Oleh:
ARIPIL KOBRI
NIM : UK. 131239
1
2
di-
JAMBI
NOTA DINAS
Assalamu’alaikumWr. Wb
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Pembimbing I Pembimbing II
ii
3
Demikianah Surat Pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya untuk dapat
dipergunakan seperlunya.
Aripil Kobri
UK. 132139
iii
5
MOTTO
.حابِه
َ َص
ْ
ِ
ِل اقْ َرءُوا الْ ُقْرآ َن فَِإنَّهُ يَأِِْت يَ ْوَم الْ ِقيَ َام ِة َش ِف ًيعا
“Bacalah al-Qur’an maka sesungguhnya ia (al-Qur’an) akan datang pada hari
kiamat sebagai penolong bagi pembacanya”1.
1
Muslim bin al-Hajjaj Abu Al-Hasan Al-Qasyriy An-Naisaburiy, Shahih Muslim,21
v
6
PERSEMBAHAN
Waktu yang sudah kujalani dengan jalan hidup yang sudah menjadi takdirku,
sedih, bahagia, dan bertemu orang-orang yang memberiku sejuta pengalaman
bagiku, yang telah memberi warna-warni kehidupanku.
Kubersujud dihadapan Mu, Engkau berikan aku kesempatan untuk bisa sampai di
penghujung awal perjuanganku, namun aku yakin dan percaya ini bukanlah akhir
dari segala-galanya, tapi ini adalah titik awal kehidupanku dalam menggapai
kebahagiaan dunia dan akhirat, Segala Puji bagi Mu ya Allah,
Alhamdulillah, Alhamdulillah, Alhamdulillahirabbil’alamin,
Sujud syukurku kusembahkan kepadamu Ya Allah atas takdirmu telah kau
jadikan aku manusia yang senantiasa berpikir, berilmu, beriman dan bersabar
dalam menjalani kehidupan ini. Semoga keberhasilan ini menjadi satu langkah
awal bagiku untuk meraih cita-cita besarku.
Dalam silah di lima waktu mulai fajar terbit hingga terbenam..seraya tanganku
menadah”.. ya Allah ya Rahman ... Terima kasih telah kau tempatkan aku diantara
kedua malaikatmu yang setiap waktu ikhlas menjagaku,, mendidikku,,
membimbingku dengan baik,, ya Allah berikanlah balasan setimpal syurga firdaus
untuk mereka dan jauhkanlah mereka nanti dari panasnya api nerakamu..
Kupersembahkan Skripsi ini
Untukmu Bapakku (M. Amin),,,makku (Sunarsih)...Terimakasih....
( ttd.Anakmu)
Dalam setiap langkahku aku berusaha mewujudkan harapan-harapan yang
kalian impikan didiriku, meski belum semua itu kuraih insyaa Allah atas
dukungan doa dan restu semua mimpi itu kan terjawab di masa penuh kehangatan
nanti. Untuk itu kupersembahkan ungkapan terimakasihku kepada family Uni
Desi, Adikku Muhammad Zikwan, adikku Toni Ardi sekaligus segenap Ustadz ku
Pondok Pesantren Al-Mubarak.
Makasih yaa buat segala dukungan dan do’anya
Terima kasih kepada Bapak Dr. H. Muh. Rusydi, M. Ag dan bapak Dr. Sahmin
Batubara, M. HI yang sudi merelakan waktunya untuk membimbingku dan
memberikan saran serta masukan kepada ku.
Hidupku terlalu berat untuk mengandalkan diri sendiri aku tak kuasa tanpa
melibatkan bantuan Allah dan orang lain dalam hidup ini
Tak ada tempat terbaik untuk berkeluh kesah selain bersama sahabat-sahabat
terbaik..
Terimakasih kuucapkan Kepada Teman KPI, Kawan Posko KUKERTA,
Alumni Ma’had Al-Mubarak, teman-teman penjaga masjid beserta Asatidz dan
guru-guruku
Hanya sebuah karya kecil dan untaian kata-kata ini yang dapat
kupersembahkan kepada kalian semua,, Terimakasih beribu terima kasih
kuucapkan...
Jatuh berdiri lagi. Kalah mencoba lagi. Gagal Bangkit lagi.
vi
7
ABSTRAK
vii
8
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah yang maha pengasih dan maha penyayang, atas taufik
dan hidayah-Nya maka penulis dapat meyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan
baik dan benar tanpa ada halangan sedikitpun. Shalawat serta salam senantiasa
tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW sang suri tauladan umat, yang telah
membawa umat-Nya kealam yang terang benderang dengan cahaya iman, takwa
dan ilmu pengetahuan.
Perjalanan panjang bercucuran keringat banting tulang siang dan malam.
perjalanan panjang yang melelahkan ini terasa begitu indah akan selalu penulis
kenang sebagai bahan candaan untuk anak dan istri diwaktu yang telah
ditakdirkan nanti, suka cita senang dan bahagia semua itu telah dirasakan dalam
merampungkan dan menyelesaikan skripsi yang berjudul “Peran Rumah Tahfizh
al-Qur’an Sebagai Sarana Dakwah Dalam Upaya Pemberantasan Buta Aksara al-
Qur’an (Studi Kasus Rumah Tahfizh Mahir Qur’an Rayhana Maulidia). Untuk
mendapat gelar Strata Satu (S1) Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam,
Fakultas Dakwah di UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, pencapaian ini adalah
titik akhir dengan penuh rasa syukur dan bahagia.
Skripsi ini bukanlah hasil karya dari perjuangan diri sendiri, namun banyak
pihak yang turut serta memberi motivasi, bantuan dan dukungan dalam
menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu ucapan terima kasih yang tak terhingga
penulis ucapkan kepada mereka, yaitu:
1. Bapak Dr. H. Muh. Rusydi, M. Ag. Selaku Dosen Pembimbing I dan Bapak
Dr. Sahmin Batubara, M. HI. Selaku Dosen Pembimbing II, yang selalu
meluangkan waktu dalam membimbing dan memotivasi demi kesempurnaan
penyusunan skripsi ini.
2. Ibuk Dian Mursyidah, S.Ag., M.Ag. selaku Dosen Pembimbing Akademik.
3. Bapak Drs. Sururuddin M.Pd selaku ketua prodi Komunikasi dan Penyiaran
Islam (KPI) dan Ibu Mardalina S.Ag. M.Ud. Selaku sekretaris Prodi
Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI).
viii
9
4. Bapak Samsu S.Ag., M.pd,I., Ph.D, selaku Dekan Fakultas Dakwah UIN
Sultan Thaha Saifuddin Jambi.
5. Bapak Dr. Ruslan Abdul Gani, M.Hum. Selaku wakil Dekan I Fakultas
Dakwah UIN Sultan Thaha Saifuddin Jambi.
6. Bapak Dr. H. Hadri Hasan, M.A Selaku Rektor UIN Sultan Thaha Saifuddin
Jambi.
7. Bapak Prof. Dr. H. Su’aidi, MA, Ph.D. Bapak Dr. H. Hidayat, M.Pd, dan Ibu
Dr. Fadhlillah selaku Wakil Rektor I, II, dan III UIN Sultan Thaha Saifuddin
Jambi.
8. Seluruh Dosen Fakultas Dakwah UIN Sultan Thaha Saifuddin Jambi. Terima
kasih banyak atas ilmu yang telah diberikan semoga dapat menjadi bekal bagi
penulis untuk mengaplikasikan ilmu tersebut menjadi suatu ilmu yang
bermanfaat didunia dan di akhirat.
9. Seluruh karyawan dan karyawati dilingkungan akademik Fakultas Dakwah
UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
10. Kepala perpustakaan UIN Sultan Thaha Saifuddin Jambi beserta stafnya serta
kepala perpustakaan wilayah Jambi.
11. Bapak tersayang Muhammad Amin dan Mak Tercinta Sunarsih.
12. Teman-teman jurusan KPI, teman-teman seperjuangan di kampus tercinta dan
kawan-kawan posko Desa Palempang KUKERTA gelombang 2-2016, teman-
teman Alumni Al-Mubarak, teman-teman marbot masjid, terima kasih
sedalam-dalamnya atas semangat dan dukungan kalian, sehingga penulis dapat
terus optimis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak
yang telah berpartisipasi dalam penyusunan skripsi ini. Semoga Allah SWT
melimpahkan ridha dan keberkahan-Nya dalam kehidupan kita.
Jambi, 27 Mei 2019
Penulis
Aripil Kobri
UK. 131239
ix
10
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .........................................................................1
B. Permasalahan ..........................................................................................5
C. Batasan Masalah .....................................................................................5
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian............................................................6
E. KerangkaTeori ......................................................................................16
F. Metode Penelitian .................................................................................17
G. Pemeriksaan Keabsahan Data ..............................................................21
H. Studi Relevan .......................................................................................23
x
11
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .....................................................................................63
B. Implikasi Penelitian ........................................................................64
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
CURRICULUM VITAE
xi
12
TRANSLITERASI2
A. Alfabet
2
Tim Penyusun, Panduan Penulisan Karya Ilmiah Mahasiswa Fakultas Ushuluddin IAIN
STS Jambi (Jambi: Fak. Ushuluddin IAIN STS Jambi, 2014), 136-137.
xii
13
C. Tā’ Marbūṭah
Arab Indonesia
ﺍﻝَﺓ Ṣalāh
ﻡﺭَﺍَﺓ Mir’āh
2. Tā’ Marbūṭah hidup atau yang mendapat harakat fathah, kasrah dan dammah,
maka transliterasinya adalah /t/.
Arab Indonesia
ﻭﺯﺍﺭﺓَﺍﻝﺕﺭَﺏﻱﺓ Wizārat al-Tarbiyah
ﻡﺭَﺍﺓَﺍﻝﺯَﻡﻥ Mir’āt al-zaman
Arab Indonesia
ﻑﺝﺉﺓ
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara bahasa al-Qur’an berasal dari bahasa Arab , yaitu qaraa-yaqrau-
qur’aanan yang berarti bacaan. Qur`aanan berarti qiraatun (bacaannya/cara mem
bacanya). Secara istilah, al-Qur’an diartikan sebagai kalam Allah SWT, yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai mukjizat, disampaikan dengan
jalan mutawatir dari Allah sendiri dengan perantara malaikat jibril dan mambaca
al-Qur’an dinilai ibadah kepada Allah SWT.3
Setiap mukmin yang mempercayai al-Qur’an mempunyai kewajiban dan
tanggung jawab terhadap kitab sucinya, yaitu mempelajarinya dan
mengajarkannya. Belajar dan mengajarkan al-Qur’an dalam Islam dipandang
sebagai pekerjaan yang suci lagi mulia. Rasulullah telah mengatakan dalam hadits
yang diriwayatkan Bukhari: ”Sebaik-baik kamu ialah orang yang mempelajari al-
Qur’andan mengajarkannya”.
Pendidikan yang paling mulia yang diajarkan oleh orang tua kepada anak-
anaknya adalah pendidikan yang bersumber dari al-Qur’an. Karena pemahaman
terhadap al-Qur’an menjadi suatu kepentingan. dalam rangka mengajak umat
Islam untuk dapat membaca dan mengamalkan isi kandungan al-Qur’an adalah
merupakan salah satu sasaran dakwah. Agar dapat memahami isi kandungan al-
Qur’an dengan baik, maka al-Qur’an tersebut terlebih dahulu harus dibaca,
dihafal, dipahami, dikaji dan mengetahui arti dari al-Qur’an itu sendiri. al-Qur’an
merupakan kitab suci bagi umat Islam, dan membacanya merupakan ibadah. 4
3
Admin. Di akses melalui alamat http://ulumulislam.blogspot.com/2014/04/pengertian-al-
quran-menurut-bahasa.html#.W_gsBB-YTIU. Pada tanggal 23 November 2018. Jam 23:40 WIB
4 ِ
ُ يَ بْ َُ نَافَِ ََََََّّنَا ُم َعا ِويَ ُة يَ ْع ِِ ابْ ََ ََ ََّّم ََ َْ ََيَّْ َنَّهُ ََِ ََ ََبَا ََ ََّّم يَ ُق
َِ ََّّ ََ ُو ُ ِالرب ْ اْلَ َس َُ بْ َُ ََلِ ٍّي
َّ اْلُلْ َوِاِنُّ ََََََّّنَا ََبُو تَ ْوبََة َوُه َو ْ َِِ ََّّ ََ
َِص َحابه ِوُ اقْ رءوا ال ُْقرآ َن فَإِنَّه يأِِْت ي وم ال ِْقيام ِة َش ِفيعا ِل ِ ِ ِ ِ ِ
ْ ً َ َ َ َْ َ ُ ْ ُ َ ُ صلَّى اهللُ ََلَْيه َو ََلَّ َم يَ ُق َ وُ اهلل َ َُ ت َر ُ اُ ََ ْع َ َََبُو َ َُم َامةَ الْبَاهل ُّي ق.
Muslim bin al-Hajjaj Abu Al-Hasan Al-Qasyriy An-Naisaburiy, Shahih Muslim (Lebanon:
Beirut, t.t) hlm 553. Lihat juga Manna’ al-Qaththan, Mabahist fi Ulum Alquran (Beirut: Dar al-
Mansyurat al-Hadits, 1973), hlm. 21.
1
2
Oleh karena itu membacanya harus dengan cara yang baik dan bacaan yang
sempurna.5
Fenomena saat ini yang terjadi di Kota Jambi, peneliti melihat sangat
banyak rumah tahfizh yang berkembang pesat dan maju, akan tetapi peneliti ingin
melihat seperti apa peran rumah tahfizh saat ini dan bagaimana upaya rumah
tahfizh sebagai sarana dakwah dalam memberantas buta aksara al-Qur’an. Dalam
rangka memahami dan menguasai pembacaan aksara al-Qur’an, maka di masa
sekarang di Provinsi Jambi khususnya Kota Jambi telah banyak didirikan
Lembaga Pendidikan al-Qur’an seperti TKA-TPQ, yakni lembaga dan wadah
tempat anak-anak menerima pelajaran baca tulis al-Qur’an. Di sinilah anak-anak
di didik dan diajarkan bagaimana cara membaca aksara al-Qur’an.
Dewasa ini, upaya pemberantasan bebas buta aksara al-Qur’an di provinsi
jambi telah dilakukan oleh Pemda provinsi jambi, dengan adanya sinyalmen dari
pemerintah Provinsi Jambi yang merupakan salah satu daerah yang sangat peduli
terhadap usaha-usaha untuk mendekatkan masyarakatnya dengan al-Qur’an
sebagai kitab suci yang wajib dipedomani. Salah satunya dengan adanya program
pemberantasan buta aksara al-Qur’an. Telah menjadi sebuah kenyataan dengan
adanya gerakan Pemerintah daerah jambi yang dimotori oleh Gubernur jambi
dengan membuat program tentang peningkatan minat baca tulis al-Qur’an dalam
membasmi buta aksara al-Qur’an. Program ini didorong oleh suatu keinginan
yang sangat luhur, yakni bermaksud meningkatkan kemampuan masyarakat dalam
hal baca tulis al-Qur’an. Sebab, kebiasaan membaca al-Qur’an akan melahirkan
kecintaan terhadap al-Qur’an. Hingga saat ini terdata di Provinsi Jambi ada
hampir 34 ribu lebih anak-anak tidak dapat membaca al-Qur’an.6
Kecintaan terhadap al-Qur’an akan melahirkan motivasi untuk meng-
aktualisasikan ajaran-ajaran dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat.
Kegiatan membaca al-Qur’an bagi setiap Muslim adalah suatu keharusan. Itulah
sebabnya, kalau ayat pertama dari al-Qur’an yang diturunkan adalah (Iqra’) atau
5
َّ َوَد َليه ورتل القرءان ترتيQ.S. Al-Muzammil [73]: 4.
6
Admin. Di akses melalui alamat https://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-
nusantara/12/07/26/m7rk96-berantas-buta-aksara-alquran-jambi-kucurkan-rp35-miliar. Pada
tanggal 24 November 2018. Pada pukul 00:42 WIB
3
perintah membaca. Hanya saja, yang menjadi persoalan adalah, masih ditemukan
sebagian besar umat Islam, terutama para pelajar yang belum pandai membaca al-
Qur’an. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya disebabkan
minimnya pengajar dan sarana pembelajaran al-Qur’an, peneliti melihat bahwa
rumah tahfizh sebagai sarana baru untuk memfasilitasi pembelajaran bacaan al-
Qur’an.
Oleh karenanya, kemampuan membaca al-Qur’an bagi setiap siswa SD,
SMP, dan SMA merupakan bagian dari pendidikan Agama Islam yang memiliki
arti strategis untuk ikut mencerdaskan kehidupan bangsa, khususnya dalam rangka
menanamkan nilai-nilai iman dan takwa bagi generasi muda dan masyarakat pada
umumnya, dalam hal ini rumah tahfizh sebagai sarana dalam pemberantasan buta
aksara al-Qur’an. 7
Angka buta aksara yang begitu banyak tentu akan berdampak buruk
terhadap generasi Islam selanjutnya, mengingat al-Qur’an merupakan pondasi
bagi keberlangsungan hidup manusia pada umumnya dan bagi umat Islam
khususnya. al-Qur’an sendiri telah menegaskan bahwa kitab suci yang diturunkan
kepada Nabi Muhammad SAW merupakan petunjuk bagi umat manusia
khususnya bagi orang-orang yang bertakwa.
Merespon permasalahan tersebut, para ‘ulama, umara’ dan aghniya’
Provinsi Jambi, khususnya Kota Jambi bersama-sama mencari solusi. Hasilnya,
terhitung sejak tahun 2012 hingga saat ini, Provinsi Jambi, khususnya Kota Jambi
7
Diantaranya: a.Optimalisasi Peran Penyuluh Agama Honorer (PAH) dengan melaksanakan
pembinaan terhadap anak yang tidak mampu membaca al-Qur’an sesuai dengan data yang ada di
lokasi masing-masing, dan wajib menyampaikan laporan perkembangannya kepada KA.
Kanmenag setiap tiga bulan sekali.b. Penguatan Diniyah Takmiliyah dan TPQ sebagai basis
belajar al-Qur’an sebagai upaya pemberantasan buta aksara al-Qur’an maupun peningkatan
pemahaman al-Qur’an. Masing-masing guru PAI yang berada disekolah umum membuat surat
Perjanjian bertanggung jawab untuk pemberantasan buta aksara al-Qur’an di sekolah masing-
masing, dan diawasi oleh Ka. Kanmenag Cq Kasi mapenda, dan melaporkan hasil kerjanya setiap
tiga bulan sekali, surat perjanjian dan laporan tersebut menjadi bahan untuk pembayaran sertifikasi
guru PAI.d.Meningkatkan fungsi pengawas sebagai bagian dari instrumen peningkatan mutu
pendidikan Agama.e.Memperkuat hubungan lintas sektoral dengan instansi terkait, baik yang
menyangkut gerakan pembebasan buta aksara al-Qur'an maupun kegiatan keagamaan lainnya.
Diakses melalui webhttps://jambi.kemenag.go.id/berita/103216/kanwil-kemenag-prov-jambi-
melakukan-verifikasi-data-buta-aksara-al-quran, pada tanggal 12 Januari 2017, pukul 23.00 WIB.
4
telah melakukan beberapa cara untuk menuntaskan permasalahan buta aksara al-
Qur’an, salah satunya adalah dengan mendirikan Rumah Tahfizh al-Qur’an.
Rumah tahfizh al-Qur’an diharapkan bisa menjadi sebagai sarana dakwah
dan solusi untuk mencegah serta menuntaskan permasalahan buta aksara al-
Qur’an di Provinsi Jambi, khususnya Kota Jambi. Sejak tahun 2012 hingga saat
ini, Kota Jambi telah memiliki puluhan Rumah Tahfizh al-Qur’an yang berada
hampir di setiap penjuru Kota Jambi.8 Rumah tahfizh yang berada di Kota Jambi
ini penulis klasifikasikan menjadi dua, ada yang bersifat mandiri dan ada yang
bersifat binaan. Perbedaan antara mandiri dan binaan terletak pada pendanaan,
Rumah Tahfizh dananya bersumber dari milik pribadi (gratis bagi para santri),
sedangkan Rumah Tahfizh yang bersifat binaan, dananya bersumber dari hasil
swadaya para santri.
Di antara banyak Rumah Tahfizh al-Qur’an di Kota Jambi ini terdapat satu
Rumah Tahfizh al-Qur’an yang bersifat mandiri, yaitu Rumah Tahfizh Mahir
Qur’an Rayhana Maulidia. Rumah Tahfizh Mahir Qur’an Rayhana Maulidia
terletak di Jl. Yunus Sanis/Fatah Laside Lorong Andalas No. 46 B Rt. 02 Kebun
Handil Kota Jambi. Sejak berdiri pada tahun 2015 hingga saat ini, Rumah Tahfizh
ini telah memiliki sebanyak 317 santri dan santriwati yang aktif. Alasan mandiri
inilah yang menarik perhatian penulis untuk melakukan penelitian terhadap
8
1.Rumah Tahfizh Rayhana Maulidiya Jl. Fatah Laside No.28, Kebun Handil, jelutung, kota
jambi. 2. Rumah Tahfizh Daarul Mumtazah Jl. Gatot Subroto, sungai Asam, Pasar Jambi, kota
jambi. 3. Rumah Tahfizh Ad-Dhuha Jl. Kapten Pattimura,lrng Bersama RT 06 No.39, Kenali
Besar, Alam Barajo, Kota Jambi. 4. Rumah Tahfizh Hudal Qur’an Jl. Gajah Mada No.09, Lebak
Bandung,Jelutung, Kota Jambi. 5. Rumah Tahfizh Qu Sahabat Qur’an Jl. Swadaya Raya,
Perumahan Puri Masurai 5. RT 33 Blok cc.10, Bagan Pete, Alam Barajo, Kota Jambi. 6. Rumah
Tahfizh Qu Sahabat Qur’an unit Kenali Asam Bawah Jl. Sunan Gunung Jati,Rt.10, Kenali Asam
Bawah, Kota Baru, Kota Jambi. 7. Rumah Tahfizh Duta Qur’an Jl. Samsu Bahrum No 55, RT. 02,
Gang Aceh, Selamat, Telanaipura, Kota Jambi. 8. Rumah Tahfizh Imam Syafi’I Wahdah Islamiah
Jl. Halim Perdana Kusuma, Sungai Asam, Pasar Jambi, Kota Jambi. 9. Rumah Tahfizh Rizqullah
Jl. Empu Sendok No.333 RT.17RW.05, Solok Sipin, Telanaipura, Kota Jambi. 10. Rumah Al-
Qur’anRosyidan Jl.Tarmizi Kadir Rt.11 No.04, Pakuan Baru, Jambi Selatan, Kota Jambi. 11.
Rumah Tahfizh Jambi Qur’an Scool Cabang Arizoa Jl. Sunan Kalijaga, Simp.III Sipin, Kota Baru,
Kota jambi. Cabang Cabang Mayang Komplek Ruko Pasar Villa. Cabang Jeramba Bolong Jl.
Lingkar Selatan. Cabang Thehok/Talang Banjar Jl. Teungku Sulaiman Rt. 15, Pakuan Baru, Jambi
Selatan Kota Jambi.
5
Rumah Tahfizh ini, dan dari banyaknya jumlah santri tersebut, tercatat sebanyak
45% santri yang datang mendaftar terindikasi buta aksara al-Qur’an.9
Dengan jumlah yang begitu banyak, lalu muncul pertanyaan, bagaimana
peran Rumah Tahfizh al-Qur’an sebagai sarana pemberantasan buta aksara al-
Qur’an? Apakah Sudah sesuai dengan harapan ataukah hanya sebagai namanya
saja?.
Berangkat dari latar belakang tersebut di atas, penulis ingin melakukan
kajian terhadap Rumah Tahfizh al-Qur’an yang kaitannya sebagai sarana dakwah
dalam rangka pemberantasan buta aksara al-Qur’an. Kajian tersebut akan penulis
kaji melalui Skripsi yang berjudul PERAN RUMAH TAHFIZH aL-QUR’AN
SEBAGAI SARANA DAKWAH DALAM UPAYA PEMBERANTASAN
BUTA AKSARA aL-QUR’AN (Studi Kasus Rumah Tahfizh Mahir Qur’an
Rayhana Maulidia Kota Jambi).
B. Permasalahan
Berangkat dari latar belakang di atas, maka yang menjadi permasalahan
pokok dalam penelitian ini adalah: Bagaimanakah Peran Rumah Tahfizh Mahir
Qur’an Rayhana Maulidia Kota Jambi Dalam Upaya Pemberantasan Buta Aksara
al-Qur’an Di Kota Jambi. Dari permasalahan ini maka muncul beberapa pokok
permasalahan yang penulis rincikan sebagai berikut:10
1. Bagaimanakah peran rumah tahfizh mahir Qur’an Rayhana Maulidia
Kota Jambi sebagai sarana dakwah dalam upaya pemberantasan buta
aksara al-Qur’an?
2. Bagaimanakah strategi dakwah Rumah Tahfizh Mahir Qur’an Rayhana
Maulidia Kota Jambi dalam upaya pemberantasan buta aksara al-Qur’an?
3. Apa faktor pendukung dan penghambat Rumah Tahfizh Mahir Qur’an
Rayhana Maulidia Kota Jambi dalam upaya pemberantasan buta aksara
al-Qur’an Di Kota Jambi?
9
Hasil wawancara dengan Ust. Syukron Al-Hafizh (salah seorang tenaga pengajar) pada
tanggal 20 Januari 2017, pukul 16.15 WIB.
10
Tim Penyusun, Panduan Penulisan Karya Ilmiah Mahasiswa Fakultas Ushuluddin IAIN
STS Jambi,(Jambi: Fakultas Ushuluddin IAIN STS Jambi, Edisi Revisi 2016), 55
6
C. Batasan Masalah
Seperti yang telah penulis singgung di latar belakang di atas bahwa, di Kota
Jambi ini telah terdapat belasan bahkan puluhan Rumah Tahfizh al-Qur’an, mulai
dari yang bersifat mandiri hingga binaan. Untuk alasan efisiensi waktu dan
ekonomis, maka kajian ini akan penulis batasi hanya pada lingkup bahasan yang
terkait dengan Peran Rumah Tahfizh Mahir Qur’an Rayhana Maulidia Kota Jambi
sebagai sarana Dakwah dalam upaya pemberantasan buta aksara al-Qur’an di
Rumah Tahfizh Mahir Qur’an Rayhana Maulidia Kota Jambi.
E. Kerangka Teori
Penelitian ini berangkat dari sebuah teori yang mengasumsikan bahwa
setiap umat muslim pasti bisa membaca kitab suci al-Qur’an, asumsi tersebut
tentu memiliki alasan yang sangat kuat, diantaranya: al-Qur’an merupakan salah
satu kitab yang wajib diimani oleh umat Islam, al-Qur’an diturunkan oleh Allah
kepada Nabi Muhammad SAW. Yang memuat berbagai macam permasalahan dan
Tim Penyusun, Panduan Penulisan Karya Ilmiah Mahasiswa Fakultas Ushuluddin IAIN
11
STS Jambi,(Jambi: Fakultas Ushuluddin IAIN STS Jambi, Edisi Revisi 2016), 56.
7
solusi dalam mengarungi kehidupan di dunia maupun di akhirat kelak. Dan yang
kedua, al-Qur’an merupakan petunjuk bagi umat manusia pada umumnya dan
khususnya umat Islam, hal ini telah dijelaskan oleh Allah SWT dalam beberapa
ayat di dalam al-Qur’an.
Umat Islam tidak hanya dituntut untuk mengimani (hanya mempercayai
atau hanya mengakui keberadaannya sebagai kitab suci) al-Qur’an. Namun lebih
dari itu, umat Islam dituntut untuk mengamal dan mengimplementasikan isi
kandungan al-Qur’an tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Untuk mengamal dan
mengimplementasikan isi dan kandungan al-Qur’an tersebut tentu terlebih dahulu
al-Qur’an itu sendiri harus dibaca dan dikaji dengan baik. Apabila telah dilakukan
langkah-langkah tersebut, maka akan terealisasilah apa yang telah menjadi tujuan
penciptaan manusia, yaitu menjadi khalifah fi al-ardhi sesuai dengan tuntunan al-
Qur’an.
Dalam beberapa ayat al-Qur’an dan hadis Nabi Muhammad SAW telah
dijelaskan akan pentingnya mengikuti al-Qur’an, atau menjadikan al-Qur’an
sebagai imam atau pedoman hidup.12 Layaknya sebuah pedoman, al-Qur’an akan
menuntun kita kepada jalan yang benar dan diridhai oleh Allah SWT. Sebaliknya,
jika mengabaikan pedoman tersebut, maka kita akan terombang ambing, dan
hidup tidak akan memiliki arah yang pasti. Untuk mengantisipasi hal tersebut,
maka menjadi niscaya bagi setiap umat Islam untuk bisa membaca al-Qur’an
dengan baik dan benar. Telah banyak fakta yang mengatakan bahwa orang yang
jauh dari al-Qur’an mengalami hidup yang sangat sempit ditengah kelapangan,
baik kelapangan harta dan lain sebagainya. Menurut para ulama dan para da’i
bahwa solusi dari kesempitan tersebut adalah kembali kepada al-Qur’an, hal ini
senada dengan Firman Allah.
12
َِ ِْ ََ َْ َش ِق ِيِ ب ِ ََ ََ
ْ يَ بْ َُ بَ َّْر ََ َِ ْاِل َّ ي َنا ِه َش ُام بْ َُ ََ ََّار َنا
ُ ِالرب ُّ َّض ِر الْ َع ْس َك ِر
ْ َْحَ َُّ بْ َُ الن
ْ َ ََََََّّنَا
ِ ِ ِ ِ ُ َاُ ر ِ َِّ َلََ َة ََ َب
ِّق
ٌ َّص َ ََّ َوَماَ ٌل ُم ٌ صلَّى اهللُ ََلَْيه َو ََلَّ َم الْ ُق ْرآ ُن َشاف ٌَ ُم َشف َ وُ اهلل ُ َ َ َاُ ق َ َاهلل بْ َِ َم ْس ُعود ق َْ ْ َ َ َ
ِ
اْلَنَّة َوَم َْ َج َعلَهُ َخلْ َفهُ ََاقَهُ إِ ََل النَّا ِرْ قادهُ إِ ََلَ ُم َْ َج َعلَهُ َ ََم َامه.
َ LihatSulaiman bin Ahmad bin Ayyub bin
Muthir Ath-Thabrani, al-Mu’jam al-Kabir (Kairo, Maktabah Ibnu Taimiyah, t.t), jilid 10, hlm 198.
8
“ Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya
penghidupan yang sempit, dan kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat
dalam keadaan buta”, (Q.S. Thaha [20]: 124).
Lebih jauh dari itu, ada beberapa defenisi terminologis yang digunakan dan
perlu dijelaskan dalam penelitian ini, Yaitu:
1. Tinjaun Peran Rumah Tahfizh Qur’an
a. Peran
Istilah peran dalam “Kamus Besar Bahasa indonesia” mempunyai arti
pemain sandiwara (film), tukang lawak pada permainan Makhyong, perangkat
tingkah laku yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan di
Masyarakat. Ketika istilah peran digunakan dalam lingkungan pekerjaan, maka
seseorang yang diberi (atau mendapatkan) sesuatu posisi, juga diharapkan
menjalankan perannya sesuai apa yang diharapkan oleh pekerjaan tersebut.
Karena itulah ada yang disebut dengan role expectation. Harapan mengenai peran
seseorang dalam posisinya dapat dibedakan atas harapan dari pemberi tugas dan
harapan dari orang yang menerima mamfaat dari pekerjaan atau posisi tersebut.
Peran yang dimaksud dalam skripsi ini adalah bagaimana Rumah Tahfizh Mahir
Qur’an Rayhana maulidia dalam upaya pemberantasan buta aksara al-Qur’an.
b. Rumah Tahfizh Qur’an
Rumah Tahfizh Qur’an adalah rumah merupakan sebuah bangunan yang
dijadikan sebagai tempat tinggal, adapun kata tahfizh berasal dari kalimat hafazho
yang artinya memelihara, dan al-Qur’an adalah kitab suci bagi umat Islam yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Jadi, yang dimaksud dengan Rumah
Tahfizh al-Qur’ana dalah, tempat tinggal atau rumah yang dijadikan sebagai
tempat untuk mengahafal kitab suci al-Qur’an.
Konsep Rumah Tahfizh yang beredar saat ini adalah merupakan ide/gagasan
pondok pesantren Daarul Qur’an yang digagas oleh Ustadz Yusuf Mansur, dalam
upaya menerapkan metode dan program pembibitan penghafal al-Qur’an(PPPA)
9
13
Admin, Peran Rumah Tahfizh, di akses melalui alamat http://digilib.uin-suka.ac.id/9467/
pada tanggal 08 Januari 2017 Pukul 22:12
10
menyebutkan bahwa dakwah artinya memanggil (to call), mengundang (to invite),
mengajak (to summon), menyeru (to purpose), mendorong (to urge), dan
memohon (to pray).15
14
Admin. Di akses melalui alamat https://id.scribd.com/document/369681122/Fungsi-
Sarana-Dan-Prasarana-2 pada tanggal 24 November 2018. Pukul 01:27 WIB
15
Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah. (Jakarta: Amzah, 2016), 1.
11
16
Ibid., 2-4
17
Ibid., 5.
18
Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah (Jakarta: Amzah, 2016) 5.
12
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang
baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu
Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan
Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”.( Q.S. An-
Nahl [16]: 125).
ِ
وَََََّّنَا َُُم ََّ َُّ بْ َُ الْ َُثَ ََّّن ََ ََّّ َنَا ُُمَ ََّ َُّ بْ َُ َج ْع َفر ٌ ََ ََّّ َنَا ََبُو بَ ْك ِر بْ َُ ََِِب َشْيبَ َة ََََََّّنَا َوك
َ ح. يَ ََ َْ َُ ْفيَا َن
ِ َ اْلُطْبَِة فَ َق َ الص ََّ ِة َم ْرَوا ُن فَ َق َام إِلَْي ِه َر ُج ٌل فَ َق ِ ِبِا ْْلطْب ِة ي وم الْع
َ اُ قَ َّْ تُِرَك َما ُهنَال
ك ْ الص ََّةُ قَ ْب َل
َّ ُا َّ يَّ قَ ْب َل َ َْ َ ُ
وُ " َم َْ َرََى ِمنْ ُك ْم ُمنْ َكًرا فَلْيُ غَيِّ ْرهُ بِيَ َِّ ِه فَِإ ْن
ُ وُ اللَِّه يَ ُق
َ َُ ت َر ِ ِ َ َاُ ََبُو ََعِيَّ َ ََّما َه َذا فَ َق َّْ ق
ُ ضى َما ََلَْيه ََ ْع َ فَ َق
ِ ِ
ِ ََضعف ا ِإلمي َ ََلْ يَ ْستَ ِط َْ فَبِل َسانِِه فَِإ ْن ََلْ يَ ْستَ ِط َْ فَبِ َقلْبِِه َوذَل
19
" ان ُ َْ َ ك
“Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abu Syaibah, telah
menceritakan kepada kami Waki’ dari Sufyan (dalam riwayat lain), telah
menceritakan kepada kami Muhammad bin al-Mutsanna telah menceritakan
kepada kami Muhammad bin Ja’far, telah menceritakan kepada kami Syu’bah,
keduanya dari Qois bin Muslim dari Thariq bin Syihab, dan ini adalah hadis
Abu Bakar. Orang pertama yang berkhutbah pada hari raya sebelum hari raya
19
Muslim bin al-Hajjaj Abu Al-Hasan Al-Qasyriy An-Naisaburiy, Shahih Muslim,... 69.
13
didirikan ialah Marwan. Lalu seorang laki-laki berdiri dan berkata kepadanya.
Shalat hari raya hendaklah dilakukan sebelum membaca khutbah, Marwan
menjawab sungguh, apa yang ada dalam khutbah sudah banyak ditinggalkan.
Kemudian Abu Sa’id berkata sungguh orang ini telah memutuskan
(melakukan) sebagaimana yang pernah aku dengar dari Rasulullah SAW.
bersabda ”Barangsiapa di antara kamu melihat kemungkaran, maka hendaklah
ia mengubahnya dengan tangannya, apabila ia tidak mampu maka dengan
lisannya, apabila tidak mampu maka dengan hatinya, dan yang demikian itu
adalah selemah-lemah iman”.
20
Muhammad bin Isma’il Abu ‘Abdillah Al-Bukhari Al-Ju’fi, Shahih Bukhari (Kairo: Al-
Mathbu’ah As-Salafiyah), jilid 2, 493.
14
Adapun tujuan dakwah, pada dasarnya dibedakan dalam dua macam tujuan,
yaitu:
1) Tujuan Umum Dakwah (Mayor Objective)
Tujuan umum dakwah, merupakan sesuatu yang hendak dicapai dalam
seluruh aktivitas dakwah. Ini berarti tujuan dakwah masih bersifat umum dan
utama, dimana seluruh gerak langkahnya proses dakwah harus ditujukan dan
diarahkan kepadanya. Dakwah bertujuan untuk memanggil manusia kembali pada
syariat atau hukum-hukum agama, dapat mengatur dirinya sesuai dengan
ketentuan agama. Disini, agama bukan sekedar sistem kepercayaan saja, tetapi
didalamnya terdapat multi sistem untuk mengatur kehidupan manusia, baik dalam
garis vertikal dengan Allah SWT, maupun horizontal dengan manusia dan
lingkungannya.21
Terhadap tujuan ini, penyampaian dakwah lebih dititikberatkan pada upaya
memberikan gambaran sejelas mungkin tentang bagaimana konsep Islam
mengatur kehidupan manusia. Bahkan dari hal-hal kecil seperti buang hajat,
keluar rumah, bahkan bercermin sekalipun, diatur sedemikian rupa dengan
rangkaian doa serta adab-adabnya. Sehingga hal-hal tampak sepele dalam
pandangan manusia tersebut, justru bernilai ibadah di sisi Allah SWT. 22
2) Tujuan Khusus Dakwah (Minor Objective)
Tujuan khusus dakwah, merupakan perumusan tujuan dan penjabaran dari
tujuan umum berdakwah. Tujuan ini dimaksudkan agar dalam pelaksanaan
seluruh aktivitas dakwah dapat jelas diketahui kemana arahnya, ataupun jenis
kegiatan apa yang hendak dikerjakan, kepada siapa berdakwah, dengan cara apa,
bagaimana, dan sebagainya secara terperinci. Sehingga tidak terjadi overlapping
antara juru dakwah yang satu dan yang lainnya hanya karena masih umumnya
tujuan yang hendak di capai.23
Adapun tujuan khusus berdakwah diantaranya:
Mengajak umat manusia yang telah memeluk agama Islam untuk
selalu meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT.
21
Ibid. 59.
22
Ibid. 59.
23
Ibid. 60.
15
24
Samsul Munir Arifin, Ilmu Dakwah, (Jakarta, Amzah 2009), 106.
25
Ibid., 107.
16
26
Ibid., 108.
27
M. Munir. Metode Dakwah. (Jakarta: Kencana, 2009), 9
17
Dengan banyaknya sarana yang ada maka da’i dai harus dapat memilih
sarana yang paling efektif untuk mencapai tujuan dakwah. Tentunya dengan
pemilihan yang tepat atau dengan menetapkan prinsip-prinsip pemilihan sarana.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada waktu memilih sarana adalah
sebagai berikut.
Tidak ada satu sarana pun yang paling baik untuk keseluruhan
masalah atau tujuan dakwah. Sebab setiap sarana memiliki
karakteristik (kelebihan, kekurangan, keserasian) yang berbeda-
beda.
Sarana yang dipilih sesuai dengan tujuan dakwah yang hendak
dicapai.
Sarana yang dipilih sesuai dengan kemampuan sasaran dakwahnya.
Sarana yang dipilih sesuai dengan materi dakwahnya.
Pemilihan sarana hendaknya dilakukan dengan cara objektif.
Pemilihan sarana bukan atas dasar kesukaan da’i.
Kesempatan dan ketersediaan sarana perlu mendapat perhatian.
Efktivitas dan efisiensi harus diperhatikan.
F. Metode penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Metode merupakan cara kerja yang harus dilalui dalam rangka melakukan
pendalaman objek yang dikaji. Maka disini perlu penulis tentukan bagaimana cara
kerja penelitian dalam skripsi ini. Adapun metode yang penulis gunakan dalam
penelitian ini adalah metode kualitatif dan bersifat deskriftip-analitis. Dalam
prosesnya nanti, penelitian ini tidak hanya menggambarkan bagaimana keadaan
dan langkah yang ditempuh oleh Rumah Tahfizh al-Qur’an dalam upaya
pemberantasan buta aksara, namun penulis juga akan menganalisa sejauh mana
peran Rumah Tahfidz dalam upaya memberantas buta aksara al-Qur’an.29
Sesuai dengan permasalahan yang dikaji, maka pada penelitian ini penulis
akan menggunakan pendekatan sosio-historis. Pendekatan sosial penulis gunakan
untuk mengamati dan mengetahui apa saja yang menjadi problem besar dan faktor
yang melatar belakangi buta aksara al-Qur’an, dan Strategi apa yang digunakan
oleh pihak Rumah Tahfizh dalam upaya memberantas buta aksara al-Qur’an, serta
sejauh mana Peran Rumah Tahfizh dalam upaya memberantas buta aksara al-
Qur’an. Sedangkan pendekatan historis akan penulis gunakan untuk mengetahui
sejarah berdirinya rumah tahfizh, visi dan misinya dalam upaya memberantas buta
aksara al-Qur’an.
2. Setting dan Subjek Penelitian
Setting penelitian dalam kajian ini adalah Rumah Tahfizh Mahir Qur’an
Rayhana Maulidiya Kebun Handil Kec. Jelutung Kota Jambi. Pemilihan setting
ini didasarkan atas pertimbangan rasional dan ekonomis. Dikatakan rasional
karena Rumah Tahfizh Mahir Qur’an Rayhana Maulidiya merupakan Rumah
Tahfizh yang bersifat mandiri, maksud mandiri adalah, pendanaan untuk
pengelolaan Rumah Tahfizh bersumber dari dana peribadi (gratis bagi para santri).
28
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balain
Pustaka, 2002), 17
29
Winarno Surakhmad, pengantar penelitian ilmiah, ( Bandung: tarsito, 1982), 141
19
Rumah Tahfizh yang mandiri ini tentu banyak diminati oleh para calon santri, dan
santri yang berada di Rumah Tahfizh tersebut berasal dari berbagai latar belakang
ekonomi, mulai dari yang memiliki ekonomi menengah ke bawah hingga mengah
atas. Selanjutnya dikatakan Ekonomis, dikarenakan penulis sendiri termasuk salah
seorang yang berdomisili di daerah Rumah Tahfizh tersebut.
Sedangkan subjek dalam hal ini adalah responden dan informan yang akan
dimintai keterangan. Mengingat subjek yang baik adalah subjek yang terlibat
aktif, cukup mengetahui, memahami, atau berkepentingan dengan aktivitas yang
akan diteliti, serta memiliki waktu untuk memberikan informasi secara benar, 30
maka subjek dalam penelitian kali ini akan difokuskan kepada, pendiri, ketua,
sekretaris, bendahara dan para ustadz-ustadzah.
3. Sumber dan Jenis Data
Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari, manusia, situasi, dan
dokumentasi. Sumber data manusia berbentuk perkataan maupun tindakan orang
yang bisa memberikan data melalui wawancara. Sumber data suasana/peristiwa
berupa suasana yang bergerak (peristiwa) ataupun diam (suasana), meliputi
ruangan, suasana, dan proses. Sumber data dokumenter atau berbagai referensi
yang menjadi bahan rujukan dan berkaitan dan berkaitan langsung dengan
masalah yang diteliti.31
Sedangkan jenis data terdiri dari dua macam, di antaranya:
a. Primer
Data primer dalam kajian ini adalah data yang diperoleh langsung dari
sumber pertama melalui observasi atau wawancara di lapangan. Dalam hal ini
yang akan dicari adalah Peran Rumah Tahfizh Mahir Qur’an Rayhana Maulidia
dalam upaya memberantas buta aksara al-Qur’andi Kota Jambi.
30
Mohd. Arifullah dkk, Panduan Penulisan Karya Ilmiah Mahasiswa Fakultas Ushuluddin
Iain Sulthan Thaha Saifuddin Jambi (Jambi, Fakultas Ushuluddin, 2016), 61-62.
31
Ibid., 62. Lihat juga Mattheu B. Miles dan A Meichael Uberman, Qualitative Data
Analisis a Source Book of New Methoids ( Baverly hills: Sage Publications, 1984), 21-24.
20
b. Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber kedua berupa
dokumentasi serta peristiwa yang bersifat lisan dan tulisan yang berkaitan dengan
Peran Rumah Tahfizh Mahir Qur’an Rayhana Maulidia Kota Jambi.
4. Metode Pengumpulan data
Metode pengumpulan data yang penulis gunakan adalah sebagai berikut:
a. Interview
Metode interview adalah suatu proses dialog yang dilakukan pewawancara
untuk memperoleh informasi data wawancara dimana menghendaki komunikasi
langsung antar pewawancara dengan orang yang diwawancarai.32 Jenis interview
yang penulis gunakan adalah interview bebas terpimpin, yaitu merupakan
kombinasi antara interview tak terpimpin, yaitu terpimpin dengan kebebasan akan
mencapai kewajaran secara maksimal dapat memperoleh data secara mendalam.
Untuk mempermudah dalam pengumpulan data, peneliti melakukan interview
kepada pihak pengasuh dan wali santri, bagaimana Peran Rumah Tahfizh al-
Qur’an sebagai sarana dakwah dalam upaya pemberantasan buta aksara al-Qur’an.
Untuk mendapatkan gambaran umum Peran Rumah Tahfizh dan Strategi dakwah
yang dipakai. Pengurus beserta tenaga pengajar di interview delapan orang dan
wali santri sebanyak lima orang dengan metode ini peneliti memperoleh
informasi mengenai Peran Rumah Tahfizh sebagai sarana dakwah dalam upaya
pemberantasan buta aksara al-Qur’an di Kota Jambi.
b. Metode Observasi
Observasi dapat diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan dengan
sistematik tentang fenomena-fenomena yamg diselidiki. Kegunaanya adalah untuk
mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan langsung terhadap
masalah yang dianggap perlu secara sistematis terhadap obyek yang diteliti.
Dalam observasi ini peneliti mengamati secara langsung, mencatat
menganalisis dan selanjutnya membuat kesimpulan tentang bagaimana Peran
Rumah Tahfizh Mahir Qur’an Rayhana Maulidia dalam upaya pemberantasan
buta aksara al-Qur’an serta peran pemerintah yang menjadi kewajiban untuk hal
32
Sugiono, Pedoman Penelitian (2003), 126.
21
tersebut. Hal ini dilakukan guna mendapatkan informasi yang relevan dengan
topik penelitian ini. Yang di observsi disini adalah sejauh mana peran rumah
tahfizh dalam upaya pemberantasan buta aksara al-Qur’an di Kota Jambi.33
c. Metode Dokumentasi
Dokumentasi adalah metode yang menggunakan data yang sudah tersedia
yang berupa data verbal maupun non verbal. Misalnya data yang dapat pada surat-
surat, catatan harian, jurnal, laporan-laporan dan sebagainya untuk kelengkapan
data penelitian. Metode dokumentasi ini digunakan untuk mendukung data lain
yang telah dikumpulkan melalui wawancara dan observasi.
Dalam penelitian ini penulis mengumpulkan data-data untuk melengkapi
penelitian yaitu dengan mencari data dari arsip dan dokumen dan melakukan
kegiatan yang berkaitan dengan Peran Rumah Tahfizh Mahir Qur’an Rayhana
Maulidia Kota Jambi.
5. Metode/Tehnik Analisis Data
Analisis data yang penulis gunakan adalah deskriptif-anlitis yakni apabila
data yang sudah terkumpul kemudian diklarifikasikan dan disusun menurut
kategori-kategori yang ada kemudian menyajikan dalam bentuk laporan sesuai
dengan kenyataan yang ada. Kemudian kenyataan tersebut dipelajari, dipahami
dan dinalisis secara terperinci guna memperoleh kesimpulan.
Menurut Lexy J. Meleong, bahwa langkah-langkah yang dilakukan dalam
menganalisis data adalah sebagai berikut:34
a. Reduksi Data
Reduksi data dalam penelitian ini yang dimaksud adalah untuk merangkum
data yang akan dipilh terutama yang pokok dan yang terpenting untuk dicari pola
temanya, dari reduksi data selanjutnya dilakukan dengan membuat abstraksi
tentang Peran Rumah Tahfizh Mahir Qur’an Rayhana Maulidia dalam
pemberantasa buta aksara al-Qur’an.
33
Ibid., 10
34
Leexy J Meleong, MetodologiPenelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rozdakarya, 1996),
hlm 178
22
b. Deskripsi Data
Deskripsi data dalam penelitian ini yaitu menguraikan segala sesuatu yang
terjadi dalam pelaksanaan Peran Rumah Tahfizh sebagai sarana dakwah dalam
upaya pemberantasan buta aksara al-Qur’an di Kota Jambi. Pendeskripsian ini
dilakukan berdasarkan apa yang dilihat atau diperoleh selama penelitian.
35
Ibid., 65
23
kesalahan data yang timbul dari kesalahan responden yang memberikan data
secara tidak tepat36.
c. Trianggulasi
Trianggulasi adalah tekhnik pengumpulan data dan sumber data yang telah
ada. Bila peneliti melakukan pengumpulan data dengan trianggulasi, maka
sebenarnya peneliti mengumpulkan data yang sekaligus menguji kredibilitas data,
yaitu dengan berbagai tekhnik pengumpulan data dan berbagai sumber data.37
d. Diskusi dengan teman sejawat
Diskusi merupakan langkah akhir untuk menjamin keabsahan data, peneliti
akan melakukan diskusi dengan teman-teman sejawat, guna memastikan bahwa
data yang diterima benar-benar nyata dan bukan persepsi sepihak dari peneliti atau
informan. Melalui cara tersebut peneliti mengharapkan mendapatkan sumbangan,
masukan, dan saran yang berharga dan konstruktif dalam meninjau orisinalitas
data yang telah didapatkan.
H. Studi Relevan
Penulis menyadari bahwa dalam beberapa tahun terakhir ini, Rumah Tahfizh
menjadi “idola” baru bagi para peneliti, baik penelitian yang bersifat kuantitatif
maupun kualitatif. Selain itu sarana dakwah dan buta aksara al-Qur’an juga
merupakan “idola” para peneliti. Kesadaran penulis tersebut berbanding lurus
dengan yang penulis temukan di lapangan, penulis menemukan telah ada beberapa
karya yang membahas tentang peran Rumah Tahfizh al-Qur’an, Sarana Dakwah
dan Buta Aksara al-Qur’an, diantaranya:
Reni Fadilah dalam Skripsinya yang berjudul Efektivitas Pembinaan Tajwid
Dan Tartil Untuk Meningkatkan Kualitas Bacaan Alquran Ustadz-ustadzah
Rumah Tahfizh Qurrata ‘ayun Kota Gede Yogyakarta. 38 Skripsi ini membahas
36
Ibid., 66
37
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, Dan R & D,(
Bandung: ALFABETA,2010), 330.
38
Reni Fadilah, Efektivitas Pembinaan tajwid dan Tartil Untuk Meningkatkan Kualitas
Bacaan Alquran Ustdz-ustadzah Rumah Tahfidz Qurrota A’yun Kotagede Yogyakarta
(Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2012). Lihat juga Skripsi oleh Esan Bayu
Mahardika, Peran Rumah Tahfidz Zulfa Qurrata A’yun Dalam Pemberdayaan Masyarakat Di
Desa Prbayan Kotagede Yogyakarta (Yogyakarta, Uin Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2013).
24
39
Didik Hartoko, Strategi Pengembangan Organisasi Rumah Tahfidz Qu Deresan
Yogyakarta (Yogyakarat: UIN Sunan Kalijaga, 2012.)
40
Ahamad Hasbi, Manajemen Program Pembinaan Santri Di Rumah Tahfidz Al-Aiman
Kembang Baru Maguwoharjo Depok Sleman Yogyakarta (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2011)
41
Esan Bayu Mahardika, Peran Rumah Tahfidz Zulfa Qurrata A’yun Dalam Pemberdayaan
Masyarakat Di Desa Prbayan Kotagede Yogyakarta (Yogyakarta, Uin Sunan Kalijaga
Yogyakarta, 2013).
42
Hadri Hasan, “Respon Masyarakat Terhadap Program Pemberantasan Buta Aksara
Alquran (PBAQ) di Provinsi Jambi Tahun 2012”, Jurnal Akademika, 29, No. 1 (2014)
25
BAB II
GAMBARAN UMUM RUMAH TAHFIZH
43
Maulana, Pembina Rumah Tahfizh Rayhana Maulidia, Wawancara dengan Penulis, 17
April 2017, Rekaman Audio.
26
27
tahfizh ini memang benar-benar menjadi sarana yang tepat untuk mengembangkan
minat dan bakat anak-anak tanpa harus memikirkan beban berapa biaya yang akan
dikeluarkan, karena beliau ingin anak-anak tersebut benar-benar fokus untuk
belajar dan mendalami isi kandungan al-Qur’an .
Pengelola Rumah Tahfizh Mahir Qur’an Rayhana Maulidia diserahkan
sepenuhnya kepada seorang yang ahli dibidangnya, yaitu R.A Suandi, tujuannya
agar manajemen Rumah Mahir Qur’an tersebut berjalan dengan baik dan lancar.
Dibawah pengelolaannya Rumah Tahfizh Mahir Qur’an Rayhana Maulidia ini
sangat cepat berkembang, terhitung dari awal berdirinya rumah Mahir Qur’an ini
hanya memiliki 25 orang santri, seiring berjalannya waktu rumah Mahir Qur’an
Rayhana maulidia semakin terdengar di masyarakat Kota Jambi, karena Rumah
Tahfizh Mahir Qur’an tersebut didukung oleh fasilitas yang lengkap serta tenaga
pengajar yang mumpuni.44
44
Observasi penulis di Rumah Tahfizh Rayhana Maulidia pada tanggal 17 april 2017
28
45
Dokumentasi penulis di rumah tahfizh rayhana maulidia, 16 April 2017. Catatan
dokumentasi
29
46
Daftar struktur nama-nama pengurus rumah Tahfizh Rayhana Maulidia
30
47
Wawancara penulis dengan ust Suandi ketua rumah tahfizh rayhana maulidia, pada
tanggal 16 April 2017. Rekaman audio
31
48
Wawancara penulis dengan ketua rumah tahfizh rayhana maulidia, 16 April 2017, catatan
hasil dokumentasi
32
49
dokumentasi penulis di rumah tahfizh rayhana maulidia, tanggal 11 April 2017, hasil
dokumentasi
33
50
Dokumentasi penulis di Rumah Tahfihz Qu’an Rayhana Maulidia, pada tanggal 20 April
2017, catatan hasil dokumentasi.
35
51
Dokumentasi penulis pada tanggal 11 April 2017
37
52
Supian Ramli, ilmu-ilmu Al-Qur’an Praktis,(Gaung Persada:Jakarta), 190
38
53
Ibid., 193
39
54
Quraish Shihab, lantera AL-qur’an (Mizan Pustaka: Bandung), 23
40
55
Dokumentasi penulis di rumah Tahfizh Rayhana Maulidia, pada tanggal 20 April 2017,
catatan hasil dokumentasi.
41
(bagi yang mendapat jadwal hari selasa, kamis dan sabtu) setiap minggu kedua
dan keempat.56
Selain itu, Rumah Tahfizh Mahir Qur’an Rayhana Maulidia juga
menyediakan kegian ekstra kurikuler berupa pelatihan pencak silat setiap pagi
minggu pada minggu kedua dan keempat, kegiatan ini diikuti oleh seluruh santri,
kegiatan ini bertujuan untuk menjaga kebugaran/kesehatan jasmani, melestarikan
budaya daerah Jambi dan juga untuk mempererat keakraban para santri.
Santri di Rumah Tahfizh Mahir Qur’an Rayhana Maulidia diklasifikasikan
menjadi dua, yaitu santri yang masih Iqra’ dan santri yang sudah al-Qur’an . Oleh
karena itu setiap jam jadwal belajar mengajar, para santri dibagi menjadi dua
kelas, ada kelas Iqra’ dan kelas al-Qur’an . Pada jam 15.00 para asatidz sudah
berada di tempat belajar mengajar di laksanakan, para santri yang datang
diarahkan untuk langsung duduk rapi di kelas masing-masing, untuk kemudian
dilakukan pembacaan do’a sebelum belajar secara bersamaan yang dipimpin
langsung oleh asatidz (bagi yang Iqra’) dan bagi yang al-Qur’an diberi jadwal
masing-masing santri untuk memimpin do’a.57
Selesai santri membaca Do’a, artinya aktivitas belajar-mengajar mulai
dijalankan. Satu persatu santri maju menghadap asatidz untuk diajarkan,
sedangkan santri yang lain diarahkan asatidz untuk Muroja’ah hafalan bagi kelas
al-Qur’an dan kelas Iqro’ diarahkan melancarkan bacaan yang sudah diajarkan,
sambil mendapat giliran belajar dengan asatidz sampai waktu sholat ‘Ashar.
Waktu Sholat ‘ashar masuk, santri diwajibkan untuk melaksanakan sholat
berjamaah yang langsung dipimpin oleh salah satu asatidz, masing-masing santri
putra mendapatkan jadwal Azdan, Iqomah dan do’a setelah sholat, jadwal Azdan
dan Iqomah diperuntukkan santri Al-Qur’an sedangkan Iqomah untuk santri
Iqra’, setelah sholat ‘ashar berjamaah santri kembali lagi ke kelas masing masing
untuk kembali belajar.
Waktu istirahat santri jam 18.00 WIB/lima belas menit sebelum waktu
sholat magrib, jam istirahat itu digunakan santri untuk makan dan
56
Dokumentasi penulis pada tanggal 17 April 2017
57
Observasi penulis pada tanggal 17 April 2017
42
1 Kantor 1 Unit
58
Dokumentasi Rumah Tahfizh Rayhana Maulidia
43
Al-Qur’an 80 buah
9
Iqra’ 70 Buah
10
BAB III
59
Admin, Peran Rumah Tahfizh, di akses melalui alamat
http://rumahtahfidzyogya.blogspot.com/2011/02/, di akses pada tanggal 17 April 2017
44
45
60
Wawancara penulis dengan ustazah M Syukron di Rumah Tahfizh Rayhana Maulidia
pada tanggal 25 April 2017. Catatan hasil wawancara
61
Wawancara penulis dengan ustazah Rohmah di Rumah Tahfizh Rayhana Maulidia pada
tanggal 25 April 2017
46
Dakwah yang efektif ialah dakwah tatap muka, dalam dakwah tatap muka
terjadi saling-silang antara pendakwah dan penerima dakwah. Aspek dialogis
sangat efektif untuk menyampaikan pesan dakwah. Berdakwah yang bersifat
orang per-orang sangat efektif untuk menyampaikan pesan dakwah.
“[U]ntuk kegiatan dan partisipasi yang dilakukan oleh rumah tahfizh ini sangat
banyak dan cukup memuaskan, apabila ada ajang perlombaan yang di
selenggarakan pemda kota Jambi, maka kami mengutus santri di sini untuk
mengikuti perlombaan, adapun hasilnya itu tidak kami permasalahkan yang
terpenting anak-anak disini berani tampil, dalam beberapa ajang perlombaan kami
cukup puas dengan hasil yang di dapatkan anak-anak di sini.’’
62
Wawancara dengan Ustadz Zulfikar di Rumah Tahfizh Raihana Maulidia pada tanggal 17
April 2017. Catatan hasil wawancara.
47
Menurut data yang peneliti dapatkan, ketika ajang perlombaan Jambi TV,
rumah tahfizh Qu’an Rayhana Maulidia mengutus 12 orang santri dan berhasil
mendapatkan juara harapan sebanyak dua orang, ketika pemerintah kota Jambi
mengadakan perlombaan FASI (Festifal anak sholeh Indonesia) yang di adakan
pada tahun 2017 Rumah Tahfizh Mahir Qur’an Rayhana Maulidia mengirim 20
orang santri untuk mengikuti perlombaan FASI tingkat Kota Jambi, di ajang
tersebut Rumah Tahfizh Mahir Qur’an Rayhana Maulidia berhasil menyabet 5
juara dari 5 cabang lomba yang berbeda, prestasi ini sangat membanggakan
segenap ustazd yang mengajar, artinya peran rumah tahfizh rayhana maulidia
sangat aktif dan diperhitungkan di Kota Jambi, Ustazd Suandi mengatakan
“Ketika perlombaan Fasi tingkat Kota kemaren, alhamdulillah anak-anak kami
disini berhasil mendapatkan juara Adzan, Tilawah, Ceramah, Hafalan juz 30,
prestasi ini sungguh membanggakan bagi kami, karena rumah tahfizh kami layak
diperhitungkan.”63
63
Observasi penulis pada tanggal 20 april 2017.
48
64
Zakiah Daradjat, Pendidikan Agama Dalam Pendidikan Mental (Jakarta: Bulan
Bintang, 1975), 38.
49
Dari wawancara diatas, maka penulis dapat memahami bahwa rumah tahfizh
rayhana maulidia bekerja sama dengan travel umroh Syeikh Ali Jabir, hal ini
suapaya menambah minat masyarakat untuk memasukkan anak-anaknya dirumah
tahfizh rayhana maulidia, kita mengetahui bahwa syrikh Ali Jabir mempunyai
nama besar di masyarakat Indonesia, beliau seorang hafizh qur’an dan juga
seorang da’I atau pendakwah, nama besar Syeikh Ali Jabir inilah yang diharapkan
oleh Ustadz Suandi agar mampu menambah minat masyarakat agar memasukkan
anaknya di rumah tahfizh rayhana maulidia, hal ini terbukti dengan semakin
banyaknya minat masyarakat memasukkan anaknya di rumah tahfizh ini, sesuai
dengan data peneliti dapat saat ini ada 317 santri yang aktif belajar, al-Qur’an
sebagai pedoman umat islam sebagai pembeda antara hak dan bathil.
Selain itu, peneliti melihat bahwa rumah tahfizh rayhana maulidia tidak
memberatkan biaya pendaftaran, biaya spp perbulan dan biaya wisuda, bahkan
santri yang masuk dan belajar di rumah tahfizh disini digratiskan seluruh biaya
pembayaran, hal ini menambah minat masyarakat agar memasukkan anaknya
dirumah tahfizh rayhana maulidia karena orang tua santri tidak dibebankan biaya
spp dan biaya lainnya, karena sudah di fasilitasi oleh donatur, wawancara dengan
bendahara umum rumah tahfizh rayhana maulidia, tentang keuangan dan biaya
masuk rumah tahfizh rayhana maulidia, Ibu Kartini mengatakan:
“[U]ntuk biaya masuk santri disini itu gratis, mulai dari biaya masuk, biaya spp
setiap bulan, biaya wisuda, biaya mengikuti perlombaan itu semuanya gratis dan
tidak di pungut biaya satu % pun, bahkan jika santri yang berprestasi di rumah
tahfizh ini kami berikan hadiah berupa buku tulis, piagam, dan uang saku,
tujuannya agar menambah semangat belajar dan menghafal anak-anak disini,
65
Wawancara penulis dengan Ustadz Suandi di Rumah Tahfizh Rayhana Maulidia, pada
tanggal 17 April 2017. Catatan hasil wawancara.
50
sedangkan untuk biaya operasional para ustadz dan guru yang mengajar dsini itu
di fasilitasi dan di biayai oleh donatur.”66
66
Wawancara dengan Ibu Kartini, Sekretaris Rumah Tahfizh Rayhana Maulidia, pada
tanggal 20 April 2017, catatan hasil wawancara.
67
Wawancara dengan Ustad Gatot Widodo di Rumah Tahfizh Rayhana Maulidia pada
tanggal 25 April 2017. Catatan hasil wawancara.
51
68
Wawancara dengan Ustad Syukron di Rumah Tahfizh Rayhana Maulidia pada tanggal
25 April 2017. Catatan hasil wawancara.
52
BAB IV
FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT RUMAH TAHFIZH
MAHIR QUR’AN RAYHANA MAULIDIA KOTA JAMBI DALAM
UPAYA PEMBERANTASAN BUTA AKSARA AL-QUR’AN
69
rekontruksi pemikiran dakwah islam hlm 35
70
)٥( )ََلَّ َم اإلنْ َسا َن َما ََلْ يَ ْعلَ ْم٤( )الَّ ِذي ََلَّ َم بِال َْقلَ ِم٣( ُك اِل ْكَرم
َ ُّ)اقْ َرَْ َوَرب٢( َِ)خلَ َِ اإلنْ َسا َن ِم َْ ََل
ِ ِّاقْ رَْ بِاَ ِم رب
َ ١( َِ َك الَّذي َخل
َ َ ْ َ
1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan,
2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,
4. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam[1589],
5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
52
53
71
Quraish Shihab membumikan Al-qur’an Membumikan alquran (Bandung, Mizan
1003),168
72
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balain
Pustaka, 2002), 17
54
A. Faktor Pendukung
Faktor pendukung menjadi faktor penting dalam upaya pemberantasan buta
aksara al-Qur’an, adapun beberapa faktor pendukung diantaranya sebagai berikut:
1. Metode Pengajaran
Kota Jambi adalah kota yang semakin berkembang, dari infrastrukur dan
penataan kota yang mengalami perubahan. Tempat pengajian mungkin masih
menjamur. Namun kondisi yang berbeda-beda akan terjadi di tempat-tempat
tertentu yang langka ustadz. Perhatian pemerintah terhadap pemberantasan buta
aksara al-Qur’an belum terealisasi dengan baik, ditandai dengan banyak
berdirinya lembaga-lembaga pendidikan yang besifat mandiri, seperti SDIT dan
Rumah Tahfizh.
Ini menunjukkan ketidakpuasan masyarakat terhadap program unggulan
pemerintah kota Jambi, yang menggalakkan pengajian antara magrib dan Isya
(PAMI) di Masjid atau musholla se Kota Jambi. Dikarenakan dalam
pelaksanaannya yang belum maksimal, karena waktu yang tersedia sangat terbatas
dan guru/utsad yang sangat minim metode dalam proses belajar-mengajar al-
Qur’an.
Miskinnya metode dan sarana pengajaran dan guru yang bersukukuh
menerapkan metode pengajaran yang menyebabkan kebosanan dalam benak anak,
Hal itu menyebabkan anak tidak termotivasi untuk mengikuti kegiatan belajar
terutama dalam belajar al-Qur’an.
Seorang guru yang berpengalaman dapat menyuguhkan materi kepada
santri, dan santri mudah menyerapkan materi yang disampaikan oleh seorang guru
secara sempurna dengan mempergunakan metode yang dikembangkan dengan
dasar pengalamannya, metode tersebut dapat digunakan secara variatif, dalam
55
artian tidak menggunakan satu metode saja, artinya metode yang diterapkan oleh
para guru berbeda-beda sesuai dengan situasi dan kondisi yang terjadi ketika itu.
Wawancara dengan ustadz Zulfikar tentang metode yang diterapkan para
guru:74
[J]adi untuk metode yang sayo gunokan ,sayo Fokus menggunakan metode
bunyi,misalnyo ketiko sayo mengajar huruf tsa,sayo melafazkan terlebih dahulu,
baru kemudian anak-anak mengikuti, sampai anak-anak tu benar-benar tau caro
melafazkan huruf tsa dengan baik dan benar. Ketika sayo mengajar sayo
memfokuskan dengan metode ini.’’
Menurut penuturan ustad Zulfikar diatas, maka dapat peneliti pahami bahwa
metode yang digunakan ustadz Zulfikar menggunakan metode shautiyyah (metode
bunyi), yakni dimulai dengan bunyi huruf aksara, bukan nama-nama huruf contoh
: Aa-Ba-Ta dst. Dari bunyi ini disusun menjadi satu kata yang kemudian menjadi
kata atau kalimat yang teratur. Misalnya tsa-tsi-tsu-bats.Dalam observasi penulis
metode yang digunakan ustad Zulfikar sangat efektif, karena metode ini sangat
mudah dipahami dan dicerna oleh anak-anak dirumah tahfizh Rayhana maulidia.
Kemudian metode ini juga digunakan dalam keseharian anak-anak dalam proses
belajar, hasilnya anak-anak dapat melafazkan huruf hijaiyah dengan baik dan
benar ketika metode shautiyyah,
Dalam pola pengajaran al-Qur'an terutama dalam aspek bacaan aksara al-
Qur'an, memiliki metode dan strategi tertentu. Dalam buku Pedoman Pengajian al-
Qur'an yang diterbitkan Departemen Agama, menyebutkan empat metode yang
digunakan oleh sebagian guru dalam mengajarkan aksara al-Qur'an, yakni: 75
1. Metode tarkibiyah (metode sintetik), yakni metode pengajaran membaca
dimulai dari mengenal huruf hijaiyyah. Kemudian diberi tanda baca/harakat,
lalu disusun menjadi kalimat (kata), kemudian dirangkaian dalam suatu
jumlah (kalimat).
2. Metode shautiyyah (metode bunyi), yakni dimulai dengan bunyi huruf
aksara, bukan nama-nama huruf contoh : Aa-Ba-Ta dst. Dari bunyi ini
74
Ustadz Zulfikar, guru di Rumah Tahfizh Rayhana Maulidia, wawancara dengan penulis
tanggal 16 April 2017.
12 Quraish Shihab Membumikan Al-qur’an, (Bandung-Mizan 1994). 312
56
disusun menjadi satu kata yang kemudian menjadi kata atau kalimat yang
teratur.
3. Metode musyafahah (metode meniru), adalah meniru dari mulut ke mulut
atau mengikuti bacaan seorang guru, sampai hafal. Setelah itu, baru
diperkenalkan beberapa buah huruf beserta tanda baca/harakat dari kata-kata
atau kalimat yang dibacanya itu.
4. Metode Jaami'ah (metode campuran), adalah metode yang menggabungkan
metode-metode tersebut di atas (1,2,3) dengan jalan mengambil kebaikan-
kebaikannya disesuaikan dengan situasi dan kondisi.
Di samping itu, ditemukan pula berbagai metode lain dalam literatur yang
berbeda, yang kesemuanya saling melengkapi. Metode-metode yang dimaksud
adalah sebagai berikut :
1. Metode al-Barqi, adalah metode mengembangkan pengajaran baca tulis
dalam berbagai bahasa dengan menggunakan pendekatan global yang
bersifat struktural, analitis dan sistesis (SAS).
2. Metode hattaiyyah, adalah cara belajar al-Qur'an dengan pengenalan huruf,
tanda baca, melalui huruf latin. Awal pengenalan huruf al-Qur'an dimulai
dengan Lam, bukan Alif. Huruf al-Qur'an yang sulit diajarkan, paling akhir
diberikan, sebab agak susah persamaan lainnya.
3. Metode iqra', adalah metode belajar al-Qur'an dengan menggunakan sistem
:76
Cara belajar siswa aktif (CBSA), guru sebagai penyimak saja.
Privat, penyimakan secara seorang demi seorang
Dalam rangka memahami dan menguasai pembacaan aksara al-Qur'an,
maka di masa sekarang telah banyak didirikan lembaga pendidikan Islam, antara
lain banyaknya rumah tahfizh yang berdiri hampir seantero kota jambi, yakni
lembaga atau wadah, tempat anak-anak menerima pelajaran baca tulis al-Qur'an.
Di sinilah anak-anak di didik dan diajarkan bagaimana cara membaca aksara al-
Qur'an Yang baik dan benar. Tujuan pendirian rumah tahfizh adalah sebagai
wadah pembibitan generasi penghafal al-Qur’an sebagai cikal bakal generasi
76
Ibid., 313-314
57
77
Ibid,. 315
58
memiliki fasilitas yang memadai sehingga dapat menarik mninat anak-anak untuk
masuk dan belajar di rumah tahfizh rayhana maulidia:
“[F]asilitas yang kami miliki sangat baik dan setiap tahun dari data yang
kami kumpulkan bahwa santri yang masuk di rumah tahfizh rayhana maulidia
terus bertambah, terbukti dari data yang kami kumpulkan dari tahun 2016 hingga
2018 jumlah santri terus bertambah dan semakin banyak, hingga saat ini jumlah
santri yang mengaji disini berjumlah 317, sehingga kami mengatur ulang waktu
belajar, adapun jam belajar yang pertama di mulai dari pukul 14:00 Wib hingga
pukul 17:00 Wib, jam kedua di mulai dari pukul 17:00 hingga pukul 22:00 Wib,
ini menunjukkan bahwa fasilitas yang memadai menjadi faktor pendukung
keberhasilan rumah tahfizh al-Qur’an rayhana maulidia dalam memberantas buta
aksara al-Qur’an.”
B. Faktor Penghambat
Faktor Penghambat Adalah Indikator Terbesar Dalam Lingkungan
Pendidikan Anak Saat Ini, Hal Ini Tidak Bisa Di Pungkiri, Ke Khusyukan Anak-
Anak Saat Belajar Al-Qur’an Sudah Terganggu Oleh Berbagai Hiburan. 78
1. Faktor Orangtua
Kiranya, Tidak Berlebihan Jika Dikatakan Bahwa Syarat Utama Dalam
Mendidik Anak Adalah Kesadaran Orangtua Terhadap Perilaku Dan Kepribadian
Anak, Karena Orangtua Adalah Madrasah Al-ula bagi buah hatinya.79 Hanya saja
yang menjadi problem kekinian adalah minat orangtua yang cenderung
memprioritaskan sekolah–sekolah umum, sementara menomorduakan pendidikan
berbasis al-Qur’an. Mereka memilih untuk mengarahkan anaknya mengikuti les
olah raga, matematika, bahasa Inggris dan program-program lainnya: dengan
asumsi bahwa pendidikan umum lebih menjanjikan kesejahteraan dari pada
pendidikan agama. Hal ini pada akhirnya berimplikasi menurunnya minat anak
terhadap al-Qur’an.
78
Ibid.,208
79
Ibid,. 214
59
Dari hasil wawancara penulis dengan Zulfikar salah seorang ustadz rumah tahfidz
beliau mengatakan :
[O]rangtua lebih cendrung mementingkan jadwal les anaknya ketimbang
memproritaskan untuk mengikuti jadwal belajar mengajar di Rumah Mahir
Qur’an Rayhana Maulidia, yang mana mereka meliburkan setiap jadwal belajar
mengaji, jika terdapat jadwal les yang bersamaan dengan jadwal belajar
mengaji. Dengan demikian membuat minat anak tidak tumbuh untuk belajar al-
Qur’an.80
80
Zulfikar, pengajar/ustadz, Wawancara Dengan Penulis, 28 Desember 2017, Rumah
Tahfizh Rayhana Maulidia, Catatan Penulis.
81
Maskur, Wali Santri, Wawancara Dengan Penulis 17 april 2017. Kota Jambi. Rekaman
Audio.
60
82
Ibid., 208
61
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Peran Rumah Tahfizh dalam pelaksanaan pemberantasan buta aksara al-
Qur’an adalah sebagai wadah baru, Rumah Tahfizh Rayhana Maulidia
memfasilitasi seluruh proses pelaksanaan kegiatan belajar al-Qur’an yang
bertujuan untuk memberikan pengertian dasar kepada santri tentang tata
cara membaca al-Qur’an dengan baik dan benar agar dalam prakteknya
para santri tidak melakukan kesalahan dalam membaca al-Qur’an., tujuan
dari pembelajaran tersebut untuk memberikan wawasan terhadap para
santri supaya lebih baik tentang penguasaan dalam membaca al-Qur’an
dan membangkitkan kesadaran yang dimiliki santri untuk dikembangkan
supaya bisa menghafal al-Qur’an.
2. Dalam proses belajar terlebih dahulu dilakukan dengan mengajarkan
cara membaca Huruf Hijaiyah dan Iqro’ dari 1-6. Selanjutnya para santri
mulai diperkenalkan al-Qur’an seutuhnya serta diberikan pemahaman
tentang tata cara membaca al-Qur’an dengan ilmu tajwid yang benar,
selanjutnya memberikan hafalan surat surat pendek (Juz ‘Amma).
3. Hasil proses belajar di Rumah Tahfizh Rayhana maulidia sangat efektif,
santri yang aktif dalam mengikuti proses belajar-mengajar sebagian
besar dapat membaca al-Qur’an yang baik dan benar sesuai dengan ilmu
tajwid.
B. Implikasi Penelitian
Setelah memperhatikan uraian serta keterangan yang diperoleh dari lokasi
penelitian mengenai peran Rumah Tahfizh Rayhana dalam pemberantasan buta
aksara al-Qur’an, penyusun perlu memberikan masukan-masukan ataupun saran
yang mungkin dapat dapat menjadikan suatu kontribusi bagi pihak-pihak
bersangkutan. Saran yang penyusun sampaikan sebagai berikut:
62
63
1. Bagi pengurus (para ustadz dan ustazah) Rumah Tahfizh Mahir Qur’an
Rayhana Maulidia, supaya dalam proses belajar belajar mengajar untuk lebih
memaksimalkan waktu yang ada, karena menurut peneliti dengan jumlah santri
yang terbilang banyak, dengan tenaga pengajar yang minim, apabila waktu
tidak dipergunakan dengan sebaik-baiknya, maka akan mengalami penurunan
kualitas bacaan yang baik dan benar sesuai dengan kaedah ilmu tajwid.
2. Untuk fasilitas yang ada di Rumah Tahfizh menurut peneliti harus ada
penambahan alat-alat lainnya untuk menunjang kegiatan belajar Santri.
3. Bagi santri supaya lebih aktif dalam mengikuti proses belajar mengajar supaya
mampu mengusai bacaan al-Qur’an yang baik dan benar sesuai hukum tajwid
yang diajarkan oleh para Ustadz dan ustazah.
64
DAFTAR PUSTAKA
A. Al-Qur’an
B. Karya Ilmiah
Al-Bukhari, Muhammad bin Isma’il Abu ‘Abdillah, Shahih Bukhari (Kairo: Al-
Mathbu’ah As-Salafiyah)
At-Thabrani, Sulaiman bin Ahmad bin Ayyub bin Muthir, al-Mu’jam al-Kabir
(Kairo, Maktabah Ibnu Taimiyah, t.t)
Mahardika, Esan Bayu, Peran Rumah Tahfidz Zulfa Qurrata A’yun Dalam
Pemberdayaan Masyarakat Di Desa Prbayan Kotagede Yogyakarta
(Yogyakarta, Uin Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2013).
C. Website
http://metrojambi.com/read/2015/06/07/934/5-ribu-warga-jambi-buta-aksara-
alquran
https://jambi.kemenag.go.id/berita/103216/kanwil-kemenag-prov-jambi
melakukan-verifikasi-data-buta-aksara-Alquran
http://ulumulislam.blogspot.com/2014/04/pengertian-al-quran-menurut-
bahasa.html#.W_gsBB-YTIU.
66
- Dokumentasi melaksanakan
pembinaan Rumah
Tahfizh (ketua Rumah
Tahfizh)
A. Panduan Observasi
No Jenis Data Objek Observasi
B. Panduan Dokumentasi
No Jenis Data Data Dokumenter
C. Butir-butir Wawancara
No Jenis Data Sumber Data dan Substansi
Wawancara
JADWAL PENELITIAN