Anda di halaman 1dari 18

RESUME

“MODEL-MODEL PENGEMBANGAN KURIKULUM”

Resume Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Kurikulum Dan Pembelajaran

Disusun Oleh :

Kelompok 5

Adeliana Pratiwi (21129150)


Hardina Eka Putri (21129220)
Rahma Putri Khairani (21129526)

Seksi 21 BB 06

Dosen Pengampu :

Dra. Rifda Eliyasni, M.Pd.

DEPARTEMEN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2023
A. Pengertian Model Pengemabangan Kurikulum
Menurut Good dan Travers, model adalah abstraksi dunia nyata atau representasi
peristiwa kompleks atau sistem, dalam bentuk naratif, matematis, grafis, serta lambang-
lambang lainnya. Model bukanlah realitas, akan tetapi merupakan representasi realitasyang
dikembangkan dari keadaan. Dengan demikian, model pada dasarnya berkaitandengan
rancangan yang dapat digunakan untuk menerjemahkan sesuatu sarana untukmempermudah
berkomunikasi, atau sebagai petunjuk yang bersifat perspektif untukmengambil keputusan,
atau sebagai petunjuk perencanaan untuk kegiatan pengelolaan.Sedangkan menurut (Kamus
Besar Bahasa Indonesia) model adalah pola, contoh, acuan,ragam dari sesuatu yang akan
dihasilkan. Dikaitkan dengan model pengembangankurikulum berarti merupakan suatu pola,
contoh dari suatu bentuk kurikulum yang akanmenjadi acuan pelaksanaan
pendidikan/pembelajaran.
Jadi, Model pengembangan kurikulum adalah suatu alternative prosedur dalamrangka
mendesain (desining), menerapkan (implementatio), dan mengevaluasi (evaluation) suatu
kurikulum. Kurikulum juga bisa disebut model yang digunakan untukmengembangkan suatu
kurikulum, dimana pengembangan kurikulum dibutuhkan untukmemperbaiki atau
menyempurnakan kurikulum yang dibuat untuk dikembangkan sendiri baik dari pemerintah
pusat, pemerintah daerah atau sekolah.
Nadler menjelaskan bahwa model yang baik adalah model yang dapat menolongsi
pengguna untuk mengerti dan memahami suatu proses secara mendasar danmenyeluruh.
Selanjutnya ia menjelaskan manfaat model adalah model dapat menjelaskan beberapa aspek
perilaku dan interaksi manusia, model dapat mengintegrasikan seluruh pengetahuan hasil
observasi dan penelitian, model dapat menyederhanakan suatu prosesyang bersifat kompleks,
dan model dapat digunakan sebagai pedoman untuk melakukankegiatan.
B. Model-Model Pengembangan kurikulum Menurut Para Ahli
1. Model Robert Zais
Robert S. Zais adalah ahli kurikulum yang banyak melontarkan ide-idenya sekitar tahun
1976. Zais mengemukaan delapan model pengembangan kurikulum. Dasar teoritisnya
adalah intuisi atau orang yangmenyelenggarakan pengembangan, pengambil keputusan,
penetapan ruanglingkup, kegiatan termuat dalam kurikulum, realitas implementasinya,
pendekatan permasalahan dengan cara pelaksaannya, dan pemanfaatan teknologi dalam
pengembangan kurikulum.
2. Roger’s Interpersonal Relation Model
Model ini berasal dari seorang psikolog Carl Rogers. Dia berasumsi bahwa
“kurikulum diperlukan dalam rangka mengembangkan individu yangterbuka, luwes dan
adaptif terhadap situasi perubahan.” Untuk itu,dieprlukan pengalaman kelompok dalam
melatih hal-hal yang bersifatsensitif. Setiap kelompok terdiri atas 10-15 orang dengan
seorang fasilitator atau pemimpin. Kelompok tersebut hendaknya tidak berstruktur,
tetapiharus menyediakan lingkungan yang memungkinkan seorang dapat berekspresi
secara bebas dan ada pula kemungkinan berkomunikasiinterpersonal secara luas.
Ada empat langkah pengembangan kurikulum model Roger's:
a) Pemilihan target dari sistem pendidikan. Di dalam penentuan target ini satu-
satunya kriteria yang menjadi pegangan adalah adanya kesediaan dari pejabat
pendidikan untuk turut serta dalam kegiatan kelompok yang intensif. Selama satu
minggu para pejabat pendidikan atau administrator melakukan kegiatan kelompok
dalam suasana yang relax, tidak formal.
b) Dalam pengembangan kurikulum model Roger's adalah partisipasi guru dalam
pengalaman kelompok yang intensif. Sama seperti yang dilakukan para pejabat
pendidikan, guru juga turut serta dalam kegiatan kelompok.
c) Pengembangan pengalaman kelompok yang intensif untuk satu kelas atau unit
pelajaran. Selama lima hari penuh siswa ikut serta dalam kegiatan kelompok,
dengan fasilitator para guru atau administrator atau fasilitator dari luar.
d) Partisipasi orang tua dalam kegiatan kelompok, Kegiatan ini dapat
dikoordinasikan oleh BP3 masing-masing sekolah. Lama kegiatan kelompok ini
dapat tiga jam tiap sore hari selama seminggu atau 24 jam secara terus menerus.
Kegiatan ini bertujuan memperkaya orang-orang dalam hubungannya dengan
sesama orang tua, dengan anak, dan dengan guru. Rogers juga menyarankan, kalau
mungkin ada pengalaman kegiatan kelompok yang bersifat campuran. Kegiatan
merupakan akumulasi dari semua kegiatan kelompok di atas.

3. Model Beuchamp
Model ini dikemukakan oleh G.A. Beauchamp seorang ahli kurikulum.Beauchamp
mengemukakan lima langkah proses pengembangan kurikulum sebagai beriku:
a) Menetapkan wilayah atau arena yang akan dicakup oleh kurikulum tersebut,Wilayah
tersebut bisa terjadi pada hanya satu sekolah, satu kecamatan,kabupaten, atau mungkin
tingkat provinsi dan tingkat nasional.
b) Menetapkan orang-orang yang akan terlibat dalam proses pengembangankurikulum. Ada
empat kategori orang yang turut berpartisipasi dalam pengembangan kurikulum, yaitu:
para ahli pendidikan/kurikulum, para ahli pendidikan dari perguruan tinggi atau sekolah,
para profesional dalam sistem pendidikan, profesional lain dan tokoh-tokoh masyarakat.
c) Menetapkan prosedur yang akan ditempuh. Langkah ini berkenaan dengan prosedur yang
harus ditempuh dalam merumuskan tujuan umum dan tujuanyang lebih khusus, memilih
isi dan pengalaman belajar, serta kegiatan evaluasi,dan dalam menentukan keseluruhan
desain kurikulum.
d) Implementasi kurikulum. Pada tahap ini perlu dipersiapkan secara matang berbagai hal
yang dapat berpengaruh baik secara langsung maupun tidaklangsung terhadap efektivitas
penggunaan kurikulum, seperti pemahaman gurutentang kurikulum, sarana dan fasilitas
yang tersedia, manajemen sekolah, danlain sebagainya.
e) Melaksanakan evaluasi kurikulum yang menyangkut: evaluasi terhadapa pelaksanaan
kurikulum oleh guru-guru di sekolah, evaluasi terhadap desainkurikulum, evaluasi
keberhasilan anak didik, dan evaluasi sitem kurikulum.
C. Model-Model Pengembangan Kurikulum

Suatu model pengembangan kurkulum pada hakikatnya merupakan pola yang dapat
membantu berpikir, konseptualisasi suatu proses, menunjukkan prinsip-prinsip, prosedur
yang dapat menjadi pedoman bertindak dalam aktifitas pendidikan. Pengembangan
kurikulum dapat dilakukan dengan berbagai sistem dan cara, dan dituangkan dalam berbagai
model. Para ahli kurikulum sering mengembangkan model yang berbeda. Peter F.Oliva
dalam bukunya “Developing the Curriculum” menunjukkan empat macam model
berdasarkan ahli yang dipilihnya yaitu :

1. model Taba,
2. model Tyler,
3. model Saylor, Alexander, dan Lewis,
4. model Oliva (Oliva, 1992, hal. 158-159)

Model Taba merupakan model pengembangan kurikulum induktif, yaitu mulai dari
mengembangkan materi kurikulum yang aktual menuju kepada hal yang umum. Sedangkan
tiga model lainnya merupakan model pengembangan kurikulum deduktif, yaitu dimulai dari
hal yang umum ke yang khusus, misalnya dimulai dengan menguji kebutuhan masyarakat
sampai merumuskan sasaran pengajaran yang khusus.

1. Model Taba
Pendapat Hilda Taba mengenai model pengembangan kurikulum dikenal dengan
pendekatan akar rumput. Taba berpendapat bahwa kurikulum seharusnya didesain oleh
para guru dari pada diterima guru dari pemerintah. Selanjutnya, Taba menyatakan bahwa
para guru seharusnya memulai proses pengembangan kurikulumdengan mendesain unit-
unit pembelajaran di sekolahnya bukan dari desain umum yang luas.

Taba menggunakan pendekatan induktif dalam mengembangkan kurikulum.


Dalam pendekatan induktif, pengembang kurikulum memulai dari desain khusus dan
membangunnya menuju desain umum. Pendekatan ini sebagai tantangan terhadap
pendekatan deduktif yang telah ada sebelumnya, yang memulai dari desain umum dan
diturunkan ke yang khusus.

Model pengembangan kurikulum Taba memuat lima langkah pengembangan,

yaitu :
a) membuat unit-unit eksperimen

b) menguji unit-unit eksperimen

c) mengadakan revisi dan konsolidasi

d) mengembangkan kerangka kurikulum

e) implementasi dan diseminasi unit-unit baru.

Pada langkah pertama, membuat unit-unit eksperimen bersama guru-guru,


diadakan studi yang seksama tentang hubungan antara teori dan praktik di dalam unit
eksperimen. Taba menentukan delapan langkah dalam kegiatan unit eksperimenini :
a. mendiagnosis kebutuhan

b. merumuskan tujuan-tujuan

c. memilih isi

d. mengorganisasi isi

e. memilih pengalaman belajar

f. mengorganisasi aktifitas pembelajaran

g. menentukan apa yang dievaluasi serta cara evaluasinya

h. memeriksa urutan dan keseimbangan


Langkah kedua, menguji unit-unit eksperimen. Meskipun unit eksperimen ini
telah diuji dalam pelaksanaan di kelas eksperimen, tetapi masi harus diuji di kelas-
kelas atau tempat lain untuk menetapkan validitas dan kepraktisannya, serta
menghimpun data bagi penyempurnaan.
Langkah ketiga, mengadakan revisi dan konsolidasi. Dari langkah pengujian
diperoleh beberapa data, data tersebut digunakan untuk mengadakan perbaikan dan
penyempurnaan. Selain perbaikan dan penyempurnaan diadakan juga kegiatan
konsolidasi, yaitu penarikan kesimpulan tentang hal-hal lebih yang bersifat umum
yang berlaku dalam lingkungan yang lebih luas. Hal ini dilakukan sebab meskipun
suatu unit eksperimen telah cukup valid dan praktis pada suatu sekolah belum tentu
demikian juga pada sekolah yang lainnya. Untuk menguji keberlakuannya pada
daerah yang lebih luas perlu adanya kegiatan konsolidasi.
Langkah keempat, mengembangkan kerangka kurikulum. Apabila dalam
kegiatan penyempurnaan dan konsolidasi telah diperoleh sifatnya yang lebih
menyeluruh atau berlaku lebih luas, hal itu masih harus dikaji oleh para ahli
kurikulum dan para profesional kurukulum lainnya. Kegiatan ini dilakukan untuk
mengetahui apakah konsep-konsep dasar atau landasan-landasan teori yang dipakai
sudah masuk dan sesuai.
Langkah kelima, implementasi dan diseminasi unit-unit baru, yaitu
menerapkan kurikulum baru ini pada daerah atau sekolah-sekolah yang lebih luas. Di
dalam langkah ini masalah dan kesulitan-kesulitan pelaksanaan dihadapi, baik
berkenaan dengan kesiapan guru-guru, fasilitas, alat dan bahan lainnya.
2. Model Tyler

Model Tyler merupakan salah satu dari beberapa model pengembangan


kurikulum yang terbaik. Hal ini diketahui dari perhatian khusus yang diberikannya
pada tahap perencanaan. Model Tyler termasuk dalam model pengembangan
kurikulum deduktif, yaitu dimulai dari hal yang umum ke yang khusus, misalnya
dimulai dengan menguji kebutuhan masyarakat sampai merumuskan sasaran
pengajaran yang khusus.
menurut Tyler ada 4 tahap yang harus di lakukan dalammengembangkan
kurikulum, yang meliputi :
1. Tujuan pendidikan merupakan arah atau sasaran akhir yang harus dicapaidalam
program pendidikan dan pembelajaran. Tujuan pendidikan harusmenggambarkan
perilaku akhir setelah peserta didik mengikuti program pendidikan. lima faktor yang
menjadi arah penentu tujuan pendidikan,yaitu : pengembangan kemampuan berfikir,
membantu memperoleh informasi, pengembangan sikap kemasyarakatan,
pengembangan minat peserta didik, dan pengembangan sikap sosial.
2. Menentukan proses pembelajaran yang harus di lakukan
Menentukan proses pembelajaran apa yang paling cocok dilakukan
untukmencapai tujuan tersebut. Salah satu aspek yang harus diperhatikan dalam
penentuan proses pembelajaran adalah persepsi dan latar belakang kemampuan
paserta didik.
3. Menentukan organisasi pengalaman belajar
Setelah proses pembelajaran ditentukan, selanjutnya menentukanorganisasi
pengalaman belajar. Pengalaman belajar di dalamnya mencakuptahapan-tahapan
belajar dan isi atau materi belajar. Bahan yang harus dilakukan,diorganisasikan
sedemikian rupa sehingga dapat memudahkan dalam pencapaiantujuan.
4. Menentukan evaluasi pembelajaran
Menetukan jenis evaluasi apa yang cocok digunakan, merupakan kegiatanakhir
dalam model Tyler. Jenis penilaian yang akan digunakan, harus disesuaikandengan
jenis dan sifat dari tujuan pendidikan atau pembelajaran, materi pembelajaran, dan
proses belajar yang telah ditetapkan sebelumnya.

Tyler mengembangkan kurikulum dengan terlebih dahulu mengidentifikasi


tujuan umum berdasarkan data dari tiga sumber, yaitu siswa, masyarakat, dan mata
pelajaran. Setelah mengidentifikasi daftar tujuan intruksional umum yang bersumber
dari ketiganya, maka tujuan tersebut perlu disaring, diperiksa atau diuji dari dua sudut
pandang yaitu pandangan filsafat pendidikan dan sosial serta pandangan psikologi
pembelajaran. Tujuan intruksional umum yang telah periksa melalui dua sudut
pandang ini selanjutnya kita kenal sebagai tujuan intruksional khusus.

3. Model Saylor, Alexander, dan Lewis

Saylor, Alexander, dan Lewis merumuskan proses perencanaan kurikulum


seperti ditunjukkan dalam Gambar berikut :
TUJUAN DAN
SASARAN

PERANCANGAN IMPLEMENTASI EVALUASI


KURIKULUM KURIKULUM KURIKULUM

Gambar : Model Saylor, Alexander, dan Lewis

Untuk memahami model ini, kita harus menganalisa konsep kurikulum dan
konsep rencana kurikulum model tersebut. Kurikulum menurut model ini adalah “a
plan for providing sets of learning opportunities for person to be educated”, yaitu
sebuah rencana yang menyediakan perangkat kesempatan pembelajaran bagi
seseorang untuk dididik. Tetapi, rencana kurikulum tidak dipahami sebagai sebuah
dokumen semata tetapi lebih sebagai beberapa rencana yang lebih kecil untuk bagian
utama dari kurikulum .

a. Tujuan Sasaran, dan Bidang Kegiatan

Model ini menunjukkan bahwa perencana kurikulum mulai dengan


menentukan tujuan utama dan tujuan khusus pendidikan yang akan dicapai.
Saylor, Alexander, dan Lewis mengklasifikasikan serangkaian tujuan ke dalam
empat bidang kegiatan di mana terjadi pengalaman belajar, yaitu perkembangan
pribadi, kompetensi sosial, keterampilan belajar yang berkelanjutan, dan
spesialisasi.Setelah tujuan, sasaran, dan bidang kegiatan telah ditetapkan maka
perencana kurikulum memulai proses perancangan kurikulum. Pada proses
perancangan kurikulum para pengembang kurikulum menentukan kesempatan
belajar yang tepat untuk tiap bidang kegiatan serta bagaimana dan kapan
kesempatan akan disediakan.

b. Cara Pengajaran

Setelah rancangan kurikulum disusun maka para guru yang menjadi


bagian dari rencana kurikulum harus menyusun rencana pengajaran. Para guru
memilih metode yang menghubungkan antara kurikulum dengan siswa. Pada
tahap ini perlu diperkenalkan istilah “tujuan pengajaran”. Selanjutnya para guru
menentukan tujuan khusus pengajaran sebelum memilih strategi atau model
penyajian.

c. Evaluasi

Setelah implementasi maka langkah selanjutnya adalah evaluasi. Pada


tahap ini perencana kurikulum dan guru terlibat secara bersama-sama dalam
memilih teknik evaluasi. Saylor, alexander, dan Lewis mengajukan suatu
rancangan yaitu : (1) evaluasi dari keseluruhan program pendidikan di sekolah,
termasuk tujuan, sub tujuan, sasaran, efektifitas pengajaran, dan pencapaian
siswa dalam bagian tertentu dari program tersebut, (2) evaluasi dari program
evaluasi itu sendiri. Proses evaluasi memungkinkan perencana kurikulum untuk
menentukan apakah tujuan dan sasaran telah tercapai.

4. Model Oliva

Model pengembangan kurilum Oliva merupakan model pengembangan


kurikulum deduktif yang menawarkan sebuah proses pengembangan kurikulum
sekolah secara lengkap. Oliva menyusun suatu kurikulum yang memenuhi tiga
kriteria : sederhana, komprehensif, dam sistematik.

Model pengembangan kurilum Oliva merupakan kombinasi dari duasubmodel,


yaitu submodel pengembangan kurikulum(komponen I-V dan XII) dan sub model
pengajaran (komponen VI-XI). Secara terperinci model tersebut memiliki rincian
langkah-langkah sebagai berikut :

1. spesifikasi kebutuhan siswa umumnya

2. spesifikasi kebutuhan masyarakat

3. pernyataan filsafat dan tujuan pendidikan

4. spesifikasi kebutuhan siswa tertentu

5. spesifikasi kebutuhan masyarakat lingkungan sekolah

6. spesifikasi kebutuhan mata pelajaran

7. spesifikasi tujuan kurikulum umum

8. spesifikasi tujuan kurikulum khusus

9. organisasi dan implementasi kurikulum

10. spesifikasi tujuan intruksional umum


11. spesifikasi tujuan intruksional khusus

12. seleksi strategi intruksional

13. seleksi awal strategi evaluasi

14. implementasi strategi pengajaran

15. seleksi akhir strategi evaluasi

16. evaluasi pengajaran dan modifikasi komponen -komponennya

17. evaluasi kurikulum dan modifikasi komponen -komponennya

Langkah 1-9 dan 17 merupakan submodel pengembangan kurikulumm


sedangkanlangkah 10-16 merupakan submodel pengajaran. (Sekolah, 2022)

Model kurikulum yang dirancang menggambarkan konsep yang sistematik dan


bersifat komprehensif, artinya rancangan yang menjelaskan secara utuh dan
menyeluruh yang terbentuk dalam sebuah sistem. Oliva mengemukakan 12 langkah-
langkah rancangan kurikulum, yaitu:

a. Menentukan landasan filsafat tentang hakikat belajar serta berpedoman terhadap


hasil analisis kebutuhan peerta didik dan masyarakat

b. Kebutuhan masyarakat dan peserta didik dianalisis, sehingga menjadi dasar untuk
menetapkan disiplin ilmu yang harus diajarkan

c. Menetapkan tujuan umum kurikulum sesuai dengan kebutuhan

d. Menetapkan tujuan khusus kurikulum yang lebih spesifik dari tujuan umum
kurikulum

e. Mengorganisasikan perencanaan implementasi kurikulum

f. Menguraikan kurikulum dalam bentuk perumusan tujuan umum pembelajaran

g. Merencanakan tujuan khusus pembelajaran

h. Menetapkan dan menyeleksi strategi pembelajaran yang dimungkinkan dapat


mencapai tujuan pembelajaran

i. Memilih dan menyempumakan penilaian yang akan ditetapkan

j. Menerapkan strategi pembelajaran yang telah ditetapkan


k. Mengevaluasi hasil pembelajaran

l. Mengevaluasi komponen kurikulum secara utuh dan konprehensif


Selain pendapat dari Peter F.Oliva diatas , ada juga beberapa model pengeambangan
kurikulum lainnya yaitu :
1. Model Administratif
The administrative model atau line staff adalah pengembangan kurikulum yang
pelaksanaannya dimulai dari para pejabat tingkat atas pembuat keputusan ataukebijakan
berkaitan dengan pengembangan kurikulum. Dengan wewenangadministrator pendidikan
yakni dirjen, direktur, dan kepala kantor wilayah pendidikanserta kebudayaan kemudian
membentuk suatu tim yang terdiri dari pejabat di bawahnya, dan para tokoh dari dunia
kerja dan perusahaan. Tugas tim atau komisi iniadalah merumuskan konsep-konsep dasar,
landasan-landasan, kebijaksanaan, danstrategi utama dalam pengembangan kurikulum.
Selanjutnya menyususn kurikulumsecara operasional berkaitan dengan memilih dan
menyususn sekuens bahan pengajaran, memilih strategi pengajaran dan evaluasi, serta
menyusun pedoman- pedoman pelaksanaan kurikulum tersebut bagi guru-guru. The
administrative modelatau line staff adalah pengembangan kurikulum yang
pelaksanaannya dimulai dari para pejabat tingkat atas pembuat keputusan atau kebijakan
berkaitan dengan pengembangan kurikulum.

Pengembangan kurikulum dilakukan dari atas ke bawah, artinya pemerintah


sebagai pemegang kebijakan menyiapkan tim pengembang kurikulum tersendiri,
sedangkan satuan pendidikan dan para guru tinggal mengoperasikannya dalam
pembelajaran.

Karakteristik/Sifat Model Administratif

a) Kurikulum model administrative menekankan kegiatannya pada orang -orang yang


terlibat sesuai dengan tugas dan fungsinya masing-masing.

b) Berhubung pengarahan kegiatan berasal dari atas ke bawah, pada dasarnya model ini
mudah dilaksanakan pada negara yang menganut sistem sentralisasi dan negara yang
kemampuan profesional tenaga pengajarnya masih rendah.

c) Kurikulum ini bentuknya seragam dan bersifat sentralistik, sehingga urang sesuai
jika diterapkan dalam dunia pendidikan yang menganut asas desentralisasi.

d) 4. Kurikulum ini kurang tanggap terhadap perubahan nyata yang dihadapi para
pelaksana kurikulum di lapangan, kurang pekanya terhadap adanya perubahan
masyarakat.
2. Model Grass Roots
Pengembangan kurikulum model ini kebalikan dari model adaministratif.Model
Grass Roots merupakan model pengembangan kurikulum yang dimulai dariarus bawah.
Dalam prosesnya pengembangan ini diawali atau dimulai dari gagasanguru-guru
sebagai pelaksana pendidikan di sekolah. Model Grass Roots lebihdemokratis karena
pengembangan dilakukan oleh para pelaksana di lapangan,sehingga perbaikan dan
peningkatan dapat dimulai dari unit-unit terkecil dan spesifekmenuju bagian-bagian
yang lebih besar. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pengembangan
kurikulum model Grass Roots, di antaranya :
1. guru harus memiliki kemampuan yang propesional.
2. guru harus terlibat penuh dalam perbaikan kurikulum, penyeselaian
permasalahankurikulum.
3. guru harus terlibat langsung dalam perumusan tujuan, pemilihan bahan, dan
penentuan evaluasi.
4. seringnya pertemuan pemahaman guru dan akan menghasilkan konsensus tujuan,
perinsip, maupun rencana-rancana.
Ada beberapa hal yang harus diantisipasi dalam model ini, diantaranya adalahakan
bervariasinya sistem kurikulum di sekolah karena menerapkan partisipasisekolah dan
masyarakat secara demokratis. Sehingga apabila tidak terkontrol (tidakada kendali
mutu), maka cendrung banyak mengabaikan kebijakan dari pusat.
3. Model demonstrasi
Model demontrasi pada dasarnya bersifat grass-root, datang dari bawah.
Modelkurikulum ini semula merupakan suatu upaya inovasi kurikulum dalam skala
kecilyang selanjutnya digunakan dalam skala yang lebih luas yang kemudian
dijadikansebagai bentuk model dari pengembangan kurikulum, yang mana oleh
sekelompokguru bekerja sama dengan ahli yang bermaksud mengadakan perbaikan
kurikulum.Model ini umumnya berskala kecil, hanya mencakup suatu atau beberapa
sekolah,suatu komponen kurikulum hingga mencakup keseluruhan kurikulum.
4. Model Miller- Seller
Model pengembangan kurikulum ini merupakan pengembangan
kurikulumkombinasi dari model transmisi (gagne) dan model transaksi (Taba’s dan
Robinson) dengan tahap pengembangan sebagai berikut:
1. Klarifikasi orientasi kurikulumYaitu langkah pertama yang dianggap sangat
penting adalah menguji danmengklarifikasi orientasi. Ada 3 jenis orientasi menurut
miller dan siller yaitutransmisi (mengirim), transaksi (persetujuan), transformasi
(perubahan), danOrientasi ini merefleksi padangan sofis, psikologis, sosiologis
terhadap kurikulumyangseharusnya dikembangkan
2. Pengembangan tujuanSetelah klarifikasi orientasi kurikulum, langkahberikutnya
adalamengembangkan tujuan umum (aims) dan mengembangkan tujuan khusus
berdasarkan orientasi kurikulum yang bersangkutan. Dan dalam hal ini
tujuanumumnya adalah merefleksikan pandangan orang dan pandangan
masyarakat,sedangkan tujuan khusus disini adalah hasil dari pengembangan dari
tujuan umumtersebut.
3. Identifikasi model mengajar( strategi mengajar)Strategi mengajar harus sesuai
dengan tujuan dan orientasi kurikulum.Pada tahap ini pelaksanaan kurikulum harus
mengidentifikasi strategi mengajaryang akan digunakan yang disesuaikan dengan
tujuan dan orientasi kurikulum.
4. ImplementasiLangkah ni meupakan langkah penerapan kurikulum berdasarkan
padalangkah-langkah sebelumnya dan merupakan langkah akhir dalam
pengembanagan kurikulum. Dalam hal ini implementasi sebaiknya
dilaksanakandengan memerhatikan komponen-komponen progam studi,
identifikasi sumber, peranan, pengembangan professional, penetapan waktu,
komunikais dan sisitemmonitoring
Daftar Rujukan
Mulyasa, E. 2006. Kurikulum Yang Disempurnakan. Bandung: Rosdakarya.

Hamaik,Oemar. 2011. Dasar – Dasar Pengembangan Kurikuum. Bandung: Rosdakarya

Sukmadinata, N.S. 1997. Pengembangan Kurikulum Teori Dan Praktek. Bandung:Rosdakarya.

Hamaik,Oemar.2012. Manajenen Pengembangan Kurikulum.Bandung: Rosdakarya.

Arifin, Zainal. Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum.Bandung: PTRemaja


Rosdakarya. 2017.

Idi, Abdullah. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik.Yogyakarta:Ar-Ruzz Media. 2013.

Nasution. Pengembangan Kurikulum.Bandung: PT Citra Aditya Bakti.1993.


wati, fatma.dkk (2022). Penerapan Model-Model Pengembangan Kurikulum. 2(4), 627–635.
LAPORAN DISKUSI KELOMPOK 5

Anggota kelompok 5 :

1. Adeliana Pratiwi (21129150)


2. Hardina Eka Putri (21129220)
3. Rahma Putri Khairani (21129526)

A. Penambahan materi
1. Salsa idha putri sasa ( 21129305) model olivia
2. Dwi puja aprilia ( 21129191) model administratif
3. Riza kasmayulia ( 21129111) model rogert

B. Sesi tanya jawab


1. Rahmadarati
Menurut klmpk penyaji, jelaskan model pengembangan apa yang sering
digunakan dalam pengembangan kurikulum di Indonesia!
Dijawab oleh : rahma putri khairani
Jawaban :
Semua model digunakan dalam pengembangan kurikulum diiindonesia, Tapi
untuak sekarang ini kurikulum yang digunakan adalah kurikulum merdeka,
model pengembangan kurikulum yang mendekati Kurikulum Merdeka adalah
Model Oliva. Dengan model ini langkah pertama untuk mengembangkan
kurikulum adalah dengan menganalisa kebutuhan peserta didik dan kebutuhan
masyarakat. Hal ini tentu saja sejalan dengan filosofi KHD yang menyebutkan
bahwa pendidikan berarti mengembangkan potensi atau bakat yang menjadi
kodrat alam dan kodrat jaman masing-masing peserta didik. Kodrat alam yang
dimaksudkan di sini adalah kodrat manusia sebagai individu dan sebagai bagian
dari masyarakat. Dan tentu saja untuk mengembangkan kurikulum yang dapat
memenuhi tujuan dari filosofi KHD maka harus didahului dengan analisa
kebutuhan peserta didik dan masyarakat. Sehingga model kurikulum Oliva yang
paling mendekati dengan karakteristik Kurikulum Merdeka
2. Amylia Putri
Berdasarkan kurikulum yang ada di Indonesia, menurut kelompok penyaji
model pengembangan manakah yang cocok untuk diterapkan di Indonesia?
Dan berikan alasannya !
Dijawab oleh : Hardina eka putri 21129220
Jawaban :
Sebagaimana yang diungkapkan oleh Robert S. Zais dalam Zainal Arifin. Salah
satu model yang cocok untuk diterapkan di Indonesia adalah "The Grass-Roots
Model". Inisiatif pengembangan kurikulum ini berada ditangan guru-guru
sebagai pelaksana kurikulum disekolah, baik yang bersumber dari satu sekolah
maupun dari berbagai sekolah sekaligus. Model ini lahir dari asumsi yang
dikemukakan oleh Stanley dan Shores ".....guru adalah perencana, pelaksana,
dan juga penyempurna dan pengajaran di kelasnya. Dialah yang paling tahu
kebutuhan kelasnya, oleh karena itu dialah yang paling kompeten menyusun
kurikulum bagi kelasnya.
Model ini didasarkan oleh dua pandangan pokok, yaitu:
Pertama, implementasi kurikulum akan lebih berhaasil apabila guru-guru
sebagai pelaksana sudah dan sejak semula terlibat secara langsung dala
pengembangan kurikulum.
Kedua, pengembangan kurikulum tidak hanya melibatkan personel yang
professional (guru) saja, tetapi juga siswa, orang tua dan masyarakat.
Model grass-roots ini didasarkan atas empat prinsip, yaitu :
1) Kurikulum akan bertabah baik, jika kemampuan keprofesionalan guru
bertambah baik
2) Kompetensi guru akan bertambah baik, jika guru terlibat secara priadi
didalam merevisi kurikulum
3) Jika guru terlibat dalam merumuskan tujuan yang ingin dicapai,
menyeleksi, mendefinisikan dan memecahkan masalah, mengevaluasi
hasil, maka hasil pengembangan bermakna
4) seringnya pertemuan pemahaman guru dan akan menghasilkan konsensus
tujuan, perinsip, maupun rencana-rancana. Hedaknya diantara guru- guru
terjadi kontak langsung sehigga mereka dapat saling memahami dan
mencapai suatu konsesus tentang prinsip-prinsip dasar, tujuan dan
rencana.
3. Wini media putri
Jelaskan kendala yang dialami dalam mengimplementasikan model-model
pengembangan kurikulum di sekolah serta berilah contoh dan solusi untuk
mengatasi kendala tersebut !
Dijawab oleh : adeliana pratiwi
Jawaban :
Untuk kendala-kendala yang dialami dalam pengimplementasian model-model
pengembangan kurikulum ada bebera seperti :
Kendala Perubahan Kebijakan Pendidikan:
Contoh: Perubahan kebijakan pemerintah terkait kurikulum yang sering terjadi.
Solusi: Sekolah harus memiliki fleksibilitas dalam menyesuaikan kurikulum
dengan perubahan kebijakan dan selalu mengikuti perkembangan terbaru.
Kendala Sumber Daya:
Contoh: Kurangnya buku pelajaran, peralatan, atau guru yang berkualifikasi.
Solusi: Upaya harus dilakukan untuk mendapatkan sumber daya tambahan,
termasuk penggalangan dana, pelatihan guru, atau sumber daya pendukung
lainnya.
Kendala Keterlibatan Stakeholder:
Contoh: Kurangnya partisipasi orang tua atau komunitas dalam proses
pengembangan kurikulum.
Solusi: Sekolah harus mendorong partisipasi aktif orang tua, guru, dan
komunitas dalam merancang dan mengimplementasikan kurikulum.
Kendala Penilaian dan Evaluasi:
Contoh: Kesulitan dalam mengevaluasi efektivitas kurikulum.
Solusi: Sekolah harus mengembangkan sistem penilaian yang efektif dan
melakukan evaluasi berkala terhadap kurikulum untuk melakukan perbaikan
jika diperlukan.
Kendala Resistensi Perubahan:
Contoh: Guru atau staf sekolah yang tidak ingin mengadopsi perubahan dalam
kurikulum.
Solusi: Penting untuk memberikan pelatihan dan dukungan kepada guru untuk
memahami manfaat perubahan kurikulum, serta mendengarkan masukan
mereka dalam proses pengembangan.
4. Nur Azizah
Bagaimana cara guru menentukan model apa yang sesuai dengan kurikulum yang
sedang/akan diterapkan disekolah ?
Dijawab oleh : rahma putri khairani
Jawaban :
Untuk menentukan model pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum yang sedang
atau akan diterapkan di sekolah, Guru biasanya harus mempertimbangkan beberapa
faktor untuk menentukan model kurikulum yang sesuai dengan kurikulum yang
sedang atau akan diterapkan di sekolah.
Berikut adalah langkah-langkah yang dapat membantu guru dalam menentukan
model kurikulum yang sesuai:
1. Pahami Kurikulum Sekolah: Guru harus memahami dengan baik kurikulum
yang sedang atau akan diterapkan di sekolah. Ini melibatkan memahami tujuan,
kompetensi, materi pembelajaran, dan pendekatan pengajaran yang diinginkan.
2. Kenali Kebutuhan Siswa: Guru perlu memahami karakteristik dan kebutuhan
siswa mereka. Pertimbangkan tingkat usia, latar belakang, minat, dan kebutuhan
khusus siswa.
3. Evaluasi Sumber Daya: Tinjau sumber daya yang tersedia di sekolah, seperti
buku teks, teknologi, fasilitas, dan tenaga pengajar yang ada. Ini akan
mempengaruhi model kurikulum yang dapat diterapkan.
4. Pertimbangkan Pendekatan Pengajaran: Guru dapat memilih dari berbagai
model kurikulum, seperti kurikulum terstruktur, kurikulum berbasis proyek,
atau pendekatan pembelajaran berpusat pada siswa. Pilih model yang paling
sesuai dengan gaya pengajaran guru dan kebutuhan siswa.
5. Kolaborasi dengan Rekan Sejawat: Diskusikan ide dan pengalaman dengan
rekan sejawat. Mereka mungkin memiliki wawasan dan saran yang berharga.
6. Pertimbangkan Kebijakan Sekolah: Pastikan bahwa model kurikulum yang
dipilih sesuai dengan kebijakan sekolah dan pedoman yang berlaku.
7. Adaptasi dan Evaluasi: Sesuaikan model kurikulum sesuai dengan
perkembangan siswa dan evaluasi hasilnya secara berkala. Model kurikulum
dapat disesuaikan jika diperlukan untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Anda mungkin juga menyukai