Anda di halaman 1dari 98

“TRADISI KEMBAR MAYANG DALAM PROSESI PERNIKAHAN ADAT

JAWA DI DESA MINGKUNG JAYA KECAMATAN SUNGAI GELAM


KABUPATEN MUARO JAMBI”

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar


Sarjana Strata Satu (S1) Dalam Sejarah Peradaban Islam pada
Fakultas Adab dan Humaniora

Oleh
DIAN AGUSTINA
NIM. AS.160942

JURUSAN SEJARAH PERADABAN ISLAM


FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
2021
MOTTO

َ‫ع ِه ْال َجا ِه ِليه‬ ِ ‫ُخ ِذ ْال َع ْف َو َوأْ ُم ْز ِب ْالعُ ْز‬


ْ ‫ف َوأَع ِْز‬
َ ‫ض‬
Artinya : Jadilah pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf, serta
jangan perdulikan orang-orang yang bodoh (Q.s. Al- A’raf: 199)1

1
Departemen Agama RI, Abdus Sami, Dkk, Al-Qur’an Dan Terjemahnya : Juz 09,
(Jakarta: LESTARI BOOKS 2004) , hlm 176
PERSEMBAHAN

َّ ‫اّلل ِ ا َّل َزحْم ِه‬


‫الز ِحي ِم‬ ّ ‫ب ِ ْس ِم‬

Sembah sujud serta syukur kepada Allah SWT atas kasih sayang dan
karunia-Nya yang telah memberikan ku kekuatan serta membekaliku dengan ilmu
pengetahuan sehingga diberikan kemudahan dalam penyusunan skripsi ini .

Sholawat dan salam selalu terlimpahkan keharibaan Rasulullah


Muhammad SAW semoga kelak kita mendapatkan syafaat dari beliau.Aamiin..

Teristimewa kupersembahkan karya kecil ini kepada cahaya hidup yang


sangat kusayangi Ayahanda (Suparmin) dan Ibunda (Suparti) tercinta, terkasih,
dan yang tersayang sebagai tanda bakti, hormat dan terimakasih yang
setulusnya.Tiada kata yang bisa menggantikan segala sayang, usaha, do’a,
semangat dan materi yang telah diberikan untuk penyelesaian tugas akhir ini
dibangku perkuliahan. Semoga ini menjadi awal untuk membuat Ibunda dan
Ayahanda bahagia.

Seluruh keluarga besarku yang tercinta, untuk adikku yang tercinta


(Habib Mustaqim) terimakasih atas do’a, cinta, kasih sayang dan bantuan kalian
selama ini. Serta keponakan-keponakan kutersayang terimakasih untuk senyum
dan tawanya. Hanya karya kecil ini yang dapatku persembahkan, semoga dapat
menjadi kebanggaan kalian semua.

Terkhusus untuk Almamater dan kampus biru tercinta.

Tak lupa untuk sahabat dan teman seperjuangan SPI’16.

Serta sahabat, kawan-kawan sehidup, seperjuangan dan sependeritaan


dikontrakan, Terimakasih untuk do’a, nasehat, hiburan, kerjasama, ide, traktiran,
tebengan dan semangat yang kalian berikan selama ini. Sukses untuk kita semua

Aaminn….
KATA PENGANTAR

َّ ‫اّلل ِ ا َّل َزحْم ِه‬


‫الز ِحي ِم‬ ّ ‫ب ِ ْس ِم‬

Assalamualaikum Wr Wb

Alhamdulilah segala puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah


melimpahkan rahmat dan karunia-Nya serta hidayah-Nya kepada penulis berupa
kesehatan rohani dan jasmani kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Tradisi Kembar Mayang Dalam Prosesi
Pernikahan Adat Jawa di Desa Mingkung Jaya Kecamatan Sungai Gelam
Kabupaten Muaro Jambi” serta teriring sholawat dan salam kepada nabi
akhirul kalam yakni nabi besar Nabi Muhammad SAW.

Dengan keterbatasan ilmu yang penulis miliki, tidak sedikit hambatan dan
kendala yang penulis hadapi dalam upaya penyelesaian skripsi ini. Namun, berkat
bantuan dan kerjasama dari berbagai pihak, akhirnya hambatan dan kendala
tersebut dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, dengan segala
kerendahan hati pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih
dan penghargaan setinggi-tingginya kepada pembimbing yang telah banyak
memberikan bimbingan kepada penulis yaitu Bapak Syamsu Hadi, J. M. Hi
selaku pembimbing I dan Mina Zahara, S. Hum. MA. selaku pembimbing II.
Adapun maksud dan tujuan penulisan skripsi ini adalah salah satu syarat
memperoleh gelar sarjana di Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin
Jambi.

Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada


semua pihak yang telah memeberikan bimbingan dan bantuan demi kesempurnaan
penulisan skripsi ini, terimakasih saya ucapkan. Pada kesempatan ini tak lupa
penulis mengaturkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Orang tua tercinta Ibunda Suparti dan Ayahanda Suparmin, yang telah
memberikan kasih sayang, do’a yang tiada hentinya, dukungan, dan
masukan selama ini, agar penulis segera menyelesaikan skripsi ini.
2. Yth. Bapak Prof. Dr. H. Su’aidi As’ari, M.A.Ph.D, selaku Rektor UIN
Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
3. Yth. Ibu Dr. Rofiqoh Ferawati, SE, M.EI, Yth. Bapak Dr, As’ad Isma, M.
pd, Yth. Bapak Dr. Bahrul Ulum, S.Ag, MA, selaku Wakil Rektor I, II dan
III UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
4. Yth. Ibu Prof. Dr. Halimah Dja’far, S.Ag, M.FiI.I, selaku Dekan Fakultas
Adab dan Humaniora UIN Sulthan thaha Saifuddin Jambi.
5. Yth. Bapak Dr. Ali Muzakir, M.Ag,Yth. Bapak Dr. Alfian , S.Pd, M.Ed,
Yth. Ibu Dr. Raudhoh, S,Ag, SS selaku wakil Dekan I, II dan III Fakultas
Adab dan Humaniora UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
6. Yth. Bapak Agus Fiadi, S,Ip, M.Si selaku ketua jurusan Sejarah Peradaban
Islam UIN Sulthan thaha saifuddin Jambi.
7. Yth. Bapak Syamsul Hadi,J, M.Hi selaku Dosen Pembimbing I dan Ibu
Mina Zahara, S. Hum, MA selaku Dosen Pembimbing II yang banyak
sekali membantu peneliti dalam penulisan skripsi ini, dan juga ucapan
terima kasih yang sangat besar peneliti ucapkan.
8. Yth. Bapak Ali Muzakir, M.Ag selaku Dosen pembimbing Akademi
9. Yth. Seluruh Dosen Fakultas Adab dan Humaniora UIN Sulthan Thaha
Saifuddin Jambi khususnya Dosen Jurusan Sejarah Peradaban Islam yang
telah banyak membantu dan mengajarkan ilmunya.
10. Yth. Seluruh karyawan/ti di lingkungan Fakultas Adab dan Humaniora
UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
11. Yth. Kepada perpustakaan, pustakawan, staf perpustakaan yang ada di
Dinas perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Jambi yang telah
mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian serta memerikan
informasi yang penulis butuhkan.
12. Yth. Ibu Nurlaeni selaku ketua Museum Siginjei dan Yth. Ibu mala selaku
budayawan di Museum Siginjei yang telah memeberikan ilmunya dan
membantu penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
13. Yth. Bapak Selamet Baharuddin dan Yth. Ibu Anis Rif’atin selaku
pengasuh Pondok Pesantren dan Yth. Seluruh Guru-guru di Pondok
Pesantren Mamba’ul Ulum Kota Jambi.
14. Keluarga tercinta yang telah memberikan motivasi dan dorongan serta
do’a yang tiada hentinya agar penulis dapat segera menyelesaikan skripsi
ini.
15. Mas Nurul Huda, yang selalu memberikan semangat serta do’a yang tiada
hentinya agar penulis dapat segera menyelesaikan skripsi ini guna
memperoleh gelar Sarjana.
16. Sahabat terbaik Dwi Maryati Asmarita yang selalu memberikan semangat
dan do’a baiknya kepada penulis agar penulis segera menyelesaikan
skripsinya dengan baik.
17. Sahabat-sahabat SPI’16 yang sama-sama berjuang di Fakultas Adab dan
Humaniora UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi. Khususnya kelas SPI/A
yang telah menjadi patner diskusi yang baik bagi penulis.
Penulis mengucapakan banyak terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
semua pihak yang telah berpartisispasi dalam penyususnan skripsi ini,
semoga Allah, SWT memeberikan keberkahan kita semua. Akhir kata
penulis sangat berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat dan memberikan
penulis keberkahan dunia dan akhirat.
Wasalamu’alaikum Wr, Wb.
Jambi, 01 Maret 2021
Penulis

Dian Agustina
AS 160942
ABSTRAK

Agustina, Dian, 2020. “Tradisi Kembar Mayang Dalam Prosesi


Pernikahan Adat Jawa di Desa Mingkung Jaya Kecamatan Sungai Gelam
Kabupaten Muaro Jambi”. Skripsi, Jurusan Sejarah Peradaban Islam, Fakultas
Adab Dan Humaniora, Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
Pembimbing I: Syamsu Hadi, J, M. Hi, Pembimbing II: Mina Zahara, S.
Hum.MA.
Penelitian ini dilatar belakangi dengan adanya permasalahan yang menarik
untuk penulis teliti mengenai Tradisi Kembar Mayang yang masih dipertahankan
oleh masyarakat Desa Mingkung Jaya kecamatan Sungai Gelam Kabupaten
Muaro Jambi. Penulis membahas beberapa poin yaitu tentang pelestarian Kembar
Mayang, makna-makna filosofi yang terkandung didalam Kembar Mayang, dan
prosesi upacara tradisi Kembar Mayang dalam pernikahan adat Jawa Tengah dan
Jawa Timur yang ada di Desa Mingkung Jaya Kecamatan Sungai Gelam
Kabupaten Muaro Jambi. Tujuan penelitian ini untuk untuk mendeskripsikan
bagaimana prosesi pernikahan suku Jawa dengan menggunakan Kembar Mayang,
makna-makna filosofi yang terkandung didalam Kembar Mayang, dan latar
belang dari Kembar Mayang tersebut yang menjadikan tradisi ini masih sangat
dilestarikan dan dijaga dengan baik kemurniannya di Desa Mingkung Jaya
Kecamatan Sungai Gelam Kabupaten Muaro Jambi.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis
penelitian deskriptif kualitatif, menggambarkan dan menceritakan apa saja yang
dialami penulis dengan mendeskripsikan dalam sebuah tulisan pada Tradisi
Kembar Mayang, data yang diperoleh adalah hasil observasi, wawancara, dan
dokumentasi mendalam bertempat di Desa Mingkung Jaya Kecamatan Sungai
Gelam Kabupaten Muaro Jambi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tradisi Kembar Mayang
merupakan warisan leluhur nenek moyang yang biasanya dipakai dalam upacara
pernikahan maupun kematian apabila masih berstatus lajang. Tradisi ini bukan
hanya upacara biasa melainkan memiliki nilai-nilai, fungsi dan makna yang
bermanfaat bagi calon pengantin. Makna-makna filosofi yang terkandung dalam
Kembar Mayang memberi pesan atau nasehat-nasehat kebaikan dalam
mengarungi bahtera rumah tangga calon pengantin. jika dilihat dari asal usul atau
sejarah dari Kembar Mayang ini berasal dari agama animism dan hinduisme tetapi
sangat diterima baik oleh masyarat Jawa yang bersuku Jawa di Desa Mingkung
Jaya ini, bahkan salah satu pembuat Kembar Mayang di desa ini merupakan tokoh
agama, beliau berpendapat jika boleh-boleh saja Kembar Mayang ada dalam
upacara pernikahan suku Jawa tetapi jangan sampai berlebih-lebihan sampai
menyalahi aturan agama islam.
Kata Kunci : Prosesi, Pelestarian, Pernikahan dan Adat Jawa

DAFTAR ISI

NOTA DINAS………………………………………….……..…………………..i
PENGESAHAN ……………………………..……………………..……….......ii
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS………….………………..……....iii
MOTTO………………..……..………………………………………………….iv
PERSEMBAHAN……………………….…………………………………....….v
KATA PENGANTAR……….…………………………………………………..vi
ABSTRAK ………………………………...……………………………….......vii
DAFTAR ISI……………………………..……………………………...…..….iix
DAFTAR TABEL…………………………..…………………………...……....ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah …….…………..……………..…….1
B. Rumusan Masalah …………………………………..……….10
C. Batasan Masalah ………….………………...………….……10
D. Tujuan Penelitian…………..……...……………………..…..11
E. Manfaat Penelitian ………….…………………………..…..11
F. Tinjauan Pustaka …………………….….………………......12
BAB II KERANGKA TEORI
A. Kerangka Teori…………….……………………….……..… 14
1. Kebudayaan……….………………………………..…….14
2. Tradisi ………...………….……………………………...16
3. Kembar Mayang………………………………………….17
4. Adat Pernikahan …………………………………………18
5. Makna………….………………………………………....20
6. Pelestarian Kebudayaan ……………………………..…..21
BAB III METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Dan Jenis Penelitian ……………………....…....22
B. Lokasi Penelitian …………………….…………….…….…..22
C. Sumber Data………………..……………………….………..22
1. Sumber Data Primer………………………..…………….23
2. Sumber Data Sekunder..……………………..……..…….23
D. Metode Pengumpulan Data.………………………………….24
1. Observasi …………………………………….…………..24
2. Wawancara ………………………………………………25
3. Dokumentasi……………..………………………..……..26
4. Penentuan Informan ………………………….…………26
E. Taknik Analisis Data ………………………………………...27
1. Analisis Domain………………………………………….27
2. Analisis Taksonomi .…………………..………..………..28
3. Analisis Komponen…………….……………..………….29
4. Analisis Tema Dan Budaya……………………………....29
F. Triangulasi Data……………………………..…...……..……30
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ……………………………….…31
1. Asal Usul Desa Mingkung Jaya ………………………..…….….31
2. Letak Geografis……………………………………….………….32
B. Hasil Dan Pembahasan
1. Prosesi Pelaksanaan Tradisi Kembar Mayang………………….. 42
a. Pembentukan panitia……………………………………..………43
b. Persediaan Peralatan Perlengkapan…………….……….………..43
c. Pembuatan Kembar Mayang……………………….…….………45
d. Prosesi upacara Kembar Mayang………………………...……..50
2. Makna Filosifi Kembar Mayang
a. Sejarah Kembar Mayang…………………………………..……..54
b. Makna filosofi yang terkandung pada Kembar Mayang…..…….55
3. Pelestarian tradisi Kembar mayang di Desa Mingkung Jaya
a. Pelestarian tradisi Kembar Mayang ………………………..……59
b. Pandangan masyarakat terhadap adanya Tradisi Kembar Mayan..61
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ……………………………………………...64
B. Saran……….……………………………………………..67
C. Kata Penutup ……………………………………….……68

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN GAMBAR
LAMPIRAN II KARTU KONSULTASI
LAMPIRAN III DAFTAR RIWAYAT HIDUP
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang majemuk,
kemajemukan ini ditandai dengan adanya perbedaan golongan, suku bangsa
dan etnik mempunyai kebudayaan sendiri secara bersama-sama hidup dalam
satu wadah dan berada dibawah naungan sistem dan kebudayaan nasional
Indonesia yang berlandaskan pancasila dan undang-undang dasar 1945.
Masyarakat Indonesia adalah masyarakat dengan tingkat keragaman yang
sangat kompleks. Masyarakat dengan keanekaragaman dicatat sebagai
masyarakat multikultural. Ketika kita mengenal masyarakat sebagai
sekelompok orang yang telah hidup cukup lama dengan bekerja sama
sehingga mereka mampu mengorganisir diri dan menganggap dirinya sebagai
identitas sosial dengan batas-batas tertentu. 2
Kebudayaan menurut kamus umum bahasa Indonesia adalah hasil
kegiatan dan penciptaan batin atau akal budi manusia seperti kepercayaan,
kesenian, dan adat istiadat. Pengertian yang lainnya adalah hasil kegiatan
batin atau akal untuk menciptakan sesuatu yang termasuk hasil kebudayaan. 3
Hal itu karena nilai budaya merupakan konsep-konsep mengenai sesuatu yang
ada didalam alam pikiran sebagian besar dari masyarakat yang mereka
anggap bernilai, berharga, penting dalam kehidupan sehingga berfungsi
sebagai sesuatu pedoman yang memberi arah dan orientasi pada kehidupan
masyarakat.
Kebudayaan mengandung makna yang sangat luas, yang merupakan
suatu manifestasi serta implementasi buah pikiran, perasaan, watak, kehendak

2
Middya Botty, Masyarakat Multikultural: Studi Interaksi Sosial Masyarakat Islam
Melayu Dengan Non Melayu Pada Masyarakat Sukabangun Kelurahan Sukajadi Kecamatan
Sukarami Palembang, Volume 1, No 2 Tahun 2017 (Palembang : Super Sukses), Pukul 10:42,
hlm. 4
3
W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga (Jakarta: Balai
Pustaka 2011), hlm. 1087
manusia dalam segala daya upaya dapat memberi kemanfaatan atau berdaya
guna untuk hidupnya maupun untuk kehidupan orang lain atau masyarakat
banyak. Kebudayaan sebagai perwujudan ungkapan kreatifitas dari berbagai
aspek kehidupan manusia terdiri atas beberapa corak dan ragam yang bersifat
rohaniah. Sifat material tentunya yang mengangkut pengadaan bentuk
sandang, pangan dan perumahan serta sifat kebendaan lainnya. Sedangkan
kebutuhan yang bersifat rohaniah menyangkut hal-hal yang bersifat abstrak
seperti halnya keindahan. 4
Seperti yang dikutip oleh Roger M.Keesing didalam bukunya yang
berjudul antropologi budaya menurut Edward B. tylor budaya merupakan
suatu keseluruhan kompleks yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, seni,
kesusilaan, hukum, adat istiadat, serta kesanggupan dan kebiasaan lainnya
yang di pelajari oleh manusia sebagai anggota masyarakat.5
Sedangkan definisi lain menyebutkan bahwa kebudayaan adalah
semua perangkat sistem gagasan, tindakan, hasil atau benda-benda manusia
yang di peroleh dengan cara belajar dalam rangka hidup bermasyarakat dan
dimiliki oleh manusia.6
Dari beberapa penjelasan diatas tentang kebudayaan maka posisi
kebudayaan yang penulis teliti adalah sebagai warisan budaya dari nenek
moyang yang menjadi tradisi turun temurun dari generasi ke generasi dan
dipertahankan hingga saat ini. Jika tradisi Kembar Mayang hilang atau tidak
digunakan dalam upacara pernikahan adat Jawa maka hilang pulalah wujud
kebudayaan masyarakat suku Jawa yang ada di Desa Mingkung Jaya
Kecamatan Sungai Gelam Kabupaten Muaro Jambi. Karena tradisi Kembar
Mayang ini merupakan salah satu peninggalan nenek moyang sejak dahulu.
Dengan demikian segala hasil kegiatan budaya yang diakui sebagai milik
bersama oleh suatu bangsa atau suatu suku bangsa, yang demikian itu sering
didudukkan sebagai salah satu tanda bagi jati diri bangsa atau suku bangsa
yang bersangkutan. Seperti halnya budaya suku Jawa yaitu tradisi Kembar
Mayang.

4
Olan Simatupang, Seni Rupa Islam: Pertumbuhan Dan Perkembangannya, (Bandung:
Angkasa, 1993), hlm.1-2
5
Roger M.Keesing, Antropologi Budaya, (Jakarta:Erlangga,1998), hlm. 68
6
Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), hlm. 180
2
Kebudayaan adalah suatu yang hidup, berkembang, dan bergerak menuju titik
7
tertentu. Seperti yang dikutip oleh Hari Poeranto didalam bukunya yang
berjudul kebudayaan dan lingkungan, dalam perspektif antropologi, C.Geertz
mengatakan bahwa kebudayaan merupakan hasil dari proses sosial dan bukan
proses perorangan.8
Dapat disimpulkan bahwasannya kebudayaan yang penulis teliti
adalah sebagai warisan tradisi dari nenek moyang terdahulu yang masih di
lestarian secara turun-temurun dan diterima baik oleh masyarakat di Desa
Mingkung Jaya Kecamatan Sungai Gelam Kabupaten Muaro Jambi.
Provinsi Jambi tumbuh dan berkembang sebagai Kota perdagangan,
serta semakin memiliki berbagai prasarana dan sarana, telah menjadi tarikan
bagi kegiatan imigrasi kekawasan tersebut. Disamping kondisi tersebut,
perkembangan pluralisme di Kota Jambi juga di dukung oleh karakter
masyarakat asli yang cenderung membuka atau menerima pendatang serta
budaya-budaya dari luar. Karakter ini yang sudah menjadi bagian perjalanan
perkembangan Kota Jambi, karena Kota Jambi di bentuk oleh kebudayaan
material dan spiritual dari berbagai etnik, strata sosial, ekonimi dan sistem
pemerintahan pada masa lalu. 9 Masyarakat pendatang khususnya suku Jawa
kebanyakan mendiami daerah-daerah transmigrasi dan daerah perkebunan
seperti perkebunan teh, kopi, karet, sawit dan ada juga di daerah
pertambangan minyak. 10
Menurut pakar antropologi Amerika Clifford Geetz membagi
masyarakat Jawa menjadi tiga kelompok yaitu ; Kaum Santri, Abangan dan
Priyayi. Menurutnya Kaum Santri adalah penganut agama yang ta’at, kaum
Abangan adalah penganut agama islam secara nominal atau penganu

7
Swardi Endraswara, Metodologi Penelitian Kebudayaan, (Yogyakarta: Gadja Mada
University Press, 2006), hlm. 01
8
Hari Poeranto, Kebudayaan Dan Lingkungan, Dalam Perspektif Antropologi,
(Yogyakarta: Pustaka Belajar Offset, 2000), hlm 58
9
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Tahun 2017, Investarisasi Dan Identifikasi
Keragaman Etnis Dan Budaya Kota Jambi, hlm. 1
10
Hartono Margono, dkk, Sejarah Sosial Jambi, Jambi Sebagai Kota Dagang (Jakarta:
Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan Direktorat Sejarah Dan Nilai Tradisional Proyek
Inventarisasi Dan Dokumentasi Sejarah Nasional, 1984), hlm, 22
3
kejawen, sedangkan kaum Priyayi adalah kaum bangsawan (keluarga keraton). 11
dari pembagian tiga kelompok masyarakat Jawa tersebut tradisi Kembar Mayang
bisa masuk kedalam kategori kaum abangan dan kaum priyai karena tradisi
Kembar Mayang ini salah satu tradisi kepercayaan kejawen yang masih sangat
dilestarikan oleh mayoritas suku Jawa Tengah dan Jawa Timur, kemudian bisa
dikatakan kaum priyai karena tradisi tersebut dahulu selalu dipakai dalam upacara
pernikahan kaum bangsawan atau keturunan darah biru kraton Surakarta dan
kraton Yogyakarta.
Masyarakat Jawa juga di bedakan atas dasar keagamaan dalam dua
kelompok yaitu:
a. Jawa kejawen yang sering disebut abangan yaitu mereka yang dalam
kesadaran dan cara hidupnya ditentukan oleh tradisi Jawa pra-islam.
Kaum priyayi tradisional hampir seluruhnya dianggap Jawa kejawen,
walaupun secara resmi mengaku Islam. Contoh dari masyarakat Jawa
kejawen ini sangat mempercayai mitos-mitos dari leluhurnya antara
lain yaitu weton kelahiran anak yang akan menikah dihitung, jika
hasilnya sesuai maka boleh melanjutkan pernikahan apabila tidak
sesuai maka tidak akan dilanjutkan, masyarakat Jawa kejawen juga
mempercayai mitos jika anak pertama tidak boleh menikah dengan
anak ketiga atau anak pertama menikah dengan anak pertama dan
orang tuanya juga anak pertama, dipercayai akan banyak musibah
yang menimpa kehidupannya dan kehidupan orangtuanya.
b. Santri yaitu mereka yang memahami dirinya sebagai islam atau
orientasinya yang kuat terhadap agama islam dan berusaha untuk
hidup menurut ajaran agama islam.12
Sejak zaman awal kehidupan Jawa (masa pra Hindu- Buddha)
masyarakat Jawa telah memiliki sikap spiritual sendiri. Pada zaman kuno,
masyarakat Jawa menganut kepercayaan animisme-dinamisme, yang terjadi
sebenarnya adalah : masyarakat Jawa saat itu telah memiliki kepercayaan
11
Clifford Geetz, The Religion Of Java (Glencoe : The Free Press, 1960), Hlm. 133
12
Franz Magniz Suseno, Etika Jawa: Sebuah Analisis Falsafi Tentang Kebijaksanaan
Hidup Jawa, Cetakan Ke-8, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2001), hlm. 55
4
akan adanya kekuatan yang bersifat tak terlihat (ghoib), besar dan
menakjubkan. Mereka menaruh harapan agar mendapat perlindungan, dan
juga harapan agar tidak diganggu kekuatan ghoib lain yang jahar (roh-roh
jahat). 13
Kehidupan masyarakat Jawa memiliki berbagai macam upacara adat,
antara lain dalam bentuk berbagai model upacara tradisional turun-temurun
selama berabad-abad, sebagian tradisi itu sudah membudaya dalam kehidupan
masyarakat di seluruh lapisan sosial, baik yang berbeda dalam mata
pencaharian, agama, maupun dalam masyarakat perkotaan maupun pedesaan.
Tradisi daerah yang sudah membudaya dalam masyarakat luas dan yang
hingga sekarang masih didukung dan di lestarikan oleh masyarakat tradisional
setempat, baik di perkotaan maupun di pedesaan, di kalangan bangsawan dan
rakyat biasa, terutama adalah upacara tradisional yang berhubungan dengan
daur hidup, seperti upacara pernikahan, selamatan wanita hamil, melahirkan,
selapanan, sunatan dan upacara yang berkaitan dengan kematian.14 Bangsa
Indonesia dikenal sebagai masyarakat yang memang kaya akan budaya,
bangsa Indonesia adalah suatu bangsa yang memiliki masyarakat yang
banyak, baik dari aspek agama, suku bangsa, budaya, tradisi, dan lain
sebagainya. Termasuk juga pernikahan, terdapat banyak sekali berbagai
macam adat istiadat dalam prosesi pernikahan.
Pernikahan memiliki keterkaitan yang sangat erat terhadap suatu
kebudayaan yang mana didalam suatu pernikahan tidak hanya terdiri dari ijab
dan qobul saja, akan tetapi terdapat berbagai macam adat istiadat dalam
kebudayaan yang bisa disebut dengan tradisi yang dipercaya dari zaman
dahulu dan sudah menjadi turun temurun serta hal tersebut harus dipenuhi
oleh keluarga, dan masyarakat setempat.
Pernikahan adalah suatu yang sakral, agung, dan monumental bagi
setiap pasangan hidup. Pernikahan juga merupakan suatu ikatan lahir antara

13
Sutan Takdir Alisjahbana, Perkembangan Sejarah Kebudayaan Indonesia Dilihat Dari
Segi Nilai-Nilai (Jakarta: Balai Bahasa, 2005), hlm, 20
14
Sri Widayanti, Makna Filosofi Kembar Mayang Dalam Kehidupan Masyarakat Jawa,
Jurnal Filsafat, Volume 18, No 2, Agustus 2008. (Jakarta : Balai Pustaka). Pukul 21:12, hlm. 116
5
dua orang, laki-laki dan perempuan, untuk hidup bersama dalam suatu rumah
tangga dan keturunan yang dilangsungkan menurut ketentuan-ketentuan
syari’at Islam.15
Adapun dasar hukum pernikahan berdasarkan Al-Qur’an dan hadist
adalah sebagai berikut :
)3:‫احدَة ً (الىسأ‬
ِ ‫فَ َو‬ ‫ع فَا ِْن ِخ ْفت ُ ْم اَالَّ ت َ ْع ِد لُ ْوا‬ َ َ‫اء مثْىَى َوثُل‬
َ ‫ث َو ُربَا‬ ِ ‫س‬َ ّ‫اب لَ َك ْم ِمهَ ال ِى‬
َ ‫ط‬َ ‫فَا ْو ِك ُح ْوا َما‬

Artinya : “…Maka kawinilah perempuan-perempuan yang kamu sukai, dua,


tiga, empat, tetapi kalau kamu khawatir tidak dapat berlaku adil
(antara perempuan-perempuan itu), hendaklah satu saja…”
(QS. An-Nisa’: 3)16

Dijelaskan dalam ilmu antropologi , pernikahan merupakan salah satu


dari siklus kehidupan (life cycle) yang di lewati oleh manusia setelah ia
menempuh masa bayi, masa penyapihan, masa kanak-kanak, masa remaja dan
masa pubertas.17
Pernikahan bagi orang Jawa merupakan sesuatu yang sakral dan
dianggap sangat penting karena dalam pelaksanaan pernikahan penuh dengan
ritual-ritual yang apabila ditelaah memiliki banyak makna yang dapat di
tafsirkan sebagai suatu perwujudan do’a agar kedua mempelai selalu
mendapat hal-hal yang baik dalam bahtera rumah tangganya. Dalam upacara
adat pernikahan Suku Jawa memiliki tata cara yang sudah ditentukan dan
harus di laksanakan bagi masyarakat Jawa tengah dan Jawa timur.
Tradisi merupakan konsep kompleks serta aturan yang mantap dan
tertanam kuat dari sistem budaya dari suatu kebudayaan yang belum jadi
18
tindakan manusia dalam kehidupan sosial kebudayaan itu sendiri. Tradisi
juga merupakan suatu budaya dan adat istiadat yang diwariskan dari satu
generasi ke generasi berikutnya dan melestarikan peninggalan meraka.
Tradisi ini bisa dilihat dalam bentuk upacara. Selain upacara kelahiran dan

15
Moh. Rifa’i, Ilmu Fiqih Islam Lengkap, ( Semarang: Toha Putra 1978), hlm. 453
16
Departemen Agama RI, Abdus Sami, Dkk, Al-Qur’an Dan Terjemahnya : Juz 05,
(Jakarta: LESTARI BOOKS 2004) , hlm 77
17
Koentjaraningrat, Beberapa Pokok Antropologi Sosial, (Jakarta: Rt. Dian Rakyat,
1992), hlm. 92
18
Koentjaraningrat, dkk, Kamus Istilah Antropologi, (Jakarta: Progres, 2003), hlm. 2
6
kematian, masyarakat juga memiliki tradisi dalam pernikahan. Proses upacara
tersebut berbeda-beda, lain daeran lain pula tradisi dan prosesinya.
Pada hakikatnya tradisi dalam pernikahan adalah bagian dari
kebudayaan. karena dalam tradisi, pernikahan akan tampak biasa-biasa saja
dan tidak sama sekali memiliki kemeriahan dalam acara tersebut. Pernikahan
bukan semata-mata urusan pribadi yang berlangsung sendiri, melainkan
pernikahan juga melibatkan masyarakat banyak agar pernikahan tidak
nampak biasa-biasa saja. Kalangan masyarakat pada umunya tidak cukup
hanya melakukan pernikahan menurut ketentuan agama saja, namun dengan
melaksanakan upacara adat atau tradisi baik dalam bentuk sederhana atau
dalam bentuk yang sangat meriah guna menghormati warisan leluhur. Hal
tersebut menunjukan bahwa upacara pernikahan dan tradisi yang melengkapi
pernikahan tersebut adalah hal yang sangat penting bagi masyarakat tertentu
dan bahkan menjadi suatu keharusan yang ada dalam upacara pernikahan
tersebut.
Upacara tradisional adalah kegiatan sosial yang melibatkan para
warga masyarakat dalam usaha bersama untuk mencapai tujuan keselamatan
bersama, dan merupakan bagian yang integral dari kebudayaan masyarakat
pendukungnya. Upacara berarti hal melakukan suatu perbuatan menurut adat
kebiasaan atau menurut agama itu secara turun temurun dan diselenggarakan
oleh masyarakat sejak dahulu sampai sekarang dalam bentuk tata cara yang
relatif tetap, pendukung upacara tradisional tersebut dilakukan oleh setiap
warga masyarakat karena dirasakan dapat memenuhi suatu kebutuhan baik
secara individu maupun kelompok. Kerja sama yang terjalin dalam
penyelenggaraan upacara tradisional jelas dapat mengikat rasa solidaritas para
warga, dan mencapainya hanya dimungkinkan dengan kerja sama dengan
orang lain, bahkan sering pula mereka merasa berasal dari leluhur yang

7
sama,sehingga rasa solidaritas itu semakin tebal.19 Upacara timbul
karena adanya dorongan perasaan manusia untuk melakukan berbagai
perbuatan yang bertujuan mencari hubungan dengan dunia ghaib. Hubungan
antara manusia dengan kekuatan ghaib tersebut terjadi karena kepercayaan
bahwa keselamatan hidup manusia sangat tergantung kepada kekuatan ghaib.
Oleh karena itu, hubungan tersebut sangat dijaga dengan sebaik-baiknya,
seperti masyarakat Jawa masih melestarikan kejawen salah satunya yaitu
tradisi Kembar Mayang.Tradisi Kembar Mayang masih sangat di percayai
oleh dukun-dukun manten dan orang yang dituakan untuk selalu
menggunakan Kembar Mayang dalam setiap upacara pernikahan adat Jawa.
Kembar Mayang adalah dua buah rangkaian hiasan yang terdiri dari
dedaunan yang paling dominan adalah daun kelapa yang masih muda yang
biasanya disebut dengan janur yang ditancapkan pada sebuah potongan
batang pisang. Daun kelapa yang muda tersebut dirangkai menjadi beberapa
bentuk yaitu bentuk gunung, keris, cambuk, belalang, burung, terompet dan
kitiran. Selain janur juga dilengkapi dengan dedaunan seperti daun beringin
dan daun puring.
Kembar Mayang tidak hanya dipakai dalam prosesi upacara
pernikahan saja melainkan dalam upacara kematian. Bagi pengantin yang
sudah bukan jejaka atau gadis tidak dibuatkan Kembar Mayang. misalnya
duda menikah dengan gadis atau jejaka menikah dengan janda tetap
dibuatkan Kembar Mayang salah satu dari keduannya yang belum pernah
menikah sebagai lambang gugurnya salah satu diantara kedua mempelai
tersebut. Kembar Mayang juga dibuatkan untuk orang yang meninggalnya
masih dalam keadaan gadis atau jejaka. Tradisi Kembar Mayang lebih
dominan dipakai didalam prosesi pernikahan. Karena prosesi kematian bagi
yang masih gadis atau jejaka sangat langka dikalangan masyarakat di Desa
Mingkung Jaya.

19
Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Upacara Tradisional Dalam Kaitannya
Dengan Peristiwa Dan Kepercayaan Daerah Jambi, Proyek Inventarisasi Dokumentasi
Kebudayaan Daerah Jambi, hlm. 1
8
Tadisi Kembar Mayang dalam prosesi pernikahan adat Jawa di Desa
Mingkung Jaya ini tidak hanya dipakai dalam pernikahan masyakat sekitar
yang berstatus suku Jawa melainkan hampir semua suku yang ada di Desa
Mingkung Jaya ini melakukan tradisi tersebut didalam prosesi pernikahannya
Bahkan bisa dikatakan tradisi suku-suku lain semakin lama semakin
hilang tidak di lestarikan dan tidak dipakai dalam prosesi pernikahan sanak
saudaranya. Seperti yang penulis ketahui bahwasanya suku Sunda memiliki
tradisi sendiri yaitu adanya makanan tradisional yang disebut dengan ayam
bakakak yaitu ayam yang di panggang berbentuk ingkung dan dihias seindah
mungkin kemudian dipakai dalam prosesi pernikahan suku Sunda tersebut.
Namun tradisi dalam prosesi pernikahan suku Sunda hilang dan tidak ada
satupun masyarakat Sunda yang melaksanakannya.
Masyarakat Mingkung Jaya masih menggunakan tradisi Kembar
Mayang dalam pernikahan adat Jawa karena masyarakat menganggap tradisi
Kembar Mayang ini sangat penting dan sakral. Masyarakat Mingkung Jaya
masih sangat meyakini apabila melakukan upacara penikahan tidak
menggunakan Kembar Mayang maka pengantin yang akan mengarungi
bahtera hidup baru dalam keadaan bahaya. Kebiasaan suku bangsa yang satu
berbeda dengan suku bangsa yang lainnya. Kebiasaan yang telah berpuluh-
puluh tahun dianut oleh suatu kelompok masyarakat atau suku bangsa itu
dikenal sebagai tradisi kelompok masyarakat atau suku bangsa
bersangkutan.20
Suku Jawa sendiri dikenal sebagai salah satu suku bangsa di Indonesia
yang memiliki tradisi kokoh yang masih bertahan sampai saat ini, seperti
persoalan lain yang ada di Desa Tegalsari Kecamatan Tegaldlimo Kabupaten
Banyuwangi. Masyakat Tegalsari masih mempertahankan tradisi Kembar
Mayang dalam pernikahan, yang mana tradisi Kembang Mayang ini
dilakukan pada pagi dan juga siang hari, personil yang mendukung ritual

20
Budiono Herusatoto, Mitologi Jawa Pendidikan Moral Dan Etika Tradisional (Depok:
Oncor Semesta Ilmu, 2011), hlm. 1
9
berjumlah tujuh orang minimal lima orang, penunjukan personil ini
didasarkan pada kemampuan menguasai tembang macepat.21 Tembang
macepat ini harus dilakukan oleh orang yang berbahasa Jawa dengan baik,
kemampuan spiritual dan teaterika.22
Pada penjelasan diatas bahwasanya tradisi Kembar Mayang juga
dilakukan di daerah lain seperti pada penjelasan sebelumnya. Dari yang
peneliti ketahui tradisi Kembar Mayang ini dilakukan oleh mayoritas suku
Jawa yang tersebar di seluruh Indonesia namun ada perbedaan dalam bahan,
waktu pembuatan, makna, isi sesajen, dan bentuk-bentuk Kembar Mayang
disetiap daerah.
Kembar Mayang adalah semacam susunan bunga dan dedaunan yang
disusun rapi dan indah dilihat seperti bentuk boket (bouquette). Ada
beberapa jenis dedaunan dan Bunga yang harus ada dalam pembuatan
Kembar Mayang ini antara lain sebagai berikut: daun kelapa yang masih
muda (janur) dibuat dengan beberapa macam bentuk dan memiliki arti yang
berbeda-beda, dengan beberapa jenis dedaunan dan bunga Mayang (bunga
pinang) atau bunga pudak ( seperti pandan), dari beberapa jenis dedaunan dan
bunga tersebut memiliki makna kehidupan yang akan dijalani kedepannya
oleh pengantin yang menikah. Kembar Mayang tersebut berjumlah empat
buah yang bentuk dan isinya sama, biasanya dibawa oleh dua laki-laki dan
dua perempuan dalam prosesi pernikahan suku Jawa. dan bermakna sebagai
pohon kehidupan yang dapat memberikan segala hajat yang diinginkan.23
Jika dilihat dari bentuk dan fungsinya, hiasan yang terdapat dalam
Kembar Mayang merupakan hal yang kurang dipahami oleh masyarakat Jawa
di Desa Mingkung Jaya Kecamatan Sungai Gelam Kabupaten Muaro Jambi
terutama generasi-generasi muda. Kurangnya pengetahuan masyarakat

21
Tembang Macepat Adalah Puisi Klasik Jawa Yang Biasa Dilakukan Untuk Menyambut
Si Empu Dalam Proses Pembuatan Kembang Mayang
22
Marina yantim, Tradisi Upacara Perkawinan Tebus Kembar Mayang Di Desa
Tegalsari Kecamatan Tegaldlimo Kabupaten Banyuwangi, Haluan Sastra Budaya, Volume 2, No
1 1 Juni 2018. ( Yogyakarta : Pustaka Pelajar) Pukul 21:00, hlm. 12
23
Gondowasito, Tata Cara Adat Dan Upacara Pengantin Jawa, (Jakarta: Majalah Dian
Public Relation, 1965), hlm. 8
10
terhadap bentuk dan fungsi dari Kembar Mayang ini mengakibatkan masyarakat
dan pemuda-pemuda beranggapan bahwa Kembar Mayang ini hanya sekedar
hiasan dekoratif yang terdapat dalam tradisi suku Jawa. Tetapi sebaliknya bentuk
dan fungsi yang terkandung dalam Kembar Mayang ini memiliki pesan penting
dalam melangsungkan kehidupan berumah tangga pengantin tersebut.
Kembar Mayang merupakan salah satu unsur yang terdapat dalam
upacara tradisional Jawa, biasanya digunakan pada upacara pernikahan
maupun kematian apabila orang yang meninggal itu masih lajang atau belum
pernah menikah. Dalam tradisi Kembar Mayang terdapat beberapa tahapan
didalam prosesinya antara lain yaitu bahan-bahan terlebih dahulu harus di
persiapkan oleh si pembuat, kemudian si pembuat Kembar Mayang datang
kerumah orang yang mengadakan hajatan pernikahan pada malam hari sekitar
jam Sembilan atau jam sepuluh. Kembar Mayang tidak langsung dibuat pada
jam Sembilan atau jam sepuluh malam melainkan di buat pada tengah malam
sekitar jam satu atau jam dua (2) malam. Ada pun di Desa lain Kembar
Mayang dibuat pada siang hari mulai dari jam 9 sampai jam 12 siang, dan
bentuk-bentuk dari Kembar Mayang itu sendiri berbeda-beda yaitu ada yang
berbentuk dari dedaunan dan bunga-bungaan termasuk dalam Kembar
Mayang yang berasal dari Keraton Surakatra. Jika Kembar Mayang yang
dibuat dari dedaunan dan memiliki hiasan buah-buahan itu adalah Kembar
Mayang yang berasal dari Keraton Yogyakarta. Dalam proses pembuatannya
pun si pembuat harus disiapkan satu ingkung dan sesajen-sesajen yang
disiapkan oleh dukun pengantin, dipercayai akan memperlancar pembuatan
Kembar Mayang dan terbuat dengan indah dan rapi.
Adapun masyarakat yang mengharuskan Kembar Mayang ada disetiap
upacara pernikahan adat Jawa di Desa Mingkung Jaya tersebut karena
kepercayaan leluhur kejawen mengharuskan adanya Kembar Mayang
tersebut, mitos yang dipercayainya jika tidak ada Kembar Mayang di
pernikahannya maka hubungan antara mempelai laki-laki dan perempuan
tidak harmonis atau akan mudah bercerai. Dilihat dari makna Kembar
Mayang sendiri ialah “ pohon kehidupan” maka dari situ sebagian masyarakat
11
mengharuskan adanya Kembar Mayang dalam pernikahan adat Jawa. Dari
fenomena diatas maka penulis sangat tertarik untuk melakukan penelitian
lebih lanjut dengan judul “Tradisi Kembar Mayang dalam prosesi
pernikahan adat Jawa di Desa Mingkung Jaya Kecamatan Sungai
Gelam Kabupaten Muara Jambi’’.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka peneliti merumuskan beberapa
masalah dalam penelitian ini yaitu:
1. Latar belakang munculnya tradisi Kembar Mayang di Desa Mingkung
Jaya Kecamatan Sungai Gelam Kabupaten Muaro Jambi?
2. Bagaimana prosesi pernikahan adat Jawa dengan menggunakan Kembar
Mayang di Desa Mingkung Jaya Kecamatan Sungai Gelam Kabupaten
Muaro Jambi?
3. Bagaimana nilai-nilai filosofi islam yang terkandung dalam Kembar
Mayang di Desa Mingkung Jaya Kecamatan Sungai Gelam Kabupaten Muaro
Jambi?
C. Batasan Masalah
Supaya pembahasan tidak melebar apalagi menyimpang dari tujuan
penelitian yang hendak dicapai, maka sangat diperlukan batasan
permasalahan yang hendak diJawab agar penelitian ini lebih fokus dan
terarah. Adapun batasan dalam penelitian ini hanya terfokus pada tradisi.
Kembar Mayang dalam prosesi pernikahan adat Jawa di Desa Mingkung Jaya
Kecamatan Sungai Gelam Kabupaten Muaro Jambi, latar belakang
munculnya tradisi Kembar Mayang di Desa Mingkung Jaya Kecamatan
Sungai Gelam Kabupaten Muaro Jambi,bagaimana prosesi pernikahan adat
Jawa dengan menggunakan Kembar Mayang di Desa Mingkung Jaya
Kecamatan Sungai Gelam Kabupaten Muaro Jambi, apa nilai-nilai filosofi
islam yang terkandung dalam Kembar Mayang di Desa Mingkung Jaya
Kecamatan Sungai Gelam Kabupaten Muaro Jambi.

12
D. Tujuan Penelitian
Setelah mengetahui pokok-pokok permasalahan dari penelitian ini, maka
tujuan yang ingin penulis capai dari kajian ini adalah:
1. Untuk mengetahui bagaimana latar belakang munculnya tradisi Kembar
Mayang di Desa Mingkung Jaya Kecamatan Sungai Gelam Kabupaten
Muaro Jambi.
2. Untuk mengetahui prosesi pernikahan adat Jawa dengan menggunakan
Kembar Mayang di Desa Mingkung Jaya Kecamatan Sungai Gelam
Kabupaten Muaro Jambi.
3. Untuk mengetahui nilai-nilai filosofi islam yang terkandung dalam
Kembar Mayang di Desa Mingkung Jaya Kecamatan Sungai Gelam
Kabupaten Muaro Jambi.
E. Manfaat penelitian
Sebagaimana tujuan yang ingin dicapai dari peneliti ini, maka manfaat
yang peneliti harapkan adalah sebagai berikut :
1. Secara teoritis ingin menambah wawasan khazanah ilmu pengetahuan
tentang sejarah dan budaya, khususnya tentang tradisi dari Kembar
Mayang dalam pernikahan adat Jawa.
2. Secara praktis
a. Untuk menambah wawasan atau informasi bagi penulis
khususnya dan pembaca umumnya yang ingin mengetahui
tentang prosesi tokoh agama tentang tradisi Kembar Mayang
tersebut.
b. Untuk menambah referensi perpustakaan serta dapat digunakan
dalam penelitian selanjutnya dalam skala yang lebih luas dan
waktu yang akan datang.
c. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana
Humaniora pada jurusan Sejarah Peradaban Islam Fakultas Adab
dan Humaniora Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha
Saifuddin Jambi.

13
d. Sebagai pendokumentasian tradisi Kembar Mayang dalam
upacara pernikahan adat Jawa.
F. Tinjauan pustaka
Tinjauan merupakan salah satu usaha untuk memperoleh data yang
sudah ada, Karena data merupakan salah satu hal yang penting dalam ilmu
pengetahuan, yaitu untuk menyimpulkan fakta-fakta, meramalkan gejala-
gejala baru mengisi yang sudah ada atau sudah terjadi. Untuk mengetahui
apakah yang saya teliti dalam karya ini sudah ada yang melakukan penelitian
sebelumnya atau belum ada yang melakukan penelitian, maka diperlukan
suatu kajian penelitian terdahulu. Pada penelitian sebelumnya, meskipun
tidak identik sama namun ada beberapa penelitian yang mengungkap tentang
masalah tradisi penikahan, antaranya:
Pertama, skripsi yang ditulis oleh Asykar Wildan Zaid, yang
merupakan mahasiswa fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri
Sunan Kalijaga, Yogyakarta pada tahun 2016, yang berjudul “ Tinjauan
Hukum Islam Terhadap Tradisi Tebus Kembar Mayang Dalam Resepsi
Pernikahan (Studi Kasus Di Kelurahan Suryodiningratan Kecamatan
Mantrijeron Kota Yogyakarta)”. Tadisi tebus Kembar Mayang yang
dilakukan dalam resepsi pernikahan ini memiliki pergeseran makna simbolis
rituan antara pernikahan suku Jawa pada zaman dahulu dan pada zaman
sekarang yaitu makna lebih modern. Kemudian peneliti lebih memfokuskan
kepada tijauan hukum islam terhadap tradisi Kembar Mayang yang mana
peneliti mencari tahu apakah tradisi Kembar Mayang ini bertentangan atau
tidak dengan ajaran agama islam. 24
Kedua, skripsi yang ditulis oleh Rossy Indiarti Bias Purnamasari, yang
merupakan mahasiswi Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitan
Muhammadiyah Surakarta 2011, yang berjudul “Aspek Pendidikan Nilai
Religius Pada Kembar Mayang Dalam Perkawinan Adat Jawa (Studi Kasus di

24
Asykar Wildan Zaid, Tijauan Hukum Islam Terhadap Tradisi Tebus Kembar Mayang
Dalam Resepsi Pernikahan Studi: Kasus Di Kelurahan Suryodiningrat Kecamatan Mantrijeron
Kota Yogyakarta, Skripsi, (Yogyakarta: Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta, 2016), hlm. 27-29.
14
Desa Cangakan Kecamatan Karanganyar Kabupaten Karanganyar)”.
Pada tradisi Kembar Mayang ini peneliti bertujuan untuk mengetahui dari
proses pembuatan Kembar Mayang, alat-alat, serta lebih memfokuskan
kepada nilai-nilai religius yang terkandung didalam tradisi tersebut. 25
Ketiga, skripsi yang ditulis oleh Usfatun Zannah, yang merupakan
mahasiswi Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Riau 2014, yang berjudul “Makna Prosesi Perkawinan Jawa
Timur Sebagai Kearifan Lokal (Pendekatan Etnografi Komunikasi Dalam
Upacara Tebus Kembar Mayang Di Desa Jatibarukecamatan Bungaraya
Kebupaten Siak Provinsi Riau. Peneliti pertujuan untuk mengetahui makna
prosesi perkawinan adat Jawa Timur sebagai kearifan lokal melalui
pendekatan etnogtafi komunikasi, kemudian untuk mengetahui nilai-nilai
lokal yang terkandung didalam upacara tebus Kembar Mayang. 26

25
Rossy Indiarti Bias Purnamasari, Aspek Pendidikan Nilai Religius Pada Kembar
Mayang Dalam Upacara Perkawinan Adat Jawa : Studi Kasus di Desa Cangakan Kecamatan
Karanganyar Kabupaten Karanganyar, Skripsi, (Surakarta: Fakultas Keguruan Dan Ilmu
Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2011), hlm. 16.
26
Usfatun Zannah, Makna Prosesi Perkawinan Jawa Timur Sebagai Kearifan Lokal
(Pendekatan Etnografi Komunikasi Dalam Upacara Tebus Kembar Mayang di Desa Jatibaru
Kecamatan Bunga Raya Kabupaten Siak Provinsi Riau), Skripsi, ( Riau: Fakultas Ilmu Sosial Dan
Ilmu Politik Universitas Riau, 2009), hlm. 03.
15
BAB II
KERANGKA TEORI
Kerangka teori ditujukan untuk mempermudah kajian ini dalam
memberikan pengertian yang terdapat dalam kajian ini, maka perlu untuk
mengemukakan kajian secara konseptual yang berhubungan dengan judul masalah
penelitian. Kerangka teori bertujuan untuk memberikan gambaran atau batsan-
batasan tentang teori-teori yang dipakai sebagai landasan penelitian yang
dilakukan. Landasan menganalisa, menelaah, dan mengkaji serta menjabarkan
permasalahan yang diteliti maka diperlukan suatu rujukan dan konsep para ahli
atau dalam bidang sesuai dengan yang diteliti.
A. Tradisi
Pengertian tradisi berasal dari bahasa latin yaitu tradition yang berarti
diteruskan atau kebiasaan. Dalam pengertian yang lebih sederhana adalah
sesuatu yang telah dilakukan sejak lama dan menjadi bagian dari kehidupan
suatu kelompok masyarakat biasanya dari suatu Negara, kebudayaan, waktu,
atau agama yang sama.
Dalam kamus antropologi budaya dijelaskan bahwa tradisi adalah
kompleks konsep serta aturan yang mantap dan terintegrasi kuat dalam sistem
budaya dari suatu kebudayaan yang menata tindakan manusia dalam kehidupan
sosial kebudayaan itu. 27 Dalam hal ini, hal yang paling mendasar dalam tradisi
adalah adanya informasi yang diteruskan dari generasi ke generasi baik tertulis
maupun lisan, karena tanpa adanya ini, suatu tradisidapat punah. Tradisi
dipengaruhi oleh kecenderungan untuk berbuat sesuatu dan mengulang sesuatu
hingga menjadi suatu kebiasaan.
Dalam kamus besar bahasa Indonesia tradisi diartikan sebagai adat
kebiasaan turun-temurun (dari nenek moyang) yang masih dijalankan dalam
masyarakat.28 Bisa dikatanya sikap dan cara bertindak dan berfikir yang selalu
berpegang teguh kepada norma-norma, dan adat kebiasaan secara turun
temurun yang terdapat dalam sekelompok masyarakat.

27
Koentjaraningrat, Kamus Antropologi Budaya, hlm. 2
28
Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, hlm. 22
16
Tradisi bukan hanya sekedar kebiasaan orang zaman dahulu yang
diturunkan atau diwariskan kepada cucu dan cicit melainkan tradisi memiliki
nilai budaya yang tinggi dan ajaran-ajaran dan tujuan-tujuan agar tidak salah
faham dalam mengambil keputusan dalam kehidupan modern.
Dilihat dari segi sejarah, adat istiadat Jawa telah tumbuh dan berkembang
lama, baik dilingkungan kraton maupun diluar kraton. Adat istiadat tersebut
memuat sistem tata nilai, norma, pandangan maupun aturan kehidupan
masyarakat, yang kini masih diakrabi dan dipatuhi oleh orang Jawa yang masih
ingin melestarikannya sebagai warisan kebudayaan yang dianggap luhur dan
agung. Dalam usahanya melestarikan adat istiadat, masyarakat Jawa
melaksanakan tata upacara tradisi sebagai wujud perencanaan, tindakan, dan
29
perbuatan dari tata nilai yang telah diatur. sistem tata nilai, norma,
pandangan maupun aturan diwujudkan dalam upacara tradisi yang pada
prinsispnya adalah penerapan dari tata kehidupan masyarakat Jawa yang ingin
selalu lebih berhati-hati, agar setiap tutur kata, sikap, dan tingkah lakunya
mendapatkan keselamatan, kebahagiaan dan kesejahteraan jasmaniah maupun
rohaniah. Maka dari itu, sebuah tradisi sangat layak dilestariakan dan
dipertahankan oleh semua masyarakat. salah satunya tradisi dari suku Jawa
yaitu tradisi Kembar Mayang dalam prosesi pernikahan adat Jawa Di Desa
Mingkung Jaya Kecamatan Sungai Gelam Kabupaten Muaro Jambi. Tradisi
Kemabar Mayang ini adalah salah satu tradisi suku Jawa yang masih
dipertahankan dan dilestarikan, karena tradisi ini menjadi salah satu ciri khas
suku Jawa. Kembar Mayang ini sendiri peninggalan dari leluhur yang harus
ada dalam prosesi pernikahan suku Jawa.
B. Adat Pernikahan suku Jawa
Adat adalah gagasan kebudayaan yang terdiri dari nilai-nilai kebudayaan,
norma, kebiasaan dan hukum adat yang lazim dilakukan di suatu daerah. Adat
menurut kamus antropologi adat adalah kebiasaan yang bersifat religius dari
kehidupan suatu penduduk asli yang meliputi antara lain,
29
Darmoko, “Budaya Jawa Dalam Lintas Sejarah”, Jurnal Wacana, Fakultas Ilmu
Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia .12 Agustus 2010. (Sintang : STKIP Persada
Khatulistiwa). hlm. 87
17
mengenai nilai budaya, norma-norma hukum dan aturan-aturan yang saling
berkaitan dan kemudian menjadi suatu sistem atau peraturan tradisional. 30
Adat biasanya diartikan sebagai kebiasaan suatu tempat yang
mengatur interaksi antara anggota-anggota masyarakat tertentu. Sedangkan
adat istiadat adalah tata kelakuan yang kekal dan turun temurun dari generasi
ke generasi berikutnya sebagai warisan serta menyangkut pola interaksinya
dengan pola prilaku masyarakat. setiap daerah tentu memiliki berbagai
macam adat istiadat, salah satunya adalah adat pernikahan.
Adat pernikahan merupakan salah satu unsur yang sangat penting
dalam kehidupan masyarakat, dimana perkawinan merupakan salah satu
hukum yang turut menjaga kestabilan masyarakat. Melakukan pernikahan
menurut syariat islam yang disemarakan dengan adat istiadat setempat berarti
menjunjung tinggi hukum yang telah mengatur tata cara melakukan
pernikahan. Setiap masyarakat pada dasarnya mempunyai adat istiadat
tersendiri, sehingga melalui adat istiadat itu pula kita dapat mengenal ciri
khas suatu bangsa. Demikian pula dengan masyarakat Desa Mingkung Jaya
Kecamatan Sungai Gelam Kabupaten Muaro Jambi.
Islam telah menjadikan ikatan pernikahan yang sah berdasarkan al-
qur’an dan as-sunah sebagai satu-satunya sarana untuk memenuhi tuntutan
naluri manusia yang sangat asasi, dan sarana untuk membina keluarga yang
islami. Pernikahan juga disebut sebagai ikatan yang sakral (suci) yang
mengikat dua pihak pengantin lahir batin. Dengan jalan memenuhi ketentuan
adat syarat dan sekarang ditambah lagi dengan undang-undang pernikahan.31
Demikian juga pernikahan menerima status baru dengan sederetan hak dan
kewajiban yang baru oleh orang lain. Penghargaan islam terhadap ikatan
pernikahan sangat besar sekali, sampai-sampai ikatan tersebut di tetapkan
sebanding dengan pengaruh agama. Allah SWT telah menciptakan manusia

30
Koentjaraningrat, Kamus Istilah Antropologi, (Jakarta: Progress, 2003), hlm. 2
31
Zuriah Nurdin, Pelestarian Budaya Perkawinan Suku Lembak di Kota Bengkulu ( Studi
Analisis Pemahaman Ushul Fiqh), Jurnal Kebudayaan Dan Sejarah Islam, Volume 03, No 01, Juni
2018, ( Bengkulu : Pagar Dewa). Pukul 07:50, hlm. 75
18
berpasang-pasangan dan terdiri dari berbagai macam suku dan adat,
sebagaimana firman Allah SWT dalam surah Al-Hujurat ayat 13.
Di dalam ilmu antropologi, pernikahan merupakan pemerician dari
sistem kekerabatan.32 Dan sistem kekerabatan merupakan suatu subunsur
khusus dalam rangka organisasi sosial yang merupakan bagian dari unsur-
unsur yang dapat disebut sebagai isi pokok dari tiap kebudayaan di dunia,
unsur-unsur kebudayaan tersebut adalah :
a. Bahasa
b. Sistem pengetahuan
c. Organisasi sosial
d. Sistem peralatan hidup dan teknologi
e. Sistem mata pencaharian hidup
f. Sistem religi
g. Kesenian.33
Masyarakat Jawa memiliki budaya tradisional yang beragam,
walaupun keberadaanya berbeda, jika kita lihat nilai-nilai filosofi yang
terkandung memilki makna yang sangat baik dalam kehidupan. Salah satunya
adalah upacara adat pernikahan. Setiap upacara adat pernikahan memiliki
makna, nilai, pesan yang baik bagi masyarakat pemiliknya.
Dapat peneliti simpulkan bahwasanya penjelasan diatas tentang adat
pernikahan sangatlah penting, karena tradisi Kembar Mayang ini adalah
tradisi upacara pernikahan suku Jawa yang menjadi salah satu warisan turun
temurun dari nenek moyang terdahulu yang masih di lestarikan hingga saat
ini.
C. Tradisi Kembar Mayang Dalam Pernikahan Suku Jawa
Menurut Koentjaraningrat menjelaskan bahwasanya kebudayaan
mempunyai tiga wujud kebudayaan yaitu: pertama, wujud kebudayaan
sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, dan
peraturan. Wujud kebudayaan yang pertama ini hanya bisa dirasakan dalam

32
Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, hlm. 169
33
Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, hlm. 165
19
kehidupan sehari-hari yang berwujud dalam bentuk norma, adat
istiadat, agama, dan hukum atau undang-undang, contohnya adalah aturan
atau norma sopan santun dalam berbicara kepda orang yang lebih tua dan
aturan bertamu di rumah orang lain. Kedua, wujud kebudayaan sebagai suatu
kompleks aktivitas kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat. Wujud
kebudayaan yang kedua menjelaskan tentang aktivitas manusia yang saling
berinteraksi dan saling berhubungan secara baik dengan sesamanya,
contohnya adalah upacara pernikahan atau upacara lainnya yang melibatkan
suatu aktivitas anggota masyarakat. Ketiga, wujud kebudayaan sebagai
benda-benda hasil karya manusia. Wujud kebudayaan ini adalah berupa
kebudayaan fisik yang merupakan hasil karya manusia berupa benda,
contohnya adalah benda-benda artefak, wayang golek, kain ulos dari suku
batak dll.
Tradisi Kembar Mayang merupakan kolektivitas suku bangsa, yang
mana merupakan aktivitas yang dilakukan oleh manusia. Artinya dalam
beraktivitas manusia sudah diatur oleh pola-pola tertentu yang diwarisi oleh
nenek moyang sebelum mereka kemudian dilakukan secara turun temurun.
Aktivitas tersebut juga dikenal dengan sebutan adat istiadat atau tradisi yang
merupakan wujud kebudayaan kedua.
Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwasanya posisi
kebudayaan yang penulis teliti adalah sebagai warisan tradisi nenek moyang
terdahulu yang mana apabila tradisi ini dihilangkan maka hilang pula wujud
kebudayaan yang ada di Desa Mingkung Jaya Kecamatan Sungai Gelam
Kabupaten Muaro Jambi.
D. Difusi
Difusi Menurut Koentjaraningrat adalah proses penyebaran
kebudayaan yang disertai dan adaptasi fisik dan sosial budaya manusia dalam
waktu yang cukup lama. Difusi kebudayaan terjadi saat adanya penyebaran
sifat-sifat budaya dan norma-norma dari satu masyarakat atau lingkungan
hidup ke lingkungan hidup yang lainnya. Saat ini, difusi kebudayaan telah

20
menjadi proses utama dan memiliki peran yang sangat besar di seluruh
34
dunia.
Proses difusi yaitu penyebaran kebudayaan secara geografi, terbawa
oleh perpindahan bangsa-bangsa di muka bumi. Proses difusi dapat dikatakan
penyebaran manusia. Ilmu paleontropologi memperkirakan bahwa manusia
terjadi di daerah Sabana tropical di Afrika Timur, dan sekarang makhluk itu
sudah menduduki hamper seluruh permukaan bumi ini. Hal ini dapat
diterangkan dengan adanya proses pembiakan dan migrasi-migrasi yang
disertai dengan proses adaptasi fisik dan sosial budaya. Proses difusi bisa saja
terjadi dalam beberapa proses antara lain:
a. Melalui migrasi atau perpindahan penduduk dari satu daerah ke
daerah lainnya. Pada saat perpindahan itulah unsur-unsur kebudayaan
yang bersangkutan “ikut pindah” dan berdifusi pada kebudayaan
setempat.
b. Unsur-unsur kebudayaan tertentu bisa menyebar terlepas dari
masyarakat penduduknya. Unsur-unsur ini dibawa orang lain dari
tempat yang satu ke tempat-tempat yang lain secara beruntun, sampai
35
ke tempat-tempat yang lain. Salah satu contoh difusi kebudayaan
adalah tradisi Kembar Mayang yang sampai saat ini masih di
lestarikan dan disebarluaskan dilingkungan pedesaan.

34
Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, hlm. 195-196
35
Indrijati DKK, Antropologi SMA Terintegrasi Penguatan Pendidikan Karakter, (Kota
Batu Jawa Timur: PPPPTK Pkn Dan IPS) Hlm. 22
21
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Metode penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang bersifat
deskriptif yaitu mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada, yang terdapat
dalam sebuah penelitian ini yaitu tradisi Kembar Mayang di Desa Mingkung
Jaya Kecamatan Sungai Gelam Kabupaten Muaro Jambi.
Penelitian kualitatif adalah suatu pendekatan penelitian yang
mengungkap situasi sosial tertentu dengan mendeskripsikan kenyataannya
secara benar, dibantu oleh kata-kata berdasarkan teknik pengumpulan data dan
analisis data yang relevan yang diperoleh dari situasi yang alamiah. Jenis
pendekatan penelitian didalam skripsi ini adalah pendekatan penelitian emik .
pendekatan penelitian emik merupakan esensi yang tertentu, pendekatan ini
relevan sebagai usaha untuk mengungkap pola kebudayaan menurut persepsi
pemilik budaya. Pendekatan emik menegaskan bahwa emik lebih natural
dalam mempresentasikan fenomena budaya. 36
B. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Desa Mingkung Jaya Kecamatan Sungai Gelam
Kabupaten Muaro Jambi. Pemilihan terhadap lokasi penelitian dilakukan
secara purposive yakni memilih secara sengaja dengan maksud mendapatkan
sebuah lokasi yang dianggap relevan dengan tujuan dan manfaat penelitian.
Fokus penelitian ini adalah tentang tradisi Kembar Mayang dalam prosesi
prnikahan adat Jawa di desa mingkung jaya kecamatan sungai gelam kabupaten
muaro jambi.
C. Jenis dan Sumber Data
Data adalah keterangan yang dapat dijadikan dasar penelitian atau
segala hal yang dapat digunakan sebagai bahan penyusunan informasi dan
penulisan sebuah penelitian.

36
Swardi Endraswara, Metode Teori Teknik Penelitian Kebudayaan , (Yogyakarta:
Pustaka Widyatama, 2006), hlm. 56-57
22
1. Jenis data
Jenis data dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data
sekunder.
a. Data Primer
Data Primer yaitu, data yang dikumpulkan, diolah, dan di sajikan
oleh peneliti dan sumber pertama atau utama.37 Seperti yang dikutip
oleh Lexy J. Meleong didalam bukunya yang berjudul Metode
penelitian kualitatif Lofland mengatakan bahwa sumber data utama
dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya
adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Kata-kata dan
tindakan yang dimaksud adalah kata-kata dan tindakan orang-orang
yang di amati atau diwawancarai yang dicatat melalui catatan tertulis
atau melaului perekam vidio/audio tapes. Pengambilan foto atau film.38
Data primer tersebut adalah data utama hasil pengataman,
wawancara, dan dokumentasi yang dilakukan oleh penulis berkaitan
dengan tradisi Kembar Mayang dalam prosesi pernikahan adat Jawa di
Desa Mingkung Jaya. Penulis menggunakan data ini untuk
mendapatkan informasi langsung dari masyarakat setempat mengenai
tradisi Kembar Mayang.
b. Data Sekunder
Data Sekunder ialah yang yang dikumpulkan, diolah dan
disajikan oleh pihak lain, yang biasanya dalam publikasi atau jurnal. 39
Jadi data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung
dari sumbernya. Data sekunder yang dimaksud adalah data yang
diperoleh dari data yang terdokumentasi dan mempunyai

37
Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Proposal Dan Skripsi Fakultas Adab Dan
Humaniora (Jambi, UIN STS Jambi, 2018), hlm. 45
38
Lexy J. Maleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosda Karya,
2014), hlm. 157
39
Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Proposal Dan Skripsi Fakultas Adab Dan
Humaniora (Jambi, UIN STS Jambi, 2018), hlm. 45.

23
hubungan dengan permasalahan yang diteliti. Adapun data sekunder
dalam penelitian ini adalah buku, jurnal, skripsi, majalah dan
dokumen.
2. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini berasal dari subjek dimana data
diperoleh Apabila penelitian menggunakan wawancara dalam
pengumpulan datanya, maka sumber data disebut Responden yaitu orang
yang menJawab pertanyaan peneliti atau orang yang merespon dengan
baik tertulis maupun lisan.
a. Sumber data berupa lisan, yaitu hasil wawancara dengan masyarakat,
orang yang ahli dalam membuat Kembar Mayang dan ahli pembuat
sesajen manten yang berada di Desa Mingkung Jaya.
b. Sumber data berupa dokumen tertulis, yaitu dokumentasi yang
berhubungan dengam permasalahan penulis.
Penetapan sumber data diatas menggunakan teknik sampel purposive
atau teknik sampel yang bertujuan untuk pemilihan informasi atau situasi
sosial tertentu atas dasar apa yang kita ketahui tentang elemen-elemen
yang ada. Apabila dalam proses pengumpulan data suatu topik tidak
ditemukan lagi, maka peneliti perlu melanjutkannya dengan mencari
informasi atau sampel baru. Artinya jumlah sampel sangat sedikit.
D. Metode Pengumpulan Data
Dalam rangka memperoleh data yang diperlukan untuk penulisan
skripsi ini, ada beberapa teknik yang peneliti gunakan untuk pengumpulan
data, diantaranya:
a. Observasi
Observasi merupakan metode pengamatan yang didukung dengan
pengumpulan dan pencatatan data secara sistematis terhadap obyek yang
akan diteliti. Metode ini juga disebut dengan pengamatan merupakan

24
kajian pemuatan perhatian semua objek dengan menggunakan seluruh
indera manusia.40
Observasi atau disebut dengan pengamatan merupakan kegiatan
pemuatan perhatian semua objek dengan menggunakan seluruh indera.41
Berdasarkan situasinya, observasi terbagi dalam beberapa macam yaitu:
a) Free situation: adalah observasi yang dijalankan dalam situasi bebas,
tidak ada hal-hal atau faktor-faktor yang membatasi jalannya
observasi.
b) Manipulated stuation: adalah observasi yang situasinya dengan
sengaja diadakan, sifatnya terkontrol (dalam pengontrolan observasi)
c) Partially controlled situation: adalah campuran dari keadaan
observasi free situation dan manipullated stuation.
Penulis menggunakan bentuk observasi free situation dan
merupakan observasi aktif dalam proses tradisi yang dilaksanakan.
Peneliti melakukan observasi di Desa Mingkung Jaya Kecamatan Sungai
Gelam Kabupaten Muaro Jambi mulai dari malam midodareni yaitu
malam sakral nya pengantin, malam pembuatan Kembar Mayang sampai
pada acara upacara tebus Kembar Mayang setelah ijab qobul
dilaksanakan. Semua ini peniliti lakukan karena ingin mendapatkan data
selengkap-lengkapnya. Kegiatan yang dilakukan oleh peneliti tidak ada
faktor yang membatasi jalannya observasi.
b. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.
Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu; pewawancara
(interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara
(interviewee) yang memberikan Jawaban atas pertanyaan.42 Demi
lancarnya jalannya wawancara dan mendapat informasi yang akurat,
maka dalam proses wawancara dilakukan dengan santai, tidak tergesa

40
Mukhtar, Bimbingan Skripsi, Thesis Dan Artikel Ilmiah, ( Jambi: Sulthan Thaha Press
2007), hlm. 90
41
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta: Insan Madani, 2009), hlm, 234
42
Lexy J Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, hlm. 186.
25
gesa, tenang, nyaman artinya tidak ada yang tertekan antara
pewawancara dan yang di wawancarai.
Wawancara yang peneliti menggunakan untuk memperoleh data
yang berhubungan dengan tradisi Kembar Mayang dalam pernikahan
adat Jawa. Dalam hal ini penulis mewawancarai tokoh adat atau sesepuh
yang mengetahui tradisi Kembar Mayang, dukun manten atau sesepuh
yang membuat sesajen pengantin dan sesajen untuk ritual upacara
kemudian masyarakat-masyarakat setempat. Kembar Mayang tersebut.
Dalam pengumpulan data ini penulis menggunakan bentuk wawancara
terstruktur. Wawancara terstruktur adalah wawancara dimana wawancara
menetapkan sendiri masalah dan pertanyaan yang akan diajukan,
wawancara ini terkesan kaku, namun lebih terarah.43
Dalam wawancara peneliti menggunakan bahasa Indonesia dan
bahasa Jawa, dengan tujuan mempermudah komunikasi antara
narasumber dan informan dalam mendapatkan informasi. Oleh karena
itu, ada hal-hal atau ungkapan-ungkapan tertentu yang harus
diungkapkan dalam bahasa Jawa, nantinya dialih bahasakan kedalam
bahasa Indonesia untuk memudahkan analisis dan pembacanya. Dalam
hal ini peneliti mewawancarai sesepuh Desa, dukun manten, pembuat
Kembar Mayang serta beberapa masyarakat Desa Mingkung Jaya yang
memahami tentang Tradisi Kembar Mayang ini.
Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam proses
wawancara yaitu:
a) Peneliti akan menentukan siapa orang pertama yang akan diwawancarai
terlebih dahulu.
b) Kemudian peneliti akan melanjutkan kepada informan yang lain untuk
diwawancarai sehingga informasi yang didapat utuh dan jelas.

43
Suwardi Endaswara.Metode, Teori, Teknik Penelitian Kebudayaan, Ideologi,
Epistemologi dan Aplikasi (Jakarta: Pustaka Widyatama,2006), hlm.166.
26
c) Peneliti tidak mengadakan perjanjian waktu, hari dan tempat
dengan informan yang akan diwawancarai tetapi langsung datang
kerumah informan untuk melakukan wawancara.
d) Proses mewawancarai informan dilakukan secara terbuka tanpa ada
paksaan atau tekanan antara pewawancara dan yang diwawancarai.
e) Pertanyaan yang diajukan kepada informan tidak terstuktur
melainkan hanya pertanyaan-pertanyaan yang bersifat umum.
f) Dalam proses wawancara peneliti menggunakan bahasa Jawa.
Adapun bahasa Indonesia digunakan dalam waktu tertentu saja jika
memungkinkan untuk dipakai untuk mendapatkan informasi
tentang tradisi Kembar Mayang.
g) Seberapa lama waktu wawancara tidak ditentukan, jika informasi
sudah tidak ada lagi dari informan maka wawancara dianggap
selesai.
h) Untuk mendokumentasikan hasil wawancara peneliti menggunakan
HP sebagai alat perekam dan kamera (foto).
i) Pencatatan data wawancara (tanggal wawancara, nama informan,
data informan), pertanyaan dan Jawaban informan menggunakan
alat perekam dan catatan tersendiri oleh peneliti untuk keperluan
analisis data.
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah sebagai cara untuk mencari data dan
mengurangi hal-hal atau variable-variabel yang merupakan catatan
manuskrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti dan lain sebagainnya.44
Dokumentasi merupakan teknik akhir yang digunakan untuk
pengumpulan data dalam penelitian ini. Dokumentasi yaitu teknik
pencarian data melalui dokumen-dokumen atau arsip-arsip yang
berhubungan dengan objek penelitian. Hal ini dapat membantu proses
analisis. Dokumentasi ini untuk memperkuat kepada wawancara dan

44
Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka
Cipta. 2010), hlm. 274
27
Sampel adalah sumber informasi data itu sendiri, sampel dapat
berupa peristiwa, manusia, situasi, dan sebagainya.45 teknik pengambilan
sampel menggunakan model purposive (purposive sampling), sampel
ditetapkan secara sengaja oleh peneliti. Sampel model purposive
sampling artinya sampel yang bertujuan. Penyampelan dilakukan dengan
menyesuaikan gagasan, asumsi, sasaran, tujuan, manfaat yang hendak
dicapai oleh peneliti.46
Menurut James P. Spradley seorang informan adalah seorang
membicara asli yang berbicara dengan mengulang kata-kata, frasa, dan
kalimat dalam bahasa atau dialeknya sebagai model imitasi dan sumber
informasi.47
Sedangkan penentuan informan dilakukan berdasarkan informasi
yang diperoleh dari sesepuh Desa, dukun manten, pembuat Kembar
Mayang dan masyarakat yang memahami tentang tradisi Kembar
Mayang dalam prosesi pernikahan adat Jawa di Desa Mingkung Jaya
Kecamatan Sungai Gelam Kabupaten Muaro Jambi yang mana data
informan tersebut sebagai berikut:

45
Swardi Endraswara, Metodologi Penelitian Kebudayaan (Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press, 2006), hlm. 206
46
Swardi Endraswara, Metode Teori Teknik Penelitian Kebudayaan, (Yogyakarta:
Pustaka Widyatama, 2006), hlm, 115
47
James P. Spradley, Metode Etnografi, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2007), hlm. 39
28
a. Bapak Heri Sukamto (bapak kepala Desa Mingkung Jaya)
b. Mbah Rukinem (dukun manten di Desa Mingkung Jaya)
c. Mbah Ahmat (sesepuh di Desa Mingkung Jaya)
d. Bapak Ma’sum (tokoh agama dan pembuat Kembar Mayang di Desa
Mingkung Jaya)
e. Bapak Dwi Yanto (pembuat Kembar Mayang di Desa Mingkung
Jaya)
f. Bapak Saji (pembuat Kembar Mayang di Desa Mingkung Jaya)
g. Ibu wiwik (masyarakat Desa Mingkung Jaya)
h. Ibu Ismini (masyarakat Desa mingkung Jaya)
i. Bapak Khoirul Anwar (masyarakat Desa Mingkung Jaya)
j. Bapak Putu Ageng (masyarakat Desa Mingkung Jaya)
k. Ibu Ayu (masyarakat Desa Mingkung Jaya)
l. Mas Farid (pemuda Desa Mingkung Jaya)
m. Mbak ulya (pemuda Desa Mingkung Jaya)
E. Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan upaya mencari dan menata secara sistematis
catatan hasil observasi, wawancara, dan lainnya untuk meningkatkan
pemahaman peneliti tentang kasus yang diteliti dan menyajikannya sebagai
temuan bagi orang lain.48 Dengan menganalisa data-data yang diperoleh dari
perpustakaan atau hasil penelitian lapangan.
1) Analisis Domain
Analisis Domain merupakan langkah pertama dalam penelitian
kualitatif yang pada umumya dilakukan untuk meperoleh gambaran
umum yang menyeluruh tetang situasi sosial yang diteliti atau objek
penelitian. Hasilnya berupa gambaran umum objek yang diteliti, yang
sebelumnya belum pernah diketahui. Dalam analisis ini informasi yang
diperoleh belum mendalam, masih dipertemukan, namun sudah

48
Neong Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Rake Surasin, 1991),
hlm. 183
29
menemukan domain-domain atau kategori dari situasi sosial yang diteliti.
49

Analisis domain ini digunakan untuk menganalisis data yang


diperoleh dari tempat penelitian yatu tantang tradisi Kembr Mayang
dalam prosesi pernikahan adat Jawa di Desa Mingkung Jaya Kecamatan
Sungai Gelam Kabupaten Muaro Jambi.
2) Analisis Taksonomis
Analisis Taksonomi dilakukan setelah analisis domain, dengan
cara menggunakan pertanyaan struktural dapat membuktikan domain-
domain dan memperoleh data yang akan diteliti yang termasuk
kedalam domain-domain itu sendiri. Dengan analisis taksonomi akan
mengarahkan perhatian pada struktur internal dari domain-domain
tersebut. 50
Analisis taksonomi adalah keseluruhan data yang terkumpul
berdasarkan domain yang telah ditetapkan. Dengan demikian domain
yang ditetapkan menjadi cover oleh penelitian duraikan secara lebih
terinci dan mendalam melalui analisis taksonomi ini. 51
Setelah selesai analisis domain, dilakukan pengamatan dan
wawancara terfokus berdasarkan focus yang sebelumnya telah
diperoleh peneliti. Hasil terpilih untuk untuk memperoleh data yang
telah ditemukan melalui pengajuan sejumlah pertanyaan, yang
bersumber langsung dari tempat penelitian yaitu tentang tradisi
Kembar Mayang dalam prosesi pernikahan adat Jawa.
3) Analisis Komponensial
Analisis komponensial merupakan suatu pencarian sistematis
sebagai komponen makna yang berhubungan dengan symbol-simbol
budaya.52 Analisis koponensial ini didapat setelah adanya analisis

49
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2003), hlm. 147
50
James P. Spradley, Metode Etnografi, (Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya , 1997),
hlm185
51
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif, hlm. 154
52
James P. Spradley , Metode Etnografi, hlm. 330
30
domain dan analisi taksonomi yang mampu menJawab permasalah-
permasalahan mengenai judul yang diteliti oleh peneliti itu sendiri.
4) Analisis tema dan budaya
Analisis tema budaya yaitudengan cara mncari tema konseptual
yang dipelajari oleh annggota masyarakat dan hubungan antar ranah,
konsep tema jauh berakar pada ide, dan bukan sekedar potongan
tingkah laku atau tren, atau kebiasaan, atau kumpulan potongan-
potongan tersebut, tema budaya merupakan konsep kognitif yang
berulang muncul dalam ranah dan berfungsi sebagai penghubung antara
sub system kultural dan tema budaya merupakan tingkat generalisasi
yang tinggi.53
Analisis tema budaya sesunguhny merupakan upaya mencari
“benang merah” yang mengintegrasikan lintas domain yang ada.
Dengan ditemukannya benang merah dari hasil analisis domain,
taksonimi, maka selanjutnya akan dapat tersususn suatu “ konstruksi
bangunan” situasi social atau obyek penelitian yang sebelumnya masih
ggelap atau remang-remang, dan setelah dilakukan penelitian, maka
menjadi lebih jelas dan terang.54
F. Triangulasi Data
Triangulasi data merupakan teknik pemeriksaan keabsahan dan
kebenaran data yang memanfaatkan susuatu yang lain. Diluar data itu untuk
keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Uji
keabsahan melalui triangulasi ini dilakukan karena dalam penelitian kualitatif
untuk menguji keabsahan informasi tidak dapat dilakukan dengan alat-alat uji
statistik. Denzim telah mengemukan empat model triangulasi yaitu dengan
penggunaan sumber, metode, peneliti dan teori yang ganda atau berbeda.
Dalam hal ini peneliti memilih triangulasi sumber, pernelitian dengan sumber
ini dapat dilakukan dengan cara:

53
Swardi Endaswara , Metode Teori Teknik Penelitian Kebudayaan, hlm 177
54
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif, hlm 158
31
1. Membandingkan data hasil observasi dengan data wawancara.
2. Membandingkan apa yang dikatakan orang didepan umum dengan apa
yang di katakan secara pribadi
3. Membandingkan apa yang dilakukan orang tentang situasi penelitian
dengan apa yang dikatakanya sepanjang waktu.
4. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai
pendapat dan pandangan masyarkat seperti di Desa Mingkung Jaya
5. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang
berkaitan.
Berkaitan dengan triangulasi tersebut, maka dimaksud untuk
mengetahui kebenaran data-data yang diperoleh dilapangan tradisi Kembar
Mayang dalam prosesi pernikahan adat Jawa di Desa Mingkung Jaya
Kecamatan Sungai Gelam Kabupaten Muaro Jambi.
G. Jadwal penelitian
Penelitian ini idealnya dilakukan selama tiga bulan, mulai dari
pembuatan judul, proposal hingga penulisan laporan (skripsi). Penelitian
dilakukan mulanya dengan konsultasi judul dengan pihak program studi.,
dilanjutkan penunjukan dosen pembimbing dan perbaikan proposal.
Kemudian seminar proposal, perbaikan hasil seminar dan turun kelapangan
untuk mengumpulkan data-data. Penelitian dilapangan, setelah dilakukan
teknik analisis data dan sebagainya, selanjutnya di munaqasahkan.

32
Tabel 1
Jadwal Peneliatian
BULAN DAN TAHUN
No TAHAP PENELITIAN Nov 2019 Des 2019 Jan 2019 April 2019 July 2020 August 2020 Maret 2021
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pembuatan Proposal Skripsi x x Xx x x
2 Pengajuan Proposal Skripsi x X
3 Penunjukan Dosen Pembimbing x X
4 Konsultasi Dosen Pembimbing XX x x
5 Seminar Proposal X
6 Perbaikan Hasil Seminar XXX
7 Pengesahan Judul X
8 Permohonan Izin Riset X x
9 Pengumpulan Data x x x x
10 Penyusunan Data x x Xx
11 Analisis Data x x Xx
12 Penulisan Draf Skripsi X
13 Penyusunan dan.Penggandaan x

14 Ujian Skripsi (munaqasah) x

33
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Asal Usul Desa Mingkung Jaya
Desa Mingkung Jaya adalah Desa yang berada dalam Wilayah
Kabupaten Muaro Jambi, Provinsi Jambi, tepatnya diwilayah Kecamatan
Sungai Gelam, Desa Mingkung Jaya pada mulanya adalah berasal dari
EX Transmigrasi penempatan Tahun 1995 Sebanyak 515 KK melalui
program pemerintahan kala itu.55
Pada tahun 2008 Desa Mingkung menjadi Desa yang definitif
berdasarkan peraturan Daerah Kabupaten Muaro Jambi Nomor 10 Tahun
2008, dan diresmikan pada tanggal 18 Juli 2009 oleh Bupati Muaro
Jambi H. Burhanudin Mahir SH. Untuk pertama kalinya Mingkung Jaya
dipimpin oleh PJS Kepala Desa yang di jabat oleh Sutrisno, Masyarakat
Desa Mingkung Jaya melaksanakan pesta demokrasi yang pertama yakni
pemilihan kepala Desa pada Tahun 2010 Terpilihlah Sutrisno untuk
mengemban amanah menjadi Kepala Desa Periode 2010 s/d 2015 belum
selesai menjalankan tugas selaku Kepala Desa Sutrisno mendaftarkan diri
menjadi calon anggota Legislatif. Sehingga berdasarkan peraturan yang
ada, Sutrisno harus mengundurkan diri dari jabatan Kepala Desa
Mingkung Jaya pada tahun 2013. Untuk mengisi jabatan Kepala Desa
yang kosong, Camat Sungai Gelam atas nama Bupati Muaro Jambi
kembali melantik Pjs. Kepala Desa atas nama Edy Suranto yang kala itu
menjabat Sekretaris Desa. Masih tahun 2013 6 bulan berselang dari
pelantikan Pjs Kepala Desa Mingkung Jaya, kembali dilaksanakan
pemilihan Kepala Desa pemilihan Kepala Desa untuk yang kedua
kalinya, sehingga terpilihnya Girah Purnomo untuk meneruskan tampuk
kepemimpinan di Desa. Dan pada bulan Januari 2014 dilantik menjadi
Kepala Desa Mingkung Jaya untuk mengemban Amanah Periode 2014

55
Arsip Desa Mingkung Jaya Kecamatan Sungai Gelam Kabupaten Muaro Jambi Tahun
2018
34
s/d 2020. Dan pada bulan November 2019 dilaksanakan kembali
pemilihan Kepala Desa yang ketiga dan terpilihlah Heri Sukamto sebagai
Kepala Desa Mingkung Jaya dan pada Januari 2020 dilantik menjadi
Kepala Desa Mingkung Jaya.56
Berikut adalah silsilah kepemimpinan Desa Mingkung Jaya;
Tabel 2
Pemimpin Desa Mingkung Jaya

No Nama Masa Jabatan


1 Sutrisno 2010-2013
2 Girah Purnomo 2014-2020
3 Heri Sukamto 2020 Sekarang

2. Letak Geografis
Untuk menguraikan geografi di Desa Mingkung Jaya ini penuis
mengemukakan sebagai berikut.
a. Letak dan Batas Desa
Secara geografis Desa Mingkung Jaya terletak bersebelahan
dengan Desa Petaling Jaya. Secara administratif Desa Mingkung
Jaya termasuk salah satu Desa yang ada di Kecamatan Sungai Gelam
Kabupaten Muaro Jambi Provinsi Jambi dengan luas wil`ayah
1,142,57 Ha adapun batas-batas wilayah Desa Mingkung Jaya yaitu
sebagai berikut:
1) Sebelah Utara : Desa Sungai Gelam
2) Sebelah Selatan : Provinsi Sumatera Selatan
3) Sebelah Barat : Desa Petaling Jaya dan Desa Sido Mukti
4) Sebelah Timur : Desa Sungai Gelam
Luas wilayah Desa Mingkung Jaya adalah:
1) Tanah Ladang dan Tegalan : 1.027,85 Ha
2) Tanah pemukiman : 72,6 Ha
3) Tanah yang dipergunakan jalan umum (Desa) : 54,20 Km
4) Tanah perkantoran : 0,4 Ha

56
Arsip Desa Mingkung Jaya Kecamatan Sungai Gelam Kabupaten Muaro Jambi
35
5) Tanah sekolah : 2,78 Ha
6) Tanah lapangan sepak bola : 1 Ha57
Selain letak geografis Desa Mingkung Jaya yang cukup luas,
Desa tersebut memiliki banyak lahan pertanian dan perkebunan
sehingga masyarakat Desa Mingkung Jaya tidak mengalami
tingginya tingkat kemiskinan. Hal tersebut selaras dengan pelestarian
tradisi Kembar Mayang yang sampai sekarang masih tetap di
pertahankan.
b. Orbitasi atau Jarak Desa
Orbitasi jarak Desa Mingkung Jaya pusat pemerintahan tidak
terlalu jauh dan tidak memakan waktu yang begitu lama. Hal
tersebut membuat tradisi Kembar Mayang semakin dikenal dan
menjadi ciri khas salah satu tradisi suku Jawa Tengah dan Jawa
Timur.
Jarak antara Desa Mingkung Jaya ke pusat Kecamatan,
Kabupaten dan Provinsi tidak terlalu jauh. Alat transportasi pun
sudah maju, sehingga perkembangan zaman dengan mudah masuk
Desa Mingkung Jaya. Baik dari segi makanan (sembako), budaya,
pola prilaku dan teknologi. Hal ini yang membuat tradisi Kembar
Mayang mayoritas selalu dipakai dalam prosesi pernikahan adat
Jawa.
Sedangkan jarak Desa Mingkung Jaya dengan pusat
pemerintahan:
1. Jarak dari pusat pemerintahan Kecamatan : 20 Km
2. Jarak dari pusat pemerintahan Kabupaten : 70 Km
3. Jarak dari pusat pemerintahan Provinsi : 45 Km58
c. Jumlah penduduk
Jumlah penduduk Desa Mingkung Jaya adalah sebanyak 3.120
jiwa dengan jumlah Kepala Keluarga (KK) 811 KK. Mayoritas

57
Arsip Desa Mingkung Jaya Kecamatan Sungai Gelam Kabupaten Muaro Jambi
58
Grafik Orbitasi Desa Mingkug Jaya Tahun 2018
36
penduduk Desa Mingkung Jaya ini adalah suku Jawa yang berjumlah
2.652 jiwa dan selebihnya 20% adalah masyarakat yang ber suku
sunda, batak, melayu dll. Desa Mingkung Jaya terdiri dari 3 dusun
dan 24 Rt. Agar dapat menjadi dasar pembangunan, maka jumlah
penduduk yang besar harus disertai kualitas SDM yang tinggi.
Penanganan kependudukan sangat penting sehingga potensi yang
dimiliki mampu menjadi pandangan dalam pembangunan
masyarakat Desa Mingkung Jaya. Berkaitan dengan jumlah
penduduk, aspek yang penting antara lain:
Tabel 3
Jumlah penduduk Desa Mingkung Jaya

Laki-Laki Perempuan Jumlah Total


1.364 Jiwa 1.756 Jiwa 3.120 Jiwa
Sumber : arsip pemerintah Desa Mingkung Jaya 201859
Penduduk Desa Mingkung Jaya termasuk jumlah penduduk
yang cukup banyak yaitu terdiri dari 3.120 jiwa. Dengan jumlah
yang cukup banyak tentu saja memiliki banyak macam pola prilaku
yang berbeda-beda. Selain itu penduduk yang cukup banyak
membuat tradisi Kembar Mayang dilestarikan dan menjadi ciri khas
Desa tersebut.
d. Sejarah Transmigrasi Masyarakat Jawa di Desa Mingkung Jaya
Awal mula transmigrasi masyarakat Jawa di Desa Mingkung
Jaya pada tahun 1995 sebanyak 515 KK melalui program pemerintah
yang dilatarbelakangi oleh beberapa hal seperti faktor pendorong
yang membuat masyarakat Jawa bersedia mengikuti transmigrasi.
Faktor pendorong yang paling utama adalah faktor ekonomi.
Faktor ekonomi merupakan hal yang sangat penting bagi
masyarakat. orang Jawa melakukan transmigrasi ke Desa Mingkung
jaya Kecamatan Sungai Gelam Kabupaten Muaro Jambi karena dari
segi ekonomi pulau Jawa kurang menguntungkan, selain itu
penghasilan petani semakin tidak mencukupi kebutuhan hidup, lahan

59
Grafik Orbitasi Desa Mingkung Jaya Tahun 2018
37
pertanian juga semakin sempit yang diakibatkan padatnya
pembangunan dan padatnya penduduk. Lapangan pekerjaan yang
semakin sulit, selain itu juga kebutuhan pendidikan anak-anak
mereka yang semakin meningkat dan harus diatasi.
Nilai positif yang didapat ketika masyarakat Jawa transmigrasi
ke Desa Mingkung Jaya yaitu sebagian besar masyarakat Jawa
menyebar luaskan kebudayaannya dan melestarikan hingga saat ini.
Bahkan bukan hanya dilestarikan oleh suku Jawa sendiri namun
suku-suku yang ada di Desa Mingkung Jaya juga ikut serta dalam
pelestariannya, salah satu contoh yaitu tradisi Kembar Mayang
dalam prosesi pernikahan suku Jawa. Tradisi tersebut juga sering
kali dilaksankan dalam prosesi pernikahan suku lainnya yaitu suku
sunda, suku melayu dan suku batak.60
e. Mata Pencaharian
Mata pencaharian penduduk di Desa Mingkung Jaya sebagian
besar masih berada di sektor pertanian. Hal ini menunjukkan bahwa
sektor pertanian memegang peranan penting dalam bidang ekonomi
masyarakat.
Pertumbuhan penduduk merupakan salah satu faktor yang
terpenting dalam masalah ekonomi umumnya dan masalah penduduk
khususnya. Karena disamping berpengaruh terhadap jumlah dan
komposisi penduduk juga akan berpengaruh terhadap kondisi sosial
ekonomi suatu daerah. Pertumbuhan ekonomi masyarakat Desa
Mingkung Jaya ini mengalami pasang surut karena mata pencaharian
utama masyarakat adalah sebagai petani kelapa sawit dan petani
karet, ketika harga stabil maka masyarakat akan tenang dan nyaman
sebaliknya, jika harga anjlok maka masyarakat akan menjerit.
Perekonomian masyarakat Desa Mingkung Jaya bergantung pada
pertanian kelapa sawit dan karet. Selain itu mata pencaharian

60
Arsip Pemerintah Desa Mingkung Jaya Tahun 2016
38
di bidang lain juga ada seperti petani, pedagang, peternak, serabutan,
wiraswasta, PNS, ibu rumah tangga, dan bengkel. 61
Tabel 4
Mata pencarian penduduk Desa Mingkung Jaya

Jumlah Persentase dari


No Mata Pencaharian
(Orang) jumlah penduduk
1 Petani 1067 34,2 %
2 Pedagang 56 1,8 %
3 Peternak 50 1,6 %
4 Serabutan 20 0,6 %
5 Wiraswasta 183 5,9 %
6 PNS/TNI/Polri/Honorer 47 1,5 %
7 Ibu Rumah Tangga 824 26,4 %
12 Bengkel 6 0,2 %
13 belum bekerja 791 25,4 %
14 Tidak bekerja 76 2,4 %

Dapat dilihat dari tabel diatas bahwa mata pencaharian di Desa


Mingkung Jaya masih sangat mimim. Pertumbuhan Ekonomi
Masyarakat Desa Mingkung Jaya secara umum juga mengalami
peningkatan, hal ini dinilai dari bertambahnya jumlah penduduk
yang memiliki usaha atau pekerjaan walaupun jenis pekerjaan
tersebut pada umumnya belum dapat dipastikan bersumber dari hasil
usaha yang dilakukan bisa juga diperoleh dari pinzaman modal usaha
dari pemerintah.
Dapat dilihat dari tabel diatas bahwa mata pencaharian
masyarakat Desa Mingkung Jaya cukup baik dan tidak mengalami
kesusahan dalam mencari pekerjaan, hal ini membuat minimnya
tingkat kemiskinan di Desa Mingkung Jaya.62
f. Agama
Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak terlepas dari
hubungan sesama manusia dan hubungan dengan sang pencipta.

61
Arsip Pemerintah Desa Mingkung Jaya Tahun 2020
62
Arsip Pemerintah Desa Mingkung Jaya Tahun 2020
39
Oleh karena itu harus ada keserasian antara keduanya dalam
menjalani kehidupan ini. Manusia sebagai makhluk-Nya yang
mempunyai kedudukan martabat yang sama dimana sang kholik dan
semua manusia mempunyai hak dan menentukan kehidupannya
sendiri, diantaranya hak asasi untuk memeluk agama yang diyakini
dan hidup bertoleransi.
Indonesia sebagai Negara demokrasi yang memberikan hak
asasi kepada setiap warga negaranya untuk memeluk agama yang
diyakininya. Dalam kenyataannya Indonesia mengenal agama yang
diakui sebagai berikut : Islam, Kriten, , Hindu, Budha, Katholik dan
Konghucu. Berdasarkan pengamatan lokasi penelitian bahwasannya
secara keseluruhan masyarakat Desa Mingkung Jaya memeluk
agama Islam. Masyarakat hidup rukun saling bertoleransi dengan
agama lain.
Tabel 5
Penganut agama di Desa Mingkung Jaya
No Agama Jumlah penduduk
1 Islam 2.742
2 Kristen 324
3 Hindu 54
4 Budha -
5 Katholik -
6 Konghucu -
Sumber : Kantor Kepala Desa Mingkung Jaya Kecamatan Sungai Gelam. 63

Penduduk Desa Mingkung Jaya mayoritas beragama Islam,


dalam kehidupan beragama kesadaran melaksanakan ibadah
keagamaan khususnya agama Islam berkemang sangat baik, antara
lain ditandai dengan meningkatnya jumlah sarana peribadatan seperti
masjid dan mushola. Jumlah sarana peribadatan di Desa Mingkung
jaya ialah: terdapat empat masjid, sepuluh musholla atau surau, dan

63
Arsip Pemerintah Desa Mingkung Jaya Tahun 2020
40
tidak terdapat tempat peribadatan agama lain. Masyarakat yang
beragama selain Islam biasanya melakukan sembahyang di luar Desa
Mingkung Jaya.
Peningkatan sarana ibadah disebabkan beberapa faktor
diantaranya :
1) Peningkatan jumlah penduduk (pemeluk agama)
2) Peningkatan kesadaran penduduk agama ( swadaya masyarakat)
3) Bantuan dari pihak pemerintah.
g. Pendidikan
Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting untuk
kemajuan suatu bangsa, sebab maju mundurnya suatu bangsa
ditentukan oleh pendidikan generasi penerus bangsa tersebut. Oleh
karena itu dari pemerintah selalu berusaha meningkatkan mutu
pendidikan anak-anak bangsa. Hal ini sesuai dengan tujuan
peningkatan pengetahuan serta proses terciptanya masyarakat yang
cerdas dalam rangka meningkatkan harkat dan martabat manusia itu
sendiri.
Keadaan pendidikan di Desa Mingkung Jaya dapat dikatakan
sudah cukup baik dari kondisi sebelumnya hal ini terlihat pada
sarana pendidikan yang terus bertambah, jika sebelumnya hanya
terdapat TK dan SD saja namun pada tahun 2009 dibangunlah SMP
sebagai sarana pendidikan lanjutan. Kemudian pada tahun 2017
kembali lagi dibangun sarana pendidikan anak usia dini (PAUD),
pada tahun 2019 dibangun kembali sarana pendidikan Madrasah
ibdidaiyyah. Jika dilihat dari segi pendidikan tidak dapat dipungkiri
bahwa masyarakat Desa Mingkung Jaya yang berpendidikan rendah
lebih banyak dibandingkan masyarakat yang berpendidikan tinggi.
Sebab hal itulah masyarakat antusias sekali ingin mendirikan sarana
pendidikan agar anak-anak mereka bisa sekolah setinggi mungkin.
Untuk mengetahui pendidikan di Desa Mingkung Jaya Kecamatan

41
ungai Gelam Kabupaten Muaro Jambi, dapat dilihat dari data Desa
tahun 2018 sebagai berikut:
Tabel 6
Sarana pendidikan di Desa Mingkung Jaya

No Jenis sekolah dan tenaga pengajar Keterangan


Taman kanak- kanak / TK 1 Unit
1
Jumlah tenaga pengajar 6 Orang
SD 1 Unit
2
Jumlah tenaga pengajar 17 Orang
MI 1 Unit
3
Jumlah tenaga pengajar 10 Orang
SMP 1 Unit
4
Jumlah tenaga pengajar 10 Orang

Menurut tabel diatas sangat jelas bahwa tingkat pendidikan di


Desa MIngkung Jaya cukup baik dan terdapat cukup banyak tenaga
pengajar. Hanya saja Desa tersebut belum memiliki sarana
pendidikan SMA/Aliyah. Oleh sebab itu masyarakat Desa
Mingkung Jaya yang berpendidikan rendah lebih sedikit dari pada
yang berpendidikan tinggi. Hal ini membuat tradisi Kembar Mayang
semakin dilestarikan oleh masyarakat setempat dan dikenalkan oleh
64
generasi-generasi yang akan meneruskan tradisi tersebut.
h. Keadaan sosial
Keadaan sosial di Desa Mingkung Jaya ini cukup baik,
dibandingkan sebelumnya. Sasaran akhir dari setiap pembangunan
bermuara pada peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM).
SDM merupakan subjek dan sekaligus objek pembangunan
mencangkup seluruh siklus kehidupan manusia, sejak masih dalam
kandungan hingga meninggal dunia. Oleh karena itu pembangunan
kualitas manusia harus menjadi perhatian penting. Banyaknya

64
Dokumen Desa Mingkung Jaya Tahun 2020
42
kegiatan Ormas (Organisasi Masyarakat) di Desa Mingkung Jaya.
Seperti Karang Taruna, Jamiyah Yasin, Tahlil, PKK Dharma wanita,
Posyandu, Kelompok Arisan merupakan aset Desa yang bermanfaat
untuk dijadikan media penyampaian informasi dalam setiap proses
pembangunan Desa pada masyarakat.
i. Budaya
Pada bidang kebudayaan, masyarakat Desa Mingkung Jaya
terdapat berbagai Suku Seperti: Suku Melayu, Suku Jawa, Suku
Batak. Masyarakat hidup berdampingan dan saling tolong menolong
antara satu dengan yang lainnya, karena masyarakat sangat
menjujung tinggi prinsipi “Bhinneka tunggal ika” yang artinya
berbeda-beda tetapi tetap satu jua. Adapun mayoritas penduduk
Desa Mingkung Jaya adalah suku Jawa. Masyarakat Desa Mingkung
Jaya ini sangat menjunjung tinggi budaya dan adat istiadat, salah
satunya adalah Kembar Mayang yang selalu ada disetiap prosesi
pernikahan suku Jawa. Hal ini mmbuktikan masih berlakunya
tatanan budaya serta kearifan lokal pada setiap daur kehidupan yakni
prosesi syukuran kelahiran anak, prosesi pernikahan dan prosesi
kematian.
Untuk menjaga dan melestarikan nilai-nilai budaya,
masyarakat Desa Mingkung Jaya ini mempertahankan salah satu
taradisi nya yaitu Kembar Mayang ini harus ada disetiap pernikahan
suku Jawa, dan para pemangku adat tidak lupa pula untuk mewarisi
tradisi tersebut kepada anak-anak muda, agar tradisi ini tidak hilang
begitu saja.65
B. Hasil dan Pembahasan
1. Latar belakang munculnya tradisi Kembar Mayang di Desa Mingkung
Jaya
a) Sejarah Kembar Mayang
Wawancara bapak Ma’sum :

65
Wawancara ( 23 Agustus 2020. Puku: 10:19 WIB) Heri Sukamto.
43
Awal mula penggunakan Kembar Mayang sebenarnya meniru atau
mengikuti penyelenggaraan kesakralan, kemeriahan, keagungan dan
keindahan acara pernikahan anak-anak bangsawan pada zaman dahulu.
Karena hal tersebut dianggap baik dan memiliki makna, maka tradisi ini
kemudian menjadi kebudayaan yang sakral bagi masyarakat Jawa. Cerita ini
bermula dari legenda pewayangan dalam cerita mahabarata, yaitu Dewi
sebrada adik perempuan dari Sri Krisna bersedia dinikahkan oleh Arjuna dari
keluarga Pandawa dengan memberikan syarat yang lengka. Kemudian sang
Dewi pun meminta Kembar Mayang khayangan yaitu berupa pohon kalpataru
yang biasa disebut pohon kehidupan yang berpengaruh baik bagi lingkungan
oleh masyarakat Jawa. Kemudian para pandawa menyanggupi permintaan
atau syarat dari sang Dewi. Pandawa pun meminjam Kembar Mayang dari
gurunya selaku penguasa khayangan. 66
Dari cerita tersebut masyarakat Jawa pada umumnya mengikuti cerita
pewayangan yang mengisahkan tentang Kembar Mayang. masyarakat Jawa
mempercayai bahwa Kembar Mayang dianggap sebagai pohon kehidupan
yang berpengaruh baik terhadap lingkungan seperti yang didambakan Dewi
Sembarada. Selain itu juga masyarakat Jawa mengikuti kesakralan,
keagungan, kemeriahan dan keindahan pernikahan para bangsawan dan raja-
raja. Oleh karena itu, masyarakat Jawa yang masih sangat kental akan
kejawennya masih sangat melestarikan dan menggunakan Kembar Mayang
dalam prosesi pernikahan adat Jawa.
Kembar Mayang adalah rangkaian bunga dan dedaunan yang dibentuk
serapi mungkin seperti susunan bunga yang berciri khas bunga Jawa dan juga
tercatat dalam sejarah. Hal ini dapat dilihat bahwasanya bentuk Kembar
Mayang ini memiliki ukiran pada candi prambanan yang biasa disebut dengan
nama kalpataru. Karena bentuk Kembar Mayang menyerupai pohon

66
Hasil Wawancara Bapak Susanto Ma’sum, Sebagai Pembuat Kembar Mayang Dan
Tokoh Agama, 02 Desember 2020. Pukul 19:20 WIB.
44
kalpataru atau disebut juga pohon Jawa. Kembar Mayang juga diartikan
sebagai bunga kehidupan. 67
Yang melatar belakangi munculnya Tradisi Kembar Mayang di Desa
Mingkung Jaya ini adalah adanya imigrasi masyarakat Jawa ke Desa
Mingkung Jaya Kecamatan Sungai Gelam Kabupaten Muaro Jambi kemudian
menyebarkan tradisi tersebut sehingga diterima dengan baik oleh pendatang-
pendatang berikutnya dan dilestarikan hingga saat ini. Tradisi Kembar
Mayang di Desa Mingkung Jaya juga sangat diterima baik oleh suku-suku
lainnya yang mendiami pedesaan tersebut antara lain yaitu Suku Sunda, Suku
Melayu, dan Suku Batak.
b) Pelestarian tradisi Kembar Mayang
Derasnya arus globalisasi yang dipicu oleh kemajuan zaman harus
diantisipasi dengan memperkuat identitas bangsa yaitu budaya yang dimiliki
oleh bangsa Indonesia. Dalam rangka memperkuat identitas bangsa sebaiknya
pemerintah bersama-sama melindungi, menyelamatkan, dan melestarikan
budaya-budaya bangsa Indonesia. Kebudayaan merupakan warisan nenek
moyang yang harus dilestarikan kemurniannya, karena itulah peran
masyarakat sangatlah penting.
Pada konteks sosial budaya masyarakat Desa Mingkung Jaya Kecamatan
Sungai Gelam Kabupaten Muaro Jambi merupakan masyarakat yang berbaur
dengan berbagai etnis, suku dan adat daerah lain. Budaya juga merupakan
suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah
kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi berikutnya. Seperti
halnya tradisi Kembar Mayang yang masih sangat dilestarikan dan dijaga
kemurniannya oleh masyarakat setempat terutama masyarakat Jawa. Tradisi
tebus Kembar Mayang tidak hanya dipakai dalam pernikahan suku Jawa saja
melainkan ada beberapa suku lain yang sudah sangat lama bertempat tinggal
di Desa Mingkung Jaya juga menggunakan Kembar Mayang dalam upacara
pernikahannya, Kembar Mayang juga tidak hanya dipakai didalam upacara

67
Hasil Wawancara Bapak Susanto Ma’sum, Sebagai Pembuat Kembar Mayang Dan
Tokoh Agama, 15 September 2020. Pukul 13:25 WIB.
45
pernikahan suku Jawa, jikasalah satu mempelai berbeda suku tetap boleh
dipakai misalnya pernikahan suku Jawa dan suku Melayu itu boleh dipakai
namun tidak diwajibkan seperti masyarakat Jawa pada umumnya.
Tradisi upacara Kembar Mayang ini bisa dibilang sangat diwajibkan oleh
masyarakat setempat dalam acara pernikahan suku Jawa. Namun ada
beberapa perubahan dalam bentuk dan rangkaian Kembar Mayang yang saat
ini banyak bermunculan Kembar Mayang dibentuk secara kreatif dan modern.
Boleh-boleh saja jika bentuknya dibu.at lebih modern namun harus tetap
menjaga kemurnian komposisi yang terdapat pada Kembar Mayang, karena
Kembar Mayang bukan hanya dinilai bentuknya saja melainkan memiliki
makna yang sangat mendalam, oleh sebab itu jangan sampai mengurangi
komposisi yang terdapat pada Kembar Mayang walaupun hanya sedikit saja.
Wawancara bapak Ahmad:
“Tradisi Kembar Mayang iki dilesrekne karo kabeh masyarakat seng enek
neng Desa Mingkung Jaya , karena podo percoyo nek tradisi iki ora
bertentangan karo agama, makane kui tradisi iki diterimo apik karo
masyarakat sekitar”.
Terjemahannya: “Tradisi Kembar Mayang ini di lestarikan oleh semua masyarakat yang
ada di Desa Mingkung Jaya, karena masyarakat percaya bahwa tradisi
tersebut tidak bertentangan dengan agama, maka dari itu tradisi diterima
baik oleh masayarakat sekitar”

Berdasarkan hasil wawancara dapat peneliti simpulkan bahwasanya tradisi


Kembar Mayang tidak memiliki pengaruh buruk terhadap masyarakat setempat.

Wawancara mbah rukinem:


“ Tradisi iki wes ono zaman nenek moyang tapi alhamdulilahe tradisi iki
ditrimo apik karo masyarakat Desa Mingkung Jaya dan di lestarikan
kemurinane karo suku-suku lain seng enek neng Desa Mingkung Jaya.
Malah suku lain seneng amergo tradisi iki malah nambahi meriah
acaran”.
Terjemahannya: “Tradisi ni sudah ada sejak zaman nenek moyang namun alhamdulilah
diterima baik oleh masyrakat Desa Mingkung Jaya dan di lestarikan
kemurniannya dengan suku-suku lain yang ada di Desa Mingkung Jaya.
Bahkan suku lain senang karena tradisi ini membuat acara semakin
meriah”.

46
Berdasarkan hasil wawancara dapat peneliti simpulkan bahwasannya
tradisi ini bukan hanya dijaga kemurniannya oleh suku Jawa, melainkan oleh
suku-suku lainnya juga. Tradisi ini juga mebuat acara pernikahan semakin
meriah.
c) Pandangan masyarakat terhadap adanya Tradisi Kembar Mayang
Pandangan masyarakat terhadap tradisi Kembar Mayang, yang
beranggapan bahwa tradisi Kembar Mayang adalah suatu tradisi yang
bersumber dari leluhur.

Wawancara ibu Ismini :

“Nek menurut bude tradisi iku turun temurun wes enek sejak zaman
mbien waktu nenek moyang jek podo urep. Dadi awak e dewe sebagai
penerus mau gak mau ya harus mengikuti meskipun gak ono hukumanne,
tapi Jowo iku kudu meluni adate amergo Jowo iku tradisi nek
ditinggalne balak e teko. Contohe seng cilik ae angger weton dilanggar
pasti urepe ra bakal langgeng, ra bakal mulyo, pasti ono ae masalah
seng teko. Iku mau yo podo karo tradisi Kembar Mayang seng dipercoyo
sejarah lan makna ne apik makane dilestarikan nganti saiki”.68
Terjemahannya:
“Kalau menurut saya tradisi itu turun temurun sudah ada sejak zaman
dahulu ketika nenek moyang masih hidup. Jadi kita semua sebagai
penerus mau tidak mau harus mengikuti meskipun tidak ada
hukumannya, namun suku Jawa itu harus mengikuti tradisi kalau
ditinggalkan akan datang balaknya. Contoh kecilnya yaitu jika hitungan
perjodohan (weton) disepelekan pasti hidupnya tidak akan harmonis dan
tidak akan bahagia, pasti ada saja masalah yang datang. Itu juga sama
dengan tradisi Kembar Mayang yang dipercaya sejarah dan maknanya
memilki nilai postif maka dari itu sampai sekarang masih dilestarikan.

Penjelasan dari ibu Ismini dapat penulis simpulkan bahwasannya


pandangan menutut ibu ismini ini yang beranggapan bahwa tradisi Kembar
Mayang adalah suatu tradisi yang bersumber dari leluhur.

68
Hasil Wawancara Ibu Ismini, Sebagai Masyarakat Desa Mingkung Jaya, 17 September
2020. Pukul 09:10 WIB.
47
Wawancara bapak Ahmat :
“Nek menurut saya tradisi Kembar Mayang dilaksanane iku amergo
pengen ngungkapne roso bahagia lan sebagai ungkapan roso syukur
kepada Allah SWT. Amego wes dipercoyo ndue hajat mantokne anak.
Tardisi iki dilakoni seakan bahwa tenan nek hambane bersyukur enok
nikmate gustiallah”.69
Terjemahannya:
“Kalau menurut saya tradisi Kembar Mayang dilakukan itu karena ingin
mengungkapkan rasa bahagia dan sebagai ungkapan rasa syukur kepada
Allah SWT. Karena sudah dipercaya untuk mengadakan hajatan
menikahkan anaknya. Tradisi ini dilakukan seakan bahwa benar-benar
kalau hambanya bersyukur mendapat nikmat-Nya”

Berdasarkan hasil wawancara, penulis berkesimpulan bahwa tradisi


Kembar Mayang merupakan budaya masyarakat Desa Mingkung Jaya Kecamatan
Sungai Gelam Kabupaten Muaro Jambi sebagai warisan nenek moyang mereka
yang masih dilaksanakan setiap upacara pernikahan suku Jawa sebagai ungkapan
rasa kegembiraan dan rasa bersyukur kepada Allah SWT.

Pandangan masyarakat Bali yang bertempat tinggal di Desa Mingkung Jaya


tentang pelestarian Kembar Mayang dalam prosesi pernikahan adat Jawa.
Wawancara bapak Putu Ageng :
“Masyarakat Bali yang agamane hindu utowo islam neng desa
Mingkung Jaya iki mayoritas panggah nganggo tradisi Kembar Mayang
iki neng upacara nikahane anak-anake iku karno faktor sejarah zaman
mbiene bahwa Kembar Mayang iku yo dipake neng sak kabehane
uapacrane agomone kami iki, arep kepiye pun kami panggah
menghargai warisan turun temurun peninggalane nenek moyang kita
semua. Kembar Mayang iki asline nek didelok songko cerito-cerito nenek
moyange kami zaman mbiyen iku adalah salah siji benda seng harus
enek neng segala upacara peribadahan kami misale lungo neng pure
harus gowo, acara nikahan harus enek dan lain-laine. Kembar Mayang
iku sebenere peninggalane agama animisme dan hindu senajan gak enek
pengaruh elek e dadi gak ono konflik lan perdebatan neng tradisi
Kembar Mayang iki”

69
Hasil Wawancara Bapak Ahmat, Sebagai Tokoh Adat Yang Dituakan Di Desa
Mingkung Jaya, 20 September 2020. Pukul 19:45 WIB.
48
Terjemahannya:
“Masyarakat Bali yang beragama hindu maupun Islam di Desa Mingkung
Jaya ini mayoritas menggunakan tradisi Kembar Mayang dalam
pernikahan anak-anaknya itu dikarenakan faktor sejarah zaman dahulu
bahwasannya Kembar Mayang juga dipakai dalam segala upacaranya
agama kami ini, bagaimana menghargai warisan turun temurun nenek
moyang kita semua. Kembar Mayang ini sendiri aslinya jika dilihat dari
cerita-cerita nenek moyang kami teradahulu itu adalah salah satu benda
yang harus ada dalam segala upacara peribadahan kami misalnya jika
pergi ke Pure, acara pernikahan juga harus ada dan acara yang lainnya.
Kembar Mayang itu sebenarnya peninggalan agama animiseme dan
hindu namun karena tidak berpengaruh apapun maka tidak ada konflik
dan perdebatan dalam pelaksanakan tradisi itu”.70
Penjelasan dari bapak Putu Ageng dapat penulis simpulkan bahwasannya
beliau meyakini bahwa tradisi Kembar Mayang karena tradisi tersebut memiliki
sejarah yang berasal dari hinduisme.

Wawancara Ibu Ayu


“Menurut saya pandangan mengenai tradisi Kembar Mayang ini
memiliki makna yang baik dalam kehidupan masyarakat Desa Mingkung
Jaya yang akan atau baru menjalani bahtera rumah tangga. Bahkan tradisi
Kembar Mayang ini bukan hanya dilaksanakan oleh suku Jawa saja
namun suku-suku yang lainnya pun mengikuti tadisi tersebut dalam
prosesi pernikahannya. Contonya adalah saya sendiri yang bersuku
sunda, sebenarnya suku sunda juga memiliki tradisi sendiri dalam prosesi
pernikahannya namun karena mayoritas suku di Desa Mingkung Jaya ini
adalah suku Jawa jadi masyakarat setempat yang bersuku lain juga
mengikuti tradisi tersebut, karena mereka beranggapan bahwa tradisi
Kembar Mayang tidak bertentangan dengan agama atau kepercayaan
yang dianut dan tradisi Kembar Mayang juga memiliki nilai-nilai
kehidupan yang baik”.71

Penjelasan dari Ibu Ayu dapat penulis simpulkan bahwasanya beliau


berpandangan bahwa Kembar Mayang adalah tradisi yang berkembang di dalam
masyarakat Desa Mingkung Jaya bukan hanya dipakai oleh suku Jawa saja,
melainkan suku sunda juga ikut melaksanakan tradisi tersebut.

Wawancara mas Farid selaku pemuda Desa Mingkung Jaya


“Menurut saya pribadi ya mbak, tradisi ini merupakan peninggalan
warisan nenek moyang, maka dari itu masyarakat Desa Mingkung Jaya
sangat melestarikan tradisi tersebut jika tradisi tidak menyeleweng dari

70
Hasil Wawancara Bapak Putu Ageng, Sebagai Masyarakat Desa Mingkung Jaya, 23
Desember 2020. Pukul 10:11 WIB.
71
Hasil Wawancara Ibu Ayu, Sebagai Masyarakat Desa Mingkung Jaya, 30 Januari 2021.
Pukul 20:00 Nwib
49
ajaran agama Islam ini. Kalau kita berbicara pro dan kontra pasti ada
karena tradisi Kembar Mayang ini sendiri tidak dari ajaran agama islam
atau ajaran Nabi kita Nabi Muhammad SAW. Namun pro dan kontra
disini bukan seperti adu fisik ataupun adu mulut tetapi dengan adanya
masyarakat yang tetap melaksanakan tradisi Kembar Mayang dan ada
yang tidak memakainya dalam acara pernikahannya, biasanya yang tidak
memakai tradisi tersebut adalah masyarakat yang sering mengatakan
apapun dengan kata “bid’ah” yaitu sesuatu yang tidak ada pada zaman
Nabi, namun ada pada zaman sekarang ini”. 72

Penjelasan dari Mas Farid sebagai salah satu pemuda yang ada di Desa
Mingkung Jaya maka penulis simpulkan bahwa tradisi Kembar Mayang masih
tidak ada pro dan kontra yang kurang baik, masyakaat yang tidak menyukai tradisi
tersebut hanya tidak menggunakan tradisi Kembar Mayang dalam prosesi
pernikahannya.

Wawancara mbak Ulya


“Kembar Mayang sejauh ini menjadi tradisi di masyarakat Desa
Mingkung Jaya, mayoritas penduduk Desa Mingkung Jaya kannya dalam
prosesi pernikahan adapun masyarakat sini notabene masyarakat suku
Jawa yang masih sangat kental dengan sebuah tradisi yang mana telah ada
sejak nenek moyang kita. Adapun tradisi demikian adanya disini sah-sah
saja dan membuat senang masyarakatnya, bahwa tradisi nenek moyang
kita masih dilaksanakan. Sebuah tradisi yang mana tidak bertentangan
dengan agama itu tidak apa-apa. Kepercayaan masyarakat bagi siapapun
yang memegang atau membawa dalam prosesi acara tersebut maka akan
cepat mendapat jodoh.73

Penjelasan yang diuraikan oleh Mbak Ulya sebagai salah satu pemudi yang ada
di Desa Mingkung Jaya maka penulis menyimpulkan bahwa tradisi Kembar
Mayang tidak memiliki pengaruh buruk pada masyarakat. Masyarakat setempat
juga masih melestarikan dan menjaga baik kemurniannya. Masyarakat juga masih
melestarikan tradisi tersebut karena tradisi Kembar Mayang tidak bertentangan
dengan agama maka dari itu bagi mereka sah-sah saja jika dilaksanakan dalam
prosesi pernikahannya.

72
Hasil Wawancara Mas Farid, Selaku Pemuda Desa Mingkung Jaya, 12 Februari 2021.
Pukul 15:00 WIB
73
Hasil Wawancara Mbak Ulya, Selaku Pemudi Desa Mingkung Jaya, 13 Februari 2021.
Pukul 20:00 WIB
50
2. Prosesi pelaksanaan pernikahan menggunakan Kembar Mayang
Tata cara pelaksanaan tradisi Kembar Mayang ini peneliti dapatkan
melalui hasil observasi secara langsung dengan mengikuti prosesi pelaksanaan
resepsi pernikahan dari pasangan yang bernamasulastri dan arif pada tanggal
31 Juli 2020, kemudian dari pasangan Eko Saputra dan Anggaraini Novita pada
17 Oktober 2020 di Desa Mingkung Jaya Kecamatan Sungai Gelam Kabupaten
Muaro Jambi.
a. Pembentukan panitia
Sebelum melaksanakan upacara tebus Kembar Mayang ini, tuan rumah
atau pemilik hajat beserta orang yang dipercaya untuk membentuk panitia
terlebih dahulu ketika akan melaksanakan tradisi tebus Kembar Mayang ini.
Dalam pembentukan panitia ini biasanya dilaksanakan jauh-jauh hari dari
waktu acara kisarannya 3-5 hari sebelum acara berlangsung. Salah satu
tujuan pembentukan panitia ini agar dalam pelaksanakan upacara tradisi
tebus Kembar Mayang ini berlangsung dengan baik yang diinginkan oleh
tuan rumah atau si pemilik hajat. Ada beberapa panitia yang ikut dilibatkan
dalam tradisi tebus Kembar Mayang ini antara lain sebagai berikut:
1) Panitia pemberi sambutan
2) Panitia penasehat
3) Panitia ketua kompangan
4) Panitia pemimpin do’a
5) Panitia menyiapkan siraman
6) Panitia penerima tamu
7) Panitia panggeh atau upacara tebus Kembar Mayang
8) Panitia konsumsi
b. Persediaan peralatan perlengkapan
Peralatan yang harus disiapkan sebelum upacara tebus Kembar Mayang
berlangsung yitu:
1) Menyiapkan empat buah Kembar Mayang
2) Kompangan atau hadrohan

51
3) Microfon
4) Kain panjang atau jarik Jawa 2 helai
5) Daun sirih
6) Payung manten
7) Bahan ritual upacara seperti air, bunga, telur, dan beras kuning atau biasa
disebut dengan kembang setaman (bunga setaman).74
Menu makanan yang disiapkan disetiap meja untuk hidangan dari awal acara
upacara hingga akhir yaitu:
1) Makanan ringan
Kembang goyang, bolu klemben, kue bawang, brownis kering dan bolu
pandan.
2) Makanan pokok
Soto, tekwan, nasi putih, rendang, acar, sambal telur, sop ayam, lele
goring, dan sambal terong bulat.
3) Minuman
Air putih dan es buah timun.
Dalam rangkaian upacara pernikahan adat Jawa Tengah dan Jawa Timur
Kembar Mayang adalah salah satu property yang tidak akan pernah terlupakan.
Dalam proses pembuatan Kembar Mayang melibatkan berbagai personil dengan
perannya masing-masing. Seorang yang memimpin pembuatan Kembar Mayang
ialah sesepuh Desa atau orang yang dituakan di Desa.
Prosesi pelaksanaan upacara tradisi Kembar Mayang adalah salah satu acara
inti dari pernikahan suku Jawa di Desa Mingkung Jaya. Pelaksanakan tradisi
Kembar Mayang ini dilakukan setelah ijab qobul dan pengantin pun mengganti
pakaiannya menggubakan pakaian pernikahan suku Jawa yang biasa disebut
dengan pakaian mantenan paes Jawa.
Sebelum pernikahan dilakukan ada beberapa proses atau tahapan yang harus
dilakukan oleh tuan rumah yang akan melakukan hajatan atau menikahkan
anaknya. Baik dari pihak laki-laki maupun pihak perempuan, tetapi kebanyakan
prosesi Kembar Mayang ini dilaksanakan ketika acara pernikahan dipihak

74
Wawancara ( 30 Agustus 2020. Pukul: 16. 22 WIB) Khoirul Anwar
52
mempelai wanita, jika pihak pengantin pria juga melakukan pesta resepsi Kembar
Mayang
juga dipakai sebelum resepsi dirumah mempelai pria berlangsung.
Sebelum upacara tradisi Kembar Mayang ini ada beberapa tahap
yaitu:
c. Proses pembuatan Kembar Mayang
Pada tahap pembuatan Kembar Mayang dilaksanakan pada malam hari
ketika malam midodareni (malam sebelum upacara pernikahan adat
berlangsung). Kembar Mayang dibuat oleh sesepuh Desa atau orang yang
dituakan di Desa yang ahli dalam membuat Kembar Mayang atau diikuti
dengan dukun manten. Pembuatan Kembar Mayang ini biasanya dibantu
oleh tiga atau empat orang, dalam pembuatan Kembar Mayang ini harus
dalam keadaan suci dan menjalani puasa selama satu hari. Hal ini dipercaya
agar pembuatan Kembar Mayang berjalan dengan lancer. Ketika upacara
tebus Kembar Mayang akan dimulai, dua buah Kembar Mayang dikeluarkan
dari rumah mempelai wanita oleh orang yang dipercaya untuk menjemput
mempelai pria, kemudian Kembar Mayang yang duanya lagi diambil dan
dibawa oleh dua wanita yang ditunjuk oleh dukun manten yang disebut
dengan putri domas.

Wawancara bapak Dwi Yanto selaku pembuat Kembar Mayang di Desa


Mingkung Jaya :
“Proses gawe Kembar Mayang niki tuan rumahe (seng ndue hajatan)
ngumpulke uwong-uwong utowo tonggo-tonggo ne nek arep ndue
hajatan ( ngrabene anake) ben podo ewang-ewang neng kono, lan
njaluk tetulung karo wong seng ahli gae Kembar Mayang kon
gawekne ge upacara anake neng hari H ne sesok. Kemar Mayang iki
lumayan sakral, biasane nek neng desane awak dewe iki kudhu digae
bengi kisaran jam-jam siji utowo jam loroan. Tuan rumahe yo
diharusne gae ingkung, nasi tumpeng seng dihias neng talam, iku
isine macem-macem biasane yo isine ayam ingkung, sego kuneng
digae tumpeng, buah pisang rojo, nanas, jeruk, endok entah,degan
papat, lan kembang, wong-wong nek nyebut biosone sesajen utowo
syarate ge lek-lekan gae Kembar Mayang. bahan-bahan e Kembar
Mayang iki lumayan okeh: janur kuneng seng dipendet mboten sios

53
nyentuh siti. Janur kuning iki dipendet enjing-enjing neng omahe
dewe utow nengomahe uwong lio tapi syarate kudu tumbas, janure
dipotong neng pucuk diiket trus didunke alon-alon karo tali wong
neng ngisor seng nampani ojo nganti nyentuh siti. , godong beringin,
godong puring, debok pisang, pucuk godong pisang, godong andong
iki biasane jumuk neng kuburan utowo neng omahe uwong tapi kudu
ge syarat di tumbas, kembang mayang iku kembang pinang seng jek
kuncup biasane seng manjat jumuk neng pohone pemuda seng wes
pinter manjat. Nek bahan wes kekumpul kabeh diserahne karo tuan
rumah seng ndue hajat, disimpen neng tempat seng aman”.75

Terjemahannya :
“Proses pembuatan Kembar Mayang ini tuan rumah yang memiliki
hajat mengumpulkan orang-orang dan tetangga-tetangga memberi
kabar bahwa akan memilihi hajat (menikahkan anaknya) agar
masyarakat dapat berkumpul membantu dalam proses acara disitu).
Dan meminta tolong kepada ahli pembuat Kembar Mayang agar
dibuatkan Kembar Mayang pada acara hari H anaknya besok. Kembar
Mayang iki dipercoyo sakral bagi suku Jawa, biasanya kalau didesa
Kembar Mayang ini dibuat pada malam hari sekitar jam satu sampai
jam dua. Tuan rumah juga harus membuatkan ingkung ayam, nasi
tumpeng yang dihias dileser besar, isinya buah pisang raja, nanas,
jeruk, telur, kelapa empat biji, bunga-bungaan, biasanya disebut
dengan sesajen atau syarat untuk melekan kumpul sesepuh pembuat
Kembar Mayang. Bahan-bahannya untuk membuat Kembar Mayang
ini lumayan banyak yaitu: janur kelapa yang diambil langsung dari
pohonnya tidak boleh menyentuh tanah, janur kelapa ini di ambil
dipohonnya pada saat pagi hari dirumah orang yang punya hajat atau
dirumah tetangganya dengan syarat membeli, janurnya diikat dari atas
kemudian diturunkan secara pelan-pelan kemudian dari bawah di
terima dengan baik jangan sampai menyentuk tanah. Bahan
selanjutnya daun beringin, daun puring, bunga andong biasanya
mengambil dikuburan atau dirumah tetangganya dengan syarat
membeli, kemudian bunga pinang yang belum mekar biasanya yang
mengambil pemuda yang sudah ahli memanjat. Jika bahan sudah
terkumpul semua diserahkan kepada tuan rumah yang memiliki hajat,
kemudian disimpan ditempat yang aman”.

Dari yang dipaparkan oleh bapak Dwi Yanto penulis berkesimpulan bahwa
dari awal proses pencarian bahan, pembuatannya dan upacara tebus Kembar
Mayang sangatlah sakral,banyak hal-hal yang tidak boleh ditentang. Bahan-bahan
juga harus disiapkan sampai lengkap, waktu pembuatan juga pada jam-jam
tertentu pada saat malam sebelum ijab qobul berlangsung yang biasa disebut oleh

75
Hasil Wawancara Dengan Bapak Dwi Yanto , Sebagai Pembuat Kembar Mayang, 30
Agustus 2020. Pukul 20:00 Wib.
54
suku Jawa yaitu malam midodareni yang artinya malam sebelum ijab qobul
berlangsung, malam dimana para saudara menemani sang pengantin didalam
kamar, pengantin tidak boleh tidur sebelum jam 12 malam, dan malam itu juga
para saudara menemani tidur sang pengantin wanita.

Wawancara mbah Rukinem (pembuat sesajen manten) :


“Manggone sajen tak dudohi ya. Sek dewe ya neng gone Kembar
Mayang, trus nenggone kamare rias manten, trus nanggone beras
(tunggu beras), nanggone tukang masak sayur, seng siji masak sego, siji
ne get temu manten, jadi enem ya. Isine podo tapi manggone bedo-bedo.
Bahan-bahane seng ge Kembar Mayang iku:baskom, beras 2kg, pisang 2
sisir kapok opo rojo temen, pisang rong sisir artine iku nyuwun ridha ne
gustiallah, kelopo satu biji didekek tengange pisang, beras, kelopo,
rokok, trus takir kae mau isine brambang, bawang, jahe, kunyit, cabe,
duwit nek neng rias iku isine limangewu-limangewu, jajan sak werna ne
leh gae jajan, endok, kembang kantil, mawar, kenongo, trus kembang
liyane kembang paku-paku ngono lo mbak, kembang kertas, kembang
kantel itu artine mantene ben kintil, kembang mawar iku ben wangi, sitik-
sitik rodok apal maknane, kelopo iku ono reno telu artine kulite, isine,
duduhe, iki rezekine ngumpul neng knono, enek maksute aku erohe ko
kyai ponorogo. Ngono kui mbak isine, masio podo isine kabeh neng gon
beras yo podo, neng gon sajen manten yo podo, tukang masak podo. Nek
seng neng gon manten seng dienggo temu manten iku yo podo tapi duek e
rongewu, rokok e sakutil ae karna dicelup banyu,endok e dibuntel plastik
ben ojo pecah ngeneki jarike, dadi coro pecah ben neng jero plasti sakiki
ngono kui, trus gek ngono segone manten dirias, dicepaki ngombene kae,
aku ki gaene nyepaki ngono kui mbak, sajen temu manten iku disebut
kembang setaman mbak mergone sak enek e kembang masuk ge upacara.
Siji ne sego sak lawuhe enek panggange neng enggon rias karo gon
nebus Kembar Mayang. bahan-bahane temu manten iku banyu seng dikei
kembang setaman, kloso, sapu, jarek e loro, sapu ki seng ono tangkene
trus tiker digelar pas temu manten, trus jarek e ge lemek klosok seng siji
dienggo gendong nek arep digowo neng tmpat mantene, wes dadi anak e
dadi digendong disandingne neng dekore kae. Beras kuneng iku nek ge
gae sholawatan dibyurne, sawatane yo enek seng isine duek dibuntel
suruh”. Jarek seng dienggo temu manten engke disimpen ngko nek
lahiran dienggo ben diparingi gangsal.saiki aku ora patek kuat poso dadi
tak sholati malam ae sholat hajat, sholat tahajud, moco sholawat seng
akehe peng sewu, mugo-mugo gustiallah ngijabahi ngelantaranke
panyuwune wong seng ndue gae kae mau”. 76

76
Hasil Wawancara Dengan Mbah Rukinem, Sebagai Pembuat Sesajen Manten, 08
September 2020. Pukul 11:42 WIB.
55
Terjemahannya :
“Tempatnya sesajen saya kasih tau ya. Yang paling terdahulu itu di
tempat Kembar Mayang, kemudian ditempat kamar pengantin atau
tempat merias pengantin, kemudian ditempat beras ( tempat menunggu
beras), kemudian ditempat masak sayur, dan satu lagi ditempat
bertemunya manten ketika upacara Kembar Mayang berlangsung, jadi
sesajennya ada enam buah. Isinya sama hanya saja tempatnya yang
berbeda-beda. Bahan-bahan untuk membuat Kembar Mayang yaitu:
baskom, pisang dua sisir harus pisang kepok atau pisang raja arti dari
piasang dua sisir ini adalah meminta ridha kepada Allah SWT,
kemudian kelapa satu biji diletakkan ditengahnya pisang dua sisir tadi,
beras 2kg, rokok, kemudian takir yang berisi bawang merah, bawang
putih, jahe, kunyit, lengkuas, cabe, uang, uang yang ada pada sesajen
kamar pengantian uang Rp.5000, jajan yang dihidangkan dimeja tamu,
telur, bunga kantil, bunga mawar, bunga kenanga,bunga kertas, bunga
paku-pakuan dan lain-lain. Bunga kantil itu artinya pengantinnya agar
slalu romantis, bunga mawar yang artinya agar selalu berbau harum,
kelapa itu ada tiga macam artinya yaitu ada kulit, isinya, dan airnya
artinya rezekinya berkumpul didalam, saya taunya dari kyai ponorogo.
Seperi itu isinya, ditempat beras sama, ditempat kamar pengantin sama,
ditempat masak sama. Di tempat kamar pengantin untuk temu manten
atau upacara tebus Kembar Mayang tetap sama tetapi uangnnya Rp
2000, rokoknya satu biji karna akan dimasukan kealam air, telur
dibungkus plastik bening jika pecah tidak kotor mengenai jarik
pngantin, jadi jika pecah biar didalam pastik tersebut, kemudian nnasi
kuning pengantin dihias, disiapkan minumnya. Sesajen untuk upacara
pertemuan pengantin laki-laki dan pengantin perempuan disebut bunga
setaman, bunga setaman artinya adalah semua bunga yang ada masuk
kedalam sesajen pertemuan pengantin tersebut. Bahan-bahan pertemuan
pengantin yaitu: air yang diberi bunga setaman, tikar, sapu, kain
panjang batik (jarik) dua helai, sapu yang ada tangkainnya, tikarnya
digelar ketika akan pertemuan, kemudian kain panjang batik Jawa
digelar diatas tikar dan satu kain lagi untuk menggendong ketika akan
dibawa kepelaminan, diibaratkan sudah menjadi anaknya, beras kuning
yang ditabur-taburkan diiringi dengan sholawatan, yang ditabur-
taburkan itu uang Rp.2000 yang dibungkus daun sirih. Kain panjang
batik Jawa yang dipakai dalam upacara ini harus disimpan dan dipakai
ketika melahirkan anak pertamanya nanti dipercayai selalu diberi
selamat dan kemudahan. Dalam pembuatan sesajen ini harusnya
berpuasa, tetapi saya sudah tidak kuat dalam berpuasa jadi saya ganti
dengan shalat malam yaitu shalat hajat, shalat tahajud, membaca
shalawat sebanyak 1000x, mudah-mudahan Allah mengijabahi hajat
yang saya saya sampaikan do’anya kepada Allah SWT”.

Penulis menyimpulkan dari apa yang dipaparkan oleh mbah Rukinem selaku
pembuat sesajen manten. Dari beberapa sesajen yang memiliki makna masing-
56
masing penulis bisa menyimpulkan bahwa tidak semua sesajen memiliki nilai
negative, contohnya sesajen manten yang dibuat oleh mbah Rukinem ini sangat
memiliki makna yang kuat kaitannya dengan agama Islam, kemudian pada saat
proses pencarian bahan, pembuatan sesajen, dan peletakan sesajen juga tetap
berkaitan dengan ibadah-ibadah yang dianjurkan oleh agama Islam. Pembuatan
sesajen ini juga harus dalam keadaan suci karena dukun manten menjadi perantara
memintanya do’a-do’a baiknya orang yang memiliki hajat atau orang yang
memiliki acara tersebut.
Wawancara ibu wiwik :
“Nek wong mantu ki enek seng njaluk biasa enek seng njaluk digaene
sesajenan mbak, la nek seng biasa iku yo ra ngenggo sesajen koyok bude
kalim kae karna dia sudah tau agama nian corone yo gak nganggo kyok
ngono, nek ngene-ngene ki i jek termasuk enek Jawane budaya corone
karena enek wong seng meyakini. Kyok-koyok o seperti wong jaulak,
muhammadiyah sudah tidak mempercayai seperti itu. Kene ki pun
angger arep poso, bodho, mbah amat yo jek gaeni sesajen, sesajen iki yo
gak bertentangan karo Agama”.77

Terjemahannya :
“Kalau ada orang yang punya hajat menikahkan anaknya itu tergantung
permintaannya, ada yang biasa dan ada yang minta dibuatkan sesajen,
jika yang biasa itu tidak menggunakan sesajen seperti ditempat bude
kalim yang tidak menggunakan sesajen karena beliau sudah memiliki
ilmu agamanya yang sangat mendalam dan tidak mempercayai hal-hal
yang tidak berbau agama Islam. Kalau masih memakai sesajen ini
ibaratnya masih sangat percaya kejawen atau budaya-budaya Jawa yang
masih sangat dijaga kemurniannya. Misalnya orang-orang jaulak,
muhammadiyah itu sudah tidak mempercayai seperti itu. Disini juga
setiap awal puasa, malam takbir, si mbah dan keluarga saya selalu
membuat sesajen. Sesajen ini tidak bertentangan dengan agama”.

Penjelasan dari ibu wiwik dapat disimpulkan bahwasanya sesajen juga


dinilai negative pada orang-orang tertentu yang ilmu agama nya sudah sangat
dalam, orang-orang seperti ini biasanya sangat taat dalam ibadahnya dan ilmu-
ilmunya sudah sangat mendalam sehingga tidak lagi mempercayai kejawen atau
kepercayaan-kepercayaan suku Jawa yang masih dilestarikan hingga saat ini.

77
Hasil Wawancara Ibu Wiwik, Sebagai Masyarakat Desa Mingkung Jaya, 16
September 2020. Pukul 11:34 WIB.
57
Bukan hanya kejawen saja melainkan semua kepercayaan yang tidak mengandung
unsur ajaran agama Islam.
d. Prosesi pelaksanakan upacara tebus Kembar Mayang
Prosesi pelaksanaan tradisi Kembar Mayang dilakukan di Desa Mingkung
Jaya Kecamtan Sungai Gelam Kaabupaten Muaro Jambi. Peneliti turun
kelapangan ikut menghadiri upacara tradisi tersebut untuk mencari data yang
berkaitan dengan penelitian. prosesi pernikahan menggunakan tradisi Kembar
Mayang hampir di semua daerah sama saja, namun ada beberapa yang
membedakannya yaitu pada waktu pembuatannya dan bahan-bahan yang
digunakan. Ada beberapa poin yang dilakukan sebelum upacara tebus Kembar
Mayang berlangsung antara lain yaitu:
1. Malam midodareni
Malam midodareni atau adalah malam menjelang hari pernikahan. Acara
pada malam midodareni ini diikuti oleh keluarga atau teman-teman terdekat
pengantin wanita. Masyarakat Jawa sangat mempercayai malam midodareni ini
permohonan agar para bidadari turun dari kayangan untuk menjenguk dan
memberi restu kepada calon pengantin, bertujuan agar pengantin esok hari bisa
secantik para bidadari.
Malam midodareni ini calon pengantin tidak boleh tidur sebelum jam 12
malam. Saat malam midodareni dilaksanakan akan banyak nasehat-nasehat
serta do’a - do’a dari orang yang dituakan. Pada malam itu juga Kembar
Mayang diletakkan dikamar pengantin dan banyak sesajen-sesajenan yang
diletakan didalam kamar calon pengantin
2. Ijab qobul atau akad nikah
Ijab qobul atau Akad nikah adalah perjanjian yang berlangsung antara dua
pihak yaitu pihak laki-laki maupun pihak perempuan yang melangsungkan
pernikahan dalam bentuk ijab dan qobul. Ijab adalah penyerahan dari pihak
pertama, sedangkan qobul adalah penerimaan dari pihak kedua. Ijab qobul ini
prosesnya sama dengan ijab qobul dalam prosesi pernikahan dalam agama
islam. Prosesinya ada yang dilaksanakan di masjid, di KUA dan dirumah

58
mempelai wanita. Ijab qobul diucapkan oleh pengantin laki-laki dihadapan wali
mempelai wanita, saksi dan imam nikah.
3. Persiapan pengantin wanita
Sebelum acara resepsi dimulai pengantin wanita terlebih dahulu dirias
secantik mungkin untuk melaksanakan upacara panggih temu manten, dirias
menggunakan pakaian adat Jawa. Setelah selesai dirias pengantin wanita
dijemput oleh kedua orangtuanya atau keluarganya untuk bersiap-siap
melaksanakan prosesi upacara tebus Kembar Mayang. Panitia akan
memberitahu jika pengantin pria sudah hampir dekat dari rumah pihak
pengantin wanita. Pengantin pria juga tidak boleh terlalu dekat dengan rumah
pengantin wanita, biasanya menunggu di perempatan rumah pengantin wanita
dan harus menunggu dari arah barat.
4. Upacara tebus Kembar Mayang
Sebelum upacara tebus Kembar Mayang ini berlangsung ada beberapa
yang harus disiapkan antara lain yaitu Kembar Mayang disiapkan atau
dikeluarkan dari rumah mempelai wanita, dua dibawa oleh pria dan dua lagi
dibawa oleh wanita yang perbawanya ini ditunjuk oleh dukun manten.
Kemudian dukun manten menyiapkan kain panjang atau jarik yang di buka
lebar untuk jalannya pertemuan antara mempelai wanita dan mempelai pria,
dukun manten menyiapkan sesajen-sesajen yang diletakkan diatas kain yang
sudah digelar dan disiapkan sapu lidi dan kain merah. Dalam pelaksanakan
tebus Kembar Mayang ini diiringi gending berirama Jawa agar berkesan
nyaman di dengar dan indah dilihat.
Dalam upacara tebus Kembar Mayang yang sebelumnya melalui
beberapa tahap yang harus disiapkan, yaitu tahap persiapan perlengkapan,
tahap pembuatan, tahap upacara pernikahan mempunyai nilai yang tersebunyi
yaitu:
a) Nilai budaya
b) Nilai ekonomi
c) Nilai sosial
d) Nilai agama

59
e) Nilai pendidikan
Tebus Kembar Mayang ini juga merupakan penanda bahwasanya
pernikahan masyarakat Jawa Tengah dan Jawa Timur di Desa Mingkung Jaya
Kecamatan Sungai Gelam Kabupaten Muaro Jambi.
5. Sungkeman manten
Pernikahan suku Jawa sangat menjunjung tinggi hubungan anak dan orang
tua. Salah satunya hubungan itu terwujud dalam prosesi sungkeman manten.
Sungkeman kerap menjadi momen mengharukan bagi suami istri yang
meminta restu kepada orang tua. Pada momen sungkem menjadi kesempatan
bagi anak untuk mengucapkan maaf dan terimakasih kepada orang tuanya.
Pada prosesi sungkeman manten ini, orang tua duduk dikursi pelaminan atau
ditempat yang lebih tinggi, sedangkan kedua mempelai dengan posisi
berjongkok lutut menyentuh lantai. Hal tersebut dilakukan sebagai bentuk
penghormatan kepada orang tua yang telah merawat dan memeberi kasih
sayangnya hingga hari pernikahan tiba.

Wawancara bapak Saji :


“Upacara tebus Kembar Mayang iki biasane dilangsungne neng gone
acarane pengantin pihak setri, karena opo? Hakikate Kembar Mayang
iku mung oleh dienggo karo wong seng jek lajang gadis utowo bujang.
Mergo biasane acara resepsi digawe gone seng setri, la nek wes acara
ngunduh mantu gone seng lanang kae yo gak ngenggo Kembar Mayang
karna opo? Yo karena wes podo ora lajang meneh. Pas temu mantene
kae yo seng lanang dikon nunggu neng prapatan iso madep nganan opo
ngiri iku seng eroh itungane wong seng pinter ilmu kejawen, nah masio
acara resepsine gone seng lanang kyok eko karo novita wingi kae yo
eko panggah kudu digowo neng prapatan. iku pertondo nek Jowo
menghormati kaum hawa, karena hakikate wong setri iku nunggu lan
seng lanang iku marani. Neng acara temu manten upacara tebus
Kembar Mayang iki setri seng nunggu diiringi karo saudara-saudarane
lan seng lanang melaku diiringi saudara-saudarane songko prapatan
sampek tepat neng tengah-tengan ngarep panggon lingguhe manten”78

Terjemahannya: “Upacara tebus Kembar Mayang ini biasanya dilangsungkan dirumah


pengantin pihak wanita, karena apa? Hakikatnya Kembar Mayang itu

78
Hasil Wawancara Bapak Saji, Sebagai Pembuat Kembar Mayang, 27 Agustus 2020.
Pukul 11:20 WIB.
60
hanya boleh dipakai untuk orang yang masih lajang gadis ataupun bujang.
Maka dari itu acara resepsi dilakukan dirumah pengantin wanita, jika
sudah acara ngunduh mantu dirumah pengantian pria itu juga tidak
memakai Kembar Mayang, karena apa? Ya karena sudah tidak berstatus
lajang lagi. Ketika acara bertemunya pengantin wanita dan pengantin pria
itu juga pengantin pria disuruh menunggu diperempatan jalan bisa
menghadap kekanan ataupun menghadap kekiri itu yang tahu hanya orang
yang pintah ilmu kejawen, walaupun acara resepsi ditempat pengantin
pria seperti contohnya pernikahan Eko dan Novita kemarin itu juga Eko
harus dibawa keperempatan jalan. Itu pertanda kalau suku Jawa sangat
menghormati kaum wanita, karena hakikatnya kaum wanita itu
menunggu dan yang pria itu mendatangi. Dalam acara bertemunya
pengatin upacara tebus Kembar Mayang ini pengantin wanita ang
menunggu diiringi oleh saudara-saudaranya dan pengantin pria berjalan
diiringi dengan saudara-saudaranya dari perempatan jalan sampai tepat
ditengah-tengah di depan tempat duduk pengantin”.

Penulis menyimpulkan dari apa yang dipaparkan oleh bapak Saji


bahwasannya Kembar Mayang ini adalah salah satu tradisi yang sangat dijaga
kesakralannya oleh masyarakat setempat. Kembar Mayang ini hanya boleh
dipakai dalam acara tertentu dan tidak sembarang orang bisa memakai dalam
acara pernikahan melainkan hanya boleh dipakai dalam acara pernikahan orang-
orang yang masih lajang. Dalam upacara tebus Kembar Mayang ini
menggambarkan bahwa suku Jawa sangat menjunjung tinggi dan menghormati
kaum wanita, dan juga memberi pelajaran kepada kita semua bahwa wanita lebih
baik menunggu untuk didatangi pria, karena sebaik-baik perhiasan adalah wanita
sholiha.
e. Nilai-nilai filosofi islam yang terkandung didalam Kembar Mayang
Tradisi Kembar Mayang ini adalah tadisi yang dilakukan oleh
masyarakat Jawa yang bertempat tinggal di Desa Mingkung Jaya Kecamatan
Sungai Gelam Kabupaten Muaro Jambi. Tradisi ini memiliki sejarah dan
makna yang mengandung hal-hal positif antara lain sebagai beriku:
a. Makna dan bentuk yang terdapat pada Kembar Mayang.

1) Janur yaitu berasal dari bahasa arab “ja’a nur” yang artinya telah datang
cahaya. Yang memiliki makna pengantin tersebut supaya terang seperti
cahaya dhohir dan batinnya, selamat dunia dan akhiratnya.

61
Selanjutnya janur dibentuk dengan beberapa bentuk antara lain sebagai
berikut:
a) Janur berbentuk burung
Bentuk tersebut bermakna supaya pengntin memiliki sifat
seperti burung merpati yaitu memiliki sifat kesetiaan yang luar biasa.
Walaupun dalam kehidupannya nanti akan banyak bertemu dengan
orang-orang yang bukan pasangannnya, namun ia tetap setia kepada
pasangannya atau istrinya.

b) Janur berbentuk keris


Kata keris sendiri berasal dari bahasa arab yaitu kharisun yang
artinya menjaga. Yang memiliki makna saling menjaga hubungan
sang pengantin dari kejahatan, fitnah, marabahaya dll. Manusia juga
mengikuti ajaran Nabi supaya kehidupan rumah tangga nya sakinah,
mawadah, dan warahmah.

62
c) Janur berbentuk gunung atau candi
Janur yang dibuat berbentuk gunung atau candi ini memiliki
makna agar pernikahannya sangat kokoh dan kuat seperti gunung atau
candi tersebut walaupun berbagai rintangan menghampiri bahtera
rumah tangganya namun akan tetap kuat dan tidak goyah imannya.
Pada dasarnya manusia hidup untuk selalu beriman kepada Allah
SWT.

d) Janur bentuk pecut-pecutan


Pecut yang berarti cambuk yang bersifat lentur, luwes dan ulet.
memiliki makna bahwa manusia harus fokus, pikirannya harus optimis
dan kreatif, manusia juga dalam bergaul harus bisa menempatkan diri
dalam masyarakat. Karena setelah menikah para pengantin akan
memiliki rumah sendiri maka dari itu harus benar-benar bisa bergaul
dalam suatu kelompok masyarakat.
e) Janur bentuk walang-walangan
Walang yang berarti belalang, yaitu binatang yang sangat lincah.
Hal ini mengandung makna bahwa manusia harus memiliki sifat
lincah dalam bertindak maupun berfikir. Janur berbentuk belalng ini
mengajarkan bahwa kehidupan yang akan dijalani nanti harus
memiliki sifat dan sikap yang dewasa agar semua permasalahan bisa
dihadapi dengan kepala dingin.

63
f) Janur bentuk kinciran
Janur yang dibentuk menyerupai kinciran ini diibaratkan seperti
kinciran yang selalu berputar mengikuti arus angin. Makna yang
terkandung didalam janur berbentuk kinciran agar manusia atau para
pengantin mampu menghadapi tantangan hidup baik suka mau duka.

2) Pohon beringin
Pohon beringin memiliki daun yang rindang, akar yang kuat dan
panjang, sejuk jika dipakai berteduh. Pohon beringin juga salah satu
pohon yang slalu ditaman di alun-alun kraton Yogyakarta maupun kraton
Surakarta. Pohon beringin memiliki makna walaupun besar atau tinggi
kedudukannya, jabatannya, kecerdasannya, namun tetap memikirkan
rakyat kecil. Dari makna pohon beringin kita belajar bahwa kehidupan
manusia tidak selalu diatas, maka dari itu selalu berbuat kebaikan
dimanapun dan apapun jabatannya.

64
3) Pohon Andong
Pohon Andong yang artinya dalam bahasa arab yaitu ajak-ajak.
Bermakna bahwa seorang suami setiap kepala keluarga diwajibkan untuk
mengajak keluarganya kejalan yang benar dan saling mengajak beribadah
didalam rumah tangganya.
4) Pohon Pisang
Yang dapat diambil pelajarannya dari pohon pisang ialah pohon
pisang belum atau tidak akan mati sebelum beranak dan memberikan
hasil atau berbuah terlebih dahulu. Memiliki makna bahwa manusia
harus menyelesaikan tanggung Jawabnya sebelum meninggal, dan
mengajarkan perkara-perkara kebaikan menurut agama. Biasanya yang
dipaka adalah batang pohon raja yang memiliki makna setinggi-tingginya
kedudukan seorang raja tetap harus melihat kebawah kepada masyarakat
kecil, seperti layaknya batang pisang yang diletakkan dibawah bertujuan
agar pengantin tidak memilki rasa sombong diri.
5) Kelapa muda hijau
Kelapa muda hijau sendiri memiliki berfungsi untuk mencegah
keracunan. Pohon kelapa juga merupakan salah satu pohon yang
memiliki manfaat yang sangat luar biasa, yaitu, buah, batang, daun nya
sangat bermanfaat bagi manusia. Makna yang terkandung didalam nya
yaitu agar manusia terhindar dari racun-racun dunia dan bermanfaat bagi
semua orang
Secara keseluruhan Kembar Mayang memilki makna sebagai pohon
kehidupan. Dalam hal ini Kembar Mayang adalah sebagai saksi peristiwa,
penangkal dan penjaga jika bahaya datang. Memilki makna sebagai pohon
kehidupan karena semua makna yang terkandung didalam Kembar Mayang
menjelaskan tentang cara menjalani kehidupan yang baik dan sejahtera.

65
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian di Desa Mingkung Jaya Kecamatan
Sungai Gelam Kabupaten Muaro Jambi mengenai tradisi Kembar Mayang
dalam prosesi pernikahan adat Jawa maka peneliti mengambil kesimpulan
sebagai berikut.
1. Tradisi Kembar Mayang dalam prosesi pernikahan suku Jawa masih
sangat di jaga dan di lestarikan kemuniannya, karena tradisi ini adalah
salah satu budaya warisan leluhur nenek moyang suku Jawa yang harus
dikenalkan kepada anak cucu mereka. Selain itu tradisi Kembar Mayang
juga dipercayai akan mendatangkan kebaikan-kebaikan di kehidupan yang
akan berlangsung. Kegiatan kebudayaan sebagai tradisi turun temurun
yang dilaksanakan dalam pernikahan khususnya pada suku Jawa ini.
Dalam pandangan hukum Islam tradisi tersebut ialah boleh dilaksanakan
asalkan tidak berlebih-lebihan atau menyeleweng dari ajaran agama Islam
sendiri. Karena adanya tradisi Kembar Mayang maupun tidak adanya
sebuah pernikahan tetap dikatakan sah.
2. Prosesi Upacara tebus Kembar Mayang ini diawali dengan pembentukan
panitia, selanjutnya menyiapkan peralatan dan bahan-bahan untuk
membuat Kembar Mayang yaitu janur kuning, batang pisang, pucuk daun
kelapa, bunga pinang, bunga Mayang dan beserta sesajen-sesajen yang
harus disiapkan terlebih dahulu sebelum upacara dilaksanakan. Kemudian
mempersiapkan orang-orang yang akan membawa Kembar Mayang, dua
pria dan dua wanita yang masih gadis, lalu mempersiapkan pengantin pria
dan pengantin wanita dengan memakai pakaian adat Jawa. Kemudian
melaksanakan upacara tebus Kembar Mayang yang diikuti oleh keluarga
kandung nya yang paling utama ialah orangtua dari pihak pengantin pria
dan pengantin wanita.
3. Nilai-nilai filosofi islam yang terkandung didalam Kembar Mayang
sebagai nilai dalam kehidupan yang akan dijalani oleh para pengantin.

66
Namun nilai-nilai islam yang terkandung didalam Kembar Mayang
tersebut bisa diartikan setiap masing-masing bahannya, misalnya yang
sangat dominan adalah daun kelapa yang muda atau sering disebut janur,
janur ini tidak lain berasal dari bahasa Arab yaitu “ ja’a nur” yang artinya
telah datang cahaya yang memiliki makna agar pengantin diberikan cahaya
atau selamat dunia dan akhiratnya. Kembar Mayang juga sangat dominan
pada bahan janur namun memiliki bentuk dan nilai-nilai islam yang
berbeda-beda.
B. Saran-saran
Setelah selesai dan mengungkapkan tentang tradisi Kembar Mayang
dalam prosesi pernikahan adat Jawa di Desa Mingkung Jaya Kecamatan
Sungai Gelam Kabupaten Muaro Jambi ini, sedikit banyaknya kita semua
dapat mengambil pelajaran bahwa tadisi Kembar Mayang ini termasuk tradisi
yang bernilai positif. Oleh karena itu penulis ingin memberi sedikit masukan
atau saran yaitu:
1. Pemerintah setempat hendaknya dapat lebih melestarikan tradisi Kembar
Mayang, karena tradisi Kembar Mayang terdapat nilai-nilai pendidikan,
kebudayaan, dan sosial.
2. Bagi Dinas Kebudayaan diharapkan peransertanya dalam membina dan
menjaga serta melestarikan salah satu budaya Jawa. Karena hal ini dapat
menjadikan budaya tersebut sebagai ciri khas suku Jawa yang terdapat di
Desa Mingkung Jaya.
3. Bagi generasi muda termasuk saya peneliti agar mempelajari,
mempraktekkan dan dilestarikan agar bisa dikenalkan kepada semua
orang bahwa masyarakat Desa Mingkung Jaya mempunyai ciri khas atau
budayanya sendiri yang juga bisa dicontoh oleh masyarakat-masyarakat
lain.

67
C. Penutup
Dengan mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya serta Hidayahnya berupa kesehatan,
kemampuan serta kekuatan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan
skripsi. Tentunya banyak sekali terdapat kesalahan dan kekurangan yang jauh
dari kata sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan adanya kritik dan
saran yang sifatnya membangun dari semua pihak dmi menuju kesempurnaan
skripsi.
Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang
telah membantu, baik dari segi materi maupun non materi, sejak dari
penulisan, penggarapan sampai dengan selesai pembuatan skripsi ini. Semoga
kebaikannya mendapat imbalan yang berlimpah dari Allah yang maha baik,
dan dicatat sebagai amal sholih.
Sebagai kata penutup, penulis harapkan semoga skripsi ini dapat
bermanfaat khususnya bagi penulis dan pembacanya. Aamiin yaa rabbal
alamiin.

68
DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Departemen Agama RI, Abdus Sami, Dkk,2004. Al-Qur’an Dan


Terjemahnya : Juz 05. Jakarta: LESTARI BOOKS
Alisjahbana, Takdir Sutan. 2005. Perkembangan Sejarah Kebudayaan
Indonesia Dilihat Dari Segi Nilai-Nilai. Jakarta: Balai
Bahasa
Arikunto, Suharsimi. 2009. Prosedur Penelitian. Jakarta: Insan Madani
. 2010. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan
Praktik,. Jakarta: Rineka Cipta
Endaswara, Swardi. 2006. Metode, Teori, Teknik Penelitian Kebudayaan,
Ideologi,Epistemologi, Dan Aplikasi. Jakarta: Pustaka
Widyatama
. 2006. Metode Teori Teknik Penelitian
Kebudayaan. Yogyakarta: Pustaka Widyatama
. 2006. Metode, Teori, Teknik Penelitian
Kebudayaan Ideology, Epitemologi, Dan Aplikasi. Jakarta:
Pustaka Widyatama
. 2006. Metodologi Penelitian Kebudayaan.
Yogyakarta: Gadja Mada University Press
Geetz, Clifford. 1960. The Religion Of Java. Glencoe : The Free Press
Gondowasito. 1965. Tata Cara Adat Dan Upacara Pengantin Jawa.
Jakarta: Majalah Dian Public Relation
Herusatoto, Budiono. 2011. Mitologi Jawa Pendidikan Moral Dan Etika
Tradisional. Depok: Oncor Semesta Ilmu
Indrijati DKK, Antropologi SMA Terintegrasi Penguatan Pendidikan Karakter,
Kota Batu Jawa Timur: PPPPTK Pkn Dan IPS

Koentjaraningrat Dkk. 2003. Kamus Istilah Antropologi. Jakarta: Progres


. Kamus Antropologi Budaya. Jakarta: Rineka Cipta

69
. 1996. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta:
Rineka Cipta
__________________.1992. Beberapa pokok antropologi sosial (Jakarta:
RI. Dian Rakyat
Komariah Aan Dan Satori Djam’an. 2014. Metode Penelitian Kualitatif.
Bandung : Pt Remaja Rosda Karya
M. Keesing, Roger. 1998. Antropologi Budaya. Jakarta: Erlangga
Maleong, Lexy J. 2014. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja
Rosda Karya
Mukhtar. 2007. Bimbingan Skripsi Thesis Dan Artikel Ilmiah. Jambi:
Sulthan Thaha Press
Neong Muhadjir, Neong. 1991. Metodologi Penelitian Kualitatif.
Yogyakarta: Rake Surasin, 1991
P Spradley, James. 2007. Metode Etnografi. Yogyakarta: Tiara Wacana
Poeranto, Hari. 2000. Kebudayaan Dan Lingkungan, Dalam Perspektif
Antropologi. Yogyakarta: Pustaka Belajar Offset
Poerwadarminta, W.J.S. 2011. Kamus Umum Bahasa Indonesia, Edisi
Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka
Rifa’i, Moh.1978. Ilmu Fiqih Islam Lengkap. Semarang: Vc. Karya Toha
Putra
Simatupang, Olan. 1993. Seni Rupa Islam: Pertumbuhan Dan
Perkembangannya. Bandung : Angkasa
Sugiyono, 2003. Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta
Suseno, Franz Magniz. 2001. Etika Jawa : Sebuah Analisis Falsafi
Tentang Kebijaksanaan Hidup Jawa, Cetakan Ke-8.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Tim Penyusun. 2018. Pedoman Penulisan Proposal Dan Skripsi Fakultas
Adab Dan Humaniora Jambi, Uin Sts Jambi

70
Skripsi :
Purnama, Bias Indiarti Rossy. 2011. Aspek Pendidikan Nilai Religius Pada
Kembar Mayang Dalam Upacara Perkawinan Adat Jawa
Studi Kasus di Desa Cangakan, Kecamatan Karanganyar,
Kabupaten Karanganyar. Surakarta: Universitan
muhammadiyah Surakarta.
Zaid, Wildan Asykar. 2016. Tijauan Hukum Islam Terhadap Tradisi
Tebus Kembar Mayang Dalam Resepsi Pernikahan Studi
Kasus di Kelurahan Suryodiningrat, Kecamatan
Mantrijeron, Kota Yogyakarta. Yogyakarta: Universitas
Islam Negeri Sunan Kalijaga.
Zannah, Usfatun. 2009. Makna Prosesi Perkawinan Jawa Timurr Sebagai
Kearifan Lokal (Pendekatan Etnografi Komunikasi Dalam
Upacara Tebus Kembar Mayang di Desa Jatibaru,
Kecamatan Bunga Raya, Kabupaten Siak, Provinsi Riau).
Riau: Universitas Riau.

Jurnal:
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Tahun 2017, Investarisasi Dan
Identifikasi Keragaman Etnis Dan Budaya Kota Jambi
Hlm. 1
Botty, Middya. 2017. Masyarakat Multikultural : Studi Interaksi Sosial
Masyarakat Islam Melayu Dengan Non Melayu Pada
Masyarakat Sukabangun Kelurahan Sukajadi Kecamatan
Sukarami Palembang. Tahun 2017. Vol 1, No. 2. Hlm. 4.
Palembang: Super Sukses
Darmoko. 2010. Budaya Jawa Dalam Lintas Sejarah”, Jurnal Wacana,
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia
(12 Agustus 2010),Vol 2. No 1. Hlm, 87. Sitang: STKIP
Persada Khatulistiwa
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Kamus Besar Bahasa Indonesia

71
Geri. A, Suparno Dkk. 2018. Mempertahankan Eksistensi Budaya Lokal
Nusantara Ditengah Arus Globalisasi Melalui Pelestarian
Tradisi Gawai Gayak Sintang, Jurnal Pekan, Vol 3, No 1
April 2018, Hlm, 44.
Margono, Hartono Dkk. Sejarah Sosial Jambi, Jambi Sebagai Kota
Dagang (Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan
Direktorat Sejarah Dan Nilai Tradisional Proyek
Inventarisasi Dan Dokumentasi Sejarah Nasional Jakarta
1984), Hlm, 22. Jakarta: Buku Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan
Widayanti, Sri. 2008. Makna Filosofi Kembar Mayang Dalam Kehidupan
Masyarakat Jawa, Jurnal Filsafat, Volume 18, No 2,
Agustus 2008, Hlm. 116. Jakarta : Balai Pustaka
Yantim, Marina. 2018. Tradisi Upacara Perkawinan Tebus Kembar
Mayang Di Desa Tegalsari Kecamatan Tegaldlimo
Kabupaten Banyuwangi, Haluan Sastra Budaya, Volume 2,
No 1 1 Juni 2018. Hlm. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

72
LAMPIRAN I

Gambar 1: Sesajen yang disiapkan oleh dukun manten


Hasil wawancara mbah rukinem sebagai pembuat sesajen manten

73
Gambar 2 : Bahan-bahan dan bentuk Kembar Mayang sebelum dibuat menjadi
rangkai menjadi seperti buqet yang tersusun rapi.
Wawancara bapak ma’sum sebagai tokoh agama dan pembuat Kembar Mayang
di Desa Mingkung Mayang

Gambar 3 : Proses pembuatan Kembar Mayang pada malam hari


Hasil wawancara bapak Dwi yanto sebagai pembuat Kembar Mayang di Desa
Mingkung Jaya

75
Gambar 4 : Rangkaian bentuk Kembar Mayang yang sudah selesai dibuat
Wawancara bapak saji sebagai pembuat Kembar Mayang di Desa Mingkung Jaya

76
Gambar 5 : Sesajen yang dipakai dalam upacara tebus Kembar Mayang
Wawancara bapak mbah Rukinem selaku pembuat sesajen manten dan ibu Wiwik
sebagai masyarakat Desa Mingkung Jaya

Gambar 6 : Para pemuda pemudi yang dipilih untuk membawa Kembar Mayang
dalam upacara temu manten suku Jawa
Dokumentasi peneliti secara langsung ke lapangan

77
Gambar 7 : Pertemuan antara pengantin pria dan pengantin wanita yang akan
melaksanakan upacara tebus Kembar Mayang
Dokumentasi eneliti secara langsung ke lapanga

78
Gambar 8 : Ketika upacara tebus Kembar Mayang berlangsung
Dokumentasi peneliti secara langsung ke lapangan

Gambar 9 : Ketika upacara Kembar Mayang sudah selesai, kemudian pengantin


dibawa keatas pelaminan yang sudah disiapkan.

79
80
81
DAFTAR NAMA-NAMA INFORMAN
1. Nama : Heri Sukamto
Umur : 50 Tahun
Pekerjaan : kepala Desa Mingkung Jaya
2. Nama : Ahmat
Umur : 84 Tahun
Pekerjaan : Petani
3. Nama : Rukinem
Umur : 69 Tahun
Pekerjaan : IRT
4. Nama : Susanto Ma’sum
Umur : 60 Tahun
Pekerjan : Tani
5. Nama : Dwi Yanto
Umur : 50 Tahun
Pekerjaan : Tani
6. Nama : Saji
Umur : 45 Tahun
Pekerjaan : Tani
7. Nama : Wiwik
Umur : 37 Tahun
Pekerjaan : IRT
8. Nama : Ismini
Umur : 59 Tahun
Pekerjaan : IRT
9. Nama : Khoirul Anwar
Umur : 45 Tahun
Pekerjaan : Tani
10. Nama : Putu Ageng
Umur : 70 Tahun
Pekerjaan : Tani

82
11. Nama : Ibu Ayu
Umur : 50 Tahun
Pekerjaan : IRT
12. Nama : Mas Farid
Umur : 26 Tahun
Pekerjaan : Guru
13. Nama : Mbak Ulya
Umur : 27
Pekerjaan : MUA

83
INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA (IPD)
Judul Skripsi : Tradisi Kembar Mayang Dalam Prosesi Pernikahan Suku Jawa di
Desa Mingkung Jaya Kecamatan Sungai Gelam Kabupaten
Muaro Jambi.
A. Observasi
1. Mencari Data Tentang Latar Belakang Munculnya Tradisi Kembar
Mayang Di Desa Mingkung Jaya Kecamatan Sungai Gelam Kabupaten
Muaro Jambi
2. Mengamati Prosesi Pelaksanaan Tradisi Kembar Mayang Dalam
Prosesi Pernikahan Suku Jawa Di Desa Mingkung Jaya Kecamatan
Sungai Gelam Kabupaten Muaro Jambi
3. Mengamati Dan Mencari Data Tentang Nilai-Nilai Filosofi Islam Yang
Terkandung Di Dalam Kembar Mayang
B. Wawancara
Wawancara Kepala Desa, Sesepuh Desa, Pembuat Kembar Mayang,
Pembuat Sesajen Manten, Dan Masyarakat Desa Mingkung Jaya
1. Apakah masyarakat Desa Mingkung Jaya masih melaksanakan tradisi
Kembar Mayang?
2. Bagaimana latar belakang munculnya tradisi Kembar Mayang?
3. Apa bahan dan alat yang diperlukan dalam tradisi Kembar Mayang?
4. Bagaimana prosesi pelaksanaan tradisi Kembar Mayang?
5. Apa arti nilai-nilai filosofi islam yang terkandung pada tradisi Kembar
Mayang?
6. Bagaimana pandangan pro dan kontra masyarakat tekait dengan adanya
tradisi Kembar Mayang?
7. Bagaimana asal usul atau sejarah adanya tradisi Kembar Mayang?
8. Apa saja bahan dan diletakan dimana saja sesajen manten?
C. Dokumentasi
1. Foto-foto
2. Video
3. Arsip Desa

84
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Dian Agustina


Tempat Dan Tanggal Lahir : Bunga Raya, 20 Agustus 1998
Nim : As.160942
Fakultas : Adab dan Humaniora
Jurusan : Sejarah Peradaban Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
Status : Belum Menikah
Nama Ayah : Suparmin
Nama Ibu : Suparti
Anak Ke : 1 (Pertama) Dari 2 (Dua)
Bersaudara
Alamat Asal : Desa Mingkung Jaya, Rt.13 Kadus
II Kecamatan Sungai Gelam
Kabupaten Muaro Jambi
Nomor Telepon : 082292544761
E-Mail : Dianagustina20@Gmail.Com
Alamat Sekarang : Perumahan Villa Karya Mandiri No
20

JENJANG PENDIDIKAN
Tahun 2003 – 2004 : TK Handayani VII Mingkung
Petaling Jaya
Tahun 2004 – 2011 : SDN 221/IX Mingkung
Tahun 2011 – 2013 : MTS Mamba’ul Ulum Kota Jambi
Tahun 2013 – 2016 : MAS Mamba’ul Ulum Kota Jambi
Tahun 2016 – 2021 :UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi

85

Anda mungkin juga menyukai