Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

TELAAH KURIKULUM
“Model Pengembangan Kurikulum”

OLEH

Kelompok 2

Irda A22118003

Khusnul Khotimah A22118091

Alkarni Sarda A22118100

Ega Fitriyana A22118093

Dosen

Dr. Hj. Gamar B.N Shamdas, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TADULAKO

2020
KATA PENGANTAR

‫بسماللهالرحمنالرحيم‬

Puji syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat
dan karunia-Nya, kami dapat menyusun makalah Model Pengembangan
Kurikulum. Shalawat serta salam semoga tercurah limpahkan kepada junjungan
kita, Nabi Muhammad SAW, serta keluarganya, para sahabatnya, dan para
pengikutnya yang senantiasa ta’at hingga akhir zaman.

Makalah ini kami susun guna sebagai tugas mata kuliah Telaah
Kurikulum. Dengan demikian, diharapkan kami mampu mengetahui, memahami,
dan menyimpulkan materi-materi tersebut.

Penyusun menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak kekurangan


atau kekeliruan, oleh karna itu kami menerima kritik dan saran yang membangun
guna perbaikan dalam penyusunan makalah diwaktu yang akan datang.

Palu, 10 April 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................2
DAFTAR ISI.....................................................................................................................3
BAB I.................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.............................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................................5
1.3 Tujuan......................................................................................................................5
BAB II...............................................................................................................................6
PEMBAHASAN...............................................................................................................6
2.1 Pengertian Model Pengembangan Kurikulum..........................................................6
2.2 Model Pengembangan Kurikulum Zais....................................................................7
a. Model Administrasi/ The Administrative (line-staf) Model................................8
b. Model Grass Roots/ The Grass-Roots Model.....................................................8
c. Model Terbalik/ Taba’s Inverted Mode..............................................................9
d. Model Pemecahan Masalah................................................................................9
2.3 Model Rogers/ Roger’s Interpersonal Relation Model...........................................10
3.1 Kesimpulan.............................................................................................................11
3.2 Saran.......................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................12
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kegiatan pengembangan kurikulum sekolah memerlukan suatu model


yang dijadikan landasan teoritis untuk melaksanakan kegiatan tersebut. Model
atau konstruksi merupakan ulasan teoritis tentang suatu konsepsi dasar. Dalam
kegiatan pengembangan kurikulum model merupakan ulasan teoritis tentang
pengembangan kurikulum secara menyeluruh atau dapat pula hanya merupakan
ulasan tentang salah satu komponen kurikulum. Ada suatu model yang
memberikan ulasan tentan keseluruhan proses kurikulu, tetapi ada pula yang
hanya menekankan pada mekanisme pengembangannya saja.
Dengan berkembangnnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang melaju
cepat, menuntut kemajuan masyarakat sebagai pelaku pendidikan juga
berkembang, untuk itu pemerintah melalui guru berusaha mewujudkan sumber
daya manusia yang kompeten sebagai produk hasil dari proses pendidikan. Maka
dari itu perlu adanya pengembangan kurikulum sebagai modal dasar
agar pembelajaran dapat berjalan lancar dan dapat mencapai tujuan yang
diharapkan. Banyak model yang dapat digunakan dalam pengembangan
kurikulum. Pemilihan suatu model pengembangan kurikulum bukan saja
didasarkan pada kelebihan dan kebaikan-kebaikannya serta kemungkinan
pencapaian hasil yang optimal, tetapi juga perlu disesuaikan dengan sistem
pendidikan dan sistem pengelolaan pendidikan yang dianut serta model konsep
pendidikan mana yang digunakan. model pengembangan kurikulum dalam sistem
pendidikan dan pengelolaan yang sifatnya sentralisasi berbeda dengan yang
disentralisasi. Model pengembangan dalam kurikulum yang sifatnya subjek
akademis berbeda dengan kurikulum humanistik, teknologis, dan rekonstruksi
sosial.
Pada makalah ini akan menjelaskan pembagian besar model
pengembangan kurikulum yang dipakai dalam mengembangkan kurikulum.Model
pengembangan kurikulum yang akan dikembangkan yaitu model pengembangan
kurikulum Zais dan model pengembangan kurikulum Roger.Dimana model
penembangan kurikulum Zais terbagi menjadi empat yaitu model administrasi,
model Graat-Ross, model terbalik Hilda Taba, dan model pemecahan masalah.
Model pengembangan kurikulum Roger terdiri dari empat model dimana model
tersebut berawal dari model yang paling sederhana menuju ke model yang
mengalami perbaikan, model tersebut yaitu model I sampai model IV.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan model pengembangan kurikulum?


2. Model-model pengembangan kurikulum apa saja yang termasuk ke dalam
model pengembangan kurikulum zais?
3. Model-model pengembangan kurikulum apa saja yang dikemukakan oleh
Rogers?

1.3 Tujuan

1. Untuk mendeksripsikan pengertian model pengembangan kurikulum;


2. Untuk mendeksripsikan model-model yang terdapat dalam model
pengembangan kurikulum zais;
3. Untuk mendeksripsikan model-model pengembangan kurikulum yang
dikemukakam oleh Rogers.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Model Pengembangan Kurikulum

 Menurut Good dan Travers dalam Sanjaya (2010:82), model adalah


abstraksi dunia nyata atau representasi peristiwa kompleks atau sistem, dalam
bentuk naratif, matematis, grafis, serta lambang-lambang lainnya. Menurut Arifin
(2012:137), model atau konstruksi merupakan ulasan teoritis tentang suatu
konsepsi dasar. Sedangkan pengembangan kurikulum menurut Sukmadinata
(2012:31) adalah proses penyusunan rencana tentang isi dan bahan pelajaran yang
harus dipelajari serta bagaimana cara mempelajarinya. Berdasarkan pengertian
model dan pengembangan kurikulum di atas dapat disimpulkan bahwa Model
pengembangan kurikulum adalah ulasan teoritis dalam bentuk naratif, matematis,
grafis, serta lambang-lambang dalam penyusunan kurikulum yang baru ataupun
penyempurnaan kurikulum yang telah ada yang memberikan relevansi pada masa
mendatang.
Model adalah pola-pola penting yang berguna sebagai pedoman untuk
melakukansuatu tindakan. Model dapat ditemukan dalam hampir setiap
bentuk kegiatanpendidikan, seperti model pengajaran, model adtninistrasi,
model evaluasi, modelsupervisi dan model lainnya. Menggunakan
model pada perkembangan kurikulum dapat meningkatkan efisiensi dan
produktivitas.
Banyak sekolah/fakultas mempunyai rancangan untuk satu tahun,
mereka telah memikirkan polanya untuk memecahkan masalah pendidikan atau
prosedur yang tidak dapat dihindari, walaupun begitu mereka tidak mempunyai
lebel kegiataanya sebagai rancangan.
Menurut Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan kurikulum bisa
berarti penyusunan kurikulum yang sama sekali baru (curriculum construction)
bisa juga menyempurnakan kurikulum yang telah ada (curriculum improvement).
Sedangkan Model menurut Good dan Travers adalah abstraksi dunia nyata atau
representasi peristiwa kompleks atau sistem, dalam bentuk naratif, matematis,
grafis, serta lambang-lambang lainnya. Rivett (1972) menyatakan bahwa model
adalah hubungan sebuah logika secara, salah satunya kualitatif atau kuantitatif,
yang memberikan relevansi pada masa mendatang.
Jadi dapat disimpulkan bahwa Pengembangan Model Kurikulum adalah
suatu sistem dalam bentuk naratif, matematis, grafis, serta lambang-lambang
dalam penyusunan kurikulum yang baru ataupun penyempurnaan kurikulum yang
telah ada yang memberikan relevansi pada masa mendatang. Nadler mengatakan
bahwa model yang baik adalah model yang dapat menolong sipenggguna untuk
mengerti dan memahami suatu proses yang mendasar dan menyeluruh.
Terdapat banyak model pengembangan kurikulum yang dikembangkan
oleh para ahli. Sukmadinata (2005:161) menyebutkan delapan model
pengembangan kurikulum yaitu: the administrative (line staf ), the grass roots,
Bechamp’s system, The demonstration, Taba’s inverted model, Rogers
interpersonal relations,Systematic action, dan Emerging technical model.
Sedangkan Idi (2007:50) mengklasifikasikan model-model ini ke dalam dua grup
besar model pengembangan kurikulum yaitu model Zais dan model Roger.

Model pengembangan kurikulum adalah berbagai bentuk atau model yang


nyata dalam penyusunan kurikulum yang baru ataupun penyempurnaan kurikulum
yang telah ada. Pengembangan kurikulum hendaknya memperhatikan Link and
Match antara Out put dengan lapangan kerjayang diperlukan. Untuk mencapainya
harapan terlaksananya tidaklah mudah. Kita harus mengatahui Gap antara Dass
sein dengan Das Sollen, antara kenyataan dengan harapan, antara saya dapat saya
ingin. Kita ingin biasanya bersifat sangat ideal dan sulit dicapai (Simanjuntak,
2018).
2.2. Model Pengembangan Kurikulum Zais

Robert S. Zais adalah ahli kurikulum yang banyak melontarkan ide-idenya


sekitar tahun 1976. Berikut beberapa model pengembangan yang dapat
dikategorikan dalam model Zais.

a. Model Administrasi/ The Administrative (line-staf) Model

Model administratif sering pula disebut sebagai model “ garis dan staf”
atau dikatakan pula sebagai model “ dari atas kebawah”. Model
pengembangn kurikulum ini merupakan model paling lama dan paling
banyak dikenal. Kegiatan pengembangan kurikulum dimulai dari pejabat
pendidikan yang berwenang yang membentuk panitia pengarah, yang
biasanya terdiri dari para pengawas pendidikan, kepala sekolah, dan staf
pengajar inti. Panitia pengarah tersebut diserahi tugas untuk
merencanakan, memberikan pengarahan tentang garis besar kebijaksanaan,
menyiapkan rumusan falsafah dan tujuan umum pendidikan. Model
administrasi merupakan model pengembangan kurikulum paling lama
yang sering juga disebut sebagai model garis dan staf. Pemberian nama
inidibuat berdasarkan gagasan pengembangan kurikulum yang banyak
muncul daripejabat yang berwenang (administrator pendidikan). Pada
umumnya administratorpendidikan ini terdiri dari pengawas, kepala
sekolah, dan staf pengajar inti.Tugas para administrator tersebut adalah
merumuskan konsep-konsepdasar, landasan-landasan, kebijaksanaan dan
strategi utama dalam pengembangankurikulum (Sukmadinata, 2005:162).
Selanjutnya tim membentuk kelompok kerjayang menyusun tujuan khusus
pendidikan, garis besar bahan pengajaran, dankegiatan belajar (Ahmad,
1998:54). Hasil kerja kelompok selanjutnya dikaji ulangoleh panitia
pengarah yang telah dibentuk sebelumnya dan para ahli lain dibidangnya.
Langkah selanjutnya adalah mengkaji ulang dengan cara melakukan
ujicoba untuk mengetahui keefektifan dan kelayakannya. Dengan cara-cara
dan urutansemacam ini terlihat bahwa dari sisi kebijakan model ini lebih
bersifat sentralistik.Dalam pelaksanaannya, kurikulum ini memerlukan
kegiatan pantauan danbimbingan di lapangan. Setelah berjalan dalam
kurun waktu yang ditetapkan, perludilakukan evaluasi untuk menentukan
validitas komponen-komponen yang adadalam kurikulum. Hasil penilaian
tersebut merupakan umpan balik bagi semua unsurterkait, khususnya
instansi pendidikan di tingkat pusat, daerah, dan sekolah.Model
Administrasi memilki kelemahan dan kelebihan sebagai berikut :

a.Kelemahan
 kurang pekanya terhadap adanya perubahan masyarakat, di
samping juga karena kurikulum ini biasanya bersifat
seragam secara nasional sehingga kadang-kadang
melupakan atau mengambaikan adanya kebutuhan dan
kekhususan yang ada pada tiap daerah
 pada prinsipnya pengembangan kurikulum dengan model
ini bersifat tidak demokratis, karena prakarsa, inisiatif dan
arahan dilakukan melalui garis staf hirarkis dari atas ke
bawah, bukan berdasarkan kebutuhan dan aspirasi dari
bawah ke atas;
 pengalaman menunjukkan bahwa model ini bukan alat yang
efektif dalam perubahan kurikulum secara signifikan,
karena perubahan kurikulum tidak mengacu pada
perubahan masyarakat, melainkan semata-mata melalui
manipulasi organisasi dengan pembentukkan macam-
macam kepanitian .
 kelemahan utama dari model administratif adalah
diterapkannya konsep dua fase, yakni konsep yang
mengubah kurikulum lama menjadi kurikulum baru secara
uniform melalui sistem sekolah dalam dua fase sendiri-
sendiri, yakni penyiapan dokumen kurikulum baru, dan fase
pelaksanaan dokumen kurikulum tersebut.
b.Kelebihan
 Dengan wewenang administrasinya, administrator pendidikan
(apakah dirjen, direktur atau kepala kantor wilayah pendidikan
dan kebudayaan) membentuk suatu komisi atau tim pengarah
pengembangan kurikulum.  Anggota-anggota komisi atau tim
ini terdiri atas pejabat dibawahnya, para ahli pendidikan, ahli
kurikulum, ahli disiplin ilmu, dan para tokoh dari dunia kerja
dan perusahaan.

b. Model Grass Roots/ The Grass-Roots Model

Model ini merupakan lawan dari model sebelumnya. Model ini


dikenal juga sebagai model desentralisasi karena inisiatif dan upaya
pengembangan kurikulum bukan berasal dari atas, melainkan dari bawah
yaitu guru dan sekolah. Model bias berangkat dari sekelompok guru yang
mengadakan pengembangan kurikulum.Pengembangan itu sendiri dapat
hanya berupa bagian dari komponen kurikulum,beberapa bidang studi,
ataupun keseluruhan komponen kurikulum. Guru merupakan perencana,
pelaksana, dan sekaligus penilai pengajaran di sekolah. Kepala
sekolahsebagai pimpinan tim administrasi, juga bisa membantu guru
dalam membantupengembangan kurikulum model ini. Dari sini terlihat
bahwa pengembangan model ini sangat tergantung pada kerja sama guru-
guru, guru-kepala sekolah, bahkan jugaantarsekolah.Pengembangan
kurikulum model demokratis ini memungkinkan terjadinyakompetisi
antarsekolah, kelompok sekolah, bahkan sampai pada tingkat
daerah.Kreativitas orang-orang yang mempunyai peranan penting di dunia
pendidikan akanbesar pengaruhnya dalam memberikan warna pada model
kurikulum yang dihasilkan. Model Grass Roots dimulai dari bawah, yaitu
gagasan guru-guru sebagai pelaksana pendidikan di sekolah. Model Grass
Roots lebih demokratis karena pengembangan dilakukan oleh para
pelaksana di lapangan, sehingga perbaikan dan peningkatan dapat dimulai
dari unit-unit terkecil dan spesifek menuju bagian-bagian yang lebih besar.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pengembangan
kurikulum model Grass Roots, di antaranya:

1) guru harus memiliki kemampuan yang propesional;

2) guru harus terlibat penuh dalam perbaikan kurikulum, penyeselaian


permasalahan kurikulum;

3) guru harus terlibat langsung dalam perumusan tujuan, pemilihan bahan,


dan penentuan evaluasi;

4) seringnya pertemuan pemahaman guru dan akan menghasilkan


konsensus tujuan, perinsip, maupun rencana-rancana.

Ada beberapa hal yang harus diantisipasi dalam model ini,


diantaranya adalah akan bervariasinya sistem kurikulum di sekolah karena
menerapkan partisipasi sekolah dan masyarakat secara demokratis.
Sehingga apabila tidak terkontrol (tidak ada kendali mutu), maka cendrung
banyak mengabaikan kebijakan dari pusat. (E. Mulyasa, 2006: 99 – 100).

Jika pada model administratif kegiatan pengembangan kurikulum


berasal dari atas, model yang kedua ini inisiatif justru berasal dari bawah,
yaitu dari para pengajar yang merupakan para pelaksana kurikulum di
sekolah-sekolah. Model ini mendasarkan diri pada anggapan bahwa
penerapan suatu kurikulum akan lebih efektif jika para pelaksananya di
sekolah sudah diikutsertakan sejak mula kegiatan pengembangan
kurikulum itu. Model The Grass-Roots memilki kekurangan dan kelebihan
yaitu sbagai berikut :

a.Kelemahan :

Pengembangan kurikulum yg bersifat Grass Roots Model mungkin


hanya berlaku untuk bidang studi tertentu atau sekolah tertentu tetapi
mungkin pula dapat digunakan untuk bidang studi sejenis pada sekolah
lain, atau keseluruhan bidang studi pada sekolah atau daerah lain.
Pengembangan kurikulum yang bersifat desentralisasi dengan model grass
rootsnya, memungkinkan terjadinya kompetisi di dalam meningkatkan
mutu dan sistem pendidikan yang pada gilirannya akan melahirkan
manusia-manusia yang lebih mandiri dan kreatif.

b.Kelebihan :

Keuntungan dari model ini adalah proses pengambilan keputusan


terletak pada pelaksana, mengikutsertakan pihak bawah khussnya para
staff mengajar dan memungking terjadinya kompetensi di dalam
meningkatkan mutu dan system.

c. Model Terbalik/ Taba’s Inverted Mode

Secara umum model kurikulum dikembangkan secara deduktif.


Tetapi, kurikulum yang dikembangkan oleh Taba menggunakan cara
pengembangan induktif. Oleh karena itu dinamakan model terbalik.
Pengembangan model inidiawali dengan melakukan percobaan dan
penyusunan teori serta diikuti dengantahapan implemen-tasi. Hal
dilakukan guna mempertemukan teori dan praktek.Sukmadinata
(2005:166) dan Ahmad (1998: 57) merangkum lima langkah yang menjadi
dasar dalam pengembangan kurikulum model Taba. Model yang
dikemukakan ini berbeda dengan cara lazim yang bersifat deduktif karena
caranya bersifat induktif. Itulah sebabnya ini dinamakan model
terbalik.Model ini diawali justru dengan percobaan, kemudian baru
penyusunan dan kemudian penerapan. Hal ini dimaksudkan untuk
meneukan antara teori dan praktek. Pengembangan model ini dilakukan
dengan lima tahap, yaitu:
 Menyusun unit-unit kurikulum yang ada dan diujicobakan oleh staf
pengajar
 Mengujicobakan untuk mengetahui kesahihan dan kelayakan
kegiatan belajar mengajar.
 Menganalisis dan merevisi hasil uji coba, serta
mengkonsolidasikannya.
 Menyusun kerangka teroritis.
 Menyusun kurikulum yang dikembangkan secara menyeluruh dan
mengumumkannya.

d. Model Pemecahan Masalah

Model ini dikenal juga dengan nama action research model. Dari sisi
proses, kurikulum model ini sudah melibatkan seluruh komponen
pendidikan yang meliputi siswa, orang tua, guru serta sistem sekolah.
Kurikulum dikembangkandalam rangka memenuhi kebutuhan para
pemangku kepentingan (stakeholder) yang meliputi orang tua siswa,
masyarakat, dan lain-lain. Penyusunan kurikulumdilakukan dengan
mengikuti prosedur action research. Sukmadinata (2005:169) menyebutkan
ada dua langkah dalam penyusunankurikulum jenis ini.
Pertama, melakukan kajian tentang data-data yang dikumpulkan sebagai
bahan penyusunan kurikulum. Data (informasi) yang dikumpulkan
hendaknya valid dan reliabel sehingga dapat digunakan sebagai dasar yang
kuat dalam pengambilan keputusan penyusunan kurikulum. Data yang
lemah akan mengakibatkan kesalahan dalam pengambilan keputusan.
Berdasarkan keputusan ini,disusunlah rencana yang menyeluruh
(komprehensif) tentang cara-cara mengatasimasalah yang ada.
Kedua, melakukan implementasi atas keputusan yang dihasilkan
padalangkah pertama. Dari proses ini akan diperoleh data-data (informasi)
baru yangselanjutnya dimanfaatkan untuk mengevaluasi masalah-masalah
yang muncul dilapangan sebagai upaya tindak lanjut untuk
memodifikasi/memperbaiki kurikulum.

2.3 Model Rogers/ Roger’s Interpersonal Relation Model

Carl Rogers adalah seorang ahli psikologi yang berpandangan


bahwa manusia dalam proses perubahan mempunyai kekuatan dan
potensi untuk berkembang sendiri. Model ini berasal dari seorang
psikolog Carl Rogers. Rogers berasumsi bahwa kurikulum diperlukan
dalam rangka mengembangkan individu yang terbuka, luwes, dan
adaptif terhadap situasi perubahan. Kurikulum yang demikian hanya
dapat disusun dan diterapkan oleh pendidik yang terbuka, luwes, dan
beriorentasi pada proses. Untuk itu diperlukan pengalaman kelompok
untuk melatih hal-hal yang bersifat sensitif. Berdasarkan pandangan
tentang manusia maka rogers mengemukakan model pengembangan
kurikulum yang disebut dengan model Relasi Interpersonal Rogers.
Rogers lebih mementingkan kegiatan pengembangan kurikulum
daripada rencana pengembangan kurikulum tertulis, yakni melalui
aktivitas dan interaksi dalam pengembangan kelompok intensif yang
terpilih.
Model pengembangan kurikulum Rogers ini tidak memiliki
perencanaan kurikulum yang tertulis, yang ada hanya rangkaian
kegiatan kelompok. Dengan berbagai bentuk aktivitas dalam interaksi
kelompok ini individu akan berubah. Ada empat langkah
pengembangan kurikulum model Rogers dalam Sukmadinata
(2012:167) yaitu sebagai berikut:
1) Pemilihan target dari sistem pendidikan. Dalam penentuan target ini
satu- satunya kriteria yang menjadi pegangan adalah adanya kesedian
dari pejabat pendidikan untuk turut serta dalam kegiatan kelompok
yang intensif. Selama satu minggu para administrator melakukan
kegiatan kelompok dalam suasana yang relaks, tidak formal. Melalui
kegiatan ini mereka akan mengalami perubahan-perubahan sebagai
berikut.
 He is less protective of his own beliefs and can listen more accurately.
 He finds it easier and less threatening to accept innovative ideas. - He
has less need to protect bureaucratic rules.
 He communicates more clearly and realistically to superiors, peers, and
sub-ordinates because hi is more open and less self-protective. - He is
more person oriented and democratic.
 He openly confronts personal emotional frictiona between himself and
colleagues.
 He is more able to accept both positive and negative feedback and use it
constructively.
2) Partisipasi guru dalam pengalaman kelompok yang intensif. Sama
seperti para administrator, guru juga turut serta dalam kegiatan
kelompok. Keikutsertaan guru dalam kelompok sebaiknya bersifat
sukarela.
3) Pengembangan pengalaman kelompok yang intensif untuk kelas atau
unit pelajaran. Selama lima hari penuh siswa ikut serta dalam kegiatan
kelompok, dengan fasilitator para guru atau administrator atau
fasilitator dari luar.
4) Partisipasi kegiatan orang tua dalam kelompok. Kegiatan ini
dikoordinasi oleh BP3 masing-masing sekolah. Lama kegiatan
kelompok dapat tiga jam tiap sore hari selam seminggu atau 24 jam
secara terus menerus. Kegiatan ini bertujuan memperkaya orang-orang
dalam hubungannya dengan sesama orang tua, dengan anak, dan
dengan guru.
a. Model I
Model I (paling sederhana) menggambarkan bahwa kegiatan
pendidikan semata-mata terdiri dari kegiatan memberikan informasi dan
ujian. Hal ini didasari atas asumsi bahwa pendidikan adalah evaluasi dan
evaluasi adalah pendidikan, serta pengetahuan adalah akumulasi materi
dan informasi.Model I menggambarkan bahwa kegiatan pendidikan
semata-mata terdiri dari kegiatan memberikan informasi (isi pelajaran) dan
ujian. Hal itu berdasarkan asumsi bahwa pendidikan evaluasi dan evaluasi
adalah pendidikan, serta pengatahuan adalah adalah akumulasi materi dan
informasi. Model tersebut merupakan model tradisional yang masih
dipergunakan orang dapat digambarkan sebagai berikut :
Materi Pelajaran

Evaluasi

Model diatas walau sangat sederhana dan tidak memadai, dapat


memberikan dua pertanyaan pokok, yaitu:

(1) mengapa saya mengajarkan mata pelajaran ini?


(2) bagaimana saya dapat mengatahui keberhasilan pengajaran yang saya
ajarkan?
Dalam menjawab pertanyaan tersebut tentu guru harus
mempertimbangkan ketepatan dan kerelevansian bahan pelajaran yag
diajarkan dengan kebutuhan siswa.
b. Model II
Modul II dilakukan dengan menyempurnakan Model I diatas
dengan menambahkan kedua jawab terhadap pertanyaan tersebut, yaitu
tentang metode dan organisasi bahan pelajaran. Model II pengembangan
kurikulum tersebut dapat digambarkan sebagai berikut.

Metode Teknologi Organisasi


Mengajar Pendidikan Bahan

Bahan Pelajaran

Evaluasi
Model II tersebut pun belum memperhatikan masalah teknologi
pendidikan yang sangat menunjang keberhasilan kegiatan pengajaran.
Teknologi pendidikan yang dimaksud adalah yang berkaitan dengan
pertanyaan-pertanyaan:
(1) buku-buku pelajaran apakah yang harus dipergunakan dalam suatu
mata pelajaran?
(2) alat atau media pengajaran apa yang dapat dipergunakan dalam mata
pelajaran tertentu?
c. Model III
Pengembangan kurikulum yang berorientasi pada bahan pelajaran
hanya akan sampai pada Model III tersebut. Padahal masih ada satu lagi
masalah pokok yang harus diperhatikan, yaitu yang berkaitan dengan
masalah tujuan. Hal tersebut melahirkan pertanyaan
(1) kemampuan apa yang diharapkan dimiliki para siswa melalui mata
pelajaran itu?, yang perlu dicari jawanya. Jawab terhadap pertanyaaan
tersebut, yaitu yang berkaitan dengan tujuan pengajaran yang dilakukan,
akan sangat mempengaruhi dalam menentukan jawaban terhadap
pertanyaan-pertanyaan sebelumnya. Hal itu disebabkan tujuan pengajaran.
d. Model IV
Model IV Pengembangan kurikulum merupakan penyempurnaan
Model III, yaitu dengan memasukkan unsur tujuan kedalamnya.
Adapun kelemahan dan kelebihan model Rogers adalah sebagai
berikut :

a.Kelemahan :

a.         Tampaknya tidak ada batas hubungan antara siswa dengan guru atau
unsur pendidik lainnya, sehingga dikhawatirkan luntumya rasa hormat
pada diri siswa.

b.        Memerlukan waktu yang lama dan sulit ditargetkan untuk penyelesaian


secara tuntas dalam penyusunan kurikulum baru sebagai hasil dari
pengembangan kurikulum.
c.         Memerlukan biaya yang tidak sedikit, mengingat banyaknya unsur
yang terlibat sertajenis kegiatan yang dilakukan.

d.        Keterlibatan berbagai unsur pendidikan dalam proses pengembangan


kurikulum tersebut, kemungkinan besar mengakibatkan kesulitan dalam
pengorganisasiannya

b.Kelebihan :

Dengan model pengembangan kurikulum interpersonal relation


ini, Carl Rogers berpendapat, bahwa kurikulum diperlakukan dalam
rangka mengembangkan individu yang terbuka, luwes dan adaptif
terhadap situasi perubahan.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Banyak model dari pengembangan kurikulum yang dapat digunakan.


Pemilihan suatu model pengembangan kurikulum bukan saja didasarkan atas
kelebihan dan kebaikan-kebaikannya, serta kemungkinan pencapaian hasil yang
optimal tetapi juga perlu disesuaikan dengan sistem pendidikan dan sistem
pengelolaan pendidikan yang dianut serta model kosep pendidikan mana yang
digunakan. Terdapat berbagai macam model pengembangan kurikulum yang
terdapat dalam model pengembangan Robert S Zais, diantaranya yaitu: model
administrasi, model Grass Root, , model terbalik Hilda Taba,  Masing-masing
model tersebut memiliki kebaikan dan kelemahan yang dapat kita jadikan sebagai
bahan pertimbangan dalam mengembangkan kurikulum.

3.2 Saran

Semoga makalah ini menjadi tambahan ilmu pengetahuan bagi kita semua
mahasiswa khususnya mahasiswa biologi. Jika ada kekurangan dan kesalahan,
baik penyajian ataupun penulisan diharapkan kritik dan sarannya yang bersifat
membangun demi kesempurnaan pada makalah-makalah berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Z. 2012. Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT.


Remaja Rosdakarya.

Dakir. H. 2010. Perencanaan Dan Pengembangan Kurikulum. Jakarta: PT.


Rineka Cipta.

Faqoth, Aviet. 2012. Model Pengembangan Kurikulum. Artikel.

Hamalik, O. (1990). Pengembangan Kurikulum: Dasar-dasar dan

Perkembangannya. Bandung: Mandar Maju

Idi Abdullah. 2007. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek. Ar-nizz

Media: Jogjakarta.

Kaber, A. (1988). Pengembangan Kurikulum. Jakarta: P2LPTK.

Mulyasa E. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sebuah Panduan

Praktis. Remaja Rosdakarya:Bandung.

Nasution, S. (1987). Pengembangan Kurikulum. Bandung: Alumni.

Oliva Peter F. 1992. Developing the Curriculum. Third Edition. Harper Collins

Publisher : New York

Simanjuntak, T.A.Model Pengembangan Kurikulum.2018. Jurnal Stindo

Profesional.Vol(4).No.3.Hal.2443 – 0536.

Taba, Hilda (1962). Curriculum Development: Theory and Practice. New York:

Harcourt Brace and World, Inc.

Zais, Robert S. (1976). Curriculum, Principles and Foundations. New York:

Harper and Row Publisher

Anda mungkin juga menyukai