Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

KURIKULUM PEMBELAJARAN
“Model-Model Pengembangan Kurikulum dan Mengembangkan
dalam Praktik Pembelajaran”

DOSEN PENGAMPU :
Dra. Rahmatina, M.Pd

OLEH KELOMPOK 11:


HAISAH BASARIKO-21129400
MILA NOVIRA-21129073

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2023

1
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. Atas limpahan rahmat serta
hidayahNya sehingga makalah yang bertajuk “Model-Model Pengembangan Kurikulum dan
Mengembangkan dalam Praktik Pembelajaran” ini bisa tersusun sampai tuntas dengan baik.
Makalah ini disusun berlandaskan pada sumber-sumber seperti buku, jurnal ilmiah ataupun
melalui artikel yang berada di media internet.

Pada kesempatan ini, tidak lupa saya mengucapkan terimakasih kepada seluruh pihak
yang sudah mendukung serta berkontribusi membagikan motivasi,materi dan idenya. Tidak
hanya itu, kami ucapkan terimakasih kepada dosen pengampu mata kuliah Kurikulum
Pembelajaran Pembelajaran, ibu Dra. Rahmatina, M.Pd. yang sudah memberikan tugas ini
sehingga saya bisa menambah pemahaman serta pengetahuan mengenai materi ini.

Harapan saya, semoga materi dan informasi yang ada dalam makalah ini bisa berguna
untuk pembaca. Demikian makalah ini saya buat, saya menerima seluruh kritik serta anjuran
atau masukan dari pembaca supaya pembuatan makalah selanjutnya jauh lebih baik pada
kesempatan berikutnya.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Bukittinggi, 17 November 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

COVER.....................................................................................................................................

KATA PENGANTAR ..............................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang..................................................................................................................... 4

B. Rumusan Masalah................................................................................................................ 4

C. Tujuan ..................................................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Model Pengembangan Kurikulum......................................................................5

B. Macam-macam Model Pengembangan Kurikulum..............................................................6

C. Model Pengembangan Kurikulum dalam Praktik Pembelajaran.........................................12

D. Penerapan Model Pengembangan Kurikulum dalam Pembelajaran...................................13

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ........................................................................................................................ 24

B. Saran ...................................................................................................................................24

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 25

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Model pengembangan kurikulum merupakan suatu alternatig prosedur dalam


rangka mendesain (designing), menerapkan (implementation), dan mengevaluasi
(evaluation) suatu kurikulum. Oleh karena itu, model pengembangan kurikulum harus
dapat menggambarkan suatu proses sistem perencanaan pembelajaran yang dapat
memenuhi berbagai kebutuhan dan standar keberhasilan pendidikan.

Pengambangan kurikulum merupakan bagian yang sangat penting dalam system


pendidikan dan pelatihan. Dalam mengembangkan kurikulum, pengembang kurikulum
utamanya bukan ingin menghasilkan bahan pelajaran/muatan pelatihan namun lebih dari
itu adalah untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan pelatihan. Adapun proses
pengembangan kurikulum pendidikan dan pelatihan memerlukan model yang dijadikan
acuan teroritis untuk melaksanakan suatu pengembangan tersebut.

B. Rumusan Masalah

1. Jelaskan Pengertian Model Pengembangan Kurikulum !


2. Sebutkan Macam-macam Model Pengembangan Kurikulum !
3. Bagaimana Pengembangan Model Kurikulum dalam Praktik Pembelajaran !
4. Jelaskan Penerapan Model Pengembangan Kurikulum dalam Pembelajaran !

C. Tujuan

1. Mengetahui Pengertian Model Pengembangan Kurikulum


2. Mengetahui Macam-macam Model Pengembangan Kurikulum
3. Mengetahui Pengembangan Model Kurikulum dalam Praktik Pembelajaran
4. Mengetahui Penerapan Model Pengembangan Kurikulum dalam Pembelajaran

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Model Pengembangan Kurikulum

Pengembangan kurikulum mempunyai makna yang cukup luas, menurut Nana


Syaodih Sukmadinata (200:1) pengembangan kurikulum bisa berarti penyusunan
kurikulum yang sama sekali baru (curriculum construction), bisa juga menyempurnakan
kurikulum yang telah ada (curriculum improvement). Sedangkan model adalah abstraksi
dunia nyata atau representasi pristiwa kompleks atau sistem, dalam bentuk naratif,
matematis, grafis serta lambang-lambang lainnya. (Wina Sanjaya 2007:177).

Model pengembangan kurikulum adalah model yang digunakan untuk


mengembangkan suatu kurikulum, dimana pengembangan kurikulum dibutuhkan untuk
memperbaiki atau menyempurnakan kurikulum yang dibuat untuk dikembangkan sendiri
baik dari pemerintah pusat, pemerintah daerah atau sekolah. Nadler (1988) menjelaskan
bahwa model yang baik adalah model yang dapat menolong si pengguna untuk mengerti
dan memahami suatu proses secara medasar dan menyeluruh. Selanjutnya ia menjelaskan
manfaat model adalah model dapat menjelaskan beberapa aspek perilaku dan interaksi
manusia, model dapat menyederhanakan suatu proses yang bersifat kompleks, dan model
dapat digunakan sebagai pedoman untuk melakukan kegiatan.

Untuk melakukan pengembangan kurikulum ada berbagai model pengembangan


kurikulum yang dapat dijadikan acuan atau diterapkan sepenuhnya. Secara umum
pemilihan model pengembangan kurikulum dilakukan dengan cara menyesuaikan system
pendidikan yang di anut dan model konsep yang digunakan.

Dari pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa model pengembangan


kurikulum adalah berbagai bentuk atau model yang nyata dalam penyusunan kurikulum
yang baru ataupun penyempurnaan kurikulum yang telah ada.

Dalam pengembangan kurikulum tidak dapat lepas dari berbagai faktor maupun
aspek yang mempengaruhinya, seperti cara berpikir, sistem nilai (nilai moral, keagamaan,
politik, budaya, dan sosial), proses pengembangan kebutuhan peserta didik, lingkup (scope)

5
dan urutan (sequence) bahan pelajaran, kebutuhan masyarakat maupun arah program
pendidikan.

B. Macam-macam Model Pengembangan Kurikulum

Terdapat banyak model pengembangan kurikulum yang dikembangkan oleh para


ahli.Robert S. Zais dalam Zainal Arifin (2011) mengemukakan delapan model
pengembangan kurikulum. Secara singkat, model-model tersebut akan dikemukakan
sebagai berikut:

1) The Administrative (Line Staff) Model

Model pengembangan kurikulum yang paling awal dan sangat umum dikenal
adalah model administrative karena model ini menggunakan prosedur “garis-staf” atau
garis komando “dari atas ke bawah” (top-down). Maksudnya inisiatif pengembangan
kurikulum berasal dari pejabat tinggi (Kemdiknas), kemudian secara stuktural
dilaksanakan ditingkat bawah.

Dalam pelaksanaan kurikulum tersebut, selama tahun-tahun permulaan


diperlukan pula adanya kegiatan monitoring, pengamatan dan pengawasan serta
bimbingan dalam pelaksanaannya. Setelah berjalan beberapa saat perlu juga dilakukan
suatu evaluasi, untuk menilai baik validitas komponen-komponennya, prosedur
pelaksanaan maupun keberhasilannya. Penilaian menyeluruh dapat dilakukan oleh tim
khusus dari tingkat pusat atau daerah, sedang penilaian persekolah dapat dilakukan oleh
tim khusus sekolah yang bersangkutan. Hasil penilaian tersebut merupakan umpan
balik, baik bagi instansi pendidikan di tingkat pusat, daerah, maupun sekolah.

2) The Grass-Roots Model

Inisiatif pengembangan kurikulum ini berada ditangan guru-guru sebagai


pelaksana kurikulum disekolah, baik yang bersumber dari satu sekolah maupun dari
berbagai sekolah sekaligus. Model ini didasarkan oleh dua pandangan pokok, yaitu
Pertama, implementasi kurikulum akan lebih berhasil apabila guru-guru sebagai
pelaksana sudah dari sejak semula terlibat secara langsung dala pengembangan
kurikulum. Kedua, pengembangan kurikulum tidak hanya melibatkan personel yang

6
professional (guru) saja, tetapi juga siswa, orang tua dan masyarakat. Guru yang paling
tahu kebutuhan kelasnya, oleh karena itu dialah yang paling kompeten menyusun
kurikulum bagi kelasnya.

3) The Demonstration Model

Model ini dikembangkan untuk memperkenalkan suatu inovasi kurikulum


dalam skala kecil. Dalam pelaksanaanya, model ini menuntut para guru dalam satu
sekolah untuk mengorganisasikan dirinya dalam memperbaruhi kurikulum. Model
demonstrasi dapat dilaksanakan baik secara formal maupun tidak formal. Ada beberapa
kebaikan dari pengembangan kurikulum dengan model demonstrasi ini. Pertama,
karena kurikulum disusun dan dilaksanakan dalam situasi tertentu yang nyata, maka
akan dihasilkan suatu kurikulum atau aspek tertentu dari kurikulum yang lebih praktis.
Kedua, perubahan atau penyempurnaan kurikulum dalam skala kecil atau aspek tertentu
yang khusus, sedikit sekali untuk ditolak oleh administrator, dibandingkan dengan
perubahan dan penyempurnaan yang menyeluruh. Ketiga, pengembangan kurikulum
dalam skala kecil dengan model demonstrasi ilapat menend hambatan yang sering
dialami yaitu dokumentasinya hagus tetari pclaknotiaatinva tidak ada. Keempat, model
ini sifatnya yang grass roots menempatkan guru sebagai pengambil inisiatif dan nara
sumber yang dapat menjadi pendorong bagi para administrator untuk mengembangkan
program baru. Kelemahan model ini, adalah bagi guru- guru yang tidak turut
berpartisipasi mereka akan menerimanya dengan enggan-enggan, dalam keadaan
terburuk mungkin akan terjadi apatisme.

4) Beauchamp’s System Model

Model pengembangan kurikulum ini, dikembangkan oleh Beauchamp seorang


ahli kurikulum. Sistem yang diformulasikan oleh G.A Beauchamp mengemukakan
adanya lima langkah kritis dalam mengambil keputusan pengembangan kurikulum,
yaitu :

a. Menentukan arena pengembangan kurikulum. Karena itu bisa berupa kelas,


sekolah, sistem persekolahan regional atau sistem pendidikan nasional.
b. Memilih dan mengikutsertakan pengembang kurikulum.
c. Pengorganisasian dan penentuan prosedur perencanaan

7
Kurikulum yang meliputi menetapkan tujuan kurikulum, memilih materi
pelajaran, mengembangkan kegiatan pembelajaran dan mengembangkan desain.

a. Pelaksanaan kurikulum secara sistematis.


b. Evaluasi kurikulum, yang meliputi empat dimensi: penggunaan kurikulum oleh
guru, desain kurikulum, hasil belajar peserta didik, dan sistem kurikulum

5) Taba’s Inverted Model

Model ini dimulai dengan melaksanakan eksperimen, diteorikan, kemudian


diimplementasikan. Hal ini dilakukan untuk menyesuaikan antara teori dan praktek,
serta menghilangkan sifat keumuman dan keabstrakan kurikulum, sebagaimana sering
terjadi apabila tanpa kegiatan eksperimen. Ada lima langkah pengembangan kurikulum
model Taba ini.

Pertama, mengadakan unit-unit eksperimen bersama guru-guru. Di dalam unit


eksperimen ini diadakan studi yang saksama tentang hubungan antara teori dengan
praktik. Perencanaan didasarkan atas teori yang kuat, dan pelaksanaan eksperimen di
dalam kelas menghasilkan data-data yang untuk menguji landasan teori yang
digunakan. Ada delapan langkah dalam kegia tan unit eksperimen ini; 1) Mendiagnosis
kebutuhan, 2) Merumuskan tujuan-tujuan khusus, 3) Memilih isi, 4) Mengorganisasi
isi, 5) Memilih pengalaman belajar, 6) Mengorganisasi pengalaman belajar, 7)
Mengevaluasi, 8) Melihat Sekuens dan keseimbangan (Taba, 1962: 347-379).

Langkah kedua, menguji unit eksperimen. Meskipun unit eksperimen ini telah
diuji dalam pelaksanaan di kelas eksperimen, tetapi masih harus diuji di kelas-kelas
atau tempat lain untuk megetahui validitas dan kepraktisannya, serta menghimpun data
bagi penyempurnaan.

Langkah ketiga, mengadakan revisi dan konsolidasi. Dari langkah pengujian


diperoleh beberapa data, data tersebut digunakan untuk mengadakan perbaikan dan
penyempurnaan. Selain perbaikan dan penyempurnaan diadakan juga kegiatan
konsolidasi, yaitu penarikan kesimpulan tentang hal-hal yang lebih bersifat umum yang
berlaku dalam lingkungan yang lebih luas. Hal itu dilakukan, sebab meskipun suatu
unit eksperimen telah cukup valid dan praktis pada sesuatu sekolah belum tentu

8
demikian juga pada sekolah yang lainnya. Untuk menguji keberlakuannya pada daerah
yang lebih luas perlu adanya kegiatan konsolidasi.

Langkah keempat, pengembangan keseluruhan kerangka kurikulum. Apabila


dalam kegiatan penyempurnaan dan konsolidasi telah diperoleh sifatnya yang lebih
menyeluruh atau berlaku lebih luas, hal itu masih harus dikaji oleh para ahli kurikulum
dan para profesional kurikulum lainnya. Kegiatan itu dilakukan untuk megnetahui
apakah konsep-konsep dasar atau landasan-landasan teori yang dipakai sudah masuk
dan sesuai.

Langkah kelima, implementasi dan diseminasi, yaitu menerapkan kurikulum


baru ini pada daerah atau sekolah-sekolah yang lebih luas. Di dalam langkah ini
masalah dan kesulitan-kesulitan pelaksanaan tetapi dihadapi, baik berkenaan dengan
kesiapan guru-guru, fasilitas, alat dan bahan juga biaya.

5. Roger’s Interpersonal Relations Model

Model ini berasal dari seorang psikolog Carl Rogers. Dia berasumsi bahwa
“kurikulum diperlukan dalam rangka mengembangkan individu yang terbuka, luwes
daan adaptif terhadap situasi perubahan.” Kurikulum demikian hanya dapat disusun dan
diterapkan oleh pendidik yang berpengalaman, luwes dan berorientasi pada proses.

Ada empat langkah pengembangan kurikulum model Rogers. Pertama,


pemilihan target dari sistem pendidikan. Di dalam penentuan target ini satusatunya
kriteria yang menjadi pegangan adalah adanya kesediaan dari pejabat pendidikan untuk
turut serta dalam kegiatan kelompok yang intensif. Langkah kedua dalam
pengembangan kurikulum model Rogers adalah partisipasi guru dalam pengalaman
kelompok yang intensif. Sama seperti yang dilakukan para pejabat pendidikan, guru
juga turut serta dalam kegiatan kelompok. Langkah ketiga, pengembangan pengalaman
kelompok yang intensif untuk satu kelas atau unit pelajaran. Selama lima hari penuh
siswa ikut serta dalam kegiatan kelompok, dengan fasilitator para guru atau
administrator atau fasilitator dari luar. Langkah keempat, partisipasi orang tua dalam
kegiatan kelompok. Kegiatan ini dapat dikoordinasi oleh komite masing-masing
sekolah.

Lama kegiatan kelompok dapat tiga jam tiap sore hari selama seminggu atau 24
jam secara terus menerus. Kegiatan ini bertujuan memperkaya orang-orang dalam

9
hubungannya dengan sesama orang tua, dengan anak, dan dengan guru. Model
pengembangan kurikulum dari Rogers ini berbeda dengan model-model lainnya.
Sepertinya tidak ada suatu perencanaan kurikulum tertulis, yang ada hanyalah
rangkaian kegiatan kelompok. Itulah ciri khas Carl Rogers sebagai seorang
Eksistensialis Humanis, tidak mementingkan formalitas, rancangan tertulis, data, dan
sebagainya. Bagi Rogers yang penting adalah aktivitas dan interaksi.

Berkat berbagai bentuk aktivitas dalam interaksi ini individu akan berubah.
Metode pendidikan yang diutamakan Rogers adalah sensitivity training, encounter
group dan aining Group (T Group).

6) The Systematic Action-Reasearch Model

Model kurikulum ini didasarkan pada asumsi bahwa perkembangan kurikulum


merupakan perubahan sosial. Hal itu mencakup suatu proses yang melibatkan
kepribadian orang tua, siswa, guru, struktur sistem sekolah, pola hubungan pribadi dan
kelompok dari sekolah dan masyarakat. Sesuai dengan asumsi tersebut model ini
menekankan pada tiga hal itu: hubungan insani, sekolah dan organisasi masyarakat,
serta wibawa dari pengetahuan profesional. Tiga faktor utama yang dijadikan bahan
pertimbangan dalam model ini adalah adanya hubungan antarmanusia, organisasi
sekolah dan masyarakat, serta otoritas ilmu. Langkah-langkah dalam model ini antara
lain :

a) Merasakan adanya suatu masalah dalam kelas atau sekolah yang perlu
diteliti secara mendalam.
b) Mengidentifikasi faktor-faktor apa saja yang mempengaruhinya.
c) Merencanakan secara mendalam tentang bagaimana pemecahan
masalahnya.
d) Menentukan keputusan-keputusan apakah yang perlu diambil sehubungan
dengan masalah tersebut.
e) Melaksanakan keputusan yang diambil dan menjalankan rencana yang
disusun.
f) Mencari fakta secara meluas
g) Menilai tentang kekuatan dan kelemahannya.

10
Kurikulum dikembangkan dalam konteks harapan warga masyarakat, para
orang tua, tokoh masyarakat, pengusaha, siswa, guru, dan lain-lain, mempunyai
pandangan tentang bagaimana pendidikan, bagaimana anak belajar, dan bagaimana
peranan kurikulum dalam pendidikan dan pengajaran. Penyusunan kurikulum hams
memasukkan pandangan dan harapan-harapan masyarakat, dan salah satu cara untuk
mencapai hal itu adalah dengan prosedur action research.

7) Emerging Technical Model

Model teknologis ini terdiri dari tiga variasi model, yaitu model analisis tingkah
laku, model analisis sistem, dan model berdasarkan komputer.

a. Model analisis tingkah laku memulai kegiatannya dengan jalan melatih


kemampuan anak mulai dari yang sederhana sampai pada yang kompleks secara
bertahap.
b. Model analisis sistem memulai kegiatannya dengan jalan menjabarkan tujuan-
tujuan secara khusus (output), kemudian menyusun alat-alat ukur untuk menilai
keberhasilannya, kemudian mengidentifikasi sejumlah faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap proses penyelenggaraannya.
c. Model berdasarkan komputer memulai kegiatannya dengan jalan
mengidentifikasi unit-unit kurikulum lengkap dengan tujuan-tujuan
pembelajaran khususnya.

Pemilihan suatu model pengembangan kurikulum bukan saja didasarkan atas


kelebihan dan kebaikan-kebaikannya serta kemungkinan pencapaian hasil yang
optimal, tetapi juga perlu disesuaikan dengan sistem pendidikan dan sistem pengelolaan
pendidikan yang dianut serta model konsep pendidikan mana yang digunakan. Model
pengembangan kurikulum dalam sistem pendidikan dan pengelolaan yang sifatnya
sentralisasi berbeda dengan yang desentralisasi. Model pengembangan dalam
kurikulum yang sifatnya subjek akademis berbeda dengan kurikulum humanistik,
teknologis dan rekonstruksi sosial.

C. Pengembangan Model Kurikulum dalam Praktik Pembelajaran

11
Kita mengenal berbagai macam kurikulum ditinjau dari berbagai aspek:

1. Ditinjau dari konsep dan pelaksanaannya, kita mengenal beberapa istilah


kurikulum sebagai berikut:
a. Kurikulum ideal, yaitu kurikulum yang berisi sesuatu yang ideal, sesuatu yang
dicita-citakan sebagaimana yang tertuang di dalam dokumen kurikulum
b. Kurikulum aktual, yaitu kurikulum yang dilaksanakan dalam proses pengajaran
dan pembelajaran. Kenyataan pada umumnya memang jauh berbeda dengan
harapan. Namun demikian, kurikulum aktual seharusnya mendekati dengan
kurikulum ideal. Kurikulum dan pengajaran merupakan dua istilah yang tidak
dapat dipisahkan. Kurikulum merujuk kepada bahan ajar yang telah
direncanakan yang akan dilaksanakan dalam jangka panjang. Sedangkan
pengajaran merujuk kepada pelaksanaan kurikulum tersebut secara bertahap
dalam belajar mengajar.
c. Kurikulum tersembunyi (hidden curriculum), yaitu segala sesuatu yang terjadi
pada saat pelaksanaan kurikulum ideal menjadi kurikulum faktual. Segala
sesuatu itu bisa berupa pengaruh guru, kepala sekolah, tenaga administrasi, atau
bahkan dari peserta didik itu sendiri. Kebiasaan guru datang tepat waktu ketika
mengajar di kelas, sebagai contoh, akan menjadi kurikulum tersembunyi yang
akan berpengaruh kepada pembentukan kepribadian peserta didik.

2. Berdasarkan struktur dan materi mata pelajaran yang diajarkan, kita dapat
membedakan:
a. Kurikulum terpisah-pisah (separated curriculum), kurikulum yang mata
pelajarannya dirancang untuk diberikan secara terpisah-pisah. Misalnya, mata
pelajaran sejarah diberikan terpisah dengan mata pelajaran geografi, dan
seterusnya.
b. Kurikulum terpadu (integrated curriculum), kurikulum yang bahan ajarnya
diberikan secara terpadu. Misalnya Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan fusi
dari beberapa mata pelajaran sejarah, geografi, ekonomi, sosiologi, dan
sebagainya. Dalam proses pembelajaran dikenal dengan pembelajaran tematik
yang diberikan di kelas rendah sekolah Dasar. Mata pelajaran matematika,

12
sains, bahasa indonesia, dan beberapa mata pelajaran lain diberikan dalam satu
tema tertentu.
c. Kurikulum terkorelasi (corelated curriculum), kurikulum yang bahan ajarnya
dirancang dan disajikan secara terkorelasi dengan bahan ajar yang lain.

3. Berdasarkan pengembangnya dan penggunaannya, kurikulum dapat dibedakan


menjadi:
a. Kurikulum nasional (national curriculum), yakni kurikulum yang disusun oleh
tim pengembang tingkat nasional dan digunakan secara nasional.
b. Kurikulum negara bagian (state curriculum), yakni kurikulum yang disusun
oleh masing-masing negara bagian, misalnya di masing-masing negara bagian
di Amerika Serikat.
c. Kurikulum sekolah (school curriculum), yakni kurikulum yang disusun oleh
satuan pendidikan sekolah. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
merupakan kurikulum sekolah. Kurikulum sekolah lahir dari keinginan untuk
melakukan diferensiasi dalam kurikulum.

D. Penerapan Model Pengembangan Kurikulum dalam Pembelajaran

a. Penerapan The Administrative (Line Staff) Model

Model Administratif (Line Staff) melibatkan penerapan struktur organisasi


yang membedakan antara fungsi manajemen (line) dan fungsi penunjang (staff).
Dalam konteks pembelajaran, model ini dapat diartikan sebagai pemisahan antara
pengambil keputusan langsung (line) dan dukungan administratif (staff) di
lingkungan pendidikan.

Penerapan model ini dalam proses pembelajaran mungkin melibatkan


pembagian tugas antara guru (line) dan staf administratif (staff). Guru bertanggung
jawab langsung terhadap pengajaran dan pengelolaan kelas, sementara staf
administratif mendukung aspek administrasi seperti pengelolaan data siswa,
keuangan, dan administrasi sekolah secara keseluruhan.

Tujuannya adalah meningkatkan efisiensi dan spesialisasi dalam tugas


masing-masing. Namun, penggunaan model ini juga perlu memperhatikan

13
kolaborasi dan komunikasi yang efektif antara bagian line dan staff agar proses
pembelajaran dapat berjalan secara sinergis.

b. Penerapan The Grass-Roots Model

Model Grass-Roots dalam konteks pembelajaran menekankan partisipasi


aktif dari basis atau peserta didik dalam pengambilan keputusan pendidikan.
Penerapannya mencakup melibatkan siswa, orang tua, dan masyarakat dalam proses
pembelajaran.

Dalam proses pembelajaran, penerapan model ini bisa melibatkan siswa


dalam pengambilan keputusan terkait kurikulum, metode pembelajaran, atau
bahkan evaluasi. Orang tua dan masyarakat juga dapat terlibat dalam mendukung
pendidikan, memberikan masukan, atau bahkan berpartisipasi dalam kegiatan
pembelajaran di sekolah.

Penerapan model Grass-Roots bertujuan untuk menciptakan lingkungan


pembelajaran yang lebih responsif terhadap kebutuhan dan harapan peserta didik
dan komunitas sekitar. Dengan melibatkan berbagai pemangku kepentingan,
diharapkan dapat terwujud keterlibatan yang lebih luas dan pembelajaran yang lebih
relevan.

c. Penerapan The Demonstration Model

Model Demonstrasi dalam konteks pembelajaran melibatkan penyajian


langsung oleh guru atau ahli untuk memberikan contoh atau demonstrasi suatu
keterampilan atau konsep kepada siswa. Penerapannya mencakup langkah-langkah
seperti penyajian, penjelasan, dan pembuktian keterampilan atau konsep tertentu.

Dalam proses pembelajaran, guru dapat menggunakan model Demonstrasi


dengan menunjukkan secara langsung bagaimana suatu tugas dilakukan atau
bagaimana konsep tertentu dapat diterapkan. Metode ini dapat digunakan dalam
berbagai mata pelajaran, terutama yang melibatkan keterampilan praktis atau
konsep yang lebih mudah dipahami melalui contoh langsung.

Penerapan model ini bertujuan untuk memberikan pemahaman yang lebih


baik kepada siswa melalui pengalaman visual atau praktis. Guru memainkan peran

14
aktif sebagai pembimbing dan contoh, sementara siswa dapat mengamati,
menanyakan pertanyaan, dan mempraktikkan keterampilan yang diajarkan.

d. Penerapan Beauchamp’s System Model

Memutuskan arena atau lingkup wilayah pengembangan kurikulum, suatu


keputusan yang menjabarkan ruang lingkup upaya pengembangan suatu gagasan
pengembangan kurikulum yang telah dilaksanakan di kelas diperluas di sekolah-
sekolah di daerah tertentu baik bersekala regional atau nasional yang disebut arena,
menetapkan personalia atau tim para ahli kurikulum, yaitu siapa-siapa saja yang
ikut terlibat dalam pengembangan kurikulum, tim menyusun tujuan pengajaran
kurikulum dan pelaksanaan proses belajar mengajar, untuk tugas tersebut perlu
dibentuk dewan kurikulum sebagai koordinator yang bertugas juga sebagai penilai
pelaksanaan kurikulum, memilih materi pelajaran baru, menentukan berbagai
kriteria untuk memilih kurikulum mana yang akan dipakai dan menulis secara
menyeluruh mengenai kurikulum yang akan dikembangkan, implementasi
kurikulum, yakni kegiatan untuk menerapkan kurikulum seperti yang sudah.

e. Penerapan Taba’s Inverted Model

Model Taba’s Inverted (Model Terbalik) adalah suatu pendekatan yang


dikembangkan oleh Hilda Taba, seorang ahli kurikulum. Dalam model ini, urutan
tradisional dari merencanakan pengajaran diubah sedemikian rupa sehingga siswa
terlibat lebih awal dalam proses pemahaman konsep sebelum guru memberikan
pengajaran secara formal.

Penerapan model ini dalam proses pembelajaran melibatkan langkah-langkah


berikut:

1. Menentukan Tujuan Pembelajaran: Identifikasi apa yang harus dipahami


oleh siswa dan tetapkan tujuan pembelajaran yang jelas.
2. Pemahaman Awal Siswa: Mulailah dengan merangsang pemahaman awal
siswa tentang topik tertentu melalui diskusi atau aktivitas yang melibatkan
pemikiran mereka sebelum materi diajarkan.
3. Penyelidikan Siswa: Biarkan siswa melakukan penyelidikan atau eksplorasi
lebih lanjut terhadap topik tersebut, mendorong mereka untuk
mengumpulkan informasi sendiri.

15
4. Pembahasan Kelompok: Fasilitasi diskusi kelompok di antara siswa untuk
berbagi pengetahuan dan ide mereka.
5. Pengajaran Guru: Setelah pemahaman awal dan penyelidikan siswa, guru
memberikan pengajaran formal dan memberikan informasi tambahan atau
membimbing pemahaman lebih lanjut.
6. Aktivitas Kreatif atau Aplikasi: Berikan siswa kesempatan untuk
menerapkan pengetahuan mereka melalui proyek, eksperimen, atau
aktivitas kreatif.
7. Evaluasi: Evaluasi dilakukan untuk mengukur pemahaman siswa dan
mengidentifikasi area yang mungkin memerlukan pembelajaran lebih lanjut.
Penerapan model ini bertujuan untuk mendorong pemahaman yang mendalam dan
melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran.

f. Penerapan Roger’s Interpersonal Relations Model

Carl Rogers’ Interpersonal Relations Model menekankan pentingnya hubungan


antara guru dan siswa dalam menciptakan lingkungan pembelajaran yang
mendukung. Penerapannya dalam proses pembelajaran melibatkan beberapa prinsip
utama:

1. Empati (Empathy): Guru berusaha memahami perasaan dan pandangan


siswa, menciptakan hubungan saling pengertian.
2. Penerimaan Positif (Positive Regard): Guru memberikan tanggapan positif
tanpa menghakimi, menciptakan suasana yang mendukung pertumbuhan
dan eksplorasi.
3. Ketulusan (Genuineness): Guru bersikap tulus dan autentik,
memperlihatkan diri mereka apa adanya, sehingga siswa merasa lebih
nyaman untuk berkomunikasi.

Penerapan model ini dalam pembelajaran bisa mencakup:

1. Membangun Hubungan Positif: Membangun hubungan positif antara


guru dan siswa sebagai dasar bagi proses pembelajaran yang efektif.
2. Menghargai Keragaman: Menghormati dan menghargai keragaman latar
belakang, pengalaman, dan kemampuan siswa.

16
3. Mendorong Komunikasi Terbuka: Mendorong komunikasi yang terbuka
dan jujur antara guru dan siswa untuk mendukung pemahaman dan
pertumbuhan.
4. Menyesuaikan Pembelajaran: Menyesuaikan pendekatan pembelajaran
berdasarkan kebutuhan dan minat individual siswa.

Model ini menekankan pada aspek-aspek psikologis dan emosional siswa dalam
konteks pembelajaran, menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan
pribadi dan akademik mereka.

g. Penerapan The Systematic Action-Reasearch Model

Model Sistematis Tindakan Penelitian (The Systematic Action-Research


Model) adalah suatu pendekatan yang menggabungkan prinsip-prinsip penelitian
tindakan dengan pendekatan sistematis. Dalam konteks pembelajaran, model ini
dapat diterapkan sebagai suatu metode untuk merencanakan, melaksanakan, dan
mengevaluasi perubahan dalam pengajaran dan pembelajaran. Berikut adalah
langkah-langkah penerapan model ini:

1. Identifikasi Masalah: Tentukan masalah atau tantangan tertentu dalam


proses pembelajaran yang perlu diatasi atau ditingkatkan.
2. Perencanaan Tindakan: Rencanakan tindakan atau strategi yang akan
diambil untuk mengatasi masalah tersebut. Pastikan perencanaan ini
sistematis dan didukung oleh literatur dan data relevan.
3. Implementasi Tindakan: Terapkan tindakan yang telah direncanakan dalam
lingkungan pembelajaran. Ini bisa melibatkan perubahan dalam metode
pengajaran, kurikulum, atau strategi pembelajaran.
4. Pengumpulan Data: Kumpulkan data terkait dampak tindakan yang diambil.
Ini bisa melibatkan pengamatan kelas, tes, atau penilaian lainnya.
5. Analisis Data: Analisis data yang terkumpul untuk mengevaluasi efektivitas
tindakan yang diambil. Identifikasi keberhasilan dan tantangan yang
mungkin muncul.
6. Refleksi dan Penyesuaian: Refleksikan temuan dan hasil analisis untuk
memahami apa yang telah berhasil dan apa yang perlu disesuaikan.
Sesuaikan tindakan atau strategi yang diterapkan berdasarkan hasil evaluasi.

17
7. Siklus Berkelanjutan: Terapkan siklus berkelanjutan dari perencanaan,
tindakan, evaluasi, dan penyesuaian untuk terus meningkatkan proses
pembelajaran.

Penerapan model ini mempromosikan siklus refleksi dan perbaikan terus-menerus,


memungkinkan guru dan praktisi pendidikan untuk beradaptasi dengan kebutuhan
siswa dan mengoptimalkan pengalaman pembelajaran.

h. Penerapan model Emerging Technical Model

Perkembangan bidang teknoogi dan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai


efisiensi efektifitas dalam bisnis, juga mempengaruhi perkembangan model-model
kurikulum. Tumbuh kecendrungan-kecendrungan baru yang didasarkan atas hal itu,
diantaranya:

1. The behavioral Analysis Model

Menekankan penguasaan perilaku atau kemampuan. Suatu perilaku/


kemampuan yang kompleks diuraikan menjadi perilaku-perilaku yang sederhana
yang tersusun secara hierarkis. Siswa mempelajari perilaku-perilaku tersebut secara
berangsur-angsur ,mulai dari yang sederhana menuju yang lebih kompleks.

2. The System Analysis Model

Berasal dari gerakan efisiensi bisnis. Langkah pertama dari model ini adalah
menentukan spesifikasi perangkat hasil belajar yang harus dikuasai siswa. Langkah
kedua, adalah menyusun instrumen untuk menilai ketercapaian hasil-hasil belajar
tersebut. Langkah ketiga, mengidentifikasi thap-tahap ketercapaian hasil serta
perkiraan biaya yang diperlukan. Langkah keempat, membandingkan biaya dan
keuntungan dari beberapa p rogram pendidikan.

3. The Computer Based Model

Suatu model pengembangan kurikulum dengan memanfaatkan computer.


Pengembangannya dimulai dengan mengidentifikasi seluruh unit-unit kurikulum,
tiap unit kurikulum telah memiliki rumusan tentang hasil-hasil yang diharapkan.
Kepada para siswa dan guru-guru diminta untuk melengkapi pertanyaan tentang

18
unit-unit kurikulum tersebut. Setelah diadakan pengolahan disesuaikan dengan
kemampuan dan hasil-hasil belajar yang dicapai siswa disimpan dalam computer.

• Pendekatan dan Model Pengembangan Kurikulum 2013

Terjadinya perkembangan pendidikan di Indonesia merupakan tuntutan yang harus


tetap dilakukan. Berkembangnya kesadaran semua pihak tentang pendidikan di Indonesia
tentu melahirkan banyak hal positif. Termasuk dengan berlakunya kembali Kurikulum
2013 secara nasional atau seluruh Indonesia mulai tahun ajaran 2016/2017. Kurikulum
2013 yang diberlakukan secara nasional pada tahun ajaran 2016/2017 bukanlah kurikulum
2013 lalu. Namun, merupakan kurikulum 2013 yang telah direvisi oleh Kementerian
Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek). Kurikulum 2013
yang lalu dinilai memberatkan, akhirnya direvisi oleh Kemendikbudristek sehingga
diharapkan tidak memberatkan lagi. Kurikulum 2013 Revisi telah diterapkan di sekolah-
sekolah pada tahun ajaran 2016/2017.

Kurikulum 2013 Revisi merupakan perbaikan dari kurikulum sebelumnya, sejalan


dengan perkembangan zaman yang menuntut adanya perubahan kurikulum terjadi.
Perubahan kurikulum 2013 tidak mengubah namanya, hanya saja ada tambahan kata
“revisi” di belakangnya. Terdapat 10 perubahan yang menjadi poin penting dalam
Kurikulum 2014 revisi tersebut, termasuk perubahan dalam pelaksanaan penilaian. Sepuluh
perubahan yang menjadi poin penting dalam kurikulum tersebut ialah sebagai berikut.

a) Nama kurikulum tidak berubah menjadi Kurikulum Nasional, tetapi menggunakan


nama kurikulum 2013 Revisi yang berlaku secara nasional.
b) Penyederhanaan aspek penilaian peserta didik oleh guru pada kurikulum 2013 yang
baru. Penilaian aspek sosial dan keagamaan peserta didik hanya dilakukan oleh guru
PPKn dan Guru Pendidikan Agama atau Budi Pekerti.
c) Tidak adanya pembatasan pada proses berpikir peserta didik pada Kurikulum 2013
yang baru di semua jenjang pendidikan. Semua jenjang dapat belajar tahap
memahami sampai mencipta sehingga anak SD pun boleh mencipta sesuai dengan
kadar usianya. Hal ini untuk membiasakan anak berpikir ilmiah sejak SD.
d) Penerapan teori jenjang 5M pada Kurikulum 2013 yang baru. Guru dituntut untuk
menerapkan teori yang ada di dalam pembelajarannya sehingga guru tidak sekadar

19
berteori saja, tetapi dapat mempraktekkan. Adapun teori jenjang 5M tersebut adalah
mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, dan mencipta.
e) Struktur mata pelajaran dan lama belajar di sekolah tidak diubah.
f) Menggunakan metode pembelajaran aktif. Metode pembelajaran aktif adalah
metode yang membuat peserta didik menjadi pemeran utama dalam setiap proses
pembelajaran, guru hanya berperan sebagai fasilitator saja.
g) Meningkatkan hubungan Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD).
h) Penilaian sikap KI 1 dan KI 2 sudah ditiadakan di setiap mata pelajaran, hanya
Agama Dan PPKn. Namun, Kompetensi Inti (KI) tetap dicantumkan dalam
penulisan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
i) Skala penilaian menjadi 1−100. Penilaian sikap diberikan dalam bentuk predikat
dan deskripsi
j) Remedial diberikan untuk yang nilainya kurang. Namun, peserta didik diberikan
pembelajaran ulang terlebih dahulu. Nilai remidi inilah yang dicantumkan dalam
hasil.

Pendekatan pengembangan yang digunakan dalam Kurikulum 2013 ini adalah


competencies-based curriculum dan bersifat tematik-integratif. Competency-based
education atau pendidikan berbasis kompetensi adalah sebuah pendekatan pembelajaran
yang menekankan pada pencapaian keahlian dan bukan pada jumlah jam belajar yang
dialokasikan (Huda,2019). Ada banyak istilah untuk sistem pendidikan seperti ini
(misalnya, mastery-based education) dan ada banyak juga lembaga pendidikan yang tanpa
sadar sudah menerapkannya. Tetapi pada umumnya, pendidikan berbasis kompetensi
memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

1. Pembelajaran tidak diukur berdasarkan jumlah jam yang dihabiskan, tetapi berdasarkan
apakah siswa menguasai kompetensi yang direncanakan. Ada perubahan holistik yang
terjadi yakni dari waktu sebagai acuan menjadi pencapaian kompetensi sebagai acuan.
2. Siswa mengetahui dengan jelas tentang peta kompetensi yang perlu dikuasai. Guru dan
sekolah menginformasikan peta kompetensi sangat eksplisit baik di dalam dan di luar
kelas. Ini akan jauh lebih baik apabila siswa juga terlibat penuh dalam pembuatan peta
kompetensi tersebut.

20
3. Asesmen dilakukan selama pembelajaran, dan bukan terletak pada akhir periode seperti
ujian. Siswa diberikan banyak kesempatan untuk menguasai suatu keahlian baik dalam
bentuk uji coba, proyek, low-stake test dan selalu ada bantuan ekstra dari guru apabila
siswa mengalami kegagalan dalam menguasai keahlian tersebut.

Pendekatan ini bersifat tematik-integratif yang berarti pendekatan pembelajaran


yang mengintegrasikan kompetensi dari berbagai mata pelajaran ke dalam berbagai tema.
Pembelajaran tematik-integratif merupakan perpaduan dari pembelajaran tematik dan
pembelajaran integratif (Aisyah & Astuti, 2021; Samsiyah & Fajar, 2021). Pembelajaran
tematik-integratif memberikan kesempatan kepada siswa untuk menghubungkan
pengalaman dan pengetahuan sehingga siswa lebih mudah menyelesaikan masalah dan
memenuhi kebutuhan mereka akan pengetahuan. Pembelajaran tematik-integratif pada
kurikulum 2013 ini memiliki manfaat yakni meliputi, susunan kelas yang nyaman;
menggunakan kelompok kerja sama; mengoptimalisasi lingkungan belajar; siswa secara
cepat dan tepat waktu mampu memproses informasi: dan proses pembelajaran di kelas
(Ahmad et al., 2022). Pengembangan kurikulum tersebut memiliki bermacam model dalam
pendekatannya yang digunakan selaku proses ataupun langkah untuk mengembangkan
kurikulum yang sudah diterapkan sebelumnya. Kurikulum tersebut dapat berjalan sesuai
rencana dan berorientasi pada capaian tujuan pendidikan.

Model pengembangan kurikulum 2013 adalah gabungan antara Model


Pengembangan Hilda Taba dan Ralph Tyler (Hidayat et al., 2019). Model Tyler adalah
model yang paling dikenal bagi perkembangan kurikulum dengan fase utama perencanaan,
dalam bukunya Basic Principles of Curriculum and Instruction. Sedangkan Taba
menggunakan pendekatan akar rumput (grass-roots approach) bagi perkembangan
kurikulum. Taba percaya kurikulum harus dirancang oleh guru dan bukan diberikan oleh
pihak berwenang. Menurut Taba guru harus memulai proses dengan menciptakan suatu unit
belajar mengajar khusus bagi murid-murid mereka di sekolah dan bukan terlibat dalam
rancangan suatu kurikulum umum. Karena itu Taba menganut pendekatan induktif yang
dimulai dengan hal khusus dan dibangun oleh rancangan umum.

• Pendekatan dan Model Pengembangan Kurikulum Merdeka

Pandemi COVID-19 di Indonesia berdampak pada banyak perubahan di berbagai


sektor, salah satunya adalah sektor pendidikan. Masa pandemi COVID-19 merupakan
sebuah kondisi khusus yang menyebabkan ketertinggalan pembelajaran (learning loss)

21
yang berbeda—beda pada ketercapaian kompetensi peserta didik. Selain itu, banyak studi
nasional maupun internasional yang menyebutkan bahwa Indonesia juga telah lama
mengalami krisis pembelajaran (learning crisis) (Abdurahman, 2022).

Melihat kondisi tersebut, Kemendikbudristek mencoba untuk melakukan upaya


pemulihan pembelajaran. Salah satu upaya yang dilakukan guna mengatasi permasalahan
yang ada ialah mencanangkan “Kurikulum Merdeka”. Kurikulum Merdeka merupakan
kurikulum dengan pembelajaran intrakurikuler yang beragam, konten akan lebih optimal
agar peserta didik memiliki cukup waktu untuk mendalami konsep dan menguatkan
kompetensi (Suherman, 2021). Guru memiliki keleluasaan untuk memilih berbagai
perangkat ajar sehingga pembelajaran dapat disesuaikan dengan kebutuhan belajar dan
minat peserta didik (Baharuddin, 2021).

Tujuan dari Kurikulum Merdeka adalah untuk menjawab permasalahan pendidikan


terdahulu (Isa et al., 2022). Adanya kurikulum ini akan mengarahkan dalam
mengembangkan potensi dan kompetensi peserta didik. Kurikulum ini berfungsi untuk
mengembangkan potensi, salah satunya proses pembelajaran yang dirancang dengan
relevan dan interaktif. Pembelajaran yang interaktif salah satunya dengan membuat proyek.
Pembelajaran tersebut akan membuat peserta didik lebih tertarik dan bisa mengembangkan
isu—isu yang berkembang di lingkungan.

Adapun kelebihan dari Kurikulum Merdeka adalah sebagai berikut.

1. Lebih sederhana dan mendalam

Materi yang esensial menjadi fokus pada Kurikulum Merdeka. Pembelajaran yang
sederhana dan mendalam tanpa tergesa—gesa akan lebih diserap peserta didik.
Pembelajaran mendalam dengan rancangan yang menyenangkan akan membuat peserta
didik lebih fokus dan tertarik dalam belajar.

2. Lebih merdeka

Kurikulum Merdeka yang menjadi kebijakan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan


Republik Indonesia menjadi tolok ukur dalam merancang pembelajaran. Konsep
merdeka yang diberikan memberikan kemerdekaan kepada guru dalam merancang
proses pembelajaran sesuai kebutuhan dan capaian pembelajaran.

3. Lebih relevan dan menarik

22
Kegiatan proses pembelajaran yang lebih relevan dan interaktif akan memberikan
dampak yang baik bila diterapkan dalam proses pembelajaran. Pembelajaran yang
interaktif akan membuat peserta didik lebih tertarik dan bisa mengembangkan
kompetensi yang dimilikinya. Pembelajaran interaktif dengan membuat suatu proyek
akan membuat peserta didik menjadi aktif dalam mengembangkan isu—isu yang
beredar di lingkungan.

Pendekatan pengembangan yang digunakan dalam Kurikulum Merdeka adalah


pendekatan teknologis dan pendekatan rekonstruksi sosial. Model pengembangan yang
digunakan dalam Kurikulum Merdeka diantaranya yakni The Systematic Action Research
Model dan Emerging Technical Model. Model The Systematic Action Research ini
memiliki asumsi bahwa perkembangan kurikulum merupakan perubahan sosial (Nurcahyo,
2020). Dalam pelaksanaanya, model ini dilaksanakan dengan kajian secara seksama
tentang masalah-masalah kurikulum berupa pengumpulan data. Sejalan dengan hal
tersebut, data yang didapat akan disusun formula guna menyelesaikan masalah yang ada.

Langkah selanjutnya yaitu implementasi keputusan yang diambil. Langkah-langkah


yang telah dilakukan diikuti dengan pengumpulan fakta terkait kurikulum yang dilakukan
guna evaluasi (Dewi, 2019). Sedangkan model Emerging Technical Models menjelaskan
bahwa perkembangan bidang teknologi dan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai efisiensi
efektivitas juga memengaruhi perkembangan model kurikulum. Tumbuh kecenderungan
baru yang didasarkan atas hal tersebut, di antaranya yaitu The Behavioral Analysis Model,
The System Analysis Model, dan The Computer Based Model (Dewi, 2019).

23
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Model pengembangan kurikulum adalah berbagai bentuk atau model yang nyata
dalam penyusunan kurikulum yang baru ataupun penyempurnaan kurikulum yang telah
ada. Terdapat banyak macam-macam model pengembangan kurikulum seperti Taba’s
Inverted Model, Beauchamp’s System Model, Roger’s Interpersonal Relations Model, The
Systematic Action-Reasearch Model dan lain sebagainya.

Dalam pemilihan suatu model pengembangan kurikulum bukan saja didasarkan atas
kelebihan dan kebaikan-kebaikannya serta kemungkinan pencapaian hasil yang optimal,
tetapi juga perlu disesuaikan dengan sistem pendidikan dan sistem pengelolaan pendidikan
yang dianut serta model konsep pendidikan mana yang digunakan.

Penerapan model pengembangan kurikulum dalam pembelajaran melibatkan


langkah-langkah sistematik untuk merancang, melaksanakan, dan mengevaluasi
kurikulum. Ini melibatkan identifikasi tujuan pembelajaran, pemilihan metode pengajaran,
serta penilaian hasil pembelajaran.

B. Saran

Penulis mengucapakan Alhamdulillah karena dapat menyelesaikan tugas ini dengan


tepat waktu dan semampu penulis. Apabila terjadi kesalahan dalam pengetikan bahasa,
huruf ataupun kata-kata, penulis mohon maaf yang sebesar- besarnya. Untuk itu,
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca agar nantinya penulis bisa memperbaiki
kesalahan tersebut. Penulis akan bersenang hati apabila pembaca mau berpartisipasi
memberikan kritik dan saran mengenai makalah ini.

24
DAFTAR PUSTAKA

Nafi’ah, S. A. (2019). Model Pengembangan Kurikulum Hilda Taba pada Kurikulum 2013 di
SD/MI. As-Sibyan, 2(1), 21–38. https://www.ejournal.stainupwr.ac.id/index.php/As_
Sibyan/article/view/109%0Ainternal-Pdf://0.0.3.132/109.html.

ADIBA: JOURNAL OF EDUCATION Vol. 2 No. 4 Oktober 2022, page 627-635 e-ISSN:2808-
4721627 PENERAPAN MODEL-MODEL PENGEMBANGAN KURIKULUM DI
SEKOLAH.

Nurhalimah, N., 2020. TELAAH KOMPONEN DAN PENDEKATAN PENGEMBANGAN


KURIKULUM. ISLAMIKA, 11(2).

Sukmadinata, N.S. 1997. Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktik. Bandung: Remaja
Rosdakarya.

Sundayana, W. 2017. Telaah Kurikulum dan Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: Penerbit


Erlangga.

25

Anda mungkin juga menyukai