Nama lengkapnya Ahmad Syauqi Bek bin Ali bin Ahmad Syauqi. Ia
lahirkan di Kairo tahun 1868. Ia besar dan tumbuh menjadi penyair di kota Kairo.
Di dalam dirinya mengalir darah Kurdi, Turki, Yunani, dan Sirkasia (Kaukasus).
Nenek moyang ayahnya berasal dari suku Kurdi, neneknya dari garis ayahnya
berasa dari Sirkasia, nenek moyang ibunya berasal dari Turki, dan neneknya dari
garis ibunya berasal dari Yunani. Karena lahir dan dibesarkan di negeri Arab
, ia pun sudah merasa dirinya sebagai orang Arab.
Syauqi yang sering juga disebut sebagai "Poet of court" (penyair istana).
Oleh rekan-rekannya ia juga dijuluki "Amir asy-Syuarra" (Pemimpin Para
Pujangga). Sejak kecil ia telah pandai berpuisi sehingga banyak penyair yang
ada pada masa itu yang berdatangan untuk menggali ilmunya. Ahmad Syauqi
adalah salah seorang penyair Arab modern yang pernah belajar di Perancis
dalam bidang hukum dan sastra.
Pada tahun 1927 ia menerbitkan kumpulan puisinya yang berjudulasySyauqiyyat. Kumpulan puisinya ini terus bertambah menjadi empat jilid sesuai
dengan semakin banyaknya puisi yang digubahnya. Sesuai dengan masa itu,
puisinya banyak mencerminkan cita-cita bangsa Arab, mendukung gerakan
kemerdekaan nasional, dan menentang kelaliman penjajahan Barat. Gagasan
yang terkandung dalam kumpulan puisinya itu dianggap mengilhami
kebangkitan bangsa-bangsa Arab lainnya.
Dalam rangka peluncuran perdana karya sastranya ini, diselenggarakan
sebuah pertemuan besar, lalu setelah itu menyusul diadakan beberapa kali
pertemuan yang dihadiri oleh utusan-utusan negara-negara Arab lainyya,
seperti Muhammad Kurd Ali yang mewakilial-Majma' al-'Ilmi al-Arabi (Lembaga
Ilmiah Arab) yang berpusat di Damaskus, Syibli Milath, dan Syaqib Arselan dari
Libanon. Dalam kesempatan itu, para pujangga dari berbagai negeri Arab
mengukuhkan dan membaiat dirinya sebagai Amir asy-Syu'ara (Pemimpin Para
Pujangga).
Kepenyairan Syauqi tidak hanya terkenal di Mesir saja bahkan sampai di
seluruh kawasan Timur Tengah. Banyak penyair terkenal Timur Tengah yang
datang dan berbaiat kepadanya menjadi pengikutnya (muridnya). Hal ini dapat
kita lihat dalam puisi yang diucapkan oleh Hafidz Ibrahim (Iskandari, 1979: 404)
berikut ini:
Hai Amirul Qawafi!
Aku datang untuk berbaiat
Dan aku datang bersama utusan dari Timur
Untuk berbaiat".
Puisi Hafidz Ibrahim di atas, merupakan salah satu bukti akan kepenyairan
Syauqi. Hafidz Ibrahim yang juga seorang penyair datang kepada Syauqi untuk
menyatakan rasa penghormatannya dan penghormatan seluruh penyair di
daerah Timur.
Dalam dunia sastra, ia dapat dikatakan sebagai tokoh pembaharu. Ia
merupakan penyair pertama yang memperkenalkan teater dan menggubah
beberapa naskah drama dalam sastra Arab. Dalam dunia sastra ini, ia juga
dapat disejajarkan dengan Wiliam Shakespeare, sastrawan besar Inggris. Ia pula
orang pertama yang mencoba menampilkan pertunjukan drama di Mesir dan di
negara-negara Arab lainnya. Dengan demikian, ia berhasil menunjukkan bahwa
sastra Arab tidak tertinggal dari sastra Barat. Tema-tema dramanya diambil
dari sejarah dan kehidupan bangsa Mesir dan Arab.
Ketika dunia sastra Arab bangkit dan jumlah sastrawan terus meningkat, para
sastrawan itu bergabung dalam perhimpunan yang dinamakan Jama'ah Apollo.
Perhimpunan yang berdiri pada bulan September 1932 ini diprakarsai oleh
seorang sastrawan Mesir, Ahmad Zaki Abu Syadi. Syauqi terpilih menjadi ketua
perhimpunan ini. Akan tetapi baru sebulan menjabat, ia meninggal dunia.
Namun, perhimpunan ini terus berlanjut dan kemudian menerbitkan majalah
yang dinamakan 'Uyun al-Arab (Pemimpin Arab). Melalui majalah iniJama'ah
Apollo berjasa dalam melakukan pembaharuan sastra Arab pada seperempat
kedua abad ini.
KARYA PUISI SYAUQI
Ahmad Syauqi adalah salah seorang penyair modern yang keberadaannya
tidak diragukan lagi. Karya Puisi yang dihasilkan Syauqi banyak bertemakan
puji-pujian, elegi, cinta, deskriptif, politik, kritik sosial, dan tema-tema khusus
untuk merayakan peristiwa-peristiwa tertentu (penting). Puisi-puisi Syauqi
lebih banyak mementingkan arti dan makna. Ia tidak banyak menekankan pada
segi bahasanya. Puisi yang dihasilkannya selalu mengandung pengertian yang
baru dan penelitian yang tajam. Selain menulis puisi, pada masa akhir hidupnya
ia juga menulis drama, yaitu drama heroik. Ia menulis 7 buah drama, di
antaranya adalah Cleopatra, Carnbyses, dan Ali Bey al-Kabir, dan 3 buah drama
yang bertemakan sejarah Mesir.
Di antara puisi yang ditulis oleh Syauqi (Iskandari, 1979: 405) adalah
seperti berikut ini:
Padang pasir yang terbentang
di kanan kirimu,
Di muka dan di belakangmu,
bagaikan dosa umat manusia
Pemandangan seperti ini
Bagaikan majelis persidangan di hari kiamat
Di atas muka bumi
Puisi di atas diciptakan Syauqi, ketika ia mengujungi Piramid Fir'aun dan di
hadapannya terdapat patung besar berkaki singa dan berkepala manusia,
bernama "Abu Haul". Penyair besar ini meninggal dunia pada tahun 1932.