Anda di halaman 1dari 25

Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, No.

067, Tahun Ke-13, Juli 2007

Metode Pembelajaran Penerjemahan


Oleh: Yoce Aliah Darma")
Abstrak: Keterampilan menerjemahkan adalah suatu keterampilan berbahasa yang
menuntut penguasaan dua bahasa, misalnya bahasa Inggris sebagai Bahasa Sumber
(BŞu) dan bahasa Indonesia sebagai Bahasa Sasaran (BŞa). Dalam dunia informasi
masalah ini sangat penting, karena banyak informasi yang berasal dari sumber bacaan
bahasa asing. Informasi dari bahasa asing ini dapat diterima dengan cara
menerjemahkan dan biasanya dilakukan oleh penerjemah. Penerjemah ini yang harus
menguasai bagaimana metode dan proses pemahaman dalam penerjemahan. Menurut
Newmark untuk memahami suatu teks diperlukan penguasaan cara membaca umum
(general reading), tujuannya untuk mendapatkan pesan pokok', dan cara membaca
cermat (closer reading) untuk memahami kata-kata', baik dalam konteks teks, maupun
di luar konteks, dalam arti apakah makna kata itu berupa arti teknis, gaya bahasa atau
arti kiasan. Metode yang paling mudah digunakan adalah metode padanan kata yang
dikemukakan oleh Catford, yaitu penerjemahan kata per kata (word by word
translation), penerjemahan harfiah (literary translation), dan penerjemahan bebas (free
translation). Kata Kunci: membaca umum, membaca cermat, penerjemahan kata per
kata, penerjemahan harfiah, dan penerjemahan bebas.
1. Pendahuluan Proses pemahaman dalam pembe- lajaran penerjemahan sangat
penting, karena tanpa pemahaman makna yang tepat, jelas, dan wajar dari teks bahasa
sumber (BSU) yang dibaca tidak mungkin bisa menyatukan padanan makna tersebut ke
dalam bahasa
sasaran (BS). Langkah-langkah yang perlu diperhatikan adalah: (a) Keterampilan
membaca. Keterampilan ini perlu dilatih terutama dalam membaca wacana BSu dari
berbagai ragam dan berbagai tingkat kesukaran. Keterampilan ini perlu dimotivasi untuk
meningkatkan
*) Yoce Aliah Darma adalah dosen FPBS/PPS UPI
678
Yoce Aliah Darma
pemahaman baik pemahaman literal teknik untuk mencapainya. Newmark maupun
pemahaman apresiatif, (1984) menyebut kegiatan ini metode, karena itu perlu adanya program
yang dalam arti sempit dapat saja pembelajaran penerjemahan yang disebut teori mengenai
terjemahan. baik, baik dalam konsep maupun Dalam hal ini diperlukan metode dalam
pelaksanaannya. Peningkatan terjemahan yang cocok untuk keterampilan membaca ini akan
digunakan dalam menerjemahkan meningkatkan pula kemampuan teks tertentu yang terkait
dengan teori memahami makna semantik, prag- bahasa. Catford (1965) mengemumatik, dan
tekstual. (b) Keterampilan kakan bahwa masalah utama dalam menulis. Pemahaman pesan
dari teks penerjemahan adalah pencarian bahasa sumber (BSu) misalnya padanan dalam BSa,
yang ciri serta bahasa Inggris belum cukup untuk keadaannya harus dijelaskan oleh
menerjemahkan dengan baik ke dalam suatu teori. Selanjutnya, Catford BSa misalnya bahasa
Indonesia. mengemukakan bahwa penerjemahan Proses memahami teks BSu harus ada yang
besifat rank bound (terikat diimbangi dengan kemampuan pada tatarannya), dalam arti padanan
berbahasa BSa. Penerjemah harus BSa ada pada tataran. Istilah metode dapat mengungkap
makna pesan BSu penerjemahan ini lebih popule ke dalam BSa dengan baik dan benar,
dengan istilah word by word dalam arti dapat menggunakan translation (penerjemahan kata per
kosakata (istilah) maupun struktur kata), literary translation (peneryang berterima sesuai
konteks dan jemahan harfiah), dan free translation ragamnya. Penerjemah diharapkan
(penerjemahan bebas). dapat meningkatkan potensi untuk Keterampilan menerjemahkan
mencari padanan makna terjemahan perlu dilakukan dengan usaha yang tepat, jelas, dan
wajar. Potensi mencoba dan meralat dan dilakukan ini hendaknya dilakukan secara terus
menerus. Dengan pengalaman terprogram untuk meminimalisasi menerjemahkan yang banyak,
maka aspek-aspek yang rawan akan penerjemah akan menemukan ketekesalahan.

rampilan berikut kiat menerjemahkan Tujuan pokok penerjemahan yang baik.


Kelemahan latihan adalah mengalihkan makna dari satu mencoba dan meralat
ini adalah teks ke teks lain. Untuk sampai pada waktu, karena waktunya mungkin
tujuan itu diperlukan jalan, cara atau akan lama, karena itu perlu penge
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, No. 067, Tahun Ke-13, Juli 2007
679
Metode Pembelajaran Penerjemahan
tahuan tentang teori penerjemahan bahasa lain. Derivasi penerjemahan yang diperoleh
dari pengalaman berarti proses, perbuatan, cara orang lain dan penelaahan para ahli,
menerjemahkan, dan pengalihatau kalau perlu melakukan observasi bahasaan.
Penerjemah berarti orang ke lembaga-lembaga yang berkaitan yang
mengalihbahasakan atau juru dengan layanan penerjemahan. terjemah. Nomina
translation berPenerjemahan adalah suatu bentuk makna sebagai the act of translating;
komunikasi karena penerjemah removel to another place; the berperan sebagai
perantara untuk rendering into another language; a menyampaikan pesan BSu kepada
version. Derivasi translating dapat masyarakat pembaca BSu. Komu- berfungsi verba
yang berarti menernikasi ini dapat dianggap sebagai jemahkan atau berfungsi sebagai
suatu kegiatan yang menarik bila nomina (gerund) yang mengandung penerjemah bisa
menampilkan hasil arti proses penerjemahan. terjemahannya dibaca oleh orang lain,
Penerjemahan merupakan misalnya artikel terjemahan dimuat di padanan dari kata
translation. media massa. Keberhasilan dalam Translation adalah nomina dari verbal
kegiatan ini akan memberikan to translate. Catford (1965:20) pengalaman berharga dan
motivasi
mengatakan bahwa penerjemahan yang meningkat,
serta percaya diri.
adalah “The replacement of textual
material in one language by 2. Kajian Literatur dan
equivalent textual material in Pembahasan

another language". Pengertian 2.1


Penerjemahan
Catford ini cukup luas, karena Kata penerjemahan
merupakan mengandung dua ungkapan penting bentuk derivasi dari kata dasar
yang memerlukan penjelasan yaitu terjemah (verba), dari kata tersebut textual
material (wacana) dan terbentuk derivasi lain seperti equivalent (padanan).
Selanjutnya, menerjemahkan, terjemahan, dan Catford menyatakan bahwa
penerpenerjemah. Verba menerjemahkan jemahan biasa tidaklah seluruh berarti
menyalin (memindahkan) dari wacana dialihkan ke dalam padanan suatu bahasa
ke bahasa lain atau bahasa sasaran. Sintaksis atau mengalihbahasakan.
Nomina terje- leksikon tidak dialihkan dengan mahan berarti salinan bahasa ,
yaitu pemberian padanan tetapi hanya alih bahasa dari suatu bahasa ke dengan
bentuk transference,
680

Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, No. 067, Tahun Ke-13, Juli 2007
Yoce Aliah Darma

sedangkan padanan merupakan penerjemah dalam usaha mengalihkan istilah


kunci dalam penerjemahan. suatu wacana bahasa sumber (BSu) Yang penting
kita menemukan ke dalam wacana bahasa sasaran padanan terjemahan dalam
bahasa (BSa) dengan menggunakan pengesasaran'. Kata padan dan padanan
tahuan, kemampuan, dan keteramadalah merupakan kata kunci. pilan. Usaha
tersebut adalah mencari
Inti penerjemahan adalah meles- wacana padanan dalam bahasa tarikan
makna antara dua bahasa yang sasaran. Katharine Bar
sasaran. Katharine Barnwell (1984:13) mencakup
aspek semantis, pragmatis mengungkap dua tahap penerjedan tekstual. Aspek
semantis mahan: (a) analisis makna bahasa mengacu pada makna denotatif
sumber, yang disebut eksegesis dan (reference), aspek pragmatis pada (b)
mengungkap kembali makna makna konotatif, dan aspek tekstual setepat
mungkin dalam bentuk pada makna tekstual, yaitu pada bahasa sasaran yang
wajar dan bentuk wacana yang diproses melalui alamiah, yang disebut
restrukturisasi. substansi, referensi, elipsis, dan Kedua tahapan ini bersifat umum
anafora. Ketiga makna ini memperoleh yang memerlukan penjelasan lebih
padanan dalam wacana terjemahan rinci, yaitu bagaimana menemukan yang
memadai (House, 1977:30). makna dari bahasa sumber, dan
kemampuan apa yang perlu dikuasai 2.2 Proses
Penerjemahan
dalam hal ini. Kemudian bagaimana Proses
penerjemahan adalah rang- menyusun kembali pesan dan kaian tindakan dalam
usaha menerje- keterampilan apa yang perlu dikuasai. mahkan, sehingga
menghasilkan Proses penerjemahan ini dapat terjemahan. Selain itu proses
digambarkan sebagai berikut. penerjemahan merupakan tindakan
Proses Penerjemahan
Pesan Sumber Bahasa Sumber
Pesan Terjemahan Bahasa Sasaran
Makna
Menemukan Makna
Tahap 1
Mengungkap Kembali
Makna Tahap II
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, No. 067, Tahun Ke-13, Juli 2007
681
Metode Pembelajaran Penerjemahan
Dua tahap proses penerje- menggunakan bahasa tulis dan istilah mahan di atas lebih rinci
diuraikan interpretasi menggunakan penerjeoleh Hatim dan Mason (1990), bahwa mahan
bahasa lisan. Orang yang tugas penerjemah meliputi aspek (a) menerjemahkan bahasa tulis
disebut Pemahaman teks sumber, yaitu translator (penerjemah) dan orang mengurai teks, baik
tata bahasa yang menerjemahkan bahasa lisan maupun kosakata, menelusuri disebut
interpreter. pengetahuan khusus, dan menelusuri Proses penerjemahan menuntut makna yang
dimaksudkan, (b) bukan hanya menguasai dua bahasa, Pengalihan makna, yaitu menggu-
kedwibahasaan juga merupakan salah nakan makna leksikal, menggunakan satu prasyarat.
Berbeda dengan makna gramatikal, dan menggunakan interpreter penerjemah menggunakan
makna retoris termasuk makna tersirat, pengetahuan bahasanya untuk (c) Penilaian teks
sasaran, yaitu membantu pembaca dan penulis keterbacaan, penyerasian dengan dapat
berkomunikasi dalam bahasa konvensi umum dan wacana, dan tulis. Penerjemah tidak bebas
menimbang kememadaian terjemahan mengemukakan gagasannya dengan untuk tujuan
khusus.
kata lain penerjemah tidak dapat Penerjemahan merupakan the mengungkapkan
gagasan yang dia transposition of the text written in a peroleh dari bahasa tulisan
menurut source language into a target kemauannya sendiri. Teks asli language (Weber,
1984). Selanjutnya memberi pembatasan kualitatif dan menurut Weber, teks
terjemahan kuantitatif terhadap penerjemah. harus betul-betul cermat dalam makna,
Pembatasan kualitatif berarti makna mengandung semua nuansa makna harus
diungkap kembali dan teks asli dan harus ditulis dalam pembatasan kuantitatif bentuk
harus bahasa yang jelas serta enak dibaca, dihormati. Tugas penerjemah bukan
sehingga dapat dipahami dengan menjelaskan, tetapi memformulasikan mudah oleh
pembaca. Oleh karena itu kembali. Perbedaan antara dwiaspek tanda baca, ejaan, dan
tata bahasawan dan penerjemah ialah bahasa tidak boleh salah. Selain itu
dwibahasawan tulen mampu mengpenerjemah hendaknya memiliki ungkapkan dirinya
secara sepenuhkamus-kamus dan bahan-bahan nya dalam bahasa kedua, sedangkan
rujukan dalam kedua bahasa yang penerjemah hanya perlu mamahami. digunakan.
Istilah penerjemahan Penerjemah tidak perlu menjadi
682
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, No. 067 Tahun Ke-13, Juli 2007
Yoce Aliah Darma

dwibahasawan tulen, karena dia menerjemahkan suatu wacana, bekerja dengan bahasa
tulisan, jadi pertama penerjemah harus membaca kemampuan berbicara dalam bahasa wacana
sumber sebelum mengalihkedua dengan lancar tidak diperlukan. kannya ke dalam bahasa
penerima.
Persyaratan yang dituntut dari Tujuannya untuk mengetahui isi teks seorang
penerjemah tidak selalu harus dan menganalisisnya dengan cara menguasai semua
keterampilan dalam pandang penerjemah yang berbeda dua bahasa secara sama atau
seting- dengan cara pandang linguis atau ahli kat. Yang dituntut adalah kemampuan
mampuan sastra. reseptif (kemampuan membaca dalam Menurut
Newmark (1988:11) bahasa sumber) dan kemampuan memahami suatu teks menuntut
tidak produktif (kemampuan menulis dalam hanya cara membaca umum (general
bahasa sasaran).
reading), tetapi juga cara membaca
cermat (closer reading). General 2.3 Pemahaman Dalam

reading bertujuan untuk mendapatPenerjemahan


kan makna, pesan umum atau pesan Dalam proses
penerjemahan, kete pokok, closer reading untuk rampilan berbahasa sangat penting,
memahami kata-kata, baik dalam karena pemahaman dalam membaca konteks teks
maupun di luar konteks. dan mengungkap pesan dari bahasa Misalnya, suatu kata
hendaknya sumber ke dalam bahasa sasaran dilihat dari arti teknis, gaya bahasa,
didasari oleh keterampilan berbahasa atau arti kiasan. Selanjutnya, tersebut.
Newmark mengatakan bahwa dalam Seorang penerjemah harus dapat proses
memahami suatu teks yang memahami bahan atau wacana yang akan
diterjemahkan perlu ditentukan akan diterjemahkan. Pemahaman khalayak
pembaca (readership) seseorang terhadap suatu teks bahasa sumber
terjemahan dan dipengaruhi oleh berbagai faktor khalayak pembaca hasil
terjemahan. seperti pengetahuan kebahasaan Dalam hal ini penerjemah menilai
yang menyangkut penguasaan tingkat pendidikan, kelas masyarakat, struktur,
kosa kata, makna, dan sistem umur dan jenis kelamin, langkah ini baca-tulis,
jenis bahan bacaan, dan penting untuk menentukan tingkat tingkat kesulitan
bahan bacaan, baik keformalan, keumuman dan kekhudalam penggunaan
bahasanya atau susan, dan nada emosi yang harus materi bahan bacaannya.
Dalam diungkapkan ketika menerjemahkan
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, No. 067, Tahun Ke-13, Juli 2007
683
Metode Pembelajaran Penerjemahan
suatu teks. Demikian juga, saat membatasi diri pada pemahaman membaca penerjemah harus
mencer- signifieds (konsep) sehingga mati tingkat gaya bahasa, seperti padanan yang
dihasilkan didasarkan ragam resmi, formal, netral, informal pada interpretasi yang tidak
lengkap. dan akrab.
Tahap analisis, penerjemah Delisle (1980:53) mengungkap harus menentukan makna
konseptual bahwa proses memperoleh padanan yang tepat dengan menggunakan
dalam penerjemahan ada tiga tahap, konteks inferensial. Tujuannya adalah yaitu
pemahaman, reformulasi, dan untuk menemukan signifikansi tanda verifikasi.
linguistik suatu bahasa, apa yang
dimaksudkan oleh tanda-tanda a. Pemahaman
sebagai bagian dari suatu pesan. Pemahaman teks
sebagai langkah Dalam kaitan ini penerjemahan awal proses penerjemahan adalah
merupakan pengungkapan kembali usaha penerjemah untuk memastikan konsep atau
gagasan bukannya apa yang dimaksudkan oleh penulis. tanda. Makna diartikan
sebagai Dalam hal ini kita tidak dapat sintesis yang terbentuk dengan menangkap
makna dengan sekedar adanya pertautan antara rujukan membaca, tetapi perlu
membaca struktural dan situasional. Menurut tanda-tanda grafis atau memaknai Delisle
(1980:60) interpretasi merubunyi-bunyi yang disimbolkan oleh pakan penemuan
perkiraan terhadap tanda-tanda tadi tanpa memahami hubungan antara referent (objek
nya. Tindakan persepsi yang bersifat konkret atau konsep abstrak) dan fisik ini harus
diikuti tindakan mental tanda lingistik dalam suatu pesan. yang disebut analisis
interpretatif. Oleh karena itu, kata-kata dan kalimat
Penerjemah tidak hanya
kalimat selalu terbuka bagi melakukan analisis leksikal
dan interpretasi menurut parameter gramatikal, tetapi mengalihkan setiap situasional
yang menentukan situasi tanda pernyataan asal ke dalam komunikatif. Selanjutnya
Delisle bahasa penerima dengan padanan mengatakan bahwa untuk memahami yang
telah dipilih. Pengalihkodean suatu ujaran kita harus mengeluarkan (transcoding) ini
akan menghasilkan konsep dari tanda (signifiers) dan ungkapan yang secara gramatikal
menghubungkannya dengan pengebenar, tetapi belum tentu secara tahuan linguistik.
Bahasa dianggap semantis. Ini berarti penerjemah sebagai salah satu komponen
pesan.
684

Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, No. 067, Tahun Ke-13, Juli 2007
Yoce Aliah Darma

Pemahaman terhadap ide atau objek Memformulasikan kembali kongkret


sebagai suatu signifikansi gagasan-gagasan harus dikerjakan dikodifikasi dalam
suatu sistem penerjemah terus-menerus secara bahasa dan bersifat statis,
sedangkan bolak-balik antara memahami makna makna (meaning) tidak
dikodifikasi dan mencari ungkapan serta bentuk
dan cenderung dinamis.
bahasa untuk mengungkapkan

kembali makna itu. Akhirnya kerja b.


Reformulasi Gagasan
bolak-balik ini akan berhenti bila Reformulasi adalah
reverbalisasi padanan yang memuaskan ditemukonsep-konsep dengan memakai kan. Dalam
proses memahami makna, bahasa lain. Hal ini merupakan proses penerjemah berpikir dengan
mengmental, sangat rumit untuk dianalisis. gunakan analogi, menggali sumberIde-ide yang
diidentifikasi melalui sumber ungkapan dalam bahasa lain analisis interpretasi membentuk
melalui serangkaian asosiasi, rangkaian berpikir analogis dalam
deduksi, atau inferensi. Penerjemah otak penerjemah.
Tidak mudah
bekerja dalam beberapa tahapan yang mengungkap
kerja otak manusia
tidak selalu merupakan garis lurus, sebagai
komputer yang sangat
seperti kata Piaget, otak manusia mengagumkan, kerja
otak lebih rumit
selalu bebas melakukan gerak daripada mesin berpikir
buatan
berputar dan bekerja dengan asosiasi. manusia, otak
dapat memformu
Selanjutnya, kompetensi penerjemah lasikan ide-ide
atau gagasan
banyak bergantung pada kemampuan gagasan.
Menurut Delisle pencarian
deduktif dan asosiatif. padanan dalam
penerjemahan jauh lebih rumit daripada usaha sederhana
Untuk mendapatkan padanan ingatan
penerjemah dalam membaca
kata atau ungkapan, penerjemah sepintas (scan) suatu
kamus internal
dengan analogi menggali sumberuntuk mencari kata-kata
yang sesuai sumber bahasa sasaran untuk dengan konsep yang akan disusun mencari
tanda-tanda linguistik kembali. Reformulasi bukan sekedar (linguistic signs) yang mampu
penamaan konsep, tetapi merupakan mengungkap gagasan dari kata atau suatu usaha yang
menggunakan ungkapan itu. Sebagai salah satu cara, kecerdasan yang menurut Piaget sekali
suatu makna didapatkan, makna merupakan serangkaian living and itu diformulasikan kembali
dalam acting operations, meskipun setiap bentuk gagasan-gagasan dan bukan operasi tidak
disadari penerjemah. kata-kata. Secara sadar dan tak sadar,

Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, No. 067. Tahun Ke-13, Juli 2007
685
Metode Pembelajaran Penerjemahan
penerjemah mencari-cari formulasi Verifikasi selalu merupakan yang tepat. Informasi
dipanggil dan fungsi interpretasi dan verikasi itu dibangkitkan dari ingatan. Dalam
sendiri adalah interpretasi. Verifikasi proses mencari ini, setiap kali juga merupakan
interpretasi kedua. penerjemah menolak kemungkinan Interpretasi pertama terjadi saat
solusi yang tak memuaskan, dia konsep-konsep telah dipahami dan memberikan
pertimbangan tentang sebelum diungkapkan kembali, kecocokan bentuk isinya. Dalam
maksudnya untuk mengidentikasi proses berpikir kreatif ini, penerjemah gagasan dan
pesan. Interpretasi melakukan proses kognitif yang kedua terjadi setelah pengungkapan
menggunakan pengetahuan umum, kembali dan sebelum pemilihan versi semua
informasi linguistik, dan akhir. Hal ini dimaksudkan untuk ensiklopedi yang tersimpan di
otak. menentukan apakah ungkapan yang Sejumlah padanan sifatnya tetap. dipilih
sebagai solusi sementara Makin banyak bentuk-bentuk baku secara cermat
mengungkapkan dalam suatu bidang, makin sedikit gagasan-gagasan dan pesan itu?
kebebasan penerjemah dalam Pemeriksaan kualitas terjemahan mengungkap
gagasan-gagasan dalam merupakan proses nalar. Jadi dalam bidang tersebut. Oleh
karena itu, menerjemahkan terdapat dua penerjemah harus menyesuaikan interpretasi,
yaitu (1) Interpretasi dengan ungkapan yang sudah yang didasarkan atas tanda-tanda
diterima, misalnya 'wise words' teks bahasa sumber (BSu) dan (2) diterjemahkan
menjadi kata-kata Interpretasi yang didasarkan atas mutiara', bukan kata-kata
bijaksana'. tanda-tanda teks bahasa sasaran
(BSA) setelah dimisalkan sebagai c. Verifikasi

solusi sementara atau kemungkinan Tahap ketiga


dari proses kognitif padanannya. penerjemahan adalah verifikasi yang Di bawah
ini digambarkan bertujuan untuk memastikan kecer- heuristik penerjemahan
menurut matan solusi terjemahan. Hal ini Delisle (1980:69 dilakukan dengan
menilai apakah padanan yang diambil dapat mengalihkan seluruh makna ujaran
bahasa sumber (BSu) dengan baik?
686
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, No. 067, Tahun Ke-13, Juli 2007
Yoce Aliah Darma

Heuristik Penerjemahan (Delisle)


Teks Sumber (BSU)
Ujaran Asal
Membaca Tanda Linguistik (Bahasa Sebagai Titik Acuan)
Pemahaman
Interpretasi I
Pemahaman Makna (Realitas Sebagai Titik Acuan)
TAHAP NONVERBAL
Konsep Diubah ke Dalam Mekanisme Otak Nonlinguistik
Reformulasi
Nalar Dengan
Analogi
Reverbalisasi Konsep
Solusi Sementara

Verifikasi
Verifikasi
Interpretasi II
Pemilihan Solusi
Reekspresi Ujaran
Teks Sasaran (BS)
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, No. 067, Tahun Ke-13, Juli 2007
687
Metode Pembelajaran Penerjemahan
2.4 Metode Penerjemahan
Dalam hal ini Catford (1965) menyaTujuan pokok
penerjemahan adalah takan: mengalihkan suatu teks sumber ke The central problem of
transdalam teks bahasa lain, untuk sampai lation practice is that of findpada tujuan itu kita
menentukan cara

ing target language (TL) transdan teknik untuk


mencapainya.
lation equivalents. A central Newmark (1988)
menyebutkan
taks of translation theory is

that of defining the nature and kegiatan ini


sebagai metode, sedang
condition of translation kan penulis lain
menyebutkannya
equivalen. teknik, prosedur, atau strategi. Tugas
penerjemah tidaklah mudah. Menurut
Bagi Catford masalah utama Newmark penerjemah
harus bekerja praktik penerjemahan adalah pendalam empat peringkat, yaitu (a) carian
padanan dalam BSa yang ciri Penerjemahan sebagai sains, yang serta keadaannya
harus dijelaskan menuntut pengetahuan dan verifikasi oleh suatu teori untuk
mendapatkan fakta dan bahasa yang memerik- padanan (equitment) dalam bahasa
sanya, (b) Penerjemahan sebagai sasaran (BSa) Catford (1965) membagi keterampilan
yang menuntut bahasa penerjemahan berdasarkan rentang yang wajar dan
penggunaanya (extent), tingkatan (level), dan tataran diterima, (c) Penerjemahan
sebagai (ranks). seni yang membedakan adanya a. penerjemahan bersadarkan
rentulisan yang baik dan tidak baik, yang tang (extent), yaitu (1) penerjemenunjukkan
tingkat kreatifitas, mahan penuh. Dalam penerjeintuisi dan inspirasi, dan (d) Penter
mahan ini seluruh teks diolah jemahan adalah masalah rasa, dalam melalui proses
penerjemahan; kali ini argumentasi terhenti dan setiap bagian teks BŞa diganti terasa
adanya preferensi dan dengan materi teks BSa. (2) keragaman terjemahan, yang meru
Penerjemahan parsial. Pada pakan cerminan perbedaan individu. penerjemahan ini
suatu bagian
Teori penerjemahan berpenda teks BSa dibiarkan dalam keadaan pat bagi
penerjemah dalam rangka tidak diterjemahkan. Bagianmengaitkan antara teori
dan praktik bagian itu hanya dialihkan dan sehingga penerjemah dapat menggu
dimasukkan ke dalam teks BSa, nakan suatu teori dalam memecahkan Seperti
dalam penerjemahan masalah-masalah penerjemahan. hanya sastra ada bagian
yang
688
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, No. 067, Tahun Ke-13, Juli 2007
Yoce Aliah Darma

dianggap tak bisa diterjemahkan, atau disengaja untuk memberi warna lokal.
(terikat pada tatarannya), yaitu padanan BSa ada pada tataran yang sama, umpamanya
tahap kata tetap kata dan ada yang unbounded (bebas), yaitu padanan BSa tidak
dalam satu tataran, umpamanya frase menjadi klausa. Istilah ini lebih popular dengan
nama "penerjemahan kata demi kata, penerjemahan harfiah, dan penerjemahan
bebas."
b. penerjemahan berdasarkan level
bahasa, yaitu (1) penerjemahan menyeluruh (Total). Penerjemahan ini merupakan
pengalihan tata bahasa dan kosakata bahasa sumber (BSu) dengan padanan tata
bahasa sasaran (BS) yang disertai dengan pengalihan fonologi atau grafologi, isu
dengan fonologi atau fonologi BSa (yang bukan padanannya). (2) penerjemahan
terbatas. Penerjemahan ini dimaksudkan untuk pengalihan makna tekstual BSu dengan
materi tekstual padanannya pada satu tataran, umpamanya terjemahan yang dilakukan
pada tataran fonologi, grafologi, tata bahasa dan kosakata
(1) Penerjemahan kata demi kata terungkap tataran kata. God with them
Tuhan dengan dia He likes riceDia menyukai nasi
c. penerjemahan berdasarkan ta
taran (ranks). Dalam hierarki berdasarkan tata bahasa sebagai landasan penyusunan
penerjemahan, unit tata bahasa yang akan dicarikan padanannya mungkin
berubah-ubah, kalimat ke kalimat, frase ke frase, kata ke kata dsb. Dalam hal ini
terjemahan ada yang bersifat rank bound
(2) Penerjemahan harfiah (literal) Penerjemahan ini ada di antara penerjemahan kata
demi kata danpenerjemahan bebas. Biasanya penerjemahan ini dimilai dengan
terjemahan kata demi kata, kemudian diadakan perubahanperubahan agar sesuai
dengan tata bahasa BSa, umpamanya memberikann kata-kata tambahan atau
mengubah sreukturannya. He dropped his glasseskaca matanya terjatuh
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, No. 067, Tahun Ke-13, Juli 2007
689
Metode Pembelajaran Penerjemahan
(3) Penerjemahan bebas Penerjemahan ini cenderung bekerja pada tataran yang lebih
tinggi, skala tataran padanan berubah-ubah. Penyesuaian kosakata ke dalam ungkapan
idiomatis atau ungkapan berkolokasi merupakan ciri terjemahan bebas, umpamanya: its
raining cats and dogshujan turun lebat sekali
god with them - Tuhan akan melindungi mereka Di antara ketiga klasifikasi
Catford pengkategorian berdasarkan tatanan (ranks) lebih aplikatif dalam praktik
penerjemahan terutama bagi pemula. Newmark (1988) mengklasifikasikan
metode penerjemahan sebagai berikut.
bahasa sumber atau untuk menafsirkan teks yang sukar sebagai proses awal
penerjemahan I like rice Saya menyukai nasi The boy went to special schools
(itu) anak pergi ke khusus sekolah (kata demi kata) anak itu bersekolah di
sekolah khusus
2) Penerjemahan Harfiah Dalam penerjemahan ini, konstruksi tata bahasa di
ubah sedekat mungkin dengan padannnya dalam BSa, tetapi kata-katanya
diterjemahkan satu demi satu tanpa mempertimbangkan konteksnya. Hal ini
dilakukan pada proses awal penerjemahan untuk menunjukkan masalah yang
harus dipecahkan, contoh: The thief was sent to the prison Pencuri itu dikirim ke
penjara (harfiah) Pencuri itu dipenjara
1) Penerjemahan Kata demi Kata Penerjemahan kata demi kata sifatnya
antarbaris (interlinear) dengan susunan kosakata BSa ada di bawahnya.
Susunan kata dalam kalimat dipertahankan dan kosakatanya diterjemahkan satu
demi satu dengan arti yang lebih umum, tanpa mempertimbangkan konteks.
Penggunaan utama penerjemahan ini untuk memahami cara penyususnan
(struktur)
3) Penerjemahan Setia penerjemah ini berusaha menghasilkan makna kontekstual
yang tepat pada teks asal dengan keterbatasan struktur tata bahasa BSa. Dalam
penerjemahan ini,
690
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, No. 067, Tahun Ke-13, Juli 2007
Yoce Aliah Darma

bolehkan kreativitas (tidak mengikuti 100% kesetiaan pada teks Bsu).


kosakata kultural dialihkan dan tingkat abnormalitas gramatikal dan leksikal
(penyimpangan dari norma BSU) dipertahankan. Penerjemahan diusahakan agar
betul-betul setia pada maksud dan realisasi teks dari penulis BSu. Jadi, cara ini
cenderung untuk sejauh mungkin mempertahankan atau setia pada isi dan
bentuk Bsu, contoh; Born without drims, he sent to special school Lahir tanpa
lengan lengan, dia dikirim ke sekolah khusus Karena dilahirkan tanpa lengan, dia
bersekolah di sekolah khusus
5) Penerjemahan Adaptasi Penerjemahan ini adalah bentuk penerjemahan yang paling
bebas dan terutama digunakan dalam penerjemahan drama dan komedi atau puisi.
Tema dan karakter serta alur dipertahankan, tetapi kultur BSu diubah ke dalam kultur
BSa dan teksnya ditulis kembali.
6) Penerjemahan Bebas Penerjemahan bebas mereproduksi masalah (matter), tanpa
cara (manner) atau isi tanpa bentuk asli. Biasanya terjemahan ini merupakan parafrase
yang jauh lebih panjang dari bahasa aslinya, yang juga disebut "penerjemahan
intrabahasa," yang sering berteletele, berlebihan, dan bahkan bukan terjemahan sama
sekali.
4) Penerjemahan Semantik penerjemahan ini berbeda dengan penerjemahan setia.
Penerjemahan semantik lebih mempertimbangkan nilai estetika (bunyi yang indah dan
alamiah) teks BSu yang menyesuaikan makna. Dalam terjemahan ini, kata-kata yang
kurang penting diterjemahkan tidak dengan istilah kultural, tetapi dengan istilah
fungsional atau yang netral secara kultural, terdapat penyesuaian-penyesuaian dengan
khalayak pembaca. Penerjemahan ini lebih lentur dari penerjemahan setia dan memper
7) Penerjemahan Idiomatik Penerjemahan ini memproduksi pesan asli, tetapi
cenderung mengubah nuansa arti dengan lebih banyak menggunakan bahasa
sehari-hari (colloqualism) dan idiom yang tidak ada dalam teks BSu.
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, No. 067, Tahun Ke-13, Juli 2007
691
Metode Pembelajaran Penerjemahan
8) Penerjemahan Komunikatif Sebetulnya kriteria penilaian sudah Penerjemahan ini berusaha
meng
tersirat dalam pemilihan metode alihkan makna kontekstual
yang tertentu, yang sudah didefinisikan tepat dari teks BSu sedemikian
sejak awal dengan memperhitungkan rupa, sehingga baik
isi maupun berbagai faktor. bahasanya mudah diterima dan Menurut Catford, yang
paling dapat dipahami oleh pembaca. utama dalam penerjemahan adalah Bagi
Newmark, penerjemahan mendapatkan padanan terjemahan yang memenuhi tujuan
penerje
(translation equivalents). Padanan mahan hanyalah penerjemahan tersebut adalah
suatu bentuk (teks semantik dan komunikatif. Pener atau bagian teks) yang dianggap
jemahan semantik digunakan sebagai padanan suatu bentuk untuk teks yang bersifat
"eks- tertentu. Pencariannya didasarkan presif dan penerjemahan komu pada otoritas
penerjemah, yang nikatif untuk teks yang bersifat diperoleh melalui prosedur formal
informatif" dan "vokatif." yang disebut komutasi. Komutasi
adalah suatu proses penggantian 2.5 Hasil
Penerjemahan
unsur teks BSu dengan melihat Dalam proses
pengalihan makna,
pengaruhnya pada teks BSa, kata, frase, klausa,
kalimat, paragraf, misalnya: dan teks digunakan metode tertentu My son is six —
anak laki-laki saya sesuai dengan metode yang diuraikan berusia enam tahun di
atas. Penerjemah akan selalu My daughter is six — anak menilai hasil
penerjemahannya. perempuan saya berusia enam tahun Penilaian dilakukan
pada saat Suatu padanan mungkin saja pelaksanaan penerjemahan atau pada
bukan padanan formal (formal terjemahan sementara. Dalam proses
corespondence) untuk Bsu. Oleh penilaian, penerjemah mungkin saja karena itu,
padanan suatu kata menilai keluaran (hasil terjemahan), mungkin menjadi frase
dan suatu tetapi juga menilai proses frase mungkin menjadi kalimat.
penerjemahannya itu sendiri.
Kriteria menurut Newmark, Untuk menilai terjemahan masalah penilaian penerjemahan
diperlukan kriteria tertentu, yaitu termasuk ke dalam “kritik terjemahan," adanya hal-hal
yang harus dilihat yang menjadi penghubung antarteori secara umum dan secara
khusus. penerjemah dan praktik penerjemah.
692
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, No. 067, Tahun Ke-13, Juli 2007
Yoce Aliah Darma
Dalam kaitan ini ada nilai absolut 3. Simpulan dan Saran kecermatan dan kehematan selain
nilai 3.1 Simpulan relatifnya.

Inti penerjemahan adalah melestarikan Penilaian terhadap penerje makna dari


dua bahasa yang menmahan bukan hal yang mudah. Ada
cakup aspek semantik, pragmatik, dan dua
pendekatan yang dapat dilaku
tekstual. Aspek semantik mengacu kan, yaitu (a)
Pendekatan fungsional
pada makna denotatif, aspek pragberupa pendekatan
umum yang
matik mengacu pada makna konotatif, berusaha
apakah penerjemah berhasil
dan aspek tekstual mengacu pada usaha penerjemahannya
dan di mana

makna tekstual, yaitu pada bentuk kekurangannya,


pendekatan ini bersifat subjektif, (b) Pendekatan
wacana yang diproses melalui
substansi, referensi, elipsis, dan analitis,
pendekatan ini bersifat rinci.
metafora. Dalam kaitan ini, terjemahan yang jelek
lebih mudah dikenali daripada
Proses penerjemahan menuntut

bukan hanya menguasai dua bahasa,


penerjemahan yang bagus. Dalam penilaian ukurannya bersifat relatif,
kedwibahasaan juga merupakan salah namun
seseorang hendaknya ber
satu prasyarat. Penerjemah dituntut usaha,
mendasarkan penilaian atas
menggunakan pengetahuan bahasakriteria daripada
norma. Teriemahan nya untuk membantu pembaca dan yang bagus memenuhi
tujuannya. penulis dapat berkomunikasi dalam misalnya suatu teks informatif bahasa
tulis. Prasyarat yang dituntut menyampaikan data secara wajar dari dari seorang
penerjemah tidak selalu teks otoritatif atau ekspresif yang harus menguasai semua
keterampilan menghendaki terjemahan memper- dalam dua bahasa secara sama yang
timbangan pentingnya isi dan bentuk. dituntut adalah kemampuan reseptif Dalam
penilaian terjemahan terdapat membaca dalam Bsu) dan kemamunsur ketidakpuasan
dan subjek - puan produktif (menulis dalam BSa). tivitas, tetapi kenyataan ini tidak
Untuk memahami suatu teks mengurangi petingnya atau manfa- dituntut tidak hanya
membaca umum atnya kritik (penilaian) penerjemahan. (general reading), tetapi juga
Hal ini memerlukan alat untuk membaca cermat (clocer reading). meningkatkan ukuran
penerjemahan Membaca umum bertujuan untuk dan untuk mendapatkan lebih banyak
memahami kata-kata baik dalam kesempatan menjadi hakikat konteks teks maupun di
luar konteks, penerjemahan
dalam arti suatu kata hendaknya
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, No. 067. Tahun Ke-13, Juli 2007
693
Metode Pembelajaran Penerjemahan
dilihat dari arti teknis, gaya bahasa, dan arti kiasan. Selain itu, dalam proses memahami teks
yang akan diterjemahkan perlu ditentukan khalayak pembaca Bsu dan khalayak pembaca hasil
terjemahan. Demikian juga saat membaca, penerjemah harus mencermati tingkat gaya bahasa,
ragam bahasa resmi, bahasa formal, dan bahasa informal atau akrab.
Tujuan pokok penerjemahan adalah mengalihkan suatu teks BSu ke dalam Bsa,
untuk sampai pada tujuan ini diperlukan cara dan teknik atau metode untuk
mencapainya. Dalam hal ini Catford memopulerkan metode penerjemahannya yang
terdiri dari word by word translation (penejemahan kata per kata), literary translation
(penerjemahan harfiah), dan free translation (penerjemahan bebas).
paling dikuasainya. Dalam hal ini metode yang paling mudah digunakan adalah metode
padanan menurut Catford, yaitu penerjemahan kata per kata, penerjemahan harfiah,
dan penerjemahan bebas. Keterampilan menerjemahkan akan dikuasai apabila
dilakukan dengan cara melatih diri dengan mencoba dan meralat terus-menerus.
Dengan pengalaman menerjemahkan yang banyak, maka penerjemah akan terampil
dan akan mempunyai kiat menerjemahkan yang makin lama
makin baik. 2) Penerjemahan merupakan bentuk
komunikasi dan penerjemah berperan sebagai komunikator. Oleh karena itu,
komunikasi ini dapat dianggap sebagai suatu kegiatan yang menarik bila penerjemah
dapat menampilkan terjemahannya dengan baik dan akan dibaca orang lain dengan
memuaskan. Keberhasilan dalam kegiatan penerjemahan ini akan memberikan
pengalaman berharga dan motivasi yang meningkat, serta percaya diri.
3.2 Saran Adapun saran-saran yang dikemukakan dalam tulisan ini adalah: 1) Penerjemah
harus menguasai kiat
penerjemahan, antara lain menguasai metode penerjemahan mana yang paling cocok
dan yang
694
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, No. 067, Tahun Ke-13, Juli 2007
Yoce Aliah Darma

Pustaka Acuan Barnwell, K. 1984. Introduction to Semantils and Translation.


Horsley Green:
Summer Institute of Language. Catford, J. 1965. A Linguistic Theory of Translation.
Oxford: Oxford Univer
sity Press. Delisle, J. 1980. Translation An Interpretive Approach.
Ottawa: University of
Ottawa Press Hatim, B. & I. Mason. 1990. Discourse and The Translator. London:
Longman
Inc. House, J. 1977. A Model for Translation Quality Assesment. Tubingen:
TBL
Verlag Gunter Naar. Newmark, P. 1988. A Textbook of Translation. London:
Prentice Hall Interna
tional Ltd. Newmark, P.1984. Approach to Translation. Oxford: Pergamon Press.
Weber, W. K. 1984. Training Translators and Conference Interpreters.
Englewood Cliff: Prentice Hall Regent.
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, No. 067, Tahun Ke-13, Juli 2007
695

Anda mungkin juga menyukai