DI KABUPATEN BUNGO
SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Guna
Oleh
Randi Stiawan
AS.150508
TAHUN 2019
NOTA DINAS
KepadaYth,
Dekan Fakultas Adab dan Humaniora
UIN SulthanThaha Saifuddin Jambi
Di_
Jambi
Assalamu’alaikumWr. Wb.
Wassalamu’alaikumWr. Wb.
ii
iii
SURT PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI
NIM : AS.150508
Menyatakan bahwa karya ilmiah/skripsi ini adalah asli bukan plagiasi serta
dalam karya ilmiah/skripsi ini, maka saya siap diproses berdasarkan peraturan dan
iv
MOTTO
1
Departemen Agama RI, Al-Qur’an danTerjemahannya, (Bogor: Syaamil Quran, 2007),
417.
v
PERSEMBAHAN
Sujud syukur ku persembahkan kepada Allah SWT yang Maha Agung lagi
Bijaksana karena telah memberi kemudahan dalam setiap urusan dan
masalah yang saya hadapi
Dosen
Sahabat
Dengan keterbatasan ilmu yang penulis miliki, tidak sedikit hambatan dan
Kendala yang penulis hadapi dalam upaya menyelesaikan skripsi ini. Namun,
berkat bantuan dan kerjasama dari berbagai pihak, akhirnya hambatan dan kendala
tersebut dapat terselesaikan dengan baik.Oleh karena itu, dengan yang setinggi-
tingginya kepada pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan kepada
penulis yaitu Bapak Samsul Huda, M.Ag dan Ibuk Mailinar, M.Ud. Adapun
maksud dan tujuan penulisan skripsi ini adalah salah satu syarat memperoleh gelar
sarjana di UIN STS Jambi.
vii
4. Yth. BapakDr. Alfian,S.Pd., M.Ed , Yth. Bapak Dr. H. Muhammad Fadhil,
M.Ag, Yth. Ibu Dr.Roudhoh, S.Ag, SS., M.Pd.I selaku Wakil Dekan I, II, dan
IIIFakultasAdabdanHumaniora UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
5. Yth. BapakAliyas, S.Th.I.,M.Fil.IselakuketuaJurusanSejarahPeradaban Islam
UIN SulthanThahaSaifuddin Jambi.
6. Yth. Bapak Samsul Huda, S.Ag, M.Ag danYth. IbukMailinar, M.Udselaku
Dosen Pembimbing I dan Pembimbing II yang telah membantu dan memberi
kritikan maupun saran serta nasehat dalam penyusunan skripsi ini.
7. Yth. Bapak BapakAliyas, S.Th.I.,M.Fil. Selaku Dosen Pembimbing Akademik.
8. Yth. Seluruh Dosen Fakultas AdabdanHumaniora UIN Sulthan Thaha
Saifuddin Jambiyang telah mengajar dan memberikan ilmu pengetahuan
kepada penulis.
9. Yth. Seluruh karyawan/ti di lingkungan FakultasAdabdanHumaniora UIN
Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
10. Yth. Kepala Perpustakaan UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi beserta stafnya
serta Kepala Perpustakaan Wilayah Jambi
11. Yth. Ketua Lembaga Adat Kota Jambi, Ketua Lambaga Adat Kabupaten
Bungo dan para tokoh-tokoh adat yang telah berkenan membantu saya
memberikan informasi atau data dalam penulisan skripsi ini.
12. Keluarga tercinta yang telah memberikan motivasi dan dorongan serta do’a
yang tiada hentinya agar dapat segera menyelesaikan skripsi ini.
13. Sahabat-sahabati SPI15 yang sama-sama berjuang di Fakultas
AdabdanHumanioraUIN STS Jambi. Khususnya lokal SPI/A yang telah
menjadi partner diskusi yang baik bagi penulis.
viii
ABSTRACK
The leader and its function are the most important elements in a system of
government, the leader in the local context is a reconstruction from the local
community, its function is very necessary to fulfill the needs in the socio-cultural
life of the community. This study discusses the existence of Rio in the
Government System in Bungo District from a Historical Perspective. The purpose
of this study was to see how the history of Rio in the Government System in
Bungo District and to see the Function of Rio in the socio-cultural system of the
community in Bungo District. This study uses the historical method, there are four
stages of research, namely Heuristics, Keritik Source, Interpretation, and
Historiografi. The results of this study indicate that the history of Rio in the
government system in Bungo District originates from the Inner Land which first
occupies the Bungo area now. Which later continued to develop during the Jambi
Sultanate, and still able to maintain its existence during the colonial period,
although it was lost in the new order but reappeared through Regional Regulation
No. 9 of 2007 and persisted until now. In terms of function, Rio is a stakeholder,
meaning that Rio functions as a holder, guardian, and person who practices
customary laws found in a hamlet, this adat leader is also a role model in the
community because that is the behavior of a Rio governed in applicable
customary law. In addition to the traditional Rio holders, it also functions as the
head of government, which means that Rio holds the authority in the hamlet
government, Rio becomes the executive body that runs all customary norms that
apply in a hamlet.
ix
ABSTRAK
x
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .....................................................................1
B. Rumusan Masalah ..............................................................................7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ..........................................................7
D. Batasan Masalah .................................................................................7
E. Tinjauan Pustaka ................................................................................8
F. JadwalPenelitian .................................................................................8
xi
3. Interprestasi .............................................................................23
4. Historiografi ............................................................................24
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .........................................................................................80
B. Rekomendasi ......................................................................................81
C. Kata Penutup ......................................................................................82
DAFTAR PUSTAKA
CURRICULUM VITAE
xii
DAFTAR TABEL, GAMBAR DAN BAGAN
TABEL
KabupatenBungo....................................................................................................43
GAMBAR
BAGAN
1950-1957..............................................................................................................59
xiii
Bagan 4.5Pemerintahan Daerah PadaTahun 1965-1974....................................60
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
suku bangsa dengan komposisi 1.072 etnik dan sub-etnik yang ada di Indonesia2.
ide, gagasan, nilai dan norma, kumpulan dari wujud tersebut hidup dan tumbuh
bersama masyarakat dan selalu berkaitan satu sama lainya sehingga menjadi
sebuah sistem yang salah satu contohnya adalah adat istiadat 3. Adat istiadat
dari masing-masing daerah, seperti pemerintahan Desa di Jawa dan Bali, Nagari
sistim pemerintahan adat di Indonesia sudah ada jauh sebelum Negara ini berdiri
bahkan sudah ada sejak masa Kerajaan,Hal itu di akui oleh seorang Antropolog
2
Menurut hasil survey Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia tahun 2000, Heru
Nurrohman, Program Bimbingan dan Konsling Berbasis Nilai Budaya, ( Repository.upi.edu:
2013) hal 2
3
Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009) hal 150
4
Mubyarto Dkk, Masyarakat Pedesaan Jambi Menuju Desa Mandiri, Pusat Penelitian
Pembangunan Pedesaan dan Kawasan (P3PK) Universitas Gadjah Mada, (Yogyakarta, Aditya
Media, 1990) hal 27-28
5
Hermanto Harun dan Irma Sagala, “Dinamika Model Pemerintahan dalam Masyarakat
Melayu Islam Jambi: Studi Kasus Kabupaten Bungo”, Kontekstualita, Vol. 28, No. 1, (2013) hal
65
1
2
belanda Van Vollen Hopen yang menyatakan bahwa wilayah ini secara hukum
oleh masyarakat pribumi secara turun temurun, bahkan masih ada yang
sudah ada sejak masa Kesultanan Jambi7, yaitu penamaan kepala desa yang
berbeda dengan daerah lain, jika pada umumnya pemimpin desa di Indonesia di
beri nama Kepala Desa ( Kades), berbeda dengan kepala desa di Kabupaten
pemerintahan9. Untuk menjadi seorang Rio, ada beberapa syarat yang harus di
6
A. Hamid.S. Atamimi, Peranan Keppres RI dalam penyelenggaraan pemerintahan,
(Disertasi, Fakultas Pascasarjana Universitas Indonesia, 1990) hlm 92
7
Sebuah kerajaan islam yang berkedudukan di Propinsi Jambi sekarang, berbatasan
langsung dengan Indragiri dan kerajaan Minang kabau di bagian Utara, dan Kesultanan Palembang
di bagian Utara. Baca Adrianus Chatib, dkk. Kesultanan Jambi Dalam Konteks Sejarah
Nusantara, (Jakarta: Kementrian Agama RI, 2013). hal ix
8
Hermanto Harun dan Irma Sagala, “Dinamika Model Pemerintahan dalam Masyarakat
Melayu Islam Jambi: Studi Kasus Kabupaten Bungo” hal 66
9
Observasi awal, Hasil Wawancara Dengan Datuk Azra‟i (Ketua Lembaga Adat Kota
Jambi dan Lembaga Adat Propinsi Jambi), Umur 80 Thn, Alamat: Lrg Depati Setio, Pagar Drum.
Interview Pada Tanggal 28 Desember 2018 pukul 17:11 Wib, Tempat : Kediaman Datuk Azra‟i,
Suasana: Santai
3
penuhi salahsatunya memiliki pemahaman adat dan agama. Karena jabatan Rio
itu bukan hanya kepala pemerintahan tapi juga pemimpin adat yang melekat
fungsi keteladanan ahlak10, hal itulah yang membuat Rio sangat di hormati dan
namanya sistim nasab atau keturuan, karena sistim politik masyarakat desa, garis
pemerintahan adat di Jambi mulai dari Sultan sampai kepada pemimpin tingkat
Secara kelembagaan sistim pemerintahan mulai tergambar jelas itu pada abad ke
15 dan 1613, Dan dalam sistim pemerintahanya pada saat itu tidak ada yang
namanya Desa, yang ada pada waktu itu adalah Dusun14. Pemegang kekuasaan
tertinggi yaitu Sultanyang di bantu oleh Dewan PatihDalam dan Dewan Patih
Luar15 setelah itu turun ke bawahnya menjadi empat bagian yaitu Bangsa
10
Hermanto Harun dan Irma Sagala, “Dinamika Model Pemerintahan dalam Masyarakat
Melayu Islam Jambi: Studi Kasus Kabupaten Bungo” hal 76
11
Pahmi Sy, Perspektif Baru Antropologi Pedesaan, (Jakarta, Gaung Persada Press,
2010) hal 33
12
Anonim, Buku Pedoman Adat Jambi, ( Lembaga Adat Jambi dan Pemerintah Daerah
Tingkat 1 Jambi, 1994) hal 11
13
Anonim, Buku Pedoman Adat Jambi, hal. 1
14
Hermanto Harun dan Irma Sagala, “Dinamika Model Pemerintahan dalam Masyarakat
Melayu Islam Jambi: Studi Kasus Kabupaten Bungo” hal 71
15
Patih dalam dan Patih Luar adalah majelis yang mengatur jalanya pemerintahan di
pusat, yang keputusanya akan mengatur pemerintahan tersebut. Anonim, Buku Pedoman Adat
Jambi, hal. 1
4
dalam pemerintahan kesultanan inilah yang di sebut dengan Rio, namun tidak
semua pemimpin Dusun pada waktu itu di sebut Rio, karena gelar Rio hanya di
Residen yang ada di sumatra20 dan terbagi menjadi 7 Onder Afdeling, salah
21
satunya Afdeling Muara Bungo . Pada masa pemerintahan Belanda ini tidak
Onder Afdeling Muara Bungo terbagi menjadi 8 marga yaitu Marga Pelepat,
Marga Bathin III Ilir, Marga Bathin II, Marga Bathin VII, Marga Bathin III Ulu,
16
Adalah kelompok yang tinggal di tanah nan berajoyang merupakan daerah milik Sultan
mereka bertugas memberikan pelayanan pada Sultan, Lindayanti dkk, Jambi Dalam Sejarah 1500-
1942,hal 48
17
Batin, Penghulu, dan Mendapo adalah daerah tanah nan bajenang yaitu daerah yang
tidak di pimpin oleh raja secara langsung tetapi di wakili oleh Jenang yaitu lembaga perwakilan
Sultan untuk daerah di luar Bangsa 12. Lindayanti dkk, Jambi Dalam Sejarah 1500-1942,hal 21
18
Arsip Provinsi Jambi no 38 Pemerintahan Jambi masa Kesultanan hal 1
19
Anonim, Dinamika Adat Jambi Dalam Era Global, Cetakan II, (Jambi: Lembaga Adat
Provinsi Jambi, 2003), hal 80.
20
Hermanto Harun dan Irma Sagala, “Dinamika Model Pemerintahan dalam Masyarakat
Melayu Islam Jambi: Studi Kasus Kabupaten Bungo”, Kontekstualita, Vol. 28, No. 1, (2013) hal
70
21
Arsip Provinsi Jambi no 38 Pemerintahan Jambi masa Kesultanan hal 17
22
Marga adalah wilayah persekutuan hukum adat sekaligus sebagai unit administrasi
yang bersifat otonom dalam artian memiliki hak untuk mengatur rumah tangganya sendiri, Prof.
Mubyarto Dkk, Masyarakat Pedesaan Jambi Menuju Desa Mandiri, Pusat Penelitian
Pembangunan Pedesaan dan Kawasan (P3PK) Universitas Gadjah Mada, (Yogyakarta, Aditya
Media, 1990) hal 31
23
Anonim, Buku Pedoman Adat Jambi, ( Lembaga Adat Jambi dan Pemerintah Daerah
Tingkat 1 Jambi, 1994) hal.2
5
Marga Tanah Sepenggal, Marga Bilangan V/VII dan Marga Jujuhan, Setiap
pada masa Penjajahan Jepang. Pada masa ini tidak banyak yang di ubah jepang
dusun atau kampong, istilah Rio masih di pakai pada masa pemerintahan Jepang.
kabupaten yaitu Kabupaten Batang Hari dan Kabupaten Merangin yang masing-
kedalam Kabupaten Merangin, dan istilah Pesirah sebagai pemimpin marga dan
24
Arsip Provinsi Jambi no 38 Pemerintahan Jambi masa Kesultanan hal 30
25
Arsip Provinsi Jambi no 38 Pemerintahan Jambi masa Kesultanan hal 37
6
Daerah Nomor 9 Tahun 2007 yaitu tentang Penyebutan Kepala Desa Menjadi
Rio, Desa Menjadi Dusun dan Dusun menjadi Kampung27. Peraturan Daerah ini
di sambut baik oleh masyarakat, begitu juga dengan adat yang sudah mulai
perda tahun 2007 dan dari beberapa sistim pemerintahan adat yang ada sejak
26
Suhartono, et.al, Parlemen Desa Dinamika Kelurahan dan DPRK Gotong Royong
(Yogyakarta: Lapera, 2000), hal 12.
27
Hermanto Harun dan Irma Sagala, “Dinamika Model Pemerintahan dalam Masyarakat
Melayu Islam Jambi: Studi Kasus Kabupaten Bungo”, Kontekstualita, Vol. 28, No. 1, (2013) hal
74
7
masa kesultanan di Jambi, hanya Rio yang masih bisa bertahan sampai sekarang,
ada di Kabupaten Bungo bukan hanya sekedar pemimpin pemerintahan tetapi juga
Oleh karena itu penulis merasa perlu untuk melakukan penelitian lebih lanjut
B. Rumusan Masalah
Bungo ?
Kabupaten Bungo ?
C. Batasan Masalah
sampel dari beberapa desa dengan indikator desa yang paling tua. Dalam kajian
ini peneliti memfokuksan pada sejarah Rio masa kesultanan Jambi sampai pada
hilangnya Rio tahun 1979 dan muncul kembali pada tahun 2007, Serta fungsinya
2. Untuk menambah ilmu penulis serta penerapan ilmu dan teori yang
telah dipelajari.
Bungo.
4. Untuk memenuhi salah satu syarat mencapai gelar sarjana strata satu
E. Tinjauan Pustaka
Pada dasarnya urgensi tinjauan pustaka adalah sebagai bahan auto kritik
menghindari terjadinya pengulangan hasil temuan yang ada, maka penulis akan
memaparkan beberapa bentuk tulisan yang ada. Beberapa bentuk tulisan atau hasil
Pertama, Hermanto Harun & Irma Sagala, jurnal yang berjudul Dinamika
Kabupaten Bungo. Dosen Fakultas Syairah IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
9
Tahun 2013, penelitian ini sedikit banyak menyinggung tentang pemerintahan Rio
pemerintahan Rio melalui Perda Nomor 9 Tahun 2007. Secara sekilas penelitian
ini memang membahas tentang Rio namun dalam kaitanya dengan sejarah Rio
amatlah berbeda dalam penelitian ini pembahasan Rio hanya di lihat dari sisi
pemerintahan bukan dari sisi sejarah dan rentan waktunyapun masih relatif
Hubungan Kekuasaan Elit Pemerintah Desa “28yang di tulis oleh Siti Nuraini,
pemerintah pusat terhadap sistim pemerintahan yang ada di desa, bagaimana desa
menanggapi kebijakan dari pemerintaah dan seperti apa penerapan dari kebijakan
Selain itu ada lagi sebuah jurnal yang berjudul “Beban Masyarakat Adat
hukum adat yang ada di masyarakat salah satunya sistem pemerintahan, serta
28
Siti Nuraini, Hubungan Kekuasaan Elit Pemerintah Desa , Jurnal Kybernan, Vol. 1,
No. 1 Maret 2010
29
M.Syamsudin, Beban Masyarakat Adat Menghadapi Hukum Negara, Jurnal Hukum N
O. 3 VOL. 15 Juli 2008: 338 - 351
10
masyarakat desa yang berjudul “Pemilihan Struktur pada Perilaku Elit Lokal
yang berisi tentang proses marjinalisasi masyrakat adat yang ada di Lahat, akibat
30
Dedi Supriadi Adhuri, Pemilihan Struktur pada Perilaku Elit Lokal Kabupaten Lahat,
Sumatera Selatan, ANTROPOLOGI INDONESIA 68, 2002
BAB II
KERANGKA TEORI
A. Pengertian Teori
konsep, definisi, dan proposisi yan disusun secara sistematis.secara umum, teori
1. Teori Siklus
urutan yang sama kebudayaan itu tumbuh, berkembang, tua dan mati lalu
siklus itu akan terulang kembali. Kerajaan tumbuh, berkembang dan lenyap
untuk di gantikan oleh kerajaan baru, anggapan ini terus di anut sampai pada
abad pertengahan32.
Setelah masuk pada abad ke 20, masih ada yang menganut teori siklus
atau gerak lingkar, yaitu Oswald Spengler seorang tokoh filsafat sejarah.
dan siklus itu selalu berulang pada tiap-tiap kebudayaan. Kebudayaan Hindu
31
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan “ Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan RND”
(Bandung : Alfabeta, 2010), 81.
32
Sidi Gazalba, Pengantar Sejarah Sebagai Ilmu (Jakarta: Bharatara Karya Aksara, 1981),
hlm. 70
33
Sidi Gazalba, Pengantar Sejarah Sebagai Ilmu,hal 72-73
11
12
Harton dan Hunt juga berpendapat ada sejumlah tahap yang harus di
lalui oleh setiap masyarakat, namun mereka berpandangan bahwa proses itu
bukanlah ahir dari proses perubahan yang sempurna. Akan tetapi proses
proses peralihan”34
Melihat dari teori siklus ini, peneliti menganggap teori ini cocok di
jadikan sebagai pisau analisis untuk mengungkap tentang sejarah Rio dalam
merupakan sebuah pola gerak sejarah yang bersifat siklus, di mana Rio yang
awalnya ada, tumbuh, berkembang dan hilang pada masa orde baru tapi
sistem yang terdiri atas bagian yang saling berhubungan, dan salah satu
bagian tidak dapat berfungsi tanpa berhubungan dengan bagian yang lain.
Apabila terjadi perubahan pada unsur sosial-budaya pada salah satu bagian
institusi dengan memfokuskan pada fungsi yang di bentuk dan di susun oleh
gejala sosial dan institusi sosial tersebut. Dari sisi kaedah tersebut Fungsional
Kedua, struktur sosial merujuk pada pola hubungan dalam setiap satuan
sosial yang mapan dan sudah memiliki identitas sendiri sedangkan fungsi
merujuk pada kegunaan atau manfaat dari tiap satuan sosial tadi36.
sistem.
masyarakat jadi apabila fungsi Rio ini tidak berjalan dengan baik maka
36
Garna, K. Teori-Teori Perubahan Sosial. (Jakarta Timur:Yudistira, 1992), hal 54
37
Sendjaja, H. Teori-teori Komunikasi, (Jakarta:Universitas Terbuka 1994), hal 32
14
Rio, jadi inilah alasan penulis memakai Teori ini karena memiliki korelasi
3. Teori Kepemimpinan
Karena Rio ini adalah sistim pemerintahan adat yang ada di jambi
Syarak, disamping ia harus baligh, berakal, berbudi baik dan beragama islam.
Dalam hala yang berkaitan dengan suku atau qolbu, pemimpin adat harus
memiliki garis keturunan sebagai pemimpin adat pula. Sedangkan dari segi
38
Kartini Kartono, Pemimpin dan Kepemimpinan (Jakarta PT. Rajawaligrafindo Persada)
hal.55
15
adat juga harus berpedoman pada titah Allah dan Rasul. Pimpinan menjadi
penulis gunakan untuk melihat sosok Rio sebagai pemimpin adat. Apakah
39
Anonim, Sejarah dan Perkembangan Adat Bungo Tebo (Muara Bungo:1988), hal
16
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
sejumlah variabel yang berkenaan dengan masalah dan unit yang diteliti.40 Dalam
penelitian ini penulis akan mencoba mendeskrifsikan tentang eksistensi Rio dalam
adalah metode sejarah, yaitu seperangkat aturan dan prinsip sistematis untuk
mengajukan sintesis dari hasil-hasil yang dicapai dalam bentuk tulisan.41 Dalam
1. Heuristik
adalah suatu teknik, suatu seni, dan bukan suatu ilmu. Oleh karena itu,
40
Sanapiah Faisal, Format-Format Penelitian Sosial,(Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2007), hlm 20
41
Dudung Abdurahman, Metodologi Penelitian Sejarah Islam, (Yogyakarta: Ombak,
2011), hlm. 103.
16
17
merupakan teknik awal yang peneliti gunakan untuk mendapatkan data yang
terhadap suatu benda, kondisi, situasi, proses, atau prilaku.43 Dengan observasi
kita akan memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang kehidupan sosial
dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikontruksikan makna dalam
suatu topik tertentu.44 Metode ini merupakan salah satu cara dalam
responden.
42
Dudung Abdurrahman, Metodologi Penelitian Seiarah Islam, (Yogyakart: Ombak ,
2011),hlm 104
43
Sanapiah Faisal, Format-Format Penelitan Sosial, hlm 52
44
Sugiono, Memahami Penelitian Kualitatif, hlm. 72
18
mengambil sampel dari tokoh-tokoh adat atau pemangku adat yang ada di
penelitian ini adalah sistim pemerintahan adat maka sumber yang tepat adalah
Tua)
ditanya.45
45
Sugiono, Memahami Penelitian Kualitatif, hlm. 74
19
seseorang.46
Koran, majalah, buku, catatan rapat, daftar anggota organisasi, dan arsip-arsip
saksi mata47. Jadi dari penjelasan diatas maka sumber-sumber dalam heuristik
dapat di kelompokan menjadi dua yaitu sumber primer dan sumber skunder:
a. Sumber Primer
seperti dokumen dan lain-lain. Berkaitan dengan hal itu pada bagian ini
langsung dengan pelaku atau saksi mata yang dalam hal ini adalah
46
Sugiono, Memahami Penelitian Kualitatif, hlm. 82
47
Dudung Abdurrahman, Metodologi Penelitian Sejarah Islam, hlm.103
48
Prof. Dr. Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2010), hlm. 157
49
Tim Penyusun Buku Pedoman Skripsi, Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Adab-Sastra
dan Kebudayaaan Islam, (Jambi: IAIN STS Jambi, 2011), hlm.31
20
jauh lebih mengetahui atau menguasai, seperti Ketua Lembaga Adat dan
keakuratan data pada penelitian skripsi ini adalah saksi hidup yang hingga
b. Sumber Skunder
analisis, kritik dan sejenisnya yang berkaitan dengan data primer 50. Data
langkah awal dalam penelitian yaitu sebagai data awal tentang eksistensi
tulisan dan lisan, dengan cara tulisan peneliti bisa menemukan data
50
Tim Penyusun Pedoman Skripsi, Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Adab-Sastra dan
Kebudayaan Islam, (Jambi: IAIN STS Jambi, 2011), hlm. 34
21
peneliti. Karena tanpa informan, penulis mungkin akan buta dan akan
tertentu51.
2. Keritik Sumber
berikutnya ialah verifikasi atau lazim disebut juga dengan keritik untuk
memperoleh keabsahan sumber. Dalam hal ini yang harus diuji adalah
sejarah tidak bisa ditinggalkan berikut ini akan dijelaskan tentang teknik
51
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, hlm. 53
52
Dudung Abdurrahman, Metodologi Penulisan Sejarah Islam, hlm.108
22
a. Keaslian Sumber
ia menyeleksi segi-segi fisik dari sumber yang ditentukan. Bila sumber itu
dan segi penampilan luarnya yang lain53, tentang eksistensi Rio dalam
b. Kesahihan Sumber
dan tidaknya bukti atau fakta sejarah itu sendiri. Menurut Gilbert J.
cermat, dan jujur. Oleh karena itu, kritik dilakukan sebagai alat pengendali
mungkin terjadi.54
53
Dudung Abdurrahman, Metodologi Penelitian Sejarah Islam, hlm. 108
54
Dudung Abdurrahman, Metodologi Penelitian Sejarah Islam, hlm. 111
23
persepsi perasaan, karena ilusi dan halusinasi sintesis dari kenyataan yang
3. Interprestasi
menyeluruh56.
interprestasi ini sendiri untuk menganalis data yang telah dikumpulkan dan
yang telah dicari keabsahannya tentang data tersebut, analisis data ini
digunakan dalam tahap ketiga untuk penelitian sejarah, yang berkaitan dengan
sejarah.
55
Dududung Abdurrahman, Metodologi Penelitian Sejarah Islam, hlm. 111
56
Dudung Abdurrahman, Metodologi Penelitian Sejarah Islam, hlm. 114
24
4. Historiografi
cara penulisan, pemaparan atau pelaporan hasil penelitian sejarah yang telah
dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai proses penelitian sejak dari
sejarah adalah:
Indonesia yang baik, mengerti bagai mana memilih kata atau gaya bahasa
yang tepat dalam mengungkapkan maksudnya, bahasa yang mudah dan jelas
dipahami, dan data dipaparkan seperti apa adanya atau seperti yang dipahami
sebgaian dari sejarah yang lebih umum, karena ia didahului oleh masa dan
diikuti oleh masa pula. Dengan perkataan lain, penulisan itu ditempatkan
dan membuat garis-garis umum yang akan diikuti secara jelas oleh pemikiran
pembaca. Dalam hal ini perlu dibuat pola penulisan atau sistematika
57
Dududung Abdurrahman, Metodologi Penelitian Sejarah Islam, hlm. 117
25
dilandaskan atas bukti-bukti yang terseleksi, bukti yang cukup lengkap, detail
58
Dududung Abdurrahman, Metodologi Penelitian Sejarah Islam, hlm. 116-118
26
2018/2019
No Kegiatan November Desember Januari Februari Maret April Mei
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pengajuan judul x
Pengajuan dosen
2 pembimbing x
Bimbingan, perbaikan
proposal dan izin
3 x x x
seminar
4 Seminar proposal x
Revisihasil seminar dan
5 surat izin riset X x x X x x
6 Pengumpulan data x x x X x
7 Pengolahan data X x x x
8 Penulisan skripsi X x x x x
Bimbingan dan
9 perbaikan x x x x
a. Letak Geografis
102o 30’ Bujur Timur, dan antara 01o 08’ sampai 01o 55’ Lintang
Bungo60.
Pelepat 1069.07 15
59
Badan Pusat Statistik Kabupaten Bungo, Kabupaten Bungo Dalam Angka
2017.(Bungo:Badan Pusat Statistik Kabupaten Bungo. 2017), hal 12
60
Badan Pusat Statistik Kabupaten Bungo, K abupaten Bungo Dalam Angka 2017.
(Bungo:Badan Pusat Statistik Kabupaten Bungo. 2017)
27
28
Limbur Lubuk
932.41 14
Mengkuang
Jujuhan 254.12 10
Kabupaten Bungo sebagai lokasi penelitian adalah 4.659 km2 yang terdiri
Kabupaten Bungo61.
61
Badan Pusat Statistik Kabupaten Bungo, Kabupaten Bungo Dalam Angka 2017.
30
Kabupaten Bungo secara umum di lintasi oleh 6 sungai yaitu Sungai Baru
Sungai Batang Bungo dan Sungai Batang Jujuhan. Dari tabel di atas juga
b. Pemerintahan
Kerjan.
Setia.
Taman Agung.
62
Badan Pusat Statistik Kabupaten Bungo, Kabupaten Bungo Dalam Angka 2017.hal 30-
31
32
tidak ada kelurahan dan semua desa merupakan desa perdesaan. 10.
Kecamatan Bathin III Ulu terdiri dari 9 desa definitif, tidak ada
10) Kecamatan Tanah Sepenggal terdiri dari 10 desa definitif, tidak ada
12) Kecamatan Tanah Tumbuh terdiri dari 11 desa definitif, tidak ada
DPRD, dinas, badan, kantor, rumah sakit, dan lain-lain secara keseluruhan
berjumlah 6.107 orang yang terdiri dari 3.074 laki-laki (50,34 persen) dan
c. Penduduk
orang-orang suku Batin, suku ini berasal dari Melayu Tua yang mendiami
63
Badan Pusat Statistik Kabupaten Bungo, Kabupaten Bungo Dalam Angka 2017. Hal 32
33
64
Anonim, Sejarah dan Perkembangan Adat Bungo Tebo (Muara Bungo:1988), hal 9
65
Badan Pusat Statistik Kabupaten Bungo, Kabupaten Bungo Dalam Angka 2017.
34
Limbur Limbur
7 764 7 433 15 197
Mengkuang
jiwa, dan paling banyak adalah di Kecamatan Pelepat Ilir dengan jumlah
50.879 jiwa, yang paling sedikit terdapat di Kecamatan Bathin III Ulu
Jumlah Transmigran
Kuamang Kuning
6 II 1982/1983 500 2 186
Kuamang Kuning
7 III 1981-1983 430 1 726
Kuamang Kuning
8 IV 1981/1982 550 2 058
Kuamang Kuning
9 IX 1983/1984 442 1 885
Kuamang Kuning
10 V 1981/1982 340 1 581
Kuamang Kuning
11 VI 1981-1983 500 1 968
66
Badan Pusat Statistik Kabupaten Bungo, Kabupaten Bungo Dalam Angka 2017.
36
Kuamang Kuning
12 VII 1982-1984 376 1 568
Kuamang Kuning
13 VIII 1983/1984 437 1 828
Kuamang Kuning
14 X 1983/1984 348 1 371
Kuamang Kuning
15 XIV 1984/1985 555 1 433
Kuamang Kuning
16 XIX 1984/1985 466 2 055
Kuamang Kuning
17 XV 1984/1985 295 1 346
Kuamang Kuning
18 XVI 1984-1987 497 2 091
Kuamang Kuning
19 XVII 19984/1985 403 1 722
Kuamang Kuning
20 XVIII 1984/1985 276 1 110
d. Pendidikan
Jumlah murid:
Dari segi Jumlah Pegawai Negeri Sipil yang ada di kabupaten Bungo bisa
Tabel 4.5 Jumlah Pegawai Negeri Sipil Daerah Menurut Unit Organisasi
dan Golongan di Lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Bungo, 2016
Golongan Jumla
Unit Organisasi
I II III IV h
67
Badan Pusat Statistik Kabupaten Bungo, Kabupaten Bungo Dalam Angka 2017. Hal
118
39
Sekretariat DPRD - 16 24 4 44
Inspektorat - 6 32 7 45
Kecamatan Pelepat - 6 6 2 14
Kecamatan II Pelayang 10 4 1 15
Kecamatan Jujuhan 7 6 1 14
Kelurahan Cadika 3 6 9
Kelurahan Manggis 6 6 12
Sipil yang terdapat di kabupaten Bungo mencapai jumlah 6.242 pada tahun 2016.
e. Agama
Islam.
43
Kabupaten Bungo68
Pemeluk Agama
Kecamatan
Islam Protestan Katholik Hindu Budha Lainnya
Pelepat 19,815 - - - - -
Bathin II
Babeko 12,942 - - - - -
Rimbo
Tengah 27,291 - - - - -
Pasar
Muara
Bungo 25,204 862 987 76 147 -
Rantau
Pandan 18,953 - - - - -
Muko-
Muko
Bathin VII 18,942 - - - - -
Bathin III
Ulu 11,414 - - - - -
68
Badan Pusat Statistik Kabupaten Bungo, Kabupaten Bungo Dalam Angka 2017.
44
Tanah
Sepenggal 22,132 - - - - -
Tanah
Sepenggal
Lintas 19,486 7 16 - - -
Tanah
Tumbuh 18,275 - - - - -
Limbur
Lubuk
Mengkuang 15,202 - - - - -
Bathin II
Pelayang 14,768 - - - - -
Jujuhan 17,922 - - - - -
Agama islam menempati posisi terbanyak dengan jumlah mencapai 33.104, dan
yang paling sedikit adalah pemeluk agama Hindu dengan jumlah 142 jiwa
pengertian Rio terlebih dahulu. Rio secara bahasa berasal dari kata
45
Terjemahan
mana seloko adat Jambi yang mengatakan Adat samo ico pakai Belain70.
oleh Datuk Azra’i Basyari selaku Ketua Lembaga Adat Kota Jambi
69
Anonim, Buku Pedoman Adat Bungo, (Muara Bungo:Lembaga Adat Kabupaten
Bungo, 2004), hal 24
70
Anonim, Dinamika Adat Jambi Dalam Era Global, Cetakan II, (Jambi: Lembaga Adat
Provinsi Jambi, 2003), hal 80.
46
Terjemahan
penamaan kepala Dusun dengan sebutan Rio, hanya dipakai pada sistim
Daerah Batin itu di bentuk oleh suku Batin, yaitu suku yang berasal
sekarang73.
daerah tebo dulu ada juga penduduk Batin seperti Batin V, Batin
71
Hasil Wawancara Dengan Datuk Azra‟i (Ketua Lembaga Adat Kota Jambi dan
Lembaga Adat Propinsi Jambi), Umur 80 Thn, Alamat: Lrg Depati Setio, Pagar Drum. Interview
Pada Tanggal 28 Desember 2018 pukul 17:11 Wib, Tempat : Kediaman Datuk Azra‟i, Suasana:
Santai
72
Hasil Wawancara Dengan Datuk Azra‟i (Ketua Lembaga Adat Kota Jambi dan
Lembaga Adat Propinsi Jambi)
73
Anonim, Sejarah dan Perkembangan Adat Bungo Tebo (Muara Bungo:1988), hal 9
47
II, Batin III Hulu, Batin III Hilir, Batin Bilangan V dan Batin VII75.
Jumlah Batin menandakan jumlah Dusun asal dari batin tersebut, jika
Batin II, maka dahulu hanya ada dua Dusun dan jika Batin III berarti
dahulu hanya ada tiga Dusun asal begitupun seterusnya, dan masing-
74
J. Tideman dengan Bantuan Ph.FL. Sigar, Koninklijke Vereeniging Koloniaal Instituut
Amsterdam. Hal 90-93.
75
Lindayanti dkk, Jambi Dalam Sejarah 1500-1942, (Jambi:Pusat Kajian Pengembangan
Sejarah dan Kebudayaan Jambi. 2013), hal 40-41
76
Hasil Wawancara Dengan Datuk Husin (Ketua Lembaga Adat Kabupaten Bungo),
Umur 85 Thn, Alamat: Dusun Bebeko RT.01, Interview Pada Tanggal 13 Februari 2019, Pukul
10:14 Wib, Tempat : Rumah Kediaman , Suasana: Santai
77
Ada dua macam gelar dalam adat yang di sandang oleh pemangku adat pertama Gelar
bagi Seorang yang menjadi pimpinan kepala daerah yang ada hubunganya dengan Hukum
Adat.Kedua Gelar yang di terima sebagai warisan dari suku atau kalbu. Lihat Anonim, Buku
Pedoman Adat Bungo, (Muara Bungo:Lembaga Adat Kabupaten Bungo, 2004), hal 22
78
Anonim, Sejarah dan Perkembangan Adat Bungo Tebo (Muara Bungo:1988), hal 12
48
Rio sebagai Pemimpin Dusun, sementara di dusun lain masih banyak gelar
yang ada di Kabupaten Bungo Sekarang berasal dari suku Batin, yaitu
sekarang.
pemerintahan Rio itu berasal, karena berdasarkan data yang penulis dapat
Rio itu hanya terdapat pada pemerintahan Dusun yang ada pada Daerah
Batin.
masuk dalam daerah tanah nan bajenang79. Penduduk daerah ini harus
Jadi Rio sebagai pemimpin Dusun yang ada di daerah Batin tersebut
79
Lindayanti dkk, Jambi Dalam Sejarah 1500-1942,hal 21
80
Lembaga Jenang adalah jalan lain yang di gunakan Sultan untuk mengingatkan para
pimpinan daerah-daerah di pedalaman akan keberadaan otoritas sentral. Lihat Lindayanti dkk,
Jambi Dalam Sejarah 1500-1942,hal 21
49
bersifat otonom mereka memilih pemimpinya sendiri dan sultan tidak bisa
ikut campur dalam hal pemilihan pemimpin di daerah ini 81, termasuklah
para pemimpin Batin juga bertugas sebagai pejaga garis batas daerah82.
Istana
Tanah Pilih
Bangsa XII
Wilayah
Jenang
81
Lindayanti dkk, Jambi Dalam Sejarah 1500-1942, (Jambi:Pusat Kajian Pengembangan
Sejarah dan Kebudayaan Jambi. 2013), hal 22
82
Lindayanti dkk, Jambi Dalam Sejarah 1500-1942,hal 22
83
Lindayanti dkk, Jambi Dalam Sejarah 1500-1942,hal 47
50
Sultan
Kerapatan
Bangsa XII
Susunan
Panembahan
Kampung
(Mangku)
Kesultanan Jambi sistim Pemerintahan Rio sudah ada, menjadi bagian dari sistem
Pemerintahan Batin yang di bawahnya terdiri dari beberapa dusun dan setiap
dusun itu di pimpin oleh seorang Rio, di bawah dusun terdapat lagi beberapa
84
Arsip Provinsi Jambi no 38 Pemerintahan Jambi masa Kesultanan hal 1
51
b. Masa Kolonialisme
menjadi salah satu residen dari 10 Residen yang ada di sumatra86, dan
terjadi di wilayah adat Bungo tepatnya pada tahun 1926 wilayah adat
85
Adrianus Chatib, dkk. Kesultanan Jambi Dalam Konteks Sejarah Nusantara, (Jakarta:
Kementrian Agama RI, 2013). Hal 142
86
Hermanto Harun dan Irma Sagala, “Dinamika Model Pemerintahan dalam Masyarakat
Melayu Islam Jambi: Studi Kasus Kabupaten Bungo”, Kontekstualita, Vol. 28, No. 1, (2013) hal
70
87
Arsip Provinsi Jambi no 38 Pemerintahan Jambi masa Kesultanan hal 17
88
Hermanto Harun dan Irma Sagala, “Dinamika Model Pemerintahan dalam Masyarakat
Melayu Islam Jambi: Studi Kasus Kabupaten Bungo”, Kontekstualita, Vol. 28, No. 1, (2013) hal
69
89
Marga adalah wilayah persekutuan hukum adat sekaligus sebagai unit administrasi
yang bersifat otonom dalam artian memiliki hak untuk mengatur rumah tangganya sendiri, Prof.
52
kesultanan Jambi91.
dari politik Belanda agar lebih mudah mengusai Negeri yang memiliki
Dr. Mubyarto Dkk, Masyarakat Pedesaan Jambi Menuju Desa Mandiri, Pusat Penelitian
Pembangunan Pedesaan dan Kawasan (P3PK) Universitas Gadjah Mada, (Yogyakarta, Aditya
Media, 1990) hal 31
90
Pesirah adalah gelar yang di berikan kepada pemimpin Marga. Anonim, Sejarah dan
Perkembangan Adat Bungo Tebo (Muara Bungo:1988), hal 12
91
Anonim, Sejarah dan Perkembangan Adat Bungo Tebo (Muara Bungo:1988), hal 13
92
Hasil wawancara dengan H.M. Mahmud, A.S (mantan Ketua Lembaga Adat tahun
1970) Umur 79 tahun , Alamat : RT 12 RW 05 Kel. Batang Bungo .pada tanggal 21 Maret 2019
pukul 14:13 WIB. Di rumah kediaman beliau, suasana santai.
53
Marga di antaranya94:
1) Marga Jujuhan
2) Marga Bilangan V
6) Marga Batin II
8) Marga Pelepat
93
Anonim, Sejarah dan Perkembangan Adat Bungo Tebo (Muara Bungo:1988), hal 13
94
Lindayanti dkk, Jambi Dalam Sejarah 1500-1942,hal 41
54
kehidupan masyarakat.
Keresidenan
(Residen)
Marga
(Pesirah)
Kampung
(Mangku)
95
Hasil Wawancara Dengan Datuk Husin (Ketua Lembaga Adat Kabupaten Bungo),
Umur 85 Thn, Alamat: Dusun Bebeko RT.01, Interview Pada Tanggal 13 Februari 2019, Pukul
10:14 Wib, Tempat : Rumah Kediaman , Suasana: Santai
96
Arsip Provinsi Jambi no 38 Pemerintahan Jambi masa Kesultanan, hal 15
55
tidak sampai kepada tingkat dusun sehingga Rio masih tetap di pakai oleh
masyarakat.
pemerintahan.
masyarakat.
97
Hermanto Harun dan Irma Sagala, “Dinamika Model Pemerintahan dalam Masyarakat
Melayu Islam Jambi: Studi Kasus Kabupaten Bungo”, hal 70
98
Hermanto Harun dan Irma Sagala, “Dinamika Model Pemerintahan dalam Masyarakat
Melayu Islam Jambi: Studi Kasus Kabupaten Bungo”, hal 70
99
Arsip Provinsi Jambi no 38 Pemerintahan Jambi masa Kesultanan hal 30
56
1) Jambi
2) Tembesi
3) Tungkal
4) Tebo
5) Bungo
6) Bangko
7) Sarolangun
Syuu
(Syuu-cokan)
Bunsyuu
(Bunsyuu-co)
Gan
(Onderafdeling)
Marga
(Foku-gnco)
Kampung
(Mangku)
100
Hermanto Harun dan Irma Sagala, “Dinamika Model Pemerintahan dalam Masyarakat
Melayu Islam Jambi: Studi Kasus Kabupaten Bungo”, hal 70
101
Arsip Provinsi Jambi no 38 Pemerintahan Jambi masa Kesultanan
57
Kerinci
penjajahan jepang, ternyata Rio masih tetap bertahan dan di pakai oleh
c. Masa Kemerdekaan
102
Hermanto Harun dan Irma Sagala, “Dinamika Model Pemerintahan dalam Masyarakat
Melayu Islam Jambi: Studi Kasus Kabupaten Bungo”, hal 70
103
Dalam sistim pemerintahan Jambi, Desa itu di sebut dengan Dusun. Hasil Wawancara
Dengan Datuk Azrai (Ketua Lembaga Adat Kota Jambi dan Lembaga Adat Propinsi Jambi), Umur
80 Thn, Alamat: Lrg Depati Setio, Pagar Drum. Interview Pada Tanggal 28 Desember 2019 pukul
17:11 Wib, Tempat : Kediaman Datuk Azra‟i, Suasana: Santai
58
berikut:
pemerintahan adat seperti Rio dapat terlindungi dan berjalan sesuai dengan
Kewedanaan M. Bungo.
104
Penjelasan UUD 1945 Pasal 18 , Sebelum di amandemen
59
Propinsi
(Sumatra Tengah
Keresidenan
Kabupaten Kabupaten
Batanghari Merangin
105
Arsip Provinsi Jambi no 38 Pemerintahan Jambi masa Kesultanan hal 37
60
Propinsi Jambi
Kecamatan
Kecamatan
(camat)
Kampung Marga
(Pesirah)
Dusun
(Rio)
Kampung
(mangku)
Selanjutnya masuk pada masa orde baru, pada masa inilah sistim
pemerintahan adat mulai terkikis, karena ada upaya dari pemerintah untuk
c yang berbunnyi108:
106
Arsip Provinsi Jambi no 38 Pemerintahan Jambi masa Kesultanan hal 46
107
Arsip Provinsi Jambi no 38 Pemerintahan Jambi masa Kesultanan hal 46
108
Undang-undang Desa Nomor 5 Tahun 1979.
61
Dusun karena telah di ganti oleh kepala desa, sebagai mana yang di
Bungo:
“Rio itu sudah ado dari zaman dulu namun hilang sejak keluarnyo
Undang-undang Nomor 5 tahun 1979, ahirnyo di ganti Kepalo
Desa”109.
Terjemahan
109
Hasil Wawancara Dengan Datuk Husin (Ketua Lembaga Adat Kabupaten Bungo),
Umur 85 Thn, Alamat: Dusun Bebeko RT.01, Interview Pada Tanggal 13 Februari 2019, Pukul
10:14 Wib, Tempat : Rumah Kediaman , Suasana: Santai
62
“Rio itu sudah ada dari zaman dahulu namun hilang sejak
keluarnya Undang-undang Nomor 5 tahun 1979, ahirnya di ganti
kepala desa”
Terjemahan
“Rio itu pemimpin dusun, jadi perubahan Rio menjadi kepala desa
karena Undang-undang Nomor 5 tahun1979, hancurlah dusun
karenanya akibat sudah menjadi desa, ahirnya adat itu hilang
karena tidak ada lagi yang memangkunya yaitu Rio.”
dengan kepala desa. Akibat dari hilangnya Rio ini, maka hilang pulalah
adat istiadat dalam masyarakat pada waktu itu, karena pemangku adat itu
110
Hasil Wawancara Dengan Datuk Azra‟i (Ketua Lembaga Adat Kota Jambi dan
Lembaga Adat Propinsi Jambi), Umur 80 Thn, Alamat: Lrg Depati Setio, Pagar Drum. Interview
Pada Tanggal 28 Desember 2019 pukul 17:11 Wib, Tempat : Kediaman Datuk Azra‟i, Suasana:
Santai
63
tidak di patuhi lagi, adab nan mudo dengan nan tuo sudah hilang112.
Propinsi Jambi
Kecamatan
Kecamatan
(camat)
Kelurahan/Desa
Kelurahan/Desa
(Kepala Desa)
hilang dan tidak di pakai lagi akibat dari hilangnya dusun karena telah di
desa.
111
Anonim, Konsep Sejarah Muara Bungo,( Bungo: Disbudparpora Kabupaten Bungo.
2013), hal 1
112
Hasil wawancara dengan H.M. Mahmud, A.S (mantan Ketua Lembaga Adat tahun
1970) Umur 79 tahun , Alamat : RT 12 RW 05 Kel. Batang Bungo .pada tanggal 21 Maret 2019
pukul 14:13 WIB. Di rumah kediaman beliau, suasana santai.
113
Arsip Provinsi Jambi no 38 Pemerintahan Jambi masa Kesultanan hal 46
64
tentang penyebutan Kepala Desa menjadi Rio, Desa menjadi Dusun dan
Dusun atau Rio adalah adanya rasa kekhawatiran terhadap sistim sosial
struktur sosial yang mapan yaitu kembali kepada adat dan tradisi lama
karena dengan itulah struktur sosial kita bisa menjadi kuat, dan langkah
perda tersebut adalah salah satu upaya untuk memantapkan kembali ke jati
114
Hasil Wawancara Dengan Datuk Husin (Ketua Lembaga Adat Kabupaten Bungo),
Umur 85 Thn, Alamat: Dusun Bebeko RT.01, Interview Pada Tanggal 13 Februari 2019, Pukul
10:14 Wib, Tempat : Rumah Kediaman , Suasana: Santai
115
Zulfikar Ahmad , Revitalisasi Adat dan Budaya Lokal, Mengambil Peran Adat;
Membangkit Batang Terendam, (Jambi: Sulthan Thaha Press, 2009) , hal 6
65
diri kita bahwa Adat Besendi Syarak, Syarak Besendi Kitabullah, Syarak
mengatakan:
Terjemahan:
seperti pemecahan masalah yang di lakukan dengan sidang adat 118, selain
116
Hasil wawancara dengan H.M. Mahmud, A.S (mantan Ketua Lembaga Adat tahun
1970) Umur 79 tahun , Alamat : RT 12 RW 05 Kel. Batang Bungo .pada tanggal 21 Maret 2019
pukul 14:13 WIB. Di rumah kediaman beliau, suasana santai.
117
Hasil Wawancara Dengan Datuk Husin (Ketua Lembaga Adat Kabupaten Bungo),
Umur 85 Thn, Alamat: Dusun Bebeko RT.01, Interview Pada Tanggal 13 Februari 2019, Pukul
10:14 Wib, Tempat : Rumah Kediaman , Suasana: Santai
118
Hasil Wawancara Dengan Datuk Syamsudin (Ketua Lembaga Adat Kecamatan),
Umur 70 Thn, Alamat: Dusun Sungai Arang RT.03, Interview Pada Tanggal 21 Maret 2019, Pukul
14:13 Wib, Tempat : Rumah Kediaman Datuk Syamsudin, Suasana: Santai
66
itu dari adat-adat yang lain juga telah di aktifkan kembali seperti adat
dalam pernikahan119.
sama dengan Rio yang ada pada zaman dulu, namun Datuk Azrai
mengatakan hal itu wajar karena Rio itu telah hilang dalam waktu yang
Bungo.
para informan ada dua fungsi pokok yang di pegang oleh seorang Rio di
119
Hasil wawancara dengan H.M. Mahmud, A.S (mantan Ketua Lembaga Adat tahun
1970) Umur 79 tahun , Alamat : RT 12 RW 05 Kel. Batang Bungo .pada tanggal 21 Maret 2019
pukul 14:13 WIB. Di rumah kediaman beliau, suasana santai.
120
Hasil Wawancara Dengan Datuk Azra‟i (Ketua Lembaga Adat Kota Jambi dan
Lembaga Adat Propinsi Jambi), Umur 80 Thn, Alamat: Lrg Depati Setio, Pagar Drum. Interview
Pada Tanggal 28 Desember 2018 pukul 17:11 Wib, Tempat : Kediaman Datuk Azra‟i, Suasana:
Santai
121
Hasil Wawancara Dengan Datuk Azra‟i (Ketua Lembaga Adat Kota Jambi dan
Lembaga Adat Propinsi Jambi), Umur 80 Thn, Alamat: Lrg Depati Setio, Pagar Drum. Interview
67
Terjemahan:
a. Pemangku Adat
Rio yang ada di Kabupaten Bungo ini bukan sekedar kepala dusun
seperti yang ada di tempat lain, Rio memiliki sebuah fungsi yang sangat
Pada Tanggal 28 Desember 2018 pukul 17:11 Wib, Tempat : Kediaman Datuk Azra‟i, Suasana:
Santai
122
Hasil Wawancara Dengan Datuk Syamsudin (Ketua Lembaga Adat Kecamatan),
Umur 70 Thn, Alamat: Dusun Sungai Arang RT.03, Interview Pada Tanggal 21 Maret 2019, Pukul
14:13 Wib, Tempat : Rumah Kediaman Datuk Nurdin, Suasana: Santai
68
cerminan atau contoh bagi masyrakat sehingga Rio sangat di hormati dan
di hargai oleh masyarakat, apa yang menjadi perintah Rio selalu di ikuti.
pada zaman dulu tahan takek artinya di bawa kemana saja bisa, di bidang
agama dia juga bisa seperti jadi Imam sholat, di bawa ke adat di juga bisa
masyarakat.
seorang Rio tidak bisa sembarangan orang, ada beberapa syarat yang
Husin :
123
Anonim, Sejarah dan Perkembangan Adat Bungo Tebo (Muara Bungo:1988), hal 37
124
Hasil wawancara dengan H.M. Subki Abubakar, (Wakil Ketua Lembaga Adat
Kabupaten Bungo) umur 84 tahun, alamat:Dusun Rantau Pandan, wawancara pada tanggal 16
April 2019 pukul 16:47.
69
“jadi dak sembarangan orang bisa jadi Rio tu, nak pertamo nyo
faham adat, sudahtu moralitasnyo harus bagus seperti sifat, adab
dan sopan santunyo”
Terjemahan:
“Jadi, tidak sembarangan orang bisa menjadi Rio, yang pertama dia
harus faham adat , setelah itu moralitanya harus bagus seperti sifat,
adab dan sopan santunnya”
“Dulu kalu orang nak jadi Rio selain harus faham adat dio harus
Keturunan Rio jugo, selanjutnyo periuk nak cakah tungku nak
gedang, artinyo ekonominyo mampu atau orang kayo”125
Terjemahan:
125
Hasil Wawancara Dengan Datuk Azra‟i (Ketua Lembaga Adat Kota Jambi dan
Lembaga Adat Propinsi Jambi), Umur 80 Thn, Alamat: Lrg Depati Setio, Pagar Drum. Interview
Pada Tanggal 28 Desember 2018 pukul 17:11 Wib, Tempat : Kediaman Datuk Azra‟i, Suasana:
Santai
126
70
di Kabupaten Bungo.
2007, terdapat perbedaan antara Rio yang dahulu dengan Rio yang
sekarang di terapkan, yaitu syarat untuk menjadi seorang Rio tidak lagi
mengikuti syarat yang dahulu pernah ada, baik dari segi keturunan
terjadi beberapa kasus Rio yang melanggar aturan, seperti Rio yang
hakikatnya hal ini tidak bisa di tinggalkan karena fungsi Rio itu adalah
sebagai pemangku adat, jadi jika Rio tidak mengerti tentang adat maka
adat yang ada di dusun tersebut tidak bisa berjalan dengan baik.
Rio itu tidak merata, tidak semua orang yang menjadi Rio itu mengerti
Terjemahan:
itu tidak di jelaskan sehingga sistem yang di pakai sama dengan Kepala
Desa.
bapak Saprizal:
128
Hasil wawancara Anhari (Rio Dusun Lubuk Landai) Umur 55 tahun, alamat Dusun
Lubuk Landai, pada tanggal 14 Februari 2019 pukul 13:15 Wib. Di rumah kediaman Rio Anhari
suasana santai.
73
“Rio itu berbeda dengan Kepala Desa, Rio itu ado duo fungsi,
yang pertamo sekali di segi adat istiadat dio harus menguasai
sudah tu baru dio Rio di bidang pemerintahan.Pelantikanyo duo
kali secaro adat secaro pemerintahan jadi kami di sumpah jugo
secaro adat yang selokonyo tu keateh dak bapucuk, kebawah dak
berakar, di tengah-tengah di takuk kumbang. Nanti kalu sudah jadi
Rio, dak boleh nyo sembarangan dalam kehidupan sehari-hari
seperti adab dan tingkah laku dak boleh melanggar adat,
contohnyo Rio tu dak boleh buka baju di tempat umum, dak boleh
makai celano di atas lutut dan harus banyak malu, berbeda dengan
kades dulu”129.
Terjemahan:
“Rio itu berbeda dengan kepala desa, Rio itu ada dua fungsi, yang
pertama dari segi adat dia harus menguasai, setelah itu baru dia di
bidang pemrintahan.Pelantikanya dua kali, secara adat dan secara
pemerintahan, jadi kami jugo di sumpah secara adat yang
selokonya berbunyi keateh dak bapucuk, kebawah dak berakar, di
tengah-tengah di takuk kumbang.Nanti kalau sudah jadi Rio, tidak
boleh dia sembarangan dalam kehidupan sehari-hari seperti adat
dan tingkah laku tidak boleh melanggar adat, contohnya Rio itu
tidak boleh buka baju di tempat umum , tidak boleh memakai
celana di atas lutut dan harus banyak malu, berbeda dengan kades
dulu”
Babeko lebih memahami sistem pemerintahan Rio dari pada Rio Dusun
Rio dengan kepala Desa, menurutnya tingkah laku Rio itu harus sesuai
dengan aturan adat.Rio Saprizal juga mengakui bahwa menjadi Rio itu
berat, waktu awal beliau baru menjadi seorang Rio yang paling sulit
yang sebenarnya. Rio Saprizal juga mengakui ketika ada rapat seluruh
Rio di kabupaten Bungo banyak melihat tingkah laku dari Rio daerah lain
sosial, tapi fungsi Rio ini tidak akan berjalan secara optimal jika
seperti dari segi syarat untuk menjadi seorang Rio jika syarat nya tidak
masyarakat pada umumnya dan kepada Rio itu sendiri secara husus.
b. Kepala Pemerintahan
Sebagai Eksekutif, Rio ini menjalankan perintah dan aturan yang telah di
tetapkan Adat130
Kepala Dusun
(RIO)
perintah dan peraturan dan membuat surat yang berhubungan dengan itu,
130
Hasil Wawancara Dengan Datuk Azra‟i (Ketua Lembaga Adat Kota Jambi dan
Lembaga Adat Propinsi Jambi), Umur 80 Thn, Alamat: Lrg Depati Setio, Pagar Drum. Interview
Pada Tanggal 28 Desember 2018 pukul 17:11 Wib, Tempat : Kediaman Datuk Azra‟i, Suasana:
Santai
131
Arsip Provinsi Jambi no 38 Pemerintahan Jambi masa Kesultanan
132
Anonim, Buku Pedoman Adat Jambi, (Jambi: Lembaga Adat Jambi, 1994) hal 18
76
Batin, maksudnya adalah wilayah yang tidak ada pemiliknya seperti pasir
di sungai dan kayu di rimbo, jika ada orang yang ingin mengambil pasir
di sungai atau kayu di rimbo harus meminta izin kepada Rio dan mereka
Batin inilah yang nanti menjadi gaji sebagai seorang Rio 133.
pemerintahan di luar Dusun. Dimulai dari masa kesultanan, karena Rio ini
adalah bagian dari negeri Batin yang hidup di tanah nan bajenang, jadi Rio
karena sistim pemerintahan adat masih tetap bertahan dan eksis dalam
133
Hasil wawancara dengan H.M. Subki Abubakar, (Wakil Ketua Lembaga Adat
Kabupaten Bungo) umur 84 tahun, alamat:Dusun Rantau Pandan, wawancara pada tanggal 16
April 2019 pukul 16:47.
134
Lindayanti dkk, Jambi Dalam Sejarah 1500-1942, (Jambi:Pusat Kajian Pengembangan
Sejarah dan Kebudayaan Jambi. 2013), hal 21
77
itu terlalu singkat jadi tidak ada perubahan yang signifikan dalam
pemerintahan Rio, hanya ada perubahan istilah dari nama dalam struktur
pemerintahanya.
135
Anonim, Buku Pedoman Adat Jambi, ( Lembaga Adat Jambi dan Pemerintah Daerah
Tingkat 1 Jambi, 1994) hal 3
136
Penjelasan UUD 1945 Pasal 18 , Sebelum di amandemen
78
Rio melalui Perda Nomor 9 Tahun 2007. Ternyata dalam Fungsi kepala
pemerintahan Rio itu di samakan dengan sistim kepala Desa sebagai mana
Terjemahan:
137
Hasil wawancara dengan Saprizal (Rio Babeko) Umur 48 Tahun, alamat Dusun
Sim.Babeko RT.03 pada tanggal 18 April 2019 pukul 08:49. Di rumah kediaman Rio Saprizal,
suasana santai
79
pemerintahan adat yang dulu pernah ada sejak masa kesultanan yang
masyrakat.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Negeri Batin yang pertama sekali menempati daerah Bungo sekarang. Yang
nanti terus berkembang pada masa Kesultanan Jambi dan masih bisa tetap
masa orde baru namun muncul kembali melalui Perda Nomor 9 Tahun 2007
terdapat di suatu Dusun, pemangku adat ini juga menjadi sosok teladan
dalam masyarakat karena itulah tingkah laku seorang Rio di atur dalam
80
81
B. Rekomendasi
pendidikan Adat terhadap pemimpin Dusun yaitu Rio secara merata, karena
menurut hasil dari penelitian Rio yang sekarang di aktifkan Kembali itu ada
sebagian yang tidak mengerti dengan pemerintahan Rio itu, ahirnya fungsi Rio
Selanjutnya dari segi syarat, sebaiknya lebih di ketatkan lagi karena itu akan
berdampak pada kualitas Rio yang di hasilkan. Yang terahir, harus ada buku
pedoman yang mengatur tentang aturan Rio itu seperti apa dalam sistim
pegangan.
selektif dalam memilih Rio, karena Rio itu tidak akan menjadi Rio jika tidak
hukum adat yang pernah ada. Karena selama penulis melakukan wawancara
kepada tokoh-tokoh adat, mereka sangat khawatir akan perkembangan adat ini
C. Kata Penutup
Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah
serta jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu dengan kerendahan hati penulis
mengharapkan adanya kritik dan saran yang sifatnya membangun dari semua
semua pihak yang telah membantu dan berpartisipasi dalam menyelesaikan skripsi
ini, hanya kepada Allah SWT, penulis memohon semoga skripsi ini bermanfaat
bagi penulis sendiri khususnya dan bagi yang membaca umumnya, amin ya robbal
alamin.
Daftar Pustaka
Buku :
Anonim, Dinamika Adat Jambi Dalam Era Global, Cetakan II, (Jambi: Lembaga
Adat Provinsi Jambi, 2003).
Anonim, Buku Pedoman Adat Jambi, ( Lembaga Adat Jambi dan Pemerintah
Daerah Tingkat 1 Jambi, 1994)
Badan Pusat Statistik Kabupaten Bungo, Kabupaten Bungo Dalam Angka 2017.
(Bungo:Badan Pusat Statistik Kabupaten Bungo. 2017).
Pahmi Sy, Perspektif Baru Antropologi Pedesaan, (Jakarta, Gaung Persada Press,
2010).
Suhartono, et.al, Parlemen Desa Dinamika Kelurahan dan DPRK Gotong Royong
(Yogyakarta: Lapera, 2000)
Sidi Gazalba, Pengantar Sejarah Sebagai Ilmu (Jakarta: Bharatara Karya Aksara,
1981).
Zulfikar Ahmad , Revitalisasi Adat dan Budaya Lokal, Mengambil Peran Adat;
Membangkit Batang Terendam, (Jambi: Sulthan Thaha Press, 2009).
Jurnal :
Dedi Supriadi Adhuri, Pemilihan Struktur pada Perilaku Elit Lokal Kabupaten
Lahat, Sumatera Selatan, ANTROPOLOGI INDONESIA 68, 2002
Siti Nuraini, Hubungan Kekuasaan Elit Pemerintah Desa , Jurnal Kybernan, Vol.
1, No. 1 Maret 2010
Arsip :
Arsip Provinsi Jambi no 38
LAMPIRAN
Foto wawancara dengan Ketua Lembaga Adat Kota Jambi Datuk Azra’i
Foto wawancara dengan Ketua Lembaga Adat Kabupaten Bungo Datuk Husin, J
Foto wawancara dengan mantan Ketua Lembaga Adat Kabupaten Bungo Datuk
Mahmud, as
Foto wawancara dengan Mantan Wakil Ketua Lembaga Adat Kabupaten Bungo Datuk
H. Subki Abubakar
Foto wawancara dengan Ketua Lembaga Adat Kecamatan Bungo Dhani Datuk
Syamsudin
Foto wawancara dengan Ketua Lembaga Adat Dusun Lubuk Landai
Foto wawancara dengan Rio Dusun Lubuk Landai Bapak Anhari
Foto dokumentasi pelantiakan Rio Dusun Lubuk Landai, Senin 10 Semptember 2018
CURRICULUM VITAE
JENJANG PENDIDIKAN
Tahun 2003 – 2009 : SD 126 Tanjung Agung
Tahun 2009 – 2012 : MTsN Tanjung Agung
Tahun 2012 – 2015 : MAN Labor Muara Bungo
Tahun 2015 – 2019 : Universitas Islam Negeri Sultan Thaha Saifuddin
Jambi
PENGALAMAN ORGANISASI
Tahun 2011 – 2012 : BPH OSIS MTsN Tanjung Agung
Tahun 2013 – 2014 : BPH OSIS MAN Labor Muara Bungo
Tahun 2014 – 2015 : Pradana Pramuka MAN Labor Muara Bungo
Tahun2017 : PLT HMJ SPI
Tahun 2017 – 2018 : Ketua Bidang Lintas Organisasi DEMA FAH