0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
36 tayangan3 halaman
Dokumen tersebut membahas tentang definisi dan istilah penerjemahan menurut para ahli. Secara umum, penerjemahan didefinisikan sebagai proses pengalihan makna dari bahasa sumber ke bahasa sasaran. Dalam proses ini, penerjemah harus memperhatikan aspek leksikal, struktur gramatikal, situasi komunikasi, dan konteks budaya.
Dokumen tersebut membahas tentang definisi dan istilah penerjemahan menurut para ahli. Secara umum, penerjemahan didefinisikan sebagai proses pengalihan makna dari bahasa sumber ke bahasa sasaran. Dalam proses ini, penerjemah harus memperhatikan aspek leksikal, struktur gramatikal, situasi komunikasi, dan konteks budaya.
Dokumen tersebut membahas tentang definisi dan istilah penerjemahan menurut para ahli. Secara umum, penerjemahan didefinisikan sebagai proses pengalihan makna dari bahasa sumber ke bahasa sasaran. Dalam proses ini, penerjemah harus memperhatikan aspek leksikal, struktur gramatikal, situasi komunikasi, dan konteks budaya.
Secara etimologis kata penerjemahan merupakan turunan dari kata dasar tarjemah yang diserap dari kata bahasa Arab yang berarti memindahkan atau mengalihkan. Selanjutnya padanan kata penerjemahan dalam bahasa Inggrisnya disebut translation. Kata ini secara harfiah menggandung tiga makna : pertama, translation mengacu kepada suatu hasil atau produk tulisan atau ujaran yang telah diterjemahkan dari bahasa yang berbeda; kedua, kata translation mengacu kepada kegiatan menerjemahkan ujaran atau tulisan dari satu bahasa ke dalam bahasa lain; dan ketiga, translation mengacu kepada pengungkapan sesuatu dengan cara yang berbeda, yang dilakukan dalam satu bahasa yang juga disebut Jacobson intralingual translation. Dari ketiga pengertian di atas istilah translation secara harfiah ini, yang paling relevan dibicarakan adalah translation dalam pengertian kedua yakni kegiatan menerjemahkan ujaran atau tulisan dari satu bahasa ke dalam bahasa lain yang berbeda, dengan demikian menjadi dasar formulasi dan pemahaman makna penerjemahan secara terminologis. Pengertian Penerjemahan Menurut Para Ahli Menurut David Crystal (dalam Ma’mur, 2004) istilah penerjemahan adalah istilah netral yang digunakan untuk semua jenis tugas di mana makna ungkapan dalam satu bahasa (BSu) diubah ke dalam makna ungkapan bahasa yang lain (BSa), apakah mediumnya lisan, tulis, ataupun tanda. Dalam batasan ini adalah makna ungkapan yang menjadi tekanan utama dalam pengalihan bahasa, baik itu media bahasa tulis maupun lisan bahkan tanda atau isyarat sekalipun. Menurut Nida dan Taber (1974: 12) menyatakan “translating consist in reproducing receptor language the closest natural equivalent of the source language message, first in terms of meaning and secondly interms of style”. Berdasarkan pernyataan tersebut, maka penerjemah merupakan mereproduksi padanan yang wajar dan paling dekat dengan pesan pada bahasa sumber yang kemudian berhubungan dengan gaya atau bentuk. Dalam hal ini maka makna dan gaya pada bahasa sumber harus tersampaikan secara wajar dalam bahasa sasaran. Dengan catatan, padanan yang digunakan memiliki makna paling dekat dengan bahasa sumber dalam konteks bahasa dan budaya. Menurut Newmark (1981: 7) menyatakan “translation is a craft consisting in the attemp to replace a written message and or statement in one language by the same message and or statement in another language”. Penerjemahan adalah keterampilan yang digunakan usaha untuk mengganti pesan dan atau pernyataan tertulis dalam satu bahasa dengan pesan atau pernyataan dalam bahasa lain. Di sini Newmark menyoroti bahwa penerjemahan merupakan suatu keterampilan atau keahlian tersendiri yang dimiliki oleh seseorang dalam menerjemahkan teks bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran. Menurut Pinchuck (dalam Wuryantoro, 2018: 12) berpendapat “translation is a process of finding a TL equivalent for a SL utterance”. Penerjemahan berarti proses atau perbuatan pengalihbahasaan. Bahasa yang akan diterjemahkan umumnya disebut bahasa sumber sedangkan bahasa yang menjadi tujuan penerjemahan disebut bahasa sasaran. Orang yang melakukan penerjemahan disebut penerjemah, sedangkan hasil dari proses penerjemahan dinamakan terjemahan. Dari beberapa penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa para ahli mendefinisikan penerjemahan secara berbeda-beda. Namun secara umum, istilah penerjemahan berarti proses alih bahasa dari bahasa sumber ke bahasa sasaran. Dalam proses alih bahasa tersebut membutuhkan pengetahuan dan keterampilan dari penerjemah, karena yang diterjemahkan tidak hanya kata, frasa, maupun kalimat dalam tataran bahasa saja namun juga pada padanan kata yang memiliki makna paling dekat dengan bahasa sumber, terutama dalam konteks bahasa dan budaya.
Seperti yang diungkapkan di atas bahwa penerjemahan merupakan pengalihan makna
dari bahasa sumber ke bahasa sasaran. Dalam mengalihkan makna dari bahasa sumber ke bahasa sasaran penerjemah tentunya harus memperhatikan hal-hal yang berkenaan dengan penerjemahan. Menurut Larson (dalam Wuryantoro, 2018: 17) dalam penerjemahan ada 4 hal yang harus dikuasai oleh penerjemah dalam menerjemahkan teks bahasa sumber ke bahasa sasaran yaitu: leksikal, struktur gramatikal, situasi komunikasi dan konteks budaya. 1. Leksikal Dalam penerjemahan leksikal mengacu pada makna yang ada pada kamus. Makna ini terdapat pada unsur bahasa yang lepas dari penggunaan atau konteksnya. Misalnya sebuah kata small dapat berarti kecil, ringan, sederhana, remeh. Jadi padanan kata small dapat diketahui setelah kata ini berada dalam suatu rangkaian kata yang membentuk makna tertentu. 2. Struktur Gramatikal Struktur gramatikal harus disesuaikan dengan bentuk gramatikal bahasa sasaran yaitu arus alamiah mungkin dengan bentuk gramatikal bahasa sasaran. Bentuk bahasa yang dimaksud ini yaitu adalah kata, frasa, klausa, kalimat, ataupun paragraf. misalnya hubungan suatu kata dengan kata lain dalam frasa atau klausa. Contoh kata round dalam round table berarti meja yang bundar. Sementara itu, dalam I round the table berarti saya mengelilingi meja. Hal ini terjadi karena perbedaan kelas gramatika kata round sebagai kata sifat dan sebagai kata kerja. 3. Situasi Komunikasi Dalam penerjemahan bentuk komunikasi perlu diperhatikan apakah bentuk komunikasi tersebut yang terkandung dalam teks merupakan bentuk formal atau bentuk informal kalau dalam teks bahasa sumber bentuk komunikasinya formal maka terjemahannya pun harus bentuk formal dan sebaliknya jika teks bahasa sumbernya bentuk nonformal maka bentuk terjemahan juga harus bentuk nonformal. 4. Konteks Budaya Dalam penerjemahan konteks budaya bahasa sumber harus disesuaikan dengan konteks budaya bahasa sasaran. Seperti kata rice dalam bahasa sumber yaitu bahasa Inggris yang terjemahkan kepada bahasa sasaran Bahasa Indonesia dengan kultur masyarakatnya yang agraris memiliki kosa kata dan turunannya secara lebih detail dibanding bahasa Inggris. Dalam bahasa Indonesia maka kata rice dapat menjadi berbagai macam makna seperti padi (apabila masih di sawah atau masih tertangkai), gabah (apabila sudah dipanen atau dipetik atau tidak bertangkai lagi dan belum digiling), beras (bila sudah digiling), nasi (bila sudah dimasak dan siap dimakan). Daftar Pustaka Crystal, D. (1987). The Cambridge Enryclopedia of Language. Cambridge: Cambridge University Press, Ma'mur, I. (2004). Konsep Dasar Penerjemahan: Tinjauan Teoretis. Al Qalam, 21(102), 431- 458. Diakses dari : http://jurnal.uinbanten.ac.id/index.php/alqalam/article/view/1643 Newmark, P. (1981). A Textbook Of Translation. Nida, E. A., & Taber, C. R. (Eds.). (1974). The theory and practice of translation (Vol. 8). Brill Archive. Wuryantoro, A. (2018). Pengantar Penerjemahan. Deepublish.