Anda di halaman 1dari 13

TUGAS STRUKTUR DOSEN PENGAMPU

Dirasah Mawad Ta’lim Fatwiah Noor Dr., Lc., M.Pd.

Model-Model Pengembangan Bahan Ajar

Disusun Oleh

Kelompok 6:

Ahmad Azkia 200101020150


Muhammad Ramli 210101020150
Reza Imani Sholeha 210101020464
Rifatunnisa Azzahra 210101020851

UNIVERSITAS ISLAM ANTASARI

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

PENDIDIKAN BAHASA ARAB

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan taufiq dan hidayahnya
kepada kami sehingga bisa menyelesaikan makalah ini yang berjudul Model-Model
Pengembangan Bahan Ajar. Sholawat serta salam selalu kita hatur kan kepada junjungan
kita Nabi besar Muhammad SAW,serta sahabat dan para pengikut beliau yang selalu setia
sampai akhir zaman.

Terimkasih kami sampaikan kepada Fatwiah Noor Dr,.Lc,M.Pd sebagai dosen pembimbing
mata kuliah Dirasah Mawad Ta’lim yang telah membimbing kami dalam penulisan makalah
ini.

Makalah ini tentunya jauh dari kesempurnaan baik dari segi isi maupun penulisan,oleh
karena itu kritik dan saran sangat kami harapkan dari semua pihak demi kesempurnaan
makalah ini.

Banjarmasin, 23 Oktober 2022

Kelompok 6
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................3
A. Latar Belakang..............................................................................................3
B. Rumusan Masalah.........................................................................................3
C. Tujuan...........................................................................................................3
BAB II......................................................................................................................4
PEMBAHASAN......................................................................................................4
A. Pengertian Aspek Sosial dan pendidikan Dalam Bahan Ajar.......................4
B. KRITERIA BAHAN AJAR DALAM ASPEK SOSIAL.............................6
C. KRITERIA BAHAN AJAR DALAM ASPEK PENDIDIKAN...................6
BAB III....................................................................................................................8
PENUTUP................................................................................................................8
A. KESIMPULAN.............................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................9
BAB I

PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Bahan Pembelajaran merupakan komponen isi pesan dalam kurikulum yang harus
disampaikan kepada siswa. Komponen ini memiliki bentuk pesan yang beragam, ada yang
berbentuk fakta, konsep, prisnsip/kaidah, prosedur, problema, dan sebagainya. Komponen ini
berperan sebagai isi atau materi yang harus dikuasai oleh siswa dalam kegiatan pembelajaran.
Ruang lingkup materi pembelajaran telah tersusun secara sistematis dalam struktur organisasi
kurikulum dalam hal ini adalah standar isi.

Sifat materi yang tersusun dalam standar isi hanya bersifat pokok-pokok materi, maka untuk
kelancaran dalam pelaksanaan pembelajaran, materi pembelajaran perlu dikembangkan
terlebih dahulu dengan cara melengkapinya dalam bentuk bahan pembelajaran yang utuh.
Pada saat pembelajaran akan dilaksanakan, hendaknya seorang tenaga pendidik yang
profesional harus memahami karakteristik ini pesan pembelajaran yang akan disampaikan,
agar tidak salah dalam memilih bahan pembelajaran yang akan digunakan.

Dalam mengembangkan bahan pembelajaran perlu diperhatikan model-model pengembangan


guna memastikan kualitasnya, seperti yang diungkapkan oleh Syaiful Sagala (2005:136),
penggunaan model pengembangan bahan pembelajaran yang pengembangan pengajaran
secara sistematik dan sesuai dengan teori akan menjamin kualitas isi bahan pembelajaran.
Model-model tersebut antara lain, model ADDIE, ASSURE, Hannafin dan Peck, Gagne and
Briggs serta Dick and Carry. Dari beberapa model tersebut tentu memiliki karakteristik
masing-masing yang perlu lebih dalam lagi dipahami. Maka dari itu kita peroleh bahwa
pemilihan bahan pembelajaran perlu diperhatikan dalam kesesuaian dengan standar isi dan
lebih-lebih pemilihan bahan pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa. Oleh
karena itu, pada makalah ini akan membahasas mengenai model-model pengembangan bahan
ajar yang dianggap penting diketahui untuk mengembangkan bahan ajar.

b. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimakksud model pengembangan bahan ajar?
2. Apa saja macam-macam model pengembangan bahan ajar?
3. Jelaskan pengertian macam macam model pengembangan bahan ajar?

c. Tujuan
1. Dapat menjelaskan apa yang dimaksud dengan model pembangunan bahan ajar
2. Dapat menyebutkan macam-macam model pengembangan bahan ajar
3. Dapat menjelasakan macam-maca, model penge,bangan bahan ajar
BAB II

PEMBAHASAN

Pengertian Model Pengembangan Bahan Ajar


Model adalah sesuatu yang menggambarkan adanya pola berpikir. Sebuah model biasanya
menggambarkan keseluruhan konsep yang saling berkaitan. Model juga dapat dipandang
sebagai upaya untuk mengkonkretkan sebuah teori sekaligus juga merupakan sebuah analogi
dan representasi dari variabel-variabel yang terdapat di dalam teori tersebut.
Menurut Sugiyono pengembangan (Research and Development) merupakan metode
penelitian yang digunakan untuk menghasilkan suatu produk tertentu, dan menguji
keefektifannya. Produk tertentu yang dihasilkan untuk digunakan sebagai penelitian yang
bersifat analisis kebutuhan dan pengujian keefektifannya dilakukan agar supaya produk
tersebut dapat berfungsi dimasyakat luas.1
Model pengembangan diartikan sebagai proses desain konseptual dalam upaya peningkatan
fungsi dari model yang telah ada sebelumnya, melalui penambahan komponen bahan ajar
yang dianggap dapat meningkatkan kualitas pencapian tujuan (Sugiarta, 2007:11).2
Menurut Setyosari (2012) dalam Kuswara model pengembangan dibagi ke dalam dua model
yaitu: model konseptual dan model prosedural. Model konseptual yaitu model yang
menghubungkan antarkonsep satu dengan yang lain dengan urutan yang tidak bertahap,
sedangkan model prosedural langkahlangkahnya berurutan dari awal sampai akhir.11 Contoh
model prosedural adalah model Bringgs, Dick&Carey, dll.

B. Macam macam-model pengembangan bahan ajar

1. Model bahan ajar Menurut Briggs

Model bahan ajar Menurut Briggs berorientasi pada rancangan sistem dengan sasaran
guru.Karena guru yang akan bekerja sebagai perancangan kegiatan instruksional dan yang
akan menjadi tim pengembang instruksional. Langkah-langkah model bahan ajar Briggs
(Prawiradilaga:2007),adalah:

a. Penentuan tujuan
Langkah awal ini merupakan langkah yang paling urgen,karena guru harus mengidentifikasi
tujuan apa yang harus dicapai oleh peserta didik.
b. Perincian Tujuan
Tujuan yang telah di identifikasi di rinci berdasarkan keterampilan-keterampilan apa yang
akan dimiliki oleh peserta didik.
c. Rumusan tujuan

1
R. Benny A. Pribadi, Model-Model Desain Sistem bahan ajar, (Jakarta: PT. Dian Rakyat, 2009), hlm. 86-87.
2
Guntur Setyo Wicahyo, Pengembangan Media bahan ajar Berbasis Permainan Monopoli Pada
Materi Perencanaan Pemasaran Kelas X Jurusan Pemasaran Smk Ketintang Surabaya, Volume 01 Nomor 02,
Jurnal Pendidikan Tata Niaga, 2018, hlm. 2.
Tujuan yang telah di rinci tadi di rumuskan dalam satu kalimat pernyataan yang mengandung
kemampuan apa dan tingkat kemampuan apa yang harus dimiliki oleh peserta didik selama
mereka dalam proses bahan ajar.
d. Analisis tujuan
Kegiatan ini dilakukan agar tujuan-tujuan yang dianggap sering ditemukan tingkat
kegagalannya diganti dengan tujuan-tujuan yang lebih rasional tingkat keberhasilannya.
e. Penyiapan evaluasi hasil belajar
Setelah melakukan hal-hal tersebut diatas langkah selanjutnya adalah menyiapkan evaluasi
hasil belajar,kegiatan ini dilakukan berdasarkan tujuan-tujuan yang telah ditetapkan.3

2. Model Dick and Carey

Model yang dikembangkan didasarkan pada penggunaan pendekatan sistem terhadap


komponen-komponen dasar desain bahan ajar yang meliputi analisis desain pengembangan,
implementasi dan evaluasi. Adapun komponen dan sekaligus merupakan langkah-langkah
utama dari model desain bahan ajar yang dikemukakan oleh Dick, Carey &Carey (2009)
adalah:

1. Identifikasi tujuan bahan ajar khusus


Langkah pertama yang dilakukan dalam menerapkan model bahan ajar ini, adalah
menentukuan kemampuan atau kompetensi yang perlu dimiliki peserta didik setelah
menempuh program bahan ajar. Hal ini kompetensi yang harus dimiliki peserta didik
adalah pemahaman tentang materi perkuliahan.
2. Analisis instruksional
Setelah melakukan identifikasi tujuan bahan ajar, langkah selanjutnya adalah
melakukan analisis instruksional yaitu sebuah prosedur yang digunakan untuk
menentukan ketrampilan dan pengetahuan yang relevan dan diperlukan oleh peserta
didik untuk mencapai kompetensi. Antara lain pengetahuan, ketrampilan dan sikap
yang perlu dimiliki peserta didik setelah mengikuti bahan ajar..
3. Analisis peserta didik dan konteks
Selanjutnya analisis terhadap karakteristik peserta didik yang akan belajar dan
konteks bahan ajar. Analisis konteks meliputi kondisi-kondisi terkait dengan
ketrampilan yang dipelajari peserta didik dan situasi tugas yang dihadapi peserta didik
untuk menerapkan pengetahuan dan ketrampilan yang dipelajari, sedang analisis
karakteristik peserta didik adalah kemampuan aktual yang dimiliki peserta didik.
4. Merumuskan Tujuan bahan ajar Khusus
Dengan dasar analisis instruksional tersebut, maka dirumuskan tujuan bahan ajar
khusus yang akan menjadi harapan/gambaran dari perilaku peserta didik setelah
menerima pelajaran. Dalam pengembanganya tujuan bahan ajar khusus/indicator ini
adalah perubahan perilaku pengetahuan mengenai materi perkuliahan.
5. Mengembangkan alat penilaian
Alat penilaian ini menjadi salah satu feedback dalam bahan ajar untuk mengetahui
ketercapain tujuan dan kompetensi khusus yang telah dirumuskanya. Dalam
pengembangnya alat evaluasi ini adalah performance peserta didik setelah menerima
pelajaran. Apakah tingkat pemahaman peserta didik meningkat atau tidak.
6. Mengembangkan strategi bahan ajar

3
Putri Khoerunnisa, Syifa Masyhuril Aqwal, Analisis Model-Model Pemebelajaran, Volume 4, Nomor 1,
Jurnal Pendidikan Dasar, 2020, hlm. 14-15.
Strategi bahan ajar yang dipilih adalah strategi bahan ajar yang dapat dijadikan
jembatan/media transformasi apakah mendukung ketercapaian kompetensi yang telah
dirumuskan.
7. Pengembangan bahan ajar
Dalam langkah ini, pengembangan bahan ajar disesuaikan dengan tujuan bahan
ajar/kompetensi yang telah dirumuskan, serta disesuaikan dengan strategi bahan ajar
yang digunakan.
8. Merancang evaluasi formatif
Setelah draft rancangan tentang program bahan ajar selesai dikembangkan, maka
evaluasi formatif ini berfungsi sebagai alat untuk mengumpulkan data kekuatan dan
kelemahan program bahan ajar yang telah dirancang. Model ini dikembangkan
dengan menguji cobakan pada kelas kelompok kecil misalnya 2 atau 3 peserta didik
atau 10 orang peserta didik dalam diskusi terbatas.
9. Melakukan revisi terhadap program bahan ajar
Langkah ini dilakukan setelah mendapatkan masukan dari evaluasi formatif terhadap
draf program. Pada langkah ini, tidak hanya mengevaluasi terhadap draf program saja,
akan tetapi pada semua sistem bahan ajar mulai dari analisis instruksional sampai
evaluasi formatif.
10. Melakukan evaluasi sumatif
Evaluasi sumatif merupakan evaluasi puncak terhadap program bahan ajar yang telah
dirancang, setelah program tersebut dilakukan evaluasi formatif dan dilakukan revisi-
revisi terhadap produk, maka evaluasi sumatif dilakukan.4

3. Model ADDIE

Salah satu model desain sistem pembelajaran yang memperlihatkan tahapan-tahapan


dasar desain system pembelajaran yang sederhana dan mudah dipelajari adalah model
ADDIE. Model ini, sesuai dengan namanya, terdiri dari lima fase atau tahap utama, yaitu
(A )nalysis, (D)esain, (D)evelopment, (I )mplementation, dan (E )valuation.5

Langkah 1: Analisis
Tahap analisis merupakan suatu proses mendefinisikan apa yang akan dipelajari oleh
peserta didik, yaitu melakukan needs assessment (analisis kebutuhan), mengidentifikasi
masalah (kebutuhan), dan melakukan analisis tugas (task analysis). Oleh karena itu, output
yang akan dihasilkan adalah berupa karakteristik atau profil calon peserta didik, identifikasi
kesenjangan, identifikasi kebutuhan dan analisis tugas yang rinci didasarkan atas kebutuhan.
4
Sujarwo, Desain Sistem bahan ajar, hlm. 8-11.
5
R. Benny A. Pribadi MODEL MODEL SISTEM PEMBELAJARAN, hlm.127
Langkah 2: Desain
Tahap ini dikenal juga dengan istilah membuat rancangan (blueprint). Pada tahap desain ini
yang diperlukan pertama ialah merumuskan tujuan pembelajaran. Selanjutnya menyusun tes
yang didasarkan pada tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan tadi. Kemudian
menentukan strategi pembelajaran yang tepat harusnya seperti apa untuk mencapai tujuan
tersebut.

Langkah 3:Deppelovement (Pengembangan)


Pengembangan adalah proses mewujudkan blue-print atau desain yang dibuat menjadi
kenyataan. Artinya, jika dalam desain diperlukan suatu software berupa multimedia
pembelajaran, maka multimedia tersebut harus dikembangkan, misal diperlukan modul cetak,
maka modul tersebut perlu dikembangkan

Langkah 4: Implementasi
Implementasi adalah langkah nyata untuk menerapkan sistem pembelajaran yang dibuat.
Artinya, pada tahap ini semua yang telah dikembangkan dipersiapkan sesuai dengan
peran atau fungsinya agar bisa diimplementasikan. Misal, jika memerlukan software tertentu
maka software tersebut harus sudah diinstall. Jika penataan lingkungan harus tertentu, maka
lingkungan atau setting tertentu tersebut juga harus ditata. Barulah diimplementasikan sesuai
skenario atau desain awal.

Langkah 5: Evaluasi
Evaluasi adalah proses untuk melihat apakah sistem pembelajaran yang sedang
dibangun berhasil, sesuai dengan harapan awal atau tidak. Sebenarnya tahap evaluasi bisa
terjadi pada setiap empat tahap di atas. Evaluasi yang terjadi pada setiap empat tahap diatas
itu dinamakan evaluasi formatif, karena tujuannya untuk kebutuhan revisi.6

4. Model Hanafin and Peck

Model Hannafin dan Peck ialah model desain pengajaran yang terdiri daripada tiga fase,
yaitu fase analisis kebutuhan, fase desain dan fase pengembangan atau implementasi. Dalam
model ini, penilaian dan pengulangan perlu dijalankan dalam setiap fase. Model ini adalah
model desain pembelajaran berorientasi produk. Gambar di bawah ini menunjukkan tiga fase
utama dalam model Hannafin dan Peck.

Fase pertama: analisis kebutuhan.


Fase ini diperlukan untuk mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan dalam mengembangkan
suatu media pembelajaran termasuklah di dalamnya tujuan dan objektif media pembelajaran

6
Dr. Sujarwo, M.Pd , DESAIN PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN, hlm.13-14
yang dibuat, pengetahuan dan kemahiran yang diperlukan oleh kelompok sasaran, peralatan
dan keperluan media pembelajaran.

Fase kedua: desain.


Di dalam fase ini informasi dari fase analisis dipindahkan ke dalam bentuk dokumen yang
akan menjadi tujuan pembuatan media pembelajaran. Hannafin dan Peck (dalam Supriatna &
Mulyadi, 2009 : 14) menyatakan fase desain bertujuan untuk mengidentifikasikan dan
mendokumenkan kaidah yang paling baik untuk mencapai tujuan pembuatan media tersebut.

Fase ketiga: fase pengembangan dan implementasi.


Pada fase ini penghasilan diagram alur, pengujian, serta penilaian formatif dan penilaian
sumatif. Penilaian formatif ialah penilaian yang dilakukan sepanjang proses pengembangan
media sedangkan penilaian sumatif dilakukan setelah media telah selesai dikembangkan.
Dengan berpedoman pada sebuah desain pembelajaran yang telah tersusun, maka
pembelajaran di kelas dapat dilaksanakan dengan lebih terarah dan terencana.7

5. Model 4D
Menurut pendapat dari Mulyatiningsih (2014:195) menyatakan pendapatnya bahwa
model 4D dan ADDIE pada intinya memiliki kesamaan. Perbedaan dari model ini terletak
pada kegiatan development pada model 4D yang diakhiri dengan tahapan dissemination
sedangkan dalam model ADDIE setelah development masih melalui tahapan dengan adanya
tahapan implementasi dan evaluasi. Pada model 4D tidak menyantumkan tahapan
implementasi dan evaluasi yang dipertimbangkan rasional pada tahapan menyertai proses
pembuatan produk, evaluasi, dan perbaikan. Dipilih model 4D untuk penelitian dan
pengembangan ini karena tahapan dalam model 4D sangat jelas, ringkas dan sederhana dalam
setiap langkah-langkahnya.

Berikut ini tahapan dari model 4D Menurut Thiagarajan yang digunakan dalam penelitian ini.

1. Tahap Pendefinisian (Define)


Tujuan ditahap ini adalah menetapkan dan mendefinisikan syarat-syarat pengembangan.
Dalam tahap ini memiliki 5 tahap yaitu analisis ujung, analisis siswa, analisis tugas, analisis
konsep dan merumuskan tujuan pembelajaran.

a. Analisis Ujung Depan


Analisis ujung depan dilakukan untuk menganalisis terhadap masalah utama yang dihadapi
dalam pembelajaran sehingga meningkatkan mutu praktik pembelajaran. dengan analisis ini
akan didapatkan gambaran alternatif penyelesaian masalah utama yang akan memudahkan
dalam spesifikasi perangkat yang akan dikembangkan.

b. Analisis Peserta Didik


Analisis yang dilakukan bersama dengan analisis ujung depan, perlu mempertimbangkan
tentang kebutuhan peserta didik. Hasil analisis terhadap kebutuhan peserta didik ini
digunakan untuk melihat bagaimana karakteristik sehingga dapat dikembangkan perangkat
pembelajaran yang sesuai.

7
Ibid, hl. 14-15
c. Analisis Tugas
Analisis tugas adalah prosedur yang mengidentifikasi dalam pembelajaran, memiliki ruang
cakup dalam isi, kegiatan pembelajaran, indikator dan rumusan tujuan yang tercantum dalam
kurikulum yang digunakan di sekolah tersebut.

d. Analisis Konsep
Analisis konsep bertujuan mengidentifikasi konsep dalam mengembangkan modul dengan
mempertimbangkan Kompetensi Inti danKompetensi Dasar dan menyusunnya secara
sistematis.

e. Spesifikasi Tujuan
Berdasarkan dari analisis yang ada dibentuk rumusan tujuan pembuatan modul yang akan
dibuat, sehingga dalam proses pembuatan modul tersebut terarah sesuai yang diharapkan
dalam menyelesaikan permasalahan.

2. Tahapan Perencanaan (Design)


Tahap ini untuk menyiapkan sebuah rancangan perangkat pembelajaran berupa modul yang
akan dikembangkan.

3. Tahap Pengembangan (Develop)


Dalam tahap ini akan dilakukan untuk menghasilkan perengkat pembelajaran yang telah
melalui berbagai perbaikan yang berdasarkan pakar. Tahapan ini memiliki tahap yang
meliputi:
a. Validasi perangkat
b. Uji coba produk

4. Tahap Penyebaran (Disseminate)


Tujuan dalam tahap ini adalah akan dilakukan penyebaran agar bermanfaat, yang diberikan
kepada sekolah yang telah dijadikan penelitian untuk kepentingan penelitian. Setelah modul
dikembangkan dan dinyatakan layak, dapat digunakan dalam kegiatan belajar mengajar. 8

BAB III
8
PENUTUP

KESIMPULAN

 Model adalah sesuatu yang menggambarkan adanya pola berpikir. Sebuah model
biasanya menggambarkan keseluruhan konsep yang saling berkaitan. Model juga
dapat dipandang sebagai upaya untuk mengkonkretkan sebuah teori sekaligus juga
merupakan sebuah analogi dan representasi dari variabel-variabel yang terdapat di
dalam teori tersebut.
 Menurut Sugiyono pengembangan (Research and Development) merupakan metode
penelitian yang digunakan untuk menghasilkan suatu produk tertentu, dan menguji
keefektifannya. Produk tertentu yang dihasilkan untuk digunakan sebagai penelitian
yang bersifat analisis kebutuhan dan pengujian keefektifannya dilakukan agar supaya
produk tersebut dapat berfungsi dimasyakat luas.
 Model pengembangan diartikan sebagai proses desain konseptual dalam upaya
peningkatan fungsi dari model yang telah ada sebelumnya, melalui penambahan
komponen bahan ajar yang dianggap dapat meningkatkan kualitas pencapian tujuan
(Sugiarta, 2007:11).
 Model bahan ajar Menurut Briggs berorientasi pada rancangan sistem dengan sasaran
guru.Karena guru yang akan bekerja sebagai perancangan kegiatan instruksional dan
yang akan menjadi tim pengembang instruksional.
 Model Dick and Carey, Model yang dikembangkan didasarkan pada penggunaan
pendekatan sistem terhadap komponen-komponen dasar desain bahan ajar yang
meliputi analisis desain pengembangan, implementasi dan evaluasi.
 Salah satu model desain sistem pembelajaran yang memperlihatkan tahapan-tahapan
dasar desain system pembelajaran yang sederhana dan mudah dipelajari adalah model
ADDIE. Model ini, sesuai dengan namanya, terdiri dari lima fase atau tahap utama,
yaitu (A )nalysis, (D)esain, (D)evelopment, (I )mplementation, dan (E )valuation.
 Model Hannafin dan Peck ialah model desain pengajaran yang terdiri daripada tiga
fase,
yaitu fase analisis kebutuhan, fase desain dan fase pengembangan atau implementasi.
Dalam model ini, penilaian dan pengulangan perlu dijalankan dalam setiap fase.
Model ini adalah model desain pembelajaran berorientasi produk.
 Menurut pendapat dari Mulyatiningsih (2014:195) menyatakan pendapatnya bahwa
model 4D dan ADDIE pada intinya memiliki kesamaan. Perbedaan dari model ini
terletak pada kegiatan development pada model 4D yang diakhiri dengan tahapan
dissemination sedangkan dalam model ADDIE setelah development masih melalui
tahapan dengan adanya tahapan implementasi dan evaluasi. Pada model 4D tidak
menyantumkan tahapan implementasi dan evaluasi yang dipertimbangkan rasional
pada tahapan menyertai proses pembuatan produk, evaluasi, dan perbaikan. Dipilih
model 4D untuk penelitian dan pengembangan ini karena tahapan dalam model 4D
sangat jelas, ringkas dan sederhana dalam setiap langkah-langkahnya.

DAFTAR PUSTAKA
Putri Sindi Mutiara. Skripsi: Pengembangan Bahan Ajar Menggunakan Model Pembelajaran
Search Solve Create Share Pada Materi Spldv, Jakarta; 2021.
Dr. Sujarwo, M.Pd , DESAIN PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN, Yogyakarta.
R. Benny A. Pribadi MODEL MODEL SISTEM PEMBELAJARA. PT. Dian Rakyat. Jakarta
2009
Aqwal Syifa Masyhuril, Putri Khoerunnisa. Analisis Model-Model Pembelajaran. Volume 4,
Nomor 1, Tanggerang: 2020

Anda mungkin juga menyukai