Anda di halaman 1dari 89

ISTIGHASAH DENGAN SHALAWAT BADAR

DI PONDOK PESANTREN DARUL ULUM SALAFIYAH


BANGOREJO BANYUWANGI
(Studi Living Hadis)

SKRIPSI

Diajukan kepada Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember
untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh
gelar Sarjana Agama (S.Ag)
Fakultas Ushuluddin, Adab dan Humaniora
Jurusan Ilmu Hadis

Oleh:

ELMA REFINDA PUTRI


NIM: U20162033

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI


KIAI HAJI ACHMAD SIDDIQ JEMBER
PROGRAM STUDI ILMU HADIS
FAKULTAS USHULUDDIN, ADAB DAN HUMANIORA
JANUARI 2023
ISTIGHASAH DENGAN SHALAWAT BADAR
DI PONDOK PESANTREN DARUL ULUM SALAFIYAH
BANGOREJO BANYUWANGI
(Studi Living Hadis)

SKRIPSI

Diajukan kepada Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember
untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh
gelar Sarjana Agama (S.Ag)
Fakultas Ushuluddin, Adab dan Humaniora
Program Studi Ilmu Hadis

Oleh:

Elma Refinda Putri


NIM: U20162033

Disetujui Pembimbing

Dr. H. Imam Bonjol Juhari, S.Ag., M.Si


NIP. 19760611 199903 1 006

ii
ISTIGHASAH DENGAN SHALAWAT BADAR
DI PONDOK PESANTREN DARUL ULUM SALAFIYAH
BANGOREJO BANYUWANGI
(Studi Living Hadis)

SKRIPSI

Telah diuji dan diterima untuk memenuhi salah satu


persyaratan memperoleh gelar Sarjana Agama (S.Ag)
Fakultas Ushuluddin, Adab dan Humaniora
Program Studi Ilmu Hadis

Hari : Senin
Tanggal : 9 Januari 2023

Tim Penguji
Ketua Sekretaris

Dr. Maskud, S.Ag., M.Si Mufida Ulfa, M.Th.I


NIP: 19740210 199803 1 001 NUP: 19870202 201903 2 009

Anggota:

1. H. Mawardi Abdullah, Lc., MA ( )

2. Dr. H. Imam Bonjol Juhari, S.Ag., M.Si ( )

Menyetujui ,
Dekan Fakultas Ushuluddin, Adab dan Humaniora

Prof. Dr. M Khusna Amal, S.Ag., M.SI


NIP. 197212081998031001

iii
MOTTO

ِ ِ ِ ِ َٰ ِ ِ َْ ‫إذْْتَستَ ِغيثُو َْنْ َربَّ ُكمْْفَٱستَ َج‬


َ ‫ابْلَ ُكمْْأَنِّىْ ُمم ُّد ُكمْبأَلفْْ ِّم َْنْٱل َملَئ َك ْةْ ُمردف‬
ْ‫ين‬

“(Ingatlah), ketika kamu memohon pertolongan kepada Tuhanmu, lalu


diperkenankan-Nya bagimu: "Sesungguhnya Aku akan mendatangkan bala
bantuan kepada kamu dengan seribu malaikat yang datang berturut-turut.”


Agus Hidayatullah, Siti Irhamah dll, Al Wasim : Al-Qur‟an Tajwid Kode Transliterasi Per
Kata Terjemah Per Kata Q.S. Al-Anfal Ayat 9, 2013, (Bekasi: Penerbit Cipta Bagus Segara), 178.

iv
PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan untuk:

Ayah dan Ibu saya tercinta Bapak M. Rofi‟i dan Ibu Syamrotul Farida

yang selalu mendukung studi saya sejak balita hingga mampu menyelesaikan

gelar sarjana.

Suami yang saya cintai dan kasihi, Regal Yuangga yang senantiasa

memberikan semangat demi terselesaikannya skripsi ini.

Buah hati saya yang terkasih Alea Najwa Azzahra yang selalu jadi

penghibur dan penyemangat kembali setiap kali bunda merasa lelah dengan

skripsi ini.

Adik saya yang paling pengertian dan penyayang, selalu punya ide-ide

lucu agar kakak tersenyum dan giat menyelesaikan skripsi ini.

Segenap keluarga besar Bapak M. Rofi‟i di Banyuwangi dan di kota-kota

lain yang selalu memberi kebahagiaan, canda dan tawa sehingga segala kesulitan

terasa ringan dan dapat terselesaikan dengan memuaskan.

Segenap sahabat-sahabat Program Studi Ilmu Hadits angkatan 2016, Deyis

Magfiroh, Alhida, Fadilatus Syahriyati, Umi Latifatun Nihayah, Zena Arin

Noviani, Arifatus Sholeha, yang selalu mengikutsertakan saya untuk refreshing

dan mengerjakan tugas selama kuliah.

Almamater saya, Universitas Islam Negeri KH Achmad Siddiq Jember

Agama, Negara dan Bangsa.

v
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis sampaikan kehadirat Allah Subhanahu wa Ta‟ala

sebab rahman rahim dan anugerah-Nya; perencanaan, pelaksanaan, dan

penyelesaian skripsi sebagai salah satu syarat menyelesaikan program sarjana ini

dapat terselesaikan dengan lancar.

Kesuksesan ini dapat penulis peroleh karena dukungan dari banyak pihak.

Oleh karena itu, penulis menyadari dan menyampaikan terima kasih yang

sedalam-dalamnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Babun Suharto, SE., MM selaku Rektor UIN Khas

Jember,

2. Bapak Prof. Dr. M. Khusna Amal, S.Ag., M.Si selaku Dekan Fakultas

Ushuluddin, Adab dan Humaniora,

3. Bapak Dr. Win Usuluddin, M.Hum selaku Kepala Jurusan Studi Islam,

4. Bapak Makhrus, MA selaku Ketua Program Studi Ilmu Hadits,

5. Bapak Dr. H. Imam Bonjol Juhari, S.Ag., M.Si selaku Dosen Pembimbing

Skripsi yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama proses

penulisan skripsi,

6. Segenap Dosen Fakultas Ushuluddin, Adab dan Humaniora yang telah

memberikan ilmu pengetahuannya kepada penulis selama menempuh studi

di Program Studi Ilmu Hadits,

Akhirnya, penulis tidak dapat memberikan apa-apa sebagai balas budi,

namun semoga segala amal baik yang telah diberikan kepada penulis mendapat

balasan yang lebih baik dari Allah. Amin

vi
Penulis

Elma Refinda Putri


NIM: U20162033

vii
ABSTRAK

Elma Refinda Putri, 2023: Istighasah dengan Shalawat Badar di Pondok


Pesantren Darul Ulum Salafiyah Bangorejo (Studi Living Hadis)
Istighasah dengan Shalawat Badar ini dari segi bacaan istighasahnya
tidaklah jauh berbeda dengan istighasah-istighasah pada umumnya, namun
pelaksanaan Istighasah di Pondok Pesantren Darul Ulum Salafiyah Bangorejo
Banyuwangi ini menggunakan Shalawat Badar sebagai kekhususannya. Adanya
Shalawat Badar sebagai wasilah atau perantara para jamaah dalam menghaturkan
hajatnya, ternyata seringkali dirasakan oleh para jamaah bahwa doa-doa mereka
dikabul lebih cepat daripada umumnya. Hal ini menjadi sebuah keunikan
tersendiri yang layak untuk dilakukan penelusuran lebih mendalam. Dari sanalah,
peneliti tertarik untuk melakukan penelitan ini.
Fokus permasalahan pada penelitian ini adalah: 1) Bagaimana proses
pelaksanaan Istighasah dengan Shalawat Badar di Pondok Pesantren Darul Ulum
Salafiyah Bangorejo Banyuwangi 2) Bagaimana makna tradisi Istighasah dengan
Shalawat Badar di Pondok Pesantren Darul Ulum Salafiyah Bangorejo
Banyuwangi.
Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah: 1) Untuk
mengetahui proses pelaksanaan Istighasah dengan Shalawat Badar di Pondok
Pesantren Darul Ulum Salafiyah Bangorejo Banyuwangi 2) Untuk mengetahui
makna tradisi Istighasah dengan Shalawat Badar di Pondok Pesantren Darul Ulum
Salafiyah Bangorejo Banyuwangi
Penelitian ini menggunakan pendekatan tematik dengan jenis Field
Research (penelitian lapangan). Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah
dengan cara: 1) Observasi, 2) Interview, dan 3) Dokumentasi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1) Proses pelaksanaan dzikir
istighasah di Pondok Pesantren Darul Ulum Salafiyah Bangorejo Banyuwangi ini
dimulai dengan pembacaan shalawat badar, pembukaan, tawassul, istighasah,
mauidhoh hasanah, penutup yakni doa, kemudian dilanjutkan pembacaan asma'ul
husna bersama 2) Makna yang terkandung dalam pelaksanaan istighasah ini
adalah meminta pertolongan kepada selain Allah yakni kepada seorang nabi atau
wali sebagai perantaranya, keutamaan pembacaan shalawat badar adalah selain
berwasilah kepada rasulullah sebelum berdoa juga berwasilah kepada ahli badar
dimana para syuada badar adalah para sahabat pilihan, sedangkan waktu
pelaksanaan memilih malam selasa kliwon karena merupakan malam yang penuh
dengan kasih sayang, dimana hari selasa merupakan hari diciptakannya segala
ilmu dan pasaran “Kliwon” yaitu agar Pondok Pesantren ini selalu dalam keadaan
aman, damai, sejahtera sesuai keyakinan masyarakat jawa.

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii

MOTTO .......................................................................................................... iv

PERSEMBAHAN ........................................................................................... v

KATA PENGANTAR .................................................................................... vi

ABSTRAK ...................................................................................................... viii

DAFTAR ISI ................................................................................................... ix

PEDOMAN TRANSLITERASI ................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1

B. Fokus Penelitian .................................................................................. 3

C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 4

D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 4

E. Sistematika Pembahasan ...................................................................... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA ......................................................................... 8

A. Penelitian Terdahulu ............................................................................ 8

B. Kajian Teori.......................................................................................... 10

BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................... 18

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ............................................................ 18

2. Lokasi Penelitian .................................................................................. 18

ix
3. Subyek Penelitian .................................................................................. 19

4. Teknik Pengumpulan Data .................................................................... 21

5. Analisis Data .......................................................................................... 23

6. Keabsahan Data ..................................................................................... 24

7. Tahap-tahap Penelitian .......................................................................... 24

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS ......................................... 26

A. Gambaran Objek Penelitian ................................................................. 26

B. Pembahasan Temuan ............................................................................ 32

BAB V PENUTUP .......................................................................................... 53

A. Kesimpulan........................................................................................... 53

B. Saran ..................................................................................................... 54

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 56

LAMPIRAN-LAMPIRAN

1. Penyataan Keaslian Tulisan

2. Pedoman Penelitian

3. Pedoman Wawancara

4. Dokumentasi

5. Biodata Penulis

x
PEDOMAN TRANSLITERASI

Di bawah ini merupakan pedoman transliterasi Arab latin dari hasil

ketetapan Tim Penyusun dalam buku “Pedoman Karya Ilmiyah Institut Agama

Islam Negeri Jember Tahun 2018”;

1. Konsonan

NO Huruf Arab Nama Huruf Huruf Latin Keterangan


1. ‫ا‬ Alif Tidak Tidak dilambangkan
dilambangkan
2 ‫ب‬ Ba B Be

3 ‫ت‬ Ta T Te

4 ‫ث‬ Tsa Ts Te dan Es

5 ‫ج‬ Jim J Je

6 ‫ح‬ Hha H Hha (dengan garis


bawah)
7 ‫خ‬ Kho Kh Ka dan Ha

8 ‫د‬ Dal D De

9 ‫ذ‬ Dzal Dz De dan Zet

10 ‫ر‬ Ro R Er

11 ‫ز‬ Zai Z Zet

12 ‫س‬ Sin S Es

13 ‫ش‬ Syin Sy Es dan Ye

14 ‫ص‬ Shod Sh Es dan Ha

15 ‫ض‬ Dho Dl De dan el

16 ‫ط‬ Tho Th Te dan Ha

17 ‫ظ‬ Dzo Dz De dan Zet

18 ‫ع‬ „Ain „ Apostrof Terbalik

19 ‫غ‬ Gha Gh Ge dan Ha

xi
20 ‫ؼ‬ Fa F Ef

21 ‫ؽ‬ Qa Q Qi

22 ‫ؾ‬ Kaf K Ka

23 ‫ؿ‬ Lam L El

24 ‫ـ‬ Mim M Em

25 ‫ف‬ Nun N En

26 ‫ك‬ Wawu W We

27 ‫ق‬ Ha H Ha

28 ‫ء‬ Hamzah ‟ Apostrof

29 ‫م‬ Ya Y Ye

Hamzah (‫ )ء‬yang terletak di awal kata mengikuti vokalnya tanpa

diberi tanda apapun. Jika huruf tersebut terletak di tengah atau di akhir, maka

ditulis dengan tanda („).

2. Vokal

Vokal bahasa Arab sama seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri dari

vokal tunggal dan vokal rangkap atau diftong.

a. Vokal Tunggal

Vokal tunggal bahasa Arab yang lambangnya berupa tanda atau

harakat, literasinya sebagai berikut:

Tanda Nama Huruf Latin


‫َاى‬ Fathah A

ً‫َا‬ Kasrah I

‫َاي‬ Dhammah U

xii
b. Vokal Rangkap/Diftong

Vokal rangkap bahasa Arab yang lambangnya berupa gabungan antara

harakat dan huruf, literasinya gabungan huruf, yaitu:

Tanda Nama Harakat Huruf Latin Pelafalan Harakat


َ‫ىى ٍي‬ Fathah dan Ya Ai A dan I

‫ىىػ ٍَو‬ Fathah dan Wawu Au A dan U

Contoh:

َ‫ىى ٍوىؿ‬ - Haula

َ‫ف‬
‫ىكٍي ى‬ - kaifa

3. Maddah

Maddah atau vokal panjang yang lambangnya berupa harakat dan

huruf, transliterasinya berupa huruf dan tanda, yaitu:

Harakat & Huruf Nama Huruf & Tanda


‫ا‬ Fathah dan Alif a dan garis di atas (â)

‫م‬ Fathah dan Ya‟ a dan garis di atas (â)

‫م‬ Kasrah dan Ya‟ i dan garis di atas (î)

‫ك‬ Dhammah dan Ya‟ u dan garis di atas (û)

Contoh:

َ‫قى ىاؿ‬ - Qâla

‫ىرىمى‬ - Ramâ

َ‫قًٍي ىل‬ - Qîla

xiii
َ‫يىػ يق ٍو يؿ‬ - Yaqûlu

4. Ta’ Marbutah

Transliterasi untuk ta‟ marbutah ada dua:

a. Ta‟ marbutah hidup

Ta‟ marbutah yang hidup atau mendapat harakat fathah,

kasrah dan Dhommah, maka literasinya “t”.

Contoh:

‫ََاْلىطٍىفاؿ‬
ٍ ‫ضةي‬‫ ىرٍك ى‬: Raudhatu al-Athfâl

b. Ta‟ marbutah mati

Ta‟ marbutah yang mati atau mendapat harakat sukun, maka

transliterasinya adalah “h”.

Sama halnya dengan berikut ini, bilamana sebuah lafal

terdapat kata yang di akhiri dengan ta‟ marbutah dan diikuti oleh kata

dengan menggunaka kata sandang al serta bacaan kedua kata itu

terpisah, maka ta‟ marbutah tersebut ditransliterasikan dengan huruf

ha (h).

Contoh:

‫ الٍ ىمديًنىةيَالٍ يمنىػ َّوٌرة‬: al-Madînatu al-Munawwarah

xiv
5. Syaddah

Syaddah atau Tasydid merupakan dua huruf sama, yang kemudian

dipantulkan. Tanda Syaddah tersebut dilambangkan dengan ّ sedangkan

dalam literasinya yaitu menggunakan dua huruf yang sama.

Contoh:

‫ىربػَّنىا‬ = Rabbanâ

َ‫نىػَّزىؿ‬ = Nazzala

َ‫الًٍ رب‬ = al-Birr

َ‫ا ٍْلى رج‬ = al-Hajju

َ‫نىػ ىع ٍم‬ = Na’am

6. Kata Sandang

Kata sandang dalam penulisan Arab dilambangkan dengan huruf ‫اؿ‬

namun dalam literasi ini kata sandang tidak dibedakan atas kata sandang yang

diikuti huruf Syamsiyah dan kata sandang yang diikuti huruf Qamariyah.

a. Kata sandang yang diikuti huruf Syamsiyah

Kata sandang yang diikuti oleh syamsiyah ditransliterasikan tidak

disesuaikan dengan bunyinya, huruf /I/ diganti dengan huruf yang langsung

mengikuti kata sandang itu.

xv
Contoh:

َ‫الر يج يل‬
َّ - al-Rajulu

‫السيِّد‬
َّ َ - al-Sayyidatu

b. Kata Sandang yang diikuti hurus Qamariyah

Kata sandang yang diikuti huruf qamriyah ditransliterasikan sesuai

dengan aturan yang digariskan di depan dan sesuai pula dengan bunyinya.

Baik diikuti dengan oleh huruf Syamsiyah maupun huruf Qamariyah. Kata

sandang ditulis terpisah dari kata yang mengikuti dan dihubungkan dengan

kata sandang.

Contoh:

َ‫البَّ ًديٍ يع‬ - al-Badî‟u

َ‫َاجلَّالى يؿ‬ - al-Jalalu

7. Hamzah

Dinyatakan di depan bahwa hamzah ditransliterasikan dengan apostrof,

namun hal tersebut hanya berlaku pada hamzah yang terletak di tengah dan di

akhir kata saja. Jika hanzah tersebut terletak di awal kata, maka ia tidak

dilambangkan karena dalam tulisan Arab hanya berupa Alif.

Contoh:

‫ذكف‬
ٍ ‫َتىاٍ يخ‬ - Ta‟khudûn

xvi
‫اءي‬
َ ‫َامل‬
‫ى‬
- al-Mâ‟

‫َ ىش ٍي َءه‬ - Syai‟u

8. Penulisan Kata

pada dasarnya setiap kata baik fi‟il, isim maupun huruf itu ditulis

tepisah. Hanya kata-kata tertentu yang penulisannya dengan huruf Arab sudah

lazimnya dirangkaikan dengan kata lain sebab ada huruf atau harakat yang

dihilangkan maka dalam transliterasi ini penulisan kata tersebut dirangkaikan

juga dengan kata lain yang mengikutinya.

Contoh:

‫مَخلًٍيل‬ ً
‫إًبٍػىرىٍي ى‬ - Ibrahîm Khalîl

9. Huruf Kapital Yang Di Awali Kata Sandang

Meskipun dalam sistem tulisan Arab, huruf kapital tidak dikenal.

Namun dalam hal ini istilah huruf kapital juga digunakan. Penggunaan huruf

kapital seperti apa yang berlaku dalam EYD, diantaranya; huruf kapital

digunakan untuk menuliskan hurus awal nama diri dan permulaan kalimat.

Bila nama diri itu didahului oleh kata sandang, maka yang di tulis dengan

huruf kapital tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf awal kata

sandangnya.

Contoh:

‫ضا ىفَالَّ ًذمَأينٍ ًزؿَفًٍي ًوَالٍ يقراف‬


‫ىرىم ى‬ - Syahr ramadhan al-Lazi unzila fîhi al-Qur‟an

xvii
10. Huruf Kapital Untuk Satu Lafal Yang Menyerupai Kata Sandang

Penggunaan huruf kapital pada tulisan Allah hanya berlaku bila

tulisan Arabnya memang lengkap demikian dan kalau penulisan itu disatukan

dengan kata lain, sehingga ada huruf atau harakat yang dihilangkan dan huruf

kapital tidak dipergunakan lagi.

Contoh:

‫ئَعلًٍيم‬ ً
‫ىكاللَّوَبكلَش ى‬ - wallahu bikulli syai‟in „alîm

11. Tajwid

Bagi mereka yang menginginkan kefasihan dalam bacaan, pedoman

transliterasi ini merupakan bagian yang tak terpisahkan dengan ilmu tajwid.

Karena itu, peresmian pedoman transliterasi Arab Latin (Versi Internasional)

ini perlu di sertai dengan tajwid.

xviii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sesungguhnya sebuah kebudayaan dapat tercipta akibat keinginan

manusia agar kebutuhan hidupnya dapat terpenuhi. Hal itu kemudian

diwujudkan dalam bentuk tingkah laku, pola hidup, perekonomian, pertanian,

sistem kekerabatan, stratifikasi sosial, religi dan sebagainya, yang

kesemuanya itu kemudian harus dipenuhi oleh manusia dalam kehidupannya

yang sekaligus secara spontanitas akan melahirkan budaya atau tradisi.

Tradisi sebagai warisan yang benar atau warisan masalalu yang terjadi

berulang-ulang bukanlah dilakukan secara kebetulan atau di sengaja.1

Masyarakat Nusantara dipercaya memiliki kebudayaan atau tradisi

yang khas dan berhubungan secara erat. Mereka mengidentifikasikan diri

sebagai orang-orang yang menjunjungi tinggi sifat-sifat leluhur dan

kebudayaan. Termasuk berbagai macam seni, tradisi, sastra maupun

kepercayaan. Oleh karena itu masih banyak masyarakat kita yang masih

memegang kepercayaan yang dibawa leluhurnya hingga era modern saat ini.

Sejalan dengan tradisi yang berjalan dan berkembang di kelompok

masyarakat tertentu, sebelum tradisi tersebut dilaksanakan, pada mulanya

pastilah ada sebuah ide, dasar, landasan yang menjadi penyebab berjalannya

sebuah tradisi dan memunculkan sebuah kepercayaan atau keyakinan pada

1
Piots Sztompka, Sosiologi Perubahan Sosial, (Jakarta: Prenada Media Group, 2007), 69.

1
2

masyarakatnya sehingga masyarakat tersebut terus-menerus melangsungkan

tradisi tersebut secara turun-temurun.

Landasan yang menjadi penyokong berlangsungnya sebuah tradisi

bisa berasal dari berbagai hal seperti petuah leluhur, larangan mistis suatu

daerah, keagamaan, dan lain sebagainya. Dalam hal ini, memandang dari

landasan keagamaan, khususnya agama Islam yang memiliki landasan secara

umum dari Al-Qur‟an dan Hadis, dirasa perlu adanya penelusuran terhadap

tradisi yang berkembang dan berlangsung hingga saat ini sehingga apa yang

dilanjutkan oleh generasi saat ini tidak akan disebut sebagai taklid buta

semata, apalagi jika tradisi dilanjutkan oleh generasi intelektual masa kini.

Salah satu tradisi yang ditemukan sebagai sebuah fenomena dalam

masyarakat yakni mengenai pemaknaan suatu hadis yang dipraktekkan secara

berkelanjutan. Mengkaji tentang berbagai tradisi dalam bentuk ibadah

mahdah baik itu yang sifat wajib maupun sunnah, dalam komunitas

masyarakat muslim tertentu menjadi sangat menarik, karena tradisi tersebut

memiliki khas tertentu atau keunikan yang tidak dimiliki oleh komunitas

masyarakat muslim yang lain.

Termasuk dalam salah satu tradisi yang layak dan patut untuk diteliti

adalah adanya tradisi Istighasah dengan Shalawat Badar yang dilakukan di

Pondok Pesantren Darul Ulum Salafiyah, Bangorejo Banyuwangi. Pondok

Pesantren Darul Ulum Salafiyah ini memiliki sebuah amalan Istighasah yang

di lakukan secara umum bertujuan untuk memohon kepada sang Pencipta

agar apa yang kita inginkan terkabul ketika khatam membaca atau dzikir
3

istighasah tersebut. Secara khusus, Pondok Pesantren Darul Ulum Salafiyah

Bangorejo ini menggunakan Shalawat Badar sebelum dzikir Istighasah

dilaksanakan karena melihat bagaimana ayat tentang istighasah diturunkan

ketika Rasulullah dan para sahabat beliau merasa cemas saat 313 pasukan

muslimin menghadapi pasukan Abu Jahal yang berjumlah 3000 pasukan.

Istighasah dengan Shalawat Badar ini di Pondok Pesantren Darul Ulum

Salafiyah ini dilaksanakan setiap bulan pada malam Selasa Kliwon atau pada

hari Anggoro Kasih.

Istighasah dengan Shalawat Badar ini sampai sekarang masih terus

dilakukan oleh Pengasuh. Santri, maupun kalangan Alumni dan masyarakat

sekitar. Bacaan istighasah yang digunakan di Pondok Pesantren Darul Ulum

Salafiyah ini tidaklah jauh berbeda dengan istighasah pada umumnya, namun

adanya Shalawat Badar dan Hari Anggoro Kasih yang dipilih sebagai

kekhususan pelaksanaan istighasah di pesantren ini menjadi sebuah keunikan

tersendiri yang layak untuk dilakukan penelusuran lebih mendalam. Dari

sanalah, peneliti tertarik untuk melakukan sebuah penelitan dengan sebuah

judul "Istighasah dengan Shalawat Badar (Studi Living Hadis di Pondok

Pesantren Darul Ulum Salafiyah Bangorejo Banyuwangi).

B. Fokus Penelitian

Perumusan masalah dalam penelitian kualitatif disebut dengan istilah

fokus penelitian. Bagian ini mencantumkan semua fokus permasalahan yang

akan dicari jawabannya melalui proses penelitian. Fokus penelitian harus


4

disusun secara singkat, jelas, tegas, spesifik, operasional yang dituangkan

dalam bentuk kalimat tanya.2

Berdasarkan latar belakang, yang telah penulis paparkan di atas.

Maka dapat penulis sajikan rumusan masalah yang penting untuk dikaji

dalam penelitian ini yaitu:

1. Bagaimanakah proses pelaksanaan Istighasah dengan Shalawat Badar di

Pondok Pesantren Darul Ulum Salafiyah Bangorejo Banyuwangi?

2. Bagaimanakah makna tradisi Istighasah dengan Shalawat Badar di Pondok

Pesantren Darul Ulum Salafiyah Bangorejo Banyuwangi?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian merupakan gambaran tentang arah yang akan

dituju dalam melakukan penelitian. Tujuan penelitian harus mengacu kepada

masalah-masalah yang telah dirumuskan sebelumnya.3

Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui proses pelaksanaan Istighasah dengan Shalawat Badar

di Pondok Pesantren Darul Ulum Salafiyah Bangorejo Banyuwangi

2. Untuk mengetahui makna tradisi Istighasah dengan Shalawat Badar di

Pondok Pesantren Darul Ulum Salafiyah Bangorejo Banyuwangi

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian berisi tentang konstribusi apa yang akan diberikan

setelah selesai melakukan penelitian. seperti kegunaan bagi peneliti, instansi

dan masyarakat secara keseluruhan.4


2
Babun Suharto, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, 2017, (Jember: IAIN Jember Press),
44.
3
Ibid, 45.
5

1. Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu dokumentasi

ataupun pengetahuan umum terkait tradisi istighasah dan shalawat

badar terutama bagi santri Pondok Pesantren Darul Ulum Salafiyah

Bangorejo Banyuwangi,

b. Dapat menambah wawasan mengenai tradisi Istighasah, shalawat badar,

dan

c. Dapat memperoleh gambaran secara lengkap mengenai praktek tentang

dzikir istighasah dengan shalawat badar di Pondok Pesantren Darul

Ulum Salafiyah Bangorejo Banyuwangi.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi lembaga pesantren penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan

dalam menambah wawasan keilmuan keislaman terkait tradisi

istighasah dan shalawat badar,

b. Bagi peneliti yaitu menambah pengetahuan bahwa tradisi istighasah

dengan shalawat badar dapat menjadi sarana memperbaiki akhlak

terhadap sesama makhluk ataupun hubugan vertikal dengan Allah,

c. Bagi peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini bisa dijadikan bahan

referensi untuk penelitian berikutnya yang berhubungan dengan

istighasah,

d. Bagi pembaca, penelitian ini berguna untuk memberikan pengetahuan

tentang istighasah dan shalawat badar bagi pembacanya, dan

4
Ibid, 45.
6

e. Bagi Universitas Islam Negeri KH. Achmad Siddiq (UIN KHAS)

Jember, hasil penelitian ini sebagai tambahan literatur atau referensi

tentang keilmuan hadis, upaya bisa memberikan inovasi ilmiah

sekaligus memperkaya keilmuan tentang hadis dan juga diharapkan

dapat memberikan sumbangsih kepada peneliti selanjutnya.

E. Sistematika Pembahasan

Laporan ini ditulis untuk melaporkan hasil penelitian yang berjudul

“Tradisi Istighasah dengan Shalawat Badar (Studi Living Hadis di Pondok

Pesantren Darul Ulum Salafiyah Bangorejo Banyuwangi)”. Laporan hasil

penelitian ini terdiri dari Bab I sampai Bab V yang masing-masing bab akan

merinci semua hal terkait penelitian.

Bab I berisi pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, fokus

penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika

pembahasan.

Bab II berisi kajian kepustakaan yang terdiri dari penelitian terdahulu

dan kajian teori.

Bab III metode penelitian yang berisi pendekatan dan jenis penelitian,

lokasi penelitian, sumber data, metode pengumpulan data, keabsahan data,

dan tahap-tahap penelitian.

Bab IV penyajian data dan analisis yang berisi tentang hasil

penelitian, meliputi dari obyek penelitian, penyajian data, analisis dan

pembahasan temuan. Bab ini merupakan jawaban dari permasalahan yang

telah dirumuskan dalam fokus penelitian.


7

Bab V penutup yang merupakan hasil akhir dari penelitian. Pada

bagian ini disampaikan kesimpulan dan saran yang bersifat konstruktif.


8

BAB II

KAJIAN KEPUSTAKAAN

A. Penelitian Terdahulu

Dalam literatur yang penulis temukan, tidak banyak yang membahas

secara langsung dan menyeluruh pembahasan tentang tradisi istighasah secara

rinci melalui perspektif hadis. Namun, penulis menemukan beberapa karya

ilmiah yang berkaitan dengan judul di atas, antara lain:

1. Skripsi yang ditulis oleh Nikmatul Maula, mahasiswi Fakultas Dakwah

Dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang pada

tahun 2015 dengan judul “Dzikir Istighasah sebagai Metode Dakwah pada

Jamaah Pengajian di Pondok Pesantren Al-Fadllu Wal-Fadlilah

Kaliwungu Kendal”. Skripsi ini fokus pada proses pelaksanaan dzikir

istighasah sebagai metode dakwah pada jamaah pengajian di Pondok

Pesantren Al-Fadllu wal-Fadlilah Kaliwungu Kendal dan faktor

penghambat dan pendukung dzikir istighasah sebagai metode dakwah pada

jamaah pengajian di Pondok Pesantren Al-Fadllu wal-Fadlilah Kaliwungu

Kendal. Skripsi ini lebih memfokuskan pada pelaksanaan dzikir istighasah

sebagai metode dakwah. Sedangkan pada skripsi yang saya teliti, lebih

memfokuskan kepada hadis yang menjadi dasar atau landasan diadakannya

istighasah dengan shalawat badar pada malam selasa kliwon.

2. Skripsi yang ditulis oleh Maskur Ade Saputra, Mahasiswa Program Studi

Pendidikan Agama Islam Jurusan Pendidikan Islam Fakultas Tarbiyah Dan

Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya pada tahun

8
9

2018 dengan judul “Pengaruh Kegiatan Istighasah Terhadap Kecerdasan

Spiritual Siswa Di SMAN 1 Pacet Mojokerto”. Skripsi ini membahas

tentang kegiatan istighasah siswa di SMAN 1 Pacet Mojokerto dan kaitan

dengan kecerdasan spiritual siswa di SMAN 1 Pacet Mojokerto, serta

pengaruh kegiatan istighasah terhadap kecerdasan spiritual siswa SMAN 1

Pacet Mojokerto. Skripsi ini lebih memfokuskan pada pengaruh dari

kegiatan istighasah terhadap kecerdasan spiritual siswa. Sedangkan pada

skripsi yang saya teliti, lebih memfokuskan kepada hadis yang menjadi

dasar atau landasan diadakannya istighasah dengan shalawat badar pada

malam selasa kliwon.

3. Skripsi Ayu Efita Sari, tahun 2015, yang berjudul “Pengaruh Pengamalan

Dzikir terhadap Ketenangan Jiwa di Majlisul Dzakirin Kamulan Durenan

Trenggalek”. Skripsi ini juga lebih membahas tentang pengaruh

pengamalan dzikir terhadap ketenangan jiwa di Majlisul Dzakirin

Kamulan Durenan Trenggalek. Skripsi ini di dalamnya sama seperti yang

peneliti teliti, yaitu membahas tentang dzikir. Tetapi pada skripsi ini lebih

memfokuskan pada pengaruh pengamalan dari dzikir. Sedangkan pada

skripsi yang sedang penulis teliti, lebih memfokuskan pada pemaknaan

dari tradisi istighasah yang dilakukan.


10

B. Kajian Teori

1. Tradisi

a. Pengertian Tradisi Secara Umum

Tradisi menurut khazanah Bahasa Indonesia berarti segala

sesuatu seperti adat, kebiasaan, ajaran dan sebbagainya, yang turun

menurun dari nenek moyang ada pula yang menginformasikan bahwa

tradisi bersal dari kata traditium yaitu segala sesuatu yang di

trasmisikan, yang diwariskan oleh masa lalu untuk masa sekarang,

berdasarkan dua sumber tersebut jelaslah bahwa tradisi, intinya adalah

warisan masa lalu yang dilestarikan, dijalankan dan dipercaya hingga

saat ini, tradisi atau adat tersebut dapat berupa nilai, norma sosial, pola

kelakuan dan adat kebiasaan lain yang merupakan wujud dari berbagai

aspek kehidupan.5

b. Tradisi Secara Sosiologi

Menurut R. Redfield seperti yang dikutip Bambang Pranowo

mengatakan bahwa konsep tradisi itu dibagi menjadi dua yaitu tradisi

besar (Grate Tradition) dan tradisi kecil (little tradition), konsep ini

menggambarkan bahwa dalam suatu peradaban manusia pasti terdapat

dua macam tradisi yang di kategorikan sebagai Grate Tradition dan

Little Tradition adalah suatu tradisi dari mereka sendiri yang suka

berfikir dan dengan sendirinya mencakup jumlah orang yang relative

sedikit. Sedangkan Grate Tradition adalah suatu tradisi yang berasal

5
Moh. Nur Hakim, Islam Tradisional dan Reformasi Pragmatisme Agama dalam
Pemikiran Hasan Hanafi, (Malang: Bayu Media Publhishing, 2003), 29.
11

dari mayoritas orang yang tidak pernah memikirkan secara mendalam

pada tradisi yang telah mereka miliki, tradisi yang ada pada filosofi,

ulama‟, dan kaum terpelajar adalah sebuah tradisi yang ditanamkan

dengan penuh kesadaran, sementara tradisi dari kebanyakan orang

adalah tradisi yang diterima dari dahulu dengan adanya (Taken for

Granted) dan tidak pernah diteliti atau disaring pengembangannya.6

Banyak sekali Masyarakat yang memahami tradisi itu sangat

sama dengan budaya atau kebudayaan. Sehingga antara keduanya

sering tidak memiliki perbedaan yang sangat menonjol. Dalam

pandangan Kuntowijoyo, budaya adalah hasil karya cipta (pengelolaan,

dan pengarahan terhadap alam) manusia dengan kekuatan jiwa (pikiran,

kemauan, intusi, imajinasi, dan fakultas-fakultas ruhaniyah lainnya) dan

raganya yang menyatakan diri dalam kehidupan (ruhaniyah) dan

penghidupan (lahiriyah) manusia sebagi jawaban atas segala tantangan,

tuntutan, dan dorongan dari interen manusia, menuju arah terwujudnya

kebahagiaan dan kesejahterahan (spiritual dan material) manusia baik

individu maupun masyarakat ataupun individu masyarakat. 7

c. Tradisi Dalam Islam

Dalam Islam, tradisi sering dibahasakan dengan kata „Urf. Kata

„Urf berasal dari kata „arafa, ya‟rifu atau sering diartikan dengan “al-

ma‟ruf” dengan arti: “sesuatu yang dikenal”, secara etimologi sesuatu

yang dipandang baik dan diterima oleh akal sehat.


6
Bambang Pranowo, Islam Factual Antara Tradisi dan relasi Kuasa, (Yogyakarta: Adicita
Karya Nusa, 1998), 3.
7
Kuntowojoyo, Budaya dan Masyarakat, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2006), 3.
12

Secara harfiyah, „Urf adalah suatu keadaan, ucapan, perbuatan,

atau ketentuan yang telah dikenal manusia dan telah menjadi tradisi

untuk melaksanakannya atau meninggalkannya. Di kalangan

masyarakat, „Urf ini disebut sebagai adat.8

„Urf (Tradisi) merupakan suatu sumber hukum yang diambil

oleh madzhab Hanafi dan Maliki, yang berbeda di luar lingkup Nash,

„urf (tradisi) merupakan bentu-bentuk mu‟amalah (hubungan

kepentingan) yang telah menjadi adat kebiasaan dan telah berlangsung

ajeg (konstan) di tengah masyarakat.9

2. Living Hadis

a. Pengertian Living Hadis

Secara bahasa living hadis adalah “hadis yang hidup”. Sedangkan

menurut istilah living hadis adalah kajian atau penelitian ilmiah tentang

berbagai peristiwa sosial terkait dengan kehadiran atau keberadaan hadis

disebuah komunitas muslim tertentu. Dari sini maka akan tampak respon

sosial komunitas muslim untuk menghidupkan dan mengaplikasikan teks

agama melalui sebuah interaksi yang berkesinambungan.10 Jadi dapat

disimpulkan bahwa living hadis ialah gejala yang nampak di masyarakat

berupa pola-pola perilaku yang bersumber dari hadis Nabi Muhammad

Shallallahu‟alaihi wasallam atau respon umat Islam dalam interaksi

mereka dengan hadis-hadis Nabi.

8
Satria Efendi, Ushul Fiqh, (Jakarta: Kecana, 2009), 153.
9
Rahmat Syafe‟i, Ushul Fiqh, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2007), 128.
10
Fiqotul Khosiyah, “Living hadîts dalam Kegiatan Peringatan Maulid Nabi di Pesantren
Sunan Ampel”, Jurnal Living hadîts, Vol. 3 Nomor 1, ( Mei, 2018)., 36.
13

Menurut Sahiron Syamsudin, living hadis adalah sunnah Nabi yang

secara bebas ditafsirkan oleh para ulama hadis, penguasa, hakim sesuai

dengan situasi yang mereka hadapi.11

Menurut Saifuddin Zuhri Qudsy, living hadis adalah sebuah model

kajian bahkan salah satu cabang disiplin dalam ilmu hadis. Namun harus

dipastikan kembali bahwa praktik itu berasal dari teks hadis, merupakan

salah satu bentuk modifikasi ataupun akulturasi praktik, tradisi, ritual atau

perilaku antara teks masa lalu dengan relitas masa kini.12

Dari beberapa penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa living

hadis adalah sebuah penelitian ilmiah tentang keberadaan hadis yang hidup

di masyarakat atau komunitas islam tertentu, yang dilaksanakan melalui

praktik, tradisi, atau ritual. Namun harus dipastikan bahwa praktik itu

berasal dari teks hadis.

Hadis Nabi sampai saat ini sangat menarik untuk dikaji, karena

faktor faktor utama yang menjadi pemicu adalah masalah otentisitas hadis,

maupun rentan waktu yang cukup panjang antara masa Nabi dalam realitas

kehidupan beliau sampai masa kodifikasi hadis.13

Living hadis mempunyai beberapa varian yaitu tradisi tulis, tradisi

lisan, dan tradisi praktik, berikut penjelasannya:

11
Sahiron Syamsudin, Metode Penelitian Living Qur‟an dan Hadits, (Yogyakarta : TH-
Press, 2007), 93.
12
Saifuddin Zuhri Qudsy, “Living hadîts : Genealogi, Teori, dan Aplikasi”,Jurnal Living
hadîts, Volume 1, Nomor 1, ( Mei 2016)., 188.
13
M. Alfatih Suryadilaga, “Model-model Living Hadis” dalam Syahiron Syamsuddin (ed),
Metodologi Penelitian Living Qur‟an dan Hadis, (Yogyakarta: Teras, 2007), 113.
14

a. Tradisi Tulis

Tradisi tulis ini pernah diteliti oleh Syamsul Kurniawan dalam

Al-Fatih Suryadilaga, ia mengungkapkan bahwa terdapat masalah

seperti jampi-jampi di Indonesia yang mendasarkan diri dengan hadis.

Masyarakat setempat dalam merangkai jampi-jampi menggunakan dua

kitab mujarrobat yang ditulis oleh Syaikh Ahmad al-Dairabi al-Syafi‟i

dan Ahmad Saad Ali.14

Sebagian Masyarakat percaya bahwa terdapat banyak khasiat

yang diperoleh dalam jampi-jampi yang disandarkan dari hadis. Antara

lain dapat menyembuhkan penyakit kencing, kepala, luka-luka, perut,

mata dan lain sebagainya. Bahkan ada juga yang menggunakannya

sebagai penglaris dagangan.

Dari uraian di atas nampak bahwa adanya pola tradisi hadis

secara tulis merupakan salah satu bentuk propaganda yang singkat dan

padat dalam mengajak umat Islam di Indonesia yang masih religius.

Oleh karena itu, untuk melakukan tujuan dengan baik maka harus

melalui lintas jargon kegamaan termasuk dalam teks-teks hadis. Selain

itu, dapat digunakan dalam bentuk azimat yang dapat menyembuhkan

berbagai penyakit.15 Hadis juga terdapat dalam bentuk ungkapan yang

sering ditempat-tempat yang strategis seperti, masjid, sekolah, dan lain

sebagainya.

14
M. Alfatih Suryadilaga, “Model-model Living Hadis” dalam Syahiron Syamsuddin (ed),
Metodologi Penelitian Living Qur‟an dan Hadis., 187.
15
Ibid, 188.
15

b. Tradisi Lisan

Tradisi lisan dalam living hadis muncul seiring dengan praktik

yang dijalankan oleh umat islam. sebagaimana yang diungkapkan M.

Al-Fatih Suryadilaga dalam bukunya bahwa terdapat pola lisan yang

dilakukan oleh masyarakat terutama dalam melakukan dzikir dan do‟a

bentuknya bermacam-macam. Dalam kehidupan sehari-hari umat

Islam sering melakukan dzikir dan do‟a sebagai rutinitas yang

dilakukan mengiringi shalat, dan dilakukan minimal lima kali dalam

sehari semalam. Dzikir dan do‟a merupakan sejumlah rangkaian yang

dianjurkan oleh Allah dalam Al-Quran dan hadis Nabi Muhammad

Shallallahu‟alaihi wasallam. Dengan berbagai macam corak dan

macam cara orang menerapkannya namun tujuannya sama. 16

c. Tradisi Praktik

Tradisi praktik dalam living hadis sudah banyak dilakukan

oleh umat islam. Hal ini didasarkan dari sosok Nabi Muhammad

dalam menyampaikan ajaran islam. Salah satu persoalannya adalah

ibadah. Di masyarakat Lombok NTB mengisyaratkan adanya

pemahaman shalat wetu telu dan wetu limo. Padahal dalam hadis

Nabi contoh yang dilakukan adalah lima waktu. Dalam living hadis

cenderung banyak dilakukan oleh umat Islam. Hal ini didasari cara

Nabi Muhammad dalam menyampaikan ajaran islam.17

16
M. Alfatih Suryadilaga, “Model-model Living Hadis” dalam Syahiron Syamsuddin (ed),
Metodologi Penelitian Living Qur‟an dan Hadis., 89.
17
M. Alfatih Suryadilaga, Metodologi Living Quran dan Hadis, (Yogyakarta : RAS. 2007),
106.
16

3. Istighasah

Kata “istighatsah” ‫استغثة‬ berasal dari “al-ghauts” ‫الغؤث‬ yang berarti

pertolongan. Dalam tata bahasa Arab, kalimat yang mengikuti pola (wazan)

“istaf‟ala” ‫استفعل‬ atau “istif‟ala” menunjukkan arti permintaan atau

permohonan. Maka istighosah berarti meminta pertolongan. Seperti kata

ghufron ‫غفراف‬ yang berarti ampunan ketika diikutkan pola istif‟al menjadi

istigfar‫ استغفار‬yang berarti memohon ampunan. Jadi istighosah berarti

“thalabul ghauts” ‫الغؤث‬ ‫ طلب‬atau meminta pertolongan.18

Istighosah dalam bahasa Arab dapat diartikan sebagai “meminta

pertolongan”. istilah ini diambil dari lafal doa “Ya Hayyu Ya Qoyyum

Birohmatika Astagits” (Wahai Dzat Yang Maha Hidup dan tidak butuh

pertolongan, beri pertolongan kepadaku).19

Istighasah sebenarnya sama dengan berdoa akan tetapi bila disebut

kata istighasah konotasinya lebih dari sekedar berdoa karena yang dimohon

dalam istighasah adalah bukan hal yang biasa saja. Oleh karena itu, istighasah

sering dilakukan secara kolektif dan biasanya dimulai dengan wirid-wirid

tertentu, terutama istighfar, sehingga Allah berkenan mengabulkan

permohonan itu.
18
Maskur Ade Saputra, Pengaruh Kegiatan Istighosah Terhadap Kecerdasan Spiritual
Siswa Di SMAN 1 Pacet Mojokerto, (Surabaya: Universitas Islam Negeri Sunan Ampel, 2018), 25.
19
Rubaidi, Desekralisasi Tradisi Keagamaan: Studi Tentang Perubahan Makna Simbolik
Istighosah Di Jawa Timur, (Millah Vol Viii No 2 Februari 2009), 330.
17

Istighasah dilihat dari bentuk dan ciri-cirinya adalah suatu amalan

yang dilakukan dengan cara mendekatkan diri kepada Allah dalam rangka

meminta pertolongan kepada Allah dengan cara melaksanakan dzikir yang

cukup lama.

Antara istighasah dan dzikir sangat erat kaitannya. Dan diantara

keduannya tidak dapat dipisahkan antar yang satu dengan yang lainnya.

Istighasah dan dzikir mempunyai persamaan dan perbedaan. Tapi sulit

dipisahkan dan dibedakan. Sebagian pendapat mengatakan antara istighasah

dan dzikir adalah sama, namun yang membedakan adalah tujuan dari amalan

tersebut.20 Artinya dalam amalan yang dilakukan antara istighasah antar

dzikir tidak ada bedanya. Namun yang membedakan kalau istighasah akhir

amalan tersebut mengharapkan pertolongannya secara khusus. Sedangkan

dzikir adalah semata-mata taqarrub dengan Allah, tiada tujuan secara khusus.

20
Barmawie Umari, Sistematika Tasawwuf, (Solo: Romadloni, 1993), 174.
18

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan

tujuan dan kegunaan tertentu yang bersifat pengembangan yaitu memperdalam

serta memperluas pengetahuan yang telah ada.21

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Menurut Erlinger dalam Syamsudin AR, Rancangan penelitian

merupakan rencana dan struktur penyelidikan yang disusun sedemikian

rupa, sehingga peneliti akan dapat memperoleh jawaban atas pertanyaan-

pertanyaan penelitiannya. Penelitian tersebut dilakukan sebelum terjun ke

lapangan, ketika peneliti pada tahap mempersiapkan diri.22

Untuk menjawab fokus penelitian di atas peneliti menggunakan

pendekatan kualitatif deskriptif. Penelitian kualitatif deskriptif adalah

penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang

dialami oleh subyek penelitian dengan menggunakan field research

(penelitian lapangan) dimana penelitian dilakukan secara sistematis dengan

mengangkat data yang ada di lapangan.23

B. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di Pondok Pesantren Darul Ulum

Salafiyah Bangorejo Kabupaten Banyuwangi Jawa Timur. Pesantren tersebut

berada di sekitar Banyuwangi selatan. Di Pesantren ini peneliti akan


21
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, 2013, (Bandung: CV
Alvabeta), 56.
22
Syamsudin AR Dn Vismaia S. Damaianti, Metode Penelitian Pendidikan Bahasa,
2006, (Bandung: Remaja Rosdakarya), 87.
23
Suharismi Arikunto, Dasar – Dasar Research, 1995, (Bandung: Tarsoto), 58.

18
19

melakukan penelitian berupa observasi dan melakukan wawancara kepada

santri, ustadz, masyarakat bahkan pengasuh pondok pesantren tersebut.

C. Subyek Penelitian

Pada bagian ini dilaporkan jenis data dan sumber data. Uraian

tersebut meliputi data apa saja yang dikumpulkan, bagaimana

karakteristiknya, siapa yang dijadikan informan atau subyek penelitian,

bagaimana ciri-ciri informan atau subyek tersebut dan dengan cara bagaimana

data disaring sehingga validitasnya dapat dijamin. Istilah sampel jarang

digunakan karena istilah ini biasanya digunakan melakukan generalisasi

dalam pendekatan kualitatif.24

Dalam karakteristiknya ini subyeknya adalah pengurus, santri-

wansantriwati dan ustadz-ustadzah khususnya pengasuh Pondok Pesantren

Darul Ulum Salafiyah Bangorejo Banyuwangi.

Adapun jenis data dan sumber data yang digunakan dalam penelitian

ini yaitu sumber primer dan sumber data sekunder.

1. Data Primer

Data primer adalah data yang didapat dari sumber pertama atau

sumber asli (langsung dari informan), misalnya dari individu atau

perorangan, konsumen, karyawan, guru, petani, dan lainnya merupakan

sumber utama data primer. Data ini merupakan data mentah yang nantinya

24
Babun Suharto, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, 2017, (Jember: IAIN Jember Press),
47.
20

akan diproses untuk tujuan tertentu sesuai dengan kebutuhan, misalnya

untuk penyusunan tugas akhir mahasiswa (skrispsi/tesis/disertasi). 25

Data yang dimaksudkan oleh peneliti adalah tentang Istighasah di

Pondok Pesantren Darul Ulum Salafiyah Bangorejo Banyuwangi. Adapun

data ini diperoleh dari beberapa sumber yaitu:

a. Pengasuh Pondok Pesantren Darul Ulum Salafiyah Bangorejo

Banyuwangi, karena merupakan orang yang paling diagungkan atau

ditokohkan oleh masyarakat sekitar.

b. Dewan Asatid Pondok Pesantren Darul Ulum Salafiyah Bangorejo

Banyuwangi, karena merupakan orang-orang yang mengajarkan

beberapa kitab kuning di pondok pensantren tersebut.

c. Para Santri Pondok Pesantren Darul Ulum Salafiyah Bangorejo

Banyuwangi sebagai pelaku pelaksanaan istighasah atau objek yang

dicermati oleh peneliti.

d. Masyarakat sekitar sebagai saksi dan sekaligus pelaku penerapan

istighasah di Pondok Pesantren Darul Ulum Salafiyah Bangorejo

Banyuwangi.

2. Data Skunder

Data sekunder adalah data yang diambil dari sumber kedua atau

bukan dari sumber aslinya. Data sekunder bisa bentuk data yang tersaji

dalam bentuk tabel, grafik, dan lain sebagainya. Sumber data sekunder

dapat berasal dari peneliti sebelumnya, lembaga pemerintah, lembaga

25
Usman Rianse dan Abdi, Metodologi Penelitian Sosial dan Ekonomi Teori dan Aplikasi,
2012, (Bandung: CV Alfabeta), 212.
21

swasta, dan lain sebagainya. 26 Berkaitan dengan hal itu pada bagian ini

jelas datanya dibagi ke dalam kata-kata tindakan, data tertulis dan foto.

Data sekunder juga bisa dimaksud dengan data yang bersifat penunjang

dan melengkapi data primer. Data yang dimaksud adalah tentang Sejarah

berdirinya Pondok Pesantren Darul Ulum Salafiyah Bangorejo

Banyuwangi, data kepengurusan, data kegiatan, sarana dan prasana

lainnya.

D. Teknik Pengumpulan data

Dalam penelitian ini digunakan beberapa teknik pengumpulan data

dalam rangka menggali dan mengumpulkan data yang dibutuhkan misalnya

observasi partisipan, wawancara mendalam, dan dokumentasi.27

1. Observasi

Observasi adalah cara untuk memperoleh data dengan

pengamatan secara langsung. Dalam observasi ini peneliti menggunakan

observasi partisipan yaitu pengamatan yang dilakukan dengan alat

pengindraan dan sekaligus peneliti terjun langsung dalam sosial subyek

penelitian.28

Dalam melakukan observasi ini, peneliti mengamati secara

langsung bagaimana kegiatan istighasah di Pondok Pesantren Darul Ulum

Salafiyah Bangorejo Banyuwangi.

26
Ibid, 212.
27
Babun Suharto, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, 2017, (Jember: IAIN Jember Press),
47.
28
Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara,
2013), 72.
22

2. Interview

Metode Interview merupakan metode pengumpulan data dengan

cara bertanya langsung (face to face) pada responden untuk mendapatkan

informasi. Dimana penulis mendatangi langsung ke tempat orang yang

akan diwawancarai untuk menanyakan langsung tentang hal-hal yang

berkaitan dengan obyek yang akan diteliti.29

Sesuai pengertian di atas, interview di sini digunakan untuk

mendapatkan data sebagai pelengkap dari data tersebut dan dapat

diperoleh dengan menanyakan langsung kepada responden atau informan,

meliputi: sejarah, pelaksanaan dan juga makna mendalam pelaksanaan

istighasah dalam dunia pesantren dan masyarakat, sehingga dapat

mendapatkan data-data tentang landasan hadis tentang hal tersebut.

3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah cara mengumpulkan data melalui

peninggalan tertulis/terutama berupa arsip-arsip dan termasuk juga buku-

buku tentang pendapat, teori, dalil/hukum-hukum dan lain-lain yang

berhubungan dengan masalah penyelidikan.30

Metode dokumentasi ini lebih mudah daripada metode lainnya,

dalam artian apabila ada kekeliruan sumber datanya masih tetap dan tidak

berubah, karena yang diamati adalah benda mati. Adapun data yang ingin

diperoleh dari metode dokumentasi adalah sebagai berikut:

29
Masri Singarimbun dan Sofyan Effendy, Metode Penelitian Survey, (Jakarta:
LP3ES,1989), 192.
30
Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial, 2005, (Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press), 133.
23

a. Lokasi Pelaksanaan penelitian tentang kegiatan istighasah yakni di

Pondok Pesantren Darul Ulum Salafiyah Bangorejo Banyuwangi.

b. Proses pelaksanaan istighasah dengan shalawat badar di Pondok

Pesantren Darul Ulum Salafiyah Bangorejo Banyuwangi.

c. Wawancara terhadap orang-orang yang mengikuti kegiatan istighasah

meliputi pengasuh, santri, asatid dan masyarakat.

E. Analisis Data

Analisis data adalah memberikan gambaran bagaimana peneliti akan

melakukan pengolahan data kepada variable yang diteliti sesuai dengan

kondisi sebenarnya.

Peneliti menggunakan pola analisis nonstatistik. Analisis nonstatistik

yaitu dilakukan terhadap data yang bersifat kualitatif, biasanya berupa studi

litere atau studi empiris. Data yang dikumpulkan bukanlah secara random

atau mekanik, tetapi dikuasai oleh pengembangan hipotesis. Apa yang

ditemukan pada suatu saat adalah suatu pedoman yang langsung terdapat apa

yang akan dikumpulkan berikutnya dan di mana akan dicari.31

Langkah-langkah yang digunakan untuk pengolahan data dalam

penelitian adalah sebagai berikut:

1. Mengklasifikasikan data

2. Menyaring data

3. Menganalisis

4. Mendeskripsikan

31
Nurul Zuriah, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan, 2009, (Jakarta: PT Bumi
Aksara), 198.
24

F. Keabsahan Data

Untuk memiliki data yang valid dan reliabel. Maka dibutuhkan

untuk melakukan upaya validasi data. Objektivitas dan keabsahan data

penelitian dilakukan dengan melihat reliabilitas dan validitas data yang

diperoleh. Dengan mengacu pada Moleong (1994), untuk membuktikan

vaiditas data ditentukan oleh kredibilitas temuan dan interpretasinya dengan

mengupayakan temuan dan penafsiran yang dilakukan sesuai dengan kondisi

yang senyatanya oleh subjek penelitian.

Agar dapat terpenuhi validitas data dalam penelitian kualitatif, maka

peneliti melakukan dengan cara antara lain:32

1. Memperpanjang observasi

2. Pengamatan yang terus-menerus

3. Membicarakan hasil temuan dengan orang lain

4. Menganalisis kasus

5. Menggunakan bahan referensi

G. Tahap-Tahap Penelitian

Sebelum penelitian ini dilakukan sehingga diperlukan rencana

pelaksanaan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti yaitu:

1. Menetapkan fokus penelitian

2. Menentukan tempat dan responden penelitian

3. Menentukan dan menyusun instrumen penelitian

4. Pelaksanaan dan observasi lapangan

32
Muhammad Idrus, Metode Penelitian Ilmu Sosial, (Jakarta: PT Gelora Aksara Pratama),
145.
25

5. Penyusunan laporan penelitian

Penelitian ini dilakukan melalui tiga tahap, yaitu: (1) tahap persiapan,

(2) tahapan pelaksanaan, dan (3) tahap penyelesaian.33

a. Tahap Persiapan

Kegiatan yang dilakukan dalam tahap persiapan ini adalah

mempersiapkan segala sesuatu yang behubungan dengan pelaksanaan

penelitian. dalam kegiatan ini diharapkan pelaksanaan penelitian akan

berjalan lancar dan mencapai tujuan yang diinginkan. Kegiatan persiapan

ini meliputi: kajian pustaka, pengurusan administrasi perijinan,

penyusunan rancangan penelitian, survey lapangan, penyusunan instrumen

penelitian.

b. Tahap Pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan penelitian ini, kegiatan yang dilakukan

meliputi: pengumpulan data wawancara, mengamati hasil wawancara,

menganalisis data hasil wawancara, menafsirkan hasil analisis data

wawancara.

c. Tahap Penyelesaian

Dalam tahap penyelesaian, kegiatan yang dilakukan meliputi:

menysusun laporan penelitian, mengkonsultasikan laporan penyelesaian,

merevisi laporan penelitian, menggandakan laporan penelitian.

33
Bagong Suyanto dan Sutinah, Metode Penelitian Sosial Berbagai Alternatif Pendekatan,
2013, (Jakarta: Kencana), 170.
26

BAB IV

PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS

Dalam penelitian ini peneliti menggali informasi tentang sejarah Pondok

Pesantren Darul Ulum Salafiyah Bangorejo Banyuwangi, sekaligus menggali

tentang kegiatan istighasah yang dilaksanakan para santri dan masyarakat di

sekitar Pondok Pesantren Darul Ulum Salafiyah Bangorejo Banyuwangi.

Pembahasan ini merupakan lanjutan dari penggalian dan penelitian data yang

telah dilakukan oleh peneliti. Data yang telah terkumpul dari informasi dan

pendukung akan diolah dan dijelaskan secara rinci sehingga mampu menjawab

permasalahan yang ada dalam penelitian ini.

A. Gambaran Objek Penelitian

1. Profil Pondok Pesantren Darul Ulum Salafiyah Bangorejo

Banyuwangi

Pondok Pesantren Darul Ulum Salafiyah ini didirikan sejak tahun

1971 oleh Kyai Haji Qodri yang juga sekaligus menjadi pengasuh

pertama pesantren ini hingga tahun 2020. Kepengasuhan pesantren ini

kemudian dilanjutkan oleh Kyai Haji Toyib Amri hingga saat ini, yang

merupakan pengasuh kedua Pondok Pesantren Darul Ulum Salaiyah

Bangorejo Banyuwangi.

Pondok Pesantren Darul Ulum Salafiyah ini berlokasi di Dusun

Sambirejo Rt. 04/Rw. 02 Desa Sambimulyo Kecamatan Bangorejo

Kabupaten Banyuwangi.

26
27

Adapun pendidikan di Pondok Pesantren Darul Ulum Salafiyah

Bangorejo ini terdapat beberapa tingkatan dalam pembelajaran di

Madrasah Diniyah Pondok Pesantren Darul Ulum Salafiyah Bangorejo

Banyuwangi. Yang pertama yaitu Sifir, yang santrinya berasal dari anak

kecil usia Taman kanak-kanak yang mempelajari tentang cara membaca

Iqro‟, menghafal surat-surat pendek, tata cara sholat, belajar menulis dan

membaca bahasa Arab. Kegiatan belajar mengajar untuk Sifir

dilaksanakan di sore hari setelah sholat ashar. Dalam hal ini anak

pertama beliaulah yang bertanggung jawab mengurus perkembangan

madrasah diniyah untuk anak-anak Sifir. Di madrasah sifir ini rata-rata

guru yang mengajar berasal dari santri-santri yang sudah lama mondok

yang ingin membagikan sedikit waktu dan ilmunya untuk mengajar.

Tingkatan yang kedua yaitu Madrasah diniyah Awaliyah.

Tingkatan awaliyah ini jika di sekolah formal setara dengan Madrasah

Ibtidaiyah. Butuh waktu 6 tahun dalam menempuhnya. Kegiatan belajar

mengajar untuk tingkat awaliyah dilaksanakan pada malam hari setelah

sholat maghrib sampai pukul 21.00 WIB. Setelah sholat maghrib semua

santri berkumpul di mushola kemudian membaca nadhoman seperti

Amtsilati Tashrif, Nadhom Imriti, dan lain sebagainya sesuai jadwal di

hari itu sambil menunggu tibanya adzan isya‟, kemudian sholat isya

berjama‟ah dan di lanjut masuk kelas untuk proses belajar mengajar.

Tingkatan ketiga bernama Wusto. Tingkatan ini merupakan

tingkat tengah-tengah. Rata-rata santri Wusto terdiri dari siswa SMK.


28

Tingkatan terakhir atau tingkatan keempat yaitu Madrasah Diniyah

Aliyah. Tingkatan ini merupakan tingkatan yang paling tinggi, yang rata-

rata santrinya sudah lulus SMK atau sederajat dan masih melanjutkan

mondok sambil menunggu kelulusan dari aliyah, dan setelah lulus dari

Aliyah para santri bisa diwisuda pada Akhirussanah yang biasanya di

laksanakan sekalian memperingati maulid Nabi Muhammad SAW.

Selain Madrasah Diniyah kegiatan yang lain yaitu membaca kitab

dengan sistem sorogan dan bandongan setiap hari setelah sholat shubuh,

dan setoran hafalan Alfiyah ibn Malik ataupun Nadhom Imriti setiap sore

sepulang sekolah formal.34

Sebagai lembaga keagamaan, Pondok Pesantren Darul Ulum

Salafiyah Bangorejo Banyuwangi memiliki visi dan Misi yang hendak

dituju dan dijadikan acuan ke depan dalam menjalankan tugas

keagamaan, yaitu:

Visi:

Menjadi Pondok Pesantren yang agamis dalam melakukan


pengajaran dan pengabdian kepada masyarakat serta memiliki
komitmen yang kokoh sebagai pusat pengembangan akhlakul
karimah sebagai sendi dasar pembentukan umat yang
berlandaskan Ahlus Sunnah Wal Jamaah.

Misi:

a) Mencetak insan yang (1) Berwawasan dan berkepribadian


agamis religius (2) berkepribadian keislaman dan kebangsaan (3)
siap terjun untuk mengajarkan nilai-nilai islami di tengah
masyarakat.35

34
Abu Dzarrin, Wawancara 2 Oktober 2021
35
Sumber: Dokumentasi Kantor Pondok Pesantren Darul Ulum Salafiyah Bangorejo
Banyuwangi
29

b) Memberikan kontribusi terhadap keteladanan kehidupan atas


dasar nilai-nilai islam dan budaya luhur.

Selain mengajarkan pendidikan agama, santri di Pondok Pesantren

Darul ulum Salafiyah Bangorejo Banyuwangi ini juga dibekali dengan

pendidikan formal agar kelak ketika terjun di masyarakat para santri sudah

memiliki bekal yang bisa dikatakan cukup. 36 Unit pendidikan yang

disediakan di Pondok Pesantren Darul Ulum Salafiyah Bangorejo

Banyuwangi meliputi TK Kartini, Madrasah Ibtidaiyah Roudlotul Huda,

SMP Darul Ulum, dan SMK Nusantara.37

Tabel 4.1. Data Struktur Kepengurusan Pondok Pesantren Darul Ulum


Salafiyah Bangorejo Banyuwangi Periode 2021/2022
N KELAMIN Pendidikan
NAMA JABATAN
O L P terakhir
1 H. Hambali L SMA Ketua Yayasan
2 Fauzun L Sarjana Sekretaris
3 Supriyadi L Sarjana Bendahara
Seksi
4 Abu Dzarrin L Sarjana
Pendidikan
Seksi
5 Bawani L Sarjana
Pendidikan

Tabel 4.2. Data Ustadz/Ustadzah Pondok Pesantren Darul Ulum


Salafiyah Bangorejo Banyuwangi Periode 2021/2022
Kelamin Pendidikan Pelajaran yang
NO NAMA
L P Terakhir di ampu
1 K. H. Toyib Amri L Sarjana Tafsir, Tauhid
Ahmad
2 L SMA Hadist
Munthohar
3 Maulan L SMA Alqur‟an

4 H. Hambali L SMA Nahwu

36
H. Hambali, Wawancara Tanggal 26 September 2021
37
Sumber: Dokumentasi Kantor Pondok Pesantren Darul Ulum Salafiyah Bangorejo
Banyuwangi
30

5 Supriyadi L Sarjana Akhlak

6 H. Nur Rohman L SMA Akhlak

7 Fauzun L Sarjana Fiqih

8 Agus Salim L SMA Fiqih

9 Sugiyono L SMA Shorrof

10 Syamsul Hidayat L Sarjana Tajwid

Tabel 4.4. Jadwal Kegiatan Harian Pondok Pesantren Darul Ulum Salafiyah
Bangorejo Banyuwangi
Kegiatan
NO Waktu
Sholat Tahajjud
1 03.00-04.00

2 04.00-05.30 Sholat Subuh dan Pengajian Nashoihul „Ibad

3 05.30-07.30 Sarapan dan Bersih-bersih

4 07.30-09.00 Kegiatan Madrasah Diniyah

5 09.00-13.30 Sekolah Formal

6 13.30-15.00 Istirahat

7 15.00-16.00 Sholat Ashar dan Pengajian Al-Qur‟an

8 16.00-17.30 Istirahat

9 17.30-18.30 Sholat Maghrib dan Pengajian Ta‟limul Muta‟allim

10 18.30-20.00 Sholat Isya‟ dan Pengajian Kitab Sesuai Kelas

11 20.00-21.00 Muraja‟ah
12 21.00-03.00 Istirahat

Selain kegiatan harian, Pondok Pesantren Darul Ulum Salafiyah

Bangorejo Banyuwangi ini juga mengadakan atau memiliki kegiatan

mingguan, bulanan dan tahunan. Kegiatan yang dilakukan di Pondok

Pesantren Darul Ulum Salafiyah Bangorejo Banyuwangi tiap satu minggu

sekali, yakni Pembacaan Maulid Ad-Diba‟iy, Khithobah, Tahlil dan


31

Barzanjy. Sedangkan kegiataan yang diadakan tiap satu bulan sekali adalah

khataman Al-Qur‟an dan Istighasah. Kegiatan tahunan sendiri diisi dengan

kegiatan peringatan hari besar islam seperti, Maulid Nabi, Isra‟ Mi‟raj,

Imtihan dan Khataman Kitab Ihya‟ „Ulumuddin yang dilaksanakan tiap 3

tahun sekali.38

2. Profil Pendiri dan Pengasuh Pondok Pesantren Darul Ulum Salafiyah

Bangorejo Banyuwangi

Kyai Haji Qodri lahir pada 17 Agustus tahun 1937 di Dusun

Sambirejo Timur Desa Sambirejo yang sekarang dipecah menjadi Dusun

Sambirejo Desa Sambimulyo. Setelah menjelang usia 7 tahun, beliau

menempuh pendidikan di Sekolah Rakyat hingga kelas 3 tidak sampai lulus

atau tamat. Karena tidak menyelesaikan pendidikan formalnya, beliau

melanjutkan studi ke Pondok Pesantren Blokagung selama 2 tahun, kemudian

berkelana ke Kabupaten Jember untuk nyantri pada Kyai Khotib Curahkates

selama 2 tahun, dan ke Kyai Bisri Curahmalang kurang lebih 15 tahun.

Beliau lantas kembali ke kampung halaman pada tahun 1971 dan mendirikan

Pondok Pesantren sekaligus menjadi pengasuh di Pondok Pesantren Darul

Ulum Salafiyah Bangorejo Banyuwangi tersebut hingga tahun 2020. Karena

beliau pada tahun 2020 sudah usia lanjut, maka beliau menimpakan

kedudukan sebagai pengasuh kepada Kyai Haji Toyib Amri, menantunya

sendiri.39

38
Bawani, Wawancara 2 Oktober 2021
39
H. Hambali, Wawancara 2 Oktober 2021
32

Kyai Haji Toyib Amri sendiri dilahirkan di Demak pada 21

September tahun 1960. Pada tahun 1985, beliau berangkat ke Sambirejo

Bangorejo Banyuwangi dengan tujuan untuk nyantri pada Kyai Haji Qodri.

Baru 5 tahun menjadi santri Kyai Haji Qodri, beliau diminta untuk

mempersunting salah satu putri Kyai Haji Qodri sehingga hingga saat ini

beliau selalu ikut serta turun tangan berkecimpung dalam urusan Pondok

Pesantren Darul Ulum Salafiyah Bangorejo Banyuwangi hingga menjadi

pengasuh saat ini.

Kyai Haji Toyib Amri sendiri menempuh pendidikan mulai Sekolah

Dasar, Madrasah Tsanawiyah dan Aliyah Futuhiyah Mranggen sampai

Perguruan Tinggi, namun di jenjang tertinggi tersebut beliau hanya

menempuh pendidikan universitas di Universitas Nahdlatul Ulama di

Mranggen selama 2 tahun.40

B. Pembahasan Temuan

1. Proses Pelaksanaan Istighasah dengan Shalawat Badar di Pondok

Pesantren Darul Ulum Salafiyah Bangorejo Banyuwangi

a. Pembacaan Shalawat Badar

Sholawat badar merupakan sholawat yang diciptakan oleh

ulama Indonesia asli Jember untuk memperingati gugurnya sahabat

Nabi dan tentara muslim saat perang badar berlangsung, yakni oleh Kiai

Ali Mansur Siddiq yang merupakan cucu dari KH Muhammad Sidiq

pada 1960 silam.

40
K. H. Toyib Amri, Wawancara 2 Oktober 2021
‫‪33‬‬

‫‪Saat menuliskan sholawat ini, belau bermimpi didatangi oleh‬‬

‫‪orang berbaju putih dan bersoran hijau. Saat itu kondisi politik di‬‬

‫‪Indonesia sedang tidak stabil. Ia gelisah karena banyak Kiai di desa‬‬

‫‪yang dhilangkan nyawanya dan pada saat itu Ia merenung dengan‬‬

‫‪bolpoin di genggaman.‬‬

‫‪Sholawat ini memiliki lirik yang panjang. Kiai Ali Mansur‬‬

‫‪Siddiq mengambil inspirasi dari Kitab Andzumah Ahl al-Badar al-‬‬

‫‪Musamma Jaliyyat al-Kadar fi Fadhail Ahl al-Badar ciptaan al-Imam‬‬

‫‪as-Sayyid Ja‟far al-Barzanji dalam menuliskannya. 41‬‬

‫‪Berikut adalah redaksi teks shalawat badar yang lengkap ditulis‬‬

‫‪dalam bahasa Arab, tulisan latin, dan terjemahan Indonesia.‬‬

‫‪1. Sholawat Badar Bahasa Arab‬‬

‫َعػلىى َيػسَ‬ ‫َاهلل َس ى ً‬ ‫ػالَةي ً‬ ‫َعػلىى َط ىػو ىَر يس ٍػوًؿ ًَ‬ ‫َاهلل َس ى ً‬ ‫ػالَةي ً‬
‫ػالَ يـ َاهلل ى‬ ‫ى‬ ‫ص ى‬ ‫َاهلل * ى‬ ‫ػالَ يـ َاهلل ى‬ ‫ى‬ ‫ص ى‬ ‫ى‬
‫َاهللً‬
‫ػب َ‬ ‫ىحبًٍي ً‬
‫ػاَى ًػدَلًلًٌوَبًاى ٍى ًػلَالٍبىػ ٍدَ ًرَيػىاَاى َ‬
‫هللي‬
‫َُم ً‬
‫َاهلل * ىكَ يكػ ِّػل يى‬ ‫لَر يس ٍػوًؿ ًَ‬ ‫ً‬ ‫ً‬ ‫تىػو ى ًً‬
‫َسػلٍنىاَبػب ٍػسػ ًمَاللٌو ىَكبًالٍ ىػهاد ى‬ ‫ى‬
‫و‬ ‫ً‬ ‫ً‬ ‫ً‬ ‫اً َلػىَسػلِّػ ًمَاٍ ي ً‬ ‫ً‬
‫َى ًػلَالٍبىػ ٍد ًرَيػىاَاى َ‬
‫هللي‬ ‫َىػ وم ىَكم ٍنَغي َّػمػةَبًاى ٍ‬ ‫ْلَمػَّةَم ىػنَاٍْلفػىات ىَكالنِّػ ٍق ىػمةىَ * ىكم ٍن ى‬ ‫ى‬
‫ػف َبًاى ٍ‬
‫َى ًػل َالٍبىػ ٍد َ ًر َيػىاَ‬ ‫اَكالٍطي ٍ‬ ‫ً‬
‫ؼ * ىمػ ىكائ ىػد َالٍع ىػد ى‬ ‫اَص ًر ٍَ‬ ‫و‬ ‫ً‬ ‫ػف ً‬
‫َجػمٍي ىع َاىذ َيػَّة ىَك ٍ‬
‫ً‬
‫اَكا ٍكػش ٍ ى‬ ‫اًلً ى‬
‫ىََنِّػنى ى‬
‫هللي‬
‫اى َ‬
‫ػاصٍي ىػن ىَكالٍ ىعطٍىػبا * ىكَ يك ِّػلَبػىلًػيَّ وػة ىَكىكبػىاَبًىاَ ٍى ًػلَالٍبىػ ٍدَ ًرَيػىاَاى َ‬
‫هللي‬
‫اَمنَالٍع ً‬‫ً‬
‫ػسَالٍػ يك ىػربى ى ى‬ ‫اًلًػىَنى ِّػف ً‬
‫ػتَبًىاَ ٍى ًػلَالٍبىػ ٍدَ ًرَ‬ ‫ً ً و‬ ‫ً ًو‬ ‫و‬ ‫ً‬
‫صلى ٍ‬ ‫ت * ىكىك ٍػمَم ٍنَن ٍعمػىة ىَك ى‬ ‫صلى ٍَ‬‫ت ىَكىكػ ٍػمَم ٍنَذلَّػةَفى ى‬‫صلى ٍ‬
‫َح ى‬
‫فى ىكػ ٍػمَم ٍن ىَر ٍْحىة ى‬
‫هللي‬
‫يػىاَاى َ‬
‫ك َ ىكػم َاى ٍغػنىػيت َ ىذالٍعػم ًر َكىكػم َاىكلىيػت َ ىذاالٍ ىفػ ٍقػ ًَر * كىكػم َعافىػيػ ً‬
‫ت َذاالٍػ ًو ٍذ ًر َبًاى ٍ‬
‫َى ًػل َالٍبىػ ٍد َ ًر َيػىاَ‬ ‫ى ٍ ى ٍى‬ ‫ى ٍ ٍ ى يٍ ى ٍ ٍٍ ى‬
‫هللي‬
‫اى َ‬

‫‪41‬‬
‫‪Saiful Islam, Sang Pencipta Shalawat Badar KHR. Ali Manshur, (LTN Pustaka, 2001),‬‬
‫‪24.‬‬
34

َ‫ػب ََبًىاَ ٍى ًػل‬ َّ ‫ب * فىانٍ ًػج ًَم ىن َالٍبىالى‬


ً ‫َالص ٍع‬ ًَ ‫ض ىَم ٍع ىَر ٍح‬ ً‫ػب ى‬
ً ‫ََج ٍػي يع َاٍْلى ٍر‬ ً ‫َعلىىَالٍ ىقػ ٍل‬ ‫ت ى‬ ٍ ‫َضاقى‬ ‫لى ىػق ٍد ى‬
َ ‫الٍبىػ ٍدَ ًرَيػىاَاى‬
‫هللي‬
ً ً ِّ ‫السػع ًَد * فىػو‬ ِّ ‫ىاَتىيػٍنىاَطىػالًًػِب‬
َ ‫َى ًػلَالٍبىػ ٍدَ ًرَيػىاَاى‬
‫هللي‬ ٍ ‫َس ٍػعَمنٍ ىح ىػةَاٍْلىيػٍد ٍلَبًاى‬ ‫ى‬ ٍ َّ ‫َاْلى ًٍػْي ىَك‬
ٍ ‫َالرفٍ ًػق ىَك يج ِّػل‬
ً
َ ‫َى ًػلَالٍبىػ ٍدَ ًرَيػىاَاى‬
‫هللي‬ ٍ ‫اعلىىَالطٍَّيبػىٍَة * اىيػىاَذىاالٍع ِّػز ىَكا ٍلػىيػٍبى ٍةَبًاى‬ ٍ ‫فىػالىَتىػ ٍريد ٍد ىَم ىػعَا ٍْلىػيػٍبى ٍةَبى ًل‬
‫َاج ىعلٍػنى ى‬
ً ً ً ‫ََجيػ ًع َح‬ ً ً ً ً
ٍ ‫اَج ًػاِل َالٍ يمػلػمػَّات َبًاى‬
َ‫َى ًػل َالٍبىػ ٍد َ ًر َيػىا‬ ‫اجاَتى * اىيػى ى‬ ‫ىك َا ٍف َتىػ ٍريد ٍد َفى ىػم ٍن َنىأٍتػ ٍى َبػنىيػًٍل ى ٍ ى ى‬
‫هللي‬
َ ‫اى‬
‫و‬ ً ‫اًلًػىَا ٍغ ًفػ ًرَكاىَ ٍك ًرَمنىػاَبًػنىيػ ًلَمػطىاَلً و‬
َ ‫َى ًػلَالٍبىػ ٍدَ ًرَيػىاَاى‬
‫هللي‬ ٍ ‫َعػنَّاَبًاى‬
‫َدفٍػ ًع ىَم ىسػاءىة ى‬ ‫بَمَنَّا * ىك ى‬ ‫ى ٍ ٍ ى‬
ً ‫و‬ ً َ‫َعطٍ و‬ ‫ت َذيك َليطٍ و‬ ًً
َ‫َى ًػل َالٍبىػ ٍدَ ًرَيػىا‬ ٍ ‫ػف * ىكىك ٍػم َم ٍن َ يك ٍػربػىة َتىنػٍف ٍى َبًاى‬ ‫ػض ول ىَكذي ٍك ى‬ٍ ‫ػف ىَكذي ٍك َفى‬ ٍ ‫الػىَاىنػٍ ى‬
‫هللي‬
َ ‫اى‬
‫كص ِّلَعػلىىَالنػًَِّبَالٍب ِّػرَبػًالىَعػدٍَّك َْلىَحػصػ ًَر * ك ًاؿَس و‬
َ ‫َى ًػلَالٍبىػ ٍدَ ًرَيػىاَاى‬
‫هللي‬ ٍ ‫ػادةَغي ػ ِّػرَبًاى‬ ‫ى ى ى ٍ ى ى ى‬ ‫ِّ ى‬ ‫ىى ى‬
2. Tulisan Shalawat Badar Latin

Shalâtullâh Salâmullâh „Alâ Thâha Rasûlillâh


Shalâtullâh Salâmullâh „Alâ Yâ Sîn ḫabîbillâh
Tawassalnâ Bibismillâh Wabil Hâdi Rasûlillâh
Wakulli Mujâhidin Lillâh Bi Ahlil Badri Yâ Allâh

llâhi Sallimil Ummah Minal âfâti Wanniqmah


Wamin Hammin Wamin Ghummah Bi Ahlil Badri Yâ Allâh
Ilâhi Najjinâ Waksyif Jamî‟a Adziyyatin Wahrif
Makâ idal „idâ wal thuf Bi Ahlil Badri Yâ Allâh

llâhi Naffisil Kurbâ Minal‟Ashîna Wal‟Athbâ


Wakulli Baliyyatin Wawabâ Bi Ahlil Badri Yâ Allâh
Fakam Min Raḫmatin ḫashalat Wakam Min Dzillatin Fashalat
Wakam Min Ni‟matin Washalat Bi Ahlil Badri Yâ Allâh
Wakam Aghnaita Dzal „Umri Wakam Autaita D‟zal Faqri
Wakam‟Aafaita Dzal Wizri Bi Ahlil Badri Yâ Allâh
Laqad Dlâqat‟Alal Qalbi Jamii‟ul Ardli Ma‟ Raḫbi
Fa Anji Minal Balâs Sha‟bi Bi Ahlil Badri Yâ Allâh

Atainâ Thâlibir Rifqi Wajullil Khairi Was Sa‟di


Fawassi‟ Minḫatal Aidî Bi Ahlil Badri Yâ Allâh
Falâ Tardud Ma‟al Khaibah Balij‟Alnâ‟Alath Thaibah
Ayâ Dzal „lzzi Wal Haibah Bi Ahlil Badri Yâ Allâh

Wain Tardud Faman Ya-Tî Binaili Jamî‟i ḫâjâtî


Ayâ jalail mulimmâti Bi Ahlil Badri Yâ Allâh
35

llâhighfir Wa Akrimnâ Binaili Mathâlibin Minnâ


Wadaf i Masâ-Atin „Annâ Bi Ahlil Badri Yâ Allâh

llâhâ Anta Dzû Luthfin Wadzû Fadl-Lin Wadzû „Athfin


Wakam Min Kurbatin Tanfî Bi Ahlil Badri Yâ Allâh
Washalli „Alan Nabil Barri Bilâ „Addin Walâ ḫashri
Wa âli Sâdatin Ghurri Bi Ahlil Badri Yâ Allâh

3. Arti Sholawat Badar Terjemahan Indonesia

Rahmat dan keselamatan Allah,


semoga tetap untuk Nabi utusan Allah.
Rahmat dan keselamatan Allah,
semoga tetap untuk Nabi Yasin kekasih Allah.

Kami berwasilah dengan berkah basmalah,


dan dengan Nabi yang menunaikan lagi utusan Allah.
Dan seluruh orang yang berjuang karena Allah,
karena berkahnya ahli badar ya Allah.

Ya Allah, semoga Engkau menyelamatkan ummat,


dari bencana dan siksa.
Dan dari susah dan kesulitan,
karena berkahnya ahli badar ya Allah.

Ya Allah semoga Engkau selamatkan kami dari segala yang


menyakitkan, dan semoga Engkau menjauhkan dari berbagai tipu
daya musuh-musuh.
Dan semoga Engkau mengasihi kami,
karena berkahnya ahli badar ya Allah.

Ya Allah semoga Engkau menjauhkan beberapa kesusahan,


dari orang-orang yang bermaksiat dan membuat kerusakan.
Dan semoga Engkau menghilangkan semua bencana dan wabah
penyakit,
karena berkahnya ahli badar ya Allah.

Maka sudah banyak rahmat yang telah sampai,


dan sudah banyak kenistaan yang dihilangkan.
Dan sudah banyak dari nikmat yang telah sampai,
karena berkahnya ahli badar ya Allah.

Sudah berapa kali Engkau memberi harta orang yang makmur,


dan berapa kali Engkau memberi nikmat kepada orang yang fakir.
Dan berapa kali Engkau mengampuni orang yang berdosa,
karena berkahnya ahli badar ya Allah.
36

Sungguh hati manusia yang merasa sempit di atas tanah yang luas
ini,
karena banyaknya marabahaya yang menakutkan dan malapetaka
yang menghancurkan.
Semoga Allah menyelamatkan kami dari bencana yang menakutkan,
karena berkahnya ahli badar ya Allah.

Kami datang dengan memohon pertolongan,


dan memohon kebaikan dan keberkahan.
Semoga Allah meluaskan anugerah yang melimpah-limpah,
karena berkahnya ahli badar ya Allah.

Maka janganlah Engkau menolak kami dari kerugian,


bahkan jadikanlah diri kami dapat beramal baik dan selalu
berbahagia.
Wahai Dzat yang punya kebesaran dan keagungan,
karena berkahnya ahli badar ya Allah.

Jika Engkau menolak hamba, maka kepada siapakah


kami akan datang mohon semua hajat.
Wahai Dzat yang menghilangkan bencana dunia dan akhirat,
hilangkan bencana-bencana hamba
lantaran berkahnya ahli Badar ya Allah.

Ya Allah semoga Engkau mengampuni segala kesalahan kami


dan memuliakan kami dengan beberapa permohonan.
Dan menolak kesalahan-kesalahan kami,
karena berkahnya ahli badar ya Allah.

Ya Allah, Engkaulah yang mempunyai belas kasihan


dan punya anugrah dan kasih sayang.
Sudah banyak kesusahan yang sirna
dari sebab berkahnya sahabat ahli Badar ya Allah.

Dan semoga Engkau melimpahkan rahmat kepada Nabi yang


senantiasa berbakti kepada-Mu
dengan limpahan rahmat dan kesejahteraan yang tak terbilang dan
tak terhitung.
Dan semoga tetap atas para keluarga Nabi dan para Sayyid yang
bersinar cahayanya,
karena berkahnya ahli badar ya Allah.42

42
Sendi Asyari, Shalawat Badar, id.scribd.com/document/343257735/Sholawat-Badar,
2017, Diakses pada 16 Januari 2023
37

b. Pembukaan

Dalam acara pembukaan biasanya diisi oleh Pembawa

Acara/Master of Ceremony untuk menguraikan susunan acara

sebagaimana yang sering digunakan oleh masyarakat muslim Indonesia.

Kemudian pembawa acara membuka acara tersebut dengan pembacaan

surat al-fatihah bersama jama‟ah istighasah.

c. Pembacaan Khususiyah (Tawassul)

Menurut Bahasa Tawasul berarti permintaan atau permohonan.

Tawasul yang berasal dari fi‟il madhi “wassala” secara etimologi

mempunyai arti sebagai berikut; ‫التقرب‬ yang berarti mendekatkan diri

dengan sesuatu perantara. Sedangkan makna menurut istilah syara‟

adalah menjadikan sesuatu yang menurut Allah mempunyai nilai,

derajad dan kedudukan yang tinggi, untuk dijadikan sebagai perantara

(wasilah) agara do‟a dapat dikabulkan.43

Adapun pembacaan tawassul pada istighasah ini dkhususkan

sebagaimana tertib yang biasa digunakan oleh para ulama yakni, kepada

rasulullah, para nabi dan rasul, para auliya‟, keluarga, kemudian

dikhususkan kepada para sahabat ahli badar dan dilanjutkan dengan

pengkhususan atas hajat masing-masing jamaah.

43
Muhammad Hanif Muslih, Keshahihan Dalil Tawassul Menurut Petunjuk Al-Quran Dan
AlHadist, (Semarang: PT. Karya Toha Putra, 2011), 51.
38

d. Pembacaan Dzikir (Istighasah)

Adapun redaksi teks istighasah yang digunakan di Pondok

Pesantren Darul Ulum Salafiyah ini menggunakan lafad istighasah

sebagaimana yang biasa digunakan oleh masyarakat muslim Nahdlatul

Ulama. Berikut dzikir istighasah yang digunakan:

‫َالرًحيم‬
َّ ‫َالر ٍْحى ًن‬ ً ‫بًس ًم‬
َّ ‫َاهلل‬ ٍ

Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

x1 ‫ال ىف ًاِتىة‬

(Surat Al-Fatihah)

x3 ‫أستىػ ٍغ ًف يرَاهللىَالٍ ىع ًظٍي ىَم‬


ٍ

Saya mohon ampun kepada Allah Yang Maha Agung

x3 ‫َإْلَبًاَهللًَالٍ ىعلً ِّيَالٍ ىع ًظٍي ًَم‬


َّ ‫َح ٍوىؿ ىَكىْلَقيػ َّوةى‬
‫ىْل ى‬

Tiada daya untuk menjauhi maksiat kecuali dengan pemeliharaan Allah


dan tiada kekuatan untuk melakukan ketaatan kecuali dengan
pertolongan Allah
x3 ‫اَُمى َّم وَد‬
‫َسيِّ ًدنى ي‬ ً ‫أللَّه َّمَصلِّيَعلىىَسيِّ ًدنى ي و‬
‫اَُمى َّمد ىَك ىعلىىَآؿ ى‬ ‫ي ى ى ى‬

Ya Allah. Limpahkanlah rahmat dan kemuliaan kepada junjungan kami


Nabi Muhammad berserta keluarganya

َ‫ت ًَم ىنَالظَّالً ًم ٍى‬


x40 ْ ‫َإَِّ يكنٍ ي‬
ِّ َ‫َسٍب ىحانى ى‬
‫ت ي‬ ََّ ‫َإلو‬
‫َإْلَأنٍ ى‬ ‫ىْل ى‬

Tiada Tuhan yang berhak disembah selain Engkau, Maha Suci Engkau,
Sungguh aku termasuk orang-orang yang telah berbuat dzalim
x33 ‫يىاَاىهلليَيىاَقى ًد ٍَيي‬
39

Wahai Allah, wahai Dzat yang ada tanpa permulaan

ً
ً ‫اََسيعَياَب‬
x33 ‫صٍيػ يَر‬ ‫يى ى ٍ ي ى ى‬
Wahai Allah, wahai Dzat Yang Maha Mendengar dan Maha Melihat

x33 ‫اَخالً يَق‬ ً ‫ي‬


‫اَمٍبدعيَيى ى‬
‫ى ي‬
Wahai Dzat yang mewujudkan sesuatu dari tidak ada, wahai Dzat Yang

Maha Pencipta

َ ‫اَككًٍي يلَياى‬
x33 ‫َاهللي‬ ً ‫ياَح ًفي ي‬
‫ظَيىاَنىصٍيػ يرَيى ى‬ٍ‫ى ى‬
Wahai Dzat yang memelihara dari keburukan dan kebinasaan, wahai
Dzat Yang Maha Menolong, wahai Dzat yang menjamin rizki para
hamba dan mengetahui kesulitan-kesulitan hamba, ya Allah

َ‫َأستىغًٍي ي‬
x33 ‫ث‬ ٍ َ ‫ياَحيَيىاَقىػيرػ ٍويـَبًىر ٍْحىتً ى‬

Wahai Dzat Yang Hidup, yang terus menerus mengurus makhluknya,


dengan rahmat-Mu aku memohon pertolongan-Mu

َ‫يىاَلى ًطٍي ي‬
x41 ‫ف‬

Wahai Dzat yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang

x33 ‫َّارا‬ ً ً
‫أستىػغٍف يرَاهللىَالٍ ىعظٍي ىمَإنَّويَ ىكا ىفَ ىغف ن‬
ٍ

Aku mohon ampun kepada Allah Yang Maha Agung, sunggu Allah Dzat
Yang Maha Pengampun

َ ‫َأد ًرٍك ًِنَيىاَاى‬ ً ‫اَُم َّم ودَقى ٍدَضاقىت‬ ً


x3 ‫هللي‬ ٍ ‫َحٍيػلىًِت‬ ٍ ‫ى‬ ‫ىَسيِّدنى يى‬
‫يَعلى ى‬ ‫أللَّ يه َّم ى‬
‫َصلِّ ى‬

Ya Allah, limpahkanlah rahmat dan kemuliaan kepada junjungan kami


Nabi Muhammad, sungguh telah habis daya dan upayaku maka
tolonglah kami, Ya Allah Ya Allah Ya Allah
40

َ‫َُمى َّم ًد َالٌ ًذم َتىػٍن ىح رل َبًًو َالٍعي ىق يد‬‫َسيِّ ًدنىا ي‬ ‫َعلىى ى‬ ‫َس ىال نما َتى ًّاما ى‬
ً
‫َص ىالةن َ ىكاملى نة ىَك ىسلِّ ٍم ى‬
‫َصلِّي ى‬ ‫أللٌ يه َّم ى‬
ً َ‫َالر ىغائً ي‬
‫بَ ىك يح ٍس ينَا ٍْلىىو ًاِت ىَكيي ٍستى ٍس ىقىَالٍغى ىم ي‬
َ‫اـ‬ َّ ‫اؿَبًًو‬ ‫َاْلىىوائً يج ىَكتػينى ي‬
ٍ ‫ضىَبًًو‬ ‫ب ىَكتػي ٍق ى‬
ًً ‫كتىػٍنػ ىفر‬
‫ًجَبوَالٍ يكىر ي‬
‫ى ي‬
x1 َ َ‫سَبً ىع ىد ًدَ يك ِّل ىَم ٍعلي ٍووـَلى ى‬
‫َِفَ يك ِّلَلى ٍم ىح وة ىَكنىػ ىف و‬ ً ً ‫بًوج ًه ًوَالٍ ىك ًرًٍيَكعلىىَآلًًوَك‬
ٍ ً ‫ص ٍحبو‬ ‫ىى‬ ‫ىى‬ ٍ‫ى‬
Ya Allah, limpahkanlah shalawat yang sempurna dan curahkanlah
salam kesejahteraan yang penuh kepada junjungan kami Nabi
Muhammad, yang dengan sebab beliau semua kesulitan dapat
terpecahkan, semua kesusahan dapat dilenyapkan, semua keperluan
dapat terpenuhi, dan semua yang didambakan serta husnul khatimah
dapat diraih, dan berkat dirinya yang mulia hujanpun turun, dan
semoga terlimpahkan kepada keluarganya serta para sahabatnya, di
setiap detik dan hembusan nafas sebanyak bilangan semua yang
diketahui oleh Engkau.
x41 ‫يىاَبى ًديٍ يَع‬

Wahai Dzat yang menciptakan makhluk tanpa ada contoh sebelumnya

x33 ‫ىح ٍسبيػنىاَاهللي ىَكنً ٍع ىمَالٍ ىوكًٍي يَل‬

Cukup bagi kami Allah, dan Dia sebaik-baik penolong

x1 ‫يس‬

(Surat Yasiin)

x3 ‫اَعلىىَالٍ ىق ٍوًـَالٍ ىكافً ًريٍ ىَن‬


‫ص ٍرنى ى‬
‫تَ ىم ٍوىْلنىاَفىانٍ ي‬
‫اَك ىسيِّ ىدنىاَأنٍ ى‬
‫اَكإ ىلىنى ى‬
‫اَربػَّنى ى‬
‫اهلليَأ ٍكبىػ يرَيى ى‬
Allah maha besar maha mulia, Wahai Tuhan kami, sesembahan kami,
tuan kami, Engkau-lah penolong kami, menangkan kami atas
orang¬orang kafir

ً ٍ‫ف َأل‬
ً ٍ‫ف َأل‬
ً ٍ‫َعٍن يكم َال رسوء َبًأل‬ ً ً ٍ ً‫صٍنتي يك ٍم َب‬
َ‫ف ىَْل‬ ‫ت ى ي ٍى‬ ‫اَكىدفىػ ٍع ي‬ ‫اْلى ِّي َالٍ ىقيرػ ٍوـ َالَّذ ٍم ىَْل ىََييٍَو ي‬
‫ت َأبى ند ى‬ َّ ‫ىح‬
x3 ‫اَهللَالٍ ىعلً ِّيَالٍ ىع ًظٍي ًَم‬
ً ً‫َإْلَب‬ َّ ‫ىح ٍوىؿ ىَكىْلَقيػ َّوىة‬

Aku mohonkan pemeliharaan untuk kalian kepada Dzat yang maha


hidup dan terus menerus mengatur hamba-Nya yang tidak pernah mati
selamanya, dan aku tolak dan hindarkan dari kalian segala keburukan
41

dengan sejuta bacaan “La haula wa la quwwata illa billahil aliyyil


adzim”
x3 ‫َاإلس ىالًَـ‬ ً ً ً ٍ
ٍ ‫اَعلىىَديٍ ًن‬
‫اَكىى ىدانى ى‬ ‫اْلى ٍم يدَهللَالَّذ ٍمَأنٍػ ىع ىم ى‬
‫َعلىٍيػنى ى‬

Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kita nikmat dan petunjuk
kepada agama Islam

َ‫َاهللي‬
َ ‫َإْل‬ َّ ‫ؼَال رس ٍوء‬ ‫ص ًر ي‬ ً ‫َاهللَبًس ًم‬ ً ‫َإْل‬
َّ ‫اشاء َاهللي ىَْل َيىس ٍو يؽ َا ٍْلىٍيػر‬ ً ً ً
‫ى‬ ٍ ‫اشاءىَاهللي ىَْل َيى‬
‫َاهلل ىَم ى‬ ٍ ‫ى‬ ‫ي‬ ‫ب ٍسم َاهلل ىَم ى ى‬
َّ ‫َح ٍوىؿ ىَكىْل َقيػ َّوىة‬
َ‫َإْل‬ ‫اشاءى َاهللي ىَْل ى‬‫َاهلل َبً ٍس ًم َاهللً ىَم ى‬
ً ‫اشاء َاهلل َماَ ىكا ىف ًَمن َنًعم وة َفى ًمن‬
‫ٍ ٍى ى‬
ً
‫ب ٍس ًم َاهلل ىَم ى ى ي ى‬
ً
x1‫اَهللَالٍ ىعلً ِّيَالٍ ىع ًظٍي ًَم‬
ً ً‫ب‬
Dengan nama Allah yang segala sesuatu terjadi dengan kehendak-Nya,
tidak ada yang mendatangkan kebaikan kecuali la. Dengan nama Allah
yang segala sesuatu terjadi dengan kehendak-Nya, tidak ada yang
menyingkirkan keburukan kecuali la. Dengan nama Allah yang segala
sesuatu terjadi dengan kehendak-Nya, tidak ada kenikmatan melainkan
dari Allah. Dengan nama Allah yang segala sesuatu terjadi dengan
kehendak-Nya, tiada daya untuk berbuat kebaikan kecuali dengan
pertolongan Allah dan tiada kekuatan untuk menghindar dari
perbuatan maksiat kecuali dengan perlindungan Allah yang maha
Mulia dan maha agung

x3 ‫ال‬
َ‫َِتىيَّ ى‬ ‫اَكتىػ ٍوبىنة ىَكبًالٍ ىق ٍه ًرَيىاَقىػ َّه يار ي‬
‫َخ ٍذ ىَم ٍن ى‬ ‫َع ٍف نو ى‬
‫َّار ى‬
‫ََيىاَ ىغف ي‬
‫ىسألٍتي ى‬

Ya Allah, aku memohon ampunan dan taubat yang diterima kepada-Mu


Ya Allah yang maha pengampun, dan dengan kekuatan dan kekuasaan-
Mu Wahai Dzat yang maha mengalahkan, tundukkan dan hukumlah
orang yang melakukan tipu muslihat dan ingin mencelakai kami

َْ ًً ً ‫َّدي ًد َخ ٍذ َحقَّناَكح َّق َالٍمسلً ًم‬


ً ً ٍ‫ياَجبَّار َياَقىػ َّهار َياَ ىذاَالٍبط‬
‫اَكالٍ يم ٍسل َم ٍى‬
‫ْ َِم ٍَّن َظىلى ىمنى ى‬
‫ش َالش ٍ ي ى ى ى ى ي ٍ ٍى‬ ‫ى ى يى يى ى‬
x3 َْ‫اَك ىعلىىَالٍ يم ٍسَلً ًم ٍى‬
‫َّلَعلىٍيػنى ى‬
‫ىكتىػ ىعد ى‬
Wahai Dzat yang maha mengalahkan, maha menundukkan, Dzat yang
keras azab-Nya, ambilkan hak-hak kami dan hak-hak umat Islam dari
orang-orang yang menzhalimi kami dan menzhalimi umat Islam, yang
telah menganiaya kami dan menganiaya umat Islam

x1 ‫ال ىف ًاِتىة‬

(Surat Al-Fatihah)
42

‫َّهلًٍيل‬
ٍ ‫التػ‬

44
(Bacaan tahlil lengkap...)

e. Doa

Berdoa adalah suatu rangkaian ibadah, yang mempunyai

sangkut paut dengan kesempurnaan iman dan islam. Bahwa do‟a juga

merupakan sebagai suatu rangkaian iman dan islam. Abu‟l Qasim An

Naqsabandy dalam Syarah “Al Asmaul Husna” mengatakan bahwa

lafadz doa banyak disebut dalam Al-qur‟an yang masing-masing

mempunyai nama tertentu.

Pertama dengan makna “ibadat” seperti dalam firman Allah

SWT : “Dan janganlah kamu berdoa, kepada selain Allah, yaitu kepada

sesuatu yang tidak dapat mendatangkan manfaat kepada engkau, dan

tidak kuasa pula mendatangkan mudharat kepada engaku.”(Q.A.106

S.10:Yunus) yang dimaksud dengan berdo‟a dalam ayat ini ialah

“beribadat” (mengadakan penyembuhan). Yakni janganlah kamu ibadat

(sembah) selain dari pada Allah.

Kedua: dengan makna “istighatsah” (memohon bantuan dan

pertolongan). Maksutnya “mintalah bantuan dan prtolongna dari orang-

orang yang mungkin dapat membantu dan memberikan pertolongan

kepada kamu.”

44
Pengurus Pusat Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama, Panduan Praktis Istighotsah, 2009,
https://islam.nu.or.id/ubudiyyah/doa-doa-istighotsah-7oAPr, Diakses pada 16 Januari 2023
43

Ketiga: dengan makna “permintaan” atau “permohonan” yakni

mohonlah (mintalah) kepada niscaya aku perkenakan permohonan

(permintaan) kamu itu.

Keempat: Dengan makna “memanggil” atau menyeru.

Kelima: Dengan makna “memuji” yakni pujilah olehmu akan

Allah atau pujilah olehmu akan Ar Rahman. Maka oleh karena itu tiap-

tiap berdoa hendaknya dengan hati yang penuh kepada Allah. Yakni

segala lafadz doa yang dibaca ditadaburkan dan difahamkan. Bedoa

dengan disertai pengertian yang cukup dengan rasa kelemahan diri, dan

dengan penuh harapan.45

f. Pembacaan Asmaul Husna

Pembacaan al-Asma al-Husna ini dibaca secara kata perkata

dengan pelan. Dalam pembacaan ini dipimpin oleh imam Istighosah,

lalu diikuti oleh para jama‟ah Istighosah. Salah satu alasan mengapa

pembacaannya dilakukan secara pelan yaitu agar jika ada warga yang

tidak hafal mereka akan tetap bisa ikut membacanya sampai dengan

selesai.

Kegiatan istighosah ini dipimpin langsung oleh Pengasuh

Pondok Pesantren yakni K.H. Toyib Amri. Setiap bulannya beliau

memimpin istighosah ini bergantian dengan K.H. Hambali yang

merupakan salah satu Kyai di Desa Sambimulyo.

45
Hasbi Ash Shidieqy, 2000: 93-96.
44

Kegiatan Istighosah adalah suatu kegiatan yang wajib

dilaksanakan oleh para santri, karena istighosah ini merupakan kegiatan

atau rutinan bulanan yang ada di Pondok Pesantren Darul Ulum

Salafiyah. Kegiatan istighosah ini dilakukan secara berjama‟ah oleh

seluruh santri. Menurut pengasuh Pondok Pesantren yaitu KH. Toyib

Amri, istighosah di Pondok Pesantren Darul Ulum Salafiyah ini

dilaksanakan secara berjama‟ah tujuannya yaitu agar memberikan nilai

kedisiplinan para santri, tidak menyepelekan ibadahnya, istighosah

yang termasuk ibadah sunnah saja mereka kerjakan secara berjama‟ah,

apalagi ibadah wajibnya yaitu shalat lima waktu mereka. Dengan

adanya kewajiban tersebut para santripun tidak ada yang menyepelekan

ibadah wajib lima waktu mereka.46

2. Makna Pelaksanaan Istighasah dengan Shalawat Badar di Pondok

Pesantren Darul Ulum Salafiyah Bangorejo Banyuwangi

a. Makna Istighasah Dengan Shalawat Badar

Pertama, hasil dari observasi yang dilakukan oleh peneliti

dalam melaksanakan sesuatu haruslah mempunyai landasan yang

ilmiah. Apalagi dalam hal ibadah maka harus ada landasan religiusnya.

Landasan religus pembacaan istighasah dengan shalawat badar

pada malam selasa kliwon di Pondok Pesantren Darul Ulum Salafiyah

Bangorejo Banyuwangi adalah hadis Rasulullah Shallallahu „alaihi

wasallam. Hal ini di sampaikan langsung oleh Pengasuh Pondok

46
K. H. Toyib Amri, Wawancara 2 Oktober 2021
45

Pesantren Darul ulum Salafiyah Bangorejo Banyuwangi yakni K. H.

Toyib Amri.

Pada saat tausiah K.H. Toyib Amri selalu menyampaikan

manfaat-manfaat yang akan diperoleh dengan istighosah, dan beliau

juga tidak pernah lupa membacakan sebuah hadis. Hadis yang beliau

sampaikan ialah hadis yang memerintahkan untuk berdo‟a (meminta)

kepada Allah atas apa yang kita inginkan. Hadis ini juga merupakan

hadis yang digunakan sebagai landasan atas tradisi yang dilaksanakan

di Pondok Pesantren Darul Ulum Salafiyah ini. Hadis yang digunakan

sebagai landasan atas tradisi Istighosah ini ialah:

ً ً ً ً ً
ََ
‫َى ٍم َ ىك ىذل ى‬
‫ف َاأليذيف َفىػبىػٍيػنى ىما ي‬
‫ص ى‬
ٍ ‫َالعىر يؽ َن‬
‫َح ََّّت َيىػٍبػلي ىغ ى‬
‫س َتى ٍدنػي ٍو َيىػ ٍوىَـ َالقيى ىامة ى‬ ٍ ‫إً َّف َالش‬
‫َّم ى‬
َ47)‫اهَالبخارم‬
ٌ ‫ىَُثًََِّبي ىح َّم ودََ(رك‬
َ‫َُثَّ ًَِبيٍو ىس ي‬ ‫استىػغىاثػي ٍواَبً ى‬
‫آد ىـ ي‬ ٍ
“Matahari akan mendekat ke kepala manusia di hari kiamat,
sehingga keringat sebagian orang keluar hingga mencapai
separuh telinganya, ketika mereka berada pada kondisi seperti itu
mereka beristighotsah (meminta pertolongan) kepada Nabi Adam,
kemudian kepada Nabi Musa kemudian kepada Nabi Muhammad.”
(HR. Bukhari)

Hadits ini memiliki makna dibolehkannya meminta

pertolongan kepada selain Allah yakni kepada seorang nabi atau

wali sebagai perantaranya. Terbukti ketika manusia di mahsyar

terkena terik panasnya sinar matahari mereka meminta tolong

47
Al-Bukhori, Shahih Bukhari Vol 8, 1442 H, (Beirut: Dar Thauq An-Najah), 105.
46

kepada para nabi-nabi terdahulu hingga Nabi Muhammad

Shallallahu ‟alaihi wasallam.48

Dalam menyampaikan hadisnya K.H. Toyib Amri selalu

menjelaskan makna dari hadis tersebut. Beliau selalu mengingatkan betapa

pentingnya sebuah do‟a. Setelah tausiah selesai acara dilanjutkan dengan

pembacaan al-Asma al-Husna.

Dzikir adalah perbuatan mengingat Allah SWT dan keagungan-

Nya, yang meliputi hampir semua bentuk ibadah dan perbuatan seperti

tasbih, tahmid, shalat, membaca al-Qur'an, berdoa, melakukan perbuatan

baik dan menghindarkan diri dari berbuatan kejahatan.49

Seperti yang dikatakan oleh hujatul islam Imam Al-Ghazali:

dzikrullah berarti ingatnya seseorang bahwa Allah mengamati seluruh

tindakan dan pikirannya. Jadi dzikir bukan sekedar mengingat suatu

peristiwa, namun mengingat Allah dengan sepenuh keyakinan akan

kebesaran Tuhan dengan segala sifat-Nya serta menyadari bahwa dirinya

berada dalam pengawasan Allah, sembari menyebut nama Allah dalam

hati dan lisan.

Dzikir adalah sebuah usaha manusia untuk mendekatkan diri

kepada Allah SWT dengan cara mengingat Allah SWT dengan cara

mengingat keagungan-Nya, hal ini berarti tidak terbatas masalah tasbih,

48
K.H Toyib Amri, Wawancara 2 Oktober 2021
49
Muh. Mu‟inudinillah Basri, 24 Jam Dzikir dan Doa Rasulullah saw, 2014, (Solo: Biladi),
53.
47

tahlil, tahmid dan takbir, tapi semua aktifitas manusia yang diniatkan

beribadah kepada Allah SWT.50

Sholawat dalam bahasa Arab berarti adalah “doa”. Dalam istilah,

sholawat adakalanya Sholawat Allah SWT kepada Rosululloh saw berupa

Rahmat dan Kemuliaan (Rahmat Ta‟dhim). Sholawat dari malikat kepada

kanjeng Nabi SAW berupa permohonan rahmat dan kemuliaan kepada

Allah SWT untuk kanjeng Nabi Muhammad SAW sedangkan sholawat

orang-orang yang beriman (manusia dan jin) ialah permohonan rahmat dan

kemuliaan kepada Allah SWT.51

Tradisi Istighosah ini diawali dengan pembacaan Sholawat Badar.

Alasan utama pembacaan Sholawat Badar ini ialah karena banyak sekali

keutamaan yang akan didapat dari pembacaan Sholawat Nabi. Seperti

yang dijelaskan dalam salah satu hadis Nabi anjuran untuk bersholawat

sebelum berdo‟a, yaitu

َ‫َسعَرسوؿَاهللَصلىَاهللَعليوَكسلمَرجالَيدعوَِفَصالتوَملََيجدَاهللَتعلىَكملَيصلَعلى‬
َ‫النيبَصلىَاهللَعليوَكسلمَفقاؿَرسوؿَاهللَصلىَاهللَعليوَكسلمَعجلَىذاَُثَدعاهَفقاؿَلو‬
َ‫أك َلغْيه َإذا َصلى َأحدكم َفليبدأ َبتمجيد َربو َجل َكعز َكالثناءَعليو َُث َيصليَعلى َالنيب‬
َ ‫صلىَاهللَعليوَكسلمَُثَيدعوَبعدَِباشاء‬

“Apabila salah seorang di antara kamu membaca Shalawat, hendaklah


dimulai dengan mengagungkan Allah Azza wa Jalla dan memuji-Nya.
Setelah itu, bacalah shalawat kepada Nabi. Dan setelah itu, barulah
berdo‟a dengan do‟a yang dikehendaki.” (HR. Tirmidzi).

50
Hanna Djumhana Bastaman, Integrasi Psikologi dengan Islam, cet. III, 2001,
(Yogyakarta : Pustaka
Pelajar) 158.
51
Syekh Yusuf al-Nabhani, Afdholu al-Sholawat Ala Sayyidina al-Sadat, 2004, (Jakarta:
Dar al-Kutub
Islamiyah), 11.
48

Pembacaan Shalawat Badar ini diharapkan juga sebagai perantara

melayangkan doa-doa dengan keistimewaan para ahli badar. Sehingga apa

yan menjadi hajatnya dikabulkan dengan segera sebagaimana para ahli

badar berdoa, dan selalu diberi keselamatan dan kemenangan sebagaimana

diselamatkannya dan dimenangkannya para ahli badar.52

b. Makna Iringan Rebana

Pelantunan Shalawat Badar ini juga diiringi dengan musik rebana

yang dimainkan oleh para santri. Pembacaan Shalawat Badar ini juga

untuk menunggu jama‟ah istighosah datang. Jika para santri dan

masyarakat sudah berkumpul, pembacaan Shalawat Badar dihentikan.53

Dengan musik, suasana ruang batin seseorang dapat dipengaruhi,

baik itu suasana bahagia ataupun sedih, bergantung pada pendengar itu

sendiri, Musik dapat memberi semangat pada jiwa yang lelah, resah dan

lesu. Sebagai hiburan, musik juga dapat memberikan rasa santai dan

nyaman atau penyegaran pada pendengarnya.

Dalam hal ini, iringan rebana bisa menjadi pemecah suasana hati

yang sedang tidak baik menjadi kembali bersemangat dan semakin riang

dalam menjalani kehidupan.54

52
Moh Syafi‟i, Wawancara Warga Sekitar 15 Januari 2023
53
Imam Muhajirin, Wawancara Santri 15 Januari 2023
54
Moh Syafi‟i, Wawancara Warga Sekitar 15 Januari 2023
49

c. Makna Tawassul

Secara lughowi (bahasa) artinya “dengan mengambil perantara

(Wasilah)”. Sedangkan secara istilah yakni berdoa kepada Allah SWT,

dengan perantara (wasilah).

Tawasul adalah sebagai sebab yang dapat menyebabkan doa

dikabulkan oleh Allah. Pemahaman tawassul sebagaimana yang dipahami

oleh umat Islam selama ini adalah bahwa Tawassul adalah berdoa kepada

Allah melalui suatu perantara, baik perantara tersebut berupa amal baik

kita ataupun melalui orang sholeh yang kita anggap mempunyai posisi

lebih dekat kepada Allah. Orang yang bertawassul dalam berdoa kepada

Allah menjadikan perantaraan berupa sesuatu yang dicintainya dan dengan

berkeyakinan bahwa Allah SWT juga mencintai perantaraan tersebut.

Orang yang bertawassul juga tidak boleh berkeyakinan bahwa

perantaranya kepada Allah bisa memberi manfaat dan madlorot kepadanya

dan Jika ia berkeyakinan bahwa sesuatu yang dijadikan perantaraan

menuju Allah SWT itu bisa memberi manfaat dan madlorot, maka dia

telah melakukan perbuatan syirik, karena yang bisa memberi manfaat dan

madlorot sesungguhnya hanyalah Allah semata.

Tawassul merupakan salah satu cara dalam berdoa. Banyak sekali

cara untuk berdo'a agar dikabulkan Allah seperti berdoa di sepertiga

malam terakhir, berdoa di Maqam Multazam, berdoa dengan

mendahuluinya bacaan alhamdulillah dan sholawat dan meminta doa

kepada orang sholeh.


50

Secara umum cara bertawassul ada tiga macam, yakni bertawassul

dengan Asma Allah SWT. atau kalimah thoyyibah, bertawassul dengan

amal sholih sendiri dan bertawassul dengan meminta kepada orang sholih

untuk mendoakan.

Tawassul masuk dalam perkara Aqidah, maka Aqidah adalah

tauqifiyah. Artinya, tidak bisa ditetapkan kecuali dengan dalil syar‟i, tidak

ada medan ijtihad dan berpendapat di dalam-nya. Karena itulah sumber-

sumbernya terbatas kepada apa yang ada di dalam Al-Qur‟an dan As-

Sunnah. Sebab tidak seorang pun yang lebih mengetahui tentang Allah

SWT. tentang apa-apa yang wajib bagi-Nya dan apa yang harus disucikan

dari-Nya melainkan Allah sendiri. Dan tidak seorangpun yang lebih

mengetahui tentang diri-Nya selain Rasulullah SAW.

Dalil-dalil tentang diperbolehkannya tawassul baik dari nash Al-

Qur‟an maupun Al-Hadis sebagai berikut Allah SWT berfirman:

"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan

“carilah jalan” yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada

jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan." (Al-Maidah:35)

Contoh lain adalah ketika Rosulullah. menyarankan agar para

Shahabatnya kalau bertemu Uwais Al Qarani ra, mereka meminta

kepadanya agar didoakan dan diampuni oleh Allah. (HR. Muslim dari

Umar bin Khattab Ra.).

Juga dalam hadits Bukhari-Muslim, dari Abdullah bin „Umar ra.

Ada tiga orang yang terperangkap di sebuah gua, sedangkan mulut gua
51

tertutup oleh batu besar. Mereka tidak bisa keluar dari gua tersebut. Lalu

mereka memohon pertolongan kepada Allah dengan tawassul sambil

menyebut amal-amal shalih yang telah mereka lakukan masing-masing.

Atas izin Allah, batu itu sedikit-sedikit bergeser sampai mereka bisa keluar

dari gua dengan selamat.

Wasilah dalam berdoa sebetulnya sudah diperintahkan sejak zaman

sebelum Nabi Muhammad SAW. Saudara-saudara Nabi Yusuf AS yang

memohon ampunan kepada Allah SWT melalui perantara ayahandanya

yang juga Nabi dan Rasul. Ummat Nabi Musa AS berdoa menginginkan

selamat dari adzab Allah SWT dengan meminta bantuan Nabi Musa AS

agar berdoa kepada Allah SWT untuk mereka.

Jadi tawassul merupakan pintu dan perantara doa untuk mencari

jalan menuju Allah dan berkeyakinan hanya Allah-lah yang berhak

memberi dan menolak Do‟a.

Makna tawassul sendiri menurut syari‟at adalah ibadah yang

dengannya dimaksudkan tercapainya ridha Allah dan surga. Karena itulah

kita berkata, bahwa seluruh ibadah adalah wasilah (sarana) menuju

keselamatan dari api neraka dan kabahagiaan masuk surga.

Ibnu Katsir dalam tafsirnya menjelaskan arti perantara (wasilah)

adalah sesuatu yang dilakukan untuk mencapai tujuan. Disisi lain wasilah

adalah sebuah nama dari derajat tinggi disurga yang hanya menjadi milik
52

Nabi Muhammad, derajat tersebut dapat dilalui oleh orang saleh yang kita

anggap mempunyai posisi lebih dekat kepada Allah. 55

Kegiatan Istighosah di Pondok Pesantren Darul Ulum Salafiyah ini

ternyata tidak hanya diikuti oleh para santri saja, di antara lain jajaran

pengurus, kemudian keluarga ndhalem (pengasuh dari pondok pesantren).

Tradisi istighosah ini juga diikuti oleh masyarakat sekitar pondok

pesantren. Para warga setiap malam Selasa Kliwon ikut serta datang ke

Masjid Pondok Pesantren Darul Ulum Salafiyah untuk melaksanakan

Istighosah secara berjama‟ah.56

d. Latar Belakang Pelaksanaan di Malam Selasa Kliwon

Sebagian masyarakat Indonesia memang terkenal masih

mempercayai beragam hal yang berhubungan dengan klenik-klenik atau

hal-hal yang berbau mistis. Buktinya, sebagian di antaranya masih percaya

dengan makhluk halus yang bercokol di tempat-tempat tertentu, bahkan

memberi sesaji di lokasi-lokasi yang dianggap keramat dan angker

tersebut. Ada pula yang percaya bahwa beragam acara penting, seperti

pernikahan, harus dihitung menurut tanggal lahir kedua calon mempelai

dengan tepat, menurut kalender adat. Salah satu kelompok yang masih

percaya dengan klenik-klenik tersebut adalah masyarakat Jawa.

Bagi masyarakat Jawa, ada hari yang dianggap keramat, yang

biasanya berembel-embel kliwon. Mungkin orang sudah biasa mendengar

kalau Jumat Kliwon dianggap keramat. Tapi, ternyata, ada yang lebih
55
Abu Anas bin Husain Abu Luz, Tawassul Sunnah Vs Tawassul Bid‟ah, Terj. Muhammad Iqbal,
(Jakarta: Darul Haq. 2007), 6-7.
56
Binti Afifah, Wawancara Warga Sekitar 15 Januari 2023
53

57
keramat dari itu, yakni Selasa Kliwon. Jadi, ternyata, yang selama ini

dianggap keramat bukan hanya Jumat Kliwon, tapi juga Selasa Kliwon.

Mereka memang mengenal lima pasaran untuk menghitung hari, yakni

pon, wage, kliwon, legi, dan pahing. Nah, yang dianggap paling berkaitan

dengan unsur mistis adalah pasaran Kliwon.58

Betapa istimewanya Selasa Kliwon atau Malam Anggoro Kasih.

Masyarakat jawa mengenal adanya dengan malam anggoro kasih,

merupakan julukan untuk selasa kliwon, yang artinya adalah malam penuh

kasih sayang. Dalam sebuah hadis juga terdapat sebuah hadis yang

menyebutkan tentang keistimewaan hari selasa yakni:

Artinya; “Dari Nâfi‟, bahwa Ibnu „Umar –radhiyallahu „anhuma-

pernah berkata kepadanya, “Wahai Nafi‟ darahku telah membuih,

carikanlah untukku tukang bekam dan upayakan orang yang lembut jika

engkau sanggup, jangan orang tua dan jangan pula anak-anak, karena

sesungguhnya aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu alaihi wa

sallam bersabda, “Berbekam dilakukan sebelum makan pagi (perut

kosong) adalah yang paling ideal,padanya mengandung kesembuhan dan

barakah, menambah kecerdasan otak dan menambah ketajaman

menghafal. Oleh karena itu berbekamlah pada hari Kamis atas berkah

(nama) Allah. Hindarilah berbekam pada hari Rabu, Jum‟at, Sabtu dan

Ahad. Berbekamlah pada hari Senin dan Selasa. Karena itu adalah hari

dimana Allah menyembuhkan Nabi Ayyub, dan menimpakannya bala‟


57
http://menaramadinah.com/2395/selasa-kliwon-malam-anggoro-kasih-primbon-jawa.html,
Diakses pada 20/12/2022
58
Ahmad Muntohar, Wawancara 20 Desember 2022
54

pada hari Rabu. Tidaklah timbul penyakit kusta dan lepra, kecuali pada

hari Rabu dan malam hari Rabu.” (HR. Ibnu Mâjah dalam Sunannya dan

lainnya)

Hari selasa merupakan hari yang istimewa bagi Nabi Sulaiman A.S

dan umatnya. Selain itu, hari selasa merupakan hari baik untuk berobat dan

melakukan pengobatan, dimana Sebagian ulama juga mengatakan :

- Allah menciptakan langit dan bumi pada hari Ahad. Barang siapa ingin

membangun dan menanam (tumbuhan) maka sebaiknya dilakukan pada

hari Ahad.

- Allah menciptakan matahari dan rembulan pada hari Senin, sifatnya

matahari dan rembulan adalah berjalan, maka barang siapa ingin

melakukan perjalanan/bepergian maka sebaiknya dilakukan pada hari

Senin.

- Allah menciptakan binatang (ternak) pada hari Selasa, dan Allah

memperbolehkan menyembelih dan mengalirkan darahnya, maka barang

siapa ingin berbekam (cantu – jawa) maka dilakukan pada hari Selasa.

- Allah menciptakan lautan dan sungai-sungai pada hari Rabu, dan Allah

menghalalkan meminum airnya, maka barang siapa ingin meminum obat

maka sebaiknya pada hari Rabu.

- Allah menciptakn surga dan neraka pada hari Kamis, dan Allah

menjadikan orang-orang ingin masuk kesurga dan selamat dari neraka,

maka barang siapa ingin hajad/keinginannya dikabulkan oleh Allah, maka

sebaiknya dilakukan pada hari Kamis.


55

- Allah menciptakan Nabi Adam dan ibu Hawa pada hari Jum‟at, dan

dinikahkan pada hari Jum‟at, maka barang siapa ingin menikah maka

sebaiknya dilakukan pada hari Jum‟at.59

Ditinjau dari segi kepribadian, memiliki mistis tersendiri. orang

yang lahir pada weton selasa kliwon memiliki perwatakan keras hati, susah

di nasehati, dan sulit di atur. jika sudah membuatnya marah cara apapun

tidak akan bisa merubah pendiriannya. berdasarkan watak dan sifat orang

yang lahir pada weton selasa kliwon serta karakter yang dimilikinya,

dengan kemapuan komunikasinya serta wawasannya yang luas menjadikan

modal utamanya untuk menjadi pedagang. Selain seorang pedagang, selasa

kliwon juga cocok untuk menjadi pemimpin.

Jumlah neptu weton selasa kliwon adalah 11 25 . Berdasarkan

jumlah ramalan rejeki neptu ini terbilang kecil. Kendati begitu, ia bisa

membawa rejeki besar bila neptu ayahnya (bila anak pertama) atau neptu

kakaknya (bila bukan anak pertama) bernilai lebih kecil dari 11, seperti

Selasa Wage, Selasa Legi, Senin Wage, Senin Legi, Minggu Wage, Selasa

Pon, Minggu Legi, atau Jumat Wage.

Orang yang lahir bertepatan pada hari selasa kliwon biasanya

memiliki ciri khas tersendiri, yaitu sesorang yang sangat sederhana

walaupun banyak harta dan uang meraka tidak akan berfoya-foya atau

menghambur hamburkan harta begitu saja. Mereka hidup dengan sangat

sederhana walaupun mereka adalah orang yang sangat kaya.

59
Masykur khoir, Hidayah Tuntunan Ibadah Sunnah 12 Bulan, (Kediri : Duta Karya Mandiri),
242.
56

Selasa Kliwon Malam Anggoro Kasih. Masyarakat jawa mengenal

adanya dengan malam anggoro kasih, merupakan julukan untuk selasa

kliwon, artinya adalah malam penuh kasih sayang.

Tradisi Istighosah secara berjama‟ah di Pondok Pesantren Darul

Ulum Salafiyah ini dilaksanakan setelah selesai jama‟ah shalat Isya‟. Pada

umumnya Istighosah secara berjama‟ah memang dilaksanakan pada pagi

atau siang hari, tetapi karena Pengasuh Pondok juga Pengurus Pondok

mempertimbangkan santri yang sekolah formal dan para warga masyarakat

yang banyak memiliki kesibukan di siang hari, maka Istighosah di Pondok

Pesantren Darul Ulum Salafiyah dilaksanakan pada malam hari setelah

shalat Isya‟ tepatnya pada malam Selasa Kliwon. 60

Kegiatan Istighosah ini merupakan kegiatan selapanan yang

dilaksanakan sebulan sekali, tepatnya di malam Selasa Kliwon. Menurut

K.H. Toyib Amri memilih malam Selasa Kliwon karena merupakan

malam yang penuh dengan kasih sayang. Hari Selasa merupakan hari yang

istimewa, karena hari Selasa merupakan hari diciptakannya segala ilmu.

Kemudian pelaksanaan istighosah dilaksanakan tepatnya pasaran

“Kliwon” yaitu agar Pondok Pesantren ini selalu dalam keadaan aman,

damai, sejahtera.61

60
K. H. Toyib Amri, Wawancara 2 Oktober 2021
61
Wawancara dengan Pengasuh Pondok Pesantren, Pada 09 Maret 2020, di Ndalem Pondok
Pesantren Darul Ulum Salafiyah Kecamatan Bangorejo Banyuwangi
57

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Proses pelaksanaan dzikir istighasah di Pondok Pesantren Darul Ulum

Salafiah Bangorejo Banyuwangi ini dimulai dengan pembacaan shalawat

badar. ketika para jama'ah telah berkumpul di masjid, maka acara dimulai

denan adanya pembukaan, tawassul, barulah istighasah. setelah pembacaan

istighasah selesai, pemimpin istighasah yakni K.H. Toyib Amri atau

bergantian dengan H. Hambali terlebih dulu menyampaikan sedikit arahan

atau semangat yang diuraikan dalam bentuk nasihat dalam acara yang

dibingkai dalam mauidhoh hasanah. Acara dilanjutkan dengan penutup

yakni doa yan dipimpin oleh imam istighasah, kemudian dilanjutkan

pembacaan asma'ul husna bersama.

2. Makna yang terkandung dalam pelaksanaan istighasah dengan shalawat

badar ini diantaranya yaitu, meminta pertolongan kepada selain Allah

yakni kepada seorang nabi atau wali sebagai perantaranya, keutamaan

pembacaan shalawat badar adalah selain berwasilah kepada rasulullah

sebelum berdoa juga berwasilah kepada ahli badar dimana para syuada

badar adalah para sahabat pilihan, sedangkan waktu pelaksanaan memilih

malam selasa kliwon karena merupakan malam yang penuh dengan kasih

sayang, dimana hari selasa merupakan hari diciptakannya segala ilmu dan

57
58

pasaran “Kliwon” yaitu agar Pondok Pesantren ini selalu dalam keadaan

aman, damai, sejahtera sesuai keyakinan masyarakat jawa.

B. Saran

Dengan penuh rasa syukur dan ucapan Alhamdulilah kehadirat Allah

karena berkat hidayah, taufiq dan inayahnya penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini. Penulis sadar bahwa dalam pembahasan dan penulisan skripsi ini

tidak luput dari kekurangan dan masih jauh dari kata sempurna. Hal ini tidak

lain karena keterbatasan ilmu pengetahuan penulis. Penulis mengharapkan

adanya kritik, saran guna untuk melengkapi kesempurnaan skripsi ini akan

memberikan manfaat dan menambah khasanah pengetahuan khususnya bagi

penulis sendiri, kepada pembaca pada umumnya dan semoga penulisan skripsi

ini akan mendapatkan ridho dari Allah Subhanahu Wa Ta‟ala.

Penulis menyadari dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini masih

sangat jauh dari kata sempurna. Namun perlu kiranya peneliti menyampaikan

sebuah saran bahwa dalam melaksanakan sebuah amalan hendaknya selalu

memiliki restu atau ijin dari seorang guru yang dalam dalam bahasa

kepesantrenan biasa dikenal dengan sanad. Dengan adanya sanad keilmuan

dari guru yang terus bersambung bahkan hingga Rasulullah shallallahu‟alaihi

wasallam, maka setiap amalan yang dilakukan akan aman dari godaan setan.
59

DAFTAR PUSTAKA

Ade, Maskur Saputra. Pengaruh Kegiatan Istighosah Terhadap Kecerdasan


Spiritual Siswa Di SMAN 1 Pacet Mojokerto. (Surabaya: Universitas Islam
Negeri Sunan Ampel, 2018)
Alfatih, M. Suryadilaga. Model-model Living Hadis. (Yogyakarta: Kelimedia,
2016)
Alfatih, M. Suryadilaga. Metodologi Living Quran dan Hadis. (Yogyakarta :
RAS. 2007)
Alfatih, Muhammad Suryadilaga. Aplikasi Penelitian Hadis dari Teks ke Konteks.
(Yogyakarta: Kelimedia, 2016)
Anas, Abu bin Husain Abu Luz. Tawassul Sunnah Vs Tawassul Bid‟ah, Terj.
Muhammad Iqbal. (Jakarta: Darul Haq. 2007)
Arikunto, Suharismi. Dasar – Dasar Research. (Bandung: Tarsoto. 1995)
Asyari, Sendi. Shalawat Badar. id.scribd.com/document/343257735/Sholawat-
Badar. 2017
Djumhana, Hanna Bastaman. Integrasi Psikologi dengan Islam, cet. III
(Yogyakarta : Pustaka Pelajar. 2001)
Efendi, Satria. Ushul Fiqh. (Jakarta: Kencana, 2009)
Hanif, Muhammad Muslih. Keshahihan Dalil Tawassul Menurut Petunjuk Al-
Quran Dan Al-Hadist. (Semarang: PT. Karya Toha Putra, 2011)
Hidayatullah, Agus, Siti Irhamah dll. Al Wasim : Al-Qur‟an Tajwid Kode
Transliterasi Per Kata Terjemah Per Kata Q.S. Al-Anfal Ayat 9. (Bekasi:
Penerbit Cipta Bagus Segara. 2013)
http://menaramadinah.com/2395/selasa-kliwon-malam-anggoro-kasih-primbon-
jawa.html, Diakses pada 20/12/2022
Idrus, Muhammad. Metode Penelitian Ilmu Sosial. (Jakarta: PT Gelora Aksara
Pratama. tt)
Islam, Saiful. Sang Pencipta Shalawat Badar KHR. Ali MAnshur. (LTN Pustaka,
2001)
Khoir, Masykur. Hidayah Tuntunan Ibadah Sunnah 12 Bulan. (Kediri : Duta
Karya Mandiri. tt)
Khosiyah, Fiqotul. “Living hadîts dalam Kegiatan Peringatan Maulid Nabi di
Pesantren Sunan Ampel”, Jurnal Living hadîts, Vol. 3 Nomor 1 ( Mei,
2018)

59
60

Kuntowojoyo. Budaya dan Masyarakat. (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2006)


Mu‟inudinillah, Muh Basri. 24 Jam Dzikir dan Doa Rasulullah saw. (Solo: Biladi.
2014)
Narbuko, Cholid dan Abu Achmadi. Metodologi Penelitian. (Jakarta: Bumi
Aksara, 2013)
Nawawi, Hadari. Metode Penelitian Bidang Sosial. (Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press. 2005)
Nur, Moh. Hakim. Islam Tradisional dan Reformasi Pragmatisme Agama dalam
Pemikiran Hasan Hanafi. (Malang: Bayu Media Publhishing, 2003)
Pranowo, Bambang. Islam Factual Antara Tradisi dan relasi Kuasa. (Yogyakarta:
Adicita Karya Nusa, 1998)
Pusat, Pengurus Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama. Panduan Praktis
Istighotsah. 2009. https://islam.nu.or.id/ubudiyyah/doa-doa-istighotsah-
7oAPr
Rianse, Usman dan Abdi. Metodologi Penelitian Sosial dan Ekonomi Teori dan
Aplikasi. (Bandung: CV Alfabeta. 2012)
Rubaidi. Desekralisasi Tradisi Keagamaan: Studi Tentang Perubahan Makna
Simbolik Istighosah Di Jawa Timur. (Millah Vol Viii No 2 Februari 2009)
Singarimbun, Masri dan Sofyan Effendy. Metode Penelitian Survey. (Jakarta:
LP3ES, 1989)
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. (Bandung: CV
Alvabeta. 2013)
Suharto, Babun. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. (Jember: IAIN Jember Press.
2017)
Suyanto, Bagong dan Sutinah. Metode Penelitian Sosial Berbagai Alternatif
Pendekatan. (Jakarta: Kencana. 2013)
Syafe‟i, Rahmat. Ushul Fiqh. (Bandung: CV Pustaka Setia, 2007)
Syamsudin AR Dn Vismaia S. Damaianti. Metode Penelitian Pendidikan
Bahasa. (Bandung: Remaja Rosdakarya. 2006)
Syamsudin, Sahiron. Metode Penelitian Living Qur‟an dan Hadits. (Yogyakarta :
TH-Press, 2007)
Syamsuddin, Syahiron. Metodologi Penelitian Living Qur‟an dan Hadis.
(Yogyakarta: Teras, 2007)
61

Sztompka, Piots. Sosiologi Perubahan Sosial. (Jakarta: Prenada Media Group,


2007)
Umari, Barmawi. Sistematika Tasawwuf. (Solo: Romadloni, 1993)
Yusuf, Syekh al-Nabhani. Afdholu al-Sholawat Ala Sayyidina al-Sadat.(Jakarta:
Dar al-Kutub Islamiyah. 2004)
Zuhri, Saifuddin Qudsy. Living Hadîts : Genealogi, Teori, dan Aplikasi. (Jurnal
Living hadîts, Volume 1, Nomor 1. 2016)
Zuriah, Nurul. Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan. (Jakarta: PT Bumi
Aksara. 2009)

Wawancara:

Ahmad Muntohar, Wawancara 20 Desember 2022


Abu Dzarrin, Wawancara 2 Oktober 2021
Bawani, Wawancara 2 Oktober 2021
Binti Afifah, Wawancara Warga Sekitar 15 Januari 2023
H. Hambali, Wawancara Tanggal 26 September 2021
H. Hambali, Wawancara 2 Oktober 2021
Imam Muhajirin, Wawancara Santri 15 Januari 2023
K. H. Toyib Amri, Wawancara 9 Maret 2021
K. H. Toyib Amri, Wawancara 2 Oktober 2021
Moh Syafi‟i, Wawancara Warga Sekitar 15 Januari 2023
Sumber: Dokumentasi Kantor Pondok Pesantren Darul Ulum Salafiyah Bangorejo
Banyuwangi
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : Elma Refinda Putri
NIM : U20162033
Jurusan/Prodi : Ilmu Hadis
Fakultas : Ushuluddin, Adab dan Humaniora
Institusi : UIN KH Achmad Siddiq Jember
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil penelitian/ karya saya
sendiri, kecuali pada bagian-bagian yang dirujuk sumbernya.

Jember, 9 Januari 2023


Saya yang menyatakan

Elma Refinda Putri


NIM: U20162033
PEDOMAN PENELITIAN

A. PEDOMAN OBSERVASI

1. Penerapan Tradisi Istighasah dengan Shalawat Badar di Pondok

Pesantren Darul Ulum Salafiyah Bangorejo Banyuwangi

2. Makna Tradisi Istighasah dengan Shalawat Badar di Pondok Pesantren

Darul Ulum Salafiyah Bangorejo Banyuwangi

B. PEDOMAN WAWANCARA

1. Sejarah dan Biografi Pengasuh Pondok Pesantren Darul Ulum Salafiyah

Bangorejo Banyuwangi

2. Landasan Hadis Tradisi Istighasah dengan Shalawat Badar di Pondok

Pesantren Darul Ulum Salafiyah Bangorejo Banyuwangi

C. PEDOMAN DOKUMENTASI

1. Kegiatan Santri Yayasan Pondok Pesantren Darul Ulum Salafiyah

Bangorejo Banyuwangi

2. Wawancara dengan Informan


PEDOMAN WAWANCARA

1. Bagaimanakah sejarah berdirinya Pondok Pesantren Darul Ulum Salafiyah

Bangorejo Banyuwangi?

2. Apa sajakah lembaga yang berada di bawah naungan Pondok Pesantren

Darul Ulum Salafiyah Bangorejo Banyuwangi?

3. Adakah dasar atau landasan yang berasal dari sebuah hadis Rasulullah

tentang praktik istighasah dengan shalawat badar yang diterapkan di

Pondok Pesantren Darul Ulum Salafiyah Bangorejo Banyuwangi?

4. Apakah yang menjadi motivasi para santri di Pondok Pesantren Darul

Ulum Salafiyah Bangorejo Banyuwangi untuk menerapkan tradisi

istighasah ini?

5. Bagaimanakah urutan prosesi istighasah yang diterapkan di Pondok

Pesantren Darul Ulum Salafiyah Bangorejo Banyuwangi?

6. Bagaimanakah/Apa sajakah kegiatan rutin santri Pondok Pesantren Darul

Ulum Salafiyah Bangorejo Banyuwangi yang dilaksanakan secara harian,

bulanan atau tahunan?

7. Siapa sajakah pengurus Pondok Pesantren Darul Ulum Salafiyah

Bangorejo Banyuwangi dan apa jabatan mereka?

8. Bagaimanakah tujuan para santri Pondok Pesantren Darul Ulum Salafiyah

Bangorejo Banyuwangi dalam melaksanakan istighasah dengan shalawat

badar ini?
DOKUMENTASI
BIODATA PENULIS

A. DATA PRIBADI
Nama : Elma Refinda Putri
Nim : U20162033
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat Tanggal Lahir : Banyuwangi, 30 Juni 1997
Alamat Asal : Dusun Sambirejo, RT 04/RW 02, Sambimulyo,
Bangorejo Banyuwangi
Email : elmamboh@gmail.com
Nomor Hp. : 08646425249
Nama Ayah : M. Rofi‟i
Nama Ibu : Syamrotul Farida
B. RIWAYAT PENDIDIKAN
TK Kartini Tahun 2001-2004
MI Roudlotul Huda Tahun 2004-2009
MTsN Sambirejo Tahun 2009-2012
SMK Nusantara Tahun 2012-2015
UIN Khas Jember Tahun 2016-2022

Anda mungkin juga menyukai