PENDAHULUAN
1
1.4. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
___ Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat baik bagi pembaca,
maupun penulis sendiri. Manfaat tersebut berupa pemberian ilmu dan pengetahuan
dalam bidang linguistik, terutama cabang ilmu Semantik, khususnya menelaah Relasi
Makna : Homonim Bahasa Arab yang terdapat di dalam Al-Qur’an.
2. Manfaat Praktis
___ Manfaat praktis dalam penelitian ini adalah memberikan informasi serta
membantu peneliti dan pembaca mengenai Homonim Bahasa Arab yang terdapat di
dalam Al-Qur’an.
1.5. Sistematika Penelitian
___ Sistematika dalam penelitian merupakan hal yang amat penting. Sistematika
penulisan dibutuhkan guna mempermudah penguraian dan memperjelas gambaran
langkah-langkah dalam penulisan laporan penelitian. Adapun sistematika penulisan
dalam laporan penelitian ini yang tersusun atas lima bab. Lima bab sebagai berikut.
___ Bab pertama merupakan pendahuluan yang terdiri atas latar belakang penelitian,
rumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. Bab kedua, yaitu
kerangka teori yang tersusun atas landasan teori dan metode penelitian. Bab ketiga,
yaitu pembahasan yang terdiri atas Pengertian Homonim, Penyebab Terjadinya
Homonim, dan Penerapan Homonim dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Arab. Bab
keempat yaitu hasil penelitian yang berisi Penerapan Homonim Nomina ( )اسمBahasa
Arab di dalam Al-Qur’an. Terakhir bab kelima, yaitu penutup yang di dalamnya berisi
kesimpulan.
BAB 2
KERANGKA TEORI
2
___ Semantik leksikal adalah kajian semantik yang lebih memusatkan pada
pembahasan sistem makna yang terdapat dalam kata. Semantik leksikal
memperhatikan makna yang terdapat di dalam kata sebagai satuan mandiri.
2. Pengertian Relasi Makna
___ Relasi makna merupakan hubungan kemaknaan atau relasi semantik antara
sebuah kata atau satuan bahasa lainnya dengan kata atau satuan bahasa lainnya lagi.
Hubungan atau relasi kemaknaan ini mungkin menyangkut delapan cangkupan.
Delapan cangkupan tersebut yaitu (1) التَّ َرادُف- kesamaan makna (sinonim), (2) اَألضدَا ُد-
ِ َّ اِإل شتِ َراك الل- kegandaan makna
kebalikan makna (antonim dan kontranimi), (3) فظي
(polisemi), (4) اِإل شتِ َمال و التَّنَافُر- ketercakupan makna (hiponim dan hipernim), (5)
ِ َّ ال ُمشتَ َرك الل- kelainan makna (homonimi, homograf, dan homofon), (6) ال ُغ ُموض-
فظي
kegandaan makna dalam frase atau kalimat (ambiguitas), (7) ال ُج ُز بِال ُك ِلketerbagian
makna (meronimi), dan (8) kelebihan makna (redudansi) yang belum ditemukan
dalam Bahasa Arab.
3. Pengertian Nomina
___ Nomina merupakan kata benda. Secara semantis, nomina adalah kata yang
mengacu pada manusia, binatang, benda, dan konsep atau pengertian. Kata seperti
mahasiswa, gajah, kursi, dan kemerdekaan merupakan kata benda. Muslich (2007)
mengatakan bahwa nomina adalah segala macam kata yang dapat diterangkan atau
diperluas dengan “yang + kata sifat”.
___ Nomina secara sintaksis, mempunyai ciri-ciri yaitu (1) nomina cenderung
memiliki fungsi sebagai subjek, objek, atau pelengkap dalam kalimat yang
predikatnya verba, (2) nomina tidak dapat diingkarkan dengan kata tidak, akan tetapi
dengan kata bukan, (3) nomina dapat diikuti kata sifat baik secara langsung atau tidak.
___ Nomina secara bentuk, mempunyai ciri-ciri yaitu (1) terdiri dari satu morfem, (2)
dapat diturunkan dengan afiksasi, pengulangan, atau kemajemukan.
4. Pengertian Penerjemahan Al-Qur’an
___ Secara harfiah, terjemahan Al-Qur’an berarti menyalin atau memindahkan suatu
bahasan kitab dari suatu bahasa ke bahasa yang lain. Dikutip dari Kamus Besar
Bahasa Indonesia, kata penerjemahan /pe·ner·je·mah·an/ yang memiliki makna proses,
cara, perbuatan menerjemahkan; pengalihbahasaan.
3
2.2. Metode Penelitian
___ Di dalam penelitian ini, penulis menerapkan metode kualitatif, menggunakan
analisis deskriptif. Analisis deskriptif merupakan analisis yang berupaya memberikan
penyelesaian masalah yakni dengan mengumpulkan, menyusun, membedah, serta
menganalisis data.
___ Penulis mengumpulkan berbagai macam data yang penulis jadikan sumber
referensi penelitian. Sumber tersebut sebagai berikut. Pertama, buku kamus karya
Prof. Dr. H. Mahmud Yunus. Kedua, buku Semantik Arab karya Prof. Moh Ainin dan
Imam Asrori. Ketiga, buku kamus Hans Wehr “Dictionary of Modern Written Arabic”
Terakhir, yaitu beberapa artikel jurnal, skripsi, dan disertasi yang diambil dari
Internet.
BAB 3
PEMBAHASAN
1
Abdul Chaer, Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. (Jakarta: Rineka Cipta), 1994, Cet. 2, hlm 93.
4
___ Adapun pengertian menurut para linguistik arab klasik Al-Musytarak Al-Lafzi
(Homonimi) adalah:
● Satu lafadz yang menunjukan pada dua atau lebih makna yang berbeda.
● Satu lafadz yang sama dalam segi materi dan bentuknya dengan perbedaan
diantara dua atau lebih dari segi maknanya.
ِ َفظي هُ َو َأ ْلفَاظُ اَل يُم ِك ُن ِإن َكا ُر ا ْستِع َمالِهَا بِال َمعنَي
ين ِ َّك اللَ ) َأ َّن ال ُمشتَ َر٢٠٠٢( قَا َل ُم َح َّمد َسعد ُم َح َّمد
ِ رج ُع ِإلَى اآلخ
.َر ِ ََعلَى ال َّس َوا ِء َم َع َأ َّن َأ َح َدهُ َما ي
___ Muhammad Said Muhammad (2002) mengatakan bahwa homonim adalah
ungkapan yang bentuknya digunakan dalam kedua pengertian/makna. Meskipun salah
satu dari mereka berbeda artinya.
طق َوال ِكتَابَ ِة َولَ ِكنَّهَا ُمختَلِفَةٌ فِي الدِّاَل لَ ِة
ِ ُّت ُمتَ َشابِ ِه ِه فِي الن
ِ ِعبَا َرةٌ ع َْن َكلِ َما: الهُو ُمونِيم
Al-Musytarak Al-Lafzi (Homonimi) adalah beberapa kata yang sama, baik
pelafalannya maupun bentuk tulisannya, tetapi maknanya berlainan.2
___ Perbedaan utama antara Homonimi dan Polisemi yaitu terletak pada terkait atau
tidaknya antara satu makna dengan makna yang lain. Bila tidak ditemukan keterkaitan
makna, maka kita berhadapan dengan homonim, tapi bila ditemukan keterkaitan
makna, maka kita berhadapan dengan polisemi. Bahwa untuk membedakan keduanya
sebaiknya digunakan kriteria kategori kata. Kalau kategori kata berbeda dan
bentuknya sama tetapi maknanya berbeda, kita berhadapan dengan homonimi. Kalau
kategori kata tidak berbeda, bentuknya sama maknanya ganda maka kita berhadapan
dengan polisemi.
2
Taufiqurrahman. Leksikologi Bahasa Arab (UIN-Malang Press), 2008, hlm. 67.
5
3. Perkembangan bunyi, terkadang bunyi asal dari lafadz tertentu mengalami
perubahan, pengurangan, atau penambahan sesuai perkembangan bunyi
bahasa, maka bunyi lafadz seperti ini menjadi satu lafadz sedangkan
maknanya berbeda.
4. Terdapat beberapa kata yang maknanya hampir bersamaan dan sighatnya pun
sama. Oleh karena itu, timbullah berbagai ragam makna.
5. Meminjamnya lafadz dari bahasa yang berbeda. Karena terkadang suatu lafadz
yang dipinjam menyamai kalimat arab dalam lafadznya
3.3. Penerapan Homonim dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Arab
A. Homonim dalam Bahasa Indonesia
___ Homonim dalam Bahasa Indonesia dalam memahami suatu kata dapat kita lihat
dari lafal, serta tulisannya ada yang berbeda. Sedangkan Homonim dalam Bahasa
Arab (Al-Musytarak Al-Lafzi) dapat kita lihat dari makna kata, penyebab terjadinya,
sumber suara, dan penyebab keluarnya suara.3
___ Dalam Bahasa Indonesia, cukup banyak homonim yang kita dapat temukan dalam
Kata. Pertama, ‘bisa’ pada kalimat (1) bisa ular itu berbahaya, kata ‘bisa’ disini
bermakna racun, serta (2) aku bisa menyetir, kata ‘bisa’ disini bermakna mampu atau
dapat melakukan sesuatu hal. Kedua, kata ‘suap’ pada kalimat (1) pejabat itu terkena
kasus suap, kata ‘suap’ disini bermakna sebagai uang sogokan, serta (2) aku memakan
satu suap nasi, kata ‘suap’ disini bermakna memasukkan sesuatu ke dalam mulut.
Ketiga, kata ‘genting’ pada kalimat (1) situasinya genting’, kata ‘genting’ disini
bermakna sebagai keadaan yang darurat, serta (2) ‘genting rumah bocor’, kata
‘genting’ disini bermakna atap rumah.
___ Homonim dalam Frasa. Pertama, frase ‘cinta anak’ yang memiliki 2 makna, yaitu
“perasaan cinta dari anak kepada ibunya” dan “cinta kepada anak dari ibu”. Kedua,
orang tua yang memiliki 2 makna, yaitu “ayah ibu” dan “orang yang sudah tua”.
___ Homonim dalam kalimat, misalnya pada kalimat ‘aku ingin membeli 10 ayam
goreng dan ayam bakar’. Kalimat tersebut bisa beragam makna, seperti membeli 5
ayam goreng dan 5 ayam bakar, atau membeli 10 ayam goreng dan 10 ayam bakar,
atau membeli 7 ayam goreng dan 3 ayam bakar, dan sebaliknya, serta lainnya.
3
Ahmad Mukhtar, Umar. ‘Ilmu Al-Dilalah (Kuwait, Jami’at al-Kuwait), 1982, hlm 116.
6
B. Homonim dalam Bahasa Arab
___ Homonim dalam Bahasa Arab yang terdapat dalam huruf (Harf). Misalnya, yaitu
kata َماyang mempunyai empat macam makna yaitu [apa, tidak, sesuatu, betapa].
___ Homonim dalam Bahasa Arab yang terdapat dalam kata benda (Nomina).
Pertama, ( )قَ ِريبyang bermakna (1) dekat, hampir, segera, (2) kerabat, karib, keluarga.
Kedua, ()س ّن
ِ yang bermakna (1) gigi, (2) usia, umur. Ketiga, ( )غَربyang bermakna (1)
barat, (2) timba. Dalam contoh lain, yaitu kata بَيتyang mempunyai makna [rumah,
tempat tinggal]. Makna lain dari kata بَيتyaitu [larik syair, sajak].
“aku melihat sebuah rumah di Jakarta” َأ َرى البَيتَ فِي َجاكَرْ تَا
___ Homonim dalam Bahasa Arab yang terdapat dalam kata kerja (Fi’il).
Pertama, yaitu kata يَ ِسي ُرyang mempunyai makna [berjalan kaki, bekerja] yang asal
katanya yaitu يَ ِسي ُر- َسا َر. Makna lain dari kata يَ ِسي ُرyaitu [mudah, sederhana, simpel]
yang asal katanya yaitu يَ ِسي ُر- يَ َس َر. Kata يَ ِسي ُرtermasuk Homonimi sebagian,
dikarenakan perbedaan infleksi perfektif.
7
َ َد َرyang asal katanya yaitu ُ يَ ْدرُس- س
Ketiga, yaitu kata س َ َد َر, mempunyai makna
[mempelajari, belajar] yang memiliki leksem infinitif ُدرُوسًاdan [terhapus, hilang
bekasnya] yang memiliki leksem infinitif َدرْ سًا. Kata س
َ َد َرtermasuk Homonimi
sebagian, dikarenakan perbedaan infleksi infinitif.
___ Homonim dalam kalimat ( )ال أريد نصحكmemiliki makna ganda, yaitu (ال أريد أن
)أنصحكartinya: Aku tidak ingin aku menasehatimu, dan juga bermakna ()ال أريد تنصحني
artinya : Aku tidak ingin kamu menasehatiku.
___ Homonim dalam kategori jumlah pada kata َح ِديثyang mempunyai makna :
[ucapan, pembicaraan] yang memiliki leksem yang ber infleksi jamak َأ َحا ِديثdan arti
[baru, terbaru] yang memiliki leksem yang ber infleksi jamak ُح َدثَاء. Kata َح ِديث
termasuk Homonimi sebagian, dikarenakan perbedaan infleksi jamak.
BAB 4
HASIL PENELITIAN
ٍ [ فََأ ۢنبَ ْتنَا فِيهَا ِمن ُكلِّ ز َْوQS. Luqman (31) : 10]
ٍ ج َك ِر
[3] يم
__ ‘maka Kami tumbuhkan padanya segala macam tumbuh-tumbuhan yang baik.’
8
B. Contoh kedua Al-Musytarak Al-Lafzī yang mempunyai arti beberapa makna pada
bentuk Nomina ( )اسمyaitu seperti lafadz ُأ ّمyang mempunyai beberapa makna
diantaranya :
● ُأ ّم/umm (1)/ ‘ibu’
● ُأ ّم/umm (2)/ ‘penduduk’
___ Lafaz ُأ ّم/umm (1)/ ‘ibu’ berdasarkan kamus Hans Wehr, dikatakan bahwa ُأ ّم
dengan bentuk plural atau jamak ُأ َّمهَاتberarti [mother/ibu, source/sumber,
original/asli] dan berjenis feminim. Sedangkan Lafaz ُأ ّم/umm (2)/ ‘penduduk’ berjenis
maskulin.
ِ َت ُأ ُّم
[1] ك بَ ِغيًّا ْ [ َو َما َكانQS. Maryam (19) : 28]
__ ‘… dan ibumu sekali-kali bukanlah seorang pezina’
[2] [ لِّتُن ِذ َر ُأ َّم ْٱلقُ َر ٰى َو َم ْن َحوْ لَهَاQS. Asy-Syura (42) : 7]
__ ‘supaya kamu memberi peringatan pada penduduk Makkah dan sekelilingnya.’
C. Contoh ketiga Al-Musytarak Al-Lafzī yang mempunyai arti beberapa makna pada
bentuk Nomina ( )اسمyaitu seperti lafadz َساعَةyang mempunyai beberapa makna
diantaranya :
● َساعَة/sa:’a (1)/ ‘hari kiamat’
● َساعَة/sa:’a (2)/ ‘sesaat’
● َساعَة/sa:’a (3)/ ‘masa’
___ Lafaz َساعَة/sa:’a (1)/ ‘hari kiamat’ berdasarkan kamus Arab Indonesia mengacu
kepada [kehabisan waktu]. Kehabisan waktu yang dimaksud yaitu waktu selama di
dunia. Lafaz َساعَة/sa:’a (2)/ ‘sesaat’ berdasarkan kamus Arab Indonesia mengacu
kepada [saat, sesaat]. Lafaz َساعَة/sa:’a (3)/ ‘masa’ berdasarkan kamus Arab Indonesia
mengacu kepada [masa, waktu, zaman].
[1] ُعة َّ [ ِإ ْن َأتَ ٰى ُك ْم َع َذابُ ٱهَّلل ِ َأوْ َأتَ ْت ُك ُم ٱلQS. Al-An’am (6) : 40]
َ سا
__ ‘… jika datang siksaan Allah kepadamu, atau datang kepadamu hari kiamat’
[2] َعةً ۖ َواَل يَ ْستَ ْق ِد ُمون َ َ[ اَل يَ ْستَْأ ِخرُونQS. Al-A’raf (7) : 34]
َ سا
__ ‘mereka tidak dapat mengundurkannya sesaatpun dan tidak dapat memajukannya.’
[3] ع ِة ْٱل ُع ْس َر ِة َ ار ٱلَّ ِذينَ ٱتَّبَعُوهُ فِى
َ سا ِ صَ [ َوٱَأْلنQS. At-Taubah (9) : 117]
__ ‘dan orang-orang anshar yang mengikuti Nabi dalam masa kesulitan’
9
D. Contoh keempat Al-Musytarak Al-Lafzī yang mempunyai arti beberapa makna pada
bentuk Nomina ( )اسمyaitu seperti lafadz ُأ َّمةyang mempunyai beberapa makna
diantaranya :
● ُأ َّمة/umma (1)/ ‘umat’
● ُأ َّمة/umma (2)/ ‘waktu’
● ُأ َّمة/umma (3)/ ‘imam’
● ُأ َّمة/umma (4)/ ‘agama’
● ُأ َّمة/umma (5)/ ‘golongan’
___Lafaz ُأ َّمة/umma (1)/
‘umat’ berdasarkan kamus Arab Indonesia mengacu kepada
[ummat, bangsa, rakyat]. Dalam kamus Hans Wehr, dikatakan bahwa ُأ َّمةdengan
bentuk plural atau jamak ُأ َممberarti [nation, people, community]. Lafaz ُأ َّمة/umma (2)/
‘waktu’ berdasarkan kamus Arab Indonesia mengacu kepada [saat, waktu]. Lafaz ُأ َّمة
/umma (3)/
‘imam’ berdasarkan kamus Arab Indonesia mengacu kepada [imamah, hal
menjadi imam, pemimpin umat]. Lafaz ُأ َّمة/umma (4)/ ‘agama’ berdasarkan kamus
Arab Indonesia mengacu kepada [ الدِّينagama]. Lafaz ُأ َّمة/umma (5)/ yang mempunyai
makna ‘golongan atau sekelompok’.
ْ َك ُأ َّمةٌ قَ ْد َخل
[1] ت َ [ تِ ْلQS. Al-Baqarah (1) : 141]
__ ‘Itu adalah umat yang telah lalu’
[2] [ َوقَا َل ٱلَّ ِذى نَ َجا ِم ْنهُ َما َوٱ َّد َك َر بَ ْع َد ُأ َّم ٍةQS. Yusuf (12) : 45]
___‘Dan berkatalah orang yang selamat di antara keduanya dan teringat (pada
___Yusuf) sesudah beberapa waktu lamanya’
[3] ً[ اِ َّن اِب ْٰر ِه ْي َم َكانَ اُ َّمةQS. An-Nahl (16) : 120]
__ ‘Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang imam’
[4] ً[ ِإ َّن ٰهَ ِذ ِٓۦه ُأ َّمتُ ُك ْم ُأ َّمةً ٰ َو ِح َدةQS. Al-Anbiyaa’ (21) : 92]
__ ‘Sesungguhnya (agama Tauhid) ini adalah agama kamu semua; agama yang satu’
ِ َ[ ِّم ْن َأ ْه ِل ْٱل ِك ٰتQS. Ali-‘Imran (2) : 113]
[5] ٌب ُأ َّمةٌ قَٓاِئ َمة
__ ‘Di antara ahli kitab itu ada golongan yang berlaku lurus’
10
BAB 5
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
___ Homonimi berasal dari Bahasa Yunani, yakni onama yang artinya “nama”, dan
homo yang artinya “sama”. Homonim adalah dua ujaran kata yang sama bunyi dan
ejaan. Perbedaan Homonimi dan Polisemi yaitu terletak pada terkait atau tidaknya
satu makna dengan makna lain. Penyebab homonim yaitu pergeseran makna,
perkembangan bunyi, dan perbedaan dialek kabilah Arab.
___ Homonim dalam Bahasa Indonesia dibagi menjadi berdasarkan kata, frasa, dan
kalimat. Homonim dalam kata seperti genting, bisa, dan suap. Homonim dalam frasa
seperti cinta anak dan orang tua. Sedangkan homonim dalam kalimat seperti aku ingin
membeli 10 ayam goreng dan ayam bakar.
___ Homonim dalam bahasa Arab dibagi menjadi harf, isim, fiil, dan jumlah. Contoh
ّ ، بيتdan قريب.
homonim dalam harf yaitu ما. Contoh homonim isim yaitu غرب،سن
Contoh homonim dalam fiil yaitu درس، يسيرdan يخطب. Sedangkan homonim dalam
bentuk jumlah yaitu ال أريد نصحك.
___ Terakhir, penulis menemukan bahwa Homonim bentuk Nomina ( )اسمbahasa Arab
di dalam Al-Qur’an yaitu pada kata زوج، أمة، ساعةdan أمyang mempunyai beragam
makna.
11
DAFTAR PUSTAKA
Ainin, M. & Asrori, I. (2008). Semantik Bahasa Arab. Surabaya: Hilal Pustaka.
Deviyana, Ade Destry. (2016). واللغة اإلندونيسي، عالقة المعنى في اللغة العربية واللغة اإلنجليزية:علم الداللة.
____ Al-Ta’rib, Jurnal Pendidikan Bahasa Arab dan Kebahasaan, 4(1).
Gani, Saida & Arsyad, Berti. (2017). “Fenomena Al-Isytirāk Al-Lafzī dalam Al-Quran”.
____ A’jamiy : Jurnal Bahasa dan Sastra Arab, 9(2).
Harianto, N., Afria R, & Izar J. (2022). “Polisemi dan Homonim dalam Kajian Semantik
____ Bahasa Arab”. Seminar Nasional Humaniora, 2, 48-53.
Hastati, A., Irani, A., Afriandini U., & Wasilah A. (2019). Relasi Makna Bahasa Indonesia
____ pada Website Liputan 6 Berjudul“Mengenal Ayu Kartika Dewi Lulusan Unair menjadi
____ Staf Khusus Jokowi”. Medan: Universitas Negeri Medan.
Unsi, Baiq Tuhfatul. (2013). “Al-Mushtarāk Al-Lafzī (Homonimi) dalam Bahasa Arab”.
_____Tafaqquh: Jurnal Penelitian dan Kajian Keislaman, 1(2), 91-113.
Utami, Dewi. (2009). Analisis Homonim (Musytarak Lafzi) terhadap Terjemahan Tafsîr
_____As-Sa’dî (Studi Kasus Surah Al-Baqarah dan Surah Ali-Imran). (Skripsi Sarjana,
____Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta).
_
Wastono, A. (2000). Kajian Semantis Makna Homonimi Bahasa Arab. Disertasi Penelitian :
____ Universitas Indonesia.
Wehr, Hans. (1974). A Dictionary of Modern Written Arabic. Beirut: Librarie Du Liban.
Yunus, Mahmud. (1973). Kamus Arab Indonesia, Jakarta: Yayasan Penyelenggara
____Penterjemah/Pentafsir Al-Qur’an.
_
12