Anda di halaman 1dari 18

AKRONIM DALAM KAMUS BAHASA ARAB

DAN UPAYA PEMBELAJARANNYA

Jauhar Ali
Mahasiswa S3 PBA FTIK UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
Email: jauhar.ali@iainpekalongan.ac.id

A. Pendahuluan
Bahasa merupakan alat komunikasi dalam pergaulan manusia sehari-hari, baik
individu dengan individu, individu dengan masyarakat dan masyarakat dengan bangsa
tertentu (Yusuf, 1997: 187). Tanpa bahasa, orang tidak dapat menjalankan aktivitasnya
dengan sempurna dan tanpa bahasa pula, segala macam aktivitas dan kegiatan manusia
akan menjadi lumpuh. Oleh sebab itu, bahasa menjadi salah satu hal penting yang harus
dipahami dan dikuasai oleh seseorang dalam hubungannya dengan orang lain.1
Bahasa adalah sistem lambang berupa bunyi bersifat arbitrer, digunakan oleh suatu
masyarakat tutur untuk bekerja sama, berkomunikasi dan mengidentifikasi diri. Sebagai
sebuah sistem, maka bahasa terbentuk oleh suatu aturan, kaidah, atau pola-pola tertentu
baik dalam bidang tata bunyi, tata bentuk kata maupun tata kalimat. Bila aturan dan pola
ini dilanggar, maka komunikasi dapat tertanggu. Lambang yang digunakan dalam sistem
bahasa adalah berupa bunyi, yaitu bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Oleh
karena lambang yang digunakan berupa bunyi, maka yang dianggap primer di dalam
bahasa adalah bahasa yang diucapkan, atau yang sering disebut bahasa lisan.2
Bahasa Arab adalah salah satu bahasa Semit Tengah, yang termasuk dalam rumpun
bahasa Semit dan berkerabat dengan bahasa Ibrani dan bahasa-bahasa Neo Arami. Bahasa
Arab memiliki lebih banyak penutur daripada bahasa lainnya dalam rumpun bahasa Semit.
Ia dituturkan oleh lebih dari 280 juta orang sebagai bahasa pertama, yang mana sebagian
besar tinggal di Timur Tengah dan Afrika Utara. Bahasa ini adalah bahasa resmi dari 25
negara dan merupakan bahasa peribadatan dalam agama Islam karena merupakan bahasa
yang dipakai oleh Al-Qur'an. Berdasarkan penyebaran geografisnya, bahasa Arab
percakapan memiliki banyak variasi (dialek), beberapa dialeknya bahkan tidak dapat

1
Agung Setiyawan, Problematika Penggunaan Kamus Arab-Indonesia Dalam Pembelajaran Tarjamah
Di Pusat Pengembangan Bahasa Uin Sunan Kalijaga Yogyakarta, Arabia Vol. 8 No. 1 Januari - Juni 2016.
2
Abdul Chaer, Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia, Jakarta: Rineka Cipta, 1998, h.1

1
saling mengerti satu sama lain. Bahasa Arab modern telah diklasifikasikan sebagai satu
makrobahasa dengan 27 sub-bahasa dalam Bahasa Arab Baku (kadang-kadang disebut
Bahasa Arab Sastra) yang mana diajarkan secara luas di sekolah dan universitas serta
digunakan di tempat kerja, pemerintahan, dan media massa.
Bahasa Arab baku berasal dari bahasa Arab klasik, satu satunya anggota rumpun
bahasa Arab Utara kuno yang saat ini masih digunakan, sebagaimana terlihat dalam
inskripsi peninggalan Arab pra-Islam yang berasal dari abad IV M. Bahasa Arab klasik
juga telah menjadi bahasa kesusasteraan dan bahasa peribadatan Islam sejak kurang lebih
abad VI M. Abjad Arab ditulis dari kanan ke kiri. Bahasa Arab telah memberi banyak
kosakata kepada bahasa lain dari dunia Islam, sama seperti peranan bahasa Latin terhadap
mayoritas bahasa Eropa. Semasa Abad Pertengahan, bahasa Arab juga merupakan alat
utama budaya, terutamanya dalam sains, matematik dan filsafat yang menyebabkan
banyak bahasa Eropa turut meminjam banyak kosakata dari bahasa Arab. Bahasa
Indonesia dan bahasa Arab masing-masing memiliki sistem bahasa yang berbeda-beda.
Ada sebuah teori di dalam bahasa Arab yang mana teori tersebut sulit ditemukan
padananya dalam bahasa Indonesia, demikian juga sebaliknya. Menurut hemat peneliti,
kedua bahasa tersebut mempunyai teori An-Naht yang berpengaruh dalam perkembangan
sistem kedua bahasa itu.
Kasus An-Naht dalam bahasa Arab khususnya menjadi pokok bahasan yang
tereleminasi dari cakupan ilmu linguistik yang luas. Melalui telaah karya-karya linguist
Arab ditemukan bahwa pembahasan tentang An-Naht hampir tidak mendapatkan
perhatian serius di kalangan linguist klasik mapun modern. Asumsi mereka bahwa teori
An-Naht mengganggu kemurnian bahasa Arab. Tidak hanya saja mengganggu kemurnian
bahasa Arab itu sendiri, akan tetapi juga bisa mengganggu kepada proses penerjemahan,
proses alih bahasa dari bahasa Arab ke bahasa lainnya contohnya bahasa Indonesia. Proses
ini biasa ditemukan dalam penggunaan kamus, dari bahasa Arab ke bahasa Indonesia.
Apalagi ketika mencari arti istilah dan kata baru yang bermunculan dari dampak era
komputerisasi dan digitalisasi yang secara tidak langsung memacu pesatnya pertumbuhan
istilah dan kata baru dalam bahasa Arab. Menurut Kridalaksana (2001:1) terdapat
beberapa jenis proses pembentukan kata, yaitu afiksasi (penambahan imbuhan),
reduplikasi (pengulangan), komposisi (pemajemukan), abreviasi (singkatan dan akronim),
metanalisis (pertukaran tempat), derivasi balik, morfofonemik. Dalam kaitannya dengan
penelitian ini tema abreviasi menjadi pokok bahasaan utama.

2
Abreviasi dalam terminologi linguistik adalah proses morfologis, berupa
penanggalan satu atau beberapa bagian leksem atau kombinasi leksem sehingga terjadilah
bentuk baru yang berstatus kata (Kridalaksana, 2001:1), sedangkan proses Abreviasi
sendiri dapat memunculkan dua gejala bahasa, yaitu singkatan dan Akronim
(Badudu,1983:86). Akronim merupakan fenomena universal dari sebuah proses
penyingkatan, dan merupakan sumber yang paling produktif dalam menghasilkan kata
baru disemua bahasa (Zahariev,2004:17). Hal ini kamus menjadi bagian yang membantu
dalam memahami proses pemahaman manusia memahami istilah dan kata baru dari suatu
bahasa contohnya bahasa Arab ke bahasa Indonesia.
Makalah ini mencoba mendeskripsikan akronim bahasa Arab yang terdapat dalam
kamus dan bagaimana upaya pembelajarannya untuk memahamkan istilah dan kata baru
kepada masyarakat umum hasil dari abreviasi khususnya akronim. Inilah hal yang menjadi
inti penulisan ini.

B. Pembahasan
1. An-Naht (Akronim)
a. Pengertian An-Naht Secara Bahasa
Istilah An-Naht dari segi bahasa berasal dari kata ‫ ينحت‬-‫ نحت‬yang mengandung
makna memahat, menata dan mematung, seperti firman Allah dalam al-Qur’an:
‫ينحتون من الجبال بيوتا أمنين و‬
“Dan kamu pahat sebagian dari gnung-gunung untuk dijadikan rumah-rumah
dengan rajin”
Lisan Arab menulis An-Naht adalah ‫( النشر‬menggergaji), ‫( ال بري‬meraut) dan
‫( القطع‬memotong). Keseluruhan makna di atas terhimpun dalam arti “memahat” yang
merupakan makna hakikat An-Naht. Hal ini dapat dipahami karena secara umum
pekerjaan menggergaji, menata, mematung, menggergaji, meraut dan memotong
adalah pekerjaan yang saling berhubungan bagi pemahat atau seni ukir.
Kata akronim berasal dari bahasa Yunani akros yang berarti “paling tinggi”
dan onyma yang berarti “nama.” Jadi secara etimologis akronim berati nama yang
paling tinggi/paling agung. Akronim adalah singkatan yang dibentuk dari huruf-
huruf kata uraian. Adakalanya suatu akronim menjadi kata yang diterima oleh
masyarakat bahasa. Bahkan sering terjadi bahwa suatu akronim lebih dikenal
daripada kata-kata yang merupakan asal atau kepanjangannya sendiri.3
3
Henry Guntur Tarigan, Pengajaran Semantik, Bandung: Penerbit Angkasa, 1986, h. 107.

3
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) online, akronim adalah
kependekan yang berupa gabungan huruf atau suku kata atau bagian lain yang ditulis
dan dilafalkan sebagai kata yang wajar (misalnya, mayjen: mayor jenderal, rudal:
peluru kendali dan sidak: inspeksi mendadak). Akronim yang terlalu pendek kurang
disukai karena beresiko ditemui akronim yang sama tetapi berbeda makna.
Sebaliknya, akronim yang terlalu panjang dapat merepotkan pemakainya.
Kesesuaian dengan kata-kata atau makna yang diwakili merupakan hal penting, di
samping perlunya akronim yaitu mudah diucapkan. Konflik pengertian dengan kata
lain atau akronim lain dapat menimbulkan komplikasi yang tidak perlu.
Pembentukan akronim dalam prespektif etika bahasa dapat mengacu pada pendapat
Wittgenstein (1889-1951), seorang filsuf bahasa tindakan moral, dia berkata bahwa
perkataan yang benar yaitu yang didasari dengan etika, moralitas dan logika yang
baik.
b. Pengertian An-Naht Secara Istilah
Sedangkan menurut istilah diartikan sebagai formulasi dua kata atau lebih
menjadi satu ungkapan baru yang menunjukkan makna aslinya. Kata yang digabung
tersebut dapat terdiri dari kata benda seperti basmalah, kata kerja seperti hamdalah
atau huruf seperti innama berasal dari inna dan ma, dengan tetap mengikuti kaedah
kebahasaan dan bentuk-bentuk tashrif bahasa. Hubungan makna leksikal dengan
makna istilah ialah karena An-Naht kegiatan manata ulang kata-kata atau kalimat.
Hal ini mirip dengan kegiatan memahat atau mematung yang bekerja memotong-
motong dan membuang sebagian unsur suatu kata kemudian membuat formulasi
yang berbeda dengan forma awal.
Definisi di atas memberikan pengetian bahwa An-Naht merupakan langkah
kreatif meringkas dan mempermudah pengucapan serangkaian kata. Bentuk An-
Naht secara sepintas mempunyai kemiripan penyingkatan dalam bahasa Indonesia
(Akronim). Letak persamaannya terletak pada upaya penyederhanaan dan meringkas
kata untuk mempermudah pengucapannya. Sedangkan perbedaannya terletak pada
corak dan semangat setiap bahasa.
Melalui telaah karya-karya linguist ditemukan bahwa pembahasan tentang An-
Naht hampir tidak mendapatkan perhatian serius di kalangan linguist. Kalaupun ada
upaya ke arah penelitian dan penemuan teori-teori An-Naht , upaya-upaya tersebut
tidak mendapat sambutan baik dari kelompok linguist tradisional. Bahkan mendapat
sorotan tajam yang menganggap An-Naht terlalu mengada-ada. Sikap seperti itu

4
pada hakikatnya didasari oleh tekad untuk menjaga kemurnian bahasa Arab,
terutama karena bahasa al-Quran. Meskipun harus dipahami pula, An-Naht telah
menjadi kebutuhan zaman yang kadang-kadang dalam memberikan informasi lisan
atau tulisan membutuhkan ungkapan ringkas. Pertemuan di antara dua pendapat
berlawanan ini, yakni kelompok yang menganggap An-Naht hanya perbuatan
mengada-ada dan kelompok yang menganggap harus ada dan perlu dikembangkan,
haruslah dipelihara sehingga senantiasa membutuhkan hadirnya kreatifitas di satu
sisi sedang di sisi lain kemurnian juga tetap terjaga.
Dalam al-Quran kata An-Naht dalam bentuk kata kerja disebutkan 4 kali, yaitu
di dalam surat Al-A’raf: 74, Asy-Syu’ara’: 149, Ash-Shafat: 95 dan Al-Hijr: 82.
Penelusuran penggunaan kata ini dalam al-Quran seluruhnya bermakna memahat
gunung untuk tempat tinggal atau membuat membuat patung sebagai seni dan
kebanggaan kaum Tsamud atau menjadi sembahan kaum Nabi Ibrahim as. Para ahli
mengambil istilah An-Naht yang asal pengertiannya memahat, mematung dan
menata benda bersifat material tersebut menjadi nama bagi penggabungan dua kata
atau lebih menjadi satu ungkapan. Dalam Bahasa Indonesia, istilah ini dikenal
dengan istilah akronim, atau singkatan yang menjadi pola meringkas atau
menyingkat dua kata atau lebih menjadi satu ungkapan. Sebagaimana sering
terdengar ungkapan sinetron yang berasal dari gabungan kata sinema dan elektronik.
Dari definisi di atas dapat kita pahami bahwa secara setruktual, An-Naht
bahasa Arab dihasilkan melalui penggabungan dua unsur atau lebih menjadi satu
kata baik dengan cara menghilangkan satu unsur konsonan atau menggabungkan
semua unsur menjadi satu (ditulis/diucapkan serangkai). An-Naht juga bisa dibentuk
dari kata termasuk frase dan kalimat.
c. Klasifikasi An-Naht
Imil Badi’ Ya’qub setelah mengemukakan pandangan ulama bahasa tentang
pola dan cara pembentukan An-Naht, hendak merangkum, dan membagi Al-Naht ke
dalam empat kelompok. Sedangkan Ali Abdu al-Wahid Wafi, misalnya hanya
membagi An-Naht ini ke dalam tiga kelompok yaitu An-Naht Al-Jumlah, An-Naht
Murakkab Idhafi dan An-Naht dari dua kata yang berdiri sendiri atau dari beberapa
kata yang berdiri sendiri kemudian disingkat (manhut) untuk menunjukan makna
murakkab. Dalam makalah ini dikemukakan empat jenis An-Naht, agar menjadi
perbandingan. Keempat klasifikasi itu adalah :

5
1) Al-Naht al-Nisbiy
yaitu menisbatkan sesorang atau suatu perbuatan kepada dua isim, seperti:
Bentuk An-Naht An-Nisbiy Bentuk Asli
‫عبشمى‬ ‫عبد الشمس‬
‫عبدري‬ ‫عبد الدار‬
c‫مرقسى‬ ‫امرااقيس‬
‫ملى‬ ‫تيم هللا‬
‫بلحارث‬ ‫بنى الحارث‬
‫بلعنبر‬ ‫بنى العنبر‬
‫بلههجيم‬ ‫بنع الهجيم‬
c‫ترخزى‬ ‫طبرستان وخوارزم‬

Jenis ini jumlahnya terbatas dan hampir tidak ditemukan kecuali seperti
contoh-contoh di atas. Contoh kalimat yang menggunakan An-Naht ini seperti
ungkapan‫ تعبشم الرجل وتعبس‬. Ungkapan tersebut mengandung arti bahwa laki-laki
itu mengaku keturunan Bani Abd al-Syams dan Bani Abd al-Qays atau berafiliasi
kepada dua suku itu.

Memperhatikan pola singkatan atau lebih tepat akronim ini, kelihatannya ia


melebur dua kata benda atau menggabung dua kata benda dengan membuang
sebagian dari setiap kata benda yang digabung tersebut. Penggabungan dua kata
benda ini kemudian berubah menjadi kata kerja yang membutuhkan subyek.

2) An-Naht al-Fi’liy
yaitu menggabung jumlah (susunan kalimat) yang menunjukkan bahwa seseorang
mengucapkan jumlah (susunan kalimat) itu. Contoh bentuk ini adalah sebagai
berikut:
Bentuk An-Naht Al-Fi’liy Bentuk Asli
‫بسمل‬ ‫بسم هلل‬
‫حمدل‬ ‫الحمد هلل‬
‫حولق‬ ‫ال حول وال قوة اال باهلل‬
‫حسبل‬ ‫حسبا هللا‬
‫سمعل‬ ‫السالم عليكم‬
‫حيعل‬ ‫حىي على الصالة حى على الفالح‬
‫دمعز‬ ‫أدام هللا عزك‬
‫هيلل‬ ‫آل إله إال هللا‬
‫طلبق‬ ‫اطال هللا بقاءك‬
‫جعفد‬ ‫جعلت فداءك‬

6
Bagian ini seperti ditulis oleh Ali Abdu al-Wahid Wafi, tidak ditemukan kecuali
beberapa kata yang jumlahnya terbatas pula dan kebanyakan muncul dalam sejarah
umat Islam. Contoh sebagaimana terdapat dalam Al-Qur’an antara lain kata: ‫بعثر‬
bentuk ini merupakan gabungan dari kata ‫ بعث‬dan ‫ثر‬cc‫ ع‬terdapat dalam surat
Al-‘Adiyat ayat 9:

‫اَفَاَل يَ ْعلَ ُم اِ َذا بُ ْعثِ َر َما فِى ْالقُبُوْ ِر‬


“Maka Apakah Dia tidak mengetahui apabila dibangkitkan apa yang ada di
dalam kubur”
Arti kata ‫ثر‬ccc‫ بع‬dalam ayat ini adalah ‫رج‬ccc‫ير و اخ‬ccc‫( بعث و اث‬dibangkitkan,
dibongkar/hambur dan dikeluarkan) Sedangkan Ibnu Katsir hanya menafsirkan
kata ‫ بعثر‬dengan ‫( اخرج‬dikeluarkan)

3) An-Naht al-Ismiy
yaitu menggabung dua kata menjadi sebuah ungkapan dalam bentuk kata benda
(isim), seperti:
Bentuk An-Naht Al-Ismiy Bentuk Asli
‫عقبابيل‬ ‫عقبي و علة‬
‫حبقر‬ c‫حب و وقر‬
‫جلمود‬ ‫جلد و جمد‬

4) An-Naht al-Washfiy
yaitu dengan menyingkat dua kata menjadi satu ungkapan yang
menunjukan makna kata yang disingkat atau mempunyai makna lebih tegas dari
kata yang disingkat, seperti ungkapan ‫( ضطبر‬orang yang kuat) adalah gabungan
dari kata ‫ ضبط و ضبر‬. An-Naht semacam ini jarang sekali dalam bahasa Hindia,
Eropa. Begitu pula dalam bahasa Arab tidak jauh berbeda dengan bahasa-bahasa
lainnya yang masih serumpun dari bahasa Samiyah. Mufradar-mufradat bahasa
Arab yang terdiri dari dua asal yang berdiri sendiri atau dari beberapa asa yang
berdiri sendiri tidak sampai sepuluh kata dan itu didapatkan karena jalan
perkiraan. Diantara contohnya adalah seperti yang disampaikan oleh Imam
Khalil, dia berpendapat bahwa kata " ‫ " لن‬terdiri dari " ‫ " ال‬dan " ‫" أن‬.
Ibnu Faris sebagai orang yang pertama memperluas bahasan An-Naht, patut
menjadi catatan karena ia terlalu larut dalam pikirannya sehingga beranggapan
bahwa semua kata yang lebih dari tiga huruf pada dasarnya adalah singkatan dari
dua kata yang mempunyai akar kata tiga huruf. Ibnu Faris dengan tegas menulis,

7
“Ketahuilah bahwa dalam masalah ruba’iy dan khumasiy terdapat sebuah
pandangan dalam kaitannya dengan qiyas”. Jika diperhatikan secara cermat,
dapat diketahui bahwa An-Naht merupakan pengambilan dua kata, lalu
menyingkat keduanya menjadi satu kata.
Patut diamati pula dan sangat menarik direnungkan yaitu kritik Imil Badi’
Ya’qub. Ia menulis, sesudah mengemukakan empat pembagian Al-Naht seperti
ditulis sebelumnya bahwa dari contoh-contoh kategori dua pertama termasuk
jenis An-Naht, sedangkan kategori dua terakhir terdapat banyak takalluf
(dipaksakan), dan sangat disayangkan, karena ternyata ia hanya merupakan
temuan Ibnu Faris yang jauh dari fakta dan kenyataan. Bahkan Ali Abd al-Wahid
Wafi secara tegas menyatakan:
“Bahasa Arab tidak dapat disingkat, dan kosakata Bahasa Arab dalam
perkembangannya saat ini, sangat konsisten dengan kemandirian dan kebebasan
serta enggan larut dalam bahasa lain’.
Peneliti lain menyebutkan:
“Bahasa Arab bukanlah bahasa yang dengan luwes menerima An-Naht
seperti yang terjadi pada bahasa lain, sebagaimana tertulis dalam buku-buku
mereka. An-Naht dalam Bahasa Arab hanya puluhan jumlahnya sedangkan
dalam bahasa lain jumlahnya ratusan bahkan ribuan”.

2. Kamus Bahasa Arab


a. Pengertian Kamus
Kata kamus dalam bahasa Arab, disebut dengan istilah Al-Mu’jam atau Al-
Qamus. Sedangkan pengertian kamus menurut Ahmad Abdul Ghafur Atthar
adalah: “Kamus adalah sebuah buku yang memuat sejumlah besar kosakata bahasa
yang disertai penjelasannya dan interpretasi atau penafsiran makna dari kosakata
tersebut yang semua isinya disusun dengan sistematika tertentu, baik berdasarkan
urutan huruf hijaiyyah (lafal) atau tema (makna)”(Atthar, 1979: 38).4
Ada beberapa istilah dalam bahasa Arab yang dipakai untuk menyebutkan
kamus, yaitu mu’jam, qamus, fihris, mausu’ah (ensklopedi) dan musrid (indeks,
glosarium). Semua istilah tersebut mengarah kepada satu pengertian, bahwasannya
kamus, ensklopedia, indeks, glosarium adalah kumpulan kosakata yang dilengkapi
makna/artinya dan keterangan lain yang bertujuan untuk menjelaskan informasi
yang berhubungan dengan kata-kata yang termuat di dalam daftar tersebut.
Kesemua kosakata beserta maknanya disusun secara teratur berurutan berdasarkan
4
Atthar, Ahmad Abdul Ghafur. 1979. Muqaddimah Al-Shihah. (Beirut, Dar Al-Ilm Lil Malayin).

8
sistematika tertentu yang dipilih oleh penyusun kamus untuk mempermudahkan
pengguna (user) atau pembaca dalam memahami makna dan informasi tentang kata
yang dicari (Taufiqurrahman, 2008: 133-134).5
b. Macam-macam Kamus Bahasa Arab
Menurut Umar (1998: 152), kamus-kamus bahasa Arab yang beredar, sebagai
produk kreativitas para linguistdan hasil riset para leksikologi sangat beragam
tergantung tujuan penyusunan kamus danperwajahannya (performance) yang
direlevansikan dengan kebutuhan masyarakat.
Ya’qub (1981: 15-20) membedakan kamus menjadi delapan macam, yaitu:
1. Kamus Bahasa (Lughawi)
Yaitu kamus yang secara khusus membahas lafal atau kata-kata dari sebuah
bahasadan dilengkapi dengan pemakaian kata-kata tersebut. Kamus bahasa
hanya memuatsatu bahasa, sehingga biasanya pemaknaan kata hanya
menyebut sinonim ataudefinisi kata tersebut.
2. Kamus Terjemah
Disebut juga kamus mazdujah (campuran) atau kamus bilingual yang
memadukan dua bahasa untuk menentukan titik temu makna dari kosakata.
Kamus terjemah memuat kata-kata asing yang kemudian dijelaskan satu
persatu dengan mencari padanan makna yang disesuaikan dengan bahasa
nasional atau bahasa pemakai kamus.
3. Kamus Tematik (Maudhu’i)
Disebut juga kamus maknawi, karena kata-kata yang terhimpun di dalam
kamusdisusun secara tematik berdasarkan topik-topik tertentu yang memiliki
makna sebidang. Misalnya untuk tema lawn (warna) dimasukan kata ahmar
(merah), azraq(biru) dan seterusnya.
4. Kamus Derivatif (Isytiqaqi)
Disebut juga dengan istilah kamus Etimologis, yaitu sebuah kamus yang
membahasaasal usul sebuah kata, sehingga kamus derivatif/etimologis
berfungsi untukmenginformasikan asalusul lafal/kosakata.
5. Kamus Evolutif (Tathawwuri)
Adalah kamus yang lebih memprioritaskan sejarah perkembangan makna dari
sebuah kata, bukan lafalnya. Kamus evolutif memberikan informasi tentang

5
Taufiqurrahman, R. 2008. Leksikologi Bahasa Arab. (Yogyakarta, UIN Malang Press).

9
perluasanmakna, perubahannya, sebab-sebab perubahan makna dan
sebagainya.
6. Kamus Spesialis (Takhashshushi)
Yaitu kamus yang hanya menghimpun kata-kata yang ada dalam satu
bidang/disiplin ilmu tertentu. Ada kamus kedokteran, kamus pertanian, kamus
musik dan sebagainya. Contoh kamus spesialis adalah kamus At-Tadzkirah
yang ditulis oleh Dawud Al-Anthaqi Al-Dharir. Kamus ini memuat kata-kata
yang khusus berhubungan dengan nama-nama tumbuhan dan serangga.
7. Kamus Informatif (dairah, ma’lamah)
Yaitu kamus yang mencakup segala hal termasuk sejarah pengguna bahasa,
tokoh-tokohnya dan sebagainya. Kini, kamus informatif lebih dikenal dengan
ensiklopedia yang menjelaskan sebuah kata tidak hanya sekedar membahas
makna dan derivasi dari sebuah kata, tapi juga mencakup segalam informasi
lain diluar makna leksikon.
8. Kamus Visual
Yaitu kamus yang menjelaskan makna kata lebih menonjolkan gambar dari
kata yang dimaksud daripada sebuah istilah yang definitif. Sebuah gambar,
memang terbilangefektif dalam menjelaskan definisi atau pengertian sebuah
kata. Penggunaan lambang-lambang dalam sebauh kamus termasuk hasil
inovasi baru dibidang leksikologi.
9. Kamus Buku (mu’jam al-kitab)
Yaitu kamus yang khusus dibuat untuk memahami makna dari kosakata yang
termuat dalam sebuah buku. Umumnya, buku yang memiliki mu’jam al-kitab
adalah buku-buku teks pelajaran. Karena memang kamus jenius ini berfungsi
sebagai buku pembantu (kitab musa’id) bagi siswa, terutama guru, untuk
memahami kosakata dalam buku atau bahan ajar.
10. Kamus Digital
Yaitu perangkat lunak computer (software) yang memuat program terjemah
atau kamus bahasa yang bisa dijalankan melalui media elektronik seperti
computer, handphone, PDA, dan perangkat lainnya. Software kamus digital
dinilai lebih praktisdan mudah dijalankan oleh pengguna kamus dan biasanya
operasional kamus digital hanya menggunakan sistem al-nutqi. Sekalipun
demikian, kelebihan kamus digital terletak pada muatan entri atau kosakata
yang jumlahnya tak terbatas.

10
11. Kamus On-Line
Yaitu kamus yang bisa diakses melalui internet. Para netter sering
memanfaatkan jasa terjemahan kamus on-line pada saat browsing ke situs-situs
di internet. Salah satu kamus on-line yang popular adalah Google Translate
yang menyediakan jasa penerjemahan lebih dari 20 bahasa asing, termasuk
bahasa Arab.

c. Fungsi Kamus
Kamus merupakan kebudayaan tulis atau kebudayaan cetak. Karena tututan
keperluan yang lebih, manusia berupaya keras menciptakan alat untuk dapat
memahami bahasa asing agar terjalin komunikasi yang lebih baik dengan yang
berlainan bahasa. Kamus bukan sekedar pencatat atau perekam makna kata,
peranannya lebih penting daripada sekedar alat. Kamus dapat menyimpan kekayaan
bahasa sebuah bangsa yang mungkin tidak dapat disimpan di dalam memori
manusia.
Kamus merupakan “jantung” studi bahasa, termasuk bahasa Arab, sebab
hampir mustahil belajar bahasa asing tanpa menggunakan kamus. Kamus bahasa
Arab berfungsi untuk memudahkan dalam memahami makna Al-Qur’an, membaca
kitab kuning yang berbahasa Arab gundul, dan berkomunikasi dengan orang-orang
yang berbahasa Arab. Kamus merupakan alat bantu yang wajib untuk dapat
memahami kata-kata, kalimat, bahkan susunan kalimat yang sulit dipahami, karena
setiap disiplin ilmu memiliki istilah-istilah khusus.
d. Cara Penggunaan Kamus Bahasa Arab
Dalam beberapa kamus dalam penggunaanya ada yang memerlukan ilmu
sharaf yaitu ilmu yang mempelajari perubahan kata. Namun ada pula beberapa
kamus yang disusun dengan praktis sehingga tidak memerlukan pemahaman ilmu
sharaf dahulu. Sebelum membuka kamus hendaknya untuk mengikuti kiat praktis
penggunaan kamus yaitu :
1. Carilah kamus yang sesuai dengan disiplin ilmu yang dibaca karena hal ini dapat
menambah dan memperluas pengetahuan tentang kata yang dicari sesuai dengan
istilahistilah yang lazim digunakan dalam kamus.
2. Bacalah secara seksama terlebih dahulu bagian depan kamus untuk
mempermudah pemanfaatan dan penemuan kata yang dicari.
3. Perhatikan bentuk kata yang dicari dengan seksama.

11
1) Untuk kamus yang memerlukan ilmu sharaf, kamus tersebut mencari kata
pertamanya dengan menggunakan fi’il madhi. Jika bentuk katannya masa
lampau (madhi), pencarian dapat dilakukan secara langsung. Tetapi, jika
bentuknya bukan madhi, misalkan “maktuubun”, maka dicari fi’il madhi-nya
yaitu “kataba”. Lihat huruf pertamannya yaitu “kaf”, baru telusuri ke huruf
selanjutnya hingga terbentuk kata “kataba”.
2) Untuk kamus yang tidak memerlukan ilmu sharaf, untuk menggunakan kamus
ini tidak perlu mengenal kata dasar kalimat tersebut. Langsung saja cari kata
bahasa Arabnya. Misalnya, “Maktuubun”, maka langsung saja mencari huruf
pertamanya yaitu “Mim” dan kata selanjutnya “mak-tuu-bun”. Dengan kamus
ini tidak perlu mempelajari ilmu sharaf terlebih dahulu, karena dapat secara
langsung mencari arti darai bahasa Arab yang akan dicari artinya.
4. Dalam beberapa kamus Arab terdapat singkatan-singkatan yang harus difahami,
misalnya :
1) Jika singkatannya huruf “jim”, maksudnya adalah jamak yaitu kata yang
menunjukan jumlah yang banyak
2) Jika singkatan huruf “mim”, maksudnya adalah muannats
3) Jika singkatan “dal kha”, maksudnya kata tersebut adalah kata asing.
5. Jangan terlalu cepat memilih pengertian (definisi) bandingkan dengan pengertian
yang ada dan cocokan dengan bentuk yang dibaca. Karena dalam kamus biasanya
memiliki banyak makna.
6. Perhatikan contoh kalimat karena contoh kalimat akan dapat memperjelas
pengertian yang dicari.Kata dan makna yang ditemukan dicatat untuk menjadi
khazanah dan akan menambah pengetahuan kebahasaan guna memahami
berbagai disiplin bahasa.

3. Perkembangan An-Naht dalam Bahasa Modern


An-Naht mengalami pengaruh dan perkembangan kebahasaan sebagaimana
telah menjadi kecenderungan umum semua bidang ilmu pengetahuan. Teori
perkembangan bahasa menganggap bahwa perkembangan bahasa sangat terpengaruh
oleh lingkungan di mana bahasa berkembang. Interaksi suatu bahasa dengan bahasa
lain dapat melahirkan wujud baru yang tidak ditemukan sebelumnya. Demikian pula
yang terjadi dalam An-naht ini.

12
Bahasa apapun di dunia ini tidak lepas dari pengaruh bahasa lain. Apa yang
dikemukakan oleh linguist Arab Mazhar dalam buku Tajdid Al-‘Arabiyyah seperti
dikutip oleh Jaroslav, bahwa Bahasa arab sebagai bahasa derivative sudah komitmen
dengan pola yang telah ada. Oleh karena itu, Al-Naht dalam perkembangannya sudah
tidak mengalami perkembangan.
Tetapi di tempat lain seperti kata Shati Al-Husri, sebagaimana juga dikutip
Jaroslav menulis bahwa Bahasa Arab tidak tertutup dari kemungkinan pembentukan
Al-Naht, akan tetapi dapat diterapkan dalam peristilahan modern. Sumbangan
Jaroslav yang paling terkenal dalam masalah Al-Naht adalah dalam hal kemungkinan
pembentukan singkatan bentuk prefiks. Ia melihat adanya kemungkinan membentuk
gabungan kata berupa prefiks, seperti yang banyak ditemukan dalam Bahasa Inggris.
Selanjutnya ia mengembangkan bentuk tersebut dan menganalogikan kepada beberapa
bentuk prefiks lainnya. Sebagai contoh:
a. Prefiks ‫( غب‬sesudah), dapat dibentuk/digabung dengan kata lain, misalnya ‫غب‬
dan ‫ المدرسة‬menjadi ‫( غبمدرسى‬postscholarly), sebagaimana gabungan kata ‫ غب‬dan
‫ البلوغ‬menjadi bunnyi ‫( غبلوغ‬post puberty)
b. Prefiks ‫( قبل‬sebelum) dapat digabung dengan kata lain, tetapi dalam bentuk
singkatan, seperti ‫ قبل‬dan ‫ التاريخ‬menjadi bunyi ‫( قبتاريخ‬prehistory)
c. Prefiks ‫ خ ارج‬seperti ‫ خامدرسى‬adalah gabungan dari ‫ خ ارج‬dan ‫ المدرسة‬yang
mengandung arti ektrascholarly (alumni sekolah)
d. Prefiks ‫ ف وق‬seperti ‫ فوس وي‬yang mengandung arti di atas normal, merupakan
gabungan dari ‫فوق و سوي‬.
e. Prefiks ‫ تحت‬seperti ‫ تحشعورى‬yang mengandung arti bawah sadar, adalah gabungan
dari ‫تحت و شعورى‬.
f. Prefiks ‫ ال‬seperti ‫( الالجنسية‬a sexual), ‫( الالنهائى‬tiada akhir) ‫( الالعروبة‬anti Arabisme),
‫( الالبش رى‬tiada harapan) ‫( الالوعي‬diluar kesadaran) dan ‫( الالس لكى‬tanpa kabel
jaringan).
Pola-pola seperti ini dapat dianalogikan kepada bentuk-bentuk ungkapan lain
dalam peristilahan modern. Tuntutan membuat An-Naht di zaman modern semakin
meningkat, khususnya setelah bangsa Arab mulai mentrasfer sejumlah ilmu
pengetahuan ke dalam Bahasa Arab. Oleh karena itu Majma’ al-Lugah terpaksa
mengeluarkan keputusan tentang kebolehan melakukan Al-Naht demi kepentingan
ilmiyah.

13
Merenungkan ungkapan Imil Badi’ Ya’qub dan dukungan dari lembaga bahasa,
mau tidak mau bahasa arab harus berhadapan dengan Al-Naht ke depan. Hal ini
sebenarnya bukan hal baru karena sejarah Islam masa dahulu telah membuktikan
adanya Al-Naht.
Adapun pola yang dapat dijadikan pedoman dalam upaya An-Naht ini adalah:
a. Meletakkan satu kata ke dalam kata lain tanpa mengubah sedikitpun huruf dan
harakatnya, seperti ‫( برم ائى‬Tumbuhan atau binatang yang hidup di darat dan di
dalam air).
b. Mengubah sebagian harakat tanpa mengubah huruf seperti‫( ش قحطب‬potongan-
potongan tanaman atau kayu kering)
c. Menetapkan salah satu dari dua kata sebagaimana sebelumnya dan meringkas yang
lain, seperti‫( مشلوز‬potongan daging/tanaman kering) berasal dari gabungan ‫المشمس‬
‫و اللوز‬
d. Melakukan singkatan yang seimbang antara dua kata, sehingga tidak masuk ke
dalam kata singkatan kecuali masing-masing dua huruf dari kata yang disingkat,
seperti ‫تعبشم‬
e. Melakukan singkatan yang tidak seimbang antara dua kata seperti ‫( سبحل‬mengucap
subhanallah)
f. Menghapus (menggugurkan) sebagian kata secara utuh tanpa meninggalkan
sedikitpun bekas dalam kata yang telah disingkat, seperti ‫ الاله االهللا‬dan ‫اطال هللا بقاءك‬
g. Pada kata ‫ هللا‬Pada contoh pertama, dan ‫ ال‬dan ‫ اال‬pada contoh kedua telah
digugurkan secara utuh dan tidak tinggal sedikitpun bekas dalam dua kata
singkatan yang telah disebutkan.
Kata kunci dari semua ini seperti ucapan Mustafa Al-Syihabiy yang dikutip Imil
Badi Ya’qub adalah bahwa bagaimanapun bentuk dan pola yang dipakai, cabang ilmu
isytiqaq adalah sebaik-baik jalan yang ditempuh dalam pembentukan kata baru untuk
makna yang baru pula. Oleh karena itu, tidak boleh beralih menggunakan pola An-
Naht kecuali telah mengalami kesulitan dalam cabang ilmu Isytiqaq. Di samping itu,
An-Naht harus didukung oleh rasa bahasa (Adz-Dzauq) secara khusus.

4. Strategi Pembelajaran Istilah dan Kosa Kata Baru Akronim Bahasa Arab
Effendi menjelaskan secara rinci tentang tahapan dan strategi pembelajaran
kosakata (al-mufrodat) atau pengalaman siswa dalam mengenal dan memperoleh
makna kata yakni sebagai berikut:

14
a. Mendengarkan kata. Ini merupakan tahapan pertama yaitu dengan memberikan
kesempatan kepada siswa untuk mendengarkan kata-kata yang diucapkan pengajar
atau media lain, baik berdiri sendiri maupun didalam kalimat. Apabila unsur bunyi
dari kata itu sudah dikuasai oleh siswa, maka untuk selanjutnya siswa akan mampu
mendengarkan secara benar.
b. Mengucapkan kata. Dalam tahap ini, guru memberikan kesempatan kepada siswa
untuk mengucapkan kata yang telah didengar. Mengucapkan kata baru akan
membantu siswa mengingat kata tersebut dalam waktu yang lebih lama.
c. Mendapatkan makna kata. Pada tahap ini hendaknya guru menghindari terjemahan
dalam memberikan arti kata kepada siswa, kareba bila hal itu dilakukan maka tidak
akan terjadi komunikasi langsung dalam bahasa yang sedang dipelajari, sementara
makna kata pun akan cepat dilupakan oleh siswa. Ada beberapa teknik yang bisa
digunakan oleh pengajar untuk menghindari terjemahan dalam memperoleh arti
suatu kata, yaitu dengan pemberian konteks kalimat, definisi sederhana, pemakaian
foto/gambar, sinonim, antonim, memperlihatkn benda asli atau tiruannya, peragaan
gerakan tubuh dan terjemahan sebagai alternatif terakhir bila suatu kata memang
benar-benar sukar untuk dipahami siswa.
d. Membaca kata. Setelah melalui tahap mendengar, mengucapkan dan memahami
makna kata-kata, kemudian guru menuliskannya di papan tulis. Kemudian siswa
diberikan kesempatan membaca kata tersebut dengan suara keras.
e. Menulis kata. Penguasaan kosakata siswa akan sangat terbantu bilamana ia diminta
untuk menulis kata-kata yang baru dipelajarinya (dengar, ucap, paham, baca)
mengingat karakteristik kata tersebut masih segar dalam ingatan siswa.
f. Membuat kalimat. Tahap terakhir dari kegiatan pembelajaran kosakata adalah
menggunakan kata-kata baru itu dalam sebuah kalimat yang sempurna, baik secara
lisan maupun tulisan. Guru harus kreatif dalam memberikan contoh kalimat-
kalimat yang bervariasi dan siswa diminta untuk menirukannya. Dalam menyusun
kalimat-kalimat itu hendaknya digunakan kata-kata yang produktif dan aktual agar
siswa dapat memahami dan mempergunakannya sendiri.
Prosedur atau langkah-langkah pembelajaran kosakata di atas tentunya dapat
dijadikan acuan para pengajar bahasa Arab, walaupun tidak semua kata-kata baru harus
dikenalkan dengan prosedur dan langkah-langkah tersebut. Faktor alokasi waktu dalam
hal ini juga harus diperhitungkan. Oleh karena itu, perlu dilakukan pemilihan kata-kata
tertentu yang dianggap mudah atau kata-kata yang memang hanya dapat dipahami

15
secara baik dan utuh maknanya bilamana dihubungkan serta disesuaikan dengan
konteks wacana.6
Apalagi istilah dan kosakata baru akronim bahasa Arab, hal ini harus menjadi
perhatian khusus dalam proses pembelajarannya. Istilah dan kosakata baru akronim
bahasa Arab sangat berbeda sekali jika dibandingkan dengan istilah dan kosakata
bahasa Arab lainnya. Hal ini belum bisa diajarkan langsung kepada pembelajar level
pemula. Istilah dan kosakata baru akronim bahasa Arab bisa diajarkan kepada
pembelajar atau siswa yang sudah masuk pada tahapan advance.

C. Kesimpulan
Abreviasi dalam terminologi linguistik adalah proses morfologis, berupa
penanggalan satu atau beberapa bagian leksem atau kombinasi leksem sehingga terjadilah
bentuk baru yang berstatus kata (Kridalaksana, 2001:1), sedangkan proses Abreviasi
sendiri dapat memunculkan dua gejala bahasa, yaitu singkatan dan Akronim
(Badudu,1983:86). Akronim merupakan fenomena universal dari sebuah proses
penyingkatan, dan merupakan sumber yang paling produktif dalam menghasilkan kata
baru disemua bahasa (Zahariev,2004:17). Hal ini kamus menjadi bagian yang membantu
dalam memahami proses pemahaman manusia memahami istilah dan kata baru dari suatu
bahasa contohnya bahasa Arab ke bahasa Indonesia.
Akronim secara istilah diartikan sebagai formulasi dua kata atau lebih menjadi satu
ungkapan baru yang menunjukkan makna aslinya. Kata yang digabung tersebut dapat
terdiri dari kata benda seperti basmalah, kata kerja seperti hamdalah atau huruf seperti
innama berasal dari inna dan ma, dengan tetap mengikuti kaedah kebahasaan dan bentuk-
bentuk tashrif bahasa. Hubungan makna leksikal dengan makna istilah ialah karena An-
Naht kegiatan manata ulang kata-kata atau kalimat. Hal ini mirip dengan kegiatan
memahat atau mematung yang bekerja memotong-motong dan membuang sebagian unsur
suatu kata kemudian membuat formulasi yang berbeda dengan forma awal.
Ada beberapa istilah dalam bahasa Arab yang dipakai untuk menyebutkan kamus,
yaitu mu’jam, qamus, fihris, mausu’ah (ensklopedi) dan musrid (indeks, glosarium).
Semua istilah tersebut mengarah kepada satu pengertian, bahwasannya kamus,
ensklopedia, indeks, glosarium adalah kumpulan kosakata yang dilengkapi makna/artinya
dan keterangan lain yang bertujuan untuk menjelaskan informasi yang berhubungan

6
Kasmawati, “Metode dan Teknik Pembelajaran Bahasa Arab”, dalam
manadochantiq.piles.wordpress.com. diakses pada tanggal 24 November 2016.

16
dengan kata-kata yang termuat di dalam daftar tersebut. Kesemua kosakata beserta
maknanya disusun secara teratur berurutan berdasarkan sistematika tertentu yang dipilih
oleh penyusun kamus untuk mempermudahkan pengguna (user) atau pembaca dalam
memahami makna dan informasi tentang kata yang dicari
Strategi pembelajaran istilah dan kosakata baru bahasa Arab dapat dijadikan acuan
para pengajar bahasa Arab, walaupun tidak semua kata-kata baru harus dikenalkan dengan
prosedur dan langkah-langkah tersebut. Faktor alokasi waktu dalam hal ini juga harus
diperhitungkan. Oleh karena itu, perlu dilakukan pemilihan kata-kata tertentu yang
dianggap mudah atau kata-kata yang memang hanya dapat dipahami secara baik dan utuh
maknanya bilamana dihubungkan serta disesuaikan dengan konteks wacana.
Apalagi istilah dan kosakata baru akronim bahasa Arab, hal ini harus menjadi
perhatian khusus dalam proses pembelajarannya. Istilah dan kosakata baru akronim bahasa
Arab sangat berbeda sekali jika dibandingkan dengan istilah dan kosakata bahasa Arab
lainnya. Hal ini belum bisa diajarkan langsung kepada pembelajar level pemula. Istilah
dan kosakata baru akronim bahasa Arab bisa diajarkan kepada pembelajar atau siswa yang
sudah masuk pada tahapan advance.

Daftar Pustaka

Al-Maktabah al-Taufiqiyyah; Kairo: t. th). Ibnu Faris, Al-Shahibi fi Fiqh al-Lugah wa


Khashaishuha (cet.1 Beirut; al-Maktabah al-Ma’arif: 1993).

Atthar, Ahmad Abdul Ghafur. 1979. Muqaddimah Al-Shihah. (Beirut, Dar Al-Ilm Lil
Malayin).

Chaer, Abdul. 1998. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia, Jakarta: Rineka Cipta.

Fakhruddin bin Dhiyauddin Umar, Tafsir Fakhru al-Razih, Mafatihu al-Gaib jilid XXXII
(Cet. 1; Dar al-Fikr li al-Thibaah wa al-Nasyr wa al-Tauzi’I, Beirut).
Guntur Tarigan, Henry. 1986. Pengajaran Semantik, Bandung: Penerbit Angkasa.

Ibnu Faris, Mu’jam Maqayis al-Lugah ditahqiq oleh Abdu al-Salam Harun juz I (Dar Ihya al-
Arabiyyah; 1366: Kairo).
Ibnu Katsir, Tafsir al_Qur’an al-‘Adhim juz VIII

Jaroslav Stetkevich, The Modern Arabic Literary Language Lexical and Stylistic
Depelovment (Chicago: University Of Chicago Press, t. th).

17
Kasmawati, “Metode dan Teknik Pembelajaran Bahasa Arab”, dalam
manadochantiq.piles.wordpress.com. diakses pada tanggal 5 Januari 2021.

Setiyawan, Agung. Problematika Penggunaan Kamus Arab-Indonesia Dalam Pembelajaran


Tarjamah Di Pusat Pengembangan Bahasa Uin Sunan Kalijaga Yogyakarta, Arabia Vol. 8
No. 1 Januari - Juni 2016.

Taufiqurrochman, H.R. (2008). Leksikologi Bahasa Arab. Malang: UIN Malang Press.

18

Anda mungkin juga menyukai