Anda di halaman 1dari 9

Diksi dalam Penerjemahan

Makalah disajikan pada perkuliahan

Teori Tarjamah

Dosen Pengampu: Drs. Chakam Failasuf, M.Pd

Oleh :
Nabila Rasyidah 1205618023

Syarifa Fauza Nazila 1205618101

Syifa Fathuni Hidayat 1205618072

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB


FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2020
Kata Pengantar
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Shalawat serta salam semoga terlimpah
curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW., keluarganya,
sahabatnya, dan pengikutnya yang mudah mudahan kita termasuk di dalamnya.

Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu
berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga kami mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah Teori Terjemah berjudul “Diksi dalam
Penerjemahan”.

Kami meminta maaf karena kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
kami mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini
nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada Bapak dosen
kami yang telah membimbing dalam menulis makalah ini.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Tangerang, 23 September 2020

Penulis
A. Definisi Penerjemahan
Ada beberapa definisi dari berbagai sumber mengenai penerjemahan.
Penerjemahan berasal dari Bahasa Arab Tarjammah yang berarti mengalihbahasakan
suatu bahasa ke bahasa lain. Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) edisi
ketiga terjemah/ menerjemahakan merupakan menyalin /memindahakan suatu bahasa
ke bahasa lain atau mengalihbahasakan.

Selain itu, penerjemahan menurut Hoed (23:2006) adalah kegiatan


mengalihkan secara tertulis pesan dari teks suatu bahasa (misalnya bahasa Inggris) ke
dalam tekas bahasa lain (misalnya bahasa Indonesia). Memang bukan suatu hal yang
mudah untuk menerjemahkan suatu teks. Menyampaikan pesan merupakan kegiatan
menerjemahkan yang paling utama wajib dilakuakan.

Larson menuliskan bahwa pada dasarnya penerjemahan ialah suatu perubahan


bentuk dari suatu bahasa. Perubahan ini dapat berupa frasa, klausa, kalimat, paragraf
dsb. dalam kaitan lisan maupun tulisan. Ini dilihat dari struktur luarnya saja. Artinya,
selain membawa pesan, kegiatan menerjemahkan juga merupakan kegiatan mengubah
bentuk bahasa dengan tujuan hasil terjemahan dapat dipahamai sebagai teks yang
dapat dinikmati pembaca dan bahkan teks dirasa tidak seperti teks hasil terjemahan.

Jadi, penerjemahan itu proses mengalih bahasa atau mengaliheja secara tulisan
suatu bahasa ke bahasa lain tanpa mengubah pesan yang ingin disampaikan.
Walaupun terjadi perubahan bentuk (frasa, klausa, kalimat dan paragraf). Seperti yang
ditulis Nida dan Taber (12:1974) penerjemahan harus bertujuan untuk menyampaikan
pesan. Tetapi penyampaian pesan ini akan mengalami penyesuaian bentuk leksikal
dan gramatikal.

Dalam memahami arti penerjemahan, Catford menekankan bahwa


penerjemahan harus beerbasis pada kespadanan. Penerjemahan menurut Catford
(20:1965) merupakan pergantian materi tekstual dari suatu bahasa (BSu) secara
sepadan ke dalam bahasa lain (BSa). Tidak hanya ini, perlu diingat bahwa terjemahan
yang baik tidak dirasa seperti hasil terjemahan ketika dibaca.
Singkatnya, ada empat kunci yang diperlukan dalam menerjemahkan teks,
yakni:
a. Adanya perubahan bentuk (frasa, klausa, kalimat, paragraf dsb.
b. Penyampaian pesan (yang tidak diubah/ dipertahankan)
c. Kesepadanan (ekuivalensi)
d. Teks terjemahan yang tidak terasa hasil penerjemahan.

Memang bukan hal yang mudah dalam menerjemahkan suatu teks. Ketika
menerjemahkan teks, penerjemah dihadapkan pada perbedaan bentuk frasa, klausa,
kalimat teks sumber dan teks sasaran. Setiap bahasa memiliki aturan masing-masing
yang dipengaruhi oleh budaya masing-masing pula. Yang terpenting adalah ketika
menerjemahkan suatu kalimat, penerjemah harus menyadari bahwa akan ada
perubahan bentuk frasa, klausa dan kalimat.

Sehingga, penyampaian pesan dari bahasa sumber ke bahasa sasaran tetap


terjaga, dipertahankan dan tidak berubah walaupun bentuk frasa, klausa, kalimat
bahkan struktur berubah. Perlu diingat bahwa sebelum menerjemahkan teks,
penerjemah harus menemukan dan mengetahui apa pesan yang ingin disamapaikan
penulis. Artinya, penerjemah harus membaca seluruh teks yang ingin diterjemahkan
hingga menemukan pesan yang tersirat dalam teks sumber.

Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa penerjemahan adalah


memindahkan makna yang telah diungkapkan dalam bahasa yang satu (BSu) ke
bahasa yang lain (BSa) dengan menyesuaikan kaidah kedua bahasa tersebut.

B. Definisi Diksi
Dalam bahasa Indonesia, kata diksi berasal dari kata dictionary (bahasa
Inggris yang kata dasarnya diction) berarti perihal pemilihan kata. Dalam Websters
(Edisi ketiga, 1996) diction diuraikan sebagai choice of words esp with regard to
correctness, clearness, or effectiveness. Jadi, diksi membahas penggunaan kata,
terutama pada soal kebenaran, kejelasan, dan keefektifan.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, diksi adalah pilihan kata yang tepat
dan selaras (dalam penggunaannya) untuk mengungkapkan gagasansehingga
diperoleh efek tertentu (seperti yang diharapkan). Menurut Harimurti Kridalaksana,
diksi adalah pilihan kata dan kejelasan lafal untuk memperoleh efek tertentu dalam
berbicara di depan umum atau dalam karang-mengarang.

Dalam buku Seni Menggayakan Kalimat, Wid yamarta ya mengutip pendapat


Gorys Keraf bahwa pilihan kata atau diksi adalah kemampuan membedakan secara
tepat nuansa-nuansa makna sesuai dengan gagasan yang ingin disampaikan, dan
kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai dengan situasi dan nilai rasa yang
dimiliki kelompok masyarakat pendengar. Pilihan kata yang tepat dan sesuai hanya
dimungkinkan oleh penguasaan sejumlah besar kosakata atau perbendaharaan kata
bahasa itu.

Gorys Keraf juga menguraikan tiga kesimpulan utama mengenai diksi:


pertama, pilihan kata atau diksi mencakup pengertian kata-kata mana yang dipakai
untuk menyampaikan suatu gagasan, bagaimana membentuk pengelompokan kata-
kata yang tepat atau menggunakan ungkapan-ungkapan yang tepat, dan gaya mana
yang paling baik digunakan dalam suatu situasi; kedua, pilihan kata atau diksi adalah
kemampuan membedakan secara tepat nuansa- nuansa makna dari gagasan yang ingin
disampaikan, dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai (cocok) dengan
situsi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok masyarakat pendengar; ketiga, pilihan
kata yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan oleh penguasaan sejumlah besar
kosakata atau perbendaharaan kata bahasa itu. Sementara itu, yang dimaksud
perbendaharaan kata atau kosakata.

Suatu bahasa adalah keseluruhan kata yang dimiliki oleh sebuah bahasa. Dari
beberapa pendapat di atas, secara umum Penulis menyimpulkan bahwa diksi adalah
pilihan kata yang sesuai dengan makna atau gagasan yang ingin disampaikan oleh
pembicara, penulis, dan penerjemah. Kata-kata tersebut harus tepat digunakan dalam
situasi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok masyarakat pendengar dan pembaca.

Dengan demikian, diksi yang baik dapat diketahui apabila sebuah tulisan
mampu dipahami oleh pembaca sesuai dengan tingkat keahlian di mana tulisan itu
ditujukan.

C. Diksi dalam Penerjemahan


1. Korelasi Diksi dengan Makna
Telah diketahui bahwa kata hanya berfungsi sebagai alat komunikasi, apabila
berada dalam kalimat. Ketika seseorang sedang berkomunikasi dengan lawan
bicaranya. Di samping ia thengungkapkan kehendak, perasaan, dan pikirdn, ia
juga mempertimbangkan pemilihan kata yang akan digunakannya. Tentu saja kata
yang dipilih adalah kata kata-kata yang dapat mendukung dpa yang
dikehendakinya,dipikirkan dan dirasakan.

Pemilihan kata bukan saja mempertimbangkan lawan bicara, tetapi juga ingin
menunjukkan watak pembicara. Itu sebabnya seorang pembicara bukan saja
dituntut untuk mengetahui pada saat mana suatu kata digunakan, dan pada saat
mana kata tersebut tidak dapat dimanfaatkan. Kesalahan seorang penulis atau
pembicara dalam pemilihan kata akan berakibat perubahan makna yang diterima
oleh pembaca atau pendengar. Sehingga pesan yang disampaikan tidak dapat
tersalurkan, bahkan memungkinkan adanya kesalah pahaman.

Makna kata dapat menimbulkan reaksi pada orang yang mendengar atau
membaca. Reaksi yang timbul itu dapat berwujud “pengertian” atau “tindakan”.
Dalam berkomunikasi kita tidak hanya berhadapan dengan “kata”, tetapi dengan
suatu rangkaian kata yang mendukung suatu amanat. Pembaca atau pendengar
yang berlainan akan mempengaruhi pula pilihan kata dan cara penyampaian
amanat tersebut.

Dengan demikian seseorang yang telah mengetahui makna sebuah kata tidak
akan begitu saja berbicara atau menulis. Banyak faktor yang harus diperhatikan,
dipertimbangkan, dan diperhitungkan.

2. Masalah Diksi dalam Penerjemahan


Dalam penerjemahan, penerjemah harus mengalihkan pesan atau amanat,
bukan mengalihbahasakan kata per kata. Namun, pada praktiknya, dalam
pengalihan pesan itu, sering terjemahan suatu kata atau istilah menjadi kendala
yang agak sulit diatasi, demikian pula ungkapan. Terkadang kedua bahasa
sedemikian berbeda sehingga penerjemah dihadapkan pada ketidakmungkinan
menerjemahkan suatu kata. Di sinilah diperlukan kebijakan, kemampuan
berbahasa Indonesia, keterampilan menemukan kata yang tepat serta kreativitas
seorang penerjemah agar teks terjemahannya dapat berterima. Di samping itu, ia
pun harus mengenali apakah suatu kelompok kata merupakan frasa atau klausa
biasa ataukah ungkapan atau peribahasa.

Masalahnya muncul jika penerjemah tidak tahu padanan peribahasa Indonesia


atau memang dalam bahasa Indonesia tidak ada padanannya. Salah satu solusi
adalah menerjemahkan makna peribahasa itu berdasarkan kamus.

Kata-kata yang sulit dicarikan padanannya biasanya menyangkut unsur budaya


materi, religi, sosial, organisasi sosial, adat istiadat, kegiatan, prosedur, bahasa
isyarat, ekologi (Newmark: 1988: 95, seperti yang dikutip oleh Nababan, 2004).
Masalahnya, terkadang padanan kata itu ada dalam bahasa Indonesia, tetapi
konotasinya berbeda. Atau sebaliknya, kata tersebut dalam teks asal memiliki
berbagai makna yang harus dipilih dengan jeli oleh penerjemah. Memang
persoalan memilih makna kata itu merupakan masalah permanen dalam
penerjemahan yang dapat membuat kesal penerjemah karena terkadang ia telah
paham betul apa yang dimaksud pengarang, tetapi mendapat kesulitan bagaimana
menuangkannya dalam bahasa Indonesia gara-gara satu kata atau istilah saja.
Contoh-contoh berikut yang menyangkut kebiasaan sehari-hari (pranata sosial,
makanan-minuman, dll.), istilah keagamaan, istilah kekerabatan, kata ganti orang,
nama diri, sebutan, gelar, kata sapaan, nama peralatan, tumbuh-tumbuhan,
bungabungaan, buah-buahan,dan hewan.

Dalam pencarian padanan, kita akan dihadapkan pada beberapa kasus. Kasus-
kasus tersebut di antaranya seperti:
a. Istilah/kata yang memiliki padanan dalam bahasa Indonesia.
• Kata tersebut sebetulnya ada padanannya dalam bahasa Indonesia,
namun dengan makna yang lebih luas, misalnya dalam bahasa Inggris, kata
rice yang dapat berarti ’padi/beras/nasi’. Dalam hal ini, konteks sangat
menentukan padanan kata yang dimaksud.
• Suatu kata dari bahasa sumber dapat memiliki makna ganda dan
mempunyai dua padanan dalam bahasa Indonesia, misalnya, dalam bahasa
Arab, kata maktab dapat berarti ’meja’ atau ’kantor’. Penerjemah harus
memilih yang mana yang paling cocok dengan konteksnya.
• Banyak juga kata-kata yang sebetulnya memiliki padanan dalam bahasa
Indonesia, tetapi dengan konotasi khusus, misalnya, dalam bahasa Inggris,
kata café bermakna ’warungkopi’; kitchen bermakna ’dapur’. Rasa rendah
diri dan kebiasaan berbahasa orang Indonesia tampaknya ikut menentukan
dalam pengadopsian atau peminjaman istilah-istilah asing tersebut. Istilah
"dapur" digunakan untuk dapur tradisional yang kotor, sedangkan kalau
dapur itu bersih dan modern namanya kitchen. Dari istilah itu muncul
kitchen-set di mana-mana. Sama halnya dengan keempat istilah lain yang
tersebut di atas. Ada yang dipinjam bulat-bulat dalam bentuk aslinya, ada
pula yang secara perlahan-lahan disulap menjadi bahasa Indonesia, seperti
café atau kafe. Dalam petunjuk-petunjuk penerjemahan sering dikatakan
bahwa penerjemah harus menggunakan padanan istilah yang digunakan di
Indonesia.
b. Istilah/kata yang tidak ada padanannya dalam bahasa Indonesia. Biasanya
terdapat dalam istilah budaya yang menyangkut adat/kebiasaan, bangunan,
tumbuhan, makanan dan minuman. Contoh, dalam bahasa Arab kata al-
basyaam tidak ada padanannya dalam bahasa Indonesia, tetapi di kamus
al-Munawwir, kata tersebut diartikan ‘nama pohon’. Dalam hal ini,
seorang penerjemah harus kreatif untuk mencari padanan yang cocok
dalam bahasa Indonesia, misalnya dengan bertanya kepada ahli bahasa,
baik sasaran, maupun sumber.

Memilih kata yang tepat pada hakikatnya merupakan pekerjaan rutin


penerjemah dalam usahanya mengalihkan pesan dari teks berbahasa sumber ke dalam
teks terjemahan yang akan ditulisnya. Seorang penerjemah berpengalaman sekalipun
pasti selalu mengalami kesulitan mencari kata yang tepat, dengan bobot dan konotasi
yang tepat, yang akan mendorongnya untuk menciptakan kata baru,
mengindonesiakan kata asing atau “meminjam” kata tersebut. Teks baru akan
memberinya kesulitan lain. Bedanya dengan penerjemah baru adalah bahwa
pengalaman telah memberinya cara untuk meng-atasi kesulitan itu lebih cepat.
Berhubungan dengan hal di atas, pekerjaan menerjemahkan adalah pekerjaan yang
memerlukan keuletan, kesabaran, dan terutama kecintaan pada pekerjaan yang dapat
me-maksanya untuk duduk berjam-jam di depan komputer atau berjalan ke sana ke
mari untuk berkonsultasi atau mencari bahan pendukung pekerjaannya.

Jadi pada intinya, diksi dalam penerjemahan sangat amatlah penting. Karena
dengan diksi yang tepat, penerjamahan pun dapat menjadi lebih tepat.
Kesimpulan
Penerjemahan adalah memindahkan makna yang telah diungkapkan dalam bahasa
yang satu (BSu) ke bahasa yang lain (BSa) dengan menyesuaikan kaidah kedua bahasa
tersebut. Diksi adalah pilihan kata yang sesuai dengan makna atau gagasan yang ingin
disampaikan oleh pembicara, penulis, dan penerjemah. Kata-kata tersebut harus tepat
digunakan dalam situasi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok masyarakat pendengar dan
pembaca.

Memilih kata yang tepat pada hakikatnya merupakan pekerjaan rutin penerjemah
dalam usahanya mengalihkan pesan dari teks berbahasa sumber ke dalam teks terjemahan
yang akan ditulisnya. Seorang penerjemah berpengalaman sekalipun pasti selalu mengalami
kesulitan mencari kata yang tepat, dengan bobot dan konotasi yang tepat, yang akan
mendorongnya untuk menciptakan kata baru, mengindonesiakan kata asing atau “meminjam”
kata tersebut. Teks baru akan memberinya kesulitan lain. Bedanya dengan penerjemah baru
adalah bahwa pengalaman telah memberinya cara untuk meng-atasi kesulitan itu lebih cepat.
Berhubungan dengan hal di atas, pekerjaan menerjemahkan adalah pekerjaan yang
memerlukan keuletan, kesabaran, dan terutama kecintaan pada pekerjaan yang dapat me-
maksanya untuk duduk berjam-jam di depan komputer atau berjalan ke sana ke mari untuk
berkonsultasi atau mencari bahan pendukung pekerjaannya.
Daftar Pustaka

http://lingua-bahasa.blogspot.com/2012/07/definisi-penerjemahan.html?
m=1

http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8214/1/ANNA
%20SARASWATI-FAH.pdf
ANALISIS DIKSI TERHADAP PENERJEMAHAN KITAB FIQHUL-MAR’ATIL-
MUSLIMAH (STUDI KOMPARATIF). UMANIH. UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA. 2007.

Anda mungkin juga menyukai