Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

Sang Penyair Ulung Dinasti Abbasiyah Marwan bin Abi Hafsa

Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah

“Tarikh Adab Al Araby II”

Dosen Pengampu: Ahmad Kholil. M.Fil

Disususn oleh:

Mahathir Muhammad (19310169)

Kelas: E

JURUSAN BAHASA DAN SASTRA ARAB

FAKULTAS HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG

2020/2021
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Dinasti Abbasiyah di mulai pada pemerintahan Abu al-Abbas as-Saffah


(132 H) dan diakhiri dengan jatuhnya Kota Baghdad di tangan orang-orang
Mongol pada 656 H 1. Dinasti Abbasiyah memiliki tingkat intelektual yang
tinggi dan mereka mencapai kesukses yang besar, Banyak penyair, ahli bahasa,
ahli tafsir, sejarawan, dan dokter yang berasal dari kelompok ini. Mereka
memakai Bahasa Arab sebagai alat untuk mengungkapkan kemampuan
intelektual mereka, sehingga Bahasa Arab berkembang dengan pesat.
Perkembangan Bahasa Arab ini berhubungan dengan kesusastraan pada zaman
itu, sastra Arab mengalami masa keemasannnya di bawah Dinasti Abbasiyah.
Masa kekhalifahan Abbasiah merupakan masa yang terlama pada masa sejarah
muslim klasik, yakni dari tahun 750-1258 M 2. Masa ini pun dapat dikatakan
sebagai masa keemasan

Sastra tidak pernah kehilangan kedudukan pentingnya dalam


masyarakat, namun sastra tidak dikembangkan sebagai alat untuk
mengungkapkan pikiran dalam seluruh cabangnya. pada masaini fungsi sastra
tidak hanya sekedar untuk memberikan kesenangan, melainkan ada fungsi-
fungsilain yang hadir mengikuti pola perkembangan sastra pada masa itu.
Karya sastra ini diisi oleh berbagai tokoh pada masanya yang muncul dengan
berbagai disiplin ilmu. Tercatat terdapat tokoh-tokoh penyair pada masa
abbasiyah seperti Abu Athahiyah, Da’bal Al khuza’i, Ibn Rumy, Abu Dalamah,
Marwan bin Abi Hafsa. Oleh karena itu disini kita akan lebih mengenal salah
satu tokoh tersebut.

2. Rumusan Masalah
a. Siapakah Marwan bin Abi Hafsa

1 Males Sutiasumarga, Kesusastraan Arab: Asal Mula dan Perkembangannya, (Jakarta: Zikrul Hakim, 2001),
hlm. 73.
2 Dadan Rusmana, Perkembangan Sastra Pada Masa Bani Abbasiah, 2011.

1
b. Bagaimanakah kehidupan Marwan bin Abi Hafsa
c. Bagaimana bentuk Syair-Syair tokoh tersebut
d. Bagaimana kematian Marwan bin Abi Hafsa

3. Tujuan Penulisan
a. Menjelaskan Biografi Marwan bin Abi Hafsa
b. Menjelaskan Bagaimana kehidupan Marwan bin Abi Hafsa
c. Menjelaskan Bentuk Syair Marwan bin Abi Hafsa
d. Mengetahui kematian Marwan bin Abi Hafsa

PEMBAHASAAN

1. Biografi Marwan bin Abi Hafsa


Marwan bin Abi Hafsa Suleiman bin Yahya bin Abi Hafsa Yazid bin
Abdullah Al-Umayyad (105 - 182 H = 723 - 798 M) adalah seorang penyair
kelas ulung, salah satu penyair Islam awal, dijuluki Abu al-Simt, kebanyakan
dari keluarganya merupakan seorang penyair keturunan dari kakeknya dan
kakeknya berasal dari orang Yahudi di Khurasan yang mana memeluk islam di
tangan Marwan bin Hakam 22 H dan beberapa sumber mengatakan ia adalah
orang arab dari keturunan suku kinanah ibn afwa ibn abdl manaf ibn ilyas 3. Ia
di besarkan di Al-Yamamah dan menikahi putri Zaid ibnu Wahdah. Marwan
bin Abi Hafsa adalah seorang penyair terkemuka terkemuka, yang memiliki
status besar di antara penyair, cendekiawan, dan perawi puisi, dan dikatakan
bahwa puisinya berjumlah tiga ratus daun, tetapi sebagian besar puisinya telah
hilang, dan apa yang tersisa darinya menunjukkan kelimpahan dan kualitas
puisinya. Karyanya yang paling menonjol dan paling di puji-puji dalam bani
Abbas adalah Al-Madh berisikan pujian-pujian, dukungan mereka terhadap
kekhalifahan

.1981 ‫ دار العلم‬,‫ األعصر العباسية‬- ‫ تريخ األدب العربي‬, ‫ عمر فروخ‬3

2
2. Kehidupan Marwan bin Abi Hafsa

Marwan lahir di Al-Yamamah pada tahun 105 H, dan ia kecil tinggal


bersama ayahnya yang mana sekaligus menjadi tanah kelahiran kakeknya.
Keluarganya merupakan para penyair dari masa Umawiyah dan Abbasiyah di
mulai dari kakeknya Abu Hafsa anaknya Yahya bin Yazid hingga Marwan bin
Abi Hafsa yang mana syi’irnya lebih terkenal pada masa Abbasiyah seiring
dengan pesatnya perkembangan karya sastra pada masa dinasti Abbasiyah. Ia
pergi ke Damaskus untuk memulai bersyair di umur 20 tahun awal ia memulai
kehidupan puitisnya, dan memuji Khalifah Umayyah Al-Walid Bin Yazid bin
Abdul Malik (w.: 126 H) dengan puisinya Al Adaliya meskipun Al Walid tidak
menunjukan kekagumannya astas puisi-puisinya yang membuat hubungan
Marwah dan Umayah tidaklah baik.

Marwan bin Abi Hafsa terkenal dengan pujian kepada para gubernur,
khalifah dan menteri pada masa Abbasiyah, sehingga ia mendapatkan banyak
hadiah dan uang dari mereka meskipun hal ini tak menimbulkan kesenangan
pada dirinya. Doktrin politik Marwan bin Abi Hafsa terlihat dalam pujian-
pujiannya kepada Abbasiyah 4 menyatakan kesetiannya terhadap suatu ajaran
kaken nenek yang menekankan gagasan komitmen terhadap dinasti Abbasiyah.
Kejujuran dan kesetiaannya yang membuat ia eksis pada masa Abbasiyah
sehingga membangkitkan kekaguman Khalifah Abbasiyah, Dengan perhatian
yang tajam terhadap perkembangannya, dia bergabung dengan seorang
pemimpin terkemuka, Arab Ibn Zayd. Dia menulis banyak karya-karya .Untuk
melanjutkan karir tersebut Marwan meninggalkan rumah keluarganya di
Baghdad, di mana dia dengan cepat menjadi terkenal. menggunakan posisinya
dan mengontrol citranya dalam satu kasus khalifah Abbasiyah al-Mansur 754-
775 R. dan al-Mahdi, 775-785 R., seperti yang mereka katakan, tersinggung
oleh pujian yang murah hati, dan mengusirnya dari kehadirannya selama satu
tahun setelahnya. Namun, itu selalu kembali menguntungkan, karena dia
berbagai keluarganya memusuhi Alids dan merupakan pendukung kuat
keabsahan Abbasiyah.

4Dr. Mustafa Shakaa, Nyanyian oleh Abu Al-Faraj Al-Isfahani dan Kitab Kematian Para Terkemuka oleh Ibn
Khallakan

3
3. Bentuk Syi’ir Marwan bin Abi Hafsa
Tidak banyak perbedaan dengan beberapa bentuk syi’ir dari tokoh lain, Bentuk
syi’ir Marwan bin Abi Hafsa juga spesifik membahas tantang Madiih dan Rotsa’.
Sebagai salah satu penyair ternama, nama Marwan bin Abi Hafsa begitu cemerlang
di Masa pemerintahan Bani Abbasiyah. Berkat syi’ir yang ia ciptakan untuk Ma’an
bin Zaidah yang sangat populer pada masanya, ia banyak menerima imbalan
sebagai bentuk apresiasi. Adapun Syiirnya terkenal dengan sebutan ‫قصيدة الالمية‬
sebagai berikut:
‫أسود لها في بطن خفان أشبل‬ ‫بنوا مطر يوم اللقاء كأنهم‬
5
‫ إلخ‬,, ‫لجارهم بين السماكين منزل‬ ‫هم يمنعون الجار حتى كأنما‬
Syiir tersebut membahas tentang pujian kepada Banu Mathar yang saat itu
merupakan kaum elit dikalangan mereka. Meskipun demikian, Banu Mathar tidak
angkuh dan memiliki rasa solidaritas yang tinggi sehingga kebaikan mereka
diabadikan dalam sebuah syi’ir karya Marwan.
Tidak berhenti disitu, banyak sekali syi’ir ciptaan Marwan bin Abi Hafsa yang
membahas tentang pujian baik ditujukan untuk sekelompok kabilah ataupun
individu, seperti:
‫شرفا إلى شرف بنو شيبان‬ ‫مروان بن زئدة الذي زيدت به‬
6
‫يوماه يوم ندى و يوم طعان‬ ‫إن عد أيام الفعال فإنما‬
Syi’ir ini membahas tentang kedermawanan, keberanian, dan kemulyaan Ma’an bin
Zaidah. Dalam satu keterangan dituturkan bahwa berkat beberapa Syi’ir yang ia
ciptakan untuk Ma’an, ia berhasil mengumpulkan banyak harta karena Ma’an
membeli syi’irnya dengan harga yang sangat mahal.7

.‫إلخ‬,, ‫ ولم يكد بين يديه أولى قصائده فيه حتى بهره بمديحه‬,‫ولما ولى المهدى بعد أبيه المنصور وفد إليه‬

Bahkan Ketika ia telah menjadi penguasa sutu daerah menggantikan


ayahnya, ia masih konsisten dengan beberapa syiir pujiannya seperti syiir yang
membahas tentang keberanian, kedermawanan, dan yang lainnya. Namun seiring
berjalannya waktu, syiirnya berkembang dan meluas ke ranah politik di masa

5
Syauqi Dhaif. Tarikh Adab al-Araby al-Ashr al-Abbasy al-Awwal. (Kairo: Darul Ma’arif,1996). 298
6 Syauqi Dhaif. Tarikh Adab al-Araby al-Ashr al-Abbasy al-Awwal. (Kairo: Darul Ma’arif,1996). 299
7 Dalam satu pendapat: 90.00 dirham

4
Abbasiyah. Pasalnya, ia menolak kaum Syi’ah8 yang berpendapat bahwa khilafah
didapatkan dari garis keturunan.

‫ وقد اشتهر ببخله وشدة حرصه و كان يلم ببغداد ثم يعود إلى يمامة‬.‫وليس له وراءالمدح والرثاء شعر مذكور‬

9
.‫إلخ‬,,

Syiir yang ia populerkan terbatas pada madih dan rotsa’ saja. Selain itu, ia
juga terkenal sebagai pribadi yang kikir dan rakus. Ia sempat hidup di Baghdad
kemudian Kembali ke Yamamah. Dengan demikian tampaklah pengaruh dan
peranan Marwan bin Abi Hafsa pada perkembangan syiir di masa Abbasiyyah.

4. Kematiannya

Marwan membayar harga untuk intoleransi terhadap Abbasiyah, karena akhir


hidupnya ada di tangan beberapa Alawit yang marah dengan apa yang dikatakan
Marwan pada Abbasiyah. Beberapa dalil yang menegaskan hak Abbasiyah, bukan
Alawit, untuk sukses dalam kekhalifahan, dan beberapa sumber menyebutkan
bahwa kematiannya terjadi pada tahun 189 H, tetapi Seluruh hampir sepakat bahwa
kematiannya terjadi pada masa tersebut. Diceritakan bahwa pembunuhnya adalah
seorang pendukung Alid yang marah atas serangannya atas klaimnya atas Khilafah
mungkin tidak bisa diandalkan.

8
Alawiyyin: kaum yang mendewa-dewakan Sayyidina Ali
9 Syauqi Dhaif. Tarikh Adab al-Araby al-Ashr al-Abbasy al-Awwal. (Kairo: Darul Ma’arif,1996). 300

5
B. PENUTUP
1. Kesimpulan
1. Nama lengkap (‫ ) مروان بن أبى حفصة‬Marwan bin Abi Hafsa Suleiman bin
Yahya bin Abi Hafsa Yazid bin Abdullah Al-Umayyad (105 - 182 H =
723 - 798 M) adalah seorang penyair terkemuka terkemuka, yang
memiliki status besar di antara penyair, cendekiawan, dan perawi puisi
seorang penyair kelas ulung, salah satu penyair Islam awal. Ia lahir dari
keluarga keluarga yang merupakan seorang penyair, dan merupakan
keturunan orang Yahudi di Khurasan. Ia besar dan menikah di Al-
Yamamah. Karyanya yang paling menonjol dan paling di puji-puji
dalam bani Abbas adalah Al-Madh berisikan pujian-pujian, dukungan
mereka terhadap kekhalifahan
2. Marwan bin Abi Hafsa Memulai karirnya memasuki usia 20 tahun di
Damaskus, syi’irnya lebih terkenal pada masa Abbasiyah seiring
dengan pesatnya perkembangan karya sastra pada masa dinasti
Abbasiyah. Syi’irnya berisikan pujian-pujian terhadap para gubernur,
khalifah dan menteri pada masa Abbasiyah oleh karenanya ia
mendapatkan hadiah.
2. Bentuk syi’ir Marwan bin Abi Hafsa juga spesifik membahas tantang
Madiih dan Rotsa’. Sebagai salah satu penyair ternama, nama Marwan
bin Abi Hafsa begitu cemerlang di Masa pemerintahan Bani Abbasiyah.
Berkat syi’ir yang ia ciptakan untuk Ma’an bin Zaidah yang sangat
populer pada masanya, Syiirnya membahas tentang pujian kepada Banu
Mathar yang merupakan kaum elit dan juga pujian terhadapat
sekelompok kabilah-kabilah dan individu.
3. bahwa kematiannya terjadi pada tahun 189 H, tetapi Seluruh hampir
sepakat bahwa kematiannya terjadi pada masa tersebut. Diceritakan
bahwa pembunuhnya adalah seorang pendukung Alid yang marah atas
serangannya atas klaimnya atas Khilafah mungkin tidak bisa diandalkan.

6
2. Saran

Demikian adalah penjelasan mengenai perkembangan syi’ir dan


regenerasi topik klasik pada masa Abbasiyah. Maka penulis berharap
agar pembaca berkenan untuk memberikan kritik dan saran yang
membangun, mengingat penulis sangat menyadari akan banyaknya
kekurangan dalam makalah ini. Selanjutnya, penulis berharap agar
karya ini dapat bermanfaat sebagaimana mestinya.

7
Daftar Pustaka

Abdussalam Hisyam, “makna ibnu za’idah fi syi’ri marwan bin abi hafsah”.
Al Azhar: 2012.

Al hinduan Najmah, Karakteristik dan Fungsi Puisi Arab pada Masa Transisi
Pemerintahan Dinasti Umayyah ke Dinasti Abbasiyah. Jurnal of Arabic Studies. 2020.

Al hinduan, Najmah. “Karakteristik dan Fungsi Puisi Arab pada Masa


Transisi Pemerintahan Dinasti Umayyah ke Dinasti Abbasiyah”. Jurnal of Arabic
Studies. 2020.

Dadan, Rusmana, Perkembangan Sastra Pada Masa Bani Abbasiah. Jakarta:


2011.

Dhaif, Syauqi. “Tarikh Adab al-Araby al-Ashr al-Abbasy al-Awwal”. Darul


Ma’arif. Kairo: 1996.

Shakaa, Mustafa. “Nyanyian oleh Abu Al-Faraj Al-Isfahani dan Kitab Kematian
Para Terkemuka oleh Ibn Khallakan”. 2012

Sutiasumarga, Males. Kesusastraan Arab: Asal Mula dan Perkembangannya.


Zikrul Hakim. Jakarta: 2001.

Anda mungkin juga menyukai