Pembahasan : Pola/jenis Kalimat Tarkib Serta Model dan Teknik Terjemah Arab-Indo pada
Jumlah Mu'taridhah dan Tanda Baca
A. Pengertian Tarkib
Pengertian tarkib secara bahasa tarkib yaitu susunan, struktur, komposisi. Adapun secara
istilah, tarkib memilki pengertian sebagai berikut:berikut
المركب هو قول مؤلف من كلمتين او أكثر لفائدة سواء كانت الفائدة تامة او ناقصة
Artinya : Murakab (tarkib-tarkib) adalah qoul/perkataan yang tersusun dari dua kata atau
lebih, yang memilki makna baik makna yang sempurna maupun tidak sempurna.
Tarkib dapat dipahami sebagai susunan kata dalam bahasa arab yang dapat membentuk
suatu frasa atau kalimat sederhana. Maka dari itu, suatu kalimat dalam bahasa Arab tidak
akan terbentuk apabila tidak memilki susunan kata atau tarkib.
B. Jumlah Mu'taridhah
1. Pengertian Jumlah Mu'taridhah
Mengutip dari blog Taufiqurrohmah (2020) bahwasannya yang disebut dengan jumlah
mu'taridhah adalah jumlah yang berada pada pertengahan jumlah. Seperti antara fi’il dan
fa’il, antara mubtada’ dan khobar atau syarat dan jawab, maka jumlah ini disebut dengan
jumlah mu’taridhah. Contohnya : زيد اظن قائم
Adapun definisi lain dari jumlah mu'taridhah adalah jumlah yang tidak memiliki i'rob
atau dalam bahasa arab disebut رابZZا من اإلعZل لهZتي ال محZZل الZZ الجم. Jumlah ini tidak memiliki
kedudukan dalam sebuah tatanan kalimat baik sebagai hal, maf’ul bih, khobar, mudhof ilaih,
dan lain-lain
Dalam bahasa Indonesia, jumlah mu'taridhah bisa disebut jeda atau sampiran, kadang
jumlah mu'taridhah juga disebut jumlah tafsiriyah dikarenakan ia menjelaskan maksud
kalimat utama. Dalam penulisan Arab kontemporer, umumnya jumlah mu'taridhah ini diberi
tanda (-) atau (,). Pada naskah klasik tanda-tanda tersebut tidak akan ditemukan.
Contohnya : مدير الجامعة وهو من جاكرتا يفتاح الباب. Kalimat yang digaris bawahi adalah yang
disebut dengan jumlah mu'taridhah.
Cara- cara yang dapat dilakukan untuk mengetahui sebuah “jumlah” merupakan
jumlah mu’taridhoh atau bukan diantaranya :
Perlu mengetahui kedudukanya atau hukum i’rab dari setiap kata yang menyusun
kalimat tersebut.
Perlu mengetahui makna dari kata- kata yang menyusun kalimat tersebut.
Mengutip dari tulisan Peter Newmark (1988) terdapat 8 metode penerjemahan yang
dikelompokan menjadi dua kelompok utama mengacu kepada bahasa sumber dan bahasa
sasaran, metode- metode tersebut antara lain:
Metode penerjemahan ini berfokus kepada tingkatan dasar sebuah bahasa yakni kata,
metode ini menerjemahkan satu kata ke kata lainnya dari bahasa sumber secara berurut atau
tanpa memperhatikan konteks yang melatar belakangi kata tersebut, dan tanpa
mempertimbagkan unsur gramatika bahasa sasaran.
Sama seperti metode penerjamahan kata demi kata, penerjemahan harfiah sebatas
menerjemahkan makna literal yang dikandung oleh sebuah kata dari bahasa sumber tanpa
melihat konteks lainnya ke bahasa sasaran, perbedaanya ialah penerjemahan harfiah mencoba
menghasilkan terjemahan yang mendekati gramatika bahasa sasaran dari bahasa sumber.
Metode ini mencoba mengeluarkan makna kontekstual yang dikandung oleh bahasa
sumber tapi tidak mengubah gramatika bahasa sumber tersebut. Metode ini mencoba agar
makna yang diterjemahkan dari bahasa sumber tetap dekat makna yang dibawa oleh makna
bahasa sumber.
Berdasarakan fokusnya terhadap bahasa sumber, metode ini adala metode yang paling
elok dan tidak kaku, dengan memperhatikan makna dan konteks yang dikandung oleh bahasa
sumber, penerjemahan ini dapat menghasilkan terjemahan yang mudah dipahami oleh
pendengar atau pembaca. Dalam metode ini mengutamkan unsur estetika tapi dalam batas
yang dapat diwajarkan.
2. Mengacu kepada bahasa sasaran
- Adaptasi (Adaptation)
Dapat dibilang metode penerjemahan ini adal metode yang paling bebas, bukan hanya
menerjemahkan bahasa sumber sehingga sesuai dengan makna, konteks dan gramatika
bahasa sasaran, unsur budaya yang terkandung dalam bahasa sumber tersebut disesuaikan
dengan unsur budaya yang terdapat dalam bahasa sasaran, sehingga sangat akrab dengan
pembaca atau pendengar dari bahasa sasaran.
Penerjemahan ini tidak berfokus pada struktur bahasa, melainkan makna dari isi dan
konten dalam bahasa sumber lalu diterjemahkan dan dipindahkan kepada bahasa sasaran.
Metode ini masih mengandung makna dari bahasa sumber, tapi struktur kebahasaan sudah
disesuaikan dengan bahasa sasaran, sehingga struktur kebahsaan bahasa sumber tidak dapat
titemukan lagi pada hasil terjemahan.
Penerjemahan ini mencoba untuk membawakan makna idiom yang terkandung dalam
bahasa sumber kepada bahasa sasaran.
2. Apabila hukum i’rab telah diketahui, makna setiap kata dalam kalimat bahasa Arab dapat
diterjemahkan. Tahapan ini menggunakan metode terjemahan kata perkata, metode ini tepat
digunakan untuk mengetahui makna terjemah yang terkandung dari setiap kata pembentuk
kalimat tersebut.
3. Apabila makna dari setiap kata dari bahasa sumber telah diketahui, memungkinkan untuk
menyusun makna kata yang telah didapat menjadi lebih elok dan memenuhi standar
gramatika bahasa sasaran.
4. Apabila telah didapati hasil terjemahan yang makna dan gramatika telah sesuai dengan
kaidah kebahasaan bahasa sasaran. Untuk menghasilkan hasil terjemahan yang baik, dapat
dicari juga makna kontekstual yang terdapat dalam kalimat tersebut. Tahapan ini dapat
menggunakan metode penerjemahan semantik.
Menurut Syihabuddin (2016) dalam bukunya Penerjemahan Arab Indonesia: Teori dan
Praktik : "Hal lain yang perlu diperhatikan dalam penerjemahan bahasa Arab ke dalam
bahasa Indonesia adalah mengenai tanda baca seperti pemakaian huruf kapital, tanda koma,
huruf miring, tanda tanya, tanda petik dan lain-lain."
Adapun huruf kapital, maka dalam bahasa Arab tidak mengenal huruf kapital. Huruf
pertama yang menunjukkan nama orang, agama, nama suku, bahasa, dan lain-lain yang dalam
bahasa Indonesia mesti ditulis kapital maka dalam bahasa Arab ditulis dengan huruf yang
ukurannya sama dengan huruf lainnya.
Pada kalimat bahasa Indonesia, terdapat kalimat yang menggunakan tanda koma untuk
mengapit keterangan tambahan atau memerinci suatu pernyataan. Dalam bahasa Arab rincian
rangkaian ini dipisah oleh huruf wawu. Jika menerjemahkan ke dalam bahasa Indonesia maka
huruf tersebut cukup ditulis dengan tanda koma tidak perlu diterjemahkan atau ditulis "dan"
pada setiap rangkaiannya.
Ada juga pemakaian huruf miring untuk nama koran, majalah ataupun istilah asing,
maka dalam menerjemahkan teks berbahasa Arab Istilah-istilah asing harus ditulis
menggunakan huruf miring. Naskah bahasa Arab klasik jarang sekali menggunakan tanda
baca, sehingga pembaca yang tidak mengerti bahasa Arab kesulitan membedakan antara kata-
kata sebagai uraian dan kata-kata sebagai judul buku, nama koran, nama majalah dan lain-
lain.
DAFTAR PUSTAKA
Taufiqurrohmah, 2020 http://lughotudhod.blogspot.com/2014/10/jumlah-yang-tidak-
mempunyai-mahal-irob.html. Diakses pada 29 Maret 2022.
Syihabuddin, September 2016. Penerjemahan Arab Indonesia: Teori dan Praktik. UPI
PRESS
Anonim. (2017, Desember 21). 8 Pola Kalimat Dasar beserta Contohnya dalam Bahasa
Indonesia. Retrieved from DosenBahasa.com: https://dosenbahasa.com/pola-kalimat-dasar-
beserta-contohnya Diakses pada tanggal 29 maret 2022
Anonim. (2019, November 19). Jumlah (Kalimat) Yang Tanpa Kedudukan I’rāb. Retrieved
from KURUSETRA: https://mhilalblog.wordpress.com/2019/129/jumlah-kalimat-yang-tanpa-
kedudukan-irab/ Diakses pada tanggal 29 maret 2022.