DALAM TERJEMAHAN
Abstract
It is realized that every kind of translation emerges with its own features
respectively different with the others. The word by word translation regarded
as a useful means in foreign language teaching. Yet this kind of translation
may come misleadingly to an end when source language (BSu) units matched
wrongly with target language (BSa) units, particularly in instructional or
prescriptive text translation. In literal translation the structure of the BSu
relatively unchanged to BSa. By this kind of translation readers can enjoy
styles of the authentic writer; but still wrightly to be of consideration that
authentic styles maintenance may lead to negligence of BSu’s textual
messages. The case will be different with free translation. In this kind of
translation combination of the writer’s idea or experience with that of the
translator’s may emerge in BSa, so that it fascinates the readers. Besides an
effort to find appropriate terms in BSa, the translator necessitated as well to
unloose the writer’s messages in BSa. It would nevertheless be uneasy for the
readers then to define which idea is of the writer’s or of the translator’s. That
case due vividly to the farness of translator’s intervention in domain of the
writer’s idea or messages beared in BSu.
48 ENGLONESIAN: Jurnal Ilmiah Linguistik dan Sastra, Vol. 2 No. 1, Mei 2006: 48 – 58
sampai kepada penciptaan mesin bahasa terjemahan tempat dituangkannya
penerjemah. Gambaran ini setidaknya dapat pesan, gagasan, maupun informasi yang
mengisyaratkan kepada kita bahwa dari dibuat oleh pengarang bahasa sumber.
berbagai perspektif dan keperluannya Selanjutnya pengertian yang lebih luas perlu
manusia telah dapat melakukan aneka jenis diberikan pada yang dimaksud dengan teks
penerjemahan, di antaranya: terjemahan sebagai unit bahasa. Teks merupakan unit
spontan atau otomatis, terjemahan faktual, bahasa yang ada kalanya dapat dikatakan
terjemahan semiotika, terjemahan budaya, bersifat abstrak atau lengkap. Dia dapat
terjemahan linguistik, dan terjemahan sastra. berupa satu kata, gabungan kata, frasa,
klausa, kalimat, maupun berupa alinea
2. PEMBATASAN dengan kandungan pesan yang lengkap;
baik dalam wujud lisan maupun tulisan.
Secara sederhana dapat dikatakan, Teks itu lebih lanjut dapat juga
melalui batasan B.H. Hoed (dalam Machali dikatakan sebagai bahan ataupun naskah
2000), bahwa terjemahan merupakan yang dijadikan sebagai obyek terjemahan.
kegiatan pengalihan pesan dari suatu bahasa Keluasan pengertian teks di sini sudah
(dari bahasa sumber/BSu) kepada bahasa berupa yang disebut wacana, yaitu kesatuan
lain (bahasa sasaran/BSa). Apabila dilakukan bahasa yang lebih lengkap lagi yang dapat
penjabaran, batasan terjemahan di atas terdiri dari wujud karangan utuh. Boleh jadi
memiliki pengertian yang luas, karena dia berupa sebuah cerita pendek, novel,
kegiatan penerjemahan terkait dengan malah sebuah buku. Istilah lain yang tidak
semua kegiatan manusia dalam mengalihkan lepas dari penggunaan dalam terjemahan
semua perangkat pesan yang terdapat pada adalah yang disebut padanan, yang
BSu, baik dalam bentuk verbal maupun non- rujukannya tidak hanya terbatas pada yang
verbal, ke dalam BSa. Dari gambaran dan menyangkut padanan bahasa secara formal
kejelasan batasan di atas kita lebih lanjut berupa kata dengan kata sampai kepada
dapat mengatakan lagi bahwa seorang turis kalimat dengan kalimat, tetapi juga meliputi
yang hendak mengikuti penjelasan dalam padanan makna yang dapat saja berupa
BSu rute perjalanan yang terdapat pada makna gramatikal, makna kias, makna
buku panduan wisata, dapat dipandang konotatif, makna denotatif, makna luas, dan
sebagai salah satu contoh upaya atau proses makna pusat. Namun, perlu diingat bahwa
penerjemahan. Malah seorang arsitek makna-makna tersebut pada pokoknya tidak
sekalipun, berada dalam proses boleh mengorbankan pesan atau gagasan
penerjemahan manakala dia melakukan yang terkandung dalam BSu. Faktor
perumusan gagasannya ke dalam bahasa kewajaran, sebagai tambahan, adalah
kearsitekturan. Dalam pengertiannya yang termasuk hal yang harus diperhatikan dalam
luas, terjemahan, singkatnya, dapat dikatakan menentukan padanan yang digunakan
sebagai kegiatan manusia untuk mengalihkan dalam BSa. Artinya, penerjemah tidak boleh
pesan atau makna dari satu bentuk bahasa begitu saja mengabaikan kaidah-kaidah yang
yang satu ke dalam bentuk bahasa yang lain. berlaku dalam bahasa terjemahan. Dengan
Apa sesungguhnya yang dimaksud BSu itu, demikian kkhalayak yang menjadi pembaca
atau yang biasa disebut bahasa asli hasil terjemahan itu dapat menikmati
terjemahan. Dengan mencermati batasan bacaannya dan merasakan bahwa yang
istilah terjemahan di atas dengan mudah sedang dibacanya bukan merupakan sebuah
sebenarnya dapat kita mengatakan bahwa karya hasil terjemahan. Kesan yang muncul
bahasa sumber itu adalah bahasa yang oleh pada kkhalayak pembaca, menurut Nida &
pengarang asal, digunakan untuk Taber, setidaknya dapat memunculkan
mengungkapkan pesan, gagasan, ataupun tanggapan yang sama terhadap kedua, yaitu
keterangan yang selanjutnya menjadi bahan antara naskah hasil terjemahan BSa dengan
terjemahan bagi orang lain. Terkait dengan BSu. Jika sang penerjemah bisa mewujudkan
itu adalah BSa, yang dapat diberi arti sebagai kondisi semacam itu dapat dikatakan bahwa
50 ENGLONESIAN: Jurnal Ilmiah Linguistik dan Sastra, Vol. 2 No. 1, Mei 2006: 48 – 58
Aspek lain yang amat penting kesimpulan di atas adalah bahwa sang
diperhatikan dalam terjemahan adalah penerjemah haruslah berupaya menemukan
proses kreatif sang penerjemah. Hal ini padanan BSu yang alamiah, baik dari segi
mendapat penekanan dari J. Levy (1967), makna ataupun pada pengungkapannya.
yang juga seorang ahli dalam bidang Perbedaan dalam bentuk pengungkapan
terjemahan. Menurutnya, penerjemah perlu dipandang masih sesuatu yang wajar dan hal
diberi kebebasan dalam menafsirkan BSu demikian tidak memberi arti bahwa hasil
dan mencarikan kemudian padanan terjemahan yang demikian berpredikat
terjemah yang sesuai di dalam BSa. buruk dan kegagalan bagi sang penerjemah.
Menurutnya terjemahan itu tidak lain adalah Hal penting yang perlu sekali diperhatikan
proses kreatif yang membolehkan sang dalam hubungan ini adalah, apakah pesan
penerjemah dengan bebas melakukan yang hendak disampaikan oleh penulis BSu-
pemilihan terhadap berbagai kemungkinan nya dapat dialihkan oleh penerjemah dengan
pilihan sepadan untuk diperolehnya makna baik. Mudah dipahami bahwa tidak semua
yang pas dengan yang terdapat pada teks komponen bermakna yang terdapat dalam
BSu-nya. Kegiatan terjemahan, menurut suatu bahasa dengan mudah dapat
Levy, memiliki keharusan sendiri yang ditemukan padanan terjemahnya dalam BSa.
dipikulkan kepada penerjemah berupa, agar Sebagaimana disebutkan di atas, hal itu
para penerjemah berpengetahuan luas dan dapat terjadi karena adanya perbedaan latar
memadai tentang bahasa dan budaya BSu budaya atau sistem sosial dalam setiap
dan BSa. Di samping itu, mereka juga harus masyarakat pemilik bahasa. Dalam
dapat menumbuhkan kreativitas penerjemah perkembangannya, setiap bahasa pada
lain untuk dapat memilih salah satu dari gilirannya memiliki keterbatasan ataupun
sejumlah kemungkinan padanan keunikan tersendiri yang bisa terlihat dalam
terjemahnya. Karena bahasa merupakan proses penerjemahan. Setiap bahasa pada
kombinasi antara dua sistem, yaitu sistem dasarnya efektif bagi setiap penuturnya
simbol dan sistem makna, maka tidaklah untuk mengungkapkan gagasan ataupun
mudah untuk melakukan pemisahan perasaannya kepada antarsesama dalam lingkup
terhadap keduanya. Untuk itu, ahli lain, masyarakatnya. Namun, apabila terhadap dua
seperti L. Foster (dalam Yusuf 1994) bahasa kelompok masyarakat yang berbeda,
mengingatkan bahwa bagi para penerjemah, dengan keefektifan masing-masing
dalam proses terjemahan akan sulit sekali bahasanya, dilakukan perbandingan maka
untuk memisahkan isi pesan dari bentuknya, akan terlihat bahwa komponen bahasa yang
yaitu sistem simbol itu. Menurut Foster, dalam masing-masing kelompok masyarakat
kegiatan penerjemahan, dituntut dari sang bahasa gunakan berbeda pula satu dengan
penerjemah agar dia tidak hanya dapat yang lain. Perbedaan yang pada awalnya
mengalihkan isi, tetapi juga bentuk teks BSu disebabkan oleh ketidaksamaan dalam
ke dalam BSa. Namun, disadarinya bahwa tatanan kehidupan di antara masyarakat
hal itu merupakan pekerjaan berat yang bahasa inilah yang pada gilirannya akan
boleh jadi mustahil dapat dilakukan. memunculkan perbedaan dan ragam bahasa;
Sebatas pengamatan terhadap dan hal ini patut dicatat sebagai kendala
gambaran pendapat yang diambil dari berat bagi setiap penerjemah dalam proses
sejumlah ahli di atas setidaknya kita beroleh penerjemahan. Dengan demikian seorang
kesimpulan bahwa poin penting dalam penerjemah seyogianya harus memiliki
kegiatan penerjemahan itu adalah kemampuan memunculkan kesan pada
pengalihan pesan atau makna BSu ke dalam kkhalayak pembacanya sedemikian rupa
BSa, mengupayakannya sedapat mungkin sehingga mereka tidak menyadari bahwa
agar diperoleh kesesuaian bentuk, serta yang mereka lagi baca adalah teks hasil
kewajaran dalam pengungkapannya (lihat terjemahan. Namun, di situlah kendalanya,
juga Nida & Taber 1969). Penjelasan lanjut bahwa keterbatasan dan perbedaan itu tidak
lagi yang dapat ditambahkan kepada dengan mudah dan mulus dapat dilalui oleh
52 ENGLONESIAN: Jurnal Ilmiah Linguistik dan Sastra, Vol. 2 No. 1, Mei 2006: 48 – 58
seni, di sini pengabaian terhadap segi bentuk lain yang berasal dari latar yang berbeda
dan penyampaian teks bahan terjemahan dengan dunia sastra.
belum merupakan kegagalan. Namun, dalam Kembali kita kepada Catford (1978)
penerjemahan karya sastra ataupun karya yang pada pembicaraan sebelum ini
seni tertentu segi bentuk karya harus pemikirannya tentang terjemahan
mendapat perhatian karena bentuk yang dikemukakan. Dengan mendasarkan
dipilih oleh pengarang dalam menyampaikan teorinya dari sudut pandang linguistik
pikiran dan perasaannya tidak jarang sarat umum, Catford selanjutnya membagi
dengan makna atau maksud tertentu. Dalam kegiatan terjemahan ke dalam tiga kategori
keadaan seperti itu, penerjemah tidak umum. Yang pertama adalah terjemahan
sepantasnya lagi begitu saja melakukan yang ditopang oleh keluasan BSu yang
penerjemahan hanya dengan melakukan menjadi bahan terjemahan. Artinya, sampai
pengalihan pesan teks karya sastra yang sebatas mana komponen BSu itu bisa
hurufiah saja. Dia harus jeli dan dimintai diterjemahkan ke dalam BSa. Bisakah semua
kemampuan membaca dan menangkap bagian naskah terjemahan dalam BSu
segala kemungkinan pesan yang terkandung tersebut dialihkan oleh penerjemahnya atau
dalam pilihan bentuk karya sastra yang akan hanya terbatas pada bagian tertentu saja ke
diterjemahkannya. Hal itu pulalah yang dalam BSa. Berdasarkan hal itu terjemahan,
mungkin dapat menjadi alasan bagi oleh Catford, dibagi lagi atas dua bagian,
penerjemah untuk tetap taat mengikuti yang masing-masing disebutnya terjemahan
bentuk pengungkapan dalam BSu karya penuh dan terjemahan parsial. Pada
sastra. Selain segi bentuk yang harus terjemahan penuh, liputan terjemahannya
diperhatikan, penerjemah sekaligus dituntut menyertakan semua bagian dari naskah BSu.
agar mampu mengalihkan kandungan pesan Tidak ada di antara bagian-bagian itu yang
dan kesan teks dalam BSu tersebut. Atau luput dari pengalihan dengan padanannya
dengan penyampaian yang lebih jelimet lagi, masing-masing ke dalam BSa. Pada
penerjemahnya dimintai kemampuan untuk terjemahan parsial, terdapat pemilihan
dapat menangkap nuansa-nuansa makna bagian tertentu di antara seluruh bagian BSu
serta butir-butir pikiran yang berbeda dalam untuk diterjemahkan. Dalam penerjemahan
teks berbahasa asal yang sering bermakna parsial ini tidak jarang terjadi malah adanya
implisit itu. Dengan demikian cukup beberapa istilah dari bagian yang dalam
beralasan apabila terdapat pemikiran bahwa terjemahannya ke dalam BSa tidak mendapat
penerjemahan teks karya sastra itu pengalihan. Artinya, untuk istilah atau kata-
seyogianya muncul dari dan dilakukan para kata tertentu sengaja tidak diberi
ahlinya sendiri karena tidak semua terjemahannya karena kesulitan mencari
penerjemah memiliki kompetensi ataupun padanannya dalam BSu. Selain itu ada juga
kemampuan untuk melakukan hal itu, yang tidak menerjemahkannya dengan
misalnya, untuk karya sastra bentuk puisi alasan keinginan mempertahankan citra
dan prosa. Untuk karya dalam bentuk puisi, ataupun corak bahasa aslinya dalam BSa.
penerjemahannya sebaiknya dilakukan oleh Dalam hubungan ini, sering terjadi yang
penyair, dan, selanjutnya, sastrawan disebut terjemahan pinjaman; yaitu
melakukan penerjemahan terhadap karya penggunaan komponen BSu ke dalam BSa
sastra yang berbentuk prosa. Begitu pula dengan melakukan modifikasi penyesuaian,
dramawan, dia lebih tepat menerjemahkan baik dari segi pelafalan ataupun
teks atau naskah drama dibanding penulisannya dalam BSa. Penyesuaian
menerjemahkan teks karya lain di luar ihwal semacam ini tidak selamanya dapat berjalan
perlakonan. Alasannya tepat apabila mulus karena perbedaan pelafalan ataupun
dikatakan bahwa mereka lebih berkompeten tata penulisan sering berbenturan dengan
dan lebih mengetahui ihwal dunia yang segi makna kata atau istilah yang harus
mereka geluti sendiri daripada penerjemah dipertahankan dalam BSu. Dari penjelasan
tentang terjemahan penuh dan parsial di atas
54 ENGLONESIAN: Jurnal Ilmiah Linguistik dan Sastra, Vol. 2 No. 1, Mei 2006: 48 – 58
yang selanjutnya dialihkan lagi ke unit pembacanya. Dalam hubungan ini, dia perlu
rafologis BSa yang sama. Dimasukkannya mengadakan upaya perubahan dalam sistem
terjemahan fonologi dan grafologi ke dalam penerjemahannya; yaitu dengan jalan
teori terjemahan karena dia dipandang amat melakukan penyesuaian dan penyelarasan
berguna dalam memberi corak terhadap sekaligus menjaga agar tidak terjadi
padanan terjemah, utamanya pada tingkat pengurangan ataupun penambahan
proses penerjemahan yang tergolong pelik. terhadap pesan yang terkandung dalam BSu.
Terjemahan tata bahasa ditandai oleh adanya Kalau begitu, jelas pula bagi kita bahwa
pemindahan tata bahasa BSu dengan padanan dalam penerjemahan tuntas bisa saja terjadi
dalam BSa dengan tidak mengalihkan kosa proses penerjemahan terhadap semua
kata dalam BSu. Yang terjadi dalam tataran lingual, dengan liputan dari unit kata
terjemahan tata bahasa ini adalah hingga kepada unit yang lebih besar lagi.
penggantian komponen tata bahasa atau Namun, ada juga penerjemah yang
struktur bahasanya tanpa melakukan membatasinya hanya pada salah satu di
pengalihan terhadap komponen bahasa antara unit-unit lingual itu. Jika pilihan
lainnya. Selanjutnya, pada terjemahan kosa terakhir ini yang menjadi pilihannya maka
kata terdapat juga pengalihan kosa kata BSu pilihan tersebut lazim disebut terjemahan
dengan padanan kosa katanya dalam BSa terikat. Selanjutnya, kebalikan dari
dengan tidak melakukan pemindahan terjemahan ini disebut terjemahan bebas,
komponen tata bahasa serta terhadap unit dalam hal ini penerjemah tidak melakukan
bahasa lainnya. Namun, kedua jenis pembatasan terhadap salah satu saja di
terjemahan tersebut (terjemahan tata bahasa antara tataran lingual untuk diterjemahkannya.
dan terjemahan kosa kata), karena Menerjemahkan kata, misalnya, tidak harus
keterkaitan yang amat erat di antara memadankannya, secara terpaksa, dengan
sesamanya pada tingkat komponen masing- kata; tetapi ada kebebasan buat penerjemah
masing, sulit dan jarang terjadi. Kedua jenis dengan komponen mana di tataran unit
terjemahan tersebut biasa dilakukan pada bahasa BSa yang dirasa lebih mengena dan
kegiatan belajar bahasa dengan maksud serasi untuk mewadahi pesan yan terdapat
untuk menunjukkan adanya perbedaan tata pada kata BSu tersebut. Hal ini membuka
bahasa dan kosa kata di antara dua bahasa kemungkinan bahwa sebuah kata dalam BSu
yang tengah dipelajari. dapat dialih padankan dengan kata, frasa,
Kelas terjemahan ketiga adalah yang klausa, ataupun dengan kalimat di dalam
berkenaan dengan tataran linguistik, dengan BSa. Jelasnya, tataran kata, dalam
istilah bahasa Inggrisnya ranks. Dalam penerjemahan, tidak harus diterjemah
penerjemahan biasa ditemukan padanan unit padankan lagi dengan tataran kata. Begitu
bahasa, seperti kata dengan kata, frasa juga tataran frasa, klausa, kalimat, masing-
dengan frasa, dan seterusnya sampai pada masing tidak harus dipadankan lagi dengan
unit lingual yang lebih besar. Pemadanan frasa, klausa, dan kalimat dalam BSa. Atas
semacam ini dapat diikuti oleh upaya lanjut kemungkinan model penerjemahan inilah,
berupa penyelarasan; yaitu dengan dengan melihat tataran lingualnya,
melakukan perubahan-perubahan struktur terjemahan dapat dibagi kepada dua jenis,
terhadap hasil pengalihan bentuk BSu dalam yaitu terjemahan terikat dan terjemahan
BSa, sehingga diperoleh bentuk yang lebih bebas. Yang dimaksud dengan terjemahan
tepat atau menyamai struktur BSa. Upaya terikat adalah jenis terjemahan yang secara
penyelarasan semacam ini banyak dilakukan khusus membatasi kegiatannya pada
karena sistem cara penerjemahan kata per penerjemahan pada lingkup tataran kata
kata ataupun yang hurufiah terasa kaku dan atau morfem saja. Upaya yang terjadi adalah
mungkin saja kurang menarik untuk dibaca. pengantian kosa kata ataupun morfem BSu
Sebagai solusi ke arah penyelesaian ihwal dengan padanan kata dan morfem dalam
seperti itu, penerjemah seharusnya BSa. Penerjemahan pada tataran yang lebih
memperhatikan keinginan khalayak besar dari tataran kata dan morfem biasanya
56 ENGLONESIAN: Jurnal Ilmiah Linguistik dan Sastra, Vol. 2 No. 1, Mei 2006: 48 – 58
Ada(lah) hujan kucing dan anjing. 4. SIMPULAN
58 ENGLONESIAN: Jurnal Ilmiah Linguistik dan Sastra, Vol. 2 No. 1, Mei 2006: 48 – 58