Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH NAZHARIYAT AL-TARJAMAH

Tentang
Teori Terjemah
Dipresentasikan Dalam Diskusi Kelas Mata Kuliah Nazhariyat al-Tarjamah Lokal 4BSA-B
Pada Hari Jum’at x Maret 2024

Disusun Oleh:

Muhammad Yazid Yaskur (2211010018)

Naufal Ahmad Madani (2211010061)

Azzahra Aulani (2211010048)

Dosen Pengampu:

Suci Ramadhanti Febriani, M.Pd.

PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA ARAB

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI IMAM BONJOL PADANG

TAHUN AJARAN 2024


KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kita nikmat dunia dan
akhirat. Semoga kita selalu diberikan kemudahan dalam menempuh segala urusan.
Shalawat serta salam tak lupa penulis curahkan kepada junjungan dan pembimbing nabi
besar kita, nabi Muhammad ‫ ﷺ‬yang telah membawa peradaban islam dari zaman
jahiliyah hingga ke zaman terang benderang yang kita rasakan saat ini.

Dengan rahmat dan bimbingan-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah ini.


Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Nazhariyat al-Tarjamah. Ucapan
terimakasih kami ucapkan kepada Ustadzah Suci Ramadhanti Febriani M.Pd. selaku
dosen yang telah memberikan tugas ini serta membina kami dalam proses penyelesaian
makalah, dan juga kepada rekan-rekan yang senasib dan seperjuangan dengan kami
dalam perkuliahan yang juga ikut berpartisipasi dalam menyelesaikan makalah ini.

Menyadari berbagai keterbatasan yang dimiliki, maka kami mengharapkan


berbagai masukan, kritik dan saran dari semua pihak untuk menyempurnakan makalah
ini. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan masukan dan saran dari para pembaca.
Akhirnya diharapkan semoga judul makalah kami berupa Teori Terjemah ini dapat
bermanfaat bagi pemakalah dan juga para pembaca kelak.

Padang, 4 Maret 2024

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................3
A. Latar Belakang..........................................................................................................3
B. Rumusan Masalah.....................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................5
A. Hakikat Terjemah......................................................................................................5
B. Konsep Terjemah......................................................................................................6
C. Unsur-unsur Terjemah..............................................................................................7
D. Asumsi-asumsi dalam Terjemah...............................................................................8
BAB III PENUTUP.............................................................................................................9
A. Kesimpulan...............................................................................................................9
B. Saran.........................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................10

ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Manusia merupakan mahkluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lain. Alat
media yang digunakan manusia dalam berkomunikasi ialah bahasa itu sendiri yang
mereka sepakati bersama. Bahasa yang berlaku saat ini di seluruh penjuru dunia adalah
sekitar 7.117 bahasa yang teridentifikasi dan Indonesia menempati peringkat ke-2 bahasa
terbanyak dengan jumlah 720 bahasa yang digunakan dibawah Papua Nugini dengan 841
bahasa yang digunakan (Mutia, 2023). Dengan jumlah bahasa yang dimiliki oleh manusia
ini membuat masyarakatnya heterogen dan bermajemuk dalam kaya akan budaya dan ciri
khasnya masing-masing. Oleh karena itu, terciptanya lingkungan yang makin beragam di
masyarakat yang membuat para pengkaji budayawan maupun linguis semakin terbuka
luas objek kajiannya menghasilkan catatan akademis terkait bahasa yang dikaji.

` Bahasa merupakan bentuk dari kesepakatan bersama masyarakat terdahulu yang


seiring tergerusnya oleh perubahan zaman masih tetap digunakan dan dilestarikan
dikalangan masyarakat itu sendiri. Banyaknya faktor yang mempengaruhi terciptanya
suatu bahasa di lingkungan masyarakat yang heterogen ini. Diantaranya menurut para
pakar bahasa barat meyakini teori bow-bow, yaitu pemerolehan bahasa itu dihasilkan dari
bentuk bunyi yang dihasilkan oleh suatu benda yang sehingga disepakati penamaan nya
oleh masyarakat (Keraf, 1996). Adapun dalam kacamata islam, meyakini bahwasannya
pemerolehan bahasa itu sudah ada sejak Nabi Adam A.S., sebagaimana diceritakan dalam
Al-Qur’an yaitu Allah SWT mengajarkan kepada Nabi Adam A.S. nama-nama benda dan
keseluruhannya yang menjadikan sumber utama pemerolehan bahasa (Q.S. Al-
Baqarah:31). Hal itu juga dikemukakan oleh Ibnu Jinni, seorang ahli tata bahasa dari
negeri Arab bahwasannya fenomena pemerolehan bahasa yang terjadi pada manusia itu
terjadi secara ilham atau yang sering kita kenal dengan teori teologis (Taufiq, 2016).

Komunikasi antar manusia diperlukan guna untuk mencapai maksud dan tujuan
dari si pembicara kepada si pendengar. Kondisi saling memahami itu akan terwujud jika
dari kedua belah pihak saling memahami bahasa yang digunakan. Sebagai contoh,
seorang ilmuan Barat tidak akan bisa memahami ilmu-ilmu yang berada di Timur Tengah

3
sana jika tidak memahami bahasa yang dipakai oleh masyarakat Timur Tengah. Oleh
karena itu lahirlah disiplin ilmu baru yang berusaha untuk menghubungkan 2 aspek yang
bersebrangan ini guna untuk membuka lebih luas cakrawala pengetahuan yang lebih luas
lagi, yaitu ilmu penerjemahan. Pada kesempatan kali ini, penulis berusaha
mengungkapkan mengenai hal yang mendasar tentang teori terjemah sehingga
diharapkan untuk pembaca terkhusus bagi mahasiswa bahasa dan sastra agar memiliki
kompetensi penerjemahan yang baik untuk menjadi daya saing dikemudian harinya.

B. Rumusan Masalah
1. Hakikat Terjemah
2. Konsep Terjemah
3. Unsur-unsur Terjemah
4. Asumsi-asumsi dalam Terjemah

4
BAB II PEMBAHASAN
A. Hakikat Terjemah
1. Pengertian Terjemah

Secara etimologi dalam bahasa Indonesia istilah terjemah diambil dari bahasa

arab ‫ الرتمجة‬dari bahasa Arab kata terjemah diambil dari kata ‫ي رتجم‬-‫ ت رجم‬yang artinya

menerjemahkan, menafsirkan, mengalihkan, dan mengartikan. Namun bahasa Arab


sendiri memungut istilah tersebut dari bahasa Armenia yaitu turjuman (Didawi, 1992).
Kata turjuman berarti orang yang mengalihkan tuturan dari suatu bahasa ke bahasa lain.
Secara terminologi ialah:

‫التعبري عن معىن كالم يف لغة بكالم اخر من لغة أخرى مع الوفاء جبميع معانيه ومقاصده‬

“Menerjemah berarti mengungkapkan makna tuturan suatu bahasa di dalam


bahasa lain denga memengaruhi seluruh makna dan maksud tuturannya”.

Dari pengertian diatas mengandung beberapa kata At-Ta’bir yang dipadankan


dengan mengungkapkan bahwa ujaran atas nash itu merupakan sarana yang dilalui oleh
seorang penerjemah untuk memperoleh makna yang terkandung dalam nash itu.
Selanjutnya ada kata Ma’na yang artinya segala informasi yang berhubungan dengan
suatu ujaran. Dan ma’na ini bersifat objektif yaitu informasi yang dimaksud diperoleh dai
ujaran tanpa melihat penuturnya.

Jadi pada pengertian di atas seseorang penerjemah dituntut untuk memenuhi


seluruh makna dan maksud nash yang diterjemahkan. Menurut beberapa ahli
mengemukakan pengertian terjemah sebagai berikut (Moeliono, 1985):

a. Moelino
Penerjemahan adalah kegitan mereproduksi amanat ataau pesan bahasa
sumber dengan padanan yang paling dekat dan wajar di dalam bahasa
penerima, baik dilihat dari segi arti maupun gaya.

b. J.C Catford

5
Merupakan aktivitas penggantian materi tekstual dalam suatu bahasa
dengan materi tekstual yang setara dalam bahasa lain (Catford, 1992).

c. Kridalaksana
Penerjemahan adalah memindahkan amanat dari bahasa sumber ke
bahasa sasaran.

d. Abdul Alim As-Sayyid Al-Munsiy


Menindahkan pikiran dan perkataan dari suatu bahasa ke abahsa
lainnya dengan dengan menjaga teks aslinya.

Dari definisi-definisi para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa terjemahan


diartikan sebagai upaya dalam memindahkan makna, gagasan, ide, atau informasi dari
bahasa ke bahasa yang lain. Seorang penerjemah mempertimbangkan pilihan padanan
agar informasi dan nuansa terjemahan antar bahasa dapat tersampaikan. Dalam hal ini
seorang penerjemah harus memiliki kemampuan menguasai substansi nuansa kedua
bahasa, hafal kosakata, serta memiliki dan menguasai pengetahuan terhadapmateri yang
diterjemahkan. (masih kurang 2 kalimat lagi)

2. Sejarah Penerjemahan

a. Masa Keemaan penerjemahan Arab


Karena adanya mukjizat yaitu turunnya Al-Qu’ran hal inilah yang kemudian
mendorong bangsa Arab untuk berperan aktif dalam aktivitas penerjemahan, karena jiwa
mereka sudah lama terisi oleh seruan dan anjuran dari Allah SWT dan Nabi Muhammad
SAW tentang pentingnya ilmu pengetahuan dan kewajiban untuk mencarinya.
Demikianlah latar belakang yang mempengaruhi bangsa Arab dalam penerjemahan
ditinjau dari sudut psikologisnya.(masih kurang 3 kalimat lagi)

Pada awalnya, bahasa Arab hanya digunakan sebagai media komunikasi antar
individu. Namun seiring dengan pertambahan kebutuhan hidup dan kemajuan pemikiran
manusia, maka bahasa tersebut meningkat kegunaannya sebagai bahasa ilmiah di seluruh
bidang ilmu pengetahuan. Sejarah telah mencatat bahwa penggunaan bahasa Arab
sebagai bahasa ilmiah ditandai oleh kemunculan aktivitas penerjemahan buku-buku
bangsa Yunani, Persia dan India.(kurang 2 kalimat)

6
Dari uraian di atas, dapat ditarik suatu benang merah dalam sejarah awal
penerjemahan Arab, yaitu meski apapun alasan-alasan yang melatar-belakangi minat
kaum muslimin dalam menekuni aktivitas penerjemahan tersebut, kita tidak dapat
memungkiri bahwa penerjemahan telah banyak memberikan kontribusi kemajuan yang
amat besar bagi umat Islam. Hal ini terbukti di masa Abbasiyyah, saat kaum muslimin
mengalami kemajuan yang amat pesat dalam bidang ilmu pengetahuan. (kurang 3
kalimat)

Aktivitas ini tumbuh subur pada masa daulah Abbasiyyah di bawah pimpinan
khalifah Al- Ma’mun. Pada saat itu beliau mendirikan perpustakaan Darul - Hikmah yang
menghimpun buku - buku berbahasa asing dalam jumlah yang cukup besar. Kemudian
beliau mempekerjakan para penerjemah untuk menerjemahkan buku-buku tersebut ke
dalam bahasa Arab. Mulai saat itulah Darul - Hikmah berkembang pesat sebagai pusat
penerjemahan bermacam-macam ilmu pengetahuan yang menjadi tolak ukur kejayaan
dan kegemilangan Islam pada masa itu. Khalifah Al-Ma'mun adalah khalifah ke-7 dari
dinasti Abbasiyah. Ia berkuasa selama 20 tahun 813-833, nama lengkapnya adalah
Abdullah Abu Abbas bin Ar-Rasyid Al- Ma'mun.

Kebangkitan itu sebagian besar disebabkan masuknya berbagai pengaruh asing,


sebagian dari Indo-Persia dan Suriah, dan yang paling penting adalah pengaruh Yunani.
Gerakan intelektual itu ditandai oleh proyek penerjemahan karya-karya berbahasa Persia,
Sansekerta, Suriah dan Yunani ke bahasa Arab. (kurang 3 kalimat)

Dengan melihat fakta sejarah di atas, kami memandang perlunya diadakan


penelitian yang lebih mendalam tentang peran penerjemahan Arab dalam perkembangan
ilmu pengetahuan. Apalagi setelah dilihat bahwa dalam perkembangan selanjutnya
banyak sekali teori-teori penerjemahan yang muncul dan saling bercampur-baur satu
sama lain. (kurang 3 kalimat)

b. Masa sekarang pada penerjemahan Arab


Pada masa globalisasi ini perkembangan penerjemahan bahasa Arab masih
berpotensi dalam segi religius, ekonomi, pendidikan dll. Karena dengan adanya
mempelajari bahasa Arab serta penerjemahannya dapat membuka pintu untuk menambah
keilmuan dari segi agama. Pada masa sekarang ini, perkembangan bahasa Arab

7
mengalami kemajuan yang signifikan dari beberapa faktor seperti teknologi, pendidikan,
konsumen, dan kolaborasi internasial. (kurang 2 kalimat)

c. Masa Awal penerjemahan Indonesia


Pada umumnya kegiatan penerjemahan dari bahasa Arab ke bahasa Indonesia
terfokus pada nas-nas keagamaan, mulai dari kitab suci Alquran, Hadits, dan tafsir hingga
buku-buku tentang dakwah, akhlak, dan buku-buku yang menelaah aneka pemikiran
keislaman. Kegiatan penerjemahan, terutama nas keagamaan, sebagai proses transfer
budaya dan ilmu pengetahuan juga dilakukan oleh bangsa Indonesia sejak masa
pemerintahan Sultan Iskandar Muda (1607-1636) di Aceh (Yunus, 1989). (kurang 3
kalimat)

Kondisi demikian dapat dimaklumi karena masyarakat Indonesia sangat


membutuhkan ilmu agama guna mengisi, melengkapi, dan menyempurnakan praktik
keislaman mereka secara utuh dalam segala dimensinya. Kenyataan ini semakin
menguatkan pandangan bahwa penerjemahan yang dilakukan oleh suatu masyarakat
hanyalah berkenaan dengan suatu bidang yang tidak dimilikinya, tetapi sangat
dibutuhkannya, dan bidang itu dimiliki oleh masyarakat lain serta ditulis dengan bahasa
mereka sendiri. (kurang 3 kalimat)

Karena bidang keislaman itu dibutuhkan oleh umat Islam di Indonesia, maka
sebagian orang Islam yang memahami bahasa Arab merasa terpanggil untuk
mengkomunikasikan informasi yang terkandung dalam kitab suci dan buku keislaman
yang ditulis dalam bahasa Arab melalui kegiatan penerjemahan. (kurang 4 kalimat)

d. Masa sekarang penerjemahan Indonesia


Pada pemetaan jenis buku-buku bahasa Arab yang diterjemahkan ke dalam bahasa
Indonesia, memiliki keragaman bidang ilmu pengetahuan seperti antara lain bidang: Ilmu
Akhlaq, Ilmu Fiqih, Tauhid, Sejarah Umum, Sejarah Islam, Pendidikan, Geografi,
Pengetahun Sosial, Seni, Politik, Budaya, Ekonomi, Filsafat dan lain-lain. (kurang 3
kalimat)

8
Penerbit yang memainkan perannya dalam menerbitkan buku-buku terjemahan
bahasa Arab di antaranya adalah: Bulan Bintang, Bina Ilmu, Ghalia, Indonesia,
Islamiyah, dll. Dengan menerapkan berbagai teori dan metode terjemahan, dunia ini terus
dan selalu berkembang. Penerjemahan membantu mengembangkan bahasa melalui
Loanword atau kata yang diadopsi dari suatu bahasa, dan Borrowing term atau meminjam
istilah dari suatu bahasa. Teknologi dan internet memiliki peranan besar mempengaruhi
penerjemahan saat ini. (kurang 2 kalimat)

Jadi dapat disimpulkan bahwasannya terjemah merupakan pengalihan bahasa


tanpa ada perubahan makna yang ada di dalam nash atau ujaran tersebut. Dan juga pada
dasarnya pengalihan bahasa ini sudah ada pada masa-masa sebelumnya, akan tetapi pada
setiap masa mengalami perubahan yang signifikan dari beberapa masa yang berbeda.
(kurang 3 kalimat)

B. Konsep Terjemah

9
C. Unsur-unsur Terjemah

Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang digunakan manusia untuk tujuan
komunikasi. Yang memudahkan kita untuk menyampaikan ide, perasaan, informasi, dan
instruksi kepada orang lain. Di bumi terdapat sebanyak 200 negara yang tersebar di 5
benua dengan 7.117 bahasanya yang ada saat ini. Hal tersebut membuat ilmu kebahasaan
mempunyai banyak corak dalam berbagai kajian ilmunya. Salah satunya ilmu terjemah,
yang membahas pengalih bahasaan bahasa sumber (BSU) ke bahasa sasaran (BSA).
Menerjemah adalah mengalihkan atau memindahkan dari sutu bahasa ke bahasa lain.

Penerjemahan bukan bertujuan untuk menciptakan karya baru atau tulisan baru,
akan tetapi menjadi jembatan penghubung antara penulis bahasa sumber dengan pembaca
sasaran. Karena itu seorang penerjemah harusnya menguasai 3 aspek penting
penerjemahan ini : keakuratan, keberterimaan, dan keterbacaan (Listiana, 2021). Dengan
begitu karyanya dapat bermanfaat dan bernilai tinggi dimata pembaca. Juga pesan yang
penulis sebelumnya ingin sampaikan tersampaikan kepada pembaca dengan baik berkat
terjemah karya yang baik itu.

Menerjemahkan sendiri memiliki syarat bagi penerjemahnya agar hasil


terjemahnya dapat dipercaya dan tidak terdapat simpang makna dari bahasa sasaran ke
bahasa sumbernya. Berikut ini hal yang perlu dimiliki seorang penerjemah (Hanifah,
2013):

1. menguasai masalah atau materi


2. menguasai bahasa dan budaya sumber
3. menguasai bahasa sasaran
4. memahami penulis jiwa asli
5. mempertimbangkan sasaran pembaca
6. mempunyai cukup waktu
7. berpengalaman
8. dapat dipercaya
9. merangkai ide seperti imajinasi penulis asli
10. mengetahui tatanan yang baik di dua bahasa
11. menjaga jiwa dalam bahasa aslinya

10
Hal- hal tersebut hendaknya dimiliki seorang penerjemah agar hasil karyanya
dapat dijamin kualitasnya.

Metode adalah cara penerjemahan nas sumber secara keseluruhan, dan prosedur
merupakan cara penerjemahan kalimat yang merupakan bagian dari nas tersebut. Adapun
teknik merupakan cara penerjemahan kata atau frase yang merupakan bagian dari sebuah
kalimat. Teknik berfungsi menjabarkan tahapan-tahapan pekerjaan yang harus dilalui
oleh prosedur, sedangkan prosedur berfungsi sebagai penjabaran dari metode
penerjemahan sebuah nas. Metode, prosedur,dan teknik merupakan tahapan-tahapan
kegiatan dari proses penerjemahan, yaitu proses pengungkapan makna nas sumber di
dalam nas penerima. (syihabuddin, 2016)

Dengan berkembangnya ilmu penerjemahan, pengembangan model


penerjemahan diklasifikasikan menjadi dua kelompok besar. Pertama, penerjemahan yang
berpihak pada bahasa sumber (BSu), yang terdiri dari empat metode yaitu: penerjemahan
kata per kata, penerjemahan harfiah, penerjemahan setia, dan penerjemahan semantis.

Kedua, penerjemahan yang berpihak pada bahasa sasaran (BSa), yang terdiri dari empat
metode yaitu: penerjemahan saduran (adaptasi), penerjemahan bebas, penerjemahan
diomatis, dan penerjemahan komunikatif.

Terjemah yang berpihak pada bahasa sumber

1. Terjemah harfiyah
Adalah terjemah yang menggunakan metode terjemah interlinear translation,
juga terjemah ini disebut gaya yang mencoba mempertahankan gaya bahasa
teks bahasa sumber.

2. Terjemah setia
Jenis ini ditandai dengan adanya keberpihakan pada penulis asli dan teks
bahasa sumber. Namun kada kesetiaan terjemah ini masih lemah dibandingkan
harfiyah.

3. Terjemah semantis

11
Dalam terjemah ini penerjemah bersikap objektif dan netral, berusaha
menerjemahkan apa yang ada tidak menambah,mengurangi, atau
memepercantik.

Terjemah yang berpihak pada teks bahasa sasaran

1. Terjemahan bebas
Terjemahan ini sangat berpihak pada teks bahasa sasaran dan hasil dari jenis
ini harus bisa dibaca oleh pembaca bahasa sasaran. Gaya teks bahasa aslinya
sering sekali tidak diperlihatkan dan diperhatikan.

2. Terjemahan idiomatis atau dinamik


Terjemahan ini berpusat pada konsep tentang padanan dinamis dan sama
sekali berusaha menjauhi konsep padanan formal atau bentuk. Terjemah ini
tidak mementingkan bentuk semantis, gramatika atau gaya bahasa, yang
paling penting adalah pesan yang ingin disampaikan.

3. Terjemahan komunikatif
Penerjemahan ini bersifat subjektif karena berusaha mencapai efek pikiran
atau tindakan tertentu pada pada pembaca bahasa sasaran.

Proses Penerjemahan terdiri atas dua proses penting yaitu analisis teks asli dan
pemahaman makna atau pesan teks asli, dan pengungkapan kembali makna tersebut
dalam bahasa sasaran. Proses terjemah sendiri lengkapnya seperti ini :

1. Analisis
Proses penganalisisan merupakan langkah yang melibatkan aspek tata
bahasa dan aspek semantiks teks yang diterjemahkan. Langkah utama tahap
ini ialah menentukan hubungan yang mengandung makna antara kata dan
perkataan juga menentukan maksud acuan perkataan atau kombinasi idiom
serta menentukan makna konotasi, yaitu reaksi pemakai bahasa itu terhadap
suatu perkataan atau gabungan/kombinasi perkataan, baik positif maupun
negatif.

2. Transfer

12
Hasil penganalisisan tadi selanjutnya dipindahkan ke dalam otak
penerjemah dari bahasa sumber ke bahasa sasaran. Langkah pemindahan ini
harus dilakukan si penerjemah. Karena itu, penerjemah harus objektif dan
jujur.

Transfer merupakan teknik yang merujuk pada praktik pengalihan fungsi


sintaktis, kategori, dan kata sarana dari BS ke BP berlandaskan pada
pandangan bahwa ada persamaan kebahasaan antara BS dan BP, termasuk
persamaan pada unit-unit gramatikal. Pandangan inilah yang dianut oleh kaum
universalis dalam proses penerjemahan. (Munip, 2008)

3. Rekonstruksi
Rekonstruksi merupakan tahap menerjemahkan yang sesungguhnya.
Penerjemah memilih kata dan bentuk kalimat yang cocok dalam bahasa
penerima, agar pesan penulis dapat disampaikan sebaik-baiknya.

4. Revisi atau penghalusan hasil terjemahan


Selanjutnya adalah menguji dan mengevaluasi hasil, dan tahap ini akan
dilanjutkan dengan penyunting di penerbit, yang akan lebih lanjut menyiapkan
naskah bila akan diterbitkan sebagai buku.

13
D. Asumsi-asumsi dalam Terjemah

14
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan

B. Saran

15
DAFTAR PUSTAKA

16

Anda mungkin juga menyukai