Anda di halaman 1dari 40

Topik: Hakikat Penerjemahan

A. Latar Belakang
✓ Praktik penerjemahan bukanlah hal baru
✓ Diperkirakan sudah dilakukan sejak abad kedua SM, yakni penerjemahan puisi
Gilgamesh dari Mesopotamia ke dalam beberapa Bahasa Asia
✓ Pada awal abad Masehi, kegiatan penyebaran agama ke berbagai penjuru dunia
turut mendorong perkembangan bidang penerjemahan
✓ Teori dan ilmu penerjemahan baru berkembang di awal abad ke-21

B. Definisi Penerjemahan dan Penjurubahasaan


a. Macam-Macam Definisi Penerjemahan Menurut Para Ahli
1. Penerjemahan merupakan penggantian materi tekstual yang ada pada teks
sumber ke dalam materi tekstual pada teks sasaran (Catford, 1965)
o Menurut Catford, penerjemahan tidak hanya mengalihkan makna tetapi
juga menyesuaikan elemen leksikal dan gramatikal dengan bahasa
sasaran
2. Penerjemahan merupakan kegiatan untuk menghasilkan kembali padanan yang
paling alamiah dan paling dekat dalam bahasa sasaran dari suatu pesan bahasa
sumber (Nida dan Taber, 1974)
o Kesepadanan yang dimaksud oleh Nida dan Taber mencakup
kesepadanan makna dan gaya bahasa.
3. Penerjemahan terdiri atas distorsi makna bahasa sumber ke dalam bahasa
sasaran (Larson, 1984)
o Makna harus sama meskipun bentuk bahasa sumber berubah ketika
dialihkan ke dalam bentuk bahasa sasaran.
4. Penerjemahan adalah penyampaian makna suatu teks ke dalam bahasa lain
sesuai dengan maksud penulis teks sumber (Newmark, 1988)
5. Penerjemahan sebagai pengalihan pesan secara tertulis dari teks sumber ke
dalam teks sasaran yang menggunakan bahasa yang berbeda dari teks sumber
(Hoed, 2006)
6. Penerjemahan merupakan pengalihan teks dari suatu bahasa ke bahasa lain
dengan derajat kemiripan ( degree of resemblance) yang signifikan dengan teks
sumbernya (Colina, 2015)

1
o derajat kemiripan yang dimaksud mengacu pada “persamaan” antara
bahasa sumber dan bahasa sasaran secara u mum, seperti persamaan
struktur, persamaan makna setiap kata, dan bukan pada persamaan
secara terperinci, karena tidak ada bahasa di dunia ini yang benar-benar
sama.

b. Perbedaan Antara Konsep Penerjemahan dan Terjemahan dalam Bahasa


Indonesia dengan Konsep Translation dalam Bahasa Inggris
1. Penerjemahan (dalam bahasa Indonesia) merupakan proses dan kegiatan
menerjemahkan dari satu bahasa ke dalam bahasa lain.
2. Terjemahan merupakan hasil dari kegiatan menerjemahkan
3. Dalam bahasa Inggris, translation dapat mengacu pada tiga hal, yaitu:
a. Transaltion as a product
➔ Hasil terjemahan atau teks yang diterjemahkan
b. Translation as a process
➔ Tindakan menerjemahkan, strategi, dan sumber-sumber yang digunakan
ketika menerjemahkan, masalah-masalah yang muncul ketika
menerjemahkan, dll.
c. Transaltion as a commodity
➔ Penerjemahan merupakan barang dagangan karena ada biaya pengerjaan,
ada tenggat waktu, ada keahlian, ada manajemen proyek, dll.

c. Definisi Penjurubahasaan
1. Penjurubahasaan ( interpreting) merupakan kegiatan penerjemahan khusus
secara lisan
2. Hasil kegiatan itu disampaikan secara cepat dan langsung tanpa ada waktu untuk
menyunting dan melihat kamus atau sumber-sumber bantuan lain
3. Seorang juru bahasa harus mempunyai daya ingat yang lebih kuat daripada
seorang penerjemah
4. Seorang juru bahasa juga haruslah seseorang yang senang bicara di depan umum
5. Seorang juru bahasa diharapkan dapat melakukan penyulihbahasaan ke dua arah,
yaitu dari bahasa ibu ke bahasa asing dan sebaliknya
6. Beberapa jenis penjurubahasaan di antaranya:
a. Penjurubahasaan simultan ( simultaneous interpreting)

2
i. Juru bahasa menyulihbahasakan secara langsung yang
disampaikan pembicara
ii. Kegiatan ini biasanya diperlukan di konferensi, seminar, dsj. yang
memerlukan penyulihbahasaan satu bahasa ke bahasa lain secara
langsung
iii. Pekerjaan penjurubahasaan simultan biasanya memerlukan dua
orang juru bahasa karena mereka akan bekerja secara bergantian,
yaitu paling lama 30 menit sebelum digantikan oleh mitranya
b. Penjurubahasaan konsekutif ( consecutive interpreting )
i. Ada jeda waktu kepada juru bahasa untuk menyulihbahasakan satu
bahasa ke dalam bahasa lain
ii. Kegiatan ini biasanya diperlukan di pengadilan dan pertemuan
bilateral
iii. Pekerjaan ini hanya memerlukan satu orang juru bahasa untuk
suatu kegiatan

NB: lihat video contoh


1. Simultan
2. Konsekutif
3. Simpulan

C. Definisi Teks Sumber, Teks Sasaran, Makna, dan Pesan


1. Teks Sumber (TSu) adalah teks tulis yang harus diterjemahkan oleh seorang
penerjemah
2. Bahasa yang digunakan pada TSu disebut dengan Bahasa Sumber (BSu)
3. Ada beberapa aspek linguistik dan nonlinguistik dalam TSu yang perlu
diperhatikan oleh penerjemah, seperti gaya dan ragam bahasa, jenis dan fungsi
teks, serta konvensi genre
4. Teks Sasaran (TSa) adalah teks tertulis yang dihasilkan dari kegiatan
penerjemahan suatu TSu.
5. Bahasa yang digunakan dalam TSa disebut Bahasa Sasaran (BSa)
6. Dalam menghasilkan TSa, penerjemah perlu memperhatikan beberapa hal,
seperti jenis teks, tujuan penerjemahan, pembaca sasaran, serta perbedaan
budaya.

3
7. Hal-hal yang perlu diperhatikan tersebut memengaruhi pilihan metode
penerjemahan yang paling sesuai untuk dipakai
8. Konsep Makna dalam penerjemahan tidak selalu sama dengan konsep Pesan
9. Makna lebih merujuk pada arti semantis dari suatu kata, frasa, ungkapan, atau
kalimat, sedangkan Pesan merujuk pada arti pragmatis atau kontekstual. Contoh
makna a piece of cake adalah ‘sepotong kue’, namun pesan yang terkandung
dalam frasa tersebut bergantung pada konteks frasa itu digunakan, contoh
perbedaan konteks di restoran dan setelah selesai mengerjakan ujian

D. Pertanyaan Pemahaman
1. Apa saja perbedaan antara penerjemahan dan penjurubahasaan?
2. Jelaskan Kembali konsep TSu dan TSa dengan menggunakan contoh.
3. Jelaskan pentingnya memahami perbedaan makna dan pesan dalam
penerjemahan dengan menggunakan contoh.

4
Topik: Kompetensi Penerjemahan dan Proses Penerjemahan

A. Kompetensi Penerjemahan
1. Kompetensi penerjemahan adalah kemampuan yang ditampilkan dalam
menerjemahkan yang merupakan gabungan pengetahuan, keterampilan, dan
kualitas dalam menjalankan tugas menerjemahkan dengan kondisi yang
diinstruksikan (Cheng, 2017)
2. Ada 13 kompetensi penerjemahan (Dewi, 2019)
a. Kompetensi kemampuan bahasa sumber
i. Kemampuan memahami teks sumber dengan mendalam sehingga
dapat mengalihkan pesan dalam TSu
ii. Bahasa pada TSu tidak selalu mengacu pada bahasa ibu
penerjemah karena mungkin saja penerjemahan dilakukan dari
bahasa asing ke dalam bahasa ibu atau sebaliknya
iii. Kemampuan memahami teks sumber lebih dari sekedar membaca
untuk mencari tema atau informasi tertentu
iv. Kemampuan memahami teks mendorong penerjemah untuk
memahami unsur tersurat dan tersirat
v. Kemampuan menguasai makna kosakata yang luas juga diperlukan
vi. Kompetensi ini dapat diperoleh dengan banyak membaca,
melakukan parafrasa, dan mengembangkan kosakata
b. Kompetensi kemampuan bahasa sasaran
i. Kemampuan mengungkapkan kembali pesan yang dialihkan ke
dalam bahasa sasaran
ii. Kemampuan ini meliputi penguasaan tata bahasa dan kemahiran
menulis baik dalam bahasa ibu maupun bahasa asing yang kita
kuasai, termasuk juga penguasaan pengejaan dan penggunaan
tanda baca (contoh perbedaan penggunaan koma dan titik pada
penulisan angka seribu dalam bahasa Inggris dan bahasa
Indonesia)
c. Kompetensi interlinguistis
i. Kompetensi ini mengacu pada kesadaran akan perbedaan leksikal,
sintaksis, dan stilistik antara bahasa sumber dan bahasa sasaran
ii. Contoh perbedaan letak kata kerja dalam kalimat bahasa Jepang
dan Indonesia
d. Kompetensi pengetahuan budaya
i. Pengetahuan tenang kebudayaan, sejarah, politik, sosiolinguistik
bahasa sumber dan bahasa sasaran
ii. Misalnya, kata I dalam bahasa Inggris yang dapat diterjemahkan
menjadi aku, saya, hamba, gue, dan masih banyak lagi dalam
bahasa Indonesia
e. Kompetensi mengalihkan pesan
i. Kompetensi untuk mengaplikasikan teori dan kita penerjemahan
untuk mengalihkan pesan bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran
secara berhasil dan tepat
ii. Teori penerjemahan yang secara langsung dapat membantu
penerjemah adalah ideologi penerjemahan, strategi penerjemahan,
metode penerjemahan, prosedur penerjemahan, penerjemahan
berbagai jenis teks, dan tujuan penerjemahan (target pembaca)
iii. Misalnya, penerjemah perlu mengetahui ada perbedaan metode
yang besar antara menerjemahkan teks sastra dan menerjemahkan
teks hukum. Dalam teks sastra, penerjemah harus kreatif untuk
menggunakan kata dan ungkapan yang berbeda-beda meskipun
bermakna sama, tetapi dalam teks hukum, penerjemah harus setia
dengan istilah dan ungkapan yang sama
f. Kompetensi tekstual
i. Memahami konvensi genre teks yang berbeda di dalam bahasa
sumber dan bahasa sasaran
ii. Misalnya, teks jurnalistik di Indonesia lebih bersifat memutar
( circular) dalam menyampaikan berita sehingga ada sejumlah
pengulangan, sementara teks jurnalistik dalam bahasa Inggris
lebih singkat dan jelas serta langsung pada maksudnya
iii. Penerjemah harus berusaha menyesuaikan terjemahannya dengan
konvensi teks bahasa sasaran
g. Kompetensi pengetahuan tentang suatu disiplin
i. Memahami suatu ilmu pengetahuan atau suatu disiplin ilmu
ii. Banyak membaca buku atau makalah mengenai ilmu yang menjadi
topik dan latar belakang teks yang sering diterjemahkan akan
sangat membantu
h. Kompetensi teknologi
i. Kemampuan melakukan penerjemahan dengan menggunakan
teknologi seperti CAT Tools (mesin pembantu penerjemahan)
ii. Mengenali berbagai format dokumen yang digunakan sebagai teks
sumber dan teks sasaran dan memahami fitur-fitur dalam
pengetikan dengan komputer
iii. CAT Tools digunakan dalam computer-aided translation yang
berbeda dengan fully automated transaltion (machine translation)
seperti google translate
iv. Penerjemahan dengan mesin (machine translation) tidak
memerlukan penerjemah karena mesin yang mengerjakan sendiri.
Namun, sejauh ini hasil penerjemahan mesin masih jauh dari
sempurna terutama jika ungkapan yang diterjemahkan
mengandung unsur budaya
v. CAT Tools memerlukan penerjemah yang melakukan
penerjemahan. CAT Tools mengatur empat komponen di
dalamnya, yaitu
1. translation memory
➔ aplikasi yang menyimpan data TSu dan TSa dalam bentuk
kata, frasa, klausa, dan bahkan kalimat dari bahasa sumber
dan bahasa sasaran.
➔ Ketika penerjemah menerjemahkan suatu teks yang
topiknya sama dengan yang dikerjakan mesin ini, secara
otomatis mesin ini akan menunjukkan kata, frasa, atau
klausa yang pernah disimpan. Dengan demikian,
penerjemah tidak perlu mencari Kembali makna data itu.
2. translation management system
➔ perangkat lunak yang secara otomatis membantu proses
penerjemahan dan memaksimalkan efisiensi penerjemah
3. terminology management system
➔ perangkat lunak yang secara khusus dirancang untuk
mengumpulkan, menyimpan, dan mengaksses data berupa
istilah
4. content management system
➔ perangkat lunak untuk menambahkan atau memanipulasi,
atau mengubah isi dari suatu situs
vi. Beberapa merek CAT Tools di antaranya MemoQ, Wordfast, SDL
Trados Studio
i. Kompetensi terminologi
i. Kemampuan untuk mengatur istilah-istilah yang diperoleh secara
manual atau dengan bantuan CAT Tools
j. Kompetensi melakukan penelitian
i. Kemampuan untuk melakukan penelitian: mencari makna unsur-
unsur teks sumber, mencari padanan, kata, frasa, ungkapan, istilah
yang tepat, akurat, dan berterima dalam bahasa sasaran yang dapat
menyampaikan pesan TSu
ii. Mencari padanan dan/atau istilah dalam kamus saja tidaklah
cukup
iii. Penelitian atau pencarian harus juga dilakukan dalam teks
assistive
iv. Teks assistive terdiri atas teks paralel dan teks latar belakang
v. Teks paralel mempunyai persamaan topik, tujuan, pembaca
sasaran, dan genre dengan teks sumber
vi. Teks latar belakang mempunyai topik yang sama, tetapi
mempunyai tujuan, pembaca sasaran, atau genre yang berbeda
k. Kompetensi profesional/kompetensi etika
i. Kesadaran memahami etik kerja dan tanggung jawab pekerjaan
penerjemahan
ii. Misalnya, menyelesaikan tugas sesuai dengan tenggat waktu yang
telah disepakati Bersama dengan klien, penerjemah harus
merahasiakan dokumen TSu dan TSa yang dia kerjakan jika
diminta oleh klien
l. Kompetensi bisnis
i. Pengetahuan mengenai membangun sistem bisnis penerjemahan,
keterampilan komunikasi, dan keterampilan komunikasi
antarpersona
ii. Termasuk mengetahui cara bernegosiasi dengan klien Ketika
mendapat tawaran pekerjaan menerjemahkan atau cara membuat
invoice (tagihan) setelah menyelesaikan pekerjaan penerjemahan
m. Kompetensi teori
i. Mampu membuat keputusan Ketika melakukan penerjemahan
dan memberikan penjelasan mengenai pilihan padanan
berdasarkan teori-teori yang ada
ii. Dengan kompetensi ini, penerjemah dapat secara pasti menjawab
dan mempertahankan pilihan padanannya jika klien menanyakan
alasannya (menerangkan secara logis dan bukan hanya
mengandalkan perasaan/intuisi belaka)
iii. Misalnya, memilih padanan terms and conditions ke dalam bahasa
Indonesia. Apabila teks hukum yang sedang diterjemahkan, maka
padanan yang tepat adalah syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan
(karena teks hukum menuntut kesetiaan dalam penerjemahannya
sehingga menggunakan metode penerjemahan setia). Apabila teks
jurnalistik yang sedang diterjemahkan, maka padanan yang tepat
adalah syarat-syarat (karena cukup menggunakan metode
komunikatif atau metode bebas)

B. Proses Penerjemahan
a. Ada tiga Langkah dalam menerjemahkan (Nida & Taber, 1974), yaitu:
i. Analisis (analysis)
➔ Mempelajari TSu baik bentuk maupun isinya
ii. Pengalihan (transfer)
➔ Mengganti unsur BSu dengan unsur BSa yang sepadan
iii. Penyerasian (restructuring)
➔ Menyerasikan hasil penerjemahan yang masih kaku dengan
kaidah BSa dan calon pembaca TSa
b. Proses penerjemahan tidak bersifat linear. Artinya, penerjemah dapat
bolak-balik Kembali ke Langkah awal dan akhir proses tersebut

C. Pertanyaan Pemahaman
a. Kompetensi apakah yang membantu penerjemah dalam memecahkan
masalah penerjemahan?
b. Kompetensi apakah yang merupakan dasar wajib dimiliki seorang
penerjemah pemula?
c. Kompetensi apa yang masih jarang dimiliki oleh penerjemah di
Indonesia?
d. Jabarkan proses penerjemahan yang Anda lalui sebagai penerjemah
pemula!
Topik: Metode Penerjemahan

1. Metode Penerjemahan merupakan cara suatu teks diterjemahkan (Dewi dan


Wijaya, 2020)
2. Newmark (1988) merumuskan cara penerjemahan menjadi delapan metode,
yaitu
a. Kata per kata
b. Harfiah
c. Setia
d. Semantic
e. Komunikatif
f. Idiomatis
g. Bebas
h. Saduran
3. Delapan metode tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu a-d adalah
metode yang memberikan penekanan pada bahasa sumber, sedangkan e-h
adalah metode yang memberikan penekanan pada bahasa sasaran

a. Metode Penerjemahan Kata Per Kata (Word for Word Translation


Method)
i. Metode yang menyejajarkan secara langsung kata per kata bahasa
sumber dengan bahasa sasaran
ii. Secara structural, terjemahan dengan metode ini mengikuti
struktur BSu
iii. Makna kata per satuan diterjemahkan sangat harfiah tanpa
memperhatikan konteks secara keseluruhan
iv. Metode ini lazim hanya digunakan sebagai proses awal
penerjemahan atau prapenerjemahan terutama pada pasangan
bahasa yang berbeda jauh dari segi struktur dan makna
v. Namun, metode ini dapat digunakan langsung untuk memperoleh
hasil akhir penerjemahan apabila kalimat BSu tidak mengandung
unsur budaya, tidak mempunyai makna dan pesan tersirat,
berstruktur sama dengan kalimat BSa. Contoh:
1. I go to school
Saya pergi ke sekolah
2. It is raining cats and dogs
Ini adalah sedang hujan kucing2 dan anjing-
anjing

b. Metode Penerjemahan Harfiah (Literal Translation Method)


i. Metode harfiah mengikuti struktur BSa
ii. Namun, setiap kata atau ungkapan diterjemahkan di luar konteks
iii. Kata-kata bermuatan budaya diterjemahkan secara harfiah
iv. Segala makna tersirat tetap tidak terungkap atau tersampaikan
dalam TSa. Contoh:
1. It’s raining cats and dogs
2. Ada hujan kucing dan anjing

3. My sister was just pulling your legs


4. Saudari saya hanya sedang menarik kakimu

c. Metode Penerjemahan Setia (Faithful Translation Method)


i. Metode ini dapat menghasilkan Kembali makna kontekstual
karena penerjemahan sudah memperhatikan konteks
ii. Namun, struktur kalimat, paragraf, dan teks secara keseluruhan
masih dibatasi oleh struktur gramatikal BSu sehingga struktur BSa
masih terdengar kaku dan asing meskipun sudah sesuai dengan
konvensi BSa
iii. Kesan kaku dan asing terjadi akibat metode penerjemahan setia
ini berfokus pada kelengkapan semua makna dan pesan dari BSu
ke dalam BSa. Contoh:
1. It’s raining cats and dogs
2. Ada hujan deras sekali
iv. Metode ini biasanya digunakan dalam penerjemahan teks hukum
yang tidak memperbolehkan adanya makna dan pesan yang hilang
dari BSu karena dokumen hukum membawa kekuatan hukum
sehingga mengorbankan keberterimaan susunan gramatikal dan
konvensi BSa yang terdengar lebih dekat dengan pembaca sasaran

d. Metode Penerjemahan Semantis (Semantic Translation Method)


i. Metode penerjemahan ini dianggap lebih luwes dibandingkan
dengan metode penerjemahan setia
ii. Secara struktur sudah mengikuti BSa dengan baik dan benar, dan
secara makna dan pesan sudah memperhatiakn konteks dan
berterima di BSa
iii. Kata-kata bermuatan budaya diterjemahkan secara netral atau
bersifat fungsional
iv. Metode ini lebih cocok dan sesuai untuk teks yang lugas dan
sederhana tanpa ada ketaksaan dan kandungan tersirat. Misalnya,
teks akademik. Contoh:
1. It’s raining cats and dogs
2. Hujannya deras sekali
3. Keep off the grass!
4. Jauhi rumput ini!

e. Metode Penerjemahan Komunikatif (Communicative Translation


Method)
i. Metode komunikatif lebih luwes untuk menerjemahkan ungkapan
bermuatan budaya dibandingkan metode semantis karena
biasanya menghasilkan muatan budaya juga di TSa
ii. Metode komunikatif lebih dekat dengan pembaca sasaran dan BSa
iii. Penerjemahan metode ini sering diterapkan dalam penerjemahan
brosur, pengumuman, tulisan populer, dsj.
iv. Jika suatu kalimat tidak mengandung muatan budaya, terjemahan
dengan metode semantis dan metode komunikatif akan sama
baiknya. Namun, jika ada muatan budaya, akan terlihat bedanya.
Contoh:
1. Keep off the grass!
2. Dilarang menginjak rumput!
f. Metode Penerjemahan Idiomatis (Idiomatic Translation Method)
i. Metode ini menerjemahkan ungkapan idiomatis BSu menjadi
ungkapan idiomatis juga dalam BSa
ii. Tujuannya untuk lebih mendekatkan terjemahan pada pembaca
sasaran seakan-akan teksnya bukan terjemahan
iii. Jenis teks yang banyak menerapkan metode ini adalah
penerjemahan teks sastra, seperti puisi, drama, cerpen, novel, dst.
yang banyak ditemukan ungkapan idiomatis dan akan terasa lebih
indah dan dekat dengan pembaca sasaran jika ungkapan-
ungkapan netral dan idiomatis diterjemahkan secara idiomatis
juga dalam BSa. Misal:
1. Killing two birds with one stone
2. Sekali mendayung, dua, tiga pulau terlampaui
3. Nasi sudah menjadi bubur
4. No. use crying over splilled milk
g. Metode Penerjemahan Bebas (Free Translation Method)
i. Metode ini tidak mementingkan kelengkapan pesan dari BSu dan
hanya memfokuskan pada bagian-bagian penting yang perlu
disampaikan ke dalam BSa dan sesuai dengan kepentingan
pembaca sasaran
ii. Metode ini menerapkan parafrasa sehingga terjemahan dapat
menjadi lebih pendek atau lebih panjang daripada teks sumber
iii. Jenis teks yang sering menggunakan metode ini adalah teks
jurnalistik dan sejenisnya yang mengutamakan kepentingan
redaksi dan pembaca sasaran daripada pesan keseluruhan teks
sumber
h. Metode Penerjemahan Sasduran/Adaptasi (Adaptation Translation
Method)
i. Metode ini dianggap paling bebas dan jauh dari TSu
ii. Metode ini biasanya digunakan untuk drama, puisi, transkrip
sinetron,d an transkrip film
iii. Hanya tema, karakter, dan jalan cerita yang dipertahankan dalam
terjemahan dengan metode ini
iv. Semua budaya sumber dikonversi ke budaya sasaran
v. Misalnya, cerita saduran Mahabharata versi India dan versi Jawa.
Sinetron Benci Bilang Cinta yang disadur dari sinetron Princess
Hours dari Korea Selatan

Latihan:
Carilah contoh teks yang berupa TSu dan TSa. Tentukan metode apa yang diterapkan
oleh penerjemah. Atau apabila ditemukan lebih dari satu metode, metode apa yang
secara dominan diterapkan? Berikan contoh-contoh dalam TSu dan TSa sebagai dasar
analisis Anda.
Topik: Prosedur Penerjemahan Transposisi (pergeseran Struktural/Bentuk)

1. Transposisi merupakan terjadinya pergeseran secara struktur dari bahasa


sumber ke bahasa sasaran
2. Terjadinya transposisi ini dapat merupakan suatu keharusan agar
terjemahan menjadi wajar atau merupakan pilihan berdasarkan gaya bahasa
penerjemah

A. Pergeseran Tingkat (level shift)


1. Pergeseran ini merupakan hasil transposisi perubahan tingkat dari kata atau
frasa leksikal menjadi kata atau frasa gramatikal atau sebaliknya.
a. Dari Tingkat Leksikal ke Tingkat Gramatikal
Contoh:
Dia dulunya mahasiswa (dulunya = leksikal word (dapat dicari
maknanya di kamus))
He was a student (was = function word (tidak memiliki makna tetapi
mempunyai fungsi penanda kala masa lampau)

Kakak mengirimkan surat kepada adik (kata leksikal)


兄は妹に手紙を書きます (kata gramatikal >>
partikel)

b. Dari Tingkat Gramatikal ke Tingkat Leksikal


Contoh:
Nenek pun makan apel itu (fungsi penekanan)
Even grandmother ate that apple (kata leksikal)
B. Pergeseran Kategori (category shift)
Merupakan pergeseran secara structural atau bentuk. Ada empat jenis
pergeseran.
1. Pergeseran Struktur
• Pergeseran ini terjadi apabila struktur TSu berbeda dengan struktur
TSa.
• Misalnya terjadi perubahan urutan atau susunan kata dalam frasa,
klausa, atau kalimat ketika diterjemahkan. Contoh:
o Rumah besar (bhs.Indonesia) ⇒ a big house (bhs.Inggris)
o Tu me manques (bhs.Prancis) ⇒ saya merindukanmu
(bhs.Indonesia)
o Adik makan nasi (bhs.Indonesia) ⇒ 弟 は ご 飯 を 食 べ る
(bhs.Jepang)

2. Pergeseran Kelas
• Pergeseran ini terjadi ketika kelas kata suatu ungkapan dalam satu
bahasa diterjemahkan ke dalam kelas kata yang berbeda pada bahasa
sasaran
• Misalnya, kata sifat dalam TSu diterjemahkan menjadi kata benda
pada TSa, atau kata kerja dalam BSu diterjemahkan menjadi kata
keterangan dalam BSa, dst.
o Dia tidak merasa sedih (bhs.Indonesia) ⇒ she felt no sadness
(bhs.Inggris)
o Medizinischer student (bhs.Jerman) ⇒ mahasiswa kedokteran
(bhs.Indonesia)
o Saya kesulitan (bhs.Indonesia) ⇒ 私は困っています
(bhs.Jepang)
3. Pergeseran Unit
• Pergeseran ini terjadi ketika suatu padanan unit diterjemahkan ke
dalam unit yang berbeda dalam bahasa sasaran
• Unit yang dimaksud mengacu pada kata, frasa, klausa, kalimat, dan
paragraf
• Misalnya: suatu kata dapat menjadi frasa ketika diterjemahkan dan
sebaliknya, contoh:
o хуже [xuze] (bhs.Rusia) ⇒ lebih buruk (bhs.Indonesia)
o The seventeenth floor is entirely residential (bhs.Inggris) ⇒
lantai 17 seluruhnya diperuntukkan sebagai tempat tinggal
(bhs.Indonesia)
4. Pergeseran Intrasistem
• Pergeseran ini terjadi di dalam sistem suatu bahasa ketika
diterjemahkan ke bahasa lain
• Misalnya, dalam bahasa Indonesia ada kata ganti bersifat netral tanpa
gender seperti dia dan ia, tetapi dalam bahasa Inggris kata ganti
manusia itu terlihat gendernya seperti he dan she. Demikian pula
dengan kata sapaan kekeluargaan seperti kakak dan adik dengan
brother dan sister.
• Pergeseran intrasistem juga terjadi pada makna tunggal yang menjadi
makna jamak misalnya gunting, celana panjang, celana jins, kaca mata,
menjadi scissors, pants, trousers, jeans, glasses
• Di dalam pasangan bahasa lainnya, seperti bahasa Mandarin, ada
beberapa kata yang mempunyai beberapa makna ketika
diterjemahkan dalam bahasa Indonesia tergantung dari nada kata itu
sebab bahasa Mandarin merupakan bahasa nada ( tonal language)
• Dalam pasangan bahasa Indonesia-Korea, kata kakak bisa
diterjemahkan menjadi oppa yang bermakna orang pertama laki-laki
(kakak laki-laki) yang dituturkan oleh perempuan atau menjadi
hyeong yang bermakna kakak laki-laki juga tetapi dituturkan oleh laki-
laki. Untuk kakak perempuan dalam bahasa Korea menjadi onni yang
dituturkan oleh perempuan dan menjadi nuna yang dituturkan oleh
laki-laki.

Latihan:
1. Sebutkan dua macam pergeseran tingkat dengan contoh dalam pasangan
bahasa yang kalian ketahui!
2. Pergeseran apakah yang mengubah jenis kelas kata dari bahasa sumber ke
bahasa sasaran? Berikan contoh dalam pasangan bahasa yang kalian kuasai!
3. Sebutkan pergeseran mana yang paling sedikit terjadi dan mengapa?
4. Jelaskan yang terjadi dengan terjemahan di bawah ini!
a. TSu: hidden chamber
b. TSa: kamar tersembunyi
5. Jelaskan yang terjadi dengan terjemahan di bawah ini!
a. TSu: in order to kep their powerful documents safe
b. TSa: untuk menjaga keamanan dokumen-dokumen berkekuatan itu
Prosedur Penerjemahan: Modulasi

• Dalam melakukan prosedur modulasi, makna semantis suatu ungkapan


dalam BSu dapat berubah saat dialihkan ke dalam BSa, tetapi tanpa
mengubah pesan dari TSu itu sendiri
• Oleh karena itu, modulasi juga dapat disebut sebagai prosedur penggeseran
makna semantis ( semantic shift)
• Penerapan prosedur modulasi ini dapat dilakukan sebagai suatu pilihan ( free
modulation), misalnya untuk menjadikan gaya bahasa dalam teks sasaran
lebih indah atau lebih berterima dalam BSa, maupun sebagai suatu
keharusan ( fixed modulation), misalnya karena ketiadaan istilah atau
ungkapan dengan unsur makna yang sama dalam BSa.
• Secara garis besar, terdapat dua jenis prosedur modulasi.

1. Modulasi Sudut Pandang


a. Modulasi sudut pandang terjadi apabila terjemahan dalam BSa
memiliki fokus sudut pandang yang berbeda dengan sudut pandang
yang digunakan dalam teks sumber. Contoh:
i. Di luar kekuasaan manusia = in the hands of God
ii. Throwing the travel bag over his shoulder = sambil
menyandang tas bepergian itu pada bahunya
iii. The sudden death of his brother suprised them = mereka
terkejut mendengar kabar kematian adiknya yang sangat tiba-
tiba
2. Modulasi Cakupan Makna
a. Jenis modulasi kedua ini terjadi apabila penerjemah menggunakan
istilah atau ungkapan dalam BSa yang cakupan maknanya lebih luas
atau lebih sempit dibandingkan dengan istilah atau ungkapan dalam
BSu.
b. Modulasi ini juga mengacu pada perbedaan gradasi/kisaran. Contoh:
i. Cook the chicken for one minute = rebus ayam selama satu
menit
ii. Meminum segelas anggur sebelum tidur sudah menjadi
kebiasaannya sejak 12 tahun yang lalu = a glass of wine before
bed has become a ritual for him for the last 12 years
c. Meski terjadi perubahan cakupan makna pada kedua contoh tersebut,
lagi-lagi tidak terjadi perubahan pesan pada terjemahannya
d. Ada kalanya penerjemah memilih untuk menggunakan istilah atau
ungkapan dengan cakupan makna yang lebih sempit/spesifik untuk
menghindari ambiguitas serta membantu pembaca BSa memahami
pesan yang disampaikan oleh teks
e. Pada situasi lain, penerjemah dapat memutuskan untuk
menggunakan ungkapan atau istilah dalam BSa dengan cakupan
makna yang lebih luas dibanding ungkapan atau istilah yang dipakai
dalam BSu. Contoh:
i. From this day, we are brothers = mulai saat ini, kita adalah
saudara
ii. Mahesa adalah seorang mahasiswa universitas ternama di
Indonesia = Mahesa is a student in a reputable university in
Indonesia
iii. Pakai otaknya! = 頭を使って
iv. Selamat siang = Guten tak (‘selamat siang dan sore’)

Latihan:
1. Carilah contoh-contoh modulasi yang ada dalam teks pasangan bahasa yang
Anda ketahui.
2. Berikan beberapa contoh hiponim dalam bahasa Anda yang tidak memiliki
kesepadanan istilah dalam bahasa sasaran. Hipernim apa yang akan Anda
gunakan untuk menerjemahkan istilah-istilah tersebut?
Prosedur Penerjemahan:
Pemadanan Berkonteks, Padanan Kultural

o Pemadanan berkonteks ( contextual conditioning )


o Istilah ini berasal dari Nida dan Taber (1974)
o Pemadanan berkonteks merupakan upaya untuk memperjelas suatu
produk atau objek agar maknanya dapat dimengerti oleh pembaca
atau penerima informasi BSa.
o Upaya yang dilakukan adalah menambahkan kata atau frasa dari suatu
produk atau sesuatu yang belum dikenali dan belum dimengerti oleh
pembaca atau penerima informasi dalam BSa.
o Contoh: She prefers the Black Label rather than the usual Johnny
Walker
Ia lebih suka wiski Johnny Walker Black Label daripada yang
biasa
o Contoh: A persian that is left ungroomed is not a thing of beauty
Kucing persia yang tidak dirawat bulunya menjadi tidak cantik
o Contoh: 水割り[みずわり]ひとつ!
Saya pesan sake campur air satu!
o Contoh: Saya naik Kijang.
I drive a Kijang car.
o Contoh: Dia minum Aqua.
She drinks Aqua mineral water.
o Contoh: Di mana Pepsodent-nya?
Where is the Pepsodent tooth paste?
o Contoh: do you have a Zippo?
Apakah Anda punya korek api Zippo?
o Padanan kultural ( cultural equivalent)
o Istilah ini pertama kali dibahas oleh Newmark (1988)
o Padanan kultural merupakan teknik penerjemahan yang
menggantikan kata atau frasa yang mengandung budaya BSu dengan
kata atau frasa yang mengandung budaya BSa.
o Kata, frasa, atau ungkapan dalam TSu yang terikat budaya BSu
diterjemahkan dengan kata, frasa, atau ungkapan TSa yang terikat
budaya BSa dengan fungsi atau kedudukan yang setara.
o Contoh: Jalan tol
高速道路 [こうそくどうろ] ‘jalan kecepatan tinggi’

Driver’s licence Surat Izin Mengemudi (SIM)


Automatic Teller Machine Anjungan Tunai Mandiri
(ATM) (ATM)
Elementary (AmE) / Primary Sekolah Dasar (SD)
School (BriE)
Mass Rapid Transit (MRT) Moda Raya Terpadu (MRT)
Student Committee Badan Eksekutif Mahasiswa
(BEM)
Playgroup Pendidikan Anak Usia Dini
(PAUD)
Bar Exam Ujian Profesi Advokat

o Contoh-contoh di atas menunjukkan bahwa masing-masing budaya


dan bahasa mempunyai istilah sendiri-sendiri untuk mengacu pada
hal yang sama sehingga tidak perlu lagi diterjemahkan sesuai kata-
kata pembentuk ungkapan dalam BSu.
o Contoh-contoh di atas juga menunjukkan bahwa yang perlu dilakukan
adalah melakukan riset (penelitian) mencari padanan budaya yang
biasanya digunakan dalam BSa.
Prosedur Penerjemahan:
Penerjemahan Deskriptif dan Penerjemahan Fungsional

o Penerjemahan Deskriptif ( descriptive term)


• Penerjemahan deskriptif merupakan penerjemahan yang memberikan
uraian secara deskriptif akan suatu istilah atau ungkapan yang belum ada
padanannya dalam BSa (Newmark, 1988; Hoed, 2005)
• Contoh: Midodareni (acara budaya Jawa)
An event in the evening before the wedding when the future bride has
shower
Midodareni - Arti, Sejarah, hingga Susunan Acara (ruangmom.com)
• Contoh: The Siamese usually have points in some parts of their body
Kucing jenis Siam biasanya mempunyai point, warna lebih gelap pada
ujung, pada beberapa bagian tubuhnya.
• Contoh: Oktoberfest
Festival bir pada musim gugur
• Contoh: масленица [ maslenitsa] (bahasa Rusia)
Karnaval perayaan akhir musim dingin menjelang musim semi
dengan kebiasaan memanggang pancake dan mengadakan hiburan
yang terjaga dengan baik
• Contoh: 돌잔치 [ doljanchi] (bahasa Korea)
Pesta perayaan kelahiran bayi sebelum usianya genap setahun
• Contoh: Orang malah sudah merancang akan terbang seperti Gatotkaca,
seperti Ikarus
People were even planning to fly like the shadow puppet character
Gatotkaca, like Icarus
• Contoh: Dan segera muncul seorang wanita pribumi, berkain, berkebaya
putih, dihiasi renda-renda mahal, mungkin bikinan Naarden seperti
diajarkan di E.L.S. dulu.
A native woman entered, wearing a traditional Javanese wrap skirt and
a white blouse embellished with expensive lace, perhaps the famous
Dutch lace made in Naarden, which we had been told about in E.L.S.
o Penerjemahan Fungsional ( functional term)
• Penerjemahan fungsional merupakan penerjemahan yang memberikan
penjelasan atau uraian akan suatu padanan yang menekankan pada fungsinya
(Newmark, 1988)
• Penerjemahan ini diperuntukkan bagi istilah-istilah khusus pada suatu
bidang.
• Penerjemahan fungsional berfokus pada fungsi suatu objek. Sedangkan
penerjemahan deskriptif berfokus pada penjelasan fisik atau karakteristik
objek.
• Misalnya, secara fungsional, kursi adalah tempat untuk duduk. Sedangkan,
secara deskriptif, kursi terbuat dari kayu dengan empat kaki dan dua tangan.
• Contoh: a litter tray
Kotak untuk buang air kucing
• Contoh: Dachzimmer (bahasa Jerman)
Ruangan untuk tinggal di bawah atap
• Contoh: 帯 [おび] (bahasa Jepang)
Ikat pinggang untuk mengikat kimono dan yukata agar tidak lepas
sekaligus sebagai hiasan
Prosedur Penerjemahan:
Penerjemahan dengan Gabungan Dua atau Tiga Prosedur ( couplets atau triplets)

• Merupakan penerjemahan yang menerapkan lebih dari satu prosedur.


• Suatu ungkapan dapat diterjemahkan dengan prosedur penerjemahan
deskriptif dan fungsional sekaligus.
• Contoh: a litter tray
Suatu kotak pasir untuk buang air kucing
• Contoh: cleaver
Pisau persegi panjang untuk memotong daging
(pisau persegi panjang >> penerjemahan deskriptif)
(untuk memotong daging >> penerjemahan fungsional)
• Contoh: mouse pad
Tatakan mouse komputer
(gabungan prosedur penerjemahan fungsional [tatakan],
penerjemahan dengan meminjam [ mouse], penerjemahan fonologis
[ computer →komputer], dan pemadanan berkonteks [ computer →
komputer])
Prosedur penerjemahan: Metafora dan Idiom

• Metafora dan idiom mempunyai makna yang tidak selalu dapat ditebak dari
kata-kata pembentuknya.
• Hal ini membuat penerjemahan metafora dan idiom memerlukan
pengetahuan akan cara atau prosedur yang memberikan hasil yang berterima
dan jelas.

A. Penerjemahan Metafora
• Metafora merupakan perbandingan langsung yang tidak
menggunakan kata “seperti” atau “bagaikan” dalam bahasa Indonesia
dan dalam bahasa Inggris tidak menggunakan kata “ as” atau “ like”.
• Ada tiga cara menerjemahkan metafora.

1. Menerjemahkan metafora secara setia ( faithful)


• Cara ini dapat digunakan apabila makna metafora itu bersifat
universal, yakni terdapat persamaan makna dan kata-kata pembentuk
antara metafora BSu dan BSa.
• Contoh:
TSu TSa
You are my sun. Engkaulah matahariku.
Daniel is a walking encyclopedia. Daniel seorang ensiklopedia
berjalan.
He is mu guardian angel. Dia malaikat pelindungku.
You are trash! Kamu sampah!
He’s known as the golden child. Dia dijuluki anak emas.

2. Menerjemahkan metafora BSu dengan metafora BSa


• Metafora-metafora yang terikat budaya BSu dapat diterjemahkan
dengan metafora-metafora yang terikat budaya BSa yang mempunyai
pesan yang sama meskipun kata-kata pembentuk dan maknanya
berbeda.
• Contoh:
TSu TSa
You are the apple of my eye Kaulah buah hatiku
This job is just a stepping stone for Pekerjaan ini hanya merupakan
him batu loncatan baginya

3. Menerjemahkan metafora secara semantis


• Cara ini berarti menguraikan pesan yang dimaksud dalam metafora
itu.
• Hal ini dilakukan karena metafora tidak bersifat universal di antara
kedua bahasa dan metafora terikat budaya tetapi tidak ada padanan
metafora terikat budaya dalam bahasa sasaran juga sehingga harus
diterjemahkan pesan dari metafora itu.
• Contoh:
TSu: its’s raining cats and dogs
TSa: Hujannya deras sekali

TSu: The test was a piece of cake


TSa: Tesnya mudah sekali

B. Penerjemahan Idiom
• Idiom atau kiasan merupakan kata-kata yang tidak bisa dimengerti dan
diterjemahkan secara harfiah dan biasanya menyimpang dari kaidah
gramatika yang umum (Suryawinata dan Hariyanto, 2017:125)
• Cara menerjemahkan idiom sama seperti cara menerjemahkan metafora,
yakni ada tiga cara

1. Menerjemahkan idiom secara setia


• Ada beberapa idiom yang dapat diterjemahkan secara setia karena idiom-
idiom itu bersifat universal antara dua bahasa karena kata-kata pembentuk
hampir sama antara 60%-90% dengan makna yang juga antara 60%-90%
sama serta tentunya pesan yang 100% sama.
Contoh:
TSu: empty vessels make the most noise
TSa: Tong kosong nyaring bunyinya

Meskipun terdapat sedikit perbedaan dalam kata-kata pembentuk dan


makna dalam kedua idiom ( the vessels vs tong, make the most vs nyaring),
pesan yang disampaikan sama, yakni orang yang tidak banyak berilmu akan
lebih banyak berbicara

TSu: united we stand, divided we fall


TSa: bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh

2. Menerjemahkan idiom BSu dengan idiom BSa


• Ada beberapa idiom yang terikat budaya BSu yang dapat diterjemahkan ke
idiom yang terikat budaya BSa.
• Idiom-idiom ini mempunyai kata-kata pembentuk dan makna yang sangat
berbeda dari BSu ke BSa, tetapi mengandung pesan yang sama
• Contoh:
TSu: Nasi sudah menjadi bubur
TSa: don’t cry over spilled milk

TSu: sekali mendayung, dua tiga pulau terlampaui


TSa: killing two birds with one stone

TSu: Dia dikasih hati minta jantung


TSa: I gave him an inch and he took a yard

3. Menerjemahkan idiom secara semantis


• Cara ini dilakukan dengan menguraikan pesan yang dimaksud oleh idiom
itu atau menerjemahkan idiom secara semantis.
• Hal ini disebabkan karena idiom tersebut tidak bersifat universal atau
idiom terikat budaya tetapi tidak ada padanan idiom dengan pesan yang
sama di BSa
• Contoh:
TSu: a penny saved is a penny earned
TSa: menabung itu sangat penting

TSu: put oneself in someone’s shoes


TSa: memposisikan diri menjadi orang lain

TSu: Jangan besar pasak daripada tiang


TSa: don’t spend more than what you earn

Latihan:
Perhatikan kalimat TSu dan TSa di bawah ini dan jelaskan apakah kalimat tersebut
merupakan metafora ataukah idiom serta prosedur penerjemahan yang diterapkan.
1. TSu: I am feeling blue
TSa: Saya sedang merasa sedih

2. TSu: The grass is greener on the other side


TSa: Rumput tetangga lebih hijau

3. TSa: Di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung


TSu: When in Rome, do as the Romans do

4. TSu: Air tenang menghanyutkan


TSa: still water runs deep
Prosedur Penerjemahan: Eksplisitasi, Implisitasi, Penghapusan, dan Penambahan

• Prosedur ini diusulkan oleh Vinay dan Darbelnet (1965)

1. Eksplisitasi ( explicitation)
• Prosedur penerjemahan ini memberikan deskripsi singkat sebagai tambahan
penjelasan akan sesuatu atau seseorang
• Penjelasan tambahan ini diperlukan karena pembaca sasaran tidak
mengetahui sesuatu atau seseorang itu dari budaya bahasa sumber
• Perbedaannya dengan pemadanan berkonteks adalah eksplisitasi berupa
deskripsi singkat, sedangkan pemadanan berkonteks adalah pemberian label
atau jenis pada suatu produk atau objek.
• Contoh:
TSu: Susilo Bambang Yudhoyono mengunjungi Singapura untuk menemani
istrinya di rumah sakit
TSa: Susilo Bambang Yudhoyono, the 6th president of the Republic of
Indonesia, is visiting Singapore to accompany his wife in the National
University of Singapore hospital

TSu: Mike Pompeo has just signed a new deal


TSa: Mike Pompeo, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, baru saja
menandatangani kesepakatan baru

TSu: Manggarai dipenuhi oleh para penumpang pada jam sibuk


TSa: Manggarai, the transit station of the commuter train line, is crowded
with passengers during the rush hours

TSu: 明治時代
TSa: Zaman Meiji, tahun 1868-1921

2. Implisitasi ( implicitation)
• Kebalikan daru eksplisitasi
• Merupakan penghapusan deskripsi singkat akan sesuatu atau seseorang
karena sesuatu atau seseorang itu sudah jelas bagi pembaca sasaran
• Pemberian penjelasan tambahan tidak diperlukan karena akan dianggap
lewah ( redundancy)
• Contoh:
TSu: Ridwan Kamil, the governor of West Jawa, enacted the regulation that
supports the labor’s rights
TSa: Ridwan Kamil mengesahkan peraturan yang mendukung hak-hak
buruh

TSu: Gedung Sate, a historical building in Bandung, can be visited by


tourists
TSa: Gedung Sate dapat dikunjungi oleh turis

TSu: Dublin, yang merupakan ibukota Irlandia, sangat dingin


TSa: Dublin is freezing

3. Penghapusan ( deletion)
• Penghapusan adalah kebalikan dari penambahan
• Merupakan prosedur penerjemahan yang menghapus atau menghilangkan
satu atau beberapa kata, frasa, klausa, atau bahkan kalimat yang dianggap
tidak diperlukan atau bersifat lewah ( redundant) dalam sebuah teks
• Berbeda dengan implisitasi yang terkait sesuatu atau seseorang,
penghapusan lebih terkait pada konteksnya
• Penghapusan lebih bersifat wajib karena membuat teksnya berterima dan
wajar dalam BSa
• Contoh:
TSu: and though you look so cute in your polyester suit
TSa: meski kau terlihat tampan dengan setelan itu.

Pada contoh di atas, kata yang digarisbawahi jika dipertahankan, hasil dalam
BSa akan terdengar asing dan janggal atau berlebih

TSu: Menjauh dari aku, dasar pecundang!


TSa: get away from me, loser!
Latihan
Perhatikan kalimat TSu dan TSa berikut dan jelaskan prosedur yang terjadi dengan
ungkapan yang dicetak tebal

TSu: World Trade Center was famous for its history


TSa: World Trade Center, gedung yang hancur karena ditabrak pesawat teroris
pada tahun 2001, terkenal akan sejarahnya

TSu: Justin Bieber baru saja menikah dengan Hailey Baldwin, seorang model
ternama
TSa: Justin Bieber just got married to Hailey Baldwin

TSu: his detention has prompted violent protest in Bahrain and has been
condemned by both the United States and Iran as well as human rights groups
TSa: Penahanannya memicu unjuk rasa yang diwarnai kekerasan di Bahrain dan
dikecam baik oleh Amerika Serikat dan Iran serta juga kelompok-kelompok pegiat
hak asasi

TSu: the story written in Old English


TSa: Kisah dalam bahasa Inggris Kuno

4. Penambahan ( addition)
• Merupakan penambahan satu atau beberapa frasa, klausa, atau bahkan
kalimat pada terjemahan untuk memperjelas pesan dalam BSa.
• Tidak seperti eksplisitasi dan pemadanan berkonteks yang memberikan
penambahan terkait sesuatu atau seseorang, penambahan ini lebih terkait
konteks karena jika tidak ditambahkan sesuatu pada TSa, terjemahan akan
terasa janggal
• Contoh:
TSu: clear the beach to make way!
TSa: bersihkan pantainya! Buat jalan untuk yang lain!
Contoh di atas menunjukkan adanya penambahan frasa “untuk yang lain”
dalam terjemahan karena tanpa frasa itu, hasilnya menjadi kurang jelas atau
terasa tidak lengkap. Jadi, penambahan ini bersifat wajib untuk mendapatkan
terjemahan yang berterima dan sukses.

TSu: Ambil saja buku itu. Kemarin aku membelikan untukmu.


TSa: “just take that book,” he said to Arlene, “ I bought that for you yesterday”

Contoh di atas menunjukkan perlunya penambahan klausa “he said to Arlene”


agar pembaca BSa lebih memahami teks itu.

TSu: バカ
TSa: dasar bodoh kau!

Dalam bahasa Jepang maknanya hanya kata “bodoh” tetapi ketika


diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia diperlukan penambahan kata
“dasar” dan “kau” agar hasilnya lebih berterima dan berhasil karena jika
hanya diterjemahkan dengan kata “bodoh” terasa kurang lengkap bagi
pembaca BSa.
Prosedur Penerjemahan: Kalke, Penerjemahan Fonologis (Naturalisasi), dan
Penerjemahan dengan kata Pungutan (Borrowing)

• Prosedur penerjemahan ini diusulkan oleh Vinay dan Dalbernet (1965) dan
dikembangkan oleh Newmark (1988)
• Prosedur-prosedur ini pada dasarnya merupakan cara terakhir
menerjemahkan jika memang belum ada padanannya ke dalam bahasa lain

1. Penerjemahan kalke ( calque, through translation, loan translation )


• Merupakan penerjemahan harfiah atau literal yang meminjam ungkapan
atau istilah dari BSu yang disesuaikan dengan bentuk atau struktur dalam
BSa
• Penerjemahan ini tidak dapat diterapkan begitu saja tiap kali ada ungkapan
atau istilah BSu yang belum ada padanannya dalam BSa
• Biasanya prosedur ini hanya digunakan untuk istilah yang sudah dikenal luas
( recognized terms) dalam BSu dan BSa
• Contoh:
TSu: skycrapers
TSa: pencakar langit

TSu: World Health Organization (WHO)


TSa: Organisasi Kesehatan Dunia

TSu: United Nations (UN)


TSa: Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)

TSu: Red Cross


TSa: Palang Merah
2. Penerjemahan fonologis (naturalisasi)
• Merupakan penerjemahan yang menyesuaikan bunyi BSu dengan bunyi BSa
• Banyak sekali kata atau bahkan frasa yang diambil dari bahasa asing untuk
disesuaikan bunyinya ke dalam bahasa Indonesia
• Penerjemahan fonologis ini tidak memerlukan konteks dan teks karena
hanya mengenai perubahan bunyi dan ejaan dari kata atau frasa satu bahasa
ke kata atau frasa bahasa lainnya
• Contoh:
Bhs Inggris Bhs Indonesia
Mall Mal
Computer Komputer
Telephone Telepon
Real estate Real estat
Fax Faks
International Internasional
National Nasional
Class Kelas
Calendar Kalender
Mathematics Matematika
Cardiology Kardiologi
Economy Ekonomi
Doctor Dokter
Lamp Lampu
Glass Gelas

Bhs Indonesia Bhs Jepang


durian ドリアン
Bhs Inggris
McDonald マックドナルド

Bhs Indonesia Bhs Inggris


sate Satay
bambu Bamboo

Bhs Arab Bhs Indonesia


Inshaalah insyaallah
Ummi Umi
3. Penerjemahan dengan Transferensi atau Kata Pungutan ( Transference atau
Borrowing)
• Prosedur penerjemahan ini dianggap bukanlah sebagai penerjemahan
karena pada dasarnya hanya mengambil kata-kata atau frasa bahasa asing ke
dalam bahasa Indonesia atau sebaliknya
• Prosedur ini membiarkan padanan BSu apa adanya ke dalam BSa
• Prosedur ini banyak sekali terjadi pada jenis-jenis makanan yang sangat
terkait budaya pada suatu bahasa atau hal-hal yang sangat khusus terkait
budaya suatu bahasa sehingga memang tidak ada atau tidak akan pernah ada
padanannya dalam budaya bahasa lain
• Contoh: pizza, hot dog, sushi, spaghetti, deja vu, laptop, guacamole
(semacam saos pelengkap makanan yang terbuat dari alpukat dan berasal
dari Meksiko), durian, orangutan
• Jika suatu kata atau frasa tidak secara khusus terkait budaya dan acuan kata
atau frasa itu ada di budaya yang lain, prosedur ini tidak seharusnya
digunakan
• Sebagai penerjemah yang profesional dan handal harus giat mencari padanan
yang sesuai dan berterima dulu sebelum pada akhirnya memutuskan untuk
“meminjma”
Ideologi Penerjemahan

• Ideologi merupakan gagasan, ide, pandangan, atau prinsip yang dianut oleh
sekelompok masyarakat
• Ideologi penerjemahan merupakan prinsip dasar dalam menerjemahkan
• Ketika penerjemah menerjemahkan, ada dua hal yang biasanya dapat
dilakukan. Pertama, penerjemah dapat mendekatkan penulis (baca: pesan)
teks kepada pembaca sasaran. Kedua, penerjemah dapat menjauhkan penulis
(baca: pesan) teks dari pembaca sasaran (Schleiermacher, 1992).
• Kedua prinsip dasar dalam menerjemahkan ini dikembangkan oleh Venuti
(1992, 1995) menjadi domestikasi dan pengasingan.

1. Domestikasi ( domestication)
• Domestikasi merupakan ideologi penerjemahan yang mendekatkan pesan
teks pada bahasa dan budaya sasaran sehingga pembaca TSa tidak merasa
membaca hasil terjemahan dan merasa membaca tulisan dalam BSa
• Metode penerjemahan yang mendukung ideologi domestikasi ini adalah
metode yang menekankan pada bahasa sasaran, seperti metode komunikatif,
metode idiomatis, metode bebas, dan metode adaptasi.
• Tentu hal ini juga terkait dengan jenis teks yang diterjemahkan, misalnya
penerjemahan teks jurnalistik yang sering menerapkan metode komunikatif
dan metode bebas akan lebih mendekatkan pesan teks dengan pembaca TSa.
Jadi, penerjemahan teks jenis ini menerapkan ideologi domestikasi.
• Sementara itu, prosedur-prosedur yang mendukung ideologi domestikasi
adalah modulasi, transposisi, pemadanan berkonteks, padanan kultural,
penerjemahan metafora atau idiom bahasa sumber dengan metafora atau
idiom bahasa sasaran, penambahan, dan penghapusan.
2. Pengasingan ( foreignization)
• Penerjemahan dilakukan dengan prinsip mempertahankan pesan dari bahasa
sumber sehingga hasilnya terasa asing dan pembaca memahami bahwa teks
itu membawa budaya dan istilah dari bahasa sumber
• Metode penerjemahan yang diterapkan untuk mendukung ideologi
pengasingan ini adalah metode yang menekankan pada bahasa sumber, yaitu
metode penerjemahan setia, dan metode penerjemahan semantis
• Tentunya penerapan ideologi ini terkait dengan jenis teks yang
diterjemahkan, misalnya teks hukum yang menerapkan metode setia
mengandung ideologi penerjemahan pengasingan karena penerjemahan teks
ini sangat menekankan pada pesan teks sumber.
• Meskipun hasilnya terkadang terdengar asing dan kaku, ideologi ini memang
diperlukan dalam penerjemahan teks hukum agar tidak ada unsur dan makna
yang hilang dari teks sumber ke teks sasaran
• Prosedur-prosedur yang mendukung ideologi penerjemahan ini adalah
penerjemahan deskriptif, penerjemahan fungsional, kalke, penerjemahan
fonologis, dan penerjemahan dengan meminjam atau pungutan

Simpulan:
Tidak ada ideologi penerjemahan yang salah atau benar dalam hal ini, tetapi
ideologi yang tepat untuk penerjemahan teks tertentu

Anda mungkin juga menyukai