Anda di halaman 1dari 11

Tugas Terstruktur Dosen Pengampu

Metode Terjemah Al-Qur’an Syamsuni, S.Pd.I., MA

SYARAT-SYARAT PENERJEMAH DAN PROSES


PENERJEMAHAN

Oleh:
Liya Azizah 220103020093

Aulia Rahimi 220103020141

Nor Anisa 220103020142

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI

FAKULTAS USHULUDDIN DAN HUMANIORA

PRODI STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

BANJARMASIN

2024
PENDAHULUAN

Penerjemahan Al-Qur’an ialah mengalihkan pesan Al-Qur’an, ke bahasa asing


selain bahasa Arab, dan terjemahan tersebut dicetak dengan tujuan agar dapat dikaji
oleh mereka yang tidak menguasai bahasa Arab sehingga dapat dimengerti maksud dari
firman Allah tersebut dengan bantuan terjemahan itu. Namun, selama ini banyak orang
yang mengeluhkan tentang hasil terjemahan Al-Qur’an. Mereka mengeluh ketika
membaca hasil terjemahan sulit dipahami atau dicerna isi terjemahan tersebut dengan
baik. Hal tersebut terjadi karena terkadang seorang penerjemah cenderung banyak
unggul dalam satu sisi yaitu hanya memahami bahasa sumber saja, tetapi tidak pada
bahasa sasaran. Selain itu, seorang penerjemah juga harus mengerti metode
penerjemahan. Karena penerjemahan merupakan salah satu mediator bagi proses
perkembangan keilmuan di dunia. Bahkan sebagai perantara berkembangnya
peradaban informasi keilmuan bagi masyarakat. Penerjemahan merupakan peralihan
makna dari bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran, pengalihan ini dilakukan dari
bahasa pertama ke dalam bentuk bahasa kedua melalui struktur semantis. Proses
menerjemahkan berusaha untuk mengalihkan pesan dalam bahasa sumber tanpa
merubah maksud dan pesan tersebut. Begitu pula dalam membentuk kalimat ke dalam
bahasa sasaran haruslah jelas.Usaha penerjemahan itu pada hakikatnya mengandung
makna mereproduksi amanat atau pesan di dalam bahasa sumber dengan padanan yang
paling pantas dan paling dekat dengan bahasa penerima baik dari segi gaya. Kegiatan
menerjemahkan tidaklah semudah apa yang diperkirakan orang. Karena
menerjemahkan identik dengan mengkomunikasikan keterangan pesan atau gagasan
yang ditulis oleh pengarang asli di dalam bahasa terjemahan. Untuk menganalisis suatu
terjemahan hendaknya penerjemah memiliki pengetahuan tentang model terjemahan
yang umum digunakan yaitu : terjemahan kata demi kata, terjemahan harfiyah, dan
terjemahan adaptasi dan bebas.
PEMBAHASAN
A. SYARAT DAN SIKAP YANG DIGUNAKAN PENERJEMAH
Untuk menjadi penerjemah yang baik, tentu seseorang harus membekali
diri dengan syarat dan sikap seperti berikut:1
a. Penerjemah harus menguasai bahasa sumber dan bahasa sasaran penguasaan
bahasa sumber dan bahasa sasaran dimulai dari pembendaharaan kosakata, pola
pembentukan kata, aspek pemaknaan pada masing-masing bahasa. Penerjemah
yang hanya mengandalkan kemampuannya dalam bahasa sumber, tanpa
mendalami bahasa sasaran, akan menghasilkan terjemahan yang terasa asing.
b. Penerjemah harus memahami dengan baik isi teks yang akan diterjemahkan
Isi teks yang akan diterjemahkan terkait pokok pikiran yang hendak
disampaikan dalam teks sumber. Ini dikaitkan dengan penguasaan penerjemah
dalam menyelami apa yang hendak disampaikan oleh penulis teks sumber.
c. Penerjemah harus mampu mengalihkan ide atau pesan yang terdapat pada
bahasa sumber.
Setelah memahami isi teks yang akan diterjemahkan, penerjemah yang baik
harus mampu mengalihkan ide dan pesan yang berhasil ditangkapnya.
Keakuratan ide dan pesan yang berhasil ditangkap oleh penerjemah, sangat
tergantung pada pemahaman dan kepekaan penerjemah saat menyelami teks
sumber.
d. Penerjemah harus terbiasa teliti dan cermat
Seorang penerjemah tidak boleh ceroboh, karena ia bertanggung jawab secara
ilmiah dan moral pada penulisan teks sumber agar menyampaikan ide dan pesan
penulis dengan sebenar-benarnya.
e. Penerjemah harus mempunyai pengalaman dalam menafsirkan sesuatu.

1
Lukman hakim, Metode dan strategi Terjemahan Al-Qur’an, skripsi, (Jakarta: Adab dan
Humaniora UIN Syarif Hidayatullah, 2015), 20.
Ini berarti seorang penerjemah dituntut untuk memiliki kemampuan
menganalogikan dan menganalisis suatu kasus.
f. Penerjemah harus terbiasa berkonsultasi dengan penasehat ahli. Untuk
memastikan pemahaman dan pengalihan pesan teks sumber, seorang
penerjemah harus terbiasa mendiskusikan kasus-kasus yang dihadapi dan
bertukar teknik, baik dalam memahami maupun dalam menerjemahkan teks
sumber.
g. Penerjemah harus benar-benar orang yang menguasai topik yang hendak
diterjemahkan. Seorang penerjemah yang baik tidak dibenarkan
menerjemahkan topik yang tidak dikuasai, apalagi bila hasil terjemahanya
disebarluaskan untuk khalayak pembaca.
h. Penerjemah harus mampu menampilkan teks dalam bahasa sasaran seperti teks
dalam bahasa sumber. Ini bagian yang membutuhkan proses dan latihan yang
tak kenal lelah. Karena, hal ini terkait dengan penerjemah dalam mengalihkan
teks sumber, yang lebih sering berbeda struktur dengan teks sasaran.
i. Penerjemah harus mengetahui dengan baik karakteristik sang penulis. Pada titik
tertentu, seorang penerjemah harus memahami benar, mana yang merupakan
bagian dari gaya bahasa penulis dan mana yang bukan. Ini Penting agar
penerjemah mengerti mana aspek dari teks sumber yang harus dipertahankan
dan mana yang tidak harus dipertahankan.2
Kegiatan menerjemah, lebih-lebih menejemahkan Al-Qur’an kedalam
bahasa asing, bukan merupakan perbuatan yang mudah yang dapat dilakukan
oleh sembarang orang. Kegiatan menerjemah merupakan pekerjaan berat
meskipun tidak berarti Mustahil dilakukan seorang, terutama oleh mereka yang
berbakat dan berminat untuk menjadi mutarjim atau seorang penerjemah.

2
Moch Syarif, Diktat Teori dan Permasalahan Terjemah, (Jakarta: Prodi Tarjamah UIN
Syarif Hidayatullah, 2007), 15-16.
Karena untuk dapat penerjemah yang baik, seseorang Penerjemah tidak hanya
menguasai bahasanya saja, tetapi harus mengetahui Materinya juga. Lain
halnya dengan seorang penerjemah yang handal dan profesional yang tidak
mengalami kesulitan baik dalam menerjemahkan buku, novel, cerpen, puisi,
syair dan kitab suci Al-Qur’an.
Untuk dapat menerjemahkan sesuai dengan maksud tulisan, terlebih lagi
Menerjemahkan Al-Qur’an, mutarjim atau penerjemah harus memenuhi
beberapa persyaratan. Adapun syarat-syarat seperti yang diungkapkan oleh al-
Dzahabi sebagai berikut:
a. Penerjemah Al-Qur’an pada dasarnya harus memiliki persyaratan yang
dikenakan Pada mufassir seperti itikad baik, niat yang tulus, serta
menguasai ilmu-ilmu Seperti ilmu kalam, usul fikih ,ilmu akhlak, dan lain-
lain. Dengan persyaratan ini, seorang penerjemah Al-Qur’an diharapkan
terhindar dari kekeliruan dalam Menerjemahkan.
b. Penerjemah Al-Qur’an harus memiliki akidah islamiyah yang kuat dan
lurus. Karena orang yang tidak dibolehkan untuk menerjemahkan dan atau
Menafsirkan Al-Qur’an, sebab tidak sejalan dengan tujuan ulama dari
turunnya Al-Qur’an itu sendiri yaitu sebagai kitab petunjuk.
c. Sebelum menerjemahkan Al-Qur’an, penerjemah harus lebih dulu
menuliskan ayat-ayat Al-Qur’an itu sendiri yang hendak di terjemahkan,
kemudian di Terjemahkan dan atau di tafsirkan sekaligus. Selain
dimaksudkan untuk Memudahkan pembaca mengecek makna yang
sesungguhnya manakala Terdapat terjemahan Al-Qur’an yang di ragukan
kebenarannya, terutama dalam Rangka mempertahankan otensitas teks Al-
Qur’an itu sendiri.
d. Penerjemah juga harus menguasai dengan baik dua bahasa yang
bersangkutan, yakni bahasa asal yang diterjemahkan dan bahasa
terjemahan. Dalam konteks ini, bahasa Al-Qur’an dan bahasa terjemahan
itu sendiri yaitu bahasa Indonesia. Jadi, mutarjim Al-Qur’an kedalam
bahasa Indonesia seperti, tidak hanya dituntut untuk menguasai derngan
baik bahasa arab Al-Qur’an yang diterjemahkan, tetapi juga harus
memahami dalam menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar.3
Ian Finlay seperti yang dikutip Suhendra Yusuf memaparkan beberapa
kriteria Penerjemah antara lain:

1. Memiliki pengetahuan bahasa sumber yang sempurna dan berkembang


2. Memahami materi yang akan diterjemahkan
3. Mengetahui terminologi-terminologi padanan terjemahnya di dalam bahasa
sasaran.
4. Berkemampuan mengekspresikan dan mengapresiasikan serta merakan
Gaya, irama, nuaasa serta register kedua bahasa yaitu bahasa sumber dan
bahasa sasaran.
B. PENGERTIAN METODE PENERJEMAH
Metode penerjemahan adalah teknik yang digunakan oleh seorang
Penerjemah ketika hendak memutuskan menerjemahkan suatu Teks sumber.
Banyak metode Penejemahan yang dikembangkan oleh para ahli. Akan tetapi,
diantara metode yang ada, metode yang ditawarkan Newmark (1988) dinilai
sebagai paling lengkap dan memadai.4 Menurut Newmark, dalam bukunya A
Textbook of Translation, Membagi metode penerjemahan ke dalam dua
kelompok besar, yaitu:
(1) metode Penerjemahan yang berorientasi kepada bahasa sumber
(2) metode penerjemahan yang berorientasi kepada bahasa sasaran.5
C. METODE PENERJEMAHAN

3
Muhammad Husayn al-Dzahabi, al-Tafsir Wa al-Mufassirin, (Bairut: Dar AL-Fakr, 1995),
29-30.
4
Moch. Syarif, Tarjim Al- an, Cara mudah menterjemahkan Arab-Indonesia, (Tanggerang,
Dikara, 2010), 31.
Peter Newmark, A Textbook of Translation (UK: Prentice Hall International, 1988), 45-47.
5
Adapun macam-macam metode penerjemahan berdasarkan literatur barat
yang didasarkan dengan penekanan terhadap bahasa sumber diantaranya:
a. Penerjemahan secara harfiah
Penerjemahan secara harfiah ialah Penerjemahan yang dilakukan
menggunakan konversi konstruksi gramatika bahasa sumber ke dalam
konstruksi bahasa penerima yang paling dekat. Akan tetapi, kata-kata
tetap diterjemahkan satu persatu tanpa adanya pertimbangan konteks
pemakaiannya. Metode ini digunakan untuk tahap awal dari kegiatan
yang dilakukan penerjemah untuk memecahkan kerumitan dari
struktur nas.
b. Kata demi kata
Terjemahan untuk tiap kata terletak di bawah setiap bahasa sumber.
Urutan kata bahasa sumber ini dijaga dan juga dipertahankan. Kata
diterjemahkan satu persatu dengan makna yang paling umum tanpa
mempertimbangkan konteks pemakaiannya. Kata yang mengandung
konteks budaya juga diterjemahkan secara harfiah. Metode ini
digunakan untuk memahami cara oprasi bahasa sumber dan juga untuk
memecahkan kesulitan nas, untuk tahap awal dari kegiatan
penerjemahan.
c. Semantis
Penerjemahan secara semantis ini berbeda dengan penerjemahan setia,
karena dalam metode ini, nilai estetika nas bahasa sumber
dipertimbangkan, makna diselaraskan untuk meraih asonansi, dan juga
dilakukan permainan kata serta pengulangan. Metode ini bersifat
fleksibel dan juga memberi keluasan kepada penerjemah untuk
berkeaktifitas dan juga untuk menggunakan intuisinya
d. Setia
Penerjemahan setia ialah metode yang berupaya untuk menghasilkan
makna kontekstual bahasa sumber ke dalam struktur bahasa penerima
secara tepat. Oleh karena itu, kosa kata kebudayaan ditransfer dan
urutan gramatikal dipertahankan di dalam terjemahan. Metode ini
bertujuan untuk setia pada tujuan penulis.6
Sedengkan dalam penerjemahan yang menekankan pada bahasa
sasaran, didalamnya terdapat jenis-jenis metode penerjemahan seperti:
a. Penerjemahan bebas
Penerjemahan metode ini mereproduksi masalah yang dikemukakan
dalam bahasa sumber tanpa menggunakan cara tertentu. Metode bersifat
parafrastik, yang mana metode ini mengungkapkan amanat yang
terkandung dalam bahasa sumber dengan ungkapan penerjemah sendiri
di dalam bahasa penerima sehingga terjemahan yang dihasilkan lebih
panjang daripada aslinya.
b. Penerjemahan adaptasi
Adaptasi ialah cara penerjemahan nas yang paling bebas dibandingkan
dengan cara penerjemah lainnya. Metode ini banyak digunakan dalam
menerjemahkan puisi dan naskah drama dengan tetap mempertahankan
karakter, tema dan alur cerita. Penerjemah juga mengubah kultur budaya
sumber ke bahasa sasaran.
c. Penerjemahan komunikatif
Penerjemahan ini dilakaukan dengan mengungkapkan makna
kontekstual nas sumber ke dalam nas penerima dengan suatu cara
sehingga makna dan isinya mudah diterima dan juga dipahami oleh
pembaca.
d. Penerjemahan idiomatis
penerjemahan ini dilakukan dengan mereproduksi pesan bahasa sumber,
akan tetapi lebih cenderung mengubah nuansa makna teks sumber

6
Umi Hanifah, Metode Terjemah Teori Penerjemahan Arab-Indonesia, (Sidoarjo, CV.
Dwiputra Pustaka Jaya, 2013), 68.
karena menggunakan kata-kata sehari-hari dan juga idiom yang tidak
ditemukan di teks sumber. Atau pada teks sumber tidak menggunakan
idiom dalam menyampaikan maksud penulis akan tetapi dalam
terjemahannya menggunakan idiom.
D. TEKNIK PENERJEMAHAN
Teknik atau cara menerjemahkan Al-Qur’an tentu sangat berbeda
dengan menerjemahkan teks biasa. Cara penerjemahan sub-unit dari unit nas
yang terkecil. Teknik penerjemahan juga bisa diartikan cara penerjemahan
kata dan frase, dengan memperhatikan konteks kalimat (unit). Seorang
penerjemah Al-Qur’an harus memulai dengan beberapa tahapan. Seperti yang
telah diungkapkan H. Datuk Tombak Alam dalam bukunya yang berjudul
Metode Menerjemahkan Al-Qur’an al-Karim 100 kali Pandai, beliau
memberikan beberapa proses yang harus ditempuh seorang mutarjim atau
penerjemah Al-Qur’an. Adapun tahapannya sebagai berikut:
1. menerjemahkan secara harfiyah dan menurut susunan bahasa Arab yang
sudah tentu tidak cocok dengan susunan bahasa Indonesia yang baik. Hal
ini dilakukan pada tahap pertama agar dalam penerjemahan dapat lebih
mengenal kedudukan dan hukum kata itu.
2. membuang kata-kata yang ada dalam Al-Qur’an kedalam terjemahan.
3. menggeser atau menyusun kalimatnya dalam terjemah untuk mencapai
bahasa Indonesia yang baik, yaitu di awal digeser ke belakang dan yang
akhir diletakkan ke muka sesuai dengan susunan kalimat dalam bahasa
Indonesia (S,P,O,K). Tahap ini boleh dipergunakan jika diperlukan, akan
tetapi jika seorang penerjemah ingin dikatakan hasil terjemahannya itu
baik, maka tahap ini harus dipenuhi.7

7
Sei H.Datuk Tombak Alam, Metode Menerjemahkan Al-Qur‟an Al-Karim 100 Kali Pandai,
(Jakarta: Rineka Cipta, 1992), 19.
PENUTUP

Kesimpulan yang dapat diambil ialah bahwa Al-Qur’an merupakan teks suci
dan sumber hukum umat Islam yang paling fundamental, sehingga dalam
menerjemahkannya pun harus memperhatikan tradisi yang sudah berlaku di kalangan
umat Islam. Namun demikian, bagi sebagian kalangan, Al-Qur’an tertutup untuk
dimaknai atau diterjemahkan dengan cara yang tidak biasa, atau cara pembacaan baru.
Dari sudut pandang terjemah, usaha penerjemahan dari dan ke bahasa apapun tidak
mungkin 100% secara harfiah diterapkan, melainkan perlu menimbang banyak aspek
sehingga bahasa sasaran dapat secara utuh menangkap pesan dari bahasa asal dan
menyajikannya dalam pola dan struktur kalimat dalam bahasa sasaran. Dalam
penerjemahan Al-Qur’an, masalah makin kompleks sebab melibatkan pula banyak
aspek seperti keindahan puitisnya, kebiasaan dalam budaya bahasa Arab sebagai
bahasa pengantar Al-Qur’an, dzauq atau cita rasa bahasa asal yang mungkin terus
ketika diterjemahkan, Oleh karenanya, penerjemahan selalu terbuka untuk direvisi,
apalagi bila mengingat bahwa suatu bahasa (dalam hal ini berarti bahasa sasaran) pasti
mengalami perkembangan.
DAFTAR PISTAKA

Al-Dzahabi, Muhammad Husayn. al-Tafsir Wa al-Mufassirin, Bairut: Dar AL-Fakr,


1995.

Hakim, Lukman. Metode dan strategi Terjemahan Al-Qur’an, skripsi, Jakarta: Adab
dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah, 2015.

Hanifah, Umi. Metode Terjemah Teori Penerjemahan Arab-Indonesia, Sidoarjo, CV.


Dwiputra Pustaka Jaya, 2013.
Hidayatullah, Moch Syarif. Tarjim Al- an, Cara mudah menterjemahkan Arab-
Indonesia, Tanggerang, Dikara, 2010.

Newmark, Peter. A Textbook of Translation, UK: Prentice Hall International, 1988.


Sei H.Datuk Tombak Alam, Metode Menerjemahkan Al-Qur‟an Al-Karim 100 Kali
Pandai, Jakarta: Rineka Cipta, 1992.
Syarif, Moch. Diktat Teori dan Permasalahan Terjemah, Jakarta: Prodi Tarjamah
UIN Syarif Hidayatullah, 2007.

Anda mungkin juga menyukai