Anda di halaman 1dari 7

Kelompok 3 :

1. RahmaNuria
2. Septa Rahmila
3. ShofrotunKhoiriyah
4. YosepAlqopa
Kelas : 3B

Pengembangan Kurikulum
Model Wheeler

A. Karakteristik model Kurikulum Wheeler


Wheeler mempunyai argument tersendiri agar pengembangan
kurikulum dapat menggunakan lingkar proses, yang setiap elemennya saling
berhubungan dan saling bergantung. Pendekatan yang digunakan Wheeler
dalam pengembangan kurikulum pada dasarnya memiliki bentuk rasional.
Setiap langkahnya merupakan pengembangan secara logis terhadap model
sebelumnya, dan suatu langkah tidak dapat dilakukan sebelum langkah-langkah
sebelumnya telah diselesaikan. Wheeler mengembangkan ide-idenya
sebagaimana telah dilakukan oleh Tyler dan Taba. Wheeler menawarkan lima
langkah yang saling keterkaitan dalam proses kurikulum.

Lima langkah itu jika dikembangkan dengan logis dan temporer akan
menghasilkan suatu kurikulum yang efektif. Wheeler mengembangkan
lebihlanjut apa yang dilakukan Tyler dan Taba, meski hanya dipersentasikan
agak berbeda. Adapun langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut.

1. Seleksi maksud, tujuan, dan sasarannya.


2. Seleksi pengalaman belajar untuk membantu mencapai maksud, tujuan dan
sasaran.
3. Seleksi isi melalui tipe-tipe tertentu dari pengalaman yang mungkin
ditawarkan.
4. Organisasi dan integrasi pengalaman belajar dan isi yang berkenaan dengan
proses belajar mengajar
5. Evaluasi setiap fase dan masalah tujuan-tujuan.
Berikut merupakan model pengembangan kurikulum versi Wheeler dalam
bentuk lingkaran:

B. Langkah-langkah Pengembangan Kurikulum Wheeler


Seperti pada pembahasan di atas mengenai karakteristik model
pengembangan Wheeler, berikut akan dijelaskan langkah-langkah
pengembangan model Wheeler yang terdiri dari lima tahapan, yakni sebagai
berikut:
1. Menentukan tujuan
Tujuan yang ditentukan terdiri dari tujuan umum dan tujuan
khusus. Dalam hal ini, tujuan umum dapat berupa tujuan yang bersifat
normatif yang mengandung tujuan filisofis (aim) atau tujuan pembelajaran
yang bersifat praktis (goals). Sedangkan yang menjadi tujuan khusus yaitu
tujuan yang bersifat spesifik dan observable (objective) yaitu suatu tujuan
pembelajaran yang mudah diukur ketercapaiannya. Dalam
pengembangan kurikulum menurut Wheeler penentuan tujuan merupakan
tahap awal yang harus dilakukan. Dalam penyusunan suatu kurikulum,
merumuskan tujuan merupakan hal yang harus dikerjakan karena tujuan
merupakan arah atau sasaran pendidikan. Alasan alasan yang
mendasar mengenai pentingnya perumusan suatu tujuan adalah tujuan
berkaitan erat dengan arah dan sasaran yang harus dicapai oleh
dunia pendidikan. Kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan
pendidikan, dengan demikian salah satu komponen penting yang
harus ada dalam suatu perencanaan kurikulum adalah tujuan itu sendiri.

2. Menentukan pengalaman belajar


Pengalaman belajar ini dirumuskan dari tujuan. Pengalaman belajar
yang dimaksud dengan disini adalah segala aktivitas siswa dalam
berinteraksi dengan lingkungan. Menentukan pengalaman belajar
merupakan hal yang penting untuk materi - materi yang sesuai dalam proses
pembelajaran. Beberapa prinsip dalam menentukan pengalaman belajar
siswa, yaitu:
a. pengalaman siswa harus sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai karena
setiap tujuan akan menentukan pengalaman pembelajaran
b. setiap pengalaman belajar harus memuaskan siswa
c. setiap rancangan pengalaman siswa belajar sebaiknya melibatkan peran
serta siswa
d. dalam satu pengalaman belajar dapat mencapai tujuan yang berbeda.

3. Menentukan isi dan materi pelajaran sesuai dengan pengalaman belajar


Tahap ketiga dalam pengembangan kurikulum menurut Wheeler
adalah penentuan isi dan materi pelajaran. Penentuan isi dan materi
pelajaran ini didasarkan atas pengalaman belajar yang di alami oleh
peserta didik, pengalaman belajar yang dialami oleh peserta didik
dijadikan suatu acuan dalam penyusunan materi ajar. Langkah-langkah
pengorganisasian merupakan hal yang sangat penting karena dengan
pengorganisasian yang jelas akan memberikan arah bagi pelaksanaan
proses pembelajaran sehingga menjadi pengalaman belajar bagi
pelaksanaan proses pembelajaran sehingga menjadi pengalaman belajar
yang nyata bagi siswa.
4. Mengorganisasi atau menyatukan pengalaman belajar dengan isi atau
materi pelajaran.
Setelah materi ajar disusun maka dilakukan penyatuan antara
pengalaman belajar dengan materi ajar yang telah disusun, hal ini bertujuan
agar terjadi hubungan atau kesinambungan antara pengalaman belajar
dengan materi ajar. Sehingga proses belajar mengajar dapat berjalan
dengan naik sehingga hasil yang diperoleh pun dapat maksimal.

5. Melakukan evaluasi setiap fase pengembangan dan pencapaian tujuan.


Disini setelah proses pembelajaran selesai akan dilaksanakan suatu
proses evaluasi. Dalam proses pengembangan kurikulum ini tahap evaluasi
merupakan tahap yang sangat penting. hal itu karena proses penilaian
atau evaluasi dapat memberikan informasi tentang ketercapaian
daripada tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Dengan evaluasi ini
maka akan dapat diketahui apakah kurikulum yang diterapkan itu berjalan
denagn baik sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai oleh sekolah
tersebut.secara rinci dapat dikatakan bahwa evaluasi bertujuan untuk
menggumpulkan, menganalisis dan menyajikan data untuk bahan penentuan
keputusan mengenai kurikulum apakan kurikulum itu masih bisa berlaku
atau harus di perbaharui atau diganti lagihal itu terjadi karena evaluasi
suatu kurikulum dapat memberikan informasi mengenai kesesuaian,
efektifitas dan efisiensi kurikulum terhadap tujuan yang ingin dicapai dan
penggunaan sumber daya,yang mana informasi ini akan sangat berguna
sebagai bahan pembuat keputusan apakah kurikulum tersebut masih
dijalankan tetapi perlu revisi atau kurikulum tersebut harus diganti
dengan kurikulum yang baru.

C. Kelebihan Dan Kekurangan Kurikulum Model Wheeler


Walaupun model kurikulum Wheeler merupakan pengembangan dari
model kurikulum Tyler, gambar siklus model pengembangan kurikulum
Wheeler menunjukkan bahwa model pengembangan ini tampaknya
jauh lebih progresif dari pada model garis lurus yang dikembangkan
oleh Tyler. Berikut keunggulan dari model pengembangan Wheeler.
1. Model ini memiliki mekanisme umpan balik, sehingga menyediakan
masukan atau saran dengan tujuan untuk mengukur kemajuan dari
penerapan model pengembangan kurikulum.
2. Dengan adanya umpan balik, dapat diketahui sejauh mana tingkat
ketercapaaian pengembangan kurikulum yang diimplementasikan. Jadi,
fungsi evaluasi disini tergantung dari tujuan orang yang melakukan
evaluasi. Apakah untuk mengetahui atau untuk mengukur tingkat
ketercapaian pengembangan kurikulum, atau hanya untuk mengetahui
sejauh mana ketercapaian model pengembangan kurikulum.
Namun di sisi lain, model pengembangan kurikulum ini juga
memiliki beberapa kelemahan. Beberapa kelemahannya yaitu sebagai berikut:
1. Tujuan jangka pendek Wheeler meliputi karakteristik perilaku. Perilaku
memiliki banyak tujuan keuntungan jika diterapkan untuk
merancang kurikulum, akan tetapi memiliki beberapa batasan dalam
pelaksanaannya. Contohnya, bagaimana seseorang bisa mengukur
meningkatnya kelancaran siswa dalam menulis.
2. Model ini kurang prosedur antara mengorganisir dan mengintegrasikan
konten pengalaman belajar dan evaluasi. Menurut Huang &Yang (2004)
prosedur ini adalah pelaksanaan konten yang terintegrasi.

D. Implementasi Model Pengembangan Kurikulum Wheeler


Untuk lebih jelasnya mengenai model pengembangan kurikulum
Wheeler, berikut ditampilkan penerapannya dalam pembuatan rencana
pelaksanaan pembelajaran IPA terpadu di tingkat satuan pendidikan sekolah
menengah pertama. Adapun acuan yang digunakan dalam implementasi
pengembangan kurikulum Wheeler di sekolah adalah lima langkah yang telah
dipaparkan di atas.
1. Menentukan tujuan
Hal pertama yang dilakukan adalah menentukan tujuan, yakni tujuan umum
dan tujuan khusus.
a. Tujuan umum
Tujuan ini memuat aspek perilaku, aspek isi dan aspek
kondisi. Contoh: Siswa mengetahui cara-cara mempelajari komponen
penyusun ekosistem dengan pendekatan observasi dan klasifikasi. Dari
tujuan ini terlihat ada aspek perilaku (mengetahui), aspek isi (cara-cara
mempelajari komponen penyususn ekosistem) dan aspek kondisi (dengan
pendekatan klasifikasi dan observasi).
b. Tujuan khusus
Tujuan khusus ini memuat empat komponen, yaitu audience (siswa),
behavior (tingkah laku), condition (keadaan) dan degree
(strandarisasi). Contoh : Setelah melakukan pengamatan terhadap
ekosistem kolam (C), siswa SMP kelas VII (A) dapat membedakan (B)
komponen biotik dan abiotik (D).

2. Menentukan Pengalaman Belajar


Pengalaman belajar didapatkan dari merumuskan tujuan. Faktor yang perlu
dipertimbangkan dalam menentukan pengalaman belajar adalah
karakteristik konsep yang diajarkan, kesiapan siswa, dan ketersediaan alat.

3. Menentukan isi atau materi pembelajaran.


Isi atau materi ini disesuikan dengan pengalaman belajar siswa. Dari hasil
pengalaman belajar tersebut, maka guru dapat menganalisis dan menentukan
konsep yang cocok dalam materi pembelajaran. Contoh : penyiapan materi
kelas VII semester II yaitu materi ekosistem.

4. Mengorganisasi atau menyatukan pengalaman belajar dengan isi atau materi


belajar. Adapun cara-cara mengorganisasi pembelajaran sesuai dengan
materi pembelajaran adalah membuat panduan pengamatan yang di
dalamnya terdapat judul, tujuan, bahan dan alat, prosedur kerja, hasil,
pembahasan, diskusi,serta simpulan.
5. Melakukan evaluasi setiap fase pengembangan dan pencapaian tujuan
langkah terakhir yang dilakukan untuk mengetahui tingkat pencapaian
materi oleh siswa yaitu dengan melakukan evaluasi dalam bentuk tes tulis
dengan mengintegrasikan tujuan dan hasil pengamatan.

Anda mungkin juga menyukai