Anda di halaman 1dari 21

KONSEP PENERJEMAHAN

Makalah ini di buat untuk tugas mata kuliah

Tarjamah Nadhoriyah

DOSEN PENGAMPU : Dr. HM. Burhanudin Ubaid, Lc. M.Ag

DI SUSUN OLEH :

1. Arifatul Mustamiah (1693054008)

2. Reza Lathifah Hanif (1693054031)

PRODI PENDIDIKAN BAHASA ARAB

FAKULTAS TARBIYAH

UNIVERSITAS HASYIM ASY’ARI

TEBUIRENG - JOMBANG

2019
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah, penerang jalan yang lurus dengan menurunkan Al –
Qur’an sebagai tolak ukur melenceng atau tidaknya jalan yang kita lalui. Sholawat
dan salam semoga selalu tercurahkan kepada manusia sempurna tiada duanya,
Muhammad SAW. pewaris Al-Qur’an dan Al-Hadits sebagai pedoman hidup
sepanjang masa.

Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang KONSEP
PENERJEMAHAN yang kami sajikan berdasarkan dari berbagai sumber informasi
dan referensi. Makalah ini disusun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu
yang datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh
kesabaran dan terutama pertolongan dari Allah akhirnya makalah ini dapat
terselesaikan.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi
sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa Unervesitas
Hasyim Asy’ari. Penulis sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh
sempurna. Untuk itu, kepada dosen pembimbing kami Ustadz Dr. HM. Burhanudin
Ubaid, Lc. M.Ag kami meminta masukannya demi perbaikan pembuatan makalah
kami di masa yang akan datang dan mengharap kritik dan saran dari para pembaca.

Jombang, 07 Maret 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................. i

DAFTAR ISI............................................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................ 1

A. Latar belakang............................................................................................................... 1
B. Rumusan masalah.......................................................................................................... 2
C. Tujuan penulisan........................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................... 3

A. Pengertian Tarjamah..................................................................................................... 3
B. Urgensi Terjemah...........................................................................................................6
C. Unsur-unsur Terjemah....................................................................................................8
D. Proses Menerjemah......................................................................................................11
E. Syarat-syarat Penerjemah.............................................................................................13

BAB III PENUTUP............................................................................................................... 16

A. Kesimpulan.................................................................................................................. 16
B. Saran............................................................................................................................ 17

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................ 18

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penerjemahan merupakan suatu proses komunikasi antar dua bahasa.
Maksudnya adalah menyampaikan kembali maksud atau isi pesan dalam teks
sumber sehingga dapat di mengerti oleh masyarakat bahasa sasaran. Sebuah
terjemahan tidak dengan mudah dapat di produksi menjadi sama dengan
aslinya karena adanya perbedaan budaya dan struktur bahasa di dalam setiap
bahasa.
Penerjemahan merupakan reproduksi di dalam bahasa sasaran yang
memiliki padanan pesan yang paling dekat dan wajar dari bahasa sumber,
pertama dalam makna dan yang kedua dalam gaya bahasa. Oleh karena itu,
proses komunikasi melalui penerjemahan harus menghasilkan terjemahan
yang memiliki kesepadanan makna dengan teks sumber dan kewajaran bahasa
dalam teks sasaran.
Dalam penerjemahan, kosakata dalam bahasa sumber bisa saja
mengekspresikan sebuah konsep yang sama sekali tidak di temukan dalam
budaya bahasa sasaran. Konsep tersebut bisa berupa abstrak atau konkret yang
berhubungan dengan kepercayaan atau agama, adat istiadat, atau bahkan jenis
makanan. Oleh karena itu penerjemahan bukan hanya sebuah pengoperasian
antar dua bahasa tetapi juga mencakup antar kebudayaan.
Kendala dalam menerjemahkan kosakata yang mengandung unsur
kebudayaan yaitu unsur kebudayaan yang terdapat dalam teks sumber sering
sulit di cari padanannya yang tepat dalam bahasa sumber. Dalam proses
penerjemahan yang melibatkan dua struktur bahasa dan budaya yang berbeda
tidak dapat lepas dari pergeseran bentuk bahasa dan makna. Semua bahasa
berbeda dalam bentuk maka secara alami bentuk-bentuk dalam bahasa sumber
pasti berubah saat seorang penerjemah mengungkapkan kembali isi pesan ke
bahasa sasaran.
Dengan demikian, penerjemahan bukan sekedar mengganti suatu teks
sumber ke dalam bahasa lain, namun memindahkan makna atau pesan yang
sepadan dan mewujudkan terjemahan yang wajar bagi masyarakat bahasa
sasaran. Faktor perbedaan budaya dapat menjadi kendala dalam penerjemahan,

1
salah satunya adalah penerjemahan kosakata yang mengandung unsur
kebudayaan fisik dalam bahasa Arab ke bahasa Indonesia.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian tarjamah ?
2. Apa urgensi penerjemahan ?
3. Apa saja unsur-unsur penerjemahan ?
4. Bagaimana proses menerjemah ?
5. Apa saja syarat-syarat penerjemah ?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian tarjamah.
2. Untuk mengetahui urgensi penerjemahan.
3. Untuk mengetahui unsur-unsur penerjemahan.
4. Untuk mengetahui proses menerjemah.
5. Untuk mengetahui syarat-syarat penerjemah.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Tarjamah
Menerjemah merupakan kegiatan yang sudah dilakukan sejak era
klasik, tidak hanya dilakukan oleh orang-orang di negeri ini saja, tetapi juga
oleh orang di negara-negara lain. Menerjemah sering kali dianggap sebagai
sesuatu yang penting, tetapi sering juga tidak mendapatkan perhatian yang
baik dari berbagai kalangan. Sebelum lebih jauh mempelajari konsep
terjemah, sebaiknya kita pahami dulu apa itu pengertian terjemah atau
penerjemahan.
Dalam bahasa Indonesia, istilah terjemah diambil dari bahasa Arab
“tarjamah”. Bahasa Arab sendiri mengambil istilah tersebut dari bahasa
Armenia “turjuman”. Kata turjuman seakar kata dengan tarjamah dan
turjuman yang berarti orang yang mengalihkan tuturan dari satu bahasa ke
bahasa lain.1
Beberapa ahli mendefinisikan terjemah sebagai proses mengganti
kosakata dari bahasa sumber dengan kosakata yang memiliki makna yang
sepadan kedalam bahasa yang lain. Dalam kamus bahasa Arab Al-Munjid
dikatakan bahwa terjemah adalah menafsirkan suatu perkaataan dengan
perkataan yang lain, atau menjelaskan maksudnya, sehingga terjemah adalah
tafsir. Kata tafsir digunakan untuk mengartikan terjemah karena dianggap
bahwa makna (meaning) adalah unsur yang paling krusial dalam
penerjemahan, karena makna adalah dasar dari semua penerjemahan. Di
Amerika Serikat, kita melihat bahwa penerjemahan teks laporan, penelitian,
buku-buku, dst. Harus dilakukan dengan metode tafsiriyyah (bi al-tasarruf),
suatu metode terjemah yang tidak begitu memperhatikan struktur bahasa,
tetapi lebih mementingkan makna atau pesan yang ada didalam teks asli.2
Para ahli yang lain mengatakan terjemah adalah upaya mentransfer
perkataan dari bahasa sumber kedalam bahasa sasaran, perkataan yang
dimaksud disini adalah kalimat lengkap, yang minimal tersusun dari subjek

1
Fathur Rohman, Strategi Menerjemah Teks Indonesia-Arab, (Sidoarjo: CV. Lisan Arabi,
2017), hal. 1
2
Muhammad Diwadi, ‘Ilm Tarjamah baina al-Nadzariyyah wa al-Tatbiq, (Tunis: Dar al-
Ma’arif, tt.), hal. 15

3
dan predikat. Karena inilah, terjemah dikatakan sebagai proses menyampaikan
buah fikiran penulis, atau upaya memindah pesan dari bahasa sumber kedalam
bahasa sasaran, baik dilakukan secara tertuls ataupun lisan, atau menetapkan
bentuk yang sepadan (ekuivalen) dari bahasa sumber kedalam bahasa sasaran.
Berikut ini beberapa definisi terjemah menurut para ahli terjemah:
1. Nida da Taber, mengatakan bahwa terjemah adalah sebuah proses
untuk menghasilkan padanan (equivalence) alami yang paling
mendekati pesan bahasa sumber kedalam bahasa penerima.
2. Wills, mengatakan bahwa terjemah menentukan dan sekaligus
menggunakan suatu prosedur yang tujuannya adalah untuk mentransfer
teks bahasa sumber tertulis menuju teks bahasa sasaran dengan tingkat
kesepadanan yang optimal, yang membutuhkan komprehensitas
sintakstis, simantis, gaya bahasa, dan pragmatik tes dari penerjemahan
teks aslinya.
3. Larson, mengatakan bahwa terjemah meliputi serangkaian kegiatan
menerjemahkan bahasa sumber kedalam bahasa penerima, yaitu
dimulai dari bentuk bahasa pertama menuju bentuk bahasa kedua
dengan menggunakan struktur simantik.
4. Malinowski, mengatakan bahwa terjemah merupakan penciptaan
kembali sumber asli kedalam bahasa sasaran yang antara keduanya
berbeda.
5. Catford, mengatakan bahwa terjemah bisa didefinisikan sebagai
berikut: mengganti materi tekstual dari bahasa sumber yang sepadan
dengan materi tekstual bahasa lain (bahasa sasaran).
6. Baker, mengatakan bahwa kesepadanan (ekuivalensi) diadopsi demi
mencapai kemudahan, karena kebanyakan penerjemah terbiasa dengan
hal tersebut, dan bukan karena menguasi aspek teori itu saja.
7. Steiner, mengatakan penerjemahan bisa dilihat sebagai generasi teks
yang di naungi oleh batasan tertentu, yaitu stabilitas relatif, dari faktor
situasional, register, dan perubahan bahasa secara klasik serta konteks
budaya.3

3
Zuhridin Suryawinata dan Sugeng Hariyanto, Translation: Bahasa Teori dan Penuntun
Praktis Menerjemahkan, (Yogyakarta: Kanissus, 2003), hal 11 & 15

4
8. Pendapat lain mengatakan terjemah adalah seni memindahkan ujaran
dari suatu bahasa kedalam bahasa lain. Terjemah merupakan seni
klasik yang mampu memajukan peradaban manusia.4

Pengertian ini berbeda dengan pengertian yang sebelumnya, karena


pengertian yang terakhir secara terang-teragan menyebut terjemah sebagai
seni, sehingga inilah yang nantinya akan menimbulkan perdebatan sengit
tentang kategorisasi disiplin ilmu; apakah terjemah itu seni, keterampilan,
ataukah ilmu.5

Jika beberapa definisi diatas diperhatikan, dapat ditemukan ruang


lingkup yang menjadi objek pembahasan penerjemah, diantaranya sebagai
berikut:

1. Perubahan struktur kalimat dari bahasa sumber kedalam struktur


bahasa sasaran.
2. Pemindahan pesan atau makna dari bahasa sumber kedalam bahasa
sasaran.
3. Padanan kata atau kalimat dari bahasa sumber kedalam bahasa
sasaran.
4. Ide pokok teks asli dalam bahasa sumber harus dipertahankan.6

Berangkat dari definisi yang beragam itulah muncullah perdebatan


tentang menerjemah, yaitu seni, keterampilan, ataukah ilmu. Perdebatan tetang
ketiganya ini sampai saat ini masih belum juga mencapai kata finish, dan
munclulnya beberapa pertanyaan, apakah penerjemahan itu merupakan seni,
keterampilan, ataukah ilmu?, itu merupakan pertanyaan yang keliru karena
pertanyaan yang seperti itu secara tidak langsung akan memaksa kita untuk
melihat satu jawaban diantara tiga alternatif.7

Demikianlah kiranya para ahli bahasa tidak lagi memperdebatkan


apakah terjemah itu merupakan seni, keterampilan, ataukah ilmu?, tetapi

4
Akrom Mu’min, Fan al-Tarjamah li al-Tullab wa al-Mubtadi’in, (Dar al Tala’i, tt), hal. 7
5
Eko Setyo Humanika, Mesin Penerjemahan Suatu Tinjauan Linguistik, (Yogyakarta: Gadja
Mada University Press, 2002), hal. 1
6
Fathur Rohman, al-Tarjamah wa Mushkilatuha, (Jombang: Tidak diterbitkan, 2009), hal. 3
7
M. Rudolf Nababan, Teori Menerjemah Bahasa Inggris, (Yogyakartata: Pustaka Pelajar,
2008), hal. 11-13

5
sebaiknya para ahli bahasa dan ahli terjemah lebih menfokuskan pembahasan
dan diskusinya pada bagaimana menjadikan hasil terjemahan itu lebih baik
dan lebih mudah di pahami oleh pembaca dan menghindari hasil atau produk
terjemahan yang berasa dan beraoma terjemahan.8

B. Urgensi Penerjemahan
Menerjemah merupakan salah satu sarana untuk melakukan pertukaran
pikiran, pengetahuan, dan pendapat antar bangsa dalam bidang ilmu
pengetahuan, sastra, kedokteran, seni, musik, megic, astrologi, pertanian,
produksi, perdagangan, perkatoran, politik, filsafat, dan lain sebagainya,
sehingga umat Islam sekarang memiliki bukti yang paling besar tentang
semuanya itu. Hal itu karena pada era Abbasiyah terjadi gerakan
penerjemahan besar-besaran. Para ilmuwan Arab menyalin teks-teks buku dari
bahasa Yunani, Prancis, India, dan lain-lain kedalam bahasa Arab sehingga
bangsa Arab menjadi mengerti banyak hal tentang pengetahuan yang
sebelumnya tidak mereka mengerti. Saat itu bisa dikatakan sebagai awal
kebangkitan sastra modern hingga sampai pada masa kita sekarang itu semua
disebabkan oleh pertukaran ilmu pengetahuan dari berbagai macam bahasa
melalui proses penerjemahan. Pertukaran pikiran yang terjadi melalui proses
penerjemahan memiliki manfaat yang sangat besar. Jadi, penerjemahan
memilki peran positif dalam transformasi produk ilmiah, pemikiran, dan
pengetahuan, dan sekaligus mempertemukan berbagai macam keunikan lintas
bangsa.9
Penerjemahan tidak hanya diperlukan untuk menyalin buku-buku
pengetahuan yang berbahasa asing kedalam bahasa Indonesia, tetapi juga
sebaliknya menyalin ilmu-ilmu pengetahuan yang telah ditulis oleh para
ilmuwan Indonesia kedalam bahasa asing seperti bahasa Arab, agar kemajuan
keilmuan yang ada di negara kita ini bisa diakui oleh dunia juga. Para ulama
kita yang memiliki kemampuan baik dalam bahasa Arab telah banyak menulis
karya-karya atau buku-buku dalam bahasa Arab yang karya-karyanya dibaca
dan diakui secara akademis oleh dunia Arab. Misalnya KH. Hasyim Asy’ari
mengarang beberapa buku yang sekarang banyak dijadikan sumber rujukan.

8
Fathur Rohman, Strategi Menerjemah Teks Indonesia-Arab, (Sidoarjo: CV. Lisan Arabi,
2017), hal. 8
9
Jean Dick, Dalil al-Talib fi al-Tarjamah, (Maktabah Habib, 1984), hal. 6

6
Contoh lain adalah KH. Ma’sum Ali yang mengarang kitab Amtsilah
Tasrifiyah yang sudah bertahun-tahun lamanya digunakan di Universitas Al-
Azhar Mesir, dan masih banyak lagi ulama-ulama Indonesia yang kiprahnya
diakui secara mendunia. Sudah saatnya bagi kita sebagai generasi penerus
tidak hanya membanggakan guru-guru kita, para pendahulu kita,
membanggakan kemajuan umat Islam pada masa bani Umayyah dan
Abbasiyah yang telah menerjemahkan banyak buku-buku dari Eropa dan
Hindia, tetap saatnya kita harus jadi pemain yang ikut andil dalam
membanggakan peradaban bangsa dan umat Islam melalui kegiatan
penerjemahan.10
Peranan terjemah dan para penerjemah, sesungguhnya tidaklah kecil
dalam pembangunan suatu bangsa khususnya, umumnya dalam memajukan
peradaban umat manusia. Kegiatan penerjemah adalah kegiatan megalihkan
pemikiran-pemikiran konseptual yang ditulis oleh penulis bahasa sumber
dengan segala gagasan dan pengalaman yang ada padanya. Pemikiran-
pemikiran ini, sesederhanaan apapun, akan menambah dan memperkaya
budaya dan merangsang kemajuan adab bangsa bahasa sasaran. Kemajuan
adab ini tidak hanya harus diartikan sebagai upaya maksimal manusia dalam
memenuhi kebutuhan sehari-hari dan kenyamanan-kenyamanan hidup lainnya,
tetapi juga mempunyai arti penyempurnaan ilmu dan pemikiran serta
pengembangan sifat-sifat bijak, kecerdasan, ketaqwaan yang akan mengangkat
kehidupan manusia kederajat yang lebih tinggi. Dengan demikian bangsa yang
beradab adalah bangsa yang tidak hanya memeproleh kemakmuran dibidang
matri, tetapi juga bangsa yang dapat mengembangkan nilai-nilai spiritual dan
intelektual. Semua usaha manusia harus diarahkan untuk mencapai adab
tersebut. Salah satu ikhtiar tersebut adalah melalui penerjemahan naskah-
naskah yang dapat memperkaya nilai-nilai keberadaban bangsa tersebut.11
Begitu pentingnya penerjemahan bagi umat manusia, karena menjadi
bagian dari terus berkembangnya sebuah peradaban, dan salah satu media
untuk memajukan bangsa agar sejajar dengan bangsa-bangsa lain. Namun
sayang sekali akhir-akhir ini kegiatan penerjemahan tidak sebaik dan
10
Fathur Rohman, Strategi Menerjemah Teks Indonesia-Arab, (Sidoarjo: CV. Lisan Arabi,
2017), hal. 10
11
Suhendra Yusuf, Teori Terjemah; Pengantar ke Arah Pendekatan Linguistik dan
Sosiolinguistik, (Bandung: Mandar Maju, 1994), hal. 7

7
sesemarak diera dulu, bahkan para penerjemah tidak mendapatkan upah atau
gaji layak dari profesinya sebagai penerjemah. Jika kita bandingkan dengan
negara-negara maju atau pada jaman Umayyah dan Abbasiyah gaji
penerjemah jauh lebih layak. Maka sudah saatnya negara ini menjadikan
penerjemahan sebagai profesi yang layak untuk diperhitungkan dan diberikan
penghargaan dan apresiasi yang setinggi-tingginya, karena dipundak
merekalah kemajuan peradaban sebuah bangsa. Penerjemah adalah pintu
masuk antar peradaban asing dengan peradaban Indonesia.
Kendati demikian, tugas besar yang dimiliki oleh para penerjemah
begitu berat, padahal peran penerjemah dunia penerjemahan begitu besar
dalam pembangunan peradaban bangsa ini karena itu sudah sepantasnya
mereka mendapatkan penghargaan secara layak.12

C. Unsur-unsur Penerjemahan
Menerjemah adalah suatu kegiatan kompleks. Kompleksitas ini
disebabkan oleh unsur-unsur yang terlibat dalam proses menerjemah begitu
beragam dan bermacam-macam. Diantranya adalah sebagai berikut:
1. Bahasa Sumber (teks)
Bahasa Sumber adalah teks yang diterjemahkan. Jika teks yang
diterjemahkan adalah bahasa Arab, maka bahasa sumbernya adalah
bahasa Arab. Sebaliknya, jika teks yang diterjemahkan itu ditulis
dengan bahasa Indonesia maka bahasa sumbernya bahasa Indonesia.
Setiap teks bahasa sumber memiliki tingkat kemudahan dan kesulitan,
tergantung jenis teksnya. Misalnya, teks sastra memiliki tingkat
kesulitan yang berbeda dengan teks hukum, teks berita, teks jurnalistik,
teks majalah, teks cerita, dan teks-teks yang lain.13
Oleh karena itu seorang penerjemah dituntut untuk mampu mengenali
jenis teks yang akan diterjemahkan. Selain itu, seorang penerjemah
juga harus mampu menguasai pengetahuan beserta istilah-istilah
penting yang terkait dengan teks yang akan diterjemahkan. Misalnya,
jika seorang penerjemah ingin menerjemahkan teks filsafat dia harus
12
Fathur Rohman, Strategi Menerjemah Teks Indonesia-Arab, (Sidoarjo: CV. Lisan Arabi,
2017), hal. 13-14
13
Choliludin, The Technique of Making Idiomatic Translation, (Jakarta: Kesaintblanc, 2007),
hal. 9

8
mengetahui berbagai istilah, aliran, teori, dan tokoh dalam studi
filsafat, dari era klasik hingga modern.14
2. Bahasa Sasaran
Yang dimaksud bahasa sasaran (Bsa) disini adalah bahasa yang
digunakan dalam teks hasil terjemahan. Jika teks yang diterjemahkan
dalam bahasa Indonesia dan penerjemah menerjemahkan dalam bahasa
Arab, maka bahasa sasaran yang dimaksud adalah bahasa Arab.
Dalam hal ini seorang penerjemah dituntut agar memahami dengan
baik bahasa sasaran, mulai dari makna leksikal, konteks penggunaan
kosakata, struktur, uslub, dan segala hal yang berkaitan dengan bahasa
sasaran.15
3. Makna
Makna sering kali di istilahkan dengan “fikrah” atau ide. Jika kita ingin
mendefinisikan makna, maka kita harus mendefinisikannya dari sisi
bahasa terleih dahulu, kemudian baru kita dapat mendefinisikannya
secara istilah. Makna secara bahasa adalah maksud. Kata “makna”
merupakan bentuk masdar yang bermakna objek, seperti kata ‫رمي‬NN‫م‬
(yang dilempar).
Dalam linguistik, makna menurut bahasa mencakup tiga pengertian
berikut:
a. Maksud dari sebuah ucapan.
b. Kandungan sebuah ucapan dan arti sebuah ucapan.
c. Makna adalah sesuatu yang abstrak yang bisa di fahami oleh
hati dan akal.16

Makna menurut pandangan orang Arab, sebagaimana yang di


ungkapkan oleh Zubaidi, adalah “gambaran pikiran tentang sesuatu
yang terdapat pada kata”. Gambaran pikiran itu mencakup beberapa
makna, yaitu:

14
Fathur Rohman, Strategi Menerjemah Teks Indonesia-Arab, (Sidoarjo: CV. Lisan Arabi,
2017), hal. 15
15
Ibid, hal. 16
16
Farid Iwad Haidar, Ilmu al-dilalah; Dirasah Nazariyyah wa Tadbiqiyyah, (Kairo: Maktabah
al-Adab, 2005), hal. 17

9
a. Makna, yaitu ketika merupakan maksud dari sebuah kata.
b. Pengertian, yaitu ketika bisa di fahami dalam fikiran.
c. Mahiyah, yaitu ketika menjelaskan jawaban pertanyaan “apa
itu?”
d. Hakikat, yaitu ketika ditetapkan dalam kenyataan.
e. Hawiyah, yaitu ketika bisa dibedakan oleh idra penglihatan.17

Jadi, makna yang dimaksud dalam unsur terjemah disini adalah


maksud atau pesan yang di fahami oleh si penerjemah dari teks bahasa
sumber untuk kemudian ia terjemahkan ke dalam bahasa sasaran.18

4. Padanan
Padanan merupakan unsur yang penting dalam penerjemahan, karena
ia menjadi jaminan diterima atau tidaknya teks hasil terjemahan oleh
reseptor, karena dalam unsur ini, seorang penerjemah harus mampu
mencari padanan yang paling sesuai dan paling wajar dari bahasa
sumber ke dalam bahasa sasaran. Dalam hal ini, padanan dibagi
menjadi 3: (a) Padanan kata; (b) Padanan gramatikal; (c) Padanan
konteks.
5. Penyesuaian
Penyesuaian biasanya terdapat pada tahap terakhir dalam proses
penerjemahan. Penyesuaian ini dibutuhkan agar menghasilkan teks
terjemahan yang baik. Oleh karena itu, seorang penerjemah dituntut
untuk mampu melakukan penyesuaian ini.
Penyesuaian ini meliputi; penyesuaian pilihan kata dengan cara
memilih kata-kata yang fushah, sering digunakan, dan mudah di
fahami, penyesuaian struktur yang digunakan dalam bahasa sasaran
agar sesuai dengan aturan bahasa sasaran yang benar, peyesuaian
dengan maksud teks asli, dan penyesuaian dengan tingkat kematangan
berfikir calon pembacanya.19

17
Farid Iwad Haidar, Ilmu al-dilalah; Dirasah Nazariyyah wa Tadbiqiyyah, (Kairo: Maktabah
al-Adab, 2005), hal. 17
18
Fathur Rohman, Strategi Menerjemah Teks Indonesia-Arab, (Sidoarjo: CV. Lisan Arabi,
2017), hal. 18
19
Ibid, hal. 21

10
D. Proses Menerjemah
Proses menerjemah yang dimaksud dalam hal ini adalah terjadinya
proses berfikir internal yang dilakukan seseorang ketika melakukan
penerjemahan.20
Dalam proses penerjemahan ada tiga macam tahapan yang di uraikan
oleh para ahli, diantaranya sebagai berikut:
1. Model Proses Terjemahan Era Klasik
Pada jaman dahulu, orang berpendapat bahwa menerjemah itu terjadi
secara langsung dari bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran.
Proses ini menjelaskan bahwa penerjemahan dilakukan langsung begitu
saja dengan cara mencari arti setiap kata yang ada dalam kalimat
tersebut, kemudian setelah menemukan arti setiap kata langsung di
rubah menjadi sebuah kalimat terjemahan tanpa merubah susuna
strukturnya sama sekali.
2. Model Nida dan Taber
Proses terjemah yang kedua adalah model proses penerjemahan yang di
tawarkan oleh Eugene A. Nida dan Taber. Proses ini biasa disebut
dengan penerjemahan dinamis. Proses ini dapat digambarkan dalam
bagan berikut.

Bentuk Teks Bentuk Teks


Bahasa Sumber Bahasa Sasaran

Analisis Restruturisasi

Isi Teks Bahasa Transfer Isi Teks Bahasa


Sumber Sasaran
3. Model yang Diungkapkan oleh Suryawinata
Model proses menerjemah yang kitiga adalah model yang diungkap
oleh Suryawinata. Ia berusaha memperjelas skema proses
penerjemahan dengan meminjam konsep struktur batin dan struktur
20
Fathur Rohman, al-Tarjamah wa Mushkilatuha, (Jombang: Tidak diterbitkan, 2009), hal. 22

11
lahir, tata bahasa generative transformatioal grammar menjadi sebagai
berikut:
a. Tahap Analisis atau Tahap Pemahaman
Dalam tahap ini struktur lahir (kalimat yang ada) dianalisis
menurut hubungan gamatikal menurut makna kata atau
kombinasi kata, makna tekstual, dan makna kontekstual, ini
merupakan proses transformasi balik.
b. Tahap Transfer
Dalam tahap ini, materi yang sudah dianalisis dan di pahami
maknanya diolah penerjemah dalam pikirannya dan di pindah
dari bahasa sumber (Indonesia) terhadap bahasa sasaran (Arab).
c. Tahap Restrukturasi
Dalam tahap ini, penerjemah berusaha mencari padanan kata,
ungkapan, dan struktur kalimat yang tepat dalam bahasa
sasaran sehingga isi, makna, dan pesan yang ada dalam teks
bahasa sumber bisa disampaikan sepenuhnya dalam bahasa
sasaran.
d. Tahap Evaluasi dan Revisi
Setelah di dapat hasil terjemahan dalah bahasa sasaran (Arab),
hasil itu dievaluasi atau dicocokkan kembali dengan teks
aslinya. Kalau dirasa masih kurang padan, maka dilakukan
revisi.
4. Model Proses Menerjemah B. Newmark
Model proses menerjemah menurut B. Newmark dapat diikhtisarkan
sebagai berikut:
a. Menafsirkan dan menganalisis teks asli
b. Melakukan proses penerjemahan secara langsung, menyesuaikan
padanan struktur kalimat dari bahasa sumber ke dalam bahasa
sasaran, atau melalui metode interlanguage underlying, dan
atau tertium comparation.

12
c. Merestrukturasi bentuk teks sesuai dengan maksud penulis,
kedudukan pembaca, dan standar bahasa sasaran (yang bsa di
pahami pembaca).21

E. Syarat-syarat Penerjemah
Untuk melakukan penerjemahan teks bahasa sumber ke dalam bahasa
sasaran, misalnya dari teks berbahasa Indonesia ke dalam teks bahasa Arab
tidak dapat dilakukan oleh setiap orang, karena memang tidak semua orang
bisa memenuhi persyaratan agar dapat menghasilkan karya terjemahan yang
baik, enak di baca, dan sesuai dengan bahasa sasaran.
Penerjemah adalah orang yang melakukan proses menerjemah. Orang
yang menerjemahkan teks dari satu bahasa ke dalam bahasa yang lain secara
tertulis biasanya disebut ”translator”, sedangkan orang yang melakukan
proses penerjemahan secara lisan biasanya disebut dengan istilah
“interpreter”.22
Seorang penerjemah dilarang mengada-ada dan tidak bisa bebas
mengekspresikan hasil pemikirannya, karena ia terikat oleh teks yang telah
ditulis oleh penulis aslinya. Penerjemah di bebani agar mampu
mentransformasikan bahasa yang merupakan hasil pemikiran penutur aslinya,
dari aspek adat istiadat, tradisi, budaya, dan peradaban dalam bahasa lain yang
terkadang memiliki perbedaan mendasar. Penerjemah juga di tuntut untuk bisa
menyusun kembali dengan bahasa lain seperti teks aslinya. Maksudnya
meskipun teks sumber itu sudah di terjemahkan ke dalam bahasa sasaran,
tetapi ketika di baca oleh orang, ia merasa seperti membaca teks aslinya.
Jika seorang penerjemah di tuntut untuk menguasai seni menulis suatu
bahasa, maka ia juga harus memahami isi teks bahasa sumber dengan baik.
Seorang penerjemah tidak cukup hanya dengan menggunakan kamus-kamus
dan buku-buku nahwu, tetapi harus menguasai lintas bidang ilmu agama baik
yang klasik maupun yang modern. Seorang penerjemah tidak cukup hanya
menguasai ilmu-lmu kebahasaan saja, tetapi juga harus mengerti
perkembangan informasi dan pengetahuan di dunia maya dan dunia nyata.

21
Bether Newmark, Tex Books Of Translatons, terjemah, Hassan Ghazalah: Dalil al-
Mutarjim, (Riyad:Dar al-‘Ulum, 1985), hal. 96-97
22
Izzudin Muhammad Najib, Usus al-Tarjamah, (Kairo: Maktabah Ibnu Sina, 2005), hal. 7

13
Adapun syarat-syarat yang harus di penuhi oleh seorang penerjemah
adalah sebagai berikut:
1. Seorang penerjemah harus memahami dengan baik makna atau pesan
teks bahasa sumber dengan cara melakukan analisis terhadap kalimat-
kalimat, ungkapan-ungkapan, dan kosakata-kosakata.
2. Setiap kata dan kalimat harus segera di koreksi dan di benarkan pada
setiap kali menerjemahkan, karena jika tidak segera di benarkan hingga
ia selesai menerjemah, maka pemahaman teks itu menjadi satu
kesatuan, dan sulit untuk di benarkan.
3. Penerjemah harus mampu memilih padanan kata yang paling sesuai
dengan kata-kata yang ada dalam teks bahasa sumber.
4. Penerjemah harus mampu memulai menerjemahkan paragraf demi
paragraf, kemudian kembali menyusun makna dan kalimatnya agar
sesuai dengan gaya bahasa sasaran. Selain itu penerjemah harus dapat
menjaga pesan dan makna, keindahan susunan kalimat, dan menjaga
kohesi dan koherensi antar kata, klausa, kalimat, dan paragraf, serta
menjaga karakteristik kedua bahasa tersebut (bahasa sumber dan
bahasa sasaran).
5. Penerjemah harus mampu menjaga keaslian makna teks bahasa
sumber.
6. Seorang penerjemah harus mampu memahami secara mendalam
kaidah bahasa.
7. Seorang penerjemah harus memiliki pengetahuan budaya yang luas,
serta memiliki pengetahuan yang luas tentang bidang teks bahasa
sumber yang ia terjemahkan.
8. Seorang penerjemah harus memiliki kesabaran yang tinggi, karena
menerjemah itu membutuhkan waktu latihan yang lama.
9. Seorang penerjemah harus memiliki keahlian.
10. Seorang penerjemah harus mengerti istilah-istilah khusus yang di
gunakan dalam bidang yang ia kerjakan.
11. Penerjemah harus memiliki keahlian dalam menggunakan unsur-unsur
bahasa agar ia dapat menyebutkan kosakata dengan cepat dan mampu
memilih kosakata yang paling tepat untuk digunakan diantara kalimat
atau ungkapan tertentu.

14
12. Penerjemah harus memiliki wawasan ilmu pengetahuan yang luas dan
wawasan kebudayaan yang tinggi. Lebih utama lagi ia juga harus
selalu mengikuti berita-berita yang terbaru.23

Secara lebih sederhana, syarat-syarat diatas dapat di simpulkan sebagai


berikut:

1. Penerjemah memahami bahasa sumber dan bahasa sasaran.


2. Penerjemah memahami kebudayaan bahasa sumber dan bahasa
sasaran.
3. Penerjemah memahami tema teks yang di terjemahkan.
4. Penerjemah memiliki kemampuan dan memahami bahasa tulis.
5. Penerjemah mampu mengungkapkan makna atau pesan dari bahasa
sumber kedalam bahasa sasaran.24

23
Akrom Mu’min, Fan al-Tarjamah li al-Tullab wa al-Mubtadi’in, (Dar al Tala’i, tt), hal. 37
24
Fathur Rohman, Muskilat Tarjamah al-Nusus al-‘Arabiyyah fi Ta’allum al-lughah
al-‘Arabiyyah,Tesis, (Surabaya: IAIN Sunan Ampel, 2009), hal. 30

15
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Menerjemah merupakan kegiatan yang sudah dilakukan sejak era
klasik, tidak hanya dilakukan oleh orang-orang di negeri ini saja, tetapi juga
oleh orang di negara-negara lain. Menerjemah sering kali dianggap sebagai
sesuatu yang penting, tetapi sering juga tidak mendapatkan perhatian yang
baik dari berbagai kalangan.
Dalam bahasa Indonesia, istilah terjemah diambil dari bahasa Arab
“tarjamah”. Bahasa Arab sendiri mengambil istilah tersebut dari bahasa
Armenia “turjuman”. Kata turjuman seakar kata dengan tarjamah dan
turjuman yang berarti orang yang mengalihkan tuturan dari satu bahasa ke
bahasa lain.
Penerjemahan tidak hanya diperlukan untuk menyalin buku-buku
pengetahuan yang berbahasa asing kedalam bahasa Indonesia, tetapi juga
sebaliknya menyalin ilmu-ilmu pengetahuan yang telah ditulis oleh para
ilmuwan Indonesia kedalam bahasa asing seperti bahasa Arab, agar
kemajuan keilmuan yang ada di negara kita ini bisa diakui oleh dunia juga.
Para ulama kita yang memiliki kemampuan baik dalam bahasa Arab telah
banyak menulis karya-karya atau buku-buku dalam bahasa Arab yang karya-
karyanya dibaca dan diakui secara akademis oleh dunia Arab. Misalnya KH.
Hasyim Asy’ari mengarang beberapa buku yang sekarang banyak dijadikan
sumber rujukan. Contoh lain adalah KH. Ma’sum Ali yang mengarang kitab
Amtsilah Tasrifiyah yang sudah bertahun-tahun lamanya digunakan di
Universitas Al-Azhar Mesir, dan masih banyak lagi ulama-ulama Indonesia
yang kiprahnya diakui secara mendunia.
Menerjemah adalah suatu kegiatan kompleks. Kompleksitas ini
disebabkan oleh unsur-unsur yang terlibat dalam proses menerjemah begitu
beragam dan bermacam-macam. Diantaranya: (a) Bahasa Sumber (b) Bahasa
Sasaran (c) Makna (d) Padanan (e) Penyesuaian.
Proses menerjemah yang dimaksud dalam hal ini adalah terjadinya
proses berfikir internal yang dilakukan seseorang ketika melakukan
penerjemahan.

16
Untuk melakukan penerjemahan teks bahasa sumber ke dalam bahasa
sasaran, misalnya dari teks berbahasa Indonesia ke dalam teks bahasa Arab
tidak dapat dilakukan oleh setiap orang, karena memang tidak semua orang
bisa memenuhi persyaratan agar dapat menghasilkan karya terjemahan yang
baik, enak di baca, dan sesuai dengan bahasa sasaran.
Penerjemah adalah orang yang melakukan proses menerjemah. Orang
yang menerjemahkan teks dari satu bahasa ke dalam bahasa yang lain secara
tertulis biasanya disebut ”translator”, sedangkan orang yang melakukan
proses penerjemahan secara lisan biasanya disebut dengan istilah
“interpreter”.
Seorang penerjemah dilarang mengada-ada dan tidak bisa bebas
mengekspresikan hasil pemikirannya, karena ia terikat oleh teks yang telah
ditulis oleh penulis aslinya.
B. Saran
Demikianlah makalah yang dapat kami sajikan. Kami menyadari
bahwa makalah kami jauh dari kesempurnaan. Untuk itu kritik dan saran yang
membangun sangat kami harapkan. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita.

17
DAFTAR PUSTAKA

Choliludin. 2007. The Technique of Making Idiomatic Translation. Jakarta:


Kesaintblanc
Dick, Jean. 1984. Dalil al-Talib fi al-Tarjamah. Maktabah Habib
Diwadi, Muhammad. ‘Ilm Tarjamah baina al-Nadzariyyah wa al-Tatbiq. Tunis: Dar
al-Ma’arif, tt.
Eko Setyo, Humanika. 2002. Mesin Penerjemahan Suatu Tinjauan Linguistik.
Yogyakarta: Gadja Mada University Press
Haidar, Farid Iwad. 2005. Ilmu al-dilalah; Dirasah Nazariyyah wa Tadbiqiyyah.
Kairo: Maktabah al-Adab
Mu’min, Akrom. Fan al-Tarjamah li al-Tullab wa al-Mubtadi’in. Dar al Tala’i, tt.
Nababan, M. Rudolf. 2008. Teori Menerjemah Bahasa Inggris. Yogyakartata: Pustaka
Pelajar
Najib, Izzudin Muhammad. 2005. Usus al-Tarjamah. Kairo: Maktabah Ibnu Sina

Newmark , Bether. 1985. Tex Books Of Translatons. terjemah Hassan Ghazalah:


Dalil al-Mutarjim. Riyad:Dar al-‘Ulum
Rohman, Fathur. 2009. al-Tarjamah wa Mushkilatuha. Jombang: Tidak diterbitkan
Rohman, Fathur. 2017. Strategi Menerjemah Teks Indonesia-Arab. Sidoarjo: CV.
Lisan Arabi
Suryawinata, Zuhridin dan Hariyanto, Sugeng. 2003. Translation: Bahasa Teori dan
Penuntun Praktis Menerjemahkan. Yogyakarta: Kanissus
Yusuf, Suhendra. 1994. Teori Terjemah; Pengantar ke Arah Pendekatan Linguistik
dan Sosiolinguistik. Bandung: Mandar Maju

18

Anda mungkin juga menyukai