Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

MODEL DAN ORGANISASI KURIKULUM


Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Kurikulum Dan Pembelajaran
Dosen Pengampu: Bapak Sajarudin Nurdina, M.Pd

Disusun Oleh:
Kelompok 4
1. Tiara Asnawati Putri (2101020080)
2. Sofa Sopiana (2101020101)
3. Yuli Juliani (2101020083)
4. M. Rafi Anaufal (2101020072)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PERJUANGAN
TASIKMALAYA
2022

i
LEMBAR PENGESAHAN

Makalah ini telah diterima pada hari 26 Mei 2023

Oleh,
Dosen Mata kuliah Pembelajaran Matematika SD

Bapak Sajarudin Nurdina, M.Pd

ii
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Puja dan
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah dengan judul “Model
dan Oganisasi Kurikulum ” tepat pada waktunya.

Penulisan makalah ini telah penulis upayakan semaksimal mungkin serta dukungan dari
berbagai pihak dapat memperlancar dalam penyusunannya. Untuk itu penulis mengucapkan
terima kasih Bapak Drs. H. Sadjaruddin Zulkarnaen, M.Pd. selaku dosen mata kuliah
Kurikulum dan Pembelajaran

Namun tidak lepas dari semua itu, penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan
baik dari segi penyusunan bahasa dan aspek lainnya. Oleh karena itu, penulis memberikan
kesempatan bagi para pembaca yang ingin memberi saran maupun kritik demi memperbaiki
makalah ini. Penyusun sangat mengharapkan semoga dari makalah sederhana ini dapat diambil
manfaatnya dan besar keinginan penulis dapat menginspirasi para pembaca.

Tasikmalaya, 29 April 2023

Penulis

iii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENERIMAAN .............................................................................................. ii


KATA PENGANTAR ....................................................................................................... iii
DAFTAR ISI...................................................................................................................... 1
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 2
A. Latar Belakang .................................................................................................... 2
B. Rumusan Masalah ................................................................................................ 2
C. Tujuan Makalah ................................................................................................... 2
D. Manfaat Makalah ................................................................................................. 3
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................ 4
A. Pengertian Model-Model Pengembangan Kurikulum ......................................... 4
B. Model-model Pengembangan Kurikulum ............................................................ 5
C. Organisasi Isi Kurikulum ................................................................................... 13
BAB III PENUTUP ...................................................................................................... 21
A. Kesimpulan ........................................................................................................ 21
B. Saran .................................................................................................................. 20
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 21

1
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kurikulum tidak dapat lepas dari berbagai aspek yang mempengaruhinya,
seperti cara berpikir, sistem nilai (nilai moral, keagamaan, politik, budaya, dan sosial),
proses pengembangan, kebutuhan peserta didik, kebutuhan masyarakat maupun arah
program pendidikan. Aspek-aspek tersebut akan menjadi bahan yang perlu
dipertimbangkan dalam suatu pengembangan kurikulum. Model pengembangan
kurikulum merupakan suatu alternatif prosedur dalam rangka mendesain (design),
menerapkan (implementation), dan mengevaluasi (evaluation) suatu kurikulum. Oleh
karena itu, model pengembangan kurikulum harus dapat menggambarkan suatu proses
sistem perencanaan pembelajaran yang dapat memenuhi berbagai kebutuhan dan
standar keberhasilan pendidikan.
Dalam praktik pengembangan kurikulum sering terjadi kecenderungan hanya
menekankan pada pemenuhan mata pelajaran. Artinya isi atau materi yang harus
dipelajari peserta didik hanya berpusat pada disiplin ilmu yang terstruktur, sistematis
dan logis, sehingga mengabaikan pengetahuan dan kemampuan aktual yang dibutuhkan
sejalan perkembangan masyarakat. Salah satu aspek yang perlu dipahami dalam
pengembangan kurikulum adalah aspek yang berkaitan dengan organisasi kurikulum.
Organisasi kurikulum berkaitan dengan pengaturan bahan pelajaran, yang selanjutnya
memiliki dampak terhadap masalah administrasi pelaksanaan proses pembelajaran.
A. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis merumuskan rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Pengertian model-model pengembagan kurikulum
2. Model-model pengembangan kurikulum
3. Organisasi isi kurikulum
B. Tujuan Makalah
Sejalan dengan rumusan masalah di atas, makalah disusun dengan tujuan untuk
mengetahui dan mendeskripsikan:
1. Pengertian model-model pengembagan kurikulum
2. Model-model pengembangan kurikulum
3. Organisasi isi kurikulum

2
C. Manfaat Makalah

Makalah ini disusun dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Metode yang


digunakan adalah metode deskriptif. Melalui metode ini penulis akan menguraikan
permasalahan secara jelas dan komprehensif. Data teoritis dalam makalah ini
menggunakan teknik studi pustaka,artinya penulis mengambil data melalui kegiatan
membaca berbagai literatur yang relevan dengan tema makalah. Data tersebut diolah
dengan teknik analisis melalui kegiatan mengeksposisikan dan serta mengaplikasikan
data tersebut dalam konteks tema makalah.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Model-model Pengembangan Kurikulum


Model diartikan sebagai seperangkat prosedur yang berurutan untuk
mewujudkan suatu proses seperti penilaian kebutuhan, pemilihan media, dan evaluasi.
Model juga bisa diartikan sebagai tiruan atau miniatur dari benda/proses sebenarnya.
Model ini bisa berupa benda biasa juga berupa prosedur atau gambaran langkah
sistematis suatu proses. (Ghafur, 1982:27)
Sedangkan pengembangan kurikulum (curriculum development) merupakan
istilah yang komprehensif di dalamnya mencakup perencanaan, penerapan dan
penilaian. Karena pengembangan kurikulum memiliki implikasi terhadap adanya
perubahan dan perbaikan maka istilah pengembangan kurikulum terkadang juga
disamakan dengan istilah perbaikan kurikulum (curriculum development). Meskipun
pada banyak kasus sebenarnya perbaikan itu merupakan akibat dari adanya
pengembangan (Oliva, 1992:26).
Jadi dapat kita pahami bahwa yang dimaksud model pengembangan kurikulum
adalah gambaran sistematis mengenai prosedur yang di tempuh dalam melakukan
aktivitas pengembangan kurikulum. Yaitu proses perencanaan, pelaksanaan (uji coba),
dan penilaian kurikulum dimana inti dari aktivitas ini sebenarnya adalah pengambilan
keputusan tentang apa bagaimana komponen-komponen kurikulum yang akan di buat.
model pengembangan kurikulum juga dapat digunakan untuk mengembangkan
suatu kurikulum, dimana pengembangan kurikulum dibutuhkan untuk memperbaiki
atau menyempurnakan kurikulum yang dibuat untuk dikembangkan sendiri baik dari
pemerintah pusat, pemerintah daerah atau sekolah.
Ada beberapa model pengembangan kurikulum yang akan dikemukakan dalam
bahasan ini diantaranya yaitu Model Tyler, Model Zise Administratif, Grass Root
Demonstratif, model Beauchamp, model Hilda Taba, dan model seller dan miller.
B. Model-model Pengembahan Kurikulum
1. Model Ralph Tyler
Model Tyler adalah model yang paling dikenal bagi perkembangan kurikulum
dengan perhatian khusus pada fase perencanaan, dalam bukunya Basic Principles
of Curriculum and Instruction. The Tyler Rationale, suatu proses pemilihan tujuan

4
pendidikan, dikenal luas dan di praktekan dalam lingkungan kurikulum. Walaupun
Tyler mengajukan suatu model yang komprehensif bagi perkembangan kurikulum,
bagian pertama dari model Tyler, pemilihan tujuan, mendapat banyak perhatian
dari pendidikan lain.
Model pengembangan kurikulum Tyler mengacu empat pertanyaan yang harus
di jawab, dimana pertanyaan tersebut merupakan pilar-pilar bangunan kurikulum
diantaranya:
a. Menentukan tujuan pendidikan.
b. Menentukan pengalaman belajar yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan
yang telah ditentukan.
c. Menentukan organisasi pengalaman belajar.
d. Menentukan evaluasi pembelajaran untuk mengetahui apakah tujuan telah
dicapai.
Dalam prosesnya, pengembangan kurikulum secara makro dengan model ini
harus melibatkan berbagai pihak seperti perguruan tinggi dan masyarakat yang
terdiri dari para ahli; di bidang studi, kurikulum, pendidikan, psikolgi, dan
perkembangan anak dan bidang lainnya yang terkait.
Dengan demikian, model empat pengembangan kurikulum Tyler itu ada empat
tahap yang harus dilakukan yaitu meliputi:
1) menentukan Tujuan
Penetapan tujuan adalah langkah pertama. Dalam tujuan ini harus
menggambarkan arah pendidikan yang akan dituju, jenis kemampuan apa
yang harus dimiliki siswa setelah proses pendidikan.
Rumusan tujuan pendidikan penddikan ini sangat tergantung pada teori
dan filsafat pendidikan yang di anut oleh pengembangnya, berdasarkan
berbagai masukan. Dalam pandangan Tyler ada tiga klasifikasi karakteristik
tujuan kurikulum yaitu tujuan kurikulum yang menekankan pada penguasaan
konsep dan teori ilmu pengetahuan (discipline oriented). Tujuan kurikulum
yang menekankan pada pengembangan pribadi atau model humanistic (child
centered). Tujuan kurikulum yang menekankan pada upaya perbaikan
kehidupan masyarakat (society centered).
2) Menentukan Pengalaman Belajar
Pengalaman belajar yait aktivitas siswa dalam berinteraksi dengan
lingkungan, dan bagaimana siswa mereaksi terhadap lingkungan. Pengalaman
5
belajar tidak identic dengan isi pelajaran namun secara itern dalam
pengalaman belajar ini sudah cukup bahan pelajaran apa yang harus dipelajari
siswa.
Ada beberapa prinsip yang harus dipegang dalam menentukan pengalaman
belajar ini, yaitu:
a) Harus sesuai dengan tujuan yang dicapai.
b) Setiap pengalaman belajar harus memuaskan siswa (senang dalam
melakukannya dan sesuai dengan perkembangan siswa).
c) Setiap rancangan pengalaman belajar sebaiknya melibatkan siswa.
d) Satu pengalaman belajar bias mencapai lebih dari satu tujuan.
3) Mengorganisasi Pengalaman Belajar
Pengalaman belajar bisa dibuat dalam bentuk mata pelajaran atau berupa
program. Sedangkan jenis pengorganisasian pengalaman belajar bisasecara
vetikal atau secara horizontal. Secara vertical artinya, satu jenis pengalaman
belajar dilakukan dalam berbagai tinkat kelas yang berbeda. Dengan maksud
untuk mengulang-ulang jebis pengalaman belajar tersebut. Sedangkan
pengorganisasian secara horizontal yaitu menghubungkan pengalaman
belajar dalam satu bidang kajian (mata pelajaran) dengan pengalaman belajar
bidang kajian yang masih dal sau tingkat (kelas).
Tyler mengajukan tiga prinsip untuk organisasi pengalaman belajar agar
efektif yaitu kesinambungan(contiuty), urutan isi (sequence), integritas
(integraton).
Kesinambungan berarti adanya pengulangan yang harus terus menerus
jenis pengalaman belajar untuk membentuk kemampuan yang ingin dibentuk
pada siswa. Contoh salah satu tujuan IPS adalah membentuk kemampuan
membaca materi IPS merupakan tujuan yang dipandang sangat penting,
maka pengalaman belajar untuk membentuk kemampuan ini harus di ulang-
ulang dengan cara yang sama. Kesinambungan merupakan factor penting
dalam organisasi secara vertical.
Urutan isi, diorganisasi sehingga adanya penambahan kedalaman dan
keluasan bahan dengan sisesuaikan dengan tingkat
kemampuan/perkembangan siswa. Juga adanya urutan dari yang mudah
menuju yang sulit, dari yang sederhana menuju yang kompleks.

6
Integrasi, yaitu pokok bahasan dalam satu mata pelajaran dikaitkan
dengan mata pelajaran lainnya sehingga adanya pemahaman yang integrasi
(holistik). Misalnya dalam pengalam belajar dalam bidang matematika bisa
dikaitkan dan membantu dalam mata pelajaran ekonomi.
4) Menentukan Evaluasi
Evaluasi dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana tingkat
pencapaian tujuan. Adapun tujuan ini dengan melihat apakah telah terjadi
perubahan tingkah laku siswa sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
Penilaian sebaiknya dilaukan menggunakan lebih dari satu cara. Dalam hal ini
menganjurkan agar dilakukan pre tes dan pos tes.
2. Model Zais
Dalam model zais lebih menekankan kepada dari mana inisiatif bermula, siapa
personil yang terlibat, bagaimana kedudukan personil serta keputusan apa yang di
ambil oleh personal tersebut berdasarkan pada pemikiran tersebut, dengan merujuk
pada pembagian model pengembangan kurikulum dari Stanley, Smith, dan Shores,
Zais menjelaskan tiga model pengembangan kurikulum yaitu model administratif,
model akar rumput (grass root), dan model demonstrasi.
a. Model administrative
Dalam model administratif atau top down model, inisiatif
pengembangan kurikulum dating dari pihak jabatan (administrator)
pendidikan. Begitu pula kegitan penunjukkan orang-orang yang terlibat
didalamnya beserta tugas-tugasnya dalam pegembangan kurikulum
ditentukan oleh administrator. Dengan menggunakan sistem garis komado
selanjutnya hasil pengembangan kurikulum disebarluaskan untuk di terapkan
di sekolah-sekolah. Karena moel ini menggunakan garis komando dalam
kegiatannya, maka model ini disebut pula dengan istilah line staff model.
Prosedur kerja model ini yaitu :
1) Membentuk tim/panitia pengarah (steering committee). Anggota dari tim
ini ditentukan oleh pejabat pendidikan yang berwenang. Tugas dari tim
pengarah ini merumuskan konsep dasar kurikulum, menetapkan garis-
garis besar kebijakan, meyiapkan rumusan falsafah, serta menetapkan
tujuan umum pendidikan.
Anggota dari tim pengarah ini terdiri para pengawas pendidikan, ahli
kurikulum, ahli bidang studi, serta para tokoh dari dunia kerja lainnya.
7
2) Membentuk tim/panitia kerja (worker committe) untuk menjabarkan
kebijakan umum yang telah disusun oleh panitia pengarah, yaitu
merumuskan tujuan-tujuan pendidikan menjadi tujuan-tujuan yang lebih
operasional, memilih dan menyusun urutan bahan pelajaran, memilih
strategi pembelajaran beserta alat evaluasi yang harus digunakan, serta
menyusun pedoman pelaksanaan kurikulum bagi guru. Anggota dari
panitia kerja ini yaitu para ahli kurikulum, ahli disiplin ilmu dari
perguruan tinggi, ditambah guru-guru yang pengalaman dan memiliki
reputasi dan prestasi baik.
3) Hasil kerja dari tim atau panitia kerja ini selanjutnya diserahkan kepada
panitia di atasnya, yaitu panitia pengarah/perumus bahkan pihak pejabat
bisa membentuk panitia penilaian khusus untuk mempertimbangkan dan
menilai hasil kerja tim kerja. Setelah kegiatan ini selesai, jika dianggap
perlu kurikulum yang telah dinilai itu diuji cobakan terlebih dahulu. Hasil
dari uji coba ini bisa dijadikan masukan bagi perbaikan dan revisi-revisi
tertentu.
4) Penyebarluasan dan penerapan kurikulum di sekolah-sekolah dengan
memakai kebijakan dari pihak berwenang agar kurikulum bisa digunakan.
b. Model Grass Root
Model grass root kebalikan dari model administratif. Inisiatif dan
kegiatan pengembangan kurikulum datang dari guru, baik pada level ruang
kelas maupun pada level sekolah. Iniatif ini muncul biasanya dikarenakan
oleh keresahan atau ketidakpuasaan guru terhadap kurikulum yang sedang
berjalan. Dalam model pengembangan kurikulum ini, peran administrator
tidak dominan. Administrator lebih menonjol sebagai motivator dan
fasilitator. jika memang para administrator setuju dengan gerakan para guru.
Namun jika upaya pembaharuan para guru itu tidak disetujui maka
administrator bisa menjadi penghalang upaya inovasi guru.
c. Model Demonstrasi
Pengembamgan kurikulum ini pada dasarnya bersifaat (grass roots) dari
bawah. Model ini di prakarsai oleh sekelompok guru atau sekelompok guru
bekerja sama dengan ahli yang bermaksud mengadakan perbaikan kurikulum.
Model ini umumnya berskala kecil, hanya mencakup keseluruhan komponen
kurikulum. Karena sifatnya ingin mengubah atau mengganti kurikulum sering
8
mendapat tantangan dari pihak-pihak tertentu. Menurut Smith, Stanley, dan
Shores, ada dua bentuk model pengembangan ini. Pertama, sekelompok guru
dari satu sekolah atau beberapa sekolah yang di organisasi dan tunjuk ntuk
melaksanakan suatu uji coba atau eksperimen suatu kurikulum. Unit-unit
melakukan suatu proyek melalui kegiatan penelitian dan pengembangan
untuk menghasilkan suatu model kurikulum. Hasil dari kegiatan penelitan dan
pengembangan ini diharapkan dapat digunakan pada lingkungan sekolah yang
lebih luas. Pengembngan model in biasana diprakarsai oleh pihak deprtemen
pendidikan dilaksanakan oleh kelompok guru dalam rangka inovasi dan
perbaikan suatu kurikulum. Kedua, dari beberapa orang guru yang merasa
kurang puas tentang kurikulum yang sudah ada, kemudian guru-guru tersebut
mengadakan eksperimen, uji coba dan mengadakan pengembangan secara
mandiri.
Ada beberapa kebaikan dalam penerapan model pengembangan ini:
1) Kurikulum akan lebih nyata dan praktis karena dihasilkan melalui proses
yang telah diuji dan di teliti secara ilmiah.
2) Perubahan kurikulum dalam skala kecil atau pasa aspek yang lebih khusus
kemungkinan kecil akan ditolak pihak administrator akan berbeda dengan
perubahan kurikulum yang sangat luas dan komplek
3) Hakekat model demonstrasi berskala kecil akan terhindar dari
kesenjangan dokumen dan pelaksanaan di lapangan
4) Model ini akan menggerakan inisiatif, karena guru-guru serta
meberdayakan sumber-sumber administrasi untuk memenuhi kebutuhan
dan minat guru dalam mengembangkan program yang baru.
3. Model Beaucahamp
Beaucahamp menetapkan lima langkah dalam pengembangan kurikulum, yaitu :
a. Menetapkan arena atu wilayah dimana kurikulum itu di peruntukkan. Wilayah
ini bisa mencakup satu sekolah , kecamatan, kabupaten, provinsi, atau negara.
b. Menetapkan orang-orang yang akan terlibat dalam pengembangan kurikulum,
serta tugas-tugas dan peran yang akan dilakukannya. Dalam hal ini dianjurkan
melibatkan masyarakat profesional dan masyarakat biasa yang dianggap akan
memberikan kontribusi pengembangan kurikulun. Para profesional meliputi
pengembangan kurikulum, guru, ahli bidang studi pihak pusat pengembang

9
kurikulum dan sebagainya. Sedang masyarakat biasa meliputi para usahawan,
tokoh masyarakat, orang tua dan sebagainya.
c. Menetapkan prosedur yang akan ditempuh. Yaitu dalam penetapan dan
perumusan tujuan umum dan khusus, memilih isi dan pengalaman belajar,
serta menetapkan jenis dan alatevaluasi. Keseluruhan prosedur tersebut dibagi
ke dalam lima langkah, yaitu
1) Membentuk im pengembang kurikulum (curriculum council).
2) Melakukan penilaian terhadap kurikulum yang sedang berjalan.
3) Studi tentang alternatif isi kurikulum baru.
4) Merumuskan dan menetapkan kriteria yang akan digunakan untuk
menentukan apa saja yang akan tercakup dalam kurikulum baru.
5) Perencanaan dan penulisan kurikulum baru.
Dalam kelima kegiatan diatas pihak administrator memegang peranan yang
sangat besar bagi kesuksesan proses tersebut.
d. Implementasi kurikulum. Untuk suksesnya penerapan kurikulum baru perlu
adanya dukungan sumber daya yang memadai diantaranya pemahaman guru
yang baik terhadap kurikulum baru, sarana dan prasarana, anggaran keuangan
yang memadai, manajemen sekolah da sebagainya.
e. Evaluasi kurikulum.
Evaluasi ini meliputi :
1) Evaluasi pelaksanaan kurikulum oleh guru di sekolah
2) Evaluasi terhadap desain kurikulum
3) Evaluasi keberhasilan anak didik, dan,
4) Evaluasi sistem rekayasa kurikulum
Data dari hasil evaluasi bergua bagi prosesnpengembngan kurikulum, serta
keberlanjutan dan perbaikan kurikulum dari tahun ke tahun.
4. Model Taba’s (Inverted model)
Model kurikulum yang digunakan oleh Taba adalah model yang menggunakan
induktif. Model ini dimulai dengan melaksanakan eksperimen, diteorikan,
kemudian diimplementasikan. Hal ini dilakukan untuk menyesuaikan antara teori
dan praktik, serta menghilangkan sifat keumuman dan keabstrakan kurikulum,
sebagaimana sering terjadi apabila dilakukan tanpa kegiatan eksperimental.
Menurut Taba ada lima langkah dalam pengembangan kurikulum yaitu, sebagai
berikut:
10
a. Membuat unit-unit eksperimen bersama dengan guru-guru
Pada unit eksperimen ini dapat dilakukan dengan delapan langkah sebagai
berikut:
1) Diagnosis kebutuhan
2) Merumuskan tujuan khusus
3) Pemilihan konten/materi
4) Pengorganisasian konten/materi
5) Memilih pengalaman belajar
6) Pengorganisasian belajar
7) Evaluasi
8) Mengecek urutan keseimbangan dan konsistensi antara semua unsur
b. Testing of Experimental Units (Menguji unit eksperimen)
Pada tahap ini pengujian dilakukan untuk mengetahui tingkat validitas dan
kepraktisan sehingga dapat menghimpun data untuk penyempurnaan.
c. Revising and Consolidating (Mengadakan revisi dan konsolidasi)
Pada tahap ini dilakukan perbaikan dan penyempurnaan berdasarkan data
yang dihimpun sebelumnya. Selain itudilakukan juga
konsolidasi.Konsolidasi yaitu penarikan kesimpulan pada hal-hal yang
bersifat umum dan konsisten teori yang digunakan
d. Developing a Framework(Pengembangan keseluruhan kerangka kurikulum)
Langkah keempatadalah tahap pengkajian kurikulum yang telah direvisi.
e. Implementasi dan desiminasi
Dalam langkah ini dilakukan penerapan dan penyebarluasan program ke
daerah dan sekolah-sekolah dan dilakukan pendekatan tenang kesulitan serta
permasalahan yang dihadapi guru-guru di lapangan. Oleh karena itu perlu
diperhatikan tetang persiapan dilapangan yang berkaitan dengan aspek-aspek
penerapan kurikulum.
5. Model Miller-Seller
Miller dan Seller mencoba menyusun suatu model yang lebih komprehensif
berdasarkan pandangan mereka tentang kurikulum. Miller dan Seller (1985)
mengemukakan bahwa proses pengembangan kurikulum adalah rangkaian
kegiatan yang dilakukan secara terus menerus. Seller memandang bahwa
pengembangan kurikulum harus dimulai dari menentukan orientasi kurikulum,
yakni kebijakan-kebijakan umum, misalnya arah dan tujuan pendidikan,
11
pandangan tentang hakikat belajar dan hakikat anak didik, pandangan tentang
keberhasilan implementasi kurikulum dan lain sebagainya
a. Orientasi kurikulum
Pengembangan kurikulum berdasarkan suatu orientasi. Orientasiini
mencerminkan pandangan filsafat, psikologi dan teori belajar, tentang
masyarakat, pandangan tentang dunia atau paradigma yang dianut para
pembina. Berdasarkan orientasi itu selanjutnya dikembangkan kurikulum
menjadi pedoman pembelajaran, diimplementasikan dalam proses
pembelajaran dan dievaluasi. Hasil evaluasi itulah kemudian dijadikan bahan
dalam menentukan orientasi, begitu seterusnya hingga membentuk siklus.
b. Tujuan
Sesudah pemantapanorientasi kurikulum perlu pengembangan tujuan, baik
yang bersifat developmental, maupun spesifik. Tujuan umum mencerminkan
gambaran peserta didik dan gambaran masyarakat. Gambaran ini harus jelas
dirumuskan. Sesudah gambaran ini ditetapkan, maka kemudian harus disusun
konsep pengembangan yang sesuai dengan visi. Setiap tujuan umum harus
dapat dijabarkan dalam program-program yang ditujukan kepada murid dalam
berbagai tingkat perkembangan.
c. Pengalaman belajar dan strategi mengajar
Dalam model Miller dan Seller guru perlu memilih model posisi yang sesuai.
Pertimbangan dalam memilih strategi adalah sebagai berikut:
1) Keseluruhan model sejalan dengan tujuan.
2) Struktur model serasi dengan kebutuhan siswa; ada yang menghendaki
banyak pengarahan ada yang kurang pengarahan, ada yang menghendaki
lebih bebas,
3) Guru mendapat penataran (in service training) yang menunjang
penerapan model.
4) Sumber untuk pelaksanaan model tersedia.
d. Implementasi
Miller dan Seller mengemukakan bahwa “Implementasi kurikulum
merupakan suatu penerapan konsep, ide, program, atau tatanan kurikulum ke
dalam praktek pembelajaran atau aktivitas-aktivitas baru, sehingga terjadi
perubahan pada sekelompok orang yang diharapkan berubah”. Miller dan

12
Seller mengemukakan bahwa ada tiga pendekatan yang umum tentang
implementasi, yaitu:
1) Implementasi didefinisikan sebagai suatu peristiwa atau kejadian.
Peristiwa yang terjadi sebagai suatu kegiatan pengembangan profesional,
ketika dokumen dari suatu program barudibagikan kepada para guru.
2) Pendekatan implementasi yang ditekankan pada proses interaksi antara
pengembang kurikulum dengan para guru.
3) Memandang dan mengakui bahwa implementasi sebagai bagian dari
komponen kurikulum.
C. Organisasi Isi Kurikulum
Organisasi kurikulum adalah struktur program kurikulum yang berupa kerangka
umum program-program pengajaran yang disampaikan kepada peserta didik guna
tercapainya tujuan pendidikan/pembelajaran yang ditetapkan. Organisasi kurikulum
terdiri dari mata pelajaran tertentu yang secara tradisional bertujuan menyampaikan
kebudayaan/sejumlah pengetahuan, sikap dan keterampilan yang harus diajarkan
kepada anak-anak.
Organisasi kurikulum adalah bahan pelajaran yang akan diajarkan pada peserta
didik. Organisasi kurikulum termasuk dasar yang penting dalam pembinaan
kurikulum. Organisasi kurikulum memiliki ikatan kuat dengan tujuan pendidikan yang
ingin diraih. Hal ini dikarenakan organisasi kurikulum ikut menentukan aspek-aspek
yang diperlukan dalam proses pembelajaran. Kerangka-kerangka umum program
pembelajaran yang hendak disampaikan pada peserta didik merupakan organisasi.
kurikulum. Dalam kegiatan pengembangan kurikulum, organisasi memiliki peran
sebagai cara atau langkah untuk menentukan pemilahan dan pengorganisasian berbagai
pengalaman belajar yang diadakan oleh lembaga Pendidikan. Bahan pelajaran yang
dipelajari siswa perlu dikemas dan diklasifikasi dalam bentuk desain kurikulum, secara
umum ada 2 model organisasi kurikulum diantaranya:
1. Kurikulum Berdasarkan Mata Pelajaran (Subject Curriculum)
a. Mata pelajaran terpisah (Separated Subject Curriculum)
Separated Subject Curriculum atau nama lainnya Kurikulum Mata
Pelajaran, dapat dikatakan sebagai golongan bentuk kurikulum yang masih
tradisional. Karena bahwasanya kurikulum ini sudah sejak lama diterapkan
di sekolah-sekolah kita, sampai dengan munculnya kurikulum tahun 1968
dan kurikulum 1975. Kurikulum terpisah (separated subject curriculum)
13
disajikan kepada peserta didik dalam bentuk subjek atau mata pelajaran yang
terpisah satu dengan yang lainnya. Kurikulum ini dengan tegas memisahkan
antara satu mata pelajaran dengan yang lainnya. Selama ini, kurikulum
terpisah digunakan pada satuan pendidikan jenjang SMP, SMA, dan SMK.
Kurikulum terpisah-pisah ini dimana bahan ajar disajikan secara
terpisah-pisah seolah-olah ada batasan antara bidang studi yang sama dikelas
yang berbeda. Misalnya, mata pelajaran berhitung, aljabar, ilmu ukur,
sejarah, ekonomi, geografi, dan ilmu bumi. Peserta didik lebih banyak
melakukan kegiatan belajar menghafal pelajaran atau membuat rangkuman
daripada melakukan diskusi atau pemecahan masalah, karena utama
kurikulum adalah agar peserta didik menguasai pengetahuan. Mata pelajaran
kurikulum di dalam kelas atau pada kebiasaan belajar mengajar, setiap guru
hanya bertanggung jawab pada mata pelajaran yang diberikannya. kalaupun
mata pelajaran itu diberikan oleh guru yang sama, hal itu juga dilaksanakan
secara terpisah-pisah. Karena organisasi bahan atau isi kurikulum berpusat
pada mata pelajaran secara terpisah-pisah, maka kurikulum ini dinamakan
separated subject curriculum (SSC). Contohnya, mata pelajaran biologi,
geografi, kimia, fisika, sejarah, berhitung, dan lain sebagainya.
Secara fungsional bentuk kurikulum ini mempunyai kekurangan dan
kelebihan.
1) Kekurangan pola mata pelajaran yang terpisah-pisah dalam (Rusman,
2009):
a) Bahan pelajaran diberikan atau dipelajari secara terpisah-pisah, yang
menggambarkan tidak ada hubungannya antara materi satu dengan
yang lainnya
b) Bahan pelajaran yang diberikan atau yang dipelajari siswa tidak
bersifat aktual
c) Proses belajar lebih mengutamakan aktivitas guru, sedangkan siswa
cenderung pasif
d) Bahan pelajaran tidak berdasarkan pada aspek permasalahan sosial
yang dihadapi siswa maupun kebutuhan masyarakat
e) Bahan pelajaran merupakan informasi maupun pengetahuan dari
masa lalu yang terlepas dengan kejadian masa sekarang dan yang
akan dating.
14
2) Kelebihan pola mata pelajaran yang terpisah-pisah:
a) Pengetahuan yang telah dimiliki itu telah disusun itu secara logis dan
sistematis dalam bentuk disiplin ilmu oleh para ahli dan ilmuan.
b) Disiplin ilmu tidak hanya mempunyai isi, atau bahan akan tetapi
juga memiliki, metode atau cara berpikir tertentu sehingga cabang
ilmu itu dapat selanjutnya dikembangkan. Jadi dengan mempelajari
disiplin ilmu itu para siswa tidak hanya memperluas pengetahuannya
melainkan juga memperoleh cara-cara berpikir tertentu. Dengan
demikian mereka dibekali dengan produk dan proses berpikir
disiplin ilmu itu.
c) Mempunyai organisasi yang mudah strukturnya, mudah diubah,
diperluas atau dipersempit, mudah disesuaikan dengan
perkembangan baru dalam ilmu pengetahuan.
b. Mata pelajaran gabungan (Correlated Curriculum)
Organisasi correlated curriculum adalah suatu pengaturan/penyusunan
mata pelajaran dengan cara menggabungkan dua atau lebih mata pelajar baik
yang ada dalam bidang studi maupun yang ada diluar bidang studi. Karena
sesuatu topik dibahas dari berbagai mata pelajaran baik yang ada dalam
bidang studi maupun yang ada diluar bidang studi. karena sesuatu topik
dibahas dari berbagai mata pelajaran maka pelaksanaannya dilakukan secara
team teaching. Pengelompokan mata pelajaran tertentu yang sejenis dapat
digabungkan menjadi satu yang kemudian nama mata pelajaran melebur
bersatu menjadi satu bidang studi, misalnya mata pelajaran sejarah, ilmu
bumi, sosiologi melebur menjadi satu dan bernama bidang studi ilmu
pengetahuan social. Namun terdapat pula penggabungannya itu hanya
sekadar berkumpul saja menjadi satu wadah, sedang pada hakikatnya tiap
mata pelajaran yang bersatu tersebut menunjukkan identitas dirinya sendiri
secara penuh, misalnya: Kelompok Mata Kuliah Dasa Kependidikan
(MKDK) yang terdiri atas mata pelajaran ilmu pendidikan, psikologi
pendidikan, bimbingan konseling, supervisi pendidikan. Ada beberapa
kelebihan dan kekuragan dalam pola kurikum.
1) Kelebihan pola kurikum dalam mata pelajaran gabungan
a) Bahan bersifat korelasi walau sebatas beberapa mata pelajaran.
b) Memberikan wawasan yang luas dalam lingkup atau bidang studi.
15
c) Menambah minat siswa berdasarkan korelasi mata pelajaran yang
sejenis.
2) Kekurangan pola kurikulum dalam mata pelajaran gabungan
a) Bahan pelajaran yang diberikan kurang sistematis serta kurang
begitu mendalam.
b) Kurikulum ini kurang menggunakan bahan pelajaran yang aktual
yang langsung berhubungan dengan kehidupan nyata siswa.
c) Kurikulum ini kurang memerhatikan bakat, minat, dan kebutuhan
siswa.
d) Apabila prinsip penggabungan belum dipahami, kemungkinan
bahan pelajaran yang disampaikan masih terlampau abstrak.
2. Kurikulum Terpadu (Integrated Curriculum)
Kurikulum terpadu adalah kurikulum yang menyajikan bahan pembelajaran
secara unit dan keseluruhan tanpa mengadakan batas-batas satu pelajaran dengan
yang lainnya. Organisasi kurikulum yang menggunakan model integrated, tidak
lagi menampilkan nama-nama mata pelajaran atau bidang studi. Belajar berangkat
dari suatu pokok masalah yang harus dipecahkan. Masalah tersebut kemudian
dinamakan tema atau unit. Belajar berdasarkan unit bukan hanya menghafal
sejumlah fakta, tetapi juga mencari dan menganalisis fakta sebagai bahan untuk
memecahkan masalah. Dengan belajar melalui pemecahan masalah itu
diharapkan perkembangan siswa tidak hanya terjadi pada segi intelektual, tetapi
juga seluruh aspek, seperti sikap, emosi, dan keterampilan. Adapun kelebihan dan
kekurangan kurikulum terpadu.
1) Kelebihan kurikulum terpadu
a) Mempelajari bahan pelajaran melalui pemecahan masalah dengan cara
memadukan beberapa mata pelajaran secara menyeluruh dalam
menyelesaikan suatu topik atau permasalahan.
b) Memberikan kesempatan pada siswa untuk belajar sesuai dengan bakat,
minat, dan potensi yang dimilikinya secara individu.
c) Memberikan kesempatan pada siswa untuk meyelesaikan permasalahan
secara komprehensif dan dapat mengembangkan belajar secara bekerja
sama (cooperative).
d) Mempraktikkan nilai-nilai demokrasi dalam pembelajaran.
e) Memberikan kesempatan pada siswa untuk belajar secara maksimal.
16
2) Kelemahan kurikulum terpadu
a) Ditinjau dari ujian akhir atau tes masuk yang uniform, maka kurikulum
ini akan banyak menimbulkan keberatan.
b) Kurikulum ini tidak memiliki urutan yang logis dan sistematis.
c) Diperlukan waktu yang banyak dan bervariasi sesuai dengan kebutuhan
siswa maupun kelompok. Guru belum memiliki kemampuan untuk
menerapkan kurikulum bentuk ini.
d) Masyarakat, orang tua, dan siswa belum terbiasa dengan kurikulum ini.
Kurikulum ini dirancang sebagaimana pelaksanaannya disusun secara
menyeluruh untuk membahas suatu pokok masalah tertentu. Pembahasan tersebut
dapat dengan cara menggunakan berbagai mata pelajaran yang relevan dalam
suatu bidang studi atau antar bidang studi. topik pembahasan ditentukan secara
demokratis antara siswa dengan guru. Metode yang digunakan dengan
pendekatan student centered, problem solving, dan PAIKEM (Pembelajaran Aktif
Inovatif Kreatif Efektif Menyenangkan).
a. Kurikulum Inti (Core Curriculum)
Kurikulum inti merupakan bagian dari seluruh program pendidikan
yang dianggap penting, fundamental, dan esensial yang harus diberikan
kepada setiap murid agar ia menjadi warga Negara yang berharga, berguna,
serta efektif. Jadi core curriculum mempunyai arti yang sama dengan
pendidikan umum.
Kurikulum inti merupakan bagian dari kurikulum terpadu (integrated
curriculum). Dalam (Rusman, 2009) ada beberapa karakteristik yang dapat
dikaji dalam kurikulum.
1) Kurikulum ini direncanakan secara berkelanjutan (continue) selalu
berkaitan dan direncanakan secara terus menerus. I
2) Isi kurikulum yang dikembangkan merupakan rangkaian dari
pengalaman yang saling berkaitan.
3) Isi kurikulum selalu mengambil atas dasar masalah maupun problema
yang dihadapi secara aktual.
4) Isi kurikulum cenderung mengambil atau mengangkat substansi yang
bersifat pribadi maupun sosial.

17
5) Isi kurikulum ini lebih difokuskan berlaku untuk semua siswa sehingga
kurikulum ini sebagai kurikulum umum, tetapi substansinya bersifat
problema, pribadi, sosial, dan pengalaman yang terpadau.
b. Social Funtions dan Persitent Situation
Kurikulum ini didasarkan atas analisis kegiatan-kegiatan manusia dalam
masyarakat. Dalam social function ini dapat diangkat berbagai kegiatan-
kegiatan manusia yang dapat dijadikan sebagai topic pembelajaran.
Kegiatan-kegiatan manusiadi masyarakat setiap saat akan berubah sesuai
dengan perkembangan jaman, sehingga susbtansi social function bersifat
dinamis.
Sebagai modifikasi dari social function adalah persistent life situation,
kajian substansi dalam kurikulum bentuk ini lebih mendalam dan terarah.
Karakteristiknya adalah situasi yang diangkat senantiasa yang dihadapi
manusia dalam hidupnya, masalalu, saat ini, dan masa yang akan datang.
Secara umum ada tiga kelompok situasi yangakan dihadapi manusia,
diantaranya:
1) Situasi-situasi mengenai perkembangan individu manusia
a) Kesehatan. Manusia perlu memenuhi kebutuhan fisiologis,
emosional, sosial sampai pada pencegahan penyakit.
b) Intelektual. Manusia memerluka kemampuan mengemukakan
pendapat, memahami pikiran orang lain, berhitung, berkerja yang
efektif.
c) Moral. Kebebasan individu, tangggung jawab atas diri dan orang
lain.
d) Keindahan. Mencari sumbernya pada diri sendiri maupun dalam
lingkungan.
2) Situasi untuk perkembangan partisipasi sosial
a) Hubungan antar pribadi. Mengusahakan hubungan sosial da
hubungan baik dengan orang lain.
b) Keanggotaan kelompok. Memasuki lingkungan kelompok,
partisipasi, dan kepemimpinan dalam kelompok.
c) Hubungan antar kelompok. Kerjasama dengan kelompok rasional,
agama, dan nasional kelompok sosio ekonomi.

18
3) Situasi-situasi untuk pengembangan kemampuan menghadapi faktor-
faktor ekonomi dan daya-daya lingkugan.
a) Bersifat alamiah. Gejala fisik tanaman, binatang, serangga daya
fisik dan kimiawi.
b) Sumber teknologi. Penggunaan serta pengembangan teknologi.
c) Struktur dan daya-daya sosial ekonomi. Mencari nafkah,
memperoleh barang-barang jasa, mengusahakan kesejahteraan
sosial, mempengaruhi pendapat umum, partisipasi dalam
pemerintahan lokal maupun nasional.
c. Experience atau Activity Curriculum
Experience curriculum sering disebut juga dengan activity curriculum.
Kurikulum ini cenderung mengutamakan kegiatan-kegiatan atau pengalaman
siswa dalam rangka membentuk kemampuan yang terintegritas dengan
lingkungan maupun dengan potensi siswa. Kurikulum ini pada hakikatnya
siswa berbuat dan melakukan kegiatan-kegiatan yang sifatnya vokasional,
tetapi tidak meniadakan aspek intelektual atau akademik siswa (Rusman,
2009). Activity curriculum menonjolkan bahwa kurikulum itu
mengutamakan kegiatan dan pengalaman anak, walaupun dalam tiap
kurikulum anak dapat diberikan berbagai kegiatan dan pengalaman
(Nasution, 1993).
Kurikulum harus disusun bersama oleh guru dan peserta didik dengan
penekanan utama pada prosedur pemecahan masalah. Kelebihan kurikulum
ini antara lain sesuai dengan kebutuhan dan minat peserta didik,
memperhatikan perbedaan individual, dan memberikan bekal kemampuan
khusus untuk hidup di masyarakat. Sedangkan kekurangannya, antara lain
kebutuhan dan minat peserta didik benlum tentu relevan dengan realitas
kehidupan yang begitu kompleks, kontinuitas dan urutan bahan masih sangat
lemah, dan memerlukan guru yang kompeten dan profesional yang tidak
hanya menguasai mata pelajaran atau bidang studi, tetapi juga memiliki
kemampuan sosial (Abdullah Idi)

19
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Model-model kurikulum dapat diartikan untuk menyempurnakan dan memperbaiki
yang sudah ada, dan dapat mengembangkan atau menambah kurikulum baru. Mengenai
organisasi kurikulum yang mana organisasi merupakan sebuah roda untuk berjalan.
Adapun kelebihan dan kekurangan organisasi kurikulum, kelebihanya yaitu materi dan
bahan saling berhubungan dengan mata pelajaran, dapat menggabungkan secara global
beberapa materi pelajaran untuk mengatasi satu topik permasalahan yaitu dengan
mempelajari masalahnya
B. Saran
Dalam penulisan makalah ini kami menyadari bahwa penulisan masih jauh dari kata
sempurna kedepannya kami akan lebih berhati-hati dalam menjelaskan tentang
makalah dengan sumber-sumber lebih banyak dan lebih bertanggung jawab.

20
DAFTAR PUSTAKA

Aprilia, W. (2020). Organisasi dan Desain Pengembangan Kurikulum. Islamika, 2(2), 208-226.

Nafi’ah, S. A. (2019). Model Pengembangan Kurikulum Hilda Taba Pada Kurikulum 2013 di
SD/MI. As-Sibyan, 2(1), 21-38.

Sugiana, A. (2018). Proses pengembangan organisasi kurikulum dalam meningkatkan pendidikan di


indonesia. PEDAGOGIK: Jurnal Pendidikan, 5(2), 257-273.

Rosnaeni, R., Sukiman, S., Muzayanati, A., & Pratiwi, Y. (2022). Model-Model Pengembangan
Kurikulum di Sekolah. Edukatif: Jurnal Ilmu Pendidikan, 4(1), 467-473.

Utomo, S. A. W., & Azizah, W. N. (2019). Analisis Organisasi Kurikulum dan Struktur Kurikulum
Anak Usia Kelas Awal Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI). Jurnal Pancar
(Pendidik Anak Cerdas dan Pintar), 2(1).

21

Anda mungkin juga menyukai