Anda di halaman 1dari 5

A.

Padanan dalam Penerjemahan

Salah satu isu-isu dalam teori terjemahan adalah teori padanan yang dicetuskan
oleh para ahli. Pym (2009) menyebutkan bahwa padanan merupakan sebuah konsep,
ia menyebutkan bahwa penerjemahan akan memiliki nilai yang sama dengan teks
sumber. Menurut Pym, nilai kesamaan tersebut terkadang ada dalam:
(1) level bentuk (misalnya dua kata diterjemahkan dengan dua kata)
(2) acuan (misalnya hari Jumat adalah hari sebelum Sabtu)
(3) fungsi (misalnya bad luck on 13 hari Jumat berlaku untuk orang Inggris,
sedangkan di Spanyol bad luck on 13 adalah hari Selasa).
Berdasarkan pendapat Pym, dapat disimpulkan bahwa padanan dalam terjemahan
adalah kesamaan antara bahasa sumber dan bahasa target, akan tetapi konsep padanan
antara satu teori dan teori lainnya berbeda.
Vinay dan Darbelnet memandang padanan dalam penerjemahan sebagai prosedur
yang mereplikasi situasi yang sama seperti aslinya, dengan menggunakan kata-kata
yang sama sekali berbeda (1958.342). Mereka juga menyarankan apabila prosedur ini
diterapkan selama proses penerjemahan akan dapat mempertahankan gaya teks bahasa
sumber dalam teks bahasa sasaran. Menurut mereka, padanan adalah metode yang
ideal ketika penerjemah berurusan dengan peribahasa, idiom, klise, frasa nominal atau
kata sifat dan kelompok kata yang meniru suara binatang.
Berkenaan dengan padanan ekspresi antara pasangan bahasa, Vinay dan
Darbelnet mengklaim bahwa mereka dapat diterima selama mereka terdaftar dalam
kamus bilingual sebagai 'setara penuh' (1958.255). Namun, kemudian mereka
mencatat bahwa glosarium dan kumpulan ungkapan idiomatik 'tidak akan pernah
lengkap' (1958.256). Mereka menyimpulkan dengan mengatakan bahwa 'kebutuhan
untuk menciptakan padanan muncul dari situasi tersebut, dan dalam situasi inilah para
penerjemah harus mencari solusi' (1958.255). Mereka berpendapat meskipun
semantik setara dengan ekspresi dalam teks bahasa sumber yang dikutip dalam kamus
atau glosarium sebenenarnya tidak cukup, dan itu tidak menjamin terjemahan yang
sukses. Penerjemah harus mencari istilah yang setara dalam situasi yang sama
(1958.256). Misalnya Golongan putih dalam pemilihan umum apabila
diterjemahkan dalam konteks Amerika yang didominasi dua partai, golongan orang
yang tidak memilih salah satu dari keduanya disebut 'independent'. Kalau mereka juga
tidak berpartisipasi dalam pemilu maka disebut 'non-voter'.

1
Kadang-kadang, karena faktor agama, budaya dan sastra, sulit bagi penerjemah
untuk menemukan standar yang setara dalam satu bahasa ke bahasa yang lain.
Sebagai contoh, di Iran, seseorang yang kembali dari ziarah ke tempat suci Imam
Reza di Mashhad (sebuah kota di Iran) disebut "mashhadi." Istilah religius seperti itu
tidak mungkin atau cukup sulit untuk diterjemahkan ke dalam standar yang setara.
Dalam budaya Eropa, burung yang disebut "burung hantu" secara simbolis mewakili
"kebijaksanaan"; sementara di Iran itu adalah wakil dari "ketidakberuntungan”.
Karena bahasa digunakan sebagai alat komunikasi, kecuali untuk kasus-kasus yang
tidak dapat diterjemahkan seperti kiasan suara, aliterasi, assonance, konsonansi, pola
metrik dll. Maka yang harus dilakukan penerjemah ketika dia menemukan daerah
yang sulit seperti yang disebutkan di atas adalah misalnya, dalam contoh di atas ia
dapat menggunakan "seseorang yang telah melakukan ziarah ke tempat suci Imam
Reza di Mashhad, Iran" untuk mashhadi dalam catatan kaki. Selain itu untuk
membuat terjemahan yang memuaskan, penerjemah perlu berkenalan dengan sistem
fonologis, morfologis, sintaksis, semantik, pragmatis, idiomatik, religius, dan kultural
dari Bahasa sumber dan bahasa sasaran untuk menemukan standar setara,
memberikan penjelasan, atau menyampaikan maksud penulis bagi pemirsa di bahasa
sasaran.

B. Dua Orientasi Dasar dalam Penerjemahan


Karena benar bahwa tidak ada yang identik dalam hal padanan kata dalam proses
penerjemahan ”(Belloc, 1931 dan 1931a, hal.37), maka seorang penerjemah harus
menerjemahkan dengan mencari dan menemukan padanan kata sedekat mungkin.
Namun, pada dasarnya Nida berpendapat bahwa ada dua jenis padanan, yaitu padanan
formal dan padanan dinamis. Nida dan Taber (1982). Padanan formal memusatkan
perhatian pada pesan itu sendiri, baik dalam bentuk dan isi, tidak seperti padanan
dinamis yang didasarkan pada 'prinsip efek setara' Nida dan Taber (1969).

Padanan formal
Padanan formal berfokus pada kebutuhan untuk memperhatikan bentuk dan
konten yang terkandung dalam pesan. Yang disebut padanan formal berarti bahwa
pesan dalam bahasa sasaran harus sesuai dengan setiap bagian dari bahasa sumber.

2
Padanan formal bermaksud untuk mencapai padanan antara teks sumber dan teks
sasaran dan sampai batas tertentu mencerminkan fitur linguistik seperti kosa kata, tata
bahasa, sintaksis dan struktur bahasa asli yang memiliki dampak besar pada
keakuratan dan kebenaran.
Padanan formal terdiri dari item bahasa sasaran yang mewakili padanan terdekat
dari kata atau frasa bahasa sumber. Nida dan Taber memperjelas bahwa tidak selalu
ada persamaan formal antara pasangan bahasa. Oleh karena itu mereka menyarankan
bahwa padanan formal harus digunakan sebisa mungkin jika terjemahan bertujuan
untuk mencapai kesetaraan formal daripada dinamis. Penggunaan padanan formal
mungkin kadang-kadang memiliki implikasi serius dalam teks sasaran karena
terjemahan tidak akan mudah dipahami oleh audiens sasaran (Fawcett, 1997). Nida
dan Taber sendiri menyatakan bahwa 'Biasanya, padanan formal memiliki ejaan dan
pelafalan yang sama tetapi maknanya berbeda dan karenanya akan mendistorsi pesan,
sehingga menyebabkan audiens salah paham atau bekerja terlalu keras' (1969: 201).
Gloss Translation (penerjemahan dengan padanan formal)

Gloss translation adalah sejenis terjemahan di mana penerjemah berusaha


mereproduksi bentuk dan konten teks sumber secara harfiah. Biasanya teks target
memiliki kemiripan struktural yang kuat dengan teks sumber dan catatan kaki
digunakan untuk memungkinkan pembaca mendapatkan akses ke bahasa dan
kebiasaan budaya sumber.

- Penerjemahan kitab suci Al-quran

Sebagai terjemahan berbasis teks sumber, metode gloss translation cocok


digunakan untuk menerjemahkan teks agama (Al-Quran). Terjemahan Al-Quran yang
setara diperlukan untuk menyampaikan semua makna dalam teks sumber ke teks
sasaran. Sehingga, setiap Muslim di dunia dengan bahasa ibu apa pun dapat
mengakses, mempelajari, dan mempraktikkan ajaran Al-Quran dan juga memberikan
peluang bagi setiap Muslim untuk mempelajari latar belakang dan alasan spesifik
diturunkannya Al-quran (asbab al-nuzul) yang secara tidak langsung non muslim arab
akan mempelajari budaya Arab bukan menyamakannya dengan budayanya sendiri.
Sebagai contoh, terjemahan Al-Quran bahasa Indonesia mengikuti terjemahan kalimat
ke kalimat yang menyediakan fitur budaya Arab ke khalayak Indonesia. meskipun
terjemahan Al-Quran ini sulit diakses oleh kebanyakan Muslim Indonesia namun
telah diyakini bahwa kata-kata Tuhan (Al-Quran) pada kenyataannya tidak dapat

3
diterjemahkan sama sekali ke dalam bahasa lain karena makna dan keindahannya
bergantung pada struktur dan rima bahasa Arabnya. Maka dari itu, gloss translation
dianggap sebagai teori yang paling tepat yang dapat diterapkan dalam terjemahan
teks-teks agama, sebab terjemahan ini menyampaikan makna dan struktur teks sumber
yang serupa kepada audiens.
Contoh :

)241:‫ (البقرة‬.‫ حقّاعلى المتّقين‬,‫وللمطلّقات متاع بالمعروف‬


Artinya : Dan kepada wanita-wanita yang diceraikan (hendaklah diberikan oleh
suaminya) mut’ah menurut yang mampu sebagai suatu kewajiban bagi orang-orang
yang bertakwa
Mut’ah: (pemberian) ialah sesuatu yang diberikan oleh suami kepada istri yang
diceraikan sebagai penghibur, selain nafkah sesuai dengan kemampuannya.

Padanan dinamis
Padanana dinamis didefinisikan sebagai prinsip terjemahan yang menurut Nida dan
Taber adalah ketika seorang penerjemah berupaya menerjemahkan arti dari bahasa
sumber sehingga kata-kata bahasa sasaran akan memicu dampak yang sama pada
audiens teks sasaran seperti kata-kata aslinya pada audiens teks sumber. Mereka
berpendapat bahwa Seringkali, bentuk teks asli diubah tetapi selama perubahan
mengikuti aturan transformasi balik dalam bahasa sumber, konsistensi kontekstual
dalam transfer maka pesan akan tetap dipertahankan dan terjemahannya tetap setia
(1982: 200).
Nida dan Taber (1974:12) menyatakan bahwa penerjemahan merupakan suatu
kegiatan untuk mencari padanan yang terdekat dan wajar (closest natural equivalence)
dalam bahasa sasaran. Padanan harus memiliki makna yang terdekat dengan makna
bahasa sumber, khususnya dalam konteks bahasa dan budaya bahasa sumber. Untuk
mempertahankan makna, penerjemah harus melakukan penyesuaian baik dalam
bidang fonologi, morfologi, sintaksis, dan gaya bahasa yang ada di dalam bahasa
sasaran. Cara penerjemahan seperti ini disebut dengan padanan dinamis. Untuk dapat
mencapai kesepadanan dinamis, penerjemah harus memperhatikan siapa yang
menjadi calon pembaca terjemahan tersebut. Pembaca bahasa sasaran memiliki
peranan yang penting, karena suatu terjemahan dikatakan sepadan apabila respon dari
pembaca sasaran memuaskan (Nida 1969:494). Dalam hal ini, sebaiknya respon yang

4
diberikan oleh pembaca bahasa sasaran terhadap terjemahan tersebut sama dengan
pembaca bahasa sumber ketika membaca tulisan tersebut dalam bahasa sumber.
Contoh :
Frasa Lamb of God dalam kitab Injil tidak tepat apabila diterjemahkan sebagai domba
tuhan di dalam bahasa tertentu yang mana masyarakatnya tidak pernah melihat domba
sehingga pesan dari teks sumber tidak tersampaikan seperti yang diharapkan,
misalnya bagi orang-orang suku ekskimo. Lamb adalah simbol kebersihan jiwa maka
padanan alami bagi suku ekskimo adalah dengan menggunakan anjing laut yang
mana bagi mereka merupakan simbol dari ketidakberdosaan.

Pola Implementasi padanan dinamis


Dalam buku Nida, Theory and Practice of Translation, ia mendefinisikan bahwa
Penerjemahan terdiri atas mereproduksi bahasa sasaran dengan padanan alami yang
terdekat dari pesan bahasa sumber, pertama dalam hal makna dan kedua dalam hal
gaya.
Definisi ini mencakup tiga istilah dasar:
(1) kesetaraan, menunjuk ke bahasa sumber
(2) alami, menunjuk ke bahasa sasaran
(3) terdekat
Terjemahan padanan dinamis berarti memilih terjemahan yang paling dekat
dengan bahasa sumber secara alami terutama dalam hal pengertian dan penerjemah
lebih fokus pada makna dan pesan teks sumber, daripada secara kaku mematuhi
struktur dan bentuk.

Anda mungkin juga menyukai