Anda di halaman 1dari 98

NASKAH MAJMU’ AL-MAS AIL (KAJIAN FILOLOGIS)

SKRIPSI
Diajukan untuk Melengkapi Syarat-syarat Guna
Memperoleh Gelar Sarjana Stara Satu (S.1) Dalam
Sejarah Peradaban Islam Pada
Fakultas Adab dan Humaniora

Oleh

MAISAROH
NIM.402170810

JURUSAN SEJARAH PERADABAN ISLAM


FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
2021
i
ii
iii
Motto

ْ ُ‫ّللاَ يَ ْج َع ْل لَهُ ِمنْ أَ ْم ِر ِه ي‬


‫س ًرا‬ ّ ‫ق‬ ِ َّ ‫َو َمنْ يَت‬
Artinya : “Dan barang siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah
menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya”. (Qs. At-Talaaq : 4)

iv
PERSEMBAHAN

‫بسم هللا الرمحن الرحمي‬

Alhamdulillah hirobil‟alamin pertama-tama saya mengucapkan puji


syukur kepada Allah Swt, yang telah memberikan saya nikmat yang begitu
banyaknya sehingga saya dapat menyelesaikan karya ilmiah berupa skripsi ini dan
sholawat serta salam kepada junjungan kita yakni baginda Rasulallah Saw,
semoga kita kelah mendapat syafaatnya di akhirat nanti adapun dari pada ini
semua saya persembahkan karya ilmiah ini untuk :

Alm bapak Sibawaihi, bapak yang selalu mendukung saya selama ini yang
telah berjuang demi saya hingga sampai pada titik sekarang ini yang telah
mengajarkan saya tentang kesabaran dan ketegaran untuk bisa melewati semua ini
dan terimakasih atas doa yang selalu engkau curahkan tenaga yang engkau
taruhkan kesabaran yang engkau tanamkan untuk mendidik dan membesarkan
saya dengan penuh kasih sayang dengan tulus demi kesuksesaan diriku.

Ibuk Patmawati, sosok ibuk yang telah melahirkan saya membesarkan


saya dengan kasih sayangnya yang selalu memberikan nasehat dan doa, yang
berjuang untuk saya agar menjadi wanita yang berpendidikan beliau tempat
bersandar ketika saya lagi berkeluh kesah, beliau wanita yang kuat dan memberi
dukungan kepada anaknya dan kepada adik kandung saya Khotib azwen yang
telah memberi semangat dan selalu mengalah untuk saya adik satu-satunya yang
saya miliki. Tak lupa pula kepada keluarga besarku yang selalu berpatisipasi
dalam mensuport (mendukung)ku dan doa yang diberikan selama ini agar aku
selalu kuat dalam mengahadapi rintangan dan selalu semangat sabar atas apapun
terjadi. Terakhir kepada teman seperjuangan dan keluarga besar Prodi Sejarah
Peradaban Islam terimakasih atas do‟a dan masukan yang bermanfaat dan
solidaritas semoga kita semua dapat menjadi orang yang sukses dunia akhirat
Amin.

v
KATA PENGANTAR

ِ ‫هللا ال َّر ْمح َِن ال َّر ِح ْمي‬


ِ ِ ‫ب ِْسم‬

Assalamu„alaikum. Wr.Wb

Alhamdulillahirobbil a‟lamiin, pertama-tama segala puja dan puji bagi Allah


Swt Tuhan semesta alam yang memberikan begitu banyak nikmat dan karunia-
Nya sehinga penulis masih merasakan indahnya ciptaan-Nya dan kesehatan badan
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Naskah Majmu’
al-Mas (Kajian Filologis)” dan kedua Sholawat serta salam kepada junjungan
kita yakni Nabi Muhammad Saw, dengan mengucap sholawat Allahumma sholli
„ala sayyidina Muhammad wa a‟la alihi wasohbihi ajma‟in, semoga kita semua
mendapat mendapat syafaat beliau pada yaumul qiyamah nanti yang mana beliau
merupakan tonggak ilmu pengetahuan yang membawa kita kepada terangnya ilmu
pengetahuan seperti apa yang kita rasakan saat ini.

Dengan keterbatasan ilmu yang penulis miliki, tidak sedikit hambatan, cobaan
dan kendala yang penulis hadapi dalam upaya menyelesaikan skripsi ini, namun
penulis kembali untuk mengingat keluarga dan teman dan pihak-pihak terkait agar
selalu semangat terus berjuang maka dari itu pula penulis dengan kerendahan hati
menyampaikan sangat berterima kasih kepada dosen pemimbing penulis yakni
bapak Dr. Ali Muzakir M.Ag dan bapak Hendra Gunawan M. Hum karena
beliaulah yang telah banyak memberikan saran, motivasi, inspirasi yang baik
kepada penulis. Adapun dari pada itu maksud dan tujuan penulisan skrispi ini
ialah untuk memenuhi syarat memperoleh gelar sarjana di Universitas Islam
Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada semua pihak


yang telah membantu penulis dalam bimbingan dan bantuan demi kesempurnaan
penulisan skripsi ini, terimakasih penulis ucapkan kepada :

vi
1. Yth. Bapak Prof. Dr. H. Sua‟idi, MA,Ph.D, selaku Rektor UIN Sulthan
Thaha Saifuddin Jambi

2. Yth. Ibu Dr. Rafiqoh Ferawati, SE, M.EI, Yth. Bapak As‟ad Isma, M.pd
Yth. Bapak Dr. Bahrul Ulum S. Ag, MA selaku wakil rektor I, II, dan III
UIN sulthan Thaha Saifuddin Jambi

3. Yth. Ibu Halimah Dja‟far,M.Fil.I selaku Dekan Fakultas Adab dab


Humaniora UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi

4. Yth. Bapak Dr. Ali Muzakir, M. Ag, Yth. Bapak Dr. Alfian, S.Pd, M.Ed,
Yth. Ibu Dr. Raudhoh, S. Ag, SS, M.Pd.I selaku wakil dekan I,II DAN III

5. Yth. Bapak Agus Fiadi, S.IP, M.Si dan Bapak Rahyu Zami, M. Hum
selaku ketua dan sekretaris program studi Sejarah Peradaban Islam UIN
Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

6. Bapak Dr. Ali Muzakir, M.Ag dan Bapak Hendra Gunawan, M. Hum
selaku Dosen Pemimibing I dan II penulis

7. Yth. Seluruh Dosen Fakultas Adab dan Humaniora UIN Sulthan Thaha
Saifuddin Jambi yang telah mengajarkan dan memberkan ilmunya kepada
penulis

8. Yth. Seluruh karyawan/ti di lingkungan Fakultas Adab dan Humaniora


UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi

9. Yth. Kepala Perpustakaan UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi beserta


stafnya serta Kepala Perpustakaan Wilayah Jambi

10. Keluarga tercinta yang telah membesar dan memberi motivasi dan
dorongan serta do‟a yang tiada hentinya agar dapat menyelesaikan karya
ilmiah skripsi ini

vii
11. Teman-teman sekalian SPI angkatan 2017 yang sama-sama berjuang di
Fakultas Adab dan Humaniora UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi yang
telah menjadi teman diskusi yang baik bagi penulis

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak


yang telah berpartisipasi dalam penyususnan skripsi ini, semoga Allah SWT
memberikan keberkahan kepada kita semua.

Wassalamu‟alaikum Wr. Wb

Jambi, Agustus 2021

MAISAROH
402170810

viii
ABSTRAK

Maisaroh (402170810) Jurusan Sejarah Peradaban Islam Fakultas Adab dan


Humaniora Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi 2021.
“Naskah ajmu‟ al- asail (Kajian Filologis)”
Filologi ialah suatu pengetahuan tentang sastra-sastra dalam arti yang luas
yang mencakup bidang kebahasaan, kesusteraan, dan kebudayaan. Filologi
sebagai satu disiplin ilmu berkaitan dengan karya masa lampau berupa tulisan,
karya masa lampau ini yang akan di pelajari berdasarkan anggapan bahwa dalam
peninggalan tersebut terkandung nilai-nilai yang masih relevan dengan masa kini.
Objek penelitian filologi yakni naskah-naskah lama atau kuno dan semua bahan
tulisan tangan peninggalan nenek moyang pada kertas, lontar, kulit kayu, dan
rotan.
Dalam naskah Melayu terutama pengaruh Islamlah yang tampak mewarnai
hasil karya penulis-penulis tokoh mistik seperti Hamzah Fansuri, Syamsuddin
Sumatrani, Nuruddin ar-Raniri, Abdur Ra‟uf as-Singkli hampir dapat dikatakan
bahwa semuanya berisi masalah mengenai agama Islam. Suntingan naskah
terutama naskah yang mengandung teks keagamaan atau sastra kitab dan hasil
pembahasan kandungan tersebut akan menjadi bahan penulisan perkembangan
agama yang sangat berguna. Aceh memiliki posisi dan peranan yang sangat
penting dan signifikan didalam konteks dunia pernaskahan Melayu Nusantara
terutama dalam kontribusi terhadap khazanah manuscript Aceh dan Melayu atau
Arab Jawi dibidang sejarah, sastra, pemikiran mengenai Islam yang berisikan
ajaran keagamaan.
Pemikiran tasawuf di Aceh banyak berkaitan dengan pemikiran tasawuf di
wilayah-wilayah yang tersebar di Nusantara baik dari segi sejarah maupun
subtansi pemikirannya seperti tokoh-tokoh pemikiran tasawuf di Aceh Hamzah
Fansuri, Syamsuddin Sumatrani, Nuruddin ar-Raniri, Abdul Ra‟uf as-Sinkli. Teks
naskah ajmu‟ al-Masail merupakan naskah yang berasal dari Aceh keberadaan
naskah terdapat pada koleksi toko buku antik independen Arthur Probstain
London bernomor Or 16766 naskah berasal dari Aceh dengan judul kitab aju‟
al- asa‟il judul yang diberikan oleh van Ronkel. Isi teks menjelaskan mengenai
himpunan perkara-perkaramyang berisikan tanya jawab mengenai syahadat,
bersuci, puasa, yang pembagian kepada syariat, hakikat dan tharikat.

Kata Kunci : Filologi, Tasawuf, Abdurrauf as-Singkili, ajmu‟ al- asail

ix
Daftar Isi
Pengesahan ................................................................................................... i
Nota Dinas ................................................................................................... ii
Surat Pernyataan Orisinalitas Skripsi ........................................................ .iii
Motto .................................................................................................... …..iv
Persembahasan ............................................................................................ v
Kata Pengantar ........................................................................................... vi
Abstrak ....................................................................................................... ix
Daftar Isi...................................................................................................... x
Bab I. Pendahuluan............................................................................. 1
A. Latar Belakang ...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................. 5
C. Batasan Masalah.................................................................................... 6
D. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ............................................ 6
E. Kajian Pustaka....................................................................................... 6
F. Landasan Teori ...................................................................................... 8
Bab II. Metode Penelitian ................................................................. 14
A. Metode Penelitian.......................................................................... 14
B. Langkah Kerja Penelitian Filologi ...................................................... 14
C. Teknik Analisi Data ............................................................................ 18
D. Sistematika Pembahasan ..................................................................... 18
Bab III. Biografi Pengarang Teks Naskah M ’ -M ...... 21
A. Biografi Syekh Abdurrauf as-Singkli ................................................. 21
B. Kitab Karangan Syekh Abdurrauf as-Singkli ..................................... 24
Bab IV. Pembahasan ......................................................................... 25
A. Deskripsi Dan Suntingan Teks Naskah ajmu‟ al- asail ................ 25
1. Deskripsi Teks Naskah ajmu‟ al- asail ................................... 25
a. Pemilihan Teks ........................................................................ 30
b. Transliterasi ............................................................................ 30
c. Pertanggung jawaban Transliterasi ......................................... 31
2. Suntingan Teks Naskah ajmu‟ al- asail .................................. 44

x
a. Kritik Teks .............................................................................. 54
B. Isi Kandungan Teks Naskah ajmu‟ al- asail ................................ 60
Istilah Bahasa Ilmu Tasawuf Pada Teks Naskah ajmu‟ al- asail .. 66
Bab V. Penutup ................................................................................. 69
A. Kesimpulan ......................................................................................... 69
B. Saran .................................................................................................... 69
Daftar Pustaka ......................................................................................... 71
Lampiran Naskah ................................................................................... 74
Data Penulis ............................................................................................. 86

Daftar Tabel .............................................................................................. 20


Gambar a.1 Catatan van Ronkel dan Deskripsi Naskah ........................... 25
Gambar a.2 Bagian Awal dan Akhir Naskah ajmu‟ al- asail .............. 27
Gambar a.3 Teks Naskah ajmu‟ al- asail ............................................ 27
Gambar a.4 Bab Israr Haji ........................................................................ 28
Gambar a.5 Catatan Bukan Lembar Teks ................................................. 29
Gambar a.6 Ringkasan Tauhid .................................................................. 29

xi
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut Ruslani spiritulitas (tasawuf) merupakan fenomena yang menarik
perhatian, dan bahkan banyak yang meramalkan akan menjadi trens di abad ke-21
karena sejak abad ke-20 mulai terjadi kebangkitan spiritual (spiritual revival)
dimana-mana munculnya pergerakan spiritual hal tersebut sebagai reaksi terhadap
dunia modern yang selalu menanamkan hal yang bersifat material profan.1
Tasawuf sebagai aspek minitisme dalam Islam, intinya adalah kesadaran
adanya hubungan komunikasi manusia dengan Tuhannya, kemudian akan muncul
kesadaran bahwa segala sesuatu adalah kepunyaan-Nya. Segala eksitensi yang
relative dan nisbi tidak ada artinya dihadapan eksitensi yang absolut, antara
hubungan kedekatan dan hubungan penghambaan sufi pada khaliqnya akan
melahirkan perspektif dan pemahaman yang berbeda-beda antara sufi satu dengan
sufi yang lainnya.2
Filologi adalah suatu pengetahuan mencakup tentang sastra-sastra yang
sangat luas dalam bidang kebahasaan, kesastraan, dan kebudayaan.3 Objek
penelitian filologi yakni naskah-naskah lama atau kuno dan semua bahan tulisan
tangan peninggalan nenek moyang pada kertas, lontar, kulit kayu, dan rotan.
Dalam bahasa Latin naskah disebut codex dalam bahasa Inggris disebut
manuscript dan dalam bahasa Belanda disebut dengan istilah handschrift.4
Dalam tradisi Arab filologi juga mengacu pada pendefinisian dengan istilah
tahqiq dipergunakan untuk menerjemahkan kata.5 Filologi merupakan salah satu
bentuk khazanah budaya yang mengandung teks tertulis mengenai berbagai

1
M. Solihin. Sejarah dan Pemikiran Tasawuf di Indonesia (Bandung : CV Pustaka Setia.
2001) . hal 15
2
M. Solihin. Sejarah dan Pemikiran Tasawuf di Indonesia . hal. 15
3
Siti Baroroh Baried, dkk. Pengantar Teori Filologi. (Jakarta : Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1985), hal. 1
4
Edwar Djamaris. Metode Penelitian Filologi. (Jakarta : CV Masco. 2002), hal. 3
5
Oman Fathurahman. Filologi Indonesia Teori Dan Metode. (Jakarta : PT Kharisma Putra
Utama. 2017), hal. 13

1
2

informasi baik itu pemikiran, pengetahuan, sejarah, adat istiadat, serta perilaku
masyarakat masa lalu.6
Baried berpendapat filologi ialah suatu pengetahuan tentang sastra-sastra
dalam arti yang luas yang mencakup bidang kebahasaan, kesusteraan, dan
kebudayaan. Filologi sebagai satu disiplin ilmu berkaitan dengan karya masa
lampau berupa tulisan, karya masa lampau ini yang akan di pelajari berdasarkan
anggapan bahwa dalam peninggalan tersebut terkandung nilai-nilai yang masih
relevan dengan masa kini banyak informasi yang berkaitan dengan masalah sosial
budaya masa lampau yang tidak dijumpai pada masa kini dalam hal inilah perlu
dijelaskan agar dapat menjadi pemahaman oleh masyarakat saat ini.7
Namun dibalik pentingnya mendalami ilmu filologi Sudibyo (2007) berkata
bahwa dalam disiplin ilmu kemanusiaan filologi sering diposisikan sebagai
disiplin sebagai suatu disiplin ilmu yang kurang menarik, kurang trendi, modern,
dan ketinggalan zaman, pernyataan tersebut tidak menjadi hambatan bagi para
filolog untuk tetap meneruskan penelitian yang bergerak pada naskah-naskah
klasik karena dengan penyuntingan naskah lama melalui disiplin ilmu filologi
akan membuka wawasan batu yang tidak ada di zaman sekarang.8
Menggali warisan nenek moyang yang agung nilai itu perlu dalam rangka
membina dan mengembangkan kebudayaan kita dengan mengkaji naskah-naskah
itu kita dapat memahami menghayati pandangan serta cita-cita yang menjadi
pedoman bagi kehidupan mereka.9

6
Oman Fathurahman. Filologi Indonesia Teori dan Metode. hal. 6
7
Siti Baroroh Baried, dkk. Pengantar Teori Filologi. hal. 1
8
Ade Iqbal Badrulzaman, Ade Kosasih. Teori Filologi Dan Penerapannya Masalah
Naskah-Teks Dalam Filologi, 1-26 Vol 9 No. 2 Tahun 2018 (ejournal.perpusnas.go.id)
9
Panuti Sudjiman. Filologi Melayu. (Jakarta: Pustaka Jaya. 1995), hal. 46

2
3

Penjelajahan terhadap naskah-naskah Nusantara melalui katalogus dan


karya-karya ilmiah memberikan kesan bahwa naskah-naskah itu diwarnai oleh
pengaruh-pengaruh agama. Dalam naskah Melayu terutama pengaruh Islamlah
yang tampak mewarnai seperti hasil karya penulis-penulis tokoh mistik seperti
Hamzah Fansuri, Syamsuddin Sumatrani, Nuruddin Arraniri, Abdurrauf as-
Singkli hampir dapat dikatakan bahwa semuanya berisi masalah mengenai agama
Islam dari sejumlah 5.000 naskah Melayu yang telah berhasil dicatat oleh Ismail
Hussein dari perpustakaan dan museum diberbagai Negara yang terdiri dari 800
judul 300 judul diantaranya berupa karya-karya dalam bidang ketuhanan.10
Dari gambaran tersebut pemahaman atau pengetahuan mengenai agama
benar-benar diperlukan sebagai bekal penanganan sebagian besar naskah-naskah
Nusantara yaitu terutama naskah-naskah yang berisi keagamaan yang bisa disebut
sastra kitab. Naskah-naskah jenis ini membahas tasawuf atau mistik Islam baik
naskah Jawa maupun Melayu pada umumnya mengandung banyak kata istilah
teknik agama Islam yang dapat dipahami oleh pembaca yang mempunyai
pengetahuan agama Islam cukup luas.11
Pada konteks naskah keagamaan inilah proses transmisi keilmuan
membentuk dua kelompok bahasa naskah pertama naskah yang ditulis dalam
bahasa Arab dan kedua naskah yang ditulis dalam bahasa-bahasa daerah. Secara
keilmuan naskah-naskah keagamaan tersebut mengandung bidang yang sangat
beragam seperti fikih, tasawuf, tafsir, dan hadis.12
Pada penyuntingan naskah terutama naskah yang mengandung teks
keagamaan atau sastra kitab dari hasil pembahasan kandungan tersebut akan
menjadi bahan penulisan perkembangan agama yang sangat berguna dari teks-teks
semacam itu akan diperoleh gambaran antara lain perwujudan penghayatan agama
percampuran agama Hindu, Budha dan Islam dengan kepercayaan yang hidup
dalam masyarakat Nusantara permasalahan aliran-aliran agama yang masuk ke
Nusantara gambaran ini merupakan permasalahan yang ditangani oleh ilmu

10
Siti Baroroh Baried, dkk. Pengantar Teori Filologi. hal. 16
11
Siti Baroroh Baried, dkk. Pengantar Teori Filologi. hal. 17
12
Oman Fathurahman. Filologi Indonesia Teori dan Metode. hal. 8
4

sejarah perkembangan agama dengan demikian, penanganan naskah sastra kitab


secara filologis akan sangat bermanfaat bagi ilmu sejarah perkembangan agama.13
Aceh memiliki kedudukan dan peranan yang sangat penting dan signifikan
didalam konteks dunia pernaskahan Melayu Nusantara terutama dalam kontribusi
terhadap khazanah manuscript Aceh dan Melayu atau Arab Jawi dibidang sejarah,
sastra, pemikiran mengenai Islam yang berisikan ajaran keagamaan didalam
naskah tersebut dan kearifan pengetahuan masyarakat dan dalam konteks
khazanah dan tradisi keilmuan Aceh mewariskan teks-teks naskah yang cukup
mapan dan sangat kaya akan ilmu pengetahuan sejak Abad ke-16 sampai Abad
ke-20 Masehi yang tersebar diseluruh wilayah Aceh dan Nusantara bahkan sampai
luar Negeri.14
Objek penelitian ini menggunakan teks ajmu‟ al- asail (‫ ) مجموع املسائل‬kata
majmu‟ merupakan isim maf‟ul dari asal kata jama‟a (‫ ) َ ََج َع‬artinya dikumpulkan dan
almasa‟il jamak taksir dari asal kata masalatun (‫ ) َمسأةل‬artinya perkara-perkara atau
masalah-masalah. Naskah terdiri dari beberapa bahagian teks, pertama bahagian
pada awal teks naskah terdapat doa kamilin dan zikir kedua teks kitab ajmu‟ al-
asail perhimpunan masalah-masalah mengenai tanya jawab mengenai syahadat,
bersuci dan puasa yang masuk dalam pembahagian syaria‟at, hakikat dan tarekat
ketiga kitab al-Nikah mengenai hukum-hukum pada nikah perceraian dan rujuk
keempat mengenai ringkasan tauhid dari kitab Mukhtasar dari al-Wali Ruslan al-
Damasqhi (hidup sekitar 600 H) dan dilengkapi dari Syarah Fath al-Rahman dari
Zakariya al-Ansari dan sebuah komentar dari Syarah Fath al- Rahman dari Abd
al-Ghani Ibn Isma‟il tentang kontek syirik, tauhid, wujud dan iman dan kelima
mengenai Risalah Tauhid dalam teks pendek bahasa Jawa tentang iman.
Disini penulis menggunakan teks ajmu‟ al- asail yang merupakan
perhimpunan perkara-perkara atau perkumpulan masalah-masalah yang berisikan
tanya jawab mengenai syahadat, bersuci, puasa, yang pembagian kepada syariat,
hakikat dan tharikat.

13
Siti Baroroh Baried, dkk. Pengantar Teori Filologi. hal. 23
14
Hermansyah. Preservasi Naskah- Naskah Kuno Di Aceh (Pra Dan Pasca Gempa-Tsunami
Aceh). Dipresentasi Pada Seminar “Pelestarian aklumat & Ilmu Nusantara : Acheh” kerja
sama UITM Malaysia dan IAIN Ar-Raniry Banda Aceh. 2012. hal. 1
5

Naskah ini berasal dari Aceh menggunakan aksara Arab berbahasa Melayu
pada teks naskah kitab ini tamat pada sembilan hari bulan Dzulko‟idah pada tahun
1234 Hijriah Agustus 1819 Masehi pada zaman Duli Hadrat Maulana Paduka Seri
Sultan al-„Azim Walhaqan Mukaram naskah kitab terdapat dalam situs katalog
online the British Library yang bermarkas di London dengan berjudul kitab aju‟
al- asa‟il bernomor Or 16766. Keberadaan naskah ini berada di toko buku
koleksi Arthur Probstain toko buku antik melalui the Endangered Archives
Programme (EAP) yang mulai diluncurkan pada tahun 2003 The British Library
mulai mendanai sejumlah program digitalisasi naskah Nusantara.15
Dalam setiap pembahasan mengenai permasalahan-permasalahan tanya
jawab dirancang dengan menggunakan kalimat sederhana dalam penulisan Jawi
kuno yang menghasilkan sebuah tulisan dengan bermuatan ilmu pengetahuan
agama yang mendalam isi kandungan teks naskah kitab ajmu‟ al- asail
berperan penting dalam perbaikan hubungan antara dunia dan akhirat antara
sesama mahluk ciptaan Tuhan dan juga hubungan antara hamba dan Tuhan yang
tidak pernah terpisah.
Namun ada beberapa kata teks yang sulit untuk bisa dipahami dan
dimengerti bahkan beberapa kata dari teks naskah ada yang hilang. Pada setiap
pejelasan dalam teks naskah akan menemukan suatu pemahaman yang sulit untuk
bisa dimengerti oleh kalangan orang awam namun jika dikaji begitu mendalam
akan menemukan suatu keselarasan maksud dari isi teks naskah tersebut. Oleh
karena itu penulis tertarik untuk mengambil judul “Naskah Kitab ajmu‟ al-
asail (Kajian Filologis)”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas penelitian ini lebih terarah maka dibuat
batasan-batasan penelitian dengan membuat rumusan masalah sebagaimana
rumusan masalah sebagai berikut.
1. Bagaimana deskripsi dan suntingan teks naskah kitab ajmu‟ al- asail ?
2. Apa saja kandungan isi teks dalam naskah kitab ajmu‟ al- asail ?
15
Oman Fathurahman. Filologi Indonesia Teori dan Metode. hal. 157
6

C. Batasan Masalah

Agar dalam penelitian tidak terjadi kesalahan pemahaman dalam menjawab


permasalahan yang akan dikaji diatas, maka perlu adanya pembatasan masalah
yang tepat agar kajian ini tetap utuh dan tidak menyimpang dari rumusan masalah
dalam penelitian ini peneliti hanya memfokuskan pada deskripsi dan suntingan
teks pada naskah ajmu‟ al- asail dan isi yang terkandung pada teks ajmu‟ al-
asail.

D. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian

1. Adapun penelitian ini memiliki beberapa tujuan diantaranya


a. Untuk mengetahui deskripsi dan suntingan teks naskah kitab ajmu‟ al-
asail
b. Untuk mengetahui apa saja isi ajaran yang terkandung dalam teks naskah
kitab ajmu‟ al- asail
2. Adapun manfaat penelitian
a. Untuk mengetahui cara berfikir ulama terdahulu mengenai ajaran yang
terkandung didalam isi teks naskah kitab ajmu‟ al- asail
b. Untuk menambah ilmu pengetahuan mengenai ajaran agama yang
terdapat didalam teks naskah kitab ajmu‟ al- asail
c. Bagi pihak akademis teruntuk mahasiswa Sejarah Peradaban Islam bisa
menambah wawasan dan bahagian rujukan dalam penelitian terkait isi
teks naskah kitab ajmu‟ al- asail
d. Untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan studi memperoleh gelar
Sarjana Humaniora Universitas Islam Negeri Sultan Thaha Saifuddin
Jambi

E. Kajian Pustaka

Penelitian teks naskah kitab ajmu‟ al- asail ini mengenai persoalan tanya
jawab. Tidak semata-mata dibuat begitu saja tanpa melibatkan karya-karya orang
7

lain sebagai pemanding. Adapun karya-karya yang menjadi pebanding penulis


penelitian ini yaitu:

Pertama, penulis menggunakan skripsi Anisa Amalia. Nilai-Nilai Akidah Dalam


Manuskrip Kitab Asmarakandi Karya Abu-Al- Laits Al- Samarqandi Kajian
Filologis. Program Studi Sejarah Peradaban Islam IAIN Purwokerto 2020. Skripsi
ini membahas ajaran tauhid dan tata keimanan bentuk konsep penulisannya
berbentuk dialog atau tanya jawab yang mana naskah ini bukan saja membahas
tauhid tetapi juga membahas tentang fiqih (khusus fiqih ibadah) hal tersebut ada
kaitannya dalam penelitian ini karena konsep ajaran dalam teks ini konsep
berbentuk dialog dan isi dari teks juga mengandung teks tauhid dan fiqih.16

Kedua, penulis menggunakan jurnal H.M Arsyad Almakki : Filologi (Sebuah


Pendekatan Mengkaji Kitab Keagamaan) Dosen STAI RAKHA Amuntai dan
Alumni Pascasarjana (S2) Hukum Islam Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga
Yogyakarta 2017. Jurnal ini membahas filologi dapat digunakan dalam mengkaji
teks atau kitab-kitab keagamaan yang telah banyak rusak dimakan waktu atau
korup serta memurnikan teks dengan mengadakan kritik teks sehingga
menghasilkan suatu teks yang paling mendekati aslinya. Pada penelitian penulis
adanya pengkajian teks dan beberapa teks yang hilang maka menggunakan kritik
teks.17

Ketiga, penulis menggunakan skripsi Anita R. Purnamasari. Kajian Filologis


Naskah Pelayaran Makkah. Jurusan Bahasa Dan Sastra Indonesia Universitas
Negeri Semarang 2007. Skripsi ini membahas mengenai suntingan teks Naskah
Pelayaran Ke Makkah yang menjelaskan kajian teks yang terperinci dan
kaitannya dalam penelitian ini dalam reverensi teks kajian diambil dari Van

16
Anisa Amalia. Nilai-Nilai Akidah Dalam Manuskrip Kitab Asmarakandi Karya Abu-Al-
Laits Al- Samarqandi Kajian Filologis. 2020. Skripsi : IAIN Purwokerto.
17
H. M. Arsyad Almakki : Filologi (Sebuah Pendekatan Mengkaji Kitab Keagamaan)
Jurnal Ilmiah AL QALAM, Vol. 11, No. 23, Januari- Juni 2017.
8

Ronkel sama halnya dengan penelitian naskah ajmu‟ al- asail tetapi metode
18
suntingan teks menggunakan metode standar.

Keempat, penulis menggunakan artikel Mia Apriana. Naskah Risalah Tauhid


Sebuah Suntingan Teks Disertasi Kajian Analisis Isi. Program Studi Bahasa dan
Sastra Indonesia Universitas Diponegoro 2009. Dalam kajian ini membahas
mengenai kajian teks naskah mengenai ajaran tauhid berupa syahadat dan ajaran
fiqih dalam naskah ajmu‟ al- asail sama halnya juga mengandung ajaran
tauhid yang berupa syahadat tetapi dalam konteks yang berbeda.19

Kelima, penulis menggunakan buku Amdan Hamid, ajmu‟ul asail (Himpunan


Segala Masalah Mencakup Rukun Islam) Syeikh „Abdur Rauf „Ali al-Fansuri.
Diterbitkan oleh Perniagaan JAHABERSA Cet pertama 2016. Dalam buku ini
membahas mengenai teks ajmu‟ al- asail karya Syeik Abdur Rauf Ali al-
Fansuri yang dalam hal ini adanya kesamaan beberapa isi teks yang terkandung
didalam peneitian.20

F. Landasan Teori
1. Filologi
Filologi berasal dari kata Yunani philos yang berarti “cinta” dan kata logos
yang berarti “kata” pada kata filologi kedua kata tersebut membentuk „cinta kata‟
atau senang bertutur arti ini kemudian berkembang menjadi senang belajar,
senang ilmu, senang kesastraan atau senang kebudayaan.21 Dalam kamus (KKBI)
filologi ialah ilmu tentang bahasa, dan budayawan, pranata, dan sejarah suatu
bangsa sebagaimana terdapat dibahan-bahan tertulis.22 Filologi mempunyai tujuan
khusus yaitu menyunting sebuah teks yang dipandang paling dekat dengan teks

18
Anita R. Purnamasari. Kajian Filologis Naskah Pelayaran Makkah. 2007. Skripsi :
Universitas Negeri Semarang.
19
Mia Apriana. Naskah Risalah Tauhid Sebuah Suntingan Teks Disertasi Kajian Analisis
Isi. 2009. Artikel : Universitas Diponegoro.
20
Amdan Hamid. ajmu‟ul asail (Himpunan Segala Masalah Mencakup Rukun Islam)
Syeikh „Abdur Rauf „Ali al-Fansuri. 2016. Johor, Malaysia : Percetakan Impian SDN.BHD.
21
Siti Baroroh Baried, dkk. Pengantar Teori Filologi. hal. 1
22
Oman Fathurahman. Filologi Indonesia Teori dan Metode. hal. 12
9

aslinya mengungkap sejarah terjadinya teks dan sejarah perkembangan teks dan
mengungkap resepsi pembaca pada setiap kurun waktu penerimanya.23
Mulyani menyebutkan bahwa sikap pandang gejala variasi dalam teks-teks
yang tersimpan dalam naskah lama, muncul aliran filologi sebagai berikut :
a. Filologi aliran tradisional memandang variasi sebagai bentuk korup, sebagai
paling dekat dengan teks mula.
b. Filologi aliran modern memandang variasi sebagai bentuk kreasi untuk
memahami teks, menafsirkannya, membetulkannya, mengaitkannya dengan
ilmu bahasa, sastra, agama, dan tata politik yang ada pada zamannya.
Selain itu, penelitian dengan pendekatan filologi bertugas meneliti varian suatu
naskah hingga menjadi naskah terbaca, sehingga didapat naskah yang bersih
dari korup. Untuk itu penelitian ini diarahkan pada penelitian filologi modern
yang bukan hanya menyanjikan terbaca tetapi juga mengungkapkan kandungan
teks didalam naskah.
Siti baroroh dkk membagi tujuan kajian filologi ke dalam dua bagian, yaitu
tujuan umum dan khusus.
Tujuan umum :
1) Mengungkapkan produk masa lampau melalui peninggalan tulisan.
2) Mengungkapkan fungsi tulisan pada masyarakat penerimanya.
3) Mengungkapkan nilai-nilai budaya masa lampau.
Tujuan khusus :
1) Mengungkapkan bentuk mula teks yang tersimpan dalam peninggalan
tulisan masa lampau.
2) Mengungkap sejarah perkembangan teks.
3) Menyajikan teks dalam bentuk yang terbaca oleh masyarakat masa kini,
yaitu dalam bentuk suntingan.24
2. Objek Filologi
Setiap ilmu mempunyai objek penelitian, objek penelitian filologi yakni
naskah dan teks oleh karena itu perlu dibicarakan mengenai seluk beluk naskah,

23
Siti Baroroh Baried, dkk. Pengantar Teori Filologi. hal. 6
24
Siti Baroroh Baried, dkk. Pengantar Teori Filologi. hal. 7-8
10

teks, dan tempat penyimpanan naskah.25 Naskah-naskah yang menjadi objek


material penelitian filologi adalah berupa naskah yang baik itu ditulis pada kulit
kayu, bambu, lontar, dan kertas ini artinya bahwa perjanjian-perjanjiaan, ukiran,
tulisan pada nisan diluar pembahasan filologi dan naskah-naskah itu dilihat
sebagai hasil budaya cipta sastra.26
3. Naskah
Naskah merupakan benda kongret yang dapat dilihat dan dipegang.27 Dalam
bahasa Inggris naskah disebut dengan manuscript sedangkan dalam bahasa
Belanda naskah disebut istilah handscrift. Di Indonesia bahan naskah dapat
berupa lontar, kayu, bambu dan kertas Eropa. Sedangkan menurut Ikram naskah
adalah wujud fisik dari teks.28 Objek dari penelitian filologi yakni tulisan tangan
yang menyimpan berbagai ungkapan pikiran perasaan sebagai hasil budaya
bangsa masa lampau semua bahan tulisan tangan itu disebut naskah dalam bahasa
Belanda disebut handschrift dengan singkatan hs untuk tunggal, hss untuk jamak
dan dalam bahasa inggris manuscript dengan singkatan ms untuk tunggal, mss
untuk jamak.29
Perlu diketahui bahwa pengertian bahan tulisan bukan semua benda yang
dapat menerima teks tetapi mempunyai makna benda-benda tertentu, artinya tidak
semua benda kuno yang terdapat tulisan bisa dikatakan naskah, hal demikian
terjadi karena para ahli memisahkan benda-benda tertentu dari kategori naskah
seperti batu yang memiliki tulisan disebut piagam, batu bersurat, atau inkripsi.
Ilmu dalam bidang tulisan dalam batu disebut epigrafi merupakan bagian dari
cabang ilmu arkeologi.30

25
Siti Baroroh Baried, dkk. Pengantar Teori Filologi. hal. 3
26
Nabilah Lubis. Dasar-Dasar Teori Filologi. (Jakarta : Yayasan Media Alo Indonesia.
2001), hal. 25
27
Siti Baroroh Baried, dkk. Pengantar Teori Filologi. Hal. 4
28
Achadiati Ikram. Kodikologi Melayu Indinesia. (Deo universitas Indonesia. 1994), hal. 3
29
Siti Baroroh Baried, dkk. Pengantar Teori Filologi. Ct kedua (Yogyakarta : Badan
Penelitian dan Publikasi Fakultas (BPPF) Seksi Filologi, Fakultas Sastra, Universitas Gadjah
Mada. 1994), hal. 55
30
Supriadi. Aplikasi Metode Penelitian Filologi, (Bandung : Pustaka Rahmat. 2011), hal. 4
11

4. Teks
Teks menunjukkan pengertian sebagai sesuatu yang abstrak. Teks filologi
ada yang berupa teks lisan dan teks tulisan, teks tulisan dapat berupa tulisan
tangan (yang disebut naskah) dan teks lisan yaitu suatu penyampain cerita yang
secara turun temurun lalu ditulis dalam bentuk naskah lalu mengalami penyalinan
sehingga dicetak teks tulisan dapat berupa tulisan tangan (yang disebut naskah)
dan tulisan teks cetakan.31 Teks adalah kandungan atau isi naskah perbedaan
antara naskah dan teks akan lebih menjadi jelas jika terdapat naskah yang lebih
muda tetapi mengandung teks yang lebih tua teks terdiri atas isi dan bentuk.32 Ada
beberapa alasan terjadinya penyalinan atau menggandakan teks adalah sebagai
berikut :
a) Ingin memiliki sendiri teks tersebut
b) Kekhawatiran terjadi sesuatu dengan teks atau naskah asli, minsalnya
hilang, terbakar, ketumpahan benda cair dan lain sebagainya
c) Tujuan magis, yaitu dengan menyalin naskah tertentu orang akan merasa
mendapat kekuatan magis dari teks yang disalin itu
d) Naskah dianggap penting untuk disalin karena tujuan politik, agama,
pendidikan dan sebagainya.
Proses penggaandaan atau penyalinan teks (naskah asli) disebut juga
penurunan atau tradisi teks, penurunan teks tidak hanya terjadi pada teks atau
naskah asli tetapi juga terjadi pada naskah turunan pertama, kedua, ketiga dan
seterusnya. Pada proses ini, berbagai kemungkinan bisa terjadi kemungkinan yang
paling sering terjadi adalah naskah turunan mengalami perubahan baik yang
berupa kesalahan penyalinan atau bahkan sengaja diubah oleh penyalin karena
berbagai alasan.
Bentuk kesalahan penyalinan atau perubahan setidaknya ada dua pola yaitu
bentuk perubahan karena ketidak sengajaan dan bentuk perubahan karena adanya
kesengajaan. Bentuk perubahan karena ketidak sengajaan antara lain ialah adanya
beberapa bagian yang ditanggalkan (lakuna), huruf yang hilang (haplografi),

31
Siti Baroroh Baried, dkk. Pengantar Teori Filologi. hal. 4
32
Nabilah Lubis. Dasar-Dasar Teori Filologi. hal. 30
12

penyalinan maju dari perkataan keperkataan yang sama suatu kata, suatu bagian
kalimat, beberapa baris, atau satu bait terlampaui atau sebaliknya ditulis dua kali
(ditografi), atau ada tambahan (interpolasi). Sedangkan bentuk perubahan karena
kesengajaan karena adanya tujuan seperti politik, ideologi, buday yang mana
semakin banyak perubahan penyalinan atau penurunan naskah semakin tinggi pula
intensitas perubahannya.33
5. Kritik Teks
Kritik teks memaparkan hasil suntingan teks yang dipahami sebagai upaya
mengembalikan teks sedekat mungkin dengan bentuk pertama yang dihasilkan
oleh pengarang (autograph) teks salinan yang banyak mengandung keragaman
bacaan, tambahan, pengurangan dan kesalahan tulis maka teks memerlukan
sebuah kritik teks sebelum menampilkan kepada khalayak pembaca.34 Tujuan
kritik teks yakni menghasilkan suatu teks yang paling mendekati teks aslinya oleh
peneliti filologi, teks tersebut sudah dibersihkan dari kesalahan yang terjadi akibat
penyalinan yang sering berulang kali. Demikian juga dengan isi naskah yang telah
tersusun kembali seperti semula, bagian-bagian naskah yang tadinya kurang jelas,
dijelaskan sehingga seluruh teks dapat dipahami sebaik-baiknya.35
Adapun tahapan dalam kritik teks menurut Reynolds dan Wilson dalam
bukunya mengemukakan dua tahap dalam kaitannyan dengan kritik teks, yaitu :
a) Tahap pertama
1. menentukan hubungan satu naskah dengan yang lainnya dari naskah
yang ada
2. menyisihkan naskah yang jelas merupakan turunan naskah yang ada
karena tidak memiliki independen (elimination codium descriptorum)
3. menggunakan hubungan yang tersusun untuk merekonstruksi teks
naskah yang hilang merupakan nenek moyang naskah saksi atau
naskah varian

33
Skripsi M Havis. Kajian Naskah Tambo Adat Suku Nan Tigo Di Desa Lubuk Bernai
Kabupaten Tanjung Jabung Barat. (Skripsi untuk memperoleh gelar S1 Fakultas Adab dan
Humaniora Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi. 2019), hal. 17
34
Oman Fathurahman. Filologi Indonesia Teori dan Metode. hal. 67
35
Edwar Djamaris. Metode Penelitian Filologi. hal. 11-12
13

b) Tahap kedua
Tahap kedua yaitu pengujian apakah teks termasuk teks yang asli atau
bukan(examinatio), jika bukan asli maka tugas selanjutnya ialah
memperbaiki(emendation). Hal ini bisa dilakukan dengan mengisolasi
atau memisahkan kerusakan yang ada.36
Menurut Robson ada dua tahap yang harus dilakukan oleh filologi,
yaitu penyajian dan penafsiran menyajikan teks yang dianggap lebih ilmiah,
sedangkan menafsirkan teks dianggap lebih populer kedua proses tersebut
merupakan aktivitas yang tidak bisa dilepaskan keberadaanya satu sama lain.
Proses penyajian naskah dari bahan mentah dengan berbagai tingkat kesukaran
kemudian barulah proses penafsiran yang dimulai untuk mengungkapkan apa
yang terkandung didalam isi teks naskah tersebut.
Dari berbagai langkah tersebut dalam penangan teks, pada hakikatnya
akan dihasilkan sebuah teks baru yang lebih baik, karena didalam teks sudah
terdapat perbaikan dalam bentuk yang lebih memungkinkan terbaca oleh
khalayak. umum tanpa kehilangan jati dirinya sebagai sebuah teks yang otonom
atau berdiri sendiri.37

36
Anita R. Purnamasari. Kajian Filologis Naskah Pelayaran Makkah. (Skripsi untuk
memperoleh gelar sarjana sastra 1 fakultas bahasa dan seni Universitas Negeri Semarang. 2007).
hal. 10
37
(Robson. 1994 : 55) dalam skripsi Anita R. Purnamasari. Kajian Filologis Naskah
Pelayaran Makkah. (Skripsi untuk memperoleh gelar sarjana sastra 1 fakultas bahasa dan seni
Universitas Negeri Semarang. 2007). hal. 11
BAB II

METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian

Metode sebagaimana dipahami adalah cara atau sistem kerja metodologi


dapat dikatakan pula sebagai pengetahuan tentang apa saja yang merupakan cara
menerangkan atau meramalkan variable konsep maupun definisi konsep yang
bersangkutan dan mencari konsep tersebut secara empiris. Metode yang penulis
gunakan dalam penelitian ini adalah metode filologi yang berarti pengetahuan
tentang cara, teknik, atau instrument yang dilakukan dalam penelitian filologi.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan studi pustaka data primer dan data
sekunder, data primer adalah naskah kitab ajmu‟ al- asail yang di ambil dari
referensi Van Ronkel dikatalog Online https://eap.bl.uk/ British Library dengan
judul kitab naskah aju‟ al- as‟ill naskah tersebut disimpan dengan nomor
penyimpanan Or 16766 sedangkan data sekunder merupakan data dengan
melakukan pencaharian melalui buku-buku hasil penelitian jurnal ilmiah dan
karya ilmiah lainnya yang berhubungan dengan objek kajian untuk
menyempurnakan hasil penelitian.

B. Langkah Kerja Penelitian Filologi

Naskah dan teks adalah objek dari filologi, maka untuk mengetahui deskripsi
dari objek filologi tersebut dilakukan langkah-langkah kerja penelitian filologi.
Langkah-langkah kerja penelitian filologi dituntut untuk sabar, teliti, hati-hati,
cermat, dan tekun. Adapun beberapa langkah yang perlu dilakukan dalam kerja
penelitian filologi.

Adapun langkah-langkah penelitian yang digunakan yaitu sebagai berikut.

1. Inventarisasi Naskah
Dalam penelitian naskah inventarisasi dimaksudkan sebagai upaya
secermat-cermat untuk menelusuri dan mencatat keberadaan naskah yang memuat

14
salinan dari teks yang akan dikaji.38 Usaha dari penelusuran pada tahap ini penulis
mengumpulkan data terlebih dahulu dengan menelusuri katalog online naskah
ajmu‟ al- asail yang terdapat dikatalog British Library secara digital tempat
penyimpanan berada di toko buku koleksi Arthur Probstain antik berbasis di
London dengan nomor kode Or 16766.
Naskah merupakan naskah salinan, karena ditemukan adanya satu naskah
yang subtansial isinya memiliki hubungan dengan naskah ajmu‟ al- asail yang
terdapat pada katalog perpustakaan Nasional Jakarta dengan nomor panggil ML
343 dengan judul ajmu‟ al- asa‟il karya Syekh Abdul Rauf as-Singkli. Namun
setelah ditelusuri pada situs perpustakaan Nasional Jakarta gambar teks naskah
tidak tersedia keterangan gambar berbentuk monograf nomor berkode
212048869.39
Gambaran isi teks merupakan himpunan berbagai masalah ketuhanan,
makhluk tentang makna mukashafa (yaitu terbukanya hijab antara khalik dan
makhluk).40 Penulis juga menemukan berdasarkan buku yang penulis temui
ajmu‟ul -Masail Syeikh „Abdurrauf Bin Ali-al Fansuri atau lebih dikenal Syeikh
Abdurrauf as-Singkli isinya memiliki sama-sama menjelaskan mengenai ajaran
rukun Islam yang terbagi kepada beberapa aspek seperti syari‟at, tharikat, hakikat
dan juga ma‟rifat di dalam teks tersebut adanya kesamaan isi teks dengan penulis
teliti namun tidak menyeluruh sama halnya dalam penjelasan.

2. Deskripsi Naskah
Menurut Oman Fathurahman mengidentifikasi sebuah naskah adalah
kemampuan mendasar dan paling awal yang harus dimiliki oleh seorang peneliti
naskah, deskripsi suatu naskah yaitu melalukan identifikasi baik terhadap kondisi
fisik naskah, isi, teks, maupun identitas kepengarangan dan penyalinan dengan
tujuan menghasilkan sebuah deskripsi naskah dan teks secara utuh, serta akan

38
Oman Fathurahman. Filologi Indonesia Teori dan Metode, hal. 74
39
Opac.perpusnas.go.id
40
Balai Litbang Agama Jakarta. (Naskah-naskah Tauhid di Indonesia Bagian Barat)
Cetakan pertama. 2013.
menjadi modal penting bagi peneliti untuk melakukan tahapan-tahapan penelitian
berikutnya, seperti analisis teks dan kontekstualisasinya.41
Dengan dideskripsikan adalah sebagai berikut :

Publikasi naskah (dalam publikasi apa naskah disebut), kode dan nomor
naskah, judul naskah, pengarang, penyalinan, tempat penyimpanan naskah, asal
naskah, pemilik naskah, jenis alas naskah, kondisi fisik naskah, penjilidan, ada
atau tidaknya cap kertas (watermark), ada atau tidaknya garis tebal (chain lines),
garis Tipis (laid lines), jarak antara garis tebal pertama sampai keena, jumlah garis
tipis dalam satu sentimeter, ada atau tidaknya garis panduan yang ditekan (blind
lines) atau penggarisan dengan tinta dan pensil, jumlah kuras dan lembar kertas,
jumlah halaman, jumlah baris pada setiap halaman, panjang dan lebar halaman
naskah dalam sentimeter, panjang dan lebar teks dalam sentimeter, ada atau tidak
adanya penomoran halaman, iluminas dan ilustrasi, jenis khat, huruf dan bahasa
yang digunakan, warna tinta pada tulisan, ringkasan isi pada setiap teks, cacatan
yang lainya yang dianggap perlu.42

3. Perbandingan Naskah
Pada tahap perbandingan naskah mengadakan penelitian yang mencakup
mendalam sehingga akhirnya dapat diketahui hubungan antar varian, perbedaan,
persamaan, dan hubungan kekerabatan antara berbagai naskah yang ada.43 Naskah
ajmu‟ al- asail merupakan naskah salinan penulis menemukan adanya naskah
karya Syekh Abdurrauf as-Singkli berjudul sama yakni ajmu‟ al-Masa‟il yang
tersimpan di perpustakaan Nasional Jakarta nomor panggil ML 343 berbentuk
monograf.44
Teks naskah tersebut Menggunakan kertas Eropa bahasa Melayu aksara
Jawi berhalaman 17 terdiri 21 baris perhalaman dengan ukuran naskah 16,5 x 22
cm cap kertas man in the moon, isi naskah mengenai tentang ketuhanan, definisi
tauhid, insan kamil namun penulis tidak bisa mengakses untuk menelusuri isi teks

41
Oman Fathurahman. Filologi Indonesia Teori dan Metode. hal. 77
42
Oman Fathurahman. Filologi Indonesia Teori dan Metode. hal. 78
43
Nabilah Lubis. Dasar-Dasar Teori Filologi . hal. 85
44
Bahrend (ed), Kataloh Induk Naskah-naskah Nusantara Jilid 4 PNRI. hal. 288
naskah tersebut karena terkendala dari pihak penyelenggara yang tidak bisa
diakses untuk melihat gambar teks naskah sehingga untuk melakukan sebuah
perbandingan teks sulit untuk dilakukan namun penulis menemukan adanya buku
yang disusun oleh Amdan Hamid yang berjudul Majmu‟ul asail (Himpunan
Segala Masalah Mencakup Rukun Islam) Syeikh „Abdurrauf Bin „Ali al-Fansuri
yang akan penulis gunakan sebagai bahan acuan penelitian.

4. Suntingan Teks
Pada tahap ini peneliti membuat suntingan teks atau dengan kata lain
menyiapkan edisi teks yang bisa dibaca dan dipahami oleh khalayak luas. Sebuah
edisi teks yang merupakan keluaran output dari tahap ini idealnya merupakan teks
yang telah diverifikasi melalui tahapan-tahapan penelitian filologis judul dan
pengarangnya (jika ada) sudah dianggap valid dan bacaanya sudah dianggap
paling dekat dengan versi yang pertama kali ditulis oleh sang pengarang. 45
Dalam penyuntingan naskah ajmu‟ al- asail penulis menggunakan
metode gabungan karena penyuntingan teks yang terdapat dalam dua naskah atau
lebih dapat dilakukan dua metode yaitu metode gabungan dan metode landasan,
metode gabungan dipakai apabila menurut tafsiran nilai naskah semuanya hampir
sama.46

5. Transliterasi
Transliterasi suatu proses penggantian jenis tulisan huruf demi huruf dari
abjad yang suatu abjad yang lain transliterasi juga merupakan suntingan yang
disajikan dengan jenis tulisan lain, dalam kajian filologi terdapat 2 macam metode
untuk mengalih tulisan teks yaitu dengan menggunakan metode transkripsi yakni
menyalin tulisan tanpa mengganti jenis aksaranya dan metode transliterasi
penggantian jenis tulisan huruf demi huruf dari abjad suatu abjad yang lain.
Transliterasi sangat penting untuk memperkenalkan teks-teks yang tertulis
dengan huruf daerah karena kebanyakan orang sudah tidak mengenal akrab lagi
dengan tulisan daerah, dalam melakukan transliterasi perlu diikuti pedoman yang

45
Oman Fathurahman. Filologi Indonesia Teori dan Metode. hal. 88
46
Edwar Djamaris. Metode penelitian filologi. hal. 25
berhubungan dengan pemisahan dan pengelompokkan yang berhubungan dengan
pemisahan dan pengelompokan kata, ejaan, dan pungtuasi.47

C. Teknik Analisis Data

Pada tahap teknik analisis data peneliti terlebih dahulu mengetahui teknik-
teknik analisis data untuk memudahkan peneliti dalam penggarapan analisis
adapun teknik analisis data dalam penelitian yakni sebagai berikut.
Pertama, deskripsi naskah pada tahap ini merupakan langkah awal yang
dilakukan peneliti untuk mengetahui fisik naskah. Pada tahap kedua, transliterasi
dan teks pada tahap ini peneliti mengubah aksara Arab menjadi aksara Latin
sesuai ejaan mutakhir sehingga memudahkan pembaca untuk membaca dan
memahami isi teks naskah. Tahap ketiga, yakni penyuntingan teks melalui tanda-
tanda suntingan. Tahap keempat, peneliti menjelaskan kandungan isi di dalam
teks naskah agar memudahkan pembaca memahami isi dan maksud dari teks
naskah tersebut.

D. Sistematika Pembahasan

Pembahasan akan dituangkan dalam lima bab, pada bab yang pertama,
diawali dengan pendahuluan yang berisi deskripsi mengenai konteks umum studi
naskah sehingga didapatkan gambaran yang jelas mengenai latar belakang
mengapa studi ini dilakukan, serta problem apa yang menjadi fokus penelitian dan
signifikasinya. Selain itu pada bab ini akan dijelaskan tujuan studi, kontribusi
akademik dan manfaat praktis yang diharapkan dari hasil studi penelitian ini,
penelusuran pustaka terkait dengan tulisan-tulisan atau kajian-kajian mengenai
studi naskah filologi sebagai ajuan dan penempatan pembanding untuk
memperjelas posisi studi kajian ini disamping studi-studi lainnya.

Bab yang kedua akan menjelaskan mengenai pendekatan metode yang


diterapkan untuk menyelesaikan dan mendekati permasalahan yang dikaji.

47
Edwar Djamaris. Metode Penelitian Filologi. hal. 10
Bab ketiga, akan menjelaskan mengenai biografi pengarang kitab teks naskah
ajmu‟ al- asail yakni syekh abdurrauf as-singkili dan karyanya beserta kaitan
hubungan aliran ajaran yang di anutnya.

Bab keempat, selanjutnya akan memasuki pembahasan menjelaskan deskripsi


teks dan hasil suntingan teks naskah dilanjutkan mengenai isi kandungan teks
naskah ajmu‟ al- asail

Bab kelima, kesimpulan penutup hasil akhir dari pembahasan ringkasan-


ringkasan dari penelitian dan saran penelitian agar penelitian filologi terus
berkembang.
No Kegiatan Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Juli
Pengajuan X
judul
proposal
2 Pengajuan X
dosen
pemimbing
3 Bibimgan X
perbaikan
proposal dan
izin seminar
4 Seminar X
proposal
5 Hasil revisi X
seminar dan
surat izin
riset
6 Pengumpulan X X
data
7 Penulisan X X
skripsi
8 Bimbingan X

Tabel Kegiatan Penelitan.


BAB III
Biografi Syekh Abdurrauf as-Singkili
dan Karyanya

A. Biografi Syekh Abdurrauf as-Singkili


Abdurrauf as- Singkili atau dikenal dengan sebutan Syiah Kuala. as-
Singkil laqab yang dinisbahkan kepada tempat tanah kelahirannya yaitu Singkil
48
(Aceh Singkil) ia dimakamkan yaitu di Kuala (Muara) Krueng Aceh. Nama
lengkapnya Abdul Rauf bin Ali al-Jawi al-Fansuri as- Sinkili dalam sumber lain
Aminuddin Abdul Rauf bin Ali al-Jawi Tsumal Fansuri al-Singkili. As-Singkili
lahir sekitar tahun 1024-1105/1615-1693 M. Ia dilahirkan di Suro, sebuah desa
pinggiran sungai simpang kanan, inilah dia dilahirkan dan dibesarkan di tengah
keluarganya.49 Ia terkenal „alim dalam tafsir al-Quran, ilmu fiqih dan pelopor
tarekat Syattariyah di dunia Melayu. ayah as-Singkili berasal dari Persia yang
datang menuju Samudera Pasai ketika pada akhir abad ke-13 dan menetap di
Fansur, Barus yakni kota pelabuhan tua yang berada di pantai barat Sumatera.50
Pendidikan diawal dari ayahnya sendiri di simpang kanan (Singkil) ia
belajar ilmu-ilmu agama, sejarah, bahkan bahasa Arab, mantiq, filsafat, sastra
Arab dan Melayu dan bahasa Persia. Kemudian dilanjutkan kependidikan ke
Samudera Pasai belajar dengan guru Syamsuddin as-Sumatrani (w. 1630 M) di
Dayah tinggi dan dilanjutkan ke negeri Arab, as-Singkili memproleh pendidikan
kesufian dari dua orang gurunya yang terkemuka yakni ulama besar sufi Mekah
yakni Syekh Shafiuddin Ahmad ad-Dajjani al-Qusyasyi (1583-1660) dan ulama
Madinah, Syekh Ibrahim al-Kurani (1616-1689), dua tokoh inilah menempati
posisi penting dalam jaringan ulama di dunia Islam.51

48
Muliadi Kurdi. Abdurrauf as-Singkili (Mufti Besar Aceh Pelopor Tarekat Syattariyah di
Dunia Melayu, (Banda Aceh : NASA, 2017). hal. 1
49
Muliadi Kurdi. Abdurrauf as-Singkili (Mufti Besar Aceh Pelopor Tarekat Syattariyah di
Dunia Melayu. hal. 2
50
M. Solihin. Sejarah dan Pemikiran Tasawuf di Indonesia . hal. 49
51
M. Solihin. Sejarah dan Pemikiran Tasawuf di Indonesia. hal. 50

21
Di Harmain as-Singkili berguru kepada sahabat dari Ibrahim al-Kurni
yakni Isa al-Maghribi dan Ibnu „Abd ar-Rasuli al-Barzanji di Makkah belajar
kepada Baruddin al-Lahuri dan Abdullah Lahuri dan guru terpenting di Makkah
adlah Ali binAbd Qadir al-Thabari.52
Abdurrauf as-Singkili kembali ke Aceh pada tahun 1661 atau 1662 M
ketika beliau diangkat menjadi mufti dan Qadhi Malik al-„adil di Kesultanan Aceh
ia membuka dayah (pesantren). Dalam beberapa waktu ia juga menetap di daerah
Kuala Krueng Aceh sambil mengajarkan ilmu keislaman kepada masyarakat dan
mengajarkan tarekat syattariyah.53
as-Singkili pernah menerima ba‟iat tarekat syattariyah disisi ilmu sufi
yang lainnya, termasuk ajaran dan bidang ruang lingkup ilmu pengetahuan yang
ada hubungan dengannya. Ia juga termasuk ulama Aceh yang berupaya
mendaimakan ajaran martabat alam tujuh atau yang lebih dikenal dengan sebutan
faham wahdatul wujud atau disebut juga wujudiyyah dengan faham Sunnah.
Dalam kurun perjalanan rohaninya, as-Singkili tetap boleh memakai khirqah
yakni tanda sudah tamat dalam pengujian secara suluk (perjalanan sufi). Ia diberi
selendang berwarna putih oleh gurunya pertanda bahwa ia dilantik sebagai
khalifah mursyid dalam tarekat syattariyah dan ia diperbolehkan memba‟iat orang
lain dan telah diakui bahwa ia mempunyai silsilah yang bersambung dari gurunya
hingga Nabi Muhammad Saw.54

52
Muliadi Kurdi. Abdurrauf as-Singkili (Mufti Besar Aceh Pelopor Tarekat Syattariyah di
Dunia Melayu.hal. 13
53
Muliadi Kurdi. Abdurrauf as-Singkili (Mufti Besar Aceh Pelopor Tarekat Syattariyah di
Dunia Melayu.Hal. 18
54
M. Solihin. Sejarah dan Pemikiran Tasawuf di Indonesia. hal. 50
Pemikiran tasawuf as-Singkili diantanya pada persoalan merekonsiliasi
antara tasawuf dan syariat dengan ajaran tasawuf mirip dengan Syamsuddin as-
Sumatrani dan Nuruddin ar-Raniri yakni menganut faham wujud hakiki yakni
Allah, alam ciptaan-Nya bukan merupakan wujud hakiki akan tetapi bayangan
dari wujud hakiki dengan maksud Allah berbeda dengan alam. 55 Pada alam yang
tampak realitas Tuhan menampakkan diri-Nya (tajalli).56
Tarekat syattariyah adalah sebuah tarekat yang muncul pertama sekali di India
pada abad 15 M nama tersebut diambil dari pendiri tarekat itu sendiri yakni
Abdullah asy-Syattar (w. 1429 M) dengan tujuan tarekat ini ialah untuk
membangkitkan kesadaran batin manusia dalam ber „ubudiyah kepada Allah Swt
untuk mencapai kesadaran seseorang harus mengamalkan beberapa macam zikir
seperti yang telah ditentukan dalam tarekat itu sendiri. 57
Penganut tarekat ini meyakini sebanyak gerakan mahluk jalan menuju
Allah dibandingkan dengan tarekat yang lainnya yang berkembang tarekat ini lah
yang mudah untuk dipahami dan dikerjakan sehingga banyak masyarakat muslim
yang menyenangi termasuk muslim Nusantara sejak zaman lampau. Tarekat ini
memiliki perbedaan dengan tarekat lain adalah memasukkan nilai-nilai fiqih ke
dalam tarekat, keterangan lebih lanjut didalam karyanya „Umdah as-Singkili
menjelaskan mengenai tarekat yang di anutnya yakni syattariyah dalam nuansa
kalam asy‟ariyah atau dalam mazhab ahlusunnah wal-jama‟ah ia menjelaskan
ketika seseorang memulai menekuni tarekat seseorang harus menjalani kehidupan
rohani yang dibekali dengan ilmu tauhid, tarekat dan ilmu syariat (fiqih) ketiga
itulah unsur penting untuk mengapai hakikat agama yang diperkenalkan oleh
Rasulullah Saw.58

55
M. Solihin. Sejarah dan Pemikiran Tasawuf di Indonesia. hal. 51
56
Muliadi Kurdi. Abdurrauf as-Singkili (Mufti Besar Aceh Pelopor Tarekat Syattariyah di
Dunia Melayu. hal. 76
57
Muliadi Kurdi. Abdurrauf as-Singkili (Mufti Besar Aceh Pelopor Tarekat Syattariyah di
Dunia Melayu. hal. 30
58
Muliadi Kurdi. Abdurrauf as-Singkili (Mufti Besar Aceh Pelopor Tarekat Syattariyah di
Dunia Melayu. hal. 74
B. Karya-karya as-Singkili
Berikut diantara beberapa karya syekh Abdurrauf as-Singkili :
1 i‟rat Ath- Thullab (fiqih Syafi‟i bidang muamalat)
2 Hidayah al-Balifhah (fiqih tentang sumpah, kesaksian, peradilan, pembuktian
dan lain-lannya)
3„Umdat al-Muhtajin (tasawuf)
4 Syam al- a‟rifah (tasawuf tentang ma‟rifat)
5 ajmu‟ al- asail (tasawuf)
5 Kifayat al-Muhtajin (tasawuf)
6 Daqa‟iqah al-Huruf (tasawuf)
7 Turjumah al-Mustafidh (tafsir)59

59
M. Solihin. Sejarah dan Pemikiran Tasawuf di Indonesia. hal. 51
BAB IV

PEMBAHASAN

A. Deskripsi Dan Suntingan Teks Naskah M ’ -M


1. Deskripsi Teks Naskah
Teks naskah ajmu‟ al- asail merupakan naskah yang berasal dari Aceh
keberadaan naskah terdapat pada koleksi toko buku antik independen Arthur
Probstain London bernomor Or 16766 naskah berasal dari Aceh dengan judul
kitab aju‟ al- asa‟il judul yang diberikan oleh van Ronkel sedangkan judul
ajmu‟ al- asail sendiri terdapat pada halaman 3 dan kolofon naskah tersebut.
Dalam katalog ini, van Ronkel tidak memberikan informasi adanya salinan teks di
tempat lain. Nama pengarang tidak diketahui tetapi diduga kuat Syekh Abdurrauf
as-Singkli karena adanya teks dengan kesamaan isi dan judul dari karya Syekh
Abdurauf as-Singkli sedangkan penyalinnya teks naskah tidak diketahui.

Gambar a.1 catatan van Ronkel dan Deskripsi naskah

25
Teks disalin pada sembilan hari bulan Zulqoi‟dah pada tahun dzul awal dari
Hijrah Nabi Saw 1234 tahun-tahun dzul pada zaman Dul Hadad Maulana Paduka
Sulthan al Azim Walhaqan Mukarram. kini, naskah tersimpan di koleksi buku
antik independen Artur Probstain London dengan kode Or 16766 naskah juga
terdapat di perpustakaan Nasional Jakarta dengan nomor panggil ML 343 dengan
judul ajmu‟ al- asa‟il karya Syekh Abdul Rauf as-Singkili berbentu bahan
monograf.
Alas naskah yang digunakan berupa kertas Eropa secara fisik kelihatan sudah
agak lapuk, namun masih baik berwarna kekuning-kuningan bahan naskah dari
kertas berbahan lembut dan tebal Cap kertas berbentuk gambar 3 bulan sabit yang
menunjukkan bahwa kertas tersebut telah diproduksi di Italia pada paruh waktu
pertama abad ke-16. Menurut Jones simbol bulan sabit tersebut merupakan
gambaran dari upaya keras para pembuat kertas di Italia untuk memasarkan
produksi kertasnnya ke Turki khususnya, dan ke dunia Islam.60
Kuras merupakan susunan-susunan halaman dalam naskah teks ditulis pada
bagian atas sebelah kanan di kuras ke 2. Dengan halaman naskah 34 halaman atau
f.1r-f.34bv aksara yang digunakan Arab, Jawi, Arab Pegon.
Teks dalam naskah Or 16766 berukuran 15x11 cm, sementara naskahnya
sendiri berukuran 24x17 cm, dengan tebal halaman naskah f.1r-f.34bv Dengan
jumlah 34 halaman bolak balik, jumlah baris dalam setiap halaman rata-rata 14-16
baris, dari halaman 3-12 terdiri dari 15 baris dan pada halaman ke 13 terdiri dari
16 dan 14 baris. Halaman 15-20 terdiri dari 14 baris, halaman 21-30 terdiri dari 15
baris.
Penulisan teks dimulai dari verso, sedangkan penomoran halaman
menggunakan angka latin yang terletak di pias kanan atas setiap verso, setiap
nomor merujuk pada satu lembar folio, rekto dan verso. Penomoran halaman ini
diduga kuat tidak dilakukan oleh penyalin, karena menggunakan pensil. terdapat
chain lines dan laid lines tidak memiliki garis panduan (blind lines)

60
Oman Fathurahman. Filologi Indonesia Teori dan Metode. hal. 81
Gambar a.2 bagian awal dan akhir naskah ajmu‟ al-Masail.

Tidak terdapat iluminasi maupun ilustrasi dalam keseluruhan halaman


naskah. Teks ditulis menggunakan bahasa Melayu, aksara Arab bentuk tulisan
tergolong sedang dan rapi, secara keseluruhan teks ditulis dengan tinta hitam,
kecuali beberapa bagian tertentu biasanya di bagian yang menandai paragraf, atau
kata-kata yang fungsinya ekuivalen atau kata-kata yang menjadi kata kunci
menggunakan tinta merah (rubrikasi).
Jenis tulisan yang digunakan khat naskhi, gaya khat naski merupakan tulisan
yang sering digunakan oleh umat Islam, baik menulis teks keagamaan dan untuk
menulis harian, gaya naskhi merupakan gaya penulisan tertua. Jilidan baik kertas
tidak terlepas teks tidak memiliki sampul.

Gambar a. 3 Teks naskah ajmu‟ al-Masail. Sumber british library


Deskripsi isi Naskah ajmu‟ al- asail
Pada bahagian ff.1v-2r: yang berawal teks naskah terdapat doa kamilin dan
dzikir yang biasanya dibaca diantara sholat tarawih dan shalat witir pada bulan
ramadhan bentuk teks dalam bahasa Arab. Selanjutnya ff.2v-13v: kitab ajmu‟
al- asail artinya perhimpunan segala masalah pada menyatakan perkataan
syahadat dan bersuci, dan ibadah dan colophon terletak pada f.13v, tanggal 9
zulkaidah 1234 (30 Agustus 1819) Tamat al-kitab masa‟il majmu‟ pada Sembilan
hari bulan zulkaidah pada tahun dal awal min hijrah nabi Saw, seribu dua ratus
tiga puluh empat tahun-tahun pada zaman duli hadrat maulana paduka seri sulthan
al-a‟zim wal al-haqan mukarram berteks melayu.
Selanjutnya pada halaman f.13v: catatan yang terletak miring mengenai bab
fi israr haji bab yang menyatakan pada rahasia haji. Albab fi israr haji bermula
bab ini pada menyatakan rahasia haji, ketahui olehmu bahwasanya haji itu
sunahkan dari pada rukun Islam yang lima perkara dan ngan dia sempurna agama
Islam dan dalamnya itu turun firman Allah ta‟ala : alyauma akmaltu lakum
dinukum wa atmamtu a‟laikum ni‟mati waradhitu lakum islamudina. Artinya hari
ini aku sempurnakan bagi kamu akan agama kamu yakni hari haji di arafah ini aku
sempurnakan bagi kamu kamu sekalian akan agama kamu dan aku tanpakkan atas
nikmatku dan ridho aku bagi kamu akan agama Islam itu dan sabda nabi Saw :
man mata walam yuhajja palyamut insyaawayahudiyan wainsyaa nasharaniyan.
Artinya barang siapa mati padahal tidak dimengerjakan haji maka hendaklah mati
jika berkehendak iya didalam agama yahudi dan jika berkehendak iya didalam
agama nasrani wallahu‟alam.
Gambar a. 4 bab israr haji

Pada halaman f.15ar: terdapat catatan yang bukan dari lembar teks : Adapun
kiriman si Jalal kepada si Mirasan balacu dau kahayu batik sepuluh lebar dan
kain merah empat depa dan luyang dua kati adapun kiriman si japarudin sekayu
balacu tiga kayu kahan banglang da nada lagi selebar sepotongan batik pembili
lepat adapun kiriman si japrudin kepada si dallah sekayu balaco tiga kayu
banglang itulah adanya.

Gambar a.5 cacatan bukan lembar teks

Pada Halaman ff.28r-31v: menjelaskan mengenai ringkasan Tauhid (adalah


aku menjelaskan kitab ini dengan bahasa Jawi supaya mudah bagi segala orang
yang mubtadi), kitab dengan bahasa jawi supaya memudahkan bagi segala orang
yang mubtadi isi teks mengenai tauhid, syirik wujud dan iman.

Gambar a.6 Teks mengenai ringkasan Tauhid

Pada halaman ff.31v-34v: mengenai risalah tauhid yang bertuliskan Arab


dengan bahasa jawa yang berasal dari Aceh. Jadi dapat disimpulkan bahwa yang
terdapat pada beberapa teks dalam naskah tersebut memiliki keterkaitan atau
masih ada hubungan dalam pembahasan mengenai tauhid dan juga ilmu tasawuf.
a. Pemilihan Teks
Teks yang peneliti ambil di dalam naskah untuk di jadikan bahan
suntingan dan isi yang terkandung ialah teks ajmu‟ al- asail yang
bernomor halaman ff.2v-13v: yang terdiri dari 13 halaman karena judul
dengan peneliti teliti lebih tepat untuk dijadikan bahan kajian.
b. Transliterasi
Transliterasi artinya penggantian jenis tulisan, huruf demi huruf dari
abjad yang satu ke abjad yang lain.61 Pedoman transliterasi penulis pakai
aksara Arab ke dalam bahasa daerah di Indonesia khususnya Melayu, seperti
diketahui tulisan Jawi merangkum seluruh abjad 29 huruf dengan menambah
6 abjad sehingga jumlahnya menjadi 35 huruf. Enam abjad tersebut tentu saja
dimaksudkan untuk mengakomodasi bunyi dalam bahasa daerah yang tidak
dikenal dalam bahasa dan tulisan Arab. 29 huruf yang berasal dari abjad Arab
dan 6 tambahan bentuk modifikasi adalah sebagai berikut.62

61
Siti Baroroh Baried, dkk. Pengantar Teori Filologi. Ct kedua. hal. 63
62
Oman Fathurahman. Filologi Indonesia Teori dan Metode. hal. 126
‫=ا‬a ‫ = ش‬sy ‫=ن‬n
‫=ب‬b ‫ = ص‬sh ‫=و‬w
‫=ت‬t ‫ = ض‬dh ‫=ه‬h
‫=ث‬s ‫ = ط‬th ‫=ء‬
‫=ج‬j ‫ = ظ‬zh ‫=ي‬y
‫=ح‬h ‫„=ع‬ ‫=ى‬g
‫ = خ‬kh ‫=غ‬g = ng
‫=د‬d ‫ = ف‬f/p = ny
‫ = ذ‬dh ‫=ق‬q ‫=ج‬c
‫=ر‬r ‫=ك‬k ‫=ي‬i
‫=ز‬z ‫=ل‬l ‫ = و‬o/u
‫=س‬s ‫=م‬m

c. Pertanggung jawaban Transliterasi


Tujuan utama transliterasi sebuah teks adalah agar teks tersebut dapat
dibaca oleh orang yang tidak atau kurang mampu membaca tulisan pada
naskah aslinya. pengalih aksara harus bisa menjaga keaslian bahasa sebuah
teks, masalah pungtuasi harus benar-benar menjadi perhatian pengalih
aksara. Oleh karena itu penulis mengambil jalan tengah dengan melakukan
langkah sebagai berikut :
1.) Susunan teks diusahakan agar tetap dipertahankan seperti aslinya.
2.) Perbaikan kata atau atau penjelasan maksudnnya akan dijelaskan pada
catatan kaki.
3.) kata-kata yang tidak jelas atau meragukan pada catatan kaki ditulis aksara
aslinya.
4.) Kata-kata yang sulit dibaca karena kabur akan ditulis sesuai dugaan
penulis dan diletakkan di dalam catatan kaki dengan ditulis aksara aslinya.
Hasil Transliterasi Isi Teks Naskah M ’ -M
Bismillahirahmanirrahim

Dengan nama Allah jua ku memulai membaca risalah ini iya jua Tuhan yang
amat murah dalam negeri dunia lagi yang amat mengasihan hambanya mu‟min
dalam negeri akhirat alhamdulillahirobil‟alamin segala puji bagi Allah Tuhan
seru alam sekalian wal a‟qibatulilmuttaqin dan kebajikan akhirat itu
bagi segala mereka itu yang takut akan Allah wassolatuwassalam a‟la minal
anbiya ba‟dah dan rahmat Allah dan selamatnya atas nabi yang tiada
nabi kemudian dari padanya wa‟ala alihi wasohbihi ajma‟in dan atas
segala kaluarwarganya dan segala sahabatnya sekalian
ammaba‟du adapun kemudian dari itu maka inilah
suatu risalah yang simpan dan kunamai kitab itu
ajmu‟ al- asail artinya perhimpunan segala masailah
pada menyatakan perkataan syahadat dan bersuci

(3) dan mandi junub dan segala perkataan sembahyang dan segala perkataan
usulul tahqiq sekalian dan dalam kitab ini segala
perkataan soal dan jawab inilah soalnya soal
jika ditanyai saorang berapa perkara syahadat jawab bahwa syahadat itu
dua perkara pertama syahadat Tuhan kedua syahadat hamba soal
mana syahadat Tuhan dan mana syahadat hamba jawab
bahwa syahadat Tuhan itu matbu‟ namanya dan syahadat hamba itu
tabi‟ namanya soal apa arti tabi‟ dan arti mutabi‟ namanya dan
syahadat hamba itu tabi‟ namanya jawab bahwa arti tabi‟
itu mengikut dan mutabi‟ itu yang diikuti soal jika ditanya seorang
mana syahadat Tuhan dan mana syahadat hamba jawab syahadat
Tuhan itu syahidallahu annahu lailahaillallah hu artinya telah naik
saksi Allah ta‟ala bahwasanya hanya Ia dan syahadat hamba itu
asyhaduan lailahaillallah waasyhadu anna muhammadarrasulullah
artinya saksi aku bahwasanya tiada Tuhan hanya Allah dan saksi
aku bahwasanya nabi Muhammad pesuruh Allah soal jika ditanyai orang kita
apa saksi dan siapa yang naik saksi akan dirinya
dan apa yang disaksi dan apa tempat saksi jawab
adapun yang saksi itu ikrar dan yang naik saksi itu
nyawa dan yang di persaksi itu tashdiq dan tempat saksi
itu Tuhan soal jika bertanya seorang apa faidah
maka Allah ta‟ala naik saksi akan dirinya jawab bahwa Allah ta‟ala
naik saksi akan dirinya itu tiga faidah pertama
muta„azim bagi dirinya kedua mengajarkan hambanya ketiga
hidayat akan hambanya dan hambanya naik saksi
akan Tuhan ketika itupun tiga perkara pertama membesarkan
Tuhannya kedua membesarkan suarah Tuhannnya
ketiga menghanalkan dirinya hamba soal jika ditanya
orang kita mana syahadat syariat dan mana syahadat
tharikat dan mana syahadat hakikat jawab

(4) bahwa syahadat syariat itu lafadznya asyhaduan lailahaillallah


waasyhadu anna muhammadarasulullah artinya saksi aku bahwasanya
tiada Tuhan yang sebenar2 disembah dalam adanya hanya Allah
dan saksi aku bahwasanya nabi Muhammad itu amanat Allah dan
syahadat hakikat itu lafadznya asyhaduan lailahaillallah
waasyhadu anna muhammadarrasulullah artinya saksi aku bahwasanya
tiada wujudku nashnya wujud Allah dan saksi aku bahwasanya
nabi Muhammad itu hakikat Allah soal jika ditanya seorang
berapa perkara suci jawab bahwasanya suci itu tiga perkara
pertama suci syariat kedua suci tharikat ketiga
suci hakikat soal mana suci syariat dan
mana suci tharikat dan mana suci hakikat jawab
bahwasanya suci syariat itu bersuci dengan air atau dengan
batu dan suci tharikat itu jangan menaruh damdam2
dan dengki haluba dan tamak dan suci hakikat
itu bersuci senantiasa rahasianya soal jika bertanya tanya
seorang berapa perkara fardu bersuci jawab bahwa didalam
kitab yang besar2 karangan Arab tiga perkara pertama menghilangkan
rasanya kedua menghilangkan baunya ketiga ikhlas atasnya soal
jika ditanya orang kita akan siapa mula turun mandi itu
dan bersuci itu jawab bahwa turun mandi dan bersuci itu
akan nabi Allah Adam dan Siti Hawa soal mana pohon bersuci
itu jawab bahwa pohon bersuci itu dengan kelingking tangan kiri
soal apa sebab maka wajib mandi jawab bahwa wajib mandi
karena sebab tujuh perkara pertama sebab menjunjung segala titah Allah
seperti firman Allah ta‟ala wainkuntum junuban fatoharu artinya jika
ada kamu junub maka bersucilah kamu kedua sebab bertemu dua sifat
jalal dan jamal yakni bertamu dua khitan ketiga keluarnya sebab
gholib laki_laki akan perempuan dan gholib perempuan akan laki_laki
keempat karena sebab lupa ia akan Tuhannya dan ingat ia

(5) akan dirinya kelima karena sebab berpindah mani yang suci kepada rongga
yang
tempat keluar najis yaitu darah dan kemi keenam karena sebab tiada
dapat dikerjakan lima perkara yang disuruhkan Allah ta‟ala ketujuh
berpindah fi‟ilnya dari pada fi‟il binatang dan syaitan lagi memberi
manfaat dari pada segala taubatnya soal dahulu mandi kah dari
pada jima‟ atau dahulu jima‟ dari pada mandi jawab dua ibarat
suatu ibarat pada orang ahli syariat kedua ibarat pada orang
ahli hakikat adapun pada orang ahli syariat dahulu jima‟ kemudian
mandi adapun pada orang ahli hakikat itu dahulu mandi
kemudia jima‟ soal tetapi ia sudah jima‟ jawab mandi
jua wajib tetapi yang dikatakkan mandi dahulu dari pada jima‟ itu
menyelam ke dalam laut dzatal hadasnya artinya hapuslah ia dahulu pada
empunya ni‟mat dan yang dikatakkan mandi sunat pada orang ahlullah
itu mengucap tasbih dan tahlil dan istighfar dan sholawat akan nabi
sholallahualahiwasalam dahulu dari pada jima‟ jawab soal
berapa perkara jalan kepada Allah jawab empat perkara pertama jalan
syari‟ kedua jalan tharikat ketiga jalan hakikat keempat
jalan ma‟rifat adapun jalan tharikat syariat itu
mengucap dengan dua kalimat syahadat dan berbuat sembahyang dan
puasa dan zakat dan naik haji ke Baitul haram dan
jalan tharikat itu kasih akan Allah dan kasih akan nabiyallah
dan kasih akan waliyallah dan taubat pada dosa besar
dan dosa kecil pada siang dan malam attaibu minazzanbihi
kaman laa zanba lahu artinya orang yang taubat dari pada segala dosa
itu dengan sempurna taubat serasa ia tiada berdosa dan
jalan hakikat itu yaitu musyahadah dan maqobalah
dan muraqobah dan mua‟yanah dan tawajahu kepada Allah dengan
sempurna yakni seperti firman Allah Ta‟ala faainama tuwallu
fasamma wajhullah artinya barang kemana engkau hidup mukamu
ada kenyataan Allah ta‟ala dan jalan ma‟rifat itu yaitu taubat

(6) iya senantiasa kepada Allah ta‟ala dan kepada maqom Hu Allah dan kepada
maqom Allah Hu dengan isyarah gurunya maka sempurnalah pekerjaannya
wallahua‟lam soal berapa perkara suci jawab bahwa suci itu
tiga perkara pertama suci syariat kedua suci tharikat ketiga
suci hakikat adapun suci syariat itu yaitu bersuci
dengan air atau dengan batu dengan ikhlas hatinya dan suci
tharikat itu yaitu menyucikan dirinya dari pada manaruh
damdam dan dengki dan hiyanat dan mengadu2 dan loba
dan tamak dan suci hakikat itu senantiasa rahasianya
dari pada orang yang lain dari pada Allah artinya fana fillah dan baqo
billah dan hapuslah sifat basyariyah dan waswas apabila kekal
lah ia disana niscaya hapuslah iya pada maqom Hu Allah dan pada maqom
Allah Hu soal berapa perkara sembahyang jawab tiga perkara pertama
sembahyang syariat kedua sembahyang tharikat ketiga sembahyang
hakikat dan adapun sembahyang syariat itu yaitu
mengetahui segala syaratnya dan fardunya dan sanadnya dan segala yang
membatalkan
dia sembahyang tharikat itu mengucap istighfar dari pada pagi dan petang dan
mengucap sholawat akan nabi sholallahualaihiwasallam dan zikrullah senantiasa
saari2 duduk dan seari berjalan dan seari tidur
dengan sempurna yakin dan makan makan2 yang halal dan menjauh
kan segala yang haram dan mengerjakan segala amrullah dan sembahyang pada
orang yang hakikat itu musyahada dan maqobalah dan muayanah dan
tawajjahu kepada Allah supaya diperoleh fanaa fillah dan
baqo billah seperti firman Allah ta‟ala sholaatihim daaimun
artinya sembahyang senantiasa itulah pekerjaan
segala wali Allah yang besar2 soal berapa perapakara puasa
jawab bahwa tiga perkara pertama puasa pada orang yang syariat
kedua puasa pada orang tharikat ketiga puasa pada
orang hakikat adapun puasa pada orang ahli syariat
itu menahan dirinya dari pada makan dan minum dan

(7) jima‟ dan barang yang membatalkan dia dan puasa pada orang tharikat itu
yaitu menahan dirinya dari pada keinginannya hawa nafsunya dari pada
dengki dan hiyanat dan loba dan tamak dan menaruh damdam
dan puasa pada orang hakikat itu yaitu menahan dirinya
dari pada memandang berlain dari pada Allah yang sebenar2 wujud senantiasa
syagul63 akan zikrullah dan fana fillah dan baqo billah
soal berapa perkara zakat jawab bahwa tiga perkara pertama
zakat pada orang syariat kedua zakat pada orang
tharikat ketiga zakat pada orang hakikat adapun
zakat pada orang syariat itu mengeluarkan artanya

63
‫شغول‬
kepada empunya hak tatkala datang hisab dan
zakat pada orang tharikat itu memeliharakan hak
kekasihnya dan managuhkan janji Tuhannya dan zakat pada
orang hakikat itu memeliharakan dirinya dari pada a‟duwullah dengan sebenar2
dirinya yaitu fana fillah dan baqo billah yakni fanaa billah ia
pada maqom Hu Allah dan Allah Hu dan membiyakkan artanya pada jalan Allah
soal berapa perkara haji jawab tiga perkara pertama haji pada orang syariat
kedua haji pada orang tharikat ketiga haji pada orang hakikat dan
adapun haji pada orang syariat itu yaitu wukuf di Arafah dan
tawaf pada Ka‟bah Allah dengan sempurna syaratnya dan haji pada
orang tharikat itu yaitu pergi kepada mizan kekasihnya
mengucap sholawat akan nabi sholallahualaihiwasallam dan zikrullah
dan menjauhkan diri pada kejahatan akhirat dan haji pada orang
hakikat itu yaitu pergi kepada baitul maghdis dan
baitul ma‟mur yaitu kepada maqom Hu Allah dengan sempurna
isyarat gurunya jua maka hasil pekerjaannya soal islam
iman berdiri dengan apa dan ihsan berdiri dengan apa jawab
iman berdiri dengan hati islam berdiri dengan anggota ihsan
berdiri dengan nyawa soal berapa perkara yang menghasilkan sembahyang
jawab bahwa yang menghasilkan sembahyang itu dengan tiga

(8) perkara pertama dengan lidah kedua dengan hati ketiga dengan anggota
soal jika ditanya orang kita berapa perkara faedah syahadat jawab
bahwa faedah syahadat itu tiga perkara pertama menauhidkan Allah
kedua memuliakan Dia ketiga menunggalkan Dia maka masuklah kepada agama
Islam soal berapa perkara faedah sembahyang jawab bahwa faedah
sembahyang itu tiga perkara pertama medzohirkan dia Tuhannya kedua
memujahkan Dia ketiga membesarkan Dia berapa perkara faedah puasa jawab
bahwa faedah puasa itupun tiga perkara pertama mengingatkan
perangai kenyataanya kedua musyawarahkan dengan dia ketiga mengajarkan dia
soal berapa perkara faedah zakat jawab bahwa faedah zakat itupun
tiga perkara pertama menyatakan fi‟il agama Tuhannya kedua menyatakan fi‟il
Tuhannya memberi rizki akan hambanya ketiga mengekalkan dia dengan dia
soal berapa perkara faedah haji jawab bahwa faedah haji itupun
tiga perkara pertama menyatakan kebesarannya kepada pandangan segala
hambanya kedua
menjaungdia64 kepada pihak yakni ketiga menyatakan dia dengan dia inilah
faedah amal syariat serta amal tharikat dan amal tharikat serta amal
hakikat dan amal hakikat serta amal ma‟rifat dan amal ma‟rifat serta syariat
soal syariat upama apa tharikat upama apa hakikat upama apa ma‟rifat
upama apa jawab bahwa syariat upama kulit tharikat upama tempurung
hakikat upama isi ma‟rifat upama minyak arti syariat itu
kata nabiyallah tharikat jalan nabiyallah hakikat maqom nabiyallah ma‟rifat
kepala artinya nabiyallah disanalah segala hambanya Allah yang hadir bermain2
siang dan malam inilah tempat kediamati dan tempat bermain2
segala waliyallah a‟lahimusallam soal pada orang yang mati apa
dan barang sebagainya yang mati jawab bahwa empat perkara pertama nafsu
dan makan dan minum dan jima‟ dan barang sebagainya kedua bahwa ia
luas65 padanya ketiga perangai syaitan seperti loba dan tamak
dengki dan munafiq dan damdam dan mengada2 keempat
dunia dan segala perhiasan soal karena apa maka dimandikan
dan disembahyangkan dan dikafankan dan ditalqinkan dan

(9) dibaca akan do‟akan dia jawab karena sebab2 ketabubahnya66 pada masa
hidupnya dan disembahyang karena ia rukuk sembahyang pada masa hidupnya
dan dikafankan supaya jangan kelihatan tubuhnya pada masa
naghat67 dan ditalqinkan karena mengajar pada menyahut tanyak munkar
wa nakir dan dibaca do‟a akan dia karena mintakkan pahala dia tetapi
mandikan dia dan mengafankan dia dan sembahyangkan dia dan

64
‫منجوغدى‬
65
‫لوس‬
66
‫كتابوبو ث‬
67
‫ناغت‬
menanamkan dia fardu pada kita yang hidup jua dan yang fardu pada
orang mati menyahut tanyak munkar wanakir jua jikalau tiada tahu
menyahut tanyak munkar wanakir dipalunya tongkat yang besarnya
soal berapa perkara nikmat Allah jawab bahwa nikmat Allah itu tiga perkara
pertama nikmat iman dengan iradah Allah dan qudratnya kedua nikmat
taat dengan qudrat Allah lagi dengan ikhlas hatinya kepada Allah ketiga
nikmat wujud dengan dzat Allah dan dinafikan ketiadaannya segala
yang lain dari pada Allah melainkan wujud haq Allah ta‟ala yang mutlaq
wujudnya soal berapa perkara nikmat hati jawab bahwa hati
itu dua perkara pertama hati nurani kedua hati sanubari adapun
hati nurani itu hati yang percahya kepada agama Islam dan yaitu
berbuat ibadah dan mengucap sholawat akan nabi sholallahualaihi
wasallam dan dzikirullah senantiasa dan hati sanubari itu percayakan
kepada agama syaitan dan kafir dan musyrik dan munafik dan bid‟ah
dan mengadu2 maka mintak ampun kita kepada Allah dari pada sekalian
perbuatan itu seperti sabda nabi sholiallahiwasallam al a‟qlu nurul qalbi
walqalbu nururruhu nurul jasadu nurul amal wal amalu
nurul tharikotu Allah artinya yang akal itu menerangkan hati
dan yang hati itu menerangkan nyawa dan nyawa itu menerangkan
tubuh dan tubuh itu menerangkan amal dan amal itu
menerangkan jalan kepada Allah ta‟ala soal apa keluar dari pada
Islam dan apa keluar dari pada iman dan apa keluar dari pada
ihsan dan apa keluar dari pada tauhid dan apa keluar
dari pada ma‟rifat jawab bahwa keluar dari pada Islam itu

(10) ilmu fiqh dan keluar dari pada iman itu ilmu usul dan
keluar dari pada ihsan itu ilmu tasawuf dan keluar
dari pada tauhid itu ilmu tahqiq dan keluar dari pada
ma‟rifat ilmu sufi yaitulah amal yang gholib dan
maghlub dan barahi dan hairan dan dahasyah soal
dimana diyambil sembahyang dan kemana dihantarkannya jawab
bahwa diyambil sembahyang itu dari pada takbiratulihram dan dihantarkannya
kepada salam soal mana maqom mi‟raj dan mana maqom
munajat dan mana maqom tawakal dan mana maqom
kalamma‟allah jawab bahwa maqom mi‟raj itu tatkala mengata
usholli dan maqom munajat itu tatkala mengata Allahu
akbar dan maqom tawakkal itu tatkala mengata wajjahtu
dan maqom kalamma‟allah itu tatkala membaca fatihah
soal tatkala mengata Allahuakbar dimana Allah dan dimana Muhammad
jawab bahwa yang dikata itu Allah dan yang menyuruh
kan berkata itulah Muhammad soal pada Allahu akbar mana isim dzat dan
mana isim sifat jawab bahwa Allah itulah isim dzat dan
akbar itulah isim sifat soal apa sebab wajib sembahyang
jawab bahwa sebab wajib sembahyang itu karena sebab
alhamdu soal apa sebab wajib kita baca fatihah
pada tiap2 sehari semalam lima waktu jawab karena sebab keluar segala
waktu dari pada huruf fatihah soal yang mana bernama fatihah jawab
yang bernama fatihah itu alhamdulillah adapun keluar waktu subuh dari pada
huruf
alif dan keluar waktu dzhur dari pada huruf lam dan keluar waktu ashar
dari pada huruf ha dan keluar waktu magrib dari pada huruf mim dan
keluar dari pada waktu isyak dari pada huruf dal soal apa sebab waktu
subuh dua rakaat karena sebab tajali haq Allah ta‟ala dengan dua sifat pertama
tajali sifat jalal kedua sifat jamal soal apa sebab waktu
dzuhur empat raka‟at wajawab bahwa karena sebab kenyataan anak adam dari
pada empat perkara pertama wujud kedua nur ketiga ilmu kaempat

(11) syahwat soal apa sebab waktu ashar empat rakaat jawab karena
sebab kenyataan nyawa anak adam empat perkara pertama dzat kedua sifat
ketiga asma keempat ap‟al soal apa sebab waktu maghrib tiga
rakaat jawab karena sebab tiga perkara pertama ahadiyah kedua wahdah
ketiga wahidayah pertama Allah yang kedua itu Muhammad yang ketiga itu adam
soal apa sebab yang waktu isya‟ empat rakaat jawab karena
sebab kejadian taubah anak adam empat perkara pertama madi kedua wadi
ketiga minni keempat minkum soal apa sebab sembahyang witir tiga rakaat
jawab bahwa sembahyang witir tiga rakaat dan dua rakaat itu karena sebab
fi‟il nabi saholallhualaihiwasallam dua perkara pertama mengenal dirinya kedua
mengenal
Tuhannya dan yang serakaat karena sebab haq Allah ta‟ala berdirinya kedua
soal mana yang terlebih mulia pada haq Allah didalam taubah anak adam
jawab bahwa yang terlebih mulia didalam taubah anak adam itu empat perkara
pertama akal kedua ilmu ketiga iman keempat malu adapun yang
menghilangkan akal itupun empat perkara pertama menghilangkan iman
karena sebab hiyanat dan menghilangkan malu karena sebab loba dan tamak soal
Islam berdiri dengan apa iman berdiri dengan apa ihsan berdiri dengan apa jawab
Islam berdiri dengan iqrar dan iqrar berdiri dengan tashdiq dan tashdiq berdiri
dengan i‟tiqad dan i‟tiqad berdiri dengan tawakal dan tawakal berdiri dengan
ihsan
dan ihsan berdiri dengan iman dan iman berdiri dengantashdiq dan
tashdiq berdiri dengan nyawa dan nyawa berdiri dengan
nurra68 soal mana tempat Islam dan mana tempat iman dan mana tempat tauhid
dan mana tempat ma‟rifat jawab bahwa tempat Islam pada anggota dan tempat
iman pada hati dan tempat tauhid pada fuad dan tempat ma‟rifat pada qalbu
adapun yang dikatakan tempat Islam pada anggota seperti firman Allah ta‟ala
faman
syarahallahu shadrahulil islami fahuwa a‟la nurimirabbihi artinya barang siapa
dibuka
kan Allah ta‟ala dan mereka itu pada agama Islam maka yaitu beroleh cahaya dari
pada
Tuhannya dan yang dikatakan tempat Iman itu pada hati seperti firman Allah
ta‟ala

68
‫نورا‬
ulaaika kataba fiqulubi humul iman artinya tersurat didalam hati mereka itu
iman dan yang dinamai qalbu fuad karena tempat nyawa turun tauhid pada rahasia

(12) seperti firman Allah ta‟ala didalam hadisnya qudsi al insanu


sirri wa ana sirruhu artinya yang insan itu rahasiaku dan
akupun rahasianya dan tempat ma‟rifat pada fuad itu
seperti firman Allah ta‟ala makazzabalfuad mariyaa artinya
tiada satu fuad dari pada barang yang dilihat dan lagi dinamai
qalbu itu liwab69 karena sebab nyawa ma‟rifat seperti
firman Allah ta‟ala innafi zalikalaya tiulil albab
artinya bahwasanya adalah kesan hak Allah ta‟ala berupa
tanda pada orang yang berakal dan lagi yang dinamai qalbu
itu supaya karena ia tempat kenyataan mahabbah mahluk
seperti firman Allah ta‟ala qod sagafaha hubban artinya terlalu barahi
zulaikha akan nabi Allah yusuf dan lagi dinamai qalbu itu bahjatal
qulub karena tempat terbit nur ma‟rifat seperti firman
Allah ta‟ala laayasani ardi wala samainayas‟ani qalbu
a‟bdilmukminin artinya tiada meluaskan daku pada bumi
ku dan langit ku tetapi yang meluaskan daku pada hati hambaku
yang mukmin dan lagi dinamai qalbu itu sirrul qulub seperti firman
Allah ta‟ala walaqod karamna bani adama watajalli fihi artinya telah diper
mulia anak adam karena sebab tajalli kamu kepadanya sanad dari pada
tajalli itu tajalli ruh Muhammad sholallahua‟laihiwasallam soal mana sebenar2
dunia dan mana sebenar2 akhirat jawab bahwa sebenar2 dunia
itu badan dan sebenar2 akhirat itu nyawa seperti sabda nabi
sholallahu‟alaihiwasalam addunya jasadu wal akhiratu ruuhi artinya
yang dunia itu jasad dan akhirat itu nyawa soal mana sebenar2
syurga itu sulihnya70 pada hari dunia datang pada hari akhirat
soal dari mana datang malam dan kemana lenyap jawab bahwa

69
‫لوب‬
70
‫سلحيج‬
gholib malam maghlub hari dan yang dunia itu upama malam
dan akhirat upama siang soal tubuh upama apa dan nyawa
upama apa jawab tubuh itu upama dunia dan nyawa itu upama akhirat soal
apa upama tubuh dan apa upama nyawa jawab tubuh upama dunia dan nyawa
upama akhirat kana a‟rifiddunya badanun wal akhiratu ruhun artinya

(13) dunia itu badan dan akhirat itu nyawa soal mana tempat tauhid itu jawab
tempat tauhid itu pada rahasia seperti firman Allah ta‟ala didalam hadis qudsi
al insanu sirri waana sirruhu artinya yang insan itu rahasiaku dan
akupun rahasianya soal mana teladan alim dan teladan hak ta‟ala
jawab teladan a‟lim itu tubuh dan teladan hak taklik itu nyawa seperti sabda nabi
shoma fajaza alminalinsan nashhatul alim walalkhiratu jaza aminal insan
nashatul haqqul bil jalal artinya suatu suka dari pada manusia itu tela
dan alim dan suatu suka dari pada manusia itu teladan haq ta‟ala sebenar2 dengan
nyatanya tamat kitab

ini suatu faedah telah sabda nabi sholallahu alaihiwasallam


telah adalah alamat orang isi syurga pada umatku empat
perkara jua pertama muka yang manis kedua perkataan yang lemah lembut
ketiga tangan yang murah keempat hati yang takut akan Allah ta‟ala
dengan alamat orang isi neraka itupun empat perkara
pertama muka masam kedua perkataan yang keras serta dengan
amarah ketiga tangan kikir keempat hati yang keras yakni
tiada dimumngikat perkataan yang baik Wallahu‟alam.
Tamat alkitab masail majmu majmah pada sambilan hari bulan dzulqoidah
pada tahun dzul awal min hijriah nabi sholallahualaihi wasallam seribu dua ratus
tiga puluh empat tahun2
zul pada zaman daula hadad maulana paduka sri sultanal a‟dzim walhaffan
mukarram
al masyhuriin minannabiyil a‟rabi wal a‟jam.
2. Suntingan Teks
Salah satu tujuan penyuntingan teks ialah agar teks dapat dibaca dengan
mudah oleh kalangan luas oleh sebab itu, diusahakan agar susunannya mudah
dibaca dan dipahami. Suntingan teks dibagi dalam bagian-bagian yang disebut
episode yang mana tiap-tiap episode diberi nomor angka Arab atau abjad huruf
kecil disertai judul yang sesuai dengan isi episode atau bagian cerita itu. Untuk
memudahkan pembacaan, teks dibagi dalam paragraf dan disertai pemakaian
tanda-tanda baca dengan seksama.71 Tanda-tanda baca atau lambang yang
digunakan dalam suntingan teks adalah sebagai berikut.
/…/ : untuk menandai bacaan yang ditambah dan bersumber pada teks
pendukung.
(…) : untuk menandai nomor halaman.
{…}: untuk menandai ayat-ayat al-Qur‟an.
[…] : untuk menandai hadis nabi.
\...\ : untuk menandai bacaan yang ditambahkan dan tidak berdasarkan pada
teks pendukung.72
<…> : untuk menandai perubahan huruf atau kata dari aslinya.
// : untuk menandai pergantian halaman naskah
Tanda garis bawah tanda ini digunakan untuk menandai kata atau huruf
yang tidak konsisten penulisannya.

71
Edwar Djamaris. Metode Penelitian Filologi. hal. 30
72
Oman Fathurahman. Filologi Indonesia Teori dan Metode. hal. 94
Hasil Suntingan Naskah Teks M ’ -M
Bismillahirahmanirrahim

Dengan nama Allah ju\g\a1 \a\ku2 memulai membaca risalah ini iya ju\g\a3 Tuhan
yang amat murah dalam negeri dunia lagi yang amat mengasihan hambanya
mu‟min dalam negeri akhirat alhamdulillahirobil‟alamin segala puji bagi Allah
Tuhan <seru>4<seluruh> alam sekalian wal a‟qibatulilmuttaqin dan kebajikan
akhirat itu bagi segala mereka itu yang takut akan Allah wassolatuwassalam a‟la
minal anbiya ba‟dahu dan rahmat Allah dan selamatnya atas nabi yang tiada nabi
kemudian dari padanya wa‟ala alihi wasohbihi ajma‟in dan atas segala
<kaluarwarganya>5<keluarganya> dan segala sahabatnya sekalian ammaba‟du
adapun kemudian dari itu maka inilah suatu risalah yang simpan dan kunamai
kitab itu ajmu‟ al- asail artinya perhimpunan segala masa<i>lah6 pada
menyatakan perkataan syahadat dan bersuci//(3) dan mandi junub dan segala
perkataan sembahyang dan segala perkataan usulul tahqiq sekalian dan dalam
kitab ini segala perkataan soal dan jawab inilah soalnya soal jika ditanyai
s<a>\e\orang7 berapa perkara syahadat jawab bahwa syahadat itu dua perkara
pertama syahadat Tuhan kedua syahadat hamba soal mana syahadat Tuhan dan
mana syahadat hamba jawab bahwa syahadat Tuhan itu matbu‟ namanya dan
syahadat hamba itu tabi‟ namanya soal apa arti tabi‟ dan arti mutabi‟ namanya dan
syahadat hamba itu tabi‟ namanya jawab bahwa arti tabi‟ itu mengikut dan
mutabi‟ itu yang diikuti soal jika ditanya seorang mana syahadat Tuhan dan mana
syahadat hamba jawab syahadat Tuhan itu syahidallahuannahu lailahaillallah hu
artinya telah naik saksi Allah ta‟ala bahwasanya hanya Ia dan syahadat hamba itu
asyhaduan lailahaillallah waasyhadu anna muhammadarrasulullah artinya saksi
aku bahwasanya tiada Tuhan hanya Allah dan saksi// aku bahwasanya nabi
Muhammad pesuruh Allah soal jika ditanyai orang kita apa saksi dan siapa yang
naik saksi akan dirinya dan apa yang disaksi dan apa tempat saksi jawab adapun
yang saksi itu ikrar dan yang naik saksi itu nyawa dan yang di persaksi itu tashdiq
dan tempat saksi itu Tuhan soal jika bertanya seorang apa faidah maka Allah
ta‟ala naik saksi akan dirinya jawab bahwa Allah ta‟ala naik saksi akan dirinya itu
tiga faidah pertama muta„azim bagi dirinya kedua mengajarkan hambanya ketiga
hidayat akan hambanya dan hambanya naik saksi akan Tuhan ketika itupun tiga
perkara pertama membesarkan Tuhannya kedua membesarkan <suarah>/suruhan/8
Tuhannnya ketiga meng\e\<ha>nalkan9 dirinya hamba soal jika ditanya orang kita
mana syahadat syariat dan mana syahadat tharikat dan mana syahadat hakikat
jawab//(4) bahwa syahadat syariat itu lafadznya asyhaduan lailahaillallah
waasyhadu anna muhammadarasulullah artinya saksi aku bahwasanya tiada Tuhan
yang sebenar-benar10 disembah dalam adanya hanya Allah dan saksi aku
bahwasanya nabi Muhammad itu amanat Allah dan syahadat hakikat itu lafadznya
asyhaduan lailahaillallah waasyhadu anna muhammadarrasulullah artinya saksi
aku bahwasanya tiada wujudku nashnya wujud Allah dan saksi aku bahwasanya
nabi Muhammad itu hakikat Allah soal jika ditanya seorang berapa perkara suci
jawab bahwasanya suci itu tiga perkara pertama suci syariat kedua suci tharikat
ketiga suci hakikat soal mana suci syariat dan mana suci tharikat dan mana suci
hakikat jawab bahwasanya suci syariat itu bersuci dengan air atau dengan batu
dan suci tharikat itu jangan menaruh <damdam2>11<dendam-dendam> dan dengki
haluba dan tamak dan suci hakikat// itu bersuci senantiasa rahasianya soal jika
bertanya <tanya>12 seorang berapa perkara fardu bersuci jawab bahwa didalam
kitab yang besar-besar13 karangan Arab tiga perkara pertama menghilangkan
rasanya kedua menghilangkan baunya ketiga ikhlas atasnya soal jika ditanya
orang kita akan siapa mula turun mandi itu dan bersuci itu jawab bahwa turun
mandi dan bersuci itu akan nabi Allah Adam dan Siti Hawa soal mana pohon
bersuci itu jawab bahwa pohon bersuci itu dengan kelingking tangan kiri soal apa
sebab maka wajib mandi jawab bahwa wajib mandi karena sebab tujuh perkara
pertama sebab menjunjung segala titah Allah seperti firman Allah ta‟ala
{wainkuntum junuban fatoharu}14 artinya jika ada kamu junub maka bersucilah
kamu kedua sebab bertemu dua sifat jalal dan jamal yakni bertemu dua khitan
ketiga keluarnya sebab gholib laki laki akan perempuan dan gholib perempuan
akan laki laki keempat karena sebab lupa ia akan Tuhannya dan ingat ia//(5) akan
dirinya kelima karena sebab berpindah mani yang suci kepada rongga yang
tempat keluar najis yaitu darah dan kemi/h/15 keenam karena sebab tiada dapat
dikerjakan lima perkara yang disuruhkan Allah ta‟ala ketujuh berpindah fi‟ilnya
dari pada fi‟il binatang dan syaitan lagi memberi manfaat dari pada segala
taubatnya soal dahulu mandi kah dari pada jima‟ atau dahulu jima‟ dari pada
mandi jawab dua ibarat suatu ibarat pada orang ahli syariat kedua ibarat pada
orang ahli hakikat adapun pada orang ahli syariat dahulu jima‟ kemudian mandi
adapun pada orang ahli hakikat itu dahulu mandi kemudia jima‟ soal tetapi ia
sudah jima‟ jawab mandi ju\g\a16 wajib tetapi yang dikatakkan mandi dahulu dari
pada jima‟ itu menyelam ke dalam laut dzatal hadasnya artinya hapuslah ia dahulu
pada empunya ni‟mat dan yang dikatakkan mandi sunat pada orang ahlullah itu
mengucap tasbih dan tahlil dan istighfar dan sholawat akan nabi
sholallahualahiwasalam dahulu dari pada jima‟ jawab soal// berapa perkara jalan
kepada Allah jawab empat perkara pertama jalan syari‟/at/17 kedua jalan tharikat
ketiga jalan hakikat keempat jalan ma‟rifat adapun jalan tharikat syariat itu
mengucap dengan dua kalimat syahadat dan berbuat sembahyang dan puasa dan
zakat dan naik haji ke Baitul haram dan jalan tharikat itu kasih akan Allah dan
kasih akan nabiyallah dan kasih akan waliyallah dan taubat pada dosa besar dan
dosa kecil pada siang dan malam [attaibu minazzanbihi kaman laa zanba lahu]18
artinya orang yang taubat dari pada segala dosa itu dengan sempurna taubat serasa
ia tiada berdosa dan jalan hakikat itu yaitu musyahadah dan maqobalah dan
muraqobah dan mua‟yanah dan tawajjahu kepada Allah dengan sempurna yakni
seperti firman Allah Ta‟ala {faainnama tuwallu fasumma wajhullah}19 artinya
barang kemana engkau hidup mukamu ada kenyataan Allah ta‟ala dan jalan
ma‟rifat itu yaitu taubat//(6) iya senantiasa kepada Allah ta‟ala dan kepada maqom
Hu Allah dan kepada maqom Allah Hu dengan isyarah gurunya maka
sempurnalah pekerjaannya wallahua‟lam soal berapa perkara suci jawab bahwa
suci itu tiga perkara pertama suci syariat kedua suci tharikat ketiga suci hakikat
adapun suci syariat itu yaitu bersuci dengan air atau dengan batu dengan ikhlas
hatinya dan suci tharikat itu yaitu menyucikan dirinya dari pada m<a>\e\naruh20
<damdam>21<dendam> dan dengki dan hiyanat dan mengadu-ngadu22 dan loba
dan tamak dan suci hakikat itu senantiasa rahasianya dari pada orang yang lain
dari pada Allah artinya fana fillah dan baqo billah dan hapuslah sifat basyariyah
dan waswas apabila kekal lah ia disana niscaya hapuslah iya pada maqom Hu
Allah dan pada maqom Allah Hu soal berapa perkara sembahyang jawab tiga
perkara pertama sembahyang syariat kedua sembahyang tharikat ketiga
sembahyang hakikat dan adapun sembahyang syariat itu yaitu// mengetahui segala
syaratnya dan fardunya dan sanadnya dan segala yang membatalkan dia
sembahyang tharikat itu mengucap istighfar dari pada pagi dan petang dan
mengucap sholawat akan nabi sholallahualaihiwasallam dan zikrullah senantiasa
s<a>\e\h\ari-hari23 duduk dan se\h\ari24 berjalan dan se\h\ari25 tidur dengan
sempurna yakin dan <makan>26 makan-makan27 yang halal dan menjauhkan
segala yang haram dan mengerjakan segala amrullah dan sembahyang pada orang
yang hakikat itu musyahada dan maqobalah dan muayanah dan tawajahu kepada
Allah supaya diperoleh fana fillah dan baqo billah seperti firman Allah ta‟ala
{sholaatihim daaimun}28 artinya sembahyang senantiasa itulah pekerjaan segala
wali Allah yang besar-besar29 soal berapa per<apa>kara30 puasa jawab bahwa tiga
perkara pertama puasa pada orang yang syariat kedua puasa pada orang tharikat
ketiga puasa pada orang hakikat adapun puasa pada orang ahli syariat itu menahan
dirinya dari pada makan dan minum dan//(7) jima‟ dan barang yang membatalkan
dia dan puasa pada orang tharikat itu yaitu menahan dirinya dari pada
keinginannya hawa nafsunya dari pada dengki dan hiyanat dan loba dan tamak
dan menaruh <damdam>31<dendam>dan puasa pada orang hakikat itu yaitu
menahan dirinya dari pada memandang berlain dari pada Allah yang sebenar-
benar32 wujud senantiasa <syagul>33 akan zikrullah dan fana fillah dan baqo
billah soal berapa perkara zakat jawab bahwa tiga perkara pertama zakat pada
orang syariat kedua zakat pada orang tharikat ketiga zakat pada orang hakikat
adapun zakat pada orang syariat itu mengeluarkan \h\artanya34 kepada empunya
hak tatkala datang hisab dan zakat pada orang tharikat itu memeliharakan hak
kekasihnya dan meneguhkan janji Tuhannya dan zakat pada orang hakikat itu
memeliharakan dirinya dari pada a‟duwullah dengan sebenar-benar35 dirinya yaitu
fana fillah dan baqo billah yakni fana billah ia// pada maqom Hu Allah dan Allah
Hu dan membiyakkan /h/artanya36 pada jalan Allah soal berapa perkara haji
jawab tiga perkara pertama haji pada orang syariat kedua haji pada orang tharikat
ketiga haji pada orang hakikat dan adapun haji pada orang syariat itu yaitu wukuf
di Arafah dan tawaf pada Ka‟bah Allah dengan sempurna syaratnya dan haji pada
orang tharikat itu yaitu pergi kepada mizan kekasihnya mengucap sholawat akan
nabi sholallahualaihiwasallam dan zikrullah dan menjauhkan diri pada kejahatan
akhirat dan haji pada orang hakikat itu yaitu pergi kepada baitul maghdis dan
baitul ma‟mur yaitu kepada maqom Hu Allah dengan sempurna isyarat gurunya
jua maka hasil pekerjaannya soal islam iman berdiri dengan apa dan ihsan berdiri
dengan apa jawab iman berdiri dengan hati islam berdiri dengan anggota ihsan
berdiri dengan nyawa soal berapa perkara yang menghasilkan sembahyang jawab
bahwa yang menghasilkan sembahyang itu dengan tiga//(8) perkara pertama
dengan lidah kedua dengan hati ketiga dengan anggota soal jika ditanya orang kita
berapa perkara faedah syahadat jawab bahwa faedah syahadat itu tiga perkara
pertama menauhidkan Allah kedua memuliakan Dia ketiga menunggalkan Dia
maka masuklah kepada agama Islam soal berapa perkara faedah sembahyang
jawab bahwa faedah sembahyang itu tiga perkara pertama medzohirkan dia
Tuhannya kedua memujahkan Dia ketiga membesarkan Dia berapa perkara faedah
puasa jawab bahwa faedah puasa itupun tiga perkara pertama mengingatkan
perangai kenyataanya kedua musyawarahkan dengan dia ketiga mengajarkan dia
soal berapa perkara faedah zakat jawab bahwa faedah zakat itupun tiga perkara
pertama menyatakan fi‟il agama Tuhannya kedua menyatakan fi‟il Tuhannya
memberi rizki akan hambanya ketiga mengekalkan dia dengan dia soal berapa
perkara faedah haji jawab bahwa faedah haji itupun tiga perkara pertama
menyatakan kebesarannya kepada pandangan segala hambanya kedua
<menjaungdia>37 /mengunjungi kepada pihak yakni nabi-Nya/ ketiga menyatakan
dia dengan dia inilah// faedah amal syariat serta amal tharikat dan amal tharikat
serta amal hakikat dan amal hakikat serta amal ma‟rifat dan amal ma‟rifat serta
syariat soal syariat u\m\pama38 apa tharikat u\m\pama39 apa hakikat u\m\pama40
apa ma‟rifat u\m\pama41 apa jawab bahwa syariat u\m\pama42 kulit tharikat
u\m\pama43 tempurung hakikat u\m\pama44 isi ma‟rifat u\m\pama45 minyak arti
syariat itu kata nabiyallah tharikat jalan nabiyallah hakikat maqom nabiyallah
ma‟rifat kepala artinya nabiyallah disanalah segala hambanya Allah yang hadir
bermain-main46 siang dan malam inilah tempat kediama\n\<ti>47 dan tempat
bermain-main48 segala waliyallah a‟lahimusallam soal pada orang yang mati apa
dan barang sebagainya yang mati jawab bahwa empat perkara pertama nafsu dan
makan dan minum dan jima‟ dan barang sebagainya kedua <ba>h/a/wa49 ia luas
padanya ketiga perangai syaitan seperti loba dan tamak dengki dan munafiq dan
<damdam>50<dendam> dan mengadu-ngadu51 keempat dunia dan segala
perhiasan soal karena apa maka dimandikan dan disembahyangkan dan
dikafankan dan ditalqinkan dan//(9) dibaca akan do‟akan dia jawab /dimandikan/52
karena sebab-sebab53 <ketabubahnya>54 /mensuci bersihkan tubuhnya/ pada masa
hidupnya dan disembahyang karena ia rukuk sembahyang pada masa hidupnya
dan dikafankan supaya jangan kelihatan tubuhnya pada masa nagat dan
ditalqinkan karena mengajar pada menyahut tanya<k>55 munkar wa nakir dan
dibaca do‟a akan dia karena mi\n\takkan56 pahala dia tetapi mandikan dia dan
mengafankan dia dan sembahyangkan dia dan menanamkan dia fardu pada kita
yang hidup ju\g\a57 dan yang fardu pada orang mati menyahut tanyak munkar
wanakir ju\g\a58 jikalau tiada tahu menyahut tanya<k>59 munkar wanakir
dipalunya tongkat yang besarnya soal berapa perkara nikmat Allah jawab bahwa
nikmat Allah itu tiga perkara pertama nikmat iman dengan iradah Allah dan
qudratnya kedua nikmat taat dengan qudrat Allah lagi dengan ikhlas hatinya
kepada Allah ketiga nikmat wujud dengan dzat Allah dan dinafikan ketiadaannya
segala yang lain dari pada Allah melainkan wujud haq Allah ta‟ala yang mutlaq
wujudnya soal berapa perkara nikmat hati jawab bahwa hati// itu dua perkara
pertama hati nurani kedua hati sanubari adapun hati nurani itu hati yang
perca<h>ya60 kepada agama Islam dan yaitu berbuat ibadah dan mengucap
sholawat akan nabi sholallahualaihi wasallam dan dzikirullah senantiasa dan hati
sanubari itu percayakan kepada agama syaitan dan kafir dan musyrik dan munafik
dan bid‟ah dan mengadu-ngadu61 maka mintak ampun kita kepada Allah dari pada
sekalian perbuatan itu seperti sabda nabi sholiallahiwasallam [al a‟qlu nurul qalbi
walqalbu nururruhu nurul jasadu nurul amal wal amalu nurul tharikotu Allah]62
artinya yang akal itu menerangkan hati dan yang hati itu menerangkan nyawa dan
nyawa itu menerangkan tubuh dan tubuh itu menerangkan amal dan amal itu
menerangkan jalan kepada Allah ta‟ala soal apa keluar dari pada Islam dan apa
keluar dari pada iman dan apa keluar dari pada ihsan dan apa keluar dari pada
tauhid dan apa keluar dari pada ma‟rifat jawab bahwa keluar dari pada Islam
itu//(10) ilmu fiqh dan keluar dari pada iman itu ilmu usul/uddin/63 dan keluar
ihsan itu ilmu tasawuf dan keluar dari pada tauhid itu ilmu tahqiq dan keluar dari
pada ma‟rifat ilmu sufi yaitulah amal yang gholib dan maghlub dan barahi dan
hairan dan dahasyah soal dimana di<y>ambil64 sembahyang dan kemana
dihantarkannya jawab bahwa di<y>ambil65 sembahyang itu dari pada
takbiratulihram dan dihantarkannya kepada salam soal mana maqom mi‟raj dan
mana maqom munajat dan mana maqom tawakal dan mana maqom kalam
ma‟allah jawab bahwa maqom mi‟raj itu tatkala mengata usholli dan maqom
munajat itu tatkala mengata Allahu akbar dan maqom tawakal itu tatkala mengata
wajjahtu dan maqom kalam ma‟allah itu tatkala membaca fatihah soal tatkala
mengata Allahuakbar dimana Allah dan dimana Muhammad jawab bahwa yang
dikata itu Allah dan yang menyuruh// kan berkata itulah Muhammad soal pada
Allahu akbar mana isim dzat dan mana isim sifat jawab bahwa Allah itulah isim
dzat dan akbar itulah isim sifat soal apa sebab wajib sembahyang jawab bahwa
sebab wajib sembahyang itu karena sebab alhamdu soal apa sebab wajib kita baca
fatihah pada tiap-taip sehari semalam lima waktu jawab karena sebab keluar
segala waktu dari pada huruf fatihah soal yang mana bernama fatihah jawab yang
bernama fatihah itu alhamdulillah adapun keluar waktu subuh dari pada huruf alif
dan keluar waktu dzhur dari pada huruf lam dan keluar waktu ashar dari pada
huruf ha dan keluar waktu magrib dari pada huruf mim dan keluar dari pada
waktu isya‟ dari pada huruf dal soal apa sebab waktu subuh dua rakaat karena
sebab tajali haq Allah ta‟ala dengan dua sifat pertama tajali sifat jalal kedua sifat
jamal soal apa sebab waktu dzuhur empat raka‟at <wa>jawab66 bahwa karena
sebab kenyataan anak adam dari pada empat perkara pertama wujud kedua nur
ketiga ilmu kaempat//(11) syahwat soal apa sebab waktu ashar empat rakaat jawab
karena sebab kenyataan nyawa anak adam empat perkara pertama dzat kedua sifat
ketiga asma keempat ap‟al soal apa sebab waktu maghrib tiga rakaat jawab karena
sebab tiga perkara pertama ahadiyah kedua wahdah ketiga wahidayah pertama
Allah yang kedua itu Muhammad yang ketiga itu adam soal apa sebab yang waktu
isya‟ empat rakaat jawab karena sebab kejadian taubah anak adam empat perkara
pertama madi kedua wadi ketiga minni keempat minkum soal apa sebab
sembahyang witir tiga rakaat jawab bahwa sembahyang witir tiga rakaat dan dua
rakaat itu karena sebab fi‟il nabi saholallhualaihiwasallam dua perkara pertama
mengenal dirinya kedua mengenal Tuhannya dan yang serakaat karena sebab haq
Allah ta‟ala berdirinya kedua soal mana yang terlebih mulia pada haq Allah
didalam taubah anak adam jawab bahwa yang terlebih mulia didalam taubah anak
adam itu empat perkara pertama akal kedua ilmu ketiga iman keempat malu
adapun yang menghilangkan akal <itupun empat perkara>67 pertama
menghilangkan iman// karena sebab hiyanat dan menghilangkan malu karena
sebab loba dan tamak soal Islam berdiri dengan apa iman berdiri dengan apa ihsan
berdiri dengan apa jawab Islam berdiri dengan iqrar dan iqrar berdiri dengan
tashdiq dan tashdiq berdiri dengan i‟tiqad dan i‟tiqad berdiri dengan tawakal dan
tawakal berdiri dengan ihsan dan ihsan berdiri dengan iman dan iman berdiri
dengan tashdiq dan tashdiq berdiri dengan nyawa dan nyawa berdiri dengan nurra
soal mana tempat Islam dan mana tempat iman dan mana tempat tauhid dan mana
tempat ma‟rifat jawab bahwa tempat Islam pada anggota dan tempat iman pada
hati dan tempat tauhid pada fuad dan tempat ma‟rifat pada qalbu adapun yang
dikatakan tempat Islam pada anggota seperti firman Allah ta‟ala faman
{syarahallahu shadrahulil islami fahuwa a‟la nurimirabbihi}68 artinya barang siapa
dibukakan Allah ta‟ala dan mereka itu pada agama Islam maka yaitu beroleh
cahaya dari pada Tuhannya dan yang dikatakan tempat Iman itu pada hati seperti
firman Allah ta‟ala {ulaaika kataba fiqulubi humul iman}69 artinya tersurat
didalam hati mereka itu iman dan yang dinamai qalbu fuad karena tempat nyawa
turun tauhid pada rahasia//(12) seperti firman Allah ta‟ala didalam hadisnya qudsi
al insanu sirri wa ana sirruhu artinya yang insan itu rahasiaku dan akupun
rahasianya dan tempat ma‟rifat pada fuad itu seperti firman Allah ta‟ala
{makazzabalfuad mariyaa}70 artinya tiada satu fuad dari pada barang yang dilihat
dan lagi dinamai qalbu itu liwa<b>\n\71 karena sebab nyawa ma‟rifat seperti
firman Allah ta‟ala {innafi zalikalaya tiulil albab}72 artinya bahwasanya adalah
kesan hak Allah ta‟ala berupa tanda pada orang yang berakal dan lagi yang
dinamai qalbu itu supaya karena ia tempat kenyataan mahabbah mahluk seperti
firman Allah ta‟ala {qod sagafaha hubban}73 artinya terlalu barahi zulaikha akan
nabi Allah yusuf dan lagi dinamai qalbu itu bahjatal qulub karena tempat terbit
nur ma‟rifat seperti firman Allah ta‟ala layasa‟ni ardi wala samai nayas‟ani qalbu
a‟bdilmukminin74 artinya tiada meluaskan daku pada bumi// ku dan langit ku
tetapi yang meluaskan daku pada hati hambaku yang mukmin dan lagi dinamai
qalbu itu sirrul qulub seperti firman Allah ta‟ala {walaqod karamna bani adama
watajalli fihi}75 artinya telah diper mulia anak adam karena sebab tajalli kamu
kepada-Nya sanad dari pada tajalli itu tajalli ruh Muhammad
sholallahua‟laihiwasallam soal mana sebenar-benar76 dunia dan mana sebenar-
benar77 akhirat jawab bahwa dunia itu badan dan sebenar-benar78 akhirat itu
nyawa seperti sabda nabi sholallahu‟alaihiwasalam [addunya jasadu wal akhiratu
ruuhi]79 artinya yang dunia itu jasad dan akhirat itu nyawa soal mana sebenar-
benar80 syurga itu sulihnya pada hari dunia datang pada hari akhirat soal dari
mana datang malam dan kemana lenyap jawab bahwa gholib malam maghlub hari
dan yang dunia itu u\m\pama81 malam dan akhirat u\m\pama82 siang soal tubuh
u\m\pama83 apa dan nyawa u\m\pama84 apa jawab tubuh itu u\m\pama85 dunia dan
nyawa itu u\m\pama86 akhirat soal apa u\m\pama87tubuh dan apa u\m\pama88
nyawa jawab tubuh u\m\pama89 dunia dan nyawa u\m\pama90 akhirat kana
a‟rifiddunya badanun wal akhiratu ruhun artinya(13) dunia itu badan dan akhirat
itu nyawa soal mana tempat tauhid itu jawab tempat tauhid itu pada rahasia seperti
firman Allah ta‟ala didalam hadis qudsi al insanu sirri waana sirruhu artinya yang
insan itu rahasiaku dan akupun rahasianya soal mana teladan alim dan teladan hak
ta‟ala jawab teladan a‟lim itu tubuh dan teladan hak taklik itu nyawa seperti sabda
nabi [shoma fajaza alminalinsan nashhatul alim walalkhiratu jaza aminal insan
nashatul haqqul bil jalal]91 artinya suatu suka dari pada manusia itu teladan alim
dan suatu suka dari pada manusia itu teladan haq ta‟ala sebenar-benar92 dengan
nyatanya tamat kitab ini suatu faedah telah sabda nabi sholallahu alaihiwasallam
telah adalah alamat orang isi syurga pada umatku empat perkara ju/g/a93 pertama
muka yang manis kedua perkataan yang lemah lembut ketiga tangan yang murah
keempat hati yang takut akan Allah ta‟ala dengan alamat orang isi neraka itupun
empat perkara// pertama muka masam kedua perkataan yang keras serta dengan
amarah ketiga tangan kikir keempat hati yang keras yakni tiada
<dimumngikat>94<mengikat> perkataan yang baik Wallahu‟alam. Tamat alkitab
masail majmu majmah pada sambilan hari bulan dzulqoidah pada tahun dzul awal
min hijriah nabi sholallahualaihi wasallam seribu dua ratus tiga puluh empat
tahun-tahun95zul pada zaman daula hadad maulana paduka sri sultanal a‟dzim
walhaffan mukarram al-masyhuriin minannabiyil a‟rabi wal a‟jam//.

a. Kritik Teks
1
ju\g\a : huruf “g” ditambah karena untuk mengikuti pedoman EYD maka kata
“jua” menjadi “juga”
2
\a\ku : huruf “a” ditambah karena kata terletak diawal kalimat untuk mengikuti
pedoman EYD maka kata “ku” menjadi “aku”
3
ju\g\a : huruf “g” ditambah karena untuk mengikuti pedoman EYD maka kata
“jua” menjadi “juga”
4
<seru> : kata “seru” dihilangkan dan diganti “seluruh” tujuannya agar mudah
untuk dibaca dan difahami jika tidak diganti maka akan membingungkan dalam
membacanya
5
<kaluarwarganya> : kata “kaluarwarganya” dihilangkan dan diganti
“keluarganya” tujuannya agar mudah untuk dibaca dan difahami jika tidak diganti
maka akan membingungkan dalam membacanya
6
masa<i>lah : huruf “i” dihilangkan karena mengikuti pedoman EYD maka kata
“masailah” menjadi “masalah”
7
s<a>\e\orang : huruf “a” dihilangkan dan tambah huruf “e” karena mengikuti
pedoman EYD maka kata “saorang” menjadi “seorang”
8
<suarah>/suruhan/ : kalimat “suarah” dihilangkan diganti menjadi “suruhan”
berdasarkan teks majmu‟ulmasail syeikh Abdur Rauf bin Ali al Fansuri yang
ditulis oleh Amdan Hamid
9
meng\e\<ha>nalkan : kata “ha” dihilangkan dan ditambah huruf “e” karena
mengikuti pedoman EYD maka kata “menghanalkan” menjadi “mengenalkan”
10
sebenar-benar : penulisan “sebenar2” dalam ejaan yang disempurnakan tidak
dibenarkan untuk mengikuti pedoman EYD maka kata “sebenar2” menjadi
“sebenar-benar”
11
dendam-dendam : penulisan “damdam2 “ dalam ejaan yang disempurnakan tidak
dibenarkan untuk mengikuti pedoman EYD maka kata “damdam2” menjadi
“dendam-dendam”
12
<tanya> : penulisan tanya dihilangkan karena sudah ada kalimat “bertanya”
pada sebelumnya
13
besar-besar : penulisan “besar2” dalam ejaan yang disempurnakan tidak
dibenarkan untuk mengikuti pedoman EYD maka kata “besar2” menjadi “besar-
besar”
14
{wainkuntum junuban fatoharu} : dalam surah Q.S al Maidah:6
15
kemi/h/ : huruf “h” ditambah karena mengikuti pedoman EYD maka kata
“kemi” menjadi “kemih” berdasarkan teks majmu‟ulmasail syeikh Abdur Rauf
bin Ali al Fansuri yang ditulis oleh Amdan Hamid
16
ju\g\a : huruf “g” ditambah karena untuk mengikuti pedoman EYD maka kata
“jua” menjadi “juga”
17
syari/at/ : kata “at” ditambah maka kata “syari” menjadi “syariat” berdasarkan
teks majmu‟ulmasail syeikh Abdurrauf bin Ali al-Fansuri yang ditulis oleh
Amdan Hamid
18
[attaibu minazzanbihi kaman laa zanba lahu] : hadis Nabi Muhammad Saw
19
{faainnama tuwallu fasumma wajhullah} : dalam surah Q.S al-Baqarah : 115
20
m<a>\e\naruh : huruf “a” dihilangkan dan ditambah huruf “e” karena mengikuti
pedoman EYD maka kata “manaruh” menjadi “menaruh”
21
<damdam> : kata “damdam” dihilangkan dan diganti “dendam” tujuannya agar
mudah untuk dibaca dan difahami jika tidak diganti maka akan membingungkan
dalam membacanya
22
mengadu-ngadu : penulisan “mengadu2” dalam ejaan yang disempurnakan tidak
dibenarkan untuk mengikuti pedoman EYD maka kata “mengadu2” menjadi
“mengadu-ngadu”
23
s<a>\e\h\ari-hari : huruf “a” dihilangkan dan tambah huruf “e” dan “h” karena
mengikuti pedoman EYD maka kata “saari” menjadi “sehari” dan penulisan kata
“sehari2” dalam ejaan yang disempurnakan tidak dibenarkan untuk mengikuti
pedoman EYD maka kata “sehari2” menjadi “sehari-hari”
24,25
se\h\ari : huruf “h” ditambah karena untuk mengikuti pedoman EYD maka
kata “seari” menjadi “sehari”
26
<makan> : penulisan “makan” dihilangkan karena terlalu banyak kata “makan”
27
makan-makan : penulisan “makan2” dalam ejaan yang disempurnakan tidak
dibenarkan untuk mengikuti pedoman EYD maka kata “makan2” menjadi
“makan-makan”
28
{sholaatihim daaimun}: dalam surah Q.s al-Ma‟arij ayat : 23
29
besar-besar : penulisan kata “besar2” dalam ejaan yang disempurnakan tidak
dibenarkan untuk mengikuti pedoman EYD maka kata “besar2” menjadi “besar-
besar”
30
per<apa>kara : kata “apa” dihilangkan karena mengikuti pedoman EYD maka
kata “perapakara” menjadi “perkara”
31
<damdam> : kata “damdam” dihilangkan dan diganti “dendam” tujuannya agar
mudah untuk dibaca dan difahami jika tidak diganti maka akan membingungkan
dalam membacanya
32
sebenar-benar : penulisan kata “sebenar2” dalam ejaan yang disempurnakan
tidak dibenarkan untuk mengikuti pedoman EYD maka kata “sebenar2” menjadi
“sebenar-benar”
33
<syagul> : kata syagul dihilangkan karena tidak mempunyai fungsi kalimat
34
\h\artanya : huruf “h” ditambah untuk mengikuti pedoman EYD maka kalimat
“artanya” menjadi “hartanya”
35
sebenar-benar : penulisan kata “sebenar2” dalam ejaan yang disempurnakan
tidak dibenarkan untuk mengikuti pedoman EYD maka kata “sebenar2” menjadi
“sebenar-benar”
36
\h\artanya : huruf “h” ditambah untuk mengikuti pedoman EYD maka kalimat
“artanya” menjadi “hartanya”
37
<menjaungdia>/mengunjungi kepada pihak yakni nabi-Nya/: kalimat
“menjaungdia” diganti dengan “mengunjungi” dan ditambah “kepada pihak nabi-
Nya” karena kalimat teks tersebut hilang dan ditambahkan berdasarkan teks
majmu‟ulmasail syeikh Abdur Rauf bin Ali al Fansuri yang ditulis oleh Amdan
Hamid
38,39,40,41,42,43,44,45
u\m\pama : huruf “m” ditambah untuk mengikuti pedoman EYD
maka kata“upama” menjadi “umpama”
46
bermain-main : penulisan kata “bermain2” dalam ejaan yang disempurnakan
tidak dibenarkan untuk mengikuti pedoman EYD maka kata “bermain2” menjadi
“bermain-main”
47
kediama\n\<ti> : kata “ti” dihilangkan karena mengikuti pedoman EYD dan
huruf “n” ditambah maka kata “kediamati” menjadi “kediaman”
48
bermain-main : penulisan kata “bermain2” dalam ejaan yang disempurnakan
tidak dibenarkan untuk mengikuti pedoman EYD maka kata “bermain2” menjadi
“bermain-main”
49
<ba>h/a/wa : kata “ba” dihilangkan dan tambah huruf “a” maka kata “bahwa”
menjadi “hawa” berdasarkan teks majmu‟ulmasail syeikh Abdur Rauf bin Ali al
Fansuri yang ditulis oleh Amdan Hamid
50
<damdam> : kata “damdam” dihilangkan dan diganti “dendam” tujuannya agar
mudah untuk dibaca dan difahami jika tidak diganti maka akan membingungkan
dalam membacanya
51
mengadu-ngadu : penulisan kata “mengadu2” dalam ejaan yang disempurnakan
tidak dibenarkan untuk mengikuti pedoman EYD maka kata “mengadu2” menjadi
“mengadu-ngadu”
52
/dimandikan/ : kalimat “dimandikan” ditambah karena kalimat teks tersebut
hilang dan ditambahkan berdasarkan teks majmu‟ulmasail syeikh Abdur Rauf bin
Ali al Fansuri yang ditulis oleh Amdan Hamid
53
sebab-sebab : penulisan kata “sebab2” dalam ejaan yang disempurnakan tidak
dibenarkan untuk mengikuti pedoman EYD maka kata “sebab2” menjadi “sebab-
sebab”
54
<ketabubahnya>/mensuci bersihkan tubuhnya/ : kalimat “ketabubahnya”
dihilangkan dan ditambah “mensuci bersihkan tubuhnya” berdasarkan teks
majmu‟ulmasail syeikh Abdur Rauf bin Ali al Fansuri yang ditulis oleh Amdan
Hamid
55
tanya<k> : huruf “k” dihilangkan karena mengikuti pedoman EYD maka kata
“tanyak” menjadi “tanya”
56
mi\n\takkan : huruf “n” ditambah karena untuk mengikuti pedoman EYD maka
kata “mitakkan” menjadi “mintakkan”
57,58
ju\g\a : huruf “g” ditambah karena untuk mengikuti pedoman EYD maka kata
“jua” menjadi “juga”
59
tanya<k> : huruf “k” dihilangkan karena mengikuti pedoman EYD maka kata
“tanyak” menjadi “tanya ”
60
perca<h>ya : huruf “h” dihilangkan karena mengikuti pedoman EYD maka kata
“percahya” menjadi “percaya”
61
mengadu-ngadu : penulisan kata “mengadu2” dalam ejaan yang disempurnakan
tidak dibenarkan untuk mengikuti pedoman EYD maka kata “mengadu2” menjadi
“mengadu-ngadu”
62
[al a‟qlu nurul qalbi walqalbu nururruhu nurul jasadu nurul amal wal amalu
nurul tharikotu Allah] : hadis Nabi Muhammad Saw
63
usul/uddin/ : kalimat “uddin” ditambahkan berdasarkan teks majmu‟ulmasail
syeikh Abdur Rauf bin Ali al Fansuri yang ditulis oleh Amdan Hamid
64,65
di<y>ambil : huruf “y” dihilangkan karena mengikuti pedoman EYD maka
kata “diyambil” menjadi “diambil”
66
<wa>jawab : kata “wa” dihilangkan karena mengikuti pedoman EYD maka kata
“wajawab” menjadi jawab”
67
<itupun empat perkara> : kalimat “itupun empat perkara” dihilangkan karena
kalimat dalam teks hanya dijelaskan hanya dua perkara
68
{syarahallahu shadrahulil islami fahuwa a‟la nurimirabbihi}: dalam surah az-
Zumar : 22
69
{ulaaika kataba fiqulubi humul iman}: dalam surah al-Mujadalah : 22
70
{makazzabalfuad mariyaa} : dalam surah an-Najm : 11
71
liwa<b>\n\ : huruf “b” dihilangkan dan timbah huruf “n” kata “liwab” menjadi
“liwan” yakni suatu ruangan yang luas
72
{innafi zalikalaya tiulil albab}: dalam surah al-Imran : 190
73
{qod sagafaha hubban}: dalam surah Yusuf : 30
74
layasa‟ni ardi wala samai nayas‟ani qalbu a‟bdilmukminin dalam suatu hadis
disebutkan bahwa Allah Ta‟ala berfirman namun menurut al Iraqi tidak
menjumpai hadis asal hadis ini
75
{walaqod karamna bani adama watajalli fihi} : dalam surah al-Israa‟ : 70
76,77,78
sebenar-benar : penulisan kata “sebenar2” dalam ejaan yang disempurnakan
tidak dibenarkan untuk mengikuti pedoman EYD maka kata “sebenar2” menjadi
“sebenar-benar”
79
[addunya jasadu wal akhiratu ruuhi] : hadis Nabi Muhammad Saw
80
sebenar-benar : penulisan kata “sebenar2” dalam ejaan yang disempurnakan
tidak dibenarkan untuk mengikuti pedoman EYD maka kata “sebenar2” menjadi
“sebenar-benar”
81,82,83,84,85,86,87,88,89,90
u\m\pama : huruf “m” ditambah untuk mengikuti pedoman
EYD maka kata“upama” menjadi “umpama”
91
[shoma fajaza alminalinsan nashhatul alim walalkhiratu jaza aminal insan
nashatul haqqul bil jalal] : hadis Nabi Muhammad Saw
92
sebenar-benar : penulisan kata “sebenar2” dalam ejaan yang disempurnakan
tidak dibenarkan untuk mengikuti pedoman EYD maka kata “sebenar2” menjadi
“sebenar-benar”
93
ju\g\a : huruf “g” ditambah karena untuk mengikuti pedoman EYD maka kata
“jua” menjadi “juga”
94
<dimumngikat> : kata “dimumngikat” dihilangkan dan diganti “menginkat”
tujuannya agar mudah untuk dibaca dan difahami jika tidak diganti maka akan
membingungkan dalam membacanya
95
tahun-tahun : penulisan kata “tahun2” dalam ejaan yang disempurnakan tidak
dibenarkan untuk mengikuti pedoman EYD maka kata “tahun2” menjadi “tahun-
tahun”
Dalam suntingan teks terdapat keterangan kata atau huruf yang tidak konsisten
dalam penulisan dengan menggunakan tanda garis bawah, kata atau huruf yang
tidak konsisten dalam penulisa yaitu:
1.) pemakaian huruf “i“ dengan kata “ditanyai” (hlm3)
2.) pemakaian huruf “h” dengan kata “percahya” (hlm9)
3.) pemakaian huruf “a” dengan kata “saorang” (hlm3)
4.) pemakaian huruf “a” dengan kata saari” (hlm6).

B. Isi Kandungan Teks Naskah M ’ -M


Isi teks Naskah ajmu‟ al- asail setelah ditelusuri mendalam yang sangat
berguna untuk mengetahui pemikiran ulama sufi masyarakat Aceh pada masa itu
dan isi teks menjelaskan mengandung ajaran tasawuf dan tauhid yang ditulis
dengan edisi Jawi berikut akan penulis jelaskan isi teks yang terkandung sebagai
berikut :
1. Perkara Syahadat
Syahadat itu ada dua perkara (2) perkara
Pertama : Syahadat Tuhan matbu‟ atau tabi‟(yang diikut) lafadznya ‫هللا َاه َّ ُه ََل ِا َ ََل ِا ََّلاهللا ه َُو‬
ُ َ‫شَ هِد‬
Kedua : Syahadat hamba mutabi‟ (mengikut) lafadznya‫َا ْشهَدُ َا ْن ََل ِا َ ََل ِا َّ ََل هللا َو َا ْشهَدُ َا َّن ُم َح َّمدَ َر ُس ْو ُل هللا‬
Maksud dari yang bersaksi itu ialah iqrar (pengakuan dari seseorang), yang
dipersaksikan tashdiq (membenarkan) dan tempat saksi ialah Allah, adapun
faedah maka Allah naik saksi akan diri-Nya ada 3. Pertama, Muta‟azzim
(menghormati) bagi diri-Nya. Kedua, mengajarkan hamba-Nya. Ketiga, hidayat
bagi hambanya. Dan faedah hamba bersaksi juga tiga perkara pertama,
membesarkan Tuhan-Nya kedua, membesarkan suruhan Tuhan ketiga,
mengetahui bahwa dirinya itu hamba.
Syahadat terbagi kepada 2 tempat yakni syahadat syri‟at dan syahadat
hakikat yang memiliki lafadz yang sama yakni ‫ َا ْشهَدُ َا ْن ََل ِا َ ََل ِا َّ ََل هللا َو َا ْشهَدُ َا َّن ُم َح َّمدَ َر ُس ْو ُل هللا‬yang
secara syari‟at artinya bersaksi aku bahwasanya tiada Tuhan yang sebenar-benar
di sembah selain Allah dan bersaksi aku bahwasanya nabi Muhammad ialah
amanat Allah. Sedangkan secara hakikat artianya bersaksi aku bahwa tidak ada
wujudku nash-Nya (segala sesuatu yang tampak) wujud Allah dan bersaksi aku
bahwasanya Nabi Muhammad hakikat Allah. Adapun faedah terbagi atas tiga
perkara pertama, mentauhidkan Allah kedua, memuliakanNya ketiga,
menunggalkan Dia maka masuklah kepada agama Islam.
2. Perkara Bersuci
Suci secara syari‟at yakni bersuci dengan menggunakan air atau batu dan
suci secara tharikat jangan menaruh dendam, dengki dan loba dan tamak, suci
secara hakikat bersuci senantiasa rahasianya.
Fardu bersuci juga terdapat tiga perkara pertama, menghilangkan rasanya
kedua, menghilangkan bauknya ketiga, ikhlas atasnya dan didalam teks dijelaskan
bahwa awal mula yang melakukan mandi dan bersuci yakni nabi Adam As dan
Siti Hawa.
Sebab maka wajib mandi terdapat tujuh perkara pertama, menjunjung
segala titah (perkataan) Allah Swt seperti dalam firmanya pada surah Al-Maidah
ayat 6 yang artinya: “Jika kamu junub maka bersucilah kamu kedua, sebab
bertemu dua jalal dan jamal yakni bertemu dua khitan antara laki-laki dan
perempuan dan ketiga, gholib laki-laki akan perempuan dan gholib perempuan
akan laki-laki keempat, lupa ia akan Tuhannya dan ingat iya akan dirinya kelima,
berpindahnya mani yang suci kepad rongga tempat keluar najis yaitu darah dan
kemih (air kencing)73 keenam, karena sebab tidak dapat dikerjakan lima perkara
yang disuruhkan Allah ta‟ala yang dimaksud ialah rukun Islam dan ketujuh,
berperilaku seperti binatang dan syaiton lalu bertaubat.
Dalam hal mandi wajib isi teks menjelaskan mana dahulu antara mandi
atau jima‟ dua pendapat menurut ahli syariat dahulu jima‟ kemudian mandi dan
pada ahli hakikat dahulu mandi kemudian jima‟ lalu mandi wajib artinya hapuslah
dahulu pada empunya ni‟mat dan mandi sunat pada orang ahlullah itu mengucap
tasbih dan tahlil dan istigfar dan sholawat nabi Saw dahulu kemudian jima‟.
3. Jalan kepada Allah
Jalan menuju Allah ta‟ala terdapat empat perkara jalam syariat, tharikat,
hakikat, ma‟rifat. Adapun jalan tharikat syariat mengucap dua kalimat syahadat

73
Amdan Hamid. ajmu‟ul asail Himpunan Segala asalah encakup Rukun Islam
(Johor Bahru, Malaysia : Perniagaan JAHABERSA 2016), hal. 7
melaksanakan sholat, puasa, zakat dan naik haji sedangkan jalan tharikat itu cinta
kepada Allah dan waliyullah dan bertaubat dari pada dosa kecil dan dosa besar
pada siang dan malam, jalan hakikat musyahadah (bersaksi) dan muqobalah dan
muraqabah (merasa diawasi) dan mu‟ayanah(bersaksi) dan tawajuh(menghadap
diri) kepada Allah dengan sempurna yakin dan jalan ma‟rifat yaitu bertaubat
selalu kepada Allah ta‟ala dan kepada maqom huwallah dan kepada maqom allahu
dengan isyarah atau dengan bimbingan gurunya.
4. Perkara Sembahyang
Sembahyang pada orang syariat yakni mengetahui segala syaratnya dan
fardunya dan sunatnya dan segala yang membatalkan sembahyang dan
sembahyang pada orang tharikat mengucap istigfar pagi dan petang dan mengucap
sholawat akan nabi Saw dan zikir kepada Allah sehari-hari duduk sehari-hari
berjalan dan sehari-hari tidur dengan sempurna yakin dan makan yang halal dan
menjauhkan segala yang haram dan mengerjakan perintah Allah dan sembahyang
pada orang hakikat masyahidah dan muqobalah dan mu‟ayanah dan tawajah
kepada Allah agar mendapat fanaa fillah dan baqabillah.
Faedah sembahyang terdapat tiga perkara pertama, mendzohirkan Tuhannya
kedua, memuji Dia ketiga, membesarkan Dia.
5. Perkara Puasa
Puasa terdapat 3 perkara pertama puasa pada orang syariat yakni menahan
dirinya dari pada makan dan minum dan jima‟ dan hal yang membatalkan puasa,
kedua pada orang tharikat yaitu menahan dirinya dari pada keinginan hawa nafsu
dari pada sifat dengki, hiyanat, loba, dan tamak dan menyimpan perasaan dendam,
ketiga pada orang hakikat yakni menahan dirinya memandang yang lain selain
Allah yang sebenar-benar wujud berdzikrullah fana fillah dab baqa billah.
Faedah puasa ada 3 perkara pertama, mengingat dia perangai kenyataannya (yang
tampak nyata) kedua, musyawarahkan dengan Dia atau menyerahkan dia dengan
Dia ketiga, mengajarkan dia.
6. Perkara Zakat
Zakat pada orang syariat yakni mengeluarkan hartanya kepada yang
berhak ketika sampai hisab, zakat pada orang tharikat yakni memeliharakan haq
kekasihnya dan meneguhkan janji Tuhan dan zakat para orang hakikat
memelihara dirinya dari pada aduwullah (musuh Allah)dengan sebenar-benar
dirinya yaitu fana fillah dan baqa‟ billah yakni fana fillah pada maqom Allah Hu
dan Hu Allah serta membiarkan(membelanjakan) hartanya pada jalan Allah.
Faedah zakat tiga perkara pertama, menyatakan fi‟il agama Tuhannya
(kemurahannya) kedua, menyatakan fi‟il Tuhannya memberi rizki akan hamba-
Nya ketiga, meninggalkan dengan dia
7. Perkara Haji
Didalam teks dijelaskan bahwa haji terdapat tiga perkara yaitu haji pada
orang syariat, tharikat dan juga hakikat. Adapun haji pada orang syariat yaitu
pergi ke bukit Arafah dan tawaf (mengelilingi) Ka‟bah dengan sempurna
syaratnya. Haji pada orang tahrikat yaitu pergi ke Madinah kepada kekasihnya
bersholawat atas Nabi SAW zikrullah dan menjauhkan dari pada kejahatan
akhirat. Dan haji pada orang hakikat yaitu pergi ke Baitul Maqdis dan Baitul
Ma‟mur yaitu kepada maqom HuAllah dengan sempurna isyarah gurunya maka
berhasil pekerjaannya.
Faedah haji tiga perkara pertama, menyatakan kebesaran-Nya kepada
pandangan setiap hamba-Nya kedua, mengunjungi kepada pihak Nabi-Nya ketiga,
menyatakan dengan dia inilah faedah amal syari‟at bersama dengan amal tharikat
dan amal tharikat bersama amal dengan amal hakikat dan amal hakikat bersama
dengan amal ma‟rifat dan ma‟rifat bersama amal syari‟at.
8. Islam, Iman, Ihsan berdiri dengan apa
Islam berdiri dengan Anggota, Iman berdiri dengan hati, ihsan berdiri
dengan nyawa. Jika diumpamakan syariat itu umpama kulit sedangkan tharikat
umpama tempurung hakikat umpama isi dan ma‟rifat umpama minyak artinya
syari‟at itu perkataan nabiyallah tharikat itu jalan nabiyallah dan hakikat maqom
nabiyallah ma‟rifat kepala hartanya nabiyallah disanalah segala hambanya Allah
yang hadir (suci bersih) bermain-main siang dan malam, inilah tempat kediaman
dan tempat bermain-main segala waliyallah alahimussalam.
9. Pada orang yang mati apa yang mati
Terdapat empat perkara yang mati pertama, nafsu dan makan minum dan
jimak dan sebagainya kedua, keinginan yang luas padanya ketiga, perangai
syaiton seperti loba dan tamak, dengki dan munafiq, dendam dan mengadu-ngadu
keempat, dunia dan segala perhiasannya.
10. Sebab dimandikan, dikafankan, disembahyangkan, dilatqinkan dan dibaca
doa untuk mayat
Dimandikan karena sebab mensucikan bersih tubuhnya pada masa
hidupnya, dikapankan supaya jangan kelihatan tubuhnya pada masa hidupnya, dan
disembahyangkan karena ia rukuk sholat pada masa hidupnya, ditalqinkan karena
mengajarkan menyahut/menjawab pertanyaan Munkar wa Nakir, dibacakan doa
untuknya karena manfaat pahalanya kepadanya. Namun demikian memandikan,
mengafankan dan disembahyang dan menguburkan fardu hukumnya pada kita
yang masih hidup dan fardu pada orang yang mati yaitu menyahut pertanyaan
Munkar wa Nakir jika ia tidak tahu menjawab pertanyaan tersebut maka dipalunya
dengan tongkatnya yang besar.
11. Perkara nikmat Allah
Tiga perkara nikmat Allah pertama, nikmat Iman dengan iradah Allah dan
qudrat-Nya kedua, nikmat taat dengan qudrat Allah dengan ikhlas hatinya kepada
Allah ketiga, nikmat wujud dengan zat Allah dan menafikan hatinya ketiadaan
segala yang lain dari pada Allah melainkan haq ta‟ala yang mutlaq adanya
(nikmat).
Nikmat hati terdapat dua perkara pertama, hati nurani yakni hati yang
percaya kepada agama Islam dengan cara berbuat Ibadah dan mengucap sholawat
akan Nabiyallah sholallahu a‟laihiwasallam dan berzikir selalu kepada Allah
kedua hati sanubari yakni percaya kepada agama syaitan dan kafir dan musyrik,
munafik dan bid‟ah dan mengadu-ngadu maka mintaklah ampun kepada Allah
ta‟ala dari pada semua perbuata itu sebagaimana perkataan Nabi Saw :
‫وح ال ُن ْو ُرالْ َج َسدُ ه ُْو ُرالْ َع َم ْل َوالْ َع َم ُل ه ُْو ُرالْ َط ِريْ َق ْة‬
ُ ‫َالْ َع ْق ُل ه ُْو ُرالْ َقلْ ِب َوالْ َقلْ ُب ه ُْو ُر ُّالر‬
artinya : Akal itu menerangkan hati dan hati menerangkan nyawa dan nyawa
menerangkan tubuh dan tubuh menerangkan amal dan amal menerangkan jalan
kepada Allah ta‟ala.
12. Keluar dari pada Islam, Iman, Ihsan Tauhid dan Ma‟rifat
Keluar dari pada Islam yaitu ilmu fiqih dan keluar dari pada Iman itu ilmu
usul dan keluar dari pada Ihsan itu ilmu tasawuf, keluar dari pada tauhid yakni
ilmu tahqiq dan keluar dari pada ma‟rifat yakni ilmu sufi yaitulah ilmu yang
gholib, maghlub, barahi, hairan dan dahasyah.
Islam berdiri dengan iqrar dan iqrar berdiri dengan tashdiq dan tashdiq
berdiri dengan i‟ tiqad dan i‟ tiqad berdiri dengan tawakkal dan tawakkal berdiri
dengan ihsan dan hsan berdiri dengan iman dan iman berdiri dengan tashdiq dan
tashdiq berdiri dengan nyawa dan nyawa berdiri dengan nur. Tempat Islam itu
pada anggota tubuh dan tempat iman pada hati dan tempat tauhid pada fuad dan
tempat ma‟rifat pada qalbu.
13. Mana Maqom Mi‟raj, Munajahat, Maqom Tawakkal dan Maqom Kalam
Ma‟ Allah
Maqom mi‟raj itu itu tatkala ia berkata “Usulli” dan maqom munajahat itu
ketika ia berkata “Allahu Akbar”, maqom tawakkal itu ketika ia berkata
“wajjahtu, dan maqom kalam ma‟ Allahitu ketika ia membaca “fatihah”. Yang
dikatakan Allah dan yang menyuruh berkata demikian itulah Muhammad. Pada
“Allahu akbar” Allah merupakan isim zat dan akbar merupakan isim sifat .
14. Sebab wajib sembahyang dan wajib membaca fatihah
Sebab wajib sembahyang karena sebab alhamdu, dan wajib membaca
fatihah pada tiap-tiap sehari semalam lima waktu karena pada tiap-tiap huruf
fatihah tersebut keluarnya waktu, yang bernama fatihah yakni kalimat
Alhamdulillah, adapun keluar waktu subuh dari pada huruf alif )‫ (ا‬dan keluar
waktu zuhur dari pada huruf lam )‫ (ل‬dan keluar waktu ashar dari pada ha )‫(ح‬dan
keluar dari pada waktu magrib yaitu huruf mim)‫ (م‬dan keluar waktu isya huruf dal
)‫(د‬.
15. Pekara waktu pada sholat
Sebab waktu subuh dua raka‟at kerana tajalli haq Allah ta‟ala dengan dua
sifat pertama, tajalli sifat jalal kedua sifat jamal. Waktu zuhur empat raka‟at
karena pada anak adam ada kenyataan empat perkara pertama, wujud kedua, nur
ketiga, ilmu keempat, syahwat. Waktu ashar empat raka‟at karena kenyataan
nyawa anak adam empat perkara pertama, zat kedua, sifat ketiga, asma (nama)
keempat, af „al (perbuatan). Waktu magrib 3 raka‟at karena tiga sebab pertama
ahadiyah kedua wahdah ketiga wahidayah yang pertama Allah yang merupakan
satu-satunya Tuhan, kedua nabi Muhammad Saw yang nabi penutup dan ketiga itu
Adam As . Waktu isya empat raka‟at karena sebab kejadian tubuh anak adam
empat perkara pertama madi kedua wadi ketiga minni keempat mikum.
Witir tiga rak‟at karena sebab dua raka‟at karena fi‟il Nabi Saw dua perkara
pertama mengenal dirinya kedua mengenal Tuhannya dan satu raka‟at pada witir
karenan sebab haq Allah ta‟ala berdirinya kedua.
Yang terlebih mulia pada tubuh anak Adam ada empat perkara pertama akal
kedua ilmu ketiga iman keempat malu dan yang menghilangkan akal empat
perkara namun didalam isi teks naskah hanya dijelaskan dua perkara pertama
menghilangkan iman karena hiyanat, kedua menghilangkan malu karena loba dan
tamak.
16. Dunia dan akhirat
Dunia itu umpama badan dan akhirat itu umpama nyawa seperti sabda
Nabi Saw yang artinya “yang dunia itu jasad dan akhirat itu nyawa” dunia
umpama malam dan akhirat umpama siang, tubuh umpama dunia dan nyawa
umpama akhirat maksud dari perkataan tersebut dunia ini sesuatu yang sebentar
dan tidak akan abadi di akhiratlah tempat yang lama dan tempat yang abadi.
17. Tempat syurga dan neraka
Syurga itu di isi umat empat perkara pertama, muka yang manis kedua
perkataan yang lemah lembut ketiga, tangan yang murah keempat hati yang takut
akan Allah ta‟ala dan neraka di isi oleh empat perkara pertama, muka yang masam
kedua, perkataan yang amarah ketiga, tangan yang kikir keempat, hati yang keras
yakni tidak mengikut perkataan yang baik.

Daftar Istilah Bahasa Dalam Ilmu Tasawuf Pada Teks Naskah Majmu al-Masail

 Asma : (jamak dari ism) adalah zat yang ditinjau dari satu titik pandang
khusus, pandangan tersebut kemudian menjadi syan dan akhiranya shifat
aspek dari zat kemudian bekerja (fa‟il) dan mewujud dalam bentuk dan
dengan demikian bentuk tersebut dapat diinderakan.
 Baqa : adalah kondisi di mana abdi tidak terlindung lagi dari pandangan
Tuhan, termasuk dalam masalah materialitasnya yang memang hanya
adam (ketiadaan). Kaum Mutakallimin (para ahli teologi skolastik Islam)
menganggap bahwa baqa adalah keabadian sifat-sifat tertentu.
 Fana : keadaan dari syai (sesuatu) yang tidak berakhir artinya, apabila
ditetapnya suatu keadaan telah berakhir dikatakan bahwa ia telah mencapai
fana, dan fana menghilangnya sifat syai (sesuatu). Fana fillah adalah fana
di dalam Allah kalau sudah demikian abdi (hamba) tidaklah ada tiada
sesuatu yang lain hanya Allah semata.
 Haqq : kebenaran, yang terbukti yang sesuai dengan pertimbangan atau
merasakan kehadiran Tuhan dalam ciptaan-Nya.
 Jalal : mulia sifat-sifat dan asma kemudian di tarik ke pusat, dan
cenderung kepada pengerutan lingkaran pengejawantahan (perwujudan).
 Jamal : yakni pengejawantahan dari sifat maha pengasih, cinta.
 Maqam : perhentian artinya kesabaran dimana salik(orang yang
menempuh jalan sufi) tidak terburu nafsu untuk naik menuju tingkatan
yang lebih tinggi.
 Muraqabah : secara harfiah artinya terawasi atau bergantung dengan
kepala di bawah. Ini diperlukan untuk membersihkan Khatharat (pikiran
yang terlintas di hati ) dari kegandaan.
 Musyahadah : mendapatkan kilasan tanpa objek perantara artinya ia
mampu menjauhkan objek dari pandangan dan kemudian mendapat
kilasan(iluminasi) atau pengetahuan tentang alam ghaib dengan media
bathin.
 Muayanah : apabila seorang salik kehilangan diri di dalam kilasan seperti
itu, salik sudah mampu meniadakan diri dan merasa bahwa yang tetap
hanyalah Tuhan semata.
 Tajalli : kilasan (iluminasi) zat, penampakan zat di dalam ta‟iyunat
(keterbatasan).74

74
Khan Sahib Khaya. Cakrawala Tasawuf ,penerjemah achmad nashir budiman. (Jakarta,
CV Rajawali, 1987), hal. 221
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan naskah ajmu‟ al- asail dengan kajian


filologi modrn dapat disimpulkan sebagai berikut.

Teks ajmu‟ al- asail terdapat pada 2 tempat penyimpana naskah yaitu
pertama naskah terdapat pada koleksi toko buku antik independen Arthur
Probstain London bernomor Or 16766 bisa diakses dikatalog Online
https://eap.bl.uk/ British Library dan katalog perpustakaan Nasional Jakarta
dengan nomor panggil ML 343 dengan judul ajmu‟ al- asail karya Syekh
Abdul Rauf as-Singkili. Naskah ini ditulis pada tahun 1819 M atau tahun 1234 H
hal ini karena pada akhir kalimat teks menjelaskan tamatnya kitab dan melalui cap
kertas yang digunakan, keadaan naskah masih cukup baik, kertas tebal, tulisan
masih jelas terbaca, ditulis dengan tinta hitam rubik merah, jilidan baik tidak
memiliki sampul. Ditulis menggunakan bahasa Melayu, aksara Arab bentuk
tulisan tergolong sedang dan rapi menggunakan khat naski.

Naskah ajmu‟ al- asail menjelaskan mengenai permasalahan-


permasalahan atau perkara-perkara syahadat, bersuci, sembahyang, puasa, zakat,
haji yang akan dibagikan didalam beberapa kategori syari‟at, tharikat, hakikat, dan
ma‟rifat yang mana dalam satu bagian dapat memiliki semua aspek dengan
keadaan ketakwaan sebagai hamba dan mengenal akan Tuhannya.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian naskah ajmu‟ al-Masail ini, penelitian


mengajukan saran agar demi tercapainya sebuah pembaharuan. Adapun saran
yang penulis sampaikan adalah sebagai berikut.

Penelitian hendaknya dapat memberikan dorongan bagi filologi untuk


semakin giat dalam melakukan penelitian mengenai naskah, dengan demikian
studi filologi terhadap sastra lama, kitab-kitab mengenai kajian Islam lama sangat

69
besar bantuanya bagi pengembangan kebudayaan Indonesia yang akan
mendatang.

70
Daftar Pustaka

Almakki, Arsyad. “ Filologi (Sebuah Pendekatan Mengkaji Kitab Keagamaan)


Jurnal Ilmiah AL QALAM, Vol. 11, No. 23, Januari-Juni 2017.

Anisa Amalia. “Nilai-Nilai Akidah Dalam Manuskrip Kitab Asmarakandi Karya


Abu-Al- Laits Al- Samarqandi (Kajian Filologis)”, Skripsi, Purwokerto :
Program Strata Satu (S1) Program Studi Sejarah Peradaban Islam Jurusan
Sejarah Dan Sastra Fakultas Ushuluddin Adab dan Humaniora IAIN
Purwokerto, 2020.

Anita R. Purnamasari. “Kajian Filologis: Naskah Pelayaran Makkah”, Skripsi,


Semarang: Program Strata Satu (S1) Program Studi Sastra Indonesia
Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Bahasa dan Seni Universitas
Negeri Semarang, 2007.

Badrulzaman, Ade Iqbal. Teori Filologi Dan Penerapan Masalah Naskah-Teks


Dalam Filologi. 1-26 Vol 9 No. 2 Tahun 2018.

Balai Litbang Agama Jakarta. 2013. Naskah-naskah Tuhid di Indonesia Bagian


Barat. Cetakan Pertama

Baried, Siti Baroroh dkk. 1985. Pengantar Teori Filologi. Cetakan Pertama.
Jakarta Timur: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Jakarta.

Baried, Siti Baroroh dkk. 1994. Pengantar Teori Filologi. Cetakan Kedua.
Yogyakarta: Badan Penelitian dan Publikasi Fakultas (BPPF) Seksi Filologi,
Fakultas Sastra, Universitas Gadjah Mada.

Behrend, T. E. (ed.). 1998. Katalog Induk Naskah-Naskah Nusantara Jilid 4.


Perpustakaan Nasional Republik Indonesia Jakarta : Yayasan Obor
Indonesia dan EFEO.

Djamaris, Edwar. 2002. Metode Penelitian Filologi. Jakarta : CV Manasco.

71
Fathurmahman, Oman. 2017. Filologi Indonesia : Teori dan Metode.Cetakan ke
3. Jakarta : PT Kharisma Putra Utama.

Hamdan, Amid. 2016. ajmu‟ul asail (Himpunan Segala Masalah Mencakup


Rukun Islam Syeikh „Abdur Rauf Bin Ali al-Fansuri). Johor, Malaysia:
Percetakan Impian SDN. BHD

Havis. M. 2019. Kajian Naskah Tambo Adat Suku Nan Tigo Di Desa Lubuk
Bernai Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Skripsi untuk memperoleh gelar
S1 Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha
Saifuddin Jambi

Hermasnyah, preservasi naskah-naskah kuno di Aceh (pra dan pasca Gempa


Tsunami Aceh 2004). Dipresentasikan pada seminar “pelestarian maklumat
& ilmu Nusantara: Acheh” kerjasama UITM Malaysia dan IAIN Ar-Raniry
Banda Aceh , Senin, 20 Februari 2012.

https://eap.bl.uk/

Ikram, Achadiati.1994. Kodikologi Melayu Indonesia . Deok Universitas


Indonesia.

Khaya, Khan Sahib. 1987. Studies in tasawwuf, terj Cakrawala Tasawuf oleh
Acmad Nashir. Jakarta : RAJAWALI PERS

Kurdi, Muliadi. 2017. Abdurrauf as-Singkili ( Mufti Besar Aceh Pelopor Tarekat
Syattariyah Di Dunia Melayu). Banda Aceh : Penerbitan Lembaga Naskah
Aceh (NASA).

Lubis, Nabilah. 2001. Dasar-Dasar Teori Filologi. Jakarta : Yayasan Media Alo
Indonesia.

Mia Apriana. 2009. “Naskah Risalah Tauhid sebuah Suntingan Teks Disertasi
Kajian Analisis Isi”. Hal. 1-13. Program Studi Bahasa Dan Sastra Indonesia
Universitas Diponegoro.

72
Opac.perpusnas.go.id

Solihin.M. 2001. Sejarah dan pemikiran Tasawuf di Indonesia Bandung : CV


PUSTAKA SETIA.

Sudjiman,Panuti. 1995. Filologi Melayu. Jakarta: Pustaka Jaya.

Supriadi. 2011. Aplikasi Metode Penelitian Filologi. Bandung: Pustaka Rahmat.

Teeuw. A . 1998. Sastra dan Ilmu Sastra. Jakarta: Pustaka Jaya Grimukti.

73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
Data Penulis

Nama : Maisaroh

TTL : Pamenang, 27 Januari 1995

Alamat : Pamenang Rt 04 Rw 02, Dsn Tanah Timbun Kec. Pamenang Kab.


Merangin

Pendidikan SD : SD 06 Pamenang, Kab Merangin

Pendidikan MTS : MTS N. Pamenang , Kab Merangin

Pendidikan SMA : MA.S PP al-Baqiyatush Shalihat Kuala Tungkal

Nama Ayah : Alm. Sibawaihi

Nama Ibu : Patmawati

Anak ke : Pertama dari 2 Bersaudara

86

Anda mungkin juga menyukai