PENDEKATAN FILOLOGI
SKRIPSI
Oleh :
MIFTAHUL JANNAH
NIM: 402170816
2021
i
ii
iii
iv
MOTTO
َواَقِ ْي ُموا الص َّٰلوةَ َو ٰاحُوا ال َّز ٰكوةَ ۗ َو َما حُقَ ِّد ُم ْوا ِِلَ ْوفُ ِس ُك ْم ِّم ْه
ّ ٰ ّللاِ ۗ اِ َّن
ِ َّللاَ بِ َما حَ ْع َملُ ْو َن ب
صيْز ّ ٰ َخي ٍْز حَ ِج ُد ْويُ ِع ْى َد
Dan laksanakanlah sholat dan tunaikanlah zakat. Dan segala kebaikan yang
kamu kerjakan untuk dirimu, kamu akan mendapatkan (pahala) disisi Allah.
Sungguh, Allah maha melihat apa yang kamu kerjakan (Q.S Al-Baqarah:
110)1
1
Al- Qur’an dan terjemahannya, (Jakarta: Bintang Indonesia, 2011), hal. 17
v
PERSEMBAHAN
Ibunda tersayang Khatijah dan ayahanda tercinta Kms Herman (alm) ibundaku
tercinta terimah kasih engkau kirimkan saya kekuatan lewat untaian kata dan
iringan do’a. tak ada keluh kesah di wajahmu dalam mengatar anakmu ke
gerbang masa depan yang cerah tuk raih sengeggam harapan dan impian
menjadi kenyataan. Ibundaku engkau besaarkan aku dalam dekapan hangatmu.
Cintamu, hiasi jiwaku dan restumu temani kehidupanku. Tiada lagi yang
kuinginkan di dunia ini selain terus berdo’a dan berusaha tuk selalu
membahagiakanmu.
Ayahandaku tersayang meskipun engkau telah bersama Allah Swt disurga sana,
engkau tetap menjadi pahlawanku, cinta pertama dan penyemangat dalam
hidupku. Tugasmu begitu berat tapi engkau tak pernah menyerah demi
kebahagian anakmu. Kini studi ku telah selesai berkat do’a dan restumu dalam
hidupku. Terimah kasih ayah sudah menjadi seseorang yang terbaik dalam
hidupku.
Ucapan terima kasih ini saya persembahkan juga untuk seluruh teman-teman
saya di Jurusan Sejarah Peradaban Islam ’17 terima kasih untuk memori yang
kita rajut dan solidaritas yang luar biasa.
Untuk semua pihak yang saya sebutkan, terima kasih atas semuanya. Semoga
Allah sanantiasa membalas setiap kebaikan kalian, semoga juga dimudahkandan
di berkahi oleh Allah swt.
vi
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum. Wr.Wb
vii
viii
ABSTRAK
Penelitian ini ingin mendeskripsikan naskah Samarqandi karya Syaikh Abu Laits
Al-Samarqandi. Naskah ini adalah naskah yang membahas tentang tanya jawab
hakikat dan makna sembahyang, tata cara mensholatkan mayit dan hukum nikah.
Tulisan Arab bahasa Melayu menggunakan khat naskhi hurufnya besar, dan
mudah dibaca. Peneliti ini menfokuskan terhadap naskah Samarqandi bertujuan
untuk mendeskripsikan naskah dan apa saja makna yang terkandung di dalam
naskah Samarqandi karya Syaikh Abu Laits Al-Samarqandi. Penelitian ini
adalah penelitian Filologi menggunakan analisis konten dengan model studi
literature. Jadi penelitian ini ialah penelitian kepustakaan yang menggunakan
pendekatan filologi dimana fokus penelitian ini membahas tentang deskripsi
naskah, dan makna dari naskah Samarqandi ini. Penelitian ini menjelaskan
bahwa naskah samarqandi adalah sebuah naskah yang membahasa tentang tanya
jawab hakikat sembahyang, tata cara mensholatkan mayit dan hukum nikah.
ix
ABSTRCT
This Study Wants to describe the Samarqandi manuscript by Shaykh Abu Laits Al-
Samarqandi. This manuscript is a text that discusses questions and answers about the nature
and meaning of prayer, procedures for praying for the dead and the law of marriage. Arabic
writing in Malay uses large letters, and easy to read. In the Samarqandi manuscript by
Shaykh Abu Laits Al-Samarqandi. This research is a philological research using content
analysis with a literature study model. So this research is a literature study that uses a
philological approach where the focus of this research is on the description of the manuscript.
And the meaning of this Samarqandi Manuscript. Answer the nature of prayer, procedures for
praying for the dead and the law of marriage
x
DAFTAR ISI
NOTA DINAS ............................................................................................................................ i
PENGESAHAN ...........................................................................................................................ii
SURAT PERNYATAAN .......................................................................................................... iii
MOTTO ...................................................................................................................................... iv
PERSEMBAHAN ........................................................................................................................ v
KATA PENGANTAR ............................................................................................................... vi
ABSTRAK ..................................................................................................................................vii
DAFTAR ISI............................................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ....................................................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................................................xii
xi
BAB V PENUTUP ................................................................................................................ 72
A. Kesmipulan .......................................................................................................... 72
B. Saran ..................................................................................................................... 73
C. Kata Penutup ....................................................................................................... 74
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................... 75
FOTO NASKAH/ LAMPIRAN
CARRICULUM VITALE
xii
Daftar Tabel
xiii
Daftar Gambar
Gambar 4.1 ..................................................................................................... 25
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Filologi merupakan salah satu disiplin ilmu yang meneliti naskah atau
pernaskahan tulis tangan (manuscripts), baik dalam keadaan fisiknya maupun
kandungan isinya yang mengandung berbagai macam informasi tentang kebudayaan
suatu masyarakat pembuatnya sesuai dengan zamannya.2
Nabilah Lubis menjelaskan bahwa filologi adalah pengetahuan sastra yang
dalam arti luas mencakup bidang bahasa, sastra dan kebudayaan atau disiplin ilmu
yang berguna untuk meneliti bahasa sesuatu karya melalui kajian linguistik, makna
kata-kata dan penilaian terhadap ungkapan bahasa sastra. Sedangkan secara kamus
besar bahasa Indonesia. (KBBI) kata filologi adalah ilmu tentang bahasa, kebudayaan
pranata, dan sejarah suatu bangsa sebagaimana terdapat dibahan-bahan tertulis.dan
secara etimologi, filologi berasal dari bahasa yunani philologia yang pada awalnya
berarti kegemaran berbincang-bincang yang kemudian berarti cinta kepada kata,
terhadap sastra dan akhirnya studi ilmu sastra.3
Naskah diambil dari bahasa Arab, yakni al-naskhah yang berarti tulis tangan
dalam bahasa Indonesia berupa kata “manuskrip”. Naskah adalah karangan dengan
tulis tangan yang menyimpan berbagai ungkapan pikiran dan perasaan sebagai hasil
budaya bangsa masa lampau.4 Sedangkan dalam kamus besar bahasa Indonesia tahun
1997 Naskah yaitu 1) karangan yang masih ditulis dengan tangan, 2) karangan
seseorang yang belum diterbitkan, 3) bahan-bahan berita yang siap untuk diset dan 4)
rancangan.5Naskah adalah objek kajian filologi berbentuk riil, yang merupakan media
penyimpanan teks. Baried berpendapat bahwa naskah merupakan tulisan tangan yang
2
Uka Tjadrasmita, Kajin Naskah-naskah Klasik: dan Penerapannya Bagi Kajian Sejarah Islam di Ind-
naskah Klasik: dan Penerapannya Bagi Kajian Sejarah Islam di Indonesia, (Jakarta: Puslitbang Lektur
Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Departemen Agama RI, 2006), hal 5-6
3
Uka Tjadrasmita, Kajian Naskah-naskah Klasik, ( Jakarta: Puslitbang Lektur Keagamaan Badan
Litbang Dan Diklat Depertemen Agama RI, 2006 ) hal 5
4
Siti Baroroh Beried, dkk. Pengatar Teori Filologi. ( Yogyakarta: Badan Penelitian dan publikasi
Falkutas Sastra UGM, 1994), hal 55
5
Oman Faturahman, Filologi Indonesia Teori dan Metode, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2015), hal.
21
1
menyimpan berbagai ungkapan pikiran dan perasaan sebagai hasil budaya bangsa
masa lampau.
Naskah menurut G.J. Renier dalam bukunya History Its Purpose and Method,
disebut Handschrif/ Handschriften dalam Bahasa Belanda, dalam Bahasa Inggris
disebut Manuskripts/ handschrif yang berarti naskah yang benar-benar ditulis tangan.6
Menurut Baried Naskah itu dianggap sebagai cita sastra karena teks yang terdapat
dalam naskah itu adalah suatu kebutuhan dan mengandung pesan. Secara fungsional
di dalam teks terdapat pesan yang sangat erat hubungannya dengan filsafat hidup dan
bentuk kesenian lainnya.7
Naskah dan manuskripts dalam kitab filologi Indonesia mengandung
pengertian yang sama, yang merujuk pada dokumen ditulis tangan baik berbahan
kertas, lontar, kulit kayu, bambu dan lainnya. Artinya pengertian yang sama, namun
dalam penggunaan istilahnya berbeda. Kata manuscript sering disingkat MS yang
merujuk pada naskah tunggal berarti naskah yang pembahasannya fokus pada satu
pembahasan,8 seperti yang ditulis oleh M. Havis berjudul Kajian Naskah Tambo
Hukum Adat Suku Nan Tigo Di Desa Lubuk Bernai Kabupaten Tanjung Jabung
Barat. Naskah ini menceritakan hukum adat atau aturan yang ada di Desa Lubuk
Bernai.9 sedangkan manuscripts disingkat MSS yang merujuk pada naskah jumlahnya
lebih dari satu berarti naskah tersebut membahas lebih dari satu pembahasan, seperti
Skripsi yang berjudul Piagam Muara Mendras; More Malay Documents from
Highland Jambi, Naskah ini berisi tentang perbatasan wilayah yang terdiri atas empat
manuskrip menggunakan kajian filologi.10
Naskah menurut Uka Tjandrasasmita dalam buku yang berjudul Kajian
Naskah-naskah Klasik Dan Penerapannya Bagi Kajian Sejarah Islam Di Indonesia,
naskah dari masa lampau yaitu naskah kuno dan naskah klasik.
Naskah kuno merupakan salah satu peninggalan budaya yang menjadi
khazanah setiap bangsa didunia dan banyak menyimpan beragam pengetahuan sejarah
kebhinekaan Indonesia, ada 20 bahasa daerah yang dipergunakan dalam bahasa dan
6
Uka Tjandrasasmita, Kajian Naskah-naskah Klasik dan Penerapannya bagi Kajian Sejarah Islam di
Indonesia, (Jakarta: Puslitbang Lentur Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Departemen Agama RI, 2006),
hal. 3
7
Siti Baroroh Baried dkk. Pengantar Teori Filologi, hal. 4
8
Oman Faturahman, Filologi Indonesia Teori dan Metode, hal. 22-23
9
M. Havis, Kajian Naskah Tambo Adat Suku Nan Tigo di Desa Lubuk Bernai Kabupaten Tanjung
Jabung Barat, dalam Skripsi Sejarah Peradapan Islam Fakultas Adab dan Humaniora, UIN STS Jambi 2019.
10
Annabel The Gallop, Piagam Muara Mendras: More Malay Documents from Highland Jambi,
Seloko: Jurnal Budaya (Jambi: Dewan Kesenian Jambi, 2013).
2
aksara yaitu, aksara (Jawi) huruf Arab untuk teks bahasa Melayu, huruf Pegon (huruf
Arab) untuk teks bahasa Jawa, Madura dan Sunda, huruf Buri Walio tulisan (Arab)
untuk teks bahasa walio, dan banyak lagi bahasa dan aksara lainnya. 11 Salah satu
contoh naskah kuno koleksi Perpustakan Nasional sebagai berikut yaitu naskah
riwayat kota Pariaman menggunakan aksara latin, bahasa Melayu, bahan ketas
naskah ini dituliskan dikota Pariaman oleh Baginda Said Zakaria. Naskah ini terdiri
atas sepuluh bab, naskah ini menceritakan tentang keadilan kota Pariaman, mata
pancarian peduduk, upacara kelahiran, upacara perkawinan, upacara kematian, dan
upacara mendirikan rumah. Selain itu ada juga menceritakan keadaan bangunan
Masjid Batu pasar Pariaman, dan naskah Sajarah Banten menggunakan aksara Arab,
bahasa Jawa, naskah ini menjelaskan tentang silsilah nabi Muhmmad dan serta
keturunannya.12
Naskah klasik dipakai dalam hubungan Yunani dan Romawi Kuno yakni
sastra, arsitektur, patung dan lain-lain, tetapi pada prinsipnya sesuatu yang
mempunyai keunggulan atau contoh terbaik. Naskah klasik merupakan kategori hasil
pemilihan dari penaskahan berdaskan penelitian secara sistematik dan ilmiah. Naskah
klasik ditulis pada abad ke-16 sampai abad ke-19.13 Salah satu naskah pada abad ke-
16 17 Syekh Nuruddin ar-Raniri alias Syeikh Nurddin Muhmmad Ibnu „Ali Ibnu
Hasanji Ibnu Muhmmad Hamid ar-Raniri al-Quraisyi, ia dikenal sebagai ulama yang
bertugas menjadi Qadhi al-Malik al-Adil dan Mufti Muaddam di Kesultanan Aceh
pada kepemimpinan Sultan Iskandar Tsani pada abad ke-16.14
Jadi dapat disimpulkan bahwa naskah kuno merupakan dokumen masyarakat
yang ditulis dalam bermacam-macam bahasa bahasa seperti huruf Arab Jawi dengan
teks bahasa Melayu, huruf Pegon dan huruf Buri Walio. Sedangkan naskah naskah
ditulis pada abad ke-16 sampai 19. Untuk mempelajari naskah kuno dan naskah klasik
kerusakan tinta menjadi persoalan dalam memahami isi dari naskah. Naskah
Samarqandi ini termasuk naskah klasik. Karena naskah ini ditulis pada abad ke-19
dan mengandung informasi pokok dari ajaran Keisalaman
11
M. Havis, Kajian Naskah Tambo Adat Suku Nan Tigo di Desa Lubuk Bernai Kabupaten Tanjung
Jabung Barat, dalam Skripsi Sejarah Peradapan Islam Fakultas Adab dan Humaniora, UIN STS Jambi 2019.
hal. 3
12
Ufi Suraswati, Arti dan Fungsi Naskah Bagi Pengembangan dan Karakter Bangsa,
http://sejarah.upi.edu/artikel, (5 September 2017)
13
Uka Tjandrasasmita, Kajian Naskah-naskah Klasik dan Penerapannya bagi Kajian Sejarah Islam di
Indonesia, hal. 4
14
Nur Said, Menegguhkan Islam Harmoni Melalui Pendekatan Filologi, Jurnal Ilmu Aqidah dan Studi
Keagamaan (Jawa Tengah: STAIN Kudus, 2016), Vol. 4, No. 2, hal 203
3
Dalam naskah Samarqandi karya Abu Laith Muhammad Bin Abi Nars Bin
Ibrahim al-Samarqandi, teks naskah ini menggunakan bahasa Melayu, yang berasal
dari Batavia pada abad ke-18, tulisan Arab Jawi bahasa Melayu bahwasannya naskah
ini pemiliknya Tuan Al Faris dari kampung Selemba di Batavia dan juru tulisnya
Enci‟ Duljabar yang datang dari Cirebon ke Batavia untuk Belajar pada abad 18,
dengan menggunakan khat naskhi.15 bagus dan jelas hurufnya besar. Kertas yang
digunakan adalah kertas Eropa dengan watermaks „L V G‟ dengan bayangan
chainline dalam naskah tersebut ada yang berisikan tanya jawab tentang hakikat dan
makna sembahyang,dari beberapa pendapat, diantaranya pendapat ahli haqiqah, ahli
ma‟rifat, dan ahli tafsir, naskah samarqandi ini ada juga menejelaskan tentang cara
mensholatkan mayit, dan hukum nikah. Jadi naskah Samarqandi Karya Abu Laith
Muhammad Bin Abi Nars Bin Ibrahim al-Samarqandi termasuk kedalam aspek agama
Islam.
Berdasarkan hasil pencarian secara online di situs British Library Manuskripts
banyak naskah yang ada disitus tersebut, salah satunya yaitu Naskah Samarqandi yang
merupakan tulis tangan berupa aksara jawi bahasa melayu. Naskah ini hasil koleksi
yang ada di Britis Library Manuskrip yang mempunyai kode 2906, naskah tersebut
termasuk dalam kategori agama, naskah ini berjumlah 27 halaman.16
Peneliti tertarik untuk meneliti Naskah Samarqandi, karena naskah tersebut
berisi tentang tanya jawab agama Islam pembahasan tentang hakikat dan makna
sembahyang , tata cara mensholatkan mayit dan hukum nikah, naskah ini ditulis
dengan tinta warna hitam dan merah. Tinta hitam untuk menulis penjelasan dari soal
sedangkan tinta warna merah itu menulis jawaban dari penjelasan atau soal. Peneliti
ingin mengetahui bagaimana deskripsi dari naskah tersebut, dan juga mengetahui isi
dari naskah samarqandi Harapan penulis setelah adanya penelitian terhadap naskah ini
dapat memahami tentang isi dari naskah ini.
Berdasarkan uraian di atas untuk melakukan penelitian ini penulis
mengangkat naskah tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan kajian ini dengan
judul “Analisis Konten Naskah Samarqandi Suatu Pendekatan Filologi.”
15
Khat Naskhi adalah Salah satu jenis kaligrafi Arab, sering dipakai dalam penulisan naskah-naskah
bahasa Arab karena jenis khat ini mudah dibaca. Dalam penulisan Mushaf al-Qur‟an seirng dipakai khat Naskhi.
lihat. Misbachul Munir, Belajar Kaligrafi Arab, (Apollo, Surabaya, 1994), hal. 1
16
Perpustakaan Nasional, British Library, https://www.bl.uk/manuscripts/
4
B. Rumusan Masalah
C. Batasan Masalah
Agar dalam penelitian ini tidak terjadi kesalah pahaman dalam menjawab
pernasakah yang akan dikaji diatas, maka perlu adanya pembatasan masalah yang
tepat agar kajian ini tetap utuh dan tidak menyimpang dari rumusan masalah yang
diinginkan. Oleh karena itu yang menjadi pembatasan masalah kajian ini adalah
mengenai naskah Samarqandi.
D. Tujuan Penelitian
Setelah diketahui permasalah utama penelitian ini, maka tujuan yang hendak
dicapai dalam kajian ini adalah sebagai berikut :
1. Agar kita bisa memahami bagaimana deskripsi naskah yang terdapat dalam
naskah Samarqandi
2. Agar mengetahui tentang isi dari naskah Samarqandi
E. Manfaat Penelitian
Sebagaimana tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini, maka manfaat yang
penulis ambil dari penelitian ini adalah :
5
4. Untuk memenuhi referensi perpustakaan serta dapat digunakan dalam penelitian
selanjutnya dalam skala yang lebih luas di waktu yang akan datang.
F. Tinjauan Pustaka
6
BAB II
KERANGKA TEORI
1. Filologi
Filologi merupakan ilmu yang berkaitan dengan naskah atau pernaskahan, filologi
adalah suatu disiplin ilmu yang erat kaitannya dengan masa lampau. Dalam bidang
naskah, baik itu ilmu, sejarah, puisi, prosa, dll sementara Sutrisno mengatakan filologi
sebagai ilmu yang menyelidik perkembangan kerohanian suatu bangsa kekhususannya
atau ilmu yang menyelidik kebudayaan berdasrkan bahasa dan kesusastraannya.
Jadi dapat disimpulkan bahwa filologi merupakan suatu disiplin ilmu yang
mempelajari perkembangan kebudayaan suatu bangsa yang meliputi berbagai aspek
kehidupan masa lampau. Perkembangan tersebut dipelajari melalui hasil budaya masa
lampau. Oleh karena itu filologi bertujuan untuk mengungkapan hasil budaya masa
lampau yang tersimpan dalam peninggalan tulisan yang berisi buah pikiran, perasaan,
kepercayaan, adat istiadat, dan nilai-nilai yang berlaku di dalam masyarakat pada
masa lampau.
Tujuan kajian filologi menurut siti Baroroh Baried dkk, membagi tujuan kajian
filologi kedalam dua bagian, tujuan umum, tujuan khusus
1) Tujuan umum
a. Mengungkapkan produk masa lampau melalui peninggalan-peninggalan
tulisan;
b. Mengungkapkan fungsi peninggalan tulisan pada masyarakat penerimanya,
baik pada masa lampau maupun kini;
c. Mengungkapkan nilai-nilai budaya masa lampau;
2) Tujuan khusus
a. Mengungkapkan bentuk mula teks yang tersimpan dalam peninggalan
tulisan masa lampau;
7 7
b. Mengukapkan sejarah perkembangan teks;
c. Mengungkapkan sambutan masyarakat sesuatu teks sepanjang
penerimaannya;
d. Menyajikan teks dalam bentuk yang terbaca oleh masyarakat masa kini,
yaitu dalam bentuk suntingan;17
2. Naskah/manuskrip
17
Uka Tjandrasasmita, Kajian Naskah Klasik, ( Puslitbang Lektur Keagamaan Badan Litbang dan
Diklat Departemen Agama RI 2006) hal 18-19
18
Elis Suryani Ns, filologi, (Bogor: Ghalia Indonesia, Januari 2012) hal 47
19
Alfian Rokhmansyah, Teori Filologi, Edisi Revisi, 2008, hal 50
8
terdapat dalam naskah itu merupakan suatu keutuhan dan mengungkapan pesan.
Seperti diketahui, naskah-naskah itu mengandung informasi yang sangat berharga.
Apabila naskah diteliti isinya dengan menggunakan pendekatan filologi, maka hasil
penelitinya dapat digunakan untuk cabang-cabang ilmu lain, seperti; sejarah, hukum
(terutama hukum adat), perkembangan agama, kebahasaan, kebudayaan, dan sangat
bermanfat apabila dipublikasikan untuk umum.20 Secara rinci dapat dikatakan bahwa
studi naskah mempunyai tujuan umum dan tujuan khusus.
a. Tujuan umum
b. Tujuan khusus
Obejek penelitian filologi selain naskah adalah teks. Teks artinya kandungan
atau muatan sebuah naskah, teks meurpakan sesuatu yang berbentuk abstrak, dan
hanya dapat dibanyangkan. Teks juga dapat dipahami lebih dalam dengan
membedakannya bersama naskah di mana bisa saja terdapat dalam naskah Menurut
Baroroh-baried teks terdiri atas isi, yakni ide-ide atau amanat yang ingin di sampaikan
oleh seorang pengarang kepada pembaca dan bentuk, yaitu cerita dalam teks yang
dapat dibaca dan dipelajari menurut berbagai pendekatan melalui alur, perwatakan,
gaya bahasa, dan sebagainya.22 Oleh karena itu dapat disimpulkan teks itu merupakan
bagian abstrak dari suatu naskah.
20
Achamd Zainudin, Filologi, hal 13
21
Elis Suryani Ns, Filologi, ( Bogor: Ghalia Indonesia Januari 2012) hal 6
22
Alfian Rokhmansyah, Teori Filologi, ( CV.Istana Agncy Publishing 2017), hal 47
9
Teks menurut Nabil lubis dalam teks tidak jauh berbeda dengan pendapat
Beroroh-beried teks ialah kandungan atau isi naskah. Naskah merupakan bentuk
konkret suatu tulisan, maka teks adalah sesuatu yang abstrak yang hanya dapat
dibayangkan saja. Perbedaan antara naskah dan teks ialah teks adalah bagian dari
naskah sedangkan naskah merupakan wadah dari teks. Naskah adalah sebuah bentuk
karya tulis yang berisi ide atau gagasan yang berupa bahan baik itu kertas dluwang
atau sejenisnya23
4. Samarqandi
5. Fungsi Naskah
23
Siti Baroroh Beried dkk, Pengatar teori filologi, (Jakarta: Pusat Pembinaan Dan Pengembangan
Bahasa Dan Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan 1985) hal 58
10
d) Menjadi pembelajaran bagi kehidupan saat ini Naskah juga bermanfaat bagi
kehidupan sekarang dimana unsur-unsur atau pesan didalamnya yang bernilai
tinggi dapat diterapkan pada kehidupan saat ini agar lebih baik.
e) Memperluas Bahasa atau Aksara Fungsi Naskah dapat digunakan untuk
memperluas bahasa atau Aksara karena didalam suatu naskah yang berperan
sebagai objek dalam penelitian biasanya ditulis dengan aksara yang berkembang
dan digunakan pada masa itu.
11
BAB III
METODE PENELITIAN
1. Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini, adalah Naskah Samarqandi, Manuskrips ini tersimpan di
perpustakaan digital Britsh Librari naskah ini di tulis oleh Abu Al-Laits Muhammad bin
Abi Nars bin Ibrahim As-Samarqandi ini membahas tentang hakikat dan makna
sembahyang, tata cara mensholatkan Mayit dan hukum nikah.
Jenis penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang difokuskan pada bidang
filologi, dengan memfokuskan langkah kerja filologi penelitan ini yaitu studi pustaka
karena penulis tidak perlu kelapangan. Data yang didapatkan melalui hasil membaca
buku, jurnal atau kitab-kitab yang berkaitan dengan penelitian ini pendekatan penelitan
yang digunakan oleh penulis adalah penelitian pustaka dengan menggunakan pendekatan
filologi, dengan upaya memahami teks pada naskah untuk memurnikan dari kesalahan
pada proses penyalinan. pada bahan tertulis dan naskah kuno. Menurut Meolong metode
kulitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
tertulis ataupun lisan.24
Metode filologi merupakan disiplin ilmu yang berupaya mengungkapkan
kandungan teks yang tersimpan dalam naskah masa lampau. Menurut Djmaris metode
yang digunakan dalam metode filologi ada beberapa macam metode diantaranya; 1)
Inventarisasi naskah, 2) Deskripsi Naskah, 3) Transliterasi Naskah25
2. Sumber Data
Data primer dan data sekunder, data primer adalah naskah Samarqandi yang
diambil dari referensi link brirsh Library, sedangkan data sekunder adalah merupakan
data dengan melakukan pencaharian melalui buku-buku hasil penelitian jurnal ilmiah dan
karya ilmiah lainnya yang berhubungan dengan objek kajian untuk menyempurnakan
hasil penelitian, jurnal yang ditulis oleh Nurhayati Primasari yang berjudul naskah
Samarqandi Bab Shalat: makna shalat dalam perspektif Tasawuf.
24
Moleong, Lexy J, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung:Remaja Rosdakarya, 2007) hal 4
25
Djamaris, Edward,Metode Penelitian Filologi, hal 10
12
Naskah dan teks adalah objek dari filologi, maka untuk mengetahui
deskripsi dari objek filologi itu dilakukan langkah-langkah kerja penelitian
filologi. Adapun beberapa langkah-langkah kerja filologi yang perlu
dilakukan dalam penelitian filologi sebagai berikut:
a. Inventarisasi Naskah ( Pengumpulan data)
b. Deskripsi Naskah
26
Oman Fathurahman, Filologi Indonesia, Teori dan Metode, hal 74
27
Oman Fathurahman, Filologi Indonesia, Teori dan Metode, hal 77
13
h) Isi, suatu kumpulan dari beberapa teks
i) Penomoran halaman, pembagian halaman naskah secara keseluruhan, letak
dan jumlah halaman teks yang menjadi objek penelitian.
j) Tanda air cap, atau air dalam naskah
k) Hiasan atau gambaran naskah (deskripsi warna, bentuk, goresan tinta, letak,
dan lain-lain).
l) Jenus huruf (jawi, latin dan lain-lain) goresan (tebal, tipis).28
28
Edward Djamaris, Metode Penelitian Filologi, (Jakarta: CV Manasco, 2002), hal 11
29
Nabil Lubis, Naskah Teks dan Metode Penelitian, hal 86-87
14
BAB VI
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Inventarisasi Naskah
1. Deskripsi Penulis
30
Oman Fathurahaman, Filologi Indonesia, Teori dan Metode, hal. 74
15
Balkh berdampingan dengan makam gurunya yaitu, Abu Ja‟far al-Hindiwany.31
Syaikh Abu Laits mempunyai nama lain syaikh Ibrahim Zainul Akbar alias Ibrahim
al-Ghozi.32
Syaikh Abu Laits Al-Samarqandi seorang ahli fikih pakar hadits, dan mahir dalam
bidang tafsir pada usia mudanya. Abu Laits Samaqandi pada masa mudanya tidak
tahu membaca Al-quran baru sekitar usia 50-an mulai belajar, pada usia 57 tahun Abu
Laits mampu menguasai Bahasa Arab dan Al-quran. Abu Laits mendapat julukan
sebagai al-Faqih karena ilmu fiqih yang dikuasainya mencapai derajat yang tinggi dan
tidak seorang pun mampu menyamainya pada masanya. Julukan tersebut sangat
disukainya karena diberikan langsung Nabi Muhammad SAW.33 Melalui Mimpinya
saat mengarang kitab Tanbihul Ghofilin dan membawanya menuju makam Nabi
sambil bermalam di sana saat itulah ia bermimpi Nabi mengambil kitabnya dan
bersabda “ Ambil Kitabmu, wahai Faqih”. Kemudian Abu Laits terbangun dan
melihat kitab itu berada, dimana Nabi meletakannya.34
b. Karya-karya Abu Laits
Abu Laits Al-Samarqandi merupakan salah satu cendikiawan muslim yang
tersohor.35 Semasa hidupnya Abu Laits sudah banyak menghasilkan karya dari
berbagai bidang baik dalam bidang fiqih, ushuldhin, tafsir dan tasawuf. Karya-karya
Abu Laits menurut bidangnya antara lain:
1. Bidang Fiqih
a. Al-Mubahits fi Furu‟ Al-Fiqih Al-Hanafi
b. Al-Nabawi Al-Muqayyad
c. Al-Nabawi fi Al-Fatawa
d. Fatwa Abu Laits
e. Hizanat Al-Fiqih ditahqiq oleh Dr.Salahuddi Al-Nahiy
f. Muqaddimat Abu Laits Al-Samarqandi Al-Shalah
g. Muqaddimat fi Bayan Al-Fiqhiyyah
31
Zulfa Ali Makhrus, Nilai-nilai Pendidikan Akhlak Dalam Kitab Tambihul Ghafilin Karya Al-Imam
Abu Laits As-Samarqandi, dalam Skripsi Pendidikan Agama Islam Fakultas Terbiyahdan Ilmu Keguruan, IAIN
Salatiga, 2018. Hal 11
32
Rifaudin Ahmad,Syekh Ibrahim As-Samarqandi, http://rifaudinahmad.wordprees.com, (04
Sepgtember 2008)
33
Arif Rahman Hakim, Abu Laits As-Samarqandi Ulama yang Mendapat Gelar Al-Faqih dari
Rosullah, https://pin.it/2hrOigA, ( 23 Agustus 2020).
34
Zulfa Ali Makhrus,Nilai-nilai Pendidikan Akhlak Dalam Kitab Tanbihul Ghafilin Karya Al-Imam
Abu Laits As-Samarqandi, hal 18
35
Jafar Tamam, Abu Laits As-Samarqandi: Ahli Fiqih yang pakar Tafsir, https://bincangsyariah.com,
(15 April 2020)
16
h. Ta‟sis Al-Nadzair Al-Fiqhiyyah
i. „Uyun Al-Masail, yaitu sebuah kitab yang menguraikan cabang-cabang
mazhab Hanafi.
j. Syarh Al-Jamu‟ Al-Kabir oleh kitab Muhammad bin Hasan Al-Syaibany
k. Syarh Al-Jamu‟ Al-Shagir oleh kitab Muhammad Hasan Al-Syibany
2. Bidang Tasawuf
a. Bustan Al-Arifin
b. Tanbihul Gafilin36
c. Qurrat Al-„Uyun wa Mufruh Al-Qalb
3. Bidang Ushul Al-Din
a. Bayan Aqidat Al-Ushul
b. Risalah Al-Hukumi
c. Risalat Fi Ma‟rifat wa Al-Iman
d. Ushul Al-Din
e. Quwwat Al-Nafs fi Ma‟rifat Al-Arkan Al-khams
4. Bidang Tafsir
Dalam bidang ini Abu laits mengarang tafsir Bahrul „Ulum atau lebih dikenal
dengan tafsir Al-Samarqandi.37
36
Ini merupakan kitab yang paling popular dalam pengajian resmi dibeberapa pesantren dan catatan
para penceramah Mubaligh. Tanbihul Ghafilin artinya “peringatan bagi orang-orang yang lalai” I ihat, Rijal
Mumazziq Z, Jejak Ulama Uzbekistan di Nusantara, Jurnal Studi Keislaman, (STAI Al-Falah As-Sunniyyah
Kencong), Vol. 10 Nomor 1 Maret 2019. Hal. 151
37
Zulfa Ali Makhrus,Nilai-nilai Pendidikan Akhlak Dalam Kitab Tanbihul Ghafilin Karya Al-Imam
Abu Laits As-Samarqandi , hal. 32-33
38
Bukhori TV, Biografi Abu Laits Al-Samarqandi Ahli Fiqih juga Tafsir, https://www,bukhoritv.site.
(19 Januari 2021)
17
a. Muhammad bin Ibrahim Al Tawziy, guru pertama yang merupakan ayahnya
sendiri, seorang ahli dalam bidang fiqih dan hadits sehingga Abu Laits dalam
tafsirnya banyak menukil hadits dari ayahnya
b. Abu Ja‟far Al-Hawdawyi
c. Al-Khalil bin Ahmad Al-Qadhi Al-Zafsy, ahli fiqih dan hadits
d. Muhammad bin Afdl Al-Balkhi Al-Balkhi Al-Samarqandi
2. Murid-murid Abu Laits Al-Samarqandi
a. Luqman bin Hakim Al-Farqani
b. Na‟im Al-Kahtib Abu Malik
c. Muhammad bin Abd Al-Rahman Al-Zubairy
d. Ahmad bin Muhammad Abu Suhad
e. Thair bin Muhmmad Ahmad bin Nashr Abdullah Al-Hadady
2. Deskripsi Naskah
Deskripsi naskah ialah keterangan naskah yang menjadi objek penelitian ini.
Objek dari penelitian ini yaitu teks naskah Samarqandi, dilakukan pendeskripsian
naskah dengan tujuan untuk memberikan gambaran mengenai kondisi
naskah/manuskrips dan keterangan naskah/manuskrips juga disajikan untuk
membantu mengetahui isi dari naskah Samarqandi dalam penelitian ini. Adapun
deskripsi naskah Samarqandi yaitu sebegai berikut:
1. Judul Naskah
Naskah ini berjudul Teks Melayu Tentang Doa dan Pernikahan judul ini
terletak di deskripsi fisik naskah yang terdapat di Perpustakaan digital Brititsh
Library.
2. Nomor Naskah
Nomor naskah terletak di lembar kedua awalan naskah dengan nomor IO
2906a.
4. Ukuran Naskah
Naskah Samarqandi memiliki ukuran naskah panjang 29 cm dan lebar 22cm.
18
5. Ukuran Teks
Teks naskah ini memiliki ukuran Panjang 17,5cm dan lebar 12,5 cm.
6. Jumlah Halaman
Jumlah halaman naskah Samarqandi ini sebanyak 27 halaman.
7. Jumlah Baris
Jumlah baris dalam naskah Samarqandi sebanyak 11 baris
9. Jenis Tulisan
Jenis tulisan naskah ini yaitu tulisan Arab jawi
10. Bahasa
Bahasa yang digunakan dalam naskah ini adalah bahasa melayu
12. Wartermark
Dengan Wartermark L V G,
13. Kuras
Naskah ini tidak memiliki kuras.
14. Garis Panduan
Naskah ini tidak diketahui garis Panduan
15. Iluastrasi dan Iluminasi
19
17. Chain-lines and laid-lines
Naskah ini keadaan rusak sudah berwarna kuning meskipun kondisi naskah
rusak namun masih bisa dibaca.
Pemilik naskah ini adalah tuan al-Faris dari Kampung Selemba di Batavia dan
juru tulis naskah ini ialah Abu Laits Muhmmad bin Abi Nars bin Ibrohim As-
Samarqandi, dan disalin oleh Enci Duljabar yang datang dari cirebon ke Batavia
untuk belajar menulis kepada tuan Alperes naskah ini ditulis diperkirakan pada
abad ke-18
20
24. Isi Ringkas Naskah
26. Catatan Lain (Informasi Tentang Naskah/ Teks Sejenis Dikoleksi Lain Dsbnya)
Naskah Samarqandi bab shalat: makna shalat dalam perspektif tasawuf.
Tabel. 4.1
=اa =رr ‟= ع = وw/o/u
21
Gambar 4.1
Hakikat dan maknanya sembahyang
Gambar 4.2
22
Gambar 4.3
23
Gambar 4.4
24
Gambar 4.5
25
Gamabar 4.6
26
Gamabar 4. 7
27
Gamabar 4.8
28
Gamabar 4.9
29
Gamabar 4.10
30
Gambar 4.11
31
Gambar 4.12
32
Gambar 4.13
33
Gambar 4.14
34
Gambar 4.15
35
Gambar 4.16
36
Gambar 4.17
Hukum Nikah
37
Gambar 4.18
38
Gambar 4.19
39
Gambar 4.20
40
Terjemahan Naskah Samarqandi
Halaman 2
41
Bismillahirohman nirohim allhamdulillah hirobil alamin wasola tuwasalamu
alla syaidina muhmmad waalahi washobihi ajmain soal karna apa kepada sembahyang
lima waktu itu ada berdiri dan ada ruku‟ dan ada sujud dan ada duduk maka jawab
adapun berdiri itu menujukan kepada pujinya segala kayu karena pujinya kayu itu
berdiri maka barang siapa berdiri kepada dalam sembahyang maka diberikan Allah
ganjarannya sebanyak bilangan kayu yang ada dalam dunia. Adapun ruku‟ itu
menujukan kepada puja hewan karena hewan itu pujinya tunduk maka barang siapa
ruku‟ ia dalam sembahyang maka diberi oleh taala ganjarannya.
Halaman 3
Sebanyak bilangan hewan yang ada dalam dunia. Adapun sujud itu menujukan
kepada puji segala yang melata dalam bumi maka barang siapa sujud pada sembahyang
maka diberi Allah Ta‟ala ganjarannya sebanyak bilangan yang melata dunia. Adapun
duduk itu menujukan pujinya segala yang tumbuh dalam sembahyang maka diberi
Allah Ta‟ala ganjarannya. Sebanyak bilangan yang ada tumbuh dalam dunia. Adapun
jawab orang ahli hakikat adapun berdiri dalam sembahyang itu menujukan kepada
maqom yaqin. Melihat pada Allah ta‟ala jadi ghoib segala makhluk itu dan sujud itu
menujukan kepada ingat segala tanda pada makhluk jadi nyata pada zat Allah Ta‟ala.
adapun duduk itu menujukan pujinya segala yang tumbu dalam dunia maka barang
siapa duduk kepada dalam sembahyang maka diberi Allah ta‟ala ganjarannya sebanyak
bilangan yang ada tumbuh dalam dunia adapun jawab orang ahli hakikat adapun berdiri
dalam sembahyang itu menujukan kepada baqo dan ruku‟ itu menujukan kepada
maqom yaqin melihat pada Allah ta‟ala jadi ghoib segala makhluk itu dan sujud itu
menujukan ingat kepada segala tanda pada makhluk jadi nyata pada zat Allah Ta‟ala.
Sambungan Halaman 3
Dan duduk itu menujukan segala sifat dan asma soal adapun sembahyang itu
wajib membaca fatihah dan niat dan takbir dan tahiyat dan memberi salam dan isyarat
kepada apa merekat menujukan dari pada wujud Allah yang sempurna yaitu pada
manusia karena kata Allah ta‟ala alinsanu siri waana siruhu artinya manusia itu aku
rahasia akupun rahasianya dan niat itu menujukan manusia itu rahasiaku dan kepada
wujud tunggal yang esa dan takbir itu menujukan kepada zat Allah yang maha besar
dan tahyat itu menujukan kepada kesempurnaan hamba dan tuan dan salam dalam itu
menujukan kepada nabi SAW Dan duduk itu menujukan segala sifat dan asma soal
42
adapun sembahyang itu wajib membaca Fatihah dan niat dan takbir dan tahyat dan
memberi salam dan isyarat kepada apa merekat. Maka jawaban adapun membaca
fatihan itu isyarat menujukan dari pada wujud Allah yang sempurna yaitu kepada
manusia karena kata Allah Ta‟ala al innasanu sirli waana sirruhu artinya manusia itu
Rahasianya akupun rahasianya dan niat itu menujukan kepada sebenar-benarnya yang
berhadapan kepada wujud tunggal yang esa dan takbir itu menujukan kepada zat Allah
yang maha besar dan tahiyat itu menujukan kepada kesempurnaan hamba dan tuan.
Dan salam dalam itu menujukan kepada nabi saw.
Halaman 4
Yang sejahterakan api neraka kepada hari kiamat adapun jawabnya orng ahlul
ma‟rifat sembahyang itu adaduduk itu karena dari pada a‟nasr empat perkara prertama
api dan kedua angin ketiga tanah dan kempat air karena berdiri itu sembahyang
mengikat adatnya api karena api itu adatnya berdiri dan ruku‟ itu mengikat adatnya
angin itu mengikat adatnya air karena air itu adatnya mengalir dan duduk itu mengikat
adatnya karena adatnya tanah itu duduk bermula adapun jawabnya orang ahli tafsir
Sambungan Halaman 4
Adapun sembahyang itu ada berdiri dan ada ruku‟ dan sujud dan ada duduk itu
karena asal dari pada nabi adam AS dan tatkala nabi adam mengambil karena khuldi
tiada segera mengambil karena takut nabi adam itu hanyalah sepohon orang
sembahyang kepada ruku‟ dan suud dan menjujung tangan kepada soal karena apa nabi
kita muhammad SAW ada lima sembahyang fardhu akan sepohon nabi yang dahulu itu
pula waktu dan tiga puluh sembahyang sehari semalam maka jawab bahwasannya
cahaya nabi muhammad itu tatkala heran melihat rupa didalam cermin yang jernih
tatkala ada kepada kendala maka barasa adala rupa terlebih baik maka menyurh.
Halaman 5
Allah ta‟ala sembahyang lima waktu maka soal karena sembahyang itu sujud
dua kali ruku‟ sekali jawab adapun sujud dua kali itu menujukan kepada sifat dan zat
dan ruku‟ sekali itu menujukan kepada wahdaniyat maka jawab orng ahli syariat sujud
dua kali itu menujukan keada malaikat qiroman kaatibin karena yaitu siksa sekarang
siksa itu dua orang dan ruku‟ sekali itu menujukan segala makhluk yang menjadikan
ia esa yang tiada sekutu baginya jawab pendeta yang setengah ruku‟ sekali itu
43
menujukan kepada asap dan sujud dua kali itu menujukan cermin dan bayangan. Soal
karena apa sembayang lima waktu itu berlain‟an rakaatnya.
Sambungan Halaman 5
Ada yang dua dan ada yang tiga dan ada yang empat dan waktu itu berlain-
lainan jua maka jawab orang ahli tafsir karena Allah ta‟ala jaila lilmalaikati rosulla
awlla ajmikhoti masnna wasullasa waruba’ artinya menjadikan Allah malaikat itu
dijadikan pesu-ruh mempunyai malaikat banyak ada yang dua ada yang tiga ada yang
empat dan waktunya berbeda-bedaan maka jawab setengah orang ahli tafsir adapun
sembahyang lima waktu berbedaan rakaatnya dan berbedaan waktunya karena nabi
yang dahulu-dahulu itu ada keterangan.
Halaman 6
Duka cita adapun waktu subuh itu nabi Allah adam tatkalah diturunkan oleh
Allah ta‟ala dari pada surga maka gelap dari pada malam dari pada matahari belum
keluar maka tatkalah fajar maka hilang duka citanya maka sembahyang sunat syukur
dua rakaat karena gelap dari pada malamnya maka melihat cahaya adapun waktu
zhuhur empat rakaat karena nabi Allah ibrohim di panggil kepada Allah ta‟ala tatkala
gelincir matahari maka prihatinya ia karena disuruh menyembeli pada anaknya yang
nama ismail dan syukur karena diganti pada kambing dan syukur ia kepada Allah
ta‟ala pada halnya itu maka sembahyang ia empat rakaat adapun waktu asar itu tatkala
nabi Allah yunus ada dalam perut ikan.
Sambungan Halaman 6
Ikan nun itu dan berubah ia pada ikan nun itu maka dan keluar dari pada
dalam perut perut ikan nun pada waktu asar maka sembahyang sunat ia empat rakaat
karena syukur hilangnya prihatinya empat perkara adapun waktu magrib itu tiga
rakaat nabi Allah isa tatkala duka cita hatinya tiga perkara karena Allah ta‟ala itu
berkata kepada nabi isa ia isa katakan olehmu yang bernama Allah tiga aku dan kamu
dan ibumu maka susah hatinya nabi Allah isa tatkala magrib maka sembahyang ia tiga
rakaat maka rakaat yang awal menitipkan akan dirinya umatnya dari pada hamba
Allah.
44
Halaman 7
Yang kedua itu menetapakan kepada ibunya itu hamba allah dan rakaat yang
ketiga menetapkan kepada allah ta‟ala bahwasanya ia tuhan yang esa lagi kuasa tiada
sekutu baginya, adapun waktu isya itu empat rakaat bermula sembahyang isya. Isya
itu karna nabi allah musa susah hatinya itu empat pekara pertama prihatinya daripada
bercerai dengan saudaranya harun dan kedua prihatinya seterunya firaun dan ketiga
prihatinya daripada anaknya dan keempat prihatinya tatkala keluar daripada negri
madinah hendak berperang dengan fiaun maka sembahyang ia empat rakaat maka
dihilangkan allah akan prihatinya.
Sambungan Halaman 7
Mereka itu. Maka diturunkan allah taala sembahyang lima waktu kepada nabi
muhammad saw dan segala umatnya,maka raja iblis itupun menangis sampai
mengeluarkan segala umatnya maka berkata raitnya mengapa maka tuan menangis
berteriak-teriak, maka berkata raja iblis itu karna aku menangis teriak ini sebab
diturunkan allah taala sembahyang lima waktu itu kepada nabi muhammad saw dan
segala umatnya karna jikalau dikerjakan sembahyang lima waktu itu maka
bahwasahnya niscaya hilanglah segala dosanya mereka itu maka apa faedah kita
mengaruh biru mereka itu.
Halaman 8
Karna habis dosanya sebab sembahyang lima waktu itu maka diampuni Allah
ta‟ala segala dosanya mereka itu soal dimana sembahyang lima waktu itu tempatnya?
Berhimpun pada quran. Maka jawab bermula sembahyang lima waktu itu berhimpun
kepada alhamdu karna alhamdu itu lima hurufnya maka waktu subuh itu keluar
daripada huruf alif dan waktu zuhur itu keluar daripada huruf lam dan waktu asar itu
keluar daripada huruf ha dan waktu magrib itu keluar dari huruf mim dan waktu isya
itu keluar dari huruf dal demikiam ada temat.
Sambungan Halaman 8
45
menujukan pada pujinya segala kayu karena pujinya kayu itu berdiri maka barang
siapa berdiri kepada dalam sembahyang maka diberilah ganjarannyasebanyak siang.
Halaman 9
Sambungan Halaman 9
Halaman 10
Sambungan Halaman 10
46
Yang pertama yakni jika mayit itu laki-laki setara imam itu berdiiri dekat
kepada kepalanya mayit itu dan jika mayit perempuan sunnah imam itu berdiri dekat
kepada bokong mayit itu dan sunnah segala orang laki-laki ziyarah pada kubur
berkata tatkala ziyaroh assalamuaikum daroqowmi mukminina insyaallahu
bikumlahiqowna , dan membaca qur‟an yang ziyaroh dan membaca do‟a kepada
orang itu sekalian dengan mintakan ampunan dan maaf dan makruh ziyaroh kubur
orang perempuan dan sunnah makruh.
Halaman 11
Membawa kubur dan setelah melalui segala sanaknya mayit itu melainkan
orang perempuan yang muda yang lain daripada yang mati sampai kepada tiga hari
sesudahnya ditanam dan makruh duduk karna malu karna duduk lama. inilah niat
mandikan mayit lak- laki nawaitu alaihaza mayyiti fardhon lillahita’ala allahu akbar,
inilah niat mandikan mayit perempuan nawaitu alahaza mayitati fardhon lillahita’ala
.inilah niat
Sambungan Halaman 11
Halaman 12
Sunnah menarukan selasi dan sepaman daripada suatu-suatu yang basah dan tiada
harus pada lainnya diambil ia atas kubur sebabnya kering karna bahwasanya yang punya ia
tiada di manja daripad ia melainkan tatkala kering karna ilang manfaatnya yang ada
dalamnya zalika ( itu) basah dan yaitu mintakan ampun daripada kitab aqna‟u sadba nabi
saw dan jangan engkau ziyaroh kubur pada hari jum‟at sebelumnya sembahyang karna
bahwasanya pada yang punya kubur itu mi‟raj kepada allah ta‟ala. Maka kembali kepada
sembahnyang bermula inilah khutbah nikah
47
Sambungan Halaman 12
Halaman 13
Dengannya fatimah wali yang berizin di aku syarat isi kawinnya sekalian ini qobul
namanya, aku terima nikahnya ia fatimah sarat isi kawinnya sekalian kemudian membaca do‟a
ini „’ Barokallahu ‘alaikuma wajma’ baynakuma kama jam’a baynal ma’I wal thini’’. Bermula
orang yang akan sekasih itu mengadap ijab dan qobul itu tiga belas syarat, pertama islam,
kedua laki-lak,i ketiga syarat dua orang, keempat syarat keduanya merdeka, kelima syarat
keduanya „aqil, keenam syarat kedua nya tahu, ketujuh syarat keduanya melihat tiada harus
orang buta, kedelapan syarat keduanya mendengar
Sambungan Halaman 13
Jangan orang tuli,kesembilan syarat dapat berkata-kata tiada harus orang gila
kesepuluh syarat dua orang saksi itu jangan anak-anak kedua nya laki-laki istrinya, kesebelas
syarat dua saksi itu „adil tiada sah saksi itu fasik akan saksi nikah .barang siapa salah suatu
daripada yang tiga belas syarat itu pada seorang tiada harus ia akan saksi nikah. Maka
fardhunya nikah itu dua perkara pertama ijab dan kedua qobul maka artinya ijab itu kata wali
dan artinya qobul itu kata
Halaman 14
Mempelai. Jika bapak perempuan memberi wakil pada khatib maka kata khatib
persembahkan si fatimah anak berwakil diaku akan istrinya si anu dengan isi kehawinnya
Sekalian maka kata pengantin aku terima nikah si anu kehawinya ini disebut bait qobul
namanya. Bismillahirohmanirohim alhamdulillahirobil alamina wa’afibatulilmutaqina
waahollahu wasalam ‘ala syaidina muhammaddin wa’alihi washabihi ajmain Kemudian
daripada itu maka inilah kitab pada menyatakan hukum nikah dan barang kentang dengan dia
dari pada segala hukum dan adapun nikah itu dua perkara.
48
Sambungan Halaman 14
Pertama pada lughoh an kedua pada syarat. Maka nikah yang kepada lughoh itu yaitu
seperti berhimpunn „akad nikah dan watha dan barang baginya dan nikah yang pada syarat itu
yaitu akad yang ditentukan dalam beberapa rukun dan syarat. Bermula sunnah bagi seorang
yang berkehendak nikah itu yaitu tiga perkara. Pertama sebab ingin nafsunya kepada watho,
kedua sebab kepada belanjanya akan maharnya,ketiga sebab kuasa ia memberi nafkahnya dan
jika tiada salah suatu dari pada yang tersebut itu maka tiada diperolehh sunnah bagi nikah dan
harus bagi seorang laki-laki.
Halaman 15
Merdeka menghimpunkan atas empat istrinya maka hanya melainkan yang ditentukan
seorang akan istrinya perempuan kepada haknya seperti menikahkan seorang yang ditemu
dan seumpamanya daripada karna menyampaikan hajat nya dan harus akan bagi seorang laki-
laki hamba atau mudbir atau mubaat atau mukatab yang di kantongkan merdekanya dengan
suatu sifat yaitu menghimpunkan antara dua istri maka juanya syahadat Tiada sah seorang
laki-laki nikah kepada seorang perempuan hamba orang melainkan diperolehnya kepada
empat syarat maka harus ia nikahi dengan perempuan hamba orang. Pertama daripada
ketiadaan belanjanya akan.
Sambungan Halaman 15
Dibuat memberi mahar kepada perempuan yang merdeka kepadanya dan kedua
syarat takut ia jatuh kepada berbuat zina karna sangat ingin nafsunya watha pada zaman itu
ketiadaan pula perempuan yang merdeka diperoleh baginya, ketiga syarat bahwa jangan ada
kepadanya istri perempuan yang merdeka dan jikalau sangat tua sekali pun atau perempuan
kafir kitab yang dapat mengambil kepadanya dan keempat syarat hendak ada perempuan
hamba itu islam akan dinikahinnya demikian laki-laki tiada sah nikahnya seorang kepada
perempuan.
Halaman 16
Hamba kafir katab dan apabila sudah nikah seorang laki-laki yang merdeka kepada
perempuan hamba orang sarat diperolehnya akan segala syarat yang tersebut itu maka
kemudian lalu ia kaya laki-laki itu maka ia nikah pula pada perempuan yang merdeka setelah
itu maka tiada dalam fasih nikahnya dengan hamba itu alaiya alasho maka haram mentalaki
49
seorang laki-laki atau sekalian yang „aqil baligh kepada perempuan yang bukan mahramnya
melainkan karna hajat jikalau ada slah suatu daripada keduanya yang sangat tua yang lemah
daripada wathi sekalipun maka tiada harus menalak dia dan jika.
Sambungan Halaman 16
Ada menalak itu karna hajat seperti naik saksi daripada perempuan itu dan umpamanya
maka harus bagi laki-laki itu menalak kepadanya demikian lagi harus menalak kepada badanya
istri atau kepada hambanya pada sekalian badannya hingga barang antara farajnya sekalipun
yaitu harus dan dekat setengah pula yaitu haram menela‟ kepada farajnya maka itu daif dhoif
yang mengatakan seperti yang demikian dan yang mu‟tamad yaitu harus menalak kepadanya
tetap makruh jua adanya demikian laki-laki harus menalak‟ segala muhrimnya sebab senasib
atau sebab susuan atau menantu atau hamba atau umul Wa.
Halaman 17
Lida umat yang didakwa nabinyaperentara pusat dan lutut jua dan antara daripada
keduanya yaitu haram menalak dia dan demikian laki harus menalak kepada perempuan yang
lain. Ketiga berkehendak meminang dia hingga muka nya dan tapak tanganya kedua zhohirnya
dan bathinya jua dan jikalau tiada dengan izinnya sekalipun dan demikian laki harus menalak
kepada perempuan hamba orang yaitu seperti kata imam nawawi rodiyallahu „anhu ketika ia
berkehendak membeli dia maka hukumnya yaitu seperti hukum perempuan yang merdeka jua
adanya dan laki harus menalak kepada perempuan yang lain karna.
Sambungan Halaman 17
Mengomat dia kepada barang tempat yang dikehendakinya hingga mengobat akan farjinya
sekalipun maka adalah ketika itu sarat hadir akan muhrimnya atau suaminya atau
penghulunya dan jangan ada disana perempuan yang pandai obat padanya dan jika ada
perempuan yang tahu obat maka haramlah mengobat Syarat menalak padanya demikian lagi
harus menalak karna jadi saksi kepadanya perempuan itu. Ketiga ia berbuat zina dengan
empat orang laki-laki syarat atau hukum yaitu harus dan jika dia menalak di lain dari pada
jadi saksi atau karna bermain menalak.
Halaman 18
‟Pada perempuan yang buat zina itu maka yaitu psau dan jika ia mengaku menjadi
saksi maka tolakkan saksinya dan lagi harus menalak perempuan yang menjual atau membeli
50
suatu barang-barang hingga mukanya dan telapak kedua tangannya juga tiada dilainan demikian
lagi orang yang lain daripada saksi zina harus menalak perempuan hingga mukanya dan tapak
tangannya jua dan demikian lagi harus menalak kepada amat ketiga membeli kepada tempat
yang akan dikehendakinya kepada membelai-belain kan dia pada segala taraf yang lain daripada
auratnya. Fasal pada menyatakan barang yang tiada sah akan akad nikah melinkan dengan wali.
Sambungan Halaman 18
Yang dibela dan kata setengah syeikh dengan wali laki-laki yang adil dan yaitu keluar
perempuan maka bahwa ia tiada sah mengawini dirinya dan lainnya dan demikian lagi tiada sah
akad nikah melainkan dengan hadir dua orang laki-laki akan jadi saksi yang adil pada ketiga
akad nikah itu dan jika tiada seperti demikian maka tiada sah akan nikahnya itu dan
menyebutkan mushonif akan syarat tiap-tiap wali dan dua orang saksi daripada jadi saksi nikah
yaitu enam perkara, pertama islam maka sah akan wali perempuan itu kafir melainkan yang
dikecualikan mushonif yaitu laki-laki akan datang hijrah.
Halaman 19
Kedua baligh maka tiada sah akan wali perempuan itu kanak-kanak, ketiga „aqil maka
tiada sah wali itu perempuan itu orang kebal sama ada kebalnya itu berkekalan atau putus,
keempat merdeka maka tiada sah akan wali perempuan itu hamba orang padanya akan
mengijabkan nikah, kelima laki-laki maka tiada sah akan wali perempuan itu hati keduanya
menjadi wali, keenam syarat adil maka tiada sah wali perempuan itu fasik dan dikecualikan
mushonif yaitu tiada dikehendaki menikah kafir demi islam walinya tiada dikehendaki menikah
hamba akan adil wali maka harus dari pada keduanya fasik maka diampunkan yang enam.
Sambungan Halaman 19
Perkara itu kepada wali dan dibilangkan yang kepada dua orang saksi nikah. Adapun
orang yang buta maka tiada mengapa menjadi saksi nikah dan yang terlebih buta akan jadi wali
perempuan artinya hak wali dengan mengawinkan anak perempuan yaitu bapaknya kemudian
daripada itu maka sampai maka katanya dan dahulukan terlebih hampir daripada atas jauhnya
dan jika tiada yang tersebut itu maka wali saudaranya yang seibu sebapak dan jika tiada
demikian maka saudara bagi sebapak dan jika tiada demikian.
Halaman 20
51
Maka saudara bagi anak saudara yang seibu bagi sebapak dan jika tiada ada yang
demikian maka anak saudara bagi sebapak dan kebawahnya daripada ank saudara seibu sebapak
atau dari pada anak saudara bagi sebapak dan dahulu anak saudara bagi sebapak seibu dari pada
anak saudara yang sebapak. Dan sepuluh dan jika tiada demikian wali perempuan itu mama bagi
seibu sebapak dan jika tiada demikian maka mama bagi sebapak dan jika tiada demikian maka
anak yang sebapak dan sepuluh dan jika ketiadaanashobah sekalian yang tersebut itu maka wali
yang merdekakan jika ada ia maujud dan jika tiada maujud ashobahnya seperti yang telah
termazkur itu dan jikka tiada yang memerdekakan dia itu perempuan.
Sambungan Halaman 20
Maka wali perempuan yang memerdekakan dia itu jadi wali pemerdekaannya dan jika
tiada ia maujud maka diperentarakan seperti perempuan wali yang senasib demikian lagi adanya
jika ketiadaan wali dari pada yang tersebut itu sekali-kali maka hukum akan wali perempuan itu
syahdan maka menyatakanlah musonaf akan mushakin pada ketiadaan meminang akan barang
siapa yang bekehendak kepada nikah maka tiada harus bagi seorang akan mensyarahkan
meminang pada perempuan yang dalam adat wafat atau adat tholaq rujuk atau bayan dengan
lafadz sarah atau dengan menyindir maka lafadz sarah itu barang yang memberi roba.
Halaman 21
Kepada nikah seperti katanya seorang laki-laki pada perempuan yang didalam aku
kehendaki nikah pada engkau dan lafadz sendiri itu yaitu seperti katanya seorang laki-laki pada
perempuan yang didalam adat beberapa laki-laki yang berkehendak nikah pada engkau maka
tiada perempuan itu mempunyai adat wafat atau adat tholaq atau tiada ada orang yang
meminang dahulunya, maka harus meminang dia dengan lapadz syahri atau dengan menyindir-
nyindir padanya yaitu harus adapun perempuan itu atas dua bagi suatu keadaan perempuan itu
atas dua bagi suatu keadaan perempuan itu dan kedua keadaan maka perempuan orang itu yaitu
ilang perawan nya.
Sambungan Halaman 21
Sebab di watho farjinya dengan watha yang halal atau watho yang haram dan
perempuan perawan itu yaitu di watho ia sekali maka perempuan itu harus bagi bapak atau
neneknya mengkokoh tiada bapak sekali-kali akan mengawini padanya dengan syarat bahwa
diperolehnya yaitu tiga perkara suatu syarat bahwa tiada watho farajnya dan kedua bahwa
diperoleh kepunyaannya dan ketiga bahwa di peroleh akan mahar yang patut akan belanjanya
52
istri jika tiada diperoleh seperti demikian maka tiadalah dapat akan salah satu daripada keduanya
akan menggagah padanya dan dahulu bapak daripada neneknya dan perempuan ranglah.
Halaman 22
Itu tiada dalam dapat bapaknya atau pada bapaknya tiada menggagah dia melainkan
kemudian daripada balighnya dan izinnya dengan berkata ia tiada boleh ia diam. Ayat Fasal
pada menyatakan yang di haramkan menikah pada perempuan sebab nash quran yaitu empat
tempat, tujuh tempat bagi senasab yaitu ibu dan keatasnya, dan anak dan kebawahnya, dan
adapun yang jadi dia daripada air zina bagi seorang maka halal padanya nikah dengan dia dan
perempuan yang zina maka tiada harus ia menikah dengan anaknya yang dapat dengan dia zina
dan saudaranya yang seibu dan sebapak atau bagi sebapak atau bagi seibu dan bibiknya
daripada.
Sambungan Halaman 22
Bapak atau dari ibu dan bibik bapak atau bibik ibu dan anak saudara laki-laki dan
kebawahnya dari pada anak yang laki-laki atau perempuan dan perkataan mushonif atas haram
nikah tujuh bagi senasab dan di haramkan pula tujuh bagi syarid Dan empat tempat yang
diharamkan senasab nash qur‟an pula yaitu ibu dan keatasnya sama ada dari pada pihak senasab
syarid sama ada sudah di halal atau tiada dan demikian lagi haram kepada anak kulun jika sudah
dahulu kepada ibunya dan haram kepada istri bapak dan keatasnya dan haram kepada.
Halaman 23
Istri anak dan kebawahnya dan diharamkan kepada sekalian yang telah tersebut itu
yaitu haram selama-lamanya dan demikian haram nikah yaitu pada pihak menghimpunkan jua
adanya dan haram yaitu saudara istri maka haram menghimpunkan antara keduanya dari pada
pihak sebapak atau seibu atau pada keduanya sebab senasab atau istri ridho dan jikalau ridho
saudaranya sekalipun yaitu haram jua dihimpunkan keduanya dan tiada harus menghimpunkan
anatara perempuan dengan saudaranya maka jika seorang menghimpunkan dua orang
perempuan yang haramm jimak dengan sekali akad nikah keduanya maka batal keduanya atau
tiada.
Sambungan Halaman 23
53
mana kemudian maka batal keduanya dan jika diketahui yang dahulu kemudian lupa pula ia
terkena Pada keduanya. Dan barang yang di haramkan mengampunkan sebab makwat malik
dan demikian lagi jika ada daripada salah satu istrinya dan seorang hambanya lain maka apabila
diwathinya seorang saudaranya maka haram yang lain melainkan diharamkan yang pertama
dengan jalan menjual dia atau di kawinkan.
halaman 24
Kepada laki-laki yang lain atau di thalaqnya dan menunjukkan mushonif dengan
sehabis-habis bagi tiap-tiap yang dikatanya haram sebab sardho yaitu barang yang di haramkan
sebab senasab maka telah dahulu sudah di sebutkan bicaranya bahwa yang di haramkan sebab
senasab itu tujuh maka di haramkan sebab sardho‟ itu pun tujuh pula demikian lagi adanya
kemudian dari pada itu maka menunjukkkan lah hiyar mushonif akan yang jadi „aib nikah yang
tentukan khiyar kepada nya maka berkatalah mushonif dan meninggalkan perempuan bagi laki-
laki yaitu dengan lima „aib yang ada pada perempuan yaitu : suatu gilanya itu putus.
Sambungan Halaman 24
Atau bergelap sama ada sebelumnya di watho yaitu harus khiyar dengan dia dan keluar
daripadanya qitam maka tiadaklah tetap padanya khiyar pada memfasehkan nikah dan jikalau
keluar dari sekali pun maka katanya pendeta menulai yaitu harus khiyar padanya dan kedua
keadaan jazim yaitu sakit besar maka alatnya memulih-mulih menyuruh kemudian belenggu-
belenggu maka kemudian putus-putus kemudian bercerai dan ketiga belang pada kulitnya yaitu
yang jadai sertanya di lihatlah kulit dan barang dibawahnya daging maka keluar bau artinya
brbau tubuhnya itu busuk dan tiada jadi sertanya busuk dan jadi sertanya darah.
Halaman 25
Dalam kulit maka tiada tetap padanya khiyar, keempat tertimpa farjnya dengan daging
had tiada boleh jimak padanya, kelima tertimpa farjnya dengan tulang jadi tiada boleh jimak
padanya dan barang yang lain daripadanya „aib ini tiadalah tetap baginya khiyar seperti berbau
busuk mulutnya dan bau busuk ketiaknya yaitu tiadalah khiyar baginya. Demikian lagi
dibilangkan lima „aib kepada laki-laki yaitu gila dan zajim dan belang telah dahulu maknanya
dan keadaannya terpantang zakarnya sekalian atau setengahnya maka yang tiada hasafah tetap
khiyar padanya dan jika tinggal pada hasafah atau lebih maka tiada tetap khiyar.
Sambungan Halaman 25
54
Padanya dan lagi keadaannya lemah dari pada wathok pada farajnya diri karna hilang
kuat nya dari pada berdirinya jadi benci hati perempuan dengan dia maka tetaplah perempuan
dan di syaratkan pada sekalian aib yang disebutkan itu yaitu mengadukann kepada kazir dan
jangan memfasihkan dengan yarisnahan kedua laki istri yaitu tiada sah seperti barang yang di
kehendaki kata imam dari dia dan lainnya tetap sah akan bersalahanny.Pasal pada menyatakan
sidik yaitu dua perkara pertama pada lugho dan kedua pada syara‟ maka yang pada lugho itu
ismul bisyadidil shulbi dan yang syara‟ itu yaitu nama arti.
Halaman 26
Yang wajib bagi laki-laki sebab nikah yang shohih atau sebab wathi subhat atau sebab
maut maka adalah menyatakan mahar didalam akad yaitu sunnah jua adanya dan jikalau ada
menikahi hamba bagi penghulunya sekalipun dan membeda ialah mahar itu barang suatu yang
ada tetap disunnahkan pula jangan kurang daripada sepuluh dari malam dan jangan ada lebih
daripada lima dirham dan jika terkurang dari pada yang kurang atau terlebih dari pada yang
lebih yaitu harus dan menunjukkan mushonif harus menunaikan mahar didalam akad nikah
maka jikalau tiada dinyatakan mahar didalam akad nikah yaitu sah akadnya maka dalam
maknanya ini.
Sambungan Halaman 26
dinamai ta‟rif artinya menyerah Seperti berkata seorang perempuan yang baligh yang
rasyid maka kata dia kepada walinya nikahkan aku dengan taiada emas kawinnya maka
nikahkan oleh wali nya dengan tiada mahar atau ada mahar dan tiada disebutkan oleh walinya
akan maharnya atau penghulunya hamba perempuan maka berkata ia aku nikahkan engkau
dengan hambaku maka tiada ia menyatakan mahar didalam akad atau tiada maharnya sekalipun
maka sah lah teqwa baton . bermula wajib mahar kepadanya yaitu dengan tiga perkara
bahwasanya sudah ditakdirkan suaminya atas dirinya dengan ridho istrinya kepada barang yang
ditakdirkan oleh suaminya itu.
Halaman 27
kepadanya dan kedua hukum mentak dirkan atas suaminya dan adalah yang di
takdirinya mahar misal dengan syarat bahwa mengetahui qhodi akan kadarnya sekira-kira ridho
akan kedua nya kepada barang yang di takdirkan qhodi maka tiada disyaratkan dahulu suaminya
kepada istrinya sebelumnya di takdirkan oleh suaminya atau hakum maka wjib mahar misal
bagi perempuan karna nafsu dahulu dan bilangkan mahar misal dengan hal akad fiil ashoh. Dan
55
ketiga mati sebelumnya ditakdirkan atau sebelumnya watho wajib mahar misal fill azhar maka
dikehendaki.
sambungan halaman 27
Dengan mahar misal sekira-kira pada yang patut dengan dia bagi nya seumpamanya.
Bermula tiada di bilangkan hadis emas kawin nya itu akan kurangnya dan tiada dihadkan
lebihnya tetap dhobitnya pada demikian itu tiap-tiap suatu dari pada harga yang nyata sah lah di
perbuat emas kawin dan telah dahulu di sunatkan bahwa jangan ada kurang dari pada sepuluh
dirham dan jangan ada lebih dari pada lima dirham dan harus di buat isi kawin yang memberi
manfaat yang diketahui seperti mengajarkan al quran adapun jikalau gugur talaq qobla dahulu
nusanaq mahar Adapun kemudian dahulu atau sekali yaitu wajib.
56
Ruku‟ itu menujukan pujinya (ibadahnya) seluruh hewan kepada Allah yaitu
tunduk, maka jika ruku‟ dalam sembahyang ganjarannya sebanyak bilangan
hewan yang ada didunia
Jawaban Ruku‟ itu menujukan ibadanya seluruh hewan kepada Allah yaitu
tunduk. Sebagaimana bentuk hewan dalam posisi ini adalah tunduk secara
sempurna. Maka apabila manusia melakukan ruku‟ dalam sembahyang
hendaknya melakukkan atau menyerupai posisi tunduknya hewan. Jika
dilakukkan secara sempurna maka Allah akan memberikan kepadanya
hambanya pahala sebanyak jumlah hewan yamg ada didunia.
Sujud menujukan ibadanya seluruh hewan melata kepada Allah, maka jika sujud
dalam sembahyang itu ganjarannya sebanyak bilangan hewan melata yang ada
didunia.
Jawaban sujud merupakan ibadahnya seluruh hewan melata kepada Allah.
Hewan yang melata merupakan hewan yang hampir keseluruhan badanya
menempel ke tanah. Maka jika manusia melakukan sujud dalam sembahyang
hendaknya melakukan secara sempurna seperti hewan melata yang berada diatas
tanah, apabila dilakukan secara sempurna, maka Allah Swt memberi ganjaran
pahala sebanyak bilngan hewan melata yang ada didunia.
Duduk merupakan ibadahnya semua yang tumbuh dibumi ini, tumbuh dari tanah
tinggi menjulang keatas langit. Maka jika manusia melakukan duduk dalam
sembahyang hendaknya dilakukkan secara sempurna seperti tumbuhnya
tumbuhan tinggi ke atas, apabila dilakukan secara sempurna Allah akan
memberi pahala sebanyak jumlah tumbuhan yang ada didunia.
Jawaban duduk merupakan ibadahnya semua yang tumbuh dibumi ini,
tumbuhan dari tanah tinggi menjulang ke atas langit. Maka jika manusia
melakukan duduk dalam sembahyang hendaknya melakukan secara sempurna
seperti tumbuhan yang tumbuh tinggi ke atas, jikalau manusia melakukan
sembahyang secara sempurna maka Allah akan memberi ia gajaran pahala
sebanyak bilangan tumbuhan yang ada didunia ini.
2. Mengapa Shalat Itu Wajib Membaca Al-Fatihah, Niat, Takbir, Tahiyat Dan
Membri Salam?
Fatihah: adalah isyarat yang menujukan wujud Allah yang sempurna nyata
kepada manusia.
57
Jawaban : Surat al-fatihan adalah surat yang sangat istimewa dan disebut
sebagai ummul Qur‟an, surat ini adalah merupakan syarat sah shalat. Makna
yang terkandung dalam surat al-fatihah ini adalah pujian bagi Allah, kesaksian
ataupun keesan Allah, menetapkan kebenaran adanya hari kebangkitan
bahwasan nya hanyalah Allah satu-satunya yang berhak memutuskan hukum
atas keseluruhan makhluknya. Maka itu, surat al-fatihan dalam naskah ini
disebut sebagai isyarat yang menujukan wujud Allah yang sempurna kepada
manusia
Niat: menujukan kepada sebnar-benar hati yang berhadapan kepada wujud
tunggal yang esa.
Jawaban :Niat dalammelaksanakan shalat dilakukan agar seorang hamba
hanya tertuju pada shalat yang akan dikerjakan dengan tidak mencampurkan
dengan hurusan dunia karena shalat merupakan ibadah sakral dan agung yang
harus dikerjakan sempurna.
Takbir : menujukan kepada zat Allah yang maha besar
Jawaban Takbir menujukan kepada zat Allah yang maha besar, mengucapkan
takbir ialah syi‟ar shalat. Maksud nya agar seorang hamba Allah mengetahui
bahwa rahasia shalat sesungguhnya adalah mengagungkan Rabb dengan
mempersembahkan ibadahnya hanya kepadanya
Salam : menujukan kepada nabi Muhammad yang sejahterakan api neraka kepada
hari kiamat.
Jawaban Salam merupakan penutup dalam melaksanakan shalat yang merupakan
kedamaian dan kesejahteraan untuk seluruh umatnya. Salam yang dimaksud
dalam naskah adalah salam dalam tahiyat, yang merujukan kepada nabi
Muhmmad yang dirahmati oleh Allah Swt.
58
3. Mengapa Nabi Muhammad Diberi Jumlah 5 Waktu Dalam Shalat, Bukan
Sepuluh Atau Tiga Pulu?
Bahwasan cahaya nabi tatkala heran melihat rupa di dalam cermin yang jernih
tatkala melihat pada qandil ( tempat dari emas yang tergantung di bawah
bayangan arasy) maka berasa adalah rupa yang terlebih baik, maka Allah
menyuruh shalat 5 waktu.
Sujud duduk kali itu menujukkan kepada sifat dan zat ruku‟ sekali itu
menujjukkan kepada wahdanuyah
Jawaban Sujud dua kali itu menujukan kepada sifat dan zat yang dimiliki oleh
Allah Swt, karena melakukan sujud sebanyak dua kali merupakan nutrisi utama
bagi hati dan jiwa. Ketika ada seorang hambanya melakukan sujud yang petama
itu menujukan bahwa wujud penghambaan dan pendekatan diri kepada Allah
dalam gerakan keuda itu menujukan ungkapan rasa bersyukur atas nikmat ayng
diberikan oleh Allah Swt.
59
Ruku‟ sekali itu menujukan kepada wahdaniyah, karena ketika seorang hamba nya
melaksankan ruku‟ ia membungkukkan tulang sulbinya untuk tunduk kepadanya,
merendahkan badan, kepala dan pungungnya demi mengangungkan Allah,
5. Mengapa Jumlah Raka‟at Dan Waktu Sembahyang Berlainan?
Menurut ahli tafsir: jumlah raka‟at dan waktu shalat itu berlainan sesuai dengan
jumlah sayap yang ada pada malaikat. Malaikat itu merupakan makluk Allah
yang memiliki sayap sebelah menyebelah yaitu ada yang duda-dua ada yang tiga-
tiga dan ada yangempat-empat.
6. Mengapa Sembahyang Lima Waktu Itu Merujuk Pada Kata Al-Hamdu?
Sembahyang itu merujuk dari satu kata dalam Al-Qur‟an yaitu kata alhamdu,
karena alhamdu itu ada lima hurufnya. Maka waktu subuh itu keluar dari huruf alif,
waktu zhuhur itu keluar dari huruf lam, waktu asar itu keluar keluar dari huruf ha,
waktu magrib keluar dari huruf mim, dan waktu isya itu keluar dari huruf dal.
a. Tata cara mensholatkan mayit
Hukum sholat mayit adalah shalat yang dikerjakan dengan 4 takbir, tanpa
ruku, sayadal, sujud dan duduk jadi sholat mayit dilakukan harfiya dengan berdiri.
Hukum melaksanakan sholat jenazah ialah fardhu kifayah. syarat sholat mayit ini
sama dengan sholat biasa yaitu menutup aurat, menghadap kiblat, suci dari hadats
(besar dan kecil) dan najis, baik badan, maupun pakaian selanjutnya mayit yg
sudah dimandikan dan dikafani (dibungkus). Dan mayit diletakan dihadapan orang
yang menyolati, dengan posisi dia berada disebelah kanan, searah dengan kiblat.
b. Cara melaksanakan shalat mayit
1. Berdiri tegak menghadap kiblat, kedua belah tangan berada disamping sejajar
dengan pinggul, sedangkan kepalak agak tunduk ke sajadah. Dan membaca
lafal shalat mayit yaitu :
ض ِكفَايَ ِت اِ َما ًما| َمأْ ُموْ ًما ِهللِ حَ َعالَى ٍ ج اَرْ بَ َع حَ ْكبِ َزا
َ ْث فَز ْ صلِّى َعلَى هَ َذ
ِ ِّاال َمي َ ُا
"Usholli ‘ala hadzal mayyiti arba’a takbirotin fardho kifayatin imaman/ma’muman lillahi
ta’ala."
60
Artinya: “Saya niat salat atas jenazah ini empat kali takbir fardu kifayah, sebagai
imam/makmum karena Allah Ta‟ala.”
Artinya: “Saya niat salat atas jenazah ini empat kali takbir fardu kifayah, sebagai
imam/makmum karena Allah Ta‟ala.”
Artinya: Ya Allah ampunikah dia, berilah rahmat dan sejahtera dan maafkanlah dia.
Allahumma laa tahrimnaa ajrahu (untuk pria) atau ajraha (untuk wanita) walaa taftinna
ba'dahu (untuk pria) atau ba'daha (untuk wanita) waghfirlanaa walahu (untuk pria) atau
walaha (untuk wanita).
61
Artinya: Ya Allah janganlah kiranya pahalanya tidak sampai kepada kami (janganlah Engkau
meluputkan kami akan pahalanya), dan janganlah Engkau memberi kami fitnah
sepeninggalnya, dan ampunilah kami dan dia".
Urutan sholat jenazah berikutnya yakni memberi salam. Memberi salam sambil menolehkan
muka ke kanan dan ke kiri dengan mengucapkan assalamualaikum warohmatullahi
wabarokaatuh.
Artinya:
Didalam naskah Samarqandi ini menjelaskan cara melaksankan sholat mayit dan cara
bagaima cara mensholatkan mayit perempuan, laki-laki dan kanak-kanak. Dan cara
memandikan mayit laki-laki, perempuan dan kanak-kanak. Tata cara mensholatkan mayit
didalam naskah ini menjelaskan rukun sembahyang atas mayit ada 11 perkara yang pertama
berdiri, kedua niat dan takbir, ketiga fardhu dan takbir empat kali dan membaca Al-Fatihah
dan membaca sholawat atas kepada nabi dan do‟a atas mayit, jika mayit itu laki-laki setara
dengan imam berdirinya dekat kepalanya mayit, jika mayit itu perempuan sunnah imam
berdirinya dekat bokong mayit. Dan sunnah ziyarah orang laki-laki kekuburan tatkala
ziyarahnya membaca doa atas mayit itu sekalian memintak ampun dan maaf, ziyarah atas
orng perempuan itu makruh.
c. Hukum nikah
Dalam naskah Samarqandi ini menjeaskan tentang hukum nikah, hukum nikah ada
dua perkara pertama pada lughoh dan kedua pada syarat. Maka hukum nikah pada lughoh
yaitu berhimpunan akad nikah dan barang baginya. Sedangkan hukum nikah pada syarat
yaitu yang ditentukan bebrapa rukun dan syarat.
Rukun dan syarat sah pernikahan
1. Calon suami
2. Calon istri
3. Wali nikah
4. Dua saksi dan
62
5. Ijab dan kabul
Pengertian wali nikah, wali nikah ialah hal yang sangat penting dan menentukan
karena tidak sah nikah tanpa adanya wali nikah adapun syarat-syarat menjadi seorang wali
ialah sebagai berikut:
1. Beragama Islam
2. Baliqh
3. Berakal sehat
4. Laki-laki
5. Adil
Adil yang di maksudkan disini adalah wali taat bergama Islam dan wali tidak
mendapat tekanan apapun, maka disamping keempat syarat tersebut diatas. Adapun
orang yang dianggap sah yang menjadi wali pernikahan sebagai berikut
a. Ayah
b. Kakek ( bapaknya ayah) dan seterusnya keatas dari garis laki-laki
c. Saudara laki-laki kandung
d. Saudara laki-laki seayah
e. Kemenakan laki-laki kandung
f. Kemenakan laki-laki seayah
g. Paman kandung
h. Paman seayah
i. Saudara sepupu laki-laki seayah
j. Wali hakim (wali hakim ini bukan wali hakim pengadilan)
Mahar adalah suatu yang wajib diadakan meskipun tidak dijelaskan bentuk dan
harganya pada waktu akad nikah. Dari segi yang dijelsakan atau tidak dijelsakan mahar itu
pada waktu pada waktu akad, mahar itu ada dua macam pertama mahar yang disebutkan
bentuk, wujud atau nilainya secra jelas dalam melaksanakan akad nikah di sebut mahar.
Yang kedua mahar yang tidak disebutkan jenis dan jumlahnya pada waktu akad nikah maka
kewajibannya adalah membayar mahar sebesar mahar yang diterima oleh perempuan.
63
Hukum nikah didalam naskah ini menjelaskan tentang syarat hukum nikah ada 11
syarat yang pertama Islam, kedua laki-laki, ketiga syarat dua orang, keempat syarat dua orang
merdeka, kelima berakal, keenam syaratnya tau, ketujuh keduanya melihat tiada buta,
kedelapan mendengar tiada tuli, kesembilan dapat berkata-kata tidak boleh orng gila,
kesepuluh dua orng saksi, saksinya tidak boleh anak-anak keduanya atau istrinya kesebelas
kedua saksi itu adil tiada sah saksi itu fasik akan saksi nikah.
64
BAB V
A. KESIMPULAN
65
Rukun dan syarat sah pernikahan
Calon suami
Calon istri
Wali nikah
Dua saksi dan
Ijab dan kabul
Mahar adalah suatu yang wajib diadakan meskipun tidak dijelaskan bentuk
dan harganya pada waktu akad nikah. Dari segi yang dijelsakan atau tidak
dijelsakan mahar itu pada waktu pada waktu akad, mahar itu ada dua macam
pertama mahar yang disebutkan bentuk, wujud atau nilainya secra jelas dalam
melaksanakan akad nikah di sebut mahar. Yang kedua mahar yang tidak
disebutkan jenis dan jumlahnya pada waktu akad nikah maka kewajibannya
adalah membayar mahar sebesar mahar yang diterima oleh perempuan.
Hukum nikah didalam naskah ini menjelaskan tentang syarat hukum nikah ada 11
syarat yang pertama Islam, kedua laki-laki, ketiga syarat dua orang, keempat syarat
dua orang merdeka, kelima berakal, keenam syaratnya tau, ketujuh keduanya melihat
tiada buta, kedelapan mendengar tiada tuli, kesembilan dapat berkata-kata tidak boleh
orng gila, kesepuluh dua orng saksi, saksinya tidak boleh anak-anak keduanya atau
istrinya kesebelas kedua saksi itu adil tiada sah saksi itu fasik akan saksi nikah.
B. Saran
C. PENUTUP
66
Tidak lupa pula penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak
terutama kedua orang tua yang telah membantu dan berpartisipasi dalam membantu
menyelesaikan skripsi ini, semoga skripsi ini dapat bermanfaat, menambah ilmu bagi
pembacanya
67
DAFTAR PUSTAKA
Sepgtember 2008)
Ali Makhrus Zulfa, Nilai-nilai Pendidikan Akhlak Dalam Kitab Tambihul Ghafilin Karya Al-
Baried, Siti Baroroh dkk. 1985. Pengantar Teori Filologi, Jakarta: Pusat Pembinaan dan
Faturahman, Oman. 2010. Filologi dan Islam Indonesia, Jakarta: Kementerian Agama RI
Gallop Annabel The, Piagam Muara Mendras: More Malay Documents from Highland
Hakim Arif Rahman , Abu Laits As-Samarqandi Ulama yang Mendapat Gelar Al-Faqih
Havis. M. 2019. Kajian Naskah Tambo Adat Suku Nan Tigo Di Desa Lubuk Bernai
Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
Lubis, Nabila. 2007. Naskah Teks dan Metode Penelitian Filologi. Jakarta: Puslitbang Lektur
Noe Muhajir. 2002, Metode Penelitian Kuantitatif, Yogyakarta: Rake Sarin, 2002.
68
Romandon. 2018, dikutip dalam Skripsi Naskah Candring Bawana Suntingan teks di sertai
Suharsimi, Ariskunto. 1993, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Edisi Revisi II),
Sutrisno, Hadi. 1980, Metodologi Research Indek, Yogyakarta: Gajah Mada, 1980.
Septiana, Nanda, dkk, Pendekatan Filologi Dalam Studi Islam, Madura, Jurnal Studi Islam,
Said Nur, Menegguhkan Islam Harmoni Melalui Pendekatan Filologi, Jurnal Ilmu Aqidah
dan Studi Keagamaan (Jawa Tengah: STAIN Kudus, 2016), Vol. 4, No. 2
Suraswati Ufi, Arti dan Fungsi Naskah Bagi Pengembangan dan Karakter Bangsa,
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa
Tjadrasasmita, Uka. 2006. Kajian Naskah-Naskah Klasik: dan Penerapannya Bagi Kajian
Sejarah Islam di Indonesia. Jakarta: Puslitbang Lektur Keagamaan Badan Litbang dan Diklat
https://www,bukhori.site.
Purwanti Eka, Manuskrips Sifat Dua Puluh ( Sebuah Kajian Filologi) di Desa Lubuk Resam
Zainudin Achmad, Filologi, ( Surabaya: Studi Bahasa dan Sastera Arab Falkutas Adab dan
69
Foto naskah
70
71
CURRICULUM VITAE
JENJANG PENDIDIKAN
Tahun 2006-2011 : SDN 145/I Kampung Pulau
Tahun 2011-2014 : Pondok Pesantren Darusy Syafi‟iyah
Tahun 2015-2017 : Pondok Pesantren Darusy Syafi‟iyah
Tahun 2017-2021 : Perguruan Tinggi UIN Sulthan Thaha Saifuddin JAMBI
72
73
74