Anda di halaman 1dari 12

TUGAS TERSTRUKTUR DOSEN PENGAMPU

Nazhariyat Al-Tarjamah Dr. Ade Destri Deviana, M.Pd.

TEKNIK MENERJEMAHKAN KALIMAT (JUMLAH): JUMLAH


ISMIYYAH DAN JUMLAH FI’LIYYAH

Disusun Oleh Kelompok 4 :

Muhammad Noor Ihsan 210101020583


Dewi Indrawati 210101020405
Lana Lailatul Vajriah 210101020429
Hazima Dzahabiya 210101020433
Reza Imani Sholeha 210101020464

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI BANJARMASIN

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA ARAB

2023
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kemudahan bagi
kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Sholawat dan
salam selalu kita panjatkan kepada Nabi besar Muhammad SAW, serta sahabat
dan pengikut yang setia hingga akhir zaman.
Makalah ini memang jauh dari kata sempurna, kekurangan dan masukan
jadi tugas kami untuk melengkapi makalah ini dengan baik. Kemudian kritik atau
saran dari dosen pengampu sangat dibutuhkan agar kita semua dapat memahami
tujuan makalah ini dengan baik.
Mungkin ini yang dapat kami sampaikan, selebihnya kita akan
mempelajari makalah yang berjudul “Teknik Menerjemahkan Kalimat
(Jumlah): Jumlah Ismiyyah dan Jumlah Fi’liyyah”. Atas perhatian dan
tanggapannya kami ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya.

Martapura, 24 Maret 2023

Kelompok 4

i
DAFTAR ISI

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Bahasa Arab berkembang di Indonesia seiring dengan
berkembangnya agama Islam di bumi Nusantara ini. Banyak dari
masyarakat Indonesia kala itu belajar bahasa Arab dengan tujuan
memahami agama Islam. Dengan masuknya Islam di Indonesia tentu
mempunyai peranan dalam dunia terjemahan bahasa Arab ke Indonesia
maupun sebaliknya. Banyak kita dapati kata-kata serapan bahasa Indonesia
yang diambil dari bahasa Arab.

Setelah Islam berkembang pesat di Indonesia bisa dilihat dari


banyak berdirinya pesantren yang mengajarkan agama Islam kepada
santrinya. Istilah-istilah bahasa Arab mulai banyak dipakai dipesantren,
baik dalam hal penamaan satu lembaga, organisasi, nama orang bahkan
nama ruang atau bangunan. Dari banyaknya istilah Arab yang dipakai
masyarakat Indonesia di beberapa lembaga tersebut tentu mereka sudah
melalui proses pengalihan atau transfer bahasa, dari bahasa Arab ke bahasa
Indonesia atau yang bisa disebut dengan penerjemahan.1

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dari jumlah fi’liyah dan ismiyah?
2. Apa saja aspek-aspek penting dalam terjemahan?
3. Apa saja model-model penerjemah?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian dari jumlah fi’liyah dan ismiyah
2. Untuk mengetahui apa saja aspek-aspek penting dalam terjemahan
3. Untuk mengetahui model-model penerjemah

1
Dafik Hasan Perdana, “Strategi Penerjemahan Bahasa Arab Yang Berterima Dan Mudah
Dipahami”, Jurnal Bahasa Lingua Scientia, Vol. 9, No. 1, 2017, 144

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Jumlah Ismiyah dan Fi’liyah


Setiap bahasa mempunyai ciri khas tersendiri dalam penyusunan
struktur dan macam-macam kalimat. Itulah sebabnya tidak mungkin
penerjemahan melulu dapat dilakukan secara pemindahan kata perkata.
Penetapan kata selain menemukan ide dapat dilakukan untuk mencari kata
yang menunjukkan jabatan katanya sehingga memudahkan penyusunan
kalimatnya pada saat penerjemahan, yaitu menentukan Subyek, Predikat,
Obyek dan keterangan (SPOK) Penetapan SPOK pada bahasa Arab
sebagai bahasa Indonesia , dapat dilakukan dengan menganalisis kalimat
berdasarkan ilmu nahwu, dan hal utama yang dilakukan adalah
menemukan subyek dan predikat dalam kalimat, barulah kemudian kata
lain dapat ditetapkan sebagai obyek atau keterangan. Dalam kalimat
bahasa Arab jumlah ismiyah, misalnya dapat ditepatkan bahwa mubtada
diartikan sebagai subyek, khobar sebagai predikat, sedangkan dalam
jumlah fi’liyah , fa’il dapat ditetapkan sebagai subyeknya dan fi’il sebagai
predikatnya.
Contoh penerjemahan jumlah ismiyah:

‫أمحد يكتب املقالة كتابة جيدة وظيفة من أستاذه‬

Arti kalimat itu dapat dimulai dengan menetapkan subyeknya

dalam hal ini ‫أمحد‬ sebagai mubtada dan khabar jumlah fi’liyah dengan

menetapkan fi’il ‫ يكتب‬sedangkan kata yang lain seperti ‫ املقال ة‬menjadi


obyek, kata – kata yang lainnya menjadi keterangan. Maka kalimat
tersebut diterjemahkan menjadi Ahmad menulis makalah dalam bentuk
tulisan yang baik sebagai tugas dari gurunya.

Contoh penerjemahan jumlah fi’liyah:

2
3

‫تفحص نسرين املريض ىف املستشفى‬

Dalam kalimat tersebut kata ‫ نس رين‬menjadi subyek karena ia

merupakan fa’il dan kata ‫ نس رين‬sebagai predikat, sedangkan kata ‫املريض‬


sebagai obyek, dan kata lainnnya sebagai keterangan. Maka penerjemahan
kalimat itu, berdasarkan aturan susunan kalimat bahasa Indonesia adalah

SPOK, yang pertama kali disebutkan adalah kata ‫نسرين‬ meskipun dalam

kalimat bahasa Arab kata itu diungkapkan setelah kata ‫تفحص‬.


Penerjemahan kalimat tersebut dalam bahasa Indonesia menjadi sebagai
berikut: Nisrina memeriksa orang sakit di rumah sakit.

B. Aspek-Aspek Penting Dalam Terjemahan


Pengetahuan mengenai teknik penerjemahan, dan strategi
penerjemahan yang akan berdampak pada kualitas terjemahan berdasarkan
keakuratan pesan, keberterimaan, dan keterbacaan. Ketiga kualitas tersebut
memiliki hubungan timbal balik satu sama lain. Karena semua itu
memegang peranan penting. Idealnya seorang penerjemah harus bisa
menghasilkan terjemahan dengan tingkat keakuratan, keberterimaan, dan
keterbacaan yang tinggi. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat dalam uraian
berikut.
1. Keakuratan
Penerjemah diharapkan akurat dan tepat dalam
menerjemahkan karya dari bahasa sumber ke dalam bahasa
sasaran. Keakuratan disini, "merujuk kepada kesepadanan antara
informasi dalam bahasa sumber dengan informasi dalam bahasa
sasaran"
Contohnya sebagai berikut :2

Teks sumber :‫سعكم‬ ‫طائر كم‬


2
Dafik Hasan Perdana, “Strategi Penerjemahan Bahasa Arab Yang Berterima Dan Mudah
Dipahami”,....h. 153-156
4

Teks sasaran 1 : "dewi fortuna tidak bersamamu"


Teks sasaran 2 : "Burungmu bersamamu"

Dalam teks sasaran 1kata ‫ ط ائر‬diterjemahkan menjadi " Dewi

fortuna" bukan "Burungmu" karena ini berkaitan dengam budaya


Arab jahiliyah yang melepas burung untuk menentukan nasib
mereka sebelum mengambil keputusan.
2. Keberterimaan
Keberterimaanlah mengarah pada kelaziman teks terjemah
dalam bahasa sumber sesuai dengan kaidah dan norma kebahasaan
pembaca bahasa sasaran. Dalam penerjemahan, pesan dan makna
yang telah diungkapkan dalam bahasa sasaran harus diperhatikan
kaidah, norma bahasa dan budaya yang berlaku.
Oleh karena itu penerjemah harus mampu menerjemahkan tulisan
dengan sesuai, dengan menghasilkan norma budaya dalam bahasa
sasaran. Dalam menerjemahkan teks dari bahasa Arab ke bahasa
Indonesia, misalnya dalam budaya arab, menyapa saudara ataupun
kerabat yang lebih tua dengan menyebut namanya adalah hal yang
wajar, tetapi dalam budaya Indonesia itu hal yang tidak sopan.
Oleh karena itu penerjemah hendaknya mengganti sapaan dalam
bahasa Indonesia agar terjemahnya tidak bertentangan dengan
norma dan budaya.
3. Keterbacaan
Terjemah yang baik ialah terjemahan dengan tingkat
keterbacaan yang tinggi, yaitu terjemah yang mudah dipahami,
dalam hal ini. Hal ini terjadi karena pembaca karya terjemah ialah
mereka yang tidak memahami bahasa sumber dan penerjemah
merupakan proses pengalihan pesan dengan tujuan dapat dipahami
pembaca. bisa dikatakan bahwa suatu terjemah dikatakan memiliki
tingkat keterbacaan tinggi jika kata, istilah, frasa, klausa, dan
kalimat terjemah dapat dipahami dengan mudah.
5

Seperti contoh penerjemahan pada penggalan novel berbahasa


Arab Layali Turkistan Karya Najib Kailani dengan hasil
terjemahnya

Teks sumber: ‫وىف يوم من األيام القائد الصيين منشورا هز البالد من أقصاها‬

‫إىل أقصاها‬
Teks sasaran 1: " dan pada hari dari hari- hari, mengeluarkan
pemimpin cina peraturan yang mengguncangkan negri dari ujung
ke ujung"
Teks sasaran 2: "dan pada suatu hari pemimpi Cina mengeluarkan
peraturan yang mengguncang negeri hingga ke pelosok"

Dalam teks sumber terdapat kata ‫ ويف يوم من األيام‬pada teks sasaran
1 yang diterjemahkan " dan pada hari dari hari-hari" dan pada teks
sasaran 2 diterjemahkan " pada suatu hari"

C. Model-model Penerjemah
Berkaitan dengan model dan teknik penerjemahan, dalam bukunya
Seni Menerjemahkan, Widyamartaya memaparkan beberapa model dan
teknik penerjemahan yaitu:3
1. Metode Hermeunetik
Hermeuneutik adalah teori atau ilmu penafsiran lambang/nas.
Model ini dilakukan dengan empat cara, yaitu :
a. amanatnya layak untuk disampaikan
b. Mendalami maknanya
c. Menyajikannya dalam bahasa penerima yang berkepentingan
d. Menyelaraskan pernyataan amanat dalam bahasa sasaran
dengan daya tangkap penerima
2. Model situasional

3
Akmaliyah, “Model Dan Teknik Penerjemahan Kalimat Bahasa Arab Ke Dalam Bahasa
Indonesia”, Jurnal al-Tsaqafa, Vol. 13, No. 01, 2016, h. 128-129
6

Memahami makna ujaran berdasarkan situasi bahasa itu diucapkan,


konteks situasi atau keadaan memberikan arti lain, pada makna ujaran
yang sama.
3. Model Stilistika
Model untuk menyesuaikan dengan bentuk gaya bahasa
berdasarkan struktur keseluruhan bahasa sumbernya, atau hanya ingin
mengikuti isinya
4. Model Kata demi kata
Model penerjemahan dengan mencari ekuivalen kata satu lawan
satu.
5. Model Sintaktik
Suatu model tentang cara menguraikan struktur atau jenis-jenis
kalimat, mulai dari satuan terkecil hingga lebih besar, hubungan
gagasan antara satuan dan jabatan-jabatan satuan itu, dapat disebut
juga dengan upaya deskripsi struktural.
6. Model Transformasional
Model transformasional berfungsi dalam memecahkan masalah
kalimat yaitu kalimat dalam bahasa sumber itu dipecah atau dipenggal-
penggal menjadi kalimat–kalimat inti, menjadi kalimat-kalimat yang
pendek: tiap kalimat tunggal hanya ada satu subyek, satu predikat dan
satu obyek (bila perlu).
7. Model Interlingua
Dalam model ini disamping penerjemahan menggunakan bahasa
sasaran dan bahasa sumber, juga dibutuhkan bahasa lain , untuk
mendukung arti penerjemahan.
8. Model Semantik
Model ini merupakan upaya penerjemah memahami komunikasi
melalui lambang bahasa. Penerjemah perlu memahami hubungan
antara lambang, gagasan dan sesuatu di luar.
9. Model Teori Informasi
7

Model teori informasi itu dikemukakan perlu dan pentingnya


redundancy “informasi berlebih” dalam penerjemahan.
10. Model Nomenklatif
Model terjemahan dalam rangka memberikan istilah yang tepat
bagi bidang ilmu tertentu .
11. Model Modulasi
Model modulasi cara menerjemahkan disesuaikan berdasarkan
budaya bahasa yang berbeda-beda.
12. Model Generatif
Model ini menunjukkan bahwa dalam penerjemahan melibatkan
banyak keputusan, dan satu keputusan mempengaruhi keputusan-
keputusan yang lainnya.
13. Model Integral
Model ini adalah bentuk penerjemahan yang menyeluruh dan
menjamin terjaganya konsistensi dan keindahan dalam bahasa
terjemahan (produk perakitan). Model integral ini digunakan untuk
menerjemahkan bentuk sajak atau puisi.
14. Model Normatif dan Model Pengecekan
Tiga Tahap Dua model ini untuk mengecek hasil terjemahan,
model pengecekan tiga tahap berjalan sebagai berikut : pertama,
terjemah lurus yang dicek pesannya (makna dan maksudnya).
Kemudian terjemahan ini pun dicek ulang, dari segi keselarasan
dengan situasinya dan bentuk ragamnya. Tahap ketiga membuat
bentuk terjemahan yang selaras dengan situasi meski maknanya agak
kabur.
15. Model Interaktif
Model ini dianjurkan dalam tahap pembicaraan. Dalam model ini
dilakukan interaksi yang baik dan saling memberi antara penerjemah
dan penasihat dalam bidang yang diterjemahkan.
BAB III

PENUTUP
A. KESIMPULAN
Penetapan kata yang menunjukkan jabatan kata dapat memudahkan
penyusunan kalimatnya pada saat penerjemahan, yaitu dengan menentukan
Subyek, Predikat, Obyek dan keterangan (SPOK) Penetapan SPOK pada
bahasa Arab sebagai bahasa Indonesia. Hal ini dapat dilakukan dengan
menganalisis kalimat berdasarkan ilmu nahwu, dan hal utama yang
dilakukan adalah menemukan subyek dan predikat dalam kalimat, barulah
kemudian kata lain dapat ditetapkan sebagai obyek atau keterangan.

Terdapat 3 aspek penting dalam penerjemahan, yaitu: 1) Keakuratan, 2)


Keberterimaan, dan 3) Keterbacaan. Ketiga kualitas tersebut memiliki
hubungan timbal balik satu sama lain. Karena semua itu memegang peranan
penting. Idealnya seorang penerjemah harus bisa menghasilkan terjemahan
dengan tingkat keakuratan, keberterimaan, dan keterbacaan yang tinggi.

Terdapat 15 model dalam penerjemahan, yaitu:


1. Metode Hermeunetik
2. Model situasional
3. Model Stilistika
4. Model Kata demi kata
5. Model Sintaktik
6. Model Transformasional
7. Model Interlingua
8. Model Semantik
9. Model Teori Informasi
10. Model Nomenklatif
11. Model Modulasi
12. Model Generatif
13. Model Integral
14. Model Normatif dan Model Pengecekan
15. Model Interaktif

DAFTAR PUSTAKA

8
9

Anda mungkin juga menyukai