Anda di halaman 1dari 14

Analisis Pesan Moral Hikayat Alf lailah wa-lailah

Al-Natsr Al-Adabi Al-Arabi

Dosen pengampu: Dr. R. Yani’ah Wardani, M.Ag.

Oleh:
Mahbubi
11160210000096

Bahasa Dan Sastra Arab


Fakultas Adab Dan Humaniora
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
2019
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin, Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat


dan hidayah-Nya. Shalawat serta Salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan Nabi
Agung Muhammad SAW yang selalu kita nantikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya,
baik itu berupa sehar fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas akhir dari mata kuliah Al-Natsr Al-Adabi
Al-Arabi dengan judul Analisis Pesan Moral Hikayat Alf lailah wa-lailah

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan apabila terdapat banyak kesalahan pada
makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Jakarta, 09 Januari 2019


Abstrak

Analisis ini dibuat untuk tujuan (1) Mengetahui alur cerita hikayat Alf lailah wa-lailah
(2) Megungkapkan nilai-nilai positif kandungan dari hikayat tersebut (3) Mengangkat nilai-
nilai moral dan membuktikan bahwa hikayat itu meiliki pesan moral yang bervariasi. Dalam
analisis ini, akan banyak membahas hal-hal yang tokoh lakukan didalam sebuah cerita
meliputi watak, alur, dan peristiwa yang terjadi, kemudian mengangkatnya menjadi nilai dan
poin positif sehingga menyisihkan sebuah pesan moral bagi para pembaca.

Tak asing lagi bahwa isi dan kandungan dalam cerita syahrayar banyak sekali
ditemukan unsur-unsur negatif, ketika mendengar dan membaca cerita tersebut, maka unsur
negatiflah yang akan tampak di benak kepala sesorang, namun itu semua hanya berlaku
ketika pembaca tidak merenungkannya lebih mendalam, ketika digali lebih dalam lagi akan
banyak sekali nilai positif dan pesan moral yang kemudian bisa menjadi bahan motivasi bagi
pembaca.
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Alf lailah wa-lailah, merupakan sastra epik dari Timur Tengah yang lahir pada Abad
Pertengahan. Kumpulan cerita ini mengisahkan tentang seorang ratu Syahrazad yang
menceritakan serantai kisah-kisah yang menarik pada sang suami, Raja Shahryar, untuk
menunda hukuman mati atas dirinya. Kisah-kisah ini diceritakannya dalam waktu seribu satu
malam dan setiap malam Syahrazad mengakhiri kisahnya dengan akhir yang menegangkan
sehingga sang raja pun selalu menangguhkan perintah hukuman mati pada diri Syahrazad.
Buku Seribu Satu Malam terdiri dari kumpulan-kumpulan kisah dengan tokoh yang berbeda
dan alur cerita yang menarik. Di dalamnya termasuk legenda, fabel, roman, dan dongeng
dengan latar yang berbeda seperti Baghdad, Basrah, Kairo, dan Damaskus juga ke Cina,
Yunani, India, Afrika Utara dan Turki.1

Cerita singkat peristiwa yang melatar belakangi adanya hikayat alf Lailah wa-lailah:

Diceritakan dua orang kakak beradik, masing-masing memerintah dengan baik dan
adil yang besar bernama Syahriar, yang kecil bernama Syahzaman. Pada suatu waktu
Syahzaman memergoki istrinya berselingkuh dengan seorang budak. Hal itu sungguh
memukul Syahzaman hingga lebih suka murung. Dalam kemurungannya itu, Syahzaman
memutuskan mengunjungi kakaknya. Tapi tetap saja pertemuannya dengan sang kakak, tidak
bisa menyembuhkan kesedihan akibat sebuah penghianatan. 2

Murungnya mulai menghilang dan sedikit ceria ketika sebuah kejadian yang
dilakukan istri kakaknya ternyata lebih dari yang ia alami yaitu hubungan terlarang yang
dilakukan istri kakaknya terhadap budaknya yang bernama mas’ud. Dia berkata, ““Apa yang
telah menimpa diri saya ternyata masih lebih ringan daripada yang menimpa kakak saya”.3
Syahrayar pun penasaran ada gerangan apa yang membuat adiknya kembali semringah
setelah sekian lama terjebak pada kesedihan. Syahzaman sebenarnya tidak ingin
memberitahu, dia tidak tega melihat dampak apa yang akan terjadi pada kakaknya. Hanya
saja kakaknya terus memaksa hingga akhirnya perbutan tercela istri dan selir-selirnya dilihat
dengan kepalanya sendiri. Syahrayar marah, lalu sejak itu dia membuat keputusan akan
menikah hanya untuk satu malam dan membunuh wanita itu keesokan harinya, agar terhindar
dari kelicikan dan kejahatan wanita. Kenyataan ini tentu saja membuat semua ibu-ibu
khawatir. Banyak wanita muda yang meninggal. Hingga suatu hari datanglah syahrazad yang
siap menikah dengan raja syahrayar, dia pun sudah terima akan semua konsekuensi yang
akan menimpanya, herannya ternyata syahrazad mempunyai strategi yang membuat raja
syahrayar tidak ingin membunuhnya yaitu Kisah-kisah yang diceritakan dalam kurun waktu
seribu satu malam dan setiap malam Syahrazad mengakhiri kisahnya dengan akhir yang
menegangkan sehingga sang raja pun selalu menangguhkan niat pembunuhannya.4

1
Id.Wikipedia.Org/Wiki/Seribu_Satu_Malam
2
Jurnal CMES Volume VII Nomor 2 Edisi Juli - Desember 2014, Sangidu, Hikayat Alfu Lailah Wa Lailah: Analisis
Struktur Naratif FSSR UNS Hal.116
3
Alf Laila Wa Laila, Qisash Arabiya Hal.53
4
Arabian Nights Husain Haddawy Diterjemahkan Oleh Rahmani Astuti Hal.49
Sementara itu, selama 1001 malam, Syahrazad telah melahirkan tiga anak laki-laki.
Yang sulung sudah dapat berjalan, yang kedua sedang merangkak, dan yang bungsu (yang
terkecil) baru menyusu. Syahrazad berkata kepada raja Syahriar: “Baginda, mereka adalah
anak-anak kita. Kalau aku Baginda bunuh juga seperti wanita-wanita di seluruh negeri ini,
mereka bakal tidak mempunyai ibu lagi”. Baginda raja Syahriar pun menjawab “Syahrazade,
aku telah memaafkan kau sebelum anak-anak ini semua lahir. Mudah-mudahan Allah
melindungi dan memberkahi kita semua”.5

B. Metode Penelitian

Abu abd-Allah Muhammed el-Gahshigar menerjemahkan kumpulan cerita ini ke dalam


bahasa Arab. Kerangka cerita mengenai Scheherazade dan Shahryar baru ditambahkan pada
abad ke-14. Bentuk modern pertama dari cerita Seribu Satu Malam, namun masih dalam bahasa
Arab, diterbitkan di Kairo pada tahun 1835. Konon, pada era itulah cikal-bakal Hikayat 1001
Malam mulai dirajut. 6

Terdapat beragam versi tentang asalmuasal lahirnya karya sastra epik Arab yang termasyhur
itu. NJ Dawood dan William Harvey dalam bukunya berjudul Tales from the Thousand and One
Nights mengungkapkan, Hikayat 1001 Malam merupakan satra epik yang berasal dari tiga
rumpun kebudayaan dunia, yakni India, Persia, dan Arab. Teratai sejarah terus berlanjut banyak
sekali penerjemah dari berbagai benua yang menerjemahkannya kedalam berbagai bentuk dan
versi sesuai dengan bahasa negara yang digunakan, sehingga ketika dicari siapa pengarang alf
Laila wa-lailah, maka akan sulit untuk dijawab.

Dari uraian diatas metode yang dipakai dalam analisis pesan moral ini adalah menyimpulkan
dan mengakumulasikan beberapa nilai positif dan pesan moral dari setiap sekuen alf Laila wa-
lailah dengan berkiblat pada sumber yang terverifikasi dan terangkum dalam bebeapa jurnal
terjemahan bahasa Indonesia, seperti: Cetakan Alf Laila wa-lailah oleh DAR SADER Publisher
Libanon, cetakan pertama: 1999 M, cetakan kedua: 2008 M dan juga Jurnal CMES Volume VII
Nomor 2 Edisi Juli - Desember 2014 Jurusan Sastra Arab Bekerjasama dengan PSTT FSSR
UNS Hikayat Alfu Lailah Wa Lailah: Analisis Struktur Naratif karya Sangidu Guru Besar Sastra
Arab Modern Fakultas Ilmu Budaya UGM Yogyakarta.

5
Jurnal CMES Volume VII Nomor 2 Edisi Juli - Desember 2014, Sangidu, Hikayat Alfu Lailah Wa Lailah: Analisis
Struktur Naratif FSSR UNS Hal.123
6
Id.Wikipedia.Org/Wiki/Seribu_Satu_Malam
BAB II

PEMBAHASAN

Telah dikemukakan diatas bahwa banyak sekali unsur negatif dari adanya hikayat ini,
bahkan banyak ditemukan adegan-adegan dewasa yang tidak layak dipublikasikan unttuk
umum, namun dibalik itu semua banyak juga pesan moral yang dapat diambil dari hikayat ini.
Menariknya, dari setiap peristiwa dalam hikayat ini, pasti memiliki pesan moral yang
beragam.

Cerita ini dimulai dengan kisah dua orang kakak beradik, masing-masing memerintah
dengan baik dan adil. Yang besar bernama Syahriar, yang kecil bernama Syahzaman. Suatu
ketika, Syahriar merasa amat rindu kepada adiknya, lalu diutuslah seorang utusan yang
intinya meminta agar adiknya datang di kerajaannya, Syahzaman memenuhi permintaan
kakaknya dan ia berangkat pada suatu hari ke istana kakaknya, Pada malam harinya di
tengah-tengah perjalanan, ia teringat ada sesuatu yang tertinggal di kerajaannya, yaitu
permata yang menjadi buah tangan untuk kakaknya. Ia pun kembali ke kerajaannya. Akan
tetapi, apa yang didapatinya di kamar tidur? Ternyata istrinya sedang tidur bersama salah
seorang hambanya yang hitam, saling berpelukan. Ia sangat terkejut dan ia berkata dalam
hatinya, “Jika yang semacam ini terjadi terus menerus, padahal saya belum jauh dari luar
kota, bagaimana jadinya jika saya berada di istana kakak berhari-hari, berbulan-bulan?” Ia
pun langsung mencabut pedangnya dan ditikamnyalah kedua orang itu, istrinya dan hamba
sahayanya yang hitam. Setelah itu, ia keluar dan meneruskan perjalanan menunju istana
kakaknya.7

Pesan moral yang dapat diambil:

- Kepercayaan adalah sesuatu yang sakral, kita jangan mudah percaya penuh terhadap
seseorang bahkan pada orang yang begitu dekat dengan kita.
- Janganlah tergesa-gesa sebelum bepergian, baiknya untuk diperiksa dulu sebelum
berangkat.
- Kepentingan suatu silaturahmi apalagi silahturahmi antar keluarga.

Peristiwa yang menimpa dirinya begitu mencekam dan membekas sehingga berhari-hari
ia berada di istana kakaknya, ia tetap saja wajahnya muram. Kakaknya mengira,
kesedihannya itu disebabkan oleh perpisahannya dengan istri dan istananya. Karena itulah,
kakaknya berusaha menghiburnya dengan mengajaknya berburu, tetapi ditolaknya ajakan
kakaknya itu. Kakaknya pun pergi berburu disertai dengan pengiring-pengiringnya,
sedangkan adiknya tetap saja di istana kakaknya. Syahzaman selalu teringat akan peristiwa
yang menimpa istrinya, maka dia semakin sedih, wajahnya pucat, dan badannya lemas.
Ketika kakaknya mengetahui akan keadaan adiknya, dia hanya mengirangira, bahwa hal itu
disebabkan karena perpisahannya dengan negeri dan kerajaannya8.

Kamar yang ditempati Syahzaman menghadap ke taman istana yang luas dan dari jendela
adiknya dapat melihat taman yang indah itu. Dari kamar itu, ia melihat istri kakaknya keluar

7
Jurnal CMES Volume VII Nomor 2 Edisi Juli - Desember 2014, Sangidu, Hikayat Alfu Lailah Wa Lailah: Analisis
Struktur Naratif FSSR UNS Hal.116
8
Jurnal CMES Volume VII Nomor 2 Edisi Juli - Desember 2014, Sangidu, Hikayat Alfu Lailah Wa Lailah: Analisis
Struktur Naratif FSSR UNS Hal.117
menuju ke taman dan diiringi oleh hamba sahaya dan pelayannya, baik laki-laki maupun
perempuan. Mereka mulai menari bersama-sama dan perlahan-lahan mereka mulai
melepaskan pakaianya. Syahzaman mendengar istri kakaknya memanggil nama seseorang,
“Wahai Mas‟ud”. Mas‟ud adalah salah satu hambanya yang kulitnya hitam. Mas`ud pun
datang, lalu ia memeluk istri kakaknya itu dan begitu pula sebaliknya istri kakaknya pun juga
memeluknya.

Syahzaman sangat terkejut atas kejadian yang dilakukan istri kakaknya. Akan tetapi,
dalam keterkejutannya itu ia berkata pada dirinya, “Apa yang telah menimpa diri saya
ternyata masih lebih ringan dari pada yang menimpa kakak saya”. Sejak kejadian itu wajah
Syahzaman berubah sedikit lebih cerah dari sebelumnya. Setelah kakaknya datang, ia heran
melihat perubahan wajah adiknya. Ia bertanya pada adiknya: apa sesungguhnya yang terjadi?
Adiknya pun menceritakan kesedihan yang dialaminya dan mengapa ia juga menjadi lebih
gembira? Adiknya tidak mau menceritakan sebab musababnya dan kakaknya disuruh melihat
sendiri peristiwanya. Untuk itu, diaturlah suatu perburuan, tetapi Syahriyar menyelinap
masuk ke istananya kembali tanpa seorang pun mengetahuinya tatkala rombongan mulai
berangkat. Bersama adiknya, ia pun melihat sendiri apa yang dilakukan istrinya di taman
yang indah itu.

Syahriar berkata kepada adiknya: “Dunia ini terasa terbang Persetan dengan kekuasaan
dan istana, persetan dengan segalanya, tidak ada lagi arti hidup ini untuk kita berdua, mari
kita pergi meninggalkan istana”. Raja Syahriyar berkata kepada adiknya, Syahzaman: “Mari
kita mengembara ke mana saja, kerajaan ini bukanlah kebutuhan kita sampai akhirnya kita
dapat menemukan seseorang yang bernasib seperti kita dahulu. Apakah kematian kita itu
akan menjadi lebih baik dari pada kehidupan kita?9

Pesan moral yang dapat diambil:

- Ketika mengalami kesedihan janganlah terus termenung akan kesedihan itu,


bangkitlah! Dan lakukan hal-hal yang lebih positif.
- Diatas langit pasti ada langit, ketika kita merasa bersedih percayalah bahwa ada orang
yang lebih sedih dari kita, begitu juga sebaliknya.
- Ketika masalah dan cobaan berat menimpa, terkadang memang butuh suasana baru,
boleh lah kita sementara meninggalkan cobaan itu demi mencari suasana baru, namun
jangan sampai ditinggalkan seutuhnya, karena masalah itu harus dihadapi bukan
ditinmggalkan dan dihindari.

Dua orang kakak beradik itu pun pergi meninggalkan istana, entah ke mana tujuannya.
Mereka meninggalkan istana dan mengembara dari satu tempat ke tempat yang lain. Mereka
meninggalkan istana berhari-hari dan bermalam-malam sampai di tepi pantai yang di
dekatnya terdapat pohon besar. Di bawah pohon besar itu ada mata air, mereka minum dari
mata air itu dan beristirahat. Tiba-tiba air laut bergelombang besar dan muncullah batu
hitam menjulang ke langit. Batu hitam tersebut terbang menuju ke pohon besar tempat
mereka beristirahat. Karena takutnya, Syahriar dan Syahzaman memanjat pohon sampai di
atas. Tiba-tiba muncullah dari batu itu raksasa yang tinggi besar. Raksasa itu mengeluarkan
sebuah kotak dan membukanya. Dari kotak itu keluarlah seorang putri yang amat cantik.
Raksasa itu berkata kepadanya, “Sang putri, saya ingin tidur”. Raksasa itu lalu tidur di

9
Jurnal CMES Volume VII Nomor 2 Edisi Juli - Desember 2014, Sangidu, Hikayat Alfu Lailah Wa Lailah: Analisis
Struktur Naratif FSSR UNS Hal.117
pangkuan putri. Tanpa disengaja, putri itu melihat Syahriar dan Syahzaman di atas pohon.
Dengan bahasa isyarat, putri itu meminta agar mereka turun. Mereka pun tidak mau turun
karena takutnya. Karena mereka tidak mau turun, Sang putri berkata “Turunlah, kalau kau
berdua tak mau turun, saya akan membangunkan raksasa ini biar dia membunuh kalian”.

Setelah ada jaminan dari Sang putri bahwa mereka tidak akan diapa-apakan, mereka
pun turun. Putri itu pun bangkit dan berkata kepada mereka berdua: “Sekarang, berbuatlah
dengan saya”. Dua orang kakak beradik itu hanya saling memandang saja. “Kenapa kalian
berdua hanya saling pandang saja? Atau saya bangunkan raksasa ini”. Syahriar berkata
kepada adiknya. “Kerjakan apa yang diminta Sang putri”. Syahzaman menjawab: “Saya
tidak mau “berbuat” sebelum kakak “berbuat” lebih dahulu”. Akhirnya, mereka pun
“berbuat” terhadap Sang putri itu. Setelah mereka berdua selesai “berbuat”, Sang putri itu
pun berkata kepada mereka, “Diamlah kalian di tempat, sekarang berikan cincinmu itu
kepadaku”. 10

Sang putri itu mengeluarkan kantong dari sakunya. Di dalam kantong itu ada seikat
cincin yang jumlahnya 570 buah. Dia berkata: “Kau tahu cincin ini?” Mereka berdua
menjawab: “Tidak”. “Ini adalah cincin yang saya minta dari 570 orang yang telah berbuat
seperti kalian perbuat terhadapku. Sementara itu, raksasa yang tidur ini adalah suami saya.
Dia telah menculik saya sewaktu saya sedang merayakan perkawinan saya dengan
seseorang”. Oleh karena itu, sekarang berikan cincinmu itu padaku. Raksasa ini pun
mengetahui bahwa wanita itu, jika sudah menginginkan sesuatu, tak ada seorang pun yang
dapat membendung keinginannya.

Pesan moral yang dapat diambil:

- Jangan lah sesekali berjalan tanpa arah dan tujuan kalau tidak mau objek yang dituju
tidak menemukan titik terang.
- Ikutilah tekad dan kata hati, jangan sampai lengah oleh nafsu.
- Tekad yang kuat tidak akan bisa dikalahkan oleh ancaman sekeji apapun.

Seketika itu Syahriar melamun dan pikirannya teringat pada perkataan seorang penyair
sebagaimana syair tersebut, lalu dia berkata, “Jika raksasa yang besar ini “dibegitukan” oleh
wanita dengan cara yang jauh lebih keji dari apa yang telah menimpa kita, maka inilah
sesuatu yang dapat menghibur kita”.

Setelah kejadian tersebut, mereka berdua kembali ke istana Syahriar dengan segala
kebencian pada wanita dan dendam yang sangat mendalam. Setelah Syahriar sampa di
istananya, ia bunuh istrinya dan semua pelayannya. Syahriar pun kemudian menyuruh
menterinya agar segera mencarikan seorang gadis untuk diperistri. Akan tetapi, yang terjadi
adalah begitu gadis itu direnggut keperawanannya oleh raja Syahriyar, maka malam itu juga
gadis itu dibunuhnya. Keesokan harinya, Syahriyar minta lagi kepada menterinya agar
dicarikan seorang gadis. Setelah gadis itu digaulinya, maka seketika itu gadis itu dibunuhnya
lagi. Begitulah dari hari ke hari, dari tahun ke tahun, sampai semua gadis di negerinya habis
sama sekali. Raja Syahriar pun tidak berhenti untuk menyuruh menterinya agar mencarikan
seorang gadis lagi.11

10
Kisah Raja Syharayar Dan Syahzaman, Nurul Huda Kariem, Hal.06
11
Kisah Raja Syharayar Dan Syahzaman, Nurul Huda Kariem, Hal.06
Pesan moral yang bisa diambil:

- Jangan pernah bahagia diatas penderitaan orang lain, harusnya kita bersyukur
penderitaan itu tidak menimpa kita.
- Suatu keputusan sejatinya tidak bisa diambil dari egoisme agar tidak merugikan orang
lain,
- Kolaborasikan antara emosinal dan logika agar menghasilkan keputusan yang bijak.

Tidak ada seorang gadis pun yang dapat dinikahi lagi oleh raja Syahriyar. Kemudian raja
memerintahkan menterinya untuk mencarikan seorang gadis sebagaimana biasanya. Sang
menteri keluar, tetapi tidak ada seorang gadis pun yang dia dapati. Akhirnya, dia pulang ke
rumahnya dengan bersedih, dia menghawatirkan dirinya terhadap raja. Sang menteri memiliki
2(dua) putri yang cantik-cantik dan cedas. Yang sulung bernama Syahrazad (Scherezade) dan
yang bungsu bernama Dinazad. Syahrazad adalah anak yang cerdas. Dia telah banyak
membaca membaca buku pengetahuan, sastra, dan sejarah. Dia melihat ayahnya begitu sedih
dan muram, lalu dia membaca syair berikut ini:

Katakan pada yang bersedih

Kesedihan tidaklah abadi Seperti riang yang bisa hilang

Begitupun muram terbang melayang12

Ketika menteri itu mendengar anaknya membaca syair di atas, dia ceritakan semua
apa yang terjadi dan yang telah dikerjakan oleh ayahnya. Setelah Syahrazad mendengar
kejadian dan cerita dari ayahnya, dia berkata pada ayahnya: “Ayah . . . kalau begitu, serahkan
diri saya kepada raja untuk diperistri. Biarlah saya binasa sebagai korban bagi wanita, atau
saya selamatkan mereka semua”. Dengan segala kekhawatiran dan ketakutan, menteri itu
menyerahkan putrinya yang amat cantik kepada raja. Seperti biasanya, raja itupun merenggut
keperawanannya. Akan tetapi, ketika raja akan membunuhnya, dia berkata kepadanya:
“Wahai baginda, Raja yang bijaksana, saya masih mempunyai seorang adik yang amat cantik
di rumah. Saya ingin mengucapkan selamat tinggal lebih dahulu kepadanya sebelum saya
meninggal”. Raja pun meluluskan permintaan ini. Begitu adiknya datang, Syahrazad
langsung memeluknya dan Dinazade duduk di bawah tempat tidur raja. Lalu dia bertanya
pada kakaknya: “Kakakku, ceritakan dulu pada saya cerita yang dahulu belum selesai”.
Kakaknya menjawab: “Adikku, saya mau ceritakan cerita yang dahulu belum selesai apabila
Baginda raja mengizinkannya”. Raja Syahriyar pun mendengar dan memberikan ijin kepada
Syahrazad untuk menceritakan kepada adiknya cerita yang dahulu belum selesai.13

Pesan moral yang bisa diambil:

- Sosok orang yang berani dan bijak adalah dia yang rela berkorban demi kemaslahatan
bersama.
- Suatu saat kita pasti akan dipertemukan dengan sebuah pilihan yang tidak diinginkan
(seperti keputusan sang menteri yang merelakan anaknya diperistri oleh raja yang
kejam).

12
Jurnal CMES Volume VII Nomor 2 Edisi Juli - Desember 2014, Sangidu, Hikayat Alfu Lailah Wa Lailah:
Analisis Struktur Naratif FSSR UNS Hal.119
13
Sirru Syahrazad, Ali Ahmad Bakatsir Hal.86
- Membaca adalah jendela dunia, semakin banyak membaca semakin luas pula inspirasi
dan imajinasi yang kadang bisa menghasilkan sebuah solusi.

Cerita yang terdapat di dalam Alfu Lailah wa Lailah merupakan cerita berbingkai yang
sambung menyambung. Artinya, cerita-cerita yang terdapat di dalamnya merupakan sebuah
bingkai cerita yang lebih kecil dalam bingkai cerita yang lebih besar. Cerita-cerita yang
dimaksud antara lain sebagai berikut:

Malam Pertama (Cerita Pedagang dan Jin)

Syahrazad berkata:

“Telah sampai kepadaku, wahai raja yang berbahagia. Ada seorang pedagang memiliki
harta yang banyak. Dia juga mempunyai banyak hubungan dengan orang-orang di negeri
ini. Suatu hari, dia pergi berniaga ke beberapa negeri. Dia sangat merasakan cuaca yang
panas, lalu dia duduk di bawah sebatang pohon dan memasukkan tangannya ke dalam
kantong plastik, dan makan makanan ringan dan kurma. Setelah dia selesai makan kurma
lalu melemparkan biji-biji itu. Tiba-tiba ifrit muncul, tinggi badannya, di tangannya
terdapat sebilah pedang yang terhunus, mendekati pada pedagang itu, dan berkata:
“Berdirilah hingga aku dapat membunuhmu sebagaimana engkau telah membunuh
anakku”. Pedagang itu menjawab: “Bagaimana aku bisa membunuh anakmu?” Ifrit
berkata kepadanya: “Ketika engkau makan kurma, lalu kau buang bijinya maka biji-biji
itu mengenai dada anakku saat dia berjalan dan mati saat itu juga”.14

Pagi telah muncul di hadapan Syahrazad, dia pun terdiam menghentikan cerita itu.
Mereka telah melewati malam itu hingga datang waktu pagi, dan keduanya saling berpelukan.
Raja Syahriyar pun keluar, dan pergi menuju kantor pemerintahan, sang menteri juga telah
datang dengan membawa kain kafan yang diapit di bawah ketiaknya. Kemudian raja
memberikan hukuman, menjadi wali, dan memecat jabatan bagi masyarakat hingga sore. Raja
tidak memberikan perintah apapun kepada sang menteri, dan menteri itu pun sangat terkejut,
lalu raja meninggalkan kantor pemerintahan, dan kembali ke istananya.

Pesan moral yang dapat diambil:

- Suatu permasalahan kadang tidak bisa diselesaikan dengan mudah dan cepat, butuh
trik dan strategi yang cukup cerdik (seperti yang dilakukan syahrazad kepada
syahrayar).
- Sesuatu yang membuat penasaran kadang memang bisa menghipnotis seseorang akan
rasa keingin tahuan.

Malam Kedua

Dinazad berkata kepada saudaranya, Syahrazad: “Saudaraku, lanjutkanlah kepada


kami ceritamu tentang pedagang dan jin” Syahrazad menjawab: “Dengan senang hati dan
penuh hormat apabila baginda raja mengizinkanku”. Raja berkata: “Berceritalah”. 15

14
Hikayat 1001 Malam, Kisah Raja Syahrayar Dan Saudarany Syahzaman, Nurul Huda Kariem Hal.08
15
Alf Laila Wa Laila, Qisash Arabiya Hal.15
Pagi telah muncul di hadapan Syahrazad, maka dia terdiam menghentikan cerita itu.
Dinazad berkata kepada saudaranya: “Alangkah aneh dan menariknya kisahmu itu”.
Syahrazad menjawab: “Ini belum seberapa jika dibandingkan dengan apa yang akan kucerita
besok malam, apabila raja membirakanku tetap hidup”. Raja menjawab: “Demi Allah aku
tidak akan membunuhnya hingga aku dapat mendengarkan sisa ceritanya, karena cerita itu
cerita yang aneh”.

Mereka telah melewati malam itu, keduanya saling berpelukan sampai pagi. Lalu Raja
keluar menuju tempat pemerintahannya, begitu juga dengan menteri dan para pasukan.
Kantor telah dibuka maka Raja yang memutuskan segala perkara, menjadi wali, memecat
seseorang dari jabatan, melarang, dan memerintah, sampai tiba waktu sore. Kemudian dia
meninggalkan kantor itu dan masuk kedalam istananya.

Pesan moral yang dapat diambil:

- Sediakanlah alternatif lain dari sebuah keputusan, karena suatu keputusan bisa
berubah oleh hal-hal yang tidak diharapkan.
- Sekeras apapun sifat seseorang, pasti ada sisi lembutnya.

Malam Ke-1001

Pada malam ke seribu satu, raja pergi ke istananya, menemui istrinya, yaitu putri
menteri. Dinazad berkata kepada saudaranya, Syahrazad: “Lanjutkanlah kepada kami
ceritamu tentang Ma‟ruf itu, Syahrazad menjawab: “Dengan senang hati dan penuh rasa
hormat jika raja mengizinkanku untuk bercerita. Raja berkata kepada Syahrazad: “Aku telah
mengizinkanmu untuk bercerita karena aku ingin sekali mendengarkan kelanjutan ceritanya”.
Syahrazad menjawab:

“Telah sampai kepadaku wahai raja yang berbahagia: Raja Ma’ruf tidak
bersimpati kepada istri (lamanya), tetapi dia hanya memberinya makan sebagai
kewajiban kepada Allah SWT. Ketika istri (lamanya) mengetahui bahwa raja Ma’ruf
enggan menerima kedatangannya, maka raja Ma‟ruf menyibukkan diri dengan hal-hal
selain yang berhubungan dengan istri (lamanya). Dia menyibukkan diri dengan
hartanya dan dengan hal-hal lain yang dapat melupakannya. Iblis pun mulai
membisikkan kepada istri (lamanya) untuk mencuri cincin ajaibnya, membunuhnya,
lalu menguasai kedudukannya. Akhirnya, pada suatu malam dia keluar dari istananya
menuju istana tempat raja Ma’ruf tinggal.16

Pesan moral yang dapat diambil:

- Sesuatu yang dilakukan setiap hari secara rutin akan menyebabkan sebuah kecanduan.

Syahrazad menyampaikan “pesan-pesan” tertentu sampai larut malam mulai malam


pertama sampai malam yang ke-1001. Sementara itu, selama 1001 malam, ia telah
melahirkan tiga anak laki-laki. Yang sulung sudah dapat berjalan, yang kedua sedang
merangkak, dan yang bungsu (yang terkecil) baru menyusu. Syahrazad berkata kepada raja
Syahriar: “Baginda, mereka adalah anak-anak kita. Kalau aku Baginda bunuh juga seperti
wanita-wanita di seluruh negeri ini, mereka bakal tidak mempunyai ibu lagi”. Baginda raja

16
Layali Alf Laila Wa-Lailah, Najib Mahfudz Hal. 250
Syahriar pun menjawab “Syahrazade, aku telah memaafkan kau sebelum anak-anak ini semua
lahir. Mudah-mudahan Allah melindungi dan memberkahi kita semua”.17

Pesan moral yang dapat diambil:

- Sikap negatif seseorang dapat berubah sesuai dengan perjalanan hidup yang ia tempuh
- Selagi masih ada waktu, gunakanlah untuk hal-hal positif guna mengintropeksi dan
memperbaiki diri.
- Yang lalu biarlah berlalu, berjalan lah dengan menfokuskan mata kedepan tanpa
menoleh kebelakang agar tidak terjatuh. Sesekali boleh menoleh kebelakang untuk
jaga-jaga.
- Jadikan lah kesalahan di masa lalu sebagai bahan evaluasi masa depan.

17
Jurnal CMES Volume VII Nomor 2 Edisi Juli - Desember 2014, Sangidu, Hikayat Alfu Lailah Wa Lailah:
Analisis Struktur Naratif FSSR UNS Hal.123
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Sudah tidak asing lagi isi dan kandungan hikayat alf Laila wa-lailah (1001
Malam) merupakan sebuah cerita sastra epik dari Timur Tengah yang lahir pada Abad
Pertengahan. Kumpulan cerita ini mengisahkan tentang sosok perempuan yang
menciratakan sebuah kisah selama 1001 malam untuk menunda hukuman
pembunuhan dari suaminya raja syahrayar yang dikecewakan oleh isitri pertamanya
dan beberapa peristiwa-peristiwa keji seorang wanita.

Didalam cerita tersebut banyak sekali tragedi-tragedi negatif yang tidak layak
dipublikasikan ke khalayak umum, bahkan ada beberapa adegan dewasa didalamnya,
juga sifat dari beberapa tokoh penting pun adalah sifat yang tidak mencerminkan
kebaikan, bagaimana tidak? Ke-otoriteran seorang raja yang selalu membunuh semua
wanita yang sudah disetubuhinya dengan kurun waktu yang cukup lama merupakan
sebuah keputusan yang tidak bijak disebabkan timbul dari egoisme tanpa logika
sehingga merugikan banyak orang dan penduduk di sekitar kerajaan.

Namun, dibalik ke negatifan hikayat alf Laila wa-lailah tersimpan banyak


pesan moral yang bisa ambil dari setiap peristiwa, seperti;

- Suatu permasalahan kadang tidak bisa diselesaikan dengan mudah dan cepat,
butuh trik dan strategi yang cukup cerdik (seperti yang dilakukan syahrazad
kepada syahrayar).
- Sosok orang yang berani dan bijak adalah dia yang rela berkorban demi
kemaslahatan bersama. (sikap syahrazad yang siap diperistri oleh raja demi
kemaslahatan kaum wanita disekitar kerajaan)
- Yang lalu biarlah berlalu, berjalan lah dengan menfokuskan mata kedepan tanpa
menoleh kebelakang agar tidak terjatuh. Sesekali boleh menoleh kebelakang
untuk jaga-jaga. (Kesadaran sang raja setelah mendengarkan cerita selama 1001
malam oleh istrinya syahraza). Lupakanlah kesalahan masa lalu, janganlah selalu
mengingatnya dan selalu merasa berslah, boleh mengingatnya dengan tujuan
untuk menjadikannya sebagai sebuah evaluasi masa depan.

Sejatinya, masih banyak pesan moral dalam hikayat ini, namun apalah arti sebuah
pesan moral jika tidak dijadikan sebagai motivasi diri dan mengaplikasikannya dalam
kehidupan sehari-hari, semua bergantung dan kembali pada individu masing-masing
dalam menentukan sikapnya.
B. Daftar Pustaka

 Id.Wikipedia.Org/Wiki/Seribu_Satu_Malam

 Jurnal CMES Volume VII Nomor 2 Edisi Juli - Desember 2014, Sangidu,
Hikayat Alfu Lailah Wa Lailah: Analisis Struktur Naratif FSSR UNS

 Alf Laila wa Laila, Qisash Arabiya Der Sader Publiseh, Libanon 1999

 Arabian Nights, Husain Haddawy Diterjemahkan Oleh Rahmani Astuti 1999

 Sirru Syahrazad, Ali Ahmad Bakatsir 1987 H

 Hikayat 1001 Malam, Kisah Raja Syahrayar Dan Saudarany Syahzaman, Nurul
Huda Kariem 2013

 Layali Alf Laila wa-Lailah, Najib Mahfudz,

Anda mungkin juga menyukai