kondisi
yang
kurang
menyenangkan,
penutur
terkadang
berkategori
ajektiva
biasanya
digunakan
secara
langsung
untuk
mengungkapkan ketidaksenangan.
Kata Kunci: bahasa Arab, makian, bentuk, referensi
PENGANTAR
Dalam menjalani kehidupan sehari-hari, manusia dipastikan pernah
merasakan sesuatu hal yang sangat menyentuh perasaan mereka. Perasaan tersebut
dapat berupa sebuah perasaan yang menyenangkan maupun tidak menyenangkan.
Dalam kondisi yang kurang menyenangkan misalnya, terkadang seseorang akan
mengungkap perasaannya lewat bahasa, yaitu lewat makian. Sudaryanto
(1994:83) mengungkapkan bahwa kata-kata makian yang dalam bahasa Jawa
disebut pisuh dapat dikategorikan sebagai kata afektif. Lebih jauh lagi, kata-kata
makian biasanya muncul karena adanya daya sentuh afektif yang sangat kuat. Hal
tersebut tampak saat seseorang merasa terkejut, kagum, sakit hati, dan menyesal.
qa>la
laka
ya
h}ima>ru
innani>
h}alaqtu
lih}yati>?
siapakah yang berkata kepadamu, wahai keledai bahwa aku telah
mencukur jenggotku?
(2) Ibtaid anni> ya kha>inu!
menjauhlah dariku, wahai penghianat!
Pada kalimat (1) dan (2), kata h}ima>ru dan kha>inu merupakan
nomina, keduanya sama-sama nominatif dengan harakat dammah karena
didahului oleh h}arfu nida> ` (partikel munada). Makian tersebut
digunakan sebagai pengungkap rasa marah penutur terhadap mitra tutur.
Penelitian mengenai makian pernah dilakukan oleh beberapa sarjana
terdahulu, misalnya Sudaryanto (1982), Saptomo (2001), dan Damanhuri (2007)
yang penelitannya berhubungan dengan bahasa Daerah. Selain itu, dalam bahasa
Indonesia makian juga pernah diteliti oleh Wijana (2010) berdasarkan bentuk dan
referensinya. Adapun dalam bahasa Arab, makian juga pernah dilakukan oleh
Ridla (2009) yang penelitiannya berhubungan dengan bahasa Arab miyyah
Mesir.
Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti tertarik untuk menjelaskan makian
dalam bahasa Arab fusha sebagai bahasa Arab yang dianggap standar. Dalam
tulisan ini, pembahasan mengenai makian hanya berupa dua aspek, yaitu bentuk
dan referensinya. Kajian ini diharapkan menjadi kajian awal yang bermanfaat
untuk mendorong munculnya penelitian lanjutan yang lebih mendalam.
LANDASAN TEORI
Bahasa terdiri dari bentuk dan makna (Ramlan, 1985:48). Makian
merupakan variasi bahasa yang di dalamnya terdapat pula lapisan bentuk dan
makna. Lapisan bentuk terdiri dari Bentuk bahasa merupakan bagian dari bahasa
yang terdiri dari unsur segmental dan suprasegmental. Unsur segmental terdiri
dari morfem, kata, frase, klausa, kalimat, serta wacana; unsur suprasegmental
terdiri dari intonasi, nada, dan durasi. Adapun makna merupakan isi yang
terkandung di dalam bentuk-bentuk tersebut yang dapat menimbulkan reaksi
tertentu.
Kata dalam bahasa Arab dibagi menjadi tiga, yaitu ism (nomina), fiil
(verba), dan harf (partikel) (al-Galyain, 2010:6; ad-Dardah, 1981:4). Apabila
beberapa kata tersebut disusun, maka kata tersebut bisa membentuk suatu frasa
atau klausa. Susunan kata dalam bahasa Arab disebut murakkab/tarki>b. Ada
enam macam murakkab, yaitu isna>di>, ida>fi>, baya>ni>, atfi>,
mazji>, danadadi> (al-Galyain, 2010:10). Dari keenam murakkab
tersebut, hanya isna>di> yang bersifat predikatif, sedangkan lainnya hanya
sampai pada tataran frasa. Istilah murakkab isna>di juga disebut jumlah.
Jumlah dalam bahasa Arab dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu jumlah
ismiyyah dan jumlah filiyyah.
Dalam aspek makna, maka perlu dibedakan antara definisi arti (meaning)
dan makna (sense). Arti (mening) ialah bentuk pengetahuan kognitif yang terdapat
dalam bahasa dan distrukturkan di dalam dan oleh sistem bahasa yang dipaham
kurang lebih sama oleh penutur dalam kegiatan berkomunikasi secara umum dan
wajar (Subroto, 1999:03). Adapun makna adalah arti sebuah leksikal atau tuturan
kalimat berdasarkan konteks pemakaian situasi yang melatarbelakanginya, dan
intonasinya (Allan, 1986:68).
Dalam memahami makian, tidak hanya berpegang pada bentuk
pengetahuan kognitif dalam situasi umum melainkan juga konteks pemakaian dan
situasi yang melatarbelakanginya. Makna oleh Leech (1974:10-26) dibedakan
menjadi tujuh tipe, yaitu makna konseptual, konotatif, stilistik, afektif, kolokatif,
dan tematik. Menurut Sudaryanto (1994:55), makian merupakan salah satu tipe
kalimat afektif, yaitu menggambarkan perasaan pribadi penutur, sikap lawan tutur
terhadap tuturan. Dalam hal ini, maka setiap makian yang dituturkan senantiasa
memiliki acuan atau referen. Referen menurut Ulmann (2014:57) merupakan
unsur luar bahasa yang diacu oleh ujaran yang bersangkutan. Wijana dan Rohmadi
pelaksanaan metode agih digunakan teknik perluas. Teknik ini digunakan untuk
mengidentifikasi kategori kata makian, misalnya untuk membuktikan bahwa kata
kere termasuk kategori nomina digunakan teknik perluas. Untuk menentukan
referen makian, dilakukan dengan metode padan referensial. Hal ini didasarkan
pada pengandaian bahwa makian dalam bahasa Arab memang memiliki hubungan
dengan hal-hal di luar bahasa yang bersangkutan.
Tahap penyajian hasil analisis data menggunakan metode informal.
Artinya penyajian hasil penelitian dirumuskan dengan kata-kata biasa yaitu
dengan kata-kata yang apabila dibaca dengan serta merta dapat langsung dipahami
(Kesuma, 2007: 71).
PEMBAHASAN
A. BENTUK MAKIAN
Bentuk makian yang terdapat dalam bahasa Arab terdiri dari: kata, frasa,
dan klausa. Berikut ini akan dianalisis ketiga macam bentuk makian tersebut.
A.1 Makian Berbentuk Kata
Kata merupakan satuan bebas yang paling terkecil (Ramlan, 2012:34).
Dalam bahasa Arab kata dibagi menjadi tiga, yaitu ism (nomina), fiil (verba), dan
harf (partikel) (Al-Gulayaini, 2010:6; ad-Dardah, 1981:4). Kata yang digunakan
dalam makian biasanya berupa ism (kata benda dan kata sifat), sedangkan kata
yang berbentuk verba dan partikel sangat jarang ditemukan. Berikut adalah contoh
dari makian kategori nomina.
Bentuk Makian
Makna Makian
(3) Kalbun
anjing
(4) h}ima>run
keledai
(5) khabi>sun
yang buruk
(6) malnatun
(7) kha>inun
yang terlaknat
orang yang berhianat
Pada contoh (3) dan (4), makian kata Kalbun anjingdan h}ima>run
keledaitermasuk dalam proper noun (ism alam) karena mengacu pada nama
hewan. Contoh (5), kata khabi>sun yang buruk merupakan sifah (ajektiva)
Makna Makian
pemimpin rusak
syaih busuk
tahu malu)
(11) bintu al-lu`u>m
anak (pr) sebagai muf dan kata al-fasai rusak, as-su>`i busuk, alh}aya>`i malu, dan al-lu`u>m hinasebagai muf ilaih.
b. Murakkab Wafy
Makna Makian
kucing busuk
Hanya ditemukan dua data makian berbentuk frasa dengan pola murakkab
wasfiy, yaitu yang tampak pada data (12) dan (13). Kata asy-syaikhu Syaikh dan
al-qittu kucing sebagai maus uf dan kata al-lanu yang terlaknat dan alkhabi>s|u busuk sebagai s ifah.
A.3 Makian Berbentuk Klausa
Makian dalam bahasa Arab juga dapat terdiri dari susunan kata yang dapat
membentuk jumlah (klausa). Jumlah dalam bahasa Arab dapat diklasifikasikan
menjadi dua, yaitu jumlah ismiyyah dan jumlah filiyyah. Berikut adalah
pemaparan lebih lanjut mengenai makian yang berupa jumlah ismiyyah dan
jumlah filiyyah.
a. Jumlah Ismiyyah
Jumlah ismiyyah didefinisikan sebagai jumlah yang diawali ism
(nomina) (al-Khuli, 1982:184). Berikut adalah contoh makian yang berbentuk
jumlah ismiyyah.
Bentuk Makian
Makna Makian
(14) Wailaka
celaka, kau
(15)Waih}aka
celaka, kau
Makna Makian
(17) qabbah}akalla>hu
semoga
Allah
semoga
Allah
semoga
Allah
menjelekkanmu
(18) khayyabakalla>hu
menggagalkanmu (usaha)
(19) qa<talakumulla>hu
membunuhmu
Contoh makian (17)-(19) merupakan makian yang berupa jumlah
filiyyah. Kata qabbah}a, khayyaba, dan qa<tala berupa fiil mahi
(verba perfect pronomina persona 3 laki-laki tunggal). Kata ka (pronomina
persona kedua lk tunggal) yang berfungsi sebagai maful (objek). Adapun kata
Allah merupakan ism fail (agen).
c. Pola Taajjub
Taajjub adalah menyatakan kebesaran atau kehebatan terhadap perbuatan
yang jelas keistimewaannya (al-Galyain, 2010:44). Berikut adalah contoh
makian yang berbentuk Taajjub.
Bentuk Makian
Makna Makian
(20) M agbka
Makna makian
bodoh
(23) wailun
celaka
(24) waihun
celaka
(25) lukaun
dungu
B.2 Binatang
Ada beberapa jenis binatang yang digunakan sebagai referen makian.
Contoh (27-30) berikut adalah nama-nama binatang yang biasanya digunakan
untuk memaki.
Bentuk makian
Makna makian
(27) kalbun
anjing
(28) h}ima>run
keledai
(29) khinzi>run
babi
(30) qirdun
kera
orang Arab memiliki konotasi yang sangat buruk, yaitu binatang yang bodoh dan
lamban. Apabila dilihat dari konteksnya, maka makian tersebut digunakan untuk
memaki pemimpin Kufah yang bodoh karena tidak membela rakyat. Dengan
demikian, kata h imr yang awalnya bermakna keledai dialihkan untuk memaki
pemimpin yang bodoh.
B.3 Benda
Terkadang, orang-orang memaki dalam keadaan emosi. Mereka secara
spontan mengeluarkan kata-kata makian merujuk pada benda yang ada di
dekatnya, misalnya sebagai berikut.
Bentuk makian
Makna makian
(32) bardaatun
pelana
(33) ziba>latun
tempat sampah
Dua jenis benda pada data (32) dan (33) digunakan untuk memaki oleh
penutur Arab karena dianggap benda yang memiliki konotasi kurang baik. Berikut
adalah contoh referen benda dalam bentuk kalimat.
(34) ifra ya> bardaatuqad amkanaka rabaka haa
mimm manaka imru al-kfati!
Berbahagialah, hai pelanatuan kalian ini telah memberikan kesempatan
kepada kalian untuk melakukan apa yang dulu dilarang oleh Keledai
Kufah
Pada contoh (34), kata bardaatu pelana berakhiran u karena di depan
kata tersebut ada partikel nida>` (h}arfu nida> `). Apabila ada partikel
nida>` (h}arfu nida>`) bertemu dengan ism (nomina), maka nomina tersebut
tidak boleh ber-harakat d}ammahtain (un).
Makian bardaatu pelana dalam kalimat tersebut tidaklah bermakna
pelana atau alas yang digunakan saat menunggang hewan tunggangan, tetapi
digunakan secara metaforis untuk memaki seorang. Dalam konteks kalimat
tersebut, kata bardaatu yang semula mengacu pada pelana dialihkan untuk
memaki seseorang yang dianggap anak buah dari pemimpin yang bodoh (imru
al-kfati).
B.4 Bagian Tubuh
Makna makian
(35) lisnun
lidah
bermuka dua
(37) farjun
kemaluan (pr)
Makna makian
(39) ibnun
anak (lk)
(40) ummi
ibu
(41) bintun
anak (pr)
Makna makian
pelacur
mucikari
Pekerjaan yang diacu pada contoh (43) dan (44) merupakan jenis
pekerjaan yang berkonotasi negatif, karena bertentangan dengan norma sosial.
Perhatikan contoh makian bereferensi pekerjaan dalam bentuk kalimat.
(45) Msya`allahunanu nantairuki hunka wa anti hun y
fjiratu
Msya`allahkami menunggumu di sana, sedangkan engkau malah di
sini, hai pelacur
Pada kalimat (45), partikel nida>` (h}arfu nida> `) berupa ya>
bertemu dengan nomina sehingga kata fjiratu tidak boleh ber-harakat
d}ammahtain (un). Kata fjiratu tidaklah bermakna sebagai pekerjaan
wanita penghibur, tetapi secara metaforis dialihkan untuk memaki wanita yang
dianggap kurang ajar.
C. Kesimpulan
Bahasa merupakan sarana pengungkapan berbagai pengalaman hidup
penuturnya. Dalam hal ini, bentuk-bentuk makian merupakan sarana yang
digunakan
oleh
penutur
untuk
mengekspresikan
ketidaksenangan
serta