Anda di halaman 1dari 12

Transliterasi Hadis Tentang Niat Dalam Kitab Arba’in Nawawi Ke Akasara

Arab-Latin
Ifadilatul Karimah (19010884)
Lailatul Maghfiroh (19010890)
Lutfi Fahrunnisa (19010892)
Prodi Al-Qur’an dan Tafsir VII A
Sekolah Tinggi Agmaa Islam Sunan Pandanaran
Pendahuluan
Transliterasi merupakan transisi dari suatu sistem literasi suatu bahasa ke
sistem literasi bahasa lainnya. Hadirnya istilah ini tidak lain untuk memudahkan
masyarakat dalam penyebutan istilah asingnya. Transliterasi berasal dari bahasa
Inggris “transliteration” yang artinya lambang bunyi, fonem, atau kata dalam
sytem penulisan, atau lambang yang ditentukan menurut aturan bahasa, dan
tentunya hal ini tidak luput dari lambang bunyi dan sistem penulisan. Kamus
Filologi mendefinisikan transliterasi sebagai “pengubahan teks dari satu tulisan ke
tulisan yang lain, atau dapat dikatakan sebagai pengalihan huruf atau aksara,
misalnya dari huruf Arab ke latin, atau Jawa ke huruf latin dan lain sebagainya.
sedangkan dalam kamus besar Bahasa Indonesia, transliterasi diartikan sebagai
penyalinan dan penggantian huruf abjad satu ke abjad yang lain. Dalam hal ini
transliterasi hanyalah sebuah penggantian abjad saja, bukan penggantian lambang
bunyi sebagaimana disebutkan dalam pengertian sebelumnya.
Salah satu aksara yang dijadikan objek dalam pengenalan tulisan tangan
adalah huruf pegon. Pada dasarnya huruf pegon digunakan untuk menerjemahkan
kitab kuning dalam versi bahasa daerah yang umumnya berlokasi di Jawa, Melayu,
dan Sunda. Terjemahan kita-kitab kuning klasik di Indonesia banyak menggunakan
3 bahasa tersebut, sehingga orang-orang yang tidak menguasai dan memahami
tulisan dari bahasa tersebut akan mendapatkan kesulitan untuk menerjemahkan.
Dari sinilah kemudian transliterasi menjabatani permasalahan tersebut, tidak lain
bertujuan untuk mempermudah peneliti atau pembaca dalam menganalisis makna
yang terdapat dalam sebuah naskah, buku maupun kitab.

1
Berdasarkan SKB2M (Surat Keputusan Bersama Dua Mentri) praktek
transliterasi telah banyak digunakan, khususnya oleh institusi-institusi pemerintah,
seperti lembaga pendidikan negeri maupun swasta, kemudian pada buku-buku
agama, misalnya kitab-kitab Hadist, terjemahan kitab, dan lebih-lebih kepada
Lajnah Pentashih Mushaf Al-Qur’an Kementrian Agama RI. Transliterasi ini tidak
dikhususkan untuk mentranskip Al-Qur’an akan tetapi untuk mentransliterasi
tulisan Arab secara aksara yang dijadikan umum ke aksara latin, tidak lain untuk
kepentingan akademis dan lain sebagainya.1 Sehubungan dengan hal ini penulis
mengambil salah satu kitab Hadist sebagai contoh transliterasi tulisan Arab ke Latin
dengan judul Kitab Al-Arba’in An-Nawawiyyah, adalah kitab yang berisikan
kumpulan hadist masyhur di kalangan masyarakat muslim Indonesia, dalam hal ini
penulis lebih menitik beratkan pembahasan kepada proses transliterasi hadist dalam
Kitab Hadist Al-Arba’in An-Nawawi.

Kitab Al-Arba’in An-Nawawi


Kitab Al-Arba’in An-nawawi ini merupakan kitab hadits yang masyhur,
karangan Abu Zakariyya Muhyidin bin Syarif An-Nawawi. Meski bentuk fisik yang
tipis, namun isi dari kitab ini sangatlah luas. Kitab ini disebut dengan kitab Al-
Arba’in karena jumlah hadits yang ada didalamnya berkisar 40, meskipun jumlah
keseluruhan adalah 42, namun secara harfiyah adalah 40. Awal mula penulisan
kitab ini adalah bermula dari majlis Ibn As-Sholah, seorang ulama hadits besar di
negri Syam yang masyhur. Suatu saat Ibn Sholah membuat majlis dengan
mendiktekan 26 hadits Nabi yang bersifat singkat, padat, dan mewakili seluruh
hadits nabi. Lalu hadist yang berjumlah 26 tadi diambil oleh Imam Nawawi
kemudian dilengkapi menjadi 42 hadits. Pada muqodimah kitab tertuliskan, bahwa
alasan beliau (Imam Nawawi) menulis kitab yang berjumlah 42 hadits ini adalah
beliau bersandar pada sebuah riwayat hadits ‘meskipun dhoif’, yang memberi janji

1
Tety Juwariyah, Skripsi: Transiliterasi Al-Qur’an Pada Mushaf Al-Qur’an Menurut Para
Pengguna (Studi Kasus Di Annaba Center Indonesia), (Jakarta, UIN Syarif Hidayatullah, 2019),
hlm. 20

2
kepada orang yang menjagakan 40 hadits untuk umat Islam, maka diakhirat nanti
akan dibangkitkan dalam barisan para ulama dan fuqoha’. 2

Transliterasi Arab-Latin.
Bahasa Arab merupakan bahasa yang mempunyai banyak keunikan, seperti
ketika huruf-huruf Arab tersebut berada di depan, tengah atau belakang, mereka
akan mengalami perubahan, huruf huruf arab hanya mengenal konsonan dan tidak
mengenal huruf vokal. Ada beberapa huruf latin yang tidak dikenal dalam huruf
Arab, seperti huruf C dan P serta kombinasi dua huruf seperti NG, contoh dalam
kata “singa”. Beberapa huruf dalam sistem aksara Arab, dijumpai beberapa huruf
yang jarang terdapat dalam bahasa lain, seperti huruf ,‫ ظ‬,‫ ط‬,‫ ض‬,‫ ص‬dan ‫ ج‬. bahasa
Arab juga disebut dengan lughah al-dhad.
Peralihan bahasa Arab kedalam bahasa lain disebut juga dengan
“transliterasi”. Secara bahasa, transliterasi berarti memindah atau menyalin, KBBI
menyebutkan , “transliterasi merupakan penyalinan dengan penggantian huruf dari
abjad yang satu ke abjad yang lain”. Sedangkan dalam kamus Filologi, “transliterasi
diartikan dengan pengubahan teks dari satu tulisan ke tulisan yang lain, atau disebur
juga dengan alih aksara, seperti, huruf jawa ke huruf latin, huruf sunda ke huruf
latin, dan sebagainya”. Secara terminolologi, transliterasi merupakan proses atau
hasil pengalihan tanda grafik dari satu sistem tulisan ke sistem tulisan yang lain.
Dari beberapa pengertian tansliterasi diatas dapat disimpulkan bahwa, transliterasi
tidak hanya mengalihkan satu bahasa atau aksara ke bahasa atau aksara lain, namun
juga harus dikaitkan dengan sistem aksara suatu bahasa.3

Prinsip Pembakuan Transliterasi

Transliterasi Arab-Latin ialah penyalinan huruf-huruf Arab dengan huruf-


huruf latin beserta perangkatnya. Rahman (2007) mengemukakan tentang

2
Mokhamad Rohma Rozikin, Mengenal Kitab Al-Arba’in An-Nawawiyyah, Pondok
Pesantren Irtaqi, 15 April 2018.
3
Muhammad Alif, Bahasa Arab dan Problematika Transliterasi (Banten, UIN Sultan
Maulana Hasanudin Banten), hlm. 1-3.

3
pembakuan pedoman transliterasi Arab-Latin, yang mana digolongkan menjadi tiga
bagian, yakni sebagai berikut:

1. Sejalan dengan Ejaan yang disempurnakan.


2. Huruf Arab yang belum ada padanannya dalam huruf Latin dicarikan padanan,
dengan cara memberi tambahan tanda diakritik dengan dasar “satu fonem satu
lambang”.
3. Pedoman transliterasi ini diperuntukkan bagi masyarakat umum.4

Sedangkan hal-hal yang dirumuskan secara konkrit dalam pedoman


transliterasi Arab-Latin meliputi: Konsonan, Vokal (tunggal dan rangkap).
Maddah, Ta' ma’butah, Syaddah, Kata Sandang (di depan huruf syamsiah dan
qamariah), Hamzah, Penulisan Kata, Huruf Kapital, dan Tajwid. Disisi lain
Departemen Agama dan Departemen Pendidikan dan kebudayaan pada tahun 1987
menerbitkan surat keputusan bersama (SKB) 2 Mentri No. 158/ 1987 dan no.
0543b/u/1987 yang mengatur tentang penggunaan transliterasi Arab-Latin. SKB ini
ditujukan untuk memudahkan umat Islam Indonesia dalam memahami Al-Qur’an
dan penjelasannya. Disamping itu, juga dimaksud untuk membakukan sistem
transliterasi Arab-Latin yang sebelumnya cukup beragam beredar di masyarakat.5

Tentunya hal ini erat kaitannya dengan pengalihan aksara, dimana titik
tekan transiliterasi sebagai pengalihan aksara terletak pada pengalihan huruf satu
bahasa pada satu huruf bahasa lain. Jika pada satu bahasa yang dialihkan
menggunakan empat huruf, maka pada kata yang mengalihkan juga menggunakan
empat huruf. Jika pada huruf bahasa A menggunakan huruf konsonan (K) maka
pada huruf B juga menggunakan huruf konsonan (K). Artinya konsep transiliterasi
adalah peralihan aksara satu banding satu. Satu konsonan banding konsonan (K:K)
dan satu vokal banding satu vokal (V:V), karena masing-masing huruf konsonan-

4
Hari Murti dkk, Model Pengubahan Aksara Hijaiyah Menjadi Aksara Latin dengan
Metode Pengindekan, Jurnal Teknologi Informasi DINAMIK Vol. 16, No. 1, Januari 2011, hlm. 80.
5
Jonni Syatri, Membaca Al-Qur’an dengan Transliterasi Arab-Latin (Studi pada
Masyarakat Payakumbuh dan Sekitarnya), Suhuf: Jurnal Pengkajian Al-Qur’an dan Budaya, Vol.
11, No. 2, Desember 2018, hlm. 340.

4
vokal ini biasanya berdiri sendiri.6 Tidak hanya itu kita juga dapat menggunakan
EYD atau dapat menggunakan sistem translitersi yang khusus, karena fonem-fonem
bahasa Arab jauh lebih banyak dibandingkan dengan fonem bahasa Indonesia.

Pedoman Transliterasi Arab-Latin

Transliterasi adalah penyalinan suatu bahasa dengan penggantian huruf dari


abjad satu ke abjad yang lain. Transliterasi juga dapat diartikan sebagai alih bahasa
satu kepada bahasa yang lain.7 Dalam kajian linguistik, transliterasi didefinisikan
sebagai menulis satu abajd dengan abjad bahasa lain menggunakan simbol-aksara
berbeda. Transliterasi dikenal sebagai pengalihan aksara yang menempatkan titik
tekan pada pengalihan satu huruf bahasa pada satu huruf bahasa lain.8 Namun,
permasalahannya adalah behasa Indonesia memiliki huruf konsonan-vokal,
sedangkan bahasa Arab hanya memiliki huruf konsonan. Bahasa Arab tidak
memiliki huruf (gramer) vokal pendek. Bunyi (fonem) vokal yang selama ini
dikenal dalam bahasa Arab bukanlah huruf, tapi tanda baca atau yang lazim disebut
harakat (baris dalam bahasa Indonesia). perbedaanya adalah huruf bisa berdiri
sendiri, sedangkan harakat dapat dibunyikan ketika disandingkan pada konsonan
aksara Arab.9

Dalam transliteasi Arab-Latin terdapat sebuah metode yaitu transiterasi


metode politik. Transliterasi metode poltik yaitu penggantian jenis tulisan, huruf
demi huruf dari sistem abjad yang satu ke sistem abjad yang lain apa adanya.
Pedoman transliterasi Arab-Latin yan telah diputuskan bersama (SKB) oleh
Menteri Agama dan Menteri pendidikan dan Kebudayaan R.I Nomor: 158 tahun
1987 yang disusun sesuai dengan sistem aksara Indonesia yang tidak mengenal
kombinasi huruf kecil, kecuali:

6
Abdul Rosyid, Problematika Transliterasi Al-Qur’an, Al-Fanar: Jurnal Ilmu Al-Qur’an
dan Tafsir, Vol. 4, No. 2, 2021, hlm. 196.
7
Muhammad Amin Suma, Tafsir Al-Amin: Bedah Surah Al-Fatihah Edisi Revisi (Jakarta:
Anggota IKAPI, 2020), hlm. 20.
8
Abdul Rosyid, “Problematika Transliterasi Al-Qur’an”, AL-FANAR: Jurnal Ilmu Al-
Qur’an dan Hadis, Vol. 4, No. 2, 2021, hlm. 5.
9
Ibid., hlm. 16.

5
No. Huruf Contoh
1. Kh Khalayak
2. Sy Masyarakat
3. Ps Psikologi
Sehingga translitterasi konvensional seperti:

No. Huruf
1. Aa ‫ىأ‬
2. Ii ‫ىي‬
3. Uu ‫ىو‬
4. Ts ‫ث‬
5. Tz ‫ظ‬,‫ذ‬
6. Dh ‫ض‬
7. Zh ‫ظ‬
8. Th ‫ط‬
9. Sh ‫ص‬
10. Gh ‫غ‬

Surat Keputusan Bersama (SKB) tersebut menggati kombinasi dua huruf


konsonan yang tidak dikenal oleh sistem alfabeth Indonesia dengan satu huruf yang
dikombinasikan dengan titik baik di atas maupun di bawah huruf, mengganti
kombinasi dua huruf vokal dengan satu huruf vokal dikombinasikan dengan garis
di atas huruf vocal.10 Transliterasi huruf Arab ke Latin dilakukan sebagai upaya
untuk memudahkan dalam menghafalkan dan menguasainya dalam penulisan
sebagai sayarat utama dalam proses transliterasi. Kekurangan penguasaan atas
kaidah transliterasi akan mempengaruhi praktik transliterasi dalam penulisan.11
Selain itu, dalam dunia pendidikan transliterasi dapat dijadikan sebagai salah satu

10
Muhammad Alif, “Bahasa Arab dan Problematika Transliterasi”, hlm. 4.
11
Muhammad Yunus Anis, Analisis Wacana Bahasa Arab: Sebuah Pendekatan Linguistik
dan Penerjemahan (Yogyakarta: Penerbit Deepublish, 2012), hlm. 1.

6
alternatif untuk melatih murid bertutur dan menghafal perkataan dan ayat meskipun
masih belum mahir membaca dengan tulisan Arab.12

Adapaun pedoman translitersi Arab-Latin menurut Keputusan Bersama


Menteri Agama dan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 158 tahun 1987-
Nomor: 0543 b/u/ 1987 sebagai berikut:13

1. Konsonan Tunggal

No. Huruf Nama Huruf Latin Keterangan


Arab
1. ‫ا‬ alif Tidak Tidak
dilambangkan dilambangkan
2. ‫ب‬ Ba’ B Be
3. ‫ت‬ Ta’ T Te
4. ‫ث‬ Sa’ Ś Es (titik di atas)
5. ‫ج‬ Jim J Je
6. ‫ح‬ Ha’ ḥ Ha(titik di bawah)
7. ‫خ‬ Kha’ Kh Ka dan ha
8. ‫د‬ Dal D De
9. ‫ذ‬ Zal Ż Set (titik di atas)
10. ‫ر‬ Ra’ R Er
11. ‫ز‬ Zai Z Zet
12. ‫س‬ Sin S Es
13. ‫ش‬ Syin Sy Es dan ye
14. ‫ص‬ Sad Ş Es (titik di bawah)
15. ‫ض‬ Dad ḑ De (titik di bawah)
16. ‫ط‬ Ta’ Ţ Te (titik di bawah)
17. ‫ظ‬ Za’ ̩̩ Z Zet (titik di bawah)

12
Ismail Maidin, Sarip Adul & Dg. Hafizah Ag. Basir, “Penggunaan Transliterasi Arab-
Rumi Dalam Konteks Motivasi”, MANU, 2019, hlm. 15.
13
Muhammad Musaddad, “Al-Qur’an Transliterasi Latin dan Problematikanya Dalam
Mayarakat”, suhuf, Vol. 10, No.1, Juni 2017, hlm. 8.

7
18. ‫ع‬ ‘ain ‘ Koma terbalik di
atas
19. ‫غ‬ Gain G Ge
20. ‫ف‬ Fa’ F Ef
21. ‫ق‬ Qaf Q Qi
22. ‫ك‬ kaf K Ka
23. ‫ل‬ Lam L El
24. ‫م‬ Mim M Em
25. ‫ن‬ Nun N En
26. ‫و‬ Wawu W We
27. ‫ه‬ Ha’ H Ha
28. ‫ء‬ Hamzah ‘ Apostrof
29. ‫ي‬ Ya’ Y Ye

2. Konsonan

No. Arab Latin No. Arab Latin


1. ‫ا‬ Tidak 16. ‫ط‬ /ṭ/
dilambangkan
2. ‫ب‬ /b/ 17. ‫ظ‬ /ẓ/
3. ‫ت‬ /t/ 18. ‫ع‬ /’/
4. ‫ث‬ /ṡ/ 19. ‫غ‬ /g/
5. ‫ج‬ /j/ 20. ‫ف‬ /f/
6. ‫ح‬ /h/ 21. ‫ق‬ /q/
7. ‫خ‬ /kh/ 22. ‫ك‬ /k/
8. ‫د‬ /d/ 23. ‫م‬ /l/
9. ‫ذ‬ /ṓ/ 24. ‫ن‬ /m/
10. ‫ر‬ /r/ 25. ‫و‬ /n/
11. ‫ز‬ /z/ 26. ‫ه‬ /h/
12. ‫س‬ /s/ 27. ‫ء‬ /’/

8
13. ‫ش‬ /sy/ 28. ‫و‬ /w/
14. ‫ص‬ /ṣ/ 29. ‫ي‬ /y/
15. ‫ض‬ /ḑ/ 30.

3. Vokal Pendek

/َ/= /a/ ‫كتب‬ Kataba


/َ/= /i/ ‫سئل‬ Su’ila
/َ/= /u/ ‫يذهب‬ Yażhabu

4. Vokal Panjang

/ ‫ا‬/ = /ā/ ‫قال‬ Qāla


/‫اي‬/= /ī/ ‫قيل‬ Qīla
/‫او‬/= /ū/ ‫يقول‬ Yaqūlu

5. Diftong

/‫أي‬/ ‫كيف‬ Kaifa


/‫أو‬/ ‫حول‬ ḥaula

Transliterasi Hadis Tentang Niat dalam Kitab Arba’in Nawawi

Diantara contoh transliterasi Hadis ke dalam bahasa Latin-Indonesia adalah


salah satu transliterasi kitab Hadis Arba’in Nawawi dalam bab niat, yaitu:

‫ّللا صلَّى ه‬
‫ّللا عليْه‬ ‫ سم ْعت رس ْول ه‬:‫ّللا ع ْنه قال‬
‫طاب رضي ه‬ ٍ ‫ع ْن أميْر ْالمؤْ منيْن أب ْي ح ْف‬
َّ ‫ص عمر بْن الخ‬
‫ّللا ورس ْوله فهجْ رته إلى‬ ْ ‫ فم ْن كأن‬,‫ وإنَّمأ لك َّل ا ْمرىءٍ ما نوى‬,‫ ((إنَّما األعْمال بالنهيَّأة‬:‫وسلَّم يق ْول‬
‫ت هجْ رته إلى ه‬
14
.‫ روأه المحدهثيْن‬.)).‫ت هجْ رته لد ْنيا يصيْبها أو ْمرأةٍ ي ْنكحها فهجْ رته إلى ماهأجر إليْه‬
ْ ‫ ومن‬,‫سوله‬
ْ ‫ّللا ور‬
‫ه‬

Abi Zakariya Yahya bin Syarof An-Nawawi, Arba’in Nawawi (Jedah: Dar al-Manahij
14

lin an-Basyri wa at-Tarikh, 2009), hlm. 45.

9
Artinya: “Dari amiril mukminin Abi Hafshin ‘umar bin Khattab Radhiyallu
‘Anhu berkata: saya mendengan Rasulullah SAW. Bersabda: sesunguhnya segala
amal perbuatan tergantung pada niatnya, dan setiap orang akan mendapatkan sesuai
dengan apa yang ia niatkan. Barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-
Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan Rasulnya. Barang siapa yang hijrahnya
karena kesenangan dunia atau karena wanita yang akan dinikahinya maka hijrahnya
kepada apa yang ia tuju”. H.R. bukhori dan Muslim.

Hadis di atas merupakan hadis tentang niat, namun dalam pembahasan kali
ini penulis akan membahas bukan tentang isi kandungan hadis, melainkan
bagaimana proses transliterasi tulisan Arab ke tulisan latin yang sesuai dengan
standarisasi yang telah ditentukan, yaitu

‘an amīril mukminīna abī ḥafṣin ‘umara ibni khattāb raḑiyallu ‘anhu qāla:
sami’tu sami’tu rasūlallāhi ṣallallāhu ‘alaihi wasallam yaqūlu: ((innamā al a’mālu
bi an-niyāti, wa innamā likulli imri’in mānawā. Faman kānats hijrotuhu ilā allāhi
wa rasūlihi fahijrotuhu ilā Allāhi wa rasūlihi. Wa man hijrotuhū lidunyā yuṣibuhā
au imroatin yankihuhā fahijrotuhu ilā māhaājara ilaihi)). Rawāhu al-muhadditsaini.

10
Kesimpulan

Transliterasi berasal dari bahasa Inggris “transliteration” yang artinya


lambang bunyi, fonem, atau kata dalam sytem penulisan, atau lambang yang
ditentukan menurut aturan bahasa, hal ini juga tidak luput dari lambang bunyi dan
sistem penulisan, karena transliterasi tidak hanya mengalihkan satu bahasa atau
aksara ke bahasa atau aksara lain, namun juga harus dikaitkan dengan sistem aksara
suatu bahasa. Untuk mentransliterasi bahasa Arab ke bahasa latin tentunya terdapat
perubahan didalamnya, seperti huruf huruf arab yang hanya mengenal konsonan
dan tidak mengenal huruf vokal. Selain itu bahasa Arab tidak memiliki huruf
(gramer) vokal pendek. Bunyi (fonem) vokal yang selama ini dikenal dalam bahasa
Arab bukanlah huruf, tapi tanda baca atau yang lazim disebut harakat (baris dalam
bahasa Indonesia). Perbedaanya adalah huruf bisa berdiri sendiri, sedangkan
harakat dapat dibunyikan ketika disandingkan pada konsonan aksara Arab.
Transliterasi huruf Arab ke Latin dilakukan sebagai upaya untuk memudahkan
dalam melafalkan, menghafalkan dan menguasai tulisan Arab, selain itu juga
menjadi alternatif bagi semua khalayak umum ketika membaca atau mempelajari
tulisan-tulisan Arab seperti kitab kuning dan lain sebagainya.

11
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Rosyid, “Problematika Transliterasi Al-Qur’an”, AL-FANAR: Jurnal Ilmu Al-


Qur’an dan Hadis, Vol. 4, No. 2, 2021.
Abdul Rosyid, Problematika Transliterasi Al-Qur’an, Al-Fanar: Jurnal Ilmu Al-Qur’an
dan Tafsir, Vol. 4, No. 2, 2021.
Abi Zakariya Yahya bin Syarof An-Nawawi, Arba’in Nawawi (Jedah: Dar al-Manahij lin
an-Basyri wa at-Tarikh, 2009).

Hari Murti dkk, Model Pengubahan Aksara Hijaiyah Menjadi Aksara Latin dengan Metode
Pengindekan, Jurnal Teknologi Informasi DINAMIK Vol. 16, No. 1, Januari 2011.

Ismail Maidin, Sarip Adul & Dg. Hafizah Ag. Basir, “Penggunaan Transliterasi Arab-Rumi
Dalam Konteks Motivasi”, MANU, 2019.

Jonni Syatri, Membaca Al-Qur’an dengan Transliterasi Arab-Latin (Studi pada


Masyarakat Payakumbuh dan Sekitarnya), Suhuf: Jurnal Pengkajian Al-Qur’an dan
Budaya, Vol. 11, No. 2, Desember 2018.

Muhammad Alif, “Bahasa Arab dan Problematika Transliterasi”.

Muhammad Amin Suma, Tafsir Al-Amin: Bedah Surah Al-Fatihah Edisi Revisi (Jakarta:
Anggota IKAPI, 2020).

Muhammad Musaddad, “Al-Qur’an Transliterasi Latin dan Problematikanya Dalam


Mayarakat”, suhuf, Vol. 10, No.1, Juni 2017.

Muhammad Yunus Anis, Analisis Wacana Bahasa Arab: Sebuah Pendekatan Linguistik
dan Penerjemahan (Yogyakarta: Penerbit Deepublish, 2012).

Tety Juwariyah, Skripsi: Transiliterasi Al-Qur’an Pada Mushaf Al-Qur’an Menurut Para
Pengguna (Studi Kasus Di Annaba Center Indonesia), (Jakarta, UIN Syarif
Hidayatullah, 2019).

12

Anda mungkin juga menyukai