Anda di halaman 1dari 7

Kelompok 7 :

- Saskia Azmalia Putri (1205020169)


- Shauma Yanira Achyar (1205020174)
- Iyul Julpadlillah (1205020205)

Pembahasan : Pola/jenis Kalimat Tarkib Serta Model dan Teknik Terjemah Arab-Indo pada
Jumlah Mu'taridhah dan Tanda Baca

A. Pengertian Tarkib
Pengertian tarkib secara bahasa tarkib yaitu susunan, struktur, komposisi. Adapun secara
istilah, tarkib memilki pengertian sebagai berikut:berikut

‫المركب هو قول مؤلف من كلمتين او أكثر لفائدة سواء كانت الفائدة تامة او ناقصة‬

Artinya : Murakab (tarkib-tarkib) adalah qoul/perkataan yang tersusun dari dua kata atau
lebih, yang memilki makna baik makna yang sempurna maupun tidak sempurna.

Tarkib dapat dipahami sebagai susunan kata dalam bahasa arab yang dapat membentuk
suatu frasa atau kalimat sederhana. Maka dari itu, suatu kalimat dalam bahasa Arab tidak
akan terbentuk apabila tidak memilki susunan kata atau tarkib.

B. Jumlah Mu'taridhah
1. Pengertian Jumlah Mu'taridhah
Mengutip dari blog Taufiqurrohmah (2020) bahwasannya yang disebut dengan jumlah
mu'taridhah adalah jumlah yang berada pada pertengahan jumlah. Seperti antara fi’il dan
fa’il, antara mubtada’ dan khobar atau syarat dan jawab, maka jumlah ini disebut dengan
jumlah mu’taridhah. Contohnya : ‫زيد اظن قائم‬

Adapun definisi lain dari jumlah mu'taridhah adalah jumlah yang tidak memiliki i'rob
atau dalam bahasa arab disebut ‫راب‬ZZ‫ا من اإلع‬Z‫ل له‬Z‫تي ال مح‬ZZ‫ل ال‬ZZ‫ الجم‬. Jumlah ini tidak memiliki
kedudukan dalam sebuah tatanan kalimat baik sebagai hal, maf’ul bih, khobar, mudhof ilaih,
dan lain-lain

Dalam bahasa Indonesia, jumlah mu'taridhah bisa disebut jeda atau sampiran, kadang
jumlah mu'taridhah juga disebut jumlah tafsiriyah dikarenakan ia menjelaskan maksud
kalimat utama. Dalam penulisan Arab kontemporer, umumnya jumlah mu'taridhah ini diberi
tanda (-) atau (,). Pada naskah klasik tanda-tanda tersebut tidak akan ditemukan.
Contohnya : ‫ مدير الجامعة وهو من جاكرتا يفتاح الباب‬. Kalimat yang digaris bawahi adalah yang
disebut dengan jumlah mu'taridhah.

2. Peletakan Jumlah Mu'taridhah

Jumlah mu'taridhah bisa terletak dibanyak tempat, diantaranya :

 Dapat terletak diantara fi'il dan fa'il


Contohnnya : ٌ‫و قد ادركتني والحوادث حشة اسنة‬
 Dapat terletak diantara haal dan shahibul haal
Contohnya : ‫قدَم الرج ُل شكواهُ ورب الكعبة وهو يبكي‬
 Dapat terletak diantara fi'il dan maf'ul bih
Contohnya : ً‫وبدات والدهر ذو تبدل هيفا دبورا‬
 Dapat terletak diantara shifat dan maushuf
Contohnya : ‫وانه لقسم لو تعلمون عظيم‬
 Dapat terletak diantara jar dan muta'alaq jar
Contohnya : ‫جاء الرجل وهو يسعى من أقصى المدينة‬
 Dapat terletak diantara qosam
Contohnya : ‫قال فالحق والحق أقول ألمالن جهنم منك و ممن تبعك منهم اجمعين‬
 Dapat terletak diantara syarat dan jawab syarat
Contohnya : ‫فإن لم تفعلوا ولن تفعلوا فااتقوا النار التي وقودها الناس والحجارة‬
3. Cara Mengetahui Jumlah Mu'taridhah

Cara- cara yang dapat dilakukan untuk mengetahui sebuah “jumlah” merupakan
jumlah mu’taridhoh atau bukan diantaranya :

 Perlu mengetahui kedudukanya atau hukum i’rab dari setiap kata yang menyusun
kalimat tersebut.
 Perlu mengetahui makna dari kata- kata yang menyusun kalimat tersebut.

C. Penerjemahan Jumlah Mu’taridhoh Kedalam Bahasa Indonesia


Penerjemahan adalah proses pemindahan makna dalam suatu bahasa ke bahasa lain yang
dituju. Dalam prosesnya penerjemahan memerlukan metode dan cara yang baik dan benar,
sehingga dapat menyampaikan makna yang dibawa oleh bahasa sumber (bahasa yang ingin
diterjemahkan) ke bahasa sasaran (bahasa yang menjadi tujuan penerjemahan). Dalam proses
penerjemahan terdapat banyak metode yang dapat digunakan sehingga dapat menghasilkan
terjemahan yang baik dan benar. Menurut Newmark, (1988 : 81) dia berpendapat selagi
metode penerjemahan berhubungan dengan keseluruhan teks, lalu prosedur-prosedurnya
digunakan untuk kalimat atau bagian yang lebih kecil dari sebuah bahasa maka penerjemahan
itu dapat dikatakan baik dan benar

Mengutip dari tulisan Peter Newmark (1988) terdapat 8 metode penerjemahan yang
dikelompokan menjadi dua kelompok utama mengacu kepada bahasa sumber dan bahasa
sasaran, metode- metode tersebut antara lain:

1. Mengacu Kepada Bahasa Sumber

- Penerjemahan Kata demi kata (Word-for-word Translation).

Metode penerjemahan ini berfokus kepada tingkatan dasar sebuah bahasa yakni kata,
metode ini menerjemahkan satu kata ke kata lainnya dari bahasa sumber secara berurut atau
tanpa memperhatikan konteks yang melatar belakangi kata tersebut, dan tanpa
mempertimbagkan unsur gramatika bahasa sasaran.

- Penerjemahan Harfiah (literal Translation)

Sama seperti metode penerjamahan kata demi kata, penerjemahan harfiah sebatas
menerjemahkan makna literal yang dikandung oleh sebuah kata dari bahasa sumber tanpa
melihat konteks lainnya ke bahasa sasaran, perbedaanya ialah penerjemahan harfiah mencoba
menghasilkan terjemahan yang mendekati gramatika bahasa sasaran dari bahasa sumber.

- Penerjemahan Setia (Faithful Translation)

Metode ini mencoba mengeluarkan makna kontekstual yang dikandung oleh bahasa
sumber tapi tidak mengubah gramatika bahasa sumber tersebut. Metode ini mencoba agar
makna yang diterjemahkan dari bahasa sumber tetap dekat makna yang dibawa oleh makna
bahasa sumber.

- Penerjemahan Semantik (Semantic Translation)

Berdasarakan fokusnya terhadap bahasa sumber, metode ini adala metode yang paling
elok dan tidak kaku, dengan memperhatikan makna dan konteks yang dikandung oleh bahasa
sumber, penerjemahan ini dapat menghasilkan terjemahan yang mudah dipahami oleh
pendengar atau pembaca. Dalam metode ini mengutamkan unsur estetika tapi dalam batas
yang dapat diwajarkan.
2. Mengacu kepada bahasa sasaran

- Adaptasi (Adaptation)

Dapat dibilang metode penerjemahan ini adal metode yang paling bebas, bukan hanya
menerjemahkan bahasa sumber sehingga sesuai dengan makna, konteks dan gramatika
bahasa sasaran, unsur budaya yang terkandung dalam bahasa sumber tersebut disesuaikan
dengan unsur budaya yang terdapat dalam bahasa sasaran, sehingga sangat akrab dengan
pembaca atau pendengar dari bahasa sasaran.

- Penerjemahan Bebas (Free Translation)

Penerjemahan ini tidak berfokus pada struktur bahasa, melainkan makna dari isi dan
konten dalam bahasa sumber lalu diterjemahkan dan dipindahkan kepada bahasa sasaran.
Metode ini masih mengandung makna dari bahasa sumber, tapi struktur kebahasaan sudah
disesuaikan dengan bahasa sasaran, sehingga struktur kebahsaan bahasa sumber tidak dapat
titemukan lagi pada hasil terjemahan.

- Penerjemahan Idiomatik (Idiomatic Translation)

Penerjemahan ini mencoba untuk membawakan makna idiom yang terkandung dalam
bahasa sumber kepada bahasa sasaran.

- Penerjemahan Komunikatif (Communicative Translation)

Penerjemahan komunikatif sangat berfokus kepada makna yang terkandung dalam


bahasa sumber, sehingga makna tersebut dapat dipahami oleh pendengar atau pembaca
dengan mudah dan baik.

D. Cara Menerjemahkan Kalimat Bahasa Arab Ke Kalimat Bahasa


Indonesia
Melihat beberapa metode yang dikemukakan diatas maka metode tersebut dapat
digunakan untuk menerjemahkan bahasa sumber ke bahasa sasaran. Jumlah mu’taridhoh
merupakan jenis kalimat yang terdapat dalam bahasa sasaran, oleh karenanya yang menjadi
bahasa sumber adalah bahasa Arab, dan bahasa Indonesia sebagai bahasa sasaran. Dan
berikut adalah beberapa tahapan yang dapat dilakukan untuk menerjemahkan sebuah kalimat
dalam bahasa Arab, yaitu :
1. Mengetahui hukum i’rab atau kedudukan setiap kata dalam kalimat bahasa Arab tersebut.
Hal ini penting dikarenakan untuk menghindari kerancuan dalam menerjemahkan.

2. Apabila hukum i’rab telah diketahui, makna setiap kata dalam kalimat bahasa Arab dapat
diterjemahkan. Tahapan ini menggunakan metode terjemahan kata perkata, metode ini tepat
digunakan untuk mengetahui makna terjemah yang terkandung dari setiap kata pembentuk
kalimat tersebut.

3. Apabila makna dari setiap kata dari bahasa sumber telah diketahui, memungkinkan untuk
menyusun makna kata yang telah didapat menjadi lebih elok dan memenuhi standar
gramatika bahasa sasaran.

4. Apabila telah didapati hasil terjemahan yang makna dan gramatika telah sesuai dengan
kaidah kebahasaan bahasa sasaran. Untuk menghasilkan hasil terjemahan yang baik, dapat
dicari juga makna kontekstual yang terdapat dalam kalimat tersebut. Tahapan ini dapat
menggunakan metode penerjemahan semantik.

E. Penerjemahan Tanda Baca

Menurut Syihabuddin (2016) dalam bukunya Penerjemahan Arab Indonesia: Teori dan
Praktik : "Hal lain yang perlu diperhatikan dalam penerjemahan bahasa Arab ke dalam
bahasa Indonesia adalah mengenai tanda baca seperti pemakaian huruf kapital, tanda koma,
huruf miring, tanda tanya, tanda petik dan lain-lain."

Adapun huruf kapital, maka dalam bahasa Arab tidak mengenal huruf kapital. Huruf
pertama yang menunjukkan nama orang, agama, nama suku, bahasa, dan lain-lain yang dalam
bahasa Indonesia mesti ditulis kapital maka dalam bahasa Arab ditulis dengan huruf yang
ukurannya sama dengan huruf lainnya.

Pada kalimat bahasa Indonesia, terdapat kalimat yang menggunakan tanda koma untuk
mengapit keterangan tambahan atau memerinci suatu pernyataan. Dalam bahasa Arab rincian
rangkaian ini dipisah oleh huruf wawu. Jika menerjemahkan ke dalam bahasa Indonesia maka
huruf tersebut cukup ditulis dengan tanda koma tidak perlu diterjemahkan atau ditulis "dan"
pada setiap rangkaiannya.

Ada juga pemakaian huruf miring untuk nama koran, majalah ataupun istilah asing,
maka dalam menerjemahkan teks berbahasa Arab Istilah-istilah asing harus ditulis
menggunakan huruf miring. Naskah bahasa Arab klasik jarang sekali menggunakan tanda
baca, sehingga pembaca yang tidak mengerti bahasa Arab kesulitan membedakan antara kata-
kata sebagai uraian dan kata-kata sebagai judul buku, nama koran, nama majalah dan lain-
lain.
DAFTAR PUSTAKA
Taufiqurrohmah, 2020 http://lughotudhod.blogspot.com/2014/10/jumlah-yang-tidak-
mempunyai-mahal-irob.html. Diakses pada 29 Maret 2022.
Syihabuddin, September 2016. Penerjemahan Arab Indonesia: Teori dan Praktik. UPI
PRESS
Anonim. (2017, Desember 21). 8 Pola Kalimat Dasar beserta Contohnya dalam Bahasa
Indonesia. Retrieved from DosenBahasa.com: https://dosenbahasa.com/pola-kalimat-dasar-
beserta-contohnya Diakses pada tanggal 29 maret 2022
Anonim. (2019, November 19). Jumlah (Kalimat) Yang Tanpa Kedudukan I’rāb. Retrieved
from KURUSETRA: https://mhilalblog.wordpress.com/2019/129/jumlah-kalimat-yang-tanpa-
kedudukan-irab/ Diakses pada tanggal 29 maret 2022.

Anda mungkin juga menyukai