SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu persyaratan memperoleh gelar sarjana
Strata Satu (S.1) dalam program studi Aqidah dan Filsafat Islam
Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama
Oleh :
RAMA MAHENDRA
NIM : 302180019
1
Yayasan Penyelenggara Penerjemah Al-Qur’an, Mushaf Qur’an terjemah, Depok: Al-
Huda, 2005. 340
v
PERSEMBAHAN
vi
ABSTRAK
vii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah Swt, yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan skripsi ini. Kemudian, shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada
Nabi besar Muhammad SAW, yang telah membawa risalah Islam berupa ajaran
yang haq lagi sempurna bagi manusia.
Skripsi dengan judul “Tradisi Sholawat Burdah Pada Masyarakat Desa
Baru Ditinjau Dari Teori Hermeneutika (Studi Di Kecamatan Maro Sebo
Kabupaten Muaro Jambi)” ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar sarjana strata satu (S.1) dalam studi Aqidah dan Filsafat Islam Universitas
Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini masih
terdapat banyak kekurangan, hal ini disebabkan karena keterbatasan pengetahuan
dan pengalaman yang penulis miliki. Oleh karena itu kritik dan saran serta
bimbingan sangat diharapkan demi kesempurnaannya.
Penulisan skripsi ini dapat selesai berkat bimbingan dan dukungan dari
berbagai pihak, oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terimakasih sebesar-
besarnya kepada Bapak Jauhari dan Ibu Solichatun yang telah membantu dan
memotivasi penulis dalam penyelesaian studi di UIN STS jambi ini. Tak lupa
pula rasa terimakasih yang sedalam-dalamnya penulis ucapkan kepada yang
terhormat:
1. Bapak Prof. Dr. Ahmad Syukri, SS.,M.Ag selaku pembimbing I yang telah
banyak memberikan kontribusi dan waktu demi terselesaikannya penulisan
Skripsi ini.
2. Bapak Mohd Kailani, M.Ud selaku pembimbing II yang telah banyak
memberikan kontribusi dan waktu demi terselesaikannya penulisan Skripsi
ini.
3. Bapak Dr. Badarussyamsi, MA selaku Dosen Pembimbing Akademik yang
telah banyak memberikan motivasi selama perkuliahan.
4. Ibu Nilyati, S.Ag, M.Fil.I. selaku Ketua Prodi Aqidah Filafat Islam
yang telah memberikan arahan dan saran selama proses perkuliahan penulis
sejak memulai bangku perkuliahan hingga sekarang.
5. Bapak Drs. H. Nazari, M.Pd.I. Selaku Sekretaris Prodi Aqidah dan Filsafat
Islam Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama UIN STS Jambi.
6. Bapak Dr. Dr. Abdul Halim, M.Ag. selaku Dekan Fakultas Ushuluddin dan
Studi Agama UIN STS Jambi.
7. Bapak Dr. Masiyan, M.Ag., Bapak Dr. Edy Kusnadi, M.Phil., Bapak Dr. M.
Ied Al Munir, M.Ag., M.Hum. selaku Wakil Dekan I, II, III Fakultas
Ushuluddin dan Studi AgamaUIN STS Jambi.
8. Bapak Prof. Dr. H. Su’aidi Asy’ari, MA., Ph.D. selaku Rektor Universitas
Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
9. Ibu Dr. Rofiqoh Ferawati, S.E., M.E., Bapak Dr. As’ad, M.Pd., Bapak Dr.
Bahrul Ulum, M.A. selaku Wakil Rektor I, II, dan III Universitas Islam
Negeri Sulthan Thaha saifuddin Jambi, serta para Dosen Prodi Aqidah dan
viii
Filsafat Islam Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama, atas ilmu dan
motivasi yang telah diberikan kepada penulis selama ini dalam
menyelesaikan perkuliahan di UIN STS Jambi, semoga bermanfaat dan
menjadi amal jariyah.
10. Bapak Ibu Karyawan dan Karyawati dilingkungan Civitas Akademika
Fakultas Ushuluddin Dan Studi Agama UIN STS Jambi yang telah banyak
membantu penulis dalam administrasi berjalannya tugas akhir skripsi ini.
11. Kawan-kawan seperjuangan mahasiswa Prodi Aqidah dan Filsafat Islam
yang senantiasa memberikan dukungan dan semangat demi kelancaran
penulisan Skripsi ini.
12. Kawan-kawan KUKERTA yang senantiasa memberikan dukungan dan
semangat demi kelancaran penulisan Skripsi ini.
13. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu yang telah
membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
Rama Mahendra
N I M . 302180019
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ....................................................................................................... i
NOTA DINAS .................................................................................................................. ii
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI ................................................. iii
PENGESAHAN ............................................................................................................... iv
MOTTO ......................................................................................................................... v
PERSEMBAHAN ............................................................................................................ vi
ABSTRAK ................................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ..................................................................................................... viii
DAFTAR ISI ................................................................................................................... x
PEDOMAN TRANSLITERASI .................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................ 1
B. Permasalahan............................................................................................. 6
C. Batasan Masalah........................................................................................ 6
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian .............................................................. 7
E. Kerangka Teori.......................................................................................... 8
F. Metode Penelitian...................................................................................... 12
G. Pemeriksa Keabsahan Data ....................................................................... 16
H. Studi Relevan ............................................................................................ 18
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................... 64
B. Implikasi Penelitian................................................................................... 66
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
CURRICULUM VITAE
xi
PEDOMAN TRANSLITERASI2
ﺍ ̓ ط ṭ
ب B ظ ẓ
ﺖ T ع ‘
ج J ف F
ح ḥ ق Q
د D ل L
ذ Dz م M
ر R ن N
ز Z ه H
س S و W
ص ṣ ي Y
ض ḍ
2
Yayasan Penyelenggara Penerjemah Al-Qur’an, Mushaf Qur’an terjemah, Depok: Al-
Huda, 2005.
xii
B. Vokal dan Harakat
C. Tā’ Marbūṭah
Transliterasi untuk ta marbutah ini ada dua macam:
1. Tā’ Marbūṭah yang mati atau mendapat harakat sukun,
maka transliterasinya adalah /h/.
Arab Indonesia
صالة Ṣalāh
مرﺍة Mir’āh
Arab Indonesia
Arab Indonesia
فجئة
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
Salah satu fenomena yang penulis teliti yaitu tradisi sholawat burdah.
3
Alim Roswantoro, “Hermeneutika Eksitensial: Kajian atas Pemikiran Heidegger dan
Gadamer dan Implikasinya bagi Pengembangan Studi Islam”, dalam Esensi A, vol. 4, no. 1 Januari
2003, 70
1
2
Sholawat memiliki arti pujian atau sanjungan yang ditujujukan kepada Nabi
Muhammad SAW sebagai bentuk penghormatan kepada beliau. Seperti halnya
do’a atau dzikir kepada Allah SWT. Kata sholawat merupakan bentuk jamak dari
kata shalat yang artinya do’a.
Dalam agama Islam, membaca sholawat dikategorikan sebagai salah satu
ibadah sunnah yang diutamakan. Orang yang membaca sholawat meskipun hanya
sekali dalam sehari sudah mendapatkan pahala, apalagi jika rutin melakukannya
maka sudah pasti berlimpah keberkahan atas bacaan sholawatnya baik didunia
maupun diakhirat.
Didalam hadis banyak diterangkan mengenai keutamaan atau faedah-
faedah yang akan diperoleh bagi orang-orang yang rajin membaca sholawat. Salah
satu hadis tersebut sebagai berikut :
ت لَهُ َع ْش ُر ٍ َت َعنْهُ َع ْشر َخ ِطيئ
ْ ات َوُرفِ َع ِ من صلَّى َعلَ َّى صالَةً و
ٍ اح َدةً صلَّى اللَّهُ َعلَْي ِه َع ْشر صلَو
ْ َّات َو ُحط
ُ ََ َ َ َ َ َ َْ
ٍَدرجات
ََ
Artinya:
“Barangsiapa bershalawat kepadaku Allah akan bershalawat padanya
sepuluh kali dan menghapuskan sepuluh kesalahan dari dia, dan
meninggikan derajatnya sepuluh derajat.” (HR. An-Nasai No. 1926).4
4
Abu Muhammad Abdul Haq Al-Hasyimi, 40 Keajaiban Shalawat, (Jakarta Timur:
Pustaka Imam Bonjol,2016), 2
5
Lutviyatur Rohmah, “Tradisi Pembacaan Burdah Jalan di Desa Martajasah Kecamatan
Bangkalan Kabupaten Bangkalan”, Skripsi (Surabaya :UIN Sunan Ampel Surbaya 2019), 46
6
Berita hari Ini, “Pengertian Sholawat Burdah Lengkap dengan Bacaan Arab, Latin, dan
Terjemahan”, Diakses melalui alamat, https://kumparan.com/berita-hari-ini/pengertian-sholawat-
burdah-lengkap-dengan-bacaan-arab-latin-dan-terjemahan-1vQIFel3NPZ/full tanggal 05
September 2022
3
yang berisi syair tentang pujian/ sholawat kepada Nabi Muhammad SAW. Syair
tersebut diciptakan oleh Imam al Busiri dari Mesir. Sholawat ini disusun oleh
Imam Busyiri yang merupakan seorang penyair terkenal pada masanya. Imam
Busyiri menyusun sholawat burdah atas dasar perintah Rasulullah SAW dalam
mimpinya.
Pada abad ke-13 Masehi, Imam Bushiri yang hidup di masa transisi
kekuasaan dari Dinasti Ayyubiyah ke Dinasti Mamluk,7 ia menyenandungkan
lantunan-lantunan kerinduan pada Nabi dengan penuh harap dalam bait kasidah
yang ber-qofiyah mimiyah. Dalam bergulirnya waktu, kidung yang berumbul
Kasidah Burdah tidak hanya dibaca oleh dirinya sendiri, melainkan juga oleh
umat (baca: muslim) di seantero alam, tanpa terkecuali di Indonesia.
Burdah ini tergolong puisi sufi yang lahir dari kejernihan rohani, karena
sufistik berakar pada al-Ihsan, yaitu merupakan kesadaran adanya komunikasi dan
dialog langsung antara muslim dengan Tuhan.8 Dan, jalan tasawuf merupakan
suatu sistem latihan dengan penuh kesungguhan (riyadlah dan mujahadah) untuk
membersihkan, mempertinggi dan memperdalam kerohanian dalam rangka
mendekatkan (taqarrub) pada Allah Swt sehingga segala konsentrasi seseorang
hanya tertuju kepadaNya.9
Sholawat burdah umumnya berbeda dengan sholawat lainnya. Sholawat
Burdah memiliki fadhilah memiliki manfaat dan faedah bagi umat Muslim, di
antaranya sebagai doa memohon kesembuhan penyakit atas izin Allah Swt.
mengangkat masalah, mengabulkan hajat-hajat syair pujian kepada Rasulullah,
dan syair bukti kecintaan seorang umat kepada Rasulullah. Dan ada juga yang
mengatakan baca Burdah itu lebih afdhol dari bacaan Dalailul Khoirot. Dalailul
Khoirut itu adalah sholawat yang diamali banyak wali-wali.
Burdah dicatat dalam sejarah Islam pada masa perseteruan Ka’ab bin
Zuhair yang menghina Rasulullah SAW. Ka’ab sendiri adalah seorang seniman
7
Fadhil Munawwar Mashur, “Resepsi Kasidah Burdah al-Bushiri dalam Masyarakat
pesantren”, dalam Humaniora Volume 18. No. 2, 2006, 102.
8
Harun Nasution, “Filsafat dan Mistisisme dalam Islam” (Jakarta: Bulan Bintang, 1978),
l56.
4
puisi/ penyair yang pada sangat membenci islam dan Muhammad SAW. Ia sering
mengejek Nabi SAW sebagai pemabuk yang sering mengigau mengucapkan
mantra sihir, yang aslinya adalah membacakan ayat Al-Qur’an. Kemarahan
utama kepada Ka’ab adalah dari Sahabat beliau yang meminta izin untuk
mengeksekusi Ka’ab karena sudah keterlaluan. Nabi SAW mengizinkan dan
Ka’ab ketakutan akan dibunuh, oleh karenanya ia diam-diam menemui Nabi untuk
meminta maaf. Nabi SAW memaafkan dan Ka’ab masuk Islam kemudian
menciptakan sebuah pujian berupa Qasidah. Puisi gubahan Ka’ab bin Zuhair
dibacakan didepan Nabi sepanjang 59 bait yang terkenal dengan nama Banat
Su’ad.
Kegembiraan Nabi SAW mendengar pujian Ka’ab, maka beliau
menghadiahkan sebuah selimut bergaris yang dalam bahasa Arab disebut Burdah.
Oleh karenanya, setiap ada pujian kepada Nabi SAW kemudian hari dinamakan
Burdah seperti Burdah Imam Bushiri. Cerita Burdah Imam Bushiri tidak terlepas
dari sakit yang dialami Ulama yang bernama lengkap Syarafuddin Abu Abdillah
Muhammad ibnu Sa’id al-Bushiri. Beliau sakit stroke selama sebulan tidak bisa
beranjak dari tempat tidurnya.
Ketika tidur beliau bermimpi bertemu dengan Rasulullah SAW dan
mengutarakan keinginan menciptakan pujian bagi Nabi. Tujuannya untuk memuji
Rasulullah dalam sebuah untaian kata indah, dan Nabi mengijinkannya. Serangan
orang tidak menyukai Burdah Imam Bushiri, dan mengingkari pertemuan Imam
Buhsiri dengan Rasulullah SAW didalam mimpi. Tentunya jika mengingkari
pertemuan Imam Bushiri dengan Rasulullah mengandung 2 kemungkinan.
orang yang sakit masih berkesampatan hidup agar lekas sembuh namun jika
waktunya meninggal hendaknya dipermudah ajalnya. Kedua Tradisi Sholawat
Burdah juga masih awam didengar oleh sebagian masyarakat, dikarenakan tidak
disetiap daerah memiliki Tradisi Sholawat Burdah.
Dari pemaparan latar belakang di samping, melalui judul “Tradisi
Sholawat Burdah pada Masyarakat Desa Baru Ditnjau dari Teori
Hermeneutika (Studi Di Kecamatan Maro Sebo Kabupaten Muaro Jambi)”,
penulis mencoba mengetahui, menelaah, dan menganalisis guna mencari dan
menemukan tujuan (makna) Tradisi Sholawat Burdah, nilai-nilai Islam dan
manfaat Burdah bagi masyarakat Desa Baru.
B. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang pemikiran disamping, masalah pokok yang
diangkat sebagai kajian utama penelitian ini adalah: “Bagaimana Pemaknaan
Tradisi Sholawat Burdah pada Masyarakat Desa Baru Ditnjau dari Teori
Hermeneutika (Studi Di Kecamatan Maro Sebo Kabupaten Muaro Jambi)”
Persoalan ini lebih jauh penulis sistematisasi dalam beberapa permasalahan
tentang:
1. Bagaimana Pengertian dan Sejarah Tradisi Sholawat Burdah?
2. Bagaimana Tinjauan Teori Hermeneutika terhadap Tradisi Sholawat Burdah
pada masyarakat Desa Baru?
3. Apa makna dan Nilai-nilai Tradisi Sholawat Burdah bagi masyarakat Desa
Baru Kecamatan Maro sebo Kabupaten Muaro Jambi?
C. Batasan Masalah
Penelitian ini agar penyusunannya sesuai dengan yang diharapakan dan
permasalahan dalam penelitian ini tidak terlalu luas, maka penulis perlu
membatasi permasalahan yang akan dibahas yaitu Bagaimana Pemaknaan Tradisi
Sholawat Burdah pada Masyarakat Desa Baru Ditnjau dari Teori Hermeneutika
(Studi Di Kecamatan Maro Sebo Kabupaten Muaro Jambi). Penelitian ini dibatasi
pada lingkup budaya Tradisi Burdah, untuk memperoleh pengetahuan tentang
bagaimana tradisi burdah ini.
7
E. Kerangka Teori
1. Hermeneutika
Hermeneutika sudah dikenal dalam mitologi Yunani lewat figur Hermes
8
yang dikenal piawai menafsirkan pesan “dunia atas” atau realitas ontologis untuk
disampaikan kepada manusia. Hermeneutika dipraktikkan para pakar untuk
menemukan makna hakiki sebuah teks Akitab. Sekolah Frankfrut kemudian
mengembangkan metode Hermeneutika sebagai cabang filasafat yang mencapai
puncaknya pada Gadamar. Akan tetapi, hermeneutika baru menarik perhatian para
pakar Amerika pada 1976.
Di Indonesia, Hermeneutika belum banyak digunakan untuk studi
komunikasi, padahal hermeneutika dapat membongkar makna yang terselubung di
balik realtias yang ada di balik teks dan wacana secara radikal.
Posisi hermeneutika sebagai sebuah metode dalam kajian kebudayaan.
Sebagaimana terlihat dalam perkembangan dewasa ini, kajian kebudayaan tidak
hanya memiliki fokus pada kebudayaan sebagai sebuah tradisi yang diwariskan,
namun juga pada kebudayaan sebagai sebuah tradisi yang dinamis dan terus
berkembang dalam masyarakat. Oleh karena perkembangan ini maka kajian
kebudayaan memerlukan metode yang tepat agar dapat memahami kebudayaan
dengan lebih baik. Hermeneutika dalam keterkaitan ini penulis asumsikan sebagai
salah satu metode yang tepat bagi kajian kebudayaan karena sifat metode
hermeneutika yang dialogis dan dinamis yang bersesuaian dengan arah
perkembangan kebudayaan kedepannya. Hermenetika dapat diaplikasikan sebagai
metode dalam kajian kebudayaan karena wujudnya yang berupa pemahaman atau
intrepretasi atas tindakan manusia sebagai perwujudan kebudayaan atupun tradisi.
Pada ihwal penelitian tradisi pembacaan Burdah ini, heremeneutika
Gadamer sebagai kerangka teori yang rasanya perlu dijabarkan lebih luas. Kata
‘hermeneutika’, secara etimologis, berasal dari bahasa Yunani, yaitu kata kerja
hermeneuein dengan arti: menjelaskan, menerjemahkan dan mengekspresikan.10
Kata bendanya hermeneia, artinya tafsiran. Dalam tradisi Yunani kuno, kata
hermeneuein dan hermeneia digunakan dalam tiga makna, yaitu mengatakan (to
say), menjelaskan (to explain), dan menerjemahkan (to translate). Dalam bahasa
Inggris, tiga makna ini diekspresikan dalam kata: to interpret. Dengan demikian,
10
E. Sumaryono, Hermeneutika Sebuah Metode Filsafat (Yogyakarta: Kanisius, 1993)
23.
9
interpretasi menunjuk pada tiga hal pokok: pengucapan lisan (an oral ricitation),
penjelasan yang masuk akal (a reasonable explation), dan terjemahan dari bahasa
lain (a reation from another language).11
Secara termenologi, hermeneutika merupakan teori atau filsafat
interpretasi makna.12 Dalam definisi lain, bahwa hermeneutika adalah metode
untuk menginterpretasikan teks-teks, dan juga keseluruhan dunia sosial, historis
dan psikologis. Permasalahan semacam ini pertamakali dibahas secara ketat oleh
Vico, kemudian Schleirrmacher menggunakannya dalam mengkritik Alkitab.
Meski menggunakan istilah Verstehen, metode interpretasi ini berbeda dari
metode ilmiah yang dijalankan oleh Weber dan Dilthey. Dalam hermeneutika,
subjektivitas sulit dihindari dan ini yang menjadi sorotan utama dalam tulisan
Gadamer.13
Dalam catatan sejarah, kata hermeneutika merujuk pada nama Hermes,
seorang tokoh yang menjadi utusan Tuhan dalam mitologi Yunani. Ia bertugas
sebagai perantara antara dewa Zeus dan manusia. Ia juga bertugas menjelaskan
kepada manusia tentang perintah-perintah Tuhan. Dengan demikian, mengemban
tugas untuk menjembatani antara dunia langit (divire) dengan dunia manusia.14
Mengingat peran hermeneutika yang sungguh pada fase logosentris ini,
penulis menjalankan hermeneutika sebagai pisau analisis untuk membedah tradisi
Sholawat Burdah di Desa Baru Kecamatan Maro Sebo Kabupaten Muaro Jambi.
Sebelum masuk pada pemerian teori Hermenutika Gadamer lebih luas, perlu
kiranya mengenal lebih dalam filsuf hermeneutis ini secara singkat.
11
Joko Siswanto, Sistem-Sistem Metafisika Barat dan Aristoteles sampai Derrida,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998), 172-173.
12
Josef Bleicher, Contemporary Hermeneutics: Hermeneutics as Methode, Philosophy,
and Critique (Londo, Boston and Henly: Routledge & Kegan Paul, 1980), 1
13
Simon Blackburn, Kamus Filsafat, terj. Yudi Santoso (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2013), 398-39
14
Sofyan A.P. Kau, “Hermeneutika Gadamer dan Relevansinya dengan
Tafsir”(Gorontalo: Jurnal Farabi) Vol 11. No 1. Juni 2014, 5.
10
15
Abdul Chaer, Filsafat Bahasa (Jakarta: Rineka Cipta, 2015), 166.
16
Simon Blackburn, Kamus Filsafat, 353-354
11
berisi mengenai relasi antara sebuah variable dengan variable yang lainnya, yang
biasanya terdapat sebab serta akibat dari kedua atau lebih dari dua variabel
tersebut.
2. Tradisi
Secara epistemologi, tradisi berasal dari bahasa latin (tradition) yang
artinya kebiasaan serupa dengan budaya (culture) atau adat istiadat. Pengertian
tradisi menurut Van Reusen yaitu, sebuah peninggalan ataupun warisan ataupun
aturan-aturan, ataupun harta, kaidah-kaidah, adat istiadat dan juga norma. Akan
tetapi tradsisi ini bukanlah sesuatu yang tidak dapat berubah, tradisi tersebut
malahan dipandang sebagai keterpaduan dari hasil tingkah laku manusia dan juga
pola kehidupan manusia dalam keseluruhannya.17
Tradisi merupakan adat kebiasaan turun temurun yang masih dijalankan
dalam masyarakat, penilaian atau anggapan bahwa atau anggapan bahwa cara-cara
yang telah ada merupakan yang paling baik dan benar. Islam adalah sebuah tradisi
yang berhubungan dengan tradisi lain yang kadang kala hubungan tersebut
memunculkan tradisi baru. Sebuah tradisi hasil hibridasi atau perkawinan antara
Islam di satu sisi serta tradisi local pada sisi yang lain.
Pada masyarakat Desa Baru hasil hibridasi ini kemudian dikenal dengan
Islam-Jawa yang merupakan wujud dari akulturasi dengan kebudayaan local.
Kenyataan ini semakin memperkuat pandangan bahwa Islam tidaklah hanya
berupa sekumpulan doktrin. Akan tetapi juga, Islam dihayati dan dinamakan oleh
para pemeluknya menjadi sebuah realitas kebudayaan. Maka, akulturasi budaya
antara Islam dengan kebudayaan local adalah bagian dari sekian banyak ekspresi
Islam sebagai pandangan hidup dan sumber inspirasi bagi Tindakan para
pemeluknya.
3. Sholawat Burdah
Burdah merupakan suatu Qasidah (lagu-lagu) yang berisi syair tentang
pujian/ sholawat kepada Nabi Muhammad s.a.w.. Syair tsb diciptakan oleh Imam
al Busiri dari Mesir. Di Indonesia, Burdah tsb sering dilantunkan terutama oleh
17
Ibid, 167.
12
kaum Nahdliyin.
Munculnya Burdah di desa ini disebabkan karena adanya penyakit yang
berdatangan, diantaranya orang yang mengalami penyakit ta’on, banyaknya anak
kecil yang hilang, penyakit yang tidak kunjung sembuh walaupun pergi ke dokter,
penyakit lumpuh separuh dan lain sebagainya. Dari permasalahan yang timbul di
desa ini, maka para tokoh masyarakat Desa Baru, mengajak masyarakat Desa
Baru untuk bermusyawarah memecahkan masalah yang terjadi di desa mereka.
Kemudian dalam musyawarah tersebut tokoh adat yang lain beserta
masyarakat mendapat solusi, yakni dengan mengadakan pembacaan shalawat
Burdah dengan cara berjalan mengelilingi desa selama tujuh malam yang
dipimpin oleh dua orang laki-laki. Seiring berjlannya waktu, penyakit ta’on itu
hilang Pembacaan Sholawat Burdah Jalan diganti dirumah masyarakat yang
sedang sakit parah. Kepercayaan yang dipegang oleh masyarakat Desa Baru ini
terjadi sejak dulu sampai saat ini tetap dilakukan.
Burdah di Desa Baru yang menarik perhatian adalah dilakukan dengan
keyakinan dan harapan, bahwa bila orang yang sakit masih berkesampatan hidup
agar lekas sembuh namun jika waktunya meninggal hendaknya dipermudah
ajalnya.
F. Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian adalah aspek yang sangat penting dalam suatu
penelitian. Penelitian itu berbentuk penelitian lapangan dengan analisis
hermeneutika filosofis Gadamer. Dengan analisis hermeneutika Gadamer,
penulis berupaya mencari pemahaman masyarakat dalam hubungan antara
fakta pembacaan Burdah sebagai teks bahasa dengan pengalaman dan
tindakan yang meliputi: hubungan kesejarahan, pemahaman, dan horizon
harapan.
Hermeneutika Gadamer tidak menganjurkan penggunaan metode
metodologis dalam pengkajian bidang seni, karena akan menggiring pada
pencarian kebenaran logis. Upaya mencapai tujuan berupa kebenaran, yang
13
18
Darmisih, “Serat Jayengsastra dalam Perspektif Hemeneutika.”, Skripsi (Semarang :
Universitas Negeri Semarang, 2010). 15
19
Sandi Irawan, “Struktur Dan Makna Mantra Kuda Lumping”, Jurnal Pendidikan dan
Pembelajaran, Vol 3, No 6 (2014). 46
20
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2009), 58.
14
21
Lexy J. Meleong, Metodologi Penelitian Kualitatif’, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2010), 186
16
22
Ibid, 217
17
1. Perpanjangan Keikutsertaan
Pelaksanaan perpanjangan keikutsertaan dilakukan lewat keikutsertaan
peneliti lokasi secara langsung dan cukup lama, dalam upaya mendeteksikan
dan memperhitungkan penyimpangan yang memungkinkan mengurangi
keabsahan data (data distortion) oleh peneliti atau responden, disengaja atau
tidak disengaja. Distorsi data dari penelitian dapat muncul karena adanya
nilai-nilai bawaan dari peneliti atau ada keterasingan peneliti dari lapangan
yang diteliti sedangkan dostorsi data responden, dapat timbul secara tidak
sengaja. Akibat adanya kesalahpahaman terhadap pertanyaan, atau muncul
dengan sengaja, karena responden berupa memberikan informasi fiktif yang
dapat menyenangkan peneliti, ataupun untuk menutupi fakta yang
sebenarnya.23
2. Ketekunan Pengamatan
Ketentuan pengamatan dilakukan dengan cara mengadakan
pengamatan secara teliti, rinci dan berkesinambungan terhadap factor-faktor
yang menonjol dalam penelitian. Factor-faktor tersebut selanjutnya ditelaah.
Sehingga peneliti dapat memahami factor-faktor tersebut. Ketekunan
pengamatan dilakukan dalam upaya mendapatkan karateristik data yang
benar-benar relevan dan berfokus pada objek penelitian.
3. Trianggulasi
Trianggulasi merupakan Teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu di luar data pokok, untuk keperluan pengecekan
reabilitas data melalui pemeriksaan silang, yaitu lewat perbandingan berbagai
data yang diperoleh dari berbagai informan. Menurut Sugiono, trianggulasi
diartikan pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan
berbagai waktu.
23
Mathew B. Milles dan A Michael Huberman, Analisis Data Kualitatif Buku Sumber
Tentang Metode-metode Baru, Jakarta: UIP 1992, 15
18
H. Studi Relevan
Sejauh informasi yang didapatkan peneliti sudah banyak menemukan
karya tentang Mengenal Adat Budaya dan Tradisi Nusantara karya Hendro Tri
laksono. Buku ini memberikan segala informasi dan pengetahuan lengkap tentang
apa-apa yang telah menjadi adat dan budaya.
Penelitian yang berkaitan dengan Makna dan Tujuan Tradisi Sholawat
Burdah adalah: yang ditulis oleh Rosalinda, Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, dengan judul “Tradisi Baca Burdah dan
Pengalaman Keagamaan Masyarakat Desa Setiris Muaro Jambi”. Dalam Skripsi
ini dijelaskan bahwasanya Tradisi pembacaan Burdah di Desa Setiris Kecamatan
Muaro Sebo Kabupaten Muaro Jambi dilaksanakan dengan tujuan tertentu yang
bisa dilihat dari aspek agama dan spiritual. Sehubungan dengan aspek agama,
Burdah telah diintegrasikan oleh pemakainya ke dalam rangkaian pengalaman
keagamaan. Sebagai amalan khusus, ia dibaca pada kegiatan keagamaan seperti
dibaca pada awal tahun dan akhir tahun. Selain untuk tujuan agama, amalan
19
Rosalinda, “Tradisi Baca Burdah dan Pengalaman Keagamaan Masyarakat Desa Setiris
24
25
Muhammad Fajri Tsani Ramadhani, “Implikasi pembacaan Shalawat Burdah : studi
Pondok Pesantren Mambaul Hikmah Desa Tegal Wangi, Kecamatan Talang, Kabupaten
Tegal”. Undergraduate (S1) Tesis, Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang, 2018, 96.
26
Muhammad Rizalul Furqon. “Nilai-Nilai Pendidikan Karakter di dalam Bait Qosidah
Burdah karya Imam Al Bushiry”. Skripsi, Jurusan Sastra Arab, Fakultas Sastra, Universitas Negeri
Malang, 98.
21
dilaksanakan ketika berbagai media pengobatan yang lain sudah tidak dapat
menyembuhkan.27
Tesis Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta 2018 oleh Maghfur MR yang berjudul “Pemaknaan Tradisi Burdah
Desa Jaddung Pragaan Sumenep Madura Jawa Timur (Perspektif Hermeneutika
Gadamer)”. Fokus penelitian ini pada pemahaman masyarakat terhadap tradisi
burdah dalam perspektif Hermeneutika Gadamer. Jenis penelitian ini
menggunakan metode penelitian kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pemaknaan tradisi burdah di perjalanannya mengalami pergeseran dari pujian
kepada pengobatan. Dalam perspektif hermeneutika, hal ini terjadi karena burdah
dibaca untuk sakit ta’on pada tahun 1960 an, untuk penyakit tanpa sebab pada
tahun 1970, pemahaman ini berlanjut hingga kini, burdah diyakini sebagai solusi
terakhir dalam pengobatan walau tanpa adanya sosialisasi pemahaman literatur
Kasidah Burdah.28
Sebagaimana dilihat dari studi relevan ini bahwa perbedaan dengan
penelitian yang penulis teliti ini adalah letak lokasi dan perbedaan suku dalam
melaksanakan Tradisi Burdah di Desa Baru. Selanjutnya penelitian yang
dilakukan peneliti lebih memfokuskan untuk mengetahui Tradisi Sholawat Burdah
dalam tinjauan Hermeneutika agar tidak ada hal-hal yang menjanggal dan
bertentangan dalam pikiran masyarakat tentang Tradisi Sholawat Burdah.
27
A. Faidi, “Tradisi Pembacaan Qashidah Burdah Terhadap Orang Sakit Di Desa Sera
Timur Kecamatan Bluto Kabupaten Sumenep Provinsi Jawa Timur”, Skripsi Fakultas Adab dan
Ilmu Budaya Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta 2013, 75
28
Maghfur MR, “Pemaknaan Tradisi Burdah Desa Jaddung Pragaan Sumenep Madura
Jawa Timur (Perspektif Hermeneutika Gadamer)”, Tesis Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 2018, 115
BAB II
PROFIL DESA BARU KECAMATAN MARO SEBO KABUPATEN
MUARO JAMBI
A. Sejarah Singkat Desa Baru, Kec. Maro Sebo, Kab. Muaro Jambi
29
Desa Baru, Arsip Tugas dan Wewenang Kades dan Sekdes, (Desa Baru: 2016), 8
30
Ibid, 9
22
23
B. Visi dan Misi Desa Baru Kecamatan Maro Sebo Kabupaten Muaro
Jambi
Adapun visi dan misi sebagai berikut:
31
Ibid, 18
24
Struktur Organisasi
SEKRETARIS DESA
32
Ibid, 25
26
33
Desa Baru, Arsip Tugas dan Wewenang Kades dan Sekdes, (Desa Baru: 2016), 32
28
Tabel 1
Jumlah Penduduk Desa Baru
Jenis Kelamin
Laki- Perempuan
No Usia Jumlah
laki
1. 0 - 10 54 58 Jiwa 112
2. 11 - 20 52 63 Jiwa 115
3. 21 - 35 80 72 Jiwa 152
4 36 - 45 96 97 Jiwa 193
Jiwa Jiwa
1. Kambing 148
2. Sapi 15
3. Ayam 200
4. Itik 100
5. Kerbau -
6. Bebek 80
34
Ainur Rofiq, “Tradisi Slametan Jawa dalam Perspektif Pendiidikan Islam”, Jurnal Ilmu
Pendidikan Islam, Volume 15 No. 2 (2019), 5.
35
Heppy El Rais, Kamus Ilmiah Populer, (Yogyakarta: Pusat Belajar, 2012), 686.
36
Akhmad Arif Junaidi, dkk. “Janengan Sebagai Seni Tradisional Islam-Jawa”, Jurnal
Walisongo, Volume 21 No. 2, (2013), 470.
30
31
Secara bahasa, kata Burdah mengandung banyak arti yaitu selimut, sorban,
selendang, atau kain wol hitam yang biasa dipergunakan untuk berselimut.37
Sedangkan versi yang lain mengatakan bahwa kata Burdah memiliki arti baju
(jubah) kebesaran khalifah yang merupakan atribut utama khalifah yang dapat
membedakan antara khalifah dengan para pejabat negara lainnya, teman-teman,
dan masyarakat pada umumnya. Sedangkan secara istilah, Burdah adalah sebuah
nama Qashidah.
Burdah dalam artian kata sepotong kain menyelimuti badan atau
selendang tetapi yang dimaksud dengan burdah di sini adalah syair syair yang
mengandung pujian, sholawat, peristiwa isra dan mikraj, jihad, mukjizat, dan
akhlak budi pekerti nabi kita Muhammad saw yang baik.38
Al-Burdah menurut etimologi banyak mengandung arti, antara lain:
pertama, baju (jubah) kebesaran khalifah yang menjadi salah satu atribut khalifah.
Dengan atribut burdah ini, seorang khalifah bisa dibedakan dengan pejabat negara
lainnya, teman-teman dan rakyatnya. Kedua, nama dari kasidah yang
dipersembahkan kepada Rasulullah SAW yang digubah oleh Ka’ab bin Zuhair bin
Abi Salma. Ia pernah membenci Rasulullah saw dan menyerangnya sampai kaki
beliau berdarah. Ketika ingin masuk Islam dia takut bertemu beliau. Ia datang
menghadap Nabi di Madinah dengan diantar Abu Bakar ra. Di hadapan
Rasulullah SAW, dia menyatakan keislamannya. Ternyata beliau memafkannya
dan menyambutnya dengan baik. Ka’ab bin zuhair kagum akan akhlak beliau. Ia
bersyair memuji beliau dengan qasidahnya yang masyur : banat su’adu. Rasullah
saw melepas burdahnya dan memberikan kepadanya. Sejak saat itu puisi : Banat
Su’adu dinamakan burdah, baka menjadi tradisi semua puisi yang berisi pujian
kepada Rasullah diberi nama burdah.
Burdah artinya adalah jubah dari kulit atau bulu binatang. Pada awalnya,
burdah tidak memiliki muatan nilai historis apa-apa selain sekedar sebutan bagi
baju hangat atau jubah sederhana yang biasa dipakai oleh orang-orang arab.
37
Fadlil Munawwar Manshur, “Resepsi Kasidah Burdah Al-Bushiry”, Jurnal Humaniora,
Volume 18, No. 2 Juni 2006, 111.
38
Abu Zainal Abidin, Qashidah Burdah Lil Imam Al Bushiry, (Team Majlis Raudhatul
Ghanna Annabawiyah kandangan, 2008 ), 55
32
Muatan nilai sakral baru muncul ketika pada suatu hari, Nabi Muhammad SAW
menghadiahkan baju burdah yang biasa beliau pakai kepada Ka‟ab Ibn Zuhair (w.
662 M) seorang penyair kenamaan yang baru saja masuk islam sebagai
penghargaan atas syair gubahannya yang berisi penghormatan dan sanjungan
terhadap Nabi Muhammad SAW dan agama islam yang dibawanya.39
Burdah menurut orang Arab: merupakan suatu Qasidah (lagu-lagu) yang
berisi syair tentang pujian/ sholawat kepada Nabi Muhammad SAW. Syair
tersebut diciptakan oleh Imam al Busiri dari Mesir. Sholawat ini disusun oleh
Imam Busyiri yang merupakan seorang penyair terkenal pada masanya. Imam
Busyiri menyusun sholawat burdah atas dasar perintah Rasulullah SAW dalam
mimpinya. Burdah ini tergolong puisi sufi yang lahir dari kejernihan rohani,
karena sufistik berakar pada al-Ihsan, yaitu merupakan kesadaran adanya
komunikasi dan dialog langsung antara muslim dengan Tuhan.40
Shalawat Burdah merupakan syair puji-pujian yang ditujukan untuk Nabi
Muhammad SAW. yang ditulis oleh seorang penyair bernama Abu Abdillah
Syarafudin Abi Abdillah Muhammad bin Khammad ad-Dalashi ash Sanhaji asy-
Syadzili Al Bushiri yang kemudian terkenal sebagai Imam Bushiri.
Mengapa shalawat ini dinamakan sebagai Shalawat Burdah? Berdasarkan
cerita Bushiri sendiri konon ketika ia sedang menderita kelumpuhan akibat
penyakit yang bernama Angin Merah. dalam mimpinya ia bertemu dengan
Rasulullah SAW dan kemudian Rasul memberikan mantel (burdah) itu
kepadanya. Yakni mantel yang sama seperti yang diberikan Ka‟ab. ia terkejut dan
melompat dari tidurnya sehingga lumpuhnya tak terasa lagi. Begitu bangun ia
merasa terharu sekali lalu menulis syair-syair yang dikenal dengan judul Al-
Kawakib Ad Durriyah (Bintang-bintang gemerlapan). Syair tersebut berisi tentang
puji-pujian terhadap Nabi. Dan karena ada hubungannya dengan mantel yang
diberikan oleh Nabi maka kemudian syair-syair tersebut dikenal dengan nama Al-
Burdah.
39
Muhammad Adib, Burdah Antara Kasidah, Mistis dan Sejarah. Yogjakarta: Pustaka
Pesantren, 2009. 23
40
Harun Nasution, Filsafat dan Mistisisme dalam Islam (Jakarta: Bulan Bintang, 1978),
156.
33
Burdah terdiri dari 160 bait, yang berisi tentang nasehat dan peringatan.
upamanya soal angkara nafsu, pujian kepada Nabi, keagungan Al-Quran, Isra’
Mi’raj, jihad prajurit Nabi Muhammad SAW, doa-doa (munajad-munajad) serta
shalawat kepada Nabi, keluarga, para sahabat.41
[B]urdah itu iolah sholawat, kalu sholawat itu kan pujian kepado Rosul.
sebenarnyo Burdah iko kalu dulu zaman-zaman orang tuo kami dulu sebagian
ado yang mengatakan setiap malam selaso atau malam jum’at, ha itu
dilaksanakan pembacoan burdah. Jadi maksud dan tujuan dari pado pembacoan
burdah itu dak lain dak bukan mengharapkan barokah diturunkan dari Allah
Swt.42
[B]urdah itu ialah sholawat, sholawat itu adalah pujian kepada Rasululullah.
Sebenarnya Burdah ini kalau pada zaman dulu sebagian ada yang mengatakan
setiap malam selasa atau malam jum’at, itu dilaksanakan pembacaan burdah.
Jadi mkasud dan tujuan dari pada pembacaan burdah itu tidak lain dan tidak
bukan mengharapkan keberkahan diturunkan dari Allah Swt.
41
Muhammad Baharun, Burdah Madah Rosul dan Pesan Moral. Surabaya: Pustaka
Progresif, 2009, 68
42
Kustabah, Imam Masjid Desa Baru, Wawancara dengan Penulis, 20 Juli 2022,
Rekaman Audio
34
Alkisah, Imam al-Bushiry pada masa itu menderita penyakit lumpuh dan
buta. Dalam menghadapi masa-masa krisis tersebut Imam Al-Bushiry berinisiatif
untuk mengubah sebuah Sholawat terhadap Nabi Muhammad SAW dengan
tujuan memohon syafa’at kepada Allah SWT agar disembuhkan dari penyakit
yang sedang dideritanya. Setelah selesai Sholawat dibuat, Imam Al-Bushiry
membacanya secara terus-menerus sambil menangis, berdo’a, lalu tertidur.Dalam
tidurnya Imam Al-Bushiry bermimpi bertemu dengan Nabi Muahammad SAW
yang sembari mengusapkan tangannya pada tubuh Imam Al-Bushiry serta
menganugerahinya sebuah surban (Burdah). Ketika Imam Al-Bushiry terbangun
dari tidurnya, ia merasakan keajaiban yang begitu luar biasa. Penyakit yang
diderita Imam Al-Bushiry selama bertahun-tahun tiba-tiba sembuh total.
Terinspirasi dari mimpinya tersebut, Imam Al-Bushiry menamai Sholawatnya
dengan Burdah.43
Sholawat al-Burdah karya al-Bushiri telah banyak dibahas oleh peneliti
baik kalangan Islam maupun non Islam dengan pendekatan yang beraneka ragam.
Dimensi sufistik dalam syair al-Burdah al Bushairi mengatakan; Syair al Burdah
ini merupakan ungkapan dari cinta mistis yang dalam terhadap Muhammad saw.
dengan segala implikasinya. Ia ditulis dengan gaya klasik Arab yang tinggi, yang
segera menjadi syair pujian yang disenangi kaum muslimin yang berbahasa Arab.
Syair yang ditulis oleh Muhammad Al-Busyiri ini berisikan tema-tema
ketasawufan (sufistik). Yaitu sekitar taubat, zuhd, khauf dan raja', dan mahabbah.
Dari sudut psikologi sufi, al-Burdah juga menampilkan tema nafs, dan dari sudut
tasawuf falsafi, al-Burdah dengan interpretasinya, terdapat tema Nur Muhammad
dan Hakikat Muhammad. Al-Busyiri dalam mengungkap tema-tema tersebut
dengan memberikan gambaran karakteristik dan sifatnya yang mesti menjadi
pokok perhatian.44
43
Ahmad Faidi, “Qashidah Burdah sebagai Media Pengobatan Magis-Ekonomis: Studi
terhadap Tradisi Pembacaan Qashidah Burdah terhadap Orang Sakit di Desa Sera Timur
Kecamatan Bluto Kabupaten Sumenep Propinsi Jawa Timur”, Journal of Islamic Studies and
Humanities, volume 1, No 1, 2016 .hal 64.
44
Ahmad Muradi, “Dimensi sufistik dalam syair Burdah al Bushary”, http://digilib.sunan-
ampel.ac.id. Diakses 08 Mei 2018
37
dibacakan pada ritual yang dilakukan masyarakat Desa Baru tidak hanya merujuk
pada kitab asli kasidah Burdah karya Imam Al-Bushiri, tetapi sebuah buku yang
merupakan penjelasan (syarh) dari kitab Burdah Imam Al-Bushiri yang dikarang
oleh tokoh agama lainnya, yaitu Ustad Abdul Majid al-Jawi al-Jambi.
Burdah atau nama populernya Qashidah (Shalawat) Burdah biasanya
berada di dalam satu kitab yang dinamakan kitab Barzanji, nama kitab ini di ambil
dari nama pengarangnya yaitu Syekh Ja’far al-Barzanji bin Hasan bin Abdul
Karim (1690-1766). Ja’far di lahirkan di Madinah dan menghabiskan hidupnya
disana.45 Barzanji tersebar ke Nusantara berawal dari Syaikh Ahmad Khatib
Sambasi mendirikan tarekat Qodiriyah wa Naqsabandiyah di Makkah, Khatib
awalnya seorang mursyid Tarekat Qodiriyah namun di samping itu Khatib sendiri
menyebutkan dirinya juga seorang mursyid tarekat Naqsabandiyah.46 Khatib
mempunyai banyak murid dan khalifah yang berasal dari Nusantara, sebagian
khalifah-khalifah yang banyak menurunkan murid sampai sekarang yaitu Syaikh
Abdul Karim al-Bantani, Syaikh Ahmad Thalhah al-Cirboni, Syaikh Ahmad
Hasbullah al-Maduri. Tercatat dalam buku Surat Kepada Anjing Hitam yang
ditulis oleh Saifur Rachman yang menyebarkan tarekat Qadiriyah wa
Naqsabandiyah ke pulau Jawa ada tiga Ulama, diantaranya adalah Muhammad
Khalil Bangkalan, Abdul Karim Serang dan Thalhah Cirebon. Setelah mereka
sudah berhak menjadi mursyid dan mendapatkan ijazah kemudian mereka pulang
ke tanah Jawa dan menyebarkan tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah di masing-
masing tempat. dari sinilah Barzanji tersebar keseluruh tanah Jawa yang di
populerkan melalui tarekat tersebut oleh para ulama yang berpengaruh terhadap
masyarakat, rata-rata dari ulama Nusantara yang mencari ilmu di Makkah dan
Madinah adalah perintis Pesantren Jawa yang mempunyai peranan penting.47
Sebagaimana pada awal Sholawat Burdah yang ada di dalam kitab
Barzanji dikenal oleh masyarakat Desa Baru berawal dari adanya musibah yang
45
Tata Septayuda Purnama, Khazanah Peradaban Islam (Jakarta: Tinta Medina, 2011),
139.
46
Harisuddin Aqib, “Teosofi Tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah”, Media Komunikasi
dan Informasi Keagamaan, tanpa nomor (Oktober-Desember, 1999), 10.
47
Saifur Rachman, Surat Kepada Anjing Hitam (Jakarta: Pustaka Ciganjur, 1999), 26.
39
menimpa mereka yang meliputi penyakit Ta’on yang di alami oleh salah satu
masyarakat, Mereka meyakini bahwa penyakit Ta’on berasal dari setan. Mulanya
penyakit Ta’on menyerang orang yang tidur di atas dipan pada malam hari, tanpa
ada yang tahu penyebabnya. keesokan harinya korban ditemukan dalam kondisi
seluruh badan basah kuyup dan rata-rata korban meninggal dunia, untuk
menghindari penyakit Ta’on ini masyarakat Desa Baru selalu tidur dibawah lantai
dengan alas tikar.
Selain itu masyarakat desa Baru mengalami banyak orang tua yang
kehilangan anaknya, sakit lumpuh separuh juga dipercaya berasal dari setan,
selain itu banyak orang yang sakit demam pergi ke dokter yang ada di desa namun
ketika diobati pasien disuntik tidak sembuh malah penyakit yang diderita
bertambah parah, seperti tidak bisa berjalan dan sebagainya, saat itu dokter hanya
ada satu di desa tersebut. Dari sinilah masyarakat Desa Baru panik dan beberapa
masyarakat menemui para tokoh desa untuk mencari solusi dari masalah yang
mereka hadapi, diantara para tokoh tersebut adalah:
Para tokoh tersebut serta masyarakat akhirnya mengambil solusi dan
menyetujui hasil dari solusi yang mereka dapati. Solusi tersebut adalah
mengadakan pembacaan Sholawat Burdah yang ada di dalam kitab Barzanji
untuk dibaca bersama-sama, pencetusan tersebut bertepatan dengan bulan
Sya’ban tanggal empat tahun 1966 M, zaman ketika para tokoh desa masih hidup,
pembacaan Burdah Jalan dilakukan pada jam 24.00 WIB malam setiap ada
masalah yang berkaitan dengan desa. Maka para tokoh- tokoh desa Baru langsung
membacakan Burdah Jalan bersama-sama dan diikuti oleh masyarakat.
Sedangkan alat yang dipakai pada tahun 1966 M masih memakai obor untuk
menyinari jalan yang akan mereka lewati.
Dari segi pelaksanaan Burdah Jalan diadakan 1 tahun satu kali. namun
terkadang jika musim kemarau panjang masyarakat Desa Baru shalat Istisqo’
terlebih dahulu jam 9 atau kam 10 pagi, kemudian dilanjutkan malam harinya
selama 7 malam Burdah Jalan dilaksanakan. Pelaksanaan Burdah Jalan di dahului
dengan pengiriman surat Al-Fatihah kepada Nabi Muhammad saw, Syaikh Abu
Shiri (pengarang Shalawat Burdah), Syaikh Abdul Qadir Jailani, KH. Muhammad
40
Khalil Bangkalan dan terakhir minta dijauhkan dari bala’ melalui pengiriman
surat al-Fatihah tersebut. Pelaksanaan Burdah Jalan disyaratkan peserta harus
laki-laki, menurut bapak Muhammad Nasir sebenarnya peserta wajib dan harus
laki-laki, alasan mereka, peserta diwajibkan laki-laki karena menurut pandangan
masyarakat Desa Baru, perempuan tidak pantas berada di luar rumah ketika
malam hari. Namun seiring berjalannya waktu ada beberapa perempuan yang ikut
serta, hal ini pun tidak diwajibkan untuk mereka.
Setiap sampai di pertigaan atau perempatan jalan, Burdah diganti adzan.
Menurut masyarakat Desa Baru, adzan memiliki banyak fungsi selain dibuat
menyeru untuk shalat yaitu sebagai pengusir setan, menenangkan angin yang
keras yang disertai hujan, sedangkan peraturan Burdah Jalan, pemimpin yang
membacakan sholawat Burdah diharuskan orang yang pintar agama seperti
halnya seorang ustadz, Kiyai dan lain lain. Biasanya jumlah pelaksana terdiri dari
tujuh puluh anak kecil sampai dewasa, Pelaksana ini tidak terbatas. Tujuan
pembacaan Burdah Jalan adalah mendinginkan (memberi kedamaian untuk semua
warga di sana), mengusir penyakit, mengusir bala’, dan mengusir kemarau
panjang dan sebagainya. Adapun hasil dari pelaksanaan Burdah Jalan setelah esok
harinya anak-anak kecil yang hilang ditemukan di belakang pintu, di kebun-kebun
dan di bawah meja. Selain itu hari demi hari penyakit yang menimpa mereka
semakin membaik. Sejak saat itulah pembacaan Burdah Jalan selalu diadakan
setiap tahunnya.
Seiring perkembangannya Tradisi pembacaan Sholawat Burdah Jalan
mengalami perubahan dalam tata cara pelaksanaan, yang mana pada zaman
dahulu tradisi sholawat burdah dilakukan dengan cara mengelilingi desa dengan
membawa obor sambil bersholawat. Namun zaman sekarang Tradisi pembacaan
Sholawat Burdah hanya dilakukan pada saat-saat tertentu, yakni pada saat Tahun
Baru Hijriah yang bertepatan pada tanggal 1 Muharram, tetapi seringkali Tradisi
Sholawat Burdah dilaksanakan jika ada salah satu masyarakat Desa Baru yang
memiliki hajat tertentu. Karena sejatinya maksud dan tujuan dilaksanakannya
Sholawat Burdah di Desa Baru ialah memohon kepada Allah SWT. Untuk
41
a. Ambal
Ambal digunakan sebagai alas tempat duduk untuk para jama’ah yang
48
Nina Herlina, Metode Sejarah (Bandung: Satya Historika, 2020), 7.
49
M.Syarif, Bilal Desa Baru, Wawancara dengan penulis, 20 Juni 2022, Desa Baru,
Rekaman Audio
42
b. Rehal
Rehal atau bantal ini memiliki kegunaan atau fungsi sebagai tempat atau
alas dari kitab Burdah itu sendiri. Dengan rehal akan mempermudah di saat
akan membaca Sholawat Burdah dan dapat menambah kekhikmatan serta
kekhusukan dalam menjalankan ibadah.
[B]iasanya tuan rumah menyiapkan air putih yang sudah masak ataupun
yang masih mentah yang dimasukkan kedalam wadah. Kalau air yang sudah
masak untuk diminum langsung, sedangkan air yang masih mentah untuk
dimandikan. Tetapi ada juga masyarakat yang percaya walaupun air itu
mentah, asalkan air itu bersih juga bisa langsung diminum karena air tesebut
telah dido’akan.50
50
M.Syarif, Bilal Desa Baru, Wawancara dengan penulis, 20 Juni 2022, Desa Baru,
Rekaman Audio
43
d. Microfon
e. Kitab Burdah
[K]itab Burdah ataupun kitab barzanji, sebab bacaan Sholawat Burdah ada
dalam kitab Barzanji. Kitab burdah ini biasanya dibawakan langsung oleh pak
imam yang memimpin pelaksanaan pembacaan sholawat Burdah.51
51
M.Syarif, Bilal Desa Baru, Wawancara dengan penulis, 20 Juni 2022, Desa Baru,
Rekaman Audio.
44
52
H. Ali Usman, Ketua Masjid Desa Baru, Wawancara dengan Penulis 20 Juli 2022,
Rekaman Audio.
45
Ketika semua perlengkapan sudah siap, maka salah satu anggota keluarga
yang menemani para hadirin biasanya memberi isyarat pada pak Imam sebagai
tanda bahwa pembacaan Sholawat Burdah telah siap dilaksanakan.
46
[P]roses pembacaan Shalawat Burdah dimulai tepat pada pukul 20.00 WIB, dan
dilakukan dalam beberapa tahap. Adapun tahap-tahapnya sebagai berikut.
a. Tahap pertama, dimulai dengan membaca surat Al-Fatihah (Ummul
Qur’an) yang di pimpin oleh imam. Pembacaan Al-fatihah dikhususkan
untuk Nabi Muhammad SAW, Para Ahlul Bait, sahabat Nabi Muhammad
SAW, dan shohibul hajat. Selain itu juga ditujukan untuk Imam Bushiri
(pengarang syair shalawat Burdah), dan para ahlul bait jama‟ah masing-
masing.
b. Tahap kedua, imam menyampaikan maksud dan tujuan dari shohibul hajat.
c. Tahap ketiga, imam membaca istighfar taubat 3 kali dan diikuti oleh para
jama‟ah.
َالل ِْ َْح ُِّي َِّل ُه َِو َِّل ِاِ ََلاِل َِه
ِ ي الّ ِِذ الْعَ ِظ يْ ِم ُِ اَ ْستَ غْ ِف ُر إِلَيْ ِِه َوأَتُ ْو
َ ب الْ َقيُّ ْومُِ ال
d. Tahap keempat, imam membaca shalawat 3 kali dan diikuti oleh para
jama‟ah.
صلِّ َعلَى َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد
َ اَللَّ ُه َّم
e. Setelah itu di tahap kelima, yakni pembacaan syair-syair Shalawat Burdah
yang terbagi dalam 2 rowih. Dalam pembacaan shalawat burdah
menggunakan berbagai macam lagu. Penggunaan lagu dalam membaca
syair atau khasidah disebut Arudl.
1. Rowih Pertama
ص ِّل َو َسلِّ ْم َدائِ ًما أَبَ ًدا
َ ي َ َم ْوََل
ك خَْي ِر الْ َخل ِْق ًكلِّ ِه ِم َ ِلى حَبِْيبٰ َع
2. Rowih Kedua
ِ ب بِالْمطََفى ب لِّ ْغ م َقا
ص َدنَا َ َ ُ ِّ ار َ َي
ِ ضى ياو
اس َع الْ َك َرم ِ
َ َ َ َواغْف ْرلَنَا َم َام
f. Tahap keenam, merupakan tahap terakhir pembacaan Shalawat Burdah
yaitu diakhiri dengan doa yang dipimpin oleh Imam. Akan tetapi, pada
waktu-waktu tertentu dilanjutkan dengan pembacaan Surah Yasin Dzikir
dan Tahlil atau (Tahlilan), tergantung permintaan dari tuan rumah ataupun
shohibul hajat. Setelah pembacaan Shalawat Burdah selesai berbagai
makanan dan minuman dihidangkan.53
53
Sahil Mubarok, Tokoh Agama Desa Baru, Wawancara dengan penulis, 20 Juni 2022,
Desa Baru, Rekaman Audio.
47
48
49
54
Abu Zainal Abidin. Qashidah Burdah Lil Imam Al Bushiry. Team Majelis Raudhatul
Ghanna Annabawiyyah Kandangan, 2008, 60-61
50
55
Mardliyah Nur Lintang Utami, “Makna Simbol Dalam Tradisi Burdahan Di Pondok
Pesantren Kramat”, Jurnal Ilmu Humaniora Vol. 04, No. 2, Desember 2020, 151
51
56
Sahil Mubarok, Tokoh Agama Desa Baru, Wawancara dengan penulis, 20 Juni 2022,
Desa Baru, Rekaman Audio.
52
57
Ulin Nihayah, “Konsep Seni Qasidah Burdah Imam Al-Bushiri”, Jurnal Dakwah Vol.
34, No. 1, Januari-Juni 2014, 303-304
58
Sahil Mubarok, Tokoh Agama Desa Baru, Wawancara dengan penulis, 20 Juni 2022,
Desa Baru, Rekaman Audio.
59
M.A Subandi, “Integrasi Psikoterapi Dalam Dunia Medis”, dalam Http: http://
psikologi.ugm.ac.id/uploads/resources/File/Database%20Penelitian%20Dosen/integrasi_psikotera
pi_medis.pdf diakses pada 22 Juni 2014
54
seperti pada bait 18, adapun menurut Al-Tirmidzi yang dikutip oleh Amir An
Najr, nafsu dibedakan menjadi 3 diantaranya: Pertama, nafs (jiwa) bermakna
nafas yang dapat memberikan hidup, dimana nafas itu terpancar dari ruh, seperti
meluapnya sesuatu dari atas ke bawah. Kedua, nafs (jiwa) sebagai gharizah
(insting) yang dihiasi oleh setan dengan segala tipu daya yang bertujuan untuk
menang dan merusak. Dalam posisi ini, jiwa sangat lemah dihadapkan setan.
Ketiga, nafs (jiwa) sebagai teman dan penolong setan, dan jiwa semalam
ini ikut serta di dalam kejahatan, bahkan merupakan bagian dari kejahatan itu
sendiri, sementara itu, watak dari nafsu bisa menjerumuskan manusia dalam
lembah kehinaan.60
2) Relaksasi dan Meditasi
Terapi relaksasi dan meditasi ini bertujuan untuk mengendorkan otot-otot
dan mencapai kondisi rileks. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa relaksasi
dan terutama meditasi merupakan sebuah metode anastesi alamiah.
Dalam hal ini, menumbuhkan kesehatan mental dengan relaksasi
mendengarkan sholawat burdah sebagai lantunan sholawat yang indah, bisa
membuat pendengarnya merasa tenang dan tentram dalam batin.
3) Langkah penyembuhan
Penyembuhan bagi seorang yang mengalami tidak sehat mental dalam hal
ini adalah penyerahan diri seseorang dalam melantunkan qasidah burdah. Seperti
yang dikatakan oleh D.R zakiah daradjat yaitu hubungan antara kejiwaan dan
agama dalam kaitannya dengan hubungan antara agama sebagai keyakinan dan
kesehatan jiwa terletak pada sikap penyerahan diri seseorang terhadap suatu
kekuasaan Yang Maha Tinggi. Sikap pasrah yang serupa itu diduga akan memberi
sikap optimis pada diri seseorang sehingga muncul perasaan positif seperti rasa
bahagia, rasa senang, puas, sukses, merasa dicintai atau rasa aman. Dalam hal ini,
qasidah burdah yang mempunyai pengaruh positif dalam batin seseorang dengan
adanya perasaan yang nyaman pada jiwa seseorang. Ekspresi perasaan positif
dalam diri individu ini diwujudkan dalam religiusitas dalam beragama.
60
Amir an-Najjar, Mengungkap Akar Perselisihan Umat, (Jakarta: Penerbit Lentera,
1993), 10
55
61
Frankl, Viktor E. ManIs Search For Meaning. Terjemahan Lala Hermawati Dharma.
(Bandung: Nuansa, 2004), 36-37
56
62
M. Ied Al Munir, “Hermeneutika sebagai Metode Dalam Kajian Kebudayaan”, Titian
:Jurnal Ilmu Humaniora Vol. 05, No. 1, Juni 2021, 102
63
A. Sofyan, “Hermeneutika Gadamer dan Relevansinya dengan Tafsir” Jurnal Farabi,
Vol 11. No 1. Juni 2014.”, 10
64
N. Kholis Huqola, “Hermeneutika Hadis: Upaya Memecahkan Kebekuan Teks” dalam
Jurnal Teologia, Vol. 24, No. 1 Januari-Juni, IAIN Walisongo, Semarang, 2013, 13
57
65
A. Sofyan, “Hermeneutika Gadamer dan Relevansinya dengan Tafsir” Jurnal Farabi,
Vol 11. No 1. Juni 2014.”, 12
66
Komaruddin Hidayat, Memahami Bahasa Agama: Sebuah Kajian Hermeneutika
(Jakarta: Paramadina, 1996), 13.
67
A. Sofyan, “Hermeneutika Gadamer dan Relevansinya dengan Tafsir” Jurnal Farabi,
Vol 11. No 1. Juni 2014.”, 14.
58
menemukan makna yang relevan. Karena itu sebuah teks lahir bukan dalam ruang
dan hampa budaya. Hermeneutika berupaya menyingkap makna yang melingkup
teks. Dalam tafsir, apa yang melingkup teks terefleksi dalam sabab alnuzul dan
sabab al-wurud. Yang membedakan keduanya adalah dasar teologis. Karena itu,
penafsiran biasanya disejajarkan dengan praktik penafsiran, sedangkan
hermenutika menunjuk kepada tujuan, prinsip dan kriteria dari praktek tersebut.
Dengan kata lain, hermeneutika adalah teori penafsiran.
Jika ditinjau dari teori hermeneutika tradisi pembacaan Burdah menjadi
pemahaman dalam dunia kehidupan beragama masyarakat Desa Baru. Maksud
dari Tradisi Sholawat Burdah yaitu sebagai pujian dan ungkapan cinta pada Nabi
yang didendangkan oleh Imam Bushiri, namun oleh mereka kemudian dibacakan
untuk orang sakit yang kritis. Dengan Burdah, Imam Bushiri bersenandung untuk
Nabi dengan berharap syafaat, sementara bagi mereka dibaca untuk orang sakit
yang kayaknya harus memilih antara hidup atau mati. Dalam Tradisi Sholawat
Burdah, ritual agama dan sikap tindakannya mengindikasikan adanya deviasi
pemahaman keberagamaan mereka. Hal ini pula tampaknya melahirkan sakralitas
harapan terhadap kehidupan atau kematian. Kegelisahan tersebut dikaji dengan
analisis Hermeneutika Gadamer. Fokus studi menusuk pada pelaksanaan Tradisi
Sholawat Burdah, makna dan tujuan tradisinya, dan pemahaman masyarakat Desa
Baru. Hasil penelitian di Desa Baru menunjukkan, bahwa tradisi Sholawat Burdah
pada masyarakat Desa Baru memiliki perbedaan pada tradisi burdah di daerah
lainnya yaitu dari pujian sebagai pengobatan.
Hal ini terjadi karena Burdah dibaca untuk penyakit ta`on, untuk penyakit
tanpa sebab, untuk orang yang telah lama terbaring sakit. Sejak tahun ini, diduga
kuat mulai terbentuk pemahaman masyarakat Desa Baru, yaitu Burdah dibaca
hanya untuk orang sakit sekarat. Pemahaman ini berlanjut hingga kini tradisi
Burdah diyakini sebagai solusi terakhir dalam pengobatan walau tanpa adanya
sosialisasi pemahaman Sholawat Burdah, pemahaman tentang Burdah dimaknai
sendiri oleh masyarakat berdasarkan pengalaman yang berulang-ulang, dan
dengan Burdah ada harapan agar bisa menentukan nasib hidup atau mati orang
sakit.
59
68
Abdul Chaer, Linguistik Umum (Jakarta: Rineka Cipta, 1994), 286.
69
Aminuddin, Semantik (Bandung: Sinar Baru, 1998), 50.
60
yang berupa penyakit tersebut. Para tokoh agama menambahkan, penyakit yang
diderita tersebut pada dasarnya bersumber dari penyakit rohani, artinya penyakit
yang diderita tersebut dimaknai sebagai azab dari Allah SWT atas adanya
penyakit rohani dalam diri penderita. Dengan demikian, melalui media Sholawat
Burdah diharapkan dapat memberikan siraman rohani bagi penderita dan keluarga
sehingga mereka dapat terbebaskan dari azab yang berupa penyakit tersebut.
Berbeda dari para ulama atau tokoh agama, kalangan masyarakat awam
memaknai tradisi Sholawat Burdah terhadap orang sakit tersebut sebagai media
pengobatan alternatif ketika berbagai pengobatan lainnya (medis dan dukun)
sudah tidak mampu mendatangkan kesembuhan bagi penderita, baik hal itu
diakibatkan karena parahnya penyakit yang diderita maupun yang diakibatkan
oleh ketidakmampuan keluarga untuk membiayai pengobatan salah satu anggota
keluarga yang sakit.
[A]do jugo sebagian orang yang dak ngerti yang mengatokan burdah itu tuk
mendoakan orang itu mati cepat meninggal, padahal hakikatnyo tu meminta
kesembuhan, jugo kalu orang tu pendek umur mintak diluruskan jalannyo. Yo
ngapo sayo sebut cem itu, banyak orang dak diburdahkan mati jugo. Yang
jelasnyo mintak yang terbaik apo untuk dio.70
[A]da juga masyarakat awam yang memaknai bahwa Sholawat Burdah terhadap
orang sakit mendoakan orang cepat meninggal. Padahal pada hakikatnya ialah
meminta diberi kesembuhan, jika memang sudah waktunya memohon
pertolongan agar diluruskan jalannya menemui ajal. Untuk menyanggah
pandangan masyarakat awam tentang Tradisi Sholawat Burdah Pak Sahil
Mubarok selaku tokoh agama yang biasa memimpin pelaksanaan burdah
mengatakan sebab banyak orang yang tidak diburdahkan juga akan meninggal
tanpa harus diburdahkan. Intinya minta diberikan yang terbaik untuk
mempunyai hajat.
70
Kustabah, Imam Masjid Desa Baru, Wawancara dengan Penulis, 20 Juli 2022,
Rekaman Audio
61
syafa’at dari Allah SWT agar dibebaskan dari penyakit yang sedang diderita baik
penyakit rohani maupun jasmani. Selain itu, masyarakat beranggapan bahwa
tradisi pembacaan Sholawat Burdah merupakan salah satu media untuk
mengekspresikan tingginya rasa kekeluargaan dan rasa solidaritas yang terjalin di
antara warga masyarakat Desa Baru. Kentalnya jalinan kekeluargaan tersebut
dapat kita lihat dari adanya tingkat kepedulian masyarakat sekitar terhadap
keluarga yang mempunyai hajat tersebut yang berbentuk keikhlasan untuk hadir
dalam acara tersebut meskipun tanpa melalui undangan. Menurut sebagian besar
masyarakat Desa Baru, kehadiran mereka pada acara pembacaan Sholawat
Burdah tersebut secara tidak langsung merupakan bentuk dukungan moril
terhadap penderita sakit beserta keluarganya.
71
Tim Penulis, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pusat Bahasa,Departemen Pendidikan
Nasional, Gramedia Pustaka Utama, 2012, 963.
72
Risieri Frondizi, Pengantar Filsafat Nilai, (Yogjakarta : Pustaka Pelajar, 2001), 114.
62
[D]alam palaksanaan pembacaan burdah, do’a tolak bala’ pastinya itu ada
mangandung Nilai Aqidah yaitu tentang kayakinan saorang hamba kepada
Tuhannya bahwa sagala pertolongan itu hanya dari Allah SWT semata.
Masyarakat disini dasar mayakini bahwa dangan diadakannya do’a tolak
bala, maka akan tarhindar dari segala bala bencana lawan wabah panyakit.
Begitu pula syair burdah yang didalamnya terdapat zikir, doa, serta
pujian-pujian kepada Nabi Muhammad SAW. Semua rangkaian kegiatan ini
dikemas dalam satu acara yaitu tradisi pembacaan sholawat burdah yang
diyakini masyarakat Desa Baru bisa memeberi kesembuhan penyakit, menolak
musibah seperti musibah kebakaran, bala’ atau bencana dan wabah penyakit.
73
Kustabah, Imam Masjid Desa Baru, Wawancara dengan Penulis, 20 Juli 2022,
Rekaman Audio
63
b. Nilai Ibadah
Pelaksanaan pembacaan sholawat burdah memiliki nilai pendidikan
Islam yaitu ibadah. Karena hampir semua rangkaian kegiatan pembacaan
sholawat burdah itu memiliki perbuatannya adalah bentuk ibadah. Berdasarkan
hasil wawancara bahwa pelaksanaan pembacaan sholawat burdah mengandung
nilai pendidikan islam yaitu nilai ibadah yang ada didalam rangkaian-rangkaian
acaranya seperti shalat shalat isya berjamaah dimasjid, dan melantunkan pujian-
pujian terhadap Rasululullah SAW. Semua rangkaian ini adalah bentuk ibadah
seorang hamba kepada Tuhannya baik itu dari segi perbuatan maupun
perkataan.
c. Nilai Sosial
Berdasarkan hasil wawancara, pada tradisi pembacaan sholawat burdah
memiliki beberapa nilai sosial, masyarakat berusaha meluangkan waktu mereka
untuk menghadiri undangan tuan rumah untuk membantu do’a dalam
pelaksaanaan tradisi pembacaan sholawat burdah. Pelaksanaan rangkaian
kegiatan pembacaan sholawat burdah itu selalu diakhiri dengan pembacaan doa,
pembacaan doa tolak bala’. Doa yang dipanjatkan masyarakat bukan hanya
untuk shohibul hajat saja tetapi untuk semuanya tidak terkecuali siapapun.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan nilai-nilai yang
terkandung didalam pelaksanaan Tradisi Sholawat Burdah tidak ada yang
bertentangan dengan ajaran agama Islam. Karena hampir rangkaian kegiatannya
adalah berasal dari ajaran agama Islam seperti silaturahmi serta pembacaan
shalawat burdah yang didalamnya terdapat zikir, doa, serta pujian-pujian kepada
Nabi Muhammad SAW. Semua rangkaian kegiatan ini dikemas dalam satu acara
yaitu Tradisi Sholawat Burdah yang diyakini masyarakat Desa Baru bisa
menyembuhkan penyakit atas izin Allah Swt, menolak musibah,bala’ atau
bencana.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang penulis lakukan dan yang telah di paparkan
pada bab-bab sebelumnya, tradisi Pembacaan Sholawat Burdah pada Masyarakat
Desa Baru Kecamatan Maro sebo Kabupaten Muaro Jambi. Dengan
Mmelaksanakan observasi, wawancara dan dokumentasi kemudian terdapat
beberapa analisis data yang diperoleh, kemudian penulis dapat menarik
kesimpulan, yaitu :
1. Pengertian dan Sejarah Tradisi Sholawat Burdah masyarakat Desa Baru yaitu:
Burdah dalam artian kata sepotong kain menyelimuti badan atau selendang
tetapi yang dimaksud dengan burdah di sini adalah syair syair yang
mengandung pujian, sholawat, peristiwa isra dan mi’raj, jihad, mukjizat, dan
akhlak budi pekerti nabi kita Muhammad saw yang baik. Sebagaimana pada
awal Sholawat Burdah yang ada di dalam kitab Barzanji dikenal oleh
masyarakat Desa Baru berawal dari adanya musibah yang menimpa mereka
yang meliputi penyakit Ta’on yang di alami oleh salah satu masyarakat,
Mereka meyakini bahwa penyakit Ta’on berasal dari setan. Mulanya penyakit
Ta’on menyerang orang yang tidur di atas dipan pada malam hari, tanpa ada
yang tahu penyebabnya. keesokan harinya korban ditemukan dalam kondisi
seluruh badan basah kuyup dan rata-rata korban meninggal dunia, untuk
menghindari penyakit Ta’on ini masyarakat Desa Baru selalu tidur dibawah
lantai dengan alas tikar.
Namun zaman sekarang Tradisi pembacaan Sholawat Burdah hanya dilakukan
pada saat-saat tertentu, yakni pada saat Tahun Baru Hijriah yang bertepatan
pada tanggal 1 Muharram, tetapi seringkali Tradisi Sholawat Burdah
dilaksanakan jika ada salah satu masyarakat Desa Baru yang memiliki hajat
tertentu. Karena sejatinya maksud dan tujuan dilaksanakannya Sholawat
Burdah di Desa Baru ialah memohon kepada Allah SWT. Untuk diberikan
kesembuhan dari penyakit yang dideritanya, jika memang sudah waktunya,
memohon untuk dipermudahkan jalannya.
64
65
2. Tinjauan Teori Hermeneutika terhadap masyarakat Desa Baru yaitu: Salah satu
pentingnya hermeneutika Gadamer untuk memaknai Tradisi Sholawat Burdah
adalah pendekatan yang terus berusaha menemukan makna objektif.
Menurutnya, penafsir tidak mungkin bisa memosisikan dirinya dalam posisi
pengarang ataupun mengetahui makna aslinya persis, karena bagaimanapun
penafsir selalu menggenggam makna subjektif.
Dalam perspektif Hermeneutika Gadamer, hal ini terjadi karena Burdah dibaca
untuk penyakit ta`on, untuk penyakit tanpa sebab, untuk orang yang telah lama
terbaring sakit. Sejak tahun ini, diduga kuat mulai terbentuk pemahaman
masyarakat Desa Baru, yaitu Burdah dibaca hanya untuk orang sakit sekarat.
Pemahaman ini berlanjut hingga kini tradisi Burdah diyakini sebagai solusi
terakhir dalam pengobatan walau tanpa adanya sosialisasi pemahaman
Sholawat Burdah, pemahaman tentang Burdah dimaknai sendiri oleh
masyarakat berdasarkan pengalaman yang berulang-ulang, dan dengan Burdah
ada harapan agar bisa menentukan nasib hidup atau mati orang sakit.
Pelaksaaan Tradisi Shalawat Burdah di Desa Baru tidak harus dilaksanakan
pada malam-malam tertentu, karena tergantung shohibul hajat atau tuan rumah
yang mengundang masyarakat kapan pembacaan sholawat burdah itu bisa
dilaksanakan, biasanya dilaksanakan setelah Ba’da isya secara rutin pada
setiap malamnya dalam jangka waktu yang telah ditentukan sebelumnya oleh
anggota keluarga.
3. Makna dan Nilai-nilai dalam Pelaksanaan Tradisi Sholawat Burdah di Desa
Baru yaitu: Sholawat Burdah sebagai media untuk memohon syafa’at dari
Allah SWT agar dibebaskan dari penyakit yang sedang diderita baik penyakit
rohani maupun jasmani. Selain itu, masyarakat beranggapan bahwa tradisi
pembacaan Sholawat Burdah merupakan salah satu media untuk
mengekspresikan tingginya rasa kekeluargaan dan rasa solidaritas yang terjalin
di antara warga masyarakat. Adapun Tradisi Sholawat Burdah mengandung
nilai-nilai pendidikan Islam yang dirincikan mulai dari nilai aqidah, nilai
ibadah, dan nilai sosial. Pelaksanaan pembacaan sholawat burdah diharapkan
mampu menguatkan nilai-nilai yang terkandung dalam pelaksanaan tersebut.
66
B. Implikasi Penelitian
Hasil penelitian ini sejatinya belum sepenuhnya sempurnya, mungkin
masih terdapat hal-hal yang tertinggal ataupun terlupakan. Jadikanlah perbedaan
sudut pandang maupun argumentasi menjadi sebuah rahmat, bukan malah
dijadikan sebagai pemicu terjadinya konflik yang berkepanjangan. Seperti halnya
Tradisi Burdah, ada sebagian masyarakat yang berangggapan bahwa membacakan
Sholawat Burdah terhadap orang yang sedang sakit yaitu mendo’akan orang
tersebut agar cepat meninggal. Pada hakikatnya yaitu mengharapkan barokah dari
Allah swt, kalaupun pendek umur minta diberikan petunjuk agar dipermudah
untuk menemui ajal. Hal ini dikarenakan kurangnya pemahaman secara
menyeluruh mengenai landasan dilakukannya Sholawat Burdah. Maka dari itu
penulis akan mencoba memberikan saran, yaitu:
1. Sebagai warga negara Indonesia khususnya masyarakat Desa Baru
Kecamatan Maro Sebo yang mempunyai bermacam-macam kebudayaan dan
tradisi yang telah di wariskan oleh nenek moyang terdahulu yang mayoritas
nya adalah beragama Islam, sebuah tradisi harusnya perlu dilestarikan akan
tetapi tradisi yang berlandaskan ajaran agama Islam dan tidak keluar dari
koridor aqidah Islam.
2. Bagi penulis selanjutnya kiranya dapat menggunakan objek dan fokus
penelitian yang berbeda agar terhindar dari kesamaan dalam penelitian,
sehingga diharapkan dapat terjadi dinamisasi penelitian agar tidak terjadi
stagnanisasi pada penelitian ini, bahkan menghilangkan penelitian yang telah
ada.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an
Yayasan Penyelenggara Penerjemah Al-Qur’an, Mushaf Qur’an terjemah, Depok:
Al-Huda.
Buku
Al-Hasyimi, Abu Muhammad Abdul Haq. 40 Keajaiban Shalawat, Pustaka Imam
Bonjol, Jakarta Timur 2016.
Nasution, Harun. Filsafat dan Mistisisme dalam Islam (Jakarta: Bulan Bintang,
1978).
Sumaryono, E. Hermeneutika Sebuah Metode Filsafat (Yogyakarta: Kanisius,
1993).
Siswanto, Joko. Sistem-Sistem Metafisika Barat dan Aristoteles sampai Derrida,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998).
Blackburn, Simon. Kamus Filsafat, terj. Yudi Santoso (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2013).
Chaer, Abdul. Filsafat Bahasa (Jakarta: Rineka Cipta, 2015).
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2009).
J. Moleong, Lexy. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2010.
B. Milles, Mathew dan Huberman, A Michael. Analisis Data Kualitatif Buku
Sumber Tentang Metode-metode Baru, Jakarta: UIP 1992.
El Rais, Heppy. Kamus Ilmiah Populer, (Yogyakarta: Pusat Belajar, 2012).
Zainal Abidin, Abu. Qashidah Burdah Lil Imam Al Bushiry, (Team Majlis
Raudhatul Ghanna Annabawiyah kandangan, 2008 ).
Bleicher, Josef. Contemporary Hermeneutics: Hermeneutics as Methode,
Philosophy, and Critique, (Londo, Boston and Henly: Routledge & Kegan
Paul, 1980).
Desa Baru, Arsip Tugas dan Wewenang Kades dan Sekdes, (Desa Baru: 2016).
K.H. Khairi, Islam & Budaya Masyarakat, (STAIN Purwokerto, 2008).
Adib, Muhammad. Burdah Antara Kasidah, Mistis dan Sejarah, (Yogjakarta:
Pustaka Pesantren, 2009).
Baharun, Muhammad, Burdah Madah Rosul dan Pesan Moral, (Surabaya:
Pustaka Progresif, 2009).
Septayuda Purnama, Tata. Khazanah Peradaban Islam, (Jakarta: Tinta Medina,
2011).
Rachman, Saifur. Surat Kepada Anjing Hitam, (Jakarta: Pustaka Ciganjur, 1999).
Herlina, Nina. Metode Sejarah (Bandung: Satya Historika, 2020).
An-Najjar, Amir, Mengungkap Akar Perselisihan Umat, (Jakarta: Penerbit
Lentera, 1993).
Viktor E, Frankl. ManIs Search For Meaning. Terjemahan Lala Hermawati
Dharma. (Bandung: Nuansa, 2004).
Hidayat, Komaruddin. Memahami Bahasa Agama: Sebuah Kajian
Hermeneutika (Jakarta: Paramadina, 1996).
Chaer, Abdul. Linguistik Umum (Jakarta: Rineka Cipta, 1994).
Aminuddin, Semantik (Bandung: Sinar Baru, 1998).
Tim Penulis, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pusat Bahasa, Departemen
Pendidikan Nasional, (Gramedia Pustaka Utama, 2012).
Frondizi, Risieri. Pengantar Filsafat Nilai, (Yogjakarta : Pustaka Pelajar, 2001).
Tesis
Ramadhani, Muhammad Fajri Tsani, “Implikasi pembacaan Shalawat Burdah:
studi Pondok Pesantren Mambaul Hikmah Desa Tegal Wangi, Kecamatan
Talang, Kabupaten Tegal”. Undergraduate (S1) Tesis, Universitas Islam
Negeri Walisongo Semarang, 2018.
MR, Maghfur. “Pemaknaan Tradisi Burdah Desa Jaddung Pragaan Sumenep
Madura Jawa Timur (Perspektif Hermeneutika Gadamer)”, Tesis Fakultas
Ushuluddin dan Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 2018.
Skripsi
Rohmah, Lutviyatur.“Tradisi Pembacaan Burdah Jalan di Desa Martajasah
Kecamatan Bangkalan Kabupaten Bangkalan, Skripsi : Surabaya : UIN
Sunan Ampel Surabaya 2019.
Darmisih, “Serat Jayengsastra dalam Perspektif Hemeneutik.”, Skripsi (Semarang
: Universitas Negeri Semarang, 2010).
Furqon, Muhammad Rizalul. “Nilai-Nilai Pendidikan Karakter di dalam Bait
Qosidah Burdah karya Imam Al Bushiry”. Skripsi, Jurusan Sastra Arab,
Fakultas Sastra, Universitas Negeri Malang.
Faidi, A. “Tradisi Pembacaan Qashidah Burdah Terhadap Orang Sakit Di Desa
Sera Timur Kecamatan Bluto Kabupaten Sumenep Provinsi Jawa Timur”,
Skripsi Fakultas Adab dan Ilmu Budaya Universitas Islam Negeri Sunan
Kalijaga Yogyakarta 2013.
Jurnal
Roswantoro, Alim. “Hermeneutika Eksitensial: Kajian atas Pemikiran Heidegger
dan Gadamer dan Implikasinya bagi Pengenmbangan Studi Islam”, dalam
Esensi A, vol. 4, no. 1 Januari 2003.
Irawan, Sandi. “Struktur Dan Makna Mantra Kuda Lumping”, Jurnal Pendidikan
dan Pembelajaran, Vol 3, No 6 (2014).
Rosalinda, “Tradisi Baca Burdah dan Pengalaman Keagamaan Masyarakat Desa
Setiris Muaro Jambi”, Jurnal Kontekstualita, Vol. 28, No. 2, 2013.
Rofiq, Ainur “Tradisi Slametan Jawa dalam Perspektif Pendiidikan Islam”, Jurnal
Ilmu Pendidikan Islam, Volume 15 No. 2 (2019).
Arif Junaidi, Akhmad. dkk. “Janengan Sebagai Seni Tradisional Islam-Jawa”,
Jurnal Walisongo, Volume 21 No. 2, (2013).
Munawwar Manshur, Fadlil. “Resepsi Kasidah Burdah Al-Bushiry”, Jurnal
Humaniora, Volume 18, No. 2 Juni 2006.
Mas’ud, Ali “Analisis Dan Mapping Syariah Versus Tasawuf Melalui Pendekatan
Historis”, Jurnal Pengembangan Ilmu Keislaman, Vol. 8 No.1 (2013).
Nur Lintang Utami, Mardliyah. “Makna Simbol Dalam Tradisi Burdahan Di
Pondok Pesantren Kramat”, Jurnal Ilmu Humaniora Vol. 04, No. 2,
Desember 2020.
Aqib, Harisuddin. “Teosofi Tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah, Media
Komunikasi dan Informasi Keagamaan, tanpa nomor (Oktober-Desember,
1999).
Nihayah, Ulin. “Konsep Seni Qasidah Burdah Imam Al-Bushiri”, Jurnal Dakwah,
Vol. 34, No. 1, Januari-Juni 2014.
Kholis Huqola, N. “Hermeneutika Hadis: Upaya Memecahkan Kebekuan Teks”,
dalam Jurnal Teologia, Vol. 24, No. 1 Januari-Juni, IAIN Walisongo,
Semarang, 2013.
Ied Al Munir, M. “Hermeneutika sebagai Metode Dalam Kajian Kebudayaan”,
Titian : Jurnal Ilmu Humaniora Vol. 05, No. 1, Juni 2021.
Sofyan, A. “Hermeneutika Gadamer dan Relevansinya dengan Tafsir” Jurnal
Farabi, Vol 11. No. 1, Juni 2014.
Website
Berita hari Ini, “Pengertian Sholawat Burdah Lengkap dengan Bacaan Arab,
Latin, dan Terjemahan”, Diakses melalui alamat,
https://kumparan.com/berita-hari-ini/pengertian-sholawat-burdah-lengkap-
dengan-bacaan-arab-latin-dan-terjemahan-1vQIFel3NPZ tanggal 05
September 2022.
Muradi, Dimensi, “Sufistik dalam syair Burdah al Bushary”, http://digilib.sunan-
ampel.ac.id. Diakses 08 MEI 2022.
Subandi, M.A. “Integrasi Psikoterapi Dalam Dunia Medis”, dalam Http:
http://psikologi.ugm.ac.id/uploads/resources/File/Database%20Penelitian
%20Dosen/integrasi_psikoterapi_medis.pdf diakses pada 22 Juni 2014.
Hasil Wawancara
Kustabah, Imam Masjid Desa Baru, Wawancara dengan Penulis, 20 Juli 2022,
Rekaman Audio.
Syarif, M. Bilal Desa Baru, Wawancara dengan penulis, 20 Juni 2022, Desa Baru,
Rekaman Audio.
Usman, H. Ali, Ketua Masjid Desa Baru, Wawancara dengan Penulis 20 Juli
2022, Rekaman Audio.
Mubarok, Sahil, Tokoh Agama Desa Baru, Wawancara dengan penulis, 20 Juni
2022, Desa Baru, Rekaman Audio.
INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA
Skripsi
Tradisi Sholawat Burdah pada Masyarakat Desa Baru Ditnjau dari Teori
Hermeneutika (Studi Di Kecamatan Maro Sebo Kabupaten Muaro Jambi)
NO. JENIS DATA METODE SUMBER DATA
1 Letak Geografis Desa Baru, Kec. -Observasi -Setting
Maro Sebo, Kab. Muaro Jambi -Dokumentasi -Dokumen Geografis
-Wawancara -Tokoh
Adat/Perangkat
Desa/Pemuda (Desa
Baru)
2 Sejarah Desa Baru Kec. Maro -Wawancara - Tokoh
Sebo, Kab Muaro Jambi. -Dokumentasi Adat/Perangkat
Desa/Pemuda
-Dokumen Sejarah
Burdah
3 Makna dan Tujuan Sholawat -Dokumentasi -Dokumen Tujuan
Burdah Burdah
4 Struktur Organisasi Perangkat -Dokumentasi -Bagan Struktur
Desa Baru Kec. Maro Sebo, Kab. Organisasi dan
Muaro Jambi. nama- nama
Perangkat Desa
A. Panduan Observasi
No. Jenis Data Objek Observasi
1. Letak Geografis Desa Baru Kec. -Keadaan dan Letak Geografis
Maro Sebo, Kab. Muaro Jambi
2. Sarana/Fasilitas Desa Baru -Sarana dan Prasarana yang tersedia di
Desa Baru
3. Praktik Implementasi Tradisi -Praktik yang diterapkan saat dalam
Burdah acara Tradisi Burdah
-Alokasi waktu yang dibutuhkan saat
praktik Burdah
4. Pendapat Tokoh Adat dan Para Dampak Pandangan masyarakat
Masyarakat Terhadap Tradisi terhadap praktik Tradisi Burdah
Burdah di Desa Baru.
B. Panduan Dokumentasi
No. Jenis Data Data Dokumenter
1. Letak Geografis Desa Baru -Data dokumentasi letak geografi
2. Sejarah Desa Baru -Data Dokumentasi tentang Sejarah dan
perkembangan Burdah
3. Makna dan Tujuan Burdah Data Dokumentasi tujuan Burdah
4. Struktur Organisasi dan Perangkat -Data dokumentasi tentang struktur
Desa Baru organisasi dan kepengurusan Perangkat
Desa
-Daftar nama Perangkat Desa Baru
-Data-data lain yang dibutuhkan
5. Sarana/Fasilitas di Desa Baru Data dokumentasi tentang sarana dan
prasarana Desa Baru
6. Dasar Tradisi Burdah di Desa Baru Data tentang dasar Tradisi Burdah, yang
Kec. Maro Sebo Kab. Muaro meliputi konsep tentang: dasar tradisi
Jambi dan pandangan masyarakat
7. Implementasi Tradisi Burdah di Data tentang implementasi tradisi
Desa Baru Burdah di Desa Baru.
8. Pendapat Tokoh Adat dan Para Dokumentasi tentang pandangan
Masyarakat Terhadap Tradisi masyarakat mengenai Tradisi Burdah di
Burdah di Desa Baru Desa Baru dalam era milenial saat ini.
C. Butir-butir Wawancara
No. Jenis Data Sumber Data dan Substansi
Wawancara
1. Letak Geografis Desa Baru TOKOH ADAT DAN PERANGKAT
DESA BARU:
-Bisa dijelaskan letak geografis Desa
Baru?
2. Sejarah Desa Baru TOKOH ADAT DAN PERANGKAT
DESA BARU :-Bagaimana sejarah
munculnya Desa Baru?
3. Sarana dan Fasilitas Desa Baru TOKOH ADAT DAN PERANGKAT
DESA BARU : -Apa saja sarana yang
dimiliki Desa Baru?
4. Dasar Tradisi Burdah di Desa Baru TOKOH ADAT DAN PERANGKAT
DESA BARU: -Apakah yang menjadi
landasan tradisi Burdah di Desa Baru?
-Apakah ada rujukannya dalam teks
keagamaan Islam (Al-Qur’an dan
Hadis)? -Apakah ada rujukannya dalam
sejarah Islam mengenai Tradisi Burdah
secara umum dan Indonesia khususnya?
5. Implementasi Tradisi Burdah di TOKOH ADAT DAN PERANGKAT
Desa Baru DESA:
-Bagaimana proses Tradisi Burdah
diterapkan?
-Apa saja susunan program
kegiatannya?
-Bagaimana teknis penerapan Tradisi
Burdah di Desa Baru dilaksanakan?
-Kapan dilaksanakan dan apa
tujuannya?
6. Pendapat Tokoh Adat dan Para TOKOH ADAT DAN
Masyarakat Terhadap Tradisi MASYARAKAT:
Burdah di Desa Baru -Pendapat Tokoh Adat Desa Baru
mengenai Tradisi Burdah di Desa Baru?
-Pendapat masyarakat mengenai Tradisi
Burdah di Desa Baru?
LAMPIRAN DOKUMENTASI
A. Identitas Diri
B. Riwayat Pendidikan
C. Riwayat Organisasi
1. Seksi Agama HMPs Aqidah dan Filsafat Islam 2019-2020
2. Anggota PMII Rayon Ushuluddin dan Studi Agama