupaten Muaro Jambi, kondisi alamnya
memberikan anugerah bagi penduduknya, terutama di bidang mata pencarian
pertanian seperti padi, sayuran, cabai dan lain sebagainya.
Penduduk Desa Baru Kecamatan Maro Sebo Kabupaten Muaro Jambi
sebagai masyarakat yang sangat menunjang tinggi nilai-nilai solidaritas antara
sesama warga, hal tersebut dapat terlihat masih kentalnya sifat gotong-royong
yang diperlihatkan dalam kehidupan sehari-hari.
Keadaan geografis Desa Baru Kecamatan Maro Sebo Kabupaten Muaro
Jambi, wilayah ini sangat menunjang untuk memelihara dan beternak dikarenakan
iklim cuaca yang cocok dan juga banyak terdapat pakan ternak, dapat dilihat dari
banyaknya jumlah hewan dalam usaha peternakan yang dilakukan oleh
penduduk di Desa Baru, pada tabel berikut:
Tabel 2
Jumlah Hewan Ternak
No. Jenis Populasi Ternak Jumlah

1. Kambing 148

2. Sapi 15

3. Ayam 200

4. Itik 100

5. Kerbau -

6. Bebek 80

Sumber : Kantor Kepala Desa


BAB III
PROSESI TRADISI SHOLAWAT BURDAH PADA MASYARAKAT
DESA BARU

A. Pengertian Tradisi Sholawat Burdah


Tradisi merupakan sesuatu yang telah diwariskan oleh para pendahulu
atau nenek moyang secara turun temurun baik berupa symbol, prinsip, material,
benda maupun kebijakan. Akan tetapi tradisi yang telah diwariskan tersebut bisa
juga berubah maupun tetap bertahan asalkan tradisi tersebut masih sesuai dan juga
relevan dengan situasi, kondisi serta seiring dengan perubahan jaman. Adapun
menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) tradisi adalah suatu adat atau
kebiasaan turun temurun yang diwariskan oleh nenek moyang dan masih
dilestarikan oleh masyarakat, dengan menganggap dan menilai bahwasanya
kebiasaan yang ada ialah yang paling benar dan paling bagus. 34
Tradisi merupakan adat kebiasaan turun-temurun yang masih dijalankan
dalam masyarakat, penilaian, atau anggapan bahwa cara-cara yang telah ada
merupakan yang paling baik dan benar.35 Islam adalah sebuah tradisi yang
berhubungan dengan tradisi lain yang kadangkala hubungan tersebut
memunculkan tradisi baru. Sebuah tradisi hasil hibridasi atau perkawinan antara
Islam di satu sisi serta tradisi lokal pada sisi yang lain. Pada masyarakat Jawa
hasil hibridasi ini kemudian dikenal dengan Islam-Jawa yang merupakan wujud
dari akulturasi dengan kebudayaan lokal. Kenyataan ini semakin memperkuat
pandangan bahwa Islam tidaklah hanya berupa sekumpulan doktrin. Akan tetapi
juga, Islam dihayati dan diamalkan oleh para pemeluknya menjadi sebuah realitas
kebudayaan. Maka, akulturasi budaya antara Islam dengan kebudayaan lokal
adalah bagian dari sekian banyak ekspresi Islam sebagai pandangan hidup dan
sumber inspirasi bagi tindakan para pemeluknya.36

34
Ainur Rofiq, “Tradisi Slametan Jawa dalam Perspektif Pendiidikan Islam”, Jurnal Ilmu
Pendidikan Islam, Volume 15 No. 2 (2019), 5.
35
Heppy El Rais, Kamus Ilmiah Populer, (Yogyakarta: Pusat Belajar, 2012), 686.
36
Akhmad Arif Junaidi, dkk. “Janengan Sebagai Seni Tradisional Islam-Jawa”, Jurnal
Walisongo, Volume 21 No. 2, (2013), 470.

30
31

Secara bahasa, kata Burdah mengandung banyak arti yaitu selimut, sorban,
selendang, atau kain wol hitam yang biasa dipergunakan untuk berselimut.37
Sedangkan versi yang lain mengatakan bahwa kata Burdah memiliki arti baju
(jubah) kebesaran khalifah yang merupakan atribut utama khalifah yang dapat
membedakan antara khalifah dengan para pejabat negara lainnya, teman-teman,
dan masyarakat pada umumnya. Sedangkan secara istilah, Burdah adalah sebuah
nama Qashidah.
Burdah dalam artian kata sepotong kain menyelimuti badan atau
selendang tetapi yang dimaksud dengan burdah di sini adalah syair syair yang
mengandung pujian, sholawat, peristiwa isra dan mikraj, jihad, mukjizat, dan
akhlak budi pekerti nabi kita Muhammad saw yang baik.38
Al-Burdah menurut etimologi banyak mengandung arti, antara lain:
pertama, baju (jubah) kebesaran khalifah yang menjadi salah satu atribut khalifah.
Dengan atribut burdah ini, seorang khalifah bisa dibedakan dengan pejabat negara
lainnya, teman-teman dan rakyatnya. Kedua, nama dari kasidah yang
dipersembahkan kepada Rasulullah SAW yang digubah oleh Ka’ab bin Zuhair bin
Abi Salma. Ia pernah membenci Rasulullah saw dan menyerangnya sampai kaki
beliau berdarah. Ketika ingin masuk Islam dia takut bertemu beliau. Ia datang
menghadap Nabi di Madinah dengan diantar Abu Bakar ra. Di hadapan
Rasulullah SAW, dia menyatakan keislamannya. Ternyata beliau memafkannya
dan menyambutnya dengan baik. Ka’ab bin zuhair kagum akan akhlak beliau. Ia
bersyair memuji beliau dengan qasidahnya yang masyur : banat su’adu. Rasullah
saw melepas burdahnya dan memberikan kepadanya. Sejak saat itu puisi : Banat
Su’adu dinamakan burdah, baka menjadi tradisi semua puisi yang berisi pujian
kepada Rasullah diberi nama burdah.
Burdah artinya adalah jubah dari kulit atau bulu binatang. Pada awalnya,
burdah tidak memiliki muatan nilai historis apa-apa selain sekedar sebutan bagi
baju hangat atau jubah sederhana yang biasa dipakai oleh orang-orang arab.

37
Fadlil Munawwar Manshur, “Resepsi Kasidah Burdah Al-Bushiry”, Jurnal Humaniora,
Volume 18, No. 2 Juni 2006, 111.
38
Abu Zainal Abidin, Qashidah Burdah Lil Imam Al Bushiry, (Team Majlis Raudhatul
Ghanna Annabawiyah kandangan, 2008 ), 55
32

Muatan nilai sakral baru muncul ketika pada suatu hari, Nabi Muhammad SAW
menghadiahkan baju burdah yang biasa beliau pakai kepada Ka‟ab Ibn Zuhair (w.
662 M) seorang penyair kenamaan yang baru saja masuk islam sebagai
penghargaan atas syair gubahannya yang berisi penghormatan dan sanjungan
terhadap Nabi Muhammad SAW dan agama islam yang dibawanya.39
Burdah menurut orang Arab: merupakan suatu Qasidah (lagu-lagu) yang
berisi syair tentang pujian/ sholawat kepada Nabi Muhammad SAW. Syair
tersebut diciptakan oleh Imam al Busiri dari Mesir. Sholawat ini disusun oleh
Imam Busyiri yang merupakan seorang penyair terkenal pada masanya. Imam
Busyiri menyusun sholawat burdah atas dasar perintah Rasulullah SAW dalam
mimpinya. Burdah ini tergolong puisi sufi yang lahir dari kejernihan rohani,
karena sufistik berakar pada al-Ihsan, yaitu merupakan kesadaran adanya
komunikasi dan dialog langsung antara muslim dengan Tuhan.40
Shalawat Burdah merupakan syair puji-pujian yang ditujukan untuk Nabi
Muhammad SAW. yang ditulis oleh seorang penyair bernama Abu Abdillah
Syarafudin Abi Abdillah Muhammad bin Khammad ad-Dalashi ash Sanhaji asy-
Syadzili Al Bushiri yang kemudian terkenal sebagai Imam Bushiri.
Mengapa shalawat ini dinamakan sebagai Shalawat Burdah? Berdasarkan
cerita Bushiri sendiri konon ketika ia sedang menderita kelumpuhan akibat
penyakit yang bernama Angin Merah. dalam mimpinya ia bertemu dengan
Rasulullah SAW dan kemudian Rasul memberikan mantel (burdah) itu
kepadanya. Yakni mantel yang sama seperti yang diberikan Ka‟ab. ia terkejut dan
melompat dari tidurnya sehingga lumpuhnya tak terasa lagi. Begitu bangun ia
merasa terharu sekali lalu menulis syair-syair yang dikenal dengan judul Al-
Kawakib Ad Durriyah (Bintang-bintang gemerlapan). Syair tersebut berisi tentang
puji-pujian terhadap Nabi. Dan karena ada hubungannya dengan mantel yang
diberikan oleh Nabi maka kemudian syair-syair tersebut dikenal dengan nama Al-
Burdah.

39
Muhammad Adib, Burdah Antara Kasidah, Mistis dan Sejarah. Yogjakarta: Pustaka
Pesantren, 2009. 23
40
Harun Nasution, Filsafat dan Mistisisme dalam Islam (Jakarta: Bulan Bintang, 1978),
156.
33

Burdah terdiri dari 160 bait, yang berisi tentang nasehat dan peringatan.
upamanya soal angkara nafsu, pujian kepada Nabi, keagungan Al-Quran, Isra’
Mi’raj, jihad prajurit Nabi Muhammad SAW, doa-doa (munajad-munajad) serta
shalawat kepada Nabi, keluarga, para sahabat.41
[B]urdah itu iolah sholawat, kalu sholawat itu kan pujian kepado Rosul.
sebenarnyo Burdah iko kalu dulu zaman-zaman orang tuo kami dulu sebagian
ado yang mengatakan setiap malam selaso atau malam jum’at, ha itu
dilaksanakan pembacoan burdah. Jadi maksud dan tujuan dari pado pembacoan
burdah itu dak lain dak bukan mengharapkan barokah diturunkan dari Allah
Swt.42

[B]urdah itu ialah sholawat, sholawat itu adalah pujian kepada Rasululullah.
Sebenarnya Burdah ini kalau pada zaman dulu sebagian ada yang mengatakan
setiap malam selasa atau malam jum’at, itu dilaksanakan pembacaan burdah.
Jadi mkasud dan tujuan dari pada pembacaan burdah itu tidak lain dan tidak
bukan mengharapkan keberkahan diturunkan dari Allah Swt.

Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian bahwa sholawat


merupakan bentuk puji-pujian yang ditujukan kepada Nabi Muhammad SAW.
Bentuk dan ragam shalawat beraneka macam salah satunya yakni Sholawat
Burdah yang merupakan syair puji-pujian yang dikarang oleh seorang penyair
bernama Abu Abdillah Syarafudin Abi Abdillah Muhammad bin Khamad ad-
Dhalashi ash-Shanja asy-Syadzili al-Bushiri yang kemudian di kenal sebagai
Imam Bushiri.

B. Biografi dan Sejarah Tradisi Sholawat Burdah


1) Biografi Pengarang
Muhammad bin Sa‟id ash-Shanja al-Bushiri, bergelar Syarafudin
(kemuliaan agama) dan memiliki nama Kunyah Abu Abdillah. Lahir pada bulan
Syawal tahun 807 Hijriyah di Bahsyim, sebuah desa yang termasuk bagian
wilayah Bahansa di Barat sungai Nil Mesir. Imam Bushiri juga disebut-sebut
berdarah Maroko dari marga Bani Habnun.

41
Muhammad Baharun, Burdah Madah Rosul dan Pesan Moral. Surabaya: Pustaka
Progresif, 2009, 68
42
Kustabah, Imam Masjid Desa Baru, Wawancara dengan Penulis, 20 Juli 2022,
Rekaman Audio
34

Ibunya berasal dari Bushir, sedangkan moyang-moyangnya dari garis ayah


tinggal di Dalash. Oleh karena itu, kadang ia di sebut Al-Bushiri, kadang Ad-
Dalashi, kadang Ad-Dalashiri gabungan dari Dalashi dan Bushiri. Awal studinya
dimulai dengan menghafal Al-Quran, lalu ke Kairo bergabung dengan para
pelajar yang menuntut ilmu di Masjid Syekh Abd Az-Zahir. di situ Al-Bushiri
belajar berbagai macam ilmu agama, juga ilmu bahasa dan sastra. Kairo
merupakan kota yang menjadi tempat tinggal Bushiri dalam masa yang panjang
dalam hidupnya. Imam Bushiri juga disebut-sebut berdarah Maroko dari marga
Bani Habnun.Ibunya berasal dari Bushir, sedangkan nenek moyangnya dari garis
ayah tinggal di Dalash. Oleh karena itu, kadang ia di sebut Al-Bushiri, kadang
Ad-Dalashi, kadang Ad-Dalashiri gabungan dari Dalashi dan Bushiri.
Sholawat burdah awalnya di ciptakan oleh Imam Al-bushiri saat menderita
sakit yang cukup parah dan berkepanjangan.Pada saat masa-masa sulit menjalani
penyakit lumpuh yang dideritanya, imam al bushiri mengubah qasidah yang
ditujukan kepada Nabi Muhammad SAW dengan tujuan memohon syafa’at
kepada Allah SWT supaya disembuhkan dari segala penyakit yang dideritanya
selama ini. Hingga pada suatu malam, usai melantunkan sholawat burdah yang
dibuatnya, imam al bushiri tertidur, dalam tidurnya, ia bermimpi bertemu dengan
Nabi Muhammad SAW dan memberikan imam al bushiri sebuah surban(burdah)
yang kemudian diletakkan pada tubuh al bushiri yang sakit. Saat terbangun dari
tidurnya, imam al bushiri merasakan keajaiban yang tidak ia sangka-sangka,
karena penyakit yang ia derita selama bertahun-tahun tiba-tiba sembuh sama
sekali. Keajaiban yang dialami oleh imam al bushiri tersebutlah yang menjadi
alasan utama terhadap penamaan qashidah burdah itu sendiri. Keajaiban yang
dialami oleh imam al bushiri sendiri berkembang dari zaman ke zaman hingga
muncul kepercayaan bahwa qasida burdah memiliki kekuatan supranatural.
Pada tahun 1250-an M, disaat berusia sekitar 40 tahun, Al- Bushiri mulai
mempelajari dan menekuni ilmu-ilmu tasawuf. Jalur yang dia pilih adalah tasawuf
melalui amalan-amalan dan Tarekat Syadziliyyah. Sebuah tarekat rintisan seorang
Sufi kebangsaan Tunisia yang bernama Abu Al-Hasan Asy-Syadzili. (w. 1257)
Tarekat ini ia tekuni dibawah bimbingan Abu Al-Abbas Al-Mursi (w.1295), salah
35

seorang murid senior Asy-Syadzili. Ternyata pada tahapan kehidupan selanjutnya,


ajaran tasawuf yang ditekuninya itu berpengaruh cukup besar terhadap pola
pemikiran dan orientasi karya sastranya.
Al-Bushiri merupakan penyair yang sangat produktif. Banyak karya sastra
terutama syair yang telah digubahnya. Selain produktif dia juga sangat mumpuni
kemampuan sastranya. Terbukti syair gubahannya diakui memiliki nilai ssastra
yang sangat tinggi. Burdah merupakan karya yang paling fenomenal dari Al-
Bushiri, dibanding karya-karyanya yang lain. Sangat banyak karya Al-Bushiri
yang mengangkat tema sanjungan untuk Rosulullah. Ada kashidah yang
berakhiran huruf Mim, Ra‟ dan Hamzah, tapi burdahlah yang paling muncul di
permukaan.
Sejak awal syair burdah sudah mendapatkan perhatian yang besar dari
masyarakat luas. Baik kalangan awam maupun budayawan. dikawasan Eropa pun
tidak kurang dari enam edisi terjemahan Shalawat Burdah telah diterbitkan.
Antara lain, Uri (1861) seorang satrawan asal Belanda, orang pertama yang
menterjemahkan syair-syair burdah kedalam bahasa Latin dengan judul Carmen
Mysticum Borda Dictum. Terjemahan ini dicetak berulang-ulang dan tersebar luas
terutama di Leiden Belanda. Di Jerman, setidaknya ada dua edisi terjemahan yang
diterbitkan. Yang pertama diterjemahkan oleh Von Rosenweg (1824) dengan
judul Funkelnde Vandelsterne Zum Iobe Des Geschopfe, sementara yang kedua
oleh Redhouse (1881) dengan judul The Burda, sementara di Italia, ada satu edisi
yang berhasil ditemukan yaitu terjemahan Gabrielli (1901) dengan judul Al-
Burdatain.
Selain syair Shalawat Burdah, karya Al-Bushiri yang lain diklasifikasikan
menjadi 2 kategori. Pertama, karya sastra yang bernafaskan keagamaan. Terutama
yang mengetengahkan sejarah hidup dan shalawat Nabi Muhammad SAW.
Setelah mengarungi kehidupan selama sekitar 82 tahun, pada penghujung abad
ke-13 M, tepatnya pada 1295, Al Bushiri menghembuskan nafas terakhirnya
dengan tenang di Iskandaria. Konon, jenazahnya dikebumikan di dekat bukit Al-
Mughatham berdekatan dengan makam Muhammad Ibn Idris Asy-Safi‟i (w. 820)
tokoh sentral Mazhab Syafi‟i.
36

Alkisah, Imam al-Bushiry pada masa itu menderita penyakit lumpuh dan
buta. Dalam menghadapi masa-masa krisis tersebut Imam Al-Bushiry berinisiatif
untuk mengubah sebuah Sholawat terhadap Nabi Muhammad SAW dengan
tujuan memohon syafa’at kepada Allah SWT agar disembuhkan dari penyakit
yang sedang dideritanya. Setelah selesai Sholawat dibuat, Imam Al-Bushiry
membacanya secara terus-menerus sambil menangis, berdo’a, lalu tertidur.Dalam
tidurnya Imam Al-Bushiry bermimpi bertemu dengan Nabi Muahammad SAW
yang sembari mengusapkan tangannya pada tubuh Imam Al-Bushiry serta
menganugerahinya sebuah surban (Burdah). Ketika Imam Al-Bushiry terbangun
dari tidurnya, ia merasakan keajaiban yang begitu luar biasa. Penyakit yang
diderita Imam Al-Bushiry selama bertahun-tahun tiba-tiba sembuh total.
Terinspirasi dari mimpinya tersebut, Imam Al-Bushiry menamai Sholawatnya
dengan Burdah.43
Sholawat al-Burdah karya al-Bushiri telah banyak dibahas oleh peneliti
baik kalangan Islam maupun non Islam dengan pendekatan yang beraneka ragam.
Dimensi sufistik dalam syair al-Burdah al Bushairi mengatakan; Syair al Burdah
ini merupakan ungkapan dari cinta mistis yang dalam terhadap Muhammad saw.
dengan segala implikasinya. Ia ditulis dengan gaya klasik Arab yang tinggi, yang
segera menjadi syair pujian yang disenangi kaum muslimin yang berbahasa Arab.
Syair yang ditulis oleh Muhammad Al-Busyiri ini berisikan tema-tema
ketasawufan (sufistik). Yaitu sekitar taubat, zuhd, khauf dan raja', dan mahabbah.
Dari sudut psikologi sufi, al-Burdah juga menampilkan tema nafs, dan dari sudut
tasawuf falsafi, al-Burdah dengan interpretasinya, terdapat tema Nur Muhammad
dan Hakikat Muhammad. Al-Busyiri dalam mengungkap tema-tema tersebut
dengan memberikan gambaran karakteristik dan sifatnya yang mesti menjadi
pokok perhatian.44

43
Ahmad Faidi, “Qashidah Burdah sebagai Media Pengobatan Magis-Ekonomis: Studi
terhadap Tradisi Pembacaan Qashidah Burdah terhadap Orang Sakit di Desa Sera Timur
Kecamatan Bluto Kabupaten Sumenep Propinsi Jawa Timur”, Journal of Islamic Studies and
Humanities, volume 1, No 1, 2016 .hal 64.
44
Ahmad Muradi, “Dimensi sufistik dalam syair Burdah al Bushary”, http://digilib.sunan-
ampel.ac.id. Diakses 08 Mei 2018
37

Sholawat burdah merupakan salah satu cara mengungkapkan kecintaan


muslim terhadap utusan Allah, Muhammad SAW yang dilakukan dengan cara
melantunkan puisi kepada Rasullah. Sesuai dengan tutunan Allah dalam AlQuran
mengajarkan dan menganjurkan kepada umat Islam, sebagaimana tertera dalam
Kitabullah, “Sungguh Allah dan para malaikat bershalawat atas Nabi. Hai orang
beriman, bershalawatlah atasnya dan berilah salam kepadanya dengan sehormat-
hormatnya salam.

2) Sejarah Tradisi Sholawat Burdah di Desa Baru


Di Indonesia, selain Burdah masih banyak kumpulan syair pujian terhadap
Nabi Muhammad SAW yang juga dilantunkan dalam ritual-ritual pembacaan
salawat, seperti Barzanji dan Diba’i. Namun, Burdah dianggap istimewa karena
keunikannya dalam beberapa hal. Pertama, syair Burdah dianggap sebagai pelopor
yang menghidupkan kembali penggubahan syair-syair pujian terhadap nabi.
Kedua, syair Burdah memiliki kualitas sastra tingkat tinggi dan sarat pesan-pesan
etis. Ketiga, syair Burdah tidak sekedar menyajikan sejarah nabi namun juga
memberikan beragam ajaran tasawuf dan pesan moral yang cukup mendalam; dan
keempat, syair Burdah dipercaya memiliki kekuatan magis, sehingga ia jadi ritual
yang dibacakan pada saat ada hajat tertentu, seperti hajatan membangun rumah
dan lain sebagainya. Ritual Burdah ini juga banyak dilakukan di Provinsi Jambi
terutama di Desa Baru yang terletak di Kecamatan Muaro Sebo Kabupaten Muaro
Jambi. Masyarakat setempat mayoritas beragama Islam dan memiliki pengetahuan
agama yang cukup memadai. Ritual Burdah yang dilakukan di sana hanya pada
kegiatan keagamaan saja seperti, dibacakan kepada orang yang sedang sakit
bahkan yang mengalami gangguan kejiwaan. Burdah kemudian dianggap
mempunyai nilai magis yang kuat.
Fenomena yang menarik menurut penulis, oleh karenanya artikel ini akan
menyampaikan hasil penelitian yang telah dilakukan untuk mengkaji beberapa
aspek dari tradisi tersebut seperti apa saja persyaratan dalam melaksanakan ritual
tersebut, sejauh mana pemahaman masyarakat dan pengalaman magis yang
diperoleh dari ritual Burdah tersebut. Tambah menarik lagi, Burdah yang
38

dibacakan pada ritual yang dilakukan masyarakat Desa Baru tidak hanya merujuk
pada kitab asli kasidah Burdah karya Imam Al-Bushiri, tetapi sebuah buku yang
merupakan penjelasan (syarh) dari kitab Burdah Imam Al-Bushiri yang dikarang
oleh tokoh agama lainnya, yaitu Ustad Abdul Majid al-Jawi al-Jambi.
Burdah atau nama populernya Qashidah (Shalawat) Burdah biasanya
berada di dalam satu kitab yang dinamakan kitab Barzanji, nama kitab ini di ambil
dari nama pengarangnya yaitu Syekh Ja’far al-Barzanji bin Hasan bin Abdul
Karim (1690-1766). Ja’far di lahirkan di Madinah dan menghabiskan hidupnya
disana.45 Barzanji tersebar ke Nusantara berawal dari Syaikh Ahmad Khatib
Sambasi mendirikan tarekat Qodiriyah wa Naqsabandiyah di Makkah, Khatib
awalnya seorang mursyid Tarekat Qodiriyah namun di samping itu Khatib sendiri
menyebutkan dirinya juga seorang mursyid tarekat Naqsabandiyah.46 Khatib
mempunyai banyak murid dan khalifah yang berasal dari Nusantara, sebagian
khalifah-khalifah yang banyak menurunkan murid sampai sekarang yaitu Syaikh
Abdul Karim al-Bantani, Syaikh Ahmad Thalhah al-Cirboni, Syaikh Ahmad
Hasbullah al-Maduri. Tercatat dalam buku Surat Kepada Anjing Hitam yang
ditulis oleh Saifur Rachman yang menyebarkan tarekat Qadiriyah wa
Naqsabandiyah ke pulau Jawa ada tiga Ulama, diantaranya adalah Muhammad
Khalil Bangkalan, Abdul Karim Serang dan Thalhah Cirebon. Setelah mereka
sudah berhak menjadi mursyid dan mendapatkan ijazah kemudian mereka pulang
ke tanah Jawa dan menyebarkan tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah di masing-
masing tempat. dari sinilah Barzanji tersebar keseluruh tanah Jawa yang di
populerkan melalui tarekat tersebut oleh para ulama yang berpengaruh terhadap
masyarakat, rata-rata dari ulama Nusantara yang mencari ilmu di Makkah dan
Madinah adalah perintis Pesantren Jawa yang mempunyai peranan penting.47
Sebagaimana pada awal Sholawat Burdah yang ada di dalam kitab
Barzanji dikenal oleh masyarakat Desa Baru berawal dari adanya musibah yang

45
Tata Septayuda Purnama, Khazanah Peradaban Islam (Jakarta: Tinta Medina, 2011),
139.
46
Harisuddin Aqib, “Teosofi Tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah”, Media Komunikasi
dan Informasi Keagamaan, tanpa nomor (Oktober-Desember, 1999), 10.
47
Saifur Rachman, Surat Kepada Anjing Hitam (Jakarta: Pustaka Ciganjur, 1999), 26.
39

menimpa mereka yang meliputi penyakit Ta’on yang di alami oleh salah satu
masyarakat, Mereka meyakini bahwa penyakit Ta’on berasal dari setan. Mulanya
penyakit Ta’on menyerang orang yang tidur di atas dipan pada malam hari, tanpa
ada yang tahu penyebabnya. keesokan harinya korban ditemukan dalam kondisi
seluruh badan basah kuyup dan rata-rata korban meninggal dunia, untuk
menghindari penyakit Ta’on ini masyarakat Desa Baru selalu tidur dibawah lantai
dengan alas tikar.
Selain itu masyarakat desa Baru mengalami banyak orang tua yang
kehilangan anaknya, sakit lumpuh separuh juga dipercaya berasal dari setan,
selain itu banyak orang yang sakit demam pergi ke dokter yang ada di desa namun
ketika diobati pasien disuntik tidak sembuh malah penyakit yang diderita
bertambah parah, seperti tidak bisa berjalan dan sebagainya, saat itu dokter hanya
ada satu di desa tersebut. Dari sinilah masyarakat Desa Baru panik dan beberapa
masyarakat menemui para tokoh desa untuk mencari solusi dari masalah yang
mereka hadapi, diantara para tokoh tersebut adalah:
Para tokoh tersebut serta masyarakat akhirnya mengambil solusi dan
menyetujui hasil dari solusi yang mereka dapati. Solusi tersebut adalah
mengadakan pembacaan Sholawat Burdah yang ada di dalam kitab Barzanji
untuk dibaca bersama-sama, pencetusan tersebut bertepatan dengan bulan
Sya’ban tanggal empat tahun 1966 M, zaman ketika para tokoh desa masih hidup,
pembacaan Burdah Jalan dilakukan pada jam 24.00 WIB malam setiap ada
masalah yang berkaitan dengan desa. Maka para tokoh- tokoh desa Baru langsung
membacakan Burdah Jalan bersama-sama dan diikuti oleh masyarakat.
Sedangkan alat yang dipakai pada tahun 1966 M masih memakai obor untuk
menyinari jalan yang akan mereka lewati.
Dari segi pelaksanaan Burdah Jalan diadakan 1 tahun satu kali. namun
terkadang jika musim kemarau panjang masyarakat Desa Baru shalat Istisqo’
terlebih dahulu jam 9 atau kam 10 pagi, kemudian dilanjutkan malam harinya
selama 7 malam Burdah Jalan dilaksanakan. Pelaksanaan Burdah Jalan di dahului
dengan pengiriman surat Al-Fatihah kepada Nabi Muhammad saw, Syaikh Abu
Shiri (pengarang Shalawat Burdah), Syaikh Abdul Qadir Jailani, KH. Muhammad
40

Khalil Bangkalan dan terakhir minta dijauhkan dari bala’ melalui pengiriman
surat al-Fatihah tersebut. Pelaksanaan Burdah Jalan disyaratkan peserta harus
laki-laki, menurut bapak Muhammad Nasir sebenarnya peserta wajib dan harus
laki-laki, alasan mereka, peserta diwajibkan laki-laki karena menurut pandangan
masyarakat Desa Baru, perempuan tidak pantas berada di luar rumah ketika
malam hari. Namun seiring berjalannya waktu ada beberapa perempuan yang ikut
serta, hal ini pun tidak diwajibkan untuk mereka.
Setiap sampai di pertigaan atau perempatan jalan, Burdah diganti adzan.
Menurut masyarakat Desa Baru, adzan memiliki banyak fungsi selain dibuat
menyeru untuk shalat yaitu sebagai pengusir setan, menenangkan angin yang
keras yang disertai hujan, sedangkan peraturan Burdah Jalan, pemimpin yang
membacakan sholawat Burdah diharuskan orang yang pintar agama seperti
halnya seorang ustadz, Kiyai dan lain lain. Biasanya jumlah pelaksana terdiri dari
tujuh puluh anak kecil sampai dewasa, Pelaksana ini tidak terbatas. Tujuan
pembacaan Burdah Jalan adalah mendinginkan (memberi kedamaian untuk semua
warga di sana), mengusir penyakit, mengusir bala’, dan mengusir kemarau
panjang dan sebagainya. Adapun hasil dari pelaksanaan Burdah Jalan setelah esok
harinya anak-anak kecil yang hilang ditemukan di belakang pintu, di kebun-kebun
dan di bawah meja. Selain itu hari demi hari penyakit yang menimpa mereka
semakin membaik. Sejak saat itulah pembacaan Burdah Jalan selalu diadakan
setiap tahunnya.
Seiring perkembangannya Tradisi pembacaan Sholawat Burdah Jalan
mengalami perubahan dalam tata cara pelaksanaan, yang mana pada zaman
dahulu tradisi sholawat burdah dilakukan dengan cara mengelilingi desa dengan
membawa obor sambil bersholawat. Namun zaman sekarang Tradisi pembacaan
Sholawat Burdah hanya dilakukan pada saat-saat tertentu, yakni pada saat Tahun
Baru Hijriah yang bertepatan pada tanggal 1 Muharram, tetapi seringkali Tradisi
Sholawat Burdah dilaksanakan jika ada salah satu masyarakat Desa Baru yang
memiliki hajat tertentu. Karena sejatinya maksud dan tujuan dilaksanakannya
Sholawat Burdah di Desa Baru ialah memohon kepada Allah SWT. Untuk
41

diberikan kesembuhan dari penyakit yang dideritanya, jika memang sudah


waktunya, memohon untuk dipermudahkan jalannya.

C. Prosesi dan Perlengkapan yang diperlukan saat pelaksanaan Tradisi


Sholawat Burdah
Prosesi merupakan serangkaian kegiatan dalam suatu upacara atau tradisi.
Prosesi diambil dari bahasa Inggris “procession” yang berarti deretan, barisan,
dan iring-iringan. Sedangkan dalam kamus bahasa Indonesia prosesi berarti pawai
khidmat (perarakan) dalam upacara kegerejaan (perkawinan dan sebagainya).
Dari pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa prosesi merupakan suatu
serangkaian proses yang terencana dan tersusun dalam mengiringi suatu upacara
atau kegiatan komunal lainnya.48 Begitu juga Tradisi Sholawat Burdah di Desa
Baru memiliki serangkaian prosesi sebagai berikut.
1. Perlengkapan yang diperlukan saat pelaksanaan Tradisi Sholawat
Burdah
Berdasarkan hasil wawancara, pada tradisi pembacaan sholawat burdah
memiliki beberapa perlengkapan peralatan yang digunakan untuk melancarkan
acara tersebut, perlengkapannya sama seperti halnya acara tahlilan
[P]ara anggota keluarga mempersiapkan perlengkapan alat-alat yang
dibutuhkan dalam kegiatan tradisi sholawat burdah tersebut. Adapun
perlengkapan yang diperlukan, yaitu:49

a. Ambal

Ambal digunakan sebagai alas tempat duduk untuk para jama’ah yang

48
Nina Herlina, Metode Sejarah (Bandung: Satya Historika, 2020), 7.
49
M.Syarif, Bilal Desa Baru, Wawancara dengan penulis, 20 Juni 2022, Desa Baru,
Rekaman Audio
42

hadir dalam pelaksanaan tradisi sholawat burdah.

b. Rehal

Rehal atau bantal ini memiliki kegunaan atau fungsi sebagai tempat atau
alas dari kitab Burdah itu sendiri. Dengan rehal akan mempermudah di saat
akan membaca Sholawat Burdah dan dapat menambah kekhikmatan serta
kekhusukan dalam menjalankan ibadah.

c. Air Masak atau Air Mentah

[B]iasanya tuan rumah menyiapkan air putih yang sudah masak ataupun
yang masih mentah yang dimasukkan kedalam wadah. Kalau air yang sudah
masak untuk diminum langsung, sedangkan air yang masih mentah untuk
dimandikan. Tetapi ada juga masyarakat yang percaya walaupun air itu
mentah, asalkan air itu bersih juga bisa langsung diminum karena air tesebut
telah dido’akan.50

50
M.Syarif, Bilal Desa Baru, Wawancara dengan penulis, 20 Juni 2022, Desa Baru,
Rekaman Audio
43

d. Microfon

Microfon atau pengeras suara, digunakan oleh pemimpin yang


membawakan pembacaan sholawat burdah itu sendiri ,agar suaranya dapat
terdengar dengan jelas dan lantang oleh para jama’ah.

e. Kitab Burdah

[K]itab Burdah ataupun kitab barzanji, sebab bacaan Sholawat Burdah ada
dalam kitab Barzanji. Kitab burdah ini biasanya dibawakan langsung oleh pak
imam yang memimpin pelaksanaan pembacaan sholawat Burdah.51

51
M.Syarif, Bilal Desa Baru, Wawancara dengan penulis, 20 Juni 2022, Desa Baru,
Rekaman Audio.
44

2. Proses Pelaksanakan Tradisi Sholawat Burdah

Pada saat seluruh perlengkapan yang dibutuhkan dalam pelaksanaan


tradisi ini telah dipersiapkan, maka salah satu anggota keluarga mulai
mempersiapkan diri untuk menyambut para masyarakat yang akan segera hadir
dalam acara tersebut. Dalam hal ini, biasanya dipercayakan pada beberapa
anggota keluarga laki-laki yang sekaligus bertanggung jawab untuk mendampingi
para masyarakat yang hadir ketika pelaksanaan pembacaan Sholawat Burdah
tersebut dilangsungkan.

[P]elaksanaan pembacaan Shalawat Burdah di Desa Baru hanya dilakukan


pada saat-saat tertentu, yakni pada saat Tahun Baru Hijriah yang bertepatan
pada tanggal 1 Muharram, tetapi seringkali Tradisi Sholawat Burdah
dilaksanakan jika ada salah satu masyarakat Desa Baru yang memiliki hajat
tertentu. Karena sejatinya maksud dan tujuan dilaksanakannya Sholawat Burdah
di Desa Baru ialah memohon kepada Allah SWT. Untuk diberikan kesembuhan
dari penyakit yang dideritanya, jika memang sudah waktunya, memohon untuk
dipermudahkan jalannya. Tradisi shalawat burdah dipimpin oleh seorang imam,
ataupun tuan-tuan guru dan yang biasa memimpin Shalawat Burdah adalah
Ketua Masjid Desa Baru yaitu H. Ali Usman.52

52
H. Ali Usman, Ketua Masjid Desa Baru, Wawancara dengan Penulis 20 Juli 2022,
Rekaman Audio.
45

Pelaksaaan Tradisi Shalawat Burdah di Desa Baru tidak harus


dilaksanakan pada malam-malam tertentu, karena tergantung shohibul hajat atau
tuan rumah yang mengundang masyarakat kapan pembacaan sholawat burdah itu
bisa dilaksanakan, biasanya dilaksanakan setelah Ba’da isya secara rutin pada
setiap malamnya dalam jangka waktu yang telah ditentukan sebelumnya oleh
anggota keluarga.
Ketika para masyarakat sudah berdatangan, anggota keluarga mulai
mempersiapkan berbagai perlengkapan pokok dan diletakkan di depan salah satu
imam atau ustadz yang sebelumnya telah diminta untuk memimpin pelaksanaan
tradisi pembacaan Sholawat Burdah terhadap orang sakit tersebut.

Ketika semua perlengkapan sudah siap, maka salah satu anggota keluarga
yang menemani para hadirin biasanya memberi isyarat pada pak Imam sebagai
tanda bahwa pembacaan Sholawat Burdah telah siap dilaksanakan.
46

[P]roses pembacaan Shalawat Burdah dimulai tepat pada pukul 20.00 WIB, dan
dilakukan dalam beberapa tahap. Adapun tahap-tahapnya sebagai berikut.
a. Tahap pertama, dimulai dengan membaca surat Al-Fatihah (Ummul
Qur’an) yang di pimpin oleh imam. Pembacaan Al-fatihah dikhususkan
untuk Nabi Muhammad SAW, Para Ahlul Bait, sahabat Nabi Muhammad
SAW, dan shohibul hajat. Selain itu juga ditujukan untuk Imam Bushiri
(pengarang syair shalawat Burdah), dan para ahlul bait jama‟ah masing-
masing.
b. Tahap kedua, imam menyampaikan maksud dan tujuan dari shohibul hajat.
c. Tahap ketiga, imam membaca istighfar taubat 3 kali dan diikuti oleh para
jama‟ah.
َ‫الل‬ ِْ َ‫ْح ُِّي َِّل ُه َِو َِّل ِاِ ََلاِل َِه‬
ِ ‫ي الّ ِِذ الْعَ ِظ يْ ِم‬ ُِ ‫اَ ْستَ غْ ِف ُر إِلَيْ ِِه َوأَتُ ْو‬
َ ‫ب الْ َقيُّ ْومُِ ال‬
d. Tahap keempat, imam membaca shalawat 3 kali dan diikuti oleh para
jama‟ah.
‫صلِّ َعلَى َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد‬
َ ‫اَللَّ ُه َّم‬
e. Setelah itu di tahap kelima, yakni pembacaan syair-syair Shalawat Burdah
yang terbagi dalam 2 rowih. Dalam pembacaan shalawat burdah
menggunakan berbagai macam lagu. Penggunaan lagu dalam membaca
syair atau khasidah disebut Arudl.
1. Rowih Pertama
‫ص ِّل َو َسلِّ ْم َدائِ ًما أَبَ ًدا‬
َ ‫ي‬ َ ‫َم ْوََل‬
‫ك خَْي ِر الْ َخل ِْق ًكلِّ ِه ِم‬ َ ِ‫لى حَبِْيب‬ٰ ‫َع‬
2. Rowih Kedua
ِ ‫ب بِالْمطََفى ب لِّ ْغ م َقا‬
‫ص َدنَا‬ َ َ ُ ِّ ‫ار‬ َ َ‫ي‬
ِ ‫ضى ياو‬
‫اس َع الْ َك َرم‬ ِ
َ َ َ ‫َواغْف ْرلَنَا َم َام‬
f. Tahap keenam, merupakan tahap terakhir pembacaan Shalawat Burdah
yaitu diakhiri dengan doa yang dipimpin oleh Imam. Akan tetapi, pada
waktu-waktu tertentu dilanjutkan dengan pembacaan Surah Yasin Dzikir
dan Tahlil atau (Tahlilan), tergantung permintaan dari tuan rumah ataupun
shohibul hajat. Setelah pembacaan Shalawat Burdah selesai berbagai
makanan dan minuman dihidangkan.53

53
Sahil Mubarok, Tokoh Agama Desa Baru, Wawancara dengan penulis, 20 Juni 2022,
Desa Baru, Rekaman Audio.
47

Makanan dan minuman yang akan dihidangkan setelah pembacaan


Sholawat burdah selesai. Ini dilakukan dengan tujuan untuk memuliakan tamu
atau jama‟ah yang hadir dalam Pembacaan Shalawat Burdah.

Dari keseluruhan prosesi Tradisi Shalawat Burdah memakan waktu kurang


lebih 2 jam sehingga, sekitar pukul 22.00 WIB selesai.
BAB IV
TRADISI SHOLAWAT BURDAH DALAM TINJAUAN TEORI
HERMENEUTIKA PADA MASYARAKAT DESA BARU

A. Tujuan dan Manfaat Tradisi Sholawat Burdah Pada Masyarakat Desa


Baru di Kecamatan Maro Sebo Kabupaten Muaro Jambi

a. Tujuan Sholawat Burdah


Sholawat burdah dibuat dengan tujuan agar umat Islam pada masa itu
dapat mencontoh kehidupan Rasulullah SAW, terutama dalam mengendalikan
hawa nafsu. Selain itu, sholawat burdah juga dianggap mampu menghidupkan
kembali penggubahan syair-syair pujian bagi baginda Rasulullah. Shalawat
Burdah merupakan satu bentuk ritual keagamaan yang merupakan salah satu dari
sekian banyak jenis shalawat yang berkembang di Indonesia. Shalawat Burdah
memiliki tujuan yang hampir sama seperti shalawat pada umumnya. Karena pada
dasarnya yang dirasakaan oleh para jama‟ah setelah mengikuti Shalawat Burdah
adalah ketenangan hati dan jiwa. Selain itu dengan kita bershalawat maka kita
akan termasuk dalam pengikut atau umat Nabi Muhammad SAW sehingga
diharapkan kita akan mendapatkan syafaat besok di hari Kiamat.
Imam Bushiri adalah seorang penyair yang suka memuji-muji raja-raja
untuk mendapatkan uang. Kemudian beliau tertimpa sakit faalij (setengah
lumpuh) yang tak kunjung sembuh setelah berobat ke tabib manapun. tak lama
kemudian beliau bermimpi bertemu Rasulullah SAW yang memerintahkan untuk
menyusun syair yang memuji Rasulullah. Maka beliau mengarang syair burdah
dalam 10 pasal. Pada tahun 6-7 H. Seusai menyusun syair Burdah, beliau kembali
bermimpi bertemu Rasullulah SAW yang menyelimutinya dengan burdah
(mantel). Ketika bangun, sembuhlah beliau dari penyakit lumpuh yang
dideritanya. Qosidah burdah ini tersebar di seluruh penjuru bumi dari timur
hingga barat. Bahkan disyarahkan oleh sekitar 20 ulama, diantaranya yang
terkenal adalah Imam Syabukhiti dan Imam Baijuri.
Habib Husein bin Mohammad Alhabsiy (saudara Habib Ali Alhabsyi
sohibul maulid Simtud Duror) biasa memimpin Dalail Khoirot di Mekkah.

48
49

Kemudian beliau mimpi bertemu Rasulullah SAW yang memerintahkannya untuk


membaca Burdah di majelis tersebut. Dalam mimpi tersebut, Rasulullah SAW
bersabda bahwa membaca Burdah sekali lebih afdol dari pada membaca Dalail
Khoiroot 70 kali. Ketika Hadramaut tertimpa paceklik hingga banyak binatang
buas berkeliaran di jalan, Habib Abdurrahman Al Masyhur memerintahkan setiap
rumah untuk membaca Burah. Alhamdulillah, rumah-rumah mereka aman dari
gangguan binatang buas. Beberapa Syu‟ara (penyair) dizaman itu sempat
mengkritik bahwa tidaklah pantas pujian kepada Rasulullah SAW dalam bait-bait
burdah tersebut diakhiri dengan karoh/khofadz. Padahal Rasulullah SAW agung
dan tinggi (rofa‟). Kemudian Imam Bushiri menyusun qosidah yang bernama
Humaziyyah yang bait-baitnya berakhiran dengan dhommah (marfu‟).
Imam Bushiri juga menyusun qosidah Mudhooriyah. Pada qosidah tersebut
terdapat bait yang artinya,”Aku bersholawat kepada Rasulullah SAW sebanyak
jumlah hewan dan tumbuhan yang diciptakan Allah SWT ” kemudian dalam
mimpinya, beliau melihat Rasulullah bersabda.”Bahwa sesungguhnya malaikat
tak mampu menulis pahala shalawat yang dibaca tersebut.”54
Habib Salim yang bercerita tentang seseorang yang telah berjanji kepada
dirinya untuk menyusun syair hanya untuk memuji Allah dan Rasulullah. Suatu
ketika ia tidak mempunyai uang dan terpaksa menyusun syair untuk memuja raja-
raja agar mendapat uang. ia pun bermimpi Rasulullah bersabda:”Bukankah
engkau telah berjanji hanya memuji Allah dan RasulNya ?! Aku akan memotong
tanganmu...” kemudian datanglah Sayidina Abu Bakar r.a meminta syafaat
untuknya dan dikabulkan oleh Rasulullah. Ketika ia terbangun dari tidurnya, ia
pun langsung bertaubat. Kemudian dia melihat ditanganya terdapat tanda bekas
potongan dan keluar cahaya dari situ.
Habib Salim mengatakan bahwa Burdah ini sangat mujarab untuk
mengabulkan hajat-hajat kita dengan ijin Allah SAW. Namun terdapat syarat-
syarat yang harus dipenuhi. yaitu mempunyai sanad ke Imam Bushiri, mengulangi
bait “Maula ya solli wa sallim…”berwudhu, menghadap Kiblat, memahami

54
Abu Zainal Abidin. Qashidah Burdah Lil Imam Al Bushiry. Team Majelis Raudhatul
Ghanna Annabawiyyah Kandangan, 2008, 60-61
50

makna bait-bait, dibaca dengan himmah yang besar, beradab, memakai


wewangian.55
Berdasarkan keajaiban yang menimpa diri Imam al-Bushiry, Sholawat
Burdah yang digubahnya menjadi populer di kalangan masyarakat umum.
Bahkan, karena keajaiban itulah sebagian besar masyarakat mempercayai bahwa
Sholawat Burdah memiliki kekuatan supranatural yang dapat menyembuhkan
berbagai penyakit. Kepercayaan terhadap keajaiban Sholawat Burdah tersebut
berkembang dari zaman ke zaman. Bahkan, sampai saat ini pun kepercayaan
tersebut masih nampak begitu kental di kalangan masyarakat penikmat Sholawat
Burdah, termasuk didalam Sholawat Burdah tersebut sebagai salah satu media
tawassul untuk mendapatkan syafaat dari Allah SWT agar diberikan jalan
kemudahan, baik kemudahan dalam bentuk kesembuhan maupun kemudahan
dalam menemui ajal. Selain itu, masyarakat Desa Baru juga memaknai tradisi
tersebut sebagai salah satu media yang dapat mengokohkan nilai-nilai
kekeluargaan dalam masyarakat Desa Baru.

1) Tujuan Tradisi Sholawat Burdah pada Masyarakat Desa Baru


Berbagai upacara atau tradisi yang dilaksanakan oleh sekelompok
masyarakat tidak bisa terlepas dari adanya maksud dan tujuan yang ingin dicapai
dari pelaksanaan upacara itu sendiri. Menurut penulis, maksud dan tujuan dari
sebuah tradisi yang dilaksanakan dapat dikatakan sebagai instrumen pokok dalam
pelaksanaan sebuah tradisi. Bahkan, dapat dikatakan bahwa keberadaan maksud
dan tujuan tersebut menjadi alasan utama akan eksis dan tidaknya sebuah tradisi.
Bagi masyarakat, sebuah tradisi tertentu akan senantiasa dilestarikan apabila nilai
guna yang menjadi tujuan dari pelaksanaan tradisi tertentu masih dapat dirasakan
oleh masyarakat.
Dalam konteks ini, tradisi pembacaaan Sholawat Burdah terhadap orang
sakit yang dilaksanakan oleh masyarakat Desa Baru, setidaknya ada dua tujuan
yang dapat penulis peroleh dari hasil penelitian di lapangan. Pertama. tradisi

55
Mardliyah Nur Lintang Utami, “Makna Simbol Dalam Tradisi Burdahan Di Pondok
Pesantren Kramat”, Jurnal Ilmu Humaniora Vol. 04, No. 2, Desember 2020, 151
51

pembacaan Sholawat Burdah terhadap orang sakit yang dilaksanakan oleh


masyarakat Desa Baru dimaksudkan untuk mendapatkan syafa’at dari Allah SWT,
baik yang berbentuk kesembuhan ataupun kemudahan dalam menemui ajal.
Pendapat yang pertama tersebut penulis dapatkan dari pengakuan responden yang
sebagian besar merupakan masyarakat awam. Kedua, para tokoh ulama
beranggapan bahwa pelaksanaan tradisi pembacaan Sholawat Burdah tersebut
dilaksanakan guna memberikan siraman rohani bagi penderita sakit dan pihak
keluarga. Melalui siraman rohani yang didapatkan dari syafa’at Sholawat Burdah
tersebut diharapkan dapat memberikan ketenangan batin bagi penderita dan
keluarga, sehingga mereka dapat bersikap tawakkal dan ikhlas dalam menghadapi
musibah yang sedang melanda. Para ulama dan kiyai beranggapan bahwa
penyakit jasmani yang diderita seseorang tersebut merupakan akibat langsung dari
adanya penyakit rohani.
[S]holawat Burdah merupakan salah satu media yang cukup ampuh untuk
mengobati penyakit rohani tersebut. Dua perbedaan pendapat yang
diungkapkan oleh kedua kelompok masyarakat yang berbeda (masyarakat
awam dan ulama) tersebut di atas merupakan representasi dari tingkat
pemahaman masing-masing kelompok terhadap keberadaan Sholawat Burdah
itu sendiri. Para ulama’ dan kiai memahami Sholawat sesuai dengan apa yang
mereka pelajari, sedangkan masyarakat awam memahami Sholawat Burdah
sesuai dengan apa yang mereka alami. Terlepas dari adanya perbedaan
pandangan sebagaimana dimaksudkan di atas, setidaknya dapat diambil
kesimpulan bahwa maksud dan tujuan dari pelaksanaan tradisi pembacaan
Sholawat Burdah terhadap orang sakit tersebut adalah dimaksudkan untuk
memohon syafa’at dari Allah SWT melalui Sholawat Burdah agar segera
disembuhkan dari penyakit yang sedang diderita, baik penyakit rohani maupun
penyakit jasmani.56

b. Manfaat Tradisi Sholawat Burdah


Sholawat Burdah mempunyai beberapa manfaat dalam pelafalannya,
diantara tujuan dan manfaat dari Sholawat Burdah ini diantaranya:
1) Manfaat Burdah bagi sang penyair
Analisis struktur isi kasidah burdah menunjukkan bahwa karya yang ia
buat ditujukan oleh pengarangnya untuk mengekspresikan rasa cinta yang

56
Sahil Mubarok, Tokoh Agama Desa Baru, Wawancara dengan penulis, 20 Juni 2022,
Desa Baru, Rekaman Audio.
52

dalam kepada Nabi saw. Selanjutnya ungkapan rasa cinta tersebut


dimaksudkan oleh Al-bushiri sebagai sarana(wasilah) untuk mendapatkan
kesembuhan dari penyakit stroke yang dialaminya, syafaat Nabi dan
ampunan Allah.
2) Manfaat burdah bagi masyarakat dan pesantren
Manfaat burdah bagi masyarakat dan pesantren, mempunyai manfaat
sama seperti masyarakat Arab, yaitu berupa fungsi manfaat mencakup agama,
spiritual dan pendidikan. Pertama, Fungsi keagamaan burdah dapat diketahui
melalui pengamalan burdah secara keseluruhan sebagai amal ibadah.
Pengalaman mereka didasarkan atas alasan bahwa burdah itu selaras dengan
sunnah serta didorong oleh kecintaan kepada Nabi dan rasa hormat kepada
ulama (Al-Bushiri). Mereka memandang Al-Bushiri sebagai wali Allah yang
layak untuk diminta barakanya. Disamping itu, bait-bait burdah tertentu
diamalkan secara integral dengan ibadah shalat fardu. Bait ke-79, misalnya
dibaca sebanyak tiga kali setelah shalat maghrib dengan tujuan untuk
memperoleh kekuatan dalam beragama.
Kedua, fungsi spiritual tampak dalam khasiat faedah yang dikandung syair
burdah. Bait-bait burdah memiliki tiga fungsi spiritual yaitu: mengobati
penyakit rohaniah, jasmaniah dan sebagai penolak bala. Untuk memperoleh
khasiat tersebut, burdah yang dilakukan dengan kaitan perkembangan
individu, upacara-upacara keagamaan, pengobatan, permintaan keputusan
dari Allah bagi yang sakit keras dan hal hal yang magis.
Ketiga, fungsi pendidikan pada kasidah burdah ini dengan memberikan
pengajaran kepada santri dan masyarakat, baik secara langsung maupun tida
langsung. Ia dipandang sebagai salah satu sumber ajaran Islam dalam hal
mencintai Nabi dan memujinya, serta mengetahui berbagai mukjizatnya.
Keempat, fungsi hiburan dapat diketahui oleh masyarakat indonesia untuk
menghibur diri, menggairahkan santri atau jama'ah dan menyenangkan pihak
pengundang. Karena itu masyarakat Indonesia membaguskan suaranya,
53

mengimprovisasikannya, dan memvariasikannya.57


3) Manfaat Burdah bagi masyarakat Desa Baru
Pada masyarakat Desa Baru yang mengamalkan burdah, karya ini
memiliki fungsi manfaat.
[M]anfaat Burdah selain meminta diberikan kesembuhan, juga
mengharapkan umur yang barokah.Umur yang barokah dimaknai sebagai
hidup dalam sesuatu yang bernilai kebaikan. Adapun fungsi manfaat ini
mencakup aspek agama, spiritual dan sosial. Berkaitan dengan aspek
spiritual, burdah difungsikan untuk menyembuhkan penyakit rohani,
jasmani, dan penolak bala. Pada manfaat kedua, yaitu pembacaan burdah
difungsikan oleh para pembacanya untuk mengikat tali persaudaraan,
dalam pelaksanaan Tradisi Burdah sering dijumpai saling menyapa,
berjabat tangan, saling berbincang-bincang serta saling meminta maaf satu
sama lain. 58

Lantunan dari sholawat burdah yang indah dapat membuat seorang


menjadi terlena bahkan sangat menikmatinya. Seorang yang menikmati lantunan
sholawat burdah dan menghayati makna yang terkandung di dalamnya terkadang
sering merasakan adanya perasaan nyaman dalam jiwanya.
Menurut Larson (1997) sejumlah penelitian tentang relevansi klinis dari
agama dan spiritualitas dapat dikategorikan menjadi 4 golongan, yaitu:
1)Pencegahan penyakit (illness prevention), 2)Penyesuaian terhadap penyakit
(coping with illness), 3)Kesembuhan dari operasi (recovery from surgery),
4)Meningkatkan hasil pengobatan (improving treatment outcomes).59
Terapi melantunkan Sholawat Burdah untuk konseling Islam ini dapat
dilakukan dengan beberapa cara, antara lain:
1) Langkah preventif
Pelantunan sholawat burdah dapat mencegah terjadinya kesehatan mental
dengan cara mengamalkan isi dari tuntunan qasidah burdah seperti mengamalkan
untuk ungkapan dalam syair qasidah adalah membuang jauh-jauh hawa nafsu

57
Ulin Nihayah, “Konsep Seni Qasidah Burdah Imam Al-Bushiri”, Jurnal Dakwah Vol.
34, No. 1, Januari-Juni 2014, 303-304
58
Sahil Mubarok, Tokoh Agama Desa Baru, Wawancara dengan penulis, 20 Juni 2022,
Desa Baru, Rekaman Audio.
59
M.A Subandi, “Integrasi Psikoterapi Dalam Dunia Medis”, dalam Http: http://
psikologi.ugm.ac.id/uploads/resources/File/Database%20Penelitian%20Dosen/integrasi_psikotera
pi_medis.pdf diakses pada 22 Juni 2014
54

seperti pada bait 18, adapun menurut Al-Tirmidzi yang dikutip oleh Amir An
Najr, nafsu dibedakan menjadi 3 diantaranya: Pertama, nafs (jiwa) bermakna
nafas yang dapat memberikan hidup, dimana nafas itu terpancar dari ruh, seperti
meluapnya sesuatu dari atas ke bawah. Kedua, nafs (jiwa) sebagai gharizah
(insting) yang dihiasi oleh setan dengan segala tipu daya yang bertujuan untuk
menang dan merusak. Dalam posisi ini, jiwa sangat lemah dihadapkan setan.
Ketiga, nafs (jiwa) sebagai teman dan penolong setan, dan jiwa semalam
ini ikut serta di dalam kejahatan, bahkan merupakan bagian dari kejahatan itu
sendiri, sementara itu, watak dari nafsu bisa menjerumuskan manusia dalam
lembah kehinaan.60
2) Relaksasi dan Meditasi
Terapi relaksasi dan meditasi ini bertujuan untuk mengendorkan otot-otot
dan mencapai kondisi rileks. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa relaksasi
dan terutama meditasi merupakan sebuah metode anastesi alamiah.
Dalam hal ini, menumbuhkan kesehatan mental dengan relaksasi
mendengarkan sholawat burdah sebagai lantunan sholawat yang indah, bisa
membuat pendengarnya merasa tenang dan tentram dalam batin.
3) Langkah penyembuhan
Penyembuhan bagi seorang yang mengalami tidak sehat mental dalam hal
ini adalah penyerahan diri seseorang dalam melantunkan qasidah burdah. Seperti
yang dikatakan oleh D.R zakiah daradjat yaitu hubungan antara kejiwaan dan
agama dalam kaitannya dengan hubungan antara agama sebagai keyakinan dan
kesehatan jiwa terletak pada sikap penyerahan diri seseorang terhadap suatu
kekuasaan Yang Maha Tinggi. Sikap pasrah yang serupa itu diduga akan memberi
sikap optimis pada diri seseorang sehingga muncul perasaan positif seperti rasa
bahagia, rasa senang, puas, sukses, merasa dicintai atau rasa aman. Dalam hal ini,
qasidah burdah yang mempunyai pengaruh positif dalam batin seseorang dengan
adanya perasaan yang nyaman pada jiwa seseorang. Ekspresi perasaan positif
dalam diri individu ini diwujudkan dalam religiusitas dalam beragama.
60
Amir an-Najjar, Mengungkap Akar Perselisihan Umat, (Jakarta: Penerbit Lentera,
1993), 10
55

Frankl dalam Logoterapi juga menjelaskan bahwa adanya dimensi


kerohanian pada manusia di samping dimensi ragawi dan kejiwaan. Individu
dapat menemukan makna dengan menemui kebenaran melalui realisasi nilai-nilai
yang berasal dari agama. Oleh karena itu dalam menumbuhkan kesehatan mental
pada individu dapat diperoleh melalui keterlibatan individu dalam aktivitas
religius.
Melaksanakan tata cara ibadah yang diajarkan agama, disamping dengan
melaukan shalat fardu yang diiringi bacaan burdah, juga termasuk dengan
melafalkan qasidah burdah di majelis, dengan khidmat maka akan menimbulkan
perasaan tenang, tentram, tabah serta merasakan mendapat bimbingan dalam
melakukan tindakan.61
Dari berbagai penjelasan di atas maka tujuan dari Sholawat Burdah yakni
untuk mengharap ridha Allah SWT serta mendapatkan syafaat dari Nabi
Muhammad SAW yang dilakukan dengan cara melantunkan puisi kepada
Rasullah, sedangkan fungsi dari Sholawat Burdah yakni untuk mengugurkan
kewajiban kita sebagai umat Islam dalam bersholawat kepada Nabi Muhammad
SAW.

61
Frankl, Viktor E. ManIs Search For Meaning. Terjemahan Lala Hermawati Dharma.
(Bandung: Nuansa, 2004), 36-37
56

B. Tinjauan Teori Hermeneutika Terhadap Tradisi Sholawat Burdah pada


Masyarakat Desa Baru Kecamatan Maro Sebo Kabupaten Muaro Jambi
Hermeneutika adalah hasil teorisasi dan diaplikasikan dari hermeneutika
yang dipakai untuk memahami dunia kehidupan dan pengalaman-pengalaman
manusia.62
Salah satu pentingnya hermeneutika Gadamer untuk memaknai Tradisi
Sholawat Burdah adalah pendekatan yang terus berusaha menemukan makna
objektif. Menurutnya, penafsir tidak mungkin bisa memosisikan dirinya dalam
posisi pengarang ataupun mengetahui makna aslinya persis, karena bagaimanapun
penafsir selalu menggenggam makna subjektif.63
Pernyataan ini mengasumsikan bahwa manusia tidak bisa lepas dari
kungkungan tradisi dimana ia hidup, termasuk ketika ia hendak menafsirkan
sebuah teks. Faktor “prapemahaman” (schemata) pada diri pembaca/penafsir
tentu memengaruhinya dalam mendialogkan teks dan konteks.64
Hermeneutika sebagai bentuk upaya penafsiran dan memberi makna atas
sebuah teks, maka inti dari pemikiran hermeneutika Gadamer bertumpu pada
konsep ”memahami”. Pemahaman selalu dapat diterapkan pada keadaan kita saat
ini, meskipun pemahaman itu berhubungan dengan peristiwa sejarah, dialetika
dan bahasa. Oleh karenanya pemahaman selalu mempunyai posisi, misalnya
posisi pribadi kita sendiri saat ini.
Pemahaman tidak pernah bersifat objektif dan ilmiah. Sebab pemahamn
bukanlah “mengetahui” secara statis dan di luar kerangka waktu, tetapi selalu
dalam keadaan tertentu, pada satu tempat khusus dalam kerangka ruang dan
waktu misalnya dalam sejarah. Semua pengalaman yang hidup itu menyejarah,
bahasa dan juga pemahaman menyejarah. Proses pemahaman sebenarnya
merupakan interpretasi itu sendiri. Sebab bila akal pikiran memahami maka di
dalammya tercukup juga interpretasi. Sebaliknya bila akal pikiran kita melakukan

62
M. Ied Al Munir, “Hermeneutika sebagai Metode Dalam Kajian Kebudayaan”, Titian
:Jurnal Ilmu Humaniora Vol. 05, No. 1, Juni 2021, 102
63
A. Sofyan, “Hermeneutika Gadamer dan Relevansinya dengan Tafsir” Jurnal Farabi,
Vol 11. No 1. Juni 2014.”, 10
64
N. Kholis Huqola, “Hermeneutika Hadis: Upaya Memecahkan Kebekuan Teks” dalam
Jurnal Teologia, Vol. 24, No. 1 Januari-Juni, IAIN Walisongo, Semarang, 2013, 13
57

interpretasi, maka terangkum juga pemahamannya.


Pemahaman terhadap sebuah wacana (teks) akan terjadi manakala teks
itu terus-menerus ditempatkan dalam kerangka konteks yang berubah secara
kontinyu. Perubahan kontinyuitas dalam memahami teks akan mudah dengan
mengikuti perubahan karena itu suatu peristiwa atau makna suatu teks yang
nampak di hadapan kita bukanlah suatu yang tetap. Suatu kesadaran historis
memuat hubungan antara masa lalu dan masa kini. Sedangkan masa kini telah kita
ketahui melalui media universal yaitu bahasa. Dengan demikian cakupan
pemahaman kita menjadi universal.
Teori Gadamer tersebut adalah sebuah upaya penerapan dari tugas pokok
hermenutika yaitu bagaimana menafsirkan sebuah teks yang asing menjadi tidak
asing; bagaimana menelusuri pesan dan pengertian dasar sebuah ungkapan dan
tulisan yang tidak jelas, kabur, remang-remang dan kontradiksi, sehingga
menimbulkan keraguan dan kebimbangan bagi pendengar atau pembaca.65
Karena itu proses pemahaman dan interpretasi tidak dengan metode
induksi, dan tidak pula deduksi, melainkan dengan metode alternatif yang oleh
Komarudin Hidayat disebut dengan metode abduksi. Yaitu, menjelaskan data
berdasarkan asumsi dan analogi penalaran serta hipotesa-hipotesa yang memiliki
berbagai kemungkinan kebenaran.66 Disini pra-konsepsi dan pra-disposisi seorang
penafsir dalam memahami teks memiliki peran yang besar dalam membangun
makna. Dalam tradisi hermeneutika, sebuah teks menawarkan berbagai
kemungkinan untuk ditafsirkan berdasarkan sudut pandang serta teori yang
hendak dipilihnya. Namun begitu tidak berarti hermeneutika mendukung paham
relativisme nihilisme, melainkan justru hendak mencari pemahaman yang benar
atas sebuah teks yang hadir pada kita sebagai “tamu asing”.67
Secara prinsipil tidak ada perbedaan antara hermeneutika dengan tafsir.
Sebagai sebuah metode interpretasi, keduanya berupaya memahami teks untuk

65
A. Sofyan, “Hermeneutika Gadamer dan Relevansinya dengan Tafsir” Jurnal Farabi,
Vol 11. No 1. Juni 2014.”, 12
66
Komaruddin Hidayat, Memahami Bahasa Agama: Sebuah Kajian Hermeneutika
(Jakarta: Paramadina, 1996), 13.
67
A. Sofyan, “Hermeneutika Gadamer dan Relevansinya dengan Tafsir” Jurnal Farabi,
Vol 11. No 1. Juni 2014.”, 14.
58

menemukan makna yang relevan. Karena itu sebuah teks lahir bukan dalam ruang
dan hampa budaya. Hermeneutika berupaya menyingkap makna yang melingkup
teks. Dalam tafsir, apa yang melingkup teks terefleksi dalam sabab alnuzul dan
sabab al-wurud. Yang membedakan keduanya adalah dasar teologis. Karena itu,
penafsiran biasanya disejajarkan dengan praktik penafsiran, sedangkan
hermenutika menunjuk kepada tujuan, prinsip dan kriteria dari praktek tersebut.
Dengan kata lain, hermeneutika adalah teori penafsiran.
Jika ditinjau dari teori hermeneutika tradisi pembacaan Burdah menjadi
pemahaman dalam dunia kehidupan beragama masyarakat Desa Baru. Maksud
dari Tradisi Sholawat Burdah yaitu sebagai pujian dan ungkapan cinta pada Nabi
yang didendangkan oleh Imam Bushiri, namun oleh mereka kemudian dibacakan
untuk orang sakit yang kritis. Dengan Burdah, Imam Bushiri bersenandung untuk
Nabi dengan berharap syafaat, sementara bagi mereka dibaca untuk orang sakit
yang kayaknya harus memilih antara hidup atau mati. Dalam Tradisi Sholawat
Burdah, ritual agama dan sikap tindakannya mengindikasikan adanya deviasi
pemahaman keberagamaan mereka. Hal ini pula tampaknya melahirkan sakralitas
harapan terhadap kehidupan atau kematian. Kegelisahan tersebut dikaji dengan
analisis Hermeneutika Gadamer. Fokus studi menusuk pada pelaksanaan Tradisi
Sholawat Burdah, makna dan tujuan tradisinya, dan pemahaman masyarakat Desa
Baru. Hasil penelitian di Desa Baru menunjukkan, bahwa tradisi Sholawat Burdah
pada masyarakat Desa Baru memiliki perbedaan pada tradisi burdah di daerah
lainnya yaitu dari pujian sebagai pengobatan.
Hal ini terjadi karena Burdah dibaca untuk penyakit ta`on, untuk penyakit
tanpa sebab, untuk orang yang telah lama terbaring sakit. Sejak tahun ini, diduga
kuat mulai terbentuk pemahaman masyarakat Desa Baru, yaitu Burdah dibaca
hanya untuk orang sakit sekarat. Pemahaman ini berlanjut hingga kini tradisi
Burdah diyakini sebagai solusi terakhir dalam pengobatan walau tanpa adanya
sosialisasi pemahaman Sholawat Burdah, pemahaman tentang Burdah dimaknai
sendiri oleh masyarakat berdasarkan pengalaman yang berulang-ulang, dan
dengan Burdah ada harapan agar bisa menentukan nasib hidup atau mati orang
sakit.
59

C. Makna dan Nilai-nilai yang Terkandung dalam Tradisi Sholawat


Burdah pada Masyarakat Desa Baru Kecamatan Maro Sebo Kabupaten
Muaro Jambi
a. Makna Tradisi Sholawat Burdah pada Masyarakat Desa Baru
Makna adalah bagian yang tidak terpisahkan dari semantik dan selalu
melekat dari apa saja yang kita tuturkan. Pengertian dari makna sangatlah
beragam. Ferdinand de Sausure mengungkapkan, sebagaimana yang dikutip oleh
Abdul Chaer, makna sebagai pengertian atau konsep yang dimiliki atau terdapat
pada suatu tanda linguistik.68 Terkait dengan hal tersebut, Aminuddin
mengemukakan bahwa makna merupakan hubungan antara bahasa dengan dunia
luar yang disepakati bersama oleh pemakai bahasa sehingga dapat saling
dimengerti.69
Berbagai pelaksanaan tradisi pembacaan Sholawat Burdah yang
dilaksanakan di berbagai daerah tentunya memiliki kekhasannya masing-masing
sesuai dengan pola pikir masyarakat setempat. Dalam hal ini, tidak jarang dapat
kita temukan adanya berbagai macam perbedaan dalam memaknai keberadaan
suatu tradisi tertentu. Berbagai perbedaan penilaian terhadap suatu tradisi tersebut
merupakan representasi dari perbedaaan pola pikir dalam diri masyarakat itu
sendiri.
Tradisi pembacaan Sholawat Burdah terhadap orang sakit yang
dilaksanakan oleh masyarakat Desa Baru sering kali memunculkan perbedaan
pemahaman dalam masyarakat setempat. Meski perbedaan tersebut tidak begitu
mencolok, setidaknya perbedaan pemaknaan masyarakat mengenai Sholawat
Burdah tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu kalangan ulama’
atau kiyai dan masyarakat awam.
Menurut para tokoh agama atau alim ulama setempat, tradisi pembacaan
Sholawat Burdah terhadap orang sakit tersebut merupakan media untuk
mendapatkan syafa’at dari Allah SWT untuk meningkatkan spritualitas penderita
dan keluarga sehingga mereka bersabar, tabah dan ikhlas dalam menghadapi ujian

68
Abdul Chaer, Linguistik Umum (Jakarta: Rineka Cipta, 1994), 286.
69
Aminuddin, Semantik (Bandung: Sinar Baru, 1998), 50.
60

yang berupa penyakit tersebut. Para tokoh agama menambahkan, penyakit yang
diderita tersebut pada dasarnya bersumber dari penyakit rohani, artinya penyakit
yang diderita tersebut dimaknai sebagai azab dari Allah SWT atas adanya
penyakit rohani dalam diri penderita. Dengan demikian, melalui media Sholawat
Burdah diharapkan dapat memberikan siraman rohani bagi penderita dan keluarga
sehingga mereka dapat terbebaskan dari azab yang berupa penyakit tersebut.
Berbeda dari para ulama atau tokoh agama, kalangan masyarakat awam
memaknai tradisi Sholawat Burdah terhadap orang sakit tersebut sebagai media
pengobatan alternatif ketika berbagai pengobatan lainnya (medis dan dukun)
sudah tidak mampu mendatangkan kesembuhan bagi penderita, baik hal itu
diakibatkan karena parahnya penyakit yang diderita maupun yang diakibatkan
oleh ketidakmampuan keluarga untuk membiayai pengobatan salah satu anggota
keluarga yang sakit.
[A]do jugo sebagian orang yang dak ngerti yang mengatokan burdah itu tuk
mendoakan orang itu mati cepat meninggal, padahal hakikatnyo tu meminta
kesembuhan, jugo kalu orang tu pendek umur mintak diluruskan jalannyo. Yo
ngapo sayo sebut cem itu, banyak orang dak diburdahkan mati jugo. Yang
jelasnyo mintak yang terbaik apo untuk dio.70

[A]da juga masyarakat awam yang memaknai bahwa Sholawat Burdah terhadap
orang sakit mendoakan orang cepat meninggal. Padahal pada hakikatnya ialah
meminta diberi kesembuhan, jika memang sudah waktunya memohon
pertolongan agar diluruskan jalannya menemui ajal. Untuk menyanggah
pandangan masyarakat awam tentang Tradisi Sholawat Burdah Pak Sahil
Mubarok selaku tokoh agama yang biasa memimpin pelaksanaan burdah
mengatakan sebab banyak orang yang tidak diburdahkan juga akan meninggal
tanpa harus diburdahkan. Intinya minta diberikan yang terbaik untuk
mempunyai hajat.

Dilihat dari dua pemahaman tersebut di atas, dapat dipahami bahwa


perbedaan tersebut lebih berdasarkan pada tingkat pemahaman atau latar belakang
pendidikan yang didapatkan oleh kedua kelompok tersebut. Tetapi, kedua
perbedaan pendapat seperti halnya tersebut di atas sebenarnya memiliki kesamaan
yakni keduanya memaknai Sholawat Burdah sebagai media untuk memohon

70
Kustabah, Imam Masjid Desa Baru, Wawancara dengan Penulis, 20 Juli 2022,
Rekaman Audio
61

syafa’at dari Allah SWT agar dibebaskan dari penyakit yang sedang diderita baik
penyakit rohani maupun jasmani. Selain itu, masyarakat beranggapan bahwa
tradisi pembacaan Sholawat Burdah merupakan salah satu media untuk
mengekspresikan tingginya rasa kekeluargaan dan rasa solidaritas yang terjalin di
antara warga masyarakat Desa Baru. Kentalnya jalinan kekeluargaan tersebut
dapat kita lihat dari adanya tingkat kepedulian masyarakat sekitar terhadap
keluarga yang mempunyai hajat tersebut yang berbentuk keikhlasan untuk hadir
dalam acara tersebut meskipun tanpa melalui undangan. Menurut sebagian besar
masyarakat Desa Baru, kehadiran mereka pada acara pembacaan Sholawat
Burdah tersebut secara tidak langsung merupakan bentuk dukungan moril
terhadap penderita sakit beserta keluarganya.

b. Nilai-nilai yang Terkandung dalam Tradisi Sholawat Burdah pada


Masyarakat Desa Baru
Nilai adalah standar atau ukuran (norma) yang kita gunakan untuk
mengukur segala sesuatu. Menurut Kamus Bahasa Indonesia, nilai adalah sifat-
sifat (hal-hal) yang penting dan berguna bagi kemanusian. Atau sesuatu yang
menyempurnakan manusia sesuai dengan hakikatnya. Misalnya nilai etik, yakni
nilai untuk manusia sebagai pribadi yang utuh, seperti kejujuran, yang berkaitan
dengan akhlak, benar salah yang dianut sekelompok manusia.71
Menurut Scheler, nilai merupakan kualitas yang tidak tergantung pada
benda. Benda adalah sesuatu yang bernilai. Ketidaktergantungan ini mencakup
setiap bentuk empiris, nilai adalah kualitas apriori. Ketergantungan tidak hanya
mengacu pada objek yang ada di dunia seperti lukisan, patung, tindakan, manusia,
dan sebagainya, namun juga reaksi kita terhadap benda dan nilai.72 Shalawat tidak
hanya bacaan wirid saja. Namun juga bisa sebagai doa-doa dalam ritual apapun
dalam kehidupan. Sehingga dengan dibacakannya Shalawat Burdah menjadi
tradisi spiritual dalam diri untuk memenuhi hajat-hajat manusia. Dengan
bertawasul kepada Nabi Muhammad SAW merupakan salah satu cara kedekatan

71
Tim Penulis, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pusat Bahasa,Departemen Pendidikan
Nasional, Gramedia Pustaka Utama, 2012, 963.
72
Risieri Frondizi, Pengantar Filsafat Nilai, (Yogjakarta : Pustaka Pelajar, 2001), 114.
62

kepada Allah SWT.


Pelaksanaan Tradisi Sholawat Burdah di Desa Baru mengandung nilai-
nilai pendidikan Islam yang dirincikan mulai dari nilai aqidah, nilai ibadah, dan
nilai sosial. Pelaksanaan pembacaan sholawat burdah diharapkan mampu
menguatkan nilai-nilai yang terkandung dalam pelaksanaan tersebut.
Adapun nilai-nilai pendidikan Islam yang didapat dari pelaksanaan
pembacaan sholawat burdah adalah sebagai berikut:
a. Nilai Aqidah
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan nilai aqidah didalam
pelaksanaan pembacaan burdah tidak ada yang bertentangan dengan ajaran
agama Islam. Karena hampir rangkaian kegiatannya adalah berasal dari ajaran
agama Islam seperti, do’a tolak bala’ diakhir pembacaan burdah, sholat isya
yang merupakan rukun Islam kedua yaitu shalat. Karena sebelum berangkat
menuju ke tempat yang akan diburdahkan, biasanya sebagian para hadirin
melaksanakan sholat isya secara berjamaah.
[D]alam palaksanaan pembacoan burdah, do’a tolak bala pastinyo iu ado
mangandung Nilai Aqidah yaitu tentang kayakinan saorang hamba kepado
Tuhannyo bahwo sagalo pertolongan itu hanya dari Allah SWT semato.
Masyarakat disiko dasar mayakini bahwo dangan diadokannyo do’a tolak
bala, maka akan tarhindar dari segalo bala bencana lawan wabah panyakit.73

[D]alam palaksanaan pembacaan burdah, do’a tolak bala’ pastinya itu ada
mangandung Nilai Aqidah yaitu tentang kayakinan saorang hamba kepada
Tuhannya bahwa sagala pertolongan itu hanya dari Allah SWT semata.
Masyarakat disini dasar mayakini bahwa dangan diadakannya do’a tolak
bala, maka akan tarhindar dari segala bala bencana lawan wabah panyakit.

Begitu pula syair burdah yang didalamnya terdapat zikir, doa, serta
pujian-pujian kepada Nabi Muhammad SAW. Semua rangkaian kegiatan ini
dikemas dalam satu acara yaitu tradisi pembacaan sholawat burdah yang
diyakini masyarakat Desa Baru bisa memeberi kesembuhan penyakit, menolak
musibah seperti musibah kebakaran, bala’ atau bencana dan wabah penyakit.

73
Kustabah, Imam Masjid Desa Baru, Wawancara dengan Penulis, 20 Juli 2022,
Rekaman Audio
63

b. Nilai Ibadah
Pelaksanaan pembacaan sholawat burdah memiliki nilai pendidikan
Islam yaitu ibadah. Karena hampir semua rangkaian kegiatan pembacaan
sholawat burdah itu memiliki perbuatannya adalah bentuk ibadah. Berdasarkan
hasil wawancara bahwa pelaksanaan pembacaan sholawat burdah mengandung
nilai pendidikan islam yaitu nilai ibadah yang ada didalam rangkaian-rangkaian
acaranya seperti shalat shalat isya berjamaah dimasjid, dan melantunkan pujian-
pujian terhadap Rasululullah SAW. Semua rangkaian ini adalah bentuk ibadah
seorang hamba kepada Tuhannya baik itu dari segi perbuatan maupun
perkataan.
c. Nilai Sosial
Berdasarkan hasil wawancara, pada tradisi pembacaan sholawat burdah
memiliki beberapa nilai sosial, masyarakat berusaha meluangkan waktu mereka
untuk menghadiri undangan tuan rumah untuk membantu do’a dalam
pelaksaanaan tradisi pembacaan sholawat burdah. Pelaksanaan rangkaian
kegiatan pembacaan sholawat burdah itu selalu diakhiri dengan pembacaan doa,
pembacaan doa tolak bala’. Doa yang dipanjatkan masyarakat bukan hanya
untuk shohibul hajat saja tetapi untuk semuanya tidak terkecuali siapapun.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan nilai-nilai yang
terkandung didalam pelaksanaan Tradisi Sholawat Burdah tidak ada yang
bertentangan dengan ajaran agama Islam. Karena hampir rangkaian kegiatannya
adalah berasal dari ajaran agama Islam seperti silaturahmi serta pembacaan
shalawat burdah yang didalamnya terdapat zikir, doa, serta pujian-pujian kepada
Nabi Muhammad SAW. Semua rangkaian kegiatan ini dikemas dalam satu acara
yaitu Tradisi Sholawat Burdah yang diyakini masyarakat Desa Baru bisa
menyembuhkan penyakit atas izin Allah Swt, menolak musibah,bala’ atau
bencana.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang penulis lakukan dan yang telah di paparkan
pada bab-bab sebelumnya, tradisi Pembacaan Sholawat Burdah pada Masyarakat
Desa Baru Kecamatan Maro sebo Kabupaten Muaro Jambi. Dengan
Mmelaksanakan observasi, wawancara dan dokumentasi kemudian terdapat
beberapa analisis data yang diperoleh, kemudian penulis dapat menarik
kesimpulan, yaitu :
1. Pengertian dan Sejarah Tradisi Sholawat Burdah masyarakat Desa Baru yaitu:
Burdah dalam artian kata sepotong kain menyelimuti badan atau selendang
tetapi yang dimaksud dengan burdah di sini adalah syair syair yang
mengandung pujian, sholawat, peristiwa isra dan mi’raj, jihad, mukjizat, dan
akhlak budi pekerti nabi kita Muhammad saw yang baik. Sebagaimana pada
awal Sholawat Burdah yang ada di dalam kitab Barzanji dikenal oleh
masyarakat Desa Baru berawal dari adanya musibah yang menimpa mereka
yang meliputi penyakit Ta’on yang di alami oleh salah satu masyarakat,
Mereka meyakini bahwa penyakit Ta’on berasal dari setan. Mulanya penyakit
Ta’on menyerang orang yang tidur di atas dipan pada malam hari, tanpa ada
yang tahu penyebabnya. keesokan harinya korban ditemukan dalam kondisi
seluruh badan basah kuyup dan rata-rata korban meninggal dunia, untuk
menghindari penyakit Ta’on ini masyarakat Desa Baru selalu tidur dibawah
lantai dengan alas tikar.
Namun zaman sekarang Tradisi pembacaan Sholawat Burdah hanya dilakukan
pada saat-saat tertentu, yakni pada saat Tahun Baru Hijriah yang bertepatan
pada tanggal 1 Muharram, tetapi seringkali Tradisi Sholawat Burdah
dilaksanakan jika ada salah satu masyarakat Desa Baru yang memiliki hajat
tertentu. Karena sejatinya maksud dan tujuan dilaksanakannya Sholawat
Burdah di Desa Baru ialah memohon kepada Allah SWT. Untuk diberikan
kesembuhan dari penyakit yang dideritanya, jika memang sudah waktunya,
memohon untuk dipermudahkan jalannya.

64
65

2. Tinjauan Teori Hermeneutika terhadap masyarakat Desa Baru yaitu: Salah satu
pentingnya hermeneutika Gadamer untuk memaknai Tradisi Sholawat Burdah
adalah pendekatan yang terus berusaha menemukan makna objektif.
Menurutnya, penafsir tidak mungkin bisa memosisikan dirinya dalam posisi
pengarang ataupun mengetahui makna aslinya persis, karena bagaimanapun
penafsir selalu menggenggam makna subjektif.
Dalam perspektif Hermeneutika Gadamer, hal ini terjadi karena Burdah dibaca
untuk penyakit ta`on, untuk penyakit tanpa sebab, untuk orang yang telah lama
terbaring sakit. Sejak tahun ini, diduga kuat mulai terbentuk pemahaman
masyarakat Desa Baru, yaitu Burdah dibaca hanya untuk orang sakit sekarat.
Pemahaman ini berlanjut hingga kini tradisi Burdah diyakini sebagai solusi
terakhir dalam pengobatan walau tanpa adanya sosialisasi pemahaman
Sholawat Burdah, pemahaman tentang Burdah dimaknai sendiri oleh
masyarakat berdasarkan pengalaman yang berulang-ulang, dan dengan Burdah
ada harapan agar bisa menentukan nasib hidup atau mati orang sakit.
Pelaksaaan Tradisi Shalawat Burdah di Desa Baru tidak harus dilaksanakan
pada malam-malam tertentu, karena tergantung shohibul hajat atau tuan rumah
yang mengundang masyarakat kapan pembacaan sholawat burdah itu bisa
dilaksanakan, biasanya dilaksanakan setelah Ba’da isya secara rutin pada
setiap malamnya dalam jangka waktu yang telah ditentukan sebelumnya oleh
anggota keluarga.
3. Makna dan Nilai-nilai dalam Pelaksanaan Tradisi Sholawat Burdah di Desa
Baru yaitu: Sholawat Burdah sebagai media untuk memohon syafa’at dari
Allah SWT agar dibebaskan dari penyakit yang sedang diderita baik penyakit
rohani maupun jasmani. Selain itu, masyarakat beranggapan bahwa tradisi
pembacaan Sholawat Burdah merupakan salah satu media untuk
mengekspresikan tingginya rasa kekeluargaan dan rasa solidaritas yang terjalin
di antara warga masyarakat. Adapun Tradisi Sholawat Burdah mengandung
nilai-nilai pendidikan Islam yang dirincikan mulai dari nilai aqidah, nilai
ibadah, dan nilai sosial. Pelaksanaan pembacaan sholawat burdah diharapkan
mampu menguatkan nilai-nilai yang terkandung dalam pelaksanaan tersebut.
66

B. Implikasi Penelitian
Hasil penelitian ini sejatinya belum sepenuhnya sempurnya, mungkin
masih terdapat hal-hal yang tertinggal ataupun terlupakan. Jadikanlah perbedaan
sudut pandang maupun argumentasi menjadi sebuah rahmat, bukan malah
dijadikan sebagai pemicu terjadinya konflik yang berkepanjangan. Seperti halnya
Tradisi Burdah, ada sebagian masyarakat yang berangggapan bahwa membacakan
Sholawat Burdah terhadap orang yang sedang sakit yaitu mendo’akan orang
tersebut agar cepat meninggal. Pada hakikatnya yaitu mengharapkan barokah dari
Allah swt, kalaupun pendek umur minta diberikan petunjuk agar dipermudah
untuk menemui ajal. Hal ini dikarenakan kurangnya pemahaman secara
menyeluruh mengenai landasan dilakukannya Sholawat Burdah. Maka dari itu
penulis akan mencoba memberikan saran, yaitu:
1. Sebagai warga negara Indonesia khususnya masyarakat Desa Baru
Kecamatan Maro Sebo yang mempunyai bermacam-macam kebudayaan dan
tradisi yang telah di wariskan oleh nenek moyang terdahulu yang mayoritas
nya adalah beragama Islam, sebuah tradisi harusnya perlu dilestarikan akan
tetapi tradisi yang berlandaskan ajaran agama Islam dan tidak keluar dari
koridor aqidah Islam.
2. Bagi penulis selanjutnya kiranya dapat menggunakan objek dan fokus
penelitian yang berbeda agar terhindar dari kesamaan dalam penelitian,
sehingga diharapkan dapat terjadi dinamisasi penelitian agar tidak terjadi
stagnanisasi pada penelitian ini, bahkan menghilangkan penelitian yang telah
ada.
DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an
Yayasan Penyelenggara Penerjemah Al-Qur’an, Mushaf Qur’an terjemah, Depok:
Al-Huda.

Buku
Al-Hasyimi, Abu Muhammad Abdul Haq. 40 Keajaiban Shalawat, Pustaka Imam
Bonjol, Jakarta Timur 2016.
Nasution, Harun. Filsafat dan Mistisisme dalam Islam (Jakarta: Bulan Bintang,
1978).
Sumaryono, E. Hermeneutika Sebuah Metode Filsafat (Yogyakarta: Kanisius,
1993).
Siswanto, Joko. Sistem-Sistem Metafisika Barat dan Aristoteles sampai Derrida,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998).
Blackburn, Simon. Kamus Filsafat, terj. Yudi Santoso (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2013).
Chaer, Abdul. Filsafat Bahasa (Jakarta: Rineka Cipta, 2015).
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2009).
J. Moleong, Lexy. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2010.
B. Milles, Mathew dan Huberman, A Michael. Analisis Data Kualitatif Buku
Sumber Tentang Metode-metode Baru, Jakarta: UIP 1992.
El Rais, Heppy. Kamus Ilmiah Populer, (Yogyakarta: Pusat Belajar, 2012).
Zainal Abidin, Abu. Qashidah Burdah Lil Imam Al Bushiry, (Team Majlis
Raudhatul Ghanna Annabawiyah kandangan, 2008 ).
Bleicher, Josef. Contemporary Hermeneutics: Hermeneutics as Methode,
Philosophy, and Critique, (Londo, Boston and Henly: Routledge & Kegan
Paul, 1980).

Desa Baru, Arsip Tugas dan Wewenang Kades dan Sekdes, (Desa Baru: 2016).
K.H. Khairi, Islam & Budaya Masyarakat, (STAIN Purwokerto, 2008).
Adib, Muhammad. Burdah Antara Kasidah, Mistis dan Sejarah, (Yogjakarta:
Pustaka Pesantren, 2009).
Baharun, Muhammad, Burdah Madah Rosul dan Pesan Moral, (Surabaya:
Pustaka Progresif, 2009).
Septayuda Purnama, Tata. Khazanah Peradaban Islam, (Jakarta: Tinta Medina,
2011).
Rachman, Saifur. Surat Kepada Anjing Hitam, (Jakarta: Pustaka Ciganjur, 1999).
Herlina, Nina. Metode Sejarah (Bandung: Satya Historika, 2020).
An-Najjar, Amir, Mengungkap Akar Perselisihan Umat, (Jakarta: Penerbit
Lentera, 1993).
Viktor E, Frankl. ManIs Search For Meaning. Terjemahan Lala Hermawati
Dharma. (Bandung: Nuansa, 2004).
Hidayat, Komaruddin. Memahami Bahasa Agama: Sebuah Kajian
Hermeneutika (Jakarta: Paramadina, 1996).
Chaer, Abdul. Linguistik Umum (Jakarta: Rineka Cipta, 1994).
Aminuddin, Semantik (Bandung: Sinar Baru, 1998).
Tim Penulis, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pusat Bahasa, Departemen
Pendidikan Nasional, (Gramedia Pustaka Utama, 2012).
Frondizi, Risieri. Pengantar Filsafat Nilai, (Yogjakarta : Pustaka Pelajar, 2001).

Tesis
Ramadhani, Muhammad Fajri Tsani, “Implikasi pembacaan Shalawat Burdah:
studi Pondok Pesantren Mambaul Hikmah Desa Tegal Wangi, Kecamatan
Talang, Kabupaten Tegal”. Undergraduate (S1) Tesis, Universitas Islam
Negeri Walisongo Semarang, 2018.
MR, Maghfur. “Pemaknaan Tradisi Burdah Desa Jaddung Pragaan Sumenep
Madura Jawa Timur (Perspektif Hermeneutika Gadamer)”, Tesis Fakultas
Ushuluddin dan Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 2018.
Skripsi
Rohmah, Lutviyatur.“Tradisi Pembacaan Burdah Jalan di Desa Martajasah
Kecamatan Bangkalan Kabupaten Bangkalan, Skripsi : Surabaya : UIN
Sunan Ampel Surabaya 2019.
Darmisih, “Serat Jayengsastra dalam Perspektif Hemeneutik.”, Skripsi (Semarang
: Universitas Negeri Semarang, 2010).
Furqon, Muhammad Rizalul. “Nilai-Nilai Pendidikan Karakter di dalam Bait
Qosidah Burdah karya Imam Al Bushiry”. Skripsi, Jurusan Sastra Arab,
Fakultas Sastra, Universitas Negeri Malang.
Faidi, A. “Tradisi Pembacaan Qashidah Burdah Terhadap Orang Sakit Di Desa
Sera Timur Kecamatan Bluto Kabupaten Sumenep Provinsi Jawa Timur”,
Skripsi Fakultas Adab dan Ilmu Budaya Universitas Islam Negeri Sunan
Kalijaga Yogyakarta 2013.

Jurnal
Roswantoro, Alim. “Hermeneutika Eksitensial: Kajian atas Pemikiran Heidegger
dan Gadamer dan Implikasinya bagi Pengenmbangan Studi Islam”, dalam
Esensi A, vol. 4, no. 1 Januari 2003.
Irawan, Sandi. “Struktur Dan Makna Mantra Kuda Lumping”, Jurnal Pendidikan
dan Pembelajaran, Vol 3, No 6 (2014).
Rosalinda, “Tradisi Baca Burdah dan Pengalaman Keagamaan Masyarakat Desa
Setiris Muaro Jambi”, Jurnal Kontekstualita, Vol. 28, No. 2, 2013.
Rofiq, Ainur “Tradisi Slametan Jawa dalam Perspektif Pendiidikan Islam”, Jurnal
Ilmu Pendidikan Islam, Volume 15 No. 2 (2019).
Arif Junaidi, Akhmad. dkk. “Janengan Sebagai Seni Tradisional Islam-Jawa”,
Jurnal Walisongo, Volume 21 No. 2, (2013).
Munawwar Manshur, Fadlil. “Resepsi Kasidah Burdah Al-Bushiry”, Jurnal
Humaniora, Volume 18, No. 2 Juni 2006.
Mas’ud, Ali “Analisis Dan Mapping Syariah Versus Tasawuf Melalui Pendekatan
Historis”, Jurnal Pengembangan Ilmu Keislaman, Vol. 8 No.1 (2013).
Nur Lintang Utami, Mardliyah. “Makna Simbol Dalam Tradisi Burdahan Di
Pondok Pesantren Kramat”, Jurnal Ilmu Humaniora Vol. 04, No. 2,
Desember 2020.
Aqib, Harisuddin. “Teosofi Tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah, Media
Komunikasi dan Informasi Keagamaan, tanpa nomor (Oktober-Desember,
1999).
Nihayah, Ulin. “Konsep Seni Qasidah Burdah Imam Al-Bushiri”, Jurnal Dakwah,
Vol. 34, No. 1, Januari-Juni 2014.
Kholis Huqola, N. “Hermeneutika Hadis: Upaya Memecahkan Kebekuan Teks”,
dalam Jurnal Teologia, Vol. 24, No. 1 Januari-Juni, IAIN Walisongo,
Semarang, 2013.
Ied Al Munir, M. “Hermeneutika sebagai Metode Dalam Kajian Kebudayaan”,
Titian : Jurnal Ilmu Humaniora Vol. 05, No. 1, Juni 2021.
Sofyan, A. “Hermeneutika Gadamer dan Relevansinya dengan Tafsir” Jurnal
Farabi, Vol 11. No. 1, Juni 2014.

Website
Berita hari Ini, “Pengertian Sholawat Burdah Lengkap dengan Bacaan Arab,
Latin, dan Terjemahan”, Diakses melalui alamat,
https://kumparan.com/berita-hari-ini/pengertian-sholawat-burdah-lengkap-
dengan-bacaan-arab-latin-dan-terjemahan-1vQIFel3NPZ tanggal 05
September 2022.
Muradi, Dimensi, “Sufistik dalam syair Burdah al Bushary”, http://digilib.sunan-
ampel.ac.id. Diakses 08 MEI 2022.
Subandi, M.A. “Integrasi Psikoterapi Dalam Dunia Medis”, dalam Http:
http://psikologi.ugm.ac.id/uploads/resources/File/Database%20Penelitian
%20Dosen/integrasi_psikoterapi_medis.pdf diakses pada 22 Juni 2014.
Hasil Wawancara
Kustabah, Imam Masjid Desa Baru, Wawancara dengan Penulis, 20 Juli 2022,
Rekaman Audio.
Syarif, M. Bilal Desa Baru, Wawancara dengan penulis, 20 Juni 2022, Desa Baru,
Rekaman Audio.
Usman, H. Ali, Ketua Masjid Desa Baru, Wawancara dengan Penulis 20 Juli
2022, Rekaman Audio.
Mubarok, Sahil, Tokoh Agama Desa Baru, Wawancara dengan penulis, 20 Juni
2022, Desa Baru, Rekaman Audio.
INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA
Skripsi
Tradisi Sholawat Burdah pada Masyarakat Desa Baru Ditnjau dari Teori
Hermeneutika (Studi Di Kecamatan Maro Sebo Kabupaten Muaro Jambi)
NO. JENIS DATA METODE SUMBER DATA
1 Letak Geografis Desa Baru, Kec. -Observasi -Setting
Maro Sebo, Kab. Muaro Jambi -Dokumentasi -Dokumen Geografis
-Wawancara -Tokoh
Adat/Perangkat
Desa/Pemuda (Desa
Baru)
2 Sejarah Desa Baru Kec. Maro -Wawancara - Tokoh
Sebo, Kab Muaro Jambi. -Dokumentasi Adat/Perangkat
Desa/Pemuda
-Dokumen Sejarah
Burdah
3 Makna dan Tujuan Sholawat -Dokumentasi -Dokumen Tujuan
Burdah Burdah
4 Struktur Organisasi Perangkat -Dokumentasi -Bagan Struktur
Desa Baru Kec. Maro Sebo, Kab. Organisasi dan
Muaro Jambi. nama- nama
Perangkat Desa

5 Sarana/Fasilitas di Desa Baru -Observasi -Keadaan Fasilitas


-Dokumentasi -Dokumen Fasilitas
-Wawancara -Tokoh
Adat/Perangkat
6. Dasar Tradisi Burdah di Desa -Dokumentasi -Tokoh
Baru Kec. Maro Sebo, Kab. -Wawancara Adat/Perangkat
Muaro Jambi Desa/Pemuda (Desa
Baru)
7. Implementasi Tradisi Burdah di -Observasi -Praktik
Desa Baru -Dokumentasi Implementasi Tradisi
-Wawancara Burdah di Desa Baru
-Perangkat Desa
Baru
8. Pendapat Tokoh Adat dan Para -Observasi Respon Masyarakat
Masyarakat Terhadap Tradisi -Dokumentasi Terhadap Tradisi
Burdah di Desa Baru -Wawancara Burdah.

A. Panduan Observasi
No. Jenis Data Objek Observasi
1. Letak Geografis Desa Baru Kec. -Keadaan dan Letak Geografis
Maro Sebo, Kab. Muaro Jambi
2. Sarana/Fasilitas Desa Baru -Sarana dan Prasarana yang tersedia di
Desa Baru
3. Praktik Implementasi Tradisi -Praktik yang diterapkan saat dalam
Burdah acara Tradisi Burdah
-Alokasi waktu yang dibutuhkan saat
praktik Burdah
4. Pendapat Tokoh Adat dan Para Dampak Pandangan masyarakat
Masyarakat Terhadap Tradisi terhadap praktik Tradisi Burdah
Burdah di Desa Baru.
B. Panduan Dokumentasi
No. Jenis Data Data Dokumenter
1. Letak Geografis Desa Baru -Data dokumentasi letak geografi
2. Sejarah Desa Baru -Data Dokumentasi tentang Sejarah dan
perkembangan Burdah
3. Makna dan Tujuan Burdah Data Dokumentasi tujuan Burdah
4. Struktur Organisasi dan Perangkat -Data dokumentasi tentang struktur
Desa Baru organisasi dan kepengurusan Perangkat
Desa
-Daftar nama Perangkat Desa Baru
-Data-data lain yang dibutuhkan
5. Sarana/Fasilitas di Desa Baru Data dokumentasi tentang sarana dan
prasarana Desa Baru
6. Dasar Tradisi Burdah di Desa Baru Data tentang dasar Tradisi Burdah, yang
Kec. Maro Sebo Kab. Muaro meliputi konsep tentang: dasar tradisi
Jambi dan pandangan masyarakat
7. Implementasi Tradisi Burdah di Data tentang implementasi tradisi
Desa Baru Burdah di Desa Baru.
8. Pendapat Tokoh Adat dan Para Dokumentasi tentang pandangan
Masyarakat Terhadap Tradisi masyarakat mengenai Tradisi Burdah di
Burdah di Desa Baru Desa Baru dalam era milenial saat ini.

C. Butir-butir Wawancara
No. Jenis Data Sumber Data dan Substansi
Wawancara
1. Letak Geografis Desa Baru TOKOH ADAT DAN PERANGKAT
DESA BARU:
-Bisa dijelaskan letak geografis Desa
Baru?
2. Sejarah Desa Baru TOKOH ADAT DAN PERANGKAT
DESA BARU :-Bagaimana sejarah
munculnya Desa Baru?
3. Sarana dan Fasilitas Desa Baru TOKOH ADAT DAN PERANGKAT
DESA BARU : -Apa saja sarana yang
dimiliki Desa Baru?
4. Dasar Tradisi Burdah di Desa Baru TOKOH ADAT DAN PERANGKAT
DESA BARU: -Apakah yang menjadi
landasan tradisi Burdah di Desa Baru?
-Apakah ada rujukannya dalam teks
keagamaan Islam (Al-Qur’an dan
Hadis)? -Apakah ada rujukannya dalam
sejarah Islam mengenai Tradisi Burdah
secara umum dan Indonesia khususnya?
5. Implementasi Tradisi Burdah di TOKOH ADAT DAN PERANGKAT
Desa Baru DESA:
-Bagaimana proses Tradisi Burdah
diterapkan?
-Apa saja susunan program
kegiatannya?
-Bagaimana teknis penerapan Tradisi
Burdah di Desa Baru dilaksanakan?
-Kapan dilaksanakan dan apa
tujuannya?
6. Pendapat Tokoh Adat dan Para TOKOH ADAT DAN
Masyarakat Terhadap Tradisi MASYARAKAT:
Burdah di Desa Baru -Pendapat Tokoh Adat Desa Baru
mengenai Tradisi Burdah di Desa Baru?
-Pendapat masyarakat mengenai Tradisi
Burdah di Desa Baru?
LAMPIRAN DOKUMENTASI

A. Dokumentasi Bersama Narasumber

Sekretaris Desa Baru Kecamatan Maro Sebo Bapak Arifin


Ketua Masjid Desa Baru Ustadz H. Ali Usman

Toko Agama Desa Baru Ustadz Sahil Mubarok


Imam Masjid Desa Baru “Masjid Al-Munajat” Mbah Kustabah

Bilal Masjid Desa Baru M. Syarif


CURICULUM VITAE

A. Identitas Diri

Nama : Rama Mahendra


Tempat & Tgl. Lahir : Jambi,14 Desember 1999
Agama : Islam
Nim : 302180019
Prodi/Fakultas : Aqidah dan Filsafat Islam/Ushuluddin Studi
Agama
Alamat Asal : Jl. Brigjen Katamso RT. 13 Lrg. Kartika Kel.
Kasang Kec. Jambi Timur Kota Jambi
Email : ramamahendra1412@gmail.com
Nama Ayah : Jauhari
Nama Ibu : Solichatun (Almh)

B. Riwayat Pendidikan

SMK Unggul Sakti : Tahun 2015-2018


SMPN 09 Kota Jambi : Tahun 2012-2015
SDN 23 Kota Jambi : Tahun 2006-2012
S1 UIN STS Jambi : Tahun 2018-2022

C. Riwayat Organisasi
1. Seksi Agama HMPs Aqidah dan Filsafat Islam 2019-2020
2. Anggota PMII Rayon Ushuluddin dan Studi Agama

Anda mungkin juga menyukai