Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH MANDIRI

“Model-Model Pengembangan Kurikulum”

DISUSUN OLEH :

RESKA HANDAYANI
NIM : 20226013111

DOSEN PENGASUH :
Dr. MAHASIR, M.Pd & Dr. NURIL FURKAN, M.Pd

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN


UNIVERSITAS PGRI
PALEMBANG
2023
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah mandiri tentang Model-Model Pengembangan Kurikulum.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami meyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang ini dapat
memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Palembang, November 2023


Penyusun,
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................... i


KATA PENGANTAR ................................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................. iii

BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................. 1
C. Tujuan Penulisan ................................................................... 2
D. Manfaat Penulisan ................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Pengembangan Model Kurikulum ......................... 3
B. Landasan Pengembangan Model Kurikulum ........................... 3
C. Prinsip-Prinsip Pengembangan Kurikulum .............................. 5
D. Model-Model Pengembangan Kurikulum ................................ 7
E. Fungsi Model Pengembangan Kurikulum ................................ 12

BAB III KESIMPULAN


A. Kesimpulan ........................................................................... 14
B. Saran .................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 16

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pengembangan kurikulum tidak dapat lepas dari berbagai aspek yang
mempengaruhinya, seperti: cara berpikir, sistem nilai (nilai moral, keagamaan,
politik, budaya dan sosial), proses pengembangan, kebutuhan peserta didik,
kebutuhan masyarakat maupun arah program pendidikan. Aspek-aspek
tersebut akan menjadi bahan yang perludipertimbangkan dalam suatu
pengembangan kurikulum. Model pengembangan kurikulum merupakan suatu
alternatif prosedur dalan rangka mendesain, menerapkan, dan mengevaluasi
suatu kurikulum.
Dalam praktik pengembangan kurikulum sering terjadi kecenderungan
hanya menekankan pada pemenuhan mata pelajaran. Artinya, isi atau materi
yang harus dipelajari peserta didik hanya berpusat pada disiplin ilmu yang
terstruktur, sistematis, dan logis. Sehingga mengabaikan pengetahuan dan
kemampuan aktual yang dibutuhkan sejalan dengan perkembangan
masyarakat.
Oleh karena itu, model pengembangan kurikulum harus dapat
menggambarkan suatu proses sistem perencanaan pembelajaran yang dapat
memenuhi berbagai kebutuhan dan standar keberhasilan pendidikan. Dalam
makalah ini akan diuaraikan beberapa model pengembangan kurikulum yang
ada.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada
makalah ini dalah :
1. Apakah pengertian model pengembangan kurikulum?
2. Apa saja macam-macam model pengembangan kurikulum?
3. Bagaimana analisis perbandingan kelebihan dan kekurangan terhadap
model-model pengembangan kurikulum?

1
C. Tujuan Penulisan
1. Mahasiswa dapat mngetahui pengertian model pengembangan kurikulum.
2. Mahasiswa dapat mengetahui berbagai macam model-model
pengembangan kurikulum.
3. Mahasiswa dapat menganalisis berbagai kelebihan dan kekurangan
terhadap model-model pengembangan kurikulum.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Model Pengembangan Kurikulum


Menurut Good and Traver yang dikutip oleh Wina Sanjaya dalam buku
Kurikulum dan Pembelajaran, model ialah abstraksi dunia nyata atau
representasi peristiwa kompleks atau sistem dalam bentuk naratif, materis,
grafis serta lambang-lambang lainnya. Model bukanlah realitas, akan tetapi
merupakan representasi realitas yang dikembangkan dari keadaan. Dengan
demikian, model pada dasarnya berkaitan dengan rancangan yang dapat
digunakan untuk menerjemahkan sesuatu ke dalam realitas, yang sifatnya
lebih praktis. Model berfungsi sebagai sarana untuk mempermudah
berkomunikasi atau sebagai petunjuk yang bersifat prespektif untuk
mengambil keputusan atau sebagai petunjuk untu kegiatan dan pengelolaan. 1
Pengembangan kurikulum tidak dapat terlepas dari berbagai aspek
yang memengaruhinya, seperti cara berpikir, sistem nilai (nilai moral,
keagamaan, politik, budaya, dan sosial), proses pengembangan, kebutuhan
peserta didik, kebutuhan masyarakata maupun arah program pendidikan.
Aspek-aspek tersebut akan menjadi bahan yang perlu dipertimbangankan
dalam suatu pengembangan kurikulum. Model pengembangan kurikulum
merupakan suatu alternatif prosedur dalam rangka mendesain (designing),
menerapkan (implementation), dan mengevaluasi (evaluation) suatu
kurikulum.2
Dalam pengembangan kurikulum, hendaknya sebisa mungkin
didasarkan pada faktor-faktor yang konstan sehingga ulasan mengenai hal
yang dibahas dapat dilakukan secara konsisten. Faktor-faktor konstan yang
dimaksud adalah dalam pengembangan kurikulum perlu didasarkan pada

1
Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan Praktik Pengembangan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2011), h. 82
2
Toto Ruhimat dan Muthia Alinawati, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Rajawali
Press, 2013), h. 78

3
tujuan, bahan pelajaran, proses belajar mengajar, dan evaluasi yang
menggambarkan dalam pengembangan tersebut. 3
Faktor-faktor konstan tersebut, yang terdiri dari beberapa komponen
tersebut harus saling bertalian erat. Misalnya evaluasi harus sesuai dengan
tujuan yang akan dicapai, begitu juga dengan bahan ajar harus sesuai dengan
tujuan yang akan dicapai, demikian pula dengan bahan ajar dan proses belajar
mengajar. 4
Saat sudah menemukan desain kurikulum maka dapat
mengembangkan kurikulum sesuai dengan model-modelnya. Jika kurikulum
sebagai sebuah bangunan maka model pengembangan kurikulum ibarat
model atau jenis bangunan tersebut. 5
Jadi yang dimaksud model pengembangan kurikulum yaitu langkah
atau prosedur sistematis dalam proses penyusunan suatu kurikulum. Dengan
memahami esensi model pengembangan kurikulum dan sejumlah alternatif
model pengemangan kurikulum para pengembang kurikulum diharapkan akan
bisa bekerja secara sistematis serta optimal dalam berbagai kepentingan, teori
dan praktik bisa diwujudkan.

B. Macam-Macam Model Pengembangan Kurikulum


1. Model Robert Zais
Robert S. Zais adalah ahli kurikulum yang banyak melontarkan ide-
idenya sekitar tahun 1976. Zais mengemukaan delapan model
pengembangan kurikulum. Dasar teoritisnya adalah intuisi atau orang yang
menyelenggarakan pengembangan, pengambil keputusan, penetapan
ruang lingkup, kegiatan termuat dalam kurikulum, realitas
implementasinya, pendekatan permasalahan dengan cara pelaksaannya,
dan pemanfaatan teknologi dalam pengembangan kurikulum. Model-model
tersebut sebagai berikut: 6

3
Abdullah Idi, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik, (Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media, 2013), h. 177
4
Nasution, Pengembangan Kurikulum, (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 1993), h. 139
5
Retno Annik Raharjo, Model-Model Pengembangan Kurikulum-Resume.pdf , tanpa
tahun, h. 1, http://rannikhj26.blogs.uny.ac.id,pdf (diakses tanggal 3/11/2018)
6
Zainal Arifin, Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2017), h. 137

4
a. Model Administrasi (Sentralisasi)
Pengembangan kurikulum model ini disebut juga dengan istilah
dari atas ke bawah (top down) atau staf lini (line-staff prosedure),
artinya pengembangan kurikulum ini ide awal dan pelaksanaannya
dimulai dari pejabat tingkat atas pembuat keputusan dan kebikajan
pendidikan, kemudian secara struktural dilakasanakan di tingkat
bawah.
Proses pengembangan kurikulum model ini dilakukan dengan
empat langkah, yaitu:7
1. Dimulai dari pembentukan tim pengarah oleh pejabat pendidikan.
Anggota tim biasanya terdiri dari pejabat yang ada dibawahnya,
seperti: para pengawas pendidikan, ahli kurikulum, ahli disiplin ilmu,
dan bisa juga ditambah dari tokoh dunia kerja. Tugas tim pengarah
ini adalah merumuskan konsep dasar, garis-garis besar kebijakan,
menyiapkan rumusan falsafah, dan tujuan umum pendidikan.
2. Menyusun tim atau kelompok kerja untuk menjabarkan kebijakan
atau rumusan-rumusan yang telah disusun oleh tim
pengarah.anggota kelompok kerja ini adalah: para ahli kurikulum,
para ahli disiplin ilmu dari perguruan tinggi, ditambah dengan guru-
guru senior yang dianggap sudah berpengalaman. Tugas pokoknya
adalah merumuskan tujuan-tujuan yang lebih operasional dari
tujuan-tujuan umum, memilih dan menyusun bahan bahan
pelajaran, memilih strategi pengajaran dan alat evaluasi, serta
menyusun pedoman-pedoman pelaksanaan kurikulum bagi guru.
3. Apabila kurikulum telah selesai disusun, hasilnya diserahkan
kepada tim perumus untuk dikaji dan diberi catatan-catatan atau
direvisi. Bila dianggap perlu kurikulum itu diuji dan perlu di uji coba
serta dievalusi kelayakannya oleh suatu tim yang ditunjuk oleh para
administrator. Hasil uji coba tersebut digunakan sebagai bahan
penyempurnaan.

7
Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan Praktik Pengembangan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2011), h.78

5
4. Para administrator selanjutnya memerintahkan kepada setiap
sekolah untuk mengimplementasikan kurikulum yang telah
tersusun itu.
Setelah mendapatkan beberapa penyempurnaan, dan dinilai
telah cukup baik, administrator pemberi tugas menetapkan berlakunya
kurikulum tersebut serta memerintahkan sekolah-sekolah untuk
melaksanakan kurikulum tersebut. Karena sifatnya yang datang dari
atas, model pengembangan kurikulum demikian disebut juga model
”top down” atau “line staff’. Pengembangan kurikulum dari atas, tidak
selalu segera berjalan, sebab menuntut kesiapan dari pelaksanaannya,
terutama guru-guru. Mereka perlu mendapatkan petunjuk-petunjuk dan
penjelasan atau mungkin juga peningkatan pengetahuan dan
keterampilan.
Dalam pelaksanaan kurikulum tersebut, selama tahun-tahun
permulaan diperlukan pula adanya kegiatan monitoring, pengamatan
dan pengawasan serta bimbingan dalam pelaksanaannya. Setelah
berjalan beberapa saat perlu juga dilakukan suatu evaluasi, untuk
menilai baik validitas komponen-komponennya, prosedur
pelaksanaannya maupun keberhasilannya. Penilaian menyeluruh
dapat dilakukan oleh tim khusus dari tingkat pusat atau daerah, sedang
penilaian persekolah dapat dilakukan oleh tim khusus sekolah yang
bersangkutan. Hasil penilaian tersebut merupakan umpan balik, baik
bagi instansi pendidikan ditingkat pusat, daerah, maupun sekolah. 8

b. The Grass Roots Model (Desentralisasi)


Pengembangan kurikulum model grass root adalah kebalikan
dari model administrasi. Inisiatif pengembangan kurikulum dalam
model ini berada di tangan guru-guru sebagai pelaksana kurikulum di
sekolah, baik pada level ruang kelas maupun pada level sekolah. Ini
dikarenakan, adanya keresahan atau ketidakpastian guru terhadap
kurikulum yang berjalan. Selanjutnya para guru berupaya mengadakan
inovasi terhadap kurikulum yang sedang berjalan.

8
Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2011), h. 163

6
Dalam model pengembangan kurikulum ini, para administrator
tidak dominan. Administrator lebih menonjol sebagai motivator dan
fasilitator, jika memang para administrator setuju dengan gerakan para
guru. Namun jika upaya pembaharuan para guru itu tidak disetujui
maka administrator bisa menjadi penghalang upaya inovasi para guru. 9
Ada beberapa ketentuan yang harus diperhatikan dalam
menerapkan model pengembangan grass roots ini, yaitu:10
a) Guru harus memiliki kemampuan yang professional
b) Guru harus terlibat penuh dalam perbaikan kurikulum dan
penyelesaian masalah kurikulum
c) Guru harus terlibat lngsung dalam perumusan tujuan, pemilihan
bahan, penentuan evaluasi
d) Seringnya pertemuan kelompok dalam pembahasan kurikulum
yang akan berdampak terhadap pemahaman guru dan akan
menghasilkan tujuan, prinsip maupun rencana-rencana.
Pengembangan atau penyempurnaan ini dapat berkenaan
dengan suatu komponen kurikulum, satu atau beberapa bidang studi
ataupun seluruh bidang studi dan seluruh komponen kurikulum.
Apabila kondisinya telah memungkinkan, baik dilihat dari kemampuan
guru-guru, fasilitas, biaya maupun bahan-bahan kepustakaan,
pengembangan kurikulum model grass roots, akan lebih baik. Hal itu
didasarkan atas pertimbangan bahwa guru adalah perecana,
pelaksana, dan juga penyempurna dari pengajaran di kelasnya.
Dikarenakan guru lah yang paling tahu kebutuhan kelasnya, oleh
karena itu dialah yang paling kompeten menyusun kurikulum bagi
kelasnya. Pengembangan kurikulum yang bersifat desentralisasi
dengan model grass rootsnya, memungkinkan terjadinya kompetisi di
dalam meningkatkan mutu dan sistem pendidikan, yang pada gilirannya
akan melahirkan manusia-manusia yang lebih mandiri dan kreatif. 11

9
Retno Annik Raharjo, Model-Model Pengembangan Kurikulum-Resume.pdf, tanpa tahun,
h.6, http://rannikhj26.blogs.uny.ac.id,pdf (diakses tanggal 3/11/2018)
10
Endang Rusyani, Model dan Organisasi Pengembangan Kurikulum.pdf, tanpa tahun,
https://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_ BIASA/.pdf (diakses tanggal 5/11/2018)
11
Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2011), h. 163

7
c. Model Terbalik (Taba’s Inverted Model)
Model pengembangan kurikulum ini oleh Hilda Taba berbeda
dengan lazimnya atau kebanyakan model lain yang ditempuh bersifat
deduktif, sedang model Taba ini bersifat induktif. Oleh karena itu sering
disebut dengan “model terbalik” atau “inverted model”. 12
Menurut Nana Syaodih Sukmadinata dalam buku
Pengembangan Kurikulum, pengembangan kurikulum dilakukan
secara deduktif, dengan urutan:
1) Penentuan prinsip-prinsip dan kebijaksanaan dasar
2) Merumuskan desain kurikulum yang bersifat menyeluruh
didasarkan atas komitmen-komitmen tertentu.
3) Menyusun unit-unit kurikulum sejaqlan dengan desain yang
menyeluruh
4) Melaksanakan kurikulum di dalam kelas.
Taba berpendapat model deduktif ini kurang cocok, sebab tidak
merangsang timbulnya inovasi-inovasi. Menurutnya, pengembangan
kurikulum yang lebih mendorong inovasi dan kreativitas guru-guru
adalah yang bersifat induktif, yang merupakan inversi atau arah terbalik
dari model tradisional.13
Menurut Taba guru harus memulai proses dengan menciptakan
unit belajar mengajar khusus bagi murid-murid mereka di sekolah dan
bukan terlibat dalam rancangan kurikulum umum. Karena itu Taba
menganut pendekatan induktif yang dimulai dengan hal khusus dan
dibangun menjadi suatu rancangan umum.
Taba mencantumkan lima langkah urutan mencapai perubahan
kurikulum, sebagai berikut:14

12
Restu Wijayanto, Model-Model Pengembangan Kurikulum.pdf, 2015,
https://restuwijayanto.blogs.uny.ac.id/8-Resum-Model-model-Pengembangan-Kurikulum.pdf
(diakses tanggal 5/11/2018)
13
Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2011), h.166
14
Wisnu Prawijaya, Model-Model Pengembangan Kurikulum.pdf, tanpa tahun, h. 3,
https://wisnucorner.blogs.uny.ac.id/.pdf (diakses tanggal 3/11/2018)

8
1) Membuat unit percontohan yang mewakili peringkat kelas atau
mata pelajaran. Taba melihat langkah ini sebagai penghubung
antara teori dan praktek.
a) Diagnosis kebutuhan. Pengembangan kurikulum memulai
dengan menentukan kebutuhan-kebutuhan siswa kepada siapa
kurikulum direncanakan.
b) Merencanakan tujuan. Setelah kebutuhan siswa didiagnosa,
perencana kurikulum merinci tujuan-tujuan yang akan dicapai
c) Pemilihan isi. Bahasan yang akan dipelajari berpangkal
langsung dari tujuan-tujuan
d) Organisasi isi. Setelah isi/bahasan dipilih, tugas selanjutnya
adalah menentukan pada tingkat dan urutan yang mana mata
pelajaran ditetapkan.
e) Pemilihan pengalaman belajar. Metodologi dan strategi yang
dipergunakan dalam bahasan harus dipilih oleh perencana
kurikulum.
f) Organisasi kegiatan pembelajaran. Guru memutuskan
bagaimana mengemas kegiatan-kegiatan pembelajaran dan
dalam kombinasi atau urutan seperti apa kegiatan-kegiatan
tersebut akan digunakan.
g) Penentuan tentang apa yang akan dievaluasi serta alat yang
dipakai untuk melakukan evaluasi. Perencana kurikulum harus
memutuskan apakah tujuan sudah tercapai. Guru harus
memilih alat dan tekik yang tepat untuk menilai keberhasilan
siswa dan menentukan apakah tujuan kurikulum sudah
tercapai.
h) Memeriksa keseimbangan dan urutan. Taba meminta pendapar
dari pekerja kurikulum untuk melihat konsistensi diantara
berbagai bagian dari unit belajar-mengajar, untuk melihat alur
pembelajaran yang baik, untuk keseimbangan antara berbagai
macam pembelajaran dan ekspresi.

9
2) Menguji unit percobaan. Uji ini diperlukan untuk mengecek validitas
dan apakah materi tersebut dapat diajarkan untuk menetapkan
batas atas dan batas bawah dari kemampuan yang diharapkan.
3) Revisi dan konsolidasi. Unit pembelajaran dimodifikasi
menyesuaikan dengan keragaman kebutuhan dan kemampuan
siswa, sumber daya yang tersedia, dan berbagai gaya mengajar
sehingga kurikulum dapat sesuai dengan semua tipe di kelas. 15
4) Pengembangan kerangka kerja. Setelah jumlah unit dirancang,
perencana kurikulum harus memeriksa apakah ruang lingkup
sudah memadai dan urutannya sudah benar.
5) Memasang dan menyebarkan unit-unit baru. Mengatur pelatihan
sehingga guru-guru dapat secara efektif mengoperasikan unit
belajar mengajar di kelas mereka. (seminar, penataran, pelatihan,
dan sebagainya).16

d. Model Pemecahan masalah/The Systematic Action-Research


Model
Model kurikulum ini didasarkan pada asumsi bahwa
perkembangan kurikulum merupakan perubahan sosial. Hal itu
mencakup suatu proses yang melibatkan kepribadian orang tua, siswa
guru, struktur sistem sekolah, pola hubungan pribadi dan kelompok dari
sekolah dan masyarakat. Sesuai dengan asumsi tersebut model ini
menekankan pada tiga hal itu: hubungan insani, sekolah dan
organisasi masyarakat, serta wibawa dari pengetahuan professional.
Kurikulum dikembangkan dalam konteks harapan warga masyarakat,
para orang tua, tokoh masyarakat, pengusaha, siswa, guru, dan lain-
lain, yang mempunyai pandangan tentang bagaimana pendidikan,
bagaimana anak belajar, dan bagaimana peranan kurikulum dalam
pendidikan dan belajar, dan bagaimana peranan kurikulum dalam
pendidikan dan pengajaran.

15
Wisnu Prawijaya, Model-Model Pengembangan Kurikulum.pdf, tanpa tahun, h. 4,
https://wisnucorner.blogs.uny.ac.id/.pdf (diakses tanggal 3/11/2018)
16
Wisnu Prawijaya, Model-Model Pengembangan Kurikulum.pdf, tanpa tahun, h. 5,
https://wisnucorner.blogs.uny.ac.id/.pdf (diakses tanggal 3/11/2018)

10
Penyusunan kurikulum harus memasukkan pandangan dan
harapan-harapan masyarakat, dan salah satu cara untuk mencapai hal
itu adalah dengan prosedur action research.
Langkah pertama, mengadakan kajian secara seksama
tentang masalah-masalah kurikulum, berupa pengumpulan data yang
bersifat menyeluruh, dan mengidentifikasi faktor-faktor, kekuatan dan
kondisi yang mempengaruhi masalah tersebut. Dari hasil kajian
tersebut dapat disusun rencana yang menyeluruh tentang cara-cara
mengatasi masalah tersebut, serta tindakan pertama yang harus
diambil.17
Data atau informasi yang dikumpulkan hendaknya valid dan
reliabel sehingga dapat digunakan sebagai dasar yang kuat dalam
pengambilan keputusan penyusunan kurikulum. Data yang lemah akan
mengakibatkan kesalahan dalam pengambilan keputusan.
Berdasarkan keputusan ini, disusunlah rencana yang
komprehensif/menyeluruh tentang cara-cara mengatasi masalah yang
ada.
Langkah kedua, implementasi dari keputusan yang diambil
dalam tindakan pertama. Tindakan ini segera diikuti oleh kegiatan
pengumpulan data dan fakta-fakta. Kegiatan pengumpulan data ini
mempunyai beberapa fungsi: (1) menyiapkan data bagi evaluasi
tindakan, (2) sebagai bahan pemahaman tentang masalah yang
dihadapi, (3) sebagai bahan untuk menilai kembali dan mengadakan
modifikasi, (4) sebagai bahan untuk menentukan tindakan lebih lanjut. 18
Menurut Zainal Arifin dalam bukunya Konsep dan Model
Pengembangan Kurikulum, ada tiga faktor utama yang dijadikan bahan
pertimbangan dalam model ini adalah hubungan antarmanusia,
organisasi sekolah, dan masyarakat, serta otoritas ilmu.
Langkah-langkah dalam model ini adalah:
a) Merasakan adanya sesuatu masalah dalam kelas atau sekolah
perlu diteliti secara mendalam,

17
Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2011), h.169
18
Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum,...., h. 169

11
b) Mengidentifikasi faktor-faktor apa saja yang memengaruhinya,
c) Merencanakan secara mendalam tentang bagaimana pemecahan
masalahnya,
d) Menentukan keputusan-keputisan apakah yang perlu diambil
sehubungan dengan masalah tersebut,
e) Mencari fakta secara meluas dan
f) Menilai tentang kekuatan dan kelemahannya. 19

2. Roger’s Interpersonal Relation Model


Model ini berasal dari seorang psikolog Carl Rogers. Dia
berasumsi bahwa “kurikulum diperlukan dalam rangka
mengembangkan individu yang terbuka, luwes dan adaptif terhadap
situasi perubahan.” Untuk itu, dieprlukan pengalaman kelompok dalam
melatih hal-hal yang bersifat sensitif. Setiap kelompok terdiri atas 10-
15 orang dengan seorang fasilitator atau pemimpin. Kelompok tersebut
hendaknya tidak berstruktur, tetapi harus menyediakan lingkungan
yang memungkinkan seorang dapat berekspresi secara bebas dan ada
pula kemungkinan berkomunikasi interpersonal secara luas. 20
Ada empat langkah pengembangan kurikulum model Roger’s:
1) Pemilihan target dari sistem pendidikan. Di dalam penentuan target
ini satu-satunya kriteria yang menjadi pegangan adalah adanya
kesediaan dari pejabat pendidikan untuk turut serta dalam kegiatan
kelompok yang intensif. Selama satu minggu para pejabat
pendidikan atau administrator melakukan kegiatan kelompok dalam
suasana yang relax, tidak formal.
2) Dalam pengembangan kurikulum model Roger’s adalah partisipasi
guru dalam pengalaman kelompok yang intensif. Sama seperti
yang dilakukan para pejabat pendidikan, guru juga turut serta dalam
kegiatan kelompok.
3) Pengembangan pengalaman kelompok yang intensif untuk satu
kelas atau unit pelajaran. Selama lima hari penuh siswa ikut serta

19
Zainal Arifin, Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2017), h. 142
20
Zainal Arifin, Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum,...., h. 142

12
dalam kegiatan kelompok, dengan fasilitator para guru atau
administrator atau fasilitator dari luar.
4) Partisipasi orang tua dalam kegiatan kelompok. Kegiatan ini dapat
dikoordinasikan oleh BP3 masing-masing sekolah. Lama kegiatan
kelompok ini dapat tiga jam tiap sore hari selama seminggu atau 24
jam secara terus menerus. Kegiatan ini bertujuan memperkaya
orang-orang dalam hubungannya dengan sesama orang tua,
dengan anak, dan dengan guru. Rogers juga menyarankan, kalau
mungkin ada pengalaman kegiatan kelompok yang bersifat
campuran. Kegiatan merupakan akumulasi dari semua kegiatan
kelompok di atas.
Model pengembangan kurikulum dan Rogers ini berbeda
dengan model-model lainnya, sepertinya tidak ada suatu perencanaan
kurikulum tertulis, yang ada hanyalah rangkaian kegiatan kelompok. 21

C. Analisis Terhadap Model-Model Pengembangan Kurikulum


Ada tiga faktor yang digunakan untuk menganalisis model-model
pengembangan tersebut, yaitu: a) penekanan pada suatu titik pandangan
tertentu, b) keuntungan-keuntungan yang diperoleh melalui model tersebut, c)
kekurangan-kerungannya.
1. Model administrasi
a) Penekanan yang diberikan pada orang yang terlibat dalam
pengembangan kurikulum dengan uraian tugas dan fungsinya masing-
masing, di samping pengarahan kegiatan yang bercirikan dari atas ke
bawah.
b) Keuntungan model ini, pada dasarnya mudah dilaksankan pada negara
penganut sistem sentralisasi dalam pengembangan kurikulum dan juga
bagi negara yang kemampuan profesional guru-gurunya masih lemah.
c) Kekurangannya: 1) terletak pada kurangnya dampak perubahan
kurikulum, karena hasil kegiatannya seolah-olah dilaksanakan dari atas
tanpa memperhatikan people change. 2) yang dihasilkan diterapkan
secara seragam pada kebutuhan dan kekhusussan-kekhususan

21
Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2011), h.168

13
daerah menuntut adanya variasi sesuai situasi dan kondisinya masing-
masing.22
2. The Grass Roots Model
a) Titik pandang model dari bawah diletakkan pada pengembangan
kurikulum yang diselenggarakan secara demokratis yaitu dari bawah.
b) Keuntungannya adalah proses pengambilan keputusan terletak pada
para pelaksana, mengikutsertakan benyak pihak bawah, yaitu guru-
guru. Berdasrkan hal itu, maka terkuaklah tirai broken front
sebagaimana lazimnya ditemui apabila pembaruan kurikulum
disodorkan dari atas.
c) Kekurangannya yang paling menonjol adalah mengabaikan segi teknis
dari profesional tentang kurikulum.23
3. Model Terbalik Hilda Taba
a) Mendekatkan kurikulum dengan realitas pelaksanaanya melalui
pengujian terlebih dahulu oleh guru-guru profesional.
b) Keuntungannya, model ini benar-benar mengintegrasikan teori dan
praktik.
c) Kekurangannya, sulit mengorganisasikan karena memerlukan
kemapuan teoritis dan profesional yang tinggi dari guru-guru atau
administrator pelaksana. 24
4. Model Action Research
a) Mengutamakan penelitian sistematis oleh orang lapangan tentang
masalah-masalah kurikulum. Mendekatkan permasalahan kurikulum
dengan realitas penerapannya.
b) Kuntungan model ini adalah bukan hanya hubungan antarpribadi yang
dipentingkan, tetapi juga diperhatikan tentang hubungan sekolah
dengan masyarakat dan adanya otoritas ilmiah.’
c) Kesukaran model ini adalah penerapannya memerlukan staf
profesional khusus yang terlatih dalam penelitian dan dengan
sendirinya dalam pelaksanaannya diperlukan biaya yang tinggi.25

22
Zainal Arifin, Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2017), h. 143
23
Zainal Arifin, Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum,...., h. 144
24
Zainal Arifin, Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum,...., h. 144
25
Zainal Arifin, Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum,...., h. 145

14
5. Roger’s Interpersonal Relation Model
a) Mengutamakan hubungan antarpribadi dengan harapan dapat
menghasilkan penerapan kurikulum yang lebih baik dan sukses, karena
kurangnya tekanan dan hierarki.
b) Keuntungannya adalah model ini mendekatkan permasalahan dengan
para pelaksananya sehingga memudahkan pemecahannya.
c) Kekurangan dari model ini adalah sukar dilaksanakan dan sulit
diorganisasikan karena mahal dan membutuhkan waktu yang relatif
lama.26

26
Zainal Arifin, Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum,...., h. 144

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Titik pandang yang telah diletakkan para pengembang model adalah
berbeda-beda dengan berbagai macam modelnya. Kita tidak dapat
mengatakan suatu model lebih ampuh dan lebih bagus diterapkan untuk
sekolah ini dan satunya lagi tidak lebih baik untuk diterapkan di sekolah ini,
karena masing-masing model memiliki kelebihan dan kekurangnnya. Apabila
kita ingin menerapkan suatu model, sebaiknya dikaji terlebih dahulu
disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada serta kepentingan kita, lalu
menentukan model manakah yang dapat diterapkan dengan memanfaatkan
kelebihan-kelebihan beberapa model.

B. Saran
Dengan makalah ini diharapkan dapat menjadi salah satu dari
referensi tentang materi Pengembangan Kurikulum. Tiada gading yang tak
retak, begitu juga dengan makalah ini. Dengan segala keterbatasan dan
kemampuan penulis, maka untuk pengembangan lebih lanjut disarankan
kepada para pembaca untuk turut mencari di sumber-sumber yang lain guna
menyempurnakan materi serta dapat memberi masukan kepada penulis guna
perbaikan dan penyempurnaan kedepannya.

16
17
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Zainal. Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT


Remaja Rosdakarya. 2017.

Idi, Abdullah. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik. Yogyakarta: Ar-


Ruzz Media. 2013.

Nasution. Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT Citra Aditya Bakti.


1993.

Ruhimat, Toto dan Muthia Alinawati. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta:


Rajawali Press. 2013.

Sanjaya, Wina. Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan Praktik


Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Kencana. 2011.

Syaodih Sukmadinata, Nana. Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT


Remaja Rosdakarya, 2011.

Anda mungkin juga menyukai