Kedudukan Administrasi Pendidikan dan Supervisi Pendidikan
Administrasi adalah kegiatan yang menduduki kedudukan sentral di dalam
pembinaan dan pengembangan pada setiap kegiatan kerjasama sekelompok manusia, dalam bidang pendidikan juga harus ada administrasi yang mampu mengembangkan dan mencapai tujuan pendidikan. Karena pada lingkungan setiap lembaga pendidikan formal terdapat sejumlah manusia, baik yang berkedudukan sebagai pimpinan maupun sebagai tenaga pelaksana. Mereka tidak cukup dibekali dengan pengetahuan dan keterampilan mengenai bidang pendidikan saja, akan tetapi harus dibekali pula dengan kemampuan bekerjasama dan kemampuan mengarahkan kerjasama itu guna mencapai tujuan lembaga pendidikan masing-masing. Oleh karena itu, setiap petugas pendidikan perlu dibekali ilmu yang berkaitan dengan administrasi terutama para guru yang tidak cukup dengan bekal professional saja. Mereka harus mempunyai berbagai bekal pengetahuan, keterampilan dan keahlian dalam berbagai bidang. Administrasi sangatlah dibutuhkan demi berjalannya proses belajar mengajar dalam dunia pendidikan. Hal tersebut tidak lepas dari peran serta keaktifan orang-orang yang menguasai bidang administrasi pendidikan. Adminisrasi pendidikan merupakan subsistem dari system pendidikan disekolah yang bertujuan menunjang pencapaian tujuan pendidikan secara efektif dan efisien. Komponen utama dalam system pendidikan yang memegang peranan penting dalam pencapaian tujuan pendidikan adalah guru. Oleh karena itu guru mempunyai peranan penting dalam administrasi pendidikan terutama dalam melaksanakan fungsi pokok administrasi. Administrasi pendidikan mempunyai pengertian kerja sama untuk mencapai tujuan pendidikan. Seperti kita ketahui, tujuan pendidikan itu merentang dari tujuan yang sederhana sampai dengan tujuan yang kompleks, tergantung lingkup dan tingkat pengertian pendidikan yang dimaksud. Tujuan pendidikan dalam satu jam pelajaran dikelas satu sekolah menengah pertama, misalnya, lebih mudah dirumuskan dan dicapai dibandingkan dengan tujuan pendidikan luar sekolah untuk orang dewasa atau tujuan pendidikan nasional. Jika tujuan itu kompleks, maka cara mencapai tujuan itu juga kompleks, dan seringkali tujuan yang demikian itu tidak dapat dicapai oleh satu orang saja, tetapi harus melalui kerja sama dengan orang lain, dengan segala aspek kerumitannya. Pada tingkat sekolah, sebagai salah satu bentuk kerja sama dengan pendidikan misalnya, terdapat tujuan sekolah. Untuk mencapai tujuan pendidikan disekolah itu diperlukan kerja sama diantara semua personel sekolah (guru, murid, kepala sekolah, staf tata usaha), dan orang diluar sekolah yang ada kaitannya dengan sekolah (orang tua, kepala kantor departemen P dan K, dokter puskesmas, dan lain-lain). Kerja sama dalam menyelenggarakan sekolah harus dibina sehingga semua yang terlibat dalam urusan sekolah tersebut memberikan sumbangannya secara maksimal. Kerja sama untuk mencapai tujuan pendidikan dengan berbagai aspeknya ini dapat dipandang sebagai administrasi pendidikan. Administrasi pendidikan mengandung pengertian proses untuk mencapai tujuan pendidikan. Proses itu dimulai dari perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pemantauan, dan penilaian. Perencanaan meliputi kegiatan menetapkan apa yang ingin dicapai, bagaimana mencapainya, berapa lama, berapa orang yang diperlukan, dan berapa banyak biayanya. Perencanaan ini dibuat sebelum suatu tindakan dilaksanakan. Pengorganisasian diartikan sebagai kegiatan membagi tugas-tugas kepada orang yang terlibat dalam kerja sama pendidikan tadi. Karena tugas-tugas ini demikian banyak dan tidak dapat diselesaikan oleh satu orang saja,maka tugas-tugas ini dibagi untuk dikerjakan masing-masing anggota organisasi. Pengkoordinasian mengandung makna menjaga agar tugas-tugas yang telah dibagi itu tidak dikerjakan menurut kehendak yang mengerjakannya saja, tetapi menuruti aturan sehingga menyumbang terhadap pencapaian tujuan yang telah ditetapkan atau disepakati. Tiap-tiap orang harus mengetahui tugas masing-masing sehingga tumpang tindih yang tidak perlu dapat dihindarkan. Di samping itu,dalam menjalankan tugas pendidikan, pengaturan waktu merupakan hal penting. Ada kegiatan yang harus didahulukan, ada yang harus dilakukan kemudian dan ada pula yang harus dikerjakan secara berbarengan. Telah disebutkan bahwa tugas utama guru yaitu mengelola proses belajar-mengajar dalam suatu lingkungan tertentu, yaitu sekolah. Sekolah merupakan subsistem pendidikan nasional dan disamping sekolah, sistem pendidikan nasional itu juga mempunyai komponen-komponen lainnya. Guru harus memahami apa yang terjadi di lingkungan kerjanya. Disekolah guru berada dalam kegiatan administrasi sekolah. Sekolah melaksanakan kegiatannya untuk menghasilkan lulusan yang jumlah serta mutunya telah ditetapkan. Dalam lingkup administrasi sekolah itu peranan guru amat penting. Dalam menetapkan kebijaksanaan dan melaksanakan proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian, pembiayaan dan penilaian kegiataan kurikulum, kesiswaan, sarana dan prasarana, personalia sekolah, keuangan dan hubungan sekolah-masyarakat, guru harus aktif memberikan sumbangan, baik pikiran maupun tenaganya. Administrasi sekolah adalah pekerjaan yang sifatnya kolaboratif, artinya pekerjaan yang didasarkan atas kerja sama, dan bukan bersifat individual. Oleh karena itu, semua personel sekolah termasuk guru harus terlibat. Dalam hubungannya dengan pengadministrasian, seorang guru dapat berperan sebagai berikut : a. Pengambilan inisiatif, pengarah, dan penilaian kegiatan-kegiatan pendidikan. Hal ini berarti guru turut serta memikirkan kegiatan-kegiatan pendidikan yang direncanakan serta nilainya. b. Wakil masyarakat, yang berarti dalam lingkungan sekolah guru menjadi anggota suatu masyarakat. Guru harus mencerminkan suasana dan kemauan masyarakat dalam arti yang baik. c. Orang yang ahli dalam mata pelajaran. Guru bertanggung jawab untuk mewariskan kebudayaan kepada generasi muda yang berupa pengetahuan. d. Penegak disiplin, guru harus menjaga agar terciptanya suatu disiplin. e. Pelaksana administrasi pendidikan, disamping menjadi pengajar, guru pun bertanggung jawab akan kelancaran jalannya pendidikan dan ia harus melaksanakan kegiatan-kegiatan administrasi. f. Pemimipin generasi muda, masa depan generasi muda terletak di tangan guru. Guru berperan sebagai pemimpin mereka dalam mempersiapkan diri untuk anggota masyarakat yang dewasa. g. Penerjemah kepada masyarakat, artinya guru berperan untuk menyampaikan segala perkembangan kemajuan dunia sekitar kepada masyarakat, khusunya masalah pendidikan.
Profesionalisme guru dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah
kepuasan kerja, supervisi pendidikan dan komitmen. Kepuasaan kerja yang tinggi sangat diperlukan dalam setiap usaha kerja sama guru untuk mencapai tujuan sekolah. Tetapi sebaliknya dengan guru yang memiliki kepuasan kerja yang rendah akan sangat sulit mencapai hasil yang baik. Selain faktor kepuasan kerja, supervisi pendidikan juga merupakan faktor penting dalam peningkatan profesionalime guru. Supervisi pendidikan adalah usaha memberikan layanan kepada guru-guru baik secara individual maupun secara kelompok dalam usaha memperbaiki pengajaran (Sahertian, 2000). Peningkatan kemampuan guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar, perlu secara terus menerus mendapatkan perhatian dari sistem pendidikan. Supervisi pendidikan ini memberikan bantuan kepada guru dalammerencanakan dan melaksanakan peningkatan profesional para guru dengan memanfaatkan sumber yang tersedia. Upaya-upaya untuk menumbuhkan dan meningkatkan komitmen guru terhadap organisisi tempat guru bekerja menjadi sangat relevan, karena guru adalah asset berharga bagi organisasi sekolah. Tanpa komitmen yang tinggi dari seluruh guru, maka upaya untuk meningkatkan profesionalisme guru dan usaha untuk menghadapi tantangang lobal tidak akan menunjukkan hasil yang menggembirakan. Menurut Suwantikno (2007), Supervisi adalah bantuan dalam pengembangan situasi belajar-mengajar agar memperoleh kondisi yang lebih baik. Meskipun tujuan akhirnya tertuju pada hasil belajar siswa, namun yang diutamakan dalam supervisi adalah bantuan kepada guru. Tujuan supervisi harus dikomunikasikan dan dipahami oleh semua pihak. Supervisi harus terencana dengan baik, membangun dan demokratis. Guru harus diberi informasi tentang tujuan supervisi. Salah satu faktor kelemahan dan penyebab kegagalan sekolah dalam menerapkkan kurikum dan mewujudkan sekolah efektif adalah lemahnya supervisi. Ketika semua komponen sekolah memiliki kya, mereka sering lupa untuk melakukan supervisi atau memperoleh supervisi. Kewenangan atau otonomi untuk melakukan apa saja sesuai dengan tanggung jawab guru merasa memiliki otonomi untuk melakukan apa saja tanpa perlu supervisi yang mereka anggap intervensi dari kepala sekolah, pengawas, dinas pendidikan atau yayasan sekolah. Kepala sekolah yang merasa memilikiotonomi melakukan apa saja dalam lingkup sekolah tanpa merasa perlu melakukan atau memperoleh supervisi. Demikian juga pengawas dan yayasan, juga merasa bahwa guru atau kepala sekolah telah memiliki otonomi dan dianggap tahu apa yang harus dilakukan, sehingga, pengawas seringkali melaksanakan supervisi hanya untuk memenuhi tugas semata. Dalam konteks inilah hadirnya supervisor yang handal termasuk pengawas dalam menjalankan supervisi benar-benar diharapkan dan merupakan suatu keharusan. Jika terjadi penyimpangan atau pelanggaran, hambatan, kendala atau permasalahan, serta hal-hal lain terutama yang terkait dengan pembelajaran, maka dengan adanya supervisi hal itu dapat diantisipasi dan segera dapat diatasi. Supervisi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari serangkaian kegiatan pengelolaan (manajemen), termasuk manajemen pendidikan dan manajemen pembelajaran. Kegiatan supervisi merupakan salah satu kegiatan yang sangat penting dan berarti dalam upaya mengetahui suatu program dan kegiatan. Berhasil tidaknya suatu kegiatan dalam suatu organisasi dapat dilihatdari kinerja yang dihasilkannya. Hal yang sama juga berlaku di dunia pendidikan, berhasil atau tidaknya satuan pendidikan (sekolah) juga dapat dilihat dari kinerja sekolah tersebut. Salah satu indikator sekolah yang berhasil apabila sekolah tersebut dapat memberikan pelayanan pendidikan yang berkualitas dan efektif, baik di tingkat kelas (kualitas pembelajaran) maupun di tingkat sekolah (kualitas pengelolaan sekolah). Untuk membantu keberhasilan sekolah dan untuk menjamin sekolah melaksanakan aktivitasnya yang sesuai standar, diperlukan supervisi secara periodik dan berkesinambungan dengan perencanaan dan arah yang jelas. Agar dapat melaksanakan supervisi dengan efektif, pengawas harus memahami prinsip-prinsip dalam melaksanakan supervisi. Dalam Buku Pedoman Pelaksanaan Supervisi yang diterbitkan oleh Ditjend Dikdasmen (1994)disebutkan bahwa ada empat prinsip dalam melaksanakan supervisi, yaitu: (1)ilmiah (scientific); (2) demokrasi; (3) Kooperatif; (4) Konstruktif dan Kreatif. Pertama, ilmiah. Supervisi harus memuhi prinsip ilmiah, artinya bahwa supervisi hendaknya dilakukan secara (a) sistematis, teratur, terprogram,dan berkesinambungan; (b) objektif berdasarkan pada data/informasi yang sebenarnya; (c) menggunakan instrumen yang dapat memperoleh data/informasiyang akurat, dapat dianalisis dan dapat mengukur ataupun menilai proses pembelajaran. Kedua, demokrasi. Bahwa dalam melaksanakan kegiatan supervisi,seorang supervisor hendaknya melaksanakan tugasnya dengan asas musyawarah,memiliki jiwa kekeluargaan yang kuat serta menghargai dan sanggup menerima pendapat orang lain. Ketiga, kooperatif. Dalam melaksanakan kegiatan supervisi, supervisorhendaknya dapat mengembangkan usaha bersama untuk menciptakan situasi pembelajaran yang lebih baik. Keempat, konstruktif dan kreatif. Dalam melaksanakan supervisi,supervisor hendaknya dapat membina inisiatif guru serta mendorongnya untukterlibat aktif dalam menciptakan situasi pembelajaran yang lebih baik. Selain itu dapat ditambahkan pula bahwa supervisi harus memiliki tujuan dan indikator yang jelas. Tujuan dan indikator yang jelas merupakan prinsip dasaryang harus ada dalam melaksanakan supervisi. Seorang pengawas tidak akan mungkin melaksanakan kegiatan supervisi apabila tidak memiliki tujuan yang jelas. Target atau tujuan yang hendak dicapai termasuk indikatornya, harus dainyatakan secara jelas. Blandford memberikan prinsip-prinsip dalam penyusunan target atau tujuan yang disingkat dalam akronim SMARTES :Specific, Manageable, Appropriate, Realistic, Time-constrained, Informative, Evaluated, Stimulating. Selanjutnya, siapa sajakah yang berhak dan berkewajiban melakukansupervisi atau yang disebut supervisor itu?. Menurut keputusan menteri pendidikan dan kebudayaan nomor 0134/0/1977 termasuk kategori supervisor dalam pendidikan adalah kepala sekolah, penilik sekolah, dan para pengawas ditingkat kabupaten/kota, serta staf di kantor bidang yang ada di tiap provinsi. Administrasi dan supervise itu tidak dapat dipisahkan, karena administrasi dan supervise saling berkaitan ataupun mempunyai hubungan yang sangat erat. Seperti pengertian administrasi dan supervisi yang telah disebutkan diatas bahwa keduanya merupakan pembinaan yang direncanakan bagi personel dalam proses kerja sama dibidang pendidikan dan peningkatan sumber daya material dalam rangka perbaikan situasi pengajaran agar tercapainya suatu tujan pendidikan yang efektif dan efesien, namun dalam hal-hal tertentu keduanya dapat dibedakan. 1. Kegiatan administrasi didasarkan kepada kekuasaan, sedangkan supervise didasarkan pelayanan bimbingan dan pembinaan; 2. Tugas administrasi meliputi keseluruhan bidang tugas disekolah, termasuk manajement sekolah, sedangkan supervise adalah sebagian dari tugas dari pengarahan (directing), satu segi manajement sekolah; 3. Administrasi bertugas menyediakan semua kondisi yang diperlukan untuk pelaksanaan program pendidikan, sedangkan supervise menggunakan kondisi-kondisi yang telah disediakan itu untuk peningkatan mutu belajar mengajar. Hal diatas merupakan perbedaan antara administrasi dan supervise, namun keduanya saling berkaitan dan tak terlepaskan juga mempunyai tujuan untuk mencapai pendidikan yang lebih baik. Selain itu juga disini ada dibahas sedikit tentang bagaimana cara-cara melaksanakan supervise, dimana seorang pemimpin tidak sama dengan pemimpin yang lain, hal ini juga tergantung pada tipe atau corak kepemimpinannya. Seorang otoriter menjalankan supervise untuk mengetahui kesalahan-kesalahan petugas dalam melaksanakan tugasnya, yaitu menjalankan peraturan dan intruksi yang diberikan oleh pusat (atasan) kepada bawahannya. Supervisi dijalankan dengan sekonyong-sekonyong tanpa sepengetahuan petugas yang diawasi, seolah-seolah supervisor bertugas sebagai reseriser yang mengintai untuk menemukan pelanggaran. Suasana antar kariyawan sekolah dibawah pimpinan diktatoris seperti tersebut adalah tertekan, tegang, kegembiraan bekerja tidak ada sama sekali, karena ada juga kepala sekolah atau pemimpin yang bercorak leissez faire atau pemimpin yang masa bodoh, tidak mau tahu, acu tidak acu dalam menjalankan pengawasan. Kehidupan sekolah semacam itu mudah timbul kesimpang siuran, perselisihan, karena semua karyawan menjalankan tugas menurut kebijaksanaan dan kepentingan masing-masing, yang kadang-kadang bertentangan satu sama lain. Situasi buruk makin lam semakin menjadi, sehingga akhirnya tidak teratasi lagi. Pemimpin seperti ini tidak memiliki sikap kepemimpinan yang baik dan tidak pantas menjadi pemimpin sekolah, karena dapat merusak tunas bangsa muda yang seharusnya melanjutkan untuk kedepannya agar yang lebih baik tapi malah sebaliknya yang ada adalah kehancuran. Kemudian kepala sekolah atau pemimpin yang bercorak demokratis menjalankan pengawasan menurut program kerja tertentu. Dalam rapat sekolah sudah ditentukan organisasi pembagian tugas, sebagai tempat ikut berpartisipasi menurut kecakapan masing-masing, koordinasi serta komunikasi, program dan pengarahan kerja dan sebagainya. Dengan demikian semua karyawan dapat menjalankan tugasnya dengan baik sesuai tugas yang diembanya dan yang tidak bertentangan satu sama yang lainnya. Tetapi dapat saling membantu, agar tercapainya atau terwujudnya pendidikan sesuai pengawasan yang dijalankan dan sesuai dengan program kerjanya. Hal tersebut dapat tercapai karena adanya kerja sama antara pemimpin atau kepala sekolah dengan karyawan-karyawan yang ada disekolah berusaha untuk menghilangkan hal-hal yang negative yang menghambat lancarnya jalan kehidupan sekolah, serta bersama-sama mendapatkan metode-metode bekerja gotong royong yang efesien, produktif sesuai dengan kondisi setempat. Dan ada juga hal lain yang dapat menghambat lancarnya kehidupan sekolah seperti adanya paerbedaan pendapat, perselisihan yang timbul dicarikan pemecahannya dengan cara musyawarah. Kekeliriuan cara bekerja segera diketahui, sehingga tidak mejadi berlarut-larut dan guru yang kurang bersemangat dipimpindan diisyaratkan untuk menjalankan tugasnya denagan baik. Pengawasan secara demokratis yang memiliki cirri-ciri sebagai berikut : 1. Pengawasan dijalankan secara gotong royong atau koperatif, tidak disatu tangan saja, yaitu khususnya bagi kepala sekolah; 2. Pengawasan dijalankan terangan-terangan, diketahui oleh semua petugas yaitu guru-guru, tidak secara sembunyi-sembunyi; 3. Pengawasan dijalankan secara berkelanjutan dan bersifat tut wuri handayani (bersifat pembimbing). Yang dapat mengatasi masalah-masalah yang menghambat lancarnya kehidupan sekolah adalah seorang kepala sekolah atau pemimpin yang mempunyai kualifikasi kepemimpinan yang memadai, terutama kebijaksanaan dan kewibawaan yang luar biasa.
Manajemen waktu dalam 4 langkah: Metode, strategi, dan teknik operasional untuk mengatur waktu sesuai keinginan Anda, menyeimbangkan tujuan pribadi dan profesional