Anda di halaman 1dari 11

BATASAN DAN KLASIFIKASI

DALAM TERJEMAHAN

Namsyah Hot Hasibuan


Universitas Sumatera Utara, Medan

Abstract

It is realized that every kind of translation emerges with its own features
respectively different with the others. The word by word translation regarded
as a useful means in foreign language teaching. Yet this kind of translation
may come misleadingly to an end when source language (BSu) units matched
wrongly with target language (BSa) units, particularly in instructional or
prescriptive text translation. In literal translation the structure of the BSu
relatively unchanged to BSa. By this kind of translation readers can enjoy
styles of the authentic writer; but still wrightly to be of consideration that
authentic styles maintenance may lead to negligence of BSu’s textual
messages. The case will be different with free translation. In this kind of
translation combination of the writer’s idea or experience with that of the
translator’s may emerge in BSa, so that it fascinates the readers. Besides an
effort to find appropriate terms in BSa, the translator necessitated as well to
unloose the writer’s messages in BSa. It would nevertheless be uneasy for the
readers then to define which idea is of the writer’s or of the translator’s. That
case due vividly to the farness of translator’s intervention in domain of the
writer’s idea or messages beared in BSu.

1. PENDAHULUAN dimunculkannya, tetapi juga pada aneka


cara pendekatan beserta teori baru yang
Kepesatan perkembangan yang terjadi diperoleh dari hasil penelitian itu.
dalam bidang terjemahan sudah sedemikian Khusus menyangkut yang disebut
rupa sehingga mengakumulasikan sejumlah terakhir ini telah banyak sumber dalam
karya, baik tertulis maupun dalam bentuk bentuk media yang berbeda – dengan
lain yang tidak mudah mengira jumlahnya. muatan informasi terjemahan sampai kepada
Tidak terlalu sulit memahami hal itu apabila tawaran aneka teorinya. Yang tidak kalah
dikaitkan dengan sifat dinamika masyarakat pentingnya adalah, telah banyak sumber
yang senantiasa mengalami perubahan. dengan liputan aspek yang lebih luas dan
Bahasa yang hidup, sebagai akibat dinamika berbeda dari sebelumnya. Di antaranya
masyarakat, senantiasa akrab pula dengan malah ada yang hadir dengan liputan
perubahan. Oleh karena perubahan yang teoretis secara khusus, dengan terfokus
tetap ada pada setiap bahasa maka teori kepada satu aspek terjemahan saja; misalnya
terjemahan pun dapat berubah dan ada yang menteorikannya dari perspektif
berkembang sejalan dengan intensitas seni, dari sastra, dari budaya. Selain itu ada
penelitian terjemahan yang dilakukan juga yang membahasnya dari perspektif
terhadapnya. Hal menarik yang dapat ekonomi, dari bidang teknologi komputer,
diamati dari fenomena ini tidak saja terdapat dengan maksud melakukan pemrograman
dan terbatas pada pemerian terjemahan agar komputer tersebut dapat secara
bahasa tertentu beserta keunikan yang dapat otomatis melakukan penerjemahan; malah

48 ENGLONESIAN: Jurnal Ilmiah Linguistik dan Sastra, Vol. 2 No. 1, Mei 2006: 48 – 58
sampai kepada penciptaan mesin bahasa terjemahan tempat dituangkannya
penerjemah. Gambaran ini setidaknya dapat pesan, gagasan, maupun informasi yang
mengisyaratkan kepada kita bahwa dari dibuat oleh pengarang bahasa sumber.
berbagai perspektif dan keperluannya Selanjutnya pengertian yang lebih luas perlu
manusia telah dapat melakukan aneka jenis diberikan pada yang dimaksud dengan teks
penerjemahan, di antaranya: terjemahan sebagai unit bahasa. Teks merupakan unit
spontan atau otomatis, terjemahan faktual, bahasa yang ada kalanya dapat dikatakan
terjemahan semiotika, terjemahan budaya, bersifat abstrak atau lengkap. Dia dapat
terjemahan linguistik, dan terjemahan sastra. berupa satu kata, gabungan kata, frasa,
klausa, kalimat, maupun berupa alinea
2. PEMBATASAN dengan kandungan pesan yang lengkap;
baik dalam wujud lisan maupun tulisan.
Secara sederhana dapat dikatakan, Teks itu lebih lanjut dapat juga
melalui batasan B.H. Hoed (dalam Machali dikatakan sebagai bahan ataupun naskah
2000), bahwa terjemahan merupakan yang dijadikan sebagai obyek terjemahan.
kegiatan pengalihan pesan dari suatu bahasa Keluasan pengertian teks di sini sudah
(dari bahasa sumber/BSu) kepada bahasa berupa yang disebut wacana, yaitu kesatuan
lain (bahasa sasaran/BSa). Apabila dilakukan bahasa yang lebih lengkap lagi yang dapat
penjabaran, batasan terjemahan di atas terdiri dari wujud karangan utuh. Boleh jadi
memiliki pengertian yang luas, karena dia berupa sebuah cerita pendek, novel,
kegiatan penerjemahan terkait dengan malah sebuah buku. Istilah lain yang tidak
semua kegiatan manusia dalam mengalihkan lepas dari penggunaan dalam terjemahan
semua perangkat pesan yang terdapat pada adalah yang disebut padanan, yang
BSu, baik dalam bentuk verbal maupun non- rujukannya tidak hanya terbatas pada yang
verbal, ke dalam BSa. Dari gambaran dan menyangkut padanan bahasa secara formal
kejelasan batasan di atas kita lebih lanjut berupa kata dengan kata sampai kepada
dapat mengatakan lagi bahwa seorang turis kalimat dengan kalimat, tetapi juga meliputi
yang hendak mengikuti penjelasan dalam padanan makna yang dapat saja berupa
BSu rute perjalanan yang terdapat pada makna gramatikal, makna kias, makna
buku panduan wisata, dapat dipandang konotatif, makna denotatif, makna luas, dan
sebagai salah satu contoh upaya atau proses makna pusat. Namun, perlu diingat bahwa
penerjemahan. Malah seorang arsitek makna-makna tersebut pada pokoknya tidak
sekalipun, berada dalam proses boleh mengorbankan pesan atau gagasan
penerjemahan manakala dia melakukan yang terkandung dalam BSu. Faktor
perumusan gagasannya ke dalam bahasa kewajaran, sebagai tambahan, adalah
kearsitekturan. Dalam pengertiannya yang termasuk hal yang harus diperhatikan dalam
luas, terjemahan, singkatnya, dapat dikatakan menentukan padanan yang digunakan
sebagai kegiatan manusia untuk mengalihkan dalam BSa. Artinya, penerjemah tidak boleh
pesan atau makna dari satu bentuk bahasa begitu saja mengabaikan kaidah-kaidah yang
yang satu ke dalam bentuk bahasa yang lain. berlaku dalam bahasa terjemahan. Dengan
Apa sesungguhnya yang dimaksud BSu itu, demikian kkhalayak yang menjadi pembaca
atau yang biasa disebut bahasa asli hasil terjemahan itu dapat menikmati
terjemahan. Dengan mencermati batasan bacaannya dan merasakan bahwa yang
istilah terjemahan di atas dengan mudah sedang dibacanya bukan merupakan sebuah
sebenarnya dapat kita mengatakan bahwa karya hasil terjemahan. Kesan yang muncul
bahasa sumber itu adalah bahasa yang oleh pada kkhalayak pembaca, menurut Nida &
pengarang asal, digunakan untuk Taber, setidaknya dapat memunculkan
mengungkapkan pesan, gagasan, ataupun tanggapan yang sama terhadap kedua, yaitu
keterangan yang selanjutnya menjadi bahan antara naskah hasil terjemahan BSa dengan
terjemahan bagi orang lain. Terkait dengan BSu. Jika sang penerjemah bisa mewujudkan
itu adalah BSa, yang dapat diberi arti sebagai kondisi semacam itu dapat dikatakan bahwa

Batasan dan Klasifikasi dalam Terjemahan (Namsyah Hot Hasibuan) 49


penerjemah yang bersangkutan telah arah. Artinya, proses penerjemahan
menemukan yang disebut padanan dinamis berlangsung diawali dari BSu ke dalam BSa.
(lihat Nida & Taber 1969). Sifat penerjemahan semacam ini nyatanya
Ahli lain di bidang terjemahan yang memiliki implikasi sendiri, yaitu, mana kala
pendapatnya senada dengan kedua ahli di hasil terjemahan ke dalam BSa itu kembali
atas adalah Catford. Dengan mengandalkan diterjemahkan ke dalam BSu, hasil
pendekatan linguistik, Catford (1978) terjemahannya akan tidak sesuai lagi dengan
berpendapat bahwa urgensi pertama yang keutuhan yang ada pada bahasa aslinya.
perlu diupayakan dalam kegiatan Pekerjaan seperti ini sebenarnya tidak lazim
penerjemahan ialah agar sang penerjemah dilakukan dalam dunia terjemahan karena
bisa menemukan padanan terjemahan dalam dianggap menyita banyak waktu, dan tak
BSa buat setiap unit penting BSu, mulai dari jarang berakhir dengan percuma. Kenyataan
unit kata, frasa, klausa, kalimat, hingga semacam itu dapat menjadi bukti sekaligus
kepada unit ataupun unsur BSu penting bahwa upaya penerjemahan sudah
lainnya. Gambaran pemikirannya tersebut sepatutnya dilakukan dalam satu arah, yaitu,
tertuang secara ringkas dalam wujud batasan dari BSu ke dalam BSa. Kemudian terbukti
terjemahan yang dibuatnya, yaitu “…. the pula bahwa pertautan hubungan BSu
replacement of textual material in one language dengan BSa tidak selalu dapat menghasilkan
by equivalent textual material in another”. padanan terjemah yang tepat makna.
Melalui pendekatan struktural, oleh Catford, Ahli lain yang pendapatnya memiliki
banyak penerjemah disadarkan bahwa dua keselarasan dengan Catford adalah Finlay
buah bahasa (BSu dan BSa) yang lagi ditangani (1971). Dari pendapatnya diperoleh
oleh penerjemah tidak lepas dari adanya pemahaman bahwa melakukan kegiatan
hubungan timbal balik yang relatif simetris terjemahan dapat diidentikkan dengan
sifatnya. Hal ini dapat dimaknai bahwa menyajikan satu teks BSu di dalam bahasa
kedua bahasa tersebut, walau dengan lainnya. Dalam penerjemahan, menurut
kepemilikan struktur yang berbeda, begitu Finlay, penerjemah tidak perlu merasa
juga perbedaan di tingkat budaya dibebani dengan keharusan memperhatikan
masyarakat pengguna bahasanya, sekalipun secara jelimet ihwal yang bertalian dengan
berada secara geografis dalam wilayah yang bentuk bahasa. Hal penting yang perlu
masing-masing berjauhan, tokh bahasa diperhatikan adalah faktor kesamaan kesan;
semacam itu tetap memiliki padanan apakah penyajian teks dalam BSa itu sudah
terjemahan. Namun, disebabkan kedua dapat memberi pesan dan kesan yang sama
bahasa tersebut berasal dari dua latar sebagaimana ditemukan pada teks BSu. Jika
budaya yang berbeda, maka tidak tertutup belum tercapai, setidaknya mendekati teks
kemungkinan bahwa sebuah atau BSu-nya. Predikat untuk kedua macam hasil
sekelompok kata BSu tidak ditemukan terjemahan itupun berbeda. Terhadap hasil
padanan terjemahnya dalam BSa. Apabila terjemahan yang mencapai tingkat kesamaan
dalam BSa tidak ditemukan padanan dapat dikategorikan ke dalam hasil
terjemah buat kata atau kelompok kata BSu terjemahan yang baik; jika sebaliknya, maka
semacam itu, sang penerjemah tidak perlu hasil terjemahan tersebut beroleh predikat
beriba hati bahwa hasil terjemahannya nanti kurang baik atau buruk. Akan tetapi,
akan mendapat predikat buruk. Hal sebagaimana disebutkan di atas, perlu
semacam itu dapat dipandang sebagai bukti disadari bahwa kemampuan di antara
akan adanya faktor keterbatasan kultur. sesama penerjemah sendiripun dalam
Bahkan, faktor kebahasaan pun terkadang menangkap pesan BSu yang diterjemahkan
dapat juga menjadi kendala untuk itu. tidak sama. Akibatnya, tidak ditemukan
Pelibatan dua bahasa dalam terjemahan kesamaan hasil terjemahan dalam
selalu dalam hubungan dua arah. Namun, menangkap semua pesan dan kesan yang
dalam prosesnya, yang terjadi dalam terdapat dalam BSu.
kegiatan tersebut berlangsung secara satu

50 ENGLONESIAN: Jurnal Ilmiah Linguistik dan Sastra, Vol. 2 No. 1, Mei 2006: 48 – 58
Aspek lain yang amat penting kesimpulan di atas adalah bahwa sang
diperhatikan dalam terjemahan adalah penerjemah haruslah berupaya menemukan
proses kreatif sang penerjemah. Hal ini padanan BSu yang alamiah, baik dari segi
mendapat penekanan dari J. Levy (1967), makna ataupun pada pengungkapannya.
yang juga seorang ahli dalam bidang Perbedaan dalam bentuk pengungkapan
terjemahan. Menurutnya, penerjemah perlu dipandang masih sesuatu yang wajar dan hal
diberi kebebasan dalam menafsirkan BSu demikian tidak memberi arti bahwa hasil
dan mencarikan kemudian padanan terjemahan yang demikian berpredikat
terjemah yang sesuai di dalam BSa. buruk dan kegagalan bagi sang penerjemah.
Menurutnya terjemahan itu tidak lain adalah Hal penting yang perlu sekali diperhatikan
proses kreatif yang membolehkan sang dalam hubungan ini adalah, apakah pesan
penerjemah dengan bebas melakukan yang hendak disampaikan oleh penulis BSu-
pemilihan terhadap berbagai kemungkinan nya dapat dialihkan oleh penerjemah dengan
pilihan sepadan untuk diperolehnya makna baik. Mudah dipahami bahwa tidak semua
yang pas dengan yang terdapat pada teks komponen bermakna yang terdapat dalam
BSu-nya. Kegiatan terjemahan, menurut suatu bahasa dengan mudah dapat
Levy, memiliki keharusan sendiri yang ditemukan padanan terjemahnya dalam BSa.
dipikulkan kepada penerjemah berupa, agar Sebagaimana disebutkan di atas, hal itu
para penerjemah berpengetahuan luas dan dapat terjadi karena adanya perbedaan latar
memadai tentang bahasa dan budaya BSu budaya atau sistem sosial dalam setiap
dan BSa. Di samping itu, mereka juga harus masyarakat pemilik bahasa. Dalam
dapat menumbuhkan kreativitas penerjemah perkembangannya, setiap bahasa pada
lain untuk dapat memilih salah satu dari gilirannya memiliki keterbatasan ataupun
sejumlah kemungkinan padanan keunikan tersendiri yang bisa terlihat dalam
terjemahnya. Karena bahasa merupakan proses penerjemahan. Setiap bahasa pada
kombinasi antara dua sistem, yaitu sistem dasarnya efektif bagi setiap penuturnya
simbol dan sistem makna, maka tidaklah untuk mengungkapkan gagasan ataupun
mudah untuk melakukan pemisahan perasaannya kepada antarsesama dalam lingkup
terhadap keduanya. Untuk itu, ahli lain, masyarakatnya. Namun, apabila terhadap dua
seperti L. Foster (dalam Yusuf 1994) bahasa kelompok masyarakat yang berbeda,
mengingatkan bahwa bagi para penerjemah, dengan keefektifan masing-masing
dalam proses terjemahan akan sulit sekali bahasanya, dilakukan perbandingan maka
untuk memisahkan isi pesan dari bentuknya, akan terlihat bahwa komponen bahasa yang
yaitu sistem simbol itu. Menurut Foster, dalam masing-masing kelompok masyarakat
kegiatan penerjemahan, dituntut dari sang bahasa gunakan berbeda pula satu dengan
penerjemah agar dia tidak hanya dapat yang lain. Perbedaan yang pada awalnya
mengalihkan isi, tetapi juga bentuk teks BSu disebabkan oleh ketidaksamaan dalam
ke dalam BSa. Namun, disadarinya bahwa tatanan kehidupan di antara masyarakat
hal itu merupakan pekerjaan berat yang bahasa inilah yang pada gilirannya akan
boleh jadi mustahil dapat dilakukan. memunculkan perbedaan dan ragam bahasa;
Sebatas pengamatan terhadap dan hal ini patut dicatat sebagai kendala
gambaran pendapat yang diambil dari berat bagi setiap penerjemah dalam proses
sejumlah ahli di atas setidaknya kita beroleh penerjemahan. Dengan demikian seorang
kesimpulan bahwa poin penting dalam penerjemah seyogianya harus memiliki
kegiatan penerjemahan itu adalah kemampuan memunculkan kesan pada
pengalihan pesan atau makna BSu ke dalam kkhalayak pembacanya sedemikian rupa
BSa, mengupayakannya sedapat mungkin sehingga mereka tidak menyadari bahwa
agar diperoleh kesesuaian bentuk, serta yang mereka lagi baca adalah teks hasil
kewajaran dalam pengungkapannya (lihat terjemahan. Namun, di situlah kendalanya,
juga Nida & Taber 1969). Penjelasan lanjut bahwa keterbatasan dan perbedaan itu tidak
lagi yang dapat ditambahkan kepada dengan mudah dan mulus dapat dilalui oleh

Batasan dan Klasifikasi dalam Terjemahan (Namsyah Hot Hasibuan) 51


seorang penerjemah; utamanya pada secara sepintas sama, akan tetapi masing-
pemberian makna pada suatu simbol, masingnya berbeda.
pemberian simbol pada suatu obyek, dan Pada kelas kegiatan kedua, yaitu
cara simbol-simbol itu ditata sedemikian terjemahan tulisan, masih terdapat tempo
rupa hingga berstruktur. Hal ini bagi penerjemah untuk melakukan
mengisyaratkan sekaligus bahwa untuk perbaikan terhadap komponen bahasa yang
menjadi seorang penerjemah yang baik itu salah ataupun terhadap padanan terjemah
tidaklah mudah, apalagi jika sang yang dianggapnya kurang mengena. Dalam
penerjemah diharuskan lagi untuk selalu kegiatan penerjemahan teks tertulis semacam
setia kepada gaya yang berasal dari penulis ini kefasihan berbicara dari seorang
teks BSu-nya. Namun, dengan berbekal ilmu penerjemah bukan merupakan bagian
terjemahan yang memadai dan dengan persyaratan yang harus dipenuhi. Untuk
sertaan latihan yang berkelanjutan dapat menjadi penerjemah tulisan yang baik dapat
diharapkan bahwa sang penerjemah yang saja dicapai tanpa keterlibatan berbicara
bersangkutan pada akhirnya dengan mudah secara aktif, asalkan penguasaan terhadap
beroleh solusi terhadap pelik-pelik yang BSu dan BSa benar-benar dimiliki secara baik
mungkin ditemukan pada kegiatan pula. Oleh Robert Lado (1961), kelas
penerjemahan. terjemahan tulisan ini, selanjutnya dibagi ke
dalam dua jenis terjemahan. Jenis yang
3. KLASIFIKASI pertama adalah terjemahan faktual;
sedangkan yang kedua disebutnya
Pembagian yang lazim dikenal dalam terjemahan bersifat sastra. Pada terjemahan
kegiatan terjemahan adalah pembagiannya faktual terdapat kegiatan pengalihan
atas terjemahan lisan dan terjemahan tulisan. seperangkat informasi faktual satu bahasa
Kedua kelas kegiatan ini masing-masing yang padanannya dapat ditemukan dalam
dengan topangan keterampilan khusus yang bahasa lainnya. Penerjemahan semacam ini
berbeda. Dalam kelas kegiatan yang ditujukan untuk memberikan informasi
pertama, yaitu terjemahan lisan, dari faktual dalam bahasa lain. Biasanya
penerjemah dituntut kecekatan dan terjemahan jenis ini dapat ditemukan pada
kecepatan untuk mengalihkan secara akte perjanjian, terjemahan berita harian,
langsung pesan bahasa yang diujarkan radio dan televisi, terjemahan buku,
penuturnya tanpa tempo lagi untuk terjemahan petunjuk penggunaan obat,
melakukan perbaikan terhadap komponen terjemahan penggunaan produk dagang
bahasa dan ujaran yang salah atau yang untuk keperluan promosi, dan sebagainya.
belum tepat padanan terjemahnya. Dalam terjemahan faktual perlu disadari
Kemampuan berbicara secara lancar dan bahwa pelencengan pesan atau makna dapat
fasih menjadi syarat penting bagi berakibat pada kerugian, atau malah dapat
penerjemah, baik dalam BSu ataupun dalam berakibat fatal. Oleh karenanya dalam jenis
BSa, di samping kepemilikan pengetahuan terjemahan faktual ini sifat terjemahan itu
yang luas serta kemampuan menafsirkan apa perlu diupayakan agar tidak panjang dan
saja yang diujarkan penutur yang sedang bertele-tele, wajar, sederhana, agar
diterjemahkannya. Kegiatan menginterpretasi kkhalayak pembaca tidak merasa enggan
yang dilakukannya, sering dijadikan pangkal sebelum membacanya. Terjemahan jenis
tolak untuk menyebut penerjemah sebagai kedua, yaitu yang bersifat sastra,
interpreter. Latihan yang tidak sebentar diperuntukkan buat kepentingan yang ada
ditambah ke dalaman pengalaman sangat kaitannya dengan kesusasteraan ataupun
diperlukan untuk menjadi seorang interpreter yang bersifat seni. Di antaranya termasuklah
yang baik karena, di samping sebagai di dalamnya penerjemahan puisi dan prosa,
penerjemah, dia juga harus merupakan berbagai cerita, drama, film, dan sebagainya.
penafsir yang cekatan. Dia sesungguhnya Berbeda dengan penerjemahan yang
mengemban dua kegiatan yang kelihatannya sifatnya tidak termasuk ke dalam sastra atau

52 ENGLONESIAN: Jurnal Ilmiah Linguistik dan Sastra, Vol. 2 No. 1, Mei 2006: 48 – 58
seni, di sini pengabaian terhadap segi bentuk lain yang berasal dari latar yang berbeda
dan penyampaian teks bahan terjemahan dengan dunia sastra.
belum merupakan kegagalan. Namun, dalam Kembali kita kepada Catford (1978)
penerjemahan karya sastra ataupun karya yang pada pembicaraan sebelum ini
seni tertentu segi bentuk karya harus pemikirannya tentang terjemahan
mendapat perhatian karena bentuk yang dikemukakan. Dengan mendasarkan
dipilih oleh pengarang dalam menyampaikan teorinya dari sudut pandang linguistik
pikiran dan perasaannya tidak jarang sarat umum, Catford selanjutnya membagi
dengan makna atau maksud tertentu. Dalam kegiatan terjemahan ke dalam tiga kategori
keadaan seperti itu, penerjemah tidak umum. Yang pertama adalah terjemahan
sepantasnya lagi begitu saja melakukan yang ditopang oleh keluasan BSu yang
penerjemahan hanya dengan melakukan menjadi bahan terjemahan. Artinya, sampai
pengalihan pesan teks karya sastra yang sebatas mana komponen BSu itu bisa
hurufiah saja. Dia harus jeli dan dimintai diterjemahkan ke dalam BSa. Bisakah semua
kemampuan membaca dan menangkap bagian naskah terjemahan dalam BSu
segala kemungkinan pesan yang terkandung tersebut dialihkan oleh penerjemahnya atau
dalam pilihan bentuk karya sastra yang akan hanya terbatas pada bagian tertentu saja ke
diterjemahkannya. Hal itu pulalah yang dalam BSa. Berdasarkan hal itu terjemahan,
mungkin dapat menjadi alasan bagi oleh Catford, dibagi lagi atas dua bagian,
penerjemah untuk tetap taat mengikuti yang masing-masing disebutnya terjemahan
bentuk pengungkapan dalam BSu karya penuh dan terjemahan parsial. Pada
sastra. Selain segi bentuk yang harus terjemahan penuh, liputan terjemahannya
diperhatikan, penerjemah sekaligus dituntut menyertakan semua bagian dari naskah BSu.
agar mampu mengalihkan kandungan pesan Tidak ada di antara bagian-bagian itu yang
dan kesan teks dalam BSu tersebut. Atau luput dari pengalihan dengan padanannya
dengan penyampaian yang lebih jelimet lagi, masing-masing ke dalam BSa. Pada
penerjemahnya dimintai kemampuan untuk terjemahan parsial, terdapat pemilihan
dapat menangkap nuansa-nuansa makna bagian tertentu di antara seluruh bagian BSu
serta butir-butir pikiran yang berbeda dalam untuk diterjemahkan. Dalam penerjemahan
teks berbahasa asal yang sering bermakna parsial ini tidak jarang terjadi malah adanya
implisit itu. Dengan demikian cukup beberapa istilah dari bagian yang dalam
beralasan apabila terdapat pemikiran bahwa terjemahannya ke dalam BSa tidak mendapat
penerjemahan teks karya sastra itu pengalihan. Artinya, untuk istilah atau kata-
seyogianya muncul dari dan dilakukan para kata tertentu sengaja tidak diberi
ahlinya sendiri karena tidak semua terjemahannya karena kesulitan mencari
penerjemah memiliki kompetensi ataupun padanannya dalam BSu. Selain itu ada juga
kemampuan untuk melakukan hal itu, yang tidak menerjemahkannya dengan
misalnya, untuk karya sastra bentuk puisi alasan keinginan mempertahankan citra
dan prosa. Untuk karya dalam bentuk puisi, ataupun corak bahasa aslinya dalam BSa.
penerjemahannya sebaiknya dilakukan oleh Dalam hubungan ini, sering terjadi yang
penyair, dan, selanjutnya, sastrawan disebut terjemahan pinjaman; yaitu
melakukan penerjemahan terhadap karya penggunaan komponen BSu ke dalam BSa
sastra yang berbentuk prosa. Begitu pula dengan melakukan modifikasi penyesuaian,
dramawan, dia lebih tepat menerjemahkan baik dari segi pelafalan ataupun
teks atau naskah drama dibanding penulisannya dalam BSa. Penyesuaian
menerjemahkan teks karya lain di luar ihwal semacam ini tidak selamanya dapat berjalan
perlakonan. Alasannya tepat apabila mulus karena perbedaan pelafalan ataupun
dikatakan bahwa mereka lebih berkompeten tata penulisan sering berbenturan dengan
dan lebih mengetahui ihwal dunia yang segi makna kata atau istilah yang harus
mereka geluti sendiri daripada penerjemah dipertahankan dalam BSu. Dari penjelasan
tentang terjemahan penuh dan parsial di atas

Batasan dan Klasifikasi dalam Terjemahan (Namsyah Hot Hasibuan) 53


kita dapat dengan jelas melihat perbedaan pelawak, pemain sandiwara, teater, opera,
keduanya. Perbedaannya terletak pada bintang film, misalnya, sering dilakukan
menyeluruh-tidaknya teks BSu itu dialihkan; upaya terjemahan fonologis. Seorang
bukan terletak pada perbedaan komponen di pelawak panggung orang Mandailing,
antara kedua bahasa yang terkait dalam misalnya, boleh jadi dalam penampilannya
penerjemahan. memerankan dirinya sebagai seorang yang
Kategori terjemahan kedua, oleh berasal dari Bali. Namun, perlu diingat
Catford, adalah terjemahan berdasarkan terjemahan fonologis semacam itu tidak
komponen atau bidang linguistik mana saja selalu terdengar pas dengan bahasa aslinya,
dari BSu yang akan diterjemahkan; misalnya, apalagi terhadap konsistensi penggunaannya
apakah pada tataran sintaksis, morfologi, untuk waktu yang lebih lama. Tidak jarang
fonologi, atau grafologinya. Untuk inipun pula upaya semacam itu, bagi pelawak,
Catford membaginya atas dua jenis digunakan sebagai bahan penarik perhatian
terjemahan, yaitu. terjemahan tuntas dan pemirsanya, yang keperluannya hanya
terjemahan terbatas. Terjemahan jenis bersifat insidental. Terjemahan fonologi,
pertama dimaksudkannya buat terjemahan walau terkadang berlangsung secara tidak
yang mengalihkan seluruh tataran BSu ke disadari, adalah seperti yang terdapat pada
dalam BSa. Cara seperti ini sebenarnya lebih upaya penguasaan pelafalan bahasa asing
bersifat teoretis, karena pada kenyataannya bagi yang lagi baru belajar bahasa itu. Orang
tidak semua komponen BSu bisa diberi yang sedang belajar bahasa asing tersebut
padanan terjemahnya dalam BSa. Pada jenis tidak dapat mengelak dari keterlibatannya
terjemahan terbatas terdapat dan hanya membuat berbagai kesalahan dalam
mengambil satu di antara tataran bahasa dari melafalkan komponen bahasa tersebut. Pada
BSu dengan mencari padanannya dalam BSa. terjemahan grafologi, grafem yang
Dalam hal ini, penerjemah secara terbatas merupakan unit bahasa terkecil, yang
hanya menentukan salah satu dari tataran, sifatnya distingtif dalam membedakan
apakah tata bahasanya, kosa katanya, makna dalam BSu, dialih grafiskan dengan
fonologinya, atau grafologinya saja yang padanannya dalam BSa dengan tidak
akan dialihkan. Sebagaimana disebutkan di melakukan pengalihan pada komponen lain
atas, pembagian jenis penerjemahan semacam BSu. Jikapun terjadi hal itu hanyalah bersifat
ini lebih bersifat teoretis karena pada insidental, yang biasa dialamatkan terhadap
kenyataannya dalam penerjemahan tidak pengalihan kosa kata dan tata bahasa. Untuk
dikenal adanya pengambilan satu saja di tujuan tertentu terjemahan grafolois dapat
antara tataran bahasa dalam BSu untuk menjadi daya dorong untuk menemukan
dialihkan ke dalam BSa. Lazimnya, peliputan pola tipografis yang dikehendaki. Di
terhadap semua tataran bahasa dalam BSu kalangan siswa atau mahasiswa yang lagi
ikut diperhatikan dan kemudian dialihkan, belajar bahasa asing, misalnya,
seperti pada tataran tata bahasa dan penerjemahan semacam ini tidak jarang
perbendaharaan katanya sekaligus. Apabila terjadi, walau tidak begitu disadari, dalam
diadakan perincian terhadap terjemahan menuliskan bahasa asing tersebut. Secara
terbatas ini, akan ditemukan sejumlah sepintas terjemahan grafologis identik
subjenis terjemahan sebagai berikut: dengan upaya transliterasi, namun,
terjemahan fonologi, terjemahan grafologi, keduanya berbeda antara satu dengan yang
terjemahan tata bahasa, dan terjemahan kosa lain. Pada upaya transliterasi terdapat proses
kata. Pada terjemahan fonologi yang terjadi pengalihan grafik yang melibatkan
adalah pengalihan fonem BSu ke dalam BSa penerjemahan fonologi di akhir
tanpa mengakibatkan perubahan pada penerjemahannya. Jadi dalam proses
tataran tata bahasa dan perbendaharaan transliterasi terjadi, satu unit grafik BSu
kata. Dalam melakukan imitasi terhadap dialihkan menjadi sejumlah unit fonologis
pelafalan atau intonasi bunyi BSu atau BSu. Unit-unit fonologis tersebut selanjutnya
terhadap dialek tertentu, dari kalangan dialihpadankan dengan unit fonologis BSa,

54 ENGLONESIAN: Jurnal Ilmiah Linguistik dan Sastra, Vol. 2 No. 1, Mei 2006: 48 – 58
yang selanjutnya dialihkan lagi ke unit pembacanya. Dalam hubungan ini, dia perlu
rafologis BSa yang sama. Dimasukkannya mengadakan upaya perubahan dalam sistem
terjemahan fonologi dan grafologi ke dalam penerjemahannya; yaitu dengan jalan
teori terjemahan karena dia dipandang amat melakukan penyesuaian dan penyelarasan
berguna dalam memberi corak terhadap sekaligus menjaga agar tidak terjadi
padanan terjemah, utamanya pada tingkat pengurangan ataupun penambahan
proses penerjemahan yang tergolong pelik. terhadap pesan yang terkandung dalam BSu.
Terjemahan tata bahasa ditandai oleh adanya Kalau begitu, jelas pula bagi kita bahwa
pemindahan tata bahasa BSu dengan padanan dalam penerjemahan tuntas bisa saja terjadi
dalam BSa dengan tidak mengalihkan kosa proses penerjemahan terhadap semua
kata dalam BSu. Yang terjadi dalam tataran lingual, dengan liputan dari unit kata
terjemahan tata bahasa ini adalah hingga kepada unit yang lebih besar lagi.
penggantian komponen tata bahasa atau Namun, ada juga penerjemah yang
struktur bahasanya tanpa melakukan membatasinya hanya pada salah satu di
pengalihan terhadap komponen bahasa antara unit-unit lingual itu. Jika pilihan
lainnya. Selanjutnya, pada terjemahan kosa terakhir ini yang menjadi pilihannya maka
kata terdapat juga pengalihan kosa kata BSu pilihan tersebut lazim disebut terjemahan
dengan padanan kosa katanya dalam BSa terikat. Selanjutnya, kebalikan dari
dengan tidak melakukan pemindahan terjemahan ini disebut terjemahan bebas,
komponen tata bahasa serta terhadap unit dalam hal ini penerjemah tidak melakukan
bahasa lainnya. Namun, kedua jenis pembatasan terhadap salah satu saja di
terjemahan tersebut (terjemahan tata bahasa antara tataran lingual untuk diterjemahkannya.
dan terjemahan kosa kata), karena Menerjemahkan kata, misalnya, tidak harus
keterkaitan yang amat erat di antara memadankannya, secara terpaksa, dengan
sesamanya pada tingkat komponen masing- kata; tetapi ada kebebasan buat penerjemah
masing, sulit dan jarang terjadi. Kedua jenis dengan komponen mana di tataran unit
terjemahan tersebut biasa dilakukan pada bahasa BSa yang dirasa lebih mengena dan
kegiatan belajar bahasa dengan maksud serasi untuk mewadahi pesan yan terdapat
untuk menunjukkan adanya perbedaan tata pada kata BSu tersebut. Hal ini membuka
bahasa dan kosa kata di antara dua bahasa kemungkinan bahwa sebuah kata dalam BSu
yang tengah dipelajari. dapat dialih padankan dengan kata, frasa,
Kelas terjemahan ketiga adalah yang klausa, ataupun dengan kalimat di dalam
berkenaan dengan tataran linguistik, dengan BSa. Jelasnya, tataran kata, dalam
istilah bahasa Inggrisnya ranks. Dalam penerjemahan, tidak harus diterjemah
penerjemahan biasa ditemukan padanan unit padankan lagi dengan tataran kata. Begitu
bahasa, seperti kata dengan kata, frasa juga tataran frasa, klausa, kalimat, masing-
dengan frasa, dan seterusnya sampai pada masing tidak harus dipadankan lagi dengan
unit lingual yang lebih besar. Pemadanan frasa, klausa, dan kalimat dalam BSa. Atas
semacam ini dapat diikuti oleh upaya lanjut kemungkinan model penerjemahan inilah,
berupa penyelarasan; yaitu dengan dengan melihat tataran lingualnya,
melakukan perubahan-perubahan struktur terjemahan dapat dibagi kepada dua jenis,
terhadap hasil pengalihan bentuk BSu dalam yaitu terjemahan terikat dan terjemahan
BSa, sehingga diperoleh bentuk yang lebih bebas. Yang dimaksud dengan terjemahan
tepat atau menyamai struktur BSa. Upaya terikat adalah jenis terjemahan yang secara
penyelarasan semacam ini banyak dilakukan khusus membatasi kegiatannya pada
karena sistem cara penerjemahan kata per penerjemahan pada lingkup tataran kata
kata ataupun yang hurufiah terasa kaku dan atau morfem saja. Upaya yang terjadi adalah
mungkin saja kurang menarik untuk dibaca. pengantian kosa kata ataupun morfem BSu
Sebagai solusi ke arah penyelesaian ihwal dengan padanan kata dan morfem dalam
seperti itu, penerjemah seharusnya BSa. Penerjemahan pada tataran yang lebih
memperhatikan keinginan khalayak besar dari tataran kata dan morfem biasanya

Batasan dan Klasifikasi dalam Terjemahan (Namsyah Hot Hasibuan) 55


tidak terjadi dalam terjemahan jenis ini. keselarasan struktur yang sesuai dengan
Penerjemahan yang disinggung di atas (kata kaidah bahasa yang berlaku dalam BSa.
untuk setiap kata) tergolong masuk ke dalam Dengan mudah dimengerti bahwa
kategori terjemahan terikat ini. terjemahan hurufiah cenderung mirip atau
Bagaimanapun kekakuan yang terasa dalam hampir mirip dengan terjemahan kata per
terjemahan jenis terikat ini, dia masih tetap kata. Sering terjadi bahwa pesan yang
berguna; utamanya di tingkat studi terkandung dalam BSu-nya tidak dapat
komparatif di kalangan pelajar atau dialihkan atau pesan tersebut bahkan sama
mahasiswa yang lagi belajar bahasa asing. sekali melenceng dari yang seharusnya
Begitu juga dalam upaya menerjemahkan sebagai akibat penerjemahan kata per kata
puisi, terjemahan terikat masih amat tersebut. Sehubungan dengan itu, ahli seperti
membantu. Savory (1968) dengan rada kontroversial
Terjemahan bebas dimaksudkan untuk menyebut terjemahan ini sebagai terjemahan
jenis terjemahan yang tidak melakukan setia. Dia berpendapat bahwa seorang
upaya penerjemahan terbatas pada satu penerjemah haruslah bersikap setia terhadap
tataran lingual tertentu. Liputan jenis naskah asli bahan terjemahan. Karena itu
terjemahan ini tidak hanya pada kata atau bentuk asli BSu perlu dipertahankan.
morfem, tetapi dapat meningkat sampai Kesadaran bahwa dia hanyalah sebagai
pada tataran kalimat atau lebih. Kalimat penerjemah dan bukan sebagai pengarang
dalam BSu yang penerjemahannya sulit naskah asli bahan terjemahan perlu ada pada
dilakukan kata per kata ataupun secara diri sang penerjemah. Dia dipandang hanya
hurufiah bisa diperoleh padanan terjemah dengan peran sebagai jembatan pemikiran
dalam BSa yang terdiri dari sejumlah kalimat orang lain. Itulah kelihatannya yang
yang bisa membentuk sebuah paragraf mendasari pendapatnya agar struktur
terjemahan, sangat ditentukan oleh kalimat BSu tidak perlu diberi perubahan.
interpretasi penerjemah serta keterkaitan Berbeda dengan itu adalah soal
kalimat tersebut dengan konsep yang penerjemahan idiom. Penerjemahan idiom
terkandung dalam BSu secara menyeluruh. kenyataannya tidak dapat dilakukan secara
Penerjemahan itu dapat juga terjadi terikat dengan setia kepada bentuk naskah
disebabkan bahasa sumbernya cukup rumit aslinya, melainkan harus diterjemahkan
dengan hasil bahwa satu kalimat BSu secara bebas. Untuk terjemahan idiomatik,
mengandung pesan panjang dan Savory berpendapat bahwa di sini terjadi
memerlukan sejumlah kalimat sebagai pengutamaan pesan daripada bentuk
padanannya. Boleh jadi kalimatnya yang terjemahannya, dan dengan alasan itu dia
memang sudah sepadan pemaknaannya, dan tidak harus terikat mengikuti bentuk atau
dapat juga sebagai kalimat pemberi penjelas struktur BSu lagi. Pada bagian berikut
terhadap konsep yang diterjemahkan. Apa dimuat sebuah contoh hasil penerjemahan
yang kita kenal selama ini sebagai idiom bahasa Inggris sebagai BSu, yang
terjemahan bebas jelas dapat dimasukkan ke selanjutnya secara kata per kata, secara
dalam jenis terjemahan ini; sedangkan hurufiah, dan secara bebas, diterjemahkan ke
terjemahan hurufiah dapat diposisikan dalam bahasa Indonesia sebagai BSa (lihat
antara terjemahan kata per kata dan juga Catford 1978 dan Yusuf 1994), dengan
terjemahan bebas. Menerjemahkan kata sedikit melakukan modifikasi terhadap
perkata adalah merupakan upaya awal yang contoh penanampilannya).
lazim dilakukan dalam terjemahan hurufiah. Terjemahan kata per kata:
Pada tahap awal ini yang diperoleh baru It’s raining cats and dogs.
merupakan bahasa terjemahan yang masih Ini ada(lah) sedang hujan kucing-kucing
perlu mendapat penyelarasan. Untuk itu, dan anjing-anjing.
terhadapnya masih mungkin dilakukan
upaya penambahan ataupun pengurangan Terjemahan hurufiah:
kata yang dipandang perlu hingga diperoleh It’s raining cats and dogs.

56 ENGLONESIAN: Jurnal Ilmiah Linguistik dan Sastra, Vol. 2 No. 1, Mei 2006: 48 – 58
Ada(lah) hujan kucing dan anjing. 4. SIMPULAN

Terjemahan bebas: Dengan mencermati uraian di atas,


It’s raining cats and dogs. yang pada pokoknya membahas tentang tiga
Hujan yang sangat lebat. jenis terjemahan: secara kata per kata, secara
hurufiah, dan secara bebas, diperoleh
Hal jelas yang dapat diamati dari hasil beberapa hal yang mencoraki atau sifat
terjemahan di atas adalah bahwa dalam masing-masing jenis penerjemahan tersebut.
penerjemahan secara kata per kata terjadi Pada terjemahan kata per kata, karena
transferensi kata per kata melalui struktur BSu masih dipertahankan, amat
pengabaian terhadap kaidah bahasa sasaran. membantu dalam pengajaran bahasa asing;
Selain itu, hubungan keterkaitan antara begitu juga dalam penerjemahan kitab-kitab
kalimat dengan dunia makna atau dunia suci, puisi, doa, ataupun ungkapan-
nyata kuran mendapat perhatian. Hasil ungkapan religius yang dipersepsi sebagai
terjemahan semacam itu tidak dapat sesuatu yang tidak dapat dirubah. Namun,
diterima karena masih mengharuskan penerjemahan dengan cara ini sering
adanya interpretasi lain disebabkan padanan menyesatkan apabila unsur BSu dipadankan
terjemahnya melenceng dari makna atau dengan padanan terjemah yang keliru,
pesan yang seharusnya. Pada hasil utamanya dalam penerjemahan teks yang
terjemahan kedua, terlihat masih adanya reseptif atau instruksional. Pada
pelencengan dari segi makna atau pesan penerjemahan hurufiah, bentuk atau
yang seharusnya disampaikan (karena struktur, serta gaya terjemahannya
adanya hujan berupa kucing dan anjing menyamai yang terdapat dalam BSu-nya,
tidak ditemukan dalam dunia nyata). sehingga khalayak pembacanya dapat
Namun, padanya dengan jelas telah menikmati gaya penulisan penulis aslinya.
ditemukan adanya upaya penyesuaian Namun, perlu diingat bahwa pesan teks
kaidah dengan kaidah bahasa yang terdapat dalam penerjemahan hurufiah sering masih
dalam BSa. Dari ketiga jenis terjemahan di terabaikan karena dalam penerjemahannya
atas, hanya padanan terjemahan terakhir, biasanya masih menekankan segi bentuk atau
yang diterjemahkan secara bebas, yang dapat struktur kalimat BSa.
dipandang memadai dan menyamai pesan Pada penerjemahan bebas, terdapat
atau makna yang terkandung dalam idiom kombinasi gagasan dan pengalaman antara
BSu tersebut. penulis BSu dengan gagasan dan
Selain itu, sapaan juga merupakan pengalaman penerjemahnya, sehingga hasil
ungkapan yang seharusnya diterjemahkan penerjemahannya dapat menjadi bacaan yang
secara bebas karena tidak dapat menarik bagi kkhalayak. Di samping
diterjemahkan secara kata per kata atau kepedulian penerjemah akan pencarian
secara hurufiah. Dengan dua cara padanan kaidah yang tepat dalam BSa, dia
penerjemahan terakhir ini, apabila dilakukan juga, dalam jenis terjemahan ini, tetap
terhadap ungkapan sapaan, pelencengan menjaga agar pesan yang terkandung dalam
dari makna ungkapan yang seharusnya akan teks terjemahan tidak ada yang hilang dalam
tetap terjadi. Ungkapan bahasa Inggris How BSa. Dari segi kelemahannya, tampak bahwa
are you?, misalnya, seharusnya khalayak pembaca tidak lagi mudah
diterjemahkan secara bebas dengan Apa membedakan, mana gagasan penulis aslinya
kabar? dalam bahasa Indonesia (sebagai BSa); dan mana pula yang merupakan gagasan
bukan dengan Bagaimana ada(lah) anda? atau dari penerjemah sendiri. Hal itu disebabkan
Bagaimana keadaan anda? yang masing- oleh kejauhan intervensi sang penerjemah ke
masing diterjemahkan secara kata per kata wilayah gagasan dan pesan penulis BSu-nya.
atau secara harfiah.

Batasan dan Klasifikasi dalam Terjemahan (Namsyah Hot Hasibuan) 57


DAFTAR PUSTAKA _______. 2000. Pedoman Bagi Penerjemah.
Jakarta: P.T. Gramedia.
Catford, J.C. 1978. A Linguistic Theory of Moeliono, Anton; dkk. (ed.) 1988. Kamus
Translation. London: Oxford University Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat
Press. Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
Finlay, Ian F. 1971. Translating. London: The Nida, Eugene A & Charles R. Taber. 1969.
English University Press. The Theory and Practice of Translation.
Lado, Robert. 1961. Language Testing. Leiden: E. J. Brill.
London: Long-mans. Savory, Theodore. 1968. Te Art of Translation.
Levy, J. 1967. Translation as a Decision Process. London: Jonathan Cape.
The Hague, Mouton. Yusuf, Suhendra. 1994. Teori Terjemah:
Machali, Rochayah. 1998. Redefining Textual Pengantar ke Arah Pendekatan Linguistik
Equivalence in Translation. Jakarta: dan Sosiolinguistik. Bandung: Penerbit
Faculty of Arts – the University of CV Mandar Maju.
Indonesia.

58 ENGLONESIAN: Jurnal Ilmiah Linguistik dan Sastra, Vol. 2 No. 1, Mei 2006: 48 – 58

Anda mungkin juga menyukai