Anda di halaman 1dari 2

TEKNIK MENERJEMAH

Penerjemah adalah sebuah proses yang cukup Kompleks karena menerjemah tidak sekadar
mencari padanan makna makna kata di dalam kamus kemudian merangkainya sedemikian rupa
sehingga didapat serangkaian padanan makna yang sepadan dengan bahasa sumber. Antara bahasa
sumber dan bahasa sasaran masing-masing memiliki karakteristik aturan linguistik dan penulis yang
berbeda-beda gaya bahasa. Alinea baru Muhammad enanie, dengan mengutip pendapat vinay dan
darbelnet menjelaskan bahwa terdapat beberapa ragam teknik yang dapat digunakan dalam
menerjemahkan sebuah teks diantara teknik-teknik itu adalah sebagai berikut.

1.teknik browwing atau al-iqtiradh

yaitu memasukkan dan menggunakan bahasa teks sumber sebagaimana apa adanya serta
menuliskannya kembali dalam bahasa sasaran. Jika bahasa sumber yang hendak diterjemahkan
adalah bahasa Arab maka bahasa sumber itu tinggal ditulis ulang apa adanya tanpa dicarikan
padanan maknanya. Biasanya di dalam bahasa Indonesia suka disebut dengan bahasa serapan.
Teknik ini juga disebut dengan teknik natural, biasanya diterapkan untuk menerjemahkan nama
orang, judul buku, jurnal, majalah, surat kabar, Nama institusi, nama jalan, tempat tinggal, alamat
dan sejenisnya.

2. Teknik asal calcue atau al-naql bil muhakah

yaitu mengalihkan sebuah kalimat atau kata yang memiliki makna spesifik dengan berpijak
pada sebagian makna yang dikandungnya Tapi tidak secara utuh guna menciptakan kata atau
kalimat yang sebanding dengan bahasa sumber sehingga didapat makna yang otonom. Seperti kata
tahsilul hasil yang berarti sia-sia.

3. Teknik literal translation.

Dalam teknik Ini kata demi kata atau frase demi frase diterjemahkan sehingga dihasilkan
bentuk terjemahan teks secara keseluruhan. Meskipun demikian tidak semua teks dapat
diterjemahkan dengan menggunakan teknik ini. Hanya teks teks yang secara maknawi memiliki
kedekatan budaya dan secara struktural memiliki kesamaan.

Teknik ini dapat dipandang sebagai cara yang paling afdhol dalam menerjemahkan sebuah
teks karena unsur-unsur tekstual yang ada di dalam bahasa sumber dapat dialirkan kedalam bahasa
sasaran dengan sedekat dan alami mungkin. tetapi sebaliknya teknik tersebut semestinya harus
dijauhi oleh seorang penerjemah jika terjemahan yang dihasilkan berbeda dengan makna yang
dikandung oleh bahasa sumber dan tidak ditemukan makna yang pas kemudian juga kata atau
kalimat dalam bahasa sumber mustahil dialihkan karena memiliki struktur linguistik yang berbeda
serta di dalam bahasa sasaran tidak ditemukan istilah yang sesuai karena alasan budaya bahasa.

4. teknik transposition
yaitu mengganti atau mengubah bentuk satuan kata yang terdapat dalam bahasa sumber
menjadi bentuk lain. Misalnya bentuk Isim dirubah menjadi bentuk kata kerja atau bentuk jamak
menjadi tunggal.

5. teknik modulation.

Teknik ini dapat dipahami sebagai pengubahan pandangan atau perspektif yang berkaitan
dengan kategori pemikiran atau pengubahan leksis Suatu unit linguistik dengan unsur linguistik yang
berbeda dalam bahasa penerima. hal ini ini ini dilakukan karena faktor karakteristik bahasa yang
berbeda antara bahasa sumber dengan bahasa sasaran. Perubahan sudut pandang biasanya
dilakukan dalam kasus-kasus tertentu misalnya kalimat aktif diubah menjadi pasif struktural diubah
menjadi kata kerja tamyiz menjadi kalimat biasa dan lain-lain.

6.Teknik equivalence.

Menurut Enani dengan mengutip pendapat vinay bahwa Teknik ini biasanya digunakan
dalam konteks konteks tertentu untuk menyelaraskan makna antara dua bahasa yang berbeda yaitu
antara bahasa sumber dengan bahasa sasaran. Teknik ini mempunyai manfaat yang besar untuk
menerjemahkan istilah atau ungkapan ungkapan tertentu.

7. teknik adaptasi

Teknik ini berkaitan dengan perbedaan pengertian yang secara kultural berkembang
ditengah masyarakat pengguna bahasa Hal ini karena bahasa tidaklah sekedar sistem Bunyi atau
sekumpulan huruf yang menyuguhkan arti tertentu.

Tetapi bahasa juga merupakan cermin budaya. kadang ada istilah atau ungkapan tertentu
yang sulit untuk dicarikan padanannya di dalam bahasa sasaran karena pengertiannya memiliki
keterkaitan dengan budaya setempat. Dalam kasus seperti ini maka yang harus dilakukan
mencarikan padanan pengertiannya dalam konteks budaya bahasa sasaran. Jadi teknik adaptasi
terkait erat dengan pengubahan pengertian dalam kaitannya dengan budaya dan bukan sekedar
mencari padanan pengertian bahasa murni.

Anda mungkin juga menyukai