Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH PENGEMBANGAN KURIKULUM

MODEL INVERTED BY HILDA TABA

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Dari Mata Kuliah


Pengembangan Kurikulum

DOSEN
Dr. H. Samsul Hadi Senen, MM
Dr. Rasto, M.Pd

Oleh :
KHAIRI MURDY
NIM. 1302591

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI


SEKOLAH PASCA SARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2014

KATA PENGANTAR
Manusia yang merasa bahwa dirinya adalah manusia yang ada
Penciptanya, ada yang memerhatikannya, ada yang menghidupkan dan
mematikannya, ada yang memberi nikmat kepadanya, maka karena kita semua
merasa sebagai seorang manusia, maka kita selalu harus berupaya untuk
selamanya memuji syukur kehadirat Allah yang telah menjadikan kita ada, kita
hidup, kita berjuang untuk kehidupan abadi setelah hidup ini. Penulis juga
bersyukur karena berkat rahmat dan limpahan karunia-Nya akhirnya penulis dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini.
Salawat dan salam semoga selamanya senantiasa terlimpah dan tercurah
kepada pemimpin umat diseluruh dunia, yang telah membawa penerangan bagi
peradaban umat manusia, Nabi akhir jaman yang sangat mulya yakni nabi
Muhammad saw.
Tidak sedikit hambatan yang kami hadapi dalam menuyusun makalah ini.
Namun kami menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi/makalah ini
tidak lain berkat bantuan, dorongan dan bimbingan, sehingga kendala-kendala
yang kami hadapi teratasi. Oleh karena itu kami mengucapkan terima kasih
kepada kepada Dr. H. Samsul Hadi Senen, MM dan Dr.Rasto,M.Pd selaku dosen
pengajar mata kuliah Pengembangan Kurikulum, yang telah memberikan tugas ini
dan kepada pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih sarat dengan kekurangan dan
kekurangan dalam penyusunannya, baik itu dari segi sistematika maupun isi
materi yang belum maksimal. Maka dari itu bagi semua pembaca terutama bagi
temam-teman mahasiswa dan Dosen yang merekomendasikan penyusunan
makalah ini, apabila dirasa ada hal yang kurang mohon kritik dan sarannya untuk
disampaikan saja.
Bandung, April 2014
Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1

Latar Belakang...........................................................................................1

1.2

Rumusan Masalah.....................................................................................2

1.3

Tujuan........................................................................................................3

BAB II ISI................................................................................................................4
2.1 Pengertian Model Tabas Inverted..................................................................4
2.2 Langkah Langkah Tabas Inverted Model...................................................5
2.3 Kelebihan Dan Kekurangan Model Taba.....................................................11
BAB III PEMBAHASAN.....................................................................................13
BAB IV KESIMPULAN.......................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................18

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kurikulum merupakan rancangan pendidikan yang merangkum semua
pengalaman belajar yang disediakan bagi peserta didik di sekolah. Dalam
kurikulum terintegrasi filsafat, nilai- nilai, pengetahuan dan perbuatan pendidikan.
Kurikulum disusun oleh para ahli pendidikan/ahli kurikulum, ahli bidang ilmu,
pendidik, pejabat pendidikan, pengusaha serta unsur-unsur masyarakat lainnya.
Rancangan ini disusun dengan maksud memberi pedoman kepada para pelaksana
pendidikan, dalam proses pembimbingan perkembangan siswa, mencapai tujuan
yang dicita-citakan oleh siswa sendiri, keluarga ataupun masyarakat.
Oemar Malik (2010:10) menjelaskan kurikulum adalah program
pendidikan yang disediakan oleh lembaga pendidikan (sekolah) bagi siswa.
Berdasarkan program pendidikan tersebut siswa melakukan berbagai kegiatan
belajar, sehingga mendorong perkembangan dan pertumbuhannya sesuai dengan
tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Dengan kata lain, dengan program
kurikuler tersebut, sekolah/lembaga pendidikan menyediakan lingkungan
pendidikan bagi siswa untuk berkembang.
Kelas merupakan tempat untuk melaksanakan dan menguji kurikulum. Di
sana semua konsep, prinsip, nilai, pengetahuan, metode, alat, dan kemampuan
guru di uji dalam bentuk perbuatan, yang akan mewujudkan bentuk kurikulum
yang nyata dan hidup. Perwujudan konsep, prinsip, dan aspek-aspek kurikulum
tersebut seluruhnya terletak pada guru. Oleh karena itu, gurulah pemegang
pemegang kunci pelaksanaan dan keberhasilan pengembangan kurikulum
sesungguhnya. Suatu kurikulum diharapakan memberikan landasan, isi, dan
menjadi pedoman bagi pengembangan kemampuan siswa secara optimal sesuai
dengan tuntutan dan tantangan perkembangan masayarakat.
Ada beberapa prinsip dalam pengembangan kurikulum yaitu prinsipprinsip secara umum dan prinsip-prinsip khusus. Secara umum pengembangan
kurikulum harus mengandung prinsip relevansi, fleksibelitas, kontinuitas, praktis,

dan efektivitas. Secara khusus prinsip-prinsip kurikulum berkenaan dengan


penyusunan tujuan, isi, pengalaman belajar, dan penilaian (Nana Syaodih : 2012)
Dalam mengembangankan suatu kurikulum banyak pihak yang akan turut
berpartisipasi. Yaitu : administrator pendidikan, ahli pendidikan, ahli kurikulum,
ahli bidang ilmu pengetahuan, guru-guru dan orang tua murid serta tokoh-tokoh
masyarakat. Dari pihak-pihak tersebut yang secara terus menerus turut terlibat
dalam pengembangan kurikulum adalah administrator pendidikan, guru dan orang
tua.
Banyak model yang dapat digunakan dalam pengembangan kurikulum.
Pemilihan suatu model pengembangan kurikulum bukan saja didasarkan atas
kelebihan dan kebaikan-kebaikanya serta kemungkinan pencapaian hasil yang
optimal, tetapi juga perlu disesuaikan dengan sistem pendidikan dan sistem
pengelolaan yang sifatnya sentralisasiberbeda dengan desentralisasi. Model
pengembangan dalam kurikulum yang sifatnya subjek akademis berbeda dengan
kurikulum humanistik, teknologis dan rekontruksi sosial.
Dari banyak model yang di kenal salah satu model yang menarik perhatian
adalah model pengembangan kurikulum yang diperkenalkan oleh Hilda Taba yang
dikenal dengan Tabas inverted model. Model taba ini pengembangan kurikulum
yang lebih menitikberatkan kepada bagaimana mengembangkan kurikulum
sebagai suatu proses perbaikan dan penyempurnaan kurikulum. Ia menggunakan
pendekatan grass roots dan yakin bahwa kurikulum dapat didisain oleh guru dari
pada hanya meneruskan yang dibuat oleh atasan. Model taba ini bisa menjadi
salah satu acuan atau pembanding bagi para pengembang kurikulum dalam
membuat sebuah kurikulum.

1.2 Rumusan Masalah


Untuk membatasi isi dari makalah ini maka rumusan masalah yang di
ambil adalah:
1. Apakah model pengembangan kurikulum model Taba?
2. Bagaimana langkah-langkah dalam pengembangan kurikulum model
Taba ?
3. Apa saja kelebihan dan kelemahan pengembangan kurikulum model Taba?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian model pengembangan kurikulum Taba
2. Untuk mengetahui langkah-langkah dalam model pengembangan
kurikulum Taba
3. Untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan model pengembangan
kurikulum Taba

BAB II
ISI

2.1 Pengertian Model Tabas Inverted


Zainal Arifin (2012 : 137) menjelaskan bahwa model atau kontruksi
merupakan ulasan teoritis tentang suatu proses kurikulum secara menyeluruh atau
dapat pula merupakan ulasan teoritis tentang suatu proses kurikulum secara
menyeluruh atau dapat pula merupakan ulasan tentang salah satu bagian
kurikulum. Di samping itu ada model yang mempersoalkan keseluruhan proses
dan ada pula yang hanya menitikberatkan pandangannya pada mekanisme
penyusunan kurikulumnya.
Robert S Zais (1976) dalam bukunya Curriculum : Principles and
Foundation mengemukakan delapan model pengembangan kurikulum. Dasar
teoritisnya adalah institusi atau orang yang menyelenggarakan pengembangan,
pengambil keputusan , penetapan ruang lingkup kegiatan yang termuat dalam
kurikulum, realitas implementasinya, pendekatan permasalahannya dengan cara
pelaksanaannya, penelitian sistematis tentang masalahnya, dan pemanfaatan
teknologi dalam pengembangan kurikulum.
Dari kedelapan model kurikulum tersebut salah satunya adalah sebuah
model pengembangan kurikulum yang di kembangkan oleh Hilda Taba. Model ini
lebih dikenal dengan nama Tabas Inverted Model.
Secara sederhana Model Pengembangan kurikulum yang bersifat
tradisional adalah pengembangan kurikulum yang dilakukan secara deduktif.
Urutannya adalah :
1. penentuan prinsip-prinsip dan kebijaksanaan dasar,
2. merumuskan desain kurikulum yang bersifat menyeluruh didasarkan atas
komitmen-komitmen tertentu
3. menyusun unit-unit kurikulum sejalan dengan desain yang menyeluruh,
4. melaksanakan kurikulum dalam kelas. Nana Syaodih (2012 :166)
Salah satu buku karya Hilda Taba yang paling terkenal dan besar
pengaruhnya adalah Curriculum Developmen : Theory and Pravtice (1962).
Dalam buku ini Hilda Taba mengungkapkan pendekatannya untuk proses

pengembangan kurikulum. Dalam karyanya, taba memodifikasi model dasar Tyler


agar lebih representative terhadap pengembangan kurikulum di berbagai sekolah.
Taba berpendapat bahwa model pengembangan kurikulum model deduktif
kurang cocok, sebab tidak merangsang timbulnya inovasi-inovasi. Menurutnya
pengembangan kurikulum yang dapat lebih mendorong inovasi dan kreatifitas
guru adalah pendekatan yang bersifat induktif, yang merupakan inversi atau arah
terbalik dari model tradisional.
Dikatakan terbalik karena model ini di mulai dengan melakukan
eksperimen, diteorikan, kemudian diimplementasikan. Hal ini dilakukan untuk
mnyesuaiakan teori dan praktik, serta menghilangkan sifau keumuman dan
keabstrakan kurikulum, sebgaai mana sering terjadi apabila di lakukan tanpa
kegiatan eksperimental.
Model Taba dalam pengembangan kurikulum lebih menitikberatkan
kepada bagaimana mengembangkan kurikulum sebagai suatu proses perbaikan
dan penyempurnaan kurikulum. Ia menggunakan pendekatan grass roots dan
yakin bahwa kurikulum dapat didisain oleh guru dari pada hanya meneruskan
yang dibuat oleh atasan. Lebih lanjut ia merasakan bahwa guru akan memulai
memproses dengan membuat unit belajar mengajar secara khusus untuk para
siswa di dalam sekolahnya, yang sejak awal dilibatkan dalam pembuatan disain
kurikulum secara umum. Oleh karena itu Taba menggunakan pendekatan induktif
untuk pengembangan kurikulum, memulai dari yang khusus dan membangun
kepada disain yang lebih umum. Menentang pada yang lebih tradisional yang
menggunakan pendekatan deduktif yaitu memulainya dengan disain umum dan
dilakukan ke bawah kepada yang khusus.
2.2 Langkah Langkah Tabas Inverted Model
Taba (1962) mencetuskan sebuah pendekatan induktif pada pengembangan
kurikulum. Taba percaya bahwa guru harus mengembangkan kurikulum dan
kurikulum tersebut tidak boleh diatur oleh otoritas diatasnya. Konsepnya pada
proses kurikulum dihubungkan dengan konsep penelitiannya. Ada lima langkah
pengembangan kurikulum model Taba, adapun langkah-langkah pengembangan

Mendiagnosis kebutuhan

kurikulum inverted model Taba dapat kita lihat dalam bagan dibawah
ini .
Merumuskan
tujuan-tujuan
Produksi unit-unit eksperimen
oleh guru-guru

Memilih Isi
Mengorganisasikan Isi
Memilih pengalaman belajar
Mengorganisasikan
5
pengalaman belajar
Mengadakan evaluasi
Melihat urutan dan
keseimbangan

Menguji unit eksperimen

Mengadakan revisi dan


konsolidasi

Pengembangan kerangka
keseluruhan kurikulum

Implementasi dan deseminasi

Dari bagan tersebut dapat kita lihat ada lima langkah pengembangan
kurikulum model Taba, yaitu:
1. Menghasilkan unit-unit percobaan (pilot unit) melalui langkah-langkah: 1.
mendiagnosis kebutuhan, 2. memformulasikan tujuan,3. memilih isi, 4.
mengorganisasi isi melalui seleksi isi, 5. memilih pengalaman belajar,6.
mengorganisasi pengalaman belajar, 7. menentukan alat evaluasi dan
prosedurnya dan 8. menguji keseimbangan isi kurikulum.
2. Mengujicobakan unit eksperimen untuk memperoleh data dalam rangka
menemukan validitas dan kelayakan penggunaannya.
3. Merevisi dan mengkonsolidasikan unit-unit eksperimen berdasarkan data yang
diperoleh dalam uji coba.
4. Mengembangkan keseluruhan kerangka kurikulum

5. Implementasi dan diseminasi kurikulum yang telah teruji. Pada tahapan


terakhir ini perlu dipersiapkan guru-guru melalui penataran-penataran, loka
karya dan lain sebagainya serta mempersiapkan fasilitas dan alat-alat yang
sesuai dengan tuntutan kurikulum.
Langkah pertama unit-unit eksperimen bersama guru-guru. Di dalam unit
eksperimen ini diadakan studi dengan seksama tentang hubungan antara teori
dengan praktik. Perencanaan didasarkan atas teori yang kuat, dan pelaksanaan
eksperimen didalam kelas menghasilkan data-data yang untuk menguji landasan
teori yang digunakan. Terdapat delapan langkah dalam model Taba, yang dia sebut
sebagai mengecek keseimbangan dan rangkaian
Karena Taba menyatakan bahwa kurikulum harus dimulai dengan desain
unit

daripada

rencana

kurikulum

keseluruhan,

pendekatannya

dalam

mengembangkan sebuah model kurikulum disebut induktif. Dibawah ini, kita


menggambarkan secara rinci model Taba dalam mengembangkan sebuah unit
kurikulum. (seller & miller : 1985)
Langkah

1:

Diagnosis

Kebutuhan.

Dalam

langkah

ini,

guru

mengidentifikasi beragam kebutuhan yang akan membantu dasar perencanaan


unit. Bagaimana komprehensifnya diagnosis ini akan bergantung pada sifat unit.
Langkah 2: Perumusan Tujuan. Perumusan tujuan harus meliputi area
berikut ini:
1. Konsep atau ide yang dipelajari
2. Sikap, sensitifitas, dan perasaan yang dikembangkan
3. Cara berpikir yang diperkuat, atau diinisiasi
4. Kebiasaan dan skill yang dikuasai
Taba menyatakan bahwa unit yang berbeda akan menempatkan derajat
penekanan yang berbeda dari empat area dasar ini.
Langkah 3: Pemilihan isi. Dua langkah pertama memberikan kriteria dalam
menseleksi isi. Menyatakan arahan, seperti juga logis dari pelajaran, akan
memberikan bingkai kerja untuk menseleksi isi. Pelajaran harus berhubungan
dengan tingkat kelas siswa. Maka, dua kriteria penting untuk menseleksi isi adalah
7

logika yang berpautan pada pelajaran dan psikologi atau perkembangan tingkat
siswa. Seleksi ide dasar juga penting dalam skema Taba; konsep fundamental
adalah subyek atau disiplin yang diidentifikasi untuk unit.
Langkah 4: Pengaturan isi. Taba menyatakan bahwa sususun isi logika
induktif dan rangkaian psikologi untuk pengalaman pembelajaran perlu
dibangun. Dalam langkah ini, kurikulum diorganisir sehingga masing-masing ide
atau operasi mental memerlukan sebuah perkembangan skill kognitif kumulatif.
Inti dari struktur organisasi ini adalah konsep pemikiran Taba: inti dari unit
adalah metoda pengajaran pemikiran.
Dalam mengorganisir isi, Taba menyatakan bahwa langkah pertama adalah
menentukan sebuah topik dan kemudian mengidentifikasi ide-ide dasar.
Contohnya, dalam sebuah unit mengenai orang-orang Amerika, topik diorganisir
disekitar ide-ide dasar ini:
1. Negara Amerika adalah negara dengan masyarakat multibudaya; Amerika
terdiri dari bermacam jenis ras manusia, dengan latar belakang dan gaya hidup
yang berbeda.
2. Orang-orang ini datang dari berbagai tempat, untuk banyak alasan, dan dari
periode waktu yang panjang.
3. Semua orang yang berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya harus
membuat penyesuaian; jika mereka tidak merasa diterima, mereka tidak akan
merasa betah.
4. Semakin lebar perbedaan budaya latar belakang seseorang dengan budaya
ditempat baru, akan membuat semakin sulit penyesuaian.
5. Semua orang di Amerika berkontribusi dalam membangun kehidupan, adatistiadat, kekuatan, kekayaan dan kesejahteraan dari negara ini. (Taba, 1962).
Dalam unit ini, topik yang dipelajari mencakup beragam orang, seperti
orang Jerman, Polandia, Irlandia, dll.
Langkah berikutnya dalam mengorganisir isi adalah membentuk dimensi
topik; dalam untik mengenai orang-orang Amerika, misalnya, dimensinya
mencakup tempat asal, waktu kedatangan, tempat tinggal baru, alasan bermigrasi,
8

masalah dalam penyesuaian, dan kontribusi. Pertanyaan-pertanyaan dibawah ini


menggambarkan dimensi ini:

Datang dari negara mana anda?

Kapan datangnya?

Dimana sekarang tinggal?

Mengapa datang ke negara ini?

Masalah penyesuaian apa yang ditemui?

Kontribusi apa yang telah mereka berikan?


Langkah 5 dan 6: Pemilihan dan pengaturan pengalaman belajar. Untuk

memilih pengalaman pembelajaran, Taba menyarankan bahwa guru harus


menanyakan beberapa pertanyaan, contohnya: Apakah pengalaman tepat untuk
mempelajari gagasan utama? Apakah pengalaman meningkatkan pembelajaran
aktif? Apakah pengalaman sesuai dengan tingkat kematangan siswa? Taba juga
merasa

bahwa

pengalaman

pembelajaran

harus

merefleksikan

beragam

pengalaman, mencakup membaca, menulis, mengamati, melakukan penelitian,


menganalisa,

mendiskusikan,

mentabulasi,

melukis,

mengkonstruks

dan

mendramatisir.
Taba menguraikan serangkaian pengalaman pembelajaran: pengantar,
perkembangan, generalisasi, dan aplikasi atau rangkuman. Pengantar melibatkan
mengembangkan minat siswa dan memberikan bukti diagnostik bagi guru.
Perkembangan, atau studi, terdiri dari aktivitas pembelajaran yang didesain untuk
mengembangkan beragam aspek dari pelajaran dan memberikan materi faktual
yang dibutuhkan. Aktivitas-aktivitas ini mencakup membaca, meneliti, analisis
data, kerja komite, dan studi pada beragam jenis. Generalisasi mengacu pada
usaha siswa untuk menempatkan ide-idenya secara bersama-sama. Menurut Taba,
langkah ini dapat melibatkan banyak membandingkan dan membedakan dan
eksplorasi alasan pada kesamaan dan perbedaan. Aplikasi dan rangkuman adalah
tahap dimana siswa menerapkan generalisasi pada bingkai kerja yang lebih luas.

Rangkaian untuk mengorganisir pengalaman pembelajaran merefleksikan konsep


Taba mengenai proses kognitif, khususnya penekanannya pada penelitian induktif.
Langkah 7: Evaluasi. Langkah ketujuh adalah menentukan apakah tujuan
telah dipenuhi, diagnosis dari rencana kurikulum, dan penilaian perubahan pada
prilaku siswa. Taba menyatakan beragam pengukuran formal dan informal untuk
membantu penilaian ini.
Langkah 8: Mengecek Keseimbangan dan Rangkaian. Dalam langkah ini,
beragam pertanyaan ditanyakan, untuk menilai keseluruhan keefektifan dari unit:
Apakah ide-ide tersebut relevan dengan topik? Apakah garis besar isi cocok
dengan logika ide-ide inti? Apakah sampel tersebut sangat rinci? Apakah aktivitas
pembelajaran memberikan kesempatan hagi pengembangan ide isi?Apakah
aktivitas memberikan pencapaian pada semua tujuan? Apakah rangkaian isi dan
pengalaman pembelajaran mengalir dengan lancar?Apakah ada kemajuan
kumulatif? Apakah terjadi keseimbangan dan perubahan yagn tepat dalam gaya
pembelajaran; masukan dan sintesis dan reformulasi; membaca, menulis, kerja
lisan; penelitian dan analisis? (Taba, 1962)
Langkah kedua, Menguji unit eksperimen. Meskipun unit eksperimen ini
telah di uji dalam pelaksanaanya di kelas eksperimen, tetapi masih harus diuji di
kelas-kelas atau tempat lain untuk mengetahui validitas dan kepraktisannya, serta
menghimpun data bagi penyempurnaan.
Langkah ketiga, mengadakan revisi dan konsolidasi. Dari langkah pengujian
di peroleh beberapa data, data tersebut digunakan untuk mengadakan perbaikan
dan penyempurnaan. Selain perbaikan dan penyempurnaan diadakan juga kegiatan
konsolidasi, yaitu penarikan kesimpulan tentang hal-hal yang lebih bersifat umum
yang berlaku dalam lingkungan yang lebih luas. Hal itu dilakukan, sebab
meskipun suatu unit eksperimen telah cukup valid dan praktis pada suatu sekolah
belum tentu demikian juga pada sekolah lainnya. Untuk menguji keberlakuan
pada daerah yang lebih luas perlu adanya konsolidasi.
Langkah keempat, pengembangan keseluruhan kerangka kurikulum.
Apabila dalam kegiatan penyempurnaan dan konsilidasi telah diperoleh sifatnya
yang lebih menyeluruh atau berlaku lebih luas, hal ini masih harus dikaji oleh ahli
10

kurikulum dan para profesional kurikulum lainnya. Kegiatan itu dilakukan untuk
mengetahui apakah konsep-konsep dasar atau landasan-landasan teori yang
dipakai sudah masuk dan sesuai.
Langkah kelima, implementasi dan diseminasi. Yaitu menerapkan
kurikulum baru ini pada daerah atau sekolah-sekolah yang lebih luas. Didalam
langkah ini masalah dan kesulitan-kesulitan pelaksanaan tetap dihadapi, baik
berkenaan dengan kesiapan guru-guru, fasilitas, alat dan bahan juga biaya.
2.3 Kelebihan Dan Kekurangan Model Taba
Setiap model yang di buatoleh para pengembang kurikulum tidak terlepas
dari kelebihan dan kekurangan dari model tersebut. Model yang dikembangkan
oleh taba juga seperti itu. Berikut kita coba melihat kelebihan dan kelemahan dari
model kurikulum Taba.
a. Kelebihan Model Taba
Model ini bisa dikatakan telah menghindari kebingungan, sebuah tugas
yang susah dari perspektif kebanyakan pengembang kurikulum. Para pendidik dan
para pengembang kurikulum yang bekerja
Keuntungan digunakannya inverted Tabas ini ialah :
1. membantu untuk menjembatani kesenjangan antara teori dan praktek
karena produksi unit-unit tadi mengkombinasikan kemampuan teoritik dan
pengalaman praktis.
2. kurikulum yang terdiri dari unit-unit mengajar-belajar yang disiapkan oleh
guru-guru lebih mudah diintroduser ke sekolah, berarti lebih mudah
dimengerti dibandingkan dengan kurikulum yang umum dan abstrak yang
dihasilkan oleh urutan tradisional
3. kurikulum yang terdiri dari kerangka umum dan unit-unit belajar-mengajar
lebih berpengaruh terhadap praktek kelas dibandingkan dengan kurikulum
yang ada.
b. Kekurangan Model Taba
Di samping memiliki kelebihan model ini juga memiliki kelemahan.
Kelemahan yang tampak disebabkan oleh adanya perbedaan cara berpikir dan
pendekatan kurikulumnya, seperti latar belakang pengalaman atau kurangannya

11

pengalaman yang di miliki oleh seorang pendidik. Dengan kata lain, pengalamanpengalaman tersebut tidak terlatih menggunakan model ini. Karena itu pendidik
yang tidak mempersiapkan diri untuk berpikir dan mengembnagkan kurikulum.
Akibatnya, para pengembang cendrung merasa senang dengan model dinamik
atau model interaksi.
Model induktif Taba mungkin tidak menarik bagi pengembang kurikulum
yang lebih memilih mempertimbangkan aspek-aspek yang lebih global dari
kurikulum sebelum melanjutkan ke spesifik

12

BAB III
PEMBAHASAN
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan,
isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggara kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Tujuan tertentu itu meliputi tujuan pendidikan nasional serta kesesuaian dengan
kekhasan,kondisi dan potensi daerah, satuan pendidikan dan peserta didik. Oleh
sebab itu kurikulum disusun oleh satuan pendidikan untuk memungkinkan
penyesuaian program pndidikan dengan kebutuhan dan potensi yang ada di
daerah.
Posisi pengembang kurikulum memegang peranan penting dalam
pengembangan kurikulum. Oleh karena itu ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam pemilihan pengembang kurikulum baik ditingkat sekolah
maupun lembaga yang lebih tinggi ( Dinas Kota/Provinsi/Pusat ). Hal-hal yang
perlu diperhatikan adalah;
1. Siapa orang yang terlibat di tugas pengembangan kurikulum dan mewakili
paham kurikulum apa.
2. Konsep kurikulum apa yang mereka usung dan bagaimana konsep tersebut
akan mempengaruhi hasil sebuah kurikulum
Latar belakang pemikiran atau cara pandang

apa yang mempengaruhi

pengembang kurikulum dalam cara mereka berpikir tentang kurikulum.


Model Taba dalam pengembangan kurikulum lebih menitikberatkan
kepada bagaimana mengembangkan kurikulum sebagai suatu proses perbaikan
dan penyempurnaan kurikulum. Ia menggunakan pendekatan grass roots dan
yakin bahwa kurikulum dapat didisain oleh guru dari pada hanya meneruskan
yang dibuat oleh atasan. Lebih lanjut ia merasakan bahwa guru akan memulai
memproses dengan membuat unit belajar mengajar secara khusus untuk para
siswa di dalam sekolahnya, yang sejak awal dilibatkan dalam pembuatan disain
kurikulum secara umum. Oleh karena itu Taba menggunakan pendekatan induktif
untuk pengembangan kurikulum, memulai dari yang khusus dan membangun
kepada disain yang lebih umum. Menentang pada yang lebih tradisional yang

13

menggunakan pendekatan deduktif yaitu memulainya dengan disain umum dan


dilakukan ke bawah kepada yang khusus.
Berbeda dengan model yang dikembangkan Tyler, model Taba lebih
menitik beratkan kepada bagaimana mengembangkan kurikulum sebagai suatau
proses perbaikan dan penyempurnaan. Oleh karena itu, dalam kurikulum ini
dikembangkan tahapan-tahapan yang harus dilakukan oleh para pengembang
kurikulum. Model pengembangan ini lebih rinci dan lebih sempurna jika
dibandingkan dengan model pengembangan Tyler. Model Taba merupakan
modifikasi dari model Tyler. Modifikasi tersebut terutama penekanannya pada
pemusatan perhatian guru. Teori Taba mempercayai bahwa guru merupakan faktor
utama dalam pegembangan kurikulum. Pengembangan kurikulum yang dilakukan
guru dan memposisikan guru sebagai inovator dalam pengembangan kurikulum.
Merupakan karakteristik dalam model pengembangan Taba
Pengembangan kurikulum biasanya dilakukan secara deduktif yang di
mulai dari langkah penentuan prinsip-prinsip dan kebijakan dasar, merumuskan
desain kurikulum, menyusun unit-unit kurikulum, dan mengimplementasikan
kurikulum di dalam kelas.
Hilda Taba tidak sependapat dengan langkah tersebut. Alasannya,
pengembangan kurikulum secara deduktif tidak dapat menciptakan pembaharuan
kurikulum. Oleh karena itu menurut Hilda Taba, kurikulum harus dikembangakan
secara terbalik yaitu dengan pendekatan induktif.
Nana Syaodih (2012 : 201) menjelaskan Kelebihan dan kekurangan
peranan guru dengan menggunakan pendekatan grass roots adalah :
1. Kurikulum akan sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan
masyarakat setempat atau kondisi sekolah
2. Kurikulum sesuai dengan tingkat dan kemampuan sekolah, baik
kemampuan profesional, finansial ataupun manejerial.
3. Penyusunan yang dilakukan oleh guru-guru sendiri dengan demikian
dapat lebih memudahkan dalam pelaksanakan kurikulum tersebut.
4. Menimbulkan motivasi bagi guru untuk mengembangkan diri, mencari
dan menciptakan kurikulum yang sebaik-baiknya, dengan demikian

14

akan terjadi semacam kompetisi yang baik dalam pengembangan


kurikulum.
Sedangkan kelemahan dari model pengembangan kurikulum oleh Hilda
Taba ini adalah:
1. Tidak adanya keseragaman, untuk situasi yang membutuhkan keseragaman
demi persatuan dan kesatuan nasional, bentuk ini kurang tepat.
2. Tidak adanya standar penilaian yang sama, sehingga sulit untuk
membandingkan keadaan dan kemajuan suatu sekolah/wilayah dengan
sekolah/wilayah lainnya.
3. Adanya kesulitan jika terjadi perpindahan siswakesekolah/wilayah lain
4. Sukar untuk mengadakan pengelolaan dan penilaian secara nasional.
5. Belum semua sekolah/daerah memiliki kesiapan untuk menyusun dan
mengembangkan kurikulum sendiri.
Model Taba sebagai model pembelajaran secara induktif yang terdiri atas
langkah-langkah terstruktur yang dibagi menjadi tujuh fase. Guru menjadi motor
penggerak untuk menjangkau fase demi fase melalui pertanyaan-pertanyaan
yangdiajukan kepada siswa secara sambung-menyambung. Tujuan
utama model ini adalah pengembangan keterampilan berpikir kritis siswa di
samping penguasaan secara tuntas topik yang dibicarakan. Model Taba
berorientasi pada pendekatan proses.

15

BAB IV
KESIMPULAN
1. Model Taba dalam pengembangan kurikulum lebih menitikberatkan kepada
pendekatan grass roots dan yakin bahwa kurikulum dapat didisain oleh guru
dari pada hanya meneruskan yang dibuat oleh atasan. Guru memiliki peranan
yang penting dalam pengembangan kurikulum. Guru akan memulai
memproses dengan membuat unit belajar mengajar secara khusus untuk para
siswa di dalam sekolahnya, yang sejak awal dilibatkan dalam pembuatan
disain kurikulum secara umum. Oleh karena itu Taba menggunakan
pendekatan induktif untuk pengembangan kurikulum, memulai dari yang
khusus dan membangun kepada disain yang lebih umum.
2. Langkah-langkah yang digunakan Hilda Taba dalam pengembanagn
kurikulum adalah:
a. Menghasilkan unit-unit percobaan (pilot unit) melalui langkah-langkah: 1.
mendiagnosis kebutuhan, 2. memformulasikan tujuan,3. memilih isi, 4.
mengorganisasi isi melalui seleksi isi, 5. memilih pengalaman belajar,6.
mengorganisasi pengalaman belajar, 7. menentukan alat evaluasi dan
prosedurnya dan 8. menguji keseimbangan isi kurikulum.
b. Mengujicobakan unit eksperimen untuk memperoleh data dalam rangka
menemukan validitas dan kelayakan penggunaannya.
c. Merevisi dan mengkonsolidasikan unit-unit eksperimen berdasarkan data
yang diperoleh dalam uji coba.
d. Mengembangkan keseluruhan kerangka kurikulum
e. Implementasi dan diseminasi kurikulum yang telah teruji. Pada tahapan
terakhir ini perlu dipersiapkan guru-guru melalui penataran-penataran,
loka karya dan lain sebagainya serta mempersiapkan fasilitas dan alat-alat
yang sesuai dengan tuntutan kurikulum.
3. Model inverted yang dikembangkan oleh Taba walaupun merupakan sebuah
model yang mencoba untuk menyempurnakan model sebelumnya juga tidak
terlepas dari kelebihan dan kekurangan. Secara umum kelebihan Model Taba
adalah dengan menggunakan pendekan grass Roots, dimana guru memiliki
peranan penting dalam mengembangkan sebuah kurikulum. Sehingga guru
16

tidak hanya memiliki peran sebagai pengguna kurikulum tetapi juga


memposisikan dirinya sebagai pengembang atau pembuat inovasi dalam
kurikulum. Akan tetapi hal ini juga yang akan memberikan kelemahan dalam
model ini. Kompetensi yang dimiliki oleh guru untuk memahami dan
mengembangkan kurikulum belum sama. Hal ini bisa menimbulkan
permasalahan dilapangan nantinya.

f.

17

DAFTAR PUSTAKA

Arifin Zainal. (2012). Konsep dan Model Pengembangan Kurikulu,. Bandung :


Remaja Rosda Karya
Hamalik Oemar (2009). Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum, Bandung :
Remaja Rosda
Idi Abdullah (2011). Pengembangan Kurikulum : Teori dan Praktek , Yogyakarta :
Ar Ruzz Media
Miller, J.P & Seller W (1985). Curriculum Perspectives And Practice . New York
and London: Longman
Nana Syaodih S (2012). Pengembangan Kurikulum, Teori dan Praktek, Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya.
Oliva Peter F (1982). Developing The Curriculum., USA: Little Brown Comp
Sanjaya W. (2009). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : Kencana

18

Anda mungkin juga menyukai