Anda di halaman 1dari 13

UNIVERSITAS SILIWANGIiiKATA PENGANTAR Puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah swt.

Karena berkat

rahmat dan karunia-Nya penyusun dapat membuat makalah ini dengan baik dan dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Terjemah Al-Quran“. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas
mata kuliah Ulumul Quran. Dengan jaman yang semakin berkembang sekarang ini Al-Quran yang ada

di sekitar tidak lagi hanya berbentuk tulisan arab tetapi disertai dengan terjemahan didalamnya agar
lebih memudahkan kita dalam menafsirkan atau mengambil ini dari apa yang dituliskan Allah dalam Al-
Quran. Kepada semua pihak yang telah memberikan saran dan dukungan, terutama

kepada seluruh anggota yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini dan kepada dosen mata
kuliah Ulumul Quran, penyusun sampaikan penghargaan dan terimakasih yang sebesar-besarnya.
Peyusun menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam

makalah ini. Oleh karena itu penyusun sangat mengharapkan sumbangan pikiran kritik dan saran-saran
dari pembaca demi penyempuraan selanjutnya. Mudahmudahan makalah ini dapat memenuhi harapan
dan ada manfaatnya bagi para pembaca.

Tasikmalaya, November 2016 Penyusun iDAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................. i

DAFTAR ISI ...........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah................................................................................. 1

C. Tujuan Makalah.....................................................................................2

D. Manfaat Makalah ............................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Terjemah ........................................................................... 3

B. Macam-macam Terjemah ................................................................5

C. Syarat-syarat Terjemah.........................................................................6

D. Terjemah Al-Quran kedalam bahasa asing.......................................... 7

BAB III SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan............................................................................................ 10
B. Saran ..................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................iii

iiBAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang

Al Qur’an adalah warisan Nabi Muhammad yang paling berharga bagi

umat Islam, yang patut dijaga dan dilestarikan. Apabila para sahabat, tabi’in

dan ulama salaf begitu gigih melestarikan Al-Qur’an baik dengan

pengumpulannya, penulisannya, pembukuannya dan penafsirannya maka

sudah sepatutnya kita pun dintuntut untuk melestarikan Al-Qur’an dengan

kemampuan yang kita miliki. Seperti dengan gerakan penerjemahan Al-

Qur’an ke dalam berbagai bahasa di dunia.

Penerjemahan Al-Qur’an menjadi penting karena stagnasi

penerjemahan Al-Qur’an akan dibarengi dengan penguatan penerjemahan

destruktif, suatu upaya sistematis yang sengaja dibuat untuk membentuk

opini publik yang tidak menguntungkan bagi umat Islam. Maka gerakan

penerjemahan harus dihidupkan bukan ditiadakan, atau hanya cukup

berdasarkan penerjemahan resmi pemerintah.

Tarjamah sebenarnya tidak hanya berarti memindahkan A-Qur’an dari

bahasa aslinya ke dalam bahasa selain Al-Qur’an, tetapi berarti juga

penafsiran terhadap Al-Qur’an, maka seringkali Tafsir Jalalain atau tafsir

lainnya disebut dengan terjemahan Al-Qur’an. Oleh karena itu gerakan

terjemah Al-Qur’an mesti terus dikembangkan. Selain merenpons

perubahan yang terjadi begitu cepat ataupun mengcounter pemikiran miring


terhadap Al-Qur’an.

B.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, penyusun merumuskan

masalah sebagai berikut.

a. Apa definisi terjemah?

b. Apa macam-macam terjemah?

1c. Apa syarat-syarat terjemah?

12

d. Bagaimana terjemah Al-Quran kedalam bahasa asing?

C.

Tujuan Makalah

Sejalan dengan rumusan masalah diatas makalah ini disusun dengan

tujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan:

a. Pengertian terjemah

b. Macam-macam terjemah

c. Syarat-syarat terjemah

d. Terjemah Al-Quran kedalam bahasa asing

D. Manfaat Makalah

Makalah ini disusun dengan harapan memberikan kegunaan yang

baik secarateoritis maupun secara praktis.Secara teoritis makalah ini dapat

berguna sebagai referensi dalam pembelajaran. Secara praktis makalah ini

diharapkan bermanfaat sebagai pedoman dalam Menerjemahkan.BAB II

PEMBAHASAN

A.
Pengertian Terjemah

Kata terjemah berasal dari bahasa Arab ‫ ترجمة‬yang diadopsi ke dalam

bahasa Indonesia menjadi terjemah atau tarjamah.

Menurut asal katanya kata tersebut mengandung arti : menjelaskan dengan

bahasa lain atau memindahkan makna dari satu bahasa ke bahasa lain1.

Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, disebutkan terjemah = terjemahan

salinan sesuatu bahasa kepada bahasa lain. Menterjemahkan berarti

menyalin atau memindahkan dari satu bahasa pada bahasa lain.2

Secara definitif terjemah adalah suatu proses pengalihan pesan yang

terdapat di dalam teks bahasa pertama atau bahasa sumber (source

language) dengan padanannya di dalam bahasa kedua atau bahasa sasaran

(target language).3 Dalam The New Oxford Dictionary of English

disebutkan : the process of translating words or text from one language into

another.4 Dari dua pengertian tadi terlihat ada dua kata kunci dalam

kegiatan terjemah; teks dan padanan. Yang dimaksud teks di sini adalah teks

dalam pengertian yang luas bisa berarti wacana atau juga satuan bahasa

yang paling lengkap bisa berupa tulisan ataupun lisan. Kemudian yang

dimaksud dengan padanan juga dalam pengertian yang luas, bukan saja

padanan kata per kata. Jadi terjemah dalam pandangan ini berarti proses

pemindahan kata atau teks dari suatu bahasa ke bahasa lain dengan jalan

mencarikan padanan maknanya. Dari sini jelas bahwa kegiatan terjemahan

1 Al-‘Ak. op. cit. h, 461

2 Poerwadarminta. op. cit. h, 1062

3 Yusuf, op. cit. h, 8

4 The New Oxford Dictionary of English on CD-ROM.


atau frase-per frase malainkan mencakup juga makna. Makna

tersebut mencakup semua pengertian; makna sentral atau makna

denotatif dan makna konotatif serta makna kiasan (transferred

meaning) serta makna gramatikal.

3adalah kegiatan yang menuntut kemahiran dua bahasa, atau

37

dalam istilah linguistiknya disebut Bilingual.5 Merupakan bentuk nyata

dari kontak dua bahasa dilakukan oleh seseorang.6 Walaupun sebagaimana

yang disesalkan oleh Georges Mounin, sebuah aktivitas yang ada dan

berjalan namun para linguis tidak pernah memasukkannya dalam bahasan

mereka, mereka lebih disibukkan oleh struktur kata, bentuk dan gramatika

bahasa, sedangkan masalah terjemah masih tetap terabaikan. Namun

pengertian di atas jika dihubungkan dengan perdebatan para linguis tentang

ada dan tidaknya kegiatan terjemah, maka untuk memberikan batasan dari

kegiatan salinmenyalin dari suatu naskah atau ujaran dalam bahasa

tertententu kepada bahasa lain, nampaknya definisi terjemah yang

menyatakan bahwa terjemah adalah menjelaskan sesuatu yang dikandung

bahasa tertentu dengan bahasa yang lain akan lebih tepat. Hingga

pembahasan tentang terjemah berada di luar perdebatan tadi, karena

sifatnya menjelaskan. Kurangnya perhatian para linguis terhadap terjemah

bukan berarti bahwa terjemah tidak memiliki teori, dalam prakteknya

banyak profesional terjemah menuangkan pengalamannya dalam

menterjemah sebagai langkah-langkah dari kegiatan tersebut.

E.A. Nida dan Taber seperti yang dikutip Harimurti Kridalaksana

maupun Suhendra Yusuf memberikan bahasa terjemah sebagai


memindahkan suatu amanat dari bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran

dengan pertama-tama mengungkapkan maknanya dan kedua

mengungkapkan gaya bahasanya. Translating consists in repfoducting in

the receptor language the closest natural equivalent of the source language

message, first in terms of meaning and secondly in terms of style. Pengertian

dari Nida di atas menunjuk pada dua kata makna dan gaya yang

memberikan batas amanat terjemahan, jadi bukan hanya sekedar makna

yang harus diterjemahkan tapi gaya bahasa juga menjadi amanat yang harus

diterjemahkan. Namun barangkali harus diberikan catatan di sini bahwa

5 speaking two languages fluently (mahir dalam dua bahasa)

6 Georges , op. cit..h, 517

penterjemahan gaya tersebut tidak berarti penterjemahan harus bersifat

harfiyah, karena jika itu dilakukan , yang terjadi justru hilangnyagaya asli.

Dalam hal ini yang dituntut bagi penterjemah adalah selain menangkap

makna juga harus menangkap gaya untuk kemudian gaya tersebut

diekpresikan dalam padanan gaya yang ada pada bahasa sasaran.

Berdasarkan pada pengertian terjamah di atas dapatlah dikatakan bahwa

terjemah adalah suatu proses pengalihan makna dengan segala yang

bertautan dengannya dan gaya dari bahasa sumber kepada bahasa sasaran

sehingga aspek emosi dan kekuatan magis dari pesan naskah asli tidak

hilang.

B.

Macam-macam Terjemah

Ada dua macam terjemahan:

1.
Tarjamah harfiyah: terjemah ini mustahil dilakukan dalam Al-

Qur’an, apabila dilakukan maka penggantian huruf atau kalimat dari

bahasanya akan menghilangkan kemukjizatannya, sehingga tidak lagi bisa

disebut Qur’an. Perlu digaris bawahi bahwa bahasa mempunyai dua

makna; makna pertama ialah makna asli yang tidak ada satu bahasa pun

yang berbeda, makna kedua atau makna yang berbeda dengan perbedaan

bahasa dan banyak manusia salah memahami dan berbeda derajat

kehalusannya.

Seperti misalnya menterjemah ayat:

“Dan janganlah engkau tanganmu mencekik lehermu dan janganlah

menghamparkannya selebar mungkin maka engkau akan terduduk merugi

” (QS. Al-Isra : 29)7

Kalau anda menerjemahkan ayat di atas secara harfiyah seperti contoh

terjemah di atas maka anda tidak akan memahami maksudnya.

Sesungguhnya yang dimaksud ayat ini ialah larangan bakhil dan berlebih-

lebihan dan bukan seperti yang disebut secara harfiah dalam terjemah di

atas.

2. Tarjamah tafsiriyah adalah tarjamah dengan bahasa selain bahasa Al-

Qur’an dengan bahasa Arab maupun bahasa lainnya. Contoh: Tafsir

Jalalain, Hasyiyatut tafsir:

Terjemah semacam ini tetap mencantumkan bahasa aslinya dan

menggunakan pemisah antara Al-Qur’an dengan terjemahnya. Dalam

bahasa selain Arab kita temukan dalam dua kolom berbeda sebagaimana

kita lihat pada umumnya.

C.
Syarat-syarat Terjemah

Untuk menterjemahkan Al-Qur’an dengan baik, syarat-syarat

berikut harus di perhatikan, yaitu:

1. Setiap kandungan ayat secara lahiriah, baik naskah asli atau

naskah terjemahan, harus diperhatikan dengan jeli. Makna

ayat yang menyertakan rasionalitas dan membutuhkan

istidlal, maka hal ini harus dimasukkan dalam kategori

penafsiran.

2. Memilih padanan makna seakurat mungkin dan idiom yang

tepat untuk mengalihbahasakannya. Makna dan pemahaman

sempurna tentang ayat harus tercermin dalam naskah

terjemahan. Seandainya di perlukan penambahan indiom ayat

atau kata, maka harus diletakkan dalam kurung.7

3. Terjemahan Al-Quran harus di bawah pengawasan para ahli

yang memiliki penguasaan cukup terhadap ilmu-ilmu agama

agar teks terjemah itu terjaga dari kesalahan dan

penyimpangan.

4. Tidak menggunakan istilah-istilah ilmiah dan sulit dalam

naskah terjemahan. Karena, naskah terjemahan itu untuk

konsumsi umum, tidak boleh mencantumkan pendapat dalam

naskah terjemahan.

Jadi Secara umum, syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam tarjamah,

baik tarjamah harfiyah maupun tarjamah tafsiriyah adalah:

Penerjemah memahami tema yang terdapat dalam kedua bahasa, baik

bahasa pertama maupun bahasa terjemahnya, Penerjemah memahami


gaya bahasa (uslub) dan ciri-ciri khusus atau karakteristik dari kedua

bahasa tersebut, Hendaknya dalam terjemahan terpenuhi semua makna

dan maksud yang dikehendaki oleh bahasa pertama, Hendaknya bentuk

(sighat) terjemahan lepas dari bahasa pertama (ashl). Seolah-olah tidak

ada lagi bahasa pertama melekat dalam bahasa terjemah tersebut.

D.

Terjemah Al-Quran kedalam Bahasa Asing

Penerjemahan Al-Qur’an ke dalam bahasa Barat dimulai dengan

penerjemahan ke dalam bahasa Latin. Pada saat Eropa belum mengalami

fragmentasi politik dan berdirinya negara bangsa di Eropa, bahasa yang

berkembang di Eropa adalah bahasa Latin. Bahasa-bahasa Eropa modern,

masih bersifat lokal dan regional. Maka terjemahan Al-Qur’an yang

ditemukan sebelum terpecahnya negara Eropa adalah terjemahan dalam

bahasa Latin. Dari terjemahan bahasa latin inilah kemudian Al-Qur’an

diterjemahkan ke dalam bahasa Itali, Jerman dan Belanda. Terjemahan

Schwiegger ke dalam bahasa Jerman diterjemahkan di Nurenbergh

(Bavaria) pada tahun 1616. Terjemahan ke dalam bahasa Perancis yang7

dilakukan oleh Du Ryer diterbitkan di Paris pada tahun 1647, dan

terjemahan ke dalam bahasa Rusia diterbitkan di St. Petersburg pada

tahun 1776. Terjemahan ke dalam bahasa Perancis oleh Savari terbit pada

tahun 1783, dan oleh Kasimirski yang juga dalam bahasa Perancis pada

tahun 1840. Terjemahan ini terbit untuk beberapa kali. Perhatian Perancis

kepada Islam ini karena mereka menduduki al-Jazair dan Afrika Utara.

Kemudian menyusul lah terjemahan-terjemahan ke dalam bahasa Jerman

oleh Boysen pada tahun 1773. Pada tahun 1828 dan Ullmann pada tahun
1840.

Terjemahan yang penting dikemukakan adalah terjemahan yang

bersifat memberi kesan negatif terhadap Islam. Dan perintis jalan

penerjemahan Al-Qur’an model ini adalah Maracchi. Maracchi pada tahun

1889 mengeluarkan terjemahan Al-Qur’an ke dalam bahasa Latin dengan

teks Arab dan beberapa nukilan dari berbagai tafsir Al-Qur’an dalam

bahasa Arab, dan dipilih sedemikian rupa untuk memberikan kesan yang

buruk tentang Islam di Eropa. Maracchi sendiri adalah orang pandai dan

dalam menterjemahkan Al-Qur’an itu jelas tujuannya ialah untuk menjelek

-jelekkan Islam di kalangan-kalangan orang Eropa dengan mengambil

pendapat-pendapat ulama Islam yang menurut pendapatnya

menunjukkan kerendahan Islam. Maracchi sendiri adalah seorang Roma

Katolik dan terjemahan itu dipersembahkan kepada Emperor Romawi.

Pada terjemahan itu diberi kata pengantar yang isinya adalah sebagaimana

yang ia katakan: “Bantahan terhadap Qur’an”.

Adapun terjemahan ke dalam bahasa Inggris yang pertama dilakukan

oleh Alexander Ross, tetapi masih terjemahan saja dari Bahasa Perancis

yang dilakukan oleh Du Ryer pada tahun 1647, dan diterbitkan beberapa

tahun kemudian setelah buku Du Ryer tersebut. Terjemahan George Sale

yang terbit pada tahun 1734 adalah didasarkan kepada terjemahan

Maracchi yang berbahasa Latin. Malahan catatan-catatan dan7

pendahuluannya sebagian besar juga didasarkan karangan Maracci itu.

Mengingat bahwa tujuan Maracci itu adalah untuk menjelek-jelekkan

Islam di kalangan orang-orang Eropa, maka adalah sangat menarik

perhatian. Bahwa terjemahan itu dianggap sebagai terjemahan yang baik


dalam dunia yang berbahasa Inggris, dan harus dicetak berulangkali dan

malahan dimasukkan dalam seri apa yang dikatakan “Chandos Classics”

dan mendapatkan pujian dan restu dari Sir E. Denison Ros.

Rodwell berusaha untuk mengurutkan surat-surat Al-Qur’an dalam

urutan turunnya, terjemahan itu diterbitkan pada tahun 1861. Sekalipun ia

berusaha untuk memberikan ungkapan-ungkapan secara jujur, tetapi

catatan-catatannya merupakan catatan seorang “pendeta” kristen yang

lebih mementingkan untuk memperlihatkan apa yang menurut

pendapatnya “kekurangan-kekurangan” dalam Al-Qur’an daripada

menunjukkan penghargaan terhadap kitab suci tersebut. Kesulitan

memahami bahasa Al-Qur’an dengan sempurna dibarengi dengan niat

tidak baik sangat mempengaruhi nilai terjemahan orientalis. Marmaduke

Pikthall misalnya secara jujur datang ke Mesir untuk memperlihatkan hasil

terjemahannya dan menunjukkan ayat-ayat yang tidak sanggup

diterjemahkannya dengan tepat.

Karena luasnya tujuan-tujuan yang tidak baik yang dilakukan oleh

orientalis-orientalis Barat yang bukan Islam dan anti Islam dalam

penterjemahan Al-Qur’an, maka hal ini menyebabkan penulis-penulis

muslim berusaha untuk menterjemahkan Al-Qur’an ke dalam bahasa

Inggris ialah DR. Muhammad Abdul Hakim Chan dari Patiala pada tahun

1905. Mirza Hairat dari Delhi juga menetrbitkan terjemah Al-Qur’an dalam

bahasa Inggris pada tahun 1919. Dan masih banyak lagi kaum muslimin

yang menulis terjemah Al-Qur’an. Namun yang paling penting dari

terjemahan itu adalah “The Holy Qur’an” karya Yusuf Ali, selain

menterjemahkan ayat ia juga mengomentarinya dengan aqidah yang7


diyakininya.BAB III

SIMPULAN DAN SARAN

A.

Simpulan

Terjemah adalah suatu proses pengalihan makna dengan segal yang

bertautan dengannya dan gaya dari bahasa sumber kepada bahasa sasaran

sehingga aspek emosi dan kekuatan magis dari pesan naskah asli tidak

hilang. Secara umum, syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam tarjamah,

baik tarjamah harfiyah maupun tarjamah tafsiriyah adalah:

Penerjemah memahami tema yang terdapat dalam kedua bahasa, baik

bahasa pertama maupun bahasa terjemahnya, Penerjemah memahami

gaya bahasa (uslub) dan ciri-ciri khusus atau karakteristik dari kedua

bahasa tersebut, Hendaknya dalam terjemahan terpenuhi semua makna

dan maksud yang dikehendaki oleh bahasa pertama, Hendaknya bentuk

(sighat) terjemahan lepas dari bahasa pertama (ashl). Seolah-olah tidak

ada lagi bahasa pertama melekat dalam bahasa terjemah tersebut. Penulis-

penulis muslim berusaha untuk menterjemahkan Al-Qur’an ke dalam

bahasa Inggris ialah DR. Muhammad Abdul Hakim Chan dari Patiala pada

tahun 1905. Mirza Hairat dari Delhi juga menetrbitkan terjemah Al-Qur’an

dalam bahasa Inggris pada tahun 1919. Dan masih banyak lagi kaum

muslimin yang menulis terjemah Al-Qur’an. Namun yang paling penting

dari terjemahan itu adalah “The Holy Qur’an” karya Yusuf Ali, selain

menterjemahkan ayat ia juga mengomentarinya dengan aqidah yang

diyakininya.

B.
Saran

Dari analisa makalah yang dibuat ini kita dapat menilai bahwa tidak semua

terjemhan Al-Qur’an dapat kita terima begitu saja, terlebih lagi bila penerjemah

nya bukan seorang muslim yang tahu tentang seluk-beluk ilmu Al-Qur’an. Apalagi

hasil terjemahan para orientalis yang terbukti mempunyai

1011

kepentingan tersembunyi. Maka patutlah kita mewaspadai dan lebih penting lagi

memahami arti sebuah terjemah Al-Qur’an.

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Rosihun. 2012. Ulum Al-Qur’an. Bandung : Pustaka Setia. Hamid Shalahudin. 2002. Study Ulumul
Qur’an. Jakarta: PT. Intimedia Ciptanusantara.

iii

Anda mungkin juga menyukai