Anda di halaman 1dari 85

PERAN RUMAH TAHFIZH AL-QUR’AN SEBAGAI SARANA

DAKWAH DALAM UPAYA PEMBERANTASAN BUTA


AKSARA AL-QUR’AN
(STUDI KASUS RUMAH TAHFIZH MAHIR QUR’AN
RAYHANA MAULIDIA KOTA JAMBI).
SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana


Strata Satu (S.1) dalam Ilmu Komunikasi dan Penyiaran Islam
Fakultas Dakwah

Oleh:
ARIPIL KOBRI
NIM : UK. 131239

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM


FAKULTAS DAKWAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN
JAMBI
2019

1
2

Dr. H. Muh. Rusydi, M. Ag. Jambi, 27 Mei 2019


Dr. Sahmin Batubara, M. HI

Alamat : Fak. Dakwah Kepada Yth


UIN STS Jambi Bapak Dekan
Jl. Raya Jambi-Ma. Bulian Fak. Dakwah
Simp. Sungai Duren
Muaro Jambi UIN STS Jambi

di-
JAMBI

NOTA DINAS

Assalamu’alaikumWr. Wb

Setelah membaca dan mengadakan perbaikan sesuai dengan persyaratan


yang berlaku di Fakultas Dakwah UIN STS Jambi, maka kami berpendapat bahwa
Skripsi saudara Aripil Kobri dengan judul ”Peran Rumah Tahfizh al-Qur’an
Sebagai Sarana Dakwah Dalam Upaya Pemberantasan Buta Aksara al-
Qur’an (Studi Kasus Rumah Tahfizh Mahir Qur’an Rayhana Maulidia Kota
Jambi).”
Telah dapat diajukan untuk dimunaqasyahkan sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S1) Jurusan Komunikasi Dan
Penyiaran Islam dalam Ilmu Komunikasi Dan Penyiaran Islam pada Fakultas
Dakwah UIN STS Jambi.

Demikianlah yang dapat kami sampaikan kepada Bapak, semoga


bermanfaat bagi kepentingan agama, nusa dan bangsa.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Jambi, 27 Mei 2019

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. H. Muh. Rusydi, M. Ag Dr. Sahmin Batubara, M. HI


NIP: 19631231 199401 1005 NIP: 19641205 199803 1 001

ii
3

SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Aripil Kobri


Nim : UK. 131239
Tempat/Tanggal Lahir : Desa Tendah, 08 November 1992
Jurusan : Komunikasi dan Penyiaran Islam
Alamat : Desa Tendah Kec. Cermin Nan Gedang

Dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Skripsi yang berjudul


“Peran Rumah Tahfizh al-Qur’an Sebagai Sarana Dakwah Dalam Upaya
Pemberantasan Buta Aksara al-Qur’an (Studi Kasus Rumah Tahfizh Mahir
Qur’an Rayhana Maulidia Kota Jambi).” Adalah benar karya asli saya, kecuali
kutipan-kutipan yang telah disebutkan sumbernya sesuai ketentuan yang berlaku
di Indonesia dan ketentuan di Fakultas Dakwah UIN STS Jambi, termasuk
pencabutan gelar yang saya peroleh melalui Skripsi ini.

Demikianah Surat Pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya untuk dapat
dipergunakan seperlunya.

Jambi, 27 Mei 2019


Penulis,

Aripil Kobri
UK. 132139

iii
5

MOTTO

.‫حابِه‬
َ ‫َص‬
ْ
ِ
‫ِل‬ ‫اقْ َرءُوا الْ ُقْرآ َن فَِإنَّهُ يَأِِْت يَ ْوَم الْ ِقيَ َام ِة َش ِف ًيعا‬
“Bacalah al-Qur’an maka sesungguhnya ia (al-Qur’an) akan datang pada hari
kiamat sebagai penolong bagi pembacanya”1.

1
Muslim bin al-Hajjaj Abu Al-Hasan Al-Qasyriy An-Naisaburiy, Shahih Muslim,21

v
6

PERSEMBAHAN

Waktu yang sudah kujalani dengan jalan hidup yang sudah menjadi takdirku,
sedih, bahagia, dan bertemu orang-orang yang memberiku sejuta pengalaman
bagiku, yang telah memberi warna-warni kehidupanku.
Kubersujud dihadapan Mu, Engkau berikan aku kesempatan untuk bisa sampai di
penghujung awal perjuanganku, namun aku yakin dan percaya ini bukanlah akhir
dari segala-galanya, tapi ini adalah titik awal kehidupanku dalam menggapai
kebahagiaan dunia dan akhirat, Segala Puji bagi Mu ya Allah,
Alhamdulillah, Alhamdulillah, Alhamdulillahirabbil’alamin,
Sujud syukurku kusembahkan kepadamu Ya Allah atas takdirmu telah kau
jadikan aku manusia yang senantiasa berpikir, berilmu, beriman dan bersabar
dalam menjalani kehidupan ini. Semoga keberhasilan ini menjadi satu langkah
awal bagiku untuk meraih cita-cita besarku.
Dalam silah di lima waktu mulai fajar terbit hingga terbenam..seraya tanganku
menadah”.. ya Allah ya Rahman ... Terima kasih telah kau tempatkan aku diantara
kedua malaikatmu yang setiap waktu ikhlas menjagaku,, mendidikku,,
membimbingku dengan baik,, ya Allah berikanlah balasan setimpal syurga firdaus
untuk mereka dan jauhkanlah mereka nanti dari panasnya api nerakamu..
Kupersembahkan Skripsi ini
Untukmu Bapakku (M. Amin),,,makku (Sunarsih)...Terimakasih....
( ttd.Anakmu)
Dalam setiap langkahku aku berusaha mewujudkan harapan-harapan yang
kalian impikan didiriku, meski belum semua itu kuraih insyaa Allah atas
dukungan doa dan restu semua mimpi itu kan terjawab di masa penuh kehangatan
nanti. Untuk itu kupersembahkan ungkapan terimakasihku kepada family Uni
Desi, Adikku Muhammad Zikwan, adikku Toni Ardi sekaligus segenap Ustadz ku
Pondok Pesantren Al-Mubarak.
Makasih yaa buat segala dukungan dan do’anya
Terima kasih kepada Bapak Dr. H. Muh. Rusydi, M. Ag dan bapak Dr. Sahmin
Batubara, M. HI yang sudi merelakan waktunya untuk membimbingku dan
memberikan saran serta masukan kepada ku.
Hidupku terlalu berat untuk mengandalkan diri sendiri aku tak kuasa tanpa
melibatkan bantuan Allah dan orang lain dalam hidup ini
Tak ada tempat terbaik untuk berkeluh kesah selain bersama sahabat-sahabat
terbaik..
Terimakasih kuucapkan Kepada Teman KPI, Kawan Posko KUKERTA,
Alumni Ma’had Al-Mubarak, teman-teman penjaga masjid beserta Asatidz dan
guru-guruku
Hanya sebuah karya kecil dan untaian kata-kata ini yang dapat
kupersembahkan kepada kalian semua,, Terimakasih beribu terima kasih
kuucapkan...
Jatuh berdiri lagi. Kalah mencoba lagi. Gagal Bangkit lagi.

vi
7

ABSTRAK

Rumah tahfizh merupakan lembaga keagamaan yang memfokuskan


pembelajaran al-Qur’an, sebagai lembaga al-Qur’an yang memiliki daya tarik
tersendiri. Rumah Tahfizh diharapkan menjadi Sarana Dakwah yang benar-benar
memberikan solusi terhadap re-generasi Islam agar lebih mementingkan
pembelajaran al-Qur’an. Permasalahan ini berangkat dari data buta aksara al-
Qur’an yang begitu besar, dan banyak berdiri Rumah Tahfizh di Kota Jambi.
Eksisnya Rumah Tahfizh saat ini diharapkan menjadi Sarana yang tepat untuk
pemberantasan buta aksara al-Qur’an.
Metode yang digunakan kualitatif dan bersifat deskriftip-analitis. Adapun
tujuan dari penelitian. Pertama, ingin mengetahui apa faktor terjadinya buta
Aksara al-Qur’an. Kedua, ingin melihat bagaimana strategi dakwah yang
dilakukan Rumah Tahfizh Mahir Qur’an Rayhana Maulidia dalam upaya
pemberantasan buta Aksara al-Qur’an. Ketiga, ingin mengetahui sejauh mana
peran yang dilakukan Rumah Tahfizh Mahir Qur’an dalam upaya pemberantasan
aksara al-Qur’an.
Hasil analisis yang telah dilakukan bahwasanya, Rumah Tahfizh Mahir
Qur’an Rayhana Maulidia sebagai fasilitator yang memfasilitasi semua kegiatan
belajar-mengajar. Dalam pelaksanaan tersebut Rumah Tahfizh memiliki strategi
yang baik dalam upaya pemberantasan buta aksara al-Qur’an. Dan memiliki
tenaga pengajar yang mumpuni dibidang al-Qur’an. Sedangkan peran yang
dilakukan Rumah Tahfizh Rayhana Maulidia sangat efektif, sebagian besar santri
sudah bisa membaca al-Qur’an dengan baik dan benar.
Namun yang harus penulis garis bawahi bahwa jumlah tenaga pengajar
yang terbilang minim dengan jumlah santri yang ada , maka tenaga pengajar harus
memiliki metode pembelajaran dan etos kerja yang baik, agar kegiatan belajar-
mengajar lebih efektif. Kendala yang dihadapi oleh tenaga pengajar Rumah
Tahfizh adalah tidak konsisten santri dalam mengikuti kegiatan belajar-mengajar.

vii
8

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang maha pengasih dan maha penyayang, atas taufik
dan hidayah-Nya maka penulis dapat meyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan
baik dan benar tanpa ada halangan sedikitpun. Shalawat serta salam senantiasa
tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW sang suri tauladan umat, yang telah
membawa umat-Nya kealam yang terang benderang dengan cahaya iman, takwa
dan ilmu pengetahuan.
Perjalanan panjang bercucuran keringat banting tulang siang dan malam.
perjalanan panjang yang melelahkan ini terasa begitu indah akan selalu penulis
kenang sebagai bahan candaan untuk anak dan istri diwaktu yang telah
ditakdirkan nanti, suka cita senang dan bahagia semua itu telah dirasakan dalam
merampungkan dan menyelesaikan skripsi yang berjudul “Peran Rumah Tahfizh
al-Qur’an Sebagai Sarana Dakwah Dalam Upaya Pemberantasan Buta Aksara al-
Qur’an (Studi Kasus Rumah Tahfizh Mahir Qur’an Rayhana Maulidia). Untuk
mendapat gelar Strata Satu (S1) Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam,
Fakultas Dakwah di UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, pencapaian ini adalah
titik akhir dengan penuh rasa syukur dan bahagia.
Skripsi ini bukanlah hasil karya dari perjuangan diri sendiri, namun banyak
pihak yang turut serta memberi motivasi, bantuan dan dukungan dalam
menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu ucapan terima kasih yang tak terhingga
penulis ucapkan kepada mereka, yaitu:
1. Bapak Dr. H. Muh. Rusydi, M. Ag. Selaku Dosen Pembimbing I dan Bapak
Dr. Sahmin Batubara, M. HI. Selaku Dosen Pembimbing II, yang selalu
meluangkan waktu dalam membimbing dan memotivasi demi kesempurnaan
penyusunan skripsi ini.
2. Ibuk Dian Mursyidah, S.Ag., M.Ag. selaku Dosen Pembimbing Akademik.
3. Bapak Drs. Sururuddin M.Pd selaku ketua prodi Komunikasi dan Penyiaran
Islam (KPI) dan Ibu Mardalina S.Ag. M.Ud. Selaku sekretaris Prodi
Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI).

viii
9

4. Bapak Samsu S.Ag., M.pd,I., Ph.D, selaku Dekan Fakultas Dakwah UIN
Sultan Thaha Saifuddin Jambi.
5. Bapak Dr. Ruslan Abdul Gani, M.Hum. Selaku wakil Dekan I Fakultas
Dakwah UIN Sultan Thaha Saifuddin Jambi.
6. Bapak Dr. H. Hadri Hasan, M.A Selaku Rektor UIN Sultan Thaha Saifuddin
Jambi.
7. Bapak Prof. Dr. H. Su’aidi, MA, Ph.D. Bapak Dr. H. Hidayat, M.Pd, dan Ibu
Dr. Fadhlillah selaku Wakil Rektor I, II, dan III UIN Sultan Thaha Saifuddin
Jambi.
8. Seluruh Dosen Fakultas Dakwah UIN Sultan Thaha Saifuddin Jambi. Terima
kasih banyak atas ilmu yang telah diberikan semoga dapat menjadi bekal bagi
penulis untuk mengaplikasikan ilmu tersebut menjadi suatu ilmu yang
bermanfaat didunia dan di akhirat.
9. Seluruh karyawan dan karyawati dilingkungan akademik Fakultas Dakwah
UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
10. Kepala perpustakaan UIN Sultan Thaha Saifuddin Jambi beserta stafnya serta
kepala perpustakaan wilayah Jambi.
11. Bapak tersayang Muhammad Amin dan Mak Tercinta Sunarsih.
12. Teman-teman jurusan KPI, teman-teman seperjuangan di kampus tercinta dan
kawan-kawan posko Desa Palempang KUKERTA gelombang 2-2016, teman-
teman Alumni Al-Mubarak, teman-teman marbot masjid, terima kasih
sedalam-dalamnya atas semangat dan dukungan kalian, sehingga penulis dapat
terus optimis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak
yang telah berpartisipasi dalam penyusunan skripsi ini. Semoga Allah SWT
melimpahkan ridha dan keberkahan-Nya dalam kehidupan kita.
Jambi, 27 Mei 2019
Penulis

Aripil Kobri
UK. 131239

ix
10

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .........................................................................................i


NOTA DINAS ....................................................................................................ii
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI ...................................iii
PENGESAHAN .................................................................................................iv
MOTTO .............................................................................................................v
PERSEMBAHAN ..............................................................................................vi
ABSTRAK .........................................................................................................vii
KATA PENGANTAR .......................................................................................viii
DAFTAR ISI ......................................................................................................x
PEDOMAN TRANSLITERASI ......................................................................xiii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .........................................................................1
B. Permasalahan ..........................................................................................5
C. Batasan Masalah .....................................................................................5
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian............................................................6
E. KerangkaTeori ......................................................................................16
F. Metode Penelitian .................................................................................17
G. Pemeriksaan Keabsahan Data ..............................................................21
H. Studi Relevan .......................................................................................23

BAB II GAMBARAN UMUM RUMAH TAHFIZH MAHIR QUR’AN


RAYHANA MAULIDIA KOTA JAMBI
A. Sejarah Berdiri Rumah Tahfizh Mahir Qur’an Rayhana
Maulidia ..............................................................................................26
B. Visi, Misi dan Tujuan .........................................................................27
C. Letak Geografis Rumah Tahfizh Mahir Qur’an Rayhana
Maulidia ..............................................................................................28
D. Struktur Organisasi Rumah Tahfidz Mahir Qur’an Rayhana
Maulidia ..............................................................................................29
E. Profil Tenaga Pengajar .......................................................................30
F. Jumlah santri Rumah Tahfizh Mahir Qur’an Rayhana
Maulidia ..............................................................................................31
G. Program dan Kegiatan ........................................................................36

x
11

BAB IV PERAN DAN STRATEGI DAKWAH RUMAH TAHFIZH


MAHIR QUR’AN RAYHANA MAULIDIA KOTA JAMBI
A. Peran Rumah Tahfizh Mahir Qur’an Rayhana Maulidia....................44
B. Strategi Dakwah Rumah Tahfizh Mahir Qur’an Rayhana
Maulidia ..............................................................................................47
BAB IV FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAAMBAT RUMAH
TAHFIZH DALAM U UPAYA PEMBERANTASAN BUTA
AKSARA AL-QUR’AN
A. Faktor Pendukung ...............................................................................54
B. Faktor Penghambat .............................................................................58

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .....................................................................................63
B. Implikasi Penelitian ........................................................................64

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
CURRICULUM VITAE

xi
12

TRANSLITERASI2

A. Alfabet

Arab Indonesia Arab Indonesia


‫ﺍ‬ ̓ ‫ﻁ‬ ṭ
‫ﺏ‬ B ‫ﻅ‬ ẓ
‫ﺕ‬ T ‫ﻉ‬ ‘
‫ﺙ‬ Th ‫ﻍ‬ Gh
‫ﺝ‬ J ‫ﻑ‬ F
‫ﺡ‬ ḥ ‫ﻕ‬ Q
‫ﺥ‬ Kh ‫ﻙ‬ K
‫ﺩ‬ D ‫ﻝ‬ L
‫ﺫ‬ Dh ‫ﻡ‬ M
‫ﺭ‬ R ‫ﻥ‬ N
‫ﺯ‬ Z ‫ﻩ‬ H
‫ﺱ‬ S ‫ﻭ‬ W
‫ﺵ‬ Sh ‫ء‬ ,
‫ﺹ‬ ṣ ‫ﻱ‬ Y
‫ﺽ‬ ḍ

B. Vokal dan Harakat

Arab Indonesia Arab Indonesia Arab Indonesia

َ‫ﺍ‬ A َ‫ﺎ‬ Ā ‫ﺍِﻯ‬ ḭ

‫َﺍ‬ U ‫ﺍﻯ‬ Á ‫ﺍﻭ‬ aw


‫َِﺍ‬ I ‫ﺍﻭ‬ Ū ‫ﺍﻯ‬ ay

2
Tim Penyusun, Panduan Penulisan Karya Ilmiah Mahasiswa Fakultas Ushuluddin IAIN
STS Jambi (Jambi: Fak. Ushuluddin IAIN STS Jambi, 2014), 136-137.

xii
13

C. Tā’ Marbūṭah

Transliterasi untuk Tā’ Marbūṭah ini ada tiga macam:


1. Tā’ Marbūṭah yang mati atau mendapat harakat sukun, maka transliterasinya
adalah /h/.

Arab Indonesia
‫ﺍﻝَﺓ‬ Ṣalāh
‫ﻡﺭَﺍَﺓ‬ Mir’āh
2. Tā’ Marbūṭah hidup atau yang mendapat harakat fathah, kasrah dan dammah,
maka transliterasinya adalah /t/.

Arab Indonesia
‫ﻭﺯﺍﺭﺓَﺍﻝﺕﺭَﺏﻱﺓ‬ Wizārat al-Tarbiyah
‫ﻡﺭَﺍﺓَﺍﻝﺯَﻡﻥ‬ Mir’āt al-zaman

3. Tā’ Marbūṭah yang berharakat tanwin maka transliterasinya adalah


/tan/tin/tun/.

Arab Indonesia
‫ﻑﺝﺉﺓ‬

xiii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Secara bahasa al-Qur’an berasal dari bahasa Arab , yaitu qaraa-yaqrau-
qur’aanan yang berarti bacaan. Qur`aanan berarti qiraatun (bacaannya/cara mem
bacanya). Secara istilah, al-Qur’an diartikan sebagai kalam Allah SWT, yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai mukjizat, disampaikan dengan
jalan mutawatir dari Allah sendiri dengan perantara malaikat jibril dan mambaca
al-Qur’an dinilai ibadah kepada Allah SWT.3
Setiap mukmin yang mempercayai al-Qur’an mempunyai kewajiban dan
tanggung jawab terhadap kitab sucinya, yaitu mempelajarinya dan
mengajarkannya. Belajar dan mengajarkan al-Qur’an dalam Islam dipandang
sebagai pekerjaan yang suci lagi mulia. Rasulullah telah mengatakan dalam hadits
yang diriwayatkan Bukhari: ”Sebaik-baik kamu ialah orang yang mempelajari al-
Qur’andan mengajarkannya”.
Pendidikan yang paling mulia yang diajarkan oleh orang tua kepada anak-
anaknya adalah pendidikan yang bersumber dari al-Qur’an. Karena pemahaman
terhadap al-Qur’an menjadi suatu kepentingan. dalam rangka mengajak umat
Islam untuk dapat membaca dan mengamalkan isi kandungan al-Qur’an adalah
merupakan salah satu sasaran dakwah. Agar dapat memahami isi kandungan al-
Qur’an dengan baik, maka al-Qur’an tersebut terlebih dahulu harus dibaca,
dihafal, dipahami, dikaji dan mengetahui arti dari al-Qur’an itu sendiri. al-Qur’an
merupakan kitab suci bagi umat Islam, dan membacanya merupakan ibadah. 4

3
Admin. Di akses melalui alamat http://ulumulislam.blogspot.com/2014/04/pengertian-al-
quran-menurut-bahasa.html#.W_gsBB-YTIU. Pada tanggal 23 November 2018. Jam 23:40 WIB
4 ِ
ُ ‫يَ بْ َُ نَافَِ ََََََّّنَا ُم َعا ِويَ ُة يَ ْع ِِ ابْ ََ ََ ََّّم ََ َْ ََيَّْ َنَّهُ ََِ ََ ََبَا ََ ََّّم يَ ُق‬
َِ ََّّ ََ ُ‫و‬ ُ ِ‫الرب‬ ْ ‫اْلَ َس َُ بْ َُ ََلِ ٍّي‬
َّ ‫اْلُلْ َوِاِنُّ ََََََّّنَا ََبُو تَ ْوبََة َوُه َو‬ ْ َِِ ََّّ ََ
ِ‫َص َحابه‬ ِ‫وُ اقْ رءوا ال ُْقرآ َن فَإِنَّه يأِِْت ي وم ال ِْقيام ِة َش ِفيعا ِل‬ ِ ِ ِ ِ ِ
ْ ً َ َ َ َْ َ ُ ْ ُ َ ُ ‫صلَّى اهللُ ََلَْيه َو ََلَّ َم يَ ُق‬ َ ‫وُ اهلل‬ َ َُ ‫ت َر‬ ُ ‫اُ ََ ْع‬ َ َ‫ََبُو َ َُم َامةَ الْبَاهل ُّي ق‬.
Muslim bin al-Hajjaj Abu Al-Hasan Al-Qasyriy An-Naisaburiy, Shahih Muslim (Lebanon:
Beirut, t.t) hlm 553. Lihat juga Manna’ al-Qaththan, Mabahist fi Ulum Alquran (Beirut: Dar al-
Mansyurat al-Hadits, 1973), hlm. 21.

1
2

Oleh karena itu membacanya harus dengan cara yang baik dan bacaan yang
sempurna.5
Fenomena saat ini yang terjadi di Kota Jambi, peneliti melihat sangat
banyak rumah tahfizh yang berkembang pesat dan maju, akan tetapi peneliti ingin
melihat seperti apa peran rumah tahfizh saat ini dan bagaimana upaya rumah
tahfizh sebagai sarana dakwah dalam memberantas buta aksara al-Qur’an. Dalam
rangka memahami dan menguasai pembacaan aksara al-Qur’an, maka di masa
sekarang di Provinsi Jambi khususnya Kota Jambi telah banyak didirikan
Lembaga Pendidikan al-Qur’an seperti TKA-TPQ, yakni lembaga dan wadah
tempat anak-anak menerima pelajaran baca tulis al-Qur’an. Di sinilah anak-anak
di didik dan diajarkan bagaimana cara membaca aksara al-Qur’an.
Dewasa ini, upaya pemberantasan bebas buta aksara al-Qur’an di provinsi
jambi telah dilakukan oleh Pemda provinsi jambi, dengan adanya sinyalmen dari
pemerintah Provinsi Jambi yang merupakan salah satu daerah yang sangat peduli
terhadap usaha-usaha untuk mendekatkan masyarakatnya dengan al-Qur’an
sebagai kitab suci yang wajib dipedomani. Salah satunya dengan adanya program
pemberantasan buta aksara al-Qur’an. Telah menjadi sebuah kenyataan dengan
adanya gerakan Pemerintah daerah jambi yang dimotori oleh Gubernur jambi
dengan membuat program tentang peningkatan minat baca tulis al-Qur’an dalam
membasmi buta aksara al-Qur’an. Program ini didorong oleh suatu keinginan
yang sangat luhur, yakni bermaksud meningkatkan kemampuan masyarakat dalam
hal baca tulis al-Qur’an. Sebab, kebiasaan membaca al-Qur’an akan melahirkan
kecintaan terhadap al-Qur’an. Hingga saat ini terdata di Provinsi Jambi ada
hampir 34 ribu lebih anak-anak tidak dapat membaca al-Qur’an.6
Kecintaan terhadap al-Qur’an akan melahirkan motivasi untuk meng-
aktualisasikan ajaran-ajaran dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat.
Kegiatan membaca al-Qur’an bagi setiap Muslim adalah suatu keharusan. Itulah
sebabnya, kalau ayat pertama dari al-Qur’an yang diturunkan adalah (Iqra’) atau

5
َّ‫ َوَد َليه ورتل القرءان ترتي‬Q.S. Al-Muzammil [73]: 4.
6
Admin. Di akses melalui alamat https://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-
nusantara/12/07/26/m7rk96-berantas-buta-aksara-alquran-jambi-kucurkan-rp35-miliar. Pada
tanggal 24 November 2018. Pada pukul 00:42 WIB
3

perintah membaca. Hanya saja, yang menjadi persoalan adalah, masih ditemukan
sebagian besar umat Islam, terutama para pelajar yang belum pandai membaca al-
Qur’an. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya disebabkan
minimnya pengajar dan sarana pembelajaran al-Qur’an, peneliti melihat bahwa
rumah tahfizh sebagai sarana baru untuk memfasilitasi pembelajaran bacaan al-
Qur’an.
Oleh karenanya, kemampuan membaca al-Qur’an bagi setiap siswa SD,
SMP, dan SMA merupakan bagian dari pendidikan Agama Islam yang memiliki
arti strategis untuk ikut mencerdaskan kehidupan bangsa, khususnya dalam rangka
menanamkan nilai-nilai iman dan takwa bagi generasi muda dan masyarakat pada
umumnya, dalam hal ini rumah tahfizh sebagai sarana dalam pemberantasan buta
aksara al-Qur’an. 7
Angka buta aksara yang begitu banyak tentu akan berdampak buruk
terhadap generasi Islam selanjutnya, mengingat al-Qur’an merupakan pondasi
bagi keberlangsungan hidup manusia pada umumnya dan bagi umat Islam
khususnya. al-Qur’an sendiri telah menegaskan bahwa kitab suci yang diturunkan
kepada Nabi Muhammad SAW merupakan petunjuk bagi umat manusia
khususnya bagi orang-orang yang bertakwa.
Merespon permasalahan tersebut, para ‘ulama, umara’ dan aghniya’
Provinsi Jambi, khususnya Kota Jambi bersama-sama mencari solusi. Hasilnya,
terhitung sejak tahun 2012 hingga saat ini, Provinsi Jambi, khususnya Kota Jambi

7
Diantaranya: a.Optimalisasi Peran Penyuluh Agama Honorer (PAH) dengan melaksanakan
pembinaan terhadap anak yang tidak mampu membaca al-Qur’an sesuai dengan data yang ada di
lokasi masing-masing, dan wajib menyampaikan laporan perkembangannya kepada KA.
Kanmenag setiap tiga bulan sekali.b. Penguatan Diniyah Takmiliyah dan TPQ sebagai basis
belajar al-Qur’an sebagai upaya pemberantasan buta aksara al-Qur’an maupun peningkatan
pemahaman al-Qur’an. Masing-masing guru PAI yang berada disekolah umum membuat surat
Perjanjian bertanggung jawab untuk pemberantasan buta aksara al-Qur’an di sekolah masing-
masing, dan diawasi oleh Ka. Kanmenag Cq Kasi mapenda, dan melaporkan hasil kerjanya setiap
tiga bulan sekali, surat perjanjian dan laporan tersebut menjadi bahan untuk pembayaran sertifikasi
guru PAI.d.Meningkatkan fungsi pengawas sebagai bagian dari instrumen peningkatan mutu
pendidikan Agama.e.Memperkuat hubungan lintas sektoral dengan instansi terkait, baik yang
menyangkut gerakan pembebasan buta aksara al-Qur'an maupun kegiatan keagamaan lainnya.
Diakses melalui webhttps://jambi.kemenag.go.id/berita/103216/kanwil-kemenag-prov-jambi-
melakukan-verifikasi-data-buta-aksara-al-quran, pada tanggal 12 Januari 2017, pukul 23.00 WIB.
4

telah melakukan beberapa cara untuk menuntaskan permasalahan buta aksara al-
Qur’an, salah satunya adalah dengan mendirikan Rumah Tahfizh al-Qur’an.
Rumah tahfizh al-Qur’an diharapkan bisa menjadi sebagai sarana dakwah
dan solusi untuk mencegah serta menuntaskan permasalahan buta aksara al-
Qur’an di Provinsi Jambi, khususnya Kota Jambi. Sejak tahun 2012 hingga saat
ini, Kota Jambi telah memiliki puluhan Rumah Tahfizh al-Qur’an yang berada
hampir di setiap penjuru Kota Jambi.8 Rumah tahfizh yang berada di Kota Jambi
ini penulis klasifikasikan menjadi dua, ada yang bersifat mandiri dan ada yang
bersifat binaan. Perbedaan antara mandiri dan binaan terletak pada pendanaan,
Rumah Tahfizh dananya bersumber dari milik pribadi (gratis bagi para santri),
sedangkan Rumah Tahfizh yang bersifat binaan, dananya bersumber dari hasil
swadaya para santri.
Di antara banyak Rumah Tahfizh al-Qur’an di Kota Jambi ini terdapat satu
Rumah Tahfizh al-Qur’an yang bersifat mandiri, yaitu Rumah Tahfizh Mahir
Qur’an Rayhana Maulidia. Rumah Tahfizh Mahir Qur’an Rayhana Maulidia
terletak di Jl. Yunus Sanis/Fatah Laside Lorong Andalas No. 46 B Rt. 02 Kebun
Handil Kota Jambi. Sejak berdiri pada tahun 2015 hingga saat ini, Rumah Tahfizh
ini telah memiliki sebanyak 317 santri dan santriwati yang aktif. Alasan mandiri
inilah yang menarik perhatian penulis untuk melakukan penelitian terhadap

8
1.Rumah Tahfizh Rayhana Maulidiya Jl. Fatah Laside No.28, Kebun Handil, jelutung, kota
jambi. 2. Rumah Tahfizh Daarul Mumtazah Jl. Gatot Subroto, sungai Asam, Pasar Jambi, kota
jambi. 3. Rumah Tahfizh Ad-Dhuha Jl. Kapten Pattimura,lrng Bersama RT 06 No.39, Kenali
Besar, Alam Barajo, Kota Jambi. 4. Rumah Tahfizh Hudal Qur’an Jl. Gajah Mada No.09, Lebak
Bandung,Jelutung, Kota Jambi. 5. Rumah Tahfizh Qu Sahabat Qur’an Jl. Swadaya Raya,
Perumahan Puri Masurai 5. RT 33 Blok cc.10, Bagan Pete, Alam Barajo, Kota Jambi. 6. Rumah
Tahfizh Qu Sahabat Qur’an unit Kenali Asam Bawah Jl. Sunan Gunung Jati,Rt.10, Kenali Asam
Bawah, Kota Baru, Kota Jambi. 7. Rumah Tahfizh Duta Qur’an Jl. Samsu Bahrum No 55, RT. 02,
Gang Aceh, Selamat, Telanaipura, Kota Jambi. 8. Rumah Tahfizh Imam Syafi’I Wahdah Islamiah
Jl. Halim Perdana Kusuma, Sungai Asam, Pasar Jambi, Kota Jambi. 9. Rumah Tahfizh Rizqullah
Jl. Empu Sendok No.333 RT.17RW.05, Solok Sipin, Telanaipura, Kota Jambi. 10. Rumah Al-
Qur’anRosyidan Jl.Tarmizi Kadir Rt.11 No.04, Pakuan Baru, Jambi Selatan, Kota Jambi. 11.
Rumah Tahfizh Jambi Qur’an Scool Cabang Arizoa Jl. Sunan Kalijaga, Simp.III Sipin, Kota Baru,
Kota jambi. Cabang Cabang Mayang Komplek Ruko Pasar Villa. Cabang Jeramba Bolong Jl.
Lingkar Selatan. Cabang Thehok/Talang Banjar Jl. Teungku Sulaiman Rt. 15, Pakuan Baru, Jambi
Selatan Kota Jambi.
5

Rumah Tahfizh ini, dan dari banyaknya jumlah santri tersebut, tercatat sebanyak
45% santri yang datang mendaftar terindikasi buta aksara al-Qur’an.9
Dengan jumlah yang begitu banyak, lalu muncul pertanyaan, bagaimana
peran Rumah Tahfizh al-Qur’an sebagai sarana pemberantasan buta aksara al-
Qur’an? Apakah Sudah sesuai dengan harapan ataukah hanya sebagai namanya
saja?.
Berangkat dari latar belakang tersebut di atas, penulis ingin melakukan
kajian terhadap Rumah Tahfizh al-Qur’an yang kaitannya sebagai sarana dakwah
dalam rangka pemberantasan buta aksara al-Qur’an. Kajian tersebut akan penulis
kaji melalui Skripsi yang berjudul PERAN RUMAH TAHFIZH aL-QUR’AN
SEBAGAI SARANA DAKWAH DALAM UPAYA PEMBERANTASAN
BUTA AKSARA aL-QUR’AN (Studi Kasus Rumah Tahfizh Mahir Qur’an
Rayhana Maulidia Kota Jambi).

B. Permasalahan
Berangkat dari latar belakang di atas, maka yang menjadi permasalahan
pokok dalam penelitian ini adalah: Bagaimanakah Peran Rumah Tahfizh Mahir
Qur’an Rayhana Maulidia Kota Jambi Dalam Upaya Pemberantasan Buta Aksara
al-Qur’an Di Kota Jambi. Dari permasalahan ini maka muncul beberapa pokok
permasalahan yang penulis rincikan sebagai berikut:10
1. Bagaimanakah peran rumah tahfizh mahir Qur’an Rayhana Maulidia
Kota Jambi sebagai sarana dakwah dalam upaya pemberantasan buta
aksara al-Qur’an?
2. Bagaimanakah strategi dakwah Rumah Tahfizh Mahir Qur’an Rayhana
Maulidia Kota Jambi dalam upaya pemberantasan buta aksara al-Qur’an?
3. Apa faktor pendukung dan penghambat Rumah Tahfizh Mahir Qur’an
Rayhana Maulidia Kota Jambi dalam upaya pemberantasan buta aksara
al-Qur’an Di Kota Jambi?

9
Hasil wawancara dengan Ust. Syukron Al-Hafizh (salah seorang tenaga pengajar) pada
tanggal 20 Januari 2017, pukul 16.15 WIB.
10
Tim Penyusun, Panduan Penulisan Karya Ilmiah Mahasiswa Fakultas Ushuluddin IAIN
STS Jambi,(Jambi: Fakultas Ushuluddin IAIN STS Jambi, Edisi Revisi 2016), 55
6

C. Batasan Masalah
Seperti yang telah penulis singgung di latar belakang di atas bahwa, di Kota
Jambi ini telah terdapat belasan bahkan puluhan Rumah Tahfizh al-Qur’an, mulai
dari yang bersifat mandiri hingga binaan. Untuk alasan efisiensi waktu dan
ekonomis, maka kajian ini akan penulis batasi hanya pada lingkup bahasan yang
terkait dengan Peran Rumah Tahfizh Mahir Qur’an Rayhana Maulidia Kota Jambi
sebagai sarana Dakwah dalam upaya pemberantasan buta aksara al-Qur’an di
Rumah Tahfizh Mahir Qur’an Rayhana Maulidia Kota Jambi.

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian


Secara eksplisit kajian ini bertujuan untuk: Pertama. Untuk mengetahui dan
menganalisa sejauh mana peran Rumah Tahfizh Mahir Qur’an Rayhana Maulidia
Kota Jambi sebagai sarana dakwah dalam upaya pemberantasan buta aksara al-
Qur’an. Kedua.; Mengetahui strategi dakwah yang digunakan Rumah Tahfizh
Mahir Qur’an Rayhana Maulidia Kota dalam upaya pemberantasan buta aksara al-
Qur’an; ketiga. Mengetahui apa saja faktor yang melatar belakangi buta aksara al-
Qur’an; Mengetahui apa saja faktor pendukung dan penghambat yang dilakukan
Rumah tahfizh Mahir Qur’an Rayhana Maulidia dalam upaya pemberantasan buta
aksara al-Qur’an
Selanjutnya, penelitian ini diharapkan bisa memberikan tambahan khazanah
pemikiran keislaman dalam bidang kajian dakwah, serta diharapkan bisa menjadi
rujukan bagi penggiat dakwah khususnya, dan menjadi solusi bagi masyarakat
pada umumnya mengenai permasalahan yang penulis teliti. 11

E. Kerangka Teori
Penelitian ini berangkat dari sebuah teori yang mengasumsikan bahwa
setiap umat muslim pasti bisa membaca kitab suci al-Qur’an, asumsi tersebut
tentu memiliki alasan yang sangat kuat, diantaranya: al-Qur’an merupakan salah
satu kitab yang wajib diimani oleh umat Islam, al-Qur’an diturunkan oleh Allah
kepada Nabi Muhammad SAW. Yang memuat berbagai macam permasalahan dan

Tim Penyusun, Panduan Penulisan Karya Ilmiah Mahasiswa Fakultas Ushuluddin IAIN
11

STS Jambi,(Jambi: Fakultas Ushuluddin IAIN STS Jambi, Edisi Revisi 2016), 56.
7

solusi dalam mengarungi kehidupan di dunia maupun di akhirat kelak. Dan yang
kedua, al-Qur’an merupakan petunjuk bagi umat manusia pada umumnya dan
khususnya umat Islam, hal ini telah dijelaskan oleh Allah SWT dalam beberapa
ayat di dalam al-Qur’an.
Umat Islam tidak hanya dituntut untuk mengimani (hanya mempercayai
atau hanya mengakui keberadaannya sebagai kitab suci) al-Qur’an. Namun lebih
dari itu, umat Islam dituntut untuk mengamal dan mengimplementasikan isi
kandungan al-Qur’an tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Untuk mengamal dan
mengimplementasikan isi dan kandungan al-Qur’an tersebut tentu terlebih dahulu
al-Qur’an itu sendiri harus dibaca dan dikaji dengan baik. Apabila telah dilakukan
langkah-langkah tersebut, maka akan terealisasilah apa yang telah menjadi tujuan
penciptaan manusia, yaitu menjadi khalifah fi al-ardhi sesuai dengan tuntunan al-
Qur’an.
Dalam beberapa ayat al-Qur’an dan hadis Nabi Muhammad SAW telah
dijelaskan akan pentingnya mengikuti al-Qur’an, atau menjadikan al-Qur’an
sebagai imam atau pedoman hidup.12 Layaknya sebuah pedoman, al-Qur’an akan
menuntun kita kepada jalan yang benar dan diridhai oleh Allah SWT. Sebaliknya,
jika mengabaikan pedoman tersebut, maka kita akan terombang ambing, dan
hidup tidak akan memiliki arah yang pasti. Untuk mengantisipasi hal tersebut,
maka menjadi niscaya bagi setiap umat Islam untuk bisa membaca al-Qur’an
dengan baik dan benar. Telah banyak fakta yang mengatakan bahwa orang yang
jauh dari al-Qur’an mengalami hidup yang sangat sempit ditengah kelapangan,
baik kelapangan harta dan lain sebagainya. Menurut para ulama dan para da’i
bahwa solusi dari kesempitan tersebut adalah kembali kepada al-Qur’an, hal ini
senada dengan Firman Allah.

12
َِ ْ‫ِ ََ َْ َش ِق ِيِ ب‬ ِ ََ ََ
ْ ‫يَ بْ َُ بَ َّْر ََ َِ ْاِل‬ َّ ‫ي َنا ِه َش ُام بْ َُ ََ ََّار َنا‬
ُ ِ‫الرب‬ ُّ ‫َّض ِر الْ َع ْس َك ِر‬
ْ ‫َْحَ َُّ بْ َُ الن‬
ْ َ ‫ََََََّّنَا‬
ِ ِ ِ ِ ُ َ‫اُ ر‬ ِ َِّ ‫َلََ َة ََ َب‬
‫ِّق‬
ٌ َّ‫ص‬ َ ‫ََّ َوَماَ ٌل ُم‬ ٌ ‫صلَّى اهللُ ََلَْيه َو ََلَّ َم الْ ُق ْرآ ُن َشاف ٌَ ُم َشف‬ َ ‫وُ اهلل‬ ُ َ َ َ‫اُ ق‬ َ َ‫اهلل بْ َِ َم ْس ُعود ق‬ َْ ْ َ َ َ
ِ
‫اْلَنَّة َوَم َْ َج َعلَهُ َخلْ َفهُ ََاقَهُ إِ ََل النَّا ِر‬ْ ‫قادهُ إِ ََل‬َ ُ‫م َْ َج َعلَهُ َ ََم َامه‬.
َ LihatSulaiman bin Ahmad bin Ayyub bin
Muthir Ath-Thabrani, al-Mu’jam al-Kabir (Kairo, Maktabah Ibnu Taimiyah, t.t), jilid 10, hlm 198.
8

            


“ Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya
penghidupan yang sempit, dan kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat
dalam keadaan buta”, (Q.S. Thaha [20]: 124).
Lebih jauh dari itu, ada beberapa defenisi terminologis yang digunakan dan
perlu dijelaskan dalam penelitian ini, Yaitu:
1. Tinjaun Peran Rumah Tahfizh Qur’an
a. Peran
Istilah peran dalam “Kamus Besar Bahasa indonesia” mempunyai arti
pemain sandiwara (film), tukang lawak pada permainan Makhyong, perangkat
tingkah laku yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan di
Masyarakat. Ketika istilah peran digunakan dalam lingkungan pekerjaan, maka
seseorang yang diberi (atau mendapatkan) sesuatu posisi, juga diharapkan
menjalankan perannya sesuai apa yang diharapkan oleh pekerjaan tersebut.
Karena itulah ada yang disebut dengan role expectation. Harapan mengenai peran
seseorang dalam posisinya dapat dibedakan atas harapan dari pemberi tugas dan
harapan dari orang yang menerima mamfaat dari pekerjaan atau posisi tersebut.
Peran yang dimaksud dalam skripsi ini adalah bagaimana Rumah Tahfizh Mahir
Qur’an Rayhana maulidia dalam upaya pemberantasan buta aksara al-Qur’an.
b. Rumah Tahfizh Qur’an
Rumah Tahfizh Qur’an adalah rumah merupakan sebuah bangunan yang
dijadikan sebagai tempat tinggal, adapun kata tahfizh berasal dari kalimat hafazho
yang artinya memelihara, dan al-Qur’an adalah kitab suci bagi umat Islam yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Jadi, yang dimaksud dengan Rumah
Tahfizh al-Qur’ana dalah, tempat tinggal atau rumah yang dijadikan sebagai
tempat untuk mengahafal kitab suci al-Qur’an.
Konsep Rumah Tahfizh yang beredar saat ini adalah merupakan ide/gagasan
pondok pesantren Daarul Qur’an yang digagas oleh Ustadz Yusuf Mansur, dalam
upaya menerapkan metode dan program pembibitan penghafal al-Qur’an(PPPA)
9

di tengah-tengah masyarakat. Ide/gagasan menjadikan rumah sebagai tempat


tahfizh, bertujuan supaya pengahafal-penghafal al-Qur’an lahir di tengah-tengah
masyarakat tidak hanya di pondok pesantren saja. Selain itu juga bertujuan supaya
dapat melibatkan atau memanfaatkan potensi masyarakat yang ada, baik guru
ngaji yang hafal al-Qur’an, alim ulama, tokoh masyarakat, maupun para donatur.
c. Peran Rumah Tahfizh Qur’an
Rumah Tahfizh Qur’an merupakan sebuah fasilitator. Maksudnya adalah,
Rumah Tahfizh Qur’an menyediakan dan memberikan fasilitas bagi para calon
penghafal al-Qur’an, fasilitas tersebut mulai dari tenaga pengajar sampai pada
13
tempat dan alat yang digunakan dalam proses belajar mengajar. Sesuai dengan
namanya, fasilitator berasal dari kata latin yaitu “fasilis” yang artinya
“mempermudah”. Ada beberap defnisi yang tercantum di dalam kamus
diantaranya: “membebaskan kesulitan dan hambatan, membuatnya menjadi
mudah, membantu dan mengurangi pekerjaan”. Apabila dikaitkan fasilitas dengan
sarana dakwah, maka fasilitas di sini mengandung pengertian membantu dan
menguatkan masyarakat supaya dapat memecahkan masalah dan memenuhi
kebutuhannya sendiri sesuai potensi yang dimilikinya. Pengertian ini dirasa tepat
untuk menggambarkan pemahaman fasilitas dalam kaitannya sebagai sarana
dakwah.
Selain itu, Rumah Tahfizh Qur’an juga merupakan sebuah lembaga. Sebagai
sebuah lembaga, maka ia harus selalu mendampingi kelompok sasaran secara
swadaya maupun dengan bantuan atau subsidi dari pihak lain, tim pendamping
akan mendampingi setiap waktu sampai diyakini bahwa kegiatan tersebut akan
berjalan sebagaimana diharapkan.
2. Tinjauan Tentang Sarana Dakwah
a. Sarana
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, sarana adalah segala sesuatu yang
dapat dipakai sebagai alat dalam mencapai maksud atau tujuan. Sedangkan
prasarana adalah segala sesuatu yang merupakan penunjang utama

13
Admin, Peran Rumah Tahfizh, di akses melalui alamat http://digilib.uin-suka.ac.id/9467/
pada tanggal 08 Januari 2017 Pukul 22:12
10

terselenggaranya suatu proses (usaha, pembangunan, proyek). Untuk lebih


memudahkan membedakan keduanya. Sarana lebih ditujukan untuk benda-benda
yang bergerak seperti komputer dan mesin-mesin, sedangkan prasarana lebih
ditujukan untuk benda-benda yang tidak bergerak seperti gedung.
Secara umum Definisi sarana dan prasarana adalah alat penunjang
keberhasilan suatu proses upaya yang dilakukan di dalam pelayanan publik,
karena apabila kedua hal ini tidak tersedia maka semua kegiatan yang dilakukan
tidak akan dapat mencapai hasil yang diharapkan sesuai dengan rencana.
Fungsi sarana dan prasarana dapat berbeda sesuai lingkup dan
penggunaannya, misalkan sarana dan prasarana pendidikan berbeda dengan
transportasi, wisata dan sebagainya, namun memiliki tujuan yang sama yaitu
untuk mencapai hasil yang diharapkan sesuai dengan rencana. Fungsi utama
sarana dan prasarana pada dasarnya memiliki tujuan:14
1. Menciptakan kenyamanan.
2. Menciptakan kepuasan.
3. Mempercepat proses kerja.
4. Memudahkan proses kerja.
5. Meningkatkan produktivitas.
6. Hasil lebih berkualitas.
b. Dakwah
Ditinjau dari etimologi atau bahasa, kata dakwah berasal dari Bahasa Arab,
yaitu (‫ دعوة‬-‫ يدعوا‬-‫ ) دعا‬artinya mengajak, menyeru, memanggil. Warson munawwir,

menyebutkan bahwa dakwah artinya memanggil (to call), mengundang (to invite),
mengajak (to summon), menyeru (to purpose), mendorong (to urge), dan
memohon (to pray).15

14
Admin. Di akses melalui alamat https://id.scribd.com/document/369681122/Fungsi-
Sarana-Dan-Prasarana-2 pada tanggal 24 November 2018. Pukul 01:27 WIB
15
Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah. (Jakarta: Amzah, 2016), 1.
11

Sedangkan ditinjau dari terminologi, definisi mengenai dakwah telah


banyak dibuat oleh para ahli, dimana masing-masing definisi tersebut saling
melengkapi. Menurut sebagian para ahli. diantaranya: 16
Menurut Prof. Toha Yahya Umar, M.A. “Mengajak manusia dengan cara
bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah tuhan, untuk
keselamatan dan kebahagiaan mereka di dunia dan akhirat.
Menurut Prof. A. Hasjmy, “Dakwah ialah mengajak orang lain untuk
menyakini dan mengamalkan akidah dan syariah islamiyah yang terlebih dahulu
telah diyakini dan diamalkan oleh pendakwah sendiri.”
Menurut M. Natsir, “Dakwah adalah usaha-usaha menyerukan dan
menyampaikan kepada perorangan dan keseluruhan umat manusia konsepsi Islam
tentang pandangan dan tujuan manusia di dunia ini, dan yang meliputi al-amar bi
al-ma’ruf an-nahyu an munkar dengan berbagai macam cara dan sarana yang
diperbolehkan akhlak dan membimbing pengalamannya dalam perikehidupan
masyarakat dan perikehidupan bernegara.”
Menurut Dr. M. Quraish Shihab, Dakwah adalah seruan atau ajakan kepada
keinsyafan atau usaha mengubah situasi yang lebih baik dan sempurna, baik
terhadap pribadi maupun masyarakat. Perwujudan dakwah bukan sekadar usaha
peningkatan pemahaman dalam tingkah laku dan pandangan hidup saja, tetapi
juga menuju sasaran yang lebih luas. Apalagi pada masa sekarang ini, ia harus
lebih berperan menuju kepada pelaksanaan ajaran Islam secara menyeluruh dalam
berbagai aspek.17
Dakwah dapat diartikan sebagai proses penyampaian ajaran Islam kepada
umat manusia. Sebagai suatu proses, dakwah tidak hanya merupakan usaha
menyampaikan saja, tetapi merupakan usaha untuk mengubah way of thinking,
way of feeling, dan way of life manusia sebagai sasaran dakwah kearah kualitas
kehidupan yang lebih baik.18

16
Ibid., 2-4
17
Ibid., 5.
18
Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah (Jakarta: Amzah, 2016) 5.
12

Dakwah secara bahasa yang berarti: mengajak, menyeru, dan memanggil.


Menurut Muhammad Fuad Abdul Baqi, dalam al-Qur’an, kata dakwah dan kata-
kata yang terbentuk darinya disebutkan tidak kurang dari 213 kali. Suatu sebutan
yang tidak sedikit berkaitan dengan perintah ajakan kepada ajaran islam.

Dasar-dasar dakwah disebutkan dalam al-Qur’anan tara lain:


Firman Allah SWT.

      


          

            

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang
baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu
Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan
Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”.( Q.S. An-
Nahl [16]: 125).
ِ
‫وَََََّّنَا َُُم ََّ َُّ بْ َُ الْ َُثَ ََّّن ََ ََّّ َنَا ُُمَ ََّ َُّ بْ َُ َج ْع َفر‬ ٌ ‫ََ ََّّ َنَا ََبُو بَ ْك ِر بْ َُ ََِِب َشْيبَ َة ََََََّّنَا َوك‬
َ ‫ح‬. ‫يَ ََ َْ َُ ْفيَا َن‬

ُ َِّ ََ ‫س بْ َِ ُم ْسلِم ََ َْ طَا ِرِق بْ َِ ِش َهاب َوَه َذا‬


َ َ‫يث ََِِب بَ ْكر ق‬
َََّ َ‫اُ َ ََّو ُُ َم َْ ب‬ ِ ‫ََََََّّنَا ُش ْعبَةُ كِ ََّ ُُهَا ََ َْ قَ ْي‬

ِ َ ‫اْلُطْبَِة فَ َق‬ َ ‫الص ََّ ِة َم ْرَوا ُن فَ َق َام إِلَْي ِه َر ُج ٌل فَ َق‬ ِ ِ‫بِا ْْلطْب ِة ي وم الْع‬
َ ‫اُ قَ َّْ تُِرَك َما ُهنَال‬
‫ك‬ ْ ‫الص ََّةُ قَ ْب َل‬
َّ ُ‫ا‬ َّ ‫يَّ قَ ْب َل‬ َ َْ َ ُ
‫وُ " َم َْ َرََى ِمنْ ُك ْم ُمنْ َكًرا فَلْيُ غَيِّ ْرهُ بِيَ َِّ ِه فَِإ ْن‬
ُ ‫وُ اللَِّه يَ ُق‬
َ َُ ‫ت َر‬ ِ ِ َ َ‫اُ ََبُو ََعِيَّ َ ََّما َه َذا فَ َق َّْ ق‬
ُ ‫ضى َما ََلَْيه ََ ْع‬ َ ‫فَ َق‬
ِ ِ
ِ َ‫َضعف ا ِإلمي‬ َ ‫ََلْ يَ ْستَ ِط َْ فَبِل َسانِِه فَِإ ْن ََلْ يَ ْستَ ِط َْ فَبِ َقلْبِِه َوذَل‬
19
" ‫ان‬ ُ َْ َ ‫ك‬

“Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abu Syaibah, telah
menceritakan kepada kami Waki’ dari Sufyan (dalam riwayat lain), telah
menceritakan kepada kami Muhammad bin al-Mutsanna telah menceritakan
kepada kami Muhammad bin Ja’far, telah menceritakan kepada kami Syu’bah,
keduanya dari Qois bin Muslim dari Thariq bin Syihab, dan ini adalah hadis
Abu Bakar. Orang pertama yang berkhutbah pada hari raya sebelum hari raya

19
Muslim bin al-Hajjaj Abu Al-Hasan Al-Qasyriy An-Naisaburiy, Shahih Muslim,... 69.
13

didirikan ialah Marwan. Lalu seorang laki-laki berdiri dan berkata kepadanya.
Shalat hari raya hendaklah dilakukan sebelum membaca khutbah, Marwan
menjawab sungguh, apa yang ada dalam khutbah sudah banyak ditinggalkan.
Kemudian Abu Sa’id berkata sungguh orang ini telah memutuskan
(melakukan) sebagaimana yang pernah aku dengar dari Rasulullah SAW.
bersabda ”Barangsiapa di antara kamu melihat kemungkaran, maka hendaklah
ia mengubahnya dengan tangannya, apabila ia tidak mampu maka dengan
lisannya, apabila tidak mampu maka dengan hatinya, dan yang demikian itu
adalah selemah-lemah iman”.

           
    

   


“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada
kebajikan, menyuruh kepada yang ma´ruf dan mencegah dari yang munkar;
merekalah orang-orang yang beruntung”. Q.S. Ali Imron [3]:104.
َِ ْ‫َخبَ َرنَا اِل َْوََاَِ ُّي ََََََّّنَا ََ َّسا ُن بْ َُ ََ ِطيَّ َة ََ َْ ََِِب َكْب َش َة ََ َْ ََْب َِّ اللَِّه ب‬
َْ ََّ‫اك بْ َُ َمَْل‬ ُ ‫َّح‬
َّ ‫اصم الض‬ِ َ ‫َََََّّنَا ََبو‬
َ ُ َ
20
.‫اُ بَلِّغُوا ََ ِِّ َولَ ْو آيًَة‬ َ َ‫ق‬ ‫صلَّى اهللُ ََلَْي ِه َو ََلَّ َم‬ َّ ِ‫َن الن‬
َ ‫َِّب‬ َّ َ ‫ََ َْرو‬

“Telah menceritakan kepada kami Abu ‘Ashim adh-Dhahak bin Makhlud,


telah mengabarkan kepada kami al-Auza’I, telah menceritakan kepada kami
Hasan bin ‘Uthiyyah, dari Kabsyah, dari ‘Abdillah bin ‘Umar, bahwa Nabi SAW.
bersabda: Sampaikanlah dariku walaupun satu ayat.
Dari defenisi di atas, maka yang dimaksud sarana dakwah di sini adalah,
Rumah Tahfizh Qur’an sebagai sarana untuk mengajak masyarakat untuk belajar
membaca dan mengkaji Al-Qur’andengan baik dan benar.
c. Tujuan Berdakwah
Secara umum tujuan berdakwah adalah terwujudnya kebahagiaan dan
kesejahteraan hidup manusia di dunia dan di akhirat yang diridhoi oleh Allah
SWT.

20
Muhammad bin Isma’il Abu ‘Abdillah Al-Bukhari Al-Ju’fi, Shahih Bukhari (Kairo: Al-
Mathbu’ah As-Salafiyah), jilid 2, 493.
14

Adapun tujuan dakwah, pada dasarnya dibedakan dalam dua macam tujuan,
yaitu:
1) Tujuan Umum Dakwah (Mayor Objective)
Tujuan umum dakwah, merupakan sesuatu yang hendak dicapai dalam
seluruh aktivitas dakwah. Ini berarti tujuan dakwah masih bersifat umum dan
utama, dimana seluruh gerak langkahnya proses dakwah harus ditujukan dan
diarahkan kepadanya. Dakwah bertujuan untuk memanggil manusia kembali pada
syariat atau hukum-hukum agama, dapat mengatur dirinya sesuai dengan
ketentuan agama. Disini, agama bukan sekedar sistem kepercayaan saja, tetapi
didalamnya terdapat multi sistem untuk mengatur kehidupan manusia, baik dalam
garis vertikal dengan Allah SWT, maupun horizontal dengan manusia dan
lingkungannya.21
Terhadap tujuan ini, penyampaian dakwah lebih dititikberatkan pada upaya
memberikan gambaran sejelas mungkin tentang bagaimana konsep Islam
mengatur kehidupan manusia. Bahkan dari hal-hal kecil seperti buang hajat,
keluar rumah, bahkan bercermin sekalipun, diatur sedemikian rupa dengan
rangkaian doa serta adab-adabnya. Sehingga hal-hal tampak sepele dalam
pandangan manusia tersebut, justru bernilai ibadah di sisi Allah SWT. 22
2) Tujuan Khusus Dakwah (Minor Objective)
Tujuan khusus dakwah, merupakan perumusan tujuan dan penjabaran dari
tujuan umum berdakwah. Tujuan ini dimaksudkan agar dalam pelaksanaan
seluruh aktivitas dakwah dapat jelas diketahui kemana arahnya, ataupun jenis
kegiatan apa yang hendak dikerjakan, kepada siapa berdakwah, dengan cara apa,
bagaimana, dan sebagainya secara terperinci. Sehingga tidak terjadi overlapping
antara juru dakwah yang satu dan yang lainnya hanya karena masih umumnya
tujuan yang hendak di capai.23
Adapun tujuan khusus berdakwah diantaranya:
 Mengajak umat manusia yang telah memeluk agama Islam untuk
selalu meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT.
21
Ibid. 59.
22
Ibid. 59.
23
Ibid. 60.
15

 Membina mental agama (Islam) bagi kaum muallaf.


 Mengajak manusia agar beriman kepada Allah SWT.
 Mendidik dan mengajarkan anak-anak agar tidak menyimpang dari
fitrahnya.
 Dan lain-lainnya.
d. Strategi Dakwah
Islam sebagai agama Universal telah berkembang ke berbagai penjuru
dunia, tidak lain karena adanya dakwah Islamiyah. Perkembangan dakwah Islam
dari masa ke masa mengalami pasang surut, akan tetapi jika mengamati perjalanan
historis dakwah Islam, kita akan sampai pada suatu kesimpulan bahwa
perkembangan dakwah Islam berjalan dengan menakjubkan.
Tersebarnya agama Islam ke berbagai pelosok dunia disebabkan oleh
berbagai faktor, baik sosial, politik maupun agama, akan tetapi di samping itu,
satu faktor yang paling kuat dan menentukan adalah kemauan dan kegiatan yang
tidak kenal lelah dari para muballigh Islam yang dengan Nabi Muhammad SAW
sebagai contohnya, telah berjuang mengajak orang-orang kafir masuk Islam.24
1) Dakwah Islam Memerlukan Strategi
Strategi dakwah artinya metode, siasat, taktik atau manuver yang
digunakan dalam aktivitas dakwah. Untuk mencapai keberhasilan dakwah Islam
secara maksimal, maka diperlukan berbagai faktor penunjang, diantaranya adalah
strategi dakwah yang tepat sehingga dakwah Islam mengena sasaran.25
Strategi yang digunakan dalam usaha dakwah haruslah memperhatikan
beberapa Asas Dakwah, diantaranya adalah:
a) Asas Filosofis: asas ini membicarakan masalah yang erat
hubungannya dengan tujuan-tujuan yang hendak dicapai dalam
proses aktivitas dakwah.
b) Asas kemampuan dan keahlian Da’i: asas ini menyangkut
pembahasan mengenai kemampuan dan profesionalisme da’i
sebagai subjek dakwah.

24
Samsul Munir Arifin, Ilmu Dakwah, (Jakarta, Amzah 2009), 106.
25
Ibid., 107.
16

c) Asas sosiologis: asas ini membahas masalah-masalah yang


berkaitan dengan situasi dan kondisi sasaran dakwah. Misalnya
politik pemerintah setempat, mayoritas agama disuatu daerah,
filosofis sasaran dakwah, sosiokultural dakwah dan lain
sebagainya.
d) Asas psikologis: asas ini membahas yang erat hubungannya dengan
kejiwaan manusia. Seorang da’i adalah manusia, begitu pula
sasaran dakwahnya yang memiliki karakter unik dan berbeda satu
sama lain. Pertimbangan-pertimbangan masalah psikologis harus
diperhatikan dalam proses pelaksaan dakwah.26
e. Sarana Dakwah
Adapun yang dimaksud dengan sarana dakwah, adalah peralatan yang
dipergunakan untuk menyampaikan materi dakwah. Pada zaman modern seperti
sekarang ini, seperti televisi, vidio, kaset rekaman, majalah dan surat kabar.
Seorang da’i sudah tentu memiliki tujuan yang hendak dicapai, agar
mencapai yang efektif dan efisien, da’i harus mengorganisir komponen-komponen
(unsur) dakwah secara baik dan tepat. Salah satu komponen adalah sarana
dakwah.27
Sarana dibagi menjadi dua, yaitu:
1) Nonsarana Massa
a) Manusia; utusan, kurir,dan lain-lain.
b) Benda; telepon, surat, dan lain-lain.
2) Sarana Massa
a) Sarana massa manusia; pertemuan, rapat umum, seminar, sekolah
dan lain-lain.
b) Sarana massa benda; spanduk, buku, selebaran, poster, folder, dan
lain-lain
c) Sarana massa dan elektronik; visual, audio, dan audio visual.

26
Ibid., 108.
27
M. Munir. Metode Dakwah. (Jakarta: Kencana, 2009), 9
17

Dengan banyaknya sarana yang ada maka da’i dai harus dapat memilih
sarana yang paling efektif untuk mencapai tujuan dakwah. Tentunya dengan
pemilihan yang tepat atau dengan menetapkan prinsip-prinsip pemilihan sarana.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada waktu memilih sarana adalah
sebagai berikut.
 Tidak ada satu sarana pun yang paling baik untuk keseluruhan
masalah atau tujuan dakwah. Sebab setiap sarana memiliki
karakteristik (kelebihan, kekurangan, keserasian) yang berbeda-
beda.
 Sarana yang dipilih sesuai dengan tujuan dakwah yang hendak
dicapai.
 Sarana yang dipilih sesuai dengan kemampuan sasaran dakwahnya.
 Sarana yang dipilih sesuai dengan materi dakwahnya.
 Pemilihan sarana hendaknya dilakukan dengan cara objektif.
Pemilihan sarana bukan atas dasar kesukaan da’i.
 Kesempatan dan ketersediaan sarana perlu mendapat perhatian.
 Efktivitas dan efisiensi harus diperhatikan.

3) Tinjauan Tentang Buta Aksara al-Qur.an


Aksara adalah lambang huruf bacaan yang tersusun dalam sebuah kata dan
kalimat. Kemudian yang dimaksud al-Qur’an adalah secara etimologis adalah
“bacaan”, dan secara terminologis adalah kumpulan wahyu Allah SWT yang
tersusun dalam mushaf berisi petunjuk Ilahiah yang dijadikan sebagai pedoman
hidup (way of life) bagi umat Islam.
Dalam mushaf al-Qur’an ditemukan aksara-aksara berupa huruf-huruf yang
membentuk kata dan kalimat yang difirmankan Allah SWT. Huruf-huruf tersebut
memiliki tata cara tersendiri dalam membacanya yang disebut “ilmu tajwid”.
Karena itulah, aksara al-Qur’an yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
lambang-lambang huruf Arab yang terdapat dalam mushaf al-Qur’an, dan
memiliki kaidah tersendiri dalam penyebutan pembacannya berdasarkan ilmu
tajwid. Misalnya, bacaan huruf mim sukun, mim musyaddah-idgam mimi, ikhfa
18

safawi, izhar safawi, bacaan huruf ba dengan idgam mutqaribain, mutajanisain,


mutamatsilain, dan seterusnya.28

F. Metode penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Metode merupakan cara kerja yang harus dilalui dalam rangka melakukan
pendalaman objek yang dikaji. Maka disini perlu penulis tentukan bagaimana cara
kerja penelitian dalam skripsi ini. Adapun metode yang penulis gunakan dalam
penelitian ini adalah metode kualitatif dan bersifat deskriftip-analitis. Dalam
prosesnya nanti, penelitian ini tidak hanya menggambarkan bagaimana keadaan
dan langkah yang ditempuh oleh Rumah Tahfizh al-Qur’an dalam upaya
pemberantasan buta aksara, namun penulis juga akan menganalisa sejauh mana
peran Rumah Tahfidz dalam upaya memberantas buta aksara al-Qur’an.29
Sesuai dengan permasalahan yang dikaji, maka pada penelitian ini penulis
akan menggunakan pendekatan sosio-historis. Pendekatan sosial penulis gunakan
untuk mengamati dan mengetahui apa saja yang menjadi problem besar dan faktor
yang melatar belakangi buta aksara al-Qur’an, dan Strategi apa yang digunakan
oleh pihak Rumah Tahfizh dalam upaya memberantas buta aksara al-Qur’an, serta
sejauh mana Peran Rumah Tahfizh dalam upaya memberantas buta aksara al-
Qur’an. Sedangkan pendekatan historis akan penulis gunakan untuk mengetahui
sejarah berdirinya rumah tahfizh, visi dan misinya dalam upaya memberantas buta
aksara al-Qur’an.
2. Setting dan Subjek Penelitian
Setting penelitian dalam kajian ini adalah Rumah Tahfizh Mahir Qur’an
Rayhana Maulidiya Kebun Handil Kec. Jelutung Kota Jambi. Pemilihan setting
ini didasarkan atas pertimbangan rasional dan ekonomis. Dikatakan rasional
karena Rumah Tahfizh Mahir Qur’an Rayhana Maulidiya merupakan Rumah
Tahfizh yang bersifat mandiri, maksud mandiri adalah, pendanaan untuk
pengelolaan Rumah Tahfizh bersumber dari dana peribadi (gratis bagi para santri).

28
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balain
Pustaka, 2002), 17
29
Winarno Surakhmad, pengantar penelitian ilmiah, ( Bandung: tarsito, 1982), 141
19

Rumah Tahfizh yang mandiri ini tentu banyak diminati oleh para calon santri, dan
santri yang berada di Rumah Tahfizh tersebut berasal dari berbagai latar belakang
ekonomi, mulai dari yang memiliki ekonomi menengah ke bawah hingga mengah
atas. Selanjutnya dikatakan Ekonomis, dikarenakan penulis sendiri termasuk salah
seorang yang berdomisili di daerah Rumah Tahfizh tersebut.
Sedangkan subjek dalam hal ini adalah responden dan informan yang akan
dimintai keterangan. Mengingat subjek yang baik adalah subjek yang terlibat
aktif, cukup mengetahui, memahami, atau berkepentingan dengan aktivitas yang
akan diteliti, serta memiliki waktu untuk memberikan informasi secara benar, 30
maka subjek dalam penelitian kali ini akan difokuskan kepada, pendiri, ketua,
sekretaris, bendahara dan para ustadz-ustadzah.
3. Sumber dan Jenis Data
Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari, manusia, situasi, dan
dokumentasi. Sumber data manusia berbentuk perkataan maupun tindakan orang
yang bisa memberikan data melalui wawancara. Sumber data suasana/peristiwa
berupa suasana yang bergerak (peristiwa) ataupun diam (suasana), meliputi
ruangan, suasana, dan proses. Sumber data dokumenter atau berbagai referensi
yang menjadi bahan rujukan dan berkaitan dan berkaitan langsung dengan
masalah yang diteliti.31
Sedangkan jenis data terdiri dari dua macam, di antaranya:
a. Primer
Data primer dalam kajian ini adalah data yang diperoleh langsung dari
sumber pertama melalui observasi atau wawancara di lapangan. Dalam hal ini
yang akan dicari adalah Peran Rumah Tahfizh Mahir Qur’an Rayhana Maulidia
dalam upaya memberantas buta aksara al-Qur’andi Kota Jambi.

30
Mohd. Arifullah dkk, Panduan Penulisan Karya Ilmiah Mahasiswa Fakultas Ushuluddin
Iain Sulthan Thaha Saifuddin Jambi (Jambi, Fakultas Ushuluddin, 2016), 61-62.
31
Ibid., 62. Lihat juga Mattheu B. Miles dan A Meichael Uberman, Qualitative Data
Analisis a Source Book of New Methoids ( Baverly hills: Sage Publications, 1984), 21-24.
20

b. Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber kedua berupa
dokumentasi serta peristiwa yang bersifat lisan dan tulisan yang berkaitan dengan
Peran Rumah Tahfizh Mahir Qur’an Rayhana Maulidia Kota Jambi.
4. Metode Pengumpulan data
Metode pengumpulan data yang penulis gunakan adalah sebagai berikut:
a. Interview
Metode interview adalah suatu proses dialog yang dilakukan pewawancara
untuk memperoleh informasi data wawancara dimana menghendaki komunikasi
langsung antar pewawancara dengan orang yang diwawancarai.32 Jenis interview
yang penulis gunakan adalah interview bebas terpimpin, yaitu merupakan
kombinasi antara interview tak terpimpin, yaitu terpimpin dengan kebebasan akan
mencapai kewajaran secara maksimal dapat memperoleh data secara mendalam.
Untuk mempermudah dalam pengumpulan data, peneliti melakukan interview
kepada pihak pengasuh dan wali santri, bagaimana Peran Rumah Tahfizh al-
Qur’an sebagai sarana dakwah dalam upaya pemberantasan buta aksara al-Qur’an.
Untuk mendapatkan gambaran umum Peran Rumah Tahfizh dan Strategi dakwah
yang dipakai. Pengurus beserta tenaga pengajar di interview delapan orang dan
wali santri sebanyak lima orang dengan metode ini peneliti memperoleh
informasi mengenai Peran Rumah Tahfizh sebagai sarana dakwah dalam upaya
pemberantasan buta aksara al-Qur’an di Kota Jambi.
b. Metode Observasi
Observasi dapat diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan dengan
sistematik tentang fenomena-fenomena yamg diselidiki. Kegunaanya adalah untuk
mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan langsung terhadap
masalah yang dianggap perlu secara sistematis terhadap obyek yang diteliti.
Dalam observasi ini peneliti mengamati secara langsung, mencatat
menganalisis dan selanjutnya membuat kesimpulan tentang bagaimana Peran
Rumah Tahfizh Mahir Qur’an Rayhana Maulidia dalam upaya pemberantasan
buta aksara al-Qur’an serta peran pemerintah yang menjadi kewajiban untuk hal

32
Sugiono, Pedoman Penelitian (2003), 126.
21

tersebut. Hal ini dilakukan guna mendapatkan informasi yang relevan dengan
topik penelitian ini. Yang di observsi disini adalah sejauh mana peran rumah
tahfizh dalam upaya pemberantasan buta aksara al-Qur’an di Kota Jambi.33
c. Metode Dokumentasi
Dokumentasi adalah metode yang menggunakan data yang sudah tersedia
yang berupa data verbal maupun non verbal. Misalnya data yang dapat pada surat-
surat, catatan harian, jurnal, laporan-laporan dan sebagainya untuk kelengkapan
data penelitian. Metode dokumentasi ini digunakan untuk mendukung data lain
yang telah dikumpulkan melalui wawancara dan observasi.
Dalam penelitian ini penulis mengumpulkan data-data untuk melengkapi
penelitian yaitu dengan mencari data dari arsip dan dokumen dan melakukan
kegiatan yang berkaitan dengan Peran Rumah Tahfizh Mahir Qur’an Rayhana
Maulidia Kota Jambi.
5. Metode/Tehnik Analisis Data
Analisis data yang penulis gunakan adalah deskriptif-anlitis yakni apabila
data yang sudah terkumpul kemudian diklarifikasikan dan disusun menurut
kategori-kategori yang ada kemudian menyajikan dalam bentuk laporan sesuai
dengan kenyataan yang ada. Kemudian kenyataan tersebut dipelajari, dipahami
dan dinalisis secara terperinci guna memperoleh kesimpulan.
Menurut Lexy J. Meleong, bahwa langkah-langkah yang dilakukan dalam
menganalisis data adalah sebagai berikut:34
a. Reduksi Data
Reduksi data dalam penelitian ini yang dimaksud adalah untuk merangkum
data yang akan dipilh terutama yang pokok dan yang terpenting untuk dicari pola
temanya, dari reduksi data selanjutnya dilakukan dengan membuat abstraksi
tentang Peran Rumah Tahfizh Mahir Qur’an Rayhana Maulidia dalam
pemberantasa buta aksara al-Qur’an.

33
Ibid., 10
34
Leexy J Meleong, MetodologiPenelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rozdakarya, 1996),
hlm 178
22

b. Deskripsi Data
Deskripsi data dalam penelitian ini yaitu menguraikan segala sesuatu yang
terjadi dalam pelaksanaan Peran Rumah Tahfizh sebagai sarana dakwah dalam
upaya pemberantasan buta aksara al-Qur’an di Kota Jambi. Pendeskripsian ini
dilakukan berdasarkan apa yang dilihat atau diperoleh selama penelitian.

G. Pemeriksaan Keabsahan Data


Untuk kebenaran penelitian, maka data yang telah berhasil digali,
dikumpulkan, dan dicatat dalam kegiatan penelitian harus dimantapkan
kebenarannya. Oleh karena itu peneliti harus bisa memilih dan menemukan cara-
cara yang tepat untuk mengembangkan validitas data yang diperoleh. Dalam
penelitian kualitatif, ada beberapa langkah yang harus dilakukan oleh peneliti di
antaranya:
a. Perpanjangan keikutsertaan
Pelaksanaan perpanjangan keikutsertaan dilakukan lewat keikutsertaan
peneliti di lokasi secara langsung dan cukup lama, dalam upaya mendeteksi dan
memperhitungkan penyimpangan yang mungkin mengurangi keabsahan data,
karena kesalahan penilaian data (data distortion) oleh peneliti atau responden,
disengaja atau tidak sengaja35.
b. Ketekunan pengamatan
Ketekunan pengamatan dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan
secara teliti, rinci, dan berkesinambungan terhadap faktor-faktor yang diutamakan
dalam penelitian. Faktor-faktor tersebut selanjutnya ditelaah, sehingga peneliti
dapat memahaminya. Ketekunan pengamatan dilakukan dalam upaya
mendapatkan karakteristik data yang sangat relavan dengan persoalaan atau isu
yang sedang dicari kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci.
Hal ini diharapkan pula agar dapat mengurangi kesalahan data yang mungkin
timbul akibat keterburuan peneliti untuk menilai suatu persoalan, ataupun

35
Ibid., 65
23

kesalahan data yang timbul dari kesalahan responden yang memberikan data
secara tidak tepat36.
c. Trianggulasi
Trianggulasi adalah tekhnik pengumpulan data dan sumber data yang telah
ada. Bila peneliti melakukan pengumpulan data dengan trianggulasi, maka
sebenarnya peneliti mengumpulkan data yang sekaligus menguji kredibilitas data,
yaitu dengan berbagai tekhnik pengumpulan data dan berbagai sumber data.37
d. Diskusi dengan teman sejawat
Diskusi merupakan langkah akhir untuk menjamin keabsahan data, peneliti
akan melakukan diskusi dengan teman-teman sejawat, guna memastikan bahwa
data yang diterima benar-benar nyata dan bukan persepsi sepihak dari peneliti atau
informan. Melalui cara tersebut peneliti mengharapkan mendapatkan sumbangan,
masukan, dan saran yang berharga dan konstruktif dalam meninjau orisinalitas
data yang telah didapatkan.

H. Studi Relevan
Penulis menyadari bahwa dalam beberapa tahun terakhir ini, Rumah Tahfizh
menjadi “idola” baru bagi para peneliti, baik penelitian yang bersifat kuantitatif
maupun kualitatif. Selain itu sarana dakwah dan buta aksara al-Qur’an juga
merupakan “idola” para peneliti. Kesadaran penulis tersebut berbanding lurus
dengan yang penulis temukan di lapangan, penulis menemukan telah ada beberapa
karya yang membahas tentang peran Rumah Tahfizh al-Qur’an, Sarana Dakwah
dan Buta Aksara al-Qur’an, diantaranya:
Reni Fadilah dalam Skripsinya yang berjudul Efektivitas Pembinaan Tajwid
Dan Tartil Untuk Meningkatkan Kualitas Bacaan Alquran Ustadz-ustadzah
Rumah Tahfizh Qurrata ‘ayun Kota Gede Yogyakarta. 38 Skripsi ini membahas

36
Ibid., 66
37
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, Dan R & D,(
Bandung: ALFABETA,2010), 330.
38
Reni Fadilah, Efektivitas Pembinaan tajwid dan Tartil Untuk Meningkatkan Kualitas
Bacaan Alquran Ustdz-ustadzah Rumah Tahfidz Qurrota A’yun Kotagede Yogyakarta
(Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2012). Lihat juga Skripsi oleh Esan Bayu
Mahardika, Peran Rumah Tahfidz Zulfa Qurrata A’yun Dalam Pemberdayaan Masyarakat Di
Desa Prbayan Kotagede Yogyakarta (Yogyakarta, Uin Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2013).
24

mengenai pelaksanaan pembinaan tajwid dan tartil bagi Ustadz-ustadzah Rumah


Tahfizh Qurrota ‘ayun. Terlihat jelas bahwa yang menjadi penekanan pada Skripsi
ini adalah peran Rumah Tahfizh Qur’an dalam upaya meningkatkan bacaan Al-
Qur’anpara Ustadz-ustadzahnya.
Didik Hartoko. Dalam skripsinya yang berjudul Strategi Pengembangan
Organisasi Rumah Tahfizh Qu Deresan Yogyakarta.39 Skripsi ini membahas
mengenai strategi pengembangan organisasi Rumah Tahfizh Qu Deresan
Yogyakarta. Skripsi ini menekankan bahwa pentingnya sebuah organisasi dalam
sebuah instansi, organisasi dalam sebuah instansi menjadi garda terdapan dalam
maju atau mundurnya instansi tersebut.
Ahmad Hasbi. Dalam skripsinya yang berjudul Manajemen Program
Pembinaan Santri Di Rumah Tahfizh Al-Aiman Kembang Baru Maguwaharjo
Depok Sleman Yogyakarta.40 Skripsi ini membahas mengenai Bagaimana
Manajemen Program Pembinaan Santri di Rumah Tahfizh Al-Aiman kembang
Baru Maguharjo Depok Sleman Yogyakarta.
Esan Bayu Mahardika. Dalam skripsinya Peran Rumah Tahfidz Zulfa
Qurrota’ayun Dalam Pemberdayaan Masyarakat Di Desa Purbayan Kota Gede
Yogyakarta. Skripsi ini membahas bagaimana Peran Rumah Tahfizh Zulfa
Qurrota’ayun Dalam Pemberdayaan Masyarakat di Desa Purbayan Kota gede
Yogyakarta.41
Hadri Hasan, Jurnal Akdemika yang berjudul Respon Masyarakat Terhadap
Program Pemberantasan Buta Aksara al-Qur’an (PBAQ) di Provinsi Jambi Tahun
2012.42 Tulisan ini membahas tentang bagaimana respon masyarakat Provinsi
Jambi terhadap program pemberantasan buta aksara al-Qur’an.

39
Didik Hartoko, Strategi Pengembangan Organisasi Rumah Tahfidz Qu Deresan
Yogyakarta (Yogyakarat: UIN Sunan Kalijaga, 2012.)
40
Ahamad Hasbi, Manajemen Program Pembinaan Santri Di Rumah Tahfidz Al-Aiman
Kembang Baru Maguwoharjo Depok Sleman Yogyakarta (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2011)
41
Esan Bayu Mahardika, Peran Rumah Tahfidz Zulfa Qurrata A’yun Dalam Pemberdayaan
Masyarakat Di Desa Prbayan Kotagede Yogyakarta (Yogyakarta, Uin Sunan Kalijaga
Yogyakarta, 2013).
42
Hadri Hasan, “Respon Masyarakat Terhadap Program Pemberantasan Buta Aksara
Alquran (PBAQ) di Provinsi Jambi Tahun 2012”, Jurnal Akademika, 29, No. 1 (2014)
25

Setelah meninjau karya-karya di atas, penulis menyimpulkan bahwa, kajian


yang akan penulis lakukan ini berbeda dengan kajian-kajian terdahulu, dimana
dalam kajian ini, penulis akan membahas tentang Peran Rumah Tahfizh al-Qur’an
Sebagai Sarana Dakwah Dalam Upaya Pemberantasan Buta Aksara al-Qur’an.
Selain dari itu, objek material yang akan penulis lakukan ini juga menjadi
pembeda dengan kajian-kajian yang terdahulu.
26

BAB II
GAMBARAN UMUM RUMAH TAHFIZH

A. Sejarah Berdiri Rumah Tahfizh Mahir Qur’an Rayhana Maulidia


Al-Qur’an adalah pedoman umat Islam yang harus kita amalkan dan
lestarikan. Di era globalisasi dan modernisasi sekarang ini kebudayaan barat dan
gadget sangat mempengaruhi kehidupan generasi muda Islam. Sehingga tidak
sedikit generasi muda Islam yang semakin jauh dari al-Qur’an dan lebih mengenal
teknologi serta budaya non-Islam. Kita harus mewaspadai keadaan ini jika tidak
ingin Islam dan al-Qur’an binasa. Oleh karena itu penting kiranya bagi umat
Islam untuk terus berdakwah dan meyebarkan serta melestarikan al-Qur’an . Salah
satunya dengan membangun Rumah Tahfizh yang akan melahirkan para
penghafal al-Qur’an .
Rumah Tahfizh Mahir Qur’an Rayhana Maulidia didirikan pada 16 maret
2015 oleh Dr. dr. H. Maulana MKM, beliau adalah seorang Dokter dan pengusaha
sukses, melalui dana pribadi dengan niat ingin mendapatkan amal jariyah, semua
biaya operasional Rumah Tahfizh tersebut dibiayai dengan dana pribadi (gratis
bagi para santri), tujuannya supaya memudahkan serta meringankan beban bagi
para wali santri selama anaknya ingin belajar di Rumah Tahfizh tersebut.
“[A]gar rumah tahfizh ini menjadi amal ibadah bagi saya dan keluarga disisi
allah SWT, harapan kami supaya pahalanya terus mengalir hingga di akhirat
kelak, dan putra putri kami juga belajar di Rumah Tahfizh”.43
Rumah tahfizh ini diberi nama Rumah Mahir Qur’an Rayhana Maulidia,
nama tersebut diambil dari nama putri bungsunya yang bernama Rayhana
Maulidia, Mahir Qur’an yang berarti Pintar dan cerdas dalam membaca,
mengamalkan, serta mentadabburi al-Qur’an . Awal mula didirikannya rumah
tahfizh ini, beliau melihat di Kota Jambi masih banyak anak-anak yang berminat
untuk belajar al-Qur’an , demi menyelamatkan generasi islam di masa depan
untuk melahirkan re-generasi islam yang selanjutnya. Harapan beliau agar rumah

43
Maulana, Pembina Rumah Tahfizh Rayhana Maulidia, Wawancara dengan Penulis, 17
April 2017, Rekaman Audio.

26
27

tahfizh ini memang benar-benar menjadi sarana yang tepat untuk mengembangkan
minat dan bakat anak-anak tanpa harus memikirkan beban berapa biaya yang akan
dikeluarkan, karena beliau ingin anak-anak tersebut benar-benar fokus untuk
belajar dan mendalami isi kandungan al-Qur’an .
Pengelola Rumah Tahfizh Mahir Qur’an Rayhana Maulidia diserahkan
sepenuhnya kepada seorang yang ahli dibidangnya, yaitu R.A Suandi, tujuannya
agar manajemen Rumah Mahir Qur’an tersebut berjalan dengan baik dan lancar.
Dibawah pengelolaannya Rumah Tahfizh Mahir Qur’an Rayhana Maulidia ini
sangat cepat berkembang, terhitung dari awal berdirinya rumah Mahir Qur’an ini
hanya memiliki 25 orang santri, seiring berjalannya waktu rumah Mahir Qur’an
Rayhana maulidia semakin terdengar di masyarakat Kota Jambi, karena Rumah
Tahfizh Mahir Qur’an tersebut didukung oleh fasilitas yang lengkap serta tenaga
pengajar yang mumpuni.44

B. Visi, Misi dan Tujuan


Adapun Visi didirikan Rumah Mahir Qur’an Rayhana Maulidia Adalah :
“Mencetak Generasi Qur’ani yang berakhlakul Karimah” Kemudian Misi
didirikan Rumah Mahir Qur’an Rayhana Maulidia adalah:
1. Mendidik anak-anak untuk cinta al-Qur’an sejak dini.
2. Melahirkan generasi Islam yang Qur’ani dan mencetak para penghapal al-
Qur’an yang berakhlak mulia, berkualitas dan bertanggung jawab (tahfidz).
3. Mengajarkan dan melatih cara membaca al-Qur’an dengan lafadz dan
hukum tajwid yang benar sesuai bacaan Nabi Muhammad Saw (tahsin).
Selain itu didirikan Rumah Mahir Qur’an Rayhana Maulidia bertujuan :
1. Menjaga kemurnian dan melestarikan al-Qur’an dan Hadits serta ajarannya
dari berbagai penyalahgunaan dan penyimpangan.
2. Menjadi sarana kegiatan dakwah Islam di Jambi yang berlandaskan al-
Qur’an dan As-Sunah.

44
Observasi penulis di Rumah Tahfizh Rayhana Maulidia pada tanggal 17 april 2017
28

C. Letak Geografis Rumah Tahfizh Rayhana Maulidia


Rumah Tahgizh Mahir Qur’an Rayhana Maulidia terletak di Jalan Yunus
Sanis/Fatah Laside Lorong Andalas No. 46 B Rt. 02 kelurahan Kebun Handil
Kota Jambi. Rumah Tahfizh Mahir Qur’an ini terletak ditempat yang sangat
strategis, ditengah-tengah pemukiman warga dan juga dekat dengan lembaga
pendidikan islam formal dari Paud hingga Perguruan Tinggi, dilingkungan yang
berpendidikan ini antusias masyarakat sangat lah tinggi dilihat dari banyaknya
jumlah santri yang terdaftar dirumah Tahfizh Mahir Qur’an tersebut. Bangunan
yang begitu megah menjadi daya tarik bagi masyarakat untuk berbondong-
bondong mendaftarkan anak-anaknya, di atas tanah seluas 137,35M2 berdiri
kokoh sebuah bangunan permanen yang berbentuk Rumah Toko (Ruko) memiliki
2 lantai.
Adapun batas-batas lokasi Rumah Mahir Qur’an Rayhana Maulidia Kota
Jambi :
a. Sebelah Selatan : Lapangan Volly dan kebun Pisang milik masyarakat
setempat.
b. Sebelah Timur : Berdiri Gedung Rumah Sakit Ibu dan Anak Annisa (RSIA).
c. Sebelah Utara : Rumah Warga, Akbid Jakarta Mitra Sejahtera (JMS).
d. Sebelah Barat : Tempat Gardu PLN Kota Jambi.
Di Rumah Tahfizh Mahir Qur’an Rayhana maulidia ini terdapat bangunan
yang meliputi ruangan-ruangan diantaranya : Ruang Kantor (Sekretariatan),
Ruang tinggal para Pengajar (Ustadz dan Ustazhah), ruang belajar sekaligus Aula
tempat melaksanakan Sholat berjamaah, Kamar Mandi, dan alat-alat belajar
mengajar. 45

D. Struktur Organisasi Rumah Tahfidz Mahir Qur’an Rayhana Maulidia


Maju mundurnya sebuah lembaga bisa dilihat dari struktrur organisasinya,
jika struktur organisasi tersebut memiliki kompetensi dibidangnya, maka
organisasi tersebut akan berjalan dengan baik dan lancar. Rumah Tahfizh Mahir

45
Dokumentasi penulis di rumah tahfizh rayhana maulidia, 16 April 2017. Catatan
dokumentasi
29

Qur’an Rayhana Maulidia adalah tempat belajar al-Qur’an , menampung semua


anak-anak yang ingin mempelajari al-Qur’an , dari anak-anak yang tidak mampu
secara ekonomi sampai anak-anak yang Ekonomi menengah keatas. Rumah
Tahfizh Mahir Qur’an ini berkomitmen memberi pelayanan yang terbaik, tanpa
melihat status sosial ekonomi. Tujuannya agar tidak ada kecemburuan sosial
diantara santri, untuk membentuk karakter santri yang religius, mumpunyai
kepribadian sosial yang tinggi.
Dengan demikian sangat jelas suatu lembaga yang baik, adalah lembaga
yang mempunyai struktur organisasi yang memiliki keahlian dibidangnya, rumah
Tahfizh Mahir Qur’an sangat menyadari hal tersebut, untuk itu Rumah Tahfidz
Mahir Qur’an membentuk struktur organisasi yang bertujuan agar aktivitas
belajar-mengajar berjalan dengan lancar.
Gambar Struktur Organisasi Rumah Tahfidz Mahir Qur’an Rayhana
Maulidia Kota Jambi46

46
Daftar struktur nama-nama pengurus rumah Tahfizh Rayhana Maulidia
30

E. Profil Tenaga Pengajar


1. Gatot Widodo, S.PdI
Ustadz Gatot Widodo lahir di Nipah Panjang 13 November 1977. Beliau
menempuh pendidikan formal SDN 20 Jelutung Kota jambi, setelah itu beliau
melanjutkan Ponpes Arrisalah Ponorogo Syanawiyah dan Aliyah hingga
perguruan tinggi. Ustadz yang memiliki 3 orang buah hati ini tidak diragukan lagi
keilmuannya, beliau sebagai guru tetap disebuah pondok pesantren modern Al-
hidayah Pal 10 Kota Jambi, selain itu beliau juga mengajar tapak suci di Uin Sts
Jambi.47
2. Zulfikar, S,Ud. M. Ag
Ustadz Zulfikar lahir di Rantau Alai pada tanggal 08 Agustus 1989. Beliau
menempuh pendidikan formal mulai dari tingkat SDN di desa Rantau Alai,
Setelah itu beliau melanjutkan pendidikan di Pondok Pesantren Al-Munawwaroh
Li Tahfidz Al-Qura’n Wa Al-Hadis di Sungai Misang Kabupaten Merangin.
Kemudian beliau melanjutkan di Pondok Pesantren Al-Mubarak Li Tahfidz Al-
Qur’an Al-Karim Tahtul Yaman Seberang Kota Jambi, dan menyelesaikan
pendidikan SMP di pondok tersebut. Selama di Pondok Pesantren Al-Mubarak
beliau mengabdi selama dua tahun sebagai tenaga pengajar.
Kemudian untuk jenjang selanjutnya yaitu SLTA beliau selesaikan di
Pondok Pesantren Syekh Maulana Qori Titian Teras Batang Masumai Kabupaten
Merangin. Selanjutnya beliau melanjutkan pendidikan S1 di PT IAIN STS Jambi
dan mengambil Jurusan Tafsir Hadis di Fakultas Ushuluddin dan selesai pada
tahun 2014. Kemudian beliau melanjutkan Studi S2 di PT UIN Sunan Kalijaaga
Yogyakarta dan mengambil Konsentrasi Al-Qur’an Hadis di Fakultas
Pascasarjana dan selesai pada tahun 2016.
3. Ustad Syukron Al-Hafizh
Ustadz Syukron lahir di Desa Sungai Dingin pada tanggal 07 Oktober 1995,
beliau menempuh pendidikan formal SD Trans Satu Desa Ranggo Kecamatan

47
Wawancara penulis dengan ust Suandi ketua rumah tahfizh rayhana maulidia, pada
tanggal 16 April 2017. Rekaman audio
31

Limun Kabupaten Sarolangun, setelah tamat SD beliau melanjutkan pendidikan di


Pondok Pesantren Al-Mubarak selama tujuh tahun, sempat mengabdikan diri di
pondok pesantren Al-Mubarak sebagai tenaga pengajar selama dua tahun, setelah
selasai mengabdikan diri sebagai tenaga pengajar, sejak tahun 2014 beliau
melanjutkan pendidikan di PT IAIN Sulthan Thaha Syaifuddin Jambi Fakultas
Syariah Jurusan Pidana Islam, beliau termasuk salah satu mahasiswa IAIN yang
berprestasi, setiap Bulan Romadon beliau menjadi Imam di salah satu Masjid di
Negera Malaysia.
4. Ustazah Nurlaili Rahmah
Ustazah Nurlaili Rohmah Lahir di Dusun Tuo pada tanggal 12 Februari
1997, beliau menempuh pendidikan formal SDN 147 Pulau Pandan III, setelah
tamat SD beliau Melanjutkan MTS di Pondok Pesantren Al-Mubarak, untuk
melanjutkan Aliyah beliau berangkat ke Surakarta di Pondok Pesantren Darul
Batul Atthohiroh surakarta Solo Jawa Tengah. Disana beliau termasuk santri yang
aktif dibidang pendidikan, beliau menjadi santri sekaligus guru untuk santri yang
lain, karna disana beliau menjadi guru bantu untuk belajar mengaji. Setelah selesai
Aliyah pada tahun 2015 beliau pulang ke Jambi untuk melanjutkan Studi di PT
IAIN Sulthan Thaha Syaifuddin Jambi di Fakultas Adab Jurusan Bahasa dan
Sastra Arab.48

F. Jumlah Santri Rumah Tahfizh Mahir Qur’an Rayhana Maulidia

Adapun jumlah santri Rumah tahfizh Rayhana Maulidia menurut observasi


peneliti berjumlah 317 orang, jumlah ini terdiri dari laki-laki berjumlah 168 orang
sedangkan santri perempuan berjumlah 149, jumlah ini dapat berubah-ubah pada
suatu saat sesuai dengan situasi dan kondisi ketika itu, era modern saat ini
eksistensi rumah tahfizh berperan penting untuk melahirkan re-generasi islami di
masa yang akan datang, rumah tahfizh berperan aktif untuk kegiatan belajar anak
dalam hal menambah wawasan seputar Islami, era modernisasi saat ini al-Qur’an
sangat penting bagi kehidupan anak-anak dan para remaja agar mereka

48
Wawancara penulis dengan ketua rumah tahfizh rayhana maulidia, 16 April 2017, catatan
hasil dokumentasi
32

mempunyai filter dalam menerima teknologi informasi yang berkembang pesat,


era modern saat ini kehidupan anak-anak dan remaja telah dirusak oleh
perkembangan teknologi jika mereka tidak mempunyai ilmu dan pemahaman al-
Qur’an yang luas, maka mereka akan dirusakkan oleh teknologi saat ini.

Tabel nama-nama santri Rumah Tahfizh Rayhana Maulidia 49

Nama Santri Putra


NO NO
1 Hamdy Maulana 21 Ramadhan Jamaludin
2 Lutfy Maulana 22 Aji Rahmansyah
3 Arya Aditya Putra 23 Raju Bayu Raharjo
4 Rafi Rizqon Dila 24 Ahmad Syauqi
5 Fhadil Viyo Ramadana 25 M. Dimas
6 Ghatfaan Al Kadafi 26 Abdul Hanan Rais
7 Nabil Ilhammi Jaya 27 M. Imam Noor
8 Farrel Dwi Putra 28 M. Arefan Mufio
9 Agsya Muhammad Rais 29 Adnauval Chazomi
10 D.Yusuf A 30 Priandi Jaya Kusuma
11 M. Fauzan Alhafizh 31 Bagas Putra Wijaksana
12 Qori Abdullah Aziz 32 M. Fairuuz Adzkiya
13 M. Azlansyah 33 Ahmad Romy Sahlan
14 Agiel Ahfansyah 34 M. Reindra
15 Muhhamad Akmal Fahrezi 35 Isnan Hadi Pratama
16 Arya Dwi Saputra 36 Ibrahim Maulana
17 Muhammad Bintang Rajabie 37 Abimayu Furqon Duenri
18 Hafizoh 38 Rahmat Adittia
19 Zulfikar 39 Arkan Naufal Revandi

49
dokumentasi penulis di rumah tahfizh rayhana maulidia, tanggal 11 April 2017, hasil
dokumentasi
33

20 Aksya 40 Andres Premi


41 Yuda 71 Raffa Al Akbar
42 Falli Abi Syam 72 Vildan Rizky Navian
43 Sandiya Ramadhan 73 M. Aji Kurniawan
44 M. Rois Rohal 74 M. Fahri Akbar
45 Ghifary Alazham Ramadhan 75 Nadika Arsya
46 R. Kenzie Faiz Hamizan 76 Agung Rodhitubillah
47 Abiyyi Rouf Duenri 77 Demas Prayoga
48 Sultan Nur Ashraffi 78 M. Azlansyah
49 Fahmi Farizal Fazri 79 Dzaki Benzema Zayan
50 Muhammad Alim Mubarak 80 Agil Arya
51 Hafiz Saifurrohman 81 Aura Rizkia
52 Endika Alfath Purwadiansyah 82 Raditya Ghannyan
53 Luis Farel Valentino 83 Hafiz
54 M. Abyasyah Al-Hafiz 84 M. Ikram Al Azzam Lubis
55 Ahmad Nur Fadilatussyakif 85 M. Ajrin Karim
56 Aldi Syahputra 86 M. Alim Mubarak
57 Azriel Rebahi 87 M. Anugrah Sakti
58 Britho Ado 88 Rizki Saputra
59 Encik Muhammad Kahfi Warro 89 Bagas Pramudya Putra
69 Farhan Rizky Mardhonillah 90 M. Afif Darmawan
61 Farrid Permana Isman 91 M. Ardiansaini
62 Ibrohim Mubarak 92 M. Zifani Zaki
63 Iman Zandjabil L. 93 Wahyu Pratama
64 Irfan Ala'udin 94 Khairi Ramadhan
65 Juanda Masykur 95 M. Bintang Al-Kudsi
66 Kaka Obama Sadewa 96 M. Rifal
67 M. Hafizul Raihan 97 S. Naufal Akbar
68 Muhammad Adrian Amrullah 98 M. Claudio Carlo Tito
69 Muhammad Aldi Fahri 99 Naufal Zaid Fathurrahman
34

70 Muhammad Dzul Faqor Yusup 100 Arya Aditya Putra


101 Muhammad Faqih Ibrahim Al 110
M. Ilham Nugroho
Fathi
102 Muhammad Fathoni Azizi 111 M. Afif Al Faridzi
103 Muhammad Ibrahim 112 Radhi Air Alrazan
104 Muhammad Radja Pradana 113 Rahmat Adtya
105 Muhammad Ridwan 114 Raihan Farid Azmi
106 Muhammad Roby Saputra 115 Refky Ananda Syahputra
107 Muhammad Tri Febrianto 116 Rezaul Pasya
108 Muhammad Zakky Albukhari 117 Ryandika Maulana
109 Zay Ikhsan Kelana 118 M. Farhan

b. Nama-nama santri perempuan rumah Tahfizh Rayhana Maulidia50

Nama Santri Putri


NO NO
1 Salwa Shafira 15 Nadine Salsabila
2 Ratu Naseha Sahira 16 Lutfiah Summaya Balqis
3 Tiffany Auliana 17 Cahaya Febriana
4 Athalia Ula Rahman 18 Keisya Sahla
5 Reva Febyan 19 May Insia
6 Naifah Khairunnisa 20 Endang Triana
7 Alinda Khairunnisa 21 Syafwa
8 Suci Damayanti 22 Wulan Septiani
9 Nabila Salsabila Putri 23 Azkia
10 Bela 24 Zahwa
11 Zhahwa Khumayra Apriliya 25 Tiara
12 Fildzah Kirana Ramadhani 26 Bunga Jovita
13 Naira Dwi Hartanti 27 Syarah El Hanna

50
Dokumentasi penulis di Rumah Tahfihz Qu’an Rayhana Maulidia, pada tanggal 20 April
2017, catatan hasil dokumentasi.
35

14 Triana Indri 28 Adine Retno Widyadana


29 Syereva Anggie Setiawan 59 Audrey Ramadhany
30 Siti Wulan Dari 60 Neisya Rafilah A
31 Zalika Shafira 61 Sri Mulyani Dwi Putri
32 Nabila Anindita Humaira 62 Aisyah Azzahra
33 Jingga 63 Annisa Azzahra
34 Via Vabiola 64 Aprianti Safitri
35 Sri Intan Munawaroh 65 Athila Putri Tiara Azzahra
36 Kaila 66 Aura Adila Justitia
37 Lundi Viantiarni 67 Beby Aura Hariyanto
38 Kanza Amira 68 Elsa Raudatul Jannah
39 Novi Elysia Radinka 69 Fadhilla Azzahra
40 Nova Elysia Radinka 70 Jihan Rezkianda Putri
41 Tya Ardina Setiawan 71 Keisya Sahla Humaizah
42 Dea Aulia 72 Kesya Dwi Pramesti
43 Decca Zarani Setiawan 73 Khansa Kanaya Herman
44 Aziza Afriza 74 Lika Hanifa
45 Salsabila Rhamadani 75 Lundi Viantiarni
46 Malika Asih Putri 76 Luthfiah Sumayyah
47 Zalfa Zahira Azzahra 77 Maysaroh Dwi Cahyani
48 Nadine Setyo Ningrum 78 Popi Puspita Indah Sari
49 Nazwa Aqila Ramadani 79 Queen Andina
50 R.A Khanza Nanda Qanita 80 Raisya lathifa
51 Nurul Salsabila 81 Sonia Fitri
52 Mutiara Adinda 82 Syifa khoirunisa
53 Naura Cantika Putri 83 Zia Shahira
54 Adine Retno Widyadana 84 Nawwariyah
55 Dini Suryandari 85 Mavizah Istikharah
56 Annisa Az-zahra 86 Dwi Nadin Fadhilah
57 Hanifa Faza 87 Vani Syakirah
36

58 Ika Agus Sinarsih 88 Khumaira Almira Fitra


89 Dwi Ramadhan 105
Cindy Andriana Putri
90 Aditya Eka Fadila 106
Nur Fadilah
91 Nadia Syahnan 107
Ajeng Dzakiyyah Azzahra
92 Nada Afiya Rani S 108
Wulan Myra Cantika B.
93 Nadika Arsa 109
Zhee Reylia Fauzan
94 107
Najwa Syifa Keisya Aqilla
95 Naswa Nuryuse 108
Kalisa Nabila
96 Naura Syifa Utami 109
Dhea Ananda
97 Neisya Rafilah 110
Nadidah Rauhana Fahlevi
98 Nur Hayzah 111
Naura Difta Kurniawan
99 Nur Nailah Sausan 112 Decca Zarani Setiawan
100 113
Liana Yusra (Ara) Zalwa Salsabila
101 114
Raudhah Rahayu Rifa Fayaza
102 115 Fildzah Kirana Ramadhani
May Insia
103 116 Naira Dwi Hartanti
Nayyara Mahliqa Putri
104 117 Kania Al-Fitr
Najwa Adelia Jalaludin

G. Program dan Kegiatan


Program utama yang diajarkan di Rumah Tahfidz Mahir Qur’an Rayhana
Maulidia adalah tahsin dan tahfidz. Program Tahsin adalah untuk melatih santri
agar mudah dan lancar dalam membaca al-Qur’an sesuai dengan bacaan Nabi
Muhammad SAW. Program Tahfidz diperuntukkan bagi yang sudah baik dalam
membaca al-Qur’an dan ingin menghapalkan al-Qur’an baik sebagian maupun
keseluruhan.51
1. Tahsin Al-Qur’an
Tahsin Qur’an di dalam Islam mempunyai makna bahwa di dalam membaca
Kitab Suci al-Qur’an haruslah benar dan tepat demi terjaganya keaslian praktik
dakwah sesuai yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW. Tahsin sendiri di

51
Dokumentasi penulis pada tanggal 11 April 2017
37

dalam Bahasa Arab mempunyai arti memperbaiki, memperkaya atau menguatkan.


Tahsin Qur’an juga dapat diartikan sebagai penyempurnaan hal-hal yang berkaitan
dengan kesempurnaan lafaz pengucapan huruf-huruf al-Qur’an dan
penyempurnaan dalam pengucapan hukum hubungan di antara huruf dengan huruf
yang lain seperti ikhfa, idzhar, idgham, dan yang lainnya.52
a. Hukum belajar Tahsin
Hukum dalam belajar ilmu Tahsin (Ilmu tajwid) sebagai disiplin ilmu dalam
mempelajari al-Qur’an adalah fardu Kifayah. Sedangkan hukum membaca kitab
Suci al-Qur’an dengan memakai aturan ilmu tajwid adalah Fardu ain. Dengan
begitu, membaca al-Qur’an dengan menggunakan tajwid menjadi wajib
hukumnya. Siapapun yang di dalam membaca al-Qur’an tidak
mempergunakan hukum tajwid maka hukumnya menjadi dosa, karena Allah
SWT telah menurunkan Kitab Suci al-Qur’an beserta tajwidnya. Oleh karena itu
di dalam proses membaca al-Qur’an yang baik dan benar, maka juga diwajibkan
untuk mempelajari Ilmu-Ilmu tajwid demi kesempurnaan dalam membaca al
Quran.
b. Tujuan dari Tahsin Tilawah
Tujuan utama dari Tahsin Qur’an sendiri yaitu menjaga lidah dari salah-
salah dalam membaca al-Qur’an . Kesalahan dalam membaca al-Qur’an sendiri
ada macamnya, yaitu Al Lahnul Jaliy dan Al Lahnul Kofiy. Al Lahnul Jaliy
adalah kesalahan yang begitu terlihat jelas di kalangan ataupun kalangan ahli
tajwid. Kesalahan tersebut antara lain perubahan bunyi, perubahan harakat,
memanjangkan huruf yang seharusnya pendek atau pun sebaliknya. Kesalahan
kedua, Al Lahnul Kofiy yaitu kesalahan kecil yang tidak diketahui, kecuali oleh
orang yang tidak mempunyai keahlian khusus dalam penyempurnaan pembacaan
al-Qur’an . Kesalahan-kesalahan tersebut antara lain, tidak digunakannya hukum-
hukum bacaan, tidak diterapkannya kaidah ghunnah di dalam huruf-huruf yang
semestinya menggunakan ghunnah
c. Manfaat Tahsin Qur’an

52
Supian Ramli, ilmu-ilmu Al-Qur’an Praktis,(Gaung Persada:Jakarta), 190
38

Manfaat dari tahsin Qur’an adalah merupakan cermin keimanan seorang


umat muslim terhadap kitab suci al-Qur’an , untuk Mencapai kualitas yang tinggi
di dalam membaca dan juga mempelajari al-Qur’an dan menghindari kesalahan di
dalam membaca al-Qur’an .
2. Tahfizh Al-Qur’an
Diantara karakteristik al-Qur’an adalah: ia merupakan Kitab Suci yang
dimudahkan untuk dihapal dan diulang-ulang, dan ia juga dimudahkan untuk
diingat dan dipahami. 53 Firman Allah SWT:

        


“Dan sesungguhnya telah kami mudahkan al-Qur’an untuk pelajaran maka
adakah orang yang mengambil pelajaran?.” (QS. Al-Qomar: [54] 17).
Karena dalam lafaz-lafaz al-Qur’an , redaksi-redaksinya, dan ayat-ayatnya
mengandung keindahan, kenikmatan dan kemudahan, sehingga mudah untuk
dihafal bagi orang yang ingin menghafalnya, menyimpan al-Qur’an dalam
hatinya sebagai tempat al-Qur’an bersemayam. Sebagaimana diketahui ribuan
bahkan puluhan ribu kaum Muslimin yang menghafal al-Qur’an , dan mayoritas
dari mereka adalah anak-anak yang belum menginjak usia Baligh. Dalam usia
yang masih anak-anak itu, mereka belum mengetahui niali kitab suci, namun
sudah terpanggil jiwa mereka untuk menjadi seorang penghafal al-Qur’an yang
mulia, tidak hanya dari orang Arab, tetapi banyak orang non-Arab yang
bacaannya fasih dan hafalannya lancar.
Anak-anak muda yang tampil gemilang menjadi Hamil dan Hamilah, istilah
yang disepakati oleh jumhur ulama untuk para penghafal al-Qur’an atau sebutan
bagi orang-orang yang hafal al-Qur’an , atau yang sekarang lebih dikenal dengan
Hafizh-Hafizhah al-Qur’an . Ini semua adalah perwujudan dari firman Allah
SWT:

        


”Sesunggungnya Kami-lah yang menurunkan al-Qur’an , dan sesungguhnya
Kami benar- benar memeliharanya.” (QS. Al-Hijr 15:9).

53
Ibid., 193
39

Menghafal al-Qur’an adalah diantara perangkat untuk memelihara al-


Qur’an , sehingga menyaiapkan orang yang menghafal al-Qur’an sejak dari usia
dini, dari satu generasi ke generasi lainnya, disamping sebagai bentuk kecintaan
terhadap al-Qur’an , tetapi juga sebagai bentuk pemeliharaan al-Qur’an .
Memelihara al-Qur’an dengan hati (bi al-Qalb).
Di berbagai belahan dunia anak-anak mulai menjadi penghafal al-Qur’an
yang ternyata hafalan mereka sangat bagus, lengket dan luar biasa. Ada sebagian
pendidik kontemporer yang mengkritik kegiatan menghafal al-Qur’an pada saat
kanak-kanak, karena menghafalnya tanpa pemahaman, dan manusia tidak
seharusnya menghafal apa yang ia tidak fahami. 54 Namun kaidah ini tidak boleh
diaplikasikan bagi al-Qur’an , karena sebagaimana dicontohkan para ulama
terdahulu yang menghafal al-Qur’an disaat usia belia, tidak masalah seorang anak
menghafal al-Qur’an pada masa kanak-kanak untuk kemudian memahaminya saat
dewasa. Karena menghafal saat kanak-kanak seperti menulis diatas batu,
sedangkan menghafal saat dewasa seperti menulis diatas air, apalagi dengan
berbagai kesibukan dan kegiatan mereka.
Di era modern ini banyak orang mengenal seorang anak yang berumur enam
tahun, hafizh al-Qur’an dan menjadi fenomena yaitu, Musa Kamil dan Ahmad,
Hafizh cilik RCTI. Ia (Kamil dan Ahmad) dapat menampilkan hafalannya dan
pemahamannya terhadap al-Qur’an dengan sangat mencengangkan bagi semua
orang. Di antara mamfaat menghafal al-Qur’an pada masa anak-anak adalah
meluruskan lidah, membaca huruf dengan tepat, dan mengucapkannya sesuai
dengan makhraj hurufnya. Karena dilatih sejak kecil sehingga membuat lidah
lembut atau fasih dan hafalan al-Qur’an nya disertai dengan bacaan yang baik,
sehingga akhirnya itu menjadi tabi’at atau ciri khas bagi para hafizh dan hafizhah
al-Qur’an . Itulah sebabnya penting ditekankan agar dibaguskan atau betul
bacaannya secara tajwid dan fasohahnya, baru kemudian menghafal al-Qur’an .

54
Quraish Shihab, lantera AL-qur’an (Mizan Pustaka: Bandung), 23
40

3. Kegiatan Rumah Tahfizh Rayhana Maulidia 55

Hari kegiatan Jadwal kegiatan Keterangan


Senin 15 - 17.30 18 - 21.00 Ustad Syukron dan Ustazah
Rahmah
Selasa 15 - 17.30 18 – 21.00 Ustad Gatot Widodo dan Ust
Zulfikar
Rabu 15 - 17.30 18 – 21.00 Ustad Syukron dan Ustazah
Rahmah
Kamis 15 – 17.30 18 – 21.00 Ustad Gatot Widodo dan Ust
Zulfikar
Jum’at 15 - 17.30 18 – 21.00 Ustad Syukron dan Ustazah
Rahmah
Sabtu 15 – 17.30 18 – 21.00 Ustad Gatot Widodo dan Ust
Zulfikar

Kegiatan belajar mengajar di Rumah Tahfizh Mahir Qur’an Rayhana


Maulidia, dilaksanakan setiap hari Senin-Sabtu. Setiap santri diwajibkan masuk
sebanyak tiga hari dalam seminggu. Waktu tersebut dibagi menjadi dua, pertama
hari senin, rabu dan kamis, kedua pada hari selasa, kamis dan sabtu. Selain itu
pada setiap hari para santri diberikan jadwal masing-masing pada jam 15.00-18.30
WIB dan pada jam 18.00-21.00 WIB. Rumah Tahfizh Mahir Qur’an Rayhana
Maulidia juga memberikan pelajaran-pelajaran tambahan selain tahsin dan
tahfizh, pelajaran tambahan tersebut adalah hadis akhlak dan fiqh ibadah yang
dilaksanakan pada setiap hari Jum’at (bagi yang mendapat jadwal hari senin, rabu
dan jum’at) pada setiap minggu kedua dan keempat, dan pada setiap hari sabtu

55
Dokumentasi penulis di rumah Tahfizh Rayhana Maulidia, pada tanggal 20 April 2017,
catatan hasil dokumentasi.
41

(bagi yang mendapat jadwal hari selasa, kamis dan sabtu) setiap minggu kedua
dan keempat.56
Selain itu, Rumah Tahfizh Mahir Qur’an Rayhana Maulidia juga
menyediakan kegian ekstra kurikuler berupa pelatihan pencak silat setiap pagi
minggu pada minggu kedua dan keempat, kegiatan ini diikuti oleh seluruh santri,
kegiatan ini bertujuan untuk menjaga kebugaran/kesehatan jasmani, melestarikan
budaya daerah Jambi dan juga untuk mempererat keakraban para santri.
Santri di Rumah Tahfizh Mahir Qur’an Rayhana Maulidia diklasifikasikan
menjadi dua, yaitu santri yang masih Iqra’ dan santri yang sudah al-Qur’an . Oleh
karena itu setiap jam jadwal belajar mengajar, para santri dibagi menjadi dua
kelas, ada kelas Iqra’ dan kelas al-Qur’an . Pada jam 15.00 para asatidz sudah
berada di tempat belajar mengajar di laksanakan, para santri yang datang
diarahkan untuk langsung duduk rapi di kelas masing-masing, untuk kemudian
dilakukan pembacaan do’a sebelum belajar secara bersamaan yang dipimpin
langsung oleh asatidz (bagi yang Iqra’) dan bagi yang al-Qur’an diberi jadwal
masing-masing santri untuk memimpin do’a.57
Selesai santri membaca Do’a, artinya aktivitas belajar-mengajar mulai
dijalankan. Satu persatu santri maju menghadap asatidz untuk diajarkan,
sedangkan santri yang lain diarahkan asatidz untuk Muroja’ah hafalan bagi kelas
al-Qur’an dan kelas Iqro’ diarahkan melancarkan bacaan yang sudah diajarkan,
sambil mendapat giliran belajar dengan asatidz sampai waktu sholat ‘Ashar.
Waktu Sholat ‘ashar masuk, santri diwajibkan untuk melaksanakan sholat
berjamaah yang langsung dipimpin oleh salah satu asatidz, masing-masing santri
putra mendapatkan jadwal Azdan, Iqomah dan do’a setelah sholat, jadwal Azdan
dan Iqomah diperuntukkan santri Al-Qur’an sedangkan Iqomah untuk santri
Iqra’, setelah sholat ‘ashar berjamaah santri kembali lagi ke kelas masing masing
untuk kembali belajar.
Waktu istirahat santri jam 18.00 WIB/lima belas menit sebelum waktu
sholat magrib, jam istirahat itu digunakan santri untuk makan dan

56
Dokumentasi penulis pada tanggal 17 April 2017
57
Observasi penulis pada tanggal 17 April 2017
42

mempersiapkan untuk melaksanakan sholat magrib berjamaah, santri yang


mendapat jadwal belajar Jam 18.00-21.00 satu persatu mulai berdatangan
sebelum masuk waktu sholat magrib. Santri diwajibkan sudah berada diatas
sejadah yang sudah disiapkan, sebelum azan magrib dikumandangkan santri
bersama-sama membaca Sholawat dan Asma-ul husna. Waktu sholat maghrib
masuk santri berjamaah dipimpin oleh seorang Asatidz, dan diikuti juga oleh
sebagian wali santri yang akan menjemput santri yang sudah belajar.
Selesai Sholat Magrib berjamaah, santri berdiri berbaris rapi untuk
bersalaman, yang diiringi dengan bersama-sama membaca sholawat. Setelah
salaman santri yang belajar siang sudah dijemput oleh wali santri, santri yang
dapat jadwal 18.00-21.00 diarahkan untuk duduk dikelas masing-masing, santri
yang sudah duduk rapi dikelas langsung membaca doa sebelum belajar yang
dipimpin oleh Asatidz. Setelah selesai membaca doa, santri sudah mulai belajar,
satu persatu santri menghadap ustadz untuk belajar, sambil menunggu gilaran
belajar dengan ustadz, santri disuruh muroja’ah hafalannya bagi yang sudah al-
Quran, sedangkan yang Iqra’ disuruh membaca apa yang sudah diajarkan.
Sebelum pulang santri diwajibkan sholat Isya berjamaah, yang dipimpin oleh
santri yang sudah mempunyai hafalan. Begitulah kegiatan yang dilakukan Rumah
tahfidz Mahir Quran Rayhana maulidia setiap waktu belajar mengajar.
4. Sarana prasarana
A. Keadaan Sarana dan Prasana58
No Jenis Ruangan Jumlah

1 Kantor 1 Unit

Ruang Kelas 3 Ruang


2

Ruang guru 1 Ruang


3

Tempat Wuduk 2 Ruang


4

58
Dokumentasi Rumah Tahfizh Rayhana Maulidia
43

Toko Kitab 1 Ruang


5

Perumahan Guru 4 Rumah


6

Sarana Ibadah - 1 Musholla


7
Penerangan PLN
8

Al-Qur’an 80 buah
9

Iqra’ 70 Buah
10

Meja Belajar 130 Unit


11

12 Kamar mandi dan WC 5 Unit


44

BAB III

PERAN DAN STRATEGI DAKWAH


RUMAH TAHFIZH MAHIR QUR’AN RAYHANA MAULIDIA
KOTA JAMBI

A. Peran Rumah Tahfizh Rayhana Maulidia


Rumah Tahfizh Qur’an merupakan sebuah fasilitator. Maksudnya adalah,
Rumah Tahfizh Qur’an menyediakan dan memberikan fasilitas bagi para calon
penghafal al-Qur’an, fasilitas tersebut mulai dari tenaga pengajar sampai pada
tempat dan alat yang digunakan dalam proses belajar mengajar. Sesuai dengan
namanya, fasilitator berasal dari kata latin yaitu “fasilis” yang artinya
“mempermudah”. Ada beberapa defnisi yang tercantum di dalam kamus
diantaranya: “membebaskan kesulitan dan hambatan, membuatnya menjadi
mudah, membantu dan mengurangi pekerjaan”. Maka fasilitas di sini mengandung
pengertian membantu dan menguatkan masyarakat supaya dapat memecahkan
masalah dan memenuhi kebutuhannya sendiri sesuai potensi yang dimilikinya.
Pengertian ini dirasa tepat untuk menggambarkan pemahaman fasilitas dalam
kaitannya sebagai sarana dakwah. 59
Era modern saat ini, Perkembangan rumah tahfizh di kota Jambi begitu
pesat, akan tetapi peneliti ingin melihat bagaimana peran dari rumah tahfizh yang
berkembang pesat saat ini, sejauh mana eksistensi rumah tahfizh dalam menyikapi
buta aksara al-Qur’an, Rumah Tahfizh Mahir Qur’an Rayhana maulidia memiliki
peran yang cukup baik dalam menyikapi permasalahan buta aksara al-Qur’an,
salah satunya fasilitas yang memadai, manajemen yang tersusun dengan rapi, ada
kegiatan extra kulikuler, tenaga pengajar yang mumpuni dalam bacaan al-Qur’an,
ini semua menurut observasi yang peneliti lakukan sangat berperan dalam upaya
memberantas buta aksara al-Qur’an.

59
Admin, Peran Rumah Tahfizh, di akses melalui alamat
http://rumahtahfidzyogya.blogspot.com/2011/02/, di akses pada tanggal 17 April 2017

44
45

Wawancara dengan ustazd Muhammad Syukron tentang peran rumah


tahfizh rayhana maulidia dalam upaya memberantas buta aksara al-Qur’an:60
“[A]lhamdulillah rumah tahfizh kami salah satu rumah tahfizh yang memiliki
banyak santri, dikarnakan fasilitas yang kami berikan sangat memadai, dengan
banyaknya santri maka kami sangat mementingkan sistem pengajaran dengan
baik, di rumah tahfizh kami sangat menekankan kualitas bacaan yang baik dan
benar.”

Dari wawancara diatas diatas maka penulis dapat memahami, bahwa


manajemen yang baik akan berdampak pada kualitas anak-anak didik, dalam hal
ini peran rumah tahfizh rayhana maulidia sangat sentral bagi para santri dalam
memberantas buta aksara al-Qur’an. Kualitas ustadz yang mumpuni juga akan
mempengaruhi keberhasilan dan peranan rumah tahfizh, akan tetapi peran rumah
tahfizh rayhana maulidia lebih menekankan kualitas bacaan yang baik dan benar.
Rumah Tahfizh Mahir Qur’an Rayhana memiliki program tahsin dan
tahfizh, tahsin untuk membaguskan bacaan, sedangkan tahfizh untuk menghafal
al-Qur’an. Wawancara dengan ustazah Rohmah tentang tahsin dan tahfizh yang
diterapkan rumah tahfizh rayhana maulidia:61
“[Y]ang kami ajarkan dirumah Tahfizh Mahir Qur’an Rayhana maulidia adalah
metode tahsin dan tahfizh, yaitu memperbaiki makhrojil Huruf yang sesuai
dengan hukum tajwid, kami ingin anak-anak didik kami faseh dalam penyebutan
bunyi hurup yang jelas, dan memberikan hak-hak yang sesuai dengan bunyi huruf,
memang waktu yang kami butuhkan dalam tahsin tersebebut tidak sebentar, sesuai
dengan kemampuan masing masing anak didik kami, dari proses tersebut kami
klasifikasikan anak-anak tersebut, yang belum tahu membaca al-Qur’an maka
kami jadikan kelas pemula (Iqra’), yang sudah tahu mebaca kami jadilah kelas
menengah (al-Qur’an), dan yang sudah bagus makhrojil hurufnya yang sesuai
hukum tajwid maka kami jadikan Kelas Hafalan. Adapun metode hafalan yang
kami terapkan disini,dimulai dengan surah-surah pendek (juz ‘Amma).”

Dakwah pada dasarnya menyampaikan pesan-pesan islam kepada


masyarakat luas. Dalam hal ini dakwah bisa dilaksanakan dengan menggunakan
sarana-sarana yang ada, rumah tahfizh juga merupakan sarana mutakhir yang bisa
dimamfaatkan sebagai sarana dakwah.

60
Wawancara penulis dengan ustazah M Syukron di Rumah Tahfizh Rayhana Maulidia
pada tanggal 25 April 2017. Catatan hasil wawancara
61
Wawancara penulis dengan ustazah Rohmah di Rumah Tahfizh Rayhana Maulidia pada
tanggal 25 April 2017
46

Dakwah yang efektif ialah dakwah tatap muka, dalam dakwah tatap muka
terjadi saling-silang antara pendakwah dan penerima dakwah. Aspek dialogis
sangat efektif untuk menyampaikan pesan dakwah. Berdakwah yang bersifat
orang per-orang sangat efektif untuk menyampaikan pesan dakwah.

Berdakwah orang per orang sangat efektif karena seorang da’i


berberkomunikasi sangat sederhana. Tidak perlu dibantu sarana. Pesan verbal dan
nonverbal menyatu pada diri seorang da’i. Pada masa perjuangan Islam, ketika
Rasul menyampaikan wahyu Allah kepada umat, dakwah yang digunakan ialah
dakwah orang per orang. Ajaran Islam disampaikan langsung kepada orang per
orang bahkan dalam situasi silent, dan hasilnya sangat efektif. Seorang demi
seorang menjadi pengikut Rasulullah dimulai dari istri beliau Khodijah, sahabat
beliau Abu Bakar Ash- shiddiq, dan kemudian menyusul yang lain-lain.

Wawancara dengan ustadz Zulfikar tentang peran Rumah Tahfizh Mahir


Rayhana Maulidia Kota Jambi, beliau mengatakan bahwa saat ini rumah tahfizh
rayhana maulidia memiliki jumlah santri yang paling banyak diantara rumah
tahfizh yang berada di Kota Jambi, menurut data yang peneliti dapatkan bahwa
jumlah santri rumah tahfizh rayhana maulidia berjumlah 317 orang, data dan
jumlah ini merupakan yang tertinggi diantara rumah tahfizh yang ada di kota
Jambi, peran Rumah Tahfizh Mahir Qur’an Rayhana Maulidia Kota Jambi sangat
sentral di kalangan masyarakat kota Jambi, hasil ini terbukti dengan banyaknya
jumlah santri yang mendapatkan hasil yang maksimal ketika mengikuti ajang
perlombaan di Kota Jambi, ustadz Zulfikar mengatakan:62

“[U]ntuk kegiatan dan partisipasi yang dilakukan oleh rumah tahfizh ini sangat
banyak dan cukup memuaskan, apabila ada ajang perlombaan yang di
selenggarakan pemda kota Jambi, maka kami mengutus santri di sini untuk
mengikuti perlombaan, adapun hasilnya itu tidak kami permasalahkan yang
terpenting anak-anak disini berani tampil, dalam beberapa ajang perlombaan kami
cukup puas dengan hasil yang di dapatkan anak-anak di sini.’’

62
Wawancara dengan Ustadz Zulfikar di Rumah Tahfizh Raihana Maulidia pada tanggal 17
April 2017. Catatan hasil wawancara.
47

Wawancara di atas menggambarkan bahwa kegiatan yang diterapkan oleh


para ustazd, dalam hal mengikuti ajang perlombaan, santri Rumah Tahfizh Mahir
Qur’an Rayhana Maulidia mendapatkan hasil yang memuaskan, peneliti melihat
bahwa anak-anak dirumah tahfizh rayhana maulidia sangat bersemangat
mengikuti rangkaian acara perlombaan yang diadakan oleh pemda, hal ini
membuktikan bahwa peran rumah tahfizh rayhana maulidia sangat sentral dan di
segani oleh rumah tahfizh yang lain ketika mengikuti ajang perlombaan, tanpa
harus membanding-bandingkan rumah tahfizh ini dengan yang lain.

Menurut data yang peneliti dapatkan, ketika ajang perlombaan Jambi TV,
rumah tahfizh Qu’an Rayhana Maulidia mengutus 12 orang santri dan berhasil
mendapatkan juara harapan sebanyak dua orang, ketika pemerintah kota Jambi
mengadakan perlombaan FASI (Festifal anak sholeh Indonesia) yang di adakan
pada tahun 2017 Rumah Tahfizh Mahir Qur’an Rayhana Maulidia mengirim 20
orang santri untuk mengikuti perlombaan FASI tingkat Kota Jambi, di ajang
tersebut Rumah Tahfizh Mahir Qur’an Rayhana Maulidia berhasil menyabet 5
juara dari 5 cabang lomba yang berbeda, prestasi ini sangat membanggakan
segenap ustazd yang mengajar, artinya peran rumah tahfizh rayhana maulidia
sangat aktif dan diperhitungkan di Kota Jambi, Ustazd Suandi mengatakan
“Ketika perlombaan Fasi tingkat Kota kemaren, alhamdulillah anak-anak kami
disini berhasil mendapatkan juara Adzan, Tilawah, Ceramah, Hafalan juz 30,
prestasi ini sungguh membanggakan bagi kami, karena rumah tahfizh kami layak
diperhitungkan.”63

B. Strategi Dakwah Rumah Tahfizh Rayhana Maulidia

Strategi dakwah artinya metode, siasat, taktik atau manuver yang


dipergunakan dalam aktivitas (kegiatan) dakwah. Untuk mencapai keberhasilan
dakwah islam secara maksimal, maka diperlukan berbagai faktor penunjang,
diantaranya adalah strategi dakwah yang tepat, sehingga dakwah islam mengena
sasaran. Strategi dakwah yang digunakan dalam usaha dakwah, haruslah

63
Observasi penulis pada tanggal 20 april 2017.
48

memperhatikan beberapa asas dakwah, agar proses dakwah dapat mengena


sasaran dan mudah diterima oleh masyarakat objek dakwah, beberapa asas
dakwah yang harus diperhatikan diantaranya: 64

 Asas filosofi; asas ini terutama membicarakan masalah yang erat


hubungannya dengan tujuan-tujuan yang hendak dicapai dalam proses
atau dalam aktivitas dakwah.
 Asas kemampuan dan keahlian da’i (achievement and profesionalis) :
asas ini menyangkut pembahasan mengenai kemampuan dan
profesionalisme da’i sebagai subjek dakwah.
 Asas efektivitas dan efisiensi: asas ini maksudnya adalah di dalam
aktivitas dakwah haruslah diusahakan keseimbangan antara biaya, waktu
maupun tenaga yang dikeluarkan dengan pencapaian hasilnya, sehingga
hasilnya bisa maksimal.
Dengan mempertimbangkan asas-asas sebagaimana yang tersebutkan diatas,
seorang da’i tinngal memformulasikan dan menerapkan strategi dakwah yang
sesuai dengan kondisi mad’u sebagai objek dakwah.
Strategi dakwah yang digunakan rumah tahfizh rayhana maulidia bervariasi
dan bermacam-macam, observasi yang di lakukan penulis melihat bahwa strategi
dakwah yang digunakan rumah tahfizh rayhana maulidia bervariatif sehingga
tidak menimbulkan rasa bosan bagi para santri, begitu pula dengan para ustadz
yang mengajar mempunyai mstrategi dakwah yang berbeda-beda sesuai dengan
kriteria dan pribadi masing-masing ustadz, hal ini menambah wawasan serta
masukan bagi para santri agar ilmu yang didapatkan dapat di aplikasikan untuk
kehidupan sehari-hari.
Selain itu, rumah tahfizh rayhana maulidia juga bekerja sama dengan
yayasan Syeikh Ali Jaber tujuannya adalah agar strategi dakwah rumah tahfizh
rayhana maulidia berkembang dengan pesat sehingga mampu menarik minat

64
Zakiah Daradjat, Pendidikan Agama Dalam Pendidikan Mental (Jakarta: Bulan
Bintang, 1975), 38.
49

masyarakat untuk memasukkan anak-anaknya belajar al-Qur’an. Wawancara


dengan Ustadz Suandi sebagai ketua rumah tahfizh, beliau mengatakan:65
“[J]adi saya diminta sebagai ketua rumah tahfizh ini oleh pak Maulana karena
bayground saya sebagai orang politisi dan jaringan saya ini sangat luas, maka saya
tidak ingin terfokus dirumah tahfizh ini saja, saya meminta pak Maulana agar
bekerja sama membuka travel umroh, maka saya rekomendasikan travel umroh
Syeikh Ali Jabir, tujuannya adalah untuk minat masyarakat agar memasukkan
anak-anaknya di rumah tahfizh ini.”

Dari wawancara diatas, maka penulis dapat memahami bahwa rumah tahfizh
rayhana maulidia bekerja sama dengan travel umroh Syeikh Ali Jabir, hal ini
suapaya menambah minat masyarakat untuk memasukkan anak-anaknya dirumah
tahfizh rayhana maulidia, kita mengetahui bahwa syrikh Ali Jabir mempunyai
nama besar di masyarakat Indonesia, beliau seorang hafizh qur’an dan juga
seorang da’I atau pendakwah, nama besar Syeikh Ali Jabir inilah yang diharapkan
oleh Ustadz Suandi agar mampu menambah minat masyarakat agar memasukkan
anaknya di rumah tahfizh rayhana maulidia, hal ini terbukti dengan semakin
banyaknya minat masyarakat memasukkan anaknya di rumah tahfizh ini, sesuai
dengan data peneliti dapat saat ini ada 317 santri yang aktif belajar, al-Qur’an
sebagai pedoman umat islam sebagai pembeda antara hak dan bathil.
Selain itu, peneliti melihat bahwa rumah tahfizh rayhana maulidia tidak
memberatkan biaya pendaftaran, biaya spp perbulan dan biaya wisuda, bahkan
santri yang masuk dan belajar di rumah tahfizh disini digratiskan seluruh biaya
pembayaran, hal ini menambah minat masyarakat agar memasukkan anaknya
dirumah tahfizh rayhana maulidia karena orang tua santri tidak dibebankan biaya
spp dan biaya lainnya, karena sudah di fasilitasi oleh donatur, wawancara dengan
bendahara umum rumah tahfizh rayhana maulidia, tentang keuangan dan biaya
masuk rumah tahfizh rayhana maulidia, Ibu Kartini mengatakan:
“[U]ntuk biaya masuk santri disini itu gratis, mulai dari biaya masuk, biaya spp
setiap bulan, biaya wisuda, biaya mengikuti perlombaan itu semuanya gratis dan
tidak di pungut biaya satu % pun, bahkan jika santri yang berprestasi di rumah
tahfizh ini kami berikan hadiah berupa buku tulis, piagam, dan uang saku,
tujuannya agar menambah semangat belajar dan menghafal anak-anak disini,

65
Wawancara penulis dengan Ustadz Suandi di Rumah Tahfizh Rayhana Maulidia, pada
tanggal 17 April 2017. Catatan hasil wawancara.
50

sedangkan untuk biaya operasional para ustadz dan guru yang mengajar dsini itu
di fasilitasi dan di biayai oleh donatur.”66

Wawancara diatas menggambarkan bahwa anak-anak yang belajar di rumah


tahfizh rayhana maulidia tidak dipungut biaya apapun, bahkan donatur yang
membiayai dan memfasilitasi proses belajar di rumah tahfizh rayhana maulidia,
hal ini menambah serta memberikan dorongan dan motivasi agar anak-anak yang
belajar di rumah tahfizh rayhana maulidia lebih semangat lagi untuk belajar dan
menghafal, karena kita tahu bahwa generasi anak-anak saat ini adalah cerminan
masa depan bangsa.
Selain itu, salah satu strategi dakwah yang di lakukan rumah tahfizh rayhana
maulidia mempunyai kegiatan extra kulikuler, tujuannya adalah supaya anak-anak
yang mengaji tidak merasa jenuh, upaya dan kegiatan ini sesuai dengan observasi
penulis merupakan kegiatan yang bermanfaat bagi anak-anak karena rumah
tahfizh rayhana maulidia selain tempat belajar al-Qur’an, hal ini terbukti dengan
observasi penulis, kegiatan extra kulikuler ini sebagai strategi dakwah yang
mumpuni karena dengan kegiatan ini menarik minat orang tua untuk memasukkan
anaknya mengaji dirumah tahfizh Rayhana maulidia, karena di era globalisasi saat
ini peran rumah tahfizh sangat diperlukan dalam pemberantasan buta aksara al-
Qur’an, akan tetapi peran media dakwah sangat menentukan keberhasilan
berdakwah.
Wawancara dengan Ustadz Gatot Widodo yang merupakan salah satu ustadz
yang mengajar di rumah tahfizh rayhana maulidia tentang kegiatan extra
kulikuler:67
“[A]dapun kegiatan yang kami tawarkan kepada anak-anak runah tahfizh
disini bermacam-macam, akan tetapi kami tidak memaksakan anak-anak ngaji
disini untuk mengikuti kegiatan extra kulikuler, karena kami mengerti dengan
keadaan santri kami, tetapi kegiatan extra kulikuler yang kami terapkan dsini
sangat di minati oleh anak-anak rumah tahfizh disni, hal ini sesuai dengan data
yang kami dapatkan bahwa dari 317 santri yang mengikuti kegiatan extra
kulikuler berkisar 224-230, adapun untuk kegiatan extra kulikuler kami dsini

66
Wawancara dengan Ibu Kartini, Sekretaris Rumah Tahfizh Rayhana Maulidia, pada
tanggal 20 April 2017, catatan hasil wawancara.
67
Wawancara dengan Ustad Gatot Widodo di Rumah Tahfizh Rayhana Maulidia pada
tanggal 25 April 2017. Catatan hasil wawancara.
51

bermacam-macam, tapak suci, belajar kaligrafi, belajar tilawah, sholawat,


menggambar dan pidato.”

Dari wawancara diatas maka penulis menyimpulkan bahwa kegiatan extra


kulikuler di rumah tahfizh rayhana maulidia sangat banyak, mengapa kegiatan
extra kulikuler ini sangat banyak? salah satunya guru dan para ustadz yang
mumpuni yang dimiliki rumah tahfizh rayhana maulidia.
Rumah tahfizh rayhana maulidia memiliki variasi strategi dakwah yang di
terapkan, salah satu strategi dakwah yang dilakukan ialah para santri dan ustadz
harus disiplin dan memaksimalkan waktu untuk krgiatan belajar dan mengajar, di
siplin waktu harus ditanamkan dan di aplikasikan oleh para santri dan ustadz
tujuannya adalah supaya kegiatan dapat berjalan dengan maksimal, jika ada santri
yang terlambat datang maka para ustadz menghukum membersihkan Wc,
membersihkan halaman, membersihkan kamar mandi, dan tempat wuduk, hal ini
sangat terbukti untuk memberikan efek jera kepada santri yang terlambat datang,
karena di siplin waktu harus ditanamkan sejak dini agar terbiasa hingga masa
remaja dan tua nanti.
Strategi dakwah yang dilakukan oleh para ustadz rumah tahfizh rayhana
maulidia dalam menyikapi kelalaian disiplin waktu, hukuman lain yang di
terapkan ialah menambah hafalan do’a, doa yang di maksudkan penulis disini
diantaranya doa harian seperti, doa setelah sholat dan do’a sholat jenazah, doa
sholat hajat, doa sholat tahajjud, doa sholat dhuha.
Wawancara dengan ustadz Syukron “[U]ntuk kedisiplinan santri kami di
sini itu sudah di terapkan dan di setujui oleh ketua, bendahara dan ustadz yang
mengajar di sini, diantara hukumannya yaitu menghafal do’a sesudah sholat wajib
dan menghapal do’a sesudah sholat sunnah.”68

68
Wawancara dengan Ustad Syukron di Rumah Tahfizh Rayhana Maulidia pada tanggal
25 April 2017. Catatan hasil wawancara.
52

BAB IV
FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT RUMAH TAHFIZH
MAHIR QUR’AN RAYHANA MAULIDIA KOTA JAMBI DALAM
UPAYA PEMBERANTASAN BUTA AKSARA AL-QUR’AN

Menghadapi era Teknologi yang memberi dampak perubahan sosial yang


besar dan mendasar yang menyertai kemajuan ilmu pengetahuan, revolusi industri
dan pembangunan demokrasi. Sikap dan kecenderungan sebagian besar kehidupan
manusia, Adalah memiliki sikap dan kecendrungan untuk hidup yang bergaya
sekuler dan cendrung bersikap pragmatis, materialistis, dan individualistis. Hal ini
tidak dapat dipungkiri bahwa masyarakat modern yang hidup menuntut serba
kepraktisan dan kedinamisan telah banyak meninggalkan kecendrungan yang
bersifat kolektif. Mereka lebih suka hidup secara individualistik serta berpikir
realistis serta materialistis. Gaya hidup serta cara berfikir masyarakat modern
seperti diatas. Tentu saja mempengaruhi pola hidup keagamaan masyarakat. 69
Pendidikan dalam pandangan Islam pada hakikatnya mempunyai jangkauan
makna yang sangat luas, dalam rangka mencapai kesempurnaannya, memerlukan
waktu dan tenaga yang tidak kecil. Karena pendidikan wajib dilaksanakan
sepanjang hayat sehingga kehidupan bagi seorang muslim adalah proses dan
sekaligus lingkungan pembelajaran. Jika seseorang berhenti belajar pasti
tertinggal dan tergilas zaman. Selanjutnya, apabila kita memperhatikan ayat-ayat
yang pertama diturunkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad, maka nyatalah
bahwa Allah telah menekankan perlunya belajar baca-tulis dan belajar ilmu
pengetahuan.70

69
rekontruksi pemikiran dakwah islam hlm 35
70
)٥( ‫)ََلَّ َم اإلنْ َسا َن َما ََلْ يَ ْعلَ ْم‬٤( ‫)الَّ ِذي ََلَّ َم بِال َْقلَ ِم‬٣( ُ‫ك اِل ْكَرم‬
َ ُّ‫)اقْ َرَْ َوَرب‬٢( َِ‫)خلَ َِ اإلنْ َسا َن ِم َْ ََل‬
ِ ِّ‫اقْ رَْ بِاَ ِم رب‬
َ ١( َِ َ‫ك الَّذي َخل‬
َ َ ْ َ
1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan,
2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,
4. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam[1589],
5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.

52
53

Perintah membaca, menelaah, meneliti, menghimpun dan sebagainya


dikaitkan dengan “bi ismi rabbika” (Dengan nama Tuhanmu”). Pengertiannya
adalah merupakan syarat sehingga menuntut dari pembaca bukan sekedar
melakukan bacaan dengan ikhlas, tetapi juga memilih bahan-bahan bacaan yang
tidak mengantarkannya kepada ha-hal yang bertentangan dengan “nama Allah”.
Demikianlah, al-Qur’an secara dini menggarisbawahi pentingnya ”membaca” dan
keharusan adanya keikhlasan serta kepandain memilih bahan bacaan yang tepat.
Namun dewasa ini masyarakat dihadapi dengan sebuah problem yang bernama
buta aksara al-Qur’an, sehingga pesan al-Qur’an tidak tersampaikan. 71
Buta aksara al-Qur’an memiliki makna tersendiri sebagai berikut: Buta yang
diartikan tidak mengerti sedikitpun tentang sesuatu. Aksara adalah lambang huruf
bacaan yang tersusun dalam sebuah kata dan kalimat.72 Kemudian yang dimaksud
al-Qur’an secara etimologis adalah “bacaan”, dan secara terminologis adalah
kumpulan wahyu Allah SWT yang tersusun dalam mushaf berisi petunjuk Ilahiah
yang dijadikan sebagai pedoman hidup (way of life) bagi umat Islam.
Dalam mushaf al-Qur’an ditemukan aksara-aksara berupa huruf-huruf yang
membentuk kata dan kalimat yang difirmankan Allah swt. Huruf-huruf tersebut
memiliki tata cara tersendiri dalam membacanya yang disebut “ilmu tajwid”. Ilmu
tajwid adalah mengeluarkan huruf-huruf Hijaiyah dari tempat keluarnya secara
baik dan memberikan hak huruf serta mustahaqnya. 73
Dari pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksud
dengan buta aksara al-Qur’an adalah: tidak bisa membaca dan menulis ayat-ayat
suci al-Qur’an, lebih dalam dari itu, buta aksara al-Qur’an adalah orang yang tidak
bisa membaca ayat-ayat al-Qur’an dengan kaidah ilmu tajwid yang baik dan
benar.
Buta aksara al-Qur’an disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya
tontonan, keluarga, lingkungan, beberapa faktor tersebut menjadi sebab utama

71
Quraish Shihab membumikan Al-qur’an Membumikan alquran (Bandung, Mizan
1003),168
72
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balain
Pustaka, 2002), 17
54

terjadinya kebutaaksaraan al-Qur’an. Motivasi dari keluarga untuk membimbing


anaknya kepada pelajaran agama sudah tergerus oleh motivasi ke arah yang lain
seperti ekonomi dan kesenangan duniawi. Dari sini terdapat dua hal mendasar
terjadinya buta aksara al-Qur’an, faktor pendukung dan penghambat. Adapun
penjelasannya sebagai berikut:

A. Faktor Pendukung
Faktor pendukung menjadi faktor penting dalam upaya pemberantasan buta
aksara al-Qur’an, adapun beberapa faktor pendukung diantaranya sebagai berikut:
1. Metode Pengajaran
Kota Jambi adalah kota yang semakin berkembang, dari infrastrukur dan
penataan kota yang mengalami perubahan. Tempat pengajian mungkin masih
menjamur. Namun kondisi yang berbeda-beda akan terjadi di tempat-tempat
tertentu yang langka ustadz. Perhatian pemerintah terhadap pemberantasan buta
aksara al-Qur’an belum terealisasi dengan baik, ditandai dengan banyak
berdirinya lembaga-lembaga pendidikan yang besifat mandiri, seperti SDIT dan
Rumah Tahfizh.
Ini menunjukkan ketidakpuasan masyarakat terhadap program unggulan
pemerintah kota Jambi, yang menggalakkan pengajian antara magrib dan Isya
(PAMI) di Masjid atau musholla se Kota Jambi. Dikarenakan dalam
pelaksanaannya yang belum maksimal, karena waktu yang tersedia sangat terbatas
dan guru/utsad yang sangat minim metode dalam proses belajar-mengajar al-
Qur’an.
Miskinnya metode dan sarana pengajaran dan guru yang bersukukuh
menerapkan metode pengajaran yang menyebabkan kebosanan dalam benak anak,
Hal itu menyebabkan anak tidak termotivasi untuk mengikuti kegiatan belajar
terutama dalam belajar al-Qur’an.
Seorang guru yang berpengalaman dapat menyuguhkan materi kepada
santri, dan santri mudah menyerapkan materi yang disampaikan oleh seorang guru
secara sempurna dengan mempergunakan metode yang dikembangkan dengan
dasar pengalamannya, metode tersebut dapat digunakan secara variatif, dalam
55

artian tidak menggunakan satu metode saja, artinya metode yang diterapkan oleh
para guru berbeda-beda sesuai dengan situasi dan kondisi yang terjadi ketika itu.
Wawancara dengan ustadz Zulfikar tentang metode yang diterapkan para
guru:74
[J]adi untuk metode yang sayo gunokan ,sayo Fokus menggunakan metode
bunyi,misalnyo ketiko sayo mengajar huruf tsa,sayo melafazkan terlebih dahulu,
baru kemudian anak-anak mengikuti, sampai anak-anak tu benar-benar tau caro
melafazkan huruf tsa dengan baik dan benar. Ketika sayo mengajar sayo
memfokuskan dengan metode ini.’’

Menurut penuturan ustad Zulfikar diatas, maka dapat peneliti pahami bahwa
metode yang digunakan ustadz Zulfikar menggunakan metode shautiyyah (metode
bunyi), yakni dimulai dengan bunyi huruf aksara, bukan nama-nama huruf contoh
: Aa-Ba-Ta dst. Dari bunyi ini disusun menjadi satu kata yang kemudian menjadi
kata atau kalimat yang teratur. Misalnya tsa-tsi-tsu-bats.Dalam observasi penulis
metode yang digunakan ustad Zulfikar sangat efektif, karena metode ini sangat
mudah dipahami dan dicerna oleh anak-anak dirumah tahfizh Rayhana maulidia.
Kemudian metode ini juga digunakan dalam keseharian anak-anak dalam proses
belajar, hasilnya anak-anak dapat melafazkan huruf hijaiyah dengan baik dan
benar ketika metode shautiyyah,
Dalam pola pengajaran al-Qur'an terutama dalam aspek bacaan aksara al-
Qur'an, memiliki metode dan strategi tertentu. Dalam buku Pedoman Pengajian al-
Qur'an yang diterbitkan Departemen Agama, menyebutkan empat metode yang
digunakan oleh sebagian guru dalam mengajarkan aksara al-Qur'an, yakni: 75
1. Metode tarkibiyah (metode sintetik), yakni metode pengajaran membaca
dimulai dari mengenal huruf hijaiyyah. Kemudian diberi tanda baca/harakat,
lalu disusun menjadi kalimat (kata), kemudian dirangkaian dalam suatu
jumlah (kalimat).
2. Metode shautiyyah (metode bunyi), yakni dimulai dengan bunyi huruf
aksara, bukan nama-nama huruf contoh : Aa-Ba-Ta dst. Dari bunyi ini

74
Ustadz Zulfikar, guru di Rumah Tahfizh Rayhana Maulidia, wawancara dengan penulis
tanggal 16 April 2017.
12 Quraish Shihab Membumikan Al-qur’an, (Bandung-Mizan 1994). 312
56

disusun menjadi satu kata yang kemudian menjadi kata atau kalimat yang
teratur.
3. Metode musyafahah (metode meniru), adalah meniru dari mulut ke mulut
atau mengikuti bacaan seorang guru, sampai hafal. Setelah itu, baru
diperkenalkan beberapa buah huruf beserta tanda baca/harakat dari kata-kata
atau kalimat yang dibacanya itu.
4. Metode Jaami'ah (metode campuran), adalah metode yang menggabungkan
metode-metode tersebut di atas (1,2,3) dengan jalan mengambil kebaikan-
kebaikannya disesuaikan dengan situasi dan kondisi.
Di samping itu, ditemukan pula berbagai metode lain dalam literatur yang
berbeda, yang kesemuanya saling melengkapi. Metode-metode yang dimaksud
adalah sebagai berikut :
1. Metode al-Barqi, adalah metode mengembangkan pengajaran baca tulis
dalam berbagai bahasa dengan menggunakan pendekatan global yang
bersifat struktural, analitis dan sistesis (SAS).
2. Metode hattaiyyah, adalah cara belajar al-Qur'an dengan pengenalan huruf,
tanda baca, melalui huruf latin. Awal pengenalan huruf al-Qur'an dimulai
dengan Lam, bukan Alif. Huruf al-Qur'an yang sulit diajarkan, paling akhir
diberikan, sebab agak susah persamaan lainnya.
3. Metode iqra', adalah metode belajar al-Qur'an dengan menggunakan sistem
:76
 Cara belajar siswa aktif (CBSA), guru sebagai penyimak saja.
 Privat, penyimakan secara seorang demi seorang
Dalam rangka memahami dan menguasai pembacaan aksara al-Qur'an,
maka di masa sekarang telah banyak didirikan lembaga pendidikan Islam, antara
lain banyaknya rumah tahfizh yang berdiri hampir seantero kota jambi, yakni
lembaga atau wadah, tempat anak-anak menerima pelajaran baca tulis al-Qur'an.
Di sinilah anak-anak di didik dan diajarkan bagaimana cara membaca aksara al-
Qur'an Yang baik dan benar. Tujuan pendirian rumah tahfizh adalah sebagai
wadah pembibitan generasi penghafal al-Qur’an sebagai cikal bakal generasi

76
Ibid., 313-314
57

Islam yang mampu membaca al-Qur’an dan mengamalkannya dalam kehidupan


sehari-hari.77
Eksistensi pendidikan dan pengajaran al-Qur'an bagi anak-anak di Rumah
tahfizh, di samping sasarannya adalah pembacaan aksara-aksara al-Qur'an, juga
meng-hafalkan ayat-ayat atau surat-surat pendek. Dalam mencapai sasaran
tersebut, maka pembinaan aspek kognitif, psikomotorik, dan afektif harus berjalan
secara seimbang. Untuk hal-hal yang menyangkut aspek kognitif dan
psikomotorik, barangkali sudah terpecahkan dengan adanya alat-alat dan sarana
yang tersedia misalnya buku iqra', dan hal ini lebih menonjol dalam pendidikan
anak di Rumah Tahfizh. Tetapi hal-hal yang menyangkut aspek afektif, yakni
pembinaan dan pengembangan sikap dan cita rasa beragama anak sering
ditinggalkan. Aspek pengembangan afektif ini, memang menjadi kendala sebab
sebagaimana diketahui bahwa waktu belajar anak di TPA/TPQ hanya sekitar 10
s.d 15 menit. Di sisi lain, adanya keterbatasan personal tenaga pendidik sebab
masih terjadi isu sentral di masyarakat bahwa pekerjaan guru ngaji ternyata
kurang menjanjikan masa depan terutama dalam hal kesejahteraan hidupnya,
sehingga wajar kalau pendidikan anak di Rumah Tahfizh TPA/TPQ hanya
ditangani oleh sukarelawan-sukarelawan saja.
2. Fasilitas yang memadai
Keberhasilan metode pembelajaran dan fasilitas yang memadai sangat
mendukung untuk mencapai keberhasilan Rumah Tahfizh mahir Qur’an Rayhana
Maulidia, fasilitas yang di miliki Rumah Tahfizh Mahir Qur’an Rayhana Maulidia
antara lain:
a. Tenaga pendidik yang kompeten.
b. Ruangan yang luas dan nyaman.
c. Kantor dan teampat tinggal para usatad dan ustazah.
d. Ruang kelas yang banyak.
Wawancara dengan ustadz Raden Suandi selaku ketua rumah tahfizh
rayhana maulidia, beliau mengatakan bahwa rumah tahfizh rayhana maulidia

77
Ibid,. 315
58

memiliki fasilitas yang memadai sehingga dapat menarik mninat anak-anak untuk
masuk dan belajar di rumah tahfizh rayhana maulidia:
“[F]asilitas yang kami miliki sangat baik dan setiap tahun dari data yang
kami kumpulkan bahwa santri yang masuk di rumah tahfizh rayhana maulidia
terus bertambah, terbukti dari data yang kami kumpulkan dari tahun 2016 hingga
2018 jumlah santri terus bertambah dan semakin banyak, hingga saat ini jumlah
santri yang mengaji disini berjumlah 317, sehingga kami mengatur ulang waktu
belajar, adapun jam belajar yang pertama di mulai dari pukul 14:00 Wib hingga
pukul 17:00 Wib, jam kedua di mulai dari pukul 17:00 hingga pukul 22:00 Wib,
ini menunjukkan bahwa fasilitas yang memadai menjadi faktor pendukung
keberhasilan rumah tahfizh al-Qur’an rayhana maulidia dalam memberantas buta
aksara al-Qur’an.”

Dari wawancara di atas dapat penulis pahami bahwa fasilitas merupakan


pondasi awal untuk mencapai keberhasilan proses belajar dan mengajar di rumah
tahfizh rayhana maulidia, data yang penulis kumpulkan bahwa jumlah santri terus
bertambah dari tahun ke tahun, dengan minimnya ustadz yang mengajar maka
jadwal harus di bagi dua, akan tetapi peneliti melihat bahwa dengan banyaknya
santri yang mengaji maka semakin banyak minat santri yang di luar sana untuk
masuk di Rumah Tahfizh Rayhana Maulida.

B. Faktor Penghambat
Faktor Penghambat Adalah Indikator Terbesar Dalam Lingkungan
Pendidikan Anak Saat Ini, Hal Ini Tidak Bisa Di Pungkiri, Ke Khusyukan Anak-
Anak Saat Belajar Al-Qur’an Sudah Terganggu Oleh Berbagai Hiburan. 78
1. Faktor Orangtua
Kiranya, Tidak Berlebihan Jika Dikatakan Bahwa Syarat Utama Dalam
Mendidik Anak Adalah Kesadaran Orangtua Terhadap Perilaku Dan Kepribadian
Anak, Karena Orangtua Adalah Madrasah Al-ula bagi buah hatinya.79 Hanya saja
yang menjadi problem kekinian adalah minat orangtua yang cenderung
memprioritaskan sekolah–sekolah umum, sementara menomorduakan pendidikan
berbasis al-Qur’an. Mereka memilih untuk mengarahkan anaknya mengikuti les
olah raga, matematika, bahasa Inggris dan program-program lainnya: dengan
asumsi bahwa pendidikan umum lebih menjanjikan kesejahteraan dari pada
pendidikan agama. Hal ini pada akhirnya berimplikasi menurunnya minat anak
terhadap al-Qur’an.

78
Ibid.,208
79
Ibid,. 214
59

Dari hasil wawancara penulis dengan Zulfikar salah seorang ustadz rumah tahfidz
beliau mengatakan :
[O]rangtua lebih cendrung mementingkan jadwal les anaknya ketimbang
memproritaskan untuk mengikuti jadwal belajar mengajar di Rumah Mahir
Qur’an Rayhana Maulidia, yang mana mereka meliburkan setiap jadwal belajar
mengaji, jika terdapat jadwal les yang bersamaan dengan jadwal belajar
mengaji. Dengan demikian membuat minat anak tidak tumbuh untuk belajar al-
Qur’an.80

Kemudian penulis mewawancarai salah seorang wali santri, Pak Maskur


mengatakan: [O]rang tua tidak bisa lepas tangan saja kepada guru/ustad, orang tua
harus berperan penting karna orang tua itulah yang mempunyai kemauan dan anak
itu didorong oleh orang tua. Orangtua terkesan tidak peduli dengan hasil yang
didapatkan anaknya dalam proses belajar, orangtua sekedar
mengantarkan/menitipkan ketempat belajar mengaji, tidak ada lagi kontrol
terhadap anak-anak mereka setelah pulang kerumah, mereka miss komunikasi
dengan guru/ustad untuk sekedar menanyakan kepada guru/ustad sampai sejauh
mana pelajaran yang sudah didapatkan oleh mereka dalam proses belajar
membaca al-Qur’an.81
Apa yang luput dari pemahaman para orangtua sekaligus juga yang
seharusnya dipahami dalam rangka menuntaskan masalah buta aksara al-Qur’an
adalah bukan hanya penyadaran tentang pentingnya pendidikan berbasis al-
Qur’an, melainkan juga fungsi utama al-Qur’an sebagai petunjuk keselamatan
dunia dan akhirat. al-Qur’an membahas sekaligus mengatur aspek-aspek
kehidupan, baik sosiologis maupun teologis.
Dari sisi sosiologi al-Qur’an mengatur etika horizontal dalam berinteraksi
antarindividu dan kelompok, sementara dari sisi teologis al-Qur’an mengajarkan
etika vertikal dalam beribadah kepada Allah. Lebih dari itu ternyata ilmuan-
ilmuan barat justru membenarkan dan mempraktikkan teori-teori al-Qur’an karena
kebenaran teori tersebut bersifat rasional dan absolut. Tak ayal jika kemudian para
ilmuan penyandang gelar profesor itu mendeklarasikan keislaman mereka karena

80
Zulfikar, pengajar/ustadz, Wawancara Dengan Penulis, 28 Desember 2017, Rumah
Tahfizh Rayhana Maulidia, Catatan Penulis.
81
Maskur, Wali Santri, Wawancara Dengan Penulis 17 april 2017. Kota Jambi. Rekaman
Audio.
60

pernyataan-pernyataan al-Qur’an yang tidak hanya meliputi aspek-aspek


sosiologis dan teologis, tetapi juga etis dan saintis.
Dengan demikian, seharusnya kita sebagai orangtua tidak menyia-nyiakan
kenyataan tersebut. al-Qur’an sebagai pedoman hidup, sudah semestinya menjadi
kewajiban bagi orangtua untuk mengarahkan putra-putrinya untuk belajar al-
Qur’an. Oleh karena itu, adalah keniscayaan dan merupakan kewajaran apabila
kita akan mendidik dan mencerdaskan anak kita dengan ilmu-ilmu yang bersifat
kongkrit, sedangkan ilmu-ilmu yang bersifat abstrak pun dapat dia kuasai.
Pada saat yang sama juga merupakan fakta bahwa sebagian besar orangtua
mengalami krisis ekonomi, yang berimplikasi terhadap lemahnya minat orangtua
untuk mengarahkan pendidikan anak terhadap belajar al-Qur’an.
krisis ekonomi saat ini membuat sebagian orangtua tidak sempat memperhatikan
pendididkan al-Qur’an, karena mereka terlalu sibuk mencari kebutuhan
hidup,dengan pekerjaan mereka masing-masing
Sulitnya lapangan pekerjaan yang tersedia saat ini, dan kebutuhan pokok
yang begitu mahal. Berdampak terhadap sebagian besar orangtua harus peras
keringat banting tulang untuk menafkahi keluarganya pergi pagi pulang malam,
tidak sempat untuk memperhatikan pendidikan al-Qur’an. Penulis teringat dengan
hadist Nabi Muhammad SAW: hampir-hampis saja kefakiran/kemiskinan itu
menyebabkan kekufuran.
2. Minat anak
Perkembangan zaman yang semakin modern mengubah pola pikir anak
sehingga mengubah paradigma anak terutama terhadap perkembangan teknologi,
kemajuan teknologi yang semakin hari mengalami perubahan yang signifikan,
sehingga anak-anak berlomba-lomba mengikuti trend tersebut.82
Dalam penelitian, penulis menemukan bahwa anak-anak saat ini lebih
mengenal game online, seperti mobile legend, coc, modern combat, daripada
belajar. Dampak dari game online ini sangat berpengaruh terhadap minat anak
untuk mempelajari al-Qur’an.

82
Ibid., 208
61

Wawancara penulis dengan ketua Rumah Tahfizh Rayhana maulidia ustadz


Suandi beliau mengatakan”
[A]nak-anak kami ngaji disiko lebih hebat lah dio main hp dari pado kami,
jadi yang kami khawatirkan itu anak-anak main hp terus sehinggo lupo jam
belajar, timbul kehawatiran kami anak-anak itu banyak tinggal jam pelajaran,
sehingga kami dari para guru sangat rugi apabila anak-anak tidak mengikuti
proses belajar.

Wawancara diatas menerangkan bahwa salah satu faktor yang


melatarbelakangi buta aksara al-Qur’an adalah anak-anak terlalu asyik dalam
bermain Hp sehingga lupa jam pelajaran. Hal ini mebuat kami dari para ustadz
sangat rugi melihat keadaan tersebut.
Arus globalisasi yang datang begitu besar yang tanpa didasari oleh pondasi
yang kuat, membuat masyarakat terlena terhadap lingkungan dan kewajiban
sebagai seorang Muslim, terutama terhadap anak-anak yang masih membutuhkan
bimbingan yang baik dan benar, tekhnologi yang serba canggih tersebut akan
memuat anak begitu nyaman dengan kesendiriannya. Terutama kurangnya minat
anak untuk membelajari ilmu Agama.
Jika tidak ada usaha dari orang tua untuk memberikan perhatian terhadap
anak belajar al-Qur’an. Maka yang akan terjadi adalah melihat generasi yang jauh
dari nilai-nilai keislaman.
3. Faktor tontonan
Misalnya media sosial dengan berbagai fitur yang dibuat sedemikian rupa
sehingga tidak membosankan. Ditambah lagi stasiun televisi berlomba-lomba
membuat beragam acara menarik untuk membuat pemirsanya betah menontonnya
berlama-lama. Belum lagi game online yang memiliki magnet tersendiri. Ini
adalah bukti nyata umat Islam diserang sedemikian rupa dari berbagai aspek, agar
generasi penerus semakin jauh dari kebaikan dan pendidikan yang bernilai
akhlakul karimah berlandaskan al-Qur’an dan sunnah. Sehingga membuat anak-
anak lengah dengan permainan dan tontonannya.
62

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Peran Rumah Tahfizh dalam pelaksanaan pemberantasan buta aksara al-
Qur’an adalah sebagai wadah baru, Rumah Tahfizh Rayhana Maulidia
memfasilitasi seluruh proses pelaksanaan kegiatan belajar al-Qur’an yang
bertujuan untuk memberikan pengertian dasar kepada santri tentang tata
cara membaca al-Qur’an dengan baik dan benar agar dalam prakteknya
para santri tidak melakukan kesalahan dalam membaca al-Qur’an., tujuan
dari pembelajaran tersebut untuk memberikan wawasan terhadap para
santri supaya lebih baik tentang penguasaan dalam membaca al-Qur’an
dan membangkitkan kesadaran yang dimiliki santri untuk dikembangkan
supaya bisa menghafal al-Qur’an.
2. Dalam proses belajar terlebih dahulu dilakukan dengan mengajarkan
cara membaca Huruf Hijaiyah dan Iqro’ dari 1-6. Selanjutnya para santri
mulai diperkenalkan al-Qur’an seutuhnya serta diberikan pemahaman
tentang tata cara membaca al-Qur’an dengan ilmu tajwid yang benar,
selanjutnya memberikan hafalan surat surat pendek (Juz ‘Amma).
3. Hasil proses belajar di Rumah Tahfizh Rayhana maulidia sangat efektif,
santri yang aktif dalam mengikuti proses belajar-mengajar sebagian
besar dapat membaca al-Qur’an yang baik dan benar sesuai dengan ilmu
tajwid.

B. Implikasi Penelitian
Setelah memperhatikan uraian serta keterangan yang diperoleh dari lokasi
penelitian mengenai peran Rumah Tahfizh Rayhana dalam pemberantasan buta
aksara al-Qur’an, penyusun perlu memberikan masukan-masukan ataupun saran
yang mungkin dapat dapat menjadikan suatu kontribusi bagi pihak-pihak
bersangkutan. Saran yang penyusun sampaikan sebagai berikut:

62
63

1. Bagi pengurus (para ustadz dan ustazah) Rumah Tahfizh Mahir Qur’an
Rayhana Maulidia, supaya dalam proses belajar belajar mengajar untuk lebih
memaksimalkan waktu yang ada, karena menurut peneliti dengan jumlah santri
yang terbilang banyak, dengan tenaga pengajar yang minim, apabila waktu
tidak dipergunakan dengan sebaik-baiknya, maka akan mengalami penurunan
kualitas bacaan yang baik dan benar sesuai dengan kaedah ilmu tajwid.
2. Untuk fasilitas yang ada di Rumah Tahfizh menurut peneliti harus ada
penambahan alat-alat lainnya untuk menunjang kegiatan belajar Santri.
3. Bagi santri supaya lebih aktif dalam mengikuti proses belajar mengajar supaya
mampu mengusai bacaan al-Qur’an yang baik dan benar sesuai hukum tajwid
yang diajarkan oleh para Ustadz dan ustazah.
64

DAFTAR PUSTAKA

A. Al-Qur’an

Dewan Agama RI, Al-qur’an dan Terjemahannya, Bandung: Sygma Creative


Media Group, 2014.

B. Karya Ilmiah

Al-Bukhari, Muhammad bin Isma’il Abu ‘Abdillah, Shahih Bukhari (Kairo: Al-
Mathbu’ah As-Salafiyah)

Al-Qaththan, Manna’, Mabahist fi Ulum Alquran (Beirut: Dar al-Mansyurat al-


Hadits, 1973)
AminSamsul Munir, Rekontruksi Pemikiran Dakwah Islam (jakarta: Amzah,
2008), hlm. 7

Muslim bin al-Hajjaj Abu Al-Hasan Al-Qasyriy, Shahih Muslim (Lebanon:


Beirut, t.t)

Arifullah, MOHD. dkk, Panduan Penulisan Karya Ilmiah Mahasiswa Fakultas


Ushuluddin Iain Sulthan Thaha Saifuddin Jambi (Jambi, Fakultas
Ushuluddin, 2016)

Arbi, Armawati, Psikologi Komunikasi dan Tabligh (Jakarta: Amzah, 2012)

At-Thabrani, Sulaiman bin Ahmad bin Ayyub bin Muthir, al-Mu’jam al-Kabir
(Kairo, Maktabah Ibnu Taimiyah, t.t)

Departemen Agama RI, Alquran dan Terjemahnya (Diponogoro: Bandung, 2007).

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta:


Balain Pustaka, 2002)

Fadilah, Reni, Efektivitas Pembinaan tajwid dan Tartil Untuk Meningkatkan


Kualitas Bacaan Alquran Ustdz-ustadzah Rumah Tahfidz Qurrota A’yun
Kotagede Yogyakarta (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta,
2012).

Hartoko, Didik, Strategi Pengembangan Organisasi Rumah Tahfidz Qu Deresan


Yogyakarta (Yogyakarat: UIN Sunan Kalijaga, 2012.)

Hasan, Hadri, “Respon Masyarakat Terhadap Program Pemberantasan Buta


Aksara Alquran (PBAQ) di Provinsi Jambi Tahun 2012”, Jurnal
Akademika, 29, No. 1 (2014)
65

Hasbi, Ahamad, Manajemen Program Pembinaan Santri Di Rumah Tahfidz Al-


Aiman Kembang Baru Maguwoharjo Depok Sleman Yogyakarta
(Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2011)

Mahardika, Esan Bayu, Peran Rumah Tahfidz Zulfa Qurrata A’yun Dalam
Pemberdayaan Masyarakat Di Desa Prbayan Kotagede Yogyakarta
(Yogyakarta, Uin Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2013).

Meleong, Leexy J, metode penelitian kualitatif

Shihab, M. Quraish, Lentera Alquran, Kisah Dan Hikmah Kehidupan (Bandung:


Mizan, 2008)

Shihab, M. Quraish, Membumikan Alquran (Bandung: Mizan, 1998)

Surakhmadi, Winarno, pengantar penelitian ilmiah, ( Bandung: tarsito, 1982)

Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, Dan R


& D,( Bandung: ALFABETA,2010)

C. Website
http://metrojambi.com/read/2015/06/07/934/5-ribu-warga-jambi-buta-aksara-
alquran
https://jambi.kemenag.go.id/berita/103216/kanwil-kemenag-prov-jambi
melakukan-verifikasi-data-buta-aksara-Alquran
http://ulumulislam.blogspot.com/2014/04/pengertian-al-quran-menurut-
bahasa.html#.W_gsBB-YTIU.
66

INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA

NO JENIS DATA METODE SUMBER DATA


- Sejarah Berdirinya
1. - Wawancara - Pendiri Rumah
Rumah TahfizhRayhana
Tahfizh
Maulidiya - Dokumentasi
- Dokumen sejarah
2. - Letak dan Geografis - Wawancara
- Ketua Rumah Tahfizh
3. - Jumlah Santri - Dokumentasi
- Dokumen sejarah
4. -Faktor penyebab buta - Wawancara
aksara Al-Qur’an - Tenaga pengajar
- Dokumentasi
Ustad dan Ustazah
- Strategi Dakwah Yang
5. digunakan - Wawancara

- Sejauh mana peran - Dokumentasi - Aktivitas Lapangan


Rumah Tahfizh Rayhana
6. - Wawancara
Maulidiya -orang yang

- Dokumentasi melaksanakan
pembinaan Rumah
Tahfizh (ketua Rumah
Tahfizh)

A. Panduan Observasi
No Jenis Data Objek Observasi

1. - Letak geografis Rumah Keadaan dan Letak Rumah Tahfizh


Tahfizh Mahir Qur’an Mahir Qur’an Rayhana Maulidia
Rayhana Maulidia
67

2. - Sarana/Fasilitas Rumah - Sarana dan Prasarana yang tersedia


Tahfizh Mahir Qur’an Rumah Tahfizh Mahir Qur’an
Rayhana Maulidia Rayhana Maulidia

3. - Penyebab Buta Aksara Al- - Penyebab Buta Aksara Al-Qur’an


Qur’an

4. - Strategi Dakwah Yang -Sejauh mana Peran Rumah Tahfizh


digunakan

B. Panduan Dokumentasi
No Jenis Data Data Dokumenter

1. - Letak Geografis Rumah - Dokumen Rumah Mahir Qur’an


Tahfizh Mahir Qur’an Rayhana Maulidia
Rayhana Maulidia
2. - Sejarah Rumah Tahfizh - Dokumen Rumah Tahfizh Mahir
Mahir Qur’an Rayhana Qur’an Rayhana Maulidia
Maulidia
3. Struktur Pengurus Rumah - Data dokumentasi tentang Struktur
Tahfizh Mahir Qur’an Rumah Tahfizh Mahir Qur’an
Rayhana Maulidia Rayhana Maulidia
- Daftar Nama Pengurus Dan Santri
68

7. - Sarana/Fasilitas Rumah - Data dokumentasi tentang


Tahfizh Mahir Qur’an sarana/fasilitas yang dimiliki Rumah
Rayhana Maulidia Tahfizh Mahir Qur’an Rayhana
Maulidia

C. Butir-butir Wawancara
No Jenis Data Sumber Data dan Substansi
Wawancara

1. - Sejarah Rumah Tahfizh Mahir Pengurus dan Ustadz-Ustazah :


Qur’an Rayhana Maulidia
- Bagaimana sejarah berdirinya
Rumah Tahfizh Mahir Qur’an
Rayhana Maulidia?
- Kapan dan oleh siapa Majelis
Rumah Tahfizh Mahir Qur’an
Rayhana Maulidia didirikan?
- Bagaimana perkembangannya
hingga saat ini?
2. - Visi, Misi dan Tujuan : Pengurus dan Ustadz-Ustazah

- Apa visi dan misi Rumah Tahfizh


Mahir Qur’an Rayhana Maulidia?
- Apa tujuan berdirinya Rumah
Tahfizh Mahir Qur’an Rayhana
Maulidia?
3. - Struktur Pengurus Rumah - Bagan Struktur Organisasi Rumah
Tahfizh Mahir Qur’an Rayhana Tahfizh Mahir Qur’an Rayhana
Maulidia Maulidia
- Nama-Nama Pengurus dan Santri
69

JADWAL PENELITIAN

Januari Februari Maret April


Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
V
1 Penulisan Proposal
v
Konsultasi dengan Ka. Jur/
2 Prodi dan Lainnya untuk
fokus penelitian
3 Revisi Draf Proposal v
4 Proses Seminar Proposal v
Revisi Draf Proposal setelah
5 v v
seminar
6 Konsultasi dgn pembimbing
7 Koleksi Data
Analisa dan Penulisan Draf
8 v
Awal Skripsi
9 Draf awal dibaca pembimbing V
10 Revisi Draf awal
11 Draf dua dibaca pembimbing v
12 Revisi draf dua v
Draf dua revisi dibaca
13 v
pembimbing
14 Penulisan draf akhir v
Draf Akhir di baca
15
pembimbing
16 Ujian munaqasyah v v V
Revisi skripsi setelah ujian
17
munaqasyah
70

Wawancara pendiri Rumah Mahir Qur’an Rayhana Maulidia.

Kegiatan Sholat Berjama’ah Rumah Mahir Qur’an Rayhana Maulidia.


71

Kegiatan belajar-mengajar Rumah Mahir Qur’an Rayhana Maulidia.


72

Kegiatan ektra kulikuler Rumah Mahir Qur’an setiap pagi Minggu.

Anda mungkin juga menyukai