A. Latar Belakang
✓ Praktik penerjemahan bukanlah hal baru
✓ Diperkirakan sudah dilakukan sejak abad kedua SM, yakni penerjemahan puisi
Gilgamesh dari Mesopotamia ke dalam beberapa Bahasa Asia
✓ Pada awal abad Masehi, kegiatan penyebaran agama ke berbagai penjuru dunia
turut mendorong perkembangan bidang penerjemahan
✓ Teori dan ilmu penerjemahan baru berkembang di awal abad ke-21
1
o derajat kemiripan yang dimaksud mengacu pada “persamaan” antara
bahasa sumber dan bahasa sasaran secara u mum, seperti persamaan
struktur, persamaan makna setiap kata, dan bukan pada persamaan
secara terperinci, karena tidak ada bahasa di dunia ini yang benar-benar
sama.
c. Definisi Penjurubahasaan
1. Penjurubahasaan ( interpreting) merupakan kegiatan penerjemahan khusus
secara lisan
2. Hasil kegiatan itu disampaikan secara cepat dan langsung tanpa ada waktu untuk
menyunting dan melihat kamus atau sumber-sumber bantuan lain
3. Seorang juru bahasa harus mempunyai daya ingat yang lebih kuat daripada
seorang penerjemah
4. Seorang juru bahasa juga haruslah seseorang yang senang bicara di depan umum
5. Seorang juru bahasa diharapkan dapat melakukan penyulihbahasaan ke dua arah,
yaitu dari bahasa ibu ke bahasa asing dan sebaliknya
6. Beberapa jenis penjurubahasaan di antaranya:
a. Penjurubahasaan simultan ( simultaneous interpreting)
2
i. Juru bahasa menyulihbahasakan secara langsung yang
disampaikan pembicara
ii. Kegiatan ini biasanya diperlukan di konferensi, seminar, dsj. yang
memerlukan penyulihbahasaan satu bahasa ke bahasa lain secara
langsung
iii. Pekerjaan penjurubahasaan simultan biasanya memerlukan dua
orang juru bahasa karena mereka akan bekerja secara bergantian,
yaitu paling lama 30 menit sebelum digantikan oleh mitranya
b. Penjurubahasaan konsekutif ( consecutive interpreting )
i. Ada jeda waktu kepada juru bahasa untuk menyulihbahasakan satu
bahasa ke dalam bahasa lain
ii. Kegiatan ini biasanya diperlukan di pengadilan dan pertemuan
bilateral
iii. Pekerjaan ini hanya memerlukan satu orang juru bahasa untuk
suatu kegiatan
3
7. Hal-hal yang perlu diperhatikan tersebut memengaruhi pilihan metode
penerjemahan yang paling sesuai untuk dipakai
8. Konsep Makna dalam penerjemahan tidak selalu sama dengan konsep Pesan
9. Makna lebih merujuk pada arti semantis dari suatu kata, frasa, ungkapan, atau
kalimat, sedangkan Pesan merujuk pada arti pragmatis atau kontekstual. Contoh
makna a piece of cake adalah ‘sepotong kue’, namun pesan yang terkandung
dalam frasa tersebut bergantung pada konteks frasa itu digunakan, contoh
perbedaan konteks di restoran dan setelah selesai mengerjakan ujian
D. Pertanyaan Pemahaman
1. Apa saja perbedaan antara penerjemahan dan penjurubahasaan?
2. Jelaskan Kembali konsep TSu dan TSa dengan menggunakan contoh.
3. Jelaskan pentingnya memahami perbedaan makna dan pesan dalam
penerjemahan dengan menggunakan contoh.
4
Topik: Kompetensi Penerjemahan dan Proses Penerjemahan
A. Kompetensi Penerjemahan
1. Kompetensi penerjemahan adalah kemampuan yang ditampilkan dalam
menerjemahkan yang merupakan gabungan pengetahuan, keterampilan, dan
kualitas dalam menjalankan tugas menerjemahkan dengan kondisi yang
diinstruksikan (Cheng, 2017)
2. Ada 13 kompetensi penerjemahan (Dewi, 2019)
a. Kompetensi kemampuan bahasa sumber
i. Kemampuan memahami teks sumber dengan mendalam sehingga
dapat mengalihkan pesan dalam TSu
ii. Bahasa pada TSu tidak selalu mengacu pada bahasa ibu
penerjemah karena mungkin saja penerjemahan dilakukan dari
bahasa asing ke dalam bahasa ibu atau sebaliknya
iii. Kemampuan memahami teks sumber lebih dari sekedar membaca
untuk mencari tema atau informasi tertentu
iv. Kemampuan memahami teks mendorong penerjemah untuk
memahami unsur tersurat dan tersirat
v. Kemampuan menguasai makna kosakata yang luas juga diperlukan
vi. Kompetensi ini dapat diperoleh dengan banyak membaca,
melakukan parafrasa, dan mengembangkan kosakata
b. Kompetensi kemampuan bahasa sasaran
i. Kemampuan mengungkapkan kembali pesan yang dialihkan ke
dalam bahasa sasaran
ii. Kemampuan ini meliputi penguasaan tata bahasa dan kemahiran
menulis baik dalam bahasa ibu maupun bahasa asing yang kita
kuasai, termasuk juga penguasaan pengejaan dan penggunaan
tanda baca (contoh perbedaan penggunaan koma dan titik pada
penulisan angka seribu dalam bahasa Inggris dan bahasa
Indonesia)
c. Kompetensi interlinguistis
i. Kompetensi ini mengacu pada kesadaran akan perbedaan leksikal,
sintaksis, dan stilistik antara bahasa sumber dan bahasa sasaran
ii. Contoh perbedaan letak kata kerja dalam kalimat bahasa Jepang
dan Indonesia
d. Kompetensi pengetahuan budaya
i. Pengetahuan tenang kebudayaan, sejarah, politik, sosiolinguistik
bahasa sumber dan bahasa sasaran
ii. Misalnya, kata I dalam bahasa Inggris yang dapat diterjemahkan
menjadi aku, saya, hamba, gue, dan masih banyak lagi dalam
bahasa Indonesia
e. Kompetensi mengalihkan pesan
i. Kompetensi untuk mengaplikasikan teori dan kita penerjemahan
untuk mengalihkan pesan bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran
secara berhasil dan tepat
ii. Teori penerjemahan yang secara langsung dapat membantu
penerjemah adalah ideologi penerjemahan, strategi penerjemahan,
metode penerjemahan, prosedur penerjemahan, penerjemahan
berbagai jenis teks, dan tujuan penerjemahan (target pembaca)
iii. Misalnya, penerjemah perlu mengetahui ada perbedaan metode
yang besar antara menerjemahkan teks sastra dan menerjemahkan
teks hukum. Dalam teks sastra, penerjemah harus kreatif untuk
menggunakan kata dan ungkapan yang berbeda-beda meskipun
bermakna sama, tetapi dalam teks hukum, penerjemah harus setia
dengan istilah dan ungkapan yang sama
f. Kompetensi tekstual
i. Memahami konvensi genre teks yang berbeda di dalam bahasa
sumber dan bahasa sasaran
ii. Misalnya, teks jurnalistik di Indonesia lebih bersifat memutar
( circular) dalam menyampaikan berita sehingga ada sejumlah
pengulangan, sementara teks jurnalistik dalam bahasa Inggris
lebih singkat dan jelas serta langsung pada maksudnya
iii. Penerjemah harus berusaha menyesuaikan terjemahannya dengan
konvensi teks bahasa sasaran
g. Kompetensi pengetahuan tentang suatu disiplin
i. Memahami suatu ilmu pengetahuan atau suatu disiplin ilmu
ii. Banyak membaca buku atau makalah mengenai ilmu yang menjadi
topik dan latar belakang teks yang sering diterjemahkan akan
sangat membantu
h. Kompetensi teknologi
i. Kemampuan melakukan penerjemahan dengan menggunakan
teknologi seperti CAT Tools (mesin pembantu penerjemahan)
ii. Mengenali berbagai format dokumen yang digunakan sebagai teks
sumber dan teks sasaran dan memahami fitur-fitur dalam
pengetikan dengan komputer
iii. CAT Tools digunakan dalam computer-aided translation yang
berbeda dengan fully automated transaltion (machine translation)
seperti google translate
iv. Penerjemahan dengan mesin (machine translation) tidak
memerlukan penerjemah karena mesin yang mengerjakan sendiri.
Namun, sejauh ini hasil penerjemahan mesin masih jauh dari
sempurna terutama jika ungkapan yang diterjemahkan
mengandung unsur budaya
v. CAT Tools memerlukan penerjemah yang melakukan
penerjemahan. CAT Tools mengatur empat komponen di
dalamnya, yaitu
1. translation memory
➔ aplikasi yang menyimpan data TSu dan TSa dalam bentuk
kata, frasa, klausa, dan bahkan kalimat dari bahasa sumber
dan bahasa sasaran.
➔ Ketika penerjemah menerjemahkan suatu teks yang
topiknya sama dengan yang dikerjakan mesin ini, secara
otomatis mesin ini akan menunjukkan kata, frasa, atau
klausa yang pernah disimpan. Dengan demikian,
penerjemah tidak perlu mencari Kembali makna data itu.
2. translation management system
➔ perangkat lunak yang secara otomatis membantu proses
penerjemahan dan memaksimalkan efisiensi penerjemah
3. terminology management system
➔ perangkat lunak yang secara khusus dirancang untuk
mengumpulkan, menyimpan, dan mengaksses data berupa
istilah
4. content management system
➔ perangkat lunak untuk menambahkan atau memanipulasi,
atau mengubah isi dari suatu situs
vi. Beberapa merek CAT Tools di antaranya MemoQ, Wordfast, SDL
Trados Studio
i. Kompetensi terminologi
i. Kemampuan untuk mengatur istilah-istilah yang diperoleh secara
manual atau dengan bantuan CAT Tools
j. Kompetensi melakukan penelitian
i. Kemampuan untuk melakukan penelitian: mencari makna unsur-
unsur teks sumber, mencari padanan, kata, frasa, ungkapan, istilah
yang tepat, akurat, dan berterima dalam bahasa sasaran yang dapat
menyampaikan pesan TSu
ii. Mencari padanan dan/atau istilah dalam kamus saja tidaklah
cukup
iii. Penelitian atau pencarian harus juga dilakukan dalam teks
assistive
iv. Teks assistive terdiri atas teks paralel dan teks latar belakang
v. Teks paralel mempunyai persamaan topik, tujuan, pembaca
sasaran, dan genre dengan teks sumber
vi. Teks latar belakang mempunyai topik yang sama, tetapi
mempunyai tujuan, pembaca sasaran, atau genre yang berbeda
k. Kompetensi profesional/kompetensi etika
i. Kesadaran memahami etik kerja dan tanggung jawab pekerjaan
penerjemahan
ii. Misalnya, menyelesaikan tugas sesuai dengan tenggat waktu yang
telah disepakati Bersama dengan klien, penerjemah harus
merahasiakan dokumen TSu dan TSa yang dia kerjakan jika
diminta oleh klien
l. Kompetensi bisnis
i. Pengetahuan mengenai membangun sistem bisnis penerjemahan,
keterampilan komunikasi, dan keterampilan komunikasi
antarpersona
ii. Termasuk mengetahui cara bernegosiasi dengan klien Ketika
mendapat tawaran pekerjaan menerjemahkan atau cara membuat
invoice (tagihan) setelah menyelesaikan pekerjaan penerjemahan
m. Kompetensi teori
i. Mampu membuat keputusan Ketika melakukan penerjemahan
dan memberikan penjelasan mengenai pilihan padanan
berdasarkan teori-teori yang ada
ii. Dengan kompetensi ini, penerjemah dapat secara pasti menjawab
dan mempertahankan pilihan padanannya jika klien menanyakan
alasannya (menerangkan secara logis dan bukan hanya
mengandalkan perasaan/intuisi belaka)
iii. Misalnya, memilih padanan terms and conditions ke dalam bahasa
Indonesia. Apabila teks hukum yang sedang diterjemahkan, maka
padanan yang tepat adalah syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan
(karena teks hukum menuntut kesetiaan dalam penerjemahannya
sehingga menggunakan metode penerjemahan setia). Apabila teks
jurnalistik yang sedang diterjemahkan, maka padanan yang tepat
adalah syarat-syarat (karena cukup menggunakan metode
komunikatif atau metode bebas)
B. Proses Penerjemahan
a. Ada tiga Langkah dalam menerjemahkan (Nida & Taber, 1974), yaitu:
i. Analisis (analysis)
➔ Mempelajari TSu baik bentuk maupun isinya
ii. Pengalihan (transfer)
➔ Mengganti unsur BSu dengan unsur BSa yang sepadan
iii. Penyerasian (restructuring)
➔ Menyerasikan hasil penerjemahan yang masih kaku dengan
kaidah BSa dan calon pembaca TSa
b. Proses penerjemahan tidak bersifat linear. Artinya, penerjemah dapat
bolak-balik Kembali ke Langkah awal dan akhir proses tersebut
C. Pertanyaan Pemahaman
a. Kompetensi apakah yang membantu penerjemah dalam memecahkan
masalah penerjemahan?
b. Kompetensi apakah yang merupakan dasar wajib dimiliki seorang
penerjemah pemula?
c. Kompetensi apa yang masih jarang dimiliki oleh penerjemah di
Indonesia?
d. Jabarkan proses penerjemahan yang Anda lalui sebagai penerjemah
pemula!
Topik: Metode Penerjemahan
Latihan:
Carilah contoh teks yang berupa TSu dan TSa. Tentukan metode apa yang diterapkan
oleh penerjemah. Atau apabila ditemukan lebih dari satu metode, metode apa yang
secara dominan diterapkan? Berikan contoh-contoh dalam TSu dan TSa sebagai dasar
analisis Anda.
Topik: Prosedur Penerjemahan Transposisi (pergeseran Struktural/Bentuk)
2. Pergeseran Kelas
• Pergeseran ini terjadi ketika kelas kata suatu ungkapan dalam satu
bahasa diterjemahkan ke dalam kelas kata yang berbeda pada bahasa
sasaran
• Misalnya, kata sifat dalam TSu diterjemahkan menjadi kata benda
pada TSa, atau kata kerja dalam BSu diterjemahkan menjadi kata
keterangan dalam BSa, dst.
o Dia tidak merasa sedih (bhs.Indonesia) ⇒ she felt no sadness
(bhs.Inggris)
o Medizinischer student (bhs.Jerman) ⇒ mahasiswa kedokteran
(bhs.Indonesia)
o Saya kesulitan (bhs.Indonesia) ⇒ 私は困っています
(bhs.Jepang)
3. Pergeseran Unit
• Pergeseran ini terjadi ketika suatu padanan unit diterjemahkan ke
dalam unit yang berbeda dalam bahasa sasaran
• Unit yang dimaksud mengacu pada kata, frasa, klausa, kalimat, dan
paragraf
• Misalnya: suatu kata dapat menjadi frasa ketika diterjemahkan dan
sebaliknya, contoh:
o хуже [xuze] (bhs.Rusia) ⇒ lebih buruk (bhs.Indonesia)
o The seventeenth floor is entirely residential (bhs.Inggris) ⇒
lantai 17 seluruhnya diperuntukkan sebagai tempat tinggal
(bhs.Indonesia)
4. Pergeseran Intrasistem
• Pergeseran ini terjadi di dalam sistem suatu bahasa ketika
diterjemahkan ke bahasa lain
• Misalnya, dalam bahasa Indonesia ada kata ganti bersifat netral tanpa
gender seperti dia dan ia, tetapi dalam bahasa Inggris kata ganti
manusia itu terlihat gendernya seperti he dan she. Demikian pula
dengan kata sapaan kekeluargaan seperti kakak dan adik dengan
brother dan sister.
• Pergeseran intrasistem juga terjadi pada makna tunggal yang menjadi
makna jamak misalnya gunting, celana panjang, celana jins, kaca mata,
menjadi scissors, pants, trousers, jeans, glasses
• Di dalam pasangan bahasa lainnya, seperti bahasa Mandarin, ada
beberapa kata yang mempunyai beberapa makna ketika
diterjemahkan dalam bahasa Indonesia tergantung dari nada kata itu
sebab bahasa Mandarin merupakan bahasa nada ( tonal language)
• Dalam pasangan bahasa Indonesia-Korea, kata kakak bisa
diterjemahkan menjadi oppa yang bermakna orang pertama laki-laki
(kakak laki-laki) yang dituturkan oleh perempuan atau menjadi
hyeong yang bermakna kakak laki-laki juga tetapi dituturkan oleh laki-
laki. Untuk kakak perempuan dalam bahasa Korea menjadi onni yang
dituturkan oleh perempuan dan menjadi nuna yang dituturkan oleh
laki-laki.
Latihan:
1. Sebutkan dua macam pergeseran tingkat dengan contoh dalam pasangan
bahasa yang kalian ketahui!
2. Pergeseran apakah yang mengubah jenis kelas kata dari bahasa sumber ke
bahasa sasaran? Berikan contoh dalam pasangan bahasa yang kalian kuasai!
3. Sebutkan pergeseran mana yang paling sedikit terjadi dan mengapa?
4. Jelaskan yang terjadi dengan terjemahan di bawah ini!
a. TSu: hidden chamber
b. TSa: kamar tersembunyi
5. Jelaskan yang terjadi dengan terjemahan di bawah ini!
a. TSu: in order to kep their powerful documents safe
b. TSa: untuk menjaga keamanan dokumen-dokumen berkekuatan itu
Prosedur Penerjemahan: Modulasi
Latihan:
1. Carilah contoh-contoh modulasi yang ada dalam teks pasangan bahasa yang
Anda ketahui.
2. Berikan beberapa contoh hiponim dalam bahasa Anda yang tidak memiliki
kesepadanan istilah dalam bahasa sasaran. Hipernim apa yang akan Anda
gunakan untuk menerjemahkan istilah-istilah tersebut?
Prosedur Penerjemahan:
Pemadanan Berkonteks, Padanan Kultural
• Metafora dan idiom mempunyai makna yang tidak selalu dapat ditebak dari
kata-kata pembentuknya.
• Hal ini membuat penerjemahan metafora dan idiom memerlukan
pengetahuan akan cara atau prosedur yang memberikan hasil yang berterima
dan jelas.
A. Penerjemahan Metafora
• Metafora merupakan perbandingan langsung yang tidak
menggunakan kata “seperti” atau “bagaikan” dalam bahasa Indonesia
dan dalam bahasa Inggris tidak menggunakan kata “ as” atau “ like”.
• Ada tiga cara menerjemahkan metafora.
B. Penerjemahan Idiom
• Idiom atau kiasan merupakan kata-kata yang tidak bisa dimengerti dan
diterjemahkan secara harfiah dan biasanya menyimpang dari kaidah
gramatika yang umum (Suryawinata dan Hariyanto, 2017:125)
• Cara menerjemahkan idiom sama seperti cara menerjemahkan metafora,
yakni ada tiga cara
Latihan:
Perhatikan kalimat TSu dan TSa di bawah ini dan jelaskan apakah kalimat tersebut
merupakan metafora ataukah idiom serta prosedur penerjemahan yang diterapkan.
1. TSu: I am feeling blue
TSa: Saya sedang merasa sedih
1. Eksplisitasi ( explicitation)
• Prosedur penerjemahan ini memberikan deskripsi singkat sebagai tambahan
penjelasan akan sesuatu atau seseorang
• Penjelasan tambahan ini diperlukan karena pembaca sasaran tidak
mengetahui sesuatu atau seseorang itu dari budaya bahasa sumber
• Perbedaannya dengan pemadanan berkonteks adalah eksplisitasi berupa
deskripsi singkat, sedangkan pemadanan berkonteks adalah pemberian label
atau jenis pada suatu produk atau objek.
• Contoh:
TSu: Susilo Bambang Yudhoyono mengunjungi Singapura untuk menemani
istrinya di rumah sakit
TSa: Susilo Bambang Yudhoyono, the 6th president of the Republic of
Indonesia, is visiting Singapore to accompany his wife in the National
University of Singapore hospital
TSu: 明治時代
TSa: Zaman Meiji, tahun 1868-1921
2. Implisitasi ( implicitation)
• Kebalikan daru eksplisitasi
• Merupakan penghapusan deskripsi singkat akan sesuatu atau seseorang
karena sesuatu atau seseorang itu sudah jelas bagi pembaca sasaran
• Pemberian penjelasan tambahan tidak diperlukan karena akan dianggap
lewah ( redundancy)
• Contoh:
TSu: Ridwan Kamil, the governor of West Jawa, enacted the regulation that
supports the labor’s rights
TSa: Ridwan Kamil mengesahkan peraturan yang mendukung hak-hak
buruh
3. Penghapusan ( deletion)
• Penghapusan adalah kebalikan dari penambahan
• Merupakan prosedur penerjemahan yang menghapus atau menghilangkan
satu atau beberapa kata, frasa, klausa, atau bahkan kalimat yang dianggap
tidak diperlukan atau bersifat lewah ( redundant) dalam sebuah teks
• Berbeda dengan implisitasi yang terkait sesuatu atau seseorang,
penghapusan lebih terkait pada konteksnya
• Penghapusan lebih bersifat wajib karena membuat teksnya berterima dan
wajar dalam BSa
• Contoh:
TSu: and though you look so cute in your polyester suit
TSa: meski kau terlihat tampan dengan setelan itu.
Pada contoh di atas, kata yang digarisbawahi jika dipertahankan, hasil dalam
BSa akan terdengar asing dan janggal atau berlebih
TSu: Justin Bieber baru saja menikah dengan Hailey Baldwin, seorang model
ternama
TSa: Justin Bieber just got married to Hailey Baldwin
TSu: his detention has prompted violent protest in Bahrain and has been
condemned by both the United States and Iran as well as human rights groups
TSa: Penahanannya memicu unjuk rasa yang diwarnai kekerasan di Bahrain dan
dikecam baik oleh Amerika Serikat dan Iran serta juga kelompok-kelompok pegiat
hak asasi
4. Penambahan ( addition)
• Merupakan penambahan satu atau beberapa frasa, klausa, atau bahkan
kalimat pada terjemahan untuk memperjelas pesan dalam BSa.
• Tidak seperti eksplisitasi dan pemadanan berkonteks yang memberikan
penambahan terkait sesuatu atau seseorang, penambahan ini lebih terkait
konteks karena jika tidak ditambahkan sesuatu pada TSa, terjemahan akan
terasa janggal
• Contoh:
TSu: clear the beach to make way!
TSa: bersihkan pantainya! Buat jalan untuk yang lain!
Contoh di atas menunjukkan adanya penambahan frasa “untuk yang lain”
dalam terjemahan karena tanpa frasa itu, hasilnya menjadi kurang jelas atau
terasa tidak lengkap. Jadi, penambahan ini bersifat wajib untuk mendapatkan
terjemahan yang berterima dan sukses.
TSu: バカ
TSa: dasar bodoh kau!
• Prosedur penerjemahan ini diusulkan oleh Vinay dan Dalbernet (1965) dan
dikembangkan oleh Newmark (1988)
• Prosedur-prosedur ini pada dasarnya merupakan cara terakhir
menerjemahkan jika memang belum ada padanannya ke dalam bahasa lain
• Ideologi merupakan gagasan, ide, pandangan, atau prinsip yang dianut oleh
sekelompok masyarakat
• Ideologi penerjemahan merupakan prinsip dasar dalam menerjemahkan
• Ketika penerjemah menerjemahkan, ada dua hal yang biasanya dapat
dilakukan. Pertama, penerjemah dapat mendekatkan penulis (baca: pesan)
teks kepada pembaca sasaran. Kedua, penerjemah dapat menjauhkan penulis
(baca: pesan) teks dari pembaca sasaran (Schleiermacher, 1992).
• Kedua prinsip dasar dalam menerjemahkan ini dikembangkan oleh Venuti
(1992, 1995) menjadi domestikasi dan pengasingan.
1. Domestikasi ( domestication)
• Domestikasi merupakan ideologi penerjemahan yang mendekatkan pesan
teks pada bahasa dan budaya sasaran sehingga pembaca TSa tidak merasa
membaca hasil terjemahan dan merasa membaca tulisan dalam BSa
• Metode penerjemahan yang mendukung ideologi domestikasi ini adalah
metode yang menekankan pada bahasa sasaran, seperti metode komunikatif,
metode idiomatis, metode bebas, dan metode adaptasi.
• Tentu hal ini juga terkait dengan jenis teks yang diterjemahkan, misalnya
penerjemahan teks jurnalistik yang sering menerapkan metode komunikatif
dan metode bebas akan lebih mendekatkan pesan teks dengan pembaca TSa.
Jadi, penerjemahan teks jenis ini menerapkan ideologi domestikasi.
• Sementara itu, prosedur-prosedur yang mendukung ideologi domestikasi
adalah modulasi, transposisi, pemadanan berkonteks, padanan kultural,
penerjemahan metafora atau idiom bahasa sumber dengan metafora atau
idiom bahasa sasaran, penambahan, dan penghapusan.
2. Pengasingan ( foreignization)
• Penerjemahan dilakukan dengan prinsip mempertahankan pesan dari bahasa
sumber sehingga hasilnya terasa asing dan pembaca memahami bahwa teks
itu membawa budaya dan istilah dari bahasa sumber
• Metode penerjemahan yang diterapkan untuk mendukung ideologi
pengasingan ini adalah metode yang menekankan pada bahasa sumber, yaitu
metode penerjemahan setia, dan metode penerjemahan semantis
• Tentunya penerapan ideologi ini terkait dengan jenis teks yang
diterjemahkan, misalnya teks hukum yang menerapkan metode setia
mengandung ideologi penerjemahan pengasingan karena penerjemahan teks
ini sangat menekankan pada pesan teks sumber.
• Meskipun hasilnya terkadang terdengar asing dan kaku, ideologi ini memang
diperlukan dalam penerjemahan teks hukum agar tidak ada unsur dan makna
yang hilang dari teks sumber ke teks sasaran
• Prosedur-prosedur yang mendukung ideologi penerjemahan ini adalah
penerjemahan deskriptif, penerjemahan fungsional, kalke, penerjemahan
fonologis, dan penerjemahan dengan meminjam atau pungutan
Simpulan:
Tidak ada ideologi penerjemahan yang salah atau benar dalam hal ini, tetapi
ideologi yang tepat untuk penerjemahan teks tertentu