Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH PENGEMBANGAN KURIKULUM

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Model atau rancangan bahkan model dalam kurikulum adalah komponen yang sangat
menentukan keberhasilan sebuah proses pendidikan. Mendesain kurikulum bukanlah pekerjaan
yang ringan. Ia membutuhkan kajian yang komprehensif dalam rangka mendapatkan hasil yang
dapat mengakomodir tuntutan dan perubahan zaman. Mendesain kurikulum berarti menyusun
model kurikulum sesuai dengan misi dan visi sekolah. Tugas dan peran seorang desainer
kurikulum, sama seperti arsitek. Sebelum menentukan bahan dan cara mengkonstruksi bangunan
terlebih dahulu seorang arsitek harus merancang model bangunan yang akan dibangun.
Para ahli kurikulum berupaya merumuskan macam-macam desain kurikulum. Eisner dan
Vallance (1974) menyebutnya menjadi lima jenis, yaitu model pengembangan proses kognitif,
kurikulum sebagai teknologi, kurikulum sebagai aktualisasi diri, kurikulum sebagai rekonstruksi
sosial, dan kurikulum rasionalisasi akademis. Mc Neil (1977) membagi desain kurikulum
menjadi empat model, yaitu model kurikulum humanistis, kurikulum rekonstruksi sosial,
kurikulum teknologi, dan kurikulum subjek akademik.  Saylor, Alexander, dan Lewis (1981)
membagi desain kurikulum menjadi kurikulum subject matter disiplin, kompetensi yang barsifat
spesifik atau kurikulum teknologi, kurikulum sebagai proses, kurikulum sebagai fungsi sosial,
dan kurikulum yang berdasarkan minat individu.
Sedangkan Shane (1993) membagi desain kurikulum menjadi empat desain, yaitu desain
kurikulum yang berorientasi pada masyarakat, desain kurikulum yang berorientasi pada anak,
desain kurikulum yang berorientasi pada pengetahuan, dan desain kurikulum yang bersifat
eklektik. Banyak model yang dapat digunakan dalam pengembangan kurikulum. Pemilihan
suatu model pengembangan kurikulum bukan saja didasarkan atas kelebihan dan kebaikan-
kebaikannya serta kemungkinan pencapaian hasil yang optimal, tetapi juga perlu disesuaikan
dengan sistem pendidikan dan sistem pengolahan pendidikan yang dianut serta model konsep
pendidikan mana yang digunakan. Model pengembangan kurikulum dalam sistem pendidikan
dan pengelolaan yang sifatnya sentralisasi berbeda dengan yang desentralisasi. Model
pengembangan dalam kurikulum yang sifatnya subjek akademis berbeda dengan kurikulum
humanistik, teknologis dan rekonstruksi sosial.
B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana sebenarnya pengembangan kurikulum?
2.      Bagaimana model-model pengembangan kurikulum?
3.      Bagaimana pendekatan pengembangan kurikulum?
4.      Bagaimana pengembangan kurikulum berbasis akademik dan berbasis kompetensi?
C.    Tujuan Pembahasan
1.      Untuk Mengetahui sebenarnya pengembangan kurikulum?
2.      Untuk Mengetahui model-model pengembangan kurikulum?
3.      Untuk Mengetahui pendekatan pengembangan kurikulum?
4.      Untuk Mengetahui pengembangan kurikulum berbasis akademik dan berbasis kompetensi?
BAB II
PEMBAHASAN

1.      Pengertian Pendekaatan Pengembangan Kurikulum


Pengembangan kurikulum (curriculum development/curriculum planning/curriculum
design) adalah perencanaan kesempatan-kesempatan belajar yang ditujukan untuk membawa
siswa ke arah perubahan-perubahan yang diinginkan dan menilai perubahan-perubahan itu telah
terjadi pada diri siswa. Dalam hal ini, pengembangan kurikulum adalah suatu proses siklus yang
tidak pernah ada titik awal dan akhirnya. Sebab, pengembangan kurikulum ini merupakan suatu
proses yang bertumpu pada unsur-unsur dalam kurikulum, yang di dalamnya meliputi tujuan
metode dan material, penilaian dan balikan (feedback). Tujuan menggambarkan semua
pengetahuan dan pertimbangan tujuan-tujuan pembelajaran, baik berhubungan dengan mata
pelajaran maupun kurikulum secara keseluruhan.
Metode dan material menggambarkan metode-metode dan material sekolah guna mencapai
tujuan-tujuan tersebut. Penilaian, berhubungan dengan sejauh mana keberhasilan kegiatan yang
telah dikembangkan tujuan baru. Balikan (feedback), merupakan semua pengalaman yang telah
diperoleh dan pada gilirannya menjadi titik tolak bagi langkah pengembangan. Pengembangan
kurikulum sendiri adalah kegiatan yang mengacu pada usaha untuk melaksanakan dan
mempertahankan dan menyempurnakan kurikulum yang telah ada guna memperoleh hasil yang
lebih baik lagi. Dari kurikulum 1994, suplemen 1999, KBK dan KTSP. Dan kurikulum yang
sekarang kita pakai adalah kurikulum KTSP (Kurikulum Tingkatan Satuan Pendidikan) dalam
KTSP, pengembangan kurikulum dilakukan oleh Guru, Kepala Sekolah serta Komite Sekolah
dan Dewan Pendidikan.

2.      Model-Model Pengembangan Kurikulum


a.       Admistrative Model
Model pengembangan kurikulum ini merupakan model paling lama dan paling banyak
dikenal. Diberi nama model administratif atau line staff karena inisiatif dan gagasan
pengembangan datang dari para administrator pendidikan dan menggunakan prosedur
administrasi.
b.      Grass Root Model
Model pengembangan ini merupakan lawan dari model pertama. Inisiatif dan upaya
pengembangan kurikulum, bukan datang dari atas tetapi dari bawah, yaitu guru-guru atau
sekolah. Diberi nama Grass root karena inisiatif dan gagasan pengembangan kurikulum datang
dari seorang guru sekelompok guru atau keseluruhan guru di suatu sekolah. Mencermati hal
diatas maka penulis tidak dalam upaya untuk menyajikan kurikulum dari asfek model-modelnya
secara keseluruhan. Namun akan lebih mencermati sekaligus mengkaji kurikulum sesuai dengan
judul yang ditugaskan kepada penulis, yaitu model pengembangan kurikulum dengan
menggunakan pendekatan Grass Roots. Dilihat dari cakupan pengembangannya ada dua
pendekatan yang dapat diterapkan. Pertama, pendekatan top down atau pendekatan
administrative, yaitu pendekatan dengan sistem komando dari atas ke bawah; dan kedua adalah
pendekatan grass root, atau pengembangan kurikulum yang diawali oleh inisiatif dari bawah lalu
disebarluaskan pada tingkat atau skala yang lebih luas, dengan istilah singkat sering dinamakan
pengembangan kurikulum dari bawah ke atas.
Kalau pada pendekatan administratif inisiatif pengembangan kurikulum berasal dari para
pemegang kebijakan kemudian turun ke stafnya atau dari atas ke bawah, maka dalam model
grass roots, inisiatif pengembangan kurikulum dimulai dari lapangan atau dari guru-guru sebagai
implementator, kemudian menyebar pada lingkungan yang lebih luas, makanya pendekatan ini
dinamakan juga. Kurikulum yang bersifat kaku, yang hanya mengandung petunjuk dan
persyaratan teknis sangat sulit dilakukan pengembangannya dengan pendekatan ini. Pendekatan
grass roots biasanya diawali dari keresahan guru tentang kurikulum yang berlaku. Misalnya
dirasakan ketidakcocokan penggunaan strategi pembelajaran, atau kegiatan evaluasi seperti yang
diharapkan, atau masalah kurangnya motivasi belajar siswa sehingga kita merasa terganggu, dan
lain sebaginya. Pemahaman dan kesadaran guru akan adanya suatu masalah merupakan kunci
dalam grass roots. Tanpa adanya kesadaran masalah tidak mungkin grass roots dapat
berlangsung. Kedua, mengadakan refleksi. Kalau kita merasakan adanya masalah, maka
selanjutnya kita berusaha mencari penyebab munculnya masalah tersebut. Refleksi dilakukan
dengan mengkaji literatur yang relevan misalnya dengan membaca buku, jurnal hasil penelitian
yang relevan dengan latar belakangnya. Dengan pemahaman tersebut, akan memudahkan bagi
guru dalam mendesain lingkungan yang dapat mengaktifkan siswa memperoleh pengalaman
belajar.
Ada beberapa prinsip dalam menentukan pengalaman belajar siswa. Pertama, pengalaman
siswa harus sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Setiap tujuan akan menentukan
pengalaman pembelajaran. Kedua, setiap penglaman belajar harus memuaskan siswa. Ketiga,
Setiap rancangan pengalaman siswa belajar sebaiknya melibatkan siswa. Keempat, mungkin
dalam satu penglaman belajar dapat mencapai tujuan yang berbeda. Terdapat beberapa bentuk
pengalaman belajar yang dapat dikembangkan, misalkan pengalaman belajar untuk
mengembangkan kemampuan berpikir siswa, pengalaman belajar untuk membantu siswa dalam
mengumpulkan sejumlah informasi, pengalaman belajar untuk membantu mengembangkan
sikap sosial, dan pengalaman belajar untuk membantu mengembangkan minat.
Untuk lebih merinci, penulis akan mengulas kembali secara rinci, bahwa inisiatif dan
upaya pengembangan kurikulum, bukan datang dari atas tetapi dari bawah, yaitu guru-guru atau
sekolah. Diberi nama Grass roots karena inisiatif dan gagasan pengembangan kurikulum datang
dari seorang guru sekelompok guru atau keseluruhan guru di suatu sekolah. Hal itu didasarkan
atas pertimbangan bahwa guru adalah : Perencana, pelaksana, penyempurna dari pengajaran di
kelasnya. Dari beberapa kajian di atas, maka dapat ditemukan ciri-ciri dari grass roots model
yaitu :
1)      Guru memiliki kemampuan yang professional.
2)      Keterlibatan langsung dalam perumusan tujuan, pemilihan bahan dan penentuan evaluasi.
3)      Muncul konsensus tujuan, prinsip – prinsip maupun rencana – rencana diantara para guru.
4)      Bersifat desentralisasi dan demokratis
3.      Pendekatan Pengembang Kurikulum
Pengembangan kurikulum seyoglanya dilaksanakan secara sistemik berdasarkan prinsip
terpadu yaitu memberikan petunjuk bahwa keseluruhan komponen harus harus tepat sekali dan
menyambung secara integratif, tidak terlepas-lepas, tetapi menyeluruh. Penyusunan satu
komponen harus dinilai konsistensinya dan berkaitan dengan komponen-komponen lainnya
sehingga kurikulum benar-benar terpadu secara bulat dan utuh. Ada berbagai macam pendekatan
yang dapat digunakan dalam mengembangkan kurikulum, diantaranya adalah:
a.       Pendekatan berorientasi pada bahan pelajaran.
Pendekatan ini di Indonesia dalam kurikulum sebelum kurikulum 1975. bagaimana dengan
kelebihan dan kekurangan pendekatan yang berorientasi bahan adalah bahwa bahan pengajaran
lebih flesibel dan bebas dalam menyusunnya, sebab tidak ada ketentuan yang pasti dalam
menentukan bahan pengajaran yang sesuai dengan tujuan. Kelemahannya adalah karena tujuan
pengajaran kurang jelas, maka sukar ditentukan pedoman dalam menentukan metode yang
sesuai untuk pengajaran. Demikian pula untuk kebutuhan penilaian. Jadi pertanyaan pertama
yang muncul dalam kaitannya dengan pendekatan yang berorientasi pada bahan adalah bahan
apa yang akan diberikan atau diajarkan kepada peserta didik?
b.      Pendekatan berorientasi pada tujuan
Pendekatan yang berorientasi pada tujuan ini, menempatkan rumusan atau penetapan
tujuan yang hendak dicapai dalam posisi sentral, sebab tujuan adalah penberi arah dalam
pelaksanaan proses belajar mengajar. Bagaimana kelebihan dan kekurangan pendekatan yang
berorientasi pada tujuan? Kelebihan dari pendekatan pengembangan kurikulum yang
berorientasi pada tujuan adalah:
1)      Tujuan yang ingin dicapai jelas bagi penyusunan kurikulum
2)      Tujuan yang jelas pula didalam meneptapkan materi pelajaran, metode, jenis kegiatan dan alat
yang diperlukan untuk mencapai tujuan.
3)      Tujuan-tujuan yang jelas itu juga akan memberikan arah dalam mengadakan penilaian terhadap
hasil yang di capai.
4)      Hasil penilaian yang terarah tersebut akan membantu penyusun kurikulum dalam mengadakan
perbaikan-perbaikan yang di perlukan.
Sedangkan kelemahan dari pendekatan pengembangan kurikulum yang berorientasi pada tujuan
yaitu kesulitan dalam merumuskan tujuan itu sendiri (bagi guru). Pertanyaan yang pertama kali
muncul pada pendekatan yang berorientasi pada tujuan adalah ”tujuan apa yang ingin dicapai,
atau pengetahuan, keterampilan, dan sikap apakah yang diharapkan dimiliki oleh peserta didik
setelah menyelesaikam kurikulum?”
c.       Pendekatan dengan Organisasi Bahan
Pendekatan Pola Subjec Matter Curriculum. Pendekatan ini penekanannya pada mata
pelajaran-mata pelajaran secara terpisah-pisah, misalnya: Sejarah, Ilmu Bumi, Biologi,
Berhitung. Mata pelajaran ini tidak berhubungan satu sama lain.

d.      Pendekatan dengan Pola Correlated Curriculum


Pendekatan dengan pola ini adalah pendekatan dengan pola mengelompokkan beberapa
mata pelajaran (bahan) yang seiring, yang bisa secara dekat berhubungan. Pendekatan ini dapat
ditinjau dari berbagai aspek, yaitu ;
1)      Pendekatan Struktural
Sebagai contoh adalah IPS. Bidang ini terdiri atas Ilmu Bumi, Sejarah, dan Ekonomi. Maka
didalam suatu pokok (topik) dari Ilmu Bumi, kemudian dipelajari pula ilmu-ilmu lain yang
masih berada dalam lingkup suatu bidang studi.
2)      Pendekatan Fungsional
Pendekatan ini berdasar pada masalah yang berarti dalam kehidupan sehari-hari. Masalah ini
dikupas melalui berbagai ilmu yang berada dalam lingkup suatu bidang studi yang dipandang
ada hubungannya.
3)      Pendekatan Tempat / Daerah
Atas dasar pembicaraan suatu tempat tertentu sebagai pokok pembicaraannya. Misalnya tentang
daerah Yogyakarta, maka dapat dibuat bahan pembicaraan mengenai; segi wisatanya,
antropologi, budaya, politik, ekonomi dan sebagainya.
4)      Pendekatan Pola Integrated Curriculum
Pendekatan ini didasarkan pada keseluruhan hal yang mempunyai arti tertentu. Keseluruhan ini
tidak sekedar merupakan kumpulan dari bagian-bagiannya, tetapi mempunyai arti tertentu.
Sesuai dengan tujuan pendidikan nasional Negara kita, yang mengarah pada pembentukan
pribadi manusia seutuhnya, maka di dalam pemberian bahan pendekatan ini menekankan pada
keutuhan kebutuhan, yang dalam hal ini tidak hanya melalui mata pelajaran yang terpisah-pisah,
namun harus dijalin suatu keutuhan yang meniadakan batasan tertentu dari masing-masing
bahan pelajaran.
Menurut Blaney, pengembangan kurikulum merupakan suatu proses yang sangat
kompleks karena mencakup pembicaraan penyusunan kurikulum yang dilaksanakan di sekolah
disertai dengan penilaian yang intensif, dan penyempurnaan-penyempurnaan terhadap
komponen kurikulum. Usaha melaksanakan tiga hal tersebut berarti harus melaksanakan
keseluruhan proses pengintegrasian komponen kurikulum, diantaranya adalah komponen tujuan.
Dalam kaitannya dengan komponen tujuan ini, perlu di mengerti pula tentang kedudukan
otoritas yang mengambil keputusan kurikulum.
4.      Pendekatan Pengembangan Kurikulum Berbasis Akademik Dan Berbasis Kompetensi
a.       Pendekatan Pengembangan Kurikulum Berbasis Akademik
Dalam menyusun kurikulum atau program pendidikan didasarkan pada sistemisasi disiplin
ilmu masing-masing. Setiap ilmu pengetahuan memiliki sistemisasi tertentu yang berbeda
dengan sistemisasi ilmu lainnya. Pengembangan kurikulum subyek akademik dilakukan dengan
cara menetapkan lebih dahulu mata pelajaran/mata kuliah apa yang harus dipelajari peserta
didik, yang diperlukan untuk (persiapan) pengembangan disiplin ilmu. Ada tiga pendekatan
dalam perkembangan kurikulum subyek akademik. Pendekatan pertama, melanjutkan
pendekatan struktur pengetahuan. Murid-murid belajar bagaimana memperoleh dan menguji
fakta-fakta dan bukan sekedar mengingat-ingatnya. Pendekatan kedua, adalah studi yang bersifat
integratif. pendekatan ini merupakan respon terhadap perkembangan masyarakat yang menuntut
model-model pengetahuan komprehensif-terpadu. Pendekatan ketiga adalah pendekatan yang
dilaksanakan pada sekolah-sekolah fundamentalis. Mereka tetap mengajar berdasarkan mata
pelajaran dengan menekankan membaca, menulis, dan memecahkan masalah-masalah
matematis.
Model kurikulum ini sangat mengutamakan pengetahuan, sehingga pendidikan diarahkan
lebih bersifat intelektual. Konotasi model ini tidak hanya menerima apa yang disampaikan
dalam perkembangan, tetapi juga menerima proses belajar yang dialami peserta didik. Sumber
model subjek akademis dari pendidikan klasik (perenialisme dan esensialisme) yang
berorientasi pada masa lalu. Semua pengetahuan dan nilai-nilai telah ditemukan pada pemikiran
masa lalu, sedangkan masa kini hanya memelihara dan mewarisi hasil budaya masa lalu
tersebut. Sebaliknya, kurikulum lebih mengutamakan isi pendidikan dan peserta didik
merupakan usaha untuk menguasai isi pendidikan sebanyak-banyaknya. Sekolah adalah tempat
peserta didik untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Tanpa fungsi itu, eksistensi sekolah akan
kehilangan pamornya yang paling utama. Saat memuncak, model subjek akademis (istilah lain
rasionalisasi-akademis) ini mengalami perkembangan menjadi tiga struktur disiplin, yaitu:
1.      Aliran yang melanjutkan struktur disiplin, aliran ini menonjolkan proses penelitian ilmiah, baik
masalah sosial, nilai-nilai, maupun kebijaksanaan tokoh-tokoh pemerintah. Kritik yang timbul
pada aliran ini adalah pendidikan menghasilkan manusia-manusia sinis, dingin, objektif rasional
dan tidak mempunyai kepercayaan. Selain itu aliran ini pun menghasilkan manusia-manusia
yang tidak memiliki cita-cita nasional dan tidak memiliki pemujaan terhadap pahlawan serta
emosinya miskin.
2.      Pelajar terpadu, dalam memahami masalah yang kompleks, aliran ini menggunakan beberapa
disiplin ilmu yang terpadu yang diperoleh dari pelajaran konsep-konsep pokok, proses-proses
ilmiah, gejala-gejala alam, dan masalah-masalah yang dihadapi. Oleh karena itu pendekatannya
adalah interdisipliner.
3.      Pendidikan fundamental yang mementingkan isi dan materi, disamping cara-cara atau proses
berfikir.
4.      Secara umum, kurikulum model subjek akademis dipandang sebagai model yang masih sepihak
dan belum mampu mengintegrasikan antara nilai lama dan nilai baru, padahal islam
menghendaki adanya model yang interdisipliner dan integratif terhadap semua masalah-masalah
kehidupan.
b.      Pendekatan Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi
Kurikulum berbasis kompetisi (KBK) dapat diartikan sebagai suatu kurikulum yang
menekankan pada pengembangan kemampuan melakukan (kompetensi) tugas-tugas dengan
standar performansi tertentu, sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh peserta didik berupa
penguasaan terhadap seperangkat kompetensi tertentu. KBK diarahkan untuk mengembangkan
pengetahuan pemahaman, kemampuan, nilai, sikap, dan minat peserta didik, agar dapat
melakukan sesuatu dalam bentuk kemahiran, ketepatan, dan keberhasilan dengan penuh
tanggung jawab. KBK memfokuskan pada perolehan kompetensi-kompetensi tertentu oleh
peserta didik. Oleh karena itu kurikulum ini mencakup sejumlah kompetensi dan seperangkat
tujuan pembelajaran yang dinyatakan sedemikian rupa, sehingga pencapainnya dapat dinikmati
dalam bentuk perilaku atau ketrampilan peserta didik sebagai suatu kriteria keberhasilan.
Kegiatan pembelajaran perlu diarahkan untuk membentuk peserta didik menguasai sekurang-
kurangnya tingkat kompetensi minimal, agar mereka dapat mencapai tujuan-tujuan yang telah
ditetapkan. Sesuai dengan konsep belajar tuntas dan pengembangan bakat, setiap peserta didik
harus diberi kesempatan untuk mencapai suatu tujuan sesuai dengan kemampuan dan kecepatan
belajar masing-masing.
KBK menurut guru yang berkualitas dan profesional untuk melakukan kerjasama dalam
rangka meningkatkan kualitas pendidikan. Meskipun demikian konsep ini tentu saja tidak dapat
digunakan sebagai resep untuk memecahkan semua masalah pendidikan, namun dapat memberi
sumbangan yang cukup signifikan terhadap perbaikan pendidikan. Kurikulum adalah subsistem
dalam dunia pendidikan yang tidak dapat dipisahkan dari proses dinamika yang terjadi dalam
masyarakat. Sedangkan kompetensi adalah pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai yang
diwujudkan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. Jadi, Kurikulum Berbasis Kompentensi
adalah kurikulum yang secara dominan menekankan pada kompetensi yang harus dikuasai oleh
siswa dalam setiap mata pelajaran pada setiap jenjang sekolah. Sebagai implikasinya akan
terjadi pergeseran dari dominasi penguasaan kongnitif menuju penguasaan kompetensi tertentu.
Kompetensi yang dituntut terbagi atas tiga jenis, yaitu:
1)      Kompetensi tamatan yaitu, kompetensi minimal yang harus dicapai oleh siswa setelah
menamatkan sesuatu jenjang paendidikan tertentu.
2)      Kompetensi mata pelajaran, yaitu kompetensi minimal yang harus dicapai pada saat siswa
menyelesaikan mata pelajaran tertentu.
3)      Kompetensi dasar, yaitu kemampuan minimal yang harus dicapai oleh siswa dalam setiap
bahasan atau materi tertentu dalam satu bidang tertentu.
Kurikulum berbasis kompetensi merupakan kerangka inti yang memiliki empat komponen
sebagai framework, yaitu:
1)      Kurikulum dan hasil belajar. Memuat perencanaan pembangunan kompetensi peserta didik yang
perlu dicapai secara keseluruhan sejak lahir sampai 18 tahun dan juga memuat hasil belajar,
indikator, dan materi.
2)      Penilaian berbasis kelas. Memuat prinsip sasaran dan pelaksanaan penilaian berkelanjutan yang
lebih akurat dan konsistensebagai akuntabilitas public melalui identifikasi kompetensi dari
indikator belajar yang telah dicapai, pernyataan yang jelas tentang standar yang harus dan telah
dicapai serta peta kemajuan belajar siswa dan pelaporan.
3)      Kegiatan belajar mengajar. Memuat gagasan pokok tentang pembelajaran dan pengajaran untuk
mencapai kompetensi yang ditetapkan serta gagasan pedagogis dan adragogis yang mengelola
pembelajaran agar tidak mekanistik.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan sebagaimana telah dibahas pada bagian pembahasan maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa banyak model yang dapat digunakan dalam pengembangan
kurikulum. Pemilihan suatu model pengembangan kurikulum bukan saja didasarkan atas
kelebihan dan kebaikan-kebaikannya serta kemungkinan pencapaian hasil yang optimal, tetapi
juga perlu disesuaikan dengan sistem pendidikan dan sistem pengolahan pendidikan yang dianut
serta model konsep pendidikan mana yang digunakan. Model pengembangan kurikulum dalam
sistem pendidikan dan pengelolaan yang sifatnya sentralisasi berbeda dengan yang
desentralisasi. Model pengembangan Grass roots ini merupakan inisiatif dan upaya
pengembangan kurikulum, bukan datang dari atas tetapi dari bawah, yaitu guru-guru atau
sekolah. Diberi nama Grass roots karena inisiatif dan gagasan pengembangan kurikulum datang
dari seorang guru sekelompok guru atau keseluruhan guru di suatu sekolah. Pendekatan grass
roots hanya mungkin terjadi manakala guru memiliki sikap professional yang tinggi disertai
kemampuan yang memadai. Sikap professional itu biasanya ditandai dengan keinginan untuk
mencoba dan mencoba sesuatu yang baru dalam upaya untuk meningkatkan kinerjanya. Secara
umum pendekatan-pendekatan pengembangan dalam kurikulum adalah :
1.      Pendekatan Sentralistik
Pendekatan sentralistik adalah pendekatan yang terpusat. Pendekatan ini memiliki kelebihan
adalah mudahnya dicapai consensus, sangat baik dan memelihara budaya nasional, sangat
membantu dalam perlasan kesempatan belajar, an mudah dalam mengadakan inovasi, sedangkan
kekurangan pendekatan sentralistik adalah kurang mamu beradaptasi dengan kebutuhan lokal
(daerah).
2.      Pendekatan Desentralistik
Pendekatan desentralistik adalah pendekatan yang disesuaikan dengan kebutuhan daerah
masing-masing. Kelebihan pendekatan ini adalah mudah diadaptasi dengan kebutuhan dan
situasi budaya daerah/lokal, namun memiliki kelemahan yaitu kesulitan untuk mencapai
konsensus dari berbagai keragaman kebutuhan daerah. Tuntutan utama dari pendekatan
desentralistik adalah tuntutan kemampuan setiap pengembang kurikulum yang harus menyebar
dari tingkat pusat, daerah, sampai pada tinglkat satuan pendidikan di sekolah.
B.     Saran
Dalam sebuah peribahasa disebutkan “Tiada Gading yang Tak Retak” dan juga tidak ada
satupun yang sempurna didunia ini, karena kesmpurnaan hanya milik Allah, begitupun makalah
ini yang kami yakin masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itu saran maupun kritik
membangun dari semua pihak,

DAFTAR PUSTAKA

Dacholfany, M Ihsan, Model – Model Pengembangan Kurikulum (Artikel Jurnal), Dosen Univ.
Imam Al-Ghozali Yayasan Tunas Islam, Jakarta.
Hamalik, Oemar. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara
Sudrajat, Ahmad. 2008. Model Pengembangan Kurikulum.
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/24/model-pengembangan- kurikulum. Diakses
tanggal 20 Januari 2011.
Nasution. 2006. Kurikulum dan Pengajaran. Jakarta ; PT. Bumi Aksara
Sukmadinata, Nana Syaodih. 1997. Pengembangan Kurikum; Teori dan Praktek. Bandung: P.T.
Remaja Rosdakarya.
Tim Pengembang MKDK Kurikulum dan Pembelajaran : Jurusan Kurikulum dan Teknologi
Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan UPI, Bandung, 2002.
Sanjaya, Wina. 2010. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada media group
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2005. Pengembangan  Kurikulum  teori  dan  Praktek. Bandung :
PT. Remaja Rosdakarya
Yulaelawati, Ella. 2004. Kurikulum dan pembelajaran Filosofi Teori dan Prakrtek. Bandung :
Pakar Raya

Anda mungkin juga menyukai