Anda di halaman 1dari 5

IBNU DURAID

A. Alasan Pemilihan Tokoh

Perkembangan bahasa telah terjadi semenjak zaman dahulu. Begitupun dengan bahasa

Arab, ia mengalami perkembangan pesat sejak abad ke-7 Masehi. Dalam perkembangannya,

telah banyak melahirkan pakar bahasa yang menjadikan bahasa sebagai sebuah bidang kajian.

Keilmuan yang dihasilkan dari pemikiran-pemikiran para pakar bahasa tersebut dituangkan

dalam banyak buku yang sampai sekarang masih digunakan sebagai sumber pengetahuan

tentang bahasa Arab di masa lampau. Pembuatan buku-buku tersebut ditujukan untuk

memelihara keaslian bahasa itu sendiri, sehingga akan mudah teridentifikasi jika suatu saat ada

campuran atau pembaharuan ke dalamnya.

Perkembangan yang terjadi tentu didorong oleh usaha dan pemikiran para pakar bahasa.

Banyak pakar bahasa Arab yang tercatat oleh sejarah, salah satunya adalah Ibnu Duraid. Beliau

memiliki visi yang sama dengan para pakar bahasa Arab yang lain dalam mengembangkan

bahasa Arab, yaitu terpeliharanya bahasa Arab murni. Untuk mencapai visi tersebut beliau

menyusun sebuah kamus yang dikenal dengan nama Kamus Al-Jamharah, yang manfaatnya

masih dapat terasa sampai berabad-abad kemudian.

Dalam makalah ini akan mengulas tentang siapa Ibnu Duraid tersebut, serta apa karya-

karya yang telah dihasilkan.

B. Kelahiran Tokoh dan Lingkungan Keluarga

Ibnu Duraid (838-933 M) lahir di Basrah. Beliau belajar sastra Arab kepada guru-guru

besar seperti Abu Hatim al-Sijistani. Setelah itu beliau pindah ke Oman dan menetap di sana

selama 12 tahun, kemudian beliau kembali lagi ke Basrah, Irak. Ibnu Duraid meninggal di

Baghdad di usia 95 tahun.


C. Masa Belajar dan Keilmuan yang Ditekuni

Ibnu Duraid dikenal sebagai sosok ulama yang ulet, cerdas dan kuat hafalannya. Ia

berhasil mencetak murid-murid yang spesialis di bidang bahasa dan sastra. Di antara muridnya

yang terkenal, antara lain: Al-‘Utba (w.869), Al-Sirafi (897-979 M), Abu Faraj Al-Isfahani

(893-?), Ibnu Khalawih (w. 980 M) dan Al-Zajjaj (855-923 M).

Ibnu Duraid dikenal sebagai pakar bahasa dan sastra Arab. Ia gemar mengembara dari

satu tempat ke tempat lain untuk menuntut ilmu bahasa. Ia pernah berkelana ke daerah-daerah

pinggiran di Persia. Pengembaraannya di negeri Iran tercatat dalam Diwan Faris karya Ali

Mikal. Namun, pada akhirnya ia lebih memilih kembali ke Baghdad pada masa Dinasti

Abbasiyyah yang dipimpin Al-Muqtadir. Ibnu Duraid termasuk ilmuan yang dibiayai oleh

negara. Setiap bulan, ia mendapat gaji sebesar 50 dinar atas jasa-jasanya di bidang

pengembangan ilmu bahasa. Seluruh hidupnya, ia pergunakan untuk menghasilkan karya-

karya ilmiah yang berperan besar dalam pengembangan ilmu tata bahasa yang saat itu tumbuh

pesat di Basrah Irak.

D. KARYA KARYA IBNU DURAID

E. IDE TEMUAN DALAM KARYANYA

Kamus Al-Jamharah karya Ibnu Duraid merupakan kamus pertama yang menggunakan

sistem altebetis khusus. Ia berani tampil beda dengan mengesampingkan model-model kamus

fonetik yang kala itu berkiblat pada kamus Al-‘Ain karya Khalil. Namun, materi-materi kata

dalam kamus Ibnu Duraid banyak mengambil dari kamus Al-‘Ain. Bahkan, dalam hal

penjelasan makna (syarah), gaya bahasa (uslub) dan argumentasi (istisyhad), antara kamus Al-

1
Jamharah dan Al-‘Ain dapat dikatakan hampir sama. Hal ini yang kemudian menuai kritik dari

beberapa pihak yang menuduh Ibnu Duraid bukan sebagai leksikolog, sebab ia dianggap hanya

bisa mengganti kamus Al-‘Ain dengan sampul (baca:sistematika) yang berbeda, sementara

kandungannya tetap bermuara dari kamus Al-‘Ain.

Kamus Al-Jamharah dapat dikatakan kurang memberi pengaruh besar terhadap

perkembangan leksikologi bahasa Arab. Hal itu bisa dimaklumi karena Ibnu Duraid masih

berada di bawah bayang-bayang Khalil dalam hal penyusunan kamus. Apalagi, sistematika

urutan Alfabetis Hijaiyah yang diusung Ibnu Duraid hanya mengekor pada hasil kreasi Nashr

bin Ashim yang sebelum telah menyusun huruf hijaiyah secara berurutan dari huruf Alif hingga

ya’. Namun demikian, ada usaha para pakar bahasa yang serius melakukan penelitian dengan

mengambil kamus Al-Jamharah sebagai obyek riset.

Selain kamusnya, Al-Jamharah sebanyak tiga jilid, karya-karya lain Ibnu Duraid

adalah Al-Isytiqaq (ilmu tentang nasab), Al-Maqshurwa Al-Mamdud (ilmu sharaf), Al-

Mujtaba, Taqwim Al-Lisan, Dakhair Al-Hikmah, Shifah Al-Sirajwa Al-Lijam, Al-Malahin, Al-

Sahab Al-Ghaits, Adab Al-Katib, Al-Amaly, Al-Wisyah, Zuwar Al-‘Arab dan Al-Lughaat.

Abu Nasr al Mikali berkata: “Suatu hari kami membicarakan tentang tempat rekreasi.

Saat itu Ibnu Duraid hadir. Sebagian orang berkata tempat yang paling menyenangkan untuk

rekreasi adalah lembah lembah asri di Damaskus. Sebagian yang lain berkata Sungai al-

Uballah, dan sebagian yang lain berkata Nahrawan di Baghdad. Yang lain berkata Taman Indah

di Bawwan. Yang lain lagi berkata Nubahar Balkh”.

Ibnu Duraid berkomentar: “Semua itu adalah tempat rekreasi mata, lalu manakah jatah

rekreasi hati kalian”. Kami pun menanyakan hal tersebut, “Wahai Abu Bakr, apa yang anda

maksud dengan rekreasi hati?”. Ibnu Duraid menjawab, “yaitu membaca kitab ‘Uyun Al

Akhbar karya Al Quthbi, Az-Zahrah karya Ibnu Dawud, dan Qalaq al Musytaq karya Ibnu

Thahir, kemudian ia menyenandungkan syair : Barangsiapa tamasyanya tertuju pada biduanita,

2
piala dan minuman, maka tamasya dan istirahat kami adalah menelaah buku dan al-Kitab al

‘Uyun”.

F. KOMENTAR TOKOH SEMASA ATAU SETELAHNYA

Diantara ulama pada masanya berkata tentang Ibnu Duraid : “Ibnu Duraid adalah

seorang ulama dari kalangan ulama ahli syair dan Ibnu Duraid mempunyai sebuah Kitab

terkenal yaitu al-Maqsur al-Duraidiyyah”.

Salah satu kritikus bernama Nafthawih (858-935 M) menyatakan dalam syairnya :

“Ibnu Duraid melebarkannya (al-'Ain), dalam karyanya, ia gagal dan jahat. Ia mengaku, dengan

kebodohanya, bahwa ia telah menulis kitabnya, al-Jamharah. Padahal, itu adalah kitab al-'Ain,

hanya saja ia telah merubahnya”.

Kritik pedas yang dilontarkan Nafthawih itu telah dijawab oleh Ibnu Duraid melalui

syairnya: “Andaikata Nahwu diturunkan kepada Nafthawih, pastilah wahyu itu merupakan

murka baginya”.

G. KESIMPULAN

Nama asli Ibnu Duraid adalah Abu Bakar Muhammad bin Al-Hasan bin Duraid al-

Azdi. Beliau adalah salah satu tokoh bahasa Arab yang mempunyai karya berupa Kamus Al-

Jamharah yang terdiri dari tiga jilid. Karya Ibnu Duraid ini merupakan kamus pertama yang

menggunakan sistem altebetis khusus. Walaupun ada kritikan pedas terhadap kamus ini, namun

upaya dari Ibnu Duraid dalam hal pengembangan bahasa Arab perlu diapresiasi.

3
DAFTAR PUSTAKA

Ayyad, Syukri Muhammad. 1982. Madkhal Ila Ilm Al Usluub. Riyad, Saudi Arabia: Dar al

Ulum

Abu Faraj, Muhammad Ahmad. 1966. Al-Ma’ajim al Lughowiyah fi Dhawi’i Dirasaat Ilm

Al lughoh al-Hadis. Bairut, Libanon: Dar An Nahdhah Al Arabiyyah

Munawir, Warson. 1984. Kamus Al Munawwir Arab-Indonesia. Yogyakarta: Ponpes Al-

Munawwir Krapyak

Taufiqurrochman, H.R. 2008, Leksikologi Bahasa Arab. UIN Malang Press. Malang

https://en.wikipedia.org/wiki/Ibn_Duraid

Anda mungkin juga menyukai