SKRIPSI
OLEH
MUHAMAD ZAINURI
NIM : 201964010153
NIMKO : 2019.4.064.0801.1.006636
SKRIPSI
Oleh
MUHAMAD ZAINURI
NIM : 201964010153
NIMKO : 2019.4.064.0801.1.006636
Dosen Pembimbing
i
HALAMAN PENGESAHAN
Ketua, Sekretaris,
……………………… ……………………..
NIDN. NIDN.
Penguji Utama,
………………..
NIDN.
Mengesahkan Mengetahui,
Dekan Fakultas Ilmu Keislaman Ketua Program Studi PAI
ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
NIM/NIMKO : 201964010153/2019.4.064.0801.1.006636
Judul Skripsi : Konsep Pendidikan Etika Guru dan Siswa dalam Kitab
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-
Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa skripsi saya
bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut sesuai ketentuan yang berlaku.
Malang ,
Yang membuat pernyataan,
Muhamad Zainuri
iii
PERSEMBAHAN
Segala puji bagi Allah Swt tuhan semesta alam tiada sekutu baginya, atas
segala rahmat dan pertolongan-Nya aku bersyukur dapat menyelesaikan skripsi ini
tanpa kehendak-Nya maka semua tidak akan aku selesaikan. Sholawat serta salam
aku haturkan kepada baginda Nabi Muhammad Saw. Karenanya lah kenikmatan
Allah dapat aku dan kita semua rasakan nikmat dlohir atau pun bathin.
Aku persembahkan karya skripsi ini, untuk bapakku yang selalu mendoakan
dan mengajarkan bagaimana anak-anak menjadi orang yang baik, bermanfaat dan
berakhlakul karimah terhadap siapapun, saya ucapkan terima kasih yang tak
kejernihan hati, dengan belaian kasih sayangnya sesejuk embun yang diberikan
kepadaku, yang selalu membuatku tersenyum, yang selalu mendidik putra dan
putrinya dengan sabar, juga yang tak pernah henti mendoakan putra-putrinya di
setiap doanya, aku ucapkan banyak terima kasih atas kesabaran dan ketabahan,
niat tulusmu yang selama ini ku jadikan motivasi semangat untuk menggapai
Buat nenekku, yang telah memberikan semangat terus menerus beserta doa-
doa yang dipanjatkan di setiap setelah sholatnya agar supaya anak cucunya
mendapatkan keberkahan dan menjadi anak cucu yang sholih sholihah dan
berakhlakul karimah serta menjadi sukses baik di dunia atau di akhirat semoga
iv
keyakinan dan takdir itu bisa terwujud, serta semoga diberikan keberkahan umur
hayatnya.
Buat kakakku dan keluarga kecilnya serta adik-adikku dan tidak aku
buat pengarang kitab ini, yang menjadi gurunya guru-guru saya beliau Habib Zain
bin Ibrahim bin Smith semoga dipanjangkan umurnya oleh Allah dengan penuh
keberkahan dan manfaat yang dapat mengalir kepada kita, dan seluruh Pengasuh
guru-guruku serta para dosen dan staf Universitas Islam Raden Rahmat Malang
dan yang sangat saya banggakan saudara serta sabahat PAI angkatan 2019 kelas C
yang menjadi semangat, motivator, dan inspirasi dalam menjalani setiap proses.
Terima kasih untuk semua inspirasi dan apresiasinya selama ini. Ada begitu
banyak nama yang ingin kusebut, namun halaman ini terlalu kecil untuk menulis
semua kebaikan kalian. Tapi yakinlah ! hatiku cukup luas dan dalam untuk
mengingat semua kebaikan dan ketulusan kalian. Semoga silaturrahim kita semua
lestari hingga di Surga Allah Swt dan mendapatkan syafa’atul udzmahnya baginda
Ku Persembahkan kepada
v
MOTTO
ًص ْد نَ َد َامة ِ
ُ ْص ْد غْبطَةً َو َم ْن َي ْز َر ْع َشًّرا حَي
ُ َْم ْن َيْز َر ْع َخْيًرا حَي
“Barang siapa yang menanam kebaikan maka dia akan menuai keberkahan dan
barang siapa yang menanam keburukan maka dia akan menuai penyesalan.”
(Kalam datuknya baginda Nabi Muhammad Saw. Yaitu: Ilyas bin Mudlor bin
KATA PENGANTAR
1
Muhammad Ridlo, Muhammad Rasulullah Shollahu ‘alaihi Wasallam. (Jakarta: Dar Al Kutub
Islamiyyah, 2012), hal 22
vi
Bismillaahirrahmaanirrahiim,
Segala puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT., dimana dengan
skripsi ini.
pimpinan para Rasul yaitu Nabi kita Muhammad SAW. beserta keluarga dan
Dan Siswa Dalam Kitab Manhajus Sawiyyi Syarh Ushulit Thoriqotis Sadati Ali
kekurangan dalam penyusunan proposal skripsi ini. Oleh karena itu penulisan
proposal skripsi ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan, saran serta motivasi
semua pihak, baik langsung maupun tidak langsung yang telah membantu dalam
Malang)
vii
memberikan bimbingan dan petunjuk serta pengarahan kepada penulis dalam
menyusunskripsi ini.
5. Serta seluruh dosen yang telah memberikan bimbingan dan pelayanan selama
penulis, tiada kata yang dapat penulis sampaikan selain ucapan Jazakumullah
khoiron katsiron, semoga apa yang telah diberikan menjadi amalan yang bisa
DAFTAR ISI
viii
HALAMAN JUDUL...................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN....................................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................iii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ...........................iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................v
MOTTO......................................................................................................vi
KATA PENGANTAR...............................................................................vii
DAFTAR ISI .............................................................................................ix
DAFTAR TABEL......................................................................................xii
ABSTRAK................................................................................................xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah...................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................14
C. Tujuan Kajian..................................................................................14
D. Kegunaan Kajian.............................................................................15
E. Metode Kajian.................................................................................17
F. Definisi Istilah.................................................................................19
G. Sistematika Penulisan......................................................................23
ix
A. Gambaran obyek penelitian...........................................................83
B. Paparan Data dan Analisis Data...................................................100
C. Pembahasan...................................................................................151
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan...................................................................................157
B. Saran..............................................................................................160
C. Riwayat Hidup ..............................................................................162
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
ABSTRAK
x
Zainuri, Muhamad, 2023. “Konsep Pendidikan Etika Guru dan Siswa dalam
Kitab Manhaj As Sawiyyi Syarh Ushulit Thoriqotis Sadati Ali Ba’alawi Karya
Habib Zain bin Ibrahim bin Smith. Skripsi, Program Studi Pendidikan Agama
Musaddat, S. Ag., M. A.
Penelitian skripsi ini di latar belakangi oleh penerapan etika bagi guru dan
siswa itu sangat penting dalam kehidupan manusia. Karena etika atau akhlak itu
bersumber pada Al Quran dan Al Hadits yang menjelaskan tentang baik dan
yang berupa materi tentang akhlak ini, dapat menjadikan seseorang memiliki
Bagaimana Konsep Pendidikan Etika Guru dan Siswa Menurut Habib Zain dalam
Kitab Manhaj As Sawi, (2) Apa saja faktor yang mempengaruhi pendidikan etika
guru dan siswa dalam kitab Manhaj As Sawi, (3) Faedah Apa saja yang
dibutuhkan untuk keberhasilan guru dan siswa dalam pendidikan etika di dalam
Bagaimana Konsep Pendidikan Etika Guru dan Siswa Menurut Habib Zain dalam
Kitab Manhaj As Sawi, (2) Apa saja faktor yang mempengaruhi pendidikan etika
guru dan siswa dalam kitab Manhaj As Sawi, (3) Faedah Apa saja yang
xi
dibutuhkan untuk keberhasilan guru dan siswa dalam pendidikan etika di dalam
analisis teks dan wacana, teknik analisis data dengan menggunakan analisis isi
Dari hasil penelitian, bahwa konsep pendidikan etika guru dan siswa dalam
kitab Manhaj As Sawi karya Habib Zain bin Ibrahim bin Smith itu dapat
mendidik karakter guru dan siswa sehingga menjadi pribadi yang bertakwa dan
pendidikan etika guru dan siswa yang dipaparkan oleh Habib Zain bin Ibrahim bin
Smith dalam kitabnya Manhaj As Sawi sangat penting untuk dipelajari dan
Seperti halnya mempraktekkan: bersikap adil, tidak malu berkata “aku tidak
tau” atau “wallahu a’lam” saat menjawab, berhati-hati dalam berfatwa, zuhud,
lembut terhadap siswa, mensucikan hati dan mengosongkan dari segala maksiat,
xii
Ikhlas dalam menuntut ilmu, tawadlu’ dan khidmah kepada ulama’, mengambil
faedah ilmu dari mana saja, sedikit makan dan tidurnya (tirakat).
xiii
ABSTRACT
Zainuri, Muhamad, 2023. "The concept of the ethical education of teachers and
students in the book of manhaj as sawiyyi sharh thoriqotis sadati ali ba 'alawi by
habib zain bin ibrahim Smith”. Thesis, Islamic Education Study Program, of
A.
This thesis study on the background is an ethical application for the teacher
and the student is essential in human life. Because ethics or morals emanate from
the Koran and the hadith that explain good and bad human behavior. This
foundation of integrity in social life that can meet the challenges of changing and
developing times.
As for the formula of the problem and the purpose of this study is: (1) how
the concept of the ethical education of teachers and students according to habib
zain in manhaj as sawi, (2) what factors affect the ethical education of teachers
and students in manhaj as sawi, (3) what benefits are needed for the success of
teachers and students in the ethical education in manhaj as sawi's book. While the
purpose is to know: (1) how the concept of the ethical education of teachers and
students according to habib zain in manhaj as sawi, (2) what factors affect the
ethical education of teachers and students in manhaj as sawi, (3) what benefits
xiv
are needed for the success of teachers and students in the ethical education of
This thesis research, using the exposure of library research on the study of
using data collection is documentation, read in depth and record textual and
discourse, data analysis technique using content analysis, and using data
confirmability.
From research, that haj as sawi's book of manhaj bin ibrahim bin Smith's
concept of ethical education can have a positive effect on the world's principal
education in educating the character of teachers and students and thus becoming
corrupt and ethical beings. Thus, researchers concluded that the concepts of the
ethical education of teachers and students outlined by habib zain bin ibrahim bin
Smith in his book manhaj as sawi are vital to study and practice in daily life.
"wallahu a 'lam" in reply, being careful in thought, zuhud, tawadlu ', leaving
arguments and strife, shunning rulers, being gentle with the student, consecrated
the heart and emphaters of all iniquity, sincere in demanding science, tawadlu
'and reverent to the clerics', profiting the science from anywhere, eating and
xv
BAB I
PENDAHULUAN
Guru dan siswa merupakan dua komponen yang harus berperan aktif dalam
proses pembelajaran. Seorang guru atau siswa perlu menanamkan kebaikan moral
dan etika pada diri masing-masing dalam kegiatan sehari-harinya. Baik di dalam
berinteraksi sosial dengan baik kepada orang lain. Contohnya baik guru atau siswa
dalam berinteraksi sosial diperlukan adanya kebiasaan untuk bertutur kata yang
halus, sopan, jujur, berwajah gembira saat bertemu orang lain, tidak sombong,
tidak arogan, tidak keras kepala, disiplin, tanggung jawab dan baik hati.
siswa dan orang lain akan saling memberikan hasil positif yang dapat dirasakan
oleh semua pihak. Penanaman kepribadian tentang pendidikan etika pada masa
Pendidikan etika atau budi luhur akan dapat membentuk karakter individu
yang taat kepada syariatnya Allah Swt. Atau akan menjadikan pribadi manusia
yang bisa membawanya untuk selalu beramal baik (shaleh) dalam menjalani
yang baik dalam menjalankan kehidupan sehingga memberi manfaat kepada orang
lain, salah satunya adalah memiliki rasa kepedulian antar sesama dengan saling
1
2
islam tidak hanya menekankan pada aspek keimanan ibadah dan muamalah saja
melainkan juga penerapan etika yang membentuk karakter baik pada diri manusia,
karakter akhlak mulia merupakan hasil dari penerapan syariah, ibadah dan
dalam pendidikan agama Islam, yang juga dilirik oleh pendidikan nasional sebagai
undang nomor 20 tahun 2003 yang berisi tentang sistem pendidikan nasional pada
agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara
2
Hafidz, U. D. 2018. Konsep Pendidikan Karakter dalam Perspektif Islam. Ta’dib: Jurnal
Pendidikan Islam, VII. (I), http://doi.org/10.29313/TJPI.V711.3428 dalam kutipannya Khusnul
Zauharoh. 2022. Studi Komparasi Konsep Pendidikan Karakter Imam Al Ghazali dan Imam An
Nawawi. Skripsi, Sumatra Utara: Universitas Muhammadiyah Sumatra Utara Prodi PAI
3
Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia. Hal ini, tentu harus diproses melalui
pada semua jalur, jenjang dan jenis wajib menyelenggarakan pendidikan agama”.
Oleh sebab itu, pendidikan agama Islam di sekolah atau madrasah memiliki
peran penting dalam rangka mencapai tujuan yang dimaksud yaitu melahirkan
manusia di Indonesia yang beriman dan bertakwa serta berakhlak mulia atau
beretika baik. Sehubungan dengan itu, bidang studi pendidikan agama Islam
dalam hal ini adalah pendidikan tentang moral dan etika itu harus dipelajari oleh
peserta didik di sekolah atau madrasah agar penanaman nilai-nilai keimanan dan
ketakwaan serta perilaku akhlak mulia itu dapat ditanamkan sejak dini. 3
karyanya Adabul ‘Alim wal Muta’allim (pendidikan akhlak untuk guru dan murid)
mengutip sebuah Al-Hadits yang diriwayatkan dari Sufyan bin Uyainah, bahwa
Rasulullah Saw adalah neraca terbesar di mana segala sesuatu akan ditimbang
menggunakan akhlak, riwayat hidup dan petunjuk beliau yang sesuai dengan itu
3
Abdul Wahid Syahlani, et. al. Pendidikan Agama Islam SMP Kelas VII. (Bandung: CV Arfino
Raya, 2009), hal xiii
4
daripada ilmu yang baik.” Sebagian ulama berkata: “Tauhid membawa iman,
barangsiapa yang tidak memiliki Iman berarti tidak mempunyai tauhid. Iman
mendatangkan syariat, Barang siapa yang tidak mempunyai syariat maka tidak
yang tidak beradab sama dengan tidak mempunyai syari’at, iman dan tauhid.” 4
Dari kata pengantar beliau Hadratus Syaikh KH. M. Hasyim Asy’ari yang
mengutip ungkapan dari salah satu ulama’, dapat diambil pelajaran yang sangat
berharga yaitu tentang pendidikan etika atau adab yang menjadi ciri bagi
akhlak itu akan dapat membekali guru dan siswa untuk menjadi seseorang yang
berbudi luhur secara multiple effect (bisa berbuat baik kepada diri sendiri, kepada
sesama manusia dan makhluk lain dan kepada Allah Swt). Sehingga dengan
4
M. Hasyim Asy’ari, 1924. Terjemah Adabul ‘Alim wal Muta’allim / Pendidikan Akhlak untuk
Pengajar dan Pelajar. Oleh Tim Dosen Ma’had Aly Hasyim Asy’ari. (Jombang: Pustaka
Tebuireng dan Bina Ilmu Cukir, 2020), Ctk. VI, hal xv-xvi
5
Ahmad Dwi Nur Khalim, 2020. Urgensi Materi Pembelajaran Akhlak KH. M. Hasyim Asy’ari
dalam Menghadapi Tantangan Pembelajaran Abad 21. (Online). Vol. II No. 2
https://www.google.co.id/search?q=urgensi+pendidikan+etika+guru+dan+siswa&client=ucweb-
b&channel=sb#ip=1 (diakses: September 2020)
5
insan kamil (manusia sempurna) dengan beriman, bertakwa kepada sang pencipta,
serta rohaninya.
Produk yang dihasilkan dari dunia pendidikan etika adalah seseorang yang
telah memiliki etika serta budaya baik akan menjadi salah satu orang yang
dan sentosa dengan diatur dengan rambu-rambu dan norma-norma hukum yang
yang dimilikinya maka bangsa tersebut akan menjadi kuat, solid dan wibawa
sehingga menjadikan citra bangsa yang bermartabat dan disegani oleh bangsa-
bangsa lain. Usaha sadar ini merupakan kepentingan para pendiri bangsa (The
Indonesia telah sampailah pada saat yang berbahagia dengan selamat sentosa
karakter karena karakter adalah sebagai penilai yang membuat Indonesia menjadi
bangsa yang besar maju dan Jaya serta bermanfaat kalau karakter ini tidak
Melihat tujuan mulia dari para pendiri bangsa seperti demikian, dan
terjadi di NKRI ini, yang salah satunya diakibatkan oleh perkembangan alat
perubahan watak dan mental yang tidak bisa untuk dihindari. Begitu pula, adanya
perubahan terjadi pada pribadi pendidik yang menyalahi kode etik sebagai guru
atau kiai (pengajar) yang seharusnya menjadi sosok panutan yang digugu dan
ditiru (istilah jawa). Dan adanya perubahan negatif berupa penurunan karakter
siswa atau santri (peserta didik) dari segi etika, pergaulan dan interaksi sosialnya
perjudian, penipuan, terorisme, radikalisme, korupsi dan ada banyak lagi yang
dapat disaksikan.
Salah satu contoh kemerosotan etika guru: video guru SMK tampar
Indonesia (FSGI) Sekjen yang bernama Heru Purnomo saat dihubungi Jumat 20
April 2018 menyatakan: “Kami atas nama organisasi profesi FSGI prihatin
dengan kejadian itu dikarenakan ada seorang guru yang berperilaku kekerasan di
8
Jabbar Ramdhani, Viral Guru Tampar Murid, FSGI: Langgar Etika dan Terancam Pidana,
(Online) https://news.detik.com/berita/d-3981278/viral-guru-tampar-murid-fsgi-langgar-etika-dan-
terancam-pidana (diakses oleh detikNews.com, Jumat, 20 April 2018 10:47 WIB)
8
Bukan hanya itu saja, contoh kasus kemerosotan etika juga terjadi pada
siswa yaitu: meninggalnya salah satu guru yang dianiaya oleh siswa menurut
penilaian bapak Mahfud MD mantan ketua mahkamah konstitusi (MK) dalam hal
ini, telah menanggapi: “Tragedi ini merupakan runtuhnya moral dalam dunia
dan budi pekerti. Orientasi pendidikan kita supaya dikawal betul sebagaimana
yang telah tertuang dalam pasal 31 UUD 1945 berbunyi: “Bahwa membangun
ِ
ُ ِْإمَّنَا بُعث
ْ ت ُأِلمَتِّ َم َم َكا ِر َم
)اَأْلخاَل ق (رواه مالك والبخاري والطرباين واخلرائطي
Akhlak / etika adalah salah satu kunci yang utama untuk kebahagiaan
manusia sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan Al-
Hakim:
)١٥٥٢ َما ِم ْن َش ْي ٍء يِف ْ الْ ِمْيَز ِان َأْث َق َل ِم ْن ُح ْس ِن اخْلُلُ ِق (أخرجه أبو داود والرتميذي وصححه
amal seseorang dibandingkan budi pekerti yang baik.” (HR. Abu Dawud dan At
11
Al-Bukhori, Muhammad bin Ismail, Abu Abdillah, Kitab As-Shohih Al-Jami’ Al-Bukhori.
(Beirut: Darul Fikr, 2001), hal 39 dalam kutipan Muhammad Mawlana. 2011. Etika Pelajar dalam
Kitab Al Manhaj As Sawi Syarh Ushul Thariqah As Saadah Al Ba’alawi. Skripsi. Banjarmasin:
Program Studi Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyyah dan Keguruan Universitas Islam
Negeri Antasari
12
Abdus Salam, et. al. Kitab Ibanatul Ahkam Syarh Bulughul Maram. (Surabaya: Al Bidayah,
2018) IV: 646
10
Aisyah Ra. Berkata: “Tidak ada seorangpun yang paling baik akhlaknya
ikutilah aku (Nabi Muhammad Saw), niscaya Allah akan mencintaimu dan
mengampuni dosa-dosamu. Allah Swt Dzat yang Maha Pengampun lagi Maha
mengikuti agama-Nya, maka pertanda dia taat kepada Allah dan Allah mencintai
orang-orang yang taat kepada-Nya. Dan ketika seseorang mengikuti syariat islam
Ketika seorang mengikuti jalan syari’at yang telah digariskan oleh Allah
13
Muhammad Nawawi, Al Bantani. Marah Al Labid Tafsir Al Munir. (Surabaya: Al Haramain,
2014) Juz II, hal 392
14
Muhammad Nawawi, Al Bantani. Marah Al Labid Tafsir Al Munir. (Surabaya: Al Haramain,
2014) Juz I, hal 95
11
)٧١ :َو َم ْن يُط ِع اهللَ َو َر ُس ْولَهُ َف َق ْد فَ َاز َف ْو ًزا َع ِظْي ًما (األحزاب
baik dari arah guru atau siswa yang telah disebutkan diatas. Maka hal tersebutlah
yang menjadi objek kajian peneliti tentang konsep pendidikan etika guru dan
siswa yang dapat digunakan untuk menerapkan nilai-nilai karakter bagi guru dan
sehingga menjadi salah satu solusi untuk mengembalikan fitrah manusia yang
sedikit banyak perlu untuk dikaji dan diaplikasikan dalam pendidikan. Tetapi di
agama Islam di dunia ini termasuk tentang pendidikan etika guru dan siswa.
kemudian pada masa sekarang mulai terkikis kembali. Maka dari itu, perlu adanya
penerapan kembali pendidikan etika guru dan siswa sesuai dengan konsep ulama
terdahulu serta dikemas dengan tampilan baru yang berbeda untuk menambahkan
pada umumnya.
Beberapa hal yang menarik dalam kitab ini menurut peneliti adalah
pengarang kitab Manhaj As Sawi ini telah memilah dan memerinci secara
sistematis dengan menyebutkan etika untuk pribadi seorang guru, kemudian etika
berinteraksi antara keduanya, disebutkan juga suatu hal yang diperlukan bagi guru
dan siswa seperti menjaga kemurnian kegunaan ilmu tersebut untuk apa,
khazanah keilmuan untuk menjadi seorang yang terpercaya dan profesional dalam
Serta di dalam kitab Manhaj As Sawi, telah dipaparkan salah satu dari
temanya adalah bab yang membahas sesuai dengan yang dikaji oleh peneliti yaitu
tentang konsep pendidikan etika guru dan siswa dalam kitab Manhaj As Sawi.
wadzifah / rutinan dzikir dan doa sebagai pembersihan diri dan penjagaan diri
agar selamat dunia dan akhiratnya dalam rangka untuk menjaga kebaikan
hubungan antara sesama manusia dan hubungan dengan sang pencipta Allah Swt.
Saat ini kehidupan berada pada generasi milenial, yaitu dunia yang
berkembang pesat dan didukung oleh teknologi yang semakin maju di era
globalisasi. Ternyata hal tersebut menjadi salah satu penyebab timbulnya efek
negatif terhadap karakter guru dan siswa. Begitu pula dalam pemberitaan dunia
pendidikan, sering terjadi kasus kemerosotan etika baik guru ataupun siswa,
guru atau sebaliknya, ketidak pedulian dan masih banyak lagi kejahatan lainnya
yang terjadi. Maka dari itu, peneliti tergerak sekaligus bertanggung jawab atas
konsep pendidikan beretika guru dan siswa dalam kitab Manhaj As Sawi karya
B. Rumusan Masalah
14
1. Bagaimana konsep pendidikan etika guru dan siswa menurut Habib Zain
2. Apa saja faktor yang mempengaruhi etika guru dan siswa dalam kitab
Manhaj As Sawi
3. Apa saja faedah yang dibutuhkan untuk keberhasilan guru dan siswa
C. Tujuan Kajian
2. Mengetahui apa saja faktor yang mempengaruhi etika guru dan siswa
3. Mengetahui apa saja faedah yang dibutuhkan untuk keberhasilan guru dan
D. Kegunaan Kajian
Kegunaan tentang pembahasan ini, baik secara teoritis atau praktis dan
1) Secara Teoritis
15
b) Diharapkan dari hasil kajian ini, dapat menjadi tambahan literatur dan
d) Menyebar luaskan hal positif tentang kajian konsep pendidikan etika guru
dan siswa yang bersumber dari karya ulama’ yang berbahasa arab agar
baik untuk guru, siswa atau orang lain yang ingin berusaha menjadi lebih
baik lagi
2) Secara Praktis
1. Bagi Pengkaji
konsep pendidikan beretika guru dan siswa dalam kitab Manhaj As Sawi
tentang konsep pendidikan beretika guru dan siswa dalam kitab Manhaj As
Sawi
beretika guru dan siswa sebagai salah satu upaya untuk menambahkan
iman kepada Allah Swt dan Nabi-Nya sebagai tauladan yang baik dalam
segala hal
b) Menciptakan prilaku dan karakter baik pada diri guru dan siswa dalam
setiap kegiatan pembelajaran atau pada suatu komunitas dan lembaga yang
berakhlakul karimah ini. Tidak hanya menyentuh arah koginitif saja, tetapi
Menjadi salah satu sumber referensi bagi Fakultas Ilmu Keislaman dan
lembaga lainnya, yang akan meneliti lebih lanjut dan mendalam mengenai konsep
pendidikan beretika guru dan siswa dalam kitab Manhaj As Sawi untuk
meniru prilaku yang sesuai dengan jalan pendidikannya ulama’ salafus sholihin
E. Metode Kajian
1. Tahap pelaksanaan
dari kajian yang telah ditetapkan. Pengumpulan data dilakukan dengan cara:
b. Membaca dan memahami isi atau informasi dari buku atau sumber
penelitian
18
Pengolahan data dilakukan dengan cara data yang diperoleh dari hasil
maka bahan yang ditimbulkan adalah berupa informasi atau data empirik yang
bersumber dari buku-buku jurnal hasil laporan penelitian resmi ataupun ilmiah
pembaca diminta untuk menyerap apa saja semua informasi pengetahuan dalam
secara aktif dan kritis agar bisa memperoleh hasil maksimal. Dalam membaca
bahan bacaan yang memungkinkan akan menemukan ide-ide baru yang terkait
penting, yang barangkali juga merupakan jenis yang paling berat rangkaian dalam
penelitian kepustakaan. Karena pada akhirnya seluruh bahan yang telah dibaca
penelitian semua bahan yang telah dibaca kemudian diolah atau dianalisis untuk
F. Definisi Istilah
pengertian, maka perlu adanya penegasan judul dalam penulisan ini sesuai dengan
Konsep adalah abstrak atau gambaran mental, yang tertuang dalam suatu
kata atau simbol. Konsep juga disebut sebagai bagian pengetahuan yang
17
Puthot Tunggal Handayani, et. al. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Praktis. (Surabaya: Giri
Utama, 2011), hal 271
18
Jacobsen, D. A., et. al. Methods for Teaching / Metode-Metode Pengajaran Meningkatkan
Belajar Siswa TK-SMA. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), Eds. 8, hal 28 dalam kutipan M. Nur
Hadi. 2018. Konsep Kepribadian dalam Kitab Al Muntakhabat fi Rabith Al Qolbiyyah wa Shilat
Al Ruhiyyah Karya Hadrat Al Syaikh KH. A Asrori Al Isyhaqi R. A. Surabaya: Program Studi
Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
19
Puthot Tunggal Handayani, et. al. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Praktis. (Surabaya: Giri
Utama, 2011), hal 112
21
3. Etika atau disebut juga dengan normatif adalah tingkah laku, tata krama,
sopan santun yang merupakan sebagai ilmu untuk mengetahui apa yang
baik dan apa yang buruk serta berkaitan tentang hak dan kewajiban moral
(akhlak)21 Etika juga bisa diartikan dengan suatu disiplin ilmu yang
membahas masalah perilaku dan perbuatan manusia. Maka etika ini isinya
5. Siswa / Pelajar / santri / peserta didik / mahasiswa adalah anak didik yang
20
Abu Ahmadi. et. al. Ilmu Pendidikan. (Jakarta: Rineka Cipta, 2015), hal 68-73
21
Puthot Tunggal Handayani, et. al. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Praktis. (Surabaya: Giri
Utama, 2011), hal 143
22
seorang yang serius menjalani belajar secara khusus kepada gurunya, baik
6. Kitab Manhaj As Sawi ini merupakan salah satu karya beliau Habib Zain
bin Ibrahim bin Sumaith dari kota Madinah yang menjelaskan tentang
Al Wara’, Al Khauf dan Al Ikhlas) yang menjadi asas bagi para saadah
Jadi kajian yang dimaksud dari deskripsi sesuai judul diatas adalah
guru sebagai pengajar dan siswa sebagai pelajar baik dari segi sifat, sikap,
Habib Zain bin Ibrahim bin Smith, yang beliau tuangkan kedalam
G. Sistematika Penulisan
Dalam sistematika penulisan diuraikan secara ringkas apa yang menjadi isi
perbabnya yaitu:
22
Kadir, Abdul. et. al. 2019. Etika Murid Terhadap Guru dalam Kitab Al-Manhaj As-Sawi Karya
Habib Zain bin Ibrahim bin Sumaith. Forum Kajian Ilmu Pengelolaan Pembelajaran PAI. (Online)
Vol. II No, II: 15, https://scholar.google.com/scholar?
hl=id&as_sdt=0%2C5&q=manhaj+as+sawi&btnG= (Diakses pada 2 Agustus 2019)
23
Rumusan Masalah, c). Tujuan Kajian, d). Kegunaan Kajian, e). Metode Kajian, f).
BAB II Kajian Teori yang berisikan tentang: a). Landasan Teori, b).
Konsep Pendidikan Beretika Guru dan Siswa dalam Kitab Manhaj As Sawi karya
Habib Zain bin Ibrahim bin Smith, c). Faktor yang mempengaruhi etika guru dan
siswa dalam kitab Manhaj As Sawi, d). Faedah yang dibutuhkan untuk
keberhasilan pendidikan etika guru dan siswa menurut habib zain bin ibrahim bin
BAB III Metode Penelitian yang meliputi: a). Desain Penelitian, b).
Sumber Data, c). Prosedur Pengumpulan Data, d). Analisis Data dan e). Teknik
Obyek Penelitian, b). Paparan Data dan Analisis Data, c). Pembahasan
BAB V Penutup yang meliputi a). Kesimpulan, b). Saran, c). Riwayat
KAJIAN TEORI
istilahnya bermula dari bahasa latin conceptum (sesuatu yang dipahami). Menurut
filsafat pemikiran manusia. Konsep adalah abstrak atau gambaran mental, yang
tertuang dalam suatu kata atau simbol. Konsep juga disebut sebagai bagian
mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran.24 Menurut Abu Ahmadi dan Nur
pendidikan dipandang dari sebuah istilah yaitu ilmu pendidikan (pedagogiek) dan
24
29
pendidikan, karakter cara penilaian, cara penerimaan siswa, guru yang seperti
bagaimana, jadi disini lebih menitik beratkan pada teori. Sedangkan pendidikan
(pedagogie), lebih menekankan dalam hal praktek yaitu hal-hal yang berkaitan
Akan tetapi keduanya ini, tidak bisa untuk dipisahkan. Keduanya harus
kegiatan secara sadar dan disengaja serta penuh tanggung jawab, yang dilakukan
oleh orang dewasa kepada anak, sehingga timbul interaksi dari keduanya agar
terus-menerus. 25
Dalam pendidikan juga tidak terlepas dengan adanya mengajar atau bisa
“Bahwa aktivitas mengajar tidak dapat dipisahkan dari aktivitas belajar karena
sambil mengajar pada hakekatnya guru juga belajar (men learn while they teach),
Dalam pembelajaran yang baik dan multi arah seorang guru mengajar
temannya. Bahkan dalam hal tertentu juga mengajari gurunya apalagi dalam era
komunikasi Global saat ini, para siswa sering lebih mampu menguasai teknologi
25
Abu Ahmadi. et. al. Ilmu Pendidikan. (Jakarta: Rineka Cipta, 2015), hal 68-73
30
tindakan manusia, etika dan moral telah memiliki perbedaan pengertian. Secara
singkatnya jika moral lebih condong kepada pengertian nilai baik dan buruk dari
setiap perbuatan manusia itu sendiri, maka etika memiliki arti ilmu yang
mempelajari tentang tindakan baik dan buruknya, jadi bisa dikatakan etika
berfungsi sebagai teori dari perbuatan baik dan buruk (ethick atau ilm ul akhlak)
dan moral (akhlak) adalah praktiknya dalam disiplin filsafat terkadang etika
Maka dari itu, bisa diambil titik temunya, yaitu antara etika dan moralitas
dari definisi yang telah disebutkan oleh Haidar Bagir, memiliki arti bahwa etika
adalah teori dan moral adalah praktik, sedangkan filsafat itu ada pada tataran
teori atau pemikiran. Jadi pada akhirnya pun nanti etika sebagai teori akan ditarik
kedalam bagian dari salah satu nilai-nilai filsafat, karena dalam filsafat juga
berbicara tentang nilai, norma dan ukuran secara teoritis dari etika itu sendiri. 27
26
Suyono, et. al. Belajar dan Pembelajaran Teori dan Konsep Dasar. (Bandung: PT Remaja
Rosda Karya, 2014), hal 3-4
27
Haidar Bagir. Etika “Barat”, Etika Islam. Sebagai kata pengantar bagi bukunya M.
Amin Abdullah. The Idea of Universality of Etichl Norms in Ghazali and Kant. (Turki:
Turkiye Diyanet Vakfi, 2002), yang diterjemahkan oleh Drs. Hamzah M. Ag. Antara Al
Ghazali dan Kant: Filsafat Etika Islam. (Bandung: Mizan, 2002), Ctk. I, hal 15 dalam
kutipannya Akbar Bahaulloh. Akhlak Etika dalam Perspektif Filsafat Barat. (Online)
http://pusko4u.blogspot.com/2011/06/akhlak-atau-etika-dalam-perspektif.html?m=1 Blog
Pustaka, Label: Dunia Islam (diakses 7 Juni 2011)
31
Menurut Ahmad Amin Pengertian akhlak atau etika menurutnya ialah salah
satu ilmu yang telah menjelaskan dan menerangkan arti baik dan buruk serta
membahas apa yang harus dilakukan oleh manusia kepada sebagian yang lain dan
menjelaskan tentang tujuan yang ingin dicapai oleh manusia dalam perbuatan
serta menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang harus dikerjakan oleh
mereka.28
ْ ِإ َّن
َأح َس َن احْلُ ْس ِن اخلُلُ ُق احْلَ َس ُن
potensi anak didik, baik afektif, kognitif maupun psikomotorik, sesuai dengan
nilai-nilai Islam. 30
bertujuan untuk membentuk sikap yang baik, sesuai nilai-nilai yang berlaku,
dengan saling berinteraksi dan penuh dengan tanggung jawab untuk mencapai
28
Ahmad Amin, Kitab Al Akhlak. (Kairo: Maktabah Dar Al Kitab Al Mishriyyah bil Qahirah,
tanpa tahun), hal 2
29
As Suyuthi, Jalaluddin Abdurrahman. Al Jami’ As Shoghir. (Beirut: Dar Al Kutub Al Ilmiah,
2014), hal 133
30
Helmawati. Pendidikan Keluarga.(Bandung: Remaja Rosdakarya Offiset, 2014), hal 98.
32
Dalam ilmu ushul fiqih yang menjadi rujukan pencarian hukum maka
dikenal prinsip Maqashid Syariah, Maqashid al-Syariah terdiri dari dua kata, yaitu
maqashid yang artinya kesengajaan atau tujuan dan syariah artinya jalan menuju
sumber air, ini dapat pula dikatakan sebagai jalan ke arah sumber pokok
terealisasikan dengan baik jika lima unsur pokok dapat diwujudkan dan dipelihara,
agama, segala sesuatu menjadi benar apabila tidak bertentangan dengan prinsip
tersebut maka ruang lingkup etika harus berpedoman pada menjaga agama,
akhirat kelak akhlak karimah juga merupakan salah satu sarana penting dalam
lain-lainnya. Cakupan akhlak itu meliputi semua aspek kehidupan manusia sesuai
31
M. Syukri Albani Nasution, Rahmat Hidayat Nasution, Filsafat Hukum Islam & Maqashid
Syariah. (Jakarta: Kencana, 2020), hal 44
33
Maka bisa diambil kesimpulan bahwa ruang lingkup pendidikan etika itu
mencakup akhlak terhadap Allah, akhlak terhadap keluarga dan akhlak terhadap
masyarakat.
tujuan pendidikan tidak lepas dari tujuan hidup manusia yaitu untuk menciptakan
pribadi sebagai hamba Allah yang selalu bertakwa kepadanya dan dapat mencapai
2) Kurikulum
dengan sengaja dan sistematis diberikan kepada anak titik dalam rangka mencapai
tujuan pendidikan agama atau dengan kata yang lain lebih sederhana kurikulum
32
Ahmad Azhar Basyir, Panduan Menuju Akhlak Rabbani. (Yogyakarta: Titian Ilahi Press, 1994),
hal 20-21
33
Azyumardi Azra, Pendidikan Islam: Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru. (Jakarta:
PT. Logos Wacana Ilmu, 2000), Ctk II, hal 8
34
pendidik kepada anak didiknya dalam rangka mencapai tujuan pendidikan agama
tersebut. 34
Jadi kurikulum pendidikan akhlak atau etika dapat diartikan sebagai Jalan
Terang yang dilakukan oleh pendidik atau guru dengan peserta didik untuk
saling terkait berinteraksi dan tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang
a. Tujuan Kurikulum
pendidikan yang bertujuan untuk menentukan arah dan target yang ingin dicapai
Ada dua jenis tujuan yang terkandung dalam kurikulum suatu sekolah,
b) Tujuan yang ingin dicapai dalam setiap mata pelajaran bidang studi.
34
Zuhairini, et. al. Methodik Khusus Pendidikan Agama. (Surabaya: Biro Ilmiah IAIN Sunan
Ampel, 1983), hal 59
35
Dengan maksud bahwa tujuan yang ingin dicapai oleh sekolah adalah
tujuan yang sudah ditetapkan oleh sekolah atau lembaga pendidikan terhadap
tujuan yang ingin dicapai dalam setiap mata pelajaran atau bidang studi adalah
diharapkan dapat dimiliki oleh peserta didik setelah mempelajari suatu bidang
untuk membentuk peserta didik mencapai tujuan pendidikan pada proses belajar
ditetapkan. Isi atau materi yang dimaksud biasanya berupa materi bidang-bidang
Pengetahuan Sosial, Akidah Akhlak, Fiqih, Al-Quran Hadis, Bahasa Arab, dan
lainnya. 36
35
Zakiah Daradjat, D. Ilmu Pendidikan Islam. (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), hal 123
36
Abdullah Idi, Pengembangan Kurikulum Teori & Praktik. (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2014), hal 38
36
atau bahan ajar yang tersusun yang ingin dicapai oleh pendidik kepada peserta
Islam. Isi kurikulum yang diberikan diatur dalam bentuk kelompok mata
37
Mohamad Ansyar, Kurikulum Hakikat, Fondasi, Desain dan Pengembangan. (Jakarta: PT.
Kencana, 2015), Ctk. I, hal 342
38
Marliana, M. (2013). Anatomi Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah. Dinamika Ilmu,
13(2). https://doi.org/10.21093/di.v13i2.22 , hal 137-160 (diakses pada 01 Desember 2013)
37
memindahkan suatu isi atau bahan pelajaran dari pendidik, sumber-sumber ilmu,
dan lingkungan umum kepada peserta didik. Oemar Hamalik & Heri Gunawan
mengatakan bahwa metode kurikulum adalah cara yang cepat dan tepat dalam
(approach) dalam menerapkan proses belajar mengajar oleh guru kepada siswa
prasarana pendidikan yang baik untuk memudahkan dalam menyampai isi mata
pelajaran. 40
39
Oemar Hamalik, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013)
Ctk. V, hal 26, dan Gunawan, H. Pendidikan Islam Kajian Teoritis dan Pemikiran Tokoh.
(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014), hal 55
40
Mulyasa, E. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan: Sebuah Panduan Praktis. (Bandung Remaja
Rosdakarya, 2006), hal 225
38
pekerjaan. Berdasarkan dengan pendidikan etika ada beberapa metode yang dapat
a) metode ceramah adalah suatu cara penyajian informasi melalui penerangan dan
contoh atau memberi teladan yaitu bagaimana cara berbicara bersikap beribadah
dan sebagainya secara baik maka siswa akan dapat melihat menyaksikan dan
c) metode pembiasaan adalah suatu cara untuk menciptakan pembiasaan diri dari
siswa secara bertahap dengan proses bimbingan dan latihan serta dengan cara
mengkaji aturan-aturan Tuhan sehingga dapat membentuk watak anak atau siswa
d) metode nasehat inilah yang sering digunakan oleh orang tua atau guru terhadap
anak atau siswanya dalam proses pendidikan dan pengarahan; e) metode kisah
atau cerita adalah suatu cara penyampaian materi pelajaran dengan menuturkan
secara kronologis Bagaimana terjadinya sesuatu hal hanya sebenarnya atau yang
rekaan tujuan agar anak atau siswa dapat memetik Hikmah dan mengambil
e) metode pemberian hadiah dan hukuman yaitu suatu cara yang tujuannya untuk
memberikan apresiasi kepada peserta didik karena telah melakukan tugas dengan
baik dan hadiah yang diberikan tidak harus berupa materi sedangkan hukuman
39
yang dimaksudkan yaitu untuk memberi efek cerah kepada peserta didik agar
seminar, diskusi, hafalan, ilmiah, dan pembelajaran yang bersifat tekstual. Tapi
memiliki ide dalam menggunakan metode yang sesuai dengan situasi peserta
d. Evaluasi Kurikulum
Untuk didapatkan sebuah informasi tentang keberhasilan sebuah
pembelajaran.
sejauh mana tingkat prestasi anak didik, tapi juga menjadi suatu sumber input
dalam upaya perbaikan dan pembaruan suatu kurikulum. oleh karena pendidikan
bukan hanya guru di kelas sendiri yang semata bertanggung jawab, bahkan
kesemua pihak yang berkaitan dengan pendidikan, baik guru, orang tua dan
masyarakat. Arifin mengatakan bahwa hasil yang didapat dart evaluasi dapat
41
Arifin, M. Filsafat Pendidikan Islam. (Jakarta: Bumi Aksara, 2014), hal 268
40
Beberapa hasil evaluasi atau nilai belajar dapat digunakan oleh guru,
meningkatkan kualitas peserta didik, memilih bahan ajar, metode dan media
3) Lembaga
istilah sesuai dengan Kamus Besar Bahasa Indonesia bahwa lembaga dapat
42
Sukmadinata, N, S. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik. (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2016), hal 173
43
Sukmadinata, N, S. Ibid, hal 17
44
Pusat Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia. (Jakarta: Gramedia,
2008), hal 808
41
tingkah laku individu ke arah yang lebih baik melalui interaksi dengan lingkungan
sekitar. Maka menurut Bukhari dalam Ibrahim, bahwa lembaga pendidikan Islam
itu adalah suatu tempat atau organisasi yang menyelenggarakan pendidikan Islam
yang memiliki struktur yang jelas dan bertanggung jawab atas terlaksananya
4) Guru
potensi anak didik, baik afektif, kognitif maupun psikomotorik, sesuai dengan
nilai-nilai Islam. 46
a) Tugas Guru
Sebagai tenaga pendidikan, status guru sebagai praktisi yang diatur dalam
pembelajaran dan ikut serta dalam peningkatan mutu pendidikan nasional, yang
45
Bukhari Umar, Ilmu Pendidikan Islam. (Jakarta: Amzah, 2010), hal 149 dalam kutipan Ibrahim
Bafadhol, Lembaga Pendidikan Islam di Indonesia. (Online)
http://jurnal.staialhidayahbogor.ac.id/index.php/ei/article/viewFile/95/96 Dosen tetap Prodi PAI
STAI Al Hidayah Bogor. Jurnal Al Afkar Vol V No. I, (diakses 1 April 2016)
46
Helmawati. Pendidikan Keluarga.(Bandung: Remaja Rosdakarya Offiset, 2014), hal 98.
42
bertakwa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, kreatif, mandiri dan menjadi warga
Tugas sebagai seorang guru sangatlah banyak, baik yang berkaitan dengan
b) Kriteria Guru
yang besar dalam mengembangkan potensi anak didik. Untuk mencapai tujuan
tersebut, seorang guru yang baik harus bertanggung jawab terhadap profesinya.
47
Mahmud, Profesi Tenaga Kependidikan. (Bandung: Pustaka Setia, 2013), hal 25
48
Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan. (Bandung: Alfabeta,
2009), hal 11-12
49
Salman Rusydie, Tuntunan Menjadi Guru Favorit. (Jakarta: Buku Kita, 2012), hal 15
50
E. Mulyasa, Kurikulum Tingkatan Satuan Pendidikan Suatu Panduan Praktis. (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2007) Ctk III, hal 61
43
Selain itu, sebelum tampil di depan kelas, guru harus menguasai materi
3. Tujuan penyiaran adalah agar materi siaran memuat secara optimal semua
mengunjungi siswa.
akademik.
siswa.
44
sukses. 51
Kode etik guru ditetapkan dalam suatu kongres yang dihadiri oleh seluruh
utusan cabang dan pengurus daerah PGRI se-Indonesia dalam kongres XIII di
Jakarta tahun 1973, yang kemudian disempurnakan dalam kongres PGRI XVI
5. Guru memelihara hubungan baik dengan orang tua murid dan masyarakat
sekitarnya untuk membina peran serta dan rasa tanggung jawab bersama
terhadap pendidikan.
51
Abdullah dan Safarina, Etika Pendidikan. (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2015), hal 67
45
kesetiakawanan sosial.
pendidikan.52
5) Siswa
Secara umum siswa adalah siapa saja yang dipengaruhi oleh seseorang atau
kepada tanggung jawab guru.53 Siswa juga memiliki kebutuhan yang tujuannya
untuk memenuhi kebutuhan siswa yaitu dengan menawarkan mata pelajaran yang
sesuai dengan minat siswa. Jika guru mengetahui situasi dan kebutuhan siswa
1) Kebutuhan Siswa
a. Kebutuhan Jasmani
peserta didik baik yang berhubungan dengan kesehatan seperti olah raga maupun
kebutuhan materi pokok seperti makan, minum, tidur, pakaian dan lain-lain.
b. Kebutuhan Sosial
52
Ali Imron, Kebijakan Pendidikan di Indonesia (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), hal 98
53
Hasbullah. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. ( Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012), hal 23
46
kooperatif dengan siswa dan lainnya dengan harapan siswa dapat menciptakan
pengalaman belajar yang lebih baik. Kebutuhan ini juga perlu diarahkan dan
dibimbing oleh siswa karena pergaulan yang tidak terkendali membuat siswa
c. Kebutuhan Intelektual
Setiap siswa itu memiliki minat yang berbeda. Bahkan ada siswa yang
minatnya tidak sesuai dengan harapan masyarakat. Oleh karena itu perlu dibuat
dengan baik. 54
Selain tata krama yang harus dimiliki oleh siswa, terdapat kode etika yang
b. Meluruskan niat
c. Menghargai waktu
bagi pembelajaran.55
diberikan.
55
Is Nurhayati. et. al. Pengaruh Etika Guru terhadap Akhlak Siswa. (Online)
https://scholar.google.com/scholar?hl=id&as_sdt=0%2C5&q=etika+guru+dan+siswa&btnG=
STIT Al Khairiyyah, (diakses tanpa tanggal, bulan dan tahun penerbitan)
48
dalam berupa potensi fisik, intelektual dan hati (rohaniah) yang dibawa
sejak lahir dan faktor dari luar yang dalam hal ini adalah kedua orang tua
masyarakat.
6) Media
Media adalah alat atau sarana komunikasi seperti: orang, majalah, televisi
dan lain sebagainya. Menurut Zakiah Daradjat, yang dalam hal ini tentang
adalah suatu benda yang dapat diindrai, khususnya penglihatan dan pendengaran,
baik yang terdapat di dalam ataupun di luar kelas, yang digunakan sebagai alat
56
Abudin Nata, Akhlak Tashawwuf. (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), hal 167
57
Zakiah Daradjat, Metode Khusus Pengajaran Agama Islam. (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), Ctk I,
hal 226
49
terhadap siswa. 58
Maka dalam pendidikan, media memiliki arti suatu bagian
integral dari proses pendidikan di sekolah. Dan karena itu pula, media menjadi
suatu bidang yang harus dikuasai oleh seorang guru profesional dalam bidang ini
bidang ini, media akan bisa diarahkan dan difungsikan sebagai pengembangan
pendidikan yang lebih luas setelah memiliki nilai yang sangat penting dalam
a. Macam-macam Akhlak
Ulama spesialis Akhlaq menyatakan bahwa akhlak yang baik adalah sifat-
sifat yang dimiliki oleh para nabi dan orang-orang saleh, sedangkan akhlak yang
buruk adalah akhlak yang dimiliki oleh setan dan orang-orang yang hina.
b. Macam-Macam Etika
Menurut Abdul Mukhid bahwa orang disebut etis, karena orang tersebut
prinsip kepentingan pribadi dan pihak lain, keseimbangan mental dan fisik, dan
pembahasan tentang nilai atau standar (norma) yang berkaitan dengan etika, ada
1. Etika deskriptif: etika yang secara kritis dan rasional mengkaji sikap dan
manusia sebagai fakta yang berkaitan dengan situasi dan realitas yang
mengakar.
yang ideal dan yang harus dimiliki orang atau apa yang harus dilakukan
orang dan kegiatan apa yang berharga dalam kehidupan ini. Etika normatif
adalah standar yang dapat membimbing manusia untuk bertindak baik dan
hl=id&as_sdt=0%2C5&q=konsep+pendidikan+etika+menurut+qurais+syihab&btnG= Fakultas
Tarbiyah STAIN Pamekasan, Nuansa, Vol XII No. 2 (diakses tanpa tanggal, Desember 2016)
51
yang sering mendapat perhatian khusus antara lain harus, baik, buruk,
c. Pengelompokan Etika
Dalam rangka membenahi moral atau etika atau budi pekerti baik bersifat
guru dan siswa perlu adanya penanganan dan pendalaman masalah sebagaimana
yang dikutip oleh Prof. Dr. KH. M. Tholhah Hasan dari pendapatnya Cheppy Hari
a) Pendidikan moral atau etika yang bersifat teoritis dalam wujud pembelajaran
tentang teori dan norma-norma moral seperti berbakti kepada orang tua dan
b) Pendidikan moral atau etika yang bersifat praktis atau terapan seperti mengajari
Pada awalnya manusia terlahirkan dalam kondisi yang fithrah (sifat asal;
beriman dan loyal kepada Tuhan. Serta naluri yang ada juga mempunyai
Salah satu cerita menarik tentang sosok guru yang menjadi teladan yaitu
seorang pemuka agama yang meniru dakwah dan metode baginda Nabi
ayahanda (Syaikh Mulla Ramadhan Al-Buthi) bahwa ayahnya adalah sosok yang
memiliki dedikasi begitu sabar dalam membina masyarakat dengan sangat bijak
meskipun salah satu dari mereka terkenal sangat jahat dan kejam, tak kenal lelah
ayahanda dalam mengajak, menasehati, dan tidak lepas pula mendoakannya agar
mereka diberi hidayah oleh sang penguasa segalanya yaitu Allah Swt. Setelah
sang guru yang berbudi luhur dengan sentuhan lembut sikap yang lemah lembut
62
M. Tholhah Hasan, Ibid, hal 99
53
serta dibalut dengan doa itulah yang diterapkan oleh ayahandanya. Ayahandanya
adalah orang yang pertama kali yang bertanggung jawab dalam mendidik anak-
anak mereka.
menguasai terlebih dahulu tentang feminisme. Dengan pendapat ini, bukan berarti
wanita yang lain. Tetapi hanya mengharuskan Jalan mereka menuju pendidikan
Inilah salah satu contoh pendidikan moral yang diajarkan orang tua yang
sekaligus juga menjadi panutan umat dan pendidik moral murid dan masyarakat
sekitar dengan budi pekerti dan etika yang luhur untuk menentramkan jiwa-jiwa
murid dan umat yang gersang tak tau arah jalan menuju kebenaran kebahagiaan
sejatinya. Peran guru sangatlah penting dan tidak bisa dipungkiri lagi dia sangat
dibutuhkan oleh siswa sebagai peserta didik dan juga menjadi sorotan oleh
B. Konsep Pendidikan Etika Guru dan Siswa Menurut Habib Zain bin
Seorang guru harus memiliki sifat-sifat sebagai berikut yaitu: harus adil,
harus mengatakan dengan sejujurnya jika tidak mengetahui atas jawaban dari
63
Al-Buthi, M. Sa’id Ramadhan, 1995. This is My Father (Hadza Walidi/Inilah Ayahku). (Beirut:
Dar al-Fikr, 2010), ctk. XII: 81-82
54
mencintai duniawi, rendah hati, tidak menyibukkan diri untuk mendekati para
pendapat dan memiliki sifat kasih sayang terhadap para penuntut ilmu.
Menurut analisis peneliti bahwa sifat-sifat (etika) baik guru tersebut juga
telah disebutkan oleh Hadratus Syaikh Kh. Hasyim Asy’ari dalam karyanya Adab
Al ‘Alim wal Muta’allim tentang bersikap adil yang beliau sebutkan dalam urutan
cara berjalan dan berdiri untuk mereka kecuali kemashlahatan yang ditimbulkan
lebih besar dari kemafsadahannya dan tidak boleh menghinakan ilmu, kesepuluh
yaitu memiliki peringai zuhud, keenam belas yaitu memperlakukan orang lain
dengan budi pekerti yang baik termasuknya berlaku adil dan tidak menuntut
keadilan.64
dari hal-hal yang dilarang oleh agama, ikhlas dalam mencari ilmu karena Allah
Ta'ala, tawadhu (rendah hati) dan mau melayani ahli ilmu atau gurunya, mencari
faedah atau suatu hal yang bermanfaat di manapun tempatnya berada, tidak
memperbanyak makan dan minum (tirakat) yang menjadikan berat bagi nya
64
M. Hasyim Asy’ari, 1924. Terjemah Adabul ‘Alim wal Muta’allim / Pendidikan Akhlak untuk
Pengajar dan Pelajar. Oleh Tim Dosen Ma’had Aly Hasyim Asy’ari. (Jombang: Pustaka
Tebuireng dan Bina Ilmu Cukir, 2020), Ctk. VI, hal 52-61
55
Menurut analisis peneliti bahwa sifat-sifat (etika) baik siswa tersebut juga
telah disebutkan oleh Hadratus Syaikh Kh. Hasyim Asy’ari dalam karyanya Adab
Al ‘Alim wal Muta’allim yaitu tentang akhlak pribadi seorang murid/siswa yang
ada sepuluh macam diantaranya yaitu urutan pertama: seorang murid hendaknya
membersihkan hati dari hal yang dapat mengotorinya seperti dendam, dengki,
keyakinan yang sesat dan perangai yang buruk, kedua harus memiliki niat yang
baik dalam mencari ilmu yaitu bermaksud mendapatkan ridlonya Allah Swt
dengan ikhlas, beliau juga menyebutkan bahwa Imam Syafi’i berkata: “orang yang
mencari ilmu disertai tinggi hati dan kemewahan hidup maka tidak akan
berbahagia, yang berbahagia adalah orang yang mencari ilmu disertai rendah hati,
kesulitan hidup, dan berkhidmah pada ulama’, Hadratus Syaikh juga menyebutkan
mencegah ibadah dan bikin badan terasa berat untuk belajar (menuntut ilmu). 65
Dan sifat-sifat antara guru ataupun siswa itu juga harus memiliki akhlak
yang baik, tenang dan bijaksana serta tidak boleh sombong dalam membela hak
65
M. Hasyim Asy’ari, 1924. Terjemah Adabul ‘Alim wal Muta’allim / Pendidikan Akhlak untuk
Pengajar dan Pelajar. Oleh Tim Dosen Ma’had Aly Hasyim Asy’ari. (Jombang: Pustaka
Tebuireng dan Bina Ilmu Cukir, 2020), Ctk. VI, hal 19-23
56
orang lain, dan keduanya harus berdzikir, dengan menyebut Asmaul Husna atau
wirid yang lain, yang berfaedah untuk menjaga ilmu dan pemahamannya.
Dari sini dapat disimpulkan bahwa konsep pendidikan menurut Habib Zain
bin Ibrahim bin Smith adalah suatu konsep pendidikan yang sama-sama
menekankan sifat-sifat yang harus dimiliki seorang guru sebagai pendidik, dan
kepentingan pendidikan bagi siswa. Begitu juga siswa harus memiliki etika atau
peringai yang baik agar dapat tercipta kepribadian yang baik dalam hubungan
interpersonal dengan sesama manusia atau hubungan dengan sang pencipta, yaitu
pribadi atau melindungi ilmu yang didapat, sehingga ilmu yang didapatkan akan
Sekilas tentang Habib Zein bin Ibrahim bin Smith merupakan salah satu dari
ulama yang hingga saat ini terus eksis menyebarkan agama Islam, dia termasuk
warisan ajaran turun-temurun dari keluarga yaitu Thariqah Saadah Bani Alawi.
Ajaran seperti ini merupakan salah satu jalan atau metode atau cara untuk
Jalan ini juga merupakan satu-satunya jalan / cara yang ditempuh yang
paling lurus dan yang terutama, yaitu jalan untuk menuju kebaikan karena
dan juga hubungan sesama manusia atau hamba yang salah satunya adalah
berbagai hal yang dapat merendahkan harga diri dan menampilkan sikap yang
terpuji.
Beliau adalah sosok panutan yang perlu ditiru, beliau termasuk seorang
pengajar dan pendidik ajaran agama islam yang pemikirannya bermuara lebih
mengarah ke akhlak atau tasawuf sehingga sangat cocok sekali untuk dijadikan
referensi atau sumber kajian utama dalam penelitian konsep pendidikan beretika
yang beliau tidak kenal lelah dalam mengembangkan ilmu pengetahuan Islam
melalui karya-karyanya termasuknya kitab manhajus sawi ini dengan bukti beliau
telah melayani para pelajar mulai dari yang berada di Arab Saudi hingga pelajar
Indonesia dengan tujuannya yaitu memurnikan budi pekerti yang baik. Sehingga
tidak sedikit dari didikan beliau yang berhasil memiliki ilmu pengetahuan yang
Kitab manhajus sawi yang dikarang oleh beliau ini, bukan hanya sekedar
beretika guru dan siswa dengan memiliki sifat-sifat yang telah disebutkan
merupakan hal yang sangat penting untuk dimiliki dan dipraktikkan oleh mereka
dalam kehidupan sehari-hari yang tujuan utamanya untuk mendapatkan ridlo dari
Allah Swt serta terciptanya hubungan harmonis dengan sesama manusia atau
sombong, dan tidak beradab; bagi pelajar tidak boleh memiliki sifat bodoh,
tidak mau berfikir, dan tidak beradab. Maka keduanya tidak akan
3. Tidak adanya sikap membersihkan diri, menata hati dengan ikhlas, tidak
jawabannya
6. Senang dalam memusuhi orang lain dalam perdebatan yang berakibat pada
7. Tidak adanya ikhlas, tawadlu’, kebersihan hati seorang pelajar yang dapat
minum, sehingga berat untuk melakukan ibadah dan amal baik lainnya
mempertautkan doa
akibat dan dampak yang akan timbul kedepannya atas apa yang telah
dilakukan.
Kemerosotan moral pada peserta didik di masa ini menjadi ironi yang
menakutkan. Hal ini akan menjadikan anggapan bahwa guru gagal dalam
mendidik dan menjadi panutan bagi peserta didiknya. Oleh sebab itu,
mempunyai sifat-sifat yang luhur dan suri tauladan yang baik akan
meningkatkan kewibawaan guru dihadapan para peserta didik. Hal ini akan
menjadi tolak ukur bagi peserta didik dalam kemerosotan moral yang terjadi
pada masa ini. Pada zaman dahulu, menilik pada sejarah islam bahwa
Tidak hanya dari ranah guru saja yang perlu diperhatikan timbal balik
memiliki semangat yang kuat untuk menggapai harapan dalam menuntut ilmu dan
anshori. Maka dalam menuntut ilmu dan mengajarkannya itu memiliki syarat-
tersebut. Maka ilmu tersebut tidak digunakan untuk selain pada fungsinya
b. Menuntut ilmu yang dapat diterima oleh kondisi nalurinya orang tersebut
karena tidak semua orang itu layak dan bisa mengumpulkan ilmu, akan
api neraka
mendapatkan ilmu
l. Setiap siswa dan guru satu sama lain harus menjaga dan memberikan hak
masing-masing. Terlebih menjaga hak guru, dia (guru) ibarat seperti ayah
kebutuhan tiga hal yaitu waktu yang lama, lapang tangannya yaitu
memiliki sifat dermawan dan kecerdasan. Maka dari itu, ada syair yang
b. Menurut Sayyid Ahmad bin Zain al-Habsyi bagi seorang yang mengambil
manfaat suatu ilmu, maka lihatlah pada diri sendiri apakah ilmunya bisa
bermanfaat atau tidak bagi dirinya sendiri, apakah ilmu tersebut bisa
berdampak baik bagi hatinya dan lebih menjadikan lemah lembut pada
hati. Atau bisa diikat untuk memahamkan dengan cara mencatat ilmu
yang bisa menambahkan ilmu menancap pada hati. Karena dengan cara
dengan cara selainnya. Demikian pula halnya dalam semua amal, keadaan,
ucapan dan lainnya. Hendaknya dia meneliti apa yang pantas untuknya
walaupun mungkin itu tidak pantas dan tidak sesuai dengan orang lain. Ini
saja
64
dengan ilmunya, maka dia harus bertindak seperti dokter yang meneliti
dengan penyakit yang sama, namun dokter memberikan obat yang berbeda
setiap orang yang sesuai untuknya, jangan menilai orang lain akan sesuai
dengan apa yang sesuai bagi dirinya sendiri dengan kadar nilainya. Hal ini
e. Menuntaskan suatu bidang ilmu yang dipelajari hingga tuntas dan menjadi
ilmu yang bersifat pokok dan inti dari bidang ilmu yang lain supaya
kepada orang awam, karena betapa banyak akhlak mulia yang terdapat
dalam diri sebagian orang awam yang tidak dapat ditemukan pada orang
lain dan tidak pula pada dirinya sendiri. Diantara ciri orang tersebut yang
tulus dalam mencari ilmu adalah ia dapat mengambil semua sisi baik yang
dirinya
harapan-harapannya
h. Bagi penuntut ilmu menurut imam ahmad bin hasan Alatas beliau
dalam belajar ilmu atau beramal kecuali dengan niat yang baik dan
hendaknya melihat buah dan hasil dari ilmu yang akan ia pelajari
i. Ketika tidak memahami suatu bahasan suatu ilmu Maka dianjurkan untuk
kesuksesannya
k. Sebagian ulama telah memberikan tips waktu yang baik untuk digunakan
dalam menghafal yaitu dini hari antara tengah malam sampai waktu subuh
waktu terbaik untuk kajian ilmu adalah pagi hari waktu terbaik untuk
menulis adalah tengah hari dan waktu terbaik untuk menelaah pelajaran
dan mengulanginya kembali adalah waktu malam hari dan menurut Imam
66
kemudian tengah hari kemudian pagi hari serta penggunaan tempat terbaik
untuk menghafal adalah kamar tertutup dan setiap tempat yang jauh dari
tersebut
m. Menurut Habib Ahmad bin Umar bin Smith beliau menegaskan bahwa
ketahui kepada orang yang tidak tahu, maka Allah yang maha pengasih
penuntut ilmu harus memiliki tiga hal yaitu jam untuk mengatur jadwal
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Jenis dari penelitian ini adalah penelitian bersifat literatur atau penelitian
66
Mestika Zed, Penelitian Kepustakaan. (Jakarta: Yayasan Bogor Indonesia, 2008), hal 3
67
Mestika Zed, Penelitian Kepustakaan. Ibid, hal 89
68
Abdul Rahman Sholeh, Pendidikan Agama dan Pengembangan untuk Bangsa. (Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada, 2005), hal 63
68
68
teoritis dan referensi lain yang terkait dengan pemahaman obyek yang diteliti,
nilai, budaya dan norma yang dibangun pada situasi sosial yang diteliti
melalui abstrak hasil penelitian, indeks, review, jurnal dan buku referensi. 69
pengumpulan data dari berbagai sumber baik berupa buku atau secara online
melalui web (internet), jurnal, hasil skripsi dan thessis sesuai dengan judul
yang dikaji oleh peneliti dalam skripsi ini, kemudian setelah terkumpul maka
dengan judul yang diteliti, dan mengambil yang diperlukan dengan mengolah
69
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. (Bandung: Alfabeta, 2019 ), Ctk
I, hal 387
69
pemikiran ilmiah, dan dapat dikontrol oleh orang lain, yang mencakup
sosial.70
masyarakat bahkan rela dan patuh pada guru yang menugaskannya menuju ke
Hal ini, membuktikan beliau sangat tahu betul kondisi sosial dan apa
pendidikan etika guru dan siswa, agar supaya moralitas masyarakat menjadi
70
Amir Hamzah, Metode Penelitian Kepustakaan (LIBRARY Research) Kajian Filosofis, Teoritis
dan Aplikatif, Ibid, hal 38-39
70
tertata dan baik untuk selamanya sesuai dengan ajaran Baginda Nabi para
Sudah barang tentu, penelitian yang dikaji oleh penulis dalam kitab
berbentuk buku, surat, pesan atau dokumen lain, yang menjadi refleksi
pemikirannya. Jika tokoh yang ingin diteliti tidak meninggalkan karya, maka
kehidupan masyarakat. 71
Maka dari itu, peneliti sangat ingin sekali membahas atau mengkaji judul
skripsi ini tentang konsep pendidikan guru dan siswa dalam kitab Manhaj As
Sawi karya Habib Zain bin Ibrahim, tak lain untuk mendongkrak dan
71
Amir Hamzah, Metode Penelitian Kepustakaan (LIBRARY Research) Kajian Filosofis, Teoritis
dan Aplikatif, Ibid, hal 34
71
dari pemaparan tentang konsep pendidikan beretika guru dan siswa di dalam
B. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian analisis kajian ini yaitu sebagai berikut:
informasi dari tangan pertama atau dari orang sumber yang terkait langsung
Menurut Sugiyono bahwa Sumber data primer adalah sumber data yang
sumber data primernya dari kitab yang dikaji dalam skripsi ini, yaitu kitab
tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data misalnya lewat orang
72
Mestika zed, Metode Penelitian Kepustakaan, Op, Cit. Hal 90
73
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Op. Cit, hal 296
74
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Op. Cit, hal 296
72
pada kitab ini yang memiliki kesamaan dengan pemikiran pengarang kitab yang
peneliti kaji dalam skripsi ini, adapun data pendukungnya, di antaranya yaitu:
berkaitan dengan pendidikan beretika atau adab bagi pelajar dan pengajar
penyampaiannya
4. Karya Prof. Dr. M. Tholhah Hasan tentang Pendidikan Anak Usia Dini
dalam Keluarga yang mengulas tentang etika dan pendidikan awal dalam
6. Konsep dan Model Pendidikan Karakter yang diulas oleh Muchlas Samani
Karakter yang Terdapat dalam Kitab Akhlaq Lil Banin Wal Banat. Tesis,
8. Jurnal terkait dan skripsi yang sama sebelumnya dengan judul penelitian:
judul: Etika Murid Kepada Guru dalam Kitab Manhaj As Sawi Karya
Banjarmasin,
Guru dalam Membentuk Etika Peserta Didik Menurut Habib Zain bin
Negeri,
Penelitian. I (I): 13
Munawwir
74
informasi yang relevan dengan topik atau masalah yang akan diteliti atau sedang
misalnya: kartu katalog, referensi umum dan khusus, buku-buku pedoman, buku
kabar. Data-data yang dikumpulkan harus tetap handal untuk menjawab persoalan
metode yang digunakan untuk mengumpulkan informasi atau fakta tentang suatu
informasi. Tanpa mengetahui dan menguasai teknik pengumpulan data, kita tidak
dapat memperoleh data yang memenuhi standar data yang telah ditetapkan.76
75
Amir Hamzah, Metode Penelitian Kepustakaan (LIBRARY Research) Kajian Filosofis, Teoritis
dan Aplikatif, (Malang: CV. Literasi Nusantara Abadi, 2019), Ctk I, hal 80
76
Andi Prastowo. Metode Penelitian Kualitatif dalam Perspektif Rancangan Penelitian.
(Yogyakarta: Ar Ruzz Media, 2016), Cet III, hal 208
75
dokumen berupa karya tulis atau karya monumental. Teknik ini memungkinkan
untuk memperoleh berbagai macam informasi dari sumber tertulis baik tercetak
ataupun melalui media elektronik dll.77 Dalam hal ini, kegiatan pengumpulan
pendidikan etika guru dan siswa menurut Habib Zein bin Ibrahim bin Smith dalam
kitab Manhaj As Sawi. Metode penelitian ini tidak mengharuskan kita terjun
memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis dalam media tulisan.
data yang dianggap penting dari hasil membaca ke media pencatatan agar mudah
Hal-hal penting yang biasanya dicatat berkaitan dengan buku atau bahan
pustaka yang dijadikan objek penelitian antara lain: gambaran umum topik atau
77
Amir Hamzah. Metode Penelitian Kepustakaan (Library Research Kajian Filosofis, Teoritis,
dan Aplikatif). Op. Cit, hal 80
78
Amir Hamzah. Metode Penelitian Kepustakaan. Ibid, hal 61
76
interpretasi atau kejelasan maksud dari materi atau bacaan di buku acuan kritik
Analisis teks adalah yaitu yaitu analisis mendalami suatu kesatuan bahasa
yang memiliki isi dan bentuk penulisan maupun tulisan yang disampaikan oleh
seorang pengirim kepada penerima untuk menyampaikan pesan tertentu teks tidak
hanya berbentuk deretan kalimat-kalimat secara tulis, namun juga dapat berupa
ujaran-ujaran atau dalam bentuk lisan bahkan ada juga Teks itu terdapat di balik
teks. Sedangkan analisis wacana yaitu menganalisa peristiwa keabsahan yang utuh
baik lisan maupun tulisan yang berupa rentetan kalimat yang saling berkaitan
(menghubungkan proposisi yang satu dengan yang lainnya) dan membentuk satu
kesatuan makna.80 Untuk keperluan metode kerja yang dapat digunakan sebagai
alat dalam memahami teks dan wacana secara tepat dan menyeluruh akan
Menurut Mestika Zed ada empat tahapan dalam pengumpulan data riset
79
Amir Hamzah. Metode Penelitian Kepustakaan. Ibid, hal 71-72
80
Amir Hamzah. Metode Penelitian Kepustakaan. Ibid, hal 87-89
77
c) Mengorganisasi waktu
Teknik pengumpulan data, dalam hal ini yaitu: peneliti akan melakukan
identifikasi wacana dari buku-buku, makalah atau artikel, majalah, jurnal, web
untuk mencari hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat
kabar, majalah dan sebagainya yang berkaitan dengan kajian tentang Konsep
Pendidikan Beretika Guru dan Siswa dalam Kitab Manhaj As Sawi Karya Habib
Zain bin Ibrahim bin Smith. Maka upaya dilakukan oleh peneliti meliputi
atau masalah yang akan diteliti atau sedang diteliti. Informasi dapat
81
Mestika Zet. Metodologi Penelitian Kepustakaan. (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia,
2018), Cet V, hal 22
78
skripsi ini
dikaji.82
Analisis data dalam penelitian pustaka (library research) ini adalah analisis
isi (content analysis) menurut Amir Hamzah yaitu metode analisis teks yang
berupa kata-kata makna gambar simbol gagasan tema dan bermacam bentuk
pesan yang dapat dikomunikasikan metode ini tidak sekedar mengkaji persoalan
telah dikumpulkan dan dianalisis tersebut. Menurut Reyvan Maulid analisis isi
mendeskripsikan ciri-ciri isi dan menarik kesimpulan dari isi tersebut. Analisis isi
tertulis atau tercetak di media. Pelopor analisis isi adalah Harold D. Lasswell,
82
Mirshad Zaki, 2014. Motivasi Konsumsi Islam Versus Sekuler: Study Komparatif Pemikiran Al
Ghazali dan Abraham Maslow. Thessis, Surabaya: UIN Sunan Ampel Prodi Ekonomi Islam, hal
57
83
Amir Hamzah, Metode Penelitian Kepustakaan (LIBRARY Research) Kajian Filosofis, Teoritis
dan Aplikatif, Op. Cit, hal 99-100
79
Tujuan dari penelitian analisis isi ini, adalah sebuah kajian untuk
menyimpulkan isi dari proses komunikasi (lisan ataupun tulisan) dengan cara
makna yang terkandung dalam konsep pendidikan etika guru dan siswa menurut
Habib Zain bin Ibrahim bin Smith dalam kitab Manhaj As Sawi.
materi, analisis situasi sumber teks, pengaturan materi secara formal, penentuan
setelah selesai analisis dan interpretasi data untuk memastikan hasil dapat
84
Reyvan Maulid. Ed. Memulai Belajar Data Science untuk Kenali Analisis Data. (Online) Web
https://dqlab.id/mengenal-analisis-konten-dalam-analisis-data-kualitatif DqLab Vol V No. 25
(diakses 25 Mei 2021)
85
Amir Hamzah, Metode Penelitian Kepustakaan (LIBRARY Research) Kajian Filosofis, Teoritis
dan Aplikatif, Op. Cit, hal 113-114
86
Stefan Titscher, et. al. Metode Analisis Teks dan Wacana, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009),
hal 108
80
Untuk memperoleh hasil analisis yang valid sesuai dengan pemaparan teori
tidak terjadi perbedaan antara data yang satu dengan yang lain
dikumpulkan.
Teknik
Desain Sumber Pengumpulan Teknik Validasi
Analisis
Penelitian Data Data Data
Data
87
Amir Hamzah, Metode Penelitian Kepustakaan (LIBRARY Research) Kajian Filosofis, Teoritis
dan Aplikatif, Op. Cit, hal 113-114
81
mencatat hasil
wacana
BAB IV
Beliau adalah lautan ilmu yang sangat teliti, seorang pakar fiqih yang ahli
ibadah serta bersifat zuhud (tidak mencintai dunia), pendidik sejati yang selalu
berdakwah di jalan Allah, nama lengkap dan silsilah nasabnya yaitu sebagai
berikut: Sayyid Habib Abu Muhammad Zain bin Ibrahim bin Zain bin
Muhammad bin Zain bin Abdurrahman bin Ahmad bin Abdurrahman bin Ali bin
Salim bin Abdullah bin Muhammad Smith bin Ali bin Abdurrahman bin Ahmad
bin Alwi bin Ahmad bin Abdurrahman bin Alawi (Ammul Faqih Al Muqoddam)
bin Muhammad (Shahib Mirbath) bin Ali (Khali’ Qasm) bin Alwi bin Muhammad
bin Alwi bin Ubaidillah bin Ahmad Al Muhajir bin Isa Ar Rumi bin Muhammad
An Naqib bin Ali Al Uraidhi bin Ja’far As Shodiq bin Muhammad Al Baqir bin
Ali Zainal Abidin bin Husain putra Imam Ali bin Abi Tholib dan Sayyidah
bersambung kepada Sayyidina Husain Ra. yang tidak lain adalah cucunya
Rasulullah Saw. Dia berasal cabang keluarga Alawi, yakni dari keturunan As
Syarif Alwi cucu dari imam Al Muhajir, beliau bermadzhab syafi'i, berakidah
83
83
Ahlus Sunnah wal Jama’ah, berthoriqoh salaf, melalui jalur datuk-datuknya yang
berasal dari hadramaut dari kalangan sadah keluarga abi alawi radhiyallahu
anhum ajma’in.
wilayah tersebut). Penulis juga selalu menghadiri maulid yang diadakan oleh
menghadiri madras (kajian ilmu) Ad Da’i Ilallah Al Imam Habib Ali bin
Abdurrahman Al Habsyi yang diadakan setiap pagi hari Ahad di kediaman beliau
jati diri penulis. Bisa dikatakan bahwa Habib Alwi merupakan guru pertama
Jawa. Beliau juga bertalaqi Al Quran dan ilmu tajwid di sana pada tahun 1371 H
atau 1950 M, lalu ayahandanya membawa beliau ke Hadramaut saat itu beliau
c. Pencarian Jati Diri dalam Menuntut Ilmu dan Guru-Gurunya Habib Zain
84
totalitasnya untuk menuntut ilmu dan bertalaqi, berpindah dari satu madrasah ke
fiqih kepada Al alamah Habib Muhammad Bin Salim Bin Hafidz dalam
bimbingan beliau pula penulis menghafal kitab Shafwat Az Zubad karya Imam
Ibnu Ruslan dan Al Irsyad karya As Syaraf Ibnu Muqri sampai Bab Jinayat,
mendalami ilmu Waris dan Bab nikah, sebagian kitab Al Minhaj beberapa kitab-
kitab ilmu tashawwuf, sekilas ilmu Falak dan menghafal syair Hadiyatus Shodiq
Dari Habib Umar bin Alwi Al Kaf, penulis mempelajari ilmu Nahwu,
Syaikh Mahfudz bin Salim Az Zubaidi dan Mufti Tarim Syaikh Al Faqih Salim
bin Said Bukayir Baghitsan, penulis mengkaji kitab Mulhatul I'rab karya Al
Hariri kepada Habib Salim bin Alwi Al Khirid, penulis juga mempelajari Ushul
fiqih dari Syaikh Fadhl bin Muhammad Bafadhl dan Habib Abdurrahman Bin
Selain itu, penulis selalu menghadiri majelis-majelis Arif Billah Habib Alwi
di Rubath, serta majelis Syaikh Ali Bin Abu Bakar As Sakran radhiyallahu anhu.
Penulis menimba ilmu juga kepada Al Barokah Habib Ja'far bin Ahmad Al
Idrus, penulis sering kali mengunjungi beliau dan mendapatkan banyak ijazah dari
beliau, penulis juga belajar Al Quran kepada Habib Ibrahim bin Umar bin Agil
dan Al Barokah Habib Abu Bakar Al Atthas bin Abdullah Al Habsyi, kepada
beliau penulis mengkaji kitab Al Arbain Al Ashl Karya Imam Al Ghazali, penulis
juga belajar kepada guru-guru lainnya kesemua guru itu memuji beliau karena
kalangan para tokoh saadah Ba’alawi atau ulama dunia islam lainnya. Diantaranya
kepada: Al Allamah Al Arif Billah Habib Muhammad Bin Hadi As Segaf, Habib
Ahmad bin Musa Al Habsyi, Al Allamah Al Muhadits Sayyid Alwi Bin Abbas Al
Maliki Al Makki, Al Allamah Ad Da’iyah Habib Umar bin Ahmad bin Smith, Al
Qudwah Habib Ahmad Masyhur Al Haddad, Al Qudwah Habib Abdul Qodir bin
Murobbi Habib Hasan bin Abdullah dan ulama-ulama lain. biografi guru-guru
beliau ditulis secara terperinci dalam kitab kumpulan sanad dan guru-guru beliau.
Tarim. Delapan tahun itu, beliau lalui dengan penuh keseriusan dan kesungguhan
86
serta totalitas dalam mencari ilmu dan merenggutnya dari sumber ilmu yang tawar
dan bersih, dari kota yang terkenal dengan keberkahannya yang melimpah ruah
serta banyak ulama serta orang sholeh di dalamnya di samping kemuliaan lain
guru beliau yaitu Al Habib Muhammad Bin Salim Bin Hafidz memerintahkannya
untuk beralih ke kota Baidho’ yang terletak di ujung selatan Negeri Yaman untuk
di wilayah itu. Perintah ini, datang setelah datang permintaan dari Al Allamah
Negeri Yaman dan Mufti Baidho’ Ad Da’i Ilallah Habib Muhammad Bin
Penulis pun bergegas menuju kota Baidho’ melalui jalur yang melewati
kota Aden di kota tersebut terdapat seseorang kawan tercinta beliau Habib Salim
Bin Abdullah As Sathiri, saat itu Habib Salim bertugas menjadi Khatib dan Imam.
menelaah kitab-kitab yang ada di sana dengan penuh kesungguhan. Penulis dan
teladan mengajar para murid secara bergantian menyambung malam dan siang
putrinya dan memberikan ijazah dari semua ilmu yang beliau dapatkan. Penulis
tidak pernah absen menghadiri kajian-kajian pertama kali di majelis ilmiah yang
diisi oleh Habib Muhammad terhadap penulis menganggap beliau sebagai salah
satu guru terbesar yang paling banyak memberikan manfaat padanya walaupun
kajian ilmiah, sebab beliau mengerahkan seluruh waktunya untuk berdakwah dan
mengadakan kajian dan nasihat kepada orang-orang awam. Penulis juga menjadi
Selain itu, penulis juga menggantikan beliau dalam memberi jawaban dan
Penulis bermukim di kota Baidho’ selama lebih dari dua puluh tahun.
Selama itu pula, beliau mengisi waktunya dengan melayani ilmu dan para
manfaat kepada orang banyak. Dari hasil didikan beliau, banyak keberhasilan para
pelajar yang mencapai cita-citanya menjadi orang yang berhasil, ulama serta
88
hadits, fiqih dan kitab-kitab lainnya, serta kitab-kitab ulama Salafus Sholeh.
Beliau memiliki tekad baja yang tidak pernah kendor dalam belajar mendidik
murid dan memberi petunjuk kepada mereka yang lalai dan tidak tahu.
rahimahullah. Jika datang suatu masalah ilmiah yang dijawab oleh penulis, maka
Habib Muhammad Al Haddar, berkata “Jika Habib Zain telah menjawab, maka
tidak ada perlunya meneliti kembali”. Hal ini karena kepercayaan beliau yang
dan musim ziarah, bertemu dengan banyak ulama dan orang soleh, berguru dan
Selama masa dua puluh satu tahun yang diisi dengan kesungguhan yang
tidak kenal lelah dalam bidang ilmu dan dakwah usaha tanpa henti dalam menaati
dan menjalani Thariqah Salaf, akhirnya beliau berhijrah ke tanah Hijaz yang
diminta untuk membuka Rubath oleh Sayyid Abdurrahman Bin Hasan Al Jufri
89
Wasallam.
beliau bekerja sama dengan Habib Salim bin Abdullah As Sathiri untuk
Habib Salim As Sathiri kembali ke kota Tarim untuk mengelola Rubath Tarim
yang telah dibuka kembali, sehingga tersisa penulis seorang diri yang mengajar
Banyak penuntut ilmu yang datang ke Rubath dari berbagai negeri Islam.
beliau mengajar dan mendidik mereka serta usia Beliau yang bertambah. Namun
Kitab At Tiryaq An Nafi’ ala Al Masail Jami'il Jawami’ karya Imam Abu Bakar
Bin Syihab, serta Mandzumah Maroqis Su’ud karya Syarif Abdullah Al Alawi As
Syinqithi yang merupakan matan bagi para senior dalam ilmu ushul.
dalam ilmu Lughah dan ushul di masanya. Kepadanya, beliau membaca kitab
Syarah Qothr, sebagai syarah Alfiyah Ibnu Aqil. ‘Idhoatul Dujunnah karya Imam
serta kitab asalnya yang tersebar luas Isanguji karya Imam Al Abhari keduanya
adalah kitab Ilmu Mantiq, Itmamud Dirayah Liqurrain Nuqayah karya Imam
Suyuthi, Al Maqshur wal Mamdud dan Lamiyatul Af’al karya Ibnu Malik, Jilid
pertama kitab Mughni Labib karya Ibnu Hisyam, dua kitab dalam Ilmu Sharaf dan
tinggi dan tekun dalam mencari ilmu telah melakukan banyak kunjungan dakwah
yang penuh berkah ke negeri-negeri Islam dan menemui para ulama dan wali.
lainnya.
jika anda memandang beliau Anda akan melihat sosok seorang lelaki yang
janggut yang sudah dipenuhi uban dan diliputi cahaya. Lidah beliau tidak pernah
berhenti untuk berdzikir kepada Allah. Tasbihnya hampir tidak pernah lepas dari
91
tangan beliau. Beliau memakai imamah putih, sarung dan rida’ sesuai dengan adat
wirid dzikir dan amalan setiap harinya di samping kesibukan mengajar. Anda
akan melihat beliau tidak pernah berhenti berdzikir kepada Allah pada salat
beliau tidak beranjak dari sana sampai setelah isyraq (terbit matahari). Kemudian
sampai sebelum Isya, kemudian pergi menuju masjid Nabawi untuk menunaikan
salat Isya dan menziarahi kakek beliau yang paling Agung, Nabi Muhammad
dzikir dan amalan lainnya terputus kecuali ketika beliau bepergian atau sakit
berat. Setelah Isya, beliau mengadakan beberapa kajian dan majelis di berbagai
mereka, menemui para peziarah dan tamu, dan bepergian untuk berdakwah dan
memberi petunjuk. Orang yang memiliki mata hati akan melihat ketika duduk
bersama beliau, pandangan yang menembus ufuk. Beliau tidak akan berbicara
92
Beliau memiliki sifat-sifat luhur, dan ciri-ciri kaum Arifin yang diketahui oleh
menjadikan kitab ini matan yang ringkas dalam Ilmu Akidah, Fiqih
[belum dicetak]).
Pendakwah dan pemikir Islam Sayyid Abu Bakar bin Ali Al Masyhur
halaman 189: “Seorang berilmu yang pakar fiqih, penjaga mazhab yang
menguasai ilmu Nahwu dan berbagai serta berserikat dalam berbagai bidang
ilmu, Al ‘Arif Billah, seorang yang menuntun ke jalan Allah dengan nasihat-
94
Salafiyah.”
Syaikh Abdullah Al Lahji Al Hadrami, seorang tokoh ulama dan ahli hadits
Kota Mekah (wafat 1410 H), menulis dalam pembukaan ijazahnya kepada beliau:
lebih tinggi.” dan menyifati beliau dengan: “Seorang Sayyid yang berilmu lagi
utama.”
dengan: “Seorang Sayyid yang cemerlang dan sempurna, berilmu, tawaduk dan
mengamalkan ilmunya.”
dengan: “Seorang ahli ilmu yang sempurna, pakar fiqih serta pendidik.”
dengan: “Seorang Sayyid yang ahli ilmu, pendakwah di jalan Allah, pemuda yang
tumbuh dalam ketaqwaan kepada Allah, penempuh jalan ibadah yang gemar
Yang dicintai, pemimpin yang dijadikan rujukan, yakni Zain bin Ibrahim.”
Segaf, menyifati beliau: “Seorang Sayyid yang paling baik yang mencintai jalan-
perhatian kepada para murid dan mengerahkan mereka, memberi petunjuk kepada
para penempuh jalan akhirat, mendidik para murid, meneliti fatwa-fatwa atas
melakukan lawatan dakwah dari satu waktu ke waktu yang lainnya, mencari
nasihat agama. Semua itu disertai dengan amalan-amalan luhur beliau, dan
guru-guru teragung di masa kini yang manfaatnya dapat dirasakan secara umum.
Semoga Allah senantiasa menjaga beliau sebagai simpanan bagi Islam dan
Manhaj As Sawi ini, merupakan salah satu karangan dari beberapa karangan
Habib Zain bin Ibrahim bin Smith. Al Manhaj as Sawiy adalah sebuah kitab yang
merupakan literasi bermodel syarh yaitu berbentuk elaborasi atau penjelasan dari
oleh Habib Ahmad bin Zain Al Habsyi. Beliau seorang ulama besar pada abad 11
H, dan dikutip oleh Habib Idrus bin Umar Al Habsyi. Lima pilar itu adalah al-Ilm,
mengandung makna yang sangat luas, jika dikaji dari berbagai sudut pandang
dengan analisa yang mendetail. Hal ini, yang memberikan inspirasi kepada
pengarang untuk menuliskan karyanya diatas lembaran setebal 775 halaman yang
Dalam kitab ini, Habib Zain bin Ibrahim bin Smith telah mengumpulkan
argumentasi yang beragam dalam setiap bab dan sub babnya, tanpa sama sekali
beserta tafsirnya, hadis, dan perkataan para sahabat Nabi beserta keterangannya.
Selain itu, juga disebutkan perkataan ulama’ klasik dan tokoh Bani Alawi, dan
hikayat ulama’ salaf. Kitab ini, juga disempurnakan dengan solusi problematika
Berdasarkan paparan diatas, kitab ini sangat ideal untuk dijadikan rujukan.
Di samping itu, lebih dari separuh pembahasan yang ada, didominasi pembahasan
oleh guru dan peserta didik, baik dalam hal niat, tata cara belajar, dan mengajar,
3. Thariqah Habib Zain bin Ibrahim bin Smith (Saadah Ali Ba’alawi)
Nasab para Saadah Ba‘alawi kembali kepada kakek mereka yang mulia
yaitu Alawi bin Ubaidillah, beliau adalah cucu Imam Muhajir Ahmad bin Isa
yaitu pemimpin para ulama yang mulia di Iraq, beliau adalah putra Muhammad
an-Naqib bin Ali al-Uraidhi bin Ja’far ash-Shadiq bin Muhammad al-Baqir bin
Ali Zainal ‘Abidin bin Imam Husain bin Ali bin Abu Thalib.
98
tiga orang anak yaitu Bashri, Jadid, dan ‘Alwi. Kepada ‘Alwi inilah keturunan
Mereka menetap di sana. Keturunan al-Muhajir pertama kali yang mendiami kota
ini adalah al-Imam Ali bin Alwi yang dikenal sebagai Khali` Qasam dan
saudaranya yang bernama Salim, serta mereka yang segenerasi dengan keduanya
dari keturunan Bashri dan Jadid yang ada pada saat itu, maka Tarim pun menjadi
tempat tinggal mereka. Peletak pondasi sebenarnya pada bangunan Thariqah ini
adalah al-Imam Muhammad bin Ali Ba’alawi yang digelari dengan al-Faqih al-
Muqoddam yang lahir di Tarim pada tahun 574 H dan wafat di sana pada tahun
653 H.
Ilmu-ilmu yang diajarkan oleh Saadah Ba’alawi, ialah ilmu-ilmu syariat islam.
Ilmu-ilmu tersebut berkembang sampai saat ini, dan menjadi bagian dari cabang
ilmu keislaman. Pondok pesantren Saadah Ba’alawi tidak kenal lelah untuk
1. Paparan data
1). Paparan data konsep pendidikan etika guru dan siswa dalam kitab Manhaj As-
a. Etika atau Adab sebagai Guru menurut Habib Zain Ibrahim bin Smith dalam
Sayyidina Al Qutub Abdullah bin Alwi Al Haddad Nafa Allahu Bihi telah
berkata: “ Siapa yang merenungkan keadaan para sahabat dan keengganan mereka
terhadap hal-hal yang tidak bermanfaat, maka dia akan mengetahui adab tokoh-
tokoh besar, adab ilmu pada para pemimpin, dia akan mengetahui ilmu seperti apa
sekedarnya saja, ilmu seperti apa yang harus ditampakkan, dan yang mana yang
harus dirahasiakan.
bertanya kepada Rasulullah mengenai lelaki yang sangat putih pakaiannya dengan
pertanyaan: Siapakah dia atau dari manakah datangnya; sampai Rasulullah sendiri
yang mengabarkan siapa lelaki itu, kepada Umar setelah berselang waktu yang
lama. Dari kejadian ini, dapat dipahami bahwa tidak boleh mengabarkan sesuatu
sebelum waktunya tiba jika sudah tiba, maka ia harus mengabarkannya walaupun
istiqomah dalam koridor Al Quran dan Sunnah Rasul, serta membuang keinginan
Habib Zain bin Ibrahim bin Smith telah menyebutkan di dalam Kitab
Manhaj As Sawi, bahwasanya sifat-sifat yang harus dimiliki oleh seorang guru
a) Bersikap Adil
Di antara adab atau etika seorang ulama (sebagai guru) adalah mengakui
kesalahannya. Imam Ibnu Abdil Bar telah berkata: “di antara keberkahan ilmu
dan adab-adabnya adalah bersikap adil.” Imam Malik juga mengatakan: “bahwa
di zaman kita ini tidak ada yang lebih sedikit daripada bersikap adil.” Imam Ad
Damiri memberikan komentar atas ucapan Imam Malik tersebut yaitu: “itu saja
terjadi di zamannya Imam Malik, maka bagaimana dengan di zaman kita ini, dan
Di antara contoh bersikap adil adalah kisah tentang seorang wanita yang
Saat itu, sayyidina Umar sedang berkhotbah di hadapan orang banyak. Namun,
beliau tidak malu untuk berkata “perempuan itu benar, Sedangkan lelaki ini yakni
(dirinya sendiri jadinya Umar) itu yang keliru.” Diceritakan oleh seorang laki-laki
bertanya kepada sayyidina Ali lantas beliau pun menjawab pertanyaannya. Lelaki
itu pun berkata jawabannya bukan demikian wahai Amirul Mukminin, melainkan
101
begini. Maka Sayyidina Ali menjawab: “engkau benar dan aku salah.” di sana
Artinya: “Dan di atas setiap orang yang berilmu pengetahuan, ada yang
Di antara adab atau etika seorang ulama adalah tidak malu untuk berkata
“aku tidak tahu” atau “wallahu a’lam”. Ketika ditanya mengenai sesuatu yang ia
tidak tahu jawabannya. Dalam suatu riwayat disebutkan bahwa sahabat Ibnu Umar
telah berkata: “ilmu terdiri dari tiga bagian yaitu Kitab Al Quran yang senantiasa
menyuarakan kebenaran, Sunnah Nabi yang telah diajarkan, dan ucapan “Aku
tidak tahu”.
ilmu seseorang ulama adalah berkata mengenai apa yang ia tidak ketahui yaitu
dengan mengucapkan ‘aku tidak tahu’ atau ‘wallahu a’lam’.” Sahabat Ibnu
Mas'ud telah berkata: “Wahai manusia, siapa yang mengetahui sesuatu maka
katakanlah. dan siapa yang tidak mengetahui hendaklah berkata ‘wallahu a’lam’.
102
Karena termasuk bagian dari ilmu adalah mengatakan atas sesuatu yang tidak
para ahli bahwa ucapan seorang ulama ‘Aku tidak tahu’, tidak menjatuhkan
kesempurnaan pengetahuannya. Bukan suatu aib atau celah bagi seorang yang
Muhadzab)
berkata: “Betapa sejuknya hatiku ini, dan mengatakan tiga kali, lantas Mereka
bertanya kepada beliau: “Apakah itu yang menyejukkan hati anda wahai Amiral
tidak tahu, lantas dia berkata ‘wallahu a’lam’.” Sahabat Abdullah bin Abbas juga
Perkataan semisal ini sangat banyak dikatakan oleh pembesar sahabat dan tabi’in,
mendapati 120 orang sahabat Rasulullah Saw. Apabila salah seorang diantara
itu kepada yang lain. Kemudian sahabat kedua itu telah menghadirkan kepada
sahabat yang lain lagi. Terus demikian sampai pertanyaan itu dialihkan kepada
sahabat yang pertama tadi.” Dalam riwayat lain, disebutkan tidak ada satupun
sahabat yang menyampaikan suatu hadits, kecuali ia berharap ada sahabat lain
yang bisa menggantikannya untuk menyampaikan hadis itu. Tidak pula ada yang
dimintai fatwa, kecuali ia berharap pada sahabat lain yang bisa menggantikannya
Diriwayatkan dari sahabat Ibnu Masud dan Ibnu Abbas radhiyallahu ta'ala
anhum bahwa: “Siapa yang berfatwa atas semua masalah yang ditanyakan, maka
ia adalah orang gila.” Imam Malik radhiyallahu anhu berkata: “Siapa yang ingin
dirinya berada diantara surga dan neraka, bagaimana ia dapat selamat dari
Malik juga berkata: “Aku tidak berfatwa, kecuali setelah 70 orang ulama bersaksi
bahwa aku telah layak untuk berfatwa.” (Dikutip dari Muqaddimah ‘Syarah Al
Muhadzab’)
anhu berkata dalam Mukadimah kitab ‘Mathlabil Iqodz’: “Orang yang telah
104
dikaruniai Taufik harus selalu mengingat apa yang disampaikan oleh Nabi Al
kalangan sahabat, tabiin dan ulama agama setelah generasi mereka. Mereka sangat
berhati-hati dalam berfatwa, padahal mereka telah memiliki dasar yang kokoh
dalam berbagai ilmu, kekuatan dalam berijtihad, serta jauh dari hawa nafsu.
Sehingga telah diriwayatkan bahwa Imam Malik yang termasuk ulama salaf
shaleh teragung, beliau hanya menjawab 4 masalah dari 40 masalah yang diajukan
Termasuk adab atau etika seorang ulama adalah memiliki harga diri enggan
menemui para penguasa serta para pecinta dunia. Sahabat Ibnu Abbas
ilmunya dan menyampaikannya kepada orang yang tepat, maka akan menjadi
ِ ِ ِ ِ ِ
ُأَلخ َد َما
ْ لَك ْن،ت ْ *** ْ َومَلْ َْأبتَذ ْل يِف ْ خ ْد َمة الْع ْل ِم َم ْه َجيِت
ُ َأَلخ ُد ُم َم ْن لََقْي
“Aku tidak mengerahkan jiwaku untuk menjadi pelayan ilmu, agar aku menjadi
pelayan setiap orang-orang yang aku temui, namun agar aku dilayani.”
“Mungkinkah aku celaka karena menanam benih ilmu ?, Mungkinkah aku petik
“Andai para ulama menjaga ilmunya, tentu ilmu akan menjaga mereka. Andai
diagungkan.”
“Namun, mereka menghinakan ilmu, maka mereka pun menjadi hina. Mereka
syairnya:
“Jika engkau telah meraih ilmu, jadikan ilmumu sebagai keahlian untuk menjaga
“ Jangan hinakan ilmu dengan sikap meminta-minta, sifat orang berilmu adalah
tidak pantas melakukan hal yang dapat menghinakan dirinya.” Sahabat Umar Bin
mengamalkan ilmunya.”
Sahabat Umar kembali bertanya apa penyebab hilangnya ilmu dari dada
para ulama, dia menjawab: ketamakan atau rakus. Imam Hasan Al Basri
kematian hati nurani adalah mencari harta duniawi dengan amal akhirat. Salah
seorang penduduk Basrah pernah ditanya: “Siapakah tokoh yang kalian patuhi ?”,
Maka akhirnya ia telah menjadikan ayat-ayat Allah, sebagai buah ejekan dan
sampai kepada kami, bahwa sahabat Ibnu Abbas radhiyallahu anhu berkata:
“Andai para penghimpun Al Quran dan hak-haknya Al Quran dan melakukan apa
107
yang seharusnya, niscaya Allah akan mencintai mereka. Namun, mereka justru
mereka pun menjadi hina di mata manusia. Imam Ghazali rahimahullah ta'ala
Di antara adab atau etika seorang ulama adalah tawaduk kepada Allah,
ketika sendiri ataupun dalam keramaian serta menjaga dirinya dari perbuatan
tawaduk kepada Allah.” Imam Fadhâil bin Iyad rahimahullah telah mengatakan:
“Sungguh Allah mencintai seorang ulama yang tawadhu dan membenci seorang
ulama otoriter. Siapa yang bertawadhu kepada Allah, maka Dia akan
belajar dari murid mereka sendiri, mengenai ilmu yang belum mereka pelajari.”
Bukhari Muslim).
108
Para ulama mengambil beberapa faedah dari hadits ini diantaranya: hadits
ini, menjelaskan tentang tawadhu orang yang lebih utama, jangan enggan untuk
membaca atau belajar kepada orang yang lebih rendah derajatnya keutamaannya.
yang ditemui, kepada yang setara maupun yang lebih rendah derajatnya darinya,
di mana saja ia tidak akan tampil berdakwah kepada masyarakat atau memberi
nasihat kecuali jika tidak ada orang lain yang dapat melakukannya. Karena ia
Jika di suatu daerah ada orang yang mengaku memiliki pengetahuan, maka
kepadamu’ dengan demikian ia dan orang lain mendapatkan manfaat karena sifat
tawadhu dan kesucian jiwanya. ‘Siapa yang tinggi hati kepada orang lain dan
menuntut mereka datang belajar padanya, maka ilmunya tidak akan bermanfaat
sebagai orang yang berilmu, selama ia masih mau belajar. Apabila ia sudah
tidak mau belajar mengira ilmunya sudah cukup dan merasa puas dengan
ilmunya, maka ia berubah menjadi orang yang paling bodoh.” Penulis Habib Zain
bin Ibrahim bin Smith berkata: “Diantara petuah Sayyidina Imam Muhammad bin
Zain bin Smith radhiyallahu ‘anhu: “Siapa yang mengekang nafsu dan menerima
109
tawadhu.”
faedah ilmu dari siapa saja dan dari mana saja, yang tidak membatasi diri untuk
belajar hanya kepada ulama tertentu dan tidak mau mengambil dari orang lain.
perantara yang dapat menyampaikannya kepada Allah Swt. Allah Swt berfirman:
carilah wasilah jalan untuk mendapatkan diri kepada-Nya dan benci adalah
Kata falah artinya adalah beruntung yaitu meraih semua harapan dan
keinginan yang dicita-citakan. Hikmah adalah benda hilang milik orang mukmin.
Taufik ada dalam kuasa Allah. Petunjuk hakiki adalah petunjuk Allah:
mendapatkan petunjuk. Siapa yang Dia sesatkan, engkau tidak akan menemukan
seorang penolong pun yang dapat memberinya petunjuk.” (QS. Al Kahfi: 17)
Beliau, juga berkata: “Tawadhu adalah sebuah Perangai dan anugerah yang
dapat diterapkan terhadap semua orang, kepada para pelaku maksiat, orang fasik
kaum durhaka bahkan terhadap hewan dan benda-benda mati serta orang-orang
kafir, yang engkau dapat melihat sikap itu dalam kehidupan Al Mustofa.
karena kasih sayang beliau terhadap mereka, ini karena beliau sangat mengenal
Sebagian ulama’ berkata: “Jika pohon bidara penuh dengan buah maka
tangkainya akan turun ke bawah sehingga buahnya dapat dicapai oleh setiap
orang dan sebaliknya. Demikian pula, pohon kurma semakin banyak buahnya
seperti padi semakin berisi semakin menunduk.” (Dikutip dari isi surat-menyurat
beliau)
Penulis Habib Zain bin Ibrahim bin Smith berkata: “Seorang penyair
اض ًعا *** َوِإ ْن َز َاد اجْلَ ْه ُل الْ َم ْرِئ َز َاد َتَر ُّف ًعا ِ
ُ ِإذَا َز َاد الْع ْل ُم الْ َم ْرِئ َز َاد َت َو
ِ ِ
َ ص ِن َع ْن مَحْ ِل الث َِّما ِر مثَالُهُ *** فَِإ ْن َي ْع ُر م ْن مَحْ ِل الث َِّما ِر مَتَن
َّعا ْ َُويِف ْ الْغ
111
“Bagaikan dahan yang penuh dengan buah dan akan merunduk. Sedangkan yang
“Tawadhulah engkau akan menjadi seperti bintang yang berada di ufuk langit. Ia
“Janganlah engkau seperti asap yang membumbungkan diri tinggi dan lapisan
makanan lezat kepada orang lain, namun beliau sendiri hanya makan roti kasar.
Suatu saat ada seorang nenek tua yang mencegatnya ketika beliau tengah berada
di atas kendaraan angin bersama bala tentara. Beliau pun memerintahkan angin
rayu, yang semestinya dilakukannya adalah menebar hikmah Allah. Jika ada
yang menerima maka ia akan melanjutkan puji syukur kepada Allah. Dan
sifat orang yang tulus adalah meninggalkan perdebatan. Jika mereka harus
berdebat, maka itu dilakukan dengan satu kalimat saja. Allah Swt berfirman:
Artinya: “Janganlah kamu mendebat ahli kitab melainkan dengan cara yang
Beliau nafa’anallahu bihi juga berkata: “Jika seorang yang menguasai suatu
ilmu dan membidanginya mendengar pakar lain berbicara mengenai ilmu tersebut,
maka hendaknya ia diam dan tidak perlu ikut berbicara untuk menunjukkan
akalnya. Betapa banyak orang yang baru mempelajari satu bab ilmu atau 10
g) Menjauhi Penguasa
pengemban amanat Rasul selama mereka tidak bergaul dengan Penguasa dan
113
mencampuri urusan dunia. Jika mereka bergaul dengan Penguasa dan mencampuri
urusan dunia, maka mereka telah berkhianat kepada Allah dan Rasul-Nya, maka
ِ َّ ِ ِ ِ ِ ِ
َاُأْلمَراء الذيْ َن يَْأُت ْو َن الْعُلَ َماء َ شَر ُار الْعُلَ َماء الَّذيْ َن يَْأُت ْو َن
َ َوخيَ ُار،َاُأْلمَراء
Sultan Malik Syah pernah bertanya kepada beliau: “Mengapa engkau tidak pernah
mengunjungiku ?”. Beliau menjawab: “Aku berharap engkau menjadi raja terbaik,
dengan mengunjungi ulama, dan aku tidak ingin diriku menjadi ulama terburuk,
berlaku secara mutlak. Namun, larangan itu hanya bagi ulama yang bertujuan
maksud memberi nasihat, maka ia tidak tergolong dalam celaan ini. Memutlakkan
mengunjungi penguasa dengan tujuan memberi nasehat terdorong oleh sifat kasih
sayang terhadap mereka dan terhadap umat Islam. Telah dikisahkan bahwa Al
114
Aidrus (Al Habib Abdullah Bin Abu Bakar) pernah mencium telapak kaki salah
Muhadzab: “Disunahkan bagi seorang guru agar bersikap lemah lembut terhadap
muridnya dan mengarahkan segala yang ia mampu untuk berbuat baik kepadanya.
berkata: “Kami menemui sahabat Abu Said Al Khudri radhiyallahu anhu maka
ص ْوا هِبِ ْم َخْيًرا ْ َ فَِإ َذا َأَت ْو ُك ْم ف،َّه ْو َن يِف ْ الدِّيْ ِن
ُ اسَت ْو ِ اَأْلر
ُ ض َيَت َفق
ِ
ْ َوِإ َّن ِر َجااًل يَْأُت ْونَ ُك ْم م ْن َأقْطَا ِر،َّاس لَ ُك ْم َتبَ ٌع
َ َّن الن
ِإ
orang-orang akan mendatangi kalian dari penjuru bumi untuk mendalami ilmu
agama. Jika mereka datang kepada kalian, maka terimalah wasiatku untuk
pemula dan membingungkan mereka sehingga mereka bosan belajar. Ada dua
jenis ilmu yang tidak dapat kami percayakan kepada para pelajar fiqih zaman ini,
115
yaitu ilmu hakikat dan ilmu mengenai perselisihan antara ulama. Kami memiliki
Tatsbitul Fuad)
Beliau nafa’anallahu bihi juga berkata: “Pada zaman ini, yang sepatutnya
dicari adalah orang yang mencari murid, walau ini bertentangan dengan apa yang
dilakukan oleh ulama salaf. Dengan demikian, ia dapat mengingat ilmunya. Sebab
jika bukan karena perbincangan ilmu, ia akan lupa. Selain itu ia juga dapat meraih
pahala mengajar.
bihi berkata: “ Ilmu adalah amanat, hendaknya dijaga dan tidak diberikan kecuali
kepada murid terpercaya yang dapat menjaga amanat, wara’, dan bertakwa. Jika
Beliau nafa’anallahu bihi juga berkata: “Kami tidak memperoleh ilmu dengan
banyak meriwayatkan ini dan itu, tidak pula dengan saling berdesakan dengan
para tokoh ulama. Namun, Kami memperoleh ilmu dengan mengosongkan hati
dari keinginan duniawi, menangis di tengah malam dan selalu merasa diawasi
oleh Allah yang Maha Perkasa. Kami tidak menemukan seluruh kebaikan kecuali
dalam ilmu. Jika bukan karena ilmu, seorang hamba tidak akan mengenal
Nya.”
b. Etika atau Adab sebagai Siswa dalam Menuntut Ilmu Menurut Habib Zain
Etika atau adab sebagai siswa dalam menuntut ilmu menurut habib zain bin
ibrahim bin smith dalam kitab manhaj as sawi adalah sebagai berikut:
Muhadzab: “Seorang penuntut ilmu harus mensucikan hati dari segala kotoran
ِ
ْ َوِإذَا فَ َس َد،ُصلَ َح اجْلَ َس ُد ُكلُّه
ُ َأاَل َوه َي الْ َق ْل،ُت فَ َس َد اجْلَ َس ُد ُكلُّه
ب َ ت
ْ صلَ َح ْ ِإ َّن يِف ْ اجْلَ َس ِد ُم
َ ِإذَا:ًضغَة
baik akan baik pula seluruh jasadnya. Namun, jika ia busuk akan menjadi busuk
Para ulama berkata: “Cara untuk menjadikan hati pantas menerima ilmu
sama seperti cara untuk menjadikan tanah pantas untuk ditanami tumbuhan.”
“Jika engkau datang dengan membawa wadah kotor kepada seseorang, lantas
meminta minyak samin, madu atau semisalnya, sudah barang tentu ia akan
terlebih dahulu, maka bagaimana mungkin rahasia-rahasia ilahi yang suci akan
Bacaan beliau ini membuat Imam Malik kagum, sehingga beliau pun
Dalam riwayat lain disebutkan bahwa Imam Malik berkata kepada Imam
cahaya itu dengan perbuatan maksiat.” Imam Syafi'i rahimahullah berkata dalam
syairnya:
ِ َش َكوت ِإىَل وكِي ٍع سوء ِح ْف ِظي *** فََأر َش َديِن ِإىَل َتر ِك الْمع
اصي ََ ْ ْ ْ َ ُْ ْ َ ُ ْ
ِ َوَأ ْخبَ َرنِ ْي بَِأ َّن ْال ِع ْل َم نُوْ ٌر *** َونُوْ ُر هللاِ اَل يُ ْهدَى لِ َعا
صي
“Beliau mengabarkan bahwa ilmu adalah cahaya, dan cahaya Allah tidak
Imam Sahal bin Abdullah nafa’anallahu bihi telah berkata: “Hati akan
Ketahuilah menuntut ilmu harus memiliki niat yang baik dalam belajar.
Niat adalah inti dari segala perbuatan berdasarkan hadits Nabi Muhammad
ِ َّالني
ِّ ِال ب
)ات (رواه البخاري واملسلم ْ ِإمَّنَا
ُ اَأْلع َم
kebodohan dari dirinya dan dari semua orang yang tidak mengetahui,
melakukan amar ma'ruf dan nahi mungkar kepada dirinya sendiri atau orang lain
tamak dan ia harus melindungi dirinya dari sifat sombong atau takabur. Imam
menuntut ilmu ini dengan menggunakan kekuasaan dan tinggi hati. Siapa yang
menuntut ilmu dengan merendahkan diri, penghidupan yang sempit, dan khidmat
anhu berkata: “Aku hina ketika menuntut ilmu, kemudian menjadi mulia ketika
bin Ka'ab radhiyallahu anhu untuk menuntut ilmu. Terkadang pintu kediamannya
terbuka, sehingga beliau diizinkan untuk segera masuk. Jika pintunya tertutup,
beliau merasa malu untuk mengetuk pintu rumah gurunya. Maka, beliau akan
sehingga beliau sulit dikenali karena tertutupi oleh debu yang melekat pada badan
dan pakaiannya. Saat sahabat Ubay radliyallahu anhu keluar dan melihat beliau
dalam kondisi demikian, beliau pun terkejut dan berat hati melihat kondisinya itu.
Beliau pun berkata kepada sahabat Ibnu Abbas: “Mengapa engkau tidak
mengetuk pintu untuk meminta izin masuk ?”, sahabat Ibnu Abbas mengemukakan
kudanya. Sahabat Ibnu Abbas pun memegang tali kekang kuda, sampai gurunya
itu naik kendaraan. Lalu Beliau berjalan mengiringi gurunya. Sahabat Ubay
berkata: “Kenapa engkau lakukan ini, wahai Ibnu Abbas ?”. “Demikianlah kami
diperintahkan untuk memuliakan ulama kami.” jawab Ibnu Abbas. Saat itu
samping kudanya. Saat Sahabat Ubay turun dari kendaraan, beliau pun mencium
tangan Sahabat Ibnu Abbas. Tentu beliau terkejut atas perlakuan gurunya itu, dan
untuk memulihkan keluarga Nabi kami.” jawab sahabat Ubay (Kisah ini
disebutkan oleh Habib Al Allamah Abdullah Bin Husain Bil faqih sebagaimana
Quran ketika aku berusia 4 tahun. Aku menulis Hadits saat aku berusia 7 tahun.
Ketika usiaku menginjak 15 tahun ayahku berpesan: “Hai anakku, engkau sudah
bukan anak kecil lagi. Bergaullah dengan orang baik, agar engkau menjadi orang
baik. Ketahuilah ! tiada yang beruntung dengan keberadaan ulama kecuali orang
aku jalani wasiat Ayahku dan tidak pernah berpaling darinya.” (Imam Nawawi
Syarif yang berketurunan mulia tidak boleh enggan untuk melakukan empat hal
yang mengajarinya.”
golongan yang tidak akan pernah menuntut ilmu: pemalu dan orang yang
sombong.”
Penulis Habib Zein bin Ibrahim bin Smith berkata: “Rasa malu
masalah yang tidak diketahuinya. Sedangkan tinggi hati akan menghalangi orang
sombong untuk mengambil faedah ilmu dan belajar dari orang yang tidak setara
kedudukannya. Padahal, tidak ada yang bisa menjadi seorang ulama sampai ia
mau mempelajari ilmu dari siapa saja, baik dari orang yang memiliki kedudukan
Sayyidina Imam Idrus bin Umar Al Habsyi telah berkata: “Seorang salik
(penempuh jalan akhirat) semestinya mengambil faedah ilmu dan adab syariat
yang baik dari mana saja ia mendapatkannya: dari yang dekat atau yang jauh, dari
yang berkedudukan tinggi atau rendah, dari orang yang terkenal atau yang tidak
terkenal. Jangan membatasi diri dengan ikatan tabiat atau adat, sehingga nafsunya
menghalangi untuk menuntut ilmu dari orang yang tidak pernah didengar
namanya, tidak terkenal dan tidak memiliki kedudukan. Yang melakukan ini
) َحْيثُ َما َو َج َد َها ِإلْتَ ِقطْ َها (رواه الرتمذي وابن ماجة،ضالَّةُ الْ ُمْؤ ِم ِن ِ
َ َأحْل ك
َ ُْمة
Artinya: “Hikmah adalah barang hilang milik orang yang beriman di mana
Majah)
menyampaikannya.”
Diriwayatkan oleh Imam Abu Nu’aim dalam kitab ‘Hilyatul Aulia’ bahwa
Sayyidina Ali Zainal Abidin bin Husein mengunjungi Zaid bin Aslam dan duduk
di majelisnya. Zaid bin Aslam merupakan keturunan budak. Maka sebagian orang
berkata kepada Sayyidina Ali Zainal Abidin: “Anda adalah pemimpin umat dan
seperti dia dan duduk di majelisnya?.” Sayyidina Ali menjawab: “Ilmu sudah
kaum yang lebih berilmu lebih aku sukai daripada keberadaanku bersama kaum
yang aku lebih berilmu dari mereka. Jika aku adalah yang paling berilmu aku
tidak bisa mendapatkan faedah ilmu, namun jika aku bersama orang-orang yang
komentar: “Ada alasan yang lebih baik dari alasan yang beliau ungkapkan, yaitu:
Jika ia menjadi orang yang paling berilmu di antara mereka, ia akan dipasrahkan
urusan-urusan yang penuh resiko dan diserahkan berbagai tanggung jawab yang
besar konsekuensinya. Bisa jadi iya tidak dapat menunaikannya dengan sempurna
lebih berilmu maka ia akan selamat dari resiko tersebut dan aman dari
tidak akan mendapatkan Futuh (tersingkap hakikat) dalam suatu ilmu sampai ia
kepada putranya: “Wahai Putra Kecilku, jika perutmu penuh maka pikiranmu
akan terlelap, lidahmu akan kelu cari mengucapkan hikmah, dan anggota
Imam Syafi'i juga berkata: “Sejak 16 tahun, aku tidak pernah merasa
kenyang kecuali satu kali saja lantas aku muntahkan saat itu juga. Sesungguhnya
‘Hilyatul Auliya’)
hatilah dari kekenyangan yang berlebihan akibat makan dan minum, sebab itu
dapat merusak tubuh dan menimbulkan rasa malas menunaikan salat. Hendaknya
kalian makan dan minum sewajarnya saja, sebab itu dapat menyehatkan tubuh dan
lebih jauh dari sifat berlebihan. Sungguh, Allah membenci seseorang ulama yang
gemuk (karena banyak makan). (Diriwayatkan oleh Abu Nu’aim dari kitab ‘At
maksiat dalam rasa kenyang; dan ilmu serta hikmah dalam rasa lapar.” Sebagian
ulama mengatakan:
“Hai pencari ilmu, jalani sifat wara’, jauhkan diri dari tidur, dan
َدا ِو ْم َعلَى الد َّْر ِس اَل ُت َفا ِرقُهُ *** فَالعِْل ُم بِالد َّْر ِس قَ َام َو ْارَت َف َعا
“Teruslah belajar, jangan pernah kau tinggal. Ilmu akan semakin kokoh
Para ulama telah mengatakan: “Kenyang yang sesuai dengan syariat adalah
makan sekedar menguatkan tubuhnya agar dapat melakukan kegiatan dan bekerja.
“Beberapa suapan kecil sudah cukup bagi anak Adam (manusia) untuk
menegakkan punggungnya.”
Boleh melebihkan kadar ini, sampai memenuhi sepertiga perut, ini tidak
Dengan kadar yang berlebihan, seorang akan merasakan tubuhnya berat dan
pencernaan. Ini adalah sumber dari segala penyakit. Demikian pula menyantap
menikah selama memantapkan ilmunya. yang demikian itu agar tidak sibuk
dengan hak-hak rumah tangganya sehingga tidak sempurna dalam menuntut ilmu.
Betapa indah untaian syair yang digubah oleh Abul Fath Al Busti:
Hikmah. Ketika orang lain senang dengan keturunan, maka kami terhibur dengan
keberadaan Hikmah.
“Pelajarilah ilmu, pelajari dari sikap tenang dan hormat terhadap ilmu,
guru serta menjaga adab terhadapnya, walaupun gurunya itu berusia lebih
mudah serta lebih rendah darinya dari segi ketenaran, nasab, serta
Sayyidina Imam Ali Bin Hasan Al Athos nafa'anallahu bihi berkata: “Ilmu,
kefahaman, dan cahaya (yakni tersingkapnya hijab) yang akan engkau peroleh
sesuai dengan kadar adab bersama syaikh. seberapa besar kadar kedudukannya
dalam hatimu, pasti sebesar itu pula besarnya kadar kedudukanmu di sisi Allah,
untuk menjadi yang paling dahulu memasangkannya kepada gurunya. Melihat ini,
sandalku.
ِ ِ ِ
َ َوالَّذ ْي َعلَّ َم،ُك ِإ ْبنَتَه
َ ْك َو ُه َو َأف
ضلُ ُه ْم َ َوالَّذ ْي َز َّو َج، َأبُ ْو َك الَّذ ْي َولَ َد َك:ٌك ثَاَل ثَة
َ آبَاُئ
127
ilmu kepadamu dan ia adalah ayahmu yang paling utama.” (Dari kitab Al Athiyah
Al Haniyah)
Penulis (Habib Zain bin Ibrahim bin Smith) berkata: Terkait hal ini, seorang
ُأستَ ِاذ ْي َعلَى بِِّر َوالِ ِد ْي *** َوِإ ْن َكا َن يِل ْ ِم ْن َوالِ ِد ْي الْرِب ُّ َوالْ َعطْف ُ ُأقَد
ْ ِّم
ِ
ف َ الر ْو ُح َج ْو َهٌر *** َو َه َذا ُمَريِّب اجْل ْس ِم َو ُه َو هَلَا
ْ ص َد ُّ َو،الر ْو ِح
ُّ َف َه َذا ُمَريِّب
“Guruku telah mendidik ruhku, dan ruh adalah inti kehidupan. Sedangkan
Syaikhul Islam Taqiyuddin As-Subki di salah satu jalan kota Syam. Tiba-tiba
beliau mendengar seorang petani Syam berkata: “Aku pernah bertanya kepada Al-
Faqih Muhyiddin An-Nawawi mengenai masalah ini dan itu...” Dengan segera
Ayahku turun dari kudanya, seraya berkata: “Demi Allah, aku malu untuk menaiki
Nawawi) berjalan kaki. Ayahku memaksa petani tadi untuk menaiki kudanya dan
128
terdahulu terhadap guru-guru mereka. Padahal Syekh Taqiyuddin itu tidak pernah
berjumpa dengan Imam Nawawi. Beliau lahir beberapa tahun setelah wafatnya
Imam Nawawi.
Penulis (Habib Zain bin Ibrahim bin Smith) telah berkata: “Diantara kisah
Darul Hadits yaitu lembaga pendidikan yang dinisbatkan kepada Imam Nawawi di
“Semoga saja usapan wajahku menyentuh satu tempat, yang pernah diinjak
wafatnya Syekh Hammad (guru beliau) tak pernah sekalipun aku lupa untuk
129
memohonkan ampun untuk beliau dan ayahku selepas setiap salatku. Sungguh aku
selalu memohonkan ampun untuk semua orang yang pernah mengajariku dan
Imam Abu Yusuf murid dari Imam Abu Hanifah pernah berkata: “ Aku
Sungguh aku pernah mendengar Abu Hanifah berkata: “Aku mendoakan Syaikh
Imam Syafi'i rahimahullah berkata: “Jika aku berada bersama Imam Malik
rahimahullah ta'ala aku akan membuka lembaran kertas dengan sangat perlahan
untuk menghormati beliau agar tidak mendengar suara kertasku. Imam Rabi Al
Muradi murid Imam Syafi'i radhiyallahu ta'ala anhu berkata: “Aku tidak pernah
berani untuk meneguk air saat Imam Syafi'i melihatku karena rasa takdzimku
kepada beliau.”
bahwa suatu saat, Imam Nawawi rahimahullah diundang oleh guru beliau, Al
(wahai tuanku), maafkan aku karena tidak dapat memenuhi undanganmu. Aku
memiliki uzur atau halangan yang bersifat syariat.” Maka guru beliau pun
“Sebenarnya apa uzur yang menghalangimu saat itu ?” Imam Nawawi, lalu
aku mendahului memakan makanan itu tanpa aku sadari.” Setiap kali Imam
Nawawi radhiyallahu ta'ala anhu keluar untuk belajar dan membaca kepada
ِ ِ
َأح ٌد َ ص ٍة َواَل يَُبلِّغُيِن ْ َذل
َ ُك َعْنه
ِ
َ ب ُم َعلَّم ْي َحىَّت اَل َت َق َع َعْييِن ْ لَهُ َعلَى نَقْي ْ َأللَّ ُه َّم
َ اسُت ْر َعيِّن ْ َعْي
“Ya Allah tutupilah aib guruku dariku sehingga mataku tidak memandang
suatu kekurangan apapun dari beliau, dan jangan pula ada seorangpun yang
menyampaikan kepadaku.”
jangan pula melirik dengan kedua matamu. 3) Jangan pernah berkata kepadanya:
“Si Fulan mengatakan pendapat yang berbeda dengan pendapat Anda. 4) Jangan
pula engkau berpaling darinya, yakni jangan merasa puas dengan lamanya belajar
Hamalatil Quran)
Imam Abu Bakar bin Ayyasy bercerita: “Suatu hari, saudara dari Imam
Sufyan Ats Tsauri wafat dan banyak orang yang mengunjungi beliau untuk
131
bertakziah. Saat Imam Abu Hanifah datang, Imam Sufyan segera bangkit berdiri
Kemudian Imam Sufyan duduk dengan takdzim di hadapan beliau. Setelah semua
orang pulang, salah seorang sahabat Imam Sufyan bertanya: “Kami melihat
engkau melakukan suatu hal yang ganjil !” Beliau pun menjawab: “Beliau ini
(yakni Imam Abu Hanifah) adalah seorang yang memiliki kedudukan tinggi
dalam ilmu agama. Jika aku tidak berdiri untuk menghormati ilmunya, aku harus
berdiri untuk menghormati usianya. Jika aku tidak berdiri untuk menghormati
usianya, aku harus berdiri karena menghormati kedalaman ilmu fiqihnya. Jika aku
tidak berdiri karena kedalaman ilmu fiqihnya, aku harus berdiri karena sifat
wara’nya.”
tua dapat dihapus dengan taubat, sedangkan durhaka kepada guru tidak dapat
dihapus oleh apapun sama sekali.” (Di menukilkan oleh Imam Nawawi dalam
kitab ‘Tahdzib’nya)
“Guru dan dokter tidak akan memberi nasehatnya jika keduanya tidak
dihormati.”
132
ِ ِ َف
ت ُم َعلِّ َما َ اصرِب ْ جِلَ ْهل
َ ك ِإ ْن َج َف ْو َ اصرِب ْ ل َداِئ
َ ك ِإ ْن ََأهْن
ْ ت طَبِْيبَهُ *** َو ْ
menderita penyakitmu. Jika engkau bersiap kasar pada guru, engkau harus sabar
2). Paparan data Faktor-faktor yang mempengaruhi pendidikan etika guru dan
sombong, dan tidak beradab; bagi pelajar tidak boleh memiliki sifat bodoh,
tidak mau berfikir, dan tidak beradab. Maka keduanya tidak akan
3. Tidak adanya sikap membersihkan diri, menata hati dengan ikhlas, tidak
jawabannya
6. Senang dalam memusuhi orang lain dalam perdebatan yang berakibat pada
7. Tidak adanya ikhlas, tawadlu’, kebersihan hati seorang pelajar yang dapat
minum, sehingga berat untuk melakukan ibadah dan amal baik lainnya
mempertautkan doa
akibat dan dampak yang akan timbul kedepannya atas apa yang telah
dilakukan.
3). Paparan data Faedah yang diperlukan untuk keberhasilan guru dan siswa
Adapun faedah yang diperlukan untuk keberhasilan guru dan siswa dalam
memiliki semangat yang kuat untuk menggapai harapan dalam menuntut ilmu dan
anshori. Maka dalam menuntut ilmu dan mengajarkannya itu memiliki syarat-
Maka ilmu tersebut tidak digunakan untuk selain pada fungsinya yaitu seperti
b. Menuntut ilmu yang dapat diterima oleh kondisi nalurinya orang tersebut
karena tidak semua orang itu layak dan bisa mengumpulkan ilmu, akan tetapi
ilmu tersebut, bukan untuk mengalahkan orang lain dalam perdebatan bahkan
orang yang menyimpan ilmu akan diancam kelak dihari kiamat dengan
i. Tidak meyakini dalam sebuah ilmu bahwasanya dirinya hanya dapat menggapai
sebagian saja, tanpa mungkin bisa bertambah. Maka hal tersebutlah yang akan
sendiri, jangan sampai melewati batas ilmu tersebut dan jangan sampai kurang
untuk mendapatkannya
yang lain, karena akan membingungkan atau mengacaukan pikiran harus secara
l. Setiap siswa dan guru satu sama lain harus menjaga dan memberikan hak
masing-masing. Terlebih menjaga hak guru, dia (guru) ibarat seperti ayah bahkan
lebih mulia, karena orang tua mengeluarkannya menuju ke alam yang sirna,
sedangkan guru menunjukkan ke jalan lurus agar selamat di Alam yang kekal.
a. Seorang penuntut ilmu menurut Imam Syafi'i itu harus memenuhi kebutuhan
tiga hal yaitu waktu yang lama, lapang tangannya yaitu memiliki sifat dermawan
dan kecerdasan. Maka dari itu, ada syair yang mengatakan bahwasanya: “Wahai
saudaraku kamu tidak akan bisa menuai ilmu kecuali dengan 6 perkara # yang
b. Menurut Sayyid Ahmad bin Zain al-Habsyi bagi seorang yang mengambil
manfaat suatu ilmu, maka lihatlah pada diri sendiri apakah ilmunya bisa
bermanfaat atau tidak bagi dirinya sendiri, apakah ilmu tersebut bisa berdampak
baik bagi hatinya dan lebih menjadikan lemah lembut pada hati. Atau bisa diikat
mengulanginya atau dengan cara lainnya yang bisa menambahkan ilmu menancap
pada hati. Karena dengan cara itulah dapat menjadikan ilmu tersebut lebih
semua amal, keadaan, ucapan dan lainnya. Hendaknya dia meneliti apa yang
pantas untuknya walaupun mungkin itu tidak pantas dan tidak sesuai dengan
orang lain. Ini yang harus dilakukan jika ia hanya menghendaki manfaat untuk
dirinya saja
ilmunya, maka dia harus bertindak seperti dokter yang meneliti penyakit, sebab
dan unsurnya, untuk kemudian memberikan kepada pasien obat yang cocok untuk
penyakitnya. Terkadang ada 2 pasien datang dengan penyakit yang sama, namun
137
dokter memberikan obat yang berbeda antara keduanya dokter mengetahui bahwa
orang yang sesuai untuknya, jangan menilai orang lain akan sesuai dengan apa
yang sesuai bagi dirinya sendiri dengan kadar nilainya. Hal ini juga berlaku bagi
e. Menuntaskan suatu bidang ilmu yang dipelajari hingga tuntas dan menjadi
pakar dalam bidang ilmu tersebut baru kemudian mengambil sekedarnya ilmu
yang bersifat pokok dan inti dari bidang ilmu yang lain supaya mampu menjawab
f. Mencari berbagai faedah dari manapun dan dimanapun berada meskipun kepada
orang awam, karena betapa banyak akhlak mulia yang terdapat dalam diri
sebagian orang awam yang tidak dapat ditemukan pada orang lain dan tidak pula
pada dirinya sendiri. Diantara ciri orang tersebut yang tulus dalam mencari ilmu
adalah ia dapat mengambil semua sisi baik yang ia lihat dari teman duduknya,
baik ucapan ataupun perbuatan dan meninggalkan sisi buruk yang ia temukan
padanya. Jika ia dapat mengambil hal tersebut yang bermanfaat yang ia temukan
padanya, maka kerusakan dan kekeliruan yang ada padanya tidak akan
membahayakan dirinya
g. Menyadari hakikat dari pemahaman yang ia tuai dari belajarnya itu merupakan
harapannya
138
h. Bagi penuntut ilmu menurut imam ahmad bin hasan Alatas beliau menegaskan
untuk memperhatikan dua hal yaitu memulai apapun baik dalam belajar ilmu atau
beramal kecuali dengan niat yang baik dan hendaknya melihat buah dan hasil dari
i. Ketika tidak memahami suatu bahasan suatu ilmu Maka dianjurkan untuk
menelaah kembali maka fokuskan pikiran dalam memahami makna yang belum
dimengerti
k. Sebagian ulama telah memberikan tips waktu yang baik untuk digunakan dalam
menghafal yaitu dini hari antara tengah malam sampai waktu subuh waktu terbaik
untuk kajian ilmu adalah pagi hari waktu terbaik untuk menulis adalah tengah hari
dan waktu terbaik untuk menelaah pelajaran dan mengulanginya kembali adalah
waktu malam hari dan menurut Imam Al Khatib bahwa waktu terbaik untuk
menghafal adalah dini hari kemudian tengah hari kemudian pagi hari serta
penggunaan tempat terbaik untuk menghafal adalah kamar tertutup dan setiap
l. Harus menguasai pokok-pokok yang terdapat di suatu bidang ilmu Maka sudah
m. Menurut Habib Ahmad bin Umar bin Smith beliau menegaskan bahwa kalau
sudah mendapatkan suatu faedah ilmu Maka sampaikanlah kepada orang lain
orang yang tidak tahu, maka Allah yang maha pengasih akan memberikan kalian
ilmu harus memiliki tiga hal yaitu jam untuk mengatur jadwal kesehariannya,
kemudian kompas untuk menentukan arah kiblat dan pena untuk menulis hasil
pelajarannya.
2. Analisis Data
(1) Analisis Data Konsep Pendidikan Etika Guru dan Siswa dalam Kitab Manhaj
As Sawi
a. Analisis perbedaan pemikiran Habib Zain bin Ibrahim bin Smith dan
Tentang konsep pendidikan akhlak guru dan siswa yang dijelaskan oleh
Habib Zain bin Ibrahim bin Smith dan Permendiknas nomor 16 tahun 2007 pada
1) Lemah lembut dalam hal ini, Habib Zain berkeyakinan bahwa sikap lemah
lembut harus selalu diterapkan pada pribadi seorang guru yang memberikan
harinya dengan mengamalkan ilmunya yang mereka dapatkan Peran utama ini
140
adalah salah satu alasan mengapa guru harus memiliki kasih sayang. Kasih sayang
tersebut yang termasuk kekurangan guru yang harus memiliki kepribadian lemah
lembut
2) Zuhud dalam hal ini, profesi guru merupakan tugas yang sangat mulia dan
menciptakan kepribadian baik, yang harus dipenuhi oleh seorang guru, sikap
zuhud agar guru menjadi pribadi yang benar-benar melayani muridnya dalam
kepribadian yang terbaik, sedangkan pada Permendiknas tahun 2007 nomor 16,
3) Dalam Permendiknas Nomor 16 tahun 2007, guru harus melakukan sikap yang
sesuai dengan norma hukum Negara, sedangkan dalam kitab Manhaj As Sawi,
seluruh hukum yang digunakan harus sesuai dengan ajaran syariat agama islam,
dan terkadang norma hukum tatanan negara bertentangan dengan norma hukum
syariat.
141
b. Analisis persamaan pemikiran Habib Zain bin Ibrahim bin Smith dengan
yang dianut suku adat istiadat daerah asal dan gender. Sikap yang ditunjukkan
Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 88, itu sama seperti yang diharapkan oleh
Habib Zain bin Ibrahim untuk kesetaraan atau keadilan, dengan sikap adil yang
dimiliki oleh seorang guru akan menjadikan dirinya peka terhadap latar belakang
dan masalah yang dialami peserta didik dan juga mampu memberikan sesuatu
yang membuat peserta didik menerima kenyamanan dengan sikap adil, guru tidak
pengetahuan dan pendidikan darinya. Tetapi hal itu, harus dilakukan untuk
seluruh peserta didik yang membutuhkan kehadiran seorang guru yang adil
2) Bersikap sesuai dengan norma agama, hukum dan norma sosial yang dianut
Hadits, sabda para sahabat dan ulama yang berdasarkan Al-Qur'an dan Al Hadits,
sosial.
88
Kementerian Pendidikan Nasional, Permendiknas RI, Standar Pengelolaan Pendidikan Oleh
Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, Nomor XVI, 2007, hal 7
89
Kementerian Pendidikan Nasional, Permendiknas RI, Standar Pengelolaan Pendidikan Oleh
Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, Nomor XVI, 2007, hal 12
142
3) Bersikap Jujur, berakhlak mulia dan menjadi teladan bagi peserta didik dan
masyarakat. 90
Dalam konteksnya, konsep La Adry yang dijelaskan oleh Habib
Zain diantaranya yaitu konsep kejujuran guru dan mengangkat kisah para ulama
terdahulu merupakan pelajaran bahwa seorang guru harus menjadi teladan bagi
setiap orang dan akhlak yang mulia adalah pondasi dari ajaran yang Islami.
4) Menurut analisis peneliti bahwa sifat-sifat (etika) baik guru tersebut juga telah
disebutkan oleh Hadratus Syaikh Kh. Hasyim Asy’ari dalam karyanya Adab Al
‘Alim wal Muta’allim tentang bersikap adil yang beliau sebutkan dalam urutan
cara berjalan dan berdiri untuk mereka kecuali kemashlahatan yang ditimbulkan
lebih besar dari kemafsadahannya dan tidak boleh menghinakan ilmu, kesepuluh
yaitu memiliki peringai zuhud, keenam belas yaitu memperlakukan orang lain
dengan budi pekerti yang baik termasuknya berlaku adil dan tidak menuntut
keadilan.91
Menurut analisis peneliti bahwa sifat-sifat (etika) baik siswa tersebut juga
telah disebutkan oleh Hadratus Syaikh Kh. Hasyim Asy’ari dalam karyanya Adab
Al ‘Alim wal Muta’allim yaitu tentang akhlak pribadi seorang murid/siswa yang
ada sepuluh macam diantaranya yaitu urutan pertama: seorang murid hendaknya
membersihkan hati dari hal yang dapat mengotorinya seperti dendam, dengki,
90
Kementerian Pendidikan Nasional, Permendiknas RI, Standar Pengelolaan Pendidikan Oleh
Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, Nomor XVI, 2007, hal 10
91
M. Hasyim Asy’ari, 1924. Terjemah Adabul ‘Alim wal Muta’allim / Pendidikan Akhlak untuk
Pengajar dan Pelajar. Oleh Tim Dosen Ma’had Aly Hasyim Asy’ari. (Jombang: Pustaka
Tebuireng dan Bina Ilmu Cukir, 2020), Ctk. VI, hal 52-61
143
keyakinan yang sesat dan perangai yang buruk, kedua harus memiliki niat yang
baik dalam mencari ilmu yaitu bermaksud mendapatkan ridlonya Allah Swt
dengan ikhlas, beliau juga menyebutkan bahwa Imam Syafi’i berkata: “orang yang
mencari ilmu disertai tinggi hati dan kemewahan hidup maka tidak akan
berbahagia, yang berbahagia adalah orang yang mencari ilmu disertai rendah hati,
Hadratus Syaikh juga menyebutkan bahwa hati dikatakan sehat, bila bersih
angan panjang” dan pandai membagi waktu, di urutan kelima dan kedelapan
karena kenyang akan mencegah ibadah dan bikin badan terasa berat untuk belajar
(menuntut ilmu). 92
Dan sifat-sifat antara guru ataupun siswa itu juga harus memiliki akhlak
yang baik, tenang dan bijaksana serta tidak boleh sombong dalam membela hak
orang lain, dan keduanya harus berdzikir, dengan menyebut Asmaul Husna atau
wirid yang lain, yang berfaedah untuk menjaga ilmu dan pemahamannya.
persamaan pemikiran Habib Zein bin Ibrahim bin Smith dengan Permendiknas
92
M. Hasyim Asy’ari, 1924. Terjemah Adabul ‘Alim wal Muta’allim / Pendidikan Akhlak untuk
Pengajar dan Pelajar. Oleh Tim Dosen Ma’had Aly Hasyim Asy’ari. (Jombang: Pustaka
Tebuireng dan Bina Ilmu Cukir, 2020), Ctk. VI, hal 19-23
144
pemikiran Habib Zein bin Ibrahim bin Smith dan Permendiknas nomor 16 tahun
2007 tidak jauh berbeda satu sama lain. Dan mungkin ada perbedaan kecil yang
menghalalkan (legal) adanya gaji dan melegitimasi adanya gaji melalui program
sertifikasi harus dicari olehnya, sehingga sejak saat itu Permendiknas nomor 16
tahun 2007 tidaklah menerapkan unsur kezuhudan pada pendidikan etika yang
Dan konsep pendidikan menurut Habib Zain bin Ibrahim bin Smith serta
menurut Hadratus Syaikh Kh. Hasyim Asy’ari adalah suatu konsep pendidikan
yang sama-sama menekankan sifat-sifat yang harus dimiliki seorang guru sebagai
persoalan dan kepentingan pendidikan bagi siswa. Begitu juga siswa harus
memiliki etika atau peringai yang baik agar dapat tercipta kepribadian yang baik
sang pencipta, yaitu dengan berdzikir kepada-Nya, maka Allah akan selalu
melindunginya secara pribadi atau melindungi ilmu yang didapat, sehingga ilmu
(2) Analisis Data Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Guru dan Siswa dalam Kitab
Manhaj As Sawi
faktor yang mempengaruhi guru dan siswa itu juga serupa dengan yang
145
dipaparkan oleh Hadratus Syaikh Hasyim Asy’ari dalam kitab Adabul ‘Alim wal
a). Disebutkan oleh beliau hadrotus syaikh di poin ke sepuluh bahwa guru harus
menyebarkan salam bertutur kata yang baik sopan dalam berbicara saling
mencintai tolong menolong dalam kebaikan dan ketakwaan dan juga dalam
yang berguna bagi mereka dalam berinteraksi dengan sesama agar sempurna
agama dan dunia mereka.93 Begitu juga disebutkan dalam poin ke sembilan
tentang akhlak atau etika siswa kepada guru sebisanya siswa berkata yang baik
kepada guru dan sopan santun di dalam proses pembelajaran dengan duduk yang
sopan dan berusaha tidak meremehkan meskipun dia sudah mengetahui apa yang
disampaikan oleh gurunya serta tidak memotong apapun omongan guru untuk
b). Dalam poin ke tiga belas bahwa guru harus menjaga keistiqomahan semangat
dalam menjalankan dan menyebarkan syiar-syiar Islam dan hukum dhohir dan di
dalam poin ke enam belas disebutkan bahwa guru harus memperlakukan orang
lain dengan budi pekerti yang baik dan di poin ke tujuh belas bahwa guru agar
senantiasa membersihkan jiwa dan raga dari akhlak atau yang tercela dan
membangunnya dengan akhlak atau etika yang mulia di antara akhlak tercela yaitu
93
M. Hasyim Asy’ari, 1924. Terjemah Adabul ‘Alim wal Muta’allim. Ibid, hal 97
94
M. Hasyim Asy’ari, 1924. Terjemah Adabul ‘Alim wal Muta’allim. Ibid, hal 32
146
dendam, dengki, dzalim, marah bukan karena Allah, menipu, sombong, ingin
dipuji atau riya’, bangga diri, ingin dihormati, pelit, tidak mensyukuri kenikmatan,
dengan cara yang tidak baik, cari muka dengan berkata manis bila bersolek akan
dilihat orang, ingin dipuji atas sesuatu yang tidak dia kerjakan, buta terhadap aib
sendiri dan peka dengan aib orang lain, posesif dan lain sebagainya.95
c). Hadrotus Syaikh juga menyebutkan bahwa jika guru ditanya perihal sesuatu
yang tidak tahu jawabannya maka tetapkan saja tidak tahu atau tidak mengerti
sebab dalam hal ini perkataan tidak tahu merupakan tanda ilmu Sebagian ulama
berkata perkataan tidak mengerti merupakan sebagian dari ilmu jadi ini adalah
bentuk dari kehati-hatian dalam menjawab atau perpaduan dan hal tersebut tidak
bodoh justru hal tersebut malah mengangkat derajat keilmuan seseorang karena
yang kuat ketakwaan pada Tuhannya hati yang bersih dan berhati-hatian yang
d). Hadrotus Syekh juga menyebutkan akhlak murid kepada guru itu harus
memiliki kepatuhan dan tunduk serta kerendahan diri atau tawadhu dan
mengetahui hak-haknya guru dan tidak lupa kemuliaannya serta mendoakan baik
sendiri sempurna dan tidak butuh kepada guru.98 karena hal itu merupakan
yang jarang diketahui dengan sistem belajar bersama agar pikirannya tambah
(3) Analisis Data Faedah yang dibutuhkan untuk Keberhasilan Guru dan Siswa
Setelah peneliti menganalisa dalam kitab manhaj as sawi tentang faedah yang
dibutuhkan untuk keberhasilan guru dan siswa dalam pendidikan etika itu juga
serupa dengan yang dipaparkan oleh Hadratus Syaikh Hasyim Asy’ari dalam kitab
a). Hadrotus Syaikh Hasyim Asy'ari telah menyebutkan akhlak atau etika pribadi
seorang guru pada poin ke-7 dan ke-8 beliau menyebutkan hendaknya guru
98
Ibid, hal 44
99
Ibid, hal 50-51
148
seperti jabatan harta perhatian orang ketenaran dan keunggulan atas teman-teman
se-profesinya.100
yang dimilikinya jangan terlalu banyak mengambil hafalan dan keterangan agar
tidak bosan dan jangan terlalu sedikit sehingga mengurangi kualitas pencapaian
belajarnya.
c). Hadrotus syaikh mengatakan bahwa siswa tidak lupa harus terus melakukan
telaah dan pencatatan hal-hal yang ditemui dan didengarnya berupa keterangan
penting detail masalah perluasan perluasan masalah yang unik jawaban atas
mirip dari semua macam disiplin ilmu motivasi belajar Hikmah seorang siswa
dalam mencari ilmu harus tinggi tidak merasa cukup dengan mendapatkan ilmu
yang sedikit Jika masih ada kesempatan mendapatkan ilmu lebih banyak lagi tidak
menerima kalau mendapat bagian sedikit dari warisan Nabi itu yaitu ilmu. Tidak
boleh menunda untuk memperoleh ilmu yang berkaitan bila masih ada
kesempatan. Sebab dengan menunda merupakan bencana, dan karena ilmu yang
akan tidak dapat oleh siswa pada masa yang akan datang tidak sama dengan ilmu
semangat, sehat dan masa muda dengan sebaiknya mungkin sebelum datangnya
berbagai penghalang.101
100
M. Hasyim Asy’ari, 1924. Terjemah Adabul ‘Alim wal Muta’allim. Ibid, hal 53
101
M. Hasyim Asy’ari, 1924. Terjemah Adabul ‘Alim wal Muta’allim. Ibid, hal 44
149
tentang informasi berharga konsep kaidah dan lain sebagainya sembari juga
bermanfaat.102
e). Mengetahui hak-hak guru dan tidak lupa kemuliaannya, mendoakan baik
mendekatkan diri kepada siswa dengan sesuatu yang menurut guru itu terpuji
seperti anjuran hadis dan menjauhkan murid dari apa yang menurut guru itu
kasih sayang dan kelembutan berlaku baik kepadanya, bersabar atas kekasaran
dan segala kekurangannya karena pada suatu waktu manusia tidak lepas dari
yang dipandang masih mungkin dapat ditoleransi disertai upaya untuk meredam
perilaku kasarnya dengan nasehat dan kelembutan bukan dengan cara keras dan
kasar.103
f). Hadrotus Syekh pada poin ke-5 menyebutkan bahwa seorang siswa harus
pandai Membagi waktu dan memanfaatkan sisa umur yang paling berharga itu
102
Ibid, hal 45
103
M. Hasyim Asy’ari, 1924. Terjemah Adabul ‘Alim wal Muta’allim. Ibid, hal 87
150
waktu yang baik untuk hafalan adalah waktu sahur untuk pendalaman pagi buta
untuk menulis tengah hari dan untuk belajar serta mengulangi pelajarannya adalah
waktu malam Sedangkan tempat yang paling baik untuk menghafal adalah kamar
dan tempat-tempat yang jauh dari gangguan tidak baik melakukan hafalan di
depan tanaman tumbuhan sungai dan tempat yang ramai.104 Begitu juga Syekh
zarnuji dalam kitab Ta'lim muta'alim telah menyebutkan bahwa suatu keharusan
bagi pelajar untuk kontinyu atau rutin dalam belajar serta mengulanginya pada
setiap awal dan akhir malam karena antara waktu Maghrib dan Isya serta waktu
C. Pembahasan
yang telah dilakukan maka peneliti akan menganalisa temuan yang ada untuk
dimodifikasi dengan teori yang ada dan kemudian menjelaskan dari hasil
penelitian. Peneliti menggunakan analisis isi dari beberapa literatur atau kajian
kepustakaan dalam hal ini merupakan kajian pemikiran tokoh tentang bagaimana
konsep pendidikan etika guru dan siswa menurut Habib Zain bin Ibrahim bin
Smith dalam karyanya Manhaj sebagai sumber data pokok atau primer yang juga
didukung dengan beberapa kitab lain atau kajian pemikiran seorang tokoh selain
104
Ibid, hal 20
105
Syaikh Al Zarnuji. Etika Belajar Bagi Penuntut Ilmu Terjemah Ta’limul Muta’allim, oleh A.
Ma’ruf Asrori. (Surabaya: Al Miftah, 1996) Ctk I, hal 50
151
perkembangan moral atau etika baik dari segi guru ataupun siswa sehingga
karakter baik tanpa adanya penerapan konsep-konsep yang disebutkan maka bisa
Adapun data yang akan dipaparkan dan dianalisa oleh peneliti sesuai dengan
rumusan penelitian tersebut dan untuk lebih jelasnya peneliti akan mencoba
1. Konsep pendidikan etika guru dan siswa dalam kitab manhaj As Sawi karya
baku dan sudah teruji terlaksana oleh para pendahulunya bahkan merupakan
mempraktekkan dari sunnah Rasul dan perilakunya para sahabat sehingga sudah
tentu pasti konsep-konsep ini bisa membawa guru dan siswa menjadi pribadi yang
tersebut antara lain dari segi guru maka hendaknya bersikap adil, tidak malu untuk
berkata aku tidak tahu atau wallahualam, berhati-hati dalam berfatwa, enggan
terhadap duniawi atau zuhud, rendah hati atau tawadhu, meninggalkan perdebatan
dan perselisihan, menjauhi penguasa, lemah lembut terhadap para penuntut ilmu
karena ilmu adalah merupakan amanat hendaknya dijaga dan tidak diberikan
152
kecuali kepada murid terpercaya yang dapat menjaga amanah dan bertakwa jika
mengosongkannya dari segala hal yang menyelisihi agama atau maksiat kepada
Allah, ikhlas karena Allah dalam menuntut ilmu, rendah hati atau tawaduk dan
khidmat kepada ulama atau gurunya, mengambil faedah ilmu dari mana saja, dan
sedikit makan dan tidur yang digunakan untuk semangat dalam menuntut ilmunya
karena terlalu berlebihan, itu terkadang menjadikan tidak baik seperti halnya
hati, mengurangi kecerdasan, mengundang rasa kantuk, dan membuat lemah atau
Habib Zain bin Ibrahim bin Smith dalam kitab Manhaj as sawi
Faktor-faktor yang disebutkan oleh Beliau Habib Zain bin Ibrahim bin
Smith merupakan faktor yang bisa dibuat pelajaran baik dari segi guru atau siswa
seperti halnya dengan tidak memperdulikan tata krama atau etika sehingga
pekerjaan sehari-harinya pun menjadi tidak baik di mata manusia maupun di sisi
Allah. Bagi mereka pun juga tidak boleh memiliki sifat mengeluh, pemarah,
sombong, tidak mau belajar, dan berpikir maka mereka juga tidak akan merasakan
Begitu juga mereka tidak mau membersihkan diri, menata hati dengan
ikhlas, istiqomah dalam berpegang teguh kepada Al Quran dan Al Hadits, gemar
menghalalkan segala cara untuk menggapai apa yang diinginkan meskipun cara
tersebut dilarang oleh agama. Mereka juga tidak boleh memberikan jawaban atau
fatwa secara serampangan yang bisa menjerumuskan dan menyesatkan umat atau
orang awam. Mereka juga harus memiliki rasa tanggung jawab dan amanah atas
kepercayaan diberikan ilmu oleh Allah. Karena mereka tidak boleh menyia-
nyiakan amanah tersebut dengan melakukan perbuatan atau tindakan yang tidak
terpuji, sehingga dapat menjadikan orang tersebut memusuhi orang lain berselisih
adanya kehati-hatian dengan memikirkan terlebih dahulu Apa dampak atau akibat
yang akan ditimbulkan kedepannya. Jika mereka melakukan hal tersebut tanpa
3. Faedah-faedah yang dibutuhkan untuk keberhasilan guru dan siswa dalam kitab
mengajar dan menuntut ilmu antara lain harus memiliki semangat yang kuat untuk
menuntut ilmu juga harus memiliki totalitas belajar dan mempelajarinya supaya
profesionalitasnya sebagai guru dan siswa dan diperlukan untuk memiliki ilmu
yang benar-benar terpercaya lewat membaca langsung di depan guru tidak murni
selalu belajar dengan otodidak, karena bisa menimbulkan pemahaman yang salah
dan menyimpang.
guru dengan siswa atau sesama siswanya untuk mencari kedetailan ilmu tersebut
bukan untuk mengalahkan orang lain dalam perdebatan sehingga bisa membantu
maka tidak boleh menyia-nyiakannya baik itu guru tidak boleh untuk menyimpan
ilmunya dan menolak orang yang ingin belajar kepadanya, ataupun siswa setelah
ia mengetahui tidak mempraktekkan apa yang ia dapatkan dari ilmu tersebut serta
tidak mau berbagi ilmu kepada temannya yang lambat dalam memahami dan
antara guru dengan siswa juga harus menjaga dan memberikan haknya masing-
masing.
Beliau Habib Zain bin Ibrahim bin Smith, juga mengungkapkan dan
yang mengungkapkan “bagi seorang yang mengambil manfaat suatu ilmu, maka
lihatlah pada diri sendiri apakah ilmu bisa bermanfaat atau tidak baginya dirinya
155
sendiri. Hal ini untuk mengetahui seberapa bermanfaatnya ilmu yang ingin Ia
ambil.
Dan beliau mengungkapkan bahwa mencari faedah itu kepada siapapun dan
dimanapun meskipun kepada orang awam karena betapa banyak akhlak mulia
yang terdapat dalam diri sebagian orang awam yang tidak dapat ditemukan pada
orang lain dan tidak pula pada dirinya sendiri maka ia akan menemukan ketulusan
dalam mencari ilmu, ia akan dapat mengambil semua Sisi baik yang ia lihat yang
yang baik untuk digunakan dalam belajar baik itu untuk menghafalkan yaitu pada
waktu dini hari antara tengah malam sampai waktu subuh, waktu kajian ilmu yang
baik yaitu di pagi hari, untuk menulis adalah di tengah hari, dan untuk menelaah
pelajaran dan mengulanginya kembali adalah waktu malam hari, serta beliau
tempat yang tertutup dan setiap tempat yang jauh dari suatu yang dapat
melalaikannya dan ada satu metode yang beliau ungkapkan bahwa ketika sudah
orang lain, sehingga Allah akan menambahkan faedah-faedah ilmu baru untuknya
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada bab ini, setelah mengkaji dan menganalisis tentang konsep pendidikan
etika guru dan siswa menurut Habib Zain bin Ibrahim bin Smith dalam kitab
seorang guru dan siswa merupakan suatu tindakan yang bersifat mendidik untuk
pencarian faedah ilmu dan penerapan sikap terpuji dari siswa kepada gurunya.
Maka seorang guru harus memiliki kepribadian yang baik dengan mengetahui dan
dengan baik. Begitu juga dengan siswa, ia harus memiliki perangai baik dalam
berinteraksi dengan gurunya secara khidmat dan semangat dalam menimba faedah
ilmu.
maupun di masyarakat, bahkan dengan siswa. Begitu juga dengan siswa, akan
memiliki kepribadian baik pula dalam interaksinya baik dengan guru maupun
157
157
1. Konsep pendidikan etika guru dan siswa dalam kitab Manhaj As Sawi bahwa
pendidikan etika yang layak untuk pribadinya, yaitu sebagai berikut: a) guru harus
memiliki sikap: adil, tidak sombong atau tidak malu jika tidak mengetahui
jawaban dengan berkata ‘Aku tidak Tahu’, berhati-hati dalam berfatwa, zuhud,
penguasa dan lemah lembut terhadap siswa. b) siswa harus melakukan sikap:
mensucikan hati dan mengosongkan dari segala yang bertentangan dengan agama,
ikhlas karena Allah dalam menuntut ilmu, rendah hati dan khidmat kepada ulama,
mengambil faedah ilmu dari mana saja, sedikit makan dan tidur.
Sawi diantaranya: a) Tidak memperdulikan tata krama atau etika, b) Tidak boleh
memiliki sifat mengeluh, pemarah, sombong, tidak mau belajar, dan berpikir, c)
Tidak mau membersihkan diri, menata hati dengan ikhlas, istiqomah dalam
berpegang teguh kepada Al Quran dan Al Hadits, d) gemar mencari pangkat atau
yang bisa menjerumuskan dan menyesatkan umat atau orang awam, f) Mereka
juga harus memiliki rasa tanggung jawab dan amanah atas kepercayaan diberikan
ilmu oleh Allah, g) Mereka juga tidak boleh bersikap serampangan dalam
3. Faedah yang dibutuhkan untuk keberhasilan guru dan siswa dalam pendidikan
dalam belajar tidak lepas oleh bimbingan guru, g) menghidupkan ilmu dengan
musyawarah, h) tidak menyia-nyiakan ilmu dan tidak menolak yang ingin belajar
kepadanya, i) tidak boleh ragu kalau tidak bisa untuk mempelajari suatu ilmu, j)
belajar, l) harus menjaga hak antara guru dan siswa, syarat menuntut ilmu harus
petunjuk dan bimbingan guru, dan melalui kurun waktu yang lama. Mereka juga
harus introspeksi diri dalam menilai kemanfaatan ilmu yang sudah didapatkan,
harus memberikan ilmu selayaknya dokter memberi resep obat, mengajarkan ilmu
sesuai kemampuan yang dapat ditangkap oleh siswa, menuntaskan terlebih dahulu
dalam suatu bidang keilmuan baru mempelajari bidang ilmu lainnya, mencari
faedah ilmu dari manapun dan di manapun, menyadari hakikat yang dipahami
merupakan anugerah dari Allah Swt, harus menata niat dan melihat apa buah yang
sesuai waktunya, menguasai pokok-pokok dalam suatu bidang ilmu yang dia
pelajari, menyampaikan kepada orang lain setelah dia mendapatkan ilmu tersebut,
orang yang berpengalaman, baik dari ulama Salaf maupun Khalaf. Pendidikan
159
etika guru dan siswa dalam perspektif Habib Zain bin Ibrahim bin Smith adalah
agama Islam yang diambil dari Al-Qur'an dan Hadis. Konsep pendidikan tersebut
Allah seperti Zuhud, Tawadhu, 2) Aspek yang berhubungan dengan diri sendiri
yaitu keadilan, tidak sombong dan 3) Aspek yang berhubungan dengan siswa
Kepribadian yang didakwahkan dalam Manhaj as-Sawiy oleh Habib Zein bin
Ibrahim bin Smith tidak hanya sesuai dengan peraturan pemerintah, tetapi juga
memecahkan masalah yang dialami siswa sehingga siswa merasa nyaman, tenang
Begitu juga yang akan diterima dan yang akan dilakukan oleh siswa, siswa
akan berlaku sopan, asyik, tenang dalam menerima pembelajaran yang kondusif
dan menarik serta merangkul karakter siswa yang dapat mendorong semangat
belajar setiap hari, karena mereka para siswa dapat merespon baik dari
keteladanan gurunya.
B. Saran
160
Setelah melalui proses penelitian dan kajian yang mendalam tentang konsep
pendidikan etika guru dan siswa dalam Manhaj as-Sawiy oleh Habib Zain bin
Ibrahim bin Smith, maka penulis memberikan beberapa saran sebagai berikut:
1. Seorang guru dan siswa harus memiliki kepribadian yang dapat direfleksikan
sebagai guru atau siswa, agar siswa tidak sekedar mendapatkan informasi, tetapi
harus berakhlak baik, dan guru merasa mudah dalam menyalurkan nilai-nilai
2. Guru harus menjadi teladan bagi siswanya, karena guru adalah pemimpin dan
pembimbing bagi siswanya, sedangkan siswa harus hormat, khidmat dan giat
pendidikan etika yang dapat menciptakan kepribadian dan keteladanan bagi guru
4. Guru tidak perlu memecahkan masalah dengan bentakan dan jeritan, sehingga
menimbulkan rasa takut pada siswa bahkan dapat melemahkan pola pikir
psikologis siswa. Seorang guru harus baik hati dan bertutur kata lembut, sopan
dimanapun agar siswa merasa aman bersama mereka). Sudah selayaknya siswa
akan merespon baik dan bersikap sopan serta khidmat baik dihadapan gurunya
161
ataupun tanpa ada gurunya karena sifat baik tersebut sudah melekat pada
RIWAYAT HIDUP
Alamat : Morodemak – Bonang – Demak – Jawa Tengah, Jl. Sunan Mumbul, No.
25 Rt 002 – Rw 002
Nama Ayah dan Ibu : - Ayah : Zainul Arifin, - Ibu : Siti Asmaiyyah
Timur
Riwayat Pendidikan:
137
164
LAMPIRAN-LAMPIRAN