Perkembangan bahasa telah terjadi semenjak zaman dahulu. Begitupun dengan bahasa
Arab, ia mengalami perkembangan pesat sejak abad ke-7 Masehi. Dalam perkembangannya,
telah banyak melahirkan pakar bahasa yang menjadikan bahasa sebagai sebuah bidang kajian.
Keilmuan yang dihasilkan dari pemikiran-pemikiran para pakar bahasa tersebut dituangkan
dalam banyak buku yang sampai sekarang masih digunakan sebagai sumber pengetahuan
tentang bahasa Arab di masa lampau. Pembuatan buku-buku tersebut ditujukan untuk
memelihara keaslian bahasa itu sendiri, sehingga akan mudah teridentifikasi jika suatu saat ada
Perkembangan yang terjadi tentu didorong oleh usaha dan pemikiran para pakar bahasa.
Banyak pakar bahasa Arab yang tercatat oleh sejarah, salah satunya adalah Ibnu Duraid. Beliau
memiliki visi yang sama dengan para pakar bahasa Arab yang lain dalam mengembangkan
bahasa Arab, yaitu terpeliharanya bahasa Arab murni. Untuk mencapai visi tersebut beliau
menyusun sebuah kamus yang dikenal dengan nama Kamus Al-Jamharah, yang manfaatnya
Dalam makalah ini akan mengulas tentang siapa Ibnu Duraid tersebut, serta apa karya-
Ibnu Duraid (838-933 M) lahir di Basrah. Beliau belajar sastra Arab kepada guru-guru
besar seperti Abu Hatim al-Sijistani. Setelah itu beliau pindah ke Oman dan menetap di sana
selama 12 tahun, kemudian beliau kembali lagi ke Basrah, Irak. Ibnu Duraid meninggal di
Ibnu Duraid dikenal sebagai sosok ulama yang ulet, cerdas dan kuat hafalannya. Ia
berhasil mencetak murid-murid yang spesialis di bidang bahasa dan sastra. Di antara muridnya
yang terkenal, antara lain: Al-‘Utba (w.869), Al-Sirafi (897-979 M), Abu Faraj Al-Isfahani
Ibnu Duraid dikenal sebagai pakar bahasa dan sastra Arab. Ia gemar mengembara dari
satu tempat ke tempat lain untuk menuntut ilmu bahasa. Ia pernah berkelana ke daerah-daerah
pinggiran di Persia. Pengembaraannya di negeri Iran tercatat dalam Diwan Faris karya Ali
Mikal. Namun, pada akhirnya ia lebih memilih kembali ke Baghdad pada masa Dinasti
Abbasiyyah yang dipimpin Al-Muqtadir. Ibnu Duraid termasuk ilmuan yang dibiayai oleh
negara. Setiap bulan, ia mendapat gaji sebesar 50 dinar atas jasa-jasanya di bidang
karya ilmiah yang berperan besar dalam pengembangan ilmu tata bahasa yang saat itu tumbuh
Kamus Al-Jamharah karya Ibnu Duraid merupakan kamus pertama yang menggunakan
sistem altebetis khusus. Ia berani tampil beda dengan mengesampingkan model-model kamus
fonetik yang kala itu berkiblat pada kamus Al-‘Ain karya Khalil. Namun, materi-materi kata
dalam kamus Ibnu Duraid banyak mengambil dari kamus Al-‘Ain. Bahkan, dalam hal
penjelasan makna (syarah), gaya bahasa (uslub) dan argumentasi (istisyhad), antara kamus Al-
1
Jamharah dan Al-‘Ain dapat dikatakan hampir sama. Hal ini yang kemudian menuai kritik dari
beberapa pihak yang menuduh Ibnu Duraid bukan sebagai leksikolog, sebab ia dianggap hanya
bisa mengganti kamus Al-‘Ain dengan sampul (baca:sistematika) yang berbeda, sementara
perkembangan leksikologi bahasa Arab. Hal itu bisa dimaklumi karena Ibnu Duraid masih
berada di bawah bayang-bayang Khalil dalam hal penyusunan kamus. Apalagi, sistematika
urutan Alfabetis Hijaiyah yang diusung Ibnu Duraid hanya mengekor pada hasil kreasi Nashr
bin Ashim yang sebelum telah menyusun huruf hijaiyah secara berurutan dari huruf Alif hingga
ya’. Namun demikian, ada usaha para pakar bahasa yang serius melakukan penelitian dengan
Selain kamusnya, Al-Jamharah sebanyak tiga jilid, karya-karya lain Ibnu Duraid
adalah Al-Isytiqaq (ilmu tentang nasab), Al-Maqshurwa Al-Mamdud (ilmu sharaf), Al-
Mujtaba, Taqwim Al-Lisan, Dakhair Al-Hikmah, Shifah Al-Sirajwa Al-Lijam, Al-Malahin, Al-
Sahab Al-Ghaits, Adab Al-Katib, Al-Amaly, Al-Wisyah, Zuwar Al-‘Arab dan Al-Lughaat.
Abu Nasr al Mikali berkata: “Suatu hari kami membicarakan tentang tempat rekreasi.
Saat itu Ibnu Duraid hadir. Sebagian orang berkata tempat yang paling menyenangkan untuk
rekreasi adalah lembah lembah asri di Damaskus. Sebagian yang lain berkata Sungai al-
Uballah, dan sebagian yang lain berkata Nahrawan di Baghdad. Yang lain berkata Taman Indah
Ibnu Duraid berkomentar: “Semua itu adalah tempat rekreasi mata, lalu manakah jatah
rekreasi hati kalian”. Kami pun menanyakan hal tersebut, “Wahai Abu Bakr, apa yang anda
maksud dengan rekreasi hati?”. Ibnu Duraid menjawab, “yaitu membaca kitab ‘Uyun Al
Akhbar karya Al Quthbi, Az-Zahrah karya Ibnu Dawud, dan Qalaq al Musytaq karya Ibnu
2
piala dan minuman, maka tamasya dan istirahat kami adalah menelaah buku dan al-Kitab al
‘Uyun”.
Diantara ulama pada masanya berkata tentang Ibnu Duraid : “Ibnu Duraid adalah
seorang ulama dari kalangan ulama ahli syair dan Ibnu Duraid mempunyai sebuah Kitab
“Ibnu Duraid melebarkannya (al-'Ain), dalam karyanya, ia gagal dan jahat. Ia mengaku, dengan
kebodohanya, bahwa ia telah menulis kitabnya, al-Jamharah. Padahal, itu adalah kitab al-'Ain,
Kritik pedas yang dilontarkan Nafthawih itu telah dijawab oleh Ibnu Duraid melalui
syairnya: “Andaikata Nahwu diturunkan kepada Nafthawih, pastilah wahyu itu merupakan
murka baginya”.
G. KESIMPULAN
Nama asli Ibnu Duraid adalah Abu Bakar Muhammad bin Al-Hasan bin Duraid al-
Azdi. Beliau adalah salah satu tokoh bahasa Arab yang mempunyai karya berupa Kamus Al-
Jamharah yang terdiri dari tiga jilid. Karya Ibnu Duraid ini merupakan kamus pertama yang
menggunakan sistem altebetis khusus. Walaupun ada kritikan pedas terhadap kamus ini, namun
upaya dari Ibnu Duraid dalam hal pengembangan bahasa Arab perlu diapresiasi.
3
DAFTAR PUSTAKA
Ayyad, Syukri Muhammad. 1982. Madkhal Ila Ilm Al Usluub. Riyad, Saudi Arabia: Dar al
Ulum
Abu Faraj, Muhammad Ahmad. 1966. Al-Ma’ajim al Lughowiyah fi Dhawi’i Dirasaat Ilm
Munawwir Krapyak
Taufiqurrochman, H.R. 2008, Leksikologi Bahasa Arab. UIN Malang Press. Malang
https://en.wikipedia.org/wiki/Ibn_Duraid