Anda di halaman 1dari 7

Nama : Siti Sopiyah

Npm : 20.10.1.0022

Prodi PAI / Semester IV

Tugas Pengembangan Kurikulum

Macam-macam Model Pengembangan Kurikulum beserta Penerapannya

Model pengembangan kurikulum adalah model yang digunakan untuk mengembangkan suatu
kurikulum, dimana pengembangan kurikulum dibutuhkan untuk memperbaiki atau menyempurnakan
kurikulum yang dibuat untuk dikembangkan sendiri baik dari pemerintah pusat, pemerintah daerah
atau sekolah.

Nadler (1988) menjelaskan bahwa model yang baik adalah model yang dapat menolong si pengguna
untuk mengerti dan memahami suatu proses secara mendasar dan menyeluruh. Selanjutnya ia
menjelaskan manfaat model adalah model dapat menjelaskan beberapa aspek perilaku dan interaksi
manusia, model dapat mengintegrasikan seluruh pengetahuan hasil observasi dan penelitian, model
dapat menyederhanakan suatu proses yang bersifat kompleks, dan model dapat digunakan sebagai
pedoman untuk melakukan kegiatan.

Secara umum, pemilihan model pengembangan kurikulum dilakukan dengan cara menyesuaikan
sistem pendidikan yang dianut dan model konsep yang digunakan.

Macam-Macam Model Pengembangan Kurikulum

1. Model Rapl W. Tyler


Menurut Tyler, sebagaimana yang dikutip oleh Abdullah Idi, bahwa sangat penting
pendapat secara rasional, menganalisis, menginterpretasikan kurikulum dan program pengajaran
dari suatu lembaga pendidikan.

Tyler menempatkan empat pertanyaan dalam mengembangkan kurikulum, pertama harus


diperhatikan adalah tujuan, yaitu apa tujuan pendidikan yang seharusnya dicari oleh pihak sekolah
untuk dicapai. Kedua, mengenai strategi dan isi pembelajaran yang berhubungan dengan seleksi
pengalaman belajar, yaitu pengalaman belajar seperti apa yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan
tersebut. Langkah ketiga adalah mengorganisasikan pengalaman belajar, yaitu bagaimana
pengalaman-pengalaman belajar tersebut dapat diorganisasikan dengan efektif. Sedangkan
langkah yang terakhir adalah penilaian dan evaluasi, yaitu bagaimana kita menentukan apakah
tujuan tersebut telah tercapai.

Ralp Tyler sebagai bapak pengembang kurikulum (curriculum developer), telah


menanamkan perlunya hal yang lebih rasional, sistematis, dan pendekatan yang berarti dalam
tugas mereka. Tyler juga menguraikan dan menganalisis sumber-sumber tujuan yang datang dari
anak didik, mempelajari kehidupan kontemporer, mata pelajaran yang bersifat akademik, filsafat
dan psikologi belajar.

Tyler mengusulkan sebuah model pengembangan kurikulum yang komprehensif, yaitu


dengan merekomendasikan kepada pengembang kurikulum untuk mengidentifikasi tujuan-tujuan
umum dengan mengumpulkan data dari 3 sumber (para peserta didik, kehidupan nyata di luar
lingkungan sekolah dan mata pelajaran) untuk selanjutnya disempurnakan melalui 2 saringan
yang terdiri atas filosofi sosial dan kependidikan sekolah, serta psikologi pembelajaran. Hasilnya
adalah tujuan pembelajaran khusus.

2. Model Taba (Converter Model)

Taba menggunakan pendekatan akar rumput (grass-roots approach) bagi perkembangan


kurikulum. Taba percaya kurikulum harus dirancang oleh guru dan bukan diberikan oleh pihak
berwenang. Menurut Taba guru harus memulai proses dengan menciptakan suatu unit belajar
mengajar khusus bagi murid-murid mereka disekolah dan bukan terlibat dalam rancangan suatu
kurikulum umum. Karena itu Taba menganut pendekatan induktif yang dimulai dengan hal
khusus dan dibangun menjadi suatu rancangan umum.
Taba mencantumkan lima langkah urutan untuk mencapai perubahan kurikulum, sebagai
berikut :

1) Producing Pilot Units (membuat unit percontohan) yang mewakili peringkat kelas atau mata
pelajaran. Taba melihat langkah ini sebagai penghubung antara teori dan Praktik.
a. Diagnosis of needs (diagnosa kebutuhan). Pengembang kurikulum memulai dengan
menentukan kebutuhan-kebutuhan siswa kepada siapa kurikulum direncanakan.
b. Formulation of objectives (merumuskan tujuan). Setelah kebutuhan siswa, perencana
kurikulum memerinci tujuan – tujuan yang akan dicapai.
c. Selection of content (pemilihan isi) bahasa yang akan dipelajari berpangkal langsung
dari tujuan-tujuan.
d. Organization of content (organisasi isi). Setelah isi atau bahasan dipilih, tugas
selanjutnya adalah menentukan pada tingkat dan urutan yang mana mata pelajaran
ditempatkan.
e. Selection of learning experiences (pemilihan pengalaman belajar). Metodologi atau
strategi yang dipergunakan dalam bahasa harus dipilih oleh perencana kurikulum.
f. Organization of learning activities (organisasi kegiatan pembelajaran). Guru
memutuskan bagaimana mengemas kegiatan-kegiatan pembelajaran dan dalam
kombinasi atau urutan seperti apa kegiatan-kegiatan tersebut akan digunakan.
g. Determination of what to evaluate and of the ways and means of doing it (penentuan
tentang apa yang akan dievaluasi dan cara serta alat yang dipakai untuk melakukan
evaluasi). Perencana kurikulum harus memutuskan apakah tujuan sudah tercapai.
Guru memilih alat dan teknik yang tepat untuk menilai keberhasilan siswa dan untuk
menentukan apakah tujuan kurikulum sudah tercapai.
h. Checking for balance and sequence (memeriksa keseimbangan dan urutan). Tabak
meminta pendapat dari pekerja kurikulum untuk melihat konsistensi di antara
berbagai bagian dari unit belajar mengajar, untuk melihat alur pembelajaran yang
baik dan untuk keseimbangan antara berbagai macam pembelajaran dan ekspresi.
2) Testing Experiental Units ( menguji unit percobaan). Uji ini diperlukan untuk mengecek
validitas dan apakah materi tersebut dapat diajarkan dan untuk menetapkan batas atas dan
batas bawah dari kemampuan yang diharapkan.
3) Revising and Consolidating ( revisi dan konsolidasi). Unit pembelajaran dimodifikasi
menyesuaikan dengan keragaman kebutuhan dan kemampuan siswa, sumber daya yang
tersedia dan berbagai gaya mengajar sehingga kurikulum dapat sesuai dengan semua tipe
kelas.
4) Developing a framework (pengembangan kerangka kerja). Setelah semua unit dirancang,
perencana kurikulum harus memeriksa apakah ruang lingkup sudah memadai dan urutannya
sudah benar.
5) Installing and disseminating new units (pasang dan menyebarkan unit-unit baru). Mengatur
pelatihan sehingga guru-guru dapat secara efektif mengoperasikan unit belajar mengajar di
kelas mereka.
3. Model Wheeler

Menurut Wheeler, Pengembangan kurikulum merupakan suatu proses yang membentuk


lingkaran yang terjadi secara terus menerus. Dimana ada lima fase (tahap), setiap tahap
merupakan pekerjaan yang berlangsung secara sistematis. Tahapannya yaitu:

a. Menentukan tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum bisa merupakan tujuan
formatif yang mengandung tujuan filosofis atau tujuan pembelajaran yang bersifat
praktis (goals). Sedangkan tujuan khusus adalah tujuan yang bersifat spesifik dan
observable (objective) yakni tujuan mudah diukur ketercapaiannya.
b. Menentukan pengalaman belajar yang mungkin dapat dilakukan oleh siswa untuk
mencapai tujuan yang dirumuskan dalam langkah pertama.
c. Menentukan isi atau materi pembelajaran sesuai dengan pengelaman belajar.
d. Mengorganisasi atau menyatukan pengalaman belajar dengan isi atau materi belajar.
e. Melakukan evaluasi setiap fase pengembangan dan pencapaian tujuan.

Dari langkah-langkah pengembangan kurikulum yang dikemukakan Wheller, maka


tampak bahwa pengembangan kurikulum membentuk sebuah siklus (lingkaran). Pada hakikatnya
setiap tahapan pada siklus membentuk sebuah sistem yang terdiri dari komponen-komponen
pengembangan yang saling bergantung satu sama lainya.

4. Model Nicholls

Dalam bukunya Developing a Curriculum: a Practical Guide (1978), Howard Nicholls


menjelaskan bahwa pendekatan pengembangan kurikulum terdiri atas elemen-elemen kurikulum
yang membentuk siklus. Model pengembangan kurikulum Nicholls menggunakan pendekatan
siklus seperti model Wheeler. Model Nicholls digunakan apabila ingin menyusun kurikulum baru
yang diakibatkan oleh terjadinya perubahan situasi. Ada lima langkah pengembangan kurikulum
menurut Nicholls, yaitu:

a. Analisis sesuatu
b. Menentukan tujuan khusus
c. Menentukan dan mengorganisasi isi pelajaran
d. Menentukan dan mengorganisasi metode
e. Evaluasi
5. Model Dynamic Skilbeck

Menurut Skilbeck, model pengembangan kurikulum yang ia namakan model Dynamic,


adalah model pengembangan kurikulum pada level sekolah (School Nased Curriculum
Development).

Skilbeck menjelaskan model ini diperuntukkan untuk setiap guru yang ingin
mengembangkan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan sekolah. Agar proses pengembangan
berjalan dengan baik, maka setiap pengembang termasuk guru perlu memahami lima elemen
pokok yang dimulai dari menganalisis situasi sampai pada melakukan penilaian.

Skilbeck menganjurkan model pengembangan kurikulum yang ia susun dapat dijadikan


alternative dalam pengembangan kurikulum tingkat sekolah. Menurut Skilbeck langkah-langkah
pengembangan kurikulum adalah sebagai berikut:

a. Menganalisis sesuatu.
b. Memformulasikan tujuan.
c. Menyususn program.
d. Interpretasi dan implementasi.
e. Monitoring, feedback, penilaian, dan rekonstruksi.
6. Model Saylor

Model ini membentuk curriculum planning process (proses perencanaan kurikulum).


Untuk mengerti model ini, kita harus menganalisa konsep kurikulum dan konsep rencana
kurikulum mereka. Kurikulum menurut mereka adalah “a plan for providing sets of learning
opportunities for persons to be educated” ; sebuah rencana yang menyediakan kesempatan belajar
bagi orang yang akan dididik. Namun, rencana kurikulum tidak dapat dimengerti sebagai sebuah
dokumen tetapi lebih sebagai beberapa rencana yang lebih kecil untuk porsi atau bagian
kurikulum tertentu.

Model ini menunjukkan bahwa perencana kurikulum mulai dengan menentukan atau
menetapkan tujuan sasaran pendidikan yang khusus dan utama yang akan mereka capai. Saylor,
Alexander dan Lewis, mengklasifikasi serangkaian tujuan ke dalam empat (4) bidang kegiatan
dimana pembelajaran terjadi, yaitu : perkembangan pribadi, kompetensi sosial, ketrampilan yang
berkelanjutan dan spesialisasi. Setelah tujuan dan sasaran serta bidang kegiatan ditetapkan,
perencana memulai proses merancang kurikulum. Diputuskan kesempatan belajar yang tepat bagi
masing-masing bidang kegiatan dan bagaimana serta kapan kesempatan ini akan disediakan.

Akhirnya perencana kurikulum dan guru terlibat dalam evaluasi. Mereka harus memilih
teknik evaluasi yang akan digunakan. Saylor dan Alexander mengajukan suatu rancangan yang
mengizinkan : (1) Evaluasi dari seluruh program pendidikan sekolah, termasuk tujuan, sub tujuan,
dan sasaran; keefektifan pengajaran akan pencapaian siswa dalam bagian tertentu dari program,
juga (2) evaluasi dari program evaluasi itu sendiri. Proses evaluasi memungkinkan perencana
kurikulum menetapkan apakah tujuan sekolah dan tujuan pengajaran telah tercapai.

Anda mungkin juga menyukai